Anda di halaman 1dari 62

BAB III

INDEKS PROPERTIS

3.1 Kadar Air (Water Content)

3.1.1 Maksud dan Tujuan


Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kadar air dari
suatu tanah asli melalui perbandingan antara berat dengan berat
kering tanah yang dinyatakan dalam persen.

3.1.2 Teori
Kadar air tanah disebut juga water conent adalah kandungan
air pada tanah yang ditentukan dari prbandingan berat air yang
terkandung didalam tanah dengan berat bagian padat dari tanah.
Kadar air tanah dapat digunakan untuk penentuan sifat mekanika
tanah seperti pemadatan tanah. Oleh karena itu, penting
mengetahui kadar ai suatu sampel tanah untuk seorang engineer
dalam pengerjaan suatu proyek.

3.1.3 Prosedur Pengujian


1. Timbang cawan dalam keadaan bersih dan kering dan catat
beratnya (W 3) ;
2. Masukkan contoh tanah kdalam cawan tersebut ;
3. Cawan + tanah kemudian ditimbang dan beratnya dicatat (W 1) ;
4. Masukkan cawan + tanah kedalam oven selama 24 jam ;
5. Keluarkan cawan + tanah dari oven dan dinginkan pada
desicator ;
6. Setelah dingin, cawan + tanah ditimbang dan beratnya dicatat
(W 2).
3.1.4 Peralatan yang digunakan
1. Cawan alumunium 4 buah ;
2. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu
3. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr
4. desicator
3.1.5 Data Perhitungan
A. Berat cawan + tanah basah = W 1 gram
B. Berat cawan + tanah kering = W 2 gram
C. Berat cawan kosong = W 3 gram
D. Berat air = (W 1 – W 2)
E. Berat tanah kering = (W 2 – W 3)
𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐚𝐢𝐫
F. Kadar air = × 100 %
𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐭𝐚𝐧𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠

Kadar air disturb (%)

1 2 3

35.635 225.258 34.893

Sampel ke-2 ditiadakan (dianggap error), dikarenakan hasil w


disturb berbeda jauh dengan beberapa sampel lainnya
Kadar air undisturb (%)

5 6 7 8

179.554 34.022 57.114 32.239

Sampel ke-1 dan ke-3 ditiadakan (dianggap error),, dikarenakan


hasil w disturb masing-masing sampel tidak berbeda jauh.
Contoh perhitungan
Diketahui :
Berat cawan + tanah basah (W1) = 36,84 gr
Berat cawan + tanah kering (W2) = 34,28 gr
Berat cawan kosong (w3) = 9,80 gr
Maka :
Berat air = (W2-W1)
= 34,28-36,84
= 2,56 gr
Berat tanah kering = (W2-W3)
= 34,28-9,80
= 24,48 gr
( 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟)
Kadar air = ( 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔)
× 100 %
( 2,56)
= ( 24,48)
× 100 %

= 0,104%
3.1.6 Hasil Kadar Air (Disturb)

LABORATORIUM GEOTEKNIK
FT- PRODI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
Jl. Pemuda Nomor 32 Telp. (0231) 206558 Fax.(0231) 236742 Cirebon 45312

Tanggal : 14 Febuari
Pekerjaan : Uji Kadar Air 2017
No. Log Bor : Dikerjakan : Kelompok 12
Lokasi : Dihitung : Kelompok 12
Kedalaman : Diperiksa : Wibowo

PENGUJIAN KADAR AIR TANAH


ASTM 2216
Nomor contoh dan kedalaman Disturb
Nomor cawan 1 2
Berat tanah basah + cawan
(gr) 36,84 34,38
Berat tanah kering + cawan
(gr) 34,28 32,01
Berat air (gr) 2,56 2,37
Berat cawan (gr) 9,80 9,79
Berat tanah kering (gr) 24,48 22,22
Kadar air (w) (%) 10,45 10,66
kadar air rata-rata (w) (%) 10,55%

3.1.6.1 Kesimpulan Disturb


Disturb adalah tanah terganggu saat pengambilan sampel nya.
Dalam hasil kadar air sample nomer 2 data yg didapatkan tidak
beda tipis dari sample 1. Jadi didapatkan hasil rata-rata 10,55 %.
Maka dapat ditarik kesimpulan keadaan tanah mengandung kadar
air yang sedikit.
3.1.7 HASIL UNDISTURBED

` LABORATORIUM GEOTEKNIK
FT- PRODI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
Jl. Pemuda Nomor 32 Telp. (0231) 206558 Fax.(0231) 236742 Cirebon
45312

Tanggal : 13 Febuari
Pekerjaan : Uji Kadar Air 2017
No. Log Bor : Dikerjakan : Kelompok 12
Lokasi : Dihitung : Kelompok 12
Kedalaman : Diperiksa :Wibowo

PENGUJIAN KADAR AIR TANAH


ASTM 2216

Nomor contoh dan


kedalaman Undisturb
Nomor cawan 1 2
Berat tanah basah + cawan
(gr) 24,16 19,63
Berat tanah kering + cawan
(gr) 18,89 15,69
Berat air (gr) 5,27 3,94
Berat cawan (gr) 9,72 9,71
Berat tanah kering (gr) 9,17 5,98
Kadar air (w) (%) 57,4 65,8
kadar air rata-rata (w) (%) 61,6%
3.1.7.1 Kesimpulan
Undisturb adalah tidak tanah terganggu saat pengambilan
sampel nya karena memakai alat yaitu dengan tabung. Tidak
menggunakan sampel 3 dan 4 karena hasil rata-rata tidak beda
jauh Jadi didapatkan hasil rata-rata 61,6 %. Maka dapat ditarik
kesimpulan keadaan tanah sangat basah.
3.1.8 Gambar kerja

Gambar 3.1 Sample tanah dari lokasi pengambilan sample


Gambar 3.2 Penimbangan sample tanah
3.2 Berat isi (Unit weight)
3.2.1 Maksud Dan Tujuan
Maksud dan tujuan praktikum berat isi kali ini adalah untuk mencari
berat isi dari contoh tanah asli dari contoh tanah asli yang diambil di
lapangan. Berat isi dapat dihitung melalui perbandingan antar berat
tanah termasuk air yang terkandung didalamnya dengan volume
total.

3.2.2 Teori
Berat volume tanah adalah perbanadingan antara berat tanah total
dengan volume tanah. Berat volume adalah merupakan berat
volume tanah asli merupakan fisik tanah, jika diketahui kadar air
tanah akan dapat meneneetukan nilai volume kering tanah tersebut.

