Isi Soal dan Penyelesaian 1 Perencanaan Jalan Baru (Konstruksi Langsung) 1.1 Data Data Jalan Untuk merencanakan Lapisan Tebal Perkerasan pada perencanaan konstruksi jalan raya, data-datanya yaitu : 1.1.1 Komposisi kendaraan awal umur rencana pada tahun 2010 a. Kendaraan ringan 2 ton b. Bus 8 ton c. Truk 2 as 13 ton d. Truk 3 as 20 ton e. Truk 5 as 30 ton = = = = = 4025 1525 320 150 103 kend. kend. kend. kend. kend.
Jalan akan dibuka pada tahun 2013 1.1.2 Klasifikasi Jalan a. Jalan b. Arah 1.1.3 1.1.4 = Kolektor = 2 jalur, 2 arah
Umur Rencana 10 tahun dan 20 tahun Pertumbuhan lalu lintas a. i = 8,5 % (pertumbuhan lalu lintas per tahun) b. i = 9,2 % (pertumbuhan lalu lintas selama UR = 10 tahun) c. i = 9,9% (pertumbuhan lalu lintas selama UR = 20 tahun)
Curah hujan rata-rata pertahun > 900 mm/tahun Kelandaian jalan ( 6 10 )% Jenis lapisan perkerasan yang digunakan : a. Lapisan permukaan (a1) b. Pondasi atas (a2) c. Pondasi bawah (a3) : Laston (MS 744) = 0,40 : Batu Pecah (CBR 100) = 0,14 : Sirtu (CBR 50) = 0,12
1.1.8
Data CBR : 8 5 4 3 6 7 4 7 10 5 6 4 8 6 3 7 7 8 8 9 9 9 4 5 5 6 3 3 6 6 6 6 10 8 7 4 5 4 5 7 6 3 5 5 5 6 4 6 7 5 8
1.2 Menentukan Lalu Lintas Harian Rata Rata (LHR) LHR merupakn Lalu Lintas Harian Rata-Rata yang dinyatakan dalam kend/hari. Dalam perhitungan ini berguna untuk menentukan LEP dan LEA yang nantinya didapatkan LER, dengan ketentuan tahun rencana yang ingin dicari dan pertumbuhan volume kendaraan.
1.2.1
Komposisi Kendaraan awal umur rencana (2010) a. Kendaraan ringan 2 ton b. Bus 8 ton c. Truk 2 as 13 ton d. Truk 3 as 20 ton e. Truk 5 as 30 ton = 4025 = 1525 = 320 = 150 = 103 = 5803 kend. kend. kend. kend. kend . + kend
1.2.2
Perhitungan LHR pada tahun 2013 LHR 2013 = LHR 2010 x ( 1+ i )n ; dimana n = 3 a. Kendaraan ringan 2 4025 x ( 1 + 0,085)3 = 5141,09 b. Bus 8 ton c. Truk 2 as 13 ton d. Truk 3 as 20 ton e. Truk 5 as 30 ton 1525 x ( 1 + 0,085)3
3
Dari perhitungan diatas didapat angka LHR pada tahun 2013 ( awal umur rencana ) pada setiap kendaraan rencana.
1.2.3
Perhitungan LHR ke 10 (2023) LHR 2023 = LHR 2013 x ( 1+ i )n ; dimana n = 10 a. Kendaraan ringan 2 b. Bus 8 ton c. Truk 2 as 13 ton d. Truk 3 as 20 ton e. Truk 5 as 30 ton 5141,09 x ( 1 + 0,092)10 = 12396 1947,87 x ( 1 + 0,092)10 = 4696,63 408,73 x ( 1 + 0,092)
10
= 985,51
LHR 2023
18857,3
kend/hari
Dari perhitungan diatas didapat angka LHR pada tahun 2023 pada setiap kendaraan rencana. Hasil diatas menunjukan bahwa jalan tersebut diperkirakan dilalui sejumlah kendaraan tersebut pada tahun 2023.
1.2.4.
