Anda di halaman 1dari 53

Tebal Lapis Tambahan

(Overlay)
Benkelman Beam

Agus Juhara
Definisi dan Istilah
• Accumulative Equivalent 18 Kip Single Axle Load (AE 18 KSAL): Akumulasi ekivalen
beban sumbu tunggal standar 18 kip atau 8,16 ton

• Angka ekivalen beban sumbu kendaraan (AE): Angka yang menyatakan perbandingan
tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan beban sumbu tunggal
kendaraan terhadap tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh satu lintasan beban
sumbu tunggal standar 8,16 ton (18.000 lb)

• Benkelman Beam (BB): Alat untuk mengukur lendutan balik perkerasan yang
menggambarkan kekuatan struktur perkerasan jalan

• Lendutan: Besarnya gerak turun vertical suatu permukaan perkerasan akibat beban

• Lendutan maksimum (maximum deflection): Besar gerakan turun vertical maksimum


suatu permukaan perkerasan akibat beban
Definisi dan Istilah
• Lendutan balik (rebound deflection): Besar lendutan balik vertical suatu
permukaan perkerasan akibat beban dipindahkan

• Lendutan langsung: Besar lendutan vertikal suatu permukaan perkerasan akibat


beban langsung diatasnya.

• Lendutan rencana/ijin: Besar lendutan yang rencana atau yang diijinkan sesuai
dengan kumulatif bebanlalu-lintas yang direncanakan (AE 18 KSAL Rencana)

• Pusat beban (load center): Posisi beban pada permukaan perkerasan yang
berada tepat dibawah garis sumbu gandar belakang dan ditengah – tengah ban
ganda sebuah truk
Jumlah Lajur

• Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu-lintas dari suatu ruas jalan
yang menampung lalu-lintas terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda batas
lajur, maka jumlah lajur ditentukan dari lebar perkerasan

Tabel 6.1 Jumlah lajur berdasarkan lebar perkerasan

Lebar Perkerasan (L) Jumlah Lajur

L < 5,50 m 1

5,50 m ≤ L < 8,25 m 2

8,25 m ≤ L < 11,25 m 3

11,25 m ≤ L < 15,00 m 4

15,00 m ≤ L < 18,75 m 5

18,75 m ≤ L < 22,00 m 6


Koefisien Distribusi Lajur
Koefisien distribusi lajur (Ci) untuk kendaraan ringan dan berat yang
lewat pada lajur rencana ditentukan sebagai berikut :
Tabel 6.2 Koefisien distribusi Lajur (Ci)
Kendaraan ringan Kendaraan berat
Jumlah Lajur
1 arah 2 arah 1 arah 2 arah
1 1,00 1,00 1,00 1,00
2 0,60 0,50 0,70 0,50
3 0,40 0,40 0,50 0,475
4 - 0,30 - 0,45
5 - 0,25 - 0,425
6 - 0,20 - 0,40
Angka Ekivalen Beban Sumbu
Angka Ekivalen (AE) masing – masing golongan beban sumbu (setiap
kendaraan) ditentukan menurut rumus dan table di bawah ini:
Tabel 6.3 Angka Ekivalen beban sumbu (AE)
Angka Ekivalen beban sumbu (AE)
Beban sumbu (ton)
STRT STRG SDRG STrRG
1 0,00118 0,00023 0,00003 0,00001
2 0,01882 0,00361 0,00045 0,00014
3 0,09526 0,01827 0,00226 0,00070
4 0,30107 0,05774 0,00714 0,00221
5 0,73503 0,14097 0,01743 0,00539
6 1,52416 0,29231 0,03615 0,01118
7 2,82369 0,54154 0,06698 0,02072
8 4,81709 0,92385 0,11426 0,03535
9 7,71605 1,47982 0,18302 0,05662
10 11,76048 2,25548 0,27895 0,08630
11 17,21852 3,30225 0,40841 0,12635
12 24,38653 4,67697 0,57843 0,17895
13 33,58910 6,44188 0,79671 0,24648
14 45,17905 8,66466 1,07161 0,33153
15 59,53742 11,41838 1,41218 0,43690
16 77,07347 14,78153 1,82813 0,56558
17 98,22469 18,83801 2,32982 0,72079
18 123,45679 23,67715 2,92830 0,90595
19 153,26372 29,39367 3,63530 1,12468
Angka Ekivalen Beban Sumbu
Faktor Umur Rencana dan Pertumbuhan Lalu-Lintas
Hubungan antara Faktor umur rencana (N) dan tingkat pertumbuhan
lalu-lintas (r) ditentukan menurut rumus dan tabel berikut ini

