Anda di halaman 1dari 24

1.

PENENTUAN NILAI CBR SEGMENT JALAN


Nilai CBR segment jalanditentukanberdasarkannilai CBR titikpengamatandengan data-data
CBR sebagaiberikut :

Nilai CBR titik (%)


No. Titik
Segment I
1 4
2 6
3 5
4 7
5 2
6 7
7 8
8 3
9 6
10 9
Jumlah 57
Rata - Rata 5,7

Tabel Nilai R Untuk Perhitungan CBR Segmen

Jumlah titik pengamatan Nilai R

2 1,41
3 1,91
4 2,24
5 2,48
6 2,67
7 2,83
8 2,96
9 3,08
>10 3,18

1
a. Cara Analitis

 Segment I
CBR max − CBR min
CBR segment = CBR rata-rata – [ ]
R
R = 3,18 (dengan melihat Tabel nilai R untuk perhitungan CBR segment)
CBR max =9 %
CBR min =2%

(9−2)
CBR ¿ 5,7−
3,18
= 3,498 %

b. Cara Grafis

 Segment I
Perhitungan presentase nilai CBR

Jumlah Yang Sama / Presentase Yang Sama / Lebih Besar


Nilai CBR ( % )
Lebih Besar ( %)
2 10 10 : 10 x 100% = 100.00

3 9 9 : 10 x 100% = 90

4 8 8 : 10 x 100% = 80

5 7 7 : 10 x 100% = 70

6 6 6 : 10 x 100% = 60

6 5 5 : 10 x 100% = 50

7 4 4 : 10 x 100% = 40

7 3 3 : 10 x 100% = 30

8 2 2 : 10 x 100% = 20

9 1 1 : 10 x 100% = 10
GRAFIK CBR
100
f(x) = − 10 x + 120
Presentase yang sama/lebih besar (%)

90 R² = 1
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 Nilai
CBR
Nilai CBR rata-
rata
adalah nilai yg didapat dari angka 57%, Dari perhitungan CBR secara grafis
diperoleh nilai CBR = 5,7%
2. MENENTUKAN DAYA DUKUNG TANAH DASAR ( DDT )
Nilai daya dukung tanah (DDT) segment jalan ditentukan berdasarkan nilai CBR segment
jalan yang dihubungkan dalam grafik koreksi antara CBR dan DDT (terlampir) dimana
grafik CBR merupakan skala logaritma dan grafik DDT merupakan skala linier.
Berdasarkan grafik tersebut diperoleh DDT pada satu segment = 5,7 %

3. PENETUAN UMUR RENCANA ( UR )


Umur rencana (UR) untuk perkerasan lentur jalan baru umumnya diambil maksimal 10
tahun dan untuk peningkatan jalan umumnya diambil 5 tahun sesuai dengan perencanaan
awal, disini ditentukan bahwa umur rencana ( UR ) adalah 5 tahun.

4. MENENTUKAN FAKTOR PERTUMBUHAN LALU LINTAS ( i )


Faktor Pertumbuhan lalu lintas dihitung berdasarkan data LHR tahun 2015 – 2020
menggunakan metoda regresi, dalam hal ini metode regresi linier sederhana (Simple
Regretion Analysis). Persamaan regresi sederhana linier adalah sebagai berikut :

Y = a + b.x

Dengan :
x : Variabel bebas (Pertambahan Tahun)
y : Variabel tidak bebas (LHR (smp))
a : Interseg garis regresi
b : Slope garis regresi
nilai a dan b dicari dengan metode kuadrat kecil ( least – squares method ), yaitu sebagai
berikut :

𝑛.∑(𝑥.𝑦)−∑ 𝑥.∑𝑦
b =[ 2 ]
𝑛.∑ 𝑥 −∑(𝑥)2
∑ 𝑦−𝑏 . ∑ 𝑥
a =
𝑛
Tabel Data LHR Tahun 2007 – 2016 Yang Melewati Ruas Jalan Kota Tua–Kota Lama
LHR (kendaraan) LHR
Tahun Golongan 2 Golongan 3 Golongan 4 Golongan 5a Golongan 5b Golongan 6 Golongan 7a (Kendaraan)
2016 1385 624 1113 1204 545 173 355 6177
2017 2664 773 1135 1094 423 265 304 6953
2018 1265 644 893 945 474 263 355 7622
2019 1573 695 1094 1143 595 424 383 7907
2020 1424 733 1125 1164 603 465 344 8263

