Disusun oleh :
WYLIAM MURSYIDA
14/363609/TK/41697
Disusun oleh :
Syahrizal Alfikri Rafsanjani
14/363557/TK/41654
Wyliam Mursyida
14/363609/TK/41697
Muhammad Hamam Afandi
14/367292/TK/42449
i
[bukti pelaksanaan kerja praktik]
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Kerja Praktik dan penyusunan laporan kerja praktik ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Program S-1 pada Departemen
Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
vi
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan dan penulisan laporan ini masih
banyak terdapat kekurangan sehingga penulis dengan senang hati menerima saran
maupun kritik yang bersifat membangun dari pembaca sebagai evaluasi penulis
agar lebih baik di masa mendatang. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini
bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
3.3.2 Rugi-rugi Inti …………………………………………………..… 17
3.4 Permanent Magnet Synchronous Generator ………………………….… 17
3.4.1 Konstruksi PMSG ……………………………………………..… 18
3.4.2 Cara Kerja PMSG ……………………………………………..… 19
3.4.3 TSD-500 ……………………………………………………….… 21
3.5 Software MagNet …………………………………………………….… 23
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ………………………………..… 24
4.1 Persiapan Site Turbin Angin …………………………………...…….… 24
4.2 Perancangan Generator……………………………………………….… 26
4.2.1 Penentuan Dimensi dan Daya Generator Permanent Magnet …… 26
4.2.2 Pemodelan Generator …………………………………………… 27
4.2.3 Pemilihan Material Permanent Magnet dan Stator & Rotor Core.. 36
4.2.3.1 Pemilihan Material Stator & Rotor Core …...…………….… 37
4.2.3.2 Pemilihan Material Permanent Magnet …......……………… 42
4.2.4 Analisis Fast Fourier Transform ………….....………………...… 43
4.2.4.1 Analisis FFT pada Permanent Magnet Generator 18 Slot 16
Pole Berdasarkan Variasi Lebar Stator ...…………………… 45
4.2.4.2 Analisis FFT pada Permanent Magnet Generator 18 Slot 16
Pole Berdasarkan Variasi Lebar Gigi……………………….. 47
4.2.5 Analisis Tegangan dan Daya Generator dalam Rangkaian
Berbeban ………………………………………………………… 49
BAB V PENUTUP ……………………………………………………………. 56
5.1 Kesimpulan …………………………………………………..………… 56
5.2 Saran ……………………………………………………………………. 56
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..…….. 59
ix
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 4.16 Tabel dan grafik hasil perbandingan Ke dari berbagai material
core........................................................................................................................ 39
Gambar 4.17 Daftar pilihan material yang akan diuji......................................... 40
Gambar 4.18 Memasukkan data kurva B-H tiap material ke Ms Excel.............. 41
Gambar 4.19 Grafik hasil perbandingan material silicon steel............................41
Gambar 4.20 Perbandingan nilai koersivitas magnet pada properties material... 42
Gambar 4.21 Tampilan window fourier analysis beserta penjelasannya............ 44
Gambar 4.22 Penjelasan lebar stator pada generator........................................... 45
Gambar 4.23 Bentuk gelombang di ranah frekuensi untuk masing-masing model
dengan perbedaan lebar stator............................................................................... 46
Gambar 4.24 Penjelasan letak lebar gigi pada generator..................................... 47
Gambar 4.25 Bentuk gelombang di ranah frekuensi untuk masing-masing model
dengan perbedaan lebar gigi.................................................................................. 48
Gambar 4.26 Rangkaian rectifier 3 fasa dengan lilitan diparalel........................ 51
Gambar 4.27 Nilai tegangan setelah disearahkan rectifier lilitan parallel........... 51
Gambar 4.28 Grafik tegangan coil hasil simulasi................................................ 52
Gambar 4.29 Rangkaian rectifier dengan lilitan diseri........................................ 53
Gambar 4.30 Nilai tegangan setelah disearahkan rectifier lilitan seri................. 53
xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Atas dasar untuk mempelajari ilmu yang berada di lapangan, kerja praktik
1
menjadi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknik program S-1 pada
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada. Dengan syarat kelulusan yang ditetapkan, mata kuliah kerja praktik
menjadi salah satu pendorong utama bagi tiap-tiap mahasiswa untuk mengenal
kondisi lapangan kerja dan untuk melihat keselarasan ilmu pengetahuan yang
diperoleh di kampus dengan aplikasi di dunia nyata.
