Anda di halaman 1dari 20

BAB II

SEJARAH PERUSAHAAN

2.1 Sejarah dan Latar Belakang PT. Pertamina


Produksi komersial minyak bumi dimulai sejak Edwin Laurentine Drake
melakukan eksplorasi minyak bumi komersial pertama pada 27 Agustus
1859 di Titusville Pennsylvania dan hal ini yang mendorong negara-negara
lain untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi, tidak
terkecuali negara Indonesia yang dimotori oleh kolonial belanda dalam
usaha eksploitasi dan eksplorasinya. Minyak bumi pertama kali dibor di
Indonesia pada tahun 1871 oleh AJ Ziklerb di Pangkalan Brandan, Sumatera
Utara pada kedalaman 400 feet, sejak itu perusahaan-perusahaan asing milik
belanda berhasil mengeksploitasi dan mengeksplorasi ladang-ladang minyak
di Indonesia. Upaya eksplorasi ladang minyak tersebut terus berkembang
sampai Perang Dunia II. Industri minyak dan gas bumi di Indonesia
terutama bagi perusahaan yang dikelola oleh pihak belanda terkena dampak
yang besar setelah perang tersebut.
Ladang-ladang minyak di Indonesia ditinggalkan oleh perusahaan-
perusahaan asing setelah Perang Dunia II berakhir, namun setelah itu
muncul perusahaan-perusahaan yang bersifat regional yang memanfaatkan
ladang-ladang minyak yang ditinggalkan tersebut. Melihat makin banyaknya
perusahaan yang memanfaatkan ladang-ladang minyak kosong, akhirnya
pemerintah Indonesia berinisiatif untuk menata ulang pemanfaatan ladang-
ladang minyak kosong dengan membangun perusahaan berskala nasional
yang nantinya menjadi cikal bakal berdirinya Perusahaan PT. PERTAMINA
(Persero).
Pada tahun 1961 Pemerintah mendirikan PN PERTAMIN (Perusahaan
Negara Pertambangan Minyak Indonesia) yang kegiatan utamanya adalah
bertanggung jawab dalam mendistribusikan minyak di dalam negeri. PN

4
PERTAMIN merupakan perusahaan BUMN milik Pemerintah Hindia
Belanda dan NIAM (Netherlandche Indische Aardolie Maatschaapij). Pada
tanggal 20 Agustus 1968, PN PERTAMIN digabung dengan PT. PERMINA
menjadi PN. PERTAMINA (untuk meningkatkan produktivitas maupun
efisiensi di bidang perminyakan nasional). Selanjutnya pada tanggal 15
September 1971 PN. PERTAMINA berubah nama menjadi PERTAMINA
dan pada tanggal 17 September 2003 PERTAMINA berubah menjadi
perusahaan persero sehingga namanya berubah menjadi PT. PERTAMINA
(Persero) Unit Pengolahan. Akhirnya nama PT. PERTAMINA (Persero)
Refinery Unit berubah menjadi PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit
pada tanggal 9 Oktober 2008.
PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit bergerak di bidang,
pengolahan minyak dan gas bumi di Indonesia. Saat ini PT. PERTAMINA
(Persero) telah memiliki 7 Refinery Unit (RU) yang tersebar di sebagian
wilayah Indonesia. Akan tetapi satu diantaranya hanya mengolah 5.000
barrel per hari, sehingga pada tahun 2007 ditutup.

Refinery Unit tersebut meliputi Tabel 1 :


Tabel 1. Kapasitas Unit-unit Pengolahan Pertamina
Refinery Unit Kapasitas
RU I: Pangakalan Brandan (sudah ditutup) -
RU II: Dumai (Riau) 170 MBSD
RU III: Plaju (Sumatera Selatan) 145,6 MBSD
RU IV: Cilacap (Jawa Tengah) 348 MBSD
RU V: Balikpapan (Kalimantan Timur) 260 MBSD
RU VI: Balongan (Jawa Barat) 125 MBSD
RU VII: Sorong (Irian Jaya) 10 MBSD

Sumber: PT. Pertamina RU V

5
Gambar 2.1 Kilang Pertamina di Indonesia
Sumber : pertamina.com/internet

2.2 Sejarah Singkat PT. PERTAMINA (Persero)

PERTAMINA Refinery Unit V Balikpapan merupakan salah satu Unit Bisnis


Direktorat Pengolahan Pertamina yang produknya disalurkan ke kawasan Indonesia
bagian Timur yang merupakan 2/3 dari NKRI dan beberapa produk disalurkan ke
Indonesia bagian Barat dan diekspor. Sejak pertama kali dibangun RU V telah mengalami
beberapa kali perbaikan guna meningkatkan margin & kapasitas produksi. Produk-produk
yang sesuai dengan Service Level Agreement (SLA) yaitu meliputi Bahan Bakar
Minyak/BBM (Premium, Kero, Solar, Pertadex & Pertamax), Non Bahan Bakar
Minyak/NBBM (Smooth Fluid 05), dan LPG. Seluruh produk yang dihasilkan digunakan
untuk memasok kebutuhan dalam negeri khususnya wilayah Indonesia Bagian Timur.

Sejarah kilang minyak PERTAMINA RU V Balikpapan berawal dari


ditemukannya sumber minyak di Sanga-sanga pada tahun 1987. Dimana sebelumnya juga
telah ditemukannya sumber-sumber minyak di Tarakan (1899), Samboja (1911) dan
Bunyu (1922). Penemuan-penemuan tersebut mendorong dibangunnya kilang minyak
mentah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Kemudian pada tahun 1922 mulai dibangun kilang di Balikpapan yang kemudian disebut

6
sebagai Kilang Balikpapan I. Setelah mengalami kerusakan berat dalam masa perang
Dunia II (1940-1945) perbaikan dan rehabilitasi mulai dilakukan tahun 1948, kemudian
secara berturut-turut dibangun Crude Distillation Unit V (CDU V), Heavy Vacuum Unit
II (HVU II), Wax Plant, serta unit-unit yang termasuk dalam proyek pembangunan Kilang
Balikpapan II yaitu Hydroskimming Complex (HSC) dan Hydrocracking Complex (HCC).

Cikal bakal pendirian Pertamina RU V Balikpapan adalah peristiwa


pengeboran minyak untuk yang pertama kalinya di Balikpapan oleh Pemerintah
Hindia Belanda pada 10 Februari 1897. Peristiwa bersejarah tersebut menjadi
awal mula berdirinya Kota Balikpapan. Pengeboran sumur minyak pertama, yang
diberi nama Sumur Mathilda, dilakukan oleh Mathilda Corporation, kerjasama
antara J. H. Menten dan Adams dari Samuel & Co. Berlokasi di Balikpapan,
Kalimantan Timur, RU V telah beroperasi sejak 1922 dan saat ini memasok
hingga 26% total kebutuhan BBM di seluruh Indonesia. Lokasi RU V sangat
strategis untuk memasok kebutuhan BBM di kawasan Indonesia Timur, dan
didukung oleh jaringan distribusi yang baik, mencakup pipa distribusi,kapal
tanker, serta moda transportasi darat.

Refinery Unit V memiliki kapasitas pengolahan minyak mentah 260


MBSD setara 25 % dari kapasitas intake nasional dan market share BBM 15,6 %
skala nasional. Kapasitas kilang RU V ditargetkan untuk dikembangkan menjadi
360 MBSD melalui Program RDMP yang mentransformasi kilang Pertamina
dalam empat aspek: Crude Flexibility, Profitability,Energy Security, dan Product
Quality. Hasilnya, RU V tak hanya berhasil mencapai target kuantitas produksi,
namun juga dari segi kualitas. Secara kronologis, perkembangan Kilang Minyak
Pertamina RU V Balikpapan dapat dilihat pada tabel 2.2.

A. Visi, Misi dan Tata Nilai Korporat

7
1. Visi
Menjadi kilang kelas dunia yang kompetitif dan berwawasan
lingkungan.

2. Misi
1. Mengelola operasional kilang secara aman, handal, efisien dan
ramah lingkungan untuk menyediakan kebutuhan energi yang
berkelanjutan.
2. Mengoptimalkan fleksibilitas pengolahan untuk memaksimalkan
valuable product.
3. Memberikan manfaat kepada stakeholder.

