Anda di halaman 1dari 19

BAB 4

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4. 1. Perhitungan Tebal Lapis Perkerasan Lentur Menggunakan Metode


Manual Perkerasan Jalan (Revisi Juni 2017) Nomor 04/SE/Db/2017
4.1.1 Data Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan
Untuk menghitung tebal perkerasan lentur yang dimaksud adalah perhitu
ngan tebal masing-masing lapis perkerasan dengan menggunakan suatu jenis baha
n tertentu. Berikut merupakan umum yang ada, yaitu:
Tabel 4.1. Data Primer Lalu Lintas Harian Rata-rata Bulan 11 Tahun 2019
No Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan
1 Sepeda Motor, Roda 3 1650
2 Sedan, Jeep, ST. Wagon 27
3 Kendaraaan Penumpang 92
4 Pick Up, Combi 109
5 Bus Kecil 0
6 Bus Besar 0
7 Truck 2 as 42
8 Truck 3 as 10
9 Truck 4 as, Truck Trailer 0

Total 1931
Sumber: Survei Lokasi

Tabel 4.2. Data Lalu Lintas Jalan Alternatif Medan – Bandar Baru

No. Data Keterangan


1 Klasifikasi Jalan Arteri Primer
2 Umur rencana (UR) 20 tahun (2021 – 2041)
3 Pertumbuhan lalu lintas (i) 4,83%
4 Lebar badan jalan 3 meter
5 CBR 5,49%
6 Distribusi kendaraan 1 jalur 2 lajur 2 arah
Sumber: Survei Lokasi
Tabel 4.3. Data CBR (STA 0+000 s/d STA 2+000)

No STA CBR
1 0+200 4,95
2 0+400 1,81
3 0+600 5,2
4 0+800 18,7
5 1+000 14,11
6 1+200 5,35
7 1+400 35,34
8 1+600 9,16
9 1+800 12,04
10 2+000 5,33
CBR max 35,34
CBR min 1,81
CBR rata-rata 11,199
Sumber: Hasil Perhitungan

Menurut RDS ( Road Design System), nilai CBR desain dapat diperoleh dengan
rumus:
CBR desain = CBR rata-rata – (1 x SD)

Keterangan:
CBR desain = Nilai CBR yang dicari
CBR rata-rata = Nilai CBR rata-rata yang diperoleh dari data yang ada
SD = Standard Deviasi = Simpangan baku
Dengan data CBR yang sudah ada maka CBR desain dapat diperoleh sebagai
berikut:
CBR rata-rata = 11,199
SD = 5,905119
CBR desain = 11,199 - 5,905119
= 5,29%
Jumlah kendaraan harian rata – rata pada awal umur rencana dapat dihitun
g menggunakan rumus:

LHRn = LHR x (1+i)n

Maka volume lalu lintas harian rata-rata pada awal umur rencana dapat di
lihat seperti pada Tabel 4.4. di bawah ini.

Tabel 4.4. Volume Lalu Lintas Harian Rata-rata Awal Umur Rencana (2021)
No. Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan
1 Sepeda Motor, Roda 3 1813

2 Sedan, Jeep, ST. Wagon 29

3 Kendaraaan Penumpang 101

4 Pick Up, Combi 120

5 Bus Kecil 0

6 Bus Besar 0

7 Truck 2 as 46

8 Truck 3 as 10

9 Truck 4 as, Truck Trailer 0


Sumber: Hasil Perhitungan

4.1.2 Rencana Jumlah Kendaraan Dalam Periode Akhir Umur Rencana (2


0 Tahun)
Kumulatif beban sumbu standar ekuivalen selama umur rencana atau dise
but sebagai Cumulative Equivalent Single Axle Load (CESAL) merupakan jumlah
kumulatif beban sumbu lalu lintas desain pada lajur desain selama umur rencana ya
ng dapat dihitung menggunakan rumus:

ESATH-1 = (ΣLHRJK x VDFJK) x 365 x DD x DL x R

Dalam menentukan kumulatif beban sumbu standard ekuivalen selama u


mur rencana, ada beberapa aspek penting di dalamnya.
1. Menentukan Nilai Vehicle Damage Factor (VDF)
Vehicle Damage Factor merupakan akumulasi angka ekivalen dari sumb
u roda kendaraan depan dan sumbu roda kendaraan belakang. Angka Veh
icle Damage Factor menurut Manual Perkerasan Jalan (Revisi Juni 201
7) No. 04/SE/Db/2017 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5. Nilai Vehicle Damage Factor


Sumatera
Beban Aktual Normal
Jenis

VDF 4

VDF 5

VDF 4

VDF 5
Kendaraan

5B 1,0 1,0 1,0 1,0


6A 0,55 0,5 0,55 0,5
6B 4,5 7,4 3,4 4,6
7A1 10,1 18,4 5,4 7,4
7A2 10,5 20,0 4,3 5,6
7B1 - - - -
7B2 - - - -
7C1 15,9 29,5 7,0 9,6
7C2A 19,8 39,0 6,1 8,1
7C2B 20,7 42,8 6,1 8,0
7C3 24,5 51,7 6,4 8,0
Sumber: Manual Perkerasan Jalan (Revisi Juni 2017) No.04/SE/Db/2017

2. Menentukan Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas


Faktor pertumbuhan lalu lintas dapat ditentukan dengan menggunakan ru
mus:

UR
(1+ 0,01i) −1
R=
0,01i

Dengan :
R : Faktor pertumbuhan lalu lintas
i : Laju pertumbuhan lalu lintas (%)
UR : Umur rencana (tahun)
Maka untuk analisis ini nilai faktor pertumbuhan lalu lintas, yaitu

UR
(1+0,01 i) −1
R(2021 – 2023) =
0,01i
2
(1+0,0483) −1
R(2021 – 2023) =
0,0483
1,0989−1
R(2021 – 2023) =
0,0483
R(2021 – 2023) = 2,04
UR
(1+0,01 i) −1
R(2024 – 2041) =
0,01i
18
(1+0,0483) −1
R(2024 – 2041) =
0,0483
2,3374−1
R(2024 – 2041) =
0,0483
R(2024 – 2041) = 27,69

3. Menentukan Faktor Distribusi Lajur (DL)


Berdasarkan Manual Perkerasan Jalan (Revisi Juni 2017) No.04/SE/Db/2
017, faktor distribusi lajur dapat ditentukan berdasarkan tabel distribusi l
ajur (DL) seperti pada Tabel 4.6. di bawah ini. Berdasarkan data lalu lint
as 1 jalur 2 lajur 2 arah, maka nilai faktor distribusi lajur adalah 100 %.

Tabel 4.6. Faktor Distribusi Lajur (DL)


Jumlah Lajur Setiap Kendaraan Niaga Pada Lajur Desain
Arah (% Terhadap Populasi Kendaraan Niaga)
1 100
2 80
3 60
4 50
Sumber: Manual Perkerasan Jalan (Revisi Juni 2017) No.04/SE/Db/2017
4. Menentukan Faktor Distribusi Arah (DD)
Berdasarkan Manual Perkerasan Jalan (Revisi Juni 2017) No.04/SE/Db/2017, faktor distribusi arah (DD) untuk jalan umum yaitu
0,5. Berdasarkan aspek-aspek penting diatas maka nilai kumulatif beban sumbu standar ekivalen dapat dihitung sebagai berikut pa
da Tabel 4.7.
Table 4.7. Nilai Kumulatif Beban Sumbu Selama Standar Ekivalen Umur Rencana
ESA 5
LHR 201 LHR 20 LHR 202 VDF 5 A VDF 5 NORM ESA 5 (2
Jenis Kendaraan DD DL (2024 - 2
9 21 4 KTUAL AL 021-2023)
041)
Sepeda Motor, Roda 3 2089 0.5 1 0 0 0 0
1650 1813
Sedan, Jeep, ST. Wagon 34 0.5 1 0 0 0 0
27 29
Kendaraaan Penumpang 116 0.5 1 0 0 0 0
92 101
Pick Up, Combi 138 0.5 1 0 0 0 0
109 120
Bus Kecil 0 0.5 1 0 0 0 0
0 0
Bus Besar 0 0.5 1 1 1 0 0
0 0
Truck 2 as 53 0.5 1 0.5 0.5 8626 134349
42 46
Truck 3 as 12 0.5 1 20 5.6 82159 358266
10 10
Truck 4 as, Truck Trailer 0 0.5 1 29.5 9.6 0 0
0 0
Jumlah ESA5 90786 492616

CESA5 583402

Sumber: Hasil Perhitungan


4.1.3 Penentuan Dan Pemilihan Jenis Perkerasan
Pemilihan perkerasan akan bervariasi sesuai volume kendaraan, umur ren
cana, dan kondisi pondasi jalan. Berdasarkan Nilai CESA5 yaitu 583402 maka pen
entuan dan pemilihan jenis perkerasan dapat ditentukan pada Tabel 4.7. di bawah i
ni.