1.2 Tujuan
Tujuan penulis dalam pelaksanaan kerja praktik ini adalah sebagai berikut
:
a. Memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknik program
S-1 pada Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada.
b. Mengetahui pengembangan ilmu dan teknologi kelistrikan dan
mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh di perkuliahan ke lapangan.
1.2.2 Tujuan Khusus :
a. Mengetahui proses kerja turbin angin dan panel surya secara umum yang
sedang dikembangkan oleh PT. Lentera Angin Nusantara
b. Memperoleh teknologi kelistrikan dan konversi energi yang berkaitan
dengan renewable energy
c. Mempelajari cara mendesain brushless permanent magnet generator
menggunakan software MagNet.
2
1.3 Waktu dan Tempat
Batasan masalah yang akan dijadikan objek studi pada laporan kerja
praktik ini adalah sebagai berikut:
3
b. Metode observasi
Mengikuti dan terlibat langsung dalam kegiatan lapangan berupa
pengamatan langsung terhadap objek permasalahan, dalam hal ini yaitu
generator TSD-500.
c. Metode wawancara
Melakukan wawancara dengan cara mengadakan tanya jawab dan diskusi
langsung dengan narasumber yaitu pembimbing maupun tim Lentera Angin
Nusantara.
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisikan tentang latar belakang tujuan, waktu dan tempat, batasan
masalah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab ini berisikan tentang profil perusahaan lokasi kerja praktik yaitu PT.
Lentera Angin Nusantara dan PT. Lentera Bumi Nusantara.
Bab ini berisikan tentang dasar teori pemanfaatan potensi energi angin
dalam pembangkit listrik tenaga angin, konsep elektromagnetik, Permanent Magnet
Synchronous Generator, dan software yang digunakan.
4
BAB IV Analisis dan Pembahasan
BAB V Penutup
DAFTAR PUSTAKA
5
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
“LAN” terus bergerak untuk menerangi setiap sudut negeri sebagai rasa
tanggung jawab sosial. Proyek pertama yang telah diwujudkan adalah pemasangan
100 buah kincir angin skala kecil TSD-500(The Sky Dancer 500W) di Pulau
Sumba, Nusa Tenggara Timur. Setelah melakukan uji coba dan pengamatan
6
terhadap performa dan kualitas kincir angin di Pulau Sumba selama 2 tahun dan di
site research Ciheras selama 4 tahun, “LAN” berlanjut untuk menaikkan kapasitas
kincir angin menjadi 2000W di pertengahan 2015. Pada tahun 2016, LAN memulai
mengembangkan proyek generator yang mengkombinasikan kincir angin, arus laut,
dan panel surya.
Pada tahun 2011, Ricky Elson sebagai ketua membentuk Lentera Angin
Nusantara "LAN", cikal bakal LBN. Bersama dengan sekelompok pemuda, beliau
menjadi kekuatan pendorong dari LAN ini yang berbasis di Desa Ciheras,
Tasikmalaya. Visi dari gerakan technopreneurial ini adalah untuk menerangi setiap
sudut gelap di negeri ini melalui pemanfaatan potensi energi terbarukan.
7
Lentera Angin Nusantara secara resmi menjadi perusahaan pada tahun
2013 dan mulai mengimplementasikan produk teknologi utama mereka, turbin
angin 500W "Sky Dancer" di empat desa di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.
Pada tahun yang sama, LAN yang telah menguasai pengetahuan inti dari motor
listrik dan generator, mulai memperluas dengan membangun kerjasama penelitian
dan pengembangan turbin angin dengan PLN Litbang serta pengembangan mobil
listrik Indonesia bersama berbagai pihak.
Visi
8
Misi
9
BAB III
DASAR TEORI
Tenaga angin adalah salah satu sumber energi terbarukan. Saat ini, para
engineer dan peneliti berlomba-lomba untuk memaksimalkan energi angin agar
dapat menjadi sumber energi listrik yang lebih efisien. Hal ini disebabkan semakin
tergantungnya masyarakat pada sumber energi listrik dari bahan bakar yang tidak
dapat diperbarui, seperti batu bara. Demi mempersiapkan masa depan, tentunya
pembangkit listrik tenaga angin harus dipersiapkan.
