Anda di halaman 1dari 48

LALU LINTAS RENCANA UNTUK RIGID

PAVEMENT
• Metode penentuan beban lalu-lintas rencana
untuk perencanaan tebal perkerasan kaku
dilakukan dengan cara mengakumulasikan
jumlah beban sumbu (dalam rencana lajur
selama umur rencana) untuk masing-masing
jenis kelompok sumbu, termasuk distribusi
beban.
• Dengan tahapan berikut ini :
1. KARAKTERISTIK KENDARAAN :
• Jenis kendaraan yang diperhitungkan hanya
kendaraan niaga dengan berat total minimum
5 ton.
• Konfigurasi sumbu yang diperhitungkan ada
tiga macam :
1. Sumbu Tunggal Roda Tunggal (STRT)
2. Sumbu Tunggal Roda Ganda (STRG)
3. Sumbu Ganda Roda Ganda (SGRG)
KONFIGURASI SUMBU

SUMBU TUNGGAL SUMBU TUNGGAL


RODA TUNGGAL RODA TUNGGAL
(STRT) (STRT)

SUMBU TUNGGAL
RODA TUNGGAL SUMBU GANDA
(STRT) RODA GANDA
(SGRG)

SUMBU TUNGGAL
SUMBU TUNGGAL
RODA TUNGGAL
RODA GANDA
(STRT)
(STRG)
SUMBU TUNGGAL SUMBU TUNGGAL
RODA TUNGGAL RODA GANDA
[ STRT ] [ STRG ]
BUS 8 TON [3+5]
SUMBU TUNGGAL
SUMBU TUNGGAL
RODA TUNGGAL
RODA TUNGGAL
[ STRT ] [ STRT ]
SUMBU TUNGGAL
SUMBU TUNGGAL
RODA GANDA
TRUK 10 TON RODA TUNGGAL
[ STRG ]
4T 6T [ STRT ]
SUMBU GANDA
SUMBU TUNGGAL
RODA GANDA
RODA TUNGGAL
[ STRT ] [ SGRG ]
TRUK 20 TON
6T 7T.7T
Menghitung
Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga

• JSKN = 365 x JSKNH x R


dimana : JSKN = Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga
JSKNH = Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga
Harian pada saat tahun ke O
R = Faktor pertumbuhan lalu-lintas
tahunan ( i ) & umur rencana ( n )

1+i ñ −1
R=
êlog (1+i )
RIGID PAVEMENT
KASUS :
• Akan direncanakan tebal perkerasan kaku (rigid) untuk jalan baru dengan ketentuan :
Fungsi jalan Arteri 6 lajur 2 arah terbagi (6/2 B)

• Data lalu-lintas sbb :


Jumlah LHR Pada Awal (LHRo) ;
Mobil penumpang (1+1) = 1400 kendaraan
Bus 8 ton (3+5) = 450 kendaraan
Truk 10 ton (4+6) = 90 kendaraan
Truk 20 ton (6+7.7) = 45 kendaraan

Umur Rencana 20 tahun, dg pertumbuhan lalu-lintas 6% per tahun


CBR tanah dasar Yg mewakili = 3,6%
Plat beton diletakan diatas pondasi bawah Sirtu.
PENYELESAIAN :
RIGID PAVEMENT
KASUS :
• Akan direncanakan tebal perkerasan kaku (rigid) untuk jalan baru dengan
ketentuan :
Fungsi jalan Arteri 6 lajur 2 arah terbagi (6/2 B)

• Data lalu-lintas sbb :


Jumlah LHR Pada Awal (LHRo) ;
Mobil penumpang (1+1) 1400 kendaraan
Bus 8 ton (3+5) 450 kendaraan
Truk 10 ton (4+6) 90 kendaraan Kendaraan yg di
Truk 20 ton (6+7.7) 45 kendaraan perhitungkan berat ≥ 5 Ton

Umur Rencana 20 tahun, dg pertumbuhan lalu-lintas 6% per tahun


CBR tanah dasar Yg mewakili = 3,6%
Plat beton diletakan diatas pondasi bawah Sirtu.
JALAN
6 Lajur 2 Arah Terbagi
(6/2 B)
1 2

1 2 3 4 5 6
6 Lajur
1 MUTU BETON RENCANA :
Akan digunakan dengan kuat tekan 28 hari sebesar 350 kg/cm2
MUTU BETON
fc’= 350/10,2 = 34 Mpa > 30 Mpa (minimum yg disarankan)
NAASRA : Kuat tekan karakteristik beton pd usia 28 hr untuk perkerasan jalan
dg beton bertulang harus tidak kurang dari 30 Mpa.

Modulus keruntuhan lentur beton (fr’) ACI 318-83 :


Untuk keperluan praktis
fr’ = 0,62 √fc’
= 0,62 √ 34
= 3,6 Mpa > 3,5 Mpa (minimum yg disarankan) Ok
2 BEBAN LALU-LINTAS RENCANA :
a) Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga :

8 ton

STRT = Sumbu Tunggal Roda Tunggal


STRG = Sumbu Tunggal Roda Ganda
SGRG = Sumbu Ganda Roda Ganda

• JSKN = 365 x JSKNH x R


𝟏+𝐢 ñ −𝟏 𝟏+𝟔% 𝟐𝟎 −𝟏
R= == = 37,876.
ê𝐥𝐨𝐠 (𝟏+𝒊 ) 𝒍𝒏 (𝟏+𝟔% )
R = Faktor pertumbuhan lalu-lintas
tergantung pert. LL Tahunan ( i ) dan umur rencana ( n )
JSKN = 365 x JSKNH x R
= 365 x 1170 x 37,876
= 16.174.945,8 buah

JUMLAH REPETISI Beban Selama Usia Rencana (kolom 4) :


= JSKN x konf. Sumbu (%) x Coef. Distribusi (Cd) Tabel 7.14 .Slide 18
= 16.174.945,8 x 38,64% x 0,4
= 24,88 x 10^5
b) Jumlah Repetisi Beban :
4
JUMLAH REPETISI BEBAN SELAMA USIA RENCANA :
16.174.945,8 x 38,46% x 0,4 = 24,88 x 10^5
16.174.945,8 x 7,69% x 0,4 = 4,98 x 10^5
16.174.945,8 x 38,46% x 0,4 = 24,88 x 10^5
16.174.945,8 x 3,85% x 0,4 = 2,49 x 10^5
16.174.945,8 x 7,69% x 0,4 = 4,98 x 10^5
16.174.945,8 x 3,85% x 0,4 = 2,49 x 10^5
(Cd) FK
3 KEKUATAN TANAH DASAR :
• CBR Yang mewakili = 3,6%
dari Gambar -7.5, diperoleh nilai k = 30 kPa/mm
untuk CBR 3,6% (Gambar 7.5. Slide 20)
3,6%

30

Nilai k
4 KEKUATAN PELAT BETON :
• Sebagai langkah awal diperkirakan tebal pelat
beton 18 Cm > 15 Cm (tebal min yg disyaratkan )
• Dengan menggunakan grafik NAASRA diperiksa
apakah estimasi tebal pelat cukup/ tidak dari jumlah
persentase patigue yg terjadi (disyaratkan ≤ 100%)
ngan

2,16 0,60 32000 778,13

• KETERANGAN :
• Kolom -3 : perkalian kolom 2 dg FK (dari tabel 7.15 Faktor Keamanan Slide 18) FK 1,1
• Kolom -5 : dari Grafik NAASRA dg melihat nilai k dan ( Slide 20)
• Kolom -6 : kolom 5 dibagi dg fr = 3,6 Mpa
• Kolom -7 : dari tabel 7.16 Slide 23 ...dg nilai dari kolom 6
• Kolom -8 : kolom 4 dibagi dengan kolom 7 dikali 100
Dengan Tebal PELAT BETON = 18 Cm ternyata
Jumlah Persentase Patigue yang terjadi 778,13 % > 100%... Tdk OK
ngan

2,16 0,60 32000 778,13

• KETERANGAN :
• Kolom -3 : perkalian kolom 2 dg FK (dari tabel 7.15 Faktor Keamanan Slide 18) FK 1,1
• Kolom -5 : dari Grafik NAASRA dg melihat nilai k dan ( Slide 27 )
• Kolom -6 : kolom 5 dibagi dg fr = 3,6 Mpa
• Kolom -7 : dari tabel 7.16 Slide 24 ...dg nilai dari kolom 6
• Kolom -8 : kolom 4 dibagi dengan kolom 7 dikali 100 1,78/3,6 > 50
Dengan Tebal PELAT BETON = 18 Cm ternyata
Jumlah Persentase Patigue yang terjadi 778,13 % > 100%... Tdk OK
Tabel Kolom
Di coba dg Tebal Pelat 20 Cm Slide 27 1,85/fr
7.16 4/7

