Anda di halaman 1dari 47

1

4.1 PRELIMINARY DESAIN

4.1.1 Data-data

Type Bangunan : Ruko ( Rumah Toko )

Lebar Bangunan ( x ) : 4,5 Meter

Panjang Banunan ( y ) : 15 Meter

Jumlah Lantai : 2 Lantai

Atap : Seng Multiroof

Tinggi Tiap Lantai : 4 Meter

Jenis Konstruksi : Struktur Beton Bertulang

Zona Gempa : 4

Mutu Beton : 15 MPa ~ 150 Kg/Cm

Mutu Baja : - 400 MPa ~ 4000 Kg/Cm

( Tulangan Pokok )

- 240 MPa ~ 2400 Kg/Cm

( Tulangan Sengkang )
2

4.1.2 Pedoman Yang Dipakai

1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan

Gedung (SK SNI T-15-1991-03).

2. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983

(PPIUG - 83).

3. Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah

Dan Gedung SKBI - 1.3.53.1987, UDC 624.024

Departemen Pekerjaan Umum.

4.1.3 Perencanaan Dimensi Penampang

4.1.3.1 Balok lantai

Dalam menghitung penampang balok menurut

SK SNI T-15-1991-03, hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Desain dengan menggunakan SK SNI T-15-1991-

03 tabel 3.2.5a.

2. Tebal Selimut beton menurut SK SNI T-15-1991-

03 pasal 3.16.7.

3. Ratio b/h tidak boleh kurang dari 0,25.

4. Lebar balok tidak boleh kurang dari 20 Cm.


3

Perhitungan dimensi balok

Syarat pendekatan lendutan minimum menurut SK

SNI 1991 tabel 3.2.5a.

Desain Penampang dengan tabel 3.2.5a

1. Untuk Balok Induk

h = 1/16 . L s/d 1/10 . L

b = 2/3 . h s/d 1/2 . h

2. Untuk Balok Anak

h = 1/21 . L s/d 1/16 . L

b = 2/3 . h s/d 1/2 . h

Tabel. 4.1 Perencanaan balok induk

Balok Induk
Lantai Ket
L
h b
(Cm) (Cm) (Cm)

I 450 1/16 . L 28,125 30 2/3 . h 20 20 SL

II 450 1/16 . L 28,125 30 2/3 . h 20 20 BL

Atap 450 1/16 . L 28,125 30 2/3 . h 16,67 20 RB

Tabel. 4.2 Perencanaan balok anak


4

Balok Anak
Lantai Ket
L h b
(Cm) (Cm) (Cm)

II 300 1/18 . L 16,73 20 2/3 . h 13,33 15 BA

Atap 300 1/20 . L 15 15 2/3 . h 10 10 RB

Keterangan :

SL : Sloof

BL : Balok Lantai

RB : Ring Balk

BA : Balok Anak

BC : Balok Kanopi

4.1.3.2 Kolom

Perhitungan dimensi kolom


5

(Untuk mendimensi kolom, data yang diperlukan

adalah dimensi balok terbesar).

1. Untuk kolom lantai I

Direncanakan memikul lantai 2, dan atap

a. Balok terbesar yaitu b : 35 Cm, h : 25 Cm ;

L Balok = 400 Cm

b. Inersia Balok Ib = 1/12 . b . h3 = 1/12 . 35 . 253

= 45573 Cm4

c. Tinggi Kolom (hc) = 400 Cm

Ic ( Kolom ) > Ib ( Balok )


hc Lc

Ic ( Kolom ) = 1/12 . b4 b= h

1/12 . b4 > 45573 .. diambil b = 35 Cm


400 450

1/12 . 304 > 101,273


400

341718,75 > 781,25


400

854,30 > 781,25 . Ok !!!

Jadi, dimensi Kolom yang memikul lantai 2, 3 dan atap =

45 x 45 Cm

2. Untuk kolom lantai II

Direncanakan memikul lantai 3 dan atap


6

a. Balok terbesar yaitu b : 35 Cm, h : 60 Cm ;

L Balok = 800 Cm

b. Inersia Balok Ib = 1/12 . b . h3 = 1/12 . 35 . 603

= 630000 Cm4

c. Tinggi Kolom (hc) = 400 Cm

Ic ( Kolom ) > Ib ( Balok )


hc Lc

Ic ( Kolom ) = 1/12 . b4 b= h

1/12 . b4 > 630000 ..... diambil b = 45 Cm


400 800

1/12 . 454 > 787,50


400

341718,75 > 787,50


400

854,30 > 787,50 . Ok !!!

