Anda di halaman 1dari 61

SPESIFIKASI TEKNIK

A. DATA PROYEK Nama Kegiatan : Pembangunan Rumah 2 Lantai Lokasi : Kab. Bandung Barat Kepemilikan : Pribadi Luas Lahan : 198 m2 Pelaksana : Kontraktor. Sumber Dana : Pribadi/Pemilik 1. LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan Persiapan Pekerjaan Tanah Pekerjaan Pondasi Pekerjaan Beton Pekerjaan Dinding Pekerjaan Kayu Pekerjaan Atap Pekerjaan Lantai Pekerjaan Plafond Pekerjaan Pengecatan Pekerjaan Tangga Pekerjaan Elektrikal Pekerjaan Sanitasi

2. TEMPAT KERJA Bilamana diperlukan tempat kerja dan tempat kerja tersebut di luar daerah pengawasan proyek, dimana harus membayar sewa/dikeluarkan biaya ganti rugi, maka Kontraktor harus menyelesaikannya tanpa membebani Direksi dengan pembiayaan tambahan. 3. TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib memeriksa kekuatan kontruksi yang akan dilaksanakan dan harus mengkonsultasikan dengan Konsultan Perencanaan dan Konsultan Pengawas. Segala sesuatu kerusakan yang timbul akibat kelalaian Kontraktor tidak melaksanakan pemeriksaan kekuatan Kontraktor menjadi tanggung jawab Kontraktor. Pada Keadaan apapun, dimana pekerjaanpekerjaan yang dilaksanakan telah mendapat persetujuan Direksi lapangan tidak berarti membebaskan Kontraktor atas tanggung jawab pada pekerjaan sesuai dengan isi kontrak.Pada masa pemeliharaan, Kontraktor harus membuat laporan secara periodik setiap bulan tentang kondisi hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan dan diketahui oleh Pengawas.

4. TENAGA KERJA Tenaga-tenaga kerja yang digunakan hendaknya dari tenaga-tenaga yang ahli/terlatih dan berpengalaman pada bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan ketentuan /petunjuk Direksi Lapangan. 5. SATUAN UKURAN Semua satuan ukuran yang disebutkan dalam spesifikasi ini serta yang digunakan di dakam pekerjaan adalah standart meter dan kilogram. Bila disebut satu ton, yang dimaksud adalah satu ton yang bernilai 1000 kilogram. 6. PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN Bila Kontraktor tidak berada di tempat pekerjaan dimana Direksi bermaksud untuk memberikan petunjuk-petunjuk, maka petunjuk-petunjuk itu harus diturut dan dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang-orang yang ditunjuk untuk itu oleh Kontraktor. Orang-orang atau pelaksana tersebut harus mengerti bahasa yang dipakai oleh Direksi atau Kontraktor akan menyediakan penterjemah khusus untuk keperluan tersebut. 7. PEKERJAAN DAN BAHAN BAHAN YANG TERMASUK DIDALAM HARGA SATUAN. Pekerjaan dan bahan bahan yang diperlukan sesuai dengan macam-macamnya seperti yang disebutkan artikel artikel dalam spesifikasi ini, gambar rencana petunjuk tambahan ataupun petunjuk petunjuk Direksi dilapangan harus tercakup dalam pembiayaan untuk tenaga kerja, harga bahan, organisasi kerja, biaya tak terduga, keuntungan, biaya biaya penggantian sewa / pemakaian tanah pada pihak ketiga, atau kerusakan atas milik seseorang, kerja lain yang disebut dalam spesifikasi ini untuk kesempurnaan hasil kerja dimana tidak ada mata pembiayaan khusus pengairan air darurat selama pelaksanaan kerja, pembongkaran, peralatan bahan peledak serta alat alatnya, penempatan bahan bahan sesuai dengan petunjuk perlindungan, perkuatan pengaturan as saluran dan tenaga ahli untuk keperluan ini, perumahan dan pembiayaan lainyang biasanya diperlukan guna menyelesaikan pekerjaan sebaik baiknya. 8. LAPORAN. a. Kontraktor diharuskan membuat bahan laporan berkala kemajuan pekerjaan untuk setiap satu minggu kegiatan dengan mengisi formulir evaluasi kemajuan pekerjaan sesuai dengan petunjuk Direksi. Ringkasan laporan tersebut harus mencantumkan keadaan cuaca jumlah pengerahan tenaga kerja, tenaga pengawas, dan pelaksana. Alat alat yang dipergunakan, jumlah bahan bahan bangunan lokasi pekerjaan kemajuan fisik dari pekerjaan yang telah selesai, masalah-masalah yang timbul dilapangan serta pemecahannya dan rencana kerja minggu berikutnya. b. Laporan kemajuan pekerjaan harus diserahkan oleh kontraktor pada setiap akhir pekan untuk dievaluasi. c. Laporan lain seperti laporan harian dan lain lain sesuai dengan uraian dalam syarat syarat umum kontrak.

9. GAMBARGAMBAR DAN UKURAN a. Gambar-gambar yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan adalah: - Gambar Digital Dari Arsitek - Gambar yang telah di setujui owner b. Kalkir asli dari gambar-gambar proyek disimpan Laporan kemajuan pekerjaan harus diserahkan oleh kontraktor pada setiap akhir pekan untuk dievaluasi. c. Kontraktor diharuskan menyimpan satu set cetak biru dikantor lapangan untuk dipergunakan setiap saat apabila diperlukan. d. Gambar gambar pelaksanaan (shop Drawing) dan detailnya harus mendapat persetujuan direksi sebelum dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan. e. Pada penyerahan terakhir pekerjaan yakni sesudah selesainya masa pemeliharaan harus disertai Gambar hasil pelaksanaan (as built drawing). f. Semua ukuran dinyatakan dalam system metrik. g. Kalau terdapat perbedaan dengan. 10. WILAYAH KERJA a. Secara umum Kontraktor dilarang menimbun atau menempatkan bahan-bahan bangunan di tepi jalan umum karena jalan umum tidak termasuk wilayah kerja Kontraktor kecuali ada pertimbangan khusus dan perstujuan dari Direksi. b. Apabila tidak terdapat tempat kosong yang sesuai untuk menimbun atau menyimpan bahanbahan bangunan di sekitar lokasi proyek, maka bahan bangunan harus didatangkan dari gudang Kontraktor atau Leveransir setiap hari dengan jumlah yang cukup untuk pekerjaan satu hari. c. Di dalam pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus berkoordinasi dengan instansi yang terkait sehubungan dengan jaringan utilitas yang ada. 11. BAHAN-BAHAN DAN MUTU PEKERJAAN a. Semua bahan yang dipergunakan untuk melaksanakan setiap jenis pekerjaan harus terdiri dari kualitas tinggi sesuai dengan yang tercantum dalam syaratsyarat kualitas bahan masing-masing bagian pekerjaan. Hasil pekerjaan dan mutu termasuk bahan-bahan yang terpakai harus diterima dan disetujui Direksi. b. Semua bahan yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam peraturan standar yang berlaku di Indonesia. Standar peraturan yang berlaku adalah edisi terakhir. Untuk bahan bahan yang mutunya belum diatur dalam peraturan standar maupun ketentuan dalam spesifikasi teknis, harus mendapat perstujuan dari Direksi sebelum dipergunakan. c. Untuk bahan-bahan yang mutunya mudah berdasarkan standart internasional. Apabila diperlukan Direksi dapat meminta Kontraktor untuk menunjukkan sertifikat tes dari agen, distributor yang menjual atau pabrik yang memproduksi bahan yang bersangkutan. d. Apabila diperlukan, Direksi dapat meminta copy atau tembusan dari perintah pembelian (faktur) yang dipesan Kontraktor kepada leveransir atau distributor pembelian bahan-bahan yang akan dipakai.

e. Sebelum bahan-bahan yang dipesan dikirim ke lokasi proyek, Kontraktor harus menunjukkan contoh dan bahan bersangkutan kepada Direksi untuk diperiksa dan diteliti mengenai jenis, mutu, berat, kekuatan dan sifat-sifat penting lainnya dari bahan tersebut. f. Apabila bahan-bahan yang dikirim ke lokasi proyek ternyata tidak sesuai dengan contoh yang ditunjukkan, baik dalam hal mutu, jenis, berat maupun kekuatannya, maka Direksi berwenang untuk menolak bahan tersebut dan mengharuskan Kontraktor untuk menyingkirkannya dan di ganti dengan bahan-bahan yang sesuai dengan contoh yang telah diperiksa terdahulu. g. Semua bahan yang disimpan di lokasi proyek harus diletakkan dan dilindungi sedemikian rupa sehingga tidak dapat terjadi kontaminasi atau mengalami proses lainnya yang dapat mengakibatnya rusaknya atau menurunnya mutu bahan-bahan tersebut. h. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku Kontraktor dilarang menyimpan bahan-bahan berbahaya seperti minyak, cairan laiinnya yang mudah terbakar, gas dan bahan kimia sedemikian rupa sehingga keselamatan orang dan keamanan lingkungan sekitarnya dapat dijamin. i. Penggunaan bahan-bahan dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti pedoman atau petunjuk dari pabrik yang memproduksinya. Kelalaian dalam hal ini merupakan tanggung jawab Kontraktor. j. Direksi berhak menunjuk seorang ahli dalam memeriksa mutu bahan-bahan yang diajukan oleh Kontraktor, baik di lokasi proyek maupun digudang leverasir atau di lokasi pabrik atau produsen. Dalam melaksanakan tugasnya ahli tersebut mempunyai wewenang untuk mewakili Direksi dalam menguji dan menilai bahan-bahan yang diajukan Kontraktor. 12. PENGATURAN PEMBUANGAN SISA-SISA Kontraktor harus melakukan seluruh pengaturan yang diperlukan dengan pemilik tanah dan memikul seluruh biaya untuk memperoleh lokasi yang sesuai untuk pembuangan material sisa dan untuk penyimpanan dari material yang diselamatkan.

RENCANA KERJA DAN SYARAT


A. PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Pembersih Lapangan Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, daerah kerja harus dibersihkan dari pepohonan, semak belukar, sisa-sisa bangunan, sampah, akar-akar pohon, dan semua material tersebut harus dibuang dari areal lokasi pekerjaan sesuai dengan petunjuk Direksi pekerjaan. Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan juga harus dibersihkan dari sisasisa semua material yang tidak terpakai , serta areal diratakan dan dirapikan kembali.Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan termasuk Overhead pada analisa harga satuan pekerjaan. 2. PENGUKURAN Jaringan Titik Tetap a. Kontraktor harus membuat jaringan patok titik tetap local yang disahkan Direksi lapangan dan Perencana. Referensi Elevasi ditetapkan berdasarkan patok BPN atau elevasi yang ditetapkan Direksi lapangan dan perencana. b. Semua elevasi yang ditunjukkan dan tercantum dalam gambar adalah elevasi yang dikaitkan dengan ketinggian patok titik tetap seperti yang dijelaskan pada butir di atas. c. Patok titik tetap yang dipergunakan sebagai referensi dalam proyek ini tercantum dalam gambar-gambar rencana atau ditunjukkan oleh Direksi di lapangan. Pengukuran Kembali a. Apabila ada perubahan akan ditentukan/disesuaikan dengan kondisi lapangan setempat bersama Direksi. b. Alat-alat ukur yang dipergunakan harus dalam keadaan berfungsi baik dan sebelum pekerjaan dimulai semua alat ukur yang akan dipakai harus mendapat persetujuan Direksi, baik dari jenisnya maupun kondisinya. c. Cara pengukuran ketetapan hasil pengukuran, toleransi salah tutup, dan pembuatan serta pemasangan patok Bantu akan ditentukan oleh Direksi. d. Apabila timbul keragu-raguan dari pihak Kontraktor dalam menginterpretasikan angkaangka elevasi dalam gambar, maka hal ini harus dilaporkan kepada Direksi untuk diminta penjelasannya. e. Apabila terdapat perbedaan antara elevasi yang tercantum dalam gambar dengan hasil pengukuran ulang, maka Direksi akan memutuskan hal itu. f. Apabila terdapat kesalahan dalam pengukuran kembali, maka pengukuran ulang menjadi tanggung jawab Kontraktor. g. Hasil pengukuran kembali harus sudah diserahkan disetujui oleh Direksi selambatlambatnya 10 hari setelah tanggal SPK.

3. Pematokan dan Bouwplank a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor harus melaksanakan pematokan dan pemasangan bouwplank sesuai petunjuk Direksi. b. Bauwplank harus dibuat tegak lurus sumbu saluran dan harus dibuat selebar pondasi saluran. c. Bauwplank bangunan harus dibuat sejajar dengan dinding tepi bangunan sejarak tertentu diluar galian pondasi. d. Patok dan bauwplank harus dibuat kokoh, tidak mudah rusak dan tidak bergerak serta harus dijaga agar tidak rusak/hilang selama pelaksanaan pekerjaan. e. Elevasi yang tercantum dalam bauwplank dan patok akan menjadi dasar pelaksanaan pekerjaan baik dalam penentuan lebar saluran, tinggi saluran maupun tebal pasangan/konstruksi lainnya. 4. Papan Nama Proyek Kontraktor harus membuat dan memasang papan nama proyek di lokasi yang ditunjuk Direksi, Ukuran, bentuk dan susunan kata-kata dan warna akan ditentukan Direksi. 5. Gambar-gambar yang harus Dipersiapkan oleh Kontraktor. Umum Pelaksanaan pengukuran awal oleh Kontraktor yang dilaksanakan sejak diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja dari Pemilik pekerjaan, dimaksud untuk mendapatkan gambaran kondisi lapangan sesungguhnya dibandingkan dengan gambar yang diterima oleh Kontraktor dan Pemilik Pekerjaan. Data dan hasil pengukuran awal oleh Kontraktor yang telah disyahkan dan disetujui oleh Direksi pekerjaan tersebut, akan menjadi acuan dan dasar pembuatan gambar-gambar selama waktu pelaksanaan sampai selesai pekerjaan. Gambar-gambar hasil pengukuran awal tersebut diatas, akan merupakan dasar pokok kesepakatan bersama antara Kontraktor dan Pemilik pekerjaan untuk menghitung volume dari masing-masing jenis pekerjaan yang harus dan telah dilaksanakan oleh Kontraktor, serta yang harus dibayar oleh Pemilik pekerjaan. Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor, harus bisa memberikan secara jelas hal-hal yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan pekerjaan yang meliputi antara lain : Bentuk tiap jenis bangunan yang akan dikerjakan Elevasi muka tanah asli dan masing-masing dikerjakan Dimensi bangunan pelengkap Jenis serta komposisi material yang dipergunakan Rencana garis galian pondasi Hal-hal lain sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. Adapun gambar-gambar yang harus dipersiapkan oleh Kontraktor meliputi antara lain : Construction Drawing atau Working Drawing Shop Drawing As Built Drawing Semua gambar tersebut di atas, baru bias dipakai sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan dan acuan dasar perhitungan volume pekerjaan

sesungguhnya, apabila sudah mendapat persetujuan dan disyahkan oleh Pemilik pekerjaan. Contruction Drawing atau Working Drawing Contruction Drawing atau Working Drawing adalah gambar rencana bangunan yang telah disesuaikan dengan kondisi lapangan sesungguhnya dan telah disetujui dan disyahkan oleh Pemilik pekerjaan.Semua dimensi bangunan, jenis serta komposisi jenis material dan rencana elevasi posisi dan kedudukan dari masing-masing jenis bangunan yang tergambar pada Contruction Drawing atau Working Drawing harus mengacu dan didasarkan pada Design Drawing yang diberikan oleh Pemilik pekerjaan. Apabila karena kondisi dan situasi lapangan yang sesungguhnya, sehingga mengakibatkan perlu adanya penyesuaian dimensi, elevasi posisi dan kedudukan bangunan, maka Kontraktor harus konsultasi dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Pemilik proyek. Atas dasar persetujuan pemilik pekerjaan, jika ada penyesuaian dimensi, elevasi posisi dan kedudukan bangunan, maka kondisi terakhir rancang bangun yang telah disepakati bersama, disetujui dan disyahkan Pemilik pekerjaan adalah yang mengikat pada kondisi awal pelaksanaan pekerjaan, dan merupakan dasar serta acuan utama bagi Kontraktor pada pelaksanaan pekerjaan. Construction Drawing atau Working Drawing yang dipersiapkan oleh Kontraktor tersebut, harus bisa memberikan satu gambaran rancang bangun yang akan dilaksanakan pada kondisi nyata lapangan, sehingga perlu dan harus dicantumkan antara lain : Garis elevasi muka tanah asli hasil pengukuran awal Dimensi rencana bangunan Elevasi posisi dan kedudukan bangunan Shop Drawing Kontraktor harus membuat shop Drawing untuk setiap bangunan yang akan dikerjakan; Shop Drawing harus dilengkapi gambar detail meliputi ukuran lahan dan lain-lain. Shop Drawing yang disiapkan oleh Kontraktor tersebut, harus diserahkan kepada Pemilik Pekerjaan, diperiksa, dikoreksi apabila perlu, dan untuk selanjutnya disyahkan oleh Pemilik Proyek. Gambar unit bangunan atau Shop Drawing tersebut harus secara lengkap memuat : Bentuk unit bangunan serta dimensinya Material yang akan dipakai serta spesifikasinya List komponen unit bangunan yang memuat : a. Panjang, lebar, tebal komponen unit bangunan b. Berat persatuan komponen unit bangunan dan lain-lain c. Jumlah komponen unit bangunan dan lain-lain. Gambar dan list pekerjaan pembuatan dan pemasangan tulangan konstruksi termasuk dalam kategori Shop Drawing. Kontraktor wajib membuat copy Shop Drawing sebanyak minimum 5 (lima) copy, dengan distribusi dua copy untuk Direksi Pekerjaan dan pengawas, satu copy dipasang di barak kerja, satu copy untuk arsip Kontraktor dan satu copy serta gambar aslinya harus diserahkan kepada Pemilik Pekerjaan. Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan Shop Drawing termasuk penggandaannya sebanyak 5 (lima) copy, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Kontraktor, serta sudah harus diperhitungan termasuk Overhead pada analisa harga satuan pekerjaan. As Built Drawing Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan sesuai gambar pelaksanaan,berikut pekerjaan tambah atau kurang berdasarkan Variasi Order yang diberikan oleh Pemilik Pekerjaan, dan

Kontraktor telah melakukan pengukuran ulang akhir pekerjaan, maka Kontraktor diwajibkan membuat gambar purna bangun atau As Built Drawing. Gambar purna bangun atau As Built Drawing tersebut, harus lengkap berisi antara lain : Garis elevasi muka tanah yang sekarang ada Dimensi dan masing-masing bangunan yang telah dikerjakan Elevasi posisi dan kedudukan masing-masing bangunan yang telah dikerjakan Jenis material dan komposisi yang telah dipergunakan. Gambar purna bangun yang telah selesai tersebut harus diserahkan Kontraktor kepada Direksi pekerjaan untuk diperiksa dan disetujui, selanjutnya diserahkan kepada Pemilik pekerjaan guna mendapatkan pengesahan dari Pemilik Pekerjaan. Administrasi Proyek Kontraktor wajib menyediakan dan membuat kelengkapan administrasi lapangan berupa buku tamu, buku lapangan bahan, material, alat dan perkerja, catatan harian cuaca dan lain-lain yang diperlukan untuk kelengkapan administrasi. Kontraktor wajib membuat harian, laporan mingguan dan laporan bulanan lengkap dengan data penunjangnya dan foto dokumentasi sebagaimana tercantum dalam Rencana Kerja dan Syaratsyarat Proyek. Sebelum memulai aktifitas Kontraktor diwajibkan untuk membuat jadwal atau schedule, rencana kerja, metode kerja, kebutuhan material, kebutuhan sumberdaya dan peralatan dan harus mendapat persetujuan dari Pengawas dan Direksi. B. SARANA PENUNJANG PEKERJAAN 1. Photo Dokumentasi Sejak awal akan mulai melaksanakan pekerjaan, selama masa pelaksanaan pekerjaan dan pada akibat pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan membuat dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang diwujudkan dalam bentuk photo dokumentasi. Photo dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan tersebut, harus bisa memberikan gambaran secara lengkap dan menyeluruh mengenai kegiatan pelaksanaan pekerjaan sejak dari awal sampai akhir pelaksanaan pekerjaan, sehingga secara kronologi bisa merupakan satu gambaran tujuan yang akan dicapai oleh kegiatan tersebut. Photo dokumentasi dilaksanakan pengambilannya dari tiga titik tetap yang berbeda atau sesuai dengan pengarahaan Direksi pekerjaan, dan sudah harus bisa memberikan gambaran secara garis besar kegiatan pelaksanaan seluruh pekerjaan. Photo dokumentasi tersebut, pelaksanaan pengambilannya dilakukan pada kondisi tahap kegiatan pelaksanaan pekerjaan : Saat awal sebelum mulai kegiatan pelaksanaan pekerjaan 0 % Saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 25 % Saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 50 % Saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 75 % Saat selesai pelaksanaan pekerjaan atau prestasi 100 % Photo dokumetasi tersebut, selanjutnya harus dicetak ukuran kartu pos masing-masing rangkap 5 (lima) dengan distribusi 1 (satu) copy dipasang di barak kerja dan 4 (empat) copy lainnya ditata rapi pada album photo dan diserahkan kepada Pemilik pekerjaan. Pada saat pengambilan photo dokumentasi akhir pelaksanaan pekerjaan, disamping cetakan ukuran kartu pos sebanyak 4

