Lokasi : Jl. Ayam Alas, Desa Sumber Kerep, Kec. Mantup, Kab. Lamongan,
BAB 1
Nama Proyek Dan Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan
BAB 3
Bahan Dan Mutu Pekerjaan
3.1 Jenis dan Mutu Bahan
a. Jenis bahan diutamakan produksi dalam negeri.
b. Kebutuhan bahan tambang (Pasir, Batu, dan Kerikil) membeli ke toko
bangunan.
3.2 Pemakaian Merk Dagang
Apabila dalam RKS hanya disebutkan satu merk dagang, bukan berarti hanya merk
tersebut yang digunakan melainkan dapat digunakan merk lain yang sesuai dengan
standart mutu dan ciri-ciri fisik yang sama.
3.3 Perubahan Pemakaian Merk Dagang Bahan
Kontraktor dapat mengusulkan perubahan merk dagang secara tertulis apabila ternyata
merk dagang tersebut tidak terdapat di pasaran, sepanjang kontraktor dapat
membuktikan kesetaraan kualitas dan ciri-ciri fisik yang dituntut RKS dan untuk
menggunakannya harus ada persetujuan dari pihak Konsultan Pengawas dan Pengelola
Poyek.
3.4 Prosedur Pengadaan Bahan Bangunan
a. Secepatnya kontraktor melalui Site Manager/Pelaksana mengajukan contoh
bahan yang akan digunakan dan disesuaikan dengan spesifikasi yang ada pada
RKS ini, pada saat Rapat Lapangan yang pertama kali.
b. Contoh Bahan yang telah disetujui dipasang dalam Direksi Keet sebagai
pedoman mutu bahan.
c. Apabila tanpa mengajukan contoh atau mengajukan contoh bersamaan dengan
datangnya bahan tersebut, maka Lapangan/ Direksi berhak menolak dan
mengeluarkan dari lokasi pekerjaan.
3.5 Pemeriksaan Bahan
a. Konsultan Pengawas bertugas untuk memeriksa semua jenis bahan bangunan
yang akan digunakan serta mendapat wewenang untuk menolak
penggunaanya, apabila spesifikasinya tidak memenuhi syarat yagn telah
ditentukan.
b. Bahan yang didatangkan oleh Kontraktor tetapi, ditolak pemakaiannya oleh
Konsultan Pengawas maka keberadaan bahan tersebut harus segera
dikeluarkan dari lokasi proyek selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.
c. Konsultan Pengawas berwenang untuk mengetahui berbagai keterangan asal
bahan yang digunakan, dan kontraktor berkewajiban untuk memaparkannya
secara lengkap.
BAB 4
Peraturan Teknis Yang Digunakan Dan
Tanggung jawab kontraktor
4.1 Umum
Pedoman pelaksanaan yang diatur oleh pemerintah pembangunan yang sah berlaku di
Indonesia sepanjang tidak ditetapkan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat yang
harus ditaati selama pelaksanaan Surat Perjanjian Pekerjaan Pemborongan adalah :
a. Kepres No. 16/ 1994
b. Algemene Voorwarden (A.V.) yang disyahkan dengan Keputusan Pemerintah
tanggal 28 Mei 1941 No. 9 tambahan lembaran Negara No. 1457, apabila tidak ada
ketentuan lain dalam RKS ini
c. SK SNI T-15-1991-03 tentang peraturan beton
d. N.I 3- Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (PUBB) 1983
e. N.I 5- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) 1961
f. N.I 8 Peraturan Semen Portland Indonesia 1973
g. N.I 18- Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPI) 1983
h. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987
i. Peraturan Umum Instalasi Air Minum (AVWI)
j. Pearturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Umum Dinas Keselamatan Kerja
No. 3 1958 dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
k. Peraturan-peraturan lain yang dikeluarkan oleh Pemerintah setempat yang berkaitan
dengan permasalahan bangunan.
