Anda di halaman 1dari 53

Rencana Kerja dan Syarat (RKS)

Proyek : Pembangunan Rumah Tmpat Tinggal Lantai


Lokasi : Villa Kusuma Pesanggrahan - Batu

BAB 1
Nama Proyek Dan Lingkup Pekerjaan

1.1 Pekerjaan Yang Akan Dilaksanakan


Perencanaan Rumah Tinggal Mr. Arif
1.2 Sumber Dana
Sumber dana yaitu Dana Pribadi dari Owner
1.3 Alamat Proyek
Alamat proyek adalah Villa Kusuma Pesanggrahan - Batu
1.4 Lingkup Pekerjaan
1.4.1 Pekerjaan Sipil
a. Pekerjaan persiapan
b. Pekerjaan tanah dan pasir
c. Pekerjaan pondasi
d. Pekerjaan beton
e. Pekerjaan pasangan dan plesteran
f. Pekerjaan kayu
g. Pekerjaan kaca pintu dan jendela
h. Pekerjaan baja
i. Pekerjaan penutup atap dan plafon
j. Pekerjaan lantai
k. Pekerjaan pengecatan dan politur
l. Pekerjaan alat penggantung dan pengunci
m. Pekerjaan luar bangunan
1.4.2 Pekerjaan Instalasi Air, Drainase dan Plambing
a. Pekerjaan instalasi air bersih
b. Pekerjaan instalasi air kotor
c. Pembuatan septic tank dan sumur resapan
d. Pembuatan bak kontrol
1.4.3 Pekerjaan Instalasi Listrik
a. Pekerjaan kabel
b. Pekerjaan stop kontak dan saklar
c. Pekerjaan pemasangan titik lampu pada instalasi listrik
d. Penyambungan ke saluran induk PLN
1.4.4 Pekerjaan Instalasi penangkal petir
a. Dilaksanakan secara konvensional, dipasang pada atap bangunan
dengan menggunakan kawat BC 50 mm2, termasuk saluran yang
turun ke bawah (down conductor).
b. Ujung tongkat penerima petir setinggi 1 m dari puncak bangunan.
c. Saluran BC tersebut dipasang pada klem penyangga dengan jarak
klem 50 cm satu dengan lainnya.
d. Pada tempat dimana pipa pertahanan (ground rod) ditancapkan,
harus dibuat bak kontrol yang dibuat di luar lantai bangunan.
e. Titik pertahanan untuk penangkal petir harus dipisahkan
dengan titik pertahanan panel.
f. Saluran BC dari bak kontrol ke tepi bangunan harus dilindungi
dengan pipa galvanis  ¾ , bak kontrol tersebut harus diberi tutup.
g. Saluran BC yang dipasang vertikal pada tembok bagian tepi luar
bangunan harus dilindungi dengan pipa PVC  1, setinggi 2,5 m
dari lantai.
h. Saluran BC untuk down conductor ditarik sepanjang kolom beton
bangunan, dengan cara ditanam pada plesteran beton dengan
dilindungi pipa PVC AW 1, saluran ini tidak boleh ada sambungan
dalam pipa.
i. Saluran BC untuk seluruh sistem pertahanan ini tidak boleh ada
sambungan pada tempat yang tidak semestinya.
j. Elektroda tanah menggunakan elektroda dengan pipa galvanis 
1,5, dengan kawat BC 50 mm2, minimal sedalam 6 m harus
mencapai titik air.

k. Besarnya sebar elektroda tanah tersebut tidak boleh lebih dari 2


ohm. Pengurusan ijin instalasi penangkal petir kepada instasi yang
berwenang (Bina Lindung DEPNAKER) merupakan pekerjaan
dan tanggung jawab kontraktor.
BAB 2
Tenaga Kerja Dan Peralatan

2.1. Tenaga Kerja


a. Tenaga Kerja yang dilibatkan dalam pelaksanaan harus sesuai dengan
jenis pekerjaan dalam artian keahlian, pengalaman serta tidak melanggar
ketentuan- ketentuan yang berlaku di Indonesia.
b. Kontraktor harus menggunakan tenaga yang ahli dalam pelaksanaan, baik
tenaga pelaksana mandor sampai ke tukang.
c. Semua tenaga kerja dipimpin oleh seorang site manager atau pelaksana
sebagai wakil kontraktor di lapangan.
d. Tenaga kerja pelaksana sub kontraktor (jika ada) harus dipilih yang
sudah berpengalaman dan cukup ahli di bidangnya.
e. Hubungan kontraktor dengan sub kontraktor dalam hal menyangkut
secara keseluruhan pekerjaan tetap menjadi tanggung jawab
kontraktor.
f. Klasifikasi Site Manager
1) Sarjana Teknik Sipil/ Arsitek dengan pengalaman kerja pada bidang
yang sesuai minimum 1 tahun.
2) Sarjana Muda Teknik/ Diploma III Sipil/ Arsitek dengan pengalaman
kerja pada bidang yang sesuai minimum 3 tahun.
3) SMK Bangunan dengan pengalaman kerja pada bidang yang sesuai
minimum 5 tahun.
2.2. Peralatan
2.2.1. Umum
a. Alat-alat untuk membantu pelaksanaan harus disediakan oleh
kontraktor dalam kondisi baik dan siap pakai.
b. Untuk kelancaran pekerjaan, untuk alat-alat mekanis/ mesin harap
disiapkan tenaga operator yang mampu memperbaiki apabila
mengalami gangguan operasional.
c. Peralatan yang dimaksud, dalam jumlah minimal yang harus
disediakan oleh kontraktor.
2.2.2. Pekerjaan Pengukuran
Untuk keperluan menentukan dan memeriksa letak bangunan kontraktor
harus menyediakan alat theodolit, Waterpas, termasuk perlengkapannya
dalam keadaan baik dan dapat dipakai sewaktu-waktu.
2.2.3. Pekerjaan Baja Ringan
Peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan baja:
1) Gunting pemotong baja
2) Peralatan las
3) Alat perangkai
2.2.4. Pekerjaan Beton
Peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan beton:
1) Beton mollen minimal 1 unit.
2) Alat pemotong tulangan.
3) Alat pembengkok tulangan
4) Alat pengangkat baja profil untuk pekerjaan atap dan gording
2.2.5. Pekerjaan Keramik/ Porselen/ Genteng
Untuk pemotongan keramik, porselen dan genteng digunakan mesin
potong minimal 2 unit.
BAB 3
Bahan Dan Mutu
Pekerjaan

3.1 Jenis dan Mutu bahan.


a. Jenis bahan diutamakan produksi dalam negeri.
b.Kontrkator dipungut biaya restribusi bahan tambang golongan C seperti pasir,
batu kali, dana kerikil sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah
Tingkat I Jawa Timur, atas penggunaan pasir, batu kali/ gunung dan kerikil/
steinslag.
3.2 Pemakaian Merk Dagang
Apabila dalam RKS hanya disebutkan satu merk dagang, bukan berarti hanya
merk tersebut yang digunakan melainkan dapat digunakan merk lain yang
sesuai dengan standart mutu dan ciri-ciri fisik yang sama.
3.3 Perubahan pemakaian merk dagang bahan.
Kontraktor dapat mengusulkan perubahan merk dagang secara tertulis apabila
ternyata merk dagang tersebut tidak terdapat di pasaran, sepanjang kontraktor
dapat membuktikan kesetaraan kualitas dan ciri-ciri fisik yang dituntut RKS
dan untuk menggunakannya harus ada persetujuan dari pihak Konsultan
Pengawas dan Pengelola Poyek.
3.4 Prosedur Pengadaan Bahan Bangunan
a. Secepatnya kontraktor melalui Site Manager/Pelaksana mengajukan contoh
bahan yang akan digunakan dan disesuaikan dengan spesifikasi yang ada
pada RKS ini, pada saat Rapat Lapangan yang pertama kali.
b. Contoh Bahan yang telah disetujui dipasang dalam Direksi Keet sebagai
pedoman mutu bahan.
c. Apabila tanpa mengajukan contoh atau mengajukan contoh bersamaan
dengan datangnya bahan tersebut, maka Lapangan/ Direksi berhak
menolak dan mengeluarkan dari lokasi pekerjaan.
3.5 Pemeriksaan Bahan
a.Konsultan Pengawas bertugas untuk memeriksa semua jenis bahan bangunan
yang akan digunakan serta mendapat wewenang untuk menolak
penggunaanya, apabila spesifikasinya tidak memenuhi syarat yagn telah
ditentukan.
b.Bahan yang didatangkan oleh Kontraktor tetapi, ditolak pemakaiannya
oleh Konsultan Pengawas maka keberadaan bahan tersebut harus segera
dikeluarkan dari lokasi proyek selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24
jam.
c.Apabila Konsultan Pengawas berkehendak untuk memeriksa spesifikasi
bahan kepada Balai Penelitian Bahan Bangunan yang ada untuk diteliti,
maka Kontraktor bertanggung jawab untuk memfasilitasi segala hal yang
dibutuhkan untuk melakukan penelitian.
e. Konsultan Pengawas berwenang untuk mengetahui berbagai keterangan asal
bahan yang digunakan, dan kontraktor berkewajiban untuk memaparkannya
secara transparent kepada owner.
BAB 4
Peraturan Teknis Yang Digunakan
Dan Tangung Jawab Kontraktor