(empat) copy, Kontraktor juga diwajibkan menyerahkan tambahan 3 (tiga) copy ukuran 11 R, diberi bingkai, sedangkan pengambilan photo dokumentasinya dari 1 (satu) titik lain yang berbeda lokasi, dan akan ditentukan oleh Direksi pekerjaan. Di samping dokumentasi utama tersebut, atas permintaan Direksi pekerjaan Kontraktor bisa melaksanakan pengambilan photo dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan lainnya yang dianggap berguna dan cukup mempunyai nilai penting untuk didokumentasikan. Pada saat penyerahan photo dokumentasi, Kontraktor juga harus menyerahkan negatif film, ditata menurut urutan Photo dokumentasi yang diserahkan. Semua biaya yang timbul akibat pembuatan photo dokumemntasi tersebut sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab Kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan termasuk Overhead pada analisa harga satuan pekerjaan. 2. Jalan Kerja Untuk menuu ke lokasi pekerjaan, mengangkut bahan material yang akan dipakai, dan transportasi pembuangan bahan material tidak terpakai keluar lokasi pekerjaan, dan pemeriksaan berkala Direksi pekerjaan atau Pemberi Pekerjaan serta keperluan lainnya. Kontraktor diwajibkan menyiapkan atau membuat jalan kerja yang layak guna kegiatan tersebut diatas untuk menunjang dan memperlancar pelaksanaan pekerjaan. Dari waktu ke waktu selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor berkewajiban memelihara jalan kerja agar selalu layak dilalui sehingga tidak menimbulkan dampak lingkungan negatif pada masyarakat di sekitarnya maupun masyarakat lain yang juga memerlukan dan melewati jalan kerja tersebut. Kelancaran fungsi drainase lingkungan di sepanjang jalan kerja, juga yang secara langsung terpengaruh adanya jalan kerja, juga termasuk menjadi tanggung jawab Kontraktor dari segi pemeliharaannya. Untuk pekerjaan-pekerjaan menurut sifatnya dipandang oleh Pemilik Pekerjaan tidak diperlukan adanya jalan kerja khusus maka semua biaya yang timbul akibat pekerjaan sarana jalan kerja ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan termasuk Overhead pada analiasa harga satuan pekerjaan. 3. Pengeringan atau Coffering dan Dewatering Pada bagian-bagian tertentu dari jenis pekerjaan yang dilaksanakan, areal pekerjaan kedangkasang suatu saat tidak bisa bebas sama sekali dari adanya air. Pada keadaan ini, Kontraktor diwajibkan menmgeringkan atau membebaskan areal pekerjaan yang akan dipakai sebagai kedudukan konstruksi dari genangan air atau pengaruh air, karena bisa menyebabkan turunnya kualitas pekerjaan akibat pengaruh air tersebut. Pada prinsipnya selama amsa pelaksanaan pekerjaan, semua lokasi yang akan dipakai sebagai kedudukan bangunan harus dijaga agar tetap kering, bebas dari genangan ataupun rembesan air. Pekerjaan pengeringan yang dimaksud di sini adalah, termasuk sistem drainase lingkungan pekerjaan, sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif terutama pada masyarakat dan lingkungan setempat. Untuk pekerjaan-pekerjaan menurut sifatnya dipandang oleh Pemilik Pekerjaan tidak diperlukan adanya sistem pengeringan khusus maka semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pengeringan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab danbeban ker, serta sudah harus diperhitungkan termasuk Overhead pada analisa harga satuan pekerjaan.Pada jenis pekerjaan yang dipandang oleh Pemilik Pekerjaan memerlukan adanya konstruksi pengertian sifatnya khusus dan memerlukan penanganan tersendiri,maka perhitugan volume dan pembayaran untuk pelakasannaan pekerjaan pengeringan tersebut diatas, diperhitungkan dalam satuan (unit) M untuk pekerjaan coferring atau kisdam dan Lump sum untuk pekerjaan dewatering, sedangkan harga

satuan pekerjaan yang ditawarkan, sudah harus meliputi upah tenaga, bahan material yang dipakai peralatan yang dipergunakan, Overhead dan keuntungan Kontraktor. C. PEKERJAAN TANAH 1. Umum Yang dimaksud dengan pekerjaan tanah adalah semua pekerjaan persiapan lapangan, galian semua jenis material apapun yang ditemui penanganan, penghamparan dan pemadatan material timbunan yang diperlukan, pembuangan semua material sisa galian, pengeringan (bila diperlukan), perlindungan terhadap daerah di sekitarnya, urugan kembali, pengupasan muka tanah, timbunan tanah pada alur dan elevasi sesuai yang ditunjukkan pada gambar. Seluruh area yang termasuk dalam batas batas pekerjaan tanah akan dikerjakan dalam jalur, tingkatan dan elevasi, kemiringan, potongan melintang yang sesuai dalam gambar dengan tambahan yang diijinkan untuk ketebalan plesteran dan pasangan batu dimana perlu kemiringan dan bentuk saluran drainase sedemikian rupa sehingga mempunyai penampilan seragam yang rapi pada penyelesaiannya dan harus disetujui oleh Direksi. Material galian untuk memenuhi kebutuhan bahan tambahan disimpan untuk penggunaan berikutnya atau ditempatkan sebagai bahan timbunan segera setelah penggaliannya dengan persetujuan Direksi. Bila tidak langsung digunakan penyimpangan bahan galian yang akan digunakan tidak diperbolehkan diletakkan di jalan. Batu besar yang tidak diperkenankan untuk material timbunan dapat disimpan/dicadangkan bagi keperluan pasang batu, sesuai dengan spesifikasi. Penggunaan semua material galian untuk keperluan tertentu ditentukan oleh Direksi. Kontraktor tidak diperkenankan menghamburkan atau dengan kata lain membuang material galian yang berguna. Semua galian akan dilaksanakan dengan batasan dan sesuai kebutuhan yang diperlihatkan pada pasal-pasal dari spesifikasi ini berkenaan dengan masalah pengendalian air. Tidak diperbolehkan menebang pohon tanpa ijin dari Direksi dan Instansi yang terkait. Pekerjaan urugan dan galian harus benar-benar rata menurut gambar-gambar potongan memanjang dan potongan melintang dengan permukaan dan kemiringan yang rapi dan benar-benar rata dan teratur. Apabila tidak disebutkan lain, semua rumput tanaman dan semua bahan-bahan yang merusak harus dibuang sebelum bahan urugan diletakkan pada tempatnya. Semua bahan-bahan yang lemah atau mudah rusak harus diganti denga bahan-bahan yang baik seperti syarat yang ditetapkan oleh Direksi. Bahan galian yang didapatkan dari tempat galian tidak menckupi bagi keperluan penimbunan maka dapt diperoleh tambahan galian dari daerah bahan galian lain yang telah disetujui Direksi. Lokasi bahan galian yang telah digali harus diperbaiki sedemikian rupa untuk menghilangkan kemiringan tanah yang tajam dan tidak stabil atau hal lain yang kurang baik dan berbahaya. Luas dan kedalaman galiam masih dalam batas area yang telah disetujui Direksi. Kontraktor bertanggung jawab terhadap pengaturan dan pembayaran semua bahan galian termasuk bahan lempung dan bahan yang dipilih sesuai persetujuan Direksi. 2. Penyelidikan Lapangan Data penyelidikan tanah yang relevan (jika ada), pada Direksi dapat digunakan sebagai panduan/patokan bagi kondisi permukaan dan di bawah permukaan tanah dalam proyek ini. Data pengeboran dan informasi yang berkaitan (jika tersedia) memberi gambaran kondisi di bawah permukaan tanah hanya pada lokasi dan waktu tertentu. Kondisi tanah pada lokasi lainnya mungkin berbeda dengan kondisi pada lokasi pengeboran. Juga waktu berpengaruh terhadap perubahan

lapisan bawah tanah atau muka air pada lokasi pengeboran. Direksi tidak menjamin pernyataan, pikiran atau kesimpulan yang dimaksud dalam laporan penyelidikan tanah yang tersedia. Kontraktor harus memperbaiki semua tanggung jawab bagi pengurangan dan kesimpulan yang dibuat olehnya yang menyangkut kondisi material/bahan yang akan digali, kesulitan yang dihadapi, pengeringan, menjaga galian yang diperlukan dan pekerjaan akibat kondisi lapisan di bawah tanah di lokasi pekerjaan. Direksi tidak akan bertanggung jawab atas kehilangan/kerugian yang diderita Kontraktor sebagai akibat perbedaan-perbedaan kondisi yang digambarkan oleh kesimpulan Kontraktor tersebut, contoh-contoh, percobaan atau laporan-laporan dan kondisi nyata yang ditemui selama pelaksanaan pekerjaan. 3. Penurapan dan Perlindungan Galian yang terlampau curam dan diperkirakan tidak stabil sehingga membahayakan para pekerja atau untuk menghindari kerusakan pekerjaan dari longsoran tanah, perlu dilakukan penurapan. Bila diperlukan, lebar galian dapat diperbesar untuk memberi tempat bagi pelaksanaan penurapan, pelindungan dan peralatannya. Kontraktor harus melengkapi, meletakkan dan meindahkan kembali peralatan penurapan, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi. Kontraktor harus melengkapi gambar yang memperlihatkan detail dari penurapan yang diusulkan akan digunakan bersama dengan smua perhitungan dilakukan oleh tenaga ahli yang mampu sebelum pekerjaan penggalian dimulai. Gambar yang telah disetujui dan perusahannya yang menurut pendapat Direksi dianggap perlu demi keamanan personil dan atau pekerjaan akan dikembalikan pada Kontraktor untuk dilaksanakan. Pekerjaan penggalian tidak boleh dimulai tanpa seijin Direksi. Ijin yang diberikan tidak berarti membebaskan Kontraktor dari kewajiban dan tanggung jawab sesuai kontrak. 4. Pengendalian Air Kontraktor harus menydiakan, memasang dan mengoperasikan semua peralatan yang diperlukan untuk menjaga galian bebas dari air/genangan selama pelaksanaan kosntruksi dan harus membuang air hingga tidak menimbulkan kerusakan terhadap benda-benda di sekitarnya, atau menyebabkan gangguan atau mengancam umum. Interceptor Drain perlu untuk menjaga air permukaan jangan sampai masuk ke lubang galian konstruksi. Untuk penggalian di bawah air, Kontraktor harus mengusahakan melaksanakan pengeringan di sekitar lokasi galian dengan metoda yang harus diusulkan oleh Kontraktor dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi. Tanggul akan sangat baik digunakan mencegah kerusakan akibat erosi selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Kerusakan yang ditimbulakn diperbaiki atas biaya Kontraktor. 5. Pekerjaan Galian a. Uraian 1. Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, pembuangan tanah atau meterial lain bila ada dari tempat kerja atau sekitarnya yang perlu untuk penyelesaian yang memuaskan dari pekerjaan dalam kontrak ini. 2. Pekerjaan ini umumnya diiperlukan untuk pembuatan pondasi, pembuangan material yang tidak terpakai atau humus, dan untuk pembentukan secara umum dari tempat kerja sesuai dengan spesifikasi ini dan yang memenuhi garis, ketinggian penampang yang ditunjukkan dalam gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi. b. Toleransi Dimensi

1. Kelandaian akhir, arah dan formasi sesudah galian tidak boleh bervariasi dari yang ditentukan lebih dari 2 cm dari tiap titik. 2. Permukaan galian yang telah selesai yang terbuka terhadap aliran air permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin drainase yang bebas dari permukaan ini tanpa terjadi ganguan. c. Perbaikan dari Pekerjaan Galian yang tidak Memuaskan Pekerjaan galian yang tidak memnuhi toleransi yang diberikan, harus diperbaiki oleh Kontraktor sebagai berikut : 1. Material yang berlebihan harus dibuang dengan menggali lebih lanjut 2. Daerah dimana digali lebih atau daerah retak atau lepas, harus dirug kembali dengan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat seperti yang diperintahkan oleh Direksi. d. Pelaporan dan Pencatatan 1. Untuk setiap pekerjaan galian, Kontraktor harus menyerahkan kepada direksi, sebelum memulai pekerjaan, gambar perincian potongan melintang atau memanjang yang menunjukkan kondisi awal daripada tanah sebelum operasi pembabatan dan pengarukan dilakukan. 2. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi gambar perincian dari seluruh struktur sementara yang diusulkannya atau yang diperintahkan untuk digunakan seperti skor, turap, cofferdam, dan tembok penahan dan harus memperoleh persetujuan direksi sebelum melaksanakan pekerjaan galian yang dimaksudkan untuk dilindungi oleh struktur yang diusulkan tersebut. 3. Setelah masing-masing galian untuk tanah dasar, formasi atau pondasi selesai, Kontraktor harus memberitahu direksi. Bahan landasan atau material lain tidak boleh dipasang sebelum kedalaman galian disetujui oleh direksi. e. Prosedur Penggalian Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh Direksi dan harus mencakup pembuangan seluruh material dalam bentuk apapun yang dijumpai termasuk tanah, padas, batu bata, batu, beton dan lain-lain. Pekerjaan galian harus dilakukan dengan seminimal mungkin gangguan terhadap material dibawah dan di luar batas galian. f. Kondisi Tempat Kerja Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Kontraktor harus menyediakan seluruh material yang diperlukan, perlengkapan dan buruh untuk pengeringan, penggalian saluran air dan pembangunan saluran sementara, tembok ujung dan cofferdam. Pompa agar siap di tempat kerja setiap saat untuk menjamin tak ada gangguan dalam prosedur pengeringan dengan pompa. g. Jaminan Keselamatan Pekerjaan Galian 1. Kontraktor harus memikul seluruh tanggung jawab untuk menjamin keselamatan pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian. 2. Selama masa pekerjaan galian, Kontraktor harus menjaga setiap saat suatu lereng yang stabil yang mampu menahan pekerjaan sekitarnya. Bila diperlukan, Kontraktor harus menahan atau menyangga struktur di sekitarnya yang jika tidak dilakukan dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian itu. 3. Pada setiap saat dimana kedalaman galian melebihi ketinggian di atas kepala, Kontraktor harus menempatkan pengawas keamanan pada tempat kerja yang tugasnya hanya

memonitor kemajuan dan keamanan. Pada setiap saat peralatan galian cadangan serta perlengkapan P3K harus tersedia di tempat kerja galian. 4. Seluruh tepi galian terbuka harus diiberi penghalang yang cukup Untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya dan setiap galian terbuka pada badan malam hari dengan drum dicat putih atau lampu kuning sesuai dengan ketentuan direksi.

h. Penggunaan dan Pembuangan Material Galian Seluruh material yang dapat dipakai yang digali dalam batas-batas dan cakupan proyek dimana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk formasi timbunan atau urugan kembali maupun lime treatment. Material galian yang mengandung tanah organis tinggi, sejumlah besar akar atau benda tertumbuhan yang lain dan tanah yang komprensif yang menurut Direksi akan menyulitkan pemadatan dari material atau yang mengakibatkan kerusakan atau penurunan yang tidak dikehendaki harus diklasifikasikan tidak memenuhi untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan permanen. Setiap material galian yang berlebih untuk kebutuhan timbunan, atau setiap material yang tidak disetujui oleh direksi teknik sebagai bahan timbunan harus dibuang dan diratakan dalam lapis yang tipis oleh Kontraktor di luar tempat kerja sesuai petunjuk direksi. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk seluruh pengaturan dan biaya untuk pembuangan material yang berlebih atau tidak memenuhi syarat, termasuk pengangkutan dan perolehan ijin dari pemilik tanah di mana pembuangan dilakukan. i. Pembuangan Material Pekerjaan Sementara dan Perapian Tempat Bekas Galian 1. Terkecuali diperintahkan oleh Direksi, seluruh struktur sementara seperti cofferdam atau skor dan turap harus dibongkor oleh Kontraktor setelah selesai pekerjaan struktur permanen atau pekerjaan lain untuk mana galian telah dilakukan. Pembongkaran harus dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu atau merusak struktur atau formasi yang telah selesai. 2. Material galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam saluran air harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan selesai sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu saluran air. 7. Urugan dan Timbunan Tanah a. Umum Semua pengurugan dan timbunan tanah, harus dilakukan di tempat kering yang disetujui direksi. Penggunaan peralatan bagi pelaksanaan penimbunan dan pengurugan kembali sehingga dapat memperoleh hasil pemadatan sesuai dengan spesifikasi, jenis dan kapasitas sesuai dengan yang diminta dan telah disetujui Direksi. Melindungi semua daerah kerja dari kerusakan yang diakibatkan oleh air atau dengan cara lain membuat sistem drainase yang baik untuk menjaga jangan sampai air berada di atas tanah urugan dan daerah pengurugan. Alat berat tidak boleh beroperasi dalam jarak 1 m dari bangunan dan vibrating rollers dalam jarak 1,5 m dari bangunan. b. Timbunan/Urugan Timbunan tidak boleh diletakkan hingga galian yang telah dilakukan dan pekerjaan pondasi yang telah diselesaikan diperiksa disetujui Direksi. Penimbunan diletakkan mendatar lapis demi lapis yang dipadatkan dengan menggunakan peralatan tetapi dengan ketebalan lepada maksimum 200

mm. Pemadatan timbunan dengan tenaga manusia dan juga dengan tenaga mesin harus dengan ketebalan lepada maksimum 200 mm Distribusi bahan di seluruh bagian lapisan harus seragam dan penimbunan harus bebas dari tonjolan, cekungan dan alur-alur atau lapisan material yang berbeda susunan atau gradasi dengan material di sekitarnya. Bila permukaan lapisan menjadi terlalu keras atau halus, untuk pemadatan dengan lapisan berikutnya perlu dilakukan torehan sejajar sumbu penimbunan hingga kedalaman tidak kurang dari 75 mm sebelum dilapisi dengan lapisan selanjutnya. Pada muka dipuncak semua timbunan tanah harus diberi kemiringan tidak kurang dari 2% untuk mendapatkan drainase yang efektif, walau tidak diperlihatkan/ditunjukkan dalam gambar. Permukaan dari timbunan tanah harus dengan kemiringan 2 % hingga dapat berfungsi sebagai drainase. c. Pemadatan Pelaksanaan semua penimbunan tidak kurang 90 % dari maksimum dry density.Semua timbunan harus dilembabkan sebesar 2 % dari angka aotimum dan kemudian dipadatkan. Distribusi kelembaban yang seragam dapat diperoleh dengan metode yang telah disetujui olehh Direksi bagi pemadatan lapisan. Bila lapiasan teratas (dari lapisan sebelumnya) dan timbunan yang dipadatkan atau tanah pondasi menjadi kering atau basah untuk memperoleh ikatan yang baik perlu dilakukan penorehan dan pelembaban dengan menggunakan pencaran air untuk memperoleh kadar air yang baik bagi peletakan lapisan selanjutnya. d. Prosedur Pengujian Pemadatan Metode percobaan untuk timbunan tanah yang akan dipadatkan harus mempunyai kepadatan kering lebih besar atau sama dengan persentase yang ditentukan oleh ASTM D1557. Metode C. Metode ini akan digunakan pada urugan yang dipadatkan, urugan dengan timbunan tanah dan untuk mengatur pemadatan relative (Relative Compaction) pada kadar air yang optimum dari tanah urugan yang dipadatkan, urugan dengan timbunan tanah dan tanah dasar. Alternatif lain percobaan 11 dari BS 1377 dapat digunakan sebagai pengganti ASTM 1557 Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor di bawah pengawasan Direksi, akan melaksanakan beberapa percobaan sesuai yang diperlukan untuk meneliti material, untuk menentukan karakteristik pemadatan, menentukan kadar air dan menentukan kerapatan urugan di tempat. Test ini dilakukan Kontraktor dan akan digunakan untuk menguji urugan sesuai kebutuhan spesifikasi. Pengujian dilakukan oleh Kontraktor atau laboratorium menyelidikan yang diusulkan Kontraktor dan telah disetujui kapan, dimana, sesuai yang diperintahkan Direksi. Biaya semua percobaan pemadatan dan percobaan lainnya yang disebutkan di atas di tanggung Kontraktor. 8. Pengurugan kembali Pada Bangunan-bangunan dan Pada Pekerjaan Pasangan Batu Apabila tidak disebutkan pada gambar atau tidak disyaratkan khusus, semua urugan pada jarak 2 m dari tembok dan pangkal box culvert, atau gorong-gorong harus terdiri dari bahan kerikil yang halus bebas dari lumpur. Bahan-bahan ini juga yang berada di tempat lainnya, bila tidak praktis dipadatkan dengan roller, harus dilakukan dengan penyiraman air untuk kemudian dipadatkan dengan lapis demi lapis tidak boleh dari 200 mm tebal, berat dari alat pemadatan tidak boleh kurang dari 20 kg dan tidak boleh lebih dari 150 gr/cm2 luas permukaan alat pemadat.

Material untuk pengurugan dibawah dalam keadaan mempunyai kelembaban 2 % dari kondisi optimum. Menggenangi dengan air atau menggunakan pancaran air tidak boleh dilakukan kecuali bila telah disetujui Direksi. Pemadatan urugan tidak boleh kurang dari 90% maksimum dry density. 9. Kelebihan Galian dan Pembuangan Sisa Galian Semua bahan hasil dari galian yang berlebihan yang dianggap perlu oleh Direksi harus dipindahkan/dibuang dari lokasi pekerjaan dan biaya untuk itu ditanggung oleh kontraktor. Kontraktor harus menyediakan lokasi buangan akhir untuk sisa tanah hasil galian yang tidak terpakai, diluar lokasi pekerjaan atau sesuai petunjuk Direksi. D. PEKERJAAN PONDASI 1. Pondasi Batu Kali a. Lingkup Pekerjaan a. Pekerjaan meliputi pengadaan alat, bahan dan tenaga kerja keperluan pekerjaan ini. b. Pekerjaan ini meliputi pemasangan pondasi batu kali dengan bahan yang tersebut dalam persyaratan ini. b. Syarat-Syarat Bahan a. Bahan berupa batu kali yang mempunyai kualitas baik, tidak porus, dan tidak mudah pecah. b. Bahan seperti semen, pasir dan air sebagaimana yang disyaratkan pada pekerjaan beton. c. Syarat-Syarat Pelaksanaan a. Dasar galian bebas dari lumpur. b. Apabila muka air tanah cukup tinggi, sehingga dasar galian selalu terendam oleh air. Maka harus dibuat dewatering dengan jalan membuat lubang pemompaan. c. Aanstamping segera dipasang setelah dilakukan galian tanpa menunggu galian selesai seluruhnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari dasar galian menjadi lumpur akibat dari injakan-injakan para pekerja. d. Aanstamping dipasang dalam posisi berdiri rapat dan ditumbuk padat. e. Agar pasangan aanstampeng mempunyai ikatan yang baik tidak goyah, maka celah-celah kecil harus diisi dengan pasir dengan cara pasir-pasir yang disebar diatas pasangan aanstampeng disiram dengan air agar pasir dapat masuk kecelah-celah batu. f. Ukuran pondasi batu kali harus sesuai dengan gambar, baik itu ukuran lebar dengan dasar, tinggi pondasi yang mana dari ukuran yang salah akan mempengaruhi kemampuan daya dukung pondasi tersebut. g. Pemasangan pondasi batu kali mengunakan campuran 1Pc : 5 Ps. Dalam pemasangannya antara batu kali tidak boleh ada yang bersentuhan satu sama

lain, sehingga ikatan antara batu kali menjadi baik. h. Pemasangan harus baik, lurus dan pada bagian luar diusahakan menggunakan penampang yang baik hingga menghasilkan tampak pondasi yang rapi. d. Pembuatan lubang suling-suling a. Bila lubang suling-suling diperlukan untuk membentuk suatu tembok atau tembok bangunan lainnya, maka metode pembentukan lubang suling-suling harus didasarkan atas persetujuan dari Direksi. b. Lubang suling-suling yang pertama harus dipasang 400 mm dari atas dasar saluran. Pada setiap jarak 2,00 m pada arah dipasang 1 suling-suling sedang pada arah vertikal dipasang 2 suling-suling. Pemasangannya dipasang secara zig-zag. c. Lubang suling-suling harus dibentuk agar miring terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi. d. Terkecuali disyaratkan atau diperintahkan oleh Direksi, lubang suling-suling berdiameter 50mm harus ditempatkan pada jarak antara bak horizontal maupun vertikal tidak lebih dari masing-masing 1000 mm dan 500 mm. e. Di belakang pipa-pipa suling harus diberi serat/filter dari ijuk atau serabut kelapa untuk mencegah agar tanah/pasar tidak masuk ke dalam pipa-pipa suling. 5. Pekerjaan Akhir Pasangan Batu a. Sambungan dari sisi muka batu harus dikerjakan hampir rata dengan permukaan pekerjaan, tetapi tidak menutupi batu sewaktu pekerjaan dilaksanakan. b. Terkecuali disyaratkan lain, bagian puncak horizontal dari seluruh pasangan batu harus dikerjakan akhir dengan tambahan dari lapis aduk setebal 15mm yang dikerjakan ke permukaan yang merata dengan kemiringan yang akan menjamin perlindungan terhadap air hujan dan dengan sudut yang dibulatkan. Lapisan tersebut harus dimasukkan kedalam dimensi yang disyaratkan dari struktur. c. Bilamana ditunjukkan dalam gambar rencana, semua permukaan pasangan batu yang dialiri air difinishing dengan plesteran semen sesuai dengan gambar bestek yang ada. 2. PONDASI SETEMPAT A. Urutan Kegiatan Pekerjaan Pondasi Setempat Metoda konstruksi untuk pekerjaan pondasi setempat yaitu: 1. Penggalian tanah pondasi 2. Penulangan pondasi 3. Pekerjaan bekisting 4. Pengecoran

1. Pekerjaan Galian Tanah Pondasi Tahap-tahap pekerjaan galian tanah pondasi setempat yaitu: Penggalian tanah untuk pondasi setempat dilakukan secara hati-hati serta harus engetahui ukuran panjang, lebar dan kedalaman pondasi. a) Tebing dinding galian tanah pondasi dibuat dengan perbandingan 5:1 untuk jenis tanah yang kurang baik dan untuk jenis tanah yang stabil dapat dibuat dengan perbandingan 1:10 atau dapat juga dibuat tegak lurus permukaan tanah tempat meletakkan pondasi. b) dalamnya suatu galian tanah ditentukan oleh kedalamnya tanah padat/tanah keras dengan daya dukung yang cukup kuat, min 0.5 kg/cm2 c) bila tanah dasar masih jelek, dengan daya dukung yang kurang dari 0.5 kg/cm2, maka galian tanah harus diteruskan, sampai mencapai kedalaman tanah yang cukup kuat, dengan daya dukung lebih dari 0.5 kg/cm2. d) Lebar dasar galian tanah pondasi hendaknya dibuat lebih lebar dari ukuran pondasi agar tukang lebih leluasa bekerjanya e) Semua galian tanah harus ditempatkan diluar dan agak jauh dari pekerjaan penggalian agar tidak mengganggu pekerjaan.

2. Pekerjaan Penulangan a) Perakitan tulangan Untuk pondasi setempat ini perakitan tulangan dilakukan di luar tempat pengecoran di lokasi proyek agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses pembuatan pondasi dapat berjalan lebih cepat. Cara perakitan tulangan : a) Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat diketahui dari ukuran pondasi setempat. b) Mendesign bentuk atau dimensi dari tulangan pondasi setempat, dengan memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada pondasi setempat tersebut. c) Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan pondasi dengan kawat pengikat agar kokoh dan tulangan tidak terlepas b) Pemasangan Tulangan Setelah merakit tulangan pondasi setempat maka untuk pemasangan tulangan dilakukan dengan cara manual karena tulangan untuk pondasi setempat ini tidak terlalu berat dan kedalaman pondasi ini juga tidak terlalu dalam. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan: Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan diletakkan tegak turus permukaan tanah dengan bantuan waterpass. Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan dasar tanah, jarak antara tulangan dengan dasar tanah 40 mm, yaitu dengan menggunakan pengganjal yang di buat dari batu kali disetiap ujung sisi/tepi tulangan bawah agar ada jarak antara tulangan dan permukaan dasar tanah untuk melindungi/melapisi tulangan dengan beton (selimut beton) dan tulangan tidak menjadi karat. Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung melakukan pengecoran.

Untuk penggambaran pemasangan penulangan dapat dilihat pada lampiran 3. Pekerjaan Bekisting Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang digunakan untuk mencetak beton yang akan di cor, di dalamnya atau diatasnya. Tahap-tahap pekerjaan bekisting: Diasumsikan yang akan dibuat bekisting adalah bagian tiangnya untuk penyambungan kolom sedangkan untuk pondasinya hanya diratakan dengan cetok (sendok spesi). Supaya balok beton yang dihasilkan tidak melengkung maka waktu membuat bekisting, jarak sumbu tumpuan bekistingnya harus memenuhi persaratan tertentu. a) Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang akan di cor. b) Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang agar tegak lurus tidak miring dengan bantuan alat waterpass. c) Papan cetakan tidak boleh bocor d) Papan-papan disambung dengan klem / penguat / penjepit e) Paku diantara papan secara berselang-seling dan tidak segaris agar tidak terjadi retak. 4. Pekerjaan Pengecoran Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah: semen, pasir, kerikil/split serta air. Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat beton dan perbandingannya. Bahan-bahan harus diperiksa dulu sebelum dipakai membuat beton dengan maksud menguji apakah syarat-syarat mutu dipenuhi. Semen merupakan bahan pokok terpenting dalam pembuatan beton karena mempersatukan butir-butir pasir dan kerikil/split menjadi satu kesatuan berarti semen merupakan bahan pengikat dan apabila diberi air akan mengeras. Agregat adalah butiran-butiran batuan yang dibagi menjadi bagian pokok ditinjau dari ukurannya yaitu agregat halus yang disebut pasir dan agregat kasar yang disebut kerikil/split dan batu pecah. Tahap-tahap pekerjan pengecoran pondasi setempat yaitu: a) Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari kayu dan juga dapat mempergunakan ember sebagai ukuran perbandingan. b) Membuat wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran yang dibuat dari kayu atau seng/pelat dengan ukuran tinggi x lebar x panjang adalah 22 cm x 100 cm x 160 cm dapat juga dibuat dari pelat baja dengan ukuran tebal 3 mm x 60 cm x 100 cm. c) Mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk pengecoran seperti: semen, pasir, split, serta air dan juga peralatan yang akan digunakan untuk pengecoran. d) Membuat adukan/pasta dengan bantuan mollen (mixer) dengan perbandingan volume 1:2:3 yaitu 1 volume semen berbanding 2 volume pasir berbanding 3 volune split serta air secukupnya. e) Bahan-bahan adukan dimasukan kedalam tabung dengan urutan: pertama masukan pasir, kedua semen portand, ke tiga split dan biarkan tercampur kering dahulu dan baru kemudian ditambahkan air secukupnya

f)

Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang lebih selama 4-10 menit tabung mollen (mixer) dibalikan dan tungkan kedalam kotak spesi. Hasil dari pengecoran dimasukkan/dituangkan kedalam lubang galian tanah yang sudah diletakan tulangan dengan bantuan alat sendok spesi centong/ dan dilakukan/dikerjakan bertahap sedikit demi sedikit agar tidak ada ruangan yang kosong dan kerikil/split yang berukuran kecil sampai yang besar dapat masuk kecelah-celah tulangan. Setelah melakukan pengecoran, maka pondasi setempat tersebut dibiarkan mengering dan setelah mengering pondasi diurug dengan tanah urugan serta disisakan beberapa cm untuk sambungan kolom.

5. Tahap pelaksanaan dan pengendalian pekerjaan pengecoran a) Pekerjaan persiapan Pekerjaan persiapan dilakukan dengan mempersiapkan bahan-bahan material yang akan digunakan untuk pengecoran dan ditempatkan di daerah yang tidak terlau jauh dengan tempat galian pondasi/tempat yang akan dicor b) Cara pengadukan Karena didalam pengecoran ini diasumsikan memakai mollen/mixer, maka pengadukan bahan material dimasukan kedalam sebuah tabung mollen/mixer dengan urutan: pertama memasukan pasir, kedua memasukan kerikil/split, ketiga memasukan semen dan biarkan tercampur kering dahulu sesuai dengan perbandingan volume. c) Cara pengecoran Setelah bahan material sudah tercampur dalam keadaan kering kemudian tambahkan air secukupnya sampai merata, maka material tersebut berubah dalam bentuk pasta, setelah menjadi pasta tuangkan sedikit demi sedikit kedalam galian pondasi yang sudah diletakan tulangan dan setelah pasta masuk kedalam galian pondasi pasta tersebut yang diratakan dengan sendok spesi/cetok sesuai dengan kemiringan dari bentuk pondasi d) Cara pelaksanaan Setelah semua material bahan pengecoran benar-benar tercampur seluruhnya mulai dari pasir, kerikil/split serta semen dan air sebagai bahan pengikat, maka cara pelaksanaan pengecoran pondasi setempat dituangkan kedalam galian pondasi dengan cara bertahap sedikit demi sedikit dengan bantuan sendok spesi/cetok agar semua material bahan pengecoran dapat masuk ketempat pengecoran yang sudah diletakkan tulangan dan tidak ada celah yang kosong dan lebih padat. E. PEKERJAAN BETON 1. Umum a. Uraian Pekerjaan ini terdiri dari pembuatan semua struktur beton termasuk beton tak bertulang, beton bertulang dan bagian beton dari struktur yang tercantum dalam gambar rencana atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi. b. Standar-standar yang dipakai Pada setiap tahapan pekerjaan beton, yakni perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaannya berlaku ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam peraturan beton bertulang indonesia, yang selanjutnya disingkat dengan PBI.Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuanketentuan yang tercantum dalam PBI, maka dipakai standar SKSNI-T15.ACI, ASTM dan AASHTO. c. Mutu beton Jenis mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian pekerjaan yang tercantum dalam gambar rencana harus sesuai dengan uraian dalam spesidfikasi teknis ini atau sesuai dengan petunjuk Direksi. Jika tidak ditentukan, maka mutu beton yang dipakai adalah sebagai berikut: K.225 Digunakan untuk bangunan rumah jaga dan rumah pompa,bangunan kolam olak/ folder, dan konstruksi rumah genset dan pondasi genset.Untuk menjaga mutu beton yang dibuat, maka harus

ada keterlibatan dari pihak terkait lain yang menangani pekerjaan Quality Assurance (QA) dan Quality Control (QC) di lapangan beban biaya kontraktor. d. Pengajuan 1. Kontraktor harus mengajukan contoh semua bahan yang hendak digunakan dengan data pengujian yang harus memenuhi spesifikasi. 2. Kontraktor harus mengajukan desain campurannya untuk setiap jenis pekerjaan pengecoran beton. 3. Kontraktor harus mengajukan secara tertulis hasil seluruh pengajian pengendalian kualitas yang terinci dengan segera setelah tersedia atau ia di minta oleh Direksi. Hasil pengujian kuat tekan 3 hari, 7 hari dan 28 hari berturut-turut setelah tanggal pencampurannya. 4. Kontraktor harus mengajukan gambar dari semua perancah yang akan digunakan, mendiskusikan metode kontruksi dan program kerjanya serta memperoleh persetujuan sebelum memasang setiap perancah atau memulai pekerjaan beton lainnya. Persetujuan tersebut tidak akan membebaskan kontraktor dari tanggung jawabnya pada setiap struktur. 5. Kontraktor harus memberitahu Direksi secara tertulis paling tidak 24 jam sebelum memulai untuk mencampur atau mengecor beton. e. Kondisi Pekerjaan Kontraktor harus menjaga suhu dari semua bahan-bahan terutama agregat kasar pada tingkatan yang serendah mungkin dan harus menjaga suhu dari beton di bawah 30C pada waktu pengecoran. Sebagai tambahan, maka Kontraktor tidak akan mengecor beton apabila : a. Kecepatan penguapan melebihi 1,0 kg/m2/jam b. Lengas nisbi dari udara kurang dari 40 % c. Hujan atau bila udara penuh debu (tercemar) d. Kondisi lapangan yang tidak memungkinkan atau tidak ada persetujuan Direksi untuk mengecor. f. Pembetulan pekerjaan yang kurang memuaskan 1. Pembetulan dari pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang dirinci dalam spesifikasi, atau hasil akhir permukaan yang tidak memuaskan, atau tidak memenuhi persyaratan sifat campuran yang dirinci dalam spesifikasi, harus meminta petunjuk Direksi yang meliputi : - Perubahan dalam perbandingan campuran untuk sisa pekerjaan. - Penguatan atau pembuangan seluruh dan penggantian bagian pekerjaan yang dianggap kurang memuaskan - Tambahan pada cacat-cacat kecil 2. Dalam hal adanya perselisihan mengenai kualitas pekerjaan beton atau setiap keraguan mengenai kelayakan data pengujian yang tersedia, maka Direksi dapat meminta Kontraktor untuk melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa suatu penilaian yang cukup baik mengenai kualitas pekerjaan dapat dibuat. Pengujian tambahan tersebut harus atas biaya sendiri dari Kontraktor. 3. Persyaratan Bahan 4. Secara umum, kecuali ditentukan lain secara khusus dalam spesifikasi ini, semua bahan yang dipakai untuk pekerjaan beton harus memenuhi ketentuan yang

tercantum pada bagian 2 bab 3 dari PEDOMAN BETON 1988 (SKBI-1.453.1988). a. Semen 1. Semua semen yang boleh digunakan adalah Semen Portland type-1 yang ditentukan dalam SII 0013-81 atau Standart Umum Bahan Bangunan Indonesia 1986 dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam standart tersebut. 2. Kecuali diijinkan lain oleh Direksi, maka hanya produk dari satu pabrik (Satu merk) untuk setiap jenis semen Portland yang boleh digunakan untuk pekerjaan beton. 3. Semen yang diterima dalam kantong-kantong yang masih tersegel dan tidak pecah. 4. Kecuali jika diperintahkan lain oleh Direksi, keterangan hasil pengujian dari pabrik harus disertakan bersama setiap pengiriman semen untuk menjamin mutu semen sesuai standart. 5. Kontraktor harus menyediakan contoh dari setiap pengiriman semen yang telah diserahkan ke tempat kerja kepada Direksi yang diperlukan untuk pengujian. Bila menurut penilaian Direksi semen tersebut berbungkah atau berbongkol, Direkksi harus menolak semen tersebut dan Kontraktor harus segera menyingkirkannya dari tempat pekerjaan. 6. Semen yang telah disimpan lebih dari 40 (empat puluh) hari dan semen yang menurut penilaian Direksi kualitasnya meragukan tidak boleh digunakan dalam pekerjaan. Bahan yang ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 1 x 24 jam. 7. Jenis semen yang berbeda harus disimpan di tempat yang terpisah dan diberi tanda yang jelas. Semen yang dikirimkan ke lokasi pekerjaan dalam drum atau kantong oleh pemasok (supplier) atau pabrik harus disimpan di dalam drum atau kantong tersebut telah dibuka, semen tersebut harus segera digunakan. Bila ada keterbatasan ruang untuk penyimpanan semen dilokasi pekerjaan, semen harus disimpan di pusat lokasi proyek dan dapat didistribusikan sesuai kebutuhan masing-masing pekerjaan. b. Agregat 1. Secara umum, agregat harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 00520-80 dan persyaratan yang ditentukan dalam spesifikasi ini. Bila tidak tercakup dalam SII 00520-80 maka agregat harus memenuhi ketentuan ASTM C33 2. Gradasi agregat kasar dan halus sesuai dengan persyaratan yang diberikan dalam tabel berikut : 3. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa seingga ukuran partikel terbesar tidak lebih besar daripada dari jarak minimum antara batang tulangan atau perbatasan lainnya dalam jarak di mana pekerjaan beton harus ditempatkan. 4. Jumlah total lempung dan lumpur di dalam pasair alam tidak boleh melebihi ketentuan yang ada dalam ACI dan ASTM. 5. Agregat harus bebas dari bahan-bahan organic seperti dirinci dalam AASHTO 6. Pengambilan contoh dan pengujian agregat harus dilakukan memenuhi ketentuan yang sesuai dengan bagian-bagian dalam ASTM. Kontraktor harus memberi jaminan kepada Direksi, bahwa agregat yang akan dipasok tidak akan meningkatkan reaksi alkali dengan semen. 7. Sebelum pekerjaan adukan contoh dimulai, Kontraktor harus menyerahkan contoh sebanyak 50 kg, dari masing-masing agregat yang diusulkan akan digunakan untuk mendapatkan persetujuan Direksi dan harus disimpan di lapangan untuk digunakan sebagai patokan (acuan)

8. Kontraktor harus menyiapkan cara-cara penimbunan agregat pada setiap tempat dimana pekerjaan pembetonan dilakukan sedemikian : - Ukuran nominal dan agregat kasar dan agregat halus harus ditempatkan terpisah setiap waktu - Pengotoran terhadap agregat yang disebabkan oleh tanah dan benda-benda lainnya dapat dihindarkan setiap waktu - Setiap timbunan agregat harus mampu mengalirkan air (lolos air) 9. Kontraktor harus memastikan bahwa agregat kasar dicurahkan, disimpan dan dipindahkan dari tempat penyimpanan dengan cara sedemikian sehingga tidak menyebabkan pemisahan. Agregat kasar harus berupa koral/batu pecah yang mempunyai susunan gradasi yang baik, keras porous, tajam dan bentuknya relatif kubus. 10. Agregat kasar mempunyai ukuran butir di antara 5 sampai dengan 20 mm,ukuran yang lebih besar dari 38 mm untuk penggunaannya harus mendapat persetujuan dari Direksi, sesuai dengan dimensi struktur dan kerapatan tulangan dimana adukan akan dicor. 11. Gradasi dari agregat kasar secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu beton yang dikehendaki, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan semen dan air dalam proporsi campuran yang akan dipakai. 12. Pasir yang digunakan harus benar-benar pasir cor bukan pasir laut. 13. Agregat kasar dan agregat halus harus selalu bersih dari gumpalan tanah liat, lumpur, minyak dan bahan organis yang merugikan. 14. Agregat halus mempunyai modulus kehalusan butir antara 2 sampai dengan 32 jika diselidiki dengan saringan standar, berbentuk tajam dan keras. 15. Gradasi dari agregat halus harus menghasilkan mutu beton yang dikehendaki. 16. Semua agregat harus disimpan di tempat bersih yang keras permukannya dan dicegah supaya tidak terjadi percampuran dengan material/bahan lain dan terkotori. 17. Direksi dapat meminta pada Kontraktor untuk mengadakan test kualitas dari agregat-agregat tersebut dari tempat penimbunan yang ditunjuk oleh Direksi, setiap saat dalam laboratorium yang diakui. Dalam hal adanya perubahan sumber darimana agregat tersebut disuplai, maka Kontraktor diwajibkan untuk memberitahu kepada Direksi. Tabel 5.6.3. Sifat Agregat Beton Sifat Pengujian AASHTO Batas Maksimum yang diijinkan - Kehilangan akibat abrasi pada 500 putaran dengan Mesin Los Angeles T96 40 % - Kehilangan akibat penentuan kualitas dengan Sodium Sulfat setelah 5 putran T104 10% 12% - Persentase gumpalan tanah liat dan partikel yang dapat pecah

dalam agregat T112 0,5 % 0,25% - Bahan-bahan yang lolos ayakan 200 T11 3 % 1% 18. Agregat halus basah tidak boleh digunakan sampai menurut pendapat Direksi agregat tersebut telah kering hingga memenuhi kadar air yang tetap dan seragam. Bila diperlukan untuk memenuhi ketentuan dalam pasal ini, Kontraktor harus melindungi gundukan/timbunan dari pengaruh cuaca buruk. Bila keadaan tempat/lokasi kerja terbatas bagi penyimpanan agregat, agregat harus disimpan di pusat lokasi kerja dan akan didistribusikan setiap hari sesuai dengan kebutuhan masing-masing jenis pekerjaan denga cara sedemikian rupa sehingga terhindar dari pengotoran dan pemisahan terhadap agregat. c. Air 1. Air yang digunakan dalam mencampur, merawat, atau penggunakan lain yang direncanakan harus bersih dan bebas dari setiap zat-zat yang merugikan seperti minyak, garam, asam alkali, basa, gula atau zat organic yang dapat memenuhi persyaratan ASTM atau PBI. 2. Air dengan kualitas sebagai air nimum dapat digunakan tanpa pengujian 3. Direksi berhak mengharuskan Kontraktor memeriksa air yang dipakai di laboratorium bahan yang diakui dan sah, atas biaya Kontraktor. d. Agregat Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan/dicampur bersama bahan beton selama pengadukan dengan maksud memperbaiki sifat-sifat campuran beton. Kecuali diijinkan atau diperintahkan oleh Direksi, Kontraktor tidak diperkenankan mempergunakan admixture. Metode penggunaan dan jumlah bahan tambahan yang digunakan harus seijin dan disetujui Direksi. Tetapi persetujuan ini tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor untuk menghasilkan beton dengan kekuatan dan kemudahan pengerjaan sesuai dengan ketentuan. Beton yang meliputi berbagai kelas/mutu yang menggunakan bahan tambahan harus direncanakan dan dibuat adukan contoh tersendiri dan disetujui Direksi, demikian pula bila beton dengan kelas tersendiri. Bahan tambahan yang mengandung calcium khlorida tidak boleh digunakan denga alasan apapun. 3. Pencampuran Bahan Secara umum, kecuali ditentukan lain secara khusus dalam spesifikasi ini,persyaratan mengenai campuran beton baik mengenai perencanaan campuran dan pengendalian mutu harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada bagian 3 bab 4 dari PEDOMAN BETON 1988 (SKBI 1.4.53.1988) 4. Rencana Campuran Beton Pada saat dimulainya pekerjaan Kontraktor harus membuat adukan untuk setiap

mutu beton yang tercantum pada tabel 6.1.1 yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembangunan dan detail rencana campuran harus dimasukkan untuk disetujui Direksi. Setiap rencana campuran harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1. Agregat terdiri dari fine aggregate/butiran halus dan coarse aggregate/butiran kasar dengan ukuran maksimum ditentukan dalam tabel 6.1.2. Kombinasi mutu agregat harus menerus. Agregat harus dihitung berdasarkan berat. 2. Campuran harus dibuat agar dapat menghasilkan silinder beton dengan karakteristik kekuatan pada umur 28 hari setelah pengecoran tidak lebih kecil dari kekuatan yang ditentukan pada tabel 6.1.1. Untuk beton yang menggunakan semen yang berbeda dengan Portland Cement atau bahan tambahan yang diakui, kekuatannya tidak boleh kurang dari pada yang tercantum dalam tabel 6.1.1. Tetapi campuran tersebut harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi. 5. Workability (Kelecakan Beton) Kemudahan pengerjaan setiap mutu beton harus sedemikian rupa sehingga pemadatan dengan hasil yang memuaskan dapat diperoleh bila beton dicor dan divibrasi dan tidak memisah bila ditangani, diangkut dan dipadatkan dengan metode yang diusulkan akan digunakan Kontraktor dalam penanganan, transportasi dan pemadatan beton yang bersangkutan dalam pekerjaan. Untuk beton bertulang, pemadatan ditentukan dengan metode yang diuraikan dalam ACI dan ASTM harus tidak kurang dari 0,85 dan tidak lebih besar dari 0,92. Kekentalan (konsistensi) adukan beton harus disesuaikan dengan cara transport,cara pemadatan, jenis konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan dari tulangan.Kekentalan tersebut dapat tergantung pada berbagai hal, antara lain jumlah dan jenis semen, nilai faktor air semen, jenis ukuran butir dari agregat serta penggunaan bahan-bahan pembantu. 6. Contoh Campuran Beton Segera setelah Direksi menyetujui rencana campuran beton untuk setiap jenis mutu beton struktur dan selama atau setelah pelaksanaan tes pendahuluan, Kontraktor harus menyiapkan suatu percobaan campuran dari setiap mutu beton dengan dihadiri/diketahui oleh Direksi. Percobaan campuran akan dicampur dalam waktu yang bersamaan dan ditangani oleh alat yang sama seperti yang diusulkan Kontraktor untuk digunakan dalam pekerjaan. Setiap campuran tidak boleh kurang dari 0,5 M3 beton. Proporsi dari semen, agreget dan air ditentukan dengan teliti berdasarkan berat sesuai dengan campuran/adukan yang disetujui Direkksi (atau adukan yang diperbaiki setelah tes pendahuluan) dan analisa ayakan harus dibuat dengan metode yang diuraikan dalam ASTM dan atau ACI, bagi agregat halus dan dari setiap ukuran nominal agregat kasar. Faktor pemadatan dari setiap kelompok contoh adukan, harus ditentukan dengan segera setelah pengadukan dengan menggunakan metode yang diuraikan dalam ASTM dan atau ACI dan tidak boleh melebihi dari batas yang tercantum dalam butir spesofikasi ini. Kontraktor harus membuat 3 kelompok contoh adukan secara terpisah untuk setiap adukan dan 3 (tiga) silinder uji tekan (150 x 300 mm) akan dibuat dari setiap adukan dengan disaksikan oleh Direksi. Silinder harus dibuat, disiram, disimpan dan diuji 28 hari setelah pembuatan sesuai dengan metode yang diuraikan dalam ASTM dan atau ACI. Jika nilai rata-rata kekuatan dari 9 siliner diuji setelah berumur 28 hari kurang adari kekuatan contoh adukan yang tertera pada tabel 6.1.1 Kontraktor

harus merubah adukan serta membuat contoh adukan dan silinder selanjutnya. Selanjutnya, untuk kemudahan dalam pekerjaan pengecoran maka Kontraktor harus mengajukan metode pelaksanaan pengecoran yang dianggap paling efisien menurut Kontraktor berkaitan dengan besarnya volume beton dan berkaitan dengan luas areal yang tersedia di lapangan. Metode pelaksanaan tersebut harus diajukan paling lambat 3 hari sebelum pengecoran untuk mendapatkan persetujuan Direksi. 7. Batasan Rasio Campuran Air/Semen Dalam merencanakan dan menentukan adukan beton untuk digunakan dalam pekerjaan, Kontraktor harus memperhatikan ketentuan terdahulu dan juga memperhatikan batasan-batasan lain pada rasio air/semen yang diperlihatkan pada gambar atau yang dinyatakan/disebutkan sesuai penggunaan beton pada bagian tertentu pekerjaan. 8. Pengadukan Beton a. Pengadukan Beton Beton harus diaduk dalam alat pengaduk mekanis atau beton molen yang mampu mengkombinasikan agregat, semen dan air (termasuk bahan campuran tambahan, jika ada) ke dalam suatu campuran yang berwarna seragam dan melepaskan campuran tanpa pemisahan. Pada permulaan pekerjaan, dengan pengaduk yang bersih, pengadukan pertama hanya terdiri dari setengah bagian dari jumlah normal agregat kasar untuk mengganti pelekatan bahan lain pada drum. Keadaan kadar air asli agregat harus ditentukan sebelum dimulainya pengadukan setiap harinya dan pada periode tertentu dalam 1 hari pengadukan bila diperlukan. Kontraktor harus memperhitungkan kandungan air dalam angregat bila menentukan jumlah air yang ditambhakan ke setiap campuran, dan akan mengatur jumlah air yang ditambahkan ke setiap adukan untuk menjaga rasio air/semen dari adukan selalu tetap. b. Pengawasan Mutu Beton 1. Pengawas berhak meminta setiap saat pada Kontraktor untuk membuat benda uji berupa silinder dari adukan beton yang dibuat. Pengambilan contoh beton harus sesuai dengan ketentuan dari PBI 89 dan ASTM C172. pembuatan dan perawatan benda uji harus sesuai ketentuan ASTM C31 dan diuji berdasarkan ASTM C39 di laboratorium yang berwenang dan disetujui oleh Direksi. 2. Yang dimaksud dengan kekuatan beton disyaratkan (fc) adalah hasil test tekan silinder 150 mm x H 300 mm pada umur beton 28 hari. 3. Jumlah pengambilan dari setiap mutu beton yang dituang dalam satu hari harus diambil tidak kurang dari satu kali. Satu pengambilan contoh mewakili suatu volume rata-rata yang tidak lebih dari 20 m3 atau 5 truk mixer atau 1 batch (dipilih yang volumenya terkecil). Pada setiap kali pengambilan contoh beton harus dibuat empat pasang spesimen silinder yang dites sebagai berikut : - 1 pasang dites pada umur 3 hari - 1 pasang dites pada umur 7 hari - 2 pasang dites pada umur 28 hari

4. Laporan uji tekan harus diserahkan kepada pengawas satu hari sesudah selesai pengujian. Evaluasi hasil uji tekan umur 28 hari dilakukan berdasarkan ketentuan sebagai berikut : - Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji berturut-turut yang masing-masing terdiri dari tempat hasil uji kuat tekan tidak kurang dari (fc + 0,82S) - Tidak satu pun sari hasil uji tekan mempunyai nilai rata-rata kuat tekan 2 buah spesimen silinder dari contoh beton yang sama (atau 1 pasang spesimen). 5. Apabila dalam pelaksanaan nanti kedapatan bahwa hasil uji tekan gagal memenuhi syarat spesifikasi dan telah pula dilakukan penyelidikan lain dan hasilnya gagal pula, maka bagian pekerjaan tersebut harus diperkuat dengan suatu metode yang mana seluruh biaya untuk itu, baik untuk perencanaan maupun pelaksanaannya ditanggung oleh Kontraktor sepenuhnya. 6. Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, pengawas mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut : - Konstruksi beton kropos - Konstruksi beton tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya tidak sesuai dengan gambar. - Konstruksi yang tidak tegak lurus atau tidak rata seperti yang direncanakan - Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya harus dibongkar dan diganti dengan yang baru, kecuali Direksi menyetujui untuk diadakan perbaikan atau perkuatan dan cacat yang ditimbulkan tersebut. 7. Pengujian tambahan yang diminta oleh pengawas mengenai mutu beton dengan metode Destructive test atau pub non-destrucctive test, biaya ditanggung oleh Kontraktor pelaksana. 9. Persyaratan Pelaksanaan Secara umum, kecuali ditentukan lain secara khusus dalam spesifikasi ini, persyaratan mengenai pelaksanaan pembetonan yang meliputi pengadukan,pengangkutan, penanganan, pengecoran, perawatan, bekeisting, penulangan, siar konstruksi, sparing dan lain-lain harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada bagian 1 bab 5 dan bab 6 dari PEDOMAN BETON 1988 (SKBI 1.4.53.1988). a. Siar-siar Konstruksi 1. Semua siar-siar konstruksi dalam beton harus dibentuk rata horizontal atau vertikal. siar-siar tersebut harus berakhir pada bekisting yang kokoh dan tunjang dengan baik, jika perlu bekisting dibor guna melewati penulangan. 2. Bila pekerjaan pengecoran ditunda sampai beton yang sudah dicor mulai mengeras, maka dianggap terdapat siar kontruksi. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi jadwal secara detil rencana pembetonan semua bagian pekerjaan. 3. Jika diperlukan siar kontruksi di tempat yang lain dari pada yang telah disetujui, karena adanya kerusakan alat atau alasan lain yang tak terduga, harus disediakan penopang tegak lurus pada garis tegangantegangan utama tetapi jika lokasinya dekat tumpuan suatu plat atau balok, atau di tempat lain yang dianggap berbahaya oleh Direrksi, maka beton yang sudah dicor harus di pecah kembali dan disingkirkan sehingga dicapai lokasi yang cocok untuk siar kontruksi sebagaimana yang disetujui oleh Direksi. 4. Pengecoran beton harus dilaksanakan secara terus menerus dari satu siar ke siar berikutnya, tanpa memperhatikan jam-jam makan.

5. Permukaan siar beton yang sudah dicor harus dibersihkan seliruhnya dari benda-benda asing atau serpihan-serpihan. Jika beton kurang dari 3 hari umurnya, permukan tersebut harus disiapkan dengan pencucian dan penyikatan seluruhnya. Jika umurnya lebih dari 3 hari atau sudah terlalu keras, permukaan tersebut harus di-sand blasted untuk memperlihatkan agregat. 6. Kontraktor harus memperhatikan bahwa permukaan telah disiapkan dan dibersihkan sebelum pengecoran disetujui oleh Direksi. Bekisting harus diperiksa lagi dan dikencangkan. Pemadatan dan penggetaran harus dilakukan pada permukaan lama dan ke sudut-sudut cetakan beton. b. Pembuatan Bekisting 7. Semua cetakan beton dan penopang-penopangnya harus didisain oleh kontraktor dan diserahkan kepada Direksi berupa gambar dan perhitungan untuk mendapat persetujuan. Gambar dan perhitungan tersebut hendaknya diserahkan minimal 7 (tujuh) hari sebelum bekisting mulai dikerjakan 8. Cetakan harus benar-benar lurus, rata dan kokoh sehingga cukup untuk menahan defleksi, gerakan-gerakan dan getaran yang membahayakan akibat tekanan dan adukan beton cair atau padat. 9. Semua sambungan harus ditutup rapat untuk menghindari kebocoran air semen dan dibuat sedemikian sehingga permukaan beton yang kelihatan (exposed surface) lurus, rata dan kokoh. 10. Bila ada bagian beton yang sempit dan mempunyai kedalaman yang sangat besar, harus dibuat lubang-lubang pada sisi-sisi cetakan di posisi yang disetujui Direksi untuk memungkinkan penuangan dan pemadatan beton yang memadai. 11. Penggunaan pengikat (batang tarik) yang ditanam dalam betan diperkenakan setelah mendapat persetujuan dari Direksi. Penampatannya harus didisain sehingga tidak ada bagian yang tertanam lebih dekat dengan permukaan beton dari pada selimut betonnya untuk melindungi baja tulangan di lokasi tersebut. 12. Semua lubang bekas batang pengikat harus diisi dengan beton atau spesi dengan cara yang disetujui Direksi dan harus tidak berbekas pada permukaan beton. 13. Cetakan harus mempunyai lubang-lubang sementara yang kegunaannya untuk membuang kotoran. Lubang-lubang ini harus ditutup dengan rapi sebelum pengecoran. 14. Bekisting harus dibuat sedemikian sehingga pembongkarannya dapat mudah dilakukan tanpa membahayakan konstruksi. 15. Jarak maksimum tiang-tiang penyangga harus diatur oleh kontraktor demi keamanan struktur yang akan dicor. Semua tiang-tiang penyangga tidak boleh ditempatkan langsung diatas tanah, tetapi berpijak diatas balok kayu rata atau lantai kerja dengan kokoh. 16. Apabila pemasangan bekeisting tidak sesuai dengan ketentuan atau dianggap kurang baik maka Direksi berhak menyuruh membongkar dan memperbaiki dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor. 17. Kontraktor diwajibkan untuk memasang beton deking agar tulangan tidak menempel pada permukaan bekisting, ketebalan dari beton deking tersebut harus disesuaikan dengan selimut beton yang diperlukan yang ditunjukkan dalam gambar kerja. 18. Sebelum pengecoran dilaksanakan, semua permukaan cetakan harus bersih dari segala sesuatu yang dapat mengurangi mutu beton dan kekuatannya, terutama kotoran-kotoran yang menempel, ataupun serpiham-serpihan kayu, kawat sisa pemotongan, dan lain-lainnya. Permukaan dalam cetakan harus disemprot dengan menggunakan air bertekanan serta udara (kompressor) untukdikumpulkan di suatu tempat dan selanjutnya diambil dan dibuang.

19. Minyak untuk cetakan dapat dipakai tetapi hatus diperhatikan cara pelaksanaan harus benarbenar rapi untuk menghindari percikan pada permukaan siar konstruksi atau baja tulangan. 20. Semua bahan cetakan harus dirawat dengan baik. Bahan yang rusak tidak diijinkan digunakan. Sebelum digunakan lagi semua cetakan harus dibersihkan. c. Pembongkaran Bekisting 21. Pembongkaran dilakukan dimana bahan konstruksi bagian tersebut harus dapat memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan, atau pembongkaran dapat dilaksanakan sesuai kekuatan beton berdasarkan hasil pengujian. Tidak ada cetakan yang boleh dibuka sebelum disetujui oleh Direksi. Persetujuan ini tidak membebaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya. 22. Pembongkaran bekisting dilaksanakan dengan hati-hati, jangan sampai merusak betonnya sendiri, Kontraktor wajib memperbaiki dengan biayanya sendiri, setiap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran dan pemukulan cetakan dan penopangnya. Kerusakan-kerusakan kecil mungkin dapat diperbaiki dengan mengisi plester/spesi sesuai kebijaksanaan Direksi. Semua permukaan beton harus benar-benar halus. Setiap permukaan yang bersisik harus dibersihkan dan lubanglubang udara di permukaan diisi dengan campuran spesi 1 : 1 . d. Kerusakan pada Permukaan Bekisting Pembuatan bekisting dan pembetonan harus sedemikian sehingga tidak diperlukan lagi perbaikan, permukaan harus rata/halus dan padat. Jika noda timbul setelah pembongkaran bekisting, keputusan Direksi dalam hal perpaikan yang diperlukan harus dilakukan segera. Tindakan tersebut termasuk (tetapi tidak dibatasi) dalam: 1. Sirip, lubang gelembung, pelunturan warna permukaan dari kerusakan kecil lain dapat disikat dengan karung/kain kasar segera setelah bekisting dilepas: 2. Permukaan beton yang tidak rata dan ketidak teraturan yang lambat laun harus digosok dengan Carbo rundum dan air setelah beton dipelihara dengan baik. Kerusakan yang seperti ini dan kerusakan lain harus diperbaiki dengan cara yang disetujui Direksi yang mungkin termasuk penggunaan epoxyt resin yang cocok, dimana perlu, dipotong membentuk devetail yang teratur paling sedikit dengan kedalaman 75 mm dan diisi kembali dengan beton diatas tulangan kawat baja dan mengikat pada dovetail e. Pengecoran Beton 1. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja tulangan sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan instalasi-instalasi yang harus ditanam, penopang dan pengikat dan lain-lain selesai dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai

permukaan-permukaan yang berhubungan dengan pengecoran harus disetujui oleh Direksi. 2. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan cetakan harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan atau bahan lepas yang lainya. Permukaan bekisting dan bahan-bahan yang menyerap pada tempat-tempat yang akan dicor harus dibasahi dengan merata namun tidak berlebihan. Baja tulangan harus bersih dari semua kotoran atau zat pelapis yang dapat mengurangi lekatan dengan beton. 3. Kontraktor harus memperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap penghentian pengecoran yang akan masih berlanjut, terhadap sistem struktur/penulangan yang ada. 4. Kontraktor harus memperhatikan sebelum pengecoran, dikordinasikan dengan pekerjaan instalasi listrik dan drainase, terutama yang menyangkut pipa-pipa sparing yang tertanam dalam beton. Tempat penempatan sparing-sparing sesuai dengan gambar kerja dan bila tidak disebutkan, maka kontraktor harus mengusulkan dalam waktu 7 hari sebelum pelaksanaan melalui gambar shop drawing. Untuk pemasangan sparing-sparing harus dihindari pemotong pembesian. Jika pemasangan sparing ini dirasa akan menimbulkan masalah. Kontraktor harus melaporkan dan meminta petunjuk dari Direksi. Sparing-sparing harus dipasang kuat sehingga tidak bergeser/ berubah kedudukannya selama pengecoran. Sparing pipa harus dilindungi sehingga tidak terisi adukan beton. 5. Beton hanya boleh dicor pada waktu Direksi atau Wakilnya yang ditunjuk serta pengawas kontraktor yang setara ada ditempat kerja, dan persiapan betul-betul telah memadai. Sebelum pengecoran dimulai, kontraktor wajib meminta ijin tertulis dan pihak Direksi untuk memulai pengecoran tersebut. 6. Paling lama 2 jam setelah waktu pengadukan pertama kali, beton harus sudah dituang seluruhnya. Beton yang akan dicor harus diusahakan agar pengangkutannya ke tempat posisi terahkir sependek mungkin dan dengan alat yang dapat melindungi dari pengaruh kontaminasi atau segregasi. Segregasi dalam beton yang disebabkan jatuh bebas dari tempat yang cukup tinggi, atau sudut yang terlalu besar, atau bertumpuk dengan baja tulangan-tulangan, tidak dapat diterima. Kalau diperkirakan segregasi mungkin terjadi, kontraktor harus mempersiapkan tremie atau alat lain yang cocok untuk mengontrol jatuhnya campuran beton 7. Pengguaan concrete pump dapat dilakukan degan seijin Direksi. Kontraktor wajib mengatur campuran beton yang sesuai dan kecepatan penuangan beton untuk menghindari segregasi, kerusakan pada baja tulangan, cetakan dan sebagainya. 8. Dalam pemadatan setiap lapisan pada beton, kepala vibrator harus dapat menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di bawahnya. Lamanya penggetaran tidak

boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton dengan airnya. 9. Tukang besi harus selalu berada di lokasi pengecoran untuk sewaktuwaktu membetulkan posisi dari baja tulangan. 10. Jadwal waktu pengecoran harus diatur sedemikian sehingga tidak ada permukaan beton yang dibiarkan lebih dari 30 menit sebelum pengecoran berikutnya. 11. Pengecoran beton tidak diperkenakan selama hujan deras, kecuali dilakukan dalam tempat yang terlindung. 12. Apabila setelah cetakan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton yang kropos atau cacat lainya maka perbaikan hanya dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Direksi mengenai cara pengisian atau penambahan dan penutupan lainnya. 13. Jika ketidak sempurnaan tersebut tidak dapat diperbaiki untuk menghasilkan permukaan beton yang diharapkan, maka harus dibongkar atau diganti dengan pembetonan kembali. Semua resiko yang terjadi sebagai akibat pekerjaan tersebut dan biaya perbaikan kembali merupakan tanggung jawab kontraktor. 14. Beton hanya boleh dicor dalam air dengan ijin tertulis dari Direksi dan dimana menurut anggapan Direksi tidak praktis untuk mengecor di tempat kering. Jumlah semen pada adukan rasio semen/air dalam adukan tidak melebihi 0,45. beton tidak boleh dicor dalam air yang mengalir dan juga tidak boleh jatuh melalui air. Beton hanya dapat dicor dengan menggunakan kotak kedap air dengan dasar yang terbuka atau corong pipa cor (tremie) dari jenis yang disetujui Direksi. Dasar kotak tidak boleh dibuka sampai kotak tersebut terletak dengan baik di atas tempat pengecoran, dan ujung corong pipa cor harus selalu tetap di bawah permukaan adukan beton yang baru dicor. 15. Toleransi Dimensional a. Toleransi kelurusan dan selimut beton - Toleransi menurut ukuran Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m + 5 mm Panjang keseluruhan melebihi 6 m + 15 mm Panjang balok, pelat lantai atas, kolom + 10 mm Kolom dinding atau antara tembok kepala - Toleransi menurut bentuk : Siku-siku (perbedaan panjang/diagonal) 10 mm Kelurusan atau busur (penyimpangan dari 12 mm Garis yang dimaksud) untuk panjang sampai 13m Kelurusan atau busur untuk panjang 3m-6m 15 mm Kelurusan atau busur untuk panjang lebih 20 mm Besar dari 6 m - Toleransi menurut posisi (dari titik rujukan) : Posisi rencana dari kolom pracetak +10 mm Posisi rencana dari permukaan horizontal +10 mm Posisi rencana dari permukaan vertical +10 mm

- Toleransi menurut kedudukan tegak : Penyimpangan ketegangan untuk kolom dan +10 mm dan dinding - Toleransi menurut ketinggian : Puncak beton penutup dibawah pondasi +10 mm Puncak beton penutup dibawah pelat injak +10 mm Puncak kolom, tembok kepala dan balok +10 mm melintang Puncak pelat lantai +10 mm - Toleransi menurut Kedudukan dasar : 10 mm dalam ukuran panjang horizontal 4 m - Toleransi untuk selimut beton di atas baja tulangan : Selimut beton sampai dengan 3 cm + 5 mm Selimut beton dari 3 cm 5 cm + 10 mm Selimut beton dari 5 cm 10 cm + 10 mm 16. Macam Finishing Permukaan Beton tanpa Cetakan Finishing pada permukaan beton tanpa bekisting dikategorikan atas U1, U2,U3, Spaded atau bonded concrete atau finishing khusus lainnya yang mungkin ditentukan secara khusus. Bila mutu finishing tidak ditentukan beton dianggap termasuk finishing kelas U2. Finishing kelas U1 merupakan finishing kelas pertama bagi finishing kelas U2 dan U3 dan untuk muka beton yang halus. Finishing kelas U2 harus terus menerus seragam atau sisi yang tajam, yang mana (kecuali jika telah diganti menjadi kelas U2, U3 atau bonded Concrete) tidak boleh terganggu dengan cara apapun setelah mulai terjadi perkerasan dan selama periode pemeliharaan, beton yang berlebih segera disingkirkan setelah pemadatan.Dimana permukaan beton yang halus ditentukan, lapis buih beton harus dihilangkan dari permukaan beton kelas U1 dan agregat diperlihatkan ketika beton masih berwarna hijau. Pada pembetonan dengan singkup permukaan harus bebas dari lubang/celah dan harus diusahakan seragam bentuknya dengan menggunakan singkup seperti halnya pada waktu pengecoran. Dimana broom finish diperlukan, permukaan beton harus diratakan kemudian disapu dengan arah yang sama dengan menggunakan sapu yang kaku. Finishing kelas U2 dilakukan dengan menggunakan penggaci kayu. Pengaci harus dilakukan setelah beton mulai keras atau telah cukup keras. Beton dikerjakan tidak lebih dari keperluan untuk menghasilkan permukaan yang seragam bebas bekas perataan. Finising kelas U3 harus dilakukan dengan alat pengaci dari besi.Pengacian dengan cara ini belum boleh dilakukan sampai lapiasan air telah hilang dan beton cukup keras untuk mencegah timbulnya lapis buih beton ke permukaan, sebagai hasil dari pekerjaan yang dilakukan. Permukaan harus diaci dengan tekanan yangsama dan tidak meninggalkan bekas alat pengaci. Lihat detail untuk finising permukaan beton dengan bekisting. 17. Bahan dan Mutu Finishing Untuk Beton dengan Cetakan - Finishing untuk permukaan beton yang dicetak diklasifikasikan sebagai F1, F2, dan F3 atau jenis finishing lainnya yang ditentukan. Bila mutu finishing tidak ditentukan semua bagian luar beton (external concrete) harus difinishing dengan mutu F2, bagian luar beton yang berada dalam tanah difinishing dengan mutu F2. bekisting untuk finishing F3, harus dilapis dengan menggunakan panel dari material/bahan yang tidak berkarat dengan permukaan yang harus tanpa cacat seperti plywood yang diamplas papan fiber (hard

compressed fibre board) disusun dalam pola yang telah disetujui dan dipakukan ke bagian bekisting. Besi yang ditempa dan panel besi tidak boleh digunakan. Bekisting untuk finishing F2, harus diberi permukaan plat besi tempa, papan atau plywood atau panel dari metal yang diatur dalam pola yang seragam yang telah disetujui, bebas dari kerusakan yang dapat dilihat dari bentuk permukaannya. Bekisting untuk finishing F1 harus dibuat dari kayu, lembaran metal atau bahan lain yang sesuai untuk mencegah hilangnya adukanencer semen bila divibrasi. - Untuk bahan cetakan beton adalah dari jenis kayu lembaran/multiplek dengan tebal 18 mm dari kualitas terbaik. Untuk bahan rangka penguat dan tiang penyangga dari kayu Borneo super dengan ukuran disesuaikan menurut keperluan. Dapat juga menggunakan scaffolding dari baja. - Bahan release agent/mould oil dapat dipakai merk Trikosal produk Gruneau atau lainnya yang sejenis dengan kegunaan untuk memudahkan pelepasan/pembongkaran cetakan. f. Beton Ready Mix 1. Beton Ready Mix harus berasal dari suatu sumber yang disetujui oleh Direksi dan harus memenuhi persyaratan yang diuraikan pada bagian ini. Kontraktor bertanggung jawab untuk mengusahakan agar beton memenuhi persyaratan dari spesifikasi ini termasuk pengendalian mutu. 2. Jika salah satu dari persyaratan dalam spesifikasi ini tidak dipenuhi oleh pemasok, Direksi dapat menarik kembali persetujuannya dan mengharuskan kontraktor mengganti pemasok 3. Beton harus diangkut dengan truk mixer yang terus menerus berputar dengan kecepatan sesuai ketentuan dari pabrik. 4. Kontraktor harus meyediakan di lapangan satu mixer drum dengan kapasitas minimum 12m3 dan menjaganya agar tetap dalam kondisi jalan untuk dipakai bila terjadi gangguan dalam pemasokan ready mix.Kontraktor juga harus meyediakan juga material yang memadai untuk dipakai dengan mixer cadangan tersebut. 5. Kontraktor harus mengatur agar Direksi dapat memeriksa alat pembuat beton ready mix bilamana diperlukan. 6. Kontraktor harus memiliki data-data dari pemasok ready mix yang menunjukkan bahwa ketentuan-ketentuan dalam spesifikasi ini telah dipenuhi oleh pem,asok yang bersangkutan. Proporsi campuran bahan-bahan dari setiap mixer harus terus didata. 7. Pada dokumen pengiriman harus dicantumkan wakyu pengadukan dan penambahan air, dikirim bersama pengemudi truk dan diparaf oleh pencatat waktu yang bertanggung jawab ditempat pengadukan (batching plant). Penambahan air setelah keluar dari tempat pengadukan harus di bawah pengawasan Direksi. Sama sekali tidak diperkenankan penambahan air pada waktu pengecoran. 8. Di lapangan harus dibuat catatan meliputi hal-hal berikut ini: - Waktu kedatangan truk mixer - Waktu pengadukan dan penambahan air di batching plant - Waktu ketika beton dicorkan - Mutu beton atau kekuatan yang ditentukan dan ukuran agregat maksimum - Posisi di mana beton dicor - Identifikasi silinder uji yang diambil dari truk tersebut

- Slump (faktor kompaksi) 9. Beton harus sudah dituang dan dipadatkan pada posisi akhirnya dalam waktu 2 jam setelah semen bercampur dengan air kecuali disetujui oleh Direksi. 10. Hal lain diluar ketentuan di atas kasus mengikuti ketentuan yang ada dalam PBI 1971 NI-2 atau SKBJ-1.4.53.1988. g. Perawatan (Curing) 1. Seluruh permukaan beton harus dilindungi selama proses pengerasan terhadap sinar matahari dan hembusan angin kering. 2. Semua permukaan beton yang terlihat harus diambil tindakan sebagai berikut: Sebelum beton mulai mengeras, maka beton setelah pengecoran pada hari-hari pertama harus disiram, ditutuip dengan karung basah atau digenangi dengan air selama paling sedikit 2 minggu secara terus menerus. Tidak diperkenakan menaruh bahan-bahan diatas kontruksi beton yang baru dicor (dalam tahap pengeringan) atau mempergunakannya sebagai jalan mengangkut bahan-bahan. F. PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATA 1. RUANG LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi pekerjaan dinding bangunan dan seluruh detail yang disebutkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas. 2. PERSYARATAN BAHAN Bata harus baya biasa dari tanah liat, dengan ukuran nominal 6 cm x 11 cm x 24 cm yang dibakar dengan baik, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat atau mengandung kotoran. Meskipun ukuran bata yang biasa diperoleh di suatu daerah mungkin berbeda dengan ukuran tersebut di atas harus diusahakan supaya tidak terlalu menyimpang dari ukuran-ukuran tersebut. Bata yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut. - Kualitas baik. - Pembakaran matang/dibakar dengan kayu - Warna merata (merah merata) - Sisi dengan permukaan rata, tegak lurus, runcing. - Keras dan tidak mudah patah. - Harus satu ukuran dan satu kualitas (kalau ada perbedaan tidak boleh lebih besar dari 3mm) - Penyerahan di tempat pekerjaan hanya diijinkan maksimum 5% yang patah.Kualitas bata yang disyaratkan harus mempunyai tekan ultimate min 100 kg/cm2 sesuai dengan ketentuaan pasal 81 dari AV 1984. (secara laboratoris) Apabila bata yang didatangkan tidak sesuai dengan ketentuanketentuan yang ada, maka pihak pemborong wajib mengeluarkan material tersebut dari site minimal 1 x 24 jam. 3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN a. Adukan Semua dinding mulai dari ujung atas balok pondasi beton sampai 20 cm di

atas lantai dasar yang harus dibuat dari adukan trasram 1 Pc : 3 Ps. Untuk dinding toilet memakai adukan trasram 1 Pc : 3 Ps sampai ketinggian 150 cm dari lantai. Untuk dinding-dinding lain dipakai adukan jenis 1 Pc :5 Ps. b. Pelaksanaan 1. Dinding harus dipasang (uitzet) dan didirikan menurut masing-masing ukuran ketebalan dan ketinggian yang disyaratkan seperti yang ditunjukkan pada gambar, dan pemborong harus memasang piket (uitzet), lubang-lubang dan sebagainya dengan alat uitzet yang disetujui. 2. Blok-blok atau bata dipasang dengan adukan pengikat sambungan 10 mm didasari dengan baik dan sambungan-sambungan yang terus lurus dan rata sehingga terjadi lubang-lubang pada pasangan yang dapat mempengaruhi kekuatan dinding. Pencampuran spesi harus menggunakan beton molen. 3. Sebelum digunakan batu bata harus direndam air hingga jenuh. 4. Dalam pemasangan tembok tidak boleh meneruskan di suatu bagian lebih dari satu meter tingginya, serta diikuti dengan cor kolom praktis. Bidang dinding batu bata tebal batu yang luasnya maksimal 9 m2 harus ditambahkan kolom praktis 12/12 dan balok praktis 12/15 dengan tulangan 4 10, begel 6 20. Adapun Syarat-syarat bahan dan pelaksanaannya seperti pada pasal beton. 5. Setelah terpasang, naat / siar-siar harus dikeruk sedalam 1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan setelah kering permukaan pasangan disiram air. 6. Pelubangan akibat pemasangan perancah pada pasangan bata sama sekali tidak diperkenankan. 7. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah lebih dari dua secara berurutan. 8. Sambungan antara pasangan dinding dengan kolam yang telah dicor sebelumnya harus menggunakan key system ukuran reng 2/3. (tidak dengan anchorage system) c. Tahap perawatan 1. Dalam mendirikan dinding yang kena udara luar, harus diberi perlindungan dengan penutup bagian atas tembok bila sewaktu-waktu turun hujan 2. Dinding tembok yang dipasang dalam cuaca yang panas harus dibasahi terus menerus selama paling sedikit 7 hari setelah didirikan. G. PEKERJAAN PLESTERAN 1. LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan meliputi plesteran pada semua dinding batu bata bagian luar maupun bagian dalam bangunanan serta seluruh detail yang ditunjukkan dalam gambar termasuk plesteran beton. 2. PERSYARATAN BAHAN Bahan plesteran berupa portland cement, pasir dan air yang sesuai dengan pasal pekerjaan Beton.

3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN 1. Semua pasangan yang dilaksanakan dengan adukan 1 Pc : 3 Ps harus diplester dengan plesteran 1 Pc : 5 Ps. Semua plesteran pada beton harus menggunakan 1 Pc :3 Ps. 2. Pasir pasang harus diayak terlebih dahulu dengan mata ayakan seperti yang disyaratkan. 3. Pasangan dinding bata yang akan diplester harus bersih dari kotoran dan harus dibasahi dahulu agar air semen dalam adukan spesi tidak terserap oleh pasangan yang mengakibatkan plesteran tersebut tidak dapat melekat dengan baik. 4. Tebal plesteran 1.5 cm dengan hasil ketebalan dinding 15 cm atau sesuai yang ditunjukkan dalam detail gambar. Ketebalan plesteran yang melebihi 2 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan memperkuat daya lekat plesteran. 5. Pertemuan plesteran yang bertemu dengan jenis pekerjaan lain (kosen dan lain sebagainya), dibuat naat (tali air) dengan lebar minimal 7 mm dalam 5 mm, kecuali ditentukan lain. 6. Plesteran halus (acian) digunakan campuran air dengan semen sampai mendapat campuran yang homogen. Acian dilaksanakan sesudah plesteran berumur 8 hari (kering betul). 7. Kelembaban plesteran haraus tetap dijaga sehingga pengringan berlangsung wajar tidak terlalu tiba-tiba, dengan jalan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan mnelindungi dari terik matahari secara langsung dengan bahan penutup yang bisa mencegah penyerapan air secara cepat. 8. Khusus untuk permukaan beton yang akan diplester: Seluruh bagian permukaan beton yang akan diplester harus dibuat kasar Permukaan beton yang akan diplester harus bebas dari kotoran, minyak, dll Plesteran beton menggunakan adukan kedap air 1 Pc : 3 Ps. Pasir pasang harus diayak terlebih dahulu dengan mata ayakan yang disyaratkan. H. PEKERJAAN RABAT BETON 1. LINGKUP PEKERJAAN a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik. b. Pekerjaan rabat beton pada pondasi terucuk, di bawah apron saluran dan kolam rolak serta detail yang disambutkan dalam gambar. 2. PERSYARATAN BAHAN Bahan-bahan yang disyaratkan disini seperti semen, pasir, kerikil dan air yang merupakan bahan dasar pembuatan rabat seperti yang disyaratkan pada pekerjaan beton.

3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN 1. Bahan-bahan yang akan dipakai sebelum digunakan terlebih dahulu harus diserahkan contohcontohnya untuk mendapatkan persetujuan dari konsultan pengawas. 2. Pekerjaan rabat beton dilakukan langsung diatas tanah, maka sebelum pasangan dilaksanakan terlebih dahulu lapisan dibawahnya harus sudah dikerjakan dengan sempurna (telah dipadatkan sesuai persyaratan), rata permukaannya dan mempunyai daya dukung yang maksimal. 3. Pekerjaan rabat beton ini terdiri dari campuran 1 Pc : 2 1/2 Ps : 5 kr. 4. Tebal lapisan rabat beton ini dibuat sesuai yang disebutkan dalam gambar. 5. Permukaan rabat ini dibuat rata/waterpass, kecuali pada rabat beton keliling bangunan dibuat dengan kemiringan tertentu sesuai yang ditunjukakan pada gambar. 6. Permukaan rabat beton dibuat alur-alur supaya tidak terjadi retak akibat penyusutan beton (shrinkage), dengan jarak lebih kurang 5 cm dengan kedalaman 0.5 cm. I. a. PEKERJAAN LANTAI Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan dan alat alat bantu yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik. Pekerjaan sub lantai beton tumbuk ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ ditunjukkan dalam gambar sebagai dasar dari lantai finishing keramik. Persyaratan Bahan Sub lantai beton tumbuk : beton tumbuk dengan campuran 1 pc : 3 Pasir : 5 split. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan : PBI.1971 (NI-2) PUBB.1956 dan (NI-8). Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contohcontohnya, untuk mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas. Pemborong harus menyediakan 2 (dua) ketentuan dan persyaratan teknis operatif dari pabrik sebagai informasi bagi Pemberi Tugas/Konsultan pengawas. Material lain yang tidak terdapat pada daftar di atas akan tetapi dibutuhkan untuk menyelesaikan/penggantian dalam pekerjaan ini, harus baru, kualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui oleh Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas. c. Syarat-syarat cara pelaksanaan Untuk pasangan yang langsung di atas tanah, tanah yang akan pasang lantai harus dipadatkan sehingga terdapat permukaan yang rata dan untuk memperoleh daya dukung tanah yang maksimal, dipergunakan alat timbris. Pasir urug di bawah lantai yang disyaratkan harus keras, bersih dan bebas alkali, asam maupun bahan organik lainnya. Tebal yang disyaratkan 10 cm atau setebal sesuai dengan gambar dan disiram dengan air kemudian ditimbris untuk memperoleh kepadatan yang maksimal. Di atas pasir urug diberi floor lantai setebal 5 cm atau beton rabat dengan campuran 1:3:5 (lihat gambar) Untuk pasangan di atas plat beton tumbuk (lantai tingkat), plat beton diberi

b.

lapisan plester (screed) campuran 1 pc : 3 pasir setebal 2 cm dengan memperhatikan kemiringan lantai. Sebagian sub lantai dari beton tumbuk dilakukan sehingga benar-benar rata dengan kemiringan lantai. d. Contoh bahan Sebelum dilakukan pekerjaan, Pemborong harus memberikan contoh-contoh material, untuk medapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas akan dipakai standard pedoman untuk memeriksa atau menerima material yang dikirim Pemborong ke site. Pemborong diwajibkan membuat tempat penyimpanan yang telah disetujui oleh Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas.

J.

PEKERJAAN CAT DINDING DAN LANGIT-LANGIT BETON EXPOSED

1. LINGKUP PEKERJAAN a. Termasuk dalam pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, penyediaan tenaga kerja, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik. b. Pengecatan dinding dilakukan pada bagian luar dalam serta seluruh detail yang disebutkan/ditunjukan dalam gambar. 2. SYARAT-SYARAT BAHAN a. Semua bahan yang digunakan adalah cat cathylac atau yang setara. b. Pengendalian seluruh pekerjaan ini, harus memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik yang bersangkutan. c. Warna cat yang digunakan akan ditentukan kemudian. 3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN a. Plesteran harus betul-betul kering bila akan dilakukan pekerjaan pengecatan b. Permukaan bidang yang akan dicat harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat-cacat seperti retak-retak, lubang dan pecah-pecah. c. Bidang pengecatan harus bebas dari debu, lemak, minyak dan kotorankotoran lain yang dapat merusak atau mengurangi mutu pengecatan. d. Seluruh bidang pengecatan diplamur dahulu sebelum dilapisi dengan cat dasar, bahan plamur dari produk yang sama dengan cat yang digunakan. e. Pengecatan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari konsultan pengawas serta pekerjaan intalasi yang tertanam didalam dinding sudah selesai dengan sempurna.

f. Contoh bahan yang digunakan harus lengkap dengan lebel pabrik pembuatnya. g. Contoh bahan yang telah disetujui, dipakai sebagai standar untuk pemeriksaan/penerimaan bahan yang dikirim oleh kontraktor ketempat pekerjaan. h. Percobaan-percobaan bahan dan warna harus dilakukan oleh kontraktor untuk mendapat persetujuan dari konsultan pengawasan sebelum pekerjaan dimulai dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan oleh pabrik pembuatnya. i. Hasil pengerjaan harus baik, warna dan pola textur merata, tidak terdapat noda-noda pada permukaan pengecatan. Harus dihindari terjadinya kerusakan akibat pekerjaan lain. j. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam mengerjakan dan perawatan / keberhasilan pekerjaan sampai penyerahan pekerjaan. k. Bila terjadi ketidak sempurnaan dalam pengerjaan, kontraktor memperbaiki tanpa adanya biaya tambahan. l. Kontraktor harus menggunakan tenaga-tenaga yang terampil / berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut, sehingga cat yang dihasilkan tercapai mutu yang sempurna. K. PEKERJAAN PENUTUP ATAP GENTENG 1. LINGKUP PEKERJAAN

1.1 Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan dengan hasil yang baik dan diterima oleh Perencana dan Pengawas. 1.2 Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan penutup atap seperti yang ditunjukkan dalam gambar antara lain pasangan, genteng, nok, reng, kaso atau sesuai dengan petunjuk dari Perencana dan Pengawas. 2. PERSYARATAN BAHAN

2.1 Genteng dan nok yang digunakan adalah Genteng Cisangkan Type O dengan warna kopi dengan mutu terbaik pada jenisnya dan sesuai dengan SII-0447- 81. Ukuran panjang, lebar dan tebal genteng dan nok harus sama untuk seluruh atap. Tebal genteng dan nok tidak boleh kurang dari 8 mm .

Permukaan genteng dan nok harus mulus ,tidak terdapat cacat ,retak, gompel dan lain lain. Bentuk genteng dan nok harus sama untuk masing masing jenisnya.

2.2 Reng dan kaso adalah kayu kamper dengan mutu terbaik dari jenisnya. ( LIHAT PASAL 07 KAYU NON STRUKTURAL SPESIFIKASI INI ). 2.3 Bahan-bahan harus didatangkan ke lapangan telah diseleksi, dalam keadaan baik dan tidak cacat. 2.4 Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas kerusakan, kehilangan bahan-bahan dalam pengiriman, penyimpanan dan selama pelaksanaan. 3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

3.1 Seluruh pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan standar spesifikasi dari produsen termasuk jarak reng, kemiringan atap dan overlap antara genteng dan sesuai dengan petunjuk/ persetujuan Perencana dan Pengawas. 3.2 Kontraktor diwajibkan mengikuti semua gambar detail yang berhubungan dengan pekerjaan atap genteng,nok dan mekanisme kerja yang ditentukan oleh Pengawas. 3.3 Pekerjaan ini dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan yang terkait sebelumnya telah diterima oleh Perencana dan Pengawas dan telah menyetujui untuk dilaksanakannya pekerjaan ini. 3.4 Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh installer yang telah berpengalaman melaksanakan pemasangan pekerjaan sejenis dengan bahan yang sama dan dengan hasil yang baik. 3.5 Kontraktor bertanggung jawab terhadap hasil akhir dan selama masa jaminan dengan hasil baik dan wajib memperbaiki atau mengganti yang rusak baik yang terlihat maupun yang tersembunyi hingga menjadi baik dengan seluruh biaya ditanggung Kontraktor. Termasuk detail-detail seperti ridge, gutter, valley, flaching, dsb. L. PEKERJAAN PENGECATAN 1. LINGKUP PEKERJAAN a. Termasuk dalam pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, penyediaan tenaga kerja, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga dapat tercapainya hasil pekerjaan yang bermutu baik. b. Pekerjaan pengecatan ini dilakukan pada permukaan kayu, seperti list plafond, kusen pintu dan jendela, daun pintu, serta seluruh detail yang disebutkan / ditunjukan dalam gambar. c. Pekerjaan pengecatan rilling dan tangga besi. 2. PERSYARATAN BAHAN a. Semua bahan cat yang digunakan adalah cat produk EMCO atau produk lain

yang setara. b. Cat dasar menggunakan meni cap pedang untuk kayu dan zing cromate untuk bahan besi atau produk lain yang setara. c. Warna cat untuk masing-masing pekerjaan akan ditentukan kemudian. 3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN a. Pekerjaan Cat-catan Kayu 1. Permukaan bidang yang akan dicat harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat-cacat seperti retakretak, lubang dan pecah-pecah. 2. Bidang pengecatan harus bebas dari debu, lemak, minyak dan kotoran-kotoran lain yang dapat merusak atau mengurangi mutu pengecatan. 3. Bidang pegecatan dilapis dengan cat dasar kemudian diplamur dan digosok sampai permukaannya menjadi halus dan rata. 4. Pengecatan selanjutnya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari konsultan pengawas. 5. Contoh bahan yang digunakan harus lengkap dengan lebel pabrik pembuatnya. 6. Contoh bahan yang disetujui, dipakai sebagai dasar sebagai pemeriksaan / penerimaan bahan yang dikirim oleh kontraktor ketempat pekerjaan. 7. Percobaan-percobaan bahan dan warna harus dilakukan oleh kontraktor untuk mendapat persetujuan dari konsultan pengawasan sebelum pekerjaan dimulai dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan oleh pabrik pembuatnya. 8. Hasil pengerjaan harus baik, warna dan pola textur merata , tidak terdapat noda-noda pada permukaan pengecatan. Harus dihindari terjadinya kerusakan akibat pekerjaanlain. 9. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam mengerjakan dan perawatan / keberhasilan pekerjaan sampai penyerahan pekerjaan. 10. Bila terjadi ketidak sempurnaan dalam pengerjaan, kontraktor memperbaiki tanpa adanya biaya tambahan. 11. Kontraktor harus menggunakan tenaga-tenaga yang terampil/berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut, sehingga cat yang dihasilkan tercapai mutu yang sempurna. b. Pekerjaan Cat-catan Besi 1. Bagian permukaan besi yang akan dicat harus bebas dari karat /kotoran. 2. Pembersihan karat dengan amplas atau sikat baja sampai betul-betul bersih. 3. Setelah seluruh permukaan bersih / bebas dari karat, dicat dengan cat dasar dari bahan Zinkchromate. 4. Cat finisihing besi dipakai merk EMCO atau setara dengan pengecatan sebanyak 3 kali. 5. Cat finishing untuk pekerjaan screen/ bar screen dan pintu air harus menggunakan cat anti karat merk Hample atau setara sebanyak 3 kali.

M. PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA, PERLENGKAPAN KUNCI DAN PENGGANTUNG 1. HAL-HAL UMUM

1. Pekerjaan yang dimaksud disini adalah penyediaan bahan-bahan, tenaga dan peralatan-peralatan yang diperlukan agar seluruh bahan-bahan finishing dapat dipasang, diuji dan siap dipakai dengan kualitas bahan dan kualitas pekerjaan dan pemasangan yang terbaik sesuai dengan gambar-gambar dan spesifikasi yang telah ditentukan dalam perencanaan ini. 2. Kontraktor harus mempelajari dan memahami kondisi tempat yang ada, agar dapat mengetahui apabila ada hal-hal yang mungkin mengganggu bila timbul sebelum bagian pekerjaan itu dilaksanakan. 3. Apabila Pemborong menjumpai adanya ketidak jelasan, kekurangan dan pula kesalahan pada gambar rencana, detail maupun penjelasan teknisnya, maka Pemborong wajib menanyakan/mengkonsultasikan masalah tersebut dengan Pengawas/Direksi. 4. Pemborong wajib menyerahkan contoh bahan dan peralatan bantu yang akan dipasang disetujui oleh Pengawas/Direksi atau ahli yang ditunjuk sebelum bagian pekerjaan tersebut dilaksanakan. 5. Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya atas bahan dan perlengkapan bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. kerusakan dan kekurangan sempurnaan dalam tanggung jawab Pemborong. 6. Bahan atau peralatan yang akan digunakan dan tidak disebutkan dalam spesifikasi ini hanya diperbolehkan apabila disetujui secara tertulis oleh Pengawas/Direksi. 2. LINGKUP PEKERJAAN a. Meliputi penyediaan secara lengkap akan tenaga, alat-alat dan bahan-bahan yang berhubungan dengan pekerjaan kayu (kasar dan halus) dalam hubungannya dengan gambar dan spesifikasi. b. Pekerjaan yang berhubungan : 1. Pekerjaan kosen, pintu & jendela kayu 2. Pekerjaan pengunci dan penggantung (finish hardwere) 3. KUALITAS DAN JENIS KAYU a. Kualitas Semua kayu untuk jenis yang ditentukan harus dari kualitas yang baik, tidak ada getah, celah, mata kayu yang lepas atau mati, susut pinggir-pinggirnya, bekas dimakan bubuk dan cacat-cacat lainnya. b. Kelembaban Kelembaban kayu yang dipakai pada pekerjaan kayu halus, kelembabannya harus kurang dari 15 % dan untuk pekerjaan kayu kasar kelembabannya harus kurang dari 20 %. Kelembaban tersebut harus konstan sampai dengan bangunan selesai. c. Jenis Kayu Jenis kayu yang dipakai sesuai dengan macam-macam pekerjaan yang dimaksud. Contoh-contoh harus dikirimkan terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan Pengawas lapangan. Untuk pemakaian-pemakaian khusus yang tidak tercantum dalam daftar, harus digunakan jenis yang ditentukan untuk pekerjaan yang sebanding. 4. UKURAN Semua ukuran didalam gambar adalah ukuran kayu dipasaran dengan ukuran jadi (finish) maksimum diserut 5 mm, yaitu ukuran kayu setelah selesai dikerjakan dan

terpasang. Kayu kasar diketam, dibor, atau jika tidak, dikerjakan dengan mesin menurut ukuran-ukuran dan bentuk yang tertera dalam gambar. Ukuran-ukuran nominal telah disebutkan untuk kayu yang sudah dikerjakan, maka potongan pengurangan (kekurangan) sebanyak 3 mm diperbolehkan untuk tiap permukaan yang sudah dikerjakan. 5. PERMUKAAN LUAR a. Semua permukaan kayu yang akan kelihatan permukaannya harus dikerjakan dengan halus kecuali jika ada penentuan lain. b. Semua kayu untuk pekerjaan kayu kasar dibiarkan bekas gergajiannya kecuali ditentukan untuk dihaluskan. c. Jika terdapat mata kayu yang mulut dan keras pada salah satu permukaan yang akan dicat dan mata kayu tersebut diameternya tidak lebih dari 4 mm (empat milimeter) serta tidak memenuhi lebih dari setengah permukaan kayu, maka kayu itu dapat dipakai. d. Untuk permukaan yang akan dipelitur/Teak oil, hanya mata kayu yang kecil (tidak lebih dari dua milimeter), mulus dan keras yang dapat dipakai. 6. PENGAWETAN/PERLINDUNGAN KAYU Untuk kusen pintu/jendela dan lisplank kayu pengawetan dengan meni kemudian di cat finish. 7. PEMBUATAN a. Pemborong harus melaksanakan semua pekerjaan-pekerjaan seperti : mempasak, membuat, menyetal (memasang), membuat lidah-lidah, lubang pasak, sponing dan lainlain pekerjaan yang dipergunakan untuk penyambungan kayu dengan baik. b. Pemborong juga harus melakukan segala pekerjaan-pekerjaan yangdiperlukan untuk konstruksi semua rangka-rangka, lapis-lapis dan sebagainya dan pasangan-pasangan serta penyangga pada bangunan. N. PEKERJAAN DAUN PINTU PANEL 1. PENGENDALIAN PEKERJAAN NI 3 1970 NI 5 1961 SII 0404 80 Persyaratan teknis dan gambar-gambar 2. SYARAT-SYARAT BAHAN a. Bahan dari kayu jati tebal tidak kurang dari 4 cm kering ukuran slimar 4/12 cm dengan kwalitas terbaik. b. Bahan perekat digunakan lem kayu yang bermutu baik merk Aica Aibon atau merk lain yang setara.

c. Engsel pintu menggunakan engsel kupu-kupu dengan peredam nilon merk ARCH Japan warna kuning emas. d. Kunci pintu (lockcase, cylinder, handle, back plat) dengan 2 kali putaran merk SES. 3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN a. Semua kunci tanam terpasang kuat dalam rangka daun pintu dipasang setinggi 90 cm dari muka lantai. b. Engsel pintu dipasang minimum sebanyak 3 buah c. Engsel atas dipasang tidak lebih dari 28 cm (as) dari atas pintu d. Engsel bawah dipasang tidak lebih dari 35 cm (as) dari muka pintu e. Engsel antara dipasang ditengah kedua engsel atas dan bawah f. Semua kayu yang dipakai harus rata, lurus dan diserut halus, berbentuk sikusiku satu sama lain sisisisinya. g. Harus diperhatikan semua sambungan siku/sudut untuk rangka kayu dan penguatnya dengan memperhatikan/menjaga kerapian terutama untuk bidang-bidang yang tampak tidak ada lubanglubang atau cacat-cacat bekas penyetelan. O. PEKERJAAN KUSEN 1. PERSYARATAN UMUM a. Kosen kayu tersebut dari bahan kayu kamper kualitas baik ukuran 6/15 tanpa ada cacat pada empat bagian sisi permukaannya. b. Kosen-kosen yang kokoh harus dibuat dari rangka-rangka dengan pasak dan 1 lubang sedemikian rupa hingga diperoleh rangka yang mulus dan kaku. c. Kosen-kosen tersebut harus diberi angker-angker baja 12 mm minimal 6 (enam) buah tiap pemasangan kosen pintu dan 4 (empat) untuk kosen jendela. 2. PENYEMPURNAAN (FINISHING) a. Pintu-pintu, jendela-jendela, dan kosen-kosen harus betul-betul persegi dan datar. Permukaanpermukaan yang kelihatan harus lurus, tidak ada bekasbekas mesin dan selesai siap untuk dicat atau penyelesaian lainnya. b. Permukaan yang bersentuhan dengan adukan tembok harus dicat meni alkali atau cat meni besi. 3. MEMASANG DAN MENGGANTUNG PINTU DAN JENDELA a. Tiap daun jendela harus berukuran pas sekali dengan kosennya dengan diperhitungkan untuk tebal cat dan kemungkinan pengembangan atau mengkerut kayu. b. Kunci-kunci, engsel-engsel dan sebagainya harus tepat pada kedudukannya,rongga pada rangka vertikal, pada kunci dan kunci penggantung dan diatas rel tidak boleh melebihi 5 mm. P. PEKERJAAN PEMASANGAN KACA 1. LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan, pengadaan bahan, alat dan tenaga kerja untuk pemasangan kaca-kaca jendela.

2. SYARAT-SYARAT BAHAN a. Kaca dari pabrik yang disetujui dan yang tebalnya seperti disebut dalam gambar atau syarat dan spesifikasi khusus. b. Dempul untuk memasang kaca ke kosen-kosen kayu menggunakan merk pedang atau yang setara. 3. PEMASANGAN KACA PADA KUSEN KAYU a. Alur kayu harus dibersihkan dan dicat dengan lapis cat minyak sebelum kacanya dipasang. b. Kaca harus dipotong menurut ukuran kosen, dengan kelonggaran sedikit, lalu dipasang dan dikukuhkan memakai dempul kaca dan alat alat kayu dan dipaku dengan sekrup kuningan. Kaca harus dipotong menurut panjang yang dikehendaki dengan memberi longgar sedikit lalu dimasukkan ke dalam jalur kosen yang sebelumnya sudah di beri dempul kaca. c. Daun-daun kaca tersebut harus dipasang dengan kokoh memakai list kayu yang keras. d. Setelah selesai dipasang, kaca diersihkan. Dan yang retak, pecah atau goresgores harus diganti. e. Semua pekerjaan terpasang harus dilindungi dari pengaruh pekerjaan lain seperti cipratan cat, plesteran, roda waktu memoles atau percikan las. Q. PEKERJAAN KUNCI-KUNCI DAN ALAT PENGGANTUNG 1. LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan meliputi penyediaan bahan, alat dan tenaga kerja untuk pekerjaan ini. Pekerjaan meliputi pemasangan kunci, engsel, hak angin, door stop, door closer, grendel dan grendel tanam termasuk perlengkapan lain yang berhubungan dengan pekerjaan ini. 2. BAHAN a. Kunci tanam Merk : SES dua kali putar atau setara Warna : Gold b. Engsel pintu/jendela Merk : Arch atau setara Warna : Gold c. Hak Angin Merk : Alpha atau setara Warna : Natural d. Grendel Tanam Merk : Alpha atau setara Warna : Natural PERSYARATAN PELAKSANAAN a) b) c) d) e) f) g) Engsel atas dipasang + 28 cm (as) dari permukaan atas pintu. Engsel bawah dipasang + 32 cm (as) dari permukaan bawah pintu. Engsel tengah dipasang di tengah - tengah antara kedua engsel tersebut. Pintu/ Jendela dipasang sedemikian rupa sehingga pada akhirnya daun pintu/ jendela mempunyai celah yang sama/ merata dengan kusen sisi atas, samping, bawah jendela adalah minimal 2 mm maksimal 3 mm dan untuk bawah pintu pempunyai celah minimal 4 mm dan maksimal 6 mm.

h) Untuk pintu toilet, engsel atas dan bawah dipasang + 28 cm dari permukaan pintu, engsel tengah dipasang ditengah - tengah antara kedua engsel tersebut. i) Penarik pintu (door pull) dipasang 1050 mm (as) dari permukaan lantai. j) Pemasangan lockease, handle dan backplate serta door closer harus rapi, lurus dan sesuai dengan letak posisi yang telah ditentukan oleh Perencana dan Pengawas Apabila hal tersebut tidak tercapai, kontraktor wajib memperbaiki tanpa tambahan biaya. k) Door stoper dipasang pada lantai, letaknya diatur agar daun pintu dan kunci tidak membentur tembok pada saat pintu terbuka. l) Door holder didasar daun pintu dipasang 6 cm dari tepi daun pintu. m) Pemasangan harus baik sehingga pada saat ditekan ke bawah, karet holder akan menekan lantai pada posisi yang dikehendaki. Door holder dipasang hanya pada pintu yang tidak menggunakan door closer. n) Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan pengujian secara kasar dan halus. o) Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya. R. PEKERJAAN LANTAI KERAMIK

1. LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan lantai keramik dan plint keramik ini dilakukan pada seluruh finishing lantai sesuai yang disebutkan / ditunjukan dalam detail gambar. 2. PERSYARATAN BAHAN a. Bahan yang digunakan merk Roman atau setara. Untuk lantai menggunakan keramik ukuran 30 x 30 cm. b. Warna akan ditentukan kemudian, untuk masing-masing warna harus seragam. Warna yang tidak seragam akan ditolak. 3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN a. Pemasangan lantai keramik dilakukan setelah pekerjaan lantai dasar selesai dengan baik dan sempurna serta disetujui oleh konsultan pengawas. b. Membasahi permukaan lantai dasar sampai tidak menuntut adanya penyerapan air lagi. c. Keramik yang dipasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, tidak cacat dan tidak bernoda serta mempunyai warna yang seragam. d. Meletakan ukuran pemasangan sesuai pola pada gambar dengan cara mengambil garis-garis yang menyeluruh. Meletakan ukuran ini harus mendapatkan persetujuan dari Direksi / pengawas sebelum mulai pemasangan. e. Pembasahan bahan keramik yang akan digunakan dengan meredam seluruh bidang keramik, sedikitnya dalam waktu 15 menit atau baru diangkat sesaat akan dapasang. f. Keramik dipasang pada adaukan perekat dengan campuran 1 Pc : 4 Ps. Adapun syarat-syarat semen, pasir, dan air harus memenuhi ketentuan ada pekerjaan beton. g. Tebal adukan perekat rata-rata 2 cm dan tidak kurang dari 1 cm. Adukan perekat harus merata seluruh permukaan keramik. Hal ini untuk menghindari adanya udara yang terperangkap didalam spesi. h. Sambungan-sambungan antara keramik/naat harus lurus dan mempunyai lebar 3mm.

i. Sambungan / naat diisi adukan PC dan air dengan warna yang sesuai dengan warna keramik yang dipasang, dimasukkan ke dalam naat tersebut begitu rupa hingga seluruh naat terisi penuh dengan baik. j. Pemotongan unit-unit keramik harus menggunakan alat pemotong khusus. 4. PEKERJAAN WATERPROOFING a. LINGKUP PEKERJAAN DAN KETENTUAN UMUM 1. Menyediakan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan waterproofing. 2. Pekerjaan ini harus dikerjakan oleh tenaga yang telah berpengalaman untuk pekerjaan waterproofing, dan dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi dari produsen dan perlu memperoleh persetujuan tertulis dari konsultan pengawas. 3. Pekerjaan waterproofing di laksanakan pada atap beton. b. BAHAN Jenis Bahan kedap air yang dipakai adalah water proofing type komponen polymer modified membranes. Merek diajukan atas persetujuan Direksi. c. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN 1. Permukaan beton yang akan di waterproofing (coating) harus bebas dari kotoran, air serta bahan-bahan lain yang dapat mempengaruhi kelekatan coating terhadap beton. 2. Pelaksanaan waterprooting baru dimulai pada tahap paling akhir dari pekerjaan paket ini, yaitu setelah pekerjaan pekerjaan lain yang berkaitan selesai. 3. Pemasangan lapisan kedap air ini hanya boleh dilakukan setelah mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas. Dan harus mengikuti petunjuk pabrik pembuatnya. 4. Setelah dilakukan coating khususnya pada bagian atap, coating tersebut harus dilindungi dengan screed tebal 3 cm dengan campuran spesi 1 Pc : 5 Ps. Screed yang dibuat harus rata dan kemiringannya harus memperhatikan arah pembuangan air hujan yang menuju ketalang pembuangan. d. PENGUJIAN 1. Pengujian dilakukan dengan cara menggenangi air pada bagian yang di waterproofing tersebut setinggi minimal 10 cm, selama 24 jam secara terus menerus. 2. Ketinggian air pada waktu akhir pengujian tidak boleh kurang dari ketinggian daripada saat awal pengujian. 3. Pemeriksaan dilakukan juga pada bagian bawah dan samping yang diberi waterproofing. Yaitu harus tidak boleh ada tanda-tanda adanya kebocoran pada bagian yang diuji tersebut. 4. Apabila tanda-tanda kebocoran masih terlihat pekerjaan pelapisan harus dilindungi pada tempat yang diidentifikasikan sebagai sumber kebocoran. 5. Pekerjaan pengulangan / perbaikan, harus tetap dilakukan, sampai hasil pengujian tidak menujukkan adanya tanda-tanda kebocoran. 6. Tanda pengujian harus dibuktikan secara tertulis dan disetujui oleh Direksi / Konsultan pengawas.

S. SPESIFIKASI PEKERJAAN PLUMBING 1. SPESIFIKASI UMUM a. Standard Standard yang dipergunakan adalah edisi terakhir dari pada : 1. PPI Pedoman Plambing Indonesia 2. SII Standard Industri Indonesia 3. NFPA 14 Standard for the Instaliation of standpipe and Hose systems 4. Peraturan Dinas Keselamatan Kerja Depnaker 5. Peraturan PDAM tentang Instansi air minum b. Testing dan Pengujian 1. Kontraktor diwajibkan menyelenggarakan testing serta pengujian terhadap keseluruhan instalasi plumbing sesuai dengan ketentuanketentuan yang dipersyaratkan oleh standard-standard tersebut di atas serta diketahui / disetujui oleh Instansi-instansi setempat yang berwenang. 2. Pengujian terhadap kebocoran harus dilakukan, terutama, terhadap sistem instalasi air kotor. 3. Pengujian hidrostatik dilaksanakan terhadap sistem instalasi air bersih. 2. SPESIFIKASI TEKNIS a. Lingkup pekerjaan 1. Pekerjaan instalasi air bersih 2. Pekerjaan saluran air kotor b. Penjelasan Persyaratan Teknis Pekerjaan Mekanikal I. Pekerjaan Instalasi Air Bersih 1. Umum Spesifikasi ini merupakan spesifikasi teknis mengenai pekerjaan supply air bersih. 2. Lingkup Pekerjaan Pemasangan pipa distribusi dari tandon (pompa) air ke alat-alat penerimaan (kran-kran) dalam bangunan lengkap dengan sambungansambungan dan perlengkapan yang diperlukan. 3. Uraian Pekerjaan Tugas yang harus dikerjakan oleh kontraktor, meliputi pengadaan, pemasangan dan pengujian secara sempurna dan terpadu sehingga merupakan sistem supply air bersih yang baik. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan air bersih berserta perlengkapannya harus sesuai dengan gambar rencana. Prosedur pekerjaan pemasangan pipa instalasi air bersih harus seijin / disaksikan Direksi lapangan. Persyaratan pemipaan air bersih, meliputi : Bahan pipa yang dipakai untuk instalasi air bersih adalah pipa PVC Class Medium, disamping itu semua fitting, elbow harus

terbuat dari bahan yang sama dengan pipa air bersih. Pipa dipasang lurus, dan untuk pipa tegak lurus benar-benar vertikal. Jalur pipa sesuai dengan gambar rencana. Pelaksanaan pemasangannya harus menyesuaikan kondisi lapangan dan kontraktor harus membuat shop drawing dengan persetujuan Direksi Lapangan. Perubahan arah pipa harus dilaksanakan dengan fitting pembantu (elbow), begitu pula dengan percabangan harus dengan tee atau cross-tee sesuai kebutuhan, pembengkokan pipa tidak diperkenankan. Sambungan pipa pada umumnya dipergunakan sambungan ulir (screwed), penyambungan dengan ulir ini terlebih dahulu harus dilapisi red lead cement, memakai pintalan atau pita merupakan sambungan yang kedap udara maupun kedap air. Ulir harus dibersihkan dari jerami-jerami bekas pembuatan ulir. Material/Bahan Yang Dipakai Pipa PVC Medium berserta perlengkapannya produksi Maspion, Rucika atau setara dengan diameter sesuai gambar. Valve-valve produksi kitz, Toyo atau setara. Material yang dipakai harus mendapatkan persetujuan Direksi Lapangan. Testing Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang harus diuji dengan tekanan hydrostatik sebesar 5 bar (5 kg/cm) selama 6 (enam) jam terus menerus tanpa terjadi penurunan tekanan. Peralatan dan biaya pengujian harus disediakan oleh Kontraktor. Pengujian harus dilakukan dengan disaksikan oleh Direksi lapangan. Pengujian pemipaan harus dilaksanakan sebelum pipa tertutup dengan tanah (untuk pipa diluar gedung) atau tertutup plesteran/dinding (untuk pipa didalam gedung). Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian, Kontraktor harus memperbaiki bagian-bagian yang rusak dan kekurangankekurangan yang ada, kemudian melaksanakan pengujian berhasil dengan baik. II. Pekerjaan Saluran air Kotor 1. Umum Spesifikasi ini merupakan spesifikasi teknis mengenai pekerjaan instalasi air kotor. 2. Lingkup Pekerjaan Saluran pembuangan dari bak cuci, meja laboratorium ke sumur resapan Saluran pembuangan dari wastafel ke saluran keliling bangunan. 3. Uraian Pekerjaan

Tugas yang harus dikerjakan oleh kontraktor, meliputi pengadaan, pemasangan dan pengujian secara sempurna dan terpadu, sehingga merupakan sistim saluran air kotor yang baik. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistim saluran air kotor berseta perlengkapannya harus sesuai dengan gambar rencana. Prosedur pekerjaan pemasangan saluran air kotor harus seijin / disaksikan Direksi Lapangan. 4. Persyaratan Saluran Air Kotor Sambungan pipa PVC harus menggunakan lem PVC, dan dibesihkan dulu pipa PVC nya, sebelum dilaksanakan penyambungan. Untuk memudahkan pemeliharaan dikemudian hari, semua fitting TY yang dilengkapi dengan Clean Out (seperti pada gambar rencana), Pada dasarnya harus ditarik ke atas, sampai permukaan lantai (finishing floor level), diakhiri dengan mempergunakan Clean Out. Jika terdapat kesulitan dalam pelaksanannya, karena kondisi lapangan, kontraktor bisa mengajukan alternatif lain dengan persetujuan Direksi Lapangan. Untuk menghindari kebocoran, disetiap lubang dimana menembus lantai beton atau dinding harus diberi bahan waterproofing untuk semua ujung pipa harus diberi Cap yang tidak memungkinkan adanya kebocoran. 5. Material / Bahan Yang Dipakai Pipa PVC Class Medium dengan diameter sesuai gambar rencana, produksi Maspion, Rucika atau setara dengan persetujuan Direksi Lapangan. Fitting-fitting untuk penyambungan terbuat dari bahan dan produksi yang sama. Floor drain dari bahan stainlees steel, produksi san-Ei atau setara dengan persetujuan Direksi Lapangan. 6. Pengujian Pengujian dari seluruh sistem saluran air kotor ini dilakukan setelah pemasangan selesai dan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Direksi Lapangan. Kontraktor harus meyediakan alat-alat yang diperlukan untuk keperluan pengujian tersebut dan segala biaya menjadi tanggungjawab kontraktor. T. SPESIFIKASI PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL 1. GAMBARAN UMUM Kontraktor harus meyediakan semua tenaga, bahan dan peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan sementara maupun pekerjaan-pekerjaan permanen lainnya. Kontraktor harus melaksanakan seluruh pekerjaan dan memeliharanya tepat sesuai dengan spesifikasi teknik dan gambar, serta seperti yang diperintahkan oleh Owner.

2. SKOPE KONTRAK PEKERJAAN Pekerjaan yang akan dilaksanakan menurut kontrak ini adalah pekerjaan Pengadaan Pompa Beserta Kelengkapannya di Saluran Kebon Agung: Pekerjaan Mekanikal. Pekarjaan Elektrikal & Kontrol. 3. GAMBAR KONTRAK Gambar-gambar yang terlampir pada dokumen pelelangan sebagai gambar referensi untuk pelaksanaan pengadaan dan pemasangan Pompa dan Motor di Rumah Pompa : No No Drawing Description 1 ME sheet 1-4 Ass Pompa & Motor 2 ME sheet 2-4 lay out instalasi Listrik 3 ME sheet 3-4 Single Line Diagram 4. GAMBAR-GAMBAR PELAKSANAAN Pemborong / kontraktor harus menggunakan gambar-gambar kontrak sebagai dasar untuk pelaksanaan pemasangan peralatan. Pemborong/kontraktor harus membuat gambar detail untuk mendukung pelaksanaan. Pemborong/kontraktor harus memgukur ulang posisi lubang baut dan dimensi pipa saluran untuk menunjang kelancaran proses fabrikkasi dan ereksi. 5. METODE PELAKSANAAN Pihak kontraktor harus melampirkan Metode Pelaksanaan pada waktu mengajukan penawaran 6. HAK UNTUK MERUBAH DISAIN, GAMBAR DAN MATERIAL Bilamana tidak ada kesesuaian gambar dengan pelaksanaan dilapangan karena situasi tempat atau tidak kesesuaian dimensi, Pengguna Jasa berhak mengadakan perubahan bilamana dianggap perlu. Bilamana tidak ada kesesuaian material dengan gambar referensi karena sukar dicari dipasarkan, Pengguna Jasa berhak mengadakan perubahan bilamana dianggap perlu. U. SPESIFIKASI TEKNIK ELEKTRIKAL LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan elektrikal terdiri dari pekerjaan instalasi dan pengadaan peralatan.Pekerjaan instalasi Elektrikal yang dilaksanakan adalah : 1. Pekerjaan Instalasi Listrik Gedung 2. Pekerjaan Instalasi Listrik Tenaga Pengadaan Peralatan Listrik 1. Cable Tray, Supports & Columns 2. Panel Box & Push Button Box 3. Electrical Cable & Bus Bar 4. Lampu 5. Electrical Bulk Materials Pengadaan & Pemasangan Peralatan Kontrol 1. Control Cable 2. Push Button 3. Control Bulk Materials IJIN KERJA INSTALATIR/KONTRAKTOR

Instalasi/sub kontraktor yang akan mengerjakan pekerjaan elektrikal ini diharuskan: a. Mempunyai surat ijin kerja : Instalatir listrik (SIKA) tahun kerja yang berlaku dengan pas. Instalatir kelas C. Dari Departemen tenga kerja b. Mempunyai Tanda Lulus Prakualifikasi (Tanda Daftar Rekanan) untuk tahun kerja yang berlaku, sesuai dengan KEPPRES No.29 Tahun 1984. c. Sudah berpengalaman dan dapat menujukkan Surat Kemampuan pengalaman kerja dalam mengerjakan pekerjaan yang sejenis. STANDARD DAN NORMALISASI Semua Pekerjaan Elektrikal yang dilaksanakan dalam proyek ini harus memenuhi /mematuhi Persyaratan Standard dari Instalasi yang berwenang untuk itu : Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987 Standard Konstruksi/Normalisasi PLN Peraturan-peraturan PLN/jawatan Keselamatan Kerja Setampat Peraturan Dinas Keselamatan Kerja DEPNAKER Standard / Normalisasi PELAKSANAAN KERJA a. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh tenaga ahli yang sudah berpengalaman. b. Pelaksana yang dianggap tidak cukup ahli / perpengalaman oleh Direksi / pengawas lapangan, harus segera diganti dengan orang lain setelah mendapat persetujuan Direksi / pengawas lapangan. c. Untuk penyelenggaraan pelaksanaan pekerjaan lapangan kontraktor harus meyediakan Direksi keet yang berfungsi sebagai Site Office dan gudang peralatan / material. Direksi Keet boleh menggunakan bangunan yang sudah ada (dipinjam / disewa) atau membuat bangunan temporer. d. Kontraktor harus menempatkan seorang Supervisor yang ahli, berpengalaman dan profesional untuk masing-masing bidang yang bertanggung jawab untuk menjadi supervisi, management proyek. e. Tenaga kerja harus berpengalaman dan ahli dibidangnya, bila tidak berpengalaman & ahli harus diganti. Bila tidak dihiraukan pengawas akan mengalami tindakan untuk mengatasi permasalahan yang ada. f. Segala sesuatu yang diperlukan guna kesempurnaan pekerjaan harus, dilengkapi sesuai permintaan pengawas dengan biaya dibebankan kepada kontraktor. BAHAN / MATERIAL DAN PERALATAN a. Bahan / material dan peralatan yang digunakan pada pekerjaan ini harus disediakan oleh kontraktor dan harus dalam keadaan baru, tanpa cacat. b. Semua bahan atau material dan peralatan yang akan digunakan diusahakan produksi dalam negeri, sejauh mana bahan / material tersebut masih memenuhi persyaratan teknis dan standard yang

ditentukan oleh proyek ini. c. Kontraktor diwajibkan menyerahkan contoh bahan / barang yang disebut dalam lingkup pekerjaan kepada Direksi / Pengawas lapangan untuk mendapat persetujuan sebelum dipasang. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan, minimal brosur spesifikasi teknis harus ditunjukan dan disetujui oleh /Direksi pengawas lapangan. d. Kontraktor harus membuat tempat penyimpanan bahan / material serta peralatan kerja (gudang) agar rapi dan aman dan memudahkan pemeriksaan. e. Jikabahan / material dan peralatan kerja tersebut harus melewati jalan umum, Kontraktor harus menjaga ketertiban dan kelancaran serta mengganggu lalu lintas. f. Direksi berhak menambah peralatan yang dipergunakan atau menolak peralatan yang tidak memenuhi syarat. g. Bila pelaksanaan pekerjaan telah selesai, maka kontraktor harus segera mengeluarkan atau memindahkan peralatan tersebut. Kerusakan akibat penggunaan peralatan kerja tersebut harus diperbaiki kembali atas beban biaya kontraktor. h. Semua material yang terbuat dari besi (Armatur) dan pipa yang dipergunakan untuk kontruksi, penyangga, penggantung dan lain-lain harus diproses sebagai berikut : - Disikat dengan sikat kawat / dibersihkan hingga mengkilat dan bebas dari karat. - Dicat dasar / meni anti karat (Zincromate) kualitas baik 2 kali. - Dicat ahkir dengan cat berkualitas baik 2 kali warna yang akan ditentukan kemudian / sesuai dengan penggunaan. Kecuali material yang terbuat kemudian dari plastik, satinless steel dan alumunium tidak perlu dicat, cukup dibersihkan saja. SISTEM KOORDINASI a. Kontraktor elektrikal harus mengkoordinasikan pekerjaannya dengan pekerjaan kontraktor lain (struktur & arsitektur) untuk menghindari pekerjaan pembongkaran / pekerjaan ulang dan gangguan yang dapat memperlambat jalannya pekerjaan. b. Untuk memudahkan komunikasi teknis, kontraktor harus menempatkan seorang atau lebih pemimpin lapangan berpengalaman. Dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta mewakili kontraktor, menerima perintah dan petunjuk Direksi / pengawasan lapangan dan segera melaksanakannya bila diperlukan. Pengawas lapangan dan segera melaksanakannya bila diperlukan. c. Kontraktor diwajibkan membuat laporan berkala (harian / mingguan) yang memberikan gambaran tentang kegiatan proyek. Misalnya : Jadwal Waktu pelaksanaan Kegiatan pelaksanaan Prestasi kegiatan fisik Catatan perintah / petunjuk Direksi / pengawas lapangan yang

disampaikan secara lisan maupun tertulis. Dan kegiatan pekerjaan yang dianggap perlu. d. Kontraktor juga harus membuat dokumentasi pekerjaan yang berupa foto-foto pelaksanaan pekerjaan, dibuat berwarna, minimal ukuran postcard dan disusun dalam album. Foto-foto yang mengambarkan kemajuan pelaksanaan pekerjaan hendaknya dibuat berdasarkan petunjuk dari Direksi dan minimal dilakukan sebanyak 4 (empat) kali setiap peristiwa selama berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan. PEMBOBOKAN, PENGELASAN DAN PENGEBORAN a. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang dilakukan dalam rangka pemasangan instalasiini maupun pengembaliannya seperti keadaan semula adalah termasuk pekerjaan pemborong instalasi ini. b. Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat ijin tertulis dari Direksi/pengawas. c. Pengelas, pengeboran dan sebagainya pada kontruksi Bangunan hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh ijin/persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas. PENJAGAAN Pemborong wajib mengadakan penjagaan dengan baik serta terus menurus selama berlangsungnya pekerjaan atas bahan peralatan, masin dan alatalat kerja yang disimpan ditempat kerja (gudang lapangan). Kehilangan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas barang-barang tersebut diatas, menjadi tanggung jawab pemborong. KEBERSIHAN, KETERTIBAN DAN KEAMANAN a. Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung pekerjaan berlangsung, kantor, Gudang, los kerja dan tempat pekerjaan sekitar bangunan, harus selalu dalam keadaan bersih. b. Penimbunan / penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik dalam gudang maupun diluar (halaman), harus diatur sedemikian rupa agar memudahkan jalannya pemeriksaan dan tidak mengganggu pekerjaan dari bagian lain. c. Peraturan-peraturan yang lain ketertiban akan dikeluarkan oleh Direksi pada waktu pelaksanaan. d. Guna semua keamanan pekerjaan, peralatan dan bahan/material di proyak, kontraktor harus menempatkan petugas keamanan secukupnya disekitar proyak. e. Penjagaan keamanan termasuk juga penanggulangan terhadap bahaya kebakaran yang mungkin terjadi. f. Kontraktor harus memperhatikan hubungan dengan lingkungan proyek, antara lain : tidak akan menyebabkan gangguan lalu lintas umum, tidak akan menganggu ketenangan penduduk/masyarakat disekitarnya dan tidak akan mengganggu pekerjaan dari Rekanan lain. KECELAKAAN DAN PETI PPPK

a. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini, maka pemborong diwajibkan segera mengambil segala tindakan guna kepentingan si korban atau para korban, serta melaporkan kejadian tersebut kepada instansi dan Departemen yang bersangkutan/berwenang (dalam hal ini polisi dan Departemen Tenaga kerja) dan mempertanggung jawabkan sesuai dengan perayuran yang berlaku. b. Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap, guna keperluan pertolongan pertama harus selalu ada di tempat pekerjaan. PENGUJIAN/TESTING a. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat berfungsi baik dan telah sesuai dengan persyaratan teknis yang dimana, maka kontraktor diwajibkan menguji seluruh pekerjaannya dengan standard uji masing-masing yang telah ditetapkan dalam peraturan/spesifikasi peralatan. b. Pengujian ini dilaksanakan dibawah pengawasan Direksi/pengawas lapangan yang ditunjuk jadwal pelaksanan pengujian dapat diatur seminggu sebelumnya atau atas persetujuan bersama. c. Semua bahan yang kurang baik atau pemasangan yang kurang sempurna yang diketahui pada saat pemeriksaan/pengujiaan harus segera diganti dengan yang baru/disempurnakan sampai dapat berfungsi dengan baik dan sesuai Standard Uji yang ada. d. Pengujian ini antara lain berupa : - Pemeriksaan Visual. - Pemeriksaan pekerjaan Sambungan: Mekanis dan Listrik. - Pengukuran Tahanan Isolasi dan Pertanahan. - Pengujian dengan beban dalam keadaan bertegangan dan beban penuh selama 3 malam berturut-turut (selama 36 jam). - Semua hasil pengujian harus dicatat dan ditanda tangani bersama. e. Bila dalam pengujian berbeban ternyata tidak disediakan Sumber Daya Listrik, maka kontraktor harus menyediakan Sumber Daya Listrik sendiri berupa Genset 3 phase dengan kapasitas yang memadai. f. Semua biaya yang diperlukan untuk pengujian ini menjadi tanggung jawab pihak kontraktor. g. Kontraktor diharuskan membuat Jadwal dan Prosedur pelaksanaan / Test yang akan dilakukan. h. Semua peralatan Test harus dalam keadaan baik dan memenuhi Standard persyaratan Test yang ditentukan. Peralatan Test tersebut harus disediakan oleh kontraktor. i. Hasil Test harus dicatat dan ditanda tangani bersama oleh kontraktor, pengawas dan pemilik proyek. Hasil Test ini baru dianggap sah/baik apabila telah disetujui/disyahkan oleh Instansi yang berwenang (PLN, DEPNAKER). GARANSI Semua pekerjaan, pemasangan perlengkapan dan bahan yang telah dipasang oleh kontraktor harus digaransi selama 12 (dua belas) bulan sejak masa penyerahan pertama kecuali ditentukan lain dalam kontrak (pompa lumpur, pompa banjir dan genset). a. Salama masa Garansi ini semua perlengkapan, bahan dan pengerjaan yang kurang baik/rusak (yang bukan disebabkan oleh salah pakai, salah operasi) harus secepatnya diganti atau diperbaiki atas tanggungan kontraktor. LAIN-LAIN

a. Bagian-bagian yang termasuk dalam pekerjaan ini, yang secara teknis tidak dapat dipisahkan/diabaikan/dihilangkan, tetapi belum disebutkan dalam bestek/gambar, tetap harus dilaksanakan tersebut berfungsi dengan baik. b. Hal-hal lain yang menyangkut pelaksanaan lapangan tetapi belum disebutkan dalam peraturan ini, akan ditentukan lebih lanjut oleh Direksi/pengawas lapangan. V. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL PERSYARATAN TEKNIS PELAKSANAAN DAN PENYELESAIAN PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK LINGKUP PEKERJAAN Yang termasuk dalam lingkup pekerjaan Instalasi listrik meliputi Pekerjaan Instalasi Listrik Gedung Meliputi pengadaan dan pemasangan : a. Komponen listrik lampu TL 36 watt dan lampu mercury sesuai gambar. b. Kotak kontak 1 phase dan kotak kontak 3 phase sesuai gambar c. Saklar tunggal & saklar ganda d. Instalasi baru e. Lampu TL 2 x 36 Watt, TKO lengkap f. Panel-panel listrik baru lengkap dengan komponen pengamannya. Semua material penunjang (Penggantung, penumpu, klem dll) yang diperlukan untuk kesempurnaan pekerjaan ini. Pengetesan seluruh Pekerjaan Instalasi sesuai persyaratan instalasi sampai dinyatakan baik oleh Instansi setempat (PLN) secara tertulis dan diterima dengan baik oleh Pengawas/Pemilik Proyek. PEMASANGAN JARINGAN KABEL FEEDER Jenis Kabel a. Kabel yang digunakan untuk jaringan Distribusi Tegangan Rendah adalah jenis dalam pipa PVC High Impact dengan dimensi sesuai gambar. b. Kabel yang digunakan harus Rekomendaskan dari LMK dengan Standard merk : JEMBO, SUPREME, atau setara. c. Kabel harus dalam keadaan baru, tanpa cacat dan bila perlu harus ada surat keterangan dari distributor/pabrik. Pemasangan dan Teknis Pelaksanaan a. Kontraktor diwajibkan mempelajari gambar Lay-Out saluran kabel tersebut terhadap situasi lapangan. Anda diperlukan adanya perubahan jalur karena alas an teknis, Kontraktor harus membuat gambar Shop Drawing untuk disetujui Pengawas/Pemilik sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut. b. Jalur alternatif agar dipilih route yang aman/terlindung atau sedikit mungkin adanya bahaya kerusakan yang dapat minimpa saluran kabel tersebut. Alternatif ini diusahakan tidak menimbulkan kerja tambah. Kecuali dalam keadaan dimana tidak ada pilihan lain. c. Kabel ditaman langsung didalam tanah dikedalaman 80 cm dari permukaan tanah kecuali yang melintas jalan mobel harus ditanam 100 cm dari permukaan tanah sesuai gambar. Kabel yang melintas jalan mobil harus dilindungi dengan pipa PVC AW berdiameter sesuai jumlah kabel yang ada.

d. Untuk galian kabel yang melalui jalur kabel existing /lama harus dikerjakan dengan exktra hatihati. Bila terjadi kerusakan pada kabel existing karena terkena peralatan gali (pacul, gancu dsb), kontraktor harus mengganti kabel tersebut tanpa adanya tambahan biaya, termasuk biaya perawatan pekerja yang mengalami / kecelakaan hingga sembuh benar. e. Tidak diperkenankan melakukan penyambungan di dalam tanah ditengah perjalanan kecuali apabila panjang kabel/ saluran melebihi standard panjang yang telah ditentukan oleh pabrik, kecuali memang ada pekerjaan penyambungan kabel. f. Apabila terpaksa dilakukan penyambungan karena saluran lebih panjang dari standard panjang pabrik maka system/ cara penyambungan harus dibicarakan dengan pengawas untuk mendapatkan persetujuan. g. Setiap ujung saluran harus diberi kelebihan panjang /sling secukupnya untuk mengantisipasi adanya kemungkinan perubahan tempat/ pergeseran paralatan/ panel. h. Sedikit belokan kabel harus diperhitungkan bahwa radius belokan minimum r = 15 D, dimana D adalah diameter kabel. i. Cara pemasangan kabel sesuai gambar yaitu : diberi pelindung alas pasir 10 cm bagian bawah dan diatas kabel, diberi pelindung batu bata merah atau plat beton sesuai gambar/ keperluannya. j. Semua kabel yang masuk ke dalam bangunan tidak boleh di tanam langsung di lantai harus melalui kabel trench / got kabel atau pipa sparing dengan ukuran yang sesuai dengan jumlah besar kabel. k. Pengurusan ijin instalasi listrik kepada instansi yang berwenang (PLN) merupakan Pekerjaan dan Tanggung Jawab dari Kontraktor. Pengetesan a. Setiap saluran kabel harus ditest Tahanan Isolasinya dengan mengunakan alat MEGGER 10.000 volt untuk kabel Tegangan Menengah dan MEGGER 1.000 volt untuk kabel Tegangan rendah. b. Pengetesan dilakukan antara masing-masing inti kabelnya dengan mantel pelindungnya phasa-phasa, phasa-netral, phasa pround dan netral ground. c. Hasil pengetesan tahanan isolasi yang diminta adalah minimum 100 Mega Ohm untuk tegangan menengah dan minimum 5 Mega Ohm untuk kabel tegangan rendah. Penyambungan / Termination a. Kontraktor diwajibkan memasang sepatu kebel pada ujung kabel yang akan disambungkan ke panel / peralatan, kecuali dipersyaratkan lain, misalnya sambungan baut tanpa kabel sepatu. b. Sepatu kabel yang dipergunakan harus sesuai dengan besarnya kabel dan harus yang berkualitas baik, standard merk GAE atau setara. c. Pemasangan sepatu kabel yang diperunakan tang press atau secra hidrolis. d. Penyambungan kabel ke terminal panel / peralatan di semua bangunan adalah tangung jawab konraktor. e. Sambungan harus dilaksanakan dengan baik, cukup kuaterat sesuai dengan model terminal peralatan yang terpasang. PEMASANGAN KABEL & SALURAN KABEL DI DALAM BANGUNAN Semua kabel tegangan rendah yang digunakan adalah kabel yang sudah direkomendasi oleh LMK dengan merk : Jembo, Supreme atau setara : Kelas : 600 / 1000 V Inti : Tembaga

Isolasi : PVC Ukuran : minimum 2.5 mm2 kecuali untuk kabel kontrol dan motormotor ukuran kecil digunakan 1.5 mm2. Kode warna harus mengikuti ketentuan PUIL 1987 - Phase R/L 1 : Merah - Phase R/L 2 : Kuning - Phase R/L 3 : Hitam - Netral N : Biru - Grounding PE : Kuning-Hijau Warna kabel yang mengikat (harus ada) adalah biru (untuk netral) dan pada kuning/hijau (untuk ground). Bila warna tersebut tidak ada maka pada ujung-ujung kabel harus diberi isolasi dengan warna yang bersesuaian seperti butir 3.b. di atas. Kabel NYY digunakan untuk instalasi dari masing-masing panel DP ke panel-panel pembagi (SDP) dan dari panel pembagi (SDP) ke masing-masing panel beban (PL, PP, PAC, dll) dengan dimensi sesuai gambar. Kabel NYM didalam pipa PVC HI diameter digunakan untuk instalasi dari panel ke beban penerangan atau peralatan /kotak kontrak. Pipa PVC HI merk EGA, CLIPSAL atau yang digunakan disyaratkan yang sudah direkomender oleh LMK, bila diperlukan kontraktor harus dapat menunjukan bukti rekomendasi tersebut.

W. PEKERJAAN SANITAIR 1. LINGKUP PEKERJAAN 1.1 Termasuk dalam pekerjaan pemasangan sanitair ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat - alat bantu lainnya yang digunakan dalam pekerjaan ini hingga tercapai hasil pekerjaan yang bermutu dan sempurna dalam pemakaian/operasinya. 1.2 Pekerjaan pemasangan sanitair ini sesuai yang dinyatakan / ditunjukkan dalam detail gambar, uraian dan syarat - syarat dalam buku ini.dan sesuai dengan persyaratan dari produsen. 2. PERSYARATAN BAHAN

Semua material harus memenuhi ukuran, standard dan mudah didapatkan dipasaran, kecuali bila ditentukan lain. Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala perlengkapannya, sesuai dengan yang telah disediakan oleh pabrik untuk masing-masing type yang dipilih. Barang yang dipakai adalah dari produk yang telah disediakan oleh pabrik untuk masingmasing type yang dipilih. Barang yang dipakai adalah dari produk yang telah disyaratkan dalam uraian dan syaratsyarat dalam buku ini.

3. SYARAT - SYARAT PELAKSANAAN

3.1 Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Perencana dan Pengawas/ Kaninsius untuk mendapatkan persetujuan. Bahan yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan. 3.2 Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian bahan, bahan pengganti harus mendapat persetujuan Perencana dan Pengawas berdasarkan contoh yang diberikan Kontraktor.

3.3 Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-gambar yang ada dan kondisi di Lapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan, pemasangan sparing-sparing, cara pemasangan dan detail-detail sesuai gambar dan dikoordinasikan dengan Interior Konsultan. 3.4 Bila ada kelainan dalam hal ini apapun antara gambar dengan gambar, gambar dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus segera melaporkannya kepada Perencana dan Pengawas. 3.5 Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat bila ada kelainan / perbedaan di tempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan. 3.6 Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/pemeriksaan untuk kesempurnaan hasil pekerjaan dan fungsinya. 3.7 Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada kerusakan yang terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Kontraktor, selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik.

4. ALAT - ALAT SANITAIR 4.1 Pekerjaan Wastafel

Bahan dan Material yang digunakan lihat pada Sanitary Schedule. a. Wastafel yang digunakan adalah lengkap dengan segala accesorinya seperti tercantum dalam brosurnya. Type - type yang dipakai adalah Lihat Sanitary Schedule warna akan dipilih oleh Perencana.

b. Wastafel dan perlengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik tidak ada bagian yang gompal, retak atau cacat-cacat lainnya dan telah disetujui oleh Perencana dan Pengawas.

c. Ketinggian dan konstruksi pemasangan harus disesuaikan dengan gambar untuk itu serta petunjuk-petunjuk dari produsen dalam brosur. Pemasangan harus baik, rapi, waterpass dan dibersihkan dari kotoran, noda dan penyambungan instalasi plumbingnya tidak boleh ada yang bocor.

4.2

Pekerjaan Closet

a. Closet duduk berikut segala kelengkapnnya yang dipakai adalah (Lihat Sanitary Schedule) dengan warna akan ditentukan oleh Perencana dan Pengawas. b. Closet jongkok berikut kelengkapannya dipakai merk (Lihat Sanitary Schedule) yang dilengkapi sistem bilas termasuk kran tekan, warna putih. c. Closet beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, tidak ada bagian yang gompal, retak atau cacat-cacat lainnya dan telah disetujui Perencana dan Pengawas. d. Closet harus terpasang dengan kokoh letak dan ketinggian sesuai gambar, waterpass, semua noda - noda harus dibersihkan, sambungan-sambungan pipa tidak boleh ada yang bocor. 4.3 Perlengkapan Toilet

a. Perlengkapan toilet yang dipasang adalah sesuai dengan gambar dan / atau sesuai dengan Sanitary Schedule. b. Perlengkapan-perlengkapan tersebut harus dalam keadaan baik tanpa ada cacat-cacat, dan sudah mendapat persetujuan Perencana dan Pengawas letak pemasangan disesuaikan gambargambar untuk itu, dan cara-cara pemasangan mengikuti petunjuk-petunjuk dari produsen seperti diterangkan dalam brosur-brosur yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai