Oleh:
NIM : 131511010
Merupakan hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) dan belum pernah
dipublikasikan baik secara keseluruhan maupun sebagian dalam bentuk
apapun. Karya ilmiah ini sepenuhnya merupakan karya intelektual saya dan
seluruh sumber yang menjadi rujukan dalam skripsi ini telah saya sebutkan
sesuai kaidah akademik yang berlaku umum.
i
LEMBAR PERSETUJUAN
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas akhir ini disusun untuk memperoleh gelar Starata -1 (S-1) Teknik
Pada Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Di Fakultas Teknik Universitas Qomaruddin Gresik
Oleh:
Muhammad Ari Afiq
NIM.13151110
iii
KATA PENGANTAR
iv
Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh
dari kata sempurna, baik dari segi bentuk maupun isi. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan partisipasi dari pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang
sifatnya membangun untuk perbaikan dikemudian hari. Akhir kata berharap agar
apa yang telah tertulis dalam Laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Aamiin aamiin aamiin ya rabbal alamin.
Wassalamu`alaikum Wr. Wb
v
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Karakteristik mutu solar ………………………………………. 9
Tabel 2.2 Dimensi standard sabuk V…………………………………… 27
Tabel 2.3 Dimensi standard pulli berlekuk V ……………………………. 22
Tabel 2.4 Faktor koreksi …………………………………….……………. 22
Tabel 2.5 Baja karbon untuk kontruksi mesin dan baja batang yang
difinis dingin untuk poros ………………………..…………… 23
Tabel 3.1 Bahan yang digunakan …………………………………………. 28
Tabel 3.2 Jadwal penelitian ………………………………………………. 41
Tabel 4.1 Spesifikasi Motor dan Generator……………………………. 47
Tabel 4.2 Faktor koreksi daya yang ditransmisikan……………………… 48
Tabel 4.3 Baja karbon untuk kontruksi mesin dan baja batang yang difinis
dingin untuk poros………………………………………………. 49
Tabel 4.4 Harga 𝑆𝑓1 dan 𝑆𝑓2 ………………………………………………... 50
Tabel 4.5 Faktor koreksi untuk beban tumbukan dan beban lentur………… 50
Tabel 4.6 Diameter poros…………………………………………………… 51
Tabel 4.7 Bahan poros..................................................................................... 52
Tabel 4.8 Diameter minimum pulli yang diizinkan dan dianjurkan………… 53
Tabel 4.9 Ukuran pulley-V………………………………………………….. 54
Tabel 4.10 Panjang standard sabuk V………………………………………. 56
Tabel 4.11 Daerah penyetelan jarak sumbu poros………………………….. 57
Tabel 4.12 Penentuan Daya Berdasarkan Diameter Pulley Dan Rasio Pulley 58
Tabel 4.13 faktor koreksi dari pulley kecil………………………………….. 59
Tabel 4.14 Dasar Pemilihan V-Belt………………………………………. 59
Tabel 4.15 Macam – Macam Penomoran Vbelt section B…………………. 59
Tabel 4.16 Faktor Koreksi dari CL………………………………………. 60
Tabel 4.17 Total Waktu Pengerjaan………………………………………. 63
Tabel 4.18 Biaya Material…………………………………………………. 66
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kendaraan dengan tenaga penggerak motor diesel menjadi salah satu pilihan
yang banyak disukai di Indonesia, mengingat kemampuan yang dimilikinya dan
terutama karena harga bahan bakarnya (solar) yang lebih murah dibanding dengan
bahan bakar motor bensin.
Dalam kenyataannya pembakaran dalam motor diesel tersebut sering tidak
dapat berlangsung dengan sempurna. Jumlah bahan bakar dalam ruang bakar yang
tidak sesuai dengan kebutuhan, proses penginjeksian bahan bakar yang kurang baik
atau kurang baiknya proses pencampuran bahan bakar dengan udara dalam ruang
bakar seringkali menjadi penyebab ketidak sempurnaan proses pembakaran.
Hal ini membuat bahan bakar diesel punya heat value lebih besar. Terdapat
karakteristik khusus yang dimiliki mesin diesel, yaitu tidak menggunakan busi
dalam proses pembakaran. Posisi busi dalam hal ini digantikan oleh fuel injector
yang berfungsi menginjeksi bahan bakar dengan rasio tertentu mengacu pada air
fuel ratio yang ditetapkan. Oleh sebab itu, pada mesin diesel tidak memerlukan
proses karburasi seperti pada mesin otto, sebab saat melalui fuel injector terdapat
sebuah nozzle yang mengubah wujud bahan bakar menjadi butiran halus untuk siap
mengalami pembakaran.
Pada penelitian Peningkatan Unjuk Kerja Motor Diesel dengan Penambahan
Pemanas Solar (2000) oleh Rahardjo Tirtoatmodjo, melakukan pemanasan solar
dapat mempengaruhi torsi, daya,dan konsumsi bahan bakar serta efisiensi thermis.
Temperatur yang ideal untuk motor diesel adalah 50 °C, Saat ini jenis alat pemanas
solar yang banyak terdapat di pasaran ialah dengan memanfaatkan panas dari air
radiator. Masalah yang dapat timbul ialah jika alat tersebut tidak dapat
menghasilkan output solar dengan temperatur seperti yang diharapkan. Sehingga
perlu ada suatu perubahan terhadap desain dari alat tersebut. Kelemahan sistem
pemanas seperti ini ialah pemanasan solar hanya dapat terjadi bila air radiator telah
cukup panas, sehingga bila air radiator masih belum panas sistem ini belum dapat
berfungsi[1].
1
2
4
5
biasanya digunakan untuk mesin-mesin industri. Bahan bakar jenis ini disebut
minyak diesel.
Di Indonesia, bahan bakar untuk kendaraan motor jenis diesel umumnya
menggunakan solar yang diproduksi oleh PT. PERTAMINA dengan karakteristik
seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Karakteristik mutu solar
Neutralization Value :
12. - Strong Acid Number mgKOH/gr - Nil
- Total Acid Number mgKOH/gr
- 0.6
0
13. Flash Point P.M.c.c F 150 - D-93
Distillation :
14. 0
D-86
- Recovery at 300 C % vol 40 -
Sumber : www.Pertamina.com
untuk berbagai mesin diesel yang ada dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan putaran
mesinnya.
1. Mesin kecepatan rendah, dengan kecepatan 500 - 1000 RPM.
2. Mesin kecepatan sedang dengan kecepatan 1000 sampai dengan 1500
RPM.
3. Mesin kecepatan tinggi dengan kecepatan lebih dari 1500 RPM. Jika
mesin dipasang untuk operasi kontinyu dan kalau diinginkan umur
panjang dengan biaya perawatan murah, maka sebuah mesin kecepatan
rendah atau sedang yang paling sesuai.
harus membuat 4 langkah untuk memperoleh satu langkah kerja. Berarti poros
engkol harus berputar dua kali untuk mendapatkan daya satu kali. Yang dimaksud
dengan mesin 2 langkah ialah bahwa torak harus membuat 2 langkah untuk
memperoleh satulangkah kerja. Berarti poros engkol harus berputar satu kali
untuk mendapatkan daya satu kali. Keuntungan dari mesin 4 langka h :
1. Proses pelumasannya lebih sederhana.
2. Efisiennya tinggi.
Kerugian dari mesin 4 langkah :
1. Dalam tiap dua putaran poros engkol hanya diperoleh satu langkah kerja
(daya).
2. Ukuran mesin lebih besar sehingga ruangan yang diperlukan juga lebih
besar.
3. Harganya lebih mahal.
Keuntungan dari mesin 2 langka h :
1. Dalam setiap satu putaran poros engkol diperoleh satu langkah.
2. Setengah dari perpindahan torak untuk datya yang diberikan, yang berarti
mesin tersebut praktis beratnva setengahnya sehingga lebih murah.
3. Roda gilanya kira-kira beratnya hanya setengahnya untuk keseragaman
putarannya yang sama karena langkah kerja berjumlah dua kali lipat.
4. Ukuran mesin Iebih kecil sehingga ruangan yang diperlukan juga lebih kecil.
Kerugian mesin 2 langkah :
1. Pembilasan dan pembakaran kurang sempurna.
2. Pemakaian bahan bakar tidak hemat
3. Suhu torak dan dinding silinder tinggi, sehinga air pendingin yang
dibutuhkan lebih banyak. Keputusan akhir apakah memilih mesin dua
langkah ataukah empat langkah biasanya lebih dipengaruhi oleh tersedianya
mesin dari daya dan faktor kecepatan yang cocok.
Pemilihan mesin diesel untuk suatu instalasi daya sebaiknya dipilih dari
jenis mesin yang sama. pemilihan jenis mesin yang sama. yaitu dari merk dengan
lubang dan jumlah langkah yang sama mana akan diperoleh beberapa keuntungan.
yaitu Mengurangi jumlah suhu cadang yang harus disediakan untuk mencegah
lamanya kerusakan Memudahkan operasi dan perawatan untuk petugas operator.
10
mempunyai friksi yang lebih kecil serta poros engkol yang lebih kuat. Mesin
shortstroke juga biasanya handal dan dapat diope rasikan pada kecepatan tinggi.
Mesin jenis ini tidak mengalami kerugian daya, namun pada kecepatan rendah
torsi relatif rendah. Kelemahan Mesin shortstroke antara lain tidak bisa
mempunyai perbandingan kompresi set ingg i tipe mesin longstroke, sehingga
menyebabkan mesin shortstroke lebih boros bahan bakar dengan emisi udara
buang yang lebih jelek dibandingkan dengan mesin longstroke.
Walaupun mesin dimodifikasi dengan memendekkan langkah untuk
mencapai putaran maksimum namun dengan kompensasi torsi rendah pada
putaran rendah. mesin shortstroke lebih ringan dan pendek ukurannya namun
cenderung mudah panas (overheat).
Mesin Langkah Panjang (Longstroke) Motor bakar torak disebut
undersquare atau longstroke jika silindernya mempunyai ukuran diameter yang
lebih pendek dibandingkan dengan ukuran langkah. Mesin tipe ini mempunyai
karakteristik negatif karena langkah yang panjang mesin shortstroke lebih ringan
dan pendek ukurannya namun cenderung mudah panas (overheat).
