Anda di halaman 1dari 21

38

2. Lalulintas Rencana Untuk Perkerasan Lentur

1. Persentase kendaraan pada lajur rencana, Jalur rencana (JR)


merupakan jalur lalulintas dari suatu ruas jalan raya yang terdiri dari
satu lajur atau lebih. Jika jalan tidak memiliki tanda batas jalur, maka
jumlah lajur ditentukan oleh lebar perkerasan, seperti pada tabel
berikut :

Tabel 4.4 : Jumlah Lajur Berdasarkan Perkerasan

Lebar Perkerasan (L) Jumlah Lajur (n)


L < 5,50 m 1 lajur
5,50 m ≤ L < 8,25 m 2 lajur
8,25 m ≤ L < 11,25 m 3 lajur
11,25 m ≤ L < 15,00 m 4 lajur
15,00 m ≤ L < 18,75 m 5 lajur
18,75 m ≤ L < 22,00 m 6 lajur
Sumber : Standar Konstruksi Bangunan Indonesia (SKBI) 2.3.26.1987
/Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1732-1989

Tabel 4.5 : Koefisien Distribusi Kendaraan (C) untuk


Kendaraan Ringan dan Berat yang Lewat pada Lajur Rencana

Kendaraan Ringan * Kendaraan Berat **


Jumlah Lajur
1 arah 2 arah 1 arah 2 arah
1 lajur 1,00 1,00 1,00 1,00
2 lajur 0,60 0,50 0,70 0,50
3 lajur 0,40 0,40 0,50 0,475
4 lajur - 0,30 - 0,45
5 lajur - 0,25 - 0,425
6 lajur - 0,20 - 0,40
(*)berat total < 5 ton, misal : mobil penumpang, pick up, mobil hantaran
(**) berat total ≥ 5 ton, misal : bus, truk, traktor, semi trailer, trailer
Sumber : SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989

2. Angka ekivalen (E) beban sumbu kendaraan

o Angka Ekivalen Sumbu Tunggal :

(!"!#$ !"#$ !"#$" !"#$$%& !"#"$ !")!


E=
!"#$

o Angka Ekivalen SumbuGanda :

(!"!#$ !"#$ !"#$" !"#$" !"#"$ !")!


E = 0,086
!"#$

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan /SriYuniarti



39

Tabel 4.6 : Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan

Beban Satu Sumbu Angka Ekivalen


Kg Lbs Sumbu Tunggal Sumbu Ganda
1000 2205 0,0002 -
2000 4409 0,0036 0,0003
3000 6614 0,0183 0,0016
4000 8818 0,0577 0,0050
5000 11023 0,1410 0,0121
6000 13228 0,2923 0,0251
7000 15432 0,5415 0,0466
8000 17637 0,9238 0,0794
8160 18000 1,0000 0,0860
9000 19841 1,4798 0,1273
10000 22046 2,2555 0,1940
11000 24251 3,3022 0,2840
12000 26455 4,6770 0,4022
13000 28660 6,4419 0,5540
14000 30864 8,6647 0,7452
15000 33069 11,4148 0,9820
16000 35276 14,7815 1,2712
Catatan : 1 lbs = 0,45359 kg Sumber : SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989

3. Perhitungan Lalulintas

• Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)


!
LEP = !!! LHR ! ×C! ×E!

• Lintas Ekivalen Akhir (LEA)


!
LEA = !!! LHR ! (1 + i)!" ×C! ×E!

• Lintas Ekivalen Tengah (LET)


!"#!!"#
LET =
!

