Anda di halaman 1dari 8

Konstruksi Perkerasan Jalan

BAB IV
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

A. Analisis Lalu Lintas

1. Prosentase Kendaraan pada Jalur Rencana

Tetapkan jumlah lajur yang disesuaikan dengan batas marka. Bilamana tidak ada
batas lajur yang jelas, maka ditetapkan sesuai dengan Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jumlah Lajur Berdasarkan Lebar Perkerasan

Lebar Perkerasan Jumlah Lajur

L < 5,50 m 1 lajur


5,50 m ≤ L < 8,25 m 2 lajur
8.25 m ≤ L < 11,25 m 3 lajur
11,25 m ≤ L < 15,00 m 4 lajur
15,00 m ≤ L < 18,75 m 5 lajur
18,75 m ≤ L < 22,00 m 6 lajur

2. Dari Tabel 4.2 tentukan koefisien distribusi kendaraan (C) berdasarkan jumlah lajur
yang diperoleh dari Tabel 4.1.

Tabel 4.2 Koefisien Distribusi Kendaraan (C)

Jumlah Lajur Kendaraan Ringan Kendaraan Berat


1 arah 2 arah 1 arah 2 arah
1 lajur 1,00 1,00 1,00 1,000
2 lajur 0,60 0,50 0,70 0,500
3 lajur 0,40 0,40 0,50 0,475
4 lajur - 0,30 - 0,450
5 lajur - 0,25 - 0,425
6 lajur - 0,20 - 0,400
Kendaraan ringan : berat total < 5 ton: mobil penumpang, pick up, dll.
Kendaraan berat : berat total ≥ 5 ton: bus, truk, traktor, trailer, dll.

3. Hitung Lalu lintas Harian Rata-rata pada tahun awal umur rencana (LHRo)
untuk masing-masing jenis kendaraan yang ada.

LHRo = N j x (1 + i)n

dimana: N j = masing-masing jenis kendaraan.

Prodi S1 Sains Terapan 4-1


Konstruksi Perkerasan Jalan

n = jumlah tahun, sejak survey data kendaraan sampai dengan

awal umur rencana.

i = pertumbuhan kendaraan sejak survey data kendaraan sampai


dengan awal umur rencana.

4. Hitung Lalu lintas Harian Rata-rata pada tahun akhir umur rencana (LHRt) untuk
masing-masing jenis kendaraan.

LHRt = LHRo x (1 + i)UR

dimana: UR = umur rencana.

i = pertumbuhan kendaraan selama umur rencana (setelah jalan


tersebut dibuka untuk lalu lintas umum).

5. Hitung Angka Ekivalen (AE) untuk setiap jenis kendaraan dengan rumus:

4
. AE sumbu tunggal =  beban satu sumbu tunggal dalam kg 
 8160 
 

4
AE sumbu tandem =  beban satu sumbu tan dem dalam kg  x 0,086
 8160 
  …

Atau gunakan Tabel 4.3 dibawah ini dengan memperhatikan konfigurasi masing-

masing sumbu kendaraan.

Prodi S1 Sains Terapan 4-2


Konstruksi Perkerasan Jalan

Tabel 4.3 Angka Ekivalen (AE) Beban Sumbu Kendaraan

Beban Sumbu Angka Ekivalen


Kg Sumbu Tunggal Sumbu Ganda
1000 0,0002 0,0000

2000 0,0036 0,0003

3000 0,0183 0,0016

4000 0,0577 0,0050

5000 0,1410 0,0121

6000 0,2923 0,0251

7000 0,5415 0,0466

8000 0,9238 0,0795

8160 1,0000 0,0860

9000 1,4798 0,1237

10000 2,2555 0,1940

11000 3,3023 0,2840

12000 4,6770 0,4022

13000 6,4419 0,5540

14000 8,6647 0,7452

15000 11,4184 0,9820

16000 14,7815 1,2712

6. Hitung Lintas Ekivalen Permulaan (LEP):


trailer
LEP = mobil penumpang
LHR x C x AE

7. Hitung Lintas Ekivalen Akhir (LEA):


trailer
LEA = mobil penumpang
LHR x C x AE

8. Hitung Lintas Ekivalen Tengah (LET):

LET = LEP  LEA


2

Prodi S1 Sains Terapan 4-3


Konstruksi Perkerasan Jalan

9. Hitung Faktor Penyesuaian (FP):

FP = UR
10

10. Hitung Lintas Ekivalen Rencana (LER):

LER = LET x FP

B. Perhitungan Tebal Perkerasan

1. Hitung Daya Dukung Tanah (DDT):

Gunakan Nomogram korelasi antara daya daya dukung tanah dasar (DDT) dengan

tanah dasar
CBR .

2. Dari data jenis bahan lapis permukaan dan roughness, tetapkan indeks permukaan

pada awal umur rencana (IPo) dari Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Indeks Permukaan pada Awal Umur Rencana (IPo)

Jenis Lapis Perkerasan IPo Roughness (mm/km)

> 4,0 ≤ 1000


LASTON
3,9 - 3,5 > 1000
3,9 - 3,5 ≤ 2000
Asbuton/HRA
3,4 - 3,0 > 2000
BURDA 3,9 - 3,5 ≤ 2000
BURTU 3,4 - 3,0 > 2000
3,4 - 3,0 ≤ 3000
LAPEN
2,9 - 2,0 > 3000
Lapisan Pelindung 2,9 - 2,5
Jalan Tanah ≤ 2,4
Jalan Kerikil ≤ 2,4

Prodi S1 Sains Terapan 4-4


Konstruksi Perkerasan Jalan

3. Lintas Ekivalen Rencana (LER) yang diperoleh dari rumus dan klassifikasi jalan yang

ditentukan, tetapkan indeks permukaan pada akhir umur rencana (IPt) dari Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Indeks Permukaan pada Akhir Umur Rencana (IPt)

Klassifikasi Jalan
LER
Lokal Kolektor Arteri Tol
< 10 1,0 - 1,5 1,5 1,5 - 2,0 -
10 - 100 1,5 1,5 - 2,0 2,0 -
100 - 1000 1,5 - 2,0 2,0 2,0 - 2,5 -
>1000 - 2,0 - 2,5 2,5 2,5

4. Berdasarkan IPo dan IPt yang ditetapkan dari Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 pilih Nomogram
yang sesuai (lihat Lampiran ....) untuk menentukan Indeks Tebal Perkerasan (ITP).

5. Dengan mengetahui besarnya Intensitas Hujan (I, mm/thn), kelandaian memanjang


jalan rata-rata (%), dan prosentase kendaraan berat (= jumlah data kendaraan berat :
jumlah semua data kendaraan), tentukan Faktor Regional (FR) dari Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Faktor Regional (FR)

Kelandaian I Kelandaian II Kelandaian III


Curah (< 6%) (6 - 10%) (> 10%)
Hujan % kendaraan berat % kendaraan berat % kendaraan berat
≤ 30 % > 30 % ≤ 30 % > 30 % ≤ 30 % > 30 %
Iklim, I
< 900 0,5 1,0 - 1,5 1,0 1,5 - 2,0 1,5 2,0 - 2,5
mm/thn
Iklim, I
≥ 900 1,5 2,0 - 2,5 2,0 2,5 - 3,0 2,5 3,0 - 3,5
mm/thn
Pada bagian jalan persimpangan, pemberhentian atau tikungan tajam (jari-jari < 30 m) nilai
FR dari Tabel ditambah 0,5. Pada daerah rawa FR ditambah 1,0.

Prodi S1 Sains Terapan 4-5


Konstruksi Perkerasan Jalan

6. Dari pasangan nilai DDT dan LER tarik garis lurus sesuai arah petunjuk
inset pada Nomogram dan perpanjang garis tersebut sampai memotong garis vertikal
ITP.

7. Dari pasangan ITP dan FR lakukan hal yang sama seperti pada “6”
sehingga memotong garis vertikal ITP . Angka yang didapat dari garis vertikal ITP
adalah nilai ITP yang dicari, (bila FR = 1,0 maka nilai ITP = ITP).

8. Gunakan rumus ITP = a1.D1 + a2.D2 + a3.D3 untuk mencari tebal


perkerasan. Dengan menyesuaikan data jenis bahan dari masing-masing lapis
perkerasan, maka nilai koefisien kekuatan relatif a1 ; a2 ; a3 dapat ditentukan dari Tabel
4.7.

Tabel 4.7 Koefisien Kekuatan Relatif

Koefisien Kekuatan
Kekuatan Bahan Jenis Bahan
Relatif
MS Kt CBR
a1 a2 a3 Jenis Bahan
(kg) (kg/cm2) (%0
0,40 744
0,35 590 LASTON
0,32 454
0,30 340
0,35 744
0,31 590
Asbuton
0,28 454
0,26 340
0,30 340 Hot Rolled Asphalt
0,26 340 Aspal Macadam
0,25 Lapen (mekanis)
0,30 Lapen (manual)
0,28 590
0,26 454
Laston Atas
0,24 340
0,23 Lapen (mekanis)
0,19 Lapen (manual)
0,15 22 Stabilitas tanah
0,13 18 dengan semen
0,15 22 Stabilitas tanah
0,13 18 dengan kapur
0,14 100 Pondasi Macadam (kering)
0,12 60 Pondasi Macadam (basah)
0,14 100 Batu Pecah (kelas A)
0,13 80 Batu Pecah (kelas B)
0,12 60 Batu Pecah (kelas C)
0,13 70 Sirtu/Pitrun (kelas A)
0,12 50 Sirtu/Pitrun (kelas B)
0,11 30 Sirtu/Pitrun (kelas C)

Prodi S1 Sains Terapan 4-6


Konstruksi Perkerasan Jalan

0,10 Tanah/Lempung Kepasiran

Dengan mengambil tebal minimum Lapis Permukaan (D1) dan Lapis Pondasi Atas (D2)
dari Tabel 4.8 dan Tabel 4.9, maka tebal Lapis Pondasi Bawah (D3) dapat dihitung.

Tabel 4.8 Batas Minimum Tebal Lapis Permukaan (D1)

ITP Tebal Minimum (cm) Bahan


Lapis Pelindung
< 3,00 5
BURAS/BURTU/BURDA
Lapen/Aspal Macadam,
3,00 - 6,70 5
HRA, Asbuton, Laston
Lapen/Aspal Macadam,
6,71 - 7,49 7,5
HRA, Asbuton, Laston
7,50 - 9,99 7,5 Asbuton, Laston
≥ 10,00 10 Laston

Tabel 4.9 Batas Minimum Tebal Pondasi Atas (D2)

Tebal
ITP Minimum Bahan
(cm)
< 3,00 15 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan
semen, stabilisasi tanah dengan kapur.
3,00 - 7,49 20*) Batu pecah, stabilisasi tanah dengan
semen, stabilisasi tanah dengan kapur
7,50 - 9,99 10 LASTON ATAS

10,00 - 12,14 20 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan


semen, stabilisasi tanah dengan kapur,
pondasi macadam
15 LASTON ATAS

≥ 12,25 20 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan


kapur, LAPEN, LASTON ATAS
25 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan
semen, stabilisasi tanah dengan kapur,
LAPEN, LASTON ATAS
*) Batas 20 cm tersebut diatas dapat diturunkan menjadi 15 cm bila untuk pondasi bawah
dipergunakan material berbutir kasar.

Prodi S1 Sains Terapan 4-7


Konstruksi Perkerasan Jalan

9. Lapis Pondasi Bawah (D3).

Untuk setiap nilai ITP apabila digunakan lapis pondasi bawah, maka tebal minimum
adalah 10 cm.

Prodi S1 Sains Terapan 4-8

Anda mungkin juga menyukai