Keterangan:
1. Warna merah jangan di contoh sekedar penjelasan
2. Bab, pasal dan ayat di ganti sesuai tugas masing-masing mhs
3. Boleh tambah bab, pasal dan ayat sesuai popint 2
4. Tambah mencari rujukan atau contoh RKS lain
5. Jika tugas mhs sudah ada RKS, tinggal disesuaikan/ revisi secukupnya.
Menurut Ilah (2011), Rencana Kerja dan Syarat atau yang sering disebut RKS
merupakan dokumen yang berisi sekumpulan persyaratan baik persyaratan administratif
maupun persyaratan teknis yang diberlakukan pada perencanaan bangunan tertentu.
Pada umumnya RKS terdiri atas RKS administrasi dan RKS Teknis. RKS
Administratif terdiri dari persyaratan administrasi dan umum. Sedangkan RKS Teknis
terdiri dari RKS Arsitektural, RKS Struktural, dan RKS Mekanikal Elektrikal (ME).
Susunan daftar isi dalam sebuah dokumen RKS pada umumnya terdiri atas BAB-BAB.
Setiap BAB menjelaskan tentang definisi maupun kriteria persyaratan tertentu.
Dalam dokumen RKS Administrasi dan Umum, memuat persyaratan yang berkaitan
dengan pelaksana pembangunan, prinsip pembangunan, rencana anggaran pelaksanaan,
imbalan jasa / honorarium, hingga pemeriksaan dan penyerahan bangunan serta
pemeliharaan bangunan. Muatan yang terdapat di dalamnya diantara definisi, tugas,
wewenang dan tanggung jawab, dasar hukum, maupun persyaratan yang ditetapkan pihak
perencana.
Salah satu contoh dokumen RKS Administrasi dan Umum menurut Ilah (2011),
terdapat di dalamnya beberapa BAB yakni:
1. Pemberi Tugas
2. Tim Pelaksana Pembangunan
3. Dasar-Dasar Pelaksanaan
4. Sumber Pembiayaan
5. Prinsip Dasar Pembangunan
6. Etika Pembangunan
7. Persyaratan Kualifikasi Tim Pelaksana Pembangunan
8. Rencana Anggaran Pelaksanana
9. Jadwal Waktu Pelaksanaan
10. Pembayaran Biaya Pembangunan
11. Imbalan Jasa/ Honorarium
12. Pemeriksaan dan Penyerahan Bangunan
13. Masa Pemeliharaan
14. Penutup
Pada bagian Penutup, biasanya disebutkan bahwa persyaratan yang belum termuat dalam
dokumen RKS Administrasi dan Umum, akan diatur lebih lanjut dalam dokumen lain sesuai
dengan kesepakatan.
`57
58
BAB 1
Nama Proyek Dan Lingkup Pekerjaan
BAB 2
Tenaga Kerja Dan Peralatan
yang akan digunakan dan disesuaikan dengan spesifikasi yang ada pada RKS ini,
pada saat Rapat Lapangan yang pertama kali.
b. Contoh Bahan yang telah disetujui dipasang dalam Direksi Keet sebagai pedoman
mutu bahan.
c. Apabila tanpa mengajukan contoh atau mengajukan contoh bersamaan dengan
datangnya bahan tersebut, maka Lapangan/ Direksi berhak menolak dan
mengeluarkan dari lokasi pekerjaan.
3.5 Pemeriksaan Bahan
a.Konsultan Pengawas bertugas untuk memeriksa semua jenis bahan bangunan yang
akan digunakan serta mendapat wewenang untuk menolak penggunaanya, apabila
spesifikasinya tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan.
b. Bahan yang didatangkan oleh Kontraktor tetapi, ditolak pemakaiannya oleh
Konsultan Pengawas maka keberadaan bahan tersebut harus segera dikeluarkan
dari lokasi proyek selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.
c. Konsultan Pengawas berwenang untuk mengetahui berbagai keterangan asal bahan
yang digunakan, dan kontraktor berkewajiban untuk memaparkannya secara
lengkap.
