Perkerasan Jalan
Beban Berlebih
Tanah Lunak
Tantangan ke-5 :
Mutu Konstruksi
Bagian I Struktur
Perkerasan Baru
Prosedur Desain
Perkerasan Lentur
Perkerasan Kaku
Perkerasan Lentur
Perkerasan Lentur
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Umur Rencana
CESA4
Traffic Multiplier (TM)
CESA5= TM x CESA4
Jenis Perkerasan (discounted whole of life cost)
Homogenous Section & Daya Dukung Tanah
Dasar
7. Struktur Pondasi Jalan
8. Struktur Perkerasan
9. Kecukupan Struktur relatif thd Pd T-01-2002-B?
10.Standar Drainase Bawah Permukaan
11.Kebutuhan Bahu Jalan Berpenutup
2. CESA4
Traffic Counting
Perkerasan Lentur
Perkerasan Kaku
(1)
Tabel 4.5
R = ((1+0,01i)UR-1)/0,01i
Jika tidak ada data pertumbuhan (i), gunakan berikut:
2011 2020
5
3,5
1
Jalan desa
minor dng
akses
kendaraan
berat terbatas
Jalan kecil 2
arah
Jalan lokal
Akses lokal
daerah industri
atau quarry
Jalan kolektor
Umur
Renc
ana
(th)
30
Kend
berat
(%
dari
lalu
lintas)
3
Pertum
buhan
Lalu
Lintas
(%)
20
22
14.454
3,16
4,5 x 104
90
20
22
21.681
3,16
7 x 104
500
500
6
8
20
20
1
3.5
22
28,2
2,1
2,3
252.945
473.478
3,16
3,16
8 x 105
1,5 x 106
2000
20
3.5
28,2
2,2
1.585.122
3,16
5 x 106
Tabel 4.5 Klasifikasi Kendaraan dan Vehicle Damage Factor (VDF) Baku
Jenis Kendaraan
Konfigur
asi
sumbu
Klasifi
kasi
Lama
Alterna
tif
Uraian
1
2 , 3, 4
1
2, 3, 4
5a
5b
6a.1
5a
5b
6.1
6a.2
6.2
Sepeda Motor
Sedan/Angkot/pickup
/station wagon
Bus kecil
Bus besar
Truk 2 sumbu - cargo
ringan
Truk 2 sumbu - ringan
6b1.1
7.1
6b1.2
6b2.1
Muatan2 yang
diangkut
1.1
1.1
51,7
74,3
3,5
0,1
4,6
5,00
0,20
6,60
1,6
1,7
3,8
5.50
0,9
0,8
3,9
5,60
1.2
1.2
1.1
muatan umum
2
2
2
1.2
2
2
1.2
muatan umum
7.2
1.2
8.1
1.2
muatan umum
6b2.2
8.2
1.2
7a1
9.1
1.22
muatan umum
7a2
9.2
1.22
7a3
9.3
1.1.2
0,1
7b
10
1.2 - 2.2
7c1
11
1.2 - 22
7c2.1
12
7c2.2
13
7c3
14
0,3
1,0
0,3
0,2
1,0
0,2
0,8
0,8
0,7
0,7
7,3
11,2
64,4
0,10
28,9
62,2
0,5
0,70
36,9
90,4
0,3
0,50
13,6
24,0
1.22 - 22
0,7
1,00
1.2 - 222
0,3
0,50
19,0
33,2
30,3
69,7
41,6
93,7
(3)
(2)
11,2
7,6
28,1
2. CESA4
2. CESA4
2. CESA4
(4)
2. CESA4
(5)
ESA4 = (Lij/SL)4
Lij : beban pada sumbu atau kelompok sumbu
SL : beban standar untuk sumbu atau kelompok
sumbu, mengikuti Pd T-05-2005 (hanya diadopsi
beban standarnya saja), untuk STRT = 5,4 ton, STRG
= 8,16 ton, STdRG = 13,75 ton & STrRG = 18,45 ton
4. CESA5
Project
Section
Date of traffic count
Date
vehicle type
COMMERCIAL VEHICLES
vehicle description
transported goods
characteristic vehicle
damage factor
(VDF = ESA / vehicle)
4th power
5 th power
DGH
Proposed?
