Anda di halaman 1dari 44

CONTOH RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

Keterangan:
1. Warna merah jangan di contoh sekedar penjelasan
2. Bab, pasal dan ayat di ganti sesuai tugas masing-masing mhs
3. Boleh tambah bab, pasal dan ayat sesuai popint 2
4. Tambah mencari rujukan atau contoh RKS lain
5. Jika tugas mhs sudah ada RKS, tinggal disesuaikan/ revisi secukupnya.
Menurut Ilah (2011), Rencana Kerja dan Syarat atau yang sering disebut RKS
merupakan dokumen yang berisi sekumpulan persyaratan baik persyaratan administratif
maupun persyaratan teknis yang diberlakukan pada perencanaan bangunan tertentu.
Pada umumnya RKS terdiri atas RKS administrasi dan RKS Teknis. RKS
Administratif terdiri dari persyaratan administrasi dan umum. Sedangkan RKS Teknis
terdiri dari RKS Arsitektural, RKS Struktural, dan RKS Mekanikal Elektrikal (ME).
Susunan daftar isi dalam sebuah dokumen RKS pada umumnya terdiri atas BAB-BAB.
Setiap BAB menjelaskan tentang definisi maupun kriteria persyaratan tertentu.
Dalam dokumen RKS Administrasi dan Umum, memuat persyaratan yang
berkaitan dengan pelaksana pembangunan, prinsip pembangunan, rencana anggaran
pelaksanaan, imbalan jasa / honorarium, hingga pemeriksaan dan penyerahan bangunan
serta pemeliharaan bangunan. Muatan yang terdapat di dalamnya diantara definisi, tugas,
wewenang dan tanggung jawab, dasar hukum, maupun persyaratan yang ditetapkan pihak
perencana.
Salah satu contoh dokumen RKS Administrasi dan Umum menurut Ilah (2011),
terdapat di dalamnya beberapa BAB yakni:
1. Pemberi Tugas
2. Tim Pelaksana Pembangunan
3. Dasar-Dasar Pelaksanaan
4. Sumber Pembiayaan
5. Prinsip Dasar Pembangunan
6. Etika Pembangunan
7. Persyaratan Kualifikasi Tim Pelaksana Pembangunan
8. Rencana Anggaran Pelaksanana
9. Jadwal Waktu Pelaksanaan
10. Pembayaran Biaya Pembangunan
11. Imbalan Jasa/ Honorarium
12. Pemeriksaan dan Penyerahan Bangunan
13. Masa Pemeliharaan
14. Penutup
Pada bagian Penutup, biasanya disebutkan bahwa persyaratan yang belum termuat dalam
dokumen RKS Administrasi dan Umum, akan diatur lebih lanjut dalam dokumen lain
sesuai dengan kesepakatan.

`57
58

Rencana Kerja dan Syarat (RKS)


Proyek : Pembangunan Rumah Tmpat Tinggal Lantai 2
Lokasi : Jl. Nakula 1 No.3 Kampung
Ketapang, Kota Tangerang

BAB 1
Nama Proyek Dan Lingkup Pekerjaan

1.1 Pekerjaan Yang Akan Dilaksanakan


Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai
1.2 Sumber Dana
Sumber dana yaitu owner
1.3 Alamat Proyek
Alamat proyek adalah Jl. Nakula 1 No.3 Kampung Ketapang, Kota Tangerang
1.4 Lingkup Pekerjaan
1.4.1 Pekerjaan Sipil
a. Pekerjaan persiapan
b. Pekerjaan tanah dan pondasi
c. Pekerjaan beton
d. Pekerjaan pasangan
e. Pekerjaan atap
f. Pekerjaan penutup atap
g. Pekerjaan lisplank dan plafond
h. Pekerjaan kusen
i. Pekerjaan tegel lantai
j. Pekerjaan finishing
k. Pekerjaan lain-lain
1.4.2 Pekerjaan Instalasi Air, Drainase dan Plambing
a. Pekerjaan instalasi air bersih
b. Pekerjaan instalasi air kotor
c. Pembuatan septic tank dan sumur resapa
59

d. Pembuatan bak
kontrol
1.4.3 Pekerjaan Instalasi Listrik
a. Pekerjaan kabel
b. Pekerjaan stop kontak dan saklar
c. Pekerjaan pemasangan titik lampu pada instalasi listrik
d. Penyambungan ke saluran induk PLN
1.4.4 Pekerjaan Instalasi penangkal petir
a. Dilaksanakan secara konvensional, dipasang pada atap bangunan
dengan menggunakan kawat BC 50 mm2, termasuk saluran yang turun
ke bawah (down conductor).
b. Ujung tongkat penerima petir setinggi 1 m dari puncak bangunan.
c. Saluran BC tersebut dipasang pada klem penyangga dengan jarak klem
50 cm satu dengan lainnya.
d. Pada tempat dimana pipa pertahanan (ground rod) ditancapkan, harus
dibuat bak kontrol yang dibuat di luar lantai bangunan.
e. Titik pertahanan untuk penangkal petir harus dipisahkan dengan titik
pertahanan panel.
f. Saluran BC dari bak kontrol ke tepi bangunan harus dilindungi dengan
pipa galvanis  ¾ , bak kontrol tersebut harus diberi tutup.
g. Saluran BC yang dipasang vertikal pada tembok bagian tepi luar bangunan
harus dilindungi dengan pipa PVC  1, setinggi 2,5 m dari lantai.
h. Saluran BC untuk down conductor ditarik sepanjang kolom beton
bangunan, dengan cara ditanam pada plesteran beton dengan dilindungi pipa
PVC AW 1, saluran ini tidak boleh ada sambungan dalam pipa.
i. Saluran BC untuk seluruh sistem pertahanan ini tidak boleh ada sambungan
pada tempat yang tidak semestinya.
j. Elektroda tanah menggunakan elektroda dengan pipa galvanis  1,5,
dengan kawat BC 50 mm2, minimal sedalam 6 m harus mencapai titik air.
k. Besarnya sebar elektroda tanah tersebut tidak boleh lebih dari 2 ohm
60

BAB 2
Tenaga Kerja Dan Peralatan

2.1. Tenaga Kerja


a. Tenaga Kerja yang dilibatkan dalam pelaksanaan harus sesuai dengan jenis
pekerjaan dalam artian keahlian, pengalaman serta tidak melanggar ketentuan-
ketentuan yang berlaku di Indonesia.
b. Kontraktor harus menggunakan tenaga yang ahli dalam pelaksanaan, baik tenaga
pelaksana mandor sampai ke tukang.
c. Semua tenaga kerja dipimpin oleh seorang site manager atau pelaksana
sebagai wakil kontraktor di lapangan.
d. Tenaga kerja pelaksana sub kontraktor (jika ada) harus dipilih yang
sudah berpengalaman dan cukup ahli di bidangnya.
e. Hubungan kontraktor dengan sub kontraktor dalam hal menyangkut secara
keseluruhan pekerjaan tetap menjadi tanggung jawab kontraktor.
f. Klasifikasi Site Manager
1) Sarjana Teknik Sipil/ Arsitek dengan pengalaman kerja pada bidang yang
sesuai minimum 1 tahun.
2) Sarjana Muda Teknik/ Diploma III Sipil/ Arsitek dengan pengalaman
kerja pada bidang yang sesuai minimum 3 tahun.
3) SMK Bangunan dengan pengalaman kerja pada bidang yang sesuai minimum 5
tahun.
2.2. Peralatan
2.2.1. Umum
a. Alat-alat untuk membantu pelaksanaan harus disediakan oleh kontraktor
dalam kondisi baik dan siap pakai.

b. Untuk kelancaran pekerjaan, untuk alat-alat mekanis/ mesin harap disiapkan


tenaga operator yang mampu memperbaiki apabila mengalami gangguan
operasional.
c. Peralatan yang dimaksud, dalam jumlah minimal yang harus
disediakan oleh kontraktor.

2.2.2. Pekerjaan Beton


Peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan beton:
1) Alat pemotong tulangan.
61

2) Alat pembengkok tulangan


3) Alat pengangkat baja profil untuk pekerjaan atap dan gording
2.2.3. Pekerjaan Keramik/ Porselen/ Genteng
Untuk pemotongan keramik, porselen dan genteng digunakan mesin potong
minimal 2 unit.
62