4.2 Khusus
Untuk melaksanakan pekerjaan seperti yang tersebut dalam BAB 28, maka berlaku dan
mengikat :
a. SK Pejabat Pembuat Komitmen tentang penunjukan kontraktor (Gunning)
b. Surat Kesanggupan Kerja
c. Surat Perintah Kerja
d. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya
e. Gambar bestek
f. RKS beserta lampiran-lampirannya
g. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
h. Kontrak Pelaksanaan dan Addendumnya (jika ada)
i. Shop Drawing yang diajukan kontarktor yang disetujui Konsultan Pengawas dan
atau Pengelola teknis Proyek untuk dilaksanakan
j. Time Schedule yang diajukan oleh kontraktor yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan Pengelola Proyek.
BAB 5
Penjelasan Rks Dan Gambar
BAB 6
Pekerjaan Persiapan
6.1 Lingkup Pekerjaan
a. Memasang pagar pengaman di lokasi menggunakan seng gelombang BJLS 0,25
mm (90x240 cm) sehinga tidak akan mendapat gangguan.
b. Mengadakan komunikasi dengan instansi terkait dalam rencana pembangunan ini.
c. Mengadakan atu membangun direksi keet, gudang dan barak kerja dengan
perlengkapannya.
d. Mengadakan tempat persiapan penimbunan dan penyimpanan bahan.
e. Pengadakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin pembantu pekerjaan guna
menjamin kelancaran pekerjaan.
f. Melaksanakan pengukuran guna menentukan duga lapangan dan ukuran-ukuran
lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan bangunan ini serta memasang
bouwplank.
g. Menyediakan kotak PPPK dan alat pemadam kebakaran dengan perlengkapannya.
h. Membuat jalan masuk ke lokasi proyek.
i. Mengurus ijin bangunan.
6.2 Bahan dan Perlengkapan
6.2.1 Bahan Direksi Keet dll.
a. Bahan dinding terbuat dari setengah batu bata merah dan setengah tripleks tebal 4
mm dan pintu dari tripleks tebal 4 mm (harga sesuai di AHSP).
b. Rangka bangunan dari Kayu hutan balok 8/10 (harga sesuai di AHSP).
c. Lantai dari semen gresik (harga sesuai di AHSP).
d. Penutup atap asbes gelombang kecil (harga sesuai di AHSP).
6.2.2 Perlengkapan Direksi Keet.
a. Satu buah meja ukuran 80 x 100 cm dilengkapi dengan laci yang bisa dikunci.
BAB 7
Rencana Kerja
7.1 Rencana Kerja
a. Rencana kerja dibuat oleh kontraktor berupa bar chart, yang memuat prestasi
rencanan kerja dalam persen, dengan persetujuan dari Pemberi Tugas, serta
kontraktor wajib menggandakannya sebanyak 3 (tiga) copy yang masing-masing
diserahkan kepada pemilik bangunan, konsultan perencana, dan konsultan
pengawas.
b. Selanjutnya kontraktor harus berusaha mengikuti rencana kerja tersebut yang
menjadi dasar bagi Pengelola Proyek untuk menilai prestasi kontraktor segala
sesuatu persoalan yang berhubungan dengan kelambatan pekerjaan.
c. Pelaksanan harus membuat rencana kerja minggu pada stiap tahap pengerjaan, palig
tidak tiga hari sebelum dimulainya pelakasanaan pekerjaan tersebut dan dilaporkan
kepada Pengelola Proyek.
7.2 Pekerjaan Lembur
a. Apabila kontraktor akan bekerja diluar jam kerja (lembur), maka diwajibkan
membuat surat pemberitahuan kepada Konsultan Pengawas, maksimum 1 hari
sebelum dilaksanakan pekerjaan lembur.
b. Apabila tanpa pemberitahuan, dan kontraktor melakukan kerja lembur, maka
Pengawas Lapangan akan memberikan teguran secara tertulis dan melakukan
pembongkaran pada pekerjaan yang dilaksanakan pada jam lembur termaksud.
BAB 8
Penjagaan
BAB 9
Pekerjaan Tidak Baik
BAB 10
Pekerjaan Tanah dan Pondasi
Pasir urug dari Babat harus berbutir halus dan bergradasi tidak seragam. Merk
pasir urug dari Babat (harga sesuai di AHSP).
10.2.3 Pasangan Batu Kali
a. Batu kali dan pasir, harus keras dan kekar serta bermutu kwartsa yang
disetujui Pengawas Lapangan/Perencana dan Owner.
b. Semen, sesuai ketentuan Portland Cement Indonesia: SNI 8 1972. Merk
semen gresik (harga sesuai di AHSP).
c. Air yang dipakai bersih.
