Anda di halaman 1dari 29

PERHITUNGAN METODE BINA MARGA

Rencanakan tebal perkerasan dengan cara Bina Marga (Penentuan tebal perkerasan lentur, No.
01/PD/BM/1993) dengan perencanaan :
1. Konstruksi tak bertahap
2. Konstruksi bertahap
3. Perpisahan tambahan

Data untuk perencanaan adalah sebagai berikut :


- Jalan 2 jalur / 2 arah
- CBR Tanah Dasar/subgrade : 3.5 ; 3.7 ; 4.4 ; 4.2;4.5 ; 5.0
5.3; 5.5 ; 6.0 ; 6.5 ; 2.0 ; 2.2
2.5 ; 2.5 ; 8.0 ; 8.5; 9.0 ;10

- Data Lalu Lintas :


 Kendaraan ringan (1+1) = 17483 kend/hari/2 jur
 Bus (3+5) = 171 kend/hari/2 jur
 Truck 2 As (5+8) = 963 kend/hari/2 jur
 Truck 3 As ( 6 + 2.7 ) = 188 kend/hari/2 jur
 Truck 5 As ( 6 + 2.7 + 2.5 ) = 41 kend/hari/2 jur

- Pertumbuhan lalu lintas : * Masa pelaksanaan : 5.0 %/thn


* Setelah masa pelaksanaan :10 %/thn
- Masa pelaksanaan : 2 tahun ; Indeks Perkerasan Awal
- Faktor regional : 2 tahun ; Indeks Perkerasan Akhir
- Umur rencana : * Konstruksi tak bertahap : 10 tahun
* Konstruksi bertahap : 5/5 tahun
* Pelapisan tambahan : 4 tahun

Catatan :
- Umur rencana untuk pelapisan tambahn dihitung dari umur rencana pada konstruksi tak
bertahap
- Tingkat kerusakan jalan pada akhir umur rencana pada konstruksi tak bertahap adalah
sebagai berikut :
 Lapisan permukaan : 60 %
 Lapisan pondasi atas : 65 %
 Lapisan pondasi bawah : 90 %
Penyelesaian

1. Konstruksi Tak Bertahap


a. Diketahui data lalu lintas :
 Kendaraan ringan 2 ton ( 1 + 1 ) = 17483 kend/hari/2 jur
 Bus 8 ton ( 3 + 5 ) = 171 kend/hari/2 jur
 Truck 2 As 13 ton ( 5 + 8 ) = 963 kend/hari/2 jur
 Truck 3 As 20 ton ( 6 + 2.7 ) = 188 kend/hari/2 jur
 Truck 5 As 30 ton ( 6 + 2.7 + 2.5 ) = 41 kend/hari/2 jur

b. Masa pelaksanaan : 2 tahun


Faktor pertumbuhan lalu lintas dalam % /tahun = 5 %/tahun

c. LHR pada saat jalan tersebut dibuka, LHR 2 = LHR1 (1 + i)𝑛


Dimana : * i = faktor pertumbuhan lalu lintas
*n = tahun pelaksanaan

Jadi 𝐋𝐇𝐑 𝟐 = LHR1 (1 + 0,050 )2


= (1.050)2 LHR1

 Kendaraan ringan = 17483.(1.050)2 = 19275 kend/hari/2jur


 Bus = 171.(1.050)2 = 188 kend/hari/2jur
 Truck 2 As = 96.(1.050)2 = 1062 kend/hari/2jur
 Truck 3 As = 188.(1.050)2 = 207 kend/hari/2jur
 Truck 5 As = 41.(1.050)2 = 45 kend/hari/2jur

d. LHR sampai akhir umur rencana jalan (10 tahun)


 n = 10 tahun
 i = 10 %/tahun

Jadi 𝐋𝐇𝐑 𝟑 = LHR2 (1 + 0,1)10


= (1.1)10 LHR2

 Kendaraan ringan = 19275(1.1)10 = 49994 kend/hari/2jur


 Bus = 188(1.1)10 = 488 kend/hari/2jur
 Truck 2 As = 1062(1.1)10 = 2754 kend/hari/2jur
 Truck 3 As = 207(1.1)10 = 537 kend/hari/2jur
 Truck 5 As = 45(1.1)10 = 117 kend/hari/2jur

e. Koefisien Distribusi Kendaraan (C) :


Untuk jalan 2 jalur / 2 arah : * kendaraan ringan (berat < 5 ton), c = 0.50
* Kendaraan berat (berat > 5 ton), c = 0.50

Nilai koefisien (C), diperoleh dari tabel (daftar II : koef. Distribusi Kendaraan)
f. Angka Ekivalen (E)
a. Kendaraan Ringan 2 ton ( 1 + 1 ) :
As depan : 1 ton, E = 0.0002
As belakang : 1 ton, E = 0.0002 +
∑ E = 0.0004

b. Kendaraan Berat
- Bus 8 ton (3 + 5) :
As depan : 3 ton, E = 0.0183
As belakang : 5 ton, E = 0.1410 +
∑ E = 0.1593
- Truck 2 As (5 + 8) :
As depan : 5 ton, E = 0.1410
As belakang : 8 ton, E = 0.9328 +
∑ E = 1.0738
- Truck 3 As (6 + 2.7):
As depan : 6 ton, E = 0.2933
As belakang : 14 ton, E = 0.7452 +
∑ E = 1.0385
- Truck 3 As (6 + 2.7 + 5.2) :
As depan : 6 ton, E= 0.2933
As belakang : 14 ton, E= 0.7452
As gandengan : 10 ton, E= 0.1940 +
∑ E= 1.2325

(Nilai Ekivalen (E) diperoleh dari Daftar III “Pedoman penentuan tebal
perkerasan lentur jalan raya Bina Marga No. 01/PD/BM/1983)
g. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)

LEP = 𝐋𝐇𝐑 𝟐 . C . E

Dimana : ∑ = Jumlah kendaraan, berat + ringan


C = Koefisien distribusi
E = Angka ekivalen

 Kendaraan ringan = 1975 . 0.50 . 0.0004 = 3.855


 Bus = 188 . 0.50 . 0.1593 = 108.974
 Truck 2 As = 1062 . 0.50 . 1.0738 = 570.188

 Truck 3 As = 207 . 0.50 . 1.0385 = 107.485

 Truck 5 As = 45 . 0.50 . 1.2325 = 27.731 +


∑ = 818.233 ~ 818
818
Kendaraan
h. Lintas Ekivalen Akhir (LEA)

LEA = 𝐋𝐇𝐑 𝟑 . C . E

Dimana : ∑ = Jumlah kendaraan, berat + ringan


C = Koefisien distribusi
E = Angka ekivalen

 Kendaraan ringan = 49994 . 0.50 . 0.0004 = 9.999


 Bus = 488 . 0.50 . 0.1593 = 38.869
 Truck 2 As = 2754 . 0.50 . 1.0738 = 1478.623

 Truck 3 As = 537 . 0.50 . 1.0385 = 278.837

 Truck 5 As = 117 . 0.50 . 1.2325 = 72.101+


∑ = 1878.429 ~
1878
1878
Kendaraan

i. Lintas Ekivalen Tengah (LET)

𝟏
LET =𝟐. ( LEP + LEA )

1
LET = 2
. ( 818 + 1878 )
= 1348 Kendaraan

j. Lintas Ekivalen Rencana (LER)

LET = LET . 𝐅𝐩𝟏

Dimana Fp1 = Faktor penyelesaian = Ur/10


Ur = Umur rencana
Ur untuk konstruksi bertahap diketahui 5 tahun
Maka : - LER1 = 1348 . 10/10
= 1348 kendaraan
- LER1 = LEP . Fp2

(1+𝑖)𝑛 −1
= 818 . 10.𝑖

(1+0.1)5 −1
= 818 . 10.0.1

= 499.397 ~ 499 kendaraan

- Angka LER diambil yang terbesar, yaitu 1348 kendaraan


k. Indeks Permukaan

Nilai Indeks Permukaan (IP) jalan rencana pada akhir umur rencana dapat
diketahui dari Daftar V “Indeks Permukaan Pada Akhir Umur Rencana” dengan
cara mencari nilai dan klasifikasi jalan pada daftar V yang sesuai untuk nilai
LER (Lintas Ekivalen Rencana) yang telah dihitung.
Dengan berpedoman pada daftar V, pada kolom LER tercatat bahwa angka
LER masuk kedalam golongan LER > 1000, (1089 , 1000), dengan klasifikasi
jalan arteri didapat nilai Indeks Perkerasan akhir umur rencana𝐈𝐏𝒕 = 2,5

l. Faktor Regional
Faktor Regional ditentukan oleh pengaruh bentuk alinement (lendutan dan
tikungan), presentase kendaraan berat dan yang berhenti, juga iklim (curah
hujan).
Angka Faktor Regional (FR) dapat diketahui dengan berpedoman pada daftar
IV “Faktor Regional” (Pedoman Persatuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
Bina Marga Nomor : 01/PD/BM/1983).

𝑘𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
Persentase Kendaraan Berat = 𝑘𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛
x 100

1363
= 18846
x 100

= 7.232 %
Persentase kendaraan berat 7.232 % (< 30%)

Dengan persentase kendaraan 7.232% (< 30%), dari Daftar IV diperoleh bahwa
Ip𝑡 = 2.0 dengan iklim II > 900 mm/thn termasuk kedalam jenis kelandaian II (6
– 10%).
Daya Dukung Tanah :

No CBR Nilai yang Sama Persen yang sama / Lebih Besar


1 3,5 18 100
2 3,7 17 94,44444444
3 4,4 16 88,88888889
4 4,2 15 83,33333333
5 4,5 14 77,77777778
6 5 13 72,22222222
7 5,3 12 66,66666667
8 5,5 11 61,11111111
9 6 10 55,55555556
10 6,5 9 50
11 2 8 44,44444444
12 2,2 7 38,88888889
13 2,5 6 33,33333333
14 2,5 5 27,77777778
15 8 4 22,22222222
16 8,5 3 16,66666667
17 9 2 11,11111111
18 10 1 5,555555556

Dari data daya dukung tanah di atas, digambarkan dalam hubungan presentase dan
CBR. Untuk nilai CBR design (CBR rencana) diambil nilai untuk harga presentase 90%. Yang
paling mendekati 90%, yaitu CBR 4.4 dengan presentase 88,89%
GRAFIK CBR RENCANA

120%

100%

80%
Axis Title

60%
Series1
Linear (Series1)
40%

20%

0%
0 2 4 6 8 10
Axis Title
4.5 4.4

Kontrol nilai DDT = 4,4 log CBR + 1,7


= 4,4 log 4,4 + 1,7
= 4,531 → mendekati nilai CBR secara grafis

10.6

1348

2.0
4.5

12.0

Nomogram 1 untuk IPt = 2,5 dan IPo ≥ 4


11.5

1348

4.5 2.0

12.9

Nomogram 2 untuk IPt = 2,5 dan IPo= 3,9 – 3.5

IPt = 2,5
Diperoleh dari daftar tabel, jenis lapisan perkerasan yang digunakan
yaitu :
IPo ≥ 4 → Laston
IPo = 3,9 – 3,5 → Laston
Lasbutag
HRA
Burda
m. Indeks Tebal Perkerasan
Dengan LER = 1348 ; FR = 2.0
 ̅̅̅̅̅ = 12.0
IPo ≥ 4→ ITP = 10.6 ; ITP
Karena ITP 12.0≥10 ; maka lapisan yang digunakan “Laston”
dengan tebal 10 cm.
 ̅̅̅̅̅ = 12.9
IPo = 3,9 – 3,5 → ITP = 11.5 ; ITP
Karena ITP 11,9≥ 10 ; maka lapisan yang digunakan “Laston”
dengan tebal 10 cm.

n. Menentukan Tebal Perkerasan


Dengan menggunakan tabel Koefisien Kekuatan Relatif, maka :
 IPo ≥ 4
Lapisan Permukaan → Laston MS 590 a1 = 0,35
Pondasi Atas → Laston Atas MS 340 a2 = 0,24
Pondasi Bawah → Sirtu / Pitrun Kelas B a3 = 0,12
 IPo = 3,9 – 3,5
Lapisan Permukaan → Laston MS 454 a1 = 0,32
Pondasi Atas → Laston Atas MS 340 a2 = 0,24
Pondasi Bawah → Sirtu / Pitrun Kelas A a3 = 0,13

o. Tebal Minimum Perkerasan


 Lapisan Permukaan
ITP > 10 → Lasbutag, Laston, dengan tebal minimum (Dmin =
10 (cm).
 Lapisan Pondasi Atas
ITP > 10 → Batu Pecah, Stabilitas Tanah Dengan Semen,
Stabilitas Tanah Dengan Kapur, Pondasi Macadam, Laston
Atas. Dengan tebal minimum (Dmin = 20 cm).
 Lapisan Pondasi Bawah
Untuk setiap nilai ITP bila menggunakan pondasi bawah, tebal
minimum yang digunakan adalah 10 cm.
Bila menggunakan IPo ≥ 4, maka :
̅̅̅̅̅
ITP = a1.D1 + a2.D2 +a3.D3
12.0 = 0,35 x 10 + 0,24 x 20 + 0,12 x D3
12.0 − 8,3
D3 =
0,12
= 37.6~38 cm

Bila menggunakan IPo = 3,9 – 3,5; maka :


̅̅̅̅̅
ITP = a1.D1 + a2.D2 +a3.D3
12,9 = 0,32 x 10 + 0,24 x 20 + 0,13 x D3
12,9 − 8,3
D3 =
0,13
= 37.6~38 cm
LASTON MS 590 (D1 = 10cm)
LASTON ATAS (D2 = 20cm)
SIRTU/PITRUN B (D3 = 31cm)

IPo ≥ 4

LASTON MS 454 (D1 = 10cm)


LASTON ATAS (D2 = 20cm)
SIRTU/PITRUN A (D3 = 38cm)

2. Kontruksi Bertahap

LEP₁ LEA₁ - LEP₂ LEA₂

LHR₁ LHR₂ LHR₃ LHR₄

0 2 tahun 7 tahun 12 tahun


İ - 5,0 % İ - 10,0 % İ - 10,0 %
2 tahun 5 tahun 5 tahun
Masa pelaksanaan Setelah Masa Pelaksanaan

a. LHR Pada Masa Awal Pelaksanaan (LHR₁)


 Kendaraan ringan 2 ton ( 1 + 1 ) = 17483 kend/hari/2jur
 Bus 8 ton ( 3 + 5 ) = 171 kend/hari/2jur
 Truck 2 As 13 ton ( 5 + 8 ) = 963 kend/hari/2jur
 Truck 3 As 20 ton ( 6 + 2,7 ) = 188 kend/hari/2jur
 Truck 5 As 30 ton ( 6 + 2,7 + 2,5 ) = 41 kend/hari/2jur
∑ LHR₁ = 18846 kend/hari/2jur
b. LHR Pada Saat Jalan Tersebut Dibuka (LHR₂)
i = 5,0 %
LHR₂ = LHR₁ ( 1 + İ)ⁿ
n = 2 tahun
dimana : i = faktor pertumbuhan lalu lintas dalam % tahun i = 0,050
n = tahun pelaksanaan / masa pelaksanaan n = 2 tahun
jadi LHR₂ :
LHR₂ = LHR₁ ( 1 + İ)ⁿ
= LHR₁ ( 1 + 0,050 )2
= (1,050 )2 LHR₁
 Kendaraan ringan 2 ton : 17483 (1,050 )2 = 19275 kend/hari/2jur
 Bus 8 ton : 171 (1,050 )2 = 188 kend/hari/2jur
 Truck 2 As 13 ton : 963 (1,050 )2 = 1062 kend/hari/2jur
 Truck 3 As 20 ton : 188 (1,050 )2 = 207 ked/hari/2jur
 Truck 5 As 30 ton : 41 (1,050 )2 = 45 kend/hari/2jur
∑ LHR₂= 20777 kend/hari/2jur

c. LHR Pada 5 Tahun Pertama Sejak Jalan Dibuka (LHR₃)


i = 10,0% i = 0,1
LHR₃ = LHR₂ ( 1 + İ)ⁿ
n = 4 tahun n = 5 tahun

Maka LHR₃:
LHR₃ = LHR₂ ( 1 + İ)ⁿ
= LHR₂ ( 1 + 0,1 )⁵
= (1,1 )⁵ LHR2
 Kendaraan ringan 2 ton : 19275 (1,1 )⁵ = 31042 kend/hari/2jur
 Bus 8 ton : 188 (1,1 )⁵ = 303 kend/hari/2jur
 Truck 2 As 13 ton : 1062 (1,1 )⁵ = 1710 kend/hari/2jur
 Truck 3 As 20 ton : 207 (1,1 )⁵ = 333 kend/hari/2jur
 Truck 5 As 30 ton : 45 (1,1 )⁵ = 72 kend/hari/2jur
∑ LHR₃ = 33460 kend/hari/2jur

d. LHR Pada Akhir Umur Rencana (LHR ₄)


i = 6,0 % i = 0,060 i = 6,0 % i = 0,060
LHR₄ = LHR₃ ( 1 + İ)ⁿ
n = 4 tahun n = 5 tahun
Maka LHR₄:
LHR₄ = LHR₃ ( 1 + İ)ⁿ
= LHR₃ ( 1 + 0,060 )⁵
= (1,050 )⁵ LHR3
 Kendaraan ringan 2 ton : 31042 (1,1 )⁵ = 49994 kend/hari/2jur
 Bus 8 ton : 303 (1,1 )⁵ = 488 kend/hari/2jur
 Truck 2 As 13 ton : 1710 (1,1 )⁵ = 2754kend/hari/2jur
 Truck 3 As 20 ton : 333 (1,1 )⁵ = 536 kend/hari/2jur
 Truck 5 As 30 ton : 72 (1,1 )⁵ = 116 kend/hari/2jur
∑LHR₄= 53887kend/hari/2jur

e. Koefisien Distribus Kendaraan (C)


Dengan berpedoman pada daftar II “ Koefisien Distribusi Kendaraan (C)”.
Untuk Jalan 2 jalur / 2 arah *Kendaraan Ringan ( berat total < 5 ton ) ; C = 0,50
*Kendaraan Berat ( berat total ≥ 5ton ) ; C = 0,50

f. Angka Ekivalen (E)


c. Kendaraan Ringan 2 ton ( 1 + 1 ) :
As depan : 1 ton, E = 0.0002
As belakang : 1 ton, E = 0.0002 +
∑ E = 0.0004

d. Kendaraan Berat
- Bus 8 ton (3 + 5) :
As depan : 3 ton, E = 0.0183
As belakang : 5 ton, E = 0.1410 +
∑ E = 0.1593
- Truck 2 As (5 + 8) :
As depan : 5 ton, E = 0.1410
As belakang : 8 ton, E = 0.9328 +
∑ E = 1.0738
- Truck 3 As (6 + 2.7):
As depan : 6 ton, E = 0.2933
As belakang : 14 ton, E = 0.7452 +
∑ E = 1.0385
- Truck 3 As (6 + 2.7 + 5.2) :
As depan : 6 ton, E= 0.2933
As belakang : 14 ton, E= 0.7452
As gandengan : 10 ton, E= 0.1940 +
∑ E= 1.2325

(Nilai Ekivalen (E) diperoleh dari Daftar III “Pedoman penentuan tebal
perkerasan lentur jalan raya Bina Marga No. 01/PD/BM/1983)
g. Lintas Ekivalen Permulaan ( LEP₁)

LEP₁ = E .C . LHR awalUR


Dimana :
E = Koefisien Ditribusi
C = Angka Ekivalen LEP₁ = E .C . LHR awalUR
LHRawalRU = LHR2

 Kendaraan ringan 0,004 . 0,50 . 19275 = 3.855


 Bus 0,1593 . 0,50 . 188 = 14.974
 Truck 2 As 1,0738 . 0,50 . 1062 = 570.188
 Truck 3 As 1,0385 . 0,50 . 207 = 107.485
 Truck 5 As 1,2325 . 0,50 . 45 = 27.731 +
∑ = 724.233 ~ 724
724 kendaraan

h. Lintas Ekivalen Akhir (LEA1)


LEA₁ =LEP2 E .C . LHR3 awalUR

 Kendaraan ringan 0,0004 . 0,50 . 31042 = 2,1342


 Bus 0,1593 . 0,50 . 303 = 134,2899
 Truck 2 As 1,0738 . 0,50 . 1710 = 523,4775
 Truck 3 As 1,0385 . 0,50 . 333 = 193,161
 Truck 5 As 1,2325 . 0,50 .72 = 32,6612 +
∑ = 1165.7 ~ 1166
1166 kendaraan

i. Lintas Ekivalen Akhir (LEA2)


LEA2 = E .C . LHR4

 Kendaraan ringan 0,0004 . 0,50 . 49993 = 9.999


 Bus 0,1593 . 0,50 . 488 = 38.869
 Truck 2 As 1,0738 . 0,50 . 2754 = 1478.622
 Truck 3 As 1,0385 . 0,50 . 536 = 278.318
 Truck 5 As 1,2325 . 0,50 . 116 = 71.485 +
∑ = 1877.2 ~ 1877
1877 kendaraan
j. Lintas Ekivalen Tengah(LET)
 LET 1 = 1/2 . ( LEP1 + LEA1 )
= 1/2 . ( 724 + 1166 )
= 945 kendaraan
 LET 2 = 1/2 . ( LEP2 + LEA2 )
= 1/2 . ( 1166 + 1877 )
= 1521.5 ~ 1521 kendaraan

k. Lintas Ekivalen Rencana (LER)


Dimana : Umur Rencana 1 (UR1) : 5 Tahun
Umur Rencana 2 (UR2) : 5 Tahun
Pertumbuhan Lalu lintas (i) setelah masa pelaksanaan : 10,0 %
I = 1 + 10,0 % 1,1

 LER1 = 1/10 . LET1 . UR1 LER2 = 1/10 . LET2 . UR2


= 1/10 . 945 . 5 = 1/10 . 1521 . 5
=472.5 ~ 472 kendaraan = 760.5 ~ 760 kendaraan

 LER1 = LEP1 . FP2


( 1+𝑖 )ⁿ−1
= LEP1 .
10 .𝑖
(1+1,1 )5 -1
= 724 .
10 .1,1

= 2622.26 ~ 2622 kendaraan

 LER2 = = LEP2 . FP2


( 1+𝑖 )ⁿ−1
= LEP2 .
10 .𝑖
(1+1,1 )5 −1
= 1166 .
10 .1,1
= 4223.14 ~ 4223 kendaraan

l. Berdasarkan Data :

- CBR = 4.4

- Indeks Permukaan (IP) = 2,5

- Faktor Regional (FR) = 2,0


11.5

10.6 Tahap 2
2622

Tahap 1
1348

2.0
4.5

12.7 12.0

Nomogram 1 untuk IPt = 2,5 dan IPo ≥ 4


12.4

11.5 Tahap 2
4223
Tahap 1

2622

2.0

4.5

12.7

13.6

Nomogram 2 untuk IPt = 2,5 dan IPo= 3,9 – 3.5

m. Indeks Tebal Perkerasan


TAHAP 1
 ̅̅̅̅̅ = 12.0
IPo ≥ 4→ ITP = 10.6 ; ITP
Karena ITP 12.0≥10 ; maka lapisan yang digunakan “Laston” dengan
tebal 10 cm.
 ̅̅̅̅̅ = 12.7
IPo = 3,9 – 3,5 → ITP = 11,5 ; ITP
Karena ITP 12.7≥10 ; maka lapisan yang digunakan “Laston” dengan
tebal 10 cm.
TAHAP 2
 IPo ≥ 4→ ITP = 11,5 ; ̅̅̅̅̅
ITP = 12,7
Karena ITP 12.7≥10 ; maka lapisan yang digunakan “Laston” dengan
tebal 10 cm.
 IPo = 3,9 – 3,5 → ITP = 12.4; ̅̅̅̅̅
ITP = 13.6
Karena ITP 13.6≥10 ; maka lapisan yang digunakan “Laston” dengan
tebal 10 cm.

n. Menentukan Tebal Perkerasan


Dengan menggunakan tabel Koefisien Kekuatan Relatif, maka :
 IPo ≥ 4
Lapisan Permukaan → Laston MS 590 a1 = 0,35
Pondasi Atas → Laston Atas MS 340 a2 = 0,24
Pondasi Bawah → Sirtu / Pitrun Kelas B a3 = 0,12
 IPo = 3,9 – 3,5
Lapisan Permukaan → Laston MS 454 a1 = 0,32
Pondasi Atas → Laston Atas MS 340 a2 = 0,24
Pondasi Bawah → Sirtu / Pitrun Kelas A a3 = 0,13

o. Tebal Minimum Perkerasan


 Lapisan Permukaan
ITP > 10 → Lasbutag, Laston, dengan tebal minimum (Dmin = 10 cm).
 Lapisan Pondasi Atas
ITP > 10 → Batu Pecah, Stabilitas Tanah Dengan Semen, Stabilitas
Tanah Dengan Kapur, Pondasi Macadam, Laston Atas. Dengan tebal
minimum (Dmin = 20 cm).
 Lapisan Pondasi Bawah
Untuk setiap nilai ITP bila menggunakan pondasi bawah, tebal
minimum yang digunakan adalah 10 cm.
Bila menggunakan IPo ≥ 4, maka :
TAHAP 1
̅̅̅̅̅
ITP = a1.D1 + a2.D2 +a3.D3
12.0 = 0,35 x 10 + 0,24 x 20 + 0,12 x D3
12.0 − 8,3
D3 =
0,12
= 30.8 ~ 31 cm

TAHAP 2
̅̅̅̅̅
ITP = a1.D1 + a2.D2 +a3.D3
12.7 = 0,35 x 10 + 0,24 x 20 + 0,12 x D3
12.7 − 8,3
D3 =
0,12
= 36.6 ~ 37 cm

∆ITP
D0 =
a1
ITP2 − ITP1
=
a1
12.7 −12.0
=
0,35
= 2 cm

Bila menggunakan IPo = 3,9 – 3,5; maka :


TAHAP 1
̅̅̅̅̅
ITP = a1.D1 + a2.D2 +a3.D3
12.7 = 0,35 x 10 + 0,24 x 20 + 0,13 x D3
12.7 − 8,3
D3 =
0,13
= 33.8~34 cm
TAHAP 2
̅̅̅̅̅
ITP = a1.D1 + a2.D2 +a3.D3
13.6 = 0,35 x 10 + 0,24 x 20 + 0,13 x D3
13.6 − 8,3
D3 =
0,13
= 40.7~41 cm

∆ITP
D0 =
a1
ITP2 − ITP1
=
a1
13.6 −12.7
=
0,32
= 2.812~ 3 cm

LASTON MS 590 (D1 = 10cm )

LASTON ATAS (D2 = 20 cm )

SIRTU/PITRUN(D3 = 31cm )

LASTON MS 454 (D1 = 10cm )

LASTON ATAS (D2 = 20 cm )

SIRTU/PITRUN(D3 = 34cm )

TAHAP 1

LASTON MS 590 (D1 = 10cm )

LASTON ATAS (D2 = 20 cm )

SIRTU/PITRUN(D3 = 37cm )
LASTON MS 590 (D1 = 10cm )

LASTON ATAS (D2 = 20 cm )

SIRTU/PITRUN(D3 = 41 cm )

3. PELAPISAN TAMBAHAN

LEP₁ LEA₁ - LEP₂ LEA₂

LHR₁ LHR₂ LHR₃ LHR₄

İ - 5,0 % İ - 10,0 % İ - 10,0 %

2 tahun 10 tahun 4 tahun


Masa pelaksanaan Setelah Masa Pelaksanaan

a. * Umur rencana : 4 Tahun


* Pertumbuhan lalu lintas (i) : 5,0 %
b. LHR Pada Saat Setelah Masa Pelaksanaan (LHR3)
i = 10,0 %
LHR3 = LHR2 ( 1 + İ)ⁿ
n = 10 tahun

Maka LHR3 = LHR2 . (1 + 10% )10


= LHR2 . (1 + 0,1 )10
= LHR2 . (1,1 )10
LHR2 , adalah LHR pada masa pelaksanaan konst. Tak bertahap
 Kendaraan ringan = 19275 . (1,1 )10 = 49994 kend/hari/2jur
 Bus = 188. (1,1 ) 10
= 488 kend/hari/2jur
 Truck 2 As = 1062. (1,1 ) 10
= 2754 kend/hari/2jur
 Truck 3 As = 207. (1,1 ) 10
= 537 kend/hari/2jur
 Truck 5 As = 45. (1,1 )10
= 117 kend/hari/2jur
∑LHR3 = 53890 kend/hari/2jur
c. LHR Sampai Akhir Umur Rencana (LHR4)
i = 10,0 %
LHR4 = LHR3 ( 1 + İ)ⁿ
n = 4 tahun

Maka LHR4 = LHR3 . (1 + 10% )4


= LHR3 . (1 + 0,1 )4
= LHR3 . (1,1 )4
 Kendaraan ringan = 49994 . (1,1 )4 = 73196 kend/hari/2jur
 Bus = 488 . (1,1 )4 = 714 kend/hari/2jur
 Truck 2 As = 2754 . (1,1 )4 = 4032 kend/hari/2jur
 Truck 3 As = 537 . (1,1 )4 = 786 kend/hari/2jur
 Truck 5 As = 117. (1,1 )4 = 171 kend/hari/2jur
∑LHR4 = 78899 kend/hari/2jur

d. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP )


LEP = LHR3 . C . E
Dimana : C = Koefisien Distribusi.
Untuk jalan 2 jalur / 2 arah :Kendaraan ringan (< 5 ton ), C =0,50
Kendaraan berat (>5 ton ), C = 0,50
E = Angka Ekivalen (dilihat dari kontruksi tak bertahap )
 Kendaraan ringan = 49994 . 0,50 . 0,0004 = 9.999
 Bus = 488 . 0,50 . 0,1593 = 38.869
 Truck 2 As = 2754 . 0,50 . 1,0648 = 1478.623
 Truck 3 As = 537 . 0,50 . 1,0375 = 278.837
 Truck 5 As = 117 . 0,50 . 1,2315 = 72.101 +
∑ = `1878.2
= 1878 kendaraan

e. Lintas Ekivalen Akhir (LEA)


LEA = LHR4 . C . E

 Kendaraan ringan = 73196 . 0,50 . 0,0004 = 14.639


 Bus = 714 . 0,50 . 0,1593 = 56.870
 Truck 2 As = 4032 . 0,50 . 1,0648 = 2164.781
 Truck 3 As = 786 . 0,50 . 1,0375 = 408.130
 Truck 5 As = 171 . 0,50 . 1,2315 = 105.379 +
∑ = `2749.8
= 2741 kendaraan

f. Lintas Ekivalen Tengah (LET)


LET = 1/2 . (LEP + LEA)

LET = 0,5 (1878 + 2741 )


= 2309.5~ 2309 kendaraan
g. Lintas Ekivalen Rencana
Diketahui :
UR(n) = 4 tahun
i = 10,0 %

LER = 1/10 . LET . UR LER = LEP . Fp

𝐿𝐸𝑃 .(1+𝑖 )𝑛 −1
= 1/10 .2309 . 4 =
10 .𝑖

1878 .(1+0,1 ) 4 -1
= 924 kendaraan =
10 .0,1

= 871 kendaraan

Diambil angka LER terbesar, yaitu : 924 kendaraan

9.9

924
2.0
4.5

11.4

Nomogram 1 untuk IPt = 2,5 dan IPo ≥ 4


10.6

924
2.0
4.5

12.4

Nomogram 2 untuk IPt =2,5 dan IPo= 3,9 – 3.5

h. Indeks Tebal Perkerasan


Dilihat dari daftar tabel, batas – batas minimum tebal lapisan permukaan
adalah :
 IPo ≥ 4→ ITP = 9.9 ; ̅̅̅̅̅
ITP = 11.4
Karena ITP 11.4≥10 ; maka lapisan yang digunakan “Laston” dengan
tebal 10 cm.
 IPo = 3,9 – 3,5 → ITP = 10.9 ; ̅̅̅̅̅
ITP = 12.4
Karena ITP 12.4≥10 ; maka lapisan yang digunakan “Laston” dengan
tebal 10 cm.

Tingkat kerusakan jalan pada akhir umur rencana pada konstruksi tak
bertahap adalah sebagai berikut :
 Lapisan permukaan = 30%
 Lapisan pondasi atas = 25%
 Lapisan pondasi bawah = 20%
i. Kerusakan Jalan Lama
Diambil dari salah satu contoh perhitungan “konstruksi bertahap”
 IPo ≥ 4
Laston MS 590 (10) = 70% x 10 x 0,35 = 2,45
Laston Atas MS 340 (20) = 80% x 20 x 0,24 = 3,84
Sirtu / Pitrun Kelas B (31) = 90% x 31 x 0,12 = 3.24 +
∑ITP1 ada = 9.53

 IPo = 3,9 – 3,5


Laston MS 454 (10) = 70% x 10 x 0,32 = 2,24
Laston Atas MS 340 (20) = 80% x 20 x 0,24 = 3,84
Sirtu / Pitrun Kelas A (34) = 90% x 34x 0,13 = 3,98 +
∑ITP1 ada = 10.06

j. Perhitungan tebal perkerasan

 IPo ≥ 4
∆ITP
D0 =
a1
ITP2 − ITP1
=
a1
11.4 − 9.53
=
0,35
= 5.3~5 cm
 IPo = 3,9 – 3,5
∆ITP
D0 =
a1
ITP2 − ITP1
=
a1
12.4 −10.1
=
0,32
= 7.2~7 cm

Anda mungkin juga menyukai