63
BAB 4
Peraturan Teknis Yang Digunakan Dan
Tangung Jawab Kontraktor
4.1 Umum
Pedoman pelaksanaan yang diatur oleh pemerintah pembangunan yang sah berlaku di
Indonesia sepanjang tidak ditetapkan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
yang harus ditaati selama pelaksanaan Surat Perjanjian Pekerjaan Pemborongan
adalah :
a. Kepres No. 16/ 1994
b. Algemene Voorwarden (A.V.) yang disahkan dengan Keputusan Pemerintah
tanggal 28 Mei 1941 No. 9 tambahan lembaran Negara No. 1457, apabila tidak
ada ketentuan lain dalam RKS ini
c. SK SNI T-15-1991-03 tentang peraturan beton
d. N.I 3- Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (PUBB) 1983
4.2 Khusus
Untuk melaksanakan pekerjaan seperti yang tersebut dalam BAB 28, maka berlaku
dan mengikat :
a Berita Acara Pengumuman Pemenang Pelelangan.
64
BAB 5
Penjelasan Rks Dan Gambar
5.1 Penjelasan
Gambar
a Bila terdapat perbedaan antara gambar rencanan dan gambar detail maka yang
harus diikuti adalah gambar detail.
b Bila terdapat skala gambar dan ukuran yang tertulis dalam gambar berbeda, maka
ukuran dalam gambar yang berlaku.
c Bila rekanan atau sub kontraktor meragukan tentang perbedaan antara gambar
yang ada, baik konstruksi maupun ukurannya, maka rekanan berkewajiban
untuk menanyakan kepada Konsultan Pengawas secara tertulis.
65
d Dalam hal ini terjadi penyimpangan detail antara gambar bestek dan keadaan di
lapangan, kontraktor dapat mengajukan gambar kerja (shop drawing) yang sesuai
dengan kondisi lapangan dan mempergunakannya dalam pelaksanaan dengan
persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
e Di dalam semua hal bila terjadi pengambilan ukuran yang salah adalah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
f Apabila dalm gambara disebutkan lingkup pekerjaan atau ukuran, sedang dalam
RKS tidak disebutkan, maka gambar yang harus dilaksanakan.
5.2 Penjelasan RKS
a Pada RKS tentang Syarat-syarat Teknis termuat lingkup pekerjaan, spesifikasi
bahan yang digunakan dan syarat-syarat pelaksanaan.
b Apabila dalam gambar tidak tercantum lingkup pekerjaan, ukuran dan jumlah
sedangkan dalam RKS pada lingkup pekerjaan tercantum, maka kontraktor terikat
untuk melaksanakannya.
BAB 6
Pekerjaan Persiapan
6.1 Lingkup
Pekerjaan
a Memasang pagar pengaman di lokasi, sehinga tidak akan mendapat gangguan.
b Mengadakan komunikasi dengan instansi terkait dalam rencana pembangunan ini.
66
c Mengadakan atu membangun direksi keet, gudang dan barak kerja dengan
perlengkapannya.
d Mengadakan tempat persiapan penimbunan dan penyimpanan bahan.
e Pengadakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin pembantu pekerjaan guna
menjamin kelancaran pekerjaan.
f Melaksanakan pengukuran guna menentukan duga lapangan dan ukuran-ukuran
lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan bangunan ini serta memasang
bouwplank.
g Menyediakan kotak PPPK dan alat pemadam kebakaran dengan
perlengkapannya.
h Membuat jalan masuk ke lokasi proyek.
j Mengurus ijin bangunan atau IMB
6.2 Bahan dan Perlengkapan
6.2.1 Bahan Direksi Keet dll.
a Bahan dinding dan pintu dari tripleks tebal 4 mm.
b Rangka bangunan dari kayu meranti 5/7.
c Lantai dari semen gresik.
d Jendela naco 8 daun.
e Penutup atap seng gelombang BJLS 30.
f Kunci pintu kuda terbang/slot pintu.
