Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PELAKSANAAN PPRAKTIKUM EKONOMI

SUMBER DAYA HUTAN


ACARA IV
ANALISA KESEHATAN PERUSAHAAN

Disusun oleh:
Nama : Ananda Rizky Amalia
NIM : 21/474637/SV/19002
Kelompok : 1A
Co-Ass : Eqia Masdya Yudhistira

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PENGELOLAAN HUTAN


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN VETERINER
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2023
ACARA IV
ANALISIS KESEHATAN PERUSAHAAN
I. SOAL
Lakukan analisis kesehatan perusahaan pada PT. Toba Pulp Lestari Tbk
pada tahun 2019-2022. Analisis kesehatan berupa analsis perhitungan
likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas.
II. HASIL DATA
Tabel 4.1 Analisis kesehatan perusahaan PT. Toba Pulp Lestari 2019
NO PARAMETER KO MPO NEN JENIS BIAYA HASIL
Aktiva Lancar Rp 676,954.530
Current Ratio 51.27%
Hutang Lancar Rp 1,320,374.560
Kas Rp 655,292.670
Cash Rasio Efek Rp 6,185,288.690 518.08%
Hutang Lancar Rp 1,320,374.560
Kas Rp 655,292.670
1 Likuiditas Efek Rp 6,185,288.690
Quick Ratio 519.72%
Piutang Rp 21,661.860
Hutang Lancar Rp 1,320,374.560
Aktiva Lancar Rp 676,954.530
Working capital to total
Hutang Lancar Rp 1,320,374.560 -9.38%
asset ratio
Jumlah Aktiva Rp 6,862,243.220
Hutang Lancar Rp 1,320,374.560

T otal debt to capital Hutang Jangka Rp 3,392,935.090 0.69

2 Solvabilitas Jumlah Modal Rp 2,148,933.570

Longterm debt to equity Hutang Jangka Rp 3,392,935.090


1.58
ratio
Jumlah Modal Rp 2,148,933.570
Penjualan Rp 1,484,907.660
Cross profit margin Harga Pokok Rp 1,478,643.130 0.004
Penjualan Netto Rp 1,484,907.660
Harga pokok Rp 1,478,643.130
Penjualan Netto Rp 1,484,907.660
Operating income ratio -0.12
Beban Penjualan
Rp 181,771.260
Beban Umum dan
Harga pokok Rp 1,478,643.130