Tabel 6.4 Faktor Umur Rencana (N)


r%
2% 4% 5% 6% 8% 10%
n Tahun
1 tahun 1,01 1,02 1,03 1,03 1,04 1,05
2 tahun 2,04 2,08 2,10 2,12 2,16 2,21
3 tahun 3,09 3,18 3,23 3,28 3,38 3,48
4 tahun 4,16 4,33 4,42 4,51 4,69 4,87
5 tahun 5,26 5,52 5,66 5,81 6,10 6,41
6 tahun 6,37 6,77 6,97 7,18 7,63 8,10
7 tahun 7,51 8,06 8,35 8,65 9,28 9,96
8 tahun 8,67 9,40 9,79 10,19 11,06 12,01
9 tahun 9,85 10,79 11,30 11,84 11,06 14,26
10 tahun 11,06 12,25 12,89 13,58 12,99 16,73
11 tahun 12,29 13,76 14,56 15,42 15,07 19,46
12 tahun 13,55 15,33 16,32 17,38 17,31 22,45
13 tahun 14,83 16,96 18,16 19,45 19,74 25,75
14 tahun 16,13 18,66 20,09 21,65 22,36 29,37
15 tahun 17,47 20,42 22,12 23,97 25,18 33,36
20 tahun 24,54 30,37 33,89 37,89 28,24 60,14
25 tahun 32,35 42,48 48,92 56,51 47,59 103,26
30 tahun 40,97 57,21 68,10 81,43 76,03 172,72
Kumulatif ESAL Umur Rencana (AE18KSAL)
Untuk menentukan kumulatif ESAL selama umur rencana (AE18KSAL)
dihitung dengan persamaan berikut :

dimana :
AE18KSAL = Kumulatif ESAL selama Umur Rencana
m = jumlah masing-masing jenis lalu-lintas
365 = jumlah hari dalam satu tahun
AE = Angka Ekivalen beban sumbu ( lihat Tabel 3.3 )
C = koefisien distribusi Lajur ( lihat Tabel 3.2 )
N = Faktor Umur Rencana ( lihat Tabel 3.4 )
Lendutan Benkelman Beam
Lendutan Balik
• Lendutan yang digunakan untuk perencanaan adalah lendutan balik. Nilai
lendutan tersebut harus dikoreksi dengan faktor muka air tanah (faktor
musim) dan koreksi temperatur atau sesuai rumus berikut :

dimana :
dB = lendutan balik (mm)
d1 = lendutan pada saat beban tepat pada titik pengukuran
d3 = lendutan pada saat beban berada pada jarak 6 meter dari titik
pengukuran
Ft = faktor penyesuaian lendutan terhadap temperatur standar 350C,
yaitu pada Tabel 2.5 atau pada Gambar 2.2.
TL = temperatur lapis beraspal, diperoleh dari hasil pengukuran
langsung dilapangan atau dapat diprediksi dari temperatur udara,
dari persamaan berikut :
Lendutan Benkelman Beam
Lendutan Balik

Tp = temperatur permukaan lapis beraspal


Tt = temperatur tengah lapis beraspal atau dari Tabel C pada Lampiran C
Tb = temperatur bawah lapis beraspal atau dari Tabel C pada Lampiran C

Ca = faktor pengaruh muka air tanah (faktor musim)


Ca = 1,2; bila pemeriksaan dilakukan pada musim kemarau atau muka
air tanah rendah
Ca = 0,9; bila pemeriksaan dilakukan pada musim hujan atau muka air
tanah tinggi
a
Tabel 6.5 Faktor koreksi lendutan terhadap temperatur standar (Ft)
Faktor Koreksi (Ft) Faktor Koreksi (Ft)
TL (0C) Kurva A Kurva B TL (0C) Kurva A Kurva B
(HL < 10 cm) (HL ≥ 10 cm) (HL < 10 cm) (HL ≥ 10 cm)
19 1,28 1,59 46 0,90 0,81
21 1,23 1,47 48 0,88 0,79
23 1,18 1,38 50 0,87 0,76
25 1,15 1,29 52 0,85 0,74
27 1,11 1,22 54 0,84 0,72
29 1,08 1,15 56 0,83 0,70
31 1,05 1,10 58 0,82 0,68
33 1,02 1,05 60 0,81 0,67
35 1,00 1,00 62 0,79 0,65
37 0,98 0,96 64 0,78 0,63
39 0,96 0,92 66 0,77 0,62
41 0,94 0,89 68 0,77 0,61
43 0,92 0,86 70 0,76 0,59
45 0,90 0,83 72 0,75 0,58
a

Gambar 6.2 Faktor koreksi lendutan terhadap temperatur standar (Ft)


Keseragaman Lendutan
• Perhitungan tebal lapis tambah dapat dilakukan pada setiap titik pengujian atau berdasarkan panjang
segmen (seksi). Apabila berdasarkan panjang seksi, maka cara menentukan panjang seksi jalan untuk tujuan
agar setiap jalan mempunyai lendutan yang kurang lebih seragam yaitu dengan menggunakan rumus
berikut:

dimana :
FK = faktor keseragaman
FK ijin = faktor keseragaman yang diijinkan
dR = lendutan rata – rata pada suatu seksi jalan
Keseragaman Lendutan

dimana :
S = standar deviasi

d = lendutan balik (dB) dari setiap titik pemeriksaan pada suatu seksi
jalan
ns = jumlah titik pemeriksaan pada suatu seksi jalan
Lendutan Wakil
Untuk menentukan besarnya lendutan yang mewakili suatu sub ruas/seksi
jalan, digunakan Rumus berikut, yang disesuaikan dengan kelas jalan, yaitu
:
Dwakil = dR + 2 S (jalan arteri / tol dengan tingkat kepercayaan 98%)
Dwakil = dR + 1,64 S (jalan kolektor dengan tingkat kepercayaan 95%)
Dwakil = dR + 1,28 S ( jalan local dengan tingkat kepercayaan 90%)

dimana
Dwakil = lendutan yang mewakili suatu seksi jalan
dR = lendutan rata – rata pada sutau seksi jalan
Lendutan Wakil

dimana :
S = standar deviasi

d = lendutan balik (dB) dari setiap titik pemeriksaan pada suatu seksi
jalan
ns = jumlah titik pemeriksaan pada suatu seksi jalan
Faktor Koreksi
Tebal lapis tambah/overlay yang diperoleh adalah berdasarkan temperatur standar 350C, maka untuk masing-
masing daerah perlu dikoreksi karena memiliki temperatur perkerasan rata-rata tahunan (TPRT) yang berbeda.
Data temperatur perkerasan rata-rata tahunan untuk setiap daerah atau kota ditunjukkan pada lampiran A,
sedangkan faktor koreksi tebal lapis tambah/overlay (Fo) dapat diperoleh dengan rumus atau gambar berikut :

dimana :
Fo = faktor koreksi tebal lapis tambah/overlay
TPRT = temperatur perkerasan rata-rata tahunan untuk daerah/kota tertentu
(Tabel A pada Lampiran A)
Faktor Koreksi

Gambar 6.3 Faktor koreksi tebal lapis tambah/overlay (Fo)


Jenis Lapis Tambahan
Pedoman ini berlaku untuk lapis tambah dengan Laston, yaitu modulus
resilien (MR) sebesar 2000 MPa dan Stabilitas Marshall minimum 800 kg.
Nilai modulus resilien (MR) diperoleh berdasarkan pengujian UMATTA atau
alat lain dengan temperatur pengujian 25oC. Apabila jenis campuran beraspal
untuk lapis tambah menggunakan Laston Modifikasi dan Lataston atau
campuran beraspal yang mempunyai sifat berbeda (termasuk untuk Laston)
dapat menggunakan faktor koreksi tebal lapis tambah penyesuaian (FKTBL)
sesuai Rumus 22 atau Gambar 3 dan Tabel 7

dengan pengertian :
FKTBL = faktor koreksi tebal lapis tambah penyesuaian
MR = Modulus Resilien (MPa)
Gambar 3 Faktor koreksi tebal lapis tambah penyesuaian (FKTBL)
Tabel 7 Faktor koreksi tebal lapis tambah penyesuaian (FKTBL)
Tabel A1. Temperatur perkerasan rata – rata tahunan (TPRT) untuk
beberapa daerah/kota di Indonesia (lanjutan)
TP rata2
No. KOTA
(0C)
Propinsi DKI Jakarta
Tanjung Priuk
1
(Met. Maritim Tg.Priuk) 37,3
Jakarta Observation
2
Jl. A. R. Hakim (Jakarta) 36,6
3 Bandara Kemayoran (Jakarta) 36,8
Band. Halim Perdana Kusumah
4
(Jakarta) 36
Cengkareng
5
(Met. Band. Soekarno-Hatta) 35,8
Propinsi Banten
1 Serang (Meteo Serang) 35,9
2 Tangerang 35,5
2a -Pelud. Budiarto Curug 35,3
-Klimat.Ciledug Jl. Mega 1 Pd
2b
Betung 35,6
2c -Geof. Jl. Tanah Tinggi 35,9
Propinsi Jawa Barat
Cibinong
1
(Keb. Percob. Tanaman) 35,2
2 BOGOR (2a+2b+2c+2d) 33,1
2a -Lanud Ateng Sanjaya 34,1
2b -Kumat.1.Darmaga Kp 76 34,2
2c -Met. Citeko Cisarua 28,5
2d -Kebun Curug, Jasinga 32,7
3 BANDUNG (3a+3b) 30,5
3a -Lanuma Husen S. Negara 30,6
3b -Geofisika Jl. Cemara 48 30,5
4 Kalijati-Subang (Lanud Kalijati) 35
5 Pamanukan (K.P.Pusakanegara) 35
6 Jatiwangi (Meteo. Jatiwangi) 36,3
7 TASIKMALAYA (7a+7b) 33,2
7a -Lanud Tasikmalaya 33,1
7b -Cipatujah, Perkeb. Nasional 34,3
8 Jatiluhur 36,7
9 Kuningan-Crb (Keb. Percob. Kngn) 33
10 Sukamandi 35,8
Purwakarta (Cikumpai, Kec.
11
Cempaka) 35,4
12 Lembang 26,6
Pangalengan (Cukur Gondang-Kec.
13
Pangalengan) 37,4
Kerawang
14
(Jatisari, Jl. Raya Kaliasin) 35,8
METODA PERENCANAAN
Bagan Alir Perencanaan
Perhitungan Perhitungan lalu-
lendutan (BB) lintas rencana

Perhitungan
Perhitungan
lendutan rencana/
lendutan wakil
ijin

Perhitungan
overlay

Perhitungan
overlay terkoreksi

Gambar 7.1 Bagan alir perhitungan tebal lapis tambah/overlay


Prosedur Perhitungan
• Hitung lalu-lintas rencana dalam AE18KSAL
• Hitung lendutan hasil pengujian dengan alat BB dan koreksi terhadap temperatur standar (Ft)
• Hitung lendutan wakil (Dwakil) untuk masing – masing sub ruas/seksi jalan yang tergantung dari kelas jalan
• Hitung lendutan rencana/ijin (Drencana) dengan menggunakan rumus di bawah untuk lendutan dengan alat BB.

dimana :
Drencana = lendutan rencana, dalam satuan millimeter (mm)
AE18KSAL = akumulasi ekivalen beban sumbu tunggal standar,
dalam satuan operasi
Prosedur Perhitungan
• atau dengan memplot data lalu-lintas rencana dalam AE18KSAL pada Gambar 8.2 Kurva B untuk lendutan dengan alat BB
• Hitung tebal lapis tambah/overlay (Ho) dengan menggunakan Rumus 8.19 atau dengan memplot pada Gambar 8.3.

dimana :
Ho = tebal lapis tambahan sebelum dikoreksi temperatur rata-rata tahunan daerah tertentu (cm)
Dsbl-ov = lendutan sebelum lapis tambah/overlay (mm)
Dstl-ov = lendutan setelah lapis tambah/overlay atau lendutan rencana (mm)
Prosedur Perhitungan
• Hitung tebal lapis tambah/overlay terkoreksi (Ht) dengan mengkalikan Ho dengan faktor koreksi overlay (Fo), yaitu sesuai dengan rumus berikut :

dimana :
Ht = tebal lapis tambah/overlay setelah dikoreksi dengan tenperatur
rata-rata tahunan daerah tertentu, dalam satuan cm
Ho = tebal lapis tambah/overlay sebelum dikoreksi dengan tenperatur
rata-rata tahunan daerah tertentu, dalam satuan cm
Fo = faktor koreksi tebal lapis tambah (sesuai Rumus 8.17 atau
Gambar 8.3)
Prosedur Perhitungan

Gambar 7.2 Hubungan antara lendutan rencana dan lalu-lintas


Prosedur Perhitungan

Gambar 3.3 Tebal lapis tambah/overlay


Contoh Kasus
• Diketahui :
• Lokasi jalan arteri di Kota Bandung
• Lalu-lintas, AE18KSAL = 35.000.000 operasi
• Tebal lapis beraspal (AC) = 15 cm
• Pengujian lendutan dilakukan pada musim
kemarau
• Lendutan hasil pengujian dengan BB ditunjukkan
pada tabel
Contoh
Tabel Lendutan hasil pengujian dengan BB
Temperatur (0C)
Km d1 d3
Perk. Perm.

0,4 33 29 0 0,273

0,5 33 29 0 0,255

0,6 33 29 0 0,239

0,7 33 29 0 0,302

0,8 33 29 0 0,308

0,9 33 29 0 0,263

1 33 29 0 0,299
Contoh
Tabel Lendutan hasil pengujian dengan BB yang telah di koreksi
Temperatur (0C)
Km d1 d3 Ft Ca dB dB2
Perk. Perm.

0,4 33 29 0 0,273 1,046 1,2 0,685339 0,46969

0,5 33 29 0 0,255 1,046 1,2 0,640152 0,409795

0,6 33 29 0 0,239 1,046 1,2 0,599986 0,359983

0,7 33 29 0 0,302 1,046 1,2 0,758141 0,574777

0,8 33 29 0 0,308 1,046 1,2 0,773203 0,597843

0,9 33 29 0 0,263 1,046 1,2 0,660235 0,435911

1 33 29 0 0,299 1,046 1,2 0,75061 0,563415

Rata - rata (dR) 0,695381

Standar Deviasi (S) 0,066498


• Keseragaman lendutan
FK = S/dR *100%
= 0,0665/0,695 *100%
= 9,6
FK < FK ijin (10) → Sangat seragam

• Lendutan wakil (Dwakil atau Dsbl ov)

Dwakil atau Dsbl ov = dR + 2 S


= 0,695 + 2*0,0665
= 0,828 mm
• Menghitung lendutan rencana/ijin/ (Drencana atau
Dstl ov) sesuai Gambar 2.2 atau dengan rumus
sebagai berikut :
Drencana atau Dstl ov = 22,208 x AE 18 KSAL-0,2307
= 22,208 x 35.000.000-0,2307
= 0,404 mm
• Menghitung tebal lapis tambah (Ho) sesuai
Gambar 3.3 atau dengan rumus sebagai berikut :
• Menentukan koreksi tebal lapis tambah (Fo)
Lokasi Jalan di Kota Bandung maka pada Tabel A1
pada Lampiran A, maka diperoleh temperatur
perkerasan rata – rata tahunan (TPRT) = 30,50C.

Dari Gambar 8.3 atau menggunakan Rumus 8.17


maka diperoleh faktor koreksi tebal lapis tambah
(Fo) = 0,91
• Menghitung tebal lapis tambah terkoreksi (Ht)

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil perhitungan sebagaimana diuraikan di
atas, tebal lapis tambah yang diperlukan untuk jalan
arteri di Kota Bandung agar dapat melayani lalu – lintas
sebanyak 35.000.000 operasi adalah 12 cm
CONTOH
Data Lendutan
Falling Weight Deflectometer (FWD)
Tabel B.3 Nilai lendutan FWD terkoreksi (dL)

Beban Lendutan Temperatur (OC) Lendutan Terkoreksi


Tegangan FWD (mm) Koreksi Pada Koreksi (mm), dL =
Uji Koreksi Beban 2
Km Temperatur Musim
(Ton) df1 (mm) (FKB-FWD) df1 x Ft x Ca x FKB- dL
(KPa) Tu Tp Tt Tb TL Standar (Ft) (Ca)
FWD
82,000 578 4,10 0,237 31,0 48,1 39,3 36,5 41,3 0,9 1,2 0,995 0,250 0,063
82,100 579 4,11 0,271 31,0 46,0 38,3 35,5 39,9 0,9 1,2 0,994 0,293 0,086
82,200 578 4,10 0,278 32,0 47,1 39,3 36,5 40,9 0,9 1,2 0,995 0,295 0,087
82,300 575 4,08 0,338 32,0 44,6 38,1 35,3 39,3 0,9 1,2 1,000 0,372 0,138
82,400 575 4,08 0,257 32,0 39,3 35,5 32,9 35,9 1,0 1,2 1,000 0,303 0,092
82,500 578 4,10 0,223 32,0 44,7 38,1 35,4 39,4 0,9 1,2 0,995 0,244 0,059
82,600 577 4,09 0,422 33,0 48,9 40,6 37,8 42,4 0,9 1,2 0,997 0,437 0,191
82,700 584 4,14 0,219 33,0 47,2 39,8 37,0 41,3 0,9 1,2 0,985 0,229 0,052
82,800 579 4,11 0,352 33,0 47,6 40,0 37,2 41,6 0,9 1,2 0,994 0,369 0,136
82,900 583 4,13 0,220 33,0 37,5 35,1 32,5 35,0 1,0 1,2 0,987 0,261 0,068
83,000 585 4,15 0,264 33,0 45,7 39,1 36,3 40,4 0,9 1,2 0,983 0,280 0,078
83,100 583 4,13 0,189 33,0 43,8 38,2 35,4 39,1 0,9 1,2 0,987 0,206 0,042
83,200 581 4,12 0,185 34,0 47,5 40,4 37,6 41,8 0,9 1,2 0,990 0,192 0,037
83,300 579 4,11 0,278 34,0 46,6 40,0 37,2 41,3 0,9 1,2 0,994 0,293 0,086
83,400 580 4,11 0,252 34,0 45,3 39,4 36,6 40,4 0,9 1,2 0,992 0,269 0,073
83,500 578 4,10 0,290 34,0 44,2 38,8 36,1 39,7 0,9 1,2 0,995 0,315 0,099
83,600 576 4,09 0,334 34,0 44,5 39,0 36,2 39,9 0,9 1,2 0,999 0,363 0,132
83,700 579 4,11 0,401 34,0 44,0 38,7 36,0 39,6 0,9 1,2 0,994 0,436 0,190
83,800 579 4,11 0,433 34,0 39,4 36,5 33,9 36,6 1,0 1,2 0,994 0,500 0,250
83,900 579 4,11 0,334 34,0 41,5 37,5 34,8 38,0 0,9 1,2 0,994 0,375 0,141
84,000 580 4,11 0,277 34,0 45,4 39,4 36,6 40,5 0,9 1,2 0,992 0,296 0,087
Jumlah 6,577 2,187

Lendutan Rata-rata (dR) 0,313

Jumlah Titik (ns) 21

Deviasi Standar (s) 0,0798


• Faktor Koreksi Beban nenda Uji (FKB)
FKB-FWD = 4,08 x (Beban uji dalam ton)(-1)
FKB-BB = 77,343 x (Beban uji dalam ton)(-2,0715)
Keseragaman lendutan

Lendutan Rata-rata

Gambar B.1. Lendutan FWD terkoreksi (dL)


• Keseragaman lendutan
FK = S/dR *100%
= 0,0798/0,313 *100%
= 25,5
20 <FK<30 → Cukup seragam

• Lendutan wakil (Dwakil atau Dsbl ov)

Dwakil atau Dsbl ov = dR + 2 S


= 0,313 + 2*0,0798
= 0,473 mm
• Menghitung lendutan rencana/ijin/ (Drencana atau
Dstl ov) sesuai Gambar 2.2 atau dengan rumus
sebagai berikut :
Drencana atau Dstl ov = 17,004 x AE 18 KSAL-0,2307
= 17,004 x 30.000.000-0,2307
= 0,320 mm
• Menghitung tebal lapis tambah (Ho) sesuai
Gambar 3.3 atau dengan rumus sebagai berikut :
• Menentukan koreksi tebal lapis tambah (Fo)
Lokasi Jalan di Purwakarta-Plered maka pada Tabel A1
pada Lampiran A, maka diperoleh temperatur
perkerasan rata – rata tahunan (TPRT) = 35,40C.
Dari Gambar 8.3 atau menggunakan Rumus 8.17

maka diperoleh faktor koreksi tebal lapis tambah (Fo)


= 1,0
• Menghitung tebal lapis tambah terkoreksi (Ht)
Ht = Ho x Fo
Ht = 7,1 x 1,0
Ht = 7,1 cm

• Bila jenis campuran yang digunakan Laston


Modifikasi dengan E = 3000 Mpa, maka
Ht = 7,10 x FKTBL
Ht = 7,10 x 0,87
= 6,2 cm
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil perhitungan sebagaimana
diuraikan di atas, tebal lapis tambah yang diperlukan
untuk jalan arteri di Purwakarta-Plered agar dapat
melayani lalu – lintas sebanyak 30.000.000 operasi
adalah 6,2 cm untuk material laston modifikasi (E =
3000 Mpa)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai