Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
penulis kesehatan dan kesempatan serta kemampuan, untuk dapat menyelesaikan
laporan Praktikum Fenomena Dasar tentang “Tensile Test” yang merupakan salah
satu praktikum yang ada pada Laboratorim Fenomena Dasar (Mekanika Teknik),
Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik , Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan laporan ini, penulis berterimakasih kepada:
1 Orang tua yang telah memberi bantuan moril dan materil.
2 Bapak Dr. Eng. Ir. Indra Nasution, M.T., selaku kepala Laboratorium Fenomena
Dasar (Mekanika Teknik).
3 Bapak Dr. Ir. M. Sabri, M.T., selaku Ketua Departemen Teknik Mesin.
4 Bapak Terang Ukur Hidayat Solihin Ginting Manik, S.T., M.T., selaku
sekertaris Departemen Teknik Mesin.
5 Asisten yang telah membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan
laporan ini.
6 Teman-Teman stambuk 2016 atas kerja sama dan dukungannya dalam
menyelesaikan laporan ini.
Demikian penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat
dalam laporan ini, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan.
i
DAFTAR ISI
ii
2.13 Faktor yang Mempengaruhi Kekerasan dan Keuletan Material ............... 36
2.14 Software Untuk Uji Tarik ......................................................................... 39
2.15 Inovasi Pengujian Tarik ............................................................................ 41
2.16 Uji Tarik Pada Kawat ................................................................................ 43
2.17 Destructive Test and Non – Destructive Test ........................................... 44
2.17.1 Destructive Test .............................................................................. 44
2.17.2 Non Destructive .............................................................................. 47
2.18 Aplikasi Uji Tarik Dalam Dunia Keteknikan............................................ 50
2.19 Aplikasi Persamaan Uji Tarik ................................................................... 52
BAB III ALAT DAN BAHAN ............................................................................. 53
3.1 Alat ......................................................................................................... 53
3.2 Bahan ...................................................................................................... 58
BAB IV PROSEDUR PERCOBAAN .................................................................. 59
BAB V HASIL DAN ANALISA .......................................................................... 61
5.1 Lampiran Data Sheet Hasil Percobaan ................................................... 61
5.2 Grafik Hasil Uji Tarik ............................................................................ 61
5.3 Hitungan Hasil Percobaan Uji Tarik ...................................................... 61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 64
6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 64
6.2 Saran ....................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 66
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
Gambar 3.4 Alat Safety ......................................................................................... 57
Gambar 3.5 Arduino...............................................................................................57
Gambar 3. 6 Spesimen Sebelum Pengujian .......................................................... 58
Gambar 3. 7 Spesimen setelah pengujian ............................................................. 58
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GRAFIK
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Bahan atau material yang sering dijadikaan objek untuk uji tarik adalah
rubber dan logam kedua bahan ini memiliki sifat yang berbeda-beda dari setiap
prosesnya. Misalkan sifat rubber dan logam sebelum dipanaskan pasti memiliki
perbedaan ketika sudah dipanaskan.
Kebutuhan akan material yang memiliki kekuatan tinggi semakin
bertambah seiring dengan perkembangan dun industri. Dalam berbagai penggunaan
logam harus disesuaikan dengan sifat-sifatnya.
Salah satu sifat logam yang perlu diketahui adalah sifat kekuatan tarik.
Untuk mengetahui kekuatan tarik yang dimiliki oleh suatu logam, maka perlu
diadakan pengujian yang tepa.
Dengan mengetahui kekuatan tariknya, maka suatu logam atau material dapt
digunakan sesuai dengan penggunaanya pada konstruksi mesin.
Dalam pengujian tarik kita mengenal mengenal beberapa titik dialami
material sampai material tersebut putus. Titik-titik ini menentukan batas-batas dari
tegangan yang diperoleh dari material tersebut. Batas-batas ini antara lain adalah
batas proporsional, batas yield, batas tegangan ultimate, dan batas dimana material
mulai putus. Batas-batas inilah yang akan digunakkan untuk mengetahui sifat-sifat
yang dimiliki oleh suatu logam berdasarkan hasil pengujian tarik (Tensile test).
Uji tarik adalah cara pengujian bahan yang paling mendasar. Pengujian ini
sangat sederhana tidak mahal dan sudah mengalami standarisasi di seluruh dunia,
misalnya di Indonesia dengan SNI 2052-2017 dan jepang dengan JIS 2241. Dengan
menarik suatu bahan atau material kita akan segera mengetahui bagaimana bahan
tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu
bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki
cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff). Brand
terkenal untuk alat uji tarik antara lain adalah shimadzu, instron.
Pemilihan bahan untuk perancangan suatu produk adalah suatu sangat
penting. Hal ini dikarenakan sifat bahan yang digunakan untuk mempengaruhi
umur dari produk tersebut. Oleh karena itu seorang desainer harus memiliki
pengetahuan yang cukup tentang sifat-sifat suatu bahan atau material, seperti
kekuatan bahan, kekerasan, ketahanan terhadap radiasi dan suatu bahan atau
material, seperti kekuatan bahan, kekerasan, ketahanan terhadap radiasi dan lain-
2
1.2 Sejarah Uji Tarik
Galileo di Vincenzo Bonaulti de Galilei (15 Februari 1564 - 8 Januari 1642)
adalah seorang astronom, ahli fisika dan insinyur Italia, kadang-kadang
digambarkan sebagai polymath, dari Pisa. Galileo telah disebut "bapak astronomi
pengamatan", "bapak fisika modern", "bapak metode ilmiah", dan "bapak sains
modern"
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Tinius_Olsen
Sekarang setelah kita memiliki masalah "Tapi itu tetap bergerak", saya akan
fokus pada kontribusi Galileo untuk Ilmu Material, departemen Pengujian Mekanik.
Yah, saya tidak pandai menguraikan tulisan tangan Italia lama atau mungkin
Latin juga, tetapi jelas bahwa beberapa baris tidak merupakan "teori" apa pun,
belum lagi balok lentur.
3
Untuk mengatakannya dengan "Newton, Excel, Bach - Blog Excel untuk
insinyur dan ilmuwan, dan blog teknik dan sains untuk pengguna Excel" 1):
"Dia (Leonardo) tidak memberikan cara apa pun untuk menilai kekuatan
sebuah balok, mengetahui dimensinya, dan kekuatan tarik material yang
dibuatnya".
