BAB 1
Nama Proyek dan Lingkup Pekerjaan
1.6 Referensi
1.6.1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2010.
1.6.2 Undang-Undang RI No. 22/1999 tentang Pemerintah Daerah.
1.6.3 Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrasi Teknik dari Dewan Teknik
Pembangunan Indonesia (DTPI)
1.6.4 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 19-‟89 dan atau Pedoman Beton
1.6.5 Indonesia 1989 (PBI 1989) & atau PBI 1971
1.6.6 Peraturan umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
1.6.7 Paku dan kawat paku: SNI 03-0323-1989
1.6.8 Batu alam untuk bahan bangunan : SNI 03-0394-1989
1.6.9 Agregat beton : SNI 03-1750-1990
1.6.10 Pasir untuk adukan dan beton : SNI 03-0394-1989
1.6.11 Pedoman mendirikan bangunan : SNI 03-1728-1989
1.6.12 Peraturan Semen Portland Indonesia NI. No. 08
1.6.13 Peraturan Umum tentang Instalasi Air Minum serta Instalasi Pembuangan
1.6.14 Peraturan Umum tentang pelaksanaan Instalasi Listrik (PUIL) 2000 dan PLN
1.6.15 Spesifikasi bahan bangunan bagian A : SK SNI S-04-1989-F
1.6.16 Genteng Keramik : 03-2095-1991
1.6.17 Kayu untuk bahan bangunan : SNI 03-2445-1991
1.6.18 Mutu kayu bangunan : SNI 03-3527-1994
1.6.19 Tata cara pengecatan bangunan : SNI 03-2407-1991
1.6.20 Tata cara pengecatan tembok dengan cat emulsion : SNI 03-2410-1991
1.6.21 Peraturan Batu Merah sebagai bahan bangunan.
1.7 Konsultan
1.7.1 Perencana : CV. Alaida Konsultan
1.7.2 Pengawas : PT. Dini Cipta Mandiri
1.7.3 Pelaksana : CV. Juragan Konstruksi
BAB 2
TENAGA KERJA DAN PERALATAN
2.2. Peralatan
2.2.1. Umum
a. Alat-alat untuk membantu pelaksanaan harus disediakan oleh kontraktor dalam kondisi
baik dan siap pakai.
b. Untuk kelancaran pekerjaan, untuk alat-alat mekanis/ mesin harap disiapkan tenaga
operator yang mampu memperbaiki apabila mengalami gangguan operasional.
c.Peralatan yang dimaksud, dalam jumlah minimal yang harus disediakan oleh
kontraktor.
2.2.2 Pekerjaan pengukuran
Untuk membuat ketinggian beberapa titik menjadi sama kontraktor harus
BAB 3
PEKERJAAN PERSIAPAN
e. Pekerjaan listrik
Kontraktor wajib menyediakan instalasi listrik sementara untuk mengoperasikan berbagai
peralatan dan mesin yang digunakan dalam konstruksi dan pengembangan proyek. Ini termasuk
penggunaan alat-alat listrik, mesin konstruksi, dan peralatan lainnya yang mendukung pekerjaan
konstruksi.
f. Pekerjaan Air Kerja
Saluran pembuangan air di dalam dan sekitar lahan proyek. Kontraktor harus mengusulkan
suatu sistem saluran air di dalam lahan proyek. Saluran air ini harus mampu mengalirkan
air secara lancar dan baik, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara lancar. Air yang
berasal dari dalam proyek harus diperhatikan dengan teliti dan tidak diperkenankan untuk
membuang lumpur dan kotoran lainnya ke saluran air di luar proyek. Kontraktor juga harus
menjaga seluruh saluran air di sekitar proyek agar tetap dalam kondisi baik dan dapat mengalir
dengan lancar. Saluran yang kurang baik harus diperbaiki dan hal ini sudah harus
diperhitungkan di dalam penawarannya.
BAB 4
PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI
Syarat-syarat Pelaksanaan.
a. Level galian. Galian tanah harus dilaksanakan sesuai dengan level yang tercantum di dalam
gambar rencana.
b. Jaringan utilitas. Apabila ternyata terdapat pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon
dan lain-lain, maka Kontraktor harus secepatnya memberitahukan hal ini kepada Konsultan
untuk mendapatkan penyelesaian. Kontraktor bertanggung jawab atas segala kerusakan
akibat kelalaiannya dalam mengamankan jaringan utilitas ini. Jaringan utilitas aktif yang
ditemukan di bawah tanah dan terletak di dalam lokasi pekerjaan harus dipindahkan ke
suatu tempat yang disetujui oleh Konsultan atas tanggungan Kontraktor.
c. Air pada galian. Muka air tanah letaknya lebih kurang 4.00 meter di bawah muka
tanah asli. Kontraktor harus mengantisipasi hal ini di dalam penawarannya dan wajib
menyediakan pompa air atau pompa lumpur dengan kapasitas yang memadai untuk
menghindari genangan air dan lumpur pada dasar galian. Kontraktor harus merencanakan
secara benar, kemana air tanah tersebut harus dialirkan, sehingga tidak terjadi genangan
air/ banjir pada lokasi di sekitar proyek.
Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Tebal pasir urug. Bawah lantai kerja harus diberi lapisan pasir urug tebal 10 cm padat
sesuai dengan gambar. Pemadatan harus dilaksanakan sehingga dapat menerima beban
yang bekerja.
b. Cara pemadatan. Pemadatan dilakukan dengan disiram air dan selanjutnya dipadatkan
dengan alat pemadat yang disetujui Konsultan. Pemadatan dilakukan hingga mencapai
tidak kurang dari 95 % untuk di luar bangunan dan 90 % untuk di dalam bangunan dari
kepadatan optimum laboratorium.
c. Air pada lokasi pemadatan. Jika air tanah ternyata menggenangi lokasi pemadatan, maka
Kontraktor wajib menyediakan pompa dan dasar galian harus kering sebelum pasir urug
diletakkan.
d. Tanah di sekitar pasir urug. Kontraktor harus menjaga agar tanah di sekitar lokasi tidak
tercampur dengan pasir urug. Jika pasir urug tercampur dengan tanah lainnya, maka
Kontraktor wajib mengganti pasir urug tersebut dengan bahan lainnya yang bersih.
Syarat-syarat Pelaksanaan.
a. Kontraktor harus betul-betul memperhatikan siku dari setiap bangunan dan harus disetujui
oleh Konsultan.
b. Kontraktor juga harus mengecek ulang posisi bouwplank dan juga menyempurnakan
benang sebagai alat kontrol.
c. Batu kosong bawah pondasi harus berstruktur cukup kuat awet serta tidak keropos.
d. Lokasi peletakan Pondasi Footplat harus sesuai dengan rencana gambar bestek, metode
pelaksanaan pondasi strous harus sesuai dengan pedoman-pedoman standart yang berlaku.
Keakurasian dimensi harus sesuai dengan gambar bestek.
BAB 5
PEKERJAAN BETON
c. Air
Air yang digunakan adalah air tawar yang bersih dan jernih tidak mengandung minyak,
asam, garam, alkohol, atau bahan lain yang dapat merusak beton. d. Pasir Beton Pasir yang
digunakan adalah pasir dari jenis yang baik serta bersih dan tidak tercampur dengan tanah
liat atau kotoran dan bahan organik lainnya, atas persetujuan konsultan. Ditetapkan memakai
pasir lumajang atau yang setara.
d. Pasir Beton
Pasir yang digunakan adalah pasir dari jenis yang baik serta bersih dan tidak tercampur
dengan tanah liat atau kotoran dan bahan organik lainnya, atas persetujuan konsultan.
Ditetapkan memakai pasir lumajang atau yang setara.
e. Baja Tulangan
1) Baja tulangan yang dipergunakan adalah batang-batang baja tegangan lunak dengan
tegangan leleh 2400 kg/cm2 (untuk diameter ≤ 13 mm) dan untuk mutu baja U 39 (untuk
diameter > 13 mm).
2) Penyimpanan baja tulangan harus sedemikian rupa sehingga mudah dikenali
ukurannya dengan jalan mengelompokkannya sesuai dengan ukurannya.
3) Pemasangan tulangan harus sesuai dengan gambar. Blok-blok penyangga tulangan harus
sesuai dengan tebal penutup baton, dan minimal berkekuatan sama dengan beton yang
dituang berdekatan.
4) Semua baja tulangan beton harus baru dari mutu dan ukuran yang sesuai dengan
standart Indonesia untuk beton NI-2 PBI-1971 atau ASTM Designation A-5 dan harus
disetujui oleh Konsultan/Direksi lapangan. Kontraktor harus dapat memberikan
surat keterangan pengujian oleh pabrik dari semua baja tulangan beton yang
disedlakan untuk disetujui Konsultan/Direksi lapangan sesuai dengan persyaratan mutu
setiap bagian konstruksi seperti tercantum dalam Gambar Rencana.
5) Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpihan- serpihan, karat,
minyak, oli dan lapisan yang akan merusak atau mengurangi daya lekat didalam beton.
6) Baja tulangan beton harus dibengkokkan/dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk dan
ukuran-ukuran yang tertera pada Gambar Konstruksi.
7) Baja tulangan beton tidak boleh diluruskan atau dibengkokkan kembali dengan cara
yang dapat merusak dari pada mutu tersebut.
8) Batang harus dibengkokkan dalam keadaan dingin, pemanasan dari besi beton hanya
dapat diperkenankan bila seluruh cara pengerjaan disetujui oleh Konsultan / Direksi
lapangan.
9) Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan Gambar Rencana.
10) Agar tulangan tetap tepat ditempatnya, maka tulangan harus diikat dengan kawat beton
(bindrat) dengan bantalan blok-blok cetak/beton decking atau kursi-kursi besi/cakar ayam
perenggang "spacer" atau logam gantung ("metal hangers") sesuai dengan kebutuhan.
11) Dalam segala hal, untuk besi beton yang horizontal harus digunakan penunjang
yang tepat sehingga tidak akan ada batang yang turun.
12) Penunjang ini harus dibuat dari logam-logam yang tidak dapat berkarat (non-
corrosible).
13) Jarak terkecil antara batang yang paralel harus sama dengan diameter dari batang-batang,
tetapi jarak yang terbuka tidak boleh kurang dari 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat
kasar dan harus memberikan kesempatan masuknya alat penggetar beton.
f. Selimut
Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau dasar
cetakan, serta harus mempunyai jarak yang tetap untuk setiap bagian-bagian konstruksi
tertentu, seperti Balok :2.5 cm Pelat Beton :2cm Kolom : 3.5 cm.
g. Penyambungan
1) Jika diperlukan untuk penyambungan tulangan pada tempat-tempat lain dari yang
ditunjukkan pada gambar, bentuk.dari sambungan harus ditentukan oleh
Konsultan/Direksi lapangan.
2) Overlap pada sambungan untuk tulangan-tulangan dinding tegak (vertikal) dan kolom,
sedikitnya harus 40 (empat puluh) kali diameter batang,kecuali jika telah ditetapkan
secara pasti pada Gambar Rencana dan harus mendapat persetujuan dari
Konsultan/Direksi lapangan.
BAB 7
PEKERJAAN ATAP
BAB 8
PEKERJAAN PENUTUP ATAP
8.4 Bahan-Bahan
Semua bahan–bahan yang tercantum dalam Spesifikasi Teknis ini harus seluruhnya dalam keadaan
baru berkualitas baik, telah disetujui Pengawas Lapangan dan Konsultan Pengawas.
a. Rangka Atap.
1) Rangka atap genteng menggunakan balok kayu dengan dimensi seperti pada gambar kerja dan
senis kayu sebagaimana tertuang dalam spesifiksi pekerjaan kayu dalam RKS ini.
2) Rangka atap spandek menggunakan besi hollow 600x1200x2 mm.
b. Pemasangan.
1) Pemasangan penutup atap Genteng Beton Flat dan kelengkapannya harus dilaksanakan sesuai
petunjuk pemasangan dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam Gambar Kerja.
2) Penutup atap harus dipasang dengan baik, dimulai dari bagian tepi bawah menuju ke atas
sesuai kemiringan atap yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja
BAB 9
PEKERJAAN LISPLANK DAN PLAFOND
BAB 10
PEKERJAAN KUSEN
10.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi seluruh kusen, daun pintu dan daun jendela, seperti ya ng dinyatakan /
ditunjukkan dalam gambar.
10.2 Material
a. Bentuk profil sesuai yang ditunjukkan dalam gambar, dengan terlebih dahulu dibuatkan
gambar detail rinci dalam shop drawing yang disetujui Pengawas lapangan dan Perencana.
b. Warna Profil :
Untuk semua profil kusen maupun frame daun jendela kayu exterior digunakan warna
Natural brown sedangkan kusen baja interior warna harus seirama dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
c. Untuk keseragaman warna disyaratkan, sebelum proses pabrikasi warna profil- profil harus
diseleksi secermat mungkin. Kemudian pada waktu pabrikasi unit - unit jendela, pintu, profil
harus diseleksi lagi warnanya sehingga dalam tiap unit didapatkan warna yang sama atau
seirama.
d. Bahan yang akan melalui proses pabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu dengan
seksama sesuai dengan bentuk toleransi, ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan,
pewarnaan yang disyaratkan Pengawas lapangan.
e. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi Rencana Kerja dan Syarat-syarat
dari pekerjaan aluminium dan baja serta memenuhi ketentuan- ketentuan dari pabrik yang
bersangkutan.
f. Konstruksi kayu yang dikerjakan seperti yang ditunjukkan dalam detail gambar termasuk
bentuk dan ukurannya.
12.1 Umum
Yang dimaksud dengan pekerjaan instalasi elektrikal di sini secara keseluruhan adalah
pengadaan, transportasi, pembuatan, pemasangan, peralatan-peralatan bahan- bahan utama dan
pembantu serta pengujian, sehingga diperoleh instalasi elektrikal yang lengkap dan baik sesuai
dengan spesifikasi, gambar dan bill of quantity.
BAB 13
PEKERJAAN INSTALASI AIR
BAB 14
PEKERJAAN FINISHING
14.8 Keahlian :
a. Pekerjaan pengecatan hanya boleh dilaksanakan oleh orang-orang yang sudah ahli dan
berpengalaman dalam bidang ini.
b. Seorang mandor yang benar-benar cakap harus mengawasi di tempat tersebut selama
pekerjaan dilaksanakan.
c. Pemborong utama bertanggung jawab atas hasil pengecatan yang baik dan harus mengatur
waktu sedemikian rupa sehingga terdapat urutan-urutan yang tepat mulai dari pengerjaan
dasar (Under coats) sampai dengan pengecatan akhir (finishing coats).
d. Pekerjaan pengecatan dianjurkan untuk dikerjakan oleh tenaga-tenaga dari mana cat tersebut
diproduksi atau ke painting khusus.
e. Semua pekerjaan pengecatan harus mengikuti petunjuk dari Pengawas dan pabrik pembuat cat
tersebut serta mendapat persetujuan Pengawas.
BAB 15
PEKERJAAN LAIN-LAIN
BAB 16
PENUTUP
1. Semua bahan dan alat-alat perlengkapan yang akan diperoleh atau dipasang pada bangunan ini
sebelum dipergunakan harus diperiksa dan diluluskan oleh Direksi.
2. Apabila diperlukan pemeriksaan bahan, maka biaya pemeriksaan ditanggung oleh Pemborong.
3. Dokumen pelaksanaan, Gambar, RKS, BQ, Berita acara aanwijzing merupakan dokumen yang saling
melengkapi.
4. Jika ada perbedaan antara gambar dan RKS, gambar petunjuk dan gambar detail maka segera
dilaporkan untuk diputuskan dengan tetap mengindahkan kepentingan bangunan itu sendiri.
5. Apabila ada hal yang tidak tercantum dalam gambar maupun RKS tetapi itu mutlak dibutuhkan,
maka hal tersebut harus dikerjakan / dilaksanakan.
6. Hal-hal yang belum tercantum dalam uraian-uraian dalam Pasal-Pasal RKS ini akan dijelaskan dalam
Aanwijzing.