Anda di halaman 1dari 41

TUGAS I PERANCANGAN GEDUNG

PEMBEBANAN STRUKTUR

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar dalam


pembangunan strukturnya dan salah satunya adalah pembangunan gedung. Gedung
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bangunan tembok dan sebagainya yang
berukuran besar sebagai tempat kegiatan, seperti perkantoran, pertemuan, perniagaan,
pertunjukan, olahraga, dan sebagainya. Dalam proses pembangunan suatu konstruksi
gedung, tentu harus memperhatikan beberapa faktor akan gedung tersebut aman terhadap
gangguan, seperti bencana alam gempa bumi.

Gempa bumi adalah getaran atau getar – getar yang terjadi di permukaan bumi
akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba – tiba yang menciptakan gelombang
seismic. Gempa bumi biasanya disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
Salah satu negara yang sering terjadi gempa bumi adalah Negara Indonesia. Menurut
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), tercatat telah terjadi sebanyak
11,573 aktivitas gempa bumi di Indonesia.

Dengan dasar bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang sering terjadi
gempa bumi, maka diperlukan pengetahuan bagaimana cara merancang suatu struktur
gedung yang tahan gempa. Oleh karena itu, dalam perencanaan gedung tahan gempa ini
akan memuat tentang langkah – langkah perencanaan struktur gedung tahan gempa yang
sesuai dengan ketentuan – ketentuan yang berlaku. Perancangan gedung ini juga sebagai
bentuk proses pengembangan mahasiswa Teknik sipil Universitas Islam Indonesia dalam
mengasah mind set dan pelatihan dalam dunia kerja nanti. sehingga terbentuk insan yang
berilmu dan memiliki keahlian.

1.2. Peraturan yang Digunakan

Perencanaan struktur bangunan ini dalam segala hal mengikuti semua peraturan
dan ketentuan yang berlaku di Indonesia, khususnya dalam peraturan - peraturan berikut.

1. SNI 1726 - 2013: Tata Cara Perancangan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung

2. SNI 1727 - 2013: Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan
Struktur Lain

3. SNI 2847 - 2013: Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung

1.3. Filosofi Desain

Filosofi desain yang digunakan dalam mendesain struktur bangunan gempa


memuat tiga kriteria, yaitu gempa kecil, gempa sedang, dan gempa besar. Pada gempa
kecil, tidak boleh terjadi kerusakan pada bagian struktur utama dan boleh terjadi
kerusakan kecil pada bagian non – struktural. Pada gempa sedang, struktur utama boleh
rusak akibat gempa tetapi masih dapat diperbaiki. Pada gempa besar, struktur bangunan
boleh rusak tetapi diharapkan bangunan tidak runtuh.

Untuk mencapai tiga kondisi pada bangunan ketika terjadi gempa, maka
bangunan harus mempunyai konsep Strong Column Weak Beam. Konsep Strong Column
Weak Beam adalah struktur kolom – kolom harus lebih kuat menahan gempa daripada
balok – balok agar jika terjadi gempa maka struktur bangunan masih dapat berdiri karena
kolom pada bangunan kuat.

1.4. Ketentuan Desain


Dalam desain kali ini terdapat beberapa ketentuan, seperti ketentuan material
yang digunakan dan ketentuan lainnya. Adapun ketentuan - ketentuan tersebut dapat
dilihat di bawah ini.

A. Ketentuan Material

Berikut beberapa ketentuan material yang dipakai.

1. F’c = 30 MPa

2. Fy = 390 Mpa

3. Fys = 345 Mpa

B. Ketentuan Lain

Berikut beberapa ketentuan lainnya.

1. Fungsi Bangunan = Perkantoran

2. Lokasi Bangunan = Manokwari, Papua Barat

3. Jenis Tanah = Tanah Keras

4. Jumlah Tingkat = 8 Tingkat

5. Tinggi Antar Tingkat = 3,5 meter

2. Preliminary Desain

2.1 Kodefikasi Balok, Pelat, Kolom

Kodefikasi balok adalah penamaan yang berfungsi untuk mempermudah


pembacaan suatu gambar kerja rancangan. Kodefikasi sangat membantu dalam
membedakan elemen struktur yang ada pada denah lantai tipikal perancangan gedung.
Berikut ini akan dibahas beberapa penamaan yang terdiri dari balok, kolom, dan pelat.

2.1.1 Balok Induk


Gambar kodefikasi balok pada denah dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut ini.

Gambar 1.1 Kodefikasi Balok Induk


Keterangan:

1. Balok Induk 1 Lantai ( B1L)

Panjang (L) : 7,2 meter

Lebar (b) : 0,3 meter

Tinggi (h) : 0,6 meter

Jumlah : 69 buah

Gambar 1.2 Tampang Balok B1L

2. Balok Induk 2 Lantai ( B2L)

Panjang (L) : 3,6 meter

Lebar (b) : 0,25 meter

Tinggi (h) : 0,5 meter

Jumlah : 15 buah

Gambar 1.3 Tampang Balok B2L

3. Balok Induk 3 Lantai ( B3L)


Panjang (L) : 3 meter

Lebar (b) : 0,25 meter

Tinggi (h) : 0,4 meter

Jumlah : 10 buah

Gambar 1.4 Tampang Balok B3L

4. Balok Induk 4 Lantai ( B4L)

Panjang (L) : 4,2 meter

Lebar (b) : 0,25 meter

Tinggi (h) : 0,5 meter

Jumlah : 4 buah

Gambar 1.5 Tampang Balok B4L


5. Balok Induk 5 Lantai ( B5L)

Panjang (L) : 2,4 meter

Lebar (b) : 0,25 meter

Tinggi (h) : 0,3 meter

Jumlah

Gambar 1.6 Tampang Balok B5L

6. Balok Induk 6 Lantai ( B6L)

Panjang (L) : 4,6 meter

Lebar (b) : 0,25 meter

Tinggi (h) : 0,4 meter

Jumlah : 2 buah

Gambar 1.7 Tampang Balok B6L


7. Balok Induk 7 Lantai ( B7L)

Panjang (L) : 2,6 meter

Lebar (b) : 0,25 meter

Tinggi (h) : 0,3 meter

Jumlah : 2 buah

Gambar 1.8 Tampang Balok B7L

8. Balok Induk 1 Atap ( B1A )

Panjang (L) : 7,2 meter

Lebar (b) : 0,3 meter

Tinggi (h) : 0,55 meter

Jumlah : 69 buah

Gambar 1.9 Tampang Balok B1A


9. Balok Induk 2 Atap ( B2A )

Panjang (L) : 3,6 meter

Lebar (b) : 0,4 meter

Tinggi (h) : 0,25 meter

Jumlah : 15 buah

Gambar 1.10 Tampang Balok B2A

10. Balok Induk 3 Atap ( B3A )

Panjang (L) : 3 meter

Lebar (b) : 0,25 meter

Tinggi (h) : 0,3 meter

Jumlah : 10 buah

Gambar 1.11 Tampang Balok B3A


11. Balok Induk 4 Atap ( B4A )

Panjang (L) : 4,2 meter

Lebar (b) : 0,4 meter

Tinggi (h) : 0,25 meter

Jumlah : 4 buah

Gambar 1.12 Tampang Balok B4A

12. Balok Induk 1 Atap ( B5A )

Panjang (L) : 2,4 meter

Lebar (b) : 0,25 meter

Tinggi (h) : 0,25 meter

Jumlah : 6 buah

Gambar 1.13 Tampang Balok B5A


13. Balok Induk 6 Atap ( B6A )

Panjang (L) : 4,6 meter

Lebar (b) : 0,25 meter

Tinggi (h) : 0,4 meter

Jumlah : 2 buah

Gambar 1.14 Tampang Balok B6A

14. Balok Induk 1 Atap ( B7A )

Panjang (L) : 2,6 meter

Lebar (b) : 0,25 meter

Tinggi (h) : 0,25 meter

Jumlah : 2 buah

Gambar 1.15 Tampang Balok B7A


2.1.2 Balok Anak

Gambar kodefikasi balok anak pada denah dapat dilihat pada Gambar 1.16 berikut ini.

Gambar 1.16 Kodefikasi Balok Anak


Keterangan :

1. Balok Anak Lantai ( BA1L)

Panjang (L) : 7,2 meter

Lebar (b) : 0,25 meter

Tinggi (h) : 0,45 meter

Jumlah : 0,45 meter


Gambar 1.17 Tampang Balok BA1L

2. Balok Anak Atap (BA1A)

Panjang (L) : 7,2 meter

Lebar (b) : 0,25 meter

Tinggi (h) : 0,45 meter

Jumlah : 19 buah

Gambar 1.18 Tampang Balok BA1L

2.1.3 Kolom

Gambar kodefikasi kolom dapat dilihat pada Gambar 1.19 pada halaman selanjutnya.
Gambar 1.19 Kodefikasi Kolom

Keterangan:
1. Kolom 1 (K1)
Panjang (h) : 0,85 meter
Lebar (b) : 0,85 meter
Jumlah : 6 buah
2. Kolom 2 (K2)
Panjang (h) : 0,95 meter
Lebar (b) : 0,95 meter
Jumlah : 16 buah
3. Kolom 3 (K3)
Panjang (h) : 0,85 meter
Lebar (b) : 0,85 meter
Jumlah : 1 buah
4. Kolom 4 (K4)
Panjang (h) : 0,85 meter
Lebar (b) : 0,85 meter
Jumlah : 14 buah
5. Kolom 5 (K5)
Panjang (h) : 0,85 meter
Lebar (b) : 0,85 meter
Jumlah : 5 buah
6. Kolom 6 (K6)
Panjang (h) : 1 meter
Lebar (b) : 1 meter
Jumlah : 5 buah
7. Kolom 7 (K7)
Panjang (h) : 0,85 meter
Lebar (b) : 0,6 meter
Jumlah : 2 buah
8. Kolom 8 (K8)
Panjang (h) : 0,65 meter
Lebar (b) : 0,65 meter
Jumlah : 8 buah
9. Kolom T (KT)
Panjang (h) : 0,65 meter
Lebar (b) : 0,65 meter
Jumlah : 2 buah
10. Kolom L (KL)
Panjang (h) : 0,65 meter
Lebar (b) : 0,65 meter
Jumlah : 4 buah
2.1.4 Pelat Lantai

Denah Pelat beserta kodefikasinya pada lantai 1 bangunan dapat dilihat pada Gambar 1.20
berikut ini.

Gambar 1.20 Kodefikasi Pelat Lantai

Keterangan:
1. PL1: Pelat Lantai 1
Tebal Pelat: 0,14 meter
2. PL2: Pelat Lantai 2
Tebal Pelat: 0,125 meter
3. PL3: Pelat Lantai
Tebal Pelat: 0,125 meter
4. PL4: Pelat Lantai
Tebal Pelat: 0,125 meter
5. PL5: Pelat Lantai
Tebal Pelat: 0,125 meter
6. PL6: Pelat Lantai
Tebal Pelat: 0,125 meter
7. PL7: Pelat Lantai
Tebal Pelat: 0,125 meter

2.1.5 Pelat Atap

Denah Pelat beserta kodefikasinya pada lantai atap bangunan dapat dilihat pada Gambar 1.21
berikut ini.

Gambar 1.21 Kodefikasi Pelat Atap

Keterangan:
1. PA1: Pelat Atap
Tebal Pelat: 0,14 meter
2. PA2: Pelat Atap
Tebal Pelat: 0,125 meter
3. PA3: Pelat Atap
Tebal Pelat: 0,125 meter
4. PA4: Pelat Atap
Tebal Pelat: 0,125 meter
5. PA5: Pelat Atap
Tebal Pelat: 0,125 meter
6. PA6: Pelat Atap
Tebal Pelat: 0,125 meter
7. PA7: Pelat Atap
Tebal Pelat:0,125 meter
2.2 Estimasi Dimensi Balok

Ketika melakukan estimasi dimensi balok perancangan gedung, terdapat perhitungan


yang harus diperhatikan. Berikut merupakan contoh perhitungan untuk memperoleh estimasi
dimensi balok.

1. Estimasi Balok Induk Lantai 1 (B1L)

1
Tinggi balok (h) = x LB1L
12
1
= 12 x 7200

= 600 mm
Tinggi balok yang dipakai 600 mm
1
Lebar balok (b) = xh
2
1
= 2 x 600

= 300 mm
Lebar yang dipakai 300 mm

2. Estimasi Balok Induk 1 Atap (B1A)


1
Tinggi balok (h) = x LB1A
14
1
= 14 x 7200

= 514,286 mm = 550 mm
Tinggi balok yang dipakai 550 mm
1
Lebar balok (b) = xh
2
1
= 2 x 514,286

= 257,143 mm = 300 mm
Lebar yang dipakai 300 mm

3. Estimasi Balok Induk 2 Lantai ( B2L )

1
Tinggi balok (h) = x LB2L
12
1
= 12 x 3600

= 300 mm = 500 mm
Tinggi balok yang dipakai 500 mm
1
Lebar balok (b) = xh
2
1
= 2 x 300

= 150 mm = 250 mm
Lebar yang dipakai 250 mm

4. Estimasi Balok Induk 2 Atap ( B2A )

1
Tinggi balok (h) = x LB2A
14
1
= 14 x 3600

= 257,143 mm = 400 mm
Tinggi balok yang dipakai 400 mm
1
Lebar balok (b) = xh
2
1
= 2 x 257,143

= 128,571 mm = 250 mm
Lebar yang dipakai 250 mm

5. Estimasi Balok Anak Lantai ( BA1L)

1
Tinggi balok (h) = x LBA1L
16
1
= 16 x 7200

= 450 mm
Tinggi balok yang dipakai 450 mm
1
Lebar balok (b) = xh
2
1
= 2 x 450

= 225 mm = 250 mm
Lebar yang dipakai 250 mm

6. Estimasi Balok Anak Atap ( BA1A)

1
Tinggi balok (h) = x LBA1A
16
1
= 16 x 7200

= 450 mm
Tinggi balok yang dipakai 450 mm
1
Lebar balok (b) = xh
2
1
= 2 x 450
= 225 mm = 250 mm
Lebar yang dipakai 250 mm
Adapun untuk estimasi dimensi dan dimensi yang digunakan pada balok lainnya dapat dilihat
pada tabel di halaman selanjutnya.

Tabel 1.1 Estimasi Dimensi Balok

No. Kode Keterangan Panjang H B H pakai B pakai


Balok Bentang (mm) (mm) (mm) (mm)
(mm)

1 B1L Balok Induk Lantai 1 7200 600 300 600 350

2 B2L Balok Induk Lantai 2 3600 300 150 500 250

3 B3L Balok Induk Lantai 3 3000 250 125 400 250

4 B4L Balok Induk Lantai 4 4200 350 175 500 250

5 B5L Balok Induk Lantai 5 2400 200 100 300 250

6 B6L Balok Induk Lantai 6 4600 383,34 191,67 400 250

7 B7L Balok Induk Lantai 7 2600 216,67 108,34 300 250

8 B1A Balok Induk Atap 1 7200 514,28 257,14 550 350

9 B2A Balok Induk Atap 2 3600 257,14 128,57 400 250

10 B3A Balok Induk Atap 3 3000 214,29 107,143 300 250

11 B4A Balok Induk Atap 4 4200 300 150 400 250

12 B5A Balok Induk Atap 5 2400 171,43 85,714 250 250

13 B6A Balok Induk Atap 6 4600 328,57 164,29 400 250

14 B7A Balok Induk Atap 7 2600 185,71 92,86 250 250

15 BA1L Balok Anak Lantai 1 7200 450 225 450 250


16 BA1A Balok Anak Atap 1 7200 450 225 450 250

2.3 Estimasi Dimensi Pelat

Berikut merupakan perhitungan untuk memperoleh estimasi dimensi pelat dan kami
menggunakan pelat lantai tipe 1 sebagai contoh perhitungan.
1. Pelat Lantai 1 (PL1)
a. Menentukan jenis pelat
Lx = 3600 mm
Ly = 7200 mm
Maka, tipe pelat lantai
Ly 7200
= =2
Lx 3600
Karena hasil Ly/Lx yang diperoleh adalah 2, maka tipe pelat lantai tipikal adalah pelat dua
arah.
b. Menghitung panjang bentang bersih (netto)
1 1
Lny = Ly – ( bB1L ) - ( bB1L )
2 2
1 1
= 7200 – ( x 300) – ( x 300)
2 2
= 6900 mm
1 1
Lnx = Lx – ( bB1L ) - ( bBa1L )
2 2
1 1
= 3600 – ( x 300) – ( x 250)
2 2
= 3325 mm
β = Lny/Lnx
= 2,075
c. Momen Inersia (I)
I = L x b x h3
1
= x b x h3
12
Momen Inersia per batang dimulai dari balok di kiri pelat memutar searah jarum jam yang
dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1.22 Pelat Lantai Tipe 1 dan Balok - Balok yang Mengelilinginya
1
IB1L (ki) = x 300 x 6003 = 5400000000 mm4
12
1
IBa1L (at) = x 250 x 4503 = 1898437500 mm4
12
1
IB1L (ka) = x 300 x 6003 = 5400000000 mm4
12
1
IBa1L (ba) = x 300 x 6003 = 5400000000 mm4
12
Momen Inersia pertemuan balok dan pelat.
1
IP = x 7200 x 1503 = 2025000000 mm4
12
d. Modulus Elastisitas (E)
Ep = 4700 x √ fc '
Semua batang mempunyai modulus elastisitas sama
Ep = 4700 x √ 30 = 25742,96 MPa
e. Menghitung kekakuan (α)
Ep x I
αm =
Ep x Ip
5400000000
αm B1L = = 2,667
2025000000
1898437500
αm BA1L = = 1,875
1012500000
5400000000
αm B1L = = 2,667
2025000000
5400000000
αm B1L = = 5,333
1012500000
Maka αm rata-rata adalah
2,667+1,875+2,667+ 5,333
αm rata-rata = = 3,135
4
f. Menghitung tebal pelat minimum (hmin)
Dari hasil kekakuan rerata (αm) diperoleh lebih dari 2 , sehingga rumus yang digunakan
untuk menghitung tebal pelat minimum lantai tipikal 1 adalah sebagai berikut.
fy
Lny x (0 , 8+ )
H min = 1400
36+(9 x)
300
6900 x (0 ,8+ )
= 1400
36+(9 x 2,076)
= 136,112 mm
fy
Lny x (0 , 8+ )
H max = 1400
36
300
6900 x (0 ,8+ )
= 1400
36
= 206,726 mm
Dipakai tebal pelat sebesar = 140 mm.

Pelat lantai 1 merupakan Pelat tipikal (semua ukuran pelat pada denah bangunan sama di
setiap lantai), sehingga perhitungan dan tebal pelat di semua lantai sama. Untuk pelat atap
didesain dengan ukuran balok yang sama dengan ukuran balok tiap lantai, sehingga perhitungan
pelat atap sama dengan pelat lantai 1. Adapun untuk rekapitulasi estimasi dimensi pelat dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.2 Estimasi Dimensi Pelat


No. Kode Keterangan Ly Lx Ly/Lx Tipe Tebal
(mm) (mm) Pelat (mm)

1 PL1 Pelat Lantai Tipe 1 7200 3600 2 Dua Arah 140

2 PL2 Pelat Lantai Tipe 2 7200 3000 2,4 Satu Arah 125

3 PL3 Pelat Lantai Tipe 3 4200 3600 1,167 Dua Arah 125

4 PL4 Pelat Lantai Tipe 4 4200 3000 1,4 Dua Arah 125

5 PL5 Pelat Lantai Tipe 5 3000 3000 1 Dua Arah 125

6 PL6 Pelat Lantai Tipe 6 3600 2600 1,385 Dua Arah 125

7 PL7 Pelat Lantai Tipe 7 4600 3600 1,278 Dua Arah 125

8 PA1 Pelat Atap Tipe 1 7200 3600 2 Dua Arah 140

9 PA2 Pelat Atap Tipe 2 7200 3000 2,4 Satu Arah 125

10 PA3 Pelat Atap Tipe 3 4200 3600 1,167 Dua Arah 125

11 PA4 Pelat Atap Tipe 4 4200 3000 1,4 Dua Arah 125

12 PA5 Pelat Atap Tipe 5 3000 3000 1 Dua Arah 125

13 PA6 Pelat Atap Tipe 6 3600 2600 1,385 Dua Arah 125

14 PA7 Pelat Atap Tipe 7 4600 3600 1,278 Dua Arah 125

2.4. Estimasi Dimensi Kolom


Berikut merupakan contoh perhitungan untuk memperoleh estimasi dimensi kolom dan
kami menggunakan kolom tipe 1 dan tipe 2 sebagai contoh perhitungan. Akan tetapi, sebelum
melakukan perhitungan estimasi dimensi kolom perlu menghitung pembebanan pada pelat, baik
pada pelat lantai maupun pada pelat atap.

3.1 Beban Mati Pelat


1. Lantai 1-7
Komponen beban mati pada lantai satu hingga lantai tujuh beserta beratnya dapat dilihat
pada tabel 1.3 pada tabel berikut ini.

Tabel 1.3 Beban Mati pada Lantai 1-7


No Material Berat Volume Tebal / Tinggi Beban

Nilai Satuan (m) (Kn/m2)

1 Pelat Beton 2400 kg/m3 0,12 2,825

2 Spesi 2000 kg/m2 0,03 0,589

3 Pasir 1800 kg/m3 0,04 0,706

4 Tegel/Keramik 17,5 kg/m2 0,172

5 Water Proofing 1900 kg/m3 0,025 0,466

6 Penggantung Plafon 7 kg/m2 0,069

7 Ducting AC 17,5 kg/m2 0,172

8 Plafon/Langit-Langit 24 kg/m2 0,235

9 Mechanical Electrical 15 kg/m2 0,147

Beban Mati (Qd) 5,381

2. Lantai Atap
Komponen beban mati pada lantai satu beserta beratnya dapat dilihat pada tabel 1.4 pada
halaman selanjutnya.

Tabel 1.4 Beban Mati pada Lantai Atap

No Material Berat Volume Tebal / Tinggi Beban


Nilai Satuan (m) (Kn/m2)

1 Pelat Beton 2400 kg/m3 0,12 2,825

2 Spesi 2000 kg/m2 0,03 0,589

3 Pasir 1800 kg/m3 0,04 0,706

4 Water Proofing 1900 kg/m3 0,025 0,466

6 Penggantung Plafon 7 kg/m2 0,069

7 Ducting AC 17,5 kg/m2 0,172

8 Plafon/Langit-Langit 24 kg/m2 0,235

9 Mechanical Electrical 15 kg/m2 0,147

Beban Mati (Qd) 4,738

3.2 Beban Hidup Pelat

Beban hidup untuk masing-masing lantai ditentukan SNI 1727-2013 berdasarkan fungsi
ruang dari tiap-tiap lantai. Berikut merupakan hasil perhitungan beban hidup masing-masing
lantai.
1. Lantai 1-7
Semua ruangan diasumsikan memiliki beban hidup yang sama besar berdasarkan PBI yaitu
sebesar 0,25 t/m2 atau sebesar 2,453 KN/m2.
2. Lantai 8 (Atap)
Semua ruangan diasumsikan memiliki beban hidup yang sama besar berdasarkan PBI yaitu
sebesar 0,1 t/m2 atau sebesar 0,981 KN/m2.
3.3 Beban Ultimit Pelat
Berikut merupakan perhitungan beban ultimit pada pelat lantai dan atap.
1. Lantai 1-7
Qd = 5,381 KN/m2
Ql = 2,453 KN/m2
Qu = 1,2 x Qd + 1,6 x Ql
= 1,2 x 5,381 + 1,6 x 2,453
= 10,381 KN/m2

2. Lantai Atap
Qd = 4,738 KN/m2
Ql = 0,981 KN/m2
Qu = 1,2 x Qd + 1,6 x Ql
= 1,2 x 4,738 + 1,6 x 0,981
= 7,255 KN/m2

Setelah menghitung pembebanan pada pelat lantai maupun pelat atap, maka selanjutnya
menghitung estimasi dimensi kolom sebagai berikut.
1. Kolom Interior
a. Diketahui:
Nilai Qu lantai 1 = 10,381 kN/m2
Luas area = 51,84 m2
Kuat tekan beton = 30 MPa
a. Mencari luas kolom
Pu
Ag = ’
F c ×0.4
( 10,381× 51, 84 )
=
30 × 0.4
= 345263.342 mm2
b/h = √ Ag
= √ 345263.342
= 587.591 mm
b/h pakai = 700 mm
2. Kolom Exterior
a. Diketahui.
Nilai Qu lantai 1 = 10,381 kN/m2
Luas area = 51,84 m2
Kuat tekan beton = 30 MPa
a. Mencari luas kolom
Pu
Ag = ’
F c ×0.4
( 10,381× 51, 84 )
=
30 × 0.4
= 345263.342 mm2
b/h = √ Ag
= √ 345263.342
= 587,591 mm
b/h pakai = 700 mm
Adapun untuk rekapitulasi estimasi dimensi kolom dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1.5 Estimasi Dimensi Kolom

No. Kode Keterangan B H L


Kolom (mm) (mm) (mm)

1 K1 Kolom Tipe 1 850 850 3500

2 K2 Kolom Tipe 2 950 950 3500

3 K3 Kolom Tipe 3 850 850 3500

4 K4 Kolom Tipe 4 850 850 3500

5 K5 Kolom Tipe 5 850 850 3500

6 K6 Kolom Tipe 6 1000 1000 3500

7 K7 Kolom Tipe 7 600 600 3500

8 K8 Kolom Tipe 8 650 650 3500

9 KT Kolom Tipe T 650 650 3500


10 KL Kolom Tipe L 650 650 3500

3. Pembebanan

Struktur bangunan yang aman adalah bangunan yang mampu menahan beban-beban yang
bekerja pada bangunan. Dalam suatu perancangan gedung harus memperhitungkan beban mati,
beban hidup, dan beban ultimate. Dibawah ini adalah perhitungan pembebanan gedung kantor 10
lantai.

3.1 Berat Bangunan

Berdasarkan SNI 1926-2012 pasal 7.7.2 berat seismik efektif struktur harus menyertakan seluruh
beban maksimum dan minimum sebesar 25% beban hidup sendiri. Untuk menghitung berat
bangunan efektif dibuat analisis perhitungan antara lain:

3.1.1 Berat Balok Lantai


Berikut merupakan perhitungan berat bangunan pada lantai 1-7.
Diketahui:
a. Balok Induk 1
B = 300/1000
= 0,3 m
H = 600/1000
= 0,6 m
Luas (A) = B x H (m2 )
= 0,3 x 0,6
= 0,18 m2
Jumlah balok B1 = 69 buah.
Panjang bentang = 7,2 m
Berat volume = 23,544 KN/m3
Berat Total = Luas x Jumlah x Panjang x Berat Volume
= 0,18 x 69 x 7,2 x 23,544
= 14737,791 kN
Perhitungan balok induk dan balok anak lainnya sama dengan balok induk B1. Adapun berikut
ini merupakan rekapitulasi berat total balok untuk 1 lantai yang dapat dilihat pada tabel di
halaman selanjutnya.

Tabel 1.6 Rekapitulasi Berat Total Balok Lantai 1-7

Elemen b (m) h (m) A (m2) Jumlah Panjang Berat Berat Total (kN)
Balok (m) Volume
(kn/m3)

B1L 0,3 0,6 0,18 69 7,2 23,544 14737,791

B2L 0,25 0,5 0,125 15 3,6 23,544 1112,454

B3L 0,25 0,4 0,1 10 3 23,544 494,424

B4L 0,25 0,5 0,125 4 4,2 23,544 346,097

B5L 0,25 0,3 0,075 6 2,4 23,544 177,993

B6L 0,25 0,4 0,1 2 4,6 23,544 151,623

B7L 0,25 0,3 0,075 2 2,6 23,544 64,275

BA1L 0,25 0,45 0,1125 19 7,2 23,544 2536,395

Total 19621,052

3.1.2 Berat Kolom

B = 850/1000
= 0,85 m
H = 0,85 m
Luas (A) =BxH
= 0,85 x 0,85
= 0,7225 m2
Jumlah balok K1 = 6 buah.
Panjang bentang = 3,5 m
Berat volume = 23,544 KN/m3
Berat Total = Luas x Jumlah x Panjang x Berat Volume
= 0,7225 x 6 x 3,5 x 23,544
= 2875,771 kN
Berikut ini merupakan rekapitulasi berat total kolom untuk 1 lantai.

Tabel 1.7 Rekapitulasi Berat Total Kolom Lantai 1-8

Elemen b (m) h (m) A (m2) Jumlah Panjang Berat Volume Berat


3
Kolom (m) (kN/m ) Total (kN)

K1 0,85 0,85 0,7225 6 3,5 23,544 2857,771

K2 0,95 0,95 0,9025 16 3,5 23,544 9519,310

K3 0,85 0,85 0,7225 1 3,5 23,544 476,295

K4 0,85 0,85 0,7225 14 3,5 23,544 6668,132

K5 0,85 0,85 0,7225 5 3,5 23,544 2381,476

K6 1 1 1 5 3,5 23,544 3296,160

K7 0,6 0,85 0,51 2 3,5 23,544 672,417

K8 0,65 0,65 0,4225 8 3,5 23,544 2228,204


KT 0,65 0,65 0,4225 2 3,5 23,544 527,386

KL 0,65 0,65 0,4225 4 3,5 23,544 1054,771

Lanjutan Tabel 1.7 Rekapitulasi Berat Total Kolom Lantai 1-8

Elemen b (m) h (m) A (m2) Jumlah Panjang Berat Berat


Kolom (m) Volume Total
(kN/m3) (kN)

Total
3710,240

3.1.3 Berat Pelat


1) Beban Mati
Luas (A) = 1270,08 m2
Besar Beban = 5,381 KN/m2
Berat Total (KN) = Luas x Besar Beban
= 1270,08 x 5,381
= 6834,3 kN
2) Beban Hidup
Berikut adalah contoh perhitungan beban hidup untuk lobi dan koridor di lantai 1
Luas (A) = 1270,08 m2
Besar Beban = 4,738 KN/m2
Berat Total = Luas x Besar Beban
= 1270,08 x
= kN
Berikut ini merupakan rekapitulasi berat total pelat untuk 1 lantai yang dapat dilihat pada
tabel di halaman selanjutnya.
Tabel 1.8 Rekapitulasi Berat Total Pelat Lantai 1-7

Elemen Pelat A (m2) Besar beban Berat Total (KN)

( KN/m2 )

Beban Mati 1270.08 5,381 6834.027

Beban Hidup 1270.08 2.453 3114.871

Total 9948.899

3.1.4 Berat Dinding


B = 0,15 m
H = 3,25 m
Luas (A) =BxH
= 0,15 x 3,25
= 0,4875 m2
Panjang = 487,2 m
Berat Total = 8857,240 kN

Perhitungan dinding lainnya sama dengan Dinding berikut ini merupakan rekapitulasi
berat total dinding untuk 1 lantai.

Tabel 1.9 Rekapitulasi Berat Total Dinding

Dinding Lanntai b (m) h (m) Berat Jumlah Lantai Berat Total


Dinding (kN)
(kN)

1 7,2 2.9 14.379 7 6945.184

2 3,6 3 7.438 7 780.943


Lanjutan Tabel 1.9 Rekapitulasi Berat Total Dinding

Dinding b (m) h (m) Berat Jumlah Berat Total


Lanntai Dinding (kN) Lantai (kN)

3 3 3,1 6,405 7 448,319

4 4,2 3 8,677 7 242,960

5 2,4 3,2 5,289 7 222,135

6 4,6 3,1 9,820 7 137,484

7 2,6 3,2 5,730 7 80,215

Total 8857,240

3.1.5 Berat Balok Atap


Cara perhitungan berat bangunan yang terdiri dari elemen balok, pelat, kolom pada atap
sama dengan perhitungan lantai 1-7. Berikut ini merupakan rekapitulasi berat total balok
untuk 1 lantai (atap).
Tabel 1.10 Rekapitulasi Berat Total Balok Lantai 8 (Atap)

Elemen Balok b h A (m2) Jumlah Panjang Berat Berat Total


(m) (m) (m) Volume (kN)
(kN/m3)

B1A 0,3 0.55 0,165 69 7,2 23,544 1929,949

B2A 0,25 0,4 0,1 15 3,6 23,544 127,138

Lanjutan Tabel 1.10 Rekapitulasi Berat Total Balok Lantai 8 (Atap)

Elemen b (m) h (m) A (m2) Jumlah Panjang Berat Berat


Balok (m) Volume Total
(kN/m3) (kN)

B3A 0,25 0,3 0,075 10 3 23,544 52,974

B4A 0,25 0,4 0,1 4 4,2 23,544 39,554

B5B 0,25 0,25 0,0625 6 2,4 23,544 21,190

B6A 0,25 0,4 0,1 2 4,6 23,544 21,660

B7A 0,25 0,25 0,0625 2 2,6 23,544 7,652

BA1A 0,25 0,45 0,1125 19 7,2 23,544 362,342

Total 2562,458

3.1.6 Berat Pelat Atap


Berikut ini merupakan rekapitulasi berat total pelat untuk 1 lantai.

Tabel 1.11 Rekapitulasi Berat Total Pelat Lantai 8 (Atap)


Elemen Pelat A (m2) Besar beban Berat Total (KN)

(KN/m2 )

Beban Mati 1296,00 4,738 6017,931

Beban Hidup 1296,00 0,981 1245,948


Lanjutan Tabel 1.11 Rekapitulasi Berat Total Pelat Lantai 8 (Atap)

Elemen Pelat A (m2) Besar beban Berat Total (KN)

(KN/m2 )

Total 7263.880

3.1.7 Berat Pelat Bangunan


Berat Total Bangunan = Berat Kolom + Berat Dinding + Berat Balok + Berat Pelat
= 18399,7012 Ton
= 180501,068 kN

3.2 Beban Gempa


Perkantoran akan dibangun di kota Manokwari, yang tergolong wilayah gempa 4. Jenis
tanah tempat pembangunan tergolong jenis tanah keras (SC). Bangunan direncanakan dengan
tingkat daktilitas penuh.
Gambar 1.22 Wilayah Gempa Indonesia dengan Percepatan Puncak

Tinggi 1 Lantai = 3,5 meter

Jumlah Lantai = 8 Lantai

Tinggi Total (H) = 3,5 m x 8 = 28 m

a. Menentukan Ss

Nilai SS = 1,455. Nilai Ss Sendiri didapat dari tabel puskim caranya yaitu dengan cara
mengunjungi link www.Puskim.go.id , Klik lokasi peta, klik hitung lalu klik lihat
hasil.

b. Menentukan Fa
Berdasarkan tabel 4 Puskim diperoleh nilai Fa = 1.
c. Menentukan S1
Nilai S1 diperoleh dari SNI 1726 Gambar 10 Puskim , nilai S1 = 0,562.
d. Menentukan Fv
Nilai Fv diperoleh berdasarkan Tabel 5 Puskim , nilai Fv = 1,3.
e. Menentukan Nilai SMs
SMs = Fa x Ss
= 1 x 1,455
= 1,455
f. Menentukan nilai SM1
SM1 = Fv x S1
= 1,3 x 0,562
= 0,731
g. Menentukan Nilai SDs
SDs = 2/3 SMs
=2/3 x 1,455
= 0,970
h. Menentukan Nilai SD1
SD1 = 2/3 SM1
= 2/3 x 0,731
=0,487
i. Menentukan nilai Crs
Crs ditentukan berdasarkan pada SNI 1726 Gambar 12 yaitu sebesar 1,087.
j. Menentukan Cr1
Cr1 ditentukan berdasarkan pada SNI 1726 Gambar 13 yaitu sebesar 1,06.
k. Menentukan SDsr
SDsr dapat ditentukan berdasarkan perhitungan sebagai berikut:
SDsr = SDs x Crs
= 0,970 x 1,087
= 1,054
l. Menentukan nilai SD1r
SD1r dapat ditentukan dari perhitungan sebagai berikut :
SD1r = SD1 x Cr1
= 0,487 x 1,06
= 0,516
m. Menentukan Nilai To
SD 1 r
To = 0,2 x
SDsr
0,516
= 0,2 x
1,054
= 0,098
SD 1 r
Ts =
SDsr
0,516
=
1,054
=0,490
Selanjutnya setelah mendapatkan data – data di atas , maka dapat dihitung beban gempa
dari portal – portal dalam suatu bangunan melalui perhitungan - perhitungan berikut ini.
1. T = Ct x Hn x
= 0,0466 x 280 , 9
= 0,935
2. R = 8 (SNI halaman 36 Tabel 9)
3. Ie = 1 (SNI halaman 15 Tabel 2)
SDsr
4. Cs1 = R
Ie
1,054
= 8
1
= 0,132
SD 1 r
5. Csmax = R
TX
Ie
0,516
= 8
0,935 X
I
= 0,069
6. Csmin = 0,044 x SDsr x Ie
= 0,044 x 1,054 x 1
=0,046
7. Cs pakai = 0,021 (Cs1 <Csmin, Csmin>Csmax , diambil Csmax)
8. Nilai V
V = Cs pakai x Berat bangunan total
= 0.069 x 180501.068
= 12458.218 kN
Grafik Respon Spektrum dapat dilihat pada Gambar 1.23 berikut ini.

Gambar 1.23 Grafik Respon Spektrum

Anda mungkin juga menyukai