Penjualan Netto Rp 1,484,907.660


Operating ratio 0.87
3 Profitabilitas
Beban Penjualan
Rp 181,771.260
Beban Umum dan
Penjualan Netto Rp 1,484,907.660
Net profit margin 0.19
Keuntungan Netto Rp 277,694.200
Ebit Rp 342,808.210
Earning power 0.05
Jumlah Aktiva Rp 6,862,243.220
Keuntungan Netto Rp 277,694.200
Net Earning 0.04
Jumlah Aktiva Rp 6,862,243.220
Keuntungan Netto Rp 277,694.200
Rate of return 0.13
Jumlah Modal Rp 2,148,933.570
Tabel 4.2 Analisis kesehatan perusahaan PT. Toba Pulp Lestari 2020
NO PARAMETER KOMPONEN JENIS BIAYA HASIL
Aktiva Lancar Rp 505,551,084.00
Current Ratio 71.77%
Hutang Lancar Rp 704,394,978.00
Kas Rp 1,598,190.00
Cash Rasio Efek Rp 6,245,159,889.00 886.83%
Hutang lancar Rp 704,394,978.00
Kas Rp 1,598,190.00
1 Likuiditas Efek Rp 6,245,159,889.00
Quick Ratio 890.20%
Piutang Rp 23,769,444.00
Hutang Lancar Rp 704,394,978.00
Aktiva Lancar Rp 505,551,084.00
Working capital to
Hutang Lancar Rp 704,394,978.00 -2.95%
total asset ratio
Jumlah Aktiva Rp 6,750,710,973.00
Hutang Lancar Rp 704,394,978.00
Total debt to capital Hutang Jangka Panjang Rp 3,810,724,236.00 2.02
2 Solvabilitas Jumlah Modal Rp 2,235,591,759.00
Longterm debt to Hutang Jangka Panjang Rp 3,810,724,236.00
1.70
equity ratio Jumlah Modal Rp 2,235,591,759.00
Penjualan Rp 1,830,988,167.00
Cross profit margin Harga Pokok Penjualan Rp 1,686,875,016.00 0.08
Penjualan Netto Rp 1,830,988,167.00
Harga pokok penjualan Rp 1,686,875,016.00
Operating income Penjualan Netto Rp 1,830,988,167.00
-0.05
ratio Beban Penjualan
Rp 231,446,970.00
Beban Umum dan Adm
Harga pokok penjualan Rp 1,686,875,016.00
Penjualan Netto Rp 1,830,988,167.00
3 Profitabilitas Operating ratio 1.05
Beban Penjualan
Rp 231,446,970.00
Beban Umum dan Adm
Penjualan Netto Rp 1,830,988,167.00
Net profit margin 1459.58
Keuntungan Netto Rp 2,672,474,546,532.00
Ebit Rp 5,838,025,577,664.00
Earning power 0.02
Jumlah Aktiva Rp 327,287,969,392,986.00
Keuntungan Netto Rp 2,672,474,546,532.00
Net Earning 0.01
Jumlah Aktiva Rp 327,287,969,392,986.00
Keuntungan Netto Rp 2,672,474,546,532.00
Rate of return 0.02
Jumlah Modal Sendiri Rp 108,385,959,659,838.00
Tabel 4.3 Analisis kesehatan perusahaan PT. Toba Pulp Lestari 2021
NO PARAMETER KOMPONEN JENIS BIAYA HASIL
Aktiva Lancar Rp 822,416,572
Current Ratio 213.9%
Hutang Lancar Rp 384,478,718
Kas Rp 5,246,774
Cash Rasio Efek Rp 6,417,582,467 1670.53%
Hutang lancar Rp 384,478,718
Kas Rp 5,246,774
1 Likuiditas Efek Rp 6,417,582,467
Quick Ratio 1688.46%
Piutang Rp 68,924,918
Hutang Lancar Rp 384,478,718
Aktiva Lancar Rp 822,416,572
Working capital to
Hutang Lancar Rp 7,239,999,039 6.05%
total asset ratio
Jumlah Aktiva Rp 6,750,710,973.00
Hutang Lancar Rp 384,478,718
Total debt to capital Hutang Jangka Panjang Rp 4,485,412,185 205.47%
2 Solvabilitas Jumlah Modal Rp 2,370,108,137
Longterm debt to Hutang Jangka Panjang Rp 4,485,412,185
189.25%
equity ratio Jumlah Modal Rp 2,370,108,137
Penjualan Rp Rp 2,239,930,183
Cross profit margin Harga Pokok Penjualan Rp Rp 1,848,664,214 0.175
Penjualan Netto Rp Rp 2,239,930,183
Harga pokok penjualan Rp Rp 1,848,664,214
Operating income Penjualan Netto Rp Rp 2,239,930,183
0.073
ratio Beban Penjualan
Rp 227,167,012
Beban Umum dan Adm
Harga pokok penjualan Rp Rp 1,848,664,214
Penjualan Netto Rp Rp 2,239,930,183
3 Profitabilitas Operating ratio 0.927
Beban Penjualan
Rp 227,167,012
Beban Umum dan Adm
Penjualan Netto Rp Rp 2,239,930,183
Net profit margin 0.005
Keuntungan Netto Rp Rp 10,630,818
Ebit Rp Rp 22,466,564
Earning power 0.003
Jumlah Aktiva Rp Rp 7,239,999,039
Keuntungan Netto Rp Rp 10,630,818
Net Earning 0.001
Jumlah Aktiva Rp Rp 7,239,999,039
Keuntungan Netto Rp Rp 10,630,818
Rate of return 0.004
Jumlah Modal Sendiri Rp Rp 2,370,108,137
Tabel 4.4 Analisis kesehatan perusahaan PT. Toba Pulp Lestari 2022
NO PARAMETER KOMPONEN JENIS BIAYA HASIL
Aktiva Lancar Rp 846,221,320.000
Current Ratio 171.27%
Hutang Lancar Rp 494,082,960.000
Kas Rp 728,866,600.000
Cash Rasio Efek Rp 6,245,977,920.000 1411.67%
Hutang Lancar Rp 494,082,960.000
Kas Rp 728,866,600.000
1 Likuiditas
Efek Rp 6,245,977,920.000
Quick Ratio 1435.43%
Piutang Rp 117,354,720.000
Hutang Lancar Rp 494,082,960.000
Aktiva Lancar Rp 846,221,320.000
Working capital to
Hutang Lancar Rp 494,082,960.000 4.97%
total asset ratio
Jumlah Aktiva Rp 7,092,199,240.000

