Oleh:
Kelompok 4
Kelas I (Reguler)
LAPORAN
PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
Dosen Pembimbing
Praktikum Bahan Perkerasan Jalan
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida
Sang Hyang Widhi Wasa karena atas rahmat dan berkat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Bahan Perkerasan Jalan ini yang merupakan
prasyarat untuk memenuhi mata kuliah Praktikum Bahan Perkerasan Jalan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Laporan Praktikum Bahan
Perkerasan Jalan ini, antara lain:
1. Dr. I Made Agus Ariawan, ST, MT. selaku dosen pengajar matakuliah
Praktikum Bahan Perkerasan Jalan,
2. Ir. Putu Preantjaya Winaya, MT. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Praktikum Bahan Perkerasan Jalan,
3. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
1.2 Tujuan.......................................................................................................... 2
ii
2.3.5 Spesifikasi Agregat ............................................................................... 18
iii
4.1.2 Analisis Saringan Agregat Sedang (MA) ............................................. 82
4.2 Pengujian dan Analisis Karakteristik Agregat Kasar (CA dan MA) ........ 87
4.7.2 Perhitungan Uji Marshall Campuran Aspal Kadar Aspal 4,5% ....... 121
4.7.4 Perhitungan Uji Marshall Campuran Aspal Kadar Aspal 5% .......... 126
4.7.6 Perhitungan Uji Marshall Campuran Aspal Kadar Aspal 5,5% ....... 131
4.7.8 Perhitungan Uji Marshall Campuran Aspal Kadar Aspal 6% .......... 136
iv
4.7.9 Rangkuman Campuran Aspal Kadar Aspal 6% ............................... 140
4.7.10 Perhitungan Uji Marshall Campuran Aspal Kadar Aspal 6,5% ....... 141
v
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Hasil Analisa Ayakan Agregat Kasar (1-2 cm) Pengujian I ................ 80
Tabel 4. 2 Hasil Analisa Ayakan Agregat Kasar (1-2 cm) Pengujian II ............... 80
Tabel 4. 3 Rata-rata Persentase Lolos Agregat Kasar (1-2 cm) ........................... 81
Tabel 4. 4 Hasil Analisa Ayakan Agregat Sedang (0,5-1 cm) Pengujian I........... 82
Tabel 4. 5 Hasil Analisa Ayakan Agregat Sedang (0,5-1 cm) Pengujian II ......... 83
Tabel 4. 6 Rata-rata Persentase Lolos Agregat Sedang (0,5-1 cm) ...................... 83
Tabel 4. 7 Hasil Analisa Ayakan Agregat Halus Pengujian I ............................... 85
Tabel 4. 8 Hasil Analisa Ayakan Agregat Halus Pengujian II.............................. 85
Tabel 4. 9 Rata-rata Persentase Lolos Agregat Halus ........................................... 86
Tabel 4. 10 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar (1-2 cm)
............................................................................................................................... 88
Tabel 4. 11 Pemeriksaan Kadar Lumpur/Lempung Agregat Kasar (1-2 cm) ....... 89
Tabel 4. 12 Pemeriksaan Soundness Test Agregat Kasar (1-2 cm) ...................... 90
Tabel 4. 13 Hasil Pemeriksaan Keausan Agregat Kasar (1-2 cm) ........................ 91
Tabel 4. 14 Rangkuman Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar (CA) ........................ 92
vi
Tabel 4. 15 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis & Penyerapan Agregat Sedang (0,5-1
cm) ........................................................................................................................ 93
Tabel 4. 16 Pemeriksaan Kadar Lumpur/Lempung Agregat Sedang (0,5-1 cm).. 95
Tabel 4. 17 Pemeriksaan Soundness Test Agregat Sedang (0,5-1 cm)................. 96
Tabel 4. 18 Rangkuman Hasil Pemeriksaan Agregat Sedang (MA) ..................... 97
Tabel 4. 19 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus ........ 98
Tabel 4. 20 Pemeriksaan Kadar Lumpur/Lempung Agregat Sedang ................... 99
Tabel 4. 21 Hasil Pemeriksaan Sand Equivalent ................................................ 101
Tabel 4. 22 Rangkuman Hasil Pemeriksaan Agregat Halus ............................... 102
Tabel 4. 23 Rangkuman Hasil Pemeriksaan Aspal ............................................. 103
Tabel 4. 24 Hasil Pemeriksaan Penetrasi Aspal .................................................. 104
Tabel 4. 25 Hasil Pemeriksaan Titik Lembek Aspal........................................... 106
Tabel 4. 26 Hasil Pemeriksaan Kehilangan Berat Aspal .................................... 107
Tabel 4. 27 Hasil Pemeriksaan Daktilitas ........................................................... 109
Tabel 4. 28 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Aspal .............................................. 110
Tabel 4. 29 Hasil Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar ................................... 111
Tabel 4. 30 Hasil Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar ................................... 113
Tabel 4. 31 Hasil Pemeriksaan Daktilitas Aspal Residu TFOT .......................... 114
Tabel 4. 32 Gradasi Campuran AC-WC ............................................................. 114
Tabel 4. 33 Hasil Analisa Saringan ..................................................................... 115
Tabel 4. 34 Hasil Pemeriksaan Stabilitas dan Flow Campuran Aspal AC-BC Kadar
Aspal 4,5%-6.5% ................................................................................................ 119
Tabel 4. 35 Hasil Pemeriksaan Campuran Aspal AC-BC Kadar Aspal 4,5%-6.5%
............................................................................................................................. 120
Tabel 4. 36 Rangkuman Hasil Perhitungan Campuran Kadar Aspal 4,5% ........ 125
Tabel 4. 37 Rangkuman Hasil Perhitungan Campuran Kadar Aspal 5% ........... 130
Tabel 4. 38 Rangkuman Hasil Perhitungan Campuran Kadar Aspal 5,5% ........ 135
Tabel 4. 39 Rangkuman Hasil Perhitungan Campuran Kadar Aspal 6% ........... 140
Tabel 4. 40 Rangkuman Hasil Perhitungan Campuran Kadar Aspal 6,5% ........ 145
Tabel 4. 41 Rangkuman Hasil uji sampel dengan variasi kadar aspal ................ 146
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Grafik Gradasi menerus, Gradasi seragam dan Gradasi senjang ....... 6
Gambar 2. 2 Pertimbangan volume untuk penentuan berat jenis............................ 7
Gambar 2. 3 Sketsa Mesin Abrasi Los Anggeles.................................................... 9
Gambar 2. 4 Sketsa pengujian nilai setara pasir ................................................... 17
Gambar 2. 5 Komponen campuran beraspal secara volumetrik ........................... 29
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
jalan yang berupa beton (concrete) yang terdiri atas campuran agregat dengan
semen sebagai bahan pengikat, perkerasan ini terdiri atas plat beton semen,
dengan atau tanpa lapisan pondasi bawah, di atas tanah dasar. Dalam konstruksi
perkerasan kaku, plat beton semen sering juga dianggap sebagai lapis pondasi,
jika di atasnya masih ada lapisan aspal. Perkerasan ini digunakan sebagai
alternatif perkerasan jalan yang kita gunakan pada suatu kondisi jalan apabila
perkerasan lentur (Flexsible) sudah tidak dapat digunakan lagi. Sedangkan
perkerasan komposit merupakan gabungan konstruksi perkerasan kaku (rigid)
dan lapisan perkerasan lentur (fleksibel) di atasnya, dimana kedua jenis
perkerasan ini bekerja sama dalam memikul beban lalu lintas. Untuk ini maka
perlu ada persyaratan ketebalan perkerasan aspal agar mempunyai kekakuan
yang cukup serta dapat mencegah retak refleksi dari perkerasan beton di
bawahnya.
Pada mata kuliah Praktikum Bahan Perkerasan Jalan ini
dilaksanakan percobaan perkerasan jalan lentur (flexible). Semoga hal ini dapat
membantu mahasiswa menerapkan teori yang sudah didapat sebelumnya dan
bisa melaksanakan pratikum uji material, perancangan maupun pengujian
campuran perkerasan jalan di laboratorium, yang nantinya dapat memberi bekal
dan pengalaman kepada mahasiswa sehingga ilmu ini relevan dengan pekerjaan
di lapangan. Maka diharapakan lulusan di bidang teknik sipil khususnya
transportasi bisa kompeten dan maksimal di lapangan.
1.2 Tujuan
Praktikum Bahan Perkerasan Jalan memiliki tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum dari pelaksanaan Praktikum Bahan Perkerasan Jalan Perkerasan
Jalan adalah untuk menguji bahan yang digunakan untuk perkerasan lentur
(fleksibel) dan juga selain itu untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
mengenai prosedur pelaksanaan dari praktikum perkerasan jalan dan dapat
melaksanakan praktikum perkerasan jalan yang diperlukan untuk pelaksanaan atau
pengawasan pekerjaan dilapangan.
Tujuan Khusus dari Praktikum Bahan Perkerasan Jalan yaitu:
1. Melakukan analisis saringan atau ayakan dari agregat
2
2. Melakukan pengujian dan analisis karakteristik agregat kasar (CA dan
MA)
3. Melakukan pengujian dan analisis karakteristik agregat halus (FA)
4. Melakukan pengujian dan analisis aspal
5. Pengukuran Volumentrik Aspal dan Agregat
6. Pembuatan dan Pencampuran benda uji
7. Pengujian campuran aspal dengan alat marshall
3
Pemeriksaan berat jenis aspal
Pemeriksaan kehilangan minyak dan aspal
5. Pengukuran Volumentrik Aspal dan Agregat
6. Pembuatan dan Pencampuran benda uji
7. Pengujian campuran aspal dengan alat marshall
1.4 Lokasi
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Gambar 2. 1 Grafik Gradasi menerus, Gradasi seragam dan Gradasi senjang
Sumber : SNI 03-1968-1990
Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah dan
kerak tungku besi, yang dipakai secara bersama-sama dengan suatu media pengikat
untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan (SK SNIT-15-1991-
03).
Dalam kaitan perencanaan campuran aspal, berat jenis atau specific gravity
(SG) adalah suatu rasio tanpa dimensi, yaitu rasio antara berat suatu benda terhadap
berat air yang volumenya sama dengan benda tersebut. Specific gravity adalah
angka yang menunjukkan berapa banyak bahan lebih padat daripada air murni pada
suhu 4° C. Air murni memiliki kepadatan (berat volume) sebesar gr/cm3 pada suhu
6
4° C. Sebagai standar dipergunakan air pada suhu 4° C arena pada suhu tersebut air
memiliki kepadatan yang stabil.
Jadi istilah berat jenis/ specific gravity dalam hal ini memiliki pengertian
sama dengan kepadatan partikel (particle density) atau sering juga disebut dengan
berat volume. Berat jenis atau SG tidak berisi satuan karena merupakan
perbandingan berat material dengan berat air yang volumenya sama dengan volume
material. Apabila istilah yang dipakai kepadatan partikel atau berat volume
satuannya adalah gram/cm3 atau ton/m3, tetapi secara numerik (bilangan), besarnya
sama dengan berat jenis. Berat jenis agregat dapat digambarkan seperti gambar di
bawah ini (Krebs and Walker, 1971).
Vs = Volume solid
V1 = Volume yang impermeable terhadap air dan aspal
Vp = total volume permeable
Vc = Volume yang permeable terhadap air tetapi impermeable terhadap
Aspal
Vp–Vc = volume yang permeable terhadap air dan aspal
Secara umum volume agregat yang diperhitungkan adalah volume yang tidak
diresapi oleh aspal. Terdapat tiga jenis SG agregat yaitu tergantung dari sifat
penetrasi aspal ke dalam agregat, yaitu SG Bulk, SG semu (Apparent), dan SG
Effektif.
Bulk Specific Gravity
7
Bila aspal diasumsikan hanya menyelimuti agregat di bagian permukaan saja,
tidak meresap ke bagian agregat yang permeable, volume yang diperhitungkan
adalah:
Vs + Vi + Vp.
dimana: Ws = berat partikel solid dan γw = berat volume air = 1gr/cc. Sehingga
Bulk SG adalah rasio antara berat agregat dan berat air yang volumenya:
Vs+Vi+Vp.
Apparent Specific Gravity
SG ini didasarkan atas asumsi bahwa aspal meresap ke dalam agregat dengan
tingkat resapan yang sama dengan air, yaitu sampai Vc atau ke dalam seluruh Vp.
Karenanya volume yang dipertimbangkan adalah: Vs + Vi.
8
standarpun akan mengalami kerusakan saat di stockpile atau saat masa layan di
jalan. Kekuatan agregat dapat diuji dengan menggunakan mesin Los Anggeles.
Pada hakekatnya, ikatan antar butir partikel bisa kuat dan lemah, namun
secara berulang menjadi lemah karena sebagai akibat dari proses perendaman air
seperti akibat cuaca, pembekuan, dan lain-lain. Ada dua aspek yang menguji
durabilitas agregat ini, yaitu:
Kerusakan mekanis
Kerusakan diakibatkan reaksi physico-chemical, seperti pelapukan
Nilai keausan:
- < 40%: untuk lapis permukaan (surface) dan lapis pondasi atas (base)
9
Dalam uji abrasi ini tipe tes durabilitas yang diambil adalah tipe tes kerusakan
mekanis. Tipe tes kerusakan mekanis ini sendiri memiliki berbagai macam tipe
seperti :
Aggregate Abrasion Value
10
Pengujian keausan agregat dimaksudkan untuk menguji keausan agregat dan
yang selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung jumlah bahan-bahan lain yang
digunakan sesuai dengan klasifikasi yang telah ditentukan Kementerian PU, 2010.
11
b. Luas permukaan agregat menjadi lebih besar sehingga tebal lapisan aspal
menipis dan mudah mengalami oksidasi yang berakibat mempercepat
pengerasan aspal dimana aspal menjadi lebih getas.
c. Lempung menyerap air, dimana air dapat melunakkan aspal, sehingga
campuran menjadi lebih lemah dan cepat rusak.
d. Pengujian kadar lempung untuk agregat kasar, dilaksanakan dengan
mencari selisih berat dari agregat kering sebelum dicuci dengan agrega
kering setelah dicuci. Selisih berat ini dibagi dengan agregat kering sebelum
dicuci (%).
Agregat yang telah dipilih dan disiapkan dilapisi dengan aspal pada
temperatur yang telah ditentukan, sesuai dengan kelas (grade) aspal yang
digunakan. Bila digunakan aspal cair (cut back asphalt), agregat yang diselimuti
aspal dibiarkan pada temperatur 600C. Bila digunakan aspal emulsi, agregat yang
diselimuti aspal dibiarkan pada temperatur 1350C. Setelah penyelimutan, bila
digunakan aspal semi padat, atau setelah mengikat untuk aspal cair, aspal emulsi,
agregat yang terselimuti direndam dalam air suling selama 16 jam sampai dengan
18 jam. Pada akhir periode perendaman dan campuran agregat - aspal masih
didalam air, luas total permukaan agregat yang masih diselimuti film aspal
diperkirakan secara visual dengan nilai “dibawah 95%” atau di atas 95%.
Catatan :
Tingkat 95% dipilih dan ditentukan atas penilaian dari kerjasama pengujian(bahan
yang diuji sama, tetapi teknisi atau penguji berbeda), bahwa hanya pada tingkat 5%
sisa yang tidak diselimuti dilihat secara visual dapat diperoleh sebagai derajat
reproduksibilitas
Persen Berat Butiran agregat yang lebih besar dari 4,75 mm (No.4) dengan
satu bidang pecah. Persentase butir pecah pada agregat kasar atau yang lebih
dikenal dengan pengujian angularitas agregat kasar, diperlukan untuk menentukan
kualitas agregat kasar yang akan digunakan dalam suatu konstruksi.
Penggunaan butiran agregat kasar yang mempunyai bidang pecah akan menambah
12
tahanan gesek antar butiran dalam campuran sehingga menambah stabilitas
campuran, dan juga akan memberikan tekstur permukaan yang baik sehingga
menambah kekesatan. Hasil pengujian ini digunakan untuk
menentukan/menetapkan agregat kasar yang dapatdigunakan dalam campuran
sesuai dengan batasan dalam spesifikasi dan memberikan keterangan tentang
kualitas agregat kasar untuk produsen, perencana dan pelaksana.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐹𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑐𝑎ℎ
𝐴𝐴𝐾 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
Spesifikasi agregat:
Penyerapan air oleh agregat maksimum 3%.
Berat jenis (specific grafity) agregat kasar dan halus tidak boleh
berbeda lebih dari 0,2.
Spesifikasi Agregat Kasar (CA & MA)
Tertahan ayakan No. 4 (4,75 mm).
Mempunyai angularitas sesuai syarat. Angularitas agregat kasar
didefinisikan sebagai persen terhadap berat, jumlah agregat yang lebih besar
dari 4,75 mm dengan muka bidang pecah satu atau lebih.
Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih.
13
Tabel 2. 2 Spesifikasi Agregat Kasar (CA & MA)
Pengujian Standar Nilai
Natrium sulfat Maks. 12%
Kekekalan bentuk agregat
Magnesium
terhadap larutan SNI 3407:2008 Maks. 18%
sulfat
Campuran 100 putaran Maks. 6%
AC
Modifikasi 500 putaran Maks. 30%
Abrasi
dengan Semua jenis 100 putaran
campuran Maks. 8%
mesin Los SNI 2417:2008
Angeles 1) aspal
bergradasi 500 putaran
Maks. 40%
lainnya
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439:2011 Min. 95%
Butir pecah pada agregat kasar SNI 7619:2012 95/90 *)
ASTM D4791
Partikel Pipih dan Lonjong perbandingan 1
Maks. 10%
:5
SNI 03-4142-
Material lolos ayakan No. 200 Maks. 2%
1996
Sumber : Hasil Penelitian
Catatan:
*) 95/90 menunjuka bahwa agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu
atau lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih
Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah dan
kerak tungku besi, yang dipakai secara bersama-sama dengan suatu media pengikat
untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan (SK SNIT-15-1991-
03).
Dalam kaitan perencanaan campuran aspal, berat jenis atau specific gravity
(SG) adalah suatu rasio tanpa dimensi, yaitu rasio antara berat suatu benda terhadap
berat air yang volumenya sama dengan benda tersebut. Specific gravity adalah
angka yang menunjukkan berapa banyak bahan lebih padat daripada air murni pada
suhu 4° C. Air murni memiliki kepadatan (berat volume) sebesar gr/cm3 pada suhu
14
4° C. Sebagai standar dipergunakan air pada suhu 4° C arena pada suhu tersebut air
memiliki kepadatan yang stabil.
Jadi istilah berat jenis/ specific gravity dalam hal ini memiliki pengertian
sama dengan kepadatan partikel (particle density) atau sering juga disebut dengan
berat volume. Berat jenis atau SG tidak berisi satuan karena merupakan
perbandingan berat material dengan berat air yang volumenya sama dengan volume
material. Apabila istilah yang dipakai kepadatan partikel atau berat volume
satuannya adalah gram/cm3 atau ton/m3, tetapi secara numerik (bilangan), besarnya
sama dengan berat jenis. Berat jenis agregat dapat digambarkan seperti gambar 2.2
(Krebs and Walker, 1971).
Secara umum volume agregat yang diperhitungkan adalah volume yang tidak
diresapi oleh aspal. Terdapat tiga jenis SG agregat yaitu tergantung dari sifat
penetrasi aspal ke dalam agregat, yaitu SG Bulk, SG semu (Apparent), dan SG
Effektif.
Bulk Specific Gravity
Bila aspal diasumsikan hanya menyelimuti agregat di bagian permukaan saja,
tidak meresap ke bagian agregat yang permeable, volume yang diperhitungkan
adalah:
Vs + Vi + Vp.
dimana: Ws = berat partikel solid dan γw = berat volume air = 1gr/cc. Sehingga
Bulk SG adalah rasio antara berat agregat dan berat air yang volumenya:
Vs+Vi+Vp.
Apparent Specific Gravity
SG ini didasarkan atas asumsi bahwa aspal meresap ke dalam agregat dengan
tingkat resapan yang sama dengan air, yaitu sampai Vc atau ke dalam seluruh Vp.
Karenanya volume yang dipertimbangkan adalah: Vs + Vi.
15
SG Bulk dan SG Apparent didasarkan atas dua kondisi ekstrim. Asumsi yang
realistis adalah bahwa aspal dapat meresap sampai ke (Vp-Vc). Oleh karena itu SG
atas asumsi ini disebut SG efektif.
16
Gambar 2. 4 Sketsa pengujian nilai setara pasir
Sumber : SNI 03-4428-1997
Angularitas agregat halus adalah persen rongga udara pada agregat lolos
ayakan No.8 (2,36 mm) yang di padatkan dengan berat sendiri. Metoda pengujian
ini adalah untuk menentukan kadar rongga agregat halus dalam keadaan lepas (tidak
dipadatkan). Bila pengujian dilakukan pada agregat yang gradasinya diketahui,
kadar rongga dapat menjadi indikator angularitas, bentuk butir dan tekstur
17
permukaan relatif terhadap agregat halus lain dengan gradasi yang sama. Bila
pengujian dilakukan terhadap agregat halus sesuai gradasi yang akan digunakan di
lapangan, kadar rongga merupakan indikator terhadap kemudahan pengerjaan suatu
campuran.
Ada tiga prosedur untuk menentukan kadar rongga. Dua prosedur digunakan
untuk agregat halus dengan gradasi tertentu (gradasi standar atau yang gradasinya
telah diketahui) dan satu prosedur lagi digunakan untuk contoh yang terdiri atas
fraksi tertentu agregat.
𝑊
𝑉
𝑅𝑜𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎 𝐺𝑠𝑏 𝑥 100%
𝑉
Spesifikasi agregat:
Penyerapan air oleh agregat maksimum 3%.
Berat jenis (specific grafity) agregat kasar dan halus tidak boleh
berbeda lebih dari 0,2.
Spesifikasi Agregat Halus (FA)
Pasir atau hasil pengayakan batu pecah lolos ayakan no. 4 (4,75 mm).
Mempunyai angularitas sesuai syarat. Angularitas agregat halus
didefinisikan sebagai persen rongga udara pada agregat lolos ayakan no. 4
(4,75 mm) yang dipadatkan dengan berat sendiri.
Pasir alam dapat digunakan dalam campuran AC sampai suatu batas yang
tidak melampaui 15 % terhadap berat total campuran.
18
Tabel 2. 3 Spesifikasi Agregat Halus
Pengujian Standar Nilai
Nilai Setara pasir SNI 03-4428-1997 Min. 60%
Angularitas dengan Uji Kadar Rongga SNI 03-6877-2002 Min. 45%
Gumpalan Lempung dan Butir-butir SNI 03-4141-1996 Maks. 1%
Mudah Pecah dalam Agregat
Agregat Lolos Ayakan No. 200 SNI ASTM C117:2012 Maks. 10%
Sumber : Hasil Penelitian
Semua pengujian dan analisis agregat tersebut merupakan hal yang
dibutuhkan dalam Praktikum ini untuk menentukan karakteristik dari agregat
tersebut seperti jenis agregatnya, berat jenis, penyerapan, keausan, nilai setara pasir,
soundness, kadar lempung, angularitas. Semua hal tersebut tujuannya akan
mempengaruhi kualitas dari perkerasan lentur itu sendiri.
19
Tujuan dari uji ini adalah untuk menunjukkan kekuatan penetrasi aspal yang
harus dikontrol agar sesuai dengan beban yang akan diterima oleh perkerasan lentur
sesuai dengan klasifikasi yang telah ditentukan Kementerian PU, 2010.
Titik nyala merupakan suhu terendah pada saat aspal menyala singkat pada
suatu titik di atas permukaan aspal. Sedangkan titik bakar adalah suhu pada saat
aspal mulai terbakar (menyala selama sekurang-kurangnya 5 detik) pada suatu titik
di atas permukaan aspal.
Titik nyala dan titik bakar perlu diketahui karena:
• Sebagai indikator temperatur pemanasan maksimum dimana masih dalam
batas-batas aman pengerjaan
• Agar karakteristik aspal tidak berubah (rusak) akibat dipanaskan melebihi
temperatur titik bakar.
20
Pengujian ini memerlukan kondisi khusus baik dari segi ruangannya dan
komponen pengujiannya.
Daktilitas adalah salah satu sifat mekanik bahan aspal yaitu seberapa besar
bahan ini dapat menahan kekuatan tarik yang diwujudkan dalam bentuk
kemampuannya untuk memenuhi syarat jarak tertentu tanpa putus. Aspal cement
digunakan sebagai bahan pengikat batuan pada lapis keras dimana pada pekerjaan
ini dituntut aspal dengan fleksibilitas yang tinggi, dimana fleksibilitas tersebut
sangat dipengaruhi oleh daktilitas. Aspal yang mempunyai daktilitas tinggi akan
menghasilkan lapisan perluasan yang fleksibilitasnya tinggi.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengukur jarak terpanjang yang
dapat terbentuk dari bahan bitumen (AC 60-70) pada 2 cetakan kuningan, akibat
penarikan dengan mesin uji, sebelum bahan bitumen tersebut putus. Pemeriksaan
ini dilakukan pada suhu 25 ˚C dan dengan kecepatan tarik mesin 5 cm per menit.
Tujuan diadakannya pengujian ini adalah untuk mengetahui sifat mekanik
aspal seberapa besar bahan ini dapat menahan kekuatan tarik yang diwujudkan
dalam bentuk kemampuannya untuk memenuhi syarat jarak tertentu tanpa putus.
Aspal keras adalah aspal yang berbentuk padat pada saat keadaan
penyimpanan (suhu ruang). Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal
dengan berat air suling dengan volume sama pada temperatur tertentu (25°C).
Berat jenis dari bitumen sangat tergantung pada nilai penetrasi dan suhu dari
bitumen itu sendiri. Macam-macam berat jenis bitumen dan kisaran nilainya adalah
sebagai berikut:
• Penetration grade bitumen dengan berat jenis antara 1.010 (untuk bitumen
dengan penetrasi 300) sampai dengan 1.040 (untuk bitumen dengan
penetrasi 25);
• Bitumen yang telah teroksidasi (ixized bitumen) dengan berat jenis berkisar
antara 1.015 sampai dengan 1.035;
• Hard grades bitumen dengan berat jenis berkisar antara 1.045 sampai
dengan 1.065;
21
• Cutback grades bitumen dengan berat jenis berkisar antara 0.992 sampai
dengan 1.007.
Prosedur pemeriksaan mengikuti PA – 0307 – 76 atau AASHTO T228 –79.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan piknometer, dengan prinsip
sebagai berikut:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎
Penurunan berat minyak dan aspal adalah selisih berat sebelum dan sesudah
pemanasan pada suhu tertentu. Aspal yang dipanaskan dapat mengalami kehilangan
berat akibat penguapan komponen-komponen tertentu aspal. Penurunan berat
menunjukkan adanya komponen aspal yang menguap, yang dapat berakibat aspal
mengalami pengerasan yang eksesif/berlebihan sehingga menjadi getas (rapuh) bila
pengurangan berat melebihi syarat maksimalnya.
Dalam TFO Test, aspal yang digunakan cukup tipis, yaitu 1/8 inci (3 mm).
Hal ini bertujuan untuk memberikan efek penguapan (volatilization) dan oksidasi
(oxidation) yang signifikan.
TFO Test ini dimaksudkan untuk mensimulasi efek pemanasan saat
memproduksi campuran aspal panas, dimana agregat diselimuti oleh lapisan aspal
tipis.
22
2.4.7 Spesifikasi Aspal
Penetrasi pada 25ᵒC (0,1 mm) SNI 06-2456-1991 60-70 Min. 50 Min. 40
Viskositas Dinamis 60ᵒC
(Pa.s) SNI 06-6441-2000 160-240 240-360 320-480
Viskositas Kinematis 135ᵒC
SNI 06-6441-2000 ≥ 300 385-2000 ≤3000
(cSt)
Titik Lembek (ᵒC) SNI 2434:2011 ≥ 48 ≥ 53 ≥ 54
23
2. Untuk pengujian residu aspal Tipe II dapat mengajukan metode pengujian
alternatif untuk viskositas bilamana sifat-sifat elastometrik atau lainnya didapati
berpengaruh terhadap akurasi pengujian penetrasi atau standar lainnya.
3. Viscositas diuji juga pada temperatur 100oC dan 160 °C untuk tipe I, untuk tipe
II pada temperatur 100°C dan 170 °C.
4. Jika untuk pengujian viskositas tidak dilakukan sesuai dengan AASHTO T201-
03 maka hasil pengujian harus dikonversikan ke satuan cSt.
5. Contoh bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan caa SNI 03-
3640-1994 (metode soklet) atau SNI 03-6894-2002 (metode sentrifus) atau
AASHTO T 164-06 (metode tungku pengapian). Jika metode sentrifus
digunakan, setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi mencapai 200
mm, partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan ke dalam suatu alat
sentrifugal. Pemindahan ini dianggap memenuhi bilamana kadar abu dalam
bahan aspal yang diperoleh kembali tidak melebihi 1% (dengan pengapian). Jika
bahan aspal diperlukan untuk pengujian lebih lanjut maka bahan itu harus
diperoleh kembali dari larutan sesuai dengan prosedur SNI 03-6894-2002.
6. Aspal Tipe I dan Tipe II harus diuji pada setiap kedatangan dan sebelum
dituangkan ke tangki penyimpanan AMP untuk penetrasi pada 25oC (SNI 06-
2456-1991) Tipe II juga harus diuji untuk stabilitas penyimpanan sesuai dengan
ASTM D5976 part 6.1 dan dapat ditempatkan dalam tangki sementara sampai
hasil pengujian tersebut diketahui. Tidak ada aspal yang boleh digunakan sampai
aspal tersebut telah diuji dan disetujui
24
2.5 Pengukuran Volumentrik Aspal dan Agregat
Campuran beraspal panas pada dasarnya terdiri dari aspal dan agregat.
Proporsi masing - masing bahan harus dirancang sedemikian rupa agar dihasilkan
aspal pasir yang dapat melayani lalu lintas dan tahan terhadap pengaruh lingkungan
selama masa pelayanan. Ini berarti campuran beraspal haruslah:
1. Mengandung cukup kadar aspal agar awet.
2. Mempunyai stabilitas yang memadai untuk menahan beban lalu lintas.
3. Mengandung cukup rongga udara (VIM) agar tersedia ruangan yang cukup
untuk menampung ekspansi aspal akibat pemadatan lanjutan oleh lalu lintas dan
kenaikan temperatur udara tanpa mengalami bleending atau deformasi plastis.
4. Rongga udara yang ada harus juga dibatasi untuk membatasi permeabilitas
campuran.
5. Mudah dilaksanakan sehingga campuran beraspal dapat dengan mudah
dihampar dan dipadatkan sesuai dengan rencana dan memenuhi spesifikasi.
Dalam Pedoman Teknik No. 028/T/BM/1999, kinerja campuran beraspal
ditentukan oleh volumetrik campuran (padat) yang terdiri atas:
1. Berat Jenis Bulk Agregat
Karena agregat total terdiri atas fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus, dan
bahan pengisi (filler) yang masing-masing mempunyai berat jenis yang berbeda
maka berat jenis bulk (Gsb) agregat total dapat dihitung sebagai berikut:
Keterangan:
Gsb = Berat jenis bulk total agregat
P1,P2,P3 = Presentase masing-masing fraksi agregat
G1,G2,G3 = Berat jenis bulk masing-masing fraksi agregat
Berat jenis bulk bahan pengisi sulit ditentukan dengan teliti. Namun
demikian, jika berat jenis nyata (apparent) bahan pengisi dimasukkan, maka
penyimpangan yang timbul dapat diabaikan.
25
2. Berat jenis efektif agregat
Berat jenis efektif campuran (Gse), rongga dalam partikel agregat yang
menyerap aspal, dapat ditentukan dengan rumus berikut:
Keterangan:
Gmm = Berat jenis maksimum campuran, rongga udara nol
Pmm = Persen berat total campuran (= 100)
Ps = Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran
Pb = Kadar aspal, persen terhadap berat total campuran
Gse = Berat jenis efektif agregat
Gb = Berat jenis aspal
4. Penyerapan Aspal
Penyerapan aspal dinyatakan dalam persen terhadap berat agregat total, tidak
terhadap berat campuran. Perhitungan penyerapan aspal (Pba) adalah sebagai
berikut:
26
Keterangan:
Pba = Penyerapan aspal, persen total agregat
Gsb = Berat jenis bulk agregat
Gse = Berat jenis efektif agregat
Gb = Berat jenis aspal
5. Kadar Aspal Efektif
Kadar aspal efektif (Pbe) campuran beraspal adalah kadar aspal total
dikurangi jumlah aspal yang terserap oleh partikel agregat. Kadar aspal efektif ini
akan menyelimuti permukaan agregat bagian luar yang pada akhirnya akan
menentukan kinerja perkerasan beraspal. Rumus kadar aspal efektif adalah:
Keterangan
Pbe = Kadar aspal efektif, persen total campuran
Pb = Kadar aspal, persen total campuran
Pba = Penyerapan aspal, persen total agregat
Ps = Kadar agregat, persen total campuran
6. Rongga diantara mineral agregat (VMA)
Rongga di antara mineral agregat (VMA) adalah ruang di antara partikel
agregat pada suatu perkerasan beraspal, termasuk rongga udara, dan volume aspal
efektif (tidak termasuk volume aspal yang diserap agregat). VMA dihitung
berdasarkan berat jenis bulk (Gsb) agregat dan dinyatakan sebagai persen volume
bulk campuran yang dipadatkan. VMA dapat dihitung pula terhadap berat
campuran total atau terhadap berat agregat total. Perhitungan VMA terhadap
campuran total adalah dengan rumus berikut:
a. Terhadap campuran total
Keterangan:
27
VMA = Rongga di antara mineral agregat, persen volume bulk
Gse = Berat jenis efektif agregat
Gmb = Berat jenis bulk campuran padat
b. Terhadap agregat total
Keterangan:
VMA = Rongga di antara mineral agregat, persen volume bulk
Gse = Berat jenis efektif agregat
Gmb = Berat jenis bulk campuran padat
Pb = Kadar aspal, persen total campuran
7. Rongga di dalam campuran (VIM)
Rongga udara dalam campuran (VIM) dalam campuran perkerasan beraspal
terdiri atas ruang udara di antara partikel agregat yang terselimuti aspal. Volume
rongga udara dalam persen dapat ditentukan dengan rumus berikut:
Keterangan:
VIM = Rongga udara campuran, persen total campuran
Gmb = Berat jenis bulk campuran padat
Gmm = Berat jenis maksimum campuran
Keterangan:
VFB = Rongga terisi aspal, persen VMA
28
VMA = Rongga di antara mineral agregat, persen volume bulk.
VIM = Rongga di dalam campuran, persen total campuran.
Gambaran volumetrik campuran beraspal seperti yang ditunjukkan pada berikut ini
29
menggunakan agregat bergradasi menerus (continuous graded) sedangkan
camputan tipe HRA menggunakan agregat bergradasi senjang (gap graded).
Pembuatan formula campuran kerja meliputi penentuan proporsi dari
beberapa fraksi agregat serta kombinasi antara agregat dan aspal dalam campuran
sedemikian rupa agar dapat memberikan kinerja perkerasan yang awet. Di dalam
prosedur penentuan pembuatan campuran kerja dilakukan dengan beberapa tahapan
dimulai dari penentuan gradasi agregat gabungan yang sesuai persyaratan,
membuat formula campuran rencana yang dilakukan di laboratorium dan formula
campuran kerja dapat disetujui apabila dari hasil percobaan pencampuran dan
percobaan pemadatan di lapangan memenuhi syarat. (Dep. PU. Dirjen Bina Marga,
1983, Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) No. 13/PT/B/1983).Untuk
menentukan spesifikasi gradasi agregat digunakan sumber dari Kementerian PU,
2010 (Rev 3).
Tabel 2. 5 Berat Yang Lolos terhadap Total Agregat dalam Campuran
% Berat Yang Lolos terhadap Total Agregat dalam Campuran
Latasir (SS) Lataston (HRS) Laston (AC)
Ukuran
Gradasi Gradasi Semi
Ayakan Senjang2 Senjang2
(mm) Kelas Kelas WC Base WC Base WC BC Base
A B
37,5 100
25 100 90-100
19 100 100 100 100 100 100 100 90-100 76-90
12,5 90-100 90-100 87-100 90-100 90-100 75-90 60-78
9,5 90-100 75-85 65-90 55-88 55-70 77-90 66-82 52-71
4,75 53-69 46-64 35-54
2,36 75-100 50-723 35-553 50-62 32-44 33-53 30-49 23-41
1,18 21-40 18-38 13-30
0,600 35-60 15-35 20-45 15-35 14-30 12-28 10-22
0,300 15-35 5-35 9-22 7-20 6-15
0,15 6-15 5-13 4-10
0,075 10-15 8-13 6-10 2-9 6-10 4-8 4-9 4-8 3-7
Sumber : Kementerian PU, 2010 (Rev 3)
30
Spesifikasi pada rancangan campuran aspal dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
31
2.7 Pengujian Marshall
32
menggunakan aspal berpenetrasi tinggi, dan juga dengan menggunakan agregat
bergradasi terbuka (open graded).
c) Durabilitas
Durabilitas berkaitan dengan keawetan suatu campuran terhadap beban lalu
lintas dan pengaruh cuaca. Campuran harus tahan terhadap air dan perubahan sifat
aspal karena penguapan dan oksidasi. Durabilitas dapat ditingkatkan dengan cara
membuat campuran yang padat dan kedap air, yang dapat diperoleh dari
penggunaan agregat bergradasi rapat (dense graded) dan Kadar aspal yang tinggi.
Selain itu dapat dilakukan dengan:
Menggunakan agregat bergradasi senja, sehingga VMA menjadi lebih
besar.
Menggunakan aspal yang lebih lunak (penetrasi lebih tinggi).
Menggunakan aspal yang lebih banyak sehingga VIM menjadi lebih kecil
walaupun VMA agak besar.
Memenuhi syarat Marshall Quotient (MQ), yaitu perbandingan antara
stabilitas/flow (kN/mm). MQ merupakan indikator sifat lentur perkerasan
d) Workabilitas
Workabilitas berarti kemudahan suatu campuran untuk dihamparkan dan
dipadatkan untuk mencapai tingkat kepadatan yang diinginkan. Hal ini dapat
tercapai jika viskositas campuran pada suhu pencampuran dan pemadatan cukup
rendah. Selain itu juga dipengaruhi oleh:
a. Ketepatan temperatur saat pelaksanaa pekerjaan. Aspal bersifat
termoplastis (menjadi lunak saat temperatur tinggi begitu sebaliknya).
33
Yaitu gesekan ynag diberikan oleh permukaan perkerasan, sehingga
kendaraan tidak mudah mengalami slip baik saat cuaca kering dan terutama saat
cuaca hujan. Perkerasan aspal umumnya memiliki tahanan geser yang memadai.
Hal itu diperoleh dengan menggunakan:
o Kadar aspal yang tepat sehingga tidak terjadi bleending
o Agregat dengan permukaan kasar, dan berbentuk kubikal
o Penggunaan agregat kasar dalam jumlah yang cukup. Untuk ini pada
campuran aspal bergradasi senjang biasanya ditentukan jumlah agregat
kasar yang dipergunakan.
Untuk meningkatkan skid resistance pada campuran bergradasi senjang bisa
dilaksanakan dengan menebarkan agregat kasar dan dipadatkan pada permukaan
perkerasan yang baru.
g) Ketahanan Terhadap Kelelehan
Yang dimaksud fatigue adalah fenomena keretakan akibat beban berulang.
Fenomena ini bersifat kompleks dan dipengaruhi oleh beberapa hal. Untuk
mengoptimalkan ketahanan terhadap fatigue, dapat dilakukan dengan cara:
a. Bila VIM dan VMA tinggi dan kadar aspal ditinggikan.
b. Campuran dengan gradasi yang lebih halus memiliki ketahanan fatigue yang
lebih baik.
c. Penggunaan aspal yang lebih keras untuk perkerasan yng lebih tebal.
Terdapat modifikasi marshall untuk agregat besar (>1” & <2”) dimana prosedur
modifikasi Marshall (ASTM D 5581) pada dasarnya sama dengan cara Marshall
asli (SNI 06-2489-19931 atau ASTM D1559) kecuali beberapa perbedaan
sehubungan dengan digunakannya ukuran benda uji yang lebih besar.
o Berat penumbuk 10,206 kg dan mampunyai landasan berdiameter 14,94 cm.
Hanya alat penumbuk yang dioperasikan secara mekanik dengan tinggi
jatuh 45,7 cm yang digunakan.
o Benda uji berdiameter 15,24 cm dan tinggi 9,52 cm.
o Berat campuran aspal yang diperlukan sekitar 4 kg.
34
o Peralatan untuk pemadatan dan pengujian (cetakan dan pemegang
cetakan/breaking head) secara proposional lebih besar dari Marshall normal
untuk menyesuaikan benda uji yang lebih besar
o Campuran aspal dimasukkan bertahap ke dalam cetakan dalam dua lapis
yang hampir sama tebalnya, setiap kali dimasukkan ditusuk – tusuk dengan
pisau untuk menghindari terjadinya keropos pada benda uji.
o Jumlah tumbukan yang diperlukan untuk cetakan yang lebih besar adalah
1,5 kali (75 atau 112) dari yang diperlukan untuk cetakan yang lebih kecil
(50 sampai 75 tumbukan) untuk memperoleh energi pemadatan yang sama.
o Kriteria rancangan harus dimodifikasi sebaik baiknya. Stabilitas minimum
harus 2,25 kali dan nilai kelelehan harus 1,5 kali, masing – masing dari
ukuran cetakan normal.
o Serupa dengan prosedur normal, bilamana tebal aktual benda uji berbeda
beda maka nilai nilai di bawah ini harus digunakan untuk koreksi terhadap
nilai stabilitas yang diukur dengan tinggi standar benda uji adalah 9,52 cm.
Faktor koreksi :
35
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Pengumpulan Pengumpulan
Aspal Agregat
Pengujian
Angularitas
Pengukuran
Volumentrik Aspal
dan Agregat
Pembuatan dan
Pencampuran Benda Uji
Pengujian Marshall
Pembahasan dan
penarikan simpulan
dan saran
36
3.2 Pengujian Praktikum
37
3.3.2 Pengujian Agregat Kasar
Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar ini berpedoman pada
SNI-03-1969-1990, berikut penjelasanya:
a. Tujuan
Tujuan pengujian ini untuk memperoleh angka berat jenis curah, berat jenis
kering permukaan jenis dan berat jenis semu serta besarnya angka
penyerapan.
b. Peralatan
1) Keranjang kawat ukuran 3,35 mm atau 2,36 mm dengan kapasitas ± 5
kg.
2) Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai dengan
pemeriksaan.
3) Timbangan dengan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1% pori berat
contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung
keranjang.
4) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110 ± 5) °C.
5) Alat pemisah contoh.
6) Saringan no. 4 (4,75 mm).
c. Benda uji
Sampel yang digunakan adalah agregat kasar (tertahan ayakan 4,75 mm atau
No 4) yang sudah dicuci untuk menghilangkan debu sebanyak kira-kira 5 kg.