3. Tata Nilai Korporat


Dalam mencapai Visi dan Misinya, Pertamina berkomitmen untuk
menerapkan tata nilai sebagai berikut :
a. Clean (bersih) yaitu dikelola secara proposional, menghindari
benturan kepentingan tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi
kepercayaan dan integritas, berpedoman pada asas tata kelola
korporasi yang baik.
b. Competitive (kompetitif) yaitu mampu berkompetisi dalam skala
regional maupun internasional. Mendorong pertumbuhan melalui
investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja.
c. Confident (percaya diri) yaitu berperan dalam pembangunan
ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN dan
membangun kebanggaan bangsa.
d. Customer Focus (focus pada pelanggan) yaitu berorientasi pada
kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada para pelanggan.

8
e. Commercial (komersial) yaitu menciptakan nilai tambah dengan
orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-
prinsip bisnis yang sehat.
f. Capable (berkemampuan) yaitu dikelola oleh pemimpin dan
pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis
tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan
pengembangan.

B. Makna Logo PT. PERTAMINA (Persero)


Logo dari PT. PERTAMINA (Persero) memiliki makna adalah sebagai
berikut.

Gambar 1. Logo Pertamina


Sumber : PT. Pertamina RU V (2016)

1. Elemen logo membentuk huruf P yang keseluruhan merupakan


presentasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai PERTAMINA yang
bergerak maju dan progresif.
2. Warna-warna yang berani menunjukan langkah besar PERTAMINA dan
aspirasi perusahaan akan massa depan yang lebih positif dan dinamis,
dimana :
a. MERAH
Melambangkan keuletan, dan ketegasan serta keberaniaan dalam
menghadapi berbagai macam kesulitan.
b. HIJAU
Melambangkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan.
c. BIRU

9
Melambangkan handal, dapat dipercaya dan dapat dipertanggung
jawabkan.
3. Tulisan PERTAMINA dengan pilihan huruf yang mencerminkan
kejelasan dan transparan serta keberaniaan dan kesungguhan dalam
bertindak sebagai wujud positioning PERTAMINA baru.
C. Struktur Organisasi PT. Pertamina RU V
Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit V
merupakan sistem organisasi linier dimana para staf dibagi atas cabang-
cabang berdasarkan Regional. Organisasi PT. PERTAMINA (Persero)
Refinery Unit V Balikpapan berada dibawah wewenang dan tanggung jawab
kepada Direktur Pengolahan PERTAMINA. General Manager (GM) PT.
PERTAMINA Refinery Unit V berfungsi sebagai kordinator seluruh kegiatan
pengolahan PERTAMINA di Balikpapan.

10
Gambar 2. Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero) RU V
Balikpapan
Sumber : PT. Pertamina RU V (2016)

D. Orientasi Umum
Orientasi umum dilaksanakan selama enam hari terhitung dari tanggal
2 September – 9 September 2019. Orientasi umum ini dilaksanakan untuk
mengetahui peran dan tugas dari masing-masing fungsi secara garis besar.
Fungsi unit produksi terdiri dari sepuluh bagian yang masing-masing
dipimpin oleh seorang section head yaitu : Bagian RP&O, Bagian Supply
Chain, Bagian Distiling dan Wax Plant (DIS&WAX), Bagian Hidroskiming

11
Complex (HSC), Bagian Hidrocracking Complex (HCC), Bagian Utilities
(UTL), Bagian Oil Movement (OM), Bidang Health, Safety, and Environment
(HSE), Process Engineering (PE), dan Bagian Laboratory.

Gambar 3. Diagram Alir Kilang PT. Pertamina RU V Balikpapan


Sumber : PT. Pertamina RU V (2016)

1. Bagian RP&O (Refinery Planning and Optimization)


Bagian RP&O adalah bagian yang merencanakan proses produksi di
kilang RU V Balikpapan.
Alur Proses Perencanaan dan scheduling :

12
Gambar 4. Alur proses perecanaan dan scheduling
Sumber : PT.Pertamina RU V (2016)

2. Bagian Supply Chain


Bagian Supply Chain adalah termasuk bagian struktur RP&O.
Mengatur penjadwalan crude yang diolah setiap harinya kepada bagian
produksi, menyampaikan realisasi pengolahannya dan mengatur
penjadwalan blending produksi serta rencana penyalurannya.

3. Bagian Distiling & Wax Plant (DIS-WAX)


Bagian DIS-Wax terdiri dari 5 (Lima) Unit, yaitu : Crude Distilation
Unit V (CDU V), Hight Vacum Unit III (HVU III), Dehidration Plant
(DHP), Wax Plant, Effluent Water Treatment Plant (EWTP).

a. Crude Distilation Unit V (CDU V)


CDU V adalah unit distilasi atmosferik yang tekanan kerjanya
sebagainama tekanan atmosfer, berfungsi untuk memisahkan fraksi
minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didih.

13
Crude yang bersifat Parafinik diumpankan ke Crude Distillation
Unit V (CDU V) yang berkapasitas 60 MBSD. Produk yang dihasilkan
adalah LPG, Light Naptha, Heavy Naptha, Kerosene, LGO (Light Gas
Oil), HGO (Heavy Gas Oil), dan residu atmosferik. Diagram alir proses
pengolahan CDU V ditampilkan pada berikut ini :

Gambar 5. Diagram Alir CDU V


Sumber : PT. Pertamina RU V (2016)

b. High Vacum Unit III ( HVU III )


Hight Vacuum Unit III (HVU III) adalah fraksinasi vakum yang
mengolah long Residu dari CDU V. Proses yang terjadi adalah dengan
distilasi pada tekanan vakum di bawah tekanan 1 atm, tujuannya untuk
menurunkan titik didih dari umpan. HVU merupakan unit yang
mengolah long residu dari CDU V secara distilasi hingga menjadi
produk LVGO, POD, HVGO dan short residu.

14
Diagram alir Hight Vacum Unit III di tampilkan pada gambar berikut ini
:

Gambar 6. Diagram Alir High Vacum Unit III


Sumber : PT. Pertamina RU V (2016)

c. Dehydration Plant (DHP)


Dehydration Plant (DHP) dirancang untuk mengolah umpan
sebesar 9000 ton per hari. Yang berfungsi untuk mempermudah
transportasi umpan sebelum masuk ke Kilang Balikpapan I dengan cara
injeksi air dan Demulsifier. Diagran alir DHP ditampilkan pada gambar
berikut ini:

Gambar 7. Diagram alir DHP


Sumber : PT. Pertamin RU V (2016)
Umpan Crude Oil pada kilang Balikpapan I bersifat paraffin dan
memiliki viskositas yang tinggi. Oleh sebab itu, untuk mempermudah

15
transportasi, Crude Oil di injeksikan air dan demulsifier sebelum
dikirim ke kilang. Sebelum diproses di CDU V crude oil tersebut harus
dikurangi kandungan airnya di DHP crude oil yang berupa emulsi di
injeksikan demulsifier dan dipanaskan di HE hingga temperatur 60 0C.
Kemudian, crude oil dialirkan ke tanki dimana terjadi pemisahan antara
minyak dan air. Sebelum di alirkan ke tanki penyimpanan, crude
dialirkan ke Gas Separator untuk memisahkan gas dan minyak.
d. Wax Plant
Merupakan unit yang mengolah POD (Parafinic Oil Distilat) dari
HVU III hingga menjadi produk wax. Wax Plant menghasilkan wax
(lilin) sesuai permintaan pasar, baik domestic maupun eksport.

e. Effluent Water Treatment Plants (EWTP)


Merupakan unit yang mengolah limbah cair yang dihasilkan kilang
Balikpapan I dan Balikpapan II, serta air hujan dari sump – sump
sebelum dibuang kelaut.
4. Bagian Hydroskiming Complex (HSC)
Bagian Hydroskimming Complex (HSC) terbagi menjadi 6 plant, yaitu :
Crude Distilling Unit IV (Plant 1), Naphtha Hydrotreating Unit (Plant 4),
Platforming Unit (Plant 5), Sour Water Stripper (Plant 6), LPG Recovery
dan LPG Treater
.
a. Crude Distilling Unit IV (Plant 1)
CDU IV adalah unit distilasi atmosferik yang tekanan kerjanya
sebagaimana tekanan atmosfer, berfungsi untuk memisahkan fraksi
minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didih. CDU IV yang
dirancang mengolah minyak mentah dari handil dan bekapai sebanyak
200 MBSD. Berhubung karena semakin menipisnya pasokan bahan
baku yang diperoleh dari Handil dan Bekapai maka, CDU IV mengolah
jenis Cooktail Crude yang komposisinya berupa campuran dari

16
berbagai jenis crude (± 30 jenis crude). Adapun produk yang dihasilkan
yaitu LPG, Light Naphta, Heavy Naphta, Kerosene, LGO, HGO, Long
residu.

Gambar 8. Diagram Alir CDU IV


Sumber : PT. Pertamina RU V (2016)

b. Naptha Hydrotreating Unit (Plant 4)


NHT Merupakan unit yang berfungsi untuk mendekomposisikan
komponen sulfur, oksigen, nitrogen, dan senyawa logam, serta
menghidrogenasi senyawa olefine yang terkandung pada heavy naptha
dari CDU IV dan HCU sehingga menjadi produk sweat naptha
sehingga dapat dijadikan umpan untuk platforming. Unit ini
berkapasitas 20 MBSD. Diagram alir proses Naptha Hydrotreating unit
ditampilkan pada gambar berikut ini :

17
Gambar 9. Diagram Alir Naphta Hydrotreating Unit
Sumber : PT. Pertamina RU V (2016)

c. Platforming Unit (Plant 5)


Platforming Unit merupakan unit yang mengolah feed sweat
naptha dari naptha hydrotreating unit (Plant 4) menjadi produk
reformat dengan angka oktan yang lebih tinggi, yaitu sekitar 96.
Platformer dirancang untuk mengolah 20 MBSD. Diagram alir proses
Platforming Unit (Plant 5) ditampilkan pada gambar berikut ini :

18
Gambar 10. Diagram Alir Platforming Unit (Plant 5)
Sumber : PT. Pertamina RU V (2016)

d. Sour Water Striper (Plant 6)


Adalah unit pengolahan air buangan dari kilang yang
menghilangkan hidrogen sulfide (H2S) serta amoniak (NH3) dari air
buangan (sour water) unit CDU IV, HVU II, HCU, naptha hidrotreater,
dan LPG recovery unit dengan kapasitas 40 m3/jam sebelum dikirim ke
EWTP.

e. LPG Recovery
Unit ini berfungsi untuk mengolah Refinery gas dari CDU IV,
Hydrocracker dan Platformer menjadi produk LPG dengan kapasitas
desain 565 Ton/day.

f. LPG Treater
Unit ini berfungsi untuk memurnikan kandungan sulfur yang
terlarut dalam LPG produk agar memenuhi spesifikasi dari LPG yang
ditetapkan dengan kapasitas desain 565 Ton/day.

19
5. Bagian Hydrocracking Complex (HCC)
Bagian hydrocracking complex terdiri dari beberapa plant, yaitu :
High Vacum Unit II (Plant 2), Hidrocracking Unit, Hidrogen Plant.
a. High Vacum Unit II (Plant 2)
High Vacum Unit II (HVU II) adalah fraksinasi vakum yang
mengolah long residu. Proses yang terjadi adalah dengan distilasi pada
tekanan vakum di bawah tekanan 1 atm, tujuannya untuk menurunkan
titik didih dari umpan. HVU II dirancang untuk mengolah umpan
sebesar 81 MBSD. HVU II Merupakan unit yang mengolah long residu
dari CDU IV secara distilasi hingga menjadi produk LVGO, HVGO dan
short residu. Diagram alir Hight Vacum Unit II di tampilkan pada
gambar berikut ini :

Gambar 11. Diagram alir Hight Vacum Unit II


Sumber : PT. Pertamina RU V (2016)

b. Hydrocracking Unit (HCU)


HCU berfungsi untuk merengkahkan hidrokarbon berat, yang
mengolah HVGO dari HVU II, HVU III dan POD dari HVU III dengan
bantuan katalis dan hidrogen yang disuplai dari hidrogen plant sehingga

20
menjadi produk LPG, Naptha, Kerosene, Avtur dan Diesel. HCU
memilikai 2 train yang masing – masing berkapasitas 27,5 MBSD.
c. Hydrogen Plant
Merupakan unit yang mengolah gas alam menjadi hidrogen untuk
kebutuhan Hydrocracking unit dengan proses steam reforming.

6. Bagian Utilities
Utillities merupakan bagian pendukung proses produksi di PT.
Pertamina (Persero) RU V Balikpapan sehingga terjaga kesinambungan
proses produksi di kilang. Bagian Utilities unit produksi bertanggung
jawab secara langsung langsung kepada Manager Unit Produksi. Bagian
Utilities Kilang Balikpapan mempunyai tugas menyediakan kebutuhan-
kebutuhan rutin yang diperlukan oleh kegiatan operasi, seperti : Energi
Uap & Listrik dan air. Untuk kegiatan operasinya, Utilities Kilang
Balikpapan harus dapat melayani kilang dalam penyediaan steam, listrik
dan air dengan tepat waktu, quality dan quantity.
7. Bagian Oil Movement
Oil Movement merupakan bagian unit produksi yang mempunyai
tugas, antara lain :
1. Mengatur penerimaan minyak mentah dari luar yang akan diolah di
kilang dan menyiapkan hasil olahan minyak yang meliputi BBM
maupun non BBM melalui kapal tanker atau melalui pipa dasar laut.
2. Mengatur penerimaan produk jadi dan setengah jadi dari kilang
Balikpapan I dan II.
3. Mengatur pengiriman produk ke kapal dan UPMS VI
4. Mengelola fasilitas Jetty.

21
8. Bidang Health, Safety, and Environment ( HSE )
Terbagi menjadi 3 bagian :
a. Fire & Insurance (F&I)
Adalah bagian yang menangani terjadinya kebakaran dan melatih
karyawan dalam menanggulangi kebakaran. Selain itu bagian (F&I)
juga melakukan perawatan pada peralatan pemadam kebakaran serta
membuat free fire planing atau penanggulangan alat yang mudah
terbakar.
b. Safety
Adalah bagian yang melakukan koordinasi keselamatan kerja di
lingkungan kerja dimana tugas-tugasnya yaitu melakukan penyusunan
prosedur, pedoman dan STK, menyediakan instruksi dan batas operasi
yang jelas, melakukan penyelidikan kecelakaan, menangani bahan-
bahan beracun, serta mengajak seluruh karyawan agar bertanggung
jawab dan peduli terhadap pelaksanaan K3LL.
c. Environmental
Adalah bagian yang melakukan pemantauan lingkungan pada area
kilang. Dimana tugas-tugasnya meliputi tindakan-tindakan pencegahan,
pengolahan dan penanggulangan limbah padat (logam besi bekas),
limbah cair (sisa minyak, sisa prsoses, bahan kimia penunjang), limbah
gas (CO2, CO, NO2, H2S) dari proses pengolahan crude oil menjadi
produk-produk di Refinery Unit V Balikpapan, yang dalam
penerapannya bekerja sama langsung dengan laboratorium Lindungan
Lingkungan (bagian Lab-Prod).
9. Bagian Laboratory
Laboratory merupakan bagian yang melaksanakan pengendalian mutu
bahan baku, bahan setengah jadi, maupun bahan jadi. Juga merupakan
laboratorium penguji. Tugasnya mengontrol kualitas sebagai penunjang
kelancaran operasi kilang PERTAMINA RU V Balikpapan. Laboratory
RU V Balikpapan terdiri dari :
a. Stream & Distribution

22
Merupakan seksi yang bertanggung jawab terhadap pemeriksaan
berbagai sampel BBM dari bahan baku, produk setengah jadi, maupun
produk jadi. Sebagai contoh : Crude, Naptha, Kerosine, Premium,
Solar.
b. Crude Oil, NBM, Anal & Gas
Seksi yang bertanggung jawab terhadap pemeriksaan evaluasi
sampel minyak mentah. Tujuannya untuk mengetahui suatu proses
pengolahan yang optimal. Juga bertanggung jawab terhadap limbah dari
unit-unit proses yang terdapat pada kilang PERTAMINA RU V .
c. Operation CFR & Aviation
Bertanggung jawab melakukan penguji produk Aviation, dan
melakukan perbaikan dengan swakelola, kalibrasi dan mengajukan
pengadaan peralatan ABI (Anggaran Biaya Investasi).

d. Quality
Bertanggung jawab melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
penerapan ISO 17025 mengenai system mutu penguji Laboratory RU
V Balikpapan. Serta melakukan pembinaan secara terprogram kepada
semua pekerja dalam rangka meningkatkan skill dan knowledge pada
teknisi Laboratory.
e. Operation Support
Bertanggung jawab melakukan pengadaan peralatan, serta pengadaan
material/chemical dan administrasi dalam menunjang kelancaran
Laboratory.

23

Anda mungkin juga menyukai