Tugas Akhir
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S – 1 Jurusan Teknik Sipil
Oleh:
Ramli Ahmad
F1A012120
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2016
TUGAS AKHIR
Oleh:
Ramli Ahmad
F1A012120
Telah diperiksa dan disetujui oleh:
1. Pembimbing Utama
2. Pembimbing Pendamping
Mengetaui
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Mataram
ii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Tuhan Yang Maha
Esa, atas limpahan rahmat dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini tepat pada waktunya. Didalam penyusunan tugas akhir ini, tidak sedikit
penulis dihadapkan pada masalah baik dari segi materi maupun teknik penulisan
namun berkat bantuan dan kerja keras dari semua pihak, penulis dapat
menyelesaian tugas akhir ini sebagaimana mestinya.
Tugas akhir ini mengambil judul “Analisis Kinerja Seismik Struktur Beton
dengan Metode Pushover Menggunakan Program SAP 2000 V.14” dengan
mengambil studi kasus gedung hotel Golden Tulip Mataram, yang berlokasi di
jalan Jendral Sudirman No. 40 Rembiga Kota Mataram. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui kinerja struktur bangunan tersebut, sebagai parameter
penilaian suatu bangunan terhadap kemampuannya menahan beban gempa yang
selama ini menjadi masalah dalam dunia konstruksi. Selain itu tugas akhir ini juga
merupakan salah satu persyaratan kelulusan guna mencapai gelar keserjanaan di
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Mataram.
Penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna, menyadari
akan hal tersebut, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak guna menyempurnakan hasil tugas akhir ini. Akhir kata semoga karya
ini bisa bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis
iii
UCAPAN TERIMAKASIH
Didalam penyusuanan tugas akhir ini, tidak sedikit penulis dibantu oleh
berbagai pihak baik berupa moril maupun materil. Menyadari akan hal tersebut
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Yusron Saadi, ST., MSc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Mataram.
2. Bapak Jauhar Fajrin, ST., MSc. (Eng)., Ph.D., selaku ketua jurusan Teknik Sipil
Universitas Mataram.
3. Bapak Hariyadi, ST., MSc. (Eng)., Dr. Eng., selaku dosen pembimbing utama
tugas akhir.
4. Bapak Suparjo, ST., MT., selaku dosen pembimbing pendamping tugas akhir.
5. Ibu Ni Nyoman Kencana Wati, ST., MT., Ph.D., selaku dosen penguji 1 dalam
penyusunan tugas akhir ini.
6. Ibu Fatmah Mahmud, ST., MT., selaku dosen penguji 2 dalam penyusunan
tugas akhir ini.
7. Kedua Orang Tua penulis atas segala dukungannya, baik moril maupun materi,
serta do’anya yang terus menyertai langkah-langkah ku.
8. Bapak Ardiansyah, ST., MT., selaku direktur CV. Astrindo Engineering yang
senantiasa memberikan pencerahan dan bimbingan pada saat proses
penyusunan.
9. Ibu Wasti Dwi Hariyani, ST., selaku guru pembimbing yang senantiasa
memberikan dukungan dan semangat selama proses penyusunan tugas akhir.
10. Sahabat terbaik ku, Ulul Azmi, yang selalu siap membantu kapanpun
dibutuhkan.
11. Teman-teman teknik sipil angkatan 2012 dan semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan hingga tugas akhir ini dapat
terselesaikan.
Semoga atas bantuan dan dukungan dari semua pihak, penulis mampu
mendedikasikan ilmu yang diperoleh dengan baik, dan Tuhan Yang Maha Esa,
senantiasa memudahkan langkah kita dan memberikan ganjaran yang setimpal
untuk semua pihak yang telah membantu penulis.
iv
DAFTAR ISI
v
2.2.7 Analisis Ragam Respon Spektrum ......................................... 35
2.2.8 Perencanaan Kapasitas (Capacity Design) ............................. 36
2.2.9 Pemodelan Sendi Plastis ........................................................ 38
2.2.10 Analisis Pushover dengan Metode Kapasitas ....................... 40
2.2.11 Simpangan Antar Lantai Tingkat Ijin ..................................... 46
2.2.12 Kriteria Bangunan Tahan Gempa Berbasis Kinerja ............... 47
vi
4.2.4 Berat Struktur dan Letak Pusat Massa Lantai .......................... 87
4.2.5 Analisis Respon Spectrum ....................................................... 91
4.2.6 Analisis Pushover..................................................................... 92
4.3 Pembahasan Hasil Analisis Pushover ............................................... 109
4.3.1 Evaluasi Kinerja Struktur .......................................................... 109
4.3.2 Kriteria Kinerja Struktur ............................................................ 112
4.3.3 Mekanisme Sendi Plastis ......................................................... 113
4.3.4 Kapasitas dan Target Perpindahan Struktur ............................. 118
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori risiko bangunan gedung untuk beban gempa .................. 18
Tabel 2.2 Faktor Keutamaan Gempa ............................................................. 20
Tabel 2.3 Klasifikasi Situs .............................................................................. 22
Tabel 2.4 Klasifikasi Situs Fa ......................................................................... 23
Tabel 2.5 Klasifikasi Situs Fv.......................................................................... 24
Tabel 2.6 Kategori desain seismik percepatan perioda pendek ...................... 26
Tabel 2.7 Kategori desain seismik percepatan perioda 1 detik ...................... 25
Tabel 2.8 Faktor R, Cd, dan Ω0, untuk sistem penahan gaya gempa ............. 27
Tabel 2.9 Nilai parameter perioda pendekatan Ct dan x ................................ 30
Tabel 2.10 Koefisien untuk batas atas pada perioda yang dihitung ............... 31
Tabel 2.11 Berat sendiri bahan bangunan ...................................................... 32
Tabel 2.12 Berat sendiri komponen gedung .................................................. 33
Tabel 2.13 Beban hidup pada lantai gedung ................................................. 34
Tabel 2.14 Simpangan antar lantai ijin Δa ..................................................... 46
Tabel 2.15 Batasan rasio drift atap menurut ATC-40 ..................................... 50
Tabel 2.16 Batasan Tipe bangunan pada Capacity Spectrum Method .......... 50
Tabel 4.1 Penentuan jumlah anak tangga ..................................................... 75
Tabel 4.2 Hasil running pembebanan tangga ................................................ 77
Tabel 4.3 Spesifikasi Lift Produksi Hyundai Elevator Co. Ltd. ........................ 78
Tabel 4.4 Percepatan batuan dasar terpetakan ............................................. 82
Tabel 4.5 Nilai Fa untuk masing-masing klasifikasi situs ............................... 83
Tabel 4.6 Nilai Fv untuk masing-masing klasifikasi situs ............................... 83
Tabel 4.7 Hasil perhitungan nilai Sa .............................................................. 85
Tabel 4.8 Hasil running SAP 2000 V.14 ........................................................ 90
Tabel 4.9 Berat gedung dan posisi titik berat masing-masing lantai .............. 90
Tabel 4.10 Fungsi respon spectrum untuk gedung hotel Golden Tulip .......... 97
Tabel 4.11 Perhitungan massa masing-masing lantai ................................... 102
Tabel 4.12 Nilai performance point dari hasil SAP 2000 V.14 ................. 109
Tabel 4.13 Nilai simpangan hasil analisis pushover ................................. 111
Tabel 4.14 Batasan rasio drift atap menurut ATC-40 ..................................... 112
viii
Tabel 4.15 Hasil drift dari analisis pushover .................................................. 113
Tabel 4.16 Mekanisme sendi plastis .............................................................. 117
ix
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 4.4 Denah model struktur ................................................................. 66
Gambar 4.5 Portal struktur (X-Z) .................................................................... 66
Gambar 4.6 Portal struktur (Y-Z) .................................................................... 67
Gambar 4.7 Portal struktur (X-Y) .................................................................... 67
Gambar 4.8 Denah tangga ............................................................................. 75
Gambar 4.9 Model beban tangga ................................................................... 76
Gambar 4.10 Hasil running pembebanan tangga ........................................... 77
Gambar 4.11 Denah ruang lift ........................................................................ 78
Gambar 4.12 Komponen lift ........................................................................... 79
Gambar 4.13 Model pembebanan lift ............................................................. 79
Gambar 4.14 Penyaluran beban lift ................................................................ 80
Gambar 4.15 Desain spectra Hotel Golden Tulip Mataram ............................ 81
Gambar 4.16 Diagram respon spectrum Hotel Golden Tulip .......................... 82
Gambar 4.17 Grafik respon spectrum tanah lunak ......................................... 86
Gambar 4.18 Model Persepektif struktur ........................................................ 87
Gambar 4.19 Pembebanan struktur ............................................................... 88
Gambar 4.20 Pola penentuan titik berat ......................................................... 89
Gambar 4.21 Runing program SAP 2000 V.14............................................... 89
Gambar 4.22 Digram respon spectrum gempa wilayah mataram ................... 91
Gambar 4.23 Property material untuk beton................................................... 92
Gambar 4.24 Property material untuk tulangan .............................................. 93
Gambar 4.25 Elemen Kolom pada kondisi lapangan ...................................... 94
Gambar 4.26 Properties kolom pada SAP 2000 V.14..................................... 94
Gambar 4.27 Penampang kolom pada SAP 2000 V.14.................................. 95
Gambar 4.28 Hasil gambar elemen struktur ................................................... 95
Gambar 4.29 Jenis tumpuan jepit pada SAP2000 .......................................... 96
Gambar 4.30 Beban yang bekerja.................................................................. 96
Gambar 4.31 Respon spectrum SE (tanah lunak) .......................................... 98
Gambar 4.32 Case Respon spectrum arah X ................................................. 99
Gambar 4.33 Case Respon spectrum arah Y ................................................. 99
Gambar 4.34 Kombinasi pembebanan ........................................................... 100
Gambar 4.35 Posisi pusat massa lantai ......................................................... 101
Gambar 4.36 Memasukkan parameter massa................................................ 102
Gambar 4.37 Memasukkan Joint Constraint .................................................. 103
xi
Gambar 4.38 Load Case untuk beban nonlinier gravitasi ............................... 104
Gambar 4.39 Load Case untuk beban nonlinier pushover .............................. 104
Gambar 4.40 Joint control displacement ........................................................ 105
Gambar 4.41 Titik kontrol sendi plastis (hinge)............................................... 105
Gambar 4.42 Parameter sendi plastis (hinge) pada kolom ............................. 106
Gambar 4.43 Titik kontrol sendi plastis (hinge) pada balok ............................ 106
Gambar 4.44 Parameter sendi plastis (hinge) pada balok .............................. 107
Gambar 4.45 Mengatur Case yang akan dijalankan ....................................... 107
Gambar 4.46 Proses running pushover .......................................................... 108
Gambar 4.47 Grafik pushover ........................................................................ 108
Gambar 4.48 Grafik Kapasitas spectrum (ATC-40) ........................................ 109
Gambar 4.49 Mekanisme sendi plastis pada step 1 ....................................... 114
Gambar 4.50 Mekanisme sendi plastis pada step 2 ....................................... 114
Gambar 4.51 Mekanisme sendi plastis pada step 3 ....................................... 115
Gambar 4.52 Mekanisme sendi plastis pada step 4 ....................................... 115
Gambar 4.53 Mekanisme sendi plastis pada step 5 ....................................... 116
Gambar 4.54 Mekanisme sendi plastis pada step 6 ....................................... 116
Gambar 4.55 Grafik hubungan gaya geser dasar dan perpindahan target ..... 118
Gambar 5.1 Grafik hubungan gaya geser dasar dan perpindahan atap ......... 120
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL
xiv
SDS = Parameter percepatan respons spektral pada perioda pendek.