Hutang Lancar Rp 494,082,960.000


Total debt to
Hutang Jangka 0.67
capital Rp 4,226,951,400.000
Panjang
2 Solvabilitas
Jumlah Modal Rp 2,371,164,880.000
Hutang Jangka
Longterm debt to Rp 4,226,951,400.000
Panjang 1.78
equity ratio
Jumlah Modal Rp 2,371,164,880.000

Penjualan Rp 1,181,649,840.000

Cross profit margin Harga Pokok 0.18


Rp 966,143,360.000
Penjualan
Penjualan Netto Rp 1,181,649,840.000
Harga pokok
Rp 966,143,360.000
penjualan
Penjualan Netto Rp 1,181,649,840.000
Operating income
Beban 0.09
ratio
Penjualan
Rp 112,561,400.000
Beban Umum
dan Adm
Harga pokok
Rp 966,143,360.000
penjualan
Penjualan Netto Rp 1,181,649,840.000
3 Profitabilitas Operating ratio Beban 0.72
Penjualan
Rp 112,561,400.000
Beban Umum
dan Adm
Penjualan Netto Rp 1,181,649,840.000
Net profit margin Keuntungan 0.06
Rp 65,117,920.000
Netto (bersih)
Ebit Rp 215,506,480.000
Earning power 0.03
Jumlah Aktiva Rp 7,092,199,240.000
Keuntungan
Rp 65,117,920.000
Net Earning Netto (bersih) 0.01
Jumlah Aktiva Rp 7,092,199,240.000
Keuntungan
Rp 65,117,920.000
Netto (bersih)
Rate of return 0.03
Jumlah Modal
Rp 2,371,164,880.000
Sendiri
III. PEMBAHASAN
Praktikum ekonomi sumber daya hutan kali ini dilakukan kegiatan
analisis kesehatan perusahaan. Data yang digunakan adalah laporan
keuangan milik PT. Toba Pulp Lestari Tbk pada tahun 2019-2022.
Menurut Najmudin (2011), laporan keuangan merupakan hasil akhir
(output) dari suatu proses pencatatan, yang merupakan ringkasan dari
berbagai transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang
bersangkutan. Pembuatan laporan tersebut bertujuan untuk memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas, perusahaan
yang bermanfaat bagi kalangan pengguna laporan dalam jangka
merencanakan keputusan-keputusan ekonomi serta sebagai pertanggung
jawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
Untuk menganalisis kesehatan perusahaan PT. Toba Pulp Lestari Tbk
selama tahun 2019-2022 data yang diperoleh kemudian dikompilasi untuk
diketahui ada tidaknya kenaikan maupun penurunan baik dari segi hutang
maupun keuntungan.
Untuk menilai kinerja dan kesehatan keuangan suatu perusahaan,
maka dapat dilakukan dengan pengukuran rasio keuangan. Rasio keuangan
ini merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan antara satu
pos laporan keuangan dengan pos keuanagan lainnya yang memiliki
hubungan yang relevan dan signifikan (Harahap, 2011). Rasio keuangan
sendiri terbagi menjadi tiga golongan diantaranya yaitu, rasio likuiditas,
solvabilitas, serta profitabilitas. Rasio keuangan ini nantinya akan berguna
dalam membantu kegiatan evaluasi posisi keuangan dan operasi
perusahaan. Selain itu rasio keuangan juga dapat dijadikan sebagai
gambaran hasil kinerja keuangan suatu perusahaan secara menyeluruh.
Pertama yaitu ada rasio likuiditas, dimana rasio likuiditas
merupakan rasio yang dapat digunakan untuk mengukur likuiditas jangka
pendek suatu perusahaan. Atau dalam kata lain rasio likuditas ini dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek (hutang) tepat pada
waktunya (Hanafi & Halim, 2014). Pengukuran ini dilakukan dengan
memperhatikan aktiva lancar perusahaan yang relatif terhadap hutang
lancarnya. Penilaian likuiditas sendiri terdiri dari rasio lancar atau current
ratio, rasio cepat atau quick ratio, rasio kas atau cash ratio, serta working
capital. Dimana untuk memperoleh nilai dari penilaian-penilaian tersebut
dibutuhkan beberapa komponen seperti aktiva lancar, hutang lancar, kas,
efek, piutang, dan jumlah aktiva. Untuk nilai dari komponen-komponen
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1-Tabel 4.4. Berikut rasio likuiditas PT.
Toba Pulp Lestari Tbk selama tahun 2019-2022.