Perhitungan LHR pada tahun pada Tahun ke 20 berikutnya (2033) a. Kendaraan ringan 2 b. Bus 8 ton c. Truk 2 as 13 ton d. Truk 3 as 20 ton e. Truk 5 as 30 ton 5141,09 x ( 1 + 0,099)20 = 33963,24 kend/hari 1947,87 x ( 1 + 0,099)20 = 12868,08 kend/hari 408,73 x ( 1 + 0,099)20 = 2700,17 191,59 x ( 1 + 0,099)20 = 1265,69 131,56 x ( 1 + 0,099)20 = LHR 2033 = 869,12 51666,3 kend/hari kend/hari kend/hari + kend/hari
Dari perhitungan diatas didapat angka LHR pada tahun 2033 pada setiap kendaraan rencana. Hasil diatas menunjukan bahwa jalan tersebut diperkirakan dilalui sejumlah kendaraan tersebut pada tahun 2033.
1.3 Menentukan Angka Ekivalen Angka ekivalen merupakan angka untuk mengkonversikan berbagai jenis kendaraan terhadap kendaraan standar yang diekivalensikan ke beban standar dengan beban sumbu tunggal beroda ganda seberat 18.000 pon (8,16 ton). Angka ekivalen masing-masing golongan beban sumbu (setiap kendaraan) ditentukan menurut rumus FE = k ( )4 ; FE = Angka ekivalen L = Beban sumbu tunggal k = 1 (untuk sumbu tunggal) k = 0,086 (untuk sumbu tandem) k = 0,021 (untuk sumbu triple) Berdasarkan rumus di atas didapat angka ekivalen : a. Kend rngn 2 ton (1t tunggal + 1t tunggal) b. Bus 8 ton c. Truk 2 as 13 ton d. Truk 3 as 20 ton (3t tunggal + 5t tunggal) (5t tunggal +6t tunggal) (6t tunggal + 14t tandem) = 0,0004 = 0,1593 = 1,0648 = 1,0375
1.4 Menentukan Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) Dari data yang telah di dapat, dapat dihitung nilai LEP yaitu : LEP = Keterangan :
J = jenis kendaraan C = koefisien distribusi lajur E = angka ekivalen kendaraan
Untuk mengetahui koefisien distribusi lajur dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1 : Jumlah lajur berdasarkan lebar perkerasan dan faktor distribusi kendaraan
Catatan : *) berat total < 5 ton, misalnya mobil penumpang, pick up, mobil hantaran **) berat total 5 ton, misalnya bis, truck, traktor, semi trailler, trailer
Karena jalan direncanakan 2 lajur 2 arah, maka nilai koefisien lajur untuk kendaraan ringan dan kendaraan berat ialah 0,5. Sehingga nilai Lintas Ekivalen Permulaan sebagai berikut : a. Kendaraan ringan 2 5141,09 x 0,5 x 0,0004 b. Bus 8 ton c. Truk 2 as 13 ton d. Truk 3 as 20 ton e. Truk 5 as 30 ton 1947,87 x 0,5 x 0,1593 408,73 x 0,5 x 1,0648 191,59 x 0,5 x 1,0375 131,56 x 0,5 x 1,3194 LEP 2013 = 1,03 = 155,15 = 217,61 = = = 99,39 86,79 559,97
4
1.5
Keterangan : J = jenis kendaraan C = koefisien distribusi lajur i = perkembangan lalu lintas E = angka ekivalen kendaraan UR = umur rencana 1.5.1 Perhitungan LEA untuk 10 tahun (2023) a. Kendaraan ringan 2 12396 x 0,5 x 0,0004 b. Bus 8 ton c. Truk 2 as 13 ton d. Truk 3 as 20 ton e. Truk 5 as 30 ton 4696,63 x 0,5 x 0,1593 985,51 x 0,5 x 1,0648 461,95 x 0,5 x 1,0375 317,21 x 0,5 x 1,3194 LEA 2023 = 2,48 = 374,09 = 524,69 = 239,64 = 209,26 + = 1350,16
1.5.2 Perhitungan LEA untuk 20 tahun (2033) a. Kendaraan ringan 2 33963,24 x 0,5 x 0,0004 = 6,79 b. Bus 8 ton c. Truk 2 as 13 ton d. Truk 3 as 20 ton e. Truk 5 as 30 ton 12868,08 x 0,5 x 0,1593 2700,17 1265,69 869,12 = 1024,94
x 0,5 x 1,0648 = 1437,57 x 0,5 x 1,0375 = 656,58 x 0,5 x 1,3194 = 573,36 + = 3699,24
LEA 2033
1.6
Menentukan Lintas Ekivalen Tengah (LET) LET = LEP + LEA 2 Keterangan : LET : Lintas Ekivalen Tengah LEP : Lintas Ekivalen Permulaan LEA : Lintas Ekivalen Akhir Dari data, dapat dihitung LET yaitu: a. LET10 = x (LEP + LEA10)
5
1.7
Menentukan LER LER = LET x FP, dimana FP = UR/10 Keterangan : LER : Lintas Ekivalen Rencana LET : Lintas Ekivalen Tengah FP : Faktor Penyesuaian UR : Umur Rencana a. LER10 = LET10 x UR/10 = 955,065 x 10/10 = 955,065 b. LER20 = LET20 x UR/10 = 2129,605 x 20/10 = 4251,21
1.8
Menentukan California Bearing Ratio (CBR) CBR segmen = CBR rata-rata 1,28 x Dari data yang didapat data CBR sebesar : 8, 5, 4, 3, 6, 7, 4, 7, 10, 5, 6, 4, 8, 6, 3, 7, 7, 8, 8, 9, 9, 9, 4, 5, 5, 6, 3, 3, 6, 6, 6, 6, 10, 8, 7, 4, 4, 5, 7, 6, 3, 5, 5, 5, 6, 4, 6, 7, 5, 8, 5 Nilai CBR yang dapat mewakili suatu ruas jalan yang dianggap seragam kondisi tanah dasarnya ditetapkan kira-kira sebagai nilai CBR ke 10% terendah dari semua nilai CBR yang diamati. Pendekatan statistik dapat juga digunakan
6
untuk mencari nilai CBR desain. Data CBR yang acak dapat didekati dengan distribusi normal. Sesuai dengan ketetapan dari Metoda Analisa Komponen, makanilai CBR desainmerupakan nilai probabilitas 10% pada sisi kiri kurva distribusi normal. Jika data CBR yang diukur terlalu bervariasi, maka standar deviasi menjadi besar dan nilai CBR desain dapat lebih kecil dari nilai minimum yang diukur atau bahkan berharga negatif.
Tabel 2 CBR: CBR Jumlah Frekwensi (%) 3 4 5 6 7 8 9 10 51 46 39 29 18 11 5 4 100 90,2 76,5 56,9 35,3 21,6 9,8 7,8
Series1
Jadi nilai CBR yang didapat dari grafik dengan frekwensi 90% ditarik garis ke kanan sehingga memotong garis merah, kemudian ditarik ke bawah, itulah harga CBR, yaitu 4
1.9
Menentukan Tebal Lapisan Perekerasan 1.9.1 Menentukan Nilai DDT (Daya Dukung Tanah) Dari hasil pemeriksaan data CBR, kita dapat menentukan nilai DDT dengan cara berikut : DDT = 4,3 . Log CBR + 1,7 = 4,3 x Log 4 + 1,7 DDT = 4,3
1.9.2
x 100%
= 36,15% Dari data yang diberikan diketahui : - Curah hujan > 900 mm/thn = iklim II - Landai Jalan (6 10) % = Kelandaian II
Nilai FR dapat kita lihat pada tabel dibawah :
Tabel 3 Faktor Regional
Curah Hujan
Kelandaian I ( < 6 %)
Kelandaian II (6-10%)
% kendaraan berat 30 % Iklim I < 900 mm/th Iklim II > 900 mm/th 1,5 2,0 2,5 0,5 > 30 % 1,0 1,5
2,0
2,5 3,0
2,5
3,0 3,5
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan metode Analisa Komponen, Depaertemem Pekerjaan Umum (1987)
1.9.3
CBR tanah dasar rencana Nilai CBR yang di dapat melalui metode grafis berdasarkan perhitungan di atas adalah 4
1.9.4
Indeks Permukaan (IP) Untuk mendapatkan nilai IP dapat dilihat dari nilai LER dan tabel indeks permukaan di bawah ini. Nilai LER untuk 10 tahun kedepan adalah 955,065. Nilai LER untuk 20 tahun kedepan adalah 4251,21. Dengan klasifikasi jalan kolektor.
