Anda di halaman 1dari 33

SPESIFIKASI TEKNIS

Pekerjaan : Pembangunan 3 RKB SMPN 03 Sukamaju


Lokasi : Desa Sukadamai Kec. Sukamaju

Pasal 1
KETENTUAN UMUM

1. Tenaga Kerja dan Peralatan


a. Tenaga kerja yang dilibatkan dalam pelaksanaan harus memakai tenaga kerja
yang sesuai dengan tingkat keahlian, pengalaman, serta tidak melanggar
ketentuan-ketentuan perburuhan yang berlaku di Indinoseia.
b. Kontraktor harus menggunakan tenaga yang ahli dalam bidang pelaksanaan
(Skilled Labour), baik tenaga pelaksana, mandor maupun tukang.
c. Semua tenaga kerja dipimpin oleh seorang Manajer Lapangan atau Pelaksana
sebagai wakil Kontraktor dilapangan.
d. Tenaga kerja pelaksana dari sub kontraktor harus dipilih yang sudah
berpengalaman dan mampu menangani pekerjaan yang disub-kontrakkan.
e. Hubungan kontraktor dengan sub-kontraktor adalah menyangkut keseluruhan
pekerjaan, dan menjadi tanggung jawab kontraktor.
f. Klasifikasi Manajer Lapangan adalah sebagai berikut :
1) Sarjana Teknik Sipil/Teknik Arsitektur dengan pengalaman kerja pada
bidang yang sesuai minimal 2 ( dua ) tahun, atau
2) Sarjana Muda Teknik/Diploma III Sipil/Teknik Arsitektur dengan
pengalaman kerja pada bidang yang sesuai minimal 3 (tiga) tahun, atau
3) STM/SMK Bangunan dengan pengalaman kerja pada bidang yang sesuai
minimal 5 (lima) tahun.
g. Alat-alat untuk melaksanakan pekerjaan harus disediakan oleh kontraktor
dalam jumlah mencukupi.
h. Harus disiapkan tenaga operator yang mampu untuk mengoperasikan dan
memperbaiki peralatan mekanis/mesin sehingga pekerjaan dapat berjalan
dengan lancer.

2. Pemakaian Merk Dagang


a. Penggunaan merk dagang maupun jenis bahan diutamakan produksi Dalam
Negeri seperti diatur dalam Keppres No. 80 Tahun 2003.
b. Apabila dalam rencana kerja dan syarat-syarat hanya disebutkan satu merk
bahan, bukan berarti hanya dapat dipakai merk tersebut, melainkan dapat
dipakai merk lain dengan standard mutu dan cirri-ciri fisik yang sama dan
mendapat persetujuan Direksi.
c. Kontraktor dapat mengusulkan perubuhan pemakaian merk dagang secara
tertulis apabila merk dagang tersebut tidak tersedia dipasaran, dengan
melampirkan bukti tertulis dari distributor yang menyatakan bahwa
barang/bahan tersebut tidak tersedia dipasaran.
d. Kontraktor harus dapat membuktikan kesetaraan kualitas dan cirri-ciri fisik
yang dituntut pada rencana kerja dan syarat-syarat, dan untuk
mempergunakannya harus ada persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas

1
dan/atau Pengelola Kegiatan/ Penanggungjawab kegiatan.
3. Prosedur Pengadaan Bahan Bangunan
a. Secepatnya kontraktor melalui Manajer Lapangan/Pelaksana mengajukan
contoh bahan yang akan didatangkan sesuai dengan spesifikasi dalam rencana
kerja dan syarat-syarat, pada saat rapat lapangan pertama kali.
b. Contoh bahan yang telah disetujui harus dipasang di dalam Direksi Keet
sebagai pedoman mutu bahan.
c. Apabila tanpa ada pengacuan contoh bahan atau pengajuan contohnya
bersamaan dengan datangnya bahan tersebut, maka pengawas
Lapangan/Direksi berhak menolak dan member perintah untuk mengeluarkan
bahan tersebut dari lokasi pekerjaan.

4. Pemeriksaan Bahan Bangunan


a. Secara umum Konsultan Pengawas/Direksi berhak memeriksa semua jenis
bahan bangunan yang dipergunakan kontraktor dan menolaknya apabila nyata-
nyata tidak memenuhi persyaratan untuk itu.
b. Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh kontraktor dilapangan tetapi
oleh Konsultan Pengawas/Direksi ditolak untuk dipergunakan, harus segera
dikeluarkan dari lapangan selambatn-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam
terhitung sejak jam penolakan tersebut.
c. Apabila Konsultan Pengawas/Direksi merasa perlu memeriksakan bahan
bangunan yang diragukan spesifikasinya, maka Konsultan Pengawas berhak
mengirimkannya kepada Balai Penelitian Bahan-bahan Bangunan atau
lembaga lain yang ditetapkan bersama Pengelola Kegiatan untuk diteliti.
d. Semua biaya untuk hal tersebut di atas menjadi tanggungan Kontraktor,
apapun hasil dari penelitian tersebut.
e. Semua bahan bangunan yang digunakan selain harus memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan dalam rencana kerja dan syarat-syarat, juga harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam A.V. dan Peraturan Umum Bahan
bangunan (PUBB).
f. Konsultan Pengawas/Direksi berwenang meminta keterangan mengenai asal
bahan dan Kontraktor harus memberitahukannya.

5. Mutu Bahan bangunan


a. Disarankan kepada Kontraktor sebelum melaksanakan pekerjaan secara missal
dapat meminta persetujuan hasil pekerjaan kepada Pengawas
Lapangan/Direksi.
b. Agar tidak terjadi bongkar/pasang pekerjaan, apabila terdapat gambar yang
tidak jelas, maka kontraktor diwajibkan menanyakan kepada Pengawas
Lapangan/Direksi untuk menyamakan persepsi, atau apabila perlu dapat
meminta Konsultan Perencana untuk menjelaskan agar didapat jawaban yang
pasti tentang perencanaannya.
c. Bagian pekerjaan yang telah telah dimulai tetapi masih digunakan bahan-
bahan yang ditolak Konsultan Pengawas/Direksi atau tanpa ijin, harus segera
dihentikan dan selanjutnya pekerjaan tersebut harus dibongkar.

6. Peraturan Teknis
6.1. Umum
Pedoman pelaksanaan yang diatur oleh Peraturan Pembangunan yang sah
dan berlaku di Indonesia sepanjang tidak ditetapkan lain dalam rencana kerja

2
dan syarat-syarat yang harus ditaati selama pelaksanaan, yaitu :
a. Keppres No. 80 tahun 2003.
b. Standarisasi bangunan Sekolah Dasar Tahun 2005
c. Algemene Voorwarden (A.V) yang disahkan dengan Keputusan
Pemerintah Nomor 9 tanggal 28 Mei 1941 dan tambahan Lembaran
Negara No. 1457, apabila tidak ada ketentuan lain dalam RKS ini.
d. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SK SNI
T-15-1991-03.
e. Tata cara Pengadukan dan Pengecoran beton SNI 03-3976-1995
f. Peraturan Muatan Indonesia NI.8 dan Indonesia Loading Code 1987
(SKBI-1.2.53.1987).
g. Ubin Lantai Keramik, Mutu dab cara Uji SNI 03-3976-1995.
h. Ubin Semen Polos SNI 03-0028-1987.
i. Peraturan Umum Pemerikasaan Bahan Bangunan (PUBB) NI.3 Tahun
1983
j. Peraturan Baja Bangunan Indonesia (PBBI) 1983.
k. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) NI.5 Tahun 1961.
l. Mutu Kayu Bangunan SNI 03-3527-1994
m. Mutu Sirap SNI 03-3527-1994
n. Peraturan semen Portland Indonesi NI.8 tahun 1973
o. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPI) N.I18 Tahun
1983.
p. Peraturan Umum Instalasi listrik (PUIL) SNI 04-0225-2000.
q. Peraturan bata Merah Sebagai bahan bangunan NI 10.
r. Tata cara Pengecatan kayu Untuk Rumah dan gedung SNI 03-2407-1991
s. Tata cara Pengecatan Dinding Tembok Dengan cat Emulsi SNI 03-2410-
1991.
t. Pedoman Perencanaan Penanggulangan Longsoran SNI 03-1962-1990.
u. Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Umum Dinas
Keselamatan Kerja No. 3 tahun 1958 dan Undang-undang No. 1 tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja.
v. Keputusan Badan arbitase nasional Indonesia (BANI).
w. Peraturan-peraturan lain yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
Setempat yang berkaitan dengan permasalahan bangunan.

6.2. Khusus
Untuk melaksanakan pekerjaan seperti yang tersebut dalam lingkup
pekerjaan, maka berlaku dan mengikat :
a. SK. Penanggung Jawab Kegiatan tentang Penunjukan Kontraktor
(Gunning).
b. Surat Kesanggupan Kerja.
c. Surat perintah kerja.
d. Surat Penawaran beserta Lampiran-lampirannya.
e. Gambar Bestek.
f. RKS beserta Lampiran-lampirannya.
g. Kontrak Pelaksanaan dan Addendumnya (bila ada).
h. Shop drawings yang diajukan oleh Kontraktor yang disetujui Konsultan
Pengawas dan/atau pengelola Teknis Kegiatan untuk dilaksanakan.
i. Time Schedule yang diajukan oleh Kontraktor yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas dan Pengelola Kegiatan/Penanggungjawab

3
Kegiatan.
6.3. Penjelasan Gambar
a. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan gambar detail, maka
yang ahrus diikuti adalah gambar detail.
b. Bila terdapat skala gambar dan ukuran yang tertulis dalam gambar
berbeda, maka ukuran dalam gambar yang berlaku.
c. Bila rekanan meragukan tentang perbedaan antara gambar yang ada, baik
konstruksi maupun ukurannya, maka rekanan berkewajiban menanyakan
kepada Konsultan pengawas secara tertulis.
d. Dalam hal terjadi penyimpangan detail antara gambar dan bestek dan
keadaan dilapangan, kontraktor dapat mengajukan gambar kerja (shop
drawing) yang sesuai dengan kondisi di lapangan dan
mempergunakannya dalam pelaksanaan dengan persetujuan tertulis
Konsultan Pengawas.
e. Di dalam semua hal, bila terjadi pengambilan ukuran yang salah adalah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
f. Apabila dalam gambar disebutkan lingkup pekerjaan atau ukuran,
sedangkan dalam Rencana Kerja dan syarat-syarat tidak disebutkan,
maka gambar yang harus dilaksanakan.

6.4. Penjelasan rencana Kerja dan Syarat-syarat


a. Pada Rencana kerja dan Syarat-syarat tentang syarat-syarat teknis,
termuat lingkup pekerjaan, spesifikasi bahan yang digunakan dan Syarat-
syarat pelaksanaan.
b. Apabila dalam gambar tidak tercantum lingkup pekerjaan, ukuran dan
jumlah, sedangkan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat pada lingkup
pekerjaan tercantum, maka Kontraktor terikat melaksanakannya.

