Anda di halaman 1dari 158

RENCANA KERJA

DAN SYARAT- SYARAT TEKNIS


(RKS)

PEKERJAAN
PEMBANGUNAN GEDUNG
PERPUSTAKAAN DAERAH
KABUPATEN SAMPANG

TAHUN ANGGARAN 2022

DISUSUN OLEH :

SURABAYA
2022
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

PERSYARATAN TEKNIS

A. PEKERJAAN SIPIL
PASAL 1 URAIAN UMUM

1.1. PEKERJAAN
a. Pekerjaan ini adalah Pembangunan Perpustakaan Daerah
Kabupaten Sampang
b. Istilah “Pekerjaan” mencakup penyediaan semua tenaga kerja
(tenaga ahli, tukang, buruh dan lainnya), bahan bangunan dan
peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan termaksud.
c. Pekerjaan harus diselesaikan seperti yang dimaksud dalam RKS,
Gambar-gambar Rencana, Berita Acara Rapat Penjelasan
Pekerjaan serta Addenda yang disampaikan selama pelaksanaan.

1.2. BATASAN/PERATURAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor harus tunduk kepada :
a. Undang – Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang
Jasa Konstruksi
b. Undang – Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung
c. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 441/KPTS/1998
tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
d. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 468/KPTS/1998
tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Umum
dan Lingkungan
e. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 10/KPTS/2000 tentang
Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan
f. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI 11/KPTS/2000 tentang
Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di
Perkotaan
g. Keputusan Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
58/KPTS/DM/2002 tentang Petunjuk Teknis Rencana Tindakan
Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung.
h. Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-
3/56)
i. Peraturan Umum Bahan Nasional (PUBI 982)
j. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga
Kerja)
k. Peraturan-peraturan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga
Kerja)
l. SK SNI T-15-1991-03
m. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI)
n. Algemenee Voorwarden (AV)

1
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

1.3. DOKUMEN KONTRAK


a. Dokumen Kontrak yang harus dipatuhi oleh Kontraktor terdiri atas :
 Surat Perjanjian Pekerjaan
 Surat Penawaran Harga dan Perincian Penawaran
 Gambar-gambar Kerja/Pelaksanaan
 Rencana Kerja dan Syarat-syarat

b. Kontraktor wajib untuk meneliti gambar-gambar, RKS dan dokumen


kontrak lainnya yang berhubungan. Apabila terdapat
perbedaan/ketidak-sesuaian antara RKS dan gambar-gambar
pelaksanaan, atau antara gambar satu dengan lainnya, Kontraktor
wajib untuk memberitahukan/melaporkannya kepada PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen).

Persyaratan teknik pada gambar dan RKS yang harus diikuti


adalah :
1. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan
gambar detail, maka gambar detail yang diikuti.
2. Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka
ukuran dengan angka yang diikuti, kecuali bila terjadi
kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan
menyebabkan ketidaksempurnaan/ketidaksesuaian konstruksi,
harus mendapatkan keputusan dari PPK lebih dahulu.
3. Bila tedapat perbedaan antara RKS dan gambar, maka RKS
yang diikuti kecuali bila hal tersebut terjadi karena kesalahan
penulisan, yang jelas mengakibatkan kerusakan/kelemahan
konstruksi, harus mendapatkan keputusan PPK.
4. RKS dan gambar saling melengkapi bila di dalam gambar
menyebutkan lengkap sedang RKS tidak, maka gambar yang
harus diikuti demikian juga sebaliknya.
5. Yang dimaksud dengan RKS dan gambar di atas adalah RKS
dan gambar setelah mendapatkan perubahan/penyempurnaan
di dalam berita acara penjelasan pekerjaan.
c. Bila akibat kekurangtelitian Kontraktor Pelaksana dalam
melakukan pelaksanan pekerjaan, terjadi ketidaksempurnaan
konstruksi atau kegagalan struktur bangunan, maka Kontraktor
Pelaksana harus melaksanakan pembongkaran terhadap
konstruksi yang sudah dilaksanakan tersebut dan
memperbaiki/melaksanakannya kembali setelah memperoleh
keputusan PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) tanpa ganti rugi
apapun dari pihak-pihak lain.

2
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

PASAL 2 LINGKUP PEKERJAAN

2.1. KETERANGAN UMUM


Pembangunan Perpustakaan Daerah Kabupaten Sampang ini secara
umum meliputi pekerjaan standar maupun non standar yang terdiri dari:
1. Pekerjaan Arsitektur
a. Standard
 Pekerjaan lantai 1
 Pekerjaan lantai 2
 Pekerjaan lantai 3
 Pekerjaan lantai 4
 Pekerjaan lantai atap
 Pekerjaan fasad
b. Non Standard
 Pekerjaan saluran
 Pekerjaan pagar keliling
 Pekerjaan atap bangunan utama
 Pekerjaan ramp
 Pekerjaan railing tangga dan bangunan
2. Pekerjaan Struktur
a. Pekerjaan persiapan
b. Pekerjaan tanah dan urugan
c. Pekerjaan pondasi
d. Pekerjaan beton pondasi
e. Pekerjaan beton lantai 1
f. Pekerjaan beton lantai 2
g. Pekerjaan beton lantai 3
h. Pekerjaan beton lantai 4
i. Pekerjaan beton lantai atap
j. Pekerjaan tangga
3. Pekerjaan Mekanikal
a. Pekerjaan Instalasi Air Bersih
 Lantai-01
 Lantai-02
 Lantai-03
 Lantai-04
b. Pekerjaan Instalasi Air Bekas, Kotor & Vent
 Lantai-01
 Lantai-02
 Lantai-03
 Lantai-04
c. Pekerjaan Hydrant
 Lantai-01
 Lantai-02
 Lantai-03
 Lantai-04
3
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

4. Pekerjaan elektrikal
a. Pekerjaan instalasi penerangan listrik dan tenaga lantai 1
b. Pekerjaan instalasi penerangan listrik dan tenaga lantai 2
c. Pekerjaan instalasi penerangan listrik dan tenaga lantai 3
d. Pekerjaan instalasi penerangan listrik dan tenaga lantai 4
e. Pekerjaan air conditioner lantai 1
f. Pekerjaan air conditioner lantai 2
g. Pekerjaan air conditioner lantai 3
h. Pekerjaan air conditioner lantai 4
i. Pekerjaan panel
j. Penarikan kabel feeder
k. Pekerjaan kabel tray
l. Pekerjaan fire alarm

5. Pekerjaan lain-lain
Pekerjaan yang jelas terkait langsung maupun tidak langsung yang
tidak bisa dipisahkan dengan pekerjaan utama sesuai dengan
gambar dan RKS

2.2. SARANA DAN CARA KERJA


a. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan
meninjau tempat pekerjaan, melakukan pengukuran-pengukuran
dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan yang
dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan dari proyek.
b. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja serta tenaga ahli yang
cakap dan memadai dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan,
serta tidak akan mempekerjakan orang-orang yang tidak tepat atau
tidak terampil untuk jenis-jenis pekerjaan yang ditugaskan
kepadanya. Kontraktor harus selalu menjaga disiplin dan aturan
yang baik diantara pekerja/karyawannya.
c. Kontraktor harus menyediakan alat-alat kerja dan perlengkapan
seperti beton molen, pompa air, timbris, waterpas, alat-alat
pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan untuk pekerjaan ini.
Peralatan dan perlengkapan itu harus dalam kondisi baik.
d. Kontraktor wajib mengawasi dan mengatur pekerjaan dengan
perhatian penuh dan menggunakan kemampuan terbaiknya.
Kontraktor bertanggung jawab penuh atas seluruh cara
pelaksanaan, metode, teknik, urut-urutan dan prosedur, serta
pengaturan semua bagian pekerjaan yang tercantum dalam
Kontrak.
e. Shop Drawing (gambar kerja) harus dibuat oleh Kontraktor sebelum
suatu komponen pekerjaan dilaksanakan.
f. Shop Drawing harus sudah mendapatkan persetujuan PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen) sebelum elemen pekerjaan yang
bersangkutan dilaksanakan.
g. Sebelum penyerahan pekerjaan kesatu, Kontraktor Pelaksana
sudah harus menyelesaikan gambar sesuai pelaksanaan yang
terdiri atas :
 Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami
perubahan dalam pelaksanaannya.
 Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa
gambar-gambar perubahan ( As Build Drawing ).
4
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

h. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat g harus diartikan telah


memperoleh persetujuan Direksi setelah dilakukan pemeriksaan
secara teliti.
i. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan
pemeliharaan bangunan merupakan bagian pekerjaan yang harus
diserahkan pada saat penyerahan kesatu, kekurangan dalam hal ini
berakibat penyerahan pekerjaan kesatu tidak dapat dilakukan.
j. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan
Kontraktor,bila :
 Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada
masa pemeliharaan mengalami kerusakan atau dijumpai
kekurangsempurnaan pelaksanaan.
 Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan
lingkungan diluar pekerjaan pokoknya, yang mengalami
kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya jalan,
halaman, gedung sebelah dan terdekat dengan pembangunan
dan lain sebagainya).
k. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari
bahan-bahan sisa-sisa pelaksanaan termasuk bowkeet dan
direksikeet harus dilaksanakan sebelum masa kontrak berakhir,
kecuali akan dipergunakan kembali pada tahap selanjutnya.

2.3. PEMBUATAN RENCANA JADWAL PELAKSANAAN


a. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadual
pelaksanaan dalam bentuk barchart yang dilengkapi dengan grafik
pRaisedasi yang direncanakan berdasarkan butir-butir komponen
pekerjaan sesuai dengan penawaran.
b. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh
Kontraktor Pelaksana selambat-lambatnya 10 hari setelah
dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan. Penyelesaian yang
dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan
persetujuan PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)
c. Bila selama 10 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai,
Kontraktor Pelaksana belum menyelesaikan pembuatan jadual
pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana harus dapat menyajikan
jadual pelaksanaan sementara minimal untuk 2 minggu pertama
dan 2 minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
d. Selama waktu sebelum rencana jadual pelaksanaan disusun,
Kontraktor Pelaksana harus melaksanakan pekerjaannya dengan
berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan yang harus
dibuat pada saat dimulai pelaksanaan. Jadual pelaksanaan 2
mingguan ini harus disetujui oleh PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen).

2.4. KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT BAHAN


a. Kontraktor harus menyediakan bahan-bahan bangunan dalam
jumlah dan kualitas yang sesuai dengan lingkup pekerjaan yang
dilaksanakan. Sepanjang tidak ada ketentuan lain dalam RKS ini
dan Berita Acara Rapat Penjelasan, maka bahan-bahan yang
dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi
syarat-syarat yang tercantum dalam AV-41 dan PUBI-1982 serta
ketentuan lainnya yang berlaku di Indonesia.
b. Sebelum memulai pekerjaan atau bagian pekerjaan, Pemborong
harus mengajukan contoh bahan yang akan digunakan kepada
5
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) untuk mendapatkan


persetujuan. Bahan-bahan yang tidak memenuhi ketentuan seperti
disyaratkan atau yang dinyatakan ditolak oleh PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen) tidak boleh digunakan dan harus segera
dikeluarkan dari halaman pekerjaan selambat-lambatnya dalam
waktu 2 x 24 jam.
c. Apabila bahan-bahan yang ditolak oleh PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen) ternyata masih dipergunakan oleh Kontraktor, maka
PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) memerintahkan untuk
membongkar kembali bagian pekerjaan yang menggunakan bahan
tersebut. Semua kerugian akibat pembongkaran tersebut
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
d. Jika terdapat perselisihan mengenai kualitas bahan yang dipakai,
PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) berhak meminta kepada
Kontraktor untuk memeriksakan bahan itu ke Laboratorium Balai
Penelitian Bahan yang resmi dengan biaya Kontraktor. Sebelum
ada kepastian hasil pemeriksaan dari Laboratorium, Kontraktor
tidak diizinkan untuk melanjutkan bagian-bagian pekerjaan yang
menggunakan bahan tersebut.

e. Penyimpanan bahan-bahan harus diatur dan dilaksanakan


sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kelancaran
pelaksanaan pekerjaan dan terhindarnya bahan-bahan dari
kerusakan.
f. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah seperti di
bawah ini, sedangkan bahan-bahan bangunan yang belum
disebutkan disini akan diisyaratkan langsung di dalam pasal-pasal
mengenai persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi di
belakang.
 Air
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan
plesteran, beton dan penyiraman guna pemeliharaan harus air
tawar, tidak mengandung minyak, garam, asam dan zat organik
lainnya yang telah dikatakan memenuhi syarat, sebagai air untuk
keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium tidak lagi
diperlukan rekomendasi laboratorium.

 Semen Portland (PC)


Semen Portland yang digunakan adalah jenis atau type satu
harus satu merek untuk penggunaan dalam pelaksanaan satu
satuan komponen bengunan, belum mengeras sebagai atau
keseluruhannya. Penyimpanannya harus dilakukan dengan cara
dan didalam tempat yang memenuhi syarat sebagai air untuk
menjamin kebutuhan kondisi sesuai persyaratan di atas.

 Pasir (Ps)
Pasir yang digunakan adalah pasir Lumajang atau Mojokerto,
berbutir keras, bersih dari kotoran, lumpur, asam, garam, dan
bahan organik lainnya, yang terdiri atas.
1. Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang
lazim disebut pasir urug.
2. Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran
sebagian terbesar adalah terletak antara 0,075 sampai 1,25
mm yang lazim dipasarkan disebut pasi pasang

6
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

3. Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang


gradasinya mendapat rekomendasi dari laboratorium.

 Batu Pecah (Split)


Split untuk beton harus menggunakan split dari batu kali hitam
pecah, bersih dan bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan
kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam
PBI 1971.

 Batu Bata
Batu Bata untuk pekerjaan pasangan dinding dan lain-lain yang
disebutkan di dalam gambar harus menggunakan batu bata
merah yang memenuhi syarat standar sebagai berikut :
Berukuran standar dan berwarna merah bata tua sebagai hasil
pembakaran yang sempurna atau matang. Pembakaran yang
dimaksud adalah pembakaran dengan menggunakan kayu.
Sisi-sisinya bersudut tajam dan kuat tidak dapat dikorek dengan
tangan, berpermukaan rata dan tidak menampakkan retak-retak
merugikan.
Tidak boleh mengandung garam yang dapat larut sedemikian
banyaknya sehingga pengkristilannya dapat mengakibatkan
lebih dri 40% permukaan bata tebal oleh bercak-bercak putih.
Maksimum pecah 5%. Bata merah direkomendasikan memakai
bata merah press mesin.

 Bata Ringan
Bata ringan yang dipakai untuk pekerjaan pasangan dinding dan
penyekat ruang yang disebutkan di dalam gambar harus
menggunakan bata ringan dengan ketebalan 10 cm dan yang
memenuhi syarat standar sebagai berikut :
Berukuran standar dan berwarna putih.
Sisi-sisinya bersudut tajam dan kuat tidak dapat dikorek dengan
tangan, berpermukaan rata dan tidak menampakkan retak-retak
merugikan.
Tidak boleh mengandung asbes.

 Baja Profil
Baja profil untuk konstruksi rangka atau konstruksi baja lainnya
harus berasal dari bahan baja dengan ketegangan leleh minimal
3500 kg/cm2.
Batang baja yang akan digunakan sebagai rangkaian konstruksi
yang harus lurus (maksimum bengkok 1/4000 panjang batang).
Bebas dari puntiran lubang-lubang karat, lapisan minyak, lapisan
cat dan kotoran lain serta cat-cat lainnya.
Penggunaan air dan listrik dari lingkungan rumah sakit harus
melalui saluran tersendiri dilengkapi dengan meter pengukur,
sehingga dapat diperhitungkan biaya pengganti pemakaiannya.

PASAL 3 SITUASI DAN PERSIAPAN PEKERJAAN

3.1. SITUASI/LOKASI

7
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

a. Lokasi proyek adalah pada lahan yang sudah diberikan oleh


pemberi tugas yaitu didepan monument Trunojoyo . Halaman
proyek akan diserahkan kepada Kontraktor sebagaimana
keadaannya waktu Rapat Penjelasan. Kontraktor hendaknya
mengadakan penelitian dengan seksama mengenai keadaan tanah
halaman proyek tersebut.
b. Kekurang-telitian atau kelalaian dalam mengevaluasi keadaan
lapangan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor dan
tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan klaim/tuntutan.

3.2. AIR DAN DAYA


a. Kontraktor harus menyediakan air atas tanggungan/biaya sendiri
yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini, yaitu :
* Air kerja untuk pencampur atau keperluan lainnya yang
memenuhi persyaratan sesuai jenis pekerjaan, cukup bersih,
bebas dari segala macam kotoran dan zat-zat seperti minyak,
asam, garam, dan sebagainya yang dapat merusak atau
mengurangi kekuatan konstruksi.
* Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum,
mandi/buang air dan kebutuhan lain para pekerja. Kualitas air
yang disediakan untuk keperluan tersebut harus cukup terjamin.
b. Kontraktor harus menyediakan daya listrik atas tanggungan/biaya
sendiri sementara yang dibutuhkan untuk peralatan dan
penerangan serta keperluan lainnya dalam melaksanakan
pekerjaan ini. Maka dari itu kontraktor harus menyediakan Diesel
Genset 2 unit dengan kapasitas 10-15 KVA.

3.3. PENGANGKUTAN MATERIAL


Untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan atau untuk pengangkutan
material pekerjaan kontruksi 4 lantai, kontraktor pelaksana harus
menyediakan Hoist Crane 2 ton dengan type Chain Hoist Crane beserta
sangkar material minimum p x l x t =0,8 x 1 x 1,5 termasuk pendant
minimum IWF 250.125

3.4. SALURAN PEMBUANGAN


Kontraktor harus membuat saluran pembuangan sementara untuk
menjaga agar daerah bangunan selalu dalam keadaan kering/tidak
basah tergenang air hujan atau air buangan. Saluran dihubungkan ke
parit/selokan yang terdekat atau menurut petunjuk PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen).

3.5. KANTOR KONTRAKTOR, LOS DAN HALAMAN KERJA, GUDANG


DAN FASILITAS LAIN
Kontraktor harus membangun kantor dan perlengkapannya, los kerja,
gudang dan halaman kerja (work yard) di dalam halaman pekerjaan,
yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai Kontrak.
Kontraktor harus juga menyediakan untuk pekerja/buruhnya fasilitas
sementara (tempat mandi dan peturasan) yang memadai untuk mandi
dan buang air.
Kontraktor harus membuat tata letak/denah halaman proyek dan
rencana konstruksi fasilitas-fasilitas tersebut. Kontraktor harus
menjamin agar seluruh fasilitas itu tetap bersih dan terhindar dari
kerusakan.

8
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

3.6. PAGAR SEMENTARA


Kontraktor harus membuat pagar sementara yang sifatnya melindungi
dan menutupi lokasi yang akan dibangun dengan persyaratan kualitas
sebagai berikut :
a. Bahan dari BWG 32 dengan rangka kayu dicat sementara.
b. Tinggi pagar minimum 2 m.
c. Ruang gerak selama pelaksanaan dalam lokasi berpagar harus
cukup leluasa untuk lancarnya pekerjaan.

3.7. PAPAN NAMA PROYEK


Kontraktor wajib membuat dan memasang papan nama proyek di
bagian depan halaman proyek sehingga mudah dilihat umum. Ukuran
dan redaksi papan nama tersebut 90 x 150 cm dipotong dengan tiang
setinggi 250 cm atau sesuai dengan petunjuk Pemerintah Daerah
setempat. Kontraktor tidak di ijinkan menempatkan atau memasang
reklame dalam bentuk apapun di halaman dan di sekitar proyek tanpa
ijin dari Pemberi Tugas.

3.8. PEMBERSIHAN HALAMAN


a. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi
jalannya pekerjaan seperti adanya pepohonan, batu-batuan atau
puing-puing bekas bangunan atau bekas pekerjaan konstruksi
sebelumnya, harus dibongkar dan dibersihkan serta dipindahkan
dari lokasi kerja kecuali barang-barang yang ditentukan harus
dilindungi agar tetap utuh.
b. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-
baiknya untuk menghindarkan bangunan yang berdekatan dari
kerusakan. Bahan-bahan bekas bongkaran tidak diperkenankan
untuk dipergunakan kembali dan harus diangkut keluar dari
halaman proyek.

3.9. PERMUKAAN ATAS LANTAI (PEIL)


a. Peil  0,00 Bangunan adalah mengambil acuan dari lantai dasar
gedung perpustakaan yang berada disebelah depan kanan gedung
yang akan dibangun.
b. Semua ukuran ketinggian galian, pondasi, sloof, plat lantai, balok
dan ring balok, atap beton, rangka atap, finishing facade dan lain-
lain harus mengambil patokan dari peil  0,00 tersebut.

3.10. PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK)


a. Bouwplank dibuat dari kayu terentang (kayu hutan kelas IV) ukuran
minimum 3/20 cm yang utuh dan kering. Bouwplank dipasang
dengan tiang-tiang dari kayu sejenis ukuran 5/7 cm dan dipasang
pada setiap jarak satu meter. Papan harus lurus dan diketam halus
pada bagian atasnya.
b. Bouwplank harus benar-benar datar (waterpass) dan tegak lurus.
Pengukuran harus memakai alat ukur yang disetujui PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen).

9
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

c. Bouwplank harus menunjukkan ketinggian  0.00 dan as


kolom/dinding. Letak dan ketinggian permukaan bouwplank harus
dijaga dan dipelihara agar tidak berubah selama pekerjaan
berlangsung.

3.11. PENGUKURAN
a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan pengukuran batas / garis
dan elevasi persiapan lahan dan pekerjaan pengukuran lainnya
yang ditentukan dalam Gambar Kerja dan / atau yang ditentukan
PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) dan termasuk penyediaan team
ukur yang berpengalaman dan peralatan pengukuran lengkap dan
akurat yang memenuhi ketentuan spesifikasi ini.

b. Prosedur Umum
1. Data Standar Pengukuran
Standar pengukuran berdasarkan poligon tertutup tiga titik
koordinat dan patok akan disediakan Pemilik Proyek dan akan
menjadi patokan pengukuran yang dilakukan Kontraktor.
Bila Kontraktor berkeberatan atas penentuan sistem koordinat
tersebut, maka dalam 1 (satu) minggu setelah penentuan,
Kontraktor dapat mengajukan keberatan secara tertulis beserta
data pendukung untuk kemudian akan dipertimbangkan oleh
PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
2. Persyaratan Pengukuran
Kontraktor harus melaksanakan perhitungan pengukuran dan
pemeriksaan untuk mendapatkan lokasi yang tepat sesuai
Gambar Kerja dan harus disetujui PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen).
Setiap kali melakukan pengukuran, pemeriksaan ketepatan
harus dilakukan dengan Poligon tertutup. Kesalahan maksimal
yang diijinkan dari Poligon tertutup adalah sebagai berikut :
 Kerangka Horizontal (Poligon) :
Salah pentutup sudut = 10  n
(n = banyak titik / sudut)
Salah relatif  1 /10000
 Kerangka Vertikal (Sipat Datar) :
Salah pentutup beda tinggi = 10  D km (mm)
(D = total jarak terpendek)
Semua jarak kemiringan harus dikurangkan ke jarak tegak.

c. Patok / Bench Mark


1. Kontraktor harus menjaga, melindungi patok standar
pengukuran maupun patok – patok yang dibuatnya.
2. Pemindahan patok, termasuk patok – patok yang dibuat pihak
lain harus dihindarkan. Mengikat sesuatu pada patok tidak
diijinkan. Setiap kerusakan pada patok harus dilaporkan kepada
PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). Kontraktor setiap waktu
bertanggung jawab memperbaiki dan mengganti patok yang
rusak. Biaya perbaikan patok menjadi tanggung jawab
Kontraktor sepenuhnya.
3. Patok harus dibuat oleh Kontraktor dari besi baja yang ditanam
dalam beton dengan bentuk dan ukuran sebagai berikut :
10
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

f c
d
b
a

10 Lapisan Batu
Tanah Dasar
dipadatkan
e Kepadatan Tanah 90-

a b C d e f
Tanah : 100 90 15 20 45 2.5 cm
Lunak
Tanah : 70 50 15 15 15 2.5 cm
Kerak B
i
pembuatan patok menjadi tanggung jawab Kontraktor.

4. Penandaan harus jelas terbaca dan kuat / awet. Patok di tanah


harus dilindungi dengan pipa beton dan struktur lain dan harus
bebas dari air dan tanah.
5. Kerangka horisontal harus dari pasak kayu, berukuran 50 mm x
50 mm panjang 300 mm, ditanam dengan kuat ke dalam tanah,
menonjol 20 mm di atas permukaan tanah dengan paku
ditengahnya sebagai tanda, atau dengan cara lain yang
ditentukan oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

d. Tim Pengukur dan Peralatan


Kontraktor harus menyediakan tim ukur yang ahli, yang disetujui
terlebih dahulu oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen), dan
mereka bertanggung jawab memberikan informasi dan data yang
berkaitan dengan pengukuran kepada PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen), Kontraktor harus menggunakan sejumlah peralatan
pengukuran yang memadai, akurat dan memiliki sertifikat
(Theodolite) dan disetujui PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

e. Pelaksanaan Pekerjaan

11
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

1. Perhitungan dan Catatan Pengukuran


Catatan lengkap harus mencakup semua pengukuran lapangan,
rapih dan teratur. Pengukuran harus dengan jelas menyebutkan
nama proyek, lokasi, tanggal, nama. Buku yang dijilid harus
digunakan untuk catatan.
Catatan lapangan yang terpisah harus dibuat untuk setiap
kategori berikut :
 Pemeriksaan melintang
 Ketinggian patok
 Lokasi pengukuran
 Konstruksi pengukuran
 Potongan melintang

Koordinat seluruh patok, titik pemeriksaan dan lainnya harus


dihitung sebelum pengukuran.
Sketsa harus disiapkan untuk setiap patok pemeriksaan dan titik
acuan yang menunjukkan jarak dan azimut ke setiap titik acuan.
Profil dan bidikan elevasi topografi harus dicatat dalam buku
lapangan.
Semua catatan dan perhitungan harus dibuat permanen, dan dijaga
di tempat yang aman. Penyimpanan data lapangan yang tidak
berlaku lagi dilakukan oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

f. Pemeriksaan Ketepatan
Semua elemen pengukuran, pemeriksaan dan penyetelah harus
diperiksa PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) pada waktu – waktu
tertenu selama pelaksanaan proyek. Kontraktor harus membantu
PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) selama pemeriksaan
pengukuran lapangan.
Perhitungan berikut harus digunakan untuk memeriksa catatan
lapangan :

Kesalahan sudut menyilang e1 = 1’ n


Kesalahan garis menyilang e2 =  (L2 + D2)
L = perbedaan antara garis lintang utara dan garis lintang
selatan
D = perbedaan antara titik keberangkatan timur dan titik
keberangkatan barat
e
Ketepa tan 
perimeter
Pengukuran yang tidak sempurna yang dikerjakan Kontraktor,
harus diperbaiki dan diulang tanpa tambahan biaya.
Kontraktor harus menjaga semua tanda dan garis yang dibutuhkan
agar tetap terlihat jelas selama pemeriksaan.
Setiap pemeriksaan yang dilakukan PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen) tidak membebaskan Kontraktor dari seluruh tanggung
jawabnya membuat pengukuran yang tepat untuk kerataan, elevasi,
kemiringan, dimensi dan posisi setiap struktur atau fasilitas.

12
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

PASAL 4. PEKERJAAN TANAH (GALIAN DAN URUGAN)


4.1. Pekerjaan Galian.
a. Segala pekerjaan galian dilaksanakan sesuai dengan panjang, dalam,
pemiringan dan lengkungan sesuai dengan kebutuhan konstruksinya atau
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar.
b. Bilamana tanah yang digali ternyata baik untuk digunakan sebagai lapisan
permukaan atau pembatas maka tanah ini perlu diamankan dahulu untuk
penggunaan tersebut di atas.
c. Tanah/galian yang tidak berguna harus disingkirkan dan diangkut ke luar
dari halaman. Penyingkiran dan pengangkutan di atas merupakan
tanggung jawab Pemborong atau bilamana perlu memindahkan tanah-
tanah atau bahan yang tidak dipakai atau kelebihan-kelebihan tanah yang
digunakan untuk urugan atau sebagaimana yang diinstruksikan oleh PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen).

4.2. Persiapan Untuk Urugan


a. Permukaan tanah yang sudah diambil lapisan atasnya, harus digilas
sehingga kepadatannya mencapai 90% dari kepadatan maksimum sampai
kedalaman 15 cm.
b. Di atas permukaan tanah yang telah dipadatkan tersebut, baru dapat
dilakukan pengurugan tanah.

4.3. Pengurugan
a. Semua bahan-bahan yang akan digunakan untuk urugan atau urugan
kembali dengan sirtu harus dengan persetujuan PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen).
b. Pengurugan harus dilakukan sampai diperoleh peil-peil yang dikehendaki,
sebagaimana dibutuhkan konstruksi atau sesuai dengan yang tertera dalam
gambar kerja.

4.4. Pemadatan
a. Hanya bahan-bahan yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk
pengurugan dan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal sebesar-
besarnya 20 cm.
b. Setiap lapis harus ditimbris dan dipadatkan, dan sedapat-dapatnya
dilakukan dengan mesin giling (tumbuk) atau stamper dengan
menambahkan air dan disetujui PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

4.5. Pemiringan tanah


Pemborong diharuskan memelihara segala tanggul-tanggul dan pemiringan-
pemiringan tanah yang ada dan bertanggung jawab atas segala stabilitas dari
tanggul-tanggul ini sampai batas periode kestabilan dan harus mempersiapkan
segala sesuatunya atas tanggungan sendiri untuk menjaga terhadap hal
tersebut di atas.

4.6. Pemeriksaan Penggalian dan Pengurugan


a. Galian dan urugan harus terlebih dahulu diperiksa oleh Manajer Konstruksi
sebelum memulai dengan tahap selanjutnya. Dalam hal pengurugan,
Manajer Konstruksi akan segera menunjukkan bagian-bagian tanah mana
yang dipadatkan yang harus siap dilaksanakan pengujian pemadatannya.

13
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

b. Pengurugan bagi pondasi atau struktur lainnya yang tercakup atau


tersembunyi oleh tanah tidak boleh dilaksanakan sebelum diadakan
pemeriksaan oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

PASAL 5. PEKERJAAN BETON KONSTRUKSI


1. Ketentuan Umum
a. Persyaratan-persyaratan Konstruksi beton, istilah teknik dan atau syarat-
syarat pelaksanaan pekerjaan beton secara umum menjadi satu kesatuan
dalam persyaratan teknis ini. Di dalam segala hal yang menyangkut
pekerjaan beton dan struktur beton harus sesuai dengan standard-standard
yang berlaku, yaitu:
a). Tata-cara perhitungan struktur beton untuk bangunan Gedung (SNI 03-
2847-2002).
b). Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI, 1982),
c). Standard Industri Indonesia (SII),
d). Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983.
e). Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung (SNI 1726-2002)
f). American Society of Testing Material (ASTM).
b Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan presisi
tinggi, sebagaimana tercantum di dalam persyaratan teknis ini, gambar-
gambar rencana, dan atau instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen).
c. Semua material yang digunakan di dalam pekerjaan ini harus merupakan
material yang kualitasnya teruji dan atau dapat dibuktikan memenuhi
ketentuan yang disyaratkan.
d. Kontraktor wajib melakukan pengujian beton yang akan digunakan di
dalam pekerjaan ini.
e. Seluruh material yang oleh PPK (Pejabat pembuat Komitmen) dinyatakan
tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek dan
tidak diperkenankan menggunakan kembali.

2. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan yang diatur di dalam persyaratan teknis ini meliputi seluruh
pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana :
a. Pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana,
termasuk di dalamnya pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan-
bantu yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut.
b. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan
(reinforcement) dan bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam di
dalam beton.
c. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian
dan perawatan beton, dan semua jenis pekerjaan lain yang menunjang
pekerjaan beton.

3. Bahan-bahan
a. S e m e n

14
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

i. Untuk pekerjaan struktur bawah, termasuk diantaranya plat basement,


plat ground floor, dinding penahan tanah dan semua struktur beton
yang berhubungan langsung dengan tanah, semen yang digunakan

adalah Semen Portland Tipe IV, atau tipe lainnya yang tahan terhadap
sulfat dengan disertai hasil pengujian laboratorium. Semen harus
disimpan sedemikian rupa untuk mencegah terjanyi kerusakan.
ii. Untuk pekerjaan struktur atas, yaitu struktur yang tidak berhubungan
secara langsung dengan tanah semen yang digunakan adalah Semen
Portland Tipe I dan merupakan hasil produksi dalam negeri satu merk.
Semen harus disimpan sedemikian rupa hengga mencegah terjadinya
kerusakan bahan atau pengotoran oleh bahan lain. Penyimpanan
semen harus dilakukan di dalam gudang tertutup, sedemikian rupa
sehingga semen terhindar dari basah atau kemungkinan lembab,
terjamin tidak tercampur dengan bahan lain.
Urutan penggunaan semen harus sesuai dengan urutan kedatangan
semen tersebut di lokasi pekerjan.

b. Agregat Kasar
Agregat untuk beton harus memenuhi seluruh ketentuan berikut ini :
i. Agregat beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-
80 tentang "Mutu dan Cara Uji Agregat Beton". Bila tidak tercakup di
dalam SII 0052-80, maka agregat tersebut harus memenuhi ketentuan
ASTM C23 "Specification for Concrete Aggregates".
ii. Atas persetujuan PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) , agregat yang tidak
memenuhi persyaratan butir a., dapat digunakan asal disertai bukti
bahwa berdasarkan pengujian khusus dan atau pemakaian nyata,
agregat tersebut dapat menghasilkan beton yang kekuatan, keawetan,
dan ketahanannya memenuhi syarat.
iii. Di dalam segala hal, ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar
harus tidak melebihi syarat - syarat berikut :
• seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan beton.
• sepertiga dari tebal pelat.
• 3/4 jarak bersih minimum antar batang tulangan, atau berkas batang
tulangan.
Penyimpangan dari batasan-batasan ini diijinkan jika menurut penilaian
Tenaga Ahli, kemudahan pekerjaan, dan metoda konsolidasi beton
adalah sedemikian hingga dijamin tidak akan terjadi sarang kerikil atau
rongga.

c. A i r
Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi ketentuan-
ketentuanberikut ini:
i. Jika mutunya meragukan harus dianalisis secara kimia dan dievaluasi
mutunya menurut tujuan pemakaiannya.
ii. Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung
lainnya, yang dapat dilihat secara visual.
iii. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter.
iv. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak
beton (asam-asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
Kandungan clorida (Cl) tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat
(sebagai SO3) tidak lebih dari 100 ppm.

15
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

v. Jika dibandingkan dengan kuat tekan adukan yang menggunakan air


suling, maka penurunan kekuatan adukan beton dengan air yang
digunakan tidak lebih dari 10 %.

d. Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi ketentuan- ketentuan berikut
ini.
i. Tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, retak-retak,
gelombang-gelombang, cerna-cerna yang dalam, atau berlapis-lapis.
ii. Hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan saja .
iii. Untuk tulangan utama (tarik/tekan lentur) harus digunakan baja tulangan
deform (BJTD 40), dengan jarak antara dua sirip melintang tidak boleh
lebih dari 70 % diameter nominalnya, dan tinggi siripnya tidak boleh
kurang dari 5 % diameter nominalnya.
iv. Tulangan dengan Ø <13 mm dipakai BJTP 24 (polos), dan untuk
tulangan dengan Ø > 13 mm memakai BJTD 40 (deform) bentuk ulir.
v. Kualitas dan diameter nominal dari baja tulangan yang digunakan harus
dibuktikan dengan sertifikat pengujian laboratorium, yang pada prinsipnya
menyatakan nilai kuat - leleh dan berat per meter panjang dari baja
tulangan dimaksud.
vi. Diameter nominal baja tulangan (baik deform/BJTD) yang digunakan
harus ditentukan dari sertifikat pengujian tersebut dan harus ditentukan
dari rumus :
d = 4.029  B , atau d =
12.47 G
dimana :
d = diameter nominal dalam mm,
B = berat baja tulangan (N/mm)
G = berat baja tulangan (kg/m)

vii. Toleransi berat batang contoh yang diijinkan di dalam pasal ini sebagai
berikut :
DIAMETER TULANGAN TOLERANSI BERAT
BAJA TULANGAN YANG DI IJINKAN
< 10 mm ±7%
10 mm <<16 mm ±6%
16 mm << 28 mm ± 5%
> 28 mm ±4%

viii. Persyaratan material baja tulangan


Spesifikasi Baja tulangan menurut SNI 2847 – 2002 diatur sebagai
berikut:
1. ASTM A 615M (Specification for Deformed and Plain Billet-Steel Bars
for Concrete Reinforcement) fu/fy> 1,25 (actual measurement).
2. ASTM A 706M (Specification for Low_alloy Steel Deformed and Plain
Bars for Concrete Reinforcement) ductile,  (elongation) ≥ 14 %;
fu/fy< 1,35 (actual measurement).
Tabel. Persyaratan Baja Tulangan (ASTM A 615M dan ASTM A 706M)
ASTM A 706M
Persyaratan
Grade 60
Kuat tarik minimum, MPa 550 *)
Kuat leleh minimum, MPa 420
Kuat leleh maksimum, MPa 540
16
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

Perpanjangan minimum dalam


200mm, %
Diameter, mm 10 14
15,20 14
25 12
30 12
35 12
45,55 10
Catatan: *) kuat tarik aktual tidak kurang dari 1,25 kuat leleh aktual

e. Pembesian

1. Percobaan dan Pemeriksaan (Test and Inspections)


Setiap pengiriman harus berasal dari pemilihan yang disetujui dan haras
disertai surat keterangan Percobaan dari pabrik.

Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja-tulangam harus diadakan


pengujian periodik minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji
tarik, dan 1 benda uji untuk uji lengkung untuk setiap diameter batang
baja tulangan. Pengambilan contoh baja tulangan akan ditentukan oleh
PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

Semua pengujian tersehatan di atas meliputi uji tarik dan lengkung, harus
dilakukan di laboratorium lembaga Uji Konstruksi atau laboratorium lainya
direkomendasi oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) dan minimal
sesuai dengan SII-0136-84 salah satu standard uji yang dapat dipakai
adalah ASTM A-615. Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh
Kontraktor.

Segala macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan lain yang
merugikan terhadap kekuatan rekatan harus dibersihkan.

Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat dan diikat
dengan kawat.dari baja. lunak.
Sambungan mekanis harus ditest. dengan percobaan tarik.

Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan dan persetujuan dari


pembesian, termasuk jumlah, ukuran, jarak, selimut, lokasi dari
sambungan dan panjang penjangkaran dari penulangan baja oleh PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen).

Sertifikat :
Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka
pada saat pemesanan baja tulangan kontraktor harus menyerahkan
sertifikat resmi dari Laboratorium. Khusus ditujukan untuk keperluan
proyek ini.

2. Bahan-bahan / Produk
a) Tulangan
Tulangan yang digunakan berulir mutu BJTD-39 (400 Mpa), sesuai
dengan SII 0136-84 dan tulangan polos mutu BJTP-24, sesuai dengan
SII 0136-84 seperti dinyatakan pada gambar-gambar
struktur.Tulangan polos dengan diameter lebih kecil 13 mm harus baja
lunak dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2.Tulangan ulir dengan
17
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

diameter lebih besar atau sama dengan 13 mm harus baja tegangan


tarik tinggi, batang berulir dengan tegangan leleh fy = 400 Mpa
b) Tulangan Anyaman (Wire mesh)
Tulangan anyaman, mutu U-50, mengikuti SII 0784-83.
c) Penunjang/Dudukan Tulangan (Bar Support)
Dudukan tulangan haruslah tahu beton yang dilengkapi dengan kawat
pengikat yang ditanan atau batang kursi tinggi sendiri (Individual High
Chairs).

d) Bolstern, kursi spacers, dan perlengkapan-perlengkapan lain untuk


mengatur jarak.

1) Gunakan besi dudukan tulangan menurut rekomendasi CRSI,


kecuali diperlihatkan lain pada gambar
2) Jangan memakai kayu, bata atau bahan-bahan lain yang ridak
direkomendasi.
3) Untuk pelat di atas tanah, pakai penunjang dengan lapisan pasir
atau horizontal rumers dimana bahan dasar tidak akan langsung
menunjang batang kursi (chairs legs). Atau pakai lantai kerja yang
rata.
4) Untuk beton ekspose, dimana batang-batang penunjang langsung
berhubungan/mengenai cetakan, sediakan penunjang dengan
jenis hot-dip-galvanized atau penunjang yang dilindungi plastik.
5) Kawat PengikatDibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng.

3. Jaminan Mutu
Bahan-bahan harus dari produk yang sama seperti yang telah disetujui
oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).Seritikat dari percobaan
(percobaan giling atau lainnya) harus diperlihatkan untuk semua tulangan
yang dipakai: Percobaan-percobaan ini harus memperlihatkan hasil-hasil
dan semua komposisi kimia dan sifat-sifat fisik.

4. Persiapan Pekerjaan/Peralatan Tulangan

Pembengkokan dan pembentukan.


Pemasangan tulangan dan pembengkokan harus sedemikian rupa
sehingga posisi dari tulangan sesuai dengan rencana dan tidak
mengalami perubahan bentuk maupun tempat selama pengecoran
berlangsung.

Pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan peratuaran yang


disyaratkan. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan
disesuaikan dengan persyaratan SNI-2847-2002 atau A.C.I. 315.

5. Pengiriman, Penyimpanan dan Penanganannya

Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai


dengan etiket/label yang mencantumkan ukuran batang, panjang dan
tanda pengenal.
kering, daerah yang bagus saluran-salurannya, dan terlindung dari lum
Pemindahan tulangan harus hati-hati untuk mengindari kerusakan.
Gudang di alas tanah harus pur, kotoran, karat dsb.

18
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

6. Pelaksanaan Pemasangan Tulangan, Pembengkokan, dan Pemotongan


Persiapan

a) Pembersihan, pemotongan & pembengkokan


Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling (mill steel) dan
karat lepas, serta bahan-bahan lain yang mengurangi daya lekat.
Bersihkan sekali lagi tonjolan pada tulangan atau pada sambungan
konstruksi untuk menjamin rekatannya. Pemotongan dan
pembengkongan tulangan menggunakan Bar Bender dan Bar Cutter
dengan kapasitas maksimal 42 mm, kontraktro harus menyediakan
masing-masing 2 unit.

b) Pemilihan/seleksi
Tulangan yang berkarat harus ditolak dari lapangan.
f. Pemasangan Tulangan
1. Umum
Sesuai dengan yang tercantum pada gambar dan Kaordinasi dengan
bagian lain dan kelancaran pengadaan bahan serta tenaga perlu
diadakan untuk mengindari keterlambatan. Adakan/berikan tambahan
tulangan pada lubang-lubang (openings) / bukaan.

2. Pemasangan
Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja,
hingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya.
a) Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus dipasang pada
posisi yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakan
spacers/penahan jarak.

b) Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang untuk


memperoleh lokasi yang tepat selama pengecoran beton dengan
penjaga jarak, kursi penunjang dan penunjang lain yang diperlukan.

c) Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas agregai


(seperti pasir, kerikil) dan pada lapisan kedap air harus
dipasang/ditunjang hanya dengan tahu beton yang mutunya paling
sedikit sama dengan beton yang akan dieor.

d) Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup


beton. Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak
yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan
mutu beton yang akan dicor, Penahan-penahan jarak dapat
berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus
dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap m^2 cetakan atau lantai
kerja. Penahan-penahan jarak ini harus tersebar merata.

e) Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus


ditunjang pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atau
ditunjang langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh blok-
blok beton yang tinggi. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap
ketepatan letak dari tulangan-tulangan pelat yang dibengkok yang
harus melintasi tulangan balok yang berbatasan.

3. Toleransi pada Pemasangan Tulangan

19
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

a) Terhadap selimut beton (selimut beton) : ± 6 mm


b) Jarak terkecil pemisah antara batang : ± 6 mm
c) Tulangan atas pada pelat dan balok :
- balok dengan tinggi sama atau lebih kecil dari 200 mm : ± 6 mm
- balok dengan tinggi lebih dari 200 mm tapi kurang dari 600 mm:
± 12 mm
- balok dengan tinggi lebih dari 600 mm : ± 12 mm
- panjang batang : ± 50 mm
d) Toleransi pada pemasangan lainnya sesuai SNI 2002

4. Pembengkokan Tulangan, Sesuai Dengan SNI 2002.


a) Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan cara-
cara yang merusak tulangan itu.
b) Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskan
kembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari
bengkokan sebelumnya.
c) Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh
dibengkokkan atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila
ditentukan di dalam gambar-gambar rencana atau disetujui oleh PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen).
d) Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan
dalam keadaan dingin, kecuali apabila petnanasan dilajutkan oleh
perencana.
e) Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak (polos
atau diprofilkan) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam
tetapi tidak boleh mencapai suhu lebih dari 850 oC.
f) Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pengerjaan
dingin dalam pelaksanaan ternyata mengalami pemanasan di atas
100 0 C yang bukan pada waktu las, maka dalam perhitungan-
perhitungan sebagai kekuatan baja hams diambil kekuatan baja
tersebut yang tidak mengalami pengerjaan dingin.
g) Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali
diijinkan oleh perencana.
h) Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh
didinginkan dengan jalan disiram dengan air.
i) Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan
dalam jarak 8 kali diameter (diameter pengenal) batang dari setiap
bagian dari bengkokan.

5. Toleransi pada Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan.


a) Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan yang
ditunjukkan dalang gambar-gambar rencana dengan toleransi-
toleransi yang disyaratkan oleh perencana. Apabila tidak ditetapkan
oleh perencana, pada pemotongan dan pembengkokan tulangan
ditetapkan toleransi-toleransi seperii tercantum dalam ayat-ayat
berikut.
b) Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurun ukuran
dan terhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang
dibengkok ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm, kecuali mengenai
yang ditetapkan dalam ayat (3) dan (4). Terhadap panjang total
batang yang diserahkan menurut sesuatu ukuran ditetapkan
toleransi sebesar + 50 mm dan - 25 mm.

20
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

c) Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok ditetapkan


toleransi sebesar ± 6 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dan
sebesar ±12 mm untuk jarak lebih dari 60 cm.
d) Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan
ditetapkan toleransi sebesar ± 6 mm.

6. Panjang Penjangkaran dan panjang penyaluran.


a) Baja tulangan mutu U-24 (BJTP-24)
Panjang penjangkaran = 30 diameter dengan kait
Panjang penyaluran = 30 diameter dengan kait

b) Baja tulangan mutu U-40 (BJTD-40)


Panjang penjangkaran = 40 diameter tanpa kait
Panjang penyaluran = 40 diameter tanpa kait

c) Penyambungan tidak boleh diadakan pada titik dimana terjadi


tegangan terbesar.
Sambungan untuk tulangan atas pada balok dan pelat beton harus
diadakan di tengah bentang, dan tulangan bawah pada tumpuan.
Sambungan harus ditunjang dimana memungkinkan.

d) Ketidak-lurusan rangkaian tulangan kolom tidak boleh melampaui


perbandingan 1 terhadap 10.

e) Standard Pembengkokan
Semua standar pembengkokan harus sesuai dengan SKSNI-91
(Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung),
kecuali ditentukan lain.

g. Pemasangan Wire Mesh

Pemasangan pada kepanjangan terpanjang yang memungkinkan Jangan


melakukan penghentian / pengakhiran lembar wire mesh antara tumpuan
balok atau tepat diatas balok dari struktur menerus.
Keseimbangan pengakhiran dari lewatan dalam arah lebar yang
berdampingan untuk mencegah lewatan yang menerus.
Wire mesh harus ditahan pada posisi yang benar selama pengecoran.
1. Las
Bila diperlukan atau disetujui, pengelasan tulangan beton harus sesuai
dengan Reinforcement Steel Welding Code (AWS D 12.1). Pengelasan
tidak boleh dilakukan pada pembengkakan di suatu batang, pengelasan
pada persilangan (las titik) harus diijinkan kecuali seperti di anjurkan atau
disahkan oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). ASTM specification
harus dilengkapi dengan keperluan jaminan kehandalan kemampuan las
dengan cara ini.
2. Sambungan Mekanik
Bila jumlah luas tulangan kolom melampaui 3% dari luas penampang
kolom dengan menggunakan diameter 32 mm, sambungan mekanik
untuk tulangan (pada kolom) harus disediakan dan dipakai.
21
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

h. Beton dan Adukan Beton Struktur


1. Sebelum memulai pekerjaan beton struktur, Kontraktor harus membuat
trial mix design dengan tujuan untuk mendapatkan proporsi campuran
yang menghasilkan kuat tekan target beton seperti yang disyaratkan.
2. Kuat tekan target beton yang disyaratkan di dalam pekerjaan ini (f’c)
tidak boleh kurang dari 35 Mpa. Kuat tekan ini harus dibuktikan dengan
sertifikat pengujian dari Laboratorium Bahan Bangunan yang telah
disetujui PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

3. Beton harus dirancang proporsi campurannya agar menghasilkan kuat


tekan rata-rata (f'cr) minimal sebesar : f'cr = f'c + 1,64 Sr, dengan Sr

adalah standar deviasi rencana dari benda uji yang nilainya setara
dengan nilai standar deviasi statistik dikalikan dengan faktor berikut.

JUMLAH BENDA FAKTOR PENGALI


UJI
< 15 dikonsultasikan dengan PPK
15 1.16
20 1.08
25 1.03
> 30 1

4. Benda uji yang dimaksud adalah silinder beton dengan diameter 150
mm dan tinggi 300 mm, yang untuk setiap 10 m3 produksi adukan beton
harus diwakili minimal dua buah benda uji. Tata cara pembuatan benda
uji tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam standar
Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK
SNI M-62-1990-03).

5. Jika hasil uji kuat tekan beton menunjukkan bahwa kuat tekan target
beton yang dihasilkan tidak memenuhi syarat, maka proporsi campuran
adukan beton tersebut tidak dapat digunakan, dan Kontraktor (dengan
persetujuan PPK) harus membuat proporsi campuran yang baru,
sedemikian hingga kuat tekan target beton yang disyaratkan dapat
dicapai.

6. Setiap ada perubahan jenis bahan yang digunakan, Pelaksana wajib


melakukan trial mix design dengan bahan-bahan tersebut, dan
melakukan pengujian laboratorium untuk memastikan bahwa kuat tekan
beton yang di hasilkan memenuhi kuat tekan yang disyaratkan.

22
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

7. Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat


pengujian slump, dengan ketentuan sebagai berikut:

Bagian Konstruksi Nilai Slump (mm)


a. Pelat Fondasi/Poer 50 - 125
b. Kolom Struktur 75 - 150
c. Balok-balok 75 - 150
d. Pelat Lantai 75 - 150

8. Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini,
Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di
dalam Bab 5, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
(SK SNI T-15-1990-03).

i. Pengadukan dan Alat-aduk


1. Pelaksana wajib menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memiliki
ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran
masing-masing bahan beton. Seluruh peralatan, perlengkapan dan tata
cara pengadukan harus mendapatkan persetujuan PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen)
2. Pengaturan pengangkutan dan cara penakaran yang dilakukan, harus
mendapatkan persetujuan PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) Seluruh
operasi harus dikontrol/diawasi secara kontinyu oleh PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen)
3. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin aduk beton (batch mixer
atau portable continous mixer). Sebelum digunakan, mesin aduk ini
harus benar-benar kosong, dan harus dicuci terlebih dahulu bila tidak
digunakan lebih dari 30 menit.
4. Selain ketentuan tersebut di dalam butir 5.c. di atas, maka pengadukan
beton di lapangan harus mengikuti ketentuan berikut ini :
 Harus dilakukan di dalam suatu mesin-aduk dari tipe yang telah
disetujui PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)
 Mesin-aduk harus berputar pada suatu kecepatan yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat mesin-aduk tersebut.
 Pengadukan harus diteruskan sedikitnya 1,5 menit setelah semua
material dimasukkan ke dalam drum aduk, kecuali jika dapat
dibuktikan/ditunjukkan bahwa dengan waktu pengadukan yang
menyimpang dari ketentuan ini masih dapat dihasilkan beton yang
memenuhi syarat.

j. Pengangkutan Adukan
1. Pengangkutan beton dari tempat pengadukan ke tempat penyimpanan
akhir (sebelum di tuang), harus sedemikian hingga tercegah terjadinya
pemisahan (segregasi) atau kehilangan material.
2. Alat angkut yang digunakan harus mampu menyediakan beton di tempat
penyimpanan akhir dengan lancar, tanpa mengakibatkan pemisahan
bahan yang telah dicampur dan tanpa hambatan yang dapat
mengakibatkan hilangnya plastisitas beton antara pengangkutan yang
berurutan.

23
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

k. Penempatan beton yang akan dituang


1. Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin ke cetakan
akhir untuk mencegah terjadinya segregasi karena penanganan kembali
atau pengaliran adukan.
2. Pelaksanaan penuangan beton harus dilaksanakan dengan suatu
kecepatan penuangan sedemikian hingga beton selalu dalam keadaan
plastis dan dapat mengalir dengan mudah ke dalam rongga di antara
tulangan.
3. Beton yang telah mengeras sebagian dan/atau telah dikotori oleh
material asing, tidak boleh dituang ke dalam cetakan.
4. Beton setengah mengeras yang ditambah air atau beton yang diaduk
kembali setelah mengalami pengerasan tidak boleh dipergunakan
kembali.
5. Beton yang dituang harus dipadatkan dengan alat yang tepat secara
sempurna dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat mengisi
sepenuhnya daerah sekitar tulangan dan barang yang tertanam dan ke
daerah pojok acuan.

l. Perawatan Beton
1. Jika digunakan dengan kekuatan awal yang tinggi, maka beton tersebut
harus dipertahankan di dalam kondisi lembab paling sedikit 72 jam,
kecuali jika dilakukan perawatan yang dipercepat.
2. Jika tidak digunakan semen dengan kekuatan awal yang tinggi, maka
beton harus dipertahankan dalam kondisi lembab paling sedikit 168 jam
setelah penuangan, kecuali jika dilakukan perawatan dipercepat
sebagaimana disebutkan di dalam pasal 5., Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-15-1990-03).

m. Cetakan Beton
Persyaratan Umum
Kecuali ditentukan lain pada gambar atau seperti terperinci disini, Cetakan
dan Perancah untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam
SNI-2002, NI-2, ACI 347, ACI 301, ACI 318.

Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan serta


gambar-gambar rancangan cetakan dan perancah untuk mendapatkan
persetujuan PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) sebelum pekerjaan tersebut
dilaksanakan. Dalam gambar-gambar tersebut harus secara jetas terlihat
konstruksi cetakan/acuan, sambungan-sambungan serta kedudukan serta
sistem rangkanya, pemindahan dari cetakan serta perlengkapan untuk
struktur yang aman.

1. Di dalam segala hal, cetakan beton (termasuk penyangganya) harus


direncanakan sedemikian rupa hingga dapat dibuktikan bahwa
penyangga dan cetakan tersebut mampu menerima gaya-gaya yang
diakibatkan oleh penuangan dan pemadatan adukan beton.
2. Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran dan batas-batas bidang
dari hasil beton yang direncanakan, serta tidak bocor dan harus cukup
kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran
dari penyangga.
3. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada
lekukan, lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan
diusahakan lurus dan rata dalam arah horisontal maupun vertikal;

24
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

terutama untuk permukaan beton yang tidak difinish (expossed


concrete).
4. Kecuali beton fondasi, cetakan dibuat dari multipleks dengan ketebalan
minimal 12 mm.
5. Kontraktor harus melakukan upaya-upaya sedemikian hingga
penyerapan air adukan oleh cetakan dapat dicegah.
6. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya
"overstress" atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi
yang dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku
untuk menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada di atasnya
selama pelaksanaan.
7. Sebelum penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran
letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan
pengembangan pada saat beton dituang, permukaan cetakan harus
bersih terhadap segala kotoran, dan diberi form oil unuk mencegah
lekatnya beton pada cetakan. Untuk menghindari lekatnya form oil pada
bajatulangan, maka pemberian form oil pada cetakan harus dilakukan
sebelum tulangan terpasang.
8. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen), atau jika umur beton telah melampaui
waktu sebagai berikut :
· Bagian sisi balok 48 jam (setara dengan 35 % f’c)
· Balok tanpa beban konstruksi 7 hari (setara dengan 70
% f’c)
· Balok dengan beban konstruksi 21 hari (setara dengan 95 % f’c)
· Pelat lantai/atap/tangga 21 hari (setara dengan 95 % f’c)
9. Pada bagian konstruksi yang terletak di dalam tanah, cetakan harus
dicabut sebelum pengurugan dilakukan.

Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan-pekerjaan yang tennasuk
Bab ini termasuk perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran dari
semua cetakan beton serta penunjang untuk semua beton cor
seperti diperlukan dan diperinci berikut ini.
2. Pekerjaan yang berhubungan
 Pekerjaan Pembesian
 Pekerjaan Beton

Referensi-Referensi
Pekerjaan yang terdapat pada bab ini, kecuali ditentukan lain pada
gambar atau diperinci berikut, harus mengikuti peraturan-peraturan,
standard-standard atau spesifikasi terakhir sebagai berikut :
1. SNI 2847-2002 Peraturan Beton Bertulang Indonesia
2. SII Standard Industri Indonesia
3. ACI-301 Specification for Structural Concrete
Build'
4. ACI-318 Building Code Requirement for
Reinforced Concrete
5. ACI-347 Recommended Practice for Concrete
Formwork

n. Pengangkutan dan Pencoran

25
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

1. Perletakan pengadukan dan pencoran harus diatur sedemikian rupa


hingga memudahkan dalam pelaksanaan pencoran .
2. Waktu antara pengadukan dan pencoran tidak boleh lebih dari 1 jam.
Pencoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya
pemisahan material dan perubahan letak tulangan.
3. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5
m, cara penuangan dengan alat-alat bantu seperti talang, pipa, chute,
dan sebagainya harus mendapat persetujuan PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen)
4. Pelaksana harus memberitahukan PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)
selambat-lambatnya 2 hari sebelum pencoran beton dilaksanakan.

o. Pemadatan Beton
1. Pemadatan beton harus dilakukan dengan penggetar mekanis/concrete
vibrator dengan diameter 20-40 mm melakukan penggetaran dengan
maksud untuk mengalirkan beton.
2. Pemadatan ini harus dilakukan sedemikian rupa hingga beton yang
dihasilkan merupakan massa yang utuh, bebas dari lubang-lubang,
segregasi atau keropos .
3. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat
penggetar yang mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian
beton dan pemadatan yang baik.
4. Alat penggetar tidak boleh disentuhkan pada tulangan terutama pada
tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras.

p. Beton Siap Pakai (Ready Mix Concrete)


1. Umum
1) Kecuali disetujui oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen), semua
beton haruslah beton ready-mixed yang didapatkan dari sumber
yang disetujui PPK (Pejabat Pembuat Komitmen), dengan takaran,
adukan serta cara pengiriman/pengangkutannya harus memenuhi
persyaratan di dalam ASTM C94-78a, ACI 304-73, ACI Committee
304.
2) Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran
yang sesuai dengan yang telah diuji di laboratorium, serta secara
konsisten harus dikontrol bersama-sama oleh kontraktor dan supplier
beton ready-mixed. Kekuatan beton minimum yang dapat diterima
adalah berdasarkan hasil pengujian yang diadakan di laboratorium.
3) Pemeriksaan.
Bagi PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) diadakan jalan masuk ke
proyek dan ketempat pengantaran contoh atau pemeriksaan yang
dapat dilalui setiap waktu. Denah dan semua peralatan untuk
pengukuran, adukan dan pengantaran beton harus diperiksa oleh
PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) sebelum pengadukan beton.
4) Persetujuan.
Periksa areal dan kondisi pada mana pekerjaan di bawah bab ini
yang akan dilaksanakan. Perbaiki kondisi yang terusak oleh waktu
dan perlengkapan/penyelesaian pekerjaan. Jangan memproses
sampai keadaan perbaikan memuaskan. Jangan memulai pekerjaan
beton sampai hasil percobaan, adukan beton dan contoh-contoh
benda uji disetujui oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). Lagipula,
jangan memulai pekerjaan beton sampai semua penyerahan
disetujui oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

26
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

Lapangan.
5) Adukan Beton dan Kekuatan.
Adukan beton harus didesain dan disesuaikan dengan pemeriksaan
laboratorium oleh kontraktor dan harus diperiksa teratur oleh kedua
pihak, kontraktor dan pemasok beton ready-mix. Kekuatan tercantum
adalah kekuatan yang diijinkan minimum dan hasil dari hasil test oleh
percobaan laboratorium adalah dasar dari yang diijinkan.
6) Temperatur Beton Ready-Mix.
Batas temperatur untuk beton ready-mix sebelum dicor disyaratkan
tidak melampaui 38 oC.
7) Bahan Campuran Tambahan
Penambahan bahan additive dalam proses pembuatan beton ready-
mix harus sesuai dengan petunjuk pabrik additive tersebut. Bila
diperlukan dua atau lebih bahan additive maka pelaksanaannya
harus dilaksanakan secara terpisah. Dalam pelaksanaannya harus
sesuai ACI 212-2R-71 dan ACI 212.IR-63 dilakukan hanya oleh
teknisi in-charge dengan persetujuan PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen) sebelumnya.
8) Kendaraan Pengangkut
Kendaraan pengangkut beton ready-mix harus dilengkapi dengan
peralatan pengukur air yang tepat.
9) Pelaksanaan Pengadukan
Pelaksanaan pengadukan dapat dimulai dalam jangka waktu 30
menit setelah semen dan agregat dituangkan dalam alat pengaduk.
10) Penuangan Beton
Proses pengeluaran beton ready-mix di lapangan proyek dari alat
pengaduk di kendaraan pengangkut harus sudah dilaksanakan
dalam jangka waktu 1,5 jam atau sebelum alat pengaduk mencapai
300 putaran. Dalam cuaca panas, batas waktu tersebut di atas harus
diperpendek sesuai petunjuk PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
Perpanjangan waktu dapat diijinkan sampai dengan 4 jam bila
dipergunakan retarder yang harus disetujui oleh PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen).
11) Keadaan Khusus
Apabila temperatur atau keadaan lainnya yang menyebabkan
perubahan slump beton maka Kontraktor harus segera meminta
petunjuk atau keputusan PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) dalam
menentukan apakah adukan beton tersebut masih memenuhi kondisi
normal yang disyaratkan. Tidak dibenarkan untuk menambah air ke
dalam adukan beton dalam kondisi tersebut.
12) Penggetaran
Penggetaran beton agar diperoleh beton yang padat harus sesuai
dengan ACI 309R-87 (Recommended Practice for Consolidation of
Concrete). Sedapat mungkin penggetaran beton dilakukan dengan
concrete-vibrator (engine/electric).

2. Pengecoran dan Pemadatan Beton


a). Persiapan
1) Kontraktor harus menyiapkan jadwal pengecoran dan
menyerahan kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) untuk
disetujui paling lambat 1 (satu) minggu sebelum memulai kegiatan
pengecoran.
2) Sebelum pengecoran beton, bersihkan benar-benar cetakannya,
semprot dengan air dan kencangkan. Sebelum pengecoran,

27
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

semua cetakan, tulangan beton, dan benda-benda yang


ditanaPPK (Pejabat Pembuat Komitmen)an atau di cor harus
telah diperiksa dan disetujui oleh PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen).
Permohonan untuk pemeriksaan harus diserahkan kepada PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen) setidak-tidaknya 24 jam sebelum
beton di cor. Kelebihan air, pengeras beton, puing, butir-butir
lepasan dan benda-benda asing lain harus disingkirkan dari
bagian dalam cetakan dan dari permukaan dalam dari pengaduk
serta perlengkapan pengangkutan.
3) Galian harus dibentuk sedemikian sehingga daerah yang
langsung di sekeliling struktur dapat efektif dan menerus dicor.
Seluruh galian harus dijaga bebas dari rembesan, luapan dan
genangan air sepanjang waktu, baik di titik sumur, pompa,
drainase ataupun segala perlengkapan dari kontraktor yang
berhubungan dengan listrik untuk pengadaan bagi maksud
penyempurnaan.
Dalam segala hal, beton tidak boleh ditimbun di galian manapun,
kecuali bila galian tertentu telah bebas air dan lumpur.

4) Penulangan harus sudah terjamin dan diperiksa serta disetujui.


Logam-logam yang ditanam harus bebas dari adukan lama,
minyak, karat besi dan pergerakan lain ataupun lapisan yang
dapat mengurangi rekatan. Kereta pengangkut adukan beton
yang beroda tidak boleh dijalankan melalui tulangan ataupun
disandarkan pada tulangan. Pada lokasi dimana beton baru
ditempelkan ke pekerjaan beton lama, buat lubang pada beton
lama, masukkan pantek baja, dan kemas cairan tanpa adukan
nonshrink.
5) Basahkan cetakan beton secukupnya untuk mencegah timbulnya
retak, basahkan bahan-bahan lain secukupnya untuk mengurangi
penyusutan dan menjaga pelaksanaan beton.
6) Penutup Beton
Bila tidak disebutkan lain, tebal penutup beton harus sesuai
dengan persyaratan SK SNI 1991.
7) Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal
penutup beton, untuk itu tulangan harus dipasang dengan
penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit
sama dengan mutu beton yang akan dicor.
Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat
berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus
dipasang sebanyak minimum 8 buah setiap meter cetakan atau
lantai kerja. Penahan-penahan jarak tersebut harus tersebar
merata.

b). Pengangkutan.
Pengangkutan dan pengecoran beton harus sesuai dengan PBI-71,
ACI Committe 304 dan ASTM C94-98.
1) Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana
dapat dicegah pemisahan dan kehilangan bahan-bahan
(segregasi).
2) Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak
terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara

28
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

adukan beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.


Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran dengan perantaraan talang-talang miring hanya
dapat dilakukan setelah disetujui oleh PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen). Dalam hal ini, PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)
mempertimbangkan persetujuan penggunaan talang miring ini,
setelah mempelajari usul dari pelaksana mengenai konstruksi,
kemiringan dan panjang talang itu. Batasan tinggi jatuh maximum
1,50 m.
3) Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1
jam setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu ini
harus diperhatikan, apabila diperlukan waktu pengangkutan yang
panjang. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang sampai 2
jam, apabila adukan beton digerakkan kontinue secara mekanis.
Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka
harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan yang berupa
bahan pembantu yang ditentukan dalam pasal 3.8. PBI '71.

c). Pengecoran
1) Beton harus dicor sesuai persyaratan dalam PBI 1971, ACI
Committee 304, ASTMC 94-98.
2) Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin
kecetakan akhir dalam posisi lapisan horizontal kira-kira tidak
lebih dari ketebalan 30 cm.
3) Tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi 1,50 m bila
tidak disebutkan lain atau disetujui PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen).
4) Untuk beton expose, tinggi jatuh dari beton yang dicor tidak boleh
lebih dari 1,0 m. Bila diperlukan tinggi jatuh yang lebih besar,
belalai gajah, corong pipa cor ataupun benda-benda lain yang
disetujui harus diperiksa, sedemikian sehingga pengecoran beton
efektif pada lapisan horisontal tidak lebih dari ketebalan 30 cm
dan jarak dari corong haruslah sedemikian sehingga tidak terjadi
segregasi/pemisahan bahan-bahan.
5) Beton yang telah mengeras sebagian atau yang telah dikotori oleh
bahan asing tidak boleh dituang ke dalam struktur.
6) Tempatkan adukan beton, sedemikian sehingga permukaannya
senantiasa tetap mendatar, sama sekali tidak diijinkan untuk
pengaliran dari satu posisi ke posisi lain dan tuangkan secepatnya
serta sepraktis mungkin setelah diaduk.
7) Bila pelaksanaan pengecoran akan dilakukan dengan cara atau
metoda di luar ketentuan yang tercantum di dalam PBI'71
termasuk pekerjaan yang tertunda ataupun penyambungan
pengecoran, maka "Kontraktor" harus membuat usulan termasuk
pengujiannya untuk mendapatkan persetujuan dari PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen) paling lambat 3 minggu sebelum
pelaksanaan di mulai.

d). Pemadatan beton


1) Segera setelah dicor, setiap lapis beton digetarkan dengan alat
penggetar/vibrator, untuk mencegah timbulnya rongga-rongga
kosong dan sarang-sarang kerikil.

29
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

2) Alat penggetar harus type electric atau pneumatic power driven,


type "immersion", beroperasi pada 7000 RPM untuk kepala
penggetar lebih kecil dari diameter 180 mm dan 6000 RPM untuk
kepala penggetar berdiameter 180 mm, semua dengan amlpitudo
yang cukup untuk menghasilkan kepadatan yang memadai.
3) Alat penggetar cadangan harus dirawat selalu untuk persiapan
pada keadaan darurat di lapangan dan lokasi penempatannya
sedekat mungkin mendekati tempat pelaksanaan yang masih
memungkinkan.
4) Hal-hal lain dari alat penggetar yang harus diperhatikan adalah :
 Pada umumnya jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam
adukan kira-kira vertikal, tetapi dalam keadaan-keadaan
khusus boleh miring sampai 45 oC.
 Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakkan ke arah
horisontal karena hal ini akan menyebabkan pemisahan
bahan-bahan.
 Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian
beton yang sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak
boleh dipasang lebih dekat dari 5 cm dari cetakan atau dari
beton yang sudah mengeras. Juga harus diusahakan agar
tulangan tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak terlepas
dari betonnya dan getaran-getaran tidak merambat ke bagian-
bagian lain dimana betonnya sudah mengeras.
 Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang
jarum dan pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 - 50
cm. Berhubung dengan itu, maka pengecoran bagian-bagian
konstruksi yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi lapis,
sehingga tiap-tiap lapis dapat dipadatkan dengan baik.

 Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan


mulai nampak mengkilap sekitar jarum (air semen mulai
memisahkan diri dari agregat), yang pada umumnya tercapai
setelah maximum 30 detik. Penarikan jarum ini dapat diisi
penuh lagi dengan adukan.
 Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa
hingga daerah-daerah pengaruhnya saling menutupi.

e). Penghentian/Kemacetan Pekerjaan


Penghentian pengecoran hanya bilamana dan padamana diijinkan
oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
Penjagaan terhadap terjadinya pengaliran permukaan dari
pengecoran beton basah bila pengecoran dihentikan, adakan
tanggulan untuk pekerjaan ini.

f). Siar Pelaksanaan


1) Siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan dan dibuat sedemikian
rupa sehingga tidak banyak mengurangi kekuatan dari konstruksi.
Siar pelaksanaan harus direncanakan sedemikian sehingga
mampu meneruskan geser dan gaya-gaya lainnya.
Apabila tempat siar-siar pelaksanaan tidak ditunjukkan didalam
gambar-gambar rencana, maka tempat siar-siar pelaksanaan itu
harus disetujui oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
Penyimpangan tempat-tempat siar pelaksanaan daripada yang
30
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

ditunjukkan dalam gambar rencana, harus disetujui oleh PPK


(Pejabat Pembuat Komitmen).
2) Antara pengecoran balok atau pelat dan pengakhiran pengecoran
kolom harus ada waktu antara yang cukup, untuk memberi
kesempatan kepada beton dari kolom untuk mengeras. Balok,
pertebalan miring dari balok dan kepala-kepala kolom harus
dianggap sebagai bagian dari sistem lantai dan harus dicor
secara monolit dengan itu.
3) Pada pelat dan balok, siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan
kira-kira di tengah-tengah bentangnya, dimana pengaruh gaya
melintang sudah banyak berkurang. Apabila pada balok ditengah-
tengah bentangnya terdapat pertemuan atau persilangan dengan
balok lain, maka siar pelaksanaan ditempatkan sejauh 2 kali lebar
balok dari pertemuan atau persilangan itu.
4) Permukaan beton pada siar pelaksanaan harus dibersihkan dari
kotoran-kotoran dan serpihan beton yang rapuh.
5) Sesaat sebelum melanjutkan penuangan beton, semua siar
pelaksanaan harus cukup lembab dan air yang menggenang
harus disingkirkan.

g). Perawatan Beton


1) Secara umum harus memenuhi persyaratan didalam PBI 1971 NI-
2 Bab 6.6. dan ACI 301-89 , SNI 2002
2) Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan
yang belum saatnya dengan cara mempertahankan kondisi
dimana kehilangan kelembaban adalah minimal dan suhu yang
konstan dalam jangka waktu yang diperlukan untuk proses
hydrasi semen serta pengerasan beton.

3) Masa Perawatan dan Cara Perawatan.


 Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran selesai
dilaksanakan dan harus berlangsung terus menerus selama
paling sedikit 2 minggu jika tidak ditentukan lain. Suhu beton
pada awal pengecoran harus dipertahankan tidak melebihi 38
oC.
 Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan betonpun
harus tetap dalam keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan
beton tersebut pelaksanaan perawatan beton tetap dilakukan
dengan membasahi permukaan beton terus menerus dengan
menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan cara
lain yang disetujui oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
 Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan
udara luar, pemanasan atau proses-proses lain untuk
mempersingkat waktu pengerasan dapat di pakai tetapi harus
disetujui terlebih dahulu oleh PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen).
 Bahan Campuran Perawatan.
Harus sesuai dengan ASTM C309-80 type I dan ASTM C 171-
75, SNI-2002

h). Toleransi pelaksanaan.


Sesuai dengan dimensi/ukuran tercantum dan ketentuan toleransi
pada cetakan Bab 1; PBI-'71; ACI-301 dan ACI-347, SNI-2002
1) Toleransi Kedataran pada/untuk Pelat Lantai.

31
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

 Penyelesaian akhir permukaan pelat menyatu. Keseragaman


kemiringan pelat lantai untuk mengadakan pengaliran positif
dari daerah yang ditunjuk. Perawatan khusus harus dilakukan
agar halus, meskipun sambungan diadakan di antara
pengecoran yang dilakukan terus menerus, jangan memakai
semen kering, pasir atau campuran dari semen dan pasir untuk
beton kering.
 Toleransi untuk pelat beton yang akan diexpose dan pelat yang
akan diberi karpet harus 7.0 mm dari 3 m dengan maksimum
variasi tinggi dan rendah yang terjadi tidak kurang dari 6 m.
 Toleransi untuk pelat dalam menerima kepegasan lantai
haruslah 7.0 mm dalam 3 m dengan maksimum variasi tinggi
dan rendah yang terjadi tidak kurang dari 6 m.
 Toleransi untuk pelat dalam menerima adukan biasa untuk
dasar mengatur keramik, batu, bata, ubin lain dan "pavers"
(mesin lapis jalan beton), harus 10 mm dalam 1 m.

i). Penyelesaian dari Pelat (Finished Slab)


Pindahkan atau perbaiki, semua pelat yang tidak memenuhi
peraturan ini seperti yang dicantuan PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen). Kemiringan lantai beton untuk pengaliran seperti
tercantum. Apabila pelat gagal mengalir, alihkan aliran dari bagian
lantai yang salah lalu akhiri lagi dengan lapisan atas sehingga
kemiringan pengaliran sesuai dengan gambar.
Permohonan toleransi pelaksanaan dalam pengecoran beton harus
tidak mengecualikan kegagalan terhadap pemenuhan syarat-syarat
ini.
Buat kesempatan untuk lendutan dari sistem lantai, pelat atau balok
untuk mengadakan pengaliran dari aliran.

j). Cacat pada Beton (Defective Work)


Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen) mempunyai wewenang untuk menolak
konstruksi beton yang cacat sepeti berikut :
1) Konstruksi beton yang keropos (honey-comb)
2) Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang
direncanakan atau posisinya tidak sesuai dengan gambar.
3) Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang
direncanakan.
4) Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain.
5) Ataupun semua konstruksi beton yang tidak memenuhi seperti
yang tercantum dalam dokumen kontrak .
6) Atau yang menurut pendapat PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)
pada suatu pekerjaan akhir, atau dapat mengenai bahannya atau
pekerjaannya pada bagian manapun dari suatu pekerjaan, tidak
memenuhi pernyataan dari spesifikasi.
7) Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya
harus dibongkar dan diganti dengan yang baru, kecuali PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen) menyetujui untuk diadakan
perbaikan atau perkuatan dari cacat yang ditimbulkan tersebut.
Untuk itu Kontraktor harus mengajukan usulan-usulan perbaikan
yang kemudian akan diteliti/diperiksa dan disetujui bila perbaikan
tersebut dianggap memungkinkan.
8) Perluasan dari pekerjaan yang akan dibongkar dan metoda yang

32
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

akan dipakai dalam pekerjaan pengganti harus sesuai dengan


pengarahan dari PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
9) Dalam hal pembongkaran dan perbaikan pekerjaan beton harus
dilaksanakan dengan memuaskan.
10) Semua pekerjaan bongkaran dan penggantian dari pekerjaan
cacat pada beton dan semua biaya dan kenaikan biaya dari
pembongkaran atau penggantian harus ditanggung sebagai
pengeluaran Kontraktor.
11) Retak-retak pada pekerjaan beton harus diperbaiki sesuai dengan
instruksi PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
12) Dalam hal terjadi beton keropos atau retak yang bukan struktur
(karena penyusutan dan sebagainya) atau cacat beton lain yang
nyata pada pembongkaran cetakan, PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen) harus diberitahu secepatnya, dan tidak boleh diplester
atau ditambal kecuali diperintahkan oleh PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen). Pengisian/injeksi dengan air semen harus diadakan
dengan perincian atau metoda yang paling memadai/cocok.

k). Perlindungan dari Kerusakan Akibat Cuaca (Weather Injury)


1) Selama pengadukan
Dalam udara panas, bahan-bahan beton dingin sebelum dicampur
(memakai es sampai air dingin), agar pemeliharaan dari suhu
beton masih dalam batasan yang disyaratkan. Tidak diijinkan
pemakaian air hujan untuk menambah campuran air.
2) Selama pengecoran dan pemeliharaan.
 Umum
Adakan pemeliharaan penutup selama pengecoran dan
perawatan dari beton untuk melindungi beton terhadap hujan
dan terik matahari.
 Dalam Cuaca Panas
Adakan dan pelihara keteduhan, penyemprotan kabut, ataupun
membasahi permukaan dari warna terang/muda, selama
pengecoran dan pemeliharaan beton untuk melindungi beton
dari kerugian/kehilangan bahan terhadap panas, matahari atau
angin yang berlebihan.
 Kelebihan Perubahan Suhu
Lindungi beton sedemikian sehingga terjamin perubahan suhu
yang seragam di dalam beton, tidak lebih dari 3 oC dalam
setiap jamnya.
 Perlindungan Bahan-bahan
Peliharalah bahan-bahan dan peralatan yang memadai untuk
perlindungan di lapangan dan siap untuk digunakan.

l). Pekerjaan Penyambungan Beton


1) Beton lama harus dikasarkan dan dibersihkan benar-benar
dengan semprotan udara bertekanan (compressed air) atau
sejenisnya.
2) Kurang lebih 10 menit sebelum beton baru dicor, permukaan dari
beton lama yang sudah dibersihkan, harus dilapisi dengan
bonding-agent kental dengan kuas ex SIKA, Fosroc atau setara.
3) Untuk struktur pelat kedap air, permukaan dari pelat beton lama
harus dilapisi dengan bahan perekat beton polyvinyil acrylic
(polyvinyl acrylic concrete bonding agent) seperti disetujui oleh
PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

33
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

4) Untuk struktur balok kedap air, permukaan dari balok beton lama
harus dilapisi dengan bahan perekat beton epoxy dengan bahan
dasar semen (epoxy cement base concrete bonding agent)
seperti disetujui oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
5) Pengecoran beton baru sesegera mungkin sebelum campuran air
dan semen murni atau bahan perekat beton yang dilapiskan pada
permukaan beton lama mongering.

m). Penyelesaian Struktur Beton (Concrete Structure Finishes)


Adakan variasi penyelesaian struktur beton keseluruhan
pembetonan seperti terlihat pada gambar dan perincian disini.
1) Penyelesaian Beton Exposed (Finish of Exposed Concrete)
 Semua permukaan-permukaan beton cor/tuang (all cast in
place concrete surfaces) yang tampak pada penyelesaian
struktur, baik dicat maupun tidak dicat kecuali untuk
permukaan kasar yang diselesaikan dengan permukaan
disemprot pasir dengan tekanan harus mempunyai
penyelesaian halus.
 Buatlah permukaan halus, seragam dan bebas dari tambalan-
tambalan, sirip-sirip, tonjolan-tonjolan, baik tonjolan keluar
maupun akibat pemasangan paku, tepian dari serat tanda
(edge grain marks), bersihkan cekungan-cekungan dan daerah
permukaan celah semua ukuran (clean out pockets, and areas
of surface voids of any size)".

 Semua pengikat-pengikat dari logam, termasuk yang dari


spreaders, harus dipotong kembali dan lubang-lubang
dirapikan. Semua tambalan bila diijinkan (pengisian dari
cetakan yang diikat dengan tekanan) harus diselesaikan
sedemikian untuk dapat melengkapi dalam perbedaan pada
penyelesaian beton.
 Tambalan pada suatu pekerjaan beton textured concrete work
harus diselesaikan dengan tangan untuk mencapai permukaan
yang diperlukan.

2) Penyelesaian Beton Terlindung (Finish of Concealed Concrete)


 Permukaan beton terlindung harus termasuk beton yang diberi
lapisan termasuk lapisan arsitektur, kecuali cat atau bahan
lapisan yang fleksibel dan terlindung dari tampak pada
penyelesaian struktur.
 Beton terlindung dan beton unexposed perlu ditambal dan
diperbaiki dari keropos dan kerusakan-kerusakan permukaan
sebagaimana semestinya sebelum ditutup permukaannya.

3) Penambalan Beton
Siapkan bahan campuran (mortar) untuk penambahan beton
yang terdiri dari 1 (satu) bagian semen (yang diatur dengan
semen putih atau tambahan bahan pewarna bila diijinkan untuk
menyesuaikan dengan warna disekitarnya) dengan 2 1/2 (dua
setengah) bagian pasir dengan air secukupnya untuk
mendapatkan adukan yang diperlukan.
Siapkan campuran percobaan (trial mixes) untuk menentukan
mutu yang sebenarnya. Siapkan panel-panel contoh (30 cm
persegi) dan biarkan sampai berumur 14 hari sebelum

34
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

keputusan akhir dibuat dan penambalan dikerjakan.


Olah lagi adukan seperti diatas sampai mencapai kekentalan
yang tertinggi yang diijinkan untuk pengecoran. Sikat bagian
yang akan ditambah dengan bahan perekat yang terdiri dari
pasta campuran air dan semen murni serta tambalkan adukan
bila bahan perekat masih basah.
Hentikan penambalan sedikit lebih luas di sekeliling bagian yang
ditambal, biarkan untuk kira-kira satu sampai dua jam untuk
memberi kesempatan terhadap penyusutan dan penyesuaian
penyelesaian (finish flush) dengan permukaan sekelilingnya.

4) Penyelesaian dari Beton Pelat (Concrete Slab Finishes)


 Semua penyelesaian dari lantai harus diselesaikan sampai
kemiringan yang benar sesuai dengan kemiringan untuk
pengaliran.
 Beton yang ditandai untuk mempunyai penyelesaian akhir
dengan memakai merek lain, harus bebas dari segala
minyak, karet ataupun lainnya yang dapat menyebabkan
terjadinya lekatan pada penyelesaian.
 Pemeliharaan dari penyelesaian beton harus dimulai sedini
mungkin setelah selesai pengerjaan.
1. Penyelesaian Menyatu (Monolith Finish)
 Penyelesaian yang monolit harus diadakan untuk lantai
beton expose, dimana permukaan agregat
dikehendaki.
 Penyelesaian lantai beton yang monolit harus mencapai
level dan kemiringan yang tepat yang dapat dilakukan
dengan atau tanpa screed dengan power floating yang
dilakukan secara merata.
Permukaan harus dapat bertahan sampai semua air
permukaan menghilang dan beton telah mengeras serta
bekerja. Permukaan yang diperbolehkan harus ditrowel
dengan besi untuk mencapai permukaan yang halus.
 Apabila permukaan menjadi keras, harus ditrowel
dengan besi untuk kedua kalinya untuk mendapatkan
kekerasan, kehalusan tapi tidak berlapis, padat, bebas
dari segala tanda-tanda/bekas trowel dan kerusakan-
kerusakan lain.
2. Perkerasan Beton (Concrete Hardener)
Untuk keperluan pelat lantai beton expose dengan beban
berat, perkerasan beton harus diadakan dengan
kepadatan sebagai berikut :
 Lantai parkir/sirkulasi lalu lintas normal, kepadatan
sedang 5 kg/m2.
 Ruang M/E : kepadatan normal 3 kg/m2.
 Loading dock/sirkulasi lalu lintas berat, kepadatan berat
7 kg/m2.

5) Lapisan Penutup Lantai yang Dikerjakan Kemudian (Separate


Floor Toppings)
 Sebelum pengecoran, kasarkan permukaan dasar dari beton
dan singkirkan benda-benda asing, semprot dan bersihkan.
 Letakan penyekat, tepian-tepian, penulangan dan hal-hal lain
yang akan ditanam/dicor.
35
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

 Berikan bahan perekat pada permukaan dasar sesuai dengan


petunjuk. Gunakan lapisan pasir dan semen pada lapisan
dasar secepatnya sebelum mengecor lapisan penutup
(topping).
 Pengecoran penutup lantai beton harus memenuhi level dan
kemiringan yang dikehendaki.
 Pada lantai parkir, lantai atap, perkerasan lantai harus
diadakan seperti diperinci pada : 4).2.

n). Beton Massa (Mass Concrete)


1) Secara umum harus sesuai dengan ACI 207.1R-87, ACI 207.2R-
90 dan ACI 207.3R-79 Revised 1985.
2) Sebelum pekerjaan dilaksanakan, kontraktor harus menentukan
metoda dari perbandingan, cara pengadukan, pengangkutan,
pengecoran serta pengontrolan temperatur dan cara perawatan,
yang harus diserahkan kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)
untuk mendapatkan persetujuan.

3) Bahan-bahan.
 Semen
Semen haruslah semen ordinary, moderate-heat atau
semen portland yang tahan terhadap sulfat.
 Agregat
Ukuran maksimum dari agregat kasar harus seperti telah
diperinci sebelumnya. Kecuali dinyatakan lain pada catatan,
agregat harus mengikuti ketentuan tentang bentuk dan
ukuran dari potongan melintang serta jarak bersih dari
tulangan-tulangan beton, dan seperti disetujui oleh PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen).
 Bahan Tambahan (Admixture) Pozzolanic
Bahan tambahan (admixtures) Pozzolanic harus seperti
diuraikan pada ASTM C 618 (Specification for Fly Ash and
Raw or Calcined Natural Pozzolan for Use as a Mineral
Admixture in Portland Cement Concrete).
 Bahan Tambahan untuk Permukaan (Surface-active Agent)
Bahan tambahan untuk permukaan harus memenuhi
spesifikasi khusus. Kecuali yang tercantum dalam catatan,
suatu retarder type air entraining dan bahan "pereduce" air
(water reducing agent) atau harus digunakan retarder type
water reducing agent. Bagaimanapun, bahan tambahan
apapun yang akan dipakai, boleh dipakai bila dengan
persetujuan/ijin dari PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
 Bahan-bahan untuk campuran beton yang akan dipakai
haruslah dari bahan yang mempunyai suhu serendah
mungkin.

4) Proporsi/Perbandingan Campuran.
 Perbandingan campuran harus ditetapkan untuk meminimu
PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)an jumlah semen
tehadap campuran dalam batasan dari mutu beton yang
dikehendaki/diminta dan harus distujui oleh PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen).

36
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

 Slump untuk beton massa tidak boleh lebih dari 12 cm.


 Bila penentuan perbandingan campuran berdasarkan umur
beton 28 hari, maka umur beton juga perlu diperinci. Dalam
hal ini desain perbandingan campuran harus ditentukan
sesuai dengan metoda yang telah diperinci atau disetujui
oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

5) Penulangan
 Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga
posisi dari bentuk tulangan tidak berubah selama
pengecoran.
 Peraturan lain tentang penulangan harus sesuai dengan
bab ini pasal C.4. tentang pembesian.

6) Pengecoran dan Pemeliharaan Temperatur


 Sesudah beton dicor, permukaan harus dibasahi serta
dilindungi terhadap pengaruh langsung dari sinar matahari,
pengeringan yang mendadak dan lain-lain.

 Untuk mengetahui kenaikan temperatur beton serta


pemeriksaan dalam proses perawatan beton maka
temperatur permukaan dan temperatur di dalam beton harus
diukur bilamana perlu setelah pengecoran beton
dilaksanakan.
 Apabila temperatur di bagian dalam beton mulai meningkat
maka perawatan beton harus sedemikian sehingga tidak
mempercepat kenaikan temperatur tersebut. Perhatian
dicurahkan agar temperatur pada permukaan beton menjadi
tidak terlalu rendah dibandingkan dengan temperatur di
dalam beton.
 Setelah temperatur di dalam beton mencapai maksimum,
maka permukaan beton harus ditutupi dengan kanvas atau
bahan penyekat lainnya untuk mempertahankan panas
sedemikian rupa sehingga bagian dalam dan luar beton
atau penurunan temperatur yang mendadak di bagian
dalam beton. Selanjutnya sesudah bahan penutup tersebut
diatas dibuka permukaan tetap harus dilindungi terhadap
pengeringan yang mendadak.
 Campuran beton yang direncanakan utuk adukan beton
yang dibuat harus berdasarkan pada kekuatan beton umur
28 hari.
 Bila campuran beton yang direncanakan tersebut sudah
dibuat maka perkiraan kekuatan tekan beton dalam struktur
harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan khusus
untuk itu atau sesuai instruksi PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen).
 Cara perawatan dari benda uji untuk pengujian kekuatan
tekan beton guna dapat menetukan waktu yang sesuai
untuk pembongkaran cetakan beton sesuai dengan
persyaratan khusus untuk itu atau sesuai persetujuan PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen).

37
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

o). Perlindungan Terhadap Mekanik dan Kerusakan pada Masa


Pelaksanaan (Protection from Mechanical and Construction Injury).
Selama masa pemeliharaan, beton harus dilindungi dari kerusakan
akibat mekanik, tegangan-tegangan akibat beban utama, kejutan
besar (heavy shock) dan getaran yang berlebihan.

p). Percobaan Beton


1) Gudang/Tempat Penyimpanan Contoh Benda Uji.
Gudang penyimpanan yang terjamin atau ruangan harus
disediakan oleh "kontraktor" untuk menyimpan benda-benda uji
silinder beton, selama pemeliharaan. Gudang harus mempunyai
ruang yang cukup untuk menampung semua fasilitas yang
diperlukan dan semua benda uji kubus yang dimaksudkan.
Kontraktor harus menyerahkan detail dari gudang kepada PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen) untuk persetujuan. Gudang harus
dilengkapi dengan pintu yang kuat dan kunci yang bermutu baik.
PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) berhak untuk langsung
meninjau ruang/gudang penyimpanan contoh benda uji silinder
tersebut.
2) Percobaan Laboratorium.
Contoh-contoh untuk test kekuatan harus diambil sesuai dengan
PBI-71 NI-2, ASTM C-172, ASTM C-31.

3) Penyelidikan dari Hasil Percobaan dengan Kekuatan Rendah.


Apabila mutu benda uji berdasarkan hasiil percobaan kekuatan
kubus ternyata lebih rendah dari yang disyaratkan, maka harus
dilakukan percobaan-percobaan dengan tahapan sebagai
berikut:
 Hammer test, percobaan palu beton, harus sesuai dengan
ASTM C-805-79. Apabila hasil dari percobaan ini masih lebih
rendah dari yang disyaratkan, maka harus dilakukan
percobaan tahap berikut di bawah ini.
 Drilled Core Test, harus sesuai dengan ASTM C42-94.
Apabila hasil dari percobaan drilled core ini masih lebih
rendah dari yang disyaratkan, maka harus dilakukan
percobaan tahap berikut di bawah ini.
 Loading Test/percobaan pembebanan harus sesuai dengan
PBI-71 dan ACI-318-99. Apabila hasil dari percobaan
pembebanan ini masih lebih rendah dari yang disyaratkan,
maka beton dinyatakan tidak layak dipakai.

q). Penyimpangan Maksimum dari Pekerjaan Struktur yang Diijinkan


Kecuali ditentukan lain, secara umum harus sesuai dengan ACI-301
(Specification for Structural Concrete for Building). Apabila didapati
beberapa toleransi yang dapat dipakai bersamaan, maka harus
diambil/dipakai adalah yang terhebat/terkeras.

r). Lain-lain
Grouting dan Drypacking
1) Grout/Penyuntikan Air Semen.
Satu bagian semen, 2 bagian pasir dan air secukupnya agar
dapat mengalir dengan sendirinya. Pengurangan air dan bahan
tambahan untuk kemudahan pekerjaan beton boleh diberikan

38
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

sesuai dengan pertimbangan "kontraktor" melalui persetujuan


PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
2) Drypack/Campuran Semen Kering
Satu bagian semen, 2 bagian pasir dengan air sekadarnya untuk
mengikat bahan-bahan menjadi satu.
3) Installation/Pengerjaan
Basahkan permukaan sebelum digrout dan taburi (slush) dengan
semen murni. Tekankan grout sedemikian agar mengisi
kekosongan/celah-celah dan membentuk lapisan seragam
dibawah pelat. Haluskan penyelesaian pada permukaan beton
expose dan adakan perawatan dengan pembasahan/pelembaban
sedikitnya 3 hari.
Non-Shrink Grout
Campurkan dan tepatkan dibawah pelat dasar baja struktur dan
ditempat lain dimana non-shrink grout diperlukan, sesuai dengan
instruksi dan rekomendasi yang tercantum dari pabrik. Technical
service harus dikerjakan oleh perusahaan/pabrik.
Perusahaan/pabrik yang bahan groutnya dipakai, harus
mengerjakan percobaan hasil yang memperlihatakan bahwa grout
non-shrink tidak ada penyusutan sejak awal pengecoran atau
sambungan setelah pemasangan sesuai CRD-C621-80 (susut);
mempunyai kekuatan tekan 1 hari tidak kurang dari 3000 psi dan
8000 psi pada 28 hari sesuai ASTM C109; mempunyai waktu
pengikatan awal tidak kurang dari 45 menit sesuai ASTM C191,
memperlihatkan luasan bearing effective (EBA = Effective Bearing
Area) sebesar 90 sampai 100 persen.
Grout yang terdiri dari accelatator inorganis, pengurangan air,
atau "fluidifiers" harus tidak boleh mempunyai penyusutan kering
lebih besar dari persamaan semen pasir dan campuran air seperti
percobaan di bawah ASTM C 596. Semua grout harus menurut
syarat petunjuk dari CRD-C611-80 (flow cone).

PASAL 6. PEKERJAAN BETON PRAKTIS


1. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi pengadaan bahan-bahan, peralatan, tenaga kerja dan
jasa-jasa lain sehubungan dengan pekerjaan kolom praktis dan bagian
lain sesuai dengan gambar-gambar dan persyaratan teknis ini.

2. Pengendalian Pekerjaan
Kecuali ditentukan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti
ketentuan-ketentuan seperti tertera dalam: ASTM C150, ASTM C 33, SII
- 0051 - 74, SII - 0013 - 81, dan SII - 0136 - 84.

3. Bahan-bahan
Bahan-bahan / material yang digunakan berupa agregat kasar, agregat
halus, PC, dan sebagainya sesuai dengan yang dipakai pada beton
konstruksi. Demikian juga mengenai cara penyimpanan.

39
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

PASAL 7. PEMASANGAN PIPA DAN LAIN-LAIN DALAM


BETON
1. Penempatan saluran / pemipaan harus sedemikian rupa sehingga tidak
mengurangi kekuatan struktur dengan memperhatikan persyaratan SK-
SNI T-15-1991-03.
2. Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain dalam bagian
struktur beton bila tidak ditunjukkan secara detail dalam gambar. Dalam
beton perlu dipasang selongsong pada tempat-tempat yang dilewati pipa.
3. Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan dalam gambar, tidak
dibenarkan untuk menanam saluran listrik dalam struktur beton.
4. Apabila dalam pemasangan pipa-pipa, saluran listrik, bagian-bagian yang
tertanam dalam beton dan lain-lain terhalang oleh adanya baja tulangan
yang terpasang, maka Pemborong harus mengkonsultasikan hal ini
dengan PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
5. Tidak dibenarkan untuk membengkokkan atau menggeser atau
memindahkan baja tulangan tersebut dari posisinya untuk memudahkan
dalam melewatkan pipa-pipa saluran tersebut tanpa ijin tertulis dari PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen)
6. Semua bagian atau peralatan yang ditanam dalam beton seperti angkur-
angkur, kait dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan
pekerjaan beton, harus sudah dipasang sebelum pencoran dilaksanakan.
7. Bagian-bagian atau peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat
pada posisinya dan diusahakan agar tidak bergeser selama pencoran
beton dilakukan.
8. Pemborong utama harus memberitahukan serta memberi kesempatan
kepada pihak lain untuk memasang bagian / peralatan tersebut sebelum
pencoran beton dilaksanakan.
9. Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong
pada benda atau peralatan yang akan ditanam dalam beton, yang mana
rongga tersebut harus tidak terisi beton, harus ditutupi dengan bahan lain
yang mudah dilepas nantinya setelah pelaksanaan pencoran beton.

PASAL 8. CACAT-CACAT PEKERJAAN


1. Bila penyelesaian pekerjaan, bahan yang digunakan atau keahlian dalam
pengerjaan setiap bagian pekerjaan tidak memenuhi persyaratan-
persyaratan yang tercantum dalam persyaratan teknis, maka bagian
pekerjaan tersebut harus digolongkan sebagai cacat pekerjaan.
2. Semua pekerjaan yang digolongkan demikian harus dibongkar dan
diganti sesuai dengan yang dikehendaki oleh PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen)
3. Seluruh pembongkaran dan pemulihan pekerjaan yang digolongkan
cacat tersebut serta semua biaya yang timbul akibat hal itu seluruhnya
menjadi beban kontraktor.

40
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

PASAL 9. PEKERJAAN PONDASI BATU KALI


1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan Pondasi meliputi : pondasi batu kali pada pagar, dan
pada bagian-bagian sebagaimana ditunjukkan dalam gambar kerja.

2. Umum
a. Pondasi pasangan batu harus diukur di lapangan dan dilaksanakan
sesuai dengan ukuran dan ketinggian seperti tercantum pada
gambar-gambar.
b. Sebelum pondasi dipasang, terlebih dulu dibuat profil-profil pondasi
dari bambu atau kayu pada setiap pojok galian yang bentuk dan
ukurannya sesuai dengan penampang pondasi.
c. Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug setebal
minimal 10 cm, disiram dan diratakan.

3. Bahan
Batu kali pecah yang digunakan harus batu pecah berkualitas terbaik dan
merupakan bahan setempat, padat, bersih, tanpa retak-retak dan
kekurangan-kekurangan lain yang mempengaruhi kualitas.

4. Adukan
a. Pasangan batu untuk pondasi harus dilaksanakan dengan adukan 1
PC : 4 pasir.
b. Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air dengan
campuran 1 PC : 2 pasir, setinggi 20 cm, dihitung dari permukaan
pondasi ke bawah.
c. Adukan harus membungkus batu kali pada bagian tengah
sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian pondasi yang
berongga/tidak padat.

5. Variasi dari Kedalaman Pondasi


Variasi pada kedalaman pondasi dapat diizinkan atau diperintahkan oleh
PPK (Pejabat Pembuat Komitmen), bila kondisi pada suatu bagian
membutuhkan perubahan tersebut. Tanpa izin tertulis dari PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen) maka perubahan kedalaman atau lebar pondasi
tidak diperbolehkan.

PASAL 10. PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG


10.1. Umum
a. Pondasi Tiang , yang digunakan diameter 250x250 mm dengan type
tiang Prestressed Concrete Square Piles, dengan system sambungan
Las (Steel Joint Plate) atau sampai kedalaman yang diingikan.
Tiang harus ditempatkan secara cermat dan di secara vertikal seperti
yang ditunjukkan dalam gambar. Penyimpangan dari garis vertikal tidak
boleh lebih dari 10 mm per meter tiang. Tiang yang ter dengan
penyimpangan yang lebih besar dan tiang yang rusak sekali selama
pemancangan harus dibuang atau dipotong dan diganti tiang baru sesuai
dengan petunjuk PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). Bila ada tiang yang

41
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

terangkat oleh pemancangan tiang berikutnya di dekatnya, maka tiang


tersebut harus di kembali atas biaya kontraktor.
b. Metode pemancangan tiang menggunakan alat pancang HSDP dengan
kapasitas maksimal 120 Ton.
c. Sistem pemancangan pondasi tiang ini pelaksanaannya ditekan masuk
ke dalam tanah dengan menggunakan dongkrak hidraulis yang diberi
beban counter weight.
d. Metode pemancangan ini tidak menimbulkan getaran dan gaya tekan
dongkrak langsung dapat dibaca melalui manometer sehingga gaya
tekan tiang setiap mencapai kedalaman tertentu dapat diketahui.
e. Kapasitas Tiang dihitung berdasarkan tekanan jacking dengan nilai SF 3.
f. Di dalam segala hal,kedalaman pemancangan adalah yang
menghasilkan kapasitas tiang tidak kurang dari 54,2 Ton
g. Apabila pada pelaksanaan ada permasalahan, maka perlu
dikonsultasikan dengan Tenaga Ahli.
h. Penggalian yang diperlukan di daerah yang akan ditembus oleh tiang
harus dikerjakan sebelum tiang di pasang.
i. Penggalian pada titik sebelum pemancangan tidak diperbolehkan,
kecuali bila disetujui oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
j. Pemancangan semua ting harus dilakukan terus menerus tanpa waktu
istirahat hingga tiang yang telah di mencapai kedalaman yang
ditetapkan. Kepala tiang harus dipotong secara baik dan datar pada
ketinggian seperti dalam gambar. Semua bagian yang tergempur,
terbelah, bengkok, rusak atau cacat karena suatu hal, harus disingkirkan
atau diperbaiki hingga memuaskan.

10.2. KLASIFIKASI DAN SPESIFIKASI TIANG


Outside Unit Crack Ultimate Allowable
diameter weight bending bending axial load
(mm) (kg/m) moment moment (ton)
(ton.m) (ton.m)
250x250

Item Reference Description Specification


Aggregate ASTM C33-1999 Standart Spesification for
concrete aggregate
Indonesian Concrete Code
SNI 03-2847-2002
Cement SNI 15-2049-2004 Portland Cement Standart product
type I
Admixture ASTM C494-1985 Standard Specification for Type F : Water
Chemical Admixture for Reducing
Concrete Admixture
Concrete SNI 03-2847-2002 Indonesian Concrete Code Compressive
Strenght at 28 days
: 600 kgf/cm2
(cube specimen)
PC Wire JIS G 3536-1999 Uncoated Stress-Relieved SWPD 1
Steel Wire and Stand for
Prestressed Concrete
PC Bar JIS G 3137-1994 Small Size Deformed Steel SBPDL 1257/1420
Bars for Prestressed
42
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

Concrete
Spiral JIS G 3532-2000 Low Carbon Steel Wire SWMA/SWMP
Wire JIS G 3101-2004 Rolled Steel for General SS-400
Joint Plate Structure
Welding ANSI / AWS D1.1 - Structural Welding Code AWS A S.1 / E
1990 Steel 6013
NIKKO STEEL RB
26 / RD 260, LION
26, or equivalent

10.3. TOLERANSI UKURAN PONDASI TIANG

a Penampang Pondasi tiang tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih dari
6 mm; dari penampang yang tertulis dalam gambar pelaksanaan.
b Pondasi tiang ini tidak boleh melengkung lebih dari 6 mm untuk setiap 3
m panjang tulangan.
c Titik berat setiap penampang tidak boleh berbeda lebih dari 12 mm
terhadap garis lurus yang telah ditentukan.

10.4. Alat Pemancang


a. Cara pemancangan harus sedemikian rupa sehingga tidak melampaui
kekuatan tiang dan harus pula mendapat persetujuan PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen) PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
b. Kontraktor harus menyerahkan pernyataan tertulis mengenai alat
pemancang yang diusulkan, persetujuan dari PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen) harus ada sebelum tiang di.
c. Tutup atau cincin harus mampu melindungi kepala tiang dan
meneruskan enersi tiang dan enersi pukulan dengan sama rata pada
kepala tiang .
d. Kontraktor harus menggunakan bantalan yang diperlukan untuk
melindungi tiang terhadap kerusakan sewaktu pemancangan.

10.5. Terangkatnya Tiang


a. Segera setelah tiang di, Kontraktor harus menentukan suatu titik
reference dari tiang dan ketinggiannya pada tiang. Setelah semua tiang
dipasang, Kontraktor harus mengukur lagi ketinggian titik reference
setiap tiang yang sudah di dan menentukan ‘uplift’ pipa yang
disebabkan oleh pemancangan tiang lain.
b. Bila terjadi ‘uplift’ tiang 1,5 cm atau lebih, Kontraktor harus mengambil
langkah perbaikan tanpa penambahan biaya dari pemberi tugas.

10.6. Daftar Pemancangan Tiang


a. Kontraktor harus menyimpan daftar tiap tiang pancang yang dipancang.
Tiap hari copy daftar tersebut harus diserahkan kepada PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen)
b. Daftar Tiang tersebut sekurang-kurangnya harus berisi hal sebagai
berikut :
 Tanggal dan jam pemancangan
 Jenis dan ukuran tiang
 Kedalaman yang dicapai
 Bacaan tekanan Hammer
 Gejala yang lain dari biasanya harus dicatat, teristimewa bila ada
petunjuk mengenai kemungkinan kerusakan pada tiang .
43
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

10.7. Loading Test dengan System PDA


PDA adalah salah satu motode untuk mengontrol proses pemancangan,
sedangkan DLT (Dynamic Load Test) merupakan suatu metode untuk
memperkirakan daya dukung aksial (bearing capacity). Dari pondasi tiang
terpasang dengan beban yang sesuai design load, berdasarkan gelombang
pantulan yang diberikan oleh rekasi tanah akibat daya dukung geser dan
ujung tiang.

10.8. Prinsip Pengujuan :


Dynamic Load Test (DLT) mengukur regangan (strain) dan percepatan
(acceleration) menggunakan strain transducers and accelerometer yang
dibautkan pada kepala tiang. Kemudian dikerjakan suatu beban dinamis pada
kepala tiang dan gelombang compression yang dihasilkan akan berjalan
menuju ujung tiang dan dipantulkan ke atas.
Gelombang tersebut akan ditangkap oleh sensor yang telah dipasang dan
disimpan menggunakan komputer selama pengukuran di lapangan.
Hasil pengukuran tersebut kemudian dianalisa dengan persamaan
gelombang menghasilkan downward travelling dan upward travelling wave.
Dengan program komputer TNOWAVE dilakukan pemodelan tiang dan
pencocokan signal (signal matching) hingga mendapatkan hasil kapasitas
dukung termobilisir dan dengan program TNOSTAT didapat kurva load-
settlement.

10.9. Persiapan Pengujian


a. Pengujian sebaiknya dilakukan setelah tiang bor berumur 21 hari.
b. Tiang bor yang akan diuji sebaiknya dicor sampai ketinggian 2,5 m di
atas permukaan tanah dengan mutu beton yang sama dan disarankan
untuk memperkuat tulangan tiang bor di permukaan karena akan
mengalami tumbukan selama pengujian. Tiang bor yang diuji harus
cukup lurus untuk menghindari momen lentur ketika ditumbuk.
c. Drop hammer dengan berat monomal 1 –1,5 % dari beban ultimate.
d. Crane untuk mengangkat dan menjatuhkan drop hammer.
e. Playwood setebal + 5 cm, dengan diameter sama dengan diameter tiang
bor yang akan ditest sebagai pile cushion.
f. Tangga bila diperlukan.
g. Power supply 220 volt, 1000 watt.

Hammer, crane, pile cushion, tangga dan power supply disiapkan oleh
pemberi kerja.

10.10. Hasil yang disajikan


a. Grafik upward travelling wave beserta signal matchingnya.
b. Grafik Force & velocity x impedance.
c. Besarnya kapasitas dukung.
d. Kurvaloadsettlement

44
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

PASAL 11. PEKERJAAN BAJA PROFIL


1. Lingkup Pekerjaan
a) Bagian ini meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan dan perlengkapan
serta pemasangan dari semua pekerjaan baja, untuk struktur dan rangka
atap seperti yang terlihat dalam gambar.
b) Pekerjaan ini mencakup segala sesuatu yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan konstruksi baja pada atap secara lengkap sesuai dengan
gambar dan persyaratan teknis ini.

2. Ketentuan Umum
Persyaratan-persyaratan konstruksi baja dan istilah teknik secara umum
menjadi satu kesatuan dalam bagian buku persyaratan teknis ini. Kecuali
ditentukan lain dalam buku persyaratan teknis maka semua pekerjaan baja
harus sesuai dengan standar dibawah ini :
a. Tata cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung(SNI 03-
1729-2002)
b. Peraturan Pembebanan untuk Gedung Indonesia (PPUG) 1983
c. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI) 1982
d. American Society for Testing Material (ASTM)
e. Steel Structural Painting Council (SSPC)
f. Standar Industri Indonesia (SII).
Pemborong harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan
kesesuaian yang tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan
instruksi-instruksi yang diperlukan oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)

3. Material
a. Semua material yang digunakan harus baru dengan kualitas terbaik dan
disetujui oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen) . PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) berhak untuk minta
diadakan pengujian atas bahan-bahan tersebut dan Pelaksana harus
bertanggungjawab atas segala biaya yang dikeluarkan untuk itu.
b. Baja struktur harus mempunyai mutu BJ 37 (fy = 240 MPa, fu = 370MPa).
c. Las yang digunakan adalah las listrik dengan mutu FE 360 atau E 6013
sesuai dengan JIS.
d. Semua baja yang digunakan harus sesuai bentuk, ukuran dan
ketebalannya serta bebas dari karat, cacat karena tumbukan, tekuk, atau
puntir, dengan berat sesuai rencana.
e. Semua material baja harus dari supplier yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan disertai sertifikat dari pabrik. Jika dianggap
perlu, pelaksana harus menyerahkan hasil pengujian yang dibutuhkan dan
berhubungan dengan konstruksi baja ini disertai faktur pengiriman.
f. Bahan untuk coating adalah cat, dengan warna ditentukan kemudian.

4. Pabrikasi
a. Pabrikasi harus dilaksanakan dalam bengkel/workshop, yang memenuhi
persyaratan terlindung dari pengaruh cuaca. Pelaksana harus membuat
workshop di lapangan dan disetujui oleh PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen). Apabila fabrikasi dilakukan di luar lokasi, pelaksana harus
menanggung biaya yang dikeluarkan oleh PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen) untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan tersebut.
b. Penyambungan dan Pemasangan.

45
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

a) Pengelasan
 Pekerjaan pengelasan ini harus memenuhi syarat-syarat JIS atau
AISC.
 Pengelasan harus dilakukan oleh tenaga-tenaga ahli yang
berpengalaman dan dengan ketepatan yang tinggi. Kontraktor wajib
menyerahkan sertifikat keahlian dari masing-masing tukang lasnya
sesuai dengan peraturan.
 Pengelasan hanya boleh dilakukan pada tempat-tempat yang
dinyatkaan dalam gambar kerja dan RKS ini. Ukuran las yang
tercantum dalam gambar adalah ukuran-ukuran efektif.
 Batang-batang elektrode yang dipakai adalah jenis Mild sleel Arca
Welding Electrode dan harus memenuhi syarat JIS atau AISC/AWS.
Batang elektrode ini harus disimpan pada tempat yang dapat
menjamin sifat-sifat dari elektrode tersebut selama dalam
peyimpanan.
 Pengelasan harus menjamin pengaliran yang merata dari cairan
elektrode tersebut.
 Pekerjaan las sebanyak mungkin dilaksanakan di dalam lapangan
harus cukup baik dan sangat hati-hati, tidak boleh dilakukan
sewaktu dalam keadaan basah atau hujan.
 Pemberhentian las harus pada tempat-tempat yang ditentukan dan
harus dijamin bahwa profil-profil yang dilas tidak akan berputar atau
membengkak setelah sambungan menjadi dingin.
 Setelah pengelasan selesai, maka sisa-sisa kerak las harus
dibersihkan dengan baik.
 Las-lasan yang menunjukkan cacat, harus dipotong dan dilas
kembali atas biaya kontraktor.
 Sebelum pekerjaan las dimulai, kontraktor wajib menyerahkan
prosedur kerja cara-cara pengelasan yang akan dikerjakan, baik di
bengkel maupun yang akan dikerjakan di lapangan. Usulan ini harus
diperiksa dan disetujui PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) sebelum
pekerjaan pengelasan ini dapat dimulai.
b) Persiapan Pekerjaan Pengelasan
 Bidang permukaan yang akan dilas harus rata, bersih dan bebas
dari retakan atau cacat-cacat lainnya yang dapat mengurangi mutu
pengelasan. Juga permukaan tersebut harus bebas dari kotoran,
cat , aspal, minyak dan karat.
 Sebelum pekerjaan las dimulai, maka harus ada jaminan bahwa
bidang-bidang yang akan disambung las tidak boleh bergerak
sampai pekerjaan las selesai dilakukan.
 Bagian-bagian yang akan dilas sebaiknya dalam keadaan datar dan
bila ada yang harus di las tegak maka pengelasan harus dimulai
dari bawah kemudian ke arah atas.
 Bagian ujung dari suatu las tumpul harus mendapat jaminan bahwa
sambungan dilaksanakan dalam keadaan penuh. Untuk itu
sebaiknya dipakai batang-batang penyambungan pada bagian ujung

46
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

dari sambungan tersebut agar pengelasan dapat dilaksanakan


penuh.
c) Pemberian tanda, Pengangkutan dan Penyimpanan
 Setelah distel di bengkel konstruksi, maka setiap komponen diberi
nomor secara sistematis agar di lapangan nanti, bagian-bagian
tersebut dapat disambung kembali dengan mudah.
 Setiap komponen juga harus dihitung beratnya, agar dapat diatur
alat pengangkutannya seperti truk-truk dan trailer sesuai dengan
kapasitas yang diperlukan.
 Di lapangan, komponen baja harus diletakkan sedemikian rupa agar
tidak terjadi hal yang tidak diinginkan dan yang dapat memperlemah
konstruksi tersebut.
d) Pekerjaan Pemasangan Baja Struktur
 Sebelum erection dimulai, Pemborong harus memeriksa kembali
kedudukan angker-angker baja dan memberitahukan kepada PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen) mengenai metode dan urutan
pelaksanaan/erection. Perhatian khusus harus dilakukan dalam
pemasangan angker-angker untuk kolom di mana jarak/kedudukan
angker harus tepat dan akurat untuk mencegah ketidakcocokan
dalam erection. Untuk itu harus dijaga agar selama masa pencoran,
angker tersebut tidak bergeser, misalnya dengan mengelas pada
tulangan kolom beton.
 Semua peralatan dan steiger yang diperlukan untuk pemasangan
konstruksi baja harus disediakan oleh kontraktor dalam keadaan
cukup baik di lapangan, walau secara khusus tidak diperlihatkan
dalam gambar-gambar atau persyaratan teknis harus diadakan.
 Kontraktor bertanggungjawab atas keselamatan pekerjaan di
lapangan. Untuk ini Kontraktor harus menyediakan ikat pinggang
pengaman, helmet, sarung tangan, pemadam kebakaran, dll.

5. Perubahan-perubahan dan Tambahan


a. Perubahan-perubahan dan bagian-bagian atau tambahan-tambahan pada
detail, atau keduanya beserta uraian yang menyebabkannya harus
diberikan beserta gambar kerja untuk disetujui.
b. Perubahan-perubahan yang disetujui, pengganti-pengganti dan
penambahan yang perlu untuk bagian-bagian dari pekerjaan harus
dikoordinasikan oleh Pemborong tanpa tambahan biaya.

6. Pengujian Mutu Pekerjaan


a. Pemasangan harus dengan toleransi yang diijinkan/tertera dalam standar-
standar yang telah disetujui.
b. Bila toleransi tersebut tidak tercantum dalam standar, maka toleransi akan
diberikan oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)
c. Pemasangan baja dengan toleransi yang tidak disetujui akan ditolak.
d. PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) mempunyai hak untuk memeriksa
pekerjaan di pabrik pada saat yang dikehendaki, dan tidak ada pekerjaan

47
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

yang boleh dikirim ke lapangan sebelum diperiksa dan disetujui PPK


(Pejabat Pembuat Komitmen)
e. Setiap pekerjaan yang kurang baik atau tidak sesuai dngen gambar atau
spesifikasi akan ditolak dan apabila terjadi demikian, harus diperbaiki
dengan segera, dan biaya untuk hal ini menjadi beban Kontraktor.

7. Persyaratan Pengujian
a. Semua bahan yang dipergunakan dalam pekerjaan baja harus
dimungkinkan untuk diperiksa atau ditest baik workshop lapangan maupun
pada Lembaga/Instansi yang berwenang untuk menguji (DPMB, LIPI, dsb.).
b. Untuk profil-profil yang tersusun dari pelat (built up) harus diadakan
pengujian non destructive testing. Apabila dalam pengujian non destructive
testing timbul keraguan mengenai mutu baja, mutu pengelasan, maka PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen) berhak untuk meminta diadakan pengujian
destructive testing.
c. Semua biaya pengujian ini ditanggung oleh Kontraktor.
• Non Destructive Testing .
Pada metoda ini bertujuan untuk melihat kualitas dari las yang harus
dilakukan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan visual; pemeriksanaan ini harus dilakukan pada
semua bagian dari struktur baja.
2. Pemeriksaan dengan X-Ray; Pemeriksaan ini dilakukan pada
sambungan las antara web dan flens pada profil dari pelat tersusun
dan penglasan dengan full penetration. Untuk memeriksa
sambungan pada pembuatan dari pelat tersusun dilaksanakan
secara random dengan jumlah 5% dari banyak pengelasan.
• Non Destructive Testing .
1. Pengujian las antara web dan flens; Metoda dan prosedur pengujian
berdasarkan JIS G 3353 (1978) yang secara prinsip dapat
digambarkan sebagai berikut :

48
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

Profil yang dipotong memanjang minimum 30 m


30 m
(min)

Bagian dari flens diberi beban tarik melalui tumpuan A dan B.

P P

P P

11 = 1,5 x TEBAL FLENS

Pembebanan dilakukan
sampai terjadi retak pada
B bagian web dan flens.

A
2. Pengujian tarik pada elemen profile (test pice).
Metoda dan prosedur pengujian mengikuti JIS Z 2202 (1980) dan
JIS Z 2241 (1980).

45
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

Elemen yang akan diuji diambil pada bagian flens dari profil.

Bentuk dan ukuran dari test piece mengikuti pengujian nomor 1A dari JIS Z 2201 :

T R

Width Gauge Length Parallel Length Radius of Fillet


Thickness
W L P R T

40 200 200 approx 25 (min) Thickness of


material

*. Mutu yang disyaratkan adalah BJ-37.

8.Refrensi dan standart-standart

Semua pekerjaan yang tercantum dalam bab ini, kecuali tercantum dalam gambar
atau diperinci, harus memenuhi edisi terakhir dari peraturan, standard dan spesifikasi
berikut ini :
a. SNI 03-6861-2002 Tentang Beton Bertulang Indonesia
b. SNI-2847-2002 Tatacara Penghitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung
c. PUBI - 1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di
Indonesia
d. ACI - 304 AC1 304. IR-92, State-of-the Art Report on Preplaced Aggregate
Conc. for Structural and Mass Concrete, Part 2

46
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

ACI 304.2R-91, Placing Concrete by Pumping Methods, Part 2


e. ASTM - C94 Standard Specification for Ready-Mixed
Concrete
f. ASTM - C33 Standard Specification for Concrete Aggregates
g. ACI - 318 Building Code Requirements for Reinforced
Concrete
h. ACI - 301 Specification for Structural Concrete of Building
ACI - 212 ACI 212.IR-63, Admixture for Concrete, Part 1
i. ACI 212.2R-71, Guide for Use of Admixture in Concrete, Part 1
j. ASTM - C 143 Standard Test Method for Slump of Portland
Cement Concrete
k. ASTM - C231 Standard Test Method for Air Content of Freshly
Mixed Concrete by the Pressure Method
l. ASTM - C171 Standard Specification for Sheet Materials for
Curing Concrete
m. ASTM - C 172 Standard Method of Sampling Freshly Mixed
Concrete
n. ASTM - C31 Standard Method of Making and Curing
Concrete
Test Specimens in the Field
o. ASTM - C42 Standard Method of Obtaining and Testing
Drilled
Cares and Sawed Beams of Concrete
p. ASTM - C309 Standard Specification for Liquid Membrane
Forming Compounds for Curing Concrete
q. ASTM - D1752 Standard Specification for Performed Spange
Rubberand Cork Expansion Joint Fillers for
Concrete Paving and Structural Construction
r. ASTM - D1751 Standard Specification for Performed Expansion
Joint Fillers for Concrete Paving and Structural
Construction (Non-extruding and Resilient
Bituminous Types)
s. SII Standard Industri Indonesia
t. ACI - 315 Manual of Standard Practice for Reinforced
Concrete
u. ASTM - A185 Standard Specification for Welded Steel Wire
Fabric for Concrete Reinforcement.
v. ASTM - .A 165 Standard Specification for Deformed and Plain
Billet Steel Bars for Concrete Reinforcement,
Grade 40, deformed for reinforcing bars. Grade
40, for stirrups and ties.

47
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

PASAL 12. PEKERJAAN RANGKA DAN PENUTUP ATAP


1. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan ini adalah pemasangan dan perakitan rangka atap
dengan baja atau baja ringan galvanised yang meliputi perhitungan
struktur, Spesifikasi Teknis dan desain oleh pabrikan yang ditunjuk,
berikut pengadaan aplikator yang direkomendasi oleh pabrik penghasil
:
 Sistem rangka atap
 Usuk dan Reng baja galvanis
 Ikatan angin
 Dan aksesori pelengkap lainnya untuk melengkapi pemasangan.

2. STANDAR / RUJUKAN
a. Australian Standard :
 AS 1163 – Structural Steel Hollow Sections
 AS 1170 – Loading Code,
 Part 1 : Dead and Live Loads and Load Combinations
 Part 2 : Wind Loads
 AS 1538 – Cold Formed Structures Code
 AS 1554 – Structural Steel Welding Code
 AS 4100 – Steel Structures Code
 AS 1397 – Steel Sheet and Strip – Hot Dipped Zinc Coated and
Aluminium / Zinc Coated
 AS 3566 – Self Drilling Screws for The Building and Construction
Industries
 AS 1650 – Hot Dipped Galvanized Coatings on Ferrous Articles.
 AS 4600 – Cold Formed Code for Structural Steel.

b. Japanese Industrial Standard (JIS):


 JIS G 3302 – Hot Dipped Zinc Coated Steel Sheets and Coils.

c. American Welding Society (AWS) :


 AWS D1.1 – Structural Welding Code Steel.

3. PROSEDUR UMUM
a. Desain.
 Desain sistem rangka atap yang terdiri dari rangka, sambungan,
ikatan angin harus dilaksanakan oleh perusahaan/Aplikator
terdaftar dan direkomendasi pabrik penghasil yang
berpengalaman dalam perancangan sistem rangka baja.
 Desain, fabrikasi dan pemasangan rangka harus dilakukan
sedemikian rupa agar rangka baja mampu menerima beban
rencana yang telah ditentukan oleh PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen).
 Desain sistem rangka untuk rangka atap dan balok atap harus
mampu menahan beban mati rencana tanpa lendutan yang lebih
besar dari 1/300 bentangan untuk lendutan vertikal.
 Desain sistem rangka atap harus dibuat sedemikian rupa agar
dapat mengakomodasi gerakan bagian rangka tanpa kerusakan
atau tekanan berlebih, kegagalan pelapis,kegagalan
sambungan, ketegangan yang tak semestinya pada alat
pengencang dan angkur, atau akibat
48
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

lainnya yang merusak ketika mengalami perubahan temperatur


sekitar yang maksimal sekitar 200 C.
 Sistem rangka atap harus didesain untuk mengakomodasi
pengiriman dan penanganan, untuk memudahkan dan
mempercepat perakitan.

b. Penyerahan.
Kontraktor harus menyerahkan data – data berikut :
 Data produk untuk setiap tipe rangka baja ringan dan aksesori.
 Data analisa struktur yang tertutup dan ditanda tangani enjinir
profesional yang dipilih yang bertanggung jawab untuk
mempersiapkannya.
 Sertifikat pabrik yang ditanda tangani oleh pabrik pembuat
rangka baja ringan yang menyatakan bahwa produk mereka
memenuhi persyaratan, termasuk ketebalan baja tanpa lapisan,
tegangan leleh, tegangan tarik, elongasi total dan ketebalan
lapisan pelapis metal.
 Sebagai pengganti sertifikat pabrik, serahkan laporan pengujian
dari agensi pengujian yang terdaftar yang membuktikan
kesesuaiannya dengan persyaratan – persyaratan.
 Sertifikat tukang las yang ditanda tangani Kontraktor yang
menyatakan bahwa tukang las memenuhi persyaratan –
persyaratan yang ditetapkan dalam butir Jaminan Mutu.

c. Jaminan Mutu.
 Pekerjakan fabrikator dan pemasang yang telah berpengalaman
dengan bahan, desain rangka baja yang sejenis, dan dengan
catatan pengalaman proyek yang berhasil.
 Standar pengelasan harus memenuhi ketentuan AWS D1.1 atau
AS 1554 edisi terakhir.

d. Pengiriman, Penyimpanan dan Penanganan.


 Rangka baja ringan harus dilindungi terhadap karat, deformasi,
dan kerusakan lainnya selama pengiriman, penyimpanan dan
penanganan.
 Rangka baja ringan harus disimpan di ruang yang memiliki
ventilasi cukup untuk mencegah kondensasi dan dilindungi
dengan penutup tahan air.

4. BAHAN – BAHAN
a. Baja
o Baja Profil menggunakan Mutu Baja BJ 37 ( fy = 2400 kg/cm2)
o Mutu baut HTB A 325
o Mutu Angkur Baja BJTP 24

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Fabrikasi.
1. Maksimalkan fabrikasi di pabrik pembuat dan penyusunan /
perakitan bagian sistem rangka baja.
Fabrikasi rangka baja dan aksesori agar vertikal, tegak lurus
empat sisi, sesuai dengan garis yang telah ditentukan, dan
dengan sambungan yang aman dan kuat.

49
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

2. Beri penulangan, pengaku dan ikatan angin untuk menahan


penanganan, pengiriman dan tekanan pada saat pemasangan.

b. Pemasangan.
1. Umum.
 Pasang rangka baja dan aksesori agar vertikal, tegak lurus
empat sisi, sesuai dengan garis yang telah ditentukan, dan
dengan sambungan yang kencang.
 Pemasangan rangka ini mengunakan alat bantu Hoist Crane
dengan kapasitas maksimum 2 ton untuk mengangkat rangka
menuju lantai atas.
 Pasang bagian rangka dalam satu bagian panjang utuh bila
memungkinkan.
 Lengkapi dengan ikatan angin sementara yang dibiarkan
pada tempatnya sampai rangka baja ringan menjadi stabil
secara permanen.

PASAL 13. PEKERJAAN KEDAP AIR / WATERPROOFING


1. LINGKUP PEKERJAAN

Meliputi penyediaan bahan dan pemasangan waterproofing pada permukaan plat


beton atap, tempat daerah basah (toilet) dan tanki penampungan air atau sesuai
dengan gambar kerja.

2. BAHAN

1. Standar Mutu Bahan


Berdasarkan : ASTM 828, ASTME, TAPP 1803 DAN 407.
2. Untuk pelat atap dan daerah basah lainnya seperti toilet dan sebagainya
menggunakan lembaran dari Produk Awazseal, Sintaproof, Isobond,
Bituthene 2000 atau sejenisnya yang setara.
3. Jenis bahan membrane yang digunakan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Tebal bahan minimum 1,50 mm, karakteristik fisik, kimiawi dan kepadatan
yang merata dan konstan.
b. Kedap air dan uap, termasuk bagian-bagian yang akan disusun
overlapping nanti.
c. Memiliki ketahanan yang baik terhadap gesekan dan tekanan.
d. Susunan polimer tidak berubah akibat perubahan cuaca.
4. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan tertutup
(belum dibuka) dan masih tersegel dan berlabel sesuai pabriknya.
5. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup, tidak lembab,
kering dan bersih.
6. Kontraktor bertanggungjawab atas kerusakan bahan-bahan yang
disimpannya baik sebelum atau selama pelaksanaan.
7. Pengujian

50
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

a. Bila diperlukan Kontraktor wajib mengadakan test bahan sebelum


dipasang, pada laboratorium yang ditunjuk PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen). Dan sebelum dimulai pemasangannya Kontraktor harus
menunjukkan sertifikat keaslian barang dan supplier disertai data-data
teknis komposisi unsur material pembentuknya.
b. Sewaktu penyerahan hasil pekerjaan, kontraktor wajib memberikan
jaminan atas produk yang digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah
dan cacat lainnya, selama 10 (sepuluh) tahun termasuk mengganti dan
memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta
adalah jaminan dari pihak pabrik untuk mutu material, serta jaminan dari
pihak pemasang (applicator) untuk mutu pelaksanaan pemasangannya.
c. Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan/pengujian dengan
melakukan penyemprotan langsung dengan air serta menggenanginya di
atas permukaan yang diberi lapisan/additive kedap air.

3. GAMBAR DETAIL PELAKSANAAN / SHOP-DRAWING

1. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)


berdasarkan gambar dokumen kontrak dan keadaan lapangan, untuk
memperjelas detai-detail khusus yang diperlukan pada saat pelaksanaan di
lapangan.
2. Shop drawing harus mencantumkan semua data termasuk tipe bahan
keterangan produk, cara pemasangan atau persyaratan khusus.
3. Shop drawing belum dapat dilaksanakan sebelum mendapatkan persetujuan
dari PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

4. CONTOH

1. Kontrakrtor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, disertai brosur


lengkap dan jaminan keaslian material dari pabrik.
2. Contoh bahan harus diserahkan minimal sebanyak 2 (dua) buah yang setara
mutunya. Keputusan bahan jenis, warna, tekstur dan merk akan diberitahukan
oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) dalam jangka waktu tidak lebih dari 7
(tujuh) hari kalender terhitung sejak penyerahan contoh-contoh bahan tersebut.
3. PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) menpunyai hak untuk meminta kontraktor
mengadakan mock-up guna memperjelas usulan material yang diajukannya.

5. PELAKSANAAN

1. Persiapan permukaan yang dilapis waterproofing lantai beton harus bebas dari
kotoran yang melekat seperti bitumen, oli, bercak-bercak cat, lemak dan lain-
lain,
2. Lapisan dasar primer untuk meratakan penmukaan lantai beton dan membuat
kemiringan dengan screeding beton campuran 1 : 2 ditambahkan 0,5 kg/m2
dengan semen slurry bonding agent lain yang setara. Kemiringan screeding
beton sekurang-kurangnya 2%, selanjutnya Kontraktor melapor PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen) untuk mendapat persetujuan.
51
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

3. Seluruh lapisan waterproofing, jika tidak ditentukan lain harus pula menutupi
kaki-kaki bidang-bidang tegak sampai ketinggian permukaan air (minimal 30
cm). Pertemua.bidang horizontal dan vertikal harus dipasang polyster mesh.
Disekeliling pipa-pipa pembuang harus dibobok untuk kemudian diisi dengan
semen non shrink.
4. Aplikasi pemasangan oleh tenaga ahli dan persyaratan dari produsen :
Campuran waterproofing adalah semen slurry 3 kg/m2 dicampur dengan
bonding agent (additive) sehingga mencapai ketebalan minimum 3 mm.
5. Waterproofing membrane dilaksanakan pada pekerjaan beton daerah terbuka
yang besinggungan dengan air seperti atap dak beton.
6. Pada pekerjaan beton yang bersinggungan dengan air dan digunakan untuk
lalu lintas manusia, water proofing yang digunakan harus memiliki campuran
butiran berbatu keras.
7. Untuk semua waterproofing yang terpasang harus diadakan uji coba terhadap
kebocoran selama 24 jam atau hingga dapat dipastikan tidak terdapat bukti
adanya kebocoran.
8. Pekerjaan waterproofing harus mendapat sertifikat pemeliharaan cuma-cuma
selama 2 (dua) tahun.
9. Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman dan
sesuai dengan "metode pelaksanaan" berdasarkan spesifikasi pabrik.
10. Khusus untuk bahan water proofing yang dipasang di tempat yang
berhubungan langsung dengan matahari tetapi tidak mempunyai lapis
pelindung terhadap ultra violet maka di atasnya harus diberi lapisan pelindung
sesuai gambar pelaksanaan, atau petunjuk PPK (Pejabat Pembuat Komitmen),
dimana lapisan ini dapat berupa screed maupun material finishing lainnya.

PASAL 14. PEKERJAAN DILATASI


1. LINGKUP PEKERJAAN
Meliputi penyediaan bahan dan pemasangan dilatasi antar gedung pada
permukaan pelat beton, dan retaining wall sesuai dengan gambar kerja.

2. BAHAN
a. Standar Mutu Bahan
 US Corp Engineer Specification CRD-C572-74
 ASTM D-412/D-624/D-746
 BS 2571 and BS 2782
b. Jenis bahan membrane yang digunakan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1) Tebal bahan minimum 5.00 mm, karakteristik fisik, kimiawi dan
kepadatan yang merata dan konstan.
2) Kedap air dan uap, termasuk bagian-bagian yang akan disusun
overlapping nanti.
3) Memiliki ketahanan yang baik terhadap gesekan dan tekanan.
4) Susunan polimer tidak berubah akibat perubahan cuaca.
5) Bahan mampu mengakomodasi pergerakan (movement) tidak kurang
dari 100 mm horizontal dan 50 mm vertikal.

52
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

6) Bahan mempunyai kuat tarik minimum (minimum tensile strength)


sebesar 14 MN/m 2 dan perpanjangan (elongation) sampai dengan
300%.
c. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan tertutup
(belum dibuka) dan masih tersegel dan berlabel sesuai pabriknya.
d. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup, tidak lembab,
kering dan bersih.
e. Kontraktor bertanggungjawab atas kerusakan bahan-bahan yang
disimpannya baik sebelum atau selama pelaksanaan..
f. Pengujian
1) Bila diperlukan Kontraktor wajib mengadakan test bahan sebelum
dipasang, pada laboratorium yang ditunjuk PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen) PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). Dan sebelum dimulai
pemasangannya Kontraktor harus menunjukkan sertifikat keaslian
barang dan supplier disertai data-data teknis komposisi unsur material
pembentuknya.
2) Sewaktu penyerahan hasil pekerjaan, kontraktor wajib memberikan
jaminan atas produk yang digunakan terhadap kemungkinan bocor,
pecah dan cacat lainnya, selama 10 (sepuluh) tahun termasuk
mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi.
Jaminan yang diminta adalah jaminan dari pihak pabrik untuk mutu
material, serta jaminan dari pihak pemasang (applicator) untuk mutu
pelaksanaan pemasangannya.
3) Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan/pengujian dengan
melakukan penyemprotan langsung dengan air serta menggenanginya
di atas permukaan yang diberi lapisan/additive kedap air.

3. GAMBAR DETAIL PELAKSANAAN / SHOP-DRAWING


a. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan gambar dokumen kontrak dan keadaan lapangan, untuk
memperjelas detai-detail khusus yang diperlukan pada saat pelaksanaan
di lapangan.
b. Shop drawing harus mencantumkan semua data termasuk tipe bahan
keterangan produk, cara pemasangan atau persyaratan khusus.
c. Shop drawing belum dapat dilaksanakan sebelum mendapatkan
persetujuan dari PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

4. CONTOH
a. Kontrakrtor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, disertai brosur
lengkap dan jaminan keaslian material dari pabrik.
b. Contoh bahan harus diserahkan minimal sebanyak 2 (dua) buah yang
setara mutunya. Keputusan bahan jenis, warna, tekstur dan merk akan
diberitahukan oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) dalam jangka waktu
tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak penyerahan contoh-
contoh bahan tersebut.
PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) menpunyai hak untuk meminta kontraktor
mengadakan mock-up guna memperjelas usulan material yang diajukannya.

53
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

B. PEKERJAAN ARSITEKTUR
PASAL 1. PEKERJAAN TANAH

I.1. PEMBENTUKAN PERMUKAAN TANAH (GRADING)


a. Tanah halaman proyek dibentuk (levelling) menurut rencana pengerukan dan
pengurugan (cut and fill) bila diperlukan sehingga diperoleh ketinggian-
ketinggian permukaan seperti yang ditentukan dalam gambar pelaksanaan.
Pekerjaan tanah (grading) dan pengerukan/pengurugan (cut and fill) harus
dilakukan dengan peralatan-peralatan yang memadai dan dilaksanakan
menurut ketentuan-ketentuan teknis yang berlaku.
b. Bahan-bahan tanah untuk pengurugan berasal dari hasil galian, dengan
syarat harus bebas dari kotoran, batu-batu besar, dan tumbuh-tumbuhan.
Pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis, tiap lapis tidak lebih dari 20
cm, dan dipadatkan dengan menggunakan stamper dan timbris.
c. Tanah yang berhumus atau yang masih terdapat tumbuh-tumbuhan diatasnya
harus dibuang dahulu permukaan bagian atasnya (top soil) sedalam 20 cm,
khususnya pada daerah bangunan sampai dengan 3 m disekelilingnya.
d. Tanah bekas galian dan leveling harus dikeluarkan dari lingkungan proyek.

I.2. GALIAN TANAH


a. Pekerjaan ini meliputi galian tanah untuk pondasi batu kali, foot plat, sloof,
saluran-saluran air dan lain-lain seperti ditunjukkan dalam gambar kerja.
Penggalian harus dikerjakan sesuai dengan ukuran yang tercantum dalam
gambar baik kedalaman, kemiringan maupun panjang dan lebarnya.
b. Parit-parit pondasi dan lubang galian lainnya harus diusahakan selalu dalam
keadaan kering (bebas air), untuk itu harus disediakan pompa-pompa air
yang siap pakai dengan daya dan jumlah yang bisa menjamin kelancaran
pekerjaan.

I.3. URUGAN TANAH


a. Pekerjaan ini meliputi pengurugan kembali bekas galian untuk pasangan
pondasi dan untuk pembentukan tanah. Urugan harus dilakukan selapis demi
selapis dengan ketebalan tidak lebih dari 20 cm untuk setiap lapisan dan
ditimbris sampai padat.
b. Tanah urugan yang terlalu kering harus dibasahi dengan air, sedang tanah
yang terlalu basah harus dihampar agar cepat kering.
c. Pengurugan kembali tidak boleh dilaksanakan sebelum pondasi,
instalasi/pipa-pipa dan lain-lain yang bakal tertutup tanah diperiksa oleh PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen).

I.4. BENDA-BENDA YANG DITEMUKAN


a. Semua benda-benda yang ditemukan selama pekerjaan tanah berlangsung,
terutama pada saat pembongkaran dan penggalian tanah, menjadi milik
proyek.
b. Jika diketemukan tulang belulang atau bekas kuburan pada saat pekerjaan
tanah berlangsung, Kontraktor harus memberikan perlindungan secukupnya
sampai Pemberi Tugas atau wakilnya mengadakan peninjauan. Hal-hal yang
menyangkut pemindahannya dilaksanakan oleh Kontraktor dengan petunjuk
tertulis dari PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

54
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

I.5. URUGAN PASIR


a. Urugan pasir dilaksanakan untuk lubang galian pondasi sebelum dikerjakan
lantai kerja, saluran-saluran, bak-bak kontrol dan dibawah pasangan lantai
bangunan.
b. Urugan tersebut harus dipadatkan dengan stamper dan disiram dengan air.
Ukuran dari ketinggian urugan pasir yang tercantum dalam gambar adalah
ukuran jadi (sesudah dalam keadaan padat).

PASAL 2 PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATA DAN DINDING PARTISI

2.1. KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan dinding yang terbuat dari batu
bata disusun ½ bata dan satu bata, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan
peralatan untuk pekerjaan ini.

2.2. BAHAN
a. Batu bata (bata merah)
Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam
negeri eks daerah setempat dari kualitas yang baik dengan ukuran 5 x
10,5 x 22 cm yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan
tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat atau
mengandung kotoran.
Meskipun ukuran bata yang bisa diperoleh di suatu daerah mungkin tidak
sama dengan ukuran tersebut diatas, harus diusahakan supaya ukuran
bata yang akan dipakai tidak terlalu menyimpang. Direkomendasikan
untuk batu bata merah adalah yang pembuatannya menggunakan press
mesin.
Kualitas bata harus sesuai dengan pasal 81 dari A.V. 1941
Kontraktor harus menunjukkan contoh terlebih dahulu kepada PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen). PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) berhak
menolak bata dan menyuruh bongkar pasangan bata yang tidak
memenuhi syarat. Bahan-bahan yang ditolak harus segera diangkut
keluar dari tempat pekerjaan.

b. Bata Ringan
Batu bata ringan yang dipakai adalah produksi setara Citicon , massa
block atau Jaya Celcon ukuran 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per
m2.
Kontraktor harus menunjukkan contoh terlebih dahulu kepada PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen). PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) berhak
menolak bata ringan yang tidak memenuhi syarat. Bahan-bahan yang
ditolak harus segera diangkut keluar dari tempat pekerjaan.

c. Mortar/Plester
Adukan terdiri dari bahan plester instan dan air dipakai untuk
pemasangan dinding batu bata ringan. Komposisi adukan sesuai dengan
yang disyaratkan oleh Fabrikan.
Bahan yang dipakai adalah produk Eco Mortar, Mortar Indonesia , setara

55
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

d. Adukan
Adukan terdiri dari semen, pasir dan air dipakai untuk pemasangan
dinding batu bata. Komposisi adukan adalah 1 pc : 5 pasir untuk
dinding biasa, 1 Pc : 3 pasir untuk tasram
Semen PC yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik
(Nusantara, Gresik, Tiga Roda atau produk daerah setempat yang
mempunyai kualitas standar konstruksi).
Adukan harus dibuat dalam alat tempat mencampur, diatas
permukaan yang keras, bukan langsung diatas tanah. Bekas adukan
yang sudah mulai mengeras tidak boleh digunakan kembali.

e. Beton Non Struktural


Beton Non Struktural dibuat untuk rangka penguat dinding bata, yaitu :
sloof, kolom praktis dan ringbalk atau balok latai.
Komposisi bahan beton rangka penguat dinding (sloof, kolom praktis,
ringbalk) adalah 1 pc : 2 pasir : 3 kerikil, diaduk mengunakan Concrete
Mixer, Kontraktor harus menyediakan Concrete Mixer 2 unit dengan
kapasitas 350 liter.
Semen PC yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik
(satu merek untuk seluruh pekerjaan). Pasir beton harus bersih, bebas
dari tanah/lumpur dan zat-zat organik lainnya. Kerikil/split dari
pecahan batu keras dengan ukuran 1 - 2 cm, bebas dari kotoran. Baja
tulangan menurut ketentuan PBI 1971.

2.3. PELAKSANAAN
Dinding harus dipasang (uitzet dengan peralatan yang memadai) dan
didirikan menurut masing-masing ukuran ketebalan dan ketinggian yang
disyaratkan seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
a. Sloof, kolom praktis, balok latai dan ringbalk
Ukuran rangka penguat dinding bata (non struktural) : sloof 15 x 20
cm, kolom praktis 12 x 12 cm atau 10 x 10, ringbalk 15 x 12 dan balok
latai 10 x 15 cm. Kolom praktis dan ringbalk diplester sekaligus
dengan dinding bata sehingga mencapai tebal 15 cm dan 11 cm untuk
bata ringan. Bekisting terbuat dari kayu terentang/kayu hutan lainnya
dengan tebal minimum 2 cm yang rata dan berkualitas papan baik.
Pemasangan bekisting harus rapi dan cukup kuat. Celah-celah papan
harus rapat sehingga tidak ada air adukan yang keluar. Bekisting baru
boleh dibongkar setelah beton mengalami proses pengerasan.
Kecuali ditentukan lain setiap opening untuk kusen pintu dan jendela
harus diberi dan dipasang beton praktis ini.

b. Pasangan dinding bata


Bata yang akan dipasang harus direndam dalam air terlebih dahulu
sampai jenuh.
Tidak diperkenankan memasang batu bata :
1. Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum,
mandi/buang air dan kebutuhan lain para pekerja. Kualitas air
yang disediakan untuk keperluan tersebut harus cukup terjamin.
2. Yang ukurannya kurang dari setengahnya

56
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
3. Lebih dari 1 (satu) meter tingginya setiap hari di satu bagian
pemasangan
4. Setiap luas pasangan dinding bata mencapai 12 m2 harus
dipasang beton praktis (kolom, dan ring balk)
Bata dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang
seharusnya dengan bentang benang yang sipat datar. Kayu penolong
harus cukup kuat dan benar-benar dipasang tegak lurus.
Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi
setiap jarak 40 cm. Permukaan beton harus dibuat kasar.
Pemasangan bata diatas kusen harus dibuat balok lantai 12/12 atau
dilengkapi dengan pasangan rollaag. Pemasangan harus dijaga
kerapihannya, baik dalam arah vertikal maupun horizontal. Sela-sela
disekitar kusen-kusen harus diisi dengan aduk.

c. Semua Pasangan Batu bata dipasang rata sampai dengan ring balk
strukturnya sebagai penumpu rangka atap diplester dan diaci 1 : 5.

d. Dinding yang berada diatas plafon dan dibawah ring balk harus
diplester 1 : 5 tanpa acian

e. Kecuali ditentukan lain, bukaan dinding yang tidak terpasang kusen


tinggi bukaan dinding adalah 2,15 m dari elevasi 0,00.

f. Pasangan Bata Ringan


Bata ringan yang akan dipasang harus direndam dalam air terlebih
dahulu sampai jenuh.
Tidak diperkenankan memasang batu bata ringan:
1. Yang ukurannya kurang dari setengahnya
2. Pada waktu hujan di tempat yang tidak terlindung atap
3. Setiap luas pasangan dinding bata ringan mencapai 12 m2 harus
dipasang beton praktis (kolom, dan ring balk)
Bata ringan dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang
seharusnya dengan bentang benang yang sipat datar. Kayu penolong
harus cukup kuat dan benar-benar dipasang tegak lurus.

Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi
setiap jarak 40 cm. Permukaan beton harus dibuat kasar.
Pemasangan bata ringan diatas kusen harus dibuat balok latei 10/12.
Pemasangan harus dijaga kerapihannya, baik dalam arah vertikal
maupun horizontal. Sela-sela disekitar kusen-kusen harus diisi dengan
adukan.

2.4. DINDING PARTISI


Pekerjaan dinding partisi harus dikerjakan oleh tenaga aplikator yang
berpengalaman dan direkomendasi oleh principal dari material yang akan
dipakai. Pelaksanaan dinding partisi ini harus dengan full system dari
pabrik penghasilnya. Pihak principal harus menyediakan tenaga teknis
yang berpengalaman sebagai tenaga superfisi teknis pada masa
pelaksanaannya yang minimal datang ke lapangan dalam dua minggu
sekali dan ketika dibutuhkan pendapat teknis karena suatu permasalahan
atau kondisi tidak normal di lapangan.
a. Bahan yang dipakai untuk dinding partisi kecuali ditentukan lain adalah
panel Gypsum standar tebal 12 mm jenis standar serta Calcium
Silicate Board tebal 6 mm. Jenis papan Gypsum yang digunakan
57
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
mempunyai bagian tepi melandai. Panel gypsum yang
direkomendasikan adalah setara produk Jayaboard, Knauf atau
Gyproc.

b. Rangka dinding partisi yang digunakan adalah ‘Metal Stud System’


sesuai rekomendasi produsen Gypsum yang dipakai. Rangka terbuat
dari bahan metal galvalume tebal 0,55 BMT dan lebar 76 (CS) produk
Boral , Knauff atau yang setara.
c. Rangka vertikal terpasang dengan jarak maksimal 60 cm (AS)atau
sesuai dengan rekomendasi pabrikannya. Dirangkai sedemikian rupa
sehingga membentuk suatu rangkaian yang kokoh dan kuat dengan
sambungan pada posisi yang tepat serta kelurusan permukaan benar-
benar lurus.
d. Pemasangan Gypsum pada rangka dilaksanakan dengan
menggunakan paku skrup stainless steel setiap jarak 20 cm untuk
bagian tepi Gypsum dan 30 cm untuk pemasangan bagian tengah
lembar Gypsum yang dipasang secara tegak lurus bidang muka
Gypsum dan rangkanya.
e. Pemasangan paku skrup harus diberi jarak minimal 10 cm dari tepi
Gypsum untuk setiap sambungan.
f. Pelaksana pemasangan harus dapat menunjukkan sertifikat/surat
rekomendasi pemasangan dari produsen Gypsum yang dipakai.
g. Apabila diperlukan maka untuk produk Gypsum yang digunakan
setidaknya produsen produk yang bersangkutan harus dapat
memberikan supervisi terhadap pelaksanaan pemasangan produknya.
h. Setiap pertemuan sudut partisi harus dapat menghasilkan hasil akhir
yang lurus dan siku (runcing).
i. Sambungan antar panel Gypsum harus ditutup dengan pita perekat
dan ditutup dengan compound serta dihaluskan/diratakan hingga
membentuk permukaan yang rata.
j. Sebelum pemasangan panel Gypsum, pekerjaan-pekerjaan yang lain
yang tertanam didalamnya harus sudah selesai dikerjakan dan diuji
sehingga tidak menimbulkan adanya pembongkaran dan pemasangan
papan Gypsum kembali.
k. Belokan/lekukan pada dinding harus dipasang lipatan sudut yang
sesuai pada bidang sisi papan Gypsum sehingga didapat hasil
belokan/lekukan yang benar-benar lurus dan siku.
l. Dinding Partisi Gypsum tidak menempel pada lantai finish tetapi
menopang pada duk beton B-0 yang dipersiapkan terlebih dahulu
sesuai posisi dinding partisi yang direncanakan dan duk beton B-0
dipasang menempel pada plat lantai beton struktur. Tinggi beton duk
adalah setinggi 10 cm dari lantai finish sehingga plin lantai bisa
menempel pada duk beton, bukan pada dinding partisinya.

2.5. DINDING PARTISI CUBIKALTOILET


Pekerjaan dinding partisi untuk Cubikal toilet harus dikerjakan oleh tenaga
aplikator yang berpengalaman dan specialis dibidang ini serta
direkomendasi oleh principal dari material yang akan dipakai. Pelaksanaan
dinding partisi ini harus dengan full system dari pabrik penghasilnya. Pihak
principal harus menyediakan tenaga teknis yang berpengalaman sebagai
tenaga superfisi teknis pada masa pelaksanaannya yang minimal datang
ke lapangan dalam dua minggu sekali dan ketika dibutuhkan pendapat
teknis karena suatu permasalahan atau kondisi tidak normal di lapangan.

58
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
a. Bahan yang dipakai untuk dinding partisi cubical adalah panel phenolix
standar tebal 12 mm, tinggi partisi cubical adalah 2.m dengan pesdestal
15 cm dari lantai.
b. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel
ukuran sesuai dengan pabrik penghasil. Semua engsel dan kunci
adalah full stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar.
c. Cubikal toilet boleh dipasang setelah pekerjaan dinding bata dan
dinding partisi serta pekerjaan pelapis dinding lainnya selesai
dikerjakan.
d. Sebelum melaksanakan pekerjaan ini kontraktor harus mengajukan
gambar shop drawing kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) untuk
mendapatkan persetujuan.

PASAL 3 PEKERJAAN PLESTERAN

3.1. KETERANGAN
Kecuali disebutkan lain, bahan penyelesaian atau penutup permukaan
dinding/tembok bata dan adalah plesteran. Pekerjaan plesteran mencakup
pembuatan dan pemasangan plesteran pada dinding-dinding tembok bata dan
bidang-bidang beton, meliputi penyediaan bahan, tenaga kerja dan
peralatannya. Semua permukaan plesteran dicat dengan cat tembok, kecuali
disebutkan lain.

3.2. BAHAN
Komposisi bahan adukan sesuai dengan persyaratan, yaitu :
a. 1 pc : 3 pasir untuk permukaan beton, dinding trasram atau daerah basah
dan dinding luar yang tidak tertutup atap.
b. 1 pc : 2 pasir dan sudut dinding
c. 1 pc : 5 pasir untuk dinding bata bagian dalam gedung
Semen PC yang dipakai adalah produk lokal yang terbaik (satu merek untuk
seluruh pekerjaan).
d. Plesteran untuk penutup dinding bata ringan menggunakan Dry-Mortar 3
kg/m2, ketebalan 3 mm. Ketebalan dapat diatur sesuai dengan grade : kasar,
sedang, halus. Produk yang direkomendasikan untuk dry mortar setara : MU,
Plester Mutiara, atau Cipta Mortar

3.3. PELAKSANAAN
a. Plesteran dinding bata
Sebelum diplester, permukaan dinding bata merah harus dibersihkan dan
dibasahi dengan air, siarnya dikorek sedalam 1 cm. Tebal plesteran
minimum 1,5 cm dan maksimum 2,5 cm. Plesteran diselesaikan dengan
papan plesteran dan kayu perata atau sekop baja dan batang perata
panjang 2 m dengan bahan hollow aluminium yang kuat dan lurus. Untuk
mempermudah dan mendapatkan hasil plesteran yang rata pada bidang
yang luas, maka terlebih dahulu harus dibuat kepalaan sebagai acuan
ketebalan dan kerataan plesteran. Sudut-sudut dibuat serapi-rapinya dan
menyiku. Sambungan dari plesteran-plesteran harus mulus dan lurus.
Dalam mendirikan dinding yang tidak berada dibawah atap, selama waktu
hujan harus diberi perlindungan dengan menutup bagian atas dari tembok
dengan bahan pelindung yang cukup sesuai.
Selama proses pengeringan, plesteran harus disiram dengan air selama 7
(tujuh) hari terus menerus.

59
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

b. Plesteran Beton
Seluruh permukaan beton yang tampak harus menghasilkan permukaan
yang halus dan rata. Bila pelaksanaan pekerjaan beton tidak dapat
menghasilkan permukaan yang halus dan rata, maka permukaan tersebut
harus diplester hingga menghasilkan permukaan seperti yang dimaksud di
dalam gambar rancangan pelaksanaan.
Permukaan beton yang akan diplester harus disiapkan dulu dengan
pekerjaan pendahuluan dengan urutan sebagai berikut :
 Permukaan dibuat kasar dengan betel/pahat beton

 Dibasahi dengan air

 Disapu air semen (Pc) atau bonding egent

Mortar untuk plesteran adalah campuran 1 Pc : 2 Ps yang diaduk secara


benar-benar homogen.
Ketebalan plesteran adalah rata-rata 15 mm – 25 mm
Plesteran harus diakhiri dengan acian halus dari adukan air semen (Pc)
Untuk beton bertemu dengan dinding, plesteran harus dilapisi kawat
wiremesh minimal 30 cm sepanjang pertemuan, khususnya apabila
permukaan dinding rata dengan permukaan beton.

c. Plesteran Dry Mortar


1. Tuangkan air kedalam ember yang bersih
2. Masukkan serbuk Dry-Mortar secara bertahap kedalam ember dengan
perbandingan campuran (1 kg Plester Mutiara : 250 cc air) dan 3 kg
untuk 1 m2 dengan ketebalan 3 mm.
3. Aduk hingga rata dengan menggunakan mixer
4. Tebarkan adukan tersebut pada media dinding yang sudah diplester
5. Rapikan / haluskan dengan gosokan (roskam)
Semua pasangan dinding bata harus diplester dan diaci kecuali pasangan
dinding bata yang tertanam didalam tanah atau dibawah lantai dasar cukup
diplester dengan campuran 1 : 3 tanpa acian.

PASAL 4. PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA

4.1. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan pembuatan dan pemasangan kusen,
daun pintu dan jendela dengan bahan-bahan dari Aluminium, multiplek/ nyatoh,
baja termasuk menyediakan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini.

4.2. STANDAR / RUJUKAN


a. American Society for Testing and Materials (ASTM).
- ASTM B221– Specification for Alumunium-Alloy Extruded Bars, Rods,
Wire Shapes and Tubes.
- ASTM E-283 – Metode Pengujian Kebocoran Udara untuk Jendela dan
Curtain Wall
- ASTM E-330 – Metode Pengujian Struktural untuk Jendela dan Curtain
Wall
- ASTM E-331 – Metode Pengujian Kebocoran Air untuk Jendela dan
Curtain Wall

b. American Architectural Manufactures Association (AAMA).


60
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
- AAMA – 101 – Spesifikasi untuk Jendela dan Pintu Alumunium
c. Japanese Industrial Standard (JIS)
- JIS H – 4100 – Spesifikasi Komposisi Alumunium Extrusi untuk produk
Arsitektur
- JIS H – 8602 – Spesifikasi Pelapisan Anodise untuk Alumunium
d. Spesifikasi Teknis

Nama material Curtain wall Window wall


Dimensi 125 mm 100 mm 125 mm 125 mm 125 mm
kedalaman
Tebal profil 1.2 mm 1.2 mm 1.2 mm 1.2 mm 1.2 mm
Yield streght 110 N/mm2 110 N/mm2 110 N/mm2 110 N/mm2 110 N/mm2
Tensile strenght 150 N/mm2 150 N/mm2 150 N/mm2 150 N/mm2 150 N/mm2
ED coating Min 18 micron Min 18 micron Min 18 micron Min 18 micron Min 18 micron
Powder coating 60-70 micron 60-70 micron 60-70 micron 60-70 micron 60-70 micron

Semua kusen pintu, kusen jendela, daun pintu, daun jendela maupun profil curtain wall
bagian sisi luar gedung adalah dengan finishing powder coating 200 micron warna
putih tulang.

4.3. DESKRIPSI SISTEM


a. Kriteria Perencanaan
1. Faktor Pengaman
Kecuali disebutkan lain, bagian – bagian alumunium termasuk ketahanan
kaca, memenuhi faktor keamanan tidak kurang dari 1,5 x maksimum
tekanan angin yang disyaratkan.
2. Modifikasi
Dapat dimungkinkan tanpa merubah profil atau merubah penampilan,
kekuatan atau ketahanan dari material dan harus tetap memenuhi kriteria
perencanaan.
3. Pergerakan Karena Temperatur
Akibat pemuaian dari material yang berhubungan tidak boleh menimbulkan
suara maupun terjadi patahan atau sambungan yang terbuka, kaca pecah,
sealant yang tidak merekat dan hal – hal lain. Sambungan kedap air harus
mampu menampung pergerakan ini.
4. Persyaratan Struktur
Defleksi : AAMA = Defleksi yang diijinkan maksimum L / 175 atau 2 cm.
Beban Hidup : Pada bagian – bagian yang menerima hidup terutama pada
waktu perawatan, seperti : meja (stool) dan cladding diharuskan
disediakan penguat dan angkur dengan kemampuan menahan beban
terpusat sebesar 62 kg tanpa terjadi kerusakan.
5. Kebocoran Udara
ASTM E – 283 – Kebocoran udara tidak melebihi 2,06 m3/hari pada setiap
m’ unit panjang penampang bidang bukaan pada tekanan 75 Pa.
6. Kebocoran Air
ASTM E – 331 – Tidak terlihat kebocoran air masuk ke dalam interior
bangunan sampai tekanan 137 Pa dalam jangka waktu 15 menit, dengan
jumlah air minimum 3,4 L/m2/minimal.

4.4. PROSEDUR UMUM


a. Contoh Bahan dan Data Teknis
1. Contoh profil dan penyelesaian permukaan yang harus meliputi tipe
alumunium ekstrusi, pelapisan, warna dan penyelesaian, harus diserahkan

61
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) untuk disetujui sebelum
pengadaan bahan kelokasi pekerjaan.
2. Contoh bahan produk alumunium harus diuji di laburatorium yang ditunjuk
PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) atau harus dilengkapi dengan data-data
pengujian.
Data-data ini harus meliputi pengujian untuk :

 Ketebalan lapisan,
 Keseragaman warna,
 Berat,
 Karat,
 Ketahanan terhadap air dan angin minimal 100kg/m2 untuk masing-
masing tipe.
 Ketahanan terhadap udara minimal 15m3/jam,
 Ketahanan terhadap tekanan air minimal 15kg/m2.
3. Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

b. Gambar Detail Pelaksanaan.


1. Gambar detail pelaksanaan yang harus meliputi detail-detail, pemasangan
rangka dan bingkai, pengencangan dan sistem pengukuran seluruh
pekerjaan, harus disiapkan oleh Kontraktor dan diserahkan kepada PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen) untuk disetujui sebelum pelaksanaan
pekerjaan.
2. Semua dimensi harus diukur dilokasi pekerjaan dan di tunjukkan dalam
Gambar Detail Pelaksanaan.
3. Kontraktor bertanggung jawab atas setiap perbedaan dimensi dan akhir
penyetelan semua pekerjaan lain yang diperlukan untuk menyempurnakan
pekerjaan yang tercakup dalam Spesifikasi Teknis ini, sehingga sesuai
dengan ketentuan Gambar Kerja.

c. Pengiriman dan Penyimpanan


1. Pekerjaan alumunium dan kelengkapan harus diadakan sesuai ketentuan
Gambar Kerja, bebas dari bentuk puntiran, lekukan dan cacat.
2. Kontraktor harus menyediakan pick up 2 unit untuk mempermudah
pengiriman bahan material penunjang pekerjaan.
3. Segera seteklah didatangkan, pekerjaan alumunium dan kelengkapan
harus ditumpuk dengan baik ditempat yang bersih dan kering dan
dilindungi terhadap kerusakan dan gesekan, sebelum dan setelah
pemasangan. Semua bagian harus dijaga tetap bersih dan bebas dari
ceceran adukan, plesteran, cat dan lainnya.

d. Garansi
Kontraktor harus memberikan kepada Pemilik Proyek, garansi tertulis yang
meliputi kesempurnaan pemasangan, pengoperasian dan kondisi semua
pintu, jendela dan lainnya seperti ditunjukkan dalam spesifikasi ini untuk
periode selama 1 tahun setelah pekerjaan yang rusak dengan biaya
Kontraktor.

4.5. BAHAN - BAHAN


a. Alumunium
1. Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela
adalah dari jenis alumunium alloy yang memenuhi ketentuan JIS H 4100
62
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
dan JIS H 8602, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik,
dengan lapisan clear anodized minimal 18 mikron yang diberi lapisan
warna akhir di pabrik dalam warna sesuai Skema warna yang ditentukan
kemudian.
Tebal profil adalah minimal 1,2 mm dengan penebalan yang
direkomendasi adalah setara produk YKK , INDAL, ALEXINDO atau
setara dengan ukuran dan bentuk sesuai Gambar Kerja. Dimensi profil
dapat berubah tergantung perhitungan kekuatan dan jenis profil.
2. Kecuali ditentukan lain, semua pintu dan jendela harus dilengkapi dengan
perlengkapan standar dari pabrik pembuatan.
3. Semua kusen pintu, kusen jendela, daun pintu, daun jendela maupun
profil curtain wall adalah dengan finishing powder coating 50-80 micron.
c. Pengisi daun pintu rangka aluminium kecuali kaca 5 mm adalah panel ACP 2
X 4 mm.

4.6. PELAKSANAAN PEKERJAAN


a. Fabrikasi
Pekerjaan febrikasi atau pemasangan tidak boleh dilaksanakan sebelum
Gambar Detail Pelaksanaan yang diserahkan Kontraktor dan disetujui PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen).
b. Semua komponen harus difebrikasi dan dirakit secara tepat sesuai bentuk
dan ukuran aktual dilokasi serta dipasang pada lokasi yang telah ditentukan.
c. Pemasangan
Bagian pertama yang terpasang harus disetujui PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen) sebagai acuan dan contoh untuk pemasangan berikutnya.
d. Kontraktor bertanggung jawab atas kualitas konstruksi komponen-
komponen. Bila suatu sambungan tidak digambarkan dalam Gambar Kerja,
swambungan-sambungan tersebut harus ditempatkan dan dibuat
sedemikian rupa sehingga sambungan-sambungan tersebut dappat
meneruskan beban dan menahan tekanan yang harus diterimanya.
e. Semua komponen harus sesuai dengan pola yang ditentukan.
f. Untuk Window wall, bila di pasang langsung ke dinding atau beton, kusen
atau bingkai harus dilengkapi dengan fischer pada jarak maksimal 500mm.
g. Semua bagian alumunium yang berhubungan dengan semen atau adukan
harus dilindungi dengan lembaran protection tape.
h. Semua bagian alumunium yang berhubungan dengan elemen besi atau baja
harus dilapisi dengan cat khusus yang direkomendasikan pabrik pembuat,
untuk mencegah kerusakan komposisi alumunium.
i. Berbagai perlengkapan bukan alumunium yang akan dipasang pada bagian
alumunium harus terdiri dari bahan yang tidak menimbulkan reaksi
elektronik, seperti baja anti karat, nilon, neoprene dan lainnya.
j. Semua pengencangan harus tidak terlihat, kecuali ditentukan lain.
k. Semua pekerjaan pembuatan dan pemasangan kusen, pintu dan jendela
Aluminium harus dilakukan oleh pabrik penghasil dari bahan yang
dipergunakan dengan memperoleh persetujuan PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen).
l. Semua bahan kusen, daun pintu dan jendela aluminium, boleh dibawa
kelapangan/ halaman pekerjaan jikalau pekerjaan konstruksi benar-benar
mencapai tahap pemasangan kusen, pintu dan jendela.
m. Pemasangan sambungan harus tepat tanpa celah sedikitpun.
n. Semua detail pertemuan daun pintu dan jendela harus runcing (adu manis)
halus dan rata, serta bersih dari goresan-goresan serta cacat-cacat yang
mempengaruhi permukaan.

63
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
o. Detail Pertemuan Kusen Pintu dan Jendela harus lurus dan rata serta bersih
dari goresan-goresan serta cacat yang mempengaruhi permukaan.
p. Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan dan
brosur serta persyaratan teknis yang benar.
q. Setiap sambungan atau pertemuan dengan dinding atau benda yang
berlainan sifatnya harus diberi “sealent”.
r. Pertemuan pengisi rangka daun pintu aluminium baik dengan kaca atau
panel MDF harus disealent poliuretant dengan rapi dan rapat.
s. Penyekrupan harus tidak terlihat dari luar dengan skrup kepala tanam
galvanized sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan harus
kedap air.
t. Semua alumunium yang akan dikerjakan maupun selama pengerjaan harus
tetap dilindungi dengan “Protection Tape”.
u. Ketika pelaksanaan pekerjaan plesteran, pengecatan dinding dan bila
kusen; alumunium telah terpasang maka kusen tersebut harus tetap
terlindungi oleh protection tape agar kusen tetap terjamin kebersihannya.
v. Kecuali disebutkan atau ditunjukkan dalam gambar detail, pemasangan
kusen aluminium dipasang pada posisi tengah/center terhadap tebal
dinding.

4.7. PEKERJAAN PINTU BAJA


a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan, pembuatan
dan pemasangan pintu-pintu baja berikut kusen dan perlengkapan lainnya
yang sesuai standar untuk pekerjaan ini.
Pekerjaan ini dilaksanakan pada ruang-ruang seperti pintu untuk ruang
tangga darurat, ruang M/E (r. Panel, shaf, ruang kontrol) dan ruang lainnya
seperti yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar yang meliputi :
Fire door dan Steel Door lengkap dengan Hardware terpasang
b. Referensi
1) National Fire Protection Association (NFPA)
1. 80-86 Fire Doors and Windows
2. 252-95 Fire Test of Door Assemblies
2) American Society for Testing and Materials (ASTM)
1. UL 10 B Fire Tests of door assemblies
3) American National Standard Institute (ANSI)
1. ANSI A250.4 Tests of door assemblies
4) Deutsches Institut für Normung (DIN)
1. 18082 TEIL 1 -1985 : Steel doors T30-1 Construction Type A
5) British Standard (BS)
1. BS 476. Part 22 - 1972 : Test method & criteria for the fire
resistance of elements of building construction
6) Japan Industrial Standard (JIS)
1. JIS A 4702 – General

2. JIS G 3302 – Hot dipped Zinc Coated Steel Sheets and Coils
3. JIS G 313 & G 3142 – Internal
4. JIS A 1515 – Wind Resistance
5. JIS A 1516 – Air Resistance
6. JIS A 1517 – Water Tightness
7. JIS A 1519 – Closing & Opening Forces
8. JIS A 1520 – Sound Insulation
9. JIS A 4710 – Thermal Resistance
64
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
10. JIS A.1311 - Methods of fire protecting test of fire door for
buildings

c. Persyaratan Bahan
Material kusen dan daun pintu baja juga harus memenuhi persyaratan-
persyaratan khusus sebagai berikut:
a. Kusen pintu terbuat dari lembaran pelat baja (cold rolled steel sheet).
1. Ketebalan plat untuk kusen 3 mm untuk Fire Door (pintu tahan api)
dan yang telah melalui pengujian dan dinyatakan memenuhi
persyaratan sebagai pintu tahan api oleh lembaga-lembaga
pengujian dengan standar internasional antara lain Underwriters
Laboratories (UL) dengan standar Amerika (ASTM), yaitu UL 10B.
Dan ketebalan plat 2 mm untuk kusen pintu baja lainnya.
2. Selain Fire Door, pada sekeliling kusen / threshold pada sisi bukaan
pintu ditanam Magnetic Gasket Seal, yang berfungsi untuk
meredam suara dan termal yang mengalir melalui celah pintu.
3. Angkur baja 15 mm sebagai pengikat kusen ke kolom.
4. Dilengkapi kotak pengaman baja untuk lidah lockcase dan stang
flushbolt dari kotoran mortar.

b. Daun pintu terbuat dari lembaran pelat baja (cold rolled steel sheet).
1. Ketebalan plat 1.5 mm untuk Fire door. Berbentuk Rebated Door
dilengkapi dengan bibir pintu selebar 24 mm di sekeliling daun pintu
yang merupakan satu kesatuan plat dengan plat permukaan pintu,
sehingga permukaan pintu menjadi rata. Ketebalan daun pintu
untuk seluruh tingkatan fire rating 1, 2 atau 3 jam adalah 55 mm.
Bagian
dalam daun pintu disi Rock Wool dengan density 110 kg/m3
sebagai isolator panas (sesuai DIN 4102 : Part 1), agar pada saat
terjadi kebakaran, kenaikan suhu permukaan plat pintu pada sisi
yang tidak terbakar tidak melebihi 450oF (232oC) pada 30 menit
pertama yang telah melalui pengujian dan dinyatakan memenuhi
persyaratan sebagai pintu tahan api oleh lembaga-lembaga
pengujian dengan standar internasional antara lain Underwriters
Laboratories (UL) dengan standar Amerika (ASTM), yaitu UL 10B.
2. Ketebalan plat 0.8 mm untuk Steel door Doralux series dibuat
dengan sistem penangkupan tanpa las sehingga permukaan pintu
sangat rata dan kaku tanpa ada bekas las. Ketebalan daun pintu
adalah 40 mm. Bagian dalam daun pintu disi Injection Polyurethane
dengan kepadatan 33-35 kg/m3 sebagai isolator suara dan panas
3. Daun pintu satinless steel untuk pintu ruang operasi dengan tebal
plat 1,2 mm, daun pintu dengan Airtight door 250 pascal satinless
steel hair line AISI 304 anti karat. Ketebalan daun pintu adalah 50
mm dengan peralatan buka dan tutup automatic.

4. Angkur baja 15 mm sebagai pengikat kusen ke kolom.


5. Semua pintu metal harus di finishing dengan powder coating
minimal 200 micron. Warna akan ditentukan kemudian.

c. Perlengkapan pintu seperti engsel, flushbolt, handle dan lockset yang


digunakan pada telah melalui pengujian dan dinyatakan memenuhi
persyaratan tahan api oleh lembaga-lembaga pengujian dengan standar
internasional antara lain Underwriters Laboratories (UL) dengan standar
Amerika (ASTM), yaitu UL 10B.sebagai berikut
65
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
1. Engsel BQ-H04 merek WILKA, terbuat dari bahan baja digalbani
dengan hardened steel axial ball bearing, dengan diameter knuckle 22
mm dan diameter security pin 14 mm, sistem pemasangan yaitu dilas
pada sisi kusen maupun daun pintu. Sesuai dengan DIN 18082.
Untuk Doralux menggunakan engsel tipe V 8087 N terbuat dari bahan
baja digalbani dengan hardened steel axial ball bearing, dengan
diameter knuckle 15 mm dan diameter pin 10 mm, sistem
pemasangan yaitu dilas pada sisi kusen dan di-skrup pada sisi daun
pintu.
2. Flushbolt merek GRIMM tipe P/N 5259, dipasang di daun pintu non-
aktif pada pintu ganda dengan satu penguncian untuk menggerakkan
stang ke atas dan bawah pintu.
Flushbolt panic device untuk fire door menggunakan merk Corbin tipe
PFS 200.
3. Handleset Fire Door menggunakan type Panic Bar Handle Corbin
Handleset Airttight door, Acoustic door, Radiation door menggunakan
setara Griff 7201.10-F1.
Handleset Doralux menggunakan setara merk Griff 1205/2012-F1.
4. Lockcase Fire door menggunakan system anti panic dengan setara
merk Griff 2202.X4R.
Lockcase Radiation door menggunakan lubang tempat cylinder tidak
simetris untuk menghindari kebocoran radiasi.
5. Cylinder menggunakan jenis yang dapat dibuat system masterkey
untuk menjamin keamanan dan kepraktisan sesuai bagan organisasi.
d. Pabrikan
Pabrik yeng membuat pintu-pintu diatas harus memiliki ISO minimal ISO
2001-2000. Pintu yang digunakan adalah yang setara dengan produk
Bostinco, Atlantic, Lion atau yang setara.
e. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Pemasangan harus dilaksanakan oleh kontraktor yang mempunyai
pengalaman khusus untuk pekerjaan ini dan mempunyai tenaga ahli
yang berpengalaman
2. Kontraktor harus mempunyai workshop lengkap dengan peralatan
atau mesin-mesin khusus untuk pekerjaan ini.
3. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diwajibkan meneliti
gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan
lubang-lubang), detail-detail sesuai gambar sebelum difabrikasi.
4. Kontraktor wajib membuat shopdrawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan gambar dokumen kontrak yang telah disesuaikan di
lapangan. Di dalam shopdrawing harus memuat dan memperhatikan
detail-detail pemasangan serta discripsi bahan dan accesorise yang
dipakai dan semua data yang diperlukan termasuk keterangan produk,
cara pemasangan atau detail-detail khusus yang tercakup secara
lengkap sesuai dengan standar spesifikasi pabriknya. Gambar shop
drawing harus dibuat dengan skala yang besar untuk mempermudah
pemeriksaan.
5. Shopdrawing harus mendapat persetujuan dahulu oleh PPK ( Pejabat
Pembuat Komitmen) sebelum dilaksanakan.
6. Sebelum pemasangan, penimbunan bahan di tempat pekerjaan harus
ditempatkan pada ruang/tempat yang terlindung dari cuaca dan bebas
dari karat dan goresan.
7. Pemasangan di site dilakukan dengan menggunakan angkur pada
kolom praktis yan dilas pada kusen dan dilakukan penyetelan
mekanisme pintu langsung pada tempatnya.
66
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
8. Komponen pintu harus dipasang dalam struktur yang kaku sesuai
dengan petunjuk pemasangan dari pabriknya.
9. Finishing pintu baja dan kusen dengan cat duco, warna akan
ditentukan oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

4.8. PEKERJAAN PINTU PANEL


Finishing
Skin : Kayu Multiplex nyatoh / 4 mm finished milamine sanding sealer
Frame : Kayu kamper 40 x 120 mm
Ukuran : Tebal Daun Pintu 40 mm, Lebar 720/820/920 Tinggi 2200
atau sesuai gambar rencana
Semua finishing daun pintu dengan Melamine atau sesuai dengan gambar

PASAL 5. PEKERJAAN KACA

5.1. KETERANGAN
Pekerjaan kaca meliputi pengisian bidang-bidang kusen (kaca mati), daun pintu
dan jendela, jendela bovenlicht. Contoh kaca yang akan dipakai harus
diperlihatkan kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) paling lambat 2 (dua)
minggu sebelum dipasang.

5.2. BAHAN
a. Kaca Polos.
Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass
yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang
baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 –
1987, seperti tipe Indoflot buatan Asahimas atau yang setar.
Ukuran dan ketebalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
b. Kaca Tahan Panas/Tempered Glass.
Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan
cara dipanaskan sampai temperatur sekitar 700ºC dan kemudian
didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata pada
kedua permukaannya, seperti tipe Temperlite dari Asahimas atau yang
setara.
Ukuran dan ketebalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
c. Kaca PANASAP.
Kaca Panasap harus merupakan kaca jenis warna yang datar, jernih dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang
memenuhi ketentuan SNI, buatan Asahimas atau yang setara. Ketebalan

kaca Panasap disesuaikan dengan luas bidang dan letaknya, yaitu antara
8 mm sd 10 mm. Kaca panasap dipasang untuk sisi bagian luar bangunan
atau hanya pada bagian facade saja. Warna kaca panasap akan
ditentukan kemudian. Rekomendasi PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)
perancana adalah warna kaca panasap adalah DARK BLUE.
Ukuran dan ketebalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
d. Kaca STOPSOL.
Kaca Stopsol harus merupakan kaca jenis warnadengan kemampuan
pantul sinar matahari ± 65% dengan kondisi permukaan yang datar, jernih
dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang
memenuhi ketentuan SNI, buatan Asahimas atau yang setara. Ketebalan

67
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
kaca STOPSOL disesuaikan dengan luas bidang dan letaknya, yaitu
antara 8 mm sd 10 mm. Kaca panasap dipasang untuk sisi bagian luar
bangunan atau hanya pada bagian facade saja.
Ukuran dan ketebalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.Warna
kaca Stopsol digunakan warna DARK BLUE
e. Cermin.
Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm
merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik seperti Miralux dari adari
Asahimas atau yang setara.
Ukuran dan ketebalan cermin sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
f. Neoprene/Gasket.
Neoprene/Gasket atau bahan sintetis lainnya yang setar untuk
perlengkapan pemasangan kaca pada rangka alumunium.
Dimennsi Neoprene/Gasket yang dibutuhkan disesuaikan dengan
ketebalan kaca dan jenis profil alumunium yang digunakan.

5.3. PELAKSANAAN
a. Umum.
1. Ukuran-ukuran kaca dan cermin yang tertera dalam Gambar Kerja
adalah ukuran yang mendekati sesungguhnya. Ukuran kaca yang
sebenarnya dan besarnya toleransi harus diukur ditempat oleh
Kontraktor berdasarkan ukuran di tempat kaca atau cermin tersebut
akan dipasang, atau menurut petunjuk dari PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen), bila dikehendaki lain.
2. Setiap kaca harus tetap ditempeli merek pabrik yang menyatakan tipe
kaca, ketebalan kaca dan kualitas kaca.
Merek-merek tersebut baru boleh dilepas setelah mendapatkan
persetujuan dari PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
3. Semua bahan harus dipasang dengan rekomendasi dari pabrik.
Pemasangan harus dilakukan oleh tukang-tukang yang ahli dalam
bidang pekerjaannya.
b. Pemasangan Kaca.
1. Sela dan Toleransi Pemotongan.
Sela dan toleransi pemotongan sesuai ketentuan berikut :
- Sela bagian muka antara kaca dan rangka nominal 3mm.
- Sela bagian tepi antara kaca dan rangka nominal 6mm.
- Kedalaman celah minimal 16mm.
- Toleransi pemotongan maksimal untuk seluruh kaca adalah +3mm
atau -1,5mm.
- Sela untuk Gasket harus ditambahkan sesuai dengan jenis gasket
yang digunakan

c. Persiapan Permukaan.
 Sebelum kaca-kaca dipasang, daun pintu, daun jendela, bingkai partisi
dan bagian-bagian lain yang akan diberikan kaca harus diperiksa
bahwa mereka dapat bergerak dengan baik.
 Daun pintu dan daun jendela harus diamankan atau dalam keadaan
terkunci atau tertutup sampai pekerjaan pemolesan dan pemasangan
kaca selesai.
 Permukaan semua celah harus bersih dan kering dan dikerjakan sesuai
petunjuk pabrik.
 Sebelum pelaksanaan, permukaan kaca harus bebas dari debu, lembab
dan lapisan bahan kimia yang berasal dari pabrik.
d. Neoprene/Gasket dan Seal.
68
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
 Setiap pemasangan kaca pada daun pintu dan jendela harus dilengkapi
dengan Neoprene/Gasket yang sesuai.
 Neoprene/Gasket dipasang pada bilang antar kusen dengan daun pintu
dan jendela, kusen dengan dinding yang berfungsi sebagai seal pada
ruang yang dikondisikan.
e. Pemasangan Cermin.
 Cermin harus dipasang lengkap dengan sekrup-sekrup kaca yang
memiliki dop penutup stainless steel.
 Penempatan sekrup-sekrup harus sedemikian rupa sehingga cermin
terpasang rata dan kokoh pada tempatnya seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja.
f. Penggantian dan Pembersihan.
 Pada waktu penyerahan pekerjaan, semua kaca harus sudah dalam
keadaan bersih, tidak ada lagi merek perusahaan, kotoran-kotoran
dalam bentuk apapun.
 Semua kaca yang retak, pecah atau kurang baik harus diganti oleh
Kontraktor tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.

PASAL 6 PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

6.1. KETERANGAN
Semua daun pintu dan jendela dipasangi alat penggantung dan kunci yang
sesuai. Pekerjaan alat penggantung dan pengunci ini mencakup semua
kegiatan pemasangan kunci dan alat-alat penggantung pada daun pintu dan
jendela, meliputi pengadaan bahan, tenaga dan peralatan yang diperlukan
untuk pekerjaan ini.

PROSEDUR UMUM
a. Contoh
Contoh bahan beserta data teknis/brosur bahan alat penggantung dan
pengunci yang akan dipakai harus diserahkan kepada PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen) untuk disetujui, sebelum dibawa kelokasi proyek.
b. Pengiriman dan Penyimpanan
Alat penggantung dan pengunci harus dikirim ke lokasi proyek dalam
kemasan asli dari pabrik pembuatannya, tiap alat harus dibungkus rapi dan
masing-masing dikemas dalam kotak yang masih utuh lengkap dengan
nama pabrik dan mereknya.
Semua alat harus disimpan dalam tempat yang kering dan terlindung dari
kerusakan.
c. Ketidaksesuaian.
PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) berhak menolak bahan maupun
pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan dan Kontraktor harus
menggantinya dengan yang sesuai. Segala hal yang diakibatkan karena
hal di atas menjadi tanggung jawab Kontraktor.

6.2. BAHAN
a. Umum
Semua bahan/alat yang tertulis dibawah ini harus seluruhnya baru, kualitas
baik, buatan pabrik yang dikenal dan disetujui.
Semua bahan harus anti karat untuk semua tempat yang memiliki nilai
kelembapan lebih dari 70%.
Kecuali ditentukan lain, semua alat penggantung dan pengunci yang
didatangkan harus sesuai dengan tipe-tipe tersebut dibawah.
69
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
b. Alat Penggantung dan Pengunci.
Rangka Bagian Dalam.
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama atau setara
dengan merek : DEKKSON, CISA, VINO atau CALVIS
2. Semua kunci harus terdiri dari :
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan
kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3 (tiga) buah anak
kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop diatas plat yang
terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan finishing stainless steel
hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja
lapis seng stainless steel hair line dengan jenis dan ukuran yang
disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau
alumunium), yang dilengkapi dengan lidah siang (latch bolt), lidah
malam (dead bolt), lubang silinder, face plate, lubang untuk
pegangan pintu dan dilengkapi strike plate.
- Kunci harus memakai sistem Master key
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu alumunium tipe
ayun dengan bukaan satu arah, harus dari tipe kupu-kupu
berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel
untuk semua jendela harus dari tipe friction stay 20” atau 24” sesuai
dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x
64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel
Stainless steel dengan finish stainless steel hair line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu.
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay
menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas
bawah yang sesuai atau setara dengan produk DEKKSON, CISA,
VINO atau CALVIS Penahan Pintu (Door Stop).

Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding


produk DEKKSON, CISA, VINO atau CALVIS, pemasangan dilantai
seperti atau setara.
7. Pull Handle
Pegangan pintu yang memakai floor hing atau semi frame less
menggunakan handle buka model hollow panjang 600 mm setara
produk DEKKSON, CISA, VINO atau CALVIS
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan
handle setara produk DEKKSON, CISA, VINO atau CALVIS
Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel
hair line, kecuali bila ditentukan lain.

70
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

6.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN


a. Umum.
 Pemasangan semua alat penggantung dan pengunci harus sesuai
dengan persyaratan serta sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuatnya.
 Semua peralatan tersebut harus terpasang dengan kokoh dan rapih
pada tempatnya, untuk menjamin kekuatan serta kesempurnaan
fungsinya.
 Setiap daun jendela dipasangkan ke kusen dengan menggunakan 2
(dua) buah engsel type friction stay dan harus dilengkapi dengan 1
(satu) buah alat pengunci/window lock yang memiliki pegangan.
 Semua pintu dipasangkan ke kusen dengan menggunakan 3 (tiga) buah
engsel, Untuk pemasangan engsel ke kusen Alumunium harus diberi
closer dari kayu tebal min 3 cm x panjang kusen yang kuat dan dari
kayu bermutu baik (Kamper atau Jati) yang dipasang di balik atau di
dalam kusen Alumunium.
 Semua pintu memakai kunci pintu lengkap dengan badan kunci,
silinder, handle/pelat.
 Engsel bagian atas untuk pintu kaca menggunakan pin yang bersatu
dengan bingkai bawah pemegang pintu kaca.
 Lubang untuk pemasangan kunci dan engsel harus dibuat persis dan
tidak boleh longgar. Semua alat kunci harus dipasang dengan sekrup
secara lengkap
b. Pemasangan Pintu.
 Kunci pintu dipasang pada ketinggalan 1000 mm dari lantai.
 Pemasangan engsel atas berjarak maksimal 120mm dari tepi atas daun
pintu dan engsel bawah berjarak maksimal 250mm dari tepi bawah
daun pintu, sedang engsel tengah dipasang diantar kedua engsel
tersebut.
 Semua pintu memakai kunci tanam lengkap dengan pegangan (handle),
pelat penutup muka dan pelat kunci.
 Pada pintu yang terdiri dari dua daun pintu, salah satunya harus
dipasang slot tanam sebagaimana mestinya, kecuali bila ditentukan lain
dalam Gambar Kerja.

c. Pemasangan Jendela.
 Daun jendela dengan engsel tipe kupu-kupu dipasangkan ke kusen
dengan menggunakan engsel dan dilengkapi hak angin, dengan cara
pemasangan sesuai petunjuk dari pabrik pembuatnya dalam Gambar
Kerja.
 Daun jendela tidak berengsel dipasangkan ke kusen dengan
menggunakan friction stay yang merangkap sebagai hak angin, dengan
cara pemasangan sesuai petunjuk dari pabrik pembuatnya.
 Penempatan engsel harus sesuai dengan arah buakaan jendela yang
diinginkan seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja, dan setiap jendela
harus dilengkapi dengan sebuah pengunci.

d. Perlengkapan lain
1. Door closer : eks DEKKSON, CISA, VINO atau CALVIS
2. Floor Hing : eks DEKKSON, CISA, VINO atau CALVIS
3. Gasket
Ketentuan pemasangan gasket pada pintu adalah sebagai berikut :
 Airtight
71
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
 Fireproof
 Smokeproof
 Soundproof
 Weatherproof
4. Dust Strike
Tipe Dust Strike yang digunakan adalah :
 Type lantai/threshold - Glynn Johnson DP2
 Untuk lantai marmer - Modrtz
Semua perlengkapan yang akan dipakai harus diberikan contohnya
terlebih dahulu kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) untuk disetujui.

PASAL 7. PEKERJAAN BESI / BAJA

7.1. KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup semua pembuatan dan pemasangan pipa besi dan
baja, seperti yang tercantum dalam gambar dan RKS, meliputi pengadaan
bahan, tenaga kerja dan peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan ini.
Pekerjaan ini mencakup antara lain :
a. Railing : Tangga Lobby, Tangga Utama, Tangga Darurat, Corridor, Void,
fasilitas penyandang cacat dan Toilet.
Standar / Rujukan:
o American Society for Testing and Materials (ASTM)
o American Welding Society (AWS)
o American Institute of Steel Construction (AISC)
o American National Standard Institute (ANSI)
o Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 03-1729-2002 – Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung

7.2. BAHAN
a. Mutu pipa yang digunakan adalah mild steel yang memenuhi persyaratan
ASTM A-36 Bahan-bahan pelengkap harus dari jenis yang sama dengan
barang yang dipasangkan dan yang paling cocok untuk maksud yang
bersangkutan.
b. Railing tangga utama, fasilitas penyandang cacat menggunakan pipa
stainles steel  2” produk Bakeri atau yang setara dengan ketebalan
minimal 2 mm.
Semua kelengkapan yang perlu demi kesempurnaan pemasangan harus
diadakan, walaupun tidak secara khusus diperlihatkan dalam gambar atau
RKS ini.
c. Railing tangga darurat menggunakan pipa BSP  2” SCH 30 produk
Bakeri atau yang setara finish cat duco.
Semua kelengkapan yang perlu demi kesempurnaan pemasangan harus
diadakan, walaupun tidak secara khusus diperlihatkan dalam gambar atau
RKS ini.
d. Railing tangga utama dan railling void menggunakan kombinasi plat
stainles steel dengan ketebalan bervariasi sesuai dengan gambar desain.
Pengisi dari railling tangga utama dan railling void adalah menggunakan
panel acrilic atau panel kaca tempert 12 mm. Pada prinsipnya profil dan
ukuran railling tangga
e. utama, tangga lobby dan railling void adalah dari profil pabrikan, bukan
modifikasi.

72
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
Semua kelengkapan yang perlu demi kesempurnaan pemasangan harus
diadakan, walaupun tidak secara khusus diperlihatkan dalam gambar atau
RKS ini.

7.3. PELAKSANAAN
a. Contoh bahan-bahan yang akan dipakai harus diperlihatkan kepada PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen) untuk disetujui. Contoh itu harus
memperlihatkan kualitas pengelasan dan penghalusan untuk standar dalam
pekerjaan ini.
b. Pengerjaan harus yang sebaik-baiknya. Semua pengerjaan harus
diselesaikan bebas dari puntiran, tekukan dan hubungan terbuka.
c. Pengerjaan di bengkel ataupun di lapangan harus mendapat persetujuan
PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). Semua pengelasan, kecuali ditunjukkan
lain, harus memakai las listrik , maka kontraktor harus menyediakan las
listrik ARC Welding Generator 250A 2 Unit. Tenaga kerja yang melakukan
hal ini harus benar-benar ahli dan berpengalaman.
d. Semua bagian yang dilas harus diratakan dan difinish sehingga sama
dengan permukaan sekitarnya. Bila memakai pengikat-pengikat lain seperti
clipkeling dan lain-lain yang tampak harus sama dalam finish dan warna
dengan bahan yang diikatnya.
e. Penyambungan dengan baut harus dilakukan dengan cara terbaik yang
sesuai dengan maksudnya termasuk perlengkapannya. Lubang-lubang
untuk baut harus dibor dan di-punch.
f. Pemasangan (penyambungan dan pemasangan accesorise) harus
dilakukan oleh tukang yang ahli dan berpengalaman. Semua railling tangga
utama harus terbungkus crome/stainles steel kecuali disebutkan lain.
g. Semua untuk pekerjaan ini harus mengacu pada gambar rencana, kecuali
ditentukan lain

PASAL 8 PEKERJAAN LANGIT-LANGIT

8.1. KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup pembuatan dan pemasangan langit-langit dengan
berbagai bahan penutup langit-langit (gypsum panel, gypsum tile, accuistic tile,
metal ceilling & perforatted, metal sheet dan calsiboard) sesuai dengan gambar
dan RKS, meliputi penyediaan alat, bahan dan tenaga untuk keperluan
pekerjaan ini.
Pekerjaan langit-langit / plafon disini adalah dengan full system dalam arti
seluruh rangka dan panel penutupnya adalah satu pabrikan dan satu system
desainnya. Dalam pelaksanaannya dari produk yang dipakai harus bersedia
menyediakan tenaga supervise teknis dari principal.

8.2. BAHAN
a. Bahan yang dipakai pada pekerjaan ini adalah panel gypsum standart
9mm sesuai pada gambar perencanaan, produk Jaya Board, Gyproc,
knauf atau setara kualitas. Papan gipsum harus dari tipe standar yang
memenuhi ketentuan AS 2588, BS 1230 atau ASTM C 36.
b. Calsium Cilicat 6mm untuk plafon ruang, teritisan atap bagian luar dan
daerah basah atau sesuai dengan finishing schedule. Bahan terpasang
harus dalam keadaan utuh, kuat, permukaan rata dan tanpa cacat lainnya.
c. Plafon Gyptile adalah dari bahan gypsum dengan ketebalan 12 mm.
Ukuran module gyptile yang digunakan pada gedung ini adalah 600 x 1200

73
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
mm.. Rangka Plafond Gyptile menggunakan cross T dan main T type
concealed
d. Plafon Accoustic tile adalah dari bahan mineral dengan ketebalan minimal
12,5 mm. Ukuran module gyptile yang digunakan pada gedung ini adalah
600 x 1200 mmdan 600 x 600. Plafond jenis accuistic ini harus mampu
mempunyai kemampuan daya serap suara yang bagus yaitu kelas A atau
daya serap suara minimal 23 db. Rangka Plafond Gyptile menggunakan
cross T dan main T type concealed
e. Rangka plafond untuk fix ceilling atau gypsum panel adalah menggunakan
sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm, full
system sesuai gambar rancangan pelaksanaan produk Boral, knauf atau
gyproc.
f. Calsiboard 6 mm untuk plafon teritisan atap bagian luar dan daerah basah
atau sesuai dengan finishing scedule yang telah ditentukan. Bahan
terpasang harus dalam keadaan utuh, kuat, permukaan rata dan tanpa
cacat lainnya.

8.3. PELAKSANAAN

a. Pekerjaan pemasangan ini menggunakan alat bantu scafolding, untuk


memudahkan pekerja menjangkau tinggi yang sudah tertera pada gambar
kerja.
b. Rangka penggantung dipasang berjarak maksimum 120 cm sesuai gambar
rancangan sedangkan untuk rangka pembagi berjarak 40 cm untuk papan
gypsum 9 mm dan 60 cm untuk papan gypsum 12mm sesuai persyaratan
teknis dari pabrik dan gambar rancangan pelaksanaan
c. Pemasangan paku atau sekrup harus diberi jarak 10 mm (minimal) dan
maksimal 16 mm dari pinggir bahan penutup. Jarak antara paku sekrup
pada bagian tepi gypsum berjarak 20 cm sedangkan pada bagian tengah
penutup langit-langit jarak antara paku sekrup adalah 30 cm.
d. Sambungan pada pemasangan penutup langit-langit antara satu dengan
lainnya adalah serapat mungkin tanpa jarak yang pemasangannya
dilakukan zig zag.
e. Untuk mendapatkan hasil permukaan yang benar-benar rata pada setiap
sambungan harus dilapisi dengan base bond dan paper tape dari produk
yang sama dengan papan penutup langit-langit dengan lubang dan garis
tengah pelaksanaan sesuai brosur petunjuk.
f. Untuk pekerjaan plafond dengan menggunakan gypsum datar tanpa nat,
tebal minimal 9 mm.
g. Pemasangan penutup langit-langit harus ditimbang rata air agar
mendapatkan permukaan yang benar rata.
h. List langit-langit dipasang pada setiap permukaan antara dinding dan
plafond dengan cara pemasangan menggunakan paku atau sekrup
sedemikian rupa sehingga pangkal paku atau sekrup dapat masuk ke
dalam bahan penutup langit-langit. Lubang bekas paku atau sekrup harus
ditutup dengan plamir/compound dari bahan gypsum sampai tak terlihat
bekas lubang.
i. Untuk pemasangan rangka dan plafond accuistic adalah harus satu produc
dan satu system dalam semua pemasangan pada gedung ini.
Pemasangan harus dilakukan oleh aplikator yang berpengalaman dan
direkomendasikan oleh pabrik pembuat plafondnya. Dalam pelaksanaan
74
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
dilapangan harus selalu di control dan diawasi oleh supervisi dari principal
plafond dari merk yang dipakai.
j. Langit-langit tanpa penutup/exposed beton di ruang-ruang yang tidak
tertutup harus dirapikan.
k. Pemasangan Calsiboard
Langit – langit Calsiboard dipaku atau disekrup pada rangka plafond
dengan hati – hati, menggunakan paku baut eternit yang cukup jumlahnya.
Letak paku – paku tersebut harus diatur dan beraturan jaraknya.
Permukaan seluruh bidang langit – langit Calsiboard harus datar air /
waterpass tanpa nat. Pertemuan langit – langit dengan dinding tidak
bercelah. Langit – langit Calsiboard dicat emultion dengan warna yang
ditetapkan oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen.
Pekerjaan ini mencakup pembuatan dan pemasangan langit-langit dengan
berbagai bahan penutup langit-langit sesuai dengan gambar dan RKS,
meliputi penyediaan alat, bahan dan tenaga untuk keperluan pekerjaan ini.

PASAL 9 PEKERJAAN PELAPISAN DINDING

9.1. KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup pemasangan pelapis dinding ruangan-ruangan dalam
bangunan sesuai dengan gambar pelaksanaan dan RKS ini, meliputi
penyediaan alat, bahan dan tenaga untuk keperluan pekerjaan ini. Ruangan
yang dilapisi keramik sesuai dengan gambar dan schedule finishing.

9.2. BAHAN
a. Keramik
Keramik untuk pelapis dinding yang dipakai buatan dalam negeri (Roman
atau Asia Tile), berukuran 30 x 00 cm, 40 x 40 cm double fireing, atau
sesuai schedule untuk ruang – ruang lainnya. Bahan yang didatangkan
harus dalam keadaan baik, utuh kuat, tanpa cacat. Keramik yang
didatangkan harus disetujui oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
b. Homogenous Tile
Homogenous Tile untuk pelapis dinding yang dipakai produk Venus ,
Essensa, Monalisa untuk berukuran 60 x 60 cm atau sesuai schedule
untuk ruang – ruang lainnya. Bahan yang didatangkan harus dalam
keadaan baik, utuh kuat, tanpa cacat. Homogenous Tile yang didatangkan
harus disetujui oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

9.3. PELAKSANAAN
a. Pemasangan keramik
Pemasangan keramik dinding sebaiknya pada tahap akhir, untuk
menghindari kerusakan akibat pekerjaan yang belum selesai. Permukaan
dinding yang akan dipasang keramik harus bersih, cukup kering dan rata
air. Tentukan tulangan dengan mempertimbangkan tata letak ruangan
dinding yang ada. Pemasangan keramik dinding dimulai dari tulangan ini.
Sebelum dipasang, keramik dinding agar direndam dalam air terlebih
dahulu. Setiap jalur pemasangan sebaiknya ditarik benang dan rata air.
Adukan semen untuk pemasangan keramik harus penuh, baik permukaan
dasar maupun di badan belakang keramik dinding yang terpasang.
Perbandingan adukan dan ketebalan rata – rata yang dianjurkan adalah
75
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
Semen : Pasir = 1 : 4, dengan ketebalan rata – rata 2,0 cm. Lebar nat yang
dianjurkan untuk dinding adalah 2 mm, dengan campuran pengisi nat
(Grout) bahan khusus AM 50. Bagi area yang luas dianjurkan untuk diberi
expansion joint. Khusus untuk dinding luar, harap diberi tali air per jarak
tertentu dengan mempertimbangkan desainnya, agar tidak menerima
beban terlalu berat. Bersihkan segera bekas adukan dari permukaan
keramik, dapat digunakan bahan pembersih yang ada di pasar dengan
kadar asam tidak lebih dari 5 %, setelah itu segera bersihkan dengan air
bersih. Karena sifat alamiah dari produk keramik, yang disebabkan proses
pembakaran pada temperatur tinggi, dapat terjadi perbedaan warna dan
ukuran, untuk ini periksa dan pastikan keramik dinding yang akan dipasang
mempunyai seri dan golongan ukuran yang sama.
Plesteran dinding untuk pasangan keramik harus benar-benar rata dan
cukup kering. Keramik dipasang secara teliti dan rapi. Pemotongan
ubin keramik harus menggunakan alat pemotong khusus. Lebar dan
kedalaman siar-siar harus sama (maksimal 3 mm untuk dinding keramik
dan 1 mm untuk dinding granit) dan siar harus membentuk garis-garis
lurus. Siar-siar itu
diisi dengan bahan pengisi warna (grout semen berwarna), sesuai
dengan petunjuk PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). Dinding keramik
yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda/kotoran
yang melekat sehingga benar-benar bersih, warnanya tidak kusam.
Semua pemasangan dinding keramik dipasang rata dengan plesteran
dinding yang tidak dilapis keramik.
b. Pemasangan border keramik
Bahan yang terpasang harus dalam keadaan baik, utuh dan rapi. Untuk
border keramik dipasang sesuai lebar keramik atau tepat di atas keramik
dinding terpasang. Nat/siar harus lurus vertikal atau horisontal dengan
keramik ukuran 10 x 20 atau 10 x 30. atau sesuai dengan gambar rencana.
Warna dan motif border keramik akan ditentukan kemudian setelah
mendapat persetujuan dari PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). Setelah
terpasang segera dibersihkan dari segala kotoran atau noda yang
menempel.
c. Pemasangan Batu Granit Alam untuk dinding
Batu granit alam dipasang pada area seperti yang ditunjukkan dalam
gambar perencanaan. Pemasangan dinding granit alam adalah dengan
system kering. Setiap sambungan lembaran batu granit harus dipasang
tanpa celah sehingga pemasangan sambungan tanpa nat. Sebelum
dilaksanakan kontraktor harus mengajukan gambar shop drawing untuk
diketahui dan disetujui PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

PASAL 10. PEKERJAAN PENUTUP LANTAI

10.1 KETERANGAN
Bagian ini mencakup semua pekerjaan penutup lantai dalam bangunan dan
teras-teras termasuk plin dan stepnosing tangga, seperti yang tercantum dalam
gambar dan RKS, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan peralatan untuk
pekerjaan ini.
Pengiriman ubin ke lokasi proyek harus terbungkus dalam kemasan pabrik
yang belum dibuka dan dilindungi dengan label/merek dagang yang utuh dan
jelas.

76
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
Kontraktor wajib menyediakan cadangan secukupnya dari keseluruhan bahan
terpasang untuk diserahkan kepada Pemilik Proyek.

10.2 BAHAN
a. Ubin penutup lantai yang dipakai ukuran 50 x 50, 40 x 40 cm dan 30 x 30
dari jenis Keramik Tile yang mempunyai specifikasi minimal sbb :

No Ukuran Tile Uraian Toleransi


1 60 x 60 Tebal ± 8 mm ±5%
Panjang x Lebar ± 0,5 %
Kuat Tekan Min K-500
Kuat Gesekan ≤175 mm3
Daya Serap Air ≤0,5 %
Ketahanan Zat Kimia Sedang
Kimia

2 40 x 40 Tebal ± 7 mm ±5%
Panjang x Lebar ± 0,5 %
Kuat Tekan Min K-500
Kuat Gesekan ≤175 mm3
Daya Serap Air ≤0,5 %
Ketahanan Zat Kimia Sedang
Kimia

3 30 x 30 Tebal ± 6 mm ±5%
Panjang x Lebar ± 0,5 %
Kuat Tekan Min K-500
Kuat Gesekan ≤175 mm3
Daya Serap Air ≤0,5 %
Ketahanan Zat Kimia Sedang
Kimia

b. dan keramik, untuk lantai dengan bahan keramik ukuran 10 x 20 cm, 20


x 20, 30 x 30.
c. Semua pelapis dinding dan lantai produk Habitat, , Asia Tile atau
Roman atau yang setara).
Corak dan warna ubin keramik akan ditetapkan oleh PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen).
d. Sebelum keramik dan keramik tile dibawa ke tempat pekerjaan,
Kontraktor harus menyerahkan contoh dan katalog/persyaratan
specifikasi teknis dari pabrik pembuat kepada PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen) untuk memperoleh persetujuan. Semua keramik dan
Homogeneous Tile/Granit Tile yang akan diipakai harus berada dalam
kotak aslinya. Ubin-ubin keramik yang akan dipasang harus mulus,
presisi, rata dan bebas cacat apapun.

10.3 PELAKSANAAN
a. Pemasangan lantai keramik dan homogeneus tile
Pemasangan keramik lantai sebaiknya pada tahap akhir, untuk
menghindari kerusakan akibat pekerjaan yang belum selesai. Permukaan
lantai yang akan dipasang keramik maupun Homogeneous Tile/Granit
Tile harus bersih, cukup kering dan rata air. Tentukan tulangan/kepalaan

77
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
dengan mempertimbangkan tata letak ruangan / lantai yang ada.
Pemasangan keramik lantai dimulai dari tulangan ini. Sebelum dipasang,
keramik lantai agar direndam dalam air terlebih dahulu. Setiap jalur
pemasangan sebaiknya ditarik benang dan rata air. Adukan semen untuk
pemasangan keramik harus penuh, baik permukaan dasar maupun di
badan belakang keramik lantai yang terpasang. Perbandingan adukan
dan ketebalan rata – rata yang dianjurkan adalah Semen : Pasir = 1 : 4,
dengan ketebalan rata – rata 2 - 4 cm. Lebar nat yang dianjurkan untuk
lantai adalah 2 - 3 mm kecuali untuk keramik type cuting dan
homogeneustile lebar nat maximum adalah 2mm, dengan campuran
pengisi nat (Grout) bahan khusus AM 50 dengan warna sama dengan
penutup lantaiyang dipasang. Bagi area yang luas dianjurkan untuk diberi
expansionjoint. Bersihkan segera bekas adukan dari permukaan keramik,
dapat digunakan bahan pembersih yang ada di pasar dengan kadar
asam tidak lebih dari 5 %, setelah itu segera bersihkan dengan air bersih.
Karena sifat alamiah dari produk keramik, yang disebabkan proses
pembakaran pada temperatur tinggi, dapat terjadi perbedaan warna dan
ukuran, untuk ini periksa dan pastikan keramik lantai yang akan dipasang
mempunyai seri dan golongan ukuran yang sama.
b. Pemasangan
Pekerjaan ini harus dilakukan dengan serapi-rapinya oleh tukang yang
benar-benar ahli dan berpengalaman, sesuai dengan
petunjuk pabrik bahan yang bersangkutan.

PASAL 11 PEKERJAAN PENGECATAN

11.1. KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan yang berhubungan dan seharusnya
dilaksanakan dalam pengecatan dengan bahan-bahan emulsi, enamel, politur/teak
oil, cat dasar, pendempulan, baik yang dilaksanakan sebagai
pekerjaan permulaan, ditengah-tengah dan akhir. Yang dicat adalah semua
permukaan baja/besi, kayu, plesteran tembok dan beton, dan permukaan-
permukaan lain yang disebut dalam gambar dan RKS.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, tenaga dan semua peralatan yang
diperlukan untuk pekerjaan ini.
STANDAR / RUJUKAN

 PUBB 1973 NI-3.


 Steel Structures Painting Council (SSPC).
 Swedish Standard Institution (SIS).
 British Standard (BS).
 Petunjuk pelaksanaan dari pabrik pembuat.

11.2. BAHAN
a. Umum.
1. Cat harus dalam kaleng/kemasan yang masih tertutup patri/segel, dan
masih jelas menunjukkan nama/merek dagang, nomor formula atau
Spesifikasi cat, nomor takaran pabrik, warna, tanggal pembuatan
pabrikpetunjuk dari pabrik dan nama pabrik pembuat, yang semuanya
harus masih absah pada saat pemakaiannya. Semua bahan harus sesuai
dengan Spesifikasi yang disyaratkan pada daftar cat. Pemakaian bahan-
bahan pengering atau bahan-bahan lainnya tanpa persetujuan PPK
78
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
(Pejabat Pembuat Komitmen) tidak diperbolehkan. Selambat-lambatnya
sebulan sebelum pekerjaan pengecatan dimulai, Kontraktor harus
mengajukan daftar tertulis dari semua bahan yang akan dipakai untuk
disetujui oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen) berhak menguji contoh-contoh sebelum memberikan
persetujuan.
Untuk menetapkan suatu standar kualitas, disyaratkan bahwa semua cat
yang dipakai harus berdasarkan/mengambil acuan pada cat-cat hasil
produksi Jotun, Mowilex, ICI atau Levis – Akzo Nobel.

b. Cat Dasar.
Cat dasar yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut atau setara :
- Water-based sealer untuk permukaan pelesteran, beton, papan gipsum
dan panel kalsium silikat.
- Masonry sealer untuk permukaan pelesteran yang akan menerima cat
akhir berbahan dasar minyak.
- Wood primer sealer untuk permukaan kayu yang akan menerima cat akhir
berbahan dasar minyak.
- Solvent-based anti-corrosive zinc chomate untuk permukaan besi/baja.

c. Undercoat.
Undercoat digunakan untuk permukaan bidang baru yang belum pernah dicat
sebelumnya.

d. Cat Akhir.
Cat akhir yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut, atau yang setar :
- Emulsion untuk permukaan interior pelesteran, beton, papan gipsum dan
panel kalsium silikat.
- Wheathershield khusus untuk permukaan eksterior pelesteran, beton, papan
gipsum dan panel kalsium silikat.
- High quality solvet-based high quality gloss finish untuk permukaan interior
pelesteran dengan cat dasar masonry sealer, kayu dan besi/baja.
- Khusus untuk bagian luar yang tidak terlindung atap dipakai jenis
Weathershield
- Khusus untuk bagian dalam yang tidak harus anti debu (ruang computer,
ruang IT, ruang panel, tangga darurat, ruang pomparuang server dan
gudang peralatan dipakai jenis Dustproof paint.

e. Epoxy
Cat Epoxy digunakan untuk permukaan dinding sesuai gambar rencana dan
skedule finishing dengan ketebalan 600 mikron untuk dinding dan 1000 mikron
untuk lantai. Bahan yang digunakan adalah produk Jotun atau setara.

11.3. PELAKSANAAN
a. Pelaksanaan Pekerjaan
Pembersihan, Persiapan dan Perawatan Awal Permukaan.
1. Umum.
- Semua peralatan gantung dan kunci serta perlengkapan lainnya,
permukaan polesan mesin, pelat, instalasi lampu dan benda-benda
sejenisnya yang berhubungan langsung dengan permukaan yang
akan dicat, harus dilepas, ditutupi atau dilindungi, sebelum persiapan
permukaan dan pengecatan dimulai.

79
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
- Pekerjaan harus dilakukan oleh orang-orang yang memang ahli dalam
bidang tersebut.
- Permukaan yang akan dicat harus bersih sebelum dilakukan
persiapan permukaan atau pelaksanaan pengecatan. Minyak dan
lemak harus dihilangkan dengan memakai kain bersih dan zat
pelarut/pembersih yang berkadar racun rendah dan mempunyai titik
nyala diatas 38oC.
- Pekerjaan pembersihan dan pengecatan harus diatur sedemikian rupa
sehingga debu dan pecemar lain yang berasal dari proses
pembersihan tersebut tidak jauh diatas permukaan cat yang baru dan
basah.

2. Permukaan Pelesteran dan Beton.


Permukaan pelesteran umumnya hanya boleh dicat sesudah sedikitnya
selang waktu 4 (empat) minggu untuk mengering di udara terbuka. Semua
pekerjaan pelesteran atau semen yang cacat harus dipotong dengan tepi-
tepinya dan ditambal dengan pelesteran baru hingga tepi-tepinya
bersambung menjadi rata dengan pelesteran sekelilingnya.
Permukaan pelesteran yang akan dicat harus dipersiapkan dengan
menghilangkan bunga garam kering, bubuk besi, kapur, debu, lumpur,
lemak, minyak, aspal, adukan yang berlebihan dan tetesan-tetesan
adukan.
Sesaat sebelum pelapisan cat dasar dilakukan, permukaan pelesteran
dibasahi secara menyeluruh dan seragam dengan tidak meninggalkan
genangan air. Hal ini dapat dicapai dengan menyemprotkan air dalam
bentuk kabut dengan memberikan selang waktu dari saat penyemprotan
hingga air dapat diserap.

3. Permukaan Gypsum.
Permukaan gipsum harus kering, bebas dari debu, oli atau gemuk dan
permukaan yang cacat telah diperbaiki sebelum pengecatan dimulai.
Kemudian permukaan gipsum tersebut harus dilapisi dengan cat dasar
khusus untuk gipsum, untuk menutup permukaan yang berpori.
Setelah cat dasar ini mengering dilanjutkan dengan pengecatan sesuai
ketentuan Spesifikasi ini.

4. Permukaan Kayu.
Permukaan kayu harus bersih dari minyak, lemak dan serbuk kayu
gergajian, sisa pengamplasan serta kotoran lainnya, sebelum pelapisan
cat dimulai.

5. Permukaan Barang Besi /Baja.


 Besi/Baja Baru.
Permukaan besi/baja yang terkena karat lepas dan benda-benda
asing lainnya harus dibersihkan secara mekanis dengan sikat kawat
atau penyemprtan pasir/sand blasting sesuai standar Sa21/2.
Semua debu, kotoran, minyak, gemuk dan sebagainya harus
dibersihkan dengan zat pelarut yang sesuai dan kemudian dilap
dengan kain bersih.
Sesudah pembersihan selesai, pelapisan cat dasar pada semua
permukaan barang besi/baja dapat dilakukan sampai mencapai
ketebalan yang disyaratkan.

 Besi/Baja Dilapis Dasar di Pabrik/Bengkel.


80
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
Bahan dasar yang diaplikasikan di pabrik/bengkel harus dari merek
yang sama dengan cat akhir yang akan diaplikasikan dilokasi proyek
dan memenuhi ketentuan dalam butir 4.2. dari Spesifikasi Teknis ini.
Barang besi/baja yang telah dilapis dasar di pabrik/bengkel harus
dilindungi terhadap karat, baik sebelum atau sesudah pemasangan
dengan cara segera merawat permukaan karat yang terdeteksi.
Permukaan harus dibersihkan dengan zat pelarut untuk
menghilangkan debu, kotoran, minyak, gemuk.
Bagian-bagian yang tergores atau berkarat harus dibersihkan dengan
sikat kawat sampai bersih, sesuai standar St 2/SP-2, dan kemudian
dicat kembali (touch-up) dengan bahan cat yang sama dengan yang
telah disetujui, sampai mencapai ketebalan yang disyaratkan.

 Besi/Baja Lapis Seng/Galvanized.


Permukaan besi/baja berlapis seng/galvanized yang akan dilapisi cat
warna harus dikasarkan terlebih dahulu dengan bahan kimia khsus
yang diproduksi untuk maksud tersebut, atau disikat dengan sikat
kawat. Bersihkan permukaan dari kotoran-kotoran, debu dan sisa-sisa
pengasaran, sebelum pengaplikasian cat dasar.

b. Selang Waktu Antara Persiapan Permukaan dan Pengecatan.


Permukaan yang sudah dibersihkan, dirawat dan/atau disiapkan untuk
dicat harus mendapatkan lapisan pertama atau cat dasar seperti yang
disayaratkan, secepat mungkin setelah persiapan-persiapan di atas
selesai. Harus diperhatikan bahwa hal ini harus dilakukan sebelum terjadi
kerusakan pada permukaan yang sudah disiapkan di atas.

c. Pelaksanaan Pengecatan.
Umum.
- Permukaan yang sudah dirapikan harus bebas dari aliran punggung
cat, tetesan cat, penonjolan, pelombang, bekas olesan kuas,
perbedaan warna dan tekstur.
- Usaha untuk menutupi semua kekurangan tersebut harus sudah
sempurna dan semua lapisan harus diusahakan membentuk lapisan
dengan ketebalan yang sama.
- Perhatian khusus harus diberikan pada keseluruhan permukaan,
termasuk bagian tepi, sudut dan ceruk/lekukan, agar bisa memperoleh
ketebalan lapisan yang sama dengan permukaan-permukaan di
sekitarnya.
- Permukaan besi/baja atau kayu yang terletak bersebelahan dengan
permukaan yang akan menerima cat dengan bahan dasar air, harus
telah diberi lapisan cat dasar terlebih dahulu.

Proses Pengecatan.
- Harus diberi selang waktu yang cukup di antara pengecatan
berikutnya untuk memberikan kesempatan pengeringan yang
sempurna, disesuaikan dengan kedaan cuaca dan ketentuan dari
pabrik pembuat cat dimaksud.
Penecatan harus dilakukan dengan ketebalan minimal (dalam
keadaan cat kering), sesuai ketentuan berikut.
a. Permukaan Interior Pelesteran, Beton, Gipsum.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis water-based sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan emulsion.
b. Permukaan Eksterior Pelesteran, Beton.
81
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
Cat Dasar : 1 (satu) lapis water-based sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan emulsion khusus eksterior
/Weathersield.
c. Permukaan Interior dan Eksterior Pelesteran dengan Cat Akhir
Berbahan Dasar Minyak.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis masonry sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-based
high quality gloss finish.
d. Permukaan Kayu
Cat Dasar : 1 (satu) lapis wood primer sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-based
high quality gloss finish.
e. Permukaan Besi/Baja.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis solvent-based anti-corrosive zinc
chromate primer.
Undercoat : 1 (satu) lapis undercoat.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-based high
quality gloss finish.
Penyimpanan, Pencampuran dan Pengenceran.
- Pada saat pengerjaan, cat tidak boleh menunjukkan tanda-tanda
mengeras, membentuk selaput yang berlebihan dan tanda-tanda
kerusakan lainnya.
- Cat harus diaduk, disaring secara menyeluruh dan juga agar
seragam konsistensinya selama pengecatan.
- Bila disyaratkan oleh kedaan permukaan, suhu, cuaca dan metoda
pengecatan, maka cat boleh diencerkan sesaat sebelum dilakukan
pengecatan dengan mentaati petunjuk yang diberikan pembuat cat
dan tidak melebihi jumlah 0,5 liter zat pengencer yang baik untuk 4
liter cat.
- Pemakaian zat pengencer tidak berarti lepasnya tanggung jawab
kontraktor untuk memperoleh daya tahan cat yang tinggi (mampu
menutup warna lapis di bawahnya).

Metode Pengecatan.
- Cat dasar untuk permuakaan beton, plesteran, gypsum board
diberikan dengan kuas dan lapisan berikutnya boleh dengan kuas
atau rol.
- Cat dasar untuk permukaan papan gipsum deberikan dengan kuas
dan dan lapisan berikutnya boleh dengan kuas atau rol.
- Cat dasar untuk permukaan kayu harus diaplikasikan dengan kuas
dan lapisan berikutnya boleh dengan kuas, rol atau semprotan.
- Cat dasar untuk permukaan besi/baja diberikan dengan kuas atau
disemprotkan dan lapisan berikutnya boleh menggunakan
semprotan.

d. Pemasangan Kembali Barang-barang yang dilepas.


Sesudah selesainya pekerjaan pengecatan, maka barang-barang yang
dilepas harus dipasang kembali oleh pekerja yang ahli dalam bidangnya.

e. Pengerjaan melamin
Permukaan kayu yang dipertahankan corak naturalnya seperti yang
dijelaskan dalam gambar atau keterangan lainnya (daun pintu, Clading
Teakwood, Nurse station, Bed Head, dll sesuai gambar rencana)
dimelamin dengan bahan dari produk yang baik.
82
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
Pekerjaan harus dilakukan oleh tukang yang ahli dan
berpengalaman. Bagian yang akan dimelamin harus benar-benar
bersih dan kering. Bagian yang retak harus ditutup dulu dengan dempul
yang khusus untuk melamin. Sebelum pengecatan dimulai kayu harus
digosok dulu dengan batu kambang sampai rata kemudian dihaluskan
dengan ampelas.
Pengecatan dilakukan setelah permukaan kayu benar-benar telah
bersih dan kering.
Tingkat lapisan melamin yang dikehendaki adalah dof.

f. Pekerjaan Epoxy untuk Pengecatan Dinding


Sebelum dilakukan pekerjaan finishing dinding dengan cat Epoxy
prosedur dan persiapan yang harus dilakukan adalah permukaan dinding.
Untuk mendapatkan permukaan yang benar-benar rata permukaan
dinding harus dempul yang khusus untuk epoxy. Pekerjaan ini harus
dilakukan berulangkali untuk mendapatkan permukaan yang benar-benar
rata dan mendapatkan persetujuan PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
Setelah permukaan benar-benar rata dan kering barulah pekerjaan
pelapisan dengan Epoxy bisa dimulai setelah mendapatkan persetujuan
PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). Pengecatan dilakukan sesuai
prosedur produk yang dipakai sampai memperoleh ketebalan 200 mikron.
Pertemuan plafon dengan dinding harus

melengkung dengan R. Minimal 10 cm dan permukaan tidak boleh ada


celah atau pemutusan permukaan. Pelaksanaan pekerjaan ini harus
dilakukan oleh tukang yang berpengalaman dan yang telah
direkomendasi oleh pabrik.

PASAL 13 PEKERJAAN ACESSORISE & SANITAIR

13.1. KETERANGAN
Bagian ini mencakup semua pekerjaan sanitair dan yang berhubungan
seperti ditunjukkan dalam gambar, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan
alat yang diperlukan.

13.2. BAHAN
a. Water Closet dan Wastafel
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut :
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri (setara TOTO type CW
702J/SW784JP atau American Standart), lengkap dengan stop kran
dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri (setara TOTO type CE 9/TV
150 NWV12 atau American Standart), lengkap dengan stop kran dan
peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
 Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri (setara
TOTO tipe L 521 V1A, L 830 V3 atau American Standart), lengkap
dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya (warna standard).
 Westafel pedestal setara Toto type LW 236J/ LW 239FJ.
4. Sink dapur (TOTO atau Royal)
83
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan
keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
5. Urinoir (Type Moslem)
Setara Toto type U57M. Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran,
siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.

b. Keran, Floor Drain, Dll (ex. Toto atau SanEi)


1. Keran air (TOTO type T-23B13V7NB dan T30ARQ13N untuk Pantry
atau yang setara)
2. Floor Drain (TOTO type square flange TX 1B atau setara)
3. Towel Ring (TOTO Tipe AW362J atau setara)
4. Towel Bar (TOTO Tipe TS 113W atau setara)
5. Paper Holder (TOTO type A360J atau setara)
6. Shower Spray (TOTO type TB 19 CS MCR atau yang setara)
8. Shop Holder (TOTO type S156N atau yang setara)
9. Fixed Shower TX. 435 SZ c/w TX 405SD

c. Barang-barang yang akan dipasang harus benar-benar mulus dan tidak


cacat sedikitpun. Kontraktor harus mengajukan contoh-contoh untuk
disetujui oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

13.3. PELAKSANAAN
Pemasangan semua peralatan/perlengkapan saniter harus dilakukan oleh
ahli pemasangan barang sanitair yang berpengalaman. Pengerjaan harus
dilakukan dengan hati-hati dan sangat rapi.
a. Semua sambungan harus kedap air dan udara. Bahan penutup
sambungan tidak diijinkan.
Cat, vernis, dempul dan lainnya tidak diijinkan dipasang pada bidang-
bidang pertemuan sambungan sampai semua sambungan dipasang kuat
dan diuji.

Semua saluran ekspos ke perlengkapan sanitasi harus diselesaikan


sedemikian rupa sehingga tampak bersih dan rapih dan sesuai ketentuan
Gambar Kerja dan petunjuk pemasangan dari pabrik pembuat.
b. Pemipaan dari perlengkapan sanitasi ke pipa distribusi utama harus
dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
c. Bak cuci tangan tipe dinding ahrus dipasang sedemikian rupa sehingga
puncak bagian luar alat-alat tersebut berada 800mm di atas lantai,
kecuali bila ditunjukkan lain dalam Gambar Kerja.
Bak cuci tangan tipe pemasangan di meja harus dipasang pada
ketinggian sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
d. Bak cuci dari bahan stainless steel harus dipasang sedemikian rupa pada
meja/kabinter seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
e. Urinoir harus dipasang sedemikian rupa sehingga puncak tepi bagian
depan alat ini berada 530mm diatas lantai untuk orang dewasa dan
330mm untuk anak-anak, atau sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
f. Sistem penumpu dan penopang harus sesuai dengan rekomendasi dari
pabrik pembuat perlengkaan sanitasi atau sesuai persetujuan PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen)an Lapangan.
g. Pemanas air dengan tenaga listrik harus dipasang sesuai petunjuk
pemasangan dari pabrik pembuatnya, pada tempat-empat seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja, dan pekerjaan elektrikal harus
dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
h. Pemasangan alat-alat sanitair lain
84
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
Kaca cermin dan tempat alat-alat pada wastafel harus dipasang
sipat datar dan diskrupkan pada dinding. Barang-barang yang akan
dipakai harus tidak bercacat sedikitpun. Floor drain harus dipasang
dengan saringannya, dan dipasang rapih. Semua sela-sela antara floor
drain dengan lantai, harus diisi dengan adukan 1 Pc : 2 Ps.
Pasangan harus sedemikian sehingga bidang atas floor drain rata dan
sebidang dengan bidang lantai.
Paper holder hanya dipasang pada toilet yang closetnya duduk. Tempat sabun
hanya dipasang pada toilet yang ada bak airnya saja. Tinggi pemasangan pada
dinding  100 cm di atas lantai.

PASAL 14. PEKERJAAN PAVING BLOCK

14.1 LINGKUP PEKERJAAN

a. Pekerjaan paving block ini meliputi seluruh pekerjaan paving block seperti yang
ditunjukkan dalam gambar kerja.

b. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu lainnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini sehingga
diperoleh hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
c. Pekerjaan ini termasuk pengadaan dan pelaksanaan pekerjaan “sub grade” dan
lantai kerja sesuai dengan seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam
gambar.
Kemiringan lantai dibuat ke arah pembuangan air seperti yang ditunjukkan dalam
gambar.

1.2 PERSYARATAN BAHAN

a. Semua material yang akan digunakan harus memenuhi standar SII, terutama pada
hal-hal kekuatan, ukuran, perubahan warna.
b. Material paving blok yang digunakan setara dengan merek Conblock Indonesia atau
lainnya ditentukan dengan test laboratorium atau sertifikat.

1.3 SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN


a. Bahan-bahan yang dipakai sebelum digunakan terlebih dahulu harus diserahkan
contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen).
b. Material lain yang tidak ditentukan dalam persyaratan di atas, tetapi dibutuhkan
untuk penyelesaian / penggantian dalam pekerjaan ini, harus baru, kualitas terbaik
dari jenisnya dan harus disetujui PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
c. Untuk pasangan paving blok yang langsung di atas tanah, maka lapisan pasir urug
sub grade dan lantai kerja di bawahnya harus sudah dikerjakan dengan sempurna
(telah dipadatkan sesuai persyaratan) dan memiliki kemiringan permukaan 2,5 %
dan telah mempunyai daya dukung maksimal sesuai yang ditujukkan dalam gambar
dan sesuai petunjuk PPK (Pejabat Pembuat Komitmen.
d. Pekerjaan-pekerjaan di bawah tanah, lubang service dan lainnya harus dikerjakan
dan diselesaikan sebelum pekerjaan paving blok dilaksanakan.

85
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
e. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing dari pola
paving block untuk disetujui PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
f. Jarak antara unit-unit pemasangan paving block yang terpasang (lebar siar-siar),
harus sama lebar maksimum 5 mm, atau sesuai detail gambar serta petunjuk PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen), yang membentuk garis-garis sejajar dan lurus yang
sama lebarnya, untuk siar-siar yang berpotongan harus membentuk sudut siku dan
saling berpotongan tegak lurus sesamanya.
g. Pertemuan unit paving block dengan curb, trotoir harus menggunakan key block dan
pemotongan harus menggunakan alat pemotong khusus sesuai persyaratan dari
pabrik yang bersangkutan.
h. Areal pemasangan paving block harus dipadatkan dengan plate vibrator ukuran plate
0,3 –
0,5 m2 dan mempunyai tekanan sentrifugal 1,6 – 2,0 ton. Pemadatan dilakukan 3 kali
sebelum siar-siar di isi pasir, setelah itu dipadatkan dan diratakan beberapa kali
dengan roller 3 ton.
i. Area paving block tidak boleh digunakan sebelum seluruh area selesai dan terkunci.
j. Untuk setiap paving block, toleransi deviasi tidak lebih dari 6 mm dan perbedaaan
ketinggian setiap blok tidak lebih dari 2 mm.
k. Seluruh pekerjaan paving block harus bebas dari kotoran semen maupun oli.
l. Selama pemasangan dan setidaknya 3 hari setelah selesainya pekerjaan, seluruh
area paving block harus tertutup dari lalu lintas dan pekerjaan lainnya.

m. Paving Yang digunakan Mutu K-300 dengan dimensi 20x10x8


n. Kansteen Yang digunakan memiliki dimensi 15 x 30 x 40
o. Kansteen ‘S’ Yang digunakan memiliki dimensi 18 x 30 x 60

Pasal 15. PEKERJAAN SALURAN

1. Elevasi galian dasar selokan yang telah selesai dikerjakan tidak boleh berbeda
lebih dari 1 cm dari yang ditentukan atau disetujui pada tiap titik, dan harus cukup
halus dan merata untuk menjamin aliran yang bebas dan tanpa genangan bilamana
alirannya kecil.
2. Alinyemen selokan dan profil penampang melintang yang telah selesai dikerjakan
tidak boleh bergeser lebih dari 5 cm dari yang ditentukan atau telah disetujui pada
setiap titik.
3. Contoh bahan yang akan digunakan untuk saluran yang dilapisi harus diserahkan
kepada Direksi/PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
4. Setelah selesainya pekerjaan pembentukan penampang selokan, Kontraktor harus
meminta persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum bahan pelapis selokan dipasang.
5. Pelaksanaan pekerjaan selokan yang tidak memenuhi kriteria toleransi harus
diperbaiki oleh Kontraktor seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
• Pekerjaan perbaikan dapat meliputi :
a) Penggalian atau penimbunan lebih lanjut, bilamana diperlukan termasuk
penimbunan kembali dan dipadatkan terlebih dulu pada pekerjaan baru
kemudian digali kembali hingga memenuhi garis yang ditentukan;
b) Perbaikan dan penggantian pasangan batu dengan mortar yang cacat.

6. Saluran yang dipakai adalah buis beton ukuran 30cm dan U ditch U40 Serta Bak
kontrol ukuran 80cm dan 100cm . Untuk spesifikasi lengkap dapat dilihat di Gambar

86
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
kerja

PASAL 16. PEKERJAAN LANDSCAPE

BAGIAN I. PEKERJAAN HARDSCAPE

I.1. PEKERJAAN PASANGAN DINDING

1.1.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan dinding bata meliputi dinding pagar tembok, serta bangunan taman lainnya serta
seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.

1.1.2.Persyaratan Bahan
a. Batu bata merah yang digunakan adalah batu bata merah pres mesin atau yang
sejenisnya dengan ukuran 210 x 100 X 55 mm, sama ukuran dan saling tegak lurus,
sama warna dengan tidak diperkenankan memasang bata yang patah lebih dari dua,
serta harus memenuhi ketentuan dalam NI-3, PUBI-1982 dan disetujui Manajer
Konstruksi. Penggunaan bata ringan dengan ukuran ½, atau ¾ dari ukuran normal,
pemotongannya harus menggunakan alat pemotong yang baik.
b. Bahan untuk spesi / Thin Bed menggunakan adukan khusus dengan sistem dry mortar
ex Cipta Mortar type MU-380 atau setara dengan ketebalan siar 10 mm atau sesuai
yangdisyaratkan pihak pabrik PT. Cipta Mortar Utama.Air yang digunakan harus bersih
dan tidak mengandung minyak, asam alkali dan bahan-bahan organis lainnya, serta
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-3 pasal 10. Apabila dipandang
perlu, Manajer Konstruksi dapat minta kepada Kontraktor, supaya air yang dipakai
untuk keperluan ini diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah,
atas biaya Kontraktor.

1.1.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan


a. Semua bata yang akan dipakai harus direndam atau disiram dengan air.
b. Pelaksanaan pasangan harus rapi dan benar-benar tegak lurus terhadap lantai serta
merupakan bidang rata. Pemasangan bata harus diselang-seling agar dinding tidak
mudah retak. Batu bata harus dipasang baik, rata horizontal, sambungannya sama
rata, sudutnya siku, naad tegak tidak segaris (silang), permukaan baik dan rata.
Apabila hasil pasangan tidak menunjukkan hasil seperti di atas, maka bagian
tersebut harus dibongkar/diperbaiki.
c. Tinggi pemasangan max. 1 m, jika sudah mengeras baru dilanjutkan pemasangan
kembali, alat bantu berupa unting-unting harus tersedia di lapangan di pasangan
pada konstruksi kayu. Pemasangan dilakukan secara bertahap, tiap tahapan tidak
boleh melebihi ketinggian 1 meter serta diikuti pengecoran kolom praktis, kecuali bila
ada persetujuan PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). Pemasangan dilakukan sampai
½ dari ketinggian total untuk disetujui terlebih dahulu oleh PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen), baru dilanjutkan sampai selesai. Pemasangan bata sebagai batas antar
bangunan harus 2 lapis dan celah di antara kedua lapis tersebut diisi dengan adukan
trasraam (1 pc : 2pasir ).
d. Khusus untuk pertemuan dengan beton guna menghindarkan keretakan setelah
diaci, maka dipasang kain kasa yang biasa dipasang pada pemasangan papan
gypsum. Pada kolom harus diberi stek besi dia. 8mm tiap jarak 100 cm tertanam ±30
cm ke dalam pasangan bata ringan. Sebelum diplester / diaci, permukaan dinding
harus bebas dari kotoran dan debu.

87
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
e. Bidang dinding yang luasnya maksimal 12 m² harus ditambahkan kolom praktis
dengan kolom ukuran 13 x 13 cm, dengan tulangan pokok 4 diameter 8 mm, beugel
diameter 6 mm jarak 20 cm, jarak antara kolom praktis maksimum 3 meter.
f. Pasangan batu bata harus dilaksanakan dengan toleransi deviasi bidang pada arah
diagonal dinding seluas 9 m² tidak lebih dari 0,2 cm (sebelum diaci). Toleransi
terhadap as dinding adalah kurang lebih 0.2 cm (sebelum diaci). Perlubangan akibat
pembuatan perancah pada pasang bata ringan sama sekali tidak diperkenankan.
g. Bahan harus diletakan di tempat yang kering, berventilasi baik, terlindungi, bersih.
Tempat penyimpanan bahan harus cukup untuk proyek ini, dan dilindungi sesuai
dengan persyaratan pabrik. Sebelum dikerjakan, semua bahan yang akan digunakan
harus mendapatkan persetujuan Manajer Konstruksi, lengkap dengan
ketentuan/persyaratan pabrik yang bersangkutan. Material yang tidak disetujui harus
diganti dengan material yang mutunya sesuai dengan yang disyaratkan tanpa biaya
tambahan.Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diharuskan memeriksa site yang
telah disiapkan apabila sudah sesuai dengan syarat-syarat barulah pekerjaan ini
dapat dimulai.

I.2. PEKERJAAN PLESTER DAN ACIAN DINDING BATA

1.2.1.Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi seluruh pasangan dinding bagian dalam maupun luar
yang tidak difinish keramik/batu alam, serta seluruh detail yang ditunjukkan dalam
gambar.

1.2.2.Persyaratan Bahana.
Bahan acian yang digunakan adalah ex Cipta Mortar tipe MU-301 atau setara dengan
ketebalan plesteran minimal 15 mm dan ketebalan acian minimal 2,5 mm memakai tipe
MU-200 atau sesuai yang disyaratkan pihak pabrik.Air yang digunakan harus bersih
dan tidak mengandung minyak, asam alkali dan bahan-bahan organis lainnya, serta
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-3 pasal 10. Apabila dipandang
perlu, Manajer Konstruksi dapat minta kepada Kontraktor, supaya air yang dipakai
untuk keperluan ini diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah
atas biaya Kontraktor.

1.2.3.Syarat – Syarat Pelaksanaana.


a. Pada permukaan dinding yang akan diplester, siar-siar sebelumnya harus disiram
air dan dibersihkan untuk memberikan pegangan pada plesteran.
b. Kepalaan Plesteran harus dibuat dengan bidang kesikuan dinding ± 7 cm,
kemudian di lot, pembuatan kepalaan dari samping kiri ke kanan dengan jarak
minimum ±1,5 m untuk setiap dindingnya .
c. Plesteran harus dimulai dari bawah keatas dan dilakukan dengan jidar
alumunium.
d. Acian dilakukan pada saat plesteran sudah kering.
e. Bahan-bahan yang dikirim ke site harus dalam keadaan tertutup atau dalam
kantong yang masih disegel dan berlabel pabriknya, bertuliskan type dan
tingkatannya, dalam keadaan utuh dan tidak cacat.
f. Bahan harus diletakan di tempat yang kering berventilasi baik, terlindung, bersih.
Tempat penyimpanan bahan harus cukup untuk proyek ini, dan dilindungi sesuai
dengan jenisnya, sesuai persyaratan pabrik.
g. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diharuskan memeriksa site yang telah
disiapkan apakah sudah sesuai dengan syarat-syarat baru pekerjaan ini dapat
dimulai. Kontraktor tidak dapat dibenarkan untuk memulai pekerjaan di suatu

88
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
tempat bila ada kelainan/perbedaan di tempat itu sebelum kelainan tersebut
diselesaikan. Bila ada kelainan harus dalam hal apapun antar gambar, spesifikasi
dan lainnya, Kontraktor harus segera melapor kepada Manajer Konstruksi.
Pekerjaan acian dapat dilaksanakan apabila pekerjaan bidang yang akan diaci
telah disetujui oleh Manajer Konstruksi. Tebal acian minimal 2,5 mm atau sesuai
yang ditunjukan dalam detail gambar. Pekerjaan acian harus rapi menurut bentuk
dan ukuran di dalam gambar.Pekerjaan harus lurus, datar tidak bergelombang,
tajam pada bagian sudut-sudut, tidak keropos dan tidak retak-retak. Kelembaban
acian harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar tidak terlalu tiba-tiba,
dengan membasahi permukaan acian setiap kali terlihat kering dan melindungi
dariterik panas matahari langsung dengan bahan penutup yang bisa mencegah
penguapan airsecara cepat. Pekerjaan acian harus dirawat dengan cara disiram
air, lebih khusus lagi pada daerah yang terkena sinar matahari sehingga proses
hidrasi semen benar-benar telah bekerja sempurna. Hal ini untuk mengurangi
retak-retak rambut pada permukaan.
h. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulang/mengganti bila ada kerusakan yang
terjadi selama masa pelaksanaan dan masa pemeliharaan, atas biaya Kontraktor
selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Manajer Konstruksi.

1.10. PEKERJAAN PEMASANGAN AGREGAT SIKAT (CAST IN-SITU)


1.10.1.Lingkup pekerjaan Meliputi pekerjaan pemasangan agregat sikat untuk area
drop-off, maintance, atau sesuai yang tertera pada gambar konstruksi.
1.10.2.Persyaratan bahan
a.Bahan yang dipakai adalah agregat (dia. 3-5mm) warna abu-abu muda, abu-abu
tua dan kuning muda, dengan pengerjaan cor di tempat, sesuai pola dan dimensi
yang ditentukan dalam gambar. Naad yang digunakan berbahan semen warna
abu-abu atau sesuai warna agregat.
b.Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan material contoh
untuk disetujui oleh Manajer Konstruksi.
c.Semen yang digunakan harus memenuhi syarat NI – 8 tipe I menurut ASTM
atau S – 400 menurut standard Portland Cement. Jenis semen yang dipilih dari
produk semen Tiga Roda ,Gresik atau setara yang disetujui oleh Project Officer.
Penyimpanan harus di tempat yang kering dan rapat air, terangkat dari tanah.
d.Pasir dipilih dari jenis pasir pasang yang kasar, tajam, bersih dan bebas dari
tanah liat/lumpur/campuran lain. Pasir ini harus mempunyai gradasi ukuran dan
bentuk yang sama sesuai persyaratan: NI – 3 pasal 1, dan NI – 2 bab 3.3.
e.Air yang digunakan harus bersih dan bebas dari bahan minyak, bahan organik,
garam asam alkali.
f.Semua material sebelum dipakai harus mendapat persetujuan Manajer
Konstruksi.Contoh bahan harus ditunjukkan dan diserahkan untuk mendapat
persetujuan Manajer Konstruksi sebelum dipakai.
1.13.3.Syarat – Syarat Pelaksanaan
a.Agregat yang akan dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, warna
dan ukurannya.Tuang batu ke atas permukaan brton yang masih setengah
basah dan rata, sehingga agregat tertutup lapisan tipis semen. Kemudian
semprotkan bahan retarder ke atasnya.
b.Setelah 5-8 jam, semprotkan air bertekanan tinggi untuk membersihkan semen
yang menempel pada batu. Retarder yang disemprotkan sebelumya
menyebabkan hanya sekitar 3mm bagian atas permukaan yang tercuci tanpa
melepaskan agregat.
c.Setelah 2-3 hari dan permukaan benar-benar kering, aplikasikan high gloss
sealer beton transparan. Pilih sealer yang tidak akan menguning dan tahan UV;

89
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
hasil akhirnya mengilap dan tampak basah (agar warna agregat tampak
menonjol); tahan air, minyak dan noda ; bias dicoating ulang.

MATERIAL ARSITEKTUR DAN FINISHING PERPUSDA


SAMPANG

SUB VENDOR /
No. MATERIAL BROSUR MERK
KONTRAKTOR PRODUSEN

ARSITEKTUR DAN FINISHING


LANTAI/ DINDING GRANIT VENUS , VALENTINO,
1 V V
TILE ESSENZA,
HABITAT, PLATINUM,
2 KERAMIK TILE V V
ESSENZA
3 DINDING BATA RINGAN V FALCON ,CITICON, BLESCON
MORTAR UTAMA, ECO
4 SEMEN ACIAN/PLESTER V
MORTAR
PARTISI & PLAFOND JAYA BOARD, KNAUFF ,
5 V V V
GYPSUM/GRC + RANGKA GYPROC
6 PLAFON ACCUSTIC V V V AMP KNOUFF, NITOBO
7 ALUMINIUM V V V ALEXINDO, INDAL
8 KACA V ASAHI, MUGI,MULIA
9 SANITARY V TOTO , FRAP
PENGECATAN DINDING &
10 V DULUX ICI, JOTUN
PLAFOND
11 PINTU BESI V V V SANWA ,BOSTINCO
12 HARDWARE PINTU/ JENDELA V DEKKSON, CISA, KEND
13 FLOOR HARDENER V MU, SIKA, FOSROC
WATERPROOFING ATAP
14 V V MU,SIKA, BITUETHENE 2000
(INTERGRAL+SPRAY)
WATERPROOFING AREA
15 V SIKA, FOSROC
BASAH
16 PINTU KAYU/ SOLID ENGG V V DAIKEN, MARK
GUNUNG GARUDA, HANIL,
19 BAJA PROFIL V V
KRAKATAU STEEL
ROCKWOOL, TOMBO,
20 INSULASI ATAP V
ZELTECK

90
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS


MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

Pasal 1
Pendahuluan

1.1. Syarat Umum


1. Pekerjaan yang dimaksud disini adalah pekerjaan Pengadaan, Pemasangan
(Instalasi) dan Pengujian System secara keseluruhan sesuai dengan gambar dan
Rencana Kerja dan Syarat – syarat sehingga dapat bekerja dan berfungsi dengan
baik.
2. Syarat-syarat Umum merupakan bagian dari Persyaratan Teknis. Apabila ada
beberapa klausul dari Syarat-syarat Umum yang dituliskan dalam Persyaratan
Teknis, berarti menuntut perhatian khusus pada klausul-klausul tersebut dan bukan
berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari Syarat-syarat Umum. Klausul-
klausul dari Syarat- syarat Umum hanya dianggap tidak berlaku bila dinyatakan
secara tegas dalam Persyaratan Teknis.
3. Persyaratan Teknis dimaksudkan untuk menjelaskan dan menegaskan segala
pekerjaan, bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk
pemasangan, pengujian dan penyetelan (adjusting) dari seluruh sistem, agar
lengkap dan dapat bekerja dengan baik.
4. Persyaratan Teknis merupakan satu kesatuan dengan Gambar-Gambar Teknis yang
menyertainya. Bila ada suatu bagian pekerjaan yang hanya disebutkan di dalam
salah satu dari kedua dokumen tersebut, maka Pemborong wajib melaksanakannya
dengan baik dan lengkap.
5. Yang menjadi dasar utama sehingga suatu pekerjaan berhasil dalam mencapai
target, mutu, waktu dan biaya, maka seorang pelaksana lapangan harus menguasai
 Sistem pekjaan secara menyeluruh.
 Gambar kerja yang akan dilaksanakan.
 Spesifikasi teknis yang telah ditentukan.
 Standard dan peraturan yang berlaku.
 Petunjuk dan ketentuan pemasangan yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat, baik
untuk peralatan maupun material.
 Koordinasi dengan pekerjaan terkait lainnya seperti struktur, arsitektur mekanikal
dan elektrikal sendiri.
6. Pemborong harus menggunakan tenaga-tenaga yang ahli dalam bidangnya, agar
dapat memberikan jaminan hasil kerja yang baik dan rapi, yang memenuhi kriteria
sebagai berikut :
 Mengerti dan menguasai lingkup pekerjaan yang akan dikerjakan.
 Mempunyai alat kerja yang memadai.
 Mudah diberi pengarahan.
 Dapat melakukan koordinasi dengan tenaga kerja lain.
 Terampil.
 Mempunyai sertifikat untuk tenaga kerja spesialis penyambungan kabel tegangan
menengah.
7. Pemborong bertanggung jawab dalam pengawasan yang ketat terhadap jadwal atau
urutan pekerjaan, sehingga tidak mengganggu penyelesaian proyek secara
keseluruhan pada waktu yang telah ditetapkan.
8. Pemborong harus menyatakan secara tertulis bahwa bahan-bahan dan peralatan-
peralatan yang diserahkan oleh Pemborong harus memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan, dan pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan cara yang wajar dan

91
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

terbaik. Dan bahwa instalasi yang dilakukan adalah lengkap dan dapat bekerja
dengan baik dalam kondisi yang terjelek sekalipun, tanpa mengurangi atau
menghilangkan bahan-bahan / peralatan-peralatan yang seharusnya disediakan,
walaupun tidak disebutkan secara nyata dalam Persyaratan Teknis ataupun tidak
dinyatakan secara tegas dalam Gambar-Gambar Teknis.
9. Pemborong harus dapat menunjukkan surat pernyataan dari pihak pemasok barang
/ komponen yang akan terpasang kepada Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas,
bahwa barang tersebut merupakan barang “original” dan bukan barang produksi
tiruan dengan menggunakan merek yang sama.
10. Semua peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dan diserahkan untuk
penyelesaian pekerjaan harus dalam keadaan baru dan dari kualitas terbaik.
11. Pemborong harus mempelajari dan memahami kondisi tempat yang ada, agar dapat
mengetahui hal-hal yang akan mengganggu / mempengaruhi pekerjaan. Apabila
timbul persoalan, Pemborong wajib mengajukan saran penyelesaian kepada
Konsultan Pengawas, paling lambat satu minggu sebelum bagian pekerjaan ini
seharusnya dilaksanakan.
12. Pemborong harus memeriksa dengan teliti ruangan-ruangan dan syarat-syarat yang
diperlukan dengan Pemborong lainnya, sehingga peralatan-peralatan Mekanikal &
Elektrikal dapat dipasang pada tempat dan ruang yang telah disediakan.
13. Sebelum memulai pekerjaan, Pemborong harus memeriksa dan memahami
pekerjaan pelaksanaan dari pihak lain yang ikut menyelesaikan proyek ini, apabila
pekerjaan pelaksanaan dari pihak lain tersebut dapat mempengaruhi kualitas
pengerjaan Pemborong itu sendiri.
14. Sebelum memulai pekerjaan, Pemborong harus membuat Rencana Kerja dengan
jadwal yang disesuaikan dengan Pemborong yang lain. Apabila terjadi sesuatu
perubahan, Pemborong wajib memberitahukan secara tertulis kepada Konsultan
Pengawas dan mengajukan saran-saran perubahan / perbaikan.
15. Pada waktu akan memulai pelaksanaan, Pemborong wajib menyerahkan Gambar-
Gambar Kerja (Shop Drawing) terlebih dahulu untuk memperoleh persetujuan dari
Pemberi Tugas. Gambar-gambar tersebut harus diserahkan kepada Pemberi Tugas
minimal dalam waktu 2 (dua) minggu sebelum instalasi dilaksanakan.
16. Pemasangan peralatan harus dilakukan sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
pembuat peralatan tersebut. Untuk itu, Pemborong harus membuat dan
menyerahkan gambar-gambar rencana instalasi secara rinci sebelum melaksanakan
pekerjaan.
17. Apabila terjadi sesuatu keadaan dimana Pemborong tidak mungkin menghasilkan
kualitas pengerjaan yang terbaik, maka Pemborong wajib memberitahukan secara
tertulis kepada Konsultan Pengawas dan mengajukan saran-saran perubahan /
perbaikan. Apabila hal ini tidak dilakukan, Pemborong tetap bertanggung jawab atas
kerugian-kerugian yang mungkin ditimbulkannya.
18. Selama pelaksanaan instalasi berlangsung, Pemborong harus memberi tanda-tanda
(misalnya dengan pensil atau tinta merah) pada dua set gambar pelaksanaan, atas
segala perubahan pada rancangan instalasi semula.

1.2. Standardisasi dan Aturan Yang Harus Diikuti


Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor yang harus mengikuti segala
aturan dan standard yang berlaku dan dilengkapi dengan segala peralatan untuk
kesempurnaan operasi, kemudahan pengaturan dan perawatan, keamanan operasi
sistem sesuai dengan salah satu atau lebih dari peraturan – peraturan yang tertulis
dibawah ini.
1. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL)
2. Standard Nasional Indonesia ( SNI )
92
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

3. Standard Konnstruksi / Normalisasi PLN


4. Peraturan-peraturan PLN/Jawatan Keselamatan Kerja Setempat.
5. ANSI, American Nastional Standard Organization
6. ASME, American Society of Mechanical Engineering
7. ASTM, American Society of Testing of Material
8. BS, Britis Standard Institution
9. ISO, International Standardization Organization
10. JIS, Japanes Industrial Standard
11. JEC, Japanis Electroteknical Commette
12. JEM, Japanes Electric Machine Industry Association.
13. NEC, National Electric Codes
14. NEMA, National Electric Manufactures Associaton
15. NFPA, National Fire Protection Association
16. NFPA 2001, Clean Agent Fire Suppression System
17. NFPA 70, Electric Code
18. NFPA 72, National Fire Alarm Code
19. NPC, National Plumbing Codes
20. PPI, Pedoman Plambing Indonesia
21. SII, Standard Industri Indonesia
22. SKBI, Standard Kontruksi Bangunan Indonesia
23. SMACNA, Sheet Metal and Air Conditioning Contractor National Assosociation
24. PPI Pedoman Plambing Indonesia
25. Underwriter’s Laboratories Listed (U.L) - USA
26. Factory Mutual (FM) Approved - USA
27. Peraturan PDAM tentang Instalasi Air Minum
28. Peraturan Depnaker tentang Keselamatan tenaga kerja
29. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
30. Peraturan dari Pemerintah Daerah
31. Semua Peralatan Jaringan Distribusi Tegangan Rendah disesuaikan untuk tegangan
kerja 220 / 380 Volt, 50 Hz
32. Semua peralatan jaringan Distribusi Tegangan Menengah disesuaikan untuk
Tegangan kerja 20 KV, 50 Hz.
33. Data teknis dari produk dibidang Peralatan Tata Suara, Telepon dan Fire Alarm yang
dibuat oleh pabrik–pabrik di berbagai Negara.
34. Seluruh pekerjaan instalasi telepon harus dilaksanakan mengikuti standar dan
peraturan dari ITU-T atau PT. TELKOM.

Kontraktor diwajibkan mentaati dan mengikuti tata cara pelaksanaan sesuai dengan
yang tertulis pada peraturan- peraturan tersebut dan disesuaikan dengan bahan, unit
mesin atau peralatan yang dipasangnya.
Bila terjadi kesimpang-siuran dalam hal standard yang harus diikuti, kontraktor harus
melapor pada Konsultan Pengawas untuk mendapat kejelasan tentang hal tersebut.
Bila konsultan Pengawas tidak dapat memutuskan hal tersebut maka pengambil
keputusan akan diserahkan kepada Instansi / Badan yang berwenang (local Authority
Having Jurisdiction).

Penentuan standard yang setara :


a. Dalam penentuan dan persetujuan untuk standard yang diikuti atau standard yang
disebut oleh material, peralatan, unit mesin dan lainya, kontraktor harus dapat
menunjukkan dan menyerahkan copy dari standard yang dianut / disebut oleh

93
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

material, peralatan, unit mesin dan lainnya untuk diperiksa dan diteliti oleh konsultan
pengawas sebelum dikeluarkan persetujuan.
b. Apabila standard yang diikuti ternyata memberikan persyaratan yang lebih ringan
atau lebih rendah maka standard tersebut dinyatakan sebagai standard yang tidak
setaraf dengan standard yang ditentukan oleh persyaratan teknis ini.
c. Segala sesuatu yang diperlukan untuk pembuktian dan pemeriksaan ini menjadi
tanggung jawab kontraktor yang bersangkutan.
d. Apabila perlu pengujian oleh lembaga lain diluar proyek, kontraktor harus
menyelesaikan segala sesuatu yang diperlukan untuk mendapatkan hasil dari
lembaga penguji tersebut dalam waktu secepatnya sehingga tidak menghambat
jadwal pelaksanaan proyek.

1.3. Gambar - Gambar


1. Gambar–gambar desain dan persyaratan – persyaratan ini merupakan suatu
kesatuan yang melengkapi dan sama mengikatnya.
2. Gambar–gambar system ini menunjukan secara umum tata letak dari peralatannya,
sedangkan instalasinya harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari
bangunan yang ada dan mempertimbangkan juga kemudahan dalam perawatan dan
maintance jika peralatan tersebut sudah dioperasikan.
3. Gambar instalasi menunjukan secara teknis pekerjaan instalasi yang harus
dilaksanakan dimana dicantumkan ukuran dan bahan serta keterangan lain yang
diperlukan.
4. Gambar–gambar Arsitektur dan Struktur Sipil, harus dipakai Referensi untuk
pelaksanaan maupun detail finishing dari instalasi.
5. Setiap pekerjaan yang disebutkan dalam spesifikasi ini, tetapi tidak ditunjukan dalam
gambar atau sebaliknya harus dipasang atas beban kontraktor, seperti halnya
pekerjaan lain yang disebut oleh spesifikasi dan ditunjukan dalam gambar.
6. Kontraktor pelaksana diwajibkan memeriksa gambar terhadap kemungkinan adanya
kesalahan atau ketidakcocokan dalam hal yang berhubungan dengan fabrikasi
maupun pelaksanaan pemasangan. Hal tersebut harus dibuat List Daftar Kesalahan
/ Ketidakcocokan dan diajukan sebelum pemasukan penawaran. Apabila hal
tersebut tidak dilaksanakan, maka kontraktor dianggap sudah memahami system
secara keseluruhan. Bila dikemudian hari diadakan penyesuaian oleh Pemberi
Tugas yang mengakibatkan perubahandalam pelaksanaan, maka menjadi kewajiban
ubnutuk melaksanakannya tanpa adanya biaya tambahan.
7. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan gambar kerja
dan detail kepada Pemilik / Pengawas untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih
dahulu.
8. Gambar kerja harus termasuk catalog / literature data dari Pabrikan, data ukuran
dimensi, data pembuatan dan nama serta alamat dari perusahaan yang memberi
pelayanan pemeliharaan dan mempunyai suku cadang yang ready stock.
9. Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar – gambar instalasi terpasang dengan
disertai dengan buku cara pengoperasian dan instruksi perawatan, serta harus
diserahkan kepada Pemilik / Pengawas.
10. Untuk pekerjaan Sistem Distribusi Listrik dan pekerjaan lainnya yang sifatnya
memelukan persetujuan dari instansi terkait, Kontraktor wajib menyiapkan gambar
system dan instalasi yang diperlukan untuk diperiksa dan disahkan oleh Instansi
terkait sesuai dengan peraturan yang berlaku.
11. Data dari setiap system harus menunjukan pemasangan yang lengkap dari seluruh
koordinasi komponen untuk peninjauan keseluruhan system yang sebenarnya,
penyerahan yang sebagian-sebagian tidak akan diperhatikan. Gambar Shop
Drawing harus dibuat sebanyak 3 ( tiga ) set.

94
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

12. Hal-hal yang menyangkut perubahan gambar pelaksanaan di lapangan baik ukuran /
konstruksi kontraktor wajib mengajukan pertanyaan dan alternative penyelesaian
atau Shop Drawing yang dikehendaki untuk mendapat persetujuan dari Pemilik /
Pengawas dan dilakukan setidaknya 2 ( dua ) minggu sebelum pelaksanaan
sehingga tidak berakibat pada kesalahan dalam pelaksanaan.
13. Kontraktor wajib wajib membuat gambar instalasi terpasang ( As Built Drawing )
pelaksanaan.engawas dan dilakukan setidaknya 2 ( dan kelengkapan yang harus
disertai kepada Pemberi Tugas pada saat penyerahan pertama dalam bentu Soft
Copy ( CD / Cad Drawing ) dan Hard Copy masing-masing rangkap 3 ( tiga ) dijilid
dan dilengkapi dengan daftar isi dan data notasi.

1.4. Bahan dan Contoh


1. Bahan / meterial / peralatan yang digunakan dan dipasang pada pekerjaan harus
dalam keadaan baru dan tanpa cacat.
2. Semua bahan yang dipergunakan diusahakan produksi dalam negeri, sejauh mana
masih memenuhi persyaratan teknis dan standard yang ditentukan.
3. Kelambatan pekerjaan dan segala akibatnya, yang terjadi akibat keterlambata
pengajuan maupun pengajuan ulang menjadi tanggung jawab dan beban kontraktor.
4. Kesalahan pemilihan ukuran dan kapasitas equipment menjadi tanggung jawab
kontraktor.

1.5. Jaminan dan Garansi


1. Jaminan atas material / bahan peralatan dan unit mesin.
Material yang diserahkan oleh kontraktor harus bebas dari kerusakan baik atas
kesalahan pabrik, kerusakan akibat kesalahan bahan, kerusakan akibat kesalahan
dalam pengiriman mapun kerusakan selama jangka waktu 1 ( satu ) tahun kalender
terhitung sejak material tersebut dibeli.
2. Jaminan atas hasil pekerjaan dan masa pemeliharaan.
Kontraktor harus menjamin atas hasil pekerjaan dengan membuat surat jaminan
secara tertulis dengan uraian sebagai berikut :
a. Cara pelaksanaan dan pekerjaan dilakukan sesuai prosedur dan manual dari
QMS (Quality Management System)
b. Instalasi yang diserahkan dapat bekerja dengan baik tanpa mengurai atau
menghilangkan bahan – bahan atau peralatan – peralatan yang seharusnya
disediakan walaupun tidak disesuaikan secara nyata dalam buku ini atau tidak
dinyatakan secara tegas dalam gambar–gambar yang menyertai buku ini.
c. Jaminan Instalasi & Material Instalasi menjadi Tanggung Jawab Kontraktor.
d. Masa Pemeliharaan untuk seluruh pekerjaan instalasi ditetapkan selama 6
(enam) bulan setelah barang diserahkan kepada Pemilik / Pengawas, ytang
meliputi :
 Performance system secara keseluruhan.
 Pelatihan secara Cuma – Cuma terhadap Pemilik Gedung (Tenaga Teknik)
terkait Cara Pengoperasian Peralatan dan Maintenance Praktis sehingga
menjadi operator yang terampil.
e. Dalam masa pemeliharaan apabila ditemukan instalasi yang rusak atau
berfungsi kurang baik maka Pemborong harus segera memperbaiki atau
mengganti peralatan tersebut sampai dapat berfungsi dengan baik.
f. Selama masa pemeliharaan ini, Kontraktor diwajibkan mengatasi segala
kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya biaya tambahan biaya.
g. Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah dilaksanakan masih
merupakan tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.

95
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

h. Apabila selama masa pemeliharaan Kontraktor tidak melaksanakan teguran dari


Pemilik / Pengawas atas perbaikan / penggantian / penyetelan yang diperlukan,
maka pihak Pemilik / Pengawas berhak menyerahkan perihal tersebut kepada
pihak lain atas biaya Kontraktor pelaksana.
3. Klaim atau tuntutan.
a. Untuk segala macam pengadaan barang dan cara pemasangannya, PEMBERI
TUGAS harus bebas dari segala tuntutan / klaim atas hak – hak khusus seperti
hak patent, lisensi dan sebagainya.
b. Bila ada hal – hal seperti tersebut diatas, kontraktor wajib mengurus dalam arti
menyelesaikan segala sesuatu perijinan / biaya / lisensi yang berhubungan
dengan hal tersebut diatas beban biaya ditanggung kontraktor.
4. Untuk pekerjaan / pengadaan barang Kontraktor harus dapat menunjukkan :
a. Sertifikat Keaslian Barang ( Original )
b. Sertifikat Mutu dan Kualitas Barang ( Quality )
c. Sertifikat Keamanan ( Safety Inspector )
d. Sertifikat Welding Inspector
e. Garansi material, Service dan Sparepart serta Surat Dukungan dari Agen
Tunggal di Indonesia ( Bermeterai cukup )
5. Hal – hal yang berkaitan tersebut diatas harus disertakan bukti data ( 1 kopi dilampiri
Data Asli )

1.6. Kelengkapan Yang Harus Diserahkan


Harus diserahkan sebelum dimulai pekerjaan, sebagai berikut :
1. Selambat – lambatnya 2 ( dua ) minggu sebelum dimulai pelaksanaan dalam arti
pemesanan barang atau pembuatan barang / instalasi atau pemasangan, kontraktor
harus menyerahkan barang-barang yang diuraikan, antara lain :
a. Katalog, Data teknis dan test Report untuk persetujuan material.
b. Instalasi Instruction (Buku Petunjuk manual Pengoperasian) untuk persetujuan
terhadap cara - cara pemasangan.
c. Shop drawing untuk persetujuan terhadap rencana instalasi dan cara - cara
peasangan yang akan dilakukan / dikerjakan / dilaksanakan.
d. Contoh – contoh bahan dan barang - barang untuk persetujuan terhadap bahan
dan barang-barang yang diperoleh / didapat secara lokal seperti misalnya
armature lampu, tabung lampu, starter, saklar, kabel, pipa, pompa dan lain
sebagainya sesuai dengan ketentuan dari Konsultan Pengawas.
e. Yang selanjutnya kepada Pemilik / Konsultan Pengawas untuk mendapat
persetujuan.
2. Apabila tidak diperoleh persetujuan oleh suatu dan lain hal, maka kontraktor harus
segera mengganti barang-barang tersebut dan diserahkan kepada Pemilik /
Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.

1.7. Sistem Koordinasi


1. Kontraktor harus mengkoordinasikan pekerjaannya dengan pekerjaan Kontraktor
lain (Struktur & Arsitektur) untuk menghindari pekerjaan pembongkaran / pekerjaan
ulang dan gangguan yang dapat memperlambat jalannya pekerjaan.
2. Untuk memudahkan komunikasi teknis, kontraktor harus menempatkan seorang
atau lebih pemimpin lapangan perpengalaman, dapat berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, serta mewakili kontraktor, menerima perintah
dan petunjuk Pemberi Tugas / Pengawas lapangan dan segera melaksanakannya
bila diperlukan.
3. Kontraktor diwajibkan membuat laporan berkala ( harian / mingguan ) yang
memberikan gambaran tentang kegiatan proyek. Misalnya :
96
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

a. Jadwal waktu pelaksanaan


b. Kegiatan pelaksanaan
c. Prestasi kegiatan fisik
d. Catatan perintah / petunjuk Pemberi Tugas / pengawas lapangan yang
disampaikan secara lisan maupun tertulis.
e. Dan kegiatan pekerjaan yang dianggap perlu.
4. Kontraktor juga harus membuat dokumentasi pekerjaan yang berupa foto-foto
pelaksanaan pekerjaan, dibuat berwarna, minimal ukuran postcard dan disusun
dalam album. Foto-foto yang menggambarkan kemajuan pelaksanaan pekerjaan
hendaknya dibuat berdasarkan petunjuk dari Pemberi Tugas dan minimal dilakukan
sebanyak 4 (empat) kali setiap peristiwa selama berlangsungnya pelaksanaan
pekerjaan.
5. Kontraktor harus menempatkan seorang Penanggung jawab Pelaksanaan
(Mekanikal & Elektrikal) yang ahli dan berpengalaman dan yang bertanggung jawab
penuh dalam menerima segala instruksi yang akan diberikan serta harus selalu
berada di Site Proyek.
6. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan ini menghalangi pekerjaan lain, maka sesuai
akibatnya menjadi tanggung jawab kontraktor.

1.8. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran


1. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang dilakukan dalam rangka
pemasangan Instalasi ini maupun pengembaliannya seperti keadaaan semula
adalah termasuk tanggung jawab pekerjaan Pemborong Instalasi ini.
2. Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat ijin tertulis dari Pemberi
Tugas / Pengawas.
3. Pengelasan, Pengeboran dan sebagainya pada Konstruksi Bangunan hanya dapat
dilaksanakan setelah memperoleh ijin / persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas /
Pengawas.

1.9. Pencapaian Peralatan Untuk Service


1. Semua peralatan utama ataupun bantu dalam prinsip pemasangannya harus mudah
untuk bisa diamati, termasuk juga accessories pipa dan duct seperti valve, clean out,
damper, filter, venting dll.
2. Untuk itu Kontraktor dalam pemasangannya wajib memperhatikan posisi yang
terbaik dari peralatan dan accessories yang berada dalam shaft atau ceiling yang
memerlukannya, beserta ukuran dan lokasi yang tepat.
3. Disamping itu kontraktor harus mengusulkan kepada Pihak Owner (bila ditunjukkan
pada gambar) pintu-pintu service (access panel) untuk setiap peralatan dan
asessories yang berada dalam shaft atau ceiling yang memerlukannya, beserta
ukuran dan lokasi yang tepat.
4. Bila dalam gambar rencana sudah ditunjukkan ada access panel yang diperlukan,
maka penggeseran untuk posisi yang tepat dari access panel tersebut sehubungan
dengan letak peralatan / accessories dan kaitannya dengan arsitek interior, perlu
dibicarakan dengan pihak Owner untuk disetujui.

1.10. Proteksi
1. Semua bahan dan peralatan sebelum dan sesudah pemasangan harus dilakukan
proteksi yang baik terhadap cuaca dan harus diusahakan agar selalu dalam
keadaan bersih.
2. Semua ujung-ujung pipa konduit dan bagian-bagian peralatan yang tidak
dihubungkan harus diberi pelindung, disumbat, atau ditutup dengan baik untuk
mencegah masuknya kotoran.

97
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

3. Menjadi tanggung jawab dan keharusan bagi kontraktor untuk melindungi peralatan-
peralatan, bahan-bahan baik yang sudah, maupun belum terpasang bila
diperkirakan bisa rusak atau cacat karena tidak dilakukan perlindungan yang benar
adalah merupakan bagian instalasi yang tidak bisa diterima (serah terima belum
100%)
4. Sebelum penyerahan, instalasi dibersihkan atau ditest dan di adjust kembali untuk
membuktikan bahwa peralatan dan bahan beroperasi dengan baik. Peralatan dan
bahan yang rusak atau cacat karena tidak dilakukan perlindungan yang benar
adalah merupakan bagian instalasi yang tidak bisa diterima (serah terima belum
100%).

1.11. Pengecatan
1. Semua peralatan dan bahan yang dicat, yang menjadi lecet karena pengangkutan /
pengapalan atau pemasangan harus segera diperbaiki dan dicat dengan warna
aslinya sehingga nampak seperti baru kembali.
2. Semua bagian-bagian pekerjaan yng menyangkut carbon steel atau seng yang di
galvanis harus dicat dasar dan cat finish.
3. Sebelum pengecatan dilakukan, bagian-bagian harus bebas dari grease, minyak dan
segala kotoran yang melekat.
4. Urut-urutan pengecatan adalah cat dasar anti karat (zincromate) dan cat finish terdiri
atas 2 lapis cat copolymer.
5. Untuk peralatan-peralatan yang cat pabriknya rusak/cacat dalam pengangkutan,
penyimpanan dan lain sebagainya harus dicat kembali sesuai aslinya atau sesuai
dengan warna yang ditentukan Pihak Owner.
6. Untuk jalur-jalur pipa, code warna disesuaikan dengan standart.

1.12. Sleeve, Peralatan Yang Tertanam di Dinding


1. Peralatan Bantu, Sleeve dan lain-lain yang diperlukan tertanam atau menembus
concrete atau tembok harus dipasang dan dilengkapi sesuai petunjuk dagang. Untuk
itu ukuran, posisi yang disiapkan untuk keperluan tersebut harus dikonsultasikan
dengan Konsultan Pengawas dan disertai gambar detail.
2. Semua ducting atau pipa tembus dinding harus menggunakan sleeve dengan
clearance 20 mm (3/4”) jika duct atau pipa berisolasi, clearance tetap dibutuhkan 20
nn (3/4”) antara isolasi dan sleeve. Sleeve yang menembus atap lantai.
3. Setelah pemasangan pipa atau duct clearance harus diisi dengan sealant tahan api.

1.13. Penomoran, Nama Peralatan / Assesories


Semua peralatan terpasang dan asesoriesnya harus diberi kode nama peralatan dan
nomor, sesuai seperti yang dicantumkan pada daftar peralatan atau data sheet atau
sebagai tercantum pada gambar rencana. Bila ada peralatan atau asesories yang belum
mempunyai kode nama dan nomer, kontraktor wajib mengusulkan kepada PPK dan ini
semua sudah harus tercantum dalam as-built drawing.

1.14. Penjagaan
1. Kontraktor wajib mengadakan penjagaan dengan baik serta terus menerus selama
berlangsungnya pekerjaan atas bahan peralatan, mesin dan alat-alat kerja yang
disimpan di tempat kerja (gudang lapangan).
2. Kehilangan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas barang-barang tersebut
diatas, menjadi tanggung jawab pemborong.

1.15. Kebersihan, Ketertiban dan Keamanan

98
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

1. Pemborong harus selalu menjaga keadaan ruang kerja mereka dalam keadaan
bersih dan baik selama tahap konstruksi.
2. Semua sampah dan bahan yang tidak berguna lagi harus diangkut ke luar site.
3. Pada saat penyelesaian pekerjaan, Pemborong harus memeriksa seluruh pekerjaan,
meninggalkannya dalam keadaan rapih, bersih dan siap pakai.
4. Selama Pelaksanaan Pekerjaan berlangsung, Kantor, Gudang, los kerja dan tempat
pekerjaan sekitar bangunan, harus selalu dalam keadaan bersih.
5. Penimbunan / penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik dalam gudang
maupun di luar (halaman), harus diatur sedemikian rupa agar memudahkan jalannya
pemeriksaan dan tidak mengganggu pekerjaan dari bagian lain.
6. Peraturan-peraturan yang lain tentang ketertiban akan dikeluarkan oleh Pemberi
Tugas pada waktu pelaksanaan.
7. Guna semua keamanan pekerjaan, peralatan dan bahan / material di proyek,
Kontraktor harus menempatkan petugas keamanan secukupnya disekitar proyek.
8. Penjagaan keamanan termasuk juga penanggulangan terhadap bahaya kebakaran
yang mungkin terjadi.
9. Kontraktor harus memperhatikan hubungan dengan lingkungan proyek, antara lain
tidak akan menyebabkan gangguan lalu lintas umum, tidak akan mengganggu
ketenangan penduduk / masyarakat disekitarnya dan tidak akan mengganggu
pekerjaan dari Rekanan lain.
10. Selama peralatan dan material disimpan di lapangan, kontraktor harus:
a. Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua peralatan dan material yang
ada di site.
b. Memisahkan material yang mudah terbakar dengan material yang tidak mudah
terbakar.
c. Menyediakan alat pemadam api ringan minimal 2 x 10 kg pada Pemberi Tugas
Kit dan Gudang Penyimpanan.

1.16. Perbaikan dan Pembersihan


Kontraktor harus melakukan dan menyediakan tenaga kerja untuk pekerjaan perbaikan
dan pemberisihan, antara lain :
1. Perbaikan kembali akibat adanya pembobokan.
2. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali.
3. Melaksanakan pembersihan lapangan dan lain-lainya serta tempat pembuangannya
akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

1.17. Penyimpangan di Lapangan


1. Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan dengan
kondisi lapangan, harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak Pemberi
Tugas / Pengawas.
2. Kontraktor harus menyerahkan gambar setiap perubahan yang ada kepada pihak
Konsultan Pengawas.
3. Perubahan material dan lainnya harus diajukan kontraktor kepada Pemberi Tugas /
Pengawas secara tertulis dan akibat tersebut ( pekerjaan tambah/kurang ) harus
disetujui oleh Pemberi Tugas / Pengawas secara tertulis.

1.18. Pengujian di Pabrik


Semua peralatan harus melalui pengujian di pabrik sebelum dikirim serta kontraktor
harus menyerahkan sertifikat pengujiannya kepada Pemberi Tugas/ Konsultan
Pengawas sebanyak 3 (tiga) rangkap.

1.19. Kecelakaan dan Peti PPPK

99
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

1. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini, maka
Kontraktor diwajibkan segera mengambil segala tindakan guna kepentingan si
korban atau para korban, serta melaporkan kejadian tersebut kepada Instansi dan
Departemen yang bersangkutan / berwenang (dalam hal ini Polisi dan Departemen
Tenaga Kerja) dan mempertanggung jawabkan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
2. Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap, guna keperluan pertolongan pertama
harus selalu ada di tempat pekerjaan.

1.20. Testing & Comissioning


1. Petunjuk Umum
a. Prosedur Pengujian
 Kontraktor harus mengajukan rencana dan prosedur pengujian kepad
Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.
 Metode pengetesan dan pengujian harus mengikuti standar teknis yang
berlaku
 Sebelum Testing & Comissioning dilaksanakan, Kontraktor wajib mengajukan
terlebih dahulu Program ( Jadwal ) Testing & Comissioning.
 Kontraktor harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang akan
dilakukan 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan pengujian, Pemborong
menyerahkan jadwal dan cara pengujian tersebut kepada Pengawas untuk
disetujui.
b. Pencatatan
 Kontraktor harus melakukan pencatatan yang baik terhadap pengetesan dan
pengujian. Kontraktor harus menyerahkan hasil pengetesan dan pengujian
kepada Konsultan Pengawas.
 Kontraktor harus melakukan semua pengujian dan pengukuran yang
dianggap perlu dan / atau yang dimintai oleh pihak Pemilik / Pengawas untuk
mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan
dapat memenuhi semua persyaratan yang diminta.
c. Saksi dan Tenaga Ahli
 Semua pengetesan dan pengujian yang dilakukan oleh kontraktor harus
disaksikan oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas
 Jika diperlukan Testing & Comissioning harus dilakukan oleh Tenaga Ahli
yang ditunjuk oleh Pabrikan perangkat tersebut atau oleh tenaga ahli yang
pernah mendapat pendidikan dan sertifikat khusus untuk maksud tersebut
maka pihak Pemilik / Pengawas berhak menyerahkan perihal tersebut
merupakan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
d. Peralatan, material dan Alat pengujian
 Kontraktor harus menyediakan semua alat ukur yang diperlukan untuk
pengetesan dan pengujian. Alat-alat tersebut harus sudah dikalibrasi oleh
institusi yang berwenang.
 Peralatan, material dan cara bekerjanya peralatan yang mengalami
kerusakan / cacat / salah harus diganti / diperbaiki dan testing comissioning
diulangi untuk operasi sesungguhnya secara tepat dari seluruh sistem.
 Semua bahan, perlengkapan dan instalasi lain yang diperlukan untuk
mengadakan Testing dan Commissioning tersebut merupakan tanggung
jawab Kontraktor Pelaksana.
 Semua bahan yang kurang baik atau pemasangan yang kurang sempurna
yang diketahui pada saat Pemeriksaan / Pengujian harus segera diganti

100
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

dengan yang baru / disempurnakan sampai dapat berfungsi dengan baik dan
sesuai Standard Uji yang ada.
e. Biaya
Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap semua biaya dan fasilitas yang
diperlukan untuk pengetesan dan pengujian.
f. Pengujian Ulang
Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian, kontraktor harus memperbaiki
bagian-bagian yang rusak dan kekurangan-kekurangan yang ada, kemudian
melakukan pengujian berhasil dengan baik.
2. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan
sistem kepada Pengawas.
3. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil dengan baik dan
dapat diterima oleh Direksi / Pengawas Lapangan.
4. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat berfungsi
baik dan telah sesuai dengan persyaratan teknis yang dimana, maka Kontraktor
diwajibkan menguji seluruh pekerjaannya dengan standrad uji masing-masing yang
telah ditetapkan dalam peraturan / Spesifikasi Peralatan.
5. Pengujian ini dilaksanakan dibawah Pengawasan Direksi / Pengawas Lapangan
yang ditunjuk Jadwal Pelaksanan Pengujian dapat diatur seminggu sebelumnya atau
atas persetujuan bersama.

1.21. Masa Pemeliharaan


1. Semua pekerjaan elektrikal termasuk bahan dan peralatan harus dipelihara
Kontraktor Pelaksana selama masa pemeliharaan, sejak penyerahan pertama dari
pekerjaan.
2. Selama masa pemeliharaan tersebut semua peralatan dan pekerjaan yang tidak
baik harus secepatnya diganti atau diperbaiki oleh Kontraktor Pelaksana atas biaya
sendiri.
3. Selama masa pemeliharaan ini kontraktor pelaksana pekerjaan instalasi ini
diwajibkan untuk mengatasi segala kerusakan – kerusakan dari pada instalasi yang
dipasangnya tanpa ada tambahan biaya.
4. Selama masa pemeliharaan tersebut kontraktor pekerjaan instalasi ini masih harus
menyediakan tenaga – tenaga yang diperlukan . Dalam masa pemeliharaan
kontraktor masih bertanggung jawab penuh terhadap seluruh instalasi yang
dilaksanakan.
5. Pekerjaan baru dapat diterima setelah dilengkapi dengan bukti – bukti hasil
pemeriksaan baik (goed keuring) yang ditanda tangani bersama oleh instalatir yang
melaksanakan pekerjaan tersebut juga Konsultan Pengawas serta perlu disyaratkan
juga oleh jawatan keselamatan kerja.
6. Jika dalam masa pemeliharaan tersebut, kontraktor pekerjaan instalasi ini tidak
melaksanakan teguran–teguran atau perbaikan–perbaikan terhadap kekurangan
selama masa pemeliharaan, maka konsultan Konsultan Pengawas berhak
menyerahkan pekerjaan perbaikan / kekurangan tersebut kepada pihak lain atas
biaya kontraktor pekerjaan instalasi tersebut.
7. Selama masa pemeliharaan pekerjaan, kontraktor harus medidik / melatih karyawan
/ petugas dari pemilik sehingga mengenai sisten instalsi dan dapat menjalankan
serta melaksanakan pemeliharaannya.
8. Pemeriksaan rutin selama masa pemeliharaan ini, dilaksanakan tidak kurang dari 2
(Dua) minggu sekali.

1.22. Petunjuk Pengoperasian dan Perawatan & As Build Drawing


1. Sebelum melakukan serah terima pekerjaan instalasi, kontraktor harus membuat dan
menyerahkan dokumen secara detail dan lengkap. Petunjuk Pengoperasian dan
101
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

Perawatan (Operation & Manual / ‘OM’) dalam format bahasa Indonesia dan gambar
terlaksana (As Build Drawing), terdiri dari 1 (satu) set asli dan 3 (tiga) set copy
dokumen tersebut harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan Pemberi
Tugas sebelum tanggal serah terima pekerjaan instalasi.
2. Operation & Manual setidaknya harus berisi sebagai berikut :
a. Tulisan pada cover :
 Judul dokumen
 Nama Proyek
 Nama Paket Pekerjaan
 Nama dan alamat kontraktor.
b. Pada lembar pertama halaman dalam harus tertulis sama dengan tulisan pada
cover tetapi ditambahkan Nama ‘contact person’ dan nomor telepon yang
mudah dihubungi pada saat emergency.
c. Daftar Isi
d. Penjelasan ringkas instalasi
e. Daftar peralatan lengkap peralatan instalasi yang dipasang
f. Petunjuk pemakaian secara detail
g. Petunjuk perawatan dan pelacakan kerusakan secara detail untuk seluruh
instalasi, termasuk rekomendasi skedul periode perawatan
h. Hasil Test and Commissioning
i. Daftar peralatan lengkap dengan alamat, nomor telepon dan contact person
supliernya.
j. Data data teknis peralatan dalam ukuran maksimum A-3 misalnya, gambar dan
wiring diagram, kurva karakteristik / performance dari peralatan dll.
k. Daftar gambar ‘as build drawing’.
3. Operation & Manual harus dibuat pada format kertas A-4 kecuali jika berupa gambar
bisa ukuran lain, mudah dibaca, susunan halaman dukumen harus konsisten
terhadap urutan daftar isi. Operation & Manual yang telah disetujui harus dijilid
dengan ‘hard cover’ dengan kualitas warna, tulisan dan tinta copy yang baik untuk
disimpan dalam jangka panjang.
4. Untuk gambar terlaksana harus termasuk gambar gambar diagram. Gambar yang
berukuran diatas A-3 harus diserahkan dalam bentuk 3 (tiga) copy ukuran A-3 dan 1
(satu) set asli sesuai ukuran. Untuk ukuran besar harus digulung didalam tabung
gambar dan dilengkapi dengan label gambar.
5. Digital file sebanyak 2 copy pada Compact Disk, dokumen yang berupa foto lengkap
dengan negative film / digital file nya harus termasuk yang harus disertakan pada
Operation & Manual.

1.23. Penyerahan, Pemeliharaan, Pelatihan dan Jaminan


Penyerahan, Pemeliharaan, Jaminan dan Pelatihan harus dilakukan sebagaian dari
rangkaian penyelesaian pekerjaan.
1. Petunjuk Operasi, Pemeliharaan dan Pendidikan.
a. Pada saat penyerahan pekerjaan, Kontraktor harus:
Menyerahkan gambar-gambar jadi (as build drawing), dalam bentuk gambar
cetak sebanyak 3 (tiga) set dan dalam bentuk soft copy (dalam media Compack
Disk / Cad Drawing) sebanyak 1 (satu) set kepada Pemberi Tugas dan kepada
Konsultan Pengawas 2 (dua) set gambar jadi, bila gambar dan data-data
tersebut belum lengkap diserahkan maka pekerjaan Kontraktor belum bisa
diprestasikan 100 %.
b. Training
 Kontraktor harus memberikan training (teori dan praktek) mengenai cara
pengoperasian dan perawatan peralatan kepada minimal 3 orang petugas
teknik yang ditunjuk oleh pemilik sampai cakap menjalankan tugasnya.
102
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

 Kontraktor harus mengajukan rencana training tersebut terlebih dahulu


kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas dan mengajukan rencana
pendidikan / training ini kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas
selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum waktu pelaksanaan.
 Kontraktor harus bertanggung jawab atas segala biaya yang diperlukan
untuk training tersebut.
c. Gambar Terpasang, Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan serta Katalog Suku
Cadang
 Kontraktor harus menyerahkan gambar terpasang kepada Pemberi Tugas
dan Konsultan Pengawas sbg berikut :
- 1 (satu) set Kertas Kalkir dan 5 (lima) set Cetak Biru, ukuran A1
- 1 (satu) set soft copy
 Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) set buku petunjuk operasi dan
perawatan peralatan yang dibuat dalam bahasa Indonesia kepada Pemberi
Tugas dan Pengawas.
 Kontraktor harus pula memberikan 2 (dua) set buku petunjuk operasi
dan perawatan peralatan yang terpasang yang dibuat dalam bahasa
Indonesia kepada Pemilik, dan sebuah singkatan dari buku petunjuk harus
dipasang dalam suatu kaca berbingkai dan ditempatkan pada dinding dalam
ruang mesin utama atau tempat lain yang ditunjuk Pemberi Tugas /
Konsultan Pengawas.
d. Gambar Terpasang, Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan serta Katalog Suku
Cadang
 Kontraktor harus menyerahkan gambar terpasang kepada Pemberi Tugas
dan Konsultan Pengawas sbg berikut :
- 1 (satu) set Kertas Kalkir dan 5 (lima) set Cetak Biru, ukuran A1
- 1 (satu) set soft copy
 Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) set buku petunjuk operasi dan
perawatan peralatan yang dibuat dalam bahasa Indonesia kepada Pemberi
Tugas dan Konsultan Pengawas.
 Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) set buku catalog suku cadang dari
peralatan yang dipasang kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.
e. Pemeliharaan dan Garansi:
 Kontraktor harus menggaransi semua peralatan dan instalasi yang dipasang
selama 1 (satu) tahun setelah serah terima pertama.
 Kontraktor harus bertanggung jawab atas seluruh peralatan yang rusak
selama masa garansi, termasuk penyediaan suku cadang. Segala biaya
penggantian perawatan selama masa garansi merupakan tanggung jawab
Kontraktor.
 Memberikan garansi terhadap seluruh peralatan yang disupply dan juga
terhadap sistem, minimal selama 1 (satu) tahun sejak serah terima kedua.
 Pemilik dibebaskan dari segala bentuk pembayaran atas segala kerusakan
untuk selama 1 (satu) tahun sesudah serah terima.
 Kontraktor harus bertanggung jawab untuk tetap dapat melakukan garansi
dengan memperhitungkan kedalam harga satuan sebagai resiko
keterlambatan dalam menyelesaikan pembangunan.
 Kontraktor wajib mengganti atas biaya sendiri setiap kelompok barang-
barang atau sistem yang tidak sesuai dengan persyaratan spesifikasi, akibat
kesalahan pabrik atau pengerjaan yang salah selama jangka waktu 180
(seratus delepan puluh) hari setelah proyek ini diserahkan terimakan.
 Kontraktor wajib menempatkan 2 (dua) orang pada setiap hari kerja selama
masa perawatan untuk mengoperasikan / merawat peralatan dan
mendatangkan 1 (satu) orang supervisor sekali seminggu untuk melakukan

103
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

pemeriksaaan selama masa pemeliharaan.


 Apabila terjadi gangguan dan atau kerusakan selama masa garansi, maka
selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam Pemborong harus dapat
mendatangkan tenaga ahlinya untuk mengatasi gangguan tersebut setelah
mendapatkan laporan / konfirmasi dari pemilik proyek.
2. Perijinan.
a. Semua ijin-ijin dan persyaratan-persyaratan yang mungkin diperlukan untuk
melaksanakan instalasi ini harus dilakukan oleh Kontraktor atas tanggungan dan
biaya Kontraktor.
b. Kontraktor harus bertanggung jawab atas penggunaan alat-alat yang dipatenkan
serta kemungkinan tututan ganti rugi dan biaya-biaya yang diperlukan untuk ini.
Untuk hal ini Kontraktor wajib menyerahkan Surat Pernyataan mengenai hal
tersebut diatas.
c. Kontraktor harus menyerahkan semua perijinan atau keterangan resmi yang
diperoleh mengenai instalasi proyek ini kepada Pemberi Tugas Konsultan
pengawas atau pihak ditunjuk, sebelum penyerahan dilakukan.
d. Kontraktor harus memperoleh ijin terlebih dahulu dari Pemberi Tugas / Konsultan
Pengawas setiap akan memulai suatu tahapan pekerjaan, demikian pula bila
akan melaksanakan pekerjaan di luar jam kerja (kerja lembur).
e. Kontraktor harus mendapatkan ijin-ijin yang berhubungan dengan pajak,
pemerintahan setempat, badan yang berwenang terhadap instalasi yang
dikerjakan. Dalam hal ini, semua biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
permintaan ijin tersebut.

104
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

Pasal 2
Instalasi Penerangan dan Tenaga

2.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan instalasi listrik adalah pemasangan dan pengadaan termasuk testing dan
comissioning peralatan dan bahan, bahan-bahan utama, bahan-bahan pembantu dan
lain-lainnya seperti yang diterangkan dalam Bab terdahulu, sehingga diperoleh instalasi
listrik yang lengkap dan baik serta diuji dengan seksama siap untuk digunakan, baik
instalasi tenaga maupun instalasi penerangan pengadaan dan pemasangan yang terdiri
dari :
1. Panel
a. Panel Utama Gedung ( MDP )
b. Panel Pembagi ( PP-Panel Pembagi )
2. Kabel
a. Pemasangan kabel daya dari Panel Utama Tegangan Rendah ( PTUR ) Gedung
ke Panel Utama Gedung (MDP) termasuk seluruh peralatan peralatan bantu
yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi.
b. Kabel daya dari Panel Utama Gedung (MDP) ke seluruh Panel Pembagi (PP)
termasuk seluruh peralatan - peralatan bantu yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan sistem instalasi listrik.
c. Kabel pembagi dari Panel Pembagi Lantai ke masing - masing jaringan instalasi
termasuk seluruh peralatan - peralatan bantu yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan sistem instalasi listrik.
d. Pemasangan kabel instalasi penerangan dan tenaga.
3. Instalasi kabel & konduit dari sub panel ke titik-titik beban yang dilayaninya atau dari
panel penerangan titik lampu atau dan outlet – outlet penerangan (saklar) dan
tenaga (stop kontak) seperti yang tercantum pada gambar perencanaan.
4. Pemasangan titik lampu atau armature lampu ( Lighting Fixtures ) termasuk yang
dilengkapi emergency baterai dan outlet – outlet penerangan (saklar) serta tenaga
(stop kontak) seperti yang tercantum pada gambar perencanaan. Untuk memastikan
kemampuan distribusi cahaya, semua supplier produk harus menyertakan
perhitungan pencahayaan dengan sampling area untuk menunjukkan kontur isoline
dari penyebaran distribusi cahaya, kurva fotometrik termasuk Light Output Ratio –
LOR, DLOR, ULOR & TLOR, supplier juga harus menyertakan jaminan keaslian
produk dan garansi untuk semua tipe armature.
5. Perawatan dan peralatan dari panel kepemakaian .
6. Pengadaan dan pemasangan instalasi grounding instalasi listrik yang termasuk di
dalam pekerjaan sistem pengebumian meliputi batang elektroda pengebumian dan
bare copper conductor atau kabel yang menghubungkan peralatan yang harus
dikebumikan dengan elektroda pembumian termasuk seluruh peralatan-peralatan
bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini.
7. Pemasangan instalasi lain / peralatan bantu / pendukung lainnya yang diperlukan
untuk kesempurnaan kerja sistem, meskipun peralatan tersebut tidak disebutkan
secara jelas atau terinci di dalam Gambar Perencanaan dan Persyaratan
Teknis.

2.2. Ijin Kerja Instalatir / Kontraktor


Instalatir / sub Kontraktor yang akan mengerjakan Pekerjaan ini diharuskan :
1. Mempunyai surat ijin kerja Instalatir Listrik (SIKA) tahun kerja yang berlaku dengan
Pas. Instalatir Kelas C. dari Instansi terkait.

105
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

2. Mempunyai Tanda Lulus Prakualifikasi (Tanda Daftar Rekanan) untuk tahun kerja
yang berlaku, sesuai dengan KEPPRES No.80 Tahun 2003.
3. Sudah berpengalaman dan dapat menunjukkan Surat Kemampuan Pengalaman
Kerja dalam mengerjakan pekerjaan yang sejenis.

2.3. Gambar–Gambar Instalasi


1. Gambar-gambar dan spesifikasi adalah merupakan bagian yang saling melengkapi
dan sesuatu yang tercantum dalam gambar dan spesifikasi bersifat mengikat.
2. Gambar- gambar instalasi menunjukkan secara teknis pekerjaan instalasi yang
harus dilaksanakan dimana dicantumkan ukuran bahan-bahan instalasi serta
keterangan lain yang diperlukan.
3. Pelaksanaan dilapangan selain yang tertera pada gambar disesuaikan dengan
kondisi lapangan atas petunjuk direksi / pengawas lapangan secara tertulis / lisan.
4. Bila kontraktor menganggap perlu adanya perubahan ukuran / konstruksi dalam
pelaksanaan, kontraktor diwajibkan mengajukan alternatif atau Shop drawing yang
dikehendaki dan mendapat persetujuan dari Pengawas / Pemilik Proyek.
5. Segala perubahan yang disengaja dilakukan kontraktor tanpa ijin Direksi / Pengawas
lapangan adalah resiko Kontraktor.
6. Bila nantinya tidak disetujui oleh Direksi / Pengawas lapangan maka terpaksa harus
dibongkar. Kontraktor hal ini tidak diperkenankan menuntut ganti rugi.
7. Seluruh pola pemasangan armatur / fixture dan soket & outlet disesuaikan dengan
gambar desain arsitektur atau sesuai petunjuk direksi / Pengawas lapangan.

2.4. Pelaksanaan Pekerjaan


1. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh tenaga ahli yang sudah
berpengalaman.
2. Pelaksana yang dianggap tidak cukup ahli / perpengalaman oleh Direksi / Pengawas
Lapangan, harus segera diganti dengan orang lain setelah mendapat persetujuan
Direksi / Pengawas lapangan.
3. Kontraktor harus menempatkan seorang Supervisor yang ahli, berpengalaman dan
profesional untuk masing-masing bidang yang bertanggung jawab untuk menjadi
supervisi, management proyek.
4. Tenaga kerja harus berpengalaman dan ahli di bidangnya, bila tidak berpengalaman
& ahli harus diganti. Bila tidak dihiraukan pengawas akan mengambil tindakan untuk
mengatasi permasalahan yang ada.
5. Segala sesuatu yang diperlukan guna kesempurnaan pekerjaan harus, dilengkapi
sesuai permintaan pengawas dengan biaya dibebankan kepada Kontraktor.

2.5. Persyaratan Bahan


1. Kontraktor diwajibkan menyerahkan contoh bahan / barang yang disebut dalam
lingkup pekerjaan kepada Direksi / Pengawas lapangan untuk mendapat persetujuan
sebelum dipasang. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan, minimal brosur
spesifikasi teknis harus ditunjukkan dan disetujui oleh Direksi / Pengawas lapangan.
2. Kontraktor harus membuat tempat penyimpanan bahan / material serta peralatan
kerja (gudang) agar rapi aman dan memudahkan pemeriksaan.
3. Jika bahan / material dan peralatan kerja tersebut harus melewati jalanan umum,
Kontraktor harus menjaga ketertiban dan kelancaran serta mengganggu lalu lintas.
4. Pengawas / Direksi berhak menambah peralatan yang dipergunakan atau menolak
peralatan yang tidak memenuhi syarat.
5. Bila pelaksanaan pekerjaan telah selesai, maka kontraktor harus segera
mengeluarkan atau memindahkan peralatan tersebut, kerusakan akibat penggunaan
peralatan kerja tersebut harus diperbaiki kembali atas beban biaya Kontraktor.

106
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

6. Semua material yang terbuat dari besi (Armatur) dan pipa yang dipergunakan untuk
konstruksi, penyangga, penggantung dan lain-lain harus diproses sebagai berikut :
a. Disikat dengan sikat kawat / dibersihkan hingga mengkilat dan bebas dari karat.
b. Dicat dasar / meni anti karat (Zincromate) kualitas baik 2 kali.
c. Dicat akhir dengan cat berkualitas baik 2 kali dengan warna yang akan ditentukan
kemudian / sesuai dengan penggunaan.
d. Kecuali material yang terbuat dari plastik, Satinless stell dan alumunium tidak
perlu dicat, cukup dibersihkan saja.

2.6. Konstruksi Panel Listrik


1. Panel harus terbuat dari plat baja, dengan rangka yang terbuat dari besi siku atau
besi plat yang dibentuk dan diberi cat dasar dengan meni tahan karat serta difinish
dengan cat bakar powder coating warna abu-abu.
2. Ketebalan plat baja harus mengikuti ketentuan dibawah ini :

Panel Dinding Pintu


Panel Utama 2.0 mm 2.0 mm
Panel Pembagi & Sub. 1.6 mm 2.0 mm
Panel

3. Karakteristik panel :
a. Tegangan kerja : 220-415 Volt
b. Tegangan Uji : 3.000 Volt
c. Tegangan Uji impuls : 20,Kv
d. Frekuensi : 50 Hz.
4. Panel harus dilengkapi dengan master key.
5. Setiap panel harus dilengkapi dengan label, yang memberi nama pada setiap panel.
6. Untuk Panel Distribusi harus dilengkapi dengan peralatan ukur dan meter ukur Type
“Moving Iron Type” dengan ukuran yang proporsional dan peralatan lain misalnya
lampu Indikator dan Minifuse.
7. Pada dinding panel bagian sisi kiri dan kanan, harus disediakan lubang ventilasi
dengan dibagian dalamnya diberi plat / lapisan pelindung, sehingga dapat dicegah
kemungkinan terjadinya tusukan secara langsung terhadap bagian-bagian dalam
panel yang bertegangan.
8. Konstruksi dalam panel-panel serta tata letak komponen harus diatur sedemikian
sehingga, apabila perlu dilaksanakan perbaikan perbaikan, penyambungan kabel ke
terminal CB dapat dilakukan dengan mudah tanpa mengganggu komponen yang
lain.
9. Pengaturan komponen panel, posisi dan ukuran ventilasi harus tidak menyebabkan
temperatur didalam panel 5 derajat lebih tinggi dari urara diluar panel.
10. Untuk pemasangan kabel incoming dan outgoing harus disediakan terminal
penyambung yang disusun rapi dan ditempatkan pada lokasi yang tepat dalam arti
kata pada bagian panel dimana kabel incoming itu datang dan kabel outgoing itu
meninggalkan panel.
11. Panel jenis Free Standing dipasang pada lantai kerja dengan lokasi seperti pada
gambar perencanaan. Pemasangan panel harus menggunakan dudukan konstruksi
baja dan harus diperkuat dengan mur baut atai dinabolt sehingga tidak akan berubah
posisi oleh gangguan mekanis.
12. Panel jenis wall mounting dipasang flush mouting pada dinding tembok dengan
lokasi sesuai Gambar perencanaan. Pemasangan panel pada dinding harus
diperkuat dengan baut tanah (anchor bolt) sehingga tidak tidak akan rusak oleh
gangguan mekanis.

107
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

13. Box panel dan semua material yang bersifat konduktif yang berada disekitar panel
harus dihubungkan ke sistem pengaman pentanahan gambar skema rangkaian listrik
panel harus dilengkapi dengan gambar-gambar skema rangkai listrik, lengkap
dengan keterangan mengenai bagian - bagian intalasi yang diatur oleh panel
tersebut. Gambar skema rangkai listrik dibuat dengan baik dan dilaminasi plastik.
Ditempatkan pada panel bagian dalam.
14. Panel mempunyai tutup bagian dalam dan pintu luar yang dilengkapi dengan kunci
dan handle pintu. Handle itu dipasang baik untuk tutup bagian dalamnya panel
maupun tutup bagian luar (pintu) panel.
15. Pada bagian diatas panel (dari ambang atas sampai dengan 12 cm dibawah ambang
atas panel) harus disediakan tempat untuk pemasangan lampu, indikator, fuse dan
alat-alat ukur. Bagian tersebut merupakan bagan terpisah dari pintu panel dan
kedudukannya menetap (fixed). Ukuran panel tidak mengikat dan dapat disesuaikan
dengan ukuran komponen yang dipilih dan standard pabrik pembuat.
16. Pada bagian dalam pintu panel harus digambarkan diagram sistim instalasi panel
tersebut secara lengkap dan baik serta harus dilaminasi.
17. Ukuran panel disesuaikan dengan kebutuhan sirkit atau disesuaikan dengan
lapangan.
18. Perletakan komponen didalam panel harus mudah dilihat, mudah dilepas dan
dipasang pada saat penggantian komponen. Setiap kabel harus dipasang tanda
warna phasa (marking colour end cup).
19. Pembuat panel harus memperhitungkan kemampuan panel menahan arus hubung
singkat berdasarkan level arus hubung singkat yang mungkin terjadi ( short circuit
prospective ).
20. Setiap pintu panel harus disediakan tempat untuk menyimpan gambar / diagram
panel. Gambar diagram panel harus dibundel rapi dalam sampul plastik atau
dilaminating.
21. Persyaratan Pemasangan :
a. Konstruksi, penempatan peralatan dan kabel harus rapi, kuat terpasang, aman
dan mudah diperbaiki.
b. Tiap–tiap panel harus ditanahkan dengan kawat BC / NYA dengan ukuran
sesuai dengan gambar perencanaan.
c. Panel-panel listrik baru adalah jenis In-door / outdoor type, terbuat dari plat baja.
d. Untuk type out-door ditambahkan konstruksi yang dibentuk sedemikian rupa
sehingga air hujan tidak dapat masuk.
e. Panel dipasang pada dinding dengan menggunakan Dynabolt 8 mm, konstruksi
ini disesuaikan dengan perlatan/komponen yang terpasang.
f. Semua bagian perlatan yang bertegangan harus mempunyai jarak yang cukup
dengan bagian peralatan yang lain. Apabila perlu harus diberi tambahan Isolator
untuk menghindari adanya hubung singkat.
g. Panel di cat dengan cat dasar (meni) tahan karat 2 kali cat akhir dari jenis cat
bakar 2 kali yang tahan gores. Sebelum di cat, panel termasuk rangkanya harus
dibersihkan dari karat, bila perlu digunakan bahan kimia penghilang karat (RUST
REMOVER).
h. Panel harus dilengkapi mur-baut untuk terminal pentanahan, baut terminal harus
dilas penuh pada rangka panel. Ukuran mur-baut 3/8”.
i. Pintu Panel harus dihubungkan dengan rangka panel menggunakan kawat
tembaga Flexible (NYMHY 1 x 6 mm²) untuk pentanahan pintu panel.
j. Untuk masuk dan keluarnya kabel ke dan dari panel menggunakan wartel mur
sesuai ukuran kabel.

2.7. Bus-Bar / Rel Tembaga

108
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

1. Dalam box panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang diketanahkan
(grounding) dan busbar pengetanahan, yang berfungsi untuk dudukan ujung kabel
pertanahan.
2. Busbar dan terminal penyambung panel harus sesuai untuk sistim 3 phase, 4 kawat
dan mempunyai 5 busbar dimana busbar pentanahan terpisah yang terdiri dari 3
busbar untuk phase R-S-T, 1 busbar untuk Neutral, dan 1 busbar unbtuk grounding.
Kapasitas busbar harus mampu mengalirkan arus minimal sebesar 2 kali dari rating
pengaman utama. Setiap busbar harus diselubungi bahan isolatif dengan warna
standar untuk identifiksi phasa.
3. Busbar dari bahan tembaga yang digalvanisasi dengan perak. Galvanisasi ini,
termasuk pula bagian yang menempel pada busbar, seperti sepatu kabel dan lain-
lain.
4. Pemasangan kabel pada busbar dan terminal penyambung harus disusun dan
dipegang oleh isolator dengan baik, sehingga mampu menahan elektron mekanikal
force akibat arus hubungan singkat terbesar yang mungkin terjadi.
5. Penyusunan busbar diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam
perawatan, penambahan breaker dan kegiatan lainnya dimasa yang akan datang.
6. Busbar harus memiliki kemurnian tembaga diatas 95%, dan harus tidak
menyebabkan keretakan permukaan jika ditekuk 90°.
7. Bus-bar terbuat dari tembaga dengan kemurnian tinggi dengan kemampuan arus
minimum 1,5 kali kapasitas / kemampuan pengaman utamanya, kecuali Bus-bar PE
yang ukurannya lebih kecil dan disesuaikan kawat tanahnya. Dimensi dan
kemampuan rel dapat dilihat pada gambar.
8. Semua Bus-bar harus ditopang kokoh pada rangka Konstruksi dengan
menggunakan penyangga atai dijepit partinax pada beberapa tempat sehingga
Konstruksi Bus-bar cukup kuat dan tidak lentur / bergetar. Tahanan isolasi terhadap
Body / rangka minimum 50 M Ohm.
9. Bus-bar untuk pertanahan/penghantar pembumian / di klem dengan baik ke rangka
panel, cat pada bagian rangka yang menempel Bus-bar pentanahan harus
dihilangkan.

2.8. Circuit Breaker


1. Peralatan pengaman / Circuit Breaker (MCCB / MCB) yang dipasang pada Base
Plate atau plat dasar yang terpasang kuat pada rangka panel.
2. Untuk memudahkan pengenalan distribusi beban pada setiap MCCB / MCB dan
peralatan penting yang lain harus diberi nama / nomor saluran yang dapat dibaca
dengan jelas / mudah.
3. Circuit breaker yang digunakan dari type MCCB dan MCB yang dilengkapi dengan
thermal overcurrent release dan electromaghnetic overcurrent release yang rating
ampere trip dapat disetel ( adjustable ) untuk jenis MCCB. Komponen Panel produksi
ex. ABB, LS, Schneider atau setara.
4. Circuit breaker harus mampu mengamankan beban apabila terjadi arus lebih,
hubung singkat, tegangan sangat rendah, tegangan sangat tinggi, hilang salah satu
fasa. Circuit breaker harus dilengkapi dengan kendali motor (motorized) seperti pada
gambar peleksanaan.
5. Setiap circuit breaker harus dilengkapi dengan proteksi arus lebih dan proteksi arus
hubung singkat.
6. Pada circuit breaker dan terminal penyambung harus diberi indikasi / label / sign
plates mengenai nama beban atau kelompok beban yang dicatat daya listriknya.
Label itu harus harus dibuat dari plat aluminium atau standar DIN 4070.

109
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

7. Sekering/Fuse (jika ada) harus tipe HRC/HHC dan mampu menahan arus hubung
singkat diatas 100 kA. Fuse harus dilengkapi dengan dudukan dan rumah sekering
(Safety Fuse Holder).
8. Magnetik Kontaktor harus memiliki kemampuan sesuai dengan daya beban dan tidak
kurang dari yang tercantum pada gambar perencanaan.
9. Magnetik kontaktor harus mampu menahan arus gangguan sebelum peralatan
pengaman gangguan bekerja.
10. Outgoing circuit breaker dari Main Distribution Switch Board harus dilengkapi dengan
proteksi kehilangan arus satu phase.
11. Cirkuit Breaker untuk proteksi motor – motor listrik harus menggunakan Cirkuit
Breaker yang dirancang khusus untuk pengamanan.
12. Breaking Capacity dan rating Cicuit Breaker yang digunakan harus sebesar yang
tercantum dalam gambar Perencanaan.
13. Semua Circuit Breker harus diidentifikasi dengan jelas. Identifikasi ini meliputi
Breaking Capacity-nya, Voltage Rating dan Ampera Trip-nya sesuai dengan
dinyatakan dalam gambar perencanaan.
14. Pemasangan MCB harus menggunakan omega rail sedangkan MCCB dan
komponen-komponen lain seperti relay contractor, time switch lain harus
menggunakan dudukan plat.
15. Pemasangan komponen-komponen tersebut harus rapi dan kokoh sehingga tidak
akan lepas oleh gangguan mekanis dan thermis.
16. Jika dalam gambar perencanaan dinyatakan ada spare tersebut harus terpasang
secara lengkap. Semua CB harus diberi label / sign plate yang terbuat dari bahan
yang sudah disetujui oleh Pengawas / Direksi.

2.9. Alat Ukur / Indikator


1. Panel dilengkapi dengan alat – alat ukur seperti :
a. Volt meter
b. Ampere meter pada masing – masing phase
c. Frekuensi Meter
d. KW meter
e. Cos Phi Meter
f. Selector switch
g. Trafo arus
h. Indicator lamp. & Fuse
2. Tidak semua panel dilengkapi peralatan diatas melainkan harus disesuaikan dengan
gambar perencanaan. Voltmeter dilengkapi dengan selector switch yang
mempunyai mode 7 posisi.
a. 3 Kali phase terhadap netral
b. 3 Kali phase terhadap phase
c. Posisi Off
3. Alat ukur / metering yang digunakan adalah jenis ‘semi flush mounting’ didalam
kotak tahan getaran ukuran 96x96mm dengan ketelitian skala 1% dan bebas dari
pengaruh induksi serta memiliki sertifikat tera dari LMK / PLN (minimum satu buah
untuk setiap jenis alat ukur).
4. Ukuran peralatan ukur adalah 9 cm, surface mounted dilengkapi dengan pengaman
arus lebih dan arus hubung singkat.
5. Ampere meter yang digunakan mempunyai range pengukur sesuai dengan ranting
incoming CBnya.
6. Lampu indikator yang digunakan adalah :
a. Warna merah untuk phase R
b. Warna Kuning untuk phase S

110
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

c. Warna hijau untuk phase T


d. Lampu–lampu indikator harus diproteksi dengan menggunakan fuse jenis
diazed.

2.10. Sistem Pentanahan


1. Penghantar Pengaman yang biasa digunakan adalah : kawat tembaga telanjang
atau BC (Bare Conductor).
2. Pembumian biasanya dilakukan pada :
- Titik netral sistem listrik pada generator atau transformator.
- Bagian konduktif terbuka perlengkapan (peralatan listrik) dan isolasi listrik.
3. Sistem pentanahan panel listrik yang digunakan pada Instalasi ini adalah sistem
PNP (Pentanahan Netral Pengaman), sesuai aturan yang digunakan pada PUIL
1987.
4. Elektroda pentanahan menggunakan “Elektroda Pipa” dengan ground rod 5/8” dan
kawat BC yang ditanam sedalam minimal 6 (enam) meter hingga dicapai tahanan
pentanahan sesuai dengan gambar. Apabila tidak tercapai keadaan tersebut, maka
harus diusahakan dengan memparalelkan beberapa ground rod hingga tercapai
keadaan yang diinginkan.
5. Bila perlu elektroda pentanahan untuk badan peralatan dan panel harus dipisahkan
penanamannya sejauh minimum 3 meter satu dengan yang lain.
6. Saluran pentanahan dari elektroda pentanahan sampai kebadan harus dilindungi
dengan pipa PVC High Impact (HI) 20 mm.
7. Saluran ini tidak boleh ada sambungan hanya diperbolehkan pada terminal yang
disediakan dengan menggunakan sambungan mur baut dan sepatu kabel yang
sesuai.
8. Penampang kawat pentanahan dari masing-masing panel dapat dilihat pada gambar
masing-masing panel.
9. Titik pentanahan panel ini harus dipisahkan dengan system pentanahan penangkal
petir dan peralatan lain (peralatan kontrol, MCFA, PABX, dll) minimal sejauh 10
meter.
10. Penyambungan dipanel harus pada rek pentanahan atau mur baut yang telah di las
ke badan panel.

2.11. Kabel Instalasi


1. Persyaratan teknis ini berlaku untuk :
a. Kabel daya
 Yang dimaksud dengan kabel daya adalah kabel yang menghubungkan
antara panel satu dengan panel yang lainnya termasuk peralatan bantu
dibutuhkannya.
 Setiap kabel daya ujungnya harus diberi end cup marking colour, untuk
mengidentifikasi warna phasa. Warna tanda harus tidak boleh berubah atau
pudar karena temperatur kabel.
 Setiap tarikan kabel / sirkit harus tidak diperbolehkan adanya sambungan
kecuali untuk kabel instalasi penerangan.
 Kabel Tegangan Rendah
1) Kabel Tegangan Rendah ( 0,6 / 1 KV ) mulai digunakan dari trafo ke
Panel Tegangan Utama Tegangan Rendah ( PUTR ) dan seterusnya
hingga kesetiap titik beban.
2) Kabel Tegangan Rendah ( 1 KV ) digunakan pada instalasi yang
langsung berhubungan dengan tanah.

111
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

3) Untuk kabel jenis NYFGBY, metal armournya harus digunakan sebagai


grounding body.
4) Kabel Tegangan Rendah ( 500 Volt ) digunakan pada instalasi
penerangan.
5) Kabel tahan api digunakan khusus untuk melayani beban - beban seperti
: Lift, Pemadam Kebakaran, Motor Pressurize Fan.

b. Instalasi penerangan
Yang dimaksud dengan instalasi penerangan adalah kabel–kabel
menghubungkan antara panel–panel penerangan dengan fixture penerangan.
Dalam instalasi penerangan ini harus termasuk juga peralatan–peralatan bantu
instalasi seperti conduit, sparing, doos penyambung, doos pemasangan dan
lain–lain yang dibutuhkan untuk kesempurnaan instalasi penerangan.

c. Instalasi tenaga
- Yang dimaksud dengan instalasi tenaga adalah kabel yang menghubungkan
panel–panel daya dengan beban–beban stop kontak, peralatan tata udara
(exhaust fan, air conditioning) pompa–pompa listrik (pompa air bersih,
pompa kebakaran, pompa hydrant, pompa jockey, pompa bahan bakar) lift,
dan lain–lainnya sesuai dengan gambar perencanaan. Dalam instalasi daya
ini harus sudah termasuk outlet daya, condut, sparing, doos penyambung,
doos pemasang, dan peralatan–peralatan bantu lainnya yang dibutuhkan
untuk kesempurnaan instalasi daya.
- Untuk pengabelan instalasi tenaga (Kabel Utama) :
a. Pemasangan kabel harus memenuhi persyaratan dari pabrik kabel dan
persyaratan umum yang berlaku.
b. Semua penarikan kabel harus menggunakan sistem roll untuk
memudahkan pekerjaan dan kabel tidak rusak karena tekukan dan
puntiran.
c. Sebelum penarikan kabel dimulai, pemborong harus menunjukkan
kepada konsultan Pengawas alat roll tersebut serta alat – alat lainnya.

2. Kabel–kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan standard yang berlaku yang
diakui di negara Republik Indonesia. Ukuran kabel untuk instalasi listrik yang
digunakan minimal harus sesuai dengan gambar Perencanaan dan sudah
direkomendasi oleh LMK produksi ex. Supreme, Kabelindo, Kabelmetal atau
setara
a. Inti Tembaga
b. Ukuran minimum 2.5 mm2 kecuali untuk kabel control
c. Kabel harus dalam keadaaan baru, tanpa cacat dan bila perlu harus ada surat
keterangan dari distributor / pabrik.
d. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan cable mark yang
jelas dan tidak mudah hilang untuk mengidentifikasi arah beban.
e. Ketentuan pemberian tanda harus mengacu pada SNI 04-0225-2000 pasal
7.2.
f. Penyambungan :
- Penyambungan kabel ke terminal panel / peralatan di semua bangunan
adalah tanggung jawab kontraktor.
- Sambungan harus dilaksanakan dengan baik, cukup kuat / erat sesuai
dengan model terminal peralatan yang terpasang.
- Penyambungan kabel kotak kontak atau kabel penerangan harus dilakukan
didalam kotak sambung. Kotak sambung harus terbuat dari bahan yang

112
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

sama dengan conduit dipasang tutup dengan skrup. Tutup kotak dengan
cara clip tidak diijinkan. Setiap sambungan harus memakai alat
penyambung berupa las dop.
- Tidak diperkenankan melakukan penyambungan di dalam tanah ditengah
perjalanan kecuali apabila panjang kabel / saluran melebihi standard
panjang yang telah ditentukan oleh pabrik, kecuali memang ada pekerjaan
penyambungan kabel.
- Apabila terpaksa dilakukan pernyambungan karena saluran lebih panjang
dari standar pangjang pabrik maka sistem/cara penyambungan harus
dibicarakan dengan pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
- Semua penyambungan kabel pada kotak sambung menggunakan
sambungan puntir dengan lasdop tidak boleh menggunakan isolasi.
g. Pada setiap jarak maksimum 25 meter dan setiap belokan sepanjang jalur
penanaman kabel harus di pasang patok beton dengan tulisan ‘TR/TM’.
h. Semua kabel yang dipasang menembus dinding harus dipasang sleeve pipa
galvanized minimum 2,5 kali penampang kabel.

3. Pemipaan ( Konduit )
a. Konduit digunakan untuk melindungi kabel yang ada didalamnya, yang umum
digunakan pada bangunan tinggi adalah “Isolasi PVC High Impact (HI)” yang
khusus digunakan untuk instalasi penerangan saja.
b. Pipa PVC HI yang dipergunakan produksi ex. CLIPSAL, EGA atau setara yang
sudah direkomendasi oleh LMK, bila diperlukan kontraktor harus dapat
menunjukkan bukti rekomendasi tersebut.
c. Berhubung untuk instalasi penerangan hanya terdapat 1 (satu) kabel untuk 1
(satu) konduit, maka sesuai Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 1987)
berlaku faktor pengisian maksimum = 50 %.
Luas penampang luar kabel
Faktor pengisian : --------------------------------------- x 100%
Luas penampang dalam konduit

d. Pasangan kabel dalam pipa PVC HI pada jarak maksimum 100 cm harus diberi
klem.
e. Klem dibuat dari bahan plat logam digalvanis atau allumunium, pemasangan
pada tembok harus menggunakan vicher dan sekrup, pemasangan dengan
menggunakan paku tidak dibenarkan.Untuk kabel berpenampang 16 mm2 atau
lebih harus dilengkapi dengan sepatu kabel untuk terminasinya.
f. Pemasangan sepatu kabel untuk kabel berukuran 70 mm2 atau lebih harus
menggunakan hydraulic press kemudian di solder dengan timah pateri.
g. Sepatu kabel yang dipergunakan harus sesuai dengan besarnya kabel dan
harus yang berkualitas baik, standart produksi ex. GAE, 3M atau setara.

4. Tahanan Isolasi
a. Tahanan isolasi kabel yang dipersyaratkan sesuai pasal 213 sub pasal 213.B.2
PUIL 1987 adalah minimum 1000OHM per satu volt tegangan nominal.
b. Tahanan isolasi kabel yang digunakan harus sedemikian rupa sehingga arus
bocor yang terjadi tidak melebihi 1 mA untuk setiap 100 m panjang kabel. Kecuali
untuk instalasi yang harus beroperasi pada keadaan darurat.
5. Kabel–kabel yang digunakan adalah kabel yang sesuai dengan fungsi dan lokasi
pemasangannya seperti table dibawah ini / sesuai dengan gambar Perencanaan :

Pemakaian Jenis Kabel

113
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

Instalasi penerangan didalam NYM


bangunan
Instalasi penerangan diluar bangunan NYM, NYY,
NYFGbY
Instalasi kabel tenaga didalam NYM, NYY
bangunan
Instalasi kabel daya didalam NYY
bangunan
Instalasi kabel daya diluar bangunan NYFGbY

6. Sebagai pengenal untuk inti kabel atau rel digunakan warna, lambang atau huruf
seperti yang terdapat dalam tabel Tabel : 701 - 1, PUIL 1987.

Pengenal
Pengganti Inti Dengan Dengan Dengan warna
Atau Rel huruf lamban
g
1 2 3 4
A. Instalasi arus bolak-balik :
Fase Satu L 1/R Merah
Fase Dua L 2/S Kuning
Fase Tiga L 3/T Hitam
Netral N Biru
B. Instalasi perlengkapan listrik :
Fase satu U/X Merah
Fase dua V/Y Kuning
Fase tiga W/Z Hitam
C. Instalasi arus searah :
Positif L+ + Tidak
Negatif L- - ditetapkan
Kawat tengah M Tidak
ditetapkan
Biru

D. Penghantar Pembumian HB Loreng hijau -


kuning
Tabel Pengenal inti kabel atau rel

Warna kabel yang mengikat (harus ada) adalah biru (untuk netral) dan kuning /
hijau (untuk ground). Bila warna tersebut tidak ada maka pada ujung-ujung kabel
harus diberi isolasi dengan warna yang bersesuaian seperti butir di atas.

7. Pelaksanaan penanaman galian pada kondisi khusus dimana penanaman kabel


tidak dapat dilaksanakan dengan kedalaman  1,20 meter, maka pelaksanaannya
sebagai berikut :
a. Minimum 0,80 meter di bawah permukaan tanah, pada jalan-jalan yang dilewati
kendaraan .
b. Minimum 0,60 meter di bawah permukaan tanah, pada jalan-jalan yang tidak
dilewati kendaraan (pedestrian) dan diberi pelindung pipa galvanized dengan
penampang minimum 2,5 kali penampang kabel.

114
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

c. Pada kondisi dimana terdapat kabel PLN tegangan menengah/tinggi dan kabel
telekomunikasi maka kabel tanah harus ditempatkan di atas kabel PLN dengan
jarak minimum 50 cm.
d. Pada persilangan antara kabel tanah dan kabel lainnya harus diambil salah satu
tindakan pengamanan, kecuali jika salah satu kabel tanah yang bersilangan itu
terletak di dalam saluran pasangan batu, beton atau semacam itu yang
mempunyai tebal dinding sekurang-kurangnya 6 cm.
 Di atas kabel tanah yang terletak di bawah, harus dipasang tutup pelindung
dari lempengan beton (concrete tile) atau pipa beton atau sekurang-
kurangnya dari bahan tahan lama atau yang sederajat.
 Di atas kabel yang terletak di atas, dipasang pelindung beton, pipa beton
belah atau dari bahan lain yang cukup kuat tanah lama dan tahan api. Pipa
belah ini harus dipasang menjorok keluar sekurang-kurangnya 0,5 meter dari
kabel yang terletak di bawah diukur kabel sisi luar.
e. Pada tempat persilangan dengan kabel tanah telekomunikasi, kabel tanah harus
dilindungi pada bagian atasnya dengan pipa belah, plat atau pipa dari bahan
bangunan yang tidak dapat terbakar.
 Jika kabel tanah menyilang di atas kabel tanah telekomunikasi dengan jarak
lebih kecil dari 0,3 meter maka pada bagian yang menghadap ke kabel
tanah telekomunikasi dipasang alat / pipa dari bahan bangunan yang tidak
dapat terbakar. Perlindungan ini harus menjorok keluar paling sedikit 0,5
meter dari kedua sisi persilangan.
 Pelindung kabel tanah tersebut baik pada kabel tanah tersebut maupun
pada kabel tanah telekomunikasi harus menjorok keluar paling sedikit 0,5
meter dari kedua ujung tempat persilangan dan pendekatan itu.
 Kabel tanah telekomunikasi yang diletakkan di dalam jalur kabel dianggap
telah terlindung.
f. Kontraktor wajib mengembalikan galian tanah dalam keadaan semula dengan
seluruh biaya menjadi kewajiban kontraktor.

8. Rak Kabel
a. Rak kabel digunakan untuk menunjang kabel-kabel utama (feeder cable), atau
kabel lainnya yang berada dalam jumlah yang cukup banyak.
b. Rak kabel umumnya buatan pabrik yang telah digalvanized dan dalam
pemasangannya harus dibumikan.
c. Dimensi rak kabel harus mencukupi kebutuhan kabel yang akan dilayaninya.
Seluruh kabel yang ada diatas rak kabel harus diikat dengan pengikat kabel
(cable ties).
d. Penyusunan kabel didalam rak harus secara rapi dan tidak saling menyilang.
9. Seluruh bahan metal tidak bertegangan (rak kabel, panel dll) harus ditanahkan
secara sempurna, pada sambungan rak kabel dimana sambungan tersebut tidak
menggunakan las maka kedua bagian rak harus ‘jumper’ dengan konduktor tembaga
minimal berpenampang 2,5mm2.
10. Untuk galian kabel yang melalui jalur kabel existing/lama harus dikerjakan dengan
extra hati-hati. Bila terjadi kerusakan pada kabel existing karena terkena peralatan
gali (pacul, ganco, dsb), kontraktor harus mengganti kabel tersebut tanpa adanya
tambahan biaya, termasuk biaya perawatan pekerja yang mengalamai kecelakaan
hingga sembuh benar.
11. Pengurusan Ijin Instalasi Listrik kepada Instansi yang berwenang (PLN) merupakan
Pekerjaan dan Tanggung Jawab dari Kontraktor.
12. Motor

115
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

a. Motor dengan kapasitas sama atau lebih kecil 5,5 Kw yang distart secara
langsung atau Direct On Line (DOL) starters.
b. Motor dengan kapasitas lebih besar 5.5 KW distart secara star delta (Y-)
starters.

2.12. Armatur Lampu


1. Lampu dan armaturnya harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti yang
dilukiskan dalam gambar-gambar detail Elektrikal.
a. Semua rumah lampu khususnya untuk kebutuhan penerangan general harus
produksi di pabrik yang berada di dalam negeri serta mempunyai jaringan
distribusi penjualan atau kantor cabang resmi yang berada disetiap wilayah kota
di Indonesia.
b. Pabrikan rumah lampu bersedia memberi jaminan atas tersedianya barang
dalam jangka waktu minimal 5 tahun kedepan sehingga apabila ada beberapa
produk membutuhkan sperpat pengganti maka barang tersebut masih tersedia
dan terjamin kontinuitasnya.
c. Pabrikan rumah lampu yang diguanakan adalah pabrikan yang dapat
memberikan garansi atas produk yang dikeluarkanya minimal 1 tahun sejak
barang terpasang di proyek.
d. Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai terminal
pentanahan (grounding).
e. Semua lampu flourescent dan lampu discharge lainnya harus dikompensasi
dengan kapasitor yang cukup untuk mencapai faktor daya 90% - 95%.
f. Diffuser/reflector lampu-lampu harus terbuat dari bahan yang cukup kuat
terhadap kenaikan temperatur dan beban mekanis dari diffuser itu sendiri.
g. Reflektor harus mempunyai lapisan pemantul kualitas baik.
h. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block harus cukup
besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan tidak
mengganggu kelangsungan kerja dan umur teknis komponen lampu. Ventilasi
dalam box harus cukup.
i. Kabel-kabel dalam box harus diberikan saluran atau klem-klem tersendiri
sehingga tidak menempel pada ballast atau kapasitor.
j. Ballast harus mempunyai dudukan yang kuat dalam box lampu, tetapi mudah
dibuka untuk diperiksa atau diangkat.
2. Jenis dan type yang diperkenankan adalah sebagai berikut :
a. Armatur Lampu produksi ex. Artholite, Phillips atau setara.
b. Type lampu tabung TLD, PLC, Halogen, PAR & SON produksi ex. Osram,
Philips atau setara.
c. Ballast yang digunakan jenis Electronic Ballast produksi ex. Osram, Philips,
Schwabe atau setara.
d. Starter produksi ex. Osram, Philips atau setara.
Starter switch, terminal dan tube fitting, dengan sistem rotary lock. Stater untuk
lampu fluorescent mempunyai reability tinggi, terbuat dari high quality white
polycarbonate. Rating stater disesuaikan dengan rating lampu TL.
e. Kapasitor produksi ex. Phillips / Vosloh / Cambridge atau setara. Yang
digunakan harus Kapasitor yang dapat menghasilkan p.f. 0.95 (kapasitas + 3.25
s/d 4.5 micro farad).
f. Fitting/Lamp Holder dan starter holder ( sockets ) produksi ex. Vossloh atau
setara. Material dari white plastic polycarbonate dengan proteksi Uncorosive
dan Touchproof. Lamp holder dan starter holder anti vibrator contact.
3. Pemasangan Out-Bouw / Surface / Permukaan menempel plafond.

116
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

a. Armature terbuat dari plat baja putih dengan ketebalan minimal 0,6 mm atau
ketebalan total setelah finis sekitar +- 0,7 mm, pembuatan harus dengan mesin
peralatan lampu Built-in dan dengan proses melalui system Pre Treatment
dengan penyempurnaan finishing cat powder coating.
b. Konstruksi armature harus kuat dan kokoh serta dibuat sedemikian rupa agar
dapat dibuka / dilepas untuk perbaikan / penggantian komponen yang berada di
dalamnya. Armature dan reflektor harus dilengkapi dengan sekrup, agar dapat
dilepas pada waktu memerlukan perbaikan. Seluruh armature harus lengkap
dengan rangka dudukan / gantungan.
4. Persyaratan pemasangan titik lampu dan Peralatannya :
a. Seluruh instalasi pekerjaan lampu dan peralatan pada dasarnya dilaksanakan
dengan menggunakan kabel jenis NYM, dengan luas penampang penghantar
sekurang-kurangnya 2.5 mm2 dan pipa conduit PVC HI dengan diameter
sekurang-kurangnya 20 mm².
b. Kontraktor diwajibkan mengkoordinasikan rencana kerjanya dengan disiplin
lainnya, sehingga kemungkinan timbulnya persilangan lintasan antar instalasi
yang berlebihan dapat dihindarkan.
c. Pemasangan instalasi lampu dan peralatan tidak dibenarkan membebani
kerangka ceilling yang ada, melainkan harus dipasang pada cable trays yang
tersedia atau dilekatkan langsung pada bagian bawah dari plat dan, dengan
menggunakan klem dan concrete fastener yang sesuai, sekali-kali penggunaan
paku sangat dilarang dalam pengerjaan ini.
d. Jarak pemasangan klem-klem pengikat pipa conduit tidak diperkenankan
melebihi 100 cm.
e. Pekerjaan pencabangan, splicing dan lain sebagainya harus dilaksanakan
dalam junction boxes (Tdoos, Xdoos, dsb), yang terbuat dari bahan yang sejenis
dengan pipa conduit yang dipakai, dengan menggunakan sambungan puntir
dengan lasdop, yang ukuran-ukuranya sesuai dengan ukuran dan jumlah kabel
yang ada. Penggunaan insulation tape sama sekali tidak diperbolehkan.
f. Kabel penghantar yang menghubungkan fixtures lampu dengan instalasi yang
ada, harus dilindungi dengan menggunakan flexibel conduit yang terbuat dari
bahan ( dan memiliki ukuran ) yang sama dengan pipa conduit yang dipakai.
g. Untuk membedakan instalasi lampu dan peralatan dengan instalasi yang lain,
pipa conduit yang terpasang harus diberi tanda ( label ) berwarna pada setiap
jarak 2 meter. (dapat dengan menggunakan insulation tape). Warna tanda/label
yang dipakai harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pengawas.
h. Untuk pemasangan armature lampu jenis (surface mounted), tidak dibenarkan
dipasang pada plafond secara langsung, harus dipasang pada rangka plafond
yang diperkuat dengan konstruksi tambahan (bisa terbuat dari kayu yang di cat
meni 2 kali yang sesuai atau dengan menggunakan hanger / penggantung.
i. Semua pekerjaan perbaikan bekas bobokan dilaksanakan oleh Kontraktor
Bangunan yang beban biayanya menkadi tanggung jawab dari Kontraktor Listrik.

2.13. Emergency Battery


1. Komponen lampu Emergency yang dilengkapi Battery charger harus dipasang pada
rumah lampu jenis TL dan PLC yang diletakan pada daerah yang membutukan
penerangan atau area evakuwasi bila terjadi lampu mati atau kebakaran dan
berfungsi sebagai penerangan darurat sesrta berfungsi sebagai penunjuk jalan pada
saat terjadi pemadaman listrik.
2. Lampu Emergency harus berfungsi menyala minimal 2 jam saat terjadi pemadaman
listrik.

117
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

3. Tegangan input pada komponen Emergency adalah 220 V, n 10 % 50 Hz, phase,


dilenkapi dengan indicator LED dan peralatan push to Check battery.

2.14. Soket & Outlet


4. Saklar dan kotak-kotak.
a. Socket Outlet
Outlet daya dan plug yang digunakan Produksi ex. ABB, Clipsal, atau setara
dan harus memenuhi standard SII dan PLN atau standart lain yang berlaku dan
diakui di Indonesia.
b. Outlet daya dan plug harus mempunyai spesifikasi minimal sebagai berikut :
Rated Voltage : 250 volt
Rated Cutled : 10 A, 13A, 16A
c. Switches / Saklar
Saklar yang digunakan Produksi ex. ABB, Clipsal, atau setara dan sesuai
dengan standard PLN atau SII atau standard lain yang berlaku dan diakui di
Indonesia. Saklar harus mempunyai spesifikasi :
Rated Voltage : 250 volt
Rated Current : minimal 10 / 16 A
5. Persyaratan pemasangan saklar dan stop kontak :
a. Saklar dipasang setinggi 150 cm dari lantai dengan pasangan terpendam (In-
Bow) rata dengan permukaan plesteran dinding atau didalam partisi dengan
konstruksi tersendiri / khusus.
b. Kotak kontak yang dipergunakan adalah jenis in-bow / rata dengan permukaan
plesteran dinding atau didalam partisi dengan konstruksi tersendiri / khusus
dengan menggunakan In-Bow doos yang terbuat dari bahan yang sama dengan
kotak kontaknya. Pemasangan kotak kontak pada doosnya menggunakan
sekrup.
c. Kotak kontak 1 phase dipasang setinggi 30 cm dari lantai / sesuai permintaan
user (disesuaikan dengan alat) dengan pasangan terpendam (In-Bouw) rata
dengan permukaan plester dinding atau didalam partisi dengan konstruksi
khusus sesuai petunjuk dari Pengawas.
d. Kotak kontak 1 phase Khusus untuk Televisi Posisi Atas dipasang setinggi 210
cm dari lantai / sesuai permintaan user (disesuaikan dengan alat) dengan
pasangan terpendam (In-Bouw) rata degnan permukaan plester dinding atau
didalam partisi dengan konstruksi khusus sesuai petunjuk dari Pengawas.
e. Kotak kontak 3 phase dipasang setinggi 40 cm dari lantai atai disesuaikan
dengan kondisi ruang dan perlatan terpasang dengan pasangan menempel
dinding ( out-bouw ) dan harus terpasang kuat, tidak boleh goyang/miring sesuai
petunjuk pengawas.
f. Kotak kontak 3 phase harus mempunyai terminal pentanahan (3 P + N + PE)
tegangan 250 V.
g. Semua pemasangan out-bouw doos dan kotak kontak 3 phase pada dinding
harus menggunakan vischer dan sekrup, pemasangan pada kayu/meja harus
menggunakan sekrup. Penggunaan paku pada pekerjaan ini sangat dilarang.
h. Untuk kotak kontak yang dipasang untuk daerah basah harus memakai type
tertutup (Water Proof Type).
i. Kotak kontak 1 phase harus mempunyai terminal pentanahan (P + N + PE)
tegangan 250 V.

2.15. Testing & Comissioning


1. Macam pemeriksaan dan pengujian :

118
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

a. Pemeriksaan Visual.
- Jalur pipa konduit dan kabel tekukan kabel tidak boleh patah.
- Jalur kabel diatas rak kabel harus rapi dan diusahakan posisi rak kabel diatas
instalasi pipa atau duct VAC untuk menghindari adanya tetesan air.
- Kelengkapan komponen panel.
- Apabila terjadi kerusakan fisik atau tidak berfungsinya sistem harus
diperbaiki oleh pemborong sampai berfungsi sebagai mana mestinya.
Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggunan kontraktor dan tidak dapat
diklaim sebagai pekerjaan tambah atau biaya tambah.
b. Pemeriksaan Sambungan Listrik Maupun Mekanis.
- Sambungan dan terminasi kabel pada panel atau beban harus rapi dan
tersambung dengan kuat. Kabel serabut atau berurat banyak (multicore)
harus dilengkapi dengan sepatu kabel (cable shoe).
- Kabel didalam panel ditata dengan rapi dan disediakan cadangan panjang
kabel (spare) untuk mengantisipasi bila terjadi kesalahan terminasi, kabel
masih cukup panjang untuk disambung pada terminal yang lain.
- Seluruh Sistem dan Pekerjaan Instalasi harus diperiksa, diteliti dan diuji
dengan baik sebelum diserahkan dan pelaksanaannya harus menyertakan
Konsultan Pengawas dan bila perlu dengan petugas dari Instansi terkait yang
berwenang.
c. Pengukuran Tahanan Isolasi dan Tahanan Pentahanan.
- Sistem listrik yang sudah dipasang harus diuji dengan seksama sebelum siap
untuk dipergunakan. Pesawat uji yang dipakai untuk pengujian sebelum
digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu. Pengujian dilakukan bersama
dengan pihak yang berwenang (Pemberi Tugas atau Direksi Pengawas).
Hasil pengujian direkam pada format daftar simak dan didokumentasikan.
- Setiap saluran kabel harus ditest Tahanan Isolasinya dengan menggunakan
alat MEGGER 10.000 volt untuk kabel Tegangan Menengah dan MEGGER
1.000 volt untuk kabel Tegangan Rendah. Pengujian dengan Meger Test
harus tetap dilaksanakan dengan nilai tahanan isolasi minimum seperti pada
tabel dibawah ( Arus Bocor = 1 mA ).

Tegangan Nominal Tegangan Uji Arus Resistans


V Searah Isolasi
V MOhm
Tegangan ekstra rendah 250  0,25
(SELV,PELV dan FELV) yang
memenuhi persyaratan 3.3.1 dan
3.3.2
Sampai dengan 500 V, dengan 500  0,25
pengecualian hal tersebut diatas
Diatas 500 V 1.000  1,00
Table 3.20-1 PUIL 2000 : Nilai Resistans Isolasi Minimum

- Pengetesan juga dilakukan pada Grounding Existing untuk mengetahui


apakah tahanan pentanahan grounding tersebut masih baik/memenuhi
syarat atau tidak.
d. Pengukuran tegangan listrik dengan multitester yaitu :
- Tegangan phase ke phase (V L-L)
- Tegangan phase ke neutral (V L-N)
- Teggangan phase ke tanah (V L-G)

119
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

e. Pengukuran arus beban dengan tang ampere untuk phase R, S, T.


f. Pengujian Dalam Keadaan Berbeban 3 x 24 jam.
- Tes penyalaan dimana seluruh instalasi yang baru dipasang difungsikan
untuk mengecek nyala lampu. Pada pengetesan nyala ini sekaligus akan
diperiksa mutu instalasi yaitu mengecek berfungsinya komponen-komponen,
susut tegangan yang terjadi ( maksimal 5% ), kemungkinan hubung singkat
pada tiang atau panel dll.
- Pengujian nyala lampu dan battery Ni-cad pada lampu emergency
- Bila dalam Pengujian berbeban ternyatan tidak disediakan Sumber Daya
Listrik,maka Kontraktor harus menyediakan Sumber Daya Listrik sendiri
berupa Genset 3 phase dengan Kapasitas yang memadai.
2. Setelah semua instalasi selesai dipasang dan aliran listrik telah dimasukan, maka
jaringan instalasi harus dites terhadap group – group yang dipasang apakah telah
sesuai dengan gambar.
3. Setelah jaringan dibebani dengan beban penuh, maka perlu diadakan balancing
beban terhadap masing – masing fase.
4. Fungsi komponen-komponen panel antara lain :
a. Volt meter
b. Ampere meter
c. Frekwensi meter
d. Lampu indikator
e. Saklar pilih (selector switch)
f. Circuit breaker, contactor, relay, dll.
5. Semua bahan – bahan peralatan dan perbaikan, atas kerusakan yang timbul
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong.
6. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga
) mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain
7. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas dan Pemilik.

120
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

Pasal 3
Instalasi Fire Alarm

3.1. Umum
Pekerjaan ini mencakup penyediaan, pemasangan sistem system fire alarm, pengujian
dan pemeliharaan peralatan sistem deteksi dan alarm kebakaran yaitu seluruh detector,
Junction Box Fire Alarm, Bell, Break Glass / Manual Call Point, Indicator Lamp dll.

3.2. Ketentuan Umum


1. Yang diinginkan dalam instalasi alarm kebakaran adalah sistim / rangkaian alarm
kebakaran yang menggunakan detector panas ( Rate of Rise and Fixed Temperature
Heat Detector ), detector asap ( Smoke Detector ) dan titik panggil secara manual
(Break Glass) dan Alarm Bell serta perlengkapan lainnya yang dipasang secara baik
dan aman dan bekerja secara otomatis mendeteksi pada saat awal kebakaraan dan
lokasi kebakaran dapat langsung diketahui dari Control Panel Fire Alarm.
2. Sistem yang dapat digunakan harus dapat diperluas misalnya secara otomatis dapat
memonitor pompa kebakaran , mematikan AC termasuk instalasi dry contact di panel
listrik / AC (Tripping System AC), mematikan supply fan.
3. Sistim yang ditawarkan harus modular dapat mengarah ke Zone expantion
(pengembangan) dan dengan Sistem Semi Addressable.

3.3. Lingkup Pekerjaan


1. Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan semua material, peralatan dan lain-lain,
pengiriman ke site pemasangan, pengujian (comissioning) dan pemeliharaan seluruh
Pekerjaan Fire Alarm seperti disyaratkan sampai berfungsi dengan baik.
2. Menyediakan dan melaksanakan pemasangan unit pengontrol (Master Control Fire
Alarm/MCFA) dilengkapi dengan system telepon darurat (fire fighting telepon) serta
battery nicad.
3. Pengadaan serta pemasangan unit pemberitahuan (annunciator unit).
4. Pengadaan dan pemasangan unit deteksi (detection unit), termasuk manual station
yang dipasang di hydrant box tiap lantai dan dekat pintu darurat.
5. Pengadaan serta pemasangan kabel terminal box.
6. Pengkabelan system Fire Alarm dari sentral Fire Alarm sampai unit deteksi.
7. Mengadakan pengujian menyeluruh sehingga system tersebut dapat berfungsi
dengan baik dan benar.

3.4. Kemampuan Operasi


1. Jenis fire alarm yang digunakan adalah presignal alarm yang diberikan hanya pada
lantai tersebut. Dengan system 4 (empat) kawat yang berguna untuk menambah
keandalan kerja dari alarm ini seandainya ada bagian yang terputus (Class A)
2. Kemampuan dari fire detector mempunyai daerah diteksi kurang lebih 36 m²
sehingga untuk bagian-bagian ruangan yang luas hanya dibutuhkan beberapa fire
ditector.
3. Master control dilengkapi dengan charger dan stand-by battery yang mampu
digunakan minimal 20 jam pada keadaan listrik PLN terputus.
4. Semua system instalasi, detector, annunciator, master control, dan lain-lain pada
pekerjaan fire alarm ini, harus ter-supervisi dengan system instalasi Class A.
5. Kerja sistem
a. Keadaan Normal
Kalau tidak terjadi gangguan atau trobel atau alarm, maka system dalam keadaan
normal dan ditandai dengan lampau hijau (AC pilot lamp) yang hidup. System
mendapat supply dari PLN, Diesel serta battery.

121
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

b. Keadaan Darurat.
Apabila PLN mati maka digunakan generator, dan seandainya generator juga
mati maka dipergunakan battery, keadaan ini akan disupply oleh battery dengan
kemampuan minimal 20 jam. Hal-hal yang terjadi pada control panel, lampu
kuning akan menyala (trobel lamp) disertai tanda-tanda yang dapat didengar.
c. Keadaan Alarm.
Keadaan alarm akan terjadi apabila ditector mendeteksi asap/panas/api atau
manual station diaktifkan. Dalam keadaan tersebut alarm bell harus dapat bekerja
otomatis pada control panel lampu merah (lampu alarm) dan lampu kuning akan
menyala menunjukkan zone mana yang yang ada alarm, dengan demikian
daerah/ruangan yang dalam keadaan bahaya yang akan segera dapat diketahui.
d. Keadaan Gangguan (Trouble)
Bila terjadi gangguan pada system (pada detector Circuit atau pada panel control
dan annunciator) maka :
• Lampu tanda yang terdapat pada control panel harus dapat menyala dengan
diiringi suara yang biasa dengan jelas.
• Lampu tanda yang terdapat pada annunciator harus dapat menyala yang
berarti zone mana yang ada gangguan.

3.5. Mutu Peralatan dan Bahan


1. Peralatan dan bahan yang diajukan haarus bermutu tinggi produksi ex. Nohmi,
Notifier, atau setara.
2. Peralatan dan bahan yang diajukan harus dalam keadaan baru 100%.
3. Barang – barang yang diajukan harus disertai dengan data teknis.

3.6. Daftar Bahan & Contoh


1. Sebelum pekerjaan ini dimulai kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan
Pengawas daftar bahan–bahan yang dipakai dalam rangkap 4 (empat).
2. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas, contoh bahan–bahan
yang akan dipakai dan semua biaya berkenaan dengan penyerahan dan
pengembalian contoh-contoh ini adalah tanggungan kontraktor.
3. Kontraktor diwajibkan untuk mengadakan pemeriksaan kembali (recheck) atas segala
ukuran–ukuran / kapaistas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Dalam hal
terjadi keraguan–keraguan harus menghubungi Konsultan Pengawas.
4. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment yang keliru akan menjadi
tanggung jawab kontraktor. Untuk itu pemilihan equipment dan material harus
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

3.7. Penjelasan & Persyaratan Sistem


1. Umum
a. Fire Alarm Sistem ini berfungsi untuk mengetahui adanya kebakaran pada tahap
awal serta menerima isyarat kebakaran
b. yang diberikan, baik secara otomatis yaitu melalui detector maupun secara
manual yaitu push button (break glass).
c. Jaringan sistem fire alarm ini direncanakan dengan menampung seluruh jaringan
detector dan manual push button, melalui TBFA kemudian diteruskan ke Control
Panel. Control Panel tersebut menerima isyarat otomatis maupun manual dan
memberikan isyarat yang dapat dilihat (visible) dan juaga isyarat yang dapat
didengar (audible).
d. Pekerjaan instalasi Fire Alarm Sistem ini pada dasarnya harus memenuhi
peraturan–peraturan. Pekerjaan Instalasi Fire Alarm sistem ini harus dipasang
oleh perusahaan yang biasa mengerjakan pemasangan system ini. Suatu daftar
referensi pemasangan harus diajukan kepada Kosultan Pengawas.

122
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

e. Untuk gedung ini diperlukan satu system dengan zone dan line. Detector yang
dipergunakan adalah type heat detector kombinasi rate of rise dan fixed
temperatur dan smoke detector. Pada tiap zone dipasang sebuah atau lebih
alarm bell dan manual pull station. Jika salah satu zone memberikan sinyal
kebakaran, maka alarm bell pada zone tersebut harus berbunyi, demikian pula
alarm bell pada tempat control station. Sistim ini dilengkapi dengan fasilitas
tambahan untuk mengerjakan beberapa fungsi seperti memberikan indikasi
kebakaran main control panel fire alarm serta bekerja secara interkoneksi dan
otomatis dengan Fire Suppression Sistem Gedung.
f. Seluruh ruangan menggunakan fire detector sesuai dengan fungsi dan kebutuhan
masing-masing ruangan menurut peraturan dan standar yang berlaku.
Diantaranya jenis heat detector 135O Fahrenheit, smoke detector tipe foto
electric.
g. Menggunakan Vibrating Bell kekuatan 90 db pada tiap zone.
h. Manual station dipasang pada setiap hydrant box yang dilengkapi dengan sebuah
lampu yang menyala terus.
2. Komponen-komponen
Seluruh ruangan menggunakan fire detector sesuai dengan fungsi dan kebutuhan
masing-masing ruangan menurut peraturan dan standar yang berlaku sesuai dengan
gambar perencanaan.
Komponen-komponen yang termasuk dalam deteksi unit adalah manual station serta
fire deteksi.
a. Jenis fire deteksinya adalah
 Fixed Heat Detector
 Smoke Detector
 ROR ( Rate Of Rise ) Heat Detector
Ketiga jenis ini mempunyai berbagai tipe yang dirancang sesuai dengan
keperluan. Dipilih detector yang sesuai untuk masing-masing ruangan tersebut
yaitu untuk bagian perkantoran digunakan heat detector dan untuk ruangan
computer digunakan detector yang lebih peka, misalnya smoke detector tipe
photo electric.
b. Fixed Heat Detector
Harus dapat bekerja apabila ada temperatur ruangan naik sampai 135
Fahrenheit. Combination rate of rise dan fixed temperature atau rate of rise
temperature saja. Dimana untuk fixed temperature akan memberikan sinyal-sinyal
apabila temperature disekitarnya mencapai 136 Fahrenheit.
c. Smoke Ditector
Ditektor ini harus dapat bekerja dengan adanya asap ataupun gas diruangan
yang didetecsi. Harus dapat bekerja apabila ada temperatur naik sampai 135O
Fahrenheit. Atau apabila timbul asap sebanyak 1-2% perfeet.
d. ROR ( Rate Of Rise ) Heat Detector
Rate of Rise Detector akan bekerja apabila ada temperatur ruangan naik dengan
5 F per 20 detik Combination rate of rise dn fixed temperature yaitu dengan
sifat-sifat yang merupakan kombinasi dari keduanya. Yang digunakan dalam
bangunan ini adalah combination tipe untuk heat detector.

e. Manual Station
 Memberikan sinyal secara otomatis jika tuas ditekan dan ditarik kebawah.
 Untuk mereset harus digunakam kunci.
 Bahan digunakan terbuat dari metal yang tahan api dan tahan karat.
 Dipasang dekat pintu masuk pada daerah yang dilindungi dan bersebelahan
dengan abort switch setinggi 150 cm dari lantai agar mudah terlihat dan
dicapai.

123
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

 Manual Station dari type break glass dengan semi flush mounting, system
kerja pull down dan tetap berada dalam posisi on sebelum diriset kembali.
 General alarm switch hanya dapat dioperasikan oleh orang yang berhak
dengan menggunakan kunci khusus.
 Untuk tujuan testing, alarm dapat dibunyikan tanpa harus memecahkan glass.
 Semua panel station harus dilengkapi dengan glass rod cadangan. Untuk
menjamin operasi yang lama, alarm contact harus terbuat dari “gold plated”
f. Alarm Bell
 Multitone strobe dipasang didalam ruangan yang diproteksi, untuk
memperingati orang yang didalam ruangan.
 Alarm Bell harus type Vibrating, seluruh bell harus bekerja pada 24 V dc
polarized dengan 6 gong. Kecuali disebut lain dalam gambar. Pada saat 1
smoke detector bekerja maka bunyi multi tone terputus pendek tapi bila 2
detector yang bekerja maka multitone berubah menjadi terputus panjang.
 Pemasangan pada ketinggian 75 cm dibawah langit-langit dengan cara “semi
flush”.
 Bekerja dengan 24VDC
 Diameter gong 6”
 Intensitas suara 90 dB pada jarak 1 meter / 10 ft per zone.

g. Alarm Horn
Alarm horn harus cocok untuk dipakai di dalam gedung maupun diluar gedung.
Semua alarm horn bekerja pada 24 V dc polarized, level suara minimum adalah
95 db pada jarak 10 ft type pemasangan adalah semi flush mounted.
h. Unit Control
 Unit ini terdiri dari panel control serta power supply dimana pad apanel control
mudah dilihat pada masing-masing daerah proteksi bagian mana yang
mengalami gangguan atau yang mendeteksi adanya kebakaran.
 Unit control dilengkapi dengan fasilitas telepon darurat yang dapat
dihubungkan dengan outlet telepon pada box hydrant. System ini hanya
digunakan untuk hubungan intern dalam gedung pada saat terjadi kebakaran,
dan system ini terlepas dari system telepon normal (PABX)
 Terdapat 3 macam warna lampu dengan kode.
 Hijau adalah AC pilot lamp (lampu power supply) yang menandakan
power supply ada, baik itu dari battery atau generator.
 Kuning adalah lampu gangguan, misalnya ada bagian dari system fire
alarm ini yang mengalami gangguan kabel putus dan sebagainya.
 Merah adalah lampou alarm (lampu kebakaran) yang menandakan
terjadinya kebakaran disuatu daerah perlindungannya (zone protection)
 Komponen-komponen harus dari semi konduktor (solid state) :
 Zone untuk detektor dan pressure switch
 Signal circuit untuk alarm bell
 Indikasi untuk kebakaran pada panel control alarm
 Tanda tiap zone detector ditampilkan di LCD display
 Tanda alarm bell setiap lantai ditampilkan di LCD display
 Indikasi untuk pada panel control alarm :
 Tanda untuk tiap zone dan tiap jenis gangguan ditampilkan di LCD display
serta tanda trouble bel / buzzer ditampilkan di LCD display
i. Panel Kontrol
 Terdapat 3 buah tombol yang masing-masing adalah :
 Tombol riset.
 Switch norma trouble atau silence.
 Tombol set.

124
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

 Pada panel Kontrol ini harus terdapat fasilitas :


 Penyambungan ke Dinas Pemadam Kebakaran setempat.
 Kontak starter pompa kebakaran, smoke fan pressurized fan, dll
 Terminal untuk pengambilan datastatus setiap zone untuk remote monitor
(untuk building automation / sound system)
j. Unit Annuncitor
Annunciator panel. Lampu indicator harus dapat bekerja agar petugas dapat
mengetahui dari mana dan dimana ada alarm atau adanya gangguna pada fire
alarm. Jadi disini ada pasangan-pasangan lampu merah dan lampu kuning,
sesuai dengan keterangan diatas maka system annunciator juga mengikuti
system instalasi Class A.
k. Power Supply
Sistem fire alarm menggunakan 24 volt DC dan dapat dikombinasikan dengan
alat-alat dengan arus AC misalnya AC bell, dan harus mempunyai double power
supply yaitu.
 Primer supply 220 volt Ac
 Sekunder supply 24 volt Ac
Untuk keadaan darurat harus stand-by minimum 20 jam dan terletak disuatu
tempat dengan control panel dan rechargeable.
l. Panel Cabang
Panel cabang ini harus dibuat dari plat besi setebal min. 1,2 mm dan max 2 mm
warna merah panel cabang ini harus di lengkapi dengan kabel gland sebanyak
jumlah kabel keluar/masuk.
m. Master Control Fire Alarm (MCFA)
 Sistem yang digunakan pada Master Control Fire Alarm adalah Tipe Semi
Addressable dengan kapasitas minimal sesuai dengan gambar perencanaan.
 MCFA harus memiliki fasalitas dan harus dilengkapi dengan visual LCD
Display apabila komunukasi data antara MCFA dan line detector terputus,
secara serentak visual display akan memberikan signal berupa tone alert.
 Adapun Spesifikasi Teknis :
 Permissible ambient temperature 10 –50°C
 Permissible relative humidity 10 – 90 %
 Sistem bersifat modular
 Sistem dapat dikembangkan melalui jaringan
 Sistem harus memiliki fasilitas back up (Power & CPU)
 Sistem harus dapat mendeteksi devices
 Sistem harus dapat diprogram langsung pada panel dengan memasukkan
password terlebih dahulu
 Sistem harus dapat diremote / di control dengan LCD-80
 Sistem harus memiliki fasilitas program terhadap time delay & general
alarm
 Sistem harus dapat mendeteksi sinyal false alarm
n. Sistem Tata Suara
Memberikan signal contact ke sistem tata suara. Dimana sistem tata suara
tersebut berisi petunjuk evakuasi (message) berupa rekaman suara manusia
dalam bahasa Indonesia dan Inggris diaktifkan saat general alarm terjadi.
o. Sistem Tata Udara
Memberikan indikasi bila terjadi alarm, untuk digunakan mematikan unit AC
dilantai yang bersangkutan atau semua unit AC, menghidupkan Pressurized Fan
dan mematikan Supply Fan.
p. Kabel Instalasi
 Kabel instalasi Fire Alarm yang dipakai adalah sebagai berikut :

125
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

 Untuk wiring dari MCFA ke terminal box (TBFA) tiap lantai digunakan
kabel NYM ukuran 1.5 mm2 untuk sistem conventional dan kabel dengan
jenis Twisted Shielded cable untuk Addressable.
 Kabel yang dipergunakn untuk dari TB-FA (masing-masing lantai) menuju
MCFA (Riser) menggunakan kabel dengan jenis Twisted Shielded cable.
 Kabel yang dipergunakan untuk instalasi dari TB-FA (masing-masing
lantai) menuju ke detector menggunakan kabel dengan jenis NYM
2x1,5mm² di dalam pipa PVC conduit untuk sistem conventional dan kabel
dengan jenis Twisted Shielded cable untuk Addressable.
 Instalasi menggunakan standard NFPA 72 class A atau B
 Kabel power (riser) yang dipergunakan untuk menghubungkan catu daya
pada module adalah jenis NYM 3x2,5 mm². dan ditarik terpisah antara
module untuk detector dan module untuk bell & indicator lamp.
 Kabel yang dipergunakan untuk interkoneksi dengan system lain adalah
NYM 2 x 1,5 mm².
 Konduit yang dipakai adalah conduit PVC High Impact dengan diameter
dalam minimum 1 1/2 kali ( 20 mm) diameter kabel.
q. Instalasi
 Pemasangan fire alarm harus dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman
dibidang pekjerjaan ini dan pengerjaannya harus teratur.
 Tidak diperkenankan adanya sambungan-sambungan pada tahanan,
sambungan hanya terdapat pada box terminalnya, pengawatan harus
menggunakan conduit PVC hight impact heavy gauge, ukurn disesuaikan
dengan jumlah kawatnya.
 Dari hasil pengerjaannya harus diserahkan diagram pengawatan lengkap
dengan petunjuk-petunjuk lainnya.
 Untuk masing-masing iring diberi tanda untuk daerah mana kawat tersebur,
supaya memudahkan dalam perbaikannya apabila ada kerusakan.
 Didalam pengejaan Kontraktor juga harus memperhatikan kemungkinan
pemasangan fire alarm dibagian lain.
 Kontraktor harus dapat bekerja sama atau dapat dikoordinasikan dengan
pekerjaan lain sehingga apabila ada pekerjaan tambahan karena kurang
koordinasi maka menjadi tanggung jawab kontraktor.
 Gambar-gambar secara umum menunjukkan tata letak peralatan dan
instalasinya. Penyesuaian harus dilakukan di lapangan, karena keadaan
sebenarnya dari lokasi, jarak dan ketinggian ditentukan oleh kondisi lapangan.
 Pemborong harus melakukan pemasangan instalasi sistem deteksi dan alarm
kebakaran dengan seksama, sehingga penyambungan / integrasi dengan
sistem eksisiting harus dilakukan dengan tidak menyebabkan tergangunya
operasional sistem eksisting.
 Pemborong harus membuat catatan-catatan yang cermat dari pelaksanaan
dan penyesuaian di lapangan.
 Catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set gambar lengkap (pada
kertas kalkir) sebagai gambar-gambar sesuai pelaksanaan (as built drawings).
 Untuk instalasi dipakai kabel produksi dalam negeri yang sudah mendapatkan
sertikat LMK / SPLN Produksi ex. Supreme, Kabelindo, Kabelmetal atau
setara.
 Pemasangan instalasi dalam pipa pelindung 20 mm ex Clipsal, EGA atau
setara.
 Sambungan kabel diatas langit–langit hanya boleh dilakukan pada unit – unit
detector.

126
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

3.8. Testing & comissioning


1. Pemborong harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang ak.n dilakukan 2
(dua) minggu sebelum pelaksanaan pengujian, Pemborong menyerahkan jadwal dan
cara pengujian tersebut kepada Pengawas untuk disetujui. Seluruh biaya pengujian
ditanggung oleh Pemborong.
2. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan
sistem kepada Pengawas.
3. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat
diterima oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik.
4. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Struktural.
Pada testing ini kondisi yang menyangkut bahan, konstruksi, finishing, dan
kontrak harus diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasi, (semua data harus
sesuai dengan spesifikasi).
b. Test Ketahanan Isolasi
Tahan isolasi antar kutub dan bagian yang hidup dan yang mati, harus dites
dengan tegangan tester bertegangan 500 volt DC, hasilnya harus menunjukkan
500 mega ohm atau lebih.
c. Test Ketahanan Tegangan
Pada testing tahanan isolasi diatas harus dimasukkan sampai dengan 3000 volt.
d. Pengujian simulasi deteksi dan alarm kebakaran asap untuk Photoelectric
smoke detector
e. Pengujian simulasi deteksi dan alarm kebakaran panas untuk Rate of rise heat
detector
f. Pengujian simulasi Manual Call Point
g. Pengujian integrasi dengan sistem deteksi dan alarm kebakaran eksisting
h. Pengujian harus dilakukan oleh spesialis vendor sebagai authorized dealer
penjualan peralatan tersebut (menunjukkan Surat Penunjukan dari Principal)
dan harus menyiapkan sertifikat pemasangan yang baik dari instansi yang
berwenang.
i. Seluruh pengujian kabel instalasi harus mengacu pada ketentuan pada PUIL
terbitan terakhir.
5. Semua testing, kalibrasi dan penyetelan peralatan-peralatan dan control yang
tergabung dalam system ini serta penyediaan semua instrument dan tenaga kerja
harus dilaksanakan oleh kontraktor.
6. Kontraktor harus menempatkan seorang ahli yang berkompeten dan berpengalaman
untuk melaksanakan pengetesan sesuai dengan keahliannya.
7. Harga-harga pengetesan harus dicatat dan harus dibuatkan berita acara pengetesan
yang hasilnya harus sesuai dengan standart-standard yang telah diuraikan diatas.
8. Kontraktor yang melakukan pekerjaan instalasi Fire alarm harus melakukan semua
testing dan pengukuran – pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa /
mengetahui apakah seluruh instalasi telah dapat berfungsi / bekerja dengan baik dan
memenuhi persyaratan.
9. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk testing tersebut
merupakan tanggung jawab kontraktor. Termasuk peralatan khusus yang dibutuhkan
untuk melakukan testing dari seluruh sistem ini, seperti dianjurkan oleh pabrik, harus
disediakan kontraktor.
10. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga )
mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain

127
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

11. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas.

128
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

Pasal 4
Instalasi Plumbing

4.1. Instalasi Air Bersih


1. Umum
Spesifikasi ini merupakan spesifikasi teknis mengenai uraian pekerjaan instalasi air
bersih.

2. Lingkup pekerjaan
Pemasangan pipa distribusi dari PDAM ( Tandon Eksisting ) ke alat-alat penerimaan
(kran–kran) dalam bangunan lengkap dengan sambungan-sambungan dan
perlengkapan yang diperlukan sesuai dengan dengan gambar dan spesifikasi teknis
yang telah ditentukan.

3. Uraian Pekerjaan
a. Tugas yang harus dikerjakan oleh Kontraktor, meliputi pengadaan, pemasangan
dan pengujian secara sempurna dan terpadu sehingga merupakan sistem supply
air bersih yang berfungsi dengan baik.
b. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan air bersih beserta
perlengkapannya harus sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknis yang telah
ditentukan..
c. Prosedur pekerjaan pemasangan pipa instalasi air bersih harus seijin /
disaksikan oleh Direksi / Pengawas.
d. Persyaratan pemipaan air bersih, meliputi :
 Bahan pipa yang dipakai untuk instalasi air bersih adalah PR) Polypropylene
Class PN 10, disamping itu semua fitting, elbow harus terbuat dari bahan
yang sama dengan pipa air bersih.
 Pipa dipasang lurus, dan untuk pipa tegak lurus benar-benar vertikal. Jalur
pipa sesuai dengan gambar rencana. Pelaksanaan pemasangan nya harus
menyesuaikan kondisi lapangan dan kontraktor harus membuat shop
drawing dengan persetujuan Direksi Lapangan.
 Perubahan arah pipa harus dilaksanakan dengan fitting pembantu (elbow),
begitu pula dengan percabangan harus dengan tee atau cross-tee sesuai
kebutuhan, pembengkokan pipa tidak diperkenankan.
 Pemasangan instalasi pipa tidak diijinkan menembus kolom, balok atau
struktur utama tanpa ada persetujuan dari Direksi / Pengawas.
 Untuk pipa-pipa yang menembus atap, kontraktor diwajibkan menyediakan
Flashing yang terbuat dari timbel (lead) dengan ukuran dan ketebalan yang
memadai.
 Selama pemasangan instalasi pipa berjalan kontraktor harus menutup ujung
pipa yang terbuka guna mencegah masuknya kotoran.

4. Sistem Instalasi Air Bersih


a. Instalasi pemipaan lengkap dengan perlengkapannya harus mampu
menyalurkan air bersih dengan laju aliran yang cukup dengan kecepatan aliran
tidak lebih dari 2 m/s.
b. Tekanan pelayanan minimum pada masing-masing titik adalah minimum 0,8 bar
dan maksimum 3,5 bar.

5. Penyangga Pipa
Semua pipa harus ditumpu pada setiap jarak 2,5 m kecuali untuk hal-hal khusus.
Penyangga pipa dibuat dari besi siku dengan ukuran yang sesuai dengan berat

121
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

beban yang harus dipikul dan jumlah deret pipa yang ada serta digalvanis. Ukuran –
ukuran bolt yang dipakai disesuaikan dengan ukuran pipa dan digalvanis.

6. Sambungan pipa
Semua sambungan menggunakan ulir dan fleus dari jenis resipace kecuali untuk
pipa dengan ukuran 2 “, menggunakan sambungan ulir dari socket. Untuk
sambungan flues harus diberi gaskeet dari jenis coprosed asbetos yang berpenguat
kawat sedangkan untuk sambungan ulir harus diberi bahan anti bocor ( seal tape ).
Untuk air bersih harus menggunakan seal tape dari bahan yang tidak
membahayakan kesehatan. Fleus dan fitting yang digunakan dari class 10 kg.

7. Material / Bahan Yang Dipakai


a. Kontraktor diwajibkan menyerahkan contoh bahan / barang yang disebut dalam
lingkup pekerjaan kepada Direksi / Pengawas lapangan untuk mendapat
persetujuan sebelum dipasang. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan,
minimal brosur spesifikasi teknis harus ditunjukkan dan disetujui oleh Direksi /
Pengawas lapangan.
b. Kontraktor harus membuat tempat penyimpanan bahan / material serta peralatan
kerja (gudang) agar rapi aman dan memudahkan pemeriksaan.
c. Jika bahan / material dan peralatan kerja tersebut harus melewati jalanan umum,
Kontraktor harus menjaga ketertiban dan kelancaran serta mengganggu lalu
lintas.
d. Pengawas / Direksi berhak menambah peralatan yang dipergunakan atau
menolak peralatan yang tidak memenuhi syarat.
e. Bila pelaksanaan pekerjaan telah selesai, maka kontraktor harus segera
mengeluarkan atau memindahkan peralatan tersebut, kerusakan akibat
penggunaan peralatan kerja tersebut harus diperbaiki kembali atas beban biaya
Kontraktor.
f. Pipa (PPR) Polypropylene Class PN 10 beserta perlengkapannya produksi ex.
Agrusan, SD, Vesbo atau setara dengan diameter sesuai gambar.
g. Valve-valve produksi ex. Kitz, Toyo atau setara.
h. Material yang dipakai harus mendapat persetujuan Direksi Lapangan.
i. Valve/ katub harus mempunyai spesifikasi :
- Gate Valve
 Body : Bronze
 Steam : Brass
 Disc : Bronze
 Class : 125
 Service Condition : 1.37 MPa (200 psi) WOG non-shock, 0.86 MPa
(125 psi) Saturated Steam

- Strainer
 Body : Lead – Free Bronze
 Stem : SUS304
 Class : 10 K
- Swing Check Valve
 Body : Bronze
 Pin : Brass
 Disc : Bronze
 Class : 125
 Service Condition : 1.37 MPa (200 psi) WOG non-shock, 0.86 MPa
(125 psi) Saturated Steam
j. Fleksibel Joint
- Operating Pressure : 16 kg/cm²

122
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

- Burst Pressure : 60 kg/cm²


- Vacuum Rating : 650 mm/Hg

8. Spesifikasi Pompa Air Bersih


a. Pompa Transfer ( dari Tandon bawah ke Tandon Atas )
- Produksi ex. Grundfos, Torishima, Versa atau setara
- Horizontal centrifugal multi-stage pump.
- Multi-stage centrifugal pump with axial suction port and radial discharge port
close-coupled with a three-phase motor.
- Pump and motor are mounted on a common baseplate.
- The pump has a mechanical shaft seal.
- Impellers, intermediate chambers and shaft are made of stainless steel.
Suction and discharge chambers are made of Cast iron.

b. Pompa Package Booster ( dari Tandon Atas ke distribusi lantai )


- Produksi ex. Grundfos, Torishima, Versa atau setara
- Vertical, non-self-priming, multistage, in-line, centrifugal pump for installation
in pipe systems and mounting on a foundation.
- Impellers and intermediate chambers are made of stainless steel
- Pump head and base are made of Cast iron.
- The shaft seal has assembly length according to DIN 24960.
- Power transmission is via cast iron split coupling.
- The motor is a 3-phase AC motor.

4.2. Instalasi Air Buangan ( Bekas, Kotoran & Penghawaan )


1. Umum
Spesifikasi ini merupakan spesifiksasi teknis mengenai pekerjaan instalasi air bekas,
kotoran dan penghawaan.

2. Lingkup Pekerjaan
a. Saluran pembuangan dari bak cuci kamar mandi dan dapur ke sumur resapan.
b. Saluran pembuangan dari wastafel ke sumur resapan.
c. Saluran pembuangan dari kloset ke septic tank (Bio Filter Tank).
d. Saluran penghawaan instalasi pembuangan seperti dalam gambar perencanaan.

3. Uraian Pekerjaan
a. Tugas yang harus dikerjakan oleh Kontraktor, meliputi pengadaan, pemasangan
dan pengujian secara sempurna dan terpadu, sehingga merupakan sistim
saluran air bekas, kotoran dan penghawaan berfungsi dengan baik.
b. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem saluran air bekas, kotoran dan
penghawaan beserta perlengkapannya harus sesuai dengan gambar rencana.
c. Prosedur pekerjaan pemasangan saluran air bekas dan kotor harus seijin /
disaksikan Direksi Lapangan.

4. Material / Bahan Yang Dipakai


a. Pipa PVC Class AW (Standard JISK 6742) dengan diameter sesuai gambar
rencana, produksi ex. Maspion, Wavin atau setara dengan persetujuan Direksi
Lapangan.
b. Fitting-fitting untuk penyambungan terbuat dari bahan dan produksi yang sama.
c. Floor drain bak cuci meja laboratorium dari bahan stainless steel, produksi ex.
San-Ei atau setara dengan persetujuan Direksi Lapangan.

123
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

5. Cara Pemasangan
1). U m u m
a. Kontraktor harus memasang semua peralatan dan instalasi plambing sesuai
dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis ini.
b. Gambar perencanaan hanya menjelaskan jalur dan penempatan secara
umum. Semua detail dan perletakan yang sebenarnya harus dibuat dalam
bentuk gambar kerja oleh Kontraktor dan diserahkan kepada Konsultan
Pengawas untuk disetujui.
c. Pemasangan Pipa :
- Pipa harus dipasang dengan jarak yang cukup terhadap balok, kusen
jendela, rangka langit-langit dan lainnya sehingga terdapat ruang atas
yang cukup untuk pemeliharaan pipa, fitting serta peralatan lainnya.
- Bila tidak diperoleh ruangan yang cukup untuk pipa tersebut, Kontraktor
harus segera melaporkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi,
untuk mendapat penyelesaian.
- Ketinggian langit-langit, dimensi balok, dimensi kolom, dimensi shaft dan
lain-lain dicantumkan secara jelas pada gambar arsitektur, finishing dan
gambar struktur.
- Sistem sambungan harus dilengkapi dengan peralatan yang berfungsi
untuk mengatasi gerakan-gerakan thermal dan/ atau gerakan-gerakan
akibat aliran fluida pada tempat-tempat tertentu dengan sistem
sambungan swing, flexible expansion loop dan lainnya.
- Pemipaan untuk peralatan/ mesin harus ditopang secara terpisah
sehingga tidak membebani unit mesin/ peralatan tersebut, dan jika
diperlukan harus disertai peredam getaran.
2). Pemasangan dan Penyambungan Pipa Dalam Bangunan
a. Pipa Tegak
- Pipa tegak harus disangga dengan besi kanal dan diikat dengan klem-U
yang dilengkapi dengan landasan kayu dan mur-baut. Jarak antara
penyangga maksimum 3 meter.
- Pipa tegak dalam tembok yang menuju alat plambing harus dipasang
baik. Kontraktor harus membuat jalur pipa dan lubang-lubang yang
diperlukan pada tembok sesuai dengan kebutuhannya. Setelah pipa
dipasang dan diuji terhadap kebocoran, maka alur dan lubang harus
ditutup kembali dengan rapi.
- Untuk menghindari kebocoran, disetiap lubang dimana menembus lantai
beton atau dinding harus diberi bahan Waterprofing untuk semua ujung
pipa harus diberi “Cap” yang tidak memungkinkan adanya kebocoran.
- Untuk memudahkan pemeliharaan dikemudian hari, semua fitting TY
yang dilengkapi dengan Clean Out (seperti pada gambar rencana), pada
dasarnya harus ditarik ke atas, sampai permukaan lantai (finishing floor
level), diakhiri dengan mempergunakan Clean Out. Jika terdapat
kesulitan dalam pelaksanaannya, karena kondisi lapangan, kontraktor
bisa mengajukan alternatif lain denan persetujuan Direksi Lapangan.
b. Pipa Mendatar
- Untuk yang berada di atas langit-langit dan di bawah lantai, pipa harus
dipasang dengan menggunkan penggantung. Sedangkan yang berada di
atas lantai pipa diberi penyangga yang dilengkapi dengan klem-U.
- Persyaratan penyangga dan penggantung pipa harus sesuai dengan
table di atas.
- Jarak antara penggantung pipa terhadap dinding bias disesuaikan
dengan keadaan lapangan.
- Pipa mendatar harus digantung menggunakan gantungan pipa yang
dilengkapi dengan pelindung (sadel) untuk pelindung terhadap tekanan

124
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

dasar penggantung. Persyaratan penggantung harus sesuai dengan


table di pasal selanjutnya. Pipa mendatar harus dipasang dengan
kemiringan/ slope sekitar 1% - 2%.
- Setiap cabang harus menggunakan fitting yang mempunyai sudut-sudut
45 derajat.
c. Penyambungan Pipa
- Pipa PVC dengan diameter 3” ke atas harus disambung dengan
rubbering joint.
- Pipa PVC kurang dari dia. 2 ½” disambung dengan solvent cement.
- Setiap cabang harus menggunakan fitting yang mempunyai sudut-sudut
45 derajat.
- Setiap sambungan pipa PVC harus dibersihkan dulu pipa PVC nya,
sebelum dilaksanakan penyambungan.
- Khusus untuk perpipaan air kotor, sambungan pipa ke soil stack dan
septic tank diberi kemiringan ¼ inchi/feet. Sambungan selain ke WC
dilengkapi dengan siphon yang mempunyai ketinggian seal trap antara 2
– 4 inchi .
d. Pipa Dalam Tanah
- Pipa distribusi yang dipasang di bawah tanah, jalan atau pelataran parkir,
harus ditanam dengan kedalaman kurang lebih 80 cm yang diukur dari
bagian atas pipa sampai permukaan tanah atau lantai pada peil yang
terendah.
- Sebelum pipa ditanam, dasar galian harus dipadatkan dan diratakan
terlebih dahulu kemudian diurug dengan pasir padat setebal 10 cm,
setelah pipa diletakkan di sekeliling dan di atas pipa diurug kembali
dengan pasir setebal 15 cm, kemudian diurug dengan tanah urug sampai
padat.
- Apabila dalam galian tidak memenuhi syarat (80 cm) karena sesuatu hal,
maka pipa pada bagian pengurugan teratas harus dilindungi dengan plat
beton bertulang minimal setebal 10 cm yang dipasang sedemikian rupa
sehingga plat beton tidak sampai bertumpu pada pipa, untuk selanjutnya
diurug sampai padat.
- Disekitar fitting pipa harus dipasang blok penguat dari beton agar fitting-
fitting tersebut tidak bergerak jika terjadi penekanan oleh beban di
atasnya.
- Konstruksi permukaan tanah atau jalan bekas galian harus dikembalikan
seperti semula.
e. Penyangga dan penggantung pipa.
- Gantungan pipa harus dipasang sesuai dengan ketentuan di atas.
- Setiap penyangga lurus dibuat untuk menjamin bahwa panjang pipa
disangga dengan baik dan jarak antara pipa yang lain tidak kurang dari
100 mm . Selama pemasangan ujung pipa yang terbuka harus ditutup.
f. Lain – lain.
Tata letak yang ditunjukkan pada gambar merupakan perkiraan, tetapi cukup
memberi petunjuk jalur pipa yang dimaksud. Semua pekerjaan perpipaan
harus dibuat sedemikian rupa sehingga bebas dari penyusutan dan
pemuaian yang akan mengakibatkan kerusakan pada pekerjaan / bagian
lain. Harus diprbaiki bahwa perpipaan disusun sedemikian rupa sehingga
kelihatan rapi dan lurus.
3). Sambungan Ulir
a. Pipa harus dipotong secara tegak lurus terhadap sumbu pipa dengan
menggunakan alat potong pipa seperti hack saw atau alat lainnya, sehingga
tidak menyebabkan perubahan diameter pipa.

125
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

b. Ulir pipa harus mengikuti segala ketentuan pada standard Taper Pipe Treads
BS. 21. atau ANSI B2.I dan dibuat dengan alat khusus pembuat ulir dengan
menggunakan pelumas red load dan linceed oil atau minyak jenis lain yang
tidak beracun.
c. Panjang ujung ulir untuk setiap pipa harus mengikuti ketentuan berikut :

Nominal Diameter Panjang Efektif


(mm) (inch) Ujung Berulir
(mm)
15 ½ 15
20 ¾ 17
25 1 19
32 1½ 22
50 2 26
65 2½ 30
80 3 34
100 4 40
125 5 44
150 6 48

d. Sambungan ulir harus menggunakan Teflon Sealing Tape atau yang sejenis.
e. Bila pekerjaan hendak ditunda, ujung pipa harus ditutup agar tidak
kemasukan kotoran atau sejenisnya.
4). Sambungan Flens (Flange)
a. Sambungan flens harus menggunakan flens lengkap dengan packing flange
dan tebal minimum 3 mm dan di ikat dengan mur-baut.
b. Pembersihan terhadap welding slag atau kotoran di dalam dan di bagian luar
ujung pipa harus dilakukan sebelum sambungan dipasang.
c. Bila pekerjaan hendak ditunda, ujung pipa harus ditutup agar tidak
kemasukan kotoran atau sejenisnya.
5). Pemasangan Alat Ukur
a. Kontraktor harus memasang alat ukur pada instalasi pipa dengan
menggunakan fitting alat ukur.
b. Pada instalasi pemipaan harus disediakan dan dipasang fitting untuk
penempatan alat ukur yang tidak akan dipasang tetap pada tempat-tempat
yang penting.
c. Semua alat ukur yang akan dipasang harus dalam keadaan baik dan harus
dipasang dengan benar dan simetris.
6). Sambungan Pipa dengan Bahan Yang Berbeda
Diameter ukuran 3” atau lebih besar harus menggunakan sambungan flens,
sedangkan diameter 2 ½” atau lebih kecil menggunakan sambungan ulir.
7). Sambungan dengan peralatan
Sambungan dengan peralatan harus menggunakan sambungan union atau flens.
Sambungan tersebut harus dipasang pada kedua sisi peralatan.
8). Sambungan Lentur dan Sambungan Ekspansi
Pada tempat tertentu harus dilengkapi dengan sambungan lentur atau
sambungan ekspansi dimana dapat terjadi gerakan antara dua bagian pemipaan
atau dimana dapat terjadi expansi atau kontraksi yang melebihi batas toleransi
untuk pemipaan.
9). Pipa yang tertanam Dalam Bangunan
Semua pemipaan yang dipasang diantara dua dinding atau ditanam dalam tanah
atau daerah-daerah yang tidak dapat dijangkau harus diuji secara hidraulis lebih
dahulu sebelum ditutup.

126
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

10). Katub Pelepasan Udara


Katub pelepas udara terjebak harus dipasang pada sistem pipa air sirkulasi.
11). Penyangga dan Penggantung Pipa
a. Semua pipa mendatar harus ditumpu dengan baik. Tidak diperbolehkan
menggantungkan pipa ke pipa lainnya.
b. Penyangga dan penggantung pipa harus terbuat dari besi siku atau besi
kanal.
c. Pipa tegak harus disangga dengan besi kanal dan diikat dengan klem-U yang
dilengkapi dengan landasan kayu dan mur-baut. Jarak antar penyangga
maksimum 3 meter.
d. Penggantung dan penyangga pipa harus diikat ke konstruksi bangunan
dengan memakai insert.
e. Penyangga / penggantung harus dipasang sesuai dengan tabel berikut :

HANGER ROD SPACING


Ukuran
pipa <
1½ 2 2½ 3 4 5 6 8 10 12 14 16 18 20
nominal 1
(inchi)
Jarak
antar
7 9 10 11 12 14 16 17 19 22 23 25 27 28 30
maksimum
(ft)

HANGER ROD SCHEDULE


Pipe size Rod Size Pipe Size Rod size
Up to dia. 2” 3/8” dia. 4” thru 5” 5/8” dia.
2 ½ thru 3” ½” dia. 6” thru 12” 7/8” dia.

f. Semua penggantung pipa pada ruang mesin pompa harus diberi peredam
getaran (Vibration Eliminator).
12). Penembusan Pipa
a. Pipa yang menembus dinding beton atau tembok, harus diberi pipa selubung
(sleeve) yang diameternya lebih besar daripada diameter pipa yang akan
menembus dinding.
b. Bahan dari pipa selubung (sleeve) dari jenis High Pressure PVC, atau
Polyethlene atau Polybutane atau Tembaga.
c. Cara pemasangan harus sesuai seperti yang tercantum pada gambar
dokumen.
13). Pembersihan
Kontraktor harus melakukan semua pekerjaan pembersihan, termasuk :
a. Semua bagian dinding luar pipa harus bebas dari lemak dan kotoran.
b. Semua bagian peralatan yang terlapisi Chronium atau nikel harus digosok
hingga mengkilat.
c. Semua bagian dalam dari pipa, katup dan alat-alat lainnya harus dibersihkan
dari segala macam kotoran.
d. Semua bagian bangunan atau finishing arsitektur yangkotor akibat
pemasangan pekerjaan plumbing.
e. Semua bagian luar dari peralatan.
14). Penandaan Pipa
a. Kontraktor harus melakukan pengecatan terhadap pipa untuk penandaan
sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi teknis.

127
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

b. Kontraktor harus mengecat dasar dengan bahan dasar syntetis terlebih


dahulu pada masing-masing pipa, sebelum cat akhir.
c. Pewarnaan Pipa
d. Semua pipa harus di cat dengan cat akhir (sesuai dengan spesifikasi
arsitektur). Pada setiap jarak 12 meter dan pada saat keluar dari shaft, harus
diberi indikasi penamaan pipa (simbol pipa) dan penunjuk arah aliran.

SKEDUL PEWARNAAN PIPA


No Fungsi Warna
1 Pipa Air Bersih / RO Biru
2 Pipa Air Kotoran Kuning
3 Pipa Air Panas Merah
4 Pipa Air Bekas Hijau
5 Pipa Penghawaan Putih
6 Gantungan & Support Hitam
7 Panah Pengarah Putih/Hitam

4.3. Testing & Comissioning


1. Pengujian Terhadap Kebocoran
a. Setelah semua instalasi air bersih terpasang, harus diuji dengan tekanan
hidrolik sebesar 10 kg/cm² selama 1 x 24 jam tanpa terjadi perubahan /
penurunan tekanan.
b. Instalasi air buangan (air kotor dan air bekas) yang telah terpasang harus diuji
terhadap kebocoran dengan cara mengisi seluruh jaringan pipa dengan air dan
di-dop pada ujungnya. Selama 1x24 jam harus tidak terjadi perubahan/
penurunan permukaan air.
2. Pengujian Desinfeksi
a. Kontraktor harus melakukan pembilasan desinfeksi dari seluruh instalasi air,
sebelum diserahkan kepada pemberi tugas.
b. Proses desinfeksi dilakukan dengan cara memasukkan larutan Chlrorida
kedalam sistem pemipaan dengan cara / metode yang disetujui oleh Direksi /
Pengawas. Dosis Chlrorine tidak kurang 50 ppm ( part per million ) selama 16
jam, setelah itu seluruh sistem harus dibilas air bersih ( flushing ) sehingga
kadar chlrorine tidak lebih dari 0,2 ppm.
3. Pengujian Sistem Pompa
Kontraktor harus melakukan pengujian terhadap kapasitas aliran dan sistem operasi
pompa. Pengujian laju aliran pompa dapat menggunakan alat ukur berupa flow meter
yang dipasang pada jaringan perpipaan dan alat pencatat waktu (stop watch).
4. Kontraktor harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang akan dilakukan 2
(dua) minggu sebelum pelaksanaan pengujian, Pemborong menyerahkan jadwal dan
cara pengujian tersebut kepada Pengawas untuk disetujui. Seluruh biaya pengujian
ditanggung oleh Pemborong.
5. Kontraktor harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan
sistem kepada Pengawas.
6. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat
diterima oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik.
7. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat berfungsi
baik dan telah sesuai dengan persyaratan teknis yang dimana, maka Kontraktor
diwajibkan menguji seluruh pekerjaannya dengan standrad uji masing-masing yang
telah ditetapkan dalam peraturan / Spesifikasi Peralatan.
8. Pengujian ini dilaksanakan dibawah Pengawasan Direksi / Pengawas Lapangan
yang ditunjuk. Jadwal Pelaksanan Pengujian dapat diatur seminggu sebelumnya
atau atas persetujuan bersama.

128
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

9. Semua bahan yang kurang baik atau pemasangan yang kurang sempurna yang
diketahui pada saat Pemeriksaan / Pengujian harus segera diganti dengan yang baru
/ disempurnakan sampai dapat berfungsi dengan baik dan sesuai Standard Uji yang
ada.
10. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga
) mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan terhadap kebocoran ( tekanan hydrostatis )
b. Hasil pengetesan terhadap peralatan ( kinerja pompa ).
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain-lain.

129
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

Pasal 5
Instalasi Tata Udara

5.1. Umum
1. Pasal-pasal dibawah ini menjelaskan secara umum ketentuan-ketentuan yang perlu
diikuti untuk semua bagian-bagian yang dalam pelaksanaannya berhubungan
dengan instalasi tata udara.
2. Gambar-gambar dan spesifikasi adalah ketentuan spesifik yang saling melengkapi
dan sama mengikatnya.
3. Persyaratan Teknis Pekerjaan Pengkondisian Udara dan Ventilasi ini menguraikan
syarat-syarat dan ketentuan lainnya yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam
melaksanakan pekerjaan ini.
4. Peralatan Air Conditioning :
a. Air conditioning yang terpasang harus memenuhi kapasitas pendinginan dan
volume udara suplai yang sesuai dengan spesifikasi teknis.
b. Performance Air Conditioning berdasarkan standar AMCA 210-1967 untuk
standard test code for air moving devices dan ARI standard 410-1972 untuk
standard for force circulation air cooling, sedangkan untuk design dan testing
mengikuti American National Standard Institute (ANSI B9-1).
5. Sistem Ventilasi Udara
Fan yang terpasang harus memenuhi kapasitas udara yang sesuai dengan
Perencanaan dan Persyaratan teknis.

5.2. Lingkup Pekerjaan


Yang termasuk didalam lingkup pekerjaan ini:
1. Pekerjaan instalasi ini meliputi seluruh pekerjaan, pengadaan dan pemasangan
Instalasi Tata Udara (Air Conditioning) dan Ventilasi Mekanis (Mechanical
Ventilation) secara lengkap termasuk semua perlengkapan dan sarana
penunjangnya, sehingga diperoleh suatu instalasi yang lengkap dan baik serta diuji
dengan seksama dan siap untuk dipergunakan.
2. Pengadaan dan pemasangan Instalasi Tata Udara secara lengkap termasuk alat
Bantu yang menunjang pekerjaan tersebut sesuai dengan gambar perencanaan.
3. Sistem Ventilasi Mekanis secara lengkap termasuk alat Bantu yang menunjang
pekerjaan tersebut sesuai dengan gambar perencanaan.
4. Pekerjaan Ducting lengkap dengan isolasi / tanpa isolasi berikut alat Bantu yang
menunjang pekerjaan tersebut sesuai dengan gambar perencanaan.
5. Pemasangan instalasi lain yang belum tercantum didalam spesifikasi ini tetapi ada
di gambar perencanaan yang bersifat menunjang sehingga sistem berfungsi
dengan baik sesuai dengan yang direncanakan.
6. Pengaturan dan pengujian sehingga sistem instalasi tata udara dapat berfungsi
dengan baik dan sempurna sesuai dengan yang direncanakan.

5.3. Kondisi Perencanaan


1. Kondisi Udara Luar
a. Temperatur : 35° C ( 95° F )
b. Relative Humidity : 80 %
2. Kondisi dalam ruangan ( semua ruangan yang dikondisikan )
a. Temperatur : 22° C ± 2° C
b. Relative Humidity : 60 % ± 5 % RH
c. Koridor : 25° C ± 1° C
d. Noise Kriteria : Maks. 50 Db

130
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

5.4. Instalasi
1. Semua peralatan dan alat–alat bantu harus dipasang sesuai dengan cara-cara
pemasangan yang secara teknis praktis, baik dan dapat dipertanggung jawabkan
serta sesuai dengan petunjuk dan instruksi pada brosur atau publikasi yang
dikeluarkan pabrik dari peralatan ataupun alat bantu tersebut.
2. Semua pondasi untuk peralatan dan motor, berukuran sedemikian rupa sehingga
tidak ada bagian–bagian perlatan maupun motor yang berada diluar pondasi (berat
peralatan diartikan berat pada saat dalam operasi).
3. Untuk semua peralatan seperti fan dan sejenisnya yang menggantung dan duduk
pada suatu platform, maka harus diperkuat dengan suatu frame besi kanal (siku)
yang dilas atau dibautkan, atau dikeling ke frame sehingga cukup kuat, kaku dan
tidak bergetar dalam saat beroperasi.
4. Semua peralatan dalam prinsip pemasangannya harus mudah untuk bisa diamati,
termasuk juga assesories pipa dan duct seperti valve, clean out, damper, filter,
venting dll.

5.5. Pengadaan dan Pemasangan


1. Kontraktor harus melakukan pekerjaan pengadaan dan pemasangan peralatan
untuk bekerjanya sistem pengkondisian udara dan ventilasi antara lain :
a. Pengadaan dan pemasangan air conditioning Single Split Sistem secara
lengkap dengan perlengkapannya (thermostart, panel control, pipa refrigerant +
thermal insulation, pipa air kondensat, gantungan, pengkabelan dan lain-lain)
sesuai dengan perencanaan dan spesifikasi teknis.
b. Pengujian sistem pengkondisian udara sehingga sistem tersebut dapat bekerja
dengan baik sesuai dengan perencanaan.
2. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian semua peralatan tata udara
(Air Conditioning) dan pengujian seluruh instalasi.
3. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian seluruh instalasi pemipaan air
pengembunan (drainage) sampai kesaluran air terdekat.
4. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian sumber daya listrik bagi
instalasi ini seperti kabel dan panel AC.
5. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian sumber daya listrik bagi
instalasi ini seperti tercantum dalam dokumen.
6. Mendidik petugas dan pemilik gedung, yang ditunjuk mengenai cara-cara
menjalankan dan memelihara instalasi ini.
7. Kontraktor harus melakukan pekerjaan pengadaan dan pemasangan peralatan
untuk bekerjanya sistem pengkondisian udara dan ventilasi antara lain pengujian
sistem pengkondisian udara sehingga sistem tersebut dapat bekerja dengan baik
sesuai dengan perencanaan.

5.6. Spesifikasi Teknis


1. Persyaratan Umum
Peralatan pengkondisian udara split system harus factory built, terdiri atas
evaporator blower / indoor unit, condensing unit/ outdoor unit, pemipaan
refrigerant, pemipaan kondensat dan pemasangan ducting serta perlatan–
peralatan penunjang lainnya.

2. Spesifikasi Unit AC
Ketentuan umum standard produk dan pelaksanaan yang dipakai dalam
spesifikasi ini adalah yang telah memenuhi standard & merk internasional.
a. Air Cooled unit
Produk / Jenis yang digunakan untuk Single Split Sistem adalah produksi ex.
Daikin, LG atau setara. Dalam unit air cooled tersebut harus memenuhi

131
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

syarat serta memiliki minimum komponen / peralatan standard pendukung


sebagi berikut :
 Assembling pabrik (bukan barang bekas)
 Compressor rotari / scroll full hermetic.
 Valve pada bagian discharged dan suction
 Condensing unit yang tahan cuaca tropis
 Condenser fan jenis propeller dgn proteksi over load
 Condensor fan motor adalah jenis totally enclosed air cooled, tahan cuaca
 Cooling coil terpasang pada indoor unit adalah jenis direct expansion
 Sistem kontrol dan proteksi

b. Fan Coil Unit (Indoor Unit)


 Terdiri dari komponen dasar : Fan, Evaporator koil dan electronic
proportional, expansion valve.
 Fasilitas Auto swing untuk tipe wall, cassette dan under ceiling haruslah
standard dari pabrik.
 Pipa 25 mm yang terinsulasi haruslah dipasangkan sebagai pipa drain dari
setiap indoor unit menuju ke daerah pembuangan air drain.
 Koil Pendingin
- Koil evaporator haruslah type DX yang terbuat dari icopper tubes yang
dipasangkan ke alumunium fin secara mekanis.
- Koil harus terbuat dari pipa tembaga tanpa sambungan yang dilengkapi
dengan sirip aluminium di bagian permukaan luar dari pipa. Untuk
mencegah air yang mengembun mengalir diantara aliran udara maka
koil harus dilengkapi dengan pipa drain. Kotak dari kerangka koil harus
dari baja galvanis. Jumlah row coil pendingin yang dipakai harus
ditentukan berdasarkan data dalam skedul peralatan ditambah 10%.
Kecepatan tertinggi yang diperkenankan pada permukaan penampang
koil pendingin adalah 550 fpm. Sirip-sirip aluminium yang dipasang
pada koil pendingin harus berbentuk tegak lurus.
 Filter Udara
- Filter udara harus berdasarkan standart National Bureau Of Standart
Atmospheric Dust Spot dan ASHRAE 52-76 Test Method.
- Filter harus dipasang dengan tipe yang mudah dibersihkan dan dicuci.
- Filter harus memiliki efisiensi penahan debu (Average Synthetic Duct
Weight Air Resistance) minimum 65 %, tahanan mula-mula maximum
2,5 mm pada kecepatan udara 550 fpm.
- Filter udara untuk type Ducted haruslah disupply oleh kontraktor
pemasang.
- Filter udara untuk model ductless harus disupply dari pabrik.

c. Condensing Unit (Out Door Unit)


 Baik indoor maupun outdoor harus dirakit dan ditest di pabrik. Outdoor unit
harus terisi R410A dari pabrik.
 Casing outdoor haruslah wheatherproof terbuat dari baja anti karat dilapisi
dengan Baked Enamel.
 Dudukan condensing harus dilengkapi dengan peredam getaran dari jenis
rubber isolator.

d. Compressor
 Compressor haruslah type Scroll dengan effisiensi tinggi dan dilengkapi
dengan inverter control yang berfungsi untuk merubah kecepatan putaran
yang menyesuaikan dengan cooling load yang dibutuhkan. Magnet
Neodymium harus dipakai di rotor compressor untuk menambah torsi

132
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

Compressor. Kemampuan untuk efisiensi kerja dan efisiensi konsumsi


listrik Inverter kompressor dengan range frequency limit minimum
kecepatan putaran motor kompressor 20 Hz dan maksimum kecepatan
putaran 110 Hz.
 Memiliki sertifikat pengujian terhadap tingkat Total Harmonic Distortion (
THD ) dengan ketentuan:
 THD Limit tidak boleh melebihi 32%
 Dilengkapi dengan Noise Filter system
 Pada konfigurasi system dengan outdoor lebih dari 1 unit, secara otomatis
compressor inverter dengan jam operasi terendah yang akan start lebih
dulu pada setiap kali operasi, System ini haruslah dipasang dipabrik.

e. Heat Exchanger
Heat exchanger harus terbuat dari tube tembaga yang terpasang secara
mekanis ke Fin alumunium yang dilapisi lapisan anti korosi yang dan sudah
dilakukan pengujian untuk ketahanan terhadap korosi.

f. Refrigerant Circuit
Terdiri atas Liquid dan Gas shut off valve dan Sub Cooling Circuit untuk
meningkatkan performance pendinginan dan komponen lain untuk keperluan
safety secara keseluruhan baik Outdoor maupun Indoor unit.

g. Fan Motor
Motor Outdoor unit harus memiliki multispeed operation dengan inverter DC,
dengan kemampuan maximum static pressure = Max ( 8 mmAq ).
Condensing unit harus mempunyai kemampuan untuk beroperasi dengan
noise lebih rendah pada saat malam hari baik secara otomatis maupun dengan
manual setting

h. Safety Devices
 Outdoor unit haruslah mempunyai peralatan safety sebagai berikut :
thermal conductivity, high pressure switch, control circuit fuses, crank case
heaters, fusible plug, thermal protectors for compressor dan fan motors,
over current protection for the inverter and anti-recycling timers.
 Outdoor unit haruslah dipasangkan ke pemipaan system dengan memakai
torque wrench dengan torsi pemasangan yang sesuai.
 System pemipaan kemudian harus divacuumed sampai 0.2 torr (-
755mmHg) dan ditahan pada kondisi ini selama 1 jam minimal sampai
pada 4 jam tergantung dari panjang pipa dengan memakai 2 stage
Vacuum Pump.
 Pengerjaan ini harus dilakukan sebelum indoor unit disambungkan pada
koneksi listrik.
 Jumlah tambahan refrigerant harus dihitung berdasarkan standard dari
pabrik dan ditimbang dengan mempertimbangkan panjang pipa actual
yang terpasang dengan merefer ke installation manual dari pabrik.
 Pengisian refrigerant ini harus dilakukan dengan peralatan yang sesuai
dan dibawah pengawasan dari perwakilan pabrik.
 Jumlah tambahan dari refrigerant ini harus disupply oleh kontraktor
pemasang dan diawasi oleh perwakilan dari pabrik Pressure test harus
dilakukan oleh kontraktor pemasang dan diawasi oleh perwakilan pabrik
Proses vacuum system pemipaan harusdilakukan oleh kontraktor
pemasang dan diawasi oleh perwakilan pabrik.

133
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

i. Pipa Refrigerant
 Pipa refrigerant harus terbuat dari pipa tembaga yang dilengkapi dengan
iisolasi panas dari bahan closed cell polyethylene CFC-Free. Pada bagian
luar isolasi harus dilapisi dengan aluminium foil dan adhesive tape.
 Semua belokan pipa harus menggunakan elbow fitting dengan material
yang sama dengan pipa refrigerant.
 Pipa refrigerant haruslah de-oxidized phosphorous seamless copper pipe
with High pressure ressistance Type ASTM B280 REV A Standard
Specification for Seamless Copper Tube for Air Conditioning and
Refrigeration Field Service sesuai dengan standard JIS H300 - C1220T,
dengan ketebalan diameter pipa sesuai dengan standard rekomendasi dari
pabrik.
 Baik bagian suction maupun gas haruslah diinsulasi dengan insulasi yang
sesuai dengan rekomendasi ketebalan insulasi dari pabrik menyesuaikan
dengan tingkat kelembaban udara pada lokasi unit terpasang sehingga
tidak menimbulkan terjadi kondensasi.
 Seluruh koneksi shut off valve di dalam outdoor unit haruslah di brazed
untuk mencegahkebocoran refrigerant. Peralatan kerja untuk instalasi
refrigerasi system haruslah dipakai.
 Dry Nitrogen harus dialirkan kedalam system pemipaan selama dilakukan
brazing sehingga tidak terbentuk karbon didalam pipa yang nantinya dapat
menimbulkan kotoran yang dapat menyebabkab buntu system dan dapat
merusak compressor.
 Insulasi pipa refrigerant yang dipakai adalah type EPDM ( Ethylene
Propylene Dyene Monomer ) Closed Cell Elastromeric Class “ 1 “ , ASZTM
E84 dengan fire rated Class “O” dengan ketebalan minimal 19 - 25 mm
untuk Suction lines dan 10mm untuk Liquid lines( Menyesuaikan dengan
ukuran diameter pipa refrigerant )
 Untuk proses test kebocoran harus melalui beberapa tahap/ step di bawah:
- Step1 Pressurize to 10.3 Bar (149 Psi) 3 minutes or longer Allows
discovery of majorleaks
- Step2 Pressurize to 21.5 Bar (312 Psi) more than 3 minutes or longer
- Step3 Pressurize to 38 Bar (551 Psi) Approx 24 HOURS minimum
Allows discovery of minor leaks
.
j. Pipa Buangan Kondensat
 Pipa buangan kondensat harus terbuat dari bahan PVC kelas AW yang
dilengkapi dengan u-trap dan isolasi panas dari bahan closed sell
polyethylene CFC-Free.
 Pipa PVC Class AW (Standard JISK 6742) dengan diameter sesuai
gambar rencana, ex. Wavin, Rucika atau setara dengan persetujuan
Direksi Lapangan.

k. Kontrol dan Pengabelan


 Pengabelan yang digunakan harus sesuai dengan gambar perencanaan
dari evaporator blower ke condensing unit harus termasuk lingkup
pekerjaan ini, produksi Supreme, Kabelindo atau setara dengan
persetujuan Direksi Lapangan.
 Sistem control harus memakai 2 kabel dengan diameter inti minimal
1.25mm2 tipe Shielded Cable dari indoor unit keoutdoor unit, dan dari
Outdoor ke Unit Central Controller.
 Sistem control juga harus dilengkapi dengan automatic address setting
function yang merupakan standard Remote control untuk indoor unit
haruslah bisa melakukan fungsi : on/off switching, fan speed selector,

134
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

thermostat setting dan merupakan tipe liquid crystal display yang


menampilkan temperature setting, operational mode, error code indicator
dan filter cleaning timing.
 Juga bisa menampilkan malfunction code untuk keperluan maintenance.
 Kontraktor pemasang haruslah sudah pernah mengikuti training
pemasangan yang dilakukan oleh perwakilan pabrik dan mendapatkan
sertifikat tanda keberhasilan dalam training yang diikutinya.

3. Isolasi
a. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan untuk isolasi ini adalah pengadaan dan pemasangan isolasi
untuk pipa, dan peralatan yang ditentukan, lengkap dengan material lainnya
yang menunjang bagi keperluan isolasi ini.
b. Material
 Isolasi pipa
Styrophore, density 27 kg/m3
 Pipa condensate drain
Elastometric rubber, density 40 – 53 kg/m3, thermal cond. 0,033 w/m0K.
 Isolasi peralatan & alat bantu pipa
Elastometric rubber, density 40 – 53 kg/m3, thermal cond. 0,033 w/m0K.
 Aluminium Foil
Double Sided reinforced.
 Adhesive tape
Adhesive aluminium foil
c. Isolasi pipa
 Ketebalan isolasi pipa di luar ruangan adalah :
- Diameter 12 s/d 20 mm : tebal 25 mm
- Diameter 25 s/d 50 mm : tebal 30 mm
- Diameter 65 s/d 200 mm : tebal 45 mm
- Diameter 250 keatas : tebal 60 mm
 Ketebalan isolasi pipa di dalam ruangan adalah :
- Diameter 12 s/d 20 mm : tebal 25 mm
- Diameter 25 s/d 50 mm : tebal 40 mm
- Diameter 65 s/d 200 mm : tebal 50 mm
- Diameter 250 keatas : tebal 60 mm
 Kontraktor diwajibkan untuk men-check ketebalan isolasi pipa dengan
supplier isolasi.
 Untuk pipa yang berhubungan dengan udara terbuka dan terkena hujan,
isolasi memakai Jacketing bahan aluminium sheet tebal 0,6 mm.
 Cara melekatkan isolasi ke pipa memakai perekat yang dianjurkan pabrik
pembuat isolasi, demikian juga dengan sambungan antara.
 Pada setiap gantungan pipa, harus memakai wooden block berbentuk
lingkaran penuh dari kayu mahoni selebar 50 mm dan setebal sama
dengan isolasi. Ukuran diameter dalam kayu tepat sama dengan diameter
luar pipa. Sambungan antara kayu dan isolasi harus rapat dan memakai
perekat. Selanjutnya pada sambungan tersebut dibalut dengan adhesive
aluminium foil tape selebar 100 mm.
d. Roof Thermal Insulation
 Bagian Roof harus dibersihkan dahulu dari segala jenis kotoran sebelum
dilakukan pemasangan roof thermal insulation.
 Spindle pin dipasang dengan menggunakan perekat sesuai dengan
petunjuk pabrik pembuatnya. Setelah itu baru dipasang roof thermal
insulation. Kemudian dipasang aluminium foil dan/ atau glass cloth serta
diakhiri dengan pemasangan wire mesh.

135
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

 Roof thermal insulation harus dipasang di bawah plat lantai atap yang
kearah dalam bangunan. Roof thermal insulation harus terdiri atas :
thermal insulation, spindle pin, wire mesh stainless steel, aluminium foil,
dan peralatan pendukung lainnya.
 Bahan Thermal Insullation
 Bahan isolasi ialah glass wool dengan koefisien perpindahan panas
maksimum 0,23 Btu/hr pada 75 oF sesuai dengan spesifikasi ASTM 166
dan harus tahan api.
 Aluminium Foil
Aluminium foil yang dipasang pada instalasi cerobong udara adalah sbb:
- Material Alluminium foil adhesive Kraft paper Fire retardant adhesive
Fibreglass reinforcement.
- Type : Double sided fire retardant
- Specific Weight : 410 g/m2
- Reflectifity : 0.95

4. Pemipaan
a. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan pada butir ini adalah pengadaan dan pemasangan instalasi
pemipaan lengkap dengan fiting-fiting dan alat bantu, accessories dengan
isolasi atau tanpa isolasi sesuai seperti yang ditunjukkan pada gambar
rencana yang melengkapi dokumen ini.
b. Umum
Seperti apa yang ditunjukkan dalam gambar rencana jalur-jalur pipa yang
tercantum adalah gambar yang menunjukkan rute dan ukuran pipa.
Pemborong wajib menyesuaikan dengan keadaan setempat (shop drawing)
dan dengan jalur-jalur instalasi lainnya, berikut detail atau potongan-potongan
yang diperlukan dan mendapat persetujuan dari direksi / konsultan sebelum
dilaksanakan.
c. Material
Pipa condensasi : Pipa PVC klas AW
d. Konstruksi Pemasangan Pipa
 Kontraktor harus memasang pipa refrigerant pada masing-masing unit
sesuai dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis.
 Pipa refrigerant harus dilengkapi dengan isolasi. Permukaan pipa harus
dibersihkan terlebih dahulu sebelum pemasangan isolasi. Pemasangan
isolasi harus rapih sedemikian rupa sehingga tidak terlihat isolasi pipa yang
bergelombang, sehingga dihasilkan bentuk permukaan isolasi dengan
ketebalan yang seragam.
 Pada bagian luar isolasi harus dilapisi dengan aluminium foil dan adhesive
tape. Pemasangan pipa refrigerant harus dilengkapi dengan gantungan
pipa dan klem-u.
 Untuk pipa refrigerant yang dipasang di atas permukaan atap harus
dilengkapi dengan perforated pipe tray lengkap dengan tutup pelindung.
 Semua pipa yang menembus lantai, dinding, atap dan lain-lain diberi
selubung dan lapisan karet dan galvanized steel gauge 2”. Rongga antar
pipa dan selubungnya harus ditutup rapat.
 Sambungan pipa dengan diameter sampai 50 mm adalah sambungan ulir.
 Sambungan pipa diatas diameter 65 mm adalah sambungan flens/las.
 Pipa sebelum dipasang harus dibersihkan dahulu bagian dalam dari
kotoran-kotoran yang melekat.
 Setiap potongan pipa dengan las / gergaji harus dibersihkan dulu dari sisa-
sisa las (gumpalan las) sebelum disambung, diratakan (reamed) sesudah
di gergaji, sehingga mencapai ukuran asli.

136
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

 Pemotongan pipa harus memakai cutter.


 Setiap sambungan sehabis dilas, harus dibersihkan dari kerak-kerak dan
setelah langsung dimenie/zinc chromat.
 Untuk sambungan ulir harus memakai seal tape untuk mencegah
kebocoran dan tidak diperkenankan memakai plumber rope.
 Setiap ujung pipa yang belum akan disambungharus ditutup dengan plat
(metal) yang dilas.
 Pipa-pipa yang menembus dinding/plat beton harus memakai sleeve dan
sekitarnya diisi dengan bahan caulking umpamanya compriband atau
building sealant.
 Pipa-pipa sebelum diisolasi harus dicat dengan cat anti karat (cat meni 2
lapis) atau zinc chromate.
 Pipa sebelum diisolasi harus ditest sampai 8 kg/cm2 selama 12 jam.
 Gantungan pipa sesuai dengan gambar detail, jarak antara gantungan
pipa/penyangga pipa tidak boleh lebih dari :
- Diameter 12 s/d 20 mm : jarak 1,5 m
- Diameter 25 s/d 40 mm : jarak 2 m
- Diameter 50 s/d 75 mm : jarak 2,5 m
- Diameter 100 keatas : jarak 3 m
 Penggantungan pipa pada plat beton memakai Philip Red Head (dyna-bolt)
untuk pipa diatas 80 mm dan ramset untuk pipa 12,5 s/d 65 mm.
 Pipa-pipa yang ditahan lantai, ditunjang pakai clamp atau collar yang
dipasang erat pada pipa dan menumpu pada floor memakai rubber pad.
 Semua pipa harus dipasang lurus sejajar dengan dinding /bagian dari
bangunan pada arah horizontal maupun vertical, semua pipa di area chiller
disangga / digantung dengan vibration isolator.
 Sudut belokan yang diperbolehkan ialah 900 dan 450. Pada dasarnya
untuk sudut belokan 900 dan 450 terutama untuk pipa pembuangan
digunakan long radius dan dalam hal kondisi setempat tidak
memungkinkan maka penggunaan short radius harus mendapat
persetujuan tertulis dari pihak owner dan konsultan perencana.
 Sebelum pipa dipasang, support harus dipasang dulu dalam keadaan
sempurna.
 Sebelum dipasang support pipa harus dicat dengan ICI zinchromate
primer.
 Semua pipa harus bertumpu dengan baik pada support.
 Pipa dan fiting harus bebas dari tegangan dalam yang diakibatkan dari
bahan yang dipaksakan.
 Kontraktor harus memasang pipa buangan kondensat pada masing-
masing unit sesuai dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis.
 Pipa buangan kondensat harus dipasang pada setiap peralatan serta
dilengkapi dengan u-trap dan isolasi.
 Pipa sebelum dipasang harus dibersihkan dahulu bagian dalam dari
kotoran yang melekat.
 Pipa harus dipasang dengan kemiringan 1%-2% dan dilengkapi dengan
gantungan dan atau klem pipa.
 Apabila ada pipa tersebut yang menembus dinding, langit-langit, lantai dan
lain-lainnya, pipa ini harus dilindungi dengan pipa yang lebih besar
ukurannya.
5. Equipment Maintenance & Warranty
Supplier harus memberikan garansi 12 bulan atas unit ( tidak termasuk
consumable materials seperti : Refrigerant, Oil, air filter, fuses ) dan tenaga kerja
dari tanggal startup atau 18 bulan setelah unit dikapalkan dari pabrik terhitung
yang mana yang lebih dahulu 3 kali garansi visit harus dilakukan selama masa

137
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

garansi untuk memeriksa kondisi unit ( tidak termasuk pekerjaan pembersihan ),


Laporan tertulis harus diberikan kepada pemilik paling lambat 1 minggu setelah
setiap visit dilakukan Kontraktor pemasang harus memberikan garansi
pemasangan selama 12 bulan terhitung dari tanggal hand over.
6. Call Center
Supplier AC haruslah memiliki sebuah call center yang beroperasi selama 24 jam
sehari, 7 hari seminggu dan 365 hari setahun untuk mensupport pelayanan purna
jual dan memberikan jaminan sepenuhnya kepada kontraktor pemasang.

7. Kontraktor Pemasang
Haruslah sudah berpengalaman dalam melakukan pemasangan AC minimal
selama 5 tahun dengan melakukan minimal 10 proyek dengan hasil yang
memuaskan.
8. Pembersihan
Instalasi dan peralatan lainnya harus dibersihkan dari segala kotoran, debu, lemak
dan lain-lain sebelum system dijalankan.
9. Identifikasi Peralatan
a. Kontraktor harus memberi identifikasi pada semua peralatan dengan
menggunakan cat.
b. Kontraktor harus mengajukan rencana pengidentifikasian peralatan kepada
Pemberi Tugas dan Konsultan Manajemen Konstruksi untuk disetujui.

5.7. Testing & Commissioning


1. Pemborong harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang akan dilakukan 2
(dua) minggu sebelum pelaksanaan pengujian, Pemborong menyerahkan jadwal
dan cara pengujian tersebut kepada Pengawas untuk disetujui. Seluruh biaya
pengujian ditanggung oleh Pemborong.
2. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan
sistem kepada Pengawas.
3. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat
diterima oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik.
4. Lingkup pengujian sistem tata udara adalah testing, adjusting dan balancing untuk
seluruh sistem, dan ventilasi mekanis sehingga didapat besaran pengukuran yang
sesuai seperti dalam gambar perencanaan sehingga sistem dapat berfungsi dengan
baik dan sesuai dengan rencana.
5. Kontraktor yang melakukan pekerjaan instalasi tata udara harus melakukan semua
testing dan pengukuran-pengukuran yang dianggap perlu untuk memriksa /
mengetahui apakah seluruh instalasi telah dapat berfungsi / bekerja dengan baik
dan memenuhi persyaratan.
6. Minimal peralatan ukur seperti dibawah ini harus dimiliki oleh Kontraktor yang
bersangkutan antara lain :
7. Adapun pengujian sistem baru dilaksanakan setelah sistem bekerja dengan baik
selama 1 x 24 jam, serta minimal peralatan ukur seperti dibawah ini harus dimiliki
oleh Kontraktor yang bersangkutan antara lain :yaitu antara lain :
a. Pengukuran laju aliran udara
b. Pengukuran temperatur udara / air
c. Pengukuran putaran (rpm)
d. Pengukuran Listrik
 Voltmeter
 Amperemeter/ampertang
e. Pengujian dan pengukuran tekanan barometer / preasure gauge
f. Pengujian dan pengukuran laju aliran ( portable field flow meter )
g. Pengujian Sistem Perpipaan
 Dilakukan dengan metode hidrosatik test

138
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

 Tekanan pengujian 8 kg/cm2.


 Bila selama 12 jam tidak terjadi penurunan maka pengujian dinyatakan
selesai.
 Bila terjadi penurunan, maka kontraktor harus memperbaiki kerusakan
tersebut dan pengujian harus dilakukan ulang.
8. Persyaratan pengujian start-up unit mesin AC hanya boleh dilakukan oleh ahli yang
ditunjuk oleh dealer unit Mesin AC tersebut.
9. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk testing tersebut
merupakan tanggung jawab kontraktor. Termasuk peralatan khusus yang
dibutuhkan untuk melakukan testing dari seluruh sistem ini, seperti dianjurkan oleh
pabrik, harus disediakan kontraktor.
10. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga
) mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan perpipaan
b. Hasil pengetesan saluran udara.
c. Hasil pengetesan balancing aliran udara.
d. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
e. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain
f. Semua pengetesan dan atau pengukuran ter sebut harus disaksikan oleh
Konsultan.

139
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

Pasal 6
Instalasi Penangkal Petir

6.1. Lingkup Pekerjaan


Bagian ini meliputi penyediaan, pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan
dari system penangkal petir yang lengkap sesuai spesifikasi ini, serta pengurusan izin
dari badan yang berwenang jawatan keselamatan kerja.

6.2. Referensi
Pekerjaan harus dilakukan mengikuti standart dan peraturan yang berlaku dari Jawatan
Keselamatan Kerja atau standart yang dikeluarkan dari pabrik.

6.3. Contoh, Bahan dan Material


Kontraktor harus menyerahkan contoh dari bahan – bahan yang akan dipergunakan/
dipasang, yaitu minimal pengahntar dan elektroda pentanahan yang dimintakan dalam
persyaratan.

6.4. Pemeriksaan
1. Sistem penangkal petir akan diperiksa oleh Direksi untuk memastikan dipenuhinya
spesifikasi ini.
2. Semua bagian dari instalasi ini harus diperiksa oleh Direksi terlebih dahulu sebelum
tertutup atau tersembunyi.
3. Setiap bagian yang tidak sesuai dengan syarat – syarat spesifikasi dan gambar –
gambar harus segera diganti, tanpa membedakan tambahan pada pemilik proyek.

6.5. Surat Ijin


1. Kontraktor harus mempunyai ijin dari pasang PLN golongan C untuk pemasangan
petir ini.
2. Kontraktor harus sudah berpengalaman didalam pemasangan penangkal petir ini,
dibuktikan dengan memberikan daftar proyek – proyek yang sudah pernah
dikerjakan

6.6. Bahan dan Material


1. Material yang digunakan dalam sistem penangkal petir dalam keadaan baik dan
sesuai dengan yang dimasudkan serta disetujui oleh Direksi.
2. Daftar material, katalog dan shop drawing harus diserahkan kepada Direksi sebelum
dilakukan pasangan. Material atau alat – alat yang tidak sesuai dengan spesifikasi
ini akan ditolak. Sistim penangkal petir yang dipakai adalah Sistem non radio aktif.
3. Komponen-komponen yang dipakai adalah sebagai berikut :
a. Head Electroda (Spitzen)
Head Electroda khusus untuk sistim non radio aktif adalah sistim Konvensional
b. Penghantar
 Terdiri dari dua macam yaitu penghantar horizontal yang listrik antara kepala
penangkal dan menghubungkan secara listrik antara kepala penangkal dan
electroda pentanahan.
 Penangkal ini harus menjamin dapat mentrafer dengan aman energi kilat dari
“air terminal” ke tanah. Untuk sistim electrostatis dipergunakan penghantar
jenis kabel down conductor khusus lighting protection.

c. Sistem Pentanahan
Terdiri dari :

140
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

 Teminal pentanahan, terletak didalam bak kontrol ukuran seperti tercantum


pada gambar detail. Bak kontrol diperlukan unutk pengujian pentanahan tanah
secara berkala.
 Electroda pentanahan, terbuat dari Copper Rod digalvanisir dengan diameter
tidak kurang dari 1” dan pnjang 6 m dan harus dimasukkan kedalam tanah
secara vertikal (sesuai dengan gambar). Tahanan pentanahan maksimum 3
ohm.
d. Daftar Material
 Untuk semua material yang ditawarkan, pemborong wajib mengisi dafatar
meterial yang emnyebutkan merk , Type, kelas lengkap dengan brosur/
kotalog yang terlampir.
 Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponen – komponen yang
berupa barang – barang produksi.
 Apabila ada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa
merk tertentu atau kelas mutu ( quality performance ) dari material atau
komponen trtentu terutama untuk material – material listrik utama, maka
pemborong wajib melakukan didalam penawarannya meterial yang dalam
taraf mutu/ pabrik yang disebutkan itu.
 Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa meterial yang isebutkan
pada tabel material tidak dapat diadakan oleh pemborong, yang diakibatkan
oleh sesuatu alasan yang kuat dan dapat diterima Pemilik, Direksi lapangan
dan perencana, maka dapat dipikirkan penggantian merk / type dengan suatu
sangki tertentu kepada pemborong :

6.7. Pemasangan / Pelaksanaan


Cara-cara pemasangan penangkal petir sistim ini harus sesuai dengan petunjuk –
petunjuk dan spsifikasi pabrik :
1. Batang penangkal dipasang pada atap bangunan dengan memakai baut angker
atau klem. Pemasangan harus cukup kuat untuk menahan gaya mekanis pada saat
timbulnya sambaran petir.
2. Pemegang konduktor / klem harus terbuat dari bahan yang sama dengan konduktor
untuk mencegah terjadinya elektrolisa jika terkena air.
3. Sambungan – sambungan :
a. Sambungan yang diperlukan haruslah menjamin kotak yang baik dan tidak
mudah terlepas.
b. Sambungan sedapat mungkin mengurangi kerugian – kerugian tipis akibat
adanya sambungan.
4. Pelindung mekanis :
Down conduktor harus dilindungi terhadap kerusakan mekanis dengan pipa PVC
type AW seperti pada gambar.

6.8. Testing & Commissioning


1. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan
sistem kepada Pengawas.
2. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat
diterima oleh Direksi / Konsultan Pengawas.
3. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut:
a. Grounding resistant test ukuran tanahan dari pentanahan yang mempergunakan
metode standar.
b. Continuity test.
c. Seluruh pengujian kabel instalasi harus mengacu pada ketentuan pada PUIL
terbitan terakhir.

141
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

4. Kontraktor yang melakukan pekerjaan instalasi harus melakukan semua testing dan
pengukuran – pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa / mengetahui
apakah seluruh instalasi telah dapat berfungsi / bekerja dengan baik dan memenuhi
persyaratan.
5. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk testing tersebut
merupakan tanggung jawab kontraktor. Termasuk peralatan khusus yang dibutuhkan
untuk melakukan testing dari seluruh sistem ini, seperti dianjurkan oleh pabrik, harus
disediakan kontraktor.
6. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga
) mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain
7. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas

142
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

Pasal 7
Lain-Lain

1) Segala peraturan yang tercantum dalam bestek ini dan gambar-gambar serta risalah
Aanwijzing merupakan lampiran dari kontrak yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan
satu kesatuan, untuk hal ini Kontraktor dianggap mengerti.
2) Tentang laporan Bill Of Quantity yang diberikan ini hanya ancar-ancar saja. Kontraktor
harus tetap menghitung sendiri apabila dalam perhitungan perencanaan Bill Of Quantity
dirasa kurang, maka Kontraktor pada saat pengambilan Berita Acara Rapat Penjelasan
dapat mengajukan perubahan volume yang diberikan. Pemborong harus tetap
menghitung sendiri apabila dalam Perhitungan Perencanaan Bill Of Quantity diperkirakan
kurang, maka pemborong boleh merubah volume yang diberikan menambah atau
mengurangi yang mengikat adalah gambar dan bestek.
3) Peraturan ini sebagai pedoman dari pelaksanaan pembangunan dan sebagai landasan
kontrak. Dengan sendirinya hasilnya akan tergantung pada pelaksanaannya.
4) Hal - hal lain yang menyangkut pelaksanaan lapangan tetapi belum disebutkan dalam
peraturan ini, akan ditentukan lebih lanjut oleh Direksi/Pengawas lapangan.
5) Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau
disebutkan dalam Spesifikasi ini, haru disediakan oleh Kontrator, sehingga Instalasi dapat
bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa tambahan biaya.
6) Kontraktor harus memintakan Ijin-ijin yang mungkin diperlukan untuk menjalankan
Instalasi yang dinyatakan dalam Spesifikasi ini atas tanggungan sendiri kepada Instansi
berwenang yang terkait dengan pekerjaan ini (PLN, DEPNAKER dll).
7) Harus diperhatikan betul oleh Kontraktor segala pekerjaan angkutan bahan-bahan, puing-
puing bekas pekerjaan dan pembersihan setelah bangunan selesai.
8) Bagian-bagian yang termasuk dalam pekerjaan ini, yang secara teknis tidak dapat
dipisahkan / diabaikan / dihilangkan, tetapi belum disebutkan dalam bestek/gambar, tetap
harus dilaksanakan Kontraktor tanpa biaya tambahan hingga sistem yang dilaksanakan
tersebut berfungsi dengan baik.
9) Bila ada hal-hal yang tidak tercantum dalam gambar kerja dan RKS sehingga meragukan
Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan, maka Kontraktor harus menanyakan kepada
Direksi segera untuk mendapatkan penjelasan dan keputusan.
10) Kontraktor tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab pelaksanaan apabila ada hal-
hal yang oleh Kontraktor dianggap meragukan atau tidak jelas, baik dalam gambar
maupun dalam RKS.
11) Apabila terdapat perbedaan spesifikasi bahan / material, maka yang dipakai adalah
spesifikasi bahan / material yang tertinggi / terbaik menurut perencana. Oleh sebab itu
Kontraktor diharuskan menginformasikan perbedaan ini kepada Perencana untuk
dimintakan persetujuan sebelum kontrak kerja ditandatangani. Tidak ada tambahan biaya
akibat perbedaan ini, apabila diketahui setelah kontrak ditandatangani.
12) Dalam pelaksanaan seluruh sistem harus berjalan dengan baik. Kelalaian Kontraktor yang
mengakibatkan sistem tidak berjalan dengan baik sepenuhnya menjadi tanggungjawab
Kontraktor.

143
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

MATERIAL MEP LIST


PEMBANGUNAN GEDUNG
PERPUSTAKAAN DAERAH
KABUPATEN SAMPANG

SUB VENDOR /
No. MATERIAL BROSUR MERK
KONTRAKTOR PRODUSEN

I MEKANIKAL DAN PLUMBING


1 AIR CONDITIONER ( AC) V V V DAIKIN, LG
2 POMPA AIR BERSIH V V WILO,GRUNDFOS
3 POMPA AIR KOTOR V V WILO, EBARA, GROUNDFOS
4 PIPA AIR BERSIH/ PPR V TORO, ANGRUSAN,WESTPEX
5 VALVE V KITZ, TOYO, MICO
6 PIPA AIR KOTOR V RUCIKA, WAVIN, POWER
7 PIPA HYDRANT V PPI, BAKRIE, SPINDO
8 BOX HYDRANT V OCEAN, PROTECT
PROTECTOR YAMATO, APPRON,
9 SPRINKLER V
VIKING
ROOF TANK FRP DAN REKAYASA HIJAU MANDIRI
10 V
RESERVOAIR (RHM)-FRP
13 PIPA GALVAINIZED GIP V BAKRIE, RISE, SPINDO
I ELEKTRIKAL
3 Kabel
- Sesuai Gambar (NYFGbY, SUPREME, KABELINDO, KABEL
V
N2XSY, NYY, NYM, NYA) METAL
Penerangan dan Armature
5 V V ARTHOLITE, FOSHLIHT, PHILIPS
Lampu
- Sesuai Gambar,

6 Pipa Conduit & Fitting Kabel


- UPVC High Impact Klasifikasi
V LEGRAND, CLIPSAL,
332112 sesuai
BS-EN 61386-21:2004
- Galvanized

7 Cable Tray V V SAKA, DULIST


8 SOUND SYSTEM V V TOA, HONEYWELL
9 STOP CONTACT/SAKLAR V LEGRAND, ABB, PANASONIC
10 PABX V V PANASONIC, SIEMENS, ALCATEL
11 CCTV. CAMERA V V HONEYWELL , BOSCH, SONY
12 TRAFO V V V TRAFINDO,
13 MATV V IKUSI, FAGOR, DX
14 KABEL DATA V BELDEN,

144
RKS TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG

145

Anda mungkin juga menyukai