6.2.2 Perlengkapan Direksi Keet.
a Satu buah meja ukuran 80 x 100 cm dilengkapi dengan laci yang bisa dikunci.
b Satu buah kursi untuk meja tulis.
c Satu stel meja kursi duduk untuk tamu.
d Satu papan tulis whiteboard ukuran 90 x 190 lengkap dengan alat tulis dan
penghapusnya.
e Satu buah meja ukuran 90 x 120 cm untuk keperluan rapat.
f Enam buah kursi untuk meja rapat.
g Sebuah almari arsip yang bisa dikunci.
6.3 Tata Cara Pelaksanaan
6.3.1 Pembersihan lokasi
67
BAB 7
Rencana Kerja
7.1 Rencana
Kerja
a Rencana kerja dibuat oleh kontraktor berupa bar chart, yang memuat prestasi
rencanan kerja dalam persen, dengan persetujuan dari Pemberi Tugas, serta
70
BAB 8
Penjagaan
BAB 9
Pekerjaan Tidak Baik
BAB 10
Pekerjaan Tanah & Pondasi
10.1 Lingkup Pekerjaan
73
10.2 Bahan-Bahan
10.2.1 Urugan Tanah
a Bahan urugan berupa tanah urug harus bersih dari kotoran, humus dan
organisme lainnya yang dapat mengakibatkan penyusutan atau perubahan
kepadatan urugan pasir itu sendiri.
b Tanah urug dapat digunakan tanah bekas galian dengan syarat
pelaksanaan khusus.
10.2.2 Pasir Urug
Pasir urug harus berbutir halus dan bergradasi tidak seragam.
10.2.3 Batu belah
a. Batu belah yang digunakan harus memiliki permukaan kasar.
b. Batu belah harus bersih dari segala jenis kotoran.
c. Batu belah harus berukuran kurang lebih 25 cm.
74
BAB 11
Pekerjaan Beton
12.2 Bahan-Bahan
12.2.1 Umum
77
b Pasir paduan, paduan pasir buatan dan pasir alam dengan perbandingan
campuran tertentu sehingga dicapai gradasi (susunan butiran) tertentu
sesuai dengan yang dinginkan.
c Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras serta bersifat
kekal.
d Agregat halus harus bersih dan tidak boleh mengandung lumpur lebih 5%
(terhadap berat kering) serta memenuhi gradasi yang baik.
e Jumlah prosentase dari segala macam substansi yang merugikan beratnya
tidak boleh lebih dari 4%.
78
b. Air harus diuji di laboratorium pengujian untuk menguji apakah air yang
digunakan sudah sesuai dengan PBI-1971 sebagai bahan campuran beton.
12.2.6 Baja Tulangan
a. Mutu Baja Tulangan
1. Baja tulangan yang dipakai untuk tulangan utama balok induk, kolom
utama dan balok anak dan baja polos dengan tegangan ijin 250 Fy
menurut PPBBI 1987.
3. Semua baja untuk tulangan beton harus juga sesuai dengan SNI
2052:2017 yang berkaitan mengenai Baja Tulangan Beton.
4. Sebagai kontrol terhadap baja tulangan, maka kontraktor harus
memeriksakan ke lembaga Penerbitan Bahan yang diakui, atas biaya
kontraktor.
5. Hasil dari pengujian berupa laporan tertulis dilengkapi grafik regangan
dan tegangan.
b. Dimensi Besi Tulangan
1. Ukuran baja tulang harus seperti dalam gambar.
2. Penggantian dengan diameter lain hanya diperkenankan atas persetujuan
80
yang diinginkan.
83
Slab,dinding,balok usuk:
- Batang tulangan D-44 hingga D-57 adalah 40 mm
- Batang tulangan kurang dari D-36 adalah 50 mm
Balok,Kolom:
- Batang tulangan lebih dari D-19 adalah 20 mm
- Batang tulangan kurang dari D-16,kawat M-16 atau polos adalah 13
mm
12.3.2 Penulangan
a. Pembengkokan dan pemotongan baja tulangan
1. Kontraktor diahruskan membuat gambar detail pemotongan baja
tulangan dengan berpedoman kepada gambar-gambar beton yang sesuai
dengan ketentuan SK SNI T-15-1991-03.
