Anda di halaman 1dari 12

SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

(SPESIFIKASI)
Kegiatan : Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Penyediaan Air
Minum Kawasan Pedesaan dan Pemukiman Perkotaan
Pekerjaan : Pembangunan Sistem Penyediaan Air Bersih Air Minum
Dusun Cingka Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau
Tahun Anggaran : 2020

A. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan mencakupi Pembuatan PAH dengan Pondasi Pasangan Tiang Tongkat ,
Pekerjaan Lantai Dudukan dan Tiang Kolom Kayu dengan Penutup Atap Seng
Gelombang.
B. STANDAR/SPESIFIKASI TEKNIS UMUM PEMBANGUNAN
1. Tenaga Kerja Dan Peralatan
a) Tenaga kerja yang dilibatkan dalam pelaksanaan harus memakai tenaga
yang sesuai dengan tingkat keahlian, pengalaman, serta tidak melanggar
ketentuan-ketentuan perubahan yang berlaku di Indonesia.
b) Kontraktor harus mengunakan tenaga yang ahli dalam bidang
pelaksanaan (Skill Labour), baik tenaga pelaksana, mandor maupun
tukang.
c) Semua tenaga kerja dipimpin oleh seorang Manejer lapangan atau
Pelaksana sebagai Wakil Kontraktor di lapangan.
d) Tenaga kerja pelaksana dari sub kontraktor harus dipilih yang sudah
berpengalaman dan mampu menangani pekerjaan yang disub-
kontraktorkan.
e) Hubungan kontraktor dengan sub-kontraktor dalam menyangkut
keseluruhan pekerjaan, dan menjadi tanggung jawab kontraktor.
f) Klasifikasi Site Manager adalah sebagai berikut :
1) Sarjana Teknik Sipil/Teknik Arsitektur dengan pangalaman kerja
pada bidang yang sesuai dengan dokumen lelang.
g) Alat-alat untuk melaksanakan pekerjaan harus disesuaikan oleh
kontraktor dalam keadaan baik dan siapa pakai dalam jumlah mencukupi.
h) Harus disiapakan tenaga operator yang mampu untuk mengoperasikan
dan memperbaiki peralatan mekanik/mesin sehingga pekerjaan dapat
berjalan dengan benar.
2. Pemakaian Merk Dagang
a) Apabila dalam rencana kerja dan syarat-syarat hanya disebutkan satu
merk bahan, bukan berarti hanya dapat dipakai merk tersebut, melainkan
dapat dipakai merk lain dengan standar mutu dan ciri-ciri fisik yang sama
dan mendapat persetujuan Direksi
b) Kontraktor dapat mengusulkan perubahan pemakaian merk dengan cara
tertulis apabila merk dagang tersebut tidak tersedia dipasaran, dengan
melampirkan bukti tertulis dari distributor yang menyatakan bahwa
barang/bahan tersebut tidak tersedia dipasaran.
c) Kontraktor harus dapat membuktikan kesetaraan kualitas dan ciri-ciri
fisik yang dituntut pada rencana kerja dan syarat-syarat, dan untuk
mempergunakannya harus ada persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas dan/atau Pengelola Kegiatan/Penanggung Jawab Kegiatan.
3. Prosedur Pengadaan Bahan Bangunan
a) Secepatnya kontraktor melalui Menager Lapangan/ Pelaksana
mengajukan contoh bahan yang akan didatangkan sesuai dengan
spesifikasi dalam rencana kerja dan syarat-syarat, pada saat rapat
lapangan pertama kali.
b) Contoh bahan yang telah disetujui harus dipasang di dalam direksi keet
sebagai pedoman mutu bahan.
c) Apabila tanpa ada contoh pengajuan contohnya bersamaan dengan
datangnya bahan tersebut, maka pengawas lapangan/ direksi berhak
menolak dan memberi perintah untuk mengeluarkan bahan tersebut dari
lokasi pekerjaan.
4. Pemeriksaan Bahan Bangunan
a) Secara umum konsultan pengawas/direksi berhak memeriksa semua
jenis bahan bangunan yang dipergunakan kontraktor dan menolaknya
apabila nyata-nyata tidak memenuhi persyaratan untuk itu.
b) Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh kontraktor di lapangan
tetapi oleh konsultan pengawas/direksi ditolak untuk dipergunakan,
harus segera dikeluarkan dari lapangan selambat-lambatnya dalam
waktu 2x24 jam terhitung sejak jam penolakan tersebut.
c) Apabila konsultan pengawas/direksi merasa perlu memeriksa bahan
bangunan yang diragukan spesifikasinya, maka konsultan pengawas
berhak mengirimkannya kepada balai penelitian bahan-bahan bangunan
atau lembaga lain yang ditetapkan bersama pengelola kegiatan untuk
diteliti.
d) Semua biaya untuk hal tersebut diatas menjadi tanggungan kontraktor,
apapun hasil dari penelitian tersebut.
e) Konsultan pengawas/direksi berwenang meminta keterangan mengenai
asal bahan dan kontraktor harus memberitahukannya.
5. Mutu Bahan Bangunan
a) Disarankan kepada kontraktor sebelum melaksanakan pekerjaan secara
massal dapat meminta secara persetujuan hasil pekerjaan kepada
pengawas lapangan/direksi.
b) Agar tidak terjadi bongkar/pasang pekerjaan, apabila terdapat gambar
yang tak jelas, maka kontraktor diwajibkan menanyakan kepada
pengawas lapangan/direksi untuk menyamakan persepsi, atau apabila
perlu dapat meminta konsultan perencana untuk menjelaskan agar
didapat jawaban yang pasti tentang perencanaanya.
c) Bagian pekerjaan yang telah mulai tetapi masih digunakan bahan-bahan
yang ditolak olek konsultan pengawas/direksi atau tanpa ijin harus
segera dihentikan dan selanjutnya pekerjaan tersebut harus dibongkar.
6. Peraturan Teknis
6.1. Umum
Pedoman pelaksanaan yang diatur oleh peraturan pembangunan yang
syah yang berlaku di Indonesia sepanjang tidak ditetapkan lain dalam
rencana kerja dan syarat-syarat yang harus ditaat selama pelaksanaan,
yaitu :
a) SNI 03-3424-1994 tentang Tatacara perencanaan drainase permukaan
jalan
b) Peraturan beton SNI 03-2847-2002
c) SNI 03-6862-2002 tentang Spesifikasi peralatan pemasangan dinding
bata dan plesteran
d) Mutu Kayu Bangunan SNI 03-3527-1964
e) Pedoman perencanaan penanggulangan longsoran SNI 03-1962-1990.
f) Keputusan badan agretase Nasional Indonesia (BANI).
g) Peraturan- Peraturan lain yang dikeluarkan oleh Pemerintah daerah
setempat yang berkaitan dengan permasalahan bangunan.
6.2. Khusus
Untuk melaksanakan pekerjaan seperti yang tersebut dalam lingkup
pekerjaan, maka berlaku dan mengikat.
a) SK. Penanggung Jawab Kegiatan Tentang Penunjukan Kontraktor
(Gunning).
b) Surat Kesanggupan Kerja.
c) Surat Perintah Kerja.
d) Surat Penawaran Serta Lampiran-lampirannya.
e) Gambar Bestek.
f) RKS beserta lampiran-lampirannya.
g) Kontrak Pelaksanaan dan Adendumnya (bila ada).
h) Shop drawing yang diajukan oleh kontraktor yang disetujui konsultan
pengawas dan/atau pengelola teknis kegiatan untuk dilaksanakan.
i) Time Schedule yang diajukan oleh kontraktor yang disetujui konsultan
pengawas dan pengelola kegiatan/ penanggung jawab kegiatan.
6.3. Penjelasan Gambar
a) Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan gambar detail
maka yang harus diikuti adalah gambar detail.
b) Bila terdapat skala gambar dan ukuran yang tertulis dalam gambar
berbeda, maka ukuran dalam gambar yang berlaku.
c) Bila rekanan meragukan tentang perbedaan antar gambar yang ada,
baik konstruksi maupun ukurannya, maka rekanan berkewajiban
untuk menanyakan kepada konsultan pengawas secara tertulis.
d) Dalam hal terjadi penyimpangan detail antara gambar bestek dan
keadaan dilapangan, kontraktor dapat mengajukan gambar kerja
(shopdrawing) yang sesuai dengan kondisi dilapangan dan
mempergunakannya dalam pelaksanaan dengan persetujuan tertulis
konsultan pengawas.
e) Didalam semua hal, bila terjadi pengambilan ukuran yang salah adalah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
f) Apabila dalam gambar disebutkan lingkup pekerjaan atau ukuran,
sedangkan dalam rencana kerja dan syarat-syarat tidak disebutkan,
maka gambar yang harus dilaksanakan.
6.4. Penjelasan Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat
a) Pada rencana kerja dan syarat-syarat tentang syarat-syarat teknis,
termuat lingkup pekerjaan, spesifikasi bahan yang digunakan dalam
syarat-syarat pelaksanaannya.
b) Apabila dalam gambar tidak tercantum lingkup pekerjaan, ukuran dan
jumlah, sedangkan dalam rencana kerja dan syarat-syarat pada
lingkup pekerjaan tercantum, maka kontraktor terikat untuk
melaksanakannya.
7. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan meliputi :
1) Pembangunan Sistem Penyediaan Air bersih/ Air Minum
1. Pekerjaan Pendahuluan
2. Pekerjaan Tanah
3. Pekerjaan Konstruksi
7.1. Pekerjaan Pendahuluan
7.1.1. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus mengadakan
persiapan ijin dan melakukan koordinasi dengan pihak pengelola
kegiatan/penanggung jawab kegiatan dan konsultan pengawas.
7.1.2. Pekerjaan persiapan meliputi sebagai berikut :
a) Mengadakan pengamanan lokasi kegiatan dari segala gangguan.
b) Mengadakan komunikasi dengan instansi yang terkait dalam
rencana pembangunan ini.
c) Mengadakan atau membuat direksi keet, papan nama kegiatan,
gudang penyimpanan bahan dan bangsal kerja.
d) Menyediakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin pembantu.
e) Melaksanakan pengukuran guna menentukan duga lapangan
dan ukuran-ukuran lainnya yang berhubungan dengan
pekerjaan pembangunan ini, serta memasang papan bowplank.
f) Menyediakan kotak P3K dan perlengkapannya yang
ditempatkan didalam direksi keet.
g) Membuat/mempersiapkan jalan masuk dan akses ke lokasi
proyek.
h) Melaksanakan pembersihan akhir setelah pekerjaan selesai
dilaksanakan.
7.1.3. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus membuat photo dari
4 sisi pengambilan pada kondisi fisik lahan calon lokasi pekerjaan.
7.1.4. Apabila kontraktor akan mendirikan bangunan sementara (direksi
keet dan gudang) maupun tempat penimbunan bahan, maka
kontraktor harus merundingkan terlebih dahulu kepada pengelola
kegiatan/penanggung jawab kegiatan tentang penggunaan
halaman.
7.1.5 Semua biaya untuk prasarana, fasilitas untuk memasuki daerah
pekerjaan, serta akomodasi tambahan diluar daerah/areal kerja
menjadi tanggung jawab kontraktor.
7.1.6 Apabila terjadi kerusakan pada jalan komplek, saluran air atau
bangunan lainnya yang disebabkan adanya pembangunan ini,
kontraktor berkewajiban memperbaiki kembali selambat-
lambatnya dalam masa pemeliharaan pekerjaan.
7.2. Pekerjaan Tanah
7.2.1. Lingkup Pekerjaan
a. Pek. Galian tanah
b. Pek. Urugan kembali
7.2.2. Syarat Pelaksanaan
a. Penggalian tanah untuk pondasi tiang tongkat dilakukan setelah
pengukuran sesuai dengan gambar bestek
b. Kedalaman galian tanah disesuaikan dengan ukuran yang ada
pada gambar bestek.
c. Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan maka galian tanah
tersebut harus diurug kembali dan diratakan dengan permukaan
tanah semula.
7.3 Pekerjaan Konstruksi
7.3.1. Lingkup Pekerjaan
a. Pek. Pondasi Tiang Tongkat
b. Pek. Kolom Kayu
c. Pek. Lantai Dudukan
d. Pek. Atap
Pekerjaan Beton
a) Beton rabat digunakan untuk lantai dudukan dengan campuran
beton mutu, f c = 14,5 MPa (K175), slump (12 + 2) cm, w/c =
0,66.
7.3.2. Bahan-bahan
7.3.2.1. Potland Cement (PC)
a) Semen yang dipergunakan sebagai bahan beton adalah
Portland Cement (PC) Tipe I.
b) Satu komponen beton tidak boleh dikerjakan dengan
menggunakan lebih dari satu merek semen.
7.3.2.2. Agregat Halus (Pasir)
a) Pasir beton harus bermutu baik, berbutir tajam dan
keras tidak mengandung bahan organis dan sejenisnya
b) Agregat halus harus bersih dan tidak boleh mengandung
lumpur lebih dari 5% (terhadap berat kering) serta
memenuhi gradasi yang baik.
7.3.2.3. Agregat Kasar (Kerikil)
a) Agregat kasar berupa kerikil/batu pecah mesin atau
pecah tangan.
b) Agregat kasar yang dipakai adalah batu berukuran 1/2
cm dan mempunyai gradasi heterogin, kekerasan yang
cukup, tajam, keras dan tidak berpori.
c) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang
dapat merusak beton.
d) Agregat kasar tidak boleh kotor dan kandungan lumpur
maksimum 1% (terhadap berat kering). Bila kandungan
lumpur melebihi batas maksimum, maka harus dicuci
terlebih dahulu sebelum dipergunakan.
7.3.2.4. Air
Air yang dipakai untuk pembuatan dan perawatan beton
harus air tawar dan bersih, bebas dari zat-zat kimia yang
bisa merusak beton/baja tulangan.
7.3.2.5. Besi Tulangan
Besi tulangan yang dipakai adalah baja polos dengan mutu
baja fy = 240 Mpa (U-24) dengan tegangan leleh 2.400
kg/cm2 yakni dengan penggambaran diberi notasi Ø (baca:
Diameter). Besi tulangan harus bersih dari karat, lapisan
minyak dan bahan lainnya yang dapat mengurangi daya
lekat beton.
7.3.2.6. Batu Kali/ Batu Belah
Batu harus bersih dari bahan yang merugikan, yang dapat
mengurangi kelekatan dengan adukan. Sebelum
pemasangan, batu harus dibasahi seluruh permukaannya
dan diberikan waktu yang cukup untuk proses penyerapan
air sampai jenuh.
7.3.2.7. Cetakan Beton (Bekisting)
Bahan bekisting dipakai kayu terentang/kelas III yang
cukup kering dan keras serta untuk menggunakannya harus
mendapatkan persetujuan Direksi Teknis dan Konsultan
Pengawas.
7.3.3. Syarat Pelaksanaan
7.3.3.1. Bekisting
a) Pemasangan bekisting harus rapi, cukup kuat dan kaku
untuk menahan getaran dan kejutan gaya yang diterima
tanpa berubah bentuk.
b) Kerapian dan ketelitian pemasangan bekisting harus
diperhatikan agar setelah bekisting dibongkar
memberikan bidang-bidang yang rata.
c) Celah-celah antara papan harus rapat agar pada waktu
pengecoran air tidak merembes keluar.
d) Sebelum pengecoran, bagian dalam bekisting harus
bersih dari kotor.
7.3.3.2. Penulangan
a) Sebelum pengecoran rangkaian tulangan harus sudah
dilengkapi dengan beton decking, yang jumlah,
penempatan, mutunya harus disetujui Direksi.
b) Perlakuan pelaksanaan tulangan (Penyambungan,
Pembengkokan, pemasangan tulangan lewatan dan lain-
lain) harus memenuhi SNI-1991.
c) Penyetelan dan pemasangan besi tulangan. Semua
tulangan harus dipasang pada posisi yang tepat hingga
tidak dapat berubah dan bergeser pada waktu adukan
digetarkan atau dipukul-pukul dengan palu/cetok.
Penyetelan besi tulangan harus diperhitungkan dengan
tebal selimut beton terhadap ukuran yang ditentukan.
7.3.3.3. Pengecoran beton
a) Sebelum pengecoran dilaksanakan, bekisting harus dicek
terhadap kelurusan, baik arah vertikal maupun
horisontal.
b) Untuk memadatkan spesi beton waktu pengecoran
menggunakan pukulan palu/cetok pada begisting atau
dirojok/ditusuk dengan besi.
c) Pengadukan harus rata dan sama kentalnya setiap kali
membuat adukan, untuk bagian yang mengeras tidak
boleh dipakai.
d) Pembongkaran bekisting baru diperbolehkan setelah
beton mengalami periode pengerasan sesuai dengan SNI
03-2847-2002/seijin Direksi Teknik.
e) Pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketentuan ini, harus
dibongkar dan diperbaiki atas biaya pemborong.
f) Sebelum pengecoran dilakukan, sisi dalam papan
bekisting harus bebas dari segala macam kotoran dan
harus tersiram dengan air sampai merata.
g) Adukan beton plat jembatan dengan campuran K 175
7.3.3.4. Perawatan Beton
a) Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik
dengan cara yang disetujui Direksi.
b) Segera setelah beton di cor, maka permukaan yang tidak
tertutup oleh cetakan harus dijaga terhadap
kelembabannya dengan cara ditutup dengan bahan
pelindung dan terhindar dari panas dan hujan.
7.5. Pekerjaan Kayu
7.5.1    Lingkup Pekerjaan
a.   Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan
alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan
seperti dinyatakan dalam gambar, dengan hasil yang baik
dan rapi.
b.    Pekerjaan ini meliputi : Kolom, Rangka Atap, Papan
lisplank profil dan pekerjaan kayu kasar pada umumnya.
7.5.2 Persyaratan Bahan
7.5.2.1.      Jenis kayu yang dipakai :
a.     Kayu yang kering Kelas Kuat I untuk kolom, Yang kering
Kelas Kuat II untuk Gording dan Papan Listplank. Kayu
digunakan untuk seluruh pekerjaan yang disebutkan
diatas, terkecuali dinyatakan lain dalam buku Syarat –
syarat Teknis dan yang dinyatakan dalam gambar.
b.    Harus benar-benar kayu bermutu terbaik dari jenis
masing-masing
c.     Dapat dihindarkan adanya cacat-cacat kayu antara lain
yang berupa putih kayu, pecah-pecah , mata kayu , basah
dan lapuk. Syarat-syarat kelernbaban kayu yang dipakai
harus memenuhi syarat PPKI. Untuk kayu kamper
Kalimantan, kelembaban tidak dibenarkan melebihi 12
%.
d.     Semua kayu yang dipasang/dipakai ialah yang disetujui
oleh Direksi Pelaksana.
7.5.3    Syarat – Syarat Pelaksanaan
1.   Semua pengikat berupa paku baut, kawat dan lainnya
harus digalvanisasi sesuai dengan NI 5, Bab IV, Pasal 14,
15 dan 17 tidak diperkenankan pekerjaan ditempat
pemasangan.
2.   Pengukuran keadaan lapangan diperlukan sebelum
memulai pekerjaan untuk mendapatkan ketetapan
pemasangan dilapangan
3.   Bentuk kuda – kuda dibuat sesuai pola dari atap yang
telah direncanakan dalam gambar, dengan
memperhatikan letak dan bentuk atap dan lain-lain yang
akan terpasang bersamanya.
4.    Hasil akhir dari pemasangan harus rata, lurus dan tidak
melampaui toleransi kerataan 0,5 cm untuk setiap 2 m 2.
7.6. Pekerjaan Penutup Atap
7.6.1 Lingkup Pekerjaan
Bagian pekerjaan yang dilaksanakan adalah menutup
semua bidang atap bangunan.
7.6.2 Pedoman Pelaksanaan
1. Pasangan seng Ggelombang disusun berlapis sesuai
dengan bentuk seng yang ada di atas reng .Bumbungan
ditutup dengan bahan yang sejenis dengan bahan atap.
2. Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-
syarat sehingga tidak mengakibatkan kebocoran.
Apabila terjadi kebocoran setelah pemasangannya, maka
bagian yang bocor tersebut harus dibongkar dan
dipasang baru.

8. Pekerjaan lain-lain
8.1 Lingkup Pekerjaan adalah Pengadaan Tangki Penguin dengan kapasitas
2000 liter, administrasi / dokumentasi, biaya keamanan jaga malam,
obat-obatan / P3K, papan nama kegiatan dan direksi keet lengkap.
Penjelasan masing-masing lingkup pekerjaan ini telah dijabarkan pada
masing-masing pasal diatas, kecuali : Administrasi / dokumentasi
dimaksudkan kegiatan kontraktor untuk membuat segala administrasi
Kegiatan, yaitu membuat buku harian, mingguan, bulanan dan as built
drawing, foto-foto Kegiatan dan lain-lain yang dibutuhkan untuk
kelancaran pekerjaan.
Obat-obatan / P3K minimum disediakan dilapangan untuk keperluan 10
orang pekerja.
8.2 Kontraktor diwajibkan membuat foto kemajuan pekerjaan dari 0 % - 100
% yang dapat dilihat dari semua arah bangunan. Pengulangan foto harus
dilakukan pada sisi yang sama
9. Penutup
9.1 Bila pekerjaan selesai dan akan diserahkan sebagai penyerahan terakhir
maka seluruh pekerjaan harus bersih dari semak-semak atau timbunan.
9.2 Meskipun dalam bestek, dan gambar bestek ini pada uraian pekerjaan
serta uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus
disediakan oleh kontraktor atau yang harus dipasang oleh kontraktor,
tetapi tidak disebutkan dalam penjelasan pekerjaan pembangunan ini,
maka perkataan tersebut diatas dianggap ada dan dimuat dalam bestek
ini. Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan
pembangunan dan tercantum dalam RAB, tetapi tidak diuraikan dan
dimuat dalam bestek, sehingga harus diselenggarakan dan diselesaikan
oleh kontraktor demi untuk menuju penyerahan / penyelesaian yang
lengkap serta sempurna menurut pertimbangan – pertimbangan dari
Direksi/Pengawas.

Anda mungkin juga menyukai