38
2) benda uji dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu (110° ± 5)
°C sampai berat tetap, sebagai catatan, bila penyerapan dan harga berat
jenis digunakan dalam pekerjaan beton dimana agregatnya digunakan
pada keadaan kadar air aslinya, maka tidak perlu dilakukan pengeringan
dengan oven,
3) benda uji didinginkan pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian
timbang dengan ketelitian 0,5 gram (Bk),
4) benda uji direndam dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam,
5) benda uji dikeluarkan dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput
air pada permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan halus
satu persatu,
6) benda uji ditimbang pada kondisi kering-permukaan jenuh (Bj),
7) benda uji diletakan didalam keranjang, goncangan batunya untuk
mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air
(Ba), dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu
standar (25 °C).
e. Perhitungan
Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat kasar diberikan sebagai
berikut:
Bk
1) Berat jenis (bulk specific gravity) = ………..…………… (1)
( Bj Ba)
2) Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry)
Bj
Bj ssd = ………………………………………….. (2)
( Bj Ba)
Bk
3) Berat jenis semu (apparent specific gravity) = ……….. (3)
( Bk Ba )
( Bj Bk )
4) Penyerapan (absorpsi) = x 100 ..……………………… (4)
( Bk )
Keterangan:
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
Bj = berat benda uji kering permukaan jenuh (gram)
Ba = berat benda uji kering permukaan jenuh dalam air (gram)
39
3.3.2.2 Pemeriksaan Keausan Agregat (Abrasi)
40
2) agregat dipilah-pilah kedalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan
cara penyaringan dan lakukan penimbangan,
3) fraksi-fraksi agregat dicampur sesuai grading yang dikehendaki,
4) berat contoh dicatat dengan ketelitian mendekati 1 gram.
e. Cara pengujian
Pengujian dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
1) pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan
dengan salah satu dari 7 (tujuh) cara sesuai Tabel 3.1.
41
5) jika material contoh uji homogen, pengujian cukup dilakukan dengan
100 putaran, dan setelah selesai pengujian disaring dengan saringan
No.12 (1,70 mm) tanpa pencucian. Perbandingan hasil pengujian antara
100 putaran dan 500 putaran agregat tertahan di atas saringan No.12
(1,70 mm) tanpa pencucian tidak boleh lebih besar dari 0,20,
6) metode pada butir 5) tidak berlaku untuk pengujian material dengan
metode ASTM C 535-96 yaitu Standard Test Method for Resistance to
Degradation of Large-Size Coarse aggregate by Abrasion and impact
in the Los Angeles Machine.
(Tata cara pelaksanaan dapat disaksikan pada Link : https://youtu.be/KyesOQOqsBw)
f. Perhitungan
Untuk menghitung hasil pengujian, gunakan rumus berikut:
ab
Keausan/ abrasi = x 100 ……………..………………………(5)
a
Keterangan:
a = berat benda uji semula, dinyatakan dalam gram,
b = berat benda uji tertahan saringan No.12 (1,70 mm), dinyatakan
dalam gram.
42
7) termometer logam ± 200°C dan ± 100°C,
8) air suling dengan pH 6,0 sampai 7,0.
c. Persiapan benda uji
Cara menyiapkan benda uji:
1) benda uji adalah agregat yang lewat saringan 9,5 mm (3/8”) dan
tertahan pada saringan 6,3 mm (1/4”) sebanyak kira-kira 100 gram,
2) Agregat dicuci dengan air suling, dikeringkan pada suhu 140 ± 5 °C
hingga berat tidak berubah lagi (konstan), simpan didalam tempat yang
tertutup rapat dan siap untuk diperiksa,
3) untuk pelapisan agregat basah perlu ditentukan berat jenis kering
permukaan jenuh (SSD) dan penyerapan dari agregat kasar.
d. Cara pengujian
Urutan proses dalam pengujian pelapisan agregat kering dengan aspal keras
ini adalah sebagai berikut :
1) 100 gram benda uji dimasukan ke dalam wadah,
2) wadah beserta benda uji dipanaskan selama 1 jam dalam oven pada
suhu tetap antara 140 °C ± 5 °C,
3) aspal yang sudah panas dimasukkan sebesar 5,5 ± 0,2 gram,
4) aduk sampai merata dengan spatula yang sudah dipanasi selama 2 - 3
menit sampai benda uji terselimuti aspal,
5) diamkan sampai mencapai suhu ruang,
6) benda uji yang terselimuti aspal dipindahkan ke dalam tabung gelas
kimia kapasitas 600 ml.
43
2) Oven
3) Ayakan
4) Larutan, larutan natrium sulfat atau larutan magnesium sulfat dengan
ketentuan sebagai berikut:
larutan natrium sulfat, dibuat dengan cara melarutkan
Na2S0410H2O kristal ke dalam air pada suhu antara 25°-30°C
sehingga jenuh dengan berat jenis antara 1,151-1,174, dibuat 48
jam sebelum digunakan,
larutan magnesium sulfat, dibuat dengan cara melarutkan
MgS047H2O kristal ke dalam air pada suhu antara 25° - 30°C
sehingga jenuh dengan berat jenis antara 1,295 - 1,308, dibuat 48
jam sebelum digunakan.
c. Benda uji
Benda uji yang dipergunakan disesuaikan dengan fraksi agregat yang akan
dipakai dalam campuran. Dalam hal ini dapat dipakai salah satu fraksi agregat kasar
sekitar 100 - 500 gram.
Persiapan benda uji:
1) Periksa kesiapan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk
pemakaian,
2) Formulir untuk mencatat data pengujian,
3) Benda uji yang telah dicuci sampai bersih kemudian dikeringkan
hingga berat tetap pada suhu (110±5) °C,
4) Periksa kembali benda uji catat kondisi litologi, tingkat pelapukan,
untuk fraksi besar catat pula jumlah butirnya,
d. Cara pengujian
1) Benda uji direndam di dalam larutan natrium sulfat atau megnesium
sulfat yang sudah disiarkan menggunakan wadah tertutup selama 16
hingga 18 jam, dengan tinggi larutan 1 cm di atas benda uji,
2) Benda uji diangkat dari dalam larutan lalu biarkan dulu meniris (15 ±
5) menit, setelah itu keringkan di dalam oven pada suhu (110 ± 5) °C
sampai berat tetap, berat benda uji dianggap tetap apabila setelah 4 jam
kehilangan beratnya tidak lebih dari 0,19 gram,
44
3) Benda uji didinginkan sampai mencapai suhu ruangan, kemudian
siapkan untuk direndam pada siklus berikutnya,
4) Siklus perendaman dan pengeringan diulangi sebanyak 5 kali,
5) Masing-masing fraksi dicuci sampai bersih dari garam sulfat
menggunakan, larutan bacl2 atau menggunakan air panas bersuhu ± 40
– 50 °C, sehingga larutan atau air tetap jernih,
6) Hindari terjadinya goncangan yang mengakibatkan butiran-butiran
benda uji pecah pada waktu melakukan pencucian,
7) Dikeringkan, kemudian dinginkan dan di ayak
8) Jangan lakukan paksaan butiran menembus ayakan pada waktu
melakukan pengayakan,
9) Butiran-butiran yang tertinggal di atas ayakan ditimbang,
10) Butiran yang lewat ayakan tertentu ditimbang,
11) Perhitungkan butiran yang terselip pada lubang ayakan sebagai butiran
menembus lubang ayakan,
12) butiran-butiran yang mengalami perubahan bentuk dicatat misalnya:
retak, pecah, belah, hancur dan lain sebagainya bagi benda uji fraksi
kasar.
(Tata cara pelaksanaan dapat disaksikan pada Link:https://youtu.be/cCFWPJQ5pmc)
e. Perhitungan
Rumus yang digunakan dalam metode pengujian ini:
A B
C= x 100% ………………………………………………….(6)
A
Keterangan:
C = Index ketangguhan benda uji dalam persen berat
A = Jumlah berat awal seluruh fraksi benda uji
B = Jumlah berat benda uji yang tertahan pada ayakan tertentu
Klasifikasi ketangguhan batu adalah batas tangguh bila diuji dengan
menggunakan larutan natrium sulfat diperoleh indeks kekekalan < 10% atau bila
diuji menggunakan larutan magnesium sulfat diperoleh index kekekalan <12%.
45
3.3.2.5 Pemeriksaan Kadar Lumpur atau Kadar Lempung Agregat Kasar
Keterangan:
A adalah Berat sampel kotor kering oven
B adalah Berat sampel Bersih Kering Oven
46
3.3.3 Pengujian Agregat Halus
Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus ini berpedoman pada
SNI-03-1968-1990, berikut penjelasanya:
a. Tujuan
Tujuan pengujian adalah untuk mendapatkan angka untuk berat jenis curah,
berat jenis permukaan jenuh, berat jenis semu, dan penyerapan air pada agregat
halus.
b. Ruang lingkup
Pengujian ini dilakukan pada untuk agregat halus, yaitu agregat lolos saringan
No. 4 (4,75 mm). Hasil pengujian ini selanjutnya dapat gunakan dalam pekerjaan:
1) penyelidikan quarry agregat,
2) perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton,
3) perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan.
4) Peralatan
c. Peralatan
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
1) timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram,
2) piknometer dengan kapasitas 500 ml,
3) kerucut terpancung, diameter bagian atas (40 ± 3) mm, diameter bagian
bawah (90 ± 3) mm dan tinggi (75 ± 3) mm dibuat dari logam tebal
minimum 0,8 mm,
4) batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340
± 15) gram, diameter permukaan penumbuk (25 ± 3) mm,
5) saringan No. 4 (4,75 mm),
6) oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110 ± 5) °C,
7) pengukuran suhu dengan ketelitian pembacaan 1 °C,
47
8) talam,
9) bejana tempat air,
10) pompa hampa udara atau tungku,
11) desikator.
12) Air suling.
d. Benda Uji
Benda uji adalah agregat yang lewat saringan No. 4 (4,75 mm) diperoleh dari
alat pemisah contoh atau cara perempat (quartering) sebanyak 500 gram.
e. Cara Pengujian
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
1) benda uji dikeringkan di dalam oven pada suhu (110 ± 5) °C, sampai
berat tetap, yang dimaksud berat tetap adalah keadaan berat benda uji
selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan
selang waktu 2 jam berturut-turut, tidak akan mengalami perubahan
kadar air lebih besar daripada 0,1 %, dinginkan pada suhu ruang,
kemudian rendam dalam air selama (24 ± 4) jam,
2) air perendam dibuang dengan hati-hati, jangan ada butiran yang hilang,
agregat ditebarkan di atas talam, agregat dikeringkan diudara panas
dengan cara membalik-balikan benda uji, lakukan pengeringan sampai
tercapai keadaan kering permukaan jenuh,
3) keadaan kering permukaan jenuh diperiksa dengan cara mengisikan
benda uji ke dalam kerucut terpancung, agregat dipadatkan dengan
batang penumbuk sebanyak 25 kali, angkat kerucut terpancung,
keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila benda uji runtuh akan
tetapi masih dalam keadaan tercetak,
48
Gambar 3. 1 Penentuan kondisi SSD agregat halus
Sumber : SNI-3407-2008
49
Bk
1) Berat jenis curah (bulk specific gravity) = ………. (9)
( B 500 Bt )
2) Berat jenis jenuh kering permukaan (saturated surface dry)
500
= .............................................................................. (10)
( B 500 Bt )
Bk
3) Berat jenis semu (apparent specific gravity) = ........ (11)
( B Bk Bt )
(500 Bk )
4) Penyerapan (absorpsi) = x 100 ……………………… (12)
Bk
Keterangan:
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
B = berat piknometer berisi air (gram)
Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)
500 = berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh
(gram)
50
3) Cuci benda uji dengan air sampai benar-benar bersih, kemudian
dikeringkan. Setelah digin kemudian ditimbang,
4) Hitung kadar lumpur/ lempung.
d. Perhitungan
Perhitungan kadar lempung agregat kasar adalah sebagai berikut :
Keterangan:
A adalah Berat sampel kotor kering oven
B adalah Berat sampel Bersih Kering Oven
51
3) Beban pemberat dari tembaga seberat (1000 ± 5) gram termasuk tangkai
logam keping pelat bundar dan telapak pembeban, tangkai logam dari
kuningan diameter 6,35 mm, panjang 444,5 mm, indikator pembacaan
skala pasir berbentuk keping pelat bundar dari nilon dengan diameter
12,7 mm, tebal 15,00 mm teletak sejauh 254 mm atau pada skala
pembacaan 10, telapak pembeban terbuat dari kuningan berbentuk segi
delapan dengan diameter 30,00 mm
4) Dua buah botol kapasitas 3,79 liter atau 1 galon masing-masing untuk
menyimpan larutan baku dan larutan kerja yang dapat ditempatkan di
atas rak dengan tinggi (915 ± 25) mm dari permukaan kerja,
5) Saringan No. 4 (4,75 mm),
6) Tabung penakar terbuat dari logam berdiamter bagian dalam 57 mm
yang mempunyai volume (85 ± 5) ml, dilengkapi dengan mistar
pendatar,
7) Corong dengan mulut lebar berdiameter 100,00 mm untuk
memindahkan benda uji ke dalam tabung plastik,
8) Panci lebar yang digunakan untuk mencampur bahan-bahan pembuat
larutan baju dan larutan kerja,
9) Arloji pengukur waktu dengan satuan menit dan detik,
10) Alat pengaduk dan oven dengan pengatur suhu (100 ± 5) °C,
11) Alat pengocok dapat digunakan salah satu dari alat berikut ini:
Alat pengocok mekanis setara pasir yang dapat bergerak sejauh
(203,2 ± 1,02) mm, dan dapat beroperasi sebanyak (175 + 2)
gerakan permit,
Alat pengocok manual yang mampu bergerak sebanyak 100
gerakan selama (45 ± 5) detik dengan jarak gerakan sejauh (l27 ±
5,08) mm,
Dengan menggunakan tangan yang mampu menggerakkan
tabung secara mendata sebanyak 90 gerakan selama 30 detik
sejauh 200 sampai dengan 250 mm.
(Tata cara pelaksanaan dapat disaksikan pada Link:https://youtu.be/gmpORwC5ccg)
52
c. Bahan Larutan Baku dan Bahan Larutan Kerja
1) Larutan baku,
Bahan-bahan larutan baku terdiri atas :
454 gram technical anhydrous CaCl2,
2050 gram (±1640 ml) USP glycerine,
47 gram (±45 ml) formaldahyde dengan kepekatan 40% isi dalam
larutan,
Air suling 1890 ml,
Saringan Wattnan nomor 12.
2) Larutan kerja,
Larutan baku sebanyak (85 ± 5) ml,
Air suling ± 3780 ml.
d. Benda Uji
1) Pasir alam, abu batu atau pasir hasil mesin pemecah batu disaring
dengan ayakan no. 4 (4,75 mm) sebanyak ± 1500 gram
2) Bahan disiapkan dengan cara perempat untuk memperoleh benda uji
sebanyak 4 x 85 ml
3) Persiapan benda uji dapat dilakukan dengan salah satu metode yaitu
metode kering udara atau metode pra-basah.
e. Persiapan benda uji
Persiapan larutan baku dan larutan kerja
1) Cara penyiapan larutan baku
(a) bahan-bahan ditimbang dengan ketentuan:
454 gram Technical Anhydrous CaCl2,
2050 gram (±1640 ml)USP Glycerine,
47 gram (±45 ml) Formaldehyde dengan kepekatan 40% isi
dalam larutan.
(b) larutan CaCl2 dicampurkan ke dalam 1890 ml air suling,
(c) disaring dengan saringan Wattman Nomor 12,
(d) Glycerine dan Formaldehyde ditambahkan ke dalam larutan tadi
kemudian aduk sampai merata.
53
2) Cara penyiapan larutan kerja
(a) (85 ± 5) ml larutan baku diencerkan dengan air suling sampai ± 3780
ml dan aduk sampai merata,
(b) dimasukkan ke dalam botol, tutup dengan tutup karet atau kayu
gabus yang telah dilengkapi dengan pipa-pipa.
Persiapan peralatan:
sebuah botol diisi dengan larutan kerja sebanyak 3,8 liter,
tempatkan botol lebih tinggi (914 ± 25) mm dari dasar tabung
plastik penguji,
pipa-pipa karet dipasang jika diperlukan, satu pipa karet ujungnya
dihubungkan dengan pipa siphon yang menyentuh dasar botol
larutan kerja, dan ujung lainnya dihubungkan dengan pipa
pengalir, hubungkan pipa karet yang lain dengan pipa tiup yang
terpasang pada tutup botol larutan kerja.
3) Persiapan Benda Uji
Gunakan salah satu metode penyiapan benda uji dari dua alternatif
metode berikut ini :
(a) Metode kering udara,
Isikan bahan yang sudah disaring dan diperempat sebanyak 85 ml ke
dalam tabung penakar sampai berlebih, kemudian padatkan dengan
cara mengetuk-ngetuk bagian bawah tabung penakar pada meja atau
permukaan yang keras sampai mantap, ratakan dengan
menggunakan mistar pendatar.
(b) Metode pra-basah,
Campur air pada bahan yang sudah disaring dan diperempat
sampai berupa pasta, remas-remas dengan tangan dan kepal-kepal
hingga bulat sehingga kalau dibiarkan tidak buyar,
Tambahkan air bila kadar air dalam pasta terlalu kering yang
mengakibatkan pasta akan buyar, keringkan pula bila ternyata
kelebihan air dan diaduk kembali agar merata,
Simpan pasta yang sudah disiapkan di dalam panci, tutup dengan
penutup kain atau lap, biarkan selama tidak kurang dari 15 menit,
54
Pindahkan contoh uji di atas kain lap tadi, bungkus dan aduk-aduk
dengan meremas-remas bagian luar kain pembungkus tersebut,
kumpulkan benda uji di tengah-tengah kain tersebut setelah
diperkirakan seragam,
Isikan benda uji sebanyak 85 ml ke dalam tabung penakar dan
tekan-tekan kembali dengan telapak tangan, padatkan dan
ratakan.
f. Cara pengujian
Dengan menggunakan salah satu alternatif metode, maka lakukan hal-hal
sebagai berikut :
1) Benda uji diambil sebanyak 85 ml, keringkan dalam oven pada suhu
(110 ± 5) °C sampai berat tetap kemudian dinginkan pada suhu ruang,
2) Tabung plastik diisi dengan larutan kerja sampai skala 5,
3) Benda uji yang sudah dikeringkan dan lolos saringan nomor 4 (4,76
mm) dimasukkan ke dalam tabung plastik, ketuk-ketukan untuk
beberapa saat kemudian diamkan selama 10 menit,
4) Tabung ditutup dengan penutup karet atau kayu gabus, kemudian
miringkan sampai hampir mendat dun kocok dengan salah satu alat
pengocok,
5) Larutan kerja ditambahkan dengan cara mengalirkan larutan melalui
pipa pengalir, mulai dari bagian bawah pasir bergerak ke atas, sehingga
lumpur yang terdapat di bawah permukaan pasir naik ke atas lapisan
pasir, tambahkan larutan kerja sampai skala 15, kemudian biarkan
selama (20 menit ± 15 detik),
6) Baca dan catat skala pembacaan permukaan koloid (A) sampai satu
angka di belakang koma,
7) Beban perlahan-lahan dimasukkan sampai permukaan lapisan pasir,
baca skala pembacaan pasir (B) yang ditunjukkan oleh keping skala
pembacaan pasir dikurangi dengan tinggi tangkai penunjuk (pada
umumnya skala 10), sampai satu angka di belakang koma.
55
g. Perhitungan
Nilai Setara Pasir (SP) dalam satuan persen dapat ditentukan dengan rumus
sebagai berikut :
B
Nilai SP = x 100 % …………………………………… (13)
A
Keterangan:
A = Skala pembacaan permukaan lumpur
B = Skala pembacaan pasir.
56
3.3.4 Pengujian Aspal
Pengujian terhadap aspal meliputi penetrasi aspal, titik lembek, titik nyala dan
titik bakar aspal, daktilitas, kehilangan berat aspal, penetrasi setelah kehilangan
berat, serta daktilitas setelah kehilangan berat.
57
Apabila contoh tidak cukup cair, maka contoh dipanaskan dengan hati-hati
dan aduk sedapat mungkin untuk menghindari terjadinya pemanasan setempat yang
berlebih. Lakukan pemanasan ini sampai contoh cukup cair untuk dituangkan.
Pemanasan contoh tidak boleh lebih dari 90 oC di atas titik lembeknya, pemanasan
tidak boleh lebih dari 60 menit, lakukan pengadukan untuk menjamin kehomogenan
contoh, dan jangan sampai ada gelembung udara dalam contoh,
1) benda uji aspal dituangkan ke dalam 2 (dua) cawan (duplo) benda uji sampai
batas ketinggian pada cawan benda uji,
2) benda uji didinginkan, tinggi benda uji tidak kurang dari 120% dari kedalaman
jarum pada saat pengujian penetrasi. Tuangkan benda uji ke dalam cawan yang
terpisah untuk setiap kondisi pengujian yang berbeda. Jika diameter cawan
benda uji kuran dari 65 mm dan nilai penetrasi diperkirakan lebih besar dari
200 maka tuangkan benda uji ke dalam empat cawan untuk setiap jenis kondisi
pengujian,
3) didinginkan pada temperatur antara 15 sampai dengan 30 °C selama 1 sampai
dengan 1,5 jam untuk benda uji dalam cawan kecil (55 mm x 35 mm) dan 1,5
jam sampai dengan 2 jam untuk benda uji dalam cawan yang besar, dan tutup
benda uji dalam cawan benda uji agar bebas dari debu,
4) benda uji dan transfer dish diletakkan dalam bak perendam pada temperatur
pengujian selama 1 jam sampai dengan 1,5 jam untuk cawan benda uji kecil
(55 mm x 35 mm) dan 1,5 jam sampai dengan 2 jam untuk cawan benda uji
besar.
e. Cara pengujian
1) pemegang jarum diperiksa agar jarum dapat dipasang dengan baik dan
bersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut lain yang sesuai
kemudian keringkan dengan lap bersih dan pasangkan pada pemegang
jarum. Apabila diperkirakan nilai penetrasi lebih besar dari 350
disarankan menggunakan jarum penetrasi yang panjang,
2) pemberat 50 gram diletakkan pada pemegang jarum untuk memperoleh
berat total 10 gram ± 0,1 gram kecuali disyaratkan berat total yang lain,
3) bila pengujian dilakukan penetrometer dalam bak perendam, letakkan
cawan berisi benda uji langsung pada alat penetrometer. Jaga cawan
58
benda uji agar tertutupi air dalam bak perendam. Apabila pengujian
dilakukan di luar bak perendam letakkan cawan berisi benda uji dalam
transfer dish, rendam cawan benda uji dengan air dari bak perendam
dan letakkan pada alat penetrometer,
4) pastikan kerataan posisi alat penetrometer dengan memeriksa
waterpass pada alat.
5) jarum diturunkan perlahan-lahan sampai jarum menyentuh permukaan
benda uji. Hal ini dilakukan dengan cara menurunkan jarum ke
permukaan benda uji sampai ujung jarum bersentuhan dengan
bayangan jarum dalam benda uji. Agar bayangan jarum dalam benda
uji tampak jelas gunakan lampu sorot dengan watt rendah (5 watt) agar
tidak mempengaruhi temperatur benda uji. Kemudian aturlah angka 0
pada arloji penetrometer sehingga jarum penunjuk berada pada posisi
angka 0 pada jarum penetrometer,
6) pemegang jarum dilepaskan selama waktu yang disyaratkan (5 detik ±
0,1 detik). Apabila wadah benda uji bergerak pada saat pengujian maka
pengujian dianggap gagal,
7) arloji penetrometer diatur (diputar) untuk mengukur nilai penetrasi dan
bacalah angka penetrasi yang ditunjukkan jarum penunjuk pada angka
0,1 mm terdekat,
8) Lakukan paling sedikit tiga kali pengujian untuk benda uji yang sama,
dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak tidak kurang 10 mm
dari dinding cawan dan tidak kurang 10 mm dari satu titik pengujian
dengan titik pengujian lainnya. Jika digunakan transfer dish, masukkan
benda uji dan transfer dish ke dalam bak perendam yang mempunyai
temperatur konstan pada setiap selesai satu pengujian benda uji.
Gunakan jarum yang bersih untuk setiap kali pengujian. Apabila nilai
penetrasi lebih dari 200, gunakan paling sedikit tiga jarum yang setelah
digunakan dibiarkan tertancap pada benda uji sampai tiga kali
pengujian selesai. Jika diameter cawan benda uji kurang dari 65 mm
dan nilai penetrasi diperkirakan lebih dari 200, buat setiap pengujian
59
dari tiga kali pengujian penetrasi dilakukan pada benda uji dalam cawan
yang terpisah.
(Tata cara pelaksanaan dapat disaksikan pada Link: https://youtu.be/FlNYNCZAKJU)
Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar ini berpedoman pada SNI 06-2433-
1991, berikut penjelasanya:
a. Tujuan
Tujuan metode ini adalah mendapatkan besaran cara titik nyala dan titik bakar
bahan aspal dengan clevenland open cup.
b. Peralatan
Peralatan yang dipakai dalam metode ini adalah sebagai berikut :
1) Termometer,
2) Cleveland open cup adalah cawan kuningan dengan bentuk dan ukuran
tertentu,
3) Pelat pemanas, terdiri atas logam untuk meletakkan cawan clevenland,
4) Sumber pemanasan, pembakar gas atau tungku listrik, atau pembakar
alkohol yang tidak menimbulkan asap atau nyala di sekitar bagian atas
cawan,
5) Penahan angin, alat yang menahan angin apabila digunakan nyala
sebagai pemanasan,
(Dapat disaksikan pada Link: https://youtu.be/GQnpanRWd5U )
c. Persiapan benda uji
Benda uji adalah contoh aspal sebanyak ± 100 gram yang dipersiapkan
dengan cara sebagai berikut :
1) Contoh aspal dipanaskan pada suhu ± 140 °C sampai cukup cair,
2) Kemudian cawan cleveland diisi sampai garis batas dan hilangkan
(pecahkan) gelembung udara yang ada pada permukaan cairan.
d. Cara Pengujian
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1) Cawan diletakan diatas pelat pemanas dan aturlah sumber pemanas
sehingga terletak di bawah titik tengah cawan,
60
2) Nyala api penguji diletakan dengan poros pada jarak 75 mm dari titik
tengah cawan,
3) Termometer ditempatkan tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak
6,4 mm di atas dasar cawan dan terletak pada satu garis yang
menghubungkan titik tengah cawan dan titik poros nyala penguji,
kemudian aturlah sehingga poros termometer terletak pada jarak ¼
diameter cawan dari tepi,
4) Penahan angin ditempatkan di depan nyala penguji,
5) Sumber pemanas dinyalakan dan aturlah pemanasan sehingga kenaikan
suhu menjadi (15 ± 1) oC per menit sampai benda uji mencapai suhu 56
o
C di bawah titik nyala perkiraan,
6) Kemudian kecepatan pemanasan di-set 5 oC sampai 6 oC per menit pada
suhu antara 56 oC dan 28 oC dibawah titik nyala perkiraan,
7) Nyala penguji dinyalakan dan aturlah agar diameter nyala penguji
tersebut menjadi 3,2 sampai 4,8 mm,
8) Nyala penguji diputar sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke
tepi cawan) dalam waktu satu detik, ulangi pekerjaan tersebut setiap
kenaikan suhu 2 oC,
9) Lanjutkan pekerjaan (urutan 6 sd 8) sampai terlihat nyala singkat pada
suatu titik di atas permukaan benda uji, bacalah suhu pada termometer
dan catat,
10) Lanjutkan urutan pekerjaan 9 sampai terlihat nyala yang agak lama
sekurang-kurangnya 5 detik di atas permukaan benda uji, bacalah suhu
pada termometer dan catat,
11) Pemeriksaan yang tidak memenuhi syarat toleransi, dianggap gagal dan
harus diulang.
61
Tabel 3. 2 Daftar Toleransi Suhu
Titik Nyala dan Titik Ulangan oleh satu orang Ulangan oleh beberapa
Bakar dengan satu alat orang dengan satu alat
Titik Nyala
175 °C sampai 550 °F 8 °C (15 °F) 17 °C (30 °F)
Titik Bakar
Lebih Dari 8 °C (15 °F) 14 °C (25 °F)
Sumber: Pustran-Balitbang PU, (1991)
62
7) termometer.
c. Bahan dan media
1) Cairan perendam, terdiri atas,
Air suling yang sudah dididihkan
Gliserin. mempunyai titik nyala 160 °C
Ethylene glycol, dengan titik didih antara 193 °C sampai dengan
204 °C
2) Media persiapan benda uji
Untuk menghindari pelekatan aspal pada pelat persiapan benda uji,
ketika aspal dituang ke dalam cincin. Sebelum digunakan bagian atas
pelat persiapan benda uji diberi lapisan tipis silikon, campuran gliserin
dan dextrin, talk atau china clay.
d. Persiapan benda uji
1) Bila pengujian tidak dapat dilakukan dalam waktu 6 jam, maka jangan
lakukan persiapan pembuatan benda uji,
2) Contoh dipanaskan dan diaduk dengan teratur untuk menghindari
pemanasan berlebih pada suatu tempat dan menghindari terjadinya
gelembung pada saat benda uji dituang, setelah cair aspal siap untuk
dituang.
3) Aspal dipanaskan tidak lebih dari 2 jam sampai temperatur penuangan
dapat lebih dari 110 °C atau di atas titik lembek aspal yang
diperkirakan,
4) Bila pengujian harus diulangi,maka gunakan contoh uji yang baru pada
wadah yang bersih,
5) 2 cetakan cincin dipanaskan pada temperatur penuangan, kemudian
letakkan cetakan cincin di atas pelat persiapan benda uji yang telah
diberi salah satu dari media persiapan benda uji,
6) Aspal yang telah dipanaskan dituangkan ke dua cetakan cincin sampai
berlebih. Diamkan benda uji selama 30 menit pada temperatur udara.
Untuk benda uji yang lunak pada temperatur ruang. Diamkan benda uji
sekurangnya 30 menit pada temperatur udara (10 °C di bawah titik
lembek yang diperkirakan). Waktu dari saat benda uji dituang sampai
63
benda uji dilepaskan dari pelat persiapan benda uji tidak boleh lebih
dari 240 menit,
7) Bila benda uji telah dingin, potong bagian aspal yang berlebih di atas
cincin dengan pisau atau spatula panas, sehingga lapisan aspal pada
cincin penuh dan rata dengan bagian atas cincin.
e. Pengujian
1) Pilih salah satu cairan perendam dan termometer yang sesuai untuk
titik pengujian lembek.
air suling yang telah dididihkan untuk titik lembek antara 30 °C
sampai dengan 80 °C, gunakan termometer 15 °C, temperatur
pemanasan bejana perendam mulai pada 5 °C ± 1 °C,
gliserin untuk titik lembek di atas 80 °C sampai dengan 157 °C,
gunakan termometer 16 ºC, temperatur pemanasan bejana
perendam mulai pada 30 °C ± 1 °C,
ethylene Glycol untuk titik lembek antara 30 °C sampai 110 °C,
gunakan termometer 16 °C, temperatur pemanasan bejana
perendam mulai pada 5 °C ± 1 °C,
untuk keperluan pengawasan, semua titik lembek sampai dengan
80 °C, dapat ditentukan menggunakan cairan perendam air suling
dan titik lembek di atas 80 °C, dapat ditentukan menggunakan
cairan perendam gliserin.
2) Peralatan, benda uji, pengarah bola dan termometer disiapkan. Isi
bejana perendam dengan cairan perendam sampai dengan 105 ± 3 mm,
masukkan peralatan pada tempatnya dalam bak perendam. Bila
menggunakan ethylene glycol, pastikan penghisap udara berfungsi
untuk menghindari uap beracun.
3) Dua bola baja ditempatkan pada dasar bak perendam dengan
menggunakan penjepit, agar benda uji memperoleh temperatur yang
merata.
4) Bejana perendam dan peralatan ditempatkan di dalamnya pada air es di
dalam bak perendam, pertahankan temperatur perendaman selama 15
64
menit. Jaga dengan hati-hati tidak terjadinya kontaminasi antara cairan
perendam dalam bejana dengan air es dalam bak perendam.
5) Bola baja yang telah dikondisikan diletakkan dalam bak perendam
menggunakan penjepit di atas alat pengarah bola.
6) Bejana perendam dipanaskan dengan kecepatan rata-rata kenaikan
temperatur 5 °C/menit. Bila perlu lindungi bejana perendam dari angin
menggunakan penghalang. Kecepatan rata-rata pemanasan tidak
berlebih selama proses pengujian. Maksimum variasi kenaikan
temperatur untuk periode 1 menit pertama sampai menit ke 3 adalah ±
0,5 °C. Kenaikan kecepatan temperatur di luar batas yang diizinkan
harus diulang.
7) Temperatur pada saat bola yang diselimuti aspal jatuh menyentuh pelat
dasar dicatat. Tidak ada koreksi untuk temperatur pemanasan. Bila
perbandingan antara 2 temperatur pada saat bola baja yang diselimuti
aspal jatuh menyentuh pelat dasar terdapat perbedaan melebihi 1 °C,
ulangi pengujian titik lembek.
(Tata cara pelaksanaan dapat disaksikan pada Link: https://youtu.be/FiiYEZkzQ2g
dan Link: https://youtu.be/o6j8QWQSfmY )
f. Perhitungan
1) Penentuan titik lembek dari benda uji yang menggunakan cairan
perendam air mempunyai titik lembek lebih rendah dari benda uji yang
diuji menggunakan cairan perendam gliserin. Titik lembek ditentukan
dengan kesepakatan bahwa perbedaan hanya untuk titik lembek sedikit
di atas 80 °C,
2) Perubahan dari cairan perendam air ke gliserin untuk titik lembek di
atas 80 °C tidak selalu ada, kemungkinan titik lembek terendah aspal
pada cairan perendam gliserin adalah 84,5 °C,
Koreksi untuk aspal adalah ±4,2 °C, untuk memastikan hal ini,
ulangi pengujian pada cairan perendam air.
Bila dalam keadaan rata-rata dari 2 temperatur yang ditentukan
pada cairan perendam gliserin adalah 80 °C atau lebih rendah
untuk aspal, ulangi pengujian pada cairan perendam air.
65
3) Untuk mengubah titik lembek sedikit diatas 80 °C, tentukan pada cairan
perendam air dan juga pada cairan perendam gliserin. Untuk Koreksi
aspal adalah ±4,2 °C, untuk memastikan hal ini, ulangi pengujian pada
cairan perendam gliserin.
Dalam hal rata-rata dari penentuan 2 temperatur pada cairan
perendam air adalah 85 °C atau lebih tinggi, ulangi pengujian
pada cairan perendam gliserin.
Hasil yang diperoleh menggunakan cairan perendam ethylene
glycol berbeda dengan menggunakan cairan perendam air dan
gliserin.
Beberapa rumus dapat digunakan untuk menghitung perbedaan pada
aspal:
Titik lembek (gliserin)
= 1,026583 x TL (ethylene glycol) -1,334968°C ….…..…….(16)
Titik lembek (air)
= 0,97418 x TL (ethylene glycol) -1,44459°C …………..….(17)
66
4) Mesin uji ketentuan sebagai berikut:
5) Dapat menarik benda uji dengan kecepatan yang tetap,
6) Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan
getaran selama pemeriksaan,
7) bahan methyl alkohol teknik atau glycerin teknik.
67
pemegang benda uji, pada saat benda uji putus (dalam sentimeter),
selama percobaan berlangsung benda uji harus selalu terendam
sekurang-kurangnya 25 mm dalam air dan suhu harus dipertahankan
tetap (25 oC ± 0.5 oC),
3) Apabila benda uji menyentuh dasar mesin uji tau terapung pada
permukaan air maka pengujian dianggap tidak normal, untuk
menghindari hal semacam ini maka berat jenis air harus disesuaikan
dengan berat jenis benda uji dengan menambah methyl alkohol atau
glycerin, apabila pemeriksaan normal tidak berhasil setelah dilakukan
3 kali maka dilaporkan bahwa pengujian daktilitas bitumen tersebut
gagal.
(Tata cara pelaksanaan dapat disaksikan pada Link:
https://youtu.be/MWjfIYOON7I dan Link: https://youtu.be/7AbC9--pcMY )
68
1) bejana diisi dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas
piknometer yang tidak terendam 40 mm, kemudian rendam dan jepitlah
bejana tersebut dalam bak perendam sehingga perendam sekurang-
kurangnya 100 mm, aturlah suhu bak perendam pada suhu 25 °C,
2) piknometer dibersihkan, dikeringkan, dan ditimbanglah dengan
ketelitian 1 mg, (A)
3) bejana diangkat dari bak perendam dan isilah piknometer dengan air
suling kemudian tutuplah piknometer tanpa ditekan,
4) piknometer diletakkan ke dalam bejana dan tekanlah penutup sehingga
rapat, kembalikan bejana berisi piknometer ke dalam bak perendam,
diamkan bejana tersebut di dalam bak perendam selama sekurang-
kurangnya 30 menit,kemudian angkatlah dan keringkan dengan lap,
timbanglah piknometer dengan ketelitian 1 mg, (B)
5) contoh bitumen keras atau ter dipanaskan sejumlah 100 gram, sampai
menjadi cair dan aduklah untuk mencegah pemanasan setempat,
pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit pada suhu 111 °C di atas
titik lembek aspal,
6) benda uji tersebut dituangkan ke dalam piknometer yang telah kering
hingga terisi ¾ bagian,
7) biarkan piknometer sampai dingin, selama tidak kurang dari 40 menit
dan timbanglah dengan penutupnya dengan ketelitian 1 mg, (C)
8) piknometer yang berisi benda uji diisi dengan air suling dan tutuplah
tanpa ditekan, diamkan agar gelembung-gelembung udara keluar,
9) bejana dari bak perendam diangkat dan letakkan piknometer di
dalamnya dan kemudian tekanlah penutup hingga rapat, masukkan dan
diamkan bejana ke dalam bak perendam selama sekurang-kurangnya 30
menit, ankat keringkan, dan timbanglah piknometer. (D).
e. Perhitungan
Hitunglah berat jenis dengan rumus:
𝛿 ………………………………………………….... (18)
Keterangan:
δ = berat jenis aspal
69
A = berat piknometer dengan penutup (gram)
B = berat piknometer berisi air (gram)
C = berat piknometer berisi aspal (gram)
D = berat piknometer berisi asal dan air (gram)
Pemeriksaan kehilangan berat aspal (thick film test) ini berpedoman pada SNI
06-2440-1991, berikut penjelasannya:
a. Tujuan
Tujuan metode ini adalah menentukan kehilangan berat minyak dan aspal,
yang dinyatakan dalam persen berat semula.
b. Peralatan
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
1) Termometer,
2) Oven yang dilengkapi dengan:
a. Pengatur suhu untuk memanasi sampai 180 °C ± 1 °C:
b. Pinggan logam berdiameter 35 cm, menggantung pada oven pada
poros vertikal dan berputar dengan kecepatan 5 sampai 6 putaran per
menit,
3) Cawan baja tahan karat atau aluminium berbentuk silinder dengan dasar
yang rata, ukuran dalam: 140 mm, tinggi 9,5 mm dan tebal 0,64 mm –
0,76 mm.
4) Neraca analitik, dengan kapasitas (200 ± 0,001) gram
c. Persiapan benda uji
Benda uji adalah minyak atau aspal sebanyak 100 gram, yang dipersiapkan
dengan cara sebagai berikut:
1) Contoh minyak atau aspal diaduk serta panaskan bila perlu untuk
mendapatkan campuran yang merata,
2) Contoh dituangkan kira-kira (50,0 ± 0,5) gram ke dalam cawan dan
setelah dingin timbanglah dengan ketelitian 0,01 gram (A),
3) Benda uji yang diperiksa harus bebas air,
4) Benda uji dipersiapkan ganda (duplo)
d. Cara pengujian
70
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
1) Benda uji diletakan di atas pinggan setelah oven mencapai suhu (163
°C ± 1 °C),
2) Termometer dipasang pada dudukannya sehingga terletak pada tengah-
tengah antara pinggir pinggan dan poros (sumbu) dengan ujung 6 mm
di atas pinggan,
3) Benda uji diambil dari dalam oven setelah 5 jam sampai 5 jam 15 menit,
4) Benda uji didinginkan pada suhu ruang, kemudian timbanglah dengan
ketelitian 0,01 gram (B),
5) Apabila hasil pemeriksaan tidak semuanya sama maka benda uji dengan
hasil yang sama dikelompokkan untuk pemeriksaan ulang.
(Tata cara pelaksanaan dapat disaksikan pada Link:https://youtu.be/AYU18iwLIRY)
e. Perhitungan
Penurunan Berat = 100% ............................................(19)
Keterangan:
A = berat benda uji semula
B = berat benda uji setelah pemanasan
71
3.3.6 Pembuatan Benda Uji Campuran (SNI 06-2489-1991)
a. Peralatan
Terdiri atas:
1) Tiga buah cetakan benda uji diameter 101,6 mm (4 in), tinggi 76,2 mm
(3 in) lengkap dengan pelat atas dan leher sambung.
2) Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap dengan:
Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang
berbentuk silinder, dengan berat 4.536 gram (± 9 gram) dan tinggi
jatuh bebas 457,2 mm ± 15,24 mm (18 inci ± 0,6 in).
Landasan pemadat terdiri atas balok kayu (jati atau yang sejenis)
mempunyai berat isi 0,67 – 0,77 kg/cm3(dalam kondisi kering)
dengan ukuran 203,2 x 203,2 x 457,2 mm (8 x 8 x 18 in)
dilapisidengan pelat baja berukuran 304,8 x 304,8 x25,4 mm (12
x 12 x 1 in) dan dijangkarkan pada lantai beton di keempat bagian
sudutnya.
Pemegang cetakan benda uji.
3) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur temperatur yang mampu
memanaskan campuran sampai 200 °C ± 3 °C,
4) Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji
berkapasitas 2 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan
berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 gram,
5) Termometer logam (metal thermometer) berkapasitas 10 °C sampai 204
°C dengan ketelitian 2,8 °C,
6) Alat pengeluar benda uji,
7) Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam
cetakan, digunakan alat pengeluar benda uji (extruder) dengan diameter
100 mm (3,95 in).
8) Perlengkapan lain:
Wadah untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran beraspal,
Sendok pengaduk dan spatula,
Kompor atau pemanas (hot plate).
72
Sarung tangan dari asbes, karet serta pelindung pernafasan
(masker).
b. Prosedur Pengerjaan
o o
1) Keringkan agregat pada temperatur 105 C - 110 C sekurang
kurangnya selama 4 jam di dalam oven,
2) Keluarkan agregat dari oven dan tunggu sampai beratnya tetap,
3) Pisah-pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan
cara penyaringan dan lakukan penimbangan,
4) Lakukan pengujian kekentalan aspal untuk memperoleh temperatur
pencampuran dan pemadatan,
5) Panaskan agregat pada temperatur 28 °C di atas temperatur
pencampuran sekurang -kurangnya 4 jam di dalam oven,
6) Panaskan aspal sampai mencapai kekentalan (viskositas) yang
disyaratkan untuk pekerjaan pencampuran dan pemadatan seperti
diperlihatkan pada Tabel 9.
7) Pencampuran benda uji
Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ± 1200
gramsehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5 mm ±
1,27 mm (2,5 ± 0,05 inc),
Panaskan wadah pencampur kira-kira 28 °C di atas temperatur
pencampuran aspal keras,
Masukkan agregat yang telah dipanaskan ke dalam wadah
pencampur,
Tuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti
pada Tabel 9 sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang
sudah dipanaskan, kemudian aduk dengan cepat sampai agregat
terselimuti aspal secara merata.
