Anda di halaman 1dari 22

PENYELESAIN SOAL :

1. PENENTUAN NILAI CBR SEGMENT JALAN

Nilai CBR segment jalan ditentukan berdasarkan nilai CBR titik pengamatan dengan
data-data CBR sebagai berikut :
Nilai CBR
No. titik
Segment I Segment II
1 2,6 10,5
2 3,4 9,6
3 5,5 4,4
4 3,6 4,5
5 4,4 10,6
6 2,5 5,4
7 3,6 5,5
8 7,4 8,6
9 4,5 9,4
10 5,6 7,5
11 5,4 6,6
Jumlah 48,5 82,6
Rata" 4,40 7,50

a. Cara Analitis
Tabel Nilai R Untuk Perhitungan CBR Segmen

Jumlah titik pengamatan Nilai R

2 1,41
3 1,91
4 2,24
5 2,48
6 2,67
7 2,83
8 2,96
9 3,08
>10 3,18
 Segment I
CBR max − CBR min
CBR segment = CBR rata-rata – [ ]
R
R = 3,18 (dengan melihat Tabel nilai R untuk perhitungan CBR segment)
CBR rata-rata = 4,40 %
CBR max = 7,4 %
CBR min = 2,5 %
7,4 − 2,5
Jadi, CBR segment = 4,40 – ( ) = 2,85 %
3,18

 Segment II
CBR max − CBR min
CBR segment = CBR rata-rata – [ ]
R
R = 3,18 (denganmelihatTabel nilai R untukperhitungan CBR segment)
CBR rata-rata = 7,50 %
CBR max = 10,6 %
CBR min = 4,4 %
10,6 − 4,4
Jadi, CBR segment = 7,50 – ( ) = 5,55 %
3,18

b. Cara Grafis

 Segment I
Perhitungan presentase nilai CBR

Jumlah yang sama/lebih Presentase yang sama/lebih


Nilai CBR (%)
besar besar (%)

2 11 11 : 11 x 100% = 100

3 9 9 : 11 x 100% = 81,82

4 6 6 : 11 x 100% = 54,55

5 4 4 : 11 x 100% = 36,36

7 1 1 : 11 x 100% = 9,09
Grafik Perhitungan CBR ( Segmen I )
100 100
Persentase jumlah sama atau lebih dari (%)

90

80 81.82

70

60
54.55
50 Y-Values

40 Poly. (Y-Values)
36.36
Linear (Y-Values)
30

20

10 9.09
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai CBR y = 1.3989x2 - 31.255x + 158.82
R² = 0.9951

Dari perhitungan CBR secara grafis pada segment I diperoleh nilai CBR = 2,5%

 Apabila Dihitung Dengan Persamaan Regresi


 Segment I
Data segment I dihitung secara manual dengan persamaan yang diperoleh melalui
Trendline pada grafik excel. Persamaannya adalah : y = 0,6494x2 – 24,286x + 154,55

y = persentase ; x = CBR

y = 1,3989x2 – 31,255x + 158,82


90 = 1,3989x2 – 31,255x + 158,82
0 = 1,3989x2 – 31,255x + 68,82

−b±√b2 −4ac
Menggunakan persamaan x =
2a
−b ± √b 2 − 4ac
x=
2a
− (−31,255) ± √(−31,255)2 − 4 . (1,3989) . 68,82
x=
2 . (1,3989)
−(−31,255) – 24,327
x= = 2,48 %
2,7978
 Segment II
Perhitungan presentase nilai CBR

Jumlah Yang Presentase Yang Sama/Lebih


Nilai CBR ( % )
Sama/Lebih Besar Besar ( % )

4 11 11 : 11 x 100% = 100
5 9 9 : 11 x 100% = 81,82
6 8 8 : 11 x 100% = 72,73
7 7 7 : 11 x 100% = 63,64
8 6 6 : 11 x 100% = 54,55
9 4 4 : 11 x 100% = 36,36
10 2 2 : 11 x 100% = 18,18

Grafik Perhitungan CBR ( Segmen II )


100 100
Persentase jumlah sama atau lebih besar ( % )

90
80 81.82

70 72.73
63.64
60
54.55
50
Y-Values
40
36.36 Poly. (Y-Values)
30
20 18.18
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nilai CBR y = -0.5417x2 - 5.0795x + 125.31
R² = 0.9854

Dari perhitungan CBR secara grafis pada segment II diperoleh nilai CBR = 4,50%
 Apabila Dihitung Dengan Persamaan Regresi
 Segment II
Data segment II dihitung secara manual dengan persamaan yang diperoleh melalui
Trendline pada grafik excel. Persamaannya adalah :y = -0,5417x2 – 5,0795x + 125,31
y = persentase ; x = CBR

y = - 0,5417x2 - 5,0795x + 125,31


90 = - 0,5417x2 - 5,0795x + 125,31
0 = - 0,5417x2 - 5,0795x + 35,31
−b±√b2 −4ac
Menggunakan persamaanx =
2a
−b ± √b 2 − 4ac
x=
2a
− (−5,0795) ± √(−5,0795)2 − 4 . (− 0,5417) . 35,31
x=
2 . (− 0,5417)
−(−5,0795) −10,11
x= = 4,64 %
− 1,0834

1. MENENTUKAN DAYA DUKUNG TANAH DASAR ( DDT )


Nilai daya dukung tanah (DDT) segment jalan ditentukan berdasarkan nilai CBR segment
jalan yang dihubungkan dalam grafik koreksi antara CBR dan DDT (terlampir) dimana
grafik CBR merupakan skala logaritma dan grafik DDT merupakan skala linier.
Berdasarkan grafik tersebut diperoleh DDT pada segment I = 3,40 sedangkan nilai DDT
pada segment II = 4,50
2. PENETUAN UMUR RENCANA ( UR )
Umur rencana (UR) untuk perkerasan lentur jalan baru umumnya diambil maksimal 20
tahun dan untuk peningkatan jalan umumnya diambil 10 tahun sesuai dengan
perencanaan awal, disini ditentukan bahwa umur rencana ( UR ) adalah 15 tahun.
3. MENENTUKAN FAKTOR PERTUMBUHAN LALU LINTAS ( i )
Faktor Pertumbuhan lalu lintas dihitung berdasarkan data LHR tahun 2008 – 2017
menggunakan metoda regresi, dalam hal ini metode regresi linier sederhana (Simple
Regretion Analysis). Persamaan regresi sederhana linier adalah sebagai berikut :

Y = a + b.x
Dengan :
x : Variabel bebas (Pertambahan Tahun)
y : Variabel tidak bebas (LHR (smp))
a : Interseg garis regresi
b : slope garis regresi
nilai a dan b dicari dengan metode kuadrat kecil ( least – squares method ), yaitu sebagai
berikut :
𝑛.∑(𝑥.𝑦)−∑ 𝑥.∑𝑦
b =[ 2 ]
𝑛.∑ 𝑥 −∑(𝑥)2
∑ 𝑦−𝑏 . ∑ 𝑥
a=
𝑛
Tabel Data LHR Tahun 2008 – 2017 Yang Melewati Ruas Jalan Kota Tua – Kota Lama
LHR (Kendaraan) LHR
Tahun
Golongan 2 Golongan 3 Golongan 4 Golongan 5a Golongan 5b Golongan 6 Golongan 7a (Kendaraan)
2008 1386 625 1114 1205 546 174 356 5406
2009 2664 774 1136 1095 424 266 304 6663
2010 1266 645 894 946 475 264 356 4846
2011 1574 696 1095 1144 596 425 384 5914
2012 1425 734 1126 1165 604 466 345 5865
2013 1716 785 1054 1236 645 384 376 6196
2014 2074 706 1215 1234 816 515 414 6974
2015 2245 804 1456 1345 794 546 455 7645
2016 2376 885 1414 1376 845 594 436 7926
2017 2354 946 1765 1294 886 555 484 8284
Keterangan : Gol 2 : Sedan, jeep, station wagon Gol 5b : Bus Besar
Gol 3 : Pick up, combi Gol 6 : Truck 2 as
Gol 4 : Truck 2 as, Micro Truck, Mobil Hantaran Gol 7a : Truk 3 as
Gol 5a : Bus Kecil
a. Perhitungan Persamaan regresi Secara Manual
Perhitungan regresi linier sederhana adalah sebagai berikut :
Pertambahan tahun LHR
No. Tahun (x . y) x2
(x) (y)
1 2008 0 5406 0 0
2 2009 1 6663 6663 1
3 2010 2 4846 9692 4
4 2011 3 5914 17742 9
5 2012 4 5865 23460 16
6 2013 5 6196 30980 25
7 2014 6 6974 41844 36
8 2015 7 7645 53515 49
9 2016 8 7926 63408 64
10 2017 9 8284 74556 81
Jumlah 45 65.719 321.860 285

Berdasarkan tabel perhitungan tersebut diperoleh :


n.∑(x.y)−∑ x.∑ y
b =[ 2 ]
n.∑ x −∑(x)2
10 . 𝟑𝟐𝟏𝟖𝟔𝟎 − 45 . 𝟔𝟓𝟕𝟏𝟗
= =316,66
10 . 385−(45)²
∑ y− b . ∑ x 𝟔𝟓𝟕𝟏𝟗– 316,66.45
a = = 10
= 5146,93
n
Sehingga persamaan regresinya menjadi :
Y =a+b.x
= 5146,93 + 316,66 . x
b. Perhitungan Persamaan Regresi Dengan Excel

Grafik Persamaan Regregasi


9,000
8,000 8,284
7,6457,926
7,000 6663 6,974
6,000 6,196
5,9145,865
5,000 5.406
4846
4,000
LHR

3,000 Y-Values
2,000
Linear (Y-Values)
1,000
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pertambahan Tahun y = 316.66x + 5146.9


R² = 0.7195
Prediksi LHR dan tingkat pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana 15 tahun
disajikan pada tabel berikut :
Tabel Prediksi LHR dan Tingkat Pertumbuhan ( i )

Pertambahan LHR
NO TAHUN
Tahun (x) SMP (y)
1 2022 14 9580,14
2 2036 29 14330,04

(𝑏)−(𝑎)
(𝑎)
i = . 100%
𝑛
(14330,04)−(9580,14)
(9580,14)
= . 100%
15
= 3,30%
Jadi Angka Pertumbuhan Lalu Lintas rata-ratanya adalah 3,30%

1. MENENTUKAN FAKTOR REGIONAL ( FR )


Faktor Regional (FR) ditentukan berdasarkan kondisi iklim (curah hujan), kelandaian
jalan dan prosentase kendaraan berat. Dalam hal ini data yang ada yaitu :

 Curah hujan : 950 mm/tahun


 Kelandaian maksimum jalan : 10 %
 Presentase kendaraan berat pada tahun 2022 atau LHR 2022 (awal umur rencana)
dicari dengan persamaan :

LHR2022 Gol.Kendaraan Berat


Prosentase Kend. Berat Th. 2022 = x 100%
LHR2022 Semua Golongan

LHR 2022 Golongan 5b, 6, 7a =LHR 2017 Gol. (5b, 6, 7a) x( 1 + i )n


= (886+555+484x ( 1 + 0,0330 )4
= 1992,12 Kendaraan
LHR 2022 Semua Golongan = LHR 2017 Semua Golongan x( 1 + i )n
= 8284 x ( 1 + 0,0330 )4
= 9432,81 Kendaraan
1992,12
Prosentase Kend. Berat (2022) = x 100%
9432,81
= 21,11 %
Maka berdasarkan data-data tersebut sesuai dengan Daftar IV(Lampiran) Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya (PPTPLJR) Dengan Metode Analisa
Komponen diperoleh Faktor Regional (FR) adalah 2,0. (Lampiran).
2. MENENTUKAN ANGKA EKIVALEN ( E )
Angka ekivalen E beban sumbu adalah angka yang menunjukan jumlah lintasan dari
sumbu tunggal seberat 8160 Kg (18.000 lbs) yang akan menyebabkan kerusakan yang
sama atau penurunan permukaan yang sama apabila sumbu standard lewat satu kali.
Maka berdasarkan Daftar III(Lampiran)Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
Jalan Raya (PPTPLJR) peraturannya adalah sebagai berikut :

 Sumbu Tunggal :
 Kendaraan Ringan ( ± 2 ton ) (1 + 1)
E = 0,0002 + 0,0002 = 0,0004
 Bus ( ± 8 ton ) (3+5)
E = 0,0183 + 0,1410 = 0,1592
 Sumbu Ganda
 Truck 2 as ( ± 10 ton ) (4)+(2x3)
E = 0,0577 + 0,0251 = 0,0828
 Truck 3 as ( ± 20 ton ) (6)+(2x7)
E = 0,2923 + 0,7425 = 1,0348

3. MENENTUKAN KOEFISIEN DISTRIBUSI KENDARAAN ( C )


Koefisien distribusi kendaraan ( C ) adalah menentukaan presentase kendaraan pada jalur
yang direncanakan. Direncankan menggunakan 2 jalur 2 arah. Nilai C diberikan oleh
daftar II(Lampiran)Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
(PPTPLJR), yaitu sebagai berikut :
 Mobil / Kend. Ringan C = 0,50 2 Lajur 2 Arah
 Bus C = 0,50 2 Lajur 2 Arah
 Truck ( ± 10 ton ) C = 0,50 2 Lajur 2 Arah
 Truck ( ± 20 ton ) C = 0,50 2 Lajur 2 Arah

4. MENENTUKAN LINTAS EKIVALEN


a. Lintas Ekivalen Permulaan( LEP )
Lintas ekivalen permukaan ( LEP ) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari
sumbu tunggal seberat 8160 Kg (18.000 lbs) pada jalur rencana yang diduga terjadi
pada permulaan umur rencana ( Tahun 2022). Nilai LEP dicari dengan persamaan :
Truck

LEP2022 = ∑ LHR 2017 x C x E x (1 + i)n


Kend.Ringan
Perhitungan selengkapnya disajikan dalam tabel berikut ini :
Jenis
LHR LEP
C E I N
Kendaraan 2017 2022

Kend. Ringan
6359 0,50 0,0004 0,0330 5 1,50
(Gol 2,3,4,5a)
Bus (Gol 5b) 886 0,50 0,1593 0,0330 5 83,00
Truck± 10 ton (Gol 6) 555 0,50 0,0828 0,0330 5 27,02
Truck± 20 ton (Gol 7a) 484 0,50 1,0348 0,0330 5 294,55
Jumlah 406,07
n = Selisih tahun

b. Lintas Ekivalen Akhir ( LEA )


Lintas ekivalen akhir ( LEA ) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari
sumbu tunggal seberat 8160 Kg (18.000 lbs) pada jalur rencana yang diduga terjadi
pada akhir umur rencana ( Tahun 2039). Nilai LEA dicari dengan persamaan :
c.

Truck

LEA2036 = ∑ LHR 2017 x C x E x (1 + i)n


Kend.Ringan

Perhitungan selengkapnya disajikan dalam tabel berikut ini :


Jenis LHR LEA
C E i N
Kendaraan 2017 2036
Kend. Ringan
6359 0,50 0,0004 0,0330 19 2,35
(Gol 2,3,4,5a)
Bus (Gol 5b) 886 0,50 0,1593 0,0330 19 130,77
Truck± 10 ton (Gol 6) 555 0,50 0,0828 0,0330 19 42,57
Truck± 20 ton (Gol 6) 484 0,50 1,0348 0,0330 19 464,06
Jumlah 639,75
n = Selisih tahun

c. Lintas Ekivalen Tengah ( LET )


Lintas ekivalen tengah ( LET ) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari
sumbu tunggal seberat 8160 Kg (18.000 lbs) pada jalur rencana yang diduga terjadi
pada pertengahan umur rencana. Nilai LEP dicari dengan persamaan :
LEP2022 + LEA2036
LET =
2
406,07+ 639,75
LET = = 522,91
2
d. Lintas Ekivalen Rencana
Nilai lintas ekivalen rencana ( LER ) dicari dengan persamaan sebagai berikut :
𝑈𝑅
LER = LET x ( )
10
15
LER = 522,91 x ( )
10
= 784,365

5. MENENTUKAN INDEKS PERMUKAAN ( IP )


Indeks permukaan adalah nilai yang menyatakan derajar kerataan atau kehalusan serta
kekokohan permukaan yang berkaitan dengan tingkat pelayanan lalu lintas yang lewat :
a. Indeks Permukaan Awal ( Ipo )
Nilai indeks permukaan awal ditentukan dari Daftar VI(Lampiran)Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya (PPTPLJR) yang bergantung
kepada jenis lapis permukaan yang akan digunakan. Untuk klasifikasi jalan arteri
lapis permukaan dengan laston diperoleh Ipo antara 3,9 – 3,5.

b. Indeks Permukaan Akhir ( Ipt )


Nilai indeks permukaan awal ditentukan dari Daftar V(Lampiran)Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya (PPTPLJR) yang bergantung
kepada LER dan klasifikasi jalan. Di sini diketahui bahwa LER = 784,365 dan
klasifikasi jalan arteri diperoleh ,Ipt = 2,5.

6. MENENTUKAN INDEKS TEBAL PERKERASAN ( ITP )


 Segment I
Nilai Indeks Tebal Perkerasan ( ITP ) ditentukan dari pembacaan grafik Nomogram
PPTPLJR yang bergantung dari nilai Ipt, Ipo, DDT, LER dan FR. Nilai –nilai tersebut
adalah sebagai berikut :
 Ipt = 2,5
 Ipo = 3,9 – 3,5 (untuk LASTON)
 DDT = 3,40
 LER = 784,365
 FR = 2,0
Dari pembacaan Grafik Nomogram No. 4 diperoleh ITP sebesar 11,5 (Lampiran).
 Segment II
Nilai Indeks Tebal Perkerasan ( ITP ) ditentukan dari pembacaan grafik Nomogram
PPTPLJR yang bergantung dari nilai Ipt, Ipo, DDT, LER dan FR. Nilai –nilai tersebut
adalah sebagai berikut :
 Ipt = 2,5
 Ipo = 3,9 – 3,5 (untuk LASTON)
 DDT = 4,50
 LER = 784,365
 FR = 2,0
Dari pembacaan Grafik Nomogram No. 4 diperoleh ITP sebesar 10

7. MENENTUKAN KOEFISIEN KEKUATAN RELATIF ( a )


Untuk menentukan koefisien kekuatan relatif ( a ) pada Segment I dan II yaitu :

a1 = Untuk lapisan permukaan ( Surface Course )


a2 = Untuk lapisan pondasi atas ( Base Course )
a3 = Untuk lapisan pondasi bawah ( Sub Base Course )

Maka harus ditentukan dahulu jenis lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah yang akan
digunakan, dalam hal ini adalah sebagai berikut :

 Base Course ( lapisan pondasi atas ) menggunakan batu pecah ( Kelas A ) dengan
CBR 100%
 Sub Base Course ( lapisan pondasi bawah ) menggunakan sirtu ( Kelas A ) dengan
CBR 70%

Maka, dari Daftar VII(Lampiran)Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan


Raya (PPTPLJR) diperoleh :
Koefisien Kekuatan Relatif

a1 = 0,40 ( untuk jenis bahan laston )


a2 = 0,14 ( untuk jenis bahan Batu Pecah Kelas A )
a3 = 0,13 ( untuk jenis Sirtu / Pitrun Kelas A )
8. MENENTUKAN TEBAL PERKERASAN ( D )
Tebal perkerasan dicari dengan persamaan :ITP = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3
Disini tebal perkerasan yang dicari / dihitung adalah tebal perkerasan yang harganya lebih
murah, sedangkan yang harganya lebih mahal ditentukan berdasarkan tebal minimum
yang bergantung pada nilai ITP ( Daftar VIII PPTPLJR(Lampiran) ), hal ini dilakukan
untuk pertimbangan ekonomis.

 Untuk Segment I
Dengan berpedoman pada Daftar VIII PPTPLJR ditetapkan :
D1 = 10 cm ( Bahan Laston dengan ITP ≥ 10,00 )
D2 = 20 cm ( Bahan Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilitas tanah
dengan kapur, pondasi macadam, Lapen, Laston Atas dengan ITP ≥ 10,00)

Sehingga :
ITP = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3
11,5 = ( 0,40 x 10 ) + ( 0,14 x 20 ) + ( 0,13 x D3 )
(11,5 –6,8)
D3 = = 36,15 ≈ 37 cm
0,13

Tebal minimum untuk D3 menurut Daftar VIII PPTPLJR untuk ITP ≥ 10 adalah 10
cm, sehingga tebal 36,15 cm memenuhi syarat.

 Untuk Segment II
Dengan berpedoman pada Daftar VIII PPTPLJR ditetapkan :
D1 = 10 cm ( Bahan Laston dengan ITP ≥10)
D2 = 20 cm ( Bahan Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilitas tanah
dengan kapur, pondasi macadam, Laston, ( Laston ITP≥10)

Sehingga :
ITP = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3
10 = ( 0,40 x 10 ) + ( 0,14 x 20 ) + ( 0,13 x D3 )
(10 –6,8 )
D3 = = 24,61 cm ≈ 25 cm
0,13
Tebal minimum untuk D3 menurut Daftar VIII PPTPLJR untuk ITP ≥ 10 adalah 10
cm, sehingga tebal 25 cm memenuhi syarat.

Gambar – Gambar Teknis

3,5m 3,5 m

Gambar Penampang Melintang Jalan

Lapisan Permukaan (Laston tebal = 10 cm)

Lapisan Pondasi Atas


(Batu Pecah Kelas A tebal = 20 cm)

Lapisan Pondasi Bawah


(Sirtu/Pitrun Kelas A tebal = 37 cm)

Tanah Dasar (Sub Grade)

Tipikan Gambar Susunan Perkerasan ( Segment I )

Lapisan Permukaan (Laston tebal = 10 cm)

Lapisan Pondasi Atas


(Batu Pecah Kelas A tebal = 20 cm)

Lapisan Pondasi Bawah


(Sirtu/Pitrun Kelas A tebal = 25 cm)

Tanah Dasar (Sub Grade)

Tipikan Gambar Susunan Perkerasan ( Segment II )


Halaman

LAMPIRAN
Lampiran Gambar Korelasi DDT dan CBR
Hubungan nilai CBR dengan garis mendata kesebelah kiri diperoleh nilai DDT.

DDT Segment II --> 4,50 CBR Segment II -->4,50 %

DDT Segment I --> 3,40 CBR Segment I -->2,50 %

Gambar 7.7 Korelasi DDT dan CBR


Dari SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1
Segment I
Nomogram 4

FR = 1,0
LER = 784,365
DDT = 3,40

ITP = 11,5
Segment II
Nomogram 4

LER = 336,14

FR = 1,0
FR = 2,0
DDT = 4,50

ITP = 9,8
LER = 784,365

ITP = 10
Daftar II
Koefisien Distribusi Kendaraan (C)

Jumlah Kendaraan Ringan*) Kendaraan Berat**)


Lajur 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah
1 lajur 1,00 1,00 1,00 1,000
2 lajur 0,60 0,50 0,70 0,500
3 lajur 0,40 0,40 0,50 0,475
4 lajur - 0,30 - 0,450
5 lajur - 0,25 - 0,425
6 lajur - 0,20 - 0,400

*) berat total < 5 ton, misalnya mobil penumpang, pick up, mobil hantaran
**) berat total > 5 ton, misalnya, bus, truk, traktor, semi trailler, trailler.

Daftar III
Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan

Beban Sumbu Angka Ekivalen


Kg Lb Sumbu tunggal Sumbu ganda
1000 2205 0,0002 -
2000 4409 0,0036 0,0003
3000 6614 0,0183 0,0016
4000 8818 0,0577 0,0050
5000 11023 0,1410 0,0121
6000 13228 0,2923 0,0251
7000 15432 0,5415 0,0466
8000 17637 0,9238 0,0794
8160 18000 1,0000 0,0860
9000 19841 1,4798 0,1273
10000 22046 2,2555 0,1940
11000 24251 3,3022 0,2840
12000 26455 4,6770 0,4022
13000 28660 6,4419 0,5540
14000 30864 8,6647 0,7452
15000 33069 11,4184 0,9820
16000 35276 14,7815 1,2712

Daftar IV
Faktor Regional (FR)
Kelandaian I Kelandaian II Kelandaian III
( < 6 %) (6 – 10 %) ( > 10%)
% kendaraan berat % kendaraan berat % kendaraan berat
≤ 30 % > 30 % ≤ 30 % > 30 % ≤ 30 % > 30 %
Iklim I < 900 mm/th 0,5 1,0 – 1,5 1,0 1,5 – 2,0 1,5 2,0 – 2,5
Iklim II > 900 mm/th 1,5 2,0 – 2,5 2,0 2,5 – 3,0 2,5 3,0 – 3,5

Catatan: Pada bagian-bagian jalan tertentu, seperti persimpangan, pember-hentian atau


tikungan tajam (jari-jari 30 m) FR ditambah dengan 0,5. Pada daerah rawa-
rawa FR ditambah dengan 1,0.
Daftar V
Indeks Permukaan Pada Akhir Umur Rencana (IP)

LER = Lintas Klasifikasi Jalan


Ekivalen Rencana *) lokal kolektor arteri tol
< 10 1,0 – 1,5 1,5 1,5 – 2,0 -
10 – 100 1,5 1,5 – 2,0 2,0 -
100 – 1000 1,5 – 2,0 2,0 2,0 – 2,5 -
> 1000 - 2,0 – 2,5 2,5 2,5

Daftar VI
Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana (IPo)
Roughness *)
Jenis Permukaan IPo
(mm/km)
LASTON ≥4 ≤ 1000
3,9 – 3,5 > 1000
LASBUTAG 3,9 – 3,5 ≤ 2000
3,4 – 3,0 > 2000
HRA 3,9 – 3,5 ≤ 2000
3,4 – 3,0 > 2000
BURDA 3,9 – 3,5 < 2000
BURTU 3,4 – 3,0 < 2000
LAPEN 3,4 – 3,0 ≤ 3000
2,9 – 2,5 > 3000
LATASBUM 2,9 – 2,5
BURAS 2,9 – 2,5
LATASIR 2,9 – 2,5
JALAN TANAH ≤ 2,4
JALAN KERIKIL ≤ 2,4
Daftar VII
Koefisien Kekuatan Relatif (a)
Koefisien Kekuatan
Kekuatan Bahan
Relatif Jenis Bahan
a1 a2 a3 MS (kg) Kt (kg/cm) CBR (%)
0,40 - - 744 - -
0,35 - - 590 - -
Laston
0,35 - - 454 - -
0,30 - - 340 - -
0,35 - - 744 - -
0,31 - - 590 - -
Lasbutag
0,28 - - 454 - -
0,26 - - 340 - -
0,30 - - 340 - - HRA
0,26 - - 340 - - Aspal macadam
0,25 - - - - - Lapen (mekanis)
0,20 - - - - - Lapen (manual)
- 0,28 - 590 - -
- 0,26 - 454 - - Laston Atas
- 0,24 - 340 - -
- 0,23 - - - - Lapen (mekanis)
- 0,19 - - - - Lapen (manual)
- 0,15 - - 22 -
Stab. Tanah dengan semen
- 0,13 - - 18 -
- 0,15 - - 22 -
Stab. Tanah dengan kapur
- 0,13 - - 18 -
- 0,14 - - - 100 Batu pecah (kelas A)
- 0,13 - - - 80 Batu pecah (kelas B)
- 0,12 - - - 60 Batu pecah (kelas C)
- - 0,13 - - 70 Sirtu/pitrun (kelas A)
- - 0,12 - - 50 Sirtu/pitrun (kelas B)
- - 0,11 - - 30 Sirtu/pitrun (kelas C)
- - 0,10 - - 20 Tanah/lempung kepasiran

Catatan: Kuat tekan stabilitas tanah dengan semen diperiksa pada hari ke-7. Kuat tekan
stabilitas tanah dengan kapur diperiksa pada hari ke-21.
Daftar VIII
Batas-batas Minimum Tebai Lapisan Perkerasan
1. Lapis Permukaan:
ITP Tebal Minimum (cm) Bahan
< 3,00 5 Lapis pelindung: (Buras/Burtu/Burda)
3,00 – 6,70 5 Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag, Laston
6,71 – 7,49 7,5 Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag, Laston
7,50 – 9,99 7,5 Lasbutag, Laston
≥ 10,00 10 Laston

2. Lapis Pondasi:
ITP Tebal Minimum (cm) Bahan
< 3,00 15 Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen,
stabilitas tanah dengan kapur
3,00 – 7,49 20*) Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen,
stabilitas tanah dengan kapur
10 Laston Atas
7,50 – 9,99 20 Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen,
stabilitas tanah dengan kapur, pondasi macadam
15 Laston Atas
10 – 12,14 20 Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen,
stabilitas tanah dengan kapur, pondasi macadam,
Lapen, Laston Atas
≥ 12,25 25 Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen,
stabilitas tanah dengan kapur, pondasi macadam,
Lapen, Laston Atas

3. Lapis Pondasi Bawah:


Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum adalah 10 cm

Anda mungkin juga menyukai