Pelaksanaan
Perencanaan Konstruksi Umur Perencanaan
1
3. Menentukan CBR Tanah Dasar
Lapisan tanah dasar merupakan lapisan yang paling bawah dimana tanah dasar
ini mempengaruhi ketebalan lapisan diatasnya. Di Indonesia umunya daya dukung
tanah dasar untuk kebutuhan perencanaan tebal perkerasan ditentukan
mempergunakan pemeriksaan CBR (California Bearing Ratio) yang diperoleh dari
pengujian DCP (Dynamic Cone Penetration). Berikut diketahui dari perencanaan
nilai CBR dari beberapa titik yang dihitung dengan metode grafis dan analitis, yaitu
sebagai berikut :
Data CBR yang telah ada maka mencari nilai CBR yang mewakili atau CBR
desain dengan cara grafis.
2
Tabel 2 Perhitungan CBR Segmen dengan Metode Grafis
Nilai CBR Prosentase
CBR
≥ (%)
a B c
4,69 51 100
4,99 50 98
5,02 49 96
5,04 48 94
5,04 48 94
5,07 46 90
5,07 46 90
5,09 44 86
5,10 43 84
5,11 42 82
5,15 41 80
5,15 41 80
5,17 39 76
5,17 39 76
5,22 37 73
5,23 36 71
5,25 35 69
5,34 34 67
5,36 33 65
5,36 33 65
5,44 31 61
5,48 30 59
5,48 30 59
5,50 28 55
5,56 27 53
3
Lanjutan
Nilai CBR Prosentase
CBR
≥ (%)
5,78 26 51
5,87 25 49
5,88 24 47
5,88 24 47
5,90 22 43
5,92 21 41
6,07 20 39
6,22 19 37
6,25 18 35
6,47 17 33
6,52 16 31
6,56 15 29
6,61 14 27
6,66 13 25
6,78 12 24
6,92 11 22
6,92 11 22
7,12 9 18
7,13 8 16
7,17 7 14
7,18 6 12
7,67 5 10
7,74 4 8
7,94 3 6
8,92 2 4
9,15 1 2
-
Penjelasan tabel:
Kolom (a) : Data CBR yang telah diurutkan, mengambil CBR dari tabel 1 dan
mengurutkan dari yang kecil ke besar.
Kolom (b) : Jumlah nilai CBR yang sama atau lebih besar (≥)
𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 (𝑏)
Kolom (c) : Persentase (%) =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝐵𝑅 𝑥 100%
51
Contoh : 51 𝑥 100% = 100%
4
Dalam mencari nilai CBR terwakil ada beberapa tahap yang harus dilakukan
yaitu :
1. Mengurutkan nilai CBR lapangan dari yang terkecil sampai dengan yang
terbesar.
2. Menentukan Nilai CBR ≥ dari jumlah data CBR lapangan.
3. Menghitung nilai prosentase dari CBR lapangan dengan rumus sebagai berikut
:
= Nilai CBR ≥ : Jumlah data CBR lapangan x 100.............sesuai rumus
4. Membuat grafik dengan memasukkan data yang telah dihitung dengan axis X
adalah Nilai CBR ≥ dan axis Y adalah prosentase (%).
5. Menarik grafik dengan garis dari prosentase 90% (kemungkinan gagal 10%)
sampai menyentuh garis eksponensial dan kemudian menarik garis lurus ke
bawah sampai menyentuh garis CBR %.