2. Gambar-gambar detail setelah disetujui direksi mengikat untuk
dilaksanakan.
3. Baja tulangan dibengkok atau diluruskan dalam keadaan dingin, kecuali
pemanasannya diizinkan oleh direksi.
4. Jika pemanasan diizinkan, batang tulangan dapat dipanaskan hingga
kelihatan merah padam dan tidak boleh melebih suhu 850oC.
5. Baja tulangan yang dibengkokan dengan cara pemanasan tidak boleh
didinginkan dengan cara disiram dengan air.
6. Pembengkokan atau meluruskan baja tulangan tidak boleh dengan cara-
cara yang merusak tulangan.
7. Pembengkokan dilakukan di workshop.
8. Batang tulangan yang telah dalam bentuk profil,setelah dibengkokan
dan diluruskan kembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm
dari bengkokan sebelumnya.
b. Pemasangan baja tulangan
85
BAB 12
Pekerjaan Pasangan
13.2 Bahan-Bahan
13.2.1 Semen PC
a Berasal dari satu merek yang sama.
e. Semua permukaan yang akan menerima adukan atau plesteran harus bersih
bebas dari bahan lain yang mengganggu.
g. Permukaan yang akan diplester harus berusia tidak kurang dari 14 hari dan
permukaan tersebut harus disiram air terlebih dahulu hingga jenuh.
BAB 14
Pekerjaan Pintu/ Jendela
14.1 Lingkup
Pekerjaan
a Pembuatan dan pasang kusen.
b Pembuatan dan pasang daun pintu lapis teakwood, daun pintu lapis alumunium
dan daun jendela.
14.2 Bahan-bahan
a Panil daun pintu
Panil daun pintu dari bahan kayu kamper dengan tebal 1 cm kering oven.
b Slimar daun-daun pintu
1. Bahan slimar dari kayu kamper.
2. Slimar daun pintu teakwood dan aluminium seluruhnya 3,5/ 10 cm.
3. Slimar daun pintu panil bagian bawah ukuran 3,5/20 cm. Bagian yang lain
3,5/10 cm.
14.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan
a Semua sambungan kayu dilaksanakan sesuai dengan detail, dikerjakan dengan
benar dan rapi.
b Untuk alat sambungnya dapat digunakan pasak bambu dan paku.
c Ambang tegak kusen yang menempel dinding harus dipasang angkar dari besi 8
mm dengan panjang dan banyaknya sesuai dengan gambar kerja.
d Semua pekerjaan kayu harus dimeni terlebih dahulu sebelum dilakukan finishing.
e Pemasangan kaca pada daun jendela dilakukan jika telah dirasakan aman dari
gangguan pekerjaan.
f Pada setiap kaki kusen dipasang nuet dengan campuran 1PC : 2 Pasir setinggi 15
cm.
94
BAB 15
Pekerjaan Konstruksi Penahan Atap
b Kuda-kuda baja harus diangkat dengan baik, agar tidak terjadi puntiran-
puntiran pada waktu pengangkatan.
c Digunakan ikatan sementara pada saat pelaksanaan pengangkatan dan
pemasangan kuda-kuda, dan akan dilepas setelah diberikan pengikatan
yang tetap.
d Konstruksi rangka atap yang dpasang harus koplanar, sesuai dengan
gambar rencana.
e Pelapisan permukaan baja dengan meni dapat dilaksanakan sebelum atau
sesudah pemasangan.
BAB 16
Pekerjaan Atap
16.1 Lingkup
Pekerjaan
a Pasang kuda-kuda baja jenis single beam dan gording.
b Pasang penutup atap.
16.2 Bahan-Bahan
16.2.1 Kuda-kuda dan Gording
a Kuda-kuda single beam baja WF 175.150.5,5.8
b Gording baja cannal 150.50.20.4,5
16.2.2 Genteng dan Bubungan
a Genteng karangpilang dan bubungan beton atau sekualitas.
b Model genteng dan bubungan type portugies dengan warna alami
pembakaran.
16.3 Syarat-syarat pembakaran
16.3.1 Pasang usuk dan reng
a Usuk dipasang dengan jarak as ke as max. 50cm.
b Setelah usuk terpasang, bagian terakhir rangka atap adalah reng, yang
dipasang dengan jarak reng sesuai dengan spesifikasi genteng.
c Setiap selesai pemasangan usuk maupun reng dilakukan pemeriksaan
kerataan permukaan.
98
BAB 17
Pekerjaan Langit-Langit
BAB 18
Alat Penggantung/ Pengunci, Besi Dan Kaca
BAB 19
Pekerjaan Pengecatan
BAB 20
Pekerjaan Instalasi Listrik
aman.
10
3
b Pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa pada saat penyerahan pertama
(serah terima pekerjaan pertama), instalasi pekerjaan tersebut sudah dapat
dipergunakan.
20.2 Kabel Daya.
20.2.1 Instalasi dan pemasangan kabel.
a. Bahan.
Semua kabel yang akan dipergunakan untuk instalasi listrik harus
memenuhi peraturan SII dan SPLN. Semua kabel harus baru dan harus
jelas ukuran, jenis kabel, nomor dan jenis pintalannya.
Semua kabel dengan penampang 6 mm2 keatas harus jenis pilin (stranded)
dan instalasi tidak boleh memakai kabel dengan penampang lebih lecil dari
2,5 mm2.
Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai adalah dari tipe:
(i). Untuk instalasi penerangan adalah NYA/NYM dengan conduit pipa
PVC.
(ii). Untuk kabel distribusi digunakan NYA dan penerangan taman
dengan mengunakan kabel NYFGBY.
Semua kabel NYA yang ditanam di dalam perkerasan (tembok, jalan,
beton dll) harus berada didalam conduit PVC kelas AW yang disesuaikan
dengan ukurannya, dan harus diklem.
b. Splite/pencabangan.
(i). Tidak diperkenankan adanya “splite” pencabangan ataupun
sambungan-sambungan baik dalam feeder maupun cabang-cabang,
kecuali pada outlet atau pada kotak-kotak penghubung yang bisa
dipakai.
(ii). Semua sambungan kabel baik didalam junction box, panel ataupun
tempat lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari
lembaga yang diisolasi dengan porselen atau bakelit ataupun PVC,
yang diameternya di sesuaikan dengan diameter kabel.
c. Bahan isolasi.
Semua bahan isolasi untuk pencabangan, conection dan lain-lain seperti
10
4
karet, PVC asbes tape sintetis, resin, splice case, composit dan lain-lain
10
5
harus dari tipe yang disetujui, untuk penggunaa dan lainnya harus dipasang
memakai cara yang disetujui oleh pabrik atau menurut anjuran yang ada.
d. Penyambungan kabel.
(i). Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambungan yang sudah ditentukan (misalnya junction box).
(ii). Kabel-kabel disambung sesuai dengan warna atau nama masing-
masing, serta sebelum dan sesudah penyambungan harus dilakukan
pengetesan tahanan isolasi
(iii). Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan dan dilapisi
dengan timah putih dan kuat.
(iv). Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan
pipa PVC/protolen yang khusus untuk listrik.
20.2.2 Penerangan dan Stop Kontak.
a. Lampu dan Armatur.
1. Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai terminal
pentanahan (grounding).
2. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan stater dan terminal box harus
cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang
ditimbulkan tidak menggangu kelangsung kerja dan unsur teknis
komponen lampu itu sendiri.
3. Ventilasi didalam box harus dibuat dengan sempurna. Kabel dalam box
harus diberikan saluran klem-klem tersendiri, sehingga tidak menempel
pada balast atau kapasitor.
4. Box terbuat dari plat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan
karat, kemudian di cat oven warna putih.
5. Ballast harus dari jenis “low loss ballast” dan harus dapat dipergunakan
single lampu balast (satu lampu flourentscent).
b. Stop Kontak Biasa.
Stop kontak biasa yang dipakai untuk pemasangan di dinding adalah stop
kontak satu phasa, rating 250 volt, 13 ampere,.
c. Stop Kontak Khusus (SKK).
10
6
Stop kontak khusus yang dipakai adalah stop kontak satu phasa, untuk
pemasangan rata dinding dengan ketinggian 120 cm diatas lantai, SKK
harus mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan.
d. Saklar Dinding.
Saklar harus dari tipe untuk pemasangan rata dinding, tipe in bouw
dengan rating 250 volt, 10 ampere, single gang, double gang.
e. Junction Box Untuk Saklar dan Stop Kontak.
1. Junction box harus dari bahan metal dengan kedalaman tidak kurang
dari 35 mm.
2. Kontak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan.
3. Saklar atau stop kontak dinding terpasang pada juction box dengan
menggunakan baut atau ditanamkan dalam dinding.
f. Kabel Instalasi.
1. Pada umumnya kabel untuk instalasi penerangan dari instalasi stop
kontak harus dari kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti
atau lebih (kabel jenis NYM).
2. Kabel harus mempunyai penampang minimal 2,5 mm2.
3. Kode warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL sebagai
berikut :
(i). Fasa 1 : Merah
(ii).Fasa 2 : Kuning
(iii). Fasa 3 : Hitam
(iv). Netral : Biru
(v). Tanah (ground) : hijau-kuning
BAB 21
Pekerjaan Plambing
a Sambungan pipa PVC untuk air bersih dengan sambungan lem PVC
(Solvent) untuk pipa diameter 3“ kebawah.
b Untuk katup/Valve/ Stop Kran yang mempunyai 2” ke bawah mengunakan
katup penutup dengan sistem penyambungan pakai ulir/screwed.
c Selanjutnya untuk katup 3/4” kebawah dipakai katup tipe bola (global).
d Yang lebih besar dari 3/4” dipakai katup pintu (Gate Valve/Stop Kran) yang
berkualitas baik.
21.2.3 Pemasangan penyambungan pipa-pipa.
a Untuk fiting-fiting sambungan harus dari jenis standar yang dikeluarkan
oleh pabrik dan disetujui oleh Konsultan Lapangan.
b Sistem sambungan bisa memakai Ring Gaskets/ Rubbert Ring Join, untuk
dimensi 2” digunakan lem/solvent semen.
21.3. Pemasangan fixtures, fiting dan sebagainya.
1. Semua Fixtures harus dipasang dengan baik dan didalamnya bebas dari
kotoran yang akan menggangu aliran atau kebersihan air dan harus
terpasang dengan kokoh (rigit) ditempatnya dengan tumpuan yang mantap.
2. Semua fixtures fiting, pipa-pipa air pemasangannya harus rapih, kuat
dalam kedudukannya dan tidak mengganggu pada waktu pemasangan
dinding keramik dan sebagainya. Penggantungan/penumpu pipa/klem-
klem.
21.4 Pipa tegak dalam tembok dan diluar tembok.
Pipa tegak yang menuju ke fixtures harus dimasukan dalam tembok.
Kontraktor harus membuat alur-alur atau lubang yang diperlukan pada tembok
sesuai dengan kebutuhan pasangan pipa dan diklem, harus ditutup kembali
sehinga pipa tidak kelihatan dari luar. Cara-cara penutupan kembali harus
seperti semula dengan penyelesaian yang rapi sehingga tidak terlihat bekas
pasangan.
Pemasangan pipa-pipa harus dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pemasangan pipa harus dilaksanakan sebelum finising dinding /plesteran
dan langit-langit dilaksanakan.
11
1