Anda di halaman 1dari 45

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN ANALISIS DRAINASE BANDARA NABIRE

A. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan mencakupi pekerjaan persiapan, pekerjaan galian,
pekerjaan pasangan batu kali, pekerjaan spillway/bangunan pelimpah,
pekerjaan timbunan tanggul, pekerjaan gorong-gorong dan pekerjaan
rumah pompa dan pompa.

B. STANDAR/SPESIFIKASI TEKNIS UMUM PEMBANGUNAN


1. Tenaga Kerja Dan Peralatan
a) Tenaga kerja yang dilibatkan dalam pelaksanaan harus harus
memakai tenaga yang sesuai dengan tingkat keahlian,
pengalaman, serta tidak melanggar ketentuan-ketentuan
perubahan yang berlaku di Indonesia.
b) Kontraktor harus mengunakan tenaga yang ahli dalam
bidang pelaksanaan (Skill Labour), baik tenaga pelaksana,
mandor maupun tukang.
c) Semua tenaga kerja dipimpin oleh seorang Manejer lapangan
atau Pelaksana sebagai Wakil Kontraktor di lapangan.
d) Tenaga kerja pelaksana dari sub kontraktor harus
dipilih yang sudah berpengalaman dan mampu menangani
pekerjaan yang disub-kontraktorkan.
e) Hubungan kontraktor dengan sub-kontraktor dalam
menyangkut keseluruhan pekerjaan, dan menjadi tanggung
jawab kontraktor.
f) Klasifikasi Site Manager adalah sebagai berikut:
Sarjana Teknik Sipil/Teknik Arsitektur dengan pangalaman kerja
pada bidang yang sesuai dengan dokumen lelang.
g) Alat-alat untuk melaksanakan pekerjaan harus disesuaikan oleh
kontraktor dalam keadaan baik dan siapa pakai dalam jumlah
mencukupi.
h) Harus disiapakan tenaga operator yang mampu untuk
mengoperasikan dan memperbaiki peralatan mekanik/mesin
sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan benar.
2. Pemakaian Merk Dagang
a) Apabila dalam rencana kerja dan syarat-syarat hanya
disebutkan satu merk bahan, bukan berarti hanya dapat
dipakai merk tersebut, melainkan dapat dipakai merk lain
dengan standar mutu dan ciri-ciri fisik yang sama dan mendapat
persetujuan Direksi.
b) Kontraktor dapat mengusulkan perubahan pemakaian merk
dengan cara tertulis apabila merk dagang tersebut tidak
tersedia dipasaran, dengan melampirkan bukti tertulis dari
distributor yang menyatakan bahwa barang/bahan tersebut
tidak tersedia dipasaran.
c) Kontraktor harus dapat membuktikan kesetaraan kualitas dan
ciri-ciri fisik yang dituntut pada rencana kerja dan syarat-syarat,
dan untuk mempergunakannya harus ada persetujuan tertulis
dari Konsultan Pengawas dan/atau Pengelola
Kegiatan/Penanggung Jawab Kegiatan.

3. Prosedur Pengadaan Bahan Bangunan


a) Secepatnya kontraktor melalui Menager Lapangan/Pelaksana
mengajukan contoh bahan yang akan didatangkan sesuai
dengan spesifikasi dalam rencana kerja dan syarat-syarat, pada
saat rapat lapangan pertama kali.
b) Contoh bahan yang telah disetujui harus dipasang di dalam
direksi keet sebagai pedoman mutu bahan.
c) Apabila tanpa ada contoh pengajuan contohnya bersamaan
dengan datangnya bahan tersebut, maka pengawas
lapangan/direksi berhak menolak dan memberi perintah untuk
mengeluarkan bahan tersebut dari lokasi pekerjaan.

4. Pemeriksaan Bahan Bangunan


a) Secara umum konsultan pengawas/direksi berhak memeriksa
semua jenis bahan bangunan yang dipergunakan kontraktor
dan menolaknya apabila nyata-nyata tidak memenuhi
persyaratan untuk itu.
b) Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh kontraktor di
lapangan tetapi oleh konsultan pengawas/direksi ditolak untuk
dipergunakan, harus segera dikeluarkan dari lapangan
selambat-lambatnya dalam waktu 2x24 jam terhitung sejak jam
penolakan tersebut.
c) Apabila konsultan pengawas/direksi merasa perlu memeriksa
bahan bangunan yang diragukan spesifikasinya, maka konsultan
pengawas berhak mengirimkannya kepada balai penelitian
bahan-bahan bangunan atau lembaga lain yang ditetapkan
bersama pengelola kegiatan untuk diteliti.
d) Semua biaya untuk hal tersebut diatas menjadi tanggungan
kontraktor, apapun hasil dari penelitian tersebut.
e) Konsultan pengawas/direksi berwenang meminta keterangan
mengenai asal bahan dan kontraktor harus
memberitahukannya.

5. Mutu Bahan Bangunan


a) Disarankan kepada kontraktor sebelum melaksanakan
pekerjaan secara massal dapat meminta secara persetujuan
hasil pekerjaan kepada pengawas lapangan/direksi.
b) Agar tidak terjadi bongkar/pasang pekerjaan, apabila terdapat
gambar yang tak jelas, maka kontraktor diwajibkan
menanyakan kepada pengawas lapangan/direksi untuk
menyamakan persepsi, atau apabila perlu dapat meminta
konsultan perencana untuk menjelaskan agar didapat jawaban
yang pasti tentang perencanaanya.
c) Bagian pekerjaan yang telah mulai tetapi masih digunakan
bahan-bahan yang ditolak olek konsultan pengawas/direksi atau
tanpa ijin harus segera dihentikan dan selanjutnya pekerjaan
tersebut harus dibongkar.

6. Peraturan Teknis
6.1. Umum
Pedoman pelaksanaan yang diatur oleh peraturan
pembangunan yang syah yang berlaku di Indonesia sepanjang
tidak ditetapkan lain dalam rencana kerja dan syarat-syarat
yang harus ditaat selama pelaksanaan, yaitu:
a. SNI 03-3424-1994 tentang Tatacara perencanaan
drainase permukaan jalan.
b. Peraturan beton SNI 03-2847 2002.
c. SNI 03-6862-2002 tentang Spesifikasi peralatan
pemasangan dinding bata dan plesteran.
d. Mutu Kayu Bangunan SNI 03-3527-1964.
e. Pedoman perencanaan penanggulangan longsoran SNI 03-
1962-1990.
f. Keputusan Badan Agretase Nasional Indonesia (BANI).
g. Peraturan-Peraturan lain yang dikeluarkan oleh Pemerintah
daerah setempat yang berkaitan dengan permasalahan
bangunan.

6.2. Khusus
Untuk melaksanakan pekerjaan seperti yang tersebut dalam
lingkup pekerjaan, maka berlaku dan mengikat.
a) SK Penanggung Jawab Kegiatan Tentang Penunjukan
Kontraktor (Gunning).
b) Surat Kesanggupan Kerja.
c) Surat Perintah Kerja.
d) Surat Penawaran Serta Lampiran-lampirannya.
e) Gambar Bestek.
f) RKS beserta lampiran-lampirannya.
g) Kontrak Pelaksanaan dan Adendumnya (bila ada).
h) Shop drawing yang diajukan oleh kontraktor yang
disetujui konsultan pengawas dan/atau pengelola teknis
kegiatan untuk dilaksanakan.

i) Time Schedule yang diajukan oleh kontraktor yang


disetujui konsultan pengawas dan pengelola kegiatan/
penanggung jawab kegiatan.
6.3. Penjelasan Gambar
a) Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan
gambar detail maka yang harus diikuti adalah gambar
detail.
b) Bila terdapat skala gambar dan ukuran yang tertulis dalam
gambar berbeda, maka ukuran dalam gambar yang
berlaku.
c) Bila rekanan meragukan tentang perbedaan antar gambar
yang ada, baik konstruksi maupun ukurannya, maka
rekanan berkewajiban untuk menanyakan kepada
konsultan pengawas secara tertulis.
d) Dalam hal terjadi penyimpangan detail antara gambar
bestek dan keadaan dilapangan, kontraktor dapat
mengajukan gambar kerja (shopdrawing) yang sesuai
dengan kondisi dilapangan dan mempergunakannya
dalam pelaksanaan dengan persetujuan tertulis konsultan
pengawas.
e) Di dalam semua hal, bila terjadi pengambilan ukuran
yang salah adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab
kontraktor.
f) Apabila dalam gambar disebutkan lingkup pekerjaan atau
ukuran, sedangkan dalam rencana kerja dan syarat-syarat
tidak disebutkan, maka gambar yang harus dilaksanakan.

