Anda di halaman 1dari 43

Rencana Kerja dan Syarat (RKS)

Proyek : Pembangunan Rumah Tempat Tinggal Lantai 2

Lokasi : Jl. Ayam Alas, Desa Sumber Kerep, Kec. Mantup, Kab. Lamongan,

Jawa Timur 62283

BAB 1
Nama Proyek Dan Lingkup Pekerjaan

1.1 Pekerjaan Yang Akan Dilaksanakan


Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai

1.2 Sumber Dana


Sumber dana yaitu owner
1.3 Alamat Proyek
Alamat proyek adalah Jl. Ayam Alas, Desa Sumber Kerep, Kec. Mantup, Kab. Lamongan,

Jawa Timur 62283

Lingkup Pekerjaan

1.3.1 Pekerjaan Sipil


a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Tanah dan Pondasi
c. Pekerjaan Beton
d. Pekerjaan Pasangan
e. Pekerjaan Atap
f. Pekerjaan Penutup Atap
g. Pekerjaan Lisplank dan Plafond
h. Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela
i. Pekerjaan Tegel Lantai
j. Pekerjaan Finishing
k. Pekerjaan Lain-Lain
1.3.2 Pekerjaan Instalasi Air, Drainase dan Plambing
a. Pekerjaan instalasi air bersih
b. Pekerjaan instalasi air kotor dan kotoran
c. Pembuatan septic tank dan sumur resapan
d. Pembuatan bak kontrol
1.3.3 Pekerjaan Instalasi Listrik
a. Pekerjaan kabel
b. Pekerjaan stop kontak dan saklar
c. Pekerjaan pemasangan titik lampu pada instalasi listrik
d. Penyambungan ke saluran induk PLN
1.3.4 Pekerjaan Instalasi penangkal petir
a. Dilaksanakan secara konvensional, dipasang pada atap bangunan dengan
menggunakan kawat BC 50 mm2, termasuk saluran yang turun ke bawah
(down conductor).
b. Ujung tongkat penerima petir setinggi 1 m dari puncak bangunan.
c. Saluran BC tersebut dipasang pada klem penyangga dengan jarak klem 50
cm satu dengan lainnya.
d. Pada tempat dimana pipa pertahanan (ground rod) ditancapkan, harus
dibuat bak kontrol yang dibuat di luar lantai bangunan.
e. Titik pertahanan untuk penangkal petir harus dipisahkan dengan titik
pertahanan panel.
f. Saluran BC dari bak kontrol ke tepi bangunan harus dilindungi dengan pipa
galvanis  ¾ , bak kontrol tersebut harus diberi tutup.
g. Saluran BC untuk down conductor ditarik sepanjang kolom beton
bangunan, dengan cara ditanam pada plesteran beton dengan dilindungi pipa
PVC AW 1, saluran ini tidak boleh ada sambungan dalam pipa.
h. Saluran BC untuk seluruh sistem pertahanan ini tidak boleh ada sambungan
pada tempat yang tidak semestinya.
i. Elektroda tanah menggunakan elektroda dengan pipa galvanis  1,5,
dengan kawat BC 50 mm2, minimal sedalam 6 m harus mencapai titik air.
j. Besarnya sebar elektroda tanah tersebut tidak boleh lebih dari 2 ohm.
BAB 2
Tenaga Kerja Dan Peralatan

2.1. Tenaga Kerja


a. Tenaga Kerja yang dilibatkan dalam pelaksanaan harus sesuai dengan jenis pekerjaan
dalam artian keahlian, pengalaman serta tidak melanggar ketentuan- ketentuan yang
berlaku di Indonesia.
b. Kontraktor harus menggunakan tenaga yang ahli dalam pelaksanaan, baik tenaga
pelaksana mandor sampai ke tukang.
c. Semua tenaga kerja dipimpin oleh seorang site manager atau pelaksana sebagai wakil
kontraktor di lapangan.
d. Tenaga kerja pelaksana sub kontraktor (jika ada) harus dipilih yang sudah
berpengalaman dan cukup ahli di bidangnya.
e. Hubungan kontraktor dengan sub kontraktor dalam hal menyangkut secara
keseluruhan pekerjaan tetap menjadi tanggung jawab kontraktor.
f. Klasifikasi Site Manager
1) Sarjana Teknik Sipil/ Arsitek dengan pengalaman kerja pada bidang yang sesuai
minimum 1 tahun.
2) Sarjana Muda Teknik/ Diploma III Sipil/ Arsitek dengan pengalaman kerja pada
bidang yang sesuai minimum 3 tahun.
3) SMK Bangunan dengan pengalaman kerja pada bidang yang sesuai minimum 5
tahun.
2.2. Peralatan
2.2.1. Umum
a. Alat-alat untuk membantu pelaksanaan harus disediakan oleh kontraktor
dalam kondisi baik dan siap pakai.

b. Untuk kelancaran pekerjaan, untuk alat-alat mekanis/ mesin harap disiapkan


tenaga operator yang mampu memperbaiki apabila mengalami gangguan
operasional.
c. Peralatan yang dimaksud, dalam jumlah minimal yang harus disediakan oleh
kontraktor.
2.2.2. Pekerjaan Pengukuran
Untuk membuat ketinggian beberapa titik menjadi sama kontraktor harus
menyediakan selang air timbang yang bisa membuat ketinggian beberapa titik menjadi
sama.

2.2.3. Pekerjaan Beton


Peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan beton:
1) Beton mollen minimal 1 unit.
2) Alat pemotong tulangan.
3) Alat pembengkok tulangan
4) Alat pengangkat kayu untuk pekerjaan atap dan gording
2.2.4. Pekerjaan Keramik/ Porselen/ Genteng
Untuk pemotongan keramik, porselen dan genteng digunakan mesin potong
minimal 2 unit.

BAB 3
Bahan Dan Mutu Pekerjaan
3.1 Jenis dan Mutu Bahan
a. Jenis bahan diutamakan produksi dalam negeri.
b. Kebutuhan bahan tambang (Pasir, Batu, dan Kerikil) membeli ke toko
bangunan.
3.2 Pemakaian Merk Dagang
Apabila dalam RKS hanya disebutkan satu merk dagang, bukan berarti hanya merk
tersebut yang digunakan melainkan dapat digunakan merk lain yang sesuai dengan
standart mutu dan ciri-ciri fisik yang sama.
3.3 Perubahan Pemakaian Merk Dagang Bahan
Kontraktor dapat mengusulkan perubahan merk dagang secara tertulis apabila ternyata
merk dagang tersebut tidak terdapat di pasaran, sepanjang kontraktor dapat
membuktikan kesetaraan kualitas dan ciri-ciri fisik yang dituntut RKS dan untuk
menggunakannya harus ada persetujuan dari pihak Konsultan Pengawas dan Pengelola
Poyek.
3.4 Prosedur Pengadaan Bahan Bangunan
a. Secepatnya kontraktor melalui Site Manager/Pelaksana mengajukan contoh
bahan yang akan digunakan dan disesuaikan dengan spesifikasi yang ada pada
RKS ini, pada saat Rapat Lapangan yang pertama kali.
b. Contoh Bahan yang telah disetujui dipasang dalam Direksi Keet sebagai
pedoman mutu bahan.
c. Apabila tanpa mengajukan contoh atau mengajukan contoh bersamaan dengan
datangnya bahan tersebut, maka Lapangan/ Direksi berhak menolak dan
mengeluarkan dari lokasi pekerjaan.
3.5 Pemeriksaan Bahan
a. Konsultan Pengawas bertugas untuk memeriksa semua jenis bahan bangunan
yang akan digunakan serta mendapat wewenang untuk menolak
penggunaanya, apabila spesifikasinya tidak memenuhi syarat yagn telah
ditentukan.
b. Bahan yang didatangkan oleh Kontraktor tetapi, ditolak pemakaiannya oleh
Konsultan Pengawas maka keberadaan bahan tersebut harus segera
dikeluarkan dari lokasi proyek selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.
c. Konsultan Pengawas berwenang untuk mengetahui berbagai keterangan asal
bahan yang digunakan, dan kontraktor berkewajiban untuk memaparkannya
secara lengkap.

BAB 4
Peraturan Teknis Yang Digunakan Dan
Tanggung jawab kontraktor
4.1 Umum
Pedoman pelaksanaan yang diatur oleh pemerintah pembangunan yang sah berlaku di
Indonesia sepanjang tidak ditetapkan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat yang
harus ditaati selama pelaksanaan Surat Perjanjian Pekerjaan Pemborongan adalah :
a. Kepres No. 16/ 1994
b. Algemene Voorwarden (A.V.) yang disyahkan dengan Keputusan Pemerintah
tanggal 28 Mei 1941 No. 9 tambahan lembaran Negara No. 1457, apabila tidak ada
ketentuan lain dalam RKS ini
c. SK SNI T-15-1991-03 tentang peraturan beton
d. N.I 3- Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (PUBB) 1983
e. N.I 5- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) 1961
f. N.I 8 Peraturan Semen Portland Indonesia 1973
g. N.I 18- Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPI) 1983
h. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987
i. Peraturan Umum Instalasi Air Minum (AVWI)
j. Pearturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Umum Dinas Keselamatan Kerja
No. 3 1958 dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
k. Peraturan-peraturan lain yang dikeluarkan oleh Pemerintah setempat yang berkaitan
dengan permasalahan bangunan.

4.2 Khusus
Untuk melaksanakan pekerjaan seperti yang tersebut dalam BAB 28, maka berlaku dan
mengikat :
a. SK Pejabat Pembuat Komitmen tentang penunjukan kontraktor (Gunning)
b. Surat Kesanggupan Kerja
c. Surat Perintah Kerja
d. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya
e. Gambar bestek
f. RKS beserta lampiran-lampirannya
g. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
h. Kontrak Pelaksanaan dan Addendumnya (jika ada)
i. Shop Drawing yang diajukan kontarktor yang disetujui Konsultan Pengawas dan
atau Pengelola teknis Proyek untuk dilaksanakan
j. Time Schedule yang diajukan oleh kontraktor yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan Pengelola Proyek.

4.3 Tanggung Jawab Kontraktor


Kontraktor wajib mematuhi dokumen kontrak dan apabila terjadi pelanggaran akan
dikenakan denda.

BAB 5
Penjelasan Rks Dan Gambar

5.1 Penjelasan Gambar


a. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencanan dan gambar detail maka yang
harus diikuti adalah gambar detail.
b. Bila terdapat skala gambar dan ukuran yang tertulis dalam gambar berbeda, maka
ukuran dalam gambar yang berlaku.
c. Bila rekanan meragukan tentang perbedaan antara gambar yang ada, baik
konstruksi maupun ukurannya, maka rekanan berkewajiban untuk menanyakan
kepada Konsultan Pengawas.
d. Dalam hal ini terjadi penyimpangan detail antara gambar bestek dan keadaan di
lapangan, kontraktor dapat mengajukan gambar kerja (shop drawing) yang sesuai
dengan kondisi lapangan dan mempergunakannya dalam pelaksanaan dengan
persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
e. Di dalam semua hal bila terjadi pengambilan ukuran yang salah adalah sepenuhnya
menjadi tanggung jawab kontraktor.
f. Apabila dalam gambar disebutkan lingkup pekerjaan atau ukuran, sedang dalam
RKS tidak disebutkan, maka gambar yang harus dilaksanakan.

5.2 Penjelasan RKS

a. Pada RKS tentang Syarat-syarat Teknis termuat lingkup pekerjaan, spesifikasi


bahan yang digunakan dan syarat-syarat pelaksanaan.
b. Apabila dalam gambar tidak tercantum lingkup pekerjaan, ukuran dan jumlah
sedangkan dalam RKS pada lingkup pekerjaan tercantum, maka kontraktor terikat
untuk melaksanakannya.
5.3 Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
a. Berita acara rapat penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) merupakan catatan
perubahan/ penambahan/ pengurangan/ penetapan dari gambar kerja dan RKS.
b. Apabila ada perubahan/ penambahan/ pengurangan/ penetapan RKS dan gambar
tidak ada dan tidak disebutkan pada Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan
(Aanwijzing), maka kontraktor dapat mengajukan penjelasan pada saat rapat
lapangan.
c. Berita Acara Rapat Lapangan yang memberikan penjelasan maupun segala
keputusan rapat mengikat untuk dilaksanakan.

BAB 6
Pekerjaan Persiapan
6.1 Lingkup Pekerjaan
a. Memasang pagar pengaman di lokasi menggunakan seng gelombang BJLS 0,25
mm (90x240 cm) sehinga tidak akan mendapat gangguan.
b. Mengadakan komunikasi dengan instansi terkait dalam rencana pembangunan ini.
c. Mengadakan atu membangun direksi keet, gudang dan barak kerja dengan
perlengkapannya.
d. Mengadakan tempat persiapan penimbunan dan penyimpanan bahan.
e. Pengadakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin pembantu pekerjaan guna
menjamin kelancaran pekerjaan.
f. Melaksanakan pengukuran guna menentukan duga lapangan dan ukuran-ukuran
lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan bangunan ini serta memasang
bouwplank.
g. Menyediakan kotak PPPK dan alat pemadam kebakaran dengan perlengkapannya.
h. Membuat jalan masuk ke lokasi proyek.
i. Mengurus ijin bangunan.
6.2 Bahan dan Perlengkapan
6.2.1 Bahan Direksi Keet dll.
a. Bahan dinding terbuat dari setengah batu bata merah dan setengah tripleks tebal 4
mm dan pintu dari tripleks tebal 4 mm (harga sesuai di AHSP).

b. Rangka bangunan dari Kayu hutan balok 8/10 (harga sesuai di AHSP).
c. Lantai dari semen gresik (harga sesuai di AHSP).
d. Penutup atap asbes gelombang kecil (harga sesuai di AHSP).
6.2.2 Perlengkapan Direksi Keet.
a. Satu buah meja ukuran 80 x 100 cm dilengkapi dengan laci yang bisa dikunci.

b. Dua buah kursi untuk meja tulis.

c. Sebuah almari arsip yang bisa dikunci.

6.3 Tata Cara Pelaksanaan


6.3.1 Hak Bekerja di Lapangan
a. Lapangan pekerjaan akan diserahkan oleh Pemberi Tugas kepada
Kontraktor selama waktu pelaksanaan dan sesuai dengan keadaan pada
waktu peninjauan.
b. Setiap kelambatan atas penyerahan lapangan ini dapat dipertimbangkan
oleh Pengelola Proyek sebagai perpanjangan masa pelaksanaan pekerjaan.
6.3.2 Pembagian halaman untuk pekerjaan dan jalan masuk
a. Apabila kontraktor akan mendirikan bangunan sementara (Direksi Keet
dan gudang ) maupun tempat penimbunan bahan, maka kontraktor harus
merundingkan terlebih dahulu kepada Pengelola Proyek tentang
penggunaan halaman ini.
b. Semua biaya untuk prasarana, fasilitas untuk memasuki daerah pekerjaan
serta akomodasi tambahan diluar daerah kerja menjadi tanggungan
kontraktor.
c. Apabila terjadi kerusakan pada jalan kompleks, saluran air atau bangunan
lainnya yang disebabkan adanya pembangunan ini kontraktor
berkewajiban untuk memperbaiki kembali, selambat-lambatnya dalam
masa pemeliharaan.
6.3.3 Koordinasi dan administrasi
a. Sebelum pekerjaan dimulai, maka kontraktor mengadakan persiapan ijin
dan berkoordinasi dengan Pihak proyek dan Konsultan Pengawas.
b. Melakukan koordinasi untuk mengurus IMB, terutama kelengkapan
administratif yang akan diberikan oleh pihak Pemberi Tigas, biaya ijin
bangunan tersebut menjdai beban kontraktor.
6.3.4 Direksi Keet
a. Kontraktor diwajibkan membuat gudang yang tertutup yang dapat dikunci
dengan aman dan terlindung terhadap hujan dan panas, untuk
menempatkan seperti PC dan alat-alat penting dan sebagainya.
b. Segala biaya pembuatan Direksi Keet, gudang dan bangsal kerja menjadi
tenggung jawab dan beban kontraktor.
6.3.5 Pekerjaan Pembersihan
lokasi perletakan bangunan hrus bersih dari tanaman/ tumbuhan, apabila belum
bersih, maka kontraktor wajib untuk memberishkannya.
6.3.6 Pekerjaan Pengukuran Tapak Kembali
a. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran ulang dan penggambaran
kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan
mengenai peil ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-batas tanah
dengan alat-alat yang sudah ditera kebenarannya.
b. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengecekan ulang dan mendata
kondisi bangunan existing di sekitar lokasi proyek dan melaporkan secara
tertulis, lengkap dengan foto-foto kondisi sebelum pelaksanaan.Peil lantai
diambil dari as jalan raya.
c. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan
lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Pengawas /
Perencana untuk dimintakan keputusannya.
d. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat
selang timbang yang ketepannya dapat dipertanggung jawabkan.
e. Kontraktor harus menyediakan secara terus menerus selang timbang untuk
kepentingan pemeriksaan perencanaan / Pengawas selama proyek.
f. Pengurursan sudut siku dengan prisma atau benang secara asas Segitiga
Phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui
oleh Perencana/Pengawas.
g. Segala pekerjaan pengukuran persiapan termasuk tanggungan Kontraktor.
Alat ukur harus sudah dikalibrasi, dan dilampirkan bukti pengecekan
kalibrasi.

6.3.7 Pekerjaan Bowplank

a. Kontraktor berkewajiban mengajukan rencana bowplank untuk


mendapatkan persetujuan MK/Pengawas terlebih dahulu, sebelum
dimulainya pelaksanaan.
b. Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok kayu balok 5/7, tertancap
ditanah sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah, berjarak
maksimum sejarak as bangunan atau ditentukan lain atas persetujuan
MK/Pengawas.
c. Papan patok ukur dibuat dari kayu Meranti, dengan ukuran tebal 3 cm,
lebar 20 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya (selang
timbang)
d. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya, kecuali
dikehendaki lain oleh Perencana/Pengawas.
e. Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 200 cm dari as pondasi terluar.
f. Setelah selesai pemasangan papan dasar pelaksanaan, Kontraktor harus
melaporkan kepada Perencana/Pengawas.
g. Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan termasuk tanggungan
Kontraktor.
6.3.8 Pekerjaan Penyediaan Air dan Daya Listrik untuk Bekerja
a. Air untuk bekerja harus disediakan kontraktor dengan membuat sumur
pompa di lokasi proyek atau disuplai dari luar. Air harus bersih, bebas dari
debu, bebas dari lumpur, minyak dan bahan-bahan kimia lainnya yang
merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan
MK/Pengawas.
b. Listrik untuk bekerja harus disediakan kontraktor dan diperoleh dari
sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan.
Penggunaan diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan
untuk penggunaan sementara atas persetujuan pengawas.

BAB 7
Rencana Kerja
7.1 Rencana Kerja
a. Rencana kerja dibuat oleh kontraktor berupa bar chart, yang memuat prestasi
rencanan kerja dalam persen, dengan persetujuan dari Pemberi Tugas, serta
kontraktor wajib menggandakannya sebanyak 3 (tiga) copy yang masing-masing
diserahkan kepada pemilik bangunan, konsultan perencana, dan konsultan
pengawas.
b. Selanjutnya kontraktor harus berusaha mengikuti rencana kerja tersebut yang
menjadi dasar bagi Pengelola Proyek untuk menilai prestasi kontraktor segala
sesuatu persoalan yang berhubungan dengan kelambatan pekerjaan.
c. Pelaksanan harus membuat rencana kerja minggu pada stiap tahap pengerjaan, palig
tidak tiga hari sebelum dimulainya pelakasanaan pekerjaan tersebut dan dilaporkan
kepada Pengelola Proyek.
7.2 Pekerjaan Lembur
a. Apabila kontraktor akan bekerja diluar jam kerja (lembur), maka diwajibkan
membuat surat pemberitahuan kepada Konsultan Pengawas, maksimum 1 hari
sebelum dilaksanakan pekerjaan lembur.
b. Apabila tanpa pemberitahuan, dan kontraktor melakukan kerja lembur, maka
Pengawas Lapangan akan memberikan teguran secara tertulis dan melakukan
pembongkaran pada pekerjaan yang dilaksanakan pada jam lembur termaksud.
BAB 8
Penjagaan

a Kontraktor wajib melakukan pengamanan barang-barang di seluruh halaman


pekerjaan bangunan, baik selama maupun pada waktu tidak dilakukan pekerjaan.hal
ini berlaku pula bagi barang-barang pihak ketiga dan pihak konsultan pengawas.
b Barang-barang dan bahan-bahan bangunan yang hilang, baik yang belum maupun
yang sudah terpasang, tetap menjadi tanggungan kontraktor dan tidak diperkenankan
untuk diperhitungkan dalam biaya borongan tambahan.
c Kontraktor diharuskan melaporkan personil yang tinggal di proyek diluar jam kerja pada
petugas keamanan kompleks.

BAB 9
Pekerjaan Tidak Baik

9.1 Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan


a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan secara masal, dapat meminta persetujuan hasil
pekerjaan kepada Pengawas Lapangan/ Direksi.
b. Agar tidak terjadi bongkar/ pasang pekerjaan, apabila terdapat gambar rencana
yang tidak jelas, maka kontraktor diwajibkan menanyakan atau membuat shop
drawing kepada pengawas lapangan/ direksi untuk menyamakan pendapat, atau
apabila perlu dapat meminta konsultan perencana, untuk mendapat jawaban yang
pasti tentang perencanaannya.
c. Apabila pekerjaan yang bersifat khusus, maka sebelum melaksanakan pekerjaan,
kontraktor diwajibkan membuat Surat Ijin Pelaksanaan Pekerjaan, antara lain :

1. Pekerjaan-pekerjaan lain yang bersifat struktural dan perlu perlakuan khusus.


9.2 Mutu Pekerjaan
a. Mutu pekerjaan yang dituntut minimal adalah memenuhi kriteria yang baik,
dipandang dari segi konstruksi maupun finishing.
b. Apabila tidak memenuhi kriteria mutu yang dituntut, maka akan dilaksanakan
perbaikan sampai dengan pembongkaran pekerjaan yang sudah dilaksanakan
dengan acuan sbb
c. Pekerjaan yang dibongkar, selambat-lambatnya  24 jam sesudah perintah
pembongkaran yang telah ditentukan oleh konsultan pengawas, kontraktor
diharuskan memperbaiki dan atau membuat baru semua pekerjaan yang dinyatakan
kurang/ tidak baik.
d. Ongkos perbaikan dan tau pembuatan baru ini tetap menjadi tanggung jawab
kontraktor.
e. Tidak ada hak pemborong untuk meminta perpanjangan waktu karena melakukan
melakukan pekerjaan tersebut dalam ayat 1, BAB ini.

BAB 10
Pekerjaan Tanah dan Pondasi

10.1 Lingkup Pekerjaan


10.1.1 Pekerjaan Galian
Galian tanah pondasi, bak-bak kontrol, saluran-saluran instalasi listrik/ air,
sumur, septictank, dan peresapan serta bagian-bagian yang ditunjukkan dalam
gambar.
10.1.2 Pekerjaan Urugan pada Bangunan
a. Urugan tanah bekas lubang galian dan di bawah lantai untuk peninggian
permukaan.
b. Urugan pasir dibawah pondasi dan lantai. Merk pasir urug dari Babat (harga
sesuai di AHSP).
10.2 Bahan-Bahan
10.2.1 Urugan Tanah
a. Bahan urugan berupa tanah urug harus bersih dari kotoran, humus dan
organisme lainnya yang dapat mengakibatkan penyusutan atau perubahan
kepadatan urugan pasir itu sendiri.
b. Tanah urug dapat digunakan tanah bekas galian dengan syarat pelaksanaan
khusus.
10.2.2 Pasir Urug

Pasir urug dari Babat harus berbutir halus dan bergradasi tidak seragam. Merk
pasir urug dari Babat (harga sesuai di AHSP).
10.2.3 Pasangan Batu Kali
a. Batu kali dan pasir, harus keras dan kekar serta bermutu kwartsa yang
disetujui Pengawas Lapangan/Perencana dan Owner.
b. Semen, sesuai ketentuan Portland Cement Indonesia: SNI 8 1972. Merk
semen gresik (harga sesuai di AHSP).
c. Air yang dipakai bersih.

10.3 Syarat-syarat Pelaksanaan


10.3.1 Pekerjaan Galian
a. Kedalaman galian pondasi minimal sesuai gambar, atau telah mencapai
tanah keras. Yamg dimaksud dengan tanah keras adalah tanah dengan
kemampuan daya dukung 1 kg/cm2.
b. Apabila sampai kedalaman tersebut pada point a, belum mendapatkan tanah
keras, maka kontraktor harus menghentikan pekerjaan galian dan
dikonsultasikan dengan Direksi dan Konsultan Perencana untuk mendapat
pemecahan sebaik-baiknya.
c. Apabila di dalam melaksanakan penggalian kedalaman pada tanah keras
lebih dalam, dan untuk mendapatkan kedalaman yang sesuai dengan
kedalaman yang dimaksud dalam gambar, mka penyesuaian kedalaman
dilakukan dengan menggunakan beton tumbuk tanpa biaya tambahan dari
Pemberi Tugas.
d. Pada galian tanah yang mudah longsor, kontraktor harus mengadakan
tindakan pencegahan dengan memasang penahan atau cara lain yang
disetujui Direksi.
e. Selama pelaksanaan penggalian, harus dibersihkan juga bekas-bekas akar,
pokok kayu, longsoran atau benda-benda yang dapat mengganggu
konstruksi pondasi.
f. Dalam pelaksanaan penggalian, pemasangan pondasi dan pekerjaan lain di
dalam galian harus dihindarkan dari genangan air dengan jumlah yang
cukup menunjang kelancaran pekerjaan tersebut.
10.3.2 Pekerjaan Urugan/ Timbunan
a. Pelaksanaan pengurugan harus dilaksanakan dengan cara setiap lapis
dengan ketebalan setiap lapisan  25 cm dan dipadatkan dengan stamper.
b. Tanah yang akan diurugkan harus dalam keadaan terurai, bukan merupakan
bongkahan-bongkahan tanah agar mudah dipadatkan.
c. Tanah bongkahan tidak diijinkan untuk mengurug, disebabkan apabila
terkena air tanah dan terurai akan terjadi peburunan lantai.
d. Dalam pelaksanaan pengurugan terutama pasir dibawah lantai, kontraktor
harus memperhatikan tingkat kepadatannya, sehingga tidak akan terjadi
penurunan lantai akibat konsolidasi urugan.
10.3.1 Pekerjaan Pondasi Batu Kali
a. Pasangan aasntamping di bawah pondasi batu kali sebagai landasan
pondasi.
b. Bentuk pasangan batu kali harus sesuai dengan gambar rencana.
c. Pelaksanaan pondasi harus dalam keadaan lobang pondasi kering.
d. Adukan mempunyai komposisi 1 Pc : 6 Ps sesuai dengan gambar kerja.

BAB 11
Pekerjaan Beton

11.1 Lingkup pekerjaan

11.1.1 Campuran 1PC : 3Ps : 6Ps (pecah mesin)


Untuk pekerjaan beton tidak bertulang seperti lantai kerja untuk pondasi beton,
beton rabat dan beton tumbuk.
11.1.1 Pekerjaan Beton Struktural
Pekerjaan beton struktural, kolom struktur, konsol, balok, dan lain-lainnya,
dalam arti pekerjaan beton yang bukan praktis dengan pengawasan ketat dengan
mengikuti persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam SK SNI T- 15-1991-
03, serta pengawasan yang ketat terhadap mutu.
11.2 Bahan-Bahan
11.2.1 Umum
Bahan-bahan campuran beton berupa PC, agregat halus/ kasar, kontraktor harus
mengajukan terlebih dahulu contoh-contoh yang memenuhi syarat- syarat dari
berbagai sumber (tempat pengambilan).
11.2.2 Semen Portland (PC)
a. Semen portland yang dipakai harus dari 1 jenis menurut Peraturan Semen
Portland Indonesia 1972 (NI 8) yaitu semen gresik, tiga roda, serta semen
padang atau merk lain dengan persetujuan tertulis direksi. Merk semen PC
yang digunakan semen gresik (harga sesuai di AHSP).
b. Satu komponen tidak boleh dikerjakan dengan lebih dari satu merk semen.
Untuk maksud penggunaan merk yang berbeda dengan yang sudah
dilaksanakan harus diadakan test ulang sesuai dengan prosedur untuk itu.
11.2.3 Agregat Halus (Pasir)

a. Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alami atau pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu, asal memenuhi BAB 1.3.3 SK SNI
T-15-1991-03. Merk pasir cor hitam dari Lumajang dan pasir pasang dari
Mojokerto (harga sesuai di AHSP).
b. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras serta bersifat
kekal.
c. Agregat halus harus bersih dan tidak boleh mengandung lumpur lebih 5%
(terhadap berat kering) serta memenuhi gradasi yang baik.
d. Pasir laut tidak boleh dipergunakan.

11.2.4 Agregat Kasar

a. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau batu pecah alami,
maupun buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu asal memenuhi
BAB 1.3.4 SK SNI T-15-1991-03.
b. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori
serta bersifat kekal.
c. Bila mengandung butir0butir yang pisah jumlah beratnya tidak boleh
melampaui 20%.
d. Agregat juga tidak boleh kotor dengan kandungan lumpur maksimum 1%,
bila melebihi maka agregat kasar harus dicuci.
e. Selain tidak boleh mengandung lumpur juga tidak boleh mengandung zat-
zat yang dapat merusak beton seperti zat reaktif alkali.

f. Gradasi agregat kasar diisyaratkan memenuhi SK SNI T-15-1991-03. g


Ukuran butir agregat maksimum tidak boleh lebih daripada 1/5 jarak
terkecil antara bidang-bidang sepanjang dari cetakan, 1/3 dari tebal plat atau
¾ dari jarak bersih minimum diantara batang-batang atau berkas- berkas
tulangan.
11.2.5 Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton-beton harus air bersih (yang dapat
diminum) dan tidak boleh mengandung minyak, asam, alkohol, garam-garam
dan bahan-bahan lain yang dapat merusak beton/ tulangan baja.
11.2.6 Besi Beton

a. Dimensi Besi Tulangan


1. Ukuran besi tulangan harus seperti dalam gambar.
2. Penggantian dengan diameter lain hanya diperkenankan atas
persetujuan tertulis oleh direksi.
3. Bila penggantian dapat disetujui, maka luas penampang besi pengganti
tidak diijinkan kurang dari dimensi tulang yang yang direncanakan,
baik dalam gambar maupun dalam perhitungan.
4. Segala biaya tambah akibat penggantian dimensi tulang menjadi
dimensi baru, sejauh bukan kesalahan perencanaan, adalah tanggungan
kontraktor.
b. Penyimpanan Besi Tulangan
1. Semua besi tulangan beton, harus disimpan pada tempat yang telah
ditentukan dengan memisahkan setiap ukuran tulang agar mudah
dikenali setiap dimensi tulangnya, baik sebelum dilakukan pemotongan
dan pembengkokan dan sesudahnya, dalam keadaan siap dirakit.
2. Penyimpanan tulangan dijaga agar tidak terjadi kerusakan besi akibat
pengaruh dari garam kuat, udara lembab atau terkena minyak.

11.2.7 Bahan Kimia Pembantu

a. Pemakaian bahan kimia pembantu apabila tidak secara nyata tercantum


pada RKS atau pada gambar, wajib meminta ijin secara tertulis kepada
direksi untuk mendapatkan ijin.
b. Apabila kontraktor mendapat ijin mrnggunakan bahan kimia pembantu,
maka penggunaannya harus disertai alasan dan bukti manfaatnya, disertai
dengan brosur dan hasil mix design.
c. Penggunaannya harus sesuai petunjuk teknik dari pabrik selama bahan-
bahan pembantu ini digunakan, maka harus diadakan pengawasan yang
cermat.
d. Pemakaian bahan pembantu tidak boleh menyebabkan dikuranginya volume
semen dalam adukan.

11.2.8 Bekisting

a. Pembuatan bekisting harus memenuhi syarat-syarat SK SNI T-15-1991- 03.


b. Bahan bekisting dapat dibuat dari papan kayu Hutan balok (harga sesuai di
AHSP) yang cukup kering dengan tebal minimum 2 cm atau panil-panil
multipleks dengan tebal minimum 12 mm.
c. Rangka penguat konstruksi bekisting dari kayu ukuran 5/7 sebagai
penyokong,penyangga maupun pengikat, sehingga mampu mendukung
tekanan beton pada saat pengecoran sampai selesai proses pengikatan.
11.2.9 Adukan (Spesi) Beton
a. Spesi beton adalah campuran dengan perbandingan tertentu antara PC, pasir
dengan kerikil dan air untuk mendapatkan bahan pembalut tulangan beton.
b. Adukan beton dihasilkan dari mesin pengaduk mekanis, selanjutnya
dipadatkan pada cetakan atau bekisting untuk membentuk struktur beton
yang diinginkan.

11.2.10 Ready Mix

a. Yang dimaksud dengan ready mix adalah pencampuran spesi beton dari
pabrik dengan perbandingan berat campuran menggunakan beton mixing
plant engan mutu seperti yang diisyaratkan.
b. Pada pengecoran plat dan balok lantai 1 dan 2 diwaibkan menggunakan
ready mix, guna mendapatkan mutu yang baik.
c. Pada pekerjaan pondasi, kolom struktur maupun beton lainnya, kontraktor
diijinkan menggunakan campuran yang dibuat sendiri.
d. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan beton dengan ready mix sama dengan
persyaratan pelaksanaan pekerjaan beton yang digunakan.

11.3 Syarat-syarat Pelaksanaan

11.3.1 Lapisan Penutup Beton


a. Tebalnya lapisan penutup beton harus mendapat persetujuan direksi
dan ditetapkan sesuai dengan ketentuan menurut SK SNI T-15-1991-
03.
b. Untuk mendapatkan lapisan penutp beton yang seragam maka harus
dibuat beton ganjal tulangan/ beton blok persegi yang dapat diikat pada
besi tulangan dengan mutu perekat yang sama dengan suatu batas yang
dicor.
11.3.2 Penulangan
a. Pembengkokan dan pemotongan besi tulangan
1. Kontraktor diahruskan membuat gambar detail pemotongan besi
tulangan dengan berpedoman kepada gambar-gambar beton yang
sesuai dengan ketentuan SK SNI T-15-1991-03.
2. Gambar-gambar detail setelah disetujui direksi mengikat untuk
dilaksanakan.
3. besi tulangan dibengkok atau diluruskan dalam keadaan dingin,
kecuali pemanasannya diizinkan oleh direksi.
4. Pembengkokan atau meluruskan besi tulangan tidak boleh dengan
cara-cara yang merusak tulangan.
b. Pemasangan besi tulangan
1. Tulangan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran yang
terdapat dalam gambar beton, sedemikian rupa hingga sebelum dan
selama pengecoran letaknya tidak berubah.
2. Jarak tulangan balok/ kolom harap diperhitungkan agar agregat
kasar dapat masuk. Apabila ternyata hal tersebut tidak terpenuhi,
maka pemasangan tulangan diatur sedemikian rupa agar agregat
kasar dapat lolos.
11.3.3 Bekisting
a. Umum
1. Ukuran dalam bekisting jadi adalah ukuran jadi beton sesuai
dengan ukuran yang ditentukan dalam gambar.
2. Bekisting dari kayu Hutan balok (randu) (harga sesuai di AHSP)
harus diperkuat sedemikian rupa, sehingga tidak bocor/ pecah pada
saat mendapat tekanan spesi.
3. Sebelum pengecoran, bekisting harus dibersihkan dari kotoran,
serbuk gergaji, kawat ikat, kemudian bekisting dibasahi air sampai
jenuh.
4. Bagian-bagian bekisting yang berlubang, khususnya sambungan
papan, ditutup rapat.
b. Kolom
1. Bekisting kolom dapat dibuat untuk satu kolom, atau dengan cara
pengecoran bertahap.
2. Bekisting kolom harus tegak lurus keatas, dengan pemeriksaan
menggunakan untuing-unting.
3. Hubungan horizontal antara kolom harus lurus kemudian diikat
dengan kayu balok meranti 5/7 antara sesama bekisting.
4. Antara bagian dalam bekisting kolom dengan tulangan terluar
dipasang pengganjal yang diikat pada tulangan tersebut, agar
tulangan tidak melekat pada bekisting.
c. Perancah Balok dan Plat
1. Perancah balok/ plat dipasang apabila tanah landasan telah
dipadatkan, agar pada saat pelaksanaan pengecoran tidak terjadi
penurunan.
2. Kaki perancah dilandasi dengan papan kelas II, sehingga
menjadikan beban merata pada tanah dasar perancah.
3. Tinggi perancah disesuaikan dengan tinggi antar lantai pada
gambar.
4. Perancah diikat satu dengan lainnya dengan reng 2/3 atau bambu.
5. Setelah perancah kuat, maka pemasangan bekisting balok/plat dapat
dilaksanakan.
6. Perancah yang menggunakan scafolding, harap memperbaiki
perkuatan scafolding tersebut antara satu dengan yang lain.
7. Pada penggunaan ready mix, mengingat bekisting akan menerima
beban lebih berat akibat menumpuknya adukan beton yang dituang
dari concrete pump unit, maka konstruksi penunjang bekisting
harus lebih kuat.

11.3.4 Ijin Direksi


a. Sebelum pengecoran beton yang bersifat struktural, selambat-lambatnya 5
hari sebelum pelaksanaan pengecoran, maka kontraktor diwajibkan untuk
mengirim surat ijin pengecoran kepada direksi.
b. Apabila waktu pelaksanaan pekerjaan pengecoran melewati jam kerja
normal (lembur), maka kontraktor diwajibkan untuk mengajukan surat
pemberitahuan lembur kerja kepada direksi/ pengawas, tembusan kepada
pemimpin proyek.
c. Selambat-lambatnya 2 hari sebelum pelaksanaan pengecoran sesuai dengan
surat ijin pengecoran, maka direksi/ pengawas akan melakukan
pemeriksaan.
d. Apabila atas pemeriksaan dari direksi, bahwa segala sesuatunya siap, maka
direksi dapat mengijinkan pelaksanaan pengecoran sesuai dengan rencana
pelaksanaan, dengan menulis pada buku direksi.
e. Direksi dapat menolak untuk memberi ijin selama hasil pemeriksaan masih
memerlukan perbaikan atau dinilai belum siap untuk melaksanakan
pengecoran.
11.3.5 Pelaksanaan Pengecoran
a. Pengecoran
Pengadukan, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan perawatan beton
harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan di dalam PBI 1971 BAB 6.1 s/d
6.6.

b. Pengadukan Campuran Beton


Pengadukan beton harus dilaksanakan dengan menggunakan mesin
pengaduk beton (beton mollen) yang bekerja baik. Pemberhentian
pengadukan dilakukan bila adukan sudah rata/ homogen.
c. Penuangan adukan beton pada bekisting
1. Penuangan adukan pada plat atau balok diusahakan tidak terjadi
segregasi.
2. Penuangan pada pengecoran kolom jangan terlalu tinggi, sehingga tejadi
penguraian campuran. Apabila terpaksa dapat dilakukan dengan
membuat lubang-lubang pada bagian ertentu untuk penulangan
campuran beton.
11.3.6 Penghentian Pengecoran
Penghentian pengecoran hanya dilakukan pada tempat-tempat yang telah
disetujui oleh direksi di dalam pola rencana pengecoran.
11.3.7 Perawatan Beton
a. Pada konstruksi beton yang baru dicor harus dijaga terhadap pengruh-
pengaruh getaran dsb. Yang akan dapat mempengaruhi proses pengikatan
beton.
b. Permukaan beton harus dilandasi dari pengeringan yang terlalu cepat dan
atau tidak merata, dengan cara disiram atau ditutup karung goni yang
dibasahi selama 14 (empat belas) hari.

11.3.8 Pembongkaran bekisting


a. Bekisting dari kayu Hutan Balok (harga sesuai di AHSP). hanya boleh
dibongkar apabila bagian konstruksi tersebut telah mencapai kekuatan
yang cukup untuk memikul berat sendiri, dan beban pelaksanaan yang
bekerja padanya.
b. Pembongkaran tersebut harus mendapat persetujuan dari pengawas ahli.
c. Bagian-bagian konstruksi dimana terjadi sarang-sarang kerikil
harusdiperbaiki dengan penuh keahlian.
11.4 Umum
Peraturan umum yang digunakan adalah Peraturan Beton Indonesia (PBI-1971) dan
untuk hal-hal yang belum terjangkau PBI-1971, dapat digunakan peraturan-
peraturan lainnya, seperti ASTM.
11.5 Pedoman Pelaksanaan
a. Pemasangan tulangan beton dilakukan sesuai dengan gambar kerja dan
mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan. Hubungan antara besi beton
satu dengan lainnya harus menggunakan kawat besi beton (kawat
bendrat),diikat dengan kuat tidak bergeser selama pengecoran dan bebas
dari tanah maupun kotoran lainnya.
b. Mutu tulangan yang disyaratkan adalah U24 diameter £ Ø 12 mm
c. Bekisting atau cetakan harus datar dan tegak lurus tidak ada yang bocor
sehingga 18 kedudukan dan bentuknya tetap saat pengecoran maupun
sesudah pengecoran. Sebelum pengecoran berlangsung penulangan diteliti
kembali dan pengecoran dapat dimulai seijin dan sepengetahuan Direksi
Pekerjaan dan Direksi Lapangan.
d. Setelah pengecoran selesai pondasi harus dilindungi terhadap sinar
matahari, oleh angin, hujan atau aliran air yang dapat merusak proses
pengeringan tersebut. Semua permukaan beton yang terbuka dijaga tetap
dalam keadaan basah selama 4 hari dengan menyemprotkan air pada
permukaan air tersebut.
e. Pembongkaran bekisting cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton
mencapai kekuatan khusus yang cukup untuk memikul 2x beban sendiri
atau minimal 21 hari. Pembongkaran bekisting harus seijin Direksi
Pekerjaan dan Direksi Lapangan dan harus sesuai dengan pasal 5, 8 dan 6
dari PBI-1971.
f. Pelaksanaan pekerjaan konsol beton dikerjakan bersama-sama dengan
pengecoran pekerjaan kolom sesuai dengan gambar kerja.
g. Antara tulangan kolom dan tulangan konsol harus ada pengikat yang kuat,
sehingga ada satu kesatuan yang kuat antara kolom struktur dan konsol
beton tersebut. Pemasangan tulangan beton dilakukan sesuai dengan gambar
kerja dan mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan. Hubungan antara
besi beton satu dengan lainnya harus menggunakan kawat besi beton (kawat
bendrat), diikat dengan kuat tidak bergeser selama pengecoran dan bebas
dari tanah maupun kotoran lainnya.
h. Bekisting atau cetakan harus kuat tidak ada yang bocor sehingga kedudukan
dan bentuknya tetap saat pengecoran maupun sesudah pengecoran. Sebelum
pengecoran berlangsung penulangan diteliti kembali dan pengecoran dapat
dimulai seijin dan sepengetahuan Direksi Pekerjaan dan Direksi Lapangan.
11.6 Kualitas Beton
a. Mutu beton yang digunakan adalah K-225.
b. Beton yang digunakan harus ditest mutunya dari benda uji dengan
persyaratan sesuai dengan PBI-1971. Hal-hal lainnya yang tidak disebutkan
harus memenuhi persyaratan yang berlaku.

BAB 12
Pekerjaan Pasangan

12.1 Lingkup Pekerjaan

12.1.1 Pekerjaan Pasangan Batu Kali


a Pasangan aanstamping di bawah pondasi batu kali sebagai landasan
pondasi.

b Pasang pondasi dan umpak batu kali dengan campuran perekat 1 PC : 6


Pasir.
12.1.2 Pekerjaan Pasangan Bata
a Pasangan batu merah dari Mojokerto/Trowulan (harga sesuai di AHSP) untuk
trasram dilaksanakan dengan campuran 1PC : 2PS

pada :
1. Semua tembok kamar mandi/ WC dan urinoir setinggi 1,5 m dari
lantai.
2. Pasangan batu merah dari Mojokerto/trowulan (harga sesuai di AHSP)
pada kaki bangunan.

3. Tempat-tempat lain yang senantiasa berhubungan dengan air dan yang


dianggap perlu oleh Direksi.
b Pasangan dinding batu bata merah dari Mojokerto/Trowulan (harga sesuai di
AHSP) dengan campuran 1PC : 6 PS dilaksanakan untuk seluruh dinding
tembok yang tidak disebut dalam butir a pada BAB diatas.

12.1.3 Pekerjaan Plesteran

a Plesteran trasram dan benangan sudut, dengan campuran 1 PC : 4 Pasir


antara lain:
1. Dinding kamar mandi/ WC bagian luar.

2. Dinding kamar mandi / WC bagian dalam yang tidak dilapis keramik.

b Plesteran dan benangan sudut beton dengan campuran 1 PC : 3 Pasir


dilaksanakan pada semua pekerjaan beton yang tampak.
c Plesteran dinding bata dengan campuran 1 PC : 6 pasir dilaksanakan pada
semua dinding batu merah yang tidak disebutkan pada ayat a.1 dan a.2
diatas.
d Benangan sudut, dengan campuran 1 PC : 3 Pasir selebar 5 cm dari sudut
pasangan tembok dan beton yang dimaksudkan diatas.
e Acian dengan menggunakan air PC, setelah agak kering, permukaan acian
digosok dengan kertas semen.
12.2 Bahan-Bahan

12.2.1 Batu Kali

a Batu kali adalah dengan ukuran 5/20, utuh tidak porous.

b Apabila merupakan batu yang dipecah harus bersudut runcing dan tajam.

12.2.2 Batu bata

a Bata merah dari Mojokerto/Trowulan (harga sesuai di AHSP) harus


berkualitas baik, ukuran minimal sesuai dengan yang ada di pasaran.
b Mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang sisinya datar, padat
dan tidak menunjukkan retak-retak.
c Kuat tekan minimal 30kg/cm2, hasil pembakaran kayu.

d Apabila dilakukan pemeriksaan dengan menggoreskan ujungnya pada rusuk


yang panjang pada bidang keras dan kasar sepanjang 1 meter, maka
panjangnya berkurang akibat aus maksimum 1 cm.
12.2.3 Semen Portland (PC)
Semen portland harus menggunakan semen gresik, tiga roda, semen pedang
atau merk lain yang sekualitas dan yang digunakan harus satu jenis merk
pabrik. Merk semen portland adalah semen gresik (harga sesuai di AHSP)

12.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan


12.3.1 Pasangan Pondasi Batu Kali

a Setelah pasir urugan (harga sesuai di AHSP) diatas tanah galian mencapai
kepadatan yang diisyaratkan, dan tebalnya telah diukur sesuai dengan
rencana, maka dapat di pasang aanstamping.
b Pasangan aanstamping harus saling mengisi antara batu kali, sehingga
merupakan landasan batu kali yang utuh dan padat.
c Kemudian rongga-rongga antara batu kali pada aanstamping diisi pasir urug
dan diberi air hingga padat.
d Pondasi batu kali dipasang diatas aanstamping dengan bentuk dan ukuran
sesuai gambar.
e Sebelum dipasang, batu untuk pondasi harus dibasahi dengan air
secukupnya sehingga dapat melekat dengan sempurna.

f Untuk patokan bentuk pasangan batu pondasi harus dipasang profil-profil


dari bambu atau kayu pada setiap 3 meter pada pemasangan memanjang
lebih besar dari 8 meter, sehingga tarikan benang untuk patokan memanjang
tidak melendut yang berakibat pasangan tidak rata.
g Pasangan pondasi yang tampak di luar tanah, permukan pondasi harus
diberapen.
12.3.2 Pasangan Bata

a Batu merah pecah yang dipasang jumlahnya tidak boleh melebihi 20% dari
jumlah batu merah yang utuh.
b Pasangan tembok bata merah dari Mojokerto/Trowulan (harga sesuai di
AHSP) harus dipasang dengan hubungan (verband) yang baik tegak lurus
siku dan rata. Tinggi pasangan tembok ½ batu hanya diperbolehkan
maksimum tinggi 1 meter untuk setiap hari kerja.
c Semua voeg/ siar diantara pasangan batu pada hari pemasangan harus
dikeruk yang rapi.
d Pemasangan perancah (andang-andang) tidak boleh dipasang dengan
menembus tembok.
e Sebelum dipasang bata harus dibasahi dengan air secukupnya sehingga
dapat melekat dengan sempurna.
f Untuk patokan bentuk pasangan batu merah harus dipasang profil-profil
dari bambu atau kayu pada setiap 3 meter pada pemasangan memanjang
lebih besar dari 8 meter, sehingga tarikan benang untuk patokan memanjang
tidak melendut yang berakibat pasang tidak rata.
g Untuk pasangan setengah batu yang luasnya lebih dari 12 m2 tanpa adanya
pertemuan dinding, apabila tidak tergambar, harus dipasang kolom praktis
dari beton apabila dengan sistem kerangka beton.
12.3.3 Plesteran
a Untuk plesteran beton, sebelum plesteran dilaksanakan maka permukaan
beton yang akan diplester harus dibuat kasar terlebih dahulu (dilukai)
dengan betel dan kemudian dibersihkan dan disaput dengan air semen.
b Pekerjaan plesteran baru dapat dilaksanakan setelah pekerjaan instalasi air/
listrik sudah terpasang.

c Seluruh permukaan dinding tembok yang akan diplester harus dibasahi/


disiram dengan air bersih terlebih dahulu sampai rata. Serta dinding yang
sudah diplester harus selalu dibasahi sekurang-kurangnya dalam 7 (tujuh)
hari. Hal ini dilaksanakan untuk mencegah pengeringan plesteran sebelum
waktunya.
d Semua pekerjaan plesteran, baik plesteran beton maupun plesteran dinding
tembok harus rata, harus merupakan satu bidang tegak lurus dan siku,
pekerjaan plesteran yang sudah selesai harus bebas dari retak-retak/ noda-
noda dan cacat lainnya.
e Plesteran dinding dikerjakan dengan tebal minimum 1 cm, maksimal 2 cm.
f Pekerjaan plesteran harus dikoordinasikan dengan pekerjaan pemasangan
instalasi listrik, instalasi air maupun instalasi lain yang terletak dibawah
plesteran.
g Plesteran untuk dinding yang akan dicat tembok, penyelesaian akhir
sebelum diaci, dan dalam keadaan setengah kering digosok dengan kertas
semen.

BAB 13
Pekerjaan Lantai/ Pelapis Dinding

13.1 Lingkup Pekerjaan

13.1.1 Pasang Lantai

a. Pemasangan granit lantai 1 dan lantai 2 Serinity 60 x 60 cm warna


white motif Glazed Polished type KW 1 (harga sesuai di AHSP)
untuk seluruh bagian dalam yang tidak disebutkan lain.
b. Pemasangan keramik polos lantai 1 dan 2 KIA 20 x 20 cm warna grey
type KW 1 polos (harga sesuai di AHSP) untuk kamar mandi/ WC

c. Pemasangan keramik motif lantai 1 dan 2 30 x 30 cm type KW 1 (harga


sesuai di AHSP) untuk Teras
d. Pemasangan list keramik lantai 1 dan 2 20 x 25 cm type KW 1 (harga sesuai
di AHSP) untuk dinding kamar mandi/ WC .
e. Pemasangan list granit (plint) lantai 1 dan 2 Serinity 30 x 60 cm warna
black type KW 1 (harga sesuai di AHSP) untuk ban keramik bagian dalam
dan luar ruangan.

13.2 Bahan-Bahan

13.2.1 Umum

a. Warna yang belum ditentukan dalam RKS atau mendapat perubahan


ditentukan kemudian oleh Pemimpin proyek.
b. Segala persetujuan pemimpin proyek/ direksi secara tertulis.

13.2.2 Bahan keramik

a. Sebelum mendatangkan bahan kontraktor harus mengajukan contoh bahan


terlebih dahulu kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
b. Warna yang belum ditentukan dalam RKS atau mendapat perubahan
ditentukan kemudian oleh pemimpin proyek.

13.3 Syarat-syarat Pelaksanaan

13.3.1 Umum

a. Pengecoran nat setelah pemasangan berlangsung 3 (tiga) hari atau setelah


pasangan lantai keramik cukup kuat, dengan persetujuan direksi/
pengawas.
b. Nat lantai keramik harus lurus dan bersilangan saling tegak lurus.
c. Pada daerah tepi yang memerlukan potongan-potongan, maka
pemotongan harus digunakan mesin pemotong, kemudian tepi
yang terpotong harus dihaluskan.
d. Keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air sampai jenuh.

13.3.2 Spesi Pemasangan

a. Seluruh lantai keramik dipasang dengan perekat 1PC : 3 Pasir.

b. Kecuali pada kamar mandi/ WC pemasangan lantai keramik dengan


perekat 1 PC : 2 Pasir.
13.3.3 Pemasangan Lantai Keramik
Pada ruang-ruang bukan kamar mandi/ WC, diatas plat beton dapat dilapisi
plat tipis.

BAB 14
Pekerjaan Pintu/ Jendela
14.1 Lingkup Pekerjaan
a. Pembuatan dan pasang kusen.
b. Pembuatan dan pasang daun pintu plywood rangkap dan daun jendela.
14.2 Bahan-bahan
a. Plywood rangkap daun pintu
plywood rangkap daun pintu dari bahan kayu meranti dengan tebal 1 cm kering
oven.
b. Slimar daun-daun pintu
1. Bahan slimar dari kayu meranti.
2. Slimar daun pintu plywood rangkap seluruhnya 5/10 cm.
3. Slimar daun pintu plywood rangkap bagian bawah ukuran 5/20 cm. Bagian
yang lain 5/10 cm.
14.3 Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Semua sambungan kayu dilaksanakan sesuai dengan detail, dikerjakan dengan
benar dan rapi.
b. Untuk alat sambungnya dapat digunakan pasak bambu dan paku.
c. Ambang tegak kusen yang menempel dinding harus dipasang angkar dari besi 8
mm dengan panjang dan banyaknya sesuai dengan gambar kerja.
d. Semua pekerjaan kayu harus dimeni terlebih dahulu sebelum dilakukan finishing.
e. Pemasangan kaca pada daun jendela dilakukan jika telah dirasakan aman dari
gangguan pekerjaan.
f. Pada setiap kaki kusen dipasang nuet dengan campuran 1PC : 2 Pasir setinggi 15
cm.
g. Untuk dook digunakan besi 2 8 mm.

BAB 15
Pekerjaan Atap

15.1 Lingkup Pekerjaan

a Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dari kayu meranti.


b Pemasangan gording dari bahan kayu meranti, dengan ukuran sesuai dengan
gambar rencana.
15.2 Bahan-Bahan
15.2.1 Umum

a Bahan yang digunakan adalah kayu meranti dengan ukuran 8 x 12


cm, 3 x 30 cm, 5 x 7 cm, dan 2 x 3 cm sesuai dengan kebutuhan dan
volume yang telah ditentukan.
b Bahan yang dipakai dalam penyambungan rangka adalah paku dan besi
plat strip yang terdapat di pasaran.

15.2.2 Rangka Atap

a Rangka atap utama dengan konstruksi rangka kuda-kuda menggunakan


kayu meranti (harga sesuai di AHSP) dengan ukuran sesuai dengan
gambar.
b Gording, usuk dari kayu meranti (harga sesuai di AHSP) dengan ukuran
sesuai dengan gambar.
c Reng dari kayu Meranti (harga sesuai di AHSP) dengan ukuran sesuai
dengan gambar.

15.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan

15.3.1 Umum

a Syarat umum pekerjaan kayu, sepenuhnya mengikuti


peraturan pelaksanaan dalam PKKI.
b Semua detail harus dilaksanakan dengan teliti, sesuai dengan gambar
rencana.
c Apabila gambar kurang jelas, maka kontraktor diwajibkan membuat shop
drawing. Dengan persetujuan Direksi shop drawing digunakan sebagai
dasar pelaksanaan.

d Karena pengerjaan yang tidak tepat, penyambungan dan pemasangan


tidak diijinkan menggunakan bahan pengisi, kecuali dinyatakan dalam
gambar.
15.3.2 Pemasangan dan Pengangkatan
a Konstruksi beton yang akan menjadi tumpuan rangka atap, maka umur
beton diperkirakan cukup dari saat pengecoran, dan dinyatakan layak
untuk dibebani oleh pengawas.

b Kuda-kuda kayu harus diangkat dengan baik, agar tidak terjadi


kerusakan pada waktu pengangkatan.
c Digunakan ikatan sementara pada saat pelaksanaan pengangkatan dan
pemasangan kuda-kuda, dan akan dilepas setelah diberikan pengikatan
yang tetap.
d Konstruksi rangka atap yang dipasang harus koplanar, sesuai
dengan gambar rencana.
e Pelapisan permukaan kayu dengan meni dapat dilaksanakan sebelum
atau sesudah pemasangan.

BAB 16
Pekerjaan Penutup Atap
16.1 Lingkup Pekerjaan
a. Pasang kuda-kuda kayu jenis meranti dan gording.

b. Pasang penutup atap.


16.2 Bahan-Bahan

16.2.1 Kuda-kuda dan Gording

a. Kuda-kuda kayu meranti ukuran 8 x 12 cm.


b. Gording kayu meranti ukuran 8 x 12 cm.
16.2.2 Genteng dan Bubungan

a. Genteng karangpilan dan bubungan genteng Keramik ambulu (harga sesuai


di AHSP) atau sekualitas.

b. Model genteng dan bubungan type portugies dengan warna yang


ditentukan.

c. Rooflight fiberglass ukuran 90 x 180 cm (harga sesuai di AHSP)


dipasang pada ruangan yang tidak tertup genteng dengan rangka
besi hollow galvalum 40.40.0,45 mm (harga sesuai di AHSP).
16.3 Syarat-syarat pembakaran

16.3.1 Pasang usuk dan reng

a. Usuk dipasang dengan jarak yang ditentukan.

b. Setelah usuk terpasang, bagian terakhir rangka atap adalah reng, yang
dipasang dengan jarak reng sesuai dengan spesifikasi genteng.
c. Setiap selesai pemasangan usuk maupun reng dilakukan pemeriksaan
kerataan permukaan.

d. Pemeriksaan kerataan permukaan dengan cara menarik benang menyilang


dari sudut-kesudut dengan arah diagonal.
e. Apabila ada bagian-bagian yang tidak rata, maka dilakukan perbaikan.

16.3.2 Pasang rangka besi hollow galvalum 40.40.0,45 mm

a. Pasang rangka besi plat strip 40.40.0,45 mm (harga sesuai di


AHSP).

b. Besi plat strip 40.40.0,45 mm (harga sesuai di AHSP).dipasang


dengan jarak yang ditentukan dengan bantuan alat las

c. Setelah besi hollow terpasang dilakukan pemeriksaan kerataan permukaan

d. Pemeriksaan kerataan permukaan dengan cara menarik benang menyilang


dari sudut-kesudut dengan arah horizontal
e. Apabila ada bagian-bagian yang tidak rata, maka dilakukan perbaikan.
16.3.3 Pasang atap genteng

a. Atap genteng yang dipasang harus rata permukaannya dan lurus


sambungannya.
b. Apabila terjadi tidak rata atau tidak rapi, maka harus dirapikan.

c. Bubungan dipasang setelah papan reuter, dengan baik dan kokoh.

d. Pemasangan bubungan harus merupakan garis lurus.

BAB 17
Pekerjaan Langit-Langit
17.1 Lingkup Pekerjaan

17.1.1 Rangka Plafon

Pemasangan rangka plafon dari besi Metal furing 40.40.0,45 mm (harga


sesuai di AHSP) sesuai dengan ukuran plafon yang direncanakan.
17.1.2 Penutup langit-langit
Pemasangan plafon Giptile board Byhua 60 x120 cm (harga sesuai di AHSP)
pada bagian-bagian yang telah ditentukan dalam gambar.
17.2 Bahan-bahan

17.2.1 Bahan rangka plafon

a. Semua rangka plafon menggunakan bahan besi metal furing 40.40.0,45 mm


(harga sesuai di AHSP).

b. Ukuran kayu untuk balok nok, balok tembok, gording, jurai 8/12 cm dari
kayu meranti (harga sesuai di AHSP).

17.2.2 Bahan Plafon

Metal furing 60 x120 cm (harga sesuai di AHSP) atau sekualitas.


17.3 Syarat-syarat Pelaksanaan

17.3.1 Penggantung plafon

a. Tiap sambungan persilangan harus diberi klos-klos tumpuan dari


metal furing 2/3, panjang 1,5 lebar balok.
b. Apabila dalam gambar tidak tercantum, maka pada arah sisi pendek setiap
ruangan, setiap luasan 9 m2 dipasang balok induk kayu meranti ukuran
6/10 cm.
c. Rangka yang terpasang harus benar-benar lurus dan datar sehingga saat
pemasangan panel tidak bergelombang, gridnya harus lurus dan datar,
garis vertikal dan horizontal harus saling tegak lurus sesuai dengan desain,
rangka plafon digunakan metal furing kualitas baik.
d. Permukaan bawah rangka plafon harus rata.
17.3.2 Pemasangan plafon
a. Pemasangan langit-langit harus dikerjakan oleh tenaga yang benar-benar
ahli untuk pemasangan langit-langit.
b. Sebelum pelaksanaan, kontraktor wajib membuat dan menyerahkan gambar
pelaksanaan (shop drawing) kepada Direksi Lapangan untuk mendapatkan
persetujuan.
c. Untuk lubang-lubang penempatan lampu harus disesuaikan dengan
pekerjaan elektrikal.
d. Untuk bagian samping tembok, dipasang list (Profil kalsiboard) seluruh
keliling plafon.
e. Untuk menjaga mutu/kualitas, pemasangan langit-langit sebaiknya
dilaksanakan oleh tenaga ahli/ Sub Kontraktor yang ditunjuk resmi oleh
pabrik dan harus dibuktikan dengan surat dari pabrik.
f. Apabila hasil pemasangan langit-langit terjadi lendutan-lendutan atau
kekurangan-kekurangan lain, Kontraktor harus mengganti dan memperbaiki
bila diminta pembongkaran oleh Direksi Lapangan, biaya perbaikan
ditanggung sendiri oleh Kontraktor.

BAB 18
Alat Penggantung/ Pengunci, Besi Dan Kaca

18.1 Lingkup Pekerjaan


18.1.1 Pekerjaan Pintu
a Setiap daun pintu dipasang 2 (dua) buah Engsel stainless stell.
b Setiap pintu ruangan maupun pintu utama dipasang Kunci tanam 2x putar
(aomori slim) dan handle (harga sesuai di AHSP).
18.1.2 Pekerjaan jendela
Pekerjaan jendela menggunakan jendela kaca dengan kusen berbahan kayu
meranti (harga sesuai di AHSP).
18.1.3 Pekerjaan kaca
a Pemasangan kaca pada daun jendela.
b Semua ukuran dan tebal kaca disesuaikan dengan gambar detail.
18.2 Bahan-bahan
18.2.1 Umum
a. Sebelum kontraktor mendatangkan bahan supaya mengajukan contoh
bahan terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan dari direksi.
b. Persetujuan direksi berupa kualitas, mutu, merk berlaku, sesuai brosur atau
sesuai persetujuan Direksi berdasarkan RKS.
18.2.2 Pekerjaan daun pintu plywood
a. Engsel stainless Stell berkualitas baik menggunakan merk KODAI atau
yang sekualitas (harga sesuai di AHSP).

b. Handle untuk pintu-pintu ruangan.


18.2.3 Bahan Kaca
a. Kaca yang digunakan harus bersih tidak cacat dan tidak bergelombang
buatan dalam negeri berkualitas baik.
b. Kaca menggunakan kaca polos/ bening tebal 8 mm (harga sesuai di AHSP).
18.3 Syarat-syarat pelaksanaan
18.3.1 Daun pintu plywood
a Semua pemasangan engsel harus rapi sehingga pintu secara fungsional
dapat ditutup dan dibuka dengan mudah dan ringan.
b Pemasangan kunci/ vybrezet/ grendel tanam harus rapi dan mudah
dioperasikan.
c Sekrup-sekrup engsel, kunci dan lain-lain harus rata pada permukaan pintu.
18.3.2 Kaca
a Pemasangan kaca pada daun jendela harus menggunakan list kayu, bentuk
dan ukuran sesuai gambar.
b Pemasangan kaca pada slimar sedemikian rupa agar kaca mempunyai ruang
muai/ susut.

BAB 19
Pekerjaan Pengecatan

19.1 Lingkup Pekerjaan.


a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga, bahan-bahan dan peralatan yang
dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini, serta mencapai hasil yang baik.

b. Pekerjaan pengecatan meliputi pengecatan dinding, langit-langit, dan kayu.


c. Pelaksanaan pekerjaan harus mengacu pada gambar dan detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam daftar finishing bahan.
19.2 Persyaratan Bahan.
a. Cat dinding eksterior menggunakan cat merk Nippont Paint (harga sesuai di AHSP)
atau yang sekualitas.

b. Cat dinding interior menggunakan cat merk Nippont paint (harga sesuai di AHSP)
atau yang sekualitas.

c. Cat kayu menggunakan merk Nippot Paint (harga sesuai di AHSP) atau yang
sekualitas.
19.3 Syarat-syarat Pelaksanaan.
a. Kayu kusen, daun pintu dan jendela sebelum dicat harus dimeni, diplamir, dan
digosok secara rata dan tampak halus
b. Dinding yang akan dicat harus diplamir dahulu hingga rata dan digosok hingga
tampak halus.
c. Setelah proses plamir dinding di cat secara merata sehingga seluruh permukaan
dinding tertutup dengan lapisan cat.

19.4 Syarat-syarat Pengiriman dan Penyimpanan Bahan.


a. Cat yang dikirim ke lokasi pelaksanaan harus dalam keadaan tertutup, atau kantong
yang masih disegel dan berlabel dari pabrik, bertuliskan tipe dan tingkatannya,
dalam keadaan utuh dan tidak cacat.

b. Bahan-bahan diletakkan ditempat yang kering berventilasi baik, terlindung dan


bersih.

c. Pihak kedua bertanggung jawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpan baik
sebelum maupun selama pelaksanaan.

d. Bila ada hal-hal yang tidak pada tempatnya, bahan rusak dan hilang, pihak kedua
harus menggantinya.

BAB 20
Pekerjaan Instalasi Listrik
20.1 Lingkup Pekerjaan Listrik.
a. Pekerjaan yang termasuk pekerjaan instalasi ini merupakan pekerjaan seluruh
sistem listrik secara lengkap, sehingga instalasi ini dapat bekerja dengan sempurna
dan aman.

b. Pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa pada saat penyerahan pertama
(serah terima pekerjaan pertama), instalasi pekerjaan tersebut sudah dapat
dipergunakan.
20.2 Kabel Daya.
20.2.1 Instalasi dan pemasangan kabel.
a. Bahan.
Semua kabel yang akan dipergunakan untuk instalasi listrik harus
memenuhi peraturan SII dan SPLN. Semua kabel harus baru dan harus jelas
ukuran, jenis kabel, nomor dan jenis pintalannya.
Semua kabel dengan penampang 6 mm2 keatas harus jenis pilin
(stranded) dan instalasi tidak boleh memakai kabel dengan penampang lebih
lecil dari 2,5 mm2.
Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai adalah dari tipe:
(i). Untuk instalasi penerangan adalah NYA/NYM dengan conduit pipa
PVC (harga sesuai di AHSP).
(ii). Untuk kabel distribusi digunakan NYA dan penerangan taman dengan
mengunakan kabel NYFGBY.
Semua kabel NYA yang ditanam di dalam perkerasan (tembok, jalan,
beton dll) harus berada didalam conduit PVC kelas AW yang disesuaikan
dengan ukurannya, dan harus diklem.
b. Splite/pencabangan.
(i). Tidak diperkenankan adanya “splite” pencabangan ataupun
sambungan-sambungan baik dalam feeder maupun cabang-cabang,
kecuali pada outlet atau pada kotak-kotak penghubung yang bisa
dipakai.
(ii). Semua sambungan kabel baik didalam junction box, panel ataupun
tempat lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari
lembaga yang diisolasi dengan porselen atau bakelit ataupun PVC,
yang diameternya di sesuaikan dengan diameter kabel.
c. Bahan isolasi.
Semua bahan isolasi untuk pencabangan, conection dan lain-lain seperti
karet, PVC asbes tape sintetis, resin, splice case, composit dan lain-lain
harus dari tipe yang disetujui, untuk penggunaan dan lainnya harus
dipasang memakai cara yang disetujui oleh pabrik atau menurut anjuran
yang ada.
d. Penyambungan kabel.
(i). Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambungan yang sudah ditentukan (misalnya junction box).
(ii). Kabel-kabel disambung sesuai dengan warna atau nama masing-
masing, serta sebelum dan sesudah penyambungan harus dilakukan
pengetesan tahanan isolasi
(iii). Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan dan dilapisi
dengan timah putih dan kuat.
(iv). Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan
pipa PVC/protolen yang khusus untuk listrik.
20.2.2 Penerangan dan Stop Kontak.
a. Lampu LED Strip (harga sesuai di AHSP) dan Armatur.
1. Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai
terminal pentanahan (grounding).
2. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan stater dan terminal box harus
cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang
ditimbulkan tidak menggangu kelangsung kerja dan unsur teknis
komponen lampu itu sendiri.
3. Ventilasi didalam box harus dibuat dengan sempurna. Kabel dalam
box harus diberikan saluran klem-klem tersendiri, sehingga tidak
menempel pada balast atau kapasitor.
4. Box terbuat dari plat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan
karat, kemudian di cat oven warna putih.
5. Ballast harus dari jenis “low loss ballast” dan harus dapat
dipergunakan single lampu balast (satu lampu flourentscent).
b. Stop Kontak Biasa.
Stop kontak biasa yang dipakai untuk pemasangan di dinding adalah
stop kontak satu phasa, rating 250 volt, 10 ampere.
c. Stop Kontak Khusus (SKK).

Stop kontak khusus yang dipakai adalah stop kontak satu phasa, untuk
pemasangan rata dinding dengan ketinggian 120 cm diatas lantai, SKK
harus mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan.
d. Saklar Dinding.
Saklar harus dari tipe untuk pemasangan rata dinding, tipe in bouw
dengan rating 250 volt, 10 ampere, single gang, double gang.
e. Junction Box Untuk Saklar dan Stop Kontak.
1. Junction box harus dari bahan metal dengan kedalaman tidak kurang
dari 35 mm.
2. Kontak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan.
3. Saklar atau stop kontak dinding terpasang pada juction box dengan
menggunakan baut atau ditanamkan dalam dinding.
f. Kabel Instalasi.
1. Pada umumnya kabel untuk instalasi penerangan dari instalasi stop
kontak harus dari kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti
atau lebih (kabel jenis NYM) (harga sesuai di AHSP).
2. Kabel harus mempunyai penampang minimal 2,5 mm2.
3. Kode warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL sebagai
berikut :
(i). Fasa 1 : Merah
(ii).Fasa 2 : Kuning
(iii). Fasa 3 : Hitam
(iv). Netral : Biru
(v).Tanah (ground) : hijau-kuning

g. Pipa Instalasi Pelindung Kabel.


1. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa PVC
kelas AW
2. Pipa, elbow, socket, junction box, klem dan accessories lainnya
harus sesuai antara satu dengan yang lainnya, yaitu dengan diameter
minimal ¾“.

BAB 21
Pekerjaan Plambing
21.1 Lingkup Pekerjaan
21.1.1 Lingkup Pekerjaan Instalasi Air Bersih.
a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian secara sempurna unit-unit peralatan
utama yang diperlukan dalam sistem penyediaan air bersih yaitu instalasi
pipa beserta alat bantunya.

b. Pengadaan dan pemasangan kran-kran air terdapat di washtafel.

c. Pemasangan dan pengujian pipa-pipa distribusi ke setiap peralatan sanitasi


dan lain-lain seperti tercantum dalam gambar.

d. Memperbaiki semua kerusakan, yang diakibatkan baik oleh bobokan-


bobokan, galian-galian maupun oleh kecerobohan para pekerja.

e. Pengujian terhadap kebocoran dan tekanan dari sistem plambing air bersih
secara keseluruhan dan mengadakan pengamatan sampai sistem berjalan baik
sesuai dikehendaki yaitu suatu sistem instalasi yang sempurna dan terpadu.

f. Sebelum sistem penyediaan air bersih atau bagian dari sistem ini
dipakai harus dilakukan cara pengurasan yaitu air yang ada dalam sistem
dibuang lebih dahulu.

21.1.2 Lingkup Pekerjaan Instalasi Air Kotor


a. Pengadaan dan pemasangan pipa beserta perlengkapannya yang diperlukan
dalam sistem pembuangan, dan semua alat sanitasi yang ada sampai
penyaluran akhir.

b. Pengadaan dan pemasangan pipa dari alat sanitasi sampai keseluruh jaringan
air buangan (riol).

c. Memperbaiki semua kerusakan, yang diakibatkan baik oleh adanya bobokan-


bobokan, galian-galian maupun oleh kecerobohan para pekerja.

d. Pengujian sistem perpipaan terhadap kebocoran sistem plambing air


kotor secara keseluruhan dan mengadakan pengamatan sampai sistem
bekerja baik.
e. Pengadaan dan pemasangan instalasi drainase dari talang atap sampai
kepada saluran pembuangan diluar lokasi.
21.1.3 Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan.

Tata cara pelaksanaan dan petunjuk lain yang berhubungan dengan


peraturan pembangunan yang berlaku di Republik Indonesia selama
pelaksanaan, kontrak harus betul-betul ditaati. Persyaratan umum pelaksanaan
pekerjaan harus sesuai dengan pernyataan dalam BAB pekerjaan plumbing.
21.1.3.1 Persyaratan Instalasi Air Bersih.
a. Pipa air bersih harus menggunakan pipa Rucika type PVC AW
Ø ½” (harga sesuai di AHSP) , kualitas baik, setara dengan produk
Paralon.

b. Fiting harus dari bahan yang sama dengan pipa diatas (dengan
kualitas baik).

c. Gantungan-gantungan, klem-klem dan lain-lain, harus terbuat dari


bahan yang sama.

d. Valve/ Stop Kran untuk instalasi air bersih harus dipakai mutu
yang terbaik.

e. Kran-kran harus dipakai yang terbaik.

f. Bak kontrol untuk Valve/ Stop Kran dibuat dari pasangan bata
dengan adukan kuat dan ditutup beton
21.1.3.2 Untuk Pekerjaan Instalasi Air Kotor
a. Semua pipa air kotor dan baik pipa utama maupun pipa cabang dari
bahan PVC dengan tekanan kerja 10 Kg/Cm2 standar JIS k 674/
kualitas baik, setara dengan produk Paralon. Merk pipa Rucika type
PVC AW Ø 4” (harga sesuai di AHSP).

b. fiting-fiting untuk pemipaan ini juga terbuat dari bahan dan merk
yang sama.

c. Floor drain dan avour talang dari bahan stainless steel (harga sesuai
di AHSP).

21.2 Sistem Pemipaan Air Bersih dan Air Kotor dan Kotoran.
21.2.1 Sistem penyambungan pipa.
a. Sambungan pipa PVC untuk air bersih dengan sambungan lem PVC
(Solvent) untuk pipa diameter 3“ kebawah.

b. Untuk katup/Valve/ Stop Kran yang mempunyai 2” ke bawah


mengunakan katup penutup dengan sistem penyambungan pakai
ulir/screwed.
c. Selanjutnya untuk katup 1/2” kebawah dipakai katup tipe bola (global).

d. Yang lebih besar dari 1/2” dipakai katup pintu (Gate Valve/Stop Kran)
yang berkualitas baik.
21.2.2 Pemasangan penyambungan pipa-pipa.
a. Untuk fiting-fiting sambungan harus dari jenis standar yang
dikeluarkan oleh pabrik dan disetujui oleh Konsultan Lapangan.

b. Sistem sambungan bisa memakai Ring Gaskets/ Rubbert Ring Join,


untuk dimensi 2” digunakan lem/solvent semen.
21.3. Pemasangan fixtures, fiting dan sebagainya.
1. Semua Fixtures harus dipasang dengan baik dan didalamnya bebas dari kotoran
yang akan menggangu aliran atau kebersihan air dan harus terpasang dengan
kokoh (rigit) ditempatnya dengan tumpuan yang mantap.
2. Semua fixtures fiting, pipa-pipa air pemasangannya harus rapih, kuat dalam
kedudukannya dan tidak mengganggu pada waktu pemasangan dinding keramik
dan sebagainya. Penggantungan/penumpu pipa/klem- klem.
21.4 Pipa tegak dalam tembok dan diluar tembok.
Pipa tegak yang menuju ke fixtures harus dimasukan dalam tembok. Kontraktor harus
membuat alur-alur atau lubang yang diperlukan pada tembok sesuai dengan kebutuhan
pasangan pipa dan diklem, harus ditutup kembali sehinga pipa tidak kelihatan dari luar.
Cara-cara penutupan kembali harus seperti semula dengan penyelesaian yang rapi
sehingga tidak terlihat bekas pasangan.
Pemasangan pipa-pipa harus dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pemasangan pipa harus dilaksanakan sebelum finising dinding /plesteran dan
langit-langit dilaksanakan.

2) Pemasangan sparing untuk pipa-pipa yang mungkin akan menembus struktur


bangunan harus dilaksanakan beresama-sama pada waktu pelaksanaan struktur
yang bersangkutan.

3) Persilangan antara air bersih dan air limbah harus dihindarkan.

21.5 Pengecatan.
a. Semua pipa dari besi yang tidak tertanam didalam tanah/tembok dilapisi dengan
cat anti karat dan tanda arah aliran dipakai warna yang ditentukan.

b. Semua Valve/ Stop Kran harus diberi tanda yang menyebutkan nomor identifikasi
sesuai dengan fungsinya.
21.6 Pengujian.
a. Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang harus diuji dengan tekanan
hidrostatik selama 24 jam terus menurus tanpa terjadi penurunan tekanan.

b. Peralatan pengujian ini harus dilakukan dengan disaksikan oleh pihak yang
dianggap perlu/dikuasakan untuk itu, dan selanjutnya dibuat Berita Acara.

c. Dalam pengetesan semua kran-kran harus dalam keadaan tertutup untuk melihat
kebocoran.

d. Testing pemipaan harus dilaksanakan sebelum pipa tertutup dengan tanah (untuk
pipa diluar gedung) atau tertutup dengan plesteran dinding dan sebelum langit-
langit di daerah tersebut terpasang. Untuk sistem air kotor, air kotoran, vent dan air
hujan harus diuji terhadap kebocoran.

Anda mungkin juga menyukai