Anda di halaman 1dari 28

BAB IV

PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN

4.1 Umum

Secara umum perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas

lapisan tanah dasar yang berfungsi menerima dan menyebarkan beban lalu lintas

tanpa menimbulkan kerusakan pada konstruksi jalan itu sendiri.

Sebagaimana diketahui, konstruksi perkerasan jalan ada 3 jenis yaitu,

perkerasan lentur, perkerasan kaku dan komposit,dalam perhitungan Tugas Akhir

ini menggunkan konstruksi perkerasan komposit.

Perkerasan komposit adalah gabungan dari perkerasan kaku dengan

penulangan dan laston sebagai lapisan atasnya .

Dalam menghitung perkerasan jalan, tentu saja menggunakan data-data

untuk dapat menghitung tebal dari perkerasan jalan yang sesuai dengan

umurrencana jalan tersebut, adapun data-data yang diperlukan sebagai berikut:

 Tipe jalan : 1 jalur-2 lajur-2 arah

CBR tanah dasar : 2,48%

Jenis perkerasan :komposit

Umur rencana : 20 tahun

Pertumbuhan (i) : 7,2 % per tahun

4.1.1 Data Tanah

Data CBR (California Bearing Ratio) digunakan untuk menilai kekuatan

tanah dasar dilapangan, Untuk mendapatkan nilai CBR lapangan digunakan alat

Dynamic Cone Penetrometer (DCP) yang dapat mendeteksi nilai CBR.

39
Berdasarkan hasil pengujian tanah diperoleh nilai – nilai CBR tanah

dasarsebagai berikut :.

Tabel 4.1 Data CBR


NO STA CBR(%) NO STA CBR(%)
1 STA 00+000 2,58 23 STA 01+100 2,88
2 STA 00+050 3,45 24 STA 01+150 2,84
3 STA 00+100 3,34 25 STA 01+200 2,85
4 STA 00+150 2,46 26 STA 01+250 2,21
5 STA 00+200 2,95 27 STA 01+300 3,07
6 STA 00+250 3,17 28 STA 01+350 2,70
7 STA 00+300 3,17 29 STA 01+400 2,51
8 STA 00+350 3,24 30 STA 01+450 2,95
9 STA 00+400 3,15 31 STA 01+500 2,90
10 STA 00+450 3,12 32 STA 01+550 3,19
11 STA 00+500 3,18 33 STA 01+600 3,08
12 STA 00+550 3,06 34 STA 01+650 3,41
13 STA 00+600 3,37 35 STA 01+700 2,84
14 STA 00+650 3,34 36 STA 01+750 2,06
15 STA 00+700 2,02 37 STA 01+800 2,75
16 STA 00+750 2,67 38 STA 01+850 3,33
17 STA 00+800 2,79 39 STA 01+900 3,18
18 STA 00+850 2,99 40 STA 01+950 3,19
19 STA 00+900 2,38 41 STA 02+000 3,35
20 STA 00+950 3,13 42 STA 02+050 3,38
21 STA 01+000 2,59 43 STA 02+100 2,98
22 STA 01+050 2,29 44 STA 02+150 2,69

Perhitungan CBR secara analitis dengan rumus;

Jumlah nilai CBR


CBR rata−rata=
Jumlah Titik Pengamatan

128,78
CBR rata−rata= =2,92 %
44

CBRmax−CBRmin
CBR segmen=CBRrata−rata−( )
R

CBR segmen=2,92− ( 3,14−2,02


3,18 )

CBR segmen=2,92−0,44

40
CBR segmen=2,48 %

4.1.2. Data Lalu Lintas

Adapun data-data Lalu lintas harian rata-rata (LHR) yang diperoleh dari

hasil survey dilapangan sebagai berikut.