Gambar 1. Rasio Likuiditas PT. Toba Pulp Lestari Tbk


Periode 2019-2022
Dari gambar grafik tersebut dapat diketahui bahwa dari semua
komponen rasio baik itu current ratio, cash ratio, quick ratio, ataupun
working capital to total asset ratio mengalamai kenaikan secara progresif
dari tahun 2019-2021 namun mengalami penurunan pada tahun 2022. Dari
hasil tersebut dapat memperlihatkan kinerja keuangan yang sangat baik
pada tahun 2010-2021 dan mengalami penurunan kinerja keuangan pada
tahun 2022. Rinciannya sebagai berikut, pada perhitungan current ratio
tahun 2019-2021 mengalami kenaikan disebabkan adanya peningkatan
pada jumlah aktiva dan penurunan pada hutang lancar. Sehingga dapat
diketahui bahwa perusahaan tersebut mampu membayar kewajibannya
yang jatuh tempo dalam tahunnya yaitu pada tahun 2019-2021. Pada tahun
2022 turun dikarenakan hutang lancar mengalami kenaikan yang cukup
signifikan sehingga perusahaan tidak mampu untuk membayar kewajiban
yang jatuh tempo dan kurun waktu satu tahun walaupun jika dilihat aktiva
lancar mengalami kenaikan namun tidak bisa menutupi kewajiban atau
hutang lancar perusahaan.
Pada perhitungan cash ratio bertujuan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan
mengunakan aktiva yang lebih likuid untuk membayar kewajiban yang
harus segera dipenuhi dengan kas yang tersedia. Dilihat dari perhitungan
pada Tabel 4.1- Tabel 4.4, diketahui bahwa perusahaan pada tahun 2019-
2021 bisa menjamin hutang lancar dengan menggunakan kas dan setara
kas (efek) karena angka rasio bagi perusahaan ini dibawah angka minimal
1, namun pada tahun 2022 rasio ini mengalami penurunan dikarenakan
hutang lancar lebih besar dibandingkan jumlah kas dan setara kas (efek).
Semakin besar angka rasio ini semakin baik bagi perusahaan karena
perusahaan semakin mampu menjamin utang lancarnya dengan aktiva
yang lebih lancar yang dimiliki perusahaan.
Pada perhitungan quick ratio bertujuan untuk menunjukkan
kemampuan aset lancar yang likuid dalam memenuhi kewajiban lancar,
persediaan tidak diikutsertakan karena relatif sulit untuk dicairkan menjadi
kas. Dimana komponen yang digunakan untuk perhitungan ini yaitu
jumlah kas, efek, dan piutang dan dibagi dengan hutang lancar. Dari hasil
perhitungan menunjukkan bahwa perusahaan mampu menjamin utang
lancar dengan menggunakan asset yang likuid selama periode 2019-2022
dikarenakan rasionya lebih dari 1, namun mengalami penurunan pada
tahun 2022 namun masih dapat menjamin utang lancar pada tahun tersebut
dikarenakan nilai ratio lebih dari satu pada tahun tersebut. Semakin besar
angka rasio ini semakin baik bagi perusahaan karena perusahaan semakin
mampu menjamin utang lancarnya dengan aktiva yang lebih lancar (likuid)
yang dimiliki perusahaan.
Komponen lain dari rasio ini yaitu net working capital atau dapat
juga disebut dengan modal kerja bersih. Dimana komponen ini dapat
menjadi indikasi yang cocok dalam mengetahui kesehatan finansial dari
sebuah perusahaan. Nilai net working capital ini diperoleh dari
pengurangan antara aktiva lancar dengan hutang lancar kemudian dibagi
dengan jumlah aktiva, dimana diperoleh nilai net working capital pada
tahun 2019 sebesar -9,38. Untuk nilai pada tahun 2020 diketahui sebesar
-2,95. Pada tahun 2021 diketahui sebesar 6,05. kemudian pada tahun 2022
diketahui sebesar 4,97. Menurut Ermawati (2011) nilai net working capital
akan dikatakan baik apabila nilainya positif dibandingkan negatif.
Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai net working capital yang dihasilkan
oleh PT. Toba Pulp Lestari Tbk pada periode 2019-2022 memiliki
perubahan yang cukup baik dari tahun ke tahun.