Pasal 2
LINGKUP PEKERJAAN

1. PEKERJAAN PERSIAPAN

a. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus mengadakan persiapan ijin dan


melakukan koordinasi dengan Pihak Pengelola Kegiatan/Penanggungjawab
Kegiatan dan Konsultan Pengawas

b. Pekerjaan persiapan meliputi sebagai berikut :


1) Mengadakan pengamanan lokasi kegiatan dari segala gangguan.
2) Mengadakan komunikasi dengan instansi yang terkait dalam rencana
pembangunan ini.
3) Mengadakan atau membuat Direksikeet, gudang dan barak kerja.
4) Mengadakan persiapan tempat penimbunan dan penyimpanan bahan.
5) Menyediakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin pembantu.
6) Melaksanakan pengukuran guna menentukan duga lapangan dan ukuran-
ukuran lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan pembangunan ini,
serta memasang bouwplank.
7) Menyediakan kotak PPPK dan perlengkapannya yang ditempatkan di
dalam Direksikeet.

4
8) Membuat/mempersiapkan jalan masuk ke lokasi proyek.
c. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus membuat foto dari 4 ( empat )
sisi pengambilan pada kondisi fisik lahan calon lokasi bangunan dan atau
bangunan 0% (untuk bangunan yang berdiri di atas bangunan lama).
d. Apabila kontraktor akan mendirikan bangunan sementara ( Direksikeet dan
Gudang ) maupun tempat penimbunan bahan, maka kontraktor harus
merundingkan terlebih dahulu kepada Pengelola Kegiatan/Penanggungjawab
kegiatan tentang pengguna.
e. Semua biaya untuk prasarana untuk memasuki daerah pekerjaan, serta
akomodasi tambahan diluar daerah/area kerja menjadi tanggungan kontraktor.
f. Apabila terjadi kerusakan pada jalan kompleks, saluran air atau bangunan
lainnya yang disebabkan adanya pembangunan ini, kontraktor berkewajiban
untuk memperbaiki kembali selambat-lambatnya dalam masa pemeliharaan.

2. PEKERJAAN PASANGAN PONDASI


a. Pekerjaan pasangan Pondasi Batu Kali
1) Pasangan AanstampIng dibawah pondasi batu kali sebagai landasan
pondasi dengan tebal 20 cm.
2) Pasang pondasi batu kali dengan campuran 1PC : 6PS
b. Bahan – Bahan
1) Batu kali atau batu gunung yang dipergunakan dengan ukuran 15/20 utuh
dan tidak poros.
2) Apabila merupakan batu pecah/belah, bagian yang terpecah harus bersudut
runcing dan tajam.
c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1) Setelah pasir urugan di atas tanah galian mencapai kepadatan yang
disyaratkan dan tebalnya telah diukur sesuai dengan rencana, maka dapat
dipasang aanstamping.
2) Pasangan aanstamping harus saling mengisi antara batu kali, sehingga
merupakan landasan pondasi yang utuh dan padat.
3) Rongga-rongga antar batu aanstamping diisi dengan pasir urug dan disiram
air sampai jenuh padat.
4) Pasangan batu kali dengan spesi 1Pc : 6Ps mulai dari permukaan
aanstamping sampai permukaan pondasi dengan bentuk dan ukuran sesuai
gambar bestek.
5) Pemasangan batu pondasi lapis demi lapis dengan menggunakan
pertolongan profil pondasi dan tarikan benang.
6) Penyusunan batu pondasi tidak boleh saling berhimpitan dengan rongga
antar batu 2 – 5 cm.
7) Rongga antar batu diisi dengan spesi dan dipadatkan menggunakan cetok.
8) Hasil akhir pekerjaan pondasi harus kokoh, rapih, dan presisi dengan
bidang sisi dan permukaan rata.

Pasal 5
3. PEKERJAAN PASANGAN BATU MERAH
a. Pasangan dinding batu merah trasram dengan campuran 1PC : 3PS
dilaksanakan pada :
1) Tembok setinggi 40 cm dari lantai.

5
2) Tempat-tempat lain yang senantiasa berhubungan dengan air dan dianggap
perlu oleh Direksi serta yang ditunjukkan dalam gambar.
3) Pasangan rollag batu merah dengan campuran 1PC : 3Ps dilaksanakan
pada alas tempat dudukan pintu atau jendela; diatas ambang pintu/jendela
yang lebar bentangan sama atau kurang dari 120 cm, serta bagian-bagian
ylain yang ditunjukkan dalam gambar.
b. Pasangan dinding batu merah dengan campuran 1PC : 6PS dilaksanakan pada
seluruh dinding tembok yang tidak disebutkan dalam butir (a) ini.
c. Dinding mampu menahan gaya horisontal dan menyatu dengan sloof dan
kolom, maka sekelilingnya harus dipasang stek/angkur dan tulangan bracing
yang diangkerkan pada kolom
d. Bahan-Bahan
1) Bata merah harus berkualitas baik, pada umumnya ukuran normal
dipasaran: tebal (4-5) cm; lebar (11-12)cm; panjang (23-25)cm,
mempunyai rusuk rusuk yang tajam dan siku, bidang sisinya datar, padat
dan tidak menunjukkan retak-retak. Pecahnya tidak boleh melebihi 20%
dari jumlah batu merah yang utuh.
2) Semen Portland/Portland Cement (PC) menggunakan semen tipe I dan
mendapat persetujuan dari Direksi.
3) Pasir Pasang, berbutir lembut, tajam, warna hitam, boleh mengandung
lumpur yang berasal dari pasir sejenis tetapi tidak boleh lebih dari 10%
dari berat kering.
e. Syarat-syarat Pelaksanaan
1) Pasangan tembok batu merah harus dipasang dengan hubungan (verband)
yang baik, tegak lurus, siku dan rata. Tinggi pasangan tembok ½ bata
hanya diperbolehkan setinggi 1,00 (satu) meter untuk setiap hari kerja.
2) Semua voer/siar diantara pasangan batu merah pada hari pemasangan
harus dikerik yang rapi.
3) Sebelum dipasang, batu merah harus dibasahi secukupnya sehingga dapat
melekat dengan sempurna.
4) Untuk pasangan ½ bata yang pada setiap luasan 12 M2, harus dipasang
kolom praktis.
4. PEKERJAAN PLESTERAN
a. Plesteran trasraam dan benangan sudut dengan campuran 1PC : 3PS
dilaksanakan pada plesteran plint/kol. Lebar benang sudut 5 cm dari sudut
tembok atau sudut kolom/balok beton
b. Plesteran dinding batu merah dengan campuran 1PC : 6PS. dilaksanakan pada
semua dinding yang tidak disebutkan pada ayat (a) di atas.
c. Acian dengan menggunakan air PC, dilaksanakan pada semua bidang
permukaan plesteran dinding, dan atau beton.

PEKERJAAN LANTAI
1. Pekerjaan Pemasangan lantai keramik baru diperkenankan untuk dipasang
setelah semua pekerjaan – pekerjaan dinding / plesteran dan plafond telah selesai
dikerjakan.
Sebelum pemasangan, keramik lantai, harus direndam dalam air sampah jenuh.

2. Lantai keramik yang dipasang tidak boleh ada cacat berupa : retak – retak,
gelombang – gelombang, berlubang, noda, permukaan cembung atau cekung. Sisi

6
ubin keramik harus siku, peyimpangan kesikuan ubin tidak boleh lebih besar dari
0,5 mm setiap jarak 10 cm kekanan ke kiri.

3. Bahan keramik untuk lantai digunakan keramik dengan ukuran 20 x 20 cm &


30 x 30 cm, sedangkan untuk dinding menggunakan keramik ukuran 20 x 25 cm
Keramik yang dipakai adalah kwalitas I, merk & warna ditentukan kemudian

4. Pemasangan keramik harus dikerjakan oleh tukang yang benar – benar ahli
dan harus menghasilkan penyelesaian yang rapih dan naad yang lurus. Naad harus
diisi dengan bahan grounting/pasta semen/okker yang warnanya disesuaikan
dengan warna ubin yang dipakai. Pengisian naad dilakukan paling cepat 24 jam
setelah tegel / ubin keramik dipasang serta celah – celah keramik satu sama lain
harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang menghambat masuknya cairan
harus pengisi. Segera setelah pengisian naad dengan pasta semen, permukaan
lantai harus segera dibersihkan, agar tidak terdapat noda bekas semen.

5. Pemasangan keramik baik pada lantai maupun pada dinding harus


menghasilkan pekerjaan yang rapih, dan tidak ada bagian permukaan ubin yang
kosong yang tidak terisi dengan adukan. Pertemuan baik pada dinding, maupun
lantai harus rapih.

6. Jika terdapat lantai ubin yang cacat seperti pecah – pecah, tergores, miring,
tidak rata kotor yang sulit dibersihkan, naad tidak lurus atau lainnya kontraktor
harus menggantikannya dan menanggung segala biayanya.

7. Pemasangan keramik yang tidak rapih, bergelombang, naad tidak lurus dan
sebagainya akibat dari pemasangan yang tidak sesuai, harus dibongkar/diganti
sehingga memuaskan Direksi, biaya ditanggung kontraktor .

Pasal 6
PEKERJAAN DINDING / PLESTERAN

1. Pasangan dinding harus mempergunakan batu bata kualitas baik, yang tidak
mudah patah. Sebelum dipasang batu bata diredam terlebih dahulu ke dalam air
hingga jenuh. Siar – siar dinding batu harus dibersihkan / dikerok sedalam 1 cm

2. Batu bata yang pecah – pecah tidak diperkenankan dipasang. Batu bata yang
dapat digunakan dengan toleransi pecah pada waktu penerimaan maksimal
sebesar 5%.

3. Pasangan dinding trasraam (kedap air) dibuat dengan adukan 1 PC : 3 Psr


dengan ketinggian minimal 30 cm diatas lantai ruang yang tidak ada air, dan
tinggi 150 cm untuk ruang toilet / kamar mandi atau sesuai gambar.

4. Pasangan dinding batu bata lainnya menggunakan adukan 1 PC : 5 Psr.

5. Semua permukaan pasangan sebelum diplester harus disiram air secukupnya


terlebih daluhu. Khusus untuk permukaan – permukaan beton sebelum diplester
harus dibuat kasar terlebih dahulu.

7
6. Adukan untuk plesteran dibuat dengan perbandingan :
a. Plesteran tembok biasa 1 PC : 4 Psr.
b. Plesteran trasraam / kedap air 1 PC : 3Psr.

7. Semua sudut – sudut dinding (sponing harus lurus / waterpass dibuat dengan
membentuk sudut siku – siku.

Pasal 7
PEKERJAAN KAYU

1. Pekerjaan kayu ini harus dikerjakan oleh tenaga ahli, sehingga menghasilkan
pekerjaan yang halus, tepat, lurus tanpa cacat. Kayu yang cacat, baik karena
bengkok, pecah atau cacat – cacat lainnya harus diganti, sehingga memuaskan
Direksi dengan biaya ditanggung kontraktor.

2. Apabila konstruksi kayunya dibuat diluar lokasi pekerjaan, maka guna


pemeriksaan mutu kayu semua kayu tidak diperkenankan diberi meni kayu
terlebih dahulu dan harus dalam keadaan utuh dan kontraktor harus melaporkan
kepada konsultan pengawas / direksi, agar dilakukan pemeriksaan dan
mendapatkan persetujuan sebelum diberi meni dan dilakukan penyetelan kusen.
Kusen yang telah diberi meni pada saat dimasukkan ke lokasi harus ditolak dan
tidak diperkenankan untuk dipasang.

3. Pengerjaan kayu harus rapih dan dilaksanakan oleh tukang yang ahli yang
telah menguasai, berpengalaman dan mengetahui cara-cara dan syarat – syarat
pembuatan kusen. Ukuran – ukuran yang terdapat dalam gambar merupakan
ukuran setelah jadi.

4. Kontraktor harus membuat semua jenis pekerjaan seperti yang ditunjukkan


dalam gambar dengan mempertimbangkan kondisi pada saat pelaksanaan. Ukuran
– ukuran kayu yang berselisih harus disampaikan kepada Direksi/Konsultan
Pengawas untuk dicarikan penyelesaiannya .

5. Pemasangan tiang, balok dan kusen harus dipasang tegak lurus (lot) dan sifat
datar (water pass) dilengkapi angker.

6. Kontraktor harus mengukur ketinggian – ketinggian dan ukuran – ukuran


konstruksi yang akan dipasang dengan teliti guna menghindari pembongkaran.

PASAL 8
PEKERJAAN PLAFOND

1. Untuk rangka plafond menggunakan besi hollow 4/4 cm dipasang rata dengan
jarak sesuai gambar.

8
2. Rangka dibuat kaku dan kuat dengan memasang penggantung – penggantung
dikaitkan pada konstruksi beton maupun kap dengan cara dilas atau baut yang
disetujui oleh direksi

3. Bahan plafond yang dipergunakan adalah sesuai yang tertera dalam gambar
dengan finishing cat tembok. Plafond yang cacat harus diganti.

4. Pemasangan plafond harus dikerjakan dengan rapih dan waterpass serta tidak
boleh ada bagian – bagian yang melengkung.

Pasal 9
PEKERJAAN ATAP

1. Bahan atap yang dipakai disesuaikan dengan gambar dan RABnya.


Pemasangan atap harus sesuai dengan petunjuk teknis pemakaian bahan tersebut
yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.

2. Sebelum bahan atap dipasang kontraktor harus mengajukan contoh untuk


mendapat persetujuan Direksi. Material atap yang dipasang harus sama
kualitasnya dengan yang telah disetujui.

3. Untuk kuda-kuda kap memakai konstruksi baja ringan, yang dikerjakan oleh
pabrik / perusahaan kap baja ringan yang memiliki jasa konstruksi YANG
BERSERTIFIKAT DAN BERGARANSI

4. Bentuk konstruksi cremona rangka batang ditentukan oleh pabrik itu sendiri,
demikian pula mengenai dimensi batang ditentukan oleh pabrik.

5. Konstruksi kap baja ringan yang merupakan kesatuan kuda-kuda usuk dan
reng harus mendapat jaminan keamanan (garansi) dari pabrik pembuatnya.

6. Konstruksi kap baja ringan harus memenuhi standarisasi dan peraturan –


peraturan yang disyaratkan serta kaedah – kaedah pekerjaan konstruksi baja.

7. Lisplank kayu harus memakai bahan papan kayu kelas dengan bentuk &
lisplank ukuran sesuai gambar.

Pasal 10
PEKERJAAN PENGECATAN

1. Sebelum pekerjaan pengecatan dimulai permukaan tembok harus dibersihkan


dari kotoran. Setelah pekerjaan pembersihan selesai, permukaan dinding harus
digosok dengan amplas kemudian diplamur untuk menutupi bagian – bagian
permukaan tembok yang berlubang dan yang terdapat celah – celah kemudian
diamplas lagi pekerjaan menjadi halus lalu dicat paling sedikit tiga kali

2. Untuk pekerjaan pengecatan dinding dan plafond menggunakan cat tembok


merk Metrolite/setara, warna akan ditentukan kemudian oleh Direksi

9
3. Kusen, list plank dan semua pekerjaan kayu lainnya dicat menggunakan cat
kayu sekwalitas produk Avian atau setara, warna akan ditentukan kemudian oleh
Direksi.

4. Sebelum pekerjaan dimulai permukaan kayu harus digosok dengan amplas


sampai halus. Sebelum dilakukan cat warna harus terlebih dahulu dicat dengan
meni khusus untuk kayu kemudian diplamur dan diamplas sampai rata. Meni dan
plamur harus sejenis dengan cat yang digunakan. Pekerjaan cat meni harus
dilakukan dilapangan kerja / lokasi (insitu).
Setelah permukaan rata dan halus dapat dilakukan pengecatan dengan cat warna.
Pelaksanaan pengecatan harus sesuai dengan ketentuan teknik bahan cat yang
dipakai.

Pasal 11
PEKERJAAN BETON

1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan beton meliputi penyediaan semua peralatan, tenaga, dan bahan
yang dibutuhkan, sehingga pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan PBI-1971 serta
ketentuan/peraturan yang berlaku lainnya menyangkut pekerjaan beton.

2. Bahan
a. Portland Cement
- Portland cement yang digunakan adalah jenis – jenis yang memenuhi
ketentuan- ketentuan dalam NI-8 atau menurut standard Portland cement yang
digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia.
- Semen yang digunakan harus berkualitas baik pada saat digunakan harus
dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras)
- Untuk menjaga mutu semen, cara penyimpanan harus mengikuti syarat –
syarat penyimpangan bahan tersebut.
b. Air.
Yang digunakan harus memenuhi syarat – syarat PBI 1971, air tawar yang
dipakai harus bersih, tidak mengandung minyak, asam alkali, bahan – bahan
organis dan bahan – bahan lain yang dapat menurunkan mutu beton.
c. Kerikil / Batu Pecah
- Kerikil/batu pecah yang dipakai harus memenuhi syarat – syarat PBI 1971.
- Kerikil/batu pecah harus mempunyai gradasi yang baik, tidak porous,
memenuhi syarat kekerasannya.
- Kerikil tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari 1% ditentukan
terhadap berat kering. Apabila kadar Lumpur melampaui 1%, maka kerikil
harus dicuci.
d. Pasir
- Pasir yang dipakai harus memenuhi syarat – syarat PBI 1971.
- Pasir yang dipakai dapat berupa pasir alam, atau pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat – alat pemecah batu. Pasir harus terdiri dari butir –
butir yang tajam dan keras mempunyai gradasi yang baik, tidak porous
cukup syarat kekerasannya.
- Pasir tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari 5 % ditentukan terhadap
berat kering. Jika kadar Lumpur lebih besar dari 5% maka pasir harus
dicuci.

10
3. Keahlian dan Pertukangan
Kontraktor bertanggungjawab atas seluruh pekerjaan beton sesuai dengan
ketentuan – ketantuan yang disyaratkan, termasuk mutu kekuatan beton. Semua
pekerjaan yang dihasilkan harus sesuai dengan syarat – syarat pekerjaan dan mutu
yang sebanding dengan standard yang umum berlaku.

4. Pengecoran Beton.
a. Beton tidak bertulang / beton tumbuk dibuat dengan adukan 1Pc : 3 Psr : 5krl
dipergunakan untuk neut – kusen, lantai kerja dan rabat beton ukuran
disesuaikan dengan gambar.
b. Beton pondasi poer, sloof, kolom, ring deck dan bagian pekerjaan beton
bertulang lainnya dikerjakan dengan mutu beton K - 175 dengan adukan
1 Pc : Psr : 3 Krl
c. Adukan beton harus benar-benar rata dan matang dan diaduk dengan mesin
pengaduk/beton molen yang bekerja dengan baik.
d. Pengecoran beton agar tidak keropos harus menggunakan mesin penggetar/
vibrator dengan cara penggunaan yang benar.
e. Untuk beton konstruksi harus bermutu K – 175 dan semua pekerjaan beton
lainnya harus memenuhi syarat – syarat PBI 1971
f. Pengecoran beton baru dapat dilakukan setelah cara pemasangan pembesian
disetujui oleh Direksi / Pengawas secara tertulis dan tersedia cukup bahan,
peralatan serta tenaga kerja.

5. Bekesting dan Acuan


a. Sebelum penulangan beton dikerjakan harus terlebih dahulu dibuat bekisting
atau pun acuan yang kokoh dan rapat, sehingga air semen tidak bocor.
b. Bekisting harus dibuat sehingga sesuai dengan ukuran beton yang akan
dilaksanakan.
c. Bahan bekisting dapat dibuat dari papan tebal 2 cm atau Multiplek dan diberi
tanda pengaku.
d. Pembukaan bekisting ataupun acuan harus teratur dan beton sudah berumur
minimal 14 hari

6. Mutu Beton
a. Kecuali ditentukan lain, kualitas beton harus dipenuhi adalah – K 225
b. Selama pelaksanaan pekerjaan kontraktor harus membuat benda uji (kubus
beton) sesuai dengan ketentuan – ketentuan yang tercantum dalam PBI 1971
pasal 4.4 dan 4.9.

Pasal 12
PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan konstruksi Baja seperti tercantum dalam
gambar, termasuk penyediaan tenaga kerja, bahan – bahan, peralatan Baja dan
alat-alat bantu lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan
baik.

11
2. Peraturan – peraturan
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar
pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut :

 Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1984


 American Institute of Steel Constuction Specification 1980
 American Society for Testing and Materials
 American Welding Society – Structural Welding Code
 Persyaratan umum bahan bangunan Indonesia (PUBI-1982)
 Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat

3. Sub Pemborong Pekerjaan Konstruksi Baja


Pekerjaan – Pekerjaan Konstruksi Baja dapat dikerjakan oleh sub Pemborong
khusus dengan memenuhi ketentuan – ketantuan umum berikut :

 Pemilihan sub pemborong hanya ditentukan setelah mendapat persetujuan


tertulis dari MK/Direksi, setelah MK/Direksi mempelajari calon sub
pemborong yang diajukan oleh Pemborong antara lain dari segi management,
pengalaman perusahaan dalam mengerjakan pekerjaan sejenis, kemampuan
dan kapasitas workshop.

MK/Direksi harus terlebih dahulu melakukan kunjungan ke workshop calon


sub pemborong untuk melihat dan mempelajari dengan seksama kemampuan
dan kapasitas workshop sebelum memberikan persetujuannya.
 Tanggung jawab pekerjaan baik dalam hal mutu dan secara kontrak tetap
menjadi tanggung jawab pemborong selaku pemborong utama, walaupun
pemilihan sub pemborong tersebut telah mendapat persetujuan dari
MK/Direksi.