Tabel 4.2 LHR tahun 2019

NO Jenis Kendaraan Beban(TON) LHR Kend/Hari


1 Sepeda Motor 1 800
2 Mobil Pribadi 2.3.4 700
3 Mobil Pick Up 2.3.4 625
4 Truk 2 Sumbu 6B 530
5 Truk 3 Sumbu 7A 470
Jumlah 3125

Berikut adalah tabel LHR tahun 2018

Tabel 4.3 LHR tahun 2018


NO Jenis Kendaraan Klasifikasi LHR Kend/Hari
1 Sepeda Motor 1 750
2 Mobil Pribadi 2.3.4 680
3 Mobil Pick Up 2.3.4 575
4 Truk 2 Sumbu 6B 465
5 Truk 3 Sumbu 7A 430
Jumlah 2900

(LHR 2019−LHR 2018)


i= × 100 %
LHR 2019

( 3125−2900 )
i= ×100 %=7,2 %
3125

Jadi pertumbuhan lalu lintas adalah 7,2% per tahun.

41
4.2 Perhitungan Perkerasan Dengan Metode Bina Marga 2017

4.2.1 Umur Rencana

Berikut adalah table umur rencana untuk perkerasan komposit berdasarkan

Bina Marga 2017.

Tabel 4.4 Umur Rencana

Umur rencana pada perencanaan ulang perkerasan Komposit di ruas jalan

KH Ahmad Dahlan ini adalah 20 tahun.

4.2.2 Menghitung LHR

Menghitung Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) Pada Waktu

Pelaksanaan Pekerjaan Jalan (Waktu Pelaksanaan 1 Tahun) Awal Jalan dibuka

Tahun 2020

Rumus :

LHR 2020 = LHR 2019 x ( 1 + i ) ⁿ .............................................

n = 2020 – 2019

n = 1 tahun

Berikut adalah tabel LHR 2020

Tabel 4.5 LHR 2020

42
Jenis kendaraan LHR Perhitungan LHR HASIL
kend/hr (1+0,072)1
Sepeda Motor 800 800 ×(1+0,072)1 857
Mobil Pribadi 700 700 ×(1+ 0,072)1 750
Mobil Pick Up 625 625 ×(1+ 0,072)1 670
Truk 2 Sumbu 530 530 ×(1+ 0,072)1 568
Truk 3 Sumbu 470 470 ×(1+0,072)1 503

Menghitung Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) Pada Waktu permulaan

periode beban normal MST 12 ton tahun 2024 (5 tahun setelah 2019).

Rumus :

LHR 2024 = LHR 2019 x ( 1 + i ) ⁿ .............................................

n = 2024_2019

n = 5 tahun

Berikut adalah tabel LHR 2024

Tabel 4.6 LHR 2024


Jenis kendaraan LHR Perhitungan LHR HASIL
kend/hr (1+0,072)1
Sepeda Motor 800 800 ×(1+0,072)5 1132
Mobil Pribadi 700 700 ×(1+ 0,072)5 990
Mobil Pick Up 625 625 ×(1+ 0,072)5 884
Truk 2 Sumbu 530 530 ×(1+ 0,072)5 750
Truk 3 Sumbu 470 470 ×(1+0,072)5 665

4.2.3. VDF

Berikut adalah table nilai VDF masing masing kendaraan niaga.

4.7 Tabel nilai VDF masing-masing kendaraan niaga

43
Menghitung ESA masing-masing kendaraan niaga

ESA =Ʃ(LHRT jenis kendaraan×VDF×DD×DL×R)

(1+0.01 i)UR−1
R(2019-2020) =
0.01 i

(1+0.01 ×0.072)1−1
R(2019-2020) =
0.01× 0.072

R(2019-2020) =1

(1+0.01 i)UR−1
R(2019-2020) =
0.01 i

(1+0.01 ×0,072)20−1
R(2020-2040) =
0.01 ×0,072

R(2020-2040) =20,14

Berikut adalah tabel ESA 2019-2020

Tabel 4.8 ESA 5(19-20)

44
Jenis Klasifikasi LHR akhir umur VDF5 ESA 5(19-20)
kendaraan rencana vaktual
Sepeda Motor 1 1132 - -
Mobil Pribadi 2.3.4 990 - -
Mobil Pick Up 2.3.4 884 - -
Truk 2 Sumbu 6B 750 4,6 12.E+06
Truk 3 Sumbu 7A 665 7,4 18.E+0.6
Jumlah 30.E+0.6

Berikut adalah tabel ESA 2019-2024.

Tabel 4.9 ESA 5(19-24)


Jenis Klasifikasi LHR akhir umur VDF5 ESA 5(19-24)
kendaraan rencana vaktual
Sepeda Motor 1 857 - -
Mobil Pribadi 2.3.4 750 - -
Mobil Pick Up 2.3.4 670 - -
Truk 2 Sumbu 6B 568 7.4 0.7.E+06
Truk 3 Sumbu 7A 503 18.4 1.7E+0.6
Jumlah 2.4.E+0.6

CESA5 =ESA 5(19-20)+ESA 5(19-24)

CESA5 =30.E+0.6 + 2.4.E+0.6

CESA5 =32.4 E+0,6

CESA5 =32,4×106

4.2.4 Menentukan Struktur Perkerasan Menggunakan BaganDesain

Berikut adalah Bagan Desain perkerasan kaku.

Tabel 4.10 Bagan Desain

45
Gambar bagan desain perkerasan kaku untuk jalan dengan beban lalu

lintas berat

Dari perhitungan tebal perkerasan ,didapat CESA5= 32,4×106 ,maka;untuk

perkerasan kaku dipilih struktur perkerasan R4 dari bagan desain perkerasan kaku

yang terdapat pada Tabel 4.10

Tebal Plat Beton =295 mm =29,5 cm

Lapisan Pondasi =100 mm =10 cm

Berikut adalah bagan perkerasan lentur

Tabel 4.11 Bagan Desain Lentur

Untuk perkerasan lentur dipilih struktur perkerasan F2 yang di dapat dari

bagan desain perkerasan lentur pada Tabel 4.11.

AC WC = 40 mm = 4 cm

AC BC = 100 mm = 10 cm

Fondasi agregat kelas A = 150 mm = 15 cm

46
4.2.5 Menentukan Tebal Perkerasan Komposit

Maka untuk gabungan dari perkerasan tersebut (Komposit)

AC WC = 40 mm = 4 cm

Tebal Plat Beton = 295 mm = 29,5 cm

Lapisan Pondasi = 100 mm = 10 cm

Berikut adalah Gambar tebal perkerasan Komposit metode Bina Marga

2017

Gambar 4.1 Tebal perkerasan Bina Marga 2017

4.2.6 Perhitungan Penulangan

Perhitungan penulangan pada perkerasan ini menggunakan jenis

perkerasan bersambung dengan tulangan.

Data perhitungan perencanaan penulangan beton :

 Tebal pelat : 25 cm

 Lebar pelat : 2 x 3,5 m

 Panjang pelat : 10 m

 Koefisien gesek : 1,0

 Berat Isi Beton (fy) ; 2400 kg/m 2

Kuat tarik (fs) : 240 Mpa

Gravitasi(g) ; 9,81 m/dt 2

47
Luas tulangan pada perkerasan ini dihitung dengan menggunakan rumus,

yaitu :

ρ 1,4
min =¿ ¿
fy

F .L.M .q.h
As perlu =
2 Fs

Asmin =ρmin × b ×d

4.2.6.1 Perhitungan tulangan memanjang

F .L.M .q.h
As perlu =
2 Fs

1,0 ×10 × 2400× 9.81× 0.295


As perlu =
2× 240

As perlu =144,7 mm 2

ρ 1,4
min =¿ ¿
2400

ρmin =¿0,0058 ¿

Asmin =ρmin × b ×d

Asmin =0,0058 ×1000 mm ×295 mm=1711mm2

Didapat As min >As perlu, maka di gunakan hasil perhitungan As min.

As ∅ 12
Jarak= 1000 mm
As min

113,04
Jarak= 1000 mm=66,04 mm
1711

48
Maka di gunakan tulangan ∅ 12−60 mm

4.2.6.2 Perhitungan tulangan melintang

F .L.M .q.h
As perlu =
2 Fs

1,0 ×3,5 × 2400× 9.81× 0.295


As perlu =
2× 240

As perlu =50,64 mm2

ρ 1,4
min=¿ ¿
2400

ρmin =¿0,0058 ¿

Asmin =ρmin × b ×d

Asmin =0,0058 ×1000 mm ×295 mm=1711 mm2

Didapat As min >As perlu, maka di gunakan hasil perhitungan As min.

As ∅ 12
Jarak= 1000 mm
As min

113,04 mm2
Jarak= x 1000 mm=66,04 mm
1711 mm 2

Maka di gunakan tulangan ∅ 12−60 mm

4.2.7 Dowel (ruji)

Berikut adalah table ukuran dan jarak dowel yang di sarankan

49
Tabel 4.12 Ukuran dan jarak Dowel Yang di sarankan

Berdasarkan tabel, dapat digunakan dowel dengan ukuran sebagai berikut:

Diameter : 40 mm

Panjang : 450 mm

Jarak : 300 mm

4.2.8 Tie Bar

Berikut adalah table ukuran tie bar yang di sarankan.

Tabel 4.13 Ukuran dan jarak tie bar yang di sarankan

Berdasarkan tabel, dapat digunakan dowel dengan ukuran sebagai berikut:

Diameter : 16 mm

Panjang : 750 mm

Jarak : 970 mm

Berikut adalah gambar detail penulangan perkerasan metode Bina Marga

2017

50
Gambar 4.2 Detail Penulangan metode Bina Marga 2017

4.3 Perhitungan Perkerasan Dengan Metode AASHTO 1993


Dari data-data yang diperoleh, maka perhitungan perkerasan kaku dapat

dilakukan seperti berikut ini :

CBR tanah dasar : 2,48 %

Lapis pondasi : Agregat kelas B 150 mm

Umur rencana : 20 tahun

Pertumbuhan lalu lintas (i) : 7,2% per tahun

4.3.1 Analisis lalu lintas (Traffic design)

Berikut adalah table analisa lalu lintas.

Tabel 4.14 Traffik design


Kendaraan LHR VDF DD DL Hari W18
Sepeda Motor 800 - - - 365 -
Mobil Pribadi 700 - - - 365 -
Pick Up 625 - - - 365 -
Truk 2 Sumbu 530 0,8 0,5 0,8 365 61904
Truk 3 Sumbu 470 7,6 0,5 0,8 365 521512
593416

W 18= Ʃ Nn
N 1 LHR ×VDF × DD × DL × 365

Dimana :

W18 = Traffic design pada lajur lalu – lintas

51
LHR = Jumlah lalu – lintas harian rata – rata

VDF = Vehicle damage factor untuk jenis kendaraan .

DD = Faktor distribusi arah.

DL = Faktor distribusi lajur.

N1 = lalul intas pada tahun pertama jalan dibuka.

Nn = Lalu – lintas pada akhir umur rencana.

Dari perhitungan tabel didapat nilai W18 dalam 1 tahun = 593416ESAL.

Lalu lintas yang digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan kaku adalah lalu

lintas kumulatif selama umur rencana. Secara numerik rumusan lalu lintas

kumulatif ini adalah sebagai berikut:

(1+ g ) n−1
Wt=W 18
g

( 1+ 0,072 ) 20−1
Wt=593416
0,072

Wt=167870792,9

Dimana :

Wt = Jumlah beban gandar tunggal standar kumulatif

W18 = Beban gandar standar kumulatif selama 1 tahun

n = Umur pelayanan, atau umur rencana UR (tahun)

g = Perkembangan lalu lintas (%)

Jadi didapat nilai lalu lintas komulatif selama umur rencana= 167870792,9

4.3.2 Reliability (R)

Berdasarkan pada tabel 2.14 diambil nilai reliability untuk jalan

Kabupaten Kutai Kartanegara yang diperkirakan sebesar 90%.

52
4.3.3 Standar normal deviasi (ZR)

Nilai standar normal deviasi tergantung pada nilai dari reliability, nilainya

dapat dilihat dari tabel 2.15. Karena nilai R yang di dapat adalah 90%, jadi nilai

ZR yang digunakan adalah -1,282.

4.3.4 Standar deviasi keseluruhan (So)

Standar deviasi untuk rigid pavement : So = 0,30 – 0,40. Untuk perkerasan

kaku standar deviasi diambil 0,35

4.3.5 Terminal serviceability index (pt)

Terminal serviceability index (pt) mengacu pada tabel 2.16 untuk jalan

Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara, diperkirakan dengan nilai pt = 2,5.

4.3.6 Initial serviceability (Po)

Initial serviceability untuk rigid pavement berdasarkan metode AASHTO

1993 sebesar Po = 4,5

4.3.7 Serviceability (ΔPSI)

Nilainya bergantung pada Terminal serviceability (Pt) dan Initial

serviceability (Po), rumusnya adalah sebagai berikut :

ΔPSI = Po – Pt

= 4,5 – 2,5

= 2,0

4.3.8 Modulus reaksi tanah dasar (k)

53
Pendekatan nilai modulus reaksi tanah dasar (k) dapat menggunakan

hubungan nilai CBR dengan k seperti yang ditunjukkan pada gambar. Diambil

dari literature highway enggineering (Teknik jalan raya),

Berikut adalah gambar hubungan antara k dan CBR modulus reaksi tanah

dasar.

Gambar 4.3 Hubungan antara (k) dan (CBR) Modulus reaksi tanah dasar

berdasar CBR 2,48% yaitu: k = 48 Psi.

4.3.9 Modulus elastisitas beton (E)

Penentuan nilai E dihitung berdasarkan rumus;

Ec = 57.000√ fc

Ec = Modulus elastisitas beton (psi)

F’c = Kuat tekan beton silinder (psi)

Kuat tekan beton f’c ditetapkan sesuai dengan spesifikasi pekerjaan

digunakan mutu beton f’c = 350 kg/m2

Konversi ke satuan Psi 350 x 14.220 = 4977 Psi

Ec = 57.000√4977 = 4.021.228 Psi

4.3.10 Kuat Lentur (Sc’)

Kuat lentur (Flexural strength) (modulus of rupture) : Sc’ ditetapkan

sesuai dengan spesifikasi pekerjaan. Dengan nilai fc’ yang digunakan adalah : 350

54
kg/m2. Kuat lentur di Indonesia saat ini umumnya digunakan nilai Sc’ : 45

kg/cm2 = 640 Psi.

4.3.11 Hasil perhitungan keseluruhan parameter dengan menggunakan

metode AASTHO 1993

Berikut adalah table perhitungan keseluruhan perkerasan kaku.

Tabel 4.15 perhitungan keseluruah perkerasan kaku


No Parameter AASTHO Desain
1 Umur Rencana - 20 Tahun
2 Lalulintas,ESAL - 167870792,9
3 Terminal serviceability (Pt) 2,0-3,0 2,5
4 Initial serviceability (Po) 4,5 4,5
5 Serviceability loss(ΔPSI) Po-Pt 2
6 Reliability (R) 80-99 90%
7 Standa rt normal deviation -0,841s/d-2,327 -1,282
(Zr)
8 Standart deviation (So) 0,3-0,4 0,35
9 Modulus reaksi tanah dasar Cbr 2,48 48
(K)
10 Modulus elastisitas beton F’c=300KG/cm2 3722934
(Ec)
11 Flexural strength (S‛c) Berdasar : Sc’ = 45 640
kg/m2
12 Drainage Coefficient (Cd) 1,15-1,2 1,175
13 Load transfer Coefficient (J) 2,5-3,1 2,8

4.3.12 Penentuan Tebal Pelat (D)

Berdasarkan parameter perencanaan yang telah didapat, maka tahapan


selanjutnya adalah menentukan tebal pelat beton dengan rumus persamaan
menggunakan tebal pelat rencana7,9 in seperti berikut:
∆ PSI
log 10 W 18=Z R S O +7,35 log 10 ( D+ 1 )−0,06+
log 10 [ 4,5−1,5
6
] +(4,22−0,32 Pt )× log 10
S C Cd
1,624 ×10
1+ 215,63 ×
(D+1)8,46

55
2
log 10 W 18=−1,282 ×0,35+7,35 log10 ( 7,9+1 )−0,06+
log 10 [
4,5−1,5 ]
6
+(4,22−0,32.2,5) × log 10
640
1,624 ×10
1+ 215,63
(7,9+1)8,46

log 10 167870792,9=−0,449+ 6,978−0,06+(−0,176)+3,42 ×log 3,65


8,22=−0,449+6,978−0,06+(−0,176)+ 3,42× log 3,65
8,22=8,22
Dari hasil percobaan diatas didapat hasil ruas kiri dan kanan sudah

mendekati atau hampir sama, sehingga didapat tebal rencana pelat sebesar 7,9in

atau 20 cm.

4.3.13 Analisa Lapisan Tambahan Laston

Untuk mencari lapisan Laston pada perkerasan metode AASTHO 1993,

maka menggunakan analisa perkerasan Lentur AASTHO1993 sebagai berikut;

4.3.13.1 ADT (Average Daily Traffic)


ADT = LHR awal x C
Sepeda motor = 800 x 1 = 800
Mobil pribadi = 700 x 1 = 700
Mobil pick up = 625 x 2 = 1250
Truk 2 sumbu = 530 x 2 = 1060
Truk 3 sumbu = 470 x 5 = 2350
6160

ADT akhir umur rencana


ADTn = ADT (1+i)n
ADT10 = 6160 (1+0,072)20
ADT10 = 24744,371 smp
ADT rata-rata = ADT + ADT20
2

56
= 6160 + 24744,371
2
= 15452,1855 smp
4.3.13.2 Menentukan harga Pt

Harga Pt diambil 2,5 berdasarkan ketentuan AASHTO nilai Pt untuk jalan

utama.

4.3.13.3 Menentukan nilai trafic equivalent (TEf)

Sepeda motor (1+1)


As depan 1T = 2,2 kips TEf = 0,00048
As belakang 1T = 2,2 kips TEf = 0,00048
0,00096
Mobil pribadi (1+1)
As depan 1T = 2,2 kips TEf = 0,00048
As belakang 1T = 2,2 kips TEf = 0,00048
0,00096
Mobil pick up (1+2)
As depan 1T = 2,2 kips TEf = 0,00048
As belakang 2T = 4,4 kips TEf = 0,00096
0,0014
Truk 2 Sumbu (5+8)
As depan 5T = 11 kips TEf = 0,002
As belakang 8T = 17,6 kips TEf = 0,004
0,006

Truk 3 Sumbu (6+7,7)


As depan 6T = 13,2 kips TEf = 0,003
As belakang 7,7T = 16,94 kips TEf = 0,004
0,007
4.3.13.4 Menghitung nilai equivalen (ED 18 ksal)

57
ED 18 ksal = ADT x TEf
Sepeda motor (1+1) = 800 x 0,00096 = 0,768
Mobil pribadi (1+1) = 700 x 0,00096 = 0,672
Mobil pick up (1+2) = 1250 x 0,0014 = 1,750
Truk 2 Sumbu (1+2) = 1060 x 0,006 = 1,484
Truk 3 Sumbu (6+7,7)= 2350 x 0,00 = 16,450
= 21,124
4.3.13.5 Menentukan faktor koreksi (FK)

FK = 20/ Ur
= 20/20
=1
Maka, ED 18 ksal = 21,124/1
= 21,124
4.3.13.6 Menentukan Soil Support Value (S)

S = 3,71 log (CBR) + 1,35


= 3,71 log (2,48) + 1,35
= 2,813
4.3.13.7 Mencari nilai ITP

Daya dukung tanah (DDT) = 4,3 log CBR + 1,7


= 4,3 log 2,48 + 1,7
= 3,396

% kend. Berat = LHR0kend. beratx 100%


LHR

= 530 + 470x 100%


3125
= 32 %
FR = 2 (karena % kend. Berat ≥ 30%)
IP0 = ≥ 4

58
IPT = 2

Berikut adalah tabel ITP LHR awal yang di dapat dari survey lapangan.

Tabel 4.16 ITP LHR awal


LHR awal
NO JENIS KENDARAAN BEBAN(TON) LHR
1 Sepeda Motor 1+1 800
2 Mobil Pribadi 1+1 700
3 Mobil Pick Up 1+2 625
4 Truk 2 Sumbu 5+8 530
5 Truk 3 Sumbu 6+7,7 470
Jumlah 3125

Berikut adalah tabel ITP LHR akhir rencana.

Tabel 4.17 ITP LHR akhir


LHR akhir = LHR awal x (1+i)ur (1+i)ur = 2,004
NO JENIS KENDARAAN BEBAN(TON) LHR
1 Sepeda Motor 1+1 1603,2
2 Mobil Pribadi 1+1 1402,8
3 Mobil Pick Up 1+2 1252,5
4 Truk 2 Sumbu 5+8 1062,12
5 Truk 3 Sumbu 6+7,7 941,88
Jumlah 6262,5

Berikut adalah tabel ITP E berdasarkan AASHTO 1993.

Tabel 4.18 ITP E

59
E
NO JENIS KENDARAAN BEBAN(TON) E
1 Sepeda Motor 1+1 0,0004
2 Mobil Pribadi 1+1 0,0004
3 Mobil Pick Up 1+2 0,0005
4 Truk 2 Sumbu 5+8 0,003
5 Truk 3 Sumbu 6+7,7 0,003

Berikut adalah tabel LEP berdasarkan AASHTO 1993.

Tabel 4.19 LEP


LEP = C x LHR awal x E
NO JENIS KENDARAAN BEBAN(TON) LEP
1 Sepeda Motor 1+1 0,160
2 Mobil Pribadi 1+1 0,140
3 Mobil Pick Up 1+2 0,156
4 Truk 2 Sumbu 5+8 0,795
5 Truk 3 Sumbu 6+7,7 0,705
Jumlah 1,956

Berikut adalah tabel LEA berdasarkan AASHTO 1993

Tabel 4.20 LEA


LEA = C x LHR akhir x E
NO JENIS KENDARAAN BEBAN(TON) LEP
1 Sepeda Motor 1+1 0,321
2 Mobil Pribadi 1+1 0,281
3 Mobil Pick Up 1+2 0,313
4 Truk 2 Sumbu 5+8 1,593
5 Truk 3 Sumbu 6+7,7 1,413
Jumlah 3,920

LET = ½ (LEP + LEA)

= ½ (1,956 + 3,920)

= 2,938

LER = LET (20/10)


= 2,938 (20/10)
= 5,876

60
4.3.13.8 Mencari nilai SN

S = 2,813

LER = 5,876

FR =2

Berikut adalah gambar nomogram untuk mendapatkan nilai SN.

Gambar 4.4 Nomogram

Diambil dari grafik, maka didapat nilai SN sebesar 8,5.

4.3.13.9 Menentukan tebal perkerasan

SN = a1D1 + a2D2 + a3D3

61
Koefisien kekuatan relatif:

Laston (a1) = 0,4

Batu pecah (a2) = 0,14 D2 min = 20 cm

CTB (a3) = 0,13 D3 min = 10 cm

SN = a1D1 + a2D2 + a3D3

8,5 = 0,4D1 + (0,14x20) + (0,13x10)

8,5 = 0,4D1 + 2,8 + 1,3

8,5 = 0,4D1 + 4,1

04 D1 = 8,5-4,1

D1 = 4,4/0,4

D1 = 11 cm

Jadi susunan rencana lapisan perkerasan dengan metode AASHTO yaitu:

D1 laston = 11 cm

4.3.14 Tebal Perkerasan Komposit

AC-WC =11 cm

Tebal Plat Beton =20 cm

Lapisan Pondasi =10 cm

Berikut adalah gambar tebal perkerasan komposit dengan metode

AASHTO 1993

62
Gambar 4.5 Tebal perkerasan Komposit metode AASTHO1993

4.3.15 Perhitungan Penulangan

Perhitungan penulangan pada perkerasan ini menggunakan jenis

perkerasan bersambung dengan tulangan.

Data perhitungan perencanaan penulangan beton :

 Tebal pelat : 25 cm

 Lebar pelat : 2 x 3,5 m

 Panjang pelat : 10 m

 Koefisien gesek : 1,0

 Berat Isi Beton(fy) ; 2400 kg/m 2

Kuat tarik (fs) : 240 Mpa

Gravitasi(g) ;9,81 m/dt 2

Luas tulangan pada perkerasan ini dihitung dengan menggunakan rumus,


yaitu :

ρ F .L.M .q.h
min =¿
1,4
¿ As perlu =
fy 2 Fs

Asmin =ρmin × b ×d

4.3.14.1 Perhitungan tulangan memanjang

F .L.M .q.h
As perlu =
2 Fs

63
1,0 ×3,5 × 2400× 9.81× 0.200
As perlu =
2× 240

As perlu =98,1 mm2

ρ 1,4
min=¿ ¿
2400

ρmin =¿0,0058 ¿

Asmin =ρmin × b ×d

Asmin =0,0058 ×1000 mm ×200 mm=1160 mm2

Didapat As min >As perlu, maka di gunakan hasil perhitungan As min.

As ∅ 12
Jarak= 1000 mm
As min

113,04 mm
Jarak= 1000 mm=97,45 mm
1160 mm

Maka di gunakan tulangan ∅ 12−90 mm

4.3.14.2 Perhitungan tulangan melintang

F .L.M .q.h
As perlu =
2 Fs

1,0 ×3,5 × 2400× 9.81× 0.200


As perlu =
2× 240

As perlu =34,34 mm2

ρ 1,4
min=¿ ¿
2400

ρmin =¿0,0058 ¿

Asmin =ρmin × b ×d

64
Asmin =0,0058 ×1000 mm ×200 mm=1160 mm2

Didapat As min >As perlu, maka di gunakan hasil perhitungan As min.

As ∅ 12
Jarak= 1000 mm
As min

113,04 mm
Jarak= 1000 mm=97,45 mm
1160 mm

Maka di gunakan tulangan ∅ 12−90 mm

4.3.15 Dowel (ruji)

Berdasarkan table 4.12, dapat digunakan dowel dengan ukuran sebagai

berikut:

Diameter : 30 mm

Panjang : 450 mm

Jarak : 300 mm

4.3.16 Tie Bar

Berdasarkan table 4.13, dapat digunakan dowel dengan ukuran sebagai

berikut:

Diameter : 16 mm

Panjang : 750 mm

Jarak : 970 mm

Berikut adalah gambar detail penulangan perkerasan komposit metode

AASHTO 1993.

65
Gambar 4.2 Detail Penulangan metode AASHTO 1993

4.4 Perbandingan Tebal Perkerasan

Berikut adalah table perbandingan tebal perkerasan komposit metode Bina

Marga 2017 dengan metode AASHTO 1993.

Tabel 4.21 Perbandingan perkerasan komposit

N PARAMETER BINA MARGA AASHTO


O 2017 1993
1 Tebal AC WC 4 cm 11 cm
2 Tebal Plat Beton 29.5 cm 20 cm
3 Tebal Lapisan Pondasi 10 cm 10 cm
4 Tulangan memanjang Ø12-60 mm Ø12-90 mm
5 Tulangan melintang Ø12-60 mm Ø12-90 mm
6 Panjang Dowel Ø40-450 mm Ø30-450 mm
7 Jarak Dowel Ø40-300 mm Ø30-300 mm
8 Panjang Tie Bar Ø16-750 mm Ø16-750 mm
9 Jarak Tie Bar Ø16-970 mm Ø16-970 mm

66

Anda mungkin juga menyukai