2 , 3, 4
2, 3, 4
5a
5a
Light bus
0.3
0.2
5b
5b
Heavy bus
6a.1
6.1
general
0.3
0.2
6a.2
6.2
0.8
0.8
6b1.1
7.1
general
6b1.2
7.2
1.6
1.7
6b2.1
8.1
general
0.9
0.8
6b2.2
8.2
7.3
11.2
7a1
9.1
3-axle truck
general
7.6
11.2
7a2
9.2
3-axle truck
28.1
64.4
7a3
9.3
all
28.9
62.2
motor bike
Sedan / Angkot / pickup / station wagon
0.7
0.7
7b
10
all
36.9
90.4
7c1
11
all
13.6
24
7c2.1
12
all
19
33.2
7c2.2
13
all
30.3
69.7
7c3
14
all
41.6
93.7
PROJECT DATA
calculated
AADT by
vehicle type VDF 4 * AADT
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
calculated
VDF5 * AADT
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
ESA5 = (Lij/SL)5
Lij : beban pada sumbu atau kelompok sumbu
SL : beban standar untuk sumbu atau kelompok
sumbu, mengikuti Pd T-05-2005 (hanya diadopsi
beban standarnya saja), untuk STRT = 5,4 ton, STRG
= 8,16 ton, STdRG = 13,75 ton & STrRG = 18,45 ton
#DIV/0!
5. Jenis Perkerasan
Struktur Perkerasan
Bagan
Desain
0.1 4
1, 2
4 - 10
10 30
> 30
2
2
3
1
1
1, 2
1, 2
3
1
Zona
II
III
III
I
III
III
III
II
Curah hujan
(mm/tahun)
<1400
1400 - 1800
Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi,
Papua, Bali, seperti yang
ditunjukkan gambar
1900 - 2500
IV
II
tropis, kelembaban
sedang dengan musim
hujan jarang
tropis, kelembaban
sedang dengan musim
hujan sedang
Lokasi
III
III
III
Uraian
(HDM 4 types)
>3000
Posisi
LHRT 2000
1
2
3
4
Posisi
Dibawah standar
Dibawah
muka air
standar
desain minimum
1200 mm di bawah standar
tanah
desain
(tidak direkotanah dasar
desain
rencana
minimum
mendasikan)
minimum
(Tabel 15)
Jenis
Tanah
Lempung
subur
Lempung
kelanauan
Lempung
kepasiran
Lanau
IP
standar
1200 mm di
desain
bawah tanah dasar
minimum
50 70
40
30
20
10
2,5
3
4
4
1
2,7
3,3
4,3
4,3
1,3
3
4
5
5
2
2,5
3,5
4,5
4,5
1
2,6
3,6
4,8
5
1,3
3
4
5,5
6
2
Catatan dalam kasus 2,3,4 atau 6 nilai digunakan untuk desain perlu disesuaikan dengan faktor penyesuaian m.
FSL : finished surface level (sampai dengan bagian teratas perkerasan)
(3)
(2)
(4)
Lapisan lunak dng kepadatan rendah (umumnya 1200 1500 kg/m3) yg terletak di bawah
lapisan keras yang terletak di bawah muka
tanah dasar rencana. Kondisi ini sering terjadi
pada daerah alluvial kering terkonsolidasi &
harus diidentifikasi dengan pengujian DCP.
Musim
Musim Hujan dan Tanah Jenuh
Peralihan
Musim Kering
(5)
Faktor Penyesuaian
Minimum utk CBR dari
pengujian DCP
0,90
0,80
Faktor Penyesuaian
Minimum Pengukuran
Lendutan
1
1,15
0,70
1,13
YES
Tanahnya
jenuh atau
berpotensi
jenuh ?
NO
YES
NO
Metode Desain A
(prosedur subgrade
standar)
Metode Desain B
(tanah alluvial
jenuh)
Metode Desain C
(tanah alluvial
kering)
(2)
Tanahnya
alluvial
dengan
kepadatan
rendah ?
(1)
Prosedur
Desain
Pondasi
Uraian Struktur
Pondasi Jalan
<2
2-4
>4
SG6
SG5
SG4
SG3
2.5
SG2,5
SG1 aluvial1
100
100
150
150
200
300
175
250
350
400
500
600
Lapis penopang
(capping layer) (2)(4)
1000
1100
1200
650
750
850
AE
200
4
6
10
14
(4)
5
9
13
19
(3)
(5)
Tanah Gambut :
(6)
(8)
Konstruksi harus dilaksanakan bertahap utk mengakomodasi terjadinya konsolidasi sebelum penghamparan lapis perkerasan beraspal. Perkerasan kaku
(tidak termasuk cakar ayam & micropile slab) tidak
boleh dibangun diatas tanah gambut.
Jika dibutuhkan timbunan tinggi, seperti oprit jembatan, extended structure harus digunakan atau
timbunan harus dipancang untuk mengurangi beban
lateral pada tiang pancang jembatan. Kemiringan
timbunan tidak boleh lebih curam dari 1:3 kecuali
terdapat bordes (berm).
