PEMBEBANAN STRUKTUR
1. Pendahuluan
Gempa bumi adalah getaran atau getar – getar yang terjadi di permukaan bumi
akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba – tiba yang menciptakan gelombang
seismic. Gempa bumi biasanya disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
Salah satu negara yang sering terjadi gempa bumi adalah Negara Indonesia. Menurut
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), tercatat telah terjadi sebanyak
11,573 aktivitas gempa bumi di Indonesia.
Dengan dasar bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang sering terjadi
gempa bumi, maka diperlukan pengetahuan bagaimana cara merancang suatu struktur
gedung yang tahan gempa. Oleh karena itu, dalam perencanaan gedung tahan gempa ini
akan memuat tentang langkah – langkah perencanaan struktur gedung tahan gempa yang
sesuai dengan ketentuan – ketentuan yang berlaku. Perancangan gedung ini juga sebagai
bentuk proses pengembangan mahasiswa Teknik sipil Universitas Islam Indonesia dalam
mengasah mind set dan pelatihan dalam dunia kerja nanti. sehingga terbentuk insan yang
berilmu dan memiliki keahlian.
Perencanaan struktur bangunan ini dalam segala hal mengikuti semua peraturan
dan ketentuan yang berlaku di Indonesia, khususnya dalam peraturan - peraturan berikut.
1. SNI 1726 - 2013: Tata Cara Perancangan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung
2. SNI 1727 - 2013: Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan
Struktur Lain
Untuk mencapai tiga kondisi pada bangunan ketika terjadi gempa, maka
bangunan harus mempunyai konsep Strong Column Weak Beam. Konsep Strong Column
Weak Beam adalah struktur kolom – kolom harus lebih kuat menahan gempa daripada
balok – balok agar jika terjadi gempa maka struktur bangunan masih dapat berdiri karena
kolom pada bangunan kuat.
A. Ketentuan Material
1. F’c = 30 MPa
2. Fy = 390 Mpa
B. Ketentuan Lain
2. Preliminary Desain
Jumlah : 69 buah
Jumlah : 15 buah
Jumlah : 10 buah
Jumlah : 4 buah
Jumlah
Jumlah : 2 buah
Jumlah : 2 buah
Jumlah : 69 buah
Jumlah : 15 buah
Jumlah : 10 buah
Jumlah : 4 buah
Jumlah : 6 buah
Jumlah : 2 buah
Jumlah : 2 buah
Gambar kodefikasi balok anak pada denah dapat dilihat pada Gambar 1.16 berikut ini.
Jumlah : 19 buah
2.1.3 Kolom
Gambar kodefikasi kolom dapat dilihat pada Gambar 1.19 pada halaman selanjutnya.
Gambar 1.19 Kodefikasi Kolom
Keterangan:
1. Kolom 1 (K1)
Panjang (h) : 0,85 meter
Lebar (b) : 0,85 meter
Jumlah : 6 buah
2. Kolom 2 (K2)
Panjang (h) : 0,95 meter
Lebar (b) : 0,95 meter
Jumlah : 16 buah
3. Kolom 3 (K3)
Panjang (h) : 0,85 meter
Lebar (b) : 0,85 meter
Jumlah : 1 buah
4. Kolom 4 (K4)
Panjang (h) : 0,85 meter
Lebar (b) : 0,85 meter
Jumlah : 14 buah
5. Kolom 5 (K5)
Panjang (h) : 0,85 meter
Lebar (b) : 0,85 meter
Jumlah : 5 buah
6. Kolom 6 (K6)
Panjang (h) : 1 meter
Lebar (b) : 1 meter
Jumlah : 5 buah
7. Kolom 7 (K7)
Panjang (h) : 0,85 meter
Lebar (b) : 0,6 meter
Jumlah : 2 buah
8. Kolom 8 (K8)
Panjang (h) : 0,65 meter
Lebar (b) : 0,65 meter
Jumlah : 8 buah
9. Kolom T (KT)
Panjang (h) : 0,65 meter
Lebar (b) : 0,65 meter
Jumlah : 2 buah
10. Kolom L (KL)
Panjang (h) : 0,65 meter
Lebar (b) : 0,65 meter
Jumlah : 4 buah
2.1.4 Pelat Lantai
Denah Pelat beserta kodefikasinya pada lantai 1 bangunan dapat dilihat pada Gambar 1.20
berikut ini.
Keterangan:
1. PL1: Pelat Lantai 1
Tebal Pelat: 0,14 meter
2. PL2: Pelat Lantai 2
Tebal Pelat: 0,125 meter
3. PL3: Pelat Lantai
Tebal Pelat: 0,125 meter
4. PL4: Pelat Lantai
Tebal Pelat: 0,125 meter
5. PL5: Pelat Lantai
Tebal Pelat: 0,125 meter
6. PL6: Pelat Lantai
Tebal Pelat: 0,125 meter
7. PL7: Pelat Lantai
Tebal Pelat: 0,125 meter
Denah Pelat beserta kodefikasinya pada lantai atap bangunan dapat dilihat pada Gambar 1.21
berikut ini.
Keterangan:
1. PA1: Pelat Atap
Tebal Pelat: 0,14 meter
2. PA2: Pelat Atap
Tebal Pelat: 0,125 meter
3. PA3: Pelat Atap
Tebal Pelat: 0,125 meter
4. PA4: Pelat Atap
Tebal Pelat: 0,125 meter
5. PA5: Pelat Atap
Tebal Pelat: 0,125 meter
6. PA6: Pelat Atap
Tebal Pelat: 0,125 meter
7. PA7: Pelat Atap
Tebal Pelat:0,125 meter
2.2 Estimasi Dimensi Balok
1
Tinggi balok (h) = x LB1L
12
1
= 12 x 7200
= 600 mm
Tinggi balok yang dipakai 600 mm
1
Lebar balok (b) = xh
2
1
= 2 x 600
= 300 mm
Lebar yang dipakai 300 mm
= 514,286 mm = 550 mm
Tinggi balok yang dipakai 550 mm
1
Lebar balok (b) = xh
2
1
= 2 x 514,286
= 257,143 mm = 300 mm
Lebar yang dipakai 300 mm
1
Tinggi balok (h) = x LB2L
12
1
= 12 x 3600
= 300 mm = 500 mm
Tinggi balok yang dipakai 500 mm
1
Lebar balok (b) = xh
2
1
= 2 x 300
= 150 mm = 250 mm
Lebar yang dipakai 250 mm
1
Tinggi balok (h) = x LB2A
14
1
= 14 x 3600
= 257,143 mm = 400 mm
Tinggi balok yang dipakai 400 mm
1
Lebar balok (b) = xh
2
1
= 2 x 257,143
= 128,571 mm = 250 mm
Lebar yang dipakai 250 mm
1
Tinggi balok (h) = x LBA1L
16
1
= 16 x 7200
= 450 mm
Tinggi balok yang dipakai 450 mm
1
Lebar balok (b) = xh
2
1
= 2 x 450
= 225 mm = 250 mm
Lebar yang dipakai 250 mm
1
Tinggi balok (h) = x LBA1A
16
1
= 16 x 7200
= 450 mm
Tinggi balok yang dipakai 450 mm
1
Lebar balok (b) = xh
2
1
= 2 x 450
= 225 mm = 250 mm
Lebar yang dipakai 250 mm
Adapun untuk estimasi dimensi dan dimensi yang digunakan pada balok lainnya dapat dilihat
pada tabel di halaman selanjutnya.
Berikut merupakan perhitungan untuk memperoleh estimasi dimensi pelat dan kami
menggunakan pelat lantai tipe 1 sebagai contoh perhitungan.
1. Pelat Lantai 1 (PL1)
a. Menentukan jenis pelat
Lx = 3600 mm
Ly = 7200 mm
Maka, tipe pelat lantai
Ly 7200
= =2
Lx 3600
Karena hasil Ly/Lx yang diperoleh adalah 2, maka tipe pelat lantai tipikal adalah pelat dua
arah.
b. Menghitung panjang bentang bersih (netto)
1 1
Lny = Ly – ( bB1L ) - ( bB1L )
2 2
1 1
= 7200 – ( x 300) – ( x 300)
2 2
= 6900 mm
1 1
Lnx = Lx – ( bB1L ) - ( bBa1L )
2 2
1 1
= 3600 – ( x 300) – ( x 250)
2 2
= 3325 mm
β = Lny/Lnx
= 2,075
c. Momen Inersia (I)
I = L x b x h3
1
= x b x h3
12
Momen Inersia per batang dimulai dari balok di kiri pelat memutar searah jarum jam yang
dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1.22 Pelat Lantai Tipe 1 dan Balok - Balok yang Mengelilinginya
1
IB1L (ki) = x 300 x 6003 = 5400000000 mm4
12
1
IBa1L (at) = x 250 x 4503 = 1898437500 mm4
12
1
IB1L (ka) = x 300 x 6003 = 5400000000 mm4
12
1
IBa1L (ba) = x 300 x 6003 = 5400000000 mm4
12
Momen Inersia pertemuan balok dan pelat.
1
IP = x 7200 x 1503 = 2025000000 mm4
12
d. Modulus Elastisitas (E)
Ep = 4700 x √ fc '
Semua batang mempunyai modulus elastisitas sama
Ep = 4700 x √ 30 = 25742,96 MPa
e. Menghitung kekakuan (α)
Ep x I
αm =
Ep x Ip
5400000000
αm B1L = = 2,667
2025000000
1898437500
αm BA1L = = 1,875
1012500000
5400000000
αm B1L = = 2,667
2025000000
5400000000
αm B1L = = 5,333
1012500000
Maka αm rata-rata adalah
2,667+1,875+2,667+ 5,333
αm rata-rata = = 3,135
4
f. Menghitung tebal pelat minimum (hmin)
Dari hasil kekakuan rerata (αm) diperoleh lebih dari 2 , sehingga rumus yang digunakan
untuk menghitung tebal pelat minimum lantai tipikal 1 adalah sebagai berikut.
fy
Lny x (0 , 8+ )
H min = 1400
36+(9 x)
300
6900 x (0 ,8+ )
= 1400
36+(9 x 2,076)
= 136,112 mm
fy
Lny x (0 , 8+ )
H max = 1400
36
300
6900 x (0 ,8+ )
= 1400
36
= 206,726 mm
Dipakai tebal pelat sebesar = 140 mm.
Pelat lantai 1 merupakan Pelat tipikal (semua ukuran pelat pada denah bangunan sama di
setiap lantai), sehingga perhitungan dan tebal pelat di semua lantai sama. Untuk pelat atap
didesain dengan ukuran balok yang sama dengan ukuran balok tiap lantai, sehingga perhitungan
pelat atap sama dengan pelat lantai 1. Adapun untuk rekapitulasi estimasi dimensi pelat dapat
dilihat pada tabel berikut.
2 PL2 Pelat Lantai Tipe 2 7200 3000 2,4 Satu Arah 125
3 PL3 Pelat Lantai Tipe 3 4200 3600 1,167 Dua Arah 125
4 PL4 Pelat Lantai Tipe 4 4200 3000 1,4 Dua Arah 125
6 PL6 Pelat Lantai Tipe 6 3600 2600 1,385 Dua Arah 125
7 PL7 Pelat Lantai Tipe 7 4600 3600 1,278 Dua Arah 125
9 PA2 Pelat Atap Tipe 2 7200 3000 2,4 Satu Arah 125
10 PA3 Pelat Atap Tipe 3 4200 3600 1,167 Dua Arah 125
11 PA4 Pelat Atap Tipe 4 4200 3000 1,4 Dua Arah 125
13 PA6 Pelat Atap Tipe 6 3600 2600 1,385 Dua Arah 125
14 PA7 Pelat Atap Tipe 7 4600 3600 1,278 Dua Arah 125
2. Lantai Atap
Komponen beban mati pada lantai satu beserta beratnya dapat dilihat pada tabel 1.4 pada
halaman selanjutnya.
Beban hidup untuk masing-masing lantai ditentukan SNI 1727-2013 berdasarkan fungsi
ruang dari tiap-tiap lantai. Berikut merupakan hasil perhitungan beban hidup masing-masing
lantai.
1. Lantai 1-7
Semua ruangan diasumsikan memiliki beban hidup yang sama besar berdasarkan PBI yaitu
sebesar 0,25 t/m2 atau sebesar 2,453 KN/m2.
2. Lantai 8 (Atap)
Semua ruangan diasumsikan memiliki beban hidup yang sama besar berdasarkan PBI yaitu
sebesar 0,1 t/m2 atau sebesar 0,981 KN/m2.
3.3 Beban Ultimit Pelat
Berikut merupakan perhitungan beban ultimit pada pelat lantai dan atap.
1. Lantai 1-7
Qd = 5,381 KN/m2
Ql = 2,453 KN/m2
Qu = 1,2 x Qd + 1,6 x Ql
= 1,2 x 5,381 + 1,6 x 2,453
= 10,381 KN/m2
2. Lantai Atap
Qd = 4,738 KN/m2
Ql = 0,981 KN/m2
Qu = 1,2 x Qd + 1,6 x Ql
= 1,2 x 4,738 + 1,6 x 0,981
= 7,255 KN/m2
Setelah menghitung pembebanan pada pelat lantai maupun pelat atap, maka selanjutnya
menghitung estimasi dimensi kolom sebagai berikut.
1. Kolom Interior
a. Diketahui:
Nilai Qu lantai 1 = 10,381 kN/m2
Luas area = 51,84 m2
Kuat tekan beton = 30 MPa
a. Mencari luas kolom
Pu
Ag = ’
F c ×0.4
( 10,381× 51, 84 )
=
30 × 0.4
= 345263.342 mm2
b/h = √ Ag
= √ 345263.342
= 587.591 mm
b/h pakai = 700 mm
2. Kolom Exterior
a. Diketahui.
Nilai Qu lantai 1 = 10,381 kN/m2
Luas area = 51,84 m2
Kuat tekan beton = 30 MPa
a. Mencari luas kolom
Pu
Ag = ’
F c ×0.4
( 10,381× 51, 84 )
=
30 × 0.4
= 345263.342 mm2
b/h = √ Ag
= √ 345263.342
= 587,591 mm
b/h pakai = 700 mm
Adapun untuk rekapitulasi estimasi dimensi kolom dapat dilihat pada tabel berikut ini.
3. Pembebanan
Struktur bangunan yang aman adalah bangunan yang mampu menahan beban-beban yang
bekerja pada bangunan. Dalam suatu perancangan gedung harus memperhitungkan beban mati,
beban hidup, dan beban ultimate. Dibawah ini adalah perhitungan pembebanan gedung kantor 10
lantai.
Berdasarkan SNI 1926-2012 pasal 7.7.2 berat seismik efektif struktur harus menyertakan seluruh
beban maksimum dan minimum sebesar 25% beban hidup sendiri. Untuk menghitung berat
bangunan efektif dibuat analisis perhitungan antara lain:
Elemen b (m) h (m) A (m2) Jumlah Panjang Berat Berat Total (kN)
Balok (m) Volume
(kn/m3)
Total 19621,052
B = 850/1000
= 0,85 m
H = 0,85 m
Luas (A) =BxH
= 0,85 x 0,85
= 0,7225 m2
Jumlah balok K1 = 6 buah.
Panjang bentang = 3,5 m
Berat volume = 23,544 KN/m3
Berat Total = Luas x Jumlah x Panjang x Berat Volume
= 0,7225 x 6 x 3,5 x 23,544
= 2875,771 kN
Berikut ini merupakan rekapitulasi berat total kolom untuk 1 lantai.
Total
3710,240
( KN/m2 )
Total 9948.899
Perhitungan dinding lainnya sama dengan Dinding berikut ini merupakan rekapitulasi
berat total dinding untuk 1 lantai.
Total 8857,240
Total 2562,458
(KN/m2 )
(KN/m2 )
Total 7263.880
a. Menentukan Ss
Nilai SS = 1,455. Nilai Ss Sendiri didapat dari tabel puskim caranya yaitu dengan cara
mengunjungi link www.Puskim.go.id , Klik lokasi peta, klik hitung lalu klik lihat
hasil.
b. Menentukan Fa
Berdasarkan tabel 4 Puskim diperoleh nilai Fa = 1.
c. Menentukan S1
Nilai S1 diperoleh dari SNI 1726 Gambar 10 Puskim , nilai S1 = 0,562.
d. Menentukan Fv
Nilai Fv diperoleh berdasarkan Tabel 5 Puskim , nilai Fv = 1,3.
e. Menentukan Nilai SMs
SMs = Fa x Ss
= 1 x 1,455
= 1,455
f. Menentukan nilai SM1
SM1 = Fv x S1
= 1,3 x 0,562
= 0,731
g. Menentukan Nilai SDs
SDs = 2/3 SMs
=2/3 x 1,455
= 0,970
h. Menentukan Nilai SD1
SD1 = 2/3 SM1
= 2/3 x 0,731
=0,487
i. Menentukan nilai Crs
Crs ditentukan berdasarkan pada SNI 1726 Gambar 12 yaitu sebesar 1,087.
j. Menentukan Cr1
Cr1 ditentukan berdasarkan pada SNI 1726 Gambar 13 yaitu sebesar 1,06.
k. Menentukan SDsr
SDsr dapat ditentukan berdasarkan perhitungan sebagai berikut:
SDsr = SDs x Crs
= 0,970 x 1,087
= 1,054
l. Menentukan nilai SD1r
SD1r dapat ditentukan dari perhitungan sebagai berikut :
SD1r = SD1 x Cr1
= 0,487 x 1,06
= 0,516
m. Menentukan Nilai To
SD 1 r
To = 0,2 x
SDsr
0,516
= 0,2 x
1,054
= 0,098
SD 1 r
Ts =
SDsr
0,516
=
1,054
=0,490
Selanjutnya setelah mendapatkan data – data di atas , maka dapat dihitung beban gempa
dari portal – portal dalam suatu bangunan melalui perhitungan - perhitungan berikut ini.
1. T = Ct x Hn x
= 0,0466 x 280 , 9
= 0,935
2. R = 8 (SNI halaman 36 Tabel 9)
3. Ie = 1 (SNI halaman 15 Tabel 2)
SDsr
4. Cs1 = R
Ie
1,054
= 8
1
= 0,132
SD 1 r
5. Csmax = R
TX
Ie
0,516
= 8
0,935 X
I
= 0,069
6. Csmin = 0,044 x SDsr x Ie
= 0,044 x 1,054 x 1
=0,046
7. Cs pakai = 0,021 (Cs1 <Csmin, Csmin>Csmax , diambil Csmax)
8. Nilai V
V = Cs pakai x Berat bangunan total
= 0.069 x 180501.068
= 12458.218 kN
Grafik Respon Spektrum dapat dilihat pada Gambar 1.23 berikut ini.