Lintas Ekivalen Rencana < 10 10 100 100 1000 > 1000 1,0 1,5 1,5 1,5 2,0 Lokal
Klasifikasi Jalan Kolektor Arteri 1,5 2,0 2,0 2,0 2,5 2,5 Tol
2,5
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan metode Analisa Komponen, Depaertemem Pekerjaan Umum (1987)
Klasifikasi jalan kolektor, LER10 LER20 = 955,065 = 4251,21 = 100 1000, = >1000, IP = IP = 2,0 2,0 - 2,5
1.9.5
Indeks Permukaan pada awal umur rencana (ITP) ITP dapat ditentukan melalui grafik nomogram. Untuk menentukan ITP dari grafik nomogram di perlukan data sebagai berikut, IP, IPo, DDT, LER, dan FR. Untuk mendapatkan angka IPo, dapat dilihat pada tabel berikut.
IPo 4 3,9-3,5 3,9 3,5 3,4 3,0 3,9 3,5 3,4 3,0 3,9 3,5 3,4 3,0 3,4 3,0 2,9 2,5 2,9 2,5 2,9 2,5 2,9 2,5 2,4 2,4
Roughness (mm/km) 1000 >1000 2000 >2000 2000 >2000 < 2000 < 2000 3000 >3000
LASBUTAG
HRA
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan metode Analisa Komponen, Depaertemem Pekerjaan Umum (1987)
Dari perhitungan, tabel dan grafik nomogran di dapat hasil : a. Untuk 10 tahun kedepan IP IPo DDT LER10 FR = 2,0 = 3,9 3,5 = 4,3 = 955,065 = 3
Maka diperoleh ITP = 13 Untuk Hasil ITP dalam 10 tahun ke depan dapat dilihat pada grafik nomogram di bawah ini, dengan menggunakan nomogram 4 karena menyesuakan dengan dataa perhitungan yang telah ditentukan.
10
Sesuai dengan gambar nomogram 4 di atas, dapat dijelaskan dengan mengetehui DDT, dan LER yang dicari dapat ditarik garis (pada garis merah bagian kiri) kemudian berpotongan dengan garis ITP yang memberi angka 10, setelah itu ditarik kembali dengan mengetahui nilai FR (garis merah bagian kanan) akhirnya menemukan ITP sesungguhnya yaitu 13.
b. Untuk 20 tahun kedepan IP IPo DDT LER20 FR = 2,0 = 3,9 3,5 = 4,3 = 4251,21 = 3
11
Untuk Hasil ITP dalam 20 tahun ke depan dapat dilihat pada grafik nomogram di bawah ini, dengan menggunakan nomogram 4 karena menyesuakan dengan data perhitungan yang telah ditentukan.
1.9.6
Menetapkan Tebal Perkerasan Variabel-variabel untuk menetapkan lapisan tebal perkerasan dilihat pada tabel-tabel berikut.
Tabel.6 Koefisien Kekuatan Relatif
Kekuatan Bahan
MS (kg)
Kt(kg/ cm)
CBR %
Jenis Bahan
12
Tugas Perkerasan Jalan 0,40 0,35 0,32 0,30 0,35 0,32 0,28 0,26 0,30 0,26 0,25 0,20 744 590 454 340 744 590 454 340 340 340 HRA MACADAM LAPEN (MEKANIS) LAPEN (MANUAL) 0,28 0,26 0,24 0,23 0,19 590 454 340 LAPEN (MEKANIS) LAPEN (MANUAL) 0,15 0,13 0,15 0,13 0,14 0,13 0,12 0,13 0,12 0,11 22 18 100 80 60 70 50 30 Batu pecah (Kelas A) Batu pecah (Kelas B) Batu pecah (Kelas C) Sirtu/pitrun (Kelas A) Sirtu/pitrun (KelasB) Sirtu/pitrun (Kelas C) 0,10 20 Tanah Lempung Kepasiran
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan metode Analisa Komponen
LASTON
LASBUTAG
LASTON ATAS
13
Untuk 10 Tahun Koefisien kekuatan relatif, dilihat dari tabel.5 koefisien relatif Lapisan permukaan Lapisan Pondasi atas : Laston, MS 744 : Batu pecah kelas A a1 a2 a3 = 0,40 = 0,14 = 0,12
ITP
Bahan
5 5
7,5
7,5 10
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan metode Analisa Komponen, Depaertemem Pekerjaan Umum (1987)
ITP
Bahan
15
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur
20
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur
10 7,50 9,99 20
Laston Atas Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam
15 10 12,14 20
Laston Atas Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam, Lapen, Laston atas
14
Tugas Perkerasan Jalan 12,25 25 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam, Lapen, Laston atas
Tebal lapisan minimum dilihat dari ITP = 13 Lapisan permukaan Lapisan Pondasi atas : Laston, MS 744 : Batu pecah kelas A D1 D2 D3 = 10 = 25 = 25
ITP 13
a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3
= 0,4 D1 + 6,5 = 0,4 D1 - 6,5 = 16,25 cm = 17cm ( untuk D1 tebal minimum adalah 10 cm)
17 cm
D1
Surface D1 = 17 cm Laston Ms = 744, a1 = 0,4 Base D3 = 25 cm Batu Pecah CBR = 100%, a2 = 0,14 Subbase D3 = 25 cm Sirtu CBR = 50%, a3 = 0,12
25 cm
25 cm
Untuk 20 Tahun Koefisien kekuatan relatif, dilihat dari tabe koefisien relatif Lapisan permukaan Lapisan Pondasi atas : Laston, MS 744 : Batu pecah kelas A a1 a2 a3 = 0,40 = 0,14 = 0,12
Tebal lapisan minimum dilihat dari ITP = 15 Lapisan permukaan Lapisan Pondasi atas : Laston, MS 744 : Batu pecah kelas A D1 D2 D3 = 10 = 25 = 25
15
ITP 15
a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3
= 3 + 3,5 + 0,4 D1 = - 8,5 + 0,4 D1 = 21,25 cm = 22 cm( untuk D1 tebal minimum adalah 10 cm)
22 cm
D1
Surface D1 = 22 cm Laston Ms = 744, a1 = 0,4 Base D3 = 25 cm Batu Pecah CBR = 100%, a2 = 0,14 Subbase D3 = 25 cm Sirtu CBR = 50%, a3 = 0,12
25 cm
25 cm
16
2 Perencanaan Kekuatan Jalan Lama (Pelapisan Tambahan/ Overlay) 2.1 Data Data Jalan Untuk merencanakan Lapisan Tebal Perkerasan pada perencanaan konstruksi jalan raya, data-datanya yaitu : 2.1.1 Data lalu lintas pada tahun 2013: a. Kendaraan ringan 2 ton b. Bus 8 ton c. Truk 2 as 13 ton d. Truk 3 as 20 ton e. Truk 5 as 30 ton 2.1.2 Klasifikasi Jalan: a. Jalan b. Arah 2.1.3 2.1.4 = Kolektor = 2 jalur, 2 arah = = = = = 2925 1225 325 195 125 kend. kend. kend. kend. kend.
Umur Rencana 10 tahun dan 15 tahun Pertumbuhan lalu lintas a. i = 8 % (pertumbuhan lalu lintas selama UR = 10 tahun) b. i = 10 % (pertumbuhan lalu lintas selama UR = 15 tahun)
2.1.5 2.1.6
Kondisi jalan pada lapis permukaan laston = (kondisi 60 %) Susunan perkerasan jalan lama: a. Lapisan permukaan (a1) b. Pondasi atas (a2) c. Pondasi bawah (a3) : Laston (MS 744) = 11,0 cm : Batu Pecah (CBR 100) = 20 cm : Sirtu (CBR 50) = 10 cm
17
2.2 Menentukan LHR 2.2.1 Komposisi Kendaraan awal umur rencana (2013) a. Kendaraan ringan 2 ton b. Bus 8 ton c. Truk 2 as 13 ton d. Truk 3 as 20 ton e. Truk 5 as 30 ton = 2925 = 1225 = 325 = 195 = 125 LHR 2013 = 5803 kend. kend. kend. kend. kend . + kend.
2.2.2
Perhitungan LHR ke 10 (2023) LHR 2023 = LHR 2013 x ( 1+ i )n ; dimana n = 10 a. Kendaraan ringan 2 b. Bus 8 ton c. Truk 2 as 13 ton d. Truk 3 as 20 ton e. Truk 5 as 30 ton 2925 x ( 1 + 0,08)10 = 6314,86 1225 x ( 1 + 0,08)
10
= 2644,68
325 x ( 1 + 0,08)10 = 701,65 195 x ( 1 + 0,08)10 = 420,99 125 x ( 1 + 0,08)10 = 269,87 LHR 2023 =
10352,05 kend/hari
Dari perhitungan diatas didapat angka LHR pada tahun 2023 pada setiap kendaraan rencana. Hasil diatas menunjukan bahwa jalan tersebut diperkirakan dilalui sejumlah kendaraan tersebut pada tahun 2023.
2.2.3
Perhitungan LHR pada tahun pada Tahun ke 15 berikutnya (2028) LHR 2028 = LHR 2013 x ( 1+ i )n ; dimana = 15 a. Kendaraan ringan 2 b. Bus 8 ton c. Truk 2 as 13 ton d. Truk 3 as 20 ton e. Truk 5 as 30 ton 2925 x ( 1 + 0,1)15 1225 x ( 1 + 0,1)15 325 x ( 1 + 0,1)
15
= 12218,45 kend/hari = 5117,13 = 1357,6 = = = 814,56 522,16 20029,9 kend/hari kend/hari kend/hari kend/hari + kend/hari
18
Dari perhitungan diatas didapat angka LHR pada tahun 2028 pada setiap kendaraan rencana. Hasil diatas menunjukan bahwa jalan tersebut diperkirakan dilalui sejumlah kendaraan tersebut pada tahun 2028.
2.3 Menentukan Angka Ekivalen Angka ekivalen (E) per sumbu dapat dihitung dengan menggunakan rumus FE = k ( )4 ; FE = Angka ekivalen L = Beban sumbu tunggal k = 1 (untuk sumbu tunggal) k = 0,086 (untuk sumbu tandem) k = 0,021 (untuk sumbu triple) Berdasarkan rumus di atas didapat angka ekivalen : a. Kend rngn 2 ton (1t tunggal + 1t tunggal) b. Bus 8 ton c. Truk 2 as 13 ton d. Truk 3 as 20 ton (3t tunggal + 5t tunggal) (5t tunggal +6t tunggal) (6t tunggal + 14t tandem) = 0,0004 = 0,1593 = 1,0648 = 1,0375
2.4
Menentukan LEP Dari data yang telah di dapat, dapat dihitung nilai LEP yaitu : LEP = ; nilai C dapat dilihat dalam tabel 2 Jumlah lajur
berdasarkan lebar perkerasan dan faktor distribusi kendaraan
a. Kendaraan ringan 2 2925 x 0,5 x 0,0004 b. Bus 8 ton c. Truk 2 as 13 ton d. Truk 3 as 20 ton e. Truk 5 as 30 ton 1225 x 0,5 x 0,1593 325 x 0,5 x 1,0648 195 x 0,5 x 1,0375 125 x 0,5 x 1,3194 LEP 2013
2.5
Menentukan LEA Perhitungan LEA untuk 10 tahun (2023) LEA = ( )UR x Cj x Ej = 1,26
19
2644,68 x 0,5 x 0,1593 701,65 x 0,5 x 1,0648 420,99 x 0,5 x 1,0375 269,87 x 0,5 x 1,3194 LEA 2023
Perhitungan LEA untuk 15 tahun (2028) a. Kendaraan ringan 2 12218,45 x 0,5 x 0,0004 b. Bus 8 ton c. Truk 2 as 13 ton d. Truk 3 as 20 ton e. Truk 5 as 30 ton 5117,13 1357,6 814,56 522,16 x 0,5 x 0,1593 x 0,5 x 1,0648 x 0,5 x 1,0375 x 0,5 x 1,3194 LEA 2028 = 2,44 = 407,58 = 722,79 = 422,55 = 344,47+ = 1899,83
2.6
Menentukan LET LET = LEP + LEA 2 Dari data, dapat dihitung LET yaitu: a. LET10 = x (LEP + LEA10) = x (454,8+ 983,89) = 719,345 b. LET20 = x (LEP + LEA15) = x (454,8+ 1899,83) = 1177,315
2.7
Menentukan LER LER = LET x UR/10 a. LER10 = LET10 x UR/10 = 719,345 x 10/10 = 719,345 b. LER15 = LET20 x UR/10
20
2.8
Menentukan Tebal Lapisan Perekerasan 2.8.1 Menentukan Nilai DDT (Daya Dukung Tanah) Dari nilai CBR, dapat menentukan nilai DDT dengan cara berikut : DDT = 4,3 . Log CBR + 1,7 = 4,3 x Log 6 + 1,7 DDT = 5
2.8.2 Indeks Permukaan (IPt) Untuk mendapatkan nilai IP dapat dilihat dari nilai LER dan tabel 3 indeks permukaan pada akhir umur rencana. Nilai LER untuk 10 tahun kedepan adalah 719,345. Nilai LER untuk 15 tahun kedepan adalah 1765,973. Dengan klasifikasi jalan kolektor. Klasifikasi jalan kolektor, berdasarkan tabel 4 indeks permukaan pada akhir umur rencana LER10 LER15 = 719,345 = 1765,973 = 100 1000, = >1000, IP IP = = 2,0 2,0 - 2,5
2.8.3 Indeks Permukaan pada awal umur rencana (ITP) ITP dapat ditentukan melalui grafik nomogram. Untuk menentukan ITP dari grafik nomogram di perlukan data sebagai berikut, IP, IPo, DDT, LER, dan FR. Untuk mendapatkan angka IPo, dapat dilihat pada tabel 5 indeks permukaan pada awal umur rencana. Dari perhitungan, tabel dan grafik nomogran di dapat hasil : a. Untuk 10 tahun kedepan IP IPo DDT LER10 = 2,0 = 3,9 3,5 = 5 = 719,345
21
FR
= 2,25
Maka diperoleh ITP = 10,25 Untuk Hasil ITP dalam 10 tahun ke depan dapat dilihat pada grafik nomogram di bawah ini, dengan menggunakan nomogram 4 karena menyesuakan dengan dataa perhitungan yang telah ditentukan.
Sesuai dengan gambar nomogram 4 di atas, dapat dijelaskan dengan mengetehui DDT, dan LER yang dicari dapat ditarik garis (pada garis merah bagian kiri) kemudian berpotongan dengan garis ITP yang memberi angka 9, setelah itu ditarik kembali dengan mengetahui nilai FR (garis merah bagian kanan) akhirnya menemukan ITP sesungguhnya yaitu 10,25.
22
b.
Untuk 20 tahun kedepan IP IPo DDT LER15 FR = 2,0 = 3,9 3,5 = 5 = 1765,973 = 2,25
Untuk Hasil ITP dalam 15 tahun ke depan dapat dilihat pada grafik nomogram di bawah ini, dengan menggunakan nomogram 4 karena menyesuakan dengan dataa perhitungan yang telah ditentukan.
23
Sesuai dengan gambar nomogram 4 di atas, dapat dijelaskan dengan mengetehui DDT, dan LER yang dicari dapat ditarik garis (pada garis merah bagian kiri) kemudian berpotongan dengan garis ITP yang memberi angka 10, setelah itu ditarik kembali dengan mengetahui nilai FR (garis merah bagian kanan) akhirnya menemukan ITP sesungguhnya yaitu 12.
2.9 Menetapkan Tebal Lapis Tambahan a. Kekuatan jalan lama ITP sisa = a1 x D1 x K1 + a2 x D2 x K2 + a3 x D3 x K3 Laston (MS.744) 11,0 cm Batu Pecah (CBR 100) 20 cm Sirtu (CBR) 10 cm ITP sisa b. UR 10 tahun ITP = ITP10 ITP sisa = 10,25 6,64 = 3,61 D1 x 0,4 = 3,61 D1 = 9,025 (Laston MS. 744)
9 cm 11 cm
Overlay D1 = 9 cm Surface D1 = 11 cm Laston Ms = 744, a1 = 0,4 Base D3 = 20 cm Batu Pecah CBR = 100%, a2 = 0,14 Subbase D3 = 10 cm Sirtu CBR = 50%, a3 = 0,12
20 cm
10 cm
Subgrade CBR 6%
Gambar 7 Tebal Overlay (tebal lpis tambahan) Untuk 10 Tahun c. UR 15 tahun : ITP = ITP15 ITP sisa = 12,25 6,64 = 5,61 D1 x 0,4 = 5,61 D1 = 14,025 (Laston MS. 744)
24
14 cm
Overlay D1 = 14 cm Surface D1 = 11 cm Laston Ms = 744, a1 = 0,4 Base D3 = 20 cm Batu Pecah CBR = 100%, a2 = 0,14 Subbase D3 = 10 cm Sirtu CBR = 50%, a3 = 0,12
11 cm
20 cm
10 cm
Subgrade CBR 6%
3.
Kesimpulan Dari dua soal yang telah ditentukan dan selanjutnya dihitung mendapatkan hasil dari perhitungan yang mungkin kurang akurat dikarenakan keterbatasan dalam membaca Grafik CBR dan membaca Nomogram. Tetapi hasilnya dikira-kirakan seperti itu karena pengerjaan di lapangan kemungkinan akan beda dengan perhiungan walaupun itu sangat kecil. Dari hasil perhitungan dua soal di atas dapat disumpulkan. a. Soal satu yang merupakan perencanaan jalan baru yang direncanakan dibuka tahun 2013, direncanakan perkerasan pada tahun ke-10 (2023), dan direncanakan perkerasan pada tahun ke-20 (2033) dari awal jalan 2010 didapatkan hasil yang sesuai. Pada 10 tahun ke depan dari 2013 mendapatkan tebal perkerasan 17 cm konstruksi secara lansung dan pada 20 tahun ke depan dari 2013 mendaoatkan tebal perkerasan 22 cm. Hal ini dapat disimpulkan semakin lama maka semakin tebal harus perencanaan tebal perkerasan. Dan selisih dari tahun ke 10 dan ke 20 yang sedemikian hingga yaitu sebesar 5 cm mungkin disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor regional, CBR, dan lain-lain. b. Soal dua yang merupakan perencanaan perkerasan jalan lama (overlay) dibuka tahun 2013, yang direncanankan pada tahun ke- 10 dan ke- 15. Pada 10 tahun ke depan dari 2013 didapatkan overlay sebesar 9 cm. Dan pada 15 tahun ke depan didapatkan overlay sebesar 14 cm.
25
DAFTAR PUSTAKA
Jaya Wikrama. A.A.Ngr.A. Ir.MT, 2003. Presentasi Kuliah Perkerasan Jalan. Denpasar: UNUD Departemen Pekerjaan Umum, 1987. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen. Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1983. Manual Pemeliharaan Jalan No. 03/MN/B/1983. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
26
Keterangan: a. Tempat pemfoton jalan berada di Jalan Bypass Ngurah Rai Daerah Sanur, Denpasar Selatan kira-kira pada kilometer 1600. b. Jalan ada dalam keadaan dibongkar karena ada pemasangan gorong-gorong. c. Berikut Data-datanya : 1. Jalan yang dikeruk 1 lajur 1 arah 2. Tebal lapisan surface = 20 cm 3. Tebal lapisan base = 18 cm 4. Tebal lapisan subbase = 18 cm Ukuran tebal lapisan yang tertera di atas berdasarkan pengukuran manual menggunakan alat ukur penggaris, jadi untuk ukuran di atas kurang lebih ukurannya seperti itu karena tingkat ketelitian alat ukur yang saya gunakan kurang.
27
Keterangan: a. Tempat pemfotan yaitu di Jalan Bypass I Gusti Ngurah Rai daerah Sanur, Denpasar Selatan kira-kira pada kilometer 1600. b. Jalan ada dalam keadaan ditebalkan. c. Berikut Data-datanya: 1. Jalan 1 lajur 1 arah 2. Tebal lapisan overlay, tidak diketahui, karena saat itu tidak dilakukan pengukuran.
28
29