CBR SEGMEN
100
persen yang sama atau lebih besar
90
80
70 y = 7,451x2 - 124,59x + 523,53
60 R² = 0,974
50
40
30
20
10
0
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00
CBR (%)
5
CBR SEGMEN
persen yang sama atau lebih besar 100
90
80
70
y = 6497,3e-0,848x
60
R² = 0,9827
50
40
30
20
10
0
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00
CBR (%)
Gambar 2 Grafik CBR Segmen Metode Grafis (Eksponential)
CBR SEGMEN
100
persen yang sama atau lebih besar
90
80
y = -26,102x + 208,57
70
R² = 0,8611
60
50
40
30
20
10
0
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00
CBR (%)
6
Dari ketiga grafik tersebut, didapat perbandingan trend grafik sebagai berikut :
Tabel 3 PersamaanTrend Grafik
No. Trend Persamaan
2. Eksponential y = 6497,3e-0,848x
Dapat disimpulkan pada tabel 5.3 bahwa dalam perhitungan nilai CBR
menggunakan trend grafik eksponentialdikarenakan nilairegresi (R2)mendekati 1
(satu). Berikut persamaannya :
y = 6497,3 e-0,848x
90 = 6497,3 x 2,718-0,848x
90 6497,3 × 2,718−0,848𝑥
=
6497,3 6497,3
0,014 = 2,718-0,848x
log(0,014)
−0,848𝑥 =
log(2,718)
-0,848x = -4,269
−4,269
𝑥 =
−0,848
7
Pada saat merencanakan pembangunan konstruksi jalan, sebaiknya
menggunakan tanah dasar existing sebagai acuan dalam perhitungan tebal perkerasan
jalan. Berikut merupakan perhitungan CBR terwakili untuk kondisi tanah existing.
Data CBR pada tabel 5.4 untuk mencari nilai CBR yang mewakili atau CBR
desain dengan cara yang sama seperti pada tanah dasaryang sudah diperbaiki,
sehingga didapat grafik dan persamaan sebagai berikut :
CBR SEGMEN
100
persen yang sama atau lebih besar
90
80
70 y = 14,676x2 - 121,86x + 255,3
60 R² = 0,9925
50
40
30
20
10
0
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00
CBR (%)
8
Di dapat persamaan untuk gambar 5.4 sebagai berikut :
a = -14,676
b = 121,86
c = -165,3
−𝑏±√𝑏²−4𝑎𝑐
X1-2 =
2𝑎
−121,86±√121,86²−4.(−14,676).(−165,3)
=
2.(−14,676)
−121,85±√5146,088
=
−29,352
X1 = 6,595
X2 = 1,707 ≈ 1,71 (nilai CBR terwakil untuk tanah existing)
9
3.1 Menentukan tebal pondasi bawah dan CBR tanah dasar efektif
Dari hasil tersebut diperoleh nilai CBR tanah dasar rencana setelah diperbaiki
yaitu 5%. Dengan nilai tersebut dapat diperoleh CBR tanah dasar efektif dan tebal
pondasi bawah. Berikut merupakan cara untuk menentukan tebal pondasi bawah dan
CBR tanah dasar efektif :
Gambar 5 CBR tanah dasar efektif dan tebal pondasi bawah untuk tanah
dasar setelah perbaikan
(Sumber : Pd T-14-2003)
Gambar diatas merupakan gambar grafik untuk menentukan CBR tanah dasar
efektif dan tebal lapisan pondasi. Berikut langkah untuk menentukan dari CBR
Tanah Dasar Rencana :
3. Setelah itu menarik garis secara horizontal menuju ke nilai CBR tanah dasar
efektif dan diperoleh 52% untuk CBR tanah dasar efektif.
10
Sedangkan untuk tanah dasar existing diperoleh CBR 1,71% sehingga dengan
nilai tersebut dapat diperoleh CBR tanah dasar efektif dan tebal pondasi bawah
sebagai berikut :
(Sumber : Pd T-14-2003)
Karena nilai CBR untuk tanah dasar existing < 2%, maka menggunakan tebal
pondasi bawah CBK 150 mm dan anggap mempunyai nilai CBR tanah dasar efektif
5%, sehingga diperoleh nilai CBR tanah dasar efektif sebesar 75%.
11
4. Perencanaan Perkerasan Kaku
Beban Lalu lintas Rencana
Jumlah Pertumbuhan
Jenis Kendaraan
Kendaraan Lalu lintas (i)
Mobil Penumpang 3327 9,00%
Pick-Up, Micro truck, and box
car 1560 7,45%
Bus Kecil 447 1,80%
Bus Besar 1190 1,80%
Truk Ringan 1.2L 2103 7,45%
Truk Sedang 1.2H 859 7,45%
Truk 1.22 835 7,45%
Truk gandeng 4 sumbu 832 7,45%
Trailer 123 7,45%
(Sumber : PT. Solo Ngawi Jaya dan Badan Pusat Statistika)
Data lalu lintas rencana diatas diperoleh dari data lalu lintas rencana pada
tahun 2013 oleh instansi terkait yaitu PT. SNJ, sehingga dari data tersebut akan
diperoleh LHR untuk awal tahun rencana.
12
Perhitungan LHR pada tahun 2018 (Awal Umur Rencana)
Diketahui :
Tahun awal pembangunan = 2013
Tahun awal umur rencana = 2018
n =5
n
LHR2018 = LHR2013. (1+i) .
Keterangan :
i = faktor pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana
n = umur rencana
Contoh perhitungan :
mobil penumpang = 3327 x (1+0,0900)5
= 5120 buah
Tabel 6 Data Konfigurasi Sumbu dan Volume Lalulintas Harian Rata-rata pada
Tahun 2018
konfigurasi beban sumbu roda (ton) jumlah pertumbuh jumlah
beban
no Jenis kendaraan dan konfigurasi sumbu belakang kendaraan an lalu kendaraan
(ton) depan
ke-1 ke-2 ke-3 tahun 2013 lintas (i) tahun 2018
1 mobil penumpang 1.1 2 1 1 3327 0,0900 5120
2 pick up 1.2 3 1 2 1560 0,0745 2234
3 bus kecil 1.2 6 2 4 447 0,0180 489
4 bus besar 1.2 9 3 6 1190 0,0180 1301
5 truk 2 as (L) 1.2L 6 2 4 2103 0,0745 3012
6 truk 2 as (H) 1.2H 16 6 10 859 0,0745 1230
7 truk besar 1.22 24 6 18 835 0,0745 1196
8 truk 4 as 1.2+2.2 30 5,4 8,4 8,1 8,1 832 0,0745 1192
9 trailer 1.2-2.2 42 7,56 11,76 22,68 123 0,0745 176
-
Tabel 6 diatas merupakan perhitungan dari LHR tahun 2018, setelah itu setiap
kendaraan pastilah memiliki beban maksimum dari beban yang dibawa maupun
beban kendaraan itu sendiri.
13
Mencari Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga
Tabel 7 Konfigurasi Sumbu
Konfigurasi beban sumbu (ton) LHR thn 2018 Jumlah sumbu per JSKNH STRT STRG STdRG
jenis kendaraan
RD RB RGD RGB (bh) kendaraan(bh) (bh) BS (ton) JS(bh) BS (ton) JS(bh) BS (ton) JS(bh)
1 2 3 4 5 6 7 8
mobil penumpang 1 1 - - 5120 - - - - - - - -
pick up 1 2 - - 2234 - - - - - - - -
bus kecil 2 4 - - 489 2 977 2 489 - - - -
4 489 - - - -
bus 8 ton 3 6 - - 1301 2 2602 3 1301 6 1301 - -
truk 2 as (L) 2 4 - - 3012 2 6025 2 3012 - - - -
4 3012 - - - -
truk 2 as (H) 6 10 - - 1230 2 2461 6 1230 10 1230 - -
truk besar 6 - - 18 1196 2 2392 6 1196 - - 18 1196
truk 4 as 5,4 8,4 8,1 8,1 1192 4 4767 5,4 1192 8,4 1192 - -
8,1 1192 - -
8,1 1192 - -
trailer 7,56 11,76 22,68 176 3 527 7,56 176 11,76 176 22,68 176
∑ 15950 19751 12097 6283 1372
-
14
Penjelasan :
a. Kolom 1 : Jenis Kendaraan
b. Kolom 2 : Konfigurasi Beban Sumbu
Konfigurasi beban sumbu diperoleh dari pembagian beban yang ada pada
kendaraan misal beban mobil penumpang memiliki beban 2 ton sehingga
pembagian menurut konfigurasi sumbu adalah 50% untuk roda depan dan
50% untuk roda belakang (gambar .6).