• Lintas Ekivalen Rencana (LER)


!"
LER = LET x FP FP =
!"

di mana : i = perkembangan lalulintas


j = jenis kendaraan
LHR = lalulintas harian rata-rata
UR = usia rencana
FP = faktor penyesuaian

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan /SriYuniarti



40

4. Perhitungan Daya Dukung Tanah
Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi.
Daya dukung tanah dasar diperoleh dari nilai CBR atau Pelate Bearing Test,
DCP dll. Dari nilai CBR yang diperoleh ditentukan nilai CBR rencana yang
merupakan nilai CBR rata-rata untuk suatu jalur tertentu, caranya adalah
sebagai berikut :

o Tentukan harga CBR terendah

o Tentukan jumlah harga CBR yang sama


atau lebih besar dari masing-masing nilai
CBR

o Angka jumlah terbanyak dinyatakan


sebagai 100% dan yang lainnya merupakan
persentase dari harga tersebut

o Buat grafik hubungan CBR dan persentase


jumlah tersebut

o Nilai CBR rata-rata adalah nilai yang


didapat dari angka 90%

Catatan :

Hubungkan nilai CBR dengan garis mendatar


ke sebelah kiri, diperoleh nilai DDT

Gambar 4.3 : Korelasi DDT dan CBR

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan /SriYuniarti



41

5. Faktor Regional

Faktor Regional adalah faktor koreksi sehubungan dengan adanya


perbedaan kondisi di Indonesia dengan kondisi percobaan AASHTO Road
Test. Nilai FR dipengaruhi oleh bentuk alinemen, persentase kendaraan berat
dan yang berhenti serta iklim.

Tabel 4.7 : Faktor Regional

Kelandaian I Kelandaian II Kelandaian III


( < 6% ) ( 6 – 10% ) ( > 10% )
% Kendaraan Berat
≤ 30% >30% ≤ 30% >30% ≤ 30% >30%
Iklim I
< 900mm/thn 0,5 1,0 – 1,5 1,0 1,5 – 2,0 1,5 2,0 – 2,5
Iklim II
>900mm/thn 1,5 2,0 – 2,5 2,0 2,5 – 3,0 2,5 3,0 – 3,5
Catatan :
pada bagian-bagian jalan tertentu, seperti persimpangan, pemberhentian atau tikungan
tajam (jari-jari 30m) FR + 0,5, pada daerah rawa, FR + 1
Sumber : SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989

e) Indeks Permukaan

Indeks permukaan adalah nilai kerataan/kehalusan serta kekokohan


permukaan yang terkait dengan tingkat pelayanan bagi arus lalulintas.

Tabel 4.8 : Indeks Permukaan pada Akhir Usia Rencana (Ipt)

Klasifikasi Jalan
*LER
Lokal Kolektor Arteri Toll
< 10 1,0 – 1,5 1,5 1,5 – 2,0 -
10 – 100 1,5 1,5 – 2,0 2,0 -
100 – 1000 1,5 – 2,0 2,0 2,0 – 2,5 -
>1000 - 2,0 – 2,5 2,5 2,5
*LER dalam satuan angka ekivalen 8,16 ton beban sumbu tunggal
Catatan : pada proyek-proyek penunjang jalan, Japat/jalan murah atau jalan darurat, Ipt = 1
Sumber : SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989
Ipt = 1 Kondisi jalan rusak berat, sehingga mengganggu lalulintas
kendaraan
Ipt = 1,5 Tingkat pelayanan terendah yang masih mungkin (jalan tidak
terputus
Ipt = 2,0 Tingkat pelayanan terendah, namun jalan masih cukup baik
Ipt = 2,5 Kondisi permukaan jalan masih cukup stabil dan baik

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan /SriYuniarti



42

Tabel 4.9 : Indeks Permukaan pada Awal Usia Rencana (Ipo)

Jenis Lapis Perkerasan Ipo Roughness*) (mm/km)


≥4 ≤ 1000
Laston (lapis aspal beton)
3,9 – 3,5 >1000
3,9 – 3,5 ≤ 2000
Lasbutag
3,4 – 3,0 >2000
3,9 – 3,5 ≤ 2000
HRA
3,4 – 3,0 >2000
Burda 3,9 – 3,5 < 2000
Burtu 3,4 – 3,0 < 2000
3,4 – 3,0 ≤ 3000
Lapen
2,9 – 2,5 >3000
Latasbum 2,9 – 2,5 -
Buras 2,9 – 2,5 -
Latasir 2,9 – 2,5 -
Jalan tanah ≤ 2,4 -
Jalan kerikil ≤ 2,4 -
*) alat pengukur roughness yang dipakai adalah roughometer NAASRA, yang dipasang pada
kendaraan standar Datsun 1500 station wagon, dengan kecepatan kendaraan ± 32 km/jam.