3.2.3 Prosedur Pengujian


1. Ring konsolidasi dalam keadaaan bersih ditimbang (W 1)
2. Ambil sample dari tabung dengan cara menekan ring tersebut
pada tabung sampai ring terisi penuh dengan menggunakan
extruder.
3. Ratakan tanah sehingga kedua permukaan tanah memiliki
elevasi yang sama dengan permukaan ring dan dibersihkan
bagian luar ring.
4. Timbang ring+tanah (W 2)
5. Hitung volume tanah (W) = W 2 – W 1

3.2.4 Alat-alat yang digunakan


1. Ring konsolidasi
2. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gr
3. Extruder
4. Spatula
5. Cawan
6. Timbangan
7. Oven
3.2.5 Perhitungan
W2 − W1
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑠𝑖 (𝛾) =
V
Contoh perhitungan
Diketahui :
Berat ring (W1) (gram) = 18,06
Berat ring + tanah (W2) (gram) = 68,00
Voume tanah (v) (cm3) = 1,187
Maka :
W2−W1
Berat volume tanah = V

= 𝟒𝟐, 𝟎𝟕𝟐
3.2.6 Hasil

LABORATORIUM GEOTEKNIK
FT- PRODI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
Jl. Pemuda Nomor 32 Telp. (0231) 206558 Fax.(0231) 236742 Cirebon
45312

Pekerjaan : Density Test Tanggal : 17 febuari 2017


No. Log Bor : Dikerjakan : kelompok 12
Lokasi : Dihitung : kelompok 12
Kedalaman : Diperiksa : Wibowo

PENGUJIAN BERAT ISI TANAH


ASTM D 2937

Nomor Pengujian Undisturb


Diameter Ring (d) (cm) 5 5
Tinggi Ring (t) (cm) 1.4 1.4
Volume Ring (V( (cm3) 27,47 27,47
Berat Ring (W1) (gram) 18,06 18,06
Berat Ring + Tanah (W2) (gram) 68,00 66,91
Berat tanah (W3=W2-W1) (gr) 49,94 48,85
Berat volume tanah (g= W3/V) (gr/cm3) 1,817 1,778
Berat volume Rata-rata (gr/cm3) 1,797
3.2.7 Kesimpulan
Dari hasil berat volume tanah yaitu 1,778 gr/cm3 dapat disimpulkan
bawah komposisi tanah rapat.
3.2.8 Gambar Kerja
3.3 Berat Jenis (Specific Gravity)
3.3.1 Maksud Dan Tujuan
Pelaksanaan praktikum Gs ini adalah untuk mengetahui harga berat
jenis tanah. Berat jenis tanah ini dapat memperkirakan bahan-bahan
galian yang terkandung di dalamnya.

3.3.2 Teori
Dalam setiap perencanaan, baik itu bangunan ataupun jalan,
pengetahuan tentang adanya bahan organik sangat penting, karena
untuk bangunan tanah organik itu berbahaya. Dengan mengetahui
nilai Gs suatu tanah dapat diketahui suatu contoh tanah apakah
tanah tersebut organik atau anorganik jadi untuk tanah yang terdiri
dari campuran bahan organik maupun anorganik tentu mempunyai
nilai Gs yang tergantung dari komposisi campuran bahan-bahan
tersebut.

Tipe of Soil Gs

Sand 2,65 – 2,67

Silty Sand 2,67 – 2,70

Inorganic Silt 2,70 – 2,80

Soil with micas or iron 2,75 – 3,00

Organic Soil < 2,00

3.3.3 Peralatan Yang Digunakan


1. Piknometer dengan tutupnya
2. Mortar
3. Saringan No.200
4. Oven yang dilengkapi dengan pengaturan suhu
5. Kompor listrik
6. Timbangan
7. Termometer
8. NiSO3
3.3.4 Prosedur Pengujian
1. Siapkan contoh tanah secukupnya dan masukkan ke dalam
cawan kemudian dioven selama 24 jam
2. Setelah dikeluarkan dari oven, tumbuk contoh tanah tersebut
sampai lolos saringan 200
3. Timbang piknometer dalam keadaan bersih dan kering (W 1) ;
4. Masukkan contoh tanah yang sudah lolos saringan nomer 200
seberat kurang lebih 10 gr ke dalam piknometer yang sudah
ditimbang beratnya.
5. Timbang ontoh tanah + piknometer (W 2)
6. Tambahkan air ke dalam piknometer sampai sedikit melebihi
contoh tanah
7. Didihkan contoh tanah + piknometer yang sudah ditambahkan
air tadi ke dalam cairan NiSO3 yang sudah dipanaskan
8. Angkat contoh tanah + piknometer jika udara dalam piknometer
sudah ilang (kurang lebi 15 menit)
9. Diamkan piknometer sampai dingin, kemudian tambahkan air
sampai batas leher dan biarkan selma 24 jam.
10. Timbang contoh tanah + piknometer yang sudah dibiarkan
selama 24 jam (W 3).
11. Bersihkan piknometer dan isi dengan air sebatas leher kemudian
timbang (W 4) dan ukur suhunya

3.3.5 Data perhitungan

Berat piknometer = W1
Berat piknometer + tanah = W2
Berat piknometer + air + tanah = W 3
Berat piknometer + air = W4
Koreksi temperatur =K
Berat tanah = (W 1 – W 2)
Berat total = Berat tanah + W 4
= (W 2 – W 1) + W 4
Voume air = Berat total – (Berat
piknometer + air + tanah)
= {(W 2 – W 1) + W 4 } – W3
berat tana h
Berat jenis (specific Gravity) Gs  xK
volume air

Contoh Perhitungan :
Diketahui : Temperatur = 29 0C
Berat piknometer + tanah = 72.54 gr
Berat tanah = 25.43 gr
Berat piknometer + air = 140,59 gr
Berat piknometer + air + tanah = 154.33 gr

Maka :
 Berat total = (berat tanah) + (berat piknometer + air)
= 25.43 + 140,59
= 166.02 gr

 Volume air = (berat total) – (berat piknometer + air + tanah)


= 166.02 – 154,33
= 11,69 ml
 K = didapat dari tabel terhadap temperatur = 0.99598
 Gs (Specific Gravity) = (berat tanah / volume air) x K
= (25.43/11,69) x 0.99598
= 2,167 gram
3.3.6 Hasil

LABORATORIUM GEOTEKNIK
FT- PRODI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
Jl. Pemuda Nomor 32 Telp. (0231) 206558 Fax.(0231) 236742 Cirebon 45312

Pekerjaan : BERAT JENIS TANAH Tanggal :


Dikerjakan : Kelompok
No. Log Bor : 12
Dihitung : Kelompok
Lokasi : 12
Kedalaman : Diperiksa : Wibowo

PENGUJIAN BERAT JENIS TANAH


ASTM D 854

No. piknometer
Temperatur ˚C 29˚
Berat Piknometer + Tanah (gr) 85,33
Berat Piknometer (gr) 61,2
Berat Tanah (gr) 24,13
Berat Piknometer + Air (gr) 152,71
Berat Total (gr) 176,84
Berat Pikno + Air + Tanah (gr) 165,82
Koreksi Temperatur K 0,9995
Berat isi air 67,38
Volume Air (ml) 11,02
Specific Gravity 2,167
3.3.7 Kesimpulan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa berat jenis tanah (Gs) adalah
perbandingan antara berat butir tanah (Ws) dengan berat air (Ww)
yang mempunyai Volume sama pada suhu tertentu, pada contoh
tanah yang kami ambil memiliki berat jenis 2.167 gram/cm3. Dan
jenis tanah tersebut adalah jenis tanah kerikil
3.3.8 Gambar Kerja
Gambar 3.5 Penimbangan berat piknometer dan sample basah
3.4 Analisa Saringan (Sieve Analysis)
3.4.1 Maksud dan Tujuan

Menentukan distribusi butiran suatu contoh tanah, dalam hal ini


adalah kerikil dan pasir, sebagai dasar untuk mengklasifikasikan
macam-macam tanah.

3.4.2 Teori

Tanah terdiri dari tiga bagian yaitu, butiran padat, air, udara. Sifat-
sifat suatu tanah tertentu tergantung pada ukuran butirannya.
Ukuran butiran menentukan klasifikasi tanah tersebut. Untuk
butiran kasar dipakai cara penyaringan dalam penentuan ukuran
butiran tanah. Tanah dikeringkan dan disaring pada serangkaian
saringan dengan ukuran diameter kisi saringan tertentu dari mulai
yang kasar hingga yang halus. Dengan demikian butiran tanah
terpisah menjadi beberapa bagian dengan batas ukuran yang
diketahui.

3.4.3 Ruang Lingkup

Menentukan distribusi butiran tanah serta menentukan klasifikasi


jenis tanah dan membandingkan persentase butiran kerikil dan
pasir.

3.4.4 Alat-alat yang Digunakan


1. Seperangkat saringan
2. Sikat untuk membersihkan saringan
3. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
4. Oven untuk pengatur suhu
5. Mesin penggerak saringan
6. Mortar dengan pengaduk karet
3.4.5 Prosedur Pengujian
1. Siapkan contoh tanah kering sebanyak 350 gr dan rendam di dalam
mangkuk dengan air selama 24 jam.
2. Saringkan contoh tanah tersebut dengan saringan no. 200 dan
tambahkan air secukupnya sehingga didapat yang lolos saringan  50
gr. Contoh tanah yang lolos saringan dikeringkan dalam oven selama
24 jam untuk hidrometer.
3. Contoh tanah yang tertahan saringan no. 200 dikeringkan dalam oven
selama 24 jam untuk pengujian analisa saringan.
4. Keluarkan dan dinginkan pada desikator.
5. Saring contoh tanah dengan saringan nomor 4 yang diletakkan paling
atas, dilanjutkan dengan saringan-saringan nomor 10, 16, 20, 40, 60,
80, 100, 200 dan pan.
6. Contoh tanah dalam saringan diguncangkan dengan tangan atau
dengan mesin pengguncang/ pengayak (sieve shaker) kurang lebih
15 menit
7. Timbang contoh tanah yang tertahan pada masing-masing saringan

3.4.6 Perhitungan
 Menghitung berat total
Berat total = ∑berat tanah yang tertahan dalam saringan
 Menghitung berat tertahan untuk masing-masing ukuran
saringan secara kumulatif
 Menghitung presentase tanah yang tertahan pada setiap
saringan
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
Presentase tanah tertahan = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
 Menghitung presentase tanah yang lolos pada setiap saringan
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙−𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
Presentase yang lolos = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Contoh perhitungan (berdasarkan sample no. 100 ) :
Diketahui :
 Berat tanah kering pada ayakan no. 100 = 8,52 gr
 Berat total = 345,74 gr
 Berat tertahan = 312,89 gr

Ditanyakan:

prosentase tanah tertahan =?

Prosentase tanah yang lolos =?


Jawab:
 prosentase tanah tertahan pada ayakan no. 100
(8,53/345,74) x 100%= 2,467%
 Prosentase tanah yang lolos pada ayakan no. 200
((345,74-8,52)/ 345,74) x 100% = 97,535 %
3.4.7 Hasil

LABORATORIUM GEOTEKNIK
FT- PRODI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
Jl. Pemuda Nomor 32 Telp. (0231) 206558 Fax.(0231) 236742 Cirebon 45312

Pekerjaan : Uji Kadar Air Tanggal :


Dikerjakan :
No. Log Bor : Kelompok12
Dihitung :
Lokasi : Kelompok12
Berat tanah : 100.42 gr Diperiksa : Wibowo

ANALISA SARINGAN (SIEVE ANALYSIS)


ASTM D 854
Jumlah Jumlah %
Ukuran
No. Berat Berat
saringan
Saringan Tertahan(gr) Tertahan Tertahan Lolos
(mm)
(gr)
4 4.76 1,36 1,36 0,39 99,61
10 2 84,16 85,52 24,7 75,3
16 1.6 76,85 162,37 46,96 53,04
20 1.19 36,55 198,92 57,53 42,47
- - - - -
40 0.59 66,3 265,22 76,71 23,29
50 - - - - -
60 0.279 35,69 300,91 87,03 12,97
80 0.177 3,46 304,37 88,03 11,97
100 0.149 8,53 312,89 90,49 9,51
200 0.074 8,71 329,89 95,44 4,56
PAN 15,75 345,74 100 0
Berat Total 345,74
Analisa Saringan Dan Hidrometer
160

140

120

100
84.226

80 68.637
62.41
58.644
60 53.364
48.519
44.219
33.431
40 29.61
23.22
20 11.082
1.406 1.628 2.9583.8444.509
1.406 1.406
5.396
0 4.953
0.001 0.01 0.1 1 10

y = 21.904x + 0.929

a. D60
Y = 21.904x + 0.929
60 = 21.904x + 0.929
X = 2.696
b. D40
Y = 21.904x + 0.929
40 = 21.904x + 0.929
X = 1.783
c. D10
y = 21.904x + 0.929
10 = 21.904x + 0.929
X = 9.957

Diperoleh hasil
D60 2.696
Cu = D10 = 9.957 = 0.280
𝐷402 1.7832
Cc = 𝐷10×𝐷60 = 26.844 = 5.172

Definisi koefisien keseragaman untuk beberapa nilai:


CU = 1 , tanah yang hanya memililki satu ukuran butiran 2 <
CU < 3 , tanah yang gradasinya sangat buruk
CU > 15 , tanah bergradasi baik
1 < CC < 3, dapat dianggap suatu range untuk tanah yang
bergradasi baik

3.4.8 Gambar kerja


Gambar 3.7 proses shaker selama 15 menit
3.5 Analisa Hidrometer (Hydrometer Analysis)
3.5.1 Maksud dan Tujuan
Menentukan kadar lumpur dalam tanah, menentukan distribusi
butiran tanah, serta menentukan klasifikasi jenis tanah
membandingkan presentase butiran lanau dan lempung.
3.5.2 Teori
Alat hidrometer yang digunakan makin lama makin turun ke
bawah jika lumpur makin mengendap, sehingga alat hydrometer
pada waktu tertentu menunjukkan angka nol dan hal ini berarti
bahwa lumpur sudah mengendap. Percobaan ini didasarkan pada
hubungan antara kecepatan jatuh dari suatu butiran di dalam suatu
larutan, diameter butiran, berat jenis butiran, berat jenis larutan dan
kepekaan larutan.
Supaya mendapatkan hasil yang lebih baik maka digunakan
hidrometer yang berfungsi untuk mengetahui spesific gravity
larutan setiap waktu pengamatan. Dari hasil tersebut didapatkan
data yang setelah diolah akan diperoleh grafik distribusi butiran
yang merupakan hubungan antara diameter dan prosentase lolos.

3.5.3 Ruang Lingkup


Menentukan distribusi butiran tanah serta menentukan klasifikasi
jenis tanah dan membandingkan persentase butiran lanau dan
lempung.

3.5.4 Alat-alat yang Digunakan


1. Gelas ukur dengan kapasitas 1000 mL
2. Aerometer
3. Mixer
4. Saringan no. 200
5. Air suling
6. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
7. Thermometer
8. Oven dengan pengaturan suhu
9. NaSiO3
10. Stopwatch
3.5.5 Prosedur Pengujian
a. Persiapan Pengujian
1. Ambil contoh tanah secukupnya, kemudian beratnya
ditimbang ± 50 gram.
2. Contoh yang sudah ditimbang, direndam selama ± 24
jam.
3. Contoh tanah yang sudah direndam, kemudian dicuci
dengan saringan no.200, dibiarkan mengendap.
4. Contoh tanah yang lolos saringan no.200, kemudian
dilakukan analysis hydrometer.
b. Pelaksanaan Pengujian
1. Contoh tanah yang lolos saringan no.200, kita biarkan
hingga mengendap. Endapan yang tersebut di atas,
dimasukkan ke dalam gelas, kemudian dikocok ke arah
horizontal selama 1 menit.
2. Sejalan dengan langkah ke dua siapkan alat hydrometer
dan stopwatch.
3. Segera setelah tabung diletakkan, hydrometer
dimasukkan, tepat 1 menit pertama hidrometer dibaca, lalu
menit kedua dibaca kembali kemudian hidrometer diangkat
dan pada menit ke 2,5 hidrometer dimasukkan kembali
dan dibaca kembali hingga menit ke-4.
4. Pembacaan dihentikan dan tabung di kocok kembali.
5. Dilakukan pembacaan kembali berulang-ulang hingga
dicapai harga yang sama (umumnya dilakukan 3 kali
berturut-turut), jika hal ini telah dicapai maka larutan dapat
homogen.
6. Usahakan air agak tenang agar pembacaan agak jelas
kemudian dilakukan pembacaan berturut-turut dengan
interval waktu pada menit 0 menit, 2, 5, 8, 16, 30, 60 menit
kemudian 2, 4, 8, 16, 32, 96 jam.

3.5.6 Perhitungan
1. Rc = Ra – Zerro correction + Ct
Dimana :
Ra = bacaan aerometer
Ct = diperoleh dari table berdasarkan
temperaturenya
Zerro correction = tergantung alat yang digunakan
𝑅𝑐−𝑎
2. % Finner (N) = x 100%
𝑊𝑠

Dimana :
a = diperoleh dari table berdasarkan nilai Gs
Ws = berat tanah kering
3. R = R + 0,5
𝐿
4. D = K x √ 𝑡

Dimana :
K = diperoleh dari tabel
L = diperoleh dari tabel berdasarkan R
T = waktu
% 𝐹𝑖𝑛𝑛𝑒𝑟 (𝑁)
% Finner = x Presentase lolos saringan no. 200
100
3.1.1 Hasil
LABORATORIUM
GEOTEKNIK
FT- PRODI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
Jl. Pemuda Nomor 32 Telp. (0231) 206558 Fax.(0231) 236742 Cirebon 45312

Pekerjaan : Analisis
Hidrometer Tanggal :
No. Log Bor : Dikerjakan : Kelompok 8
Lokasi : Dihitung : Kelompok 8
Kedalaman : Diperiksa : Wibowo

ANALISA HIDROMETER
ASTM D 422
Zerro correction
=
A =
Ws =
50 gr

Time
(menit) Ra T RC N% R L L/t K D FR %
0.25 18 28 19.05 34.17 18.5 13.2 52.8 0.016 0.116 0.861
0.5 18 28 19.05 34.17 18.5 13.2 26.4 0.016 0.082 0.861
1 17 28 18.05 32.17 17.5 13.3 13.3 0.016 0.058 0.811
2 16 28 17.05 30.17 16.5 13.5 6.75 0.016 0.041 0.760
5 10 28 11.05 18.17 10.5 14.5 2.9 0.016 0.027 0.458
30 7 28 8.05 12.17 7.5 15 0.5 0.016 0.011 0.307
60 4 28 5.05 6.17 4.5 15.5 0.258 0.016 0.008 0.155
250 3 28 4.05 4.17 3.5 15.6 0.0624 0.016 0.004 0.105
1440 2 28 3.05 2.17 2.5 15.8 0.11 0.016 0.002 0.055
Analisa Saringan Dan Hidrometer
160

140

120

100
84.226

80
68.637
62.41
58.644
60 53.364
48.519
44.219
33.431
40
29.61
23.22

20 11.082
1.406 1.406 1.4061.628 2.958 3.844 4.509
5.396
0 4.953
0.001 0.01 0.1 1 10
3.1.2 Kesimpulan
Pada analisa butiran tanah melalui analisa tipis (Sieve Analysis) yang
lolos saringan No. 100 adalah 9,51%, lebih tepatnya tanah tersebut diuji
dengan analisa mekanis basah(Hydrometer Analysis)
Analisa ukuran butir dimaksudkan untuk menyaring butiran tanah dari
saringan no.4 sampai saringan no.200 dan juga pan, jika kita ingin
mendapatkan ukuran butiran tanah bias dilakukan dengan cara di ayak
atau menggunakanalat shaker, dari saringan no.4 sampai saringan
no.200 butiran tanah yang lolos saringan no.200 hasilnya akan tersimpan
pada pan.
3.1.3 Gambar Kerja

Gambar 3.8 Proses pencampuran Sample dengan NaSiO3


3.2 Atterberg Limit
3.2.1 Maksud dan Tujuan

Mengetahui klasifikasi tanah berbutir halus berdasarkan batas


cair, batas plastis dan batas susut.

3.2.2 Batas Cair (Liquid Limit)


3.2.2.1 Maksud dan Tujuan

Untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas


cair dalam satuan persen (%), dapat mengetahui sifat fisis,
plastis, serta kemampatan dari tanah (perubahan volume yang
dapat terjadi) dan untuk mengklasifikasikan tanah, serta untuk
mengetahui apakah tanah itu mengandung zat-zat organik atau
tidak.
3.2.2.2 Teori

Hasil-hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan


kadar air dari masing-masing sampel, kemudian digambar dalam
bentuk grafik. Jumlah ketukan (pukulan) sebagai sumbu
mendatar dengan skala logaritma sedangkan nilai kadar air
sebagai sumbu tegak dengan skala.
Dengan membuat garis lurus melalui titik-titik tersebut
atau jika diperoleh titik-titik tersebut tidak pada satu garis lurus,
maka garis lurus dibuat sebagai garis regresi linear dari ketiga
garis tersebut. Kadar air pada batas cair ditentukan pada jumlah
ketukan (pukulan) 25. Kadar air inilah yang disebut batas cair
(liquid limit). Penentuan LL dapat juga ditentukan berdasarkan
persamaan berikut:
N
LL  WL  WN 0.121
25
W
Kadar air  w  w 100%
Ws

3.2.2.3 Ruang Lingkup


Mencari batas-batas atau angka-angka Atterberg seperti batas cair / liquid
limit (W L/LL) dari tanah berbutir halus dan mencari sifat fisis, plastis, serta
sifat kemampatan dari tanah dan klasifikasi tanah serta mengetahui apakah
tanah itu mengandung zat-zat organik atau tidak.
3.2.2.4 Peralatan yang digunakan
1. Alat Casagrande beserta Groovung Tools
2. Solet pelumat tanah
3. Plat kaca sebagai tempat melumat tanah
4. Spatula (pisau pengaduk)
5. Pipet untuk aquades
6. Oven dengan suhu konstan 105-110°C
7. Container sebanyak empat buah
8. Timbangandengan ketelitian 0,01 gram

3.2.2.5 Benda Uji

Tanah yang lolos saringan no. 40 setelah dikeringkan dan


ditumbuk sebanyak ± 100 gram.
3.2.2.6 Prosedur Percobaan

1. Siapkan contoh tanah yang lolos saringan no.40 (kering


udara)
2. Letakan contoh tanah tersebut di atas pelat kaca.
3. Dengan menggunakan spatula, aduk contoh tanah dengan
menambahkan air sedikit demi sedikit sampai contoh tanah
homogen.
4. Ambil sebagian contoh tanah yang sudah homogen dan taruh
dalam cawan batas cair (cawan casagrande).
5. Ratakan permukaannya sehingga sejajar dengan dasar/alas
alat casagrande dan bagian yang paling tebal harus kurang
lebih 1 cm.
6. Buat alur pada contoh tanah tersebut dengan membagi dua
contoh tanah menggunakan grooving tool. Caranya dengan
menarik grooving tool yang tegak lurus permukaan cawan
casagrande sepanjang diameter cawan.
7. Putar alat casagrande sehingga cawan naik turun dengan
kecepatan 2 putaran/detik.
8. Hentikan pemutaran apabila pada ketukan antara 40 – 50
alur sudah tertutup sepanjang ± 1,25 cm, kemudian catat
jumlah ketukannya
9. Ambil sebagian contoh tanah tersebut, masukkan ke dalam
cawan yang sudah diketahui beratnya, timbang contoh tanah
+ cawan dan masukkan ke dalam oven selama 24 jam.
10. Keluarkan contoh tanah + cawan dan dinginkan dalam
desikator, kemudian timbang untuk mengetahui kadar airnya
11. Ulangi percobaan diatas untuk jumlah ketukan :
 10 – 20 pukulan
 20 – 30 pukulan
 30 – 40 pukulan
 40 – 50 pukulan

3.2.2.7 Perhitungan

1. Hitung kadar air masing-masing ketukan


Plotkan harga kadar air tersebut kemudian buat grafik antara
jumlah pukulan dalam skala logaritma dan kadar air dalam
skala biasa. Tarik garis linier pada grafik tersebut.
2. Cari kadar air ketukan 25, didapat batas cair (LL) (%)
Batas cair adalah kadar air pada jumlah ketukan 25
Contoh Perhitungan

1. Jumlah ketukan = 14 (no cawan 1)


2. Berat cawan +berat tanah basah = 12,49 gr
3. Berat cawan+berat tanah kering = 11,48 gr
4. Berat air = 1,01gr
5. Berat cawan = 9.85 gr
6. Berat contoh tanah kering = 1,63 gr
7. Kadar air =
Berat Air 1,01
 100%   100%  61,963%
Berat Tanah Kering 1,63
3.2.3 Batas Plastis (Plastic Limit)
3.2.3.1 Maksud dan Tujuan

Untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas


plastis dalam satuan persen (%), dapat mengetahui sifat fisis
plastis, serta kemampuan dari tanah (perubahan volume yang
dapat terjadi) dan untuk mengklasifikasikan tanah, serta untuk
mengetahui apakah tanah itu mengandung zat-zat organik atau
tidak.

3.2.3.2 Teori

Batas plastis merupakan batas terendah dari tingkat keplastisan


suatu tanah yang merupakan kadar air pada batas keadaan
plastis dan keadaan semi solid. Batas ini didefinisikan sebagai
kadar air yang dinyatakan dalam persen (%) di mana tanah
apabila digulung sampai mencapai diameter 1/8 inch (3,2 mm)
menjadi retak-retak. Ukuran keplastisan tanah disebut indeks
plastis (PI), yaitu :
PI  LL  PL
w  PL LL  w
IL  ; IC 
IP IP
Dimana : PI/IP = Indeks Plastisitas (Plasticity Index)
LL = Batas Cair (Liquid Limit)
PL = Batas Plastis (Plastic Limit)
IL = Index Liquidity
IC = Index Consistency

3.2.3.3 Ruang Lingkup

Mencari batas-batas atau angka-angka Atterberg seperti batas


plastis/plastic limit (Wp/PL), indeks plastisitas/plasticity index,
indeks cair/liquid index dan indeks konsisitensi dari tanah
berbutir halus dan mencari sifat fisis, plastis, serta sifat
kemampatan dari tanah dan klasifikasi tanah serta mengetahui
apakah tanah itu mengandung zat-zat organik atau tidak.
3.2.3.4 Peralatan yang digunakan
1. Plat kaca
2. Container dua buah
3. Oven dengan alat pengatur temperature
4. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
5. Cawan
6. Mangkok porcelain, alat penumbuk
3.2.3.5 Bahan Uji

1. Tanah asli yang lolos saringan No. 40 (kering udara)


2. Air suling

3.2.3.6 Prosedur Percobaan

1. Ambil sampel tanah yang lolos saringan No.40, letakkan


benda uji di atas pelat kaca, kemudian diaduk sampai
homogen dengan menambahkan air sedikit demi sedikit
dengan bantuan spatula
2. Ambil contoh tanah yang sudah homogen seberat kurang
lebih 8 gram, biarkan sampai contoh tanah tidak lengket.
Keringkan dalam oven sampai tanah tidak lengket tapi masih
dalam keadaan basah.
3. Contoh tanah tadi, dibuat gulungan diatas plat kaca sampai
gulungan tanah patah dengan diameter 3 mm. contoh tanah
yang tepat pada diameter 3 mm mulai retak-retak
menunjukan tanah dalam keadaan batas plastis
4. Masukkan gulungan tanah yang sudah patah tadi kedalam
cawan yang sudah diketahui beratnya, kemudian timbang
gulungan tanah + cawan dan masukkan ke oven selama 24
jam
5. Keluarkan gulungan tanah + cawan dan dinginkan dalam
desikator, kemudian timbang untuk mengetahui kadar airnya.
3.2.3.7 Perhitungan
1. Hitung kadar air tanah. Nilai kadar air tersebut adalah nilai
batas plastis
2. Hitung ukuran keplastisan tanah atau Indeks Plastis IP = LL –
PL
3. Plotkan harga IP dan LL pada plasticity chart untuk
mengetahui tipe tanahnya

Contoh Perhitungan

Berdasarkan sample no.5

Jumlah ketukan= -
Berat cawan +berat tanah basah=25,63gr
Berat cawan+berat tanah kering = 22,13 gr
Berat air = 3,50gr
Berat cawan = 9,72 gr
Berat contoh tanah kering =12,41 gr

Kadar air =
Berat Air 3,50
 100%   100%  28,203%
Berat Tanah Kering 12,41

Selanjutnya perhitungan di tabelkan,sehingga di peroleh:


Nilai PL rata-rata = 32,59%
Jika LL =67,305%
Maka: IP = LL-PL
=67,305 -32,59
=34,715%
3.6.3.7 Hasi

LABORATORIUM GEOTEKNIK
FT- PRODI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
Jl. Pemuda Nomor 32 Telp. (0231) 206558 Fax.(0231) 236742 Cirebon 45312

Pekerjaan : Uji Kadar Air Tanggal : 17


Dikerjakan
No. Log Bor : :k12
Dihitung
Lokasi : :k12
Kedalaman : Diperiksa :

Pekerjaan : Atterberg Limit Ref. lab


Lokasi : Jenis Tanah :
No. Log Bor :
Deskripsi Tanah No. Uji Benda :
Kedalaman :
Tanggal :
Metode Tes Supervisi :

Liquid Limit (LL) Plastic limit (PL)

Jumlah Ketukan 14 22 31 46
No. Cawan 1 2 3 4 5 6
Berat cawan + berat tanah
basah (gr) 12.49 14,13 13,32 6,83 25,63 21,47
Berat cawan + berat tanah
kering (gr) 11.48 12,57 12,01 5,58 22,13 18,30
Berat air (gr) 1.01 1,56 1,31 1,25 3,50 3,17
Berat cawan (gr) 9.85 9,78 9,78 4,23 9,72 9,73
Berat contoh tanah kering
(gr) 1.63 2,79 2,23 1,35 12,41 8,57
Bera contoh tanah Basah
(gr) 2.64 4,35 3,54 2,6 15,91 11,74
Kadar Air (%) 61.96 55,91 58,74 92,59 28,20 36,98
Kadar Air rata-rata (%) 67,3 32,59
atterberg
y = 1.014x + 38.655
100 R² = 0.6666
92.59

90

80

70
61.96
58.74
60 55.91

50 atterberg
Linear (atterberg)
40

30

20

10

0
1 10 100

BATAS CAIR (LL) = 67,3%


BATAS PLASTIS (PL) = 32,59%
INDEXS PLASTIS (PI) = 34,71 %

PERHITUNGAN :
X = 25
Y = -0.4602x + 69.44
= -0.4602 (25) + 69.44
= 57.935
Diketahui :
LL : 67,3 %
PL : 32,59 %
Maka :
PI = LL – PL
= 67,3 – 32,59
= 34,71 %

3.6.3.8. Kesimpulan

Jadi, kesimpulan dari pengujian tersebut diperoleh bahwa liquid limit


(batas cair) merupakan kadar air tanah pada batas antara keadaan cair
dan plastis suata tanah. Sedangkan, plastic limit (batas plastis)
merupakan kadar air pada batas bawah daerah plastis suatu tanah. Dari
percobaan sample tanah yang didapat dari pemukiman warga karang
jalak memiliki LL= 67,3 , PL=32,59, dan IP=34,71

3.6.3.9. Gambar Kerja

Gambar 3.8 proses pemasukan tanah kedalam alat cassa grande


3.6.PEMADATAN ( COMPACTION TEST )

A. 3.6.1.Teori

Selain sebagai landasan pondasi struktur diatasnya, tanah


dalam bidang Teknik Sipil, digunakan pula sebagai bahan
konstruksi/timbunan (construction/fillmaterial).

Dibidang rekayasa sipil, banyak dijumpai aktivitas


penggalian dan pengurugan tanah. Pada umumnya, pekerjaan
pengurugan selalu diikuti dengan proses pemadatan sehingga
lapisan tanah urug tersebut memiliki sifat-sifat teknik
(engineering properties) sesuai dengan yang direncanakan.

Pemadatan adalah proses yang dilakukan untuk merapatkan


butiran tanah (solid) yang satu dengan yang lain, sehingga
partikel tanah saling berdekatan dan pori tanah menjadi kecil.

Pengertian pemadatan seringkali disalah-artikan dengan


konsolidasi. Meskipun hasil akhir dari proses pemadatan dan
konsolidasi adalah pemampatan (sett/ement), namun keduanya
memiliki perbedaan. Pemadatan adalah proses pengurangan
volume udara di dalam pori tanah (void), sedangkan konsolidasi
adalah proses pengurangan volume air dari dalam pori tanah.
lstilah konsolidasi hanya dipakai pada tanah lempung yang
jenuh (tidak ada udara di dalam pori tanah).

Proses pemadatan di lapangan biasanya dilakukan secara


mekanik, seperti penggilasan (Rolling), penumbukan
(Ramming), atau penggetaran (Vibrating).
Beberapa istilah penting yang sering dijumpai dalam
pengujian pemadatan dilaboratorium, yakni:

 Kadar air optimum (Optimum Moisture Content, OMC)


adalah kadar air dari suatu sampel tanah yang jika
dipadatkan dengan energi pemadatan tertentu, akan
menghasilkan nilai kepadatan maksimum (dry maks).

 Kepadatan kering maksimum (Maximum Dry Density, dry


maks) adalah kepadatan kering yang didapatkanjika suatu
sampel tanah dengan kadar air optimum dipadatkan dengan
energi tertentu.
 Pemadatan relatif (Relative Compaction) adalah prosentase
perbandingan antara dryyang dicapai dilapangan terhadap

dry maksyang didapat dari pengujian dilaboratorium


 Garis kejenuhan (Saturation/Zero Air Voids Line, ZAVC)
adalah garis yang menunjukkan hubungkan antara drydan

kadar air (w) untuk tanah dalam keadaan jenuh.

B. Maksud

Proses pemadatan di laboratorium adalah usaha untuk


mendapatkan kepadatan tanah maksimum pada energi yang
standar, dengan jalan memberikan kadar air yang optimum.
Pemadatan dilakukan dengan menggunakan beban standar
berdasarkan ASTM D-1586 (1998) dan AASHTO (1982). Hasit
yang diperoleh dari pengujian pemadatan biasanya
dipresentasikan dalam bentuk Srafik hubungan antara berat-
volume tanah dalam keadaan kering (dry density) dan kadar air
(moisture content)

 Test ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara


kadar air dan kepadatan tanah.
 Test ini disebut juga proctor test dan dapat dilakukan secara
standard maupun modified.
C. Peralatan

1. Dua macam tipe tabung silinder yang umum digunakan,


yaitu Standard Proctor (ASTM D-698, 1998) dan Modified
Proctor (ASTM D-1557, 1998). Standard Proctor mernpunyai
diameter 10 cm (4 inch) dan volume 946 cm3 (1/30 ft3),
yang dilengkapi dengan alas dan tabung tambahan di
bagian atas yang disebut collar. Modified Proctor pada
umumnya (tidak selalu) menggunakan tabung berdiameter
'15 cm (6 inch)
2. Energi diberikan dengan cara menjatuhkan penumbuk
(rammer) dengan berat 5.5 lbs dan tinggi jatuh 12 in (30cm)
pada Standard Proctor, sedangkan pada Modified Proctor
mempunyai rammer dengan berat sekitar 4.5 kg (10 lbs) dan
tinggi jatuh 45 cm (18 inch)
3. Mold pemadatan diameter 4”
4. Mold pemadatan diameter 6”
5. Palu pemadatan standard 5,5 lbs, tinggi jatuh12”
6. Palu pemadatan modified 10 lbs, tinggi jatuh 18”
7. Extruder mold
8. Cawan alumunium
9. Pisau pemotong
10. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
11. Oven dengan suhu 150 ⁰ C
12. Desikator
13. Dua macam tipe tabung silinder yang umum digunakan,
yaitu Standard Proctor (ASTM D-698, 1998) dan Modified
Proctor (ASTM D-1557, 1998). Standard Proctor mernpunyai
diameter 10 cm (4 inch) dan volume 946 cm3 (1/30 ft3),
yang dilengkapi dengan alas dan tabung tambahan di
bagian atas yang disebut collar. Modified Proctor pada
umumnya (tidak selalu) menggunakan tabung berdiameter
'15 cm (6 inch)
14. Energi diberikan dengan cara menjatuhkan penumbuk
(rammer) dengan berat 5.5 lbs dan tinggi jatuh 12 in (30cm)
pada Standard Proctor, sedangkan pada Modified Proctor
mempunyai rammer dengan berat sekitar 4.5 kg (10 lbs) dan
tinggi jatuh 45 cm (18 inch)
15. Mold pemadatan diameter 4”
16. Mold pemadatan diameter 6”
17. Palu pemadatan standard 5,5 lbs, tinggi jatuh12”
18. Palu pemadatan modified 10 lbs, tinggi jatuh 18”
19. Extruder mold
20. Cawan alumunium
21. Pisau pemotong
22. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
23. Oven dengan suhu 150 ⁰ C
24. Desikato
C. Benda uji

Benda uji dari lapangan lolos saringan no. 4 sebnayak 20 kg kemudian di bagi menjadi 5
sampel 5000 gram di masukkan ke dalam kantong plastik.

D. Prosedur percobaan
1. Siapkan beberapa cawan aluminum kosong dan bersih, timbang dan catat berat masing-
masing
2. Timbang berat tabung Proctor (mold), tanpa alas dan collar (Cambar 5.1b)
3. Siapkan contoh tanah yang akan ditentukan kepadatannya (beratnya sekitar 3-a kg) dan
keringkan di dalam oven selama 24 jam
4. Keluarkan contoh tanah dari oven, biarkan hingga dingin, tambahkan air sekitar 3% dari berat
tanah kering dan aduk sampai rata
5. Masukkan tanah secukupnya ke dalam tabung silinder yang telah dipasang collar (Cambar
5.1d), sehingga volume tanah setelah ditumbuk kira-kira tinggal 1/3 volume tabung lCambar
5.2a)
6. Tumbuk tanah di dalam tabung secara merata sebanyak 25 kali
7. Tambahkan tanah ke dalam tabung silinder, sehingga volume tanah setelah ditumbuk
sebanyak 25 kali menjadi sekitar 2/3 volume tabung (Cambar 5.2b)
8. Tambahkan tanah ke dalam tabung sampai penuh (mendekati tinggi collar) dan tumbuk
sebanyak 25 kali. Pastikan bahwa permukaan tanah di dalam tabung setelah ditumbuk lebih
tinggi dari tinggi tabung (mold, tanpa col/ar). Kondisi setelah lapisan ketiga terlihat seperti
pada Cambar 5.2c.
9. Lepas collar dengan hati-hati agar tanah dalam collar tidak terpotong
10. Ratakan tanah di permukaan tabung sedatar mungkin, lepas bagian alas tabung, dan timbang
(mold dan tanah)
11. Keluarkan tanah dari dalam tabung (mold)
12. Ambil contoh tanah di bagian atas, tengah, dan bawah tabung, masukkan ke dalam cawan
yang telah ditentukan beratnya, untuk menentukan kadar airnya
13. Timbang cawan dan contoh tanah, masukkan ke dalam oven pada temperatur 105o. + 5o C
selama 24 jam
14. Pecahkan tanah yang menggumpal setelah dikeluarkan dari tabung Proctor
15. Tambahkan air (sekitar 3%) ke dalam contoh tanah yang dikeluarkan dari tabung (langkah
111) dan aduk hingga rata, kemudian ulangi langkah 5 sampai 14
16. Ulangi proses langkah 15 beberapa kali
17. Penambahan air dihentikan bila berat tabung dan tanah setelah ditumbuk lebih kecil dari berat
tanah dan tabung pada percobaan sebelumnya.
18. Gambarkan grafik hubungan antara kada rair (wc dan berat-volume kering (ydry) tanah, seperti
terlihat pada Cambar 5'4' Berat-volume kering dapat ditentukan dari perumusan:
Ywet
Ydry 
1  wc
Ywet = berat volume tanah kondisi basah (berat tanah dibagi volumenya)
W = kadar air

Prosedur Pengujian Modified Proctor


Secara umum, pengujian pemadatan dengan Modified Proctor sama dengan pengujian Standard Proctor.
Perbedaannya hanya terletak pada energi yang digunakan dan jumlah lapisan, seperti ditunjukkan pada
Tabel 5.1. Langkah pemadatan pada Modified Proctor diperlihatkan pada Cambar 5.3, mulai dari 5.3a
sampai dengan 5.3f.

Perbandingan Proctor Test Modified dan Standard.


Tabel 3.6.1 Perbedaan antara Standar Proctor dan Modified Proctor

Berat-Votume Kering pada Kondisi fenuh (Zero Ait Void, ZAV)

Zero Air Void (ZAV) adalah kondisi/keadaan tanah yang sangat padat sehingga kadar udara di
dalam pori tanah (void) adalah nol (zero), Dengan kata lain, tanah pada kondisi kadar air tertentu
(w.) dipadatkan sehingga volume udara didalam pori tanah menjadi nol dan tanah menjadijenuh.
Berat-volume kering tanah dalam keadaan ZAV dapat dihitung dengan perumusan:

Gs.Y' w Y'w
Y' zav  
1  wc.Gs 1
wc 
Gs

E. Perhitungan
1. Berat volume isi basah (ϒ) :
W2 - W1
Y' zav 
V
W1 = berat mold / cetakan
W2 = berat tanah + mold
V = volume mold / tanah
2. Berat volume isi kering (ϒ d ) :
Y'
Y' d 
1 w
w = kadar air dari masing – masing sample
3. Zero Air Void Curve ( ZAVC ) :
GS . Y' w
ZAV 
1 + ( GS . w )
GS = berat jenis tanah
ϒ⁽ᴵ⁾ = berat jenis air ( biasanya 1 )
Ω = kadar air

Contoh Perhitungan :

Diketahui
Diameter = 10,16 cm
Tinggi = 11,5 cm
Berat silinder = 1715 gr
Berat silinder + tanah basah = 2994 gr
Maka:
1
Volume = × 3,14 × 10,162 × 11,5
4

= 943,9 𝑚3
𝑀
Berat volume tanah basah =
𝑉
3012
=
943,9
= 3,191 gr/cm3
Diketahui
Berat cawan kosong ( 𝑊1 ) = 3.180 gr
Berat cawan + tanah basah (𝑊2 ) = 38.650 gr
Berat cawan + tanah kering (𝑊3 ) = 35.470 gr

Maka:
Berat gambut = 𝑊2 − 𝑊3
= 38.650 – 35.470
= 3,18 gr

Berat tanah kering = 𝑊3 − 𝑊1


= 38.650 - 3.180
= 35,47 gr

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑔𝑎𝑚𝑏𝑢𝑡
Kadar air = × 100%
𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
3.18
= 35.47 × 100%

= 8,865 %

Diketahui:

w = 11,7% = 0,117
GS = 2,153

𝛾 water = 1 gr/cm3
𝐺𝑆 𝑥 𝛾𝜔
ZAVC = 1+(𝐺𝑆 𝑥 𝜔)

2,153 𝑥 1
= 1+(2,153 𝑥 0,117)

= 1,720

Kurva ZAVC biasanya berada diatas kurva proctor (pemadatan). Bila kurva ZAVC memotong
kurva proctor, maka pengujian proctor harus di ulang, karena mungkin ada kesalahan di antara
salah satu pengujian.

PELAPORAN :

Cara pemadatan menggunakan modified atau dengan cara standard juga di laporkan kadar air
optimum dan berat isi maksimum.
COMPACTION TEST

ϒ
Sample W GS W.Gs 1+(Gs.W) Water ZAVC

1 11.7 0.252 1.252 1.720

2 12.638 0.272 1.272 1.692

3 13.505 2.153 0.291 1.291 1 1.668

4 14.828 0.319 1.319 1.632

5 15.814 0.340 1.340 1.606


Hubungan antara kadar air dan berat
volume kering
1.745
1.740
1.735
1.730 1.720
1.725
1.720
1.715
1.710
1.705 1.692
1.700
1.695
1.690
1.685
1.680 1.668
1.675
1.670
1.665
1.660
1.655
1.650
1.645 1.632
1.640
1.635
1.630
1.625
1.620 1.606
1.615
1.610
1.605
1.600
1.595
1.590
1.585
1.580
1.575
BERAT VOLUME KERING DAN ZAV

1.570
1.565
1.560
1.555
1.550
1.545
1.540
1.535
1.530
1.525
1.520
1.515
1.510
1.505
1.500
1.495
1.490
1.485
1.480
1.475
1.470
1.465
1.460
1.455
1.450
1.445
1.440
1.435
1.430
1.425 1.412
1.420 1.408
1.415
1.410
1.415
1.405 1.393
1.400 1.388
1.395
1.390
1.385
1.380
1.375
1.370
1.365
1.360
1.355
1.350
1.345 1.333
1.340
1.335
1.330
1.325
1.320
1.315
1.310
1.305 14.375
1.300
11.5 12 12.5 13 13.5 14 14.5 15 15.5 16 16.5
KADAR AIR (%)

Kadar air ZAV


F. Kesimpulan

Kurva ZAVC biasanya berada diatas kurva proctor


(pemadatan). Bila kurva ZAVC memotong kurva proctor,
maka pengujian proctor harus di ulang, karena mungkin
dalam melakukan percobaan tersebut terdapat faktor-faktor
kesalahan, yakni ketidakseragaman pengambilan berat
sampel tanah, kurang meratanya adukan yang dilakukan
saat menambahkan kadar air pada tanah dan
ketidakseragaman memberikan kekuatan pada saat
menumbuk tanah(pemadatan).
Jadi, dari grafik diatas hasil dari praktikum, dapat
diperkirakan nilai ϒdry maksimum adalah 1.415 pada kadar
air optimum 14.375%. dan Dari grafik diatas dapat pula dilihat
bahwa Kurva ZAVC berada diatas kurva proctor
(pemadatan), sehingga dianggap sudah benar membentuk
parabola seperti contoh grafik pemadatan yang dibawah ini.

G. Gambar kerja
Peroses pemadatan tanah

Pengerjaan pembukaan tanah dari mold menggunakan dongkrak dan alat


pembuka

Anda mungkin juga menyukai