8) Pemadatan benda uji
Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka
penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara 90
°C – 150 °C,
73
Letakkan cetakan di atas landasan pemadat dan ditahan dengan
pemegang cetakan,
Letakkan kertas saring atau kertas penghisap dengan ukuran
sesuai ukuran dasar cetakan,
Masukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk
campuran dengan spatula yang telah dipanaskan sebanyak 15 kali
di sekeliling pinggirannya dan 10 kali di bagian tengahnya,
Letakkan kertas saring atau kertas penghisap di atas permukaan
benda uji dengan ukuran sesuai cetakan,
Padatkan campuran dengan temperatur yang disesuaikan dengan
kekentalan aspal yang digunakan dengan 2 x 75 kali jumlah
tumbukan:
Pengujian kepadatan mutlak campuran beraspal untuk lalu-lintas
berat dilakukan pemadatan sebanyak 400 kali tumbukan,
Pelat alas berikut leher sambung dilepas dari cetakan benda uji,
kemudian cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang
kembali pelat alas berikut leher sambung pada cetakan yang
dibalikkan tadi,
Permukaan benda uji yang sudah dibalikkan tadi ditumbuk
kembali dengan jumlah tumbukan yang sama sesuai dengan (6)
dan (7),
Sesudah dilakukan pemadatan campuran, lepaskan pelat alas dan
pasang alat pengeluar pada permukaan ujung benda uji tersebut,
Keluarkan dan letakkan benda uji di atas permukaan yang rata
dan diberi tanda pengenal serta biarkan selama kira-kira 24 jam
pada temperatur ruang,
Bila diperlukan untuk mendinginkan benda uji, dapat digunakan
kipas angin.
74
3.3.7 Metode Pengujian Campuran Beraspal Panas dengan Alat Marshall
(SNI 06-2489-1991)
a. Tujuan
Untuk mendapatkan suatu campuran aspal yang memenuhi ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan di dalam kriteria perencanaan.
b. Peralatan
1) Alat Marshall lengkap dengan:
Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung, dengan
jari- jari bagian dalam 50,8 mm (2 in),
Dongkrak pembebanan (loading jack) yang digerakkan secara
elektrik dengan kecepatan pergerakan vertikal 50,8 mm/menit (2
in/menit),
Cincin penguji (proving ring) dengan kapasitas 2500 kg dan atau
5000 kg, dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,0025
mm (0,001 in).
Arloji pengukur pelelehan dengan ketelitian 0,25 mm (0,1 in)
beserta perlengkapannya.
2) Tiga buah cetakan benda uji diameter 101,6 mm (4 in), tinggi 76,2 mm
(3 in) lengkap dengan pelat atas dan leher sambung.
3) Penangas air (water bath) dengan kedalaman 152,4 mm (6 in) yang
dilengkapi dengan
4) Pengatur temperatur yang dapat memelihara temperatur penangas air
pada 60 °C ± 1 °C,
5) Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji
berkapasitas 2 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan
berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 gram,
6) Termometer gelas untuk pengukur temperatur air dalam penangas
dengan sensitivitas sampai 0,2 °C,
c. Persiapan Benda Uji
1) Bersihkan benda uji dari kotoran yang menempel,
2) Ukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm (0,004 in),
3) Timbang benda uji,
75
4) Rendam benda uji dalam air selama kira-kira 24 jam pada temperatur
ruang,
5) Timbang benda uji di dalam air untuk mendapatkan isi dari benda uji,
6) Timbang benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh.
d. Cara pengujian
Lamanya waktu yang diperlukan dari diangkatnya benda uji dari pemanas air
sampai tercapainya beban maksimum saat pengujian tidak boleh melebihi 30 detik.
1) Rendamlah benda uji dalam penangas air selama 30 – 40 menit dengan
temperatur tetap 60 °C ± 1 °C untuk benda uji,
2) Keluarkan benda uji dari penangas air dan letakkan dalam bagian
bawah alat penekan uji Marshall,
3) Pasang bagian atas alat penekan uji Marshall di atas benda uji dan
letakkan seluruhnya dalam mesin uji Marshall
4) Pasang arloji pengukur pelelehan pada kedudukannya di atas salah satu
batang penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol,
sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang teguh pada bagian
atas kepala penekan,
5) Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda uji
dinaikkan hingga menyentuh alas cincin penguji,
6) Atur jarum arloji tekan pada kedudukan angka nol,
7) Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar
50,8 mm (2 in) per menit sampai pembebanan maksimum tercapai,
untuk pembebanan menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji
tekan dan catat pembebanan maksimum (stabilitas) yang dicapai. Untuk
benda uji dengan tebal tidak sama dengan 63,5 mm, beban harus
dikoreksi dengan faktor pengali seperti diperlihatkan pada Tabel 3.8,
8) Catat nilai pelelehan (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji
pengukur pelelehan pada saat pembebanan maksimum tercapai.
e. Perhitungan
Untuk menghitung hasil pengujian stabilitas Marshall, hasil pembacaan alat
x faktor koreksi ukuran sampel. Bila pengujian menggunakan alat uji Marshall
dengan jarum penunjuk (dial gauge), maka hasil pengujian dikalikan lagi dengan
76
hasil kalibrasi jarum penunjuk (defleksi) alat uji. Pembacaan jarum penunjuk
(defleksi dial gauge). Perlu diinterpolasi.
(Tata cara pelaksanaan dapat disaksikan pada Link: https://youtu.be/-l09FB0Fn9E ,
https://youtu.be/OUyINxFP_GI, https://youtu.be/YBZvVevwYIA dan Link:
https://youtu.be/YBZvVevwYIA)
77
Tabel 3. 4 Faktor Koreksi Stabilitas
78
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Asal Bahan :
Batu Pecah 1-2 cm Ex. Kubu – Karangasem
Alat yang digunakan :
1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat sampel.
2. Satu set/susunan saringan dari 25,0 mm (1"); 19,0 mm (3/4"); 12,5 mm
(1/2"); 9,5 mm (3/8"); 4,75 mm (no.4”); 2,36 mm (no.8”); 1,18 mm
(no.16”); 0,6 mm (no.30”); 0,3 mm (no.50”); 0,15 mm (no.100”); 0,075 mm
(no.200”).
3. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai 110±5°C.
4. Mesin pengguncang/pengayak saringan.
5. Talam, kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.
Hasil Analisis :
79
Tabel 4. 1 Hasil Analisa Ayakan Agregat Kasar (1-2 cm) Pengujian I
Ukuran Saringan Berat Jumlah berat Persen
Persen
tertahan tertahan tertahan
Inchi mm lolos (%)
(gram) (gram) (%)
1 1/2” 37.5 0,00 0,0 0,00 100,00
1" 25 0,00 0,00 0,00 100,00
3/4” 19 116,40 116,40 5,82 94,18
1/2” 12.5 1127,40 1243,80 62,19 37,81
3/8” 9.5 555,10 1798,90 89,95 10,06
No.4 4.75 196,40 1995,30 99,77 0,24
No.8 2.36 0,00 1995,30 99,77 0,24
No.16 1.18 0,00 1995,30 99,77 0,24
No.30 0.6 0,00 1995,30 99,77 0,24
No.50 0.3 0,00 1995,30 99,77 0,24
No.100 0.15 0,40 1995,70 99,79 0,22
No.200 0.075 1,00 1996,70 99,84 0,16
Pan 3,30 2000,00 100,00 0,00
Sumber: Hasil Penelitian, 2020
80
Tabel 4. 3 Rata-rata Persentase Lolos Agregat Kasar (1-2 cm)
Persen Lolos Kumulatif (%)
Ukuran Saringan
Batu Pecah (1-2 cm)
Inchi mm I II Rata-rata
1 1/2” 37.5 100,00 100,00 100,00
1" 25 100,00 100,00 100,00
3/4” 19 94,18 96,00 95,09
1/2” 12.5 37,81 44,04 40,92
3/8” 9.5 10,06 12,37 11,21
No.4 4.75 0,24 0,17 0,20
No.8 2.36 0,24 0,17 0,20
No.16 1.18 0,24 0,17 0,20
No.30 0.6 0,24 0,17 0,20
No.50 0.3 0,24 0,17 0,20
No.100 0.15 0,22 0,17 0,19
No.200 0.075 0,16 0,15 0,16
Pan 0,00 0,00 0,00
Sumber: Hasil Penelitian, 2020
Data ukuran saringan (mm) dan data persentase lolos kumulatif rata-rata (%)
kemudian diplot ke dalam grafik dengan sumbu x dan sumbu y skala normal serta
grafik dengan sumbu x skala log dan sumbu y skala normal.
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
0.1 1 10 100
Ukuran Saringan (mm)
Ag. 1-2
81
Dari hasil grafik tersebut disimpulkan bahwa agregat kasar (CA) merupakan
agregat dengan gradasi seragam.
82
Tabel 4. 5 Hasil Analisa Ayakan Agregat Sedang (0,5-1 cm) Pengujian II
Ukuran Saringan Berat Jumlah berat Persen
Persen
tertahan tertahan tertahan
Inchi mm lolos (%)
(gram) (gram) (%)
1 1/2” 37.5 0,0 0,0 0,00 100,00
1" 25 0,0 0,0 0,00 100,00
3/4” 19 0,0 0,0 0,00 100,00
1/2” 12.5 0,0 0,0 0,00 100,00
3/8” 9.5 64,8 64,8 3,24 96,76
No.4 4.75 1785,0 1849,8 92,49 7,51
No.8 2.36 144,8 1994,6 99,73 0,27
No.16 1.18 2,2 1996,8 99,84 0,16
No.30 0.6 0,0 1996,8 99,84 0,16
No.50 0.3 0,0 1996,8 99,84 0,16
No.100 0.15 0,1 1996,9 99,85 0,16
No.200 0.075 0,8 1997,7 99,89 0,11
Pan 2,3 2000,00 100,00 0,00
Sumber: Hasil Penelitian, 2020
83
Data ukuran saringan (mm) dan data persentase lolos kumulatif rata-rata (%)
kemudian diplot ke dalam grafik dengan sumbu x dan sumbu y skala normal serta
grafik dengan sumbu x skala log dan sumbu y skala normal.
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
0.01 0.1 1 10 100
Ukuran Saringan (mm)
Ag. 0,5-1
84
Tabel 4. 7 Hasil Analisa Ayakan Agregat Halus Pengujian I
Ukuran Saringan Berat Jumlah berat Persen
Persen
tertahan tertahan tertahan
Inchi mm lolos (%)
(gram) (gram) (%)
1 ½” 37.5 0,0 0,0 0,00 100,00
1” 25 0,0 0,0 0,00 100,00
¾” 19 0,0 0,0 0,00 100,00
½” 12.5 0,0 0,0 0,00 100,00
3/8” 9.5 0,0 0,0 0,00 100,00
No.4 4.75 34,3 34,3 3,43 96,57
No.8 2.36 254,0 288,3 28,83 71,17
No.16 1.18 230,9 519,2 51,92 48,08
No.30 0.6 165,3 684,5 68,45 31,55
No.50 0.3 128,6 813,1 81,31 18,69
No.100 0.15 81,0 894,1 89,41 10,59
No.200 0.075 61,7 955,8 95,58 4,42
Pan 44,2 1000,0 100,00 0,00
Sumber: Hasil Penelitian, 2020
85
Tabel 4. 9 Rata-rata Persentase Lolos Agregat Halus
Persen Lolos Kumulatif (%)
Ukuran Saringan
Batu Pecah (0,5-1 cm)
Inchi mm I II Rata-rata
1 ½” 37.5 100,00 100,00 100,00
1” 25 100,00 100,00 100,00
¾” 19 100,00 100,00 100,00
½” 12.5 100,00 100,00 100,00
3/8” 9.5 100,00 100,00 100,00
No.4 4.75 96,57 100,00 98,29
No.8 2.36 71,17 97,14 84,16
No.16 1.18 48,08 67,37 57,73
No.30 0.6 31,55 42,74 37,15
No.50 0.3 18,69 23,72 21,21
No.100 0.15 10,59 12,16 11,38
No.200 0.075 4,42 4,02 4,22
Pan 0,00 0,00 0,00
Sumber: Hasil Penelitian, 2020
Data ukuran saringan (mm) dan data persentase lolos kumulatif rata-rata (%)
kemudian diplot ke dalam grafik dengan sumbu x dan sumbu y skala normal serta
grafik dengan sumbu x skala log dan sumbu y skala normal.
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0.01 0.1 1 10 100
Ukuran Saringan (mm)
Ag. halus
86
Dari hasil grafik tersebut disimpulkan bahwa agregat halus (FA) merupakan
agregat dengan gradasi menerus.
4.2 Pengujian dan Analisis Karakteristik Agregat Kasar (CA dan MA)
Asal Bahan :
Batu Pecah 1-2 cm Ex. Kubu – Karangasem
Alat yang digunakan :
1) Keranjang kawat ukuran 3,35 mm atau 2,36 mm dengan kapasitas ± 5 kg.
2) Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai dengan pemeriksaan.
3) Timbangan dengan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1% pori berat contoh
yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
4) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110
± 5) °C.
5) Alat pemisah contoh.
6) Saringan no. 4 (4,75 mm).
Pemeriksaan terhadap berat jenis agregat kasar dilakukan sebanyak dua kali.
Peralatan yang digunakan antara lain : Keranjang kawat, tempat air, timbangan
besar, Oven, Alat pemisah, saringan.
Data selengkapnya dapat dilihat pada dapat dilihat pada Tabel 4.10.
87
Tabel 4. 10 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar (1-2 cm)
Pemeriksaan
No Uraian
I II Rata-Rata
Berat B.Uji Kering Oven (Bk),
1 1969,7 2000,8 1985,25
Gram
Berat B. Uji SSD di Udara (Bj),
2 2027,9 2060,8 2044,35
Gram
3 Berat B. Uji di Air 25oC (Ba), Gram 1173,8 1181,3 1177,55
4 Bulk S.G = Bk/(Bj - Ba) 2,306 2,275 2,291
5 Bulk S.G (SSD) = Bj/(Bj - Ba) 2,374 2,343 2,359
6 Apparent S.G = Bk/(Bk - Ba) 2,475 2,441 2,458
7 Absorption = (Bj - Bk)/Bk * 100% 2,955 2,999 2,977
Sumber: Hasil Penelitian, 2020
Berdasarkan hasil pemeriksaan berat jenis agregat kasar (1-2 cm), diperoleh
hasil penyerapan agregat sebesar 2,955% pada sample I serta sebesar 2,999% pada
sample II. Ini menunjukan bahwa agregat kasar pada sampel I dan sampel II dapat
digunakan karena telah memenuhi persyaratan Departemen Pekerjaan Umum
(DPU) dan nilai rata-rata dari kedua sampel diatas adalah 2,977%. Nilai spesifikasi
untuk penyerapan air maksimum 3%. Pada spesifikasi umum yang dikeluarkan
DPU tahun 2010, tidak ada batasan untuk nilai minimum berat jenis semu.
Asal Bahan :
Batu Pecah 1-2 cm Ex. Kubu – Karangasem
Alat yang digunakan :
1) Saringan ukuran 4,75 mm (No. 4)
2) Timbangan
3) Oven
4) Sampel: agregat kasar yang tertahan pada saringan ukuran 4,75 mm (No. 4)
88
Pemeriksaan kadar lumpur dilakukan terhadap agregat kasar sebanyak dua
kali. Alat yang digunakan adalah : Saringan No. 4, timbangan, oven.
Hasil dari pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar dapat dilihat pada tabel di
bawah.
89
4.2.1.3 Pemeriksaan Soundness Test
Asal Bahan :
Batu Pecah 1-2 cm Ex. Kubu – Karangasem
Alat yang digunakan :
1) Timbangan
2) Oven
3) Ayakan
4) Larutan, larutan natrium sulfat atau larutan magnesium sulfat
90
4.2.1.4 Pemeriksaan Keausan Agregat
Asal Bahan :
Batu Pecah 1-2 cm Ex. Kubu – Karangasem
Alat yang digunakan :
1) Mesin abrasi Los Angeles,
2) Saringan No.12 (1,70 mm) dan saringan-saringan lainnya,
3) Timbangan, dengan ketelitian 0,1% terhadap berat contoh atau 5 gram,
4) Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1 27/32 inci) dan berat
masing-masing antara 390 gram sampai dengan 445 gram,
5) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur temperatur untuk memanasi sampai
dengan 110°C ± 5 °C,
6) Alat bantu pan dan kuas.
91
Sumber: Hasil Penelitian, 2020
Dari hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar didapat:
Berat jenis oven (Bulk SG) = 2,291
Berat jenis SSD = 2,359
Berat jenis semu (Apparent SG) = 2,458
Penyerapan air = 2,977%
Data hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar sudah
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan Kementerian PU RI-Ditjen Bina Marga,
2010 (revisi 3), Soundness test sudah memenuhi syarat karena memiliki hasil
3,987% dibawah nilai spesifikasi maksimum 12%. Kadar lumpur serta keausan
agregat sudah memenuhi syarat.
92
4.2.2 Pemeriksaan Agregat Sedang (MA)
Asal Bahan :
Batu Pecah 0,5 - 1 cm Ex. Kubu – Karangasem
Alat yang digunakan :
1) Keranjang kawat ukuran 3,35 mm atau 2,36 mm dengan kapasitas ± 5 kg.
2) Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai dengan pemeriksaan.
3) Timbangan dengan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1% pori berat contoh
yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
4) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110
± 5) °C.
5) Alat pemisah contoh.
6) Saringan no. 4 (4,75 mm).
Tabel 4. 15 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis & Penyerapan Agregat Sedang (0,5-1
cm)
Pemeriksaan
No Uraian
I II Rata-Rata
Berat B.Uji Kering Oven (Bk),
1 1998,4 2000,4 1999,4
Gram
Berat B. Uji SSD di Udara (Bj),
2 2054,2 2056,1 2055,15
Gram
3 Berat B. Uji di Air 25oC (Ba), Gram 1236,3 1241,1 1238,7
4 Bulk S.G = Bk/(Bj - Ba) 2,443 2,454 2,449
5 Bulk S.G (SSD) = Bj/(Bj - Ba) 2,512 2,523 2,517
6 Apparent S.G = Bk/(Bk - Ba) 2,622 2,635 2,628
7 Absorption = (Bj - Bk)/Bk * 100% 2,792 2,784 2,788
93
Sumber: Hasil Penelitian, 2020
Asal Bahan :
Batu Pecah 0,5 - 1 cm Ex. Kubu – Karangasem
Alat yang digunakan :
1) Saringan ukuran 4,75 mm (No. 4)
2) Timbangan
3) Oven
4) Sampel: agregat kasar yang tertahan pada saringan ukuran 4,75 mm (No. 4)
Petugas : I Gede Ngurah Arya Yudistira (1805511031)
Visto Richardo (1805511041)
Pemeriksaan kadar lumpur dilakukan terhadap agregat sedang sebanyak dua
kali. Saringan No. 4, timbangan, oven.
Hasil dari pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar dapat dilihat pada tabel di
bawah.
94
Tabel 4. 16 Pemeriksaan Kadar Lumpur/Lempung Agregat Sedang (0,5-1 cm)
Pemeriksaan
No Uraian
I II
1 Berat Tempat, Gram 73,8 75,1
2 Berat Sampel Kotor Kering Oven dan Tempat, Gram 2075,1 2075
3 Berat Sampel Kotor Kering Oven (A), Gram 2001,3 1999,9
4 Berat Sampel Bersih Kering Oven dan Tempat, Gram 2061,6 2063,6
5 Berat Sampel Bersih Kering Oven (B), Gram 1987,8 1988,5
6 Kadar Lempung (C) = (A - B)/A * 100, % 0,670 0,570
Hasil Rata-rata (%) 0,622
Sumber: Hasil Penelitian, 2020
95
4.2.2.3 Pemeriksaan Soundness Test
Asal Bahan :
Batu Pecah 0,5 – 1 cm Ex. Kubu – Karangasem
Alat yang digunakan :
1) Timbangan
2) Oven
3) Ayakan
4) Larutan, larutan natrium sulfat atau larutan magnesium sulfat
96
4.2.2.4 Rangkuman Pemeriksaan Agregat Sedang
Dari hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat sedang didapat:
Berat jenis oven (Bulk SG) = 2,499
Berat jenis SSD = 2,517
Berat jenis semu (Apparent SG) = 2,628
Penyerapan air = 2,788%
Data hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat sedang sudah
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan Kementerian PU RI-Ditjen Bina Marga,
2010 (revisi 3), Soundness test sudah memenuhi syarat karena memiliki hasil
3,563% dibawah spesifikasi maksimum 12%. Kadar lumpur serta keausan agregat
sudah memenuhi syarat.
Asal Bahan :
Abu batu Ex. Kubu – Karangasem
Alat yang digunakan :
1) timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram,
2) piknometer dengan kapasitas 500 ml,
3) kerucut terpancung, diameter bagian atas (40 ± 3) mm, diameter bagian
bawah (90 ± 3) mm dan tinggi (75 ± 3) mm dibuat dari logam tebal
minimum 0,8 mm,
97
4) batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340 ± 15)
gram, diameter permukaan penumbuk (25 ± 3) mm,
5) saringan No. 4 (4,75 mm),
6) oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110
± 5) °C,
7) pengukuran suhu dengan ketelitian pembacaan 1 °C,
8) talam,
9) bejana tempat air,
10) pompa hampa udara atau tungku,
11) desikator.
Air suling
Petugas : I Gede Ngurah Arya Yudistira (1805511031)
Visto Richardo (1805511041)
Pemeriksaan terhadap berat jenis agregat halus dilakukan sebanyak dua kali.
Peralatan yang digunakan antara lain : timbangan, piknometer, kerucut terpancung,
batang penumbuk, saringan No.4 , oven, talam, bejana tempat air.
98
sebesar 2.859% dengan nilai rata-rata 2,881%. Ini menunjukan bahwa agregat halus
yang digunakan memenuhi persyaratan Departemen Pekerjaan Umum (DPU). Nilai
spesifikasi untuk penyerapan air maksimum 3%.
Asal Bahan :
Abu batu Ex. Kubu – Karangasem
Alat yang digunakan :
1) Saringan ukuran 4,75 mm (No. 4)
2) Timbangan
3) Oven
4) Sampel: agregat kasar yang tertahan pada saringan ukuran 4,75 mm (No. 4)
Petugas : I Gede Ngurah Arya Yudistira (1805511031)
Visto Richardo (1805511041)
Pemeriksaan kadar lumpur dilakukan terhadap agregat sedang sebanyak dua
kali. Hasil dari pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar dapat dilihat pada tabel di
bawah.
