Disusun oleh :
YOGYAKARTA
2018
STATISTIK PENCACAHAN
A. Tujuan
Peluruhan zat radioaktif dan reaksi nuklir lainnya adalah peristiwa yang bersifat random,
karena itu sistem pencacahan atau perhitungan kuantitatifnya harus dilakukan secara statistik.
Hal itu disebabkan oleh perubahan aktivitas yang konstan dari setiap cuplikan terkait waktu
paruh dan fluktuasi laju peluruhan terhadap waktu karena sifat stokastik atau random
peluruhan zat radioaktif. Hasil pencacahan radiasi dari cuplikan radioaktif diperlihatkan
Persamaan (1).
pencacahan = x = x x (1)
dengan,
X = nilai cacah,
= x = standar deviasi menggunakan sistem statistik Poison. digunakan
Karena cuplikan dicacah/dihitung pada waktu tertentu, hasilnya ditampilkan dalam satuan
cacah per menit (cpm) atau detik (cps) atau satuan waktu lain. Hal itu dapat ditampilkan pada
Persamaan (2).
xs x Rs
Laju cacah = R (2)
Ts Ts Ts
dengan,
Ts = waktu cacah cuplikan
Rs = xs/Ts atau cacah per satuan waktu
S dalam bentuk subscript untuk lambang cuplikan
Biasanya standar deviasi cuplikan sudah cukup untuk menggambarkan kesalahan suatu
pencacahan bila jumlahnya jauh lebih tinggi dari pada cacahan radiasi latar (background).
Tetapi suatu perhitungan kesalahan pencacahan harus dimodifikasi ketika cacahan latar tidak
bisa diabaikan. Sebagai contoh, bila laju cacah cuplikan hampir mendekati laju cacah latar.
Dalam keadaan ini dibutuhkan satu step tambahan untuk menghitung standar deviasi dari
cacahan netto. Tahap ini didasarkan pada varian ( pangkat standar deviasi) dari perbedaan
dari variable indipenden yaitu jumlah semua varian. Jadi,
σ2s σ2t σb2 (3)
nb
σb2
Tb2 = varian latar (6)
Karena itu standar deviasi untuk cuplikan dapat ditampilkan sebagai berikut:
x s xb xb R t Rb
σs σ 2t σb2 (7)
Tt2 Tb2 Tt Tb
dengan Rt = xt/Tt = laju cacah total (gross)
Rb = xb/Tb = laju cacah latar
Hasilnya dapat ditulis sebagai berikut:
Rt Rb
s
Tt Tb
dengan Rs = Rt - Rb = laju cacah cuplikan (net). Hasil dari Persamaan (4) dapat ditulis dalam
cacah per menit (cpm). Untuk mengoreksi cpm menjadi aktivitas yang sebenarnya misalnya
dalam disintegrations per minute (dpm), diperlukan koreksi terhadap laju cacah dengan hal-hal
sebagai berikut:
Efisiensi pencacah (Counter efficiency) =
Rekoveri dari prosedur preparasi cuplikan = P
Self absorption = A
Backscatter = B
Dengan melakukan koreksi yang dibutuhkan, akan mengubah laju cacah dari cps ke dps. Satu
dps = 1 Bq, sedang konversi 1 Ci ke Bq adalah dengan mengalikan 3,7x1010 Bq. Persamaan (4)
ditulis kembali dengan menghitung kesalahan yield (errors yields).
R t Rb
Rs
Tt Tb
Aktivitas = dpm (8)
ε A ρB
Sebagai catatan, tidak semua faktor koreksi dapat digunakan untuk setiap kondisi pencacahan.
Dalam hal tertentu, setiap faktor koreksi dapat dikaitkan dengan suatu kesalahan atau standar
deviasi dan hal itu akan menyertakan perhitungan dengan rata-rata rambatan ralat (propagation
of errors). Pemilihan pencacahan optimal cuplikan dan latar ditentukan sebagai berikut:
Tb Rb
Tt optima l
Rt
Karena cacahan cuplikan harus diperkirakan setara dengan nol cacahan latar, demikian pula
laju cacah cuplikan dan latar, maka waktu cacahan cuplikan dan latar harus disetarakan. Untuk
laju cacah rendah, koreksi terhadap resolving time dapat diabaikan, sehingga tidak dibutuhkan
koreksi dead time.
Contoh 1:
Suatu detektor dengan efisiensi 32%, digunakan untuk mencacah cuplikan radioaktif.
Cuplikan itu dicacah selama 200 menit, dan yield (jumlah) dari cacahan total adalah 3.050.
Dilakukan juga pencacahan latar dengan waktu yang sama, yang menghasilkan yield laju cacah
10.0 cpm. Maka laju cacah cuplikan netto adalah:
3050 cacahan
Rs 10 cpm 5,25 cpm
200 menit
dengan standart deviasi cuplikan:
3050 cacahan
σs 200 menit 10 cpm 0,36 cpm
200 menit 200 menit
Kemudian aktivitas dihitung sebagai berikut:
5,25 0,36 cpm 1 menit 1Bq
Aktivitas 16,4 1,1dpm
0,32 cacahan/di sintegrasi 60 detik 1dps
0,27 0,02 Bq
1 Ci 10 12 pCi
0,27 0,02 Bq 7,4 0,5 pCi
3,7 10 Bq 1Ci
10
Batasan deteksi
Ketika menentukan batasan deteksi dari suatu sistem pencacahan, perlu dilakukan pengukuran
terhadap laju cacah latar, Rb. Aktivitas minimum yang dapat dideteksi atau limit deteksi (The
Minimum Detectable Activity, MDA) dari suatu sistem pencacahan ditentukan oleh the National
Bureau of Standards. Limit deteksi itu diekspresikan nilai tiga standart deviasi dari laju cacahan
latar, S = 3N. Untuk sistem pencacahan, ditulis dengan lambang 3b. Dalam hal ini, cuplikan
dicacah dalam jumlah waktu yang sama dengan pencacahan latar. Penghitungan limit deteksi ini
didasarkan pada tingkat kepercayaan 99.9%. Bila cacahan-cacahan yang didapat, 99.9% di atas
limit deteksi, maka cacahan itu dianggap sahih.
xb R
MDA(BS) 3γ b 3γ 2
3γ b2 (9)
Tb Tb
dengan,
Rb = Laju cacah latar (cpm)
Tb = Waktu pencacahan latar (mennt)
= faktor koreksi (mis. 1/ ) untuk mengubah cpm ke satuan yang dikehendaki
(mis. μCi/gm atau Bq/L).
Tingkat Tingkat Jumlah standar
Kepercayaan Keberartian deviasi
50 % 50 % 0.6745
68 % 32 % 1.0
90 % 10 % 1.645
95 % 5 % 1.960
96 % 4 % 2.00
99 % 1 % 2.575
99.7 % 0.3 % 3.00
Limit deteksi dapat ditentukan dengan lebih baik menggunakan pendekatan statistik modern
Altshuler dan Pasternack. Teori itu menentukan dua batas aktivitas minimal yang didasarkan
pada resiko maksimum yang dapat diterima dari:
1) menentukan ada aktivitas cuplikan padahal sebenarnya tidak ada; tipe 1 kesalahan, atau
peringatan kesalahan atau kesalahan positif.
2) Menyimpulkan tidak ada aktivitas cuplikan, padahal sebenarnya ada; tipe 2 kesalahan,
atau peringatan kelalaian atau kesalahan negative.
Batas aktivitas ini ditentukan sebagai:
1) Aktivitas Keberartian Minimum, (Minimum Significant Activity, MSA) – pengukuran
terkecil yang diinterpretasikan sebagai adanya aktivitas dalam cuplikan.
2) Aktivitas Minimum yang Sebenarnya dapat Dideteksi (Minimum Detectable True
Activity, MDTA) – aktivitas terkecil yang diperlukan ada dalam cuplikan agar suatu
pengukuran menunjukkan keberadaan aktivitas dan assay kuantitatif dengan tepat dengan
suatu penentuan derajat kepercayaan.
Perbedaan antara MSA dan MDTA adalah, MSA berkaitan dengan pengukuran bahwa nilai
(aktivitas) yang dilaporkan lebih besar dari nol. MDTA
Terkait dengan jumlah minimum dari aktivitas minimum yang dapat dideteksi dengan suatu
penentuan tingkat kepercayaan. Formulasi secara statistik dikategorikan dalam 2 kasus, yaitu
yang ke-1 mengharapkan nilai latar diketahui secara akurat, dan yang ke-2, mengharapkan nilai
latar tidak perlu diketahui secara akurat sebelumnya. Kasus yang ke-1 berlaku untuk sebagian
besar instrumen pencacah. Dengan demikian, jika batas bawah pada kasus 1 diturunkan
(derivasi), yang disesuaikan dengan data yang diperoleh dalam kebanyakan pencacahan, akan
menghasilkan persamaan-persamaan berikut:
R
MSA γK A b (10)
Tb
Rb KA K B2 K 2A
MDTA γ K A K B 1 (11)
Tb R b Tb 4R b Tb 2 R b Tb
dan bila,
K A KB
1
R b Tb
Rb
MDTA γ(K A KB ) (12)
Tb
dengan,
KA = nilai yang diasosiaikan dengan penentuan probabilitas untuk menghindari tipe
kesalahan 1 atau peringatan kesalahan (false alarm)
KB = nilai yang diasosiaikan dengan penentuan probabilitas untuk menghindari tipe
kesalahan 2 atau peringatan kelalaian (missed alarm)
Nilai KA dan KB ditunjukkan pada table dari fungsi distribusi normal yang beberapa di anataranya
ada di Tabel 2.
Dari yang tercatat pada Tabel 2, deteksi yang paling tepat digunakan adalah probabilitas untuk
menghindari terjadinya kesalahan pada 99.9%. Sehingga MSA sama dengan MDA.
Contoh:
Berikut ini adalah batasan yang telah ditentukan menggunakan data dari Contoh 1.
1 Bq/60 dpm 10 cpm
MDA(BS) 3 200 menit 0,03 Bq
0,32 cacah/disi ntegrasi
Untuk contoh dengan tingkat kepercayaan 97,5% untuk menghindari kesalahan tipe 1 dan tipe 2,
nilai KA = KB = 1.96.> Maka MSA adalah:
1Bq/60dpm 10 cpm
MSA 1,96 0,02 Bq
0,32cacah/ disinetgrasi 200 menit
Catatan :
1,96 1,96
0,088 1
(10cpm)(200mwnit)
karena itu,
1Bq/80dpm 10cpm
MDTA (1,96 1,96) 0,06Bq
0,32 cacah/desintegrasi 200menit
Distribusi Poison, Distribusi Gaussian atau Distribusi normal
Sifat peluruhan zat radioaktif adalah benar-benar random. Bila suatu pencacahan dilakukan
secara berulang-ulang dengan keadaan dan geometri yang sama, maka data yang dihasilkan akan
mengikuti distribusi Poison, dengan rumus:
mnem
Pn
n!
dengan,
x = cacahan yang ditentukan,
= nilai cacahan rata-rata yang sebenarnya (secara statistik)
Karena Distribusi Poison biasanya digunakan untuk jumlah yang sangat besar (bulk), dan
mempunyai kelemahan tidak sismetris maka distribusi yang dapat digunakan, yang mendekati
Distribusi Poison adalah Distribusi Gaussian atau Distribuasi Normal, dengan rumus:
1 (m - n) 2
Gn eksp- 2
2π 2
D. PROSEDUR KERJA
1. Ambil sebuah sumber standar, letakkan di bawah detektor GM dengan jarak tertentu
(kira-kira jarak itu akan memberikan cacahan 1000).
2. Cacah sumber standar itu sebanyak 20 kali dengan waktu pencacahan 60 detik.
3. Buat lembar data pengamatan seperti di bawah ini;
Cacah latar : 1)............ 2)............ 3)...............
Cacah latar rat-rata : τ
4. Hitung berbagai hal sebagai berikut:
a) Batasan-batasan deteksi: MDA, MSA, dan MDTA
b) Aktivitas suatu cuplikan dengan kesalahannya
c) Hitung probabilitas dengan distribusi Poisson dan Gaussian data cacahan no.18.
5. Buat laporan dan pembahasan
E. DATA HASIL PRAKTIKUM
⁄
( )√
⁄
- Perhitungan MSA
Digunakan tingkat kepercayaan 97,5% untuk menghindari kesalahan tipe 1 dan tipe 2,
nilai KA = KB = 1.96.> Maka MSA adalah:
R
MSA γK A b
Tb
⁄
( )√
⁄
- Perhitungan MDTA
Catatan :
√( )( )
0,438 < 1
Oleh karena itu,
Rb KA K B2 K 2A
MDTA γ K A K B 1
Tb R b Tb 4R b Tb 2 R b Tb
⁄
( )√ [ √ ]
⁄ √ √
[ √ ]
[ ][ ]
[ ]* +
- Distribusi Poison
n = 2245.5
m Pn
2139 0
2169 0
2180 0
2188 0
2191 0
2227 0
2236 0
2244 0
2246 0
2250 0
2252 0
2256 0
2263 0
2267 0
2279 0
2281 0
2284 0
2299 0
2316 0
2342 0
berdasarkan hasil peluang P (m) sebagai fungsi hasil cacahan (m) dalam waktu 60 s
untuk data cacahan Cs-137 menunjukkan bahwa peluang angka cacahan menunjukan
nilai yang sama. Hal tersebut salah satunya diakibatkan oleh besarnya nilai n
sehingga exp(-n) bernilai 0. Berdasarkan data hasil pengamatan untuk radiasi Cs-137
tidak memenuhi syarat distribusi poisson karena pengamatan dilakukan dalam 20 kali
pengulangan pengamatan (syarat : > 50 kali pengulangan ) dan angka cacahan yang
muncul memiliki interval 2139-2342 (syarat: n< 10). Oleh karena itu, analisi
distribusi poisson tidak dapat dilakukan dan digantikan dengan distribusi normal.
- Distribusi Normal
n = 2245.5
m Standar Z Gn
diviasi
2139 47.10626 -2.260 0.004525
2169 47.42362 -1.612 0.015802
2180 47.53946 -1.377 0.022434
2188 47.62352 -1.206 0.027932
2191 47.65501 -1.143 0.030094
2227 48.03124 -0.384 0.053483
2236 48.12484 -0.196 0.056424
2244 48.20788 -0.030 0.057447
2246 48.22862 0.011 0.057457
2250 48.27007 0.094 0.057181
2252 48.29079 0.136 0.056897
2256 48.33218 0.218 0.056047
2263 48.40455 0.363 0.053707
2267 48.44585 0.445 0.051931
2279 48.56954 0.691 0.045105
2281 48.59012 0.732 0.043804
2284 48.62098 0.793 0.041793
2299 48.77499 1.098 0.031273
2316 48.94895 1.441 0.020186
2342 49.21382 1.962 0.008303
0,07
0,06
0,05
0,04
0,03 Series1
0,02
0,01
0
-3,000 -2,000 -1,000 0,000 1,000 2,000 3,000
Distribusi normal merupakan salah satu distribusi probabilitas yang penting dalam
analisis statistika. Apabila digambarkan dalam grafik, kurva distribusi normal berbentuk
seperti genta (bell-shaped) yang simetris. Perlu diketahui bahwa luas kurva normal adalah
satu (sebagaimana konsep probabilitas). Dengan demikian, luas kurva normal pada sisi
kiri = 0,5; demikian pula luas kurva normal pada sisi kanan = 0,5. Pada praktikum yang
telah dilakukan menghasilkan distribusi normal sebagaimana gambar di atas. Distribusi
ini dapat diterapkan pada data percobaan karena tidak memerlukan syarat sebagaimana
pada distribusi poison. Pada grafik tersebut peluang tertinggi sebesar 0,0574 berada pada
range data 2244 -2246.
G. KESIMPULAN
1. Intensitas radiasi yang dipancarkan oleh suatu sumber bersifat acak (random) maka
terdapat kemungkinan bahwa beberapa radiasi yang mengenai detektor tidak tercatat.
Sehingga digunakan statistik untuk memperoleh hasil pencacahan yang terbaik
berdasarkan distribusi peluangnya
2. Berdasarkan data hasil pengamatan untuk radiasi Cs-137 tidak memenuhi syarat analisis
distribusi poisson karena pengamatan dilakukan dalam 20 kali pengulangan pengamatan
dan angka cacahan yang muncul memiliki interval 2139-2342. Oleh karena itu, analisis
distribusi poisson tidak dapat dilakukan dan analisis yang dapat dilakukan adalah dengan
distribusi Gaussia/normal.