10
Adapun beberapa tipe turbin angin berdasarkan bentuk dan jumlah bilah
antara lain:
Tim dari PT. Lentera Angin Nusantara telah melakukan survei di beberapa
tempat di Indonesia. Tempat yang mempunyai kecepatan angin minimal 3 m/s pada
rata-rata ketinggian 10 meter adalah di bagian pesisir Sumatra, pesisir Jawa, dan di
Kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.2.
11
Gambar 3.2 Kecepatan angin rata-rata di ketinggian 10 m di Indonesia, Agustus
1999-Juni 2010
Kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku merupakan wilayah yang paling berpotensi
untuk dilakukannya pengembangan pembangkit listrik tenaga angin karena di
wilayah ini memiliki kecepatan angin hingga 33 m/s. Kecepatan angin tersebut
diperoleh karena pengaruh angin dari samudera pasifik dan samudera hindia, di
mana di wilayah-wilayah tersebut ibarat corong bagi angin-angin tersebut, sehingga
di wilayah ini memiliki kecepatan angin yang besar.
12
diantara garis menunjukan besar B semakin kecil celah dari garis satu ke garis lain
semakin besar nilai B. Gambar di bawah menujukan plot flux dari baja
elektromagnet sederhana yang berbentuk-C di sebelah kiri yang menarik batang
baja yang berada di sebelah kanan.
Gambar 3.3: Plot fluks baja elektromagnet sederhana berbentuk C yang menarik
batang baja di kanan.
f = qu x B (3-1)
13
Jika muatan yang bergerak merupakan arus yang bergerak melalui sebuah
penghantar maka persamaan 3-1 diekspresikan dengan f = Bli untuk gaya pada
penghantar dengan panjang l yang membawa arus. Persamaan ini disebut juga
dengan persamaan aturan tangan kiri yang merupakan rumus dasar dari motor
listrik. Jika penghantar tersebut yang bergerak dengan kecepatan u, maka gaya
Lorentz mengakibatkan perpindahan muatan di penghantar yang dapat
diekspresikan sebagai e = Blu untuk tegangan yang terinduksi. Persamaan ini
disebut juga dengan aturan tangan yang menjadi rumus dasar dari generator listrik.
Untuk medan magnet di ruang bebas yang timbul karena aliran arus pada
sebuah penghantar, H didefinisikan dengan persamaan B = µ0H. Hubungan antara
H dan arus telah didiskripsikan oleh Hukum Rangkaian Ampere :
(3-2)
14
berbahan bukan material magnetik seperti kayu. Perilaku material magnetik dapat
dideskripsikan dengan modifikasi hubungan antara B dan H menjadi:
B = µ0 (H+M) (3-3)
15
Permanent magnet mempunyai sifat yaitu magnetisasi sisa setelah medan
dari luar dihilangkan. Pada permanent magnet bagian kurva magnetisasi yang
penting untuk diperhatikan adalah kurva yang berada di kuadran dua yang dikenal
sebagai karakteristik demagnetisasi.
16
belitan mesin. Total rugi-rugi tembaga dapat dihitung dengan persamaan :
Rugi-rugi inti terdiri dari 2 bagian yaitu rugi-rugi hysteresis dan rugi-rugi
arus eddy. Rugi-rugi hysteresis muncul akibat proses magnetisasi dan
demagnetisasi inti di jalur fluks magnetik. Dalam proses perubahan polaritas pada
domain Weiss (Weiss-domain) di inti yang berbalik arah, pada proses ini ada energi
yang terdisipasi [Hoe 97]. Rugi-rugi hysteresis merupakan fungsi frekuensi fe[Hz]
dan kuadrat rapat fluks B[T]2 . Komponen rugi-rugi lain adalah rugi-rugi arus eddy.
Ketika terjadi perubahan medan magnet di sebuah penghantar maka berdasarkan
Hukum Ampere muncul arus akibat induksi di material tersebut. Arus ini mengalir
ke arah tertentu sehingga arus tersebut ini akan memunculkan medan magnet yang
melawan medan magnet original. Pada generator, inti stator, inti rotor, dan magnet
merupakan material konduktif dan memungkinkan terjadinya kenaikan arus eddy.
Rugi-rugi arus eddy merupakan fungsi dari frekuensi, rapat fluks, dan kuadrat dari
ketebalan laminasi (fB∆x)2 .
17
current, AC) dan biasa diproduksi untuk menghasilkan listrik AC 1 fasa atau 3 fasa.
Dari segi mekanis, penempatan rotor tidak selalu berada di bagian dalam.
18
Terdapat juga jenis konstruksi PMSG yang rotornya terletak di luar, atau disebut
juga konstruksi outer rotor. Namun pada turbin angin TSD-500 konstruksi yang
digunakan adalah inner rotor.
Komponen utama yang ada pada PMSG yang berkaitan dengan tegangan
keluaran generator adalah slot dan pole. Slot adalah jumlah gigi pada jangkar yang
dililit oleh belitan/kumparan agar menghasilkan tegangan dari perubahan fluks
magnetik. Sedangkan pole adalah jumlah kutub magnet yang berjejeran dan
berfungsi sebagai medan / sumber fluks magnetik.
Rotor terhubung dengan shaft di tengah dan mendapat putaran dari prime
mover. Pada permukaan rotor terdapat magnet permanen yang dipasang dengan
arah kutub magnet yang bergantian (utara-selatan). Stator terpisah dengan rotor
melalui celah udara. Konstruksi stator dibuat dari laminated steel tipis dan berlapis-
lapis untuk mengurangi rugi arus eddy.
Pada setiap generator berlaku hukum right hand Flemming seperti pada
persamaan berikut:
e = Blv (3-4)
e = Ke x 𝜔 (3-5)
19
sudah tetap. Maka dari itu desain perancangan generator menjadi sangat penting
untuk menghitung nilai tegangan output generator.
Pada PMSG, magnet pada rotor akan menghasilkan medan magnet yang
besarnya tetap. Saat rotor berputar maka medan magnet ini juga akan ikut berputar.
Arah medan magnet bergerak dari kutub utara ke selatan melewati gigi-gigi stator
sehingga terdapat fluks magnetik pada besi stator. Karena pada gigi stator ini terlilit
oleh kumparan, maka akan timbul tegangan pada ujung kumparan jika nilai fluks
magnetik berubah tiap satuan waktu. Besar tegangan ini dapat dinyatakan pada
persamaan
∆𝜑
𝐸𝑐𝑜𝑖𝑙 = − (3-6)
∆𝑡
Karena medan magnet berputar, maka nilai fluks yang melewati kumparan
pada gigi stator nilainya akan berubah-ubah sehingga karena perubahan itulah
muncul tegangan induksi. Kumparan 3 fase akan dibedakan sudut fasenya sebesar
120 derajat, kemudian tegangan kumparan dengan fase yang sama akan diserikan.
Tegangan kumparan 3 fase ini yang kemudian dihubungkan pada terminal
generator.
3.4.3 TSD-500
20
Gambar 3.7: Spesifikasi Generator TSD-500.
Bagian utama dari turbin angin berupa generator, blade, cone, fin, dan
ekor. TSD-500 ini merupakan turbin angin horizontal dengan 3 blade propeller
yang memiliki tingkat efisiensi 40%. Turbin ini mulai berputar pada kecepatan
angin 2.5 m/s dan mulai memproduksi listrik pada kecepatan angin 3 m/s. Daya
maksimal yang mampu dihasilkan oleh turbin adalah 500 Wattpeak (Wp) pada
kecepatan angin 12 m/s dan di atasnya. Turbin ini dapat bertahan sampai pada
kecepatan angin 33 m/s.
21
dipelajari dan lebih aman.
Teknologi Cogging-less
Perbedaan mendasar antara The Sky Dancer dengan turbin angin lainnya
terletak pada generatornya. Tipe generator 3 fasa magnet permanen yang digunakan
pada turbin ini memiliki teknologi cogging-less. Cogging merupakan suatu
hentakan (torsi yang berlawanan dengan arah putar turbin) saat memutar rotor yang
mengakibatkan rotor sulit sekali diputer dengan tangan dan hal ini mengurangi
efisiensi kerja turbin, menimbulkan getaran dan bunyi yang mengganggu.
Seandainya angin dalam kecepatan rendah maka turbin akan sangat sulit berputar.
Cogging terjadi karena adanya perbedaan permeabilitas antara magnet dengan
material non-magnet. Dengan adanya teknologi cogging-less ini maka rotor dapat
diputar tanpa hambatan (sangat mulus dengan tangan sekalipun) sehingga turbin
angin ini mampu berputar pada kecepatan angin rendah.
Teknologi Furling
22
Software MagNet adalah software yang digunakan untuk melakukan
simulasi terkait medan elektromagnetik berbasis Finite Element Method (FEM).
Finite Element Method adalah metode komputasi dengan konsep memecah area
hitungan menjadi luasan kecil-kecil lalu dihitung berbagai parameternya satu-
persatu di tiap luasan tersebut.
