Anda di halaman 1dari 160

RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
Jalan. Merdeka Barat No.8 Jakarta 10110. Telp.021-3811308 Fax.021-3451657

SATUAN KERJA
DIREKTORAT TRANSPORTASI SUNGAI DANAU DAN PENYEBERANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT


(RKS)

PEKERJAAN :
PENGADAAN JASA PEMBORONGAN
PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN TAKABONERATE DI PULAU KAYUADI
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN ANGGARAN
2022
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS

BAGIAN I : SYARAT-SYARAT TEKNIK UMUM

1.1 UMUM
1) Jenis dan uraian pekerjaan dan persyaratan teknis khusus gambar-gambar rencana
(Design) adalah merupakan satu kesatuan dengan RKS ini.
2) Adapun standar yang dipakai untuk pekerjaan tersebut di atas ialah berdasarkan:
- BSN (Badan Standarisasi Nasional Indonesia)
- ASTM (American Society for Testing & Materials)
- ASSHO(American Association of State Highway Officials).
3) Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus mengukur kembali semua
titik elevasi dan koordinat-koordinat. Dan apabila terjadi perbedaan-perbedaan
dilapangan, Kontraktor wajib membuat gambar- gambar penyesuaian dan harus
mendapat persetujuan MK (Pengawas Lapangan).
4) Untuk dapat memahami dengan sebaik-baiknya seluruh seluk beluk pekerjaan ini,
Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar pelaksanaan
beserta uraian Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan seperti diuraikan di dalam
buku ini.
5) Bila terdapat ketidak jelasan dan atau perbedaan dalam gambar dan uraian ini,
Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada Direksi untuk mendapatkan
penyelesaian.

1.2 LINGKUP PEKERJAAN & ISTILAH


1) Lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Kontraktor sesuai Surat Perjanjian
Kontraktoran atas Pekerjaan: " PEKERJAAN PEMBANGUNAN PELABUHAN
PENYEBERANGAN PASILAMBENA DI PULAU KALAOTOA”.
2) Selain pekerjaan di atas yang merupakan pekerjaan pokok yang harus diselesaikan,
Kontraktor dituntut harus melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pendukung yang diatur
di dalam pasal-pasal selanjutnya di dalam bab ini, yang terdiri atas :
a) Penyediaan tenaga
b) Pembuatan rencana jadwal pelaksanaan.
c) Penyediaan perlengkapan dan penjagaan keamanan.
d) Penyediaan peralatan.
e) Penyediaan bahan.
f) Laporan Progress Pekerjaan
g) Pembuatan shop drawing (Gambar Pelaksanaan).
h) Pembuatan Gambar Sesuai Pelaksanaan (As built Drawing).
i) Pembuatan Buku Penggunaan dan Pemeliharan Bangunan.
j) Pembenahan/Perbaikan kembali lingkungan Sekitar dan pembersihan lokasi.
3) Dokumen pelaksanaan yang terdiri dari: Surat perjanjian, Gambar-gambar kontrak,
RKS, dan Berita-berita acara rapat selama pelaksanaan adalah merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan dan dianggap saling melengkapi/mendukung. Dalam
hal terjadi perbedaan terhadap suatu hal diantara 2 atau lebih dokumen pelaksanaan,
maka yang harus dipatuhi adalah dokumen dengan tingkatan hukum yang lebih tinggi
dalam hirarkhi peraturan dokumen pelaksanaan sesuai yang diuraikan dalam
peraturan yang terkait Dalam hal terdapat kekurangan penjelasan dalam spesifikasi
teknik terhadap bagian pekerjaan yang terdapat dalam gambar kontrak, maka
Kontraktor harus memahami bahwa bagian pekerjaan tersebut harus dilaksanakan
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

berdasarkan spesifikasi standar yang umum dilakukan berkaitan dengan bagian


pekerjaan tersebut. Kontraktor harus mengajukan proposal pelaksanaan yang disertai
dengan shop drawing kepada Konsultan dan Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
4) Pemberi Tugas Pekerjaan adalah Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah XIX
Sulselbar.
5) Direksi Teknis adalah pejabat atau staf teknik dari Pemilik/Pemberi Tugas yang
ditunjuk untuk mengelola administrasi kontrak dan mengendalikan langsung
pekerjaan di lapangan. Pengendali pelaksana pekerjaan ini dilakukan oleh :
a) Pengguna anggaran adalah Kepala Balai / Instansi / Satuan Kerja.
b) Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK ) adalah pejabat yang diangkat oleh Pengguna
Anggaran sebagai pemilik pekerjaan, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
Pengadaan Barang / Jasa.
c) Pengendali Kegiatan adalah Ka. Sub Din / Ka. Bag. TU pada Dinas / Ka. Sub. Bag.
pada Dinas, Ka. Bid. / Sekretaris pada Badan, Ka. Sie. / Ka. Sub. Bag. TU pada
Kantor / Instansi / Satuan Kerja.
d) Pengelola Administrasi dan Keuangan Kegiatan dari Unsur Pemegang Kas dan
Keuangan.
e) Pengawas Lapangan yakni Konsultan Pengawas yang ditunjuk di lapangan.
6) Konsultan Pengawas adalah lembaga berbadan hukum yang ditunjuk oleh Pemberi
Tugas yang bertugas untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan dan mengendalikan
kualitas, kuantitas dan waktu pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
7) Penyedia Barang / Jasa adalah Pemborong berstatus Badan Hukum yang usaha
pokoknya adalah melaksanakan pekerjaan Pemborongan Kualifikasi yang memenuhi
syarat – syarat bonafiditas dan kualitas menurut Panitia Pengadaan Barang dan Jasa
yang diputuskan oleh Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK ) untuk melaksanakan
pekerjaan setelah SKPPBJ dan SPMK diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (
PPK ).

1.3 TENAGA AHLI

❖ Penyediaan Tenaga Ahli


1) Selama masa pelaksanaan Kontraktor harus menyediakan tenaga inti yang cukup
memadai untuk proyek ini melalui persetujuan Direksi atas rekomendasi Konsultan
Pengawas yang sekurang-kurangnya terdiri atas :
a) 1 (satu) orang Project Manager (Sarjana Teknik Sipil, Ahli Bangunan Pelabuhan
yang berpengalaman sekurang-kurangnya 15 tahun di bidang pembangunan
pelabuhan dengan struktur tiang pancang.
b) 1 (dua) orang Site Engineer (Pelaksana), sarjana Teknik sipil yang berpengalaman
di bidang pembangunan pelabuhan masing-masing 10 tahun.
c) 2 (dua) orang Quality dan Quantity Engineer, sarjana teknik sipil masing-masing
pengalaman 5 tahun di bidang Teknik pelabuhan.
d) 2 (dua) orang tenaga Administrasi & Logistik di kantor proyek dengan pengalaman 5
tahun di bidangnya.
e) 1 (dua) orang tenaga Draftman diperlukan untuk pembuatan shop drawing dan as
built drawing.
f) 1 (satu ) orang ahli listrik, berpengalaman 5 tahun dibidang instalasi penerangan
luar.
g) Salah satu dari Project Manager dan Site Engineer harus memiliki sertifikasi K3
(Keselamatan Keamanan Kerja)/ memahami OHSAS 18001:1999 (Occupational
Health and Safety Management System – Specification Sistem Manajemen
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

Kesehatan dan Keselamatan Kerja – Persyaratan).

❖ Persyaratan Tenaga Ahli


1) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah diterbitkannya SPMK (Surat Perintah Mulai
Kerja), Kontraktor sudah harus menyerahkan nama-nama tenaga yang akan ditugaskan
diatas lengkap dengan curiculum vitaenya, bagan organisasinya dan copy lampiran
sertifikasi atau referensi kerja.
2) Personil lapangan yang ditugaskan tersebut harus memenuhi semua persyaratan yang
telah ditentukan pada data lelang yang selanjutnya telah menjadi lampiran kontrak
pekerjaan ini.
3) Disamping persyaratan pendidikan dan pengalaman sesuai dengan data lelang,
personil lapangan harus betul-betul mampu mengkomunikasikan pekerjaan
dilapangan dengan baik.
4) Personil lapangan harus betul-betul menguasai site pekerjaan, letak bangunan
yang akan dikerjakan terkait semua item pekerjaan yang akan dilaksanakan
5) Pelaksana lapangan harus betul-betul siaga dengan alat-alat ukur seperti meteran
dan catatan-catatan jurnal setiap perkembangan pekerjaan.
6) Pelaksana lapangan harus betul-betul mengetahui kwalitas dan kwantitas pekerjaan
termasuk bahan-bahan lainnya dan cara pemasangan serta semua persyaratan
teknis pekerjaan dimaksud
7) Pelaksana lapangan agar membuat photo dokumentasi pekerjaan sesuai dengan
persyaratan kontrak yaitu 0 %,50 %, dan 100 % dan harus mengisi garis
realiasai pada time schedule (kurva S ) yang ada untuk bisa mengetahui
perkembangan progress pekerjaan yang dimaksud.
8) Pelaksana lapangan agar membuat catatan-catatan rill dilapangan yang terkait
dengan pengadaan bahan,alat,tahapan pekerjaan,tenaga yang dipakai yang
dijadikan laporan harian.

1.4 GAMBAR KERJA / SHOP DRAWING


1) Shop Drawing (Gambar Kerja) harus dibuat oleh Kontraktor sebelum suatu komponen
konstruksi dilaksanakan .
2) Shop drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas dan
Pemberi Kerja sebelum elemen konstruksi yang bersangkutan dilaksanakan.
3) Harus dilakukan penyesuaian atau revisi-revisi pada alinyemen, lokasi, seksi (bagian)
dan detail gambar yang akan dilakukan dalam waktu pelaksanaan kerja. Kontraktor
harus melaksanakan pekerjaan penyesuaian gambar kerja sesuai dengan maksud
gambar rencana dan spesifikasinya.
4) Direksi Teknik memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang semestinya
untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya.
5) Bila ukuran tertera dalam gambar atau dapat dihitung, pengukuran skala tidak boleh
dipergunakan kecuali bila sudah disetujui Direksi Teknik. Setiap deviasi dari gambar
karena kondisi lapangan yang tak terduga akan ditentukan oleh Direksi Teknik dan
disahkan secara tertulis.
6) Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan dalam gambar dan spesifikasi atau
gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh Keadaan Darurat Konstruksi atau lain-
lainnya, akan ditentukan oleh Direksi Teknik dan disahkan secara tertulis.
7) Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor dan diajukan kepada Direksi Teknik
untuk diminta persetujuannya harus sesuai dengan format standar dari proyek dan
harus digambar pada Kertas A3.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

1.5 RENCANA JADAWAL PELAKSANAAN


1) Kontraktor berkewajiban menyusun dan membuat jadwal pelaksanaan dalam bentuk
network planning dan curva S yang dilengkapi dengan barchart prestasi yang
direncanakan berdasarkan butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan
penawarannya.
2) Pembuatan Rencana Jadwal Pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum dimulainya pelaksanaan dilapangan
pekerjaan. Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas dan Direksi.
3) Bila selama waktu 7 (tujuh) hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai Kontraktor
belum dapat menyelesaikan pembuatan jadwal pelaksanaan, maka Kontraktor harus
dapat menyajikan jadwal pelaksanaan sementara minimal untuk waktu 2 minggu
pertama dan 2 minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
4) Selama waktu sebelum rencana jadwal pelaksanaan disusun, Kontraktor harus
melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan
mingguan yang harus dibuat pada saat memulai pelaksanaan. Jadwal pelaksanaan 2
mingguan ini harus disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Direksi.

1.6 PENINJAUAN LAPANGAN


1) Pemberi Tugas akan menyediakan untuk Kontraktor bersamaan dengan Dokumen
Lelang juga data-data yang berhubungan dengan kondisi lapangan yang diperoleh
dari atau atas nama Pemberi Tugas dari hasil penyelidikan yang dilaksanakan
sehubungan dengan Pekerjaan.
2) Pemberi Tugas tidak bertanggung jawab terhadap keakuratan, kecukupan atau
kelengkapan data-data tersebut dan Kontrakor berkewajiban untuk memberi penilaian
sendiri data-data tersebut.
3) Sebelum mengajukan penawaran, Kontraktor dianggap telah melakukan peninjauan
dan memeriksa lapangan serta daerah sekitarnya dan segala informasi yang didapat
sehubungan dengan pekerjaan dan meyakinkan sendiri sebelum mengajukan
penawaran, antara lain meliputi: keadaan alam yang ada termasuk kondisi dibawah
permukaan, kondisi hidrologi dan iklim, lingkup dan kondisi dari pekerjaan dan bahan-
bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan Pekerjaan, jalan-jalan masuk ke lokasi
dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dan semua keadaan yang mungkin
dapat mempengaruhi Penawaran.
4) Elevasi permukaan tanah yang diperlihatkan dalam gambar-gambar didapat dari hasil
survey yang dilakukan oleh tim survey atau dari informasi lain dan dapat berlainan.
Ketepatan dari evaluasi tanah tidak dijamin oleh Pemberi Tugas. Kontraktor dalam
menentukan harga yang dicantumkan dalam penawarannya harus memasukan
semua variasi-variasi dan kemungkinan variasi-variasi berikutnya.
5) Apabila Kontraktor lalai atau gagal dalam mendapatkan informasi yang berhubungan
dengan hal-hal yang dapat mempengaruhi pengadaan, konstruksi, penyelesaian dan
pemeliharaan dari Pekerjaan, maka ini tidak membebaskan Kontraktor dari segala
beban kewajiban dan tanggung jawab. Tidak dibenarkan mengajukan-tuntutan untuk
penambahan biaya atau lain-lain terhadap keadaan, janji atau garansi yang diberikan
oleh Pemberi Tugas, atau pihak manapun. Kontraktor tidak dibenarkan mengajukan
pengeluaran-pengeluaran kompensasi atau biaya tambahan yang mungkin terjadi
selama masa pelaksanaan dari Kontrak, yang diakibatkan atau ketidak tepatan,
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

pernyataan-pernyataan yang salah atau kelalaian dalam Dokumen-dokumen Kontrak


atau salah satu dari dokumen tersebut.
6) Kontraktor harus meyakinkan dirinya sebelum Penawaran dalam hal kebenaran dan
kecukupan dari penawaran untuk pekerjaan dan Semua biaya-biaya dan harga-harga
yang dicantumkan dalam Daftar Volume Pekerjaan, yang menjadi Harga Penawaran,
meliputi seluruh kewajibannya dalam Kontrak dan seluruh hal dan segala sesuatu
yang perlu dalam pelaksanaan dan pemeliharaan Pekerjaan, kecuali bila ditetapkan
lain dalam kontrak.

1.7 DIREKSI KIT, GUDANG, DAN BANGSAL KERJA

❖ Tempat Kerja
1) Kontraktor harus menyediakan/mendirikan barak kerja dan gudang penyimpanan
alat dan bahan bangunan untuk keperluan pekerjaan konstruksi yang kelayakannya
akan dinilai oleh Konsultan Pengawas dan Direksi. Bila Konsultan Pengawas dan
Direksi menilai barak kerja dan gudang tersebut kurang layak dengan alasan-alasan
teknis, maka Kontraktor harus melakukan perbaikan/penyempurnaan sesuai dengan
petunjuk Konsultan Pengawas dan Direksi.
2) Bila diperlukan tempat Kerja dan tempat tersebut terletak di luar daerah yang
disediakan Direksi, maka Kontraktor harus menyelesaikan biaya ganti - rugi/sewa dan
lain-lain biaya sehubungan itu tanpa membebani jasa Bangunan dengan biaya-biaya
tambahan.
3) Kontraktor harus mengusahakan tempat-tempat, mengatur dan bilamana perlu
membayar ganti-rugi/sewa untuk penggunaan, penempatan alat-alat, penempatan
gudang-gudang kantor dan keperluan lain-lain yang perlu untuk melaksanakan
pekerjaan serta mendapatkan ijin persetujuan Direksi.
4) Kontraktor harus menjaga keselamatan baik personil maupun lingkungan sekitar
sesuai dengan standar keselamtan dan kesehatan kerja (K3), dan untuk
mengantisipasi timbulnya efek-efek yang merugikan akibat pelaksanaan pekerjaan.
5) Pada akhir pekerjaan atau sebelumnya sesuai Petunjuk Direksi, Kontraktor harus
membongkar, memindahkan alat-alat konstruksi penolong atau bentuk - bentuk lain
yang sudah tidak digunakan agar bekas tempat kerja tersebut bersih kembali.
Pembiayaan untuk hal-hal tersebut tidak diadakan tersendiri tetapi harus sudah
tergabung dalam Rencana Anggaran Biaya.

❖ Kantor Lapangan dan Fasilitasnya


1) Menurut seksi ini, kontraktor harus membangun atau menyewa, memperlengkapi,
memasang, memelihara, membersihkan, menjaga dan pada saat selesainya kontrak,
pihak kontraktor harus memindahkan atau membuang semua bangunan kantor
darurat, gudang penyimpanan, barak pekerja dan bengkel yang dibutuhkan untuk
pengelola dan pengawasan proyek, termasuk pengadaan kantor dan bangunan
akomodasi untuk staf kontraktor.
2) Kontraktor harus menyediakan akomodasi kantor lapangan yang cocok dan fasilitas
yang memenuhi kebutuhan proyek, jumlah ruangan yang cukup untuk menampung
seluruh kegiatan disertai dengan peralatan yang memadai.
3) Kontraktor harus membuat Kantor dilokasi proyek untuk tempat wakil dan seluruh
stafnya bekerja, dilengkapi dengan peralatan kantor yang dibutuhkan.
Peralatan/perlengkapan kantor yang diperlukan pada Direksi Kit selama
berlangsungnya proyek hingga selesai masa pemeliharaan antara lain :
a) Menyediakan 1 (satu) set komputer dan menyediakan sarana
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

penunjangnya selama berlangsungnya proyek hingga selesainya masa


pemeliharaan pekerjaaan.
b) Jamuan rapat / snack untuk para tamu peserta rapat selama berlangsunya proyek.
c) KM/WC khusus untuk Direksi dan Tamu.
d) 1 (satu) set meja rapat lengkap dengan tempat duduk dengan kapasitas sepuluh
(10) orang.
e) 2 (dua) set meja dan kursi kerja berlaci dan berkunci.
f) 2 (dua) set meja 1 biro.
g) 1 (satu) set komputer dan printer.
h) 1 (satu) buah filling cabinet dan white board.
i) 1 set Dokumen Pelaksanaan Pekerjaan.
j) 1 set Peraturan-peraturan dan Standar (code) yang digunakan.
k) Peralatan K3 lapangan antara lain : sepatu safety, jaket pelampung, jas hujan,
helm proyek, meteran, untuk masing-masing personil Direksi, Tamu, dan
Konsultan.
4) Penempatan kantor, bangsal kerja, dan gudang harus diatur sedemikian rupa, agar
mudah dijangkau dan tidak menghalangi selama pelaksanaan pekerjaan.

❖ Bangsal Kerja dan Gudang


1) Kontraktor harus menyediakan gudang bahan/material terlindung atap untuk
penyimpanan bahan bangunan/material dan peralatan yang cukup memenuhi syarat-
syarat agar material-material yang tersimpan terhindar dari ganguan cuaca, pencurian,
tidak lekas rusak, dan dilengkapi alat-alat pemadam kebakaran.
2) Kontraktor harus membuat bangsal kerja dan bangunan untuk tempat istirahat bagi
pekerja, yang dilengkapi dengan obat – obatan serta memenuhi syarat-syarat
kesehatan, serta menempatkan Petugas Keamanan selama proyek
3) Kontraktor harus mengadakan dan bertanggung jawab dalam penjagaan keamanan
lokasi, personil maupun material selama proyek berlangsung.

1.8 PAPAN NAMA PROYEK DAN RAMBU PENGAMAN


1) Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, kontraktor harus membuat papan nama
proyek dan rambu pengaman pada areal kerja sesuai dengan petunjuk pengawas
untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
2) Papan nama proyek terbuat dari bahan kualitas baik minimal kayu kelas II dan dapat
digunakan sampai selesai pelaksanaan pekerjaan serta mendapat persetujuan
Pemberi pekerjaan.
3) Rambu pengaman dari bahan yang kualitas baik dan harus cukup kuat dan tahan
selama masa pelaksanaan pekerjaan.

1.9 PENGGUNAAN BAHAN DAN PERALATAN

❖ Peralatan dan Perlengkapan


1) Kontraktor harus mengajukan daftar lengkap dan rinci tentang peralatan dan
perlengkapan yang akan digunakan disertai data-data pendukung ijin operasi dari alat-
alat tersebut dan operatornya.
2) Kontraktor harus menyediakan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan ini sedemikian rupa sehingga pelaksanaan pekerjaan berja¬lan lancar, baik
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

dan sesuai dengan rencana seperti yang disyaratkan dalan RKS ini. Perubahan-
perubahan struktural tidak dapat diperkenankan karena ketidakmampuan peralatan
yang disediakan Kontraktor, kecuali bila ada persetujuan tertulis dari Pemberi
Tugas/Pengawas.
3) Pengawas atau Pemberi Tugas berhak memerintahkan Kontraktor untuk
mengganti / menghentikan / menambah peralatan yang disediakan Kontraktor
bilamana dipandang bahwa peralatan tersebut tidak mampu memenuhi persyaratan
mutu, kelancaran dan waktu yang telah ditetapkan. Segala biaya
penggantian/penambahan peralatan ini menjadi tanggungan Kontraktor.
4) Guna kesempurnaan pelaksanaan konstruksi selama masa pelaksanaan Kontraktor
harus senantiasa menyediakan alat ukur theodolit dan water pass guna pengukuran
dan pengontrolan kebenarannya.
5) Untuk keperluan penetapan serta pengontrolan posisi-posisi titik di lapangan,
Kontraktor harus membuat satu titik referensi lokal (BM) ditempatkan pada posisi yang
strategis permanen dan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan
Direksi.
6) Bila terjadi kerusakan peralatan tersebut maka Kontraktor harus segera melakukan
perbaikan atau penggantian peralatan tersebut dan tidak dapat dipakai sebagai alasan
kelambatan pekerjaan.

❖ Penggunaan Bahan / Materaial


1) Semua bahan dan peralatan yang digunakan untuk pekerjaan ini, harus yang disetujui
oleh Pemberi Tugas/Pengawas Pekerjaan.
2) Penyedia bahan / material meliputi semua jenis bahan bangunan yang dibutuhkan
sesuai gambar dan dokumen pelaksanaan lainnya.
3) Bahan-bahan yang ditolak oleh Pengawas pekerjaan karena tidak sesuai dengan
contoh yang telah disetujui, harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan,
selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam, bila kontraktor tidak mengindahkan,
maka bahan tersebut menjadi milik Pemberi Tugas.
4) Apabila bahan-bahan yang telah ditolak ternyata masih digunakan juga, maka
Pengawas/Pemberi Tugas berhak memerintahkan kepada Kontraktor untuk
membongkarnya atau oleh pengawas dikeluarkan dari lapangan dan segala kerugian
akibatnya, sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.
5) Kontraktor harus menyediakan bahan bangunan yang memenuhi persyaratan mutu
dan jumlah/volumenya sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan konstruksi sesuai
dengan jadwal pelaksanaan.
6) Mutu bahan, semua bahan dan pengerjaan haruslah dari jenis yang sesuai yang
diuraikan di dalam Kontrak dan sesuai dengan perintah Konsultan Pengawas dan
Direksi dan sewaktu-waktu dapat diuji jika Konsultan Pengawas dan Direksi.
7) Persyaratan mutu bahan bangunan yang harus dipenuhi oleh Kontraktor sekurang-
kurangnya memenuhi uraian dibawah ini, kecuali diuraikan secara khusus langsung di
dalam pasal-pasal Spesifikasi Teknik Khusus mengenai persyaratan bahan dan
pelaksanaan komponen konstruksi yang berkaitan langsung dengan pekerjaan.
8) Setiap penggunaan bahan galian sesuai Perda, Kontraktor harus dapat menunjukkan
bukti pembayaran retribusi golongan “C”.
9) Semua contoh-contoh harus disediakan oleh Kontraktor atas biayanya sendiri, bila
penyediaan tersebut dikehendaki dengan jelas dan ditentukan dalam Kontrak,
10) Kontraktor harus menjalin kerja sama dengan pihak sub Kontraktor/ sub penyedia
jasa yang telah disetujui Konsultan Pengawas dan Direksi.
11) Kontraktor harus menyediakan fasilitas laboratorium beserta peralatannya yang
ditunjuk dan telah disetujui Konsultan Pengawas dan Direksi untuk mendukung
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

pengendalian mutu material dan pelakanaan pekerjaan di lapangan.


12) Biaya untuk pelaksanaan setiap pengujian laboratorium atas biaya Kontraktor apabila
hal tersebut jelas-jelas dikehendaki dan ditentukan di dalam Kontrak.

1.10 MOBILISASI DAN DEMOBILISASI


1) Yang dimaksud mobilisasi dan demobilisasi adalah semua kegiatan yang
berhubungan dengan transportasi peralatan yang akan dipergunakan dalam
melaksanakan paket pekerjaan. Penyedia Jasa harus sudah memperhitungkan
semua biaya yang diperlukan dalam rangkaian kegiatan untuk mendatangkan
peralatan dan mengembalikannya nanti bila pekerjaan telah selesai. Mata
pembayaran yang diterapkan dalam kegiatan mobilisasi dan demobilisasi adalah
Lumpsump.
2) Bila didalam harga penawaran tercamtum lumpsum untuk mobilisasi / demobilisasi,
maka uraian dibawah ini adalah penjelasan dari padanya:
a) Transport lokal (mobilisasi) alat-alat dan perlengkapan proyek (dengan jumlah
yang memadai), sampai lokasi proyek dan membawanya keluar (demobilisasi)
setelah proyek selesai.
3) Cakupan kegiatan mobilisasi yang diperlukan untuk kontrak ini akan tergantung pada
jenis dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan, dan secara umum meliputi :
a) Mobilisasi dari semua Tenaga ahli konstruksi, tenaga kerja, dan semua pekerjaan
yang diperlukan untuk pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan kontrol.
b) Mobilisasi dan pemasangan peralatan konstruksi dari suatu lokasi asalnya
ketempat yang digunakan sesuai ketentuan kontrak.
4) Sebelum kegiatan ini dilakukan, Kontraktor harus mengajukan rencana mobilisasi
kepada Pemberi Tugas dan konsultan Pengawas untuk diketahui dan disetujui.
5) Pihak Kontraktor harus menyiapkan dan menyerahkan kepada Direksi Teknik suatu
Program Mobilisasi yang menetapkan waktu dari semua kegiatan mobilisasi dan
mendapat persetujuan dari Pemilik/Direksi Teknik.
6) Mobilisasi harus sudah diselesaikan dalam jangka waktu maksimum 30 hari
kalender terhitung sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja. Peralatan untuk
pengendalian mutu harus harus sudah tersedia paling lambat 45 hari kalender
terhitung sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja.
7) Sebelum melaksanakan mobilisasi, kontraktor harus menyediakan dan
menyerahkan program kerja mobilisasi kepada Kepala Satuan Kerja Sementara
untuk mendapatkan persetujuan. Di dalam program kerja tersebut harus
dicantumkan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan dari masing- masing
kegiatan mobilisasi.
8) Jika terdapat perubahan jadwal waktu mobilisasi, maka sebelumnya kontraktor harus
mengajukan permohonan perubahannya kepada direksi teknik untuk mendapat
persetujuannya.
9) Kontraktor diijinkan, apabila Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas tidak
berkeberatan, untuk setiap waktu dalam masa pelaksanaan mobilisasi untuk merubah,
atau memperbaiki susunan alat-alat perlengkapan dan instalasi-instalasi tersebut
tanpa mempengaruhi biaya lumpsum.
10) Dalam biaya lumpsum tersebut sudah harus termasuk biaya pembongkaran alat- alat,
perlengkapan dan bangunan-bangunan kerja lainnya sedemikian sehingga bekas alat-
alat, perlengkapan dan bangunan-bangunan tersebut bersih kembali seperti semula.
11) Pekerjaan demobilisasi meliputi: pengembalian dan penarikan peralatan kerja dari
lokasi proyek setelah pekerjaan selesai serta disetujui secara tertulis oleh Direksi
Teknik.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

12) Pada pekerjaan ini termasuk juga pembersihan lokasi proyek dari sisa-sisa material,
bangunan sementara dan lain-lain yang sudah ditolak oleh Direksi Teknik dan
karena itu harus dikeluarkan dari lokasi proyek atas beban tanggung jawab Kontraktor.

1.11 TANGGUNGJAWAB KONTRAKTOR


1) Pada keadaan apapun dimana pekerjaan yang dilaksanakan telah mendapat
persetujuan Direksi tidak berarti membebaskan Kontraktor atas tanggung jawabnya
kepada pekerjaan sesuai dengan isi Kontrak.
2) Tenaga-tenaga kerja yang digunakan harus tenaga-tenaga ahli/terlatih dan
berpengalaman pada bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik
sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta petunjuk-petunjuk Direksi.
3) Kontraktor harus menyediakan air minum yang cukup di tempat pekerjaan baik di
kantor direksi maupun untuk para pekerja, kotak obat yang memadai untuk PPPK,
serta perlengkapan-perlengkapan keselamatan kerja. Bila terjadi kecelakaan di tempat
pekerjaan, Kontraktor harus segera mengambil tindakan penyelamatan, biaya
pengobatan dan lain-lain sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor (dalam hal
ini Kontraktor diwajibkan mengikuti ASTEK).
4) Kontraktor harus menyediakan penerangan listrik yang cukup untuk mendukung
pelaksanaan pekerjaan khususnya pekerjaan di malam hari apabila diperlukan.
5) Kontraktor harus menyediakan sarana transportasi untuk mobilitas proyek.
6) Kontraktor harus selalu membuat laporan-laporan tertulis tentang hal-ikhwal yang
terjadi dalam rangka pelaksanaan Proyek kepada Konsultan dan Direksi secara
periodik.
7) Untuk pekerjaan testing instalasi, Kontraktor harus melakukan semua testing dan
pengukuran-pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa/mengetahui apakah
seluruh instalasi yang dilaksanakan dapat berfungsi dengan baik dan telah
memenuhi persyaratan persyaratan yang berlaku. Semua tenaga, bahan dan
perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan testing tersebut merupakan
tanggung jawab Kontraktor. Hal ini termasuk pula peralatan khusus yang diperlukan
untuk testing dari sistem ini seperti yang dianjurkan oleh pabrik, juga harus
disediakan oleh Kontraktor.
8) Sebelum penyerahan kedua (final acceptance), Kontraktor harus mengadakan
pendidikan dan pelatihan operasional selama periode tersebut kepada 3 (tiga) orang
calon operator untuk setiap pekerjaan yang ditunjuk oleh pemberi tugas (customer).
Training tentang operasi dan perawatan tersebut harus lengkap dengan 5 (lima) set
operating maintenance and repair manual books, sehingga para petugas/operator
dapat mengoperasikan dan melaksanakan pemeliharaan.
9) Semua bangunan/material yang tersebut di dalam butir 3, di atas setelah selesainya
pelaksanaan menjadi milik proyek.

1.12 PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN


1) Bila Kontraktor tidak berada di tempat pekerjaan dimana Direksi bermaksud untuk
memberikan petunjuk-petunjuknya, maka petunjuk-petunjuk itu dapat ditulis di Buku
direksi dan harus diikuti dan dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang – orang yang
ditunjuk / dikuasakan oleh Kontraktor.
2) Kontraktor diharuskan untuk memberikan penjelasan – penjelasan tertulis
selengkapnya apabala Direksi memerlukan, tentang tempat-tempat asal material yang
didatangkan untuk suatu tahap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaannya.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

3) Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya
permanen tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan Direksi.
4) Pemberitahuan yang lengkap dan jelas atas macam pekerjaan yang akan
dilaksanakan kepada Direksi harus agak longgar, sehingga ada waktu yang
memungkinkan Direksi mengadakan pemeriksaan.

1.13 SURVEY DAN PEMERIKSAAN LOKASI


1) Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengadakan survey dan atau
pengukuran baik di bagian laut maupun di darat pada lokasi bangunan untuk
memastikan akurasi posisi horizontal dan vertical semua titik-titik yang dianggap
penting dalam kawasan bangunan.
2) Metode dan peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan survei harus
mendapatkan persetujuan Direksi teknik / konsultan Pengawas selambat-lambatnya 2
(dua) minggu sebelum pekerjaan dimulai.
3) Setelah pekerjaan dianggap selesai, maka Kontraktor atas biayanya sendiri, perlu
pengukuran kedalaman khususnya pada kawasan kolam pelabuhan. Penerimaan
seluruh pekerjaan oleh Konsultan Pengawas dan Direksi akan didasarkan pada data
hasil pengukuran tersebut.
4) Dalam hal untuk kebutuhan pengajuan tagihan pekerjaan oleh Kontraktor, pengukuran
hasil pengerjaan menjadi kebutuhan dan tanggung jawab Kontraktor sendiri.
5) Peta bathimetri akhir setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Direksi harus
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dokumen As built drawing yang diserahkan
Kontraktor kepada Pemberi Tugas.

1.14 TINGGI DUGA (PEIL) PENGUKURAN


1) Ukuran serta ketentuan tinggi duga (peil) akan ditentukan bersama-sama oleh
Konsultan, Direksi dan Kontraktor di Lapangan.
2) Pengukuran - pengukuran / pematokan - pematokan harus dilaksanakan dengan alat-
alat ukur, Waterpass, dan lain-lain yang mempunyai kesalahan sangat kecil.
3) Pengukuran dengan pegas, galah, tala dan lain-lain tidak dibolehkan.
4) Kontraktor wajib menyediakan alat-alat ukur dengan perlengkapannya, serta juru-juru
ukur yang diperlukan oleh Direksi untuk pengecekan hasil ukur.
5) Apabila terdapat tanda-tanda yang rusak harus segera diganti dengan yang baru dan
mendapatkan persetujuan Direksi
6) Pelaksana pekerjaan diwajibkan mengecek ukuran-ukuran / detail-detail yang ada
pada gambar yang diberikan, apakah sesuai atau ada penyimpangan dengan Gambar
Rencana. Apabila di lapangan terdapat kejanggalan, pelaksana pekerjaan diwajibkan
melaporkan kepada Direksi dan meminta petunjuk secara tertulis. Kontraktor harus
mengajukan 3 (tiga) gambar penampang dari yang akan dikerjakan untuk
mendapatkan persetujuan Direksi. Apabila melalaikan hal tersebut di atas, segala
resiko adalah tanggung jawab pelaksana (Kontraktor).

1.15 BENCH MARK (BM)


1) Bench Mark (BM) yang disediakan di lapangan selama survey terdahulu harus
digunakan oleh Kontraktor untuk Kontrak ini, semua jalur dan ketinggian yang
ditunjukkan pada gambar-gambar harus dihubungkan dengan titik ini. Sebelum
dimulainya pekerjaan seperti yang disyaratkan dalam Kontrak ini, pemeriksaan seluruh
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

lokasi dan ketinggian dari titik ini harus secara bersama-sama dilaksanakan oleh
Direksi dan Kontraktor dan harus disetujui tempat dan ketinggian dari setiap titik.
2) Patok BM harus dibuat dari beton ukuran 20 x 20 cm2, ditanam ke dalam tanah
sedalam 1 m dengan bagian yang menonjol di atas muka tanah sekurang-kurangnya
setinggi 40 cm di atas permukaan tanah. Patok BM dibuat permanen, tidak bisa
diubah, diberi tanda yang jelas, dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis
dari Direksi untuk membongkarnya.
3) Patok BM ini harus didirikan dengan tingkat ketelitian paling tinggi dan sesuai dengan
kebiasaan yang berlaku. Pada Patok BM harus ditulis nama dan ketinggiannya.
Kontraktor harus melindungi semua Patok BM dari kerusakan. Apabila suatu Patok
BM pindah atau rusak, Kontraktor harus membetulkan, mengganti, dan atau
menempatkan kembali hingga memuaskan Direksi. Kontraktor harus
bertanggungjawab menjamin ketelitian pelaksanaan pekerjaan tahap permanen.

1.16 PERLINDUNGAN TERHADAP CUACA


Kontraktor harus mengusahakan atas tanggungannya, langkah-langkah dan peralatan
yang perlu untuk melindungi pekerjaan/bahan yang digunakan agar tidak rusak
mutunya karena cuaca.

1.17 PENYEDIAAN TENAGA KERJA


1) Pada setiap tahap pekerjaan Konstruksi, Kontraktor harus menyediakan tenaga
Mandor, Kepala Tukang, tukang dan pekerja yang cukup terampil serta cukup
jumlahnya.
2) Kontraktor berkewajiban menambah/mengganti tenaga kerja seperti yang dimaksud
pada butir 1 di atas apabila diminta oleh Direksi/Konsultan Pengawas berdasarkan
pertimbangan- pertimbangan teknis yang wajar.
3) Kontraktor tidak boleh menawarkan pekerjaan kepada pegawai dari Pemberi Tugas
selama masa Kontrak dan setelahnya kecuali dengan seijin tertulis dari Pemberi
Tugas.
4) Untuk mendapatkan tenaga Staf dan tenaga kerja pada umumnya, Kontraktor harus
memberikan prioritas utama kepada orang-orang yang tinggal atau berasal dari
tempat lokasi proyek.

1.18 JAMINAN KESELAMATAN TENAGA KERJA


1) Kontraktor harus menjamin keselamatan kerja pekerja sesuai dengan yang ditentukan
dalam Peraturan Ketenagakerjaan atau persyaratan yang diwajibkan untuk setiap
bidang pekerjaan.
2) Kontraktor harus menyediakan dan memelihara pada lokasi proyek fasilitas
pertolongan pertama dalam kecelakaan (P3K) yang memadai dan beberapa staf
harus mampu melakukan tugas pertolongan pertama, sesuai dengan keinginan
Direksi.
3) Kontraktor harus senantiasa menyediakan air minum dan air bersih ditempat
pekerjaan untuk para pekerjanya, serta air untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan
selama masa pelaksanaan dengan menggunakan/menyambung pipa air yang telah
ada dengan meteran air tersendiri (guna perhitungan pembayaran pemakaian air) atau
air sumur yang bersih/jernih dan tawar.
4) Bila kondisi air bersih yang disediakan meragukan Direksi, maka air bersih tersebut
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

harus diperiksakan pada laboratorium dan Kontraktor harus menyediakan


ketersediaan air penggantinya.
5) Kontraktor akan secepatnya melapor kepada Direksi/Konsultan bila terjadi peristiwa
kecelakaan di lokasi proyek atau dimana saja yang berhubungan dengan Pekerjaan
Kontraktor harus segera mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban
dengan biaya pengobatan dan lain-lain menjadi tanggung jawab Kontraktor.

1.19 PERATURAN HAK PATEN


Kontraktor harus melindungi Pemilik (Owner) terhadap semua "claim" atau tuntutan,
biaya atau kenaikan harga karena bencana, dalam hubungan dengan merek dagang
atau nama produksi, hak cipta pada semua material dan peralatan yang digunakan
dalam proyek ini.

1.20 JAMINAN MUTU HAL/BARANNG


1) Sewaktu Pengadaan
a) Dalam pelaksanaan pengadaan seluruh hal/barang yang digunakan dalam
pekerjaan ini, adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor.
b) Kontraktor untuk memeriksa secara detil persyaratan dari kode atau standar
yang disebutkan, dan memeriksa bahwa hal/barang yang diadakan untuk
digunakan dalam pekerjaan ini memenuhi atau melebihi persyaratan yang
ditentukan.
2) Sewaktu Pelaksanaan
a) Direksi Teknik berhak untuk menolak barang/hal yang tidak memenuhi
kebutuhan minimum yang dipersyaratkan untuk digunakan dalam pekerjaan.
Direksi Teknik selanjutnya berhak, dan tanpa merugikan pihak lain untuk
menerima barang/hal yang tidak memenuhi persyaratan dengan cara
mengadakan penyesuaian terhadap harga satuan atau terhadap jumlah dari
barang/hal itu.

1.21 PENGUJIAN LABORATORIUM, TEST UJI, DAN TRIAL LAPANGAN


1) Penyedia Jasa diharuskan melakukan pengujian laboratorium, test uji, dan trial
lapangan yang diperlukan untuk semua pekerjaan yang memerlukan pengujian-
pengujian dan trial lapangan seperti pada pekerjaan tanah dan pekerjaan beton atau
pekerjaan lain yang memerlukan pengujian. Penyedia Jasa sebelumnya melakukan
permohonan kepada Direksi untuk setiap kegiatan yang memerlukan pengujian atau
trial lapangan untuk mendapatkan persetujuan sebelum pelaksanaan pekerjaan yang
berkaitan.
2) Tidak ada mata pembayaran dan atau pembayaran khusus atau tambahan akibat dari
kegiaatan ini dan segala resikonya sudah diperhitungkan sebelumnya oleh Penyedia
Jasa yang sudah termasuk dalam harga penawaran yang dikontrakkan.

1.22 KESELAMATAN, KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP


1) Sepanjang pelaksanaan dan penyelesaian Pekerjaan serta perbaikan terhadap
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

kesalahan yang terjadi, Kontraktor harus :


a) Memperhatikan keamanan semua orang yang berada pada lokasi pekerjaan dan
menjaga lokasi pekerjaan (sepanjang berada da!am pengawasannya) serta
pekerjaan "sepanjang belum siap dan belum digunakan oleh Pemberi Tugas)
secara tertib agar tidak membahayakan orang-orang.
b) Menyediakan dan memelihara atas biaya sendiri semua lampu, penjagaan,
pagar, tanda-tanda bahaya dan pengawasan, bilamana dan dimana diperlukan
atau diwajibkan oleh Konsultan Pengawas dan Pemberi tugas atau diharuskan
oleh pejabat yang berwenang, untuk melindungi Pekerjaan atau untuk
keamanan dan kenyamanan publik atau lainnya.
c) Mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga lingkungan hidup di dalam
maupun diluar tempat dan menghindari kerusakan atau gangguan terhadap
orang-orang atau harta benda akibat pencemaran, kebisingan atau akibat-akibat
lainnya yang timbul sebagai akibat dari metode operasinya.
2) Kontraktor dalam hubungannya dengan pekerjaan akan menyediakan dan
memelihara atas biaya sendiri semua pelampung atau tanda-tanda lainnya, lampu,
sinyal, penjagaan, pagar atau petugas jaga bila dan dimana perlu seperti yang
dikehendaki oleh pihak yang mewakili Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas atau
petugas yang diberi kuasa untuk melindungi Pekerjaan dan juga menyediakan
material-material yang berhubungan dengannya atau untuk memberi tanda yang tepat
bagi pekerjaan dibawah permukaan air atau tambatan bangunan terapung dan kapal
bantu milik Kontraktor atau bagi keselamatan dan kemudahan pelayanan atau
kepentingan umum atau lainnya.
3) Kontraktor akan mengganti kerugian dan tidak akan mempersalahkan Pemberi Tugas
terhadap setiap kerusakan, kerugian atau cedera yang diakibatkan pada pihak ketiga
oleh kelalaian Kontraktor didalam melengkapi penyediaan lampu atau tanda-tanda
lainnya.
4) Kontraktor berkewajiban menyelamatkan/ menjaga bangunan yang telah ada/ berada
disekitar lokasi, apabila bangunan yang telah ada mengalami kerusakan akibat
pekerjaan ini, maka Kontraktor berkewajiban untuk memperbaiki/membetulkan
sebagaimana mestinya.
5) Kontraktor harus berusaha menanggulangi kotoran/sampah pekerjaan dan debu yang
ditimbulkan akibat pelaksanaan pekerjaan.
6) Kontraktor harus bertanggung jawab dengan mengganti atau memperbaiki kerusakan
jalan, jembatan maupun infrastruktur lainnya sebagai akibat dari lalu lintas peralatan
ataupun kendaraan yang dipergunakan untuk mengangkut bahan-bahan/material
guna keperluan proyek.

1.23 GANGGUAN TERHADAP LALU LINTAS DAN DAERAH SEKITARNYA YANG


BERDEKATAN
1) Semua operasi yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian Pekerjaan dan
perbaikan terhadap kesalahan yang terjadi, yang berkenaan dengan pemenuhan
persyaratan ijin Kontrak, harus dilaksanakan tanpa menimbulkan hal- hal yang tidak
perlu dan tidak layak dengan memperhatikan :
a) Kenyamanan masyarakat sekitar.
b) Jalan masuk, penggunaan dan pemakaian jembatan dan jalan-jalan umum atau
pribadi dan jalan setapak yang masuk atau keluar dari lokasi proyek atau harta
benda baik yang dimiliki oleh Pemberi Tugas atau pihak lainnya.
2) Kontraktor akan menghindarkan hal-hal yang berbahaya dan mengganti kerugian
pada Pemberi Tugas sehubungan dengan semua tuntutan, cara kerja, kerusakan,
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

biaya, denda, dan pengeluaran apapun yang timbul dari, atau ada hubungan dengan,
semua permasalahan sepanjang menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3) Tanpa membatasi atau mengurangi dari ayat terdahulu, Kontraktor akan tunduk pada
peraturan Otorita Pelabuhan dan Jalan Raya (Perhubungan Laut, Pekerjaan Umum,
Bina Marga, Pemerintah Daerah, Muspida, dan lain-lain) serta mematuhi perintah-
perintah yang diberikan oleh petugas yang berwenang dan berkompeten dari instansi
terkait dalam hal penggunaan pelabuhan, lalu lintas air, jalan dan jembatan.
4) Pekerjaan yang dijalankan oleh Kontraktor harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu atau menghalangi atau membahayakan pada saat pemakaian dan
pekerjaan dari fasilitas pelabuhan yang ada termasuk lalu lintas air dan jalan-jalan
trafik yang ada, jembatan-jembatan yang dilalui, kecuali sejauh yang diijinkan oleh
Konsultan Pengawas dan Direksi dalam hal pelaksanaan, penyelesaian dan
pemeliharaan dari Pekerjaan.
5) Kontraktor akan selalu memelihara jalan atau fasilitas umum lainnya agar tetap dalam
kondisi baik selama pelakasanaan.
6) Selama pelaksanaan Pekerjaan Kontraktor harus menjaga agar lokasi proyek, bebas
dari semua halangan yang tidak perlu dan akan menyimpan atau menyisihkan setiap
peralatan dan kelebihan material milik Kontraktor dan membersihkan serta
memindahkan segala rongsokan dan sampah yang tidak perlu dari lokasi proyek.

1.24 DOKUMENTASI & PELAPORAN


1) Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana,
perubahan-perubahan yang mungkin terjadi harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Pemberi Tugas.
2) Setiap akhir pekan/mingguan Kontraktor harus menyampaikan laporan mingguan
kepada Pemberi Tugas tentang kemajuan pekerjaan dalam minggu yang
bersangkutan, meliputi pengadaan bahan ditempat proyek, penambahan,
pengurangan atau perubahan pekerjaan, jumlah/macam dan harga satuan bahan-
bahan yang masuk, kejadian-kejadian penting lainnya dalam pelaksanaan pekerjaan
proyek dan Kurva S meliputi rencana dan realisasi pekerjaan pada bulan tersebut.
3) Jumlah pekerja setiap hari dicatat menurut golongan dan upah, daftar pekerja
ini setiap waktu dapat diperiksa oleh pengawas/Pemberi Tugas, dan ia berhak
mengadakan penelitian penelitian tentang produktivitas pekerja tersebut.
4) Didalam laporan harian harus tercantum keadaan cuaca, bahan yang masuk,
pekerja, pegawai/karya¬wan, catatan-catatan tentang perintah-perintah dari
pengawas/Pemberi Tugas dan lain-lainnya yang dipandang perlu.
5) Setiap akhir bulan dan paling lambat tanggal 31, Kontraktor harus melaporkan
kemajuan pekerjaan bulanan terperinci dan prosentase terhadap keseluruhan / bagian
dan Kurva S meliputi rencana dan realisasi pekerjaan pada bulan tersebut.
6) Kontraktor diwajibkan membuat foto proyek sesuai dengan kemajuan pekerjaan (pada
saat 0%, 50%. 100%) pada 4 titik yang sama dan arah yang sama setiap site, disusun
didalam album, dibuat 3 (tiga) rangkap dan diserahkan kepada Direksi dan konsultan.
7) Foto proyek berwarna, dicetak yang jelas dan bersih ukuran postcard. Semua foto-foto
tersebut dijilid lengkap dengan keterangan / penjelasan dan tanggal pengambilan.
8) Foto proyek dibuat rangkap 2 (dua) set dan dimasukkan ke dalam album serta
diserahkan kepada Direksi.
9) Kontraktor membuat laporan Bulanan, Mingguan dan Harian yang berisi tentang
kemajuan pelaksanaan pekerjaan, Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan tersebut
minimal menyampaikan mengenai semua keterangan yang berhubungan dengan
kejadian selama 1 (satu) bulan pelaksanaan pekerjaan yang mencakup mengenai:
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

– Jumlah semua tenaga kerja yang digunakan dalam bulan ini.


– Uraian kemajuan pekerjaan pada akhir bulan.
– Semua bahan/barang perlengkapan yang telah masuk dan diterima di tempat
pekerjaan.
– Keadaan cuaca.
– Kunjungan semua tamu yang berkaitan dengan proyek.
– Kunjungan tamu-tamu lain.
– Kejadian khusus.
– Foto-foto berwarna ukuran kartu post sesuai petunjuk Direksi.
– Pengesahan Direksi Pekerjaan.

1.25 PEMBUATAN GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN (ASBUILT DRAWING)


1) Sebelum Penyerahan Pekerjaan ke-I, Kontraktor wajib menyelesaikan gambar sesuai
pelaksanaan (Asbuilt drawing) yang terdiri atas:
a) Gambar Rancangan Pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam
pelaksanaannya.
b) Shop Drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar -
gambar perubahan.
c) Gambar realisasi pelaksanaan pekerjaan (as bulit drawing) pada saat pekerjaan
selesai 100 %.
2) Penyelesaian yang dimaksud pada ayat 1 di atas harus diartikan telah memperoleh
persetujuan Konsultan Pengawas dan Pemberi Kerja setelah dilakukan pemeriksaan
secara teliti.
3) Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan & pemeliharaan bangunan
merupakan bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat Penyerahan ke I.
Kekurangan dalam hal ini akan berakibat Penyerahan Pekerjaan ke I tidak dapat
dilakukan.

1.26 PEMBENAHAN/PERBAIKAN KEMBALI


1) Pembenahan / perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Kontraktor meliputi :
a) Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharnan
mengalami kerusakan atau dijumpai kekurang-sempurnaan pelaksanaan
b) Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan di luar
pekerjaan pokok yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi
(misalnya : jalan, halaman dan lain sebagainya).
2) Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa- sisa
pelaksanaan harus dilaksanakan sebelum masa kontrak berakhir.