Keterangan : Gol 2 : Sedan, jeep, station wagon Gol 5b : Bus Besar


Gol 3 : Pick up, combi Gol 6 : Truck 2 as
Gol 4 : Truck 2 as, Micro Truck, Mobil Hantaran Gol 7a : Truk 3 as
Gol 5a : Bus Kecil

7
a. Perhitungan manual regresi
Perhitungan regresi linier sederhana adalah sebagai berikut :
Tabel Regresi Linier Sederhana
Pertambahan LHR (SMP)
No
Tahun Tahun (x) (y) (x) . (y) x²
1 2016 0 6177 0 0
2 2017 1 6953 6953 1
3 2018 2 7607 15244 4
4 2019 3 7907 23721 9
5 2020 4 8263 33052 16
Jumlah 10 36922 78970 30
Rata-rata 2 7384

Berdasarkan tabel perhitungan tersebut diperoleh :

n.∑(X.y)−∑ X.∑ y
b = [ n.∑ X2−∑(X)2 ]

5. 78970 − 10 . 36922
= 5 . 30 −(10)² = 128,15

∑ y− b . ∑ X
a = n
36922– 128,15 . 10
=
5 = 7128,1

Sehingga persamaan regresinya menjadi :


Y =a+b.x
= 7128,1 + 128,15. x

8
b. Perhitungan Regresi Excel

GRAFIK PERSAMAAN REGRESI


9000 8277
LHR Kendaraan

7643 7921
8000
6967
7000 f(x)6663
= 316.41 x + 5143.55
6191
R² = 0.72 5907 5863
5401
6000
4841
5000
LHR

4000
3000
2000
1000
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PERTUMBUHAN TAHUN
Prediksi LHR dan tingkat pertumbuhan lalu lintasselama umur rencana 20 tahun disajikan
pada tabel berikut :

Tabel Prediksi LHR dan Tingkat Pertumbuhan ( i )

Pertambahan LHR
Nomor Tahun
Tahun ( x ) SMP ( y )
1 2020 5 7768,5
2 2025 10 8409

Jadi Angka Pertumbuhan Lalu Lintas rata-ratanya adalah 4,122%

5. MENENTUKAN FAKTOR REGIONAL ( FR )


Faktor Regional (FR) ditentukan berdasarkan kondisi iklim (curah hujan), kelandaian
jalan dan prosentase kendaraan berat.Dalam hal ini data yang ada yaitu :

 Curah hujan : 2776 mm/tahun(Menurut Data Curah Hujan Stasiun


purworejo Thn 2015)
 Kelandaian maksimum jalan :4%
 Presentase kendaraan berat pada tahun 2020 atau LHR 2020 (awal umur
rencana) dicari dengan persamaan :
Prosentase Kend. Berat Th. 2020 = LHR2020 Gol.Kendaraan Berat x 100%
LHR2020 Semua Golongan

LHR2020Golongan 5b, 6, 7a =LHR2016 Gol. (5b, 6, 7a)


= (1040 + 646 + 565)
= 2251 SMP

2251
Prosentase Kend. Berat (2020) = x 100%
9711
= 23,17%

Maka berdasarkan data-data tersebut sesuai dengan Daftar IV Petunjuk Perencanaan


Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya (PPTPLJR) Dengan Metode Analisa Komponen
diperoleh Faktor Regional (FR) adalah 1,5. (Lampiran)

6. MENENTUKAN ANGKA EKIVALEN ( E )


Angka ekivalen E beban sumbu adalah angka yang menunjukan jumlah lintasan dari
sumbu tunggal seberat 8160 Kg (18.000 lbs) yang akan menyebabkan kerusakan yang
sama atau penurunan permukaan yang sama apabila sumbu standard lewat satu kali.
Maka berdasarkan Daftar IIIPetunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
(PPTPLJR) peraturannya adalah sebagai berikut :

 Sumbu Tunggal :
 Kendaraan Ringan ( ± 2 ton ) (1 + 1)
E = 0,0002 + 0,0002 = 0,0004
 Bus ( ± 8 ton ) (3+5)
E = 0,0183 + 0,1410 = 0,1592
 Sumbu Ganda
 Truck 2 as ( ± 10 ton ) (4)+(2x3)
E = 0,0577 + 0,0251 = 0,0828
 Truck 3 as ( ± 20 ton ) (6)+(2x7)
E = 0,2923 + 0,7425 = 1,0348

7. MENENTUKAN KOEFISIEN DISTRIBUSI KENDARAAN ( C )


Koefisien distribusi kendaraan ( C ) adalah menentukaan presentase kendaraan pada jalur
yang direncanakan. Direncankan menggunakan 2 jalur 2 arah. Nilai C diberikan oleh
daftar II Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya (PPTPLJR), yaitu
sebagai berikut :
 Mobil / Kend. Ringan C = 0,50 2 Lajur 2 Arah
 Bus C = 0,50 2 Lajur 2 Arah
 Truck( ± 10 ton ) C = 0,50 2 Lajur 2 Arah
 Truck( ± 20 ton ) C = 0,50 2 Lajur 2 Arah

8. MENENTUKAN LINTAS EKIVALEN


a. Lintas Ekivalen Permulaan( LEP )
Lintas ekivalen permukaan ( LEP ) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari
sumbu tunggal seberat 8160Kg (18.000 lbs) pada jalur rencana yang diduga terjadi
pada permulaan umur rencana ( Tahun 2020). Nilai LEP dicari dengan persamaan :
Truck

LEP2020 = ∑ LHR2016 x C x E x (1 + i)n


Kend.Ringan

Perhitungan selengkapnya disajikan dalam tabel berikut ini :

LHR LEP
`Jenis Kendaraan C E i
2020 2020

Kend. Ringan (Gol 2,3,4,5a) 7460 0.5 0.0004 0.0247 1.491


Bus (Gol 5b) 1040 0.5 0.1593 0.0247 82,851
Truck± 10 ton (Gol 6) 646 0.5 0.0828 0.0247 26,762
Truck± 20 ton (Gol 7a) 565 0.5 1.0348 0.0247 293,270
Jumlah 404,374
b. Lintas Ekivalen Akhir ( LEA )
Lintas ekivalen akhir ( LEA ) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari
sumbu tunggal seberat 8160Kg (18.000 lbs) pada jalur rencana yang diduga terjadi
pada akhir umur rencana ( Tahun 2025). Nilai LEA dicari dengan persamaan :
c.

Truck

LEA2025 = ∑ LHR2016 x C x E x (1 + i)n


Kend.Ringan

LEA = 40,3 (1 + 0,04122) 5


= 494,784

c. Lintas Ekivalen Tengah ( LET )


Lintas ekivalen tengah ( LET ) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari
sumbu tunggal seberat 8160Kg (18.000 lbs) pada jalur rencana yang diduga terjadi
pada pertengahan umur rencana. Nilai LEP dicari dengan persamaan :

LEP2020+ LEA2025
LET = 2

404,374+ 494,784
LET = 2 = 449,579

d. Lintas Ekivalen Rencana


Nilai lintas ekivalen rencana ( LER ) dicari dengan persamaan sebagai berikut :
𝑈𝑅
LER = LET x ( )
10
5
LER = 449,579 x ( )
10
= 224,789
9. MENENTUKAN INDEKS PERMUKAAN ( IP )
Indeks permukaan adalah nilai yang menyatakan derajar kerataan atau kehalusan serta
kekokohan permukaan yang berkaitan dengan tingkat pelayanan lalu lintas yang lewat :
a. Indeks Permukaan Awal ( Ipo )
Nilai indeks permukaan awal ditentukan dari Daftar VI Petunjuk Perencanaan Tebal
Perkerasan Lentur Jalan Raya (PPTPLJR) yang bergantung kepada jenis lapis
permukaan yang akan digunakan. Untuk klasifikasi jalan arteri lapis permukaan
dengan laston diperoleh Ipo antara 3,9 – 3,5.

b. Indeks Permukaan Akhir ( Ipt )


Nilai indeks permukaan awal ditentukan dari Daftar V Petunjuk Perencanaan Tebal
Perkerasan Lentur Jalan Raya (PPTPLJR) yang bergantung kepada LER dan
klasifikasi jalan. Di sini diketahui bahwa LER = 224,789 dan klasifikasi jalan
Kolektor diperoleh , Ipt = 2,5.