Gerakan sumbu belakang dalam arah vertikal dipindahkan pada alat roughometer melalui kabel yang
dipasang ditengah tengah sumbu belakang kendaraan, yang selanjutnya dipindahkan ke counter
melalui flexible drive.

Setiap putaran counter adalah sama dengan 15,2 mm gerakan vertikal antara sumbu belakang dan
badan kendaraan. Alat pengukur roughness tipe lain dapat digunakan dengan mengkalibrasi hasil
yang diperoleh terhadap roughometer NAASRA.
Sumber : SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989

f) Indeks Tebal Perkerasan

ITP = a1D1 + a2 D2 + a3 D3

di mana :

ITP = indeks tebal perkerasan


a = koefisien lapisan
D = tebal lapisan, cm

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan /SriYuniarti



43

Tabel 4.10 : Koefisien Kekuatan Relatif (a)

Koef Kekuatan Relatif Kekuatan Bahan

MS Kt CBR Jenis Bahan


a1 a2 a3
(kg) (kg/cm) (%)

0,40 - - 744 - -
0,35 - - 590 - -
Laston
0,32 - - 454 - -
0,30 - - 340 - -
0,35 - - 744 - -
0,31 - - 590 - -
Lasbutag
0,28 - - 454 - -
0,26 - - 340 - -
0,30 - - 340 - - HRA (Hot Rolled Asphalt)
0,26 - - 340 - - Aspal Makadam
0,25 - - - - - Lapen (mekanis)
0,20 - - - - - Lapen (manual)
- 0,28 - 590 - -
- 0,26 - 454 - - Laston Atas
- 0,24 - 340 - -
- 0,23 - - - - Lapen (mekanis)
- 0,19 - - - - Lapen (manual)
- 0,15 - - 22 -
Stabilitas tanah dengan semen
- 0,13 - - 18 -
- 0,15 - - 22 -
Stabilitas tanah dengan semen
- 0,13 - - 18 -
- 0,14 - - - 100 Batu Pecah (kelas A)
- 0,13 - - - 80 Batu Pecah (kelas B)
- 0,12 - - - 60 Batu Pecah (kelas C)
- - 0,13 - - 70 Sirtu/Pitrun (kelas A)
- - 0,12 - - 50 Sirtu/Pitrun (kelas B)
- - 0,11 - - 30 Sirtu/Pitrun (kelas C)
- - 0,10 - - 20 Tanah/Lempung kepasiran
Catatan :
• Kuat tekan stabilisasi tanah dengan semen diperiksa pada hari ke 7
• Kuat tekan stabilisasi tanah dengan kapur diperiksa pada hari ke 21
Keterangan : MS (Marshall test), Kt (kuat tekan)
Sumber : SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan /SriYuniarti



44

Tabel 4.11 : Batas-batas Minimum Tebal Lapisan Perkerasan

ITP Tebal min (cm) Bahan

1. Lapis Permukaan :

< 3,00 5 Lapis pelindung ; buras, burtu, burda


3,00 – 6,70 5 Lapen /aspal makadam, HRA, lasbutag, laston
6,71 – 7,49 7,5 Lapen /aspal makadam, HRA, lasbutag, laston
7,50 – 9,99 7,5 Lasbutag , laston
≥ 10,00 10 Laston