S1 = Parameter percepatan respons spektral pada perioda 1 detik.
SMS = Parameter percepatan respons periode pendek pengaruh kelas situs.
SM1 = Parameter percepatan respons periode 1 detik pengaruh kelas situs.
RN = Risiko terjadinya gempa selama umur rencana (%)
TR = Periode ulang terjadinya gempa (tahun)
T = Perioda fundamental bangunan.
𝑆𝐷1
𝑻𝟎 = 0,2
𝑆𝐷𝑆
𝑆𝐷1
𝑻𝒔 =
𝑆𝐷𝑆
TD = Perioda efektif, dinyatakan dalam detik
V = Geser desain total di dasar struktur dalam arah yang ditinjau.
V = Geser gempa desain di tingkat x
W = Berat seismik efektif bangunan.
Δ = Simpangan antar lantai tingkat desain.
Δa = Simpangan antar lantai yang dijinkan.
ρ = Faktor redundansi struktur.
Ωo = Faktor kuat lebih.
β = Redaman efektif sistem isolasi.
xv
INTISARI
Analisis pushover dapat memberikan hasil yang baik apabila input data dan
tahapan pengerjaannya dilakukan dengan baik. Prinsip kerja pushover adalah
dengan menginput data beban mati, beban hidup dan beban gempa serta
parameternya, yang ditingkatkan sampai mencapai batas kemampuan struktur
bangunan tersebut. Hasil yang dapat ditinjau dari analisis pushover ini adalah
besarnya gaya geser dasar dan perpindahan atap (roof displacement), serta
mekanisme keruntuhan dari struktur tersebut. Hasil yang diperoleh ditinjau
terhadap peraturan yang ada seperti SNI 1726-2012 dan code ATC-40 guna
mengetahui kriteria kinerja dan kemapuan struktur serta pola keruntuhan yang
terjadi.
Dari hasil analisis diperoleh gaya geser dasar 7066,522 KN lebih kecil dari
gaya geser rencana 8211,067 KN dan simpangan maksimum 0,395 m lebih kecil
dari simpangan ijin 0,855 m. Selain itu diperoleh angka keamanan struktur dari
kondisi batas elastis menuju batas plastis yakni sebesar 32,58% untuk gaya geser
dan 17,391% untuk simpangan atap. Struktur bangunan termasuk dalam kriteria
Immediate Occupancy (IO), yang berarti bila terjadi gempa rencana, gedung tidak
mengalami kerusakan struktural sehingga tetap aman digunakan. Namun apabila
gaya gempa terus ditingkatkan, akan terjadi keruntuhan yang diawali dengan
keruntuhan kolom pada lantai dasar yang ditunjukkan dari mekanisme sendi
plastis yang diperoleh. Pola keruntuhan tersebut tidak memenuhi konsep desain
kapasitas dengan konsep kolom kuat balok lemah. Selain itu apabila terjadi
kegagalan dari kolom suatu tingkat, akan mengakibatkan keruntuhan dari struktur
bangunan secara keseluruhan, untuk mengantisipasi hal tersebut perlu adanya
tidakan teknis yang berupa peningkatan kekakuan kolom dengan salah satu cara
yakni, penambahan dinding geser setempat pada kolom yang mengalami
kegagalan.
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
sebagai informasi untuk perencanaan elemen struktural seperti beban mati, beban
hidup, beban angin, beban mekanikal dan elektrikal, dan beban gempa.
Peristiwa tahun 2006 lalu terjadi gempa dengan kekuatan besar di daerah
Jogjakarta dan pada tahun 2009 terjadi di Tasikmalaya serta Padang yang banyak
menimbulkan kerusakan fatal pada bangunan dengan berbagai macam pola
keruntuhan. Hal ini menegaskan pentingnya tinjauan besar beban rencana dalam
perencanaan desain struktur sebagai antisipsi apabila terjadi gempa, terlebih lagi
pada strutkrur bangunan lantai tinggi yang mana fungsi beban gempa lebih
dominan daripada gaya gravitasi akibat berat sendiri bangunan tersebut. Struktur
bangunan mampu menerima gaya gempa pada level tertentu tanpa terjadi
kerusakan yang signifikan pada strukturnya, atau struktur bangunan harus
mengalami keruntuhan (disebabkan beban gempa melebihi beban gempa
rencana), diharapakan struktur bangunan mampu memberikan perilaku nonlinear
pada kondisi pasca-elastik, sehingga tingkat keamanan bangunan terhadap
gempa dan keselamatan jiwa penghuninya dapat lebih terjamin. Berikut beberpa
contoh keruskan struktur bangunan akibat gempa yang terjadi diberbagai daerah.
2. Menetukan kriteria kinerja seismik struktur gedung hotel dari hasil nilai
performance point menggunakan code ATC 40.
3. Meperlihatkan skema kelelehan (distribusi sendi plastis) yang terjadi dari hasil
perhitungan program SAP 2000 v.14.
4. Mengetahui pola keruntuhan bangunan sehingga dapat diketahui elemen
struktur yang mengalami kerusakan dan kehancuran.
5. Mengetahui besarnya angka keamanan struktur yang disediakan oleh
peraturan terhadap kemampuan gedung sebenarnya dalam menerima beban
gempa dengan pemodelan pushover sesuai dengan SNI 1726 – 2012.
Deli Seputro (2009) dalam tugas akhirnya yang berjudul Analisa Struktur
Beton Gedung Bertingkat dengan Metode Statik Beban Dorong (Pushover
Analysis) menyatakan bahwa, dari hasil analisis pushover nantinya akan
didapatkan kurva kapasitas yang dibedakan dalam dua arah pembebanan, yaitu
arah X dan arah Y yang masing-masing menunjukkan hubungan antara gaya
7
8
Nur Rachmadi Afandi (2010) dari hasil evaluasi kinerja seismik struktur
beton dengan analisis pushover, menyatakan bahwa kurva kapasitas dari hasil
analisis pushover dapat memberikan gambarn perilaku struktur mulai dari tahap
kondisi elastis, in-elastis kemudian mengalami keruntuhan yang ditunjukkan kurva
dengan penurunan tajam.
Gempa bumi adalah pelepasan energi pada muka bumi, merambat melalui
permukaan tanah. Terjadinya gempa bumi disebabkan oleh benturan atau
gesekan antara plat tektonik (lempeng bumi) atau amblesnya dasar laut. Lempeng
samudera yang rapat massanya lebih besar bertumbukkan dengan lempeng
benua di zona tumbukan (subduksi) akan menyusup ke bawah. Gerakan lempeng
itu akan mengalami perlambatan akibat gesekan dari selubung bumi. Perlambatan
gerak itu menyebabkan penumpukkan energi di zona subduksi dan zona patahan.
Akibatnya zona-zona itu terjadi tekanan, tarikan dan geseran. Pada batas
elastisitas lempeng terlampui maka terjadilah patahan batuan yang diikuti oleh
lepasnya energi secara tiba-tiba. Proses ini menimbulkan getaran partikel ke
segala arah yang disebut gelombang gempa.
Pergeseran/benturan antar plat tektonik menyebabkan plat tektonik
bergerak. Pergerakan plat tektonik mengakibatkan permukaan tanah bergeser,
sebagaimana pada Gambar 2.1.