BAB 3
Bahan Dan Mutu Pekerjaan

3.1 Jenis dan Mutu bahan.


a. Jenis bahan diutamakan produksi dalam negeri.
b. Kontrkator dipungut biaya restribusi bahan tambang golongan C seperti pasir,
batu kali, dana kerikil sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I
Jawa Timur, atas penggunaan pasir, batu kali/ gunung dan kerikil/ steinslag.
3.2 Pemakaian Merk DagangApabila dalam RKS hanya disebutkan satu merk dagang, bukan
berarti hanya merk tersebut yang digunakan melainkan dapat digunakan merk lain yang sesuai
dengan standart mutu dan ciri-ciri fisik yang sama.
3.3 Perubahan pemakaian merk dagang bahan.
Kontraktor dapat mengusulkan perubahan merk dagang secara tertulis apabila
ternyata merk dagang tersebut tidak terdapat di pasaran, sepanjang kontraktor
dapat membuktikan kesetaraan kualitas dan ciri-ciri fisik yang dituntut RKS dan
untuk menggunakannya harus ada persetujuan dari pihak Konsultan Pengawas dan
Pengelola Poyek.
3.4 Prosedur Pengadaan Bahan Bangunan
a. Secepatnya kontraktor melalui Site Manager/Pelaksana mengajukan contoh bahan
yang akan digunakan dan disesuaikan dengan spesifikasi yang ada pada RKS ini,
pada saat Rapat Lapangan yang pertama kali.
b. Contoh Bahan yang telah disetujui dipasang dalam Direksi Keet sebagai pedoman
mutu bahan.
c. Apabila tanpa mengajukan contoh atau mengajukan contoh bersamaan dengan
datangnya bahan tersebut, maka Lapangan/ Direksi berhak menolak dan
mengeluarkan dari lokasi pekerjaan.
3.5 Pemeriksaan Bahan
a.Konsultan Pengawas bertugas untuk memeriksa semua jenis bahan bangunan yang
akan digunakan serta mendapat wewenang untuk menolak penggunaanya, apabila
spesifikasinya tidak memenuhi syarat yagn telah ditentukan.
b. Bahan yang didatangkan oleh Kontraktor tetapi, ditolak pemakaiannya oleh
Konsultan Pengawas maka keberadaan bahan tersebut harus segera dikeluarkan
dari lokasi proyek selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.
e. Konsultan Pengawas berwenang untuk mengetahui berbagai keterangan asal bahan
yang digunakan, dan kontraktor berkewajiban untuk memaparkannya secara
lengkap.
63

BAB 4
Peraturan Teknis Yang Digunakan Dan
Tangung Jawab Kontraktor
4.1 Umum

Pedoman pelaksanaan yang diatur oleh pemerintah pembangunan yang sah berlaku
di Indonesia sepanjang tidak ditetapkan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
yang harus ditaati selama pelaksanaan Surat Perjanjian Pekerjaan Pemborongan
adalah :
a Kepres No. 16/ 1994
b SK SNI T-15-1991-03 tentang peraturan beton
c N.I 3- Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (PUBB)
1983 f N.I 5- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) 1961
g N.I 8 Peraturan Semen Portland Indonesia 1973
h N.I 18- Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPI)
1983 i Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987
j Peraturan Umum Instalasi Air Minum (AVWI)
k Pearturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Umum Dinas Keselamatan
Kerja No. 3 1958 dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja

l Peraturan-peraturan lain yang dikeluarkan oleh Pemerintah setempat yang


berkaitan dengan permasalahan bangunan.

4.2 Khusus
Untuk melaksanakan pekerjaan seperti yang tersebut dalam BAB 28, maka berlaku
dan mengikat :
a Berita Acara Pengumuman Pemenang Pelelanganggg
64

ffffff
b SK Pimpro tentang penunjukan kontraktor
(Gunning) c Surat Kesanggupan Kerja
d Surat Perintah Kerja
e Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
f Gambar bestek
g RKS beserta lampiran-lampirannya
h Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
i Kontrak Pelaksanaan dan Addendumnya (jika ada)
j Shop Drawing yang diajukan kontarktor yang disetujui Konsultan Pengawas dan
atau Pengelola teknis Proyek untuk dilaksanakan
k Time Schedule yang diajukan oleh kontraktor yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan Pengelola Proyek.
4.3 Tanggung Jawab Kontraktor
Sesuai dengan K.U.H Perdata BAB 1609 Kontraktor bertanggungjawab 10 tahun
fisik untuk segala kerusakan konstruksi yang disebabkan penggunaan mutu bahan
yang buruk atau pelaksanaan seharusnya yang menyimpang, atau sewaktu
penyelenggaraan seharusnya secara wajar kontraktor mengetahui kapan dengan jelas
dan nyata terjadi hal ikhwal yang seharusnya dijadikan alasan untuk mengadakan
perubahan penyempurnaan tetapi hal tesebut tidak disampaikan kepada Pengelola
Proyek, dengan demikian batas waktu dalam BAB 54 A. V 1941 tidak diberlakukan.

BAB 5
Penjelasan Rks Dan Gambar
5.1 Penjelasan Gambar
a Bila terdapat perbedaan antara gambar rencanan dan gambar detail maka yang
harus diikuti adalah gambar detail.
b Bila terdapat skala gambar dan ukuran yang tertulis dalam gambar berbeda,
maka ukuran dalam gambar yang berlaku.
c Bila rekanan meragukan tentang perbedaan antara gambar yang ada, baik
konstruksi maupun ukurannya, maka rekanan berkewajiban untuk menanyakan
kepada Konsultan Pengawas secara tertulis.
65

d Dalam hal ini terjadi penyimpangan detail antara gambar bestek dan keadaan di
lapangan, kontraktor dapat mengajukan gambar kerja (shop drawing) yang sesuai
dengan kondisi lapangan dan mempergunakannya dalam pelaksanaan dengan
persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
e Di dalam semua hal bila terjadi pengambilan ukuran yang salah adalah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
f Apabila dalm gambara disebutkan lingkup pekerjaan atau ukuran, sedang
dalam RKS tidak disebutkan, maka gambar yang harus dilaksanakan.
5.2 Penjelasan RKS
a Pada RKS tentang Syarat-syarat Teknis termuat lingkup pekerjaan, spesifikasi
bahan yang digunakan dan syarat-syarat pelaksanaan.
b Apabila dalam gambar tidak tercantum lingkup pekerjaan, ukuran dan jumlah
sedangkan dalam RKS pada lingkup pekerjaan tercantum, maka kontraktor terikat
untuk melaksanakannya.

5.3 Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)


a Berita acara rapat penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) merupakan catatan
perubahan/ penambahan/ pengurangan/ penetapan dari gambar kerja dan
RKS.
b Apabila ada perubahan/ penambahan/ pengurangan/ penetapan RKS dan gambar
tidak ada dan tidak disebutkan pada Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan
(Aanwijzing), maka kontraktor dapat mengajukan penjelasan pada saat rapat
lapangan.
c Berita Acara Rapat Lapangan yang memberikan penjelasan maupun segala
keputusan rapat mengikat untuk dilaksanakan.

BAB 6
Pekerjaan Persiapan
6.1 Lingkup Pekerjaan
a Memasang pagar pengaman di lokasi, sehinga tidak akan mendapat gangguan.
b Mengadakan komunikasi dengan instansi terkait dalam rencana pembangunan ini.
66

c Mengadakan atu membangun direksi keet, gudang dan barak kerja


dengan perlengkapannya.
d Mengadakan tempat persiapan penimbunan dan penyimpanan bahan.
e Pengadakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin pembantu pekerjaan guna
menjamin kelancaran pekerjaan.
f Melaksanakan pengukuran guna menentukan duga lapangan dan ukuran-ukuran
lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan bangunan ini serta memasang
bouwplank.
g Menyediakan kotak PPPK dan alat pemadam kebakaran dengan
perlengkapannya.
h Membuat jalan masuk ke lokasi proyek.
j Mengurus ijin bangunan.
6.2 Bahan dan Perlengkapan
6.2.1 Bahan Direksi Keet dll.
a Bahan dinding dan pintu dari tripleks tebal 4 mm.
b Rangka bangunan dari kayu meranti 5/7.
c Lantai dari semen gresik.
d Jendela naco 8 daun.
e Penutup atap seng gelombang BJLS 30.
f Kunci pintu kuda terbang.
6.2.2 Perlengkapan Direksi Keet.
a Satu buah meja ukuran 80 x 100 cm dilengkapi dengan laci yang bisa dikunci.
b Satu buah kursi untuk meja tulis.
c Satu stel meja kursi duduk untuk tamu.
d Satu papan tulis whiteboard ukuran 90 x 190 lengkap dengan alat tulis dan
penghapusnya.
e Satu buah meja ukuran 90 x 120 cm untuk keperluan
rapat. f Enam buah kursi untuk meja rapat.
g Sebuah almari arsip yang bisa dikunci.
6.3 Tata Cara Pelaksanaan
6.3.1 Hak Bekerja di Lapangan
67

a Lapangan pekerjaan akan diserahkan oleh Pemberi Tugas kepada


Kontraktor selama waktu pelaksanaan dan sesuai dengan keadaan
pada waktu peninjauan.
b Setiap kelambatan atas penyerahan lapangan ini dapat
dipertimbangkan oleh Pengelola Proyek sebagai perpanjangan masa
pelaksanaan pekerjaan.
6.3.2 Pembagian halaman untuk pekerjaan dan jalan masuk
a Apabila kontraktor akan mendirikan bangunan sementara (Direksi Keet
dan gudang ) maupun tempat penimbunan bahan, maka kontraktor
harus merundingkan terlebih dahulu kepada Pengelola Proyek tentang
penggunaan halaman ini.
b Semua biaya untuk prasarana, fasilitas untuk memasuki daerah
pekerjaan serta akomodasi tambahan diluar daerah kerja
menjadi tanggungan kontraktor.
c Apabila terjadi kerusakan pada jalan kompleks, saluran air atau
bangunan lainnya yang disebabkan adanya pembangunan ini kontraktor
berkewajiban untuk memperbaiki kembali, selambat-lambatnya dalam
masa pemeliharaan.
6.3.3 Koordinasi dan administrasi
a Sebelum pekerjaan dimulai, maka kontraktor mengadakan persiapan
ijin dan berkoordinasi dengan Pihak proyek dan Konsultan Pengawas.
b Pemasangan papan nama proyek dengan ukuran maupun
bentuknya akan ditentukan kemudian oleh proyek.
c Melakukan koordinasi untuk mengurus IMB, terutama kelengkapan
administratif yang akan diberikan oleh pihak Pemberi Tigas, biaya ijin
bangunan tersebut menjdai beban kontraktor.
d Kontraktor tidak diperkenankan menempatkan papan reklame
penggunaan bahan dalam bentuk apapun di lingkungan proyek
ini.
6.3.4 Direksi Keet dan Bangsal Kerja
a Kontraktor harus membuat bangsal Konsultan Pengawas seluas 4 x 6 m,
berjendela cukup terang dan berventilasi baik.
68

b Kontraktor diwajibkan membuat gudang yang tertutup yang dapat


dikunci dengan aman dan terlindung terhadap hujan dan panas, untuk
menempatkan seperti PC dan alat-alat penting dan sebagainya.
c Kontraktor juga harus membuat bangsal terbuka untuk pekerja-pekerja
yang melaksanakan pekerjaan kayu dan lain-lain yang tidak langsung
dikerjakan di lapangan, supaya terhindar dari hujan dan panas.
d Pemanfaatan bangsal Konsultan Pengawas setelah proyek ini selesai
ditentukan kemudian oleh pihak proyek.
e Segala biaya pembuatan Direksi Keet, gudang dan bangsal
kerja menjadi tenggung jawab dan beban kontraktor.
6.3.5 Pekerjaan Pembersihan
lokasi perletakan bangunan hrus bersih dari tanaman/ tumbuhan, apabila
belum bersih, maka kontraktor wajib untuk memberishkannya.
6.3.6 Pekerjaan penentuan peil Lntai
a. Unsur-unsur yang terkait untuk pengukuran dan penentuan peil
lantai adalah
1. Pihak pemilik
2. Konsultan Perencana
3. Konsultan Pengawas
4. Kontraktor
b. Dasar untuk pengukuran dan lay out bangunan adalah gambar lay out
dari konsultan perencana.
c. Peil lantai diambil dari as jalan raya.
d. Hasil penentuan peil lantai harus dibuat Berita Acara Pengukuran
yang disetujui oleh direksi.

BAB 7
Rencana Kerja
7.1 Rencana Kerja
a Rencana kerja dibuat oleh kontraktor berupa bar chart, yang memuat prestasi
rencanan kerja dalam persen, dengan persetujuan dari Pemberi Tugas, serta
69

kontraktor wajib menggandakannya sebanyak 4 (empat) copy yang masing-


masing diserahkan kepada pemilik bangunan, konsultan perencana, konsultan
pengawas dan sebuah ditempel di bangsal kerja.
b Selanjutnya kontraktor harus berusaha mengikuti rencana kerja tersebut yang
menjadi dasar bagi Pengelola Proyek untuk menilai prestasi kontraktor segala
sesuatu persoalan yang berhubungan dengan kelambatan pekerjaan.
c Pelaksanan harus membuat rencana kerja minggu pada stiap tahap pengerjaan,
palig tidak tiga hari sebelum dimulainya pelakasanaan pekerjaan tersebut dan
dilaporkan kepada Pengelola Proyek.
7.2 Pekerjaan Lembur
a Apabila kontraktor akan bekerja diluar jam kerja (lembur), maka diwajibkan
membuat surat pemberitahuan kepada Konsultan Pengawas, maksimum 1 hari
sebelum dilaksanakan pekerjaan lembur.
b Apabila tanpa pemberitahuan, dan kontraktor melakukan kerja lembur, maka
Pengawas Lapangan akan memberikan teguran secara tertulis dan melakukan
pembongkaran pada pekerjaan yang dilaksanakan pada jam lembur
termaksud.

BAB 8
Penjagaan

a Kontraktor wajib melakukan pengamanan barang-barang di seluruh halaman pekerjaan


bangunan, baik selama maupun pada waktu tidak dilakukan pekerjaan.hal ini berlaku
pula bagi barang-barang pihak ketiga dan pihak konsultan pengawas.
b Barang-barang dan bahan-bahan bangunan yang hilang, baik yang belum maupun yang
sudah terpasang, tetap menjadi tanggungan kontraktor dan tidak diperkenankan untuk
diperhitungkan dalam biaya borongan tambahan.
c Kontraktor diharuskan melaporkan personil yang tinggal di proyek diluar jam kerja
pada petugas keamanan kompleks.
70

BAB 9
Pekerjaan Tidak Baik

9.1 Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan


a Sebelum pelaksanaan pekerjaan secara masal, dapat meminta persetujuan hasil
pekerjaan kepada Pengawas Lapangan/ Direksi.
b Agar tidak terjadi bongkar/ pasang pekerjaan, apabila terdapat gambar rencana
yang tidak jelas, maka kontraktor diwajibkan menanyakan atau membuat shop
drawing kepada pengawas lapangan/ direksi untuk menyamakan pendapat, atau
apabila perlu dapat meminta konsultan perencana, untuk mendapat jawaban yang
pasti tentang perencanaannya.
c Apabila pekerjaan yang bersifat khusus, maka sebelum melaksanakan
pekerjaan, kontraktor diwajibkan membuat Surat Ijin Pelaksanaan Pekerjaan,
antara lain :
1. Pekerjaan Rangka Baja
2. Pekerjaan-pekerjaan lain yang bersifat struktural dan perlu perlakuan khusus.
9.2 Mutu Pekerjaan
a Mutu pekerjaan yang dituntut minimal adalah memenuhi kriteria yang
baik, dipandang dari segi konstruksi maupun finishing.
b Apabila tidak memenuhi kriteria mutu yang dituntut, maka akan dilaksanakan
perbaikan sampai dengan pembongkaran pekerjaan yang sudah dilaksanakan
dengan acuan sbb
c Pekerjaan yang dibongkar, selambat-lambatnya  24 jam sesudah perintah
pembongkaran yang telah ditentukan oleh konsultan pengawas, kontraktor
diharuskan memperbaiki dan atau membuat baru semua pekerjaan yang
dinyatakan kurang/ tidak baik.
d Ongkos perbaikan dan tau pembuatan baru ini tetap menjadi tanggung jawab
kontraktor.
e Tidak ada hak pemborong untuk meminta perpanjangan waktu karena melakukan
melakukan pekerjaan tersebut dalam ayat 1, BAB ini.
71

BAB 10
Pekerjaan Tanah
10.1 Lingkup Pekerjaan
10.1.1 Pekerjaan Galian
Galian tanah pondasi, bak-bak kontrol, saluran-saluran instalasi listrik/ air,
sumur, septictank, dan peresapan serta bagian-bagian yang ditunjukkan dalam
gambar.
10.1.2 Pekerjaan Urugan pada Bangunan
a Urugan tanah bekas lubang galian dan di bawah lantai untuk
peninggian permukaan.
b Urugan pasir dibawah pondasi dan lantai.
10.2 Bahan-Bahan
10.2.1 Urugan Tanah
a Bahan urugan berupa tanah urug harus bersih dari kotoran, humus dan
organisme lainnya yang dapat mengakibatkan penyusutan atau
perubahan kepadatan urugan pasir itu sendiri.
b Tanah urug dapat digunakan tanah bekas galian dengan
syarat pelaksanaan khusus.
10.2.2 Pasir Urug
Pasir urug harus berbutir halus dan bergradasi tidak seragam.
10.3 Syarat-syarat Pelaksanaan
10.3.1 Pekerjaan Galian
a Kedalaman galian pondasi minimal sesuai gambar, atau telah
mencapai tanah keras. Yamg dimaksud dengan tanah keras adalah
tanah dengan kemampuan daya dukung 1 kg/cm2.
b Apabila sampai kedalaman tersebut pada point a, belum mendapatkan
tanah keras, maka kontraktor harus menghentikan pekerjaan galian dan
dikonsultasikan dengan Direksi dan Konsultan Perencana untuk mendapat
pemecahan sebaik-baiknya.
c Apabila di dalam melaksanakan penggalian kedalaman pada tanah keras
lebih dalam, dan untuk mendapatkan kedalaman yang sesuai dengan
kedalaman yang dimaksud dalam gambar, mka penyesuaian kedalaman
72

dilakukan dengan menggunakan beton tumbuk tanpa biaya tambahan dari


Pemberi Tugas.
d Pada galian tanah yang mudah longsor, kontraktor harus mengadakan
tindakan pencegahan dengan memasang penahan atau cara lain yang
disetujui Direksi.
e Selama pelaksanaan penggalian, harus dibersihkan juga bekas-bekas akar,
pokok kayu, longsoran atau benda-benda yang dapat mengganggu
konstruksi pondasi.
f Dalam pelaksanaan penggalian, pemasangan pondasi dan pekerjaan lain di
dalam galian harus dihindarkan dari genangan air dengan jumlah yang
cukup menunjang kelancaran pekerjaan tersebut.
10.3.2 Pekerjaan Urugan/ Timbunan
a Pelaksanaan pengurugan harus dilaksanakan dengan cara setiap lapis
dengan ketebalan setiap lapisan  25 cm dan dipadatkan dengan stamper.
b Tanah yang akan diurugkan harus dalam keadaan terurai, bukan
merupakan bongkahan-bongkahan tanah agar mudah
dipadatkan.
c Tanah bongkahan tidak diijinkan untuk mengurug, disebabkan apabila
terkena air tanah dan terurai akan terjadi peburunan lantai.
d Dalam pelaksanaan pengurugan terutama pasir dibawah lantai, kontraktor
harus memperhatikan tingkat kepadatannya, sehingga tidak akan terjadi
penurunan lantai akibat konsolidasi urugan.

BAB 11
Pekerjaan Pasangan Dan Plesteran

11.1 Lingkup Pekerjaan


11.1.1 Pekerjaan Pasangan Batu Kali
a Pasangan aanstamping di bawah pondasi batu kali sebagai
landasan pondasi.
73

b Pasang pondasi dan umpak batu kali dengan campuran perekat 1 PC : 4


Pasir.
11.1.2 Pekerjaan Pasangan Bata
a Pasangan batu merah trasram dilaksanakan dengan campuran 1PC : 2PS
pada :
1. Semua tembok kamar mandi/ WC dan urinoir setinggi 1,8 m
dari lantai.
2. Pasangan batu merah pada kaki bangunan.
3. Tempat-tempat lain yang senantiasa berhubungan dengan air dan yang
dianggap perlu oleh Direksi.
b Pasangan batu bata rollag, 1 PC : 3 Pasir dilaksanakan pada:
1. Alas tempat duduknya jendela.
2. Di atas ambang pintu atau jendela yang lebar bentangnya sama
atau kurang dari 1,20 meter.
c Pasangan dinding batu bata dengan campuran 1PC : 3 kapr : 6 Pasir
dilaksanakan untuk seluruh dinding tembok yang tidak disebut dalam
butir a dan b BAB diatas.

11.1.2 Pekerjaan Plesteran


a Plesteran trasram dan benangan sudut, dengan campuran 1PC : 2 Pasir
antara lain:
1. Dinding kamar mandi/ WC bagian luar yang tidak dilapis keramik.
2. Dinding-dinding tempat cuci.
3. Kaki bangunan,plesteran plint/ kol.
4. Dinding basement.
b Plesteran dan benangan sudut beton dengan campuran 1PC : 3 Pasir
dilaksanakan pada semua pekerjaan beton yang tampak.
c Plesteran dinding bata dengan campuran 1PC : 3 kapur : 6 pasir
dilaksanakan pada semua dinding batu merah yang tidak disebutkan
pada ayat a.1 dan a.2 diatas.
d Benangan sudut, dengan campuran 1 PC : 2 Pasir selebar 5 cm dari
sudut pasangan tembok dan beton yang dimaksudkan diatas.
74

e Acian dengan menggunakan air PC, setelah agak kering, permukaan acian
digosok dengan kertas semen.
11.2 Bahan-Bahan
11.2.1 Batu Kali
a Batu kali adalah dengan ukuran 5/20, utuh tidak porous.
b Apabila merupakan batu yang dipecah harus bersudut runcing dan tajam.
11.2.2 Batu bata
a Batu merah harus berkualitas baik, ukuran minimal sesuai dengan
yang ada dipasaran.
b Mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang sisinya datar,
padat dan tidak menunjukkan retak-retak.
c Kuat tekan minimal 30kg/cm2, hasil pembakaran kayu.
d Apabila dilakukan pemeriksaan dengan menggoreskan ujungnya pada
rusuk yang panjang pada bidang keras dan kasar sepanjang 1 meter,
maka panjangnya berkurang akibat aus maksimum 1 cm.
11.2.3 Semen Portland (PC)
Semen portland harus menggunakan semen gresik, tiga roda, semen pedang
atau merk lain yang sekualitas dan yang digunakan harus satu jenis merk
pabrik.
11.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan
11.3.1 Pasangan Pondasi Batu Kali
a Setelah pasir urugan diatas tanah galian mencapai kepadatan yang
diisyaratkan, dan tebalnya telah diukur sesuai dengan rencana, maka dapat
di pasang aanstamping.
b Pasangan aanstamping harus saling mengisi antara batu kali,
sehingga merupakan landasan batu kali yang utuh dan padat.
c Kemudian rongga-rongga antara batu kali pada aanstamping diisi pasir
urug dan diberi air hingga padat.
d Pondasi batu kali dipasang diatas aanstamping dengan bentuk dan
ukuran sesuai gambar.
e Sebelum dipasang batu untuk pondasi harus dibasahi dengan air
secukupnya sehingga dapat melekat dengan sempurna.
75

f Untuk patokan bentuk pasangan batu pondasi harus dipasang profil-profil


dari bambu atau kayu pada setiap 3 meter pada pemasangan memanjang
lebih besar dari 8 meter, sehingga tarikan benang untuk patokan
memanjang tidak melendut yang berakibat pasangan tidak rata.
g Pasangan pondasi yang tampak di luar tanah, permukan pondasi
harus diberapen.
11.3.2 Pasangan Bata
a Batu merah pecah yang dipasang jumlahnya tidak boleh melebihi 20%
dari jumlah batu merah yang utuh.
b Pasangan tembok batu merah harus dipasang dengan hubungan (verband)
yang baik tegak lurus siku dan rata. Tinggi pasangan tembok ½ batu
hanya diperbolehkan maksimum tinggi 1 meter untuk setiap hari kerja.
c Semua voeg/ siar diantara pasangan batu pada hari pemasangan harus
dikeruk yang rapi.
d Pemasangan perancah (andang-andang) tidak boleh dipasang
dengan menembus tembok.
e Sebelum dipasang bata harus dibasahi dengan air seculupnya
sehingga dapat melekat dengan sempurna.
f Untuk patokan bentuk pasangan batu merah harus dipasang profil-profil
dari bambu atau kayu pada setiap 3 meter pada pemasangan memanjang
lebih besar dari 8 meter, sehingga tarikan benang untuk patokan
memanjang tidak melendut yang berakibat pasang tidak rata.
g Untuk pasangan setengah batu yang luasnya lebih dari 12 m2 tanpa
adanya pertemuan dinding, apabila tidak tergambar, harus dipasang
kolom praktis dari beton apabila dengan sistem kerangka beton.
11.3.2 Plesteran
a Untuk plesteran beton, sebelum plesteran dilaksanakan maka
permukaan beton yang akan diplester harus dibuat kasar terlebih dahulu
(dilukai) dengan betel dan kemudian dibersihkan dan disaput dengan air
semen.
b Pekerjaan plesteran baru dapat dilaksanakan setelah pekerjaan
instalasi air/ listrik sudah terpasang.
76

c Seluruh permukaan dinding tembok yang akan diplester harus dibasahi/


disiram dengan air bersih terlebih dahulu sampai rata. Serta dinding yang
sudah diplester harus selalu dibasahi sekurang-kurangnya dalam 7 (tujuh)
hari. Hal ini dilaksanakan untuk mencegah pengeringan plesteran
sebelum waktunya.
d Semua pekerjaan plesteran, baik plesteran beton maupun plesteran
dinding tembok harus rata, harus merupakan satu bidang tegak lurus dan
siku, pekerjaan plesteran yang sudah selesai harus bebas dari retak-retak/
noda-noda dan cacat lainnya.
e Plesteran dinding dikerjakan dengan tebal minimum 1 cm, maksimal 2
cm.
f Pekerjaan plesteran harus dikoordinasikan dengan pekerjaan
pemasangan instalasi listrik, instalasi air maupun instalasi lain yang
terletak dibawah plesteran.
g Plesteran untuk dinding yang akan dicat tembok, penyelesaian akhir
sebelum diaci, dan dalam keadaan setengah kering digosok dengan
kertas semen.
77

BAB 12
12.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Beton
12.1.1 Campuran 1PC : 3Ps : 5Kr (pecah tangan atau pecah mesin)
Untuk pekerjaan beton tidak bertulang seperti lantai kerja untuk pondasi
beton, beton rabat dan beton tumbuk.
12.1.2 Pekerjaan Beton Struktural
Pekerjaan beton struktural, kolom struktur, konsol, balok, dan lain-lainnya,
dalam arti pekerjaan beton yang bukan praktis dengan pengawasan ketat
dengan mengikuti persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam SK SNI T-
15-1991-03, serta pengawasan yang ketat terhadap mutu.
12.2 Bahan-Bahan
12.2.1 Umum
78

Bahan-bahan campuran beton berupa PC, agregat halus/ kasar,


kontraktor harus mengajukan terlebih dahulu contoh-contoh yang
memenuhi syarat- syarat dari berbagai sumber (tempat pengambilan).
12.2.2 Semen Portland (PC)
a Semen portland yang dipakai harus dari 1 jenis menurut Peraturan Semen
Portland Indonesia 1972 (NI 8) yaitu semen gresik, tiga roda, serta semen
padang atau merk lain dengan persetujuan tertulis direksi.
b Satu komponen tidak boleh dikerjakan dengan lebih dari satu merk semen.
Untuk maksud penggunaan merk yang berbeda dengan yang sudah
dilaksanakan harus diadakan test ulang sesuai dengan prosedur untuk
itu.

12.2.3 Agregat Halus (Pasir)


a Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alami atau pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu, asal memenuhi BAB 1.3.3 SK SNI
T-15-1991-03.
b Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras serta bersifat
kekal.
c Agregat halus harus bersih dan tidak boleh mengandung lumpur lebih
5% (terhadap berat kering) serta memenuhi gradasi yang baik.
d Pasir laut tidak boleh dipergunakan.
12.2.4 Agregat Kasar
a Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau batu pecah alami,
maupun buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu asal
memenuhi BAB 1.3.4 SK SNI T-15-1991-03.
b Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak
berpori serta bersifat kekal.
c Bila mengandung butir0butir yang pisah jumlah beratnya tidak boleh
melampaui 20%.
d Agregat juga tidak boleh kotor dengan kandungan lumpur maksimum 1%,
bila melebihi maka agregat kasar harus dicuci.
e Selain tidak boleh mengandung lumpur juga tidak boleh mengandung zat-
zat yang dapat merusak beton seperti zat reaktif alkali.
79

f Gradas agregat kasar diisyaratkan memenuhi SK SNI T-15-1991-03.


g Ukuran butir agregat maksimum tidak boleh lebih daripada 1/5 jarak
terkecil antara bidang-bidang sepanjang dari cetakan, 1/3 dari tebal plat
atau ¾ dari jarak bersih minimum diantara batang-batang atau berkas-
berkas tulangan.
12.2.5 Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton-beton harus air bersih (yang dapat
diminum) dan tidak boleh mengandung minyak, asam, alkohol, garam-garam
dan bahan-bahan lain yang dapat merusak beton/ tulangan baja.
12.2.6 Baja Tulangan
a. Mutu Baja Tulangan
1. Baja tulangan yang dipakai untuk tulangan utama balok induk, kolom
utama dan balok anak dan baja polos dengan tegangan ijin 250 Fy
menurut PPBBI 1987.
2. Sebagai kontrol terhadap baja tulangan, maka kontraktor harus
memeriksakan ke lembaga Penerbitan Bahan yang diakui, atas biaya
kontraktor.
3. Hasil dari pengujian berupa laporan tertulis dilengkapi grafik
regangan dan tegangan.
b. Dimensi Besi Tulangan
1. Ukuran baja tulang harus seperti dalam gambar.
2. Penggantian dengan diameter lain hanya diperkenankan atas
persetujuan tertulis oleh direksi.
3. Bila penggantian dapat disetujui, maka luas penampang besi pengganti
tidak diijinkan kurang dari dimensi tulang yang yang direncanakan,
baik dalam gambar maupun dalam perhitungan.
4. Segala biaya tambah akibat penggantian dimensi tulang menjadi
dimensi baru, sejauh bukan kesalahan perencanaan, adalah
tanggungan kontraktor.
c. Penyimpanan Besi Tulangan
1. Semua besi tulang beton, harus disimpan pada tempat yang telah
ditentukan dengan memisahkan setiap ukuran tulang agar
mudah
80

dikenali setiap dimensi tulangnya, baik sebelum dilakukan pemotongan


dan pembengkokan dan sesudahnya, dalam keadaan siap dirakit.
2. Penyimpanan tulangan dijaga agar tidak terjadi pengrusakan besi akibat
pengaruh dari garam kuat, udara lembab atau terkena minyak.
12.2.7 Bahan Kimia Pembantu
a Pemakaian bahan kimia pembantu apabila tidak secara nyata
tercantum pada RKS atau pada gambar, wajib meminta ijin secara
tertulis kepada direksi untuk mendapatkan ijin.
b Apabila kontraktor mendapat ijin mrnggunakan bahan kimia pembantu,
maka penggunaannya harus disertai alasan dan bukti manfaatnya, disertai
dengan brosur dan hasil mix design.
c Penggunaannya harus sesuai petunjuk teknik dari pabrik selama bahan-
bahan pembantu ini digunakan, maka harus diadakan pengawasan yang
cermat.
d Pemakaian bahan pembantu tidak boleh menyebabkan
dikuranginya volume semen dalam adukan.
12.2.8 Bekisting
a Pembuatan bekisting harus memenuhi syarat-syarat SK SNI T-15-1991-
03.
b Bahan bekisting dapat dibuat dari papan kayu kelas III yang cukup kering
dengan tebal minimum 2 cm atau panil-panil multipleks dengan tebal
minimum 12 mm.
c Rangka penguat konstruksi bekisting dari kayu ukuran 5/7 sebagai
penyokong,penyangga maupun pengikat, sehingga mampu mendukung
tekanan beton pada saat pengecoran sampai selesai proses pengikatan.
12.2.9 Adukan (Spesi) Beton
a Spesi beton adalah campuran dengan perbandingan tertentu antara PC,
pasir dengan kerikil dan air untuk mendapatkan bahan pembalut tulangan
beton.
b Adukan beton dihasilkan dari mesin pengaduk mekanis, selanjutnya
dipadatkan pada cetakan atau bekisting untuk membentuk struktur
beton yang diinginkan.
81

12.2.10 Ready Mix


a Yang dimaksud dengan ready mix adalah pencampuran spesi beton dari
pabrik dengan perbandingan berat campuran menggunakan beton mixing
plant engan mutu seperti yang diisyaratkan.
b Pada pengecoran plat dan balok lantai 1 dan 2 diwaibkan menggunakan
ready mix, guna mendapatkan mutu yang baik.
c Pada pekerjaan pondasi, kolom struktur maupun beton lainnya, kontraktor
diijinkan menggunakan campuran yang dibuat sendiri.
d Persyaratan pelaksanaan pekerjaan beton dengan ready mix sama
dengan persyaratan pelaksanaan pekerjaan beton yang digunakan.
12.3 Syarat-syarat Pelaksanaan
12.3.1 Lapisan Penutup Beton
a Tebalnya lapisan penutup beton harus mendapat persetujuan direksi dan
ditetapkan sesuai dengan ketentuan menurut SK SNI T-15-1991-03.
b Untuk mendapatkan lapisan penutp beton yang seragam maka harus
dibuat beton ganjal tulangan/ beton blok persegi yang dapat diikat pada
baja tulangan dengan mutu perekat yang sama dengan suatu batas yang
dicor.
12.3.2 Penulangan
a. Pembengkokan dan pemotongan baja tulangan
1. Kontraktor diahruskan membuat gambar detail pemotongan baja
tulangan dengan berpedoman kepada gambar-gambar beton yang sesuai
dengan ketentuan SK SNI T-15-1991-03.
2. Gambar-gambar detail setelah disetujui direksi mengikat
untuk dilaksanakan.
3. Baja tulangan dibengkok atau diluruskan dalam keadaan dingin,
kecuali pemanasannya diizinkan oleh direksi.
4. Pembengkokan atau meluruskan baja tulangan tidak boleh dengan cara-
cara yang merusak tulangan.
b. Pemasangan baja tulangan
82

1. Tulangan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran yang


terdapat dalam gambar beton, sedemikian rupa hingga sebelum
dan selama pengecoran letaknya tidak berubah.
2. Jarak tulangan balok/ kolom harap diperhitungkan agar agregat kasar
dapat masuk. Apabila ternyata hal tersebut tidak terpenuhi, maka
pemasangan tulangan diatur sedemikian rupa agar agregat kasar
dapat lolos.
12.3.3 Bekisting
a. Umum
1. Ukuran dalam bekisting jadi adalah ukuran jadi beton sesuai dengan
ukuran yang ditentukan dalam gambar.
2. Bekisting harus diperkuat sedemikian rupa, sehingga tidak bocor/
pecah pada saat mendapat tekanan spesi.
3. Sebelum pengecoran, bekisting harus dibersihkan dari kotoran, serbuk
gergaji, kawat ikat, kemudian bekisting dibasahi air sampai jenuh.
4. Bagian-bagian bekisting yang berlubang, khususnya sambungan
papan, ditutup rapat.
b. Kolom
1. Bekisting kolom dapat dibuat untuk satu kolom, atau dengan cara
pengecoran bertahap.
2. Bekisting kolom harus tegak lurus keatas, dengan
pemeriksaan menggunakan untuing-unting atau teodolith.
3. Hubungan horisontal antara kolom harus lurus kemudian diikat dengan
kaso 5/7 antara sesama bekisting.
4. Antara bagian dalam bekisting kolom dengan tulangan terluar dipasang
pengganjal yang diikat pada tulangan tersebut, agar tulangan tidak
melekat pada bekisting.
c. Perancah Balok dan Plat
1. Perancah balok/ plat dipasang apabila tanah landasan telah dipadatkan,
agar pada saat pelaksanaan pengecoran tidak terjadi penurunan.
2. Kaki perancah dilandasi dengan papan kelas II, sehingga
menjadikan beban merata pada tanah dasar perancah.
83

3. Tinggi perancah disesuaikan dengan tinggi antar lantai pada gambar.


4. Perancah diiakt satu dengan lainnya dengan reng 2/3 atau bambu.
5. Setelah perancah kuat, maka pemasangan bekisting balok/plat
dapat dilaksanakan.
6. Perancah yang menggunakan scafolding, harap memperbaiki
perkuatan scafolding tersebut antara satu dengan yang lain.
7. Pada penggunaan ready mix, mengingat bekisting akan menerima
beban lebih berat akibat menumpuknya adukan beton yang dituang dari
concrete pump unit, maka konstruksi penunjang bekisting harus lebih
kuat.
12.3.4 Ijin Direksi
a Sebelum pengecoran beton yang bersifat struktural, selambat-lambatnya
5 hari sebelum pelaksanaan pengecoran, maka kontraktor diwajibkan
untuk mengirim surat ijin pengecoran kepada direksi.
b Apabila waktu pelaksanaan pekerjaan pengecoran melewati jam kerja
normal (lembur), maka kontraktor diwajibkan untuk mengajukan surat
pemberitahuan lembur kerja kepada direksi/ pengawas, tembusan
kepada pemimpin proyek.
c Selambat-lambatnya 2 hari sebelum pelaksanaan pengecoran sesuai
dengan surat ijin pengecoran, maka direksi/ pengawas akan
melakukan pemeriksaan.
d Apabila atas pemeriksaan dari direksi, bahwa segala sesuatunya siap,
maka direksi dapat mengijinkan pelaksanaan pengecoran sesuai dengan
rencana pelaksanaan, dengan menulis pada buku direksi.
e Direksi dapat menolak untuk memberi ijin selama hasil
pemeriksaan masih memerlukan perrrbaikan atau dinilai belum siap
untuk melaksanakan pengecoran.
12.3.5 Pelaksanaan Pengecoran
a Pengecoran
Pengadukan, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan perawatan beton
harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan di dalam PBI 1971 BAB 6.1
s/d 6.6.
84

b. Pengadukan Campuran Beton


Pengadukan beton harus dilaksanakan dengan menggunakan mesin
pengaduk beton (beton mollen) yang bekerja baik. Pemberhentian
pengadukan dilakukan bila adukan sudah rata/ homogen.
c. Penuangan adukan beton pada bekisting
1. Penuangan adukan pada plat atau balok diusahakan tidak terjadi
segregasi.
2. Penuangan pada pengecoran kolom jangan terlalu tinggi, sehingga
tejadi penguraian campuran. Apabila terpaksa dapat dilakukan
dengan membuat lubang-lubang pada bagian ertentu untuk
penulangan campuran beton.
12.3.6 Penghentian Pengecoran
Penghentian pengecoran hanya dilakukan pada tempat-tempat yang telah
disetujui oleh direksi di dalam pola rencana pengecoran.
12.3.7 Perawatan Beton
a Pada konstruksi beton yang baru dicor harus dijaga terhadap pengruh-
pengaruh getaran dsb. Yang akan dapat mempengaruhi proses
pengikatan beton.
b Permukaan beton harus dilandasi dari pengeringan yang terlalu cepat
dan atau tidak merata, dengan cara disiram atau ditutup karung goni
yang dibasahi selama 14 (empat belas) hari.

12.3.8 Pembongkaran bekisting


a Bekisting hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi tersebut
telah mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri, dan
beban pelaksanaan yang bekerja padanya.
b Pembongkaran tersebut harus mendapat persetujuan dari pengawas ahli.
c Bagian-bagian konstruksi dimana terjadi sarang-sarang kerikil harus
diperbaiki dengan penuh keahlian.
85

BAB 13
Pekerjaan Lantai/ Pelapis Dinding

13.1 Lingkup Pekerjaan


13.1.1 Pasang Lantai
a Pemasangan keramik 30 x 30 cm untuk seluruh banguan dalam/ luar
bangunan yang tidak disebutkan lain. Merek ?.
b Pemasangan lantai keramik teraso 20 x 20 cm untuk kamar mandi/ WC.
13.2 Bahan-Bahan
13.2.1 Umum
a Warna yang belum ditentukan dalam RKS atau mendapat
perubahan ditentukan kemudian oleh Pemimpin proyek.
b Segala persetujuan pemimpin proyek/ direksi secara tertulis.
13.2.2 Bahan keramik
a Sebelum mendatangkan bahan kontraktor harus mengajukan contoh bahan
terlebih dahulu kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
b Warna yang belum ditentukan dalam RKS atau mendapat perubahan
ditentukan kemudian oleh pemimpin proyek.

13.3 Syarat-syarat Pelaksanaan


13.3.1 Umum
a Pengecoran nat setelah pemasangan berlangsung 3 (tiga) hari atau
setelah pasangan lantai keramik cukup kuat, dengan persetujuan direksi/
pengawas.
b Nat lantai keramik harus lurus dan bersilangan saling tegak
lurus. c Pada daerah tepi yang memerlukan potongan-potongan,
maka
pemotongan harus digunakan mesin pemotong, kemudian tepi yang
terpotong harus dihaluskan.
d Keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air sampai jenuh.
13.3.2 Spesi Pemasangan
a Seluruh lantai keramik dipasang dengan perekat 1PC : 3 Pasir.
86

b Kecuali pada kamar mandi/ WC pemasangan lantai keramik


dengan perekat 1 PC : 2Pasir.
13.3.3 Pemasangan Lantai Keramik
Pada ruang-ruang bukan kamar mandi/ WC, diatas plat beton dapat dilaps plat
tipis.

BAB 14
Pekerjaan Pintu/ Jendela
14.1 Lingkup Pekerjaan
a Pembuatan dan pasang kusen.
b Pembuatan dan pasang daun pintu lapis teakwood, daun pintu lapis alumunium
dan daun jendela.
14.2 Bahan-bahan
a Panil daun pintu
Panil daun pintu dari bahan kayu kamper dengan tebal 1 cm kering oven.
b Slimar daun-daun pintu
1. Bahan slimar dari kayu kamper.
2. Slimar daun pintu teakwood dan aluminium seluruhnya 3,5/ 10 cm.
3. Slimar daun pintu panil bagian bawah ukuran 3,5/20 cm. Bagian yang lain
3,5/10 cm.
14.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan
a Semua sambungan kayu dilaksanakan sesuai dengan detail, dikerjakan
dengan benar dan rapi.
b Untuk alat sambungnya dapat digunakan pasak bambu dan paku.
c Ambang tegak kusen yang menempel dinding harus dipasang angkar dari besi 8
mm dengan panjang dan banyaknya sesuai dengan gambar kerja.
d Semua pekerjaan kayu harus dimeni terlebih dahulu sebelum dilakukan
finishing. e Pemasangan kaca pada daun jendela dilakukan jika telah dirasakan
aman dari
gangguan pekerjaan.
f Pada setiap kaki kusen dipasang nuet dengan campuran 1PC : 2 Pasir setinggi 15
cm.
87

g Untuk dook digunakan besi 2  8 mm.

BAB 15
Pekerjaan Konstruksi Penahan Atap

15.1 Lingkup Pekerjaan


a Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dari konstruksi baja (single beam).
b Pemasangan gording dari bahan kanal C, dengan ukuran sesuai dengan
gambar rencana.
15.2 Bahan-Bahan
15.2.1 Umum
a Mutu baja yang digunakan baja ST-37 dengan tegangan ijin = 1600
kg/cm2
b Baut yang digunakan adalah baut hitam, dengan tegangan ijin minimum
sama dengan tegangan ijin baja.

15.2.2 Rangka Atap


a Rangka atap utama dengan konstruksi rangka batang menggunakan
baja profil WF dengan ukuran sesuai dengan gambar.
b Gording dari kanal C dengan ukuran sesuai dengan gambar.
15.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan
15.3.1 Umum
a Syarat umum pekerjaan baja, sepenuhnya mengikuti peraturan
pelaksanaan dalam PPBBI.
b Semua detail harus dilaksanakan dengan teliti, sesuai dengan
gambar rencana.
c Apabila gambar kurang jelas, maka kontraktor diwajibkan membuat
shop drawing. Dengan persetujuan Direksi shop drawing digunakan
sebagai dasar pelaksanaan.
88

d Karena pengerjaan yang tidak tepat, penyambunagn dan pemasangan


tidak diijinkan menggunakan bahan pengisi, kecuali dinyatakan
dalam gambar.
e Pemotongan dengan oksigen diwajibkan menggunakan peralatan yang
standar.
f Apabila diperlukan, dapat dilakukan pelurusan bantang yang
dikerjakan dengan sistem mekanis, atau dipanaskan setempat dengan
temperatur tidak boleh lebih dari 650 celcius.
15.3.2 Fabrikasi Pekerjaan
Baja a Sambungan
Las
1. Mutu pekerjaan las yang dilakukan di lapangan harus sama dengan
mutu las yang dikerjakan di dalam bengkel.
2. Pengelasan di lapangan tidak diijinkan dilaksanakan apabila bahan
yang akan dilas dalam keadaan basah, kehujanan atau dikotori oleh
bahan lain yang dapat mengganggu kekuatan las.
3. Pengelasan dengan mesin las listrik, dilaksanakan sesuai dengan
prosedur dan persyaratan yang berlaku.
4. Las yang digunakan adalah las sudut dan las
tumpul. b Sambungan dengan baut
1. Lubang baut untuk sambungan harus dibor.
2. Selisih daimeter baut dengan diameter lubang tidak boleh lebih
besar dari 1 mm.
c Pengahalusan sisi
1. Pekerjaan las yang tampak harus dihaluskan dengan gerinda.
2. Tepi plat yang dipotong tidak perlu dihaluskan, kecuali dengan
ijin pengawas.
d Pelaksanaan pekerjaan harus merupakan hasil yang bermutu baik,
bebas dari puntiran dan pengelasan yamg padat.
15.3.3 Pemasangan dan Pengangkatan
a Konstruksi beton yang akan menjadi tumpuan rangka atap, maka umur
beton diperkirakan cukup dari saat pengecoran, dan dinyatakan layak
untuk dibebani oleh pengawas.
89

b Kuda-kuda baja harus diangkat dengan baik, agar tidak terjadi puntiran-
puntiran pada waktu pengangkatan.
c Digunakan ikatan sementara pada saat pelaksanaan pengangkatan dan
pemasangan kuda-kuda, dan akan dilepas setelah diberikan
pengikatan yang tetap.
d Konstruksi rangka atap yang dpasang harus koplanar, sesuai dengan
gambar rencana.
e Pelapisan permukaan baja dengan meni dapat dilaksanakan sebelum atau
sesudah pemasangan.

BAB 16
Pekerjaan Atap
16.1 Lingkup Pekerjaan
a Pasang kuda-kuda baja jenis single beam dan
gording. b Pasang penutup atap.
16.2 Bahan-Bahan
16.2.1 Kuda-kuda dan Gording
a Kuda-kuda single beam baja WF 175.150.5,5.8
b Gording baja cannal 150.50.20.4,5
16.2.2 Genteng dan Bubungan
a Genteng karangpilang dan bubungan beton atau sekualitas.
b Model genteng dan bubungan type portugies dengan warna
alami pembakaran.
16.3 Syarat-syarat pembakaran
16.3.1 Pasang usuk dan reng
a Usuk dipasang dengan jarak as ke as max. 50cm.
b Setelah usuk terpasang, bagian terakhir rangka atap adalah reng, yang
dipasang dengan jarak reng sesuai dengan spesifikasi genteng.
c Setiap selesai pemasangan usuk maupun reng dilakukan pemeriksaan
kerataan permukaan.
90

d Pemeriksaan kerataan permukaan dengan cara menarik benang


menyilang dari sudut-kesudut dengan arah diagonal.
e Apabila ada bagian-bagian yang tidak rata, maka dilakukan perbaikan.
f Usuk dan reng harus diawtkan dengan ter atau residu.
16.3.2 Pasang atap genteng
a Atap genteng yang dipasang harus rata permukaannya dan
lurus sambungnnya.
b Apabila terjadi tidak rata atau tidak rapi, maka harus dirapikan.
c Bubungan dipasang setelah papan reuter, dengan baik dan kokoh.
d Pemasangan bubungan harus merupakan garis lurus.

BAB 17
Pekerjaan Langit-Langit

17.1 Lingkup Pekerjaan


17.1.1 Rangka Plafon
pemasangan penggantung langit-langitsesuai dengan ukuran plafon yang
direncanakan.
17.1.2 Penutup langit-langit
Pemasangan plafon eternity datar ukuran 100 x 100 cm pada bagian-bagian
yang telah ditentukan dalam gambar.
17.2 Bahan-bahan
17.2.1 Bahan penggantung plafon
a Semua kayu penggantung langit-langit dari kayu meranti.
b Ukuran kayu untuk balok nok, balok tembok, gording, jurai 8/12 cm.
17.2.2 Bahan Plafon
eternit datar dengan ukuran 100 x 100 cm tebal 5 mm atau sekualitas.
17.3 Syarat-syarat Pelaksanaan
17.3.1 Penggantung plafon
a Untuk mendapatkan bidang langit-langit yang rapi dan rata, maka bidang
kayu bagian bawah kayu penggantung harus diketam hingga rata.
91

b Tiap sambungan persilangan harus diberi klos-klos tumpuan dari kayu


2/3, panjang 1,5 lebar balok.
c Apabila dalam gambar tidak tercantum, maka pada arah sisi pendek
setiap ruangan, setiap luasan 9 m2 dipasang balok induk kayu meranti
merah ukuran 6/10 cm.
d Permukaan bawah rangka plafon harus rata.
17.3.2 Pemasangan plafon
a Setelah permukaan yang akan dipasang plafon diperiksa, maka
pemasangan penutup plafon dapat dilaksanakan.
b Pemasangan plafon diberi nat 5 mm.
c Guna mendapatkan nat yang lurus dan rata harus diratakan terlebih
dahulu.

BAB 18
Alat Penggantung/ Pengunci, Besi Dan Kaca

18.1 Lingkup Pekerjaan


18.1.1 Pekerjaan Pintu
a Setiap daun pintu dipasang 2 (dua) buah engsel nylon.
b Setiap pintu ruangan maupun pintu utama diapsang kunci tanam.
18.1.2 Pekerjaan jendela
Pekerjaan jendela menggunakan jendela nako dan jalusi jendela.
18.1.3 Pekerjaan kaca
a Pemasangan kaca pada daun jendela.
b Semua ukuran dan tebal kaca disesuaikan dengan gambar detail.
18.2 Bahan-bahan
18.2.1 Umum
a Sebelum kontraktor mendatangkan bahan supaya mengajukan
contoh bahan terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan dari
direksi.
92

b Persetujuan direksi berupa kwalitas, mutu,merk berlaku, sesuai


brosur atau sesuai persetujuan Direksi berdasarkan RKS.
18.2.2 Pekerjaan daun pintu panil
a Engsel nylon berkualitas baik menggunakan merk ARCH.
b Kunci tanam untuk pintu-pintu ruangan.
18.2.3 Bahan Kaca
a Kaca yang digunakan harus bersih tidak cacat dan tidak bergelombang
buatan dalam negeri berkualitas baik.
b Kaca menggunakan kaca bening 5 mm.
18.3 Syarat-syarat pelaksanaan
18.3.1 Daun pintu panil/ teakwood
a Semua pemasangan engsel harus rapi sehingga pintu secara fungsional
dapat ditutup dan dibuka dengan mudah dan ringan.
b Pemasangan kunci/ vybrezet/ grendel tanam harus rapi dan
mudah dioperasikan.
c Sekrup-sekrup engsel, kunci dan lain-lain harus rata pada permukaan
pintu.
18.3.2 Kaca
a Pemasangan kaca pada daun pintu panil harus menggunakan list kayu,
bentuk dan ukuran sesuai gambar.
b Pemasangan kaca pada slimar sedemikian rupa agar kaca
mempunyai ruang muai/ susut.

BAB 19
Pekerjaan Pengecatan

19.1 Lingkup Pekerjaan.


a Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga, bahan-bahan dan peralatan yang
dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini, serta mencapai hasil yang baik.
b Pekerjaan pengecatan meliputi pengecatan dinding, langit-langit, dan kayu.
93

c Pelaksanaan pekerjaan harus mengacu pada gambar dan detill yang


disebutkan/ditunjukkan dalam daftar finishing bahan.
19.2 Persyaratan Bahan.
a Cat tembok menggunakan cat merk Avitex atau yang sekualitas.
b.Cat kayu menggunakan merk Emco atau yang sekualitas.
19.3 Syarat-syarat Pelaksanaan.
a. Kayu kusen, daun pintu dan jendela sebelum dicat harus dimeni, diplamir, dan
digosok secara rata dan tampak halus
b. Dinding yang akan dicat harus diplamir dahulu hingga rata dan digosok hingga
tampak halus.
c. Setelah proses plamir dinding di cat secara merata sehingga seluruh permukaan
dinding tertutup dengan lapisan cat.

19.4 Syarat-syarat Pengiriman dan Penyimpanan Bahan.


a Cat yang dikirim ke lokasi pelaksanaan harus dalam keadaan tertutup, atau kantong
yang masih disegel dan berlabel dari pabrik, bertuliskan tipe dan tingkatannya,
dalam keadaan utuh dan tidak cacat.
b Bahan-bahan diletakkan ditempat yang kering berventilasi baik, terlindung dan
bersih.
c Pihak 2 bertangggung jawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpan baik
sebelum maupun selama pelaksanaan.
d Bila ada hal-hal yang tidak pada tempatnya, bahan rusak dan hilang, pihak 2 harus
menggantinya.

BAB 20
Pekerjaan Instalasi Listrik

20.1 Lingkup Pekerjaan Listrik.


a Pekerjaan yang termasuk pekerjaan instalasi ini merupakan pekerjaan seluruh
sistem listrik secara lengkap, sehingga instalasi ini dapat bekerja dengan sempurna
dan aman.
94

b Pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa pada saat penyerahan pertama
(serah terima pekerjaan pertama), instalasi pekerjaan tersebut sudah dapat
dipergunakan.
20.2 Kabel Daya.
20.2.1 Instalasi dan pemasangan kabel.
a. Bahan.
Semua kabel yang akan dipergunakan untuk instalasi listrik harus
memenuhi peraturan SII dan SPLN. Semua kabel harus baru dan harus
jelas ukuran, jenis kabel, nomor dan jenis pintalannya.
Semua kabel dengan penampang 6 mm2 keatas harus jenis pilin
(stranded) dan instalasi tidak boleh memakai kabel dengan penampang
lebih lecil dari 2,5 mm2.
Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai adalah dari tipe:
(i). Untuk instalasi penerangan adalah NYA/NYM dengan conduit pipa
PVC.
(ii). Untuk kabel distribusi digunakan NYA dan penerangan taman
dengan mengunakan kabel NYFGBY.
Semua kabel NYA yang ditanam di dalam perkerasan (tembok, jalan,
beton dll) harus berada didalam conduit PVC kelas AW yang disesuaikan
dengan ukurannya, dan harus diklem.
b. Splite/pencabangan.
(i). Tidak diperkenankan adanya “splite” pencabangan ataupun
sambungan-sambungan baik dalam feeder maupun cabang-cabang,
kecuali pada outlet atau pada kotak-kotak penghubung yang bisa
dipakai.
(ii). Semua sambungan kabel baik didalam junction box, panel ataupun
tempat lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari
lembaga yang diisolasi dengan porselen atau bakelit ataupun PVC,
yang diameternya di sesuaikan dengan diameter kabel.
c. Bahan isolasi.
Semua bahan isolasi untuk pencabangan, conection dan lain-lain seperti
karet, PVC asbes tape sintetis, resin, splice case, composit dan lain-lain
95

harus dari tipe yang disetujui, untuk penggunaa dan lainnya harus
dipasang memakai cara yang disetujui oleh pabrik atau menurut anjuran
yang ada.
d. Penyambungan kabel.
(i). Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambungan yang sudah ditentukan (misalnya junction box).
(ii). Kabel-kabel disambung sesuai dengan warna atau nama masing-
masing, serta sebelum dan sesudah penyambungan harus dilakukan
pengetesan tahanan isolasi
(iii). Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan dan dilapisi
dengan timah putih dan kuat.
(iv). Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan
pipa PVC/protolen yang khusus untuk listrik.
20.2.2 Penerangan dan Stop Kontak.
a. Lampu dan Armatur.
1. Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai
terminal pentanahan (grounding).
2. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan stater dan terminal box harus
cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang
ditimbulkan tidak menggangu kelangsung kerja dan unsur teknis
komponen lampu itu sendiri.
3. Ventilasi didalam box harus dibuat dengan sempurna. Kabel dalam box
harus diberikan saluran klem-klem tersendiri, sehingga tidak menempel
pada balast atau kapasitor.
4. Box terbuat dari plat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan
karat, kemudian di cat oven warna putih.
5. Ballast harus dari jenis “low loss ballast” dan harus dapat dipergunakan
single lampu balast (satu lampu flourentscent).
b. Stop Kontak Biasa.
Stop kontak biasa yang dipakai untuk pemasangan di dinding adalah stop
kontak satu phasa, rating 250 volt, 13 ampere,.
c. Stop Kontak Khusus (SKK).
96