1.27 PERATURAN/PERSYARATAN TEKNIK YANG MENGIKAT


1) Dalam malaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini
termasuk segala perubahan dan tambahannya:
a) Perpres No. 54/2010 beserta perubahan-perubahannya, terakhir Perubahan Ke 4,
Perpres No. 4 Tahun 2015.
b) Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung SNI 2847:2013
c) Peraturan Umum dari Dinas Kesehatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
d) Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi Listrik (PUIL) 1979 dan PLN
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

setempat
e) Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi Air Minum serta Instalasi
Pembuangan dan Perusahaaan Air Minum.
f) Spesifikasi Disain Untuk Konstruksi Kayu SNI 7973:2013
g) Peraturan Semen Portland SNI 15-2049-2004.
h) Peraturan Bata merah pejal untuk pasangan dinding SNI 15-2094-2000.
i) Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain SNI
1727:2013.
j) Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural SNI 1729:2015.
k) Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok Dengan Cat Emulsi SNI 03-2410-1994,
l) Tatacara pengecatan kayu untukrumah dan gedung SNI 03-2407-2002, dan
Peraturan Pengecatan lainnya yang sesui dengan SNI terbaru.
m) Peraturan dan Ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah
setempat, yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.

2) Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut diatas, berlaku dan mengikat
pula:
a) Gambar bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah direview oleh MK
dan disahkan oleh Pemberi Tugas termasuk juga gambar-gambar detail yang
diselesaikan oleh Kontraktor dan sudah disahkan/disetujui.
b) Rencana Kerja dan Syarat-syarat Pekerjaan (RKS).
c) Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
d) Surat Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) tentang Penunjukan
Kontraktor (SPPBJ).
e) Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
f) Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
g) Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui.
h) Kontrak/Surat Perjanjian Kontraktor.

3) Peraturan-Peraturan Teknik yang perlu diikuti adalah:


a) Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah RI yang terkait dengan
pembangunan/pengembangan kepelabuhanan.
b) Peraturan-peraturan yang disebutkan di dalam Gambar dan RKS.
c) Peraturan Perburuhan di Indonesia (tentang Pengerahan Tenaga Kerja).
d) Peraturan-peraturan Pemerintah/Perda setempat.
e) Persyaratan Teknik Pada Gambar/RKS Yang Harus Diikuti :
(i) Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail maka
gambar detail yang diikuti.
(ii) Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan
angka yang diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut
yang jelas akan menyebabkan ketidak sempurnaan / ketidak sesuaian
konstruksi, harus mendapatkan keputusan Konsultan Pengawas dan Pemberi
Tugas lebih dahulu.
(iii) RKS dan Gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan
lengkap sedang RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti, demikian juga
sebaliknya.
(iv) Yang dimaksud dengan RKS dan Gambar di atas adalah RKS dan gambar
setelah mendapatkan perubahan/penyempurnaan didalam Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan.
(v) Bila dalam gambar terdapat kekurangan notasi ukuran, namun tercantum
ukuran skala gambar, maka ukuran berdasarkan skala gambar dapat
dipergunakan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

BAGIAN II : SYARAT TEKNIS PENGGUNAAN BAHAN

2.1 M A T E R I A L & PERSYARATANNYA


1) Material yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri yang memenuhi persyaratan
teknis ini.
2) Jika Kontraktor mengajukan bahan lain yang akan digunakan, ia harus memberikan
keterangan selengkap-lengkapnya dalam Dokumen Tender. Sedikitnya 2 (dua)
minggu sebelum pemesanan bahan. Hal yang harus diberitahukan pada Pengawas /
Direksi teknik meliputi jenis, kualitas dan kuantitas bahan yang dipesan.
3) Semua material yang digunakan harus memenuhi standar dan peraturan bahan yang
berlaku di Indonesia.
4) Persyaratan Umum Bahan
a) Bahan yang didatangkan harus mencukupi untuk kegiatan pelaksanaan
konstruksi sehingga tidak menghambat pelaksanaan.
b) Bahan yang diterima Direksi harus diamankan tidak sampai menggangu tertib
lingkungan dan aman dari kerusakan.
c) Bahan-bahan yang ditolak oleh Direksi harus diangkat dalam waktu
selambat-lambatnya 2 x 24 jam.
d) Bila dianggap perlu Direksi dapat memerintahkan agar diadakan
pemeriksaan pada bahan-bahan atau pada campuran bahan-bahan yang dipakai
untuk menguji apakah syarat – syarat mutu dipenuhi.
e) Untuk Pekerjaan ME Kontraktor diwajibkan untuk mengecek kembali atas
segala ukuran/kapasitas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Apabila
terdapat keragu-raguan, Kontraktor harus segera menghubungi Direksi untuk
berkonsultasi. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment, yang
sebelumnya tidak dikonsultasikan dengan Direksi apabila terjadi kekeliruan maka
hal tersebut menjadi beban tanggung jawab Kontraktor. Untuk itu pemeliharaan
equipment dan material harus mendapatkan persetujuan dari Direksi
ditentukan dalam Peraturan Pemeriksaan Bahan-Bahan.
f) Hasil-hasil pemeriksaan demikian harus dipelihara baik dan disimpan oleh
Kontraktor dan apabila diminta harus dapat ditunjukkan kepada Direksi setiap
saat, selama pekerjaan berlangsung dan setiap saat selama 2 tahun sesudah
pekerjaan selesai.

Berikut Spesifikasi Material yang digunakan :

2.2 SEMEN PORT LAND


1) Semen yang dipakai untuk beton harus dari merk/pabrik yang disetujui Direksi dan
harus Portland Cement (PC) tahan sulfat type 2 atau Portland Cement type 1 yang
ditambahkan bahan additive yang sesuai dengan JIS R 5210, ASTM C-150, dan atau
SII 0013-81, kecuali ditentukan lain oleh Direksi.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

2) Kontraktor wajib menunjukkan sertifikat dari produsen untuk setiap pengiriman semen
yang menunjukkan bahwa produk tadi telah memenuhi tes standar yang lazim
digunakan.
3) Semen yang dipakai untuk adukan mortar dan pasangan adalah Semen P.C. standard
S.I type I yang dipakai harus memenuhi ketentuan-ketentuan salah satu dari ketentuan
berikut :
– Semen harus memenuhi ketentuan SNI 15-2049-1994, Semen portland.
– “Spesifikasi semen blended hidrolis” (ASTM C 595 ), kecuali tipe S dan SA yang
tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama struktur beton.
– ASTM C 845.
4) Jenis Semen yang digunakan harus mendapat persetujuan Direksi/Konsultan
Pengawas.
5) Jenis semen yang mempunyai sifat cepat mengeras juga yang mempunyai kadar
chloride Tidak Boleh Digunakan.
6) Penyimpanan semen dalam gudang tertutup harus dilakukan di atas lantai
panggung minimal 30 cm di atas tanah, bebas dari kelembaban dengan tinggi
penumpukan max. 2 m atau 10 zak. Semen yang karena kantongnya pecah/ robek
harus segera diangkut ke luar proyek.
7) Semen yang dipakai harus selalu diperiksa oleh pengawas sebelumnya. Semen yang
mulai mengeras harus segera dikeluarkan dengan segera dari lapangan.
8) Urutan pemakaian semen harus mengikuti urutan tibanya semen tersebut di lapangan,
sehingga Kontraktor diharuskan menumpuk semen berkelompok menurut urutan-
urutan tibanya di lapangan.
9) Semen yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan semen yang
digunakan pada perancangan proporsi campuran.
10) Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak rusak, tidak pecah (utuh), diturunkan
dan disimpan dalam gudang tertutup yang kering terlindung dari pengaruh cuaca
dengan ventilasi cukup dan diletakkan di atas dudukan kayu.
11) Umur semen pada waktu tiba di lokasi pekerjaan tidak boleh lebih dari 2 (dua) bulan
dan semen harus segera dipakai dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah tiba di lokasi
pekerjaan.
12) Bila di dalam semen terdapat bagian-bagian yang telah mengeras dalam zak maka
sama sekali tidak diperkenankan untuk dipergunakan.
13) Direksi Lapangan berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada
setiap waktu sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan untuk menerima atau
tidak semen-semen tersebut Semua semen yang ditolak atau tidak boleh
dipergunakan harus dikeluarkan dari lokasi proyek dengan segera atas biaya
Pemborong, tanpa adanya alasan apapun.

2.3 AGGREGAT HALUS (PASIR)


1) Agregat halus adalah pasir alam sebagai disintegrasi secara alami batuan atau pasir
yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran terkecil 0,6 mm
dan butir terbesar 5 mm.
2) Agregat halus yang dipakai harus memenuhi ketentuan-ketentuan salah satu dari
ketentuan berikut :
(i) Agregat halus harus memenuhi persyaratan SNI 03-6820-2002
(ii) Agregat untuk beton harus memenuhi “Spesifikasi agregat untuk beton” (ASTM C
33).
3) Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya. Kadar lumpur dari pasir beton tidak
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

boleh melebihi dari 4% berat. Berat substansi yang merusak tidak boleh lebih dari 5%.
4) Pasir untuk beton harus bersih dan bebas dari lempung (clay) atau zat-zat organik,
dan harus mempunyai gradasi sedemikian rupa sehingga apabila dicampur dengan
agregat kasar akan menghasilkan beton dengan kerapatan maksimum. Gradasi dari
agregat halus harus masuk dalam batasan yang ditentukan dalam BS 1198-1200 atau
dalam NI.
5) Pasir dari pecahan batu dapat ditambahkan pada pasir alam untuk memperoleh pasir
dengan gradasi yang memenuhi syarat. Pasir dari pecahan batu saja dapat dipakai
hanya atas persetujuan Direksi.
6) Susunan ayakan pasir harus memenuhi syarat-syarat yang ada pada PBI-71. Tidak
diperbolehkan memakai pasir laut, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga
pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.

2.4 AGGREGAT KASAR (KERIKIL & BATU PECAH)


1) Agregat kasar adalah kerikil sebagai disintegrasi secara alami batuan atau berupa
batu pecah yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dengan ukuran butir antara 5
mm sampai dengan 40 mm.
2) Agregat untuk beton harus memenuhi “Spesifikasi agregat untuk beton” (ASTM C 33).
3) Agregat untuk beton harus diambil dari sumber-sumber yang disetujui dan memenuhi
syarat-syarat dalam NI atau BS 882, 2201, Part 2, atau standar lain yang disetujui
Direksi. Apabila agregat dari sumber yang telah disetujui ternyata menyimpang dari
contoh-contoh yang telah disetujui dan tidak memenuhi syarat tersebut di atas, maka
sumber ini dapat ditolak.
4) Agregat kasar terdiri dari kerikil (gravel) yang telah disetujui atau pecahan batu dengan
ukuran butir maksimum tidak melebihi daftar di bawah ini. Untuk seluruh pekerjaan
beton, agregat kasar harus memenuhi persyaratan gradasi yang ditentukan dalam BS
882, 1201, Part 2, Table 1, untuk saringan 40 mm – 5 mm, 20 mm – 5 mm ukuran
nominal atau syarat dalam NI.
5) Agregat kasar dari batu pecah haruslah keras, tidak berpori, tidak mudah pecah/lapuk,
bersih, dan tidak mengandung lempung (clay) atau pelapukan batuan. Batuan tersebut
harus dipecah untuk mendapat ukuran yang diisyaratkan dengan jenis pemecah batu
(crusher) yang disetujui Direksi.
6) Besar butir agregat maximum tidak boleh lebih dari :
a) 1/5 x jarak terkecil antara bidang-bidang cetakan.
b) 1/3 x tebal plat.
c) ¾ jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawat-kawat, bundel
tulangan, atau tendon-tendon prategang atau selongsong-selongsong.
7) Kecuali ketentuan diatas, aggregat kasar harus memenuhi persyaratan lainnya dalam
PBI 1971.

2.5 TIANG PANCANG


Tiang pancang yang digunakan adalah tiang pancang spun pile /beton diameter 50 cm
sesuai dengan gambar disain baik meliputi ukuran maupun layout pemancangannya.
a. Tiang Pancang Baja
1) Material tiang yang digunakan ini harus mengikuti persyaratan mutu bahan maupun
tata cara pabrikasi yang menjamin agar semua tiang dapat terpasang dengan baik
sesuai rencana yang dibuktikan dengan sertifikat tiang pancang berupa: Dimensi
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

tiang pancang (Diameter Luar, Ketebalan, dan Panjang), serta Type of Pile, Leng of
Pile, Yield Strength, Radiograph, Tensile dan Impact.
2) Pipa baja yang digunakan adalah Spiral Welded Steel Pipe dan harus memenuhi
seluruh persyaratan yang termuat dalam SKK-400; JIS-A5525 G 3444/G 3106
dengan Mills Certificate atau mengacu pada ASTM A 252 dan sesuai dengan
gambar. Pipa baja yang digunakan harus memiliki karakteristik :

3) Diameter dan ketebalan sesuai dengan gambar kerja, dan harus memenuhi : Kelas
ASTM A252 grade 2, SS-41 grade B sesuai dengan JIS G 3444 dan JIS A 5525
setara dengan produk KHI.
4) Pengadaan Tiang pancang pipa baja harus disertai juga sertifikasi bahan dari pabrik
pembuat.
5) Komposisi kimia dan sifat-sifat mekanisnya harus sesuai dengan standar-standar
dibawah ini :
Komposisi kimia
C : 0,30 % max. ; Si = 0,35 max.
P : 0,04 % max. ; Mn = 0,30 - 1,00
S : 0,04 % max.
Sifat-sifat mekanis

Kekuatan tarik : 40 kg/mm2 atau lebih Grade X - 46

Yield point : 32 kg/mm2 atau lebih


Perpanjangan : 15 % atau lebih
6) Toleransi pada bentuk dan dimensi dari pipa baja
• Dimensi luar Toleransi
Ujung-ujung pipa + 0,5 %
Batang batang pipa + 1,0 %
• Tebal + tidak terbatas
- 0,7 mm
• Panjang pipa + tidak terbatas
- 0 mm
• Lenturan Maximum 0,1 % dari panjang tiang
b. Tiang Pancang Beton
1) Tiang pancang beton yang digunakan adalah jenis tiang beton Spun Pile pratekan
pracetak.
2) Bentuk ukuran, tebal dan penggunaan seperti yang diisyaratkan dalam gambar kerja
atau rencana.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

3) Dimensi tiang beton pracetak yang dipakai adalah diameter 500mm, tebal 90mm,
kelas B.
4) Tebal selimut beton untuk tiang pancang beton pracetak harus memenuhi ketentuan
dari Spesifikasi Umum 2010 Seksi 7.6. Penyambungan, perpanjangan, pembuatan,
dan pengupasan kepala tiang pancang beton pracetak harus memenuhi ketentuan
dari Spesifikasi Umum 2010 Seksi 7.6.
Pile shape & Specification | PRESTRESSED CONCRETE PRETENSION
SPUN PILES

5) Material tiang yang digunakan ini harus mengikuti persyaratan mutu bahan maupun
tata cara pabrikasi yang menjamin agar semua tiang dapat terpasang dengan baik
sesuai rencana yang dibuktikan dengan sertifikat tiang pancang berupa: Dimensi
tiang pancang (Diameter Luar, Ketebalan, dan Panjang), serta Type of Pile, Leng of
Pile, Yield Strength, Bending moment dan kuat tekan ijin (allowable compression).
6) Tiang pancang beton yang digunakan adalah Prestressed Concrete Pretension
Spun Piles dan harus memenuhi seluruh persyaratan yang termuat dalam material
specification dan sesuai dengan gambar. Tiang beton yang digunakan harus
memiliki karakteristik material sbb:
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

7) Fabrikasi Tiang
- Semua tiang harus difabrikasi sesuai detil gambar rencana struktur Pondasi
serta memenuhi semua persyaratan produksi yang berlaku.
- Setiap tiang yang diproduksi diberi tanda berupa nomor referensi,mutu beton,
dimensi tiang dan tanggal pengecoran.
- Setiap nomor produksi harus dibuat sample kubus beton untukinspeksi mutu
beton.
- Setiap tiang beton yang dikirim ke lokasi proyek harus sudah mencapai
kekuatan minimal 700 kg/cm 2 atau setara dengan beton K-700 yang berumur
minimal 7 hari.
8) Kualitas campuran beton harus memenuhi syarat-syarat Concrete strength of Spun
Pile : 700 kg/cm2 (cube test) dan high tensile PC Wire or PC Strand dengan
mengikuti standar referansi JIS A5326-1983
9) Setiap pengadaan tiang pancang beton spun pile harus disertai juga sertifikasi
bahan dari pabrik pembuat.

2.6 BAJA TULANGAN


1) Baja Tulangan
a) Baja tulangan harus memenuhi salah satu ketentuan berikut:
– “Spesifikasi untuk batang baja billet ulir dan polos untuk penulangan beton”
(ASTM A615M).
– “Spesifikasi untuk batang baja axle ulir dan polos untuk penulangan beton ”
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

(ASTM A 617M).
– “Spesifikasi untuk baja ulir dan polos low-alloy untuk penulangan beton” (ASTM
A706M).
– “Spesifikasi untuk baja karbon struktural ” (ASTM A 36M).
b) Mutu baja tulangan yang digunakan dicantumkan pada gambar rencana dan buku
spesifikasi ini atau petunjuk Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan.
c) Untuk semua pekerjaan beton bertulang, ukuran harus sesuai dengan gambar
rencana.
d) Semua besi beton harus bebas dan bersih dari karat, oli, gemuk, cat dan lain
sebagainya atau hal lain yang dapat menyebabkan berkurangnya daya ikat besi
beton tersebut terhadap beton. Apabila diperlukan, besi harus disikat sebelum
dipergunakan dengan sikat kawat untuk membersihkannya.
e) Sama sekali tidak diperkenankan mengadakan pengecoran beton sebelum besi
beton yang terpasang diperiksa dan disetujui oleh Konsultan.
f) Baja tulangan untuk komponen beton bertulang menggunakan tulangan dengan
fy= 400 MPa (tegangan leleh karakteristik 4000 kg/cm2 ).
g) Sediakan tulangan berulir mutu BJTD - 40, sesuai dengan SII 0136 - 84 dan
tulangan polos mutu BJTP - 24, sesuai dengan SII 0136 - 84 seperti dinyatakan
pada gambar - gambar struktur. Tulangan polos dengan diameter lebih kecil 10
mm harus baja lunak dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2 . Tulangan ulir dengan
diameter lebih besar atau sama dengan 10 mm harus baja tegangan tarik tinggi,
batang berulir dengan tegangan leleh 4000 kg/cm2.
h) Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping
adanya sertifikat dari pabrik, juga harus ada / dimintakan sertifikat dari
laboratorium baik pada saat pemesanan maupun secara periodik masing-masing
2 (dua) contoh percobaan (stress strain) untuk setiap 5 ton besi. Pengetesan
dilakukan pada laboratorium yang disetujui oleh Direksi Lapangan.
i) Besi beton yang ada di lapangan harus disimpan atau ditaruh di bawah penutup
yang kedap air (water proof) dan harus terangkat dari permukaan tanah atau
genangan air tanah yang ada serta harus dilindungi dari segala hal yang
menyebabkan rusaknya besi beton serta terjadinya karat.
j) Besi beton yang tidak memenuhi syarat tersebut diatas harus disingkirkan dan
dikeluarkan dari tempat pekerjaan dalam waktu 3 x 24 jam sesudah ada perintah
dari Direksi Lapangan.
k) Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi beton yang sesuai
dengan yang ditetapkan dalam gambar maka dilakukan penukaran diameter besi
dengan tetap meminta persetujuan Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas.
– Toleransi Besi : Diameter < 10 mm +/- 0.4 mm
– Diameter 10 mm – 15 mm +/- 0.4 mm
– Diameter 16 mm – 27 mm +/- 0.5 mm
l) Bila dianggap perlu untuk mendapatkan jaminan kualitas harus dimintakan
sertifikat uji dari Laboratorium untuk percobaan tekan, tarik, dan melengkung 180
derajat, semua biaya ditanggung oleh Kontraktor.
m) Setiap pengiriman sejumlah baja tulangan ke proyek harus dalam keadaan baru
dan disertai dengan sertifikat dari pabrik pembuat dan bila Pemberi
Tugas/Pengawas Lapangan memandang perlu, contoh akan diuji ke laborotorium
atas beban kontraktor. Jumlahnya akan ditentukan kemudian sesuai dengan
kebutuhan.

2) Kawat Baja Pengikat


Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak berkualitas dengan diameter minimum 1
mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

3) Penyimpanan Baja Tulangan


a) Baja tulangan tidak diijinkan ditempatkan langsung di atas permukaan tanah,
harus ditempatkan di atas penyangga atau rak-rak atau di atas lantai semen dan
pasir.
b) Baja tulangan tersebut harus diberi tanda-tanda yang jelas dari berbagai
mutu/jenis dan diameter yang digunakan dan disusun secara terpisah menurut
tanda yang telah diberikan tadi, untuk menghindari kesalahan
penggunaannya/tertukar dan mempermudah dalam pengecekan pemakaiannya.
Baja tulangan diikat dalam kelompok-kelompok dengan jumlah tertentu yang akan
mempermudahkan dalam perhitungan.
c) Penempatan baja tulangan di udara terbuka dilakukan dengan memberikan
lapisan penutup/pelindung dengan terpal untuk mencegah kontak langsung
dengan udara bebas.

2.7 BEKISTING
1) Kayu yang dipakai untuk cetakan beton adalah kayu mutu kelas II menurut ketentuan
PKII 1970 atau kayu lokal.
2) Ukuran papan bekesting minimal tebal 9 cm dan toleransi perbedaan tebal minimum
adalah 2 mm. Papan bekesting harus kering udara agar tidak menyusut pada waktu
dipakai.
3) Material untuk bekisting diperbolehkan selain point a dan b diatas, jika kualitas material
tersebut setara atau lebih baik dari kayu dan mendapat persetujuan Pengawas.

2.8 AIR KERJA


1) Kontraktor harus merencanakan untuk pengiriman / pengadaan air kerja dalam jumlah
yang cukup untuk segala macam keperluan pekerjaan dan air ini harus sesuai dengan
persyaratan kualitas pada PBI-1971.
2) Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, bahan pencuci agregat dan untuk
curing beton, harus air tawar yang bersih dari bahan-bahan yang berbahaya dari
penggunaannya seperti minyak, alkali, sulfat, bahan organik, garam silt (lanau). Kadar
silt (lanau) yang terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2% dalam perbandingan
beratnya. Kadar sulfat maksimum yang diperkenankan adalah 0,5% atau 5 gr/lt,
sedangkan kadar khlor maksimum 1,5% atau 15 gr/lt.
3) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan
merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam bahan organik, atau bahan-bahan
lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
4) Bila akan dipakai air kerja bukan berasal dari air minum dan mutunya meragukan,
maka pengawas dapat meminta kepada Kontraktor untuk mengadakan penyelidikan
air secara laboratoris dan penyelidikan tersebut atas tanggungan Kontraktor.
5) Tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air yang berlumpur, dan air
laut.
6) Air kerja yang dipakai harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pemberi
Tugas/Pengawas Lapangan.
7) Kontraktor juga harus menyediakan tempat-tempat penampungan air kerja di
lapangan untuk menjamin kelancaran kerja.
8) Air pencampur yang digunakan termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat,
tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

9) Air yang akan digunakan untuk pembuatan beton harus bersih, tawar, dan bebas dari
zat-zat organik atau anorganik yang larut, melayang, atau mengapung dalam suatu
jumlah yang dapat mengurangi kekuatan atau keawetan beton.
10) Apabila terdapat keragu-raguan mengenai air, dianjurkan untuk mengirim contoh air itu
ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui untuk diselidiki sampai seberapa
jauh air itu mengandung zat-zat yang dapat merusak. Biaya pemeriksaan menjadi
beban Kontraktor.
11) Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan dapat ditentukan dengan ukuran isi
atau ukuran berat dan harus dilakukan setepat-tepatnya.
12) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi:
a) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang
menggunakan air dari sumber yang sama.
b) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat dari
adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan
sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat
dengan air yang dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan tersebut harus
dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan
diuji sesuai dengan “Metode uji kuat tekan untuk mortar semenhidrolis
(Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm)” (ASTM C 109 ).
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

BAGIAN III : PERSYARATAN TEKNIS

3.1 LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam kontrak ini adalah Kegiatan Pembangunan Dermaga
Penyeberangan Pasilambena di Pulau Kalaotoa yaitu :

a. PEKERJAAN PERSIAPAN
b. PEK. KONSTRUKSI DERMAGA PLENGSENGAN (16 x 8) m
c. PEK. KONSTRUKSI TRESTLE (250,5 x 6,5)m
d. PEK. KONSTRUKSI BREASTHING DOLPHIN = 3 BH
e. PEK. KONSTRUKSI MOORING DOLPHIN = 3 BH
f. PEK. KONSTRUKSI ABUTMENT TRESTLE
g. PEK. KONSTRUKSI CATWALK ( 6 unit)
h. PEKERJAAN PELENGKAP DERMAGA
i. PEK. BANGUNAN FASILITAS DARAT
j. PEK. PENYIAPAN LAHAN DARAT DAN TALUD KELILING
k. PEK. RIGID PAVEMENT (Area Jalan Akses,Area Jalan Kantor,Area Parkir Pengantar)
l. PEK. RIGID PAVEMENT (Area Parkir Kendaraan Menyebrang)
m. PEK. PENUNJANG LAINNYA
n. PEK. FASILITAS NAVIGASI DAN JEMBATAN TIMBANG

3.2 STANDAR ACUAN PEKERJAAN

1) Untuk mencapai hasil konstruksi yang sesuai dan memenuhi semua kriteria teknis di dalam
perencanaan struktur pondasi yang telah dituangkan di dalam gambar rencana, maka
seluruh pekerjaan mengacu kepada semua persyaratan teknis yang telah digunakan di
dalam perencanaannya.

2) Peraturan-peraturan baku yang menjadi acuan di dalam penentuan persyaratan


teknis ini adalah;

- Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung; SNI 03-2847-2013.


- Persyaratan Baja untuk Bangunan: SNI 1729-2015.
- Persyaratan Baja Tulangan Beton: SNI 2052:2014
- Persyaratan Pipa Baja untuk Pancang: SNI 8052:2014.
- Spesifikasi baut baja: SNI ASTM A325:2012
- Standar Industri Indonesia (Sll).
- American Concrete Institute (ACI).
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

- American Welding Society (AWS).


- American Society For Testing and Materials (ASTM).
- British Standard Code of Practice BS-8004 and BS-8110.

3.3 PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG

3.3.1 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang tercakup dalam bab ini meliputi kelengkapan peralatan konstruksi, tenaga
kerja, bahan, perlengkapan dan penyelenggaraan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan
a). konstruksi tiang pancang baja (Steel Pipe), b). konstruksi tiang pancang beton (Spun Pile),
dan c). konstruksi Sheet Pile Beton CCSP pada lokasi yang ditunjukkan dalam gambar
rencana dan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknis.

3.3.2 Kondisi Tanah


1) Informasi dan data yang diperoleh dari penyelidikan tanah (soil investigation) pada proyek
ini akan diberikan pada kontraktor. Bilamana data hasil penyelidikan tanah disediakan
secara lengkap, termasuk interpretasi, pendapat, kesimpulan dalam laporan penyelidikan
tanah, tidak berarti Pemberi Tugas bertanggung jawab terhadap keandalan pendapat dan
kesimpulan yang dimuat dalam laporan tersebut.
2) Kontraktor wajib mempelajari semua hal yang termuat dalam laporan penyelidikan tanah.
Bilamana terdapat keraguan atau perbedaan pendapat dengan yang termuat dalam
laporan, kontraktor wajib mendiskusikannya dengan pihak Perencana.
3) Apabila Kontraktor ingin mendapatkan tambahan data mengenai keadaan tanah terscbut,
maka penyedia jasa dapat mengadakan penyelidikan tanah tambahan atas biaya sendiri.
4) Kontraktor wajib mempelajari data-data penyelidikan tanah dilapangan untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya kelongsoran, hambatan-hambatan selama pelaksanaan
sehubungan dengan kondisi tanah tersebut dan lingkungan yang ada.
5) Segala biaya-biaya yang mungkin timbul karenanya sudah harus diperhitungkan dalam
penawaran dari menjadi tanggung jawab Kontraktor. Sebagai lampiran penawaran
Kontraktor harus mengajukan metode pelaksanaan tiang yang akan dilakukan (termasuk
detail sambungan, tulangan, peralatan) kccuali jika ditentukan lain didalam paket tender.

3.3.3 Pengajuan Kesiapan kerja


Paling lambat 2 (dua) minggu sebelum memulai suatu pekerjaan pemancangan, Kontraktor
harus mengajukan kepada Direksi Teknis hal-hal sebagai berikut :
1) Program yang terinci untuk pekerjaan pemancangan.
2) Rincian metode yang diusulkan untuk pemancangan atau penurunan tiang bersama dengan
peralatan yang akan digunakan.
3) Perhitungan rancangan, termasuk rumus penumbukan, yang menunjukkan kapasitas tiang
pancang bilamana penumbukan menggunakan peralatan yang diusulkan oleh Kontraktor.
4) Usulan untuk pengujian tiang pancang. Usulan ini mencakup metode beban,
pengukuran beban dan penurunan serta penyajian data yang diusulkan.
5) Persetujuan tertulis dari Direksi Teknis untuk pengajuan tersebut diatas harus
diperoleh terlebih dahulu sebelum memulai setiap pekerjaan pemancangan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

3.3.4 Alat Pancang/Pile Driving Hammer


1) Kontraktor harus menyediakan peralatan untuk pemancangan secara lengkap sehingga
semua persyaratan teknis yang diperlukan dapat dipenuhi.
2) Mesin pancang atau Hammer harus jenis Diesel Hammer, dan Steam Hammer (single atau
double acting). Mesin pancang drop hammer tidak diperkenankan. Bila dipakai Diesel atau
Steam hammer maka berat ram minimum 3,5 Ton untuk diameter tiang Ø 508mm.
- Kapasitas Berat Hammer minimal yang digunakan untuk pekerjaan pemancangan wajib
disesuaikan dengan perhitungan Formula Hilley yaitu sebesar setengah dari berat total
tiang pancang per titik ditambah 600 (enam ratus) kilogram (W = 0,5xP + 600 Kg).
- Misal untuk Tiang Pancang Diameter 508 mm ;
B = (( 0,5 x P ) + 600 kg ) x gravitasi bumi (9,81 m/s2)
B = (( 0,5 x 5284,8 ) + 600 kg) x 9,81 m/s2
B = 31,807 kN = K-32
- Misal untuk Tiang Pancang Diameter 609 mm ;
B = (( 0,5 x P ) + 600 kg ) x gravitasi bumi (9,81 m/s2)
B = (( 0,5 x 6364,8 ) + 600 kg) x 9,81 m/s2
B = 37,105 kN = K-37
dimana:
B = Berat Hammer (kg)
P = Berat tiang satu titik dihitung dari cutting level sampai end pile
Berat 1 m’ tiang pancang x panjang tiang 1 titik
3) Hammer harus dapat melakukan pemancangan secara kontinyu sampai kedalaman yang
direncanakan. Penghentian pemancangan sebelum mencapai setting atau kedalaman
rencana harus mendapat persetujuan Direksi.
4) Alat pancang harus dilengkapi dengan ladder yang cukup panjang dan dapat digerakan
secara hydrolik atau mekanis, untuk menjamin pemancangan tiang tegak dan tiang miring
dapat dilaksanakan.

3.3.5 Persyaratan Pelaksanaan


❖ Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan yang tercakup oleh pasal ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, dan
material, serta semua operasional yang berhubungan dengan pekerjaan pemancangan tiang
pipa baja.
1) Metode Kerja
a) Sebelum memulai pemancangan, Kontraktor harus menyerahkan metoda pelaksanaan
yang dilengkapi dengan gambar dan rencana pekerjaan yang terinci kepada Direksi
untuk mendapat persetujuan.
b) Sebelum pekerjaan pamancangan dimulai, kontraktor pancang akan mengajukan
metoda kerja, alat yang digunakan dan schedule pemancangan beserta urutan
pemancangan yang akan dilakukan kepada pengawas/ pemberi tugas untuk mendapat
persetujuan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

c) Kontraktor pancang harus bertanggung jawab terhadap kualitas pekerjaan sehubungan


dengan metoda dan alat kerja yang dipilih.
2) Pengukuran dan Marking
Pengukuran dan marking posisi untuk pancang sesuai koordinat dalam gambar piling plan
terbaru yang disetujui oieh perencana. Pengukuran harus dilakukan oleh surveyor LSI
qualified / di bawah pengawasan konsultan.
3) Percobaan Pemancangan (Pile Test)
Sebelum memulai pemancangan, Kontraktor harus melakukan percobaan pemancangan
(pile test) pada salah satu titik sesuai dengan gambar rencana yang ditunjuk oleh Direksi.
Percobaan pemancangan ini harus dihadiri Pemilik Proyek atau wakilnya dan Direksi.
Seluruh data yang berkaitan dengan percobaan pemancangan ini harus dicatat oleh
Kontraktor dan salinannya harus diberikan pada Direksi.Pemeliharaan
4) Peralatan Pancang
a) Untuk pemancangan tiang dari arah laut/sungai harus dipakai ponton khusus untuk
pekerjaan pancang atau harus dibuat bagan sementara apabila diperlukan. Apabila
digunakan ponton harus dijaga kestabilan dan ketepatan posisi pemancangannya.
b) Pemancangan di darat harus dilakukan dengan alat pancang yang dilengkapi dengan
pembimbing (leader), bak (trestle), dan alat-alat penumpu sehingga tiang-tiang dapat
dipancang dengan tepat dan aman. Kekhususan (detail) dari alat pancang harus
disetujui oleh Direksi.
c) Jika memilih alat pancang, Kontraktor harus memperhitungkan macam-macam faktor
seperti: macam tiang yang dipakai, lokasi untuk penempatan alat pancang, keadaan
tanah, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pemancangan.
d) Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis gravitasi, uap, atau diesel. Berat palu
minimal harus 2 (dua) kali berat tiang.
e) Alat pancang dengan jenis gravitasi, uap atau diesel yang disetujui, harus mampu
memasukkan tiang pancang tidak kurang dari 3 mm untuk setiap pukulan pada 15 cm
dari akhir pemancangan dengan daya dukung yang diinginkan sebagaimana yang
ditentukan dari rumus pamancangan yang disetujui, yang digunakan oleh Kontraktor.
f) Tiang-tiang pancang harus dilindungi selama dipancang yaitu dengan topi tiang (pile
cap) dan bantalan (cushion block) yang desainnya disetujui Direksi. Bantalan harus
terbuat dari bahan yang tidak banyak berubah sifat elastisitasnya karena pukulan-
pukulan hammer yang berulang-ulang.
g) Pengahantar tiang pancang harus dibuat sedemikian hingga dapat memberikan
kebebasan bergerak untuk palu dan penghantar ini harus diperkaku dengan tali atau
palang yang kaku agar dapat memegang tiang pancang selama pemancangan.
5) Pemindahan, Mobilisasi dan Pemancangan
a) Ketika tiang pancang diangkat atau dipindahkan tiang tersebut harus didukung pada
titik-titik seperti ditunjukkan pada gambar atau jika tidak ditunjukkan, tiang tersebut
harus didukung pada titik-titik berjarak 1/4 kali panjang tiang dari kedua ujung tiang.
b) Semua tiang pancang beton pratekan pracetak harus disimpan di atas dan tidak
menempel pada tanah, juga setiap lapis saling dipisahkan satu sama lainnya dengan
balok-balok kayu berukuran dan berkekuatan cukup. Tinggi penumpukan tidak boleh
lebih dari 2 lapis.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

c) Peralatan untuk mengangkat, memindahkan, atau memiringkan tiang harus diajukan


terlebih dahulu oleh Kontraktor dan disetujui oleh perencana/direksi lapangan.
❖ Pekerjaan Pemancangan
1) Pemasangan Patok dan Penyimpanan Pemancangan
a) Seluruh tiang pancang harus dipancang pada posisi seperti yang ditunjukkan dalam
gambar atau berdasarkan perintah Direksi Lapangan.
b) Kontraktor bertanggung jawab terhadap pemasangan patok untuk menetapkan
kedudukan tiang pancang yang perlu disetujui direksi lapangan sebelum dimulainya
pemancangan. Persctujuan tidak berarti mengambil alih sebagian atau seluruh
tanggung jawab kedudukan tiang pancang.
c) Kedudukan/posisi dari tiap-tiap tiang pancang harus ditandai dengan patok bergaris
tengah 8 mm dengan panjang 450 mm yang ditancapkan pada tanah. Pada bagian atas
palok sepanjang 150 mm harus dicat dengan warna yang mudah terlihat (mencolok).
d) Pada waktu pemancangan, setiap bagian tiang yang dipancang harus benar-benar
dalam keadaan vertikal, dan pada akhir pemancangan setiap bagian, posisi kepala
tiang harus diperiksa terhadap toleransi posisi.
e) Toleransi penyimpangan yang diijinkan adalah 10 mm setiap meter; panjang tiang
dihitung terhadap garis vertikal (1%). Maksimum penyimpangan yang terjadi pada
kepala tiang dalarn semua arah tidak boleh lebih dari 5 cm dari lokasi yang ditunjukkan
pada gambar atan disyaratkan oleh perencana dan/atau Direksi Lapangan.
f) Kontraktor harus menanggung biaya semua pekerjaan tambah yang menurut direksi
lapangan perlu dilakukan karena adanya tiang yang dipancang pada posisi diluar
toleransi terscbut diatas.
g) Kontraktor harus menyediakan alat theodolit/alat-alat optis lainnya yang mernungkinkan
direksi lapangan untnk memeriksa tegak/vertikalnya tiang.
2) Kebisingan
a) Kontraktor harus menanyakan pada pemilik proyek ataupun otorita setempat untuk
menguji apakah metode kerja yang diusulkan dapat diterima. Kontraktor harus meminta
penjelasan dari otorita setempat, tentang:
– Jenis peralatan yang boleh/tidak boleh dipakai.
– Jam-jam kerja yang diijinkan.
– Tingkat kebisingan maksimum yang boleh ditimbulkan dari site.
– Batasan waktu memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut.
b) Apabila Kontraktor akan bekerja diluar jam kerja normal, maka Kontraktor harus terlebih
dahulu memberitahu kcpada Konsultan dan Direksi Lapangan untuk mendapatkan
persetujuan.
3) Pelaksanaan Pemancangan
a) Semua pekerjaan pemancangan harus dihadiri oleh Konsultan dan Direksi Teknis dan
palu pancang tidak boleh diganti dan dipindahkan dari kepala tiang pancang tanpa
persetujuan dari Konsultan dan Direksi Teknis.
b) Tiang Pancang harus dipancang sampai kedalaman yang memiliki N-SPT> 60.
Bilamana ketentuan rancangan tidak dapat dipenuhi, maka Konsultan dan Direksi
Teknis dapat memerintahkan untuk menambah jumlah tiang pancang dalam kelompok
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

tersebut sehingga beban yang dapat didukung setiap tiang pancang tidak melampaui
kapasitas daya dukung yang aman.
c) Kepala tiang pancang baja harus dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel Palu,
topi baja, bantalan topi katrol dan tiang pancang harus mempunyai sumbu yang sama
dan harus terletak dengan tepat satu diatas lainnya.
d) Tiang pancang termasuk tiang pancang miring harus dipancang secara sentris dan
diarahkan dan dijaga dalam posisi yang tepat.
e) Tidak diperkenankan memancang tiang pancang dalam jarak 12 m dari beton yang baru
berumur kurang dari 7 hari.
f) Bilamana pemancangan dengan menggunakan palu yang memenuhi ketentuan
minimum, tidak dapat memenuhi spesifikasi, maka Kontraktor harus menyediakan palu
yang lebih besar atas biaya sendiri.
g) Urutan-urutan pemancangan tiang agar direncanakan sesuai kondisi pekerjaan,
sehingga pelaksanaan pemancangan dapat berjalan dengan lancar dan baik.
Kontraktor harus mengajukan rencana kerja pemancangan kepada Konsultan dan
Direksi untuk dievaluasi dan diberi persetujuan tertulis oleh Konsultan dan Direksi.
h) Pada setiap titik pemancangan wajib dilakukan pencatatan terhadap koordinat titik
pancang, kedalaman pemancangan tiang pancang, serta kemiringan tiang pancang
sesuai dengan gambar desain rencana dan spesifikasi teknis rencana.
i) Bila terjadi hambatan dibawah tanah pada saat pemancangan dilakukkan, maka
Kontraktor harus berusaha untuk menembusnya dan bila telah dilakukan pemukulan
hingga mencapai jumlah pukulan maksimum 1400 pukulan, usaha tersebut tetap gagal
maka Kontraktor boleh menghentikan pemancangan pada lokasi tersebut dan
melanjutkan pemancangan tiang berikutnya.
j) Direksi lapangan harus segera diberitahu tentang hambatan tersebut serta usaha-
usaha/tindakan-tindakan yang telah dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut.
Selanjutnya Direksi Lapangan setelah berkonsultasi dengan Perencana akan
memutuskan apakah tiang tersebut masih dapat diterima atau tidak.
k) Posisi tiang pancang harus selalu dicek kelurusannya dengan cara dilot atau dengan
alat theodolit (jika diperlukan), dicek dari dua sisi yang saling tegak lurus secara terus
menerus selama pemancangan.
l) Jika dalam pengamatan terlihat tiang mulai miring, maka pemancangan harus segera
dihentikan dan tiang harus diusahakan lurus kembali tanpa merusak tiang. Untuk
mencegah rusaknya kepala tiang akibat pukulan-pukulan palu (impact), maka harus
digunakan bantalan (cushion) minimal tebal 15 cm. Bantalan tersebut harus diperiksa
dan diganti secara periodik.
m) Kalendering wajib dilakukan untuk setiap titik pancang sebagai penentuan daya dukung
tiang pancang berdasarkan dynamic formula (Hiley Formula) dan panjangnya tiang
pancang lebih lanjut. Final set per 10 pukulan terakhir maksimum 1 cm dengan tinggi
jatuh palu minimum 1,8 m. Kalendering dilakukan bukan sebagai penentu berhentinya
Final Set namun hanya sebagai bentuk pencatatan, berapa kedalaman yang ditempuh
oleh Tiang Pancang pada sebuah titik. Kalendering yang diambil dari pemancangan
kedua/pcmancangan ulang setelah 24 jam sejak pemancangan pertama dianggap tidak
mewakili kriteria final set yang disyaratkan. Pengukuran set harus dilakukan dengan
disaksikan oleh Konsultan dan Direksi Lapangan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

n) Kontraktor harus memberitahu Direksi dengan segera apabila terjadi perubahan yang
tidak normal selama pemancangan tiang, Kontraktor harus berhati-hati untuk mencegah
timbulnya gaya lateral pada tiang selama pemancangan yang diakibatkan oleh alat
pancang.
o) Tiang yang tidak dipakai akibat "over acting" atau tidak memenuhi toleransi yang
diijinkan, maka harus dibuat tiang ekstra yang dipancang di lokasi tersebut, atas
persetujuan Konsultan dan Direksi.
4) Urutan Pemancangan
a) Satu minggu sebelum pemancangan tiang yang manapun, Kontraktor harus
menyerahkan informasi-informasi guna mendapat persetujuan direksi lapangan.
Informasi-informasi tersebut :
– Panjang tiang pancang
– Energi hammer (alat pemukul)
– Massa hammer (alat pemukul)
– Karakteristik teknis lengkap tcntang pemukul yang dipakai.
b) Kontraktor harus menyerahkan usulan urutan pemancangan untuk mendapatkan
persetujuan dari direksi lapangan sebelum ada tiang yang dipancangkan. Urutan
tersebut harus disusun sedemikian rupa untuk menghindari terangkatnya kembali ("up
lifting") tiang pancang.
c) Bila tiang dipancangkan ke dalam tanah lunak sampai ke lapisan keras pendukung
untuk mcmperoleh pcnumpuan ujung yang kuat ("hard end bearing") maka ketinggian
dari semua tiang pancang yang berdekatan harus diperiksa apakah terjadi
pengangkatan.
d) Bilamana diperlukan oleh Direksi Lapangan, maka Kontraktor harus menyediakan alat
optic / alat-alat ukur yang memungkinkan Direksi Lapangan melakukan pengecekan
tiang tersebut.
e) Bila ada tiang pancang yang mengalami pengangkatan lebih besar atau sama dengan
30 mm, maka harus scgera dilaporkan pada Direksi Lapangan.
f) Selanjutnya, Kontraktor harus bertanggung jawab untuk melaksanakan semua usaha
untuk memancang kembali tiang-tiang pancang yang terangkat tersebut dalam waktu 3-
4 hari.
g) Semua pemeriksaan dan pengujian alat yang disyaratkan oleh peraturan harus benar-
benar dituruti.
h) Kerusakan kecil pada peralatan harus diperbaiki didalam lokasi/site bilamana mungkin.
i) Bila terpaksa dilakukan pemindahan peralatan guna perbaikan kerusakan, maka
Kontraktor harus dapat membawa peralatan penggantinya ke lokasi/site sebelum yang
rusak dibawa pergi.
5) Pemeriksaan dan Pencatatan
a) Semua tiang tanpa kecuali harus disertai pencatatan pemancangan dari awal sampai
akhir ("piling records").
b) Sebelum dilakukan pemancangan tiang harus diteliti hal-hal sebagai berikut:
– Kedataran dan stabilitas mesin
– Kekuatan dan keamanan tiang pancang
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

– Ukuran tiang pancang


– Panjang yang tepat dari tiang pancang
– Keutuhan bentuk
– Keadaan dari topi ("helmet")
– Alat pemukul (hammer) harus segaris dengan sumbu tiang pancang.
c) Catatan lengkap tentang pemancangan harus diambil pada tiap-tiap pemancangan.
d) Kontraktor wajib segera memberitahu Direksi Lapangan bilamana dijumpai pencatatan
pemancangan yang sangat berbeda dengan tiang-tiang lainnya. Bilamana perlu Direksi
Lapangan dapat meminta diadakannya pemancangan ulang.
e) Sesudah selesainya satu hari pemancangan, maka lembaran catatan harus diserahkan
pada direksi lapangan bersama duplikatnya. Catatan tersebut harus memuat hal-hal
sebagai berikut :
(i) Lembaran ringkasan :
– Tanggal
– Jumlah tiang yang dipancangkan
– Nomor referensi dan tiang-tiang yang dipancangkan.
– Panjang total dari semua tiang yang dipancangkan.
– Jenis alat pemukul (hammer) dan massanya.
(ii) Lembaran untuk tiap-tiap tiang pancang :
– Nomor referensi lokasi tiang pancang sesuai dengan pancang dan nomor produksi
tiang pancang.
– Ketinggian muka tanah dan ketinggian kerjanya (bila ternyata berbeda).
– Panjang tiang pancang dari ketinggian kerja.
– Perincian tcntang adanya hambatan dan waktu yang dibutuhkan untuk
menembusnya.
– Perincian penundaan waktu dan alasannya.
– Grafik final set tiang pancang pada saat awal dan juga sesudah pemukulan kembali
jika adanya pcngangkatan minimum 3 kali penggambaran setiap kali pengambilan
final set.
– Inklinasi tiang pancang.
– "Piling history"; termasuk data kalendering yang Iengkap. Pencatatan jumlah
pukulan dan penetrasi yang didapatkan harus dilakukan sepanjang tiang.
– Catatan mengenai kelainan-kelainan yang terjadi.
6) Pemberian Tanda pada Tiang Pancang
Semua tiang pancang beton pracetak harus mempunyai nomor referensi, panjang dan lain
lain yang diatur sebagai berikut :
1) Setiap tiang pancang pada 2/3 bagian dari panjang tiang haruss diberi tanda dengan
interval 100 crn.
2) Setiap tiang pancang pada 1/3 bagian sisanya harus diberi tanda dengan interval 50
cm.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

7) Pemancangan Ulang (re-Drive)


Setelah semua pemancangan selesai dilaksanakan, semua posisi kepala tiang harus
diperiksa, apakah terjadi pengangkatan tiang. Dan bila terjadi pengangkatan tiang lebih
besar atau sama dengan 30 mm, rnaka tiang-tiang tersebut harus dipancang ulang. Semua
biaya pemancangan ulang tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor.
8) Penyambungan Pipa Baja
a) Pipa baja disambung dengan metode single V with full penetration butt weld Sebelum
penyambungan pipa baja, kontraktor harus menyerahkan metode penyambungan
kepada Konsultan dan Direksi untuk mendapatkan persetujuan, rencana pelaksanaan
penyambungan pipa dan prosedur pengelasan sesuai dengan AWS.
b) Sebelum pelaksanaan pengelasan untuk penyambungan pipa, kontraktor harus
melaksanakan percobaan pengelasan dan mendemonstrasikan prosedur pengelasan
yang diusulkan dan untuk memeriksa hasil pengelasan.
c) Kontraktor harus menyediakan peralatan dan mesin las listrik yang memadai
kapasitasnya serta elektroda yang digunakan harus memenuhi persyaratan yang sesuai
dengan tiang yang akan dilas dan harus dengan persetujuan Konsultan dan Direksi.
d) Ahli las yang akan melaksanakan pengelasan harus benar-benar qualified sesuai
dengan AWS DI-72 yang dibuktikan dengan sertifikat dari instansi yang berwenang.
e) Pipa baja sebelum disambung dan selama pengelasan harus dipegang erat-erat
dengan suatu konstruksi clamp yang cukup kaku untuk menjamin bahwa sumbu
segmen pipa-pipa yang akan disambung berada dalam satu garis lurus.
f) Proses Penyambungan tiang pancang baja agar dilaksanakan dengan 3 (tiga) lapis
pengelasan.
g) Konfigurasi penyambungan tiang pancang baja agar disesuaikan dengan gambar
desain rencana dan kondisi lapangan dengan memprioritaskan semua sambungan
tiang pancang berada dibawah seabed.
9) Pemeriksaan Hasil Pengelasan di Lapangan
a) Terhadap hasil pekerjaan las harus dilakukan pemeriksaan dan testing untuk menjamin
bahwa hasil pengelasan cukup memenuhi syarat yaitu padat dan tidak porous serta
ukurannya sesuai dengan gambar kerja. Untuk itu Kontraktor harus menyediakan
tenaga ahli, peralatan dan bahan yang diperlukan untuk pekerjaan testing tersebut.
b) Hasil pengelasan harus ditest secara visual dengan menggunakan metode liquid
penetrant dan contrast sesuai dengan prosedur AWS.
c) Hasil pengelasan dilaporkan secara tertulis kepada Direksi dalam waktu paling lama 24
jam untuk dievaluasi dan mendapatkan persetujuan. Hasil yang tidak memenuhi
persyaratan yang ditentukan harus diperbaiki, diperkuat atau dipotong dan dilas kembali
sesuai petunjuk Direksi.
10) Penumpukan dan Pengangkutan Tiang Pancang
Pekerjaan penumpukan dan pengangkutan tiang pancang wajib dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) Pekerjaan pengecatan secara berkala wajib dilakukan untuk melindungi tiang pancang
yang belum terpancang dari pengaruh cuaca dan lingkungan yang korosif.
b) Penumpukkan tiang pancang tidak boleh dilakukan lebih dari 3 (tiga) susun.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

c) Penumpukkan tiang pancang agar dikelompokkan berdasarkan diameter tiang, panjang


tiang, dan ketebalan tiang.
d) Tumpukkan tiang pancang wajib diberi alas balok penumpu dengan ukuran minimal (10
x 10) cm2 yang diletakkan setiap jarak 4 (empat) meter sehingga tidak bersentuhan
langsung dengan tanah.
e) Tumpukkan tiang pancang wajib diatur sedemikian rupa sehingga tiang pancang
terlindung dari pengaruh cuaca dan lingkungan yang korosif.
f) Pengangkatan tiang pancang wajib dilakukan dengan jarak minimal antara kepala tiang
dengan titik angker adalah 1/3 (satu per tiga) dari panjang tiang.
11) Tiang Pancang Cacat
a) Metoda pemancangan yang digunakan tidak boleh sampai menyebabkan kerusakan
tiang pancang. Usaha mengembalikan tiang ke posisi yang benar dengan mcnggerakan
pengarah tidak diijinkan jika Direksi Lapangan menganggap pergeseran yang terjadi
terlalu besar.
b) Sernua kerusakan tiang yang terjadi, baik akibat metoda pemancangan yang salah,
tiang dipancang diluar posisinya atau yang ditentukan pada gambar atau Perencana
harus diperbaiki oleh Kontraktor tanpa biaya tambahan.
c) Kontraktor harus mengajukan cara perbaikan terlebih dahulu (disertai dengan analisa
teknis) kepada Perencana guna mendapatkan persetujuan. Apabila cara perbaikan
yang diajukan oleh Kontraktor dinilai kurang memadai, maka Kontraktor harus
melakukan perbaikkan sesuai petunjuk Perencana.
d) Tiang pancang baja dianggap cacat/rusak jika terlihal retak-retak sekeliling tiang, atau
cacat yang lain yang ditentukan oleli Perencana/Direksi Lapangan yang dapat
mempengaruhi kekuatan atau umur tiang.
e) Tiang pancang yang bengkok atau melengkung tidak boleh dipancang.
12) Pekerjaan Tambah Kurang
Bila terjadi perubahan persyaratan teknis dan atau pcnambahan tiang pada tempat-tempat
tertentu, karena keadaan seternpat yang diluar dugaan, dan diluar gambar dan persyaralan
teknis khusus yang tercantum dalam perjanjian kontraktoran, maka akan ada perubahan
pekerjaan tambah atau kurang yang akan disesuaikan dengan kenyataan dalam
pelaksanaan dan perhitungan berdasarkan harga satuan dalam perjanjian kontraktoran.
Semua perubahan kerja harus atas perintah tertulis dari pihak pengawas.

3.3.6 Pengujian PDA Test


❖ Tiang Uji
1) Pelaksanan pengujian tiang uji adalah langkah paling awal dari pemancangan tiang.
Kontraktor harus melaksanakan tiang uji yang bertujuan untuk menguji dan menentukan
metode pemancangan dan seluruh alat yang digunakan.
2) Jumlah tiang uji minimal 2 bh untuk setiap struktur jetty, dolphin, dan trestle. Semua
pengujian tiang uji harus dilaksanakan dengan pengawasan Direksi Teknik. Setelah
mendapat persetujuan dari Direksi Teknik, pemancangan tiang uji harus dilanjutkan sampai
diperintahkan untuk dihentikan.
3) Pemancangan tiang pancang uji melampaui kedalaman yang telah ditentukan diperlukan
untuk menunjukkan bahwa daya dukung tiang pancang masih terus meningkat. Kontraktor
selanjutnya harus melengkapi sisa tiang pancang dalam struktur yang belum diselesaikan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

Berdasarkan hasil tiang uji yang telah disetujui oleh Direksi Teknis, Kontraktor menetapkan
metode pemancangan beserta seluruh alat yang digunakan dan melanjutkan pemancangan
tiang-tiang berikutnya.
❖ Pengujian Pembebanan dengan Metode PDA (Pile Driving Analysis) Test
1) Kontraktor harus melaksanakan pengujian pembebanan pada tiang pancang dengan
metode PDA Test untuk mengetahui dengan pasti daya dukung tiang pancang setiap
struktur jetty, dolphin, dan trestle. Kontraktor harus melengkapi dan melaksanakan tiang uji
pada lokasi yang ditentukan oleh Direksi Teknis.
2) Tiang uji dapat menjadi bagian dari pekerjaan yang permanen.
3) Pengujian dengan metode PDA test harus dilakukan oleh Perusahaan yang Ahli dibidang
pengujian tiang pancang dengan cara yang disetujui oleh Direksi Teknis dan dilaksanakan
dengan pengawasan Direksi Teknis.
1) Titik lokasi pengujian PDA test harus dikonsultasikan kepada Konsultan dan Direksi Teknik
untuk menentukan titik-titik mana saja yang akan dilakukan test PDA.

3.3.7 Pekerjaan Tambah Kurang


1) Pekerjaan tambah kurang akan dilaksanakan sesuai dengan penambahan/pengurangan
jumlah tiang dan perubahan panjang tiang. Perubahan mengenai jumlah dan
panjang tiang akan diketahui setelah selesai dilaksanakan.
2) Bila terjadi penambahan/pengurangan jumlah maupun panjang tiang pada tempat-
tempat tertentu karena keadáan setempat yang diluar dugaan, maka hal tersebut akan
diperhitungkan sebagai tambah/kurang, dan penambahan/ pengurangan jumlah maupun
panjang tiang tersebut harus atas perintah tertulis dari pihak Pemberi Tugas melalui Direksi
dan Konsultan Pengawas.

3.4 PEKERJAAN BETON DAN BESI TULANGAN

3.4.1 Lingkup Pekerjaan


1) Pekerjaan yang disyaratkan dalam bab ini harus mencakup seluruh pelaksanaan pekerjaan
beton yang meliputi kelengkapan peralatan konstruksi, tenaga kerja, alat- alat, bahan
material, pengujian, perlengkapan, termasuk tulangan, struktur pracetak dan komposit
sesuai dengan spesifikasi dan sesuai dengan garis, elevasi, kelandaian dan dimensi yang
ditunjukkan dalam gambar rencana, dan sebagaimana yang diperlukan oleh Direksi Teknis.
2) Metode pelaksanaan menggunakan beton cor di tempat (insitu) yang meliputi pekerjaan:
a) Isi tiang pancang
b) Pile cap (kepala tiang pancang)
c) Balok
d) Pelat
e) Dudukan/Balok fender
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

f) Pekerjaan Curb Concrete


g) Pekerjaan lainnya yang terkait
3) Mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan dalam kontrak
haruslah seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau seksi lain yang berhubungan
dengan spesifikasi ini, atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknis. Beton yang
digunakan dalam kontrak haruslah mutu beton berikut ini:
a) Beton cor insitu untuk diisi ke dalam tiang pancang, poer, balok, lantai, cap mooring &
breasthing dolphin, catwalk, dan trestle menggunakan K-300 (f’c =26,4 MPa),
menggunakan silica fume, dan super plasticizer sesuai dengan gambar rencana dan
petunjuk direksi teknis.

3.4.2 Ketentuan Umum


1) Diberitahukan kepada Kontraktor bahwa pekerjaan beton di lingkungan laut merupakan
pekerjaan khusus dan perlu mendapatkan perhatian yang tinggi. Untuk itu terhitung 30 hari
sebelum melaksanakan pembetonan, Kontraktor harus menyampaikan proposal pekerjaan
beton secara detail mulai dari pengadaan material beton hingga pemeliharaan beton pasca
pengecoran ( curing) kepada Direksi Teknis untuk mendapatkan persetujuan.
2) Dalam hal Kontraktor ingin membeli agregat dari sumber lain seperti dari pabrik atau
supplier, Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Teknis untuk mendapatkan
persetujuan, hasil uji, data dan informasi lainnya sehubungan dengan sifat-sifat fisik dan
kimiawi serta mutu agregat yang akan dibeli dan dipakai sekurang-kurangnya tiga puluh
(30) hari sebelum agregat itu digunakan.
3) Semua biaya yang timbul dari pembuatan atau pembelian agregat beton harus sudah
dimasukkan dalam harga satuan dalam kontrak per meter kubik yang disebutkan pada
masing-masing item untuk beton dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
4) Syarat dari SNI 03-2847-2002 harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan beton
yang dilaksankan dalam kontrak ini, kecuali bila terdapat pertentangan dengan ketentuan
dalam spesifikasi ini, dalam hal ini ketentuan dalam spesifikasi ini harus dipakai.
5) Jika ada bagian-bagian yang dalam pelaksanaanya tidak memenuhi spesifikasi ini, maka
Kontraktor harus memperbaikinya sehingga memenuhi seluruh spesifikasi ini. Metode dan
material untuk perbaikan harus diuji terlebih dahulu dan disaksikan oleh Direksi Teknis.
Setelah disetujui oleh Direksi Teknis barulah perbaikan dilaksanakan atas biaya kontraktor.

3.4.3 Standar Rujukan


1) SNI 03- 2847-2002, Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung
2) SNI S-05-1989-F, Standar spesifikasi bahan bangunan bagian A (bahan bangunan bukan
besi/baja).
3) SNI S-05-1989-F, Standar spesifikasi bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari
besi/baja).
4) SNI 03 2492 1991, Metode pengambilan benda uji beton inti
5) SNI 03-1726-1989, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung.
6) SNI 03-1727 -1989-F, Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung. 7)
SNI 03-1974-1990, Metode pengujian kuat tekan beton.
7) JIS A 1106 (1999), Method of test for flexural strength of concrete,
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

8) SNI 03-2458-1991, Metode pengujian pengambilan contoh untuk campuran beton segar.
9) SNI 03-2492-1991, Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium.
10) SNI 03-2834-1992, Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal. 12) SNI 03-
3403-1991-03, Metode pengujian kuat tekan beton inti pemboran. 13) SNI 03-3403-1994,
Metode pengujian kuat tekan beton inti.
11) SNI 03-4433-1997, Spesifikasi beton siap pakai.
12) SNI 03-4810-1998, Metode pembuatan dan perawatan benda uji di lapangan.
13) SNI 07-0722-1989, Baja canai panas untuk konstruksi umum.
14) SNI 07-3014-1992, Baja untuk keperluan rekayasa umum
15) SNI 07-3015-1992, Baja canai panas untuk konstruksi dengan pengelasan.
16) SNI 15-2049-1994, Semen portland.
17) Pd T-14-2003, Pedoman Konstruksi dan bangunan-Perencanaan perkerasan jalan beton
semen-
18) ASTM A 184M, Standar spesifikasi untuk anyaman batang baja ulir yang difabrikasi untuk
tulangan beton bertulang.
19) ASTM A 242M, Standar spesifikasi untuk baja struktural campuran rendah mutu tinggi.
20) ASTM A 36M-94, Standar spesifikasi untuk baja karbon stuktural.
21) ASTM A 496-94, Standar spesifikasi untuk kawat baja untuk beton bertulang.
22) ASTM A 615M, Standar spesifikasi untuk tulangan baja ulir dan polos gilas untuk beton
bertulang
23) ASTM C78, Test method for flexural strength of concrete (Using simple beam with three-
point loading)
24) ASTM A 616M-96a, Standar spesifikasi untuk rel baja ulir dan polos untuk, bertulang
termasuk keperluan tambahan S1.
25) ASTM A 617M, Standar spesifikasi untuk serat baja ulir dan polos untuk betonbertulang.
26) ASTM A 645M-96a, Standar spesifikasi untuk baja gilas ulir and polos - Tulangan baja
untuk beton bertulang.
27) ASTM A 82, Standar spesifikasi untuk kawat tulangan polos untuk penulangan beton.
28) ASTM C 1017, Standar spesifikasi untuk bahan tambahan kimiawi untuk menghasilkan
beton dengan kelecakan yang tinggi.
29) ASTM C 109, Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis.
30) ASTM C 109-93, Standar metode uji kuat tekan mortar semen hidrolis (menggunakan
benda uji kubus 50 mm)
31) ASTM C 31-91, Standar praktis untuk pembuatan dan pemeliharaan benda uji beton di
lapangan.
32) ASTM C 33-93, Standar spesifikasi untuk agregat beton.
33) ASTM C 39-93a, Standar metode uji untuk kuat tekan benda uji silinder beton.
34) ASTM C 42-90, Standar metode pengambilan dan uji beton inti dan pemotongan balok
beton.
35) ASTM C 494, Standar spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk beton.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

36) ASTM C 595, Standar spesifikasi semen blended hidrolis.


37) ASTM C 685, Standar spesifikasi untuk beton yang dibuat melalui penakaran volume dan
pencampuran menerus.
38) ASTM C 94-94, Standar spesifikasi untuk beton jadi

3.4.4 Bahan-Bahan

❖ Pengujian bahan

1) Sertifikat pengujian semen, agregat dan baja tulangan hendaknya diajukan kepada direksi
untuk memperoleh ijin penggunaan.
2) Pengawas lapangan berhak memerintahkan diadakan pengujian pada setiap bahan
yang digunakan pada pelaksanaan konstruksi beton untuk menentukan apakah bahan
tersebut mempunyai mutu sesuai dengan mutu yang telah ditetapkan. Pelaksanaan
pengujian dilaksanakan oleh Kontraktor atas biaya sendiri.
3) Pengujian bahan dan pengujian beton dilakukan secara rutin dan harus dibuat sesuai
dengan tata cara-tata cara yang terdapat pada pasal 3.6.
4) Jika selama pelaksanan konstruksi, material mengalami perubahan, maka contoh dari tipe
material harus diajukan kepada Direksi Teknis untuk memperoleh ijin penggunaannya.
5) Laporan lengkap pengujian bahan dan pengujian beton harus tersedia untuk
pemeriksaan selama pekerjaan berlangsung dan pada masa 2 tahun setelah
selesainya pembangunan.
6) Baja Tulangan
Baja tulangan yang dipakai harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan pada Bab II
spesifikasi RKS ini.
7) Semen
Semen yang dipakai untuk pekerjaan beton ini harus sesuai dengan yang tercantum pada
Bab II spesifikasi RKS ini.
8) Agregat
Semua agregat yang akan dipakai untuk pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan yang
tercantum pada Bab II spesifikasi RKS ini.
9) A i r
Air yang dipakai untuk pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan yang tercantum pada
Bab II spesifikasi RKS ini.
10) Bahan tambahan
a) Bahan tambahan yang digunakan pada beton harus diuji/dicoba dilaboratorium dan
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknis.
b) Untuk keseluruhan pekerjaan, bahan tambahan yang digunakan harus mampu secara
konsisten menghasilkan komposisi dan kinerja yang sama dengan yang dihasilkan oleh
produk yang digunakan dalam menentukan proporsi campuran beton.
c) Kalsium klorida atau bahan tambahan yang mengandung klorida tidak boleh digunakan.
d) Bahan tambahan pembentuk gelembung udara harus memenuhi SNI 03-2496- 1991,
Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung untuk beton.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

e) Bahan tambahan pengurang air, penghambat reaksi hidrasi beton, pemercepat reaksi
hidrasi beton, gabungan pengurang air dan penghambat reaksi hidrasi beton dan
gabungan pengurang air dan pemercepat reaksi hidrasi beton harus memenuhi
“Spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk beton” (ASTM C 494) atau “Spesifikasi
untuk bahan tambahan kimiawi untuk menghasilkan beton dengan kelecakan yang
tinggi " (ASTM C 1017).

❖ Penyimpanan Bahan-Bahan

1) Bahan semen dan agregat harus disimpan sedemikian rupa untuk mencegah kerusakan,
atau intrusi bahan yang mengganggu.
2) Setiap bahan yang telah terganggu atau terkontaminasi tidak boleh digunakan untuk
pembuatan beton.

3.5 PERSYARATAN KEAWETAN BETON

3.5.1 Rasio air – semen


1) Rasio air-semen yang disyaratkan pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 harus dihitung
menggunakan berat semen, sesuai dengan ASTM C 150, ASTM C 595 M, atau ASTM C
845.

3.5.2 Pengaruh Lingkungan


1) Beton yang akan mengalami pengaruh lingkungan seperti yang diberikan pada Tabel 3.1
harus memenuhi rasio air-semen dan persyaratan kuat tekan karakteristik beton yang
ditetapkan pada tabel tersebut.

Tabel 3.1 Persyaratan untuk pengaruh lingkungan khusus

3.5.3 Pengaruh Lingkungan yang Mengandung Sulfat


1) Beton yang dipengaruhi oleh lingkungan yang mengandung sulfat yang terdapat dalam
larutan atau tanah harus memenuhi persyaratan pada Tabel 3.2, atau harus terbuat dari
semen tahan sulfat dan mempunyai rasio air-semen maksimum dan kuat tekan minimum
sesuai dengan Tabel 3.2.
2) Kalsium klorida sebagai bahan tambahan tidak boleh digunakan pada beton yang
dipengaruhi oleh lingkungan sulfat yang bersifat berat hingga sangat berat, seperti yang
ditetapkan pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Persyaratan untuk beton yang dipengaruhi oleh lingkungan Yang mengandung sulfat
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

3.5.4 Perlindungan Tulangan Terhadap Korosi


1) Untuk perlindungan tulangan di dalam beton terhadap korosi, konsentrasi ion klorida
maksimum yang dapat larut dalam air pada beton keras umur 28 hingga 42 hari tidak boleh
melebihi batasan yang diberikan pada Tabel 3.3. Bila dilakukan pengujian untuk
menentukan kandungan ion klorida yang dapat larut dalam air, prosedur uji harus sesuai
dengan ASTM C1218.
Tabel 3. 3 Kandungan ion klorida maksimum untuk perlindungan baja tulangan Terhadap korosi

3.6 TRIAL - MIX

Kontraktor harus melakukan trial-mix untuk memperoleh komposisi campuran. Pelaksanaan trial
dilaksanakan atas beban Kontraktor dan disaksikan oleh Direksi Teknis. Trial-mix menggunakan
material yang akan dipakai dan dilaksanakan atas persetujuan Direksi Teknis. Hasil trial-mix yang
telah disetujui oleh Direksi Teknis akan menjadi rujukan campuran beton yang digunakan pada saat
pelaksanaan.

3.7 KUALITAS DAN PENCAMPURAN BETON

3.7.1 Umum
1) Beton harus dirancang sedemikian hingga menghasilkan kuat tekan rata-rata seperti yang
disebutkan dalam 3.6.3 (2) dan juga harus memenuhi kriteria keawetan seperti yang
terdapat dalam pasal 3.4.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

2) Ketentuan untuk nilai f’c harus didasarkan pada uji silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30
cm yang diuji pada umur 28 hari.
3) Kecuali ditentukan lain, maka penentuan nilai f'c harus didasarkan pada pengujian beton
yang telah berumur 28 hari.
4) Perencanaan perkerasan kaku mensyaratkan penggunaan kuat lentur sehingga, uji
laboratorium harus dilakukan sesuai dengan JIS A 1106 (1999), Method of test for flexural
strength of concrete, untuk menentukan hubungan antara kuat lentur dan f’c.
5) Uji kuat tekan dan kuat lentur beton digunakan sebagai dasar penerimaan beton untuk
perkerasan kaku.

3.7.2 Pemilihan proporsi campuran beton


1) Proporsi material untuk campuran beton harus ditentukan untuk menghasilkan sifat-sifat:

a) Kelecakan dan konsistensi yang menjadikan beton mudah dicor ke dalam cetakan dan
ke celah di sekeliling tulangan dengan berbagai kondisi pelaksanaan pengecoran yang
harus dilakukan, tanpa terjadinya segregasi atau bleeding yang berlebih.

b) Ketahanan terhadap pengaruh lingkungan seperti yang disyaratkan dalam pasal 3.6.

c) Sesuai dengan persyaratan uji kekuatan dalam pasal 3.6.

2) Untuk setiap campuran beton yang berbeda, baik dari aspek material yang digunakan
ataupun proporsi campurannya, harus dilakukan pengujian.
3) Proporsi beton, termasuk rasio air-semen, dapat ditetapkan sesuai dengan 3.6.3 atau
sebagai alternatif 3.6.4 dan harus memenuhi ketentuan pasal 3.4.

3.7.3 Perancangan proporsi campuran berdasarkan lapangan dan/atau hasil campuran uji
1) Deviasi standar

a) Nilai deviasi standar dapat diperoleh jika fasilitas produksi beton mempunyai catatan
hasil uji. Data hasil uji yang akan dijadikan sebagai data acuan untuk perhitungan
deviasi standar harus:

(i) Mewakili jenis material, prosedur pengendalian mutu dan kondisi yang serupa
dengan yang diharapkan, dan perubahan-perubahan pada material ataupun
proporsi campuran dalam data pengujian tidak perlu dibuat lebih ketat dari yang
digunakan pada pekerjaan yang akan dilakukan

(ii) Mewakili beton yang diperlukan untuk memenuhi kekuatan yang disyaratkan atau
kuat tekan f'c pada kisaran 7 MPa dari yang ditentukan untuk pekerjaan yang akan
dilakukan.

(iii) Terdiri dari sekurang-kurangnya 30 contoh pengujian berurutan atau dua kelompok
pengujian berurutan yang jumlahnya sekurang-kurangnya 30 contoh pengujian .

b) Jika fasilitas produksi beton tidak mempunyai catatan hasil uji yang memenuhi 3.6.3
(1(1), tetapi mempunyai catatan uji dari pengujian sebanyak 15 contoh sampai 29
contoh secara berurutan, maka deviasi standar ditentukan sebagai hasil perkalian
antara nilai deviasi standar yang dihitung dan faktor modifikasi pada Tabel 4. Agar
dapat diterima, maka catatan hasil pengujian yang digunakan harus memenuhi
persyaratan (a) dan (b) dari 3.6.3(1(1)), dan hanya mewakili catatan tunggal dari
pengujian-pengujian yang berurutan dalam periode waktu tidak kurang dari 45 hari
kalender.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

2) Kuat rata-rata perlu

a) Kuat tekan rata-rata perlu f'cr yang digunakan sebagai dasar pemilihan proporsi
campuran beton harus diambil sebagai nilai terbesar dari persamaan 1 atau
persamaan 2 dengan nilai deviasi standar sesuai dengan 3.6.3(1(1)) atau 3.6.3(1(2)).

Tabel 5. 4 Faktor modifikasi untuk deviasi standar jika jumlah pengujian Kurang dari 30 contoh

b) Bila fasilitas produksi beton tidak mempunyai catatan hasil uji lapangan untuk
perhitungan deviasi standar yang memenuhi ketentuan pada 3.6.3(1(1)) atau
3.6.3(1(2)), maka kuat rata-rata perlu f'cr harus ditetapkan berdasarkan Tabel 5.5 dan
pencatatan data kuat rata-rata harus sesuai dengan persyaratan pada 3.6.3(3).

Tabel 5. 5 Kuat tekan rata-rata perlu jika data tidak tersedia Untuk menetapkan deviasi
standar

3.7.4 Contoh benda uji di lapangan

1) Contoh untuk uji kuat tekan harus diambil menurut SNI 03-2458-1991, Metode
pengujian dan pengambilan contoh untuk campuran beton segar . Beton segar ( fresh
concrete) yang akan dijadikan benda uji.

2) Benda uji silinder yang digunakan untuk uji kuat tekan harus dibentuk dan dirawat di
laboratorium menurut SNI 03-4810-1998, Metode pembuatan dan perawatan benda
uji di lapangan dan diuji menurut SNI 03-1974-1990, Metode pengujian kuat tekan
beton.

3) Jika diminta oleh Direksi Teknis, maka hasil uji kuat tekan benda uji silinder yang
dirawat di lapangan harus disiapkan.

4) Perawatan benda uji di lapangan harus mengikuti SNI 03-4810-1998, Metode


pembuatan dan perawatan benda uji di lapangan.

5) Benda-benda uji silinder yang dirawat di lapangan harus dicor pada waktu yang
bersamaan dan diambil dari contoh adukan beton yang sama dengan yang digunakan
untuk uji di laboratorium.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

3.7.5 Evaluasi dan Penerimaan beton

1) Beton harus diuji dengan ketentuan 3.6.3. Teknisi pengujian lapangan yang
memenuhi kualifikasi harus melakukan pengujian beton segar di lokasi konstruksi,
menyiapkan contoh-contoh uji silinder yang diperlukan dan mencatat suhu beton
segar pada saat menyiapkan contoh uji untuk pengujian kuat tekan. Teknisi
laboratorium yang mempunyai kualifikasi harus melakukan semua pengujian-pengujian
laboratorium yang disyaratkan.

2) Satu set contoh uji terdiri atas 3 buah silinder benda uji untuk masing-masing umur uji 3,
7, 14 dan 28 hari.

3) Suatu uji kuat tekan harus merupakan nilai kuat tekan rata-rata dari tiga contoh uji
silinder yang berasal dari adukan beton yang sama dan diuji pada umur beton 3, 7, 14,
dan 28 hari yang ditetapkan untuk penentuan f’c.

4) Beton pada daerah yang diwakili oleh uji beton inti harus dianggap cukup secara
struktur jika kuat tekan rata-rata dari tiga beton inti adalah minimal sama dengan 85%
f’c.

5) Bila kriteria 3.6.5-4) tidak dipenuhi dan bila tahanan struktur masih meragukan, maka
Direksi Teknis mengharuskan Kontraktor untuk melakukan pengujian lapangan tahanan
struktur beton untuk bagian-bagian struktur yang bermasalah tersebut, dan Kontraktor
atas biaya sendiri harus melakukan analisis untuk menjamin bahwa tahanan struktur
dalam memikul beban masih dalam batas yang aman, dan jika tidak aman maka
Kontraktor dengan biaya sendiri harus melakukan perkuatan sehingga struktur
pelabuhan tetap berfungsi sesuai dengan analisa perencanaan awal.

3.7.6 Persiapan sebelum Pengecoran

Persiapan sebelum pengecoran beton meliputi hal berikut:

1) Semua peralatan untuk pencampuran dan pengangkutan beton harus bersih.

2) Semua sampah atau kotoran dan air harus dihilangkan dari cetakan yang akan diisi
beton.

3) Cetakan harus dilapisi zat pelumas permukaan sehingga mudah dibongkar.

4) Tulangan harus benar-benar bersih dari lapisan yang mengganggu.

5) Semua kotoran dan bagian permukaan yang dapat lepas atau yang kualitasnya kurang
baik harus dibersihkan sebelum pengecoran lanjutan dilakukan pada permukaan beton
yang telah mengeras.

3.7.7 Pencampuran

1) Semua bahan beton harus diaduk secara seksama dan harus dituangkan seluruhnya
sebelum pencampur diisi kembali.

2) Beton siap pakai harus dicampur dan diantarkan sesuai persyaratan SNI 03-4433-
1997, Spesifikasi beton siap pakai atau ”Spesifikasi untuk beton yang dibuat melalui
penakaran volume dan pencampuran menerus” (ASTM C 685).

3) Adukan beton yang dicampur di lapangan harus dibuat sebagai berikut:

a) Pencampuran harus dilakukan dengan menggunakan jenis pencampur yang telah


disetujui.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

b) Mesin pencampur harus diputar dengan kecepatan yang disarankan oleh pabrik
pembuat.

c) Pencampuran harus dilakukan secara terus menerus selama sekurang- kurangnya


1½ menit setelah semua bahan berada dalam wadah pencampur, kecuali bila
dapat diperlihatkan bahwa waktu yang lebih singkat dapat memenuhi
persyaratan uji keseragaman campuran SNI 03-4433-1997, Spesifikasi beton
siap pakai.

d) Pengolahan, penakaran, dan pencampuran bahan harus memenuhi SNI 03- 4433-
1997, Spesifikasi beton siap pakai.

3.7.8 Pengantaran

1) Beton harus diantarkan dari tempat pencampuran ke lokasi pengecoran dengan cara-
cara yang dapat mencegah terjadinya pemisahan (segregasi) atau hilangnya bahan.

2) Peralatan pengantar harus mampu mengantarkan beton ke tempat pengecoran tanpa


pemisahan bahan dan tanpa sela yang dapat mengakibatan hilangnya plastisitas
campuran.

3.7.9 Pengecoran

1) Kontraktor harus memberitahukan Direksi Teknis secara tertulis paling sedikit 24 jam
sebelum memulai setiap pengecoran beton, atau ketika meneruskan pengecoran beton
bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus
meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran
beton.

2) Direksi Teknis akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan
memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun
tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak
boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Teknis.

3) Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya untuk menghindari terjadinya
segregasi akibat penanganan kembali atau segregasi akibat pengaliran.

4) Pengecoran beton harus dilakukan dengan kecepatan sedemikian hingga beton selama
pengecoran tersebut tetap dalam keadaan plastis dan dengan mudah dapat mengisi
ruang di antara tulangan.

5) Setelah dimulainya pengecoran, maka pengecoran tersebut harus dilakukan secara


menerus hingga mengisi secara penuh panel atau penampang sampai batasnya, atau
sambungan yang ditetapkan.

6) Pada pengecoran beton insitu, jika diperlukan siar pelaksanaan, maka


sambungan harus dibuat pada daerah momen nol dan teratur sesuai SNI 03 – 2847 –
2002.

7) Semua beton harus dipadatkan secara menyeluruh dengan menggunakan peralatan


yang sesuai selama pengecoran dan harus diupayakan mengisi sekeliling tulangan dan
seluruh celah dan masuk ke semua sudut cetakan.

3.7.10 Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)

1) Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir atau seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Teknis. Segera setelah pengecoran beton, bagian atas
pelat, kerb, permukaan trotoar dan permukaan horizontal lainnya harus
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

2) diselesaikan ( finishing) secara manual sampai halus dan rata dengan menggerakkan
perata kayu secara memanjang dan melintang atau dengan cara lain yang cocok,
kemudian harus digaru dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta
ketinggian yan diperlukan, sebelum beton mulai mengeras.

3.7.11 Perawatan beton

1) Beton pracetak harus dalam kondisi seluruh bagiannya terendam air dengan suhu
tidak melampaui 25∘C untuk sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran.
Air yang digunakan adalah air yang setera untuk air minum.

2) Beton cor ditempat harus dirawat dan dalam kondisi lembab dengan tidak
melampaui suhu 25∘ C untuk sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran.
Pengukuran suhu permukaan beton dilakukan setiap jam dari jam 8.00 hingga 18.00
WITA dan dilaporkan secara tertulis.

3.8 CETAKAN (BEKISTING)

3.8.1 Perencanaan Cetakan

1) Cetakan harus menghasilkan struktur akhir yang memenuhi bentuk, garis, dan dimensi
komponen struktur seperti yang disyaratkan pada gambar rencana dan spesifikasi.

2) Cetakan harus mantap dan cukup rapat untuk mencegah kebocoran mortar.

3) Cetakan harus diperkaku atau diikat dengan baik untuk mempertahankan posisi dan
bentuknya.

4) Cetakan dan tumpuannya harus direncanakan sedemikian hingga tidak merusak


struktur yang dipasang sebelumnya.

5) Perencanaan cetakan harus menyertakan pertimbangan faktor-faktor berikut:

(i) Kecepatan dan metode pengecoran beton dan,

(ii) Beban selama konstruksi, termasuk beban-beban vertikal, horisontal, dan


tumbukan.

6) Seluruh cetakan untuk elemen beton pracetak dan beton cor di tempat hanya dapat
digunakan setelah mendapatkan persetujuan dari direksi pada Shop Drawing yang
diajukan Kontraktor

3.8.2 Pembongkaran cetakan dan penopang, serta penopangan kembali

1) Pembongkaran cetakan

Cetakan harus dibongkar dengan cara-cara yang tidak mengurangi keamanan dan
kemampuan layan struktur. Beton yang akan dipengaruhi oleh pembongkaran cetakan
harus memiliki kekuatan cukup sehingga tidak akan rusak oleh operasi pembongkaran.

2) Pembongkaran penopang dan penopangan kembali

Sebelum dimulainya pekerjaan konstruksi, Kontraktor harus membuat prosedur dan jadwal
untuk pembongkaran penopang dan pemasangan kembali penopang dan untuk
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

penghitungan beban-beban yang disalurkan ke struktur selama pelaksanaan pembongkaran


tersebut.

Beban konstruksi yang melebihi kombinasi beban mati tambahan ditambah beban hidup
tidak boleh ditopang oleh bagian struktur yang sedang dibangun tanpa penopang, kecuali
ika analisis menunjukkan bahwa bagian struktur yang dimaksud memiliki kekuatan yang
cukup untuk memikul beban tambahan tersebut.

3.9 DETAIL PENULANGAN

3.9.1 Kait standar

Pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan standar sesuai SNI yang berlaku sebagai
berikut:

1) Bengkokan 180° ditambah perpanjangan 4db, tapi tidak kurang dari 60 mm, pada ujung
bebas kait.

2) Bengkokan 90° ditambah perpanjangan 12db pada ujung bebas kait. 3) Untuk sengkang
dan kait pengikat:

– Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90° ditambah perpanjangan 6db pada
ujung bebas kait, atau

– Batang D-19, D-22, dan D-25, bengkokan 90° ditambah perpanjangan 12db pada
ujung bebas kait, atau

– Batang D-25 dan yang lebih kecil, bengkokan 135° ditambah perpanjangan 6db pada
ujung bebas kait.

3.9.2 Diameter bengkokan minimum

1) Diameter bengkokan yang diukur pada bagian dalam batang tulangan tidak boleh
kurang dari nilai dalam Tabel 5.8. Ketentuan ini tidak berlaku untuk sengkang dan
sengkang ikat dengan ukuran D-10 hingga D-16.

2) Diameter dalam dari bengkokan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak boleh kurang
dari 4db untuk batang D-16 dan yang lebih kecil. Untuk batang yang lebih besar
daripada D- 16, diameter bengkokan harus memenuhi Tabel 5.8.

Tabel 5. 8 Diameter bengkokan minimum

3.9.3 Cara pembengkokan

1) Semua tulangan harus dibengkokkan dalam keadaan dingin.


RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

2) Tulangan yang sebagian sudah tertanam di dalam beton tidak boleh dibengkokkan
dilapangan.

3) Batangan tulangan dengan diameter 19 mm dan yang lebih besar harus dibengkokkan
dengan mesin pembengkok.

4) Bilamana terjadi kesalahan dalam membengkokkan baja tulangan, batang tulangan


tidak boleh dibengkokkan kembali atau diluruskan. Harus diperbaiki dengan mengganti
seluruh batang tersebut dengan batang baru yang dibengkokkan dengan benar dan
sesuai yang disyaratkan.

5) Kontraktor harus menyediakan fasilitas di tempat kerja untuk pemotongan dan


pembengkokan tulangan, dan harus menyediakan persediaan (stok) batang yang cukup
di tempat,

3.9.4 Kondisi permukaan baja tulangan

1) Pada saat beton dicor, tulangan harus bebas dari lumpur, minyak, atau segala jenis zat
pelapis bukan logam yang dapat mengurangi kapasitas lekatan

2) Tulangan yang mengandung karat, kulit giling (mill scale), atau gabungan keduanya,
tidak boleh dipergunakan.

3) Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi atau kurang dari toleransi
pembuatan yang disyaratkan dalam Spesifikasi, tidak boleh digunakan.

3.9.5 Batasan spasi tulangan

1) Jarak bersih antara tulangan sejajar dalam lapis yang sama, tidak boleh kurang dari db
ataupun 25 mm.

2) Bila tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih, tulangan pada lapis
atas harus diletakkan tepat di atas tulangan di bawahnya dengan spasi bersih antar
lapisan tidak boleh kurang dari 25 mm.

3) Pada komponen struktur tekan yang diberi tulangan spiral atau sengkang pengikat,
jarak bersih antar tulangan longitudinal tidak boleh kurang dari 1,5db ataupun 40 mm.

4) Pembatasan jarak bersih antar batang tulangan ini juga berlaku untuk jarak bersih
antara suatu sambungan lewatan dengan sambungan lewatan lainnya atau dengan
batang tulangan yang berdekatan.

3.9.6 Pelindung beton untuk tulangan

Pada beton bertulang, tinggi selimut beton yang harus disediakan untuk tulangan adalah 75
mm.

3.9.7 Sambungan

Sambungan lewatan minimal harus 60 cm atau 40db.


RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

3.10 PEKERJAAN BETON BERTULANG

3.10.1 Umum
a. Uraian
1) Pekerjaan yang disyaratkan dalam seksi ini harus mencakup pembuatan seluruh struktur
beton, termasuk tulangan dan struktur komposit sesuai dengan persyaratan dan sesuai
dengan garis, elevasi, ketinggian, dan dimensi yang ditunjukkan dalam gambar, dan
sebagaimana diperlukan oleh Direksi Teknik.
2) Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja dimana pekerjaan beton akan
ditempatkan, termasuk pembongkaran dari tiap struktur yang harus dibongkar, galian
pondasi, penyiapan dan pemeliharaan dari pondasi, pengadaan penutup beton,
pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan agar pondasi tetap kering, dan
urugan kembali disekeliling struktur dengan urugan tanah yang dipadatkan.
3) Kelas dari beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan dalam
kontrak haruslah seperti yang diminta dalam gambar atau Pasal lain yang berhubungan
dengan peryaratan ini atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
Seluruh beton harus kelas II/K300, II/K250, II/K175 atau I/BO yang digunakan sebagai
berikut :
– Kelas II/300 dan : digunakan dalam konstruksi beton bertulang seluruh elemen
dermaga.
– Kelas II/250 : seperti pada bangunan gedung, dinding penahan tanah, kansten
beton, saluran beton bertulang dan lain-lain.
– Kelas II/K175 : seperti pada struktur manhole, pondasi pasangan batu pecah dan
pasangan batu bata.
– Kelas I/BO : digunakan dalam landasan beton tumbuk untuk pondasi dan untuk
pengurugan kembali sekelilingnya.
4) Syarat dari PBI NI 2 1971 harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan beton
yang dilaksanakan dalam kontrak ini, kecuali bila terdapat pertentangan dengan syarat
dalam spesifikasi ini, dalam hal ini syarat dari spesifikasi ini harus dipakai.
b. Pekerjaan yang dipersyaratkan dibagian lain,
1) Baja tulangan untuk beton
2) Adukan semen
c. Jaminan Mutu
Mutu dari material yang dikirim dari campuran yang dihasilkan dan cara kerja serta hasil akhir
harus dimonitor dan dikendalikan seperti yang disyaratkan dalam Standar Rujukan dibawah,
d. Toleransi
(1) Toleransi dimensi :
Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m …………………… + 5 mm
Panjang keseluruhan lebih dari 6 m …………………………. + 15 mm
Panjang balok, pelat dek, kolom dinding,
Atau antara tembok kepala …………………………. –0 dan + 10 mm
(2) Toleransi bentuk :
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

Siku (selisih dalam panjang diagonal) ……………………….. 10 mm


Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis yang
dimaksud) untuk panjang s/d 3m ……………………………. 12 mm
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m – 6 m ……….. 15 mm
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m ……………. 20 mm
(3) Toleransi kedudukan (dari titik patokan) :
Kedudukan kolom pra-cetak dari rencana ..…………………. + 10 mm
Kedudukan permukaan horizontal dari rencana …………..… + 10 mm
Kedudukan permukaan vertikal dari rencana ……………….. + 20 mm
(4) Toleransi kedudukan tegak :
Penyimpangan ketegakan kolom dan dinding………………. + 10 mm
(5) Toleransi ketinggian (elevasi) :
Puncak beton penutup dibawah pondasi. ..…………………. + 10 mm
Puncak beton penutup dibawah pelat injak ………………… + 10 mm
Puncak kolom, tembok kepala, balok melintang …………… + 10 mm
(6) Toleransi kedudukan mendatar : 10 mm dalam 4 m panjang mendatar.
(7) Toleransi untuk penutup/selimut beton tulangan :
Selimut beton sampai 3 cm …………………………. 0 dan + 5 mm
Selimut beton 3 cm – 5 cm ………………………….. –0 dan + 10 mm
Selimut beton 5 cm – 10 cm ………………………… + 10 mm
e. Nama Sumber Standar

PBI 1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2.


SNI 15-2049-1994 Semen portland.

SNI 03-4432-1997 Karet spons yang dibentuk dan pengisi sambungan

dari gabus untuk lapisan beton dan konstruksi


sturktur.

SNI 03-4814-1998 Pengedap sambungan beton, tipe elastis yang dituang


panas.

SNI 03-4815-1998 Pengisi sambungan yang dibentuk untuk lapisan beton


dan konstruksi struktur.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

SNI 03-4142-1996 Metode Pengujian Jumlah Bahan Dalam Agregat Yang


Lolos Saringan No.200 (0,075 mm).

SNI 03-2816-1992 Ketidak murnian organis dalam pasir untuk beton.

SNI 03-6429-2000 Kuat tekan dari contoh beton silindris.

SNI 03-4810-1998 Pembuatan dan perawatan contoh untuk pengujian kuat


tekan dan kuat lentur dilapangan.

SNI 03-6817-2002 Mutu air yang akan digunakan dalam beton.

SNI 03-2417-1991 Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi


Los Angeles.

SNI 06-2426-1991 Penentuan mutu agregat dengan menggunakan


sodium sulfat.

SNI 03-4141-1996 Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir- butir


Mudah Pecah dalam Agregat.

SIN 03-2493-1991 Pembuatan dan perawatan contoh untuk pengujian beton


di laboratorium.
SNI 03-2458-1991 Pengambilan contoh beton segar.

f. Pengajuan
1) Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh material yang hendak digunakan dengan
data pengujian yang memenuhi seluruh sifat material yang disyaratkan dari spesifikasi ini.
2) Kontraktor harus mengirimkan rancangan campurannya (Mix Design) untuk masing- masing
tipe beton yang diusulkan untuk digunakan 30 hari sebelum awal pekerjaan pengecoran
beton.
3) Kontraktor harus mengirim secara tertulis hasil dari seluruh pengujian pengendalian mutu
yang disyaratkan segera setelah siap atau bila diminta oleh Direksi Teknik. Dalam hal
pengujian kuat tekan, hal ini akan meliputi pengiriman hasil pengujian kuat tekan, hal ini
akan meliputi pengiriman hasil pengujian kuat tekan 3-hari, 7-hari dan 28- hari yang masing-
masing 3 hari, 7 hari dan 28 hari setelah pencampuran.
4) Kontraktor harus mengirim gambar terperinci dari seluruh perancah yang akan digunakan,
dan harus memperoleh persetujuan Direksi Teknik sebelum memulai setiap pekerjaan
perancah.
5) Kontraktor harus memberitahu Direksi Teknik sacara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum
bermaksud memulai melakukan pencampuran atau pengecoran beton, seperti yang
disyaratkan dibawah.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

g. Penyimpanan dan Perlindungan Material


Untuk penyimpanan semen, Kontraktor harus menyediakan tempat yang tahan cuaca yang
kedap udara dan mempunyai lantai kayu yang dinaikan yang ditutup dengan lembar
polyethylene (plastik).
Sepanjang waktu, tumpukan kantong semen harus ditutup dengan lapis selubung plastik.
h. Kondisi Tempat Kerja
Kontraktor harus menjaga temperatur dari seluruh material, khususnya agregat kasar, pada
tingkat yang serendah mungkin dan harus menjaga temperatur dari beton dibawah 30oC
sepanjang waktu pengecoran. Sebagai tambahan, Kontraktor tidak boleh melakukan
pengecoran bila :
- Tingkat penguapan melampaui 1.0 kg/m2/jam.
- Lengas nisbi dari udara kurang dari 40%.
- Diperintahkan untuk tidak melakukannya oleh Direksi Teknik, selama periode hujan atau
bila udara penuh debu atau tercemar.
i. Perbaikan dari pekerjaan beton yang tak memuaskan.
1) Perbaikan dari pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang disyaratkan,
atau yang tidak memiliki hasil akhir permukaan yang memuaskan, atau yang tidak
memenuhi kebutuhan syarat campuran yang dipersyaratkan dalam Pasal ini, harus
mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Direksi Teknik dan dapat meliputi :
- perubahan dalam proporsi campuran untuk sisa pekerjaan;
- tambahan perawatan pada bagian dari struktur yang dari hasil pengujian ternyata
gagal;
- perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian pekerjaan
yang dipandang tidak memuaskan;
- penambalan dari cacat-cacat kecil.
2) Dalam hal adanya perselisihan dalam kwalitas pekerjaan beton atau adanya keraguan
dari data pengujian yang ada, Direksi Teknik dapat meminta Kontraktor melakukan
pengujian tambahan yang diperlukannya untuk menjamin penilaian yang wajar pada mata
pekerjaan yang telah dilaksanakan. Pengujian tambahan tersebut haruslah atas biaya
Kontraktor.
3) Perbaikan dari pekerjaan beton yang retak atau bergeser haruslah sesuai dengan syarat
dari Pasal dari spesifikasi ini.

3.10.2 Material Beton


a. Semen
1) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah tipe semen portland yang
memenuhi SNI 15-2049-1994 kecuali tipe IA, IIA, IIIA dan IV. Terkecuali diijinkan lain oleh
Direksi Teknik, campuran yang mengandung gelembung udara tidak boleh digunakan.
2) Terkecuali diijinkan oleh Direksi Teknik, hanya satu produk merk yang dapat digunakan di
dalam proyek.
b. Air
Air yang digunakan dalam campuran, dalam peralatan, atau pemakaian lainnya harus bersih,
dan bebas dari benda yang mengganggu seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

organis. Air akan diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi kriteria dari SNI 03-6817-2002.
Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian.
c. Agregat
1) Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi syarat-syarat yang diberikan dalam
tabel 6.1.2 (c) tetapi material yang tidak memenuhi syarat-syarat gradasi tersebut tidak
perlu ditolak bila Kontraktor dapat menunjukkan dengan pengujian bahwa beton tersebut
memenuhi sifat campuran yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.1.3
(c).
Tabel 6.1.2 (c) Syarat-syarat gradasi agregat
Ukuran Ayakan Presentase Berat Yang Lolos

Standar Inch Agregat Pilihan Agregat


(mm) (in) halus Kasar
50 2 - 100 - - -
37 1½ - 95-100 100 - -
25 1 - - 95-100 100 -
19 ¾ - 35-70 - 90-100 100
13 ½ - - 25-60 - 90-100
10 3/8 100 10-30 - 20-55 40-70
4.75 #4 95-100 0-5 0-10 0-10 0-15
2.36 #8 - - 0-5 0-5 0-5
1.18 # 16 45-80 - - - -
0.3 # 50 10-30 - - - -
0.15 # 100 2-10 - - - -

2) Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak lebih dari
¾ dari jarak minimum antara tulangan baja atau antara tulangan baja dengan acuan, atau
antara perbatasan lainnya.
d. Sifat agregat
1) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras, kuat yang
diperoleh dengan pemecahan padas atau batu, atau dari pengayakan dan pencucian (jika
perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
2) Agregat harus bebas dari material organis seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI
03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat lainnya yang diberikan dalam Tabel 6.1.2 (d)
bila diambil contohnya dan diuji sesuai dengan prosedur SNI yang berhubungan.
Tabel 6.1.2 (d)

Batas Maksimum Yang


Diijinkan
Agregat Agregat
Sifat Test
Halus Kasar
Kehilangan akibat abrasi SNI 03-2417-1991
pada 500 putaran dengan Mesin - 40%
Los Angeles
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

Kehilangan akibat
penentuan mutu dengan natrium SNI 03-3407-1994 10% 12%
sulfat setelah 5 siklus

Persentase dari gumpalan


lempung dan partikel yang SNI 03-4141-1996 0.5% 2%
dapat pecah
Material yang lolos
saringan # 200 SNI 03-4142-1996 3% 1%

e. Pengisi sambungan
1) Pengisi yang dituang untuk sambungan harus memenuhi persyaratan dari AASHTO M
173.
2) Pengisi yang dibentuk sebelumnya untuk sambungan harus memenuhi persyaratan dari
AASHTO M 153 atau AASHTO M 213.

3.10.3 Pencampuran dan Penakaran


a. Rancangan campuran
Proporsi material dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan metode yang
disyaratkan dalam PBI dan sesuai dengan batasan yang diberikan dalam Tabel 6.1.3 (a).
Tabel 6.1.3 (a) Perkiraan Proporsi Takaran Campuran
Perbandingan Kadar Semen
Maksimum Dari 3
(kg/m dari campuran)
Air/Semen (Berat)
Minimum Maximum
Kelas Beton
II/K 350 0.50 450 500
II/K 250 0.52 335 400
II/K 175 0.57 220 300
I/BO 0.65 200 250

b. Campuran percobaan
Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta material yang diusulkan dengan
membuat dan menguji campuran percobaan, dengan disaksikan oleh Direksi Teknik, yang
menggunakan peralatan dan perlengkapan tipe yang sama seperti yang akan digunakan
untuk pekerjaan.
Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi seluruh sifat campuran
yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.1.3 (c) dibawah.
c. Persyaratan sifat campuran
1) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan “slump”
yang dibutuhkan seperti yang dipersyaratkan dalam Tabel 6.1.3 (c), atau yang disetujui
oleh Direksi Teknik, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan
SNI 03-2458-191, 03-4810-1998, 03-2493-191 dan 03-6429-2000.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

Tabel 6.1.3 (c) Syarat-syarat sifat campuran


Kuat Tekan Karakteristik
2
Kelas Beton Minimum (kg/cm )
Contoh Kubus Contoh Silinder
15 cm 15 cm x 30 cm “Slump” (mm)
7 hari 28 hari 7 hari 28 hari Digetar- Tidak di
kan getarkan

III/K 300 250 300 220 350 20 – 50 -

II/K 250 180 250 150 250 20 – 50 -


150 225 125 225 20 – 50 50 – 80
II/K 225
115 175 95 175 20 – 50 -
II/K 175
I/BO - - - - - -

2) Beton yang tidak memenuhi persyaratan “slump” umumnya tidak boleh ditempatkan pada
pekerjaan, terkecuali bila Direksi Teknik dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya
secara terbatas dari sedikit jumlah beton tersebut pada bagian tertentu yang sedikit
dibebani.
3) Sifat mudah dikerjakan serta tekstur dari campuran harus sedemikian rupa sehingga
beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga atau menahan udara atau
buih air dan sedemikian rupa sehingga pada pembongkaran acuan menghasilkan
permukaan yang merata, halus dan padat.
4) Bila hasil dari pengujian 7 hari menghasilkan kuat beton dibawah nilai yang disyaratkan
dalam Tabel 6.1.3 (c) Kontraktor tidak diperbolehkan mencor beton lebih lanjut sampai
penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat dipastikan dan sampai telah diambil
tindakan-tindakan yang akan menjamin produksi beton memenuhi persyaratan secara
memuaskan. Beton yang tidak memenuhi kuat tekan 28 hari yang disyaratkan harus
dipandang tidak memuaskan dan pekerjaan harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan
dalam Pasal 6.1.1 (i) diatas, Kekuatan beton akan cenderung lebih kecil dari
persyaratkan kekuatan bilamana setiap contoh benda uji dari bagian pekerjaan yang
dipertanyakan adalah lebih kecil dari keperluan yang diberikan dalam Tabel 6.1.3 (c),
atau selain disetujui lain oleh Direksi Teknik yang karena kebijaksanaannya hasil
perhitungan statistik dipertimbangkan atau karena adanya kesalahan pengambilan
contoh atau persiapan benda uji yang kurang baik atau karena faktor-faktor lainnya.
5) Direksi Teknik dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau memerintahkan Kontraktor
mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil uji
kuat tekan 3 hari. Dalam keadaan demikian, Kontraktor harus segera menghentikan
pengecoran beton yang dipertanyakan tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil
pengujian 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu
tersebut Direksi Teknik akan menelah kedua hasil pengujian 3 hari dan 7 hari, dan dapat
segera memerintahkan penerapan dari tindakan perbaikan apapun yang dipandang perlu.
6) Perbaikan dari pekerjaan beton yang tak memuaskan yang melibatkan pembongkaran
menyeleruh dan penggantian beton tidak boleh didasarkan pada hasil pengujian kuat
tekan 3 hari saja, terkecuali Kontraktor dan Direksi Teknik keduanya sepakat pada
perbaikan tersebut.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

d. Penyesuaian Campuran
1) Penyesuaian sifat mudah dikerjakan.
Bila dijumpai tak mungkin memperoleh beton dengan sifat mudah dikerjakan dan dicor
pada proporsi yang semula direncanakan oleh Direksi Teknik, maka akan dibuat
perubahan-perubahan pada berat agregat sebagaimana diperlukan asal dalam hal
apapun kadar semen yang semula direncanakan tidak diubah, juga tidak menambah
besarnya faktor air/semen yang telah ditetapkan berdasarkan pengujian kuat tekan yang
telah menghasilkan kuat tekan yang memadai.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambahkan air atau
oleh cara lain tidak akan diperkenankan. Zat tambahan untuk meningkatkan sifat mudah
dikerjakan hanya diijinkan bila secara khusus telah disetujui oleh Direksi Teknik.
2) Penyesuaian kekuatan
Bila beton tidak mencapai kekuatan yang dipersyaratkan atau disetujui, kadar semen
harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
3) Penyesuaian untuk material baru.
Tidak boleh ada perubahan dalam sumber atau sifat dari material yang disyaratkan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Direksi Teknik dan tidak boleh ada material baru yang
boleh digunakan sampai Direksi Teknik menerima material tersebut secara tertulis dan
menetapkan proporsi baru yang didasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan
baru yang dilakukan oleh Kontraktor.
e. Penakaran Agregat
1) Seluruh beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan semen kantongan, kuantitas
penakaran harus sedemikian sehingga semen yang digunakan adalah sama dengan satu
atau kebulatan dari jumlah kantung semen. Agregat harus diukur secara terpisah beratnya.
Ukuran masing- masing takaran tidak boleh melebihi kapasitas terpasang dari pengaduk.
2) Sebelum penakaran, agregat harus dibuat jenuh air dan dipertahankan dalam kondisi
lembah, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh- kering permukaan, dengan secara
berkala menyiram timbunan agregat dengan air. Pada saat-saat penakaran, penyiraman
terakhir dari agregat haruslah paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin pengaliran
yang memadai dari timbunan agregat.
f. Pencampuran
1) Beton harus dicampur dalam mesin yang dioperasikan secara mekanikal dari tipe dan
ukuran yang disetujui dan yang akan menjamin distribusi yang merata dari material.
2) Pencampur harus dilengkapi dengan penampung air yang cukup dan peralatan untuk
mengukur dan pengendalian jumlah air yang digunakan secara teliti dalam masing-masing
penakaran.
3) Alat pencampur pertama-tama harus diisi dengan agregat dan semen yang telah ditakar,
dan selanjutnya pencampuran dimulai sebelum air ditambahkan.
4) Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan kedalam campuran
material kering. Seluruh air pencampur harus dimasukan sebelum seperempat waktu
pencampuran telah berlalu. Waktu pencampuran untuk mesin dengan kapasitas ¾ m3 atau
kurang haruslah 1.5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15
detik untuk setiap tambahan 0.5 m3 dalam ukuran.
5) Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi Teknik dapat menyetujui
pencampuran beton dengan tenaga manusia, sedekat mungkin dengan tempat pengecoran.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

Penggunaan pencampuran dengan tenaga manusia harus dibatasi pada beton non-
struktural.

3.10.4 Penggunaan Admixture


a. Penggunaan admixture dapat digunakan setelah diijinkan oleh Pemberi Tugas/Konsultan
Pengawas.
b. Dimana pengunaan admixture diijinkan, maka bahan ini harus ditambahkan pada beton dalam
tempat pengadukannya dengan mempergunakan alat pengukur otomatis, dan petunjuk-
petunjuk pabrik mengenai cara penggunaannya.
c. Istilah-istilah kimia, rumus-rumus dan jumlah bahan-bahan yang aktif, ukuran yang harus
dipakai dan efek mengenai bertambahnya atau berkurangnya penggunaan dosis bahan-bahan
secara terus menerus pada sifat-sifat fisik dan kimia beton basah dan sudah mengeras akan
diserahkan kepada Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuannya.
d. Kontraktor harus menyediakan sample-sample dan melaksanakan percobaan-percobaaan
tersebut di atas sebagaimana diperintahkan oleh Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas sebelum
ijin penggunaan admixture diberikan untuk dipakai pada pelaksanaan. Seluruh pengambilan
sample dan pelaksanaan tes menjadi tanggungan Kontraktor.

3.10.5 Pelaksanaan Pengecoran


a. Penyiapan tempat kerja
1) Kontraktor harus membongkar struktur yang ada yang akan diganti dengan pekerjaan beton
yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan
beton yang baru.
2) Kontraktor harus menggali atau mengurug pondasi atau formasi untuk pekerjaan beton
hingga garis yang ditunjukkan dalam gambar atau seperti yang ditetapkan oleh Direksi
Teknik sesuai dengan syarat-syarat, pada spesifikasi ini, dan harus membersihkan dan
menggaru tempat yang cukup di sekeliling dari pekerjaan beton tersebut untuk menjamin
dapat dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jalan kerja yang kokoh juga harus disediakan
jika perlu untuk menjamin bahwa seluruh sudut pekerjaan dapat diamati dengan mudah dan
aman.
3) Seluruh landasan dan galian untuk pekerjaan beton harus dipertahankan kering dan beton
tidak boleh di cor diatas tanah yang berlumpur atau bersampah atau dalam air.
4) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang harus
dimasukkan kedalam beton (seperti pipa atau saluran) harus sudah ditempatkan dan diikat
kuat sehingga tidak bergeser sewaktu pengecoran.
5) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Teknik, material landasan untuk pekerjaan
beton harus dihampar sesuai dengan syarat dari Seksi 6.5 dari spesifikasi ini.
6) Direksi Teknik akan memeriksa seluruh galian dan pondasi yang disiapkan sebelum
menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau beton dan dapat meminta
Kontraktor untuk melaksanakan pengujian pemantekan dalam, pengujian kepadatan atau
penyelidikan lainnya untuk memastikan cukupnya daya dukung dari tanah dibawah pondasi.
Dalam hal dijumpai kondisi tidak memuaskan, Kontraktor dapat diperintahkan untuk
mengubah dimensi atau kedalaman dari pondasi dan/atau menggali dan mengganti daerah
yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
b. Cetakan
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

1) Cetakan dari tanah, bila disetujui oleh Direksi Teknik, harus dibentuk dengan galian, dan
sisi serta dasarnya harus dipotong dengan tangan sesuai ukuran yang diperlukan. Seluruh
kotoran tanah lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.
2) Cetakan yang dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan yang kedap terhadap aduk
dan cukup kokoh untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran,
pemadatan dan perawatan.
3) Kayu yang tidak dihaluskan dapat digunakan untuk permukaan yang tidak akan tampak
pada struktur akhir, tetapi kayu yang dihaluskan dengan tebal yang merata harus digunakan
untuk permukaan beton yang tampak. Cetakan harus menyediakan pembulatan pada
seluruh sudut- sudut tajam.
4) Cetakan harus dibangun sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.
c. Pengecoran
1) Kontraktor harus memberitahukan Direksi Teknik secara tertulis paling sedikit 24 jam
sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton bila operasi telah
ditunda untuk lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi dari pekerjaan, macam
pekerjaan, kelas dari beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
2) Direksi Teknik akan memberi tanda terima dari pemberitahuan tersebut dan akan
memeriksa cetakan dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan secara tertulis untuk
pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak boleh melaksanakan
pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Teknik untuk memulai.
3) Tidak bertentangan dengan pengeluaran suatu persetujuan untuk memulai, tidak ada beton
yang boleh dicor bila Direksi Teknik atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi
pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
4) Sesaat sebelum beton di cor, cetakan harus dibasahi dengan air atau disebelah dalamnya
dilapisi dengan minyak mineral yang tak akan membekas.
5) Tidak ada beton yang boleh digunakan bila tidak di cor dalam posisi akhirnya dalam
cetakan waktu 1 jam setalah pencampuran, atau dalam waktu secepatnya sesuai petunjuk
Direksi Teknis atas dasar pengamatan sifat-sifat mengerasnya semen yang digunakan.
6) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan konstruksi
yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.
7) Beton harus di cor sedemikian rupa agar terhindar dari segregasi (pemisahan) partikel
kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin ke
tempat akhirnya untuk mencegah pengaliran dan harus tidak boleh mengalir lebih dari satu
meter dari tempat asal pengecoran.
8) Bila di cor kedalam struktur yang memiliki cetakan yang sulit dan tulangan yang rapat, beton
harus di cor dalam lapis-lapis horisontal yang tak lebih dari 15 cm tebalnya.
9) Beton tidak boleh jatuh bebas kedalam cetakan dari ketinggian lebih dari 150 cm.
10) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa sehingga beton yang telah
berada ditempat masih plastis sehingga dapat menyatu dengan beton segar.
11) Air tidak diperbolehkan dialirkan keatas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton
dalam waktu 24 jam setelah pengecoran.
d. Sambungan Konstruksi
1) Jadwal pembetonan harus disiapkan untuk tiap-tiap struktur secara lengkap dan Direksi
Teknik harus menyetujui lokasi dari sambungan konstruksi pada jadwal tersebut, atau harus
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

diletakkan seperti yang ditunjukkan pada gambar. Sambungan konstruksi tidak boleh
diletakkan pada pertemuan bagian-bagian struktur terkecuali dipersyaratkan demikian.
2) Sambungan konstruksi pada tembok sayap harus dihindari. Seluruh sambungan konstruksi
harus tegak lurus terhadap garis utama tegangan dan pada umumnya harus diletakkan
pada titik dengan gaya geser minimum.
3) Bila sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati sambungan
sedemikian sehingga membuat struktur tetap monolit.
4) Alur sambungan paling sedikit 4 cm dalamnya harus disediakan pada seluruh sambungan
konstruksi pada dinding, pelat dan antara pondasi dan dinding. Untuk pelat yang berada
diatas, sambungan harus diletakkan sedemikian sehingga membagi pelat menjadi luas
yang kurang dari 40 m2, dengan ukuran yang terbesar tidak lebih dari 1,2 kali lebar yang
terlebih terkecil.
5) Kontraktor harus menyediakan tambahan buruh dan material sebagaimana diperlukan
untuk membuat tambahan sambungan konstruksi dalam hal penghentian pekerjaan yang
tidak direncanakan dari pekerjaan yang disebabkan oleh hujan atau macetnya pengadaan
beton atau penghentian oleh Direksi Teknik.
e. Konsolidasi
1) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam atau dari
luar yang telah disetujui. Bila diperlukan, dan apabila disetujui oleh Direksi Teknik,
penggetaran harus ditambah dengan penusukan batang penusuk dengan tangan dengan
alat yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai.
2) Penggetar tak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik
lain dalam cetakan.
3) Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan bahwa semua
sudut dan diantara dan sekitar besi tulangan benar-benar diisi tanpa pemindahan kerangka
penulangan, dan setiap rongga udara dan gelembung udara terisi.
4) Penggetar harus dibatasi lama penggunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan yang
diperlukan tanpa menyebabkan segregasi (pemisahan) dari agregat.
5) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari luar harus sanggup menghasilkan sekurang-
kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0.25 kg, dan boleh diletakkan diatas
kerangka cetakan supaya dapat menghasilkan getaran yang rata.
6) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsa dan harus
sanggup menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit apabila digunakan
dengan beton yang mempunyai slump 2.5 cm atau kurang.
7) Setiap alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dimasukkan tegak
kedalam beton basah supaya tembus kedasar beton yang baru dicor, dan menghasilkan
kepadatan pada seluruh kedalaman seksi itu.
8) Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan kembali pada posisi lain
tidak lebih dari 30 detik pada satu lokasi, tidak boleh digunakan untuk menggeser campuran
beton ke lokasi lain dan tidak boleh menyentuh tulangan beton.

3.10.6 Mengecor Beton di Dalam Air


1) Bila ditentukan pada gambar rencana atau atas dasar petunjuk Pemberi Tugas/Konsultan
Pengawas, cara pengecoran, peralatan dan bahan yang akan digunakan untuk keperluan
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

tersebut harus terlebih dahulu diketahui dan disetujui oleh Pemberi Tugas/Konsultan
Pengawas sebelum pekerjaan itu dimulai.
2) Konstruksi bekisting kedap air harus digunakan, sedemikian sehingga dapat mencegah
arus air yang mengganggu proses pengeringan dan pelekatan beton muda dengan
tulangan.
3) Selama pengerjaan pengecoran, sampai saatnya beton mengeras, yaitu paling sedikit 48
jam sesudah pengecoran, pemompaan tidak diperbolehkan.
4) Beton harus dicor secara kontinu, bagian atas harus diusahakan selalu datar sampai
dicapai ketinggian yang disyaratkan atau paling tidak sampai lebih tinggi dari permukaan
air. Cara pengecoran yang kontinyu dimaksud agar dicapainya homogenitas beton secara
keseluruhan untuk menjamin sifat kedap air.
5) Penyambungan pengecoran, setelah beton yang dicor terdahulu mengeras, harus
mendapat perhatian khusus sehubungan dengan sifat kedap air tersebut.
6) Beton harus dicor dengan alat tremie atau drop-bottom-bucket, yang bentuk dan tipenya
memang khusus dipergunakan bagi keperluan tersebut dan telah disetujui Pemberi
Tugas/Konsultan Pengawas. Tremie harus rapat air, dan cukup besar untuk
memungkinkan pengaliran beton dengan lancar.
7) Tremie harus selalu penuh pada saat pengecoran, bila pengaliran terhenti maka tremie
harus dicabut dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum dimulai pengecoran lagi.
8) Dalam keadaan apapun dan dengan alat manapun tidak diperbolehkan adukan beton jatuh
atau melewati air. Baik tremie atau drop-bottom-bucket harus mengeluarkan adukan beton
di bawah permukaan beton muda yang sudah lebih dahulu di cor.

3.10.7 Pekerjaan Akhir


a. Pembongkaran Cetakan
1) Cetakan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang langsung dan
struktur yang serupa lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang ditopang
oleh perancah dibawah pelat, balok, gelegar, atau lengkung, tidak boleh dibongkar hingga
pengujian menunjukkan bahwa paling sedikit 60% dari kekuatan rancangan dari beton telah
dicapai.
2) Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, cetakan yang digunakan untuk pekerjaan yang
diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah, dan permukaan vertikal yang tampak
harus dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari
30 jam, tergantung pada keadaan cuaca.
b. Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
1) Terkecuali diperintahkan lain, permukaan dari beton harus dikerjakan segera setelah
pembongkaran cetakan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang telah digunakan untuk
memegang cetakan ditempat, dan cetakan yang melewati struktur beton, harus dibuang
atau dipotong kesebelah dalam paling sedikit 2,5 cm dibawah permukaan beton. Tonjolan
dan ketidakrataan beton lainnya yang disebabkan oleh cetakan harus dibuang.
2) Direksi Teknik harus memeriksa permukaan beton segera setelah pembongkaran cetakan
dan dapat memerintahkan penambalan ketidak sempurnaan kecil yang tidak akan
mempengaruhi struktur atau fungsi lainnya dari pekerjaan beton. Penambalan harus
meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan aduk.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

3) Bila Direksi Teknik menyetujui pengisian lubang besar bentuk sangkar lebah, pekerjaan
harus dipahat sampai kebagian yang baik, membentuk permukaan yang tegak
kepermukaan benda kerja. Lubang harus dibasahkan dengan air dan sedikit adukan semen
tipis (semen dan air tanpa pasir) harus dipasang pada permukaan lubang.
4) Lubang harus selanjutnya diisi dan ditumbuk dengan adukan yang kental yang terdiri dari
satu bagian semen dan dua bagian pasir, yang harus disusutkan sebelumnya dengan
mencampurnya kira-kira 30 menit sebelum dipakai.
c. Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)
Permukaan yang tampak harus diberikan pekerjaan akhir selanjutnya sebagai berikut, atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik :
1) Bagian atas pelat, kerb. Permukaan trotoir, dan permukaan mendatar lainnya sebagaimana
yang diperintahkan Direksi Teknik, harus digaru dengan mal untuk memberikan bentuk
serta ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus dihaluskan
dengan tangan, meratakan permukaan baik memanjang maupun melintang dengan perata
kayu, atau oleh cara lain yang tepat, sebelum beton mulai mengeras.
2) Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoir, harus sedikit
kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau metode lain sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Teknik, pada saat beton mulai mengeras.
3) Permukaan yang tidak horisontal yang tampak yang telah ditambal atau yang kasar harus
digosok dengan batu gurinda kasar, dengan menempatkan sedikit adukan pada
permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus dalam takaran yang
digunakan untuk beton tersebut. Penggosokan harus dilanjutkan hingga seluruh tanda
bekas cetakan, ketidak rataan, tonjolan menjadi hilang, serta seluruh rongga terisi dan
permukaan yang merata telah diperoleh. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan harus
dibiarkan tertinggal ditempat.
d. Perawatan
1) Sejak permulaan segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini,
temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dipertahankan dengan
kehilangan kelembaban yang minimal dan dengan temperatur yang relatif tetap untuk suatu
periode waktu yang disyaratkan untuk menjamin hidrasi yang baik dari semen dan
pengerasan betonnya.
2) Beton harus dirawat, setelah mengeras secukupnya, dengan menyelimutinya memakai
lembaran yang menyerap air yang harus selalu basah untuk perioda paling sedikit 3 hari.
Seluruh lembaran atau selimut untuk merawat beton harus cukup diberarti atau diikat
kebawah untuk mencegah permukaan terbuka terhadap aliran udara. Bila cetakan kayu
digunakan, cetakan tersebut harus dipertahankan basah pada setiap saat sampai
dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan dan pengeringan beton. Lalu lintas
tidak boleh diijinkan pada permukaan beton untuk 7 hari setelah beton dicor.

3.10.8 Pengendalian Mutu di Lapangan


a. Pengujian Untuk Sifat Mudah Dikerjakan
Satu pengujian “slump”, atau lebih sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik, harus
dilaksanakan pada setiap takaran beton yang dihasilkan, dan pengujian harus tidak dipandang
telah dikerjakan terkecuali disaksikan oleh Direksi Teknik atau wakilnya.
b. Pengujian Kuat Tekan
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

1) Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari satu pengujian kuat tekan untuk setiap 6
meter kubik beton yang dicor dan dalam segala hal tidak kurang dari satu pengujian untuk
setiap kelas beton dan untuk setiap tipe struktur yang dicor terpisah pada tiap suatu hari
pekerjaan. Setiap pengujian harus meliputi pembuatan tiga contoh yang sama, yang
pertama harus diuji pembebanan kuat tekan sesudah 3 hari, yang kedua sesudah 7 hari
dan yang ketiga sesudah 28 hari.
2) Bila seluruh volume kontrak dari suatu kelas beton melebihi 40 meter kubik dan frekwensi
pengujian yang ditetapkan pada butir (a) diatas hanya menyediakan kurang dari lima
pengujian untuk suatu kelas beton tertentu, maka pengujian akan dilaksanakan pada
contoh, paling sedikit lima buah dari takaran yang dipilih secara acak (random).
c. Pengujian Tambahan
Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menetapkan
kwalitas material atau campuran atau akhir pekerjaan pembetonan, sebagaimana diperintahkan
oleh Direksi Teknik Pengujian tambahan tersebut meliputi :
1) Pengujian yang tidak merusak menggunakan “sclerometer” atau perangkat penguji lainnya;
2) Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur yang dipertanyakan;
3) Pengambilan dan pengujian contoh beton (coring);
4) Pengujian lainnya sebagaimana disyaratkan oleh Direksi Teknik.

3.11 BAJA TULANGAN

3.11.1 Umum
a. Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan
spesifikasi dan gambar, atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
b. Standar rujukan
SNI 1291 Tata cara perhitungan struktur beton untuk gedung
A.C.I 315 Buku standar praktis untuk detail sturktur beton bertulang, institut beton
Amerika.
SNI 07-2052-1997 Baja tulangan beton yang polos dan yang berukir.
Pd S-06-2000-02 Kawat baja yang dibentuk dalam keadaan dingin (Cold
Drown Steel Wire) untuk tulangan beton.
SNI 07-0663-1995 Anyaman kawat baja dilas dipabrik untuk tulangan
beton.
c. Toleransi
1) Toleransi untuk pembuatan (fabrikasi) harus seperti yang disyaratkan dalam ACI 315.
2) Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup
bagian luar dari baja tulangan adalah sebagai berikut :
(i) 3.5 cm untuk beton yang tidak terbuka langsung terhadap udara atau terhadap air
tanah atau terhadap bahaya kebakaran;
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

(ii) seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 6.2.1 untuk beton yang terendam/tertanam
atau terbuka langsung terhadap cuaca atau urugan tanah tetapi masih dapat
diamati untuk pemeriksaan;
Tabel 6.2.1 Selimut beton minimum dari baja tulangan untuk beton yang tak
terlindungi tetapi mudah dicapai.
Ukuran batang Tebal selimut beton
Tulangan yang akan diselimuti minimum
(mm) (cm)

Batang 16 mm dan lebih kecil 3.5


Batang 19 mm dan 22 mm 5
Batang 25 mm dan lebih besar 6

(iii) 7.5 cm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam yang tidak bisa dicapai, atau
untuk beton yang tak bisa dicapai yang bila kehancuran karena karat dari tulangan
dapat menyebabkan kerusakan atau kehancuran struktur, atau untuk beton yang
ditempatkan langsung diatas tanah atau karang, atau untuk beton yang
berhubungan dengan kotoran pada serokan atau cairan korosif lainnya.
d. Penyimpanan dan Penanganan
1) Kontraktor harus mengangkut tulangan ketempat kerja dalam ikatan, diberi label, dan
ditandai dengan label metal yang menunjukkan ukuran batang, panjang dan informasi
lainnya sehubungan dengan tanda yang ditunjukkan pada diagram tulangan.
2) Kontraktor harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan sedemikian untuk
mencegah distorsi, pengotoran korosi, atau kerusakan.
e. Pengajuan
1) Sebelum memesan material, seluruh daftar pesanan dan diagram pembengkokan harus
disediakan oleh Kontraktor untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknik, dan
tidak ada material yang dipesan sebelum daftar tersebut serta diagram pembengkokan
disetujui.
2) Sebelum memulai pekerjaan baja tulangan, Kontraktor harus menunjukkan kepada
Direksi Teknik daftar yang disahkan dari pembuat pabrik baja yang memberikan berat
satuan nominal dalam kilogram dari tiap ukuran dan kelas dari batang tulangan atau
anyaman baja dilas yang akan digunakan dalam pekerjaan.
f. Mutu Pekerjaan dan Perbaikan dari Pekerjaan yang tak Memuaskan.
1) Persetujuan atas daftar pesanan dan diagram pembengkokan dalam segala hal tidak
membebaskan Kontraktor atas tanggung jawabnya untuk memastikan ketelitian dari
daftar dan diagram tersebut. Revisi material yang disediakan sesuai dengan daftar dan
diagram, untuk memenuhi gambar rencana, harus atas biaya Kontraktor.
2) Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diijinkan dalam pekerjaan :
– panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi toleransi
pembuatan yang disyaratkan dalam ACI 315:
– bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada gambar atau gambar kerja
akhir:
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

– batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang berlebih atau
oleh sebab lain.
3) Dalam hal kekeliruan dalam pembuatan bentuk tulangan, batang tidak boleh
dibengkokan kembali atau diluruskan tanpa persetujuan Direksi Teknik atau yang akan
merusak atau melemahkan material. Pembengkokan kembali dari batang harus
dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali disetujui lain oleh Direksi Teknik.
4) Dalam segala hal batang tulangan yang telah dibengkokan kembali lebih dari satu kali
pada tempat yang sama tidak diijinkan digunakan pada pekerjaan. Kekeliruan yang
tidak dapat diperbaiki oleh pembengkokan kembali, atau bila pembengkokan kembali
tidak disetujui oleh Direksi Teknik, harus diperbaiki dengan mengganti menggunakan
batang yang baru yang dibengkokan dengan benar dan sesuai dengan bentuk dan
ukuran yang disyaratkan.
5) Kontraktor harus menyediakan fasilitas ditempat kerja untuk pemotongan dan
pembengkokan tulangan, baik bila melakukan pemesanan biaya tulangan yang telah
dibengkokan maupun tidak, dan harus menyediakan stock yang cukup dari batang lurus
ditempat, untuk pembengkokan yang dibutuhkan untuk memperbaiki kekeliruan atau
penggantian.
g. Penggantian Ukuran Batang
Penggantian batang dari ukuran berbeda akan hanya dijinkan bila secara jelas disahkan
oleh Direksi Teknik. Bila baja diganti haruslah dengan luas penampang yang sama dengan
ukuran rancangan awal, atau lebih besar.

3.11.2 Material
a. Baja Tulangan
1) Baja tulangan harus baja polos atau berulir kelas 40 yang memenuhi persyaratan SNI
07-2052-1997, atau lainnya yang disetujui oleh Direksi Teknik.
2) Bila anyaman tulangan baja diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman tulangan
yang dilas yang memenuhi SNI 07-0663-1995 dapat digunakan.
b. Tumpuan Untuk Tulangan
Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau blok beton cetak dari
kelas II/K225 seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.1 dari spesifikasi ini, terkecuali
disetujui lain oleh Direksi Teknik. Kayu, bata, batu atau material lain tidak boleh diijinkan
sebagai tumpuan.
c. Pengikat Untuk Tulangan
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja yang telah dilunakkan yang
memenuhi Pd S-06-2000-02.

3.11.3 Pembuatan dan Penempatan


a. Pembengkokan
1) Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Teknik, seluruh tulangan harus dibengkokan
dalam keadaan dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 315, menggunakan batang
yang pada awalnya lurus dan bebas dari tekukan-tekukan, bengkokan-bengkokan atau
kerusakan. Bila penggunaan panas untuk pembengkokan dilapangan disetujui oleh
Direksi Teknik, tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat fisik
dari baja tidak terlalu banyak berubah.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

2) Batang dari diameter 20 mm dan yang lebih besar harus dibengkokan dengan mesin
pembengkok.
b. Penempatan dan Pengikatan
1) Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan
kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan aduk atau lapisan lain yang dapat
mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton.
2) Tulangan harus secara tepat ditempatkan sesuai dengan gambar dan dengan
kebutuhan selimut penutup minimum yang disyaratkan dalam Pasal diatas, atau seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
3) Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga
tidak tergeser sewaktu operasi pengecoran. Pengelasan dari batang melintang atau
pengikat terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
4) Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang keseluruhan yang
ditunjukkan pada gambar. Penyambungan (splicing) dari batang, terkecuali ditunjukkan
pada gambar, tidak akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Teknik. Setiap
penyambungan yang dapat disetujui harus dibuat bertahap sejauh mungkin dan harus
diletakkan pada titik dengan tegangan tarik minimal.
5) Bila sambungan (splice) yang menumpang disetujui maka panjang yang menumpang
haruslah 40 x diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait pada ujungnya.
6) Pengelasan dari baja tulangan tidak akan diijinkan terkecuali diperinci dalam gambar
atau secara khusus diijinkan oleh Direksi Teknik secara tertulis. Bila Direksi menyetujui
pengelasan dari penyambungan, maka sambungan dalam hal ini adalah las tumpu
ujung yang menembus penuh yang memenuhi kebutuhan dari AWS D 2.0. Pendinginan
benda las dengan air tidak diijinkan.
7) Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan meninggalkan permukaan beton sehingga
tidak akan tampak dari luar.
8) Anyaman baja yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin, dengan bagian
sambungan harus menumpang paling sedikit satu kali jarak anyaman. Anyaman harus
dipotong untuk mengikuti bentuk pada kerb dan bukaan, dan harus dihentikan pada
sambungan antara pelat.
9) Bila tulangan tetap dibiarkan terbuka untuk suatu periode yang cukup panjang, maka
harus secara keseluruhan dibersihkan dan dipulas dengan adukan semen.
10) Tidak boleh ada bagian tulangan yang telah ditempatkan boleh digunakan untuk
memikul perlengkapan penghantar beton, jalan pendekat, lantai kerja atau beban
konstruksi lainnya.

3.12 ADUKAN SEMEN

3.12.1 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan dan pemasangan adukan untuk penggunaan
dalam beberapa pekerjaan dan sebagai pekerjaan akhir permukaan pada pasangan batu
atau struktur lain sesuai dengan spesifikasi ini.

3.12.2 Material dan Campuran


a. Material
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

1) Semen harus memenuhi persyaratan dalam SNI 15-2049-1994.


2) Agregat halus harus memenuhi persyaratan dalam SNI 03-6820-2002
3) Air harus memenuhi persyaratan dari spesifikasi ini.
b. Campuran
1) Adukan yang digunakan untuk pekerjaan akhir atau perbaikan kerusakan pada
pekerjaan beton, sesuai dengan artikel yang bersangkutan dari spesifikasi ini, harus
terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur dalam proporsi yang sama dalam
beton yang akan dikerjakan atau diperbaiki.
2) Adukan yang disiapkan harus memiliki kuat tekan yang memenuhi persyaratan yang
diperlukan untuk beton dimana adukan dipakai.
3) Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik, adukan pasangan harus terdiri dari satu
bagian semen dan tiga bagian agregat halus dalam takaran volume, yang pada
campuran tersebut kapur tohor dapat ditambahkan sejumlah 10% dari semen dalam
berat.
4) Adukan harus mempunyai kuat tekan paling sedikit 50 kg/cm2 pada umur 28 hari.

3.12.3 Pencampuran dan Penempatan


a. Pencampuran
1) Seluruh material kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau dalam
alat pencampur adukan yang disetujui, hingga campuran telah berwarna merata, baru
sesudahnya air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan selama lima sampai
sepuluh menit.
2) Jumlah air harus sedemikian sehingga menghasilkan aduk dengan konsistensi
(kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70% dari berat semen yang
digunakan.
3) Adukan dicampur hanya dalam kwantitas yang diperlukan untuk penggunaan langsung.
Jika perlu, adukan boleh diaduk kembali dengan air dalam waktu 30 menit dari proses
pengadukan awal. Pengadukan kembali setelah waktu tersebut tidak diperbolehkan.
4) Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan harus dibuang.
b. Pemasangan
1) Permukaan yang akan menerima adukan harus dibersihkan dari oli atau lempung atau
kotoran lainnya dan secara menyeluruh telah dibasahi sebelum adukan dipasang. Air
yang menggenang pada permukaan harus dikeringkan sebelum penempatan adukan.
2) Bila digunakan sebagai lapis permukaan, adukan harus dipasang pada permukaan
bersih yang lembab dengan jumlah yang cukup untuk menghasilkan tebal adukan
minimum 1,5 cm, dan harus dibentuk menjadi permukaan yang halus dan rata.

3.13 MORTAR

❖ Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan ini meliputi persiapan dan penyediaan mortar yang sesuai dengan spesifikasi,
untuk pekerjaan pasangan batu dan pekerjaan insidential lainnya.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

b. Kecuali bila direksi / konsultan pengawas menentukan lain, mortar untuk pekerjaan
pasangan batu harus tersusun dari satu bagian semen porland dan tiga bagian agregat
halus (pasir) berdasarkan perbandingan volume dan dapat ditambah kapur sebanyak 10%
dari berat semen.

❖ Material

a. Kecuali bila direksi / konsultan pengawas mengijinkan penggunaan semen lain, maka yang
harus digunakan adalah semen portland tipe I yang memenuhi ketentuan SII 0013- 77 :
“Semen Porland”, SNI 03-15-2049-1991 atau JIS R 5210.
b. Agregat halus harus memenuhi ketentuan SNI 03-6820-2002. Kapur harus sesuai dengan
ketentuan residu, popping, pitting, dan water retention untuk kapur tipe N menurut ASTM C
207, kwalitas air harus memadai untuk pekerjaan beton sesuai ketentuan Bab 6 dari
spesifikasi ini.

❖ Pelaksanaan Pekerjaan

Semua material, kecuali air, harus dicampur/diaduk dalam mixer mortar yang disetujui
sampai warnanya merata, lalu dicampur air sambil terus diaduk. Bahan yang diaduk harus
sebatas jumlah yang akan segera digunakan. Adonan yang tidak juga digunakan dalam
batas 45 menit, setelah penambahan/pemberian air harus dibuang.

3.14 PASANGAN BATU ADUKAN

❖ Umum

a. Pekerjaan ini harus mencakup pekerjaan dari struktur yang ditunjukkan pada gambar atau
seperti yang diperintahkan Direksi Teknik untuk dibuat dari pasangan batu.
b. Umumnya pekerjaan ini meliputi pasangan dinding penahan tanah, pasangan gorong-
gorong persegi, tembok kepala gorong-gorong, pasangan inlet dan outlet gorong-gorong
atau yang lain diperintahkan oleh direksi teknik, yang konstruksi pasangan batu ini
dimaksudkan untuk menahan beban luar yang cukup besar.
c. Pekerjaan harus meliputi pengadaan seluruh material, galian pondasi, penyiapan pondasi
dan seluruh pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan
spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang
ditunjukkan pada gambar atau sebagaimana diperintahkan secara tertulis oleh Direksi
Teknik.

❖ Material

a. Batu Belah
1) Batu harus bersih, keras, tanpa alur atau retak yang berbentuk belah dari batu kali atau
batu gunung yang keras bila terpaksa saling mengunci dengan ukuran tertentu. Bila
perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis atau lemah.
2) Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling mengunci
bila dipasang bersama.
3) Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik, batu harus memiliki ketebalan yang
tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu setengah kali tebalnya dan panjang
yang tidak kurang dari satu setengah kali lebarnya.
b. Pasir pasang
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

Pasir pasang untuk adukan harus bersih dan tidak mengandung kadar lumpur lebih dari 5
%.
c. Adukan
Adukan haruslah adukan semen yang memenuhi kebutuhan dari seksi 6.3 dari spesifikasi
ini.
1) Adukan / spesi pasangan terdiri dari satu bagian semen dibanding tiga bagian pasir (1
pc : 3 ps) dalam takaran volume dan mempunyai kuat tekan minimum 75 kg/cm2 pada
umur 28 hari.
2) Adukan / spesi pasangan terdiri dari satu bagian semen dibanding empat bagian
agregat halus atau pasir (1 pc : 4 ps) pada takaran volume dan mempunyai kuat tekan
minimum 50 kg/cm2 pada umur 28 hari.
d. Drainase Porous
Material untuk membentuk landasan, lubang sulingan atau kantung penyaring untuk
pekerjaan pasangan batu harus memenuhi kebutuhan dari seksi 2.4 dari spesifikasi ini.

❖ Pelaksanaan Pasangan Batu

a. Persiapan Pondasi
1) Pondasi untuk struktur pasangan batu harus disiapkan sesuai dengan syarat untuk
seksi 3.1. galian
2) Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada gambar, dasar pondasi untuk struktur
tembok penahan harus normal, atau bertangga yang juga normal terhadap muka dari
tembok. Untuk struktur lain, dasar pondasi harus mendatar atau bertangga yang juga
horizontal.
3) Lapis landasan yang dapat mengalirkan air dan kantung penyaring harus disediakan
dimana disyaratkan sesuai dengan syarat dalam seksi 2.4. Drainase Porous.
4) Bila ditunjukkan dalam gambar, atau yang diminta oleh Direksi Teknik, suatu pondasi
beton dapat diperlukan. Beton yang digunakan harus memenuhi kebutuhan dari Seksi
6.1 dari spesifikasi ini.
b. Pemasangan Batu
1) Batu-batu yang besar ditempatkan paling bawah sebagi landasan / pondasi pekerjaan
tersebut.
2) Batu pondasi sebelum diletakkan harus diberi alas adukan terlebih dahulu setebal 3 – 5
cm begitu pula pasangan batu yang satu dan lainnya.
3) Batu harus dihampar dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang tampak
harus dipasang sejajar dengan muka dari tembok dari batu yang terpasang.
4) Batu harus ditangani sehingga tidak menggunakan atau menggeser batu yang telah
terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk memasang batu yang lebih
besar dari yang dapat ditangani oleh dua orang. Menggelindingkan atau menggulingkan
batu pada pekerjaan yang baru dipasang tidak diperkenankan.
c. Penempatan Adukan
1) Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan secara menyeluruh dibasahi, cukup
waktu untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh. Landasan yang akan
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

menerima masing-masing batu juga harus dibasahkan dan selanjutnya landasan dari
adukan harus disebar pada sisi dari batu ke batu yang sedang dipasang.
2) Tebal dari adukan landasan adukan harus pada rentang antara 3cm – 5cm dan harus
minimum diperlukan untuk menjamin terisinya seluruh rongga antara batu yang
dipasang.
3) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah
dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan segar yang belum mengeras. Bila
batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan awal, maka
harus dibongkar, dan adukan dibersihkan dan batu dipasang lagi dengan adukan segar.
d. Syarat Untuk Lubang Sulingan dan Sambungan Untuk Ekspansi.
1) Tembok dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan.
2) Terkecuali ditunjukkan lain pada gambar atau diperintahkan oleh Direksi Teknik,
lubang sulingan harus ditempatkan berjarak antara tidak lebih dari 2 meter dari sumbu
satu ke lainnya dan harus berdiameter 5 cm atau 2 inch.
3) Dalam pelaksanaan tembok penahan yang panjang lebih dari 20 meter harus diberi
sambungan dengan lebar 30 cm dan setinggi tembok penahan bagian luarnya
sedangkan bagian dalamnya rata. Batu yang digunakan untuk pembentukan
sambungan harus dipilih sedemikian sehingga membentuk sambungan tegak yang
bersih dengan dimensi yang disyaratkan diatas.
4) Urugan dibelakang sambungan ekspansi haruslah material drainase porous berbutir
kasar yang bergradasi baik yang dipilih sehingga tanah yang ditahan tidak dapat
terhanyutkan melaluinya, juga material drainase porous tidak hanyut melalui
sambungan.
e. Pekerjaan Akhir Pasangan Batu
1) Sambungan pada sisi muka dari batu harus dikerjakan hampir rata dengan permukaan
pekerjaan, tetapi tidak menyelimuti batu, sewaktu pekerjaan berlangsung.
2) Terkecuali disyaratkan lain, bagian puncak horizontal dari seluruh pasangan batu harus
dibuat rapi dengan tambahan dari lapis adukan setebal 2 cm, yang dikerjakan
kepermukaan yang merata dengan kemiringan yang akan menjamin perlindungan
terhadap air hujan dan dengan sudut yang dibulatkan. Lapisan tersebut harus
dimasukkan sedalam dimensi yang disyaratkan dari struktur.
3) Langsung setelah ditempatkan, dan sewaktu adukan masih segar, seluruh batu muka
harus dibersihkan dari kotoran adukan.
4) Permukaan yang telah selesai harus dirawat seperti yang disyaratkan untuk pekerjaan
beton dalam Pasal 6.1.5 (d) dari spesifikasi ini.
5) Bila pekerjaan cukup kuat, dan tidak lebih dini dari 14 hari menyusul selesainya
pekerjaan pemasangan, urugan harus ditempatkan seperti disyaratkan atau seperti
diperintahkan oleh Direksi Teknik, sesuai dengan syarat yang bersangkutan dari Pasal
3.2. Urugan atau Pasal 2.4, drainase porous.
6) Lereng serta bahu yang bersebelahan harus dipangkas dan dikerjakan untuk menjamin
sambungan yang kokoh dan rotan dengan pasangan batu akan memungkinkan drinase
yang tak terhalang dan mencegah gerusan pada tepi pekerjaan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

3.15 PEKERJAAN PERBAIKAN/REPAIR BETON

❖ Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu
yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik
pada pekerjaan Grouting dan Repair Beton Struktural dan Non struktural.
b. Perbaikan dimensi struktur harus dilakukan oleh tim khusus dari Kontraktor spesialis repair
beton bila terdeteksi adanya cacat dan kerusakan pada struktur beton, dan atas
persetujuan Konsultan pengawas.
c. Metode perbaikan dimensi yang dilakukan akan tergantung dari jenis cacatnya yaitu berupa:
Keropos, dan Gompal.
Jenis-jenis kerusakan meliputi :
▪ Keropos : Terdapat suatu rongga di dalam komponen beton, dapat diperbaiki dengan
cara Grouting.
▪ Gompal : Terjadinya pecah (spalling) paada komponen beton, dapat diperbaiki dengan
cara Patching atau grouting.
Metode perbaikan dimensi meliputi :
▪ Grouting : Perbaikan elemen beton bagian dalam dan/atau luar elemen beton dengan
memasukkan bahan mortar ke dalam rongga struktur beton yang keropos dengan
menggunakan alat yang bertekanan tertentu (kompresor) dan acuan yang kedap.

❖ Pekerjaan Grouting

1) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu
yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik
pada pekerjaan:
(i) Beton Struktural
(ii) Beton Non Struktural
2) Persyaratan Bahan
a. Bahan grout tidak boleh menyusut.
b. Terdapat sertifikat produk dari pabrik pembuat.
c. Memiliki TDS (Technical Data Sheet), jika hasil pengujian < TDS maka bahan harus
ditolak.
d. Bahan Grouting menggunakan Ex. Sika Grout 215 / Fosroc Lockfix / BASF Masterflow /
setara yang disetujui oleh Direksi atau Konsultan Pengawas.
e. Menggunakan acuan bekisting yang kedap.
f. Bahan graout harus menyatu dengan beton eksisiting dan jika dipakai bahan pabrikan
penggunaannya harus sesuai petunjuk pabrik.
g. Spesifikasi kuat tekan bahan graout yang digunakan setara atau lebih besar dari kuat
tekan beton eksisting.
3) Persyaratan Pelaksanaan
(i) Persiapan Grouting
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

a. Chipping bagian yang akan diperbaiki sampai kedalaman dimana beton dalam kondisi
padat/keras.
b. Chipping sampai kedalaman 2 cm – 3 cm di belakang baja tulangan eksisting untuk
bagian dimana baja tulangan terlihat/terekspos.
c. Bersihkan permukaan chipping dan juga baja tulangan menggunakan sikat kawa/baja,
kuas, compressor, dll.
(ii) Pelaksanaan Grouting
a. Bagian permukaan beton yang akan digrout, dibersihkan dari kotoran (lapisan oli, debu,
bahan lepas/bahan asing lainnya) terlebih dahulu.
b. Basahi permukaan beton yang akan diperbaiki/digraut dengan air bersih sampai kondisi
lembab.
c. Campurkan bahan grout dengan komposisi yang disyaratkan dan air dan diaduk
dengan alat pengaduk/mixer sampai homogen.
d. Pasang acuan/bekisting sedemikian rupa sehingga kuat dan kaku untuk dapat
menahan tekanan grout, acuan harus terbuat dari bahan kedap air dan permukaan
halus/dilapis film.
e. Acuan dilengkapi lubang untuk memasukan bahan graut dan lubang udara.
f. Aplikasikan bahan grout dengan cara menuangkan pada bagian yang akan digrout.
g. Sealing bagian bekisting dari kemungkinan kebocoran.
h. Segera pompa bahan graut ke dalam bagian yang akan digraut sampai terisi penuh.
i. Buka acuan setelah 3 hari atau setelah bahan graut mencapai kekuatan yang
disyaratkan
4) Penerimaan Hasil Pekerjaan
a. Semua permukaan yang dikerjakan harus sesuai dimensi serta elevasi yang sudah
ditentukan.
b. Semua permukaan harus dalam kondisi bersih dan rapi.
c. Memastikan semua bagian telah terisi bahan perbaikan graut.
5) Pekerjaan Tidak Memenuhi Syarat
a. Grouting yang tidak menempel dengan baik (lepas), retak atau bergeser.

❖ Sambungan Beton Lama dan Baru

1) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu
yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik
pada pekerjaan:
a. Penyambungan beton lama dan baru
b. Plesteran dan acian
c. Perekat untuk bahan patching dan repair mortar
2) Persyaratan Bahan
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

a. Bahan bonding agent ex. Sika Bond NV /Fosroc Nittobond EP /BASF


Thorobond/setara yang disetujui Direksi Pengawas.
b. Bahan penunjang lainnya sesuai rekomendasi produk.
3) Persyaratan Pelaksanaan
a. 4-6 m2 memerlukan 1 kg bonding agent
b. Disiram/kuas pada permukaan beton lama sebelum di cor beton baru.
c. Untuk pelesteran dan acian, bonding agent dicampurkan pada adukan tersebut

❖ Beton Keropos

1) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu
yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik
pada pekerjaan:
a. Beton struktur keropos tanpa terlihat besi penulangan.
b. Beton struktur keropos dengan besi penulangan terlihat.
2) Persyaratan Bahan
a. Bahan penambal keropos beton yang dipakai Sika Sika grout 215/ Fosroc Patchroc-
Nitofil /BASF Masteremaco-Masterinject /setara yang disetujui oleh Direksi Pengawas
b. Bahan penunjang lainnya sesuai rekomendasi produk.
3) Persyaratan Pelaksanaan

a. Bersihkan daerah yang terjadi keropos, chipping apakah terlihat besi atau tidak, jika jika
tidak terlihat besinya ikuti langkah – langkah dibawah ini:
(i) Lakukan hacking dan hilangkan beton keropos yang lepas sampai menemukan
permukaan yang padat.
(ii) Bersihkan area dari kotoran-kotoran dan sisa-sisa beton, lalu basahi dengan
bonding agent, tunggu ± 30 menit.
(iii) Tambal area yang terbuka dengan bahan penambal .
(iv) Lakukan Curing area yang perlu diperbaiki.

b. Untuk beton keropos dengan tulangan yang terekspose, diajukan metode Pressure
Grouting /Injection (suntikan) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(i) Lakukan hacking dan hilangkan beton keropos yang lepas sampai menemukan
permukaan yang padat.
(ii) Bersihkan area dari kotoran-kotoran dan sisa-sisa beton, lalu basahi dengan
bonding agent.
(iii) Untuk area yang cukup besar :Pasang bekisting dan cor kembali dengan Sikagrout
215 atau beton dengan mutu yang sama.
(iv) Untuk area yang kecil, sempit dan rapat dengan tulangan, diajukan metode sebagai
berikut :
– Sediakan agregat 20mm dengan kawat ayam dipasang sekililing area yang
akan diperbaiki.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

– Tutup dengan bekisting, sediakan selang grouting ( inlet dan outlet ).


– Tambal celah-celah pada bekisting dengan Plug bersetting cepat.
– Lakukan curing selama 1 hari.
– Lakukan suntikan dengan Sikagrout 215.
– Berikan tekanan 1-3 bar dan tahan selama beberapa menit.
– Selang grout dapat dipotong dan dilepaskan pada hari berikutnya.

❖ Beton tidak rata atau gelembung/bunting (Kolom, Slab, Beam)

1) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu
yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik
pada pekerjaan kondisi hasil pekerjaan beton yang tidak rata atau gelembung/bunting pada
permukaan beton (pada Kolom, Slab, Beam).
2) Persyaratan Bahan
a. Bahan repair yang dipakai adalah Sika Monotop 613 /setara yang disetujui oleh Direksi
Pengawas.
b. Bahan penunjang lainnya sesuai rekomendasi produk.
3) Persyaratan Pelaksanaan
a. Area yang cacat ditandai.
b. Lakukakan hacking pada permukaan beton yang tidak rata.
c. Ratakan dengan melakukan penambalan menggunakan Sika Monotop 613.
d. Lakukan curing pada permukaan yang diperbaiki.

❖ Pekerjaan Screed

1) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini dilakukan meliputi area seluruh lantai beton yang tidak rata/level dan rusak
sesuai dengan yang disebutkan /ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi
Pengawas.
2) Persyaratan Bahan
Semen Portland (PC) yang bermutu type I dan dari satu produk/produsen. Pasir bermutu
baik dan air pencampur/pelarut/pengencer yang disetujui oleh Direksi Pengawas.
3) Persyaratan Pelaksanaan
a. Screeding lantai dilakukan bila dasar lantai yang merupakan beton plat lantai,
dibersihkan dari segala bongkaran, kotoran, debu dan bebas dari pengaruh pekerjaan
yang lain.
b. Bahan screeding merupakan campuran dari bahan PC dan pasir yang sudah diayak
halusdan dilarutkan dengan air.
c. Tebal screeding disesuaikan dengan finishing pelapis lantai yang ditunjukkan oleh
gambar rencana. Dan tergantung dari toleransi kerataan keseluruhan lantai beton.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

d. Pekerjaan dilakukan secara sekaligus pada masing-masing lokasi


pemasangan/ruangan.
e. Sebelum dilakukan screeding, alas/dasar lantai harus dibersihkan dengan air bersih.
f. Setelah dibersihkan, lalu disiram dengan cairan air semen maksimum ditunggu selama
20menit, setelah itu baru dilakukan pekerjaan screeding.
g. Permukaan lapisan screed harus dibasahi selama beberapa hari untuk kesempurnaan
pengeringan.
h. Untuk pemasangan bahan-bahan finishing lantai dapat dilakukan setelah screeding
benar benar kering atau setelah mendapat persetujuan Direksi Pengawas.

❖ Pengecatan Protective dan Decoratif pada Beton

1) Lingkup Pekerjaan
Pengecatan Struktur Beton bertujuan mencegah dan melindungi elemen struktur beton dari
kerusakan yang diakibatkan oleh faktor lingkungan dan menambah nilai estetika suatu
bangunan. Berdasarkan tujuannya, terdapat dua jenis pengecatan, yaitu:
a. Pengecatan dengan maksud proteksi : dimaksudkan untuk mencegah terjadi kerusakan
beton akibat karbonasi akibat porositas, kelembaban, kadar air di udara dan lingkungan
pelabuhan, mempunyai umur keawetan minimal 5 tahun.
b. Pengecatan untuk dekoratif : dimaksudkan untuk menambah estetika pada elemen
dermaga beton mempunyai umur keawetan minimal 3 tahun.
c. Pengecatan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kerusakan beton akibat karbonasi
karena porositas, kelembaban, kadar air di udara dan lingkungan struktur dermaga yang
korosif dan serangan asam.
2) Peralatan Kerja
a. Menggunakan peralatan manual dan peralatan obsrasive blasting yang sesuai dengan
standar.
b. Kuas sesuai bahan cat.
c. Bila menggunakan alat penyemprot, maka sesuai persyaratan pada lembar data yang
dikeluarkan oleh pabrikan.
d. Alat ukur ketebalan cat basah sesuai dengan ASTM D4414- 95(2013).
e. Alat ukur ketebalan cat kering sesuai ASTM D6132-13(2017).
3) Persyaratan Bahan
a. Jenis cat sesuai dengan bahan dasar struktur beton serta dilaksanakan sesuai persyaratan,
spesifikasi dan sertifikat dari pabrik. Jenis cat yang digunakan adalah cat yang tahan bahan
kimia, air laut, chloride, CO2, tahan abrasi, tahan UV protection, kelembaban udara, tidak
mudah retak, estetika dan daya lekat tinggi.
b. Penyedia Jasa harus mengajukan material jenis cat kepada pengawas pekerjaan sebelum
memulai pekerjaannya.
c. Pengecatan dekoratif dapat menggunakan jens cat :
– Water –based Portland cemen,
– Water-based polymer latex,
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

– Single component polymer


– Two component polymer
d. Pengecatan protective dapat menggunakan jens cat :
– Methyl methacrylate,
– Alkylaloxyslane,
– Polyvinyl butyral,
– Acrylics, Epoxy,
– Polyurethane,
– Chlorinated rubber,
e. Cat harus tahan terhadap cuaca (UV), tahan terhadap alkali, dan tahan terhadap karbonasi.
f. Seluruh material Cat harus mempunyai tanda atau nomor produksi, data keselamatan
bahan, dan harus sesuai dengan lembar data yang dikeluarkan serta pengujian
laboratorium.
g. Material Cat dalam kemasan yang tertutup dan tidak ada kontaminasi, pencampuran cat
mengikuti petunjuk pabrikan, dan bahan pelarut yang digunakan harus sesuai lembar data.
4) Persyaratan Pelaksanaan
a. Sebelum melaksanakan persiapan permukaan, harus dipastikan beton telah bebas dari
segala kerusakan (cacat) beton seperti: retak, gompal, keropos, dll.
b. Metode persiapan permukaan mengikuti standar SSPC-SP13, yang terdiri atas 2 jenis
metode pembersihan yaitu Pembersihan secara mekanik mengikuti ASTM D4259-
88(2002)Pembersihan secara kimia mengikuti ASTM D4260-05(2017).
c. Setiap sebelum dan sesudah dilakukan permbersihan diatas, permukaan beton harus
dibersihkan dengan alat pembersih bertekanan tinggi (sesuai ASTM D4258-05-2017)
sehingga permukaan bebas dari debu, material lepasan, minyak/oli dan lainnya.
d. Sebelum dilakukan pengecatan, permukaan struktur beton yang mengalami retak > 0,15
mm sampai 1 mm dan dimensi beton harus diperbaiki terlebih dahulu.
e. Untuk pengecatan dekoratif,
– Jumlah pelapisan dan ketebalan cat mencapai keseragaman (uniformity) dalam warna
dan teksture.
– Tanpa merusak/menurunkan kualitas/mutu struktur beton.
f. Untuk pengecatan protektif,
– Jumlah pelapisan dan ketebalan cat tergantung pada bahan cat yang digunakan dan
mengikuti ACI 515.2R-13.
g. Pengecatan harus mempertimbangkan kondisi cuaca yang sesuai dengan bahan cat
digunakan.
h. Pencampuran cat/mixing masing-masing komponen cat harus sesuai petunjuk dan
persyaratan dari pabrik pembuatnya.
i. Pengecatan cat dasar lebih dulu, untuk cat yang terdiri atas 2 komponen (binder dan
primer) harus dicampur dengan baik sehingga tercampur merata dan homogen.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

j. Pengecatan lapis kedua dan selanjutnya dilaksanakan setelah lapis cat dasar mengering,
dilaksanakan dengan cara disemprotkan/spray, kuas atau roller sampai ketebalan cat
sesuai dengan petunjuk dan persyaratan dari pabrik pembuat.
Tabel Hasil Persiapan Permukaan

5) Penerimaan Hasil Pekerjaan


a. Tebal cat harus memenuhi persyaratan ketebalan yang ditentukan.

b. Warna hasil pengecatan harus dipastikan tertutup oleh bahan cat dengan ketebalan sesuai
dengan persyaratan.

c. Penerimaan mutu dari uji tidak merusak pada ketebalan cat dengan acuan SSPC PA2-
2012 uji tebal kering harus mencapai minimum 80% dari tebal yang dipersyaratkan, dan
maksimum 120% dari tebal kering yang dipersyaratkan.

6) Perbaikan Hasil yang Tidak Memenuhi


Pekerjaan pengecatan struktur beton yang tidak memenuhi syarat dari Spesifikasi ini harus
diperbaiki tanpa adanya kompensasi apapun dan hasil perbaikan harus mendapat persetujuan
dari Pengawas Pekerjaan.

3.16 PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA

3.16.1 Lingkup Pekerjaan


a. Yang dimaksud pekerjaan konstruksi baja adalah semua pekerjaan konstruksi baja
dan pekerjaan baja lainnya yang tercantum dalam gambar rencana. Termasuk didalam
pekerjaan Konstruksi Baja ini antara lain adalah :
(i) Konstruksi rangka atap dan konstruksi baja lainnya untuk Bangunan Gedung.
(ii) Konstruksi baja lainnya sesuai yang dimaksud gambar rencana.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

b. Pekerjaan ini meliputi pengadaan dari semua bahan, tenaga, peralatan, perlengkapan
serta pemasangan dari semua pekerjaan baja dan logam termasuk alat-alat atau
benda-benda/ material pendukung lainnya.
c. Pekerjaan baja dan logam harus dilaksanakan sesuai dengan keterangan-keterangan
yang tertera pada gambar rencana/detail, lengkap dengan penyangganya, alat untuk
memasang dan menyambungnya, pelat-pelat baja/ profil siku dan lain sebagainya.
d. Semua bagian harus mempunyai ukuran yang tepat, sehingga dalam
pemasangannya tidak memerlukan pengisi, kecuali kalau gambar detail menunjuk hal
tersebut.
e. Semua detail dan hubungan harus dibuat dengan teliti dan diselesaikan dengan rapi,
dan dalam pelaksanaannya tidak hanya dari gambar-gambar kerja untuk memasang
pada tempatnya tetapi dimungkinkan untuk mengambil ukuran-ukuran sesungguhnya
ditempat pekerjaan terutama bagian-bagian yang terhalang oleh benda lain.
f. Pekerjaan harus bermutu kelas satu dalam segala hal, setiap bagian pekerjaan yang
buruk akan ditolak dan harus diganti apabila perlu. Pekerjaan yang selesai harus
bebas dari puntiran-puntiran,bengkokan-bengkokan dan sambungan-sambungan yang
mengganggu.

3.16.2 Standar Yang Dipakai


Referensi Konstruksi Baja:
- Peraturan Perencanaan Bangunan Baja (PPBBI-Mei 1984)
- American Institut of Steel Contruction (AISC)
- American Welding Society (AWS ) bahan-bahan las
- American Nastional Srandart Institut (ANSI)
- American Soceiety for Testing ang Material (ASTM) Spesification
- RKS dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan

3.16.3 Persyaratan Bahan


a. Bahan-bahan yang dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan baja harus sudah disetujui
oleh Pengawas, tidak berkarat, bagian bagiannya dan lembaran-lembarannya tidak
bengkok dan cacat. Potongan-potongan (profil) mempunyai ukuran yang tepat sesuai
dengan dimensi yang tertera dalam gambar rencana baik bentuknya, tebal, ukuran
berat.
b. Semua material baja harus mendapatkan sertifikat dari pabriknya setelah melalui tes,
untuk mendapatkan persetujuan Direksi untuk dipakai.
c. Semua baja yang dipakai harus baru, permukaan rata, bersudut rapi tidak rusak karena
benturan, bebas dari cacat, retak dan cacat-cacat lainnya.
d. Bahan baja yang digunakan/dipasang harus dari jenis yang sama kualitasnya, dalam
hal ini dipakai baja jenis ST-38,
e. Toleransi luas penampang bahan baja ditetapkan maksimum 5 % dari luas untuk
rangka batang atau maksimum 5 % dari momen inersia (I)
f. Sebagai kawat las dipakai setaraf produksi “KOBE” atau “NIPPON STEEL” Jenis
kawat las yang akan digunakan harus sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari pabrik
pembuat dan petunjuk-petunjuk Direksi. Elektroda-elektroda las harus diambil dari
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

GRADA-A (besi heavy coatee type) batang-batang elektroda yang dipakai diameternya
lebih besar atau sama dengan 6 mm (1/4 inch), dan batang-batang elektroda harus
dijaga agar selalu dalam keadaan kering.
g. Baut-baut yang digunakan harus baut hitam ulir (HTB) tak penuh dengan tegangan
baut dan tegangan las minimum adalah 1.400 kg/cm² atau minimal sama dengan mutu
baja yang digunakan (A-325 ASTM).
h. Pada konstruksi atap bangunan gedung, sambungan gording tidak harus
menumpu pada kuda-kuda/jurai atau tumpuan lainnya. Untuk itu sebelum
pemasangan gording dilaksanakan Kontraktor harus berkonsultasi terlebih dahulu
dengan Direksi/Pengawas.
i. Bahan baja ini kecuali ditunjuk atau dipersyaratan lain harus sesuai dengan NI 3-1970

3.16.4 Syarat Pelaksanaan


1) Perancangan
a) Penawaran baja dalam berat (kg), sudah termasuk “wastage” akibat pemotongan
dan lain-lain dan diperhitungkan pada analisa harga satuan.
b) Standard
Kontraktor bertanggung jawab untuk menjamin perancang baja untuk pengerjaannya agar
sesuai dengan persyaratan-persyaratan ini sepenuhnya.
Kontraktor supaya menyiapkan salinan usulan standart yang akan dipakai, sebagai
pedoman bagi Direksi paling lambat 14 hari sebelum fabrikasi.
2) Perencanaan dan Pengawasan
a) Gambar Kerja.
Sebelum pekerjaan fabrikasi di pabrik/bengkel dimulai, Kontraktor harus menyiapkan
gambar-gambar kerja (shop drawing) yang berisi semua informasi dan menunjukkan
detail-detail lengkap dari semua komponen, panjang serta ukuran las, jumlah, ukuran
serta tempat baut-baut serta detail-detail lain yang lazimnya diperlukan untuk fabrikasi.
b) Ukuran-ukuran
Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran
yang tercantum pada gambar kerja.
c) Kelurusan
Toleransi dari keseluruhan tidak lebih dari L/1000 untuk semua komponen.
d) Pemeriksaan dan lain-lain
(i) Seluruh pekerjaan di pabrik/bengkel harus merupakan pekerjaan yang berkualitas
tinggi, seluruh pekerjaan harus dilakukan dengan ketepatan sedemikian rupa
sehingga semua komponen dapat dipasang dengan tepat di lapangan.
(ii) Direksi mempunyai hak untuk memeriksa pekerjaan di pabrik pada saat yang
dikehendaki, dan tidak ada pekerjaan yang boleh dikirim ke lapangan sebelum
diperiksa dan disetujui Direksi/ Pengawas. Setiap pekerjaan yang kurang baik
atau tidak sesuai dengan gambar atau spesifikasi ini akan ditolak dan bila terjadi
demikian, harus diperbaiki dengan segera.
3) Pelaksanaan Dan Sistim Pemasangan.
(1) Fabrikasi :
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

a) Sebelum memulai dengan pemotongan, penyambungan, dan pemasangan


Kontraktor harus memberitahukan secara tertulis tentang tempat, sistim
pengerjaan dan pemasangan kepada Direksi untuk mendapat persetujuannya.
b) Kontraktor harus terlebih dahulu menunjukkan kualitas pengelasan dan
penghalusan untuk dijadikan standart dalan pekerjaan tersebut.
c) Pekerjaan pengelasan konstruksi baja harus sesuai dengan gambar rencana dan
harus mengikuti prosedur yang berlaku seperti AWS atau AISC Spesification.
d) Kecuali ditunjuk sistim lain maka, dalam hal menghubungkan profil-profil,
plat-plat pengaku digunakan las listrik dengan alat pembakar yang standart
dengan ketentuan sebagai berikut :
– Batang las (bahan untuk las) harus dibuat dari bahan yang campurannya
sama dengan bahan yang akan disambung.
– Kekuatan sambungan dengan las (hasil pengelasan) harus sama kuat dengan
batang yang disambung.
– Pemeriksaan kekuatan las harus dilakukan dengan persetujuan pengawas bila
dianggap perlu dan dapat dilakukan di laboratorium.
– Kedudukan konstruksi baja yang segera akan di las harus menjamin situasi
yang paling aman bagi pengelas dan kualitas hasil pengelasan yang
dilakukan.
– Pada pekerjaan las, maka sebelum mengadakan las ulangan, baik bekas
lapisan pertama, maupun bidang-bidang benda kerja harus dibersihkan dari
keras (slag) dan kotoran lainnya.
– Pada pekerjaan, dimana akan terjadi banyak lapisan las, maka lapisan yang
terdahulu harus dibersihkan dari keras (slag) dan percikan-percikan logam
sebelum memulai dengan lapisan las yang baru.
– Lapisan las yang berpori-pori, rusak atau retak harus dibuang sama sekali.
– Tempat pengelasan dan juga bidang konstruksi yang di las, harus terlindung
dari hujan/ angin kencang.
– Cara pemotongan harus menggunakan mesin potong dilakukan dengan
membatasi sekecil mungkin .
– Permukaan las terakhir harus digerinda sampai rata dan halus.
– Kesalahan pemotongan maupun lubang yang terlalu besar tidak
diperkenankan ditutup dengan las, karena itu batang yang bersangkutan
harus diganti dengan yang baru.
e) Lubang-lubang Baut
Pembuatan lubang baut harus dilaksanakan di pabrik dan harus dikerjakan
dengan alat bor.Lubang baut harus lebih besar 2.0 mm dari pada diameter luar
baut.
f) Sambungan
Untuk sambungan komponen konstruksi baja yang tidak dapat dihindarkan
berlaku ketentuan sebagai berikut :
– Hanya diperkenankan satu sambungan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

– Semua penyambung profil baja harus dilaksanakan dengan las tumpul/full


penetration butue weld.
g) Pemasangan Percobaan/Trial Erection
Bila dipandang perlu oleh Direksi/ Pengawas, Kontraktor wajib melaksanakan
pemasangan percobaan dari sebagian atau seluruh pekerjaan konstruksi.
Komponen yang tidak cocok atau yang tidak sesuai dengan gambar dan
spesifi¬kasi dapat ditolak oleh Direksi dan pemasangan percobaan tidak boleh
dibongkar tanpa persetujuan Direksi.
(2) Pemasangan/ Erection.
Baja dipasangkan, kecuali ditentukan lain oleh Direksi/ Manajemen Konstruksi 2
(dua) hari setelah pengecoran.
a) Penguat Sementara.
Baja harus dipasang mati setelah sebagian besar struktur baja terpasang dan
disetujui ketepatan garis, vertikan dan horisontal.
Kontraktor supaya menyediakan penunjang-penunjang sementara (pembautan-
pembautan) bilamana diperlukan sampai pemasangan mati sesuai keputusan
Direksi/ Pengawas.
b) Pembautan
Ulir harus bebas setidak-tidaknya dua setengah putaran dari muka mur dalam
keadaan terpasang mati. Kontraktor supaya menggunakan setidak-tidaknya satu
cincin pada setiap mur dan menyiapkan daftar mur, baut, dan cincin.
Kontraktor supaya menggunakan cincin baja keras untuk baut tegangan tinggi
(HSB).
c) Adukan Pengisi (Grouting)
Kontraktor supaya memasang adukan pengisi dibawah pelat- pelat kolom dll.tempat
sesuai dengan gambar-gambar.
Penawaran harus sudah termasuk pekerjaan ini, bahan grouting yang
digunakan setaraf AM, Sika, Frosroksid.
(3) Pengecatan baja
a) Semua bahan Konstruksi baja yang di expose / tampak harus di cat sampai akhir,
sedang baja yang tidak ditampakkan/expose cukup di cat dasar.
b) Cat dasar adalah cat zink chromate buatan Dana Paint atau setara sedangkan
sebagai cat akhir adalah Enamel Paint produk ex Mowilex, Jotun, Kemton, atau
setara, dan pengecatan dilakukan satu kali di pabrik dan satu kali di lapangan.
c) Baja yang akan ditanam dalam beton tidak boleh di cat.
d) Untuk lubang baut kekuatan tinggi/high strength bold permukaan baja tidak
boleh di cat.
e) Cat akhir adalah enamel paint buatan Mowilex, Jotun, Kemton, atau setara dan
pengecatan dilakukan 2 kali lapis di lapangan, kecuali bila dinyatakan lain
dalam gambar atau spesifikasi arsitektur.
f) Dibagian bawah dari base plate dan/atau seperti yang tertera pada gambar
harus di grout dengan bahan setara “Master Flor 713 Grout”, dengan tebal
minimum 2,5 cm.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

g) Cara pemakaian harus sesuai spesifikasi pabrik.


(4) Syarat-syarat Pengamanan Pekerjaan.
a) Bahan-bahan baja profil dihindarkan/dilindungi dari hujan dan lain-lain.
b) Baja yang sudah terpasang dilindungi dari kemungkinan cacat/rusak yang
diakibatkan oleh pekerjaan-pekerjaan lain.
c) Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan
tidak mengurangi mutu pekerjaan. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
d) Penempatan pipa dan batang baja di work shop maupun dilapangan tidak
boleh langsung diatas tanah atau lantai, tetapi harus diatas balok-balok kayu
yang berjarak maksimum 2 m. Tanah atau lantai tersebut harus datar, padat
merata dan bebas dari genangan air.
(5) Pemasangan Akhir/ Final Erection.
a) Alat-alat untuk pemasangan harus sesuai untuk pekerjaannya dan harus
dalam keadaan baik. Bila dijumpai bagian-bagian konstruksi yang tidak dapat
dipasang atau ditempatkan sebagaimana mestinya sebagai akibat dari
kesalahanpabrikasi atau perubahan bentuk yang disebabkan penanganan, maka
keadaanitu harus segera dilaporkan kepada Direksi disertai usulan cara
perbaikannya
Cara perbaikan tersebut harus mendapat persetujuan dari Direksi sebelum
dimulainya pekerjaan tersebut.
Biaya tambahan yang timbul akibat pekerjaan perbaikan tersebut adalah menjadi
tanggungan Kontraktor.
Meluruskan pelat dan besi siku atau bentuk lainnya harus dilaksanakan dengan
persetujuan Direksi..
Pekerjaan baja harus kering sebagaimana mestinya, kantong air pada
konstruksi yang tidak terlindung dari cuaca harus diisi dengan bahan
“waterproofing” yang disetujui. Sabuk pengaman dan tali-tali harus digunakan oleh
para pekerja pada saat bekerja ditempat yang tinggi, disamping pengaman yang
berupa “piatfrom” atau jaringan (“net”).
b) Setiap komponen diberi kode/ marking sesuai dengan gambar pemasangan
sedemikian rupa sehingga memudahkan pemasangan.
c) Bagian profil baja harus diangkat dengan baik dan ikatan-ikatan sementara
harus digunakan untuk mencegah tegangan-tegangan yang melewati tegangan
ijin.
Ikatan-ikatan itu dibiarkan sampai konstruksi selesai.
Sambungan-sambungan sementara dari baut harus diberikan kepada bagian
konstruksi untuk menahan beban mati, angin dan tegangan-tegangan selama
pembangunan.
d) Baut-baut, baut angker, baut hitam, baut kekuatan tinggi dan lain-lain harus
disediakan dan harus dipasang sebagaimana mestinya sesuai dengan gambar
detail.
Baut kekuatan tinggi harus dikencangkan dengan kunci momen (torque wrench).
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

e) Pelat dasar kolom untuk kolom penunjang dan pelat perletakan untuk balok,
balok penunjang dan sejenis harus dipasang dengan luas perletakan penuh
setelah bagian pendukung ditempatkan secara baik dan tegak.
Daerah dibawah pelat harus diberi adukan lembab/ kering yang tidak susut dan
disetujui Direksi.
Penyimpangan kolom dari sumbu vertikal tidak boleh lebih dari 1/1500 dari tinggi
vertikal kolom.

3.17 PENGECATAN STRUKTUR BAJA

3.17.1 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan Pengecatan Struktur Baja bertujuan bertujuan untuk mencegah dan melindungi
struktur baja terhadap karat. Pencegahan ini dilakukan pada :
(i) Struktur baja yang berada di darat maupun yang terkena air.
(ii) Struktur baja di dalam air tawar atau di daerah pasang surut, dengan bahan yang sesuai
karakteristiknya serta memiliki keawetan sesuai tingkat korosifitas suatu tempat.

3.17.2 Persyaratan Bahan


1) Terdapat tiga katagori keawetan umur proteksi cat :
a. Jangka pendek, minimal umur 2-5 tahun (untuk elemen sekunder seperti sandaran,
pagar pengaman).
b. Jangka sedang, minimal umur 5-15 tahun (untuk elemen utama seperti gelagar).
c. Jangka Panjang, minimal umur >15 tahun.
d. Ketebalan lapisan pelindung sesuai dengan masa tingkat keawetan dan disesuaikan
dengan kondisi lingkungan dimana struktur jembatan baja berada (sesuai ISO 12944).
2) Tingkat agresivitas lingkungan akan berdampak pada:
a. Jenis cat yang digunakan sebagai proteksi.
b. Ketebalan total dalam system pengecatan.
c. Persyaratan persiapan permukaan.
d. Minimum dan maksimum lapisan pada proses pengecatan.
3) Cat dalam kemasan asli sesuai yang dikeluarkan pabrik, Bahan terlarut harus disertakan
dalam lembar data produk dan Cat dalam kondisi tertutup rapat.
4) Cat memiliki tanda atau nomor produksi sesuai dengan lembar data teknis pabrik, dan
terdapat lembar teknis seluruh informasi cat termasuk keselamatan bahan.
5) Cat digunakan dengan tingkat proteksi sedang dan dapat didesuaikan dengan lingkungan
(SNI ISO 12944-6-2012).
6) Ketebalan cat elemen utama struktur baja 350 mikron (150 mikron lapis dasar, 200 lapis
akhir).
7) Ketebalan cat elemen sekunder struktur sekunder, sandaran baja dan pagar pengaman 300
mikron (100 mikron lapis dasar 200 mikron lapis akhir).
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

8) Jenis cat dasar atau akhir pada daerah pasang surut adalah epoxy polyamine dengan solid
content 100% dengan tebal 500 mikron (masing masing 250 mikron untuk lapis dasar dan
lapis akhir).

3.17.3 Peralatan Kerja


1) Peralatan pekerjaan persiapan permukaan harus menggunkanan peralatan manual dan/
atau peralatan abrasive blasting.
2) Hand Tool Cleaning adalah sikat kawat, kape, atau amplas.
3) Kuas atau roll mempunyai ukuran dan bahan yang sesuai dengan bahan cat.
4) Apabila menggunakan alat penyemprot, maka digunakan rasio lubang dan tekanan yang
sesuai dengan cat.

3.17.4 Persyaratan Pekerjaan


1) Pembersihan permukaan dilaksanakan berdasarkan tingkat kerusakan baja sebagai berikut:

Tabel Metode pembersihan menyeluruh menurut standar tingkat persiapannya,


RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

Tabel Metode pembersihan sebagian menurut standar tingkat persiapannya,

2) Blast cleaning ( Sa 2 atau Sa 2 1/2 ) digunakan untuk pekerjaan permukaan, apabila cat
yang digunakan sebagai binder adalah epoksi atau polyurethane dengan primer zinc
sebagai lapisan dasar.
3) Power tool atau hand tool ( St 2 atau St 3) dapat digunakan untuk pekerjaan persiapan
permukaan yang menggunakan jenis cat epoksi atau polyurethane sebagai binder dan
primer yang menggunakan jenis alumunium flakes.
4) Pencampuran antara masing - masing komponen harus sesuai dengan petunjuk dan
persyaratan dari pabrik pembuat.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

5) Pengecatan Cat Dasar.


a. Pengecatan cat dasar dilaksanakan sesuai petunjuk dan persyaratan dari pabrik
pembuat.
b. Pengadukan cat yang akan diaplikasikan mengacu ke SSPC PA 1 - 2016 Shop, Field,
and Maintenance of Metals.
c. Pengecatan harus dimulai dari bagian yang sulit dijangkau dan sempit termasuk sudut -
sudut lancip atau runcing dengan mengacu ke SSPC PA Guide 11:2008 guide To
Methods For Protection Of Edges, Crevices, And Irregular Steel Surfaces.
d. Sebelum pengecatan dimulai, harus dilakukan pengukuran kelem baban permukaan
baja yang akan dicat (ASTM E377-15 -Measuring humidity with physicometer). Kecuali
untuk aplikasi di daerah pasang surut tidak perlu dilakukan pengukuran kelembaban.
e. Pelaksanaan pengecatan lapisan dasar menggunakan mesin semprot dan dibantu
dengan kuas untuk menjangkau bagianbagian yang sulit. Khusus untuk aplikasi daerah
pasang surut menggunakan sikat bulat (rounded brush).
f. Cat yang terdiri atas 2 komponen atau lebih harus dicampur dengan spesifikasi pabrik
pembuat
6) Pengecatan Lapisan Kedua dan/atau Lapisan Akhir.
a. Dilaksanakan setelah lapisan pertama atau cat dasar mengering dan mempunyai
ketebalan kering sesuai dengan petunjuk dan persyaratan dari pabrik pembuat.
b. Pengecatan dilaksanakan dengan cara disemprotkan menggunakan alat khusus, kuas
atau roller sampai ketebalan cat sesuai dengan petunjuk dan persyaratan dari pabrik
pembuat.
c. Pengukuran ketebalan cat yang telah diaplikasikan diperiksa dengan alat sesuai
dengan kondisinya yaitu dengan alat untuk pengukuran pada saat cat sudah mengering

3.17.5 Penerimaan Hasil Pekerjaan


1) Tebal cat memenuhi persyaratan ketebalan yang ditentukan.
2) Warna hasil pengecatan dipastikan merata, tidak ada indikasi timbul bercak bercak dan
semua perkerjaan ditutup oleh cat.
3) Ketebalan cat diukur sesuai ketentuan dengan acuan SSPC PA2-2012 uji tebal kering harus
mencapai minimum 80%, maksimum 120% dari tebal yang dipersyaratkan.

3.17.6 Perbaikan Hasil yang Tidak Memenuhi


Apabila terdapat pekerjaan pengecatan struktur baja yang tidak memenuhi syarat, maka
harus diperbaiki tanpa ada kompensasi apapun dari hasil perbaikan dan harus disetujui
Pengawas Pekerjaan.

3.18 PEKERJAAN FLOOR HARDENER

❖ Lingkup Pekerjaan

1) Menyediakan tenaga kerja , bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu lainnya untuk
persiapan pelaksanakan pekerjaan dan selama berlangsungnya pekerjaan konstruksi
agar pekerjaan konstruksi menjadi berhasil yang baik dan sempurna.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

2) Pekerjaan ini meliputi pekerjaan finishing permukaan lantai beton dengan floor hardener
seperti tertera pada gambar.

❖ Persyaratan Bahan

Floor hardener : Non oxidising metalic floor hardener


Merek : Sika /Fosroc/BASF setara kualitas yang disetujui Direksi Pengawas.
Curing Agent : Sesuai petunjuk produk
Coverage/dosage : 5 Kg/m2 (for heavy duty used).
Colours : Natural.

❖ Syarat-Syarat Pelaksanaan

1) Permukaan beton dasar yang akan di floor hardener harus cukup mengandung semen
untuk menghindari keretakan akan timbul pada pekerjaan floor hardener.
2) Waktu aplikasi
Pelaksanaan pekerjaan permukaan lantai dengan floor hardener mengikuti petunjuk
cara aplikasi produk dari produsen. Lebih disukai pekerjaan ini dilakukan oleh sub-
kontraktor aplikator yang telah mendapatkan sertifikasi dari produsen.

3) Joint cutting untuk expansion joint hanya dijinkan setelah mencapai umur pekerjaan
floor hardener min. 3 hari. Metode lain untuk pemutusan lantai di expasion joint bisa
diajukan dan pelaksanaannya dengan persetujuan perencana.
4) Penaburan Floor hardener:
Plat beton siap untuk ditaburi Floor Hardener apabila permukaanya ditekan dengan ibu
jari hanya akan meninggalkan bekas sedalam 3-5 mm saja, Taburkan Sika Chapdur
secara merata dengan tangan atau alat yang sesuai.
5) Pemadatan:
Tunggu sampai Floorhardener telah dilembabkan oleh kandungan air semen pada
permukaan beton ,gunakan mesin trowel finish dengan putaran rendah,dan dasar yang
benar- benar rata/Flat.
Catatan : jika kemudian permukaan yang ditrowel terlepas atau timbul banyak
laitance,hal ini berarti beton masih terlalu basah.
6) Penghalusan:
Segera setelah beton mulai mengeras ( Initial setting ) lakukan penghalusan dengan
mesin trowel finish dengan putaran baling baling logam yang lebih halus dengan posisi
sudut rendah.
Proses penghalusan akhir yang diperlukan dapat dilakukan kemudian dengan mesin
trowel dengan putaran yang tinggi.
7) Pengeringan:
Selama pengeringan lantai akan mampu menerima Beban manusia : 1-2 jam saja,
kendaraan ringan : 7-10 hari,kering sempurna : 28 hari dari waktu penghalusan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

3.19 PEKERJAAN TANAH

Pekerjaan ini meliputi pekerjaan penggalian (cut), pengangkutan ke luar lokasi, penimbunan
kembali dan pemadatan tanah untuk halaman, serta penggalian dan pemadatan lantai dasar
atau pondasi sesuai dengan peil yang telah ditentukan.

❖ Lingkup Pekerjaan

a) Penggalian tanah dan pengeluaran dari lokasi untuk persiapan lahan, penimbunan, dan
pemadatan lapis perlapis dengan peil sesuai dengan ketentuan dalam gambar.

b) Pekerjaan ini dilaksanakan termasuk untuk pembentukan badan jalan, sehingga di


dalam kegiatan pekerjaan galian ini sudah termasuk pemadatan.

❖ Ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan pekerjaan.

Termasuk minimal seperti yang akan dijelaskan sebagai berikut :

a) Pembongkaran dan pemindahan semua benda yang mungkin akan menganggu


pelaksanaan pekerjaan.

b) Melindungi benda-benda berharga yang dilapangan dan benda-benda berfaedah


lainnya.

c) Penyaluran dan pemeriksaan drainase.

d) Penggalian, penimbunan dan pembuangan keluar lokasi.

e) Pemadatan tanah.

f) Pindahan material-material yang tak berguna dan puing-puing , keluar proyek.

g) Menyediakan material-material pengisi yang baik dan memenuhi syarat, jika diperlukan.

❖ Syarat-syarat Umum

Sebelum melaksanakan pekerjaan Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan/


pengukuran dan pengecekan langsung ke lapangan guna menentukan dengan pasti kondisi
lapangan, bahan-bahan yang kelak akan dijumpai dan keadaan lapangan sekarang yang
nanti mungkin akan mempengaruhi kelancaran pekerjaan.

❖ Pembongkaran dan Pembersihan

a) Seluruh perintang yang berada dalam lapangan harus disingkirkan, dan dibersihkan dari
lapangan, kecuali hal-hal yang dijelaskan dalam gambar harus dibiarkan tetap.
Perlindungan harus diberikan kepada hal-hal seperti itu. Sumur gali yang ada harus
dilindungi untuk digunakan kemudian.

b) Pelaksanaan pekerjaan pembongkaran tersebut haruslah sedemikian rupa sehingga


menjamin barang-barang berharga yang berada di lapangan tidak akan rusak.

c) Perbaikan kerusakan pada benda-benda milik kepentingan umum, negara atau pribadi
di dalam atau di luar lapangan pekerjaan bukanlah tanggung jawab Pemberi Tugas dan
semuanya dipikul oleh Kontraktor.

d) Pemindahan semua material-material akibat pembongkaran puing-puing dan semua


yang merintangi pekerjaan, harus menuruti dan tunduk pada peraturan-peraturan
pemerintah setempat.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

e) Seluruh pohon-pohon, semak-semak, rumput-rumput dan tumbuh-tumbuhan harus


dipindahkan seluruhnya dari daerah yang akan ditimbun, kecuali pohon-pohon yang
dinyatakan harus tetap berada disitu.

❖ Perlindungan terhadap Benda-benda Berfaedah

a) Kecuali ditunjukkan untuk dipindahkan, seluruh mesin-mesin, pompa-pompa, alat listrik


dan barang-barang berharga lainnya harus dilindungi dari kerusakan dan bila sampai
menderita kerusakan direparasi/diganti oleh kontraktor dari tanggunggan biayanya
sendiri. Bila suatu alat/pekerjaan/pelayanan dinas yang sedang bekerja ditemui di
lapangan dan hal tersebut tidak dijumpai pada gambar, atau dengan cara lain dapat
diketahui oleh Kontraktor dan ternyata diperlukan perlindungan/pemindahan,
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mengambil setiap langkah apapun untuk
menjamin bahwa pekerjaan yang sedang berlangsung tersebut tidak menganggu. Bila
pekerjaan terganggu sebagai akibat pekerjaan Kontraktor, Kontraktor harus segera
mengganti kerugian-kerugian yang terjadi yang dapat berupa perbaikan dari barang
yang rusak akibat pekerjaan Kontraktor, dan sama sekali bukan tanggung jawab dari
Pemberi tugas.

b) Sarana (utilities) eksisting yang ditemukan di bawah tanah dan terletak di dalam
lapangan pekerjaan harus dipindahkan ke luar lapangan ke tempat yang disetujui
Pemberi Tugas.

❖ Pelaksanaan Galian Tanah

a) Sebelum penggalian dilaksanakan, kontraktor harus memasang peil-peil. Semua galian


tanah harus dilaksanakan sesuai gambar dan syarat-syarat yang sudah ditentukan.

b) Apabila dipandang perlu, harus ditempatkan petugas untuk mengontrol pada saat
penggalian agar tidak terjadi kesalahan.

c) Penggalian dilaksanakan dengan peralatan yang sesuai dengan kondisi lapangan,


dengan kedalaman galian sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam dokumen
kontrak

d) Pelaksanaan penggalian diatur sedemikian rupa sehingga di lokasi pekerjaan tidak


terdapat timbunan material galian yang dapat mengganggu kelancaran pekerjaan.

e) Permukaan galian yang sudah dipadatkan harus mempunyai kemiringan permukaan


jalan yang telah ditetapkan dalam gambar rencana.

f) Dasar dari semua galian harus horizontal (waterpass) dan jika terdapat akar-akar pohon
atau bagian-bagian tanah yang gembur, maka bagian-bagian tersebut harus digali dan
disingkirkan. Selanjutnya lobang-lobang yang terjadi akibat penggalian tersebut diisi
kembali dengan pasir kemudian disiram dan dipadatkan sehingga didapat dasar galian
yang padat dan waterpass.

g) Untuk menjaga kemungkinan tergenangnya air di dalam galian, baik pada saat
penggalian maupun pada saat pekerjaan lainnya dilakukan, kontraktor harus
menyediakan pompa air atau lumpur yang dapat bekerja secara terus menerus sesuai
kebutuhan.

h) Adanya kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat kelalaian Kontraktor adalah tanggung


jawab Kontraktor untuk biaya perbaikannya.

i) Pemeriksaan permukaan tanah dari air, kontraktor diminta untuk mengawasi hal-hal
seperti di bawah ini :
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

(i) Tidak diperkenankan air tergenang didalam/diluar/disekitar lapangan pekerjaan


selama pelaksanaan pekerjaan.

(ii) Melindungi semua penggalian bebas dari seepage, overflow dan genangan air, juga
oleh sumur-sumur pompa, saluran pembuang dan hal-hal lain yang mungkin terjadi.

❖ Pembuangan atau Pengangkutan Tanah keluar Lokasi Pekerjaan

a) Besarnya volume penggalian dan terbatasnya jangka waktu pelaksanaan kontraktor harus
menggunakan alat-alat berat untuk proses penggalian, pembuangan dan penimbunan
dalam jumlah yang cukup. Hal ini menuntut kontraktor untuk melakukan majemen proyek
yang baik sehingga dampak pengaruh bagi aktivitas rumah sakit dapat dibatasi.

b) Sisa tanah galian yang tidak digunakan lagi harus dibuang ke luar lokasi rumah sakit.
Lokasi pembuangan tanah harus dipilih dan dipersiapkan oleh kontraktor dengan
mempertimbangkan aspek gangguan lingkungannya.

c) Mobilisasi, operasional dan demobilisasi alat-alat berat (seperti bachoe, buldozer, truk dll.)
yang digunakan kontraktor harus memperhatikan kemampuan dan kapasitas sarana
lingkungan seperti bangunan yang dipertahankan, jalan, pagar, dll. Sehingga tidak merusak
sarana yang telah ada. Semua kerusakan yang terjadi akibat hal tersebut di atas menjadi
tanggungjawab kontraktor untuk memperbaikinya seperti kondisi dan fungsi semula.

d) Kontraktor harus melakukan pengaturan sirkulasi kendaraan secara baik dan aman serta
tidak mengganggu sirkulasi lingkungan dan internal tapak. Rencana perubahan atau
pengaturan demi kelancaran pekerjaan harus selalu dikoordinasikan dengan owner dan
konsultas pengawas.

e) Untuk mengurasi dampak debu yang ditimbulkan dalam proses pengangkutan material,
maka semua muatan tanah dalam truk harus ditutup dengan penutup yang memadai
(terpal atau plastik).

f) Pengaruh dan keamanan sirkulasi keluar masuk kendaraan proyek dari dan ke lokasi harus
diatur secara aman karena jalur utama pintu masuk berada pada tikungan jalur arteri, dan
masuk melalui jalan kecil dan sempit (Jl. ACE)..

❖ Bahan Pengisi

Bahan pengisi harus cukup baik dan disetujui oleh Konsultan dan Direksi Lapangan, yang
diambil dari daerah lapangan (setempat) dan bahan yang telah disetujui yang diambil dari
daerah di luar lapangan pekerjaan (didatangkan) dan merupakan bahan yang kaya dengan
tanah berbatu kerikil (granulat soils) dan bersih dari akar-akar tumbuhan dan humus.

❖ Pekerjaan Pengurugan Kembali

a) Seluruh pengurugan harus dibawah Pengawasan Direksi Lapangan, yang harus menyetujui
seluruh bahan pengisi lebih dahulu sebelum digunakan. Kontraktor tidak diperkenankan
melakukan pengurugan tanpa seijin dari Direksi Lapangan.

b) Alat pemadat yang digunakan sesuai dengan jenis tanah maupun lokasi pemadatan.

c) Urugan pasir dilakukan di daerah:

(i) Di bawah semua lantai bangunan sesuai gambar.

(ii) Di bawah saluran pembuangan, trench kabel/pipa sesuai dengan gambar.

❖ Penyelesaian akhir
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

a) Seluruh daerah lapangan dari proyek, termasuk penggalian dan penimbunan, haruslah
daerah yang betul-betul seragam dan halus butiran-butiran butirannya dan bebas dari
permukaan yang tak rata.

b) Seluruh lapisan akhir (finish grade) termasuk lapisan bawah (sub grade) harus digilas
sampai tercapai derajat kepadatan sebesar 90 % dari derajat kepadatan maksimum.

❖ Pembersihan

Seluruh sisa penggalian yang tidak memenuhi syarat/kualitas sebagai tanah urugan/urugan
kembali atau kelebihan tanah dari yang diperlukan untuk urugan, juga seluruh sisa-sisa puing-
puing reruntuhan-reruntuhan, sampah-sampah harus disingkirkan dari lapangan pekerjaan,
mengikuti petunjuk Direksi Lapangan dan Pemberi Tugas. Seluruh biaya untuk ini adalah
tanggung jawab kontraktor.

3.20 TIMBUNAN TANAH

❖ Lingkup Pekerjaan

1) Yang dimaksud dengan pekerjaan timbunan disini adalah dimana permukaan tanah
rencana lebih tinggi dari pada permukaan tanah asli sebagaimana tertera pada gambar
rencana.
2) Peralatan yang digunakan :
a) Dump truck
b) Water tank
c) Tandem roller
d) Bulldozer
3) Bahan urugan :
a) Urugan biasa :
– Bahan urugan tidak termasuk tanah dengan plastisitas tinggi, yang diklasifikasikan
sebagai A-76 dari persyaratan AASHTO M 145 atau sebagai CH dalam sistem
klasifikasi “Unified atau Casagrande”.
– Nilai CBR minimal 5 % setelah direndam 4 hari dan telah dipadatkan 100 %
dari kepadatan maksimum seperti yang telah ditetapkan dalam AASHTO T 99.
b) Urugan pilihan :
– Bahan yang digunakan adalah tanah atau padas yang memenuhi persyaratan
sebagai bahan urugan biasa tetapi memiliki sifat tertentu tergntung
penggunaannya.
– Nilai CBR minimal 10 % setelah direndam 4 hari dan telah dipadatkan 100 % dari
kepadatan maksimum seperti yang telah ditetapkan dalam AASHTO T 99.
c) Jika menggunakan bahan timbunan yang didatangkan dari lokasi atau menggunakan
material bekas galian harus memenuhi persyaratan Spesifikasi RKS ini.
d) Tanah untuk urugan harus bersih dari kotoran-kotoran dan lumpur serta tidak
mengandung bahan-bahan lain yang dapat merusak.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

e) Tanah untuk pekerjaan timbunan ini harus tanah yang baik, tidak mengandung bahan
kimia yang dapat merusak konstruksi perkerasan jalan tersebut.

❖ Pelaksanaan pekerjaan

1) Penghamparan :
a. Untuk pekerjaan ini pengangkutan bahan dilakukan oleh Dump truck, bahan ditumpuk
setempat kemudian ditebarkan oleh Bulldozer.
b. Pelaksanaan penghamparan bahan urugan diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mempunyai ketebalan lebih besar dari 25 cm. Alat penghampar yang digunakan
disesuaikan dengan kondisi tempat kerja.
c. Penghamparan diatur sedemikian rupa sehingga permukaan akhir dari urugan
mempunyai kelandaian sesuai dengan keadaan yang telah ditetapkan.
d. Penghamparan tidak boleh dilaksanakan pada kondisi yang menyebabkan kadar air
yang terkandung dalam bahan urugan melebihi yang ditetapkan pada Bab III seksi ini.
e. Penyemprotan air jika diperlukan, bila kadar air yang dibutuhkan kurang maka dilakukan
penyemprotan air dilokasi pekerjaan.
2) Pemadatan :
a. Alat pemadat yang digunakan disesuaikan dengan kondisi tempat kerja dengan
persetujuan direksi teknik.
b. Pemadatan dilakukan dilakukan lapis demi lapis dan hanya boleh dilakukan pada saat
kondisi kadar air lebih kecil maksimum 3 % dan lebih besar maksimum 1 % dari kadar
air optimum.
c. Penggilasan lapisan, jenis alat yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah Tandem
Roller, untuk menentukan apakah kepadatan telah dicapai atau belum perlu dibuat
percobaan sebelumnya dilapangan, penggilasan dilakukan lapis demi lapis sampai
permukaan rata.

❖ Pengendalian mutu

a. Setiap volume bahan urugan 500 m3, kontraktor harus mengadakan pengendalian
mutu minimal 1 kali.
b. Direksi teknik/Konsultan berhak untuk menolak material timbunan yang didatangkan,
bila dinyatakan lain oleh pemberi tugas.
c. Direksi teknik/Konsultan akan memberi jawaban dalam waktu 10 hari kalender setelah
diterimanya pengajuan dari Kontraktor, dan bila dalam waktu tersebut belum ditanggapi
berarti permohonan disetujui.
d. Bagian pekerjaan yang telah diselesaikan dilapangan dengan sistem Field Destiny test
dengan nilai kepadatan permohonan disetujui.
e. Hasil-hasil test dilapangan harus tertulis dan diketahui oleh Direksi teknik/Konsultan.

❖ Perbaikan dari hasil pekerjaan yang tidak memuaskan

a. Direksi teknik berhak untuk memerintahkan kontraktor untuk melakukan pengujian


terhadap hasil kerja yang telah diselesaikan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam seksi ini.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

b. Jika didapat kepastian bahwa pekerjaan dilaksanakan tidak sesuai dengan persyaratan
yang telah ditentukan, direksi teknik berhak memerintahkan kontraktor untuk
membongkar, memperbaikinya sehingga hasil pekerjaannya sesuai dengan yang telah
ditentukan.
c. Segala resiko akibat adanya kegiatan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
kontraktor.

3.21 PENYIAPAN BADAN JALAN

1) Pekerjaan ini mencakup penyiapan tanah dasar permukaan jalan dari galian sampai
timbunan dan disusul dengan pembentukan, pemadatan, pengujian, memelihara
permukaan yang disiapkan sampai material perkerasan ditampatkan di atasnya.
2) Ketinggian pembentukan setelah dipadatkan harus tidak boleh lebih tinggi atau lebih
rendah dari 1 cm dari yang ditentukan.
3) Pelaporan
a. 1 (Satu) minggu sebelum pekerjaan penyiapan tanah dasar dimulai, kontraktor sudah
melaporkan secara tertulis kepada Konsultan / Direksi teknik untuk mendapatkan
persetujuan.
b. Dari hasil pengujian pemadatan dan pengukuran permukaan dari data survey
membuktikan bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan telah memenuhi.
4) Bahan
Bahan yang digunakan dalam penyiapan tanah dasar dapat berupa urugan biasa, urugan
pilihan atau tanah asli untuk daerah galian apabila CBR kurang dari 25 %.
5) Pelaksanaan :
a. Galian dan timbunan yang diperlukan untuk membentuk tanah dasar harus sesuai
dengan tinggi elevasi yang ditentukan dalam perencanaan.
b. Setiap tanah dasar, baik berupa tanah asli, tanah biasa ataupun tanah pilihan
harus dipadatkan dengan memenuhi persyaratan CBR 95-100 % dari kepadatan kering
maksimum.

3.22 AGREGAT LAPIS PONDASI JALAN

❖ Lingkup Pekerjaan

1) Pekerjaan ini meliputi pengangkutan, penyebaran, penyiraman, penggilasan, dan


pemadatan bahan batu bergradasi di atas permukaan tanah yang telah disiapkan untuk
membentuk jalan sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja.
2) Pekerjaan ini akan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada pengadaan tenaga kerja,
peralatan, bahan dan kelengkapan lainnya untuk menyelesaikan pekerjaan ini.

❖ Standar/Rujukan

a. American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO)


b. American Society for Testing and Materials (ASTM)
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

c. SNI-03-6388-2000
d. Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.

❖ Bahan / Material

a. Material berbutir tanpa pengikat untuk lapisan pondasi harus memenuhi persyaratan
sesuai dengan SNI-03-6388-2000.

b. Lapis pondasi batu pecah kelas B ialah lapis pondasi atas di bawah lapisan aspal. Lapis
pondasi sirtu / pitrun kelas A ialah lapis pondasi bawah.

c. Persyaratan dan gradasi pondasi bawah harus sesuai dengan kelas A. Sebelum pekerjaan
dimulai, bahan pondasi bawah harus diuji gradasinya dan harus memenuhi spesifikasi
bahan untuk pondasi bawah.
d. Fraksi agregat halus adalah agregat halus yag lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari
partikel pasir alami atau pasir pecah serta bahan mineral halus lainnya.
e. Seluruh lapis pondasi agregat harus bebas dari benda-benda organis dan gumpalan
lempung atau benda yang tidak berguna dan memenuhi syarat gradasi butiran.

Macam Persen lolos


ayakan Kelas A Kelas B
(mm)
63 100 100
50 - -
37,50 100 67-100
25 - -
19,00 65-81 40-100
9,50 42-60 25-80
4,75 27-45 16-66
2,36 18-33 10-55
2,00 - -
1,18 11-25 6-45
0,425 6-16 3-33
0,075 6-8 0-20

Sifat Klas A Klas B


Abrasi dari agregat kasar (AASHTO T96-
0-40 % 0-50 %
74)

Abrasi plastisitas (AASHTO T90-70) 0-6 4-10


Hasil kali indeks plastisitas dengan
persentase 25 maksimum -
agregat lolos saringan 75 micron

Batas cair (AASHTO T89-68) 0-35 -

Bagian yang lunak (AASHTO T112-78) 0-5 % -


CBR (AASHTO T193) 80 minimum 60 minimum
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

❖ Pelaksanaan Pekerjaan

1) Persiapan permukaan
a. Bila agregat akan ditempatkan di atas permukaan yang telah disiapkan sebagai lapis
pondasi jalan/base course atau konstruksi lainnya, permukaan tersebut harus telah
selesai paling sedikit sekitar 100 meter panjang atau lebih besar dari jumlah luas
agregat yang akan ditempatkan.
b. Bila agregat akan ditempatkan langsung di atas permukaan tanah yang ada, maka
permukaan tanah tersebut harus dikasarkan secukupnya agar dapat ditembus dan
dipadatkan kembali.
c. Pemadatan kembali dilaksanakan setelah penambahan agregat, asalkan ketebalan
seluruh permukaan yang dikasarkan dan bahan agregat tambahan tidak lebih dari
ketebalan lapisan lepas yang diijinkan.
d. Gumpalan tanah yang lebih besar dari 50 mm yang dihasilkan dari pengasaran harus
dibuang atau dipecahkan sebelum penambahan agregat dilaksanakan. Pencampuran
permukaan tanah yang dikasarkan dengan agregat baru tidak diijinkan.
e. Tidak ada pembayaran tersendiri untuk pekerjaan pengasaran permukaan dan
pemadatan karena pekerjaan ini merupakan bagian dari pekerjaan persiapan
permukaan.
2) Penghamparan
a. Agregat dihamparkan merata selebar badan jalan, lapis demi lapis sampai ketebalan
lepas maksimal 250 mm, atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan/MK.
b. Bila jumlah lapisan lebih dari satu, ketebalan masing – masing lapisan harus
diusahakan sama.
c. Bahan dapat disebarkan dan dibentuk dengan cara yang disetujui yang tidak akan
menyebabkan terpisahnya agregat halus dan agregat kasar. Setiap bagian agregat
kasar atau halus yang terpisah harus diperbaiki atau disingkirkan dan diganti dengan
bahan yang bergradasi. Bahan harus memiliki kadar air yang sesuai untuk
menghasilkan tingkat kepadatan dengan menyemprotkan sejumlah air yang tepat.
Pencampuran dilakukan dengan motor grader sampai tercapai kadar air yang seragam
dan merata.
3) Pemadatan
a. Segera setelah pencampuran dan pembentukan selesai, setiap lapis dengan tebal
mdmdainri mtitaikl t2e0re0n dmamh mhaernusj ud kipea gdartiksa tne ndgeanhg jajanla
nanl adta lyaamn gk escespuatia. nP temraatudra 5ta knm d/jiammu.lai
b. Arah pemadatan harus tumpang tindih ke arah longitudinal. Pada tikungan,
pemadatan dimulai dari sisi yang terendah menuju ke sisi yang lebih tinggi. Pemadatan
harus berjalan terus sampai permukaan padat, keras dan bekas – bekas roda
pemadat tidak terlihat lagi.
c. Bila agregat terlalu basah atau terlalu kering untuk dipadatkan pada nilai kepadatan
tertentu, maka agregat tersebut harus dikeringkan atau diperciki air, sebelum memulai
pemadatan. Tidak ada biaya tambahan untuk pekerjaan ini.
d. Tidak ada pembayaran tambahan untuk pekerjaan penambahan air atau
pengeringan bahan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

e. Setiap penyimpangan permukaan yang terjadi setelah pelaksanaan, harus diperbaiki


dengan membuang beberapa bagian dan menggantinya dengan bahan yang baik
sesuai ketentuan yang ditetapkan. Setiap lapisan agregat harus dipadatkan minimal
95% kepadatan kering maksimal sesuai AASHTO Method D Test T180.
4) Pemeriksaan dan Pengujian
a. Permukaan dan ketinggian permukaan akhir setelah pemadatan harus sesuai dengan
ketinggian yang telah direncanakan.
b. Permukaan lapis pondasi atas harus rata dan mempunyai kelandaian yang cukup
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak.

Material dan lapisan pondasi agregat Toleransi tinggi permukaan


Sirtu / pitrun kelas A digunakan +0 cm
sebagai lapis pondasi bawah - 2 cm

Batu pecah kelas B digunakan +1 cm


sebagai lapis pondasi atas - 1 cm

c. Setiap volume bahan 1000 m3 tetapi boleh melebihi panjang 200 m, kontraktor harus
melakukan pemeriksaan kualitas yang meliputi:
(i) Gradasi sebanyak minimal 3 kali.
(ii) Plastis indeks sebanyak 3 kali.
(iii) Kepadatan maksimum menggunakan metode AASHTO T180
sebanyak minimal 1 kali.
(iv) CBR dilakukan sesuai dengan permintaan direksi teknik.
d. Kepadatan bahan yang dipadatkan ditentukan berdasarkan ASTM 1557 atau
AASHTO T180. Pengujian dilakukan pada kedalaman penuh dari seluruh lapisan, pada
lokasi atau titik – titik yang akan ditentukan oleh Pengawas Lapangan/ MK. Lubang
pengujian harus diisi / ditutup dengan bahan yang sama dan segera dipadatkan.

3.23 PERKERASAN JALAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

1) Yang dimaksud dengan beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik
yang setara, aggregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambahan yang
menbentuk massa padat.
2) Mutu beton yang digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan dalam kontrak harus
seperti yang ditunjukan dalam gambar rencana atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan. Mutu beton yang dipakai yaitu beton k-350 untuk perkerasan dan beton kurus (lean
mix conreate) dengan K-175. Dan kekuatan beton K-250 digunakan pada mutu beton gorong-
gorong persegi (box culvert).
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

3.24 PEKERJAAN DRAINASE

❖ Selokan dan Saluran Air

1) Pekerjaan ini menyangkut pembuatan saluran air dari pasangan batu dan galian serta
timbunan tanah yang diperlukan dalam rangka pembuatan saluran air diperkeras ini.
2) Pekerjaan ini bisa merupakan pembuatan baru, relokasi, merubah saluran air yang telah
ada yang menyangkut dimensi, elevasi dan lain-lain.
3) Dimensi saluran tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dimensi yang telah ditetapkan dalam
konrak.
4) Bahan-bahan
a. Batu yang digunakan harus batu alam, keras, mempunyai minimal 1 bidang pecah,
tidak bulat. Apabila tidak ditentukan direksi teknik, bahan harus tertahan saringan 100
meter.
b. Adukan yang digunakan sebagai perekat harus memenuhi persyaratan pada pasal 7.7
spesifikasi ini
5) Pasangan Batu
a. Permukaan batu harus dibersihkan dari segala kotoran yang dapat mengganggu daya
lekat adukan terhadap batu.
b. Tebal adukan yang digunakan untuk perekat minimal 1,50 cm.
c. Pada permukaan saluran dibuat siar timbul dengan tebal minimal 1,50 cm.
d. Pada sisi atas saluran harus diplester halus dengan tebal minimal 1,30 cm.

❖ Pasangan Batu dengan Adukan

1) Pekerjaan ini harus mencakup pasangan sisi dan dasar dari selokan serta saluran air, dan
pembuatan apron (lantai golak), lubang masuk dan struktur saluran kecil lainnya dengan
menggunakan pasangan batu dengan adukan semen yang dibangun di atas dasar yang
telah disediakan sesuai dengan persyaratan dan memenuhi kriteria arah, kelandaian dan
dimensi yang ditunjukkan pada gambar atau sesuai dengan apa yang telah diperintahkan
oleh pengguna barang / jasa.
2) Tebal minimum dari setiap pekerjaan pasangan batu haruslah 25 cm.
3) Besarnya pekerjaan pasangan batu harus dibatasi sesuai dengan tingkat pemasangan
untuk menjamin agar seluruh batu dipasang hanya hanya pada adukan yang baru.
4) Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan penyedia barang / jasa harus
menyediakan seluruh material yang diperlukan, perlengkapan dan buruh untuk
pengeringan, penggalian saluran air dan pembangunan saluran sementara.
5) Material
a. Batu harus terdiri dari batu alam, atau batu galian yang dibelah dan keras, kasar, awet,
padat, dan tahan terhadap cuaca.
b. Adukan harus memenuhi persyaratan adukan spesi pasangan yang terdiri dari 1 bagian
semen dan 4 bagian agregat halus dalam takaran volume yang harus mempunyai kuat
tekan paling sedikit 75 kg/cm2 pada umur 28 hari.
6) Pasangan batu.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

Batu harus tertanam dengan kuat. Satu dengan lainnya bersinggungan untuk mendapatkan
tebal yang diperlukan dari lapisan yang telah direncanakan.

❖ Gorong-gorong dan Drainase

1) Pekerjaan ini mencakup pemasangan drainase beton, dimana diperlukan, pada lokasi yang
disetujui seperti dalam gambar kerja dan dimana air rembesan dari selokan tak memakai
pasangan dapat mengakibatkan ketidakstabilan lereng,
2) Jadwal pekerjaan.
Pekerjaan gorong-gorong atau saluran beton tidak boleh dimulai sebelum persetujuan
tertulis pengguna barang / jasa diberikan dan cakupan pekerjaan diterbitkan.
3) Kondisi tempat kerja
Hal-hal yang berkaitan mengenai pengeringan air pada tempat kerja harus diperhatikan dari
penyedia barang / jasa sehingga pekerjaan gorong-gorong dan drainase dapat dikerjakan.
4) Pengaturan lalu lintas
Penyedia barang / jasa berkewajiban mengatur lalu lintas yang lewat agar tetap lancar dan
aman selama pekerjaan gorong-gorong dan saluran beton berlangsung.
5) Material
Gorong-gorong pipa beton harus dari beton bertulang sesuai dengan gambar rencana dan
atau ditetapkan oleh pengguna barang / jasa.
6) Pelaksanaan
Penggalian pondasi untuk saluran beton dan gorong-gorong harus dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan untuk pemasangan saluran beton dan gorong-gorong.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

BAGIAN IV : PEKERJAAN TEKNIS KHUSUS DAN PENUNJANG

4.1 UMUM
1) Yang dimaksud syarat-syarat teknik khusus adalah ketentuan-ketentuan teknis khusus yang
dipersyaratkan dalam pelaksanaan dan berkaitan langsung dengan penyelesaian pekerjaan
sesuai kontrak pekerjaan Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Pasilambena di Pulau
Kalaotoa.
2) Ketentuan khusus ini berlaku baik bilamana jenis pekerjaan yang diuraikan ini ada
dipergunakan dalam pekerjaan menurut gambar ataupun ditentukan dalam pasal- pasal
spesifikasi teknik ini ataupun dokumen kontrak lainnya ataupun bilamana atas persetujuan
Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas harus dipergunakan sebagai bentuk alternatif dalam
menyelesaikan seluruh pekerjaan menurut kontrak.

4.2 JENIS PEKERJAAN


Untuk menyamakan pemahaman/pengertian tentang jenis-jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan pada pembangunan pelabuhan penyeberangan pasilambena, maka perlu dijelaskan
pengertian dari jenis-jenis pekerjaan tersebut sebagaimana uraian berikut:

1. Pembangunan Dermaga Baru (Panjang 70 m ; Lebar 20 meter)


Yang termasuk lingkup pekerjaan dermaga antara lain sebagai berikut :
A. Pembangunan Struktur Bawah Dermaga
B. Pembangunan Struktur Atas Dermaga
Dari item-item pekerjaan tersebut di atas, selanjutnya disusun spesifikasi teknik yang berkaitan
dengan jenis-jenis pekerjaan sebagai berikut:
1) Pekerjaan Pemasangan Fender
2) Pekerjaan Pemasangan Bollard
3) Pekerjaan Beton dan Tulangan
4) Pekerjaan Tiang Pancang
5) Pekerjaan Proteksi Tiang Pancang Baja
6) Pekerjaan Baja
7) Pekerjaan Las
8) Pekerjaan Penerangan PJU

4.3 RUBBER FENDER

4.3.1 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang tercakup dalam bab spesifikasi teknik ini meliputi kelengkapan peralatan
konstruksi, tenaga kerja, alat-alat, bahan material, perlengkapan dan penyelenggaraan yang
berkaitan dengan pekerjaan pemasangan sistem fender pada tempat-tempat yang
ditunjukkan dalam gambar rencana.

4.3.2 Tipe Dan Material


1) Jenis fender yang digunakan adalah fender karet tipe KVF yang sesuai dengan gambar
dan sesuai brosur pabrik serta telah mendapatkan persetujuan Direksi Teknis.
2) Sebelum pemesanan fender termasuk angker baut, mur dan ring, Kontraktor harus
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

mengajukan usulan tipe dan spesifikasi fender termasuk angker baut, mur dan ring
kepada Direksi Teknis.
3) Fender yang dipergunakan adalah jenis Rubber Fender (fender karet) setara dengan
type KVF Fender dengan ukuran H500, L2000 dan merupakan hasil produksi dari
pabrik yang telah dikenal dan relatif telah banyak digunakan pada dermaga-dermaga
besar.
4) Sertifikat dari hasil pengujian produksi dari pabrik tersebut harus ikut disertakan dan
telah mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas. Tipe dan ukuran
dari Tipe KVF H 500, L 2000 terdapat pada gambar rencana.
5) Penempatan fender karet dapat dilihat dalam gambar. Angker-angker fender harus
terbuat dari baja tahan karat. Kontraktor harus mengajukan rencana penggunaan
fender kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan, sebelum dilakukan
pemasangan.
6) Persyaratan material :
Tensile Stenght 200
kg/ cm2
Elongation at break % 500
Hardness 68
Tear Strenght kg/ cm 93,46
After Aging
Tensile Strenght 90
kg/ cm2
Elongation at break % 90
Hardness + 4,6 from original value

7) Persyaratan teknis fender adalah seperti diuraikan dibawah ini :

- Energy - absorption / m1 = 6,2 ton-


= meter
- Reaksi maksimum / m1
38,4 ton
- Sudut rapat kapal = 12°
- Defleksi maksimum = 45% / m1

8) Sebelum fender didatangkan ke lokasi pekerjaan, Kontraktor harus melaksanakan


pengujian fisik fender termasuk angker baut, mur dan ring sesuai standar yang
disebutkan dalam spesifikasi ini yang disaksikan oleh Direksi Teknis. Penerimaan
material fender termasuk angker baut, mur dan ring oleh Direksi Teknis akan
didasarkan pada hasil pengujian tersebut. Semua Pengujian ini dilaksanakan atas
biaya Kontraktor.
9) Fender yang dipergunakan adalah jenis Rubber Fender (fender karet) setara dengan
type KVF Fender dengan ukuran H500, L2000 dan merupakan hasil produksi dari
pabrik yang telah dikenal dan relatif telah banyak digunakan pada dermaga-dermaga di
Indonesia.
10) Sertifikat dari hasil pengujian produksi dari pabrik tersebut harus ikut disertakan dan
telah mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas. Tipe dan
ukuran dari Tipe KVF H 500, L 2000 terdapat pada gambar rencana.
11) Dimensi dan bentuk Fender Karet adalah seperti yang tertera dalam gambar rencana,
dan kontraktor dapat menyampaikan detail standard design pabrik pembuat kepada
Direksi/Konsultan pengawas untuk mendapatkan persetujuannya sebelum dilakukan
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

pemesanan barang.
12) Pengangkeran fender adalah dengan baut galvanis dan resin sintesis pengisi yang
dipasok oleh pabrik secara khusus. Penahan baut terbuat dari resin sintesis dan bahan
gelas atau serat sintesis. Permukaan luarnya dibuat bergelombang untuk memberikan
tahanan yang cukup terhadap setiap gaya luar.
13) Baut dan ring kualitas SS-41 menurut JIS G 3101 dan sesudah dibuat harus
digalvanisir. Angker baut, mur, ring dan semua kelengkapannya harus memenuhi
standar JIS G3101 (Rolled steel for general structures); JIS B 0205 (Standar M Screw),
JIS B 1181 (Hexagon Nut) dan JIS G4303/JIS G4315 (Stainless steel).

4.3.3 Pemasangan Fender


1) Paling lambat 3 (tiga) minggu sebelum pelaksanaan pemasangan fender, Kontraktor
harus menyampaikan usulan yang berisi metode pelaksanaan, peralatan yang
digunakan, formasi jalannya pekerjaan pemasangan fender dan lain-lainnya serta
jadwal penyelesaian pekerjaan, kepada Direksi Teknis untuk mendapatkan persetujuan
dilengkapi dengan shop drawing dan data material lainnya kepada Direksi Teknis.
2) Hal-hal mengenai dimensi, ukuran, detail dan posisi pemasangan harus sesuai dengan
gambar pelaksanaan.
3) Tidak ada kelanjutan pemasangan sistem fender, jika satu pias sistem fender pertama
belum memuaskan Direksi Teknis. Kontraktor harus menyampaikan permintaan
pemeriksaan yang diakhiri dengan persetujuan Direksi Teknis pada pias pertama
tersebut termasuk percobaan operasi fender dengan kapal yang ada. Kontraktor dapat
melanjutkan dan menyelesaikan pemasangan sistem fender hingga memuaskan
Direksi Teknis dan memenuhi persyaratan kontrak, apabila persetujuan Direksi Teknis
sudah dikeluarkan
4) Anchor fender karet dipasang pada tulangan dudukan fender dan dicor bersamaan
pada saat pembeton beton bertulang dudukan fender. Setelah beton bertulang
dudukan sudah cukup umur (28 hari kalender) maka bekisting dapat dilepas dengan
hati-hati untuk menghindari kerusakan lapis permukaan/selimut beton dan apabila
terjadi kerusakan/rompal pada permukaan/selimut beton atau terdapat rongga akibat
pengecoran yang kurang sempurna maka kontraktor pelaksana harus segera
melakukan penambalan dan perbaikan dengan kualitas mutu beton yang setara.
5) Fender dipasang pada beton bertulang dudukan fender menggunakan peralatan yang
sesuai dan dibaut hingga kencang pada anchor terpasang sehingga kokoh dan tidak
bergeser dari tempatnya.
6) Fender karet tipe KVF dipasang tegak terikat pada dudukkannya atau sesuai gambar
rencana.

4.3.4 Pengukuran Dan Pembayaran


Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan sistem fender didasarkan pada jumlah unit fender
karet yang disetujui dan terpasang.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

4.4 BOLLARD BAJA TUANG

4.4.1 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang tercakup dalam Spesifikasi teknis ini meliputi kelengkapan peralatan
konstruksi, tenaga kerja, alat-alat, bahan material, perlengkapan dan penyelenggaraan
yang berkaitan dengan pekerjaan pemasangan bollard b a j a (peralatan tambat kapal)
pada tempat-tempat yang ditunjukan dalam gambar rencana.

4.4.2 Tipe & Material


1) Bollard yang digunakan merupakan Bollard baja tuang dengan kapasitas 35 ton.
2) Sebelum melakukan pemesanan bollard, Kontraktor harus mengajukan usulan tipe dan
spesifikasi bollard baja termasuk baut, mur dan ring kepada Direksi Teknis.
3) Sebelum bahan Bollard termasuk baut, mur dan ring didatangkan ke lokasi pekerjaan,
Kontraktor harus melaksanakan pengujian fisik bollrad termasuk angker baut, mur dan ring
sesuai standar yang disebutkan dalam spesifikasi ini yang disaksikan oleh Direksi Teknis.
Penerimaan material bollard untuk digunakan termasuk angker baut, mur dan ring oleh
Direksi Teknis didasarkan pada hasil pengujian tersebut.
4) Jenis/tipe Bollard yang dipakai adalah tipe yang tercantum dalam gambar. Bollard harus
terbuat dari baja cor “cast Steel” kualitas kelas 2-SS 41, menurut JIS G 3101. Bollard harus
dipasok oleh pabrik yang disetujui Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.
5) Bollard harus mampu menahan beban kerja minimal sebesar 35 ton. Bollard terbuat dari
Baja Galvanis yang dibuat dengan memenuhi syarat pabrikasi sehingga mampu menahan
beban sesuai gambar rencana.
6) Dimensi dan bentuk bollard adalah seperti yang tertera dalam gambar rencana. Akan
tetapi Kontraktor dapat menyampaikan detil standar design pabrik lain kepada Pemberi
Tugas dan Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya, sebelum
melakukan pemesanan.
7) Bahan utama Bollard merupakan bahan Besi Baja, Angker baut, mur, ring dan semua
kelengkapannya harus memenuhi standar JIS G 3101 (Rolled steel for general structures,
SS 41); JIS B 0205 (Standar M Screw), JIS B 1181 (Hexagon Nut) dan JIS G4303/JIS
G4315 (Stainless steel).
8) Baut angker dan kelengkapannya harus sesuai dengan standar dibawah ini:
i. Baut Mutu Tinggi (untuk angker)
ii. Mur Kelas 2-SS 41 (JIS G 3101)
iii. Ring (JIS B 1256)
iv. Pelat angker Kelas 2-SS 41 (JIS G 3101)

4.4.3 Pemasangan Bollard


1) Paling lambat 3 (tiga) minggu sebelum pelaksanaan pemasangan Bollard/bitt, Kontraktor
harus menyampaikan usulan yang berisi metode pelaksanaan, peralatan yang digunakan,
formasi jalannya pekerjaan pemasangan bollard dan lain-lainnya serta jadwal
penyelesaian pekerjaan, kepada Direksi Teknis untuk mendapatkan persetujuan
dilengkapi dengan shop drawing dan data material lainnya kepada Direksi Teknis.
2) Hal-hal mengenai dimensi, ukuran, detail dan posisi pemasangan harus sesuai dengan
gambar pelaksanaan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

4.4.4 Pengecatan Bollard


1) Pembersihan permukaan bollard baja dilakukan dengan sikat baja sebelum dilakukan
pengecatan.
2) Permukaan bollard baja yang terbuka harus dicat dengan cat anti karat dan cat akhir
yang dilakukan dengan bahan coaltar epoxy dengan ketebalan 150 mikron sesuai
dengan JIS K5623 atau standar resmi.

4.4.5 Pemeriksaan Fisik Bollard


Pemeriksaan permukaan bollard dilakukan untuk mengecek adanya cacat, kehalusan
permukaan dan bentuk. Toleransi ukuran ± 2,5 mm.

4.4.6 Pengukuran Dan Pembayaran


Pengukuran untuk Pembayaran didasarkan pada volume hasil pengukuran dalam satuan unit
(buah) dan tidak melebihi volume yang tercantum dalam gambar kontrak. Nilai pembayaran
diperoleh dari perkalian volume tersebut dengan harga satuan kontrak setiap buahnya dan
harus dianggap sudah termasuk semua kompensasi untuk penyediaan tenaga kerja,
material, peralatan, sarana-konstruksi, alat bantu dan sebagainya untuk menghasilkan
pekerjaan yang lengkap memenuhi syarat dengan teknik pelaksanaan terbaik dan
sepenuhnya sesuai dengan semua ketentuan tersebut didalam spesifikasi ini.

4.5 COMPOSITE WRAP SYSTEM (FRP)

❖ Uraian

1) Bahan Komposit Serat FRP adalah suatu system terentu yang diterapkan pada struktur
beton yang dipergunakan untuk meningkatkan atau Mengembalikan kapasitas suatu
struktur beton.
2) Spesifikasi ini memberikan nilai-nilai sifat fisik, mekanis dan ketahanan yang harus
dipenuhi, atau dilewati oleh Komposit Serat FRP yang akan digunakan.
3) Spesifikasi ini ditujukan untuk menjamin kualitas dan kinerja komposit Serat E-Glass yang
baik untuk perkuatan Struktur Beton.
4) Perkuatan struktur beton menggunakan komposit Serat FRP harus didukung dengan
perencanaan atau perhitungan yang merujuk pada standar perhitungan Komposit Serat
FRP agar kinerja perkuatan dapat berlaku efektif.

❖ Standar Rujukan

a. Desain dan Perhitungan


• ACI 440.2R-08 -Guide for the design and construction of externally bonded FRP
system for Strengthening concrete structure
b. Standar Test
• ICBO AC 125 – cceptance criteria for concrete and reinforced and unreinforced
mansory Strengthening Using fibre-reinforced composit systems.
- ASTM
• D3039 Ultimate tensile strength of composite fibre in the primary direction
Elongation Of Composite Fibre
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

• Tensile Modulus based on cross section area of primary fibre


• C482-81 Shear bond strength of composite fibre on concrete
• E662 Specific optical density of smoke generated on unprotected composit
• E1142 Coeficient of thermal expansion
• D2563 Visual Defect
• D4065 Glass transition temperature
• C581 Long term environmental Durability Performance
- BS
• 476: Part 7: 1971 Surface Spread of flame of unprotected composite
• 6920: Part 1&2: 1996 Suitability for contact with water intended for human
consumption
- NES
• NES 713 Toxicity index of the unprotected composite of combustion

❖ Persyaratan Bahan

1) Komposit Serat FRP yang akan digunakan sebagai material perkuatan memenuhai semua
persyaratan teknis dan design seperti tercantum pada Tabel 1 dan tabel 2, Hal ini harus
diperkuat dengan data data hasil test dari laboratorium
Tabel 1 Karakteristik Bahan Komposit Serat FRP yang disyaratkan :
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

2) Pile Cap – (Detail B) perkuatan di pile-cap dengan 2 layers Tyfo® SEH25A E-Glass
Composite.
3) RC Pile Beton – (Detail C) Perkuatan pada seluruh permukaan pile menggunakan 2 layers
Tyfo® SEH25A E-Glass Composite.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

Tabel 2 Syarat-syarat ketahanan bahan Komposit Serat FRP terhadap dampak lingkungan
terbuka, air asin dan bahan
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

❖ Sertifikasi

a. Kontraktor atau Pemasok harus mengajukan semua hasil test yang telah dilakukan oleh
laboratorium atau institusi sebagai jaminan keefektifan system ini.

b. Kontraktor juga diwajibkan menyediakan data yang menunjukan bahwa system yang
diusulkan memenuhi semua persyaratan teknis dan design termasuk kuat tarik (Tensile
strength, durabilitas (durability) kuat lekat kepermukaan (bonding strength to substrate) dan
glass transition temperature. Kontraktor harus memastikan sesui dengan syarat-syarat yang
disampiakan pada table 1 dan 2 berdasarkan karakteristik sistem komposit dan tidak hanya
fiber saja.

c. Pihak Pabrik bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mempertahankan


keberlangsungan suatu program pengendalian mutu untuk memastikan kesesuian bahan
terhadap persyaratan yang ditentukan dalam spesifikasi.

❖ Persyaratan Pelaksanaan

Lingkup Pelaksanaan pekerjaan wrapping system dimulai dari surface preparation, wrapping
dry & wet area dan UV coating) sebagai berikut :
i. Pemasangan scaffolding .
ii. Pembongkaran Selimut beton yang rusak.
iii. Sand blasting atau Pembersihan Permukaan Beton.
iv. Pasang Bekisting dan Grouting Beton.
v. Pasang Wrapping Tyfo Fibrwrap Systems.
1) Persiapan Pekerjaan
a. Kondisi Permukaan Beton (Balok, Lantai, Pile Cap dan Pile) yang mengalami spalling
dan keropos sehingga baja tulangan terlihat/terekspos. Perbaikan Beton dilakukan
dengan metode Patching dan Grouting sesuai persyaratan teknis perbaikan/repair
beton dalam spesifikasi ini.
b. Pemasangan scafoding pipa atau bambu, kemudian Pembuatan rakit apung dengan
pelampung drum atau plastik untuk pelaksanaan pekerjaan
2) Pembongkaran dan Pembersihan
a. Pembongkaran Concrete pile dilakukan sampai menemukan beton yang keras dan
mencapai steel pipe pile dengan menggunakan metode bobok atau chipping beton.
b. Pembersihan tulangan existing yang mengalami korosi dan penggantian tulangan yang
sudah mengalami korosi berat.
c. Tulangan yang sudah terbuka dan berkarat dibersihkan dengan sikat kawat dan amplas
sehingga bersih dari kotoran karat/korosi. Kemudian tulangan besi beton dilapisi
dengan material pencegah korosi.
d. Sementara itu tulangan yang bengkok atau putus harus diganti dengan tulangan baru
dengan dimensi sama dengan tulangan semula, dengan sambungan las titik atau
disambung dengan panjang penyaluran/overlap 40 x diameter tulangan.
3) Grouting Beton
a. Semua material finishing seperti plasteran dan coating harus dihilangkan dari
permukaan beton
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

b. Permukaan beton yang yang tidak rata atau bergelombang harus diratakan dengan
metode grinding.
c. Permukaan beton yang berlubang harus diisi dengan material cementious non srink
atau atau Epoxy modified material.
d. Melubangi permukaan beton untuk keperluan angkur fiber ± 10 cm da fiber ± 10 cm dan
diameter 10 mm.
4) Pencampuran Epoxy
a. Pencampuran epoxy dilakukan pada Kelembaban dan suhu Tyfo Epoxy S pada saat
pencampuran pencampuran adalah 10oC dan 38oC
b. Komponen Tyfo epoxy S harus dicampur dengan proporsi Parts A : Part B ; 100 : 34,5
diaduk dengan mixer berkecepatan rendah selama 3-5 menit
5) Priming Permukaan Beton
a. Priming epoxy pada permukaan beton yang akan diwrapping.
b. Mengisi lubang angkur dengan epoxy.
6) Saturasi FRP
a. Potong Lembaran FRP sesuai dengan kebutuhan permukaan beton yang akan
diperkuat.
b. Menggulung serat fiber untuk keperluan angkur fiber, saturasi gulungan FRP dengan
epoxy.
c. Saturasi antara FRP dan Tyfo Epoxy S harus dilakukan secara berhati-hati dan terukur
dan FRP yang sudah dibasahi dengan Tyfo Epoxy S harus ditempatkan ditempat yang
khusus.
7) Aplikasi Komposit Serat FRP
a. Semua permukaan beton yang akan diperkuat harus diberikan epoxy dasar
menggunakan roll sebelum dipasang komposit.
b. E-Glass FRP yang kering harus di rol/saturasi dengan epoxy menggunakan roll untuk
mendapatkan komposit yang sama. Saat layer kedua dipasang, fiber harus di basahi
dengan epoxy dan baru kemudian dipasang pada layer pertama sebelumnya
c. Setelah tiap layer terpasang, system komposit ini harus diperiksa agar tidak ada
gelembung udara, semua gelembung udara harus dihilangkan dengan cara
mengusapkan telapak tangan pada permukaan fiber yang basah untuk memastikan
permukaannya rata dan finishing yang halus
8) Wrapping FRP permukaan Beton,
a. Wrapping FRP pada permukaan beton dan sisihkan serat FRP pada area lubang
angkur.
b. Pasang angkur fiber dan mekarkan/sebarkan ujung seratnya. Rekatkan menggunakan
epoxy dan alat roller.
c. FRP yang sudah disaturasi dengan Tyfo S epoxy diwrapping layer per layer pada
permukaan Beton Yang sudah dipriming lebih dulu dengan Tyfo S Epoxy
9) Curing Time,
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

a. Waktu pengeringan Komposit FRP Tyfo® Fibrwrap® System harus sesuai dengan
ketentuan produsen dan biasanya antara 48 - 72 jam tergantung pada kondisi
kelembaban udara
b. Temperatur pada saat masa pengeringan harus sesuai dengan ketentuan produsen
c. Permukaan komposit harus mempunyai ketebalan dan kepadatan yang sama dan antar
layer harus melekat dengan baik, hal ini ditunjukan dengan tidak adanya celah atau
cekungan/udara didalam Komposit FRP Tyfo® Fibrwrap® System
10) Finishing Setelah aplikasi,
permukaan Komposit FRP Tyfo® Fibrwrap® System dimungkinkan untuk dikeramik
atau diplester. Jika hal ini dinginkan, butiran pasir yang lembut harus ditaburkan pada
permukaan Komposit FRP Tyfo® Fibrwrap® System yang masih basah dan setelah
24 jam bisa diplester . hal ini dilakukan untuk mendapatkan kelekatan yang baik
antara permukaan komposit dan plesteran.
11) Perlindungan sebelum finishing akhir
Selama penyelesaian, area yang sudah diaplikasi dengan composite harus dilindungi
dengan plastik dan harus dihalangi dengan papan peringatan untuk menghindari
kejadian yang dapat merusak komposit tersebut
12) Pemeriksaan dan Perbaikan
a. Komposit FRP Tyfo® Fibrwrap® System harus diberikan perawatan maksimal,
permukaan komposit yang sudah mengeras harus diketok menggunakan palu untuk
mendeteksi adanya gelembung atau ruang yang berisi udara, apabila ditemukan hal
tersebut harus dilakukan injeksi dengan epoxy
b. Urutan perbaikan komposit yang terdapat gelembung udara, harus dilakukan hal
sebagai berikut:
i. Bor lubang dengan diameter 5 mm pada kedua ujung gelembungnya. Untuk vertical
komposit pada bagian yang paling atas gelembung dan paling bawah. Jumlah
lubang harus harus disesuaikan dengan kebutuhan.
ii. Pasang Grout port sebagai jalur untuk masuk dan keluar material injeksi.
iii. Inject epoxy dengan tekanan melalui port grouting dengan cara bertahap, dari ujung
satu ke ujung lainnya (dari yang terendah kebagian yang tertinggi). ertinggi).
Apabila epoxy sudah keluar dari grout port yang lain, berarti void tersebut sudah
penuh dan injeksi dapat dilakukan ke void berikutnya.
iv. Biarkan area Injeksi selama 12 jam, Sebelum grout port dilepas.
c. Pemeriksan akhir dilakukan untuk memeriksa gelembung yang mungkin masih ada.
Pada umumnya, apabila masih terdapat gelembung dengan luasan 5 % dari luasan
total wrapping, hal tersebut masih diterima, dengan criteria criteria tidak terdapat
gelembung dengan ukuran lebih dari 20 mm.

4.6 PEMASANGAN KERB / KANSTIN

❖ Umum

1) Uraian
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

Pekerjaan ini akan terdiri dari pembuatan kerb, kerb penghalang dan garis pengaman pada
lokasi-lokasi sebagaimana terlihat pada gambar kerja atau yang ditetapkan oleh Direksi
Teknik.
2) Jaminan Kualitas
a) Untuk semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan, maka harus diajukan contoh-
contoh dan pengujian pengendalian mutu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dari berbagai bab yang berkaitan dari Spesifikasi ini.
b) Untuk jenis-jenis yang dibuat di luar tempat proyek seperti blok-blok kerb, maka
Kontraktor harus melengkapinya pada Direksi Teknik dengan contoh- contoh dari
produk bersama dengan sertifakat pengujian dari pabrikan yang membuktikan mutu
sebelum bahan-bahan semacam itu digunakan dalam pekerjaan.
c) Dalam hal dimana pabrik tidak melaksanakan pengujian dengan memuaskan bagi
Direksi Teknik, maka Kontraktor harus menguji jenis-jenis tersebut, sebagaimana
diarahkan oleh Direksi Teknik.

❖ Persyaratan Bahan

1) Beton
Beton untuk kansteen harus merupakan Kelas mutu beton K-250 dan harus sesuai dengan
persyaratan- persyaratan dari spesifikasi ini, Jika diperlihatkan pada gambar- gambar atau
diarahkan oleh Direksi Teknik, maka karbon hitam (carbon black) harus dicampurkan
dengan beton.
2) Baja Tulangan
Baja tulangan harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan pada Bab II spesifikasi RKS
ini.
3) Semen
Semen yang dipakai untuk pekerjaan kanstin beton ini harus sesuai dengan yang tercantum
pada Bab II spesifikasi RKS ini.
4) Agregat
Semua agregat yang akan dipakai untuk pekerjaan kanstin beton harus mengikuti ketentuan
yang tercantum pada Bab II spesifikasi RKS ini.
5) A i r
Air yang dipakai untuk pekerjaan kanstin beton harus mengikuti ketentuan yang tercantum
pada Bab II spesifikasi RKS ini.

❖ Persyaratan Pelaksanaan

a. Persiapan Tempat Kerja


Daerah yang diperlukan untuk pekerjaan ini harus dibersihkan dan digali sampai bentuk dan
kedalaman yang diperlukan, dan pondasi di atas mana kerb tersebut akan ditempatkan
harus dipadatkan sampai suatu permukaan yang rata. Semua bahan yang lunak dan tidak
sesuai harus dikeluarkan dan diganti dengan bahan yang sesuai yang harus dipadatkan
secara menyeluruh. Pekerjaan tersebut harus sesuai dalam semua hal dengan ketentuan-
ketentuan spesifikasi ini.
b. Pemasangan
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

Kerb dibuat dengan teliti sesuai dengan gambar detail, garis-garis dan ketinggian
sebagaimana terlihat pada gambar atau sebagaimana diarahkan oleh Direksi Teknik.
Semua kerb yang harus dibuat pada suatu lengkungan sampai suatu radius kurang
daripada 20 meter harus dibuat dengan menggunakan cetakan-cetakan lengkung atau unit-
unit pracetak yang melengkung.
c. Sambungan
Blok-blok kerb dan jenis-jenis prafabrikasi lainnya harus di letakkan dengan sambungan-
sambungan yang serapat mungkin.
d. Pengurugan Kembali
Setelah suaru pekerjaan beton yang dicor ditempatkan mengeras dan blok- blok kerb telah
dipasang menurut kepuasan dari Direksi Teknik, maka setiap daerah galian yang tersisa
harus diurug dengan bahan yang disetujui. Bahan ini harus ditempatkan dan dipadatkan
secara menyeluruh dalam lapisan- lapisan yang tidak melebihi kedalaman 15 cm. Semua
ruangan diantara kerb baru dan tepi dari perkerasan jalan yang ada harus diurug dengan
campuran bitumen dari suatu jenis yang disetujui oleh Direksi Teknik, kecuali gambar
tersebut secara jelas menunjukkan bahwa ini tidak diperlukan.
e. Jalan Masuk ke Tanah Milik, Persimpangan dan Jalan Masuk Kendaraan
Bila jalan masuk kendaraan, jalan masuk ke tanah milik dan persimpangan jalan diperlukan,
maka suatu bagian kerb yang rendah atau dibentuk khusus harus dipasang sebagaimana
ditunjukkan pada gambar atau sebagaimana diarahkan oleh Direksi Teknik.
Kontraktor harus menyediakan bahan-bahan dan melaksanakan konstruksi sesuai dengan
gambar atau pengarahan dari Direksi Teknik.

4.7 PASANGAN BATU UNTUK TEMBOK PENAHAN TANAH

❖ Lingkup Pekerjaan

Pekerjan ini meliputi pekerjaan pasangan batu pada tembok penahan tanah baik untuk
daerah galian maupun timbunan, pada struktur sederhana (minor) dan ditempat lain
sebagaimana tercantum pada gambar rencana atau perintah tertulis konsultan pengawas.
Pasangan batu harus dibuat di atas pondasi yang sudah dipersiapkan untuk pekerjaan
lainnya yang terkait, serta sesuai dengan garis, kelandaian, penampang dan ukuran pada
gambar, atau perintah konsultan pengawas.

❖ Persyaratan Bahan

a. Batu belah
Batu harus keras, kuat, tidak berlapis-lapis, bermutu baik, dan tahan cuaca. Kualitas batu
harus mendapat persetujuan dari konsultan pengawas sebelum digunakan. Kekuatan batu
harus membentuk baji atau lonjong. Permukaan base yang terpendek harus lebih dari 1/10
bagian yang terpanjang. Standar jumlah batu per meter persegi adalah 14. Bila konsultan
pengawas memerintahkan jumlah itu bisa berubah.
b. Mortar
Mortar harus memenuhi ketentuan mengenai “Mortar Semen”.
c. Semen
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

jenis atau type Semen harus memenuhi ketentuan dari spesifikasi ini.

❖ Persyaratan Pelaksanaan

a. Penggalian
i. Penggalian harus sesuai dengan penampung melintang, elevasi, dan garis yang
tercantum pada gambar dan dilakukan setelah pematokan diperiksa dan disetujui
konsultan pengawas.
ii. Bila metoda dan ukuran penggalian tidak ditentukan, kontraktor dapat memilih sendiri
metoda yang akan dilakukan dengan persetujuan konsultan pengawas. Penggalian dan
pengukuran harus memenuhi ketentuan bab 3.4 dari spesifikasi ini.
b. Pondasi Talud
i. Sebelum pelaksanaan Pondasi, tanah dasarnya harus dipadatkan secara mekanis
ataupun manual blinding stone sebagai alas sesuai dengan Pasal 5.1
ii. kemudian dihampar dan dipadatkan sesuai ketentuan pada gambar. Fondasi telapak
berupa beton kelas E dibuat dengan ukuran menurut gambar.
c. Urugan dan Beton Sandaran
Urugan rembesan harus dibuat sesuai dengan gambar, spesifikasi atau petunjuk konsultan
pengawas. Beton kelas E sebagai sandaran (alas) dihamparkan dan dipadatkan diatas
material urugan rembesan, dan perlu dibuat sambungan ekspansi dan luang cucuran (weep
hole) sebagaimana ketentuan bagian lain pasal ini. Material urugan dan beton kelas E harus
dilaksanakan mendahuli pekerjaan pasangan batu sebatas ketinggian yang masih memadai
untuk dipadatkan.
d. Penempatan
Pelaksanaan pasangan batu tembok penahan tanah tidak boleh dimulai sebelum
pengukuran dan pematokan diperiksa dan disetujui konsultan pengawas. Sebelum
ditempatkan, batu harus dicuci dengan air. Sebelum batu lain diletakkan pada sisi-sisi batu
yang berdekatan harus disebarkan alas mortar, dengan ketebalan minimum yang
diperlukan untuk sekedar pencegah batu bergesekan langsung, batu harus dipukul palu
sehingga mapan dan mantap posisinya, dan batu yang mencuat lebih dari 20 mm di atas
permukaan yang seharusnya atau lebih dari 30 mm diatas permukaan batu di dekatnya,
harus segera dibetulkan. Celah-celah antara muka batu yang berdekatan harus disiar.
e. Lubang Cucuran (Weep Holes)
Pasangan batu tembok menahan tanah yang harus dilengkapi dengan lubang cucuran,
kecuali bila ada ketentuan lain dalam gambar, atau petunjuk konsultan pengawas, jarak
antar titik pusat lubang itu tidak boleh lebih dari 2 m, dan diameter lubang itu 50 mm.
f. Kepala Dinding (Coping)
Kepala dinding (bagian atas dinding) harus sesuai dengan ketentuan dalam gambar. Bila
kepala dinding tidak ditentukan, maka permukaan atas dinding batu harus dipalisi mortar
dan dihaluskan dengan menggosok kayu.
g. Sambungan
Sambungan ekspansi harus dibuat dengan jarak maksimum 20 meter, lebar sambungan 30
mm dan menerus seluruh tinggi dinding termasuk beton fondasi telapak dan beton
sandaran. Batu yang digunakan pada sambungan harus yang cocok untuk pembuatan
sambungan vertikal, dengan ukuran di atas.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

h. Perawatan
Dalam cuaca padas atau kering, pekerjaan batu harus terlindung dari sinar matahari dan
harus selalu basah untuk masa paling sedikit 3 hari setelah pekerjaan selesai.

4.8 GUARDRAIL DAN PAGAR

❖ Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan guardrial dan pagar (railing) dengan
tipe dan pada lokasi sesuai yang tercantum pada gambar atau perintah konsultan
pengawas. Pekerjaan ini termasuk penyediaan tiang, jeruji, mur dan baut atau
perlengkapan lainnya yang diperlukan maupun penyetelan, favrikasi, pemasangan dan
pengecatan guardrial atau pagar bila diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
sebagaimana ditetapkan dalam gambar dan spesifikasi ini.

❖ Persyaratan Material

a. Material harus sesuai dengan persyaratan :


JIS G 3101 : Baja Gulung Untuk Struktur Umum
JIS G 3452 : Pipa Baja Karbon untuk Pemipaan Umum
JIS G 3444 : Tabung Baja Karbon Untuk Baja Struktural Umum
JIS G 3466 : Pipa Persegi Baja Karbon Untuk Baja Struktural Umum
JIS G 3532 : Kawat Baja Karbon Rendah
JIS G 3552 : Kawat Jaring (Chinlink)
Material guardrial harus memenuhi ketentuan SNI 07-0950-1989, Kelas A, Tipe 1.
b. Semua jeruji (railing) baja dan perlengkapannya harus digalvanisasi, kecuali bila ditentukan
lain.
c. Material-material lainnya harus sesuai dengan pasal-pasal yang relevan dari spesifikasi ini
atau seperti ketentuan pada gambar.

❖ Persyaratan Pelaksanaan

a. Pipa, railing, mur dan baut dan perlengkapan lainnya harus diangkut dan disimpan dengan
hati-hati di atas rak atau platform sehingga tidak bersentuhan dengan tanah agar terlindung
dari korosi, material harus selalu bebas dari kotoran, minyak dan zat asing lainnya. Uliran
(baut) harus dilindungi dari kerusakan.
b. Quardrial harus dipasang menurut garis ketinggian dan posisi sebagaimana pada gambar
atau petunjuk pengawas.
c. Baja tidak boleh dipanaskan atau dilas dilapangan kecuali ada ijin tertulis dari konsultan
pengawas. Pembuatan lubang atau pemotongan baja di lapangan harus hati-hati agar tidak
merusak baja.
d. Tiang guardrial harus dipasang kuat-kuat setelah lubang digali dengan alat bor atau alat lain
yang disetujui konsultan pengawas. Bila perlu penggalian dengan tangan, harus dilakukan
hati-hati agar tidak merusak kekerasan jalan yang sudah ada. Bila tiang akan dipasang
pada beton atau pasangan batu, semua detail lubang dan cara pemasangan tiang harus
sesuai dengan gambar.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

Bekas lubang untuk tiang pada tanah harus diurug dengan material yang disetujui konsultan
pengawas atau dengan beton sesuai ketentuan pada gambar. Material urugan harus
dipadatkan dengan kepadatan minimum sama dengan tanah sekitarnya. Permukaan sekitar
lubang dipulihkan seperti keadaan semula.
e. Bagian-bagian pipa railing harus disatukan dengan baut, kecuali bla ada ketentuan lain
dalam gambar. Pemasangan pagar pada talud harus sesuai dengan kemiringan yang
diharuskan. Baut harus dilapis/dilunasi dengan cat “red lead” dan minyak.
Sambungan ekspansi (expansion) harus dibuat dengan menghilangkan baut pada salah
satu sisi penjepit pada saat tiang atau lebih, baut penyambung antara railing dan penjepit
ditiadakan.
Kawat jaring (chainlink) dan kawat berduri harus dipasang pada tiang baja dengan pengunci
baja yang memadai, termasuk plat sambungan baja pada sambungan sudut baja, pada
pojok dan pada ujung pagar. Material dan standar hasil kerja harus disetujui oleh konsultan
pengawas.
Pengadaan dan pemasangan pintu pagar harus sesuai dengan gambar, meliputi engsel,
kunci, baut atau perangkat besi lainnya. Material dan hasil kerja harus disetujui oleh
konsultan pengawas.

4.9 LPJU TENAGA SURYA (SOLAR CELL)

Lampu penerangan jalan berfungsi sebagai sarana penerangan dan keselamatan aktivitas
sandar dan labuh kapal serta aktivitas lainnya di kawasan dermaga. Lampu penerangan jalan
dipasang pada jarak dan posisi yang telah dirinci dalam gambar.
Lampu penerangan jalan adalah bagian dari bangunan pelengkap jalan yang dapat
diletakkan/dipasang di kiri/kanan jalan dan atau di tengah (di bagian median jalan) yang
digunakan untuk menerangi jalan maupun lingkungan di sekitar jalan yang diperlukan.

❖ Persyaratan Material

Pada Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan LPJU, bahan dan petunjuk teknis
pemasangannya meliputi antara lain :
1. Spesifikasi Umum
1. Waktu Operasi : Minimal 12 Jam (dalam 1 hari)
2. Otonomi Cadangan Operasi : Minimal 3 hari (kondisi tidak ada matahari)
3. Tegangan Operasi : Min 24 V DC
4. Solar Modul Type : PolyCristaline / MonoCristaline
5. Charge Controller : Min 24 V, Minimum 10 Amp
6. Lampu : Lampu Hemat Energi
7. Baterai : deep cycle, Maintenance free
8. Box Baterai : Besi plat galvanized
9. Tinggi Lampu :7–9m
2. Spesifikasi Perangkat
a. Panel Surya
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

Panel surya berfungsi sebagai catudaya yang menghasilkan energi listrik dari energi
matahari.
Kapasitas total minimum : 200 Wp (dengan lengan tunggal)
Spesifikasi Modul Surya :
a) Tegangan Kerja : Min DC 24 V
b) Efisinsi : ≥13,5%
c) Panel surya dilengkapi nomor seri produk dan nama pabrikan.
b. Baterai
1) Baterai
Baterai berfungsi untuk menyimpan energi listrik yang dihasilkan oleh tenaga surya.
Kapasitas Total Baterai min 24 Volt 50-85 Ah,
Spesifikasi masing-masing baterai :
a) Jenis : deep cycle, Maintenance free khusus solar cell
b) Tegangan Kerja (DC) : Min 24 V
c) Umur Teknis : minimum 3 tahun
d) Cycle life : ≥1000 cycle
2) Baterai Control Unit (BCU)
BCU berfungsi mengatur proses pengisian (charging) dan pemakaian baterai
(discharging), agar baterai berada dalam keadaan aman. BCU di tempatkan dalam
kotak baterai.
Spesifikasi BCU :
a) Tegangan Kerja : Min 24 V
b) Kapasitas arus masuk/keluar : 10 Ampere
c) Self Consumtion : <10 mA
d) Otomatis beban terputus jika tegangan baterai rendah.
e) Mempunyai tingkat indikator pengisian dan sudah termasuk otomatis sun
switch.
f) Dapat diprogram agar energi harian yang digunakan untuk menyalakan
lampu tidak melebihi dari energi harian yang dihasilkan panel surya.

3) Kotak Baterai
a) Kotak baterai, merupakan tempat atau rumah pengaman untuk menempatkan
peralatan seperti baterai, BCU (charge controller), dan terminal dengan jenis
outdoor agar terlindung dari cuaca ekstrim dan kriminalitas.
b) Kotak utama/baterai terbuat dari bahan non korosif.
c) Pada Kotak Baterai diberi nomor kodefikasi untuk keperluan data base dan
memudahkan pemeliharaan, dengan spesifikasi kotak baterai :
• Bahan : Besi Plat galvanis
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

• Ukuran : disesuaikan dengan volume baterai yang akan disuplai.


c. Lampu
Lampu berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi cahaya, sehingga dapat
menerangi jalan pada malam hari.
Spesifikasi Lampu :
• Jenis Lampu : Lampu Hemat Energi
• Proteksi : IP65
• Daya Tahan (masa pakai) : >50.000 Jam
• Warna Cahaya : 3000 – 5000 Kelvin
• Voltage : Min 24 V
d. Struktur Tiang Lampu
• Bahan : Besi yang di galvanis
• Bentuk Tiang : Bulat
• Sudut kemiringan : 10° - 15°
• Lengan Tiang Lampu
• Diameter Tiang : 4 – 6 inch
e. Pondasi Tiang
• Menggunakan struktur beton bertulang K250
• Kedalaman Pondasi 90 cm
• Tinggi diatas permukaan tanah 20 cm.

❖ Tata Cara Pemasangan

a. Tiang lampu PJU dipasang dengan jarak paling dekat 100 cm dari tepi jalur kendaraan.
b. Kedalaman pondasi PJU sedalam 90 cm dan ketinggian pondasi diatas permukaan
tanah adalah 20 cm
c. Tiang PJU harus menggunakan pondasi beton bertulang dengan mutu beton kelas K-
250.
d. Tiang PJU harus diberi tanda APBN 2021.

4.10 LPJU KONVENSIONAL

❖ Persyaratan Lampu

Lampu LPJU yang digunakan adalah jenis Light Emitting Diode (LED) dengan persyaratan
teknis adalah sebagai berikut :
a. Spesifikasi Lampu (LED)
- Kuat cahaya LED = 144 lm (@ 350 mA)
- Sudut cahaya = 120⁰
- Suhu LED maks. = 150⁰C
- Suhu cahaya = 3500 K & 5300 K
- Umur LED = 50.000 jam
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

b. Spesifikasi dudukan/fitting Lampu PJU


- Material dudukan/fitting : alumunium finish durable polyester epoxy powder coating
- Sumber cahaya LED : 4 buah LED module x 14 philips lumileds luxeon rebel ES (150
W)
- Tegangan : AC 90 – 305 Vac; 50/60 Hz
- Daya dan kuat cahaya dalam luminair : 120 Watt – 11.200 lm
- Suhu saat menyala (operasi) : 30⁰C - 60⁰C
- Kode Ingress Protection (IP) : IP 66
- Lubang Pemasagan : Ø 50 mm
- Berat Bersih : 8,2 Kg
c. Spesifikasi Lampu (LED) yang digunakan :
- LED : LM 80
- Driver : UL/CUL, CE, EN55015, EN61000, EN61457
- Luminaire : LM 79, EN 60598, EN 60598-2-3, EN62471, EN62493, EN61000-3,
EN61547
d. Code LED yang digunakan :
- Putih dingin (cool white) 120 W : NIM/LED-N/STL-S433/120W-5300
- Putih panas (warm white) 120 W : NIM/LED-N/STL-S433/120W-3500

❖ Persyaratan Tiang LPJU :

a. Tiang LPJU menggunakan pelat galvanis yang ditekuk sehingga berbentuk oktagonal
dengan tebal pelat galvanum 3,2 mm, dengan panjang vertical 9.000 mm dari plat
tapakan/sepatu/ plandes.
b. Bersifat anti karat jenis galvanis.
c. Tiang LPJU terdiri dari 2 bagian, yakni tiang utama dan lengan (arm) yang sistem
penyambungannya berupa slip joint sepanjang 300 mm, sebagaimana terlihat pada
gambar
d. Bagian bawah diberi tapakan/sepatu/plandes dengan besi plat tebal minimal 16 mm lalu
dilas ke tiang secara penuh dengan diberi plat besi untuk penegak/pengaku/rip plate
yang dilas secara penuh ke tapakan dan tiang, dipasang dengan angkur baut. Bagian
bawah terdiri dari minimal 4 buah angkur baut dengan diameter 22 mm mm dan panjang
sesuai gambar.
e. Penahan rangka daun rambu menggunakan besi pipa galvanis diameter 3“ dengan tebal
minimal 2 mm membentuk lengan penyanggah rangka sebanyak 2 (dua) buah masing-
masing panjang 220 cm, ditunjang 2 (dua) buah pipa galvanis diameter 2“ tingginya
menyesuaikan dengan lebar daun rambu.
i. Pada sisi depan tiang LPJU dibubuhi inisial atau logo KEMENTERIAN PERHUBUNGAN,
dengan dibubuhi tulisan “DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT” serta
ditempeli Stiker peringatan pasal 275 UU No. 22 Tahun 2009, contoh gambar sebagai
berikut :
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

15
CM

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN RI
APBN TA. 2021

UU. NO. 22 TAHUN 2009 – PASAL 275


1. SETIAP ORANG YANG MELAKUKAN PERBUATAN YANG MENGAKIBATKAN GANGGUAN
PADA FUNGSI RAMBU LALU LINTAS, MARKA JALAN, ALAT PEMBERI ISYARAT LALU
LINTAS, FASILITAS PEJALAN KAKI DAN ALAT PENGAMAN PENGGUNA JALAN
SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 28 AYAT (1) DIPIDANA DENGAN PIDANA
KURUNGAN PALING LAMA 1 (SATU) BULAN ATAU DENDA PALING BANYAK Rp. 250.000,-
(DUA RATUS LIMA PULUH RIBU RUPIAH).
2. SETIAP ORANG YANG MERUSAK RAMBU LALU LINTAS, MARKA JALAN, ALAT PEMBERI
ISYARAT LALU LINTAS, FASILITAS PEJALAN KAKI DAN ALAT PENGAMAN PENGGUNA
JALAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 28 AYAT (2) DIPIDANA DENGAN PIDANA
PENJARA PALING LAMA 2 (DUA) TAHUN ATAU DENDA PALING BANYAK Rp. 50.000.000,-
(LIMA PULUH JUTA RUPIAH).

❖ Tata Cara Penempatan LPJU

Penempatan Lampu Penerangan Jalan Umum (LPJU) harus memperhatikan hal sebagai
berikut :
a. Daerah
Daerah tempat dipasangnya rambu ditetapkan berdasarkan survey yang telah ditentukan
oleh Staf Teknis Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
b. Penempatan
Penempatan lokasi LPJU berada di sepanjang area dermaga dan termasuk dalam daerah
milik jalan (damija); tidak terhalang oleh pepohonan, bangunan atau benda lain yang
menutupi, hal ini agar fungsi dari LPJU tersebut dapat maksimal.
c. Ketinggian
Ketinggian LPJU (dari bagian plandes tiang) adalah 9,0 m dan tidak terpengaruh oleh
kerataan (countur) permukaan tanah.

❖ Tata Cara Pemasangan LPJU

a. Galian pondasi sedalam 800 – 900 mm dengan lebar 500 mm (sesuai gambar) dan
apabila terdapat utilitas lain seperti pipa PDAM, kabel fiber optic atau lainnya maka
lokasi dapat dimajukan atau diundurkan dengan tetap memperhatikan tata cara
pemasangan LPJU
b. Ukuran pondasi LPJU dibentuk dengan papan untuk bekesting dengan ukuran :
- Sisi bagian atas : 500 mm
- Sisi bagian bawah : 500 mm
- Umpak : 200 mm
- Kedalaman : 800 mm
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

c. Pondasi beton dibuat dari campuran semen, pasir dan batu kerikil/split dengan
perbandingan 1 : 2 : 3;
d. Pada bagian atas pondasi dipasang plat logam sejenis dengan tiang LPJU 400 x 400 x
16 mm serta 4 buah angkur baut dengan diameter 22 mm dan panjang 800 mm.
e. Bagian pondasi diatas permukaan tanah setinggi 200 mm atau disesuaikan dengan
permukaan tanah dan jalan.

❖ Jaminan Mutu

a. Setiap bahan LPJU yang akan dipergunakan harus lulus uji laboratorium dengan
menunjukkan sertifikat uji Laboratorium berskala Nasional atau Internasional.
b. Pelaksana pekerjaan LPJU harus melampirkan surat pernyataan jaminan spesifikasi
bahan yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang tertuang dalam RKS dan sesuai
dengan ketentuan Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor :
AJ.003/5/9/DRJD/2011, tanggal 21 Juni 2011 tentang Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Perlengkapan Jalan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

BAGIAN V : PEKERJAAN ARSITEKTUR

5.1 PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA

❖ Lingkup Pekerjaan

a. Bagian ini mencakup ketentuan/syarat-syarat (bahan, pengiriman, pengerjaan,


pemeliharaan, dan penerimaan) untuk pekerja, material, dan peralatan.
b. Meliputi pembuatan :
– Dinding pembatas ruangan, dinding parapet dan lain-lain.
– Dinding sisi luar bangunan, pekerjaan dinding lainnya seperti tercantum dalam
gambar.

❖ Persyaratan Bahan

a. Bata.
– Jenis batu bata yang digunakan adalah batu bata merah. Batu bata merah harus
matang pembakarannya, sehingga bila direndam di dalam air akan tetap utuh, tidak
pecah atau hancur.
– Ukuran batu bata dapat disesuaikan berdasarkan tebal dinding akhir (finish) yang
disyaratkan dalam gambar (15 cm), yaitu : 5 x 11 x 22 cm dengan pengepresan
sempurna dan merata.
– Bata yang dipakai harus bebas dari cacat, retak, cat atau adukan, mempunyai sudut
siku dan ukuran yang seragam dan langsung didatangkan dari pabrik atau penjual.
– Sebelum pengadaan bahan ini, Kontraktor diwajibkan mengajukan contoh disertai
data teknis dari batu bata yang akan dipakai kepada Direksi dan Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
b. Semen.
– Sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Buku Rencana Kerja dan
Syarat-syarat Teknis Struktur dan PBI-197.
c. Pasir.
– Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam,
bersih dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan- bahan organis. Pasir
yang dipakai harus Pasir Beton.
d. Air.
– Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, basa, garam, bahan
organik dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.
e. Apabila bahan-bahan yang datang dianggap tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai
dengan contoh yang disetujui oleh Pemberi Tugas atau Konsultan, maka Pemberi
Tugas atau Konsultan berhak menolak bahan-bahan tersebut dan Kontraktor wajib
untuk segera mengeluarkan dari lokasi pembangunan dan menggantinya dengan
bahan-bahan yang telah disetujui.

❖ Pemasangan Batu Bata


RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

a. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan detail bentuk profil,
sambungan dan hubungan dengan material lain dan melaksanakannya sesuai dengan
yang tercantum dalam Gambar Kerja.
b. Sebelum pemasangan, batu bata harus direndam dalam air bersih dulu sehingga jenuh.
c. Pada saat diletakkan, tidak boleh ada genangan air di atas permukaan batu bata
tersebut.
d. Aduk perekat / spesi.
(i) Aduk perekat/spesi untuk pasangan batako press kedap air adalah campuran 1pc :
3ps untuk:
• Dinding pasangan bata daerah basah.
• Dinding pasangan bata yang langsung berhubungan dengan luar.
• Saluran.
(ii) Untuk semua pasangan bata dipakai aduk perekat / spesi campuran 1pc : 5ps
terkecuali yang disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
(iii) Persyaratan pembuatan adukan harus sesuai dengan 3.13
4. Pemasangan harus sedemikian rupa sehingga ketebalan aduk perekat / spesi
harus sama setebal 1 cm. Semua pertemuan horizontal dan vertikal harus terisi dengan baik dan
penuh.

5. Pemasangan dinding pasangan bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri


maksimum 5 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom dan balok praktis. Persyaratan
pelaksanaan kolom dan balok praktis, mengacu pada persyaratan pelaksanaan pekerjaan beton di
Bab lain dalam buku ini.

6. Pelaksanaan pemasangan batu bata harus rapi, sama tebal, lurus, tegak dan
pola ikatan harus terjaga baik di seluruh pekerjaan. Pertemuan sudut antara dua dinding harus rapi
dan siku seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

7. Pekerjaan pemasangan bata harus benar-benar


vertikal dan horizontal.
Pengukuran dilakukan dengan tiang lot dan harus diukur dengan tepat. Untuk permukaan
yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm
untuk setiap jarak 200 cm. vertikal dan horizontal. Jika melebihi, Kontraktor harus membongkar /
memperbaiki dan biaya untuk perkaan ini ditanggung oleh Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai
pekerjaan tambah.
8. Semua pasangan bata yang tertanam dalam tanah harus dilapis aduk kasar
sampai setinggi permukaan tanah.
9. Setelah bata terpasang dengan adukan, siar-siar harus dikerok dengan
kedalaman 1 cm. dengan rapi dan dibersihkan dengan sapu lidi, kemudian disiram air dan siap
menerima plesteran.
10. Sebelum diplester, permukaan pasangan bata harus dibasahi dengan air
terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok dan dibersihkan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

11. Pembuatan lubang pada dinding pasangan bata untuk perancah sama sekali
tidak
diperkenankan.
12. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari
5%.
Batu bata yang patah lebih dari 2 (dua) bagian tidak boleh digunakan.
13. Ketebalan jadi (setelah difinish dengan plester aci) harus:
Dinding bata 1⁄2 batu, harus setebal 15cm.
Dinding bata 1 batu, harus setebal 25 cm.
14. Pemeliharaan: Selama pasangan dinding bata belum difinish, Kontraktor
wajib untuk memelihara dan menjaga atas kerusakan atau pengotoran oleh bahan lain.
Apabila pada saat di-finish terdapat kerusakan, berlubang dan lain sebagainya, Kontraktor harus
memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas. Biaya ini ditanggung
oleh Kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.

5.2 PEKERJAAN PASANGAN BATA RINGAN

❖ Lingkup Pekerjaan

1) Bagian ini mencakup ketentuan/syarat-syarat (bahan, pengiriman, pengerjaan,


pemeliharaan, dan penerimaan) untuk pekerja, material, dan peralatan.
2) Meliputi pembuatan :
(i) Dinding pembatas ruangan, dinding parapet dan lain-lain.
(ii) Dinding sisi luar bangunan, pekerjaan dinding lainnya sesuai gambar.

❖ Persyaratan Bahan

1) Material batu-bata :
a) Jenis batu bata yang digunakan adalah batu bata merah. Batu bata merah harus
matang pembakarannya, sehingga bila direndam di dalam air akan tetap utuh, tidak
pecah atau hancur.
b) Ukuran batu bata dapat disesuaikan berdasarkan tebal dinding akhir (finish) yang
disyaratkan dalam gambar (15 cm), yaitu : 5 x 11 x 22 cm.
c) Kontraktor wajib memberikan contoh pada Perencana / Konsultan Manajemen
Konstruksi untuk dimintakan persetujuannya.
d) Apabila bahan-bahan yang datang dianggap tidak memenuhi syarat atau tidak
sesuai dengan contoh yang disetujui oleh Perencana / Manajemen Konstruksi /
Pemberi Tugas, maka Perencana / Manajemen Konstruksi / Pemberi Tugas berhak
menolak bahan-bahan tersebut dan Kontraktor wajib untuk segera mengeluarkan
dari lokasi pembangunan dan menggantinya dengan bahan-bahan yang telah
disetujui.
2) Semen / Portland Cement (PC)
a) Semen yang datang di proyek, harus disimpan di dalam gudang yang lantainya
kering dan minimum 30 cm lebih tinggi dari permukaan tanah disekitarnya.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

b) Apabila pada setiap pembukaan kantong, ternyata semen sudah lembab dan
menunjukkan gejala membatu, maka semen tersebut tidak boleh dipergunakan dan
harus segera dikeluarkan dari lokasi pembangunan.
c) Supplier / Pedagang yang mengirim semen ke pekerjaan hendaknya dapat
menunjukkan sertifikat dari pabriknya.
3) Pasir Pasang
a) Pasir yang akan dipakai harus bersih, pasir asli/alami dan bebas dari segala macam
kotoran, bahan-bahan kimia dan tanah liat (lempung) atau sesuai dengan standar
NI-3 pasal 14 ayat 2.
b) Bilamana pasir yang dipakai tidak memenuhi syarat-syarat diatas, Kontraktor wajib
untuk mencuci pasir tersebut untuk mendapatkan persetujuan Perencana /
Manajemen Konstruksi / Pemberi Tugas.
c) Khusus untuk plester, harus dipakai pasir yang lebih halus tingkat gradasinya.
4) Jenis adukan
a) Jenis adukan yang akan dipakai didalam pemasangan batu bata merah adalah
semen dan pasir dengan ketentuan sebagai berikut :
(i) Untuk beton : sesuai dengan ketentuan yang diuraikan di dalam
persyaratan konstruksi.
(ii) Untuk pasangan kedap air (trasraam) : 1 PC : 3 Psr.
(iii) Untuk pasangan dinding biasa (diatas trasraam) : 1 PC : 5 Psr.

❖ Persyaratan Pelaksanaan

1) Persyaratan pembuatan adukan :


– Adukan semen dan pasir harus dibuat didalam beton molen yang memenuhi syarat dan
dilaksanakan dengan baik.
– Semen dan pasir harus dicampur di dalam keadaan kering, yang kemudian di beri air
sesuai persyaratan sampai di dapat campuran yang plastis.
– Adukan yang sudah mengering/kering tidak boleh dicampur dengan adukan yang baru.
2) Jenis pasangan :
(a) Pasangan kedap air (trasraam) :
– Pemasangan ini memakai adukan 1 PC : 3 Psr
– Untuk dinding-dinding biasa diatas tanah, pasangan kedap air dimulai dari sloof sampai
30 cm diatas lantai.
– Untuk dinding-dinding toilet (kamar mandi dan WC) dan lain-lain sesuai dengan gambar,
pasangan kedap air dibuat minimum 1,80 m diatas lantai.
– Seluruh dinding luar bangunan yang tidak terlindung overstek dibuat dengan
pasangan 1 PC : 3 Psr.
(b) Pasangan biasa (diluar trasraam):
– Untuk pasangan biasa yang dikategorikan bukan kedap air, menggunakan adukan 1 PC
: 5 Psr dan dipasang langsung diatas pasangan kedap air.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

❖ Persyaratan pemasangan :

1) Kontraktor harus mengerjakan pengukuran bangunan (uit-zet) serta letak-letak dinding


bata yang akan dilaksanakan secara teliti dan sesuai dengan gambar.
2) Di dalam satu hari, pasangan batu tidak boleh lebih tinggi dari 2,5 meter dan
pengakhirannya harus dibuat bertangga menurun dan tidak tegak bergigi, untuk
menghindari retak dinding dikemudian hari.
3) Pekerjaan pasangan dilaksanakan waterpas (horizontal) dengan menggunakan benang
dan tiap kali lantai diteliti kerataannya.Pemasangan benang terhadap pasangan
dibawahnya tidak boleh lebih dari 30 cm.
4) Pada semua pasangan setengah batu satu sama lain harus terdapat pengikatan yang
sempurna.
5) Untuk pasangan batu bata merah tidak dibenarkan menggunakan batu bata pecahan
separuh panjang, kecuali sesuai dengan area di sudut. Lapisan yang satu dengan
lapisan yang diatasnya harus dipasang secara zig-zag (berselang-seling dengan
perbedaan separuh panjang).
6) Pada pasangan satu batu dan pasangan yang lebih tebal (kalau ada), maka
pelaksanaan harus sesuai petunjuk / peraturan yang disyaratkan (NI-3).
7) Untuk dinding bata dan kolom harus diberi angkur 10 mm tiap 1 m tinggi. Demikian
juga setiap luas dinding 12 m2 harus diberi penguat kolom praktis dan balok. Khusus
untuk dinding ruang genset, setiap luas dinding 6 m² diberi perkuatan kolom praktis dan
balok. Semua pertemuan tegak lurus harus benar-benar bersudut 90 derajat.
8) Sebelum dimulai pemasangan bata harus direndam lebih dahulu di dalam air dan
permukaan yang akan dipasangpun harus basah.
9) Tebal siar pasangan batu bata tidak boleh kurang dari 1 cm (10 mm) dan siarnya harus
benar-benar terisi adukan.
10) Gunakan alat roskam (trowel) bergigi yang sesuai dengan ketebalan blok yang
ditentukan pada gambar.
11) Bersihkan permukaan dari debu, minyak atau kotoran lain yang dapat mengurangi
efektifitas perekatan.
12) Bilamana di dalam pasangan ternyata terdapat batu bata yang cacat atau tidak
sempurna, Kontraktor wajib untuk menggantinya.
13) Untuk pekerjaan rangka kayu / kusen, gunakan blok bata tipe Ublok dan diisi oleh
tulangan ringan.
14) Rangka kayu / kusen harus dipasang terlebih dahulu untuk dapat melanjutkan
pekerjaan pasangan. Rangka kayu/kusen, pemasangannya harus diperkuat dengan
angkur besi berbentuk L, yang ujungnya disekrup kedalam kusen, sedangkan ujung
bengkoknya ditanamkan kedalam pasangan dinding/kolom praktis.
15) Panjang angkur terpasang tidak lebih dari 22,50 cm. Tiap-tiap angkur dipasang
dengan jarak 60 cm satu sama lainnya.
16) Pekerjaan pemasangan pipa dan/atau alat-alat yang ditanam di dalam dinding, maka
harus dibuat pahatan dengan kedalaman yang cukup pada pasangan dinding sebelum
diplester. Pahatan tersebut setelah dipasangnya pipa/alat-alat, harus ditutup dengan
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

adukan plesteran yang dilaksanakan secara sempurna, yang dikerjakan bersama-sama


dengan plesteran seluruh dinding.
17) Untuk lebar pahatan lebih dari 7 cm sebelum diplester harus dipasang kawat ayam yang
dipakukan pada dinding hebel, untuk menghindari keretakan dikemudian hari.
18) Sesudah pasangan bata merah selesai dikerjakan dan sudah kering baru pekerjaan
plesteran dimulai.
19) Plesteran menggunakan adukan yang sama dengan adukan untuk pasangan.
20) Untuk pengakhiran sudut plesteran / dinding, hendaknya dibuat dengan sudut
tumpul.
21) Untuk kolom dengan pipa-pipa air hujan, digunakan non shrink concrete.

5.3 PEKERJAAN PASANGAN DINDING HEBEL

❖ Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan dari Bab ini termasuk semua tenaga kerja, material, peralatan dan layanan yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan pasangan hebel sebagaimana diindikasikan
dalam gambar-gambar, termasuk, tetapi tidak terbatas pada hal berikut:
a. Pasangan hebel untuk dinding.
b. Pekerjaan pasangan lainnya (sebagai bagian yang diintegralkan dari dinding hebel
dengan menggunakan unit-unit hebel yang diproduksi lokal, dan untuk aplikasi non-
struktural lainnya dan yang berhubungan dengan (Beton Elemen Pendukung Pekerjaan
Arsitektur).

❖ Persyaratan Bahan

a. Hebel dipress oleh mesin dengan penekanan (pressure) yang sama dengan memenuhi
standard dan persyaratan lain yang diindikasikan/dinyatakan dibawah untuk setiap
bentuk hebel yang disyaratkan.
(i) Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia
(ii) Standard Industri Indonesia (SII)-0021-78
b. Batu bata ringan yang digunakan bata ringan ex. Hebel/Citicon/Bricon/setara, dengan
kualitas terbaik yang disetujui Perencana/Konsultan Management Konstruksi, siku dan
sama ukurannya 20x60 dengan ketebalan 10 cm untuk dinding interior dan 12,5 cm
untuk dinding exterior.
– Berat jenis kering : 530 kg/m3
– Berat jenis normal : 650 kg/m3
– Kuat tekan : ≥ 4,0 N/mm2
– Konduktifitas termis : 0,14 W/mK
– Tebal spesi : 3 mm
– Ketahanan terhadap api : 4 jam, dilengkapi dengan sertifikat tahan api yang
disyaratkan.
– Plasteran dinding menggunakan MU-301 atau PM-200 atau setara dengan acian
dinding MU-200 atau, PM-300 atau setara kualitas.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

❖ Persyaratan Pelaksanaan

a. Pasangan batu bata ringan dengan menggunakan aduk MU-300 atau PM-100.
b. Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/siar-siar harus dikerok rata dan dibersihkan
dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
c. Pasangan dinding bata ringan sebelum diplester dengan MU-301 atau PM-200 harus
dibasahi dengan air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.
d. Setelah pekerjaan plesteran selesai tidak diperkenankan untuk langsung diaci atau di
pasang keramik dinding, tunggu 48 jam setelah kelembaban air keluar dalam
dinding/berkeringat kering, dapat dilakukan pekerjaan acian dengan MU-200,PM-300
atau pemasangan keramik dinding.
e. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 8-10
lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
f. Bidang dinding 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambahkan kolom
dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12 x 12 cm, dengan tulangan
pokok 4 diameter 10 mm, beugel diameter 6 mm jarak 20 cm.
g. Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak
diperkenankan.
h. Pembuatan lubang pada pasangan bata ringan yang berhubungan dengan setiap
bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 6
mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan
beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata ringan sekurang-kurangnya 30
cm kecuali ditentukan lain.
i. Tidak diperkenankan memasang bata ringan yang patah 2 (dua) melebihi dari 2 %.
Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan.
j. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.

5.4 PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN SEMEN

❖ Lingkup Pekerjaan

a. Termasuk dalam pekerjaan plesteran dinding ini adalah penyediaan tenaga kerja,
bahan bahan, peralatan termasuk alat alat bantu dan alat angkut yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan plesteran, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang
bermutu baik.
b. Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
– Plesteran aci halus untuk dinding pasangan bata dan permukaan beton.
– Plesteran kedap air.
– Plesteran biasa.
– Pekerjaan plesteran lainnya seperti yang disebutkan/ditunjukkan dalam Gambar
Kerja.

❖ Persyaratan Bahan
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

a. Semen Portland harus memenuhi NI 8 (dipilih dari satu produk untuk seluruh
pekerjaan).
b. Pasir harus memenuhi NI 3 pasal 14 ayat 2.
c. Air harus memenuhi NI 3 pasal 10.
d. Penggunaan asukan plesteran :
e. Adukan 1 PC : 3 pasir dipakai untuk plesteran rapat air.
f. Adukan 1 PC : 5 dipakai untuk seluruh plesteran dinding lainnya.
g. Seluruh permukaan plesteran difinish acian dari bahan PC.

❖ Syarat-Syarat Pelaksanaan

a. Plesteran dilaksanakan sesuai standard spesifikasi dari bahan yang digunakan sesuai
dengan petunjuk dan persetujuan Perencana dan persyaratan tertulis dalam Uraian dan
Syarat Pekerjaan ini.
b. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilaman pekerjaan bidang beton atau
pasangan dinding batu bata telah disetujui oleh Perencana sesuai Uraian dan Syarat
Pekerjaan yang tertulis dalam buku ini.
c. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam gambar
Arsitekur terutama pada gambar detail dan gambar potongan mengenai ukuran
tebal/tinggi/peil dan bentuk profilnya.
d. Campuran aduk perekat yang dimaksud adalah campuran dalam volume, cara
pembuatannya menggunakan mixer selama 3 menit dan memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
i. Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batu bata yang berhubungan
dengan udara luar, dan semua pasangan batu bata dibawah permukaan tanah
sampai ketinggian 30 cm dari permukaan lantai dan 150 cm dari permukaan
lantai untuk kamar mandi, WC/toilet dan daerah basah lainnya dipakai aduk
plesteran 1 PC : 3 pasir.
ii. Untuk aduk kedap air, harus ditambah dengan Daily bond, dengan
perbandingan 1 bagian PC : 1 bagian Daily bond.
iii. Untuk bidang lainnya diperlukan plesteran 1 PC : 5 pasir.
iv. Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai mendapatkan
campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan sesudah plesteran berumur 8
hari (kering benar), untuk adukan plesteran finishing harus ditambah dengan
additive plamix dengan dosis 200 250 gram plamix untuk setiap 40 Kg semen.
v. Semua jenis aduk perekat tersebut diatas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum mengering.
vi. Diusahakan agar jarak waktu pencampuran aduk perekat tersebut dengan
pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama untuk adukan kedap air.
e. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan
instalasi pipa listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan.
f. Khusus untuk permukaan beton yang akan diplester, maka :
i. Seluruh permukaan beton yang akan diplester harus dibuat kasar dengan cara
dipahat halus.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

ii. Sebelum plesteran dilakukan, seluruh permukaan beton yang akan diplester,
dibersihkan dari segala kotoran, debu dan minyak serta disiram / dibasahi
dengan air semen.
iii. Plesteran beton dilakukan dengan aduk kedap air campuran 1 PC : 3 pasir.
g. Pasir pasang yang digunakan harus diayak terlebih dahulu dengan mata ayakan seperti
yang disyaratkan.
h. Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang akan difinish
dengan cat dipakai plesteran halus (acian diatas permukaan plesterannya).
i. Untuk dinding tertanam didalam tanah harus diberapen dengan memakai spesi kedap
air.
j. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada permukaannya diberi alur
alur garis horizontal atau diketrek (scrath) untuk memberi ikatan yang lebih baik
terhadap finishingnya, kecuali untuk yang menerima cat.
k. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 M, dipasang tegak dan menggunakan
keping keping plywood setebal 9 mm untuk patokan kerataan bidang.
l. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom yang
dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil peil yang diminta gambar. Tebal plesteran
2,5 cm, jika ketebalan melebihi 2,5 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan
memperkuat daya lekat dari plesterannya pada bagian pekerjaan yang diizinkan
Perencana.
m. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam satu
bidang datar, harus diberi naat (tali air) dengan ukuran 0,7 cm dalamnya 0,5 cm, kecuali
bila ada petunjuk lain didalam gambar.
n. Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau cembung
bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. jika melebihi, Kontraktor
berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan Kontraktor.
o. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar tidak
terlalu tiba tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan
melindungi dari terik panas matahari langsung dengan bahan bahan penutup yang bisa
mencegah penguapan air secara cepat.
p. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran harus
dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Perencana
dengan biaya atas tanggungan Kontraktor.
q. Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai Kontraktor harus selalu menyiram
dengan air, sampai jenuh sekurang kurangnya 2 kali setiap hari.
r. Selama pemasangan dinding batu bata/beton bertulang belum difinish, Kontraktor wajib
memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab
Kontraktor dan wajib diperbaiki.
s. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum plesteran berumur
lebih dari 2 (dua) minggu.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

5.5 PEKERJAAN KUSEN ALUMINIUM, DAUN PINTU, JENDELA DAN KACA

5.5.1 Pekerjaan Kusen Aluminium

❖ Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan dan alat-
alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga dapat tercapai
hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi seluruh kusen pintu, jendela dan louvre aluminium, seperti yang
dinyatakan / ditunjukkan dalam gambar.
c. Pekerjaan ini dilakukan secara terpadu dengan pekerjaan kusen, pintu dan jendela,
pekerjaan kaca.

❖ Persyaratan Bahan

a. Terbuat dari bahan Aluminium Framing System, dari produk dalam negeri ex. , Indalex,
Alexindo, YKK, berwarna yang memenuhi Aluminium extrusi sesuai SII extrusi 0695-82,
0649-82.
b. Bentuk ukuran profil kusen yang dipakai adalah 4” (4,4 x 10,2 cm) dan 3” (3,8 x 7,6 cm)
atau sesuai dalam gambar, dengan terlebih dahulu dibuatkan gambar detail rinci dalam
shop drawing yang disetujui Direksi / Pengawas.
c. Warna profil :
Untuk Kusen Aluminium warna Coklat optional sesuai design putih lapis powder coating
Untuk keseragaman warna disyaratkan, sebelum proses fabrikasi warna profil-profil
harus diseleksi secermat mungkin. Kemudian pada waktu fabrikasi unti-unit jendela,
pintu, partisi dan lain-lain, profil harus diseleksi lagi warnanya sehingga dalam tiap unit
didapatkan warna yang sama.
d. Bahan yang akan melalui proses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu dengan
seksama sesuai dengan bentuk toleransi, ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan,
pewarnaan yang disyaratkan Direksi.
e. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi Rencana Kerja dan Syarat-syarat
dari pekerjaan aluminium serta memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik yang
bersangkutan.
f. Konstruksi kusen yang dikerjakan harus seperti yang ditunjukkan dalam detail gambar
termasuk bentuk dan ukurannya.
g. Kusen aluminium eksterior memiliki ketahanan terhadap tekanan angin 120 kg/m2,
untuk setiap type dan harus disertai hasil test.
h. Kusen aluminium eksterior memiliki ketahanan terhadap air/kebocoran air, tidak terlihat
kebocoran signifikasi (air masuk ke dalam interior bangunan sampai tekanan 137 Pa
(positif) dengan jangka waktu 15 menit, dengan jumlah air minimum 3,4 L/m2 min.
i. Nilai deformasi diijinkan maksimum 2 mm.
j. Pekerjaan mesin potong, mesin punch, drill, dan lain-lain harus sedemikian rupa
sehingga diperoleh hasil rakitan untuk unit-unit jendela, pintu dan partisi yang
mempunyai toleransi ukuran sebagai berikut :
i. untuk tinggi dan lebar 1 mm.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

ii. untuk diagonal 2 mm.


iii. Accessories.
k. Sekrup dari galvanized kepala tertanam, weather strip dari vinyl, pengikat alat
penggantung yang dihubungkan dengan aluminium harus ditutup caulking dan sealant.
l. Sealant yang dipergunakan adalah ex. Dow Corning type 795 atau setara.
m. Angkur-angkur untuk rangka / kusen aluminium terbuat dari steel plate tebal 2-3 mm,
dengan lapisan zink tidak kurang dari 13 mikron sehingga tidak dapat bergerak /
bergeser.
n. Handle, engsel, kunci maupun slot pintu dan jendela menggunakan kwalitas I dengan
merk : Solid / Dexxon / cannary. Untuk hak angin sikutan menggunakan casement.

❖ Persyaratan Pelaksanaan

a. Sebelum memulai pelaksanaan Kontraktor diwajibkan meneliti gambar-gambar dan


kondisi di lapangan, terutama ukuran dan peil lubang bukaan dinding. Kontraktor
diwajibkan membuat contoh jadi (mock-up) untuk semua detail sambungan dan profil
aluminium yang berhubungan dengan sistem konstruksi bahan lain dan dimintakan
persetujuan dari Direksi / Pengawas.
b. Kontraktor wajib mengajukan mockup profil untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi
Pengawas.
c. Proses fabrikasi harus sudah berjalan dan siap lebih dulu sebelum pekerjaan lapangan
dimulai. Proses ini harus didahului dengan pembuatan shop drawing atas petunjuk
manajemen Konstruksi, meliputi gambar denah, lokasi, merk, kualitas, bentuk, ukuran.
Kontraktor juga diwajibkan untuk membuat perhitungan-perhitungan yang mendasari
sistem dan dimensi profil aluminium terpasang, sehingga memenuhi persyaratan yang
diminta/berlaku. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kehandalan pekerjaan ini.
d. Semua frame / kosen baik untuk jendela, pintu dan dinding partisi, dikerjakan secara
fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat
dipertanggung jawabkan.
e. Pemotongan aluminium hendaknya dijauhkan dari material besi untuk menghindarkan
penempelan debu besi pada permukaannya. Disarankan untuk mengerjakannya pada
tempat yang aman dengan hati-hati tanpa menyebabkan kerusakan pada
permukaannya.
f. Pengelasan dibenarkan menggunakan non-activated gas (argon) dari arah bagian
dalam agar sambungannya tidak tampak oleh mata. Pengelasan harus rapi untuk
memperoleh kualitas dan bentuk yang sesuai dengan gambar.
g. Akhir bagian kosen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup, rivet, stap
dan harus cocok.
h. Angkur-angkur untuk rangka / kosen aluminium terbuat dari steel plate setebal 2-3 mm
dan ditempatkan pada interval 600 mm.
i. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti karat,
sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan harus kedap air dan memenuhi
syarat kekuatan terhadap air sebesar 1.000 kg/cm2. Celah antara kaca dan sistem
kosen aluminium harus ditutup oleh sealant.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

j. Untuk fitting hardware dan reinforcing materials yang mana kosen aluminium akan
bertemu dengan besi, tembaga atau lainnya maka permukaan metal yang bersangkutan
harus diberi lapisan chromium untuk menghindari timbulnya korosi.
k. Toleransi pemasangan kosen aluminium disatu sisi dinding adalah 10-25 mm yang
kemudian diisi dengan beton ringan / grout.
l. Khusus untuk pekerjaan jendela geser aluminium, kehorizontalan rel mutlak
diperhatikan sebelum rangka kosen terpasang. Permukaan bidang dinding horizontal
yang melekat pada ambang bawah dan atas harus waterpass (pelubangan dinding).
m. Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama pada ruang yang
dikondisikan, hendaknya ditempatkan mohair dan jika perlu dapat digunakan synthetic
rubber atau bahan dari synthetic resin. Penggunaan ini dilakukan pada swing door dan
double door.
n. Sekeliling tepi kosen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi sealant
supaya kedap air dan suara.
o. Tepi bawah ambang kosen exterior agar dilengkapi flashing untuk penahan air hujan.

5.5.2 Pekerjaan Daun Pintu

❖ Lingkup Pekerjaan

a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar dengan hasil yang baik dan
sempurna.
b. Pekerjaan pemasangan daun fabrikan type WPC dipasang pada seluruh detail sesuai
yang dinyatakan / ditunjukkan dalam gambar.

❖ Persyaratan Bahan

a. Daun pintu menggunakan produk fabrikan type WPC board (Wood Plastic Composite),
dengan model Router + Kaca atau sesuai dengan gambar detail kusen / daun pintu.
b. Daun pintu yang digunakan merk: Duma Door, AngzDoor, Tulus Door, atau yang
setaraf.
c. Finishing daun pintu menggunakan melamin lacquer atau semi duco sesuai dengan
pilihan Perencana.

❖ Persyaratan Pelaksanaan

a. Sebelum pelaksanaan Kontraktor wajib menyerahkan contoh-contoh bahan/material


yang digunakan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuannya.
b. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti gambar-
gambar yang ada dan kondisi dilapangan (ukuran dan lubang-lubang), termasuk
mempelajari bentuk, pola, lay-out/penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan
detail-detail sesuai gambar.

5.5.3 Pekerjaan Kaca

❖ Lingkup Pekerjaan
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan dan alat-
alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, hingga dapat tercapai
hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi kaca daun pintu, kaca daun jendela, kaca mati.
c. Pekerjaan ini berkaitan dengan (Pekerjaan Kosen, Pintu dan Jendela).

❖ Persyaratan Bahan

a. Umum
Kaca adalah benda yang terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya
mempunyai ketebalan yang sama, mempunyai sifat tembus cahaya, diperoleh dari
proses pengambangan (Float Glass). Kedua permukaannya rata, licin dan bening.
b. Khusus
Digunakan lembaran kaca bening (clear float glass) produk ASAHIMAS. Kaca tebal
minimum 5 mm, atau sesuai perhitungan, digunakan untuk pemasangan dinding kaca
pada daerah Interior dan seluruh pintu kaca Frame, kecuali hal khusus lain seperti
dinyatakan dalam gambar.
c. Toleransi
1) Panjang-Lebar; ukuran panjang dan lebar tidak boleh melampaui toleransi seperti
yang ditentukan oleh pabrik, yaitu toleransi panjang dan lebar kira-kira 2 mm.
2) Kesikuan; kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut siku
serta tepi potongan yang rata dan lurus. Toleransi kesikuan maksimum yang
diperkenankan adalah 1,5 mm per meter panjang.
3) Ketebalan; ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh melampaui
toleransi yang ditentukan pabrik, yaitu maksimum 0.3 mm.
d. Ketebalan semua kaca terpasang harus mengikuti standard perhitungan dari pabrik
bersangkutan, yang antara lain mempertimbangkan penggunaannya pada bangunan,
luas / ukuran bidang kaca (cutting size), maupun tekanan positif dan negatif yang akan
bekerja pada bidang kaca. Perhitungan ini harus disetujui Direksi Pengawas.
e. Cacat-cacat yang diperbolehkan harus sesuai dengan ketentuan dari pabrik:
1) Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang-ruang yang berisi gas
yang terdapat pada kaca).
2) Kaca yang digunakan harus bebas dari komposisi kimia yang dapat mengganggu
pandangan.
3) Kaca harus bebas dari keretakan (garis-garis pecah pada kaca baik sebagian atau
seluruh tebal kaca).
4) Kaca harus bebas dari gumpilan tepi (tonjolan pada sisi panjang dan lebar kearah
luar/masuk).
5) Harus bebas dari benang (string) dan gelombang (wave); benang adalah cacat
garis timbul yang tembus pandang, sedang gelombang adalah permukaan kaca
yang berobah dan mengganggu pandangan.
6) Harus bebas dari bintik-bintik (spots), awan (cloud) dan goresan (scratch).
7) Bebas awan (permukaan kaca yang mengalami kelainan kebeningan).
8) Bebas goresan (luka garis pada permukaan kaca).
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

9) Bebas lengkungan (lembaran kaca yang bengkok).


f. Mutu kaca lembaran yang digunakan mutu AA (AA Grade Quality).
g. Semua bahan kaca sebelum dan sesudah terpasang harus mendapat persetujuan
Direksi Pengawas.
h. Sisi-sisi kaca yang tampak maupun yang tidak tampak akibat pemotongan, harus
digurinda / dihaluskan.

❖ Persyaratan Pelaksanaan

a. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan syarat-
syarat pekerjaan dalam buku ini, serta ketentuan yang digariskan / disyaratkan oleh
pabrik bersangkutan.
b. Pekerjaan ini memerlukan keakhlian dan ketelitian
c. Semua bahan yang akan dipasang harus disetujui oleh Direksi/Pengawas.
d. Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan diberi
tanda agar mudah diketahui.
e. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, serta diharuskan menggunakan alat-alat
pemotong kaca khusus, menjadi lembaran kaca dengan ukuran tertentu (cutting size).
f. Pemasangan kaca-kaca dalam sponing rangka kayu pada pintu panil sesuai dengan
persyaratan, digunakan lis-lis kayu. Pemasangan kaca-kaca dalam pintu kaca rangka
aluminium harus sesuai dengan persyaratan.
g. Tepi kaca pada sambungan dan antara dengan kayu diberi sealant untuk menutupi
rongga-rongga yang terjadi. Sealant yang digunakan adalah sesuai dengan persyaratan
pabrik. Tidak diperkenankan sealant mengenai kaca terpasang lebih dari 0,5 cm dari
batas garis sambungan dengan kaca.
h. Kaca harus terpasang rapi, sisi tepi harus lurus dan rata, tidak diperkenankan retak dan
pecah pada sealant / tepinya, bebas dari segala noda dan bekas goresan.

5.5.4 Pekerjaan Kunci-Engsel-Penggantung (Hardwares)

❖ Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan - bahan, peralatan dan alat - alat
bantu lainnya yang di perlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan
yang bermutu baik dan sempurna.

❖ Persyaratan Bahan

Produk Kend/Solid/Griff/SES/setara kualitas yang disetujui Direksi Pengawas.


a. Pengunci Pintu: Lockcase, Handle, Backplate, Striking plate, dan cylinder
b. Pengunci pintu toilet: Lockcase, Handle, Backplate, Striking plate, dan cylinder dengan
knop.
c. Pengunci pintu shaft: menggunakan flush ring & secure lock.
d. Engsel pintu: 3 engsel perdaun pintu ukuran 5”.
e. Grendel tanam pintu double: flush bolt dipasang pada sisi dalam.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

f. Door closer: hold open arm-ex Griff/Dorma/Geze Rolland/ setara kualitas yang disetujui
Direksi Pengawas.
g. Pengunci Jendela: Rambuncis/Grendel tanam
h. Engsel Jendela: friction stay/engsel
i. Warna-warna finishing hardwares akan ditentukan kemudian.

❖ Persyaratan Pelaksanaan

Semua “Hardware” yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
buku spesifikasi teknis. Bila terjadi perubahan / penggantian hardware akibat dari pemilihan
merk, kontraktor harus nelaporkan hal tersebut untuk mendapatkan persetujuan.
a. Semua kunci – kunci tanam terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu dipasang
setinggi 90 cm dari lantai atau sesuai petunjuk direksi.
b. Untuk engsel pintu dipasang minimal 3 buah untuk setiap daun, menggunakan sekrup
kembang dengan warna yang sama dengan warna engsel. Jumlah engsel yang
dipasang harus diperhitungkan menurut bebab berat daun pintu, tiap engsel memikul
maksimal 20 kg.
c. Engsel diatas dipasang kurang dari 28 cm (as) dari permukaan atas pintu, engsel
bawah dipasang 32 cm (as) dari permukaan bawah pintu, engsel ditengah dipasang
ditengah antara kedua engsel tersebut.
d. Pemasangan lock case, handle harus rapi, lurus dan sesuai dengan letak posisi yang
telah ditentukan oleh direksi. Apabila hal tersebut tidak tercapai, kontraktor wajib
memperbaiki tanpa tambahan biaya.
e. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan
pengujian secara kasar dan halus.
f. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.
g. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan).

❖ Penerimaan Hasil Pekerjaan

a. Kontraktor wajib mengganti semua bahan yang rusak. Perbaikan harus dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu pekerjaan finishing lainnya.
b. Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu pekerjaan
dilaksanakan, maka kontraktor wajib memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima
oleh direksi. Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan menjadi tanggung jawab
kontraktor.
c. Kontraktor wajib mengadakan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah
dilaksanakan terhadap kerusakan kerusakan. Selama 3 x 24 jam sesudah pekerjaan
pintu dan jendela selesai terpasang, permukaannya dihindarkan dari pengaruh
pekerjaan lain dan dilindungi terhadap kemungkinan cacat pada permukaannya.
d. Kontraktor memenuhi ketentuan dan persyaratan mutu dan pelaksanaan, sesuai
dengan pengarahan serta persetujuan Direksi Pengawas.
e. Pada saat diserah terimakan anak kunci deiserahkan lengkap 3 set, masing-masing
memiliki tag name yang menjelaskan lokasi kunci dan korespondensi dengan cylinder
nya.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

5.6 PEKERJAAN PASANGAN KERAMIK LANTAI DAN DINDING

❖ Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu
yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
Pekerjaan lantai dinding keramik ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan
dalam gambar atau sesuai petunjuk Perencana.

❖ Standar Dan Persyaratan

Standard dan peryaratan yang dipakai peraturan peraturan Keramik Indonesia


• NI 19
• PVBB 1970
• PVBI 1982.
Semen Portland harus memenuhi NI 8, pasir dan air harus memenuhi syarat syarat yang
ditentukan dalam PVBB 1970 (NI 3) dan PBI 1971 (NI 2) dan ASTM.

5.5.5 Pekerjaan Pasangan Keramik Dinding

❖ Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan bahan, peralatan dan alat alat
bantu yangdibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil
yang baik.
b. Pekerjaan dinding keramik ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambar atau sesuai petunjuk Perencana.

❖ Persyaratan Bahan.

a. Bahan :
1) Keramik dinding :
a) Jenis : Glaze Keramik tile ex. Roman/ Platinum atau setara kualitas yang
disetujui oleh Direksi Pengawas.
b) Finishing Permukaan : Berglazuur.
c) Bahan pengisi siar : ex. MU/AM/Lemkra atau setara
kualitas disetujui oleh Direksi Pengawas.
d) Bahan perekat : mortar semen biasa.
e) Warna/texture : akan ditentukan kemudian
f) Ukuran : 20X20CM, 20X25CM atau Sesuai
yang tertera pada gambar.
2) Lis keramik dinding/Listello:
a) Jenis : Glaze Keramik tile ex. Roman/ Platinum atau setara
kualitas yang disetujui oleh Direksi Pengawas.
b) Finishing Permukaan : Berglazuur.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

c) Bahan pengisi siar : ex. MU/AM atau setara kualitas


disetujui oleh Direksi Pengawas.
d) Bahan perekat : mortar semen biasa.
e) Warna/texture : akan ditentukan kemudian
f) Ukuran : 10x20, 5x20, 10x25, 5x25 atau sesuai
yang tertera pada gambar.
b. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan peraturan Keramik
Indonesia (NI 19), PVBB 1970 dan PVBI 1982.
c. Warna akan ditentukan kemudian. Masing-masing warna harus seragam, warna yang
tidak seragam akan ditolak.
d. Bahan bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh
contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Perencana.
e. Kontraktor harus menyerahkan 2 copy ketentuan dan persyaratan teknis operatif dari
pabrik sebagai informasi bagi Perencana.
f. Material lain yang tidak terdapat pada daftar tersebut tetapi dibutuhkan untuk
menyelesaikan/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru, kualitas terbaik
dari jenisnya dan harus disetujui Perencana.

❖ Syarat Syarat Pelaksanaan.

a. Sebelum dimulai pekerjaan diwajibkan Kontraktor membuat shop drawing mengenai


pola keramik.
b. Pada permukaan dinding beton/bata merah yang ada keramik dapat langsung
diletakkan dengan menggunakan perekat spesi 1 PC : 3 pasir, diaduk baik memakai
larutan cement, jumlah pemakaian adalah 10% dari berat semen yang dipakai dengan
tebal adukan tidak lebih dari 1,5 cm atau bahan perekat khusus, dengan
memperhatikan sehingga mendapatkan ketebalan dinding seperti tertera pada gambar.
Penggunaan produk perekat siap pakai lebih disarankan.
c. Pemasangan dinding dan plint dilakukan setelah alas dari lantai Keramik sudah selesai
dengan baik dan sempurna serta disetujui Direksi (antara lain lantai screed, kering dari
lantai screed = min. 7 hari, waterproofing dan lain-lain) baru pemasangan Keramik
dilaksanakan. Kering sempurna dari lantai beton adalah minimum berusia 28 hari.
d. Keramik yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, warna. motip tiap
keramik harus sama tidak boleh retak, gompal atau cacat lainnya.
e. Pemotongan keramik harus menggunakan alat potong khusus untuk ini, sesuai petunjuk
pabrik.
f. Sebelum keramik dipasang, keramik terlebih dahulu harus diremdam air sampai jenuh.
g. Pola keramik harus memperhatikan ukuran/letak dan semua peralatan yan akan
terpasang didinding : exhaust an, panel, stop kontak, lemari gantung dan lain lain yang
tertera didalam gambar.
h. Ketinggian peil tepi atas pola keramik disesuaikan gambar.
i. Awal pemasangan keramik pada dinding dan kemana sisa ukuran harus ditentukan,
harus dibicarakan terlebih dahulu dengan Pengawas sebelum pekerjaan pemasangan
dimulai.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

j. Bidang dinding keramik harus benar benar rata, garis garis siar harus benar benar
lurus. Siar arah horizontal pada dinding yang berbeda ketinggian peil lantainya harus
merupakan satu garis lurus.
k. Keramik harus disusun menurut garis garis lurus dengan siar sebesar 4 5 mm setiap
perpotongan siar harus membentuk dua garis tegak lurus. Siar siar keramik diisi
dengan bahan pengisi siar sehingga membentuk setengah lingkaran seperti yang
disebutkan dalam persyaratan bahan dan warnanya akan ditentukan kemudian.
l. Pembersihan permukaan ubin dari sisa sisa adukan semen hanya boleh dilakukan
dengan menggunakan cairan pembersih khusus untuk keramik.
m. Naad naad pada pemasangan keramik harus diisi dengan bahan grout.
n. Grouting
1) Keramik diberi grout ketika Keramik sudah terpasang dengan tepat, setelah naat
dibersihkan dari kotoran / pencemaran dengan menggunakan compresor (ditiup)
2) Bersihkan grout yang berlebih dan buat bentuk naat sesuai yang diinginkan.
3) Ketika grout sudah mengeras, basahi Keramik dengan air dan akhirnya poles
dengan kain.

5.5.6 Pekerjaan Pasangan Keramik Lantai

❖ Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu
lainnya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang bermutu baik.
b. Pasangan lantai keramik tiles ini dipasang pada seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar, berikut plint dan nosing tangga.

❖ Persyaratan Bahan

a. Lantai keramik dan step nosing yang digunakan :


1. Jenis : Glaze Ceramic Tile ex. Roman/Platinum atau setara
kualitas sesuai persetujuan Direksi Pengawas.
2. Daya serap : 1%
3. Kekerasan :Minimum 6 skala Mohs.
4. Kekuatan tekan : Minimum 900 kb per cm2.
5. Daya tanah lengkung : Minimum 350 kg/cm2.
6. Mutu : tingkat 1 (satu), extruded single firing, tahan asam dan
basa.
7. Chemical Resistance : Konsisten terhadap PVBB 1970(ni 3) pasal 33D ayat
17 23
8. Bahan pengisi : AM/MU/Lemkra Grout
9. Bahan perekat : Adukan spesi 1PC:3 pasir pasang
ditambah bahan perkeat/Carofix 2 atau produk AM
10. Warna : Akan ditentukan kemudian.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

b. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan peraturan ASTM,
peraturan keramik Indonesia (NI 19), PVBB 1970 dan PVBI 1982.
c. Semen Portland harus memenuhi NI 8, pasir dan air harus memenuhi syarat syarat
yang ditentukan dalam PVBB 1970 (NI 3) dan PBI 1971 (NI 2) dan ASTM.
d. Warna akan ditentukan kemudian. Masing-masing warna harus seragam, warna yang
tidak seragam akan ditolak.
e. Bahan bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh
contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Perencana.
f. Kontraktor harus menyerahkan 2 copy ketentuan dan persyaratan teknis operatif dari
pabrik sebagai informasi bagi Perencana.
g. Material lain yang tidak terdapat pada daftar tersebut tetapi dibutuhkan untuk
menyelesaikan/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru, kualitas terbaik
dari jenisnya dan harus disetujui Perencana.

❖ Syarat Syarat Pelaksanaan.

a. Sebelum dimulai pekerjaan diwajibkan Kontraktor membuat shop drawing mengenai


pola keramik.
b. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat dan ternoda.
c. Adukan pasangan/pengikat dengan aduk campuran 1PC:3 pasir pasang dan ditambah
bahan perekat seperti yang disyaratkan atau dapat pula digunakan acian PC murni dan
ditambah bahan perekat.
d. Pemasangan Lantai dan plint dilakukan setelah alas dari lantai Keramik sudah selesai
dengan baik dan sempurna serta disetujui Direksi (antara lain lantai screed, kering dari
lantai screed = min. 7 hari, waterproofing dan lain-lain) baru pemasangan Keramik
dilaksanakan. Kering sempurna dari lantai beton adalah minimum berusia 28 hari.
e. Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak mengandung
asam alkali) sampai jenuh,
f. Hasil pemasangan lantai keramik harus merupakan bidang permukaan yang benar
benar rata, tidak bergelombang, dengan memperhatikan kemiringan didaerah basah
dan teras.
g. Pola, arah dan awal pemasangan lantai keramik harus sesuai gambar detail atau sesuai
petunjuk Perencana.
h. Jarak antara unit unit pemasangan keramik satu sama lain (siar siar) harus sama
lebarnya, maximum 3 mm, yang membentuk garis garis sejajar dan lurus yang sama
lebar dan sama dalamnya, untuk siar siar yang berpotongan membentuk sudut siku
yangsaling berpotongan tegak lurus sesamanya.
i. Siar siar diisi dengan bahan pengisi siar yang bermutu baik, dari bahan seperti yang
telah disyaratkan diatas. Warna keramik yang dipasang.
j. Pemotongan untui unit keramik tiles harus menggunakan alat pemotong keramik khusus
sesuai persyaratan dari pabrik.
k. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda pada
permukaan keramik, hingga betul betul bersih.
l. Keramik yang terpasang dihindarkan dari sentuhan/beban selama 3 x 24 jam dan
dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari pekerjaan itu.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

m. Keramik plint terpasang siku terhadap lantai, dengan memperhatikan siar siarnya
bertemu siku dengan siar lantai dan dengan ketebalan siar yang sama pula.
n. Grouting
1) Keramik diberi grout ketika Keramik sudah terpasang dengan tepat, setelah naat
dibersihkan dari kotoran / pencemaran dengan menggunakan compresor (ditiup)
2) Bersihkan grout yang berlebih dan buat bentuk naat sesuai yang diinginkan.
3) Ketika grout sudah mengeras, basahi Keramik dengan air dan akhirnya poles
dengan kain.

❖ Persediaan Untuk Perawatan

a. Kontraktor wajib menyerahkan kepada Direksi Pengawas, untuk kemudian akan


diteruskan kepada Pemberi tugas, minimal 2 (dua) dos dari tiap warna, ukuran dan jenis
keramik yang dipakai.
b. Keramik-keramik tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan dengan jelas
identitas cat yang pada didalamnya. Keramik ini akan dipakai sebagai cadangan untuk
perawatan, oleh pemberi tugas.

5.7 PEKERJAAN PASANGAN BATU ALAM

❖ Lingkup Pekerjaan

Pasangan batu alam dilaksanakan untuk dinding/tembok gedung,pada bagian-bagian


tertentu sesuai dengan gambar perencanaan.

❖ Standard dan Persyaratan

Bahan yang dipakai :


• Batu alam andesit bakar polos.
• Bilamana dikehendaki coating anti jamur dalam RAB mkaka akan ditambakan coating
anti jamur yang sesuai.
• Sebagai semen dan pasir untuk pasangan batu bata ini harus sama dengan kualitas
seperti yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.

❖ Syarat-Syarat Pelaksanaan

a. Yang dibutuhkan adalah paku (biasanya paku beton) dan tali untuk acuan atau
istilahnya tarik benang, agar mudah dalam pemasangan batu alamnya nanti sehingga
hasilnya rapi serta siku. Semen dan pasir sebagai perekat, pelapis/coating untuk
menjaga penampilan permukaan batu alam agar tidak berlumut dan kusam. Dan tidak
lupa, batu alamnya itu sendiri. Keramik disamping adalah acuannya ; Setelah diberi
tanda, baru dipotong sisinya. Hasilnya batu alam dengan sisi yang siku Karena batu
alam bukan buatan pabrik maka pada persiapannya harus dibuat siku terlebih dahulu
sisi-sisinya. Bisa memakai keramik yang siku sebagai acuannya.
b. Untuk tembok yang masih baru atau belum diaci, bisa langsung tarik benang dan lanjut
ke pemasangan. Tetapi untuk tembok yang sudah jadi dan dicat seperti ini maka
temboknya harus dibobok terlebih dahulu atau dirusak/dibuat cacat. Tembok yang akan
dipasang batu alam Maksudnya agar adukan semen untuk untuk batu alam nanti bisa
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

menempel / menyatu dengan baik dengan lapisan semen sebelumnya. Karena


sebenarnya sifat cat dan semen tidak senyawa atau menempel dengan baik.
c. Paku acuan bagian atas. Paku acuan bagian bawah. Ambil salah satu sisi yang siku
untuk awal pemasangan, jadi batu alam yang utuh mulai dipasang dari sana. Jangan
lupa basahi dahulu tembok sebelumnya, agar lapisan semennya agak lembab dan
lunak sehingga bisa menyatu dengan lapisan semen yang baru.
d. Awal pemasangan batu alam. Diberi pengganjal Untuk pemasangan maju mundur maka
pemasangan dimulai dari bawah ke atas, agar si batu alam tidak merosot ke bawah
maka dibutuhkan pengganjal.
e. Batu alam diberi adukan semen pasir. Disesuaikan tinggi permukaannya, seberapa
maju yang diinginkan. Diketuk-ketuk dengan palu agar sesuai tinggi permukaannya.
Cara pemasangannya kurang lebih sama dengan cara pasang keramik. Setelah diberi
lapisan semen pada bagian belakang, batu alam lalu diletakkan pada posisinya dan
diketuk-ketuk dengan palu agar lapisan semennya menyebar dan menjadi
padat/mengisi ruang kosong di belakang batu alam tersebut.
f. Bersihkan sisa semen yang keluar. Agar cepat kering, diberi bubuk semen untuk
menyerap kadar air pada adukan.
g. Bersihkan permukaannya dari sisa semen. Jangan lupa bagian sisinya juga. Pada
proses ini biasanya ada semen yang berlebih dan keluar melalui sisi samping
keramik,cukup bersihkan kelebihan semen ini dengan menggunakan kuas dan air. Batu
alam lebih rentan daripada keramik karena pori-porinya lebih besar.

❖ Jaminan Mutu Pekerjaan

a. Kondisi batu alam tertempel rapi tidak mudah terlepas.


b. Seluruh batu alam bebas noda air semen.

5.8 PEKERJAAN PLAFOND GYPSUM BOARD

❖ Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
b. Pekerjaan pemasangan plafond & list plafond Gypsum Board area sesuai dengan yang
disebutkan / ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Direksi/ Pengawas, pada
tahapan ini dilaksanakan untuk penyelesaian

❖ Standard dan Persyaratan

Seluruh pekerjaan ini wajib memenuhi standard dan peryaratan:


• SNI 03-1741-1989 untuk Plafond
• ASTM E119 untuk Plafond
• ASTM C363 u/ Rangka Plafond

❖ Persyaratan Bahan

a. Penutup Plafond
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

1) Bahan penutup langit langit gypsum board yang digunakan adalah gypsum board
tebal 9 mm atau ukuran lain, sesuai dengan gambar untuk itu.
2) Gypsum board yang digunakan merk Jayaboard/ Knauff/ Elephant Gypsum/setara
yang disetujui oleh Direksi Pengawas lengkap dengan acessories nya.
3) Gypsum board dipasang tanpa sambungan (flush joint )dimana sambungan
pertemuan adalah yang dalam pengerjaanya dipasang dengan jointing compound
dan cotton tape.
4) Model bentuk dan ukuran Cornice yang dipakai sesuai dengan yang tercantum
pada gambar.
b. Rangka Plafond
1) Rangka plafond terbuat dari metal furring atau hollow galvanis yang merupakan
produk yang direkomendasi oleh produsen.
2) Bilamana rangka plafond terbuat dari besi hollow maka material tersebut sebelum
dipasang harus sudah difinish dengan cat primer anti karat Zincrhomate tau di
galvanized sesuai dengan yang tertera pada gambar.
3) Rangka merupakan 'grid' yang terdiri dari profil profil yang terdiri atas profil utama
(maintee), profil penghubung (cross tee) dan lis lis tepi dengan gesper pengatur
ketinggian.
4) Penggantung rangka plafon terbuat dari besi bulat diameter 6 mm yang dilengkapi
dengan mur dan klem, penggantung-penggantung terikat kuat pada beton, dinding
atau rangka baja yang ada. Dan jarak penggantung sesuai dengan gambar.

❖ Persyaratan Pelaksanaan

a. Pengukuran kembali dan Shop Drawing


1) Desain dan produk dari sistem langit-langit harus mendapat persetujuan dari Direksi
Pengawas.
2) Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti gambar
gambar yang ada dan kondisi dilapangan (ukuran dan lubang), termasuk
mempelajari bentuk, pola lay out/penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan
detil detil sesuai gambar.
3) Diwajibkan kepada Kontraktor untuk membuat shop drawing sesuai
ukuran/bentuk/mekanisme kerja yang telah ditentukan oleh Perencana.
4) Bilamana diinginkan, Kontraktor wajib membuat mock up sebelum pekerjaan
dimulai dan dipasang.
b. Rangka Plafond
1) Semua batang profil untuk rangka langit langit telah diseleksi dengan baik, lurus
dan rata. Tidak ada bagian yang bengkok atau melengkung atau cacat cacat
lainnya. Semua bahan yang akan dipasang harus disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Pengawas.
2) Seluruh rangka langit langit digantung pada plat beton atas balok kawat
penggantung seperti telah disebutkan diatas.
3) Kawat penggantung dikaitkan pada pelat besi yang dipaku dengan paku ramset ke
plat beton/balok beton.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

4) Setelah seluruh rangka langit langit terpasang, seluruh permukaan harus rata, lurus
dan waterpass. Tidak ada bagian yang bergelombang dan batang batang rangka
harus saling tegak lurus.
c. Sebelum pemasangan, penimbunan bahan/material yang lain ditempat pekerjaan harus
diletakkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca
langsung dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban.
d. Harus diperhatikan semua sambungan dalam pemasangan klos klos, baut, angker
angker dan penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan
memperhatikan/menjaga kerapihan terutama untuk bidang bidang tampak tidak boleh
ada lubang lubang atau cacat bekas penyetelan.
e. Pemasangan langit-langit tidak boleh menyimpang dari ketentuan gambar rencana
untuk itu.
f. Urutan dan tata kerja harus mengikuti persyaratan dan ketentuan dari Produsen.
g. Semua rangka harus terpasang siku, tegak, rata sesuai peil dalam gambar dan lurus
(tidak melebihi batas toleransi kemiringan yang diizinkan dari masing masing bahan
yang digunakan).
h. Perhatikan semua sambungan dengan material lain, sudut sudut pertemuan dengan
bidang lain. Bilamana tidak ada kejelasan dalam gambar. Kontraktor wajib
menanyakan hal ini kepada Perencana.
i. Semua ukuran modul yang diatur berkaitan dengan modul lantai dan langit langit.
j. Penutupan sambungan gypsum board
1) Perbandingan adukan plamir dengan air adalah 1:2. Tuangkan Jointing Compound
sedikit demi sedikit ke dalam air, pastikan bercampur dengan baik. Aduk pada
komposisi yang tepat, untuk penggunaan, jangan lebih dari 15 menit, atau akan
mengeras.
2) Lapisan pertama : Berilah adukan tadi pada nat sambungan lalu tempelkan cotton
tape,fungsinya sebagai penahan retak. Kemudian ratakan dengan adukan dengan
menggunakan kape/ srap.
3) Lapisan kedua : Lanjutkan dengan memberikan adukan pada sambungan, hingga
merata dan halus dengan menggunakan kape/ srap, dan tunggu hingga kering.
Bersihkan/ ratakan dengan kape.
4) Lapisan ketiga : Lanjutkan untuk lapisan ketiga dengan adukan tipis merata dan
halus sekitar 30-40 cm dengan menggunakan trowel. Tunggulah sampai kering
kemudian amplas.
k. Pada beberapa tempat tertentu harus dibuat manhole/access panel dilangit-langit yang
bisa dibuka, tanpa merusak gypsum board disekelilingnya, untuk keperluan
pemeriksaan / pemeliharaan M & E. Dan ukuran manhole minimal 60cm x 60cm.
l. Setelah pemasangan, Kontraktor wajib memberikan perlindungan terhadap benturan
benturan, benda benda lain dan kerusakan akibat kelalaian pekerjaan, semua
kerusakan yang timbul adalah tanggung jawab Kontraktor sampai pekerjaan selesai.

5.9 PEKERJAAN PLAFOND KALSIBOARD

❖ Lingkup Pekerjaan
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
b. Pekerjaan pemasangan plafond & list plafond Kalsiboard diarea basah, teritisan, ruang
terbuka atau sesuai dengan yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar dan sesuai
petunjuk Direksi Pengawas.

❖ Standard dan Persyaratan

Seluruh pekerjaan ini wajib memenuhi standard dan peryaratan:


• SNI 03-1741-1989 untuk Plafond
• ASTM E119 untuk Plafond
• ASTM C363 u/ Rangka Plafond

❖ Persyaratan Bahan

a. Penutup Plafond Kalsiboard


1) Bahan penutup plafond GRC/Kalsiboard/Versaboard yang digunakan adalah
dengan tebal 4 mm atau ukuran lain, sesuai yang disebutkan pada gambar
untuk itu.
2) Kalsiboard yang digunakan Kalsiboard ex Eternit Gresik atau setara kualitas
lengkap dengan acessories nya.
3) Kalsiboard dipasang tanpa sambungan (flush joint )dimana sambungan
pertemuan adalah yang dalam pengerjaanya dipasang dengan join compound
khusus untuk GRC/Kalsiboard/Versaboard dan cotton tape.
4) Cornice yang dipakai sesuai dengan yang tercantum pada gambar.
5) Bahan penyambungan adalah cotton tape, compound GRC A+ B10 atau Kalsi
Compound PD-INT.
b. Rangka Plafond
1) Rangka plafond terbuat dari metal furring atau hollow galvanis yang merupakan
produk yang direkomendasi oleh produsen.
2) Bilamana rangka plafond terbuat dari besi hollow maka material tersebut
sebelum dipasang harus sudah difinish dengan cat primer anti karat
Zincrhomate tau di galvanized sesuai dengan yang tertera pada gambar.
3) Rangka merupakan 'grid' yang terdiri dari profil profil yang terdiri atas profil
utama (maintee), profil penghubung (cross tee) dan lis lis tepi dengan gesper
pengatur ketinggian.
4) Penggantung rangka plafon terbuat dari besi bulat diameter 6 mm yang
dilengkapi dengan mur dan klem, penggantung-penggantung terikat kuat pada
beton, dinding atau rangka baja yang ada. Dan jarak penggantung sesuai
dengan gambar.

❖ Persyaratan Pelaksanaan

a. Pengukuran kembali dan Shop Drawing


1) Desain dan produk dari sistem langit-langit harus mendapat persetujuan dari
Direksi Pengawas.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

2) Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti


gambar gambar yang ada dan kondisi dilapangan (ukuran dan lubang),
termasuk mempelajari bentuk, pola lay out/penempatan, cara pemasangan,
mekanisme dan detil detil sesuai gambar.
3) Diwajibkan kepada Kontraktor untuk membuat shop drawing sesuai
ukuran/bentuk/mekanisme kerja yang telah ditentukan oleh Perencana.
4) Bilamana diinginkan, Kontraktor wajib membuat mock up sebelum pekerjaan
dimulai dan dipasang.
b. Rangka Plafond
1) Semua batang profil untuk rangka langit langit telah diseleksi dengan baik, lurus
dan rata. Tidak ada bagian yang bengkok atau melengkung atau cacat cacat
lainnya. Semua bahan yang akan dipasang harus disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Pengawas.
2) Seluruh rangka langit langit digantung pada plat beton atas balok kawat
penggantung seperti telah disebutkan diatas.
3) Kawat penggantung dikaitkan pada pelat besi yang dipaku dengan paku ramset
ke plat beton/balok beton.
4) Setelah seluruh rangka langit langit terpasang, seluruh permukaan harus rata,
lurus dan waterpass. Tidak ada bagian yang bergelombang dan batang batang
rangka harus saling tegak lurus.
c. Sebelum pemasangan, penimbunan bahan/material yang lain ditempat pekerjaan harus
diletakkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca
langsung dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban.
d. Harus diperhatikan semua sambungan dalam pemasangan klos klos, baut, angker
angker dan penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan
memperhatikan/menjaga kerapihan terutama untuk bidang bidang tampak tidak boleh
ada lubang lubang atau cacat bekas penyetelan.
e. Pemasangan langit-langit tidak boleh menyimpang dari ketentuan gambar rencana
untuk itu.
f. Urutan dan tata kerja harus mengikuti persyaratan dan ketentuan dari Produsen.
g. Semua rangka harus terpasang siku, tegak, rata sesuai peil dalam gambar dan lurus
(tidak melebihi batas toleransi kemiringan yang diizinkan dari masing masing bahan
yang digunakan).
h. Perhatikan semua sambungan dengan material lain, sudut sudut pertemuan dengan
bidang lain. Bilamana tidak ada kejelasan dalam gambar. Kontraktor wajib
menanyakan hal ini kepada Perencana.
i. Semua ukuran modul yang diatur berkaitan dengan modul lantai dan langit langit.
j. Penutupan sambungan Kalsiboard
1) Setelah plafon GRC/ Kalsi/ Versaboard terpasang dengan rapi, sebelum dipasang
cotton tape (perban), dempul dulu memakai compound GRC A plus B10 atau Kalsi
Compound PD-INT dengan memenuhi nat sambungan, tunggu hingga benar-benar
kering atau -+ 6-7 jam.
2) Setelah kering pasang cotton tape dengan compon satu lapis memakai casting
plaster, compound A-plus, atau kasting yang biasa Anda gunakan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

3) Setelah kering ulangi pelapisan compon 1-2 kali sampai permukaan halus dan rata
lalu diampelas.
k. Pada beberapa tempat tertentu harus dibuat manhole/access panel dilangit-langit yang
bisa dibuka, tanpa merusak Kalsiboard disekelilingnya, untuk keperluan pemeriksaan /
pemeliharaan M & E. Dan ukuran manhole minimal 60cm x 60cm.
l. Setelah pemasangan, Kontraktor wajib memberikan perlindungan terhadap benturan
benturan, benda benda lain dan kerusakan akibat kelalaian pekerjaan, semua
kerusakan yang timbul adalah tanggung jawab Kontraktor sampai pekerjaan selesai.

5.10 PEKERJAAN PENGECATAN

❖ Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan-bahan, peralatan, tenaga kerja untuk


melaksanakan pekerjaan pengecatan pada seluruh permukaan plesteran bata, beton,
GRC, gypsum, baja / metal termasuk pipa-pipa serta permukaan-permukaan lain yang
ditentukan dalam gambar rencana maupun rincian anggaran biaya.
b. Bagian ini mencakup ketentuan/syarat-syarat untuk pekerja, bahan dan peralatan
mencakup pengiriman, penyimpanan, pemasangan dan penerimaan.
c. Pekerjaan pengecatan dimaksud adalah termasuk :
– Persiapan permukaan, pembersihan.
– Filler, sealer, primer, lapis dasar, dan finishing.
– Pekerjaan pengecatan dengan alat spray painted pada seluruh bagian yang telah
ditunjukkan dalam gambar rencana.
d. Pengecatan semua permukaan dan area yang pada gambar tidak disebutkan secara
khusus, dengan warna dan bahan yang sesuai dengan petunjuk Direksi teknik dan
Konsultan Pengawas maupun penyempurnaan / pengulangan cat karena belum rata,
berubah warna & sebab-sebab lainnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
e. Pengecatan semua permukaan dan area yang pada gambar tidak disebutkan secara
khusus, dengan warna dan bahan yang sesuai dengan petunjuk Direksi teknik dan
Konsultan Pengawas maupun penyempurnaan / pengulangan cat karena belum rata,
berubah warna & sebab-sebab lainnya.

❖ Standar Dan Persyaratan Bahan

a. Seluruh pekerjaan harus sesuai dengan standard sebagai berikut :


- NI – 3 – 1970
- NI – 4 – 1972
- ASTM D – 3363 (powder coating)
- A 153 (galvanizing)
b. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis pada bidang
bidang transparant ukuran 30x60 cm. Dan pada bidang bidang tersebut harus
dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat
dasar s/d lapisan akhir).
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

c. Semua bidang contoh tersebut diperhatikan kepada Konsultan pengawas dan Direksi
teknik. Jika contoh contoh tersebut telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan dan
Direksi Lapangan, barulah kontraktor melanjutkan dengan pembuatan mock up seperti
tercantum diatas.
d. Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada satu
bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang bidang tersebut akan
dijadikan contoh pilihan warna, texture, material dan cara pengerjaan. Bidang bidang
yang akan dipakai sebagai mock up ini akan ditentukan oleh Direksi dan Konsultan
pengawas.
e. Jika masing masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi teknik dan Konsultan
pengawas, bidang bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan
pekerjaan pengecatan.

No. Pekerjaan Jenis Cat Merk Keterangan


A. Dinding plesteran
1 Interior Acrylic Emulsion Lihat 1 Primer,
spesifikasi 2x finish s/d
material disetujui Pengawas
& Direksi teknik.

2 Eksterior Wheathershield Lihat 1 primer,


Fungus Resistant spesifikasi 2x finish s/d
atau elastomeric material disetujui Pengawas
& Direksi teknik

B. Pekerjaan Plafond

1 Beton / plesteran
a. Interior Acrylic Emulsion Lihat 1 Primer,
spesifikasi 2x finish s/d
material disetujui Pengawas
& Direksi teknik.

b. Eksterior Wheathershield Lihat 1 primer,


Fungus Resistant spesifikasi 2x finish s/d
material disetujui Pengawas
& Direksi teknik

2 Gypsum Board & Calcium


Silicate
a. Interior Acrylic Emulsion Lihat 1 Primer,
spesifikasi 2x finish s/d
material disetujui Pengawas
& direksi teknik.

b. Eksterior Wheathershield Lihat 1 primer,


Fungus Resistant spesifikasi 2x finish s/d
material disetujui Pengawas
& Direksi teknik
C Pekerjaan Metal
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

No. Pekerjaan Jenis Cat Merk Keterangan


1 Cat Duco Oil Base Lihat 1 primer,
spesifikasi 2x finish s/d
material disetujui
Pengawas &
Direksi teknik,
hasil semi gloss

D Pekerjaan Aluminium
No. Pekerjaan Jenis Cat Merk Keterangan
1 Bila disebutkan cat maka PVDF Lihat Di cat secara
harus dilakukan proses spesifikasi fabrikasi, yang
powder coating. material disetujui Pengawas
&
Direksi teknik
E Pekerjaan Kayu (bila ada)

1 Cat Duco (bila ditentukan Oil Base Lihat 1 primer, 1x spray


finish cat Duco) spesifikasi finish,
material 2x finish s/d
disetujui
Pengawas &
Direksi teknik,
hasil semi gloss

2 Melamic (bila ditentukan Oil Base, Solvent Lihat 1 primer, 1x lapis


finish melamic) Base spesifikasi cat transparan, 2x
material finish s/d disetujui
Pengawas &
Direksi teknik,
hasil semi gloss

❖ Pengecatan Dinding Dan Plafond

✓ Persyaratan Bahan

a. Cat dinding dan plafond bagian luar bangunan (Exterior) dan ruang basah (toilet).
• Cat yang digunakan Vinyl Acrylic dengan kemampuan tahan cuaca dan jamur
ex Dulux / Jotun/ Mowilex/ Setara kualitas disetujui oleh Direksi Pengawas.
• Tanpa plamir
• Tahap 1: Alkali resistant primer, 1 Lapis.
• Tahap 2: Acrylic wall filler, 1 Lapis
• Tahap 3: Cat akhir : Wheather shied dengan minimal 2 kali pengecatan.
• Warna akan ditentuka Kemudian.
b. Cat dinding dan Plafond bagian dalam bangunan (Interior)
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

• Cat yang digunakan cat Maxillite/Jotun/ Mowilex/setara kualitas yang disetujui


Direksi Pengawas.
• Dilaksanakan pada permukaan tembok bagian dalam, dinding atau
plafond/plafond beton ekspose dengan urutan pengecatan sebagai berikut :
• Tahap 1: Alkali resistant primer, 1 Lapis
• Tahap 2: Undercoat : Acrylic wall filler, 1 Lapis
• Tahap 3: Cat akhir : Acrylic emulsion paint 2 kali pengecatan.

✓ Persyaratan Pelaksanaan

a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding/ plafond/ Beton expose adalah pengecatan
seluruh plesteran bangunan dan/atau bagian bagian yang lain yang ditentukan gambar.
b. Sebelum dinding plamur, plesteran sudah harus betul betul kering, tidak ada retak retak
dan kontraktor meminta persetujuan kepada Direksi dan konsultan.
c. Pekerjaan plamur dilaksanakan untuk dinding dalam dengan pisau plamur dari plat baja
tipis dan lapisan plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
d. Pekerjaan lapis cat dasar dilaksanakan untuk dinding luar/eksterior dengan
menggunakan roller cat atau kuas sampai membentuk bidang yang rata.
e. Sesudah 7 hari plamur terpasang kemudian dibersihkan dengan bulu ayam sampai
bersih betul. Selanjutnya dinding dicat dengan menggunakan roller.
f. Lapisan pengecatan untuk dinding luar (weathershield) adalah minimum 2 (dua) lapis
dengan kekentalan sama setiap jenisnya.
g. lapisan pengecatan dinding dalam (emulsion) terdiri dari 1 (satu) lapis alkali resistance
sealer yang dilanjutkan dengan 2 (dua) lapis dengan kekentalan cat sebagai berikut :
• Lapis I encer (tambahkan 10%-20% air)
• Lapis II kental (tambahkan 5%-10% air)
h. Untuk warna warna yang jenis, kontraktor diharuskan menggunakan kaleng kaleng
dengan nomor pencampuran (batch number) yang sama.
i. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata, licin,
tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap pengotoran
pengotoran.

❖ Pengecatan Kayu Dengan Melamine Lacquer

✓ Persyaratan Bahan

a. Bahan material cat melamine lacquer ex. Impra/Lignalac/Setara kualitas yang disetujui
oleh Direksi Pengawas.
b. Wood Filler, Stain, Base Coat dan Top Coat : ex IMPRA atau produk lain yang setara.
c. Thinner dengan kualitas no. 1 sesuai rekomendasi Produk
d. Warna dari melamic adalah ditentukan dalam Tabel/Skema Material yang ditunjukkan
oleh Perencana.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

e. Tingkat kilap dari melamic adalah SEMI GLOSS (tidak terlalu mengkilap).
f. Kontraktor wajib membuat contoh/sample melamic di atas material yang akan dipakai
dalam proyek ini dan diajukan dan disetujui Direksi Pengawas, Perencana dan Pemberi
Tugas.

✓ Persyaratan Pelaksanaan

a. Melamic harus dilaksanakan oleh tenaga-tenaga yang trampil dalam pekerjaan ini dan
pekerjaan ini harus dipimpin oleh seorang mandor yang betul-betul ahli dan
berpengalaman.
b. Sebelum pekerjaan finishing mellamic / polyurethane dimulai harus dipastikan bahwa
tersedia ventilasi / sirkulasi udara bersih dalam ruangan yang akan dicat.
c. Permukaan kayu yang retak-retak, lubang-lubang atau bercelah harus digosok dengan
amplas kayu, dicat dasar di dempul kemudian diamplas kembali sehingga benar-benar
halus permukaannya.
d. Permukaan plywood veneer sebaiknya diamplas secukupnya agar serat kayu pada
lembaran veneer tidak habis dan serat masih terlihat baik.
e. Setiap mata kayu yang besarnya lebih dari 1 cm harus dipotong dan diganti dengan
kayu yang mulus, atau permukaannya diperbaiki dengan potongan kayu.
f. Mata kayu yang besarnya kurang dari 1 cm cukup diberi 2 lapis plamir yang tipis.
g. Setiap lubang paku dan lubang-lubang atau cacat-cacat lainnya harus didempul.
h. Semua permukaan kayu/plywood yang hendak di-melamic dibersihkan dari debu
minyakdan kotoran yang mungkin melekat disitu.
i. Sesudah betul-betul bersih, digosok dengan amplas kayu, agar supaya seluruh
permukaankayu rata dan licin, tidak lagi terdapat serat kayu yang tidak rata pada
permukaan kayutersebut.
j. Apabila seluruh permukaan kayu/plywood sudah licin, pori-pori kayu harus ditutup
dengan wood filler secukupnya dengan menggunakan kape, sampai pori-pori tertutup
sempurna.
k. Permukaan kayu yang telah diplamur dengan wood filler tersebut, dihaluskan dengan
amplas Duco yang halus, kemudian debu amplas tersebut dibersihkan.
l. Pembuatan wood filler dilakukan dengan mencampurkan 10 bagian sanding
sealerdengan talk secukupnya, wood filler diaplikasikan dengan kape sampai pori pori
tertutup sempurna dengan diamplas Duco yang halus untuk setiap lapisan.
m. Pewarna dipakai dngan daya sebar sesuai warna yang dikenhendaki perliter satu lapis.
n. Sanding sealer sebagi cat dasar dicampur dengan hardener serta diencerkan dengan
thinner sesuai dengan rekomendasi produk
o. Perbandingan campuran asalah 10 bagian sanding sealer + 1 bagian hardener +
Thinner secukupnya. Dibutuhkan 2 3 lapis cat dasar setiap lapisan harus diamplas
sempurna sehingga siperoleh permukaan yang halus dan rata.
p. Cat akhir dipakai Melamic doff disemprot lapis 1 dengan rata dan sempurna dan amplas
sempurna kemudian semprot lapis ke 2 dan yang terakhir lapis 3 adalah bagian finished
tidak perlu diamplas. Warna akan ditentukan kemudian oleh Perencana.

❖ Pengecatan Besi Daan Kayu Dengan Semi Duco


RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

✓ Persyaratan Bahan

a. Produk cat menggunakan produk Nippe/Suzuki/Avian/Emco/Setara yang disetujui oleh


Direksi Pengawas.
b. Pengecatan untuk besi dengan urut-urutan sebagai berikut :
1) Cat dasar : Zinc chromate primer, ketebalan 40 mikron.
2) Cat akhir : High quality synthetic enamel gloss ketebalan 2x30
mikron.
3)

✓ Persyaratan Pelaksanaan

a. Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh bagian bagian besi pagar
beserta pintunya, pintu pintu besi talang talang dan pekerjaan besi lain ditentukan
dalam gambar.
b. Pekerjaan cat dilakukan setelah bidang yang akan dicat , selesai diamplas halus dan
bebas debu, oli dn lain lain.
c. Sebagai lapisan dasar anti karat dipakai sebagai cat dasar 1 kali. Sambungan las dan
ujung ujung yang tajam diberi "touch up" dengan dua lapis setelah itu lapisan tebal 40
micron diulaskan.
d. Setelah kering sesudah 8 jam, dan diamplas kembali maka disemprot 1 lapis. Setelah
16 jam mengering baru lapisan akhir disemprot 3 lapis.
e. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan semprot dengan compressor 3 lampis.
f. Setelah pengecatan selesai, bidang cat harus licin, utuh, mengkilap, tidak ada
gelembung gelembung dan dijaga terhadap pengotoran pengotoran.

❖ Persediaan Untuk Perawatan

a. Kontraktor wajib menyerahkan kepada Direksi Pengawas, untuk kemudian akan


diteruskan kepada Pemberi tugas, minimal 2kg untuk cat besi dan 2 galon uncuk cat
acrylic-vinyl acrylic emulsion dari tiap warna dan jenis cat yang dipakai.
b. Kaleng kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan dengan jelas
identitas cat yang pada didalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai cadangan untuk
perawatan, oleh pemberi tugas.

5.11 KONSTRUKSI RANGKA ATAP BAJA RINGAN

❖ Lingkup Pekerjaan

1) Termasuk di dalam lingkup pekerjaan konstruksi rangka atap baja ringan ini
penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan
konstruksi rangka atap baja ringan.
2) Pekerjaan Rangka Atap Baja Ringan Galvalume adalah pekerjaan pembuatan dan
pemasangan struktur atap berupa rangka batang (truss) yang telah dilapisi bahan
galvalume untuk ketahanan terhadap karat. Rangka atap yang digunakan harus
merupakan produksi dari pabrik yang berkompeten dalam penelitian dan teknologi.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

3) Rangka atap berbentuk segitiga kaku yang terdiri dari rangka utama atas (top Chord),
rangka utama bawah (bottom chord), dan rangka pengisi (web). Seluruh rangka
tersebut disambung dengan menggunakan baut menakik sendiri (self drilling screw)
dengan jumlah yang cukup. Untuk meletakkan material penutup atap/genteng, dipasang
rangka reng (batten) langsung diatas struktur rangka atap utama dengan jarak yang
disesuaikan dengan ukuran genteng.
4) Pekerjaan ini meliputi pengiriman material ke lapangan, perangkaian dan ereksi, seperti
tercantum dalam gambar kerja meliputi :
a. Pekerjaan rangka atap
b. Pekerjaan reng
c. Pekerjaan jurai dalam
5) Lingkup pekerjaan tidak meliputi :
a. Setting level balok ring
b. Pemasangan penutup atap
c. Pemasangan kap finishing atap
d. Talang selain talang jurai dalam
e. Asesoris atap

❖ Standard Dan Persyaratan

1) Persyaratan Desain Struktur Rangka Atap Baja Ringan Struktur rangka atap baja ringan
harus didesain oleh tenaga ahli yang berkompeten. Desain harus mengikuti kaidah-
kaidah teknis yang benar sesuai karakter baja ringan yaitu dengan perancangan
standar batas desain struktur baja cetak dingin. Desain struktur rangka atap baja ringan
meliputi top chord, bottom chord, web dan screw sebagai satu kesatuan yang tidak
boleh dipisahkan.
2) Peraturan yang digunakan sebagai pedoman :
a. Harus memenuhi standar : AISI (American Iron and Steel Institute)
b. Sistem yang digunakan : sisten ASD
c. Memiliki sertifikat pengujian lentur dan tekan elemen dari institusi yang
berkompeten dan bersertifikasi.
3) Perangkat lunak computer (software) boleh digunakan untuk membantu proses desain
atap baja ringan jika software memang khusus dikembangkan untuk menghitung
struktur baja ringan dan mengakomodasi peraturan-peraturan yang telah disebutkan
diatas.
4) Penghitungan Struktur Rangka Atap menggunakan Software MAXIMA CAD.

❖ Persyaratan Bahan

1) Material rangka atap yang digunakan harus memenuhi spesifikasi yang diuraikan pada sub
bab ini. Satuan ukuran panjang yang digunakan sub bab ini adalah millimeter (mm) dan
ukuran ketebalan material baja yang dimaksud adalah ketebalan baja terlapis (Total Coating
Thickness/TCT).
2) Material rangka atap baja ringan menggunakan produk ex. Smarttruss, Global Truss,
Jaindo, atau setara kualitas yang disetujui Direksi Pengawas.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

a. Material struktur rangka Atap


1) Properti mekanikal baja
- Baja mutu tinggi G550 (sertifikat bahan harus dilampirkan)
- Tegangan leleh minimum : 550 MPa
- Modulus elastisitas : 2,1 x 10 5 MPa
- Modulus Geser : 8 x 10 4 MPa
2) Lapisan pelindung terhadap karat
Rangka batang harus memiliki lapisan tahan karat Seng Aluminium (Galvalume),
dengan komposisi sebagai berikut :
- 55 % Aluminium (Al)
- 43 % Seng (Zinc)
- 2 % Silicon (Si)
- Ketebalan pelapisan : ± 100 gram/m2
b. Geometri profil rangka atap
1) Rangka atap
Profil yang digunakan untuk rangka atap adalah profil kanal (channel) C.
- C75.100 (tinggi profil 75 mm dan tebal 1,00 mm), digunakan untuk rangka
batang utama (top chord dan bottom chord).
- C75.75 (tinggi profil 75 mm dan tebal 0,75 mm), digunakan untuk rangka batang
utama (top chord dan bottom chord) dan rangka batang pengisi (web).
- C75.65 (tinggi profil 75 mm dan tebal 0,65 mm), digunakan untuk rangka batang
utama (top chord dan bottom chord) dan rangka batang pengisi (web).
2) Reng (batten)
Profil yang digunakan untuk reng adalah profil U terbalik.
- Reng 27.45 (tinggi profil 27 mm dan tebal 0,45 mm).
- Reng 27.50 (tinggi profil 27 mm dan tebal 0,50 mm).
- Reng 40.45 (tinggi profil 40 mm dan tebal 0,45 mm).
- Reng 40.50 (tinggi profil 40 mm dan tebal 0,50 mm).
3) Talang Jurai dalam
Jika pada desain bentuk atap terdapat pertemuan 2 bidang atap dengan
membentuk sudut tertentu, maka pada pertemuan sisi dalam harus menggunakan
talang untuk mengalirkan air hujan. Talang yang dimaksud
disini adalah talang jurai dalam dengan ketebalan 0,40 mm dan telah dibentuk
menjadi talang lembah.
4) Alat sambung (screw)
Alat penyambung antar elemen rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi dan
instalasi adalah baut menakik sendiri (self drilling screw) dengan spesifikasi sebagai
berikut :
a) Kelas ketahanan korosi minimum : Class 2
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

b) Ukuran baut untuk struktur rangka atap adalah type 12-14x20 dengan
ketentuan sebagai berikut :
– Diameter ulir : 5,5 mm
– Jumlah ulir perinch : 14 TPI
– Panjang : 20 mm
– Ukuran kepala baut : 5/16”
– Material : AISI 1022 Heat treated carbon steel
– Kuat geser rata-rata : 8,8 kN
– Kuat tarik minimum : 15,3 kN
– Kuat torsi minimum : 13,2 kNm
c) Ukuran baut untuk struktur reng adalah type 10-16x16, dengan ketentuan
berikut :
– Diameter ulir : 4,87 mm
– Jumlah ulir perinch : 16 TPI
– Panjang : 16 mm
– Ukuran kepala baut : 5/16”
– Material : AISI 1022 Heat treated carbon steel
– Kuat geser rata-rata : 6,8 kN
– Kuat tarik minimum : 11,9 kN
– Kuat torsi minimum : 8,4 kNm
– Pemasangan baut harus menggunakan alat bor listrik minimum 560 watt
– dengan kemampuan putaran alat minimal 2000 rpm.
5) Tumpuan ring balk
Konektor yang digunakan adalah dari material profil C75.65 atau C75.75 yang
dibentuk mengikuti kebutuhan. Konektor ini merupakan alat sambung antara rangka
utama dengan ring balok yang sudah diperhitungkan gaya hisapnya sesuai dengan
desain yang berlaku.
6) Ikatan angin/bracing
Untuk menjamin stabilitas dan kekuatan struktur rangka atap, antara rangkautama
atap dipasang pengaku (bracing) atau ikatan angina. Profil ikatan angina
menggunakan profil reng.Seluruh bahan baja ringan yang akan digunakan harus di
berikan contohnya terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan dari Pengawas /
Direksi, sebelum boleh didatangkan dilapangan pekerjaan.

❖ Persyaratan Pelaksanaan

1) Pra Pelaksanaan Konstruksi


a. kontraktor wajib melaksanakan pemaparan produk (penjelasan teknis dan software
desain) sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat (RKS) seperti yang telah dijelaskan
pada pasal-pasal diatas. Produk yang dipaparkan sesuai dengan surat dukungan dan
brosur yang dilampirkan pada dokumen tender.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

b. Pemaparan produk dilaksanakan dalam rapat koordinasi teknis lapangan sebelum


pelaksanaan pemasangan rangka atap baja ringan.
c. Kontraktor bersama pengawas lapangan harus mengadakan pengecekan balok ring
yang kemudian diajukan untuk mendapat persetujuan tertulis dati PPTK sebelum
pemasangan rangka atap baja ringan dilaksanakan.
d. Kontraktor wajib menyerahkan gambar kerja yang lengkap, detil dan akurat.
e. Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggungjawab terhadap semua ukuran-
ukuran yang tercantum dalam gambar kerja.
f. Setiap bagian yag tidak memenuhi persyaratan yang tertulis disini yang diakibatkan
oleh kurang teliti dan kelalaian kontraktor akan ditolak dan harus diganti kewajiban yang
sama, juga berlaku untuk ketidak cocokan kesalahan maupun kekurangan lain akibat
kontraktor tidak teliti dan cermat dalam koordinasi dengan gambar pelengkap dari
Arsitek, Struktur, Mekanikal, dan Elektrikal.
g. Perubahan bahan/detil karena alas an apapun harus diajukan ke Direksi Pengawas,
Konsultan Perencana, dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) untuk mendapat
persetujuan secara tertulis.
h. Kontraktor bertanggung jawab atas semua kesalahan detil, fabrikasi dan ketetapan
pemasangan semua komponen konstruksi baja ringan.
2) Pelaksanaan Konstruksi
a. Sebelum pemasangan, kontraktor harus menyerahkan hasil tes laboratorium bahan
rangka atap tersebut dari pihak perusahaan galvalume kepada Direksi
Pengawas/Direksi Pengawas untuk mendapat persetujuan dengan biaya ditanggung
oleh pihak kontraktor.
b. Perusahaan pabrikasi galvalume yang dipilih/ditunjuk harus memberikan garansi penuh
atas kekuatan material dan kekokohan serta dapat memberikan garansi minimal 10
tahun.
c. Pihak perusahaan galvalume harus menyediakan tenaga pemasangan/fabricator yang
terlatih serta tenaga supervise lapangan yang bertugas mengarahkan proses
pemasangan.Bentuk dan dimensi kuda kuda serta dimensi batang-batang dan plat
simpulnya harus dilaksanakan sesuai gambar rancangan pelaksanaan serta sesuai
dengan keadaan bentang kedudukannya di lapangan pekerjaan.
d. Untuk itu Kontraktor Pelaksana harus membuat "gambar-gambar pelaksanaan" lebih
dahulu. Pekerjaan kudakuda baja ini tidak diperkenankan dilaksanakan sebelum
"gambar pelaksanaan" disetujui Direksi.
e. Jarak antar kuda-kuda adalah ± 1,2 m atau sesuai rekomendasi desain.
f. Pembuatan kudakuda baja harus dilaksanakan di tempat yang datar dengan lantai kerja
yang keras. Bila dilaksanakan di luar lapangan pekerjaan, Kontraktor harus meminta ijin
secara tertulis kepada Direksi dan menunjukkan bengkel tempat dikerjakannya
konstruksi untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi sebelum pekerjaan ini
dilaksanakan.
g. Pemotongan harus dilaksanakan dengan mesin standard. Pelubangan harus
menggunakan bor. Tepian yang tajam akibat pemotongan maupun pemboran harus
ditumpulkan dengan gerenda.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

h. Pemasangan kudakuda hanya boleh dilaksanakan bila kolom-kolom dan balok beton
penumpunya telah berumur paling sedikit 14 (empat belas) hari dan baut-baut
pengikatnya telah terpasang dengan benar.
i. Pengangkatan kudakuda harus dilaksanakan secara hati-hati hingga tidak menimbulkan
puntiran-puntiran pada bidang kuda kuda.
j. Untuk itu sebelum diangkat batang-batang pejepit sebagai klem pengaku bidang
kudakuda harus dipasang lebih dahulu dan tidak boleh dilepas sebelum trek stang
dipasang serta konstruksi kudakuda telah benar-benar dalam keadaan diam.

5.12 PENUTUP ATAP DAN FASCIA ZINCALUME

❖ Lingkup Pekerjaan

a. Menyediakan tenaga kerja , bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu lainnya untuk
persiapan pelaksanakan pekerjaan dan selama berlangsungnya pekerjaan konstruksi
agar pekerjaan konstruksi menjadi berhasil yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan penutup atap ini meliputi penutup atap metal, roof insulation, penutup fascia
termasuk klip, sektup, baut, mur, ring/washer, flashing dan material lainnya sesuai
dengan yang ditunjukan dalam gambar atau sesuai petunjuk perencana.

❖ Persyaratan Bahan

a. Atap
Produk penutup atap metal menggunakan bahan plat baja zincalume bergelombang
dengan lapisan paduan zink dan aluminium plus lapisan warna (colorbond) bilamana
diminta dalam gambar ex. Benteng Mas Abadi/Jaindo/Kepuh atara setara yang disetujui
Direksi Pengawas. Ketebalan plat min. 0.40 mm tct dan warna yang dipakai akan
ditentukan kemudian.
b. Fascia
Produk lisplang/fascia menggunakan bahan plat baja gelombang dengan lapisan
paduan zink dan aluminium plus lapisan warna (colorbond) bilamana diminta dalam
gambar ex. Benteng Mas Abadi/Jaindo/Kepuh atara setara yang disetujui Direksi
Pengawas. Ketebalan plat min. 0.40 mm tct dan warna yang dipakai akan ditentukan
kemudian.
c. Flashing & Caping
Flashing dan capping harus sesuai dan cocok untuk atap atau fascia yang berkaitan
dan merupakan produk dari produsen atap atau fascia yang dipakai.
d. Skylight Fibreglass
Skylight fibreglass yang dipakai di buat dari bahan fibreglass dengan tingkat kecerahan
yang memadai. Profil sesuai dengan bentuk gelombang fascia metal yangdipakai.
Ketebalan Fibreglass 1- 2 mm. Kontraktor diwajibkan mengajukan contoh bahan untuk
itu.

❖ Syarat-Syarat Pelaksanaan

a. Persiapan
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

Sebelum pemasangan harap diperiksa kondisi site/lapangan. Semua rangka atap/fascia


harus dalam keadaan selesai pengecatan dan baik pemasangannya (rata permukaan,
kelurusan ataupun kesikuannya).
b. Pemasangan
1) Proses pemasangan harus mengikuti prosedur/petunjuk yang telah ditetapkan oleh
pihak produsen (manufacturer instruction).
2) Bahan penutup atap/fascia yang dipasang adalah yang terseleksi dengan baik,
bebas dari lubang-lubang, lurus tidak ada bagian yang bengkok atau melengkung
atau cacat-cata lainnya dan telah mendapat persetujuan dari perencana/direksi
lapangan.
3) Bahan atap dan fascia dipasang sedemikian rupa sehingga melekat dengan kuat
dan baik pada rangkannya.
4) Pemotongan unit-unit bahan dilakukan dengan baik dan rapih dengan alat
pemotong khusus yang memang digunakan untuk keperluan ini.
5) Setelah selesai terpasang, bidang permukaan sempurna kelandaiannya, tidak ada
bagian yang melendut ataupun mengembung.

5.13 PEKERJAAN DINDING ACP / ALUMINIUM COMPOSITE PANEL (EKSTERIOR)

❖ Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan yang dipergunakan
untuk melaksanakan pekerjaan pemasangan panel aluminium composite seperti yang
diajukan dalam ganbar rencana.
b. Pekerjaan ini dilaksanakan pada tempat-tempat seperti yang dianjurkan dalam gambar.
c. Pengendalian pekerjaan: Semua pekerjaan yang disebutkan dalam bab ini harus
dikerjakan sesuai dengan standart dan spesifikasi dari pabrik.
d. Kontraktor sebelum bekerja wajib mengajukan gambar gambar shop drawing untuk
disejui Pengawas/MK.

❖ Standar dan Persyaratan

a. Semua bahan yang disebutkan pada bab ini harus dikerjakan sesuai dengan standard
dan spesifikasi dari pabrik.
b. Bahan komposit harus dalam keadaan rata.
c. Bahan-bahan yang digunakan untuk harus memenuhi standar-standar antara lain :
- (AA) The Aluminium Association
- (ASTM) E84 American Standart for Testing Materials
- ISO9001 Quality Management System Certification
- AAMA Architectural Aluminium Manufactures Association
- DIN 4109 Isolasi udara
- DIN 52212 Penyerapan Sura
- DIN 53440 Pengurangan getaran
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

- DIN 17611/BS 1615 Proses anoda


- DIN 476 Panel Kerangka
- AS. 1530 Hasil Indikasif

❖ Persyaratan Bahan

a. Komponen
1) Bracket/angkur dari material besi finish galvanis/cat zinchromate atau material
aluminium ekstrussion.
2) Rangka vertikal dan horizontal dari material aluminium ekstrussion
3) Rangka tepi panel aluminium composite dan reinforoe dari material dari material
aluminium
b. ekstrussion.
Infil Dari aluminium ekstrussion finish powder coating warna ditentukan kemudian
sealant.
(i) Untuk pekerjaan luar, lihat Bab Sealant
(ii) Wrana akan ditentukan kemudian berdasarkan color chart dari pabrik
(iii) Lokasi sealant antar panel dengan komponen lain
c. Bahan - bahan
Bahan : Aluminium composite
(i) Tebal : 4mm terdiri dari 0,5mm Aluminium, 3mm Polyetlene dan 0,5mm
d. Aluminium.
(i) Length (mm) : 2440, 4880 or costum cut.
(ii) Width (mm) : 1220 or custom
(iii) Bending Strengh : 45-50kg/4mm
(iv) Heat Deformation : 200o C
(v) Sound Insulation : 24-39 Db
(vi) Finished : Flouracarbond factory firished/PVdF Coating
(vii) Warna : Lihat gambar
(viii) Merek : Seven, Aluclad, Alustar atau setara yang disetujui Direksi Pengawas.
(ix) Bahan composite harus dalam keadaan rata, warna akan ditentukan kemudian.
e. Contoh-contoh: Kontraktor diharuskan menyerahkan contoh-contoh bahan kepada
direksilapangan untuk mendapatkan persetujuan Pemberi Tugas.

❖ Syarat-Syarat Pelaksanaan

a. Sebelum bekerja kontraktor wajib membuat gambar-gambar kerja shop drawing yang
diajukan dan disetujui oleh Direksi Pengawas.
b. Pemasangan dilakukan oleh tenaga ahli yang khusus dalam pekerjaan ini
denganmenunjukkan surat keterangan referensi pekerjaan-pekerjaan yang pernah
dilakukan kepada direksi lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

c. Alumunium composite panel yang digunakan untuk seluruh proyek hanya berasal dari
satu brand yang telah disetujui oleh Direksi Pengawas.
d. Pelaksanaan pemasangan harus lengkap dengan peralatan bantu untuk mempermudah
serta mempercepat pemasangan dengan hasil pemasangan akurat, teliti dan tepat
pada posisinya.
e. Rangka-rangaka pemegang transom dan mullion harus dipersiapkan denagn teliti,
tegaklurus dan tepat pada posisinya.
f. Metode pemasangan antara lain :
g. Dijepit diantara bagian-bagian sungkup puncak ganda.
h. Panel-panel baki menggantung pada pin-pin dan dipasang dengansekrup.
i. Dindingpelapis yang dijadikan satu unit, sistem ikatan pinggir.
j. Frekuensi pembersihan dan perawatan serta pemilihan bahan pembersih yang cocok
sangatbergantung pada lokasi gedung dan kondisi permukaan. Pembersihan dapat
dilaksanakandengan air dan spons atau sikat lembut. Apa bila pengotoran lebih berat
bisa ditambahkan deterjen netral.
k. Untuk pengisi celah antar sambungan panel agar padat, di beri selang karet backing
rod ø ½ Inch sepanjang celah tadi.
l. Setelah pemasangan dilakukan penutupan celah antara panel dengan bahan caulking
dansealant hingga rapat dan tidak bocor sesuai dengan uraian bab sealant dalam
persyaratan ini.
m. Kontraktor harus melindungi pekerjaan yang telah selesai dari hal-hal yang dapat
menimbulkan kerusakan. Bila hal ini terjadi kontraktor harus memperbaiki tanpa biaya
tambahan.

❖ Jaminan Mutu

a. Hasil pemasangan pekerjaan aluminium composite panel harus merupakan hasil


pekerjaan yang rapi dan tidak bergelombang.
b. Seluruh sambungan permukaan yang di sealant terpasang rapi, tidak bergelombang
dan tidak melebihi lubang nat nya.
c. Kontraktor harus dapat menyertakan jaminan mutu selama 10 tahun terhadap sinar
matahari dan pabrik pembuatnya berupa serifikat jaminan.

5.14 PENYERAHAN PEKERJAAN DAN DOKUMEN SERAH TERIMA

1) Serah Terima Pertama Pekerjaan harus memenuhi syarat, disertai dokumen-dokumen


sebagai berikut yang telah disahkan oleh Konsultan, masing-masing sebanyak 5 (lima)
rangkap :
a) hasil baik testing,
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

b) hasil baik uji coba,


c) hasil baik commiissioning,
d) Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan.
2) Serah Terima Kedua Pekerjaan harus memenuhi syarat, disertai dokumen-dokumen
sebagai berikut yang telah disahkan oleh Konsultan, masing-masing 5 rangkap :
a) Berita acara telah menyelesaikan kekurangan pekerjaan selama masa
pemeliharaan.
b) Bukti penyerahan as built drawings semua pekerjaan kepada Pemberi Tugas.
c) Bukti penyerahan garansi asli kepada Pemberi Tugas disertai dengan foto
copynya.
d) Bukti penyerahan manual operasi dan manual perawatan kepada Pemberi
Tugas.
e) Bukti telah diadakan training kepada para operator yang disediakan oleh
Pemberi Tugas.
f) Berita Acara Serah Terima Kedua Pekerjaan.
3) Dokumen teknik dibawah ini diserahkan kepada Pemberi Tugas, setelah diperiksa
Konsultan terlebih dahulu :
a) As built drawings sebanyak 3 set gambar biru yang telah dijilid rapi dan satu set
gambar pada kertas transparan yang dapat direproduksi.
b) Manual operasi dan manual pemeliharaan sebanyak 3 set, dan paling sedikit
salah satunya harus asli.
c) Garansi peralatan dan Garansi pekerjaan.

PROVINSI SULAWESI SELATAN,……………………….2022


Disahkan Oleh :

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah XIX
Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat

Anda mungkin juga menyukai