4.1 Umum
Pedoman pelaksanaan yang diatur oleh pemerintah pembangunan yang sah
berlaku di Indonesia sepanjang tidak ditetapkan lain dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat yang harus ditaati selama pelaksanaan Surat Perjanjian Pekerjaan
Pemborongan adalah :
a Kepres No. 16/ 1994
b Algemene Voorwarden (A.V.) yang disyahkan dengan Keputusan
Pemerintah tanggal 28 Mei 1941 No. 9 tambahan lembaran Negara No.
1457, apabila tidak ada ketentuan lain dalam RKS ini
c SK SNI T-15-1991-03 tentang peraturan beton
d Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1984
e N.I 3- Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (PUBB) 1983 f N.I
5- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) 1961
g N.I 8 Peraturan Semen Portland Indonesia 1973
h N.I 18- Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPI)
1983 I Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987
j Peraturan Umum Instalasi Air Minum (AVWI)
k Pearturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Umum Dinas
Keselamatan Kerja No. 3 1958 dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja
l Keputusan Badan Abitrase Nasional Indonesia (BANI)
m Peraturan-peraturan lain yang dikeluarkan oleh Pemerintah setempat
yang berkaitan dengan permasalahan bangunan.
4.2 Khusus
Untuk melaksanakan pekerjaan seperti yang tersebut dalam BAB 28, maka
berlaku dan mengikat :
a Berita Acara Pengumuman Pemenang Pelelangan.
b SK Pimpro tentang penunjukan kontraktor (Gunning)
c Surat Kesanggupan Kerja
d Surat Perintah Kerja
e Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
f Gambar bestek
g RKS beserta lampiran-lampirannya
h Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
i Kontrak Pelaksanaan dan Addendumnya (jika ada)
j Shop Drawing yang diajukan kontarktor yang disetujui Konsultan
Pengawas dan atau Pengelola teknis Proyek untuk dilaksanakan
k Time Schedule yang diajukan oleh kontraktor yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas dan Pengelola Proyek.

4.3 Tanggung Jawab Kontraktor


Sesuai dengan K.U.H Perdata BAB 1609 Kontraktor bertanggungjawab 10
tahun fisik untuk segala kerusakan konstruksi yang disebabkan penggunaan
mutu bahan yang buruk atau pelaksanaan seharusnya yang menyimpang, atau
sewaktu penyelenggaraan seharusnya secara wajar kontraktor mengetahui
kapan dengan jelas dan nyata terjadi hal ikhwal yang seharusnya dijadikan
alasan untuk mengadakan perubahan penyempurnaan tetapi hal tesebut tidak
disampaikan kepada Pengelola Proyek, dengan demikian batas waktu dalam
BAB 54 A. V 1941 tidak diberlakukan.
BAB 5
Penjelasan Rks Dan
Gambar

5.1 Penjelasan
Gambar
a Bila terdapat perbedaan antara gambar rencanan dan gambar detail maka
yang harus diikuti adalah gambar detail.
b Bila terdapat skala gambar dan ukuran yang tertulis dalam gambar berbeda,
maka ukuran dalam gambar yang berlaku.
c Bila rekanan meragukan tentang perbedaan antara gambar yang ada, baik
konstruksi maupun ukurannya, maka rekanan berkewajiban untuk
menanyakan kepada Konsultan Pengawas secara tertulis.

d Dalam hal ini terjadi penyimpangan detail antara gambar bestek dan
keadaan di lapangan, kontraktor dapat mengajukan gambar kerja (shop
drawing) yang sesuai dengan kondisi lapangan dan mempergunakannya
dalam pelaksanaan dengan persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
e Di dalam semua hal bila terjadi pengambilan ukuran yang salah
adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
f Apabila dalm gambara disebutkan lingkup pekerjaan atau ukuran, sedang
dalam RKS tidak disebutkan, maka gambar yang harus dilaksanakan.

5.2 Penjelasan RKS


a Pada RKS tentang Syarat-syarat Teknis termuat lingkup pekerjaan,
spesifikasi bahan yang digunakan dan syarat-syarat pelaksanaan.
b Apabila dalam gambar tidak tercantum lingkup pekerjaan, ukuran dan
jumlah sedangkan dalam RKS pada lingkup pekerjaan tercantum, maka
kontraktor terikat untuk melaksanakannya.

5.3 Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)


a Berita acara rapat penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) merupakan catatan
perubahan/ penambahan/ pengurangan/ penetapan dari gambar kerja dan
RKS.
b Apabila ada perubahan/ penambahan/ pengurangan/ penetapan RKS dan
gambar tidak ada dan tidak disebutkan pada Berita Acara Rapat Penjelasan
Pekerjaan (Aanwijzing), maka kontraktor dapat mengajukan penjelasan
pada saat rapat lapangan.
c Berita Acara Rapat Lapangan yang memberikan penjelasan maupun
segala keputusan rapat mengikat untuk dilaksanakan
BAB 6
Pekerjaan Persiapan

6.1Lingkup Pekerjaan
6.2Tata Cara Pelaksanaan

6.3.1 Hak Bekerja di Lapangan


a Lapangan pekerjaan akan diserahkan oleh Pemberi Tugas kepada
Kontraktor selama waktu pelaksanaan dan sesuai dengan keadaan
pada waktu peninjauan.
b Setiap kelambatan atas penyerahan lapangan ini dapat
dipertimbangkan oleh Pengelola Proyek sebagai perpanjangan
masa pelaksanaan pekerjaan.
6.3.2 Pembagian halaman untuk pekerjaan dan jalan masuk
a Apabila kontraktor akan mendirikan bangunan sementara (Direksi
Keet dan gudang ) maupun tempat penimbunan bahan, maka
kontraktor harus merundingkan terlebih dahulu kepada Pengelola
Proyek tentang penggunaan halaman ini.
b Semua biaya untuk prasarana, fasilitas untuk memasuki
daerah pekerjaan serta akomodasi tambahan diluar daerah
kerja menjadi tanggungan kontraktor.
c Apabila terjadi kerusakan pada jalan kompleks, saluran air atau
bangunan lainnya yang disebabkan adanya pembangunan ini
kontraktor berkewajiban untuk memperbaiki kembali, selambat-
lambatnya dalam masa pemeliharaan.
6.3.3 Koordinasi dan administrasi
a Sebelum pekerjaan dimulai, maka kontraktor mengadakan
persiapan ijin dan berkoordinasi dengan Pihak proyek dan
Konsultan Pengawas.
b Pemasangan papan nama proyek dengan ukuran maupun
bentuknya akan ditentukan kemudian oleh proyek.
c Melakukan koordinasi untuk mengurus IMB, terutama
kelengkapan administratif yang akan diberikan oleh pihak
Pemberi Tigas, biaya ijin bangunan tersebut menjdai beban
kontraktor.
d Kontraktor tidak diperkenankan menempatkan papan
reklame penggunaan bahan dalam bentuk apapun di
lingkungan proyek ini.

6.3.4 Direksi Keet dan Bnagsal Kerja


a Kontraktor harus membuat bangsal Konsultan Pengawas seluas 3
x 4 m, berjendela cukup terang dan berventilasi baik.

b Kontraktor diwajibkan membuat gudang yang tertutup yang


dapat dikunci dengan aman dan terlindung terhadap hujan dan
panas, untuk menempatkan seperti PC dan alat-alat penting dan
sebagainya.
c Kontraktor juga harus membuat bangsal terbuka untuk pekerja-
pekerja yang melaksanakan pekerjaan kayu dan lain-lain yang
tidak langsung dikerjakan di lapangan, supaya terhindar dari
hujan dan panas.
d Pemanfaatan bangsal Konsultan Pengawas setelah proyek ini
selesai ditentukan kemudian oleh pihak proyek.
e Segala biaya pembuatan Direksi Keet, gudang dan bangsal
kerja menjadi tenggung jawab dan beban kontraktor.

