Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PELAKSANAAN PPRAKTIKUM EKONOMI

SUMBER DAYA HUTAN


ACARA V
DAUR EKONOMI DAN NILAI HARAPAN LAHAN (LEV)

Disusun oleh:
Nama : Ananda Rizky Amalia
NIM : 21/474637/SV/19002
Kelompok : 1A
Co-Ass : Eqia Masdya Yudhistira

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PENGELOLAAN HUTAN


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN VETERINER
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2023
ACARA V
DAUR EKONOMI DAN NILAI HARAPAN LAHAN

I. HASIL DATA
Tabel 5.1 Perhitungan CAI dan MAI
Umur (tahun) Oh (m) Vst (m3/Ha) Vst ditambah NIM MAI (m3/tahun) CAI (m3/tahun)
5 7,8 16 16,52 3,30
10 13,8 75 75,52 7,55 11,8
15 17,5 127 127,52 8,50 10,4
20 20,3 172 172,52 8,63 9
25 22,6 213 213,52 8,54 8,2
30 24,7 251 251,52 8,38 7,6
35 26,5 289 289,52 8,27 7,6
40 28 323 323,52 8,09 6,8
45 29,4 355 355,52 7,90 6,4
50 30,5 386 386,52 7,73 6,2
55 31,7 413 413,52 7,52 5,4
60 32,6 438 438,52 7,31 5
Tabel 5.2 Perhitungan LEV

NIM x 1000 Diameter Tinggi


Umur TC (Rp) TC+NIU TR (Rp) Net Income (Rp) LEV (Rp) Volume Jml Pohon V. Total (m3 /Ha) Harga
(Rp) (cm) (m)
5 Rp5.155.043 Rp37.000 Rp5.192.043 Rp11.339.839 Rp6.147.796 Rp38.598.849 10 13 0,102101761 222,222 22,68925759 Rp500.000
10 Rp7.155.043 Rp37.000 Rp7.192.043 Rp32.057.438 Rp24.865.395 Rp72.300.700 16,5 15 0,320736975 200 64,147395 Rp500.000
15 Rp9.234.001 Rp37.000 Rp9.271.001 Rp70.595.050 Rp61.324.049 Rp109.906.147 23 17 0,706308568 200 141,2617137 Rp500.000
20 Rp18.402.671 Rp37.000 Rp18.439.671 Rp110.733.278 Rp92.293.607 Rp114.492.396 27 21,5 1,230993811 180 221,5788861 Rp500.000
25 Rp27.571.341 Rp37.000 Rp27.608.341 Rp796.064.771 Rp768.456.430 Rp702.570.795 31 21,45 1,618976577 180 291,4157839 Rp2.500.000
30 Rp36.740.010 Rp37.000 Rp36.777.010 Rp733.046.738 Rp696.269.728 Rp487.835.799 35 25,41 2,444728498 120 293,3674198 Rp2.500.000
35 Rp45.908.690 Rp37.000 Rp45.945.690 Rp930.381.034 Rp884.435.344 Rp487.597.801 39 27,37 3,26959449 120 392,3513388 Rp2.500.000
40 Rp49.990.771 Rp37.000 Rp50.027.771 Rp1.277.144.054 Rp1.227.116.283 Rp542.482.662 43 29,33 4,259306132 120 511,1167358 Rp2.500.000
45 Rp59.313.737 Rp37.000 Rp59.350.737 Rp2.604.426.905 Rp2.545.076.168 Rp914.969.792 47 31,29 5,428641475 120 651,436977 Rp4.000.000
50 Rp68.416.254 Rp37.000 Rp68.453.254 Rp3.258.633.860 Rp3.190.180.606 Rp942.750.948 51 33,25 6,792378571 120 815,0854286 Rp4.000.000
55 Rp76.159.949 Rp37.000 Rp76.196.949 Rp4.012.166.400 Rp3.935.969.451 Rp964.190.637 55 35,2 8,362919644 120 1003,550357 Rp4.000.000
60 Rp83.803.436 Rp37.000 Rp83.840.436 Rp4.874.057.213 Rp4.790.216.777 Rp979.273.395 59 37,16 10,15943626 120 1219,132351 Rp4.000.000
Gambar 5.1 Grafik Hubungan CAI dan MAI

Gambar 6.2 Grafik Nilai Harapan Lahan (LEV)