6.4. Penjelasan Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat


a) Pada rencana kerja dan syarat-syarat tentang syarat-
syarat teknis, termuat lingkup pekerjaan, spesifikasi bahan
yang digunakan dalam syarat-syarat pelaksanaannya.
b) Apabila dalam gambar tidak tercantum lingkup pekerjaan,
ukuran dan jumlah, sedangkan dalam rencana kerja dan
syarat-syarat pada lingkup pekerjaan tercantum, maka
kontraktor terikat untuk melaksanakannya.

7. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan meliputi:
a) Pekerjaan Persiapan
b) Pekerjaan Galian
c) Pekerjaan Pasangan Batu Kali
d) Pekerjaan Spillway/Bangunan Pelimpah
e) Pekerjaan Timbunan Tanggul
f) Pekerjaan Rumah Pompa dan Pompa

7.1. Pekerjaan Persiapan


7.1.1. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus
mengadakan persiapan ijin dan melakukan koordinasi
dengan pihak pengelola kegiatan/penanggung jawab
kegiatan dan konsultan pengawas.
7.1.2. Pekerjaan persiapan meliputi sebagai berikut:
1. Mengadakan pengamanan lokasi kegiatan dari
segala gangguan.
2. Mengadakan komunikasi dengan instansi yang
terkait dalam rencana pembangunan ini.
3. Mengadakan atau membuat direksi keet, papan
nama kegiatan, gudang penyimpanan bahan dan
bangsal kerja.
4. Menyediakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin
pembantu.
5. Melaksanakan pengukuran guna menentukan duga
lapangan dan ukuran-ukuran lainnya yang
berhubungan dengan pekerjaan pembangunan ini,
serta memasang papan bowplank.
6. Menyediakan kotak P3K dan perlengkapannya yang
ditempatkan didalam direksi keet.
7. Membuat/mempersiapkan jalan masuk dan akses
ke lokasi proyek.

8. Melaksanakan pembersihan akhir setelah pekerjaan


selesai dilaksanakan.
7.1.3. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus membuat
photo dari 4 sisi pengambilan pada kondisi fisik lahan
calon lokasi pekerjaan.
7.1.4. Apabila kontraktor akan mendirikan bangunan sementara
(direksi keet dan gudang) maupun tempat penimbunan
bahan, maka kontraktor harus merundingkan terlebih
dahulu kepada pengelola kegiatan/penanggung jawab
kegiatan tentang penggunaan halaman.
7.1.5. Semua biaya untuk prasarana, fasilitas untuk memasuki
daerah pekerjaan, serta akomodasi tambahan diluar
daerah/areal kerja menjadi tanggung jawab kontraktor.
7.1.6. Apabila terjadi kerusakan pada jalan komplek, saluran air
atau bangunan lainnya yang disebabkan adanya
pembangunan ini, kontraktor berkewajiban memperbaiki
kembali selambat-lambatnya dalam masa pemeliharaan
pekerjaan.

7.2. Pekerjaan Galian


7.2.1. Lingkup Pekerjaan
a) Pekerjaan salian saluran
b) Pekerjaan galian tanah pada kolam
c) Pekerjaan urugan tanah kembali kolam
d) Lantai kerja talud
e) Galian pondasi kolam tampungan sampah
f) Pekerjaan timbunan tanah rumah pompa
7.2.2. Syarat Pelaksanaan
a) Penggalian tanah untuk pasangan dilakukan
setelah pengukuran sesuai dengan gambar bestek
b) Kedalaman galian tanah disesuaikan dengan
ukuran yang ada pada gambar bestek
c) Sebelum batu kali dipasang terlebih dahulu
dipancang cerucuk galam sesuai dengan gambar
kerja.
d) Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan maka
galian tanah tersebut harus diurug kembali dan
diratakan dengan permukaan tanah semula.

7.3. Pekerjaan Pasangan Batu Kali


7.3.1. Lingkup Pekerjaan
a) Pasangan Batu Kali Saluran
b) Pasangan Batu Kali Talud Kolam
c) Pemasangan pipa drainase talud
d) Plesteran atas talud
e) Siaran talud kolam
f) Pemasangan pasir pasang pondasi
g) Batu kosong pondasi kolam tampungan sampah
h) Pondasi batu kali
i) Urugan tanah kembali pondasi
7.3.2. Syarat Pelaksanaan
a) Semua pekerjaan pondasi baru boleh dikerjakan
apabila galian tanah telah diperiksa ukuran dan
kedalamannya dan disetujui Konsultan Manajemen
Konstruksi.
b) Bila pada lubang-lubang galian terdapat banyak air
tergenang karena air tanah dan air hujan, maka
sebelum pasangan dimulai terlebih dahulu air harus
dipompa dan dibuang di daerah lain yang tidak
mengganggu pekerjaan dan dasar lubang
dikeringkan.
c) Jika pemasangan pondasi terpaksa dihentikan, maka
ujung penghentian pondasi harus bergigi agar
penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang kokoh
dan sempurna.
d) Di dalam pondasi sama sekali tidak boleh terdapat
rongga-rongga udara/celah-celah.

7.4. Pekerjaan Spillway/Bangunan Pelimpah


7.4.1. Lingkup Pekerjaan
a) Pekerjaan beton K225
b) Pemasangan besi penyaring sampah
c) Pengecatan besi penyaring sampah
d) Pemasangan bekisting beton
e) Pembesian tulangan tembok beton
7.4.2. Bahan-bahan
1. Potland Cement (PC)
a) Semen yang dipergunakan sebagai bahan beton
adalah Portland Cement (PC) Tipe I.
b) Satu komponen beton tidak boleh dikerjakan
dengan menggunakan lebih dari satu merek
semen.
2. Agregat Halus (Pasir)
a) Pasir beton harus bermutu baik, berbutir
tajam dan keras tidak mengandung bahan
organis dan sejenisnya.
b) Agregat halus harus bersih dan tidak
boleh mengandung lumpur lebih dari 5%
(terhadap berat kering) serta memenuhi gradasi
yang baik.
3. Agregat Kasar (Kerikil)
a) Agregat kasar berupa kerikil/batu pecah mesin
atau pecah tangan.
b) Agregat kasar yang dipakai adalah batu
berukuran 1/2-2/3 cm dan mempunyai gradasi
heterogin, kekerasan yang cukup, tajam, keras
dan tidak berpori.
c) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat
yang dapat merusak beton.
d) Agregat kasar tidak boleh kotor dan kandungan
lumpur maksimum 1% (terhadap berat kering).
Bila kandungan lumpur melebihi batas
maksimum, maka harus dicuci terlebih dahulu
sebelum dipergunakan.
4. Air
Air yang dipakai untuk pembuatan dan perawatan
beton harus air tawar dan bersih, bebas dari zat-zat
kimia yang bisa merusak beton/baja tulangan.
5. Besi Tulangan
Besi tulangan yang dipakai adalah baja polos
dengan mutu baja fy = 240 Mpa (U-24) dengan
tegangan leleh 2.400 kg/cm2 yakni dengan
penggambaran diberi notasi (baca: Diameter).
Besi tulangan harus bersih dari karat, lapisan minyak
dan bahan lainnya yang dapat mengurangi daya
lekat beton
6. Batu Kali/ Batu Belah
Batu harus bersih dari bahan yang merugikan, yang
dapat mengurangi kelekatan dengan adukan.
Sebelum pemasangan, batu harus dibasahi seluruh
permukaannya dan diberikan waktu yang cukup
untuk proses penyerapan air sampai jenuh.
7. Cetakan Beton (Bekisting)
Bahan bekisting dipakai kayu terentang/kelas II-III
(Meranti) yang cukup kering dan keras serta untuk
menggunakannya harus mendapatkan persetujuan
Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas.

7.4.3. Syarat Pelaksanaan


1. Bekisting
a) Pemasangan bekisting harus rapi, cukup kuat dan
kaku untuk menahan getaran dan kejutan gaya
yang diterima tanpa berubah bentuk.
b) Kerapian dan ketelitian pemasangan bekisting
harus diperhatikan agar setelah bekisting
dibongkar memberikan bidang-bidang yang rata.
c) Celah-celah antara papan harus rapat agar pada
waktu pengecoran air tidak merembes keluar.
d) Sebelum pengecoran, bagian dalam bekisting
harus bersih dari kotor.
2. Penulangan
a) Sebelum pengecoran rangkaian tulangan harus
sudah dilengkapi dengan beton decking, yang
jumlah, penempatan, mutunya harus disetujui
Direksi.
b) Perlakuan pelaksanaan tulangan (Penyambungan,
Pembengkokan, pemasangan tulangan lewatan
dan lain-lain) harus memenuhi SNI-1991.
c) Penyetelan dan pemasangan besi tulangan.
d) Semua tulangan harus dipasang pada posisi yang
tepat hingga tidak dapat berubah dan bergeser
pada waktu adukan digetarkan atau dipukul-pukul
dengan palu/ cetok. Penyetelan besi tulangan
harus diperhitungkan dengan tebal selimut beton
terhadap ukuran yang ditentukan.
3. Pengecoran beton
a) Sebelum pengecoran dilaksanakan, bekisting haru
dicek terhadap kelurusan, baik arah vertikal
maupun horisontal.
b) Untuk memadatkan spesi beton waktu
pengecoran menggunakan pukulan palu/cetok
pada begisting atau dirojok/ditusuk dengan besi.
c) Pengadukan harus rata dan sama kentalnya
setiap kali membuat adukan, untuk bagian yang
mengeras tidak boleh dipakai.
d) Pembongkaran bekisting baru diperbolehkan
setelah beton mengalami periode pengerasan
sesuai dengan SNI 03-2847-2002/seijin Direksi
Teknik.
e) Pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketentuan
ini, harus dibongkar dan diperbaiki atas biaya
pemborong.
f) Sebelum pengecoran dilakukan, sisi dalam papan
bekisting harus bebas dari segala macam
kotoran dan harus tersiram dengan air sampai
merata.
g) Adukan beton sloof, dan jembatan dengan
campuran K-225.
h) Adukan beton rabat dengan Camp K100.
4. Perawatan Beton
a) Semua pekerjaan beton harus dirawat secara
baik dengan cara yang disetujui Direksi.
b) Segera setelah beton dicor, maka permukaan
yang tidak tertutup oleh cetakan harus dijaga
terhadap kelembabannya dengan cara ditutup
dengan bahan pelindung dan terhindar dari panas
dan hujan.
5. Pengujian Beton
a) Secara umum, semua pengujian beton harus
sesuai dengan peraturan SNI 03-2847-2002.
b) Pengujian beton harus dibuat pada masing-
masing jenis pekerjaan pada setiap 5 m3
pengecoran beton kecuali ditentukan lain oleh
Direksi.
c) Untuk satu pengujian beton dibutuhkan empat
buah benda uji silinder.
d) Hasil pengujian merupakan rata-rata dan harus
sama dengan atau lebih besar dari kekuatan
karakteristik f'c = 19,3 MPa (untuk beton K-
225.
e) Bila diperlukan dapat ditambahkan dengan satu
benda uji lagi yang ditinggalkan dilapangan,
dibiarkan mengalami proses perawatan yang
sama dengan keadaan sebenarnya.
6. Pemasangan Lapisan Batu Kali/ Batu Belah
a) Suatu landasan dari adukan semen minimal
setebal 3 cm harus dipasang pada formasi yang
telah disiapkan. Landasan adukan ini harus
dikerjakan sedikit demi sedikit sedemikian rupa
sehingga permukaan batu akan tertanam pada
adukan sebelum mengeras.
b) Batu harus ditanam dengan kuat diatas landasan
adukan semen sedemikian rupa sehingga satu
batu berdekatan dengan lainnya sampai
mendapatkan tebal pelapisan yang diperlukan
dimana tebal ini akan diukur tegak lurus
terhadap lereng. Rongga yang terdapat
diantara satu batu dengan lainnya harus diisi
adukan dan adukan ini harus dikerjakan sampai
hampir sama rata dengan permukaan lapisan
tetapi tidak sampai menutupi permukaan lapisan.
c) Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng menuju
ke atas, dan permukaan harus segera
diselesaikan setelah pengerasan awal (initial
setting) dari adukan dengan cara menyapunya
dengan sapu yang kaku.
d) Permukaan yang telah selesai dikerjakan harus
dirawat seperti yang disyaratkan untuk Pekerjaan
Beton diatas.
e) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan
harus dipangkas dan dirapikan untuk memperoleh
bidang antar muka yang rapat dan rata dengan
pasangan batu dan mortar sehingga akan
memberikan drainase yang lancer dan mencegah
gerusan pada tepi pekerjaan pasangan batu
dengan mortar dan tidak menimbulkan
sedimentasi pada dasar saluran.

7.5. Pekerjaan Timbunan Tanggul


Penyedia Jasa akan mengerjakan beberapa macam material
timbunan dan penutupan kembali di lokasi yang ditunjukkan
oleh gambar atau ditempat lain seperti arahan Direksi.
Kualitas dari material harus mendapatkan ijin dari Direksi dan
tidak termasuk bahan organik atau bahan lain yang tidak
diijinkan.

Penyedia Jasa harus semaksimal mungkin menggunakan


material hasil galian sebagai bahan untuk timbunan sejauh
secara kualitas memenuhi syarat.

Tidak diizinkan adanya semak, akar, rumput atau material


tidak memenuhi syarat lain yang akan dipakai sebagai
bahan timbunan. Kelayakan dari setiap bagian pondasi
untuk penempatan material timbunan dan semua material
yang digunakan dalam konstruksi timbunan adalah sesuai
dengan spesifikasi teknik.

Penyedia Jasa harus melaksanakan test uji timbunan (trial


embankment) untuk menentukan efektifitas dari beberapa
metode pemadatan dari material yang tersedia untuk
pekerjaan timbunan. Sasaran hasil dari uji test timbunan
adalah untuk mengkonfirmasi efektifitas dari metode
pemadatan yang berkaitan dengan jenis dan ukuran dari
alat pemadat, jumlah lintasan untuk ketebalan lapisan yang
disyaratkan, efek getaran terhadap kadar air dan aspek lain
dari pemadatan. Pekerjaan ini termasuk penempatan/
penghamparan dari material dari borrow area, galian dan
stockpile dengan perbedaan kadar air dan dalam lajur terpisah
untuk pemadatan dengan peralatan pemadat, kecepatan,
frekuensi dan jumlah lintasan yang berbeda. Hasil percobaan
ini tidak membebaskan Penyedia Jasa dalam segala hal
kewajibannya untuk mendapatkan batas pemadatan sebagai
yang ditentukan dalam kontrak

Apabila ditemukan/dijumpai tanah yang berbeda pada waktu


pelaksanaan dikemudian hari, maka percobaan-percobaan
lebih lanjut harus dilaksanakan terlebih dahulu. Bila hasil
percobaan pemadatan tanah dilaksanakan untuk tanggul
pada bangunan yang permanen, percobaan tersebut akan
dianggap sebagai suatu bagian pekerjaan dalam penyelesaian
pekerjaan tersebut, dan apabila pekerjaan tersebut gagal dan
tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan
Direksi, maka Penyedia Jasa harus membongkar kembali
pekerjaan permanen yang didasarkan pada percobaan yang
gagal tersebut atas biaya Penyedia Jasa tidak ada
pembayaran terpisah atas percobaan tanah yang
dilaksanakan di tempat lain.

Penyedia Jasa akan memberikan informasi kepada Direksi


paling tidak 30 (tiga puluh) hari sebelum pelaksanaan test uji
timbunan (trial embankment).

Jenis test yang harus dilaksanakan untuk uji timbunan (trial


embankment) adalah sebagai berikut:

Kepadatan Lapangan (field density)


Permeability lapangan (field permeability)
Berat Jenis (specific gravity)
Kadar Air (water content)
Konsistensi (Consistency/Atterberg Limit)
Gradasi (gradation) Lapangan dan Laboratorium
Kepadatan Laboratorium (proctor compaction)
Tidak ada pembayaran terpisah yang akan dibuat untuk test
uji timbunan (trial embankment). Semua biaya untuk
pelaksanaan test uji timbunan sudah termasuk uji
pemadatan, penghamparan, dan berikut pembongkaran
material serta berkaitan dengan pengujian, pengambilan
contoh uji (sample) adalah sudah termasuk dalam harga
satuan yang dapat diterapkan untuk pekerjaan timbunan
dalam BoQ.
A. Jenis Pekerjaan Timbunan
Sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi di lapangan maka
kegiatan timbunan tanah yang akan diberlakukan dalam
pekerjaan ini terdiri dari:
Timbunan tanah kembali dari galian
Timbunan tanah dengan material dari borrow area
Timbunan lolos air.

1) Timbunan tanah kembali dari hasil galian.


Yang dimaksud dengan pekerjaan timbunan tanah
kembali dari hasil galian adalah kegiatan penimbunan
baik untuk tanggul maupun untuk di belakang bangunan
dengan mempergunakan bahan timbunan dari hasil galian
yang secara spesifikasi teknis bahan tersebut dapat
dipertangung jawabkan.

Penimbunan dan pemadatan tanah isian di bangunan


boleh dilakukan setelah umur bangunan sudah dinilai
cukup oleh Direksi. Pelaksanaan harus dilakukan secara
hati-hati dengan menggunakan alat yang diijinkan oleh
Direksi. Penimbunan dilaksanakan secara lapis perlapis
dengan ketebalan hamper sesuai dengan spesifikasi alat
yang digunakan. Bila tidak ada instruksi lain dari Direksi
maka Penyedia Jasa wajib menggunakan tanah hasil
galian untuk penimbunan tanah isian. Bila material tanah
hasil galian bangunan tidak cukup maka Kotraktor
dibolehkan menggunakan material timbunan dari luar
(borrow area) atas ijin Direksi.

2) Timbunan tanah dengan material dari borrow area


Yang dimaksud dengan pekerjaan timbunan tanah
dengan material dari borrow area adalah kegiatan
penimbunan baik untuk tanggul maupun untuk di
belakang bangunan dengan mempergunakan bahan
timbunan dari galian pada suatu lokasi borrow dengan
jenis dan kualitas tanah yang tertentu dan Penyedia Jasa
mengeluarkan biaya untuk pengadaan material tanah
timbunan tersebut.

Sumber dari material borrow untuk setiap timbunan


harus sesuai dengan borrow area yang telah disetujui
oleh Direksi. Semua bagian dari timbunan akan dihitung
dan dibayar terhadap material terpasang dalam lokasi
timbunan dengan dasar setelah pekerjaan pemadatan.

3) Timbunan Lolos Air


Timbunan kembali lolos air harus ditempatkan
berdasarkan garis, ketinggian dan ukuran seperti
ditunjukkan dalam gambar atau seperti arahan Direksi.

Material harus ditangani dan diletakkan sedemikian rupa


untuk menghindari segregasi. Metode dari pelaksanaan
timbunan kembali lolos air harus diusulkan dan
mendapat persetujuan dari Direksi.

Timbunan kembali lolos air harus ditimbun secara


lapis horisontal dengan ketebalan tidak lebih dari 50
(lima puluh) cm sentimeter sebelum dipadatkan dan
dipadatkan secara menyeluruh dengan alat pemadat
kapasitas 10 ton (vibratory roller) atau berdasarkan
kepadatan dari uji timbunan yang telah mendapatkan
persetujuan dari Direksi.

Material filter dapat diperoleh dari sungai setempat, galian


pondasi bendung/bangunan air atau lokasi yang telah
disetujui Direksi. Material filter harus terdiri dari material
yang layak, awet, pasir dan kerikil bergradasi baik
dengan ukuran partikel kurang dari 8 (delapan)
sentimeter. Juga material tidak boleh mengandung fraksi
lolos saringan no.4 dalam jumlah lebih dari 50%
(limapuluh persen) begitu juga lolos saringan no. 200
tidak lebih atau kurang dari 10 % (sepuluh persen).

B. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam
pedoman penyusunan spesifikasi teknis pekerjaan tanah
harus memuat:
1) Pekerjaan Persiapan
Dari gambar rencana (dokumen kontrak), maka dapat
diketahui volume dan lokasi galian, serta volume dan
lokasi timbunan.
a) Penetapan Disposal area:
Dilakukan survey awal untuk mencari daerah-daerah
tempat pembuangan hasil galian yang tidak dapat
dipakai sebagai material timbunan.
Dari beberapa alternatif yang ada, pilih dan tetapkan
daerah-daerah pembuangan yang menguntungkan
ditinjau dari segi biaya dan waktu. Dalam banyak hal
daerah yang terdekat biasanya menjadi pilihan yang
baik.
Ukur jarak tempat pembuangan (Disposal Area) dari
tempat galian. Untuk dapat menghitung jumlah
dump truck yang diperlukan (ingat cara
menghitung kebutuhan Dump Truck didasarkan atas
volume lepas) dan menghitung biaya angkutan.
b) Penetapan Quarry Tanah Timbunan
Bila diperlukan quarry tanah, maka perlu survey awal
untuk mencari daerah-daerah yang tanahnya dapat
diambil dan memenuhi syarat untuk material
timbunan.
Dari beberapa alternatif yang ada, pilih dan tetapkan
daerah yang menguntungkan dengan pertimbangan
biaya, waktu dan mutu tanahnya. Usahakan letaknya
searah dengan disposal area (atau sebaliknya)
sehingga dump truck yang balik dalam keadaan
kosong dapat dimanfaatkan.
Ambil sampel tanahnya, untuk dapat dihitung berat
volume kering maksimumnya dilaboratorium, untuk
dipergunakan sebagai standar pengukuran kepadatan
dalam pelaksanaan. Karena standar hanya berlaku
untuk jenis tanah yang sama, maka harus diberi
tanda supaya tidak tertukar dengan yang lain.
Agar pengambilan tanah dapat berjalan secara efektif,
maka jalan kerja jalan kerja menuju quarry dan
disposal area, perlu dapat perhatian yang serius serta
dilengkapi dengan drainase lingkungan.
c) Penetapan Base Camp
Tetapkan letak base camp, sedekat mungkin dengan
lokasi pekerjaan. Hendaknya diperhatikan juga
lingkungan sosial yang ada.
d) Dokumentasi
Perlu dibuat dokumentasi untuk daerah quarry,
disposal area, jalan kerja dan kondisi sepanjang
saluran.

C. PEMBERSIHAN MEDAN
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan tanah,
pembersihan lokasi pekerjaan dari semua tumbuhan
harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa setelah mendapat
persetujuan dari Direksi.
Pembersihan terdiri dari penebangan pohon-pohon
perdu, semak belukar dan pembabatan rumput liar
yang tumbuh sepanjang dasar saluran, talud luar dan
dalam, serta di atas tanggul saluran, sehingga profil
saluran terlihat rapih kembali seperti sebelumnya.
Sampah yang berasal dari pembersihan harus diatur
dan disebar disekitar lokasi yang dijamin tidak akan
mengganggu kegiatan pertanian. Pengaturan dari
semua sampah tersebut harus sesuai petunjuk
Direksi. Kemudian Penyedia Jasa harus membongkar
akar-akar, mengisi lubang-lubangnya dengan
tanah dan dipadatkan kemudian membuang dari
tempat pekerjaan semula bahan-bahan hasil
pembersihan lapangan.
Untuk semua pohon dan semak-semak yang tidak
harus dibersihkan/tidak harus ditebang dan tetap
berada di tempatnya, maka Penyedia Jasa harus
melindunginya dari kerusakan.
Semua bahan yang akan dibakar harus ditumpuk
dengan rapi dan apabila keadaan mengijinkan harus
dibakar sampai habis. Penumpukan untuk
pembakaran harus dikerjakan dengan cara dan pada
tempat-tempat tertentu agar tidak menimbulkan
resiko terhadap bahaya kebakaran. Semua
pembakaran harus sesempurna mungkin sehingga
bahan yang dibakar akan menjadi abu. Penyedia Jasa
setiap saat harus mengambil langkah-langkah
pencegahan secara khusus untuk mencegah
penyebaran api dan harus mempunyai peralatan
sesuai untuk digunakan dalam pencegahan dan
pemadaman.
Pembersihan lokasi pekerjaan termasuk penebangan
pohon dan semak belukar, dimana lokasi tersebut
akan dipakai untuk bangunan-bangunan permanen,
jalan masuk, tanggul-tanggul dan saluran-saluran.
Sedangkan bidang lain yang diperlukan untuk
menunjang pekerjaan tidak diperhitungkan dalam
pembayaran. Luas areal yang akan dibayar untuk
pekerjaan ini adalah dihitung berdasarkan luasan
seperti dalam tabel berikut:
Diameter Batang Luas Area
No
(cm) (konversi) m2
1 10 15 4
2 15 20 9
3 20 25 16
4 > 25 25

D. PELAKSANAAN PENIMBUNAN
Permukaan tanah pada lokasi rencana pembuatan
tanggul harus dibersihkan dan dikupas atau digali
hingga mencapai kedalaman yang ditunjukan dalam
gambar.
Permukaan tanah yang telah dikupas atau digali
tersebut, sebelum pekerjaan timbunan untuk tanggul
saluran maupun tanggul banjir harus dibuat alur-alur
terbuka sedalam 20.00 cm dengan jarak antara alur
lebih kurang 1.00 meter.
Sebelum mulai menimbun, permukaan tanahnya
digaruk sampai kedalaman yang lebih besar dari retak-
retak tanah yang ada dan paling tidak sampai
kedalaman 0.15 m, dan kadar air tanah yang digaruk
harus dijaga, baik secara pengeringan alami atau
pembasahan dengan alat semprot.
Kalau pelaksanaan pemadatan terhenti, permukaan dari
timbunan harus digaruk kembali dan kadar airnya
diperiksa kembali sebelum pekerjaan timbunan atau
pemadatan dilanjutkan.
Sebelum pekerjaan penimbunan dilakukan, semua
lubang-lubang dan bekas-bekas yang terjadi pada
permukaan tanah, harus diratakan.
Untuk semua pekerjaan tanggul harus dibangun hingga
mencapai garis elevasi yang ditunjukan pada gambar
atau yang ditentukan oleh Direksi. Tanah timbunan
untuk tanggul harus bersih dari tunggul-tunggul pohon,
akar, rumput, humus-humus dan unsur lain yang bisa
membusuk.
Penyedia Jasa harus memperhitungkan tambahan
pengisian pemadatan sendiri, dan penurunan dari
tanggul, baik disebutkan atau tidak, maka tinggi, lebar
dan ukuran yang ditunjuk dalam gambar-gambar, harus
dilebihkan (freeboard), sehingga setelah penurunan
selesai dan tanggul dirapihkan maka akan tercapai
dimensi/ukuran sesuai dengan gambar.
Secara berurutan material harus ditempatkan agar
supaya menghasilkan distribusi material yang baik
sesuai dengan yang disetujui oleh Direksi dan
dimana diperlukan untuk mencapai tujuan ini Direksi
akan menunjuk lokasi di area timbunan dimana
material akan ditempatkan.
Penimbunan harus dilakukan lapis perlapis dengan
ketebalan maksimum hamparan material sebelum
dipadatkan adalah 30 cm. Penghamparan dan
pemadatan material pada sisi kemiringan luar atau
dalam supaya dilebihkan minimal 30 cm dari garis
rencana agar pada saat setelah perapihan didapat
kepadatan yang sama diseluruh bidang rencana. Bila
dianggap perlu, Direksi bisa meminta pada Penyedia
Jasa untuk melasanakan pemadatan khusus di tempat-
tempat tertentu tanpa mengubah harga satuan.
Hasil akhir pekerjaan timbunan untuk saluran diatas
tanah asli harus rapat air dan tidak boleh ada
rembesan pada tanah timbunan yang dianggap
membahayakan oleh Direksi, maka Penyedia Jasa wajib
memperbaikunya tanpa ada biaya penggantian.
Ketika masing-masing lapisan material telah
dikondisikan untuk kadar air yang diperlukan,
kepadatan kering lapangan yang dihasilkan minimal
90% (sembilan puluh persen) dari kepadatan kering
maksimum laboratorium.
Setiap lapis dari material timbunan harus memenuhi
kadar air untuk pemadatan yang dibutuhkan dengan
menggunakan alat vibrator roller dengan berat lebih
dari 9 (sembilan) ton atau alat pemadat lain yang telah
disetujui. Ini akan dapat dipenuhi dengan dilewati
alat pemadat kira-kira 6 (enam) lintasan setiap lapis
(sama dengan lebar kepadatan yang dibutuhkan,
bagaimanapun Direksi boleh mengubah jumlah lintasan
dari alat vibrator roller tergantung dari uji coba
timbunan/trial embankment.
Untuk mendapatkan acuan kerja lapangan
diperlukan uji coba (trial test) timbunan dengan
menggunakan peralatan yang akan digunakan
Penyedia Jasa di lapangan. Uji percobaan ini harus
disaksikan oleh Direksi dan dibuat berita acaranya.
Selanjutnya tes kepadatan dilakukan per 50 meter
panjang saluran per lapis timbunan.
Pembayaran pekerjaan timbunan sudah termasuk
penggalian di tempat asal material, pengangkutan,
penghamparan, penyiraman (bila perlu), pemadatan
dan tes kepadatan dihitung dalam meter kubik
timbunan terlaksana sesuai garis rencana atau
sesuai perintah Direksi.
Penyedia Jasa harus merawat timbunan yang telah
disetujui hingga akhir penyelesaian dan penerimaan
dari pekerjaan. Penyedia Jasa harus
bertanggungjawab terhadap erosi dari permukaan
timbunan dan setiap material timbunan yang hilang
akibat erosi harus diganti oleh biaya Penyedia Jasa.
Penyedia Jasa harus hati-hati dalam pemadatan
material timbunan yang berdekatan/berada di sekitar
struktur beton. Kerusakan apapun yang berakibat pada
struktur beton oleh peralatan Penyedia Jasa harus
diperbaiki dengan biaya Penyedia Jasa.
Untuk material yang ditempatkan berdekatan dengan
struktur beton, penempatannya harus ditunda atau
menunggu hingga struktur telah mencapai umur 28
hari atau seperti arahan Direksi. Material akan
ditempatkan sepanjang mungkin disekitar struktur
beton untuk memperkecil pembebanan tidak seimbang
pada struktur, yang mana telah dipertimbangkan
dalam perencanaan.

a) Kontrol Pengendalian Pengujian untuk Pekerjaan


Timbunan
Semua pengujian rutin yang penting bagi
pengendalian mutu dari pekerjaan timbunan harus
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa seperti yang
ditetapkan sesudah ini atau seperti arahan Direksi.

Penyedia Jasa akan bertanggungjawab penuh


terhadap pengendalian mutu dari pekerjaan yang
dilaksanakan. Direksi akan melakukan
pemeriksaan dan meneliti semua pekerjaan yang
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa dalam rangka
bahwa Penyedia Jasa dapat memenuhi kualitas yang
dibutuhkan dan melaksanakan tes dan
pengambilan contoh uji (sample) agar dapat
memenuhi spesifikasi teknik. Direksi akan dan
berhak untuk menolak semua atau sebagian dari
pekerjaan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa jika
pekerjaan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang
ditetapkan dalam spesifikasi teknik. Dalam kasus
demikian Penyedia Jasa akan membongkar dan
mengerjakan ulang dari pekerjaan yang tidak
memenuhi dengan biaya sendiri.

Penyedia Jasa akan menyediakan peralatan dan


perlengkapan uji dan menyediakan semua tenaga
ahli yang dibutuhkan untuk melaksanakan semua
uji yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban
menurut spesifikasi dibawah pengawasan dari
Direksi.

Tidak ada pembayaran terpisah untuk pengujian


pengendalian mutu. Semua biaya untuk
pelaksanaan uji pengendalian mutu termasuk
semua tenaga, material, peralatan konstruksi dan
peralatan, pengambilan contoh dan pengujiannya
harus sudah termasuk dalam harga satuan dalam
BoQ.

b) Operasi dari Borrow area


Penyedia Jasa harus bertanggungjawab penuh
terhadap operasi di borrow area dibawah
pengawasan dan instruksi Direksi.

Apabila secara teknis, bahan timbunan dari hasil


galian setempat tidak memungkinkan untuk dipakai,
maka harus diambil dari tanah luar (Borrow area)
sesuai yang ditunjukan dalam gambar atau atas
perintah Direksi. Penyedia Jasa harus membayar
ganti rugi kepada pemilik daerah tersebut dalam
memperoleh tanah timbunan sebagaimana yang
ditunjukan oleh Direksi. Biaya ganti rugi tanah
timbunan, biaya pengupasan dan penggalian
tanah telah termasuk dalam harga satuan
penawaran.
Sedapat mungkin kadar air dari bahan tanah
timbunan harus diatur dan dijaga sebelum digali
dari lokasi borrow-area, dengan cara memberi atau
menambah air dengan mengalirkannya (bila kurang
basah) atau dengan menggali saluran atau parit
pembuang untuk mengurangi kelebihan air.

Material akan di dapatkan dari kebutuhan galian dan


borrow area seperti yang ditunjukkan dalam
gambar kerja dan dari kebutuhan dengan
galian, jika demikian mendapat persetujuan tertulis
dari Direksi.

Garis batas dari borrow area seperti ditunjukkan


dalam gambar kerja hanya kira-kira dan mungkin
akan meluas jika diperlukan dengan persetujuan
dari Direksi. Pada saat perluasan Penyedia Jasa tidak
akan mengajukan tambahan biaya terhadap harga
satuan untuk material tersebut dalam BoQ.

Tidak kurang dari 30 (tiga puluh) hari sebelum


dimulainya pengoperasian di lokasi tersebut
Penyedia Jasa harus mengajukan kepada
Direksi untuk mendapat persetujuan mengenai
kelengkapan dari usulan metode pengoperasian di
borrow area, termasuk urutan pengoperasian,
kedalaman pengambilan material dan uraian dari
rencana borrow area yang diusulkan. Apabila
terdapat perbedaan tinggi dalam
pengoperasian di borrow area horisontal berm
akan dibentuk dan borrow area akan
ditinggalkan dalam keadaan rapi dan dalam
kondisi aman untuk kepuasan Direksi. Dengan
demikian Penyedia Jasa tidak diizinkan untuk
memulai melaksanakan pekerjaan tersebut
sebelum mendapat persetujuan Direksi.

Lokasi galian pengambilan tanah timbunan harus


dibersihkan terlebih dahulu dan bebas dari kotoran
dan sisa-sisa akar pohon, dan secara seksama
dikupas dan dihilangkan bahan-bahan
organiknya seperti rumput, lapisan tanah
permukaan dan akar pohon, dengan demikian
tanah timbunan tidak mengandung tunggul,
semak belukar, akar, rumput, humus,
gumpalan- gumpalan tanah dan unsur lain yang
mudah membusuk.

Borrow area harus dioperasikan sehingga tidak


merusak kegunaan dari segala bagian dari
pekerjaan. Apabila terdapat material yang
mempunyai ukuran lebih dari tiga puluh (30 cm)
sentimeter di lokasi borrow area maka material
tersebut harus di pisahkan atau dibuang oleh
Penyedia Jasa atau pada saat material sebelum
dipadatkan.

Setelah penggalian selesai di borrow area,


material kupasan (stripped) (termasuk material
humus dan material tidak dipergunakan yang
mungkin akan ditimbunkan kembali) harus
dikembalikan ke borrow area di mana pada saatnya
akan ditutup seperti arahan Direksi untuk
memelihara kesuburan lahan dan mencegah resiko
terhadap ternak dan orang.

Jika dilokasi manapun di borrow area


(sebelum atau selama operasi penggalian)
terdapat daerah yang terlalu basah, akan diambil
langkah yang memungkinkan untuk mengurangi
kandungan air dengan jalan pemilihan daerah
galian untuk menjamin material dalam kondisi
tidak jenuh air atau dengan cara di jemur atau
material di tempatkan dilokasi stock yang telah di
setujui oleh Direksi dan apabila ditemukan
kelebihan kandungan air diijinkan untuk
dikeringkan atau dengan menggunakan alat lain
yang telah disetujui.

Pada akhir penyelesaian dari pelaksanaan


pekerjaan pembuatan tanggul, Penyedia Jasa
harus mengatur dalam borrow area tersebut dengan
suatu cara sedemikian rupa agar elevasi
permukaan tanah disekitarnya dan permukaan
tanah borrow area sama tinggi, sehingga air
hujan tidak tergenang di lokasi tersebut kecuali
ditentukan lain oleh Direksi.

Untuk menghindari terbentuknya kolam air di


borrow area, parit saluran dari borrow area ke
pengeluaran terdekat harus di buat oleh Penyedia
Jasa dimana jika parit saluran tersebut diperlukan.

Penyedia Jasa tidak diijinkan memindahkan


atau membawa material dari borrow area untuk
keperluan Penyedia Jasa dan atas kemauan
sendiri tanpa persetujuan dari Direksi.

Kecuali ditentukan lain, tidak ada pembayaran


langsung untuk biaya persiapan, operasi dan
pemeliharaan borrow area termasuk pembersihan,
pengupasan, penggalian dan pekerjaan-pekerjaan
lain yang diperlukan hingga syarat-syarat timbunan
tersebut sesuai untuk digunakan dalam
pekerjaan pembuatan tanggul.

Akan tetapi biaya tersebut akan diperhitungkan


dalam harga satuan pada sub pasal yang ada
sangkut pautnya untuk pekerjaan pembuatan
tanggul, dimana tanah timbunan diambil dari
Borrow area.

Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan


hanya jika kadar air bahan berada dalam rentang
3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di
atas kadar air optimum. Kadar air optimum
harus didefinisikan sebagai kadar air pada
kepadatan kering maksimum yang diperoleh jika
tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989
tentang Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk
Tanah.

Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar


dan bergerak menuju ke arah sumbu tanggul
sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan
menerima jumlah energi pemadatan yang sama.

7.6. Pekerjaan Gorong-Gorong


7.6.1. Umum
A. Uraian
a) Pekerjaan ini mencakup perbaikan, perpanjangan,
penggantian atau pembuatan gorong-gorong beton
box-culvert serta pekerjaan lainnya yang berhubungan
dengan perlindungan terhadap penggerusan, sesuai
dengan Gambar dan Spesifikasi ini dan pada lokasi
yang ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Pekerjaan ini juga mencakup pemasangan drainase
dengan pelapisan beton (concrete lined drains),
bilamana diperlukan dilengkapi dengan pelat penutup,
pada lokasi yang disetujui seperti dalam daerah
perkotaan dan dimana air rembesan dari selokan yang
tidak dilapisi dapat mengakibatkan ketidakstabilan
lereng.

B. Penerbitan Detil Pelaksanaan


Detil pelaksanaan gorong-gorong, yang tidak
dimasukkan dalam Dokumen Kontrak pada saat
pelelangan akan disediakan oleh Direksi Pekerjaan
setelah peninjauan kembali rancangan tahap awal (initial
design review) atau revisi desain selesai sesuai dengan
Seksi 1.9 dari Spesifikasi ini.

C. Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan dengan Seksi Ini


a) Mobilisasi dan Demobilisasi : Seksi 1.2
b) Pemeliharaan Lalu Lintas : Seksi 1.8
c) Rekayasa Lapangan : Seksi 1.9
d) Galian untuk Selokan Drainase dan : Seksi 2.1
Saluran Air
e) Pasangan Batu Dengan Mortar : Seksi 2.2
f) Drainase Porous : Seksi 2.4
g) Galian : Seksi 3.1
h) Timbunan : Seksi 3.2
i) Beton : Seksi 7.1
j) Adukan Semen : Seksi 7.8
k) Pasangan Batu : Seksi 7.9
l) Pekerjaan Harian : Seksi 9.1
m) Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu : Seksi 10.1
Jalan, Drainase, Perlengkapan Jalan dan
Jembatan
n) Pemeliharan Jalan Samping dan : Seksi 10.2
Jembatan

D. Standar Rujukan
AASHTO :
AASHTO M36-90 : Zinc Coated (Galvanized) Corrugated Iron or
Steel Culverts and Underdrains
AASHTO M170-89 : Reinforced Concrete Culvert, Storm Drain
and Sewer Pipe.

E. Jadwal Pekerjaan
a) Pekerjaan gorong-gorong atau drainase beton tidak
boleh dimulai sampai persetujuan tertulis Direksi
Pekerjaan dan lingkup pekerjaan telah diterbitkan.
b) Seperti yang disyaratkan dalam Seksi 3.2 dari
Spesifikasi ini, drainase harus dalam kondisi
operasional dan berfungsi secara efektif sebelum
pekerjaan galian atau timbunan dilaksanakan. Dengan
demikian gorong-gorong harus disele-saikan terlebih
dahulu sebelum pekerjaan timbunan dimulai, terkecuali
jika Kontraktor dapat menyediakan drainase yang
memadai dengan membuat pekerjaan sementara yang
khusus.
c) Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 3.3.1.(6).(a) dari
Spesifikasi ini, pekerjaan persiapan tanah dasar atau
pekerjaan pelapisan ulang, baik pada jalur lalu lintas
maupun pada bahu jalan, tidak boleh dimulai sebelum
gorong-gorong, tembok kepala dan struktur minor
lainnya yang terletak di bawah elevasi tanah dasar
selesai dikerjakan.

F. Kondisi Tempat Kerja


Ketentuan yang diberikan dalam Pasal 3.1.1.(7) dari
Spesifikasi ini, tentang pengeringan air dan
pemeliharaan sanitasi di lapangan harus berlaku.
G. Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi
Ketentuan
Seluruh pekerjaan dan bahan untuk pembuatan gorong-
gorong dan drainase beton harus memenuhi toleransi
dimensi dan berbagai ketentuan untuk perbaikan
pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan, yang
diberikan dalam Seksi-seksi dari Spesifikasi ini sesuai
dengan pekerjaan atau bahan yang digunakan.
H. Pemeliharaan Pekerjaan Yang Telah Diterima
Tanpa mengurangi kewajiban Kontraktor untuk
melaksanakan perbaikan terhadap pekerjaan yang tidak
memenuhi ketentuan atau gagal sebagaimana
disyaratkan dalam Pasal 2.3.1.(7) di atas, Kontraktor juga
harus bertanggungjawab atas pemeliharaan rutin dari
semua gorong-gorong dan drainase beton yang telah
selesai dan diterima selama sisa Periode Kontrak
termasuk Periode Pemeliharaan. Pekerjaan pemeliharaan
rutin tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan Seksi
10.1 dari Spesifikasi ini dan harus dibayar terpisah
menurut Pasal 10.1.7
I. Utilitas Bawah Tanah
Ketentuan yang disyaratkan untuk Galian dalam Pasal
3.1.1.(9) dari Spesifikasi ini harus berlaku, juga pada
pekerjaan yang dilaksanakan dalam Seksi ini.
J. Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian
Ketentuan yang disyaratkan untuk Galian dalam Pasal
3.1.1.(11) dari Spesifikasi ini harus berlaku.
K. Pengembalian Bentuk dan Pembuangan Pekerjaan
Sementara
Ketentuan yang disyaratkan untuk Galian dalam Pasal
3.1.1.(12) dari Spesifikasi ini harus berlaku.
L. Pengendalian Lalu Lintas
Pengendalian Lalu Lintas harus memenuhi ketentuan
Seksi 1.8, Pemeliharaan Lalu Lintas.

7.6.2. BAHAN
A. Landasan
Bahan berbutir kasar untuk landasan drainase beton,
gorong-gorong pipa dan struktur lainnya harus seperti
yang disyaratkan dalam Seksi 2.4 dari Spesifikasi ini.
B. Beton
Beton yang digunakan untuk seluruh pekerjaan struktur
yang diuraikan dalam Seksi ini harus memenuhi
ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi 7.1 dari
Spesifikasi ini.
C. Baja Tulangan Untuk Beton
Seluruh baja tulangan yang digunakan dalam pekerjaan
ini harus memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
Seksi 7.3 dari Spesifikasi ini.
D. Gorong-gorong Pipa Beton Bertulang
Gorong-gorong pipa beton bertulang haruslah beton
bertulang pracetak dan harus memenuhi persyaratan
AASHTO M170-89.
E. Gorong-gorong Pipa Logam Gelombang (Corrugated)
Gorong-gorong pipa logam bergelombang (corrugated)
yang dipakai harus terbuat dari besi atau baja yang
digalvanisir dan harus memenuhi persyaratan AASHTO
M36-90.
F. Pasangan Batu
Bahan untuk tembok kepala dari pasangan batu dan
struktur lainnya harus memenuhi ketentuan Seksi 7.9 dari
Spesifikasi ini.
G. Pekerjaan Pasangan Batu dengan Mortar
Bahan untuk pelapisan (lining) dengan pasangan batu,
perlindungan terhadap gerusan dan struktur minor
lainnya yang diperlukan untuk pekerjaan harus memenuhi
ketentuan Seksi 2.2 dari Spesifikasi ini.

H. Adukan
Adukan untuk sambungan pipa dan kelilingnya harus
dari adukan semen yang meme-nuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam Seksi 7.8 dari Spesifikasi ini.
I. Bahan Penyaring (Filter)
Bahan penyaring (filter) yang digunakan dalam
pekerjaan harus memenuhi ketentuan yang disyaratkan
dalam Seksi 2.4 dari Spesifikasi ini.
J. Penimbunan Kembali
Bahan timbunan yang digunakan dalam pekerjaan harus
memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi 2.4
dari Spesifikasi ini.

7.6.3. PELAKSANAAN
A. Persiapan Tempat Kerja
1. Penggalian dan persiapan parit serta pondasi untuk
drainase beton dan gorong-gorong harus dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan Seksi 3.1 dari Spesifikasi ini,
dan yang khususnya dengan Pasal 3.1.2.(3), Galian
untuk Struktur dan Pipa.
2. Bahan untuk landasan harus ditempatkan sesuai
dengan ketentuan Seksi 2.4 dari Spesifikasi ini dan
yang khususnya dengan Pasal 2.4.3.(2), Pemasangan
Bahan Landasan.

B. Penempatan Gorong-gorong Pipa Beton


1. Pipa beton harus dipasang dengan hati-hati, lidah
sambungan harus diletakkan di bagian hilir, lidah
sambungan harus dimasukkan sepenuhnya ke dalam
alur sambungan dan sesuai dengan arah serta
kelandaiannya.
2. Sebelum melanjutkan pemasangan bagian pipa beton
berikutnya, maka sisi dalam dari setengah bagian
bawah alur sambungan harus diberi adukan yang
cukup. Pada saat yang sama setengah bagian atas
lidah sambungan pipa berikutnya juga harus diberi
adukan yang sama.
3. Setelah pipa beton terpasang, sambungan yang belum
terisi harus diisi dengan adukan, dan adukan
tambahan harus diberikan untuk membentuk selimut
adukan di sekeliling sambungan.
4. Penimbunan kembali dan pemadatan sekeliling dan di
atas gorong-gorong beton harus dilaksanakan seperti
yang disyaratkan mendetil dalam Seksi 3.2, Tim-
bunan, dengan menggunakan bahan yang memenuhi
ketentuan yang diberikan untuk Timbunan Pilihan.
Bahan harus terdiri dari tanah atau kerikil yang bebas
dari gumpalan lempung dan bahan-bahan tetumbuhan
serta yang tidak mengan-dung batu yang tertahan
pada ayakan 25 mm.
5. Penimbunan kembali harus dilakukan sampai
minimum 30 cm di atas puncak pipa dan, kecuali kalau
bukan suatu galian parit, maka jarak sumbu pipa ke
masing-masing sisi minimum satu setengah kali
diameter. Penimbunan kembali pada celah-celah di
bawah setengah bagian bawah pipa harus mendapat
perhatian khusus agar dapat dipadatkan sebagaimana
mestinya.
6. Alat berat untuk pekerjaan tanah dan mesin gilas tidak
boleh beroperasi lebih dekat 1,5 m dari pipa sampai
seluruh pipa terbungkus dengan ketinggian paling
sedikit 60 cm di atas puncak pipa. Perlengkapan
ringan dapat dioperasikan dalam batas ketentuan
tersebut di atas asalkan penimbunan kembali telah
mencapai ketinggian 30 cm di atas puncak pipa.
Meskipun demikian dan tidak berten-tangan dengan
ketentuan yang di atas, Kontraktor harus bertanggung
jawab dan harus memperbaiki setiap kerusakan yang
terjadi akibat kegiatan tersebut.
7. Pipa beton harus diselimuti dengan beton sesuai
dengan detil yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan bilamana tinggi timbunan di atas pipa
melebihi ketentuan maksimum atau kurang dari
ketentuan minimum dari yang ditunjukkan dalam
Gambar atau spesifikasi dari pabrik pembuatnya untuk
ukuran dan kelas pipa tertentu.

C. Pemasangan Gorong-gorong Pipa Logam Gelombang


(Corrugated)
1. Pipa logam bergelombang (corrugated) dapat dirakit di
lokasi penempatannya atau dirakit di dalam galian
parit yang telah disiapkan.
2. Pipa logam bergelombang (corrugated) yang telah
dirakit lebih dahulu harus diturunkan ke tempatnya
dengan tali baja (slings) yang dapat diterima dan pipa
tidak boleh terlalu panjang karena dapat
menyebabkan tertekuknya sambungan. Perhatian
khusus harus diberikan untuk menghindari kerusakan
pada ujung pipa dan kemungkinan jatuhnya pipa
selama pengangkutan dan pemasangan.
3. Semua pipa logam bergelombang (corrugated) yang
telah dirakit harus dibaut dengan tepat dan alur
sambungan harus terpasang dengan benar untuk
menghindari adanya regangan yang berlebihan.

D. Pelaksanaan Gorong-gorong Persegi


1. Gorong-gorong persegi dan pelat harus dibuat sesuai
dengan garis dan dimensi yang diberikan dalam
Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
2. Seluruh pekerjaan beton bertulang harus memenuhi
ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi 7.1 Beton dan
Seksi 7.3 Baja Tulangan.
3. Seluruh pekerjaan pasangan batu harus memenuhi
ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi 7.9 Pasangan
Batu.
E. Tembok Kepala Gorong-gorong dan Struktur Tempat
Masuk dan Keluarnya Air
1. Kecuali jika ditunjukkan lain dalam Gambar, maka
landasan kolam golak dan pekerjaan perlindungan
terhadap gerusan yang berhubungan dengan
pekerjaan gorong-gorong harus dibuat dengan
menggunakan pasangan batu dengan mortar seperti
yang disyaratkan dalam Seksi 2.2. Umumnya
pekerjaan pasangan batu dengan mortar (mortared
stonework) digunakan untuk tembok kepala gorong-
gorong kecil dan struktur lainnya yang tidak memikul
beban struktur yang berarti.
2. Tembok kepala gorong-gorong besar atau yang berada
di bawah timbunan yang tinggi, atau struktur lainnya
yang memikul beban yang berhubungan dengan
pekerjaan gorong-gorong, harus dibuat dengan
menggunakan Pasangan Batu (stone masonry) dan
bukan Pasangan Batu Dengan Mortar (mortared stone-
work), bahkan jika beban yang dipikul sangat besar
maka harus menggunakan Beton Bertulang. Bahan
yang akan digunakan haruslah seperti yang
diperintah-kan Direksi Pekerjaan. Direksi Pekerjaan
akan mempertimbangkan mutu dan bentuk batu yang
tersedia untuk pekerjaan tersebut, dan juga
ketrampilan tukang batu yang dipekerjakan oleh
Kontraktor.

F. Perpanjangan Gorong-gorong Lama


1. Bila perpanjangan gorong-gorong lama memerlukan
pembongkaran tembok kepala lama, atau tembok
sayap atau bagian lainnya, maka bagian-bagian
tersebut harus dibongkar dengan hati-hati seperti yang
disyaratkan dalam Seksi 7.15, sedemikian rupa
sehingga tidak merusak pipa atau bagian struktur
lainnya yang tidak dibongkar. Jika menurut pendapat
Direksi Pekerjaan, kerusakan yang tidak perlu terjadi
pada bagian gorong-gorong yang ditetapkan untuk
tidak dibongkar, maka bagian yang rusak tersebut
harus diganti atas biaya Kontraktor.
2. Bilamana gorong-gorong lama dan perpanjangannya
mempunyai rancangan yang berbeda, atau menurut
pendapat Direksi Pekerjaan, sambungan yang standar
tidak mungkin dilakukan, maka suatu sambungan
(collar) beton harus dibuat untuk membentuk
sambungan (connection) seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
3. Semua gorong-gorong lama, juga gorong-gorong yang
akan diganti atau diper-panjang dalam Kontrak ini,
harus dibersihkan dari semua sampah dan kotoran,
dan harus dijaga dalam kondisi bersih dan operasional
selama Periode Kontrak.

G. Pelaksanaan Drainase Beton


1. Saluran beton bertulang dan pelat penutup harus
dibuat sesuai dengan garis dan elevasi dan detil
lainnya yang ditunjukkan dalam Gambar, atau seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, dan
memenuhi ketentuan dalam Seksi 7.1, Pekerjaan
Beton. Saluran dapat dicor di tempat atau pracetak
dan dipasang bagian demi bagian. Pelat penutup harus
dibuat sebagai unit pracetak.
2. Untuk saluran yang dicor di tempat, Direksi Pekerjaan
dapat mengijinkan untuk menggunakan sisi galian
sebagai pengganti cetakan. Dalam hal ini, tebal
dinding yang menghadap sisi galian dan selimut beton
harus ditambah 25 mm tanpa pembayaran tambahan.
3. Lubang sulingan harus dibuat pada dinding saluran
sesuai dengan ketentuan Pasal 2.4.3.(5).
4. Untuk saluran yang dicor di tempat, sambungan
konstruksi harus dibuat pada interval 10 m atau
kurang. Sambungan tersebut, seperti sambungan
antara ruas-ruas beton pracetak harus mempunyai
lebar antara 1 cm dan 2 cm dan harus dibungkus
dengan adukan semen yang rata dengan permukaan
dalam saluran.

7.6.4. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


A. Pengukuran Untuk Pembayaran
1. Kuantitas yang diukur untuk pembayaran gorong-
gorong pipa beton bertulang maupun tanpa tulangan
haruslah jumlah meter panjang dari pipa baru atau
perpanjangan yang dipasang, yang diukur dari ujung
ke ujung pipa yang dipasang.
2. Kuantitas yang diukur untuk pembayaran gorong-
gorong pipa logam gelombang (corrugated) haruslah
jumlah ton dari struktur pipa baru atau perpanjangan
yang dipasang dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.
3. Kuantitas yang diukur untuk struktur lainnya yang
diuraikan dalam Seksi ini haruslah kuantitas dari
berbagai macam bahan yang digunakan, yang dihitung
seperti yang disyaratkan dalam Seksi lain dalam
Spesifikasi ini.
4. Kecuali untuk Galian Batu dan bahan Drainase Porous
yang digunakan, tidak ada pengukuran yang terpisah
untuk pembayaran akan dilakukan untuk pekerjaan
galian atau timbunan, biaya pekerjaan ini dipandang
sebagai pelengkap untuk melaksanakan pekerjaan
gorong-gorong pipa dan sudah termasuk dalam harga
penawaran untuk gorong-gorong pipa dan berbagai
macam bahan yang digu-nakan dalam pelaksanaan.

B. Dasar untuk Pembayaran


Kuantitas gorong-gorong pipa yang diukur sebagaimana
yang disyaratkan di atas, harus dibayar menurut Harga
Kontrak per satuan pengukuran untuk mata pembayaran
yang terdaftar di bawah dan ditunjukkan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran
tersebut haruslah merupakan kompensasi penuh untuk
penyediaan dan pemasangan semua bahan dan untuk
semua galian dan pembuangan bahan, pemadatan,
cetakan, penimbunan kembali, lubang sulingan, dan
biaya-biaya lainnya yang diperlukan atau biasanya perlu
untuk penyelesaian pekerjaan yang diuraikan dalam
Seksi ini.

Nomor Uraian Satuan


Mata Pengukura
Pembayara n
n

2.3.(1) Gorong-gorong Pipa Beton Meter


Bertulang, diameter dalam < 45 Panjang
cm

2.3.(2) Gorong-gorong Pipa Beton Meter


Bertulang, diameter dalam 45 Panjang
cm sampai < 75 cm

2.3.(3) Gorong-gorong Pipa Beton Meter


Bertulang, diameter dalam 75 cm Panjang
sampai 120 cm

2.3.(4) Gorong-gorong Pipa Baja Ton


Bergelombang

2.3.(5) Gorong-gorong Pipa Beton Tanpa Meter


Tulangan diameter dalam 20 cm Panjang

2.3.(6) Gorong-gorong Pipa Beton Tanpa Meter


Tulangan diameter dalam 25 cm Panjang
2.3.(7) Gorong-gorong Pipa Beton Tanpa Meter
Tulangan diameter dalam 30 cm Panjang

7.7. Pekerjaan Pemasangan Pompa dan Rumah Pompa


7.7.1. Lingkup Pekerjaan
a) Galian tanah pondasi
b) Pasir pasang pondasi
c) Batu kosong pondasi
d) Pasangan pondasi batu kali
e) Urugan tanah kembali pondasi
f) Bekesting beton sloof
g) Sloof beton rumah pompa
h) Pembesian tulangan sloof
i) Pasangan tmebok batu bata
j) Pintu besi rumah pompa
k) Jendela besi rumah pompa
l) Cat tembok dinding
m) Cat pintu besi
n) Cat jendela besi
o) Bekesting kolom rumah pompa
p) Beton kolom rumah pompa
q) Tulangan kolom rumah pompa
r) Bekesting balok rumah pompa
s) Beton balok rumah pompa
t) Pembesian balok rumah pompa
u) Beton dudukan genset dan pompa
v) Pembesian dudukan genset
w) Pengecoran lantai rumah pompa
x) Pemasangan pompa submersible
y) Pemasangan panel dan pipa pompa
z) Pemasangan atap rumah pompa

7.7.2. Bahan-Bahan

1) Semen Potland
Cemen potland/potland semen (PC) mengunakan
semen type 1 dan mendapat persetujuan dari
direksi.

2) Pasir Pasang
Pasir pasang, berbutir lembut, tajam, warna putih,
boleh mengandung lumpur yang berasal dari pasir
yang sejenis tapi tidak boleh melebihi 10 % dari
berat kering.

3) Pompa
Pompa dengan kapasitas 1,5 m3/dt

7.7.3. Syarat-syarat Pelaksanaan


1) Plesteran
Seluruh permukaan yang akan diplester harus
dibersihkan, dibasahi/disiram dengan air bersih
terlebih dulu sampai rata serta dinding yang telah
diplester harus selalu dijaga kelembabannya.
2) Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pengeringan
plesteran terlalu cepat yang berakibat timbul retak-
retak.
3) c. Plesteran dikerjakan dengan tebal minimal 15 s/d
20 mm.
4) Setelah plesteran kering dijamin tidak akan retak-
retak kemudian dihaluskan dengan acian Pc.
5) Semua pekerjaan plesteran harus rata, halus,
merupakan suatu bidang tegak lurus dan siku.
6) Plesteran dan acian yang telah selesai harus bebas
dari retak-retak/noda-noda dan cacat lainnya.

8. Pekerjaan lain-lain
8.1. Lingkup Pekerjaan adalah Administrasi/dokumentasi, biaya
keamanan/jaga malam, obat-obatan/P3K, papan nama
kegiatan dan direksi keet lengkap. Penjelasan masing-masing
lingkup pekerjaan ini telah dijabarkan pada masing-masing
pasal diatas, kecuali:
1. Administrasi/dokumentasi dimaksudkan kegiatan
kontraktor untuk membuat segala administrasi Kegiatan,
yaitu membuat buku harian, mingguan, bulanan dan as
built drawing, foto-foto Kegiatan dan lain-lain yang
dibutuhkan untuk kelancaran pekerjaan.
2. Obat-obatan/P3K minimum disediakan dilapangan untuk
keperluan 20 orang pekerja.

8.2. Kontraktor diwajibkan membuat foto kemajuan pekerjaan dari


0 % - 100 % yang dapat dilihat dari semua arah bangunan.
Pengulangan foto harus dilakukan pada sisi yang sama.

9. Penutup
9.1. Bila pekerjaan selesai dan akan diserahkan sebagai
penyerahan terakhir maka seluruh pekerjaan harus bersih dari
semak-semak atau timbunan.
9.2. Meskipun dalam bestek, dan gambar bestek ini pada uraian
pekerjaan serta uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-
kata yang harus disediakan oleh kontraktor atau yang harus
dipasang oleh kontraktor, tetapi tidak disebutkan dalam
penjelasan pekerjaan pembangunan ini, maka perkataan
tersebut diatas dianggap ada dan dimuat dalam bestek ini.
Pekerjaan yang nyata- nyata menjadi bagian dari pekerjaan
pembangunan dan tercantum dalam RAB, tetapi tidak
diuraikan dan dimuat dalam bestek, sehingga harus
diselenggarakan dan diselesaikan oleh kontraktor demi untuk
menuju penyerahan/penyelesaian yang lengkap serta
sempurna menurut pertimbanganpertimbangan dari Direksi/
Pengawas.

Anda mungkin juga menyukai