10. MENENTUKAN INDEKS TEBAL PERKERASAN ( ITP )


 Segment I
Nilai Indeks Tebal Perkerasan ( ITP ) ditentukan dari pembacaan grafik Nomogram
PPTPLJR yang bergantung dari nilai Ipt, Ipo, DDT, LER dan FR. Nilai –nilai tersebut
adalah sebagai berikut :
 Ipt = 2,5
 Ipo = 3,9 – 3,5 (untuk LASTON)
 DDT =4%
 LER = 983,94
 FR = 1,0
Dari pembacaan Grafik Nomogram No. 4 diperoleh ITP sebesar
11. MENENTUKAN KOEFISIEN KEKUATAN RELATIF ( a )
Untuk menentukan koefisien kekuatan relatif ( a ) pada Segment I dan II yaitu :

a1 = Untuk lapisan permukaan (Surface Course)


a2 = Untuk lapisan pondasi atas ( Base Course)
a3 = Untuk lapisan pondasi bawah (Sub Base Course)

Maka harus ditentukan dahulu jenis lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah yang akan
digunakan, dalam hal ini adalah sebagai berikut :

 Base Course ( lapisan pondasi atas ) menggunakan batu pecah ( Kelas A ) dengan
CBR 100%
 Sub Base Course ( lapisan pondasi bawah ) menggunakan sirtu ( Kelas A ) dengan
CBR 70%

Maka, dari Daftar VII Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
(PPTPLJR) diperoleh :
Koefisien Kekuatan Relatif

a1 = 0,40 ( untuk jenis bahan laston )


a2 = 0,14 ( untuk jenis bahan Batu Pecah Kelas A )
a3 = 0,13 ( untuk jenis Sirtu / Pitrun Kelas A )
12. MENENTUKAN TEBAL PERKERASAN ( D )
Tebal perkerasan dicari dengan persamaan :ITP = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3
Disini tebal perkerasan yang dicari / dihitung adalah tebal perkerasan yang harganya lebih
murah, sedangkan yang harganya lebih mahal ditentukan berdasarkan tebal minimum
yang bergantung pada nilai ITP ( Daftar VIII PPTPLJR ), hal ini dilakukan untuk
pertimbangan ekonomis.

 Untuk Segment I
Dengan berpedoman pada Daftar VIII PPTPLJR ditetapkan :
D1 = 10 cm ( Bahan Laston dengan ITP ≥ 10,00 )
D2 = 20 cm ( Bahan Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilitas tanah
dengan kapur, pondasi macadam, Lapen, (Laston Atas dengan ITP ≥ 10,00)

Sehingga :
ITP = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3
11,5 = ( 0,40 x 10 ) + ( 0,14 x 20 ) + ( 0,13 x D3)

(11,5 –6,8)
D3 = 0,13 = 36,15 cm ≈ 36 cm

Tebal minimum untuk D3 menurut Daftar VIII PPTPLJR untuk ITP ≥ 12,25 adalah 10
cm, sehingga tebal 36 cm memenuhi syarat.
Gambar – Gambar Teknis

3,5 m 3,5 m

Gambar Penampang Melintang Jalan

Lapisan Permukaan (Laston tebal = 10 cm)

Lapisan Pondasi Atas


(Batu Pecah Kelas A tebal = 20 cm)

Lapisan Pondasi Bawah


(Sirtu/Pitrun Kelas A tebal = 38 cm)

Tanah Dasar (Sub Grade)

Tipikan Gambar Susunan Perkerasan ( Segment I )

Lapisan Permukaan (Laston tebal = 7,5 cm)

Lapisan Pondasi Atas


(Batu Pecah Kelas A tebal = 20 cm)

Lapisan Pondasi Bawah


(Sirtu/Pitrun Kelas A tebal = 23 cm)

Tanah Dasar (Sub Grade)

Tipikan Gambar Susunan Perkerasan ( Segment II )


LAMPIRAN
Lampiran Gambar Korelasi DDT dan CBR
Hubungan nilai CBR dengan garis mendata kesebelah kiri diperoleh nilai DDT.

DDT Segment 1 --> 4 % CBR Segment I --> 3,5 %

Gambar 7.7 Korelasi DDT dan CBR


Dari SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1
SegmentI
Nomogram 4

LER = 983,94

FR = 1,5

DDT = 3,8

ITP = 11,5

20
Segment II
Nomogram 4

LER = 983,94

DDT = 4,9
FR = 1,5

ITP = 9,5
Lampiran Daftar 1 – 8
Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Raya 1987

22

Anda mungkin juga menyukai