Oleh :
ALRIANDI RAMADHANI
2007126424
Gambar 4 Grafik Hasil Simulasi Airfoil SD7032 dan SD7043 pada Software
XFLR5
Dilihat dari gambar grafik hasil simulasi dari airfoil SD7032 dan SD7043
pada xflr5 di atas, diantaranya menghasilkan 2 buah grafik yang menjadi topik
khusus tugas kali ini yang menfokuskan analisis pada koefisien lift dan koefisien
drag dari kedua airfoil, adapun grafik yang diambil untuk dianalisis datanya yaitu
grafik CL vs Alpha dan CD vs Alpha.
1. CL vs Alpha
Dari tabel data coeficient lift vs alpha diatas dengan mengambil sudut serang
(angle of attack) -1° sebagai pembanding untuk kedua airfoil, diproleh data
coefisient lift untuk airfoil SD7032 dengan nilai 0.2465205 pada bilangan Reynolds
100.000, 0.316057 pada bilangan Reynolds 200.000 dan 0.3386547 untuk bilangan
Reynolds 300.000. Kemudian data coeficient lift untuk airfoil SD7043 yang
diproleh di tiap bilangan Reynold yang sama berturut-turut adalah 0.1728264,
0.3146948 dan 0.3393006. Dapat dilihat pada tiap peningkatan rentang bilangan
Reynolds, semakin besar rentang bilangan Reynolds maka semakin meningkat pula
coeficient lift yang dihasilkan dari simulasi kedua airfoil diatas. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa antara nilai coeficient lift dan bilangan reynold memiliki
hubungan searah. Pada umumnya, bilangan Reynolds harus optimal untuk
memaksimalkan kinerja aerodinamis dari sebuah sayap pesawat. Jika dibandingkan
kedua airfoil yang disimulasikan yaitu SD7032 dengan SD7043, berdasarkan dari
data diatas dengan mengacu pada sudut serang (angle of attack) -1°, diproleh
bahwasanya airfoil SD7032 lebih baik aerodinamisnya jika dibandingkan dengan
airfoil SD7043, hal ini dikarenakan airfoil SD7032 menghasilkan nilai coeficient
lift (CL) yang lebih tinggi dibandingkan dengan airfoil SD7043.
2. CD vs Alpha