Bila gempa bumi terjadi, maka struktur bangunan akan ikut terpengaruh
oleh getaran gempa. Selanjutnya struktur bangunan akan merespons gempa
tersebut. Struktur akan beresonansi memberikan gaya-gaya dalam. Apabila gaya
gempa < gaya dalam struktur, maka struktur akan kuat dan aman menahan beban
gempa. Sebaliknya bila gaya gempa > gaya dalam struktur, maka struktur tidak
kuat dan tidak aman menahan beban gempa selanjutnya bisa jadi struktur runtuh.
10
selama umur rencana (design life time) dari struktur bangunan yang ditinjau.
Karena gempa merupakan peristiwa probabilistik, maka gempa dengan kekuatan
atau intensitas tertentu, mempunyai periode ulang (return period) yang tertentu
pula. Dengan demikian, jika risiko terjadinya suatu gempa selama umur rencana
bangunan sudah tertentu, maka periode ulang dari gempa tersebut sudah tertentu
pula. Hubungan antara umur rencana bangunan, periode ulang gempa, dan risiko
terjadinya gempa, berdasarkan teori probabilitas dapat dinyatakan dalam suatu
persamaan matematika sebagai berikut:
1 𝑁
𝑅𝑁 = {1 − (1 − 𝑇 ) } × 100% .......................................................... (2-1)
𝑅
dengan:
RN = Risiko terjadinya gempa selama umur rencana (%)
TR = Periode ulang terjadinya gempa (tahun)
N = Umur rencana dari bangunan (tahun)
1. Gempa Ringan
Gempa Ringan adalah gempa yang peluang atau risiko terjadinya dalam
periodeumur rencana bangunan 50 tahun adalah 92% (RN = 92%), atau gempa
yang periode ulangnya adalah 20 tahun (TR = 20 tahun). Akibat Gempa Ringan ini
struktur bangunan harus tetap berperilaku elastis, ini berarti bahwa pada saat
terjadi gempa elemen-elemen struktur bangunan tidak diperbolehkan mengalami
kerusakan struktural maupun kerusakan non-struktural. Pada saat terjadi Gempa
Ringan, penampang dari elemen-elemen pada sistem struktur dianggap tepat
mencapai kapasitas nominalnya, dan akan berdeformasi lebih lanjut secara tidak
elastis (inelastis) jika terjadi gempa yang lebih kuat. Karena risiko terjadinya
Gempa Ringan adalah 92%, maka dapat dianggap bahwa selama umur
12
rencananya, struktur bangunan pasti akan akan mengalami Gempa Ringan, atau
risiko terjadinya Gempa Ringan adalah 100% (RN = 100%).
2. Gempa Sedang
Gempa Sedang adalah gempa yang peluan atau risiko terjadinya dalam
periode umur rencana bangunan 50 tahun adalah 50% (RN = 50%), atau gempa
yang periode ulangnya adalah 75 tahun (TR = 75 tahun). Akibat Gempa Sedang
ini struktur bangunan tidak boleh mengalami kerusakan struktural, namun
diperkenankan mengalami kerusakan yang bersifat non-struktural. Gempa
Sedang akan menyebabkan struktur bangunan sudah berperilaku tidak elastis,
tetapi tingkat kerusakan struktur masih ringan dan dapat diperbaiki dengan biaya
yang terbatas.
3. Gempa Kuat
Gempa Kuat adalah gempa yang peluang atau risiko terjadinya dalam
periode umur rencana bangunan 50 tahun adalah 2% (RN = 2%), atau gempa
yang periode ulangnya adalah 2500 tahun (TR = 2500 tahun). Akibat Gempa Kuat
ini struktur bangunan dapat mengalami kerusakan struktural yang berat, namun
struktur harus tetap berdiri dan tidak boleh runtuh sehingga korban jiwa dapat
dihindarkan. Gempa kuat akan menyebabkan struktur bangunan berperilaku tidak
elastis, dengan kerusakan struktur yang berat tetapi masih berdiri dan dapat
diperbaiki.
segala arah, dan akan menyebabkan permukaan bumi bergetar. Permukaan bumi
digetarkan dengan frekuensi getar antara 0.1 sampai dengan 30 Hertz.
Gelombang Primer akan menyebabkan getaran dengan frekuensi lebih dari 1
Herzt, dan menyebabkan kerusakan pada bangunan-bangunan rendah.
Gelombang Sekunder, karena arah gerakannya horisontal, maka gelombang ini
dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan-bangunan yang tinggi.
Gelombang Rayleigh dan Gelombang Love karena frekuensinya getarnya yang
rendah, menyebabkan gelombang ini dapat merambat lebih jauh sehingga dapat
mengakibatkan pengaruh kerusakan pada daerah yang sangat luas. Karena arah
gerakannya yang berputar maupun horisontal, menyebabkan gelombang
permukaan ini sangat berbahaya bagi bangunan-bangunan tinggi. Pada saat
bangunan bergetar akibat pengaruh dari gelombang gempa, maka akan timbul
gaya-gaya pada bangunan, karena adanya kecenderungan dari massa bangunan
untuk mempertahankan posisinya dari pengaruh gerakan tanah. Beban gempa
yang terjadi pada struktur bangunan merupakan gaya inersia.
Besarnya beban gempa yang terjadi pada struktur bangunan tergantung
dari beberapa faktor yaitu, massa dan kekakuan struktur, waktu getar alami dan
pengaruh redaman dari struktur, kondisi tanah, dan wilayah kegempaan dimana
struktur bangunan tersebut didirikan. Massa dari struktur bangunan merupakan
faktor yang sangat penting, karena beban gempa merupakan gaya inersia yang
besarnya sangat tergantung dari besarnya massa dari struktur.
Beban gempa yang diperhitungkan pada perencanaan struktur, pada
umumnya adalah gaya-gaya inersia pada arah horisontal saja. Pengaruh dari
gaya-gaya inersia pada arah vertikal biasanya diabaikan, karena struktur sudah
dirancang untuk menerima pembebanan vertikal statik akibat pembebanan
gravitasi, yang merupakan kombinasi antara beban mati dan beban hidup.
Kebiasaan di dalam mengabaikan pengaruh gaya-gaya inersia pada arah vertikal
akibat pengaruh beban gempa pada prosedur perencanaan struktur, akhir-akhir ini
sedang ditinjau kembali.
Pada kenyataannya, jarang dijumpai struktur bangunan yang mempunyai
hubungan yang sangat kaku antara struktur atas dengan pondasinya. Bangunan-
bangunan Teknik Sipil mempunyai kekakuan lateral yang beraneka ragam,
sehingga akan mempunyai waktu getar alami yang berbeda-beda pula. Dengan
demikian respon percepatan maksimum dari struktur tidak selalu sama dengan
14
percepatan getaran gempa. Sistem struktur bangunan yang tidak terlalu kaku,
dapat menyerap sebagian dari energi gempa yang masuk kedalam struktur,
sehingga dengan demikian beban yang terjadi pada struktur dapat berkurang.
Akan tetapi struktur bangunan yang sangat fleksibel, yang mempunyai waktu getar
alami yang panjang yang mendekati waktu getar dari gelombang gempa di
permukaan, dapat mengalami gaya-gaya yang jauh lebih besar akibat pengaruh
dari gerakan gempa yang berulang-ulang. Besarnya beban gempa horisontal yang
dapat terjadi pada struktur bangunan akibat gempa, tidak hanya disebabkan oleh
percepatan gempa saja, tetapi juga tergantung dari respons sistem struktur
bangunan dengan pondasinya. Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh
terhadap besarnya beban gempa yang dapat terjadi pada struktur adalah,
bagaimana massa dari bangunan tersebut terdistribusi, kekakuan dari struktur,
mekanisme redaman pada struktur, jenis pondasi serta kondisi tanah dasar, dan
tentu saja perilaku serta besarnya getaran gempa itu sendiri. Faktor yang terakhir
ini sangat sulit ditentukan secara tepat karena sifatnya yang acak. Pada saat
terjadi gempa, gerakan tanah berperilaku tiga dimensi, ini berarti bahwa gaya
inersia yang terjadi pada struktur akan bekerja ke segala arah, baik arah horisontal
maupun arah vertikal secara bersamaan.
Analisis dan perencanaan struktur bangunan tahan gempa, pada
umumnya hanya memperhitungkan pengaruh dari beban gempa horisontal yang
bekerja pada kedua arah sumbu utama dari struktur bangunan secara bersamaan.
Sedangkan pengaruh gerakan gempa pada arah vertikal tidak diperhitungkan,
karena sampai saat ini perilaku dari respon struktur terhadap pengaruh gerakan
gempa yang berarah vertikal, belum banyak diketahui.
Massa dari struktur bangunan merupakan faktor yang sangat penting,
karena beban gempa merupakan gaya inersia yang bekerja pada pusat massa,
yang menurut hukum gerak dari Newton besarnya adalah:
𝑊
𝑉 = 𝑚 × 𝑎 = ( 𝑔 ) × 𝑎 ........................................................................ (2-2)
dengan:
a = Percepatan pergerakan permukaan tanah akibat getaran gempa (m/dt2)
m = Massa bangunan (KN.dt2/m)
W = Gaya berat struktur bangunan (KN)
15
𝑉 = 𝐶𝑠 × 𝑊 ....................................................................................... (2-3)
𝑆𝑎 ×𝐼𝑒
𝑉= × 𝑊 ................................................................................. (2-4)
𝑅
dengan:
Cs = Koefisien respon seismik
W = Gaya berat struktur bangunan (KN)
Sa = Spektrum respon percepatan desain (g)
Ie = Faktor keutamaan gempa
W = Kombinasi dari beban mati dan beban hidup yang direduksi (KN)
Salah satu aspek penting dalam meninjau perilaku struktur bangunan yang
bergetar akibat gempa adalah waktu getar alami struktur. Jika pada puncak dari
struktur diberikan perpindahan horisontal dan kemudian dilepaskan, maka bagian
atas dari struktur akan bergetar atau berosilasi bolak-balik dengan amplitudo yang
semakin mengecil sampai akhirnya struktur kembali pada kondisi diam. Yang
menarik adalah bahwa gerakan dari getaran struktur ini tidak acak sama sekali,
tetapi teratur. Getaran seperti ini disebut sebagai getaran harmonis, karena pola
getaran berubah secara sinusoidal terhadap waktu.
Waktu yang diperlukan getaran untuk melakukan satu siklus bolak-balik
lengkap disebut waktu getar alami (T), sedangkan frekuensi getaran (f)
didefinisikan sebagai banyaknya siklus yang terjadi untuk satu satuan waktu.
Hubungan antara waktu getar dan frekuensi getar dinyatakan dalam bentuk
persamaan: f = 1/T.
Struktur bangunan gedung terdiri dari struktur atas dan bawah. Struktur
atas adalah bagian dari struktur bangunan gedung yang berada di atas muka
tanah. Struktur bawah adalah bagian dari struktur bangunan gedung yang terletak
di bawah muka tanah. Struktur bangunan gedung harus memiliki sistem penahan
gaya lateral dan vertikal yang lengkap, yang mampu memberikan kekuatan,
kekakuan, dan kapasitas disipasi energi yang cukup untuk menahan gerak tanah
desain dalam batasan-batasan kebutuhan deformasi dan kekuatan yang
disyaratkan. Berikut ini penjelasan langkah-langkah analisis beban seismik
berdasarkan SNI Gempa 1726:2012 untuk bangunan gedung.
Tabel 2.1 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa
Kategori
Jenis Pemanfaatan
Risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi
untuk, antara lain:
- Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan I
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam
kategori risiko I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Perumahan ; rumah toko dan rumah kantor
- Pasar
- Gedung perkantoran
II
- Gedung apartemen/ rumah susun
- Pusat perbelanjaan/ mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik
19
Kategori
Jenis Pemanfaatan
Risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi
untuk:
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat
darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV,
yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang
besar dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat
III
sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko
IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur,
proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat
pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya,
limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak) yang
mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah
kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh
instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi
masyarakat jika terjadi kebocoran.
20
Kategori
Jenis Pemanfaatan
Risiko
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
21
2
𝑆𝐷𝑆 = × 𝑆𝑀𝑆 ................................................................................... (2-7)
3
2
𝑆𝐷1 = × 𝑆𝑀1 ................................................................................... (2-8)
3
dengan:
SDS = Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek
SD1 = Parameter respons spektral untuk perioda 1,0 detik.
𝑇
𝑆𝑎 = 𝑆𝐷𝑆 (0,4 + 0,6 ) .................................................................... (2-9)
𝑇0
Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau sama
dengan Ts, spektrum respons percepatan desain,Sa, sama dengan SDS.
Untuk perioda lebih besar dari Ts, spektrum respons percepatan desain, Sa,
diambil berdasarkan persamaan:
𝑆𝐷1
𝑆𝑎 = ........................................................................................... (2-10)
𝑇
dengan:
SDS = Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek
SD1 = Parameter respons spektral untuk perioda 1,0 detik.
T = Periode getar fundamental struktur.
Untuk parameter periode respon ditentukan melalui persamaan berikut:
𝑆𝐷1
𝑇0 = 0,2 ..................................................................................... (2-11)
𝑆𝐷𝑆
𝑆𝐷1
𝑇𝑠 = ........................................................................................... (2-12)
𝑆𝐷𝑆
Tabel 2.8 Faktor R, Cd, dan Ω0, untuk sistem penahan gaya gempa
Faktor Batasan sistem dan
Sistem Koefisien Faktor
Kuat tinggi struktur hn(m)c
penahan modifikasi Pembesaran
lebih Kategori desain
gaya respons, defleksi,
sistem
seismik R Cd B C Dd Ed Fe
Ω0
Sistem Rangka Pemikul Momen
SRPMK 8 3 5½ TB TB TB TB TB
SRPMM 5 3 4½ TB TB TI TI TI
SRPMBB 3 3 2½ TB TI TI Ti TI
c TB = Tidak Dibatasi dan TI = Tidak Diijinkan.
28
𝑉 = 𝐶𝑠 × 𝑊 ................................................................................... (2-13)
dengan:
V = Geser dasar seismik.
Cs = Koefisien respons seismik.
W = Berat seismik efektif.
𝑆𝐷𝑆 ×𝐼𝑒
𝐶𝑠 = ..................................................................................... (2-14)
𝑅
30
dengan:
SDS = Parameter percepatan spektrum respons desain perioda pendek.
Ie = Faktor keutamaan gempa.
R = Faktor modifikasi respons.
𝑇𝑎 = 𝐶𝑡 × ℎ𝑛 𝑥 ............................................................................... (2-15)
dengan:
hn = Ketinggian struktur.
Ct, x = Koefisien perioda, (ditentukan dalam tabel 2.9)
Tabel 2.10 Koefisien untuk batas atas pada perioda yang dihitung
Parameter percepatan respons spektral desain
Koefisien Cu
pada 1 detik, D1 S
≥ 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
≤ 0,1 1,7
Gaya gempa lateral (Fx) yang timbul di semua tingkat harus ditentukan dari
persamaan berikut:
𝑊𝑋 ×ℎ𝑋 𝑘
𝐶𝑉𝑋 = .............................................................................. (2-17)
∑ 𝑊𝑖 ×ℎ𝑖 𝑘
dengan:
Cvx = Faktor distribusi vertikal.
V = Gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur.
Wi,W x= Bagian berat efektif total struktur yang ditempatkan di tingkat i atau x.
hi,hx = Tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x.
k = Eksponen yang terkait dengan perioda struktur.
Penentuan nilai k berdasarkan pada perioda (T) dari sistem struktur tersebut.
- Untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 0,5 detik atau kurang, k = 1.
- Untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 2,5 detik atau lebih, k = 2
- Untuk struktur yang mempunyai perioda antara 0,5 dan 2,5 detik, k harus
sebesar 2 atau harus ditentukan dengan interpolasi linier antara 1 dan 2.
32
Geser tingkat desain gempa di semua tingkat (Vx), harus ditentukan dari
persamaan berikut:
dengan:
Vx = Geser tingkat desain gempa di semua tingkat.
Fi = Bagian dari geser dasar seismik.
Beban mati adalah berat dari semua bagian suatu gedung yang bersifat
tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-
mesin serta peralatan-peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak
terpisahakan dari gedung itu.
Tabel 2.11 Berat sendiri bahan bangunan
2. Beban hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan gedung dan di dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang
berasal dari barang-barang yang dapat berpindah sehingga dapat mengakibatkat
perubahan dalam pembebanan lantai atau atap.
Struktur gedung saat menerima beban gempa, maka akan memikul base
shear. Base shear tiap lantai merupakan fungsi dari massa (m) dan kekakuan (k)
dari tiap lantai tersebut. Base shear mengakibatkan tiap lantai
bergeser/displacement dari kedudukan semula. Apabila sifat geometri struktur
simetris maka simpangan yang terjadi hanya pada satu bidang (2-dimensi) yaitu
simpangan suatu massa pada setiap saat hanya mempunyai posisi/ordinat tunggal
sehingga dapat dianggap sebagai satu kesatuan Single Degree of Freedom
(SDOF) dengan parameter displacement yang diukur adalah pada atap. Saat gaya
gempa bekerja, maka gedung akan merespon beban gempa tersebut dengan
memberikan gaya-gaya dalam. Apabila gaya-gaya dalam tersebut melebihi
kemampuan/kapasitas gedung, maka gedung akan berperilaku in-elastis apabila
sifat struktur cukup daktail tetapi langsung hancur apabila kurang daktail.
Roof Displacement
F4 Roof Displacement
F3
F2
F1
Gempa
2. Pada struktur dengan kolom-kolom yang lemah dan balok-balok yang kuat
(Strong Beam–Weak Column), deformasi akan terpusat pada tingkat-tingkat
tertentu, sehingga daktilitas yang diperlukan oleh kolom agar dapat dicapai
daktilitas dari struktur yang disyaratkan, sulit dipenuhi.
lebih kuat dari pada balok-balok struktur, sehingga dengan demikian sendi-sendi
plastis akan terbentuk lebih dahulu pada balok. Karena hal tersebut di atas, maka
dalam perencanaan portal daktail pada struktur bangunan tahan gempa, sering
juga disebut perencanaan struktur dengan kondisi desain Kolom Kuat – Balok
Lemah (Strong Column–Weak Beam).
Gambar 2.14 Posisi Sumbu lokal Balok Struktur pada Program SAP 2000
Sumber: Aplikasi Rekayasa Konstruksi dengan SAP2000
39
Gambar 2.15 Posisi Sumbu lokal Kolom Struktur pada Program SAP 2000
Sumber: Aplikasi Rekayasa Konstruksi dengan SAP2000
Gambar 2.16 Sendi plastis yang terjadi pada balok dan kolom
Sumber: Aplikasi Rekayasa Konstruksi dengan SAP2000
4. Mengevaluasi level kinerja struktur ketika titik kontrol tepat berada pada target
perpindahan : merupakan hal utama dari perencanaan barbasis kinerja.
Komponen struktur dan aksi perilakunya dapat dianggap memuaskan jika
memenuhi kriteria yang dari awal sudah ditetapkan, baik terhadap persyaratan
deformasi maupun kekuatan. Karena yang dievaluasi adalah komponen maka
jumlahnya relatif sangat banyak, oleh karena itu proses ini sepenuhnya harus
dikerjakan oleh komputer (fasilitas pushover dan evaluasi kinerja yang terdapat
secara built-in pada program SAP2000).
B. Target perpindahan
Gaya dan deformasi setiap komponen/elemen dihitung terhadap
“perpindahan tertentu” di titik kontrol yang disebut sebagai “target perpindahan”
dengan notasi δt dan dianggap sebagai perpindahan maksimum yang terjadi saat
bangunan mengalami gempa rencana.
Untuk mendapatkan perilaku struktur pasca keruntuhan maka perlu dibuat
analisa pushover untuk membuat kurva hubungan gaya geser dasar dan
perpindahan lateral titik kontrol sampai minimal 150% dari target perpidahan, δt.
Permintaan membuat kurva pushover sampai minimal 150% target
perpindahan adalah agar dapat dilihat perilaku bangunan yang melebihi kondisi
rencananya. Perencana harus memahami bahwa target perpindahan hanya
merupakan rata-rata nilai dari beban gempa rencana. Perkiraan target
perpindahan menjadi kurang benar untuk bangunan yang mempunyai kekuatan
lebih rendah dari spektrum elastis rencana. Diharapkan bahwa 150% target
perpindahan adalah perkiraan nilai rata-rata ditambah satu standar deviasi
perpindahan dari bangunan dengan kekuatan lateral melebih 25% dari kekuatan
spektrum elastis.
Analisa pushover dilakukan dengan memberikan beban lateral pada pola
tertentu sebagai simulasi beban gempa, dan harus diberikan bersama-sama
dengan pengaruh kombinasi beban mati dan tidak kurang dari 25% dari beban
hidup yang disyaratkan. Beban lateral harus diberikan pada pusat massa untuk
setiap tingkat. Disyratkan minimal harus diberikan dua pola beban yang berbeda
sebagai simulasi beban gempa yang bersifat random, sehingga dapat memberikan
gambaran pola mana yang pengaruhnya paling jelek. Selanjutnya beban tersebut
harus diberikan secara bertahap dalam satu arah (monotonik).
43
Kriteria evaluasi level kinerja kondisi bangunan didasarkan pada gaya dan
deformasi yang terjadi ketika perpindahan titik kontrol sama dengan target
perpindahan δt. Jadi parameter target perpindahan sangat penting peranannya
bagi perencanaan berbasis kinerja.
Ada beberapa cara menentukan target perpindahan, dua yang cukup
terkenal adalah Displacement Coeficient Method atau Metoda Koefisien
Perpindahan (FEMA 273/274, FEMA 356 / 440 dan ATC 40) dan Capacity
Spectrum Method atau Metoda Spektrum Kapasitas (FEMA 274 / 440, ATC 40).
Selain itu ada persyaratan perpindahan dari SNI 1726-2012 yang dapat dijadikan
sebagai kriteria kinerja.
Metode ini secara khusus telah built-in dalam program SAP2000 , proses
konversi kurva pushover ke format ADRS dan kurva respon spektrum yang
direduksi dikerjakan otomatis dalam program. Data yang perlu dimasukkan cukup
memberikan kurva Respons Spektrum Rencana.
D. Kurva kapasitas
Hasil analisis statis pushover nonlinier adalah kurva yang menunjukkan
hubungan antara gaya geser dasar (Base Shear) dan simpangan atap (Roof
45
Base Shear
Roof Risplacement
E. Performance Point
Perfomance point adalah titik dimana capacity curve berpotongan dengan
response sprectrum curve seperti yang dipergunakan dalam capacity spectrum
method (ATC-40,1996). Untuk memperoleh gambaran lebih jelas, dapat dilihat
pada gambar 2.16.
Pada performance point dapat diperoleh informasi mengenai periode
bangunan dan redaman efektif akibat perubahan kekakuan struktur setelah terjadi
sendi plastis. Berdasarkan informasi tersebut respons-respons struktur lainnya
seperti nilai simpangan tingkat dan posisi sendi plastis dapat diketahui.
46
Bila struktur mengalami gempa atau gaya geser dasar (Vb), dengan kondisi
gempa tersebut < gempa rencana (Vn), maka komponen struktur masih dalam
keadaan elastik (A-B). Titik B menunjukkan keadaan leleh pertama. ketika Vb >
Vy, struktur dalam keadaan plastis (B-C). Titik C merupakan batasan maksimum
struktur dalam menahan gempa (Vb). Vb terus meningkat, maka terjadi degradasi
pada struktur (C-D). Titik D menandakan bahwa struktur tidak mampu menahan
gempa (Vb), tetapi masih mampu menahan beban gravitasi. Bila beban
ditingkatkan, struktur akan runtuh.
𝐷𝑡
𝐷𝑚𝑎𝑥 = .................................................................................... (2-19)
𝐻𝑡𝑜𝑡
(𝐷𝑡−𝐷1)
𝐷𝑖𝑚𝑎𝑥 = .......................................................................... (2-20)
𝐻𝑡𝑜𝑡
50
dengan:
Dt = Perpindahan atap total.
D1 = Perpindahan pada kondisi sendi plastis pertama.
Htot = Tinggi total struktur gedung.
Pada penelitian ini dilakukan pada gedung hotel Golden Tulip yang terdiri
dari 2 bangunan yang menjadi satu kesatuan tanpa adanya dilatasi. Bangunan
tower hotel ini terdiri dari 11 lantai + 1 lantai dak atap + 1 lantai LMR dan 1 lantai
basement yang diperuntukan sebagai hotel, lalu untuk bangunan area ruang rapat
dan ballroom terdiri hanya 2 lantai. Struktur bangunan ini dirancang menggunakan
konstruksi beton, sedangkan untuk atap ballroom menggunakan struktur atap baja.
Bangunan hotel Golden Tulip berada didaerah Mataram dengan wilayah gempa
IV yang berdiri pada kondisi tanah lunak (SE) dengan kategori design seismik D
(Lombok) sesuai dengan peta gempa Indonesia, dengan SDS = 0,607 dan SD1 =
0,632.
51
52
b. Denah Balok
42550
BA-3 BA-3
H
12251750
6000
4775
BI-7
C L-1
BI-7
19000
15500
BI-5
D
2025
BA-2 BA-2 BA-2 BA-2 BA-2 BA-2 BA-2 BA-2 BA-2 BA-2 BA-2
C
9500
BI-8 BA-1 BI-8 BA-1 BI-8 BA-1 BI-8 BA-1 BI-8 BA-1 BI-8 BI-8
4750
A
2400 3900 3400 3650 3650 3650 3650 3650 3650 3650 3650 3650
42550
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
42550
B A-3 B A-3
H
12251750
6000
B I-8 B A-1 B I-8 B A-1 B I-8 B A-1 B I-8 B A-3 B A-3 B I-8 B A-1 B I-8 B I-8
4775
B I-7
CL-1
B I-7
19000
15500
B I-5
D
2025
B A-2 B A-2 B A-2 B A-2 B A-2 B A-2 B A-2 B A-2 B A-2 B A-2 B A-2
C
9500
B I-8 B A-1 B I-8 B A-1 B I-8 B A-1 B I-8 B A-1 B I-8 B A-1 B I-8 B I-8
4750
42550
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1000
800
700
800
P ENAM PANG
(MM)
TUL. BE UGE L ( MM) D10 - 100 D10 - 100 D10 - 100 D10 - 100
TIPE KLB.5
600
BI-1 BI-2
TIPE
T U M PUAN LA PA NGAN T U M PUAN LA PA NGAN
PE NA M PANG
700
700
700
700
(M M)
T U L. A T AS (MM) 5- D 22 3- D 22 8- D 22 4- D 22
T U L. B A D AN (MM) 2- D 16 2- D 16 2- D 16 2- D 16
T UL. BA WA H (M M) 3- D 22 5- D 22 4- D 22 8- D 22
BI-3 BI-4
TIPE
T U M PUAN LA PA NGAN T U M PUAN LA PA NGAN
700
700
PE NA M PANG
700
700
(CM)
T U L. A T AS (MM) 6- D 22 3- D 22 7- D 22 4- D 22
T U L. B A D AN (MM) 2- D 16 2- D 16 2- D 19 2- D 19
T UL. BA WA H (M M) 3- D 22 6- D 22 4- D 22 7- D 22
Studi literatur dari jurnal dan buku yang terkait dalam analisis nonlinier
pushover. Mempelajari semua yang berhubungan dengan analisis nonlinier
pushover. Buku acuan yang dipakai antara lain SNI 03-1726-2012 Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung, Peraturan pembebanan berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia
untuk Rumah dan Gedung SNI 03-1727- 2013, Applied Technology Council for
Seismic evaluation and retrofit of concrete buildings volume-2(ATC-40), Federal
Emergency Management Agency for Prestandard And Commentary For The
Seismic Rehabilitation Of Buildings (FEMA-356), Uniform Building Code for
Earthquake Design volume-2(IBC,2009) dan jurnaljurnal yang berkaitan dengan
analisis pushover.
Dalam pemodelan ini, sistem koordinat lokal yang digunakan untuk joint,
constraint dan nonlinier hinge properties sama dengan sistem koordinat global X,
Y, dan Z.
Sistem koordinat lokal elemen yang dipakai pada penelitian ini dinyatakan
dengan sumbu lokal 1, sumbu lokal 2, dan sumbu lokal 3 dimana:
1. Sumbu lokal 1 adalah arah aksial.
2. Sumbu lokal 2 searah sumbu global +Z untuk balok dan searah sumbu global
+X untuk kolom.
3. Sumbu lokal 3 mengikuti kaidah aturan tangan kanan, di mana sumbu 3 tegak
lurus dengan sumbu lokal 1 dan sumbu lokal 2.
sistem sumbu lokal elemen dapat disimak pada gambar 3.4
Gambar 3.4 Koordinat yang digunakan dalam program SAP 2000 V.14.
Sumber: Aplikasi Rekayasa Konstruksi dengan SAP2000 Edisi Baru 2007,
Wiryanto Dewobroto.
c. Diaphragm Constrain
Tahapan ini dilakukan secara manual dalam SAP 2000 V.14. Diaphragm
Constraint ini menyebabkan semua joint pada satu lantai diberi batasan constraint
bergerak secara bersamaan sebagai diafragma planar yang bersifat kaku (rigid)
terhadap semua deformasi yang mungkin terjadi. Asumsi Diaphragm constraint
sangat tepat untuk fenomena terbentuknya rigid floor di mana lantai struktur
bergerak bersamaan ketika suatu struktur mengalami gempa.
Pada static pushover case dibuat dua macam pembebanan, dimana yang
pertama adalah pembebanan akibat beban gravitasi. Dalam analisis ini beban
gravitasi yang digunakan adalah beban mati dengan koefisien 1 dan beban hidup
dengan koefisien 1 ( dianggap analisis tanpa dipengaruhi koefisien apapun ).
Setelah kondisi pertama selesai dijalankan, pembebanan bangunan dilanjutkan
dengan kondisi kedua yakni akibat beban lateral. Pola beban lateral yang mewakili
gaya inersia akibat gempa pada tiap lantai, yang diperoleh dari pembebanan
dengan pola beban mengikuti mode pertama struktur. Arah pembebanan lateral
dilakukan searah dengan sumbu utama bangunan.
Pada static pushover case untuk beban gravitasi, dipilih push to load level
defined by pattern, karena beban gravitasi yang bekerja sudah diketahui besarnya
melalui perhitungan. Pada analisis ini pushover case untuk beban gravitasi diberi
nama GRAV.
Untuk beban lateral digunakan push to displacement magnitude yang
artinya proses pushover dilakukan hingga target displacement tercapai. Pola
pembebanan yang diberikan secara berangsur-angsur adalah sesuai dengan
mode pertama struktur. Keadaan awal untuk kondisi pembebanan ini diambil dari
kondisi pushover sebelumnya yaitu pushover case GRAV. Hasil pushover
disimpan secara multiple states dengan jumlah minimum 10 steps dan maksimum
100 steps. Untuk simapngan target yang ingin dicapai digunakan sesuai dengan
default program SAP 2000 V.14 yaitu sebesar 4% kali tingggi bangunan total. Pada
penelitian ini pushover case untuk beban lateral akibat gempa diberi nama PUSH.
60
Pada program SAP 2000 V.14, hasil analisis didapat Pushover Kurva
kapasitas yang menunjukkan perilaku struktur saat dikenai gaya geser pada level
tertentu, besarnya perpindahan atap akibat dikenai gaya dengan besar tertentu
dan kurva respon spektrum yang sesuai dengan wilayah gempa yang ada,
diagram leleh sendi plastis pada balok dan kolom.
Respon spektrum dalam format ADRS yang diplotkan dengan kurva
kapasitas didapatkan Performance point. Proses konversi dilakukan sepenuhnya
oleh program SAP 2000 V.14.
1. Displacement (Simpangan)
Dari grafik hasil analisa pushover maka dapat diperoleh nilai simpangan atap
pada kondisi gaya dengan level tertentu yang harus dibandingkan dengan
simpangan yang dijinkan berdasarkan persyaratan SNI 1726-2012.
2. Gaya geser dasar efektif
Dari grafik hasil analisa pushover, selain simpangan juga diperoleh nilai gaya
geser dasar efektif yang terjadi pada dasar pondasi, yang harus dikontrol
terhadap gaya geser rencana. (V < V rencana)
terhadap metode perencanaan strong colum weak beam (kolom kuat balok
lemah) dan juga berdasarkan konsep perencanaan survivalability.
Dari keseluruahan parameter pengukur yang ada, maka dapat dibuat kesimpulan
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian.
62
Mulai
Input Data :
Struktur aman
Selesai
63
64
b. Tampak
c. Potongan
BA-3 BA-3
H
12251750
6000
BI-8 BA-1 BI-8 BA-1 BI-8 BA-1 BI-8 BA-3 BA-3 BI-8 BA-1 BI-8 BI-8
4775
BI-7
CL-1
15500
BI-7
BI-5
D
2025
BA-2 BA-2 BA-2 BA-2 BA-2 BA-2 BA-2 BA-2 BA-2 BA-2 BA-2
C
9500
BI-8 BA-1 BI-8 BA-1 BI-8 BA-1 BI-8 BA-1 BI-8 BA-1 BI-8 BI-8
4750
42550
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
B. Portal struktur
Didalam analisis struktur ini, banyak asumsi dan idealisasi yang diterapkan
dalam memberikan atau menyalurkan beban-beban yang bekerja pada struktur,
hal ini dilakukan untuk menyederhanakan pola pembebanan yang rumit akibat tipe
dan desain struktur, namun tanpa mengurangi besaran dari beban yang bekerja.
Adapun asumsi-asumsi pembebanan yang digunakan dapat didefinisikan sebagai
berikut:
1. Beban- beban yang bekerja pada struktur hanya meliputi beban mati, beban
hidup dan beban gempa.
2. Berat sendiri dari komponen struktur seperti balok, kolom dan pelat dihitung
langsung oleh program SAP 2000 V.14.
3. Beban pelat yang dihitung dan dimasukkan dalam program SAP 2000 V.14,
adalah akibat beban plafond dan mekanikal elektrikal dan plumbing (MEP),
serta beban hidup sesuai dengan fungsi lantai masing-masing.
4. Beban pada balok yang dihitung dan dimasukkan dalam program SAP 2000
V.14, adalah beban mati akibat berat dinding sesuai posisi dinding pada denah.
5. Tangga diasumsikan hanya sebagai beban pada balok tempat bertumpunya,
sehingga tidak digambar pada portal struktur bangunan.
6. Beban akibat lift diasumsikan bekerja pada lantai puncak dibawah ruang mesin,
dan beban akibat berat mesin dan kabin dipikul oleh balok perletekan tempat
mesin diberdirikan.
Pembebanan
a. Pada pelat :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Penutup Lantai : 24 kg/m2 = 0,24 KN/m2
- Berat Plafond : 18 kg/m2 = 0,18 KN/m2
- Instalasi MEP : 5 kg/m2 = 0,05 KN/m2 +
Total beban mati (Dead Load), qD = 0,47 KN/m2
Total beban hidup (Live Load), qL = 2,5 KN/m2
b. Pada balok :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Berat dinding bata : 2,95 × 2,5 = 7,375 KN/m +
Total beban mati (Dead Load), qD = 7,375 KN/m
2. Lantai 2 (dua)
a. Tinggi tingkat : 6,40 m
b. Fungsi tingkat : Ruang pertemuan
Pembebanan
a. Pada pelat :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Penutup Lantai : 24 kg/m2 = 0,24 KN/m2
- Berat Plafond : 18 kg/m2 = 0,18 KN/m2
- Instalasi MEP : 5 kg/m2 = 0,05 KN/m2 +
Total beban mati (Dead Load), qD = 0,47 KN/m2
Total beban hidup (Live Load), qL = 4,0 KN/m2
70
b. Pada balok :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Berat dinding bata : 6,40 × 2,5 = 16 KN/m +
Total beban mati (Dead Load), qD = 16 KN/m
3. Lantai 3 (tiga)
a. Tinggi tingkat : 4,60 m
b. Fungsi tingkat : Ruang penginapan
Pembebanan
a. Pada pelat :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Penutup Lantai : 24 kg/m2 = 0,24 KN/m2
- Berat Plafond : 18 kg/m2 = 0,18 KN/m2
- Instalasi MEP : 5 kg/m2 = 0,05 KN/m2 +
Total beban mati (Dead Load), qD = 0,47 KN/m2
Total beban hidup (Live Load), qL = 4,0 KN/m2
b. Pada balok :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Berat dinding bata : 4,60 × 2,5 = 16 KN/m +
Total beban mati (Dead Load), qD = 11,5 KN/m
4. Lantai 5 (lima)
a. Tinggi tingkat : 3,60 m
b. Fungsi tingkat : Ruang penginapan
Pembebanan
a. Pada pelat :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Penutup Lantai : 24 kg/m2 = 0,24 KN/m2
- Berat Plafond : 18 kg/m2 = 0,18 KN/m2
- Instalasi MEP : 5 kg/m2 = 0,05 KN/m2 +
Total beban mati (Dead Load), qD = 0,47 KN/m2
Total beban hidup (Live Load), qL = 4,0 KN/m2
71
b. Pada balok :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Berat dinding bata : 3,60 × 2,5 = 16 KN/m +
Total beban mati (Dead Load), qD = 9,0 KN/m
5. Lantai 6 (enam)
a. Tinggi tingkat : 3,60 m
b. Fungsi tingkat : Ruang penginapan
Pembebanan
a. Pada pelat :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Penutup Lantai : 24 kg/m2 = 0,24 KN/m2
- Berat Plafond : 18 kg/m2 = 0,18 KN/m2
- Instalasi MEP : 5 kg/m2 = 0,05 KN/m2 +
Total beban mati (Dead Load), qD = 0,47 KN/m2
Total beban hidup (Live Load), qL = 4,0 KN/m2
b. Pada balok :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Berat dinding bata : 3,60 × 2,5 = 16 KN/m +
Total beban mati (Dead Load), qD = 9,0 KN/m
6. Lantai 7 (tujuh)
a. Tinggi tingkat : 3,60 m
b. Fungsi tingkat : Ruang penginapan
Pembebanan
a. Pada pelat :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Penutup Lantai : 24 kg/m2 = 0,24 KN/m2
- Berat Plafond : 18 kg/m2 = 0,18 KN/m2
- Instalasi MEP : 5 kg/m2 = 0,05 KN/m2 +
Total beban mati (Dead Load), qD = 0,47 KN/m2
Total beban hidup (Live Load), qL = 4,0 KN/m2
72
b. Pada balok :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Berat dinding bata : 3,60 × 2,5 = 16 KN/m +
Total beban mati (Dead Load), qD = 9,0 KN/m
7. Lantai 8 (delapan)
a. Tinggi tingkat : 3,60 m
b. Fungsi tingkat : Ruang penginapan
Pembebanan
a. Pada pelat :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Penutup Lantai : 24 kg/m2 = 0,24 KN/m2
- Berat Plafond : 18 kg/m2 = 0,18 KN/m2
- Instalasi MEP : 5 kg/m2 = 0,05 KN/m2 +
Total beban mati (Dead Load), qD = 0,47 KN/m2
Total beban hidup (Live Load), qL = 4,0 KN/m2
b. Pada balok :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Berat dinding bata : 3,60 × 2,5 = 16 KN/m +
Total beban mati (Dead Load), qD = 9,0 KN/m
8. Lantai 9 (sembilan)
a. Tinggi tingkat : 3,60 m
b. Fungsi tingkat : Ruang penginapan
Pembebanan
a. Pada pelat :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Penutup Lantai : 24 kg/m2 = 0,24 KN/m2
- Berat Plafond : 18 kg/m2 = 0,18 KN/m2
- Instalasi MEP : 5 kg/m2 = 0,05 KN/m2 +
Total beban mati (Dead Load), qD = 0,47 KN/m2
Total beban hidup (Live Load), qL = 4,0 KN/m2
73
b. Pada balok :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Berat dinding bata : 3,60 × 2,5 = 16 KN/m +
Total beban mati (Dead Load), qD = 9,0 KN/m
9. Lantai 10 (sepuluh)
a. Tinggi tingkat : 3,60 m
b. Fungsi tingkat : Ruang penginapan
Pembebanan
a. Pada pelat :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Penutup Lantai : 24 kg/m2 = 0,24 KN/m2
- Berat Plafond : 18 kg/m2 = 0,18 KN/m2
- Instalasi MEP : 5 kg/m2 = 0,05 KN/m2 +
Total beban mati (Dead Load), qD = 0,47 KN/m2
Total beban hidup (Live Load), qL = 4,0 KN/m2
b. Pada balok :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Berat dinding bata : 3,60 × 2,5 = 16 KN/m +
Total beban mati (Dead Load), qD = 9,0 KN/m
Pembebanan
a. Pada pelat :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Penutup Lantai : 24 kg/m2 = 0,24 KN/m2
- Berat Plafond : 18 kg/m2 = 0,18 KN/m2
- Instalasi MEP : 5 kg/m2 = 0,05 KN/m2 +
Total beban mati (Dead Load), qD = 0,47 KN/m2
Total beban hidup (Live Load), qL = 4,0 KN/m2
74
b. Pada balok :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Berat dinding bata : 3,60 × 2,5 = 16 KN/m +
Total beban mati (Dead Load), qD = 9,0 KN/m
Pembebanan
c. Pada pelat :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Penutup Lantai : 24 kg/m2 = 0,24 KN/m2
- Berat Plafond : 18 kg/m2 = 0,18 KN/m2
- Instalasi MEP : 5 kg/m2 = 0,05 KN/m2 +
Total beban mati (Dead Load), qD = 0,47 KN/m2
Total beban hidup (Live Load), qL = 4,0 KN/m2
d. Pada balok :
- Berat sendiri : Perhitungan dilakukan oleh program.
- Berat dinding bata : 3,30 × 2,5 = 16 KN/m +
Total beban mati (Dead Load), qD = 8,25 KN/m
75
+ 6460
+ 6730
+ 7000
+ 7270
+ 7540
+ 7810
+ 8080
+ 8350
+ 8620
+ 8890
+ 9160
+ 9350
+ 6190
2350
UP
+ 5920
+ 5650
+ 5380
+ 5110
+ 4840
+ 4570
+ 4300
+ 4030
+ 3760
+ 3490
+ 3220
+ 2950
4775
Beban Hidup
1. Berat Orang : 03 × 2,35 = 7,05 KN/m
Total beban hidup (live load), qL = 7,05 KN/m
(a) (b)
2. Akibat Lift
a. Denah lift
b. Spesifikasi Lift
Lift Machine
2150
Balok
Pengontrol
Balok Perletekan
Lift Car
Beban mati
1. Berat mesin lift : 2100 Kg = 21 KN
2. Berat kabin lift : 3500Kg = 35 KN
Total beban mati (PD) = 56 KN
Beban hidup
1. Berat Orang : 600 Kg =6 KN
Total beban mati (PL) =6 KN
Beban ultimate
Kombinasi pembebanan : D + L
PU : (56) + (6) = 62 KN
PU
A B
L = 2150
Beban terpusat
1. Pada balok 1 : 31 KN
2. Pada balok 2 : 31 KN
81
1. Parameter percepatan terpetakan pada periode pendek T = 0,2 detik (Ss) dan
pada periode T = 0,1 detik (S1).
Dari tabel di atas maka diperoleh nilai percepetan terpetakan untuk lokasi
hotel Golden Tulip adalah sebagai berikut:
a. Periode pendek (Ss) = 0,962
b. Periode 1 detik (S1) = 0,386
0,633
T0 = 0,2× 0,607
T0 = 0,208
SD1
Ts =
SDS
0,633
Ts =
0,607
TS = 1,042
2. Spektrum respon gempa (Sa) desain ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :
𝑇
Sa = 𝑆𝐷𝑆 (0,4 + 0,6 𝑇 ) untuk nilai T ≤ T0
0
Untuk hasil perhitungan nilai spectrum respon gempa (Sa), dapat disajikan
dalam tabel sebagai berikut:
0.7
SDS
0.6
Desain Spektra (Sa)
0.5
0.4 SD1/T
0.3
SD1
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5
Periode (T)
2. Memasukkan beban mati (dead load) dan beban hidup (life load) sesuai dengan
posisi beban bekerja.
88
5. Melakukan running SAP 2000 V.14 dengan beban yang bekerja yaitu DEAD
LOAD, LIVE LOAD.
Joint OutputCase F3 M1 M2
Text Text KN KN-m KN-m
15 (1,2D + 1,6L) 15772.527 128237.6803 -303800.193
560 (1,2D + 1,6L) 15611.251 113494.799 -306217.082
680 (1,2D + 1,6L) 13357.97 97985.7683 -265479.931
710 (1,2D + 1,6L) 12263.813 101151.0563 -244431.753
740 (1,2D + 1,6L) 12275.153 100731.0771 -243650.798
1052 (1,2D + 1,6L) 12145.553 99111.072 -240331.089
1082 (1,2D + 1,6L) 12145.553 99111.0696 -240331.082
1112 (1,2D + 1,6L) 12145.553 99111.0709 -240331.085
1142 (1,2D + 1,6L) 12058.095 97678.9507 -237298.485
1172 (1,2D + 1,6L) 11986.351 96504.1353 -234810.751
1202 (1,2D + 1,6L) 7719.084 65988.77 -156248.617
1226 (1,2D + 1,6L) 701.796 2019.852 -2566.2728
7. Dari nilai momen arah Y dan arah X akan didapatkan posisi titik berat yang
ditinjau dari posisi perletakan jepit yang dipasangkan.
8. Hasil berat gedung (F3) dan posisi titik berat (Ey dan Ex) masing-masing lantai.
Tabel 4.9 Berat gedung dan posisi titik berat masing-masing lantai
Berat My Mx Ey Ex
No Lantai Tingkat
KN KN.m KN.m m m
1 Lantai Base 15772.527 128237.68 -303800.19 9.880 -21.66
2 Lantai 1 15611.251 113494.79 -306217.08 9.020 -22.01
3 Lantai 2 13357.970 97985.768 -265479.93 9.085 -22.27
4 Lantai 3 12263.813 101151.05 -244431.75 9.998 -22.33
5 Lantai 5 12275.153 100731.07 -243650.798 9.956 -22.249
6 Lantai 6 12145.553 99111.072 -240331.089 9.910 -22.188
7 Lantai 7 12145.553 99111.070 -240331.082 9.910 -22.188
8 Lantai 8 12145.553 99111.071 -240331.085 9.910 -22.188
9 Lantai 9 12058.095 97678.951 -237298.485 9.851 -22.080
10 Lantai 10 11986.351 96504.135 -234810.751 9.801 -21.990
11 Lantai 1 7719.084 65988.770 -156248.617 10.299 -22.642
12 Lantai atap 701.796 2019.852 -2566.273 14.128 -27.957
Total Berat (Wt) 138182.699
91
0.7
SDS
0.6
Desain Spektra (Sa)
0.5
0.4 SD1/T
0.3
SD1
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5
Periode (T)
b. Mutu baja tulangan lentur menggunakan U-40 dengan property sebagai berikut:
- Tegangan leleh baja (Fy) : 400 MPa
- Tegangan ultimate baja (Fu) : 520 MPa
- Berat volume baja tulangan (γs) : 78,5 KN/m3
- Modulus elastisitas baja (Es) : 2 x 106 MPa
- Poisson rasio (U) : 0,3
c. Mutu baja tulangan geser menggunakan U-24 dengan property sebagai berikut:
- Tegangan leleh baja (Fy) : 240 MPa
- Tegangan ultimate baja (Fu) : 320 MPa
- Berat volume baja tulangan (γs) : 78,5 KN/m3
- Modulus elastisitas baja (Es) : 2 x 106 MPa
- Poisson rasio (U) : 0,3
Sebagai contoh input material data pada program SAP 2000 V.14 untuk
material tulangan adalah sebagai berikut:
Sebagai contoh untuk desain penampang pada program SAP 2000 V.14 dilakukan
pada menu Section Designer material tulangan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10 Fungsi respon spectrum untuk gedung hotel Golden Tulip
SE (Tanah Lunak)
T Sa T Sa T Sa
0,000 0,243 1,940 0,325 3,040 0,208
0,208 0,607 2,040 0,309 3,140 0,201
1,040 0,607 2,140 0,295 3,240 0,195
1,140 0,554 2,240 0,282 3,340 0,189
1,240 0,509 2,340 0,270 3,440 0,184
1,340 0,471 2,440 0,259 3,540 0,178
1,440 0,438 2,540 0,249 3,640 0,173
1,540 0,410 2,640 0,239 3,740 0,169
1,640 0,385 2,740 0,230 3,840 0,164
1,740 0,363 2,840 0,222 3,940 0,160
1,840 0,343 2,940 0,215 4,040 0,156
Dari nilai fungsi respon specktrum tersebut, maka dapat dibentuk grafik respon
spectrum yang dapat digunakan pada program SAP 2000 V.14 dengan cara
sebagai berikut:
98
m = 1607,801 KN.dt2/m
102
13. Membuat Titik Tinjau Sendi Plastis (Hinge) pada Kolom dan Balok
Untuk dapat mengamati posisi terjadiya sendi plastis baik pada kolom maupun
balok maka harus dilakukan pendifinisian titik kontrol sendi plastis (hinge) dengan
titik 0 sebagai titik pangkal dan titik 1 sebagai ujung dari elemen struktur.
a. Pada kolom
Parameter yang diberikan pada kolom adalah P-M2-M3, karena pada kolom dapat
terjadi pengaruh-pengaruh tersebut.
b. Pada balok
Parameter yang diberikan pada balok adalah M3, karena pada balok hanya dapat
terjadi pengaruh momen ke arah sumbu Z.
Tabel 4.12 Nilai performance point dari hasil SAP 2000 V.14
Performance Point
Base Shear Displacement Periode Efektif Redaman Efektif
(V) (D) (Teff) (βeff)
(KN) (m) (dt) (%)
7066.522 0.3955 5.208 5.3
Keterangan:
Hasil Analisis
a. Dari hasil analisis Pushover dengan program SAP 2000 V.14 diperoleh Tc =
5,208 detik
b. Nilai koefisien periode terhitung (Cu) diperoleh berdasarkan tabel yang
didasarkan pada nilai SD1
Berdasarkan data seismik untuk hotel Golden Tulip, diperoleh nilai SD1 = 0,633,
maka berdasarkan Tabel 2.10, diperoleh Cu = 1,4
c. Periode fundamental pendekatan dapat dihitung dengan rumus :
Ta = Ct .hnx
Berdasarkan Tabel 2.9, diperoleh Ct = 0,0466 dan x = 0,9
Ta = 0,0466 x 41,50,9
Ta = 1,332 detik
d. Dari hasil perhitungan Ta dapat diperoleh :
Cu.Ta = 1,4 x 1,332 = 1,865 detik
1. Dari hasil analisis pushover dengan program SAP 2000 V.14 diperoleh gaya
geser dasar V = 7066,522 KN.
2. Gaya geser dasar pendekatan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
111
- V = Cs x W = 8211,067 KN
- 0,85 V = 6979,407 KN
∆𝑚𝑎𝑥 0,395
μ= = = 2,12
∆1 0,186
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui batasan rasio drift atap yang
dievaluasi pada performance point yang mana parameternya adalah maksimum
total drift dan maksimum in-elastis drift. Perhitunganya seperti berikut:
Dt 0,3955
1. Maksimum total drift = = = 0,0093 < 0,01
Htot. 42,75
Dt - 𝐷1 0,3955-0,1856
2. Maksimum in-elastis drift = == = 0,0049 < 0,005
Htot. 42,75
Berdasarkan tabel 4.11 maka diperoleh kriteria kinerja struktur masih
termasuk dalam range Immediate Occupancy (IO), hal ini berarti bahwa bila terjadi
gempa gedung tidak mengalami kerusakan struktural dan non struktural sehingga
bangunan tersebut tetap aman digunakan.
1. Step 1
Belum terjadi sendi plastis pada elemen struktur.
2. Step 2
Sendi plastis mulai terjadi namun masih pada level B
3. Step 3
Banyak elemen yang mengalami sendi plastis namun masuk pada level B.
4. Step 4
Beberapa elemen struktur sudah mengalami sendi plastis pada level IO.
5. Step 5
Beberapa elemen struktur sudah mencapai sendi plastis pada level LS dan C.
6. Step 6
Elemen struktur sudah mengalami sendi plastis pada level C dan iterasi tidak
dapat dilakukan lagi.
Gambar 4.55 Grafik hubungan gaya geser dasar dan perpindahan target
𝑉𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 −𝑉𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎
- Persentase = x 100
𝑉𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡
12180,105 - 8211,067
= x 100
12180,105
= 32,58%
b. Persentase angka keamnan untuk perpindahan (D)
- Simpangan Maksimum ijin = 0,855 m
- Simpangan Maksimum target = 1,035 m
𝐷𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 − 𝐷𝑖𝑗𝑖𝑛
- Persentase = x 100
𝐷𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡
1,035 - 0,855
= x 100
1,035
= 17,391%
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis static non-linier pushover dengan program SAP
2000 V.14, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Diperoleh kurva kapasitas yang menunjukkan hubungan antara base shear dan
roof displacement, serta nilai nilai-nilai pada titik performance point.
Gambar 5.1 Grafik hubungan gaya geser dasar dan perpindahan atap
Dari hasil analisis pushover diperoleh nilai-nilai pada performance point antara
lain, gaya geser dasar efektif (V) sebesar 7066,522 KN, simpangan atap (D)
sebesar 0,395 m, periode efektif (T) sebesar 5,208 detik dan redaman efektif (β)
sebesar 5,3%. Dari nilai tersebut dapat ditentukan kriteria kinerja struktur
berdasarkan code ATC-40.
2. Berdasarkan nilai performance point diperoleh nilai maksimum total drift dan
maksimum in-elastik drift berturut-turut sebesar, 0,0093 dan 0,0049.
Berdasarkan kriteria kinerja struktur ATC-40, nilai tersebut masuk dalam
kategori kriteria Immediate Occupancy (IO), yang berarti bila terjadi gempa
120
121
5.2 Saran
1. Dalam analisis ini konstruksi tangga hanya dijadikan sebagai beban terhadap
elemen struktur yang menopangnya, diharapkan ada penelitian lanjutan yang
memperhitungkan tangga sebagai struktur yang ikut menahan gaya lateral.
2. Untuk mengantisipasi keruntuhan bangunan secara keseluruhan akibat
terjadinya sendi plastis pada kolom maka perlu dilakukan tindakan teknis dalam
upaya penigkatan kekakuan kolom pada lantai dasar dengan cara
memasangkan diding geser setempat.
3. Perlu dicoba dengan variasi pemodelan bentuk dan jenis struktur yang lain.
4. Perlu diteliti kembali tingkat kinerja struktur berdasarkan metode-metode lain
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik mengenai prilaku struktur terhadap
gempa.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi R.N. 2010. Evaluasi Kinerja Seismik Struktur Beton Dengan Analisis
Pushover Menggunakan Program Sap 2000. Universitas Sebelas Maret:
Surakarta.
Ambarjaya Beni S. 2007. Gempa Bumi, Apa dan Bagaimana. CV. Karya
Mandiri Pratama: Jakarta Pusat.
Indarto Himawan. 2013. Aplikasi SNI Gempa 1726 – 2012 for Dummies. .
Semarang: Universitas Diponegoro.
xvii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN A
Data Seimik Gedung Hotel Golden Tulip
a. Peta Lokasi Sesimik Gedung Hotel Golden Tulip.
b. Parameter Respon Spektra Gedung Hotel Golden Tulip.
c. Grafik Respon Gedung Hotel Golden Tulip.
LAMPIRAN B
Pemodelan Struktur Pada SAP 2000 V.14
a. Tampak Prespektif Pemodelan Struktur 3D pada SAP 2000 v.14.
b. Tampak X-Z Pemodelan Struktur 3D pada SAP 2000 v.14.
c. Tampak Y-Z Pemodelan Struktur 3D pada SAP 2000 v.14.
d. Tampak X-Y Pemodelan Struktur 3D pada SAP 2000 v.14.
LAMPIRAN C
Hasil Analisis Pushover
a. Kurva Kapasitas Pushover.
b. Kurva Capacity Spektrum code ATC-40.
c. Kurva Kapasitas dan Target Perpindahan.
d. Gambar Mekanisme Terjadinya Sendi Plastis.
LAMPIRAN D
Data Gambar Bangunan Hotel Golden Tulip
a. Gambar Denah.
b. Gambar Posisi dan Dimensi Kolom
c. Gambar Posisi dan Dimensi Balok.