BAB 11
Pekerjaan Beton
a. Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alami atau pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu, asal memenuhi BAB 1.3.3 SK SNI
T-15-1991-03. Merk pasir cor hitam dari Lumajang dan pasir pasang dari
Mojokerto (harga sesuai di AHSP).
b. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras serta bersifat
kekal.
c. Agregat halus harus bersih dan tidak boleh mengandung lumpur lebih 5%
(terhadap berat kering) serta memenuhi gradasi yang baik.
d. Pasir laut tidak boleh dipergunakan.
a. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau batu pecah alami,
maupun buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu asal memenuhi
BAB 1.3.4 SK SNI T-15-1991-03.
b. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori
serta bersifat kekal.
c. Bila mengandung butir0butir yang pisah jumlah beratnya tidak boleh
melampaui 20%.
d. Agregat juga tidak boleh kotor dengan kandungan lumpur maksimum 1%,
bila melebihi maka agregat kasar harus dicuci.
e. Selain tidak boleh mengandung lumpur juga tidak boleh mengandung zat-
zat yang dapat merusak beton seperti zat reaktif alkali.
11.2.8 Bekisting
a. Yang dimaksud dengan ready mix adalah pencampuran spesi beton dari
pabrik dengan perbandingan berat campuran menggunakan beton mixing
plant engan mutu seperti yang diisyaratkan.
b. Pada pengecoran plat dan balok lantai 1 dan 2 diwaibkan menggunakan
ready mix, guna mendapatkan mutu yang baik.
c. Pada pekerjaan pondasi, kolom struktur maupun beton lainnya, kontraktor
diijinkan menggunakan campuran yang dibuat sendiri.
d. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan beton dengan ready mix sama dengan
persyaratan pelaksanaan pekerjaan beton yang digunakan.
BAB 12
Pekerjaan Pasangan
pada :
1. Semua tembok kamar mandi/ WC dan urinoir setinggi 1,5 m dari
lantai.
2. Pasangan batu merah dari Mojokerto/trowulan (harga sesuai di AHSP)
pada kaki bangunan.
b Apabila merupakan batu yang dipecah harus bersudut runcing dan tajam.
a Setelah pasir urugan (harga sesuai di AHSP) diatas tanah galian mencapai
kepadatan yang diisyaratkan, dan tebalnya telah diukur sesuai dengan
rencana, maka dapat di pasang aanstamping.
b Pasangan aanstamping harus saling mengisi antara batu kali, sehingga
merupakan landasan batu kali yang utuh dan padat.
c Kemudian rongga-rongga antara batu kali pada aanstamping diisi pasir urug
dan diberi air hingga padat.
d Pondasi batu kali dipasang diatas aanstamping dengan bentuk dan ukuran
sesuai gambar.
e Sebelum dipasang, batu untuk pondasi harus dibasahi dengan air
secukupnya sehingga dapat melekat dengan sempurna.
a Batu merah pecah yang dipasang jumlahnya tidak boleh melebihi 20% dari
jumlah batu merah yang utuh.
b Pasangan tembok bata merah dari Mojokerto/Trowulan (harga sesuai di
AHSP) harus dipasang dengan hubungan (verband) yang baik tegak lurus
siku dan rata. Tinggi pasangan tembok ½ batu hanya diperbolehkan
maksimum tinggi 1 meter untuk setiap hari kerja.
c Semua voeg/ siar diantara pasangan batu pada hari pemasangan harus
dikeruk yang rapi.
d Pemasangan perancah (andang-andang) tidak boleh dipasang dengan
menembus tembok.
e Sebelum dipasang bata harus dibasahi dengan air secukupnya sehingga
dapat melekat dengan sempurna.
f Untuk patokan bentuk pasangan batu merah harus dipasang profil-profil
dari bambu atau kayu pada setiap 3 meter pada pemasangan memanjang
lebih besar dari 8 meter, sehingga tarikan benang untuk patokan memanjang
tidak melendut yang berakibat pasang tidak rata.
g Untuk pasangan setengah batu yang luasnya lebih dari 12 m2 tanpa adanya
pertemuan dinding, apabila tidak tergambar, harus dipasang kolom praktis
dari beton apabila dengan sistem kerangka beton.
12.3.3 Plesteran
a Untuk plesteran beton, sebelum plesteran dilaksanakan maka permukaan
beton yang akan diplester harus dibuat kasar terlebih dahulu (dilukai)
dengan betel dan kemudian dibersihkan dan disaput dengan air semen.
b Pekerjaan plesteran baru dapat dilaksanakan setelah pekerjaan instalasi air/
listrik sudah terpasang.
BAB 13
Pekerjaan Lantai/ Pelapis Dinding
13.2 Bahan-Bahan
13.2.1 Umum
13.3.1 Umum
BAB 14
Pekerjaan Pintu/ Jendela
14.1 Lingkup Pekerjaan
a. Pembuatan dan pasang kusen.
b. Pembuatan dan pasang daun pintu plywood rangkap dan daun jendela.
14.2 Bahan-bahan
a. Plywood rangkap daun pintu
plywood rangkap daun pintu dari bahan kayu meranti dengan tebal 1 cm kering
oven.
b. Slimar daun-daun pintu
1. Bahan slimar dari kayu meranti.
2. Slimar daun pintu plywood rangkap seluruhnya 5/10 cm.
3. Slimar daun pintu plywood rangkap bagian bawah ukuran 5/20 cm. Bagian
yang lain 5/10 cm.
14.3 Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Semua sambungan kayu dilaksanakan sesuai dengan detail, dikerjakan dengan
benar dan rapi.
b. Untuk alat sambungnya dapat digunakan pasak bambu dan paku.
c. Ambang tegak kusen yang menempel dinding harus dipasang angkar dari besi 8
mm dengan panjang dan banyaknya sesuai dengan gambar kerja.
d. Semua pekerjaan kayu harus dimeni terlebih dahulu sebelum dilakukan finishing.
e. Pemasangan kaca pada daun jendela dilakukan jika telah dirasakan aman dari
gangguan pekerjaan.
f. Pada setiap kaki kusen dipasang nuet dengan campuran 1PC : 2 Pasir setinggi 15
cm.
g. Untuk dook digunakan besi 2 8 mm.
BAB 15
Pekerjaan Atap
15.3.1 Umum
BAB 16
Pekerjaan Penutup Atap
16.1 Lingkup Pekerjaan
a. Pasang kuda-kuda kayu jenis meranti dan gording.
b. Setelah usuk terpasang, bagian terakhir rangka atap adalah reng, yang
dipasang dengan jarak reng sesuai dengan spesifikasi genteng.
c. Setiap selesai pemasangan usuk maupun reng dilakukan pemeriksaan
kerataan permukaan.
BAB 17
Pekerjaan Langit-Langit
17.1 Lingkup Pekerjaan
b. Ukuran kayu untuk balok nok, balok tembok, gording, jurai 8/12 cm dari
kayu meranti (harga sesuai di AHSP).
BAB 18
Alat Penggantung/ Pengunci, Besi Dan Kaca
BAB 19
Pekerjaan Pengecatan
b. Cat dinding interior menggunakan cat merk Nippont paint (harga sesuai di AHSP)
atau yang sekualitas.
c. Cat kayu menggunakan merk Nippot Paint (harga sesuai di AHSP) atau yang
sekualitas.
19.3 Syarat-syarat Pelaksanaan.
a. Kayu kusen, daun pintu dan jendela sebelum dicat harus dimeni, diplamir, dan
digosok secara rata dan tampak halus
b. Dinding yang akan dicat harus diplamir dahulu hingga rata dan digosok hingga
tampak halus.
c. Setelah proses plamir dinding di cat secara merata sehingga seluruh permukaan
dinding tertutup dengan lapisan cat.
c. Pihak kedua bertanggung jawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpan baik
sebelum maupun selama pelaksanaan.
d. Bila ada hal-hal yang tidak pada tempatnya, bahan rusak dan hilang, pihak kedua
harus menggantinya.
BAB 20
Pekerjaan Instalasi Listrik
20.1 Lingkup Pekerjaan Listrik.
a. Pekerjaan yang termasuk pekerjaan instalasi ini merupakan pekerjaan seluruh
sistem listrik secara lengkap, sehingga instalasi ini dapat bekerja dengan sempurna
dan aman.
b. Pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa pada saat penyerahan pertama
(serah terima pekerjaan pertama), instalasi pekerjaan tersebut sudah dapat
dipergunakan.
20.2 Kabel Daya.
20.2.1 Instalasi dan pemasangan kabel.
a. Bahan.
Semua kabel yang akan dipergunakan untuk instalasi listrik harus
memenuhi peraturan SII dan SPLN. Semua kabel harus baru dan harus jelas
ukuran, jenis kabel, nomor dan jenis pintalannya.
Semua kabel dengan penampang 6 mm2 keatas harus jenis pilin
(stranded) dan instalasi tidak boleh memakai kabel dengan penampang lebih
lecil dari 2,5 mm2.
Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai adalah dari tipe:
(i). Untuk instalasi penerangan adalah NYA/NYM dengan conduit pipa
PVC (harga sesuai di AHSP).
(ii). Untuk kabel distribusi digunakan NYA dan penerangan taman dengan
mengunakan kabel NYFGBY.
Semua kabel NYA yang ditanam di dalam perkerasan (tembok, jalan,
beton dll) harus berada didalam conduit PVC kelas AW yang disesuaikan
dengan ukurannya, dan harus diklem.
b. Splite/pencabangan.
(i). Tidak diperkenankan adanya “splite” pencabangan ataupun
sambungan-sambungan baik dalam feeder maupun cabang-cabang,
kecuali pada outlet atau pada kotak-kotak penghubung yang bisa
dipakai.
(ii). Semua sambungan kabel baik didalam junction box, panel ataupun
tempat lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari
lembaga yang diisolasi dengan porselen atau bakelit ataupun PVC,
yang diameternya di sesuaikan dengan diameter kabel.
c. Bahan isolasi.
Semua bahan isolasi untuk pencabangan, conection dan lain-lain seperti
karet, PVC asbes tape sintetis, resin, splice case, composit dan lain-lain
harus dari tipe yang disetujui, untuk penggunaan dan lainnya harus
dipasang memakai cara yang disetujui oleh pabrik atau menurut anjuran
yang ada.
d. Penyambungan kabel.
(i). Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambungan yang sudah ditentukan (misalnya junction box).
(ii). Kabel-kabel disambung sesuai dengan warna atau nama masing-
masing, serta sebelum dan sesudah penyambungan harus dilakukan
pengetesan tahanan isolasi
(iii). Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan dan dilapisi
dengan timah putih dan kuat.
(iv). Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan
pipa PVC/protolen yang khusus untuk listrik.
20.2.2 Penerangan dan Stop Kontak.
a. Lampu LED Strip (harga sesuai di AHSP) dan Armatur.
1. Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai
terminal pentanahan (grounding).
2. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan stater dan terminal box harus
cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang
ditimbulkan tidak menggangu kelangsung kerja dan unsur teknis
komponen lampu itu sendiri.
3. Ventilasi didalam box harus dibuat dengan sempurna. Kabel dalam
box harus diberikan saluran klem-klem tersendiri, sehingga tidak
menempel pada balast atau kapasitor.
4. Box terbuat dari plat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan
karat, kemudian di cat oven warna putih.
5. Ballast harus dari jenis “low loss ballast” dan harus dapat
dipergunakan single lampu balast (satu lampu flourentscent).
b. Stop Kontak Biasa.
Stop kontak biasa yang dipakai untuk pemasangan di dinding adalah
stop kontak satu phasa, rating 250 volt, 10 ampere.
c. Stop Kontak Khusus (SKK).
Stop kontak khusus yang dipakai adalah stop kontak satu phasa, untuk
pemasangan rata dinding dengan ketinggian 120 cm diatas lantai, SKK
harus mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan.
d. Saklar Dinding.
Saklar harus dari tipe untuk pemasangan rata dinding, tipe in bouw
dengan rating 250 volt, 10 ampere, single gang, double gang.
e. Junction Box Untuk Saklar dan Stop Kontak.
1. Junction box harus dari bahan metal dengan kedalaman tidak kurang
dari 35 mm.
2. Kontak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan.
3. Saklar atau stop kontak dinding terpasang pada juction box dengan
menggunakan baut atau ditanamkan dalam dinding.
f. Kabel Instalasi.
