Anda di halaman 1dari 13

DESAIN PERKERASAN KAKU (BETON) MDPJ 2017

UNTUK TPS KEDIRI 2022

I. Volume Kelompok Sumbu Kendaraan


Sesuai dengan Pd T-14-2003, desain perkerasan kaku didasarkan pada
distribusi kelompok sumbu kendaraan niaga (Heavy Vehicle Axle Group)
HWAG, bukan berdasarkan nilai CESA. Selain itu, perkerasan kaku yang
didesain memiliki umur rencana 40 tahun dengan pendesainan untuk kelas
jalan Kolektor Sekunder pada daerah Jawa. Berikut merupakan data untuk
menentukan volume kelompok sumbu kendaraan.
Spesifikasi Jalan 2 Lajur 2 Arah UD
Tahun Perancangan 2022
Jumlah Lalin (2022) 172 kend/hari/2 arah
Jenis Jalan Kolektor Sekunder
Wilayah Jawa Timur
Masa Layan 40 tahun
Penentuan volume kelompok sumbu kendaraan adalah dengan mengikuti
ketentuan sebagai berikut. Semua contoh perhitungan akan dilakukan untuk
Truck Kecil (T1.2L)/6A
1. Penentuan faktor laju pertumbungan lalu lintas.
Dengan umur rencana jalan sebesar 40 tahun dari tahun 2022 hingga
tahun 2062, faktor laju pertumbuhan lalu lintas ditentukan sesuai dengan
jenis jalan dan lokasinya, maka didapatkan faktor prtumbuhan lalu lintas
kumulatif dengan rumus sebagai berikut.
(1 + 𝑖)𝑈𝑅 − 1
𝑅=
𝑖
(1 + 0,05)𝑈𝑅 − 1
𝑅= = 120,80
0,05
2. Penentuan Kelompok Sumbu
Data sumbu untuk tiap jenis kendaraan adalah sebagai berikut.
Tipe Nama Kendaraan Sumbu
1 Truk Kecil (T1.2L) /6A 2
2 Truk 2 as (T1. 2H) / 6B 2
3 Truk 3 as (T1. 22) / 7A1 3
4 Truk 4 as (T1.222) / 7A2 4
5 Trailer (T1.2-22) / 7C1 4
6 Trailer (T1.2-222) / 7C2a 5
7 Trailer (T1. 22-22) / 7C2B 5
8 Trailer (T1. 22-222) / 7C3 6
9 Bus / 5B 2
Untuk penentuan kelompok sumbu pada tahun 2022, dilakukan perhitungan
terhadap Data sumbu setiap jenis kendaraan dengan LHR. Kelompok sumbu
2022 dapat dihitung dengan rumus dibawah ini. Berikut contoh
perhitungannya.
𝐾𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑆𝑢𝑚𝑏𝑢 2022 = 𝑆𝑢𝑚𝑏𝑢 × 𝐿𝐻𝑅
𝐾𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑆𝑢𝑚𝑏𝑢 2022 = 2 × 4 = 8
3. Penentuan Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga (JSKN)
Penentuan untuk jumlah sumbu kendaraan niaga ini dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus berikut. Untuk jalan dua arah, faktor distribusi
arah (DD) umumnya diambil 0,50 dan faktor distribusi lajur bernilai 1
karena hanya terdapat 1 lajur untuk setiap arah.
Faktor-Faktor
i 0.05
DD 0.5
DL 100%
R 120.80
𝐽𝑆𝐾𝑁 = 𝐾𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 × 365 × 𝐷𝐷 × 𝐿𝐿 × 𝑅
𝐽𝑆𝐾𝑁 = 8 × 365 × 0,5 × 1 × 120,8 = 176368
Untuk pendesainan dilakukan perhitungan untuk tiap jenis kendaraan dan
JSKN di tambahkan seluruhnya dari tiap jenis kendaraan tersebut. Hasil
kumulatif dari JSKN ini adalah 7583810. Dari rumus langkah-langkah
perhitungan di atas didapatkan hasil tabulasi perhitungan sebagai berikut:
LHR 2022 Kelompok Jumlah Sumbu Kendaraan
Tipe Nama Kendaraan Sumbu
2 Arah Sumbu 2022 Niaga (JSKN)
1 Truk Kecil (T1.2L) /6A 2 4 8 176368
2 Truk 2 as (T1. 2H) / 6B 2 168 336 7407442
3 Truk 3 as (T1. 22) / 7A1 3 0 0 0
4 Truk 4 as (T1.222) / 7A2 4 0 0 0
5 Trailer (T1.2-22) / 7C1 4 0 0 0
6 Trailer (T1.2-222) / 7C2a 5 0 0 0
7 Trailer (T1. 22-22) / 7C2B 5 0 0 0
8 Trailer (T1. 22-222) / 7C3 6 0 0 0
9 Bus / 5B 2 0 0 0
Kumulatif Kelompok Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga 7583810

II. Daya Dukung Efektif Tanah Dasar


Penentuan daya dukung efektif tanah dasar mengikuti aturan MDPJ 2017
dalam Bab 6. Berikut adalah langkah-langkah dalam menentukan daya dukung
efektif tanah dasar dalam perancangan perkerasan kaku.
1. Menentukan CBRpakai tanah dasar
Terdapat data sekunder nilai CBR yang tersedia di 17 titik.
Kemudian data tersebut dikalikan faktor penyesuaian minimum nilai CBR
berdasarkan pengujian DCP, yaitu 0,7 karena tes DCP dilakukan pada
musim kemarau setelah itu diurutkan dari data terkecil ke data terbesar.
Berikut adalah tabulasi hasil perhitungannya.
Data Hasil DCP (Musim Kemarau)
Nilai CBR Sebelum Nilai CBR Setelah
Titik Nilai DDT
Penyesuaian (%) Penyesuaian (%)
Data CBR Titik 1 7.6% 5.32% 5.3
Data CBR Titik 2 12.8% 8.96% 6.3
Data CBR Titik 3 13.2% 9.24% 6.3
Data CBR Titik 4 14.0% 9.80% 6.6
Data CBR Titik 5 13.8% 9.66% 6.5
Data CBR Titik 6 14.4% 10.08% 6.6
Data CBR Titik 7 8.1% 5.67% 5.7
Data CBR Titik 8 18.5% 12.95% 7
Data CBR Titik 9 14.6% 10.22% 6.7
Data CBR Titik 10 15.0% 10.50% 6.7
Data CBR Titik 11 23.0% 16.10% 7.4
Data CBR Titik 12 11.6% 8.12% 6.2
Data CBR Titik 13 28.0% 19.60% 7.9
Data CBR Titik 14 24.0% 16.80% 7.7
Data CBR Titik 15 14.8% 10.36% 6.7
Data CBR Titik 16 22.4% 15.68% 7.4
Data CBR Titik 17 8.2% 5.74% 5.7

Digunakan perangkat lunak Microsoft Excel, yaitu dengan memanfaatkan


fungsi =PERCENTILE(array, k) dengan “array” menunjukkan kumpulan
data dan k adalah persentil (dalam persepuluhan) untuk mendapatkan nilai
CBR pada persentase 90%. Didapatkan nilai CBR tanah dasar sebesar
5,71%.
2. Menentukan nilai CBR ekivalen
Menentukan nilai CBR ekivalen. Perhitungan ini dilakukan karena
pondasi perkerasan yang terdiri dari beberapa lapis dengan kekuatan
tertinggi terletak pada lapisan paling atas. Perhitungan dapat dilakukan
sebagai berikut
3
∑𝑖 ℎ𝑖 𝐶𝐵𝑅 0,33
𝐶𝐵𝑅𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 =( )
∑𝑖 ℎ𝑖
3
1 × 5,710,33
𝐶𝐵𝑅𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 =( ) = 5,88%
1
3. Menentukan nilai CBR stabilisasi
Karena nilai CBR tanah dasar untuk perkerasan kaku tidak boleh
kurang dari 6%, digunakan stabilitas (ketentuan 6.6.2 MDPJ 2017). Nilai
stabilitas tersebut dipilih dari nilai terkecil ketiga persyaratan berikut.
a. Daya dukung redaman 4 hari dari material yang distabilisasi diambil nilai
CBR = 15%.
b. Empat kali daya dukung tanah asal sebelum distabilisasi.
𝐶𝐵𝑅 𝑠𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 = 4 × 𝐶𝐵𝑟 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 = 4 × 5,88% = 22,85%
c. Daya dukung yang diperoleh dari formula berikut ini
𝑚𝑚
𝐶𝐵𝑅𝑠𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 = 𝐶𝐵𝑅𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 × 2𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑙𝑎𝑝𝑢𝑠 𝑠𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 150
Tebal total tanah dasar stabilisasi adalah 150 mm untuk pemadatan biasa
atau sampai dengan 300 mm apabila disyaratkan dan digunakan alat
pemadat pad foot dengan berat statik 18 ton. Diambil nilai 300 mm.
sehingga didapatkan CBR sebagai berikut.
300
𝐶𝐵𝑅𝑠𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 = 5,71% × 2150 = 22,85%
Sehingga nilai terkecil dari ketiga persyaratan tersebut atau CBRpakai
adalah 15%
III. Struktur Fondasi Jalan
Struktur pondasi jalan dengan perkerasan kaku didesain dengan Bagan Desain
2 MDPJ 2017 yang terdapat pada CBR tanah dasar berdasarkan perhitungan
CBR ekivalen adalah 5,88 %. Karena daya dukung tanah kurang dari CBR 6%,
perlu dilakukan stabilisasi tanah dan penyesuaian kembali nilai CBR, sehingga
dari perhitungan didapatkan nilai CBR pakai sebesar 15%. Berdasarkan tabel
tersebut, berikut adalah desain pondasi perkerasan kaku:
STRUKTUR PONDASI JALAN
CBR Stabilisasi 15.00%
Kelas Kekakuan SG6
Uraian perbaikan tanah Stabilisasi semen
Stabilisasi semen (mm) 300
- Kelas kekakuan jalan berdasarkan tabel adalah SG 6.
- Untuk mencapai daya dukung tanah sebesar SG 6 perlu dilakukan perbaikan
tanah dengan menggunakan stabilisasi beton
- Tebal stabilisasi beton yang dipakai adalah 300 mm.
IV. Struktur Lapisan Perkerasan
Struktur lapis perkerasan didesain mengikuti Tabel 5.1 MDPJ 2017 dan
Bagan Desain 4 MDPJ 2017. Ditentukan tinggi minimum tanah dasar terhadap
pengaruh muka air tanah dan muka air banjir menggunakan tabel di bawah ini
dengan asumsi jalan yang dirancang merupakan jalan bebas hambatan yang
memiliki drainase bawah permukaan pada median jalan. Rumus tinggi
minimum tanah dasar adalah
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑚𝑖𝑛. 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑀𝐴𝑇 + 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑀𝐴𝐵

Kemudian dapat ditentukan struktur perkerasan kaku berdasarkan data


perhitungan jumlah kelompok sumbu kendaraan yang dilakukan sebelumnya,
dengan mengacu pada tabel berikut

Berdasarkan kedua tabel tersebut, berikut adalah desain struktur lapis


perkerasan :
STRUKTUR LAPIS PERKERASAN
Kelas Jalan Jalan Sedang
TMA(mm) 600
TMB(mm) 500
Tinggi tanah dasar(mm) 1100
KKJSKN 7583810
Struktur Perkerasan R2
Dowel dan bahu jalan Ya
Tebal pelat (mm) 275
Lapis pondasi LMC(mm) 100
Lapis Drainase Agregat Kelas A (mm) 150
- Kelas jalan yang akan dibuat adalah Jalan Sedang sehingga tinggi tanah
dasar diatas muka air tanah adalah 600 mm dan tinggi tanah dasar diatas
muka air banjir adalah 500 mm.
- Tinggi tanah dasar total adalah 1100 mm yaitu total TMA dan TMB.
- Besar KKJSKN adalah 7,583 juta kendaraan sehingga termasuk dalam
struktur perkerasan R2 (<8,6 juta kendaraan).
- Berdasarkan struktur perkerasan tersebut, perlu didesain dowel dan bahu
jalan, pelat beton sebesar 275 mm untuk perkerasan, lapis pondasi LMC
sebesar 100 mm , dan lapis drainase sebesar 150 mm.
Berikut adalah penampang melintang dari struktur lapis perkerasan yang akan
didesain.
V. Detail Desain
Detail desain perkerasan kaku menggunakan acuan Pd T-14-2003
(Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen). Perkerasan beton yang
digunakan adalah tipe bersambung tanpa tulangan (jointed unreinforced
concrete pavement).
Pada perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan, terdapat
sambungan yang berfungsi untuk mengendalikan retak. Sambungan adalah
perlemahan plat beton yang sengaja dibuat agar retak yang timbul pada pelat
beton baik retak melintang maupun memanjang sesuai dengan yang kita
harapkan baik bentuk maupun lokasinya. Sambungan pada perkerasan beton
semen ditujukan untuk:
a. Mengakomodasi gerakan susut (sambungan melintang)
b. Mengakomodasi gerakan lenting pelat beton akibat panas-dingin pada siang
dan malam (sambungan memanjang).

V.1 Dimensi Pelat Beton


Perkerasan beton yang digunakan adalah tipe Jointed Unreinforced
Concrete Pavement yang merupakan tipe perkerasan bersambung tanpa
tulangan dengan dimensi pelat menyerupai persegi dan panjang pelat
yang dibatasi oleh sambungan-sambungan melintang. Digunakan lebar
pelat beton sebesar lebar jalur, yakni 3,5 m dan panjang pelat beton
sebesar 4 meter. Berikut adalah hasil desain dimensi pelat beton.
Dimensi Pelat Beton
Perkerasan Beton Bersambung tanpa tulangan
Jumlah Lajur 2 lajur
Lebar Lajur 3.5 m per lajur
Lebar Pelat Beton 3.5 m per lajur
Konfigurasi Lebar Pelat 2 x 3.5 m
Panjang Pelat 4 m
Kemiringan Perkerasan 2 %
V.2 Sambungan Memanjang Tie Bars
Pemasangan sambungan memanjang ditujukan untuk
mengendalikan terjadinya retak memanjang.Jarak antar sambungan
memanjang yang dipilih adalah 4 meter. Sambungan memanjang harus
dilengkapi dengan batang ulir dengan mutu minimum BJTU-24 dan
berdiameter 16 mm.
Ukuran batang pengikat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
𝐴𝑡 = 204 × 𝑏 × ℎ
𝑙 = (38,3 × 𝜙) + 75
Dengan,
At = Luas penampang tulangan per meter panjang sambungan (mm2)
b = Jarak terkecil antar sambungan atau jarak sambungan dengan tepi
perkerasan (mm)
h = Tebal pelat (mm)
l = Panjang batang pengikat (mm)
ϕ = Diameter batang pengikat yang dipilih (mm)
Berikut adalah perhitungan luas penampang tulangan dan panjang
pengikat.
𝐴𝑡 = 204 × 275 × 3000 = 224400000 𝑚𝑚2
𝑙 = (38,3 × 16) + 75 = 687,8 𝑚𝑚
Dan jarak batang pengikat yang digunakan adalah 75 cm. Berikut adalah
rekapitulasi sambungan memanjang tie bars.
DETAILING - Sambungan Memanjang Tie Bars
Jarak antar sambungan memanjang 4 m
Batang ulir BJTU-24
Diameter 16 mm
Luas penampang tulangan per meter (At) 224400000 2
mm
Panjang Batang Pengikat (l) 687.8 mm
Jarak batang pengikat 75 cm

