Keterangan:
1. Warna merah jangan di contoh sekedar penjelasan
2. Bab, pasal dan ayat di ganti sesuai tugas masing-masing mhs
3. Boleh tambah bab, pasal dan ayat sesuai popint 2
4. Tambah mencari rujukan atau contoh RKS lain
5. Jika tugas mhs sudah ada RKS, tinggal disesuaikan/ revisi secukupnya.
Menurut Ilah (2011), Rencana Kerja dan Syarat atau yang sering disebut RKS
merupakan dokumen yang berisi sekumpulan persyaratan baik persyaratan administratif
maupun persyaratan teknis yang diberlakukan pada perencanaan bangunan tertentu.
Pada umumnya RKS terdiri atas RKS administrasi dan RKS Teknis. RKS
Administratif terdiri dari persyaratan administrasi dan umum. Sedangkan RKS Teknis
terdiri dari RKS Arsitektural, RKS Struktural, dan RKS Mekanikal Elektrikal (ME).
Susunan daftar isi dalam sebuah dokumen RKS pada umumnya terdiri atas BAB-BAB.
Setiap BAB menjelaskan tentang definisi maupun kriteria persyaratan tertentu.
Dalam dokumen RKS Administrasi dan Umum, memuat persyaratan yang
berkaitan dengan pelaksana pembangunan, prinsip pembangunan, rencana anggaran
pelaksanaan, imbalan jasa / honorarium, hingga pemeriksaan dan penyerahan bangunan
serta pemeliharaan bangunan. Muatan yang terdapat di dalamnya diantara definisi, tugas,
wewenang dan tanggung jawab, dasar hukum, maupun persyaratan yang ditetapkan pihak
perencana.
Salah satu contoh dokumen RKS Administrasi dan Umum menurut Ilah (2011),
terdapat di dalamnya beberapa BAB yakni:
1. Pemberi Tugas
2. Tim Pelaksana Pembangunan
3. Dasar-Dasar Pelaksanaan
4. Sumber Pembiayaan
5. Prinsip Dasar Pembangunan
6. Etika Pembangunan
7. Persyaratan Kualifikasi Tim Pelaksana Pembangunan
8. Rencana Anggaran Pelaksanana
9. Jadwal Waktu Pelaksanaan
10. Pembayaran Biaya Pembangunan
11. Imbalan Jasa/ Honorarium
12. Pemeriksaan dan Penyerahan Bangunan
13. Masa Pemeliharaan
14. Penutup
Pada bagian Penutup, biasanya disebutkan bahwa persyaratan yang belum termuat dalam
dokumen RKS Administrasi dan Umum, akan diatur lebih lanjut dalam dokumen lain
sesuai dengan kesepakatan.
`57
58
BAB 1
Nama Proyek Dan Lingkup Pekerjaan
d. Pembuatan bak
kontrol
1.4.3 Pekerjaan Instalasi Listrik
a. Pekerjaan kabel
b. Pekerjaan stop kontak dan saklar
c. Pekerjaan pemasangan titik lampu pada instalasi listrik
d. Penyambungan ke saluran induk PLN
1.4.4 Pekerjaan Instalasi penangkal petir
a. Dilaksanakan secara konvensional, dipasang pada atap bangunan
dengan menggunakan kawat BC 50 mm2, termasuk saluran yang turun
ke bawah (down conductor).
b. Ujung tongkat penerima petir setinggi 1 m dari puncak bangunan.
c. Saluran BC tersebut dipasang pada klem penyangga dengan jarak klem
50 cm satu dengan lainnya.
d. Pada tempat dimana pipa pertahanan (ground rod) ditancapkan, harus
dibuat bak kontrol yang dibuat di luar lantai bangunan.
e. Titik pertahanan untuk penangkal petir harus dipisahkan dengan titik
pertahanan panel.
f. Saluran BC dari bak kontrol ke tepi bangunan harus dilindungi dengan
pipa galvanis ¾ , bak kontrol tersebut harus diberi tutup.
