Anda di halaman 1dari 18

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN

JALAN KAKU

3. PENGOLAHAN DATA DAN


PEMBAHASAN
Hasil pengamatan survei lalu-lintas serta uji DCP untuk memperoleh
data LHR dilakukan survei lalu lintas pada jam 07.00-18.00, serta
untuk memperoleh CBR tanah dilakukanlah uji DCP lapangan
dibeberapa titik.

3.1 Hasil dan


Pembahasan
Setelah dilakukan prhitungan jam puncak pada hari kamis 20 juni
2019 kendaraan kemudian didapatkan rekapitulasi LHR seperti yang
terdapa pada Tabel sebagaiberikut:
Jumla LHR
h em smp/ k (smp/h
Jenis endar ari/1
p(b) jam arah)
Kendaraan (a) (a x d e = c/d
Mobil Kendaraan 849 1 84 0,0 10.613
Opelet, Mini Bus 93 1 9 0,0 1.163
Pick Up 112 1 11 0,0 1.400
Bus Kecil 0 1,3 0 0,0 0
Bus Besar 3 1,3 4 0,0 4
Truk 2 sumbu (4 18 1,3 2 0,0 29
Truk 2 sumbu (6 34 1,3 4 0,0 55
Truk 3 sumbu 0 1,3 0 0,0 0
Truk Gandengan 0 1,3 0 0,0 0
Truk Semi Trailer 0 1,3 0 0,0 0
Total 14.069

CBR Tanah Dasar Dengan Menggunakan Alat DCP


Lapangan
Perhitungan DCP dengan menggunakan Metoda Analitis
(Japan Road Association) Tabel 2 Rekapitulasi Nilai CBR
%
Jumlah % yg sama Jumlah yg
CB yg lebih CB yg sa
besar ma
R sama/l R sama/l leb
ih
ebih ebih bes
besar besar ar
5 25 100 9,8
12 48
6 24 96 9,9
11 44
6,1 23 92 10
10 40
6,2 22 88 10,1
9 36
7 21 84 10,2
8 32
7,1 20 80 10,3
7 28
8,4 19 76 10,4
6 24
8,9 18 72 10,5
5 20
9 17 68 10,6
4 16
9,2 16 64 10,7
3 12
9,4 15 60 10,8
2 8
9,5 14 56 11,1
1 4
9,7 13 52

CBRRata-rata = = =
8,9 %
Nilai Maks
= 11,1 % Nilai Min
=5%
Nilai R = diambil dari grafik 2.9 yaitu 3.18
CBR segmen = CBR rata-rata

= 8,9 = 6,99 %

Setelah dilakukan perhitungan CBR desain dengan


menggunakan metoda analitis diperoleh nilai yaitu 6,99 %.
3.3 Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku
Menggunakan Metode AASHTO
1993
Perencanakan tebal lapis perkerasan pada konstruksi jalan
raya dengan metoda
AASHTO 1993, data-data yang diperlukan yaitu sebagai berikut
:

a. Umur Rencana :
20 tahun b. CBR
: 6,99%
c. Klasifikasi Jalan : Arteri
d. LHR Total 20 Tahun Kedepan : 37329 smp/hari/1 arah
e. Faktor Distribusi Arah (DD) : 0,3-0,7
AASHTO 1993 (diambil 0,5) f. Faktor Distribusi
Lajur (DL) : 80-100 % (diambil 90% Tabel 2.12 )
g. Traffic Design (W18) : 869735,3 ESAL
h. Reliabillity (R) : 85% (Tabel 2.13)
i. Standar Normal Deviasi (ZR): 1,037 (Tabel 2.14)
j. Deviasi Standar (So) : 0,30-0,40 (diambil 0,35)
k. Initial Serviceability (Po) : 4,5 (AASHTO 1993)
l. Terminal Serviceability Indek (Pt) :
2,5 (Tabel 2.15) m. Serviceability
Loss = Po- psi) : 2 (AASHTO 1993)
n. Resillent Modulus (Mr) : 10500
o. Modulus Of Repture
p. Drainage Coefficient (Cd) : 1,175 (Tabel 2.20)
q. Load Transfer Coefficient (j) : 2,5 3,1 (diambil
2,85Tabel 2.21)
r. Modulus Elastisitas (Ec) : 4022000 Psi
s. Modulus Reaksi Tanah Dasar (k) : 170 Pci
t. Koefisien Perairan (C) : 0,80-0,95 (diambil 0,87)
u. Faktor Air Hujjan Yang Akan Masuk Ke Fondasi
Jalan (100% x C) : 0,13 v. Loss of support factors
(LS) :0-1 (diambil 1 Tabel 2.15)

Persamaan penentuan tebal pelat (D)


kemudian untuk menentukan tebal pelat beton rigid
pavement dapat dihitung menggunakan persamaan 2.7
sebagai berikut :

dengan nilai D dicoba-coba :


D = 10,41 inch = 26,441 cm = 27 cm
Check equation : log10 W18 = 7,506150-7,506245 Sesuai

