KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
Jalan. Merdeka Barat No.8 Jakarta 10110. Telp.021-3811308 Fax.021-3451657
SATUAN KERJA
DIREKTORAT TRANSPORTASI SUNGAI DANAU DAN PENYEBERANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
PEKERJAAN :
PENGADAAN JASA PEMBORONGAN
PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN TAKABONERATE DI PULAU KAYUADI
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN ANGGARAN
2022
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
1.1 UMUM
1) Jenis dan uraian pekerjaan dan persyaratan teknis khusus gambar-gambar rencana
(Design) adalah merupakan satu kesatuan dengan RKS ini.
2) Adapun standar yang dipakai untuk pekerjaan tersebut di atas ialah berdasarkan:
- BSN (Badan Standarisasi Nasional Indonesia)
- ASTM (American Society for Testing & Materials)
- ASSHO(American Association of State Highway Officials).
3) Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus mengukur kembali semua
titik elevasi dan koordinat-koordinat. Dan apabila terjadi perbedaan-perbedaan
dilapangan, Kontraktor wajib membuat gambar- gambar penyesuaian dan harus
mendapat persetujuan MK (Pengawas Lapangan).
4) Untuk dapat memahami dengan sebaik-baiknya seluruh seluk beluk pekerjaan ini,
Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar pelaksanaan
beserta uraian Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan seperti diuraikan di dalam
buku ini.
5) Bila terdapat ketidak jelasan dan atau perbedaan dalam gambar dan uraian ini,
Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada Direksi untuk mendapatkan
penyelesaian.
❖ Tempat Kerja
1) Kontraktor harus menyediakan/mendirikan barak kerja dan gudang penyimpanan
alat dan bahan bangunan untuk keperluan pekerjaan konstruksi yang kelayakannya
akan dinilai oleh Konsultan Pengawas dan Direksi. Bila Konsultan Pengawas dan
Direksi menilai barak kerja dan gudang tersebut kurang layak dengan alasan-alasan
teknis, maka Kontraktor harus melakukan perbaikan/penyempurnaan sesuai dengan
petunjuk Konsultan Pengawas dan Direksi.
2) Bila diperlukan tempat Kerja dan tempat tersebut terletak di luar daerah yang
disediakan Direksi, maka Kontraktor harus menyelesaikan biaya ganti - rugi/sewa dan
lain-lain biaya sehubungan itu tanpa membebani jasa Bangunan dengan biaya-biaya
tambahan.
3) Kontraktor harus mengusahakan tempat-tempat, mengatur dan bilamana perlu
membayar ganti-rugi/sewa untuk penggunaan, penempatan alat-alat, penempatan
gudang-gudang kantor dan keperluan lain-lain yang perlu untuk melaksanakan
pekerjaan serta mendapatkan ijin persetujuan Direksi.
4) Kontraktor harus menjaga keselamatan baik personil maupun lingkungan sekitar
sesuai dengan standar keselamtan dan kesehatan kerja (K3), dan untuk
mengantisipasi timbulnya efek-efek yang merugikan akibat pelaksanaan pekerjaan.
5) Pada akhir pekerjaan atau sebelumnya sesuai Petunjuk Direksi, Kontraktor harus
membongkar, memindahkan alat-alat konstruksi penolong atau bentuk - bentuk lain
yang sudah tidak digunakan agar bekas tempat kerja tersebut bersih kembali.
Pembiayaan untuk hal-hal tersebut tidak diadakan tersendiri tetapi harus sudah
tergabung dalam Rencana Anggaran Biaya.
dan sesuai dengan rencana seperti yang disyaratkan dalan RKS ini. Perubahan-
perubahan struktural tidak dapat diperkenankan karena ketidakmampuan peralatan
yang disediakan Kontraktor, kecuali bila ada persetujuan tertulis dari Pemberi
Tugas/Pengawas.
3) Pengawas atau Pemberi Tugas berhak memerintahkan Kontraktor untuk
mengganti / menghentikan / menambah peralatan yang disediakan Kontraktor
bilamana dipandang bahwa peralatan tersebut tidak mampu memenuhi persyaratan
mutu, kelancaran dan waktu yang telah ditetapkan. Segala biaya
penggantian/penambahan peralatan ini menjadi tanggungan Kontraktor.
4) Guna kesempurnaan pelaksanaan konstruksi selama masa pelaksanaan Kontraktor
harus senantiasa menyediakan alat ukur theodolit dan water pass guna pengukuran
dan pengontrolan kebenarannya.
5) Untuk keperluan penetapan serta pengontrolan posisi-posisi titik di lapangan,
Kontraktor harus membuat satu titik referensi lokal (BM) ditempatkan pada posisi yang
strategis permanen dan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan
Direksi.
6) Bila terjadi kerusakan peralatan tersebut maka Kontraktor harus segera melakukan
perbaikan atau penggantian peralatan tersebut dan tidak dapat dipakai sebagai alasan
kelambatan pekerjaan.
12) Pada pekerjaan ini termasuk juga pembersihan lokasi proyek dari sisa-sisa material,
bangunan sementara dan lain-lain yang sudah ditolak oleh Direksi Teknik dan
karena itu harus dikeluarkan dari lokasi proyek atas beban tanggung jawab Kontraktor.
3) Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya
permanen tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan Direksi.
4) Pemberitahuan yang lengkap dan jelas atas macam pekerjaan yang akan
dilaksanakan kepada Direksi harus agak longgar, sehingga ada waktu yang
memungkinkan Direksi mengadakan pemeriksaan.
lokasi dan ketinggian dari titik ini harus secara bersama-sama dilaksanakan oleh
Direksi dan Kontraktor dan harus disetujui tempat dan ketinggian dari setiap titik.
2) Patok BM harus dibuat dari beton ukuran 20 x 20 cm2, ditanam ke dalam tanah
sedalam 1 m dengan bagian yang menonjol di atas muka tanah sekurang-kurangnya
setinggi 40 cm di atas permukaan tanah. Patok BM dibuat permanen, tidak bisa
diubah, diberi tanda yang jelas, dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis
dari Direksi untuk membongkarnya.
3) Patok BM ini harus didirikan dengan tingkat ketelitian paling tinggi dan sesuai dengan
kebiasaan yang berlaku. Pada Patok BM harus ditulis nama dan ketinggiannya.
Kontraktor harus melindungi semua Patok BM dari kerusakan. Apabila suatu Patok
BM pindah atau rusak, Kontraktor harus membetulkan, mengganti, dan atau
menempatkan kembali hingga memuaskan Direksi. Kontraktor harus
bertanggungjawab menjamin ketelitian pelaksanaan pekerjaan tahap permanen.
biaya, denda, dan pengeluaran apapun yang timbul dari, atau ada hubungan dengan,
semua permasalahan sepanjang menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3) Tanpa membatasi atau mengurangi dari ayat terdahulu, Kontraktor akan tunduk pada
peraturan Otorita Pelabuhan dan Jalan Raya (Perhubungan Laut, Pekerjaan Umum,
Bina Marga, Pemerintah Daerah, Muspida, dan lain-lain) serta mematuhi perintah-
perintah yang diberikan oleh petugas yang berwenang dan berkompeten dari instansi
terkait dalam hal penggunaan pelabuhan, lalu lintas air, jalan dan jembatan.
4) Pekerjaan yang dijalankan oleh Kontraktor harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu atau menghalangi atau membahayakan pada saat pemakaian dan
pekerjaan dari fasilitas pelabuhan yang ada termasuk lalu lintas air dan jalan-jalan
trafik yang ada, jembatan-jembatan yang dilalui, kecuali sejauh yang diijinkan oleh
Konsultan Pengawas dan Direksi dalam hal pelaksanaan, penyelesaian dan
pemeliharaan dari Pekerjaan.
5) Kontraktor akan selalu memelihara jalan atau fasilitas umum lainnya agar tetap dalam
kondisi baik selama pelakasanaan.
6) Selama pelaksanaan Pekerjaan Kontraktor harus menjaga agar lokasi proyek, bebas
dari semua halangan yang tidak perlu dan akan menyimpan atau menyisihkan setiap
peralatan dan kelebihan material milik Kontraktor dan membersihkan serta
memindahkan segala rongsokan dan sampah yang tidak perlu dari lokasi proyek.
setempat
e) Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi Air Minum serta Instalasi
Pembuangan dan Perusahaaan Air Minum.
f) Spesifikasi Disain Untuk Konstruksi Kayu SNI 7973:2013
g) Peraturan Semen Portland SNI 15-2049-2004.
h) Peraturan Bata merah pejal untuk pasangan dinding SNI 15-2094-2000.
i) Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain SNI
1727:2013.
j) Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural SNI 1729:2015.
k) Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok Dengan Cat Emulsi SNI 03-2410-1994,
l) Tatacara pengecatan kayu untukrumah dan gedung SNI 03-2407-2002, dan
Peraturan Pengecatan lainnya yang sesui dengan SNI terbaru.
m) Peraturan dan Ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah
setempat, yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
2) Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut diatas, berlaku dan mengikat
pula:
a) Gambar bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah direview oleh MK
dan disahkan oleh Pemberi Tugas termasuk juga gambar-gambar detail yang
diselesaikan oleh Kontraktor dan sudah disahkan/disetujui.
b) Rencana Kerja dan Syarat-syarat Pekerjaan (RKS).
c) Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
d) Surat Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) tentang Penunjukan
Kontraktor (SPPBJ).
e) Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
f) Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
g) Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui.
h) Kontrak/Surat Perjanjian Kontraktor.
2) Kontraktor wajib menunjukkan sertifikat dari produsen untuk setiap pengiriman semen
yang menunjukkan bahwa produk tadi telah memenuhi tes standar yang lazim
digunakan.
3) Semen yang dipakai untuk adukan mortar dan pasangan adalah Semen P.C. standard
S.I type I yang dipakai harus memenuhi ketentuan-ketentuan salah satu dari ketentuan
berikut :
– Semen harus memenuhi ketentuan SNI 15-2049-1994, Semen portland.
– “Spesifikasi semen blended hidrolis” (ASTM C 595 ), kecuali tipe S dan SA yang
tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama struktur beton.
– ASTM C 845.
4) Jenis Semen yang digunakan harus mendapat persetujuan Direksi/Konsultan
Pengawas.
5) Jenis semen yang mempunyai sifat cepat mengeras juga yang mempunyai kadar
chloride Tidak Boleh Digunakan.
6) Penyimpanan semen dalam gudang tertutup harus dilakukan di atas lantai
panggung minimal 30 cm di atas tanah, bebas dari kelembaban dengan tinggi
penumpukan max. 2 m atau 10 zak. Semen yang karena kantongnya pecah/ robek
harus segera diangkut ke luar proyek.
7) Semen yang dipakai harus selalu diperiksa oleh pengawas sebelumnya. Semen yang
mulai mengeras harus segera dikeluarkan dengan segera dari lapangan.
8) Urutan pemakaian semen harus mengikuti urutan tibanya semen tersebut di lapangan,
sehingga Kontraktor diharuskan menumpuk semen berkelompok menurut urutan-
urutan tibanya di lapangan.
9) Semen yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan semen yang
digunakan pada perancangan proporsi campuran.
10) Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak rusak, tidak pecah (utuh), diturunkan
dan disimpan dalam gudang tertutup yang kering terlindung dari pengaruh cuaca
dengan ventilasi cukup dan diletakkan di atas dudukan kayu.
11) Umur semen pada waktu tiba di lokasi pekerjaan tidak boleh lebih dari 2 (dua) bulan
dan semen harus segera dipakai dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah tiba di lokasi
pekerjaan.
12) Bila di dalam semen terdapat bagian-bagian yang telah mengeras dalam zak maka
sama sekali tidak diperkenankan untuk dipergunakan.
13) Direksi Lapangan berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada
setiap waktu sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan untuk menerima atau
tidak semen-semen tersebut Semua semen yang ditolak atau tidak boleh
dipergunakan harus dikeluarkan dari lokasi proyek dengan segera atas biaya
Pemborong, tanpa adanya alasan apapun.
boleh melebihi dari 4% berat. Berat substansi yang merusak tidak boleh lebih dari 5%.
4) Pasir untuk beton harus bersih dan bebas dari lempung (clay) atau zat-zat organik,
dan harus mempunyai gradasi sedemikian rupa sehingga apabila dicampur dengan
agregat kasar akan menghasilkan beton dengan kerapatan maksimum. Gradasi dari
agregat halus harus masuk dalam batasan yang ditentukan dalam BS 1198-1200 atau
dalam NI.
5) Pasir dari pecahan batu dapat ditambahkan pada pasir alam untuk memperoleh pasir
dengan gradasi yang memenuhi syarat. Pasir dari pecahan batu saja dapat dipakai
hanya atas persetujuan Direksi.
6) Susunan ayakan pasir harus memenuhi syarat-syarat yang ada pada PBI-71. Tidak
diperbolehkan memakai pasir laut, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga
pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
tiang pancang (Diameter Luar, Ketebalan, dan Panjang), serta Type of Pile, Leng of
Pile, Yield Strength, Radiograph, Tensile dan Impact.
2) Pipa baja yang digunakan adalah Spiral Welded Steel Pipe dan harus memenuhi
seluruh persyaratan yang termuat dalam SKK-400; JIS-A5525 G 3444/G 3106
dengan Mills Certificate atau mengacu pada ASTM A 252 dan sesuai dengan
gambar. Pipa baja yang digunakan harus memiliki karakteristik :
3) Diameter dan ketebalan sesuai dengan gambar kerja, dan harus memenuhi : Kelas
ASTM A252 grade 2, SS-41 grade B sesuai dengan JIS G 3444 dan JIS A 5525
setara dengan produk KHI.
4) Pengadaan Tiang pancang pipa baja harus disertai juga sertifikasi bahan dari pabrik
pembuat.
5) Komposisi kimia dan sifat-sifat mekanisnya harus sesuai dengan standar-standar
dibawah ini :
Komposisi kimia
C : 0,30 % max. ; Si = 0,35 max.
P : 0,04 % max. ; Mn = 0,30 - 1,00
S : 0,04 % max.
Sifat-sifat mekanis
3) Dimensi tiang beton pracetak yang dipakai adalah diameter 500mm, tebal 90mm,
kelas B.
4) Tebal selimut beton untuk tiang pancang beton pracetak harus memenuhi ketentuan
dari Spesifikasi Umum 2010 Seksi 7.6. Penyambungan, perpanjangan, pembuatan,
dan pengupasan kepala tiang pancang beton pracetak harus memenuhi ketentuan
dari Spesifikasi Umum 2010 Seksi 7.6.
Pile shape & Specification | PRESTRESSED CONCRETE PRETENSION
SPUN PILES
5) Material tiang yang digunakan ini harus mengikuti persyaratan mutu bahan maupun
tata cara pabrikasi yang menjamin agar semua tiang dapat terpasang dengan baik
sesuai rencana yang dibuktikan dengan sertifikat tiang pancang berupa: Dimensi
tiang pancang (Diameter Luar, Ketebalan, dan Panjang), serta Type of Pile, Leng of
Pile, Yield Strength, Bending moment dan kuat tekan ijin (allowable compression).
6) Tiang pancang beton yang digunakan adalah Prestressed Concrete Pretension
Spun Piles dan harus memenuhi seluruh persyaratan yang termuat dalam material
specification dan sesuai dengan gambar. Tiang beton yang digunakan harus
memiliki karakteristik material sbb:
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
7) Fabrikasi Tiang
- Semua tiang harus difabrikasi sesuai detil gambar rencana struktur Pondasi
serta memenuhi semua persyaratan produksi yang berlaku.
- Setiap tiang yang diproduksi diberi tanda berupa nomor referensi,mutu beton,
dimensi tiang dan tanggal pengecoran.
- Setiap nomor produksi harus dibuat sample kubus beton untukinspeksi mutu
beton.
- Setiap tiang beton yang dikirim ke lokasi proyek harus sudah mencapai
kekuatan minimal 700 kg/cm 2 atau setara dengan beton K-700 yang berumur
minimal 7 hari.
8) Kualitas campuran beton harus memenuhi syarat-syarat Concrete strength of Spun
Pile : 700 kg/cm2 (cube test) dan high tensile PC Wire or PC Strand dengan
mengikuti standar referansi JIS A5326-1983
9) Setiap pengadaan tiang pancang beton spun pile harus disertai juga sertifikasi
bahan dari pabrik pembuat.
(ASTM A 617M).
– “Spesifikasi untuk baja ulir dan polos low-alloy untuk penulangan beton” (ASTM
A706M).
– “Spesifikasi untuk baja karbon struktural ” (ASTM A 36M).
b) Mutu baja tulangan yang digunakan dicantumkan pada gambar rencana dan buku
spesifikasi ini atau petunjuk Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan.
c) Untuk semua pekerjaan beton bertulang, ukuran harus sesuai dengan gambar
rencana.
d) Semua besi beton harus bebas dan bersih dari karat, oli, gemuk, cat dan lain
sebagainya atau hal lain yang dapat menyebabkan berkurangnya daya ikat besi
beton tersebut terhadap beton. Apabila diperlukan, besi harus disikat sebelum
dipergunakan dengan sikat kawat untuk membersihkannya.
e) Sama sekali tidak diperkenankan mengadakan pengecoran beton sebelum besi
beton yang terpasang diperiksa dan disetujui oleh Konsultan.
f) Baja tulangan untuk komponen beton bertulang menggunakan tulangan dengan
fy= 400 MPa (tegangan leleh karakteristik 4000 kg/cm2 ).
g) Sediakan tulangan berulir mutu BJTD - 40, sesuai dengan SII 0136 - 84 dan
tulangan polos mutu BJTP - 24, sesuai dengan SII 0136 - 84 seperti dinyatakan
pada gambar - gambar struktur. Tulangan polos dengan diameter lebih kecil 10
mm harus baja lunak dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2 . Tulangan ulir dengan
diameter lebih besar atau sama dengan 10 mm harus baja tegangan tarik tinggi,
batang berulir dengan tegangan leleh 4000 kg/cm2.
h) Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping
adanya sertifikat dari pabrik, juga harus ada / dimintakan sertifikat dari
laboratorium baik pada saat pemesanan maupun secara periodik masing-masing
2 (dua) contoh percobaan (stress strain) untuk setiap 5 ton besi. Pengetesan
dilakukan pada laboratorium yang disetujui oleh Direksi Lapangan.
i) Besi beton yang ada di lapangan harus disimpan atau ditaruh di bawah penutup
yang kedap air (water proof) dan harus terangkat dari permukaan tanah atau
genangan air tanah yang ada serta harus dilindungi dari segala hal yang
menyebabkan rusaknya besi beton serta terjadinya karat.
j) Besi beton yang tidak memenuhi syarat tersebut diatas harus disingkirkan dan
dikeluarkan dari tempat pekerjaan dalam waktu 3 x 24 jam sesudah ada perintah
dari Direksi Lapangan.
k) Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi beton yang sesuai
dengan yang ditetapkan dalam gambar maka dilakukan penukaran diameter besi
dengan tetap meminta persetujuan Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas.
– Toleransi Besi : Diameter < 10 mm +/- 0.4 mm
– Diameter 10 mm – 15 mm +/- 0.4 mm
– Diameter 16 mm – 27 mm +/- 0.5 mm
l) Bila dianggap perlu untuk mendapatkan jaminan kualitas harus dimintakan
sertifikat uji dari Laboratorium untuk percobaan tekan, tarik, dan melengkung 180
derajat, semua biaya ditanggung oleh Kontraktor.
m) Setiap pengiriman sejumlah baja tulangan ke proyek harus dalam keadaan baru
dan disertai dengan sertifikat dari pabrik pembuat dan bila Pemberi
Tugas/Pengawas Lapangan memandang perlu, contoh akan diuji ke laborotorium
atas beban kontraktor. Jumlahnya akan ditentukan kemudian sesuai dengan
kebutuhan.
2.7 BEKISTING
1) Kayu yang dipakai untuk cetakan beton adalah kayu mutu kelas II menurut ketentuan
PKII 1970 atau kayu lokal.
2) Ukuran papan bekesting minimal tebal 9 cm dan toleransi perbedaan tebal minimum
adalah 2 mm. Papan bekesting harus kering udara agar tidak menyusut pada waktu
dipakai.
3) Material untuk bekisting diperbolehkan selain point a dan b diatas, jika kualitas material
tersebut setara atau lebih baik dari kayu dan mendapat persetujuan Pengawas.
9) Air yang akan digunakan untuk pembuatan beton harus bersih, tawar, dan bebas dari
zat-zat organik atau anorganik yang larut, melayang, atau mengapung dalam suatu
jumlah yang dapat mengurangi kekuatan atau keawetan beton.
10) Apabila terdapat keragu-raguan mengenai air, dianjurkan untuk mengirim contoh air itu
ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui untuk diselidiki sampai seberapa
jauh air itu mengandung zat-zat yang dapat merusak. Biaya pemeriksaan menjadi
beban Kontraktor.
11) Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan dapat ditentukan dengan ukuran isi
atau ukuran berat dan harus dilakukan setepat-tepatnya.
12) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi:
a) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang
menggunakan air dari sumber yang sama.
b) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat dari
adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan
sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat
dengan air yang dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan tersebut harus
dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan
diuji sesuai dengan “Metode uji kuat tekan untuk mortar semenhidrolis
(Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm)” (ASTM C 109 ).
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
Pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam kontrak ini adalah Kegiatan Pembangunan Dermaga
Penyeberangan Pasilambena di Pulau Kalaotoa yaitu :
a. PEKERJAAN PERSIAPAN
b. PEK. KONSTRUKSI DERMAGA PLENGSENGAN (16 x 8) m
c. PEK. KONSTRUKSI TRESTLE (250,5 x 6,5)m
d. PEK. KONSTRUKSI BREASTHING DOLPHIN = 3 BH
e. PEK. KONSTRUKSI MOORING DOLPHIN = 3 BH
f. PEK. KONSTRUKSI ABUTMENT TRESTLE
g. PEK. KONSTRUKSI CATWALK ( 6 unit)
h. PEKERJAAN PELENGKAP DERMAGA
i. PEK. BANGUNAN FASILITAS DARAT
j. PEK. PENYIAPAN LAHAN DARAT DAN TALUD KELILING
k. PEK. RIGID PAVEMENT (Area Jalan Akses,Area Jalan Kantor,Area Parkir Pengantar)
l. PEK. RIGID PAVEMENT (Area Parkir Kendaraan Menyebrang)
m. PEK. PENUNJANG LAINNYA
n. PEK. FASILITAS NAVIGASI DAN JEMBATAN TIMBANG
1) Untuk mencapai hasil konstruksi yang sesuai dan memenuhi semua kriteria teknis di dalam
perencanaan struktur pondasi yang telah dituangkan di dalam gambar rencana, maka
seluruh pekerjaan mengacu kepada semua persyaratan teknis yang telah digunakan di
dalam perencanaannya.
tersebut sehingga beban yang dapat didukung setiap tiang pancang tidak melampaui
kapasitas daya dukung yang aman.
c) Kepala tiang pancang baja harus dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel Palu,
topi baja, bantalan topi katrol dan tiang pancang harus mempunyai sumbu yang sama
dan harus terletak dengan tepat satu diatas lainnya.
d) Tiang pancang termasuk tiang pancang miring harus dipancang secara sentris dan
diarahkan dan dijaga dalam posisi yang tepat.
e) Tidak diperkenankan memancang tiang pancang dalam jarak 12 m dari beton yang baru
berumur kurang dari 7 hari.
f) Bilamana pemancangan dengan menggunakan palu yang memenuhi ketentuan
minimum, tidak dapat memenuhi spesifikasi, maka Kontraktor harus menyediakan palu
yang lebih besar atas biaya sendiri.
g) Urutan-urutan pemancangan tiang agar direncanakan sesuai kondisi pekerjaan,
sehingga pelaksanaan pemancangan dapat berjalan dengan lancar dan baik.
Kontraktor harus mengajukan rencana kerja pemancangan kepada Konsultan dan
Direksi untuk dievaluasi dan diberi persetujuan tertulis oleh Konsultan dan Direksi.
h) Pada setiap titik pemancangan wajib dilakukan pencatatan terhadap koordinat titik
pancang, kedalaman pemancangan tiang pancang, serta kemiringan tiang pancang
sesuai dengan gambar desain rencana dan spesifikasi teknis rencana.
i) Bila terjadi hambatan dibawah tanah pada saat pemancangan dilakukkan, maka
Kontraktor harus berusaha untuk menembusnya dan bila telah dilakukan pemukulan
hingga mencapai jumlah pukulan maksimum 1400 pukulan, usaha tersebut tetap gagal
maka Kontraktor boleh menghentikan pemancangan pada lokasi tersebut dan
melanjutkan pemancangan tiang berikutnya.
j) Direksi lapangan harus segera diberitahu tentang hambatan tersebut serta usaha-
usaha/tindakan-tindakan yang telah dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut.
Selanjutnya Direksi Lapangan setelah berkonsultasi dengan Perencana akan
memutuskan apakah tiang tersebut masih dapat diterima atau tidak.
k) Posisi tiang pancang harus selalu dicek kelurusannya dengan cara dilot atau dengan
alat theodolit (jika diperlukan), dicek dari dua sisi yang saling tegak lurus secara terus
menerus selama pemancangan.
l) Jika dalam pengamatan terlihat tiang mulai miring, maka pemancangan harus segera
dihentikan dan tiang harus diusahakan lurus kembali tanpa merusak tiang. Untuk
mencegah rusaknya kepala tiang akibat pukulan-pukulan palu (impact), maka harus
digunakan bantalan (cushion) minimal tebal 15 cm. Bantalan tersebut harus diperiksa
dan diganti secara periodik.
m) Kalendering wajib dilakukan untuk setiap titik pancang sebagai penentuan daya dukung
tiang pancang berdasarkan dynamic formula (Hiley Formula) dan panjangnya tiang
pancang lebih lanjut. Final set per 10 pukulan terakhir maksimum 1 cm dengan tinggi
jatuh palu minimum 1,8 m. Kalendering dilakukan bukan sebagai penentu berhentinya
Final Set namun hanya sebagai bentuk pencatatan, berapa kedalaman yang ditempuh
oleh Tiang Pancang pada sebuah titik. Kalendering yang diambil dari pemancangan
kedua/pcmancangan ulang setelah 24 jam sejak pemancangan pertama dianggap tidak
mewakili kriteria final set yang disyaratkan. Pengukuran set harus dilakukan dengan
disaksikan oleh Konsultan dan Direksi Lapangan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
n) Kontraktor harus memberitahu Direksi dengan segera apabila terjadi perubahan yang
tidak normal selama pemancangan tiang, Kontraktor harus berhati-hati untuk mencegah
timbulnya gaya lateral pada tiang selama pemancangan yang diakibatkan oleh alat
pancang.
o) Tiang yang tidak dipakai akibat "over acting" atau tidak memenuhi toleransi yang
diijinkan, maka harus dibuat tiang ekstra yang dipancang di lokasi tersebut, atas
persetujuan Konsultan dan Direksi.
4) Urutan Pemancangan
a) Satu minggu sebelum pemancangan tiang yang manapun, Kontraktor harus
menyerahkan informasi-informasi guna mendapat persetujuan direksi lapangan.
Informasi-informasi tersebut :
– Panjang tiang pancang
– Energi hammer (alat pemukul)
– Massa hammer (alat pemukul)
– Karakteristik teknis lengkap tcntang pemukul yang dipakai.
b) Kontraktor harus menyerahkan usulan urutan pemancangan untuk mendapatkan
persetujuan dari direksi lapangan sebelum ada tiang yang dipancangkan. Urutan
tersebut harus disusun sedemikian rupa untuk menghindari terangkatnya kembali ("up
lifting") tiang pancang.
c) Bila tiang dipancangkan ke dalam tanah lunak sampai ke lapisan keras pendukung
untuk mcmperoleh pcnumpuan ujung yang kuat ("hard end bearing") maka ketinggian
dari semua tiang pancang yang berdekatan harus diperiksa apakah terjadi
pengangkatan.
d) Bilamana diperlukan oleh Direksi Lapangan, maka Kontraktor harus menyediakan alat
optic / alat-alat ukur yang memungkinkan Direksi Lapangan melakukan pengecekan
tiang tersebut.
e) Bila ada tiang pancang yang mengalami pengangkatan lebih besar atau sama dengan
30 mm, maka harus scgera dilaporkan pada Direksi Lapangan.
f) Selanjutnya, Kontraktor harus bertanggung jawab untuk melaksanakan semua usaha
untuk memancang kembali tiang-tiang pancang yang terangkat tersebut dalam waktu 3-
4 hari.
g) Semua pemeriksaan dan pengujian alat yang disyaratkan oleh peraturan harus benar-
benar dituruti.
h) Kerusakan kecil pada peralatan harus diperbaiki didalam lokasi/site bilamana mungkin.
i) Bila terpaksa dilakukan pemindahan peralatan guna perbaikan kerusakan, maka
Kontraktor harus dapat membawa peralatan penggantinya ke lokasi/site sebelum yang
rusak dibawa pergi.
5) Pemeriksaan dan Pencatatan
a) Semua tiang tanpa kecuali harus disertai pencatatan pemancangan dari awal sampai
akhir ("piling records").
b) Sebelum dilakukan pemancangan tiang harus diteliti hal-hal sebagai berikut:
– Kedataran dan stabilitas mesin
– Kekuatan dan keamanan tiang pancang
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
Berdasarkan hasil tiang uji yang telah disetujui oleh Direksi Teknis, Kontraktor menetapkan
metode pemancangan beserta seluruh alat yang digunakan dan melanjutkan pemancangan
tiang-tiang berikutnya.
❖ Pengujian Pembebanan dengan Metode PDA (Pile Driving Analysis) Test
1) Kontraktor harus melaksanakan pengujian pembebanan pada tiang pancang dengan
metode PDA Test untuk mengetahui dengan pasti daya dukung tiang pancang setiap
struktur jetty, dolphin, dan trestle. Kontraktor harus melengkapi dan melaksanakan tiang uji
pada lokasi yang ditentukan oleh Direksi Teknis.
2) Tiang uji dapat menjadi bagian dari pekerjaan yang permanen.
3) Pengujian dengan metode PDA test harus dilakukan oleh Perusahaan yang Ahli dibidang
pengujian tiang pancang dengan cara yang disetujui oleh Direksi Teknis dan dilaksanakan
dengan pengawasan Direksi Teknis.
1) Titik lokasi pengujian PDA test harus dikonsultasikan kepada Konsultan dan Direksi Teknik
untuk menentukan titik-titik mana saja yang akan dilakukan test PDA.
8) SNI 03-2458-1991, Metode pengujian pengambilan contoh untuk campuran beton segar.
9) SNI 03-2492-1991, Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium.
10) SNI 03-2834-1992, Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal. 12) SNI 03-
3403-1991-03, Metode pengujian kuat tekan beton inti pemboran. 13) SNI 03-3403-1994,
Metode pengujian kuat tekan beton inti.
11) SNI 03-4433-1997, Spesifikasi beton siap pakai.
12) SNI 03-4810-1998, Metode pembuatan dan perawatan benda uji di lapangan.
13) SNI 07-0722-1989, Baja canai panas untuk konstruksi umum.
14) SNI 07-3014-1992, Baja untuk keperluan rekayasa umum
15) SNI 07-3015-1992, Baja canai panas untuk konstruksi dengan pengelasan.
16) SNI 15-2049-1994, Semen portland.
17) Pd T-14-2003, Pedoman Konstruksi dan bangunan-Perencanaan perkerasan jalan beton
semen-
18) ASTM A 184M, Standar spesifikasi untuk anyaman batang baja ulir yang difabrikasi untuk
tulangan beton bertulang.
19) ASTM A 242M, Standar spesifikasi untuk baja struktural campuran rendah mutu tinggi.
20) ASTM A 36M-94, Standar spesifikasi untuk baja karbon stuktural.
21) ASTM A 496-94, Standar spesifikasi untuk kawat baja untuk beton bertulang.
22) ASTM A 615M, Standar spesifikasi untuk tulangan baja ulir dan polos gilas untuk beton
bertulang
23) ASTM C78, Test method for flexural strength of concrete (Using simple beam with three-
point loading)
24) ASTM A 616M-96a, Standar spesifikasi untuk rel baja ulir dan polos untuk, bertulang
termasuk keperluan tambahan S1.
25) ASTM A 617M, Standar spesifikasi untuk serat baja ulir dan polos untuk betonbertulang.
26) ASTM A 645M-96a, Standar spesifikasi untuk baja gilas ulir and polos - Tulangan baja
untuk beton bertulang.
27) ASTM A 82, Standar spesifikasi untuk kawat tulangan polos untuk penulangan beton.
28) ASTM C 1017, Standar spesifikasi untuk bahan tambahan kimiawi untuk menghasilkan
beton dengan kelecakan yang tinggi.
29) ASTM C 109, Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis.
30) ASTM C 109-93, Standar metode uji kuat tekan mortar semen hidrolis (menggunakan
benda uji kubus 50 mm)
31) ASTM C 31-91, Standar praktis untuk pembuatan dan pemeliharaan benda uji beton di
lapangan.
32) ASTM C 33-93, Standar spesifikasi untuk agregat beton.
33) ASTM C 39-93a, Standar metode uji untuk kuat tekan benda uji silinder beton.
34) ASTM C 42-90, Standar metode pengambilan dan uji beton inti dan pemotongan balok
beton.
35) ASTM C 494, Standar spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk beton.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
3.4.4 Bahan-Bahan
❖ Pengujian bahan
1) Sertifikat pengujian semen, agregat dan baja tulangan hendaknya diajukan kepada direksi
untuk memperoleh ijin penggunaan.
2) Pengawas lapangan berhak memerintahkan diadakan pengujian pada setiap bahan
yang digunakan pada pelaksanaan konstruksi beton untuk menentukan apakah bahan
tersebut mempunyai mutu sesuai dengan mutu yang telah ditetapkan. Pelaksanaan
pengujian dilaksanakan oleh Kontraktor atas biaya sendiri.
3) Pengujian bahan dan pengujian beton dilakukan secara rutin dan harus dibuat sesuai
dengan tata cara-tata cara yang terdapat pada pasal 3.6.
4) Jika selama pelaksanan konstruksi, material mengalami perubahan, maka contoh dari tipe
material harus diajukan kepada Direksi Teknis untuk memperoleh ijin penggunaannya.
5) Laporan lengkap pengujian bahan dan pengujian beton harus tersedia untuk
pemeriksaan selama pekerjaan berlangsung dan pada masa 2 tahun setelah
selesainya pembangunan.
6) Baja Tulangan
Baja tulangan yang dipakai harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan pada Bab II
spesifikasi RKS ini.
7) Semen
Semen yang dipakai untuk pekerjaan beton ini harus sesuai dengan yang tercantum pada
Bab II spesifikasi RKS ini.
8) Agregat
Semua agregat yang akan dipakai untuk pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan yang
tercantum pada Bab II spesifikasi RKS ini.
9) A i r
Air yang dipakai untuk pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan yang tercantum pada
Bab II spesifikasi RKS ini.
10) Bahan tambahan
a) Bahan tambahan yang digunakan pada beton harus diuji/dicoba dilaboratorium dan
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknis.
b) Untuk keseluruhan pekerjaan, bahan tambahan yang digunakan harus mampu secara
konsisten menghasilkan komposisi dan kinerja yang sama dengan yang dihasilkan oleh
produk yang digunakan dalam menentukan proporsi campuran beton.
c) Kalsium klorida atau bahan tambahan yang mengandung klorida tidak boleh digunakan.
d) Bahan tambahan pembentuk gelembung udara harus memenuhi SNI 03-2496- 1991,
Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung untuk beton.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
e) Bahan tambahan pengurang air, penghambat reaksi hidrasi beton, pemercepat reaksi
hidrasi beton, gabungan pengurang air dan penghambat reaksi hidrasi beton dan
gabungan pengurang air dan pemercepat reaksi hidrasi beton harus memenuhi
“Spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk beton” (ASTM C 494) atau “Spesifikasi
untuk bahan tambahan kimiawi untuk menghasilkan beton dengan kelecakan yang
tinggi " (ASTM C 1017).
❖ Penyimpanan Bahan-Bahan
1) Bahan semen dan agregat harus disimpan sedemikian rupa untuk mencegah kerusakan,
atau intrusi bahan yang mengganggu.
2) Setiap bahan yang telah terganggu atau terkontaminasi tidak boleh digunakan untuk
pembuatan beton.
Tabel 3.2 Persyaratan untuk beton yang dipengaruhi oleh lingkungan Yang mengandung sulfat
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
Kontraktor harus melakukan trial-mix untuk memperoleh komposisi campuran. Pelaksanaan trial
dilaksanakan atas beban Kontraktor dan disaksikan oleh Direksi Teknis. Trial-mix menggunakan
material yang akan dipakai dan dilaksanakan atas persetujuan Direksi Teknis. Hasil trial-mix yang
telah disetujui oleh Direksi Teknis akan menjadi rujukan campuran beton yang digunakan pada saat
pelaksanaan.
3.7.1 Umum
1) Beton harus dirancang sedemikian hingga menghasilkan kuat tekan rata-rata seperti yang
disebutkan dalam 3.6.3 (2) dan juga harus memenuhi kriteria keawetan seperti yang
terdapat dalam pasal 3.4.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
2) Ketentuan untuk nilai f’c harus didasarkan pada uji silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30
cm yang diuji pada umur 28 hari.
3) Kecuali ditentukan lain, maka penentuan nilai f'c harus didasarkan pada pengujian beton
yang telah berumur 28 hari.
4) Perencanaan perkerasan kaku mensyaratkan penggunaan kuat lentur sehingga, uji
laboratorium harus dilakukan sesuai dengan JIS A 1106 (1999), Method of test for flexural
strength of concrete, untuk menentukan hubungan antara kuat lentur dan f’c.
5) Uji kuat tekan dan kuat lentur beton digunakan sebagai dasar penerimaan beton untuk
perkerasan kaku.
a) Kelecakan dan konsistensi yang menjadikan beton mudah dicor ke dalam cetakan dan
ke celah di sekeliling tulangan dengan berbagai kondisi pelaksanaan pengecoran yang
harus dilakukan, tanpa terjadinya segregasi atau bleeding yang berlebih.
b) Ketahanan terhadap pengaruh lingkungan seperti yang disyaratkan dalam pasal 3.6.
2) Untuk setiap campuran beton yang berbeda, baik dari aspek material yang digunakan
ataupun proporsi campurannya, harus dilakukan pengujian.
3) Proporsi beton, termasuk rasio air-semen, dapat ditetapkan sesuai dengan 3.6.3 atau
sebagai alternatif 3.6.4 dan harus memenuhi ketentuan pasal 3.4.
3.7.3 Perancangan proporsi campuran berdasarkan lapangan dan/atau hasil campuran uji
1) Deviasi standar
a) Nilai deviasi standar dapat diperoleh jika fasilitas produksi beton mempunyai catatan
hasil uji. Data hasil uji yang akan dijadikan sebagai data acuan untuk perhitungan
deviasi standar harus:
(i) Mewakili jenis material, prosedur pengendalian mutu dan kondisi yang serupa
dengan yang diharapkan, dan perubahan-perubahan pada material ataupun
proporsi campuran dalam data pengujian tidak perlu dibuat lebih ketat dari yang
digunakan pada pekerjaan yang akan dilakukan
(ii) Mewakili beton yang diperlukan untuk memenuhi kekuatan yang disyaratkan atau
kuat tekan f'c pada kisaran 7 MPa dari yang ditentukan untuk pekerjaan yang akan
dilakukan.
(iii) Terdiri dari sekurang-kurangnya 30 contoh pengujian berurutan atau dua kelompok
pengujian berurutan yang jumlahnya sekurang-kurangnya 30 contoh pengujian .
b) Jika fasilitas produksi beton tidak mempunyai catatan hasil uji yang memenuhi 3.6.3
(1(1), tetapi mempunyai catatan uji dari pengujian sebanyak 15 contoh sampai 29
contoh secara berurutan, maka deviasi standar ditentukan sebagai hasil perkalian
antara nilai deviasi standar yang dihitung dan faktor modifikasi pada Tabel 4. Agar
dapat diterima, maka catatan hasil pengujian yang digunakan harus memenuhi
persyaratan (a) dan (b) dari 3.6.3(1(1)), dan hanya mewakili catatan tunggal dari
pengujian-pengujian yang berurutan dalam periode waktu tidak kurang dari 45 hari
kalender.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
a) Kuat tekan rata-rata perlu f'cr yang digunakan sebagai dasar pemilihan proporsi
campuran beton harus diambil sebagai nilai terbesar dari persamaan 1 atau
persamaan 2 dengan nilai deviasi standar sesuai dengan 3.6.3(1(1)) atau 3.6.3(1(2)).
Tabel 5. 4 Faktor modifikasi untuk deviasi standar jika jumlah pengujian Kurang dari 30 contoh
b) Bila fasilitas produksi beton tidak mempunyai catatan hasil uji lapangan untuk
perhitungan deviasi standar yang memenuhi ketentuan pada 3.6.3(1(1)) atau
3.6.3(1(2)), maka kuat rata-rata perlu f'cr harus ditetapkan berdasarkan Tabel 5.5 dan
pencatatan data kuat rata-rata harus sesuai dengan persyaratan pada 3.6.3(3).
Tabel 5. 5 Kuat tekan rata-rata perlu jika data tidak tersedia Untuk menetapkan deviasi
standar
1) Contoh untuk uji kuat tekan harus diambil menurut SNI 03-2458-1991, Metode
pengujian dan pengambilan contoh untuk campuran beton segar . Beton segar ( fresh
concrete) yang akan dijadikan benda uji.
2) Benda uji silinder yang digunakan untuk uji kuat tekan harus dibentuk dan dirawat di
laboratorium menurut SNI 03-4810-1998, Metode pembuatan dan perawatan benda
uji di lapangan dan diuji menurut SNI 03-1974-1990, Metode pengujian kuat tekan
beton.
3) Jika diminta oleh Direksi Teknis, maka hasil uji kuat tekan benda uji silinder yang
dirawat di lapangan harus disiapkan.
5) Benda-benda uji silinder yang dirawat di lapangan harus dicor pada waktu yang
bersamaan dan diambil dari contoh adukan beton yang sama dengan yang digunakan
untuk uji di laboratorium.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
1) Beton harus diuji dengan ketentuan 3.6.3. Teknisi pengujian lapangan yang
memenuhi kualifikasi harus melakukan pengujian beton segar di lokasi konstruksi,
menyiapkan contoh-contoh uji silinder yang diperlukan dan mencatat suhu beton
segar pada saat menyiapkan contoh uji untuk pengujian kuat tekan. Teknisi
laboratorium yang mempunyai kualifikasi harus melakukan semua pengujian-pengujian
laboratorium yang disyaratkan.
2) Satu set contoh uji terdiri atas 3 buah silinder benda uji untuk masing-masing umur uji 3,
7, 14 dan 28 hari.
3) Suatu uji kuat tekan harus merupakan nilai kuat tekan rata-rata dari tiga contoh uji
silinder yang berasal dari adukan beton yang sama dan diuji pada umur beton 3, 7, 14,
dan 28 hari yang ditetapkan untuk penentuan f’c.
4) Beton pada daerah yang diwakili oleh uji beton inti harus dianggap cukup secara
struktur jika kuat tekan rata-rata dari tiga beton inti adalah minimal sama dengan 85%
f’c.
5) Bila kriteria 3.6.5-4) tidak dipenuhi dan bila tahanan struktur masih meragukan, maka
Direksi Teknis mengharuskan Kontraktor untuk melakukan pengujian lapangan tahanan
struktur beton untuk bagian-bagian struktur yang bermasalah tersebut, dan Kontraktor
atas biaya sendiri harus melakukan analisis untuk menjamin bahwa tahanan struktur
dalam memikul beban masih dalam batas yang aman, dan jika tidak aman maka
Kontraktor dengan biaya sendiri harus melakukan perkuatan sehingga struktur
pelabuhan tetap berfungsi sesuai dengan analisa perencanaan awal.
2) Semua sampah atau kotoran dan air harus dihilangkan dari cetakan yang akan diisi
beton.
5) Semua kotoran dan bagian permukaan yang dapat lepas atau yang kualitasnya kurang
baik harus dibersihkan sebelum pengecoran lanjutan dilakukan pada permukaan beton
yang telah mengeras.
3.7.7 Pencampuran
1) Semua bahan beton harus diaduk secara seksama dan harus dituangkan seluruhnya
sebelum pencampur diisi kembali.
2) Beton siap pakai harus dicampur dan diantarkan sesuai persyaratan SNI 03-4433-
1997, Spesifikasi beton siap pakai atau ”Spesifikasi untuk beton yang dibuat melalui
penakaran volume dan pencampuran menerus” (ASTM C 685).
b) Mesin pencampur harus diputar dengan kecepatan yang disarankan oleh pabrik
pembuat.
d) Pengolahan, penakaran, dan pencampuran bahan harus memenuhi SNI 03- 4433-
1997, Spesifikasi beton siap pakai.
3.7.8 Pengantaran
1) Beton harus diantarkan dari tempat pencampuran ke lokasi pengecoran dengan cara-
cara yang dapat mencegah terjadinya pemisahan (segregasi) atau hilangnya bahan.
3.7.9 Pengecoran
1) Kontraktor harus memberitahukan Direksi Teknis secara tertulis paling sedikit 24 jam
sebelum memulai setiap pengecoran beton, atau ketika meneruskan pengecoran beton
bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus
meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran
beton.
2) Direksi Teknis akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan
memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun
tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak
boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Teknis.
3) Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya untuk menghindari terjadinya
segregasi akibat penanganan kembali atau segregasi akibat pengaliran.
4) Pengecoran beton harus dilakukan dengan kecepatan sedemikian hingga beton selama
pengecoran tersebut tetap dalam keadaan plastis dan dengan mudah dapat mengisi
ruang di antara tulangan.
1) Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir atau seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Teknis. Segera setelah pengecoran beton, bagian atas
pelat, kerb, permukaan trotoar dan permukaan horizontal lainnya harus
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
2) diselesaikan ( finishing) secara manual sampai halus dan rata dengan menggerakkan
perata kayu secara memanjang dan melintang atau dengan cara lain yang cocok,
kemudian harus digaru dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta
ketinggian yan diperlukan, sebelum beton mulai mengeras.
1) Beton pracetak harus dalam kondisi seluruh bagiannya terendam air dengan suhu
tidak melampaui 25∘C untuk sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran.
Air yang digunakan adalah air yang setera untuk air minum.
2) Beton cor ditempat harus dirawat dan dalam kondisi lembab dengan tidak
melampaui suhu 25∘ C untuk sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran.
Pengukuran suhu permukaan beton dilakukan setiap jam dari jam 8.00 hingga 18.00
WITA dan dilaporkan secara tertulis.
1) Cetakan harus menghasilkan struktur akhir yang memenuhi bentuk, garis, dan dimensi
komponen struktur seperti yang disyaratkan pada gambar rencana dan spesifikasi.
2) Cetakan harus mantap dan cukup rapat untuk mencegah kebocoran mortar.
3) Cetakan harus diperkaku atau diikat dengan baik untuk mempertahankan posisi dan
bentuknya.
6) Seluruh cetakan untuk elemen beton pracetak dan beton cor di tempat hanya dapat
digunakan setelah mendapatkan persetujuan dari direksi pada Shop Drawing yang
diajukan Kontraktor
1) Pembongkaran cetakan
Cetakan harus dibongkar dengan cara-cara yang tidak mengurangi keamanan dan
kemampuan layan struktur. Beton yang akan dipengaruhi oleh pembongkaran cetakan
harus memiliki kekuatan cukup sehingga tidak akan rusak oleh operasi pembongkaran.
Sebelum dimulainya pekerjaan konstruksi, Kontraktor harus membuat prosedur dan jadwal
untuk pembongkaran penopang dan pemasangan kembali penopang dan untuk
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
Beban konstruksi yang melebihi kombinasi beban mati tambahan ditambah beban hidup
tidak boleh ditopang oleh bagian struktur yang sedang dibangun tanpa penopang, kecuali
ika analisis menunjukkan bahwa bagian struktur yang dimaksud memiliki kekuatan yang
cukup untuk memikul beban tambahan tersebut.
Pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan standar sesuai SNI yang berlaku sebagai
berikut:
1) Bengkokan 180° ditambah perpanjangan 4db, tapi tidak kurang dari 60 mm, pada ujung
bebas kait.
2) Bengkokan 90° ditambah perpanjangan 12db pada ujung bebas kait. 3) Untuk sengkang
dan kait pengikat:
– Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90° ditambah perpanjangan 6db pada
ujung bebas kait, atau
– Batang D-19, D-22, dan D-25, bengkokan 90° ditambah perpanjangan 12db pada
ujung bebas kait, atau
– Batang D-25 dan yang lebih kecil, bengkokan 135° ditambah perpanjangan 6db pada
ujung bebas kait.
1) Diameter bengkokan yang diukur pada bagian dalam batang tulangan tidak boleh
kurang dari nilai dalam Tabel 5.8. Ketentuan ini tidak berlaku untuk sengkang dan
sengkang ikat dengan ukuran D-10 hingga D-16.
2) Diameter dalam dari bengkokan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak boleh kurang
dari 4db untuk batang D-16 dan yang lebih kecil. Untuk batang yang lebih besar
daripada D- 16, diameter bengkokan harus memenuhi Tabel 5.8.
2) Tulangan yang sebagian sudah tertanam di dalam beton tidak boleh dibengkokkan
dilapangan.
3) Batangan tulangan dengan diameter 19 mm dan yang lebih besar harus dibengkokkan
dengan mesin pembengkok.
1) Pada saat beton dicor, tulangan harus bebas dari lumpur, minyak, atau segala jenis zat
pelapis bukan logam yang dapat mengurangi kapasitas lekatan
2) Tulangan yang mengandung karat, kulit giling (mill scale), atau gabungan keduanya,
tidak boleh dipergunakan.
3) Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi atau kurang dari toleransi
pembuatan yang disyaratkan dalam Spesifikasi, tidak boleh digunakan.
1) Jarak bersih antara tulangan sejajar dalam lapis yang sama, tidak boleh kurang dari db
ataupun 25 mm.
2) Bila tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih, tulangan pada lapis
atas harus diletakkan tepat di atas tulangan di bawahnya dengan spasi bersih antar
lapisan tidak boleh kurang dari 25 mm.
3) Pada komponen struktur tekan yang diberi tulangan spiral atau sengkang pengikat,
jarak bersih antar tulangan longitudinal tidak boleh kurang dari 1,5db ataupun 40 mm.
4) Pembatasan jarak bersih antar batang tulangan ini juga berlaku untuk jarak bersih
antara suatu sambungan lewatan dengan sambungan lewatan lainnya atau dengan
batang tulangan yang berdekatan.
Pada beton bertulang, tinggi selimut beton yang harus disediakan untuk tulangan adalah 75
mm.
3.9.7 Sambungan
3.10.1 Umum
a. Uraian
1) Pekerjaan yang disyaratkan dalam seksi ini harus mencakup pembuatan seluruh struktur
beton, termasuk tulangan dan struktur komposit sesuai dengan persyaratan dan sesuai
dengan garis, elevasi, ketinggian, dan dimensi yang ditunjukkan dalam gambar, dan
sebagaimana diperlukan oleh Direksi Teknik.
2) Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja dimana pekerjaan beton akan
ditempatkan, termasuk pembongkaran dari tiap struktur yang harus dibongkar, galian
pondasi, penyiapan dan pemeliharaan dari pondasi, pengadaan penutup beton,
pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan agar pondasi tetap kering, dan
urugan kembali disekeliling struktur dengan urugan tanah yang dipadatkan.
3) Kelas dari beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan dalam
kontrak haruslah seperti yang diminta dalam gambar atau Pasal lain yang berhubungan
dengan peryaratan ini atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
Seluruh beton harus kelas II/K300, II/K250, II/K175 atau I/BO yang digunakan sebagai
berikut :
– Kelas II/300 dan : digunakan dalam konstruksi beton bertulang seluruh elemen
dermaga.
– Kelas II/250 : seperti pada bangunan gedung, dinding penahan tanah, kansten
beton, saluran beton bertulang dan lain-lain.
– Kelas II/K175 : seperti pada struktur manhole, pondasi pasangan batu pecah dan
pasangan batu bata.
– Kelas I/BO : digunakan dalam landasan beton tumbuk untuk pondasi dan untuk
pengurugan kembali sekelilingnya.
4) Syarat dari PBI NI 2 1971 harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan beton
yang dilaksanakan dalam kontrak ini, kecuali bila terdapat pertentangan dengan syarat
dalam spesifikasi ini, dalam hal ini syarat dari spesifikasi ini harus dipakai.
b. Pekerjaan yang dipersyaratkan dibagian lain,
1) Baja tulangan untuk beton
2) Adukan semen
c. Jaminan Mutu
Mutu dari material yang dikirim dari campuran yang dihasilkan dan cara kerja serta hasil akhir
harus dimonitor dan dikendalikan seperti yang disyaratkan dalam Standar Rujukan dibawah,
d. Toleransi
(1) Toleransi dimensi :
Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m …………………… + 5 mm
Panjang keseluruhan lebih dari 6 m …………………………. + 15 mm
Panjang balok, pelat dek, kolom dinding,
Atau antara tembok kepala …………………………. –0 dan + 10 mm
(2) Toleransi bentuk :
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
f. Pengajuan
1) Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh material yang hendak digunakan dengan
data pengujian yang memenuhi seluruh sifat material yang disyaratkan dari spesifikasi ini.
2) Kontraktor harus mengirimkan rancangan campurannya (Mix Design) untuk masing- masing
tipe beton yang diusulkan untuk digunakan 30 hari sebelum awal pekerjaan pengecoran
beton.
3) Kontraktor harus mengirim secara tertulis hasil dari seluruh pengujian pengendalian mutu
yang disyaratkan segera setelah siap atau bila diminta oleh Direksi Teknik. Dalam hal
pengujian kuat tekan, hal ini akan meliputi pengiriman hasil pengujian kuat tekan, hal ini
akan meliputi pengiriman hasil pengujian kuat tekan 3-hari, 7-hari dan 28- hari yang masing-
masing 3 hari, 7 hari dan 28 hari setelah pencampuran.
4) Kontraktor harus mengirim gambar terperinci dari seluruh perancah yang akan digunakan,
dan harus memperoleh persetujuan Direksi Teknik sebelum memulai setiap pekerjaan
perancah.
5) Kontraktor harus memberitahu Direksi Teknik sacara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum
bermaksud memulai melakukan pencampuran atau pengecoran beton, seperti yang
disyaratkan dibawah.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
organis. Air akan diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi kriteria dari SNI 03-6817-2002.
Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian.
c. Agregat
1) Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi syarat-syarat yang diberikan dalam
tabel 6.1.2 (c) tetapi material yang tidak memenuhi syarat-syarat gradasi tersebut tidak
perlu ditolak bila Kontraktor dapat menunjukkan dengan pengujian bahwa beton tersebut
memenuhi sifat campuran yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.1.3
(c).
Tabel 6.1.2 (c) Syarat-syarat gradasi agregat
Ukuran Ayakan Presentase Berat Yang Lolos
2) Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak lebih dari
¾ dari jarak minimum antara tulangan baja atau antara tulangan baja dengan acuan, atau
antara perbatasan lainnya.
d. Sifat agregat
1) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras, kuat yang
diperoleh dengan pemecahan padas atau batu, atau dari pengayakan dan pencucian (jika
perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
2) Agregat harus bebas dari material organis seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI
03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat lainnya yang diberikan dalam Tabel 6.1.2 (d)
bila diambil contohnya dan diuji sesuai dengan prosedur SNI yang berhubungan.
Tabel 6.1.2 (d)
Kehilangan akibat
penentuan mutu dengan natrium SNI 03-3407-1994 10% 12%
sulfat setelah 5 siklus
e. Pengisi sambungan
1) Pengisi yang dituang untuk sambungan harus memenuhi persyaratan dari AASHTO M
173.
2) Pengisi yang dibentuk sebelumnya untuk sambungan harus memenuhi persyaratan dari
AASHTO M 153 atau AASHTO M 213.
b. Campuran percobaan
Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta material yang diusulkan dengan
membuat dan menguji campuran percobaan, dengan disaksikan oleh Direksi Teknik, yang
menggunakan peralatan dan perlengkapan tipe yang sama seperti yang akan digunakan
untuk pekerjaan.
Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi seluruh sifat campuran
yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.1.3 (c) dibawah.
c. Persyaratan sifat campuran
1) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan “slump”
yang dibutuhkan seperti yang dipersyaratkan dalam Tabel 6.1.3 (c), atau yang disetujui
oleh Direksi Teknik, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan
SNI 03-2458-191, 03-4810-1998, 03-2493-191 dan 03-6429-2000.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
2) Beton yang tidak memenuhi persyaratan “slump” umumnya tidak boleh ditempatkan pada
pekerjaan, terkecuali bila Direksi Teknik dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya
secara terbatas dari sedikit jumlah beton tersebut pada bagian tertentu yang sedikit
dibebani.
3) Sifat mudah dikerjakan serta tekstur dari campuran harus sedemikian rupa sehingga
beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga atau menahan udara atau
buih air dan sedemikian rupa sehingga pada pembongkaran acuan menghasilkan
permukaan yang merata, halus dan padat.
4) Bila hasil dari pengujian 7 hari menghasilkan kuat beton dibawah nilai yang disyaratkan
dalam Tabel 6.1.3 (c) Kontraktor tidak diperbolehkan mencor beton lebih lanjut sampai
penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat dipastikan dan sampai telah diambil
tindakan-tindakan yang akan menjamin produksi beton memenuhi persyaratan secara
memuaskan. Beton yang tidak memenuhi kuat tekan 28 hari yang disyaratkan harus
dipandang tidak memuaskan dan pekerjaan harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan
dalam Pasal 6.1.1 (i) diatas, Kekuatan beton akan cenderung lebih kecil dari
persyaratkan kekuatan bilamana setiap contoh benda uji dari bagian pekerjaan yang
dipertanyakan adalah lebih kecil dari keperluan yang diberikan dalam Tabel 6.1.3 (c),
atau selain disetujui lain oleh Direksi Teknik yang karena kebijaksanaannya hasil
perhitungan statistik dipertimbangkan atau karena adanya kesalahan pengambilan
contoh atau persiapan benda uji yang kurang baik atau karena faktor-faktor lainnya.
5) Direksi Teknik dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau memerintahkan Kontraktor
mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil uji
kuat tekan 3 hari. Dalam keadaan demikian, Kontraktor harus segera menghentikan
pengecoran beton yang dipertanyakan tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil
pengujian 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu
tersebut Direksi Teknik akan menelah kedua hasil pengujian 3 hari dan 7 hari, dan dapat
segera memerintahkan penerapan dari tindakan perbaikan apapun yang dipandang perlu.
6) Perbaikan dari pekerjaan beton yang tak memuaskan yang melibatkan pembongkaran
menyeleruh dan penggantian beton tidak boleh didasarkan pada hasil pengujian kuat
tekan 3 hari saja, terkecuali Kontraktor dan Direksi Teknik keduanya sepakat pada
perbaikan tersebut.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
d. Penyesuaian Campuran
1) Penyesuaian sifat mudah dikerjakan.
Bila dijumpai tak mungkin memperoleh beton dengan sifat mudah dikerjakan dan dicor
pada proporsi yang semula direncanakan oleh Direksi Teknik, maka akan dibuat
perubahan-perubahan pada berat agregat sebagaimana diperlukan asal dalam hal
apapun kadar semen yang semula direncanakan tidak diubah, juga tidak menambah
besarnya faktor air/semen yang telah ditetapkan berdasarkan pengujian kuat tekan yang
telah menghasilkan kuat tekan yang memadai.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambahkan air atau
oleh cara lain tidak akan diperkenankan. Zat tambahan untuk meningkatkan sifat mudah
dikerjakan hanya diijinkan bila secara khusus telah disetujui oleh Direksi Teknik.
2) Penyesuaian kekuatan
Bila beton tidak mencapai kekuatan yang dipersyaratkan atau disetujui, kadar semen
harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
3) Penyesuaian untuk material baru.
Tidak boleh ada perubahan dalam sumber atau sifat dari material yang disyaratkan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Direksi Teknik dan tidak boleh ada material baru yang
boleh digunakan sampai Direksi Teknik menerima material tersebut secara tertulis dan
menetapkan proporsi baru yang didasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan
baru yang dilakukan oleh Kontraktor.
e. Penakaran Agregat
1) Seluruh beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan semen kantongan, kuantitas
penakaran harus sedemikian sehingga semen yang digunakan adalah sama dengan satu
atau kebulatan dari jumlah kantung semen. Agregat harus diukur secara terpisah beratnya.
Ukuran masing- masing takaran tidak boleh melebihi kapasitas terpasang dari pengaduk.
2) Sebelum penakaran, agregat harus dibuat jenuh air dan dipertahankan dalam kondisi
lembah, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh- kering permukaan, dengan secara
berkala menyiram timbunan agregat dengan air. Pada saat-saat penakaran, penyiraman
terakhir dari agregat haruslah paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin pengaliran
yang memadai dari timbunan agregat.
f. Pencampuran
1) Beton harus dicampur dalam mesin yang dioperasikan secara mekanikal dari tipe dan
ukuran yang disetujui dan yang akan menjamin distribusi yang merata dari material.
2) Pencampur harus dilengkapi dengan penampung air yang cukup dan peralatan untuk
mengukur dan pengendalian jumlah air yang digunakan secara teliti dalam masing-masing
penakaran.
3) Alat pencampur pertama-tama harus diisi dengan agregat dan semen yang telah ditakar,
dan selanjutnya pencampuran dimulai sebelum air ditambahkan.
4) Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan kedalam campuran
material kering. Seluruh air pencampur harus dimasukan sebelum seperempat waktu
pencampuran telah berlalu. Waktu pencampuran untuk mesin dengan kapasitas ¾ m3 atau
kurang haruslah 1.5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15
detik untuk setiap tambahan 0.5 m3 dalam ukuran.
5) Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi Teknik dapat menyetujui
pencampuran beton dengan tenaga manusia, sedekat mungkin dengan tempat pengecoran.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
Penggunaan pencampuran dengan tenaga manusia harus dibatasi pada beton non-
struktural.
1) Cetakan dari tanah, bila disetujui oleh Direksi Teknik, harus dibentuk dengan galian, dan
sisi serta dasarnya harus dipotong dengan tangan sesuai ukuran yang diperlukan. Seluruh
kotoran tanah lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.
2) Cetakan yang dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan yang kedap terhadap aduk
dan cukup kokoh untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran,
pemadatan dan perawatan.
3) Kayu yang tidak dihaluskan dapat digunakan untuk permukaan yang tidak akan tampak
pada struktur akhir, tetapi kayu yang dihaluskan dengan tebal yang merata harus digunakan
untuk permukaan beton yang tampak. Cetakan harus menyediakan pembulatan pada
seluruh sudut- sudut tajam.
4) Cetakan harus dibangun sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.
c. Pengecoran
1) Kontraktor harus memberitahukan Direksi Teknik secara tertulis paling sedikit 24 jam
sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton bila operasi telah
ditunda untuk lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi dari pekerjaan, macam
pekerjaan, kelas dari beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
2) Direksi Teknik akan memberi tanda terima dari pemberitahuan tersebut dan akan
memeriksa cetakan dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan secara tertulis untuk
pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak boleh melaksanakan
pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Teknik untuk memulai.
3) Tidak bertentangan dengan pengeluaran suatu persetujuan untuk memulai, tidak ada beton
yang boleh dicor bila Direksi Teknik atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi
pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
4) Sesaat sebelum beton di cor, cetakan harus dibasahi dengan air atau disebelah dalamnya
dilapisi dengan minyak mineral yang tak akan membekas.
5) Tidak ada beton yang boleh digunakan bila tidak di cor dalam posisi akhirnya dalam
cetakan waktu 1 jam setalah pencampuran, atau dalam waktu secepatnya sesuai petunjuk
Direksi Teknis atas dasar pengamatan sifat-sifat mengerasnya semen yang digunakan.
6) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan konstruksi
yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.
7) Beton harus di cor sedemikian rupa agar terhindar dari segregasi (pemisahan) partikel
kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin ke
tempat akhirnya untuk mencegah pengaliran dan harus tidak boleh mengalir lebih dari satu
meter dari tempat asal pengecoran.
8) Bila di cor kedalam struktur yang memiliki cetakan yang sulit dan tulangan yang rapat, beton
harus di cor dalam lapis-lapis horisontal yang tak lebih dari 15 cm tebalnya.
9) Beton tidak boleh jatuh bebas kedalam cetakan dari ketinggian lebih dari 150 cm.
10) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa sehingga beton yang telah
berada ditempat masih plastis sehingga dapat menyatu dengan beton segar.
11) Air tidak diperbolehkan dialirkan keatas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton
dalam waktu 24 jam setelah pengecoran.
d. Sambungan Konstruksi
1) Jadwal pembetonan harus disiapkan untuk tiap-tiap struktur secara lengkap dan Direksi
Teknik harus menyetujui lokasi dari sambungan konstruksi pada jadwal tersebut, atau harus
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
diletakkan seperti yang ditunjukkan pada gambar. Sambungan konstruksi tidak boleh
diletakkan pada pertemuan bagian-bagian struktur terkecuali dipersyaratkan demikian.
2) Sambungan konstruksi pada tembok sayap harus dihindari. Seluruh sambungan konstruksi
harus tegak lurus terhadap garis utama tegangan dan pada umumnya harus diletakkan
pada titik dengan gaya geser minimum.
3) Bila sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati sambungan
sedemikian sehingga membuat struktur tetap monolit.
4) Alur sambungan paling sedikit 4 cm dalamnya harus disediakan pada seluruh sambungan
konstruksi pada dinding, pelat dan antara pondasi dan dinding. Untuk pelat yang berada
diatas, sambungan harus diletakkan sedemikian sehingga membagi pelat menjadi luas
yang kurang dari 40 m2, dengan ukuran yang terbesar tidak lebih dari 1,2 kali lebar yang
terlebih terkecil.
5) Kontraktor harus menyediakan tambahan buruh dan material sebagaimana diperlukan
untuk membuat tambahan sambungan konstruksi dalam hal penghentian pekerjaan yang
tidak direncanakan dari pekerjaan yang disebabkan oleh hujan atau macetnya pengadaan
beton atau penghentian oleh Direksi Teknik.
e. Konsolidasi
1) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam atau dari
luar yang telah disetujui. Bila diperlukan, dan apabila disetujui oleh Direksi Teknik,
penggetaran harus ditambah dengan penusukan batang penusuk dengan tangan dengan
alat yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai.
2) Penggetar tak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik
lain dalam cetakan.
3) Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan bahwa semua
sudut dan diantara dan sekitar besi tulangan benar-benar diisi tanpa pemindahan kerangka
penulangan, dan setiap rongga udara dan gelembung udara terisi.
4) Penggetar harus dibatasi lama penggunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan yang
diperlukan tanpa menyebabkan segregasi (pemisahan) dari agregat.
5) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari luar harus sanggup menghasilkan sekurang-
kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0.25 kg, dan boleh diletakkan diatas
kerangka cetakan supaya dapat menghasilkan getaran yang rata.
6) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsa dan harus
sanggup menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit apabila digunakan
dengan beton yang mempunyai slump 2.5 cm atau kurang.
7) Setiap alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dimasukkan tegak
kedalam beton basah supaya tembus kedasar beton yang baru dicor, dan menghasilkan
kepadatan pada seluruh kedalaman seksi itu.
8) Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan kembali pada posisi lain
tidak lebih dari 30 detik pada satu lokasi, tidak boleh digunakan untuk menggeser campuran
beton ke lokasi lain dan tidak boleh menyentuh tulangan beton.
tersebut harus terlebih dahulu diketahui dan disetujui oleh Pemberi Tugas/Konsultan
Pengawas sebelum pekerjaan itu dimulai.
2) Konstruksi bekisting kedap air harus digunakan, sedemikian sehingga dapat mencegah
arus air yang mengganggu proses pengeringan dan pelekatan beton muda dengan
tulangan.
3) Selama pengerjaan pengecoran, sampai saatnya beton mengeras, yaitu paling sedikit 48
jam sesudah pengecoran, pemompaan tidak diperbolehkan.
4) Beton harus dicor secara kontinu, bagian atas harus diusahakan selalu datar sampai
dicapai ketinggian yang disyaratkan atau paling tidak sampai lebih tinggi dari permukaan
air. Cara pengecoran yang kontinyu dimaksud agar dicapainya homogenitas beton secara
keseluruhan untuk menjamin sifat kedap air.
5) Penyambungan pengecoran, setelah beton yang dicor terdahulu mengeras, harus
mendapat perhatian khusus sehubungan dengan sifat kedap air tersebut.
6) Beton harus dicor dengan alat tremie atau drop-bottom-bucket, yang bentuk dan tipenya
memang khusus dipergunakan bagi keperluan tersebut dan telah disetujui Pemberi
Tugas/Konsultan Pengawas. Tremie harus rapat air, dan cukup besar untuk
memungkinkan pengaliran beton dengan lancar.
7) Tremie harus selalu penuh pada saat pengecoran, bila pengaliran terhenti maka tremie
harus dicabut dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum dimulai pengecoran lagi.
8) Dalam keadaan apapun dan dengan alat manapun tidak diperbolehkan adukan beton jatuh
atau melewati air. Baik tremie atau drop-bottom-bucket harus mengeluarkan adukan beton
di bawah permukaan beton muda yang sudah lebih dahulu di cor.
3) Bila Direksi Teknik menyetujui pengisian lubang besar bentuk sangkar lebah, pekerjaan
harus dipahat sampai kebagian yang baik, membentuk permukaan yang tegak
kepermukaan benda kerja. Lubang harus dibasahkan dengan air dan sedikit adukan semen
tipis (semen dan air tanpa pasir) harus dipasang pada permukaan lubang.
4) Lubang harus selanjutnya diisi dan ditumbuk dengan adukan yang kental yang terdiri dari
satu bagian semen dan dua bagian pasir, yang harus disusutkan sebelumnya dengan
mencampurnya kira-kira 30 menit sebelum dipakai.
c. Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)
Permukaan yang tampak harus diberikan pekerjaan akhir selanjutnya sebagai berikut, atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik :
1) Bagian atas pelat, kerb. Permukaan trotoir, dan permukaan mendatar lainnya sebagaimana
yang diperintahkan Direksi Teknik, harus digaru dengan mal untuk memberikan bentuk
serta ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus dihaluskan
dengan tangan, meratakan permukaan baik memanjang maupun melintang dengan perata
kayu, atau oleh cara lain yang tepat, sebelum beton mulai mengeras.
2) Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoir, harus sedikit
kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau metode lain sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Teknik, pada saat beton mulai mengeras.
3) Permukaan yang tidak horisontal yang tampak yang telah ditambal atau yang kasar harus
digosok dengan batu gurinda kasar, dengan menempatkan sedikit adukan pada
permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus dalam takaran yang
digunakan untuk beton tersebut. Penggosokan harus dilanjutkan hingga seluruh tanda
bekas cetakan, ketidak rataan, tonjolan menjadi hilang, serta seluruh rongga terisi dan
permukaan yang merata telah diperoleh. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan harus
dibiarkan tertinggal ditempat.
d. Perawatan
1) Sejak permulaan segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini,
temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dipertahankan dengan
kehilangan kelembaban yang minimal dan dengan temperatur yang relatif tetap untuk suatu
periode waktu yang disyaratkan untuk menjamin hidrasi yang baik dari semen dan
pengerasan betonnya.
2) Beton harus dirawat, setelah mengeras secukupnya, dengan menyelimutinya memakai
lembaran yang menyerap air yang harus selalu basah untuk perioda paling sedikit 3 hari.
Seluruh lembaran atau selimut untuk merawat beton harus cukup diberarti atau diikat
kebawah untuk mencegah permukaan terbuka terhadap aliran udara. Bila cetakan kayu
digunakan, cetakan tersebut harus dipertahankan basah pada setiap saat sampai
dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan dan pengeringan beton. Lalu lintas
tidak boleh diijinkan pada permukaan beton untuk 7 hari setelah beton dicor.
1) Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari satu pengujian kuat tekan untuk setiap 6
meter kubik beton yang dicor dan dalam segala hal tidak kurang dari satu pengujian untuk
setiap kelas beton dan untuk setiap tipe struktur yang dicor terpisah pada tiap suatu hari
pekerjaan. Setiap pengujian harus meliputi pembuatan tiga contoh yang sama, yang
pertama harus diuji pembebanan kuat tekan sesudah 3 hari, yang kedua sesudah 7 hari
dan yang ketiga sesudah 28 hari.
2) Bila seluruh volume kontrak dari suatu kelas beton melebihi 40 meter kubik dan frekwensi
pengujian yang ditetapkan pada butir (a) diatas hanya menyediakan kurang dari lima
pengujian untuk suatu kelas beton tertentu, maka pengujian akan dilaksanakan pada
contoh, paling sedikit lima buah dari takaran yang dipilih secara acak (random).
c. Pengujian Tambahan
Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menetapkan
kwalitas material atau campuran atau akhir pekerjaan pembetonan, sebagaimana diperintahkan
oleh Direksi Teknik Pengujian tambahan tersebut meliputi :
1) Pengujian yang tidak merusak menggunakan “sclerometer” atau perangkat penguji lainnya;
2) Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur yang dipertanyakan;
3) Pengambilan dan pengujian contoh beton (coring);
4) Pengujian lainnya sebagaimana disyaratkan oleh Direksi Teknik.
3.11.1 Umum
a. Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan
spesifikasi dan gambar, atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
b. Standar rujukan
SNI 1291 Tata cara perhitungan struktur beton untuk gedung
A.C.I 315 Buku standar praktis untuk detail sturktur beton bertulang, institut beton
Amerika.
SNI 07-2052-1997 Baja tulangan beton yang polos dan yang berukir.
Pd S-06-2000-02 Kawat baja yang dibentuk dalam keadaan dingin (Cold
Drown Steel Wire) untuk tulangan beton.
SNI 07-0663-1995 Anyaman kawat baja dilas dipabrik untuk tulangan
beton.
c. Toleransi
1) Toleransi untuk pembuatan (fabrikasi) harus seperti yang disyaratkan dalam ACI 315.
2) Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup
bagian luar dari baja tulangan adalah sebagai berikut :
(i) 3.5 cm untuk beton yang tidak terbuka langsung terhadap udara atau terhadap air
tanah atau terhadap bahaya kebakaran;
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
(ii) seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 6.2.1 untuk beton yang terendam/tertanam
atau terbuka langsung terhadap cuaca atau urugan tanah tetapi masih dapat
diamati untuk pemeriksaan;
Tabel 6.2.1 Selimut beton minimum dari baja tulangan untuk beton yang tak
terlindungi tetapi mudah dicapai.
Ukuran batang Tebal selimut beton
Tulangan yang akan diselimuti minimum
(mm) (cm)
(iii) 7.5 cm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam yang tidak bisa dicapai, atau
untuk beton yang tak bisa dicapai yang bila kehancuran karena karat dari tulangan
dapat menyebabkan kerusakan atau kehancuran struktur, atau untuk beton yang
ditempatkan langsung diatas tanah atau karang, atau untuk beton yang
berhubungan dengan kotoran pada serokan atau cairan korosif lainnya.
d. Penyimpanan dan Penanganan
1) Kontraktor harus mengangkut tulangan ketempat kerja dalam ikatan, diberi label, dan
ditandai dengan label metal yang menunjukkan ukuran batang, panjang dan informasi
lainnya sehubungan dengan tanda yang ditunjukkan pada diagram tulangan.
2) Kontraktor harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan sedemikian untuk
mencegah distorsi, pengotoran korosi, atau kerusakan.
e. Pengajuan
1) Sebelum memesan material, seluruh daftar pesanan dan diagram pembengkokan harus
disediakan oleh Kontraktor untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknik, dan
tidak ada material yang dipesan sebelum daftar tersebut serta diagram pembengkokan
disetujui.
2) Sebelum memulai pekerjaan baja tulangan, Kontraktor harus menunjukkan kepada
Direksi Teknik daftar yang disahkan dari pembuat pabrik baja yang memberikan berat
satuan nominal dalam kilogram dari tiap ukuran dan kelas dari batang tulangan atau
anyaman baja dilas yang akan digunakan dalam pekerjaan.
f. Mutu Pekerjaan dan Perbaikan dari Pekerjaan yang tak Memuaskan.
1) Persetujuan atas daftar pesanan dan diagram pembengkokan dalam segala hal tidak
membebaskan Kontraktor atas tanggung jawabnya untuk memastikan ketelitian dari
daftar dan diagram tersebut. Revisi material yang disediakan sesuai dengan daftar dan
diagram, untuk memenuhi gambar rencana, harus atas biaya Kontraktor.
2) Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diijinkan dalam pekerjaan :
– panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi toleransi
pembuatan yang disyaratkan dalam ACI 315:
– bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada gambar atau gambar kerja
akhir:
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
– batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang berlebih atau
oleh sebab lain.
3) Dalam hal kekeliruan dalam pembuatan bentuk tulangan, batang tidak boleh
dibengkokan kembali atau diluruskan tanpa persetujuan Direksi Teknik atau yang akan
merusak atau melemahkan material. Pembengkokan kembali dari batang harus
dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali disetujui lain oleh Direksi Teknik.
4) Dalam segala hal batang tulangan yang telah dibengkokan kembali lebih dari satu kali
pada tempat yang sama tidak diijinkan digunakan pada pekerjaan. Kekeliruan yang
tidak dapat diperbaiki oleh pembengkokan kembali, atau bila pembengkokan kembali
tidak disetujui oleh Direksi Teknik, harus diperbaiki dengan mengganti menggunakan
batang yang baru yang dibengkokan dengan benar dan sesuai dengan bentuk dan
ukuran yang disyaratkan.
5) Kontraktor harus menyediakan fasilitas ditempat kerja untuk pemotongan dan
pembengkokan tulangan, baik bila melakukan pemesanan biaya tulangan yang telah
dibengkokan maupun tidak, dan harus menyediakan stock yang cukup dari batang lurus
ditempat, untuk pembengkokan yang dibutuhkan untuk memperbaiki kekeliruan atau
penggantian.
g. Penggantian Ukuran Batang
Penggantian batang dari ukuran berbeda akan hanya dijinkan bila secara jelas disahkan
oleh Direksi Teknik. Bila baja diganti haruslah dengan luas penampang yang sama dengan
ukuran rancangan awal, atau lebih besar.
3.11.2 Material
a. Baja Tulangan
1) Baja tulangan harus baja polos atau berulir kelas 40 yang memenuhi persyaratan SNI
07-2052-1997, atau lainnya yang disetujui oleh Direksi Teknik.
2) Bila anyaman tulangan baja diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman tulangan
yang dilas yang memenuhi SNI 07-0663-1995 dapat digunakan.
b. Tumpuan Untuk Tulangan
Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau blok beton cetak dari
kelas II/K225 seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.1 dari spesifikasi ini, terkecuali
disetujui lain oleh Direksi Teknik. Kayu, bata, batu atau material lain tidak boleh diijinkan
sebagai tumpuan.
c. Pengikat Untuk Tulangan
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja yang telah dilunakkan yang
memenuhi Pd S-06-2000-02.
2) Batang dari diameter 20 mm dan yang lebih besar harus dibengkokan dengan mesin
pembengkok.
b. Penempatan dan Pengikatan
1) Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan
kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan aduk atau lapisan lain yang dapat
mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton.
2) Tulangan harus secara tepat ditempatkan sesuai dengan gambar dan dengan
kebutuhan selimut penutup minimum yang disyaratkan dalam Pasal diatas, atau seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
3) Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga
tidak tergeser sewaktu operasi pengecoran. Pengelasan dari batang melintang atau
pengikat terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
4) Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang keseluruhan yang
ditunjukkan pada gambar. Penyambungan (splicing) dari batang, terkecuali ditunjukkan
pada gambar, tidak akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Teknik. Setiap
penyambungan yang dapat disetujui harus dibuat bertahap sejauh mungkin dan harus
diletakkan pada titik dengan tegangan tarik minimal.
5) Bila sambungan (splice) yang menumpang disetujui maka panjang yang menumpang
haruslah 40 x diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait pada ujungnya.
6) Pengelasan dari baja tulangan tidak akan diijinkan terkecuali diperinci dalam gambar
atau secara khusus diijinkan oleh Direksi Teknik secara tertulis. Bila Direksi menyetujui
pengelasan dari penyambungan, maka sambungan dalam hal ini adalah las tumpu
ujung yang menembus penuh yang memenuhi kebutuhan dari AWS D 2.0. Pendinginan
benda las dengan air tidak diijinkan.
7) Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan meninggalkan permukaan beton sehingga
tidak akan tampak dari luar.
8) Anyaman baja yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin, dengan bagian
sambungan harus menumpang paling sedikit satu kali jarak anyaman. Anyaman harus
dipotong untuk mengikuti bentuk pada kerb dan bukaan, dan harus dihentikan pada
sambungan antara pelat.
9) Bila tulangan tetap dibiarkan terbuka untuk suatu periode yang cukup panjang, maka
harus secara keseluruhan dibersihkan dan dipulas dengan adukan semen.
10) Tidak boleh ada bagian tulangan yang telah ditempatkan boleh digunakan untuk
memikul perlengkapan penghantar beton, jalan pendekat, lantai kerja atau beban
konstruksi lainnya.
3.13 MORTAR
❖ Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi persiapan dan penyediaan mortar yang sesuai dengan spesifikasi,
untuk pekerjaan pasangan batu dan pekerjaan insidential lainnya.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
b. Kecuali bila direksi / konsultan pengawas menentukan lain, mortar untuk pekerjaan
pasangan batu harus tersusun dari satu bagian semen porland dan tiga bagian agregat
halus (pasir) berdasarkan perbandingan volume dan dapat ditambah kapur sebanyak 10%
dari berat semen.
❖ Material
a. Kecuali bila direksi / konsultan pengawas mengijinkan penggunaan semen lain, maka yang
harus digunakan adalah semen portland tipe I yang memenuhi ketentuan SII 0013- 77 :
“Semen Porland”, SNI 03-15-2049-1991 atau JIS R 5210.
b. Agregat halus harus memenuhi ketentuan SNI 03-6820-2002. Kapur harus sesuai dengan
ketentuan residu, popping, pitting, dan water retention untuk kapur tipe N menurut ASTM C
207, kwalitas air harus memadai untuk pekerjaan beton sesuai ketentuan Bab 6 dari
spesifikasi ini.
❖ Pelaksanaan Pekerjaan
Semua material, kecuali air, harus dicampur/diaduk dalam mixer mortar yang disetujui
sampai warnanya merata, lalu dicampur air sambil terus diaduk. Bahan yang diaduk harus
sebatas jumlah yang akan segera digunakan. Adonan yang tidak juga digunakan dalam
batas 45 menit, setelah penambahan/pemberian air harus dibuang.
❖ Umum
a. Pekerjaan ini harus mencakup pekerjaan dari struktur yang ditunjukkan pada gambar atau
seperti yang diperintahkan Direksi Teknik untuk dibuat dari pasangan batu.
b. Umumnya pekerjaan ini meliputi pasangan dinding penahan tanah, pasangan gorong-
gorong persegi, tembok kepala gorong-gorong, pasangan inlet dan outlet gorong-gorong
atau yang lain diperintahkan oleh direksi teknik, yang konstruksi pasangan batu ini
dimaksudkan untuk menahan beban luar yang cukup besar.
c. Pekerjaan harus meliputi pengadaan seluruh material, galian pondasi, penyiapan pondasi
dan seluruh pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan
spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang
ditunjukkan pada gambar atau sebagaimana diperintahkan secara tertulis oleh Direksi
Teknik.
❖ Material
a. Batu Belah
1) Batu harus bersih, keras, tanpa alur atau retak yang berbentuk belah dari batu kali atau
batu gunung yang keras bila terpaksa saling mengunci dengan ukuran tertentu. Bila
perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis atau lemah.
2) Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling mengunci
bila dipasang bersama.
3) Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik, batu harus memiliki ketebalan yang
tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu setengah kali tebalnya dan panjang
yang tidak kurang dari satu setengah kali lebarnya.
b. Pasir pasang
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
Pasir pasang untuk adukan harus bersih dan tidak mengandung kadar lumpur lebih dari 5
%.
c. Adukan
Adukan haruslah adukan semen yang memenuhi kebutuhan dari seksi 6.3 dari spesifikasi
ini.
1) Adukan / spesi pasangan terdiri dari satu bagian semen dibanding tiga bagian pasir (1
pc : 3 ps) dalam takaran volume dan mempunyai kuat tekan minimum 75 kg/cm2 pada
umur 28 hari.
2) Adukan / spesi pasangan terdiri dari satu bagian semen dibanding empat bagian
agregat halus atau pasir (1 pc : 4 ps) pada takaran volume dan mempunyai kuat tekan
minimum 50 kg/cm2 pada umur 28 hari.
d. Drainase Porous
Material untuk membentuk landasan, lubang sulingan atau kantung penyaring untuk
pekerjaan pasangan batu harus memenuhi kebutuhan dari seksi 2.4 dari spesifikasi ini.
a. Persiapan Pondasi
1) Pondasi untuk struktur pasangan batu harus disiapkan sesuai dengan syarat untuk
seksi 3.1. galian
2) Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada gambar, dasar pondasi untuk struktur
tembok penahan harus normal, atau bertangga yang juga normal terhadap muka dari
tembok. Untuk struktur lain, dasar pondasi harus mendatar atau bertangga yang juga
horizontal.
3) Lapis landasan yang dapat mengalirkan air dan kantung penyaring harus disediakan
dimana disyaratkan sesuai dengan syarat dalam seksi 2.4. Drainase Porous.
4) Bila ditunjukkan dalam gambar, atau yang diminta oleh Direksi Teknik, suatu pondasi
beton dapat diperlukan. Beton yang digunakan harus memenuhi kebutuhan dari Seksi
6.1 dari spesifikasi ini.
b. Pemasangan Batu
1) Batu-batu yang besar ditempatkan paling bawah sebagi landasan / pondasi pekerjaan
tersebut.
2) Batu pondasi sebelum diletakkan harus diberi alas adukan terlebih dahulu setebal 3 – 5
cm begitu pula pasangan batu yang satu dan lainnya.
3) Batu harus dihampar dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang tampak
harus dipasang sejajar dengan muka dari tembok dari batu yang terpasang.
4) Batu harus ditangani sehingga tidak menggunakan atau menggeser batu yang telah
terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk memasang batu yang lebih
besar dari yang dapat ditangani oleh dua orang. Menggelindingkan atau menggulingkan
batu pada pekerjaan yang baru dipasang tidak diperkenankan.
c. Penempatan Adukan
1) Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan secara menyeluruh dibasahi, cukup
waktu untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh. Landasan yang akan
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
menerima masing-masing batu juga harus dibasahkan dan selanjutnya landasan dari
adukan harus disebar pada sisi dari batu ke batu yang sedang dipasang.
2) Tebal dari adukan landasan adukan harus pada rentang antara 3cm – 5cm dan harus
minimum diperlukan untuk menjamin terisinya seluruh rongga antara batu yang
dipasang.
3) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah
dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan segar yang belum mengeras. Bila
batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan awal, maka
harus dibongkar, dan adukan dibersihkan dan batu dipasang lagi dengan adukan segar.
d. Syarat Untuk Lubang Sulingan dan Sambungan Untuk Ekspansi.
1) Tembok dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan.
2) Terkecuali ditunjukkan lain pada gambar atau diperintahkan oleh Direksi Teknik,
lubang sulingan harus ditempatkan berjarak antara tidak lebih dari 2 meter dari sumbu
satu ke lainnya dan harus berdiameter 5 cm atau 2 inch.
3) Dalam pelaksanaan tembok penahan yang panjang lebih dari 20 meter harus diberi
sambungan dengan lebar 30 cm dan setinggi tembok penahan bagian luarnya
sedangkan bagian dalamnya rata. Batu yang digunakan untuk pembentukan
sambungan harus dipilih sedemikian sehingga membentuk sambungan tegak yang
bersih dengan dimensi yang disyaratkan diatas.
4) Urugan dibelakang sambungan ekspansi haruslah material drainase porous berbutir
kasar yang bergradasi baik yang dipilih sehingga tanah yang ditahan tidak dapat
terhanyutkan melaluinya, juga material drainase porous tidak hanyut melalui
sambungan.
e. Pekerjaan Akhir Pasangan Batu
1) Sambungan pada sisi muka dari batu harus dikerjakan hampir rata dengan permukaan
pekerjaan, tetapi tidak menyelimuti batu, sewaktu pekerjaan berlangsung.
2) Terkecuali disyaratkan lain, bagian puncak horizontal dari seluruh pasangan batu harus
dibuat rapi dengan tambahan dari lapis adukan setebal 2 cm, yang dikerjakan
kepermukaan yang merata dengan kemiringan yang akan menjamin perlindungan
terhadap air hujan dan dengan sudut yang dibulatkan. Lapisan tersebut harus
dimasukkan sedalam dimensi yang disyaratkan dari struktur.
3) Langsung setelah ditempatkan, dan sewaktu adukan masih segar, seluruh batu muka
harus dibersihkan dari kotoran adukan.
4) Permukaan yang telah selesai harus dirawat seperti yang disyaratkan untuk pekerjaan
beton dalam Pasal 6.1.5 (d) dari spesifikasi ini.
5) Bila pekerjaan cukup kuat, dan tidak lebih dini dari 14 hari menyusul selesainya
pekerjaan pemasangan, urugan harus ditempatkan seperti disyaratkan atau seperti
diperintahkan oleh Direksi Teknik, sesuai dengan syarat yang bersangkutan dari Pasal
3.2. Urugan atau Pasal 2.4, drainase porous.
6) Lereng serta bahu yang bersebelahan harus dipangkas dan dikerjakan untuk menjamin
sambungan yang kokoh dan rotan dengan pasangan batu akan memungkinkan drinase
yang tak terhalang dan mencegah gerusan pada tepi pekerjaan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
❖ Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu
yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik
pada pekerjaan Grouting dan Repair Beton Struktural dan Non struktural.
b. Perbaikan dimensi struktur harus dilakukan oleh tim khusus dari Kontraktor spesialis repair
beton bila terdeteksi adanya cacat dan kerusakan pada struktur beton, dan atas
persetujuan Konsultan pengawas.
c. Metode perbaikan dimensi yang dilakukan akan tergantung dari jenis cacatnya yaitu berupa:
Keropos, dan Gompal.
Jenis-jenis kerusakan meliputi :
▪ Keropos : Terdapat suatu rongga di dalam komponen beton, dapat diperbaiki dengan
cara Grouting.
▪ Gompal : Terjadinya pecah (spalling) paada komponen beton, dapat diperbaiki dengan
cara Patching atau grouting.
Metode perbaikan dimensi meliputi :
▪ Grouting : Perbaikan elemen beton bagian dalam dan/atau luar elemen beton dengan
memasukkan bahan mortar ke dalam rongga struktur beton yang keropos dengan
menggunakan alat yang bertekanan tertentu (kompresor) dan acuan yang kedap.
❖ Pekerjaan Grouting
1) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu
yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik
pada pekerjaan:
(i) Beton Struktural
(ii) Beton Non Struktural
2) Persyaratan Bahan
a. Bahan grout tidak boleh menyusut.
b. Terdapat sertifikat produk dari pabrik pembuat.
c. Memiliki TDS (Technical Data Sheet), jika hasil pengujian < TDS maka bahan harus
ditolak.
d. Bahan Grouting menggunakan Ex. Sika Grout 215 / Fosroc Lockfix / BASF Masterflow /
setara yang disetujui oleh Direksi atau Konsultan Pengawas.
e. Menggunakan acuan bekisting yang kedap.
f. Bahan graout harus menyatu dengan beton eksisiting dan jika dipakai bahan pabrikan
penggunaannya harus sesuai petunjuk pabrik.
g. Spesifikasi kuat tekan bahan graout yang digunakan setara atau lebih besar dari kuat
tekan beton eksisting.
3) Persyaratan Pelaksanaan
(i) Persiapan Grouting
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
a. Chipping bagian yang akan diperbaiki sampai kedalaman dimana beton dalam kondisi
padat/keras.
b. Chipping sampai kedalaman 2 cm – 3 cm di belakang baja tulangan eksisting untuk
bagian dimana baja tulangan terlihat/terekspos.
c. Bersihkan permukaan chipping dan juga baja tulangan menggunakan sikat kawa/baja,
kuas, compressor, dll.
(ii) Pelaksanaan Grouting
a. Bagian permukaan beton yang akan digrout, dibersihkan dari kotoran (lapisan oli, debu,
bahan lepas/bahan asing lainnya) terlebih dahulu.
b. Basahi permukaan beton yang akan diperbaiki/digraut dengan air bersih sampai kondisi
lembab.
c. Campurkan bahan grout dengan komposisi yang disyaratkan dan air dan diaduk
dengan alat pengaduk/mixer sampai homogen.
d. Pasang acuan/bekisting sedemikian rupa sehingga kuat dan kaku untuk dapat
menahan tekanan grout, acuan harus terbuat dari bahan kedap air dan permukaan
halus/dilapis film.
e. Acuan dilengkapi lubang untuk memasukan bahan graut dan lubang udara.
f. Aplikasikan bahan grout dengan cara menuangkan pada bagian yang akan digrout.
g. Sealing bagian bekisting dari kemungkinan kebocoran.
h. Segera pompa bahan graut ke dalam bagian yang akan digraut sampai terisi penuh.
i. Buka acuan setelah 3 hari atau setelah bahan graut mencapai kekuatan yang
disyaratkan
4) Penerimaan Hasil Pekerjaan
a. Semua permukaan yang dikerjakan harus sesuai dimensi serta elevasi yang sudah
ditentukan.
b. Semua permukaan harus dalam kondisi bersih dan rapi.
c. Memastikan semua bagian telah terisi bahan perbaikan graut.
5) Pekerjaan Tidak Memenuhi Syarat
a. Grouting yang tidak menempel dengan baik (lepas), retak atau bergeser.
1) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu
yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik
pada pekerjaan:
a. Penyambungan beton lama dan baru
b. Plesteran dan acian
c. Perekat untuk bahan patching dan repair mortar
2) Persyaratan Bahan
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
❖ Beton Keropos
1) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu
yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik
pada pekerjaan:
a. Beton struktur keropos tanpa terlihat besi penulangan.
b. Beton struktur keropos dengan besi penulangan terlihat.
2) Persyaratan Bahan
a. Bahan penambal keropos beton yang dipakai Sika Sika grout 215/ Fosroc Patchroc-
Nitofil /BASF Masteremaco-Masterinject /setara yang disetujui oleh Direksi Pengawas
b. Bahan penunjang lainnya sesuai rekomendasi produk.
3) Persyaratan Pelaksanaan
a. Bersihkan daerah yang terjadi keropos, chipping apakah terlihat besi atau tidak, jika jika
tidak terlihat besinya ikuti langkah – langkah dibawah ini:
(i) Lakukan hacking dan hilangkan beton keropos yang lepas sampai menemukan
permukaan yang padat.
(ii) Bersihkan area dari kotoran-kotoran dan sisa-sisa beton, lalu basahi dengan
bonding agent, tunggu ± 30 menit.
(iii) Tambal area yang terbuka dengan bahan penambal .
(iv) Lakukan Curing area yang perlu diperbaiki.
b. Untuk beton keropos dengan tulangan yang terekspose, diajukan metode Pressure
Grouting /Injection (suntikan) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(i) Lakukan hacking dan hilangkan beton keropos yang lepas sampai menemukan
permukaan yang padat.
(ii) Bersihkan area dari kotoran-kotoran dan sisa-sisa beton, lalu basahi dengan
bonding agent.
(iii) Untuk area yang cukup besar :Pasang bekisting dan cor kembali dengan Sikagrout
215 atau beton dengan mutu yang sama.
(iv) Untuk area yang kecil, sempit dan rapat dengan tulangan, diajukan metode sebagai
berikut :
– Sediakan agregat 20mm dengan kawat ayam dipasang sekililing area yang
akan diperbaiki.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
1) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu
yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik
pada pekerjaan kondisi hasil pekerjaan beton yang tidak rata atau gelembung/bunting pada
permukaan beton (pada Kolom, Slab, Beam).
2) Persyaratan Bahan
a. Bahan repair yang dipakai adalah Sika Monotop 613 /setara yang disetujui oleh Direksi
Pengawas.
b. Bahan penunjang lainnya sesuai rekomendasi produk.
3) Persyaratan Pelaksanaan
a. Area yang cacat ditandai.
b. Lakukakan hacking pada permukaan beton yang tidak rata.
c. Ratakan dengan melakukan penambalan menggunakan Sika Monotop 613.
d. Lakukan curing pada permukaan yang diperbaiki.
❖ Pekerjaan Screed
1) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini dilakukan meliputi area seluruh lantai beton yang tidak rata/level dan rusak
sesuai dengan yang disebutkan /ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi
Pengawas.
2) Persyaratan Bahan
Semen Portland (PC) yang bermutu type I dan dari satu produk/produsen. Pasir bermutu
baik dan air pencampur/pelarut/pengencer yang disetujui oleh Direksi Pengawas.
3) Persyaratan Pelaksanaan
a. Screeding lantai dilakukan bila dasar lantai yang merupakan beton plat lantai,
dibersihkan dari segala bongkaran, kotoran, debu dan bebas dari pengaruh pekerjaan
yang lain.
b. Bahan screeding merupakan campuran dari bahan PC dan pasir yang sudah diayak
halusdan dilarutkan dengan air.
c. Tebal screeding disesuaikan dengan finishing pelapis lantai yang ditunjukkan oleh
gambar rencana. Dan tergantung dari toleransi kerataan keseluruhan lantai beton.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
1) Lingkup Pekerjaan
Pengecatan Struktur Beton bertujuan mencegah dan melindungi elemen struktur beton dari
kerusakan yang diakibatkan oleh faktor lingkungan dan menambah nilai estetika suatu
bangunan. Berdasarkan tujuannya, terdapat dua jenis pengecatan, yaitu:
a. Pengecatan dengan maksud proteksi : dimaksudkan untuk mencegah terjadi kerusakan
beton akibat karbonasi akibat porositas, kelembaban, kadar air di udara dan lingkungan
pelabuhan, mempunyai umur keawetan minimal 5 tahun.
b. Pengecatan untuk dekoratif : dimaksudkan untuk menambah estetika pada elemen
dermaga beton mempunyai umur keawetan minimal 3 tahun.
c. Pengecatan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kerusakan beton akibat karbonasi
karena porositas, kelembaban, kadar air di udara dan lingkungan struktur dermaga yang
korosif dan serangan asam.
2) Peralatan Kerja
a. Menggunakan peralatan manual dan peralatan obsrasive blasting yang sesuai dengan
standar.
b. Kuas sesuai bahan cat.
c. Bila menggunakan alat penyemprot, maka sesuai persyaratan pada lembar data yang
dikeluarkan oleh pabrikan.
d. Alat ukur ketebalan cat basah sesuai dengan ASTM D4414- 95(2013).
e. Alat ukur ketebalan cat kering sesuai ASTM D6132-13(2017).
3) Persyaratan Bahan
a. Jenis cat sesuai dengan bahan dasar struktur beton serta dilaksanakan sesuai persyaratan,
spesifikasi dan sertifikat dari pabrik. Jenis cat yang digunakan adalah cat yang tahan bahan
kimia, air laut, chloride, CO2, tahan abrasi, tahan UV protection, kelembaban udara, tidak
mudah retak, estetika dan daya lekat tinggi.
b. Penyedia Jasa harus mengajukan material jenis cat kepada pengawas pekerjaan sebelum
memulai pekerjaannya.
c. Pengecatan dekoratif dapat menggunakan jens cat :
– Water –based Portland cemen,
– Water-based polymer latex,
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
j. Pengecatan lapis kedua dan selanjutnya dilaksanakan setelah lapis cat dasar mengering,
dilaksanakan dengan cara disemprotkan/spray, kuas atau roller sampai ketebalan cat
sesuai dengan petunjuk dan persyaratan dari pabrik pembuat.
Tabel Hasil Persiapan Permukaan
b. Warna hasil pengecatan harus dipastikan tertutup oleh bahan cat dengan ketebalan sesuai
dengan persyaratan.
c. Penerimaan mutu dari uji tidak merusak pada ketebalan cat dengan acuan SSPC PA2-
2012 uji tebal kering harus mencapai minimum 80% dari tebal yang dipersyaratkan, dan
maksimum 120% dari tebal kering yang dipersyaratkan.
b. Pekerjaan ini meliputi pengadaan dari semua bahan, tenaga, peralatan, perlengkapan
serta pemasangan dari semua pekerjaan baja dan logam termasuk alat-alat atau
benda-benda/ material pendukung lainnya.
c. Pekerjaan baja dan logam harus dilaksanakan sesuai dengan keterangan-keterangan
yang tertera pada gambar rencana/detail, lengkap dengan penyangganya, alat untuk
memasang dan menyambungnya, pelat-pelat baja/ profil siku dan lain sebagainya.
d. Semua bagian harus mempunyai ukuran yang tepat, sehingga dalam
pemasangannya tidak memerlukan pengisi, kecuali kalau gambar detail menunjuk hal
tersebut.
e. Semua detail dan hubungan harus dibuat dengan teliti dan diselesaikan dengan rapi,
dan dalam pelaksanaannya tidak hanya dari gambar-gambar kerja untuk memasang
pada tempatnya tetapi dimungkinkan untuk mengambil ukuran-ukuran sesungguhnya
ditempat pekerjaan terutama bagian-bagian yang terhalang oleh benda lain.
f. Pekerjaan harus bermutu kelas satu dalam segala hal, setiap bagian pekerjaan yang
buruk akan ditolak dan harus diganti apabila perlu. Pekerjaan yang selesai harus
bebas dari puntiran-puntiran,bengkokan-bengkokan dan sambungan-sambungan yang
mengganggu.
GRADA-A (besi heavy coatee type) batang-batang elektroda yang dipakai diameternya
lebih besar atau sama dengan 6 mm (1/4 inch), dan batang-batang elektroda harus
dijaga agar selalu dalam keadaan kering.
g. Baut-baut yang digunakan harus baut hitam ulir (HTB) tak penuh dengan tegangan
baut dan tegangan las minimum adalah 1.400 kg/cm² atau minimal sama dengan mutu
baja yang digunakan (A-325 ASTM).
h. Pada konstruksi atap bangunan gedung, sambungan gording tidak harus
menumpu pada kuda-kuda/jurai atau tumpuan lainnya. Untuk itu sebelum
pemasangan gording dilaksanakan Kontraktor harus berkonsultasi terlebih dahulu
dengan Direksi/Pengawas.
i. Bahan baja ini kecuali ditunjuk atau dipersyaratan lain harus sesuai dengan NI 3-1970
e) Pelat dasar kolom untuk kolom penunjang dan pelat perletakan untuk balok,
balok penunjang dan sejenis harus dipasang dengan luas perletakan penuh
setelah bagian pendukung ditempatkan secara baik dan tegak.
Daerah dibawah pelat harus diberi adukan lembab/ kering yang tidak susut dan
disetujui Direksi.
Penyimpangan kolom dari sumbu vertikal tidak boleh lebih dari 1/1500 dari tinggi
vertikal kolom.
8) Jenis cat dasar atau akhir pada daerah pasang surut adalah epoxy polyamine dengan solid
content 100% dengan tebal 500 mikron (masing masing 250 mikron untuk lapis dasar dan
lapis akhir).
2) Blast cleaning ( Sa 2 atau Sa 2 1/2 ) digunakan untuk pekerjaan permukaan, apabila cat
yang digunakan sebagai binder adalah epoksi atau polyurethane dengan primer zinc
sebagai lapisan dasar.
3) Power tool atau hand tool ( St 2 atau St 3) dapat digunakan untuk pekerjaan persiapan
permukaan yang menggunakan jenis cat epoksi atau polyurethane sebagai binder dan
primer yang menggunakan jenis alumunium flakes.
4) Pencampuran antara masing - masing komponen harus sesuai dengan petunjuk dan
persyaratan dari pabrik pembuat.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
❖ Lingkup Pekerjaan
1) Menyediakan tenaga kerja , bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu lainnya untuk
persiapan pelaksanakan pekerjaan dan selama berlangsungnya pekerjaan konstruksi
agar pekerjaan konstruksi menjadi berhasil yang baik dan sempurna.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
2) Pekerjaan ini meliputi pekerjaan finishing permukaan lantai beton dengan floor hardener
seperti tertera pada gambar.
❖ Persyaratan Bahan
❖ Syarat-Syarat Pelaksanaan
1) Permukaan beton dasar yang akan di floor hardener harus cukup mengandung semen
untuk menghindari keretakan akan timbul pada pekerjaan floor hardener.
2) Waktu aplikasi
Pelaksanaan pekerjaan permukaan lantai dengan floor hardener mengikuti petunjuk
cara aplikasi produk dari produsen. Lebih disukai pekerjaan ini dilakukan oleh sub-
kontraktor aplikator yang telah mendapatkan sertifikasi dari produsen.
3) Joint cutting untuk expansion joint hanya dijinkan setelah mencapai umur pekerjaan
floor hardener min. 3 hari. Metode lain untuk pemutusan lantai di expasion joint bisa
diajukan dan pelaksanaannya dengan persetujuan perencana.
4) Penaburan Floor hardener:
Plat beton siap untuk ditaburi Floor Hardener apabila permukaanya ditekan dengan ibu
jari hanya akan meninggalkan bekas sedalam 3-5 mm saja, Taburkan Sika Chapdur
secara merata dengan tangan atau alat yang sesuai.
5) Pemadatan:
Tunggu sampai Floorhardener telah dilembabkan oleh kandungan air semen pada
permukaan beton ,gunakan mesin trowel finish dengan putaran rendah,dan dasar yang
benar- benar rata/Flat.
Catatan : jika kemudian permukaan yang ditrowel terlepas atau timbul banyak
laitance,hal ini berarti beton masih terlalu basah.
6) Penghalusan:
Segera setelah beton mulai mengeras ( Initial setting ) lakukan penghalusan dengan
mesin trowel finish dengan putaran baling baling logam yang lebih halus dengan posisi
sudut rendah.
Proses penghalusan akhir yang diperlukan dapat dilakukan kemudian dengan mesin
trowel dengan putaran yang tinggi.
7) Pengeringan:
Selama pengeringan lantai akan mampu menerima Beban manusia : 1-2 jam saja,
kendaraan ringan : 7-10 hari,kering sempurna : 28 hari dari waktu penghalusan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan penggalian (cut), pengangkutan ke luar lokasi, penimbunan
kembali dan pemadatan tanah untuk halaman, serta penggalian dan pemadatan lantai dasar
atau pondasi sesuai dengan peil yang telah ditentukan.
❖ Lingkup Pekerjaan
a) Penggalian tanah dan pengeluaran dari lokasi untuk persiapan lahan, penimbunan, dan
pemadatan lapis perlapis dengan peil sesuai dengan ketentuan dalam gambar.
e) Pemadatan tanah.
g) Menyediakan material-material pengisi yang baik dan memenuhi syarat, jika diperlukan.
❖ Syarat-syarat Umum
a) Seluruh perintang yang berada dalam lapangan harus disingkirkan, dan dibersihkan dari
lapangan, kecuali hal-hal yang dijelaskan dalam gambar harus dibiarkan tetap.
Perlindungan harus diberikan kepada hal-hal seperti itu. Sumur gali yang ada harus
dilindungi untuk digunakan kemudian.
c) Perbaikan kerusakan pada benda-benda milik kepentingan umum, negara atau pribadi
di dalam atau di luar lapangan pekerjaan bukanlah tanggung jawab Pemberi Tugas dan
semuanya dipikul oleh Kontraktor.
b) Sarana (utilities) eksisting yang ditemukan di bawah tanah dan terletak di dalam
lapangan pekerjaan harus dipindahkan ke luar lapangan ke tempat yang disetujui
Pemberi Tugas.
b) Apabila dipandang perlu, harus ditempatkan petugas untuk mengontrol pada saat
penggalian agar tidak terjadi kesalahan.
f) Dasar dari semua galian harus horizontal (waterpass) dan jika terdapat akar-akar pohon
atau bagian-bagian tanah yang gembur, maka bagian-bagian tersebut harus digali dan
disingkirkan. Selanjutnya lobang-lobang yang terjadi akibat penggalian tersebut diisi
kembali dengan pasir kemudian disiram dan dipadatkan sehingga didapat dasar galian
yang padat dan waterpass.
g) Untuk menjaga kemungkinan tergenangnya air di dalam galian, baik pada saat
penggalian maupun pada saat pekerjaan lainnya dilakukan, kontraktor harus
menyediakan pompa air atau lumpur yang dapat bekerja secara terus menerus sesuai
kebutuhan.
i) Pemeriksaan permukaan tanah dari air, kontraktor diminta untuk mengawasi hal-hal
seperti di bawah ini :
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
(ii) Melindungi semua penggalian bebas dari seepage, overflow dan genangan air, juga
oleh sumur-sumur pompa, saluran pembuang dan hal-hal lain yang mungkin terjadi.
a) Besarnya volume penggalian dan terbatasnya jangka waktu pelaksanaan kontraktor harus
menggunakan alat-alat berat untuk proses penggalian, pembuangan dan penimbunan
dalam jumlah yang cukup. Hal ini menuntut kontraktor untuk melakukan majemen proyek
yang baik sehingga dampak pengaruh bagi aktivitas rumah sakit dapat dibatasi.
b) Sisa tanah galian yang tidak digunakan lagi harus dibuang ke luar lokasi rumah sakit.
Lokasi pembuangan tanah harus dipilih dan dipersiapkan oleh kontraktor dengan
mempertimbangkan aspek gangguan lingkungannya.
c) Mobilisasi, operasional dan demobilisasi alat-alat berat (seperti bachoe, buldozer, truk dll.)
yang digunakan kontraktor harus memperhatikan kemampuan dan kapasitas sarana
lingkungan seperti bangunan yang dipertahankan, jalan, pagar, dll. Sehingga tidak merusak
sarana yang telah ada. Semua kerusakan yang terjadi akibat hal tersebut di atas menjadi
tanggungjawab kontraktor untuk memperbaikinya seperti kondisi dan fungsi semula.
d) Kontraktor harus melakukan pengaturan sirkulasi kendaraan secara baik dan aman serta
tidak mengganggu sirkulasi lingkungan dan internal tapak. Rencana perubahan atau
pengaturan demi kelancaran pekerjaan harus selalu dikoordinasikan dengan owner dan
konsultas pengawas.
e) Untuk mengurasi dampak debu yang ditimbulkan dalam proses pengangkutan material,
maka semua muatan tanah dalam truk harus ditutup dengan penutup yang memadai
(terpal atau plastik).
f) Pengaruh dan keamanan sirkulasi keluar masuk kendaraan proyek dari dan ke lokasi harus
diatur secara aman karena jalur utama pintu masuk berada pada tikungan jalur arteri, dan
masuk melalui jalan kecil dan sempit (Jl. ACE)..
❖ Bahan Pengisi
Bahan pengisi harus cukup baik dan disetujui oleh Konsultan dan Direksi Lapangan, yang
diambil dari daerah lapangan (setempat) dan bahan yang telah disetujui yang diambil dari
daerah di luar lapangan pekerjaan (didatangkan) dan merupakan bahan yang kaya dengan
tanah berbatu kerikil (granulat soils) dan bersih dari akar-akar tumbuhan dan humus.
a) Seluruh pengurugan harus dibawah Pengawasan Direksi Lapangan, yang harus menyetujui
seluruh bahan pengisi lebih dahulu sebelum digunakan. Kontraktor tidak diperkenankan
melakukan pengurugan tanpa seijin dari Direksi Lapangan.
b) Alat pemadat yang digunakan sesuai dengan jenis tanah maupun lokasi pemadatan.
❖ Penyelesaian akhir
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
a) Seluruh daerah lapangan dari proyek, termasuk penggalian dan penimbunan, haruslah
daerah yang betul-betul seragam dan halus butiran-butiran butirannya dan bebas dari
permukaan yang tak rata.
b) Seluruh lapisan akhir (finish grade) termasuk lapisan bawah (sub grade) harus digilas
sampai tercapai derajat kepadatan sebesar 90 % dari derajat kepadatan maksimum.
❖ Pembersihan
Seluruh sisa penggalian yang tidak memenuhi syarat/kualitas sebagai tanah urugan/urugan
kembali atau kelebihan tanah dari yang diperlukan untuk urugan, juga seluruh sisa-sisa puing-
puing reruntuhan-reruntuhan, sampah-sampah harus disingkirkan dari lapangan pekerjaan,
mengikuti petunjuk Direksi Lapangan dan Pemberi Tugas. Seluruh biaya untuk ini adalah
tanggung jawab kontraktor.
❖ Lingkup Pekerjaan
1) Yang dimaksud dengan pekerjaan timbunan disini adalah dimana permukaan tanah
rencana lebih tinggi dari pada permukaan tanah asli sebagaimana tertera pada gambar
rencana.
2) Peralatan yang digunakan :
a) Dump truck
b) Water tank
c) Tandem roller
d) Bulldozer
3) Bahan urugan :
a) Urugan biasa :
– Bahan urugan tidak termasuk tanah dengan plastisitas tinggi, yang diklasifikasikan
sebagai A-76 dari persyaratan AASHTO M 145 atau sebagai CH dalam sistem
klasifikasi “Unified atau Casagrande”.
– Nilai CBR minimal 5 % setelah direndam 4 hari dan telah dipadatkan 100 %
dari kepadatan maksimum seperti yang telah ditetapkan dalam AASHTO T 99.
b) Urugan pilihan :
– Bahan yang digunakan adalah tanah atau padas yang memenuhi persyaratan
sebagai bahan urugan biasa tetapi memiliki sifat tertentu tergntung
penggunaannya.
– Nilai CBR minimal 10 % setelah direndam 4 hari dan telah dipadatkan 100 % dari
kepadatan maksimum seperti yang telah ditetapkan dalam AASHTO T 99.
c) Jika menggunakan bahan timbunan yang didatangkan dari lokasi atau menggunakan
material bekas galian harus memenuhi persyaratan Spesifikasi RKS ini.
d) Tanah untuk urugan harus bersih dari kotoran-kotoran dan lumpur serta tidak
mengandung bahan-bahan lain yang dapat merusak.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
e) Tanah untuk pekerjaan timbunan ini harus tanah yang baik, tidak mengandung bahan
kimia yang dapat merusak konstruksi perkerasan jalan tersebut.
❖ Pelaksanaan pekerjaan
1) Penghamparan :
a. Untuk pekerjaan ini pengangkutan bahan dilakukan oleh Dump truck, bahan ditumpuk
setempat kemudian ditebarkan oleh Bulldozer.
b. Pelaksanaan penghamparan bahan urugan diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mempunyai ketebalan lebih besar dari 25 cm. Alat penghampar yang digunakan
disesuaikan dengan kondisi tempat kerja.
c. Penghamparan diatur sedemikian rupa sehingga permukaan akhir dari urugan
mempunyai kelandaian sesuai dengan keadaan yang telah ditetapkan.
d. Penghamparan tidak boleh dilaksanakan pada kondisi yang menyebabkan kadar air
yang terkandung dalam bahan urugan melebihi yang ditetapkan pada Bab III seksi ini.
e. Penyemprotan air jika diperlukan, bila kadar air yang dibutuhkan kurang maka dilakukan
penyemprotan air dilokasi pekerjaan.
2) Pemadatan :
a. Alat pemadat yang digunakan disesuaikan dengan kondisi tempat kerja dengan
persetujuan direksi teknik.
b. Pemadatan dilakukan dilakukan lapis demi lapis dan hanya boleh dilakukan pada saat
kondisi kadar air lebih kecil maksimum 3 % dan lebih besar maksimum 1 % dari kadar
air optimum.
c. Penggilasan lapisan, jenis alat yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah Tandem
Roller, untuk menentukan apakah kepadatan telah dicapai atau belum perlu dibuat
percobaan sebelumnya dilapangan, penggilasan dilakukan lapis demi lapis sampai
permukaan rata.
❖ Pengendalian mutu
a. Setiap volume bahan urugan 500 m3, kontraktor harus mengadakan pengendalian
mutu minimal 1 kali.
b. Direksi teknik/Konsultan berhak untuk menolak material timbunan yang didatangkan,
bila dinyatakan lain oleh pemberi tugas.
c. Direksi teknik/Konsultan akan memberi jawaban dalam waktu 10 hari kalender setelah
diterimanya pengajuan dari Kontraktor, dan bila dalam waktu tersebut belum ditanggapi
berarti permohonan disetujui.
d. Bagian pekerjaan yang telah diselesaikan dilapangan dengan sistem Field Destiny test
dengan nilai kepadatan permohonan disetujui.
e. Hasil-hasil test dilapangan harus tertulis dan diketahui oleh Direksi teknik/Konsultan.
b. Jika didapat kepastian bahwa pekerjaan dilaksanakan tidak sesuai dengan persyaratan
yang telah ditentukan, direksi teknik berhak memerintahkan kontraktor untuk
membongkar, memperbaikinya sehingga hasil pekerjaannya sesuai dengan yang telah
ditentukan.
c. Segala resiko akibat adanya kegiatan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
kontraktor.
1) Pekerjaan ini mencakup penyiapan tanah dasar permukaan jalan dari galian sampai
timbunan dan disusul dengan pembentukan, pemadatan, pengujian, memelihara
permukaan yang disiapkan sampai material perkerasan ditampatkan di atasnya.
2) Ketinggian pembentukan setelah dipadatkan harus tidak boleh lebih tinggi atau lebih
rendah dari 1 cm dari yang ditentukan.
3) Pelaporan
a. 1 (Satu) minggu sebelum pekerjaan penyiapan tanah dasar dimulai, kontraktor sudah
melaporkan secara tertulis kepada Konsultan / Direksi teknik untuk mendapatkan
persetujuan.
b. Dari hasil pengujian pemadatan dan pengukuran permukaan dari data survey
membuktikan bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan telah memenuhi.
4) Bahan
Bahan yang digunakan dalam penyiapan tanah dasar dapat berupa urugan biasa, urugan
pilihan atau tanah asli untuk daerah galian apabila CBR kurang dari 25 %.
5) Pelaksanaan :
a. Galian dan timbunan yang diperlukan untuk membentuk tanah dasar harus sesuai
dengan tinggi elevasi yang ditentukan dalam perencanaan.
b. Setiap tanah dasar, baik berupa tanah asli, tanah biasa ataupun tanah pilihan
harus dipadatkan dengan memenuhi persyaratan CBR 95-100 % dari kepadatan kering
maksimum.
❖ Lingkup Pekerjaan
❖ Standar/Rujukan
c. SNI-03-6388-2000
d. Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.
❖ Bahan / Material
a. Material berbutir tanpa pengikat untuk lapisan pondasi harus memenuhi persyaratan
sesuai dengan SNI-03-6388-2000.
b. Lapis pondasi batu pecah kelas B ialah lapis pondasi atas di bawah lapisan aspal. Lapis
pondasi sirtu / pitrun kelas A ialah lapis pondasi bawah.
c. Persyaratan dan gradasi pondasi bawah harus sesuai dengan kelas A. Sebelum pekerjaan
dimulai, bahan pondasi bawah harus diuji gradasinya dan harus memenuhi spesifikasi
bahan untuk pondasi bawah.
d. Fraksi agregat halus adalah agregat halus yag lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari
partikel pasir alami atau pasir pecah serta bahan mineral halus lainnya.
e. Seluruh lapis pondasi agregat harus bebas dari benda-benda organis dan gumpalan
lempung atau benda yang tidak berguna dan memenuhi syarat gradasi butiran.
❖ Pelaksanaan Pekerjaan
1) Persiapan permukaan
a. Bila agregat akan ditempatkan di atas permukaan yang telah disiapkan sebagai lapis
pondasi jalan/base course atau konstruksi lainnya, permukaan tersebut harus telah
selesai paling sedikit sekitar 100 meter panjang atau lebih besar dari jumlah luas
agregat yang akan ditempatkan.
b. Bila agregat akan ditempatkan langsung di atas permukaan tanah yang ada, maka
permukaan tanah tersebut harus dikasarkan secukupnya agar dapat ditembus dan
dipadatkan kembali.
c. Pemadatan kembali dilaksanakan setelah penambahan agregat, asalkan ketebalan
seluruh permukaan yang dikasarkan dan bahan agregat tambahan tidak lebih dari
ketebalan lapisan lepas yang diijinkan.
d. Gumpalan tanah yang lebih besar dari 50 mm yang dihasilkan dari pengasaran harus
dibuang atau dipecahkan sebelum penambahan agregat dilaksanakan. Pencampuran
permukaan tanah yang dikasarkan dengan agregat baru tidak diijinkan.
e. Tidak ada pembayaran tersendiri untuk pekerjaan pengasaran permukaan dan
pemadatan karena pekerjaan ini merupakan bagian dari pekerjaan persiapan
permukaan.
2) Penghamparan
a. Agregat dihamparkan merata selebar badan jalan, lapis demi lapis sampai ketebalan
lepas maksimal 250 mm, atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan/MK.
b. Bila jumlah lapisan lebih dari satu, ketebalan masing – masing lapisan harus
diusahakan sama.
c. Bahan dapat disebarkan dan dibentuk dengan cara yang disetujui yang tidak akan
menyebabkan terpisahnya agregat halus dan agregat kasar. Setiap bagian agregat
kasar atau halus yang terpisah harus diperbaiki atau disingkirkan dan diganti dengan
bahan yang bergradasi. Bahan harus memiliki kadar air yang sesuai untuk
menghasilkan tingkat kepadatan dengan menyemprotkan sejumlah air yang tepat.
Pencampuran dilakukan dengan motor grader sampai tercapai kadar air yang seragam
dan merata.
3) Pemadatan
a. Segera setelah pencampuran dan pembentukan selesai, setiap lapis dengan tebal
mdmdainri mtitaikl t2e0re0n dmamh mhaernusj ud kipea gdartiksa tne ndgeanhg jajanla
nanl adta lyaamn gk escespuatia. nP temraatudra 5ta knm d/jiammu.lai
b. Arah pemadatan harus tumpang tindih ke arah longitudinal. Pada tikungan,
pemadatan dimulai dari sisi yang terendah menuju ke sisi yang lebih tinggi. Pemadatan
harus berjalan terus sampai permukaan padat, keras dan bekas – bekas roda
pemadat tidak terlihat lagi.
c. Bila agregat terlalu basah atau terlalu kering untuk dipadatkan pada nilai kepadatan
tertentu, maka agregat tersebut harus dikeringkan atau diperciki air, sebelum memulai
pemadatan. Tidak ada biaya tambahan untuk pekerjaan ini.
d. Tidak ada pembayaran tambahan untuk pekerjaan penambahan air atau
pengeringan bahan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
c. Setiap volume bahan 1000 m3 tetapi boleh melebihi panjang 200 m, kontraktor harus
melakukan pemeriksaan kualitas yang meliputi:
(i) Gradasi sebanyak minimal 3 kali.
(ii) Plastis indeks sebanyak 3 kali.
(iii) Kepadatan maksimum menggunakan metode AASHTO T180
sebanyak minimal 1 kali.
(iv) CBR dilakukan sesuai dengan permintaan direksi teknik.
d. Kepadatan bahan yang dipadatkan ditentukan berdasarkan ASTM 1557 atau
AASHTO T180. Pengujian dilakukan pada kedalaman penuh dari seluruh lapisan, pada
lokasi atau titik – titik yang akan ditentukan oleh Pengawas Lapangan/ MK. Lubang
pengujian harus diisi / ditutup dengan bahan yang sama dan segera dipadatkan.
1) Yang dimaksud dengan beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik
yang setara, aggregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambahan yang
menbentuk massa padat.
2) Mutu beton yang digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan dalam kontrak harus
seperti yang ditunjukan dalam gambar rencana atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan. Mutu beton yang dipakai yaitu beton k-350 untuk perkerasan dan beton kurus (lean
mix conreate) dengan K-175. Dan kekuatan beton K-250 digunakan pada mutu beton gorong-
gorong persegi (box culvert).
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
1) Pekerjaan ini menyangkut pembuatan saluran air dari pasangan batu dan galian serta
timbunan tanah yang diperlukan dalam rangka pembuatan saluran air diperkeras ini.
2) Pekerjaan ini bisa merupakan pembuatan baru, relokasi, merubah saluran air yang telah
ada yang menyangkut dimensi, elevasi dan lain-lain.
3) Dimensi saluran tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dimensi yang telah ditetapkan dalam
konrak.
4) Bahan-bahan
a. Batu yang digunakan harus batu alam, keras, mempunyai minimal 1 bidang pecah,
tidak bulat. Apabila tidak ditentukan direksi teknik, bahan harus tertahan saringan 100
meter.
b. Adukan yang digunakan sebagai perekat harus memenuhi persyaratan pada pasal 7.7
spesifikasi ini
5) Pasangan Batu
a. Permukaan batu harus dibersihkan dari segala kotoran yang dapat mengganggu daya
lekat adukan terhadap batu.
b. Tebal adukan yang digunakan untuk perekat minimal 1,50 cm.
c. Pada permukaan saluran dibuat siar timbul dengan tebal minimal 1,50 cm.
d. Pada sisi atas saluran harus diplester halus dengan tebal minimal 1,30 cm.
1) Pekerjaan ini harus mencakup pasangan sisi dan dasar dari selokan serta saluran air, dan
pembuatan apron (lantai golak), lubang masuk dan struktur saluran kecil lainnya dengan
menggunakan pasangan batu dengan adukan semen yang dibangun di atas dasar yang
telah disediakan sesuai dengan persyaratan dan memenuhi kriteria arah, kelandaian dan
dimensi yang ditunjukkan pada gambar atau sesuai dengan apa yang telah diperintahkan
oleh pengguna barang / jasa.
2) Tebal minimum dari setiap pekerjaan pasangan batu haruslah 25 cm.
3) Besarnya pekerjaan pasangan batu harus dibatasi sesuai dengan tingkat pemasangan
untuk menjamin agar seluruh batu dipasang hanya hanya pada adukan yang baru.
4) Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan penyedia barang / jasa harus
menyediakan seluruh material yang diperlukan, perlengkapan dan buruh untuk
pengeringan, penggalian saluran air dan pembangunan saluran sementara.
5) Material
a. Batu harus terdiri dari batu alam, atau batu galian yang dibelah dan keras, kasar, awet,
padat, dan tahan terhadap cuaca.
b. Adukan harus memenuhi persyaratan adukan spesi pasangan yang terdiri dari 1 bagian
semen dan 4 bagian agregat halus dalam takaran volume yang harus mempunyai kuat
tekan paling sedikit 75 kg/cm2 pada umur 28 hari.
6) Pasangan batu.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
Batu harus tertanam dengan kuat. Satu dengan lainnya bersinggungan untuk mendapatkan
tebal yang diperlukan dari lapisan yang telah direncanakan.
1) Pekerjaan ini mencakup pemasangan drainase beton, dimana diperlukan, pada lokasi yang
disetujui seperti dalam gambar kerja dan dimana air rembesan dari selokan tak memakai
pasangan dapat mengakibatkan ketidakstabilan lereng,
2) Jadwal pekerjaan.
Pekerjaan gorong-gorong atau saluran beton tidak boleh dimulai sebelum persetujuan
tertulis pengguna barang / jasa diberikan dan cakupan pekerjaan diterbitkan.
3) Kondisi tempat kerja
Hal-hal yang berkaitan mengenai pengeringan air pada tempat kerja harus diperhatikan dari
penyedia barang / jasa sehingga pekerjaan gorong-gorong dan drainase dapat dikerjakan.
4) Pengaturan lalu lintas
Penyedia barang / jasa berkewajiban mengatur lalu lintas yang lewat agar tetap lancar dan
aman selama pekerjaan gorong-gorong dan saluran beton berlangsung.
5) Material
Gorong-gorong pipa beton harus dari beton bertulang sesuai dengan gambar rencana dan
atau ditetapkan oleh pengguna barang / jasa.
6) Pelaksanaan
Penggalian pondasi untuk saluran beton dan gorong-gorong harus dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan untuk pemasangan saluran beton dan gorong-gorong.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
4.1 UMUM
1) Yang dimaksud syarat-syarat teknik khusus adalah ketentuan-ketentuan teknis khusus yang
dipersyaratkan dalam pelaksanaan dan berkaitan langsung dengan penyelesaian pekerjaan
sesuai kontrak pekerjaan Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Pasilambena di Pulau
Kalaotoa.
2) Ketentuan khusus ini berlaku baik bilamana jenis pekerjaan yang diuraikan ini ada
dipergunakan dalam pekerjaan menurut gambar ataupun ditentukan dalam pasal- pasal
spesifikasi teknik ini ataupun dokumen kontrak lainnya ataupun bilamana atas persetujuan
Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas harus dipergunakan sebagai bentuk alternatif dalam
menyelesaikan seluruh pekerjaan menurut kontrak.
mengajukan usulan tipe dan spesifikasi fender termasuk angker baut, mur dan ring
kepada Direksi Teknis.
3) Fender yang dipergunakan adalah jenis Rubber Fender (fender karet) setara dengan
type KVF Fender dengan ukuran H500, L2000 dan merupakan hasil produksi dari
pabrik yang telah dikenal dan relatif telah banyak digunakan pada dermaga-dermaga
besar.
4) Sertifikat dari hasil pengujian produksi dari pabrik tersebut harus ikut disertakan dan
telah mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas. Tipe dan ukuran
dari Tipe KVF H 500, L 2000 terdapat pada gambar rencana.
5) Penempatan fender karet dapat dilihat dalam gambar. Angker-angker fender harus
terbuat dari baja tahan karat. Kontraktor harus mengajukan rencana penggunaan
fender kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan, sebelum dilakukan
pemasangan.
6) Persyaratan material :
Tensile Stenght 200
kg/ cm2
Elongation at break % 500
Hardness 68
Tear Strenght kg/ cm 93,46
After Aging
Tensile Strenght 90
kg/ cm2
Elongation at break % 90
Hardness + 4,6 from original value
pemesanan barang.
12) Pengangkeran fender adalah dengan baut galvanis dan resin sintesis pengisi yang
dipasok oleh pabrik secara khusus. Penahan baut terbuat dari resin sintesis dan bahan
gelas atau serat sintesis. Permukaan luarnya dibuat bergelombang untuk memberikan
tahanan yang cukup terhadap setiap gaya luar.
13) Baut dan ring kualitas SS-41 menurut JIS G 3101 dan sesudah dibuat harus
digalvanisir. Angker baut, mur, ring dan semua kelengkapannya harus memenuhi
standar JIS G3101 (Rolled steel for general structures); JIS B 0205 (Standar M Screw),
JIS B 1181 (Hexagon Nut) dan JIS G4303/JIS G4315 (Stainless steel).
❖ Uraian
1) Bahan Komposit Serat FRP adalah suatu system terentu yang diterapkan pada struktur
beton yang dipergunakan untuk meningkatkan atau Mengembalikan kapasitas suatu
struktur beton.
2) Spesifikasi ini memberikan nilai-nilai sifat fisik, mekanis dan ketahanan yang harus
dipenuhi, atau dilewati oleh Komposit Serat FRP yang akan digunakan.
3) Spesifikasi ini ditujukan untuk menjamin kualitas dan kinerja komposit Serat E-Glass yang
baik untuk perkuatan Struktur Beton.
4) Perkuatan struktur beton menggunakan komposit Serat FRP harus didukung dengan
perencanaan atau perhitungan yang merujuk pada standar perhitungan Komposit Serat
FRP agar kinerja perkuatan dapat berlaku efektif.
❖ Standar Rujukan
❖ Persyaratan Bahan
1) Komposit Serat FRP yang akan digunakan sebagai material perkuatan memenuhai semua
persyaratan teknis dan design seperti tercantum pada Tabel 1 dan tabel 2, Hal ini harus
diperkuat dengan data data hasil test dari laboratorium
Tabel 1 Karakteristik Bahan Komposit Serat FRP yang disyaratkan :
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
2) Pile Cap – (Detail B) perkuatan di pile-cap dengan 2 layers Tyfo® SEH25A E-Glass
Composite.
3) RC Pile Beton – (Detail C) Perkuatan pada seluruh permukaan pile menggunakan 2 layers
Tyfo® SEH25A E-Glass Composite.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
Tabel 2 Syarat-syarat ketahanan bahan Komposit Serat FRP terhadap dampak lingkungan
terbuka, air asin dan bahan
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
❖ Sertifikasi
a. Kontraktor atau Pemasok harus mengajukan semua hasil test yang telah dilakukan oleh
laboratorium atau institusi sebagai jaminan keefektifan system ini.
b. Kontraktor juga diwajibkan menyediakan data yang menunjukan bahwa system yang
diusulkan memenuhi semua persyaratan teknis dan design termasuk kuat tarik (Tensile
strength, durabilitas (durability) kuat lekat kepermukaan (bonding strength to substrate) dan
glass transition temperature. Kontraktor harus memastikan sesui dengan syarat-syarat yang
disampiakan pada table 1 dan 2 berdasarkan karakteristik sistem komposit dan tidak hanya
fiber saja.
❖ Persyaratan Pelaksanaan
Lingkup Pelaksanaan pekerjaan wrapping system dimulai dari surface preparation, wrapping
dry & wet area dan UV coating) sebagai berikut :
i. Pemasangan scaffolding .
ii. Pembongkaran Selimut beton yang rusak.
iii. Sand blasting atau Pembersihan Permukaan Beton.
iv. Pasang Bekisting dan Grouting Beton.
v. Pasang Wrapping Tyfo Fibrwrap Systems.
1) Persiapan Pekerjaan
a. Kondisi Permukaan Beton (Balok, Lantai, Pile Cap dan Pile) yang mengalami spalling
dan keropos sehingga baja tulangan terlihat/terekspos. Perbaikan Beton dilakukan
dengan metode Patching dan Grouting sesuai persyaratan teknis perbaikan/repair
beton dalam spesifikasi ini.
b. Pemasangan scafoding pipa atau bambu, kemudian Pembuatan rakit apung dengan
pelampung drum atau plastik untuk pelaksanaan pekerjaan
2) Pembongkaran dan Pembersihan
a. Pembongkaran Concrete pile dilakukan sampai menemukan beton yang keras dan
mencapai steel pipe pile dengan menggunakan metode bobok atau chipping beton.
b. Pembersihan tulangan existing yang mengalami korosi dan penggantian tulangan yang
sudah mengalami korosi berat.
c. Tulangan yang sudah terbuka dan berkarat dibersihkan dengan sikat kawat dan amplas
sehingga bersih dari kotoran karat/korosi. Kemudian tulangan besi beton dilapisi
dengan material pencegah korosi.
d. Sementara itu tulangan yang bengkok atau putus harus diganti dengan tulangan baru
dengan dimensi sama dengan tulangan semula, dengan sambungan las titik atau
disambung dengan panjang penyaluran/overlap 40 x diameter tulangan.
3) Grouting Beton
a. Semua material finishing seperti plasteran dan coating harus dihilangkan dari
permukaan beton
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
b. Permukaan beton yang yang tidak rata atau bergelombang harus diratakan dengan
metode grinding.
c. Permukaan beton yang berlubang harus diisi dengan material cementious non srink
atau atau Epoxy modified material.
d. Melubangi permukaan beton untuk keperluan angkur fiber ± 10 cm da fiber ± 10 cm dan
diameter 10 mm.
4) Pencampuran Epoxy
a. Pencampuran epoxy dilakukan pada Kelembaban dan suhu Tyfo Epoxy S pada saat
pencampuran pencampuran adalah 10oC dan 38oC
b. Komponen Tyfo epoxy S harus dicampur dengan proporsi Parts A : Part B ; 100 : 34,5
diaduk dengan mixer berkecepatan rendah selama 3-5 menit
5) Priming Permukaan Beton
a. Priming epoxy pada permukaan beton yang akan diwrapping.
b. Mengisi lubang angkur dengan epoxy.
6) Saturasi FRP
a. Potong Lembaran FRP sesuai dengan kebutuhan permukaan beton yang akan
diperkuat.
b. Menggulung serat fiber untuk keperluan angkur fiber, saturasi gulungan FRP dengan
epoxy.
c. Saturasi antara FRP dan Tyfo Epoxy S harus dilakukan secara berhati-hati dan terukur
dan FRP yang sudah dibasahi dengan Tyfo Epoxy S harus ditempatkan ditempat yang
khusus.
7) Aplikasi Komposit Serat FRP
a. Semua permukaan beton yang akan diperkuat harus diberikan epoxy dasar
menggunakan roll sebelum dipasang komposit.
b. E-Glass FRP yang kering harus di rol/saturasi dengan epoxy menggunakan roll untuk
mendapatkan komposit yang sama. Saat layer kedua dipasang, fiber harus di basahi
dengan epoxy dan baru kemudian dipasang pada layer pertama sebelumnya
c. Setelah tiap layer terpasang, system komposit ini harus diperiksa agar tidak ada
gelembung udara, semua gelembung udara harus dihilangkan dengan cara
mengusapkan telapak tangan pada permukaan fiber yang basah untuk memastikan
permukaannya rata dan finishing yang halus
8) Wrapping FRP permukaan Beton,
a. Wrapping FRP pada permukaan beton dan sisihkan serat FRP pada area lubang
angkur.
b. Pasang angkur fiber dan mekarkan/sebarkan ujung seratnya. Rekatkan menggunakan
epoxy dan alat roller.
c. FRP yang sudah disaturasi dengan Tyfo S epoxy diwrapping layer per layer pada
permukaan Beton Yang sudah dipriming lebih dulu dengan Tyfo S Epoxy
9) Curing Time,
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
a. Waktu pengeringan Komposit FRP Tyfo® Fibrwrap® System harus sesuai dengan
ketentuan produsen dan biasanya antara 48 - 72 jam tergantung pada kondisi
kelembaban udara
b. Temperatur pada saat masa pengeringan harus sesuai dengan ketentuan produsen
c. Permukaan komposit harus mempunyai ketebalan dan kepadatan yang sama dan antar
layer harus melekat dengan baik, hal ini ditunjukan dengan tidak adanya celah atau
cekungan/udara didalam Komposit FRP Tyfo® Fibrwrap® System
10) Finishing Setelah aplikasi,
permukaan Komposit FRP Tyfo® Fibrwrap® System dimungkinkan untuk dikeramik
atau diplester. Jika hal ini dinginkan, butiran pasir yang lembut harus ditaburkan pada
permukaan Komposit FRP Tyfo® Fibrwrap® System yang masih basah dan setelah
24 jam bisa diplester . hal ini dilakukan untuk mendapatkan kelekatan yang baik
antara permukaan komposit dan plesteran.
11) Perlindungan sebelum finishing akhir
Selama penyelesaian, area yang sudah diaplikasi dengan composite harus dilindungi
dengan plastik dan harus dihalangi dengan papan peringatan untuk menghindari
kejadian yang dapat merusak komposit tersebut
12) Pemeriksaan dan Perbaikan
a. Komposit FRP Tyfo® Fibrwrap® System harus diberikan perawatan maksimal,
permukaan komposit yang sudah mengeras harus diketok menggunakan palu untuk
mendeteksi adanya gelembung atau ruang yang berisi udara, apabila ditemukan hal
tersebut harus dilakukan injeksi dengan epoxy
b. Urutan perbaikan komposit yang terdapat gelembung udara, harus dilakukan hal
sebagai berikut:
i. Bor lubang dengan diameter 5 mm pada kedua ujung gelembungnya. Untuk vertical
komposit pada bagian yang paling atas gelembung dan paling bawah. Jumlah
lubang harus harus disesuaikan dengan kebutuhan.
ii. Pasang Grout port sebagai jalur untuk masuk dan keluar material injeksi.
iii. Inject epoxy dengan tekanan melalui port grouting dengan cara bertahap, dari ujung
satu ke ujung lainnya (dari yang terendah kebagian yang tertinggi). ertinggi).
Apabila epoxy sudah keluar dari grout port yang lain, berarti void tersebut sudah
penuh dan injeksi dapat dilakukan ke void berikutnya.
iv. Biarkan area Injeksi selama 12 jam, Sebelum grout port dilepas.
c. Pemeriksan akhir dilakukan untuk memeriksa gelembung yang mungkin masih ada.
Pada umumnya, apabila masih terdapat gelembung dengan luasan 5 % dari luasan
total wrapping, hal tersebut masih diterima, dengan criteria criteria tidak terdapat
gelembung dengan ukuran lebih dari 20 mm.
❖ Umum
1) Uraian
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
Pekerjaan ini akan terdiri dari pembuatan kerb, kerb penghalang dan garis pengaman pada
lokasi-lokasi sebagaimana terlihat pada gambar kerja atau yang ditetapkan oleh Direksi
Teknik.
2) Jaminan Kualitas
a) Untuk semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan, maka harus diajukan contoh-
contoh dan pengujian pengendalian mutu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dari berbagai bab yang berkaitan dari Spesifikasi ini.
b) Untuk jenis-jenis yang dibuat di luar tempat proyek seperti blok-blok kerb, maka
Kontraktor harus melengkapinya pada Direksi Teknik dengan contoh- contoh dari
produk bersama dengan sertifakat pengujian dari pabrikan yang membuktikan mutu
sebelum bahan-bahan semacam itu digunakan dalam pekerjaan.
c) Dalam hal dimana pabrik tidak melaksanakan pengujian dengan memuaskan bagi
Direksi Teknik, maka Kontraktor harus menguji jenis-jenis tersebut, sebagaimana
diarahkan oleh Direksi Teknik.
❖ Persyaratan Bahan
1) Beton
Beton untuk kansteen harus merupakan Kelas mutu beton K-250 dan harus sesuai dengan
persyaratan- persyaratan dari spesifikasi ini, Jika diperlihatkan pada gambar- gambar atau
diarahkan oleh Direksi Teknik, maka karbon hitam (carbon black) harus dicampurkan
dengan beton.
2) Baja Tulangan
Baja tulangan harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan pada Bab II spesifikasi RKS
ini.
3) Semen
Semen yang dipakai untuk pekerjaan kanstin beton ini harus sesuai dengan yang tercantum
pada Bab II spesifikasi RKS ini.
4) Agregat
Semua agregat yang akan dipakai untuk pekerjaan kanstin beton harus mengikuti ketentuan
yang tercantum pada Bab II spesifikasi RKS ini.
5) A i r
Air yang dipakai untuk pekerjaan kanstin beton harus mengikuti ketentuan yang tercantum
pada Bab II spesifikasi RKS ini.
❖ Persyaratan Pelaksanaan
Kerb dibuat dengan teliti sesuai dengan gambar detail, garis-garis dan ketinggian
sebagaimana terlihat pada gambar atau sebagaimana diarahkan oleh Direksi Teknik.
Semua kerb yang harus dibuat pada suatu lengkungan sampai suatu radius kurang
daripada 20 meter harus dibuat dengan menggunakan cetakan-cetakan lengkung atau unit-
unit pracetak yang melengkung.
c. Sambungan
Blok-blok kerb dan jenis-jenis prafabrikasi lainnya harus di letakkan dengan sambungan-
sambungan yang serapat mungkin.
d. Pengurugan Kembali
Setelah suaru pekerjaan beton yang dicor ditempatkan mengeras dan blok- blok kerb telah
dipasang menurut kepuasan dari Direksi Teknik, maka setiap daerah galian yang tersisa
harus diurug dengan bahan yang disetujui. Bahan ini harus ditempatkan dan dipadatkan
secara menyeluruh dalam lapisan- lapisan yang tidak melebihi kedalaman 15 cm. Semua
ruangan diantara kerb baru dan tepi dari perkerasan jalan yang ada harus diurug dengan
campuran bitumen dari suatu jenis yang disetujui oleh Direksi Teknik, kecuali gambar
tersebut secara jelas menunjukkan bahwa ini tidak diperlukan.
e. Jalan Masuk ke Tanah Milik, Persimpangan dan Jalan Masuk Kendaraan
Bila jalan masuk kendaraan, jalan masuk ke tanah milik dan persimpangan jalan diperlukan,
maka suatu bagian kerb yang rendah atau dibentuk khusus harus dipasang sebagaimana
ditunjukkan pada gambar atau sebagaimana diarahkan oleh Direksi Teknik.
Kontraktor harus menyediakan bahan-bahan dan melaksanakan konstruksi sesuai dengan
gambar atau pengarahan dari Direksi Teknik.
❖ Lingkup Pekerjaan
Pekerjan ini meliputi pekerjaan pasangan batu pada tembok penahan tanah baik untuk
daerah galian maupun timbunan, pada struktur sederhana (minor) dan ditempat lain
sebagaimana tercantum pada gambar rencana atau perintah tertulis konsultan pengawas.
Pasangan batu harus dibuat di atas pondasi yang sudah dipersiapkan untuk pekerjaan
lainnya yang terkait, serta sesuai dengan garis, kelandaian, penampang dan ukuran pada
gambar, atau perintah konsultan pengawas.
❖ Persyaratan Bahan
a. Batu belah
Batu harus keras, kuat, tidak berlapis-lapis, bermutu baik, dan tahan cuaca. Kualitas batu
harus mendapat persetujuan dari konsultan pengawas sebelum digunakan. Kekuatan batu
harus membentuk baji atau lonjong. Permukaan base yang terpendek harus lebih dari 1/10
bagian yang terpanjang. Standar jumlah batu per meter persegi adalah 14. Bila konsultan
pengawas memerintahkan jumlah itu bisa berubah.
b. Mortar
Mortar harus memenuhi ketentuan mengenai “Mortar Semen”.
c. Semen
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
jenis atau type Semen harus memenuhi ketentuan dari spesifikasi ini.
❖ Persyaratan Pelaksanaan
a. Penggalian
i. Penggalian harus sesuai dengan penampung melintang, elevasi, dan garis yang
tercantum pada gambar dan dilakukan setelah pematokan diperiksa dan disetujui
konsultan pengawas.
ii. Bila metoda dan ukuran penggalian tidak ditentukan, kontraktor dapat memilih sendiri
metoda yang akan dilakukan dengan persetujuan konsultan pengawas. Penggalian dan
pengukuran harus memenuhi ketentuan bab 3.4 dari spesifikasi ini.
b. Pondasi Talud
i. Sebelum pelaksanaan Pondasi, tanah dasarnya harus dipadatkan secara mekanis
ataupun manual blinding stone sebagai alas sesuai dengan Pasal 5.1
ii. kemudian dihampar dan dipadatkan sesuai ketentuan pada gambar. Fondasi telapak
berupa beton kelas E dibuat dengan ukuran menurut gambar.
c. Urugan dan Beton Sandaran
Urugan rembesan harus dibuat sesuai dengan gambar, spesifikasi atau petunjuk konsultan
pengawas. Beton kelas E sebagai sandaran (alas) dihamparkan dan dipadatkan diatas
material urugan rembesan, dan perlu dibuat sambungan ekspansi dan luang cucuran (weep
hole) sebagaimana ketentuan bagian lain pasal ini. Material urugan dan beton kelas E harus
dilaksanakan mendahuli pekerjaan pasangan batu sebatas ketinggian yang masih memadai
untuk dipadatkan.
d. Penempatan
Pelaksanaan pasangan batu tembok penahan tanah tidak boleh dimulai sebelum
pengukuran dan pematokan diperiksa dan disetujui konsultan pengawas. Sebelum
ditempatkan, batu harus dicuci dengan air. Sebelum batu lain diletakkan pada sisi-sisi batu
yang berdekatan harus disebarkan alas mortar, dengan ketebalan minimum yang
diperlukan untuk sekedar pencegah batu bergesekan langsung, batu harus dipukul palu
sehingga mapan dan mantap posisinya, dan batu yang mencuat lebih dari 20 mm di atas
permukaan yang seharusnya atau lebih dari 30 mm diatas permukaan batu di dekatnya,
harus segera dibetulkan. Celah-celah antara muka batu yang berdekatan harus disiar.
e. Lubang Cucuran (Weep Holes)
Pasangan batu tembok menahan tanah yang harus dilengkapi dengan lubang cucuran,
kecuali bila ada ketentuan lain dalam gambar, atau petunjuk konsultan pengawas, jarak
antar titik pusat lubang itu tidak boleh lebih dari 2 m, dan diameter lubang itu 50 mm.
f. Kepala Dinding (Coping)
Kepala dinding (bagian atas dinding) harus sesuai dengan ketentuan dalam gambar. Bila
kepala dinding tidak ditentukan, maka permukaan atas dinding batu harus dipalisi mortar
dan dihaluskan dengan menggosok kayu.
g. Sambungan
Sambungan ekspansi harus dibuat dengan jarak maksimum 20 meter, lebar sambungan 30
mm dan menerus seluruh tinggi dinding termasuk beton fondasi telapak dan beton
sandaran. Batu yang digunakan pada sambungan harus yang cocok untuk pembuatan
sambungan vertikal, dengan ukuran di atas.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
h. Perawatan
Dalam cuaca padas atau kering, pekerjaan batu harus terlindung dari sinar matahari dan
harus selalu basah untuk masa paling sedikit 3 hari setelah pekerjaan selesai.
❖ Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan guardrial dan pagar (railing) dengan
tipe dan pada lokasi sesuai yang tercantum pada gambar atau perintah konsultan
pengawas. Pekerjaan ini termasuk penyediaan tiang, jeruji, mur dan baut atau
perlengkapan lainnya yang diperlukan maupun penyetelan, favrikasi, pemasangan dan
pengecatan guardrial atau pagar bila diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
sebagaimana ditetapkan dalam gambar dan spesifikasi ini.
❖ Persyaratan Material
❖ Persyaratan Pelaksanaan
a. Pipa, railing, mur dan baut dan perlengkapan lainnya harus diangkut dan disimpan dengan
hati-hati di atas rak atau platform sehingga tidak bersentuhan dengan tanah agar terlindung
dari korosi, material harus selalu bebas dari kotoran, minyak dan zat asing lainnya. Uliran
(baut) harus dilindungi dari kerusakan.
b. Quardrial harus dipasang menurut garis ketinggian dan posisi sebagaimana pada gambar
atau petunjuk pengawas.
c. Baja tidak boleh dipanaskan atau dilas dilapangan kecuali ada ijin tertulis dari konsultan
pengawas. Pembuatan lubang atau pemotongan baja di lapangan harus hati-hati agar tidak
merusak baja.
d. Tiang guardrial harus dipasang kuat-kuat setelah lubang digali dengan alat bor atau alat lain
yang disetujui konsultan pengawas. Bila perlu penggalian dengan tangan, harus dilakukan
hati-hati agar tidak merusak kekerasan jalan yang sudah ada. Bila tiang akan dipasang
pada beton atau pasangan batu, semua detail lubang dan cara pemasangan tiang harus
sesuai dengan gambar.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
Bekas lubang untuk tiang pada tanah harus diurug dengan material yang disetujui konsultan
pengawas atau dengan beton sesuai ketentuan pada gambar. Material urugan harus
dipadatkan dengan kepadatan minimum sama dengan tanah sekitarnya. Permukaan sekitar
lubang dipulihkan seperti keadaan semula.
e. Bagian-bagian pipa railing harus disatukan dengan baut, kecuali bla ada ketentuan lain
dalam gambar. Pemasangan pagar pada talud harus sesuai dengan kemiringan yang
diharuskan. Baut harus dilapis/dilunasi dengan cat “red lead” dan minyak.
Sambungan ekspansi (expansion) harus dibuat dengan menghilangkan baut pada salah
satu sisi penjepit pada saat tiang atau lebih, baut penyambung antara railing dan penjepit
ditiadakan.
Kawat jaring (chainlink) dan kawat berduri harus dipasang pada tiang baja dengan pengunci
baja yang memadai, termasuk plat sambungan baja pada sambungan sudut baja, pada
pojok dan pada ujung pagar. Material dan standar hasil kerja harus disetujui oleh konsultan
pengawas.
Pengadaan dan pemasangan pintu pagar harus sesuai dengan gambar, meliputi engsel,
kunci, baut atau perangkat besi lainnya. Material dan hasil kerja harus disetujui oleh
konsultan pengawas.
Lampu penerangan jalan berfungsi sebagai sarana penerangan dan keselamatan aktivitas
sandar dan labuh kapal serta aktivitas lainnya di kawasan dermaga. Lampu penerangan jalan
dipasang pada jarak dan posisi yang telah dirinci dalam gambar.
Lampu penerangan jalan adalah bagian dari bangunan pelengkap jalan yang dapat
diletakkan/dipasang di kiri/kanan jalan dan atau di tengah (di bagian median jalan) yang
digunakan untuk menerangi jalan maupun lingkungan di sekitar jalan yang diperlukan.
❖ Persyaratan Material
Pada Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan LPJU, bahan dan petunjuk teknis
pemasangannya meliputi antara lain :
1. Spesifikasi Umum
1. Waktu Operasi : Minimal 12 Jam (dalam 1 hari)
2. Otonomi Cadangan Operasi : Minimal 3 hari (kondisi tidak ada matahari)
3. Tegangan Operasi : Min 24 V DC
4. Solar Modul Type : PolyCristaline / MonoCristaline
5. Charge Controller : Min 24 V, Minimum 10 Amp
6. Lampu : Lampu Hemat Energi
7. Baterai : deep cycle, Maintenance free
8. Box Baterai : Besi plat galvanized
9. Tinggi Lampu :7–9m
2. Spesifikasi Perangkat
a. Panel Surya
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
Panel surya berfungsi sebagai catudaya yang menghasilkan energi listrik dari energi
matahari.
Kapasitas total minimum : 200 Wp (dengan lengan tunggal)
Spesifikasi Modul Surya :
a) Tegangan Kerja : Min DC 24 V
b) Efisinsi : ≥13,5%
c) Panel surya dilengkapi nomor seri produk dan nama pabrikan.
b. Baterai
1) Baterai
Baterai berfungsi untuk menyimpan energi listrik yang dihasilkan oleh tenaga surya.
Kapasitas Total Baterai min 24 Volt 50-85 Ah,
Spesifikasi masing-masing baterai :
a) Jenis : deep cycle, Maintenance free khusus solar cell
b) Tegangan Kerja (DC) : Min 24 V
c) Umur Teknis : minimum 3 tahun
d) Cycle life : ≥1000 cycle
2) Baterai Control Unit (BCU)
BCU berfungsi mengatur proses pengisian (charging) dan pemakaian baterai
(discharging), agar baterai berada dalam keadaan aman. BCU di tempatkan dalam
kotak baterai.
Spesifikasi BCU :
a) Tegangan Kerja : Min 24 V
b) Kapasitas arus masuk/keluar : 10 Ampere
c) Self Consumtion : <10 mA
d) Otomatis beban terputus jika tegangan baterai rendah.
e) Mempunyai tingkat indikator pengisian dan sudah termasuk otomatis sun
switch.
f) Dapat diprogram agar energi harian yang digunakan untuk menyalakan
lampu tidak melebihi dari energi harian yang dihasilkan panel surya.
3) Kotak Baterai
a) Kotak baterai, merupakan tempat atau rumah pengaman untuk menempatkan
peralatan seperti baterai, BCU (charge controller), dan terminal dengan jenis
outdoor agar terlindung dari cuaca ekstrim dan kriminalitas.
b) Kotak utama/baterai terbuat dari bahan non korosif.
c) Pada Kotak Baterai diberi nomor kodefikasi untuk keperluan data base dan
memudahkan pemeliharaan, dengan spesifikasi kotak baterai :
• Bahan : Besi Plat galvanis
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
a. Tiang lampu PJU dipasang dengan jarak paling dekat 100 cm dari tepi jalur kendaraan.
b. Kedalaman pondasi PJU sedalam 90 cm dan ketinggian pondasi diatas permukaan
tanah adalah 20 cm
c. Tiang PJU harus menggunakan pondasi beton bertulang dengan mutu beton kelas K-
250.
d. Tiang PJU harus diberi tanda APBN 2021.
❖ Persyaratan Lampu
Lampu LPJU yang digunakan adalah jenis Light Emitting Diode (LED) dengan persyaratan
teknis adalah sebagai berikut :
a. Spesifikasi Lampu (LED)
- Kuat cahaya LED = 144 lm (@ 350 mA)
- Sudut cahaya = 120⁰
- Suhu LED maks. = 150⁰C
- Suhu cahaya = 3500 K & 5300 K
- Umur LED = 50.000 jam
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
a. Tiang LPJU menggunakan pelat galvanis yang ditekuk sehingga berbentuk oktagonal
dengan tebal pelat galvanum 3,2 mm, dengan panjang vertical 9.000 mm dari plat
tapakan/sepatu/ plandes.
b. Bersifat anti karat jenis galvanis.
c. Tiang LPJU terdiri dari 2 bagian, yakni tiang utama dan lengan (arm) yang sistem
penyambungannya berupa slip joint sepanjang 300 mm, sebagaimana terlihat pada
gambar
d. Bagian bawah diberi tapakan/sepatu/plandes dengan besi plat tebal minimal 16 mm lalu
dilas ke tiang secara penuh dengan diberi plat besi untuk penegak/pengaku/rip plate
yang dilas secara penuh ke tapakan dan tiang, dipasang dengan angkur baut. Bagian
bawah terdiri dari minimal 4 buah angkur baut dengan diameter 22 mm mm dan panjang
sesuai gambar.
e. Penahan rangka daun rambu menggunakan besi pipa galvanis diameter 3“ dengan tebal
minimal 2 mm membentuk lengan penyanggah rangka sebanyak 2 (dua) buah masing-
masing panjang 220 cm, ditunjang 2 (dua) buah pipa galvanis diameter 2“ tingginya
menyesuaikan dengan lebar daun rambu.
i. Pada sisi depan tiang LPJU dibubuhi inisial atau logo KEMENTERIAN PERHUBUNGAN,
dengan dibubuhi tulisan “DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT” serta
ditempeli Stiker peringatan pasal 275 UU No. 22 Tahun 2009, contoh gambar sebagai
berikut :
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
15
CM
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN RI
APBN TA. 2021
Penempatan Lampu Penerangan Jalan Umum (LPJU) harus memperhatikan hal sebagai
berikut :
a. Daerah
Daerah tempat dipasangnya rambu ditetapkan berdasarkan survey yang telah ditentukan
oleh Staf Teknis Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
b. Penempatan
Penempatan lokasi LPJU berada di sepanjang area dermaga dan termasuk dalam daerah
milik jalan (damija); tidak terhalang oleh pepohonan, bangunan atau benda lain yang
menutupi, hal ini agar fungsi dari LPJU tersebut dapat maksimal.
c. Ketinggian
Ketinggian LPJU (dari bagian plandes tiang) adalah 9,0 m dan tidak terpengaruh oleh
kerataan (countur) permukaan tanah.
a. Galian pondasi sedalam 800 – 900 mm dengan lebar 500 mm (sesuai gambar) dan
apabila terdapat utilitas lain seperti pipa PDAM, kabel fiber optic atau lainnya maka
lokasi dapat dimajukan atau diundurkan dengan tetap memperhatikan tata cara
pemasangan LPJU
b. Ukuran pondasi LPJU dibentuk dengan papan untuk bekesting dengan ukuran :
- Sisi bagian atas : 500 mm
- Sisi bagian bawah : 500 mm
- Umpak : 200 mm
- Kedalaman : 800 mm
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
c. Pondasi beton dibuat dari campuran semen, pasir dan batu kerikil/split dengan
perbandingan 1 : 2 : 3;
d. Pada bagian atas pondasi dipasang plat logam sejenis dengan tiang LPJU 400 x 400 x
16 mm serta 4 buah angkur baut dengan diameter 22 mm dan panjang 800 mm.
e. Bagian pondasi diatas permukaan tanah setinggi 200 mm atau disesuaikan dengan
permukaan tanah dan jalan.
❖ Jaminan Mutu
a. Setiap bahan LPJU yang akan dipergunakan harus lulus uji laboratorium dengan
menunjukkan sertifikat uji Laboratorium berskala Nasional atau Internasional.
b. Pelaksana pekerjaan LPJU harus melampirkan surat pernyataan jaminan spesifikasi
bahan yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang tertuang dalam RKS dan sesuai
dengan ketentuan Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor :
AJ.003/5/9/DRJD/2011, tanggal 21 Juni 2011 tentang Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Perlengkapan Jalan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
❖ Lingkup Pekerjaan
❖ Persyaratan Bahan
a. Bata.
– Jenis batu bata yang digunakan adalah batu bata merah. Batu bata merah harus
matang pembakarannya, sehingga bila direndam di dalam air akan tetap utuh, tidak
pecah atau hancur.
– Ukuran batu bata dapat disesuaikan berdasarkan tebal dinding akhir (finish) yang
disyaratkan dalam gambar (15 cm), yaitu : 5 x 11 x 22 cm dengan pengepresan
sempurna dan merata.
– Bata yang dipakai harus bebas dari cacat, retak, cat atau adukan, mempunyai sudut
siku dan ukuran yang seragam dan langsung didatangkan dari pabrik atau penjual.
– Sebelum pengadaan bahan ini, Kontraktor diwajibkan mengajukan contoh disertai
data teknis dari batu bata yang akan dipakai kepada Direksi dan Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
b. Semen.
– Sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Buku Rencana Kerja dan
Syarat-syarat Teknis Struktur dan PBI-197.
c. Pasir.
– Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam,
bersih dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan- bahan organis. Pasir
yang dipakai harus Pasir Beton.
d. Air.
– Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, basa, garam, bahan
organik dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.
e. Apabila bahan-bahan yang datang dianggap tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai
dengan contoh yang disetujui oleh Pemberi Tugas atau Konsultan, maka Pemberi
Tugas atau Konsultan berhak menolak bahan-bahan tersebut dan Kontraktor wajib
untuk segera mengeluarkan dari lokasi pembangunan dan menggantinya dengan
bahan-bahan yang telah disetujui.
a. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan detail bentuk profil,
sambungan dan hubungan dengan material lain dan melaksanakannya sesuai dengan
yang tercantum dalam Gambar Kerja.
b. Sebelum pemasangan, batu bata harus direndam dalam air bersih dulu sehingga jenuh.
c. Pada saat diletakkan, tidak boleh ada genangan air di atas permukaan batu bata
tersebut.
d. Aduk perekat / spesi.
(i) Aduk perekat/spesi untuk pasangan batako press kedap air adalah campuran 1pc :
3ps untuk:
• Dinding pasangan bata daerah basah.
• Dinding pasangan bata yang langsung berhubungan dengan luar.
• Saluran.
(ii) Untuk semua pasangan bata dipakai aduk perekat / spesi campuran 1pc : 5ps
terkecuali yang disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
(iii) Persyaratan pembuatan adukan harus sesuai dengan 3.13
4. Pemasangan harus sedemikian rupa sehingga ketebalan aduk perekat / spesi
harus sama setebal 1 cm. Semua pertemuan horizontal dan vertikal harus terisi dengan baik dan
penuh.
6. Pelaksanaan pemasangan batu bata harus rapi, sama tebal, lurus, tegak dan
pola ikatan harus terjaga baik di seluruh pekerjaan. Pertemuan sudut antara dua dinding harus rapi
dan siku seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
11. Pembuatan lubang pada dinding pasangan bata untuk perancah sama sekali
tidak
diperkenankan.
12. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari
5%.
Batu bata yang patah lebih dari 2 (dua) bagian tidak boleh digunakan.
13. Ketebalan jadi (setelah difinish dengan plester aci) harus:
Dinding bata 1⁄2 batu, harus setebal 15cm.
Dinding bata 1 batu, harus setebal 25 cm.
14. Pemeliharaan: Selama pasangan dinding bata belum difinish, Kontraktor
wajib untuk memelihara dan menjaga atas kerusakan atau pengotoran oleh bahan lain.
Apabila pada saat di-finish terdapat kerusakan, berlubang dan lain sebagainya, Kontraktor harus
memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas. Biaya ini ditanggung
oleh Kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.
❖ Lingkup Pekerjaan
❖ Persyaratan Bahan
1) Material batu-bata :
a) Jenis batu bata yang digunakan adalah batu bata merah. Batu bata merah harus
matang pembakarannya, sehingga bila direndam di dalam air akan tetap utuh, tidak
pecah atau hancur.
b) Ukuran batu bata dapat disesuaikan berdasarkan tebal dinding akhir (finish) yang
disyaratkan dalam gambar (15 cm), yaitu : 5 x 11 x 22 cm.
c) Kontraktor wajib memberikan contoh pada Perencana / Konsultan Manajemen
Konstruksi untuk dimintakan persetujuannya.
d) Apabila bahan-bahan yang datang dianggap tidak memenuhi syarat atau tidak
sesuai dengan contoh yang disetujui oleh Perencana / Manajemen Konstruksi /
Pemberi Tugas, maka Perencana / Manajemen Konstruksi / Pemberi Tugas berhak
menolak bahan-bahan tersebut dan Kontraktor wajib untuk segera mengeluarkan
dari lokasi pembangunan dan menggantinya dengan bahan-bahan yang telah
disetujui.
2) Semen / Portland Cement (PC)
a) Semen yang datang di proyek, harus disimpan di dalam gudang yang lantainya
kering dan minimum 30 cm lebih tinggi dari permukaan tanah disekitarnya.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
b) Apabila pada setiap pembukaan kantong, ternyata semen sudah lembab dan
menunjukkan gejala membatu, maka semen tersebut tidak boleh dipergunakan dan
harus segera dikeluarkan dari lokasi pembangunan.
c) Supplier / Pedagang yang mengirim semen ke pekerjaan hendaknya dapat
menunjukkan sertifikat dari pabriknya.
3) Pasir Pasang
a) Pasir yang akan dipakai harus bersih, pasir asli/alami dan bebas dari segala macam
kotoran, bahan-bahan kimia dan tanah liat (lempung) atau sesuai dengan standar
NI-3 pasal 14 ayat 2.
b) Bilamana pasir yang dipakai tidak memenuhi syarat-syarat diatas, Kontraktor wajib
untuk mencuci pasir tersebut untuk mendapatkan persetujuan Perencana /
Manajemen Konstruksi / Pemberi Tugas.
c) Khusus untuk plester, harus dipakai pasir yang lebih halus tingkat gradasinya.
4) Jenis adukan
a) Jenis adukan yang akan dipakai didalam pemasangan batu bata merah adalah
semen dan pasir dengan ketentuan sebagai berikut :
(i) Untuk beton : sesuai dengan ketentuan yang diuraikan di dalam
persyaratan konstruksi.
(ii) Untuk pasangan kedap air (trasraam) : 1 PC : 3 Psr.
(iii) Untuk pasangan dinding biasa (diatas trasraam) : 1 PC : 5 Psr.
❖ Persyaratan Pelaksanaan
❖ Persyaratan pemasangan :
❖ Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan dari Bab ini termasuk semua tenaga kerja, material, peralatan dan layanan yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan pasangan hebel sebagaimana diindikasikan
dalam gambar-gambar, termasuk, tetapi tidak terbatas pada hal berikut:
a. Pasangan hebel untuk dinding.
b. Pekerjaan pasangan lainnya (sebagai bagian yang diintegralkan dari dinding hebel
dengan menggunakan unit-unit hebel yang diproduksi lokal, dan untuk aplikasi non-
struktural lainnya dan yang berhubungan dengan (Beton Elemen Pendukung Pekerjaan
Arsitektur).
❖ Persyaratan Bahan
a. Hebel dipress oleh mesin dengan penekanan (pressure) yang sama dengan memenuhi
standard dan persyaratan lain yang diindikasikan/dinyatakan dibawah untuk setiap
bentuk hebel yang disyaratkan.
(i) Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia
(ii) Standard Industri Indonesia (SII)-0021-78
b. Batu bata ringan yang digunakan bata ringan ex. Hebel/Citicon/Bricon/setara, dengan
kualitas terbaik yang disetujui Perencana/Konsultan Management Konstruksi, siku dan
sama ukurannya 20x60 dengan ketebalan 10 cm untuk dinding interior dan 12,5 cm
untuk dinding exterior.
– Berat jenis kering : 530 kg/m3
– Berat jenis normal : 650 kg/m3
– Kuat tekan : ≥ 4,0 N/mm2
– Konduktifitas termis : 0,14 W/mK
– Tebal spesi : 3 mm
– Ketahanan terhadap api : 4 jam, dilengkapi dengan sertifikat tahan api yang
disyaratkan.
– Plasteran dinding menggunakan MU-301 atau PM-200 atau setara dengan acian
dinding MU-200 atau, PM-300 atau setara kualitas.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
❖ Persyaratan Pelaksanaan
a. Pasangan batu bata ringan dengan menggunakan aduk MU-300 atau PM-100.
b. Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/siar-siar harus dikerok rata dan dibersihkan
dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
c. Pasangan dinding bata ringan sebelum diplester dengan MU-301 atau PM-200 harus
dibasahi dengan air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.
d. Setelah pekerjaan plesteran selesai tidak diperkenankan untuk langsung diaci atau di
pasang keramik dinding, tunggu 48 jam setelah kelembaban air keluar dalam
dinding/berkeringat kering, dapat dilakukan pekerjaan acian dengan MU-200,PM-300
atau pemasangan keramik dinding.
e. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 8-10
lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
f. Bidang dinding 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambahkan kolom
dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12 x 12 cm, dengan tulangan
pokok 4 diameter 10 mm, beugel diameter 6 mm jarak 20 cm.
g. Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak
diperkenankan.
h. Pembuatan lubang pada pasangan bata ringan yang berhubungan dengan setiap
bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 6
mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan
beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata ringan sekurang-kurangnya 30
cm kecuali ditentukan lain.
i. Tidak diperkenankan memasang bata ringan yang patah 2 (dua) melebihi dari 2 %.
Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan.
j. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
❖ Lingkup Pekerjaan
a. Termasuk dalam pekerjaan plesteran dinding ini adalah penyediaan tenaga kerja,
bahan bahan, peralatan termasuk alat alat bantu dan alat angkut yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan plesteran, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang
bermutu baik.
b. Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
– Plesteran aci halus untuk dinding pasangan bata dan permukaan beton.
– Plesteran kedap air.
– Plesteran biasa.
– Pekerjaan plesteran lainnya seperti yang disebutkan/ditunjukkan dalam Gambar
Kerja.
❖ Persyaratan Bahan
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
a. Semen Portland harus memenuhi NI 8 (dipilih dari satu produk untuk seluruh
pekerjaan).
b. Pasir harus memenuhi NI 3 pasal 14 ayat 2.
c. Air harus memenuhi NI 3 pasal 10.
d. Penggunaan asukan plesteran :
e. Adukan 1 PC : 3 pasir dipakai untuk plesteran rapat air.
f. Adukan 1 PC : 5 dipakai untuk seluruh plesteran dinding lainnya.
g. Seluruh permukaan plesteran difinish acian dari bahan PC.
❖ Syarat-Syarat Pelaksanaan
a. Plesteran dilaksanakan sesuai standard spesifikasi dari bahan yang digunakan sesuai
dengan petunjuk dan persetujuan Perencana dan persyaratan tertulis dalam Uraian dan
Syarat Pekerjaan ini.
b. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilaman pekerjaan bidang beton atau
pasangan dinding batu bata telah disetujui oleh Perencana sesuai Uraian dan Syarat
Pekerjaan yang tertulis dalam buku ini.
c. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam gambar
Arsitekur terutama pada gambar detail dan gambar potongan mengenai ukuran
tebal/tinggi/peil dan bentuk profilnya.
d. Campuran aduk perekat yang dimaksud adalah campuran dalam volume, cara
pembuatannya menggunakan mixer selama 3 menit dan memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
i. Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batu bata yang berhubungan
dengan udara luar, dan semua pasangan batu bata dibawah permukaan tanah
sampai ketinggian 30 cm dari permukaan lantai dan 150 cm dari permukaan
lantai untuk kamar mandi, WC/toilet dan daerah basah lainnya dipakai aduk
plesteran 1 PC : 3 pasir.
ii. Untuk aduk kedap air, harus ditambah dengan Daily bond, dengan
perbandingan 1 bagian PC : 1 bagian Daily bond.
iii. Untuk bidang lainnya diperlukan plesteran 1 PC : 5 pasir.
iv. Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai mendapatkan
campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan sesudah plesteran berumur 8
hari (kering benar), untuk adukan plesteran finishing harus ditambah dengan
additive plamix dengan dosis 200 250 gram plamix untuk setiap 40 Kg semen.
v. Semua jenis aduk perekat tersebut diatas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum mengering.
vi. Diusahakan agar jarak waktu pencampuran aduk perekat tersebut dengan
pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama untuk adukan kedap air.
e. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan
instalasi pipa listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan.
f. Khusus untuk permukaan beton yang akan diplester, maka :
i. Seluruh permukaan beton yang akan diplester harus dibuat kasar dengan cara
dipahat halus.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
ii. Sebelum plesteran dilakukan, seluruh permukaan beton yang akan diplester,
dibersihkan dari segala kotoran, debu dan minyak serta disiram / dibasahi
dengan air semen.
iii. Plesteran beton dilakukan dengan aduk kedap air campuran 1 PC : 3 pasir.
g. Pasir pasang yang digunakan harus diayak terlebih dahulu dengan mata ayakan seperti
yang disyaratkan.
h. Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang akan difinish
dengan cat dipakai plesteran halus (acian diatas permukaan plesterannya).
i. Untuk dinding tertanam didalam tanah harus diberapen dengan memakai spesi kedap
air.
j. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada permukaannya diberi alur
alur garis horizontal atau diketrek (scrath) untuk memberi ikatan yang lebih baik
terhadap finishingnya, kecuali untuk yang menerima cat.
k. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 M, dipasang tegak dan menggunakan
keping keping plywood setebal 9 mm untuk patokan kerataan bidang.
l. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom yang
dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil peil yang diminta gambar. Tebal plesteran
2,5 cm, jika ketebalan melebihi 2,5 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan
memperkuat daya lekat dari plesterannya pada bagian pekerjaan yang diizinkan
Perencana.
m. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam satu
bidang datar, harus diberi naat (tali air) dengan ukuran 0,7 cm dalamnya 0,5 cm, kecuali
bila ada petunjuk lain didalam gambar.
n. Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau cembung
bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. jika melebihi, Kontraktor
berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan Kontraktor.
o. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar tidak
terlalu tiba tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan
melindungi dari terik panas matahari langsung dengan bahan bahan penutup yang bisa
mencegah penguapan air secara cepat.
p. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran harus
dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Perencana
dengan biaya atas tanggungan Kontraktor.
q. Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai Kontraktor harus selalu menyiram
dengan air, sampai jenuh sekurang kurangnya 2 kali setiap hari.
r. Selama pemasangan dinding batu bata/beton bertulang belum difinish, Kontraktor wajib
memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab
Kontraktor dan wajib diperbaiki.
s. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum plesteran berumur
lebih dari 2 (dua) minggu.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
❖ Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan dan alat-
alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga dapat tercapai
hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi seluruh kusen pintu, jendela dan louvre aluminium, seperti yang
dinyatakan / ditunjukkan dalam gambar.
c. Pekerjaan ini dilakukan secara terpadu dengan pekerjaan kusen, pintu dan jendela,
pekerjaan kaca.
❖ Persyaratan Bahan
a. Terbuat dari bahan Aluminium Framing System, dari produk dalam negeri ex. , Indalex,
Alexindo, YKK, berwarna yang memenuhi Aluminium extrusi sesuai SII extrusi 0695-82,
0649-82.
b. Bentuk ukuran profil kusen yang dipakai adalah 4” (4,4 x 10,2 cm) dan 3” (3,8 x 7,6 cm)
atau sesuai dalam gambar, dengan terlebih dahulu dibuatkan gambar detail rinci dalam
shop drawing yang disetujui Direksi / Pengawas.
c. Warna profil :
Untuk Kusen Aluminium warna Coklat optional sesuai design putih lapis powder coating
Untuk keseragaman warna disyaratkan, sebelum proses fabrikasi warna profil-profil
harus diseleksi secermat mungkin. Kemudian pada waktu fabrikasi unti-unit jendela,
pintu, partisi dan lain-lain, profil harus diseleksi lagi warnanya sehingga dalam tiap unit
didapatkan warna yang sama.
d. Bahan yang akan melalui proses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu dengan
seksama sesuai dengan bentuk toleransi, ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan,
pewarnaan yang disyaratkan Direksi.
e. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi Rencana Kerja dan Syarat-syarat
dari pekerjaan aluminium serta memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik yang
bersangkutan.
f. Konstruksi kusen yang dikerjakan harus seperti yang ditunjukkan dalam detail gambar
termasuk bentuk dan ukurannya.
g. Kusen aluminium eksterior memiliki ketahanan terhadap tekanan angin 120 kg/m2,
untuk setiap type dan harus disertai hasil test.
h. Kusen aluminium eksterior memiliki ketahanan terhadap air/kebocoran air, tidak terlihat
kebocoran signifikasi (air masuk ke dalam interior bangunan sampai tekanan 137 Pa
(positif) dengan jangka waktu 15 menit, dengan jumlah air minimum 3,4 L/m2 min.
i. Nilai deformasi diijinkan maksimum 2 mm.
j. Pekerjaan mesin potong, mesin punch, drill, dan lain-lain harus sedemikian rupa
sehingga diperoleh hasil rakitan untuk unit-unit jendela, pintu dan partisi yang
mempunyai toleransi ukuran sebagai berikut :
i. untuk tinggi dan lebar 1 mm.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
❖ Persyaratan Pelaksanaan
j. Untuk fitting hardware dan reinforcing materials yang mana kosen aluminium akan
bertemu dengan besi, tembaga atau lainnya maka permukaan metal yang bersangkutan
harus diberi lapisan chromium untuk menghindari timbulnya korosi.
k. Toleransi pemasangan kosen aluminium disatu sisi dinding adalah 10-25 mm yang
kemudian diisi dengan beton ringan / grout.
l. Khusus untuk pekerjaan jendela geser aluminium, kehorizontalan rel mutlak
diperhatikan sebelum rangka kosen terpasang. Permukaan bidang dinding horizontal
yang melekat pada ambang bawah dan atas harus waterpass (pelubangan dinding).
m. Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama pada ruang yang
dikondisikan, hendaknya ditempatkan mohair dan jika perlu dapat digunakan synthetic
rubber atau bahan dari synthetic resin. Penggunaan ini dilakukan pada swing door dan
double door.
n. Sekeliling tepi kosen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi sealant
supaya kedap air dan suara.
o. Tepi bawah ambang kosen exterior agar dilengkapi flashing untuk penahan air hujan.
❖ Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar dengan hasil yang baik dan
sempurna.
b. Pekerjaan pemasangan daun fabrikan type WPC dipasang pada seluruh detail sesuai
yang dinyatakan / ditunjukkan dalam gambar.
❖ Persyaratan Bahan
a. Daun pintu menggunakan produk fabrikan type WPC board (Wood Plastic Composite),
dengan model Router + Kaca atau sesuai dengan gambar detail kusen / daun pintu.
b. Daun pintu yang digunakan merk: Duma Door, AngzDoor, Tulus Door, atau yang
setaraf.
c. Finishing daun pintu menggunakan melamin lacquer atau semi duco sesuai dengan
pilihan Perencana.
❖ Persyaratan Pelaksanaan
❖ Lingkup Pekerjaan
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan dan alat-
alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, hingga dapat tercapai
hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi kaca daun pintu, kaca daun jendela, kaca mati.
c. Pekerjaan ini berkaitan dengan (Pekerjaan Kosen, Pintu dan Jendela).
❖ Persyaratan Bahan
a. Umum
Kaca adalah benda yang terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya
mempunyai ketebalan yang sama, mempunyai sifat tembus cahaya, diperoleh dari
proses pengambangan (Float Glass). Kedua permukaannya rata, licin dan bening.
b. Khusus
Digunakan lembaran kaca bening (clear float glass) produk ASAHIMAS. Kaca tebal
minimum 5 mm, atau sesuai perhitungan, digunakan untuk pemasangan dinding kaca
pada daerah Interior dan seluruh pintu kaca Frame, kecuali hal khusus lain seperti
dinyatakan dalam gambar.
c. Toleransi
1) Panjang-Lebar; ukuran panjang dan lebar tidak boleh melampaui toleransi seperti
yang ditentukan oleh pabrik, yaitu toleransi panjang dan lebar kira-kira 2 mm.
2) Kesikuan; kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut siku
serta tepi potongan yang rata dan lurus. Toleransi kesikuan maksimum yang
diperkenankan adalah 1,5 mm per meter panjang.
3) Ketebalan; ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh melampaui
toleransi yang ditentukan pabrik, yaitu maksimum 0.3 mm.
d. Ketebalan semua kaca terpasang harus mengikuti standard perhitungan dari pabrik
bersangkutan, yang antara lain mempertimbangkan penggunaannya pada bangunan,
luas / ukuran bidang kaca (cutting size), maupun tekanan positif dan negatif yang akan
bekerja pada bidang kaca. Perhitungan ini harus disetujui Direksi Pengawas.
e. Cacat-cacat yang diperbolehkan harus sesuai dengan ketentuan dari pabrik:
1) Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang-ruang yang berisi gas
yang terdapat pada kaca).
2) Kaca yang digunakan harus bebas dari komposisi kimia yang dapat mengganggu
pandangan.
3) Kaca harus bebas dari keretakan (garis-garis pecah pada kaca baik sebagian atau
seluruh tebal kaca).
4) Kaca harus bebas dari gumpilan tepi (tonjolan pada sisi panjang dan lebar kearah
luar/masuk).
5) Harus bebas dari benang (string) dan gelombang (wave); benang adalah cacat
garis timbul yang tembus pandang, sedang gelombang adalah permukaan kaca
yang berobah dan mengganggu pandangan.
6) Harus bebas dari bintik-bintik (spots), awan (cloud) dan goresan (scratch).
7) Bebas awan (permukaan kaca yang mengalami kelainan kebeningan).
8) Bebas goresan (luka garis pada permukaan kaca).
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
❖ Persyaratan Pelaksanaan
a. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan syarat-
syarat pekerjaan dalam buku ini, serta ketentuan yang digariskan / disyaratkan oleh
pabrik bersangkutan.
b. Pekerjaan ini memerlukan keakhlian dan ketelitian
c. Semua bahan yang akan dipasang harus disetujui oleh Direksi/Pengawas.
d. Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan diberi
tanda agar mudah diketahui.
e. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, serta diharuskan menggunakan alat-alat
pemotong kaca khusus, menjadi lembaran kaca dengan ukuran tertentu (cutting size).
f. Pemasangan kaca-kaca dalam sponing rangka kayu pada pintu panil sesuai dengan
persyaratan, digunakan lis-lis kayu. Pemasangan kaca-kaca dalam pintu kaca rangka
aluminium harus sesuai dengan persyaratan.
g. Tepi kaca pada sambungan dan antara dengan kayu diberi sealant untuk menutupi
rongga-rongga yang terjadi. Sealant yang digunakan adalah sesuai dengan persyaratan
pabrik. Tidak diperkenankan sealant mengenai kaca terpasang lebih dari 0,5 cm dari
batas garis sambungan dengan kaca.
h. Kaca harus terpasang rapi, sisi tepi harus lurus dan rata, tidak diperkenankan retak dan
pecah pada sealant / tepinya, bebas dari segala noda dan bekas goresan.
❖ Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan - bahan, peralatan dan alat - alat
bantu lainnya yang di perlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan
yang bermutu baik dan sempurna.
❖ Persyaratan Bahan
f. Door closer: hold open arm-ex Griff/Dorma/Geze Rolland/ setara kualitas yang disetujui
Direksi Pengawas.
g. Pengunci Jendela: Rambuncis/Grendel tanam
h. Engsel Jendela: friction stay/engsel
i. Warna-warna finishing hardwares akan ditentukan kemudian.
❖ Persyaratan Pelaksanaan
Semua “Hardware” yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
buku spesifikasi teknis. Bila terjadi perubahan / penggantian hardware akibat dari pemilihan
merk, kontraktor harus nelaporkan hal tersebut untuk mendapatkan persetujuan.
a. Semua kunci – kunci tanam terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu dipasang
setinggi 90 cm dari lantai atau sesuai petunjuk direksi.
b. Untuk engsel pintu dipasang minimal 3 buah untuk setiap daun, menggunakan sekrup
kembang dengan warna yang sama dengan warna engsel. Jumlah engsel yang
dipasang harus diperhitungkan menurut bebab berat daun pintu, tiap engsel memikul
maksimal 20 kg.
c. Engsel diatas dipasang kurang dari 28 cm (as) dari permukaan atas pintu, engsel
bawah dipasang 32 cm (as) dari permukaan bawah pintu, engsel ditengah dipasang
ditengah antara kedua engsel tersebut.
d. Pemasangan lock case, handle harus rapi, lurus dan sesuai dengan letak posisi yang
telah ditentukan oleh direksi. Apabila hal tersebut tidak tercapai, kontraktor wajib
memperbaiki tanpa tambahan biaya.
e. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan
pengujian secara kasar dan halus.
f. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.
g. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan).
a. Kontraktor wajib mengganti semua bahan yang rusak. Perbaikan harus dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu pekerjaan finishing lainnya.
b. Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu pekerjaan
dilaksanakan, maka kontraktor wajib memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima
oleh direksi. Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan menjadi tanggung jawab
kontraktor.
c. Kontraktor wajib mengadakan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah
dilaksanakan terhadap kerusakan kerusakan. Selama 3 x 24 jam sesudah pekerjaan
pintu dan jendela selesai terpasang, permukaannya dihindarkan dari pengaruh
pekerjaan lain dan dilindungi terhadap kemungkinan cacat pada permukaannya.
d. Kontraktor memenuhi ketentuan dan persyaratan mutu dan pelaksanaan, sesuai
dengan pengarahan serta persetujuan Direksi Pengawas.
e. Pada saat diserah terimakan anak kunci deiserahkan lengkap 3 set, masing-masing
memiliki tag name yang menjelaskan lokasi kunci dan korespondensi dengan cylinder
nya.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
❖ Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu
yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
Pekerjaan lantai dinding keramik ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan
dalam gambar atau sesuai petunjuk Perencana.
❖ Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan bahan, peralatan dan alat alat
bantu yangdibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil
yang baik.
b. Pekerjaan dinding keramik ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambar atau sesuai petunjuk Perencana.
❖ Persyaratan Bahan.
a. Bahan :
1) Keramik dinding :
a) Jenis : Glaze Keramik tile ex. Roman/ Platinum atau setara kualitas yang
disetujui oleh Direksi Pengawas.
b) Finishing Permukaan : Berglazuur.
c) Bahan pengisi siar : ex. MU/AM/Lemkra atau setara
kualitas disetujui oleh Direksi Pengawas.
d) Bahan perekat : mortar semen biasa.
e) Warna/texture : akan ditentukan kemudian
f) Ukuran : 20X20CM, 20X25CM atau Sesuai
yang tertera pada gambar.
2) Lis keramik dinding/Listello:
a) Jenis : Glaze Keramik tile ex. Roman/ Platinum atau setara
kualitas yang disetujui oleh Direksi Pengawas.
b) Finishing Permukaan : Berglazuur.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
j. Bidang dinding keramik harus benar benar rata, garis garis siar harus benar benar
lurus. Siar arah horizontal pada dinding yang berbeda ketinggian peil lantainya harus
merupakan satu garis lurus.
k. Keramik harus disusun menurut garis garis lurus dengan siar sebesar 4 5 mm setiap
perpotongan siar harus membentuk dua garis tegak lurus. Siar siar keramik diisi
dengan bahan pengisi siar sehingga membentuk setengah lingkaran seperti yang
disebutkan dalam persyaratan bahan dan warnanya akan ditentukan kemudian.
l. Pembersihan permukaan ubin dari sisa sisa adukan semen hanya boleh dilakukan
dengan menggunakan cairan pembersih khusus untuk keramik.
m. Naad naad pada pemasangan keramik harus diisi dengan bahan grout.
n. Grouting
1) Keramik diberi grout ketika Keramik sudah terpasang dengan tepat, setelah naat
dibersihkan dari kotoran / pencemaran dengan menggunakan compresor (ditiup)
2) Bersihkan grout yang berlebih dan buat bentuk naat sesuai yang diinginkan.
3) Ketika grout sudah mengeras, basahi Keramik dengan air dan akhirnya poles
dengan kain.
❖ Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu
lainnya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang bermutu baik.
b. Pasangan lantai keramik tiles ini dipasang pada seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar, berikut plint dan nosing tangga.
❖ Persyaratan Bahan
b. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan peraturan ASTM,
peraturan keramik Indonesia (NI 19), PVBB 1970 dan PVBI 1982.
c. Semen Portland harus memenuhi NI 8, pasir dan air harus memenuhi syarat syarat
yang ditentukan dalam PVBB 1970 (NI 3) dan PBI 1971 (NI 2) dan ASTM.
d. Warna akan ditentukan kemudian. Masing-masing warna harus seragam, warna yang
tidak seragam akan ditolak.
e. Bahan bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh
contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Perencana.
f. Kontraktor harus menyerahkan 2 copy ketentuan dan persyaratan teknis operatif dari
pabrik sebagai informasi bagi Perencana.
g. Material lain yang tidak terdapat pada daftar tersebut tetapi dibutuhkan untuk
menyelesaikan/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru, kualitas terbaik
dari jenisnya dan harus disetujui Perencana.
m. Keramik plint terpasang siku terhadap lantai, dengan memperhatikan siar siarnya
bertemu siku dengan siar lantai dan dengan ketebalan siar yang sama pula.
n. Grouting
1) Keramik diberi grout ketika Keramik sudah terpasang dengan tepat, setelah naat
dibersihkan dari kotoran / pencemaran dengan menggunakan compresor (ditiup)
2) Bersihkan grout yang berlebih dan buat bentuk naat sesuai yang diinginkan.
3) Ketika grout sudah mengeras, basahi Keramik dengan air dan akhirnya poles
dengan kain.
❖ Lingkup Pekerjaan
❖ Syarat-Syarat Pelaksanaan
a. Yang dibutuhkan adalah paku (biasanya paku beton) dan tali untuk acuan atau
istilahnya tarik benang, agar mudah dalam pemasangan batu alamnya nanti sehingga
hasilnya rapi serta siku. Semen dan pasir sebagai perekat, pelapis/coating untuk
menjaga penampilan permukaan batu alam agar tidak berlumut dan kusam. Dan tidak
lupa, batu alamnya itu sendiri. Keramik disamping adalah acuannya ; Setelah diberi
tanda, baru dipotong sisinya. Hasilnya batu alam dengan sisi yang siku Karena batu
alam bukan buatan pabrik maka pada persiapannya harus dibuat siku terlebih dahulu
sisi-sisinya. Bisa memakai keramik yang siku sebagai acuannya.
b. Untuk tembok yang masih baru atau belum diaci, bisa langsung tarik benang dan lanjut
ke pemasangan. Tetapi untuk tembok yang sudah jadi dan dicat seperti ini maka
temboknya harus dibobok terlebih dahulu atau dirusak/dibuat cacat. Tembok yang akan
dipasang batu alam Maksudnya agar adukan semen untuk untuk batu alam nanti bisa
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
❖ Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
b. Pekerjaan pemasangan plafond & list plafond Gypsum Board area sesuai dengan yang
disebutkan / ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Direksi/ Pengawas, pada
tahapan ini dilaksanakan untuk penyelesaian
❖ Persyaratan Bahan
a. Penutup Plafond
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
1) Bahan penutup langit langit gypsum board yang digunakan adalah gypsum board
tebal 9 mm atau ukuran lain, sesuai dengan gambar untuk itu.
2) Gypsum board yang digunakan merk Jayaboard/ Knauff/ Elephant Gypsum/setara
yang disetujui oleh Direksi Pengawas lengkap dengan acessories nya.
3) Gypsum board dipasang tanpa sambungan (flush joint )dimana sambungan
pertemuan adalah yang dalam pengerjaanya dipasang dengan jointing compound
dan cotton tape.
4) Model bentuk dan ukuran Cornice yang dipakai sesuai dengan yang tercantum
pada gambar.
b. Rangka Plafond
1) Rangka plafond terbuat dari metal furring atau hollow galvanis yang merupakan
produk yang direkomendasi oleh produsen.
2) Bilamana rangka plafond terbuat dari besi hollow maka material tersebut sebelum
dipasang harus sudah difinish dengan cat primer anti karat Zincrhomate tau di
galvanized sesuai dengan yang tertera pada gambar.
3) Rangka merupakan 'grid' yang terdiri dari profil profil yang terdiri atas profil utama
(maintee), profil penghubung (cross tee) dan lis lis tepi dengan gesper pengatur
ketinggian.
4) Penggantung rangka plafon terbuat dari besi bulat diameter 6 mm yang dilengkapi
dengan mur dan klem, penggantung-penggantung terikat kuat pada beton, dinding
atau rangka baja yang ada. Dan jarak penggantung sesuai dengan gambar.
❖ Persyaratan Pelaksanaan
4) Setelah seluruh rangka langit langit terpasang, seluruh permukaan harus rata, lurus
dan waterpass. Tidak ada bagian yang bergelombang dan batang batang rangka
harus saling tegak lurus.
c. Sebelum pemasangan, penimbunan bahan/material yang lain ditempat pekerjaan harus
diletakkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca
langsung dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban.
d. Harus diperhatikan semua sambungan dalam pemasangan klos klos, baut, angker
angker dan penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan
memperhatikan/menjaga kerapihan terutama untuk bidang bidang tampak tidak boleh
ada lubang lubang atau cacat bekas penyetelan.
e. Pemasangan langit-langit tidak boleh menyimpang dari ketentuan gambar rencana
untuk itu.
f. Urutan dan tata kerja harus mengikuti persyaratan dan ketentuan dari Produsen.
g. Semua rangka harus terpasang siku, tegak, rata sesuai peil dalam gambar dan lurus
(tidak melebihi batas toleransi kemiringan yang diizinkan dari masing masing bahan
yang digunakan).
h. Perhatikan semua sambungan dengan material lain, sudut sudut pertemuan dengan
bidang lain. Bilamana tidak ada kejelasan dalam gambar. Kontraktor wajib
menanyakan hal ini kepada Perencana.
i. Semua ukuran modul yang diatur berkaitan dengan modul lantai dan langit langit.
j. Penutupan sambungan gypsum board
1) Perbandingan adukan plamir dengan air adalah 1:2. Tuangkan Jointing Compound
sedikit demi sedikit ke dalam air, pastikan bercampur dengan baik. Aduk pada
komposisi yang tepat, untuk penggunaan, jangan lebih dari 15 menit, atau akan
mengeras.
2) Lapisan pertama : Berilah adukan tadi pada nat sambungan lalu tempelkan cotton
tape,fungsinya sebagai penahan retak. Kemudian ratakan dengan adukan dengan
menggunakan kape/ srap.
3) Lapisan kedua : Lanjutkan dengan memberikan adukan pada sambungan, hingga
merata dan halus dengan menggunakan kape/ srap, dan tunggu hingga kering.
Bersihkan/ ratakan dengan kape.
4) Lapisan ketiga : Lanjutkan untuk lapisan ketiga dengan adukan tipis merata dan
halus sekitar 30-40 cm dengan menggunakan trowel. Tunggulah sampai kering
kemudian amplas.
k. Pada beberapa tempat tertentu harus dibuat manhole/access panel dilangit-langit yang
bisa dibuka, tanpa merusak gypsum board disekelilingnya, untuk keperluan
pemeriksaan / pemeliharaan M & E. Dan ukuran manhole minimal 60cm x 60cm.
l. Setelah pemasangan, Kontraktor wajib memberikan perlindungan terhadap benturan
benturan, benda benda lain dan kerusakan akibat kelalaian pekerjaan, semua
kerusakan yang timbul adalah tanggung jawab Kontraktor sampai pekerjaan selesai.
❖ Lingkup Pekerjaan
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
b. Pekerjaan pemasangan plafond & list plafond Kalsiboard diarea basah, teritisan, ruang
terbuka atau sesuai dengan yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar dan sesuai
petunjuk Direksi Pengawas.
❖ Persyaratan Bahan
❖ Persyaratan Pelaksanaan
3) Setelah kering ulangi pelapisan compon 1-2 kali sampai permukaan halus dan rata
lalu diampelas.
k. Pada beberapa tempat tertentu harus dibuat manhole/access panel dilangit-langit yang
bisa dibuka, tanpa merusak Kalsiboard disekelilingnya, untuk keperluan pemeriksaan /
pemeliharaan M & E. Dan ukuran manhole minimal 60cm x 60cm.
l. Setelah pemasangan, Kontraktor wajib memberikan perlindungan terhadap benturan
benturan, benda benda lain dan kerusakan akibat kelalaian pekerjaan, semua
kerusakan yang timbul adalah tanggung jawab Kontraktor sampai pekerjaan selesai.
❖ Lingkup Pekerjaan
c. Semua bidang contoh tersebut diperhatikan kepada Konsultan pengawas dan Direksi
teknik. Jika contoh contoh tersebut telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan dan
Direksi Lapangan, barulah kontraktor melanjutkan dengan pembuatan mock up seperti
tercantum diatas.
d. Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada satu
bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang bidang tersebut akan
dijadikan contoh pilihan warna, texture, material dan cara pengerjaan. Bidang bidang
yang akan dipakai sebagai mock up ini akan ditentukan oleh Direksi dan Konsultan
pengawas.
e. Jika masing masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi teknik dan Konsultan
pengawas, bidang bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan
pekerjaan pengecatan.
B. Pekerjaan Plafond
1 Beton / plesteran
a. Interior Acrylic Emulsion Lihat 1 Primer,
spesifikasi 2x finish s/d
material disetujui Pengawas
& Direksi teknik.
D Pekerjaan Aluminium
No. Pekerjaan Jenis Cat Merk Keterangan
1 Bila disebutkan cat maka PVDF Lihat Di cat secara
harus dilakukan proses spesifikasi fabrikasi, yang
powder coating. material disetujui Pengawas
&
Direksi teknik
E Pekerjaan Kayu (bila ada)
✓ Persyaratan Bahan
a. Cat dinding dan plafond bagian luar bangunan (Exterior) dan ruang basah (toilet).
• Cat yang digunakan Vinyl Acrylic dengan kemampuan tahan cuaca dan jamur
ex Dulux / Jotun/ Mowilex/ Setara kualitas disetujui oleh Direksi Pengawas.
• Tanpa plamir
• Tahap 1: Alkali resistant primer, 1 Lapis.
• Tahap 2: Acrylic wall filler, 1 Lapis
• Tahap 3: Cat akhir : Wheather shied dengan minimal 2 kali pengecatan.
• Warna akan ditentuka Kemudian.
b. Cat dinding dan Plafond bagian dalam bangunan (Interior)
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
✓ Persyaratan Pelaksanaan
a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding/ plafond/ Beton expose adalah pengecatan
seluruh plesteran bangunan dan/atau bagian bagian yang lain yang ditentukan gambar.
b. Sebelum dinding plamur, plesteran sudah harus betul betul kering, tidak ada retak retak
dan kontraktor meminta persetujuan kepada Direksi dan konsultan.
c. Pekerjaan plamur dilaksanakan untuk dinding dalam dengan pisau plamur dari plat baja
tipis dan lapisan plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
d. Pekerjaan lapis cat dasar dilaksanakan untuk dinding luar/eksterior dengan
menggunakan roller cat atau kuas sampai membentuk bidang yang rata.
e. Sesudah 7 hari plamur terpasang kemudian dibersihkan dengan bulu ayam sampai
bersih betul. Selanjutnya dinding dicat dengan menggunakan roller.
f. Lapisan pengecatan untuk dinding luar (weathershield) adalah minimum 2 (dua) lapis
dengan kekentalan sama setiap jenisnya.
g. lapisan pengecatan dinding dalam (emulsion) terdiri dari 1 (satu) lapis alkali resistance
sealer yang dilanjutkan dengan 2 (dua) lapis dengan kekentalan cat sebagai berikut :
• Lapis I encer (tambahkan 10%-20% air)
• Lapis II kental (tambahkan 5%-10% air)
h. Untuk warna warna yang jenis, kontraktor diharuskan menggunakan kaleng kaleng
dengan nomor pencampuran (batch number) yang sama.
i. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata, licin,
tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap pengotoran
pengotoran.
✓ Persyaratan Bahan
a. Bahan material cat melamine lacquer ex. Impra/Lignalac/Setara kualitas yang disetujui
oleh Direksi Pengawas.
b. Wood Filler, Stain, Base Coat dan Top Coat : ex IMPRA atau produk lain yang setara.
c. Thinner dengan kualitas no. 1 sesuai rekomendasi Produk
d. Warna dari melamic adalah ditentukan dalam Tabel/Skema Material yang ditunjukkan
oleh Perencana.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
e. Tingkat kilap dari melamic adalah SEMI GLOSS (tidak terlalu mengkilap).
f. Kontraktor wajib membuat contoh/sample melamic di atas material yang akan dipakai
dalam proyek ini dan diajukan dan disetujui Direksi Pengawas, Perencana dan Pemberi
Tugas.
✓ Persyaratan Pelaksanaan
a. Melamic harus dilaksanakan oleh tenaga-tenaga yang trampil dalam pekerjaan ini dan
pekerjaan ini harus dipimpin oleh seorang mandor yang betul-betul ahli dan
berpengalaman.
b. Sebelum pekerjaan finishing mellamic / polyurethane dimulai harus dipastikan bahwa
tersedia ventilasi / sirkulasi udara bersih dalam ruangan yang akan dicat.
c. Permukaan kayu yang retak-retak, lubang-lubang atau bercelah harus digosok dengan
amplas kayu, dicat dasar di dempul kemudian diamplas kembali sehingga benar-benar
halus permukaannya.
d. Permukaan plywood veneer sebaiknya diamplas secukupnya agar serat kayu pada
lembaran veneer tidak habis dan serat masih terlihat baik.
e. Setiap mata kayu yang besarnya lebih dari 1 cm harus dipotong dan diganti dengan
kayu yang mulus, atau permukaannya diperbaiki dengan potongan kayu.
f. Mata kayu yang besarnya kurang dari 1 cm cukup diberi 2 lapis plamir yang tipis.
g. Setiap lubang paku dan lubang-lubang atau cacat-cacat lainnya harus didempul.
h. Semua permukaan kayu/plywood yang hendak di-melamic dibersihkan dari debu
minyakdan kotoran yang mungkin melekat disitu.
i. Sesudah betul-betul bersih, digosok dengan amplas kayu, agar supaya seluruh
permukaankayu rata dan licin, tidak lagi terdapat serat kayu yang tidak rata pada
permukaan kayutersebut.
j. Apabila seluruh permukaan kayu/plywood sudah licin, pori-pori kayu harus ditutup
dengan wood filler secukupnya dengan menggunakan kape, sampai pori-pori tertutup
sempurna.
k. Permukaan kayu yang telah diplamur dengan wood filler tersebut, dihaluskan dengan
amplas Duco yang halus, kemudian debu amplas tersebut dibersihkan.
l. Pembuatan wood filler dilakukan dengan mencampurkan 10 bagian sanding
sealerdengan talk secukupnya, wood filler diaplikasikan dengan kape sampai pori pori
tertutup sempurna dengan diamplas Duco yang halus untuk setiap lapisan.
m. Pewarna dipakai dngan daya sebar sesuai warna yang dikenhendaki perliter satu lapis.
n. Sanding sealer sebagi cat dasar dicampur dengan hardener serta diencerkan dengan
thinner sesuai dengan rekomendasi produk
o. Perbandingan campuran asalah 10 bagian sanding sealer + 1 bagian hardener +
Thinner secukupnya. Dibutuhkan 2 3 lapis cat dasar setiap lapisan harus diamplas
sempurna sehingga siperoleh permukaan yang halus dan rata.
p. Cat akhir dipakai Melamic doff disemprot lapis 1 dengan rata dan sempurna dan amplas
sempurna kemudian semprot lapis ke 2 dan yang terakhir lapis 3 adalah bagian finished
tidak perlu diamplas. Warna akan ditentukan kemudian oleh Perencana.
✓ Persyaratan Bahan
✓ Persyaratan Pelaksanaan
a. Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh bagian bagian besi pagar
beserta pintunya, pintu pintu besi talang talang dan pekerjaan besi lain ditentukan
dalam gambar.
b. Pekerjaan cat dilakukan setelah bidang yang akan dicat , selesai diamplas halus dan
bebas debu, oli dn lain lain.
c. Sebagai lapisan dasar anti karat dipakai sebagai cat dasar 1 kali. Sambungan las dan
ujung ujung yang tajam diberi "touch up" dengan dua lapis setelah itu lapisan tebal 40
micron diulaskan.
d. Setelah kering sesudah 8 jam, dan diamplas kembali maka disemprot 1 lapis. Setelah
16 jam mengering baru lapisan akhir disemprot 3 lapis.
e. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan semprot dengan compressor 3 lampis.
f. Setelah pengecatan selesai, bidang cat harus licin, utuh, mengkilap, tidak ada
gelembung gelembung dan dijaga terhadap pengotoran pengotoran.
❖ Lingkup Pekerjaan
1) Termasuk di dalam lingkup pekerjaan konstruksi rangka atap baja ringan ini
penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan
konstruksi rangka atap baja ringan.
2) Pekerjaan Rangka Atap Baja Ringan Galvalume adalah pekerjaan pembuatan dan
pemasangan struktur atap berupa rangka batang (truss) yang telah dilapisi bahan
galvalume untuk ketahanan terhadap karat. Rangka atap yang digunakan harus
merupakan produksi dari pabrik yang berkompeten dalam penelitian dan teknologi.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
3) Rangka atap berbentuk segitiga kaku yang terdiri dari rangka utama atas (top Chord),
rangka utama bawah (bottom chord), dan rangka pengisi (web). Seluruh rangka
tersebut disambung dengan menggunakan baut menakik sendiri (self drilling screw)
dengan jumlah yang cukup. Untuk meletakkan material penutup atap/genteng, dipasang
rangka reng (batten) langsung diatas struktur rangka atap utama dengan jarak yang
disesuaikan dengan ukuran genteng.
4) Pekerjaan ini meliputi pengiriman material ke lapangan, perangkaian dan ereksi, seperti
tercantum dalam gambar kerja meliputi :
a. Pekerjaan rangka atap
b. Pekerjaan reng
c. Pekerjaan jurai dalam
5) Lingkup pekerjaan tidak meliputi :
a. Setting level balok ring
b. Pemasangan penutup atap
c. Pemasangan kap finishing atap
d. Talang selain talang jurai dalam
e. Asesoris atap
1) Persyaratan Desain Struktur Rangka Atap Baja Ringan Struktur rangka atap baja ringan
harus didesain oleh tenaga ahli yang berkompeten. Desain harus mengikuti kaidah-
kaidah teknis yang benar sesuai karakter baja ringan yaitu dengan perancangan
standar batas desain struktur baja cetak dingin. Desain struktur rangka atap baja ringan
meliputi top chord, bottom chord, web dan screw sebagai satu kesatuan yang tidak
boleh dipisahkan.
2) Peraturan yang digunakan sebagai pedoman :
a. Harus memenuhi standar : AISI (American Iron and Steel Institute)
b. Sistem yang digunakan : sisten ASD
c. Memiliki sertifikat pengujian lentur dan tekan elemen dari institusi yang
berkompeten dan bersertifikasi.
3) Perangkat lunak computer (software) boleh digunakan untuk membantu proses desain
atap baja ringan jika software memang khusus dikembangkan untuk menghitung
struktur baja ringan dan mengakomodasi peraturan-peraturan yang telah disebutkan
diatas.
4) Penghitungan Struktur Rangka Atap menggunakan Software MAXIMA CAD.
❖ Persyaratan Bahan
1) Material rangka atap yang digunakan harus memenuhi spesifikasi yang diuraikan pada sub
bab ini. Satuan ukuran panjang yang digunakan sub bab ini adalah millimeter (mm) dan
ukuran ketebalan material baja yang dimaksud adalah ketebalan baja terlapis (Total Coating
Thickness/TCT).
2) Material rangka atap baja ringan menggunakan produk ex. Smarttruss, Global Truss,
Jaindo, atau setara kualitas yang disetujui Direksi Pengawas.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
b) Ukuran baut untuk struktur rangka atap adalah type 12-14x20 dengan
ketentuan sebagai berikut :
– Diameter ulir : 5,5 mm
– Jumlah ulir perinch : 14 TPI
– Panjang : 20 mm
– Ukuran kepala baut : 5/16”
– Material : AISI 1022 Heat treated carbon steel
– Kuat geser rata-rata : 8,8 kN
– Kuat tarik minimum : 15,3 kN
– Kuat torsi minimum : 13,2 kNm
c) Ukuran baut untuk struktur reng adalah type 10-16x16, dengan ketentuan
berikut :
– Diameter ulir : 4,87 mm
– Jumlah ulir perinch : 16 TPI
– Panjang : 16 mm
– Ukuran kepala baut : 5/16”
– Material : AISI 1022 Heat treated carbon steel
– Kuat geser rata-rata : 6,8 kN
– Kuat tarik minimum : 11,9 kN
– Kuat torsi minimum : 8,4 kNm
– Pemasangan baut harus menggunakan alat bor listrik minimum 560 watt
– dengan kemampuan putaran alat minimal 2000 rpm.
5) Tumpuan ring balk
Konektor yang digunakan adalah dari material profil C75.65 atau C75.75 yang
dibentuk mengikuti kebutuhan. Konektor ini merupakan alat sambung antara rangka
utama dengan ring balok yang sudah diperhitungkan gaya hisapnya sesuai dengan
desain yang berlaku.
6) Ikatan angin/bracing
Untuk menjamin stabilitas dan kekuatan struktur rangka atap, antara rangkautama
atap dipasang pengaku (bracing) atau ikatan angina. Profil ikatan angina
menggunakan profil reng.Seluruh bahan baja ringan yang akan digunakan harus di
berikan contohnya terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan dari Pengawas /
Direksi, sebelum boleh didatangkan dilapangan pekerjaan.
❖ Persyaratan Pelaksanaan
h. Pemasangan kudakuda hanya boleh dilaksanakan bila kolom-kolom dan balok beton
penumpunya telah berumur paling sedikit 14 (empat belas) hari dan baut-baut
pengikatnya telah terpasang dengan benar.
i. Pengangkatan kudakuda harus dilaksanakan secara hati-hati hingga tidak menimbulkan
puntiran-puntiran pada bidang kuda kuda.
j. Untuk itu sebelum diangkat batang-batang pejepit sebagai klem pengaku bidang
kudakuda harus dipasang lebih dahulu dan tidak boleh dilepas sebelum trek stang
dipasang serta konstruksi kudakuda telah benar-benar dalam keadaan diam.
❖ Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja , bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu lainnya untuk
persiapan pelaksanakan pekerjaan dan selama berlangsungnya pekerjaan konstruksi
agar pekerjaan konstruksi menjadi berhasil yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan penutup atap ini meliputi penutup atap metal, roof insulation, penutup fascia
termasuk klip, sektup, baut, mur, ring/washer, flashing dan material lainnya sesuai
dengan yang ditunjukan dalam gambar atau sesuai petunjuk perencana.
❖ Persyaratan Bahan
a. Atap
Produk penutup atap metal menggunakan bahan plat baja zincalume bergelombang
dengan lapisan paduan zink dan aluminium plus lapisan warna (colorbond) bilamana
diminta dalam gambar ex. Benteng Mas Abadi/Jaindo/Kepuh atara setara yang disetujui
Direksi Pengawas. Ketebalan plat min. 0.40 mm tct dan warna yang dipakai akan
ditentukan kemudian.
b. Fascia
Produk lisplang/fascia menggunakan bahan plat baja gelombang dengan lapisan
paduan zink dan aluminium plus lapisan warna (colorbond) bilamana diminta dalam
gambar ex. Benteng Mas Abadi/Jaindo/Kepuh atara setara yang disetujui Direksi
Pengawas. Ketebalan plat min. 0.40 mm tct dan warna yang dipakai akan ditentukan
kemudian.
c. Flashing & Caping
Flashing dan capping harus sesuai dan cocok untuk atap atau fascia yang berkaitan
dan merupakan produk dari produsen atap atau fascia yang dipakai.
d. Skylight Fibreglass
Skylight fibreglass yang dipakai di buat dari bahan fibreglass dengan tingkat kecerahan
yang memadai. Profil sesuai dengan bentuk gelombang fascia metal yangdipakai.
Ketebalan Fibreglass 1- 2 mm. Kontraktor diwajibkan mengajukan contoh bahan untuk
itu.
❖ Syarat-Syarat Pelaksanaan
a. Persiapan
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
❖ Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan yang dipergunakan
untuk melaksanakan pekerjaan pemasangan panel aluminium composite seperti yang
diajukan dalam ganbar rencana.
b. Pekerjaan ini dilaksanakan pada tempat-tempat seperti yang dianjurkan dalam gambar.
c. Pengendalian pekerjaan: Semua pekerjaan yang disebutkan dalam bab ini harus
dikerjakan sesuai dengan standart dan spesifikasi dari pabrik.
d. Kontraktor sebelum bekerja wajib mengajukan gambar gambar shop drawing untuk
disejui Pengawas/MK.
a. Semua bahan yang disebutkan pada bab ini harus dikerjakan sesuai dengan standard
dan spesifikasi dari pabrik.
b. Bahan komposit harus dalam keadaan rata.
c. Bahan-bahan yang digunakan untuk harus memenuhi standar-standar antara lain :
- (AA) The Aluminium Association
- (ASTM) E84 American Standart for Testing Materials
- ISO9001 Quality Management System Certification
- AAMA Architectural Aluminium Manufactures Association
- DIN 4109 Isolasi udara
- DIN 52212 Penyerapan Sura
- DIN 53440 Pengurangan getaran
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
❖ Persyaratan Bahan
a. Komponen
1) Bracket/angkur dari material besi finish galvanis/cat zinchromate atau material
aluminium ekstrussion.
2) Rangka vertikal dan horizontal dari material aluminium ekstrussion
3) Rangka tepi panel aluminium composite dan reinforoe dari material dari material
aluminium
b. ekstrussion.
Infil Dari aluminium ekstrussion finish powder coating warna ditentukan kemudian
sealant.
(i) Untuk pekerjaan luar, lihat Bab Sealant
(ii) Wrana akan ditentukan kemudian berdasarkan color chart dari pabrik
(iii) Lokasi sealant antar panel dengan komponen lain
c. Bahan - bahan
Bahan : Aluminium composite
(i) Tebal : 4mm terdiri dari 0,5mm Aluminium, 3mm Polyetlene dan 0,5mm
d. Aluminium.
(i) Length (mm) : 2440, 4880 or costum cut.
(ii) Width (mm) : 1220 or custom
(iii) Bending Strengh : 45-50kg/4mm
(iv) Heat Deformation : 200o C
(v) Sound Insulation : 24-39 Db
(vi) Finished : Flouracarbond factory firished/PVdF Coating
(vii) Warna : Lihat gambar
(viii) Merek : Seven, Aluclad, Alustar atau setara yang disetujui Direksi Pengawas.
(ix) Bahan composite harus dalam keadaan rata, warna akan ditentukan kemudian.
e. Contoh-contoh: Kontraktor diharuskan menyerahkan contoh-contoh bahan kepada
direksilapangan untuk mendapatkan persetujuan Pemberi Tugas.
❖ Syarat-Syarat Pelaksanaan
a. Sebelum bekerja kontraktor wajib membuat gambar-gambar kerja shop drawing yang
diajukan dan disetujui oleh Direksi Pengawas.
b. Pemasangan dilakukan oleh tenaga ahli yang khusus dalam pekerjaan ini
denganmenunjukkan surat keterangan referensi pekerjaan-pekerjaan yang pernah
dilakukan kepada direksi lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
c. Alumunium composite panel yang digunakan untuk seluruh proyek hanya berasal dari
satu brand yang telah disetujui oleh Direksi Pengawas.
d. Pelaksanaan pemasangan harus lengkap dengan peralatan bantu untuk mempermudah
serta mempercepat pemasangan dengan hasil pemasangan akurat, teliti dan tepat
pada posisinya.
e. Rangka-rangaka pemegang transom dan mullion harus dipersiapkan denagn teliti,
tegaklurus dan tepat pada posisinya.
f. Metode pemasangan antara lain :
g. Dijepit diantara bagian-bagian sungkup puncak ganda.
h. Panel-panel baki menggantung pada pin-pin dan dipasang dengansekrup.
i. Dindingpelapis yang dijadikan satu unit, sistem ikatan pinggir.
j. Frekuensi pembersihan dan perawatan serta pemilihan bahan pembersih yang cocok
sangatbergantung pada lokasi gedung dan kondisi permukaan. Pembersihan dapat
dilaksanakandengan air dan spons atau sikat lembut. Apa bila pengotoran lebih berat
bisa ditambahkan deterjen netral.
k. Untuk pengisi celah antar sambungan panel agar padat, di beri selang karet backing
rod ø ½ Inch sepanjang celah tadi.
l. Setelah pemasangan dilakukan penutupan celah antara panel dengan bahan caulking
dansealant hingga rapat dan tidak bocor sesuai dengan uraian bab sealant dalam
persyaratan ini.
m. Kontraktor harus melindungi pekerjaan yang telah selesai dari hal-hal yang dapat
menimbulkan kerusakan. Bila hal ini terjadi kontraktor harus memperbaiki tanpa biaya
tambahan.
❖ Jaminan Mutu