Anda di halaman 1dari 30

Permasalahan dan Inovasi dalam

Perencanaan dan Penyediaan Fasilitas


Transportasi Publik di Kota Bandung

Fiqran M. Yusuf (25418004) | G.A.P. Sri Maharani Febriyanti (25418007) | Ni Made Rika
Krisanti (25418021) | Devina Widya Putri (25418026) | Aude Ilman Rasjiddin (25418035)
AGENDA

Pendahuluan 1
Gambaran Umum
2
Kota Bandung
Kronologi
3
Permasalahan Struktur
4
Refleksi Permasalahan
5
Permasalahan
6 Solusi Inovatif
Penutup 7
Pendahuluan

• Dalam pembangunan perkotaan, aspek transportasi menjadi salah satu kunci,


khususnya berkaitan dengan pengembangan infrastruktur.
• Semakin besar suatu kota, maka semakin kompleks pula struktur spasial yang
didukung oleh sistem transportasi, sehingga potensi gangguan dari kompleksitas
tersebut juga semakin tinggi, terlebih jika tidak diatur secara efektif (Rodrigue, 2016).
• Kota Bandung yang merupakan ibukota Provinsi Jawa Barat juga tidak terlepas dari
permasalahan transportasi perkotaan, termasuk di dalamnya permasalahan terkait
layanan transportasi publik.
Pendahuluan

Tujuan
Mengeksplorasi langkah solusi inovatif yang dapat diambil oleh Pemerintah
Kota Bandung dalam rangka menyelesaikan permasalahan terkait penyediaan
fasilitas transportasi publik.

Metode
• Data sekunder
• Data primer
• Teori penyediaan fasilitas perkotaan
Gambaran Umum
Kota Bandung
GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

• Jumlah populasi 2.503.710 jiwa pada tahun


2018 dengan laju pertumbuhan penduduk
4,54% (BPS Kota Bandung, 2019).
• Ibukota Provinsi Jawa Barat dan kota inti dari
Metropolitan Bandung Raya.
• Pada tahun 2018, di Kota Bandung terdapat
1.738.672 kendaraan bermotor. Kendaraan
bermotor pribadi memiliki jumlah unit
terbanyak (1.706.573 unit), dibandingkan
dengan kendaraan dinas (17.921 unit) dan
kendaraan umum (14.178 unit) (BPS Kota
Bandung, 2019).
GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

• Transportasi publik yang melayani


perjalanan di dalam Kota Bandung meliputi
angkot (36 trayek), bus Trans Metro
Bandung (TMB) (5 trayek), dan bus
DAMRI (12 trayek).
• Pengelolaan angkot dilakukan oleh
koperasi dan individu, sementara bus TMB
oleh Dishub Kota Bandung dan bus DAMRI
oleh Perum DAMRI.
• Wilayah yang sudah terlayani oleh trayek
transportasi publik terhitung sebesar
68,75%, meninggalkan 31,25% wilayah
Kota Bandung yang tidak masuk dalam
jangkauan 500 m trayek transportasi publik
(belum terlayani).
GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

• Alokasi anggaran dalam Rencana Strategis Dinas Perhubungan Kota Bandung tahun
2013-2018, terkait dengan penyediaan fasilitas transportasi pubik, menganggarkan
264,4M untuk pengembangan sarana angkutan umum yang aman dan nyaman, serta
675,34M untuk pembangunan sarana dan prasarana perhubungan, dengan kegiatan
pendukungnya.
• Pembiayaan terkait transportasi publik Kota Bandung di atas seluruhnya masih
bersumber dari APBD..
Kronologi Permasalahan
• Cakupan layanan angkutan • Terdapat moda alternatif
umum sebesar 68,75% dari dengan utilitas yang lebih
total wilayah Kota Bandung tinggi
• Penggunaan kendaraan pribadi • Preferensi dalam pemenuhan
tinggi (Pola Konsumsi) utilitas juga dipengaruhi oleh
• Tidak ada integrasi antarmoda Utilitas Rendah sehingga pendapatan
angkutan umum → merubah preferensi • Trayek angkutan umum
aksesibilitas rendah (Angkot) menurun dari 77
• Infrastruktur pendukung yang menjadi 36 trayek
tidak memadai • Penurunan pendapatan
• Armada dan trayek TMB (34) angkot rata-rata sebesar 50%
dan Damri (143) sebagai semenjak tahun 2014/2015
angkutan umum yang dikelola
pemerintah terbatas
Kronologi Permasalahan
• Operasional angkutan umum sudah tidak efektif → pengurangan jumlah armada
• Intervensi kebijakan pemerintah kurang signifikan
• Keterbatasan pada lebar jalan menghambat penyediaan moda transportasi umum
• Terdapat beberapa kebijakan yang tertunda dan tetap menjadi wacana semenjak 5 tahun
belakangan
Seperti, konversi 5 angkot menjadi 1 bus
Restrukturisasi angkutan umum
Penambahan jalur TMB yang tidak disetujui oleh pihak Angkot karena bersinggungan dengan trayek Angkot
Dll.
Mekanisme pasar yang mendominasi penyediaan angkutan umum sudah tidak efisien. Intervensi apa
yang diperlukan pemerintah?
Diperlukan penyusunan struktur lebih lanjut dan melihat ‘permasalahan’ angkutan umum sebagai
fasilitas perkotaan. Lalu struktur tersebut disandingkan dengan model-model permasalahan (teori)
untuk mencari inovasi dalam penyelesaianya
Struktur Permasalahan
REFLEKSI
PERMASALAHAN
PREFERENSI KONSUMEN TRANSPORTASI PUBLIK

• Penurunan dan rendahnya penggunaan transportasi umum terjadi karena preferensi pemilihan
moda telah berubah.
• Hal ini direfleksikan dari tingginya penggunaan kendaraan pribadi, penurunan operasional Angkot
(pendapatan, pengurangan armada dan pedapatan), dan preferensi terhadap transportasi online.
• Preferensi tersebut merupakan gambaran dari pemenuhan utilitas dari suatu fasilitas berdasarkan
pendapatan atau sejumlah biaya yang dikeluarkan.
• Permasalahan pemilihan moda saat ini menegaskan bahwa utilitas dari transportasi umum saat ini
tidak sesuai dengan preferensi masyarakat.
• Hal tersebut dapat disebabkan oleh dua hal, pertama utilitas yang rendah dan terdapat alternatif
lain dengan utilitas yang leibh tinggi.
• Dengan demikian, perlu ditekankan bahwa pertimbangan preferensi sangat diperlukan dalam
penyediaan transportasi umum.
PREFERENSI KONSUMEN TRANSPORTASI PUBLIK

• Perilaku pemilihan moda pergerakan (fasilitas perkotaan) juga dapat


dilihat berdasarkan theory of clubs dan model Tiebout. Preferensi
• Kedua model tersebut menjelaskan pemilihan fasilitas yang bersifat
barang publik dan barang privat berdasarkan biaya dan fungsi utilitas
(teori perilaku konsumsi lebih fokus terhadap pola konsumsi Pemenuhan Utilitas
agregat/sejumlah barang). (Indirect Utility)
• Konteks utilitas yang digunakan adalah utilitas tidak langsung (indirect
utility), yaitu utilitas maksimum berdasarkan biaya yang dikeluarkan dan
pendapatan. IU IU IU
• Ketika seseorang dikenakan biaya, maka ia akan mencari utilitas tertinggi. Transportasi Transportasi Transportasi
Bobot pertimbangan utilitas akan menurun jika fasilitas tersebut tidak Publik Pribadi Online
dikenakan biaya (melainkan dari pajak yang merata). Kondisi ini dapat Rendah
dijelaskan oleh model public vs private provision Tiebout Model. Peralihan pemilihan moda
• Refleksi ini menuntun kepada solusi diversifikasi cara penyediaan
transportasi umum (publik dan privat) untuk memisahkan preferensi yang
berbeda berfasarkan tarif dan pendapatan.
JANGKAUAN TRAYEK TRANSPORTASI PUBLIK

• Model interaksi spasial → interaksi antartempat atau antarwilayah


dipengaruhi oleh daya tarik kedua tempat atau wilayah dan fungsi jarak yang
memisahkan keduanya.
• Terdapat area yang menghasilkan bangkitan atau tarikan perjalanan yang
tinggi namun tidak dilayani dengan trayek dan jumlah armada yang tinggi.
• Tipe penggunaan jalan satu arah, berdampak pada perbedaan jalur trayek
pulang dan pergi, sehingga mempersulit pengguna transportasi publik.
JUDUL SLIDE
Titik Pemberhentian Transportasi Publik

PERMASALAHAN TEORI TUJUAN

Jarak yang harus ditempuh Metode P-Median • Meminimalkan


konsumen menuju halte Lokasi fasiltias pelayanan (supply center) bobot jarak yang
tidak sesuai dengan lokasi pusat penduduk harus ditempuh
(demand center) (Bigman, 1978) konsumen
• Optimalisasi lokasi
• Perilaku konsumen naik halte terhadap titik
Lokasi Optimal Fasilitas Publik
turun transportasi demand tertinggi
Fungsi Utilitas Konsumen (jarak, jumlah
publik di luar area halte • Memaksimalkan
fasilitas, biaya yang dikeluarkan konsumen)
• Angkutan umum efisiensi pelayanan
(Fujita, 1985)
mencari penumpang di transportasi publik
luar rute untuk • Meningkatkan
mencapai daerah Model Ekspansi konsumen
dengan deman yang Distribusi titik pemberhentian transportasi pengguna
lebih tinggi publik (Wei, 2010) transportasi publik
KOMPETISI DALAM MODA TRANSPORTASI PUBLIK

Moda Transportasi Publik di Kota Bandung Kompetisi Transportasi Publik


• Moda angkutan umum yang terdapat di Kota Bandung terdiri • Overlapping rute ini selanjutnya menyebabkan kompetisi di
dari Trans Metro Bandung, DAMRI dan angkutan kota. antara moda-moda transportasi ini.
• Kondisi ketiga angkutan umum ini belum berjalan secara • Kompetisi ini mengakibatkan persaingan dalam pasar
optimal karena Trans Metro Bandung dan DAMRI yang penyediaan transportasi public, dimana moda transportasi
sudah beroperasi hanya melewati jaringan-jaringan utama. public merupakan barang public yang menjadi hak
• Angkutan kota yang ada saat ini belum terjadwal serta masyarakat.
memiliki armada yang juga melewati koridor yang dilewati • Aktor-aktor yang berperan dalam persaingan ini adalah
oleh Trans Metro Bandung dan DAMRI. individu/swasta untuk Angkot, dan Pemerintah untuk Damri
• Hal ini menyebabkan terjadinya ketidakintegrasian rute di dan TMB.
beberapa ruas jalan antara Trans Metro Bandung (TMB), • Selain itu peran ojek online dalam kompetisi ini
DAMRI, dan Angkutan Kota yang menyebabkan mengakibatkan persaingan menjadi lebih ketat.
ketidakefektifan dari ketiga angkutan umum tersebut dalam • Untuk mengatasi ketidakintegrasian tersebut, pemerintah
melayani kebutuhan transportasi masyarakat. telah menganalisa beberapa strategi dengan pendekatan
Game Theory
TUMPANG TINDIH RUTE TRANSPROTASI PUBLIK

• Tumpang tindih rute banyak terjadi


para koridor utama terutama pada
koridor 1 (Cibereum-Cibiru) dan
koridor 2 (Cicaheum-Cibeureum)
dengan DAMRI dan Angkutan kota
yang juga melewati koridor tersebut.
• Angkutan Kota memiliki 36 trayek
dengan yang melewati koridor-koridor
utama tumpang tindih dengan TMB dan
DAMRI.
KOMPETISI TRANSPORTASI PUBLIK AKIBAT DISINTEGRASI
PERMASALAHAN TEORI KEBIJAKAN
Non Cooperative Games, strategi dimana
Disintegrasi transportasi kedua belah pihak tidak ada yang
publik mengalah – kesepakatan dengan
koordinasi dan intervensi

Kompetisi antara angkutan Equilibrium Nash, strategi yang dilakukan


kota, Trans Metro Bandung dengan kesepakatan salah satu pihak,
Konversi jenis kendaraan
(TMB), dan DAMRI semakin menyetujui untuk tidak mendapat
angkot.
ketat keuntungan asal tidak menderita kerugian
(point 0).

Prisioner Dilemma, strategi yang


Pengaturan ulang trayek
Disintegrasi transportasi menggambarkan salah satu pihak dapat
angkot
publik memprediksi strategy dari pihak lainnya.
Solusi Inovatif
DIVERSIFIKASI MODA TRANSPORTASI PUBLIK

Membagi angkutan umum di Kota Bandung menjadi dua jenis:


• Public Provision : Bebas biaya atau pembiayaan operasional dari pajak agar utilitas
pada jenis ini tidak terlalu mempengaruhi preferensi → Target kelas menengah ke
bawah.
• Private Provision : Pemenuhan preferensi akan tingkatan utilitas tertentu dan penaikan
tariff/biaya → Target kelas menengah ke atas (TMB atau Damri Premium).
Tujuan dari solusi ini pada dasarnya mengarahkan preferensi melalui indirect utility yang
berbeda. Karena pada dasarnya preferensi masyarakat bersifat heterogen.
RE-ROUTING Trayek Transportasi Publik

• Mengintegrasikan transprotasi publik antarmoda dengan memfungsikan


angkot sebagai feeder menuju jalur trayek TMB dan Damri. → Pengaturan
ulang rute untuk beberapa trayek.
• Angkot feeder menjadi moda yang tidak dipungut biaya (public provision).
• Pengaturan rute TMB dan DAMRI premium dari dan menuju area dengan
permukiman dan aktivitas perekonomian kelas menengah ke atas.
PENYEDIAAN HALTE TRANSPORTASI PUBLIK

Solusi penyediaan halte transportasi publik • Jarak tempuh konsumen


(max. 500 m)
• Ketersediaan jumlah
fasilitas (halte)
• Metode P-Median • Biaya yang harus
• Pola Persebaran dikeluarkan
Model Kriteria Fungsi
Kepadatan Penduduk
Ekspansi Utilitas
• Pola Tata Guna Lahan
Kota Bandung
Kemampuan Ruas Jalan
Optimalisasi lokasi infrastruktur pendukung
transportasi publik: Halte
• Kapasitas dan konektivitas
ruas jalan
• Integrasi arus lalu lintas
dengan pergerakan
transportasi publik
PENYEDIAAN HALTE TRANSPORTASI PUBLIK

Model Ekspansi Kriteria Fungsi Utilitas Kemampuan Ruas Jalan

• Mengidentifikasi sistem pergerakan


• Jarak tempuh konsumen menuju lalu lintas Kota Bandung sehingga
• Melakukan relokasi titik halte titik lokasi halte (maksimal jarak mengetahui kapasitas dan konektivitas
didaerah dengan demand yang tempuh berjalan kaki 500 m) ruas jalan. Halte transportasi publik akan
tinggi, untuk memaksimalkan • Ketersediaan jumlah fasilitas, hal berdapak terhadap sistem pergerakan
dan mencapai keadilan ini menyangkut dengan keadilan lalu lintas kota, maka dari itu optimalisasi
pelayanan halte. persebaran halte secara spasial titik lokasi halte harus terintegrasi
• Mengidentifikasi pola agar dapat melayani konsumen dengan jaringan jalan perkotaan.
persebaran kepadatan dengan maksimal • Pergerakan transportasi publik dengan
penduduk dan pola tata guna • Biaya yang harus dikeluarkan titik lokasi halte harus menyesuaikan
lahan untuk mencapai konsumen terhadap fasilitas publik proporsi arus lalu lintas perkotaan,
keseimbangann positif fungsi • Peningkatan kualitas sehingga pemberhentian transportasi
halte. (kenyamanan) halte di titik dengan publik tidak mengganggu arus lalu
jumlah trayek lebih dari satu. lintas di sekitarnya atau malah
menyebabkan kemacetan.
KONSEP INTEGRASI Transportasi Publik

Integrasi Moda Transportasi Publik

Integrasi Institusi Integrasi Operasional Integrasi Fisik

Perencanaan dan kebijakan Manajemen operasional dan Integrasi rute dan halte
untuk masing-masing moda koordinasi jasa untuk transportasi publik.
transportasi publik. optimalisasi alokasi sumber
daya transportasi publik.
KONSEP INTEGRASI Transportasi Publik

Integrasi Institusi Integrasi Operasional Integrasi Fisik

• Armada angkutan umum yang


• Menyiapkan Kerjasama
berfungsi sebagai feeder • Melakukan pengaturan ulang rute angkot
Pemanfaatan (KSP) dengan pihak
(angkutan pendukung) yang mengalami benturan dengan
swasta atau Kerjasama
operasionalnya agar disubsidi dihapuskan atau dialihkan ke rute baru
Pemerintah dengan Badan Usaha
pemerintah. yang minim transportasi publik.
(KPBU).
• Untuk armada TMB dan Damri • Memanfaatkan ruang halte sebagai
• Kerjasama antarinstitusi dan aktor
premium, skema operasionalnya aktivitas komersial periklanan.
yang berperan dalam re-routing
dapat menggunakan joint venture • Development exaction juga dapat
dengan jaminan pendapatan
antara pihak swasta dan digunakan untuk pembangunan
dapat sesuai sebelum dan
pemerintah. infrastruktur pendukung seperti
sesudah re-routing.
• Menawarkan kesempatan halte/shelter. Biaya pembangunan halte
• Membangun BUMD bidang
memasang iklan di bus DAMRI dapat dibebankan kepada pihak swasta
transportasi untuk mengelola dan
atau TMB serta halte, dan sebagai kompensasi dari perijinan yang
mengoordinasi transportasi public
kesempatan memperluas bisnis diberikan oleh pemerintah.
Kota Bandung.
di sekitar terminal.
INFRASTRUKTUR JALAN

• Pemerintah Kota Bandung perlu berani untuk mengambil langkah pelebaran jalan, yang
selanjutnya dapat digunakan untuk mengembangkan Bus Rapid Transit dengan jalur
eksklusif, guna meningkatkan minat penggunaan transportasi publik.
• Pemerintah Kota Bandung perlu mempertimbangkan kembali pengaturan jalur satu
arah di beberapa wilayah dengan aktivitas perdagangan dan jasa yang tinggi, karena
mempersulit penggunaan transportasi publik, atau memberikan opsi moda yang dapat
bergerak 2 arah.
• Untuk itu, perlu dibangun kerjasama antarsektor dengan OPD terkait.
PENUTUP

• Permasalahan transportasi publik di Kota Bandung meliputi permasalahan di aspek


penawaran (halte, jangkauan, utilitas, armada, institusional) dan di aspek permintaan
(preferensi konsumen).
• Dalam kaitannya dengan teori penyediaan fasilitas perkotaan, permasalahan-
permasalahan tersebut dapat dilihat berdasarkan model Tiebout, theory of clubs,
model interaksi spasial, teori lokasi, dan game theory.
• Langkah inovatif yang dapat diambil oleh Pemerintah Kota Bandung meliputi
diversifikasi moda, re-reouting trayek, penyediaan halte, serta integrasi transportasi
publik.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai