Anda di halaman 1dari 73

PENGARUH LINGKUNGAN YANG KOROSIF TERHADAP

LAJU KOROSI PADA BAHAN BANGUNAN BERBAHAN


DASAR BESI

SKRIPSI

OLEH

ADYANTO PRAKOSO
NIM: 110 214 018

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
MANADO
2018
PENGARUH LINGKUNGAN YANG KOROSIF TERHADAP
LAJU KOROSI PADA BAHAN BANGUNAN BERBAHAN
DASAR BESI

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Teknik Pada Program Studi S1 Teknik Unsrat Di Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi

Oleh

Adyanto Prakoso
NIM. 110 214 018

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
MANADO
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh Lingkungan Yang Korosif Terhadap Laju Korosi


Pada Bahan Bangunan Berbahan Dasar Besi.
Nama : Adyanto Prakoso
NIM : 110214018
Program Studi : S1 Teknik Mesin
Jurusan : Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi

Menyetujui :
Pembimbing 1, Pembimbing 2,

Dr.Eng.Markus Karamaoy Umboh, ST,MT Romels Lumintang, S.T, M.T


NIP. 19750518 199903 1 001 NIP. 19741022 200501 1 003

Ketua Jurusan Teknik Mesin Unsrat,

Dr.Eng. Agung Sutrisno, ST, MT


NIM : 19760321 200012 1 001

Dekan Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi,

Prof.Dr.Ir. Fabian Johanes Manoppo, M.Agr


NIP:19621014 199203 1 001
ABSTRACT

This research is how to know the influence of corrosive environment on


the corrosion rate on basic metal material by doing case study on hill love
kanonang.
The goal to be achieved in this research is to get corrosive environment
influence on corrosion rate on various material. Merode research conducted is
experimental research, which is to move specimens in a corrosive environment so
as to obtain a causal relationship to the rate of corrosion.
The result obtained from this research is that the influence of corrosive
environment on Kanonang love hill, ie neglect in sulfur water gives the rate of
decreasing corrosion in various materials of iron base very quickly. Whereas air in
free air initially gives a decreasing corrosion rate, but after a few days the decline
is constant.
Thus the coronary environment of Kanonang love hill affects corrosive
rate for 30 days (1 month) of test time, ie sulfur watering with yield of 10.22 mpy
bolt, mild steel channel C 8.52 mpy, 22.87 mpy elbow, 34 plain iron concrete 33,
20 mpy, cast cast iron 39.33 mpy and 2.51 mpy metal tile.

Keywords: Corrosive Environment, Building Material, Corrosion Level

i
ABSTRAK

Penelitian ini adalah bagaimana mengetahui pengaruh lingkungan yang


korosif terhadap laju korosi pada bahan bangunan dasar besi dengan melakukan
studi kasus di bukit kasih kanonang.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan
pengaruh lingkungan yang korosif terhadap laju korosi pada berbagai bahan
tersebut. Merode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen, yaitu
melakukan pembiaran benda uji di lingkungan yang korosif sehingga diperoleh
hubungan sebab akibat terhadap laju korosi.
Hasil yang dipeoleh dari penelitian ini adalah bahwa pengaruh lingkungan
yang korosif di bukit kasih Kanonang, yaitu pembiaran di air belerang
memberikan laju penurunan korosi pada berbagai bahan bagunan dasar besi yang
sangat cepat. Sedangkan pembiaran di udara bebas pada awalnya memberikan laju
penurunan korosi, akan tetapi selang beberapa hari penurunannya konstan.
Dengan demikian lingkungan yang korosif bukit kasih Kanonang
memberikan pengaruh terhadap laju korosi selama waktu pengujian 30 hari (1
bulan), yaitu pembiaran di air belerang dengan hasil untuk bahan bangunan
berbahan baut 10.22 mpy, baja ringan kanal C 8.52 mpy, besi siku 22.87 mpy,
besi beton polos 33.20 mpy, besi beton ulir 39.33 mpy dan genteng metal
2.51 mpy.

Kata kunci: Lingkungan Korosif, Bahan Bangunan, Laju Korosi

ii
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa karena atas berkat, penyertaan dan kasihNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi
(UNSRAT) Manado.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “ Pengaruh Lingkungan Yang Korosif
Terhadap Laju Korosi Pada Bahan Bangunan Berbahan Dasar Besi ” dan
diharapkan skripsi ini juga dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya
mahasiswa Teknik Mesin sebagai referensi.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini dapat diselesaikan karena
bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Fabian Johanes Manoppo, selaku Dekan Fakultas Teknik
UNSRAT.
2. Dr.Eng. Agung Sutrisno, ST, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik UNSRAT.
3. Dr.Eng, Stenly Tangkuman, ST, MT, selaku Sekretaris Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik UNSRAT.
4. Dr. Eng. Markus Karamaoy Umboh, ST, MT, selaku pembimbing I.
5. Romels Lumintang, ST, MT, selaku pembimbing II.
6. Terima kasih yang sebesar-besarnya buat Papa, Mama, Kakak, dan adik
tercinta atas semua doa, kesabaran, pengorbanan dan dukungan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Terima kasih kepada Ibu Vilma Tengor yang telah membantu dalam
penelitian ini.
8. Terima kasih kepada Stey, Miguel, Andre, Yeskri, Destri, Anis, Dan
Priska yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi.
9. Terima kasih buat teman-teman teknik mesin seperjuangan angkatan 2011
yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

iii
10. Terima kasih buat Himpunan Mahasiswa Mesin yang telah banyak
membantu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan di dalam
penulisan yang disebabkan karena terbatasnya kemampuan penulis, untuk itu
masukan berupa saran dan perbaikan sangat diharapkan penulis untuk lebih
baiknya tulisan ini dan semoga tulisan ini akan bermanfaat bagi kita sekalian.

Manado, Juni 2018

Adyanto Prakoso
110214018

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… vii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x
DAFTAR NOTASI………………………………………………………….. xi
DAFTAR ISTILAH…………………………………………………………. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………….. 1
1.2 Perumusan Masalah................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 2
1.4 Batasan Permasalahan ……………………………………… 2
1.5 Manfaat Penelitian …………………………………………. 3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Korosi ……………………………………………………..... 4
2.2 Jenis Korosi…………………………………………………. 4
2.3 Faktor Penyebab Korosi …………………………………... 9
2.4 Laju korosi dan Lingkungan yang Korosif………………… 12
2.5 Bahan Bangunan Berbahan dasar Besi…………………….. 13
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………… 18
3.2 Bahan dan Peralatan………………………………………… 18
3.3 Prosedur Penelitian…………………………………………. 21
3.4 Pengolahan Data……………………………………………. 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan…………………………………………… 26
4.2 Hasil Pengolahan Data……………………………………… 41
4.3 Pembahasan………………………………………………… 49

v
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan…………………………………………………. 51
5.2 Saran ……………………………………………………… 51
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 52
LAMPIRAN…………………………………………………………………. 53

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Ukuran Benda Uji..................................................................................... 23
4.1 Data Hasil Pengujian di Udara Bebas ...................................................... 26
4.2 Data Hasil Pengujian di Air Belerang ...................................................... 27
4.3 Pengurangan Berat dan Laju Korosi pada Udara Bebas ......................... 46
4.4 Pengurangan Berat dan Laju Korosi pada Air Belerang........................... 47

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Korosi uniform ……………………….………………………………… 5
2.2 Korosi dua Metal…………………….…………………………………. 5
2.3 Crevice Corrosion ……………………………………………………… 6
2.4 Pitting Corrosion ……………………………………………………….. 7
2.5 Intergranular Corrosion ………………………………………………… 7
2.6 Selective Leaching …………..…………………………….…………… 8
2.7 Erotion Corrosion ……………………………………………………... 8
2.8 Stress Corrosion ...................................................................................... 9
2.9 Sumber Belerang Bukit Kasih Kanonang ................................................ 12
2.10 Baut Baja Ringan .................................................................................... 13
2.11 Baja Ringan Kanal C……………………………………………………. 14
2.12 Besi Siku ……………………………………..……………………….. 14
2.13 Besi Polos ................................................................................................ 15
2.14 Besi Ulir ................................................................................................... 16
2.15 Genteng Metal ......................................................................................... 17
3.1 Bahan Baut / Sekrup Baja Ringan .......................................................... 18
3.2 Bahan Baja Ringan Kabal C..................................................................... 18
3.3 Bahan Besi Siku ....................................................................................... 18
3.4 Bahan Besi Beton Polos .......................................................................... 19
3.5 Bahan Besi Beton Ulir ............................................................................. 19
3.6 Bahan Genteng Metal .............................................................................. 19
3.7 Gerinda Tangan.......................................................................................... 19
3.8 Mistar Baja dan Sigmat ............................................................................ 20
3.9 Cairan Pembersih…………........................................................................ 20
3.10 Timbangan Digital ................................................................................... 20
3.11 Prosedur Penelitian .................................................................................. 22
3.12 Pembiaran Benda Uji di Udara Bebas ..................................................... 23
3.13 Pembiaran Benda Uji di Air belerang ...................................................... 24
3.14 Benda Uji Pembiran di Udara Bebas ...................................................... 24

viii
3.15 Benda Uji Pembiran di Air belerang ........................................................`25
4.1 Grafik Waktu pembiaran di Udara Bebas Terhadap Berat dari Baut ….. 28
4.2 Grafik Waktu pembiaran di Udara Bebas Terhadap Berat
dari Baja Ringan Kanal C ……………………………………………… 28
4.3 Grafik Waktu pembiaran di Udara Bebas Terhadap Berat
dari Besi Siku…………………………………………………………… 29
4.4 Grafik Waktu pembiaran di Udara Bebas Terhadap Berat
dari Besi Beton Polos ………………………………………………….. 29
4.5 Grafik Waktu pembiaran di Udara Bebas Terhadap Berat
dari Besi Beton Ulir ……………………………………………………. 30
4.6 Grafik Waktu pembiaran di Udara Bebas Terhadap Berat
dari Genteng Metal……………………………………………………… 30
4.7 Grafik Waktu pembiaran di Air Belerang Terhadap Berat dari Baut ….. 31
4.8 Grafik Waktu pembiaran di Air Belerang Terhadap Berat
dari Baja Ringan Kanal C………………………………………………. 31
4.9 Grafik Waktu pembiaran di Air Belerang Terhadap Berat
dari Besi Siku…………………………………………………………… 32
4.10 Grafik Waktu pembiaran di Air Belerang Terhadap Berat
dari Besi Beton Polos…………………………………………………… 32
4.11 Grafik Waktu pembiaran di Air Belerang Terhadap Berat
dari Besi Beton Ulir ……………………………………………………. 33
4.12 Grafik Waktu pembiaran di Air Belerang Terhadap Berat
dari Genteng Metal …………………………………………………….. 33
4.13 Ukuran Benda Uji Baut ........................................................................... 34
4.14 Ukuran Benda Uji Baja Ringan Kanal C.................................................. 34
4.15 Ukuran Benda Uji Besi Siku .................................................................... 35
4.16 Ukuran Benda Uji Besi Beton Polos ....................................................... 35
4.17 Ukuran Benda Uji Besi Beton Ulir .......................................................... 36
4.18 Ukuran Benda Uji Genteng Metal............................................................ 36
4.19 Grafik Waktu Proses Korosi Terhadap Laju Korosi di Udara Bebas....... 48
4.20 Grafik Waktu Proses Korosi Terhadap Laju Korosi di Air Belerang ….. 48

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1 Daftar Berat Jenis Bahan ……………………………………………… 53
2 Kontanta Perhitungan Laju Korosi ……………………………………… 53
3 Hasil Pengujian Benda Uji .......................................................................... 54

x
DAFTAR NOTASI

CR laju korosi
W pengurangan berat akibat korosi (g)
K Faktor konstanta
D massa jenis bahan (g/cm3)
As luas benda uji yang terkorosi (cm2)
T waktu proses korosi (jam)

xi
DAFTAR ISTILAH

Corrodere perusakan logam atau berkarat


Liquid metal corrosion korosi logam cair
Uniform seragam
Elektrolit zat terurai
Elektron salah satu partikel membentuk atom yang terdapat
diluar inti yang bermuatan negatif
Anodik Elektron mengalir dari metal yang kurang mulia
Katodik Elektron mengalir dari metal yang lebih mulia
Surface attack terbentuklah sumur-sumur korosi atau jika merata
Crevice corrosion korosi celah
pH ukuran konsentrasi ion hidrogen dari larutan
Ion atom atau kumpulan atom yang bermuatan listrik
Pitting korosi sumuran
Korosif zat atau hal lainnya yang memiliki kemampuan atau
cenderung untuk menyebabkan korosi
Impurity tak murni
Cl kloroda
Fe Ferrous (besi)
e electron
H hydrogen
O okdigeen

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri sebagai
salah satu material penunjang sangat besar peranannya, akan tetapi dalam
kehidupan sehari-hari banyak faktor yang menyebabkan daya guna logam ini
menurun. Salah satu faktor penyebab hal tersebut adalah terjadinya korosi pada
logam.
Chamberlain (1991), menyatakan bahwa korosi merupakan kerusakan
material yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya. Adapun proses
korosi yang terjadi disamping oleh reaksi kimia juga diakibatkan oleh proses
elektro kimia. Di sini yang dimaksud dengan lingkungan sekelilingnya dapat
berupa lingkungan air belerangan.
Korosi yang merupakan salah satu masalah yang sedang dihadapi oleh ahli
teknik walaupun tidak termasuk produk orang-orang teknik. Berbagai usaha
terhadap pengendalian korosi yang sekarang gencar dilakukan adalah untuk
mengendalikan kerusakan material yang diakibatkannya, agar laju korosi yang
terjadi dapat ditekan serendah mungkin dan dapat melampaui nilai ekonominya,
atau jangan sampai logam menjadi rusak sebelum waktunya.
Berbagai macam korosi dapat terjadi dengan cepat apabila pengendalian
lingkungan dan pencegahan tidak dilakukan dengan baik yang akan memperparah
keadaan. Korosi yang mungkin terjadi pada lingkungan tersebut adalah korosi
galvanis, korosi batas butir, korosi intergranuler peluruhan relektif, korosi
sumuran dan korosi celah
Korosi yang dibiarkan lama kelamaan akan merusak material, sebagai
contoh keretakan pada konstruksi jembatan. Korosi yang terjadi pada bahan
logam ataupun konstruksi-konstruksi bangunan akan mudah merusaknya, biaya
yang harus dikeluarkan akan lebih besar, jika tidak terkorosi belum rusak namun
karena terkorosi maka akan dapat mudah rusak.
Banyak macam-macam kerusakan yang diakibatkan oleh korosi salah
satunya adalah keretakan pada material. Pada mulanya korosi hanya memakan

1
bagian luar dari material, namun lama kelamaan akan masuk ke dalam. Pada
umumnya sebuah konstruksi bangunan menahan beban, baik tekan, tarik dan
geser. Karena menagan beban yang terus menerus dan korosi terus berjalan mala
material akan cepat rusak
Berdasarkan penjelasan di atas maka dilakukan penelitian, dengan judul
“Pengaruh Lingkungan yang Korosif Terhadap Laju Korosi pada Bahan
Bangunan Berbahan Dasar Besi”.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka permasalahan
dalam penelitian ini adalah bagaimana mengetahui pengaruh lingkungan yang
korosif terhadap laju korosi pada bahan bangunan berbahan dasar besi dengan
melakukan studi kasus di bukit kasih kanonang.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan
pengaruh lingkungan yang korosif terhadap laju korosi pada berbagai bahan
bangunan berbahan dasar besi.

1.4 Batasan Masalah


Mengingat sangat kompleknya masalah yang berhubungan dengan korosi,
maka penelitian ini dibatasi, antara lain:
1. Material yang dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah bahan bangunan
berbahan dasar besi yang banyak dijumapai dipasaran.
2. Pengujian yang dilakukan dengan membiarkan bahan bangunan dasar besi
pada lingkungan yang korosif di udara bebas dan di air belerang.
3. Lingkungan yang korosif di daerah sumber air panas bumi belerang yaitu
Bukit Kasih Kanonang.
4. Laju korosi yang diperhitungkan adalah laju penurunan massa dari bahan
bangunan berbahan dasar besi setelah dilakukan pengujian.

2
1.5 Manfaat Penulisan
1. Sebagai masukan bagi masyarakat yang menggunakan logam sebagai material
penunjang aktivitas ataupun bahan utama konstruksi agar memperhatikan
masalah korosi.
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam proses belajar mengajar terutama pada
mata kuliah material teknik bagi Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi
Manado.
3. Dapat memahami penentuan laju korosi dalam hal ini penurunan massa bagi
bahan bangunan dasar besi.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Korosi
Korosi berasal dari bahasa latin “Corrodere” yang artinya perusakan
logam atau berkarat. Definisi korosi adalah proses degradasi/deteorisasi/perusakan
material yang terjadi disebabkan oleh lingkungan sekelilingnya. Beberapa pakar
bersikeras definisi hanya berlaku pada logam saja, tetapi para insinyur korosi juga
ada yang mendefinisikan istilah korosi berlaku juga untuk material non logam,
seperti keramik, plastik, karet. Sebagai contoh rusaknya cat karet karena sinar
matahari atau terkena bahan kimia, mencairnya lapisan tungku pembuatan baja,
serangan logam yang solid oleh logam yang cair (liquid metal corrosion)
(Anonim, 2013).
Korosi dapat berjalan secara cepat ataupun lambat tergantung dari material
bahan, lingkungan, temperatur dan lain sebagainya. Dalam dunia teknik, material
korosi yang sering disinggung adalah korosi pada logam. Ilustrasi dari proses
pengkorosian pada material logam pada dimana besi yang dibentuk sesuai
kegunaannya dapat terkorosi akibat lingkungan yang dihadapi pada aplikasinya
(Anonim, 2013).

2.2 Jenis Korosi


Menurut bentuknya korosi pada material dapat dibedakan menjadi delapan
jenis, yaitu :

2.2.1 Korosi Uniform


Korosi uniform adalah bentuk korosi yang umum ditemukan, dimana
menyerang seluruh permukaan logam sehingga permukaan logam/paduan yang
bersentuhan dengan elektrolit dengan intensitas sama. Korosi jenis ini mungkin
paling banyak menghilangkan logam tetapi justru yang paling tidak berbahaya
karena kerusakan yang ditimbulkan sudah dapat diperhitungkan dan diantisipasi,
serta mudah di deteksi ini adalah korosi yang sering dijumpai pada baja karbon
oleh atmosfer atau lingkungan korosif lainnya (Fontana, 1987).

4
Gambar 2.1 Korosi Uniform

2.2.2 Galvanik atau korosi dua metal


Galvanik terjadi apabila 2 logam yang berbeda berada dalam satu
elektrolit. Dalam keadaan ini logam yang kurang mulia akan terkorosi bahkan
lebih hebat daripada ia bersama logam lain,sedangkan logam yang lebih mulia
akan terlindungi dari korosi. Atau korosi galvanis merupakan proses pengkaratan
eektrokimiawi apabila dua macam metal yang berbeda potensial dihubungkan
langsung didalam elektrolit yang sama. Elektron mengalir dari metal yang kurang
mulia (anodik) menuju metal yang lebih mulia (katodik). Akibatnya metal yang
kurang mulia berubah menjadi ion-ion positif, karena kehilangan elektron. Ion-ion
metal positif bereaksi dengan ion negatife yang berada didalam elektrolit menjadi
garam metal. Karena peristiwa tersebut, permukaan anoda kehilangan metal,
sehingga terbentuklah sumur-sumur korosi atau jika merata disebut Surface
Attack atau serangan korosi permukaan (Fontana, 1987).

Gamabar 2.2 Korosi dua Metal

5
2.2.3 Crevice Corrosion
Crevice Corrosion terjadi pada celah-celah yang sempit. Korosi celah
sebenarnya adalah sel korosi yang diakibatkan oleh perbedaan konsentrasi zat
asam. Prosesnya sebagai berikut: karena celah sempit terisi dengan elektrolit (air
dengan pH-nya rendah) maka terjadilah suatu sel korosi dengan katodanya
permukaan sebelah luar celah yang basah dengan air yang lebih banyak
mengandung zat asam dari pada bagian sebelah dalam yang sedikit mengandung
zat asam sehingga akibatnya bersifat anodic. Celah-celah ini banyak pada
konstruksi karoseri kendaraan karena Pabrikasinya menggunakan pengelasan
elektrik resistance (tahanan listrik) system spot pada pelat tipis yang disusun
secara bertumpu (overlap). Overlap inilah yang menimbukan celah-celah
(Fontana, 1987).

Gambar 2.3 Crevice Corrosion

2.2.4 Pitting (Korosi Sumuran)


Pitting merupakan korosi yang teralokasikan pada satu atau beberapa titik
dan mengakibatkan terjadinya lubang kecil yang paling dalam. Kerusakan yang
ditimbulkan dapat terjadi secara tiba-tiba tanpa ada tanda-tanda. Disamping itu,
korosi ini justru terjadi pada logam-logam yang dikenal tahan korosi (Fontana,
1987).

6
Gambar 2.4 Pitting Corrosion

Korosi sumuran merupakan salah satu jenis korosi yang teralokasi, korosi
sumuran terjadi akibat lepasnya lapisan pasif pada daerah tertentu akibat terkena
lingkungan korosif. Korosif sumuran sering terjadi pada logam seperti baja tahan
karat maupun aluminium yang terkena lingkungan korosi air laut, dimana
lingkungan air laut banyak mengandung ion Cl yang akan mudah menyerang
lapisan pasif yang terbentuk pada material yang mengakibatkan rusaknya lapisan
pasif tersebut. Celahnya lapian pasif mengakibatkan gas hydrogen dan oksigen
sudah masuk dan mengkorosikan material tersebut (Pandyo, 2012).

2.2.5 Intergranular Corrosion


Intergranular Corrosion, korosi ini terjadi pada batas butir. Batas butir-
butir seringkali merupakan tempat mengumpulnya impurity, juga merupakan
daerah yang lebih tegang karena tidak tertutup kemungkinan untuk terjadinya
korosi ini sangat berbahaya karena sangat menurunkan kekuatan/ketangguhan dan
sulit dideteksi sehingga kerusakan dapat terjadi tanpa diketahui tanda-tanda akan
terjadinya (Fontana, 1987).

Gambar 2.5 Intergranular Corrosion

7
2.2.6 Selective Leaching
Selective leaching yaitu salah satu komponen saja dari suatu paduan dan
ini mengakibatkan paduan yang tersis akan menjadi berpori dan tentunya
kekuatannya akan banyak berkurang (Fontana, 1987).

Gambar 2.6 Selective Leaching

2.2.7 Erotion Corrosion


Erotion corrosion adalah korosi yang dipercepat oleh adanya erosi yang
ditimbulkan oleh gerakan cairan atau korosi permukaan metal yang disebbakan
oleh aliran fuida yang mengalir, atau oleh adanya gelembung-gelembung gas.
Dengan rusaknya permukaan metal, rusak pula lapisan film pelindung sehingga
memudahkan terjadi korosi. Ini terjadi misalnya pada suatu pompa, pada pipa
terutama pada belokan dan bagian-bagian lain dimana ada kecepatan aliran yang
tinggi atau turbulensi (Fontana, 1987).

Gambar 2.7 Erotion Corrosion

8
2.2.6 Stress Corrosion
Stress corrosion yaitu korosi yang timbul sebagai akibat bekerjanya
tegangan dan media yang terkorosif. Korosi ini menyebabkan terjadinya
keretakan. Tegangan adalah tegangan tarik dapat berupa tegangan sisa ataupun
yang bekerja. Beberapa metal yang menjadi mudah peka terhadap korosi
rengangan apabila terkena atau berada pada kondisi lingkungan tertentu (Fontana,
1987).

Gambar 2.8 Stress Corrosion

2.3 Faktor Penyebab Korosi


Teknik korosi adalah pengguaan ilmu pengetahuan dan seni untuk
mencegah / mengendalikan kerusakan oleh korosi secara ekonomis dan aman.
Sedangkan korosi didefinisikan sebagai pekerjaan merusak bahan (material) yang
disebabkan oleh reaksi kimia dengan lingkungannya. Di korosi juga biasa
berlangsung cepat ataupun lambat. Dikebanyakan situasi praktis serangan ini tidak
dapat dicegah, hanya dapat berupaya mengendalikannya sehingga struktur atau
komponen ini mempunyai masa pakai yang lebih panjang (Fontana, 1987).
Dari pernyataan tersebut dapat diperoleh 2 faktor utama yang
mempengaruhi terjadinya korosi, yaitu dapat dilihat dari aspek material dan
lingkungan.

2.3.1 Aspek material


Logam dan alloy (campuran logam) berbentuk padatan-padatan Kristal
yang tersusun oleh atom-atom yang sangat rapat dengan membentuk dan pola
tertentu. Hal ini menyebabkan logam pada umumnya merupakan penghantar

9
listrik dan penghantar panas yang baik. Pada saat leburan, logam dipanaskan
sehingga susunan atom-atom logam berubah dan bergerak seperti susunan atom-
atom liquid. Hal ini dapat menyebabkan sifat keras dari logam dan lebih mudah
untuk dibentuk atau dicetak. Setelah dingin atom-atom logam kembali mengeras
dan membentuk pola tertentu (Fontana, 1987).

2.3.2 Aspek lingkungan


1. Pengaruh dari oksigen dan oksidator
Pengaruh oksidator pada laju korosi berhubungan dengan sifat-sifat pasif dari
logam. Bertambahnya konsentrasi oksidator dalam medium akan memperbesar
laju korosi pada bagian 2 dan dengan penambahan konsentrasi oksidator atau
dengan hadirnya oksigen terhadap laju korosi bergantung dari medium dan
logam yang diinginkan. Laju korosi akan naik atau tidak terhadap penambahan
konsentrasi oksidator dapat diteliti dengan mengetahui karakteristik dari logam
(Fontana, 1987).
2. Pengaruh kecepatan reaksi
Bertambahnya kecepatan tidak akan mempengaruhi laju korosi. Contohnya
dengan proses control polarisasi aktivasi. Dengan hadirnya oksidator atau
oksigen terlarut dalam asam atau air akan memperbesar laju korosi, jika logam
mengalami pemasifan maka dengan demakin besar kecepatan pengadukan
tidak memperbesar laju korosi (Fontana, 1987).
3. Pengaruh temperature
Hampir semua reaksi kimia akan berlangsung apabila temperature reaksi
dipertinggi, semakin tinggi temperature lingkungan maka laju korosi akan
semakin besar (Fontana, 1987).
4. Pengaruh bahan-bahan korosif
Logam-logam yang menunjukan efek pemasifan hanya sedikit berpengaruh
dari penambahan dari konsentrasi bahan korosif, namun dengan konsentrasi
bahan korosif yang sangat tinggi maka laju korosi dapat naik dengan cepat.
Contohnya timbal dimana timbal sulfat dapat melindungi lapisan logam dari
asam sulfat pada konsentrasi rendah (Fontana, 1987).

10
2.3.3 Proses Terjadinya Korosi pada Besi
Besi merupakan logam yang sangat berguna sebagai bahan utama untuk
berbagai konstruksi, maka pengendalian korosi pada besi menjadi hal yang
penting. Untuk dapat mengendalikan korosi, tentunya kita harus memahami
mekanisme terjadinya korosi pada besi. Berdasarkan produk yang dihasilkan,
korosi tergolong proses elektrokimia.
Besi memiliki permukaan yang tidak halus akibat komposisi yang tidak
sempurna, juga akibat perbedaan tegangan permukaan yang menimbulkan
potensial pada daerah tertentu lebih tinggi dari daerah lainya. Pada anode, (daerah
yang biasa bersentuhan dengan air atau kelembapan) terjadi pelepasan elektron
yang disertai dengan pelarutan atom Fe sehingga membentuk ion Fe2+ yang larut
dalam air. Berikut ini persamaan reaksinya. (Fontana, 1987)
Fe( s )  Fe2  2e
Elektron yang dilepaskan dapat mengalir melalui besi, layaknya elektron mengalir
melalui rangkaian luar pada sel volta, menuju ke daerah katoda sehingga terjadi
reduksi gas oksigen dari udara. Begini persamaan reaksi yang terjadi dalam proses
tersebut.
O 2  2 H 2O  4OH (2.1)
Ion Fe2+ yang telah terlarut dalam air tadi bergerak menuju ke daerah katode dan
bereaksi dengan ion OH- untuk membentuk senyawa Fe(OH)2.
Fe2  4OH  Fe(OH )2 (2.2)
Di katode, Fe(OH)2 yang terbentuk dioksidasi lebih lanjut oleh oksigen untuk
membentuk karat.
2 Fe(OH )2  O 2  Fe2O3.nH 2O (2.3)
Reaksi kimia terbentuknya karat ialah sebagai berikut.
4 Fe  3O 2  nH 2O  2 Fe2O3.nH 2O (2.4)
Karena adanya migrasi ion dan elektron, karat umumnya terbentuk pada daerah
yang agak jauh dari permukaan besi yang terkorosi. warna karat bermacam-
macam tergantung pada jumlah kristal air yang terikat. Umumnya karat bewarna
kuning, merah sampai hitam.

11
2.4 Laju korosi dan Lingkungan yang Korosif
Laju Korosi adalah kecepatan perambatan atau kecepatan penurunan
kualitas bahan terhadap waktu. Laju korosi sendiri dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut: (Fontana, 1987)
W .K
CR  (mpy) (2.5)
D. As .T
Dimana, W = pengurangan berat akibat korosi (g)
K = faktor konstanta
= 8,76 x 104
D = massa jenis bahan (g/cm3)
As = luas benda uji yang terkorosi (cm2)

T = waktu proses korosi (jam)

Bukit Kasih merupakan salah satu objek wisata di Sulawesi Utara.


Terletak di 50 km sebelah selatan Manado, tepatnya berada di desa Kanonang,
Kabupaten Minahasa.Bukit kasih adalah bukit belerang yang masih aktif dan
memiliki atmosfir yang dingin. Dibangun pada tahun 2002 sebagai pusat spiritual
di mana para penganut agama dari berbagai agama dapat berkumpul, bermeditasi
dan beribadah berdampingan di bukit tropis yang rimbun dan berkabut.
Pemandangan di sekitar bukit kasih masih sangat asri dan hijau.
Area wisata Bukit Kasih berada di wilayah sumber belerang, sehingga
ketika beralan-jalan akan menemui beberapa kawah yang akan dilintasi. Akan
tetapi, pemandangan di sekitar bukit ini sangat asri dan hijau.

Gambar 2.9 Sumber Belerang Bukit Kasih Kanonang

12
2.5 Bahan Bangunan Berbahan dasar Besi
Berbagai macam bahan bangunan yang digunakan untuk membangun
rumah atau infrastruktur penunjang kehidupan manusia. Berikut ini beberapa
bahan bangunan berbahan dasar besi yang sering digunakan.

2.5.1 Baut Baja Ringan


Pada proses perakitan ada hal yang sangat penting dan vital peranannya
bagi struktur secara keseluruhan yaitu Screw (sebagian menyebutnya dengan
Baut), untuk rangka atap baja ringan screw yang dipakai adalah Self Driling
Screw (SDS). Screw ini sangat vital peranannya, kesalahan dalam memilih dan
memasang screw akan berakibat patal bagi rangka atap rumah, misalnya
pertemuan titik simpul yang bergeser atau lebih buruk lagi adalah terputusnya
sambungan sehingga terjadi kegagalan struktur karena pemasangan screw yang
tidak benar.
Kandungan Karbon 0.28-0,55% manga 0,57% silicon 0,13-0,32%.

Gambar 2.10 Baut Baja Ringan


(SNI ASTM A325:2012)

13
2.5.2 Baja Ringan Kanal C
Baja ringan adalah baja berkualitas tinggi yang bersifat ringan dan tipis,
akan tetapi kekuatannya tidak kalah dari baja konvensional. Ada bebarapa macam
baja ringan yang dikelompokan berdasarkan nilai tegangan tariknya (tensile
strength). Kemampuan tegangan tarik ini umumnya didasarkan pada fungsi akhir
dari baja ringan tersebut.
Kandungan - 55% Aluminium - 43,5%Zinc - 1,5% Silicon Alloy

Gambar 2.11 Baja Ringan Kanal C


(SNI-07-0138-1987)

2.5.3 Besi Siku


Dalam dunia industri bangunan, salah satu material yang cukup penting
untuk dipahami adalah besi siku. Karena besi siku merupakan salah satu alat yang
cukup vital dalam bahan bangunan. Bentuknya yang sudah terukur juga menjadi
penyangga yang cukup bisa diandalkan untuk membuat bangunan perusahaan
anda dapat bertahan lama.
Secara harafiah, besi berarti logam yg keras dan kuat serta banyak sekali
gunanya. Sedang siku berarti sudut yg terjadi dr pertemuan dua garis yg tegak
lurus satu sama lain. Besi siku berarti logam yang berbentuk dua garis tegak lurus
(sudut 90 derajat). Dalam dunia bangunan, besi siku ini lazimnya diproduksi
dengan panjang yang sama, yaitu 6 m. Bentuknya juga mirip segitiga siku-siku.
Kandungan karbon baja medium bervariasi dari 0,25 – 0,29% terantung
ketebalan. Selain karbon, unsur lain yang juga terdapat dalam baja karbon adalah
mangan (0,25 – 1,50%), Silikon (0,25 – 0,30%), fosfor (maksimal 0,40%) dan
sulfur (0,50%)..

14
Gambar 2.12 Besi Siku
(SNI-07-2054-1990)

2.5.4 Besi Beton


Besi beton merupakan besi yang digunakan untuk penulangan konstruksi
beton atau yang lebih dikenal sebagai beton bertulang. Beton bertulang yang
mengandung batang tulangan dan direncanakan berdasarkan anggapan bahwa
bahan tersebut bekerja sama dalam memikul gaya-gaya. Beton bertulang bersifat
unik dimana dua jenis bahan yaitu besi tulangan dan beton dipakai secara
bersamaan. Tulangan menyediakan gaya tarik yang tidak dimiliki beton dan
mampu menahan gaya tekan.
Secara umum besi beton tulangan mengacu pada dua bentuk yaitu besi
polos (plain bar) dan besi ulir (deformed bar/BJTD). Besi polos adalah besi yang
memiliki penampang bundar dengan permukaan licin atau tidak bersirip.
Kandungan Besi cor merupakan paduan Besi-Karbon dengan kandungan C
diatas 2% (pada umumnya sampai dengan 4%)

Gambar 2.13 Besi Polos


(SNI 07-2052-2002)

15
Besi ulir atau besi tulangan beton sirip adalah batang besi dengan bentuk
permukaan khusus berbentuk sirip melintang (puntir/sirip ikan) atau rusuk
memanjang (sirip teratur/bambu) dengan pola tertentu, atau batang tulangan yang
dipilin pada proses produksinya.
Kandungan Besi cor merupakan paduan Besi-Karbon dengan kandungan C
diatas 2% (pada umumnya sampai dengan 4%)

Gambar 2.14 Besi Ulir


(SNI 2052:2014)

2.5.5 Genteng Metal


Atap logam/Genteng Metal adalah bahan atap yang dibuat dari logam.
Sebagaimana atap dari bahan lain, Genteng Metal ini digunakan untuk mengatapi
rumah atau bangunan.
Kelebihan dari Atap logam dibanding genteng beton dan bahan atap
lainnya adalah sangat ringan, beratnya hanya 1/10 dari genteng beton. Atap logam
ini sangat cocok digunakan di daerah rawan gempa atau yang memiliki tanah
gambut. Karena ringan maka atap dari logam tidak membebani bangunan, juga
memiliki warna-warna indah yang tidak mungkin dimiliki genting beton atau yang
lainnya.
Atap adalah penutup atas suatu bangunan yang melindungi bagian dalam
bangunan dari hujan maupun salju. Bentuk atap ada yang datar dan ada yang
miring, walaupun datar harus dipikirkan untuk mengalirkan air agar bisa jatuh.
Bahan untuk atap bermacam-macam, di antaranya: genting (keramik, beton), seng
bergelombang, asbes, maupun semen cor. Ada pula atap Genteng Metal yang
sangat ringan, tahan lama, anti karat dan tahan gempa.

16
Kandungan terdiri dari perpaduan antara 43,5% seng, 55% Aluminium dan
1,5% silikon yang dikombinasikan menghasilkan produk yang luar biasa kuatnya.
Perpaduan unsur Aluminium berguna untuk ketahanan terhadap karat, sedangkan
unsur zinc berfungsi untuk kekakuan bentuk atap

Gambar 2.15 Genteng Metal


(SNI-07-0950-1989)

2.5.5 Berat Jenis Bahan


Setiap bahan bangunan berbahan dasar besi memilikiki berat jenis yang
sesuai dengan bahan dan sifatnya masing-masing. Dengan mengetahui berat jenis
dari setiap bahan bangunan berbahan dasar besi, maka dapat ditentukan laju
korosi dari bahan bangunan tersebut setelah dilakukan pembiaran pada
lingkungan yang korosif dalam jangka waktu tertentu. Berat jenis dari bahan
bangunan ini, daftar berat jenis bahan dapat dilihat pada Lampiran 1.

17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Bukit Kasih Kanonang.
Dan waktu pelaksanaan dilaksanakan mulai 10 Maret sampai 09 April 2018.

3.2 Bahan dan Peralatan


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:
1. Baut / Sekrup baja ringan

Gambar 3.1 Bahan Baut / Sekrup Baja Ringan

2. Baja ringan kanal C

Gambar 3.2 Bahan Baja Ringan Kabal C

3. Besi siku

Gambar 3.3 Bahan Besi Siku

18
4. Besi beton polos dan ulir

Gambar 3.4 Bahan Besi Beton Polos

Gambar 3.5 Bahan Besi Beton Ulir

5. Genteng metal

Gambar 3.6 Bahan Genteng Metal

Sedangkan peralatan yang digunakan, adalah:


1. Gerinda Tangan dan perlengkapannya

Gambar 3.7 Gerinda Tangan

19
2. Mistar baja dan sigmat

Gambar 3.8 Mistar Baja dan Sigmat

3. Cairan untuk membersihkan benda uji WD-40

Gambar 3.9 Cairan Pembersih WD-40

4. Timbangan digital

Gambar 3.10 Timbangan Digital

20
3.3 Prosedur Penelitian
Prosedur dari penelitian ini, seperti pada Gambar 3.12. Penjelasannya
adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
Melakukan survey lapangan dan studi pustaka sehingga dapat merumuskan
tujuan dari penelitian ini.
2. Pembuatan Benda Uji
Melakukan pembuatan, penimbangan berat awal dan dokumentasi benda uji.
3. Pengujian
Membiarkan beberapa benda uji dibiarkan pada lingkungan yang korosif,
yaitu di Bukit Kasih Kanonang selama 30 hari (1 bulan). Benda uji teresebut
dibiarkan di udara bebas dan dibiarkan di air belerang.
4. Pengambilan Data
Pengukuran hasil pengujian dengan melakukan penimbangan berat,
pengukuran luas korosi setiap hari dari benda uji tersebut dan di
dokumentasikan.
5. Apakah Waktu Proses Korosi
Jika BELUM, maka kembali dilakukan pengujian
Jika YA, lanjutkan menghitung laju korosi
6. Laju Korosi
Dilakukan perhitungan laju korosi dari setiap benfa uji, berdasarkan
pengurangan pengurangan massa akibat korosi, faktor konstanta, massa jenis
bahan benda uji, luas benda uji yang terkorosi dan lamanya pengujian.
7. Hubungan Waktu Proses Korosi Terhadap Laju Korosi
Dibuatkan grafik hubungan waktu proses korosi terhadap laju korosi, sehingga
akan didapatkan pengaruh lingkungan yang korosif terhadap laju korosi dari
benda uji yang dilakukan pengujian
8. Pembahasan
Membahas hasil penelitian ini, pengaruhnya lingkungan yang korosif dengan
mengambil studi kasus di Bukit Kasih Kanonang terhadap laju korosi bahan
bangunan berbahan dasar besi.

21
Mulai

Persiapan

Pembuatan Benda Uji

Pengujian

Pengambilan Data

Apakah Belum
Waktu Proses Korosi
Selesai…?

Ya
Laju Korosi

Hubungan Waktu Proses Korosi


Terhadap Laju Korosi

Pembahasan

Selesai

Gambar 3.11 Prosedur Penelitian

3.4 Pengolahan Data


3.4.1 Sumber Data
Sumber data yang diperolah dalam penelitian ini adalah data primer yang
langsung didapatkan dari obyek pelaksanaan penelitian ini, yaitu melakukan
pengujian beberapa bahan dasar besi pada lingkungan yang korosif, yaitu di Bukit
Kasih Kanonang.

22
3.4.2 Ukuran Benda Uji
Bahan bangunan berbahan dasar besi yang banyak dijumpai dipasaran,
dijadikan benda uji dalam penelitian ini. Ukuran dari benda uji tersebut seperti
diperlihatkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Ukuran Benda Uji

No Benda Uji Ukuran

Berat Awal : 4.98 gram


1 Baut Diameter : 8 mm
Panjang : 30 mm
Berat Awal : 200.71 gram
Lebar : 70 mm
2 Baja ringan kanal C
Tebal : 8 mm
Panjang : 250 mm
Berat Awal : 590.39 gram
3 Besi siku Lebar : 5 mm
Panjang : 200 mm
Berat Awal : 272.79 gram
4 Besi beton polos Diameter : 14 mm
Panjang : 250 mm
Berat Awal : 526.48 gram
5 Besi beton ulir Diameter : 19 mm
Panjang : 250 mm
Berat Awal : 129.95 gram
6 Genteng Metal Lebar : 210 mm
Panjang : 210 mm

3.4.3 Dokumentasi Pengujian


Dokumentasi dari penelitian ini, berupa hasil pengujian benda uji sebelum
pengujian dan benda uji sesudah pengujian (yang terkorosi).
 Benda Uji Sebelum Pengujian
o Pembiaran di udara bebas

Gambar 3.12 Pembiaran Benda Uji di Udara Bebas

23
o Pembiaran di Air belerang

Gambar 3.13 Pembiaran Benda Uji di Air belerang

 Benda Uji Sesudah Pengujian


o Pembiaran di udara bebas

Gambar 3.14 Benda Uji Pembiran di Udara Bebas

24
o Pembiran di Air belerang

Gambar 3.15 Benda Uji Pembiran di Air belerang

25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Data Hasil Pengujian
Pembiaran bahan bangunan berbahan dasar besi pada likungan yang
korosif di Bukit Kasih Kanonang, dibiarkan pada tiga tempat selama 30 hari
(1 bulan). Dua tempat di udara bebas dan satu tempat di air belerang. Setelah
dilakukan pembiaran benda uji tersebut, maka data hasil pengujian pengukuran
berat bahan bangunan berbahan dasar besi adalah seperti diperlihatkan pada Tabel
4.1, Tabel 4.2.

Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian di Udara Bebas

DATA HASIL PENGUJIAN


PENGUKURAN PENGURANGAN BERAT
BAHAN BANGUNAN BERBAHAN DASAR BESI
Posisi Pembiaran : Udara Bebas
Lama Pengujian : 1 Bulan
BENDA UJI (gram)
No Tanggal Baja Besi Besi
Besi Genteng
Baut Ringan Beton Beton
Siku Metal
Kanal C Polos Ulir
0 10 Mar 2018 4.98 200.71 590.39 272.55 526.70 129.79
1 11 Mar 2018 4.96 200.69 589.01 271.87 525.37 129.65
2 12 Mar 2018 4.99 200.58 590.74 272.62 526.02 129.75
3 13 Mar 2018 4.95 200.34 589.74 272.36 526.73 129.47
4 14 Mar 2018 4.92 200.55 589.64 272.23 526.18 129.54
5 15 Mar 2018 4.98 200.76 589.95 272.35 526.49 129.44
6 16 Mar 2018 4.93 200.55 589.77 272.26 526.24 129.55
7 17 Mar 2018 4.74 200.74 590.00 272.51 526.27 129.75
8 18 Mar 2018 4.96 200.94 590.71 272.53 526.99 129.88
9 19 Mar 2018 5.00 200.73 590.55 272.55 526.76 129.99
10 20 Mar 2018 5.06 200.79 590.75 272.51 526.91 129.87
11 21 Mar 2018 4.82 200.67 590.73 272.46 526.79 130.09
12 22 Mar 2018 4.94 200.95 590.85 272.61 526.99 129.72
13 23 Mar 2018 4.91 200.52 599.92 272.39 526.32 129.42
14 24 Mar 2018 5.02 200.30 590.90 272.50 526.79 129.61
15 25 Mar 2018 5.00 200.61 590.79 272.61 526.68 129.31
16 26 Mar 2018 4.92 200.74 590.48 272.40 526.42 129.70
17 27 Mar 2018 4.96 200.97 590.34 272.48 526.27 129.63
18 28 Mar 2018 4.99 200.90 590.73 272.69 526.55 129.77
19 29 Mar 2018 4.98 200.76 590.55 272.45 526.79 129.61
20 30 Mar 2018 4.93 200.83 590.63 272.43 526.74 129.74
21 31 Mar 2018 4.97 200.72 590.94 272.54 526.83 129.64

26
22 01 Apr 2018 5.02 200.62 590.39 272.48 526.79 129.63
23 02 Apr 2018 4.98 200.94 590.50 272.45 526.85 129.57
24 03 Apr 2018 4.92 200.74 590.55 272.51 526.89 129.74
25 04 Apr 2018 4.93 200.72 590.40 272.55 526.78 129.68
26 05 Apr 2018 4.90 200.70 590.34 272.40 526.73 129.42
27 06 Apr 2018 4.98 200.62 590.15 272.39 526.61 129.67
28 07 Apr 2018 5.04 200.73 590.00 272.37 526.46 129.71
29 08 Apr 2018 4.96 200.68 590.22 272.39 526.61 129.65
30 09 Apr 2018 4.82 200.83 590.30 272.33 526.69 129.58

Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian di Air Belerang

DATA HASIL PENGUJIAN


PENGUKURAN PENGURANGAN BERAT
BAHAN BANGUNAN BERBAHAN DASAR BESI
Posisi Pembiaran : Air Belerang
Lama Pengujian : 1 Bulan
BENDA UJI (gram)
No Tanggal Baja Besi Besi
Besi Genteng
Baut Ringan Beton Beton
Siku Metal
Kanal C Polos Ulir
0 10 Mar 2018 4.94 200.70 590.36 272.79 526.48 129.66
1 11 Mar 2018 2.52 161.98 557.69 260.25 499.12 129.48
2 12 Mar 2018 0.66 98.49 516.91 248.41 487.57 128.48
3 13 Mar 2018 0 36.57 468.33 236.10 465.85 113.32
4 14 Mar 2018 0 11.51 423.13 223.44 450.05 64.05
5 15 Mar 2018 0 0 384.83 208.64 432.21 39.52
6 16 Mar 2018 0 0 380.89 207.40 430.25 26.49
7 17 Mar 2018 0 0 334.74 193.96 413.64 22.06
8 18 Mar 2018 0 0 228.45 166.96 384.94 0
9 19 Mar 2018 0 0 225.14 164.82 383.65 0
10 20 Mar 2018 0 0 218.45 164.00 383.42 0
11 21 Mar 2018 0 0 173.78 152.64 369.95 0
12 22 Mar 2018 0 0 137.67 143.88 357.15 0
13 23 Mar 2018 0 0 103.81 135.62 345.13 0
14 24 Mar 2018 0 0 85.91 131.57 338.31 0
15 25 Mar 2018 0 0 55.75 122.26 320.61 0
16 26 Mar 2018 0 0 0 113.11 306.09 0
17 27 Mar 2018 0 0 0 106.29 293.69 0
18 28 Mar 2018 0 0 0 99.91 277.79 0
19 29 Mar 2018 0 0 0 94.75 268.96 0
20 30 Mar 2018 0 0 0 89.27 257.88 0
21 31 Mar 2018 0 0 0 84.76 246.28 0
22 01 Apr 2018 0 0 0 76.66 231.42 0
23 02 Apr 2018 0 0 0 68.77 217.91 0
24 03 Apr 2018 0 0 0 64.33 205.54 0
25 04 Apr 2018 0 0 0 57.80 192.70 0
26 05 Apr 2018 0 0 0 51.26 178.59 0
27 06 Apr 2018 0 0 0 45.78 167.98 0
28 07 Apr 2018 0 0 0 42.03 158.79 0
29 08 Apr 2018 0 0 0 34.45 143.72 0
30 09 Apr 2018 0 0 0 30.68 133.45 0

27
Berdasarkan data dari Tabel 4.1 dan 4.2, dapat dibuatkan grafik hubungan
waktu pembiaran terhadap berat di udara bebas dan di air belerang dari benda uji
bahan bangunan yang berbahan besi baut, baja ringan kanal C, basi siku, besi
beton polos, besi beton ulir dan genteng metal.

I. Grafik di Udara Bebas


 Baut

Baut di Udara Bebas


Berat (g)

Hari
Gambar 4.1 Grafik Waktu pembiaran di Udara Bebas
Terhadap Berat dari Baut

 Baja Ringan Kanal C

Baja Ringan Kanal C di Udara Bebas


Berat (g)

Hari
Gambar 4.2 Grafik Waktu pembiaran di Udara Bebas
Terhadap Berat dari Baja Ringan Kanal C

28
 Besi Siku

Besi Siku di Udara Bebas


Berat (g)

Hari
Gambar 4.3 Grafik Waktu pembiaran di Udara Bebas
Terhadap Berat dari Besi Siku

 Besi Beton Polos

Besi Beton Polos di Udara Bebas


Berat (g)

Hari
Gambar 4.4 Grafik Waktu pembiaran di Udara Bebas
Terhadap Berat dari Besi Beton Polos

29
 Besi Beton Ulir

Berat (g)
Besi Beton Ulir di Udara Bebas

Hari
Gambar 4.5 Grafik Waktu pembiaran di Udara Bebas
Terhadap Berat dari Besi Beton Ulir

 Genteng Metal

Genteng Metal di Udara Bebas


Berat (g)

Hari
Gambar 4.6 Grafik Waktu pembiaran di Udara Bebas
Terhadap Berat dari Genteng Metal

30
II. Grafik di Air Belerang
 Baut

Berat (g) Baut di Air Belerang

Hari

Gambar 4.7 Grafik Waktu pembiaran di Air Belerang


Terhadap Berat dari Baut

 Baja Ringan Kanal C

Baja Ringan Kanal C di Air Belerang


Berat (g)

Hari
Gambar 4.8 Grafik Waktu pembiaran di Air Belerang
Terhadap Berat dari Baja Ringan Kanal C

31
 Besi Siku

Berat (g) Besi Siku di Air Belerang

Hari
Gambar 4.9 Grafik Waktu pembiaran di Air Belerang
Terhadap Berat dari Besi Siku

 Besi Beton Polos

Besi Beton Polos di Air Belerang


Berat (g)

Hari
Gambar 4.10 Grafik Waktu pembiaran di Air Belerang
Terhadap Berat dari Besi Beton Polos

32
 Besi Beton Ulir

Besi Beton Ulir di Air Belerang


Berat (g)

Hari
Gambar 4.11 Grafik Waktu pembiaran di Air Belerang
Terhadap Berat dari Besi Beton Ulir

 Genteng Metal

Genteng Metal di Air Belerang


Berat (g)

Hari
Gambar 4.12 Grafik Waktu pembiaran di Air Belerang
Terhadap Berat dari Genteng Metal

33
4.1.2 Luas Benda Uji
Penentuan luas benda uji berdasarkan bentuknya dengan asumsi bahwa
semua permukaan mengalami korosi setelah dibiarkan pada lingkungan.
 Baut

Gambar 4.13 Ukuran Benda Uji Baut

Luas benda uji baut:

  13 
 13   2  3   5   30  (2  3)    5 
2 2

As       .     .   
4  10   10   10   10   10  4  10 
 7.49 cm2

 Baja Ringan Kanal C

Gambar 4.14 Ukuran Benda Uji Baja Ringan Kanal C

Luas benda uji baja ringan kanal C:


 30 250   8 250   70 250 
As  2. .   2. .  . 
 10. 10   10 10   10 10 
 365 cm2

34
 Besi Siku

Gambar 4.15 Ukuran Benda Uji Besi Siku

Luas benda uji besi siku:


 5 200 
As  4. . 
 10 10 
 400 cm2
 Besi Beton Polos

Gambar 4.16 Ukuran Benda Uji Besi Beton Polos

Luas benda uji besi beton polos:


   14  2    14   250 
As  2.      . . 
 4  10     10   10 
 113,03 cm2

35
 Besi Beton Ulir

Gambar 4.17 Ukuran Benda Uji Besi Beton Ulir

Luas benda uji besi beton ulir:


   19  2    19   250 
As  2.      . . 
 4  10     10   10 
 154.90 cm2
 Genteng Metal

Gambar 4.18 Ukuran Benda Uji Genteng Metal

Luas benda uji genteng metal:


 210   210 
As  2. . 
 10   10 
 882 cm2

36
4.1.3 Pengurangan Berat
I. Udara Bebas
1. Benda Uji Baut
 Untuk waktu proses korosi 1 hari
W  4.98  4.96
 0.02 g.
 Untuk waktu proses korosi 2 hari
W  4.98  4.99
 -0.01 g
Dengan cara yang dapat pula ditentukan pengurangan berat benda uji baut
yang dibiarkan pada udara bebas sampai waktu proses korosi 30 hari,
seperti diperlihatkan pada Tabel 4.3.
2. Benda Uji Baja Ringan Kanal C
 Untuk waktu proses korosi 1 hari
W  200.71  200.69
 0.02 g.
 Untuk waktu proses korosi 2 hari
W  200.71  200.58
 0.13 g
Dengan cara yang dapat pula ditentukan pengurangan berat benda uji baja
ringan kanal C yang dibiarkan pada udara pertama sampai waktu proses
korosi 30 hari, seperti diperlihatkan pada Tabel 4.3.
3. Benda Uji Besi Siku
 Untuk waktu proses korosi 1 hari
W  590.39  589.01
 1.38 g
 Untuk waktu proses korosi 2 hari
W  590.39  590.74
 -0.35 g
Dengan cara yang dapat pula ditentukan pengurangan berat benda uji besi
siku yang dibiarkan pada udara bebas sampai waktu proses korosi 30 hari,
seperti diperlihatkan pada Tabel 4.3.

37
4. Benda Uji Besi Beton Polos
 Untuk waktu proses korosi 1 hari
W  272.55  271.87
 0.68 g
 Untuk waktu proses korosi 2 hari
W  272.55  272.62
 -0.07 g
Dengan cara yang dapat pula ditentukan pengurangan berat benda uji besi
beton polos yang dibiarkan pada udara bebas sampai waktu proses korosi
30 hari, seperti diperlihatkan pada Tabel 4.3.
5. Benda Uji Besi Beton Ulir
 Untuk waktu proses korosi 1 hari
W  526.70  525.37
 1.33 g
 Untuk waktu proses korosi 2 hari
W  526.70  526.02
 0.68 g
Dengan cara yang dapat pula ditentukan pengurangan berat benda uji besi
beton ulir yang dibiarkan pada udara bebas sampai waktu proses korosi 30
hari, seperti diperlihatkan pada Tabel 4.3.
6. Benda Uji Genteng Metal
 Untuk waktu proses korosi 1 hari
W  129.79  129.65
 0.14 g
 Untuk waktu proses korosi 2 hari
W  129.79  129.75
 0.04 g
Dengan cara yang dapat pula ditentukan pengurangan berat benda uji
genteng metal yang dibiarkan pada udara pertama sampai waktu proses
korosi 30 hari, seperti diperlihatkan pada Tabel 4.3.

38
II. Air Belerang
1. Benda Uji Baut
 Untuk waktu proses korosi 1 hari
W  4.94  2.52
 2.42 g
 Untuk waktu proses korosi 2 hari
W  4.94  0.66
 4.28 g
Dengan cara yang dapat pula ditentukan pengurangan berat benda uji baut
yang dibiarkan pada air belerang sampai waktu proses korosi 30 hari,
seperti diperlihatkan pada Tabel 4.4.
2. Benda Uji Baja Ringan Kanal C
 Untuk waktu proses korosi 1 hari
W  200.70  161.98
 38.72 g
 Untuk waktu proses korosi 2 hari
W  200.70  98.49
 102.21 g
Dengan cara yang dapat pula ditentukan pengurangan berat benda uji baja
ringan kanal C yang dibiarkan pada air belerang sampai waktu proses
korosi 30 hari, seperti diperlihatkan pada Tabel 4.4.
3. Benda Uji Besi Siku
 Untuk waktu proses korosi 1 hari
W  590.36  557.69
 32.67 g
 Untuk waktu proses korosi 2 hari
W  590.36  516.91
 73,45 g
Dengan cara yang dapat pula ditentukan pengurangan berat benda uji besi
siku yang dibiarkan pada air belerang sampai waktu proses korosi 30 hari,
seperti diperlihatkan pada Tabel 4.4.

39
4. Benda Uji Besi Beton Polos
 Untuk waktu proses korosi 1 hari
W  272.79  260.25
 12.54 g
 Untuk waktu proses korosi 2 hari
W  272.79  248.41
 12.38 g
Dengan cara yang dapat pula ditentukan pengurangan berat benda uji besi
beton polos