Gambar 2. Rasio Solvabilitas PT. Toba Pulp Lestari Tbk


Periode 2019-2022
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban-
kewajiban jangka panjangnya. (Hanafi dan Halim, 2014). Rasio
solvabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka
panjang (Bambang dan Riyanto, 2001). Dimana yang termasuk dalam
rasio solvabilitas adalah total debt to capital asset ratio serta longterm
debt to equity ratio. Beberapa komponen yang dibutuhkan dalam
perhitungan dua rasio ini diantaranya yaitu hutang lancar, hutang jangka
panjang, dan jumlah modal. Data tersebut didasarkan pada laporan
keuangan pada tahun 2019-2022.
Total debt to capital asset ratio merupakan rasio yang digunakan
untuk menggambarkan sampai sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh
aktiva. diketahui bahwa perusahaan mampu menjamin keseluruhan utang
perusahaan dengan aktiva yang dimiliki. Pada tahun 2019 sampai dengan
tahun 2020 tidak terdapat perubahan yang signifikan yaitu sebesar 0,69
dan 2,02. Kemudian pada tahun 2021 rasio mengalami kenaikan yang
cukup drastis dimana nilai rasio ini sebesar 205,4. Kemudian pada tahun
2022 menunjukkan nilai sebesar 0,67. Rasio ini dikatakan semakin baik
apabila semakin rendah angka rasio atau total aktiva semakin memiliki
kemampuan untuk menjamin total utang perusahaan.
Kemudian komponen rasio longterm debt to equity ratio bertujuan
untuk menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi
hutang-hutang pada pihak luar dan digunakan untuk mengukur hingga
sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang (Malasulastri, 2018). Dari
perhitungan yang telah dilakukan, diketahui bahwa setiap tahun
perusahaan tidak mampu menjamin keseluruhan utang dengan modal yang
dimiliki perusahaan, karena total hutang perusahaan lebih besar dari modal
sendiri yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan
perhitungan rasio perusahaan yaitu sebesar 48,58% dimana rasio diatas
angka maksimal yaitu 1. Rasio ini dikatakan semakin baik apabila semakin
rendah angka rasio, sebab total utang perusahaan dapat dijamin dengan
modal sendiri.
Kemudian dilakukan analisis rasio profitabilitas, dimana
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan profitabilitas pada tingkat
penjualan, aset, dan modal saham tertentu (Hanafi dan Halim, 2014).
Kemudian profitabilitas juga didefinisakan sebagai rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang berhubungan
dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Agus dan Sartono,
2001). Dimana yang termasuk dalam rasio profitabilitas diantaranya yaitu
gross profit margin, operating income ratio, operating ratio, net profit
margin, earning power, net earning serta rate of return.
Gross profit margin merupakan rasio yang bertujuan untuk
menunjukkan berapa besar presentase dalam menghasilkan laba kotor
yang diperoleh dengan meminimalkan beban pokok penjualan. Rasio ini
diperoleh dengan mengurangi hasil penjualan dengan harga pokok
penjualan kemudian dibagi dengan penjualan netto. Dari hasil perhitungan
yang dilakukan, diketahui bahwa setiap tahun perusahaan mampu
menghasilkan keuntungan dimana nilai yang dihasilkan tidak ada yang
negatif. Pada tahun 2019-2022 nilai GPM ini terjadi kenaikan progresif.
Semakin besar rasio GPM, perusahaan mampu memaksimalkan
pendapatan bersihnya.
Berikutnya yaitu operating income ratio atau operating profit
margin. Operating profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk
menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam
memaksimalkan penjualan untuk laba operasi.. OPM ini juga dapat
diartikan sebagai penilaian kemampuan perusahaan dalam hal
meningkatkan laba sebelum bunga dan juga pajak dibandingkan dengan
penjualan yang telah dilakukan oleh perusahaan. Dimana nilai yang
dihasilkan dapat menjadi gambaran yang akurat mengenai bagaimana
kemajuan bisnis yang tengah beroperasi. Rasio ini juga mampu
merepresentasikan keuntungan murni yang diterima perusahaan atas
adanya penjualan yang telah dilakukan. Nilai operating income diperoleh
dari pengurangan penjualan netto dengan harga pokok penjualan serta
biaya admin kemudian dibagi dengan penjualan netto. Dari hasil
perhitungan yang telah dilakukan pada PT. Toba Pulp Lestari Tbk
menunjukkan bahwa perusahaan perusahaan mengalami kerugian pada
tahun 2019-2020 -0,12 dan -0,05, dimana nilai dari OPM ini bernilai
negatif (-0,12 dan -0,05), namun tahun setelahnya yaitu pada tahun 2021-
2022 berangsur naik yaitu sebesar 0,073 dan 0,09. Semakin besar rasio
maka perusahaan mampu menekan biaya-biaya perusahaan sehingga laba
operasi meningkat.
Selanjutnya operating ratio diperoleh dari penjumlahan harga
pokok penjualan dengan biaya administrasi yang kemudian dibagi dengan
penjualan netto. Dari data tersebut diketahui bahwa nilai operating ratio
pada perusahaan tersebut cukup fluktuatif namun tidak terlalu signifikan.
Selanjutnya yaitu dilakukan perhitungan net profit margin. Menurut
Bastian & Suhardjono (2006), perhitungan rasio ini bertujuan untuk
mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih
atas penjualan yang dilakukan perusahaan. Dimana rasio ini
mencerminkan efisiensi seluruh bagian mulai dari produksi, personalia,
pemasaran serta keuangan pada perusahaan. Semakin besar nilai NPM
yang dihasilkan, maka kinerja suatu perusahaan akan semakin produktif
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamankan
modalnya pada perusahaan tersebut. Nilai NPM ini diperoleh dari
pembagian antara keuntungan bersih sesudah pajak dengan penjualan
netto. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata nilai NMP PT.
Toba Pulp Lestari tersebut sebesar 0,099%, angka ini jauh di bawah
standar industri untuk rasio NPM, dimana standar rasio industry untuk
NMP yaitu sebesar 20%. Dengan kata lain kinerja keuangan perusahaan
ini dalam kategori kurang baik.
Earning power of total investment atau ROA digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum
bunga dan pajak atau laba bersih dengan menggunakan total aktiva yang
dimiliki perusahaan. Nilai earning power of total investment diperoleh dari
pembagian ebit dengan jumlah aktiva, Standar industri untuk rasio ROA
menurut Kasmir (2014) adalah sebesar 30%, dilihat rata-rata ROE pada
PT. Toba Pulp Lestari Tbk tahun 2019sampai dengan 2022 sebesar
0,026%, berada di bawah standar industri. Hal tersebut dikarenakan
jumlah aset perusahaan tidak mengalami perubahan yang signifikan dari
tahun ke tahun akan tetapi terjadi penurunan pada laba bersih perusahaan
dan faktor-faktor lain sehingga membuat rasio menjadi kecil. Artinya
perusahaan kurang menghasilkan laba dengan menggunakan aset
perusahaan. Kinerja keuangan PT. Toba Pulp Lestari Tbk berada pada
kategori kurang baik. Ini diakibatkan laba perusahaan yang kecil
dibandingkan aset perusahaan.
Rasio selanjutnya yaitu net earning atau rate of return investment
(ROI) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan pendapatan
bersih. Atau dalam kata lain net earning ini merupakan presentase profit
yang dapat diperoleh dari total jumlah aset yang diinvestasikan. Net
earning diperoleh dari pembagian netto dengan jumlah aktiva. Dari
perhitungan yang telah dilakukan diketahui bahwa rata-rata dari nilai net
earning ini sebesar 0,015 atau 1,5% pada 4 tahun terakhir. Hal ini berarti
setiap Rp.1,5 dari biaya investasi yang dikeluarkan, mampu menghasilkan
laba bersih atau pendapatan bersih sebesar 1,5%, dimana nilai yang
dihasilkan ini masih tergolong rendah. Menurut Romadhani et al. (2016)
semakin tinggi nilai ROI, semakin baik kinerja perusahan dalam
memaksimalkan profitabilitas. Sebaliknya, semakin rendah nilai ROI
maka semakin tidak efektif pula perusahaan dalam menghasilkan
profitabilitas.
Identifikasi terakhir terhadap analisis profitabilitas yaitu
melakukan perhitungan terhadap rasio rate of return. Rasio ini digunakan
untuk mengukur kemampuan modal sendiri yang diinvestasikan dalam
menghasilkan pendapatan bagi pemegang saham. Nilai rate of return
diperoleh dari pembagian keuntungan neto sesudah pajak dengan jumlah
modal sendiri. Dimana diperoleh rata-rata nilai rate of return pada empat
tahun terakhir (2019-2022) sebesar 0,046 atau 4,6%. Hal ini berarti bahwa
setiap modal yang ditanam oleh suatu perusahaan pada PT. Toba Pulp
Lestari Tbk mampu menghasilkan laba sebesar 4,6%.

IV. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Kinerja keuangan PT. Toba Pulp Lestari Tbk berdasarkan rasio
likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya yang diukur melalui indikator
current ratio, quick ratio dan cash ratio.
2. Kinerja keuangan PT. Toba Pulp Lestari Tbk berdasarkan rasio
solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjang yang diukur melalui Total Debt
to Asset Ratio dan Debt to Equity Ratio.
3. Kinerja keuangan PT. Toba Pulp Lestari Tbk berdasarkan rasio
profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan PT.
Toba Pulp Lestari Tbk dalam menghasilkan keuntungan profitabilitas
pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu melalui
indikator gross profit margin (GPM), operating income ratio,
operating ratio, net profit margin, earning power, net earning serta
rate of return.
V. DAFTAR PUSTAKA
Agus., & Sartono. (2001). Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga. Penerbit
BPFE, Yogyakarta.
Bambang dan Riyanto. (1995), Dasar dan Pembelajaran Perusahaan,
Edisi Ketiga, cetakan Keempat Belas, Penerbit Gajah Mada,
Yogyakarta.
Bastian, Indra dan Suhardjono. (2006). Akuntansi Perbankan. Edisi 1.
Jakarta: Salemba Empat.
Ermawati, W. J. (2011). Pengaruh Working Capital Management Terhadap
Kinerja Dan Resiko Perusahaan. Jurnal Manajemen Dan
Organisasi, 2(1).
Hanafi MM dan Halim A. (2004). Analisis Laporan Keuangan.
Yogyakarta:UPP STIM YKPN.
Harahap SS. 2011. Teori Akuntansi. Edisi Revisi.Cetakan. Kesebelas.
Rajawali:Pres.Jakarta.
Kasmir. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:Rajawali Pers.
Malasulastri, S.I. (2018). Analisis Laporan Keuangan untuk Mengukur
Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Indah Kiat Pulp & Paper
Tbk Periode Tahun 2006-2015. Skripsi. Bogor: Fakultas Ekonomi
Universitas Pakuan.
Najmudin (2011). Manajemen Keuangan Dan Aktualisasi Syariyyah
Modern. Yogyakarta: Andi Publisher.
Romadhani., dkk. (2016). Analisis Rasio Likuiditas, Rentabilitas dan
Solvabilitas Untuk Mengukur Kinerja Keuangan. Jurnal
Manejemen Dan Kewirausahaan, 3(2).

Anda mungkin juga menyukai