2 Berat Sampel Kotor Kering Oven dan Tempat, Gram 542,7 680,8
4 Berat Sampel Bersih Kering Oven dan Tempat, Gram 537,9 674,4
99
4.3.1.3 Pemeriksaan Sand Equivalent
Asal Bahan :
Abu batu Ex. Kubu – Karangasem
Alat yang digunakan :
1) Tabung plastik atau gelas tembus pandang dan tidak berwarna, diameter
bagian dalam 31,8 mm, diameter bagian luar 38,1 mm, tinggi 432 mm,
permukaan luar tabung dilengkapi dengan skala dari 0 sampai 15 dalam
batuan inci untuk pembacaan indikator pasir, bagian dasar tabung dari bahan
yang sama berukuran 100 mm x 100 mm x 12,5 mm, tutup silinder dari karet
atau gabus atau bahan lain yang tidak larut dalam larutan Calsium Chloride,
USP Glycerine atau Formalin,
2) Pipa pengalir dari logam anti karat diameter bagian dalam 6,35 mm, panjang
508 mm, pipa siphon yang akan disambung dengan pipa pengalir diameter
bagian dalam 6,35 mm, panjang 406 mm, pipa karet siphon diameter bagian
dalam 6,35 mm, panjang 1220 mm, karet tiup yang disambung dengan
tabung tiup dari tembaga diameter bagian dalam 6,35 mm, panjang 50,8
mm, tutup katet atau gabung dengan dua buah lubang yang akan dipasang
pipa pengalir dan pipa tiup dari logam anti karat,
3) Beban pemberat dari tembaga seberat (1000 ± 5) gram termasuk tangkai
logam keping pelat bundar dan telapak pembeban, tangkai logam dari
kuningan diameter 6,35 mm, panjang 444,5 mm, indikator pembacaan skala
pasir berbentuk keping pelat bundar dari nilon dengan diameter 12,7 mm,
tebal 15,00 mm teletak sejauh 254 mm atau pada skala pembacaan 10,
telapak pembeban terbuat dari kuningan berbentuk segi delapan dengan
diameter 30,00 mm
4) Dua buah botol kapasitas 3,79 liter atau 1 galon masing-masing untuk
menyimpan larutan baku dan larutan kerja yang dapat ditempatkan di atas
rak dengan tinggi (915 ± 25) mm dari permukaan kerja,
5) Saringan No. 4 (4,75 mm),
100
6) Tabung penakar terbuat dari logam berdiamter bagian dalam 57 mm yang
mempunyai volume (85 ± 5) ml, dilengkapi dengan mistar pendatar,
7) Corong dengan mulut lebar berdiameter 100,00 mm untuk memindahkan
benda uji ke dalam tabung plastik,
8) Panci lebar yang digunakan untuk mencampur bahan-bahan pembuat
larutan baju dan larutan kerja,
9) Arloji pengukur waktu dengan satuan menit dan detik,
10) Alat pengaduk dan oven dengan pengatur suhu (100 ± 5) °C
11) Alat Pengocok
101
Marga yaitu ≥ 50%. Ini menunjukkan bahwa agregat halus cukup bersih karena
sedikit mengandung lumpur.
Dari hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus didapat:
Berat jenis oven (Bulk SG) = 2,404
Berat jenis SSD = 2,473
Berat jenis semu (Apparent SG) = 2,583
Penyerapan air = 2,88%
Data hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus sudah
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan Kementerian PU RI-Ditjen Bina Marga,
2010 (revisi 3). Kadar lumpur sudah memenuhi syarat yaitu dibawah 1%. Sand
equivalent sudah memenuhi syarat karena memiliki hasil 84,97% diatas spesifikasi
minimum 50%.
102
4.4 Analisis Pemeriksaan Aspal
Asal Bahan :
Aspal Penetrasi 60 – 70 Kubu – Karangasem
Alat yang digunakan :
1) Alat penetrasi lengkap yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik
turun tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
103
2) Jarum penetrasi stainless steel, dengan ujung jarum berbentuk kerucut
terpancung.
3) Pemberat (50 ± 0,05) gr yang dapat dipakai untuk pengukuran penetrasi
dengan beban 100 gr.
4) Cawan contoh untuk tempat uji (benda uji) berbentuk Ø 55 mm dan tinggi
35 mm.
5) Waterbath/bak perendam.
6) Tempat air yang diletakkan di bawah alat penetrasi untuk merendam benda
uji.
7) Stopwatch.
8) Termometer.
Petugas : I Gusti Ngurah Dalem Satrya Wibawa (1805511047)
I Gusti Agung Kresnanda Aditya (1805511049)
Pemeriksaan penetrasi aspal dilakukan dengan membuat 2 buah benda uji,
masing-masing diperiksa dengan alat penetrometer sebanyak lima kali. Untuk aspal
keras penetrasi 60/70 nilai penetrasi minimum 60 sedangkan nilai maksimum
dibatasi 79. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah.
104
Jadi setelah 5 kali pengamatan, terhadap kedua sampel didapat rata-rata
penetrasi dari sampel adalah 64,80. Ini berarti sampel telah memenuhi syarat yaitu
diantara 60-70.
Asal Bahan :
Aspal Penetrasi 60 – 70 Kubu – Karangasem
Alat yang digunakan :
1) cincin, dua cincin yang terbuat dari bahan kuningan.
2) pelat persiapan benda uji, dengan permukaan halus terbuat dari bahan
kuningan ukuran ± 50 mm x 75 mm,
3) bola, dua bola baja dengan diameter 9,5 mm, setiap bola mempunyai berat
3,5 g ± 0,05 g,
4) pengarah bola, dua pengarah bola terbuat dari bahan kuningan, untuk
meletakkan bola di tengah cincin, satu untuk setiap bola.
5) bejana perendam, gelas kimia tahan panas, mempunyai ukuran diameter
dalam tidak kurang dari 85 mm dan tinggi tidak kurang dari 120 mm dari
dasar bejana yang mendapat pemanasan. Gelas kimia (Griffin beaker)
bentuk pendek kapasitas 800 mL, sesuai untuk persyaratan gelas tahan
panas.
6) dudukan benda uji yang terdiri atas, pemegang cincin dan peralatannya,
terbuat dari bahan kuningan, digunakan untuk meletakkan 2 cincin berisi
lapisan aspal yang diletakkan pada posisi horizontal. Jarak dari pelat dasar
ke pemegang cincin adalah 25 mm dan jarak dari pelat dasar ke dasar bejana
perendam adalah 16 mm ± 3 mm,
7) termometer.
Petugas : I Gusti Ngurah Dalem Satrya Wibawa (1805511047)
I Gusti Agung Kresnanda Aditya (1805511049)
Aspal dengan penetrasi yang sama belum tentu memiliki titik lembek yang
sama. Peralatan yang digunakan adalah cincin, pelat, bola baja, pengarah bola,
bejana peredam, dudukan benda uji, termometer. Pemeriksaan titik lembek
105
dilakukan sebanyak dua kali. Hasil pemeriksaan selengkapnya dapat dilihat pada
dibawah.
Dari hasil pemeriksaan titik lembek diperoleh nilai rata-rata titik lembek aspal
pada suhu 48,75 °C. Spesifikasinya yaitu 48 °C – 58 °C. Hal ini menujukkan bahwa
aspal yang digunakan cukup keras sebagai perekat dalam lapisan perkerasan jalan.
Asal Bahan :
Aspal Penetrasi 60 – 70 Kubu – Karangasem
Alat yang digunakan :
1) Termometer,
106
2) Oven yang dilengkapi dengan:
a. Pengatur suhu untuk memanasi sampai 180 °C ± 1 °C:
b. Pinggan logam berdiameter 35 cm, menggantung pada oven pada
poros vertikal dan berputar dengan kecepatan 5 sampai 6 putaran per
menit,
3) Cawan baja tahan karat atau aluminium berbentuk silinder dengan dasar
yang rata, ukuran dalam: 140 mm, tinggi 9,5 mm dan tebal 0,64 mm – 0,76
mm.
4) Neraca analitik, dengan kapasitas (200 ± 0,001) gram
Petugas : I Gusti Ngurah Dalem Satrya Wibawa (1805511047)
I Gusti Agung Kresnanda Aditya (1805511049)
Pemeriksaan kehilangan berat aspal dilakukan menggunakan dua sampel.
Hasil pemeriksaan selengkapnya dapat dilihat pada dibawah.
Dari pengujian tersebut diperoleh nilai rata-rata kehilangan berat aspal setelah
dipanaskan pada suhu 163 °C sebesar 0,6798%. Nilai tersebut dibawah nilai batas
maksimum yang disyaratkan yaitu sebesar 0,8%, sehingga memenuhi spesifikasi
yang disyaratkan.
107
4.4.4 Pemeriksaan Daktilitas
Asal Bahan :
Aspal Penetrasi 60 – 70 Kubu – Karangasem
Alat yang digunakan :
1) Termometer,
2) Cetakan daktilitas kuningan,
3) Bak perendam isi 10 liter, yang menjaga suhu tertentu selama pengujian
dengan ketelitian 0,1 °C, dan benda uji dapat terendam sekurang-kurangnya
100 m dibawah permukaan air, bak tersebut diperlengkapi denag pelat dasar
berlubang yang diletakkan 50 mm dari dasar bak perendam untuk
meletakkan benda uji.
4) Mesin uji ketentuan sebagai berikut:
a. Dapat menarik benda uji dengan kecepatan yang tetap,
b. Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan getaran
selama pemeriksaan,
5) bahan methyl alkohol teknik atau glycerin teknik.
Petugas : I Gusti Ngurah Dalem Satrya Wibawa (1805511047)
I Gusti Agung Kresnanda Aditya (1805511049)
Pemeriksaan daktilitas dilakukan dengan membuat dua buah benda uji. Batas
minimum nilai daktilitas untuk aspal dengan penetrasi 60/70 adalah 100 cm. Hasil
pemeriksaan selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah.
108
Tabel 4. 27 Hasil Pemeriksaan Daktilitas
Aspal dipanaskan/dilelehkan pada suhu ……. (mis.
Mulai : Pk 08.30
110˚C)
Selesai : Pk 10.00
Didinginkan pada suhu ruang selama 1,5 - 2 jam Mulai : Pk 10.00
Selesai : Pk 11.30
Dikondisikan pada suhu 25˚C, selama 1,5 - 2 jam Mulai : Pk 11.30
(dalam bak rendaman / oven) Selesai : Pk 13.00
Pemeriksaan daktilitas pada suhu 25˚C Mulai : Pk 13.00
Selesai : Pk 13.55
Dari kedua pengujian tersebut diperoleh daktilitas sebesar 148,5 cm, ini
berarti aspal tersebut memenuhi nilai daktilitas yang disyaratkan.
Asal Bahan :
Aspal Penetrasi 60 – 70 Kubu – Karangasem
Alat yang digunakan :
1) Termometer,
2) Bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian (25 °c ± 0,1
°c),
3) Piknometer 30 ml,
4) Air suling sebanyak 1000 ml,
5) Bejana gelas, kapasitas 1000 ml.
Petugas : I Gusti Ngurah Dalem Satrya Wibawa (1805511047)
I Gusti Agung Kresnanda Aditya (1805511049)
Pemeriksaan berat jenis aspal dilakukan sebanyak dua kali pengujian. Batas
minimum berat jenis aspal penetrasi 60/70 adalah 1,0. Dari pemeriksaan berat jenis
109
diperoleh hasil rata-rata berat jenis aspal adalah 1,033 yang berarti sudah memenuhi
spesifikasi. Hasil pemeriksaan selengkapnya dapat dilihat pada dibawah.
Asal Bahan :
Aspal Penetrasi 60 – 70 Kubu – Karangasem
Alat yang digunakan :
1) Termometer,
2) Cleveland open cup adalah cawan kuningan dengan bentuk dan ukuran
tertentu,
3) Pelat pemanas, terdiri atas logam untuk meletakkan cawan clevenland,
110
4) Sumber pemanasan, pembakar gas atau tungku listrik, atau pembakar
alkohol yang tidak menimbulkan asap atau nyala di sekitar bagian atas
cawan,
5) Penahan angin, alat yang menahan angin apabila digunakan nyala sebagai
pemanasan,
Petugas : I Gusti Ngurah Dalem Satrya Wibawa (1805511047)
I Gusti Agung Kresnanda Aditya (1805511049)
Pemeriksaan titik nyala dilakukan sebanyak dua kali. Hasil pemeriksaan
selengkapnya dapat dilihat pada dibawah.
111
Dari hasil pemeriksaan diperoleh titik nyala aspal rata-rata pada suhu 262,5
°C, ini berarti diatas nilai batas minimum yang disyaratkan yaitu 200°C. Titik bakar
aspal rata-rata adalah 310 °C.
Hal ini menunjukkan bahwa aspal cukup tahan terhadap pemanasan sampai
suhu tinggi. Titik nyala yang rendah menunjukkan indikasi adanya minyak ringan
dalam aspal
Asal Bahan :
Aspal Penetrasi 60 – 70 Kubu – Karangasem
Alat yang digunakan :
1) Alat penetrasi lengkap yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik
turun tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
2) Jarum penetrasi stainless steel, dengan ujung jarum berbentuk kerucut
terpancung.
3) Pemberat (50 ± 0,05) gr yang dapat dipakai untuk pengukuran penetrasi
dengan beban 100 gr.
4) Cawan contoh untuk tempat uji (benda uji) berbentuk Ø 55 mm dan tinggi
35 mm.
5) Waterbath/bak perendam.
6) Tempat air yang diletakkan di bawah alat penetrasi untuk merendam benda
uji.
7) Stopwatch.
8) Termometer.
Petugas : I Gusti Ngurah Dalem Satrya Wibawa (1805511047)
I Gusti Agung Kresnanda Aditya (1805511049)
112
Tabel 4. 30 Hasil Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar
Aspal dipanaskan/dilelehkan pada suhu 110 ˚C Mulai : Pk 09.00
Selesai : Pk 10.00
Didinginkan pada suhu ruang selama 1,5 - 2 jam Mulai : Pk 10.00
Selesai : Pk 12.00
Dikondisikan pada suhu 25˚C, selama 1,5 - 2 jam Mulai : Pk 12.00
(dalam bak rendaman / oven) Selesai : Pk 14.00
Pemeriksaan penetrasi pada suhu 25˚C Mulai : Pk 14.00
Selesai : Pk 14.25
Asal Bahan :
Aspal Penetrasi 60 – 70 Kubu – Karangasem
Alat yang digunakan :
1) Termometer,
2) Cetakan daktilitas kuningan,
3) Bak perendam isi 10 liter, yang menjaga suhu tertentu selama pengujian
dengan ketelitian 0,1 °C, dan benda uji dapat terendam sekurang-kurangnya
100 m dibawah permukaan air, bak tersebut diperlengkapi denag pelat dasar
berlubang yang diletakkan 50 mm dari dasar bak perendam untuk
meletakkan benda uji.
4) Mesin uji ketentuan sebagai berikut:
113
a. Dapat menarik benda uji dengan kecepatan yang tetap,
b. Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan getaran
selama pemeriksaan,
5) bahan methyl alkohol teknik atau glycerin teknik.
Petugas : I Gusti Ngurah Dalem Satrya Wibawa (1805511047)
I Gusti Agung Kresnanda Aditya (1805511049)
Dari kedua pengujian tersebut diperoleh daktilitas sebesar 145,00 cm, ini
berarti aspal tersebut memenuhi nilai daktilitas yang disyaratkan.
4.5 Pengukuran Volumentrik Aspal dan Agregat
Dari hasil analisis agregat dan aspal, direncanakan campuran aspal dan
agregat sesuai dengan standar yang telah ditentukan (Dep. PU. Dirjen Bina Marga,
1983, Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) No. 13/PT/B/1983).Untuk
menentukan spesifikasi gradasi agregat digunakan sumber dari Kementerian PU,
2010 (Rev 3). Direncanakan gradasi campuran AC-WC :
114
Sumber: Hasil Penelitian, 2020
115
Filler : 4,10 %
Keterangan :
Agregat Kasar : agregat tertahan saringan berukuran 4,75 mm
Agregat Halus : agregat lolos saringan berukuran 4,75 mm dan tertahan saringan
berukuran 0,075 mm
Filler : agregat lolos saringan berukuran 0,075 mm
Dari data tersebut dapat diestimasikan Kadar Aspal Awal berdasarkan RSNI
M-01-2003 adalah sebagai berikut :
Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%FF) + Konstanta
Dengan :
CA : agregat tertahan saringan berukuran 4,75 mm
FA : agregat lolos saringan berukuran 4,75 mm dan tertahan saringan berukuran
0,075 mm
FF : agregat lolos saringan berukuran 0,075 mm
Konstanta : Kira-kira 0,5 - 1 untuk Laston dan 1 - 2 untuk Lataston
Asal Bahan :
Agregat gabungan dan Aspal sesuai jumlah variasi aspal
Alat yang digunakan :
1) Tiga buah cetakan benda uji diameter 101,6 mm (4 in), tinggi 76,2 mm (3
in) lengkap dengan pelat atas dan leher sambung.
2) Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap dengan:
116
Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang berbentuk
silinder, dengan berat 4.536 gram (± 9 gram) dan tinggi jatuh bebas
457,2 mm ± 15,24 mm (18 inci ± 0,6 in).
Landasan pemadat terdiri atas balok kayu (jati atau yang sejenis)
mempunyai berat isi 0,67 – 0,77 kg/cm3(dalam kondisi kering) dengan
ukuran 203,2 x 203,2 x 457,2 mm (8 x 8 x 18 in) dilapisidengan pelat
baja berukuran 304,8 x 304,8 x25,4 mm (12 x 12 x 1 in) dan
dijangkarkan pada lantai beton di keempat bagian sudutnya.
Pemegang cetakan benda uji.
3) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur temperatur yang mampu
memanaskan campuran sampai 200 °C ± 3 °C,
4) Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2
kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan
ketelitian 1 gram,
5) Termometer logam (metal thermometer) berkapasitas 10 °C sampai 204 °C
dengan ketelitian 2,8 °C,
6) Alat pengeluar benda uji,
7) Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan,
digunakan alat pengeluar benda uji (extruder) dengan diameter 100 mm
(3,95 in).
8) Perlengkapan lain:
Wadah untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran beraspal,
Sendok pengaduk dan spatula,
Kompor atau pemanas (hot plate).
Sarung tangan dari asbes, karet serta pelindung pernafasan (masker).
117
4.7 Pengujian campuran aspal dengan alat marshall
Dari pengujian marshall, didapatkan dua data, yaitu nilai stabilitas dan flow.
Untuk mendapatkan nilai stabilitas yang tepat, maka dari pembacaan dial perlu
dikalibrasi terdulu untuk mendapatkan nilai dengan satuan gaya KN dan
dikonversikan ke satuan Kg, kemudian nilai kalibrasi tersebut dikali dengan hasil
angka koreksi yang didapat berdasarkan tinggi benda uji. Hasil dari nilai stabilitas
yang dibagi dengan nilai flow disebut Marshall Quotient. Nilai VMA, VIM dan
VFB didapat dari hasil perhitungan volumetrik yang mengikut sertakan berat
kering, berat di dalam air dan berat SSD sampel.
Petugas : Ida Bagus Tara Jwalita Bhayu (1805511067)
I Gusti Ngurah Awya Waharika M (1805511069)
118
Tabel 4. 34 Hasil Pemeriksaan Stabilitas dan Flow Campuran Aspal AC-BC Kadar Aspal 4,5%-6.5%
119
Tabel 4. 35 Hasil Pemeriksaan Campuran Aspal AC-BC Kadar Aspal 4,5%-6.5%
120
4.7.2 Perhitungan Uji Marshall Campuran Aspal Kadar Aspal 4,5%
Asal Bahan :
Bahan uji (campuran panas Agregat dan Aspal)
Alat yang digunakan :
1) Alat Marshall lengkap dengan:
Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung, dengan jari- jari
bagian dalam 50,8 mm (2 in),
Dongkrak pembebanan (loading jack) yang digerakkan secara elektrik
dengan kecepatan pergerakan vertikal 50,8 mm/menit (2 in/menit),
Cincin penguji (proving ring) dengan kapasitas 2500 kg dan atau 5000
kg, dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm (0,001
in).
Arloji pengukur pelelehan dengan ketelitian 0,25 mm (0,1 in) beserta
perlengkapannya.
2) Tiga buah cetakan benda uji diameter 101,6 mm (4 in), tinggi 76,2 mm (3
in) lengkap dengan pelat atas dan leher sambung.
3) Penangas air (water bath) dengan kedalaman 152,4 mm (6 in) yang
dilengkapi dengan
4) Pengatur temperatur yang dapat memelihara temperatur penangas air pada
60 °C ± 1 °C,
5) Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2
kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan
ketelitian 1 gram,
6) Termometer gelas untuk pengukur temperatur air dalam penangas dengan
sensitivitas sampai 0,2 °C,
121
a. Hasil Stabilitas (Kg)
Hasil perhitungan stabilitas di dapat dari perkalian penyesuaian beban (Kg)
dengan factor koreksi beban yang didapat dari tinggi benda uji campuran
aspal. Rumus yang digunakan yaitu :
𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑔 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑆𝑡𝑎𝑏 𝐾𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑡𝑎𝑏 𝐹. 𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛
Sehingga didapat:
𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐴1 𝐾𝑔 70 20,270 0,89 1262,822 𝐾𝑔
𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 A2 𝐾𝑔 73 20,270 0,89 1316,943 𝐾𝑔
𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 A3 𝐾𝑔 71 20,270 0,89 1280,863 𝐾𝑔
b. Flow (mm)
Hasil flow didapatkan dari perhitungan hasil flow dikalikan dengan angka
kalibrasi alat. Dengan rumus sebagai berikut :
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑚𝑚 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝐹𝑙𝑜𝑤 0,0254
Maka hasil perhitungan didapat sebagai berikut :
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝐴1 𝑚𝑚 124 0,0254 3,150 𝑚𝑚
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝐴2 𝑚𝑚 127 0,0254 3,226 𝑚𝑚
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝐴3 𝑚𝑚 128 0,0254 3,251 𝑚𝑚
c. Marshall Quotient (Kg/mm)
Marshall Quotient didapat melalui hasil pembagian hasil stabilitas yang
dibagi dengan hasil flow. Dengan rumus sebagai berikut :
Marshall Quotient Kg⁄𝑚𝑚 𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠
𝐹𝑙𝑜𝑤
Maka didapatkan hasil perhitungan berikut ini :
1262,822 𝐾𝑔
Marshall Quotient A1 Kg⁄𝑚𝑚 400,947 𝑚𝑚
3.150
1316,943 𝐾𝑔
Marshall Quotient A2 Kg⁄𝑚𝑚 408,253 𝑚𝑚
3,226
1280,863 𝐾𝑔
Marshall Quotient A3 Kg⁄𝑚𝑚 393,966 𝑚𝑚
3,251
d. Volumentrik Campuran Aspal
Untuk semua benda uji dibuat dengan berat total agregat 1100 gr.