2. Lapis Pondasi Atas

Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,


< 3,00 15
stabilisasi tanah dengan kapur
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
3,00 – 7,49 20 *)
stabilisasi tanah dengan kapur
10 Laston atas
7,50 – 9,99 20 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi makadam
15 Laston atas
10 – 12,14 20 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi makadam,
lapen, laston atas
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
≥ 12,25 25 stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi makadam,
lapen, laston atas

3. Lapis Pondasi Bawah

Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum adalah 10 cm
*) batas 20 cm tersebut dapat diturunkan menjadi 15 cm bila untuk pondasi bawah digunakan material
berbutir kasar
Sumber : SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989

Contoh Soal :

Diketahui :
Akan direncanakan tebal perkerasan untuk jalan baru dengan ketentuan
sebagai berikut :
o Peranan jalan : jalan arteri
o Type jalan : 6 lajur 2 arah terbagi (6/2B)
o Usia rencana : 20 tahun
o Rencana jenis perkerasan : lentur (flexible)

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan /SriYuniarti



45

Data yang tersedia :
o Tanah dasar : harga CBR rencana pada beberapa titik yang mewakili
2,5 – 2,5 – 2 – 3 – 3 – 4 – 3 – 5 – 4 – 3 – 2 – 3,5 – 4 – 4 – 5
o Kondisi/iklim setempat : curah hujan rata-rata 750 mm per tahun
o Kelandaian rata-rata : 6%
o Jumlah LHR pada awal (LHRo)

Beban sumbu (ton)


Jenis Kendaraan Vol Kendaraan
Depan belakang
Mobil penumpang 1400 1 1
Bus 450 3 5
Truk 10 ton 90 4 6
Truk 20 ton 45 6 2x7

o Angka pertumbuhan lalulintas : 6% per tahun

Penyelesaian :

1. Lalulintas Rencana :

a. Menghitung angka ekivalen (E) masing-masing kendaraan


o Mobil penumpang = 0,0002 + 0,0002 = 0,0004
o Bus = 0,0183 + 0,1410 = 0,1593
o Truk 10 ton = 0,0577 + 0,2923 = 0,3500
o Truk 20 ton = 0,2923 + 0,7452 = 1,0375

b. Menghitung Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)

!
LEP = !!! LHR ! × C! ×E!

o Mobil penumpang = 0,2 x 0,0004 x 1400 = 0,112


o Bus = 0,4 x 0,1593 x 450 = 28,656
o Truk 10 ton = 0,4 x 0,3500 x 90 = 12,600
o Truk 20 ton = 0,4 x 1,0375 x 45 = 18,675
LEP = 0,112 + 28,656 + 12,600 +18,675 = 60,043

c. Menghitung Lintas Ekivalen Akhir (LEA)

!
LEA = !!! LHR ! (1 + i)!" ×C! ×E! , subsitusi ke : LEA = LEP (1 + i)!"

LEA = 60,043 (1 + 0,06)!" = 192,566


Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan /SriYuniarti

46

d. Menghitung Lintas Ekivalen Tengah(LET)

!"#!!"#
LET =
!

!",!"#!!"#,!""
LET = = 126,305
!

e. Menghitung Lintas Ekivalen Rencana (LER)

!"
LER = LET x FP dan FP = , dengan subsitusi nilai LET maka
!"

!"
LER = 126,305 x = 252,610
!"

2. Daya Dukung Tanah Dasar

a. Mencari nilai CBR yang mewakili

CBR Jumlah yang sama Persen (%) yang sama atau


atau lebih besar lebih besar
2 15 15/15 x100 = 100,00
2,5 13 13/15 x 100 = 86,67
3 11 11/15 x 100 = 73,33
3,5 7 7/15 x 100 = 46,67
4 6 6/15 x 100 = 40,00
5 2 2/15 x100 = 13,33

40.00

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan /SriYuniarti



47

b. Mencari nilai Daya Dukung Tanah Dasar


dari grafik di atas, diperoleh nilai CBR yang mewakili = 2,4%, kemudian
dari Gambar 4.3 diperoleh nilai Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) = 3,5

3. Tebal Lapis Perkerasan

a. Faktor Regional
dari data : jalan arteri dengan curah hujan rata-rata/tahun = 750mm
kelandaian rata-rata = 6%

!"# ! !" ! !"