Jika pengalaman yg lalu dari kinerja jalan akibat lalin
diatas tanah gambut terbatas, maka timbunan percobaan harus dilaksanakan. Timbunan percobaan
harus dipantau untuk memeriksa stabilitas timbunan, waktu pembebanan & data lainnya. Tidak boleh
ada pelaksanaan pekerjaan sebelum percobaan selesai (ket. ini harus dimasukkan dalam Gbr Rencana)
(7)
Tanah Ekspansif :
(9)
10
(10)
Tanah Lunak
Tanah Lunak
(2)
Umum :
Tinggi Minimum Tanah Dasar diatas Muka Air Tanah dan Muka Air Banjir
Kelas Jalan
Tinggi tanah dasar diatas muka air Tinggi tanah dasar diatas
tanah (mm)
muka air banjir (mm)
500 (banjir 50 tahunan)
Jalan Bebas
1200 (jika ada drainase bawah
Hambatan
permukaan di median)
1700 (tanpa drainase bawah
permukaan di median)
Jalan Raya
600 (jika ada drainase di median)
Jalan Sedang
500 (banjir 10 tahunan)
600
Jalan Kecil
Tidak digunakan
400
Tanah lunak didefinisikan sebagai tanah terkonsolidasi normal (normally consolidated) atau terkonsolidasi sedikit over yang biasanya lempung atau lempung kelanauan. CBR lapangan tanah ini < 3% dan
kuat geser (qc)< 7,5 KPa hingga kedalaman 1 5 m
Tanah lunak mempunyai rasio terkonsolidasi over
mendekati 1, mengindikasikan tidak adanya konsolidasi sebelumnya selain tekanan tanah permukaan
eksisting. Setelah lapis kerak permukaan, nilai qc
meningkat linier seiring kedalaman. Konsolidasi
normal biasanya ditemukan pada daerah dataran
alluvial Indonesia
Metode biasa dengan memadatkan permukaannya
dan mengadopsi nilai CBR laboratorium tidak berlaku
Tanah Lunak
(3)
Lapis Penopang :
(1)
Separator Geotekstil :
11
8. Struktur Perkerasan
Modulus lapisan aspal ditetapkan berdasarkan temperatur udara 24C - 34C dan Temperatur Perkerasan
Tahunan Rata-rata (MAPT) 410C.
Jika MAPT berbeda maka faktor penyesuaian tebal
lapis beraspal dapat digunakan
Temperatur perkerasan
tahunan rata-rata (MAPT) (C)
Faktor koreksi tebal aspal
34 - 38
39 - 43
44 - 48
0,91
1,00
1,09
8. Struktur Perkerasan
8. Struktur Perkerasan
(1)
(3)
MPAT 41C
Modulus Tipikal
HRS-WC
800 MPa
HRS-Base
900 MPa
AC-WC
1100 MPa
AC-BC (lapis lebih atas)
1200 MPa
AC-Base atau AC-BC
1600 MPa
(sebagai lapis bawah)
Bahan Bersemen
500 MPa retak
Tanah Dasar
(disesuaikan musiman)
10xCBR (MPa)
8. Struktur Perkerasan
0,20 (mulus)
0,35 (retak)
0,45 (kohesif)
0,35 (non kohesif)
(4)
(2)
Sertifikat manufaktur
Pengujian menyeluruh oleh laboratorium yg disetujui
Analisis desain mekanistik dengan menggunakan
prinsip prinsip dalam Manual ini
Pengujian lapangan jika diminta Bina Teknik
Bukti bahwa transportasi dan penyimpanan aspal, alat
pencampuran dan penghamparan sesuai dengan
campuran beraspal modifikasi yang digunakan
12
STRUKTUR PERKERASAN
F1
F2
F3
F4
F5
< 0,5
0,5 - 2,0
F6
F7
F8
2,0 - 4,0
4,0 - 30
30 - 50
50 - 100
murah 3
STRUKTUR PERKERASAN
200 - 500
100 - 200
FF1
HRS, SS,
Pen Mac
ACkasar atau
AC halus
HRS
HRS WC
HRS Base
AC WC
Lapisan beraspal
AC BC5
CTB atau
CTB4
LPA Kelas A2
LPA Kelas A
LPA Kelas A, LPA Kelas B atau kerikil alam
atau lapis distabilisasi dengan CBR >10%
30
35
150
250
150
125
30
35
50
220
150
150
50
280
150
150
125
Catatan :
1.
Ketentuan-ketentuan struktur Pondasi Bagan Desain 2 juga berlaku
2.