3.4 Perencanaan sambungan


Perkerasan Beton bertulang
bersambung (BBDT/JRCP) Tebal
pelat beton (h) =26,441 cm = 27 cm
Lebar pelat beton = = 6,7 m
Panjang pelat beton (L) = 8 15 m (diambil 10
m, PD T-14-2003) Koefisien gesek dan =
1,8 (Tabel 2.30) Hal.45 AASHTO 1993
Kuat tarik ijin baja (fs) = 240 Mpa.
a. Perhitungan Rencana Sambungan
a) Tie-Bar (Batang Pengikat) Sambungan memanjang
berdasarkan tebal pelat sebesar
10,41 in atau 27 cm maka didapatkan

Diameter = ½ in atau 12,70 mm =13 mm (baja ulir


Jarak = 26 in atau 66,6 67 cm

Panjang = 25 in atau 63,50 65 cm

b) Dowel (Ruji) Sambungan susut melintang berdasarkan


tebal pelat beton 10,233 in atau 27 cm maka didapatkan
Diameter = 1 ¼ in atau 31,75 mm
32 mm (baja polos) Jarak = 12 in
atau 30,48 30 cm
Panjang = 18 in atau 45,72 45 cm
b. Perhitungan Tulangan
a) Tulangan memanjang
Perhitungan tulangan memanjang dapat dihitung seperti berikut
:

As perlu = = = 329,35 mm2


As min = 0,14% x luas pelat = 0,14% x 270 x 1000 = 364
mm2 s perlu

Digunakan diameter tulangan 12 mm, dengan :

Jumlah Tulangan = = = 3,22 3 buah

Jarak Tulangan = = 333,333 350 mm


As terpasang = (1000/jarak) x ¼ x =

(1000/250) x 0,25 x 3,14

x 122 s min

MEMENUHI SYARAT

b) Tulangan melintang
Perhitungan tulangan melintang dapat dihitung sebagai berikut :

As perlu = = = 153,644 mm2

As min = 0,14% x luas pelat = 0,14% x 270 x 1000

= 364 mm2 s
perlu = 153,644 mm2
Digunakan diameter tulangan 12 mm, dengan :

Jumlah Tulangan = = = 3,22 3 buah

Jarak Tulangan = = 333,333 350 mm


As terpasang = (1000/jarak) x ¼ x =

(1000/350) x 0,25 x

3,14 x 122 s min

MEMENUHI SYARAT
3.5 Perencanaan tebal perkerasan jalan kaku dengan
meggunakan metode
MDP 2017
Merencanakan tebal lapis perkerasan kaku menggunakan
metoda MDP 2017 pada perencanaan jalan, data-data yang
diperlukan yaitu sebagai berikut :

1. Jalan terdiri dari 2 lajur 2 arah terbagi (4/2D)


2. Jenis jalan berdasarkan fungsi jalan yaitu jalan Arteri dengan
golongan II.A
sekun
der
3. Umur rencana 20 tahun (asumsi) = 2022 2042
4. Nilai faktor pertumbunhan lalu lintas (i) diperoleh
4,83 berdasarkan pada sumber manual perkerasan
jalan 2017
5. Faktor distribusi arah (DD) umumnya diambil 0,50,
penentuan untuk
distribusi lajur 80% berdasarkan tabel pada sumber
manual perkerasan jalan 207.
6. Menentukan volume kelompok sumbu masing-masing jenis
kendaraan
diperlukan untuk desain perkerasan beton semen. Umur
rencana 20 tahun dan beban lalu lintas dihitung
berdasarkan jumlah kelompok sumbu kendaraan berat
sebagai berikut :
Kelompok sumbu 2022 = jumlah
kelompok sumbu x LHR Contoh bus
besar (5B)= 2 x 49 = 98
kendaraan/hari/1 arah
Jumlah kelompok sumbu 2022-2024 = LHR 2022
x 365 x DD x DL x R20
Pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana dihitung
dengan faktor pertumbuhan kumulatif (Cumulative Growth
Factor): merujuk pada persamaan berikut ini :
Bus besar R20 = = = 32.48
Jumlah kelompok sumbu 2022-2042 = 98 x 365 x 0,5 x 1 x
32,48
= 580904,8 = 5,8E+05
Rekapitulasi perhitungan data survei sumbu kendaraan
berat lalu lintas 2019 dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai
berikut :
Tabel 3 Rekapitulasi Volume Lalu Lintas Kendaraan Berat Per
Hari

Jenis Kendaraan Kelo Jumlah


Gol. LHR mpok kelompok
Bus Besar 5b 4 9 580904,8
Truk 2 sumbu 6 293 58 3473573,6
Truk 2 sumbu 6b 553 1106 6555925,6
Truk 3 sumbu 7 0 0 0
Truk 7b 0 0 0
Truk Semi 7 0 0 0
Kumulatif kelompok sumbu kendaraan berat 2022-2042
10610404

Dari Tabel 3 kelompok sumbu beban kendaraan maka


didapatkan kumulatif kelompok sumbu kendaraan berat
desain (HVAG) yaitu 10610404.

7. Menentukan struktur fondasi


a. Nilai modulus tanah dasar yang diperoleh dari nilai
DCP harus disesuaikan dengan kondisi musim. Faktor
penyesuaian nilai CBR desain dengan musim transisi
dengan nilai 0,80.

CBR desain = (CBR hasil pengujian DCP) x Faktor


penyesuaian = 6,99 x 0,80 =
5,59%
6%

b. Desain fondasi jalan minimum untuk CBR 6%


didapatkan kelas kekuatan tanah dasar adalah SG6 tidak
diperlukan perbaikan, dan untuk strukur perkerasan kaku
berupa stabiltas semen dengan ketebalan 300 mm.
Dalam perencanaan jika dipilih stabilisasi kapur atau semen
maka nilai daya dukung material (CBR) dipilih nilai terkecil
dari nilai berikut:
Daya dukung yang diperoleh dari
formula berikut: CBRstabilisasi
= CBRtanah asal
x 2(tebal lapis
stabilisasi dalam mm)/150 CBRstabilisasi
= 6 x 2(300/150) = 24 %
Dari perhitungan diatas didapatkan CBR perencanaan
stabilisasi tanah dasar adalah sebesar 24 %.

8. Menentukan stuktur lapisan perkerasan


Kumulatif kelompok sumbu kendaraan berat desain HVAG
adalah 10610404, Didapatkan struktur untuk lalu lintas
dengan jumlah kelompok sumbu kendaraan berat adalah:
Perkerasan : beton semen dengan sambungan dengan
tulangan
Umur rencana = 20 tahun
(2022 2042) Tebal pelat
beton = 285 mm
Lapis beton kurus (LMC) = 100 mm
Lapis drainage (LFA kls A) = 150 mm
Jenis Fondasi (Stabilisasi Semen)= 300 mm
9. Perencanaan tulangan
Menganalisis tulangan direncanakan dengan perkerasan
beton bertulangan bersambung (BBDT) atau jointed
reinforced concrete pavement (JRCP) metoda ini mengacu
pada PD T-14-2003.
Parameter-parameter yang dibutuhkan untuk peresncanaan
sambungan sebagai berikut.

Tebal pelat = 28.5 cm


Lebar Pelat = = 6,7 m
Panjang Pelat = 15 m
Koefisien gesek antara pelat beton dengan pondasi (µ) = 1.8
Kuat tarik ijin Baja =240 MPa
Berat isi beton = 2400 kg/m3
Gravitasi = 9.81 m/dt2
a. Perhitungan tulangan memanjang
As = = = 125,81 mm2
As min= 0.1% x luas penampang beton = 0.1% x 285 x 1000 =
285 mm2/mI
b. Perhitungan tulangan melintang
As = = = 168,58 mm2
Asmin = 0.1% x luas penampang beton = 0.1% x 285 x 1000 =
285 mm2/mI

Dari Tabel 4 Dipakai tulangan berbentuk bujur sangkar


diameter 10 mm dengan jarak tulangan melintang dan
tulangan memanjang 200 mm dengan luas penampang
tulangan
2
393 mm 2 I s =393 mm2 s min =285
mm /m ). Berdasarkan hasil perhitungan
Tabel 4 Ukuran Dan Berat Polos
Anyaman Las Bujur Sangkar.

Tulangan Tulangan Luas


Penampang
Diameter Berat per Satuan
Jarak luas Jarak
Diameter
Memanjang
Melintang
Bujur sangkar
8 100 8 100 503
10 200 10 200 393
9 200 9 200 318
8 200 8 200 251
7,1 200 7,1 200 198
6,3 200 6,3 200 156
5 200 5 200 98
4 200 4 200 63
10. Pecrencanaan sambungan
Untuk menganalisis sambungan direncanakan dengan
perkerasan beton bertulangan bersambung (BBDT) atau
jointed reinforced concrete pavement (JRCP) metoda ini
mengacu pada PD T-14-2003.
a. Dowel
(Ruji)
Sambungan pelaksanaan melintang yang direncanakan
harus mengunakan batang tulangan polos yang diletakan
sepertiga tebal pelat untuk lapis fondasi stabilisasi semen.
Berdasarkan tebal pelat beton 285 mm didapatkan data
untuk dowel (ruji) sebagai berikut :
Berdiameter =
38 mm Panjang
= 450 mm Jarak
antar dowel = 300
mm
b. Batang pengikat
(Tie-bar)
Ukuran batang pengikat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :

l = (38,3 x
) + 60
= 16 mm
L= (38,3 x 16) + 60 = 672.8
mm ~ 70 mm
Berdiameter = 16
mm (ulir) Panjang
= 70 cm
Jarak antar tie bar = 60 cm.

417

Anda mungkin juga menyukai