% kendaraan berat = x 100% = 29,5%
!"## ! !"# ! !" ! !"

Dari Tabel 4.7 , FR = 1

b. Indeks Permukaan
o Indeks Permukaan Awal
Direncanakan lapisan permukaan Laston dengan roughness ≤ 1000
mm/km, maka dari Tabel 4.9 diperoleh nilai Ipo ≥ 4

o Indeks Permukaan Akhir Jalan arteri, LER = 252,6, dari Tabel 4.8 untuk
jalan arteri, Ipt = 2,0 – 2,5

c. Mencari harga Indeks Tebal Perkerasan (ITP)


o Ipo = ≥ 4,0
o Ipt = 2,5

Dengan menggunakan Monogram 1 (Gambar 4.4)


dengan LER = 252,6 ; DDT = 3,5 ; FR = 1,0 maka ITP = 9,2

d. Rencana susunan lapisan perkerasan sebagai berikut :


dari tabel 4.10, diambil data :
o Lapisan permukaan : laston (a1) = 0,40
o Lapisan pondasi atas : laston atas (a2) = 0,28
o Lapisan pondasi bawah : batu pecah kelas A (a3) = 0,13

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan /SriYuniarti



48

maka ITP = a1.D1 + a2.D2 + a3.D3 , dari Tabel 4.11
D1 minimum = 7,5cm
D2 minimum = 10 cm, maka : 9,2 = 0,40 x 7,5 + 0,28 x 10 + 0,13 D3
D3 = 26,15 cm ∞ 26,5 cm

Susunan Rencana Lapisan Perkerasan

7,5cm Laston
10,0cm Laston atas

26,5cm Sirtu kelas A (CBR 70)

CBR 2,4

Gambar 4.4 : Penggunaan Monogram 1, untuk Ipt = 2,5 dan Ipo ≥ 4

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan /SriYuniarti



49

Soal Latihan :

1. Tentukan harga CBR yang mewakili,


Jika diketahui data CBR adalah :
6 ; 5 ; 5 ; 7 ; 4 ; 8 ; 11 ; 10 ; 6 ; 6 ; 4 ; 9 ; 7 ; 10 ; 8 ; 6 ; 5 (17 data)
(sertakan gambar grafik CBR yang mewakili)

2. Rencanakan tebal perkerasan untuk jalan 2 lajur 2 arah,


jalan baru dengan lalulintas rendah.
Data lalulintas Thn 2001,
Umur rencana 5 tahun dan 10 tahun.
Jalan dibuka Thn 2005,
(i)selama pelaksanaan = 5% per tahun
FR = 1.0
CBR tanah dasar = 3,4%

Data-data kendaraan per hari per 2 jurusan adalah :


• kendaraan ringan 2ton (beban sumbu depan 1 belakang 1) = 90
• kend, Bus 8ton (beban sumbu depan 3 belakang 5) = 3 kend
• truk 2as 10ton (beban sumbu depan 4 belakang 6) = 2 kend.

Perkembangan lalulintas :
• (i)untuk 5thn = 8%
• (i)untuk 10thn = 6%

Bahan-bahan perkerasan :
• pelaburan (lapis pelindung) Lapen mekanis
• batu pecah = CBR 50
• tanah kepasiran = CBR 20

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan /SriYuniarti



50

Lampiran 1
Nomogram Indek Tebal Perkerasan (ITP)

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan /SriYuniarti



51

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan /SriYuniarti



52

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan /SriYuniarti



53

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan /SriYuniarti



54

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan /SriYuniarti



55

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan /SriYuniarti



56

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan /SriYuniarti



57

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan /SriYuniarti



58

Material Jalan dan Rekayasa Tebal Perkerasan /SriYuniarti

Anda mungkin juga menyukai