Ukuran Gradasi LPA nominal maks harus 20mm untuk tebal lapisan 100 150 mm atau 25 mm untuk tebal lapisan 125 150 mm
3.
Pilih Bagan Desain 4 untuk solusi perkerasan kaku untuk life cycle cost yang rendah
4.
Hanya kontraktor yang cukup berkualitas dan memiliki akses terhadap peralatan yang sesuai dan keahlian yang diijinkan melaksanakan
pekerjaan CTB. LMC dapat digunakan sebagai pengganti CTB untuk pekerjaan di area sempit atau jika disebabkan oleh ketersediaan alat.
5.
AC-BC harus dihampar dengan tebal padat minimum 50 mm dan maksimum 80 mm.
6.
HRS tidak digunakan untuk kelandaian yang terjal atau daerah perkotaan dengan lalu lintas > 1 juta ESA.
Lihat Bagan Desain 3A untuk alternatif
FF2
FF3
FF4
AC kasar
AC WC
AC BC lapis 1
AC BC lapis 2/ AC Base
AC BC lapis 3/ AC Base
LPA Kelas A lapis 1
LPA Kelas A lapis 2/ LPA Kelas B
LPA Kelas A , LPA Kelas B atau kerikil
alam atau lapis distabilisasi dengan CBR >10%
150
150
Catatan : Bagan Desain 3A hanya digunakan jika HRS atau CTB sulit untuk dilaksanakan, namun untuk desain
perkerasan lentur tetap lebih mengutamakan desain menggunakan Bagan Desain 3.
FF2
FF3
FF4
FF5
FF6
Lihat Catatan 3
1-2
2-4
47
7 - 10
10 - 20
FF8
FF9
Lihat Catatan 3
20 - 30
30 - 50
50 - 100
100 - 200
40
40
40
40
40
40
40
40
40
AC BC
60
60
60
60
60
60
60
60
60
AC Base
LPA
Catatan
70
80
105
145
160
180
210
245
400
300
300
300
300
300
300
300
300
Burda
Lapis Pondasi Agregat Kelas A
Lapis Pondasi Agregat kelas A, atau kerikil
alam atau distabilisasi, CBR 10%, pada
subgrade dengan CBR 5%
STRUKTUR PERKERASAN
SD1
SD53
SD2
SD3
SD43
Beban sumbu 20 tahun pada lajur desain CESA4x106)
<0,1
10 - 30
0,1 - 0,5
0,5 - 4
4 - 10
Ketebalan Lapis Perkerasan (mm)
20 nominal
200
250
300
320
340
100
110
140
160
180
4.
5.
FF1 atau FF2 harus lebih diutamakan daripada solusi F1 dan F2 atau dalam situasi jika HRS berpotensi rutting
FF3 akan lebih efektif biaya relatif terhadap solusi F4 pada kondisi tertentu
CTB dan pilihan perkerasan kaku (Bagan Desain 3) dapat lebih efektif biaya tapi dapat menjadi tidak praktis jika
sumber daya yang dibutuhkan tidak tersedia. Solusi dari FF5 - FF9 dapat lebih praktis daripada solusi Bagan Desain
3 atau 4 untuk situasi konstruksi tertentu. Contoh jika perkerasan kaku atau CTB bisa menjadi tidak praktis :
pelebaran perkerasan lentur eksisting atau diatas tanah yang berpotensi konsolidasi atau pergerakan tidak seragam
(pada perkerasan kaku) atau jika sumber daya kontraktor tidak tersedia.
Faktor reliabilitas 80% digunakan untuk solusi ini.
Bagan Desain 3A digunakan jika HRS atau CTB sulit untuk diimplementasikan
Catatan :
1 Ketentuan-ketentuan struktur pondasi jalan Bagan Desain 1 juga berlaku untuk Bagan Desain 5.
2 Lapis Pondasi Agregat Kelas A harus dihampar dng tebal padat minimum 125 mm dan maksimum 200 mm.
3 SD4 dan SD5 hanya digunakan untuk konstruksi bertahap atau untuk penutupan bahu.
4 Dibutuhkan pengendalian mutu yang baik untuk semua lapis perkerasan
13
STRUKTUR PERKERASAN
SC1
SC2
SC3
Beban Sumbu 20 tahun pada lajur
desain (CESA4x106)
<0,1
0,1- 0,5
0,5 4
Ketebalan lapis perkerasan (mm)
50
160
220
300
110
150
200
160
200
260
Catatan :
1. Bagan Desain 6 digunakan untuk semua tanah dasar dengan CBR > 3%. Ketentuan Bagan Desain 2 tetap
berlaku untuk tanah dasar yang lebih lemah.
2. Stabilisasi satu lapis lebih dari 200 mm sampai 300 mm diperbolehkan jika disediakan peralatan stabilisasi
yang memadai dan untuk pemadatan digunakan pad-foot roller kapasitas berat statis minimum 18 ton.
3. Bila catatan 2 diterapkan, lapisan distabilisasi pada Bagan Desain 5 atau Bagan Desain 6 boleh dipasang
dalam satu lintasan dng persyaratan lapisan distabilisasi dalam Bagan Desain 2 sampai maksimum 300 mm.
4. Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas A harus dengan ukuran nominal maksimum 30 mm jika dihamparkan
dengan lapisan kurang dari 150 mm.
5. Hanya kontraktor berkualitas dan mempunyai peralatan diperbolehkan melaksanakan pekerjaan Burda atau
pekerjaan Stabilisasi.
6. Solusi yang tidak menyelesaikan kendala menurut Bagan Desain 7 dapat ditentukan menggunakan Bagan
Desain 8 yang diberikan Lampiran C.
Modulus lapisan aspal ditetapkan berdasarkan temperatur udara 24C - 34C dan Temperatur Perkerasan
Tahunan Rata-rata (MAPT) 410C.
Koefisien Relatif (a1) adalah 0,31 bukanlah 0,40-0,44
Pd T-01-2002-B :
BAGAN DESAIN 7 PERKERASAN TANPA PENUTUP BERASPAL & LAPIS TIPIS BURDA
Bagan Desain 7 memberikan pendekatan desain menggunakan grafik untuk semua kerikil alam,
batu pecah dan perkerasan distabilisasi baik yang berpengikat ataupun dengan lapis tipis Burda.
Prosedur penggunaan bagan ini diberikan dalam Lampiran C.
Permukaan DBST Burda : Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau batu kerikil atau kerikil stabilisasi CBR 30%
Permukaan kerikil : Agregat kelas A atau batu kerikil atau kerikil stabilisasi CBR 30% dan PI 4-12%
Tebal
material
berbutir
(mm)
14
DEFAULT PARAMETER
Koefisien Drainase
Baik sekali
2 jam
Baik
1 hari
Sedang
1 minggu
Jelek
1 bulan
Jelek sekali
Kualitas
Drainase
Baik sekali
Baik
Sedang
Jelek
Jelek sekali
15%
1,35 1,30
1,25 1,15
1,15 1,05
1,05 0,80
0,95 0,75
5 25 %
1,30 1,20
1,15 1,00
1,00 0,80
0,80 0,60
0,75 0,40
> 25 %
1,20
1,00
0,80
0,60
0,40
15
Kondisi Lapangan
(digunakan untuk pemilihan
nilai m yang sesuai)
nilai 'm'
utk desain
Bahu
Bahu
0.4
Muka air tanah tinggi
Agregat kelas B
Bahu
1.0
Drainase
sub soil
Lapis Pondasi agregat kelas B
Bahu Berpengikat:
Bahu
Geotekstil
0.7
Bahu
Geotekstil
Rounding
Drainase
sub soil
1.2
Aggregate base B
0.9
1.2
Bahu
Detail Tipikal
.
4. Timbunan dengan tepi permeabilitas
rendah dan lapis pondasi bawah
boxed. Tepi jalur drainase lebih dari
500 m. solusi alternatif dengan drainase melintang dari sub base pada
jarak < 10 m atau pada titik terendah.
Detail Tipikal
Kondisi Lapangan
(digunakan untuk pemilihan
nilai m yang sesuai)
nilai 'm'
utk desain
16
Penetrasi makadam
Burda
Beton aspal (AC)
Beton
Kombinasi dari tied shoulder beton 500 600 mm
dan bahu dengan pengikat aspal
Perkerasan Kaku
Perkerasan Kaku
1. Umur Rencana harus 40 tahun kecuali ditentukan lain
2. Kelompok sumbu kendaraan niaga desain yg lewat
selama umur rencana
3. Daya dukung efektif tanah dasar
4. Struktur Pondasi Jalan
5. Lapisan Drainase & Lapisan Subbase
6. Jenis Sambungan, biasanya Ruji (Dowel)
7. Jenis Bahu Jalan
8. Tebal Lapisan Pondasi dari solusi yg diberikan dalam
Bagan Desain 4
9. Detailed Desain meliputi demensi slab, penulangan
slab, posisi anker, ketentuan sambungan dsb
10. Kebutuhan daya dukung tepi perkerasan
Perkerasan Kaku
17
STRG
STdRT
STdRG
STrRG
STRG
STdRT
STdRG
STrRG
0,13
0,13
Catatan :
STRT : Sumbu tunggal roda tunggal
STRG :Sumbu tunggal roda ganda
STdRT : Sumbu tandem roda tunggal
STdRT : Sumbu tandem roda ganda
STrRG : Sumbu tridem roda ganda
0,4
0,9
0,4
0,13
0,26
0,26
0,13
0,40
0,13
0,13
0,13
0,13
55.8%
26.4%
4.3%
12.2%
1.3%
Catatan:
Berlaku untuk perhitungan desain
ketebalan pelat perkerasan kaku.
Sumber data RSDP3 Activity #201
studi sumbu kendaraan niaga di
Demak, Jawa Tengah Tahun 2011
(PANTURA)
18
GAMBAR 10-1
CBR Maksimum Tanah Dasar untuk Permukaan Tanah Lunak yang diberi Lapis Penopang
Catatan :
1. Tinggi timbunan ditentukan dari platform permukaan tanah lunak sampai dasar dari lapis
pondasi Lean Mix Concrete
2. CBR efektif untuk desain perkerasan kaku ditentukan dari Gambar 10-1 sangatlah sensitif
terhadap tinggi timbunan dan nilainya lebih rendah dari pada nilai yang dihasilkan dari sebagian
besar metode-metode lainnya untuk tinggi timbunan < 3 m.
Gambar 10-2
Struktur perkerasan kaku yang digunakan dalam analisa Gambar 10.1
(kasus perkerasan kaku)
Deformasi plastis di bawah sambungan perkerasan kaku bersamaan dng erosi material tanah
dasar melalui sambungan, menyebabkan rongga
yg mungkin memerlukan undersealing/mud
jacking.
19
GAMBAR 10-3
Tinggi minimum dari permukaan akhir sampai batas deformasi plastis
permukaan tanah lunak asli dibawah sambungan pelat
Jenis penurunan
2 bentuk penurunan yang berbahaya akibat konsolidasi tanah : perbedaan penurunan pada semua daerah & penurunan total dekat bangunan
struktur.
Penurunan total dekat bangunan struktur adalah
yg paling kritis. Setiap jenis penurunan dapat
dikurangi dng pra pembebanan. Penurunan
pasca konstruksi yg cukup besar (penurunan
setelah dimulainya pelaksanaan lapis perkerasan)
menyebabkan kerusakan struktural dan
hilangnya kualitas berkendara dan karena itu
harus dipertimbangkan
Batas-batas penurunan (settlement) bagi
timbunan pada tanah lunak dalam Tabel 10.1
berikut ini
Kelas Jalan
Uraian
Batas yang
diijinkan
Penurunan mutlak
Total 100 mm
setelah dimulainya
pelaksanaan perkerasan
(setara dengan di
samping bangunan
struktur)
Perbedaan Penurunan
dan Penurunan Total jika
bersampingan dengan
bangunan struktur
Penurunan Rangkak
(Creep Settlement)
akibat beban dinamis
dan statis
0,003:1
(perubahan
kemiringan 0,3%)
Penanganan pencegahan
tipikal
a) Pra-pembebanan sebelum
pelaksanaan perkerasan (pra
pembebanan pada oprit
struktur, sebesar periode
konsolidasi primer mungkin
dibutuhkan kecuali
penanganan tambahan
diberikan)
b) wick drain atau beban
timbunan tambahan
sementara (surcharge) bila
diperlukan untuk
mempercepat konsolidasi
c) penggantian tanah atau
pemancangan pada bagian
oprit struktur
Seperti untuk total settlement
20
PERHATIAN
Beton bertulang hendaknya digunakan ketika
salah satu dari kondisi berikut ini tidak bisa
dipenuhi: a) batas-batas perbedaan penurunan yg diuraikan dalam Tabel 10.1, b) tinggi
timbunan yg disyaratkan pada Gambar 10.3.
Beton bertulang menerus hendaknya digunakan pada alinyemen baru ketika kondisikondisi tsb di atas tidak dapat dipenuhi atau
jika dinilai lebih murah. JRCP (Perkerasan
Beton Bertulang Dengan Sambungan)
digunakan di lokasi lainnya
Penanganan-penanganannya termasuk
penggantian tanah, pemadatan berenergi
tinggi, kolom batu, pencampuran tanah dsb.
Penggunaan perkerasan lentur pada oprit
jembatan hendaknya dipertimbangkan
sekaligus dng penjadwalan overlay pada
oprit, untuk mengurangi penanganan tanah
lebih lanjut yg diperlukan
Catatan :
1. Wick drain, surcharge, konsolidasi vakum atau penanganan lainnya agar
dipertimbangkan untuk mengurangi waktu pra-pembebanan sehubungan
dengan waktu yang tersedia untuk pra-pembebanan yang terbatas.
2. Penilaian geoteknik dibutuhkan untuk menentukan waktu pra-pembebanan
yang sebenarnya.
3. Timbunan > 3 m diatas tanah lunak membutuhkan penyelidikan geoteknik
menyeluruh terutama untuk stabilitas lereng.
21
Tinggi Minimum Timbunan untuk Mendukung Perkerasan Kaku diatas Tanah Lunak Tanpa Perbaikan
Timbunan minimum untuk tanah dasar memenuhi ketentuan lantai kerja (Bagan Desain 2).
Timbunan min.
1200mm
Struktur perkerasan
520mm
TOTAL
2070 mm
Timbunan total minimum untuk menahan deformasi plastis pada tanah asli (Gambar 10.3)
Timbunan min.
1750 mm
TOTAL
2100 mm
Struktur perkerasan
520 mm
TOTAL
1670 mm
Tinggi minimum untuk ruang bebas air banjir
Struktur perkerasan
520 mm
TOTAL
1970 mm
22
Tujuan
Membatasi tegangan & pengendalian retak akibat
penyusutan, lenting dan beban lalu lintas
Memudahkan pelaksanaan
Jenis Sambungan
Sambungan memanjang
Sambungan melintang
Sambungan isolasi
23
Dilakukan dengan :
Menggergaji atau
Diamater Ruji
No.
1
2
3
4
5
Diameter Ruji
(mm)
20
24
28
33
36
24
Bahu Berpengikat:
(1)
25
(Persyaratan desain untuk bagan solusi : perkerasan dengan sambungan dan dowel
serta tied shoulder, dengan atau tanpa tulangan distribusi retak)
Perkerasan Kaku untuk Jalan Desa dengan Lalu Lintas rendah, jalan untuk jumlah
kendaraan niaga rendah dan lalu lintas seperti dalam Bagan Desain 4A
Tanah dasar
Struktur Perkerasan
Kelompok sumbu kendaraan berat
(overloaded)11
R1
R2
R3
R4
R5
<4.3x106
<8.6 x 106
< 25.8x106
<43 x 106
<86 x 106
295
305
Ya
STRUKTUR PERKERASAN (mm)
265
275
285
150
Dowel
Tidak dibutuhkan
150
LMC
Tidak dibutuhkan
125 mm
4m
Perlu dicatat bahwa bagan di dalam Pd T-14-2003 tidak boleh digunakan untuk
desain perkerasan kaku tersebut didasarkan pada ketentuan berat kelompok
kendaraan resmi yang tidak realistis dengan kondisi Indonesia. Para desainer
harus menggunakan pembebanan kelompok beban yang aktual. LAMPIRAN A
memberikan pembebanan kelompok sumbu yang mewakili untuk Indonesia.
Sambungan Isolasi :
26
Pola Sambungan :
27
Penutup Sambungan :
Angker Panel
Angker Blok
36
6 10
>10
Setiap panel
28
Tepi luar
Tempat keluarnya
air (daylight) melalui
lapisan rembesan yg
lebih bawah
P+S+C
Bagian II
Rehabilitasi Perkerasan
29
Hitung CESA4/10
Tentukan UR sesuai Tabel 2-1
Kriteria Beban Lalin
(juta ESA5)
Umur Rencana
Perkerasan Lentur
Pemicu tahap
perencanaan
pemrograman (level
jaringan)
<0,5
seluruh penanganan 10
tahun
- IRI
- visual
0,5 30
> 30
rekonstruksi 20 tahun
overlay struktural 15 tahun
overlay non struktural 10 tahun
penanganan sementara sesuai
kebutuhan
- IRI
- IRI
- visual
- visual
- interval lendutan - interval lendutan
500 m
500 m
- core atau test pit
pada 5000 m
Deskripsi
Pemicu
Lendutan 1
Pemicu
Lendutan 2
Pemicu IRI 1
Pemicu IRI 2
Pengukuran
Lendutan BB
(lendutan FWD terkoreksi
dapat digunakan)
Tujuan
Titik dimana dibutuhkan overlay struktural.
Nilai IRI
Pemicu IRI 3
Pemicu Kondisi 1 Kedalaman alur > 30 mm,
visual: retak, pelepasan
butir, pengelupasan, atau
indeks ketidak-rataan > 8,
atau kendala ketinggian.
Tidak dibutuhkan rekonstruksi.
