Tugas ini dilaksanakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Drainase Perkotaan
Yang diampu oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Suhardjono, MPd., Dipl, HE
Disusun Oleh :
1. Perhatikan gambar di bawah ini. Tampak bahwa pola jaringan drainase mengikuti
jaringan jalan yang sesuai dengan pembagian blok wilayah perkotaannya. Jaringan
tersier berada pada setiap blok. Air dari blok tersebut dialirkan pada jaringan
sekunder di sisi jalan. Jaringan saluran sekunder itu mengarah ke muara-muara
pembuangan yang pada gambar berada di titik A, B dan C
2. Di daerah Malang Kota Baru, diketahui data hujan harian maksimum di tiga stasiun
penakar hujan selama 13 tahun, adalah sebagai berikut.
Buatlah kurve intensitas hujan di daerah Malang Kota Baru untuk kala ulang 5, 10
dan 15 tahun.
3. Suatu kawasan perkotaan, terbagi dalam enam zona sebagai berikut
Koefesien limpasan (C) untuk aspal 0,90; rumput tepi jalan 0,30, rumah/
bangunan 0,80, halaman rumah 0,35, lapangan parkir 0,65.
Jarak saluran terjauh sampai titik tinjau saluran di masing- masing muara saluran
sekunder, pada zone A adalah 300 meter, B sejauh 400 dan C sejauh 250 meter,
D = 450 meter, E = 650 meter dan F = 200 meter.
Bila ditinjau dari keseluruhan luas, jarak terjauh saluran drainasi menuju ke titik
tinjau di muara yang akan masuk ke sungai, adalah 1600 meter.
Kemiringan lahan (s) 0,01, koefisien retensi (Cs) = 0,80, saluran terbuat dari
beton pracetak ukuran persegi.
(2) Karena keterbatasan lahan, saluran terbuat dari beton pracetak, berbentuk
persegi, yang akan ditutup dengan plat beton dan akan dipakai sebagai
trotoar.
(3) Bila di titik tinjau D ke E akan melintang jalan, dan diperlukan gorong-
gorong yang terbuat dari beton, rencanakan ukuran gorong-gorong tersebut.
(4) Bila untuk gorong-gorong yang sama dibuat dari baja Armco, rencanakan
ukurannya.
Pada gambar berikut, pada saluran sekunder ini ingin mengetahuii besar debit
rancangan di titik tinjau A, titik B dan titik C. Debit di titik tinjau A berasal dari
limpasan air dari kawasan tersier A. Perhitungan debit banjir rencana di titik A,
mengacu hanya pada luasan tersier dari zona A. Dengan mengetahui debit banjir
di titik tinjau tersebut, dapat direncanakan ukuran penampang saluran yang
dibutuhkan. Selanjutnya besar debit di titik B, merupakan perjumlahan dari debit
yang terjadi di titik A ditambah air yang melimpah dari kawasan tersier B. Besar
debit di titik C merupakan perjumlahan dari debit yang terjadi di titik A,
ditambah debit di titik B, dan air limpasan dari kawasan zona C. Ukuran
penampang saluran di titik tinjau C tentu lebih besar daripada penampang
saluran dititik B karena berbedanya besaran debit yang harus diangkut.
2. Kurva Intensitas hujan kala ulang 5, 10, dan 15 tahun
Langkah pertama menghitung besar curah hujan kala ulang 5, 10, dan 15 tahun
pada setiap stasiun Malang Kota Baru agar kemudian dapat dihitung besar
intensitas hujan dari masing-masing kala ulang. Dalam kasus ini dipilih metode
Log Pearson III sebagai berikut :
Tabel Data Perhitungan Metode Distribusi Log Pearson III
No Tahun Stasiun A log A Stasiun B log B Stasiun C log C
1 1974 59,72 1,7761 60,11 1,7789 50,84 1,7062
2 1975 72,27 1,8590 64,66 1,8106 53,56 1,7288
3 1976 54,94 1,7399 82,51 1,9165 60,32 1,7805
4 1977 61,37 1,7880 50,84 1,7062 81,93 1,9134
5 1978 76,06 1,8812 53,56 1,7288 59,11 1,7717
6 1979 50,84 1,7062 60,32 1,7805 68,7 1,8370
7 1980 53,56 1,7288 81,93 1,9134 50,84 1,7062
8 1981 60,32 1,7805 59,01 1,7709 54,94 1,7399
9 1982 81,93 1,9134 40,83 1,6110 61,37 1,7880
10 1983 107,4 2,0310 59,11 1,7717 76,06 1,8812
11 1984 58,04 1,7637 68,7 1,8370 107,4 2,0310
12 1985 73,33 1,8653 50,84 1,7062 58,04 1,7637
13 1986 41,03 1,6131 53,56 1,7288 73,33 1,8653
Jumlah 23,446 23,061 23,513
Rerata 1,804 1,774 1,809
Standar Deviasi (Sd) 0,106 0,084 0,094
Kepencengan (Cs) 0,442 0,131 1,129
Misalnya untuk hujan rancangan kala ulang 5 tahun di Stasiun A
Data yang diketahui :
log X = 1,804
Sd log X = 0,106
1
×100 %=20 %
Tr = 5, maka P = 5
Untuk nilai Cs = 0,442 dan nilai P = 20 %, dari tabel distribusi Log Pearson III
didapat nilai K = 0,8131
Dengan rumus intensitas hujan mononobe, intensitas hujan pada setiap kala ulang
diihitung sebagai berikut :
[ ]
2/3
R24 24
I =
24 tc
Rekapitulasi Perhitungan Intensitas Hujan di Stasiun A, B, dan C Malang Kota Baru
120
100
Stasiun A
Stasiun B
Intensitas Hujan (I)
80
Stasiun C
60
40
20
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200
Durasi (menit)
Kurva Intensitas Hujan di Stasiun A, B, dan C Malang Kota Baru kala ulang 10 tahun :
120
Stasiun A
100
Intensitas Hujan ( I )
Stasiun B
80
Stasiun C
60
40
20
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200
Durasi (menit)
Kurva Intensitas Hujan di Stasiun A, B, dan C Malang Kota Baru kala ulang 15 tahun :
120
Stasiun A
100
Stasiun B
Intensitas Hujan ( I )
80 Stasiun C
60
40
20
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200
Durasi (menit)
3. Diketahui :
Total luas jalan masing-masing zona adalah sebagai berikut
- Zona A = 480 m²
- Zona B = 700 m²
- Zona D = 590 m²
- Zona E = 780 m²
Dengan bagian yang diaspal 80% dan bagian rumput tepi jalan 20%
Sedangkan jalan kawasan ruko zona C dan F masing-masing mempunyai jalan aspal
seluas 350 m², dengan lapangan parkir masing-masing seluas 425 m².
Koefisien limpasan (C) :
- Aspal = 0,90
- Rumput tepi jalan = 0,30
- Rumah/bangunan = 0,80
- Halaman rumah = 0,5
- Lapangan parkir = 0,65
Di zona E ada taman seluas 2 Ha dan memakai beberapa sumur resapan, sehingga
koefisien limpasan untuk taman ditetapkan C = 0,20.
Jarak saluran terjauh sampai titik tinjau saluran di masing-masing muara saluran
sekunder,
- Pada zona A = 300 meter
- Pada zona B = 400 meter
- Pada zona C = 250 meter
- Pada zona D = 450 meter
- Pada zona E = 650 meter
- Pada zona F = 200 meter
Bila ditinjau dari keseluruhan luas, jarak terjauh saluran drainasi menuju ke titik tinjau
di muara yang akan masuk ke sungai, adalah 1600 meter.
Kemiringan lahan (s) 0,01, koefisien retensi (Cs) = 0,80, saluran terbuat dari beton
pracetak ukuran persegi