Jadi, dimensi Kolom yang memikul lantai 3 dan atap =

45 x 45 Cm

3. Untuk kolom lantai III

Direncanakan memikul atap


7

d. Balok terbesar yaitu b : 35 Cm, h : 60 Cm ;

L Balok = 800 Cm

e. Inersia Balok Ib = 1/12 . b . h3 = 1/12 . 35 . 603

= 630000 Cm4

f. Tinggi Kolom (hc) = 400 Cm

Ic ( Kolom ) > Ib ( Balok )


hc Lc

Ic ( Kolom ) = 1/12 . b4 b= h

1/12 . b4 > 630000 ..... diambil b = 45 Cm


400 800

1/12 . 454 > 787,50


400

341718,75 > 787,50


400

854,30 > 787,50 . Ok !!!

Jadi, dimensi Kolom yang memikul atap = 45 x 45 Cm

Tabel. 4.3 Perencanaan kolom


8

Kolom
Lantai Keterangan
H h b
(Cm) (Cm) (Cm)

I 400 45 45 K

II 400 45 45 K

III 400 45 45 K

Keterangan :

K : Kolom

4.2 DATA PEMBEBANAN

4.2.1 Beban Yang Terjadi Pada Konstruksi


9

Perencanaan untuk beban-beban yang bekerja pada

perhitungan struktur ini disesuaikan dengan Pedoman Perencanaan

Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung 1987 ( SKBI 1.3.53.1987

UDC : 654.042 ) dan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk

Gedung 1987 ( PPI 1987 ).

Beban-beban yang terjadi pada konstruksi ini adalah beban

grafitasi yaitu :

1. Beban Mati (DL)

2. Beban Hidup (LL)

Adapun beban lain yang bekerja & yang mempengaruhi

struktur yaitu :

1. Beban Gempa (EL)

2. Beban Angin (WL)

4.2.1.1 Beban akibat grafitasi

1. Beban atap

a. Beban mati

(a) Penutup atap multiroof : 50 Kg/m2

Dengan reng dan kaso

(b) Kuda-kuda dan gording : 50 Kg/m2

(0,05 x 1000 Kg/m3)

(c)Penggantung langit-langit dari : 7 Kg/m2

kayu
10

(d) Plafond tripleks 4 mm : 11 Kg/m2

(e) Mekanikal dan elektrikal (M&E) : 25 Kg/m2

b. Beban hidup

(a) Beban hidup untuk atap : 100 Kg/m2

Beban pekerja

2. Beban lantai 2 dan 3

a. Beban mati

(a) Berat sendiri pelat (t = 12 cm) : 288 Kg/m2

(0,12 x 2400 Kg/m3)

(b) Penggantung langit-langit dari : 7 Kg/m2

kayu

(c) Plafond tripleks 4 mm : 11 Kg/m2

(d) Dinding 1/2 batu : 250 Kg/m2

(e) Spesi + Tegel : 129 Kg/m2

(5 x 21) + (1 x 24)

(f) Kelengkapan ruang kuliah : 150 Kg/m2

(g) Mekanikal dan elektrikal (M&E) : 25 Kg/m2

b. Beban hidup

(a) Beban hidup pada ruang kuliah : 250 Kg/m2


11

3. Beban lantai dasar atau lantai 1

a. Beban mati

(a) Berat sendiri pelat (t = 12 cm) : 288 Kg/m2

(0,12 x 2400 Kg/m2)

(b) Dinding 1/2 batu : 250 Kg/m2

(c) Spesi + Tegel : 129 Kg/m2

(5 x 21) + (1 x 24)

(d) Kelengkapan ruang kuliah : 150 Kg/m2

b. Beban hidup

(a) Beban hidup pada ruang kuliah : 250 Kg/m2

4.2.1.2 Perhitungan beban portal akibat gravitasi


12

1. Beban pada atap

a. Beban mati

(a) Beban terpusat tiap kolom akibat berat atap,

kuda-kuda, gording, dsb.

143 x 60 x 10 : 85800 Kg

85800 : 68 kolom : 1261 Kg/klm

b. Beban hidup

(a) Beban terpusat untuk tiap kolom akibat

aktifitas pekerja.

Tiap kolom : 100 Kg/klm


13

Gambar 4.1 Distribusi beban hidup dan beban mati pada pelat

lantai ke balok bentang panjang 4 meter dan lebar 3 meter

2. Beban pada balok lantai 2 dan 3

a. Beban mati

(a) Beban merata pada pelat (qA)

1,5 x 610 : 915 Kg/m

(b) Beban merata pada pelat (qB)

1,5 x 610 : 915 Kg/m

(c) Beban dinding 1/2 batu

4 x 250 : 1000 Kg/m

b. Beban hidup

(a) Beban merata pada pelat (qA)


14

1,5 x 250 : 375 Kg/m

(b) Beban merata pada pelat (qB)

1,5 x 250 : 375 Kg/m

3. Beban pada balok lantai dasar atau lantai 1

a. Beban mati

(a) Beban merata pada pelat (qA)

1.5 x 567 : 850,5 Kg/m

(b) Beban merata pada pelat (qB)

1.5 x 567 : 850,5 Kg/m

(c) Beban dinding 1/2 batu

4 x 250 : 1000 Kg/m

b. Beban hidup

(a) Beban merata pada pelat (qA)

1,5 x 250 : 375 Kg/m

(b) Beban merata pada pelat (qB)

1,5 x 250 : 375 Kg/m


15

Gambar 4.2 Distribusi beban hidup dan beban mati pada pelat

lantai ke balok bentang panjang 3 meter dan lebar 2 meter

1. Beban pada balok lantai 2 dan 3

a. Beban mati

(a) Beban merata pada pelat (qC)

1 x 610 : 610 Kg/m

(b) Beban merata pada pelat (qD)

1 x 610 : 610 Kg/m

(c) Beban dinding 1/2 batu

4 x 250 : 1000 Kg/m

a. Beban hidup

(a) Beban merata pada pelat (qC)


16

1 x 250 : 250 Kg/m

(b) Beban merata pada pelat (qD)

1 x 250 : 250 Kg/m

2. Beban pada balok lantai dasar atau lantai 1

a. Beban mati

(a) Beban merata pada pelat (qC)

1 x 567 : 567 Kg/m

(b) Beban merata pada pelat (qD)

1 x 567 : 567 Kg/m

(c) Beban dinding 1/2 batu

4 x 250 : 1000 Kg/m

b. Beban hidup

(a) Beban merata pada pelat (qC)

1 x 250 : 250 Kg/m

(b) Beban merata pada pelat (qD)

1 x 250 : 250 Kg/m

4.2.2 Pembebanan Akibat Gaya Geser Horizontal Akibat Beban

Pembebanan akibat gaya gempa, sesuai dengan :


17

Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan

Gedung 1987 ( SKBI 1.3.53.1987 UDC : 654.042 ).

Penguraian pembebanan akibat gaya gempa adalah sebagai

berikut :

1. Menghitung berat total gedung (Wt).

2. Menghitung waktu getar alami struktur gedung (T).

3. Menghitung koefisien gempa dasar (C).

4. Menentukan faktor keutamaan (I) dan faktor jenis struktur

(K).

5. Menghitung gaya geser horizontal total akibat gempa.

6. Menghitung distribusi gaya geser ke struktur bangunan

gedung.

4.2.2.1 Menghitung berat total gedung (Wt)

1. Berat atap

a. Beban mati

(a) Multiroof, reng : 10 . 60 . 50 : 30.256 Kg

Dan kaso

(b) Kuda-kuda, : 10 . 60 . 50 : 30.256 Kg

Gording, dsb

(c) Penggantung : 10 . 60 . 7 : 4.200 Kg

(d) Plafond : 10 . 60 . 11 : 6.600 Kg

(e) M & E : 10 . 60 . 25 : 15.000 Kg


18

(f) Balok induk : 0,30 . 0,20 . 190. 2400 : 27.360 Kg

(g) Balok anak : 0,20 . 0,15 . 100. 2400 : 7.200 Kg +

WD : 120.872 Kg

b. Beban hidup

(a) Atap : 10 . 60 . 100 : 60.000 Kg

Total : 60.000 Kg

Koefisien reduksi : 0,5 x

WL : 30.000 Kg

c. Total beban (W atap)

WD + W L = 120.872 Kg + 30.000 Kg

= 150.872 Kg

2. Berat lantai 3

a. Beban mati

(a) Pelat : 10 . 60 . 0,12 . 2400 : 172.800 Kg

(b) Penggantung : 10 . 60 . 7 : 4.200 Kg

(c) Plafond : 10 . 60 . 11 : 6.600 Kg

(d) Spesi + Tegel : 10 . 60 . 129 : 77.400 Kg

(e) M & E : 10 . 60 . 25 : 15.000 Kg

(f) Balok induk : 0,60 . 0,35 . 96 . 2400 : 48.384 Kg

(g) Balok anak : 0,50 . 0,30 . 238 . 2400 : 85.680 Kg


19

(h) Balok balkon : 0,30 . 0,25 . 100 . 2400 : 18.000 Kg

(i) Meubelair : 10 . 60 . 150 : 90.000 Kg

(j) Kolom : 0,45.0,45 . 4 . 48 .2400 : 93.312 Kg

(k) Kolom balkon : 0,3 . 0,3 . 4 . 20 . 2400 : 17.280 Kg

(l) Dinding : 178 . 4 . 250 : 178.000 Kg

(m)Dinding balkon : 64 . 1,5 . 250 : 24.000 Kg +

WD : 830.656 Kg

b. Beban hidup

(a) Lantai : 10 . 60 . 250 : 150.000 Kg

Total : 150.000 Kg

Koefisien reduksi : 0,5 x

WL : 75.000 Kg

c. Total beban (W lantai 3)

WD + W L = 830.656 Kg + 75.000 Kg

= 905.656 Kg

3. Berat lantai 2

a. Beban mati

(a) Pelat : 10 . 60 . 0,12 . 2400 : 172.800 Kg

(b) Penggantung : 10 . 60 . 7 : 4.200 Kg

(c) Plafond : 10 . 60 . 11 : 6.600 Kg


20

(d) Spesi + Tegel : 10 . 60 . 129 : 77.400 Kg

(e) M & E : 10 . 60 . 25 : 15.000 Kg

(f) Balok induk : 0,60 . 0,35 . 96 . 2400 : 48.384 Kg

(g) Balok anak : 0,50 . 0,30 . 238 . 2400 : 85.680 Kg

(h) Balok balkon : 0,30 . 0,25 . 100 . 2400 : 18.000 Kg

(i) Meubelair : 10 . 60 . 150 : 90.000 Kg

(j) Kolom : 0,45.0,45 . 4 . 48 .2400 : 93.312 Kg

(k) Kolom balkon : 0,3 . 0,3 . 4 . 20 . 2400 : 17.280 Kg

(l) Dinding : 178 . 4 . 250 : 178.000 Kg

(m) Dinding balkon : 64 . 1,5 . 250 : 24.000 Kg +

WD : 830.656 Kg

b. Beban hidup

(a) Lantai : 10 . 60 . 250 : 150.000 Kg

Total : 150.000 Kg

Koefisien reduksi : 0,5 x

WL : 75.000 Kg

c. Total beban (W lantai 2)

WD + W L = 830.656 Kg + 75.000 Kg

= 905.656 Kg

4. Berat lantai dasar atau lantai 1

a. Beban mati
21

(a) Pelat : 10 . 60 . 0,12 . 2400 : 172.800 Kg

(b) Spesi + Tegel : 10 . 60 . 129 : 77.400 Kg

(c) Balok sloof : 0,50 . 0,30 . 284 . 2400 : 102.240 Kg

(d) Meubelair : 10 . 60 . 150 : 90.000 Kg

(e) Kolom : 0,45.0,45 . 4 . 48 .2400 : 93.312 Kg

(f) Kolom teras : 0,3 . 0,3 . 4 . 20 . 2400 : 17.280 Kg

(g) Dinding : 178 . 4 . 250 : 178.000 Kg +

WD : 731.032 Kg

b. Beban hidup

(a) Lantai : 10 . 60 . 250 : 150.000 Kg

Total : 150.000 Kg

Koefisien reduksi : 0,5 x

WL : 75.000 Kg

c. Total beban (W lantai dasar atau lantai 1)

WD + W L = 731.032 Kg + 75.000 Kg

= 806.032 Kg

Jadi, total berat gedung ialah jumlah berat dari tiap lantai.

Untuk itu total berat sebagai berikut :


22

Wt = W atap : 150.872 Kg

W lantai 3 : 905.656 Kg

W lantai 2 : 905.656 Kg

W dasar atau W lantai 1 : 806.032 Kg +

Wt : 2.768.216 Kg

4.2.2.2 Menghitung waktu getar alami struktur gedung (T)

Dengan rumus empiris :

Tx = Ty : 0.06 . H 3/4

H : 16,15 Meter

Tx = Ty : 0.06 . 16,15 3/4

: 0.48 detik

Dimana, H adalah tinggi total gedung

4.2.2.3 Menghitung koefisien gempa dasar (C)

Koefisien C didapat dari grafik wilayah gempa pada

peraturan tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk

bangunan gedung.

1. Untuk Wilayah soal Zona gempa = 4

2. Dengan T = 0.48 detik & bangunan

berada/terletak pada tanah lunak, maka dari grafik

terlampir diperoleh.
23

Gambar 4.3 Koefisien gempa dasar Wilayah 4

Koefisien gempa dasar (C) sebesar 0,05.

4.2.2.4 Menentukan faktor keutamaan (I) dan faktor jenis

struktur (K)

1. Faktor keutamaan (I) : 1,0 untuk ruang kuliah

2. Faktor jenis struktur (K) : 1,0 untuk portal beton

bertulang dengan

daktalitas penuh

4.2.2.5 Menghitung gaya geser horizontal total akibat gempa

Vx = Vy : C . I . K . Wt

: 0,05 . 1,0 . 1,0 . 2.768.216 Kg


24

: 138.410,80 Kg

4.2.2.6 Menghitung distribusi gaya geser ke struktur

bangunan gedung

1. Arah x

H/A : 16,15/60 : 0,269 < 3

Fi, x : Wi . hi . Vx
Wi . hi

2. Arah y

H/A : 16,15/10 : 1,615 < 3

Fi, y : Wi . hi . Vy
Wi . hi

Dengan :

Fi : Gaya geser horizontal akibat


gempa pada lantai ke-i

hi : Tinggi lantai ke-I terhadap lantai


dasar

Vx,y : Gaya geser horizontal total


akibat gempa untuk arah x
atau y

A, B : Panjang sisi bangunan dalam


arah x dan y
Jadi, Distribusi gaya geser horizontal total akibat gempa ke

sepanjang tinggi gedung dalam arah x dan y untuk tiap portal adalah

sebagai berikut :
25

Tabel. 4.4 Distribusi gaya geser dasar horizontal total akibat gempa ke sepanjang

tinggi gedung dalam arah x dan y

Fi x, y Untuk Tiap Portal


Tingkat Hi Wi Wi x Hi
Total
(Lantai) (M) (Kg) (Kg . m) 3/60 . Fx 3/10 . Fy
(Kg)
(Kg) (Kg)

Atap 12 150.872 1.810.464 19.765,04 988,25 5.929,51

3 8 905.656 7.245.248 79.097,18 3.954,86 23.729,15

2 4 905.656 3.622.624 39.548,59 1.977,43 11.864,58

Dasar / 1 0 806.032 0 0 0 0

Jumlah ( ) 2.768.216 12.678.336 138.410,81 6.920,54 41.523,24


26

Gambar 4.4 Distribusi Beban Gempa Portal Arah x As. 1 dan 20

Gambar 4.5 Distribusi Beban Gempa Portal Arah y As. A dan D

4.2.3 Menentukan Diagpragma dan Massa Translasi Lantai

Untuk menentukan massa translasi lantai perlu diketahui berat

total dari pada tiap-tiap lantai.


27

4.2.3.1 Diapragma dan massa translasi balok atap

Dari hasil perhitungan diperoleh berat total lantai

atap/lantai 6 (W atap/lantai 6) = 150.872 Kg.

F atap : 150.872 Kg ~ 1.508,72 KN

1. Massa balok atap (M atap)

M atap : F atap ....g = 9,81 m/det2


g

: 1.508,72
9,81

: 153,79 KN.det2/m

2. Inersia massa translasi lantai atap /lantai 6

MI atap : M atap . (b2 + d2)


12

: 153,79 . (102 + 602)


12

: 153,79 . (3.700)
12

: 760.158
12

: 47.418,58 KN.det2.m2/m

4.2.3.2 Diapragma dan massa translasi lantai 3


28

Dari hasil perhitungan diperoleh berat total lantai 3

(W lantai 3) = 905.656 Kg.

F lantai 3 : 905.656 Kg ~ 9.056,56 KN

1. Massa lantai 3 (M lantai 3)

M lantai 3 : F lantai 3 .....g = 9,81 m/det2


g

: 9.056,56
9,81

: 923,20 KN.det2/m

2. Inersia massa translasi lantai 3

MI lantai 3: M lantai 3 . (b2 + d2)


12

: 923,20 . (102 + 602)


12

: 923,20 . (3.700)
12

: 1.601.766
12

: 284.653,33 KN.det2.m2/m

4.2.3.3 Diapragma dan massa translasi lantai 2


29

Dari hasil perhitungan diperoleh berat total lantai 2

(W lantai 2) = 905.656 Kg.

F lantai 2 : 905.656 Kg ~ 9.056,56 KN

3. Massa lantai 2 (M lantai 2)

M lantai 2 : F lantai 2 .....g = 9,81 m/det2


g

: 9.056,56
9,81

: 923,20 KN.det2/m

4. Inersia massa translasi lantai 2

MI lantai 2: M lantai 2 . (b2 + d2)


12

: 923,20 . (102 + 602)


12

: 923,20 . (3.700)
12

: 1.601.766
12

: 284.653,33 KN.det2.m2/m

4.2.3.4 Diapragma dan massa translasi lantai dasar/lantai 1


30

Dari hasil perhitungan diperoleh berat total lantai

dasar/lantai 1 (W lantai dasar/lantai 1) = 806.032 Kg.

F lantai 1 : 806.032 Kg ~ 8.060,32 KN

1. Massa lantai dasar/lantai 1 (M lantai 1)

M lantai 1 : F lantai 1 ........g = 9,81 m/det2


g

: 8.060,32
9,81

: 821,64 KN.det2/m

2. Inersia massa translasi lantai dasar/lantai 1

MI lantai 1: M lantai 1 . (b2 + d2)


12

: 821,64 . (102 + 602)


12

: 821,64 . (3.700)
12

: 2.187.846
12

: 253.339 KN.det2.m2/m

4.3 PERHITUNGAN STRUKTUR PORTAL DUA DIMENSI PADA

PORTAL ARAH X DAN ARAH Y DENGAN SAP2000 VERSI 7.4

4.3.1 Inputing Data


31

Langkah awal memulai proses analisa perhitungan struktur

dengan menggunakan SAP2000, setelah membuka program terlebih

dahulu menentukan unit satuan pada kolom yang terletak pada ujung

bawah sebelah kanan tampilan layar program.

4.3.1.1 Data geometrik dan jenis tumpuan

Dalam perhitungan ini menggunakan analisa

perhitungan 2 dimensi, yang mana tinjauan portal yang

ditentukan sebagai objek perhitungan ialah portal induk dalam

artian portal yang mewakili portal-portal dalam struktur yang

direncanakan. Dimana portal tersebut ditinjau pada arah x dan

juga pada arah y bidang gambar.

1. Portal arah x dengan As. 1 dan 20

Pemodelan struktur pada portal ini dengan cara

mengambil terlebih dahulu model portal yang terdapat

dalam template yang sudah terdapat pada program

dengan asumsi acuan grid terdapat pada tengah

portal bagian bawah. Setelah mengambil model portal

pada template, maka hendaknya melakukan edit grid

dan penentuan lainnya yang datanya tertera sebagai

berikut :

a. Pada sumbu X (X location)

Dimasukkan angka-angka sebagai berikut :

-30, -21, -12, -3, 3, 12, 21, 30


32

b. Pada sumbu Z (Z location)

Dimasukkan angka-angka sebagai berikut :

-2, 0, 4, 8, 12

c. Setelah garis grid terbentuk maka dilakukan

proses penggambaran portal sesuai dengan

bentuk yang sudah ditentukan.

d. Pada ujung nodal bagian bawah diblok dan

diasumsikan perencanaan struktur

menggunakan perletakan jepit sebagai

tumpuan.

2. Portal arah y dengan As. A dan D

Pemodelan struktur pada portal ini dengan cara

mengambil terlebih dahulu model portal yang terdapat

dalam template yang sudah terdapat pada program

dengan asumsi acuan grid terdapat pada tengah

portal bagian bawah. Setelah mengambil model portal

pada template, maka hendaknya melakukan edit grid

dan penentuan lainnya yang datanya tertera sebagai

berikut :

a. Pada sumbu Y (Y location)

Dimasukkan angka-angka sebagai berikut :

-5, -3, 1, 5
33

b. Pada sumbu Z (Z location)

Dimasukkan angka-angka sebagai berikut :

-2, 0, 4, 8, 12

c. Setelah garis grid terbentuk maka dilakukan

proses penggambaran portal sesuai dengan

bentuk yang sudah ditentukan.

d. Pada ujung nodal bagian bawah diblok dan

diasumsikan perencanaan struktur

menggunakan perletakan jepit sebagai

tumpuan.

4.3.1.2 Data material

1. Beton

a. Massa jenis : 245 Kg/m3

b. Berat jenis : 2.400 Kg/m3

c. Modulus elastisitas : 200.000 Kg/cm2

d. Kuat tekan fc : 150 Kg/cm2

e. Kuat tekan geser fcs : 150 Kg/cm2

2. Baja tulangan

a. Kuat tarik leleh tulangan : 4.000 Kg/cm2

pokok

b. Kuat tarik leleh tulangan : 2.400 Kg/cm2

sengkang
34

4.3.1.3 Data penampang elemen struktur

1. K dasar atau lantai 1 : 45x45 cm2 (Rectanguler)

2. K lantai 2 : 45x45 cm2 (Rectanguler)

3. K lantai 3 : 45x45 cm2 (Rectanguler)

4. Balok induk lantai 1 : 50x30 cm2 (Rectanguler)

5. Balok induk lantai 2 : 60x35 cm2 (Rectanguler)

6. Balok induk lantai 3 : 60x35 cm2 (Rectanguler)

7. Balok induk atap : 30x20 cm2 (Rectanguler)

4.3.1.4 Data beban-beban

1. Beban mati

2. Beban hidup

3. Beban gempa

4.3.1.5 Data Pembebanan

1. Beban akibat grafitasi

Berat sendiri struktur dan juga beban hidup yang

bekerja didalamnya yang diinput dalam bentuk

beban merata ataupun beban terpusat

2. Beban angin

Beban angin dalam penginputan perhitungan ini

diasumsikan beban angin bekerja pada dinding


35

tepi luar yang dimasukkan dalam bentuk beban

merata

3. Beban gempa

Beban gempa yang bekerja dianalisa dengan

analisis statik.

4.3.1.6 Data kombinasi beban

1. Kombinasi 2 : 1,2 DL + 1,6 LL

2. Kombinasi 3 : 1,05 DL + 0,6 LL + 1,05 E

3. Kombinasi 4 : 1,05 DL + 0,6 LL 1,05 E

Yang semuanya merupakan desain beton

4.3.1.7 Kuat rencana / faktor reduksi ()

1. Bending torsion : 0,80 beban aksial

2. Shear : 0,60 geser

3. Compression (T) : 0,65 tulangan sengkang

biasa

4. Compression (S) : 0,70 tulangan sengkang

spiral

4.3.2 Analisa Perhitungan Berdasarkan Inputing Data

Apabila proses penginputan telah selesai dilakukan, maka

proses selanjutnya ialah melakukan analisa perhitungan. Analisa


36

perhitungan dimaksudkan agar dapat diketahui hasil dari semua

tahapan proses inputing data. Analisa perhitungan SAP2000

dilakukan dengan me-run atau dengan menekan tombol F5 pada

keyboard, maka akan muncul tampilan deretan analisa yang panjang.

Apabila akhir dari tampilan menyatakan informasi ANALISYS

COMPLETE maka inputing data yang dibuat benar dan secara

otomatis hasil analisa dapat dipakai, akan tetapi jika informasi yang

ditampilkan pada akhir menyatakan ANALISYS ERROR itu berarti

pada saat inputing data terdapat kesalahan dan perlu adanya

pengecekan ulang bahkan mengulangi dari awal proses perhitungan.

4.3.3 Output Data

Setelah proses analisa perhitungan dengan cara me-run dan

informasi menyatakan ANALISYS COMPLETE, maka secara

otomatis hasil dari proses analisa tersebut dapat dilihat, adapun hasil

analisa perhitungan atau output data yang dihasilkan sebagai

berikut :

4.3.3.1 Gaya-gaya dalam

1. P, gaya aksial

2. V2, gaya geser pada bidang 1-2

3. V3, gaya geser pada bidang 1-3

4. T, momen torsi aksial


37

5. M2, momen pada bidang 1-3 (momen terhadap

sumbu-2)

6. M3, momen pada bidang 1-2 (momen terhadap

sumbu-3)

7. Reaksi pada perletakan

4.3.3.2 Desain luas tulangan

Luas tulangan longitudinal untuk kebutuhan tulangan

pokok dan tulangan geser

4.3.4 Hasil Desain

Dari hasil analisa perhitungan struktur dengan SAP 2000 versi

7.4 yang telah dibuat didapatkan hasil-hasil desain penampang balok

maupun kolom. Dari kesuluruhan hasil desain yang ada, desain yang

diambil ialah desain penampang yang sudah ditentukan setiap lantai

baik balok ataupun kolom yang hasilnya dianggap kritis, kritis dalam

artian momen atau geser yang terjadi lebih besar, dalam hal ini portal

arah X yang diambil sebagai portal kritis dimana semua kebutuhan

tulangan terbesar ada pada portal arah X dibanding portal arah Y.

Berikut adalah hasil-hasil desain penampang :

4.3.4.1 Kolom
38

1. Kolom lantai dasar atau lantai 1

Gambar 4.6 Desain kebutuhan tulangan kolom lantai dasar atau lantai 1

Dari gambar luas tulangan untuk penampang

yang terdapat pada rebar area adalah 2.025 mm2

digunakan 8 D 19 (As = 2.267 mm2).

Atau 12 D 16 (As = 2.412 mm2).

Sengkang : 10 150 mm

2. Kolom lantai 2
39

Gambar 4.7 Desain kebutuhan tulangan kolom lantai 2

Dari gambar luas tulangan untuk penampang

yang terdapat pada rebar area adalah 2.025 mm2

digunakan 8 D 19 (As = 2.267 mm2).

Atau 12 D 16 (As = 2.412 mm2).

Sengkang : 10 150 mm

3. Kolom lantai 3
40

Gambar 4.8 Desain kebutuhan tulangan kolom lantai 3

Dari gambar luas tulangan untuk penampang

yang terdapat pada rebar area adalah 2.025 mm2

digunakan 8 D 19 (As = 2.267 mm2).

Atau 12 D 16 (As = 2.412 mm2).

Sengkang : 10 150 mm

4.3.4.2 Balok

1. Balok induk lantai 1


41

Gambar 4.9 Desain kebutuhan tulangan tumpuan balok induk lantai 1

Tumpuan : Daerah Tarik terbesar ada pada element ID 15

portal arah X dengan As perlu

Tulangan atas : 1.521,14 mm2 digunakan

6 D 19 (As = 1.700 mm2)

Tulangan bawah : 650,74 mm2 digunakan

3 D 19 (As = 850 mm2)

Sengkang : 10 150 mm
42

Gambar 4.10 Desain kebutuhan tulangan lapangan balok induk lantai 1

Lapangan : Daerah Tarik terbesar ada pada element ID 15

portal arah X dengan As perlu

Tulangan atas : 465,40 mm2 digunakan

2 D 19 (As = 567 mm2)

Tulangan bawah : 826,97 mm2 digunakan

3 D 19 (As = 850 mm2)

Sengkang : 10 180 mm

2. Balok induk lantai 2


43

Gambar 4.11 Desain kebutuhan tulangan tumpuan balok induk lantai 2

Tumpuan : Daerah Tarik terbesar ada pada element ID 10

portal arah Y dengan As perlu

Tulangan atas : 2.282,46 mm2 digunakan

6 D 19 (As = 1.700 mm2)

+ 3 D 16 (As = 603 mm2)

Tulangan bawah : 974,07 mm2 digunakan

4 D 19 (As = 1.134 mm2)

Sengkang : 10 150 mm
44

Gambar 4.12 Desain kebutuhan tulangan lapangan balok induk lantai 2

Lapangan : Daerah Tarik terbesar ada pada element ID 10

portal arah Y dengan As perlu

Tulangan atas : 644,72 mm2 digunakan

3 D 19 (As = 850 mm2)

Tulangan bawah : 1.020,87 mm2 digunakan

4 D 19 (As = 1.134 mm2)

Sengkang : 10 180 mm

3. Balok induk lantai 3


45

Gambar 4.13 Desain kebutuhan tulangan tumpuan balok induk lantai 3

Tumpuan : Daerah Tarik terbesar ada pada element ID 15

portal arah Y dengan As perlu

Tulangan atas : 2.284,21 mm2 digunakan

6 D 19 (As = 1.700 mm2)

+ 3 D 16 (As = 603 mm2)

Tulangan bawah : 974,68 mm2 digunakan

4 D 19 (As = 1.134 mm2)

Sengkang : 10 150 mm
46

Gambar 4.14 Desain kebutuhan tulangan lapangan balok induk lantai 3

Lapangan : Daerah Tarik terbesar ada pada element ID 10

portal arah Y dengan As perlu

Tulangan atas : 645,11 mm2 digunakan

3 D 19 (As = 850 mm2)

Tulangan bawah : 1.020,87 mm2 digunakan

4 D 19 (As = 1.134 mm2)

Sengkang : 10 180 mm

4. Ring Balk (Balok Atap)


47

Gambar 4.17 Desain kebutuhan tulangan tumpuan balok induk lantai 4

Dari gambar luas tulangan untuk penampang

yang terdapat pada rebar area adalah 600 mm2

digunakan 6 D 12 (As = 678 mm2).

Sengkang : 8 180 mm

Anda mungkin juga menyukai