 Pekerjaan sub pemborong harus minimal meliputi pekerjaan pabrikasi


sampai erection sehingga tanggung jawabnya jelas (tidak hanya terbatas pada
pekerjaan fabrikasi saja)

 Pemborong harus melakukan koordinasi dan Direksi/MK yang ketat


terhadap sub pemborong tersebut sehingga seluruh pekerjaan konstuksi baja
sesuai dengan gambar, spesifikasi dan Berita Acara Rapat Penjelasan.
 Pemborong tetap harus bersama – sama dengan pemborong menghadiri
rapat-rapat yang sudah ditentukan, tidak hanya diwakili oleh sub pemborong
saja

4. Perhitungan volume (berat) Konstruksi Baja.

Perhitungan volume (berat) dari konstuksi baja harus dihitung berdasarkan volume
(berat) netto sesuai gambar struktur.
Berat sisa atau “Waste” akibat pemotongan atau pembentukan element-element
konstruksi baja tidak boleh dimasukkan dalam perhitungan volume, melainkan
harus dimasukkan dalam harga satuan.

5. Material Baja

12
a. Semua material untuk kosntruksi baja harus menggunakan
baja yang baru dan merupakan “hot rolled structural steel” dan memenuhi
mutu baja ST 37 (PPBBI-83) atau ASTM A 36 atau SS 41 (JIS. U 3101-1970)
dengan tegangan leleh fy minimum 240 Mpa.

b. Pemborong harus menyerahkan sertifikat test dari pabrik


pembuat baja terebut sebelum pengambilan contoh, guna dilakukan test atas
biaya pemborong. Pada prinsipnya diambil 3 (tiga) buah contoh untuk masing
– masing ukuran profil guna diadakan test.

Pemesanan baja hanya boleh dilakukan setelah mendapatkan bahwa hasil test
memenuhi persyaratan dan mendapat persetujuan tertulis dari Direksi / MK.

Walaupun hasil test sudah memenuhi syarat, namun apabila Direksi / MK


mempunyai keraguan terhadap hasil test tersebut dan atau keraguan terhadap
mutu profil-profil yang dipakai di lapangan / diworkshop, maka Direksi / MK
mempunyai hak untuk meminta diadakan test tambahan/ ulang dengan
kekuatan jumlah test maximum 3 (tiga) buah untuk masing – masing ukuran
profil. Biaya test tersebut tetap menjadi beban pemborong.

c. Semua material baja harus baru, bebas/bersih dari karat,


lobang – lobang dan kerusakan lainnya. Semua material baja tersebut juga harus
lurus, tidak terpuntir, tidak ada tekukan-tekukan, serta memenuhi syarat
toleransi seperti pada butir 5 dibawah ini.

d. Semua material harus disimpan rapi dan diletakkan diatas


papan atau balok – balok kayu untuk menghindari kontak langsung dengan
permukaan tanah, sehingga tidak merusak material. Dalam penumpukan
material harus dijaga agar tidak rusak ataupun bengkok.

e. Direksi / MK akan menolak material – material baja yang


tidak memenuhi syarat – syarat tersebut diatas dan tidak diperkenankan untuk
difabrikasi.

f. Semua profil harus diukur ketebalannya dengan alat “sigmat”


apakah sesuai dengan gambar struktur atau tidak. MK mempunyai wewenang
penuh untuk menolak dan memerintah pemborong untuk mengeluarkan profil
yang tidak sesuai dengan gambar – gambar struktur atas biaya pemborong.

6. Penggantian Profil / Penampang

a. Pada Prinsipnya dalam tahap design, profil –


profil/penampang yang digunakan adalah profil – profil/penampang yang ada
dipasaran.

b. Apabila ternyata salah satu atau beberapa profil yang


tergambar dalam gambar struktur tidak ada dipasaran, maka pemborong dapat
menggantikan profil tersebut dengan profil lain dengan mengajukan secara
tertulis kepada Direksi / MK lengkap dengan perhitungan yang menunjukkan
bahwa profil pengganti tersebut sama atau lebih kuat dari profil yang digantikan

13
c. Selain segi kekuatan tersebut, maka harus diperhatikan juga
masalah – masalah apakah profil pengganti tersebut ”mengganggu” design Ars,
M/E sehubungan dengan tinggi/lebar profil pengganti. Dengan adanya
perubahan profil, maka tidak ada perubahan dalam biaya maupun time schedule.

7. Toleransi

a. Pada prinsipnya toleransi material yang belum difabrikasi


maupun yang sudah difabrikasi dan terpasang harus memenuhi AISC (American
Institute of Steel Construction) Bab “Standard Mill Practice” hal I – 121.

b. Pemborong harus membaca persyaratan toleransi tersebut


sebagai bagian dari spesifikasi teknis konstruksi baja ini.
Direksi/MK dengan tegas akan menolak setiap profil – profil dan pekerjaan
yang tidak memenuhi persyaratan toleransi tersebut.
8. Testing Material
a. Direksi / MK harus memerintahkan pemborong untuk
menyediakan contoh material baja dan baut untuk diadakan testing material.
Instansi / tempat testing material harus mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi / MK. Segala biaya yang timbul guna keperluan testing material
tersebut menjadi tanggung jawab pemborong

b. Apabila ternyata terdapat material yang tidak memenuhi


persyaratan seperti yang dikehendaki dalam butir 4 tentang “Material baja”
diatas, maka Direksi/MK berhak untuk menolak.
Biaya – biaya yang mungkin timbul akibat hal tersebut diatas menjadi
tanggung jawab pemborong.

9. Perubahan Sistem Sambungan

a. Apabila pemborong berpendapat untuk lebih memudahkan


pelaksanaan atau erection atau alasan lainnya, maka pemborong dimungkinkan
untuk mengajukan usulan sistim sambungan lain yang tidak sama dengan
gambar rencana.

b. Usulan sistim sambungan tersebut harus diajukan lengkap


dengan gambar dan perhitungan sistim sambungan pengganti untuk diperiksa
dan disetujui konsultan perencana struktur (4 copy)

c. Tidak ada perubahan biaya apapun akibat perubahan sistim


sambungan yang diusulkan pemborong dan pemborong tetap mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan time schedule semula.

10. Syarat – Syarat Pelaksanaan

a. Gambar Kerja (Shop Drawing)


1. Sebelum fabrikasi dimulai, pemborong harus membuat gambar – gambar
kerja yang diperlukan dan mengirim 4 (empat) copy gambar kerja untuk
diperiksa dan disetujui Direksi/ MK. Bilamana disetujui, 2 (dua) gambar

14
akan disampaikan kepada pemborong untuk dapat dimulai pekerjaan
fabrikasinya. Satu set gambar disimpan oleh Direksi / MK dan perencana
struktur mendapat satu set gambar sebagai informasi.

2. Pemeriksaan dan persetujuan Direksi / MK atas gambar kerja tersebut


hanyalah menyangkut segi kekuatan struktur saja seperti : ukuran –
ukuran/dimensi-dimensi profil ketebalan pelat – pelat, ukuran / jumlah
bout / las, tebal pengelasan, ketepatan ukuran–ukuran panjang, lebar tinggi
atau posisi dari elemen–elemen konstruksi baja yang berhubungan dengan
erection tetap menjadi tanggung jawab pemborong. Dengan kata lain
walaupun semua gambar kerja telah disetujui Direksi / MK tidaklah berarti
mengurangi atau membebaskan pemborong dari tanggung jawab ketidak
tepatan serta kemudahan dalam erection elemen – elemen konstruksi baja.

3. Pengukuran dengan skala dalam gambar sama sekali tidak diperkenankan.

4. Pada gambar kerja harus sudah terlihat bagian-bagian tambahan yang


dipergunakan untuk keperluan montase serta cara-cara montase yang
direncanakan.

b. Pabrikasi

1. Selama proses fabrikasi Direksi / MK harus menempatkan minimal 2 (dua)


orang stafnya yang berpengalaman dalam fabrikasi baja secara full time
untuk mengawasi pelaksanaan fabrikasi di workshop pemborong.

2. Sebelum memulai pekerjaan fabrikasi, pemborong harus memberikan


fabrication Manual Procedure termasuk Prosedur Quality control kepada
Direksi / MK untuk disetujui secara tertulis.

3. Pabrikasi dari elemen-elemen kontruksi baja harus dilaksanakan oleh


tukang – tukang yang berpengalaman dan diawasi oleh mandor – mandor
yang ahli dalam konstruksi baja.

4. Semua elemen – elemen harus diPabrikasi sesuai dengan ukuran – ukuran


dan atau berbentuk yang diinginkan tanpa menimbulkan distorsi-distorsi
atau kerusakan – kerusakan lainnya dengan memperhatikan persyaratan
untuk handing sambungan – sambungan dilapangan, las – las dilapangan
dan sebagainya.

5. Pemotongan-pemotongan elemen – elemen harus dilaksanakan dengan


rapi dan pemotongan besi harus dilakukan dengan alat pemotongan atau
gergaji besi. Pemotongan dengan mesin las atau api sama sekali tidak
diperbolehkan.

c. Tanda – Tanda pada Konstruksi Baja

1. Pemborong harus memberikan Marking Procedure yang akan dipakai


kepada Direksi / MK untuk disetujui.

15
2. Semua konstruksi Baja yang telah selesai dibafrikasi harus dibedakan dan
diberi kode dengan jelas sesuai bagian masing – masing agar dapat
dipasang dengan mudah. Kode-kode tersebut ditulis dengan cat agar tidak
mudah terhapus.

3. Pelat-pelat sambungan dan lain – lain bagian elemen yang diperlukan


untuk sambungan – sambungan dilapangan, harus dibaut / diikat sementara
dulu pada masing – masing elemen dengan tetap diberi tanda – tanda..

d. Pengelasan
1. Umum
Secara prinsip semua yang berhubungan dengan pekerjaan pengelasan
antara lain cara pelaksanaan, teknik pengelasan, kualifikasi tukang
las/operator las/tack welder, inspection/testing, toleransi, perbaikan las dan
lain – lain harus memenuhi AWS D1.1-90 serta ketentuan ketantuan
dibawah ini.

2. Kawat Las
Kawat las atau electrode yang digunakan adalah kobesteel RB 26 atau
E70XX Low hydrogen electrode dengan minimum yield strength sebesar
4150 kgr/cm2 sedangkan tensile strength minimum 4950 Kgr/cm2.

Sebelum pemesanan kawat las, pemborong diharuskan untuk memberikan


contoh kawat las berikut brosur teknisnya untuk disetujui secara tertulis
oleh Direksi / MK.

Kawat las harus dikirim ke workshop dalam bungkusan yang


tertutup/tersegel dengan baik.

Kawat las yang sudah dibuka dari bungkusan harus dilindungi atau
disimpan sedemikian sehingga karakteristik atau sifatnya tidak berubah.

Setelah bungkus dibuka, kawat las tidak diperbolehkan dibiarkan diudara


terbuka melebihi Max. 4 (empat) jam.
Kawat las yang dibiarkan di udara terbuka melebihi 4 (empat) jam tidak
boleh digunakan untuk pengelasan.

Kawat las yang berada diudara terbuka yang belum melampaui batasan 4
(empat) jam tersebut dapat dipasangkan kembali didalam “holding
oven”pada temperature 120 C. selama min 4 (empat) jam sebelum dapat
digunakan kembali.

Pemanasan kembali tersebut hanya diperbolehkan dilakukan 1 (satu) kali


saja Kawat las yang basah / terkena air sama sekali tidak boleh digunakan
walaupun lewat pemanasan oven ulang.
Ukuran max. diameter kawat las adalah sebagai berikut :
 8 mm untuk semua pengelasan yang dilakukan pada posisi horizontal
kecuali untuk “root passes” (pengelasan pada root)
 6 mm untuk pengelasan las sudut horizontal

16
 6 mm untuk root passes las sudut yang dilakukan pada posisi
horizontal, groove yang dilakukan pada posisi horizontal dengan
backing plate dengan root opening 6 mm atau lebih.
 4 mm untuk pengelasan vertical dan overhead.
3. Mesin Las

Mesin las yang digunakan harus masih berfungsi dengan baik antara lain
menghasilkan arus yang kontinyu dan stabil.
Tenaga listrik mesin las harus berasal dari Genset yang dilengkapi dengan
panel pembagi (Distribution Panel) dan Travo las sehingga besarnya arus /
ampere dapat dikontrol/diatur sesuai kebutuhan.
Besarnya KVA Genset disesuaikan dengan jumlah unit Travo las yang
hendak digunakan.

4. Kualifikasi Tukang Las.


Pekerjaan pengelasan harus dilaksanakan oleh welder – welder yang
mempunyai minimal sertifikat 3G yang masih berlaku dan mempunyai
pengalaman mengerjakan proyek sejenis.
Pemborong harus memberikan daftar welder – welder berikut copy
sertifikat kepada Direksi/MK sebelum memulai pekerjaan pengelasan.
Direksi /MK akan menyeleksi welder-welder bersertifikat tersebut dengan
mengadakan test pengelasan dengan disaksikan oleh Direksi / MK. Hanya
welder – welder yang disetujui oleh Direksi / MK saja yang boleh
mengerjakan pekerjaan pengelasan.

5. Pelaksanaan Pengelasan

a. Pengelasan tidak boleh dilakukan pada keadaan dimana


permukaan / bagian yang hendak dilas basah atau terexpose terhadap
hujan atau angin kencang atau keadaan dimana tukang – tukang/las
welder bekerja pada kondisi cuaca buruk.

b. Ukuran kawat las, panjang lengkungan, voltage dan ampere


mesin las harus disesuaikan dengan type groove, posisi pengelasan dan
keadaan lain yang berhubungan dengan pekerjaan pengelasan.
Besar arus harus sesuai dengan yang range diperbolehkan oleh
pembuat electrode / kawat las yang bersangkutan.

c. Bidang – bidang permukaan yang akan dilas harus rata


uniform, bebas dari sirip – sirip / fins, bebas dari retakan dan
ketidaksempurnaan lainnya yang akan mempengaruhi kualitas las.

d. Bidang – bidang permukaan yang akan dilas juga harus bebas


dari sill scale tebal atau mill scale yang lepas, slag, karat, kelembaban,
lemak dan material – material lainnya yang akan mengganggu proses
pengelasan dan atau menghasilkan asap pengelasan yang menggunakan
kesehatan.

17
e. Dalam melakukan Thermal cutting, peralatan harus diatur
sedemikian sehingga dapat dihindarkan pemotongan yang melewati /
melampaui garis pemotongan yang seharusnya.

f. Bagian – bagian yang akan dilas dengan las sudut harus


diletakkan sedekat mungkin, sedangkan untuk bagian – bagian yang
akan dilas dengan las tumpul/butt joints harus diatur sesuai dengan
ketentuan “root opening” yang disyaratkan dalam AWS D1.1-90.

g. Tack Weld/Las titik harus dilaksanakan sedemikian sehingga


mempunyai kualitas yang sama dengan las akhir yang sebenarnya.

h. Dalam asembling dan penyambungan bagian – bagian yang


dilas maka harus dilakukan prosedure dan urutan sedemikian sehingga
dapat dihindarkan semaksimal mungkin terjadinya distorsi dan
penyusutan / shrinkage dari bagian – bagian yang dilas.
Pemborong harus mengajukan secara tertulis kepada Direksi / MK
urutan pengelasan dan pengontrolan distorsi sebelum melakukan
pengelasan yang diperkirakan akan menimbulkan distorsi dan
penyusutan bagian – bagian yang akan dilas.

i. Toleransi dimensi dari bagian – bagian yang sudah dilas


harus memenuhi AWS D1.1-90.

j. Profil penampang las / weld profile dapat sedikit cekung /


cembung asalkan memenuhi syarat AWS D1.1-90

k. Pengelasan – pengelasan yang tidak memenuhi syarat – syarat


toleransi yang disebutkan dalam AWS D1.1-90 harus diperbaiki
dengan cara machining, Grinding, chipping atau gouging seperti diatur
dalam AWS D1.1-90.
l. Bagian – bagian yang mengalami distorsi harus diluruskan
dengan cara mekanis atau cara pemanasan lokal. Temperatur
pemanasan local tersebut tidak boleh melebihi temperature 650 C.
m. Pendempulan / chaulking terhadap pengelasan sama sekali
tidak diperbolehkan.
n. Percikan – percikan las yang merusak permukaan plat atau
bagian – bagian lainnya harus dicegah.
Cacat atau noda akibat percikan las harus digerinda / dihaluskan
kembali.
o. Sebelum melakukan pengelasan layer berikutnya kerak /
“slag” harus dibersihkan/ dilepaskan dan lapisan las tersebut serta
bagian pelat disekitarnya harus disikat sampai bersih.

Kerak juga harus dibersihkan dari semua permukaan las yang sudah
selesai. Las dan bagian sekitarnya harus dibersihkan dengan cara
disikat atau cara lain yang disetujui oleh Direksi / MK.
Permukaan las yang sudah dibersihkan tidak boleh dicat sebelum
mendapat persetujuan tertulis dari Direksi / MK.

18
p. Untuk pengelasan yang menggunakan “Backing Plate” maka
backing plate tersebut harus dibuat menembus sepanjang las.
Ketebalan backing plate mengikuti AWS D1.1-90
q. Untuk memudahkan pelaksanaan serta mendapatkan mutu
pengelasan yang baik, maka pada dasarnya semua pengerjaan las harus
dilakukan diworkshop, bukan dilapangan / site.
Pada keadaan – keadaan khusus pengelasan dilapangan hanya
diperbolehkan setelah mendapat persetujuan tertulis dari Direksi / MK.
Type, tebal panjang dan lokasi pengelasan harus mengikuti gambar
rencana.

Ketebalan max. dari setiap layer root passes dari groove dan las sudut
adalah sebagai berikut.

1. 3 mm untuk setiap layer yang dilakukan pada posisi datar


2. 5 mm untuk setiap layer yang dilakukan dalam posisi vertical,
overhead atau horizontal.

Ukuran max. dari single pass las sudut dan root passes dari multiple-
pass las sudut adalah sebagai berikut :

- 10 mm untuk pengelasan posisi datar


- 8 mm untuk posisi horizontal atau overhead
- 3 mm untuk posisi vertical.

6. Kualifikasi welding inspector dari pemborong & Direksi / MK.

a. Pemborong dan juga Direksi / MK harus menempatkan


tenaga - tenaga welding inspector yang berkualitas dan berpengalaman
untuk mengawasi pekerjaan pengelasan untuk pekerjaan sejenis.
Visual inspection tersebut harus dilakukan pada seluruh proses
pengelasan, tidak hanya pada tahap akhir pengelasan saja.

b. Welding inspector tersebut harus memenuhi persyaratan


AWS D1.1-90 atau orang yang mempunyai kualitas baik karena
training khusus atau pengalaman dalam fabrikasi, inspeksi dan testing
pekerjaan pengelasan konstruksi Baja.

7. Test.

a. Semua pengelasan, tanpa kecuali, harus mengalami” visual


inspection” yang dilakukan oleh welding – welding inspection dari
Direksi / MK.
b. Visual inspection minimum harus antara lain :

 Persiapan permukaan yang akan dilas (kebersihan, root face, root


opening, groove angle, groove radius dan lain – lain).
 Assembling bagian – bagian yang akan dilas.
 Pemeriksaan weld profile atau penampang las termasuk
pemeriksaan apakah terjadi porosity, undercut, kelengkungan /

19
kecembungan yang berlebihan, overlap, crack, slag inclusion dan
lain – lain.
c. Baut Pengikat
1. Kecuali ditentukan lain dalam gambar mutu baut penyambung
adalah ASTM A325 dengan tegangan tarik putus minimum 120 Ksi
(fy = 825 Mpa)
Baut penyambung harus berkualitas baik dan baru, diameter,
panjang ulir harus sesuai dengan yang diperlukan.

2. Baut harus dilengkapi dengan 2 (dua) ring, masing-masing 1 buah


pada kedua sisinya.
Mutu pelat ring sesuai dengan mutu baut pelat ring sesuai dengan
ukuran baut.

3. Mutu angkur adalah St. 37 (fy = 240 Mpa).

4. Direksi/MK harus meminta pemborong melakukan “Test Baut pada


Laboratorium yang di setujui oleh Direksi/MK, sebelum
pemborong memesan baut yang akan dipakai.

5. Jumlah baut yang ditest untuk masing – masing ukuran adalah


minimum 3 (tiga) buah.
Walaupun test baut tersebut memenuhi syarat, Direksi / MK berhak
untuk meminta diadakan test baut lainnya dengan jumlah 1 (satu)
baut dari setiap 250 baut yang digunakan.
Biaya pengetesan baut tersebut ditanggung oleh Pemborong.

6. Posisi lubang – lubang baut harus benar – benar tepat dan sesuai
dengan diameternya Pemborong tidak boleh merubah atau
membuat lubang baru dilapangan tanpa seijin Direksi / MK.

7. Pembuatan lubang baut harus memakai bor. Untuk konstruksi yang


tipis maksimum 10 mm, boleh memakai mesin pons. Membuat
lubang baut dengan api sama sekali tidak diperkenankan.

8. Lubang baut maksimum 2 mm lebih besar dari diameter baut.

9. Pemasangan dan pengencangan baut harus dikerjakan dengan kunci


momen torsi khusus yang sebelumnya sudah dikalibrasi, sebagai
berikut :

TOR SI
UKURAN BAUT Lbs.ft (kg.m)

1/2” (0 12) 90 12.454


5/8” (0 16) 180 24.908
3/4” (0 19) 320 44.287
7/8” (0 22) 470 65.038
1” (0 25) 710 98.249
1 1/8” (0 28) 960 132.844

20
1 1/4” (0 32) 1.350 186.872
1 1/2” (0 38) 2.580 357.018

10. Setiap pengencangan baut harus diawasi dan disaksikan secara


langsung oleh Direksi / MK
11. Panjang baut harus sedemikian rupa, sehingga setelah
dikencangkan masih dapat paling sedikit 3 (tiga) ulir yang
menonjol pada permukaan, tanpa menimbulkan kerusakan pada ulir
baut tersebut. Panjang baut yang tidak memenuhi syarat ini harus
diganti tidak boleh digunakan.
12. Untuk menghindarkan adanya baut yang belum dikencangkan
maka baut – baut yang sudah dikencangkan harus diberi tanda
dengan cat.

11. Percobaan Erection di Pabrik / Workshop.


Untuk memudahkan erection konstruksi baja di lapangan, maka disyaratkan agar
dilakukan percobaan Erection di pabrik (workshop assembly), sehingga dapat
diketahui dengan jelas mengenai ketepatan / keakuratan elemen – elemen
konstruksi baja yang terpasang berikut sambungan – sambungannya.

Apabila akan diadakan “Workshop assembly” tersebut, maka Direksi / MK harus


diberitahu untuk turut serta menyaksikan.

12. Erection Schedule / Method


a. Pemborong selambat – lambatnya 2 (dua) minggu sebelum
pelaksanaan Erection dimulai harus mengajukan secara tertulis dan jelas
erection schedule / method untuk diperiksa dan disetujui oleh Direksi / MK.
Erection schedule harus mencakup antara lain.
 Rencana pengiriman dari workshop / pabrik.
 Penyimpanan elemen baja yang hendak dierection
 Alat-alat yang digunakan
 Urutan Erection
 Langkah pengamanan terhadap pekerja
 Sistem ”Temporary Bracing” untuk pengaman
konstruksi selama erection
 Time schedule erection element – element konstruksi
baja.
 Dll yang dianggap perlu
b. Pemborong harus memberitahukan terlebih dahulu setiap
akan ada pengiriman dari pabrik ke lapangan guna pengecekan Direksi / MK.
Direksi / MK akan menolak setiap pengiriman baja dari workshop apabila
pengiriman tersebut belum dichek dan belum mendapat persetujuan dari
Direksi / MK.
c. Penempatan elemen konstruksi baja dilapangan harus
ditempatkan yang kering / cukup terlindung sehingga tidak merusak elemen –
elemen tersebut. Direksi / MK berhak untuk menolak elemen – elemen
konstruksi baja yang

21
d. Erection elemen – elemen konstruksi baja hanya boleh
dilaksanakan setelah pemborong mengajukan erection schedule / method
untuk disetujui oleh Direksi / MK.
e. Sebelum erection dimulai, pemborong harus memeriksa
kembali kedudukan angkur – angkur baja dan memberitahukan kepada Direksi
/ MK metode dan urutan pelaksanaan erection.
Perhatian khusus dalam pemasangan angkur-angkur untuk rangka baja dimana
jarak – jarak/kedudukan angkur-angkur harus tetap dan akurat untuk
mencegah ketidak cocokan dalam erection, untuk ini harus dijaga agar selama
pengecoran angkur – angkur tersebut tidak bergeser, misalnya dengan
mengelas pada tulangan kolom / balok atap.
f. Pemborong harus bertanggung jawab atas keselamatan
pekerja – pekerjanya dilapangan untuk ini pemborong harus menyediakan ikat
pinggang pengaman, safety helmet, sarung tangan dan pemadam kebakaran.

g. Kegagalan dalam erection ini menjadi tanggung jawab


pemborong sepenuhnya, oleh sebab itu pemborong diminta untuk memberi
perhatian khusus pada masalah erection ini.

h. Semua pelat – pelat atau elemen yang rusak setelah


difabrikasi, tidak akan diperbolehkan dipakai untuk erection.
i. Untuk pekerjaan erection di lapangan, pemborong harus
menyediakan tenaga ahli dalam bidang konstruksi baja yang senantiasa
mengawasi dan bertanggung jawab atas pekerjaan erection. Tenaga ahli untuk
mengawasi pekerjaan erection tersebut harus mendapat persetujuan tertulis
dari Direksi / MK.
j. Apabila disetujui oleh Direksi / MK maka pengelasan –
pengelasan dilakukan di lapangan harus diawasi betul – betul oleh mandor dari
pemborong agar pengelasan dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana baik
ukuran panjang maupun ketebalannya.
13. Pengecatan
a. Persiapan Pengecatan
Semua permukaan konstruksi Baja sebelum di cat harus bebas dari :
 Lapisan mill, yaitu lapisan tipis mengkilap yang berasal dari Rolling
Mill.
 Karat
 Minyak/Oli
 Dan lain – lain kotoran yang akan mengganggu melekatnya cat pada
permukaan baja.

Pembersihan harus dilakukan menggunakan “Mechanical Wire Brush” (sikat


baja yang digerakan secara mekanis) dan tidak boleh menggunakan sikat baja
manual, kecuali hanya untuk permukaan – permukaan yang betul – betul tidak
dapat dijangkau oleh “Mechanical Wire Brush” tersebut.

Direksi / MK akan memerintahkan untuk mengupas dengan cara mekanis /


manual (bukan dengan api) lapisan cat yang sudah dikerjakan pada konstruksi
baja yang tidak memenuhi persyaratan persiapan pengecatan tersebut diatas,
atas beban pemborong dan tanggung jawab pemborong.
b. Pengecatan Primer / Dasar

22
Setelah diadakan persiapan pengecatan seperti tersebut diatas, maka setelah
difabrikasi, elemen konstruksi baja di cat dasar I dilakukan sebagai berikut :
Type cat : Zincromate
Merek : Dulux Quick Drying Universal Premier Green No. A.540-
49524
ex ICI Paint Indonesia.
Ketebalan : 35 micron
Cat dasar I tersebut harus dilakukan di workshop / pabrik, minimal 1 lapis atau
sampai memperoleh hasil pengecatan yang rata dan sama tebalnya.
Cat Dasar II dilakukan setelah erection dengan ketentuan sebagai berikut.
Type cat : Zincromate
Merek : Dulux Undercoat A 543 – 101 ex ICI Paint Indonesia
Ketebalan : 35 micron
Cat Dasar II baru boleh dilakukan setelah cat Dasar I betul – betul kering dan
diamplas, minimal 1 lapis atau sampai memperoleh hasil pengecatan yang rata
sama tebalnya.

Apabila Cat Dasar II dilakukan sebelum cat dasar I mengering dengan baik
sehingga timbul bentolan – bentolan pada permukaan cat, maka Direksi / MK
akan memerintahkan agar cat dasar II tersebut diamplas dan dilakukan lagi
pengecatan cat dasar II atas beban Pemborong.

c. Cat Finish.

Cat finish dilakukan 2 (dua) kali dengan ketentuan sebagai berikut :

Cat finish I
Jenis cat : Marine paint 084-2543
Produk : Danapaints
Ketebalan : 30 micron
Cat Finish II :

Jenis cat : Marine paint 084-2543


Produk : Danapaints
Ketebalan : 30 micron
Sama seperti cat dasar I dan II, maka cat finish I maupun cat finish II baru
boleh dilaksanakan setelah lapisan cat – cat sebelumnya betul – betul kering
dan diamplas
Direksi / MK akan memerintahkan pengecatan ulang pada setiap cat yang
tidak memenuhi persyaratan tersebut atas biaya pemborong.
d. Untuk mengecheck ketebalan – ketabalan pengecatan maka
pemborong diharuskan menyediakan alat ukur khusus guna keperluan tersebut
e. Khusus untuk bagian permukaan baja yang akan dibungkus
beton (kalau ada), maka permukaan tersebut tidak perlu di cat dasar maupun
finish.
f. Pengecatan primer maupun finish harus dilakukan dengan
cara spray, bukan dengan cara kuas.
14. Anti Lendut
Secara umum konstruksi baja harus difabrikasi dengan memperhatikan dan
diberikan anti lendut, khususnya untuk :

23
 Atap Baja
 Cantilever / Overstek dan
 Bagian – bagian struktur baja lainnya yang disebutkan dalam gambar

Besarnya anti lendut adalah minimum sama dengan besarnya lendutan akibat Beban
mati (DL) + Beban Hidup (LL)
Besaran / nilai anti lendup tersebut dapat dilihat pada gambar atau apabila tidak
tercantum jelas dalam gambar maka harus dinyatakan kepada Perencana struktur dan
harus tercantum jelas dalam shop drawing yang akan dijadikan acuan dasar dalam
fabrikasi.

Pasal 13
PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR
13.1. Umum

a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan


pada instalasi pemipaan distribusi pada setiap titik pengeluaran, serta
pengurusan - pengurusan dan izin - izin dari PAM dan instalasi lain yang ada
hubungannya dengan pekerjaan ini, meliputi instalasi didalam dan diluar
gedung sesuai dengan gambar - gambar perencanaan.

b. Pemasangan pipa - pipa distribusi kesetiap peralatan sanitasi


seperti closet, washtafel, urinoir dan lain - lain Yaitu dari sumber air yaitu
PAM kemudian dari meteran diditribusikan ketitik pemakaian air bersih.
c. Pengadaan, pemasangan dan pengujian alat - alat sanitasi
seperti : closet, washtafel, urinoir dan bak mandi lengkap dengan
accesoriesnya kran - kran, dan lain - lain yang termasuk alat sanitasi. Bahan
yang dipergunakan adalah lihat spek bahan.
d. Memperbaiki semua kerusakan – kerusakan, semua galian
yang diakibatkan baik oleh bobokan – bobokan, galian – galian maupun oleh
kecerobohan para pekerja.

13.2. Standard / Peraturan

Pekerjaan instalasi plumbing dan instalasi pemadam kebakaran harus memenuhi


peraturan - peraturan / standard-standard :
- Peraturan umum instalasi air, tahun 1964 nomor : 1006 yang dikeluarkan
oleh yayasan normalisasi indonesia.
- Peraturan Pemadam kebakaran.
- Pedoman Plumbing Indonesia.

13.3. Masa Jaminan


Semua pekerjaan instalasi maupun peralatannya harus dijamin akan bekerja
sempurna dengan jangka waktu 1 tahun dalam bentuk Surat Perjanjian
Pemeliharaan.
13.4. Persyaratan

a. Pemborong atau pemborong bawahan yang akan melaksanakan pekerjaan ini


harus mempunyai Surat Pengakuan (PAS) yang dikeluarkan Perusahaan Air

24
Minum Setempat.
b. Pemborong harus mengganti kembali material yang rusak sehingga syarat-syarat
fisik maupun teknis tetap dapat dipenuhi. Kebocoran - kebocoran yang terjadi
merupakan tanggung jawab kontraktor.
c. Pemborong harus memperbaiki kembali bekas bobokan baik pada tembok / beton
maupun pada dinding dan lantai.
a. Pemborong harus mengadakan testing, start-up dan demonstrasi bila
diminta, segala keperluan untuk hal ini adalah mejadi tanggung jawab dan biaya
pemborong.
b. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus mengajukan gambar-
gambar kerja dan detail (shop drawing) serta harus diajukan kepada Konsultan
Pengawas / Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
g. Kontraktor pekerjaan ini harus membuat gambar-gambar sebagaimana
dilaksanakan (Asbuilt drawing) dan operating and maintenance instruction
manual, pada penyerahan pertama untuk diserahkan kepada konsultan.
h. Gambar-gambar rencana dan spesifikasi (persyaratan) ini merupakan suatu
kesatuan. Jika terjadi gambar dan spesifikasi bertentangan, maka spesifikasi yang
lebih mengikat.
i. Gambar-gambar ini menunjukan secara umum tata letak dari peralatan instalasi,
sedangkan pemasangan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari
proyek. Gambar - gambar arsitek dan struktur / sipil harus dipakai sebagai
referensi untuk pelaksanaan dan detail “Finishing” dari proyek.

Pasal 14
PEKERJAAN KONSTRUKSI INSTALASI PENGELOLA
AIR LIMBAH (SEPTIC TANK)

14.1. Skup kerja & persyaratan

1. Pembuatan Bak septictank yang terbuat dari beton bertulang termasuk


pengadaan dan pemasangan perlengkapannya (vent, pipa T, dll) sesuai
dengan gambar rencana struktur.

2. Pembuatan bidang resapan (rembesan) termasuk pengadaan bahan dan pipa


porous, atau pipa paralon yang dilobangi.

3. Peraturan-peraturan / persyaratan

a. Syarat-syarat pelaksanaan yang tidak tercantum dalam RKS ini,


hendaknya mengikuti aturan dalam Pedoman plumbing indonesia 1979.
b. Tata cara pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan tata cara dan
petunjuk-petunjuk yang berhubungan dengan peraturan-peraturan
pembangunan yang sah berlaku di republik indonesia.
c. Pengurusan izin penyambungan pipa air kotor, kesaluran kota, sertifikat
dari keselamatan kerja, dan sebagainya merupakan tanggung jawab
pihak pemborong.
d. Cara-cara pemasangan dan penggunaan peralatan utama maupun
pembantu harus sesuai dengan persyaratan pabrik pembuatan peralatan
tersebut.

25
e. Gambar kerja yang diminta oleh pengawas harus dipenuhi segera agar
pekerjaan tidak terhambat dan sebelum dilaksanakan harus ada
persetujuan dari pihak pengawas.
f. Jaminan peralatan utama yang dipasang harus sesuai dengan jaminan
dari pabrik pembuat.
g. Supplier dari peralatan yang dipakai, sepenuhnya berada dalam tanggung
jawab pemborong pekerjaan ini.
h. Semua pekerjaan sipil (pondasi, thrustblok, bak kontrol, dll) Yang harus
dibuat oleh pemborong pekerjaan ini, harus mengikuti spesifikasi
pekerjaan sipil (pasangan batu, beton dan sebagainya).

14.2. Material / Bahan – bahan yang dipakai

a. Semua pipa air limbah dan vent baik pipa utama maupun
pipa cabang terbuat dari bahan PVC standard Produksi Wavin, PPI, Bakrie
atau setara tekanan kerja 10 kg/cm2

b. Fitting-fitting untuk pemipaan ini juga terbuat dari bahan-


bahan dan merk yang sama yaitu produksi maspion, pralon. Semua
perubahan ukuran pipa harus menggunakan reducting fitting sesuai dengan
gambar.

Pasal 15
PEMIPAAN DILUAR GEDUNG

a.. Sistem pemipaan dibawah permukaan tanah ini berfungsi untuk mengumpulkan
dan menyalurkan kotoran dari pipa air kotor yang terbuat dari PVC menuju Septik
Tank.
b. Pada setiap pertemuan atau belokan harus dilengkapi dengan bak-bak kontrol.
c. Pipa – pipa pembuangan air kotor adalah pipa pralon dia 4”
d. Air bekas yang berasal dari toilet disalurkan melalui pipa PVC bawah tanah
menuju Bak peresapan.

Pasal 16
INSTALASI PENANGKAL PETIR

16.1. Jenis penangkal petir dan instalasi


- Penangkal petir yang digunakan adalah dari jenis penangkal petir
kompensional.
- Instalatir yang memasangnya, harus sudah berpengalaman dalam
memasang penangkal petir serta sanggup memberikan garansi selama 2
tahun sejak penyerahan terakhir.

16.2. Pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan :


- Batang penangkal petir (sesuai gambar)
- Down Konductor
- Earth Terminal

a. Batang penangkal petir

26
Batang penangkal petir yang perlu dipasang berjumlah 1 buah (dapat
dilihat gambar)
b. Down Conductor
Kawat yang digunakan adalah B (bare copper) dengan luas penampang dia
50” mm2. Conductor tersebut akan bermuara pada bak kontrol. Pada bak
kontrol tersebut dapat dilakukan test pengukuran tahanan pentanahan
(secara berkala setiap tahun) Sambungan antara elektroda pentanahan
dengan kawat tembaga harus dapat dilepas dan dipasang kembali dengan
mudah. Jarak antara klem-klem penyangga kawat maksimum 15 cm, klem
tersebut dibuat dari bahan yang digalvanized.
c. Earth Terminal
System penangkap petir ini mempunyai system pentanahan tersendiri yang
terpisah dengan system pentanahan peralatan listrik. Besar tahanan
pentanahan ini adalah maximum 2 ohm, yang diukur setelah minimal 7
hari tidak turun hujan berturut-turut.

16.3. Pemasangan dan pengadaan penangkal petir, down conductor dan earth
terminal harus sesuai dengan gambar dan peraturan-peraturan yang berlaku.

Pasal 17
PEKERJAAN LISTRIK

17.1. Umum
Lingkup pekerjaan ini meliputi pengadaan pemasangan dan penyerahan dalam
keadaan baik dan siap digunakan hal-hal sebagai berikut :

- Pengadaan dan pemasangan panel-panel listrik tegangan rendah.


- Pengadaan dan pemasangan kabel-kabel toevoer
- Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan dan stop kontak didalam
bangunan maupun di luar bangunan (taman) lengkap dengan fixturesnya.

17.2. Persyaratan (Umum) Peraturan Pemasangan

Pelaksanaan pekerjaan instalasi listrik ini pada dasarnya harus memenuhi hal-
hal sebagai berikut :
1. Peraturan-peraturan yang tercantum dalam PUIL 1987
2. Peraturan-peraturan tambahan yang dikeluarkan oleh PLN
3. Harus dilaksanakan oleh Kontraktor yang memiliki surat izin dari PLN
yaitu SIKA C yang masih berlaku dan dapat menunjukan bukti-bukti
tanda daftar rekanan dalam bidang usaha listrik yang dikeluarkan oleh
instalasi yang berwenang.
4. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instalasi berwenang (keselamatan
kerja dan lain sebagainya).
5. Pekerjaan Kontraktor listrik ini harus dipasang oleh Kontraktor yang sudah
berpengalaman mengerjakan pemasangan instalasi listrik, sesuai dengan
jenis proyek

17.3. Gambar-Gambar

27
1. Gambar-gambar rencana dan spesifikasi (persyaratan) ini merupakan suatu
kesatuan yang saling melengkapi sama mengikatnya.
2. Jika terjadi gambar dan spesifikasi bertentangan, maka spesifikasi yang
lebih mengikat.
3. Gambar-gambar instalasi menunjukan secara umum dan tata letak dan
peralatan instalasi sedang pemasangan harus dikerjakan dengan
memperhatikan kondisi dari proyek.
4. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus menunjukkan gambar-
gambar kepada Direksi / Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya.
5. Setiap shop drawing yang diajukan kontraktor untuk disetujui oleh
Direksi / Pengawas dianggap Kontraktor telah mempelajari situasi dan
berkonsultasi dengan pekerjaan instalasi - instalasi lainnya.
6. Kontraktor pekerjaan ini harus membuat gambar-gambar sebagaimana
dilaksanakan (as built drawing) dan operating dan maintenance
instruction / manual, pada penyerahan pertama, penyerahannya kepada
konsultan pengawas dalam rangkap 5 (lima)
17.4. Daftar Bahan dan Contoh

1. Sebelum pekerjaan ini dimulai, kontraktor harus menyerahkan kepada


konsultan perencana daftar bahan-bahan yang dipakai dalam rangkap 4
(empat).
2. Kontraktor harus menyerahkan kepada konsultan perencana contoh bahan
- bahan yang dipakai dan semua biaya berkenaan dengan penyerahan dan
pengambilan contoh-contoh ini adalah tanggungan kontraktor.
3. Kontraktor diwajibkan untuk mengadakan pemeriksaan kembali atas
segala ukuran-ukuran / kapasitas peralatan yang akan dipasang, dalam hal
terjadi keragu-raguan harus segera menghubungi konsultan pengawas.
4. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment yang keliru akan
menjadi tanggung jawab kontraktor. Untuk itu pemilihan equipment harus
mendapat persetujuan dari konsultan pengawas.

17.5. Pelaksanaan Listrik


Panel-panel

a. Panel-panel utama harus dibuat dari pelat besi tebal 2 mm, dengan rangka
besi dan seluruhnya harus dimenie dan diduco 2 kali, dan harus dicat dengan
cat bakar, warna finishing yang dapat dipakai adalah grey blue (abu-abu),
panel-panel ini harus dapat dilayani dari depan. Pintu dari panel-panel
tersebut diatas harus dilengkapi dengan kunci tanam merk YALE atau
sejenis.
b. Untuk panel-panel distribusi dapat dipergunakan besi plat tebal 1,6 mm.
Konstruksi, finishing dan sebagainya seperti diuraikan diatas.
c. Konstruksi dalam panel serta letak dari komponen-komponen dapat
mudah dilaksanakan, perbaikan - perbaikan, penyambungan - penyambungan
pada komponen-komponen dapat mudah dilaksanakan tanpa mengganggu
komponen-komponen lainnya.
d. Seluruh elemen-elemen / komponen - komponen untuk semua panel harus
buatan Merlin Gerlin (MG) atau sejenis yang dapat disetujui oleh Konsultan
Perencana.
e. Komponen-komponen pengaman yang dipakai adalah jenis miniatur

28
circuit breaker (MCB), yang mempunyai breaking capacity minimum 10 KA,
Moulded Case, Circuit Breaker (MCCB), yang mempunyai breaking capacity
minimum 20 KA.
f. Tiap - tiap panel dibuatkan busbar untuk grounded tahanan pentanahan
tidak boleh melebihi nilai 2 Ohm diukur setelah minimal tidak hujan selama 7
hari
g. Setiap panel harus mempunyai 5 busbar coper terdiri dari 3 busbar phase
R-S-T, 1 busbar netral dan 1 busbar untuk grounding. Besarnya busbar harus
diperhatikan untuk besar arus yang akan mengalir dalam busbar tersebut
tanpa menyebabkan suhu yang lebih besar dari 65 oC dan direncanakan atas
dasar temperatur 40 oC. Setiap busbar copper harus diberi warna sesuai
peraturan PLN. Lapisan yang dipergunakan untuk memberi warna busbar dan
saluran harus dari jenis yang tahanan terhadap kenaikan suhu yang
diperbolehkan. Merk panel : Siemens atau sejenis dan disetujui konsultan
perencana.
h. Alat ukur yang dipergunakan adalah jenis semi flush mounting dalam
kotak tahan getaran dengan ukuran 96 x 96 mm

17. Kabel – Kabel Toevoer


a. Kabel-kabel toevoer yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk
tegangan minimum 0,6 KV (600 volt)
b. Pada Prinsipnya untuk kabel-kabel toevoer dipergunakan jenis NYFGBY
dan NYY
c. Kabel-kabel toevoer yang dipasang didalam tanah harus ditanam
minimum 60 cm dari permukaan tanah. Kabel sebelum dipasang harus diberi
pasir sebagai alas setebal 15 cm ditutup dengan batu pelindung kemudian
diurug kembali.
d. Untuk kabel menyeberangi selokan, jalan atau instalasi lainnya harus
dilindungi dengan pipa galvanis dengan penampang minimum 2 kali
penampang kabel.
e. Menghubungkan kabel pada terminal busbar panel harus menggunakan
sepatu kabel yang dipress.
f. Kabel toevoer yang diajukan untuk dipasang adalah buatan pabrik kabel
metal, kabelindo dan yang disetujui oleh Konsultan Perencana.