Tabel 4.8. Pemilihan Jenis Perkerasan


Bagan ESA (Juta) Dalam 20 Tahun
Struktur Perkerasan
Desain 0 – 0,5 0,1 - 4 > 4 - 10 > 10 – 30 > 30 - 200
Perkerasan kaku dengan
lalu lintas berat (di atas
4 - - 2 2 2
tanah dengan CBR ≥
2,5%)
Perkerasan kaku dengan
lalu lintas rendah (daerah
4A - 1,2 - - -
pedesaan dan daerah
perkotaan)
AC-WC modifikasi atau
SMA modifikasi dengan 3 - - - 2 2
CTB (ESA pangkat 5)
AC dengan CTB (ESA
3 - - - 2 2
pangkat 5)
AC tebal ≥ 100 mm
dengan lapis pondasi 3B - - 1,2 2 2
berbutir (ESA pangkat 5)
AC atau HRS tipis diatas
3A - 1,2 - - -
lapis pondasi berbutir
Burda atau burtu dengan
LPA kelas A atau bantua
5 3 3 - - -
n
asli
Lapis pondasi soil
6 1 1 - - -
cement
Perkerasan tanpa penutup
7 1 - - - -
(japat, jalan kerikil)
Sumber: Manual Perkerasan Jalan (Revisi Juni 2017) No.04/SE/Db/2017

Keterangan:
1 = Kontraktor kecil – medium.
2 = Kontraktor besar dengan sumber daya yang memadai.
3 = Membutuhkan keahlian dan tenaga ahli khusus spesialis BURDA.
Berdasarkan Tabel 4.7. di atas maka struktur perkerasan yang digunakan
adalah AC atau HRS dengan kontraktor yang menyelesaikan perkerasan lentur ad
alah kontraktor kecil – medium sampai kontraktor besar dengan alat yang memad
ai.
4.1.4 Menentukan Desain Pondasi
Dalam Manual Perkerasan Jalan (Revisi Juni 2017) No.04/SE/Db/2017 san
gat ditekankan dalam hal perbaikan tanah dasar, dengan melihat kondisi CBR tana
h dasar dan nilai CESA5 yang akan diterima perkerasan. Maka bila CBR desain pe
rkerasan sebesar 5,49% dan CESA5 sebesar 583402 maka didapatkan hasil seperti
pada Tabel 4.8. di bawah ini.

Tabel 4.9. Solusi Desain Pondasi Jalan Minimum


Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku

Beban Lalu Lintas Pada Lajur Rencana Dengan


CBR Tanah Kelas Kekuatan
Uraian Struktur Passion Umur Rencana 40 Tahun (Juta ESA5) Stabilitas Semen
Dasar (%) Tanah Dasar
<2 2–4 >4 (6)

Tebal Minimum Perbaikan Tanah Dasar


≥6 SG6 Perbaikan tanah dasar dapat Tidak diperlukan perbaikan
5 SG5 berupa stabilasi semen atau - - 100
4 SG4 material timbunan pilihan 100 150 200 300
3 SG3 (sesuai persyaratan 150 200 300
2,5 SG2,5 Spesifikasi Umum, Devisi 3 175 250 350
– Pekerjaan Tanah)
Tanah ekspansif (potensi (pemadatan lapisan ≤ 200 400 500 600
pemuaian > 5%) mm tebal gembur)

Lapis penopang (4)(5) 1000 1100 1200 Berlaku ketentuan


Perkerasan di
yang sama
atas tanah SG1 (3) Lapis penopang dan
650 750 850 dengan pondasi
lunak (2) geogrid (4)(5)
jalan perkerasan
Tanah gambut dengan HRS atau lentur
DBST untuk perkerasan untuk Lapis penopang berbutir (4)
1000 1250 1500
jalan raya minor (nilai minimum (5)