V.3 Sambungan Susut Melintang Dowel


- Kedalaman sambungan kurang lebih sepertiga dari tebal pelat untuk
lapis fondasi stabilisasi semen, yaitu 92 mm.
275
𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 = ≈ 92 𝑚𝑚
3
- Jarak sambungan susut melintang untuk perkerasan beton bersambung
tanpa tulangan sekitar adalah 4 meter
- Sambungan ini harus dilengkapi dengan ruji polos panjang 45 cm
dengan jarak antar ruji adalah 30 cm, yang lurus dan bebas dari tonjolan
tajam yang akan mempengaruhi gerakan bebas pada saat pelat beton
menyusut.
- Diameter ruji bergantung pada tebal pelat beton dengan pengelompokan
berdasarkan Tabel 5 Pd T-14-2003. Tebal pelat beton yang telah
ditentukan sebelumnya adalah 285 mm, maka diameter ruji yang
digunakan adalah 36 mm.
Berikut adalah rekapitulasi sambungan susut melintang dowel.
DETAILING - Sambungan Susut Melintang Dowel
Kedalaman sambungan 92 mm
Jarak sambungan susut 4 m
Panjang ruji polos 45 cm
Jarak antar ruji 30 cm
Diameter ruji 36 mm
Pola sambungan pada perkerasan beton semen harus mengikuti batasan
batasan dan ketentuan sebagai berikut.
a. Hindari bentuk panel yang tidak teratur. Usahakan bentuk panel
sepersegi mungkin. Perbandingan maksimum panjang panel terhadap
lebar adalah 1,25.
b. Jarak maksimum sambungan memanjang 3 - 4 meter.
c. Jarak maksimum sambungan melintang 25 kali tebal pelat, maksimum
5 meter.
d. Semua sambungan susut harus menerus sampai kerb dan mempunyai
kedalaman seperempat dan sepertiga dari tebal perkerasan masing-
masing untuk lapis pondasi berbutir dan lapis stabilisasi semen.
e. Antar sambungan harus bertemu pada satu titik untuk menghindari
terjadinya retak refleksi pada lajur yang bersebelahan.
f. Sudut antar sambungan yang lebih kecil dari 60 derajat harus dihindari
dengan mengatur 0,5 m panjang terakhir dibuat tegak lurus terhadap
tepi perkerasan.
g. Apabila sambungan berada dalam area 1,5 meter dengan manhole atau
bangunan yang lain, jarak sambungan harus diatur sedemikian rupa
sehingga antara sambungan dengan manhole atau bangunan yang lain
tersebut membentuk sudut tegak lurus. Hal tersebut berlaku untuk
bangunan yang berbentuk bundar. Untuk berbentuk segi empat,
sambungan harus berada pada sudutnya atau di antara dua sudut.
h. Semua bangunan lain seperti manhole harus dipisahkan dari
perkerasan dengan sambungan muai selebar 12 mm yang meliputi
keseluruhan tebal pelat.
i. Perkerasan yang berdekatan dengan bangunan lain atau manhole harus
ditebalkan 20% dari ketebalan normal dan berangsur-angsur
berkurang sampai ketebalan normal sepanjang 1,5 meter seperti
diperlihatkan pada Gambar 11b.

VI. Kesimpulan
Berikut adalah hasil detail desain perkerasan beton bersambung tanpa tulangan:
KESIMPULAN LAPISAN
Tebal pelat (mm) 275
Lapis pondasi LMC(mm) 100
Lapis Drainase Agregat Kelas A (mm) 150
Tebal total tanah dasar stabilisasi (mm) 300
KESIMPULAN PELAT
Jenis beton bersambung tanpa tulangan
Tebal Pelat (mm) 275
Lebar Pelat (mm) 2 x 350
Panjang Pelat (mm) 4000
Kemiringan Perkerasan (%) 2
KESIMPULAN DOWEL
Jarak Sambungan Susut (mm) 4000
Diameter Ruji (mm) 36
Panjang Ruji Polos (mm) 450
Jarak Antar Ruji (mm) 300
Kedalaman Sambungan (mm) 92
KESIMPULAN TIE BARS
Diameter Batang Pengikat (mm) 16
Panjang Batang Pengikat (mm) 687.8
Jarak Batang Pengikat (mm) 75
Jarak antar Sambungan Memanjang (mm) 4000
Jenis Batang Ulir BJTU-24
VII. Referensi
DEPKIMPRASWIL, 2003. Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen Pd. T-
14-2003, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga. 2017. Manual Desain Perkerasan Jalan.
Jakarta (ID) : Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai