Anda di halaman 1dari 21

Rencana Kerja dan Syarat (RKS)

Proyek : Pembangunan Rumah Tempat Tinggal Lantai 2

Lokasi : Jl. Mangga, ds. Geneng, Ngawi, Jawa Timur

BAB 1

Nama Proyek dan Lingkup Pekerjaan

1.1 Pekerjaan Yang Akan Dilaksanakan


Pembangunan Rumah Tempat Tinggal Lantai 2
1.2 Sumber Dana
Sumber dana yaitu dari owner
1.3 Alamat Proyek
Alamat proyek adalah : Jl. Nakula 1No.3, Kota Tangerang
1.4 Lingkup Pekerjaan
1.4.1 Pekerjaan Sipil
a. Pekerjaan persiapan
b. Pekerjaan Tanah dan Pondasi
c. Pekerjaan Beton
d. Pekerjaan Pasangan
e. Pekerjaan Atap
f. Pekerjaan Penutup Atap
g. Pekerjaan Lisplank dan Plafond
h. Pekerjaan Kusen
i. Pekerjaan Tegel Lantai
j. Pekerjaan Finishing
k. Pekerjaan Lain-Lain
1.4.2 Pekerjaan Instalasi Air, Drainase dan Plambing
a. Pekerjaan instalasi air bersih
b. Pekerjaan instalasi air kotor
c. Pembuatan septic tank dan sumur resapan
1.4.3 Pekerjaan Instalasi Listrik
a. Pekerjaan kabel
b. Pekerjaan stop kontak dan saklar
c. Pekerjaan pemasangan titik lampu pada instalasi listrik
d. Penyambungan ke saluran induk PLN
1.4.4 Pekerjaan Instalasi penangkal petir
a. Dilaksanakan secara konvensional, dipasang pada atap bangunan dengan
menggunakan kawat BC 50 mm², termasuk saluran yang turun ke bawah
(down conductor).
b. Ujung tongkat penerima petir setinggi 1 m dari puncak bangunan.
c. Saluran BC tersebut dipasang pada klem penyangga dengan jarak klem
50 cm satu dengan lainnya.
d. Pada tempat dimana pipa pertahanan (ground rod) ditancapkan, harus
dibuat bak kontrol yang dibuat di luar lantai bangunan.
e. Titik pertahanan untuk penangkal petir harus dipisahkan dengan titik
pertahanan panel.
f. Saluran BC dari bak kontrol ke tepi bangunan harus dilindungi dengan
pipa galvanis  ¾ , bak kontrol tersebut harus diberi tutup.
g. Saluran BC yang dipasang vertikal pada tembok bagian tepi luar
bangunan harus dilindungi dengan pipa PVC  1, setinggi 2,5 m dari
lantai.
h. Saluran BC untuk down conductor ditarik sepanjang kolom beton
bangunan, dengan cara ditanam pada plesteran beton dengan dilindungi
pipa PVC AW 1, saluran ini tidak boleh ada sambungan dalam pipa.
i. Saluran BC untuk seluruh sistem pertahanan ini tidak boleh ada
sambungan pada tempat yang tidak semestinya.
j. Elektroda tanah menggunakan elektroda dengan pipa galvanis  1,5,
dengan kawat BC 50 mm², minimal sedalam 6 m harus mencapai titik
air.
k. Besarnya sebar elektroda tanah tersebut tidak boleh lebih dari 2 ohm.
BAB 2

Tenaga Kerja dan Peralatan

2.1 Tenaga Kerja


a. Tenaga Kerja yang dilibatkan dalam pelaksanaan harus sesuai dengan jenis
pekerjaan dalam artian keahlian, pengalaman serta tidak melanggar ketentuan-
ketentuan yang berlaku di Indonesia.
b. Kontraktor harus menggunakan tenaga yang ahli dalam pelaksanaan, baik
tenaga pelaksana mandor sampai ke tukang.
c. Semua tenaga kerja dipimpin oleh seorang site manager atau pelaksana
sebagai wakil kontraktor di lapangan.
d. Tenaga kerja pelaksana sub kontraktor (jika ada) harus dipilih yang sudah
berpengalaman dan cukup ahli di bidangnya.
e. Hubungan kontraktor dengan sub kontraktor dalam hal menyangkut secara
keseluruhan pekerjaan tetap menjadi tanggung jawab kontraktor.
f. Klasifikasi Site Manager
1) Sarjana Teknik Sipil/ Arsitek dengan pengalaman kerja pada bidang yang
sesuai minimum 1 tahun.
2) Sarjana Muda Teknik/ Diploma III Sipil/ Arsitek dengan pengalaman kerja
pada bidang yang sesuai minimum 3 tahun.
3) SMK Bangunan dengan pengalaman kerja pada bidang yang sesuai
minimum 5 tahun.
2.2 Peralatan
2.2.1 Umum
a. Alat-alat untuk membantu pelaksanaan harus disediakan oleh kontraktor
dalam kondisi baik dan siap pakai.
b. Untuk kelancaran pekerjaan, untuk alat-alat mekanis/ mesin harap disiapkan
tenaga operator yang mampu memperbaiki apabila mengalami gangguan
operasional.
c. Peralatan yang dimaksud, dalam jumlah minimal yang harus disediakan oleh
kontraktor.
2.2.2 Pekerjaan Pengukuran
Untuk membuat ketinggian beberapa titik menjadi sama kontraktor harus
menyediakan alat selang ukur.
2.2.3 Pekerjaan Beton
Peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan beton:
1) Beton mollen minimal 1 unit
2) Alat pemotong tulangan
3) Alat pembengkok tulangan
2.2.4 Pekerjaan Keramik/ Porselen/ Genteng
Untuk pemotongan keramik, porselen dan genteng digunakan mesin potong
minimal 2 unit.

BAB 3

Bahan dan Mutu Pekerjaan

3.1 Jenis dan Mutu Bahan


a. Jenis bahan diutamakan produksi dalam negeri.
b. Kebutuhan bahan tambang (Pasir, Batu, dan Kerikil) membeli ke toko
bangunan.
3.2 Pemakaian Merk Dagang
Apabila dalam RKS hanya disebutkan satu merk dagang, bukan berarti hanya merk
tersebut yang digunakan melainkan dapat digunakan merk lain yang sesuai dengan
standart mutu dan ciri-ciri fisik yang sama.
3.3 Perubahan Pemakaian Merk Dagang Bahan
Kontraktor dapat mengusulkan perubahan merk dagang secara tertulis apabila
ternyata merk dagang tersebut tidak terdapat di pasaran, sepanjang kontraktor dapat
membuktikan kesetaraan kualitas dan ciri-ciri fisik yang dituntut RKS dan untuk
menggunakannya harus ada persetujuan dari pihak Konsultan Pengawas dan
Pengelola Poyek.
3.4 Prosedur Pengadaan Bahan Bangunan
a. Secepatnya kontraktor melalui Site Manager/Pelaksana mengajukan contoh
bahan yang akan digunakan dan disesuaikan dengan spesifikasi yang ada pada
RKS ini, pada saat Rapat Lapangan yang pertama kali.
b. Contoh Bahan yang telah disetujui dipasang dalam Direksi Keet sebagai
pedoman mutu bahan.
c. Apabila tanpa mengajukan contoh atau mengajukan contoh bersamaan dengan
datangnya bahan tersebut, maka Lapangan/ Direksi berhak menolak dan
mengeluarkan dari lokasi pekerjaan.
3.5 Pemeriksaan Bahan
a. Konsultan Pengawas bertugas untuk memeriksa semua jenis bahan bangunan
yang akan digunakan serta mendapat wewenang untuk menolak
penggunaanya, apabila spesifikasinya tidak memenuhi syarat yagn telah
ditentukan.
b. Bahan yang didatangkan oleh Kontraktor tetapi, ditolak pemakaiannya oleh
Konsultan Pengawas maka keberadaan bahan tersebut harus segera
dikeluarkan dari lokasi proyek selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.
c. Konsultan Pengawas berwenang untuk mengetahui berbagai keterangan asal
bahan yang digunakan, dan kontraktor berkewajiban untuk memaparkannya
secara lengkap.

BAB 4

Peraturan Teknis Yang Digunakan

dan Tangung Jawab Kontraktor

4.1 Umum
Pedoman pelaksanaan yang diatur oleh pemerintah pembangunan yang sah berlaku di
Indonesia sepanjang tidak ditetapkan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
yang harus ditaati selama pelaksanaan Surat Perjanjian Pekerjaan Pemborongan
adalah :
a. Kepres No. 16/ 1994
b. SK SNI T-15-1991-03 tentang peraturan beton
c. N.I 3- Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (PUBB) 1983
d. N.I 5- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) 1961
e. N.I 8 Peraturan Semen Portland Indonesia 1973
f. N.I 18- Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPI) 1983
g. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987
h. Peraturan Umum Instalasi Air Minum (AVWI)
i. Pearturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Umum Dinas Keselamatan
Kerja No. 3 1958 dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
j. Peraturan-peraturan lain yang dikeluarkan oleh Pemerintah setempat yang
berkaitan dengan permasalahan bangunan.
4.2 Khusus
Untuk melaksanakan pekerjaan seperti yang tersebut dalam BAB 28, maka berlaku
dan mengikat:
a. SK Pimpro tentang penunjukan kontraktor (Gunning)
b. Surat Kesanggupan Kerja
c. Surat Perintah Kerja
d. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya
e. Gambar bestek
f. RKS beserta lampiran-lampirannya
g. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
h. Kontrak Pelaksanaan dan Addendumnya (jika ada)
i. Shop Drawing yang diajukan kontarktor yang disetujui Konsultan Pengawas
dan atau Pengelola teknis Proyek untuk dilaksanakan
j. Time Schedule yang diajukan oleh kontraktor yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan Pengelola Proyek.
4.3 Tanggung Jawab Kontraktor
Kontraktor wajib mematuhi dokumen kontrak dan apabila terjadi pelanggaran akan
dikenakan denda.

BAB 5

Penjelasan RKS dan Gambar


5.1 Penjelasan Gambar
a. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencanan dan gambar detail maka yang
harus diikuti adalah gambar detail.
b. Bila terdapat skala gambar dan ukuran yang tertulis dalam gambar berbeda,
maka ukuran dalam gambar yang berlaku.
c. Bila rekanan meragukan tentang perbedaan antara gambar yang ada, baik
konstruksi maupun ukurannya, maka rekanan berkewajiban untuk
menanyakan kepada Konsultan Pengawas.
d. Dalam hal ini terjadi penyimpangan detail antara gambar bestek dan keadaan
di lapangan, kontraktor dapat mengajukan gambar kerja (shop drawing) yang
sesuai dengan kondisi lapangan dan mempergunakannya dalam pelaksanaan
dengan persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
e. Di dalam semua hal bila terjadi pengambilan ukuran yang salah adalah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
f. Apabila dalam gambar disebutkan lingkup pekerjaan atau ukuran, sedang
dalam RKS tidak disebutkan, maka gambar yang harus dilaksanakan.
5.2 Penjelasan RKS
a. Pada RKS tentang Syarat-syarat Teknis termuat lingkup pekerjaan, spesifikasi
bahan yang digunakan dan syarat-syarat pelaksanaan.
b. Apabila dalam gambar tidak tercantum lingkup pekerjaan, ukuran dan jumlah
sedangkan dalam RKS pada lingkup pekerjaan tercantum, maka kontraktor
terikat untuk melaksanakannya.
5.3 Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
a. Berita acara rapat penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) merupakan catatan
perubahan/ penambahan/ pengurangan/ penetapan dari gambar kerja dan RKS.
b. Apabila ada perubahan/ penambahan/ pengurangan/ penetapan RKS dan
gambar tidak ada dan tidak disebutkan pada Berita Acara Rapat Penjelasan
Pekerjaan (Aanwijzing), maka kontraktor dapat mengajukan penjelasan pada
saat rapat lapangan.
c. Berita Acara Rapat Lapangan yang memberikan penjelasan maupun segala
keputusan rapat mengikat untuk dilaksanakan.
BAB 6

Pekerjaan Persiapan

6.1 Lingkup Pekerjaan


a. Memasang pagar pengaman di lokasi, sehinga tidak akan mendapat gangguan.
b. Mengadakan komunikasi dengan instansi terkait dalam rencana pembangunan
ini.
c. Mengadakan atu membangun direksi keet, gudang dan barak kerja dengan
perlengkapannya.
d. Mengadakan tempat persiapan penimbunan dan penyimpanan bahan.
e. Pengadakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin pembantu pekerjaan guna
menjamin kelancaran pekerjaan.
f. Melaksanakan pengukuran guna menentukan duga lapangan dan ukuran-
ukuran lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan bangunan ini serta
memasang bouwplank.
g. Menyediakan kotak PPPK dan alat pemadam kebakaran dengan
perlengkapannya.
h. Membuat jalan masuk ke lokasi proyek.
i. Mengurus ijin bangunan.
6.2 Bahan dan Perlengkapan
6.2.1 Bahan Direksi Keet dll.
a. Bahan dinding dan pintu dari tripleks tebal 4 mm.
b. Rangka bangunan dari kayu meranti 5/7.
c. Lantai dari semen gresik.
d. Penutup atap seng gelombang BJLS 30.
e. Kunci pintu kuda terbang.
6.2.2 Perlengkapan Direksi Keet

a Satu buah meja ukuran 80 x 100 cm dilengkapi dengan laci yang bisa dikunci.
b Satu buah kursi untuk meja tulis.
c Satu stel meja kursi duduk untuk tamu.
d Sebuah almari arsip yang bisa dikunci.
6.3 Tata Cara Pelaksanaan
6.3.1 Hak Bekerja di Lapangan
a. Lapangan pekerjaan akan diserahkan oleh Pemberi Tugas kepada
Kontraktor selama waktu pelaksanaan dan sesuai dengan keadaan pada
waktu peninjauan.
b. Setiap kelambatan atas penyerahan lapangan ini dapat dipertimbangkan
oleh Pengelola Proyek sebagai perpanjangan masa pelaksanaan pekerjaan.
6.3.2 Pembagian Halaman untuk Pekerjaan dan Jalan Masuk
a. Apabila kontraktor akan mendirikan bangunan sementara (Direksi Keet
dan gudang ) maupun tempat penimbunan bahan, maka kontraktor harus
merundingkan terlebih dahulu kepada Pengelola Proyek tentang
penggunaan halaman ini.
b. Semua biaya untuk prasarana, fasilitas untuk memasuki daerah pekerjaan
serta akomodasi tambahan di luar daerah kerja menjadi tanggungan
kontraktor.
c. Apabila terjadi kerusakan pada jalan kompleks, saluran air atau bangunan
lainnya yang disebabkan adanya pembangunan ini kontraktor
berkewajiban untuk memperbaiki kembali, selambat-lambatnya dalam
masa pemeliharaan.
6.3.3 Koordinasi dan Administrasi
a. Sebelum pekerjaan dimulai, maka kontraktor mengadakan persiapan ijin
dan berkoordinasi dengan Pihak proyek dan Konsultan Pengawas.
b. Melakukan koordinasi untuk mengurus IMB, terutama kelengkapan
administratif yang akan diberikan oleh pihak Pemberi Tugas, biaya ijin
bangunan tersebut menjadi beban kontraktor.

6.3.4 Direksi Keet


a. Kontraktor diwajibkan membuat gudang yang tertutup yang dapat dikunci
dengan aman dan terlindung terhadap hujan dan panas, untuk
menempatkan seperti PC dan alat-alat penting dan sebagainya.
b. Segala biaya pembuatan gudang menjadi tanggung jawab dan beban
kontraktor.
6.3.5 Pekerjaan Pembersihan
Lokasi bangunan harus bersih dari tanaman/tumbuhan, apabila belum bersih,
maka kontraktor wajib untuk membersihkannya.
6.3.6 Pekerjaan Pengukuran Tapak Kembali
a. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran ulang dan penggambaran
kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan
mengenai peil ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-batas tanah
dengan alat-alat yang sudah ditera kebenarannya.
b. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengecekan ulang dan mendata
kondisi bangunan existing di sekitar lokasi proyek dan melaporkan secara
tertulis, lengkap dengan foto-foto kondisi sebelum pelaksanaan.Peil lantai
diambil dari as jalan raya.
c. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan
lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Pengawas /
Perencana untuk dimintakan keputusannya.
d. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat
selang timbang yang ketepannya dapat dipertanggung jawabkan.
e. Kontraktor harus menyediakan secara terus menerus selang timbang untuk
kepentingan pemeriksaan perencanaan / Pengawas selama proyek.
f. Pengurursan sudut siku dengan prisma atau benang secara asas Segitiga
Phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui
oleh Perencana/Pengawas.
g. Segala pekerjaan pengukuran persiapan termasuk tanggungan Kontraktor.
Alat ukur harus sudah dikalibrasi, dan dilampirkan bukti pengecekan
kalibrasi.

6.3.7 Pekerjaan Bowplank


a. Kontraktor berkewajiban mengajukan rencana bowplank untuk
mendapatkan persetujuan MK/Pengawas terlebih dahulu, sebelum
dimulainya pelaksanaan.
b. Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok kayu balok 5/7, tertancap
ditanah sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah, berjarak
maksimum sejarak as bangunan atau ditentukan lain atas persetujuan
MK/Pengawas.
c. Papan patok ukur dibuat dari kayu Meranti, dengan ukuran tebal 3 cm,
lebar 20 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya (selang
timbang)
d. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya, kecuali
dikehendaki lain oleh Perencana/Pengawas.
e. Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 200 cm dari as pondasi terluar.
f. Setelah selesai pemasangan papan dasar pelaksanaan, Kontraktor harus
melaporkan kepada Perencana/Pengawas.
g. Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan termasuk tanggungan
Kontraktor.
6.3.8 Pekerjaan Penyediaan Air dan Daya Listrik untuk Bekerja
a. Air untuk bekerja harus disediakan kontraktor dengan membuat sumur
pompa di lokasi proyek atau disuplai dari luar. Air harus bersih, bebas dari
debu, bebas dari lumpur, minyak dan bahan-bahan kimia lainnya yang
merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan
MK/Pengawas.
b. Listrik untuk bekerja harus disediakan kontraktor dan diperoleh dari
sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan.
Penggunaan diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan
untuk penggunaan sementara atas persetujuan pengawas.

BAB 7
Rencana Kerja

7.1 Rencana Kerja


a. Rencana kerja dibuat oleh kontraktor berupa bar chart, yang memuat prestasi
rencanan kerja dalam persen, dengan persetujuan dari Pemberi Tugas, serta
kontraktor wajib menggandakannya sebanyak 3 (tiga) copy yang masing-
masing diserahkan kepada pemilik bangunan, konsultan perencana, dan
konsultan pengawas.
b. Selanjutnya kontraktor harus berusaha mengikuti rencana kerja tersebut yang
menjadi dasar bagi Pengelola Proyek untuk menilai prestasi kontraktor segala
sesuatu persoalan yang berhubungan dengan kelambatan pekerjaan.
c. Pelaksanan harus membuat rencana kerja minggu pada stiap tahap pengerjaan,
palig tidak tiga hari sebelum dimulainya pelakasanaan pekerjaan tersebut dan
dilaporkan kepada Pengelola Proyek.
7.2 Pekerjaan Lembur
a. Apabila kontraktor akan bekerja diluar jam kerja (lembur), maka diwajibkan
membuat surat pemberitahuan kepada Konsultan Pengawas, maksimum 1 hari
sebelum dilaksanakan pekerjaan lembur.
b. Apabila tanpa pemberitahuan, dan kontraktor melakukan kerja lembur, maka
Pengawas Lapangan akan memberikan teguran secara tertulis dan melakukan
pembongkaran pada pekerjaan yang dilaksanakan pada jam lembur termaksud.

BAB 8

Penjagaan

a. Kontraktor wajib melakukan pengamanan barang-barang di seluruh halaman


pekerjaan bangunan, baik selama maupun pada waktu tidak dilakukan pekerjaan.hal
ini berlaku pula bagi barang-barang pihak ketiga dan pihak konsultan pengawas.
b. Barang-barang dan bahan-bahan bangunan yang hilang, baik yang belum maupun
yang sudah terpasang, tetap menjadi tanggungan kontraktor dan tidak diperkenankan
untuk diperhitungkan dalam biaya borongan tambahan.
c. Kontraktor diharuskan melaporkan personil yang tinggal di proyek diluar jam kerja
pada petugas keamanan setempat.

BAB 9

Pekerjaan Tidak Baik

9.1 Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan


a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan secara masal, dapat meminta persetujuan hasil
pekerjaan kepada Pengawas Lapangan/ Direksi.
b. Agar tidak terjadi bongkar/ pasang pekerjaan, apabila terdapat gambar rencana
yang tidak jelas, maka kontraktor diwajibkan menanyakan atau membuat shop
drawing kepada pengawas lapangan/ direksi untuk menyamakan pendapat,
atau apabila perlu dapat meminta konsultan perencana, untuk mendapat
jawaban yang pasti tentang perencanaannya.
c. Apabila pekerjaan yang bersifat khusus, maka sebelum melaksanakan
pekerjaan, kontraktor diwajibkan membuat Surat Ijin Pelaksanaan Pekerjaan,
antara lain :
1. Pekerjaan-pekerjaan bersifat struktural dan perlu perlakuan khusus
9.2 Mutu Pekerjaan
a. Mutu pekerjaan yang dituntut minimal adalah memenuhi kriteria yang baik,
dipandang dari segi konstruksi maupun finishing.
b. Apabila tidak memenuhi kriteria mutu yang dituntut, maka akan dilaksanakan
perbaikan sampai dengan pembongkaran pekerjaan yang sudah dilaksanakan.
c. Pekerjaan yang dibongkar, selambat-lambatnya  24 jam sesudah perintah
pembongkaran yang telah ditentukan oleh konsultan pengawas, kontraktor
diharuskan memperbaiki dan atau membuat baru semua pekerjaan yang
dinyatakan kurang/ tidak baik.
d. Ongkos perbaikan dan tau pembuatan baru ini tetap menjadi tanggung jawab
kontraktor.
e. Tidak ada hak pemborong untuk meminta perpanjangan waktu karena
melakukan melakukan pekerjaan tersebut dalam ayat 1, BAB ini.
BAB 10

Pekerjaan Tanah dan Pondasi

10.1 Lingkup Pekerjaan


10.1.1 Pekerjaan Galian
Galian tanah pondasi, bak-bak kontrol, saluran-saluran instalasi listrik/ air,
sumur, septictank, dan peresapan serta bagian-bagian yang ditunjukkan dalam
gambar.
10.1.2 Pekerjaan Urugan pada Bangunan
a. Urugan tanah bekas lubang galian dan di bawah lantai untuk peninggian
permukaan.
b. Urugan pasir dibawah pondasi dan lantai.
10.1.3 Pekerjaan Pasangan Pondasi Batu Kali
Kegiatan pekerjaan pasangan pondasi batu kali dilaksanakan pada pekerjaan
struktur dinding bata dalam bangunan, bak-bak bunga dan lain-lain sesuai
gambar rencana.
10.2 Bahan-bahan
10.2.1 Urugan Tanah
a. Bahan urugan berupa tanah urug harus bersih dari kotoran, humus dan
organisme lainnya yang dapat mengakibatkan penyusutan atau
perubahan kepadatan urugan pasir itu sendiri.
b. Tanah urug dapat digunakan tanah bekas galian dengan syarat
pelaksanaan khusus.
10.2.2 Pasir Urug
Pasir urug harus berbutir halus dan bergradasi tidak seragam.
10.2.3 Pasangan Batu Kali
a. Batu kali dan pasir, harus keras dan kekar serta bermutu kwartsa yang
disetujui Pengawas Lapangan/Perencana dan Owner.
b. Semen, sesuai ketentuan Portland Cement Indonesia: SNI 8 1972.
c. Air yang dipakai bersih.
10.3 Syarat-syarat Pelaksanaan
10.3.1 Pekerjaan Galian
a. Kedalaman galian pondasi minimal sesuai gambar, atau telah mencapai
tanah keras. Yamg dimaksud dengan tanah keras adalah tanah dengan
kemampuan daya dukung 1 kg/cm².
b. Apabila sampai kedalaman tersebut pada poin a, belum mendapatkan
tanah keras, maka kontraktor harus menghentikan pekerjaan galian dan
dikonsultasikan dengan Direksi dan Konsultan Perencana untuk mendapat
pemecahan sebaik-baiknya.
c. Apabila di dalam melaksanakan penggalian kedalaman pada tanah keras
lebih dalam, dan untuk mendapatkan kedalaman yang sesuai dengan
kedalaman yang dimaksud dalam gambar, maka penyesuaian kedalaman
dilakukan dengan menggunakan beton tumbuk tanpa biaya tambahan dari
Pemberi Tugas.
d. Pada galian tanah yang mudah longsor, kontraktor harus mengadakan
tindakan pencegahan dengan memasang penahan atau cara lain yang
disetujui Direksi.
e. Selama pelaksanaan penggalian, harus dibersihkan juga bekas-bekas akar,
pokok kayu, longsoran atau benda-benda yang dapat mengganggu
konstruksi pondasi.
f. Dalam pelaksanaan penggalian, pemasangan pondasi dan pekerjaan lain
di dalam galian harus dihindarkan dari genangan air dengan jumlah yang
cukup menunjang kelancaran pekerjaan tersebut.
10.3.2 Pekerjaan Urugan/Timbunan
a. Pelaksanaan pengurugan harus dilaksanakan dengan cara setiap lapis
dengan ketebalan setiap lapisan  25 cm dan dipadatkan dengan stamper.
b. Tanah yang akan diurugkan harus dalam keadaan terurai, bukan
merupakan bongkahan-bongkahan tanah agar mudah dipadatkan.
c. Tanah bongkahan tidak diijinkan untuk mengurug, disebabkan apabila
terkena air tanah dan terurai akan terjadi peburunan lantai.
d. Dalam pelaksanaan pengurugan terutama pasir dibawah lantai, kontraktor
harus memperhatikan tingkat kepadatannya, sehingga tidak akan terjadi
penurunan lantai akibat konsolidasi urugan.
10.3.3 Pekerjaan Pondasi Batu Kali
a. Pasangan aasntamping di bawah pondasi batu kali sebagai landasan
pondasi.
b. Bentuk pasangan batu kali harus sesuai dengan gambar rencana.
c. Pelaksanaan pondasi harus dalam keadaan lobang pondasi kering.
d. Adukan mempunyai komposisi 1 Pc:3 Ps:5 Kr sesuai dengan gambar
kerja.

BAB 11

Pekerjaan Beton

11.1 Lingkup Pekerjaan


11.1.1 Campuran 1PC : 6PS (pecah mesin)
Untuk pekerjaan beton tidak bertulang seperti lantai kerja untuk pondasi
beton, beton rabat dan beton tumbuk.
11.1.2 Pekerjaan Beton Struktural
Pekerjaan beton struktural, kolom struktur, konsol, balok, dan lain-lainnya,
dalam arti pekerjaan beton yang bukan praktis dengan pengawasan ketat
dengan mengikuti persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam SK SNI T-
15-1991-03, serta pengawasan yang ketat terhadap mutu.
11.2 Bahan-bahan
11.2.1 Umum
Bahan-bahan campuran beton berupa PC, agregat halus/ kasar, kontraktor
harus mengajukan terlebih dahulu contoh-contoh yang memenuhi syarat-
syarat dari berbagai sumber (tempat pengambilan).
11.2.2 Semen Portland (PC)
a. Semen portland yang dipakai harus dari 1 jenis menurut Peraturan
Semen Portland Indonesia 1972 (NI 8) yaitu semen gresik, tiga roda,
serta semen padang atau merk lain dengan persetujuan tertulis direksi.
b. Satu komponen tidak boleh dikerjakan dengan lebih dari satu merk
semen. Untuk maksud penggunaan merk yang berbeda dengan yang
sudah dilaksanakan harus diadakan test ulang sesuai dengan prosedur
untuk itu.
11.2.3 Agregat Halus (Pasir)
a. Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alami atau pasir buatan
yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu, asal memenuhi BAB 1.3.3
SK SNI T-15-1991-03.
b. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras serta bersifat
kekal.
c. Agregat halus harus bersih dan tidak boleh mengandung lumpur lebih
5% (terhadap berat kering) serta memenuhi gradasi yang baik.
d. Pasir laut tidak boleh dipergunakan.
11.2.4 Agregat Kasar
a. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau batu pecah alami,
maupun buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu asal
memenuhi BAB 1.3.4 SK SNI T-15-1991-03.
b. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori
serta bersifat kekal.
c. Bila mengandung butir-butir yang pisah jumlah beratnya tidak boleh
melampaui 20%.
d. Agregat juga tidak boleh kotor dengan kandungan lumpur maksimum
1%, bila melebihi maka agregat kasar harus dicuci.
e. Selain tidak boleh mengandung lumpur juga tidak boleh mengandung
zat-zat yang dapat merusak beton seperti zat reaktif alkali.
f. Gradasi agregat kasar diisyaratkan memenuhi SK SNI T-15-1991-03.
g. Ukuran butir agregat maksimum tidak boleh lebih daripada 1/5 jarak
terkecil antara bidang-bidang sepanjang dari cetakan, 1/3 dari tebal plat
atau ¾ dari jarak bersih minimum diantara batang-batang atau berkas-
berkas tulangan.
11.2.5 Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton-beton harus air bersih (yang dapat
diminum) dan tidak boleh mengandung minyak, asam, alkohol, garam-garam
dan bahan-bahan lain yang dapat merusak beton/tulangan baja.
11.2.6 Besi Beton
a. Dimensi Besi Tulangan
1. Ukuran baja tulang harus seperti dalam gambar.
2. Penggantian dengan diameter lain hanya diperkenankan atas
persetujuan tertulis oleh direksi.
3. Bila penggantian dapat disetujui, maka luas penampang besi pengganti
tidak diijinkan kurang dari dimensi tulang yang yang direncanakan,
baik dalam gambar maupun dalam perhitungan.
4. Segala biaya tambah akibat penggantian dimensi tulang menjadi
dimensi baru, sejauh bukan kesalahan perencanaan, adalah tanggungan
kontraktor.
b. Penyimpanan Besi Tulangan
1. Semua besi tulang beton, harus disimpan pada tempat yang telah
ditentukan dengan memisahkan setiap ukuran tulang agar mudah
dikenali setiap dimensi tulangnya, baik sebelum dilakukan pemotongan
dan pembengkokan dan sesudahnya, dalam keadaan siap dirakit.
2. Penyimpanan tulangan dijaga agar tidak terjadi kerusakan besi akibat
pengaruh dari garam kuat, udara lembab atau terkena minyak.
11.2.7 Bahan Kimia Pembantu
a. Pemakaian bahan kimia pembantu apabila tidak secara nyata tercantum
pada RKS atau pada gambar, wajib meminta ijin secara tertulis kepada
direksi untuk mendapatkan ijin.
b. Apabila kontraktor mendapat ijin mrnggunakan bahan kimia pembantu,
maka penggunaannya harus disertai alasan dan bukti manfaatnya, disertai
dengan brosur dan hasil mix design.
c. Penggunaannya harus sesuai petunjuk teknik dari pabrik selama bahan-
bahan pembantu ini digunakan, maka harus diadakan pengawasan yang
cermat.
d. Pemakaian bahan pembantu tidak boleh menyebabkan dikuranginya
volume semen dalam adukan.
11.2.8 Bekisting
a. Pembuatan bekisting harus memenuhi syarat-syarat SK SNI T-15-1991- 03.
b. Bahan bekisting dapat dibuat dari papan kayu kelas III yang cukup kering
dengan tebal minimum 2 cm atau panil-panil multipleks dengan tebal
minimum 12 mm.
c. Rangka penguat konstruksi bekisting dari kayu ukuran 5/7 sebagai
penyokong,penyangga maupun pengikat, sehingga mampu mendukung
tekanan beton pada saat pengecoran sampai selesai proses pengikatan.
11.2.9 Adukan (Spesi) Beton
a. Spesi beton adalah campuran dengan perbandingan tertentu antara PC, pasir
dengan kerikil dan air untuk mendapatkan bahan pembalut tulangan beton.
b. Adukan beton dihasilkan dari mesin pengaduk mekanis, selanjutnya
dipadatkan pada cetakan atau bekisting untuk membentuk struktur beton
yang diinginkan.
11.2.10 Ready Mix
a. Yang dimaksud dengan ready mix adalah pencampuran spesi beton dari
pabrik dengan perbandingan berat campuran menggunakan beton mixing
plant engan mutu seperti yang diisyaratkan.
b. Pada pengecoran plat dan balok lantai 1 dan 2 diwaibkan menggunakan
ready mix, guna mendapatkan mutu yang baik.
c. Pada pekerjaan pondasi, kolom struktur maupun beton lainnya, kontraktor
diijinkan menggunakan campuran yang dibuat sendiri.
d. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan beton dengan ready mix sama dengan
persyaratan pelaksanaan pekerjaan beton yang digunakan.
11.3 Syarat-syarat Pelaksanaan
11.3.1 Lapisan Penutup Beton
a. Tebalnya lapisan penutup beton harus mendapat persetujuan direksi
dan ditetapkan sesuai dengan ketentuan menurut SK SNI T-15-1991-
03.
b. Untuk mendapatkan lapisan penutp beton yang seragam maka harus
dibuat beton ganjal tulangan/ beton blok persegi yang dapat diikat pada
baja tulangan dengan mutu perekat yang sama dengan suatu batas yang
dicor.
11.3.2 Penulangan
a. Pembengkokan dan pemotongan baja tulangan
1. Kontraktor diahruskan membuat gambar detail pemotongan
baja tulangan dengan berpedoman kepada gambar-gambar
beton yang sesuai dengan ketentuan SK SNI T-15-1991-03.
2. Gambar-gambar detail setelah disetujui direksi mengikat untuk
dilaksanakan.
3. Baja tulangan dibengkok atau diluruskan dalam keadaan
dingin, kecuali pemanasannya diizinkan oleh direksi.
4. Pembengkokan atau meluruskan baja tulangan tidak boleh
dengan cara-cara yang merusak tulangan.
b. Pemasangan baja tulangan
1. Tulangan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran
yang terdapat dalam gambar beton, sedemikian rupa hingga
sebelum dan selama pengecoran letaknya tidak berubah.
2. Jarak tulangan balok/ kolom harap diperhitungkan agar agregat
kasar dapat masuk. Apabila ternyata hal tersebut tidak
terpenuhi, maka pemasangan tulangan diatur sedemikian rupa
agar agregat kasar dapat lolos.
11.3.3 Bekisting
a. Umum
1. Ukuran dalam bekisting jadi adalah ukuran jadi beton sesuai
dengan ukuran yang ditentukan dalam gambar.
2. Bekisting harus diperkuat sedemikian rupa, sehingga tidak bocor/
pecah pada saat mendapat tekanan spesi.
3. Sebelum pengecoran, bekisting harus dibersihkan dari kotoran,
serbuk gergaji, kawat ikat, kemudian bekisting dibasahi air sampai
jenuh.
4. Bagian-bagian bekisting yang berlubang, khususnya sambungan
papan, ditutup rapat.
b. Kolom
1. Bekisting kolom dapat dibuat untuk satu kolom, atau dengan cara
pengecoran bertahap.
2. Bekisting kolom harus tegak lurus keatas, dengan pemeriksaan
menggunakan untuing-unting.
3. Hubungan horisontal antara kolom harus lurus kemudian diikat
dengan kaso 5/7 antara sesama bekisting.
4. Antara bagian dalam bekisting kolom dengan tulangan terluar
dipasang pengganjal yang diikat pada tulangan tersebut, agar
tulangan tidak melekat pada bekisting.
c. Perancah Balok dan Plat
1. Perancah balok/ plat dipasang apabila tanah landasan telah
dipadatkan, agar pada saat pelaksanaan pengecoran tidak terjadi
penurunan.
2. Kaki perancah dilandasi dengan papan kelas II, sehingga
menjadikan beban merata pada tanah dasar perancah.
3. Tinggi perancah disesuaikan dengan tinggi antar lantai pada
gambar.
4. Perancah diiakt satu dengan lainnya dengan reng 2/3 atau bambu.
5. Setelah perancah kuat, maka pemasangan bekisting balok/plat
dapat dilaksanakan.
6. Perancah yang menggunakan scafolding, harap memperbaiki
perkuatan scafolding tersebut antara satu dengan yang lain.
7. Pada penggunaan ready mix, mengingat bekisting akan menerima
beban lebih berat akibat menumpuknya adukan beton yang dituang
dari concrete pump unit, maka konstruksi penunjang bekisting
harus lebih kuat.
11.3.4 Ijin Direksi
11.3.5 Pelaksanaan Pengecoran
11.3.6 Penghentian Pengecoran
11.3.7 Perawatan Beton
11.3.8 Pembongkaran Bekisting

Anda mungkin juga menyukai