17.7. Kabel Penerangan dan Conduit

a. Untuk penerangan dan stop kontak biasa, kabel yang dapat dipergunakan
adalah type NYM penampang kabel minimum yang dapat dipakai adalah 2,5
mm2. Didalam pipa PVC klas AW dia. 3/4” atau pipa merk GIFLEX, EGA.
b. Kabel - kabel yang turun dari plafond ke stop kontak dan saklar melalui
dinding bata memakai pipa galvanis steel atau setara.
c. Diameter pipa yang digunakan sesuai dengan kabel yang dipakai
d. Untuk penyambungan kabel-kabel harus menggunakan terminal box.
Terminal box tersebut tutupnya harus dapat dilepas dan dipasang kembali
dengan mudah dengan memakai sekrup.
e. Pemasangan pipa kabel-kabel diatas plafond harus disusun rapi dan harus
diklem/diikat dengan kawat pada rak-rak kabel dan pada prinsipnya kabel-
kabel tidak diperkenankan langsung diklem pada konstruksi bangunan.
f. Kabel-kabel yang terpasang didalam bak beton kolom beton dinding beton

29
harus menggunakan pipa galvanized steel.
g. Merk marvich, national. Pemasangan pipa metal pada daerah-daerah
tersebut harus disertai dengan kawat pancingan.
h. Hantaran-hantaran yang lainnya tidak ditarik diatas langit-langit seperti
pasangan pada kolom beton, maka pipa-pipa sudah harus dipersiapkan
sebelum pengecoran beton dilaksanakan, termasuk kotak-kotak sambungan
(inspection boxes) dudukan stop kontak dan saklar dan sebagainya.
i. Untuk kabel - kabel yang bertegangan dan yang tidak bertegangan dan
kabel pentanahan yang dipasang harus dibedakan dalam beberapa macam
warna kabel.
j. Penyambungan kabel-kabel penerangan dan stop kontak didalam dos harus
memakai las dop yang terbuat dari berkelit berwarna (buatan legrand 3 M
atau equivalent) yang dapat disetujui oleh Konsultan Perencana. Las doop
dari bahan porselin tidak diperkenankan untuk dipergunakan.
k. Kabel-kabel untuk penerangan harus menggunakan kabel LMK-PLN
buatan pabrik kabel metal, kabelindo, supreme yang dapat disetujui oleh
konsultan perencana.
l. Kontak - kontak sambungan sedapat mungkin ditempatkan pada tempat-
tempat yang mudah dicapai pada saat diperlukan pelaksanaan perbaikan atau
penggantian kabel dikemudian hari.
m. Tidak diperkenankan menggunakan potongan potongan kabel secara
disambung-sambung, kecuali pada tempat-tempat tertentu seperti
pencabangan dari suatu rangkaian.
n. Semua sambungan kabel harus dilaksanakan dengan menggunakan klem
baut dan terlindung dalam kotak sambungan, untuk menghindari gangguan
yang dapat terjadi akibat sentuhan – sentuhan
o. Pada ujung - ujung hantaran yang disambung pada titik-titik penerangan atau
yang akan dihubungkan langsung ujung yang mempunyai klem baut seperti
terminal block, ceiling rose box dan lain sebagainya.
p. Semua sambungan harus terikat kuat untuk menjamin kontak yang
sempurna.

17.8. Stop Kontak dan Saklar

- Pada prinsipnya stop kontak dan saklar yang dapat dipergunakan


adalah Berker type Modul Standard atau sejenisnya.
- Stop Kontak dan saklar yang akan dipasang type pemasangan
masuk (flush mounting)
- Flush box (inbouw doos) untuk tempat saklar stop kontak dinding
harus dipakai dari jenis bahan metal.
- Stop kontak dinding yang dipasang 150 cm dari permukaan lantai
dan diruangan-ruangan yang basah/lembab harus jenis kedap air (water
dicht), sedang untuk saklar dipasang 150 cm dari permukaan lantai.
- Penempatan / posisi stop kontak, saklar dan panel pengaman
dilaksanakan sesuai yang tertera dalam gambar-gambar bersangkutan dan
dipasang tertanam. Pemborong pada saat memulai pekerjaan pemasangan
pipa-pipa sudah harus memperhatikan posisi penempatan stop kontak, saklar
atau panel pengaman seperti tidak berada dibelakang pintu dan lain
sebagainya.
- Stop kontak saklar dan fitting harus mempunyai nilai nominal

30
arus / rating 6A - 500 volt dan 15 A - 500 V untuk pasangan sampai dengan
1500 VA.
- Pada tempat-tempat yang selalu lembab atau basah seperti dalam
kamar mandi atau dapur, maka harus dipakai alat-alat yang kedap air.

17.9. G rounding
a. Semua panel lighting fixtures, stop kontak dan bagian-bagian metal lainnya
yang berhubungan dengan instalasi listrik harus digrounding.
b. Kawat grounding dapat dipergunakan kawat telanjang (BCC = Bare Copper
Conductor) atau kawat yang terisolasi yang diberikan warna kuning strip hijau.
c. Besarnya kawat grounding yang dapat digunakan minimal berpenampang sama
dengan penampang kabel masuk (incoming feeder).
d. Nilai tahanan grounding system untuk panel-penel harus lebih kecil dari 2 ohm,
diukur setelah tidak hujan selama 7 hari.
e. Elektrode pentanahan untuk grounding digunakan pipa galvanis minimum
berdiameter 1/2” diujung pipa tersebut diberi / dipasang copper rod sepanjang
0,5m. Electrode pentanahan yang dipatok dalam tanah minimal sepanjang 6
meter.

17.10. Lain - lain

1. Commisioning dan Testing


- Kontraktor pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua testing dan
pengukuran- pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa /
mengetahui apakah seluruh instalasi telah dapat berfungsi dengan baik dan
memenuhi semua persyaratan.
- Semua tenaga dan bahan perlengkapannya yang perlu untuk testing
tersebut merupakan tanggung jawab kontraktor. Termasuk peralatan
khusus yang perlu untuk testing dari seluruh sistem ini. Seperti dianjurkan
oleh pabrik harus disediakan oleh Kontraktor.
- Kontraktor harus menyerahkan kepada konsultan pengawas dalam rangkap
3 (tiga) mengenai hal - hal sebagai berikut :
* Hasil pengetesan kabel - kabel
* Hasil pengetesan peralatan - peralatan instalasi
* Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
* Hasil pengukuran - pengukuran dan lain - lain

- Semua pengetesan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh


Konsultan Pengawas Pekerjaan ini
2. Masa Pemeliharaan dan Serah Terima Pekerjaan :
- Peralatan - peralatan instalasi ini harus digaransi selama 6 (enam) bulan
terhitung saat penyerahan pertama.
- Masa Pemeliharaan untuk instalasi ini adalah selama 3 (tiga) bulan
terhitung saat penyerahan pertama
- Selama masa pemeliharaan ini kontraktor pekerjaan instalasi ini
diwajibkan untuk mengatasi segala kerusakan - kerusakan dari pada
instalasi yang dipasangnya tanpa ada tambahan biaya.
- Selama masa pemeliharaan tersebut kontraktor pekerjaan instalasi ini harus

31
menyediakan tenaga-tenaga yang diperlukan. Dalam masa ini Kontraktor
masih bertanggung jawab penuh seluruh instalasi yang telah dilaksanakan.

Pasal 18

PEKERJAAN LAND SCAPING


Lingkup Pekerjaan dan Persyaratan

a. Termasuk dalam pekerjaan ini meliputi penataan areal halaman gedung utama
yaitu :
- Pembuatan pagar keliling sesuai dengan gambar
- Pasangan Paving block untuk areal parkir (lihat gambar)
- Pembuatan taman - taman dan penanaman untuk penghijauan
(lihat gambar sofcape)
- Pekerjaan lainnya yang ditunjukan dalam gambar
b. Ketentuan mengenai pekerjaan paving block mengikuti ketentuan seperti yang
ditunjukan dalam gambar.
c. Paving block yang digunakan harus dari kualitas terbaik produksi dalam Negeri
dengan karakteristik beton K 300.
d. Tanaman pohon - pohon pelindung, tanaman hias dan tanaman - tanaman untuk
pagar, jenis sesuai dengan gambar. Tanah sebagai media tanaman sebelumnya
harus dicampur dengan tanah subur/pupuk kandang.
e. Kontraktor harus merawat tanaman - tanaman hingga tumbuh baik sampai saat
penyerahan terakhir.
g. Untuk semua tanaman baik jenis, tinggi, diameter batang dan lain sebagainya arus
mengikuti ketentuan yang ada pada BQ

Pasal 19
PENGAMANAN

Kontraktor bertanggung jawab atas hilangnya bahan/peralatan – peralatan. Bahan/


peralatan yang hilang atau rusak harus diganti oleh kontraktor tanpa tambahan biaya.

Pasal 20
GAMBAR AS BUILT DRAWING

Kontraktor harus menyerahkan gambar sesuai yang telah terpasang (as intalated)
dalam bentuk 1 (satu) set Asli dan 2 (dua) set gambar cetakannya. Gambar ini harus
menunjukkan letak – letak semua komponen I sesuai yang dikerjakan oleh kontraktor.
Penyerahan gambar ini harus segera setelah seluruh pekerjaan selesai.

Pasal 21
PEMELIHARAAN

32
Selama masa pemeliharaan kontraktor berkewajiban untuk mengganti material yang
tidak berfungsi dengan baik, dan bertanggung jawab atas semua kekurangan yang
telah dipasang.

33

Anda mungkin juga menyukai