30
Rekonstruksi
Daur ulang
1
2
1
2
3
4
5
6
7
Penanganan
Hanya pemeliharaan
rutin
Penanganan
Hanya pemeliharaan
rutin preventif
Penambalan berat
(Heavy Patching)
Overlay struktural
Rekonstruksi atau
daur ulang
Daur ulang vs
rekonstruksi
1
2
Penanganan
Hanya pemeliharaan
rutin
Heavy patching
Lendutan > Pemicu Lendutan 1 dan < Pemicu Lendutan 2. Tipe dan
tebal penanganan ditentukan dari hasil analisis test pit.
Lendutan > Pemicu Lendutan 2. Tipe dan tebal penanganan
ditentukan dari hasil analisis test pit.
Analisis biaya selama umur pelayanan harus dilakukan terhadap
semua opsi yang layak, termasuk daur ulang, rekonstruksi perkerasan
lentur dan rekonstruksi perkerasan kaku.
31
LHRT
(kend/jam)
Pemicu IRI 1
untuk Overlay
Non-Struktural
< 200
> 200 - 500
>500 - 7500
>7500
6,75
6,5
6,25
6
3
4
2. Lalu Lintas
12
Lalu lintas
untuk 10
Tahun
(juta ESA /
lajur)
Jenis Lapis
Permukaan
<0,1
0,1 0,2
0,2 0,5
0,5 - 1
1-2
2-3
2-5
5-7
7 - 10
10 - 30
30 - 50
50 - 100
100 - 200
Lengkungan
FWD D0-D200
(mm)
Tidak digunakan
0,63
0,48
0,39
0,31
0,28
0,23
0,21
0,19
0,13
0,11
0,091
0,082
Tidak digunakan
>2,7
> 2,5
1,35
1,2
1,0
0,9
(1)
Umum :
0,66
0,54
0,46
0,39
0,35
0,31
0,180
0,175
0,170
0,160
32
(2)
4. Modulus Bahan
Retak
Retak
Aliran
bawah
Gambar 3(a): Infiltrasi permukaan perkerasan dng tanah dasar segi -empat (Gerke 1987)
33
Aliran bawah
Muka air
tanah
Lapisan kedap
Gambar 3(c): Drainase untuk menurunkan muka air tanah (Gerke 1987)
4%
Muka air
tanah
Gambar 3(d): Lapis penyaring tidak kedap untuk menurunkan muka air tanah (Gerke 1987)
IRI rata-rata
4
5
6
7
8
Deskripsi Bahan
Pengikat Aspal Modifikasi
Modifikasi Asbuton menjadi Pen 40
SBS 6%
SBS 5%
SBS 3%
Multi grade
EVA 5%
EVA 6%
Penyesuaian Modulus
Relatif terhadap Aspal
Pen 60/70
1,35
0,70
0,75
0,80
1,00
1,50
1,50
34
Keruntuhan fatigue
pada 106ESA5 untuk
kasus tebal min.
Gambar 7.6
35
X1
X2
X2
D1
D2
Dmaks
Bitumen Foam:
aspal keras dipanaskan + air
2-3% sehingga
berubah bentuk
dari cair menjadi busa (foam)
36
Bagan Desain
Tabel 8-2 Ketentuan Pelapisan Minimum diatas Material Distabilisasi dengan Bitumen Foam
Beban Lalin Rencana (ESA5)
Pelapisan minimum
100 mm terdiri dari
ESA > 30
40 mm AC WC
60 mm AC BC
80 mm terdiri dari
10 < ESA < 30
2 x 40 mm AC WC
1 < ESA < 10
40 mm AC WC
ESA < 1
30 mm HRS WC atau pelaburan
Umumnya
tersedia
Tanda
Umumnya tak
tersedia
Diragukan atau
memerlukan
pengikat
37
Foam bitumen
Aspal
Aspal
300
180
160
260
140
240
120
220
100
200
80
180
60
160
40
280
Tebal
Foam
Bitumen
(mm)
200
1,0E+07
Tebal
Total
Aspal
(mm)
20
1,0E+08
300
290
Aspal
150 mm CTSB
200 mm CTSB
280
270
260
250 mm CTSB
300 mm CTSB
250
Tebal
Aspal
(mm)
240
230
220
210
200
190
180
170
1,0E+07
1,0E+08
1,0E+09
38
Perkerasan eksisting
Perkerasan eksisting
600 750 mm
>750 mm
AC Base atau AC BC sebagai base (mm) (x)
220
150
185
120
175
110
140
85
105
55
60
0
(2)
>30
>30
(1)
(3)
39
Ketebalan Perkerasan :
PENUTUP
SEMOGA BERMANFAAT !
40