c. Kolom 3 : LHR 2018
d. Kolom 4 : Jumlah sumbu per kendaraan
Jumlah sumbu ditentukan dari minimal beban dari kendaraan yaitu 5 ton
sehingga misal berat dari mobil penumpang adalah 2 ton maka tidak perlu
dihitung.
e. Kolom 5 : Jumlah sumbu (Kolom 3 X Kolom 4)
Jumlah sumbu diperoleh dari hasil perkalian jumlah LHR (kolom 3) dengan
jumlah sumbu per kendaraan sehingga diperoleh jumlah sumbu total, dari
hasil ini diperoleh nilai jumlah total sumbu kendaraan niaga per hari pada
saat jalan dibuka (JSKNH).
f. Kolom 6 : Sumbu tunggal roda tunggal
g. Kolom 7 : Sumbu tunggal roda ganda
h. Kolom 8 : Sumbu tandem roda ganda
Dengan pengertian :
R : Faktor pertumbuhan lalu lintas
i : Laju pertumbuhan lalu lintas per tahun dalam %.
UR : Umur rencana (tahun).
15
Tabel 8 Faktor pertumbuhan lalulintas
Penjelasan :
a. Kolom 1 : Jenis kendaraan
b. Kolom 2 : Pertumbuhan lalulintas (i)
c. Kolom 3 : Faktor pertumbuhan lalulintas (R)
(1+1,80%)^30–1
Contoh : Bus kecil=
1,80%
= 39,32
Dengan pengertian :
JSKN : Jumlah total sumbu kendaraan niaga selama umur rencana.
JSKNH : Jumlah total sumbu kendaraan niaga per hari pada saat
jalandibuka.
R : Faktor pertumbuhan komulatif dari Rumus (2.6) yang
besarnyatergantung dari pertumbuhan lalu lintas tahunan dan
umur rencana.
16
Tabel 9 Jumlah total sumbu kendaraan niaga
1 2 3
Bus kecil 977 14.028.829
Bus besar 2602 37.347.741
Truk 2 as (L) 6025 225.320.294
Truk 2 as (H) 2461 92.024.570
Truk 3 as 2392 89.459.696
Truk 4 as 4767 178.297.605
Trailer 527 19.702.896
JSKN total 656.181.630
-
Langkah-langkah :
a. Kolom 1 : Jenis kendaraan
b. Kolom 2 : Jumlah sumbu kendaraan niaga diperoleh dari tabel 7 kolom 5
c. Kolom 3 : Jumlah sumbu kendaraan niaga
Contoh : Truk 3 as = 365 x 2392 x 102,46
= 89.459.696
d. JSKN total : Menjumlah seluruh JSKN kendaraan yang sudah dihitung,
sehingga JSKN total sebesar 656.181.630
17
Tabel .10 Jumlah lajurberdasarkan lebar perkerasan dan koefisien distriusi
(C) kendaraan niaga pada lajur rencana
(Sumber : Pd-T-14-2003)
= 459.327.141
18
Menentukan Repetisi Sumbu Rencana
Dengan diperolehnya jumlah sumbu untuk setiap jenis dan beban sumbu
kendaraan serta jumlah sumbu kendaraan, maka besarnya repetisi rencana untuk
setiap jenis dan beban sumbu kendaraan dapat diketahui.
489
Contoh : = 0,04
12097
19
Kolom 5 : Proporsi sumbu (jumlah total jumlah sumbu dibagi dengan jumlah
kolom 5 pada tabel 6konfigurasi sumbu)
12097
Contoh : = 0,61
19751
20
Dipilihnya faktor keamanan beban sebesar 1,2 sesuai tabel 12 karena sesuai
dengan fungsi jalan yaitu jalan tol, yang memiliki volume dan beban yang besar
sehingga membutuhkan faktor keamanan beban yang besar pula.
Tabel 13 Tegangan ekivalen dan faktor erosi untuk perkerasan dengan bahu beton untuk
CBR tanah dasar yang sudah diperbaiki
21
Tabel 14 Perhitungan kekuatan plat 21 cmuntuk CBR tanah dasar yang sudah
diperbaiki
∑ 0 199,07
Keterangan :
TE = Tegangan ekivalen
FE = Faktor erosi
FRT = Faktor erosi tegangan
TT = Tidak terbatas
22
Grafik untuk mencari analisa fatik dan beban repetisi ijin berdasarkan ratio
tegangan, dengan/ tanpa bahu beton untuk tebal 21 cm pada tabel 14 dapat dilihat
pada gambar 7.
Gambar 5.7 Analisa fatik dan repetisi beban ijin berdasarkan ratio tegangan,
dengan/ tanpa bahu beton
(Sumber: Pd T-14-2003)
23
Grafik untuk mencari analisa erosi dan repetisi beban ijin berdasarkan faktor
erosi, tanpa bahu beton untuk tebal plat 21 cm pada tabel .14 dapat dilihat pada
gambar 8.
Gambar 8 Analisa erosi dan repetisi beban ijin berdasarkan faktor erosi, dengan
bahu beton
(Sumber: Pd T-14-2003)
24
Tabel 15 Perhitungan kekuatan plat 23 cm untuk CBR tanah dasar yang sudah
diperbaiki
∑ 0 20,96
-
Keterangan :
TE = Tegangan ekivalen
FE = Faktor erosi
FRT = Faktor erosi tegangan
TT = Tidak terbatas
25
Grafik untuk mencari analisa fatik dan beban repetisi ijin berdasarkan ratio
tegangan, dengan/ tanpa bahu beton untuk tebal 23 cm pada tabel 15 dapat dilihat
pada gambar 9.
Gambar 9 Analisa fatik dan repetisi beban ijin berdasarkan ratio tegangan,
dengan/ tanpa bahu beton
(Sumber: Pd T-14-2003)
26
Grafik untuk mencari analisa erosi dan repetisi beban ijin berdasarkan faktor
erosi, tanpa bahu beton untuk tebal plat 23 cm pada tabel 15 dapat dilihat pada
gambar 10.
Gambar 10 Analisa erosi dan repetisi beban ijin berdasarkan faktor erosi, dengan
bahu beton
(Sumber: Pd T-14-2003)
27
Tabel 16 Perhitungan kekuatan plat 25 cmuntuk CBR tanah dasar yang sudah
diperbaiki
∑ 0 0,00
-
Keterangan :
TE = Tegangan ekivalen
FE = Faktor erosi
FRT = Faktor erosi tegangan
TT = Tidak terbatas
28
Grafik untuk mencari analisa fatik dan beban repetisi ijin berdasarkan ratio
tegangan, dengan/ tanpa bahu beton untuk tebal 25 cm pada tabel 16 dapat dilihat
pada gambar 11.
Gambar 11 Analisa fatik dan repetisi beban ijin berdasarkan ratio tegangan,
dengan/ tanpa bahu beton
(Sumber: Pd T-14-2003)
29
Grafik untuk mencari analisa erosi dan repetisi beban ijin berdasarkan faktor
erosi, tanpa bahu beton untuk tebal plat 25 cm pada tabel 16 dapat dilihat pada
gambar 12.
Gambar 12 Analisa erosi dan repetisi beban ijin berdasarkan faktor erosi, dengan
bahu beton
(Sumber: Pd T-14-2003)
30
Tabel 17 Tegangan ekivalen dan faktor erosi untuk perkerasan dengan bahu beton untuk
CBR tanah dasar existing
Faktor Erosi
Tebal CBR eff Tegangan Setara
Dengan Ruji/ Beton Bertulang
Plat tanah
(mm) dasar STRT STRG STdRG STRT STRG STdRG
∑ 0 119,84
-
31
Grafik untuk mencari analisa fatik dan beban repetisi ijin berdasarkan ratio
tegangan, dengan/ tanpa bahu beton untuk tebal 21 cm pada tabel 18 dapat dilihat
pada gambar 13.
Gambar 13 Analisa fatik dan repetisi beban ijin berdasarkan ratio tegangan,
dengan/ tanpa bahu beton
(Sumber: Pd T-14-2003)
32
Grafik untuk mencari analisa fatik dan beban repetisi ijin berdasarkan ratio
tegangan, dengan/ tanpa bahu beton untuk tebal 21 cm pada tabel 18 dapat dilihat
pada gambar 14.
Gambar 14 Analisa erosi dan repetisi beban ijin berdasarkan faktor erosi, dengan
bahu beton
(Sumber: Pd T-14-2003)
33
Tabel 19 Perhitungan kekuatan plat 23 cm untuk tanah dasar existing
∑ 0 6,81
-
Keterangan :
TE = Tegangan ekivalen
FE = Faktor erosi
FRT = Faktor erosi tegangan
TT = Tidak terbatas
34
Grafik untuk mencari analisa fatik dan beban repetisi ijin berdasarkan ratio
tegangan, dengan/ tanpa bahu beton untuk tebal 23 cm pada tabel 19 dapat dilihat
pada gambar 15.
Gambar 15 Analisa fatik dan repetisi beban ijin berdasarkan ratio tegangan,
dengan/ tanpa bahu beton
(Sumber: Pd T-14-2003)
35
Grafik untuk mencari analisa fatik dan beban repetisi ijin berdasarkan ratio
tegangan, dengan/ tanpa bahu beton untuk tebal 23 cm pada tabel 19 dapat dilihat
pada gambar 16.
Gambar 16 Analisa erosi dan repetisi beban ijin berdasarkan faktor erosi, dengan
bahu beton
(Sumber: Pd T-14-2003)
36
Tabel 20 Perhitungan kekuatan plat 25 cm untuk tanah dasar existing
∑ 0 0,00
-
Keterangan :
TE = Tegangan ekivalen
FE = Faktor erosi
FRT = Faktor erosi tegangan
TT = Tidak terbatas
37
Grafik untuk mencari analisa fatik dan beban repetisi ijin berdasarkan ratio
tegangan, dengan/ tanpa bahu beton untuk tebal 25 cm pada tabel 20 dapat dilihat
pada gambar 17.
Gambar 17 Analisa fatik dan repetisi beban ijin berdasarkan ratio tegangan,
dengan/ tanpa bahu beton
(Sumber: Pd T-14-2003)
38
Grafik untuk mencari analisa fatik dan beban repetisi ijin berdasarkan ratio
tegangan, dengan/ tanpa bahu beton untuk tebal 25 cm pada tabel 20 dapat dilihat
pada gambar 18.
Gambar 18 Analisa erosi dan repetisi beban ijin berdasarkan faktor erosi, dengan
bahu beton
(Sumber: Pd T-14-2003)
39
Langkah-langkah mengisi tabel 14, sebagai berikut :
1. Kolom 1 : Jenis sumbu kendaraan
2. Kolom 2 : Beban sumbu dalam (kN)
Mengelompokkan beban sumbu setiap kendaraan sesuai jenis
sumbunya (STRT, STRG, atau STdRG) sesuai tabel 11 yang
satuannya dikonfersikan terlebih dahulu dari kg menjadi kN.
3. Kolom 3 : Beban rencana per roda
Didapatkan dari mengalikan kolom 2 beban sumbu dengan faktor
keamanan beban (Fkb), selanjutnya dibagi dengan jumlah roda
yang dipunyai sesuai jenis sumbunya.
Contoh :
20.1,2
STRT = = 12
2
60.1,2
STRG = = 18
4
180.1,2
STdRG = = 27
8
40
8. Kolom 8 : Analisa erosi (repetisi ijin)
Didapat dari grafik analisa erosi dan jumlah repetisi beban ijin,
berdasarkan faktor erosi, tanpa bahu beton. Dipilihnya tanpa bahu
beton karena perencanaan ini menggunakan bahu aspal. Jika garis
perpotongan beban per roda dan faktor erosi diuar garis repetisi
beban ijin maka repetisi ijinnya ditulis TT (tidak terbatas). Lihat
gambar 5.8.
9. Kolom 9 : Analisa erosi (persen rusak (%))
Didapatkan dari hasil bagi kolom 4 repetisi yang terjadi dengan
kolom 8 repetisi ijin dan dikalikan 100%.
Contoh :
4083877
STdRG 226,8 kN = 5000000 . 100% = 81,68%
10. Total repetisi ijin : Menjumlah masing-masing dari total analisa fatik dan
analisa erosi, jika analisa fatik dan analisa erosi lebih
dari 100% maka tebal perkerasan tersebut belum aman
digunakan, sedangkan jika keduanya kurang dari 0%
maka tebal perkerasan tersebut terlalu boros. Jika dilihat
dari tabel 5.14, perhitungan kekuatan plat 21cm memiliki
analisa fatik sebesar 0% dan analisa erosi sebesar
199,07%, hal ini menyatakan plat 21cm tidak aman
digunakan karena analisa erosi lebih dari 100%.
Rangkuman dari ketiga analisa tebal perkerasan plat beton diatas adalah
sebagai berikut :
Tabel 21 Hasil analisa fatik dan analisa erosi sesuai tebal plat
Kesimpulan dari tabel 21 diatas adalah dari ketiga tebal plat percobaan
diatas dengan nilai CBR 5% dan CBR 1,71% memiliki analisa fatik yang aman,
karena persentase rusaknya sebesar 0% atau kurang dari 100%. Sedangkan pada
analisa erosi tebal plat 21cm tidak aman, karena persentase rusaknya lebih besar
dari 100%, sedangkan pada tebal plat 23cm dan 25cm dengan nilai CBR 5% dan
41
CBR 1,71% memiliki analisa erosi yang aman, karena tebal plat 23cm dan 25cm
memiliki persentase rusak kurang dari 100%. Walaupun tebal plat 23cm dan 25cm
memenuhi persyaratan analisa fatik dan analisa erosi, namun dipilihnya tebal plat
23cm dengan CBR 1,71% agar dalam perhitungan memiliki anggaran biaya yang
lebih ekonomis. Gambar 19 menggambarkan tebal lapisan perkerasan kaku
rencana.
Lapisan Pondasi
150mm
Bawah CBK
Tanah Dasar
42
Menentukan Dowel (Ruji) pada Perkerasan Kaku
Cara membaca tabel 22 Ukuran dan jarak batang dowel (ruji) yang
disarankan, sebagai berikut :
1. Menentukan tebal perkerasan dari perhitungan plat, yaitu setebal 230mm
(apabila tidak tercantum dalam tabel maka mengambil yang lebih
mendekati, yaitu setebal 250mm).
2. Dari tabel plat tersebut akan diperoleh diameter dowel yang dibutuhkan
sebesar ø 32mm.
Dari tabel perhitungan dowel, diperoleh diameter 32mm sehingga
digambarkan sesuai gambar 20.
15mm
1/4 h = 57,5mm
1/2 h = 115mm
h = 230mm 32mm
1/2 h = 115mm
1/2 L = 225mm 1/2 L = 225mm
43
Batang tie bar menggunakan baja ulir diameter 16mm, maka dengan
menggunakan rumus di dapat panjang tie bar sebagai berikut :
I = (38,3 x ø) + 75
Keterangan :
I = Panjang tie bar (mm)
ø = Diameter tie bar yang dipilih (mm)
75 = Jarak tie bar yang digunakan
Jadi, I = (38,3 x 16) +75
= 687,8 mm = 68,78 cm ≈ 70 cm
Batang pengikat
Bahan penutup
baja ulir
10mm
1/4 h = 57,5mm
h = 230mm 12mm
44