Proporsi material yang diperoleh untuk masing-masing agregat adalah CA
(1-2 mm) sebanyak 17%, MA (0.5 – 1 mm) sebanyak 27,5%, FA (0-0.5
122
mm) sebanyak 53% dan filler semen sebanyak 2,5%. Berikut komposisi
campuran aspal 4,5% yang digunakan :
Untuk kadar aspal 4,5%
Aspal pen 60/70 = 4,5% x 1100 gr = 49,5 gr
Agregat = 1100 gr
Filler Semen= 2,5% x 1100 gr = 27,5 gr
Total Campuran = 1177 gr
Berat Jenis Bulk Total Agregat
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐺𝑠𝑏
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐵𝑗 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐴 𝐵𝑗 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐵 𝐵𝑗 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐶 𝐵𝑗 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐷
17 27,5 53 2,5
17 27,5 53 2,5
2,291 2,449 2,404 3,128
= 2,410 gr/cm3
Berat Jenis Efektif Agregat
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐺𝑠𝑒
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐸𝑓𝑓 𝐴 𝐸𝑓𝑓 𝐵 𝐸𝑓𝑓 𝐶 𝐸𝑓𝑓 𝐷
17 27,5 53 2,5
17 27,5 53 2,5
2,375 2,539 2,494 3,128
= 2,497 gr/cm3
Berat Jenis Maksimum Campuran
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐺𝑚𝑚
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷 𝐸 𝐸
𝐺𝑠𝑒 𝐺𝑏 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙
17 27,5 53 2,5
17 27,5 53 2,5 4,5 4,5
2,497 1,033
= 2,347 gr/cm3
Berat Jenis Bulk Campuran Padat
Berat Jenis Bulk Campuran Padat dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut :
𝐵. 𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐺𝑚𝑏
𝐼𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑈𝑗𝑖
123
Maka perhitungannya sebagai berikut :
1189 𝑔𝑟
𝐺𝑚𝑏 𝐴1 2,172 𝑐𝑚
547,3
1193,8 𝑔𝑟
𝐺𝑚𝑏 𝐴2 2,199 𝑐𝑚
542,9
1198,2 𝑔𝑟
𝐺𝑚𝑏 𝐴3 2,166 𝑐𝑚
553,2
Persentase Rongga Dalam Campuran (VIM) = Porositas (P)
VIM dihitung menggunakan rumus :
𝐺𝑚𝑚 𝐺𝑚𝑏
𝑉𝐼𝑀 100
𝐺𝑚𝑚
Maka didapat perhitungan sebagai berikut :
2,347 2,172
𝑉𝐼𝑀 𝐴1 100 7,446%
2,347
2,347 2,199
𝑉𝐼𝑀 𝐴2 100 6,319%
2,347
2,347 2,166
𝑉𝐼𝑀 𝐴3 100 7,725%
2,347
Persentase Rongga Antar Agregat (VMA)
Rumus yang digunakan untuk mendapatkan Presentase VMA yaitu:
𝐺𝑚𝑏 1 𝑃𝑏𝑡
𝑉𝑀𝐴 100 1
𝐺𝑠𝑏
Maka perhitungan VMA menjadi :
2,172 1 4,5%
𝑉𝑀𝐴 𝐴1 100 1 16,160%
2,410
2,199 1 4,5%
𝑉𝑀𝐴 𝐴2 100 1 15,140%
2,410
2,166 1 4,5%
𝑉𝑀𝐴 𝐴3 100 1 16,413%
2,410
Persentase Rongga Terisi Aspal (VFB)
Rumus yang digunakan dalam Persentase VFB adalah sebagai berikut:
𝑉𝑀𝐴 𝑉𝐼𝑀
𝑉𝐹𝐵 100%
𝑉𝑀𝐴
Maka perhitungan didapat sebagai berikut :
16,160 7,446
𝑉𝐹𝐵 𝐴1 100% 53,924%
16,160
124
15,140 6,319
𝑉𝐹𝐵 𝐴2 100% 58,260%
15,140
16,413 7,725
𝑉𝐹𝐵 𝐴3 100% 52,935%
16,413
125
4.7.4 Perhitungan Uji Marshall Campuran Aspal Kadar Aspal 5%
Asal Bahan :
Bahan uji (campuran panas Agregat dan Aspal)
Alat yang digunakan :
1) Alat Marshall lengkap dengan:
Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung, dengan jari- jari
bagian dalam 50,8 mm (2 in),
Dongkrak pembebanan (loading jack) yang digerakkan secara elektrik
dengan kecepatan pergerakan vertikal 50,8 mm/menit (2 in/menit),
Cincin penguji (proving ring) dengan kapasitas 2500 kg dan atau 5000
kg, dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm (0,001
in).
Arloji pengukur pelelehan dengan ketelitian 0,25 mm (0,1 in) beserta
perlengkapannya.
2) Tiga buah cetakan benda uji diameter 101,6 mm (4 in), tinggi 76,2 mm (3
in) lengkap dengan pelat atas dan leher sambung.
3) Penangas air (water bath) dengan kedalaman 152,4 mm (6 in) yang
dilengkapi dengan
4) Pengatur temperatur yang dapat memelihara temperatur penangas air pada
60 °C ± 1 °C,
5) Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2
kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan
ketelitian 1 gram,
6) Termometer gelas untuk pengukur temperatur air dalam penangas dengan
sensitivitas sampai 0,2 °C,
126
a. Hasil Stabilitas (Kg)
Hasil perhitungan stabilitas di dapat dari perkalian penyesuaian beban (Kg)
dengan factor koreksi beban yang didapat dari tinggi benda uji campuran
aspal. Rumus yang digunakan yaitu :
𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑔 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑆𝑡𝑎𝑏 𝐾𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑡𝑎𝑏 𝐹. 𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛
Sehingga didapat :
𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐵1 𝐾𝑔 69 20,270 0,93 1300.77 𝐾𝑔
𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐵2 𝐾𝑔 76 20,207 0,93 1432,685 𝐾𝑔
𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐵3 𝐾𝑔 71 20,270 0,93 1338,430 𝐾𝑔
b. Flow (mm)
Hasil flow didapatkan dari perhitungan hasil flow dikalikan dengan angka
kalibrasi alat. Dengan rumus sebagai berikut :
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑚𝑚 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝐹𝑙𝑜𝑤 0,0254
Maka hasil perhitungan didapat sebagai berikut :
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝐵1 𝑚𝑚 132 0,0254 3,353 𝑚𝑚
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝐵2 𝑚𝑚 129 0,0254 3,277 𝑚𝑚
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝐵3 𝑚𝑚 124 0,0254 3,150 𝑚𝑚
c. Marshall Quotient (Kg/mm)
Marshall Quotient didapat melalui hasil pembagian hasil stabilitas yang
dibagi dengan hasil flow. Dengan rumus sebagai berikut :
Marshall Quotient Kg⁄𝑚𝑚 𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠
𝐹𝑙𝑜𝑤
Maka didapatkan hasil perhitungan berikut ini :
1300.77 𝐾𝑔
Marshall Quotient B1 Kg⁄𝑚𝑚 387,953 𝑚𝑚
3,353
1432,685 𝐾𝑔
Marshall Quotient B2 Kg⁄𝑚𝑚 437,248 𝑚𝑚
3,277
1338,430 𝐾𝑔
Marshall Quotient B3 Kg⁄𝑚𝑚 424,952 𝑚𝑚
3,150
d. Volumentrik Campuran Aspal
Untuk semua benda uji dibuat dengan berat total agregat 1100 gr. Proporsi
material yang diperoleh untuk masing-masing agregat adalah CA (1-2 mm)
sebanyak 17%, MA (0.5 – 1 mm) sebanyak 27,5%, FA (0-0.5 mm) sebanyak
127
53% dan filler semen sebanyak 2,5%. Berikut komposisi campuran aspal
5% yang digunakan :
Untuk kadar aspal 5%
Aspal pen 60/70 = 5% x 1100 gr = 55 gr
Agregat (CA, MA, FA) = 1100 gr
Filler Semen = 2,5% x 1100 gr = 27,5 gr
Total Campuran = 1182,5 gr
Berat Jenis Bulk Total Agregat
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐺𝑠𝑏
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐵𝑗 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐴 𝐵𝑗 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐵 𝐵𝑗 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐶 𝐵𝑗 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐷
17 27,5 53 2,5
17 27,5 53 2,5
2,291 2,449 2,404 3,128
= 2,410 gr/cm3
Berat Jenis Efektif Agregat
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐺𝑠𝑒
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐸𝑓𝑓 𝐴 𝐸𝑓𝑓 𝐵 𝐸𝑓𝑓 𝐶 𝐸𝑓𝑓 𝐷
17 27,5 53 2,5
19 27 51 3
2,375 2,539 2,494 3,128
= 2,497 gr/cm3
Berat Jenis Maksimum Campuran
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐺𝑚𝑚
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷 𝐸 𝐸
𝐺𝑠𝑒 𝐺𝑏 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙
17 27,5 53 2,5
17 27,5 53 2,5 5 5
2,497 1,033
= 2,332 gr/cm3
Berat Jenis Bulk Campuran Padat
Berat Jenis Bulk Campuran Padat dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut :
𝐵. 𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐺𝑚𝑏
𝐼𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑈𝑗𝑖
128
Maka perhitungannya sebagai berikut :
1194,5 𝑔𝑟
𝐺𝑚𝑏 𝐵1 2,196 𝑐𝑚
543,9
1186,5 𝑔𝑟
𝐺𝑚𝑏 𝐵2 2,191 𝑐𝑚
541,6
1185,3 𝑔𝑟
𝐺𝑚𝑏 𝐵3 2,211 𝑐𝑚
536
Persentase Rongga Dalam Campuran (VIM) = Porositas (P)
VIM dihitung menggunakan rumus :
𝐺𝑚𝑚 𝐺𝑚𝑏
𝑉𝐼𝑀 100
𝐺𝑚𝑚
Maka didapat perhitungan sebagai berikut :
2,332 2,196
𝑉𝐼𝑀 𝐵1 100 5,813%
2,332
2,332 2,191
𝑉𝐼𝑀 𝐵2 100 6,047%
2,332
2,332 2,211
𝑉𝐼𝑀 𝐵3 100 5,161%
2,332
Persentase Rongga Antar Agregat (VMA)
Rumus yang digunakan untuk mendapatkan Presentase VMA yaitu:
𝐺𝑚𝑏 1 𝑃𝑏𝑡
𝑉𝑀𝐴 100 1
𝐺𝑠𝑏
Maka perhitungan VMA menjadi :
2,196 1 5%
𝑉𝑀𝐴 𝐵1 100 1 15,702%
2,410
2,191 1 5%
𝑉𝑀𝐴 𝐵2 100 1 15,911%
2,410
2,211 1 5%
𝑉𝑀𝐴 𝐵3 100 1 15,118%
2,410
Persentase Rongga Terisi Aspal (VFB)
Rumus yang digunakan dalam Persentase VFB adalah sebagai berikut :
𝑉𝑀𝐴 𝑉𝐼𝑀
𝑉𝐹𝐵 100%
𝑉𝑀𝐴
Maka perhitungan didapat sebagai berikut :
15.702 5,813
𝑉𝐹𝐵 𝐵1 100% 62,976%
15,702
129
15,911 6,047
𝑉𝐹𝐵 𝐵2 100% 61,994%
15,911
15,118 5,161
𝑉𝐹𝐵 𝐵3 100% 65,860%
15,118
130
4.7.6 Perhitungan Uji Marshall Campuran Aspal Kadar Aspal 5,5%
Asal Bahan :
Bahan uji (campuran panas Agregat dan Aspal)
Alat yang digunakan :
1) Alat Marshall lengkap dengan:
Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung, dengan jari- jari
bagian dalam 50,8 mm (2 in),
Dongkrak pembebanan (loading jack) yang digerakkan secara elektrik
dengan kecepatan pergerakan vertikal 50,8 mm/menit (2 in/menit),
Cincin penguji (proving ring) dengan kapasitas 2500 kg dan atau 5000
kg, dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm (0,001
in).
Arloji pengukur pelelehan dengan ketelitian 0,25 mm (0,1 in) beserta
perlengkapannya.
2) Tiga buah cetakan benda uji diameter 101,6 mm (4 in), tinggi 76,2 mm (3
in) lengkap dengan pelat atas dan leher sambung.
3) Penangas air (water bath) dengan kedalaman 152,4 mm (6 in) yang
dilengkapi dengan
4) Pengatur temperatur yang dapat memelihara temperatur penangas air pada
60 °C ± 1 °C,
5) Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2
kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan
ketelitian 1 gram,
6) Termometer gelas untuk pengukur temperatur air dalam penangas dengan
sensitivitas sampai 0,2 °C,
131
a. Hasil Stabilitas (Kg)
Hasil perhitungan stabilitas di dapat dari perkalian penyesuaian beban (Kg)
dengan faktor koreksi beban yang didapat dari tinggi benda uji campuran
aspal. Rumus yang digunakan yaitu:
𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑔 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑆𝑡𝑎𝑏 𝐾𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑡𝑎𝑏 𝐹. 𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛
Sehingga didapat:
𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐶1 𝐾𝑔 79 20,270 0,93 1489,239 𝐾𝑔
𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐶2 𝐾𝑔 76 20,270 0,93 1432,685 𝐾𝑔
𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐶3 𝐾𝑔 75 20,270 0,93 1338,430 𝐾𝑔
b. Flow (mm)
Hasil flow didapatkan dari perhitungan hasil flow dikalikan dengan angka
kalibrasi alat. Dengan rumus sebagai berikut:
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑚𝑚 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝐹𝑙𝑜𝑤 0,0254
Maka hasil perhitungan didapat sebagai berikut:
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝐶1 𝑚𝑚 129 0,0254 3,277 𝑚𝑚
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝐶2 𝑚𝑚 138 0,0254 3,505 𝑚𝑚
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝐶3 𝑚𝑚 141 0,0254 3,581 𝑚𝑚
c. Marshall Quotient (Kg/mm)
Marshall Quotient didapat melalui hasil pembagian hasil stabilitas yang
dibagi dengan hasil flow. Dengan rumus sebagai berikut:
Marshall Quotient Kg⁄𝑚𝑚 𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠
𝐹𝑙𝑜𝑤
Maka didapatkan hasil perhitungan berikut ini:
1489,239 𝐾𝑔
Marshall Quotient C1 Kg⁄𝑚𝑚 454,507 𝑚𝑚
3,277
1432,685 𝐾𝑔
Marshall Quotient C2 Kg⁄𝑚𝑚 408,731 𝑚𝑚
3,505
, 𝐾𝑔
Marshall Quotient C3 Kg⁄𝑚𝑚 394,771 𝑚𝑚
,
132
53% dan filler semen sebanyak 2,5%. Berikut komposisi campuran aspal
5,5% yang digunakan :
Untuk kadar aspal 5,5%
Aspal pen 60/70 : 5,5 / (100-5,5) x 1100 = 64 gr
Agregat = 1100 gr
Filler Semen = 2,5% x 1100 gr = 27,5 gr
Total Campuran = 1191,5 gr
Berat Jenis Bulk Total Agregat
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐺𝑠𝑏
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐵𝑗 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐴 𝐵𝑗 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐵 𝐵𝑗 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐶 𝐵𝑗 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐷
16 27,5 53 2,5
17 27,5 53 2,5
2,291 2,449 2,404 3,128
= 2,410 gr/cm3
Berat Jenis Efektif Agregat
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐺𝑠𝑒
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐸𝑓𝑓 𝐴 𝐸𝑓𝑓 𝐵 𝐸𝑓𝑓 𝐶 𝐸𝑓𝑓 𝐷
17 27,5 53 2,5
19 27 51 3
2,375 2,539 2,494 3,128
= 2,497 gr/cm3
133
𝐵. 𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐺𝑚𝑏
𝐼𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑈𝑗𝑖
Maka perhitungannya sebagai berikut:
1191,1 𝑔𝑟
𝐺𝑚𝑏 𝐶1 2,222 𝑐𝑚
536,1
1189,2 𝑔𝑟
𝐺𝑚𝑏 𝐶2 2,206 𝑐𝑚
539,1
1194,4 𝑔𝑟
𝐺𝑚𝑏 𝐶3 2,187
546,2 𝑐𝑚
Persentase Rongga Dalam Campuran (VIM) = Porositas (P)
VIM dihitung menggunakan rumus:
𝐺𝑚𝑚 𝐺𝑚𝑏
𝑉𝐼𝑀 100
𝐺𝑚𝑚
Maka didapat perhitungan sebagai berikut:
2,316 2,222
𝑉𝐼𝑀 𝐶1 100 4,085%
2,316
2,316 2,206
𝑉𝐼𝑀 𝐶2 100 4,770%
2,316
2,316 2,187
𝑉𝐼𝑀 𝐶3 100 5,597%
2,316
Persentase Rongga Antar Agregat (VMA)
Rumus yang digunakan untuk mendapatkan Persentase VMA yaitu:
𝐺𝑚𝑏 1 𝑃𝑏𝑡
𝑉𝑀𝐴 100 1
𝐺𝑠𝑏
Maka perhitungan VMA menjadi:
2,222 1 5,5%
𝑉𝑀𝐴 𝐶1 100 1 15,180%
2,410
2,206 1 5,5%
𝑉𝑀𝐴 𝐶2 100 1 15,786%
2,410
2,187 1 5,5%
𝑉𝑀𝐴 𝐶3 100 1 16,517%
2,410
Persentase Rongga Terisi Aspal (VFB)
Rumus yang digunakan dalam Persentase VFB adalah sebagai berikut:
𝑉𝑀𝐴 𝑉𝐼𝑀
𝑉𝐹𝐵 100%
𝑉𝑀𝐴
Maka perhitungan didapat sebagai berikut :
134
15,180 4,085
𝑉𝐹𝐵 𝐶1 100% 73,092%
15,180
15,786 4,770
𝑉𝐹𝐵 𝐶2 100% 69,781%
15,786
16,517 5,597
𝑉𝐹𝐵 𝐶3 100% 66,112%
16,517
135
4.7.8 Perhitungan Uji Marshall Campuran Aspal Kadar Aspal 6%
Asal Bahan :
Bahan uji (campuran panas Agregat dan Aspal)
Alat yang digunakan :
1) Alat Marshall lengkap dengan:
Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung, dengan jari- jari
bagian dalam 50,8 mm (2 in),
Dongkrak pembebanan (loading jack) yang digerakkan secara elektrik
dengan kecepatan pergerakan vertikal 50,8 mm/menit (2 in/menit),
Cincin penguji (proving ring) dengan kapasitas 2500 kg dan atau 5000
kg, dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm (0,001
in).
Arloji pengukur pelelehan dengan ketelitian 0,25 mm (0,1 in) beserta
perlengkapannya.
2) Tiga buah cetakan benda uji diameter 101,6 mm (4 in), tinggi 76,2 mm (3
in) lengkap dengan pelat atas dan leher sambung.
3) Penangas air (water bath) dengan kedalaman 152,4 mm (6 in) yang
dilengkapi dengan
4) Pengatur temperatur yang dapat memelihara temperatur penangas air pada
60 °C ± 1 °C,
5) Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2
kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan
ketelitian 1 gram,
6) Termometer gelas untuk pengukur temperatur air dalam penangas dengan
sensitivitas sampai 0,2 °C,
136
a. Hasil Stabilitas (Kg)
Hasil perhitungan stabilitas di dapat dari perkalian penyesuaian beban (Kg)
dengan faktor koreksi beban yang didapat dari tinggi benda uji campuran
aspal. Rumus yang digunakan yaitu:
𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑔 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑆𝑡𝑎𝑏 𝐾𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑡𝑎𝑏 𝐹. 𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛
Sehingga didapat:
𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐷1 𝐾𝑔 87 20,270 0,96 1692,952 𝐾𝑔
𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐷2 𝐾𝑔 85 20,270 0,93 1602,345 𝐾𝑔
𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐷3 𝐾𝑔 83 20,270 0,93 1564,643 𝐾𝑔
b. Flow (mm)
Hasil flow didapatkan dari perhitungan hasil flow dikalikan dengan angka
kalibrasi alat. Dengan rumus sebagai berikut:
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑚𝑚 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝐹𝑙𝑜𝑤 0,0254
Maka hasil perhitungan didapat sebagai berikut:
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝐷1 𝑚𝑚 147 0,02544 3,734 𝑚𝑚
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝐷2 𝑚𝑚 157 0,025 3,988 𝑚𝑚
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝐷3 𝑚𝑚 151 0,0254 3,835 𝑚𝑚
c. Marshall Quotient (Kg/mm)
Marshall Quotient didapat melalui hasil pembagian hasil stabilitas yang
dibagi dengan hasil flow. Dengan rumus sebagai berikut:
Marshall Quotient Kg⁄𝑚𝑚 𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠
𝐹𝑙𝑜𝑤
Maka didapatkan hasil perhitungan berikut ini:
1692,952 𝐾𝑔
Marshall Quotient D1 Kg⁄𝑚𝑚 453,413 𝑚𝑚
3,734
1602,345 𝐾𝑔
Marshall Quotient D2 Kg⁄𝑚𝑚 401,812 𝑚𝑚
3,988
1564,643 𝐾𝑔
Marshall Quotient D3 Kg⁄𝑚𝑚 407,948 𝑚𝑚
3,835
d. Volumentrik Campuran Aspal
Untuk semua benda uji dibuat dengan berat total agregat 1100 gr. Proporsi
material yang diperoleh untuk masing-masing agregat adalah CA (1-2 mm)
sebanyak 17%, MA (0.5 – 1 mm) sebanyak 27,5%, FA (0-0.5 mm) sebanyak
137
53% dan filler semen sebanyak 2,5%. Berikut komposisi campuran aspal
6% yang digunakan:
Untuk kadar aspal 6%
Aspal pen 60/70 = 6% x 1100 gr = 70,5 gr
Agregat = 1100 gr
Filler Semen = 3% x 1100 gr = 27,5 gr
Total Campuran = 1198 gr
Berat Jenis Bulk Total Agregat
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐺𝑠𝑏
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐵𝑗 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐴 𝐵𝑗 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐵 𝐵𝑗 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐶 𝐵𝑗 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐷
16 27,5 53 2,5
17 27,5 53 2,5
2,291 2,449 2,404 3,128
= 2,410 gr/cm3
Berat Jenis Efektif Agregat
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐺𝑠𝑒
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐸𝑓𝑓 𝐴 𝐸𝑓𝑓 𝐵 𝐸𝑓𝑓 𝐶 𝐸𝑓𝑓 𝐷
17 27,5 53 2,5
19 27 51 3
2,375 2,539 2,494 3,128
= 2,497 gr/cm3
Berat Jenis Maksimum Campuran
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐺𝑚𝑚
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷 𝐸 𝐸
𝐺𝑠𝑒 𝐺𝑏 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙
17 27,5 53 2,5
17 27,5 53 2,5 6 6
2,497 1,033
= 2,301 gr/cm3
Berat Jenis Campuran Padat
Berat Jenis Campuran Padat dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
𝐵. 𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐺𝑚𝑏
𝐼𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑈𝑗𝑖
138
Maka perhitungannya sebagai berikut:
1190,1 𝑔𝑟
𝐺𝑚𝑏 𝐷1 2,233 𝑐𝑚
533,0
1192,2 𝑔𝑟
𝐺𝑚𝑏 𝐷2 2,221 𝑐𝑚
536,8
1191,5 𝑔𝑟
𝐺𝑚𝑏 𝐷3 2,211 𝑐𝑚
539,0
Persentase Rongga Dalam Campuran (VIM) = Porositas (P)
VIM dihitung menggunakan rumus:
𝐺𝑚𝑚 𝐺𝑚𝑏
𝑉𝐼𝑀 100
𝐺𝑚𝑚
Maka didapat perhitungan sebagai berikut:
2,301 2,233
𝑉𝐼𝑀 𝐷1 100 2,974%
2,301
2,301 2,221
𝑉𝐼𝑀 𝐷2 100 3,491%
2,301
2,301 2,211
𝑉𝐼𝑀 𝐷3 100 3,941%
2,301
Persentase Rongga Antar Agregat (VMA)
Rumus yang digunakan untuk mendapatkan Presentase VMA yaitu:
𝐺𝑚𝑏 1 𝑃𝑏𝑡
𝑉𝑀𝐴 100 1
𝐺𝑠𝑏
Maka perhitungan VMA menjadi:
2,233 1 6%
𝑉𝑀𝐴 𝐷1 100 1 15,221%
2,410
2,221 1 6%
𝑉𝑀𝐴 𝐷2 100 1 15,673%
2,410
2,211 1 6%
𝑉𝑀𝐴 𝐷3 100 1 16,066%
2,410
Persentase Rongga Terisi Aspal (VFB)
Rumus yang digunakan dalam Persentase VFB adalah sebagai berikut:
𝑉𝑀𝐴 𝑉𝐼𝑀
𝑉𝐹𝐵 100%
𝑉𝑀𝐴
Maka perhitungan didapat sebagai berikut :
15,221 2,974
𝑉𝐹𝐵 𝐷1 100% 80,461%
15,221
139
15,673 3,491
𝑉𝐹𝐵 𝐷2 100% 77,726%
15,673
16,066 3,941
𝑉𝐹𝐵 𝐷3 100% 75,469%
16,066
140
4.7.10 Perhitungan Uji Marshall Campuran Aspal Kadar Aspal 6,5%
Asal Bahan :
Bahan uji (campuran panas Agregat dan Aspal)
Alat yang digunakan :
1) Alat Marshall lengkap dengan:
Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung, dengan jari- jari
bagian dalam 50,8 mm (2 in),
Dongkrak pembebanan (loading jack) yang digerakkan secara elektrik
dengan kecepatan pergerakan vertikal 50,8 mm/menit (2 in/menit),
Cincin penguji (proving ring) dengan kapasitas 2500 kg dan atau 5000
kg, dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm (0,001
in).
Arloji pengukur pelelehan dengan ketelitian 0,25 mm (0,1 in) beserta
perlengkapannya.
2) Tiga buah cetakan benda uji diameter 101,6 mm (4 in), tinggi 76,2 mm (3
in) lengkap dengan pelat atas dan leher sambung.
3) Penangas air (water bath) dengan kedalaman 152,4 mm (6 in) yang
dilengkapi dengan
4) Pengatur temperatur yang dapat memelihara temperatur penangas air pada
60 °C ± 1 °C,
5) Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2
kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan
ketelitian 1 gram,
6) Termometer gelas untuk pengukur temperatur air dalam penangas dengan
sensitivitas sampai 0,2 °C,
141
a. Hasil Stabilitas (Kg)
Hasil perhitungan stabilitas di dapat dari perkalian penyesuaian beban (Kg)
dengan factor koreksi beban yang didapat dari tinggi benda uji campuran
aspal. Rumus yang digunakan yaitu:
142
53% dan filler semen sebanyak 2,5%. Berikut komposisi campuran aspal
6,5% yang digunakan :
Untuk kadar aspal 6,5%
Aspal pen 60/70 = 6,5% x 1100 gr = 76,5 gr
Agregat = 1100 gr
Filler Semen = 2,5% x 1100 gr = 27,5 gr
Total Campuran = 1204 gr
Berat Jenis Bulk Total Agregat
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐺𝑠𝑏
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐵𝑗 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐴 𝐵𝑗 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐵 𝐵𝑗 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐶 𝐵𝑗 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐷
16 27,5 53 2,5
17 27,5 53 2,5
2,291 2,449 2,404 3,128
= 2,410 gr/cm3
Berat Jenis Efektif Agregat
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐺𝑠𝑒
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐸𝑓𝑓 𝐴 𝐸𝑓𝑓 𝐵 𝐸𝑓𝑓 𝐶 𝐸𝑓𝑓 𝐷
17 27,5 53 2,5
19 27 51 3
2,375 2,539 2,494 3,128
= 2,497 gr/cm3
Berat Jenis Maksimum Campuran
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷
𝐺𝑚𝑚
𝐴 𝐵 𝐶 𝐷 𝐸 𝐸
𝐺𝑠𝑒 𝐺𝑏 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙
17 27,5 53 2,5
17 27,5 53 2,5 6 6
2,497 1,033
= 2,301 gr/cm3
Berat Jenis Campuran Padat
Berat Jenis Campuran Padat dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
𝐵. 𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐺𝑚𝑏
𝐼𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑈𝑗𝑖
143
Maka perhitungannya sebagai berikut:
1196,9 𝑔𝑟
𝐺𝑚𝑏 𝐸1 2,216 𝑐𝑚
540,0
1186,3 𝑔𝑟
𝐺𝑚𝑏 𝐸2 2,234 𝑐𝑚
531,1
1189,3 𝑔𝑟
𝐺𝑚𝑏 𝐸3 2,219 𝑐𝑚
536,0
Persentase Rongga Dalam Campuran (VIM) = Porositas (P)
VIM dihitung menggunakan rumus:
𝐺𝑚𝑚 𝐺𝑚𝑏
𝑉𝐼𝑀 100
𝐺𝑚𝑚
Maka didapat perhitungan sebagai berikut:
2,286 2,216
𝑉𝐼𝑀 𝐸1 100 3,056%
2,286
2,286 2,234
𝑉𝐼𝑀 𝐸2 100 2,304%
2,286
2,286 2,219
𝑉𝐼𝑀 𝐸3 100 2,952%
2,286
Persentase Rongga Antar Agregat (VMA)
Rumus yang digunakan untuk mendapatkan Presentase VMA yaitu :
𝐺𝑚𝑏 1 𝑃𝑏𝑡
𝑉𝑀𝐴 100 1
𝐺𝑠𝑏
Maka perhitungan VMA menjadi:
2,216 1 6,5%
𝑉𝑀𝐴 𝐸1 100 1 16,302%
2,410
2,234 1 6,5%
𝑉𝑀𝐴 𝐸2 100 1 15,653%
2,410
2,219 1 6,5%
𝑉𝑀𝐴 𝐸3 100 1 16,213%
2,410
Persentase Rongga Terisi Aspal (VFB)
Rumus yang digunakan dalam Persentase VFB adalah sebagai berikut:
𝑉𝑀𝐴 𝑉𝐼𝑀
𝑉𝐹𝐵 100%
𝑉𝑀𝐴
Maka perhitungan didapat sebagai berikut:
16,302 3,056
𝑉𝐹𝐵 𝐸1 100% 81,256%
16,302
144
15,653 2,304
𝑉𝐹𝐵 𝐸2 100% 85,281%
15,653
16,213 2,952
𝑉𝐹𝐵 𝐸3 100% 81,790%
16,213
145
4.7.12 Perhitungan Kadar Aspal Optimum
Berdasarkan hasil uji sampel dengan variasi kadar aspal didapatkan rata-rata
hasil pengujian yang ditunjukkan di tabel berikut.
146
Gambar 4. 4 Grafik Variasi Kadar Aspal terhadap Kepadatan
Sumber : Hasil Penelitian, 2020
147
Gambar 4. 7 Grafik Variasi Kadar Aspal terhadap VFB
Sumber : Hasil Penelitian, 2020
148
Gambar 4. 10 Grafik Variasi Kadar Aspal terhadap nilai Marshall Quotient
Sumber : Hasil Penelitian, 2020
149
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat sedang didapat:
Berat jenis oven (Bulk SG) = 2,499
Berat jenis SSD = 2,517
Berat jenis semu (Apparent SG) = 2,628
Penyerapan air = 2,788%
Data hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat sedang sudah memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan Kementerian PU RI-Ditjen Bina Marga, 2010-2018
(revisi 3), Soundness test sudah memenuhi syarat karena memiliki hasil 3,56%
dibawah spesifikasi maksimum 12%. Kadar lumpur serta keausan agregat sudah
memenuhi syarat.
3. Dari hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus didapat:
150
Berat jenis oven (Bulk SG) = 2,404
Berat jenis SSD = 2,473
Berat jenis semu (Apparent SG) = 2,583
Penyerapan air = 2,88%
Data hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus sudah memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan Kementerian PU RI-Ditjen Bina Marga, 2010-2018
(revisi 3). Kadar lumpur sudah memenuhi syarat yaitu dibawah 1%. Sand
equivalent sudah memenuhi syarat karena memiliki hasil 84,97% diatas
spesifikasi minimum 50%.
4. Data hasil pengujian aspal beberapa sudah memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan Kementerian PU RI-Ditjen Bina Marga, 2010-2018 (revisi 3). Hasil
Pengujian Penetrasi diperoleh 64,80 dengan nilai spesifikasi 60-70 sehingga
dapat terpenuhi, Pengujian Titik Lembek terpenuhi dengan nilai 48,75°C dengan
spesifikasi 48-58°C. Kehilangan Berat Aspal terpenuhi sesuai dengan spesifikasi
maksimal 0,8% dengan perolehan hasil 0,671%, Pengujian Daktilitas terpenuhi
dengan hasil 148,50 cm dengan spesifikasi minimal 100 cm, Pengujian Berat
Jenis terpenuhi dengan hasil 1,033 gram/cm3 dengan spesifikasi minimal 1,0
gram/cm3, Pengujian titik nyala terpenuhi dengan nilai 262,5°C dengan nilai
minimum spesifikasi yaitu 200°C.
5. Dari analisis volumentrik Aspal dan Agregat didapatkan analisis saringan dari
gradasi gabungan untuk campuran aspal sebagai berikut
Agregat Kasar : 32,34 %
Agregat Halus : 63,56 %
Filler : 4,10 %
Konstanta :1
Kemudian hasil perhitungan Kadar Aspal Awal menurut RSNI M-01-2003
didapatkan Kadar Aspal Awal adalah 5,5 %. Kemudian angka tersebut
divariasikan menjadi 4,5% ; 5% ; 5,5% ; 6% ; 6,5%.
6. Dari Pengujian ini didapatkan Benda uji sesuai dengan ketentuan yang kemudian
dianalisis menggunakan Alat Marshall.
7. Dari pengujian rancangan campuran aspal didapatkan bahwa Stabilitas Marshall,
Kelelehan Plastis (Flow) memenuhi syarat spesifikasi, pada rentang kadar aspal
151
5,5% - 6,1%. Kadar aspal pada rentang 5,5% - 6,1% dengan nilai-nilai syarat
spesifikasi, disarankan kadar aspal 6% sebagai Kadar Aspal Optimum (KAO)
karena diambil dengan memperhitungkan kadar aspal yang cukup dan tidak
berlebihan sehingga menimbulkan bleeding saat pemadatan di lapangan.
5.2 Saran
152
DAFTAR PUSTAKA
153
Badan Standarisasi Nasional. 1991. SNI 06-2489-1991. Metode Pengujian
Campuran Beraspal Panas dengan Alat. Jakarta : Badan Standarisasi
Nasional
Kementerian PU RI-Ditjen Bina Marga. 2010. Dokumen Pelelangan Nasional
Penyediaan Pekerjaan Konstruksi Untuk Harga Satuan (revisi 3). Jakarta
: Kementrian PU.
154
LAMPIRAN A
HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT DAN ASPAL
(C) = (B/A) * 100, %
Hasil Rata‐rata (%) 98,07
Pengujian satu bidang pecah atau lebih
Tabel A-11
No Uraian Pemeriksaan
I II
1 Ukuran Fraksi Agregat (mm) 4,75 ‐ 9,5 4,75 ‐ 9,5
(C) = (B/A) * 100, %
Hasil Rata‐rata (%) 96,98
(C) = (B/A) * 100, %
Hasil Rata‐rata (%) 97,07
Pengujian dua bidang pecah atau lebih
Tabel A-13
No Uraian Pemeriksaan
I II
1 Ukuran Fraksi Agregat (mm) 9,5 ‐ 12,5 12,5 ‐ 19,0
(C) = (B/A) * 100, %
Hasil Rata‐rata (%) 95,73
Hasil Rata‐rata, (%) 84,97
Pemeriksaan Kadar Lempung Agregat
Jenis Sampel : Agregat Kasar
Agregat 0,5-1
Tabel A-15
No Uraian Pemeriksaan
I II
1 Berat Tempat, Gram 73,8 75,1
2 Berat Sampel Kotor Kering Oven dan Tempat, 2075,1 2075
Gram
3 Berat Sampel Kotor Kering Oven (A), Gram 2001,3 1999,9
4 Berat Sampel Bersih Kering Oven dan Tempat, 2061,6 2063,6
Gram
5 Berat Sampel Bersih Kering Oven (B), Gram 1987,8 1988,5
6 Kadar Lempung (C) = (A ‐ B)/A * 100, % 0,675 0,570
Hasil Rata‐rata (%) 0,622
Agregat 1-2 cm
Tabel A-16
No Uraian Pemeriksaan
I II
Hasil Rata‐rata (%) 0,490
Pemeriksaan Soundness Agregat
Jenis Sampel : Agregat Halus
Tabel A-17
No Uraian Pemeriksaan
I II
1 Berat Tempat, Gram 43,7 45,4
Hasil Rata‐rata (%) 0,985
I II
Sesudah Perendaman Selama 16 ‐ 18 Jam
Hasil Rata‐rata (%) 98,50
Pemeriksaan Jumlah Bahan Dalam Agregat Yang lolos saringan No.200
Abu batu
Tabel A-21
No Uraian Pemeriksaan
I II
Hasil Rata‐rata, (%) 5,006
Batu pecah 0,5-1 cm
Tabel A-22
No Uraian Pemeriksaan
I II
Hasil Rata‐rata, (%) 0,825
I II
Hasil Rata‐rata 0,774
Pemeriksaan Abrasi Agregat
Tabel A-24
Batu pecah 1-2 cm
LOLOS TERTAHAN PEMERIKSAAN
SARINGAN SARINGAN
I II
Hasil Rata‐rata (%) 34,172
Pemeriksaan ringksan hasil pengujian material
Batu pecah 0,5-1 cm
Tabel A-25
Nomer Pengujian Unit Hasil Spesifikasi
I Gradation Rata‐Rata persentase lolos
1 1/2” % 100,00%
1" % 100,00%
3/4” % 100,00%
1/2” % 100,00%
3/8” % 97,31%
No.4 % 7,08%
No.8 % 0,25%
No.16 % 0,14%
No.30 % 0,14%
No.50 % 0,14%
No.100 % 0,13%
No.200 % 0,10%
II Specific Gravity Min. Rata‐rata Maks.
Bulk Sp.G 2,443 2,449 2,454 ‐
SSD Sp.G 2,512 2,517 2,523 ‐
App.Sp.G 2,622 2,628 2,635 ‐
Absorbtion % 2,784 2,788 2,792 Maks.3 %
III Material Properties Rata‐rata
Soundness dengan % 3,563 Maks.12 %
natrium sulfat
Abrasi pada campuran % ‐ Maks.30 %
AC modifikasi
Abrasi pada campuran % Maks.40 %
AC lainnya
Kelekatan agregat % 99 Min 95 %
terhadap aspal
Angularitas SMA % 100/90 %
Angularitas lainnya % 95/90 %
Persen lolos ayakan % 0,825 Max 1 %
No.200
Kadar lempung % 0,622 ‐
Batu pecah 1-2 cm
Tabel A-26
Nomer Pengujian Unit Hasil Spesifikasi
I Gradation Rata‐Rata persentase lolos
1 1/2” % 100,00%
1" % 100,00%
3/4” % 95,09%
1/2” % 40,92%
3/8” % 11,21%
No.4 % 0,20%
No.8 % 0,20%
No.16 % 0,20%
No.30 % 0,20%
No.50 % 0,20%
No.100 % 0,19%
No.200 % 0,16%
II Specific Gravity Min. Rata‐rata Maks.
Bulk Sp.G 2,275 2,291 2,306 ‐
SSD Sp.G 2,343 2,359 2,374 ‐
App.Sp.G 2,441 2,458 2,475 ‐
Absorbtion % 2,955 2,977 2,999 Maks.3 %
III Material Properties Rata‐rata
Soundness dengan % 3,987 Maks.12 %
natrium sulfat
Abrasi pada campuran % 34,172 Maks.30 %
AC modifikasi
Abrasi pada campuran % Maks.40 %
AC lainnya
Kelekatan agregat % ‐ Min 95 %
terhadap aspal
Angularitas SMA % 100/90 %
Angularitas lainnya % 95/90 %
Persen lolos ayakan % 0,774 Maks. 1 %
No.200
Kadar lempung % 0,490 ‐
Pemeriksaan ringksan hasil pengujian material
Abu batu
Tabel A-27
Nomer Pengujian Unit Hasil Spesifikasi
I Gradation Rata‐Rata persentase lolos
1 1/2” % 100,00%
1” 100,00%
3/4” % 100,00%
1/2” % 100,00%
3/8” % 100,00%
No.4 % 98,29%
No.8 % 84,16%
No.16 % 57,73%
No.30 % 37,15%
No.50 % 21,21%
No.100 % 11,38%
No.200 % 4,22%
II Specific Gravity Min Rata‐rata Maks.
Bulk Sp.G 2,376 2,404 2,432 ‐
SSD Sp.G 2,445 2,473 2,501 ‐
App.Sp.G 2,552 2,583 2,613 ‐
Absorbtion % 2,859 2,881 2,902 Maks.3%
III Material Properties Rata‐rata
Nilai setara pasir % 84,968 Min. 50%
Kadar rongga tanpa % Min. 45
pemadatan
Kadar lempung % 0,985 Max. 1%
Persen lolos ayakan % 5,006 Maks.10%
No.200
A.2 Pemeriksaaan Aspal
Penetrasi pada 25 ˚C, beban penetrasi 100 gram, 5 detik
Pengamatan
Sampel 1 Sampel 2
1 67.8 63.5
2 64.7 66.0
3 64.8 63.9
4 63.8 66.8
5 60.7 66.0
64.4 65.2
Rata‐Rata
64.80
Pengujian Titik Lembek
Suhu penuangan :
Penuangan aspal Pk. 10.10
110°C
Perkiraan titik nyala :
Pemeriksaan:
331°C
‐ Mulai Pk. 11.40
Kenaikan suhu :
‐ Sampai 56 °C dibawah titik nyala Pk. 11.51
15°C/menit
Pemeriksaan: Kenaikan suhu : 5‐
‐ Sampai 28 °C dibawah titik nyala Pk. 11.56 6°C/menit
Pembacaan
suhu (°C) Waktu Titik Nyala (°C)
°C
Dibawah
No dibawah
perkiraan
titik nyala
Titik Nyala Pk Menit 1 2
331 °C
1 56 275 11 51 260 265
2 51 280 11 52
3 46 285 11 53
4 41 290 11 54
5 36 295 11 55
6 31 300 11 56
7 26 305 11 57
8 21 310 11 58 310 310
9 16 315 11 59
10 11 320 12 0
11 6 325 12 1
12 1 330
Titik Nyala 260 265
Titik Nyala rata‐rata 262.50
Titik Bakar 310 310
Titik Bakar rata‐rata 310
Pengujian Daktilitas Aspal
Daktilitas pada 25 °C, 5cm/menit Putus pada jarak
Sampel
(cm)
Sampel 1 147
Sampel 2 150
Rata‐rata 148.5
Pengujian Berat Jenis Aspal