– ketentuan lain berlaku)

Sumber: Manual Perkerasan Jalan (Revisi Juni 2017) No.04/SE/Db/2017

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas maka tanah dasar tidak perlu dilakukan pen
ingkatan tebal minimum.
4.1.5 Menentukan Desain Tebal Perkerasan Jalan
Desain tebal perkerasan pada Manual Perkerasan Jalan (Revisi Juni 201
7) No.04/SE/Db/2017 terbagi atas tiga alternatif desain. Pada pemilihan jenis perk
erasan maka didapat jenis perkerasan AC atau HRS. Berdasarkan jenis perkerasan
yang dipilih tersebut maka bagan desain tebal perkerasan jalan yang digunakan ad
alah bagan desain 3B. Hasil tebal perkerasan dengan nilai CESA 5 583402 dapat di
lihat pada bagan desain di bawah ini.

Tabel 4.10 Desain Tebal Perkerasan Lentur


STRUKTUR PERKERASAN
FFF1 FFF2 FFF3 FFF4 FFF5 FFF6 FFF7 FFF8 FFF9
Solusi yang Dipilih Lihat Catatan 2
Kumulatif beban sumbu
20 tahun pada lajur <2 ≥ 2-4 >4-7 >7-10 >10-20 >20-30 >30-50 >50-100 >100-200
rencana (106 ESA5)
KETEBALAN LAPIS PERKERASAN (mm)
AC WC 40 40 40 40 40 40 40 40 40
AC BC 60 60 60 60 60 60 60 60 60
AC Base 0 70 80 105 145 160 180 210 245
LPA Kelas A 400 300 300 300 300 300 300 300 300
Catatan 1 2 3
Sumber: Manual Perkerasan Jalan (Revisi Juni 2017) No.04/SE/Db/2017

Berdasarkan tabel di atas maka hasil desain tebal perkerasan lentur yaitu:

4,0 cm AC – WC

6,0 cm AC – BC

40,0 cm LPA Kelas A

Gambar 4.2 Susunan Lapisan Perkerasan Menggunakan Manual Perkerasan Jalan


(Revisi Juni 2017) No.04/SE/Db/2017
4.2 Perhitungan Dimensi Drainase Menggunakan Metode Perencanaan P
d T-02-2006-B

Dalam perencanaan perhitungan drainase, hal yang paling penting untuk di


ketahui adalah debit rencana, sehingga berdasarkan debit rencana tersebut dapat di
rencanakan dimensi drainase tersebut. Berikut tahapan perencanaan drainase untu
k Jalan Bukum Desa Martelu Kecamatan Sibolangit dengan menggunakan metode
perencanaan Pd T– 02 – 2006 – B.

4.2.1 Menghitung Luasan Daerah Aliran Air

Perencanaan drainase harus disesuaikan dengan luas jalan, kondisi jalan, je


nis perkerasan, luas bahu jalan, panjang drainase, dan luasan disekitar luar jalan. P
erencanaan drainase pada Jalan Bukum Desa Martelu Kecamatan Sibolangit dilak
ukan pada salah satu segmen jalan tersebut, yaitu STA 0+000 - STA 2+000, denga
n panjang saluran drainase yang direncanakan adalah 2000 meter. Berikut adalah
perhitungan luasan daerah pengaliran air berdasarkan data - data perencanaan yan
g diperoleh di lapangan:

1. Panjang Saluran Drainase = 650 meter


2. Lebar perkerasan jalan aspal (I1) = 6 meter
3. Lebar bahu jalan (I2) = 1 meter
4. Lebar daerah sekitar (I3) = 100 meter
Berdasarkan data di atas adapun luasan pengaliran air pada Jalan Bukum
Desa Martelu Kecamatan Sibolangit STA 0+000 – STA 2+000 adalah sebagai be
rikut :

1. Luas setengah badan jalan (A1) = 3 m x 650 m = 1950 meter2


2. Luas bahu jalan (A2) = 1 m x 650 m = 650 meter2
3. Luas daerah di sekitar (A3) = 100 m x 650 m = 65000 meter2
Total daerah tinjauan = 67600 meter2
= 0,0676 km2
4.2.2 Menentukan Besar Koefisien (C)

Besar koefisien merupakan perbandingan antara jumlah air hujan yang me


ngalir di atas permukaan tanah dengan jumlah air hujan yang jatuh dari atmosfir.
Besaran koefisien ini dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan lahan, jenis da
n kondisi tanah. Adapun koefisien yang diperoleh dari Jalan Bukum Desa Martelu
Kecamatan Sibolangit STA 0+000 – STA 2+000 adalah :

1. Jalan aspal (C1) = 0,95 (tabel 2.20)


2. Bahu jalan (C2) = 0,20 (tabel 2.20)
3. Daerah sekitar (C3) = 0,80 (tabel 2.20)
4. fk perbukitan = 0,4 (tabel 2.20)
Adapun Koefisien rata – rata yang didapat berdasarkan perhitungan luasan daerah
pengaliran air adalah :

C1 . A 1+C 2 . A2 +C 3 . A3 . fk
C=
A 1+ A 2+ A 3

( 0,95 x 195 0 ) + ( 0,20 x 6 50 ) +(0,80 x 6 5000 x 0,4 )


C=
6760 0

C = 0,34

4.2.3 Perhitungan Waktu Konsentrasi (Te)

Waktu konsentrasi (Te) adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan a


ir dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik control yang ditentukan di
bagian hilir suatu saluran. Berikut perhitungan mencari waktu konsentrasi aliran p
ada drainase jalan alternatif Medan – Bandar Baru Desa Suka Maju, Sibolangit S
TA 0+800 s/d STA 1+400

Tc=t 1 +t 2

( )
0, 167
2 nd
t 1 = x 3 ,28 xIox
3 √ is

L
t 2=
60xV
Dengan perhitungan t1 di bawah ini

( )
0 ,167
2 0,013
x3,28 x3 x
Taspal =
3 √ 0,02

Taspal = 0,92 menit

( )
0 ,167
2 0,2
x3,28 x1 x
bahu =
3 √ 0,04
T

Tbahu = 1,14 menit

( )
0 ,167
2 0,8
x3,28 x100 x
3 √ 0,06
Tsekitar =

= 2,67 menit

Tbadan jalan = taspal + tbahu

= 0,92 + 1,14

= 2,06 menit

Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka nilai t1 yang digunakan Tterbesar yaitu
Tsekitar adalah 2,67 menit.

L
t 2=
60xV

V = 1,5 m/detik (tabel 2.16)


650
t 2=
60 x 1,1 m/detik

t 2 = 9 , 84 menit

Dari perhitungan t1 dan t2 maka didapatkan waktu konsentrasi (Tc) adalah sebagai
berikut

Tc = t1 + t2

Tc = 2,67 menit + 9,84 menit

Tc = 12,51 menit

4.2.4 Menentukan Intensitas Curah Hujan

Data rata-rata curah hujan Kota Medan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.11 Curah Hujan Maksimum Sibirubiru dalam 10 tahun terakhir

Tahun Curah Hujan (mm/hari)

2009 100

2010 100

2011 83

2012 111

2013 108

2014 143

2015 122

2016 87
2017 141

2018 123

Sumber : stasiun klimatologi Deli Serdang

Dengan data curah hujan yang diperoleh dari BMKG, maka selanjutnya data cura
h hujan tersebut diolah untuk mencari intensitas curah hujan rencana. Berikut mer
upakan perhitungan intensitas curah hujan rencana seperti pada tabel 4.12 di bawa
h ini.

Berikut cara perhitungan intensitas curah hujan dapat dilihat pada tabel dibawah i
ni:

Tabel 4.12 Perhitungan intensitas curah hujan

Xi – X (Xi - X )²
Xi (mm/ja
Tahun N m)

2009 1 100 -11,8 139,24


2010 2 100 -11,8 139,24
2011 3 83 -28,8 829,44
2012 4 111 -0,8 0,64
2013 5 108 -3,8 14,44
2014 6 143 31,2 973,44
2015 7 122 10,2 104,04
2016 8 87 -24,8 615,04
2017 9 141 29,2 852,64
2018 10 123 11,2 125,44
Rata-rata 1118 Jumlah 3793,6

1118
X=
10
= 111,8
Berdasarkan tabel di atas maka didapat nilai dari standar deviasi intensitas
curah hujan adalah sebagai berikut

S=
√ 3793,6
10−1
S = 20,5308
Setelah perhitungan standar deviasi maka di hitung nilai factor frekuensi (K) men
ggunakan rumus sebagai berikut :

Yt −Yn
K=
Sn

Dengan nilai:

Yt = 2,2054 (tabel 2.23)

Yn = 0,4952 (tabel 2.22)

Sn = 0,9496 (tabel 2.24)

Sehingga Nilai K adalah sebagai berikut :

2,2054−0,4952
K= = K = 1,80097
0,9496

Setelah nilai factor frekuensi didapat maka dihitung hujan dalam periode T tahun

Xt  Xr  (K  Sx)

Xt = 111,8 + (1,80097 x 20,5308)


Xt = 148,78 mm/24jam
Dengan di dapatkan intensitas hujan periode tahun perencanaan maka, intensitas c
urah hujan dalam jam per hari di dapatkan dengan menggunakan rumus :

90 % x Xt
I=
4

90 % x 148,78
I=
4

I = 33,47 mm/jam

Dengan menggunakan Kurva Basis Intensitas Hujan, maka waktu


konsentrasi (Tc) = 33,25 menit digunakan sampai berpotongan dengan garis
grafik kurva basis.

Gambar 4.3 Kurva Basis Intensitas Hujan


Maka dari hasil grafik telah didapatkan bahwa intensitas curah hujan maksimum
adalah 167 mm/jam.

4.2.5 Perhitungan Debit Air Rencana


Perhitungan debit rencana dilakukan setelah dilakukan setelah intensitas c
urah hujan rencana, koefisien alir, dan luasan daerah alir di dapatkan. Debit air ren
cana digunakan untuk menghitung dimensi saluran drainase yang akan direncanak
an, perhitungan debit air rencana adalah sebagai berikut :

1
Q= xC x I x A
3,6

1
Q= x 0,34 x 167 x 0,0676
3,6

Q = 1,07 m3/s
4.2.6 Perhitungan Dimensi Saluran Drainase
Perhitungan dimensi saluran didasarkan pada debit yang ditampung oleh s
aluran, setelah debit rencana sudah didapat maka berikutnya dapat dihitung dimen
si dari drainase yang akan direncanakan. Berikut adalah perhitungan dimensi drai
nase jalan alternatif Medan – Bandar baru STA 0+000 – STA 0+800.

1. Luas penampang basah


Debit rencana (Q) = A x V
Q
Luas Penampang basah (A) =
V
Perencanaan saluran dimensi drainase yang digunakan adalah pasangan
batu, maka kecepatan aliran air (Vijin) yang digunakan adalah:

Vijin = 1,50 m/detik (tabel 2.16)

0,09 m3/ s
Luas Penampang basah (A) =
1,50 m/ s

Luas Penampang basah (A) = 0,71 m2

Berdasarkan Pd-T-02-2006-B penampang minimum saluran (F) adalah 0,5


m . Karena nilai F = 0,06 m2 < 0,5 m2, maka luas penampang basah yang
2

dipergunakan yaitu 0,5 m2.

2. Tinggi dan lebar penampang basah


Luas penampang basah (A) = b x h

Syarat ekonomis / efektif untuk drainase segiempat adalah b = 2h, sehingg


a:

A=bxh
A = 2h x h
A = 2h2

h =
√ A
2

h =
√ 0,71m 2
2
h = 0,59 m
= 0,6 m
dengan didapatnya tinggi penampang basah (h) = 0,26 meter maka lebar p
enampang basah adalah:

b = 2h
b = 2 x 0,6
b = 1,2 m
Jadi dimensi penampang basah dari drainase tersebut adalah:

Tinggi penampang basah (h) = 0,6 m

Lebar penampang basah (b) = 1,2 m

3. Tinggi jagaan drainase


Tinggi jagaan drainase (w) = √ 0,5 x h
Tinggi jagaan drainase (w) = √ 0,5 x 0,6
Tinggi jagaan drainase (w) = 0,54 meter.

Berdasarkan perhitungan di atas maka dimensi drainase rencana adalah:

b = 1,2 meter

h = 0,6 meter

w = 0,5 meter
Berikut dimensi drainase dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

W = 0,5 m
Htotal = 1,1 m
h = 0,6 m

b = 1,2 m
Gambar 4.4 Dimensi Drainase

Anda mungkin juga menyukai