Galileo, dalam bukunya yang terkenal "Dialog tentang dua ilmu baru",
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari sekitar 140 tahun kemudian pada tahun
1638. Galileo berasumsi bahwa balok berputar mengenai pangkalan pada titik
dukungannya, dan bahwa ada tegangan tarik yang seragam ( salah) di seluruh
bagian balok, sama dengan kekuatan tarik material. Dia menggambarkan bahwa
dengan balok penopang didukung oleh dinding yang terlihat sangat tidak stabil
seperti yang ditunjukkan di bawah ini:
4
1.3 Tujuan Pelaksanaan Uji Tarik
Adapun tujuan dilakukan percobaan tensile test ini adalah agar mahasiswa
dapat mengetahui hal hal yang berhubungan dengan pengujian bahan/material, jenis
pengujian dan parameter parameter lain yang vital dalam pengujian.
Dengan demikian mahasiswa dapat mengetahui seberapa besar kemampuan
atau kekuatan suatu bahan yang akan digunakan untuk keperluan di bidang teknik.
Mahasiswa juga dipacu untukmengetahui sifat sifat material/bahan melalui
proses pengujian yang dilakukan
Pengetahuan akan kekuatan bahan inilah yang akan di manfaatkan dalam
pemilihan bahan yang diperlukan untuk konstruksi.
Beberapa tujuan dilakukannya percobaan ini adalah :
1. Mahasiswa dapat melakukan uji tarik dengan baik dan benar
2. Mahasiswa dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan luluh, dan keuletan
3. Mahasiswa dapat menentukan modulus elastisitas dan menetukan factor
pengerasan renggang
4. Mahasiswa dapat menganalisa data data pengujian
5. Mahasiswa dapat menyimpulkan hasil pengujian
6. Mahasiwa mengetahui hal hal yang berhubungan dengan pengujian bahan,
karakteristik, jenis pengujian dan parameter lainnyadari pengujian
7. Mahasiswa mengetahui sifat sifat bahan melalui pengujian yang dilakukan
serta dapat membedakan sifat ulet dan sifat getas dari bahan/material
8. Mahasiswa dapat mengetahui presentase ralat dan fakotr ketelitian yang
penting untuk mengurangi kesalahan pengujian
9. Mahasiswa dapat membedakan titik titik tegangan yang terjadi pada material
apabila dilakukan uji tarik
10. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu bahan ini di tempat lain
5
1.4 Metode Penulisan
Laporan praktikum tensile ini disusun ke dalam beberapa bab, yaitu :
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang definisi ujin tarik, sejarah uji tarik, tujuan pelaksanaan
uji tarik, dan metode penulisan laporan.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang tentang teori percobaan uji tarik, elastisitas, plastisitas,
hokum hooke, titik luluh, titik puncak, titik patah, hubungan kekerasan dan
kekuatan tarik logam, persamaan persamaan uji tarik, kekuatan tarik logam,
kekuatan tarik non logam, standarisasi uji tarik logam, standarisasi uji tarik non
logam, standar uji tarik baja tulang beton, metodologi peningkatan uji tarik,
kecepatan pembebanan uji tarik, kegagalan dalam uji tarik, faktor yang
mempengaruhi kekuatan tarik material, software untuk uji tarik, inovasi dalam uji
tarik, uji tarik pada kawat, destructive test, non destructive test, aplikasi uji tarik
dalam dunia keteknikan, aplikasi persamaan uji tarik.
3. BAB III ALAT DAN BAHAN
Bab ini berisikan tentang alat alat yang digunakan dan bahan yang akan
diuji.
4. BAB IV PROSEDUR PERCOBAAN
Bab ini berisikan tentang langkah langkah memulai praktikum atau
percobaan.
5. BAB V HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA
Bab ini berisikan data sheet percobaan, hasil percobaan uji tarik, grafik hasil
uji tarik.
6. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran untuk praktikum yang telah
dilakukan.
7. DAFTAR PUSTAKA
Berisikan tentang daftar pustaka atau daftar referensi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
2.2 Elastisitas
Hukum Hooke dan Elastisitas merupakan 2 hal yang saling berkaitan
untuk memahami arti dan kata elastic, banyak orang menganalogikan benda
tersebut terbuat dari keras. Meskipun pada dasarnya tidak semua benda ataupun
bahan baku, atau material memiliki sifat elastic.Jika karet gelang ditarik maka
panjangnya akan terus bertambah seiring dengan gaya tarik yang ditetapkan
Hal ini terjadi karena bahan material karet memiliki elastisitas yang sangat
tinggi. Namun ada kalanya jika suatu benda karet bila ditarik secara terus menerus,
maka karet tersebut akan putus, karena tidak semua benda memiliki Infinity Tensile
Test material mempunyai Infinity Tensile Test Material dimana melewati titik akan
retak
Jika dapat disimpulkan bahwa eleastisitas adalah kemampuan suatu benda
untuk kembali keukuran semula, setelah yang pada benda tersebut dihilangkan
keadaan dimensi suatu benda tidak dapat lagi kembali ke bentuk semula akibat gaya
yang diberikan pada tarikan terlalu besar, dan disini disebut sebagai batas elastic.
Selangkan Hukum Hooke adalah gagasan yang diperkenalkan oleh Robeth
Hooke menggunakan beban antar gaya menggunakan sebuah benda elastic. Lain
juga pada benda sebuah pegas/benda elastic lainnya agar benda tersbut kembali ke
bentuk semula.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hukum Hooke mengkaji
jumlah gaya maksimum yang dapat dibeeri pada sebuah benda yang sifat elastic
agar tidak melar/meleawti batas
Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan yaitu dalam sisi
fisika elastis adalah kecenderungan bahan padat kembali kebentuk semula setelah
terdetormasi. Benda padat akan mengalami deformasi jika gaya diaplikasikan
padanya.Jika bahan tersebut elastic dan ukuran awalnya ketika gaya diberikan
Alasan fisika unutk perilaku elastic bisa sangat berbeda dengan bahan
yang berbeda dalam logam torsi (lattice) atau berupa ukuran dan bentuk ketika baja
diaplikasikan (energy ditambahkan) pada system ketika gaya dihubungkan.
