Anda di halaman 1dari 71

SPESIFIKASI TEKNIS

REHAB PUSKESMAS AMBARAWA

VI. 1. UMUM

Pasal 1 PENJELASAN PEKERJAAN

Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :


a. Pekerjaan persiapan ; pembersihan lokasi, pengukuran dan pasang
bouflank serta sewa/pengadaan direksi keet, Pengadaan obat-obatan,
pelaporan & photo dokumentasi, papan nama proyek, alat bantu dll.
b. Pekerjaan Tanah ; Galian pondasi, urugan kembali, urugan peninggian
lantai dan urugan pasir bawah pondasi.
c. Pekerjaan Pasangan ; Pemasangan beton pondasi, pasang dinding bata
merah, plesteran dan acian serta pemasangan batu tempel hitam.
d. Pekerjaan Beton Bertulang ; Sloof, Kolom utama, Kolom Praktis, Ring
balk dan balok gantung serta Rabat beton keliling bangunan.
e. Pekerjaan Kusen ; Pembuatan/pemasangan Kusen pintu, jendela,
boven jalusi, daun pintu, jendela dan kaca.
f. Pekerjaan rangka atap dan penutup ; kuda-kuda, gording, jurai luar,
jurai dalam menggunakan konstruksi baja.
g. Pekerjaan Plafond ; pemasangan rangka plafond dan plafond, dengan
menggunakan listplafond papan profil Kayu.
h. Pekerjaan lantai ; lantai menggunakan keramik ukuran 40 x 40 cm
serta pasang Plint keramik 10/30 cm dan granit 60 x 60 cm.
i. Pekerjaan Pengecatan ; cat tembok, plafond dan cat kayu kusen pintu,
jendela, listplank dan cat atap/karvus.
j. Pekerjaan Alat Penggantung ; Pemasangan kunci, engsel, grendel dll.
k. Pekerjaan instalasi listrik, pasang titik api, saklar, stop kontak dan
lampu.
l. Pekerjaan sarana penunjang lainnya, Pengurusan Administrasi,
pemindahan atau penyambungan api listrik dll.

Pasal 2 BAHAN-BAHAN DAN MUTU PEKERJAAN

a. Semua bahan yang dipergunakan untuk melaksanakan setiap jenis


pekerjaan harus terdiri dari bahan-bahan yang berkualitas baik sesuai
dengan yang tercantum dalam kontrak. Mutu hasil pekerjaan termasuk
bahan-bahan yang terpakai harus diterima dan disetujui Direksi.

VI-1
b. Semua bahan yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam peraturan standar yang berlaku di Indonesia.
Peraturan yang berlaku adalah edisi yang terakhir terbaru. Untuk
bahan-bahan yang mutunya belum diatur dalam peraturan standar,
harus mendapat persetujuan Direksi sebelum dipergunakan.
c. Apabila bahan-bahan yang dikirim ke lokasi proyek ternyata tidak sesuai
dengan contoh yang ditunjukkan, baik dalam hal mutu, jenis, berat
maupun kekuatannya, maka Direksi berwenang untuk menolak bahan
tersebut dan mengharuskan Kontraktor untuk menyingkirkannya dan
diganti dengan bahan-bahan yang sesuai dengan contoh yang telah
diperiksa terdahulu.
d. Semua bahan yang disimpan di lokasi harus diletakkan dan dilindungi
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kontaminasi atau mengalmai
proses lainnya yang dapat mengakibatkan rusak atau menurunnya
mutu bahan-bahan tersebut.

Pasal 3 LALU LINTAS PROYEK

a. Dalam melaksanakan pekerjaannya kontraktor diharuskan mematuhi


dan mentaati, ketentuan-ketentuan dan peraturan lalu lintas umum
yang berlaku, sejauh pekerjaan mempengaruhi kelancaran lalu lintas
umum. Dalam hal ini Kontraktor diharuskan mendapatkan pengarahan
dan pedoman dari Instansi yang berwenang.
b. Penggunaan jalan umum harus diatur sedemikian rupa agar pengaruh
proyek terhadap kelancaran lalu lintas dijaga. Perbaikan terhadap jalan,
gorong-gorong yang diakibatkan oleh lalu lintas proyek dibebankan
pada kontraktor dan harus disetujui Direksi.

Pasal 4 RAMBU-RAMBU SEMENTARA

a. Kontraktor diharuskan menyediakan, membuat, memasang, dan


menempatkan rambu-rambu lalu lintas semntara pada lokasi dan posisi
penting termasuk rintangan-rintangan disekitar lokasi proyek.
b. Apabila pekerjaan telah dinyatakan selesai oleh Direksi, Kontraktor
diharuskan menyingkirkan semua rambu-rambu dan rintangan-
rintangan sementara yang tidak diperlukan lagi yang selama
pelaksanaan dipergunakan untuk pengaturan lalu lintas disekitar lokasi
proyek.

Pasal 5 KANTOR KERJA SEMENTARA

 Kontraktor harus membangun atau menyewa kantor dan gudang untuk


menyimpan bahan dan peralatannya sesuai Aggaran Biaya dalam
Kontrak pekerjaan sedangkan lokasi untuk itu akan ditentukan Direksi.

VI-2
 Besar serta luas kantor dan gudang harus memenuhi persyartan umum
sesuai.
 Kebutuhannya termasuk pemasangan instalasi penyambungan listrik
dan air bersih.
 Pemeliharaan kebersihan dan keamanan dari kantor dan gudang adalah
tugas dan tanggung jawab Kontraktor.

Pasal 6 PAPAN NAMA PROYEK

 Kontraktor harus membuat dan memasang papan nama proyek dilokasi


yang ditunjuk Direksi. Ukuran bentuk dan susunan kata-kata serta warna
pengecatan akan ditentukan Direksi. Pemasangan Papan Nama Proyek
dibuat sebelum pekerjaan fisik dimulai.

VI. 2 . SARANA DIREKSI DAN PERLENGKAPAN KHUSUS LAINNYA.

Pasal 7 KANTOR LAPANGAN/RUANGAN DIREKSI/DIREKSI KEET

 Kontraktor harus menyediakan kantor lapangan untuk dipergunakan


oleh Direksi selama pelaksanaan pekerjaan.
 Lokasi untuk membangun/menyewa kantor lapa gan akan ditentukan
oleh Pemberi Tugas.
 Ukuran dan bentuk kantor lapangan beserta perleng kapan akan
ditentukan oleh Direksi pada Rapat Penjelasan. Atas petunjuk yang
diberikan, Konraktor harus menyiapkan gambar rencana dari kantor
lapangan tersebut.

VI. 3 . PENGUKURAN

Pasal 8 PENENTUAN PEIL LANTAI BANGUNAN

 Pemborong harus melaksanakan pengukuran untuk menentukan batas


bangunan dan penentuan peil +/- sama dengan bangunan yang telah
ada atau ditentukan berdasarkan gambar kerja dan harus disaksikan
oleh Pengguna jasa atau direksi pekerjaan.
 Pada titik tertentu harus dibuat titik/peil 0.00 yang terbuat dari balok
beton ukuran penampang 20 x 20 cm2 dengan kedalaman cukup agar
terjamin tidak berubah letak maupun ketinggian.

VI-3
VI. 4 . ADMINISTRASI LAPANGAN

Pasal 9 LAPORAN

 Kontraktor diharuskan membuat laporan berkala kemajuan pekerjaan


setiap kegiatan dengan mengisi formulir evaluasi kemajuan pekerjaan
yang telah disediakan oleh Direksi. Ringkasan laporan harus
mencantumkan keadaan cuaca, jumlah pengerahan tenaga kerja, tenaga
pengawas dan pelaksana alat-alat yang dipergunakan, jumlah
pengiriman bahan-bahan ke lokasi pekerjaan, kemajuan fisik dari
pekerjaan yang telah selesai, masalah-masalah yang timbul di lapangan
serta pemecahannya, serta rencana kerja minggu berikut. Laporan juga
dilengkapi dengan buku tamu yang berisikan saran-saran yang tertulis
di dalamnya sebagai masukan bagi Direksi dalam pengembangan
manajemen Proyek.
 Laporan kemajuan pekerjaan harus diserahkan Kontraktor pada setiap
akhir pekan untuk dievaluasi.

Pasal 10 GAMBAR-GAMBAR RENCANA

 Cetakan asli dari gambar-gambar proyek disimpan oleh Direksi.


Kontraktor diberi dua set cetak biru dari semua gambar-gambar tanpa
pungutan biaya. Permintaan kontraktor akan tambahan cetak biru dari
gambar-gambar tersebut akan dikenakan biaya.
 Kontraktor diharuskan menyimpan satu set cetak proyek di kantor
lapangan untuk dipergunakan setiap saat apabila diperlukan.
 Gambar-gambar detail pelaksanaan harus dibuat sendiri oleh
Kontraktor atas petunjuk dan disetujui oleh Direksi.

Pasal 11 DOKUMENTASI

 Kontraktor diharuskan membuat dokumen kemajuan pekerjaan fisik


secara berkala dalam bentuk potret-potret, diserahkan kepada Direksi.
 Judul potret, tanggal dan lokasi pengambilan harus dicantumkan di
kertas potret itu juga.
 Potret-potret harus menunjukkan keadaan di lokasi proyek sebelum
pekerjaan dimulai, pada saat pekerjaan sedang dilaksanakan, dan
sesudah pekerjaan dinyatakan selesai. Lokasi pengambilan potret pada
saat sebelum pekerjaan dimulai harus sama pada saat pekerjaan sedang
dilaksanakan maupun sesudah pekerjaan selesai.

VI-4
Pasal 12 RAPAT LAPANGAN

 Kontraktor diharuskan menghadiri Rapat Lapangan yang


diselenggarakan oleh Direksi. Dalam kesempatan ini konraktor dapat
mengemukakan semua masalah yang dihadapi di lapangan. Pemecahan
persoalan, pembahasan, dan jalan keluar yang diputuskan bersama akan
tercantum dalam notulen rapat dan isinya bersifat mengikat.

Pasal 13 SURAT – MENYURAT

 Semua surat menyurat antar Pemberi Tugas atau Direksi dan Kontraktor
dikirimkan dan ditujukan ke alamat yang akan ditentukan pada Rapat
Penjelasan, 1 (satu) dalam bentuk asli dan 5 (lima) dalam bentuk
tembusan.

VI.5 PELAKSANAAN DAN PENYELESAIAN PEKERJAAN SIPIL

VI.5.1 PEKERJAAN GALIAN (Jika ada)

Pasal 14 TANAH HASIL GALIAN

 Sisa tanah hasil galian tidak terpakai harus disingkirkan secepatnya


dibuang ke lokasi yang telah ditentukan.
 Tanah hasil galian yang akan dipergunakan kembali untuk pekerjaan
selanjutnya harus diletakkan dan ditempatkan sedemikian rupa agar
memudahkan penggunaan selanjutnya dan tidak menganggu pekerjaan
lainnya.

Pasal 15 TANAH HASIL GALIAN

 Kontraktor harus menyediakan lokasi buang akhir untuk sisa tanah hasil
galian yang tidak terpakai atau dibuang ke lokasi yang telah ditunjuk
Direksi. Pembuangan tanah ke rawa-rawa atau tanah rendah lainnya
harus dengan persetujuan Direksi.

Pasal 16 PENGGALIAN TANAH UNTUK PONDASI

 Penggalian tanah untuk pondasi bangunan harus mencapai kedalaman


sesuai gambar rencana. Apabila ternyata lapisan tanah pada kedataman
rencana sangat lunak maka atas perintah Direksi, Kontraktor harus
menggali sampai mencapai tanah keras atau memperbaiki daya dukung.

VI-5
 Semua sisa-sisa akar, humus, bahan organis dan kotoran lainnya harus
dikeluarkan dan disingkirkan.
 Sebelum pekerjaan kontruksi bangunan dimulai, permukaan tanah
pondasi harus ditinjau Direksi untuk dimintakan persetujuan.
 Permukaan tanah pondasi harus kering sesuai Pasal 16.
 Kelebihan galian tanpa perintah Direksi harus ditimbun kembali dengan
pasangan batu.

VI. 5 .2 PEKERJAAN PONDASI

Pasal 17 LINGKUP PEKERJAAN

 Meliputi semua pekerjaan, peralatan, peralatan dan bahan yang


diperlukan untuk pekerjaan pasangan batu sesuai dengan gambar kerja.

Pasal 18 BAHAN-BAHAN

 Semen, pasir dan air untuk semua pekerjaan dalam proyek ini harus
sama kualitasnya dengan yang digunakan untuk pekerjaan beton.
 Pasir
Pasir untuk adukan pasangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
 Butir-butir pasair harus tajam dan keras, tidak dapat
dihancurkan dengan tangan.
 Kadar Lumpur tidak boleh lebih dari 5 010 dan pasir
harus bebas dari segala macam bahan kimia, sesuai NI-3 pasal 14
ayat 2. bila pasir yang digunakan tidak dapat memenuhi syarat
tersebut diatas Direksi dapat memerintahkan untuk mencucinya dari
hasilnya harus mendapat persetujuan dari Direksi dahulu sebelum
digunakan.
 Pasir laut untuk adukan tidak diperkankan sama sekali
untuk dipakai.
 Khusus untuk p lesteran, harus digunakan pasir yang
lebih halus.
 Batu Alam
 Untuk pemasangan batu dapat dipakai batu bulat (dari
gunung) batu belah atau batu karang asalkan memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
 Harus cukup keras, bersih dan sesuai besar bentuknya.
 Tidak boleh memperlihatkan tanda-tanda lapuk.
 Batu karang harus sebagian besar berwarna putih atau
kuning muda dan tidak hitam, biru atau kecoklat-coklatan tanpa
garis-gris kelapukan, mempunyai keteguhan yang tinggi serta bidang

VI-6
patahnya harus mempunyai kepadatan dan warna putih yang
merata.

 Air
 Air yang digunakan untuk membuat adukan adalah
sama dengan yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.

Pasal 19 PEKERJAAN PASANGAN BATU BELAH

a. Adukan
Pekerjaan pemasangan Batu Belah untuk pondasi digunakan adukan, 1
pc : 4 ps (pasang).

b. Pelaksanaan
1. Pekerjaan Pasangan Batu Belah dimulai setelah
saluran galian pondasi selesai dan disetujui oleh Pengawas Lapangan.
2. Saluran galian yang terdapat air tergenang harus
dikeluarkan dari lubang saluran pondasi hingga bersih dan kering.
3. Pemasangan batu belah, bila terpaksa berhenti
harus dibuat bergigi pada ujungnya. Agar pemasangan selanjutnya
dapat menyambung dengan baik dan mendapatkan ikatan yang
kokoh, sempurna serta tidak bercela (rongga).
4. pekerjaan urugan pasir bawah batu kosong
(Aanstamping) setebal 10 cm padat.
5. Semua pekerjaan pasangan batu belah harus diberi
dasar pasangan batu kosong (aanstamping) setinggi 15 cm.
6. Pekerjaan pondasi dilaksankan sesuai gambar.

VI. 5 .3 PEKERJAAN BETON

Pasal 20 UMUM

a. Uraian
1. Beton terdiri dari suatu campuran yang sebanding
(proporsional) antara semen, air dan agregat bergradasi. Campuran
beton akan mengendap dan mengeras menurut bentuk yang
diminta/disyaratkan dan membentuk suatu bahan yang padat, keras
dan tahan lama (awet) yang memiliki karakteristik tertentu.

VI-7
2. Agregat meliputi baik yang bergradasi kasar maupun yang
bergradai halus, tetapi jumlah agregat halus akan dipertahankan
sampai jumlah minimum yang diperlukan, ang apabila dicampur
dengan semen akan cukup untuk mengisi rongga-rongga antara
agregat kasar serta memberikan suatu permukaan akhir yang halus.
3. Untuk mencapai permukana beton yang kuat dengan keawetan
yang optimum, volume air yang dimasukkan ke dalam campuran
harus dipertahankan sampai jumlah minimum yang diperlukan untuk
memudahkan pengerjaan selama pencampuran. Mutu beton yang
digunakan adalah beton yang mempunyai kuat tekan karakteristik
225 kg/cm2 berdasarkan uji kuat tekan silinder sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

Pasal 21 PELAKSANAAN PEKERJAAN

a. Pencampuran Beton di Lapangan


Untuk pekerjaan-pekerjaan kecil, dan tidak dimungkinkan menggunakan
sebuah mesin pencampur (mixer), Direksi Teknik dapat menyetujui
pencampuran beton secara manual sesuai prosedur berikut :
1. Pencampuran dengan tangan harus dilakukan diatas satu
permukaan (alas) yang keras dan bersih serta kedap air.
2. Urutan pencampuran haruslah :
 Ukuran volume agregat kasar dan agregat halus yang
diperlukan dengan alat takaran kotak, dan tempatkan agregat
halus diatas agregat kasar.
 Tempatkan kantong-kantong semen diatas agregat buka
dan tuangkan semen tersebut.
 Aduklah bahan-bahan kering tersebut berkali-kali sehinga
bahan-bahan tersebut bercampur secara menyeluruh
 Tambahkan air, lebih baik dengan sebuah kaleng yang
dilengkapi dengan ujung semprotan, campurkan terus, dan
aduklah dengan sekop sampai beton tersebut mempunyai warna
yang seragam dengan kekentalan yang merata.

b. Acuan / Bekisting
1. Bahan
 Untuk penyelesaian beton exposed harus terbuat dari
playwood table 12 mm, dan diberi penguat dari kayu kaso uk 5/7
cm.
 Untuk acuan beton yang tertutup finishing terbuat dari
kayu klas III, tebal sesuai kebutuhan dan diberi kayu kaso untuk uk
5/7 sebagai penguat.
2. Konstruksi

VI-8
 Acuan harus direncanakan dengan baik sehingga menjaga
tidak terjadinya perubahan bentuk dalam mengerjakan pekerjaan
pengecoran beton.
 Bekisting harus diberi penguat datar maupun silang untuk
menjaga/menghindari kemungkinan terjadi bergeraknya acuan
beton keluar dari bekisting.
 Bekisting dirakit dengan baik untuk memudahkan
pengontrolan dan pembongkaran.

c. Penyelesaian dan Perawatan


1. Pembongkaran Cetakan
 Tidak ada acuan yang boleh dibongkar sebelum beton
telah cukup kaku dan mengeras dan telah meraih kekuatan yang
cukup untuk berdiri (mendukung) sendiri. Harus diperoleh izin dari
Direksi Teknik sebelum pembongkaran berlangsung, namun hal ini
tidak boleh melepaskan tanggungjawab kontraktor terhadap
keselamatan pekerjaan.
 Jangka waktu minimum yang diperlukan antara
pengecoran dan pembongkaran acuan adalah 2 (dua) sampai 14
(empat belas) hari.
2. Permukaan Jadi (selesai).
 Kecuali diperkenankan lain permukaan beton harus
diselesaikan segera setelah pembongkaran cetakan. Seluruh
sarana penunjang dari kayu atau dari logam dan lidah-lidah
tonjoan dari adukan harus dibongkar.
 Permukaan yang tidak sempurna harus dibuat bagus
sehingga disetujui oleh Direksi Teknik. Apabila ada ronga-rongga
besar yang nampak, beton harus dipahat sampai bagian yang
keras, dibasahi dengan air dan dilapisi dengan lapisan adonan
semen tipis. Adukan beton terdiri dari satu bagian semen dan dua
bagian pasir yang harus dilapisi sampai bentuk permukaan yang
diperlukan.

3. Perawatan Beton
 Dimulai segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi
terhadap hujan lebat, panas matahari, atau setiap kerusakan fisik
yang dapat menggeser beton.
 Untuk menjamin pengerasan dan hidrasi, beton harus
dirawat dengan menutup dengan pasir atau karung basah,
nyaman atau selimut rawatan yang harus direndam dengan air
untuk satu jangka waktu paling sedikit 3 hari dan kemudian
dirawat dalam keadan lembab untuk 4 hari berikutnya.
 Cetakan yang dipasang harus dijaga agar tetap basah.

VI-9
4. Pengujian mutu beton
Mutu beton yang digunakan adalah K-225 sesuai PBI 1971 yang
berdasarkan kuat tekan silinder. Untuk mengetahui mutu beton yang
digunakan, maka harus dilakukan mix desain lebih dulu dan dilakukan
pemriksan terhadap beton yang telah dipasang melalui pengambilan
sample beton yang dipasang secara random pada saat pengecoran.
Jumlah sample yang diambil sesuai peraturan yang berlaku yaitu PBI
71 atau SKSNI yang sesuai. Semua biaya pengujian menjadi tanggung
jawab kontraktor.

Pasal 22 BESI / TULANGAN

a. Bahan
1. Baja tulangan untuk pengikat terbuat dari baja lunak.
2. Kawat beton untuk Pengikat harus terbuat dari baja lunak diameter 1
mm.
3. Besi dan kawat beton harus baru dan bebas dari karat, minyak, cat
dan bahan lain yang mengurangi daya lekat terhadap beton.
4. Sambungan dan panjang lewatan besi beton harus sesuai dengan PBI
1971 atau perubahannya.
5. Baja tulangan yang digunakan adalah yang mempunyai kuat tarik
2400 kg/cm2 (U24) untuk baja polos dan 3200 kg/cm2 untuk baja
deform (U32), hal ini dapat dibuktikan melalui uji laboratorium atau
sertifikat dari produsen.

b. Pabrikasi Tulangan
Semua besi tulangan harus dipotong dan dibengkokkan menurut
panjang dan bentuk sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar
rencana. Pembengkokaan tulangan harus memenuhi persyaratan –
persyaratan dari ACI 318 M atau yang setara. Berkas tulangan harus
diberi tanda dengan jelas pada daftar bengkongan dan gambar.

c. Penyimpanan
Besi tulangan harus ditangani dengan hati-hati dan ditumpuk di atas
tumpukan yang bebas dari tanah. Besi tulangan harus dilindungi dari
kotoran, Lumpur, minyak cat dan sebagianya serta harus bebas dari
karat lepas atau bercak- bercak karat.

d. Pemasangan dan Perlindungan Tulangan.


Semua tulangan harus dipasang sesuai dengan gambar dan persyaratan-
persyaratan dari ACI 318 M atau yang setara.

VI-10
e. Sebagai tambahan pada peraturan-peraturan yang berlaku, pemasangan
pembesian secara teliti dapat dicapai dengan menggunakan :
1. Plastic supports, yang dibuat untuk diameter batang tertentu dan
untuk tebal selimut beton tertentu, dibawah batan-batang tulangan
pelat dan pada semua dinding.
2. Blok-blok beton pengatur jarak dengan ukuran yang cocok dengan
tebal selimut beton yang disyaratkan dibawah batang-batang
tulangan balok. Blok-blok ini harus dibuat dari beton dengan kuat
tekan 28 hari minimum sebesar 30 MPA dan dengan bentuk yang
menjamin stabilitas selama operasi pengecoran.
3. Besi penahan jarak antara batang-batang tulangan atas dan bawah
pada pelat dan diantara lapisan pembesian rangkap pada dinding
beton. Besi penahan jarak ini harus dibuat dari besi tulangan polos
dengan diameter minimum 6 mm dan dibuat dengan bentuk
sedemikian rupa sehingga tetap stabil selama operasi pengecoran.

Penempatan dari berbagai penahan tulangan di atas harus disesuiakan dengan


ukuran batang dan jarak antara tulangan, tetapi dalam segala hal harus
dipasang dalam jumlah yang memadai untuk menjamin kekuatan tulangan.

Dalam segala keadaan besi tulangan yang telah dipasang tidak boleh
digeser/diubah bentuknya oleh pekerja-pekerja pada saat pengecoran. Untuk
mencegah hal ini Konraktor harus menyediakan papan-papan dan
penumpunya untuk pelerluan landasan kerja, yang mana harus ditumpu.

Bila kontraktor bermaksud untuk menambahkan sambungan pada penulangan


maka sambungan tersebut harus sesuai dengan ACI 318 atau yang setara.

Kontraktor harus membuat gambaran-gambaran kerja yang menunjukkan


posisi dan detail dari sambungan tersebut dan harus menyerahkannya kepada
Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Tidak diijinkan mengerjakan detail-
detail yang diubah sampai mendapatkan ijin tertulis dari Direksi.

VI. 5 .4 PEKERJAAN PASANGAN BATA

Pasal 23 LINGKUP PEKERJAAN

Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan yang diperlukan untuk


pekerjaan pasangan bata merah sesuai dengan gambar kerja.

Pasal 24 BAHAN-BAHAN

VI-11
a. Semen untuk semua pekerjaan ini harus sama kualitasnya dengan yang
digunakan untuk pekerjaan beton dan sesuai pasal diatas.
b. Pasir
Pasir untuk adukan pasangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
 Butir-butir pasir harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan
dengan tangan.
 Kadar Lumpur tidak boleh lebih dari 5% dan pasir harus bebas
dari segala macam bahan kimia, sesuai NI-3 pasal 14 ayat 2. Bila
pasir yang digunakan tidak dapat memenuhi syarat tersebut
diatas Direksi dapat memerintahkan untuk mencucinya dari
hasilnya harus mendapat persetujuan dari Direksi dahulu
sebelum digunakan.
 Pasir laut untuk adukan tidak diperkenankan sama sekali untuk
dipakai.
 Khusus untuk plesteran, harus digunakan pasir yang lebih halus.
c. Batu Bata
Untuk pemasangan bata dapat dipakai bata memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
 Harus cukup keras, berkualitas baik, matang pembakarannya,
dan sesuai ukuran tebal.
 5 cm panjang 20 cm lebar 10 cm serta warnanya merata dan sisi-
sisinya rapi saling
 Tegak lurus.
 Penyerahan ditempat pekerjaan, yang pecah tidak boleh lebih 5%
dari jumlah pengiriman.
 Mempunyai kekuatan tekan 30 kg/cm
d. Air
Air yang digunakan untuk membuat adukan adalah sama dengan yang
disyaratkan untuk pekerjaan beton.

Pasal 25 PELAKSANAAN PASANGAN BATA

a. Adukan
Pekerjaan pemasangan Batu Bata untuk dinding digunakan adukan, 1 pc
: 2 gr (pasang). Setinggi 30 cm dari muka sloof atau pada dinding kedap
air ( KM/WC ) setinggi 150 cm dan selanjutnya menggunakan adukan, 1
pc : 4 gr (pasang) ditambah air.
b. Pelaksanaan
1. Bata yang ukurannya kurang dari yang ditentukan diatas tidak
boleh digunakan, dan bata yang pecah hanya dapat
dipergunakan untuk keperivan menghubungkan bata.

VI-12
2. Sebelum digunakan bata harus direndam dalam air dan setelah
pasangan selesai harus dalam keadaan basah selama seminggu
berturut-turut.
3. Pemasangan batu bata, bila terpaksa berhenti harus dibuat
bergigi pada ujungnya. Agar pemasangan selanjutnya dapat
menyambung dengan baik dan mendapatkan ikatan yang
kokoh, sempurna serta tidak bercela (rongga).
4. Pemasangan bata untuk dinding harus dipasang tegak dan rata
serta pemasangan tidak boleh lebih dari 1 m sebelum pasangan
tersebut mengeras.

VI. 5 .5 PEKERJAAN PLESTERAN

Pasal 26 LINGKUP PEKERJAAN

Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan yang diperlukan untuk


plesteran seperti tercantum dalam gambar kerja/risalah aanwijzing.

Pasal 27 BAHAN – BAHAN

1. Untuk adukan plesteran penggunaan semen dan air dalam


segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan pasal dimuka.
2. Khusus pasir, digunakan pasir pasang dengan gradasi tidak
melebihi diameter 0,35 cm, bersih dan bebas dari segala macam
kotoran baik organic maupun lumpur, tanah, garam dan sebagainya.
a. Pasir laut sama sekali tidak boleh digunakan.
b. Mencampur adukan untuk plesteran harus dilakukan di dalam alat
pencampur diatas permukaan yang keras. Tidak boleh memakai
adukan yang mengeras dengan mencampurkan kembali.

Pasal 28 PEKERJAAN PLESTERAN

1. Guna menyelesaikan muka beton dan dinding dipasang


plesteran dengan lapisan tidak lebih dari 3,5 cm kecuali ditentukan lain.
2. Lapisan harus dibentuk sedemikian rupa sehingga merupakan
permukaan yang rata. Plesteran harus dilaksanakan dengan memakai
alat hamper dari kayu dan disebarkan kepinggir-pinggir dengan
memakai alat perata adukan sampai permukaan tersebut halus.
3. Plesteran harus dibiarkan basah paling sedikit 2 (dua) hari
setelah dipasang.
4. Mulailah membasahinya begitu plesteran telah mengeras
secukupnya unuk menghindari kerusakan. Walau kering dan panas,

VI-13
plesteran harus dijaga agar tidak terjadi penguapan terlalu banyak dan
tidak rata.
5. Setelah diplester dengan jenis pelsteran sepertti diuraikan
dalam butir (a) diatas. Selanjutnya permukaan plesteran tersebut di aci
dengan semen.

Pasal 29 PEKERJAAN PERBAIKAN DAN PEMBERSIHAN

Membetulan semua pekerjaan yang cacat, harus dilaksanakan dengan


membongkar bagian tersebut.
Pekerjaan yang sudah selesai tidak boleh ada yang retak, noda dan cacat-
cacat lainnya. Pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan harus selalu dalam
keadaan bersih.

VI. 5 .6 PEKERJAAN KUSEN DAN DAUN PINTU

Pasal 30 LINGKUP PEKERJAAN

Meliputi semua pekerjaan memotong kaca, mengebor dan memasang


metal joint, menyetal, membuat lubang-lubang kunci trimed dan lain-lain
yang diperlukan baut dan sekrup dynabolt untuk menyambung kusen
alumninium dengan baik.

Pasal 31 BAHAN-BAHAN

1. Kayu yang dipakai untuk pekerjaan kusen, rangka pintu, dan


jendela adalah Kayu kelas II.
2. Kusen dipakai harus berkualitas baik.

Pasal 32 PELAKSANAAN PEKERJAAN KUSEN PINTU DAN JENDELA

1. Kusen harus dipasang kokoh, serta terpasak sehingga diperoleh


rangka yang halus/mulus dan kaku.
2. Semua permukaan yang tegak dan berhubungan dengan
dinding atau kolom harus diberi alur – alur adukan.
3. Daun pintu dibuat dari kayu kelas II dengan rangka utama dan
isi panelnya kaca 5 mm atau sesuai gambar dan dirangkai secara kokoh,
halus dan rapih.
4. Kayu yang akan dipergunakan untuk kusen maupun pintu harus
benar – benar kering.

VI. 5.7 PEKERJAAN ATAP DAN LANGIT-LANGIT

VI-14
Pasal 33 LINGKUP PEKERJAAN

Meliputi semua pekerjaan rangka kuda-kuda, rangka atap baja dan penutup
zinkalum dan pemasangan bending sesuai dengan gambar, peralatan dan
bahan-bahan yang diperlukan untuk pemasangan atap seperti tercantum
dalam gambar kerja/risalah aanwijzing.

Pasal 34 BAHAN – BAHAN

BAHAN BAJA
a. Untuk kayu kuda-kuda baja, gording baja dan lisplank menggunakan
aluminium composite t 1 mm atau sejenis yang berkualitas baik, yang
retak/cacat dan memiliki tanda tanda lapu ex bengkok harus ditolak
pada saat pengiriman dan harus segera disingkirkan dari lokasi
pekerjaan.
b. Besi yang berkarat, retak cacat produksi tidak boleh dipakai.

BAHAN BAJA RINGAN


c. Rangka atap menggunakan C – Chanal 75, Batten AZ 0,5 bahan baja
ringan dengan penguat Roving besar dan Roving kecil serta Dynabolt
yang dibuat dan dipasang sesuai gambar, atau cara lain tetapi kekuatan
dan mutu dapat dipertanggung jawabkan.
d. Semua Dimensi/Ukuran C-Chanal dan Batten AZ yang digunakan sesuai
dengan gambar kerja.
e. Atap bangunan menggunakan bahan genteng metal dengan mutu baik.
f. Bubungan atap menggunakan bubungan genteng metal yang sesuai.

Pasal 35 PELAKSANAAN PEKERJAAN RANGKA ATAP

1. Rangkaian kuda-kuda baja baja harus dibuat sesuai ukuran dan


sudut/ radius sesuai dengan gambar kerja kecuali ditentukan lain oleh
direksi pekerjaan.
2. Setiap sisi/pertemuan kuda-kuda harus dipasang besi
pengaku/penguat (stifener) dan joint anatara kuda-kuda.
3. Penutup atap menggunakan genteng metal, berkualitas baik
yang telah disetujui oleh direksi pekerjaan sesuai dengan contoh barang
yang telah mendapat persetujuan direksi.
4. Pengawas pekerjaan berhak menolak pekerjaan yang kurang
baik dan segala pembongkaran dan pengulangan pekerjaan menjadi
resiko pemborong.
5. Setiap operlap atap zingkalum harus mempertimbangkan aliran
air balik akibat tekanan angin dan zinkalum harus dengan berkwalitas
baik dan disetujui oleh Pihak Direksi.

VI-15
Pasal 36 PEKERJAAN PLAFOND

1. Rangka plapond atau langit-langit berukuran sesuai dengan


gambar dan penggantung plafond dari kayu kelas III.
2. Rangka plafond harus lurus dan rata untuk menempatkan
permukaan plapond.
3. Penutup rangka plafond yang dipasang adalah triplek dengan
ketebalan 3 mm sesuai gambar.
4. Bahan plafond yang rusak atau cacat dan tidak memenuhi
syarat kwalitas tidak boleh dipakai.
5. Pada pertemuan antar potongan plafond nat setebal 2 mm di
dempul dengan corrnis
6. Pada setiap pengakhiran plafond harus dipasang list profil
ukuran 5/5 cm sesuai gambar dan spesifikasi biaya/RAB.
7. Pemasangan plafond harus rapi, dan waterepass sesuai
ketinggian yang tertera pada gambar.

VI. 5.8 PEKERJAAN KACA

Pasal 37 LINGKUP PEKERJAAN

Meliputi semua peralatan, pekerjaan, bahan-bahan yang berhubungan


dengan pekerjaan kaca dan dinding keramik sesuai gambar dan RKS.
Penyedian dan pemasangan kaca dilaksanakan untuk :
 Daun Jendela
 Jalusi / Boven

Pasal 38 BAHAN-BAHAN

 Kaca untuk jendela tebal 5 mm.


 Semua kaca memiliki mutu serta cara uji sesuai dengan SIT 0189-78.

Pasal 39 PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Pekerjaan kaca dilaksanakan setelah pekerjaan langit-langit,


lantai, penyelesaian dinding selesai.
2. Pemotongan kaca harus teliti dan sesuai dengan ukuran
sehingga dalam pemasangan tanpa ada pemaksaan.
3. Pemotongan kaca harus sesuai dengan rangka minimum mm
masuk dalam alur kaca.
VI-16
4. Waktu pemasangan kaca mengalami retak tergores atau
mengalami cacat harus diganti dan biaya ditanggung pemborong.
5. Setelah kaca selesai dipasang tidak diperkenankan diberi
tanda dengan kapur apa lagi cat. Tanda-tanda harus menggunakan
potongan kertas yang direkatkan dengan lem kertas.
6. Pembersih akhir kaca harus menggunakan kain katun lunak
dengan cairan pembersih kaca.

VI. 5.9 PEKERJAAN PENGECATAN

Pasal 40 LINGKUP PEKERJAAN

 Meliputi semua peralatan, pekerjaan, bahan-bahan yang


berhubungan dengan pekerjaan pengecatan dan dinding keramik sesuai
gambar dan RKS.
 Pekerjaan pengecatan dilaksanakan sebaik-baiknya, hasil pekerjaan
tidak bergelombang mengelupas dan cacat lainnya.

Pasal 41 BAHAN – BAHAN

1. Cat yang digunakan dalam kaleng yang masih disegel isi dalam
kemasan 1 kg dan 5 kg tidak cacat, bocor dan mendapat persetujuan
dari pengawas pekerjaan.
2. Pemborong bertanggung jawab bahan warna dan bahan cat
adalah tidak palsu sesuai dengan RKS.

Pasal 42 WARNA

1. Selambat-lambatnya dua minggu sebelum pekerjaan


pengecatan dimulai pemborong harus mengajukan daftar bahan
pengecatan kepada petugas.
2. Setelah petugas menentukan pilihan warna pemborong wajib
menyiapkan bahan dan bidang pengecatan untuk dijadikan contoh, atas
biaya pemborong.

Pasal 43 PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Sebelum pekerjaan pengecatan dilaksanakan pekerjaan langit-


langit dan lantai telah selesai terlebih dahulu.
2. Selanjutnya diadakan persiapan sebagai berikut : .
 Dinding atau bagian yang akan dicat selesai dan disetujuan
oleh direksi pekerjaan.

VI-17
 Bagian yang retak-retak atau kotoran-kotoran yang
menempel dibersihkan terlebih dahulu.
 Dinding yang akan dicat harus dalam keadaan kering.
 Menyiapkan tempat media untuk memberikan contoh
warna sebelum melakukan pengecatan.

Pasal 44 PENGECATAN

a. Semua permukaan yang berhubungan dengan plesteran diberi dasar


meni.
b. Permukaan yang dicat harus diamplas kemudian diplamir bila terdapat
retak atau celah/lubang.
c. Pekerjaan tersebut harus mulus tidak menggelembung.

VI. 5.10 PEKERJAAN RABATAN BETON

Pasal 45 LINGKUP PEKERJAAN

1. Beton terdiri dari suatu campuran yang sebanding


(proporsional) antara semen, air dan agrigat bergradasi. Campuran
beton akan mengendap dan mengeras menurut bentuk yang
diminta/disyaraktan dan membentuk suatu bahan yang padat, keras
dan tahan lama (awet) yang memiliki karakteristik tertentu.
2. Agregat meliputi baik yang bergardasi kasar maupun yang
bergradasi halus, tetapi jumlah agregat halus akan dipertahankan
sampai jumlah minimum yang diperlukan, yang apabila dicampur
dengan semen akan cukup untuk mengisi rongga-rongga antara agregat
kasar serta memberikan suatu permukaan akhir yang halus.
3. Beton yang kuat dengan keawetan yang optimum, volume air
yang dimasukkan ke dalam campuran harus dipertahankan sampai
jumlah minimum yang diperlukan untuk memudahkan pengerjaan
selama pencampuran.

Pasal 46 BAHAN – BAHAN

1. Semen
 Semen yang dipakai adalah Portland semen type I, yang
memenuhi syarat standar Nasional Indonesia (NI-8-1972) dan
standar Industri Indonesia (SII, 0013-81) mutu dan cara uji semen
Portland.
 Semen yang dipakai untuk pekerjaan beton harus dari merk yang
sama, jika tidak ada stok dipasaran dan memakai merk lain yang

VI-18
memenuhi syarat standar semen Indonesia dan seijin direksi
pengawas.
 Kantong-kantong semen yang rusak jahitannya dan robek, tidak
diperkenankan dipakai untuk pekerjaan beton.
 Semen yang sebagian sudah membatu dalam kantong tidak
diperbolehkan dipakai.
 Dalam pengangkutan semen harus terlindungi dari hujan dan
diterima dalam keadaan kantong asli dari pabrik serta tertutup rapi.
2. Agregat Halus (pasir)
 Harus sesuai PBI 1971 (NI-2),
 Kualifikasi dan Gradasi pasir adalah :
Ukuran Ayakan Lolos
No. 4 100 %
No. 8 92 – 100 %
No .16 65 – 100 %
No. 30 35 – 85 %
No. 50 15-30 %
No. 10 0 – 12 %
No. 200 0 %
 Pasir tidak mengandung lumpur lebih d ari 5% yang artinya dapat
melalui ayakan No. 200.
 Pasir harus bersih padat.
 Persyartan agregat halus diatas berlaku untuk beton ready mix.

3. Agregat Halus (pasir)


 Harus sesuai PBI 1971
 Kualifikasi dan Gradasi kasar adalah :
Agregat Kasar Type A1 Lolos
Medium Ukuran Ayakan
No. 4 100 %
No. 8 92 – 98 %
No .16 30– 45 %
No. 30 0– 10 %
No. 50 0-5 %

Agregat Kasar Type A2 Lolos


Medium Ukuran Ayakan
½ inci 100 %
3/8 inci 92 – 98 %
No. 4 30– 45 %
No. 8 0– 10 %
No. 16 0-5 %

VI-19
 Kerikil/koral tidak mengandung Lumpur lebih d ari 1 % terhadap
berat kering dan yang merusak beton.
 Kerikil/koral harus bersih, padat dan tidak berpori dan
terpengaruh cuaca.
 Persyaratan agregat halus diatas berlaku untuk beton ready mix.
4. Air
 Sesuai dengan ketentuan PBI – 1971.
 Air untuk adukan dan merawat beton harus bersih, bebas dari
bahan-bahan yang merusak beton atau campuran yang
mempengaruhi daya lekat semen.

VI. 5.11 PEKERJAAN SANITASI (Jika ada)

Pasal 47 LINGKUP PEKERJAAN

Meliputi semua peralatan, pekerjaan, bahan-bahan yang berhubungan


dengan pekerjaan sanitasi sesuai gambar dan RKS khusus untuk fiting
fiting, stop kran dan kloset serta perlengkapan sanitasi fixture lainya.
Pemborong harus memberikan contoh. pekerjaan sanitasi tidak dapat
terlepas dari pekerjaan mekanis plambing.

Pasal 48 BAHAN – BAHAN

1. Sanitasi fixture harus dilengkapi fiting-fiting, stop kran, dan


perlengkapannya.
2. Barang sanitasi yang dipakai adalah produksi menengah,
mempunyai permukaan yang halus dan licin, mengkilap dan kuat.
3. Perlengkapan sanitair tersebut adalah closet jongkok, kran air,
flor drain, lem pipa, seal type dan semua perpipaan sesuai dengan
gambar.

Pasal 49 PELAKSANAAN PERKERJAAN

1. Perkerjaan pemasangan sanitasi sebelum dimulai harus


diperiksa terlebih dahulu intalasi airnya yang berhubungan dengan data
tersebut.
2. Pipa instalasi air yang digunakan jenis PVC. AW.
3. Semua perlengkapan sanitasi dipasang dengan cara yang baik,
tidak merusak fitting, kokoh dan tidak bocor dan rapuh.
4. Pengetasan/ujicoba dilakukan setelah semua pekerjaan selesai
dan apabila terdapat hambatan dan kesalahan harus diperbaiki dengan
biaya pemborong.

VI-20
VI. 5.12 PEKERJAAN LANTAI

Pasal 50 LINGKUP PEKERJAAN

1. Meliputi semua peralatan, pekerjaan, bahan-bahan yang


berhubungan dengan pekerjaan lantai sesuai dengan gambar dan RKS.
2. Lantai menggunakan bahan keramik atau lantai floor, di
sesuaikan dengan gambar kerja.

Pasal 51 BAHAN-BAHAN

1. Lantai menggunakan keramik ukuran 30 x 30 cm untuk


ruangan.
2. Lantai Toilet/Kamar Mandi menggunakan Keramik 20 x 20 cm
3. Plint keramik dan Border menggunakan keramik 10 x 30 cm dan
dikamar mandi menggunakan 10 x 20 cm.
4. Bagian luar keliling bangunan menggunakan Floor rabat beton.

Pasal 52 PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Seluruh ruangan menggunakan lantai keramik 30 x 30 cm.


2. Plint Lantai menggunakan kramik 10 x 30cm atau seperti pada
gambar.
3. Keliling luar bangunan diberi lantai rabat seperti pada gambar.
4. Pelaksanaan pemasangan keramik.
a. Jenis adukan/perekat ps 8.01 dipakai P3. Semua yang akan dipasang
24 jam sebelumnya bagian bawah keramik harus dibersihkan ,
kemudian dilabur dengan acian air semen yang dan dipilih keramik
yang tidak retak atau cacat.
b. Pemasangan keramik harus rata dan garis-garis nad keramik yang
bersilang harus merupakan sudut 90, garis nad keramik dengan garis
nad plint harus satu garis. Lebar nad (celah) antara keramik dengan
keramik, maximium 3mm.
c. Setelah pemasangan keramik selesai seluruh nad-nad tersebut diisi
dengan perekat air semen kental, disapukan keseluruh nad-nad
sampai penuh dan rata. Kemudian membersihkan permukaan lantai
sampai bersih dari kotoran dan sisa-sisa semen.
d. Selama proses pengeringan lantai tidak boleh diinjak atau dibebani.
Maka setelah selesai seluruh pemasangan, ruang harus ditutup.

VI-21
e. Sedapat mungkin dalam pelaksanaan pemasangan keramik pada
ujung trap/tangga masuk (entrance) diuat sedemikian rupa sehingga
tidak mempunyai sudut yang tajam.
f. Pemasangan keramik dof didaerah basah, harus dipasang dengan
kemiringan 1:100 kearah floordrain (lubang pembuang).

VI. 5.13 PEKERJAAN ELEKTRIKAL / INSTALASI LISTRIK

Pasal 53 PEKERJAAN LISTRIK

A. Menyediakan material dan pemasangannya, mulai dari Panel Induk


sampai kejaringan terakhir.
B. Fasilitas instalasi listrik yang akan terpasang adalah untuk penerangan
dan tenagadi dalam bangunan untuk tegangan 220/380 V.
C. Pemasangan Instalasi Listrik dikerjakan oleh instalatur listrik Negara dan
mendapat persetujuan dari BAGPEM.

Pasal 54 LINGKUP PEKERJAAN

Jenis pekerjaan yang termasuk didalalm tugas dan tanggung jawab


Pelaksana antara lain :
1. Menyediakan semua material listrik, lengkap dengan peralatan
pembantu, baik untuk pelaksanaan maupun untuk kesempurnaan
sistem sesuai dengan spesipikasi yang diminta.
2. Membuat gambar apabila ada perubahan titik dengan
sempurna dan menyerahkan terlebih dahulu kepada Konsultan
Pengawas/Direksi untuk persetujuan sebelum pelaksanaan.
3. Menyediakan dan memasang armature lampu didalam
bangunan sesuai dengan gambar kerja.
4. Menyediakan dan memasang panel-panel listrik, sampai lampu
menyala.
5. Melaksanakan instalasi listrik dengan baik sesuai dengan
ketentuan dan standar dari PLN.
6. Mengadakan pengujian terhadap sistem instalasi listrik yang
telah dilaksanakan, hingga siap untuk mendapat aliran daya dari PLN.
7. Memberikan masa jaminan dan pemeliharaan.

Pasal 55 BAHAN – BAHAN

a. Pipa Instalasi.
Semua kabel kecuali jika tertutup oleh langit-langit, harus dibenamkan
pada isolator yang kaku atau dalam saluran pipa logam dengan fiting-
fiting yang sesuai.
b. Kabel Instalasi.

VI-22
Mengirimkan kabel baru ketempat pekerjaan dalam bungkus aslinya dan
harus dengan jelas ditandai dengan ukuran, jenis isolator, nomor dan
jenis pintalan dan merek dagang.
c. Isolator – Isolator.
Memasang kabel-kabel pada langit-langit dari jenis keramik yang
disetujui, dipasang kekonstruksi atap atau langit-langit dengan memakai
sekrup-sekrup kayu atau kuningan.
d. Saklar Lampu.
1. Saklar lampu dari jenis tumbler dengan wadah plastik
berkekuatan 10 Amp/250 V.
2. Saklar-saklar yang jenisnya menonjol (outbow) bentuknya harus
bujur sangkar, jika tidak ditentukan lain, saklar-saklar harus yang
bingkainya rata dengan tembok, dipasang pada ketinggian 150 cm
dari muka lantai.
e. Stop Kontak.
1. Stop kontak berkekuatan 5 atau 15 Ampere.
2. Semua pasangan stop kontak dengan kekuatan 250 V, harus di
pasang grounding.
3. Stop kontak dipasang rata-rata dengan ketinggian 110 cm dari
muka lantai.
f. Fiting Lampu.
Fiting lampu yang akan dipasang berkwalitas baik dan tidak berkarat
dan telah disetujui oleh konsultan pengawas/direksi. Semua fiting harus
sejenis dan harus dilengkapi dengan bola-bola lampu, tabung-tabung
lampu, stater, ballast yang sesuai dengan besarnya voltage.

VI. 5.14 PEKERJAAN LAIN – LAIN

Pasal 56 PEKERJAAN SALURAN AIR HUJAN

Meliputi semua pekerjaan saluran air hujan, peralatan dan bahan yang
diperlukan untuk pasangan bata dan plesteran seperti tercantum dalam
gambar kerja/risalah aanwijzing.

Pasal 57 PEMBERSIHAN SISA BAHAN BANGUNAN

Sebelum pekerjaan diserahkan semua Sisa bahan bangunan yang ada


dilingkungan/lokasi pekerjaan harus disingkirkan atau dibuang keluar area
atau sesuai dengan petunjuk Pihak Direksi.

PENUTUP

VI-23
1. Meskipun didalam “Rencana Kerja dan Syarat” ini, pada uraian
pekerjaan dan bahan-bahan tidak dinyatakan dan disediakan oleh pemborong dan
bilamana pekerjaan-pekerjaan dan bahan-bahan ini nyata menjadi bagian dari
pekerjaan pemborong, maka pernyataan tersebut dianggap dimuat didalam
“Rencana Kerja dan Syarat” ini dan bukan sebagai pekerjaan tambahan.
2. Segala macam pekerjaan yang belum masuk dalam penjelasan ini dalam
pelaksaaan akan ditentukan berdasarkan petunjuk dari konsultan
pengawas/pemilik pekerjaan. Sebelum penyerahan pertama dilaksanakan, maka
pemborong diharuskan membersihkan sisa kotoran-kotoran didalam maupun
diluar bangunan sampai bersih.

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT


(R.K.S) TEKNIS

PERSYARATAN TEKNIS

Standard-standard yang berlaku

Semua pekerjaan dalam RKS ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi persyaratan-
persyaratan teknis yang tertera dalam Persyaratan Normalisasi Indonesia (NI) dan peraturan-praturan
Nasional maupun peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang
bersangkutan yaitu :

 PUBI – 1982 : Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia


 NI – 8 : Peraturan Semen Portland Indonesia
 PPI – 1983 : Peraturan pembebanan Indonesia
 ASTM : American Society for Testing & Materials
 NI – 10 : Bata Merah Sebagai bahan bangunan
 PBI – 1971 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia
 SII : Standar Industri Indonesia
 PPBBI : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia
 AV 1941: Algemene Voorwarden
 AISC : American Institute of Steel Construcion
 AWS : American Welding Society
 Peraturan Nasional Pembangunan Indonesia
 Peraturan Kontruksi Kayu Indonesia (PKKI NI-5/1961).
 Peraturan Direktorat Jendral Perawatan Depnaker tentang penggunaan Tenaga Kerja,
Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja.
 Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia disingkat DTPI 1980.
 Pedoman Tata cara Penyelenggaraan Pembangunan Gedung Negara oleh Departemen Pekerjaan
Umum.
 Peraturan - peraturan Pembangunan Pemda setempat.

VI-24
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standard-standard yang tersebut diatas,
maupun standard Nasional lainnya maka diberlakukan standard Internasional yang berlaku atas
pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak tidaknya berlaku standard-standard persyaratan teknis dari
Negara-negara asal bahan pekerjaan yang bersangkutan.

Sebelum setiap memulai pekerjaan pembangunan dan pemasangan bahan/material dimulai,


Pemborong wajib dan harus menyerahkan :

a. Time Schedule
b. Spesifikasi bahan/material dari pabrik pembuatan untuk bahan material tertentu sesuai dengan
perintah Direksi Pengawas dan Konsultan Perencana.
c. Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing).
d. Contoh bahan, warna termasuk mock-up untuk pekerjaan tertentu sesuai dengan permintaan
Direksi, Pengawas, dan Konsultan Perencana.
e. Referensi, lisensi, sertifikat khusus dari pihak yang berwenang untuk pekerjaan tertensu sesuai
permintaan Direksi/Pengawas dan Konsultan Perencana.

f. Izin Pelaksanaan dari Direksi Pengawas diperlukan untuk diteliti dan disetujui oleh Direksi
Pengawas jika tidak memenuhi syarat akan ditolak dan harus diganti sampai memenuhi syarat
yang diminta atas tanggung jawab dan biaya Pemborong.

Data data Umum

Seluruh titik ukuran sehubungan dengan pekerjaan ini didasarkan pada ukuran setempat, yaitu titik-
titik ukuran yang ada di lapangan.

Penyerahan Pekerjaan

Pekerjaan harus diserahkan oleh Pemborong sampai selesai sama sekali hingga memuaskan, sisa
pembongkaran dan lain-lain yang sudah tidak terpakai dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.

Pasal 1
PEKERJAAN PERSIAPAN

1.1. Pekerjaan Pengukuran dan Pematokan :

1. Kontraktor harus memulai pekerjaan dari garis-garis yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan bertanggung jawab penuh atas pengukuran-pengukuran yang dibuatnya
Kontraktor harus menyediakan semua bahan peralatan dan tenaga kerja, termasuk juru-juru ukur
(surveyor) yang dibutuhkan sehubungan dengan pengukuran dan pematokan untuk setiap
pekerjaan yang memerlukannya.
Kontraktor diwajibkan untuk memelihara patok-patok serta tugu-tugu ukur utama selama masa
pembangunan.
2. Kontrakan diwajibkan melakukan penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi
keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah, lantai, letak batas-batas dengan alat-alat
yang sudah diterapkan kebenarannya.

VI-25
3. Ketidak-cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya
harus segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk dimintakan keputusannya.
4. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5. Segala pekerjaan pengukuran persiapan termasuk tanggung jawab Kontraktor, dengan biaya
sesuai kontrak.

1.2. Alat dan perlengkapan pekerjaan dan Tenaga Lapangan

1. Kontraktor dan bagian-bagian lainnya yang mengerjakan pekerjaan pelaksanaan dalam proyek ini,
harus menyeidakan alat-alat dan pekerjaannya sesuai dengan bidangnya masing-masing, seperti:
 Alat-alat ukur (theodolith, waterpas dan lain-lain) jika dibutuhkan
 Alat pemotong, penduga, dan alat bantu
 Topi pengaman dan sepatu lapangan

a) Disamping itu juga harus menyediakan buku-buku laporan (harian, mingguan), buku petunjuk
alat-alat yang akan dipakai, rencana kerja dan menempatkan tenaga-tenaga lapangan yang
bertanggung jawab penuh untuk memutuskan segala sesuatunya di lapangan dan bertindak atas
nama kontraktor.

1.3. Kantor Kontraktor, Gudang, dan Los Kerja

1. Kontraktor diwajibkan membuat bangunan sementara guna kepentingan kontraktor sendiri


(sebagai kantor Proyek lengkap dengan perabotnya, dan los/barak Pekerja), yang lokasinya akan
ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas.
2. Bentuk dan ukuran disesuaiakan Kantor Proyek, Gudang dan Los Pekerjaan disesuaikan dengan
kebutuhannya, dilengkapi ruang toilet dan tidak mengabaikan keamanan dan kebersihan dan
bahaya kebakaran, serta memperhatikan lokasi yang tersedia sehingga tidak mengganggu
kelancaran.
3. Selesai proyek, seluruh bangunan sementara (bangunan saja) menjadi milik kontraktor, dan
kontraktor wajib membongkar serta memindahkan bongkaran bangunan sementara tersebut
setelah mendapat instruksi dari Konsultan Pengawas.
4. Kontraktor diwajibkan merawat peralatan seperti Pompa dan lain sebagainya milik Pemilik
Proyek (bila ada) serta menanggung biaya perawatan peralatan selama berlangsungnya
pekerjaan.

Penyimpanan barang-barang dan material (Gudang material)

1. Kontraktor wajib membuat gudang sementara tempat penimbunan material seperti pasir,
koral, besi beton dan lain-lain. Material harus terlindung dengan baik. Gudang dilengkapi
dengan pintu serta kunci secukupnya. Gudang semen, lantainya dibuat bebas dari kelembaban
udara minimal 30 cm diatas permukaan lantai plesteran. Gudang dibongkar setelah mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas
2. Kontraktor diwajibkan untuk menempatkan barang-barang dan material pelaksanaan baik diluar
(terbuka) ataupun didalam gudang-gudang sesuai dengan sifat-sifat barang dan material tersebut
dengan persetujuan Konsultan Pengawas, sehingga akan menjamin keamanannya dan terhindar
dari kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh cara penyimpanan yang salah.

VI-26
3. Khusus untuk simpan bahan-bahan seperti pasir, kerikil harus dibuatkan kotak simpan dengan
pagar dari papan, sehingga masing-masing bahan tidak tercampur dengan lainnya.
4. Barang-barang dan material yang tidak akan digunakan untuk kebutuhan langsung pada
pekerjaan yang bersangkutan tidak diperkenankan untuk disimpan didalam site.

Pembersihan dan Keleluasaan Halaman

Kontraktor diwajibkan menjaga keleluasaan halaman dengan menempatkan barang-barang dan


material sedemikian rupa sehingga :
 Memudahkan pekerjaan
 Menjaga kebersihan sampah-sampah, kotoran-kotoran bangunan (puing-puing), air yang
menggenang
 Tidak menyumbat saluran-saluran air.

Pagar Pengaman Proyek (jika diperlukan)

Kontraktor diwajibkan membuat pagar halaman di sekeliling site untuk menjaga keamanan dan
ketenangan kegiatan pelaksanaan.
1. Pagar dari seng gelombang dipasang tegak setinggi kira-kira 180cm dicat dengan warna
ditentukan kemudian.
2. Rangka kayu, dengan penguat mendatar 3 baris (atas, tengah dan bawah) dan penguat tegak
jarak maksimum 250 cm.

Fasilitas-fasilitas lapangan

 Listrik penerangan dan kebutuhan pelaksanaan pekerjaan serta air kerja menggunakan milik
pemberi pekerjaan.
 Kamar mandi dan WC untuk para pekerja lapangan menggunakan milik pemberi tugas.

Disediakan oleh kontraktor :


 Air minum atau air bersih yang dapat diminum, untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan dan
semua petugas-petugas yang ada di Proyek .
 Alat-alat pemadam kebakaran ringan
 Alat-alat PPPK

Air Kerja dan Listrik Kerja

Air kerja selama pelaksanaan pekerjaan menggunakan air milik pemberi pekerjaan, kontraktor
menyediakan perlengkapan untuk penyambungan instalasi air maupun listrik.

Persiapan Lokasi

Kontraktor diwajibkan membersihkan / memindahkan perabot atau loose furniture dari lokasi yang
ditetapkan untuk di renovasi dengan ketentuan :
 Memindahkan semua perabot yang ada ( curtain, loose furniture dll )
 Mendata seluruh barang yang dipindahkan dalam sebuah daftar dan diketahui oleh pengawas
dan owner

VI-27
 Menyimpan di tempat terpisah dan melindungi dari kotoran/debu sesuai dengan persetujuan
dari direksi pengawas
 Memindahkan kembali ke lokasi semula setelah adanya persetujuan dari direksi pengawas
 Kontraktor wajib memasang pembatas ruangan (tripleks, terpal, jaring dsb) dalam
pelaksanaan pekerjaan demi menjaga kelancaran aktifitas kantor sesuai dengan persetujuan
dari direksi pengawas.
 Kontraktor wajib menjaga keamanan dan kenyamanan agar tidak mengganggu aktifitas kerja
pengguna kantor.

1.4. Direksi keet (Ruang Kerja Konsultan):

Kantor Direksi Lapangan merupakan bangunan sementara harus disediakan saat dimulai pekerjaan
yaitu setelah adanya Serah Terima Lapangan.

Direksi Keet dibuat dengan menyesuaikan lokasi yang ada :


a. Luas 76 m2 , dilengkapi dengan toilet.
b. Peralatan yang harus disediakan bersifat sewa pada Direksi Keet:
 1 buah meja rapat ukuran 1,20 x 2,40 m dengan 10 buah kursi lipat.
 4 buah meja tulis ½ biro ukuran 0.80 x 1.20 m dengan 8 buah kursi lipat.
 2 unit AC split masing-masing 0.75 PK.
 1 lembar soft board ukuran 1,20 x 2,40 m
 1 unit White board ukuran 1,20 x 2,40 m
 3 buah unit filling cabinet dengan 4 laci.
 1 unit computer dan printer.
 10 buah topi lapangan.
c. Peralatan pemadam kebakaran, dry chemical dengan isi 3,5 kg
d. Peralatan P3K

Kantor Direksi bersifat bangunan sementara, sedangkan perlengkapannya bersifat sewa, digunakan
sampai dengan selesainya pembangunan. Seluruh biaya perawatan dan operasionalnya menjadi
tanggungan Kontraktor sampai dengan Serah Terima Pertama Pekerjaan.
Segera setelah Serah Terima Pertama Pekerjaan, fasilitas ini harus dibongkar dan diangkut keluar.

Kontraktor harus menyelenggarakan berfungsinya Direksi Keet berupa :


o Penyediaan alat telekomunikasi (telepon)
o Kebersihan Keet
o Memelihara AC dan instalasinya.

Pasal 2
PEKERJAAN PENGUKURAN

Syarat-syarat-Pelaksanaan Pelaksanaan secara umum.

1. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi renovasi


dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian bangunan dengan alat-alat
yang sudah ditera kebenarannya.

VI-28
2. Ketidak-cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya
harus segera dilaporkan kepada Direksi Pengawas untuk dimintakan keputusannya.

3. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Direksi Pengawas.
4. Segala pekerjaan pengukuran persiapan menjadi tanggung jawab Kontraktor dengan
biaya sesuai kontrak.

Pasal 3
PEKERJAAN BONGKARAN

Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, alat-alat yang diperlukan untuk
menyelesaikan semua pekerjaan bongkaran seperti yang disyaratkan serta sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas. Meliputi bongkaran lantai, dinding partisi gypsum, batu bata/plesteran,
beton, dan langit-langit dan penutup atap, kusen dan yang lainnya, pembersihan dari bongkaran
angkutan keluar site untuk seluruh material bekas bongkaran.

3.1. Pekerjaan bongkaran instalasi :


a. Pembongkaran dinding partisi/batu bata termasuk pelapisnya, sesuai dengan yang
ditunjukkan dalam gambar.
b. Pembongkaran Kusen dan Pintukaca.
c. Pembongkaran lantai
d. Pembongkaran plafond.
e. Pembongkaran instalasi air bersih (Jika ada).
f. Pembongkaran instalasi listrik berikut armature-nya.
g. Pembongkaran instalasi fire alarm beserta armature-nya.
h. Pembongakaran dinding koneksitas gedung.
i. Pembongkaran beton penutup kolom lanjutan.
j. Semua bahan hasil bongkaran tak boleh digunakan lagi, harus diangkut keluar

Syarat-syarat-Pelaksanaan secara umum.

1. Pelaksanaan dari seluruh pekerjaan bongkaran yang ditentukan dalam uraian dan syarat-
syarat ini, harus dilakukan secermat-cermatnya sehingga tidak mengganggu kepentingan
dan keamanan umum yang ada disekelilingnya.

2. Tidak diperkenankan pada waktu pelaksanaan bongkaran, terjadi kegaduhan yang dapat
mengganggu ketertiban dan keamanan umum.

3. Kontraktor harus melokalisir areal penimbunan sementara dari seluruh material bongkaran
dan sampai pembuangan agar tidak mengganggu kepentingan umum.

4. Kontraktor wajib mengambil langkah-langkah demi pengamanan terhadap material


bongkaran yang menurut petunjuk Direksi Pengawas harus dibongkar dengan baik/tanpa
cacat/utuh, serta setelah dibongkar harus dijaga keamanannya bila dikehendaki/sesuai
petunjuk Direksi Pengawas.

VI-29
5. Puing-puing bekas bongkaran harus segera disingkirkan dari lokasi pekerjaan dan
pembuangannya harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kepentingan
umum.

6. Semua daerah bongkaran harus dipelajari, dilihat/dikontrol secara seksama, pengaruh dan
segala kemungkinan dari akibat pekerjaan bongkaran, harus diperhatikan agar tidak
mengganggu aktifitas umum dan tidak mengganggu peralatan yang ada. Kontraktor harus
melakukan secara baik, benar dan tepat dalam melakukan pekerjaan bongkaran.

7. Kontraktor wajib melakukan pengukuran dan peninjauan kondisi existing untuk penyesuaian
dengan perencanaan.

8. Kontraktor dapat mengajukan usulan-usulan teknis penyelesaian, termasuk pelaksanaan


pembongkaran bagian yang ditentukan, berdasarkan hasil termuan di lapangan.

9. Wajib untuk membuat shop drawing untuk pekerjaan pembongkaran yang memperlihatkan
bagian yang akan dibongkar serta rencana support untuk menjaga kestabilan bagian
disekitarnya.

10. Kontraktor harus menyediakan seluruh peralatan untuk bongkaran dan pengadaan bahan
dari mutu terbaik yang sesuai jenisnya untuk perbaikan dan finishing.

11. Segala resiko pekerjaan diluar kontrak yang terjadi selama melakukan pekerjaan bongkaran,
pembersihan dan pembuangan ke luar lokasi pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Konsultan Perencana tidak bertanggung jawab atas:
a) Performance bentuk kontrak,
b) Hasil pekerjaan konstruksi (kecuali telah dilakukan test terlebih dahulu),
c) Kelalaian atau akibat pekerjaan Kontraktor, sub kontraktor, manufaktur, supplier,
fabricator, ataupun pihak Ketiga (atau anggotanya) yang bekerja untuk pemilik.

12. Lokasi / area renovasi harus dalam keadaan siap kerja, dimana terbebas dari seluruh barang-
barang termasuk furniture

A. Pekerjaan Bongkar Pelapis Lantai:

1. Pekerjaan bongkaran lantai dilakukan meliputi lapisan finishing lantai saja sesuai yang
ditunjukkan dalam gambar.
Meliputi pekerjaan pembongkaran pelapis lantai seluruh ruangan yang direncanakan
ganti yang baru.
Pembongkaran meliputi pelapis lantai dan keramik dinding, berikut adukan perekatnya
(mortar), Sementara pasir urug yang ada tetap dipertahankan untuk digunakan bagi
rencana pemasangan lantai baru, kecuali ditentukan lain.

2. Kontraktor harus menjaga agar segala jaringan dan peralatan yang dalam
ketentuan/persyaratan tidak dibongkar, tidak akan terganggu dan rusak akibat
bongkaran yang dilakukan.
3. Bila ternyata terjadi kerusakan/gangguan, maka Kontraktor harus mengganti
/memperbaiki dengan biaya sendiri tanpa mengurangi mutu dan fungsi dari
peralatan tersebut.

VI-30
4. Semua bahan pengganti harus dari mutu terbaik, memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dan yang telah disetujui Direksi Pengawas.

5. Sisa / bekas bahan bongkaran harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dan
pembuangan dilakukan diluar lokasi pekerjaan.

6. Kontraktor harus senantiasa memperhatikan keamanan terhadap pekerjaan-


pekerjaan di sekelilingnya dengan mengambil langkah-langkah pengamanan
seperlunya.

7. Semua biaya perbaikan, penggantian, pembersihan dan angkutan menjadi biaya


proyek.

B. Pekerjaan Bongkar Dinding Batu Bata / Partisi dan Pelapisnya.

1. Pekerjaan meliputi penyediaan tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan demi terlaksananya
pekerjaan dengan baik.
Pada gambar dokumen lelang ditunjukkan dinding / partisi yang akan dibongkar, secara
bertahap berdasarkan tahapan area kerja.
Pembongkaran harus dilakukan secara hati-hati, termasuk pembongkaran rangka-rangka
dinding (kolom praktis, ring balk).
Semua bagian bekas bongkaran ini harus diangkut ke luar dan tidak boleh dipergunakan
kembali untuk pekerjaan lainnya kecuali seijin Konsultan Pengawas.

2. Pekerjaan bongkaran dinding bata ini meliputi sebagian dinding bata berikut pintu dan
jendela yang ada sesuai yang ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi
Pengawas.

3. Kontraktor harus menjaga agar segala jaringan dan peralatan yang dalam ketentuan tidak
dibongkar, tidak akan terganggu dan rusak karenanya.

4. Bila terjadi kerusakan Kontraktor harus mengganti/memperbaiki kembali.

5. Bahan pengganti harus dari mutu terbaik, memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dan
disetujui Direksi Pengawas.

6. Sisa/bekas bahan bongkaran harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan serta
dikeluarkan di luar pekerjaan.

7. Kontraktor harus senantiasa memperhatikan keamanan terhadap pekerjaan-pekerjaan


disekelilingnya dengan mengambil langkah-langkah pengamanan seperlunya.

8. Semua biaya pembersihan dan angkutan menjadi dibayarkan sesuai kontrak.

C. Pekerjaan Bongkar Langit-langit.

1. Pekerjaan meliputi penyediaan tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan demi terlaksananya
pekerjaan ini dengan baik dan aman.

VI-31
2. Pekerjaan bongkaran langit-langit ini meliputi rangka-rangka plafond, lampu-lampu, grill
diffuser, fire alarm dan fixtrure M&E yang ada sesuai yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambar atau sesuai petunjuk Pengawas.

3. Kontraktor harus menjaga keamanan pada jaringan dan peralatan yang disyaratkan.

4. Material bongkaran harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan serta dibuang keluar
lokasi pekerjaan.

5. Kontraktor harus senantiasa memperhatikan keamanan terhadap pekerjaan-pekerjaan


disekelilingnya dengan mengambil langkah-langkah pengamanan seperlunya.

6. Semua biaya pembersihan dan angkutan menjadi dibayarkan sesuai kontrak.

D. Pekerjaan Bongkar instalasi.

Pekerjaan bongkaran instalasi meliputi instalasi plumbing, elektrikal dan armature serta grill
diffuser AC, yang tak akan digunakan lagi, diganti dengan instalasi baru.
Semua bahan hasil bongkaran tak boleh digunakan lagi, harus diangkut keluar.

Pasal 4
PEKERJAAN STRUKTUR

4.1 Uraian Umum

a. Pemberian pekerjaan meliputi :


Pengadaan, pengelolaan, mendatangkan, pengangkutan semua bahan, pengerahan tenaga
kerja, mengadakan, mobilisasi alat pembantu dan sebagainya yang pada waktu umumnya
langsung atau tidak langsung termasuk di dalam usaha menyelesaikan degan baiak dan
menyerahkan pekerjaan yang sempurna dan lengkap, disini juga dimaksudkan pekerjaan-
pekerjaan ataupun bagian pekerjaan yang walaupun tidak jelas disebutkan di dalam RKS dan
gambar-gambar tetapi masih berada dalam bidang pembangunan haruslah dilaksanakan
selanjutnya sesuai dengan petunjuk-petunjuk Dirkesi Lapangan.

b. Lapangan pekerjaan dalam keadaan pada waktu penawaran, termasuk segala segala sesuatu
yang berada didalamnya direshkan tanggung jawabnya kepada Kontraktor dengan Berita
Acara penyerahan Lapangan.

c. Oleh Kontraktor pekerjaan haruslah diserahkan dengan sempurna dalam keadaan selesai dan
berfungsi baik sesuai dengan yang disyaratkan.

d. Kontraktor wajib mentaati dan melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab
berdasarkan syarat-syarat dn uraian-uraian di dalam RKS, Risalah Rapat Pemeberian
Pemjelasan, Gambar-gambar yang ada maupun gambar-gambar susulan selama pelaksanaan,
petunjuk-petunjuk teknis maupun administrasi serta instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh
Pemberi Tugas.

4.2 Lingkup Pekerjaan

VI-32
a. Pekerjaan Kolom
b. Pekerjaan Balok Standard
c. Pekerjaan Plat
d. Pekerjaa Listplank
e. Pekerjaan Dinding

4.3 Pengukuran

a. Ukuran-ukuran dan ukuran tinggi telah ditetapkan dalam gambar-gambar.


b. Jika terdapat perbedaan ukuran antar gambar-gambar utama dengan gambar-gambar
perincian, maka yang mengikat adalah ukuran-ukuran pada gambar utama, Namun demikian
hal-hal tersebut harus dilaporkan segera kepada Direksi Lapangan.
c. Pengambilan dan pemakaian ukuran-ukuran yang keliru sealam pelaksanaan pekerjaan
adalah menjadi tanggung jawab dan resiko Kontraktor sepenuhnya.
d. Ketidakcocokan yang mungkin ada mengenai perbedaan-perbedaan antara gambar dan
kenyataan harus segera dilaporkan kepada Direksi Lapangan, untuk diproses secara terulis.

4.4 Persyaratan Bahan Semen

a. Semua semen yang digunakan adalah semen portland lokal.


Dengan syarat :
 Peraturan Semen Portland Indonesia (NI 8 - 1972)
 Peraturan Beton Indonesia (NI 2- 1971)
 Mempunyai seretifikat Uji (teest sertificate)
 Mendapat Persetujuan Perencana & Pengawas.

b. Semua semen yang akan dipakai harus dari satu merk yang sama (tidak diperkenankan
menggunakan bermacam-macam jenis / merk semen untuk suatu konstruksi / struktur yang
sama), dalam keadaan baru dan asli, dikirim dalam kantong-kantong semen yang masih
disegel dan tidak pecah.

c. Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan. Harus diterimakan dalam zak
(koantong) asli dari pabriknya dalam keeadaan tertutup rapat, dan harus disimpan digudang
yang cukup ventilasinya dan diletakkan tidak kena air, diletakkan pada tempat yang
ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai.Zak-zak semen tersebut tidak boleh ditumpuk
sampai tingginya melampaui 2 m atau maximum 10 zak, setiap pengiriman baru harus
ditandai dan dipisahkan dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan
pengirimannya.

d. Untuk semen yang diragukan mutu dan kerusakan-kerusakan akibat salah penyimpanan
dianggap rusak, membatu, dapat ditolak penggunaannya tanpa melalui test lagi. Bahan yang
telah ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2 x 24 jam.

4.5 Agregat

a. Semua pemakaian koral (kerikil) batu pecah (agregat kasar ) dan pasir beton, harus
memenuhi syarat-syarat :
 Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (NI 3 –1958)
 Peraturan Beton Indonesia (NI 2 –1971)

VI-33
 Tidak mudah hancur (tetap keras), tidak porous
 Bebas dari tanah / tanah liat (tidak bercampur dengan tanah liat atau kotoran-kotoran
lainnya.

b. Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dan harus memenuhi syarat :
 Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 – 19 mm lebih dari 24 %
 Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19 - 30 mm lebih dari 22 %

c. Koral (kerikil ) dan batu pecah (aagregat kasar) yang mempunyai ukuran lebih besar dari 38
mm, untuk penggunaannya harus mendapat persetujuan Pengawas.

d. Gradasi dari agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu
beton yang baik, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan semen dan air, dalam
proporsi campuran yang akan dipakai.

e. Pengawas dapat meminta kepada Kontrkator untuk mengadakah test kwalitas dari agregat-
agregat tersebut dari tempat penimbunan yang ditunjuk oleh Pengawas, setiap saat dalam
laboratorium yang diakui atas biaya kontraktor.

f. Dalam hal adanya perubahan sumber dari mana agregat tersebut disupply, maka kontraktor
diwajibkan unatuk memberitahukan kepada Pengawas.

g. Agregat harus disimpan di tempat yang bersih, yang keras permukaannya dan dicegah supaya
tidak terjadi pencampuran satu sama lain dan terkotori.

4.6 Air

a. Air yang akan dipergunakan untuk semua pekerjaan –pekerjaan dilapangan adalah air bersih,
tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam alkali) didak mengandung
ornagisme yang dapat memberikan efek merusak beton, minyak atau lemak. Memenuhi
syarat-syarat Peraturan Beton Indonesia (NI 2 – 1971) dan diuji oleh Laboratorium yang diakui
sah oleh yang berwajib dengan biaya ditanggun oleh pihak Kontraktor.

b. Air yang mengandung garam (air laut) tidak diperkenankan untuk dipakai.

4.7 Besi Beton (Steel Reinforcement)

a. Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syara-syarat :


 Peraturan baeton Insonesia ( NI 2 – 1971)
 Bebas dari kotoran-kotoran, laposan minyak-minyak, karat dan tidak cacat (retak-retak,
mengelupas, luka dan sebagainya).
 Dari jenis baja dengan mutu U24 untuk diameter < diameter 10 s/d 12 mm U32, dan U39
untuk diameter > 13 (ulir)
 Mempunyai penampang yang sama rata.
 Ukuran disesuaiakan dengan gambar-gambar

b. Pemakaian beesi beton dari jenis yang berlainan dari ektentuan-ketentuan di atas, harus
mendapat persetujuan Perencana / Pengawas

VI-34
c. Besi beton harus disupply dari satu sumber (manufacture) dan tidak dibenarkan untuk
mencampur adukan bermacam-macam sumber beesi beton tersebut untuk pekerjaan
konstruksi.

d. Kontraktor wajib mengadakan pengujian mutu besi beton yang akan dipakai, sesuai dengan
petunjuk-petunjuk dari Pengawas, serta menyertakan data teknis dari pabrik pembuat baja
tulangan. Batang percobaan diambil dibawah kesaksian CM.
Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana dipandang perlu oleh
Pengawas
Semua biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.

c. Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan gambar atau mendapat persetujuan
Pengawas. Untuk hal itu sebelumnya kontraktor harus membuat gambar pembengkokan baja
tulangan (bending schedule), diajukan kepada Pengawas untuk mendapat persetujuannya.
Hubungan antara besi beton satu dengan yang lainnya harus menggunakan kawat beton,
diikat dengan teguh, tidak bergeser selama pengecoran beton dan bebas dari lantai kerja atau
papan acuan.
Sebelum beton dicor, besi beton harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karet lepas, kulit
giling atau bahan-bahan lain yang merusak. Semua besi beton harus dipasang pada posisi
yang tepat.

d. Penggunaan besi beton yang sudah jadi seperti steel wiremesh atau yang semacam itu, harus
mendapat persetujuan Perencana / Pengawas.

e. Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kwalitasnya tidak sesuai dengan
spesifikasi (R.K.S.) diatas, harus segera dikeluarkan dari site setelah menerima instruksi
tertulis dari Pengawas dalam waktu 2 x 24 jam.

4.8 Admixture

Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan pengerasan maupun
untuk maksud-maksud lain dapat dipakai bahan admixture. Jenis dan jumlah bahan admixture yang
dipakai harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Lapangan/ Pengawas.

4.8 Mutu Beton

a. Adukan (adonan) beton harus memenuhi syarat-syarat PBI – 1971 dan NI 2. Beton harus
mempunyai kekuatan karakteristik K 250 untuk pekerjaan struktur dan K125 untuk pekerjaan
plat lantai dasar.

b. Kontraktor diharuskan membuat adukan percobaan (trial mixes) untuk mengontrol daya
kerjanya sehingga tidak ada kelebihan pada permukaan ataupun menyebabkan terjadinya
pengendapan (segregation) dari agregat. Percobaan slump diadakan menurut syarat-syarat
dalam Peraturan Beton Bertulang Indoneesia (NI 2-1971).

c. Pekerjaan pembuatan adukan percobaan (trial mixes) tersebut diatas harus dilakukan untuk
menentukan beton yang baru dimulai

d. Adukan beton yang dibuat setempat (site mixing) harus memenuhi syarat-syarat :

VI-35
 Membuat mix design
 Semen diukur menurut volume
 Agregat diukur menurut volume.
 Pasir diukur menurut volume
 Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin (batch mixer)
 Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin pengaduk.
 Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan berada dalam mesin
pengaduk.
 Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan lebih dulu,
sebelum adukan beton yang baru dimulai.

4.9 Adukan Beton

a. Adukan beton harus mempunyai syarat-syarat PBI 1971 NI 2. Beton harus mempunyai
kekuatan karakteristik sesuai yang disyaratkan dalam gambar.

b. Kontraktor diharuskan membuat adukan percobaan (trial mixer) untuk mengontrol daya
kerjanya, sehingga tidak ada kelebihan pada permukaan ataupun menyebabkan terjadinya
pengendapan (segregasi) dari agregat.
Percobaan slump diadakan menurut syarat-syarat dalam Peraturan Beton Indonesia (NI 2
1971)

c. Pekerjaan pembuatan adukan percobaaan (trial mixes) tersebut diatas harus dilakukan untuk
menentukan komposisi adukan yang akan dipakai pada pekerjaan beton selanjutnya dan
harus mendapat persetujuan Pengawas.

4.10 Faktor Air Semen

a. Agar dihasilkan suatu konstruksi beban yang sesuai dengan yang direncanakan, maka faktor
air semen ditentukan sebagai berikut :
 Faktor air semen untuk Balok, sloof dan poer maksimum 0,60.
 Faktor air semen untuk kolom, balik, pelat lantai tangga dinding, beton dan lisplank /
parapet maksimum 0,60.
 Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap dan tempat-tempat basah lainnya
maksimum 0,55.

b. Untuk lebih mempermudah dalam pengerjaan beton dan dapat dihasilkan suatu mutu
sesuai dengan yang direncanakan, maka untuk konstruksi beton dengan faktor air semen
maksimum 0,55 harus memakaiplasticizer sebagai bahan additive. Pemakaian merk dari
bahan additive tersebut harus mendapat persetujuan dari Pengawas
4.11 Test Kubus/Silinder Beton

a. Pengawas berhak meminta setiap saat kepada kontraktor unuk membuat kubus/silinder
coba dari adukan beton yang dibuat.

b. Selama pengecoran beton harus selalu dibuat benda-benda uji, sesuai dengan PBI 1971 NI
2 atau SNI 1991 dengan nomor urut yang menerus.

VI-36
c. Cetakan kubus/silinder coba harus berbentuk bujur sangkar dalam segala arah, dan
memenuhi syarat-syarat dalam peraturan beton Indonesia (NI 2 –1971).Ukuran kubus coba
atau benda uji adalah 15x15 cm3.

d. Pengambilan adukan beton, percetakan kubus coba dan curingnya harus dibawah
pengawasan.

e. Prosedurnya harus memenuhi syarat-syarat dalam peraturan beton Indonesia (NI 2 –1971).

f. Kubus/silinder coba harus ditandai untuk identifikasi dengan suatu code yang dapat
menunjukkan tanggal pengecoran, pembuatan adukan struktur yang bersangkutan dan
lain-lain yang perlu dicatat.

g. Pada umumnya pengujian dilakukan sesuai dengan PBI 1971, bab 4,7, termasuk juga
pengujian-pengujian susut (slump) dan pengujian-pengujian tekanan.Jika beton tidak
memenuhi syarat-syarat pengujian slump, maka kelompok adukan yang tidak memenuhi
syarat itu tidak boleh dipakai, dan kontraktor harus menyingkirkannya dari tempat
pekerjaan.

h. Jika pengujian tekanan gagal maka perbaikan harus dilakukan dengan mengikuti prosedur-
prosedur PBI, untuk perbaikan.Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan kubus coba
menjadi tanggung wawab kontraktor.

i. Semua kubu/silinder coba jika perlu akan dicoba dalam laboratorium yang berwenang, dan
disetujui Pengawas.Laporan hasil percobaan harus disertahkan kepada Pengawas segera
sesudah selesai percobaan, paling lambat 7 hari sesudah pengecoran, dengan
mencantumkan besarnya kekuatan karakteristik, deviasi standard, campuran adukan berat
kubus benda uji tersebut dan data-data lain yang diperlukan.

j. Apabila dalam pelaksanaan nanti kedapatan bahwa mutu beton yang dibuat seperti yang
ditunjukkan oleh kubus cobanya gagal memenuhi syarat spesifikasi, maka Pengawas berhak
meminta kontraktor supaya mengadakan percobaan-percobaan non destruktif atau kalau
memungkinkan mengadakan percobaan destructif.

k. Percobaan-percobaan ini harus memenuhi syarat-syarat dalam Peraturan Beton Bertulang


Indonsesia (NI.2-1971)Apabila gagal, maka bagian pekerjaan tersebut harus dibongkar dan
dibangun baru sesuai dengan petunjuk Pengawas.

l. Semua biaya-biaya untuk percobaan dan akibat-akibat gagalnya pekerjaan tersebut menjadi
tanggung jawab kontraktor. Kontraktor juga diharuskan mengadakan slump test menurut
syara-syarat dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI.2- 1971).Slump beton berkisar
antar 8 cm sampai 12 cm.

4.12 Cetakan Beton/Bekisting

a. Persyaratan Penggunaan Bahan.


 Tidak mengalami deformasi.
 Bekisting harus cukup tebal ( plywood tebal min. 12 mm) dan terikat kuat menahan
beton dan beban sementara lainnya.

VI-37
 Paku, angkur dan sekrup-sekrup ukuran sesuai dengan keperluan dan cukup kuat untuk
menahan bekisting agar tidak bergerak ketika dilakukan pengecoran.Kedap air, dengan
metutup semua celah dengan “tape”, sehingga dijamin tidak timbul sirip atau adukan
keluar pada sambungan atau cairan keluar dari cetakan beton.Tahan terhadap getaran
vibrator dari luar maupun dari dalam bekisting.

b. Syarat Pelaksanaan Pemasangan.


 Tentukan jarak, level dan ukuran sebelum memulai pekerjaan.
 Pasang bekisting dengan tepat dan sudah diperkuat (bracing), sesuai design dan
standard yang telah ditentukan, sehingga bisa dipastikan akan menghasilkan beton
yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan akan bentuk, kelurusan dan dimensi.
 Hubungan-hubungan antar papan bekisting harus lurus, dan harus dibuat kedap air
untuk mencegah keborcoran adukan atau kemungkinan deformasi bentuk beton .
Hubungan-hubungan ini harus diusahakan seminimal mungkin.
 Bekisting untuk dinding pondasi dan sloof harus dipasang pada kedua
sisinya.Pemakaian pasanagan bata untuk bekisting pondasi harus atas seijin Direksi
Lapangan.
 Semua tanah yang mengotori bekisting pada sisi pengecoran harus dibuang.

c. Perkuatan pada bukaan di bagian-bagian yang struktural yang tidak diperlihatkan pada
gambar harus mendapatkan pemeriksaan dan persetujuan dari Direksi.

d. Pada bagian-bagian yang akan terlihat, tambahkan pingulan-pingulan (chamfer strips) pada
sudut-sudut luar (vertikal dan horisontal) dari baolik, kolom dan dinding.

e. Bekisting harus memenuhi toleransi deviasi maksimal berikut :


 Deviasi garis vertikal dan horisontal :
- 6 mm, pada jarak 3.000 mm
- 10 mm, pada jarak 6.000 mm
- 20 mm, pada jarak 12.000 mm
 Deviasi pada pemotongan melintang dari dimensi kolom atau balok atau
ketebalan plat maksimal sebesar 6 mm.

f. Aplikasi bahan pelepas acuan (form release agent) harus sesuai dengan rekomendasi
pabrik.
Aplikasi harus dilaksanakan sebelum pemasangan besi beton, angkur-angkur dan bahan-
bahan tempelan (embedded item) lainnya.
Bahan yang dipakai dan cara aplikasinya tidak boleh menimbulkan karat atau
mempengaruhi warna permukaan beton.

g. Dimana permukaan beton yang akan dilapisi bahan yang bisa rusak terkena bahan pelepas
acuan, bahan pelepas acuan tidak boleh dipakai.
Untuk itu, dalam hal bahan pelepas acuan tidak boleh dipakai, sisi dalam bekisting harus
dibasahi dengan air bersih. Dan permukaan ini harus dijaga selalu basah sebelum
pengecoran beton.
Sisipan (insert), rekatan (embedded) dan bukaan (opening).

h. Sediakan bukaan pada bekisting dimana diperlukan untuk pipa, conduits, sleeves dan
pekerjaan lain yang akan merekat pada atau melalui / merembes beton.

VI-38
i. Koordinasi bagian dari pekerjaan lain yang terlibat ketika membentuk / menyediakan
bukaan, slots, recessed, sleeves, nolts, angkur dan sisipan-sisipan lainnya. Jangan
laksanakan pekerjaan diatas jika tidak secara jelas / khusus ditunjukkan pada gambar yang
berhubungan.

j. Sediakan bukaan sementara pada cetakan beton dimana diperlukan guna pembersihan dan
inspeksi. Tempatkan bukaan di bagian bawah bekisting guna memungkinkan air pembersih
keluar dari bekisting.
Penutup bukaan sementara ini harus dengan bahan yang memungkinkan merekat rapat,
rata dengan permukaaan dalam bekisiting, sehingga sembungannya tidak akan tampak
pada permukaan beton ekspose.

k. Kualitas
 Periksa dan kontrol bekisting yang dilaksanakan telah sesuai dengan bentuk beton yang
diinginkan, dan perkuatan-perkuatannya guna memastikan bahwa pekerjaan telah
sesuai dengan rancangan bekisting, wedgeeties, dan bagian-bagian lainnya aman.
 Informasikan pada Direksi Lapangan jika bekisting telah dilaksanakan, dan telah
dibersihakan, guna pelaksanaan pemeriksaa. Mintakan persetujuan Direksi terhadap
bekisting yang telah dilaksanakan sebelum dilaksanakan pengecoran beton.
 Untuk permukaan beton ekspose, pemakaian bekisting kayu lebih dari 2 (dua) kali tidak
diperkenankan.
Penambahan pada bekisting, juga tidak diperkenankan kecuali pada buakan-bukaan
sementara yang diperlukan.
 Bekisting yang akan dipakai ulang harus mendapatkan persetujuan sebelumnya dari
Direksi Lapangan.

l. Pembersihan
 Bersihkan bekisting selama pemasangan, buang semua benda-benda yang tidak perlu.
Buang bekas-bekas potongan, kupasan dan puing dari bagian dalam bekisting.
Siram dengan air, menggunakan air bertekanan tinggi, guna membuang benda-benda
asing yang masih tersisa pastikan bahwa air dan puing-puing tersebut telah mengalir.
 Buka bekisting secara kontinyu dan sesuai dengan standard yang berlaku sehingga tidak
terjadi beban kejut (shock load) atau kedidak seimbangan beban yang terjadi pada
struktur.
 Pembukaan bekisting harus dilakukan dengan hati-hati, agar peralatan-peralatan yang
dipakai untuk membuka tidak merusak permukaan beton.
 Untuk yang akan dipakai kembali, bekisting-bekisting yang telah dibuka harus disimpan
dengan cara yang memungkinkan perlindungan terdahap permukaan yang akan kontak
dengan beton tidak mengalami kerusakan.
 Dimana diperlukan perkuatan-perkuatan pada komponen-komponen struktur yang
telah dilaksanakan guna memenuhi syarat pembebanan dan konstruksi sehingga
pekerjaan –pekerjaan konstruksi di lantai-lantai diatasnya bisa dilanjutkan.
Pembukaan penunjang bekisting hanya bisa dilakukan setelah beton mempunyai 75%
dari kuat tekan 28 hari (28 day compressive strength) yang diperlukan.
 Bekisting-bekisting yang dipakai yntuk mematangkan (curing) beton, tidak boleh
dibongkar sebelum dinyatakan matang oleh direksi.

4.13 Pengecoran Beton

VI-39
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian utama dari
pekerjaan, kontraktor harus memberitahukan Pengawas dan mendapatkan persetujuan.
Jika tidak ada persetujuan, maka kontraktor dapat diperintahkan untuk menyingkirkan /
membongkar beton yang sudah dicor tanpa persetujuan, atas biaya kontraktor sendiri.

b. Pengadukan dari tiap molen harus terus menerus dan tidak kurang dari 2 menit sesudah
seluruh bahan termasuk air berada didalam moleen, selama itu molen harus terus berputar
pada kecepatan yang akan menghasilkan adukan dengan kekentalan merata pada akhir
waktu pengadukan

c. Beton atau lapisan aduk yang telah mengeras tidak diizinkan terkumpul pada permukaan
dalam molen.

d. Dilarang mencampur kembali dengan menambah air kedalam adukan beton yang sebagian
telah mengeras.

e. Adukan beton harus secepatnya dibawa ke tempat pengecoran dengan menggunakan cara
(metode) yang sepraktis mungkin, sehingga tidak memungkinkan adanya pengendapan
agregat dan tercampurnya kotoran-kotoran atau bahan lain dari luar.
Penggunaan alat-alat pengangkutan mesin haruslah mendapat persetujuan Pengawas,
sebelum alat-alat tersebut didatangkan ketempat pekerjaan. Semua alat-alat pengangkutan
yang digunakan pada setiap waktu harus dibersihkan dari sisa-sisa adukan yang mengeras.

f. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan besi beton selesai
diperiksa oleh dan mendapat persetujuan Pengawas.

g. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor terlebih dahulu harus
dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan lain-lain) dan
dibasahi dengan air semen.

h. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan menuangkan adukan
dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian, yang akan menyebabkan pengendapan agregat.

i. Untuk menghindari keropos pada beton, maka pada waktu pengecoran digunakan fibrator
(beton triller), pemadatan dengan tongkat atau jika perlu dengan tangan untuk meyakinkan
bahwa tidak terjadi kantong udara dan sarang koral.
Ujung beton triller tidak boleh sampai mengenai bekisting maupun pembesian. Harus pula
diperhatikan jangan sampai terjadi penggetaran berlebihan ataupun dikerjakan sedemikian
rupa sehingga menyebabkan pemisahan bahan beton ataupun gejala timbulnya banyak air
pada permukaan beton.

j. Pengecoran dilakukan secara terus menerus (kontinyu / tanpa berhenti). Adukan yang tidak
dicor (ditinggalkan) dalam waktu lebih dari 15 menit setelah keluar dari mesin adukan
beton, dan juga adukan yang tumpah selama pengangkutan, tidak diperkenankan untuk
dipakai lagi.

k. Pada penyambungan beton lama dan baru, maka permukaan beton lama terlebih dahulu
harus dibersihkan dan dikasarkan.
Apabila perbedaan waktu pengecoran kurang atau sama dengan 1 (satu) hari maka harus
digunakan bahan additive untuk penyambungan beton lama dan beton baru.

l. Tempat dimana pengecoran akan dihentikan, harus mendapat persetujuan Pengawas.

VI-40
4.13 Curing dan Perlindungan Atas Beton

a. Beton harus dilindungi selama berlangsungnya proses pengerasan terhadap : matahari,


pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan pengerasan secara mekanis atau
pengeringan sebelum waktunya.

b. Untuk perawatan Beton, Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan
akibat panas yang berlebihan, kurangnya pembasahan, tegangan yang berlebihan atau hal
lain, sampai saat penyerahan pekerjaan oleh Kontraktor pada Pemberi Tugas.
Perhatian khusus harus diberikan untuk menjaga agar beton tidak sampai mengering dan
menghindarkan permukaan beton menjadi kasar atau rusak.

c. Untuk bahan curing dapat dipakai sealbond produksi conspec atau setara sebanyak 1 liter
tiap 6m2. Pemakaian bahan curing harus disetujui oleh Pengawas.

d. Beton yang keadaannya seperti tertera dibawah ini harus diperbaiki atau dibongkar dan
diganti dengan beton yang dapat disetujui oleh Direksi, semua biaya yang timbul
ditanggung oleh Kontraktor. Beton yang dimaksud tersebut diatas adaloah :
 Ternyata rusak (honey comb, keropos, retak, pecah dll).
 Sejak semula cacat, cacat sebelum penyerahan pertama.
 Menyimpang dari garis atau muka ketinggian yang telah ditetapkan.
 Tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syaratt (RKS).

4.14 Pembongkaran Cetakan Beton

a. Pembongkaran dilakukan sesuai dengan PBI 1971 9NI.2 – 1971), dimana bagian konstruksi
yang dibongkar cetakannya harus dapat memikul berat sendiri dan beban-beban
pelaksanaannya.

b. Pekerjaan pembongkaran cetakan harus dilaporkan dan disetujui sebelumnya oleh


Pengawas.

c. Apabila setelah cetakan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton yang kropos atau
cacat lainnya, yang akan mempengaruhi kekuatan konstruksi tersebut, maka Kontraktor
harus segera memberitahukan kepada Pengawas, untuk meminta persetujuan mengenai
cara pengisian, perbaikan atau menutup nya.
Semua resiko yang terjadi sebagai akibat pekerjaan tersebut dan biaya-biaya pengisian dan
perbaikan atau penutupan bagian tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.

d. Meskipun hasil pnegujian kubus-kubus beton memuaskan, Pengawas mempunyai


wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut :
 Konstruksi beton sangat kropos.
 Konstruksi beton yang sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisi-posisinya
tidak seperti yang ditunjuk gambar.
 Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.
 Konstruksi beton retak, pecah

VI-41
4.15 Penyelesaian Permukaan Beton

a. Permukaan bagian latas beton harus rapi, licin, merata dan keras.
Selama beton masih plastis, tidak diizinkan adanya benjolan yang berlebihan (gelembung)
pada permukaan. Semua permukaan harus dicor secara monolitas dengan beton dasarnya.
Dilarang menaburkan semen kering dan pasir daiatas permukaan beton untuk menghisap
air yang berlebihan. Bagian permukaan beton pelat, dinding, balok yang exposed harus
dirapikan dengan menggunakan sendok aduk dari baja.

b. Perbaikan Cacat Permukaan.


Segera setelah cetakan dilepaskan, semua permukaan “exposed” (terbuka) harus diperiksa
secara teliti dan bagian yang tidak rata harus segera digosok atau diisi dengan baik agaar
diperoleh suatu permukaan yang licin, seragam dan merata.
Perbaikan baru boleh dikerjakan setelah ada pemeriksaan dari Direksi Lapangan, pekerjaan
perbaikan tersebut harus betul-betul mengikuti petunjuk-petunjuk Direksi lapangan.

c. Beton yang menunjukkan rongga-rongga, lobang, keropok atau caacat sejenis lainnya harus
dibongkar dan diganti. Semua perbaikan dan penggantian sebagaimana diuraikan disini
harus dilaksanakan secepatnya oleh Kontraktor atas biaya sendiri.

d. Lobang bekas kerucut batang pengikat harus dihaluskan sedemikian rupa sehingga
permukaan dari lobang menjadi bersih dan kasar. Kemudian lobang ini harus diperbiki
dengan suatu cara yang dapat disetujui dengan menggunakan “aduk kering” (dry packed
mortar).

e. Semua perbaikan harus dilaksanakan dan dibentuk sedemikian rupa, sehingga pekerjaan
yang diselesaikan sesuai dengan ketentuan pasal ini, tidak akan mengganggu pengikatan,
menyebabkan penurunan atau retak mendatar.

4.16 Grouting

Untuk grouting disekitar angker dipakai bahan grouting merk Sika atau yang setara setebal 2,5
cm. Pekerjaan ini harus menggunakan injection pump.

4.16 Pekerjaan Pembesian

a. U m u m
 Ruang Lingkup.
Semua pemasaqngan kawat beton, kaki ayam untuk penyanggah, beton dekking dan
segala hal yang perlu untuk menghasilkan pekerjaan beton sesuai daengan pengalaman
teknik yang terbaik.
 Gambar Kerja.
Sebelum pekerjaan pembengkokan besi beton, Kontraktor harus terlebih dahulu
menyiapkan daftar pembesian, sketsa dan gambar pembengkokan besi dan
menyerahkannya pada Konsultan Pengawas.
Persetujuan atas Gambar Kerja oleh Direksi Lapangan terbatas pada pelaksanaan secara
umum sesuai dengan gambar sebagai lampiran Surat Perjanjian.

VI-42
 Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya akan ketelitian ukuran dan detail, ukuran
dan detail akan diperiksa di lapangan oleh Konsultan Pengawas pada wakttu
pemasangan pembesian.
 Standard.
Detail dan pemasangan pembesian harus sesuai dengan peraaturan atau standard yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas.

b. Besi Beton
Khusus untuk beton struktural (kolom, balok, lantai, tangga), besi beton yang dipakai
adalah besi beton sesuai dengan ditunjukkan dalam gambar.

c. Pekerjaan Pembengkokan Besi Beton.


Pekerjaan pembengkokan besi beton harus dilaksanakan dengan teliti sesuai dengan
ukuran yang tertera pada gambar dan atau sesuai dengan peraturan-peraturan yang
berlaku.
Harus diperhatikan khusus pada pembuatan beugel sehingga diperoleh ukuran yang sesuai,
tidak terlalu besar dari beton dekking yang semestinya.
Besi beton tidak boleh dibengkokkan atau diluruskan sedemikian rupa sehingga rusak atau
cacat.
Dilarang membengkokkan besi beton dengan cara pemanasan.
Bengkokan atau haak harus dibengkokan melingkari sebuah pasak dengan diameter tidak
kurang dari 5 kali diameter besi beton, kecuali untuk besi beton yang lebih besar dari 25
mm, pasak yang digunakan harus tidak kurang dari 8 x diameter besi beton, kecuali pula
bila ditentukan lain.
Beugel dan batang pengikat harus dibengkokkan melingkari sebuah pasak dengan diameter
tidak kurang dari 2 kali diameter minimum besi beton. Semua pembesian harus
mempunyai haak pada kedua ujungnya, bilamana tidak ditentukan lain.

d. Pemasangan.
 Pembersihan
Sebelum dipasang, besi beton harus bebas dari sisa logam, karatan dan lapisan yang
dapat merusak atau mengurangi daya ikat. Bila pengecoran beton ditunda, besi beton
harus diperiksa kembali dan dibersihkan.

 Pemasangan.
Pembesian harus disetel dengan cermat sesuai dengan gambar dan diikat dengan kawat
atau jepitan yang sesuai pada persilangan, dan harus ditunjang oleh penumpu beton
atau logam, dan penggantung logam.
Jepitan atau penumpu logam tidak boleh diletakkan menempel pada bekisting. Kawat
beton harus dibengkokkan ke arah dalam bekisting, sehingga diperoleh beton dekking
yang telah ditentukan.
Bilamana tidak ditentukan lain, disamping perlengkapan yang biasa dipakai untuk
memegang pembesian secara kokoh pada tempatnya, harus dipakai ketentuan berikut :
- Dalam pelat, batang tegak berdiameter 12 mm dengan jarak 80cm – 100cm, untuk
menunjang penulangan bagian atas.
- Dalam dinding dengan 2 lapisan penulangan, pembagi jarak (spacer) berbentuk U
atau Z dengan diameter 8 mm, berjarak 180 – 200 cm.

 Beton Dekking.
Bilamana tidak ditentukan lain dalam gambar, maka penulangan harus dipasangkan
dengan celah untuk beton dekking sebagai berikut :

VI-43
- Beton yang dicor pada tanah 8cm
- Semua bidang yang kena air atau tanah 5cm
- Bagian atas pelat bawah saluran yang tertutup, balok dan kolom yang tidak kena
tanah atau air 4cm
- Bidang yang kena udara dan semua bidang interior 2,5cm

 Toleransi
Toleransi pada pemasangan penulangan adalah :
- Untuk bagian konstruksi berukuran 60 cm atau kurang :  0,6 cm
- Untuk bagian konstruksi berukuran 60 cm atau lebih :  1,2 cm

 Sambungan
Bilamana tidak ditentukan lain, sambungan pembesian harus dibuat dengan “overlap”
minimum 40 kali diameter penulangan.
Panjang overlap penyambungan untuk diameter yang berbeda, harus didasarkan pada
diameter yang besar. (panjang penyambungan sesuai pedoman yang berlaku).

 Persetujuan dari Direksi Lapangan.


Pemasangan penulangan harus diperiksa oleh Direksi Lapangan terlebih dahulu sebelum
dilakukan pengecoran, untuk itu perlu pemberi tahuan bila penulangan sudah siap untuk
diperiksa.

4.17 Pemasangan Alat Didalam Beton

a. Kontraktor tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang atau memotong konstruksi
beton yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan seijin Pengawas.

b. Pemasangan sparing untuk pelat dan dinding yang dilubangi sebesar diameter 10 cm atau
8x8 cm tidak perlu perkuatan, apabila lebih dari ukuran tersebut maka pelat dan dinding
perlu dipasang perkuatan, pekerjaan ini menjadi tanggung jawab kontraktor dan
dikoordinasikan dengan Kontraktor terkait dan mendapatkan persetujuan Pengawas.

Pasal 5
PEKERJAAN PLESTERAN BETON

5.1 Lingkup Pekerjaan

Termasuk dalam pekerjaan plesteran ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan
yang diperlukan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan plesteran, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu
baik.

Lingkup pekerjaan plesteran beton ini meliputi seluruh plesteran kolom, balok plat kanopi
serta pada seluruh detail yang ditunjukkan dalam gambar.

5.2 Persyaratan Bahan

VI-44
 Semen harus memenuhi NI-8.
 Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14, PUBI 1982.
 Air harus memenuhi NI-3 Pasal 10.

Campuran (Agregate) : Untuk plester harus dipilih yang benar-benar bersih dan bebas dari
segala macam kotoran. Pasir untuk finishing harus bersih dan terlebih dahulu diayak.

5.3 Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Seluruh plesteran beton dengan adukan campuran 1 PC : 2 pasir pasang.

b. Pasir pasang yang digunakan harus diayak terlebih dahulu dengan mata ayakan seperti
yang dipersyaratkan.

c. Material lain yang tidak terdapat pada daftar di atas tetapi dibutuhkan untuk
penyelesaian / penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus bermutu baik dari
jenisnya dan disetujui Direksi Pengawas.

d. Bahan semen yang dikirim ke lokasi harus dalam keadaan tertutup atau dalam kantong
yang masih disegel dan berlabel pabriknya, bertuliskan type dan tingkatannya, dalam
keadaan utuh dan tidak bercacat.

e. Bahan harus diletakkan ditempat yang kering, berventilasi baik, terlindung, bersih.
Tempat penyimpanan bahan harus cukup untuk proyek ini, dan dilindungi sesuai
dengan jenisnya, sesuai dengan persyaratan pabrik.

f. Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan kepada Direksi Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan, lengkap dengan ketentuan/persyaratan pabrik yang
bersangkutan. Material yang tidak disetujui harus diganti dengan material yang
mutunya sesuai dengan yang disyaratkan tanpa biaya tambahan.

g. Bidang permukaan beton sebelum diplester, permukaannya harus dibersihkan dari sisa-
sisa bekisting. Permukaan beton harus terlebih dahulu diketrek (scrath) serta semua
lubang-lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup aduk plester.

h. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diharuskan memeriksa lokasi apakah sudah


sesuai dengan syarat-syarat hingga pekerjaan ini dapat dimulai.

i. Bila ada kelainan dalam hal apapun antar gambar, spesifikasi dan lainnya, Kontraktor
harus segera melaporkan kepada Direksi Pengawas dan tidak dibenarkan memulai
pekerjaan disuatu tempat dalam hal kelainan/perbedaan ditempat itu sebelum kelainan
tersebut diselesaikan.

j. Pekerjaan plesteran beton dapat dilaksanakan bilamana telah disetujui oleh Direksi
Pengawas.

k. Tebal plesteran sesuai yang di tunjukkan dalam detail gambar. Ketebalan plesteran yang
melebihi 1,5 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan memperkuat daya lekat
plesteran.

VI-45
l. Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai mendapatkan campuran
yang homogen, acian dapat dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari (kering).

m. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan tidak terlalu cepat, dengan
membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik
matahari langsung dengan penutup yang bisa mencegah penyerapan air secara cepat.

n. Kontraktor wajib memperbaiki / mengulang / mengganti bila ada kerusakan yang terjadi
selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya sendiri selama kerusakan bukan
disebabkan oleh tindakan Pemberi tugas / Pemakai.

Pasal 6
PEKERJAAN DINDING BATA

6.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan- bahan, peralatan dan alat-alat
bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang
baik.
Pekerjaan pasangan bata ini meliputi pekerjaan dinding bangunan tebal 1/2 (setengah) batu
pada seluruh detail yang ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi Pengawas.

6.2 Persyaratan Bahan

 Bata harus memenuhi NI-10.


 Semen Portland harus memenuhi NI-8.
 Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14 ayat 2.
 Air harus memenuhi PUBI-1982 Pasal 9.

6.3 Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Bahan-bahan yang dipergunakan sebelum dipasang, terlebih dahulu harus diserahkan


contoh-contohnya kepada Direksi Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya.

b. Seluruh dinding dari pasangan bata/bata merah, dengan campuran 1 PC : 5 pasir pasang,
kecuali pasangan bata/bata merah semen raam.

c. Untuk semua dinding semen raam/rapat air dengan campuran 1 PC : 3 pasir pasang, yakni
pada dinding dari permukaan sloof/balok sampai minimum 20 cm diatas permukaan lantai
setempat, dinding ruang-ruang basah (dapur) setinggi minimum 150 cm dari permukaan
lantai setempat, atau seperti yang tertera pada gambar.

d. Bata merah yang digunakan bata merah press ukuran 5x10x20 cm ex lokal, dengan kualitas
terbaik, siku dan sama ukuran, sama warna dan tidak diperkenankan memasang bata merah
yang patah dua atau lebih, tanpa persetujuan Direksi Pengawas.

VI-46
e. Setelah bata terpasang dengan adukan, naad/siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan setelah kering permukaan pasangan disiram air.

f. Pasangan dinding bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih dahulu dan
siar-siar dibersihkan.

g. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap maksimum 24 lapis perharinya,
serta diikuti dengan cor kolom praktis.

h. Bidang dinding bata yang luasnya lebih dari 9 m 2 harus ditambahkan kolom dan balok
penguat praktis dengan kolom ukuran 12 x 12 cm dan 12 x 24 cm dengan tulangan pokok 4
diameter 10 mm, beugel diameter 6 mm jarak 20 cm, jarak antara kolom maksimum 3
meter.

i. Pelubangan akibat pembuatan perancah pada pasangan bata merah sama sekali tidak
diperkenankan.

j. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton harus
diberi penguat stek-stek besi beton diameter 8 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu
ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang tertanam dalam
pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain.

k. Pasangan dinding bata tebal 1/2 batu harus menghasilkan dinding finish setebal 15 cm dan
untuk tebal 1 batu dengan tebal finish 30 cm setelah diplester (lengkap acian) pada kedua
belah sisinya. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus
terhadap lantai serta merupakan bidang rata.

l. Pasangan bata harus dilaksanakan dengan toleransi deviasi bidang pada arah diagonal
dinding seluas 9 m2 tidak lebih dari 0,5 cm (sebelum diaci/diplester).

m. Toleransi terhadap as dinding adalah kurang lebih 1 cm (sebelum diaci/diplester).

n. Khusus untuk pertemuan antara pasangan bata dan beton guna menghindarkan retak-
retak setelah diplester, maka dipasang kawat kasa dengan ukuran lubang-lubangnya 1 x 1
cm pada pertemuan itu sebelum diplester

Pasal 7
PEKERJAAN PLESTERAN DINDING

7.1 Lingkup Pekerjaan

Termasuk dalam pekerjaan plesteran ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan yang
diperlukan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan plesteran, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.

Lingkup pekerjaan ini meliputi seluruh plesteran dinding bata/bata merah bangunan, serta
seluruh detail yang ditunjukkan dalam gambar.

VI-47
7.2 Persyaratan Bahan

 Semen harus memenuhi NI-8.


 Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14, PUBI 1982.
 Air harus memenuhi NI-3 Pasal 10.
Campuran (Aggregate) : Untuk plester harus dipilih yang benar-benar bersih dan bebas dari
segala macam kotoran. Pasir untuk finishing harus bersih dan diayak.

7.3 Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Seluruh plesteran dinding bata dengan aduk campuran 1 PC : 5 pasir pasang, kecuali pada
dinding bata semenraam/rapat air.

b. Pada dinding bata semenraam/rapat air diplester dengan aduk campuran 1 PC : 3 pasir
pasang (dapur, dan bagian-bagian yang ditentukan dalam gambar).

c. Pasir pasang yang digunakan harus diayak terlebih dahulu dengan mata ayakan seperti
yang dipersyaratkan.

d. Material lain yang tidak terdapat pada daftar di atas tetapi dibutuhkan untuk
penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus bermutu baik dari jenisnya
dan disetujui Direksi Pengawas.

e. Bahan semen yang dikirim ke lokasi harus dalam keadaan tertutup atau dalam kantong
yang masih disegel dan berlabel pabriknya, bertuliskan type dan tingkatannya, dalam
keadaan utuh dan tidak bercacat.

f. Bahan harus diletakkan ditempat yang kering, berventilasi baik, terlindung, bersih. Tempat
penyimpanan bahan harus cukup untuk proyek ini, dan dilindungi sesuai dengan
jenisnya, sesuai dengan persyaratan pabrik.

g. Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan kepada Direksi Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan, lengkap dengan ketentuan /persyaratan pabrik yang
bersangkutan. Material yang tidak disetujui harus diganti dengan material yang mutunya
sesuai dengan yang disyaratkan tanpa biaya tambahan.

h. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diharuskan memeriksa lokasi, apakah sudah


sesuai dengan syarat-syarat hingga pekerjaan ini dapat dimulai.

i. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya, Kontraktor harus
segera melaporkan kepada Direksi Pengawas.

j. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu tempat dalam hal


kelainan/perbedaan ditempat itu, sebelum kelainan tersebut diselesaikan.

k. Tebal plesteran 1,5 cm dengan hasil ketebalan dinding finish 15 cm dan 30 cm atau sesuai
yang ditunjukkan dalam detail gambar.

VI-48
Ketebalan plesteran yang melebihi 2 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan
memperkuat daya lekat dari plesterannya.

l. Untuk setiap pertemuan permukaan dalam satu bidang datar yang berbeda jenisnya
misalnya dengan kosen dan lain-lain, harus diberi/ dibuat naat (tali air) dengan lebar 7
mm dalamnya 5 mm, kecuali bila ada petunjuk lain dalam gambar.

m. Plesteran halus (acian) dengan campuran PC dan air sampai mendapatkan campuran
yang homogen, dapat dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari / kering betul.

n. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar tidak terlalu
tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan
melindungi dari terik panas matahari langsung dengan bahan penutup yang bisa
mencegah penyerapan air secara cepat.

o. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulang mengganti bila ada kerusakan yang terjadi


selama masa pelaksanaan (dan masa garansi), atas biaya sendiri selama kerusakan bukan
disebabkan oleh tindakan Pemberi Tugas/Pemakai.

p. Plesteran pada permukaan beton harus diawali dengan membuat permukaan beton
menjadi kasar dan dibersihkan dri debu maupun kotoran kemudian dikondisikan menjadi
basah permukaan selanjutnya diberikan pletseran dengan adukan 1pc : 2ps melalui ayakan
halus dan diaci ; Ketebalan plesteran tidak boleh kurang dari 10mm dan tidak boleh lebih
dari 15mm kecuali bila ditentukan lain.

Pasal 8
PEKERJAAN WATERPROOFING

8.1 Lingkup Pekerjaan

Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan
dan alat-alat bantu lainnya termasuk pengangkutan yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan ini, sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
Pekerjaan waterproofing ini dilakukan diatas permukaan dak beton dan meliputi seluruh
detail yang ditunjukkan oleh pengawas atau dinyatakan dalam gambar.

8.2 Persyaratan Bahan

a. Digunakan Waterproofing merk SICA atau setara untuk atap bangunan atau dapat
digunakan dari produk lain yang setara dan disetujui Direksi Pengawas.

b. Bahan dalam bentuk sheet tebal minimum 3 mm. Cara pemasangan / penggunaan
dilakukan dengan cara dipanaskan/dibakar sesuai persyarratan dari pabrik yang
bersangkutan.

c. Bahan dari jenis bitumen dan diperkuat dengan serat polyester tidak ditenun (non woven
polyester fabric.

VI-49
d. Bahan harus memiliki ketahanan yang baik terhadap gesekan dan tekanan, kuat, elastis
dan tahan ultra violet.

e. Warna sesuai yang disyaratkan dari pabrik yang bersangkutan.

8.3 Syarat-syarat Pelaksanaan umum

a. Bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini, sebelum dipasang terlebih dahulu diserahkan
contoh-contohnya kepada Direksi Pengawas untuk mendapatkan persetujuan, minimal 3
(tiga) produk pabrik. Pengajuan/penyerahan disertai brosur/spesifikasi dari masing-
masing pabrik yang bersangkutan

b. Apabila dipandang perlu, Direksi Pengawas dapat meminta untuk mengadakan test-test
laboratorium yang dilakukan terhadap contoh-contoh bahan yang diajukan sebagai dasar
persetujuan bahan. Jumlah contoh untuk masing-masing jenis tes akan ditentukan
kemudian. Seluruh biaya tes laboratorium manjadi tanggung jawab Kontraktor
sepenuhnya.

c. Permukaan beton yang dilapis dengan bahan water-proofing harus bersih dari debu,
minyak,bebas dari keretakan struktur dan curing compound.

d. Permukaan beton sudah dalam keadaan rata, tidak ada bekas-bekas adukan serta dalam
keadaan kering/tidak lembab

e. Bahan langsung dilakukan (sesuai ketentuan) diatas bidang permukaan yang telah
memenuhi persyaratan.

f. Pelapisan bahan pelindung permukaan lapisan waterproofing ( dapat berupa plesteran


minimal 4 cm, yang dicampur dengan polypropylene fiber atau ditambah wire mesh) sesuai
ketentuan/persyaratan dari pabrik yang besangkutan. Semua peralatan yang digunakan
harus memenuhi persyaratan

g. Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan baik dan tidak bercacat,
masih dalam kemasannya, masih tersegel dan berlabel pabriknya.

h. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung, tertutup, tidak lembab, kering dan
bersih, sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

i. Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpan, baik sebelum
atau selama pelaksanaan.

j. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian maka bahan-bahan pengganti


harus yang disetujui Direksi Pengawas berdasarkan contoh yang diajukan oleh Kontraktor,
tanpa adanya tambahan biaya.

k. Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman (ahli dari pihak
pemberi garansi pemasangan) dan terlebih dahulu harus mengajukan "metode
pelaksanaan" sesuai dengan spesifikasi pabrik untuk mendapat persetujuan dari Direksi
Pengawas.

VI-50
l. Kontraktor diwajibkan untuk melakukan percobaan-percobaan/pengetesan terhadap hasil
pekerjaan atas biaya sendiri, seperti dengan cara memberi genangan di atas permukaan
yang telah diberi lapisan kedap air selama 24 jam berturut-turut

m. Kontraktor wajib mengadakan perlindungan terhadap pemasangan yang telah dilakukan,


terhadap kemungkinan pergeseran, lecet permukaan atau kerusakan lainnya.

8.4 Metode Pelaksanaan

Uraian berikut memberikan gambaran mengenai prosedur yang harus dipenuhi untuk
pekerjaan Waterprofing dengan bahan Polymer Modified Camentitious Coating untuk
mendapatkan hasil yang dapat diterima dan meliputi :
 Persiapan permukaan
 Bahan yang digunakan
 Karakteristik bahan
 Pencampuran
 Prosedur Aplikasi
 Pembersihan

a. Persiapan permukaan
 Permukaan kerja harus bersih padat dan bebas dari bahan penghambat laqkatan
dengan menggunakan alat mekanis antara lain Diamond Wheel Grinding atau ikat
kawat
 Kerusakan permukaan seperti honey-comb spalling dan retak harus diperbaiki terlebih
dahulu dengan metode yang sesuai
 Bersihkan permukaan beton dari debu dengan menggunakan compressor udara atau
vacuum cleaner
 Pada saat dilakukan aplikasi waterproofing permukaan beton harus dibasahi hingga
jenuh air tetapi bebas dari air yang menggenang.

b. Bahan yang digunakan


Bahan pelapis Waterproofing Polymer Modified Cementitious ( Sika Top 107 seal )
Sika Top 107 seal, bahan pelapis waterproofing yang terdiri dari dua komponen yang
memenuhi persyaratan spesifikasi sebagai pelapis kedap air
Perbandingan Komponen A:B = 1 : 4 berdasarkan berat

c. Karakteristik Bahan
 Karakteristik Campuran bahan pelapis Waterproofing ( Sika Top 107 Seal )
- Warna : Abu-abu
- Pot life : - 50 menit ( 30 0C )
- Berat jenis : 1 kg/lt
 Karakteristik bahan pelapis Waterproofing setelah mengeras ( Sika Top 107 seal )
- Kuat tekan, 28 hari - 28 MPa
- Kuat lentur, 28 hari - 8 MPa
- Kuat Lekat ( pull of test) beton terhadap beton -11 MPa

d. Pencampuran
Pencampuran bahan pelapis waterproofing (Sika Top 107 seal)
 Tuangkan separoh komponen A (cairan) ke dalam wadah pengaduk yang bersih
 Secara perlahan tuangkan seluruh volume komponen B (bubuk) dan lakukan
pengdukan

VI-51
 Tambahkan sisa komponen A dan lakukan pengdukan kembali hingga di dapatkan
camputran yang homogen
 Aduksecara berkelanjutan sekitar 3 menit hingga didapat konsistensi yang merata
dengan tangkat pengaduk yang dihubungkan dengan bor listrik dengan putaran rendah
(400-600 putaran per menit)

e. Prosedur Aplikasi
Prosedur aplikasi bahan pelapis waterproofing (Sika top 107 seal)
 Aplikasi bahan pelapis waterproofing sika top 107 seal dengan menggunakan kuas
 Tekan kuas pada bidang permukaan agar pori-pori yang ada dapat terisi penuh dan
biarkan hingga agak mongering tetapi masih terasa lengket/tack free
 Aplikasi lapisan kedua dengan arah tegak lurus lapis pertama
 Pada bagian siku pertemuan bidang horizontal dan vertical, maka aplikasi bahan pelapis
waterproofing harus benar-benar mengisi celah yang ada dan pelapissan harus
dilakukan minimum 10 cm di atas bidang horizontal
 Perawatan (curing) dengan pembasahan permukaan dengan air hrus segera dilakukan
segera setelah bahan pelapis waterproofing mongering

Uraian berikut memberikan gambaran mengenai prosedur pelaksanaan pekerjaan


waterproofing yang harus dipenuhi untuk mendapatkan hasil yang dapat diterima dan
meliputi :

f. Persiapan permukaan
 Permukaan beton harus bersih, padat dan bebas dari material penghambat kekuatan
 Pengkasaran permukaan beton dan pengupasan waterproofing lama harus
dilaksanakan dengan alat mekanis diamond wheel atau scabbler
 Bersihkan permukaan beton dari debu denganb menggunakan vacuum cleaner
 Permukaaan beton harus jenuh air pada saat akan diaplikasi 107 seal

g. Bahan yang digunakan


 Penutup retak : Sikadur 752 atau setara
 Waterproofing Coating : Sika Top 107 seal atau setara

h. Prosedur aplikasi
 Pengupasan waterproofing lama atau pengkasaran permukaan.

Pasal 9
PEKERJAAN KERAMIK

9.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini hingga tercapai hasil pekerjaan
yang bermutu baik & sempurna.
a. Pekerjaan finishing lantai bangunan yang disebutkan /ditunjukkan dalam detail gambar.
b. Pekerjaan finishing dinding yang disebutkan /ditunjukkan dalam detail gambar

9.2 Persyaratan Bahan

VI-52
Bahan yang digunakan adalah jenis keramik buatan dalam negeri yang bermutu baik dan
disetujui Direksi Pengawas. Warna akan ditentukan kemudian, untuk masing-masing warna
harus seragam, warna yang tidak seragam akan ditolak. Bahan perekat dari adukan spesi 4
bagian pasir pasang : 1 bagian PC.

Penggunaan keramik pada area Selasar, bekas pembongkaran partisi dan dinding,
menggunakan keramik yang sesuai dengan keadaan existing
 Penggunaan keramik MULIA, ROMAN, MASTERINA atau setara untuk lantai kamar mandi
 Penggunaan keramik MULIA, ROMAN, MASTERINA atau setara untuk dinding kamar mandi.

9.3 Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Bahan-bahan yang dipergunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan


contoh-contohnya (minimum 3 contoh bahan dari 3 jenis produk yang berlainan) kepada
Direksi Pengawas.

b. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing dari pola
keramik yang disetujui Direksi Pengawas.

c. Keramik yang akan dipasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, tidak cacat dan
tidak bernoda serta direndam dalam air sampai jenuh.

d. Adukan pengikat dengan campuran 1PC : 4 Pasir Pasang.

e. Bidang pemasangan harus merupakan bidang yang benar-benar rata.

f. Jarak antara unit-unit pemasangan keramik yang terpasang (lebar siar-siar), harus sama
lebar miminum 3 mm dan kedalaman maksimum 2 mm, atau sesuai detail gambar serta
petunjuk Direksi Pengawas, yang membentuk garis-garis sejajar dan lurus yang sama lebar
dan sama dalamnya, untuk siar-siar yang berpotongan harus membentuk sudut siku
dan saling berpotongan tegak lurus sesamanya. Siar-siar diisi dengan bahan pengisi sesuai
ketentuan, warna bahan pengisi sesuai dengan warna keramik yang dipasangnya.

g. Pemotongan unit-unit keramik harus menggunakan alat pemotong khusus sesuai


persyaratan dari pabrik yang bersangkutan.

i. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda pada
permukaannya, hingga betul-betul bersih.

j. Pinggulan pasangan keramik harus dilakukan dengan alat gurinda, sehingga diperoleh hasil
pengerjaan yang teratur, siku dan memperoleh bentuk tepian yang sempurna.

k. Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari pengaruh pekerjaan lain selama 1 x 24 jam
dan dilindungi dari kemungkinan cacat pada permukaan lantai

Kontraktor harus menyediakan material keramik untuk persediaan dalam kurun waktu masa
pemeliharaan

VI-53
PASAL 10
PEKERJAAN DINDING PARTISI

10.1 Lingkup pekerjaan

Dalam pekerjaan ini meliputi dinding partisi yang dipasang tegak lurus dari lantai sampai dengan
setinggi plafond (rapat dengan plafond), yang termasuk pekerjaan ini adalah :
 partisi gypsum, untuk ruang-ruang kelas

Pemasangan partisi harus sesuai dengan spesifikasi dan gambar yang telah
direkomendasikan /dikeluarkan perencana.

10.2 Persyaratan Bahan

a. Gypsum board, produk ELEPHANT, KNAUF, JAYABOARD, atau setara


ukuran : lebar 122 x 244, ketebalan 9 mm
b. Paper tape, produk dari boral standard atau setara
c. Corner bead : produk boral v.25
d. Dempul/sambungan/ompound : joint multibond type m.200, UB.88, atau setara
e. Skrup : skrup khusus untuk gypsum, produn SUNRAY atau setara
f. Rangka dinding metal hollow ukuran 40mmx20mm dan 40mmx40mm ketebalan 0,5mm
untuk rangak horizontal ; difinish meni/zinkchromate. Full glass
g. Hollow 40mm x 40mm ketebalan 0,5mm untuk rangka vertikal dengan jarak 60 cm ; finish
meni/zinkchromate.

Dalam lingkup pekerjaan ini termasuk pula pekerjaan / pemasangan Kusen, Full glass, dan Daun Pintu.

10.3 Persyaratan Bahan

Bahan Rangka Baja :


a. Sebagai rangka dinding partisi gypsum rata digunakan besi hollow 40mm x 40 mm / 20mm
x 40mm dengan jarak pemasangan maksimum 60 cm, atau sesuai dengan gambar detail.
Rangka metal berongga, kedua sisinya yang berhadapan dengan tebal 9 mm panel papan
gypsum
 Semua partisi atau dinding pembatas ruangan harus dibuat / didirikan tegak lurus dengan
lantai.
 Rangka partisi diusahakan dipasang pada bagian-bagian struktur gedung, diskrup dan lain-lain,
agar tidak mudah roboh bila kena benturan
 Panel gypsum dipasang rata dikedua sisi tanpa ada sambungan horizontal
ditengahnya. semua sambungan antar
 Panel gypsum harus ditengah dengan paper tape dan ditutup dengan joint compound
dan diamplas halus dengan permukaan yang rata. panil gypsum harus ditempel pada
rangka-rangkanya dengan skrup khusus (standard) dengan jarak kearah horizontal maximal
60 cm arah vertikal 40 cm, kecuali untuk bagian tepinya.

VI-54
b. Rangka gypsum bagian atas dengan kanal hollow 20 x 40 mm untuk pegangan
atas partisi dan kanal hollow 40 x 40 mm untuk rangka vertikal dengan jarak maximal 60
cm dari rangka berikutnya. penyambungan rangka dan pertemuannya dilakukan dengan rivet.

c. Pemasangan kanal pegangan dibawah (lantai) digunakan skrup fiser s6 atau jika
kondisi lapangan memaksa boleh menggunakan paku beton 1,5 cm s/d 2 cm, jarak 30
cm.
d. Papan gypsum menggunakan gypsum local atau yang sama dengan itu, dan akan
diruncingkan, disambung pakaibauut, dikikir untuk mendapatkan permukaan yang halus
tidak bersambung dan rata (menggunakan material pengikir danukang kikir yang disyahkan
oleh pengusaha pabrik) sesuai dengan rekomendasi pengusaha pabrik.

e. Semua sudut luar akan menggunakan gipsum lokal “dasar sudut dinding kering”. pinggiran
manik-manik sudut akan tersembunyi paling sedikit dengan dua lapisan bahan campuran
yang diakui lapisan pertama merupakan bahan campuran bersama, dan lapisan kedua atau
lapisan atas berbulu ke luar hampir 19cm pada kedua sisinya pada lempengan metal yang
terbuka.

f. Semua sudut akan dilapisi dengan sempurna persegi dan vertikal.

g. Bila partisi dipasang sampai bagian dalam dari lempeng beton yang tegak, semua lubang
pada partisi di atas langit-langit palsu yang tergantung akan disegel dengan baik

h. Pemasangan kanal pegangan ke plafond menggunakan full drat s6 dengan jarak


skrup maximal 30 cm dengan skrup lainnya.

i. Bila sistem partisi pemilik ditentukan dalam gambar, kontraktor akan sepenuhnya
mematuhi rekomendasi pabrikan atas material yang digunakan dan cara pemasangan
pembetulan dari pemasangan yang cacat atau penggantian material yang tidak sesuai
dengan spesifikasi fabrikan akan menjadi tanggung jawab kontraktor dan atas biayanya
sendiri.

10.4 Cara pemasangan :

Cara pemasangan partisi senantiasa harus selalu memperhatikan / mengikuti gambar dan
spesifikasi yang sudah ditentukan dan sesuai dengan petunjuk cara pemasangan yang
dikeluarkan dari pabrik produksi fibre cement board (jaya board), perforated panel, Kalsiboard
dan Kaca kecuali dalam keadaan tertentu yang menghendaki lain, yang sudah mendapat
petunjuk atau persetujuan perencana dan pengawas.

Pasal 11
PEKERJAAN PLAFOND

11.1 Lingkup Pekerjaan

Dalam pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu lainnya yang diperlukan dalam pekerjaan ini hingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang
bermutu baik dan sempurna. Pekerjaan ini dilakukan meliputi pemasangan plafond pada
ruang-ruang sesuai yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Direksi
Pengawas.

VI-55
11.2 Persyaratan Bahan

Bahan Rangka Baja :

a. Sebagai rangka langit-langit gypsum board rata digunakan Cross-T dan Main-T dengan pola
plafond 600mm x 1200mm atau sesuai dengan gambar detail, yang digantungkan pada
rangka atap dengan memakai penggantung yang didrat dan pakai mur.

b. Penutup langit-langit Kalsiboard/GRC :


Digunakan Kalsiboard yang bermutu baik, merk Eternit Gresik, Jaya board, Cipta Papan
atau setara yang disetujui Direksi Pengawas. Bahan yang digunakan harus sesuai
persyaratan dan yang telah disetujui dalam arti ketebalan, mutu, jenis dan produk dari
bahan tersebut. Alat-alat pembantu lainnya dari jenis dan ukuran disesuaikan dengan
ukuran bahan yang digunakan

c. Penutup langit-langit Gypsum Tile :


Digunakan Gypsum Tile yang bermutu baik, merk Elephant, Knauf, Jayaboard atau setara
yang disetujui Direksi Pengawas. Bahan yang digunakan harus sesuai persyaratan dan yang
telah disetujui dalam arti ketebalan, mutu, jenis dan produk dari bahan tersebut. Alat-alat
pembantu lainnya dari jenis dan ukuran disesuaikan dengan ukuran bahan yang digunakan

d. Bahan finishing :
Finishing penutup langit-langit menggunakan cat yang bermutu baik (lihat spek. Cat) dan
yang telah disetujui Direksi Pengawas. Warna dan corak akan ditentukan kemudian.

e. Curtain Box :
Pembuatan curtain box atau cove, pada area sisi jendela pada bangunan menyatu dengan
plafond, dengan bahan penutup multiplywood dengan ketebalan 12 mm dan dilapis
dengan HPL

f. Peng-akhiran plafon pada dinding diberikan list W, yang memberikan jarak antara plafond
dengan dinding/partisi

11.3 Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti gambar-gambar


yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan peil), termasuk mempelajari bentuk, pola
lay-out/ penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai gambar.

b. Kontraktor wajib membuat shop drawing sesuai ukuran / bentuk / mekanisme kerja
yang disesuaikan gambar rencana dan telah disesuaikan keadaan dilapangan, shop
drawing harus mendapat persetujuan Direksi Pengawas.

c. Bilamana diinginkan, Kontraktor wajib membuat mock-up sebelum pekerjaan dimulai dan
dipasang.

d. Sebelum pemasangan, penimbunan bahan rangka, gypsum board dan material yang lain
ditempat pekerjaan harus diletakkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara yang baik,
tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban.

VI-56
e. Harus diperhatikan semua sambungan dalam pemasangan klos-klos, baut, angker-angker
dan penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan
memperhatikan/menjaga kerapian terutama untuk bidang-bidang tampak tidak boleh ada
lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan.

f. Disain dan produksi dari sistem partisi harus mendapat persetujuan dari Direksi
Pengawas dan sesuai gambar rencana.

g. Pemakaian bahan dan pola pemasangan langit-langit tidak boleh menyimpang dari
persyaratan.

h. Semua rangka harus terpasang siku, rata pada permukaan bawahnya dan sesuai peil
dalam gambar dan datar (tidak melebihi batas toleransi kemiringin yang diizinkan dari
masing-masing bahan yang digunakan).

i. Perhatikan semua sambungan dengan material lain, sudut-sudut pertemuan dengan


bidang lain. Bilamana tidak ada kejelasan dalam gambar, Kontraktor wajib menanyakan
hal ini kepada Direksi Pengawas.

j. Setelah pemasangan, Kontraktor wajib memberikan perlindungan terhadap benturan-


benturan, benda-benda lain dan kerusakan akibat kelalaian pekerjaan, semua
kerusakan yang timbul adalah tanggung jawab Kontraktor.

k. Semua panil (unit-unitnya) harus terpasang rapi dan kuat sesuai petunjuk-petunjuk
gambar.

l. Semua hubungan terhadap bagian dari pekerjaan lain harus diperhatikan kerapihan dan
kekuatannya. Lubang-lubang bekas pemasangan, dan penguat lain harus tidak terlihat
dan semua penguat harus terpasang baik dan dapat menjamin kekuatannya.

Pasal 12
PEKERJAAN CAT

12.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang
bermutu baik dan sempurna. Meliputi pengecatan dinding/ beton bagian luar dan dalam serta
seluruh detail yang ditunjukan/disebutkan dalam gambar. Definisi pekerjaan cat adalah semua
pelapisan permukaan pada berbagai material untuk maksud-maksud perlindungan/
pemberian warna, pemberian texture dan memberi kemungkinan untuk dicuci dari material
tersebut.

Perincian dari pekerjaan cat ini meliputi jenis-jenis berikut:


 Pekerjaan pengecatan dasar atau primer dan pendempulan.
 Pekerjaan cat dinding
 Pekerjaan cat langit-langit

12.2 Persyaratan Bahan

VI-57
a.Persyaratan Standar/Mutu bahan
 Pengecatan seluruh pekerjaan harus sesuai dengan NI-3 dan NI-4 atau sesuai
dengan spesifikasi dari pabrik cat yang digunakan.
 Standar dari bahan prosedur pengecatan ditentukan pabrik pembuat cat dan
Kontraktor tidak dibenarkan merubah standar dengan jalan mencampur dan
mencairkan yang tidak sesuai dengan instruksi pabrik atau tanpa ijin dari
Direksi/Pengawas.

b.Pengiriman dan Penyimpanan Bahan


 Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak cacat.
berapa bahan tertentu harus masih di dalam kotak aslinya yang masih tersegel dan
erlabel pabriknya.
 Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak
lembab dan bersih, sesuai dengan jenisnya.
 Kontraktor bertanggung-jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan
penyimpanan dan pelaksanaan.
c. Bahan Yang Digunakan
 Untuk cat dinding interior dan cat langit-langit digunakan jenis Acrylic Emulsion merk
ICI Vinilex atau yang setara.
 Untuk cat dinding exterior digunakan jenis cat yang tahan cuaca merk Vinilex Exterior
atau setara

12.3 Syarat-syarat Pelaksanaan/Syarat Umum

Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukan kepada Direksi/Pengawas beserta


ketentuan/persyaratan/jaminan pabrik untuk mendapatkan persetujuan. Bahan yang tidak
disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan. Jika dipandang perlu diadakan
penukaran/penggantian bahan pengganti harus disetujui Direksi/Pengawas berdasarkan
contoh yang diajukan Kontraktor. Pekerjaan pengecatan jangan dilakukan di daerah terbuka
dalam keadaan cuaca lembab dan hujan atau keadaan angin berdebu yang akan mengurangi
kualitas pengecatan.

a. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pada suatu bidang harus mendapat persetujuan dari
Direksi/Pengawas.
Sebelum memulai pelaksanaan pengecatan, Kontraktor wajib melakukan percobaan
untuk disetujui Direksi/Pengawas.

b. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat bila ada


kelainan/perbedaan di tempat itu sebelum kelainan/perbedaan tersebut diselesaikan. Bila
ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dan lain-lainnya, maka Kontraktor harus
segera melaporkan kepada Direksi Pengawas. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi
mengganti kerusakan yang terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas beban
biaya Kontraktor.

12.4 Gambar Detail Pelaksanaan :

Bila diperlukan, Kontraktor harus membuat gambar kerja pelaksanaan pengecatan (untuk
bagian-bagian yang dianggap perlu)

VI-58
12.5 Cara Pelaksanaan :

Lakukan pengecatan dengan data terbaik yang umum dilakukan kecuali spesifikasi lain. Urutan
pengecatan, penggunaan lapisan-lapisan dasar dan tebal lapisan penutup minimal sama
dengan syarat yang dikeluarkan pabrik. Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak
bercucuran atau ada bekas-bekas yang menunjukan tanda-tanda sapuan,semprotan dan roller.
Sapukan semua dasar dengan cat dasar dan kuas, penyemprotan hanya diijinkan dilakukan bila
disetujui Direksi/Pengawas.

12.6 Pengecatan Kembali :

Dilakukan bila ada cat dasar atau cat akhir yang kurang menutupi, atau lepas. Pengulangan
pengecatan dilakukan sebagaimana ditunjukan oleh Direksi/Pengawas, serta harus mengikuti
petunjuk dan spesifikasi yang dikeluarkan pabrik yang bersangkutan.

Pembersihan permukaan, pekerjaan termasuk penggunaan biaya, pengupasan cat teksture,


pencucian dengan air, maupun pembersihan dengan kain kering, harus mendapat
persetujuan. Kerapihan pekerjaan cat ini dituntut untuk tidak mengotori dan mengganggu
pekerjaan finishing lain, atau pekerjaan lain yang sudah terpasang. Pekerjaan yang tidak
sempurna diulang dan diperbaiki atas tanggungan Kontraktor.

12.7 Syarat Pengamanan Pekerjaan

Agar daerah-daerah yang sedang dicat ditutup dari pekerjaan-pekerjaan lain, maupun kegiatan
lain dan juga daerah tersebut terlindung dari debu dan kotoran lainnya sampai cat daerah
tersebut kering.

Lindungi pekerjaan ini dan juga pekerjaan atau material lain yang dekat dengan pekerjaan ini
seperti fitting-fitting, kosen-kosen dan sebagainya dengan cara menutup/melindungi
bagian tersebut selama pekerjaan pengecatan berlangsung. Kontraktor bertanggung jawab
memperbaiki atau mengganti material yang rusak akibat pekerjaan pengecatan tersebut.

Pasal 13
PEKERJAAN ALUMINIUM

13.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang
bermutu baik dan sempurna.

Meliputi pengecatan penyediaan Kosen pintu aluminium plint lantai dan curtain wall. sesuai
dengan spesifikasi berikut.

13.2 Persyaratan Bahan


 American architectural manufacture association
- AAMA 501 : methode of test (AAMA)

VI-59
- AAMA 101
 Standard industri indonesia (SII)
 American society for testing and materials (ASTM)
 Japanese industrial standard (SII)
 Singapore standard
 Standard nasional Indonesia (SNI)
 Technical specification 08700 finsih hardware
 Technical specification 08800 glass and glazing

Penggunaan material Alunimium untuk


 Kusen pintu merk Alexindo atau setara
 Plint Aluminium merk Alexindo atau setara
 Curtain wall, Horizontal blint merk Onna atau setara

13.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan

a. Umum
Pekerjaan kusen pintu, jendela alumunium untuk exterior dan interior termasuk
pekerjaan yang berkaitan, seperti : angkur yang ditanam, struktur penguat dan
komponen pelengkap yang lainnya.

b. Kriteria perencanaan
Modifikasi dapat dimungkinkan tanpa merubah profil atau merubah penampilan,
kekuatan atau ketahanan dari material dan harus tetap memenuhi kriteria
perencanaan.

c. Pergerakan karena temperatur


Akibat pemuaian dari material yang berhubungn tidak boleh menimbulkan suara
maupun terjadi patahan atau sambungan yang terbuka, kaca pecah, sealent yang tidak
melekat dan hal-hal lain. Sambunagnn kedap air harus mampu menampung pergerakan
ini

13.4 Material

a. Alumunium extrusi
Fabrikasi dies dan profile dengan toleransi khusus untuk arsitektural, besarnya diameter
profil hollow dan solid yang bisa dikerjakan adalah :
 dia. maximum untuk profil hollow = 160 mm
 dia. maximum untuk profile solid = 210 mm

b. Gasket
 bahan = PVC, neoprene, santoprene, EPDM
 sifat material = tahan terhadap perubahan cuaca
 kekerasan = 60 – 80 durometer
 jenis bahan = extrusion

c. Sealant dinding merk Zink Glass, Zin Etsu atau setara


 single komponen
 type = silicone sealent

VI-60
d. Screw
 bahan = stainless steel

e. Angkur & angkur tanam


bagian yang berhubungan dengan alumunium dilapisi galvanised s/d 18 micron.
bagian lain diberi lapisan anti karat, zinc chromate, type alkyd

f. Joint sealer
sambungan antara profil horizontal dengan vertical diberi sealer yang berserat guna
menutup celah sambungan profil tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air
dan suara.
bahan = butyl sheet

g. Data pelengkap

h. Gambar kerja
gambar kerja yang lengkap, yang menjelaskan :
 type dan tampak setiap jenis pintu alumunium dan curtain wall detail pemasangan.
 detail pertemuan alumunium dengan komponen-komponen lain yang berhubungan.
 Kelengkapan ukuran-ukuran

i. Perhitungan struktur sesuai dengan kriteria design yang ada (kalau diperlukan)
j. Fabrikasi dan assembling
 semua jenis pintu alumunium dan curtain wall di fabrikasi di workshop / pabrik.
 semua sambungan dikerjakan dengan mesin sehingga rapi, kokoh dan dengan bentuk
sambungan yang sesuai standard toleransi. untuk sambungan yang tahan air harus di
beri sealant dari bagian yang tidak terlihat mata.
 perakitan pintu alumunium dilaksanakan di workshop/pabrik sehingga selain kualitas
perakitan sesuai standard yang di syaratkan juga mempercepat proses pemasangan
di lapangan.
 proses fabrikasi dan assembling harus berdasarkan data di shop drawing yang sudah
di setujui oleh pemberi tugas.
 hardware yang dipasang menggunakan back plate.

k. Pengiriman & penyimpanan di site


 semua profile dilapisi PVC plastic atau polythilene film.
 pengiriman barang-barang harus hati-hati dan tidak boleh terjadi kerusakan.
 setiap unit pintu yang dikirim ke lapangan harus ada tanda/bukti sudah diperiksa
kualitasnya oleh QC pabrik
 material yang disimpan dilapangan (site) harus diatur sedemikian rupa agar tidak
terjadi kerusakan/cacat.

l. Pemasangan pada struktur bangunan


 semua unit alumunium harus terpasang dengan hubungan siku-siku, tegak lurus dan
mengikuti patokan (bench mark) dari kontraktor.
 sebelum diadakan pemasangan maka perlu adanya pengukuran dilapangan dan
koordinasi dengan pekerjaan lain, sehingga ukuran lubang (opening) sesuai dengan
shop drawing.

VI-61
Pasal 14
PEKERJAAN ELEKTRIKAL

14.1 Persyaratan Teknis Umum Bahan dan Peralatan :

1. Umum

Pemasanan instalasi pada dasarnya harus memenuhi peraturan-peraturan sebagai berikut :


a. PUIL tahun 2000 ;
b. Peraturan-peaturan yang lain yang dikeluarkan olhe Perumtel, Ditjen Bina Lindung, dan
Lembaga Pemerintah lainnya yang berwenang ;
c. ASHRAE, ARI, ASTM, ASME, dan SMACNA ;
d. National Fire Protection Association (NFPA) ;
e. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Ibukota Jakarta No. 1173 tahun 1982 ;
f. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.05/MEN/1982 ;
g. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti PLN, DInas
Pemadam Kebakaran, d.l.l ;
h. Petunjuk dari pabrik pembuat peralatan.

Pekerjaan instalasi ini harus dilaksanakan oleh perusahaan yang memiliki tenaga ahli yang
mempunyai surat izin Pemasangan Instalasi dari Instansi berwenang yang telah biasa
mengerjakan suatu daftar referensi pemasangan.

2. Gambar Rencana

 Gambar Rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu kesatuan yang


saling melengkapi dan sama mengikatnya.
 Gambar-gambar system ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan,
sedangkan pemasanan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari bangunan
yang ada.
 Gambar-gambar Arsitektur, Struktur/Sipil, maupun Interior harus dipakai sebagai
referensi untuk Pelaksanaan.

3. Koordinasi

 Pemborong hendaknya bekerja sama dengan teknisi internal (Teknisi Rumah Tangga)
aar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancer sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan..
 Koordinasi dengan Tim Teknis dari Pemberi Tugas dan Tim Pengelola Teknis PU harus
selalu dijalankan agar kendal-kendala yang ada di lapangan dapat segera diatasi.

4. Pelaksanaan Pemasangan

 Sebelum melaksanakan pemasangan instalasi Pemborong harus menyerahkan gambar


kerja dan detailnya kepada Direksi Lapangan/Pengawas dalam rangkap 4 (empat) untuk
disetujui.. Yang dimaksud gambar kerja disini adalah gambar yang menjadi pedoman
dalam pelaksanaan, lengkap dengan dimensi peralatan, jarak peralatan satu dengan
lainnya, jarak terhadap dinding, jarak pipa terhadap lantai, dinding dan peralatan,
dimensi accessories yang dipakai dan Pengawas berhak menolak gambar kerja yang
tidak mengikuti ketentuan diatas.

VI-62
 Pemborong wajib mengadakan pemeriksaan ulang atas segala ukuran dan kapasitas
peralatan yang akan dipasang, apabila terdapat sesuatu yang diragukan Pemborong
harus segera menghubungi Konsultan Pengawas.
 Asumsi-asumsi Konsultan Perencana dalam penentuan performance suatu peralatan
harus diperiksa ulang oleh Kontraktor sesuai dengan peralatan yang dipilih maupun
kondisi actual/lapangan dan dimintakan persetujuan kepada Konsultan Pengawas.

14.2 Persetujuan Material, Peralatan dan Dokumen yang Diserahkan

1. Umum

Dalam jangka waktu 14 (empatbelas) hari setalah menerima SPK/KONTRAK/SPMK dan


sebelum memulai pekerjaan, pengadaan material dan peralatan, Kontraktor harus
menyerahkan shop drawing, daftar peralatan, dan bahan yang akan digunakan pada
proyek ini untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Pemberi Tugas tidak bertanggung jawab atas contoh bahan yang akan dipakai dan semua
biaya yang timbul berkenaan dengan penyerahan dan pengambilan contoh/dokumen ini.

2. Shop Drawing

Pemborong harus mengajukan gambar kerja berikut detail dan potongan yang diperlukan
untuk diperiksa dan disetujui. Dengan mengajukan gambar-gambar kerja ini berarti
Kontraktor sudah mempelajari keadaan lapangan setempat, gambar-gambar Struktur,
Arsitek maupun gambar-gambar instalasi lainnya

3. Daftar Peralatan dan Bahan

Suatu daftar yang lengkap untuk peralatan dan bahan yang akan digunakan pada proyek ini
harus diserahkan untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas dengan dilampiri
brosur-brosur yang lengkap dengan data-data teknis,performance dari peralatan/bahan.

Daftar bahan dan peralatan ini harus sesuai spesifikasi.

14.3 Pekerjaan Listrik :

1. Pekerjaan instalasi listrik yan termasuk pekerjaan ini adalah system instalasi listrik secara
lengkap sehingga instalasi ini dapat berjalan dengan baik dan aman, sehingga pada waktu
serah terima pertama instalasi tersebut harus sudah dapat dipergunakan oleh Pengguna
Jasa.

2. Seluruh peralatan yang direncanakan dalam instalasi ini adalah untuk bekerja pada
frekwensi 50 Hz s.d 60 Hz dan tegangan 220/380 Volt.

14.4 Persyaratan Bahan :

1. Kabel Tegangan Rendah yan diapak harus dapat dipergunakan untuk teangan min. 0,6kV
untuk kabel NYM, NYY, & NYFbY dengan spesifikasi :

VI-63
 Conductor : Plain Copper (NYM & NYY), solid or Stranded (NYY), Copper/Sector
Shape (NYFGbY)
 Insulation : PVC
 Core Filter : Compound Elastic / Soft PVC
 Sheath : PVC
 Produk Kabel : 4 besar (Supreme, Tranka, Kabelindo, Kabel Metal) atau setara
 Produk conduit : EGA, Cipsal, Double-H atau setara
 Metal Conduit : Maruichi, Matsushita atau setara

2. Pada prinsipnya kabel-kabel instalasi daya dipergunakan adalah :


 Kabel-kabel instalasi daya dipergunakan jenis NYFGbY dan NYY ;
 Kabel instalasi penerangan dan kotak kontak dipergunakan NYM 3x2,5 mm 2 dengan HIP
conduit diameter minimum 19mm sebagai pelindungnya.

3. Kabel-kabel daya yang ke sub-sub panel harus disertai dengan kawat BC atau NYA sebagai
kawat pentanahan dengan diameter sama dengan diameter kabel feedernya atau minimal
satu rating dibawahnya kecuali diatas diameter 50 mm 2 dipergunakan BC 50 mm2.

4. Penampang kabel minimum yang dapat diapaki untuk instalasi adala dengan diameter
2,5mm, sedangkan untuk arde dengan diameter 6mm.

Pasal 15
PEKERJAAN , KUSEN PINTU

15.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, penyediaan bahan serta peralatan untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan.

15.2 Persyaratan Bahan Pintu :

a. Kayu Kelas II yang digunakan adalah produksi dalam negeri yang berkwalitas baik,
mendapat persetujuan dari Direksi Pengawas.

b. Bahan memiliki serat halus, kadar air kecil.

c. Kayu tidak mudah berubah bentuk atau bergerak.

15.3 Persyaratan bahan Kusen:

Kusen harus dilengkapi dengan komponen perlengkapan Bahan-bahan penguat atau


penyambung apabila tidak terbuat dari aluminium haruslah dari bahan yang tidak
mengakibatkan korosi.

VI-64
15.4 Syarat-Syarat Pelaksanaan

a. Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing)


 Gambar pelaksanaan akan menunjukkan ukuran, bentuk, finish, perletakan masing-
masing type secara keseluruhan. Kontraktor harus membuat gambar secara rinci dengan
usulan profil-profil sesuai dengan gambar detail yang diberikan.
 Semua pekerjaan yang akan dirakit dan dipasang harus sesuai dengan disain arsitek dan
gambar kerja yang disetujui Direksi Pengawas.

b. Pekerjaan Persiapan
 Memeriksa semua ukuran di gambar kerja dan disesuaikan dengan kondisi dilapangan
sebelum dilakukan penyetelan. Setiap terdapat perbedaan segera diberitahukan kepada
Direksi Pengawas sebelum dilakukan penyetelan. Setiap terdapat perbedaan segera
diberitahukan kepada Direksi Pengawas untuk mendapat persetujuan.
 Tanda-tanda cacat akibat proses anodizing seperti “rock” atau “gripper” pada
permukaan harus diganti.
 Untuk keseragaman warna disyaratkan sebelum proses fabrikasi warna profil-profil
harus selama fabrikasi unit-unit jendela maupun pintu serta partisi dan lainnya, maka
profil harus diseleksi sehingga menjamin warna yang sama pada unit-unit tersebut.

c. Pekerjaan Pelaksanaan
 Pekerjaan pembuatan/penyetelan dan pemasangan kusen beserta kaca harus
dilaksanakan oleh orang yang ahli dalam bidangnya, dengan persetujuan Direksi
Pengawas.
 Untuk mendapat hasil yang baik, pembuatan/penyetelan kosen harus dilakukan
langsung dilapangan.

PASAL 16
PEKERJAAN DAUN PINTU

16.1 Lingkup pekerjaan

Pekerjaan pembuatan daun pintu meliputi penyediaan tenaga kerja, alat-alat ayng diperlukan
untuk semua pekerjaan pembuatan termasuk persyaratan yang sesuai terhadap masing masing
material, kayu , kaca.

16.2 Persyaratan bahan

 Kayu harus memenuhi persyaratan diklasifikasi sesuai dengan peraturan klasifikasi setempat
 Kayu lapis harus memenuhi british standart : bs 565 ; bs 1455 ; bs 3493 ; bs 3842 ; bs
4512
 Pekerjaan bingkai jendela kaca, harus memenuhi standart pembuatan kaca.
 Pekerjaan finishing melamic harus memenuhi standart pengecatan melamic dengan bahan
dari impra : propan raya.atau setara

VI-65
16.3 Syarat-syarat pelaksanaan

Pekerjaan pintu kayu

a. Pekerjaan dan pemasangan serta ukuran daun pintu / kusen sesuai dengan detail / gambar
yang diterbitkan perencana.

b. Pekerjaan finishing natural doff, kontraktor harus mengajukan contoh warna dan finishing
untuk disetujui oleh perencana sebelum memulai pekerjaan

c. Lem, rackol putih dan heverin (tergantung dari keperluan)


 lem kayu + kayu atau bahan dari kayu lainnya dipakai lem putih merkrackol atau aica aibon.
 lem kayu + bahan jenis lain menggunakan lem epoxi; heverin.
 pemakaian lem jenis lain harus mendapat rekomendasi dari perencana

d. Kaca/glass, tebal 5 mm untuk lubang kaca merk ASAHI atau setara.

e. Teknik pengerjaan
 Cara-cara pengerjaan harus memakai cara yang benar dan alat yang benar.
 Teknik penyambungan kayu dengan kayu harus diusahakan dengan purus dan
diperkuat dengan lem kayu (rackol putih).
 Dalam konstruksi tertentu yang memerlukan perkuatan yang lebih, harus dibantu dengan
skrup, pemakaian paku tidak diijinkan (rekomendasikan).
 Pada pemasangan bahan penutup daun pintu hanya boleh dengan cara dilem dan dipress
paku tidak direkomendasikan.
 Pada pemasangan kusen dibagian yang tertutup, partisi harus diperkuat dengan angkur besi
dan di fiser ke lantai / tembok.
 pemasangan semua fist harus menggunakan lem putih dan pakutembak dengan
kompressor; paku berkepala sama sekali tidak diijinkan digunakan dalam semua pekerjaan
kayu.

f. Pengiriman & penyimpanan di site


 Pengiriman barang-barang harus hati-hati dan tidak boleh terjadi kerusakan.
 Setiap unit pintu yang dikirim ke lapangan harus ada tanda/bukti sudah diperiksa
kualitasnya oleh QC pabrik
 Material yang disimpan dilapangan (site) harus diatur sedemikian rupa agar tidak
terjadi kerusakan/cacat.

Pasal 17
PEKERJAAN KACA

17.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang
bermutu baik dan sempurna sesuai yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar.

VI-66
17.2 Persyaratan Bahan

a. Kaca yang digunakan harus bebas dari gelombang (ruang-ruang yang berisi gas yang
terdapat pada kaca), bebas dari komposisi kimia yang dapat mengganggu pandangan,
bebas dari keretakan, bebas dari gumpilan tepi, bebas dari benang, gelombang dan bebas
dari lengkungan.

b. Kaca yang digunakan harus memenuhi persyaratan dalam PUBI – 1982 pasal 63 dan SII
0189-78

b. Toleransi untuk ukuran panjang dan lebar kira-kira 2 mm, kesikuan maksimum 1,5 mm dan
ketebalan tidak boleh lebih dari 0,3 mm.

c. Kaca yang digunakan adalah kaca polos produksi ASAHIMAS atau setara dan disetujui oleh
Direksi Pengawas.

d. Tebal kaca untuk pintu frameless polos 12 mm, jendela tampak depan polos 8 mm dan
untuk pintu/jendela rangka aluminium polos 6 mm.

e. Ukuran pemotongan kaca dan tempat pemasangan seperti yang ditunjukkan dalam gambar.

17.3 Syarat – Syarat Pelaksanaan

a. Semua bahan kaca sebelum dan sesudah terpasang harus mendapat persetujuan Direksi
Pengawas.

b. Sisi-sisi kaca yang tampak maupun yang tidak tampak akibat pemotongan, harus
digurinda/dihaluskan.

c. Pekerjaan pemasangan kaca harus dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian
dan syarat-syarat dalam pekerjaan.

d. Pekerjaan ini harus dilakukan oleh tenaga yang mempunyai pengalaman dan keahlian
khusus dalam bidangnya.

e. Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan diberi tanda
agar mudah diketahui.

f. Pemotongan kaca harus rapih dan lurus, diharuskan menggunakan alat-alat pemotong kaca
khusus.

f. Pemasangan kaca-kaca dalam alur rangkanya, harus rapat, kuat/tidak goyang dan sesuai
persyaratan.

g. Tepi kaca diberi sealant untuk menutupi rongga-rongga yang terjadi.


Sealant yang digunakan dari mutu terbaik, sesuai persyaratan pabrik.

h. Kaca harus terpasang rapih, sisi tepi harus lurus dan rata, tidak ada cacat-cacat seperti yang
disyaratkan.

17.4 Materials

VI-67
1. Tempered glass
Tempered glass adalah flat glass yang dipanaskan dalam kondisi tertentu, sehingga
mencapai suhu 700C, dan kemudian dengan cepat disemprotkan udara dengan jarak
tertentu. dengan kualitas setara Asahimas atau produksi lainnya dari kualitas baik dengan
ketebalan dan ukuran sesuai dengan gambar kerja.

2. Kaca cermin
Kaca cermin harus memiliki ketebalan yang sama, bebas dari kerusakan dan memenuhi
persyaratan.
dengan kualitas setara Asahimas atau produksi lainnya dari kualitas baik dengan ketebalan
dan ukuran sesuai dengan gambar kerja.

17.5 Pemindahan dan pembersihan

1. Setiap panel kaca harus segera diberi tanda setelah selesai pelaksanaan

2. Pengecekan lapangan harus dilakukan apakah ada kaca yang rusak untuk memastikan
tidak ada biaya tambahan dari pemberi tugas, setelah selesai pekerjaan harus dibersihkan
dari label, cat dan semua kotoran.

3. Memastikan bahwa permukaan kaca tidak ada yang tergores. Membersihkan dengan
sabun atau deterjen dan air. kaca yang terkena lilin dan minyak atau yang sejenisnya
dibersihkan dengan bahan yang sesuai.

Pasal 18
PEKERJAAN PENGUNCI DAN PENGGANTUNG

18.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, perlengkapan dan pintu/jendela
dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan
yang baik dan sempurna.
Pemasangan alat pengunci dan penggantung dilakukan pada seluruh pintu dan perbaikan
jendela existing seperti yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar.

18.2 Persyaratan Bahan

Sebelum dipasang kontraktor harus mengajukan contoh bahan untuk mendapatkan


persetujuan dari Direksi Pengawas.

Semua peralatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
spesifikasi ini. Apabila terjadi perubahan atau penggantian peralatan akibat pemilikkan merk,
kontraktor harus melaporkan hal tersebut kepada Direksi Pengawas untuk mendapat
persetujuan.

Pintu panel kayu solid di Ruang perkuliahan menggunakan peralatan sebagai berikut :
 Engsel, Ball bearing bult, 4”x 3” SSS 304 merk YANK, STERLING atau setara

VI-68
 Kunci Pintu, Mortice lockcase, 50mm b/s ; 85mm c/s europrofile cylinder FINO, KEND,
STERLING atau setara
 Flush bolt, FINO, KEND, atau setara
 Handle, Lever handle complete with rose and escutcheons Stainless Steel FINO, KEND,
STERLING atau setara
 Door Closer, menggunakan produk DORMA atau setara

4. Pintu kaca frame less pada main entranca di Ruang perkuliahan menggunakan peralatan
sebagai berikut
 Engsel, hinge stainless steel, merk ex. dorma bersertifikat atau setara
 Handle custome made stainless steel

18.3 Syarat – Syarat Pelaksanaan

1. Bahan-bahan yang dipergunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus ditunjukkan


contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Pengawas.

2. Pekerjaan pemasangan dan penyetelan alat-alat pengunci dan penggantung harus


dilaksanakan oleh orang yang ahli dalam bidangnya.

3. Engsel atas dipasang + 20 cm (as) dari permukaan atas pintu.


Engsel bawah dipasang + 20 cm (as) dari permukaan bawah pintu.
Engsel tengah dipasang ditengah-tengah antara kedua engsel tersebut.

4. Handle dipasang 100 cm dari permukaan lantai.

5. Pemasangan lockcase, handle dan backplate serta door closer harus rapi, lurus dan sesuai
dengan letak posisi yang telah ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Apabila hal tersebut
tidak tercapai, Pemborong wajib memperbaiki tanpa tambahan biaya.

6. Door closer harus dipasang dengan baik dan merekat dengan kuat pada batang kosen dan
daun pintu dan disetel sedemikian rupa sehingga pintu selalu menutup rapat pada kosen
pintu.

7. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan pengujian
secara kasar dan halus.

Pasal 19
PEKERJAAN SANITARY (Jika ada)

19.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
lainnya uyang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang
bermutu baik dan sempurna.
Pekerjaan sanitary ini dipasang pada ruang toilet / kamar mandi / WC serta seluruh detail yang
dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar.

VI-69
19.2 Persyaratan Bahan

1. Bahan – bahan yang digunakan sebagai berikut :


- Closet Duduk : merk TOTO atau setara type CW 867 NJ
- Jet washer : merk TOTO atau setara type TB 19 CSN CR
- Wastafel : merk TOTO atau setara type L W 860 CJ / RX 104 LBGJ
- Urinoar : merk TOTO atau setara type U 57 M
- Partisi urinoar : merk TOTO atau setara type A 100
- Partisi urinoar : merk TOTO atau setara type A 100
- Paper Holder : merk TOTO atau setara type TS 116 R
- Kran Air Bersih : merk TOTO atau setara
- Floor Drain : merk SAN-EI atau setara

2. Warna akan ditentukan kemudian dan pemasangan harus dengan persetujuan Direksi
Pengawas

3. Semua material harus memenuhi ukuran, standard dan mudah didapatkan di pasaran,
kecuali bila ditentukan lain.

4. Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala perlengkapannya, sesuai dengan
yang telah disediakan oleh pabrik.

5. Barang yang dipakai adalah dari produk yang telah disyaratkan dalam uraian dan syarat-
syarat dalam buku ini.

19.3 Syarat – Syarat Pelaksanaan

1. Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Direksi Pengawas beserta
persyaratan/ketentuan pabrik untuk mendapatkan persetujuan. Bahan yang tidak disetujui
harus diganti tanpa biaya tambahan.

2. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian bahan pengganti harus disetujui


Direksi Pengawas berdasarkan contoh yang diajukan Kontraktor.

3. Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-gambar yang ada dan
kondisi di lapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan, cara pemasangan
dan detail-detail sesuai gambar.

4. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dengan gambar, gambar dengan
spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus segera melaporkannya kepada Direksi
Pengawas.

5. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu tempat bila ada


kelainan/perbedaan ditempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.

6. Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/pemeriksaan untuk kesempurnaan


hasil pekerjaan.

7. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada kerusakan yang terjadi


selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Kontraktor, selama kerusakan bukan
disebabkan oleh tindakan Pemberi Tugas.

VI-70
8. Pelaksanaan pemasangan harus menghasilkan pekerjaan yang sempurna, rapi dan lancar
dipergunakannya/air tidak macet.

VI-71

Anda mungkin juga menyukai