g. Saluran BC yang dipasang vertikal pada tembok bagian tepi luar bangunan
harus dilindungi dengan pipa PVC 1, setinggi 2,5 m dari lantai.
h. Saluran BC untuk down conductor ditarik sepanjang kolom beton
bangunan, dengan cara ditanam pada plesteran beton dengan dilindungi pipa
PVC AW 1, saluran ini tidak boleh ada sambungan dalam pipa.
i. Saluran BC untuk seluruh sistem pertahanan ini tidak boleh ada sambungan
pada tempat yang tidak semestinya.
j. Elektroda tanah menggunakan elektroda dengan pipa galvanis 1,5,
dengan kawat BC 50 mm2, minimal sedalam 6 m harus mencapai titik air.
k. Besarnya sebar elektroda tanah tersebut tidak boleh lebih dari 2 ohm
60
BAB 2
Tenaga Kerja Dan Peralatan
BAB 3
Bahan Dan Mutu Pekerjaan
BAB 4
Peraturan Teknis Yang Digunakan Dan
Tangung Jawab Kontraktor
4.1 Umum
Pedoman pelaksanaan yang diatur oleh pemerintah pembangunan yang sah berlaku
di Indonesia sepanjang tidak ditetapkan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
yang harus ditaati selama pelaksanaan Surat Perjanjian Pekerjaan Pemborongan
adalah :
a Kepres No. 16/ 1994
b SK SNI T-15-1991-03 tentang peraturan beton
c N.I 3- Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (PUBB)
1983 f N.I 5- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) 1961
g N.I 8 Peraturan Semen Portland Indonesia 1973
h N.I 18- Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPI)
1983 i Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987
j Peraturan Umum Instalasi Air Minum (AVWI)
k Pearturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Umum Dinas Keselamatan
Kerja No. 3 1958 dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja
4.2 Khusus
Untuk melaksanakan pekerjaan seperti yang tersebut dalam BAB 28, maka berlaku
dan mengikat :
a Berita Acara Pengumuman Pemenang Pelelanganggg
64
ffffff
b SK Pimpro tentang penunjukan kontraktor
(Gunning) c Surat Kesanggupan Kerja
d Surat Perintah Kerja
e Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
f Gambar bestek
g RKS beserta lampiran-lampirannya
h Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
i Kontrak Pelaksanaan dan Addendumnya (jika ada)
j Shop Drawing yang diajukan kontarktor yang disetujui Konsultan Pengawas dan
atau Pengelola teknis Proyek untuk dilaksanakan
k Time Schedule yang diajukan oleh kontraktor yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan Pengelola Proyek.
4.3 Tanggung Jawab Kontraktor
Sesuai dengan K.U.H Perdata BAB 1609 Kontraktor bertanggungjawab 10 tahun
fisik untuk segala kerusakan konstruksi yang disebabkan penggunaan mutu bahan
yang buruk atau pelaksanaan seharusnya yang menyimpang, atau sewaktu
penyelenggaraan seharusnya secara wajar kontraktor mengetahui kapan dengan jelas
dan nyata terjadi hal ikhwal yang seharusnya dijadikan alasan untuk mengadakan
perubahan penyempurnaan tetapi hal tesebut tidak disampaikan kepada Pengelola
Proyek, dengan demikian batas waktu dalam BAB 54 A. V 1941 tidak diberlakukan.
BAB 5
Penjelasan Rks Dan Gambar
5.1 Penjelasan Gambar
a Bila terdapat perbedaan antara gambar rencanan dan gambar detail maka yang
harus diikuti adalah gambar detail.
b Bila terdapat skala gambar dan ukuran yang tertulis dalam gambar berbeda,
maka ukuran dalam gambar yang berlaku.
c Bila rekanan meragukan tentang perbedaan antara gambar yang ada, baik
konstruksi maupun ukurannya, maka rekanan berkewajiban untuk menanyakan
kepada Konsultan Pengawas secara tertulis.
65
d Dalam hal ini terjadi penyimpangan detail antara gambar bestek dan keadaan di
lapangan, kontraktor dapat mengajukan gambar kerja (shop drawing) yang sesuai
dengan kondisi lapangan dan mempergunakannya dalam pelaksanaan dengan
persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
e Di dalam semua hal bila terjadi pengambilan ukuran yang salah adalah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
f Apabila dalm gambara disebutkan lingkup pekerjaan atau ukuran, sedang
dalam RKS tidak disebutkan, maka gambar yang harus dilaksanakan.
5.2 Penjelasan RKS
a Pada RKS tentang Syarat-syarat Teknis termuat lingkup pekerjaan, spesifikasi
bahan yang digunakan dan syarat-syarat pelaksanaan.
b Apabila dalam gambar tidak tercantum lingkup pekerjaan, ukuran dan jumlah
sedangkan dalam RKS pada lingkup pekerjaan tercantum, maka kontraktor terikat
untuk melaksanakannya.
BAB 6
Pekerjaan Persiapan
6.1 Lingkup Pekerjaan
a Memasang pagar pengaman di lokasi, sehinga tidak akan mendapat gangguan.
b Mengadakan komunikasi dengan instansi terkait dalam rencana pembangunan ini.
66
BAB 7
Rencana Kerja
7.1 Rencana Kerja
a Rencana kerja dibuat oleh kontraktor berupa bar chart, yang memuat prestasi
rencanan kerja dalam persen, dengan persetujuan dari Pemberi Tugas, serta
69
BAB 8
Penjagaan
BAB 9
Pekerjaan Tidak Baik
BAB 10
Pekerjaan Tanah
10.1 Lingkup Pekerjaan
10.1.1 Pekerjaan Galian
Galian tanah pondasi, bak-bak kontrol, saluran-saluran instalasi listrik/ air,
sumur, septictank, dan peresapan serta bagian-bagian yang ditunjukkan dalam
gambar.
10.1.2 Pekerjaan Urugan pada Bangunan
a Urugan tanah bekas lubang galian dan di bawah lantai untuk
peninggian permukaan.
b Urugan pasir dibawah pondasi dan lantai.
10.2 Bahan-Bahan
10.2.1 Urugan Tanah
a Bahan urugan berupa tanah urug harus bersih dari kotoran, humus dan
organisme lainnya yang dapat mengakibatkan penyusutan atau
perubahan kepadatan urugan pasir itu sendiri.
b Tanah urug dapat digunakan tanah bekas galian dengan
syarat pelaksanaan khusus.
10.2.2 Pasir Urug
Pasir urug harus berbutir halus dan bergradasi tidak seragam.
10.3 Syarat-syarat Pelaksanaan
10.3.1 Pekerjaan Galian
a Kedalaman galian pondasi minimal sesuai gambar, atau telah
mencapai tanah keras. Yamg dimaksud dengan tanah keras adalah
tanah dengan kemampuan daya dukung 1 kg/cm2.
b Apabila sampai kedalaman tersebut pada point a, belum mendapatkan
tanah keras, maka kontraktor harus menghentikan pekerjaan galian dan
dikonsultasikan dengan Direksi dan Konsultan Perencana untuk mendapat
pemecahan sebaik-baiknya.
c Apabila di dalam melaksanakan penggalian kedalaman pada tanah keras
lebih dalam, dan untuk mendapatkan kedalaman yang sesuai dengan
kedalaman yang dimaksud dalam gambar, mka penyesuaian kedalaman
72
BAB 11
Pekerjaan Pasangan Dan Plesteran
e Acian dengan menggunakan air PC, setelah agak kering, permukaan acian
digosok dengan kertas semen.
11.2 Bahan-Bahan
11.2.1 Batu Kali
a Batu kali adalah dengan ukuran 5/20, utuh tidak porous.
b Apabila merupakan batu yang dipecah harus bersudut runcing dan tajam.
11.2.2 Batu bata
a Batu merah harus berkualitas baik, ukuran minimal sesuai dengan
yang ada dipasaran.
b Mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang sisinya datar,
padat dan tidak menunjukkan retak-retak.
c Kuat tekan minimal 30kg/cm2, hasil pembakaran kayu.
d Apabila dilakukan pemeriksaan dengan menggoreskan ujungnya pada
rusuk yang panjang pada bidang keras dan kasar sepanjang 1 meter,
maka panjangnya berkurang akibat aus maksimum 1 cm.
11.2.3 Semen Portland (PC)
Semen portland harus menggunakan semen gresik, tiga roda, semen pedang
atau merk lain yang sekualitas dan yang digunakan harus satu jenis merk
pabrik.
11.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan
11.3.1 Pasangan Pondasi Batu Kali
a Setelah pasir urugan diatas tanah galian mencapai kepadatan yang
diisyaratkan, dan tebalnya telah diukur sesuai dengan rencana, maka dapat
di pasang aanstamping.
b Pasangan aanstamping harus saling mengisi antara batu kali,
sehingga merupakan landasan batu kali yang utuh dan padat.
c Kemudian rongga-rongga antara batu kali pada aanstamping diisi pasir
urug dan diberi air hingga padat.
d Pondasi batu kali dipasang diatas aanstamping dengan bentuk dan
ukuran sesuai gambar.
e Sebelum dipasang batu untuk pondasi harus dibasahi dengan air
secukupnya sehingga dapat melekat dengan sempurna.
75
BAB 12
12.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Beton
12.1.1 Campuran 1PC : 3Ps : 5Kr (pecah tangan atau pecah mesin)
Untuk pekerjaan beton tidak bertulang seperti lantai kerja untuk pondasi
beton, beton rabat dan beton tumbuk.
12.1.2 Pekerjaan Beton Struktural
Pekerjaan beton struktural, kolom struktur, konsol, balok, dan lain-lainnya,
dalam arti pekerjaan beton yang bukan praktis dengan pengawasan ketat
dengan mengikuti persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam SK SNI T-
15-1991-03, serta pengawasan yang ketat terhadap mutu.
12.2 Bahan-Bahan
12.2.1 Umum
78
BAB 13
Pekerjaan Lantai/ Pelapis Dinding
BAB 14
Pekerjaan Pintu/ Jendela
14.1 Lingkup Pekerjaan
a Pembuatan dan pasang kusen.
b Pembuatan dan pasang daun pintu lapis teakwood, daun pintu lapis alumunium
dan daun jendela.
14.2 Bahan-bahan
a Panil daun pintu
Panil daun pintu dari bahan kayu kamper dengan tebal 1 cm kering oven.
b Slimar daun-daun pintu
1. Bahan slimar dari kayu kamper.
2. Slimar daun pintu teakwood dan aluminium seluruhnya 3,5/ 10 cm.
3. Slimar daun pintu panil bagian bawah ukuran 3,5/20 cm. Bagian yang lain
3,5/10 cm.
14.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan
a Semua sambungan kayu dilaksanakan sesuai dengan detail, dikerjakan
dengan benar dan rapi.
b Untuk alat sambungnya dapat digunakan pasak bambu dan paku.
c Ambang tegak kusen yang menempel dinding harus dipasang angkar dari besi 8
mm dengan panjang dan banyaknya sesuai dengan gambar kerja.
d Semua pekerjaan kayu harus dimeni terlebih dahulu sebelum dilakukan
finishing. e Pemasangan kaca pada daun jendela dilakukan jika telah dirasakan
aman dari
gangguan pekerjaan.
f Pada setiap kaki kusen dipasang nuet dengan campuran 1PC : 2 Pasir setinggi 15
cm.
87
BAB 15
Pekerjaan Konstruksi Penahan Atap
b Kuda-kuda baja harus diangkat dengan baik, agar tidak terjadi puntiran-
puntiran pada waktu pengangkatan.
c Digunakan ikatan sementara pada saat pelaksanaan pengangkatan dan
pemasangan kuda-kuda, dan akan dilepas setelah diberikan
pengikatan yang tetap.
d Konstruksi rangka atap yang dpasang harus koplanar, sesuai dengan
gambar rencana.
e Pelapisan permukaan baja dengan meni dapat dilaksanakan sebelum atau
sesudah pemasangan.
BAB 16
Pekerjaan Atap
16.1 Lingkup Pekerjaan
a Pasang kuda-kuda baja jenis single beam dan
gording. b Pasang penutup atap.
16.2 Bahan-Bahan
16.2.1 Kuda-kuda dan Gording
a Kuda-kuda single beam baja WF 175.150.5,5.8
b Gording baja cannal 150.50.20.4,5
16.2.2 Genteng dan Bubungan
a Genteng karangpilang dan bubungan beton atau sekualitas.
b Model genteng dan bubungan type portugies dengan warna
alami pembakaran.
16.3 Syarat-syarat pembakaran
16.3.1 Pasang usuk dan reng
a Usuk dipasang dengan jarak as ke as max. 50cm.
b Setelah usuk terpasang, bagian terakhir rangka atap adalah reng, yang
dipasang dengan jarak reng sesuai dengan spesifikasi genteng.
c Setiap selesai pemasangan usuk maupun reng dilakukan pemeriksaan
kerataan permukaan.
90
BAB 17
Pekerjaan Langit-Langit
BAB 18
Alat Penggantung/ Pengunci, Besi Dan Kaca
BAB 19
Pekerjaan Pengecatan
BAB 20
Pekerjaan Instalasi Listrik
b Pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa pada saat penyerahan pertama
(serah terima pekerjaan pertama), instalasi pekerjaan tersebut sudah dapat
dipergunakan.
20.2 Kabel Daya.
20.2.1 Instalasi dan pemasangan kabel.
a. Bahan.
Semua kabel yang akan dipergunakan untuk instalasi listrik harus
memenuhi peraturan SII dan SPLN. Semua kabel harus baru dan harus
jelas ukuran, jenis kabel, nomor dan jenis pintalannya.
Semua kabel dengan penampang 6 mm2 keatas harus jenis pilin
(stranded) dan instalasi tidak boleh memakai kabel dengan penampang
lebih lecil dari 2,5 mm2.
Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai adalah dari tipe:
(i). Untuk instalasi penerangan adalah NYA/NYM dengan conduit pipa
PVC.
(ii). Untuk kabel distribusi digunakan NYA dan penerangan taman
dengan mengunakan kabel NYFGBY.
Semua kabel NYA yang ditanam di dalam perkerasan (tembok, jalan,
beton dll) harus berada didalam conduit PVC kelas AW yang disesuaikan
dengan ukurannya, dan harus diklem.
b. Splite/pencabangan.
(i). Tidak diperkenankan adanya “splite” pencabangan ataupun
sambungan-sambungan baik dalam feeder maupun cabang-cabang,
kecuali pada outlet atau pada kotak-kotak penghubung yang bisa
dipakai.
(ii). Semua sambungan kabel baik didalam junction box, panel ataupun
tempat lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari
lembaga yang diisolasi dengan porselen atau bakelit ataupun PVC,
yang diameternya di sesuaikan dengan diameter kabel.
c. Bahan isolasi.
Semua bahan isolasi untuk pencabangan, conection dan lain-lain seperti
karet, PVC asbes tape sintetis, resin, splice case, composit dan lain-lain
95
harus dari tipe yang disetujui, untuk penggunaa dan lainnya harus
dipasang memakai cara yang disetujui oleh pabrik atau menurut anjuran
yang ada.
d. Penyambungan kabel.
(i). Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambungan yang sudah ditentukan (misalnya junction box).
(ii). Kabel-kabel disambung sesuai dengan warna atau nama masing-
masing, serta sebelum dan sesudah penyambungan harus dilakukan
pengetesan tahanan isolasi
(iii). Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan dan dilapisi
dengan timah putih dan kuat.
(iv). Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan
pipa PVC/protolen yang khusus untuk listrik.
20.2.2 Penerangan dan Stop Kontak.
a. Lampu dan Armatur.
1. Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai
terminal pentanahan (grounding).
2. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan stater dan terminal box harus
cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang
ditimbulkan tidak menggangu kelangsung kerja dan unsur teknis
komponen lampu itu sendiri.
3. Ventilasi didalam box harus dibuat dengan sempurna. Kabel dalam box
harus diberikan saluran klem-klem tersendiri, sehingga tidak menempel
pada balast atau kapasitor.
4. Box terbuat dari plat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan
karat, kemudian di cat oven warna putih.
5. Ballast harus dari jenis “low loss ballast” dan harus dapat dipergunakan
single lampu balast (satu lampu flourentscent).
b. Stop Kontak Biasa.
Stop kontak biasa yang dipakai untuk pemasangan di dinding adalah stop
kontak satu phasa, rating 250 volt, 13 ampere,.
c. Stop Kontak Khusus (SKK).
96
Stop kontak khusus yang dipakai adalah stop kontak satu phasa, untuk
pemasangan rata dinding dengan ketinggian 120 cm diatas lantai, SKK
harus mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan.
d. Saklar Dinding.
Saklar harus dari tipe untuk pemasangan rata dinding, tipe in
bouw dengan rating 250 volt, 10 ampere, single gang, double
gang.
e. Junction Box Untuk Saklar dan Stop Kontak.
1. Junction box harus dari bahan metal dengan kedalaman tidak kurang
dari 35 mm.
2. Kontak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan.
3. Saklar atau stop kontak dinding terpasang pada juction box dengan
menggunakan baut atau ditanamkan dalam dinding.
f. Kabel Instalasi.
1. Pada umumnya kabel untuk instalasi penerangan dari instalasi stop
kontak harus dari kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti
atau lebih (kabel jenis NYM).
2. Kabel harus mempunyai penampang minimal 2,5 mm2.
3. Kode warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL sebagai
berikut :
(i). Fasa 1 : Merah
(ii).Fasa 2 : Kuning
(iii). Fasa 3 : Hitam
(iv). Netral : Biru
(v). Tanah (ground) : hijau-kuning
BAB 21
Pekerjaan Plambing
a Sambungan pipa PVC untuk air bersih dengan sambungan lem PVC
(Solvent) untuk pipa diameter 3“ kebawah.
b Untuk katup/Valve/ Stop Kran yang mempunyai 2” ke bawah mengunakan
katup penutup dengan sistem penyambungan pakai ulir/screwed.
c Selanjutnya untuk katup 3/4” kebawah dipakai katup tipe bola (global).
d Yang lebih besar dari 3/4” dipakai katup pintu (Gate Valve/Stop Kran) yang
berkualitas baik.
21.2.3 Pemasangan penyambungan pipa-pipa.
a Untuk fiting-fiting sambungan harus dari jenis standar yang dikeluarkan
oleh pabrik dan disetujui oleh Konsultan Lapangan.
b Sistem sambungan bisa memakai Ring Gaskets/ Rubbert Ring Join, untuk
dimensi 2” digunakan lem/solvent semen.
21.3. Pemasangan fixtures, fiting dan sebagainya.
1. Semua Fixtures harus dipasang dengan baik dan didalamnya bebas dari
kotoran yang akan menggangu aliran atau kebersihan air dan harus
terpasang dengan kokoh (rigit) ditempatnya dengan tumpuan yang
mantap.
2. Semua fixtures fiting, pipa-pipa air pemasangannya harus rapih, kuat
dalam kedudukannya dan tidak mengganggu pada waktu pemasangan
dinding keramik dan sebagainya. Penggantungan/penumpu pipa/klem-
klem.
21.4 Pipa tegak dalam tembok dan diluar tembok.
Pipa tegak yang menuju ke fixtures harus dimasukan dalam tembok.
Kontraktor harus membuat alur-alur atau lubang yang diperlukan pada
tembok sesuai dengan kebutuhan pasangan pipa dan diklem, harus ditutup
kembali sehinga pipa tidak kelihatan dari luar. Cara-cara penutupan kembali
harus seperti semula dengan penyelesaian yang rapi sehingga tidak terlihat
bekas pasangan.
Pemasangan pipa-pipa harus dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pemasangan pipa harus dilaksanakan sebelum finising dinding /plesteran
dan langit-langit dilaksanakan.
10
0