8
ditentukan oleh dua jenis parameter, jenis pertama parameter, jenis pertama
parameter material disebut modulus yang mengukur jumlah gaya persatuan luas
(stress) yang diperlakuan untuk mencapai sejumlah deformasi tertentu, satuan
modulus adalah pascal (pa) ataupun gaya per inci persegi (psi) juga (lbf/in2).
Sumber:https://infoletters.blogspot.com
Dari kurva elastis diatas, maka didapatkan:
a) Dari O ke B: deformasi (perubahan bentuk) perubahan bentuk
pegas adalah elastis
b) Titik B : Batas elastis artinya di atas titik itu deformasi adalah
plastis (tidak kembali ke bentuk semula)
c) Titik C : Di atas titik itu hanya dibutuhkan tambahan gaya tarik
kecil untuk menghasilkan pertambahan panjang
d) Titik E : Merupakan titik patah. Jika tegangan yang kita berikan
mencapai titik E, maka pegas akan patah
9
2.3 Plastititas
Plastisitas menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah
deformasi plastis yang permanent ,tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan sifat
ini sering disebut sebagai keuletan (ductility). Tegangan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan bertambahnya
regangan plastis.
Pengalaman memperlihatkan bahwa semua bahan padat dapat diubah
bentuknya apabila mengalami pembebanan luar.elanjutnya didapatkan bahwa
sampai dengan batas (limited loads) tertentu benda padat akan memperoleh kembali
ukuran aslinya bilamana beban ditiadakan.Hal inni dikenal dengan perlakuan
elastik .Batas atas yang dikeanl dengan perlakuan elastic. Batas atas yang kalau
dilampaui menyebabkan bahan tidak dapat kembali ke bentuk semula dinamkan
perlakuan elastik.
Secara umum pengukuran keuletan dilakukan untuk mendapatkan elongasi
dimana suatu logam dapat berdeformasi tanpa terjadi patah dalam proses
pembentukan logam.
Untuk member petunjuk mengetahui kemampuan logam untuk mengatur
secara plastis sebelum mengalami patah
Deformasi plastis artinya perubahan benda yang tidak dapat kembali
seperti semua,suatu logam yang diberi gaya akan terdeformasi jika masih diatas
batas-batas elastisnya suatu bahan akan kembali ke bentk semulanya tapi jika gaya
tersebut menyebabkan deformasi samapai titik luluh disinilah dimulainya
deformasi plastis pengaruh pada strukturnya yaitu pada tinjauan mikro deformasi
plastis menyebabkan lepasnya ikatan atom suatu bahan dengan atom lainnya tetapi
ada juga atom yang tergeser terus-menerus sehingga menyebabkan dislokasi dan
jika bergeser terus menerus sehingga menyebabkan sampai keujung Kristal dan
terjadinya slip.
Dengan adanya deformasi maka bentuk Kristal akan berubah dari equaixed
menjadi memanjang dan jika beban dilepaskan akan tidak kembali ke bentuk awal.
Untuk pengaruh terhadap sifat mekanik yaitu deformasi plastis
menyebabkan distorsi yang menyebabkan logam tersebut makin memegang dan
menyebabkan kekuatan logam tersebut menjadi semakin besar.
10
Ketangguhan (thoughness) adalah kemampuan menyerap energy pada
daerah palastis. Pada umumnya ketangguhan menggunakan konsep yang sukar
dibuuhkan atau didefenisikan.Salah satu menyetakan ketangguhan adalah meninjau
luas keseluruhan daerah dibawah kurva tegangan-regangan. Luas ini menunjukkan
jumlah energy tiap satuan volume yang dapat dikenakan kepada bahan tanpa
mengakibatkan pecah.ketangguhan ini adalah perbandingan kekuaan dan keuletan
yang akan dihitung nantinya.
Tegangan patah sejati adalah beban pada waktu dibagi luas penampang
lintang tegangan ini harus dikoreksi untuk keadaan tegangan tiga sumbu yang
terjadi pada beban.
Sumber : https://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/pembentukan-logam-metal-
forming/pengertian-deformasi-elastis-dan-plastis/
11
2.4 Hukum Hooke
Jika suatu benda diberikan suatu gaya yang cukup untuk merubah bentuk
benda tersebut maka kondisi benda tersebut dapat menjadi elastis, plastis, ataupun
hancur. Hancur merupakan kondisi kegagalan benda karena sudah melewati titik
patahnya (breaking point). Plastis merupakan kondisi benda yang tidak dapat
kembali lagi menjadi kondisi awalnya jika gaya yang diberikan dihilangkan.
Contoh benda yang bersifat plastis dapat kamu lihat pada plastisin, tanah liat, dan
bahkan permen karet.
Elastis atau Elastisitas (Fisika) adalah kemampuan sebuah benda untuk
kembali ke kondisi awalnya ketika gaya yang diberikan pada benda tersebut
dihilangkan. Contoh benda elastis adalah pegas. Selain bersifat elastis, pegas juga
dapat berubah menjadi bersifat plastis jika ditarik dengan gaya yang besar melewati
batas elastisnya. Jika pegas sudah menjadi plastis kamu pasti tahu bahwa pegas
tersebut sudah rusak.
atau seterusnya disebut merupakan pertambahan panjang pada
batang besi tersebut.Semakin besar gaya [F] yang diberikan maka pertambahan
panjangnya ( ) juga akan semakin besar. Dapat disimpulkan bahwa pertambahan
panjang benda sebanding dengan besarnya gaya tarik.
Perbandingan besar gaya tarik [F] terhadap pertambahan panjang benda (
) bernilai konstan. Konstan artinya sebanding. Proporsionalitas
kedua besaran tersebut dinotasikan dengan rumus persamaan:
Dimana,
12
itu dikenal juga sebagai Hukum Hooke. Hukum Hooke hanya berlaku hingga batas
elastisitas. Batas elastisitas merupakan gaya maksimum yang dapat diberikan pada
benda sebelum benda berubah bentuk secara tetap dan panjang benda tidak dapat
kembali seperti semula (menjadi plastis ataupun hancur).
Mengamati sebuah objek yaitu pegas, sebuah benda yang dapat menjadi
elastis. Pada kondisi pegas saat ditarik, terdapat gaya pada pegas yang besarnya
sama dengan gaya tarikan pada pegas tetapi arahnya berlawanan (
). Jika gaya tersebut disebut dengan gaya pegas ( ) maka gaya ini pun sebanding
dengan pertambahan panjang pegas ( ).
Dimana,
Tidak perlu khawatir terhadap tanda minus (-). Tanda tersebut hanya
menyatakan arah gaya pegas yang berlawanan dengan arah gaya tarik.
13
2.4.1 Titik Luluh ( Yield Point)
Titik ini merupakan suatu dasar/batas material akan terus mengalami
deformasi tanpa adanya penambahn beban.
Tegangan (stress) yang mengakibatkan bahan teganagan (stress)
mengakibatkan bahan menunjukkan mekanisme luluh ini disebut dengan tegangan
luluh.Titik luluh ditunjukkan oleh titik y pada grafik dibawah ini :
Gejala luluh umunya hanya ditunjukkan pada logam ulet dengan struktur
Kristal berubah dari dari BCC dan FCC yang membentuk interstitial solid solution
dari atom-atom karbon-boron ,hydrogen dan juga berupa oksigen-interaksi antar
dislokasi dari atom-atom tersebut menyebabkan baja ulet seperti mild steel
menunjukkan titik bawah (lower yield point) baja berkekuatan tinggi dan besi
tuang.
Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuuhkan untuk menghasilakn
sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan.
Kekuatan luluh atau titik Luluh merupakan suatu gambaran Kemampuan
bahan menahan deformasi permanen bila digunakan dalam penggunaan structural
yang melibatkan pembebanan mekanik seperti beban tarik,tekan dan bending atau
puntiran.Disisi lain batas luluh ini harus dicapai dalam proses manufaktur produk
logam seperti rolling, drawing, stretching dan juga proses lainnya.
14
2.4.2 Titik Puncak (Ultimate Point)
Tegangan maksimum terjadi bila beban telah mencapai titik ultimate
tensile strength atau kekuatan utama.
Grafik dibawah menunjukkan titik U sebagai titik puncak.
15
2.4.3 Titik Patah ( Fracture Point)
Dalam ilmu material, ketangguhan patah adalah property yang
menggambarkan kemampuan suatu bahan yang mengandung celah untuk
melawan patah pada bahan. Pada titik ini merupakan suatu sifat yang penting dari
setiap bahan untuk banyak aplikasi. Desain di bawah ini merupakan suatu titik
patah (fracture).
Pada titik F adalah titik dimana suatu bahan mengalami patah sehingga
benda tersebut terlebih dulu, linier-elastic fracture. Ketangguhan material
ditentukan dari faktor intensitas tegangan (k).
Patah ulet adalah patah yang didahului dengan deformasi plastis dan
disertai dengan penyerapan energy. Patah rapuh adalah perpatahan yang tidak ada
penyerapan energy.
16
2.5 Hubungan Kekerasan dan Kekuatan Tarik Logam
Kekerasan dan kekuatan tarik keduanya merupakan indikator ketahanan
logam terhadap deformasi plastis. Berdasarkan hasil percobaan, keduanya kurang
lebih proporsional. Gambar dibawah menunjukkan hubungan antara kekerasan dan
kekuatan tarik pada baja, kuningan, dan besi tuang.
TS (MPa) = 3,45 x HB
atau
Di mana TS adalah tensile strength (tegangan tarik) dalam satuan MPa atau psi,
sedangkan HB adalah nilai kekerasan Brinell.
17
2.6 Persamaan – Persamaan Pada Uji Tarik
Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik,
hubungan antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan
perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di
daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan Hooke sebagai
berikut rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan.
Berikut ini adalah persamaan untuk tegangan (stress) dan regangan (strain)
:
𝐹
𝜎=
𝐴
dimana:
𝜎 = Tegangan (stress)
F = Gaya tarikan
A = Luas penampang
∆𝑙
𝜀=
𝑙
Dimana :
𝜀 = Regangan (strain)
∆𝑙 = Pertambahan panjang
𝑙 = Panjang awal
E=σ/ε
Dimana:
E = Modulus elastistas
σ = Stress (Tegangan)
ε = Strain (Regangan)
18
Untuk mempermudah pembahasan hukum hooke ini diberikan suatu kurva
tegangan regangan yang dimodifikasi sedikit dari hubungan antara gaya tarikan dan
pertambahan panjang menjadi hubungan antara tegangan (stress) dan regangan
(strain) selanjutnya akan didapatkan suatu kurva standar ketika melakukan
eksperimen atau percobaan uji tarik (tensile test) pada suatu material. E adalah
gradien kurva dalam daerah linier, di mana perbandingan tegangan (σ) dan
regangan (ε) selalu tetap. E diberi nama “Modulus Elastisitas” atau “Young
Modulus”. Kurva yang menyatakan hubungan antara stress dan strain adalah
sebagai berikut:
Kurva tegangan regangan didasarkan atas dimensi awal (luas area panjang)
dari benda uji, sementara untuk mendapatkan kurva regangan tegangan
sesungguhnya diperlukan luas area dan panjang aktual pada saat pembebanan setiap
saat terukur. Perbedaan kedua kurva tidaklah terlalu besar pada regangan yang
kecil, tetapi menjadi signifikan pada regangan yang kecil, tetapi menjadi signifikan
pada rentang terjadinya pengerasan regangan (strain hardening), yaitu setelah titik
luluh terlampaui deformasi suatu bahan akibat pembebanan dapat ditentukan sesuai
dengan hukum hooke. Didalam kurva ini sudah dijelaskan bagian – bagian atau titik
– titik plastis, elastis, sampai titik putus suatu bahan.
19
2.7 Kekuatan Tarik
Untuk logam logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan
beban maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk keadaan yang
sangat terbatas.
Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil
suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai trersebut kurang bersifat mendasar
dalam kaitannya dengan kekuatan bahan dan suatu material.
Adapun kekuatan tarik pada baja tulangan beton menurut standar Nasional
Indonesia (SNI) sebagai berikut.
Baja tp 24 Minimum
No. 2 39
No. 3 383
Baja tp 30 Minimum
No. 2 45
No. 3 441
Baja tp 35 Minimum
No. 2 50
No. 3 491
20
Baja tp 40 Minimum
No. 2 57
No. 3 559
Baja tp 50 Minimum
No. 2 63
No. 3 618
Sumber : https://www.slideshare.net/suryabs81/pengujian-kuat-
tarikbajabeton-umum
Sumber : https://www.slideshare.net/suryabs81/pengujian-kuat-
tarikbajabeton-umum
Besi Cor Fc 15 15
Fc 20 20
21
Fc 25 25
Baja Cor Sc 42 42
Sc 46 46
Sc 49 49
S 45 c 58
Sumber : https://www.slideshare.net/suryabs81/pengujian-kuat-
tarikbajabeton-umum
Kaca 33 2,53
Beton 3 2,7
4137 + Fiber
22
Karet 15
Marmer 151
Sumber : https://www.engineersedge.com/material_science/yield_strength.htm
Bahan Kekuatan
Komposit 127,3
Plastik 626,2
Sumber : https://www.engineersedge.com/material_science/yield_strength.htm
23
2.8 Standarisasi Uji Tarik
24
Standar uji tarik pelat menurut ASTM E -8
Untuk standar uji tarik menurut JIS Z2201 ditunjukkan sebagai berikut.
D L P R
14 50 60 >15
25
Spesimen uji tarik standar menurut ISO 20753 dalam tipe A dibatasi
hingga ketebalan 4 mm dan tipe B dalam ISO 3167. Jarak pengukuran 50 mm
ditentukan untuk specimen tipe B.
26
2.8.2 Standarisasi Uji Tarik Non Logam
Standarisasi uji tarik non logam salah satu dengan metode ASTM D-68
untuk polimer dan plastik standarisasi standarisasi yang ada juga menjelaskan
metoda uji untuk uji tarik. Kedua standar tersebut secara teknis setara tetapi tidak
memberikan hasil yang sepenuhnya sebanding, karna bentuk specimen, kecepatan
uji dan metode penentuan hasil berbeda beberapa hal.
in mm
27
G Panjang gage 2,0 50
28
Standar uji tarik untuk bahan rubber menurut ASTMD-412C,UL-62-C
ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar : 2.16 Standar Uji Tarik Untuk Bahan Rubber Menurut ASTMD-412C
29
2.9 Standar Uji Tarik Baja Tulang Beton
Standarisasi material adalah aturan yang dikeluarkan oleh asosiasi,
institusi suatu negara produsen material yang meliputi pengaturan cara
penulisan,pengelompokan, pengkelasan , penserian suatu material yaitu
30
Gambar : 2.17 Standar Uji Tarik Baja Tulang Beton SNI 2052 : 2017
Tabel : 2.9 Standar uji tarik baja tulang beton SNI 2052 : 2017
31
2.10 Metodologi Peningkatan Uji Tarik
Peningkatan pengujian tarik yakni dengan Heat Treatment (perlakuan
panas) Heat Treatment ( perlakuan panas ) adalah salah satu proses untuk mengubah
struktur logam dengan jalan memanaskan specimen pada elektrik terance ( tungku
) pada temperature rekristalisasi selama periode waktu tertentu kemudian
didinginkan pada media pendingin seperti udara, air, air garam, oli dan solar yang
masing-masing mempunyai kerapatan pendinginan yang berbeda-beda.
1. Quenching ( pengerasan )
Pada waktu pendinginan yang cepat pada fase austenit tidak sempat berubah
menjadi ferit atau perlit karena tidak ada kesempatan bagi atom-atom karbon yang
telah larut dalam austenit untuk mengadakan pergerakan difusi dan bentuk
sementitoleh karena itu terjadi fase lalu yang mertensit, imi berupa fase yang sangat
keras dan bergantung pada keadaan karbon.
2. Annealing
Proses anneling atau melunakkan baja adalah prose pemanasan baja di atas
temperature kritis ( 723 °C )selanjutnya dibiarkan bebrapa lama sampai temperature
merata disusul dengan pendinginan secara perlahan-lahan sambil dijaga agar
temperature bagian luar dan dalam kira-kira samahingga diperoleh struktur yang
diinginkan dengan menggunakan media pendingin udara.
32
Annealing terdiri dari 3 proses yaitu :
1. Fase recovery
2. Fase rekristalisasi
Fase recovery adalah hasil dari pelunakan logam melalui pelepasan cacat kristal
(tipe utama dimana cacat linear disebut dislokasi) dan tegangan dalam.
Fase rekristalisasi adalah fase dimana butir nucleate baru dan tumbuh untuk
menggantikan cacat- cacat oleh tegangan dalam.
3. Normalizing
4. Tempering
33
2.11 Kecepatan Pembebenan Uji Tarik
Kecepatan pembebanan uji Tarik dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Displacement control
b. Load control
Berikut penjelasannya :
1. Displacement control
Displacement control merupakan pengujian bolak balik, displacement
control juga adalah pengujian berdasarkan control terhadap perpindahan
(displacement). Pada metode displacement control, pola pembebanan simulai dari
displacement terkait secara bertahap sampai dengan displacement terbesar yang
bisa dicapai.
2. Load control
Load control juga disebut pengujian beban bolak balik. Load control juga adalah
pengujian berdasarkan control terhadap beban. Kecepatan pada load control
berdasarkan besarnya pertambahan beban. Penggunaan jenis kecepatan antara
kedua jenis ini bertujuan untuk membandingkan perbedaan hasil uji tarik specimen.
1. Seluruh specimen uji tarik pelat baja cold formed yang menggunakan kecepatan
pengujian jenis displacement control menghasilkan bentuk keutuhan yang
berupa leleh pada bagian gage length. Hal ini berbeda dengan specimen yang
diuji dengan menggunakan kecepatan jenis load control.
2. Besaran nilai property material yang dihasilkan antara pengujian yang
menggunakan displacement control dan load control tidak berbeda jauh dan
memiliki kesamaan bentuk kurva.
34
2.12 Kegagalan Dalam Uji Tarik
Mesin uji tarik untuk material yang terdiri atas beberapa bagian atas
disebut sebagai crosshead, atau bagian yang bergerak yang menarik benda uji,
Sepasang ulir silinder akan membawa atau menggerakan bagian crosshead.
Kegagalan pengujian biasanya karna ada error baik di alat maupun di
human error yaitu salah langkah pengujian. Sehingga akan didapat beberapa data
yang tidak akurat,yaitu:
1. Regangan Maksimum
2. Tegangan Maksimum
3. Dan sifat lainnya.
1. Slip
Dalam uji tarik, gerakan kepala silang mesin penguji memaksa benda uji
berada di penjepit. Sebab penjepit harus tetap sebaris. Karena benda uji tidak dapat
berubah bentuk secara bebas dengan luncuran merata di tiap tiap bidang slip
sepanjang ukuran benda uji.
Hal ini diakibatkan beberapa faktor kesalah dalam pengujian tarik seperti pada
permulaan melakukan pengujian, pada tahap arah pengujian tarik seharusnya
membuka katup unload valve seharusnya membuka katup unload valve sehingga
angin yang tersimpan akan keluar, ini mengakibatkan tegangan sisa yang harus
dikeluarkan terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian. Beberapa faktor lain
disebabkan oleh pemakaian dari software pembaca diagram tegangan regangan,
mungkin terjadi kesalahan memasukan data data pengujian tarik, seperti untuk
melakukan pengujian tarik sebaiknya pilih menu tensile test.
35
2.13 Faktor yang Mempengaruhi Kekerasan dan Keuletan Material
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi suatu kekerasan maupun
kekuatan material, antara lain :
1. Kadar Karbon
a. Karbon (C)
b. Mangan (Mn)
c. silicon (Si)
d. fosfor (P)
Fosfor dalam baja dibutuhkan dalam mempertinggi kualitas dan daya tahan
material sangat kecil 0,04%. Penambahan fosfor dimaksud untuk memperoleh
serpihan kecil-kecil pada saat proses permesinan berlangsung.
e. belerang (S)
36
Belerang atau sulfur dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat mampu
mesin. Keuntungan sulfur pada temperature biasa dapat memberikan ketahanan
pada saat gesekan tinggi.
f. Chrome (Cr)
g. nikel (Ni)
Sebagai unsur dalam baja paduan konstruksi dan baja mesin. Nikel
memperbaiki kekuatan tarik , sifat tahan panas, dan sifat magnetnya.
h. molibden (Mo)
i. titanium (Ti)
Titanium adalah sebuah unsur kimia yang merupakan logam transisi yang
ringan, berkilau dan tahan terhadap korosi. Titanium juga merupakan logam yang
lunak tetapi saat dipadukan dengan nikel (Ni) dan karbon steel akan lebih kuat.
j. tungsten (T)
Paduan ini dapat membentuk paduan karbida yang stabil yang sangat keras.
Mampu menaikkan suhu pelumasan dan mengembalikan perubahan bentuk atau
struktur secara perlahan-lahan. Tungsten memiliki titik lebur yang sangat tinggi
dibandingkan dengan zat non alooying yang lainnya.
Baja merupakan hasil paduan antara besi (Fe) dengan karbon yang relative
lebih lunak. Semakin tinggi kadar karbon maka semakin besar benda atau paduan
37
yang dicampurkan namun sebaliknya keuletan yang berada pada material tersebut
akan melemah.
2. Media pendignin
Media pendingin sangat berpengaruh pada suatu struktur mikro logam pada
saat logam telah mengalami pemanasan. Media pendingin dengan kecepatan
pendinginan yang cepat akan menghasilkan benda kerja yang keras. Namun, baja
yang keras akan menyebabkan turunnya keuletan baja tersebut.
3. Temperatur
Bentuk dan dimensi butir material dengan ukuran butir kecil akan memiliki
kekerasan yang tinggi, sedangkan bulir yang besar akan memiliki kekerasan yang
rendah.
38
2.14 Software Untuk Uji Tarik
Penggunaan software computer dalam analisa uji Tarik berguna untuk
mengetahui titik terlemah pada suatu bahan tanpa harus menggunakan alat dan
bahan yang akan ditarik namun cukup dengan aplikasi software yang menampilkan
bahan dalam bentuk 3D kita dapat melihat titik terlemah pada material. Software
Ansys merupakan software berbasis elemen hingga atau FEA.
Sumber: https://www.theengineer.co.uk/supplier-network/product/product.
Pada simulasi Ansys terdapat bahan yang dilakukan pengujian Tarik yaitu daerah
biru yang menunjukkan titik aman saat pengujian atau pemberian beban atau gaya
39
karena adanya penampang luas dan warna yang lebih cerah menunjukkan terjadinya
deformasi.
Sumber : https://www.youtube.com/watch
Software UTM adalah software yang digunakan pada pengujian Tarik untuk
praktikum kali ini. Perangkat lunak uji tersebut telah dirancang secara ergonomis
untuk memenuhi berbagai kebutuhan pelanggan sesuai kebutuhan mereka dan
mengoperasikan perangkat lunak ini sangat ramah penggunaan dan fiturnya sudah
cukup jelas.
40
2.15 Inovasi Pengujian Tarik
Pada zaman sekarang ini banyak pengembangan-pengembangan yang
inovatif, salah satunya yaitu tentang pengujian tarik. Hubungan Tegangan
Regangan dengan Perlakuan dan tanpa Perlakuan dengan waktu tahan 30 menit,
dapat dilihat bahwa dengan temperatur yang semakin tinggi dan holding yang sama
didapatkan kekuatan tarik yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena dengan semakin
tingginya temperatur maka komposisi austenit akan semakin banyak, sehingga
ketika di lakukan pendinginan secara cepat maka akan terbentuk martensit yang
lebih banyak. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses heat treatment dengan
thermal shock memberikan pengaruh yang signifikan terhadap proses peningkatan
kekuatan tarik. Peningkatan kekuatan tarik ini sebanding dengan peningkatan
ketahanan aus. Jika dibandingkan dengan spesimen tanpa perlakuan, maka
kekuatan tarik dari proses thermal shock akan lebih tinggi. Tetapi dengan semakin
tingginya temperatur pemanasan maka baja tersebut akan menjadi getas. Adapun
inovasi tentang pengujian tarik yaitu:
1. Pengujian Karet
41
Gambar : 2.21 Metode Dengan Particle Magnet
Sumber : http://himawantriraharjo.blogspot.com
Sumber : http://himawantriraharjo.blogspot.com
42
2.16 Uji Tarik Pada Kawat
Standarisasi pada pengujian uji tarik pada kawat juga harus memenuhi
standar dan spsesifikasi dari ASTM E8 atau D638. Bentuk dari specimen penting
karena harus menghindari terjadinya patah atau rusak pada daerah grip atau yang
lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk specimen uji dimaksudkan agar retak dan
patahan terjadi di daerah gage length.
