Soal Bagian A:
Diketahui:
1. Data ruas jalan
a. Status Jalan : Jalan Nasional
b. Lokasi : Sumatera
c. Tipe Jalan : 4 lajur 2 arah
d. Umur Rencana : 20 tahun
e. CBR Desain : 4%
f. Faktor Pertumbuhan : 4,8%
g. Data Lalu Lintas dapat dilihat pada Tabel berikut.
h. Ketentuan lainnya :
Parameter lain yang dibutuhkan untuk desain namun belum tercantum pada
soal dapat diasumsikan sendiri dengan alasan dan keterangan yang jelas.
Ditanya:
1. Buatlah rancangan perkerasan dan gambarkan sketsa bagian pelebaran jalan
(perkerasan baru) dengan metode Bina Marga 2017.
2. Berdasar hasil rancangan tersebut (dengan BM 2017), buatlah análisis
tegangan regangan yang terjadi sampai terjadi kerusakan dengan menggunakan
software Kenpave.
3. Berdasar metode mekanistik empirik dengan menggunakan software Kenpave,
buatlah minimal 2 alternatif rancangan desain perkerasan sesuai beban dan
umur rencana sebelumnya (poin a).
4. Buatlah kajian/pembahasan dari hasil hasil
Jawaban:
1. Langkah-langkah pembuatan rancangan perkerasan dapat dilihat
sebagai berikut.
a. Menentukan faktor pengali pertumbuhan lalu lintas kumulatif (R)
Nilai faktor pengali pertumbuhan lalu lintas kumulatif (R) dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut (Direktorat Jenderal Bina Marga, 2017).
Berdasarkan tabel di atas maka didapatkan nilai DL yaitu 80% atau 0,8
dikarenakan jalan yang dirancang memiliki 2 lajur di setiap arahnya.
d. Menentukan faktor Ekivalen Beban (Vehicle Damage Factor)
Nilai VDF untuk masing-masing jenis kendaraan dapat dilihat pada tabel
berikut.
Berdasarkan tabel di atas maka nilai VDF yang digunakan dapat dilihat
pada tabel di halaman selanjutnya.
Tabel 2 Nilai VDF yang digunakan
Golongan
Jenis Kendaraan VDF 4 VDF 5
Kendaraan
Mobil, angkutan
2,3,4 0 0
umum, pick up, dll
Bus kecil 5a 0,3 0,2
Bus besar 5b 1 1
Truck 2 as (4 roda) 6a 0,3 0,2
Truck 2 as (6 roda) 6b 0,7 0,7
Truck 3 as 7a 7,6 11,2
Truck Gandeng 7b 36,9 90,4
Truck Trailer 4 as,
7c 41,6 93,7
5 as, dan 6 as
Dengan nilai CBR sebesar 4% dan nilai ESA5 sebesar 26,486 x 106 maka
digunakan tebal minimum perbaikan tanah dasar sebesar 200 mm.
h. Menentukan Desain Perkerasan Lentur
Desain perkerasan lentur dapat ditentukan menggunakan Bagan Desain 3B
sebagai berikut.
Dengan nilai ESA5 sebesar 26,486 x 106 maka digunakan struktur
perkerasan tipe FFF6. Sketsa bagian perkerasan baru adalah sebagai
berikut.
Keterangan:
a. Penggunaan kedalaman 25,995 cm merupakan dasar lapis perkerasan
b. Penggunaan kedalaman 56,005 cm merupakan dasar subgrade
Selanjutnya dilakukan analisis kerusakan berdasarkan jenis kerusakan fatigue
cracking, rutting, dan permanent deformation sebagai berikut.
a. Fatigue Cracking
Nf = 0,0796 x (ɛt)-3,921 |E|-0,854
= 0,0796 x (1,186 x 10-4)-3,921 |1600000|-0,854
= 991,079,600 ESAL
b. Rutting
Nr = f4 x (ɛc)-f5
= 1,365 x 10-9 x (1,842 x 10-4)-4,477
= 71,685,447 ESAL
c. Permanent Deformation
Nd = f4 x (ɛc)-f5
= 1,365 x 10-9 x (1,774 x 10-4)-4,477
= 84,833,486 ESAL
Maka dapat disimpulkan dengan penggunaan desain perkerasan seperti pada
Gambar 1 dan Tabel 4 didapatkan kerusakan yang lebih dahulu terjadi adalah
kerusakan berupa rutting dikarenakan nilai Nr < Nd dan Nf.
3. Berdasarkan metode mekanik empiric dengan menggunakan software
Kenpave, buatlah minimal 2 alternatif rancangan desain sesuai beban dan
umur rencana sebelumnya (poin a).
Berdasarkan Tabel 4, didapatkan nilai ESA4 yaitu 17,360 x 106 sehingga
berdasarkan tabel pemilihan jenis perkerasan, selain memilih bagan desain 3B
dapat dipilih bagan desain 3 sebagai alternatif 1.
Keterangan:
a. Detail lapis perkerasan asli dapat dilihat pada Tabel 4
b. Detail lapis perkerasan alternatif 1 dapat dilihat pada Tabel 6
c. Detail lapis perkerasan alternatif 2 dapat dilihat pada Tabel 8
Direktorat Jenderal Bina Marga (1997) menyatakan bahwa ruas jalan adalah
bagian atau penggalan jalan diantara dua simpul atau persimpangan sebidang atau
tidak sebidang, baik yang dilengkapi dengan alat pemberi isyarat lalu lintas maupun
tidak. Sedangkan Jalan menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Pasal 1
ayat 4 adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel. Setiap ruas jalan memiliki jenis struktur perkerasan jalan.
Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun di atas lapisan tanah dasar
(subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. Pada umumnya
terdapat dua jenis struktur perkerasan jalan dengan salah satu jenis perkerasan
tersebut adalah perkerasan lentur. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
merupakan perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran beraspal
sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan di bawahnya (Darlan,
2014).
Mahmudin dan Fauziah (2019) menyatakan bahwa telah dikembangkan
beberapa jenis lapis perkerasan dan metode untuk menghitung tebal lapis
perkerasan. Pengembangan ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya kerusakan
jalan. Kerusakan jalan menurut Winarto (2012, dalam Hardiani 2008) merupakan
perubahan bentuk permukaan jalan yang mengakibatkan penurunan kualitas layan
pada usia layannya sebagai akibat ketidak mampuan suatu komponen berfungsi
dengan baik. Selain itu, menurut Mahmudin dan Fauziah (2019) kerusakan jalan
juga dapat terjadi akibat perhitungan lapisan jalan yang kurang dari persyaratan.
Dalam perencanaan tebal perkerasan lentur terdapat beberapa peraturan yang
dipakai seperti Bina Marga (1987), Bina Marga (2013), Bina Marga (2017), dan
AASHTO (1993).
Menurut saya, dengan melakukan komparasi penggunaan metode yang
digunakan untuk merencanakan tebal perkerasan sangat bagus sehingga
kedepannya dapat ditemukan jenis perkerasan paling efektif dan ekonomis tetapi
dengan umur rencana yang paling lama.
II
PEMBAHASAN DAN DISKUSI
III
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
REFERENSI
Aji, A.H.F, Subagio, B.S., Hariyadi, E.S., and Weningtyas, W. 2015. Evaluasi
Struktural Perkerasan Lentur Menggunakan Metode AASHTO 1993 dan
Metode Bina Marga 2013 (Studi Kasus: Jalan Nasional Losari-Cirebon).
Jurnal Teknik Sipil, 2 (22), 147-164.