1. Pada umumnya kabel untuk instalasi penerangan dari instalasi stop
kontak harus dari kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti
atau lebih (kabel jenis NYM) (harga sesuai di AHSP).
2. Kabel harus mempunyai penampang minimal 2,5 mm2.
3. Kode warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL sebagai
berikut :
(i). Fasa 1 : Merah
(ii).Fasa 2 : Kuning
(iii). Fasa 3 : Hitam
(iv). Netral : Biru
(v).Tanah (ground) : hijau-kuning
BAB 21
Pekerjaan Plambing
21.1 Lingkup Pekerjaan
21.1.1 Lingkup Pekerjaan Instalasi Air Bersih.
a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian secara sempurna unit-unit peralatan
utama yang diperlukan dalam sistem penyediaan air bersih yaitu instalasi
pipa beserta alat bantunya.
e. Pengujian terhadap kebocoran dan tekanan dari sistem plambing air bersih
secara keseluruhan dan mengadakan pengamatan sampai sistem berjalan baik
sesuai dikehendaki yaitu suatu sistem instalasi yang sempurna dan terpadu.
f. Sebelum sistem penyediaan air bersih atau bagian dari sistem ini
dipakai harus dilakukan cara pengurasan yaitu air yang ada dalam sistem
dibuang lebih dahulu.
b. Pengadaan dan pemasangan pipa dari alat sanitasi sampai keseluruh jaringan
air buangan (riol).
b. Fiting harus dari bahan yang sama dengan pipa diatas (dengan
kualitas baik).
d. Valve/ Stop Kran untuk instalasi air bersih harus dipakai mutu
yang terbaik.
f. Bak kontrol untuk Valve/ Stop Kran dibuat dari pasangan bata
dengan adukan kuat dan ditutup beton
21.1.3.2 Untuk Pekerjaan Instalasi Air Kotor
a. Semua pipa air kotor dan baik pipa utama maupun pipa cabang dari
bahan PVC dengan tekanan kerja 10 Kg/Cm2 standar JIS k 674/
kualitas baik, setara dengan produk Paralon. Merk pipa Rucika type
PVC AW Ø 4” (harga sesuai di AHSP).
b. fiting-fiting untuk pemipaan ini juga terbuat dari bahan dan merk
yang sama.
c. Floor drain dan avour talang dari bahan stainless steel (harga sesuai
di AHSP).
21.2 Sistem Pemipaan Air Bersih dan Air Kotor dan Kotoran.
21.2.1 Sistem penyambungan pipa.
a. Sambungan pipa PVC untuk air bersih dengan sambungan lem PVC
(Solvent) untuk pipa diameter 3“ kebawah.
d. Yang lebih besar dari 1/2” dipakai katup pintu (Gate Valve/Stop Kran)
yang berkualitas baik.
21.2.2 Pemasangan penyambungan pipa-pipa.
a. Untuk fiting-fiting sambungan harus dari jenis standar yang
dikeluarkan oleh pabrik dan disetujui oleh Konsultan Lapangan.
21.5 Pengecatan.
a. Semua pipa dari besi yang tidak tertanam didalam tanah/tembok dilapisi dengan
cat anti karat dan tanda arah aliran dipakai warna yang ditentukan.
b. Semua Valve/ Stop Kran harus diberi tanda yang menyebutkan nomor identifikasi
sesuai dengan fungsinya.
21.6 Pengujian.
a. Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang harus diuji dengan tekanan
hidrostatik selama 24 jam terus menurus tanpa terjadi penurunan tekanan.
b. Peralatan pengujian ini harus dilakukan dengan disaksikan oleh pihak yang
dianggap perlu/dikuasakan untuk itu, dan selanjutnya dibuat Berita Acara.
c. Dalam pengetesan semua kran-kran harus dalam keadaan tertutup untuk melihat
kebocoran.
d. Testing pemipaan harus dilaksanakan sebelum pipa tertutup dengan tanah (untuk
pipa diluar gedung) atau tertutup dengan plesteran dinding dan sebelum langit-
langit di daerah tersebut terpasang. Untuk sistem air kotor, air kotoran, vent dan air
hujan harus diuji terhadap kebocoran.