BAB I
Pekerjaan Persiapan
k. Besarnya sebar elektroda tanah tersebut tidak boleh lebih dari 2 ohm.
BAB 2
Tenaga Kerja dan Peralatan
2.1 Tenaga Kerja
a. Tenaga Kerja yang dilibatkan dalam pelaksanaan harus sesuai dengan jenis
pekerjaan dalam artian keahlian, pengalaman serta tidak melanggar
ketentuan- ketentuan yang berlaku di Indonesia.
c. Semua tenaga kerja dipimpin oleh seorang site manager atau pelaksana
sebagai wakil kontraktor di lapangan.
d. Tenaga kerja pelaksana sub kontraktor (jika ada) harus dipilih yang sudah
berpengalaman dan cukup ahli di bidangnya.
1) Sarjana Teknik Sipil/ Arsitek dengan pengalaman kerja pada bidang yang
sesuai minimum 1 tahun.
BAB 3
Bahan dan Mutu Pekerjaan
b. Kebutuhan bahan tambang (pasir, batu, dan kerikil) membeli ke toko banguanan.
3.2. Pemakaian Merk Dagang
a. Apabila dalam RKS hanya disebutkan satu merk dagang, bukan berarti hanya
merk tersebut yang digunakan melainkan dapat digunakan merk lain yang
sesuai dengan standart mutu dan ciri-ciri fisik yang sama.
b. Contoh Bahan yang telah disetujui dipasang dalam Direksi Keet sebagai
pedoman mutu bahan.
Untuk melaksanakan pekerjaan seperti yang tersebut dalam BAB 28, maka
berlaku dan mengikat :
a. Berita Acara Pengumuman Pemenang Pelelangan.
b. SK Pimpro tentang penunjukan kontraktor (Gunning)
c. Surat Kesanggupan Kerja
d. Surat Perintah Kerja
e. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
f. Gambar bestek
g. RKS beserta lampiran-lampirannya
h. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
i. Kontrak Pelaksanaan dan Addendumnya (jika ada)
j. Shop Drawing yang diajukan kontarktor yang disetujui Konsultan Pengawas
dan atau Pengelola teknis Proyek untuk dilaksanakan
k. Time Schedule yang diajukan oleh kontraktor yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas dan Pengelola Proyek.
4.3 Tanggung Jawab Kontraktor
Sesuai dengan K.U.H Perdata BAB 1609 Kontraktor bertanggungjawab 10
tahun fisik untuk segala kerusakan konstruksi yang disebabkan penggunaan
mutu bahan yang buruk atau pelaksanaan seharusnya yang menyimpang,
atau sewaktu penyelenggaraan seharusnya secara wajar kontraktor
mengetahui kapan dengan jelas dan nyata terjadi hal ikhwal yang seharusnya
dijadikan alasan untuk mengadakan perubahan penyempurnaan tetapi hal
tesebut tidak disampaikan kepada Pengelola Proyek, dengan demikian batas
waktu dalam BAB 54 A. V 1941 tidak diberlakukan.
BAB 5
Penjelasan RKS dan Gambar
5.1 Penjelasan Gambar
a. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencanan dan gambar detail maka
yang harus diikuti adalah gambar detail.
b. Bila terdapat skala gambar dan ukuran yang tertulis dalam gambar berbeda,
maka ukuran dalam gambar yang berlaku.
c. Bila rekanan meragukan tentang perbedaan antara gambar yang ada, baik
konstruksi maupun ukurannya, maka rekanan berkewajiban untuk
menanyakan kepada Konsultan Pengawas secara tertulis.
d. Dalam hal ini terjadi penyimpangan detail antara gambar bestek dan
keadaan di lapangan, kontraktor dapat mengajukan gambar kerja (shop
drawing) yang sesuai dengan kondisi lapangan dan mempergunakannya
dalam pelaksanaan dengan persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
e. Di dalam semua hal bila terjadi pengambilan ukuran yang salah adalah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
f. Apabila dalam gambar disebutkan lingkup pekerjaan atau ukuran, sedang
dalam RKS tidak disebutkan, maka gambar yang harus dilaksanakan.
g. Dengan menyerahkan gambar-gambar kerja atau contoh-contoh material,
dianggap Kontraktor telah meneliti, menyetujui dan menyesuaikan setiap
gambar atau contoh tersebut dengan Dokumen Kontrak.
h. Konsultan MK/Pengawas akan memeriksa dan menyetujui atau menolak
gambar-gambar kerja atau contoh-contoh dalam waktu
sesingkatsingkatnya, sehingga tidak mengganggu jalannya pekerjaan
dengan mempertimbangkan syarat-syarat, sesuai dokumen kontrak.
i. Kontraktor wajib melaksanakan perbaikan-perbaikan yang diminta
Konsultan MK/Pengawas dan menyerahkan kembali segala gambar-
gambar kerja dan contoh-contoh sampai mendapatkan persetujuan.
5.2 Penjelasan RKS
BAB 6
Pekerjaan Persiapan
a. Bahan dinding dan pintu dari seng plat 0,9 x 1,8 BJLS 28.
a Satu buah meja ukuran 80 x 100 cm dilengkapi dengan laci yang bisa dikunci.
b Satu buah kursi untuk meja tulis.
c Satu stel meja kursi duduk untuk tamu.
d Sebuah almari arsip yang bisa dikunci.
BAB 7
Pekerjaan Tanah dan Pondasi
7.2 Bahan-Bahan
a. Bahan urugan berupa tanah urug harus bersih dari kotoran, humus dan
organisme lainnya yang dapat mengakibatkan penyusutan atau perubahan
kepadatan urugan pasir itu sendiri.
b. Tanah urug dapat digunakan tanah bekas galian dengan syarat
pelaksanaan khusus.
c. Daerah yang akan digali harus dibersihkan dari semua benda penghambat
seperti, sampah-sampah, tonggak bekas-bekas lubang dan sumur, lumpur,
pohon dan semak-semak. Bekas-bekas lubang dan sumur, harus dikuras
airnya dan diambil lumpur atau tanahnya yang lembek, yang ada didalamnya.
Pohon yang ada hanya boleh disingkirkan setelah mendapat persetujuan dari
pengawas. Tunggak-tunggak pepohonan dan jalinan-jalinan akar harus
dibersihkan dan disingkirkan sampai pada kedalaman 1,5 m (maksimum) di
bawah permukaan tanah. Segala sisa dan kotoran yang disebabkan oleh
pekerjaan tersebut, harusdisingkirkan dari daerah pembangunan oleh
kontraktor, sesuai dengan petunjuk Pengawas.
d. Galian untuk pondasi harus dilakukan menurut ukuran yang sesuai dengan
peil-peil yang tercantum dalam gambar Rencana Pondasi. Semua bekasbekas
pondasi bangunan lama, jaringan jalan/aspal, akar dan pohon-pohon
dibongkar dan dibuang.
e. Apabila ternyata terdapat pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon dan
lainlain yang masih digunakan, maka secepatnya memberitahukan
kepadapengawas atau kepada instansi yang berwenang untuk mendapatkan
petunjuk seperlunya. Kontraktor bertanggung jawab atas segala kerusakan-
kerusakan sebagai akibat dari pekerjaan galian tersebut. Apabila ternyata
penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan, maka kontraktor
harus mengisi/mengurug daerah galian tersebut dengan bahan-bahan
pengisian untuk pondasi yang sesuai dengan spesifikasi.
f. Kontraktor harus menjaga agar lubang-lubang galian pondasi tersebut bebas
dari longsoran-longsoran tanah di kiri dan kanannya (bila perlu dilindungi
oleh alat-alat penahan tanah dan bebas dari genangan air) sehingga pekerjaan
pondasi dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan spesifikasi.
7.3.3 Pekerjaan Urugan
a. Lokasi yang akan diurug harus bebas dari lumpur, kotoran, sampah dan
sebagainya.
b. Pelaksanaan pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan
20 cm material lepas, dipadatkan sampai mencapai kepadatan maksimum
dan mencapai peil permukaan yang direncanakan.
c. Material-material bahan urugan yang terletak pada daerah yang tidak
memungkinkan untuk dipadatkan, urugan dilakukan dengan ketebalan
maksimum 10 cm material lepas dan dipadatkan dengan mesin stamper.
d. Toleransi pelaksanaan yang dapat diterima untuk penggalian maupun
pengurugan adalah ± 10 mm terhadap kerataan yang ditentukan.
e. Bahan urugan untuk pelaksanaan pengerasan harus disebar dalam lapisan-
lapisan yang rata dalam ketebalan yang tidak melebihi 30 cm pada keadaan
gembur.
Gumpalan-gumpalan tanah harus digemburkan dan bahan tersebut harus
dicampur dengan cara menggaru atau cara sejenisnya sehingga diperoleh
lapisan yang kepadatannya sama. Setiap lapisan harus diarahkan pada
kepadatan yang dibutuhkan dan diperiksa melalui pengujian lapangan yang
memadai, sebelum dimulai dengan lapisan berikutnya.
Lapisan berikutnya tidak boleh dihampar sebelum hasil pekerjaan lapisan
sebelumnya mendapat persetujuan dari Pengawas. Bilamana bahan tersebut
tidak mencapai kepadatan yang dikehendaki, lapisan tersebut harus diulang
kembali pekerjaannya atau diganti, dengan cara-cara pelaksanaan yang telah
ditentukan, guna mendapatkan kepadatan yang dibutuhkan.
7.3.4 Pembuangan material hasil galian
a. Pembuangan material hasil galian menjadi tanggung jawab kontraktor.
Material hasil galian harus dikeluarkan paling lambat dalam waktu 1 x 24
jam, sehingga tidak mengganggu penyimpanan material lain.
b. Material dari hasil galian tersebut atas persetujuan pengawas telah diseleksi
bagian-bagian yang dapat dimanfaatkan sebagai material timbunan dan
urugan. Sisanya harus dibuang ke luar site atau tempat lain atas persetujuan
pengawas.
BAB 8
Pekerjaan Beton
b. Kontraktor harus memberikan sampel bahan dan sistem yang akan dipakai
untuk cetakan beton untuk disetujui oleh Pengawas.
c. Bahan bekisting dapat dibuat dari papan kayu kelas III yang cukup kering
dengan tebal minimum 2 cm atau panil-panil multipleks dengan tebal 9 mm.
d. Rangka penguat konstruksi bekisting dari kayu ukuran 5/7 sebagai
penyokong, penyangga maupun pengikat, sehingga mampu mendukung
tekanan beton pada saat pengecoran sampai selesai proses pengikatan.
8.2.7 Adukan (Spesi) Beton
a. Spesi beton adalah campuran dengan perbandingan tertentu antara PC, pasir
dengan kerikil dan air untuk mendapatkan bahan pembalut tulangan beton.
b. Adukan beton dihasilkan dari mesin pengaduk mekanis, selanjutnya
dipadatkan pada cetakan atau bekisting untuk membentuk struktur beton
yang diinginkan.
8.2.8 Ready Mix
a. Yang dimaksud dengan ready mix adalah pencampuran spesi beton dari
pabrik dengan perbandingan berat campuran menggunakan beton mixing
plant engan mutu seperti yang diisyaratkan.
b. Pada pengecoran plat dan balok lantai 1 dan 2 diwaibkan menggunakan
ready mix, guna mendapatkan mutu yang baik.
c. Pada pekerjaan pondasi, kolom struktur maupun beton lainnya, kontraktor
diijinkan menggunakan campuran yang dibuat sendiri.
d. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan beton dengan ready mix sama dengan
persyaratan pelaksanaan pekerjaan beton yang digunakan.