Untuk logam logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan
beban maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk keadaan yang
sangat terbaru. Akan ditunjukkan bahwa nilai semua kaitannya dengan kekuatan
logam kecil sekali kegunannya tegangan kompleks.
Pada pengujian tarik pada kawat untuk logam logam liat kekuatan tariknya
harus dikaitkan dengan beban maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu
untuk keadaan sangat terbaru.
Sumber : http://wahidki15.blogspot.com
Sumber : http://www.google.com/mesin-uji-tarik-kawat
43
2.17 Destructive Test and Non – Destructive Test
Sumber : http://m.indonesia.tensile-testingmachine
Tensile test adalah pengujian kekuatan suatu material dengan menarik suatu
bahan sampai putus. Pada tensile test suatu material akan mengalami kerusakan,
karena tensile test adalah pengujian kekuatan material dengan menarik suatu
material sampai putus. Jadi material yang ditest kekuatannya akan rusak.
44
Gambar : 2.26 Pengujian Tarik (Tensile Test)
Sumber : http://himawantriraharjo.blogspot.com
Pada uji tekan umumnya kekuatan tekan lebih tinggi dari kekuatan tarik.
Suatu material akan ditekan dan saat pengujian ini material akan rusak.
Prosesnya material akan ditaruh diatas landasan dan ditekan dari atas.
baru baru ini telah ditemukan bahan yang baik terbuat dari keramik sebagai
landasan dari silica, yang memberi pengaruh baik.
Sumber : http://himawantriraharjo.blogspot.com
45
3. Pengujian Bengkok ( Bending Test)
Pengujian bengkok adalah salah satu cara pengujian yang dipakai sejak
lama bagi bahan yang cocok, karena dapat dilakukan terhadap batang uji berbentuk
sederhana dan tidak perlu menggunakan mesin uji biasa. Tapi pengjian ini
menyebabkan material rusak karena akan terjadi patahan.
Sumber : http://himawantriraharjo.blogspot.com
Pada pengujian puntiran suatu material akan rusak karena material trsebut
akan mengalami patahan.. umumnya ini terjadi pada material yang getas, sedangkan
pada material yang ulet patahan terjadi pada sudut tegak lurus terhadap sumbu
puntiran setelah gaya pada ara sumbunterjadi dengan deformasi yang besar.
Sumber : http://himawantriraharjo.blogspot.com
46
2.17.2 Non Destructive
Non destructive atau disebut pengujian tanpa merusak, dengan
melaksanakan berbagai pengujian tak merusak. Dalam poses produksi dari bahan
industri kemungkinan adanya cacat bahan sangat kecil, tetapi tidak mungkin
mempunyai bahan yang bebas dari cacat, maka telah dikembangkan cara pengujian
tak merusak untuk menjamin kualitas juga menjamin tidak adanya cacat yang
membahayakan penggunan, jadi pengujian ini tidak merusak bahan. Pengujian
tanpa rusak terditi dari sebagai berikut.
Sumber : http://himawantriraharjo.blogspot.com
47
2. Pengujian Ultrasonic
Sumber : http://himawantriraharjo.blogspot.com
3. Pengujian Radiographic
Metode NDT ini dapat untuk menemukan cacat pada material dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma. Prinsipnya, sinar X dipancarkan
menembus material yang diperiksa. Saat menembus objek, sebagian sinar akan
diserap sehingga intensitasnya berkurang. Intensitas akhir kemudaian direkam pada
film yang sensitif. Jika ada cacat pada material maka intensitas yang terekam pada
film tentu akan bervariasi.
Sumber : http://himawantriraharjo.blogspot.com
48
4. Penyinaran
Sumber : http://himawantriraharjo.blogspot.com
49
2.18 Aplikasi Uji Tarik Dalam Dunia Keteknikan
Berikut pengplikasian daripada uji tarik sebagai berikut.
1. Jembatan
Pada jembatan terdapat struktur material termasuk logam, atau besi yang
harus diketahui kekuatan tariknya. Maka sebelum direncanakan material untuk
kerangka jembatan harus merancang.
2. Konstruksi mobil
Pada konstruksi mobil banyak terdpat material material logam atau besi.
Perkembangan konstruksi sekarang sudah menganti material material dengan
material komposit, yakni paduan dua unsure atau lebih, yang mempunyai
kekuatan sama dengan logam, namun berat ringan daripa logam.
50
2.19 Aplikasi Persamaan Uji Tarik
1. Suatu tali berdiameter 4 mm dan mempunyai panjang awal 2 meter ditarik
dengan gaya 200 Newton hingga panjang tali berubah menjadi 2,02meter.
Hitung (a) tegangan tali (b) regangan tali (c)modulus elastisitas
Young!Pembahasan
Diketahui :
a.Tegangan
𝐺𝑎𝑦𝑎 (𝐹)
Tegangan =
𝐿𝑢𝑎𝑠 (𝐴)
200 𝑁
=
12,56 𝑥 10−6
b.Regangan
51
2. Sebuah kawat baja (E = 2 x 1011 N/m2). Panjang125 cm dan diameternya 0.5
cm mengalami gayatarik 1 N.Tentukan:
a. tegangan.
b. regangan.
c. pertambahan panjang kawat.
Jawab:
a. Tegangan = F/A ; F = 1 N. A = p r2 = 3.14 (1/4 . 10-2)2A =
1/(3.14 . 1/16 . 10-4) = 16 . 10-4/3.14 = 5.09 . 104 N/M2
3. Bila kaki seorang pelari menyentuh tanah, gayageser yang bekerja pada tanah
setebal 8 mm adalahseperti yang ditunjukkan pada gambar. Jika gaya 25 N
didistribusikan pada luas 15 cm, hitung sudutgeser q bila diketahui modulus
geser tanah adalah1.9×105 Pa.
Jawab
52
BAB III
ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum tensile test adalah :
16
15
14 1
13
12 2
11
3
10
9 4
8
5
7
53
3. Tombol Pump-On
5. Tombol Load
6. Tombol Pump-Off
7. Oil Pump
8. Unload Valve
54
2 Komputer
Digunakan untuk mencatat data yang terjadi dalam pengujian.
2
5
Keterangan:
1. Monitor
2. Mouse
3. Keyboard
4. CPU
55
3 Alat tulis
1
8
2
7
6 3
5
4
Keterangan:
1. Pulpen
2. Penghapus
3. Kalkulator
4. Penghapus spidol
5. Spidol
6. Penggaris
7. Correction pen
8. Pensil
56
4 Alat safety
1
5
4
3
1. Safety Shoes
2. Kacamata Safety
3. Masker
4. Helm
5. Kaos kaki
5 Arduino
57
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam uji Tarik yitu baja tulang beton SNI
2052-2017 dengan kekuatan Tarik 60kg/mm2 dengan diameter 13mm baja deli.
58
BAB IV
PROSEDUR PERCOBAAN
59
21. Atur tombol untuk menaikkan atau menurunkan nilai gaya pada skala sesuai
beban
22. Pilih bahan spesimen uji steel alloy
23. Hidupkan tombol pump on
24. Tekan tombol start pada computer
25. Membuka tombol valve, sampai angka nilai sroke di computer dan load valve
berhenti berputar
26. Tekan tombol pump off jika spesimen sudah patah
27. Tekan tombol stop pada computer
28. Menekan crosshead down sehinnga cekam bawah turun
29. Mengambil spesimen pada cekam atas
30. Mengukur spesimen hasil uji tarik
31. Mengukur panjang akhir
32. Menuliskan hasil pengukuran ke dalam data sheet
𝐹
33. Dilakukan perhitungan tegangan regangan dengan menggunakan rumus 𝜎 𝐴 ,
yaitu lengan mulur, tegangan tarik tegangan patah benda sampai nilai beban
yaitu beban yield, beban maksimum dan beban patah
∆𝑙
34. Menghitung nilai penguluran (elongation) dengan menggunakan rumus %=𝑙𝑜
35. Selesai
60
BAB V
HASIL DAN ANALISA
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑
- Tegangan mulur (Yield Stress) = 𝐴
3690 𝐾𝑔𝑓
= = 47,01 𝐾𝑔𝑓/𝑚𝑚2
75,5 𝑚𝑚
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
- Tegangan tarik (Tensile Stress) =
𝐴
4559,39 𝐾𝑔𝑓
= = 58,05𝐾𝑔𝑓/𝑚𝑚2
78,5 𝑚𝑚
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑡𝑎ℎ
- Tegangan patah (Fracture Stress) = 𝐴
4559,39 𝐾𝑔𝑓
= = 58,05𝐾𝑔𝑓/𝑚𝑚2
78,5 𝑚𝑚
∆𝑙 27
- Penguluran (Elongation Stress) = 𝑙0
𝑥 100% = 200
𝑥 100% = 13,5%
61
1. Data Sheet
62
2. Grafik Hasil Uji Tarik
Tegangan( )
Diagram
70
60
50
40
30
20
10
0 Regangan
657
1
83
165
247
329
411
493
575
739
821
903
985
1067
1149
1231
1313
1395
1477
1559
1641
1723
1805
1887
1969
2051
2133
2215
2297
( )
63
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pengujian Tensile Test ini adalah sebagai berikut
1. Uji tarik (tensile test) adalah pengujian kekuatan bahan dan material dengan
metode penarikan specimen.
2. Kekutatan tarik adalah kekuatan akibat pembebanan dari awal hingga
mencapai titik maksimum. Kekuatan Yield adalah kekuatan dimana
material akan berubah dari deformasi plastik. Kekuatan padah adalah
kekuatan dimana benda tidak dapat lagi menahan pembebanan yang ada.
3. Pada SNI 2052-2017 dengan panjang 200 mm dengan luas penampang
63,577 mm2 memiliki titik puncak (ultimate tensile strength) pada 4101,29
kgf.
4. Pada SNI 2052-2017 dengan panjang 200 mm dengan luas penampang
64,577 mm2 memiliki titik patah (fracture point) pada 3005,63 kgf.
5. Pada SNI 2052-2017 dengan panjang 200 mm dengan luas penampang
64,577 memiliki titik luluh(yield point) pada 3250 kgf.
6. Tegangan tarik maksimum pada pengujian ini terjadi pada angka 63,51
kgf/mm2.
7. Teganngan mulur pada pengujian ini terjadi pada angka 50,327 kgf/mm2.
8. Tegangan patah pada pengujian ini terjadi pada angka 46,543 kgf/mm2.
9. Pertambahan panjang setelah mengalami deformasi menjadi 28 mm dengan
panjang akhir 228 mm.
10. Penguluran (elongation ) terjadi mengalami uji tarik sebesar 0,14 %.
64
6.2 Saran
Adapun Saran dari pengujian Tensile Test ini adalah sebagai berikut
65
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Asisten Laboratorium Mekanika Teknik . 2017 . “ Modul Praktikum Mekanika
Teknik Fenomena Dasar”. Departemen Teknik Mesin , Fakultas Teknik ,
Universitas Sumatera Utara .
[2]
Askelan ., D.R ., 1985 , “ The Science and Engineering of Material” . Alternate
Edition.Boston , USA : Plus Enguneering.
[3]
Dieter , E. George . 1993 . “ Metalurgi Teknik”. Jakarta : PT. Gelora Aksara
Pratama
[4]
Davis , H.E ., dkk . The Testing and Inspection of Engineering Materials “ , Mc
Graw - Hill Book Co.
[5]
Popov . “ Mechanics of Solid Materials “ , Pretince – Hall Inc. Englewood
Cliffs : USA. .1978
[6]
Kalpakjian , Serope . 2003 . ,”Manufacturing Processes for Engineering
Materials “Prentince- Hall Inc , Upper Sadle River , NJ.
[7]
http : //fisikazone/tegangan_stress/
[8]
Jurnal “ Standard Test Method for Tension Testing of Metalls Materials”
[9]
Jurnal “ Pengaruh kecepatan pengujian terhadap hasil uji tarik pelat baja”.
[10]
www.alatuji.com/article/detail/2/uji_tarik/
[11]
http://alatsafety.net
[12]
http://hamzaha.student
[13]
http://id.m.wikipedia.org/
[14]
http://serasih.wordpress.com/
66
LABORATORIUM MEKANIKA TEKNIK
(FENOMENA DASAR)
LAPORAN PRAKTIKUM
PERCOBAAN TENSILE TEST
OLEH :