II. PEMBAHASAN
Untuk memperoleh keuntungan yang maksimal penentuan waktu
tebang dari suatu tegakan merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan. Dalam pengelolaan hutan tanaman, daur atau rotasi tebang
biasanya mengikuti daur ekologis atau biologis tegakan, yaitu tegakan
akan dipanen ketika riap volume rata-rata tahunan/MAI (Mean Annual
Increment) sama dengan riap volume tahunan berjalan/CAI (Current
Annual Increment) (Amacher , 2009; Bettinger , 2009). Akan tetapi, daur
biologis belum tentu memberikan keuntungan yang maksimal bagi
pengelola hutan (Samuelson, 1976; Amacher , 2009). Keputusan untuk
menunda atau mempercepat penebangan dibandingkan daur biologisnya
dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi.
Berdasarkan data pengukuran pada Tabel 5.1 yang kemudian
disajikan dalam bentuk grafik hubungan CAI dan MAI (Gambar 5.1).
diketahui bahwa CAI dihitung dengan membagi selisih antara vst dengan
selisih antara umur sedangkan MAI dihitung dengan hanya membagi Vst
dengan umur. Dari perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh hasil
grafik CAI dan MAI yang saling berpotongan dengan arah/laju CAI, grafik
tersebut juga menunjukkan bahwa kurva riap berjalan (CAI) mencapai titik
puncak secara cepat dan menurun secara cepat pula apabila dibandingkan
dengan kurva riap rata-rata tahunan (MAI) yang mencapai titik puncak
secara perlahan dan menurun secara perlahan pula. Pada grafik hubungan
CAI dan MAI (Gambar 5.1) menunjukkan bahwa kurva CAI dan MAI
volume tegakan berpotongan pada umur 22 tahun. Garis perpotongan
tersebut menunjukkan volume produksi maksimal dan dianggap paling
optimal karena disebabkan setelah titik potong tersebut kedua kurva akan
sama-sama menurun yang berarti riap akan terus menurun. Dari hasil
perhitungan yang telah dilakukan, CAI maksimum yang didapatkan adalah
adalah 11,8m³/ha dan MAI maksimum adalah 8,63m³/ha/th. Hal ini
menunjukkan bahwa tegakan mencapai riap maksimum pada umur 22
tahun, sehingga dianggap layak untuk dilakukan kegiatatan pemanenan
untuk mencapai hasil yang optimal.
Penentuan umur pemanenan optimum melalui CAI dan MAI akan
menentukan strategi finansial berbagai pilihan pengelolaan yang tersedia pada
suatu kualitas lahan tertentu. Untuk itu selain menghitung daur volume maksimal,
dilakukan juga perhitungan daur ekonomi finansialnya melalui perhitungan nilai
harapan lahan/Land Expected Value (LEV). LEV adalah pendapatan bersih yang
didapat dari sebidang lahan kosong yang dihitung untuk tingkat bunga tertentu
(Davis, 1966). Daur finansial sendiri merupakan daur yang didasarkan pada umur
dimana suatu tegakan mencapai rata-rata pendapatan bersih tertinggi yang
diperoleh atas sebidang lahan dengan menggunakan konsep nilai sekarang
(present value) pada tingkat suku bunga tertentu. Adapun data yang
diperlukan untuk menghitung LEV ini meliputi umur, total biaya (Total
Cost), total pendapatan (Total Revenue), serta pendapatan bersih (Net
Income).
Berdasarkan hasil analsis data yang telah dilakukan, didapatkan
grafik LEV (Gambar 5.2). Dari grafik tersebut diketahui bahwa awalnya
pendapatan bersih yang didapatkan pada umur awal akan terus meningkat
hingga mencapai titik pendapatan bersih tertinggi, namun setelahnya
mengalami penurunan untuk beberapa tahun kedepan dan akan naik lagi
mencapai pendapatan bersih tertinggi namun selanjutnya juga perlahan
akan mengalami penurunan kembali. Daur finansial yang diambil yaitu
pada saat grafik mencapai titik tertinggi pada tahun awal atau pada saat
titik tertinggi pertama kali. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan,
didapatkan bahwa daur finansial tertinggi berada pada saat umur 25 tahun.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pada saat umur 25 tahun pendapatan
bersih yang dihasilkan berada pada titik optimum atas nilai investasi yang
ditanamkan pada pembangunan tegakannya. Dimana pada saat umur 25 ini
memiliki total biaya (Total Cost) sebesar Rp27.571.341, total pendapatan
(Total Revenue) sebesar Rp796.064.771, pendapatan bersih (Net Income)
sebesar Rp768.456.430; sehingga didapatkan nilai LEV sebesar
702.570.795 yang jika diproyeksikan dari kegiatan pembangunan tegakan
ini maka kegiatan investasi ini dianggap layak di laksanakan dari aspek
finansial.

III. KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan berdasarkan analisis
perhitungan daur volume produksi maksimum tegakan mencapai riap
maksimum pada umur 22 tahun, sehingga dianggap layak untuk dilakukan
kegiatatan pemanenan untuk mencapai hasil yang optimal. Sedangkan daur
finansial tertinggi berada pada saat umur 25 tahun dengan nilai LEV
sebesar 702.570.795 yang jika diproyeksikan dari kegiatan pembangunan
tegakan ini maka kegiatan investasi ini dianggap layak di laksanakan dari
aspek finansial.

IV. DAFTAR PUSTAKA


Amacher, G.S., M. Ollikainen, E. Koskela. 2009. Economics of Forest
Resources. MIT Press, Cambridge, Mass.
Bettinger, P., K. Boston, J.P. Siry, D.L. Grebner. 2009. Forest
Management and Planning. Academic Press, Burlington USA.
Davis J. 1966. Forest Management. McGraw-Hill Series in
Forestry.California.
Samuelson, P.A. 1976. Economics of Forestry in an Evolving Society.
Econ Inq 14, 466-492.

Anda mungkin juga menyukai