Stop kontak khusus yang dipakai adalah stop kontak satu phasa, untuk
pemasangan rata dinding dengan ketinggian 120 cm diatas lantai, SKK
harus mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan.
d. Saklar Dinding.
Saklar harus dari tipe untuk pemasangan rata dinding, tipe in
bouw dengan rating 250 volt, 10 ampere, single gang, double
gang.
e. Junction Box Untuk Saklar dan Stop Kontak.
1. Junction box harus dari bahan metal dengan kedalaman tidak kurang
dari 35 mm.
2. Kontak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan.
3. Saklar atau stop kontak dinding terpasang pada juction box dengan
menggunakan baut atau ditanamkan dalam dinding.
f. Kabel Instalasi.
1. Pada umumnya kabel untuk instalasi penerangan dari instalasi stop
kontak harus dari kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti
atau lebih (kabel jenis NYM).
2. Kabel harus mempunyai penampang minimal 2,5 mm2.
3. Kode warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL sebagai
berikut :
(i). Fasa 1 : Merah
(ii).Fasa 2 : Kuning
(iii). Fasa 3 : Hitam
(iv). Netral : Biru
(v). Tanah (ground) : hijau-kuning

g. Pipa Instalasi Pelindung Kabel.


1. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa PVC
klas AW atau GIP.
2. Pipa, elbow, socket, junction box, klem dan accessories lainnya harus
sesuai antara satu dengan yang lainnya, yaitu dengan diameter
minimal ¾“.
97

BAB 21
Pekerjaan Plambing

21.1 Lingkup Pekerjaan


21.1.1 Lingkup Pekerjaan Instalasi Air Bersih.
a Pengadaan, pemasangan dan pengujian secara sempurna unit-unit peralatan
utama yang diperlukan dalam sistem penyediaan air bersih yaitu instalasi pipa
beserta alat bantunya.
b Pengadaan dan pemasangan kran-kran air terdapat di washtafel dan meja
laboratorium.
c Pemasangan dan pengujian pipa-pipa distribusi kesetiap peralatan sanitasi dan
lain-lain seperti tercantum dalam gambar.
d Memperbaiki semua kerusakan, yang diakibatkan baik oleh bobokan-
bobokan, galian-galian maupun oleh kecerobohan para pekerja.
e Pengujian terhadap kebocoran dan tekanan dari sistem plambing air bersih
secara keseluruhan dan mengadakan pengamatan sampai sistem berjalan baik
sesuai dikehendaki yaitu suatu sistem instalasi yang sempurna dan terpadu.
f Sebelum sistem penyediaan air bersih atau bagian dari sistem ini dipakai
harus dilakukan cara pengurasan yaitu air yang ada dalam sistem dibuang
lebih dahulu.
g Lingkup Pekerjaan Instalasi Air Kotor.
h Pengadaan dan pemasangan pipa beserta perlengkapannya yang diperlukan
dalam sistem pembuangan, dan semua alat sanitasi yang ada sampai
penyaluran akhir.
i Pengadaan dan pemasangan pipa dari alat sanitasi sampai keseluruh jaringan
air buangan (riol).
j Memperbaiki semua kerusakan, yang diakibatkan baik oleh adanya bobokan-
bobokan, galian-galian maupun oleh kecerobohan para pekerja.
98

k Pengujian sistem perpipaan terhadap kebocoran sistem plambing air kotor


secara keseluruhan dan mengadakan pengamatan sampai sistem bekerja baik.
l Pengadaan dan pemasangan instalasi drainasi dari talang atap sampai kepada
saluran pembuangan diluar lokasi.

21.1.2 Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan.


Tata cara pelaksanaan dan petunjuk lain yang berhubungan dengan
peraturan pembangunan yang berlaku di Republik Indonesia selama
pelaksanaan, kontrak harus betul-betul ditaati.
Persyaratan umum pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan pernyataan
dalam BAB pekerjaan plumbing.
21.1.2.1 Persyaratan Instalasi Air Bersih.
a Pipa air bersih harus menggunakan pipa jenis AW, kualitas baik,
setara dengan produk Paralon,
b Fiting harus dari bahan yang sama dengana pipa diatas (dengan
kualitas baik.
c Gantungan-gantungan, klem-klem dan lain-lain, harus terbuat dari
bahan yang sama.
d Valve/ Stop Kran untuk instalasi air bersih harus dipakai mutu
yang terbaik.
e Kran-kran harus dipakai yang terbaik.
f Bak kontrol untuk Valve/ Stop Kran dibuat dari pasangan bata
dengan adukan kuat dan ditutup beton
21.1.2.2 Untuk Pekerjaan Instalasi Air Kotor.
a Semua pipa air kotor baik pipa utama maupun pipa cabang
terbuat dari bahan PVC dengan tekanan kerja 10 Kg/Cm2
standar JIS k 674/ kualitas baik, setara dengan produk Paralon.
b fiting-fiting untuk pemipaan ini juga terbuat dari bahan dan merk
yang sama.
c Avur dan leher angsa dari bahan stinless steel.
21.2 Sistem Pemipaan Air Bersih dan Air Kotor.
21.2.2 Sistem penyambungan pipa.
99

a Sambungan pipa PVC untuk air bersih dengan sambungan lem PVC
(Solvent) untuk pipa diameter 3“ kebawah.
b Untuk katup/Valve/ Stop Kran yang mempunyai 2” ke bawah mengunakan
katup penutup dengan sistem penyambungan pakai ulir/screwed.
c Selanjutnya untuk katup 3/4” kebawah dipakai katup tipe bola (global).
d Yang lebih besar dari 3/4” dipakai katup pintu (Gate Valve/Stop Kran) yang
berkualitas baik.
21.2.3 Pemasangan penyambungan pipa-pipa.
a Untuk fiting-fiting sambungan harus dari jenis standar yang dikeluarkan
oleh pabrik dan disetujui oleh Konsultan Lapangan.
b Sistem sambungan bisa memakai Ring Gaskets/ Rubbert Ring Join, untuk
dimensi 2” digunakan lem/solvent semen.
21.3. Pemasangan fixtures, fiting dan sebagainya.
1. Semua Fixtures harus dipasang dengan baik dan didalamnya bebas dari
kotoran yang akan menggangu aliran atau kebersihan air dan harus
terpasang dengan kokoh (rigit) ditempatnya dengan tumpuan yang
mantap.
2. Semua fixtures fiting, pipa-pipa air pemasangannya harus rapih, kuat
dalam kedudukannya dan tidak mengganggu pada waktu pemasangan
dinding keramik dan sebagainya. Penggantungan/penumpu pipa/klem-
klem.
21.4 Pipa tegak dalam tembok dan diluar tembok.
Pipa tegak yang menuju ke fixtures harus dimasukan dalam tembok.
Kontraktor harus membuat alur-alur atau lubang yang diperlukan pada
tembok sesuai dengan kebutuhan pasangan pipa dan diklem, harus ditutup
kembali sehinga pipa tidak kelihatan dari luar. Cara-cara penutupan kembali
harus seperti semula dengan penyelesaian yang rapi sehingga tidak terlihat
bekas pasangan.
Pemasangan pipa-pipa harus dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pemasangan pipa harus dilaksanakan sebelum finising dinding /plesteran
dan langit-langit dilaksanakan.
10
0

2) Pemasangan sparing untuk pipa-pipa yang mungkin akan menembus


struktur bangunan harus dilaksanakan beresama-sama pada waktu
pelaksanaan struktur yang bersangkutan.
3) Persilangan antara air bersih dan air limbah harus dihindarkan.
21.5 Pengecatan.
a Semua pipa dari besi yang tidak tertanam didalam tanah/tembok dilapisi dengan cat
anti karat dan tanda arah aliran dipakai warna biru.
b Semua Valve/ Stop Kran harus diberi tanda yang menyebutkan nomor identifikasi
sesuai dengan fungsinya.
21.6 Pengujian.
a Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang harus diuji dengan tekanan
hidrostatik selama 24 jam terus menurus tanpa terjadi penurunan tekanan.
b Peralatan pengujian ini harus dilakukan dengan disaksikan oleh pihak yang
dianggap perlu/dikuasakan untuk itu, dan selanjutnya dibuat Berita Acara.
c Dalam pengetesan semua kran-kran harus dalam keadaan tertutup untuk melihat
kebocoran.
d Testing pemipaan harus dilaksanakan sebelum pipa tertutup dengan tanah (untuk
pipa diluar gedung) atau tertutup dengan plesteran dinding dan sebelum langit-
langit didaerah tersebut terpasang. Untuk sistem air kotor, air kotoran, vent dan air
hujan harus diuji terhadap kebocoran.

Anda mungkin juga menyukai