BAB IV
23
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
24
optimal.
Pendataan alat listrik dilakukan untuk daerah yang sebagian sudah disuplai
oleh PLN, sehingga dapat dihitung untuk kekurangannya saja. Besar pemakaian
dihitung dengan menghitung jumlah dan daya untuk setiap peralatan yang akan
dipasang. Dari berbagai hal tersebut, maka diapatkan jumlah daya yang perlu
dibangun. Dari data tersebut, dapat ditentukan daya yang dibutuhkan, serta ukuran
baterai yang dibutuhkan untuk daerah tersebut.
Dari data yang didapat, dapat ditentukan apakah daerah tersebut memiliki
potensi angin yang besar atau tidak. Serta dapat ditentukan jenis dan daya generator
yang akan digunakan. Penentuan daya generator dilakukan untuk menentukan
rating arus dan tegangan peralatan lain. Hal ini penting dilakukan, karena input daya
dari angin sangat tidak stabil. Kecepatan angin sangat mudah berubah, sedangkan
dalam rumusan daya input turbin angin, kecepatan angin merupakan konstanta
berpangkat 3. Sehingga, dengan sedikit kenaikan kecepatan angin, daya input ke
generator akan bertambah sangat besar. Hal itu berbahaya untuk penyearah dan
baterai yang tersambung ke turbin.
1
𝑃𝑤𝑖𝑛𝑑 = 2 𝜌𝐴𝑣 3 (4-1)
25
𝑃𝑖𝑛 = 𝑃𝑤𝑖𝑛𝑑 ∗ 𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 (4-2)
Menurut hukum Betz, efisiensi maksimum dari turbin angin sebesar 16/27,
atau sekitar 59,3% dari total daya yang ditangkap. Namun kenyataannya, efisiensi
dari turbin angin jenis 3 blade HAWT hanya memiliki efisiensi rata-rata 35%.
Sehingga, untuk membuat suatu turbin angin dengan daya tertentu, dibutuhkan luas
sapuan blade sekitar 3 kali dari daya angin penuh.
26
mempertebal lapisan isolasi, atau memberi isolasi yang memiliki kualitas lebih
baik. Pemberian isolasi dengan kualitas baik akan menambah biaya yang besar.
Maka, hal yang biasa dilakukan adalah memperluas penampang, atau mempertebal
lapisan isolasi. Untuk menjaga besar tegangan, maka jumlah lilitan pada generator
tidak boleh dikurangi. Dari hal tersebut, maka cara yang dapat dipakai untuk
menaikkan daya maksimum generator adalah dengan memperbesar generator
(memperlebar diameter generator).
Jika dipilih metode menaikkan kualitas lapisan isolasi pada lilitan jangkar,
perubahan pada input diubah pada rating kecepatannya. Tegangan pada generator,
berbanding lurus dengan kecepatan putar. Sehingga, jika rating tegangan naik,
maka rating kecepatan juga naik. Hal tersebut dikarenakan tegangan merupakan
turunan dari flux terhadap waktu yang dapat dirumuskan :
𝑑𝜙
𝑒= 𝑑𝑡
(4-3)
Untuk permanen magnet, nilai flux tidak dapat diubah. Sehingga, yang
diubah adalah kenaikan waktunya (nilai 𝑑𝑡). Dengan mempercepat putaran, maka
perubahan flux semakin cepat, dan menyebabkan tegangan naik.
27
dengan meng-import gambar dari file berekstensi dwg. Penggambaran secara
otomatis dapat dilakukan menggunakan software Jmag. Sebelum dilakukan
penggambaran, ditentukan ukuran untuk model yang akan dibuat.
Setelah gambar tersebut jadi, pilih ‘Select construction surface slice’ lalu
28
pilih bagian dalam pada gambar stator. Setelah itu, dipilih ‘Make component in a
line’ untuk mengubah gambar stator menjadi komponen 3 dimensi. Saat pembuatan
komponen, dipilih material yang digunakan, serta dimasukkan nilai ketebalan
model. Setelah komponen jadi, jika diputar model akan terlihat seperti gambar
berikut :
29
Setelah gambar jadi, dibuat komponen dengan cara yang sama dengan
pembuatan komponen stator. Komponen dapat dibuat menggunakan tembaga,
alumunium, atau penghantar lain jika diinginkan. Ketebalan untuk setiap komponen
haruslah sama agar tidak terjadi error saat dilakukan perhitungan oleh software.
Setelah komponen jadi, maka dibentuk lilitan dengan memilih 2 komponen yang
akan dijadikan sebuah lilitan, lalu dipilih ‘Make simple coil’ untuk menjadikannya
lilitan. Setelah semua lilitan terhubung, maka model akan terlihat seperti berikut :
30
dengan radial center pada pusat rotor menunjukkan arah medan keluar dan
digunakan untuk magnet N, sedangkan radialy inward menunjukkan arah medan
masuk dan digunakan untuk magnet S. Setelah inti dan magnet rotor dibentuk, maka
model akan terlihat seperti berikut :
Model saat ini tidak memiliki perantara, sehingga tidak dapat di-solve.
Perantara diberikan dengan membentuk komponen AIR di sekeliling dan di dalam
model. Setelah diberikan udara, model diberikan boundary sebagai batas pada
bagian yang terpotong agar seolah-olah model berbentuk lingkaran penuh. Untuk
memberikan boundary, pilih bagian samping model, kemudian add boundary dan
pilih rotate 180°. Setelah diberikan boundary, maka model akan terlihat seperti
berikut :
31
Gambar 4.7: Desain generator setengah model dengan boundary 180°.
Pada bagian ini, seluruh model sudah jadi dan model dapat disolve.
Sebelum solving, akurasi perhitungan dinaikkan dengan mengecilkan toleransi
error pada h-adaption serta menambah maximum Newton iteration pada setting
solver. Selain itu, pengecilan mesh dapat dilakukan pada tiap bagian untuk
menaikkan akurasi pada suatu bagian yang banyak dilewati flux magnetik, atau
pembesaran mesh untuk meringankan solve pada bagian yang sedikit dilewati flux
magnetik.
32
Pemodelan Menggunakan JMag :
Gambar 4.8: Tampilan JMag ketika memilih model generator yang akan dibuat.
33
Gambar 4.9: Hasil pemodelan generator menggunakan aplikasi JMag.
34
Setelah gambar 2 dimensi didapatkan, dibuat komponen 3 dimensi dengan
dasar gambar tersebut. Cara ini lebih mudah dilakukan dibandingkan jika harus
menggambar manual. Selain itu, pilihan bentuk pada software JMag cukup lengkap,
sehingga mudah mendesain model.
Gambar 4.11: Hasil simulasi flux linkage generator dengan software MagNet.
Pada hasil perhitungan dapat dilihat pilihan Torsi, Flux, Arus, Tegangan,
dan hasil perhitungan lain. Pada gambar berikutnya, terlihat flux yang mengalir
pada model. Warna serta pilihan tampilan dapat diatur sesuai dengan yang ingin
ditampilkan. Hasil tersebut yang akan dijadikan perbandingan untuk model yang
35
akan dibuat. Pada gambar tersebut, dapat dilihat besar flux yang mengalir di tiap
lilitan. Pada software MagNet, model bisa digerakkan, sehingga nilai flux tersebut
dapat berubah membentuk grafik sinusoidal. Untuk analisis flux dan tegangan, akan
dibahas pada bagian selanjutnya.
4.2.3 Pemilihan Material Permanent Magnet dan Stator & Rotor Core
36
tegangan balik (Ke), di mana semakin tinggi nilai Ke maka semakin efisien pula
generator tersebut.
Pemilihan material stator dan rotor core secara umum konsepnya adalah
melakukan simulasi perhitungan konstanta tegangan balik berulang kali untuk jenis
material core yang berbeda. Untuk pemilihan material yang sering digunakan
(commonly used material), material yang akan diuji adalah:
Gambar 4.13: Desain simulasi kelima pilihan commonly used materials pada
software MagNet.
37
Dilakukan juga analisis di setiap simulasi dengan men-solve pada software
MagNet sehingga akan keluar nilai fluks gandeng / flux linkage-nya, yang
kemudian masing-masing hasilnya dimasukkan ke Ms Excel untuk dilakukan
perhitungan nilai Ke nya, sama seperti pada analisis konstanta tegangan balik
sebelumnya.
Gambar 4.15: Menghitung Ke dari tiap model dengan material yang diuji.
38
Simulasi dilakukan sebanyak lima kali, sehingga nilai Ke hasil
pengubahan material inti / core adalah sebagai berikut:
Material Ke
(V/rpm)
Carpenter silicon steel 0.018247
CR10: Cold rolled steel 0.017976
Remko: Soft pure iron 0.018261
TR52: USS Transformer 52 -- 29 Gage 0.018083
TR66: USS Transformer 66 -- 29 Gage 0.018347
Ke (V/rpm)
0.0184
0.0183
0.0182
0.0181
0.018
0.0179
0.0178
0.0177
Carpenter silicon CR10: Cold rolled Remko: Soft pure TR52: USS TR66: USS
steel steel iron Transformer 52 -- Transformer 66 --
29 Gage 29 Gage
Gambar 4.16: Tabel dan grafik hasil perbandingan Ke dari berbagai material core.
39
dengan campuran silikon yang telah diproses secara penuh dan tidak bermedan
searah (bukan magnet permanen).
Dikarenakan jumlah material yang dapat dipilih sangat banyak, maka yang
diuji hanya sebagian saja, yaitu sebanyak 12 material.
a. X adalah nilai core losses (hysteresis dan eddy current loss). Setiap 1 kg
logam tersebut jika diberi medan magnet 1,5 tesla frekuensi 50 Hz maka
akan mengalami loss sebesar X/100 watt.
b. Y adalah nilai ketebalan tiap lapisan yang bernilai Y/100 mm.
40
Gambar 4.18: Memasukkan data kurva B-H tiap material ke Ms Excel.
41
medan (H) yang dihasilkan nilainya lebih besar dari jenis yang lain.
42
Dari semua material yang terdapat di software MagNet, material
permanent magnet yang memiliki nilai koersivitas terbesar adalah material
neodymium iron boron 48/11, dengan nilai 1060650 Amps/m.
Analisis FFT dilakukan pada generator 18 slot 16 pole dan akan dilihat
hasil FFT terhadap perubahan lebar stator dan perubahan lebar rotor. Untuk
melakukan analisis FFT pada Microsoft Excel dilakukan beberapa langkah sebagai
berikut.
Beri label pada kolom Ms Excel sebagai Time, Data, FFT freq, FFT
mag, FFT complex.
Import data dari simulasi MagNet ke dalam kolom Time dan Data.
Anggap N merupakan jumlah data yang akan diolah. Pada analisis ini jumlah data
yang digunakan adalah 128 buah (27). Karena generator yang diuji memiliki 16
43
kutub magnet maka untuk mendapatkan 1 periode data flux linkage rotor perlu
diputar sejauh 45˚ (jarak 1 pasang kutub magnet). Dengan jumlah data sebanyak
128 buah maka diperlukan data flux linkage setiap rotor diputar sejauh 0,354331˚
(45˚/127). Kemudian untuk menentukan sampling time maka asumsikan kecepatan
motor adalah 1000 rpm atau 6000˚/detik. Dari sini kita dapat menentukan nilai
sampling time yaitu pergeseran sudut dibagi kecepatan motor 0,354331˚/(6000˚/s)
= 5,90551 x 10-5 , menentukan periode melalui perhitungan 127*sampling time,
nilai frequency didapat dari nilai 1/periode, sedangkan nilai sampling frequency
127*periode.
Pilih Tools -> Data Analysis -> Fourier Analysis, masukan input range
dari data yang akan diolah. Pada contoh ini terdapat 128 data pada kolom G.
Sehingga input range nya adalah $G$2: $G$129. Pilih output range misal $K$2.
Select OK. Kolom K (FFT Complex) sekarang telah berisi bilangan FFT complex.
Isikan kolom FFT mag dengan mencari nilai absolute dari nilai FFT
complex dikalikan dengan 2/datapoin (pada kasus ini data poin=127).
44
Isikan kolom FFT freq dengan mengisikan baris pertama dengan angka 0.
Baris kedua dengan penjumlahan baris sebelumnya (baris pertama) dengan
frequency (pada kasus ini frequency = 133,3333 Hz). Baris ketiga dengan
penjumlahan baris sebelumnya (baris kedua) dengan frequency dan seterusnya.
Blok data FFT mag dan FFT freq kemudian pilih insert scatter untuk
melakukan plotting bentuk gelombang pada ranah frekuensi.
45
Gambar 4.23: Bentuk gelombang di ranah frekuensi untuk masing-masing model
dengan perbedaan lebar stator.
46
Dari analisis FFT ini dapat diketahui jika variasi lebar stator tidak begitu
berpengaruh pada kecenderungan gelombang-gelombang yang tersusun pada
gelombang flux linkage pada generator 18 slots 16 poles.
47
Gambar 4.25: Bentuk gelombang di ranah frekuensi untuk masing-masing model
dengan perbedaan lebar gigi.
Dari analisis FFT ini dapat diketahui jika variasi lebar gigi tidak begitu
berpengaruh pada kecenderungan gelombang-gelombang yang tersusun pada
gelombang flux linkage pada generator 18 slots 16 poles.
48
4.2.5 Analisis Tegangan dan Daya Generator dalam Rangkaian Berbeban
∆𝜙
𝑒= 𝑑𝑡
(4-4)
𝐹 = 𝜙𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (4-5)
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 didapat dari panjang jalur, dibagi dengan permeabilitas bahan dan
luas permukaan, atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
ℓ
ℛ = 𝜇𝐴 (4-6)
49
Permeabilitas bahan (𝜇) didapatkan dari permeabilitas relatif bahan (𝜇𝑟 )
dikalikan dengan permeabilitas udara (𝜇0 ), atau dapat dituliskan seperti berikut :
𝜇 = 𝜇 0 𝜇𝑟 (4-7)
Saat generator berputar, maka besar flux yang melalui lilitan akan berubah
tergantung dengan magnet yang ada di depannya. Perubahan flux terhadap waktu
inilah yang berubah menjadi tegangan pada lilitan. Semakin cepat perubahan yang
terjadi atau semakin besar flux maksimum yang lewat, maka semakin besar pula
tegangan yang timbul.
50
Gambar 4.26: Rangkaian rectifier 3 fasa dengan lilitan diparalel.
51
Pada bagian ini, dapat dilihat bahwa bentuk tegangan tidak berbentuk sinus
sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa flux magnetik yang melalui lilitan tidak
berbentuk sinus sempurna. Diketahui bahwa tegangan merupakan turunan dari flux,
sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan flux tidak berbentuk sinusoid murni.
Jika dilakukan derivasi menggunakan excel, maka grafik flux dan tegangan akan
terlihat seperti berikut :
52
Gambar 4.29: Rangkaian rectifier dengan lilitan diseri.
53
dikarenakan penambahan dilakukan setelah tegangan disearahkan, sehingga tidak
ada tegangan yang saling berlawanan. Namun, untuk tegangan rendah, metode
pertama memiliki nilai tegangan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan untuk
rangkaian kedua, setiap fasa akan melewati 6 buah dioda, sehingga tegangan akan
drop sebesar 4.2 volt dari tegangan semula.
Kelebihan lain dari cara kedua adalah cara tersebut menghasilkan ripple
yang lebih kecil dibandingkan cara pertama. Cara pertama menghasilkan ripple
dengan frekuensi 6 kali frekuensi awal, namun cara kedua menghasilkan ripple 18
kali frekuensi semula. Namun ripple ini dapat dikurangi dengan pemberian filter
berupa kapasitor setelah penyearah.
Saat ini, banyak pengembangan motor berukuran kecil dengan daya yang
tinggi. Daya tersebut bisa sangat tinggi karena bahan insulasi untuk kawat memiliki
daya tahan terhadap tegangan sangat tinggi. Karena motor berukuran kecil, maka
jumlah lilitan juga terbatas, sehingga rating kecepatan dinaikkan untuk menaikkan
tegangan. Rating kecepatan dapat dinaikkan tinggi karena jari-jari yang tidak terlalu
besar, sehingga torsi juga tidak terlalu besar. Saat semua konstanta didapatkan,
ditentukan rating kecepatan yang dibutuhkan untuk menghasilkan tegangan
54
maksimum.
55
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
56
Gambar 5.1: Konsep penyusunan permanent magnet dengan metode Halbach.
Gambar 5.2: Perbandingan persebaran flux pada susunan biasa (kiri) dengan
susunan halbach (kanan).
57
Dari tampilan kerapatan muatan tersebut, terlihat bahwa generator dengan
susunan Halbach memiliki jumlah flux melalui lilitan lebih banyak jika
dibandingkan susunan biasa. Hal ini akan sangat berguna untuk mendapatkan
jumlah flux yang besar, sehingga dapat mengurangi lilitan dan menambah luas
kawat untuk menaikkan daya generator.
Salah satu losses pada turbin angin adalah pada bagian penyearah. Dari
sumber yang didapat, diketahui bahwa perbandingan losses pada penyearah
menggunakan dioda dengan MOSFET adalah sebagai berikut :
58
DAFTAR PUSTAKA
59