0,513

• Dengan tebal plat beton 20 Cm, ternyata jumlah Fatigue


62,25% < 100% maka tebal plat yg harus digunakan 20 Cm

1,85/3,6 Slide 24
180 mm

STRT 200 mm

2,16

1,80

k = 30
Dari Gbr.
7.5
SGRG

1,85

15,4
5 PENULANGAN :
• Tujuan dasar distribusi penulangan adalah bukan
untuk mencegah terjadinya retak pada pelat beton,
tetapi untuk membatasi lebar retakan yg timbul pada
daerah dimana beban terkonsentrasi agar tidak
terjadi pembelahan pelat baton pada daerah retak
tersebut, sehingga kekuatan pelat tetap dapat
dipertahankan.
• Banyaknya tulangan baja yg didistribusikan sesuai dg
kebutuhan untuk keperluan ini yg ditentukan oleh
jarak sambungan susut, dalam hal ini dimungkinkan
penggunaan pelat yg lebih panjang agar dapat
mengurangi jumlah sambungan melintang sehingga
dapat meningkatkan kenyamanan.
PENULANGAN
PERKERASAN BERSAMBUNG DENGAN TULANGAN

• Luas Tulangan
11,76 (F.L.h)
As =
fs
dimana : As = luas tulangan (mm2/m lebar)
F = koefisien gesek
L = jarak antar sambungan (m)
h = tebal pelat beton (mm)
fs = tegangan ijin tarik baja (±230 Mpa)
As min SNI’91 0,14% luas penampang beton
DATA :
• Jalan ARTERI 6 Lajur 2 Arah Terbagi (6/2 B)
18,75 m ≥ L ≥ 22 m ( DAFTAR I slide 13)
• TebaTebal PELAT beton = 20 Cm
• Perkerasan bersambung dg tulangan
• Tebal Pelat BETON (h) = 200 mm
• Lebar Pelat Beton = 10 m (untuk 3 lajur)
• PANJANG Pelat Beton (L) = 20 m (jarak
sambungan)
6 Lajur
JALAN
6 Lajur 2 Arah Terbagi
(6/2 B)
1 2

1 2 3 4 5 6
10 m
TULANGAN MEMANJANG :

11,76 (F.L.h)
• As =
fs
11,76 (1,2)(20m)(200mm)
• As = = 245mm²/ m lebar
230
• As min 0,14% x (200)(1000) = 280 mm²/ m lebar
• Digunakan tulangan = ø 12 – 250 mm => As = 452mm²
1000 mm Ø12 mm

• • • • 200 mm

250 mm 250 mm 250 mm


TULANGAN MELINTANG :
11,76 (F.L.h)
• As =
fs
11,76 (1,2)(10m)(200mm).
• As = 230
= 123mm²/ m pias
• Digunakan tulangan ø 12 – 500mm => As = 226mm²/m lebar.
F = Faktor gesekan sirtu 1,2 Tabel 7.17 slide 38
1;000 mm

• •
250 mm 500 mm 250 mm
6 GAMBAR TULANGAN

20 meter

TULANGAN
MEMANJANG tulangan = ø 12
10 meter Di ATAS – 250 mm

TULANGAN
MELINTANG
Di BAWAH

tulangan ø 12 – 500 mm
Tulangan Melintang

Tulangan Memanjang
Tulangan
Memanjang

Tulangan
Melintang
Tie Bar
DOWEL

Wiremesh
Wiremesh
ngan

• KETERANGAN :
• Kolom -3 : perkalian kolom 2 dg FK (dari tabel 7.15 Faktor Keamanan Slide 18) FK 1,1
• Kolom -4 : dari hasil perhitungan jumlah repetsi beban slide 17
• Kolom -5 : dari Grafik NAASRA dg melihat nilai k dan ( Slide 20)
• Kolom -6 : kolom 5 dibagi dg fr = 3,6 Mpa
• Kolom -7 : dari tabel 7.16 Slide 23 ...dg nilai dari kolom 6
• Kolom -8 : kolom 4 dibagi dengan kolom 7 dikali 100
Dengan Tebal PELAT BETON .......
Jumlah Persentase Patigue [kolom 8] yang terjadi harus < 100%... OK

Anda mungkin juga menyukai