6.3.5 Pekerjaan Pembersihan


lokasi perletakan bangunan hrus bersih dari tanaman/ tumbuhan,
apabila belum bersih, maka kontraktor wajib untuk
memberishkannya.
6.3.6 Pekerjaan penentuan Pondasi Utama
a. Unsur-unsur yang terkait untuk pengukuran dan penentuan peil
lantai adalah
1. Pihak pemilik
2. Cabag Dinas PU Karya Mandiri Malang
3. Konsultan Perencana
4. Konsultan Pengawas
5. Kontraktor
b. Dasar untuk pengukuran dan lay out bangunan adalah gambar lay
out dari konsultan perencana.
c. Peil lantai diambil dari as jalan raya.
d. Hasil penentuan pondasi utama harus dibuat Berita Acara
Pengukuran.
BAB 7
Rencana Kerja

7.1 Rencana
Kerja
a Rencana kerja dibuat oleh kontraktor berupa bar chart, yang memuat
prestasi rencanan kerja dalam persen, dengan persetujuan dari Pemberi
Tugas, serta

kontraktor wajib menggandakannya sebanyak 4 (empat) copy yang


masing- masing diserahkan kepada pemilik bangunan, konsultan
perencana, konsultan pengawas dan sebuah ditempel di bangsal kerja.
b Selanjutnya kontraktor harus berusaha mengikuti rencana kerja tersebut
yang menjadi dasar bagi Pengelola Proyek untuk menilai prestasi
kontraktor segala sesuatu persoalan yang berhubungan dengan
kelambatan pekerjaan.
c Pelaksanan harus membuat rencana kerja minggu pada stiap tahap
pengerjaan, palig tidak tiga hari sebelum dimulainya pelakasanaan
pekerjaan tersebut dan dilaporkan kepada Pengelola Proyek.
7.2 Pekerjaan Lembur
a Apabila kontraktor akan bekerja diluar jam kerja (lembur), maka
diwajibkan membuat surat pemberitahuan kepada Konsultan Pengawas,
maksimum 1 hari sebelum dilaksanakan pekerjaan lembur.
b Apabila tanpa pemberitahuan, dan kontraktor melakukan kerja lembur,
maka Pengawas Lapangan akan memberikan teguran secara tertulis dan
melakukan pembongkaran pada pekerjaan yang dilaksanakan pada jam
lembur termaksud.
BAB 8
Penjagaan

a Kontraktor wajib melakukan pengamanan barang-barang di seluruh halaman


pekerjaan bangunan, baik selama maupun pada waktu tidak dilakukan
pekerjaan.hal ini berlaku pula bagi barang-barang pihak ketiga dan pihak
konsultan pengawas.
b Untuk maksud ini apabila perlu, maka sekeliling lokasi pekerjaan pada tempat-
tempat tertentudilakukan pos penjagaan.
c Barang-barang dan bahan-bahan bangunan yang hilang, baik yang belum maupun
yang sudah terpasang, tetap menjadi tanggungan kontraktor dan tidak
diperkenankan untuk diperhitungkan dalam biaya borongan tambahan.
d Kontraktor diharuskan melaporkan personil yang tinggal di proyek diluar jam
kerja pada petugas keamanan kompleks.
BAB 9
Pekerjaan Tidak Baik

9.1 Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan


a Sebelum pelaksanaan pekerjaan secara masal, dapat meminta persetujuan
hasil pekerjaan kepada Pengawas Lapangan/ Direksi.
b Agar tidak terjadi bongkar/ pasang pekerjaan, apabila terdapat gambar
rencana yang tidak jelas, maka kontraktor diwajibkan menanyakan atau
membuat shop drawing kepada pengawas lapangan/ direksi untuk
menyamakan pendapat, atau apabila perlu dapat meminta konsultan
perencana, untuk mendapat jawaban yang pasti tentang perencanaannya.
c Apabila pekerjaan yang bersifat khusus, maka sebelum melaksanakan
pekerjaan, kontraktor diwajibkan membuat Surat Ijin Pelaksanaan
Pekerjaan, antara lain :
1. Pekerjaan Rangka Baja
2. Pekerjaan-pekerjaan lain yang bersifat struktural dan perlu perlakuan
khusus.
9.2 Mutu Pekerjaan
a Mutu pekerjaan yang dituntut minimal adalah memenuhi kriteria yang
baik, dipandang dari segi konstruksi maupun finishing.
b Apabila tidak memenuhi kriteria mutu yang dituntut, maka akan
dilaksanakan perbaikan sampai dengan pembongkaran pekerjaan yang
sudah dilaksanakan dengan acuan sbb
c Pekerjaan yang dibongkar, selambat-lambatnya  24 jam sesudah
perintah pembongkaran yang telah ditentukan oleh konsultan
pengawas, kontraktor diharuskan memperbaiki dan atau membuat
baru semua pekerjaan yang dinyatakan kurang/ tidak baik.
d Ongkos perbaikan dan tau pembuatan baru ini tetap menjadi tanggung
jawab kontraktor.
e Tidak ada hak pemborong untuk meminta perpanjangan waktu karena
melakukan melakukan pekerjaan tersebut dalam ayat 1, BAB ini.
BAB 10
Pekerjaan Tanah

10.1 Lingkup Pekerjaan

10.1.1 Pekerjaan Galian


Galian tanah pondasi, bak-bak kontrol, saluran-saluran instalasi listrik/
air, sumur, septictank, dan peresapan serta bagian-bagian yang
ditunjukkan dalam gambar.
10.1.2 Pekerjaan Urugan pada Bangunan
a Urugan tanah bekas lubang galian dan di bawah lantai untuk
peninggian permukaan.
b Urugan pasir dibawah pondasi dan lantai.
10.1.3 Pekerjaan Timbunan Tanah Diluar Bangunan
Timbunan tanah di luar seluas (P+14) x (L+15) m dengan
ketinggian peil lantai bangunan yang ditentukan.
10.2 Bahan-Bahan
10.2.1 Urugan Tanah
a Bahan urugan berupa tanah urug harus bersih dari kotoran, humus
dan organisme lainnya yang dapat mengakibatkan penyusutan atau
perubahan kepadatan urugan pasir itu sendiri.
b Tanah urug dapat digunakan tanah bekas galian dengan
syarat pelaksanaan khusus.
10.2.2 Pasir Urug
Pasir urug harus berbutir halus dan bergradasi tidak seragam.
10.3 Syarat-syarat Pelaksanaan
10.3.1 Pekerjaan Galian
a Kedalaman galian pondasi minimal sesuai gambar, atau telah
mencapai tanah keras. Yamg dimaksud dengan tanah keras adalah
tanah dengan kemampuan daya dukung 1 kg/cm2.
b Apabila sampai kedalaman tersebut pada point a, belum
mendapatkan tanah keras, maka kontraktor harus menghentikan
pekerjaan galian dan dikonsultasikan dengan Direksi dan Konsultan
Perencana untuk mendapat pemecahan sebaik-baiknya.
c Apabila di dalam melaksanakan penggalian kedalaman pada tanah
keras lebih dalam, dan untuk mendapatkan kedalaman yang sesuai
dengan kedalaman yang dimaksud dalam gambar, mka
penyesuaian kedalaman

dilakukan dengan menggunakan beton tumbuk tanpa biaya


tambahan dari Pemberi Tugas.
d Pada galian tanah yang mudah longsor, kontraktor harus
mengadakan tindakan pencegahan dengan memasang penahan
atau cara lain yang disetujui Direksi.
e Selama pelaksanaan penggalian, harus dibersihkan juga bekas-bekas
akar, pokok kayu, longsoran atau benda-benda yang dapat
mengganggu konstruksi pondasi.
f Dalam pelaksanaan penggalian, pemasangan pondasi dan pekerjaan
lain di dalam galian harus dihindarkan dari genangan air dengan
jumlah yang cukup menunjang kelancaran pekerjaan tersebut.
10.3.2 Pekerjaan Urugan/ Timbunan
a Pelaksanaan pengurugan harus dilaksanakan dengan cara setiap
lapis dengan ketebalan setiap lapisan  30 cm dan dipadatkan
dengan stamper.
b Tanah yang akan diurugkan harus dalam keadaan terurai,
bukan merupakan bongkahan-bongkahan tanah agar mudah
dipadatkan.
c Tanah bongkahan tidak diijinkan untuk mengurug, disebabkan
apabila terkena air tanah dan terurai akan terjadi peburunan
lantai.
d Dalam pelaksanaan pengurugan terutama pasir dibawah lantai,
kontraktor harus memperhatikan tingkat kepadatannya, sehingga
tidak akan terjadi penurunan lantai akibat konsolidasi urugan.
BAB 11
Pekerjaan Pasangan Dan Plesteran

11.1 Lingkup Pekerjaan


11.1.1 Pekerjaan Pasangan Batu Kali
a Pasangan aanstamping di bawah pondasi batu kali sebagai landasan
pondasi.

b Pasang pondasi dan umpak batu kali dengan campuran perekat 1 PC :