Mesin Langkah Panjang (Longstroke) Motor bakar torak disebut
undersquare atau longstroke jika silindernya mempunyai ukuran diameter yang
lebih pendek dibandingkan dengan ukuran langkah. Mesin tipe ini mempunyai
karakteristik negatif karena langkah yang panjang berarti friksi yang lebih besar
dan poros engkol yang lemah, dan diameter yang lebih kecil dan ukuran katup
juga kecil sehingga membatasi pertukaran udara. Kelemahan ini dapat diperbaiki
pada mesin modern dewasa ini.
Mesin jenis ini umumnya mempunyai torsi putaran rendah yang lebih
besar, juga dapat mempunyai rasio kompresi yang lebih tinggi, berarti lebih hemat
bahan bakar dan menghasilkan udara buang yang lebih bersih. Walaupun
mempunyai keungulan torsi maksimum, mesin jenis ini jarang diproduksi sebab
lebih berat dan lebih tinggi.
12
2.6.2 Poros engkol dan urutan pembakaran dan kesetimbangan statis dan
dinamis
Pada mesin dengan jumlah silinder lebih dari 1, maka poros engkol
umumnya mempunyai konfigurasi, agar berbeda fase satu piston dengan lainnya.
Urutan penyalaan atau firing order adalah urutan penyalaan busi pada motor
bensin atau urutan injeksi bahan bakar kedalam setiap silinder pad motor diesel.
Pada motor bakar yang mempunyai lebih dari 2 silinder, maka urutan penyalaan
tidak terjadi berurut secara seri, namun dengan urutan tertentu untuk agar
kestabilan mesin terjaga.
Urutan penyalaan ini sangat kritis untuk memperkecil vibrasi dan mencapai
pengoperasian yang halus, agar didapatkan kenyamanan pengguna dan umur
mesin yang lebih lama. Berbagai tipe susunan piston terlihat pada gambar 2.6.
Gambar 2.3 Contoh desain katup dan cam pada motor bakar
yang hilang karena proses pindah panas melalui dinding ruang bakar. Pada saat
dingin kadang sulit dihidupkan, sehingga perlu ditambahkan pemanas di kamar
muka. Ruang bakar turbulen
penuh atau 8 sampai 9 jam. Untuk mesin yang sangat besar tangk i harian
harus berisi bahan bakar sebanyak yang diijinkan oleh peraturan Pemadam
Kebakaran Batas penyimpanan dalam gedung adalah 909,2 liter (200 galon)
sehingga tangki yang besar harus ditambahkan diluar bangunan.
Tangki penyimpanan utama (Storage Tank) : tangki penyimpanan dapat
ditempatkan diatas/ dibawah tanah. Tangki diatas tanah biasanya merupakan
tangki baha silindris. Jadi tangki harus jauh dari gedung sentral dimana jika
terjadi kebocoran dapat mengakibatkan kebakaran. Merencanakan tangki
penyimpanan harus diperhitungkan pemakaian bahan bakar dan untuk berapa
lama bahan bakar disediakan
dimana :
Vth = Volume tangki penyimpanan bahan bakar (liter)
T = untuk berapa lama bahan bakar disediakan (hari)
Sistem bahan bakar memerlukan pompa transfer bahan bakar. Merencanakan
daya pompa transfer bahan bakar harus memperhatikan kapasitas dari pompa bahan
bakar yang dipakai
dimana :
P = daya pompa bahan bakar (KW)
Q = kapasitas pompa (liter/det)
μ = efisiensi pompa (%)
Sabuk-V berbuat dari karet dengan inti tenunan tetoron atau semacamnya dan
mempunyai penampang travesium, sabuk-V dibelitkan disekeliling alur puli yang
membentuk V pula. Bagian sabuk yang sedang membelit pada puli ini mengalami
lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar (Sularso,
1979:163). Gaya gesekan juga akan bertambah karena pengaruk bentuk baji, yang
22
akan menghasilkan transmisi daya yang besar pada tengangan yang relatif
rendah,hal ini merupakan salah satu keunggulan sabuk-V bekerja lebih halus dan
tidak bersuara seperti pada gambar 2.12 kontruksi sabuk-V dan gambar 2.13 tipe
sabuk-V .
Sabuk digunakan sebagai sumber penggerak, penyalur daya yang efisien atau
untuk memantau pergerakan relatif. Sabuk dilingkarkan pada katrol. Dalam sistem
dua katrol, sabuk dapat mengendalikan katrol secara normal pada satu arah atau
menyilang. Sabuk digunakan sebagai sumber penggerak contohnya adalah pada
konveyor di mana sabuk secara kontinu membawa beban dari satu titik ke titik lain.
Dimensi yang paling penting dalam perencanaan v-belt dan pulley meliputi
diameter pulley, panjang v-belt dan karakter–karakter operasi lain seperti rasio
kecepatan,besarnya kecepatan, sudut kontak, dan jarak antara sumbu poros yang
dapat ditentukan pada gambar 2.3 di bawah ini.
Dimensi yang penting dalam perenanangan v-belt dan puli meliputi iameter
puli, panjang v-belt dan karakter-karakter operasi lain seperti: rasio kecepatan,
besarnya kecepatan, sudut kontak, dan jarak antara sumbu poros.
Dari tabel diatas, kita dapat menentukan faktor koreksi untuk menentukan
kapasitas daya rencana yang dibutuhkan. Untuk menentukan faktor koreksi, kita
harus menentukan variabel awalnya yaitu jenis motor apa yang digunakan, jumlah
jam kerja per hari, dan pengaplikasian alat tersebut di lapangan.
Rasio transmisi (i) pada puli didefinisikan sebagai perbandingan antara
kecepatan puli penggerak dengan puli yang digerakkan atau merupakan
perbandingan diameter puli yang digerakkan dengan diameter puli. Seperti yang
terdapat pada gambar 2.4 dibawah ini.
𝑛1 𝐷𝑝
𝑖= = (Sularso, 2004:166) (2.1)
𝑛2 𝑑𝑝
Dimana:
Dimana:
Pd = daya rencana (kw)
2
𝑏+√𝑏2 −8(𝐷𝑝 −𝑑𝑝 )
𝐶= .(mm) (Sularso, 2004:170) (2.13)
8
2.12 Poros
Poros merupakan salah satu bagian terpenting dari sebuah mesin, poros
berperan meneruskan daya bersama-sama dengan putaran, pada umumnya poros
meneruskan daya melalui sabuk V, roda gigi dan ranatai, dengan demikian poros
menerima beban puntir dan lentur (Sularso 2004).
Untuk merencanakan sebuah poros, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban tarik, beban puntir atau lentur
atau gabungan antara puntir dan lentur, kelelahan tumbukan atau pengaruh
konsentrasi tegangan bila memiliki diameter kecil pada poros atau
mempunyai sebuah pasak harus diperhatiakan, sehingga sebuah poros
direncanakan kuat untuk menahan beban tersebut.
b. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros telah memiliki kekuatan yang baik, jika terjadi
lenturan atau defleksi puntir terlalu besar akan mengakibatkan
ketidakseimbangan pada suatu mesin, hal ini dapat berpengaruh pada getaran
dan menimbulkan suara yang bising.
c. Putaran kritis
Bila kecepatan putaran suatu mesin dinaikan maka harga putaran akan terjadi
getaran yang luar biasa besarnya, putaran ini yang dimaksud dengan putaran
kritis, hal tersebut akan mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian lain
yang terdapat pada mesin. Jika mungkin poros harus dirancang sedemikian
rupa sehingga kerja putaran poros lebih rendah dari pada putaran kritisnya.
d. Korosi
Penggunaan poros propelar pada pompa harus memiliki bahan yang tahan
terhadap korosi (termasuk plastik), karena akan terjadi kontak langsung
dengan fluida yang memiliki sifat korosif. Demikian juga pada berlaku untuk
poros yang terancam kavitasi dan poros pada mesin yang berhenti lama,
sampai batas waktu tertentu juga dapat dilakukan perlindungan dari korosi.
e. Bahan poros
Poros umumnya terbuat dari baja batang yang ditarik dingin dan difinis,
meskipun bahan tersebut kelurusannya agak kurang tetap dan dapat
29
Poros dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan memiliki beben berat
umumnya terbuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan
terhadap keausan. Beberapa bahan diantaranya baja khrom nikel, baja khrom nikel
molibden, baja khorm, baja khorm molibden, dan lain-lain. Sekalipun demikian,
pemaikian baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasanya hanya untuk
putaran tinggi dan beban berat saja. Hal ini perlu mempertimbangkan dalam
penggunaan baja karbon yang diberikan perlakuan panas secara tepat untuk
memperoleh kekuatan yang diperlukan.
Tabel 2.5 Baja karbon untuk kontruksi mesin dan baja batang yang difinis
dingin untuk poros
𝑓𝑐 = faktor koreksi
P = daya nominal output dari motor penggerak (Hp)
b. Momen puntir ( T ) atau juga momen rencana:
𝑃𝑑
T = 9,74 . 105 (kg. mm) (Sularso,2004 : 7) (2.22)
𝑛2
𝜏𝐵
𝜏𝛼 = (Sularso,2004 : 8) (2.23)
𝑆𝑓1 𝑥 𝑆𝑓2
Dimana:
Diman:
𝐾𝑡 = beban tumbukan
𝐶𝑏 = beban lentur
2.13 Pengelasan
Pengelasan adalah suatu sambungan yang permanen yang mana berasal
dari peleburan dari dua bagian yang digabungkan bersama, dengan atau tanpa
penggunaan penekanan dan pengisian material. Panas yang dibutuhkan untuk
meleburkan material berasal dari nyala api pada las asitelin atau las busur listrik
pada las listrik. Pada proses pengerjaan proyek akhir ini menggunakan Las listrik
untuk membuat rangka dan spot welding untuk membuat cover. Jenis–jenis
sambungan las yang dipakai pada pembuatan alat ini antara lain seperti pada
Gambar 2.9 di bawah ini.
31
𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ∶
𝜏 = Tegangan pada sambungan las
𝑃 = Gaya yang membebani (𝑁)
𝐴 = Luas minimum las (𝑚𝑚)
T = momen puntir
dc = diameter minor
3.Tegangan geser melintang
fs = p
π.d.b.n.................................................( Sularso, hal : 19 )
dimana :
b = luas dari penampang baut
n = no. dari ulir dalam penyambungan
4.Tegangan Patah Pada baut
fs = P
π(d2-dc2).n............................................( Sularso, hal : 29)
5.Tegangan bending
f = (X.E)/2.L....................................................(Sularso, hal : 25 )
dimana :
X = perbedaan tinggi diantara sisi tak terhingga dari mur atau kepala
baut.
E = Modulus Doung
L = panjang dari tangkai baut
6. Tegangan tarik
P = π x dc2 x ft
4 .....................................(Sularso, hal : 22 )
dimana :
P = gaya eksternal
dc = diameter inti dari ulir
ft = tegangan tarik yang diijinkan
7. Tegangan geser untu% ga7a e%sternal
Ps = π x d2 x ft x n
4 ........................................( Sularso, hal : 27 )
dimana :
ps = beban geser
d = diameter mayor
n = no. Baut
35
2.15 Perawatan
Maintenance (pemeliharaan/perawatan) adalah hal yang sangat penting agar
mesin selalu dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Peralatan sistem pembangkit
tenaga listrik dan mesin-mesin serta peralatan lain yang terdapat di dalam suatu
pabrik memerlukan perawatan secara teratur dan baik untuk mengurangi kerusakan
pada mesin dan medukung agar proses produksi dapat berjalan dengan ba ik. Tujuan
dari maintenance/ perawatan adalah :
1 . Menjaga agar mesin dapat berjalan dengan baik dan lancar.
2. Memperpanjang umur mesin
3 . Menjaga agar kualitas yang dihasilkan tetap baik.
Maintenance / perawatan memberikan pemeriksaan yang teratur pada mesin.
Perbaikan-perbaikan preventif dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan jadwal
diluar jadwal perawatan harian. Panjang dari jangka waktu yang ditentukan
tergantung pada perencanaan mesin, tujuan pemakaiannya dan kondisi kerjanya.
Metode yang dipergunakan untuk melakukan maintenance terdiri dari dua
macam yaitu :
1. Prevent if maintenance
Preventif maitenance dilakukan dengan melakukan perawatan secara
berkala tanpa menunggu mesin atau peralatan yang lain itu rusak terlebih
dahulu. prevent if maintenance yang dilakukan antara lain :
➢ Menjaga kebersihan mesi-mesin dan peralatan instalasi tenaga listrik
serta peralatan lain yang dipergunakan setiap hari
➢ Mengganti minyak pelumas mesin bagi mesin yang membutuhkan
penggantian secara berkala.
➢ Memberi minyak pelumas pada permukaan yang bersentuhan dan
bergesekan, misalnya roda gigi, dan sebagainya.
36
Dalam pelaksanaan tugas akhir ini, pembuatan alat uji performance dengan
generator 3 kw mengunakan motor pengerak diesel dengan daya 7 pk melalui
beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Ide Perancangan
Ide perancangan ini muncul dari belum adanya alat uji performance
37
38
h. Pengujian
Setelah trainer sistem generator dibuat maka dilakukan pengujian. Dalam
pengujian mesin ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti cara
kerja sistem generator, fungsi sistem generator, dan kelayakan sistem
generator yang telah dibuat.
i. Pembuatan Laporan
Tahapan pembuatan laporan merupakan akhir dari pembuatan alat uji
performance dengan generator 3kw mengunakan motor pengerak diesel
dengan daya 7 pk , laporan ini sebagai pertanggung jawaban dari segala
perencanaan dalam tugas akhir dan perancangan.
3.2 Konsep Pengembangan Produk
Proses pengembangan produk adalah urutan langkah-langkah atau kegiatan-
kegiatan berupa usaha untuk menyusun, merancang sebuah produk. Pengembangan
produk diharapkan dapat memperbaiki produk yang sudah ada. Sedangkan
beberapa tahapan dalam pengembangan konsep antara lain, pembuatan daftar
kebutuhan, model pengembangan konsep, penyaringan konsep dan penilaian
konsep.
3.3 Pengembangan Konsep Pembuatan Alat Uji Peformance Motor Bakar
Menggunakan Penggerak Motor Diesel
Gambar 3.3 Konsep Terpilih pembuatan alat uji performance dengan generator
3kw mengunakan motor pengerak diesel dengan daya 7 pk.
3.5.2 Bahan
Berikut ini adalah bahan yang digunakan untuk redisain pembuatan alat uji
peformance motor bakar menggunakan penggerak motor diesel pada tabel 3.4 :
Tabel 3.1 Bahan yang digunakan
No Bahan Gambar
1 Mesin Diesel 7 pk
41
2 Pulley
3 Fan Belt
Panel Kontrol
5
6 Generator ST-3
8 Roda Castor
9 Kabel
10 Plat Besi
42
a. Identifikasi masalah
b. Studi pustaka
c. Proses Desain Mesin
d. Analisa dan pembahasan
e. Penarikan kesimpulan
3 Tahap penyusunan laporan
BAB IV
HASIL PENELITIAN/PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pemilihan bahan pada pembuatan alat uji performance dengan generator 3 KW
menggunakan motor penggerak diesel dengan daya 7 PK harus diperhatikan.
Pembuatan dengan menggunakan bahan yang baik akan mendapatkan hasil yang
baik pula, dari segi kualitas maupun kwantitas. Selain itu, perhitungan dan analisis
teknik juga digunakan untuk memberikan gambaran secara teoritis sebagai sarana
referensi. Meskipun dalam praktiknya nilai teoritis tidak diikuti karena berbagai
pertimbangan di lapangan.
Komponen-komponen yang terdapat pada alat uji performance dengan generator
3 KW menggunakan motor penggerak diesel dengan daya 7 PK ini cukup banyak.
Pembahasan pemilihan bahan akan difokuskan pada komponen yang berpengaruh
besar terhadap tingkat keamanan mesin dan keawetan mesin.
1. Pemilihan Bahan Rangka
Pada alat uji performance dengan generator 3 KW menggunakan motor penggerak
diesel dengan daya 7 PK ini rangka merupakan suatu komponen yang sangat
mendukung semua komponen-komponen dari alat uji performance dengan
generator 3 KW menggunakan motor penggerak diesel dengan daya 7 PK. Hal ini
dikarenakan rangka merupakan penopang dari semua komponen-komponen
lain yang ada pada alat uji performance dengan generator 3 KW menggunakan motor
penggerak diesel dengan daya 7 PK, sehingga beban yang akan diterima rangka
relatif lebih besar dibandingkan komponen lain. Konstruksi pada rangka
juga harus diperhatikan, untuk mendapatkan rangka yang kuat maka dalam
mendesain bentuk dari rangka haruslah benar dan baik. Rangka yang kokoh
dapat membuat umur mesin menjadi lebih panjang atau awet.
Selain itu, rangka merupakan bagian dari komponen yang vital dalam
merancang alat uji performance dengan generator 3 KW menggunakan motor
penggerak diesel dengan daya 7 PK Pemilihan bahan dasar rangka juga sangat
berpengaruh terhadap hasil pembuatan mesin tersebut. Memilih bahan dasar
yang baik dan kokoh merupakan hal utama yang harus diperhatikan. Selain
konstruksi rangka yang baik dan kokoh, bahan dasar rangka juga harus kuat dan
45
46
4.1.1 Desain dan Gambar Teknologi alat uji performance dengan generator
3 KW menggunakan motor penggerak diesel dengan daya 7 PK
Desain kontruksi alat uji performance dengan generator 3 KW
menggunakan motor penggerak diesel dengan daya 7 PK merupakan hal yang
sangat mutlak untuk diperhatikan. Selain itu, perhitungan dan analisis teknik
juga digunakan untuk memberikan gambaran teoritis serta sebagai sarana
referensi. Meskipun dalam praktiknya nilai teoritis tidak diikuti karena berbagai
pertimbangan di lapangan. Desain konstruksi alat uji performance dengan
generator 3 KW mengunakan motor pengerak diesel dengan daya 7 PK ini
ditentukan atas berbagai pertimbangan sebagai berikut :
(1). alat uji performance dengan generator 3 KW mengunakan motor pengerak
diesel dengan daya 7 PK sebagai sumber dari tenaga penggeraknya.
(2). Mempunyai rangkaian elektrik display penampil voltage, ampere,
frekwensi, temperatur dan RPM sehingga mempermudah dalam
pengambilan data pada waktu uji peforma.
(3). Spesifikasi mesin yang ergonomis dengan ukuran yang nyaman bagi
operator dan mudah ditempatkan di ruangan. Dimensi alat uji
performance dengan generator 3 KW mengunakan motor pengerak diesel
dengan daya 7 PK ialah panjang 1500 mm, lebar 600 mm dan tinggi
600 mm.
(4). Mudah dalam perawatan, pengoperasian maupun pergantian dari suku
cadang.
4.2 Perhitungan Daya Rencana
Sebelum perhitungan dalam perancangan pulli dan v-belt harus
mempertimbangkan elemen mesin seperti poros, pasak, bearingyang digunakan
untuk menahan gaya yang terjadi, dan melakukan perancangan terlebih dahulu
memperhatikan beberapa hal seperti.
Tabel 4.1 Spesifikasi Motor dan Generator
a. Daya mesin
P = 7 Hp
= 7 x 0,735
= 5,145 Kw
47
48
n2 = 1450 rpm
Sehingga perbandingan pulli pada putaran motor diesel dengan putaran
generator adalah:
𝑛1 2600
i= = = 1,79
𝑛2 1450
= 1927,39 Kg/mm2
= 18901,239 Mpa
𝑃𝑑
T2 = 9,74 x 105
𝑛2
5,145 Kw
= 9,74 x 105
1500 𝑟𝑝𝑚
= 3340,82 Kg/mm2
= 32762,25 Mpa
Tegangan geser yang diizinkan sesuai standart ASME, harga 5,6 untuk
bahan SF dengan kekuatan yang dijamin, dan 6,0 untuk bahan S-C dinyatakan
dengan 𝑆𝑓1 , dan untuk pengaruh dalam perhitungan perlu diambil faktor yang
dinyatakan 𝑆𝑓2 dengan harga sebesar 1,3 sampai 3,0.
49
50
𝐷𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 :
𝜎𝐵 = kekuatan Tarik = 53 kg/mm2
𝑆𝑓1 = safety factor 1 = 6
𝑆𝑓2 = safety factor 2 = 3
𝜎𝐵
𝜏𝛼 =
𝑆𝑓1 𝑥 𝑆𝑓2
53
=
6𝑥3
= 2,9 kg/mm2
Tabel 4.5 Faktor koreksi untuk beban tumbukan dan beban lentur
Untuk beban kejut dan tumbukan 𝐾𝑡 = 1,5 dan terjadi beban lentur 𝐶𝑏 =
1,5
b. Diameter poros ds1 dan ds2
1
1,5 3
𝑑𝑠1 =[ 𝐾𝑡 𝐶𝑏 𝑇1 ]
𝜏𝛼
𝐷𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 :
𝐾𝑡 = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑗𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 = (1,5) 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
𝑘𝑒𝑗𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔
𝐶𝑏 = beban lentur = (1,5) terjadi beban lentur sedang
T1 = momen puntir poros 1 = 1927,39 Kg/mm2
𝜏𝛼 = tegangan geser = 2,9 kg/mm2
1
1,5 3
𝑑𝑠1 = [ 𝜏 𝐾𝑡 𝐶𝑏 𝑇1 ]
𝛼
1
1,5 3
=[ 1,5 𝑥 1,5 x 1927,39]
2,9
1
=[0,517 𝑥 4336,63]3
1
= [2242,038]3
= 13,09 mm
1
1,5 3
𝑑𝑠2 =[ 𝐾𝑡 𝐶𝑏 𝑇2 ]
𝜏𝛼
𝐷𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 :
𝐾𝑡 = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑗𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 = (1,5) 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑗𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑛
𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔
𝐶𝑏 = beban lentur = (1,5) terjadi beban lentur sedang
T2 = momen puntir poros 2 = 3340,82 Kg/mm2
𝜏𝛼 = tegangan geser = 2,9 kg/mm2
1
1,5 3
𝑑𝑠2 =[ 𝐾𝑡 𝐶𝑏 𝑇2 ]
𝜏𝛼
1
1,5 3
=[ 1,5 𝑥 1,5 x 3340,82]
2,9
1
=[0,517 𝑥 7516.854 ]3
51
52
1
= [3886.209]3
= 15,72 mm
Dipasaran poros yang mempunyai diameter 15,72 mm tidak ada sehingga
yang dipilih diameter 16 mm.
Tabel 4.6 Diameter poros
𝐷𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 :
𝑇2 = torsi poros 2 = 3340,82 Kg/mm2
𝑑𝑝 = diameter poros = 16 mm
2 𝑥 𝑇2
P =
dp
53
54
2 𝑥 3340,82 Kg/mm2
=
16 mm
= 417,6 Kg/mm2
P
L = 𝑡
2
𝑥 𝜎𝑏𝑜𝑙
𝐷𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 :
𝜎𝑏𝑜𝑙 = Tegangan Tarik yang dibolehkan = 21,48 Kg/mm2
t = tinggi pasak = 5 mm
417,6 Kg/mm2
Lmin = 5
2
𝑥 21,48 Kg/mm2
= 7,7 mm ( minimal )
= 5,5 Kg/mm2
Syarat : 𝜏 < 𝜏𝑏𝑜𝑙
5,5 Kg/mm2 < 12,4 Kg/mm2 ( Sesuai)
4.4.4 Diameter lingkaran jarak bagi pulli
Tabel 4.8 Diameter minimum pulli yang diizinkan dan dianjurkan
55
56
dk = dp + 2.K
= 100 mm + 2 ( 4,5 )
= 109 mm
di bulatkan sesuai yang ada = 130 mm
= 83,296 mm
= 62,331 mm
a. Kecepatan linier sabuk V
3,14 𝑥 𝑑𝑝 𝑥 𝑛1
𝑣 =
60 𝑥 1000
𝐷𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 :
dp = diameter puli = 146 mm
n1 = RPM penggerak = 2600
3,14 𝑥 𝑑𝑝 𝑥 𝑛1
𝑣 =
60 𝑥 1000
C
Gambar 4.4 Transmisi belt dan pulli
Jarak sumbu poros antara 1,5 sampai 2 kali diameter puli yang
digerakkan C = 700 mm
Maka panjang keliling sabuk adalah:
𝜋 1 2 𝐶 2
L = 2C + 2 (𝑑𝑝 + 𝐷𝑝 ) + 2 (𝐷𝑝 − 𝑑𝑝 ) - 4𝐶 (𝐷𝑝 − 𝑑𝑝 )
𝜋 1 2
L = 2C + 2 (𝑑𝑝 + 𝐷𝑝 ) +4𝐶 (𝐷𝑝 − 𝑑𝑝 )
𝜋 1
= 2 (700)+ 2 (109 +190 ) +4(700 ) (190 − 109)2
= 1872,011 mm
57
58
dimana: b = 2L – 3,14(𝐷𝑝 + 𝑑𝑝 )
b = 2L – 3,14(𝐷𝑝 + 𝑑𝑝 )
= 713.995
59
60
190−109
γ = 180° - 57( 713.995 ) = 173,5°
Dari table 3.6, sudut kontak vant belt dari pulley kecil adalah γ =
Rumus :
Dimana :
N = Tenaga mesin yang diperlukan
PG = Power Generator
ηp = Randemen pengopelan
0,8 = efisiensi generator
Generator yang digunakan merk Denyo FA-3 3 KW, efisiensi
generator = 0,8; µp = 0,97
Berapa tenaga mesin yang diperlukan :
N = 1,36 x 3
0,8 x 0,97
= 5,25 HP
Jadi mesin yang digunakan adalah DONGFENG R185 karena
tenaga kontinunya 7 HP
61
62
4.5.3 Pengecatan
Pada proses pengecatan ini dilakukan pada ruang terbuka dan terhindar dari
debu, disini penulis menggunakan cat saporo sebagai pewarna pada rangka
welding cart.
1. Setelah pengamplasan dempul dasar selanjutnya adalah
pengecatan warna hitam menggunakan cat saporo. Kocok cat
merata sampai bola-bola di dalam kaleng terkocok, minimal 30
detik.
2. Jaga jarak antara kaleng dan benda kerja yang akan disemprot
sekitar 30 cm. Ketika akan diaplikasikan, tekan perlahan-lahan
dengan jari telunjuk, semprotkan lapis demi lapis cat saporo.
Pastikan kaleng dalam posisi vertikal serta cat yang keluar dan gas
seimbang untuk mencegah penyumbatan.
Selanjutnya supaya welding cart yang telah di cat bisa kelihatan lebih
mengkilat dan menarik harus dilakukan proses pelapisan clear
(pernis), bertujuan supaya cat tahan goresan dan lebih awet.
4.6 Perhitungan Waktu Proses Pembuatan Alat
4.6.1 Perhitungan Waktu Proses Pemotongan Material (Tm)
Diketahui :
n = 3800 rpm
Ø = 355 mm
t = 5 mm
a = 75 mm
b = 40 mm
sr = 2 mm/putaran
𝑡𝑥𝑎𝑥𝑏
𝑇𝑚 =
𝑠𝑟 𝑥 𝑛
5 𝑚𝑚 𝑥 75 𝑚𝑚 𝑥 40 𝑚𝑚
= 2 𝑚𝑚/𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑥 3800 𝑟𝑝𝑚
2. Waktu pengerjaan
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑎𝑠𝑎𝑛
𝑇𝑚 =
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑎𝑠𝑎𝑛
155 𝑚𝑚
= 𝑥 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
91,2 𝑚𝑚
= 1,7 menit
3. Waktu proses pengelasan
63
64
= 3,14. (0.13)2. 35 cm
= 1,85731 cm3
𝑚
𝑃 = 𝑣
13 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 3
1,85731 cm
= 6,99 gram/cm3
2. Kebutuhan kawat las
65
66
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang didapat dari pembuatan alat uji performance
dengan generator 3 KW menggunakan motor penggerak diesel dengan daya 7 PK
ini adalah :
5.2 SARAN
Bambang Hermani. 2014. Pengujian Simulator Uji Prestasi Motor Bakar Torak 4
Langkah Berbasis Motor Diesel Serbaguna. Jurusan Teknik Mesin.
Universitas 17 Agustus 1945.
Sularso, dan Kiyokatsu Suga. 1991 dan 2002. Dasar Perencanaan Dan Pemilihan
Elemen Mesin. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Sularso, Suga K. 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. PT.
Pradnya Paramita, Jakarta.
Yafid Efendi Dkk. 2018. Uji Performa Mesin Diesel Satu Silinder Menggunakan
Metode Standar Nasional Indonesia (Sni) 0119:2012. Program Studi Teknik
Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Tangerang.
69
70
Faktor-faktor Koreksi
(Sularso,2004:7)
(Sularso,2004:165)
pengocok, roots-blower,
mesin tekstil, mesin kayu
Penghancur, gilingan bola
Variasi beban
atau batang,
1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2,0
pengangkat, mesin
besar
71
72
Faktor Koreksi K
(Sularso,2004:174)
C
0,00 180 1,00
0,10 174 0,99
0,20 169 0,97
0,30 163 0,96
0,40 157 0,94
0,50 151 0,93
0,60 145 0,91
0,70 139 0,89
0,80 133 0,87
0,90 127 0,85
1,00 120 0,82
1,10 113 0,80
1,20 106 0,77
1,30 99 0,73
1,40 91 0,70
1,50 83 0,65
73
73
74
(Sularso,
2004:143)
Beban Beban
Baris Baris
putar putar
tunggal ganda Baris
Jenis bantalan pada pada Baris ganda
e tunggal
cincin cincin Fa/VFr≤e
Fa/VFr>e
dalam luar Fa/VFr >e
V X Y X Y X Y Xo Yo Xo Yo
Fa/Co= 0,014 2,30 2,30 0,19
= 0,028 1,99 1,99 0,22
= 0,056 1,71 1,71 0,26
Bantalan
= 0,084 1,55 1,55 0,28
bola
= 0,11 1 1,2 0,56 1,45 1 0 0,56 1,45 0,30 0,6 0,5 0,6 0,5
alur
= 0,17 1,31 1,31 0,34
dalam
= 0,28 1,15 1,15 0,38
= 0,42 1,04 1,04 0,42
= 0,56 1,00 1,00 0,44
= 20º 0,43 1,00 1,09 0,70 1,63 0,57 0,42 0,84
Bantalan = 25º 0,41 0,87 0,92 0,67 1,41 0,68 0,38 0,76
bola = 30º 1 1,2 0,39 0,76 1 0,78 0,63 1,24 0,80 0,5 0,33 1 0,66
sudut = 40º 0,37 0,66 0,66 0,60 1,07 0,95 0,29 0,58
0,35 0,57 0,55 0,57 0,93 1,14 0,26 0,52