Fiqran M. Yusuf (25418004) | G.A.P. Sri Maharani Febriyanti (25418007) | Ni Made Rika
Krisanti (25418021) | Devina Widya Putri (25418026) | Aude Ilman Rasjiddin (25418035)
AGENDA
Pendahuluan 1
Gambaran Umum
2
Kota Bandung
Kronologi
3
Permasalahan Struktur
4
Refleksi Permasalahan
5
Permasalahan
6 Solusi Inovatif
Penutup 7
Pendahuluan
Tujuan
Mengeksplorasi langkah solusi inovatif yang dapat diambil oleh Pemerintah
Kota Bandung dalam rangka menyelesaikan permasalahan terkait penyediaan
fasilitas transportasi publik.
Metode
• Data sekunder
• Data primer
• Teori penyediaan fasilitas perkotaan
Gambaran Umum
Kota Bandung
GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG
• Alokasi anggaran dalam Rencana Strategis Dinas Perhubungan Kota Bandung tahun
2013-2018, terkait dengan penyediaan fasilitas transportasi pubik, menganggarkan
264,4M untuk pengembangan sarana angkutan umum yang aman dan nyaman, serta
675,34M untuk pembangunan sarana dan prasarana perhubungan, dengan kegiatan
pendukungnya.
• Pembiayaan terkait transportasi publik Kota Bandung di atas seluruhnya masih
bersumber dari APBD..
Kronologi Permasalahan
• Cakupan layanan angkutan • Terdapat moda alternatif
umum sebesar 68,75% dari dengan utilitas yang lebih
total wilayah Kota Bandung tinggi
• Penggunaan kendaraan pribadi • Preferensi dalam pemenuhan
tinggi (Pola Konsumsi) utilitas juga dipengaruhi oleh
• Tidak ada integrasi antarmoda Utilitas Rendah sehingga pendapatan
angkutan umum → merubah preferensi • Trayek angkutan umum
aksesibilitas rendah (Angkot) menurun dari 77
• Infrastruktur pendukung yang menjadi 36 trayek
tidak memadai • Penurunan pendapatan
• Armada dan trayek TMB (34) angkot rata-rata sebesar 50%
dan Damri (143) sebagai semenjak tahun 2014/2015
angkutan umum yang dikelola
pemerintah terbatas
Kronologi Permasalahan
• Operasional angkutan umum sudah tidak efektif → pengurangan jumlah armada
• Intervensi kebijakan pemerintah kurang signifikan
• Keterbatasan pada lebar jalan menghambat penyediaan moda transportasi umum
• Terdapat beberapa kebijakan yang tertunda dan tetap menjadi wacana semenjak 5 tahun
belakangan
Seperti, konversi 5 angkot menjadi 1 bus
Restrukturisasi angkutan umum
Penambahan jalur TMB yang tidak disetujui oleh pihak Angkot karena bersinggungan dengan trayek Angkot
Dll.
Mekanisme pasar yang mendominasi penyediaan angkutan umum sudah tidak efisien. Intervensi apa
yang diperlukan pemerintah?
Diperlukan penyusunan struktur lebih lanjut dan melihat ‘permasalahan’ angkutan umum sebagai
fasilitas perkotaan. Lalu struktur tersebut disandingkan dengan model-model permasalahan (teori)
untuk mencari inovasi dalam penyelesaianya
Struktur Permasalahan
REFLEKSI
PERMASALAHAN
PREFERENSI KONSUMEN TRANSPORTASI PUBLIK
• Penurunan dan rendahnya penggunaan transportasi umum terjadi karena preferensi pemilihan
moda telah berubah.
• Hal ini direfleksikan dari tingginya penggunaan kendaraan pribadi, penurunan operasional Angkot
(pendapatan, pengurangan armada dan pedapatan), dan preferensi terhadap transportasi online.
• Preferensi tersebut merupakan gambaran dari pemenuhan utilitas dari suatu fasilitas berdasarkan
pendapatan atau sejumlah biaya yang dikeluarkan.
• Permasalahan pemilihan moda saat ini menegaskan bahwa utilitas dari transportasi umum saat ini
tidak sesuai dengan preferensi masyarakat.
• Hal tersebut dapat disebabkan oleh dua hal, pertama utilitas yang rendah dan terdapat alternatif
lain dengan utilitas yang leibh tinggi.
• Dengan demikian, perlu ditekankan bahwa pertimbangan preferensi sangat diperlukan dalam
penyediaan transportasi umum.
PREFERENSI KONSUMEN TRANSPORTASI PUBLIK
Perencanaan dan kebijakan Manajemen operasional dan Integrasi rute dan halte
untuk masing-masing moda koordinasi jasa untuk transportasi publik.
transportasi publik. optimalisasi alokasi sumber
daya transportasi publik.
KONSEP INTEGRASI Transportasi Publik
• Pemerintah Kota Bandung perlu berani untuk mengambil langkah pelebaran jalan, yang
selanjutnya dapat digunakan untuk mengembangkan Bus Rapid Transit dengan jalur
eksklusif, guna meningkatkan minat penggunaan transportasi publik.
• Pemerintah Kota Bandung perlu mempertimbangkan kembali pengaturan jalur satu
arah di beberapa wilayah dengan aktivitas perdagangan dan jasa yang tinggi, karena
mempersulit penggunaan transportasi publik, atau memberikan opsi moda yang dapat
bergerak 2 arah.
• Untuk itu, perlu dibangun kerjasama antarsektor dengan OPD terkait.
PENUTUP