6 Pasir.
11.1.2 Pekerjaan Pasangan Bata
a Pasangan batu merah trasram dilaksanakan dengan campuran 1PC :
3PS
pada :
1. Semua tembok kamar mandi/ WC dan urinoir setinggi 1,5 m dari
lantai.
2. Pasangan batu merah pada kaki bangunan.
3. Tempat-tempat lain yang senantiasa berhubungan dengan air dan
yang dianggap perlu oleh Direksi.
b Pasangan batu bata rollag, 1 PC : 3 Pasir dilaksanakan pada:
1. Alas tempat duduknya jendela.
2. Di atas ambang pintu atau jendela yang lebar bentangnya sama
atau kurang dari 1,20 meter.
c Pasangan dinding batu bata dengan campuran 1PC : 3 kapr : 6 Pasir
dilaksanakan untuk seluruh dinding tembok yang tidak disebut dalam
butir a dan b BAB diatas.
11.1.2 Pekerjaan Plesteran
a Plesteran trasram dan benangan sudut, dengan campuran 1PC : 3 Pasir
antara lain:
1. Dinding kamar mandi/ WC bagian luar yang tidak dilapis
keramik.
2. Dinding-dinding tempat cuci.
3. Kaki bangunan,plesteran plint/ kol.
4. Dinding basement.
b Plesteran dan benangan sudut beton dengan campuran 1PC :
6PS Pasir dilaksanakan pada semua pekerjaan beton yang
tampak.
c Plesteran dinding bata dengan campuran 1PC : 3 kapur : 6 pasir
dilaksanakan pada semua dinding batu merah yang tidak disebutkan
pada ayat a.1 dan a.2 diatas.
d Benangan sudut, dengan campuran 1 PC : 2 Pasir selebar 5 cm dari
sudut pasangan tembok dan beton yang dimaksudkan diatas.

e Acian dengan menggunakan air PC, setelah agak kering, permukaan


acian digosok dengan kertas semen.
11.2 Bahan-Bahan
11.2.1 Batu Kali
a Batu kali adalah dengan ukuran 5/20, utuh tidak porous.
b Apabila merupakan batu yang dipecah harus bersudut runcing dan
tajam.
11.2.2 Batu bata
a Batu merah harus berkualitas baik, ukuran minimal sesuai dengan
yang ada dipasaran.
b Mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang sisinya datar,
padat dan tidak menunjukkan retak-retak.
c Kuat tekan minimal 30kg/cm2, hasil pembakaran kayu.
d Apabila dilakukan pemeriksaan dengan menggoreskan ujungnya
pada rusuk yang panjang pada bidang keras dan kasar sepanjang 1
meter, maka panjangnya berkurang akibat aus maksimum 1 cm.
11.2.3 Semen Portland (PC)
Semen portland harus menggunakan semen gresik, tiga roda, semen
pedang atau merk lain yang sekualitas dan yang digunakan harus satu
jenis merk pabrik.
11.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan
11.3.1 Pasangan Pondasi Batu Kali
a Setelah pasir urugan diatas tanah galian mencapai kepadatan yang
diisyaratkan, dan tebalnya telah diukur sesuai dengan rencana, maka
dapat di pasang aanstamping.
b Pasangan aanstamping harus saling mengisi antara batu kali,
sehingga merupakan landasan batu kali yang utuh dan padat.
c Kemudian rongga-rongga antara batu kali pada aanstamping diisi
pasir urug dan diberi air hingga padat.
d Pondasi batu kali dipasang diatas aanstamping dengan bentuk dan
ukuran sesuai gambar.

e Sebelum dipasang batu untuk pondasi harus dibasahi dengan air


secukupnya sehingga dapat melekat dengan sempurna. Untuk patokan
bentuk pasangan batu pondasi harus dipasang profil-profil dari bambu
atau kayu pada setiap 3 meter pada pemasangan memanjang lebih
besar dari 8 meter, sehingga tarikan benang untuk patokan
memanjang tidak melendut yang berakibat pasangan tidak rata.
f Pasangan pondasi yang tampak di luar tanah, permukan pondasi
harus diberapen.
11.3.2 Pasangan Bata
a Batu merah pecah yang dipasang jumlahnya tidak boleh
melebihi 20% dari jumlah batu merah yang utuh.
b Pasangan tembok batu merah harus dipasang dengan hubungan
(verband) yang baik tegak lurus siku dan rata. Tinggi pasangan
tembok ½ batu hanya diperbolehkan maksimum tinggi 1 meter
untuk setiap hari kerja.
c Semua voeg/ siar diantara pasangan batu pada hari pemasangan
harus dikeruk yang rapi.
d Pemasangan perancah (andang-andang) tidak boleh dipasang
dengan menembus tembok.
e Sebelum dipasang bata harus dibasahi dengan air seculupnya
sehingga dapat melekat dengan sempurna.
f Untuk patokan bentuk pasangan batu merah harus dipasang profil-
profil dari bambu atau kayu pada setiap 3 meter pada pemasangan
memanjang lebih besar dari 8 meter, sehingga tarikan benang
untuk patokan memanjang tidak melendut yang berakibat pasang
tidak rata.
g Untuk pasangan setengah batu yang luasnya lebih dari 12 m2 tanpa
adanya pertemuan dinding, apabila tidak tergambar, harus dipasang
kolom praktis dari beton apabila dengan sistem kerangka beton.
11.3.2 Plesteran
a Untuk plesteran beton, sebelum plesteran dilaksanakan maka
permukaan beton yang akan diplester harus dibuat kasar terlebih
dahulu (dilukai) dengan betel dan kemudian dibersihkan dan
disaput dengan air semen.
b Pekerjaan plesteran baru dapat dilaksanakan setelah pekerjaan
instalasi air/ listrik sudah terpasang.

c Seluruh permukaan dinding tembok yang akan diplester harus


dibasahi/ disiram dengan air bersih terlebih dahulu sampai rata.
Serta dinding yang sudah diplester harus selalu dibasahi sekurang-
kurangnya dalam 7 (tujuh) hari. Hal ini dilaksanakan untuk
mencegah pengeringan plesteran sebelum waktunya.
d Semua pekerjaan plesteran, baik plesteran beton maupun plesteran
dinding tembok harus rata, harus merupakan satu bidang tegak
lurus dan siku, pekerjaan plesteran yang sudah selesai harus bebas
dari retak-retak/ noda-noda dan cacat lainnya.
e Plesteran dinding dikerjakan dengan tebal minimum 1 cm,
maksimal 2 cm.
f Pekerjaan plesteran harus dikoordinasikan dengan pekerjaan
pemasangan instalasi listrik, instalasi air maupun instalasi lain yang
terletak dibawah plesteran.
g Plesteran untuk dinding yang akan dicat tembok, penyelesaian akhir
sebelum diaci, dan dalam keadaan setengah kering digosok dengan
kertas semen.
BAB 12
PEKERJAAN BETON
12.1 Lingkup Pekerjaan
12.1.1 Campuran 1PC : 3Ps : 5Kr (pecah tangan atau pecah mesin)
Untuk pekerjaan beton tidak bertulang seperti lantai kerja untuk
pondasi beton, beton rabat dan beton tumbuk.
12.1.2 Pekerjaan Beton Struktural
Pekerjaan beton struktural, kolom struktur, konsol, balok, dan lain-lainnya,
dalam arti pekerjaan beton yang bukan praktis dengan pengawasan
ketat dengan mengikuti persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam
SK SNI T- 15-1991-03, serta pengawasan yang ketat terhadap mutu.
12.2 Bahan-Bahan
12.2.1 Umum
Bahan-bahan campuran beton berupa PC, agregat halus/ kasar,
kontraktor harus mengajukan terlebih dahulu contoh-contoh yang
memenuhi syarat- syarat dari berbagai sumber (tempat
pengambilan).
12.2.2 Semen Portland (PC)
a Semen portland yang dipakai harus dari 1 jenis menurut Peraturan
Semen Portland Indonesia 1972 (NI 8) yaitu semen gresik, tiga
roda, serta semen padang atau merk lain dengan persetujuan tertulis
direksi.
b Satu komponen tidak boleh dikerjakan dengan lebih dari satu merk
semen.
Untuk maksud penggunaan merk yang berbeda dengan yang sudah
dilaksanakan harus diadakan test ulang sesuai dengan prosedur
untuk itu.
12.2.3 Agregat Halus (Pasir)
a Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alami atau pasir buatan
yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu, asal memenuhi BAB
1.3.3 SK SNI T-15-1991-03.
b Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras serta
bersifat kekal.
c Agregat halus harus bersih dan tidak boleh mengandung lumpur
lebih 5% (terhadap berat kering) serta memenuhi gradasi yang baik.
d Pasir laut tidak boleh dipergunakan.

12.2.4 Agregat Kasar


a Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau batu pecah
alami, maupun buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah
batu asal memenuhi BAB 1.3.4 SK SNI T-15-1991-03.
b Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak
berpori serta bersifat kekal.
c Bila mengandung butir0butir yang pisah jumlah beratnya tidak
boleh melampaui 20%.
d Agregat juga tidak boleh kotor dengan kandungan lumpur
maksimum 1%, bila melebihi maka agregat kasar harus dicuci.
e Selain tidak boleh mengandung lumpur juga tidak boleh
mengandung zat- zat yang dapat merusak beton seperti zat reaktif
alkali.

f Gradas agregat kasar diisyaratkan memenuhi SK SNI T-15-


1991-03. g Ukuran butir agregat maksimum tidak boleh lebih
daripada 1/5 jarak terkecil antara bidang-bidang sepanjang dari
cetakan, 1/3 dari tebal plat atau ¾ dari jarak bersih minimum
diantara batang-batang atau berkas- berkas tulangan.
12.2.5 Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton-beton harus air bersih (yang
dapat diminum) dan tidak boleh mengandung minyak, asam, alkohol,
garam-garam dan bahan-bahan lain yang dapat merusak beton/ tulangan
baja.

12.2.6 Baja Tulangan


a. Mutu Baja Tulangan
1. Baja tulangan yang dipakai untuk tulangan utama balok induk,
kolom utama dan balok anak dan baja polos dengan tegangan
ijin 250 Fy menurut PPBBI 1987.
2. Sebagai kontrol terhadap baja tulangan, maka kontraktor harus
memeriksakan ke lembaga Penerbitan Bahan yang diakui, atas
biaya kontraktor.
3. Hasil dari pengujian berupa laporan tertulis dilengkapi grafik
regangan dan tegangan.
b. Dimensi Besi Tulangan
1. Ukuran baja tulang harus seperti dalam gambar.
2. Penggantian dengan diameter lain hanya diperkenankan atas
persetujuan tertulis oleh direksi.
3. Bila penggantian dapat disetujui, maka luas penampang besi
pengganti tidak diijinkan kurang dari dimensi tulang yang yang
direncanakan, baik dalam gambar maupun dalam perhitungan.
4. Segala biaya tambah akibat penggantian dimensi tulang menjadi
dimensi baru, sejauh bukan kesalahan perencanaan, adalah
tanggungan kontraktor.
c. Penyimpanan Besi Tulangan
Semua besi tulang beton, harus disimpan pada tempat yang telah
ditentukan dengan memisahkan setiap ukuran tulang dikenali
setiap dimensi tulangnya, baik sebelum dilakukan pemotongan
dan pembengkokan dan sesudahnya, dalam keadaan siap dirakit.
1. Penyimpanan tulangan dijaga agar tidak terjadi pengrusakan besi
akibat pengaruh dari garam kuat, udara lembab atau terkena
minyak.
12.2.7 Bahan Kimia Pembantu
a Pemakaian bahan kimia pembantu apabila tidak secara nyata
tercantum pada RKS atau pada gambar, wajib meminta ijin secara
tertulis kepada direksi untuk mendapatkan ijin.
b Apabila kontraktor mendapat ijin mrnggunakan bahan kimia
pembantu, maka penggunaannya harus disertai alasan dan bukti
manfaatnya, disertai dengan brosur dan hasil mix design.
Penggunaannya harus sesuai petunjuk teknik dari pabrik selama
bahan- bahan pembantu ini digunakan, maka harus diadakan
pengawasan yang cermat.
c Pemakaian bahan pembantu tidak boleh menyebabkan
dikuranginya volume semen dalam adukan.
12.2.8 Bekisting
a Pembuatan bekisting harus memenuhi syarat-syarat SK SNI T-15-
1991- 03.
b Bahan bekisting dapat dibuat dari papan kayu kelas III yang cukup
kering dengan tebal minimum 2 cm atau panil-panil multipleks
dengan tebal minimum 12 mm.
c Rangka penguat konstruksi bekisting dari kayu ukuran 5/7
sebagai penyokong,penyangga maupun pengikat, sehingga
mampu mendukung tekanan beton pada saat pengecoran sampai
selesai proses pengikatan.
12.2.9 Adukan (Spesi) Beton
a Spesi beton adalah campuran dengan perbandingan tertentu antara
PC, pasir dengan kerikil dan air untuk mendapatkan bahan
pembalut tulangan beton.
b Adukan beton dihasilkan dari mesin pengaduk mekanis,
selanjutnya dipadatkan pada cetakan atau bekisting untuk
membentuk struktur beton yang diinginkan
12.2.10 Ready Mix
a Yang dimaksud dengan ready mix adalah pencampuran spesi beton
dari pabrik dengan perbandingan berat campuran menggunakan
beton mixing plant engan mutu seperti yang diisyaratkan.
b Pada pengecoran plat dan balok lantai 1 dan 2 diwaibkan
menggunakan ready mix, guna mendapatkan mutu yang baik.
c Pada pekerjaan pondasi, kolom struktur maupun beton lainnya,
kontraktor diijinkan menggunakan campuran yang dibuat sendiri.
d Persyaratan pelaksanaan pekerjaan beton dengan ready mix sama
dengan persyaratan pelaksanaan pekerjaan beton yang digunakan.
12.3 Syarat-syarat Pelaksanaan
12.3.1 Lapisan Penutup Beton
a Tebalnya lapisan penutup beton harus mendapat persetujuan
direksi dan ditetapkan sesuai dengan ketentuan menurut SK SNI
T-15-1991-03.
b Untuk mendapatkan lapisan penutp beton yang seragam maka
harus dibuat beton ganjal tulangan/ beton blok persegi yang dapat
diikat pada baja tulangan dengan mutu perekat yang sama dengan
suatu batas yang dicor.
12.3.2 Penulangan
a. Pembengkokan dan pemotongan baja tulangan
1. Kontraktor diahruskan membuat gambar detail pemotongan baja
tulangan dengan berpedoman kepada gambar-gambar beton yang
sesuai dengan ketentuan SK SNI T-15-1991-03.
2. Gambar-gambar detail setelah disetujui direksi mengikat
untuk dilaksanakan.
3. Baja tulangan dibengkok atau diluruskan dalam keadaan dingin,
kecuali pemanasannya diizinkan oleh direksi.
4. Pembengkokan atau meluruskan baja tulangan tidak boleh dengan
cara- cara yang merusak tulangan.
b. Pemasangan baja tulangan
1. Tulangan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran
yang terdapat dalam gambar beton, sedemikian rupa hingga
sebelum dan selama pengecoran letaknya tidak berubah.
2. Jarak tulangan balok/ kolom harap diperhitungkan agar agregat
kasar dapat masuk. Apabila ternyata hal tersebut tidak
terpenuhi, maka pemasangan tulangan diatur sedemikian rupa
agar agregat kasar dapat lolos.
12.3.3 Bekisting
a. Umum
1. Ukuran dalam bekisting jadi adalah ukuran jadi beton sesuai
dengan ukuran yang ditentukan dalam gambar.
2. Bekisting harus diperkuat sedemikian rupa, sehingga tidak bocor/
pecah pada saat mendapat tekanan spesi.
3. Sebelum pengecoran, bekisting harus dibersihkan dari kotoran,
serbuk gergaji, kawat ikat, kemudian bekisting dibasahi air
sampai jenuh.
4. Bagian-bagian bekisting yang berlubang, khususnya sambungan
papan, ditutup rapat.
b. Kolom
1. Bekisting kolom dapat dibuat untuk satu kolom, atau
dengan cara pengecoran bertahap.
2. Bekisting kolom harus tegak lurus keatas, dengan
pemeriksaan menggunakan untuing-unting atau
teodolith.
3. Hubungan horisontal antara kolom harus lurus kemudian diikat
dengan kaso 5/7 antara sesama bekisting.
4. Antara bagian dalam bekisting kolom dengan tulangan terluar
dipasang pengganjal yang diikat pada tulangan tersebut, agar
tulangan tidak melekat pada bekisting.
c. Perancah Balok dan Plat
1. Perancah balok/ plat dipasang apabila tanah landasan telah
dipadatkan, agar pada saat pelaksanaan pengecoran tidak terjadi
penurunan.
2. Kaki perancah dilandasi dengan papan kelas II, sehingga
menjadikan beban merata pada tanah dasar perancah.

3. Tinggi perancah disesuaikan dengan tinggi antar lantai pada


gambar.
4. Perancah diiakt satu dengan lainnya dengan reng 2/3 atau bambu.
5. Setelah perancah kuat, maka pemasangan bekisting balok/plat
dapat dilaksanakan.
6. Perancah yang menggunakan scafolding, harap memperbaiki
perkuatan scafolding tersebut antara satu dengan yang lain.
7. Pada penggunaan ready mix, mengingat bekisting akan menerima
beban lebih berat akibat menumpuknya adukan beton yang dituang
dari concrete pump unit, maka konstruksi penunjang bekisting
harus lebih kuat.
12.3.4 Ijin Direksi
a Sebelum pengecoran beton yang bersifat struktural, selambat-
lambatnya 5 hari sebelum pelaksanaan pengecoran, maka kontraktor
diwajibkan untuk mengirim surat ijin pengecoran kepada direksi.
b Apabila waktu pelaksanaan pekerjaan pengecoran melewati jam
kerja normal (lembur), maka kontraktor diwajibkan untuk
mengajukan surat pemberitahuan lembur kerja kepada direksi/
pengawas, tembusan kepada pemimpin proyek.
c Selambat-lambatnya 2 hari sebelum pelaksanaan pengecoran
sesuai dengan surat ijin pengecoran, maka direksi/ pengawas
akan melakukan pemeriksaan.
d Apabila atas pemeriksaan dari direksi, bahwa segala sesuatunya
siap, maka direksi dapat mengijinkan pelaksanaan pengecoran
sesuai dengan rencana pelaksanaan, dengan menulis pada buku
direksi.
e Direksi dapat menolak untuk memberi ijin selama hasil
pemeriksaan masih memerlukan perrrbaikan atau dinilai belum
siap untuk melaksanakan pengecoran.
12.3.5 PelaksanaanPengecoran
a Pengecoran
Pengadukan, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan perawatan
beton harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan di dalam PBI
1971 BAB 6.1 s/d 6.6.

b. Pengadukan Campuran Beton


Pengadukan beton harus dilaksanakan dengan menggunakan
mesin pengaduk beton (beton mollen) yang bekerja baik.
Pemberhentian pengadukan dilakukan bila adukan sudah rata/
homogen.
c. Penuangan adukan beton pada bekisting
1. Penuangan adukan pada plat atau balok diusahakan tidak
terjadi segregasi.
2. Penuangan pada pengecoran kolom jangan terlalu tinggi,
sehingga tejadi penguraian campuran. Apabila terpaksa dapat
dilakukan dengan membuat lubang-lubang pada bagian ertentu
untuk penulangan campuran beton.
12.3.6 Penghentian Pengecoran
Penghentian pengecoran hanya dilakukan pada tempat-tempat yang
telah disetujui oleh direksi di dalam pola rencana pengecoran.
12.3.7 Perawatan Beton
a Pada konstruksi beton yang baru dicor harus dijaga terhadap
pengruh- pengaruh getaran dsb. Yang akan dapat mempengaruhi
proses pengikatan beton.
b Permukaan beton harus dilandasi dari pengeringan yang terlalu
cepat dan atau tidak merata, dengan cara disiram atau ditutup
karung goni yang dibasahi selama 14 (empat belas) hari.

12.3.8 Pembongkaran bekisting


a Bekisting hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi tersebut
telah mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri,
dan beban pelaksanaan yang bekerja padanya. Pembongkaran
tersebut harus mendapat persetujuan dari pelaksana konstruksi.
b Bagian-bagian konstruksi dimana terjadi sarang-sarang kerikil di
bongkar sampai dengan kondisi benar-benar bersih dari papan
begisting.
BAB 13
Pekerjaan Lantai/ Pelapis Dinding

13.1 Lingkup Pekerjaan


13.1.1 Pasang Lantai
a Pemasangan keramik 60 x 60 cm untuk seluruh banguan dalam/
luar bangunan dengan merk sesuai dengan spektek pada gambar.
b Pemasangan lantai keramik teraso 20 x 30 cm untuk kamar mandi/
WC dengan merk sesuai dengan spektek pada gambar.
13.2 Bahan-Bahan
13.2.1 Umum
a Warna yang belum ditentukan dalam RKS atau mendapat
perubahan ditentukan kemudian oleh Pemimpin proyek.
b Segala persetujuan pemimpin proyek/ direksi secara tertulis.
13.2.2 Bahan keramik
a Sebelum mendatangkan bahan kontraktor harus mengajukan contoh
bahan terlebih dahulu kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuan.
b Warna yang belum ditentukan dalam RKS atau mendapat
perubahan ditentukan kemudian oleh pemimpin proyek.

13.3 Syarat-syarat Pelaksanaan


13.3.1 Umum
a Pengecoran nat setelah pemasangan berlangsung 3 (tiga) hari atau
setelah pasangan lantai keramik cukup kuat, dengan persetujuan
direksi/ pengawas.
b Nat lantai keramik harus lurus dan bersilangan saling tegak lurus.
c Pada daerah tepi yang memerlukan potongan-potongan, maka
pemotongan harus digunakan mesin pemotong, kemudian tepi
yang terpotong harus dihaluskan.
d Keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air sampai jenuh.
13.3.2 Spesi Pemasangan
a Seluruh lantai keramik dipasang dengan perekat 1PC : 3 Pasir.
b Kecuali pada kamar mandi/ WC pemasangan lantai keramik
dengan perekat 1 PC : 2Pasir.
13.3.3 Pemasangan Lantai Keramik
Pada ruang-ruang bukan kamar mandi/ WC, diatas plat beton dapat dilaps
plat tipis.
BAB 14
Pekerjaan Pintu/ Jendela

14.1 Lingkup Pekerjaan


a Pembuatan dan pasang kusen.
b Pembuatan dan pasang daun pintu lapis teakwood, daun pintu lapis
alumunium dan daun jendela.
14.2 Bahan-bahan
a Panil daun pintu
Panil daun pintu dari bahan kayu dengan finishing ,ultiplek dengan tebal 1 cm
kering oven.

b Slimar daun-daun pintu


1. Bahan slimar dari Multiplek tebal 5mm.
2. Slimar daun pintu teakwood dan aluminium seluruhnya 3,5/ 10 cm.
3. Slimar daun pintu multiplek bagian bawah ukuran 3,5/20 cm. Bagian
yang lain 3,5/10 cm.
14.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan
a Semua sambungan kayu dilaksanakan sesuai dengan detail, dikerjakan
dengan benar dan rapi.
b Untuk alat sambungnya dapat digunakan pasak bambu dan paku.
c Ambang tegak kusen yang menempel dinding harus dipasang angkar dari
besi 8 mm dengan panjang dan banyaknya sesuai dengan gambar kerja.
d Semua pekerjaan kayu harus dimeni terlebih dahulu sebelum dilakukan
finishing.
e Pemasangan kaca pada daun jendela dilakukan jika telah dirasakan aman
dari gangguan pekerjaan.

f Pada setiap kaki kusen dipasang nuet dengan campuran 1PC : 2 Pasir
setinggi 15 cm.

g Untuk dook digunakan besi 2  8 mm.


BAB 15
Pekerjaan Konstruksi Penahan Atap

15.1 Lingkup Pekerjaan


a Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dari konstruksi baja ringan.
b Pemasangan reng sesuai dengan standard pemasangan atap galvalume
dengan tebal 5mm.
15.2 Bahan-Bahan
15.2.1 Umum
a Mutu baja yang digunakan baja ST-37 dengan tegangan ijin =
1600 kg/cm2
b Baut yang digunakan adalah baut hitam, dengan tegangan ijin
minimum sama dengan tegangan ijin baja.

15.2.2 Rangka Atap


a Rangka atap utama dengan konstruksi rangka atap kuda-kuda baja
ringan.
b Untuk penutup atap menggunakan genteng beton.
15.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan
15.3.1 Umum
a Syarat umum pekerjaan baja, sepenuhnya mengikuti
peraturan pelaksanaan dalam PPBBI.
b Semua detail harus dilaksanakan dengan teliti, sesuai dengan
gambar rencana.
c Apabila gambar kurang jelas, maka kontraktor diwajibkan membuat
shop drawing. Dengan persetujuan Direksi shop drawing digunakan
sebagai dasar pelaksanaan.

d Karena pengerjaan yang tidak tepat, penyambunagn dan


pemasangan tidak diijinkan menggunakan bahan pengisi, kecuali
dinyatakan dalam gambar.
e Pemotongan dengan oksigen diwajibkan menggunakan peralatan
yang standar.
f Apabila diperlukan, dapat dilakukan pelurusan bantang yang
dikerjakan dengan sistem mekanis, atau dipanaskan setempat
dengan temperatur tidak boleh lebih dari 650 celcius.
15.3.2 Pemasangan dan Pengangkatan
a Konstruksi beton yang akan menjadi tumpuan rangka atap, maka
umur beton diperkirakan cukup dari saat pengecoran, dan
dinyatakan layak untuk dibebani oleh pengawas.

b Kuda-kuda Galvalum harus diangkat dengan baik, agar tidak


terjadi puntiran- puntiran pada waktu pengangkatan.
c Digunakan ikatan sementara pada saat pelaksanaan
pengangkatan dan pemasangan kuda-kuda, dan akan dilepas
setelah diberikan pengikatan yang tetap.
d Konstruksi rangka atap yang dpasang harus koplanar, sesuai
dengan gambar rencana.
BAB 16
Pekerjaan Atap

16.1 Lingkup Pekerjaan


a Pasang kuda-kuda Baja ringan
b Pasang penutup atap.
16.2 Bahan-Bahan
16.2.1 Kuda-kuda
a Kuda-kuda dengan bahan baja ringan dengan kemiringan sudut 35
derajat
16.2.2 Genteng dan Bubungan
a Genteng beton dan bubungan beton atau sekualitas.
b Model genteng dan bubungan type portugies dengan warna
cat hitam.
16.2.3 Pasang atap genteng
a Atap genteng yang dipasang harus rata permukaannya dan
lurus sambungnnya.
b Apabila terjadi tidak rata atau tidak rapi, maka harus dirapikan.
c Bubungan dipasang setelah papan reuter, dengan baik dan kokoh.
d Pemasangan bubungan harus merupakan garis lurus.
BAB 17
Pekerjaan Langit-Langit

17.1 Lingkup Pekerjaan


17.1.1 Rangka Plafon
pemasangan penggantung langit-langitsesuai dengan ukuran plafon yang
direncanakan.
17.1.2 Penutup langit-langit
Pemasangan plafon Gypsumboard datar ukuran 100 x 100 cm pada
bagian-bagian yang telah ditentukan dalam gambar.
17.2 Bahan-bahan
17.2.1 Bahan penggantung plafon
a Untuk Langit-langit menggunakan rangka Hollwo 40x40x2mm
17.2.2 Bahan Plafon
gypsumboard datar dengan ukuran 100 x 100 cm tebal 5 mm atau
sekualitas.
17.3 Syarat-syarat Pelaksanaan
17.3.1 Penggantung plafon
a Untuk mendapatkan bidang langit-langit yang rapi dan rata, maka
bidang kayu bagian bawah kayu penggantung harus diketam hingga
rata.

b Tiap sambungan persilangan harus diberi klos-klos tumpuan dari


hollow 40x40x2 mm, panjang 1,5 lebar balok.
c Apabila dalam gambar tidak tercantum, maka pada arah sisi pendek
setiap ruangan, setiap luasan 9 m2 dipasang balok induk kayu
meranti merah ukuran 6/10 cm.
d Permukaan bawah rangka plafon harus rata.
17.3.2 Pemasangan plafon
a Setelah permukaan yang akan dipasang plafon diperiksa,
maka pemasangan penutup plafon dapat dilaksanakan.
b Pemasangan plafon diberi nat 5 mm.
BAB 18
Alat Penggantung/ Pengunci, Besi Dan Kaca

18.1 Lingkup Pekerjaan


18.1.1 Pekerjaan Pintu
a Setiap daun pintu dipasang 2 (dua) buah engsel nylon.
b Setiap pintu ruangan maupun pintu utama diapsang kunci tanam.
18.1.2 Pekerjaan jendela
Pekerjaan jendela menggunakan jendela nako dan jalusi jendela.
18.1.3 Pekerjaan kaca
a Pemasangan kaca pada daun jendela.
b Semua ukuran dan tebal kaca disesuaikan dengan gambar detail.
18.2 Bahan-bahan
18.2.1 Umum
a Sebelum kontraktor mendatangkan bahan supaya mengajukan
contoh bahan terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan
dari direksi.

b Persetujuan direksi berupa kwalitas, mutu,merk berlaku, sesuai


brosur atau sesuai persetujuan Direksi berdasarkan RKS.
18.2.2 Pekerjaan daun pintu panil
a Engsel nylon berkualitas baik menggunakan merk ARCH. b
Kunci tanam untuk pintu-pintu ruangan.
18.2.3 Bahan Kaca
a Kaca yang digunakan harus bersih tidak cacat dan tidak
bergelombang buatan dalam negeri berkualitas baik.
b Kaca menggunakan kaca bening 5 mm.
18.3 Syarat-syarat pelaksanaan
18.3.1 Daun pintu panil/ teakwood
a Semua pemasangan engsel harus rapi sehingga pintu secara
fungsional dapat ditutup dan dibuka dengan mudah dan ringan.
b Pemasangan kunci/ vybrezet/ grendel tanam harus rapi dan
mudah dioperasikan.
c Sekrup-sekrup engsel, kunci dan lain-lain harus rata pada
permukaan pintu.
18.3.2 Kaca
a Pemasangan kaca pada daun pintu panil harus menggunakan list
kayu, bentuk dan ukuran sesuai gambar.
b Pemasangan kaca pada slimar sedemikian rupa agar kaca
mempunyai ruang muai/ susut.
BAB 19
Pekerjaan Pengecatan

19.1 Lingkup Pekerjaan.


a Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga, bahan-bahan dan peralatan yang
dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini, serta mencapai hasil yang baik.
b Pekerjaan pengecatan meliputi pengecatan dinding, langit-langit, dan Penutup
Atap
c Pelaksanaan pekerjaan harus mengacu pada gambar dan detill
yang disebutkan/ditunjukkan dalam daftar finishing bahan.

19.2 Persyaratan Bahan.


a Cat tembok menggunakan cat merk Dulux atau yang sekualitas.
19.3 Syarat-syarat Pelaksanaan.
a. Dinding yang akan dicat harus diplamir dahulu hingga rata dan digosok
hingga tampak halus.
b. Setelah proses plamir dinding di cat secara merata sehingga seluruh
permukaan dinding tertutup dengan lapisan cat.

19.4 Syarat-syarat Pengiriman dan Penyimpanan Bahan.


a Cat yang dikirim ke lokasi pelaksanaan harus dalam keadaan tertutup, atau
kantong yang masih disegel dan berlabel dari pabrik, bertuliskan tipe dan
tingkatannya, dalam keadaan utuh dan tidak cacat.
b Bahan-bahan diletakkan ditempat yang kering berventilasi baik, terlindung
dan bersih.
c Pihak 2 bertangggung jawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpan baik
sebelum maupun selama pelaksanaan.
d Bila ada hal-hal yang tidak pada tempatnya, bahan rusak dan hilang, pihak 2
harus menggantinya.
BAB 20
Pekerjaan Instalasi Listrik

20.1 Lingkup Pekerjaan Listrik.


a Pekerjaan yang termasuk pekerjaan instalasi ini merupakan pekerjaan seluruh
sistem listrik secara lengkap, sehingga instalasi ini dapat bekerja dengan
sempurna dan aman.

b Pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa pada saat penyerahan


pertama (serah terima pekerjaan pertama), instalasi pekerjaan tersebut sudah
dapat dipergunakan.
20.2 Kabel Daya.
20.2.1 Instalasi dan pemasangan kabel.
a. Bahan.
Semua kabel yang akan dipergunakan untuk instalasi listrik harus
memenuhi peraturan SII dan SPLN. Semua kabel harus baru dan
harus jelas ukuran, jenis kabel, nomor dan jenis pintalannya.
Semua kabel dengan penampang 6 mm2 keatas harus jenis pilin
(stranded) dan instalasi tidak boleh memakai kabel dengan
penampang lebih lecil dari 2,5 mm2.
Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai adalah dari tipe:
(i). Untuk instalasi penerangan adalah NYA/NYM dengan conduit
pipa PVC.
(ii). Untuk kabel distribusi digunakan NYA dan penerangan taman
dengan mengunakan kabel NYFGBY.
Semua kabel NYA yang ditanam di dalam perkerasan (tembok,
jalan, beton dll) harus berada didalam conduit PVC kelas AW yang
disesuaikan dengan ukurannya, dan harus diklem.
b. Splite/pencabangan.
(i). Tidak diperkenankan adanya “splite” pencabangan ataupun
sambungan-sambungan baik dalam feeder maupun cabang-
cabang, kecuali pada outlet atau pada kotak-kotak penghubung
yang bisa dipakai. Semua sambungan kabel baik didalam
junction box, panel ataupun tempat lainnya harus
mempergunakan connector yang terbuat dari lembaga yang
diisolasi dengan porselen atau bakelit ataupun PVC, yang
diameternya di sesuaikan dengan Ukuran kabel yang dipakai.
c. Bahan isolasi.
Semua bahan isolasi untuk pencabangan, conection dan lain-lain
seperti karet, PVC asbes tape sintetis, resin, splice case, composit
dan lain-lain.

harus dari tipe yang disetujui, untuk penggunaa dan lainnya harus
dipasang memakai cara yang disetujui oleh pabrik atau menurut
anjuran yang ada.
d. Penyambungan kabel.
(i). Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-
kotak penyambungan yang sudah ditentukan (misalnya
junction box).
(ii). Kabel-kabel disambung sesuai dengan warna atau nama
masing- masing, serta sebelum dan sesudah penyambungan
harus dilakukan pengetesan tahanan isolasi
(iii). Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan dan
dilapisi dengan timah putih dan kuat.
(iv). Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi
dengan pipa PVC/protolen yang khusus untuk listrik.
20.2.2 Penerangan dan Stop Kontak.
a. Lampu dan Armatur.
1. Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai
terminal pentanahan (grounding).
2. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan stater dan terminal box
harus cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas
yang ditimbulkan tidak menggangu kelangsung kerja dan unsur
teknis komponen lampu itu sendiri.
3. Ventilasi didalam box harus dibuat dengan sempurna. Kabel dalam
box harus diberikan saluran klem-klem tersendiri, sehingga tidak
menempel pada balast atau kapasitor.
4. Box terbuat dari plat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan
karat, kemudian di cat oven warna putih.
5. Ballast harus dari jenis “low loss ballast” dan harus dapat
dipergunakan single lampu balast (satu lampu flourentscent).
b. Stop Kontak Biasa.
Stop kontak biasa yang dipakai untuk pemasangan di dinding adalah
stop kontak satu phasa, rating 250 volt, 13 ampere,.
c. Stop Kontak Khusus (SKK).
Stop kontak khusus yang dipakai adalah stop kontak satu phasa,
untuk pemasangan rata dinding dengan ketinggian 120 cm diatas
lantai, SKK harus mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan.
d. Saklar Dinding.
Saklar harus dari tipe untuk pemasangan rata dinding, tipe in
bouw dengan rating 250 volt, 10 ampere, single gang, double
gang.
e. Junction Box Untuk Saklar dan Stop Kontak.
1. Junction box harus dari bahan metal dengan kedalaman tidak
kurang dari 35 mm.
2. Kontak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan.
3. Saklar atau stop kontak dinding terpasang pada juction box
dengan menggunakan baut atau ditanamkan dalam dinding.
f. Kabel Instalasi.
1. Pada umumnya kabel untuk instalasi penerangan dari instalasi
stop kontak harus dari kabel inti tembaga dengan insulasi PVC,
satu inti atau lebih (kabel jenis NYM).
2. Kabel harus mempunyai penampang minimal 2,5 mm2.
3. Kode warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL
sebagai berikut :
(i). Fasa 1 : Merah
(ii).Fasa 2 : Kuning
(iii). Fasa 3 : Hitam
(iv). Netral : Biru
(v). Tanah (ground) : hijau-kuning

g. Pipa Instalasi Pelindung Kabel.


1. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa
PVC klas AW atau GIP.
2. Pipa, elbow, socket, junction box, klem dan accessories lainnya
harus sesuai antara satu dengan yang lainnya, yaitu dengan
diameter minimal ¾“.
BAB 21
Pekerjaan Plambing

21.1 Lingkup Pekerjaan


21.1.1 Lingkup Pekerjaan Instalasi Air Bersih.
a Pengadaan, pemasangan dan pengujian secara sempurna unit-unit
peralatan utama yang diperlukan dalam sistem penyediaan air bersih
yaitu instalasi pipa beserta alat bantunya.
b Pengadaan dan pemasangan kran-kran air terdapat di washtafel dan meja
laboratorium.
c Pemasangan dan pengujian pipa-pipa distribusi kesetiap peralatan
sanitasi dan lain-lain seperti tercantum dalam gambar.
d Memperbaiki semua kerusakan, yang diakibatkan baik oleh bobokan-
bobokan, galian-galian maupun oleh kecerobohan para pekerja.
e Pengujian terhadap kebocoran dan tekanan dari sistem plambing air
bersih secara keseluruhan dan mengadakan pengamatan sampai sistem
berjalan baik sesuai dikehendaki yaitu suatu sistem instalasi yang
sempurna dan terpadu.
f Sebelum sistem penyediaan air bersih atau bagian dari sistem ini
dipakai harus dilakukan cara pengurasan yaitu air yang ada dalam sistem
dibuang lebih dahulu.
g Lingkup Pekerjaan Instalasi Air Kotor.
h Pengadaan dan pemasangan pipa beserta perlengkapannya yang
diperlukan dalam sistem pembuangan, dan semua alat sanitasi yang ada
sampai penyaluran akhir.
i Pengadaan dan pemasangan pipa dari alat sanitasi sampai keseluruh
jaringan air buangan (riol).
j Memperbaiki semua kerusakan, yang diakibatkan baik oleh adanya
bobokan- bobokan, galian-galian maupun oleh kecerobohan para
pekerja.
k Pengujian sistem perpipaan terhadap kebocoran sistem plambing air
kotor secara keseluruhan dan mengadakan pengamatan sampai sistem
bekerja baik.
l Pengadaan dan pemasangan instalasi drainasi dari talang atap sampai
kepada saluran pembuangan diluar lokasi.

21.1.2 Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan.


Tata cara pelaksanaan dan petunjuk lain yang berhubungan dengan
peraturan pembangunan yang berlaku di Republik Indonesia selama
pelaksanaan, kontrak harus betul-betul ditaati.
Persyaratan umum pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan
pernyataan dalam BAB pekerjaan plumbing.
21.1.2.1 Persyaratan Instalasi Air Bersih.
a Pipa air bersih harus menggunakan pipa jenis AW,
kualitas baik, setara dengan produk Paralon,
b Fiting harus dari bahan yang sama dengana pipa diatas
(dengan kualitas baik.
c Gantungan-gantungan, klem-klem dan lain-lain, harus
terbuat dari bahan yang sama.
d Valve/ Stop Kran untuk instalasi air bersih harus
dipakai mutu yang terbaik.
e Kran-kran harus dipakai yang terbaik.
f Bak kontrol untuk Valve/ Stop Kran dibuat dari
pasangan bata dengan adukan kuat dan ditutup beton
21.1.2.2 Untuk Pekerjaan Instalasi Air Kotor.
b. Semua pipa air kotor baik pipa utama maupun pipa
cabang terbuat dari bahan PVC dengan tekanan kerja 10
Kg/Cm2 standar JIS k 674/ kualitas baik, setara dengan
produk Paralon.
c. fiting-fiting untuk pemipaan ini juga terbuat dari bahan
dan merk yang sama.
d. Avur dan leher angsa dari bahan stinless steel.
21.2 Sistem Pemipaan Air Bersih dan Air Kotor.
21.2.2 Sistem penyambungan pipa.
a.Sambungan pipa PVC untuk air bersih dengan sambungan lem
PVC (Solvent) untuk pipa diameter 3“ kebawah.
b. Untuk katup/Valve/ Stop Kran yang mempunyai 2” ke
bawah mengunakan katup penutup dengan sistem penyambungan
pakai ulir/screwed.
c.Selanjutnya untuk katup 3/4” kebawah dipakai katup tipe
bola(global).
d. Yang lebih besar dari 3/4” dipakai katup pintu (Gate
Valve/Stop Kran) yang berkualitas baik.
21.2.3 Pemasangan penyambungan pipa-pipa.
a Untuk fiting-fiting sambungan harus dari jenis standar yang
dikeluarkan oleh pabrik dan disetujui oleh Konsultan
Lapangan.
b Sistem sambungan bisa memakai Ring Gaskets/ Rubbert
Ring Join, untuk dimensi 2” digunakan lem/solvent semen.
21.3. Pemasangan fixtures, fiting dan sebagainya.
1. Semua Fixtures harus dipasang dengan baik dan didalamnya bebas
dari kotoran yang akan menggangu aliran atau kebersihan air dan
harus terpasang dengan kokoh (rigit) ditempatnya dengan tumpuan
yang mantap.
2. Semua fixtures fiting, pipa-pipa air pemasangannya harus rapih, kuat
dalam kedudukannya dan tidak mengganggu pada waktu
pemasangan dinding keramik dan sebagainya.
Penggantungan/penumpu pipa/klem- klem.
3. Pipa tegak dalam tembok dan diluar tembok.
Pipa tegak yang menuju ke fixtures harus dimasukan dalam tembok.
Kontraktor harus membuat alur-alur atau lubang yang diperlukan
pada tembok sesuai dengan kebutuhan pasangan pipa dan diklem,
harus ditutup kembali sehinga pipa tidak kelihatan dari luar. Cara-
cara penutupan kembali harus seperti semula dengan penyelesaian
yang rapi sehingga tidak terlihat bekas pasangan.
Pemasangan pipa-pipa harus dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Pemasangan pipa harus dilaksanakan sebelum finising
dinding /plesteran dan langit-langit dilaksanakan.

1) Pemasangan sparing untuk pipa-pipa yang mungkin akan


menembus struktur bangunan harus dilaksanakan beresama-sama
pada waktu pelaksanaan struktur yang bersangkutan.
2) Persilangan antara air bersih dan air limbah harus dihindarkan.
21.4 Pengecatan.
a Semua pipa dari besi yang tidak tertanam didalam tanah/tembok dilapisi
dengan cat anti karat dan tanda arah aliran dipakai warna biru.
b Semua Valve/ Stop Kran harus diberi tanda yang menyebutkan nomor
identifikasi sesuai dengan fungsinya.
21.5 Pengujian.
a Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang harus diuji dengan
tekanan hidrostatik selama 24 jam terus menurus tanpa terjadi penurunan
tekanan.
b Peralatan pengujian ini harus dilakukan dengan disaksikan oleh pihak yang
dianggap perlu/dikuasakan untuk itu, dan selanjutnya dibuat Berita Acara.
c Dalam pengetesan semua kran-kran harus dalam keadaan tertutup untuk
melihat kebocoran.
d Testing pemipaan harus dilaksanakan sebelum pipa tertutup dengan tanah
(untuk pipa diluar gedung) atau tertutup dengan plesteran dinding dan
sebelum langit- langit didaerah tersebut terpasang. Untuk sistem air kotor, air
kotoran, vent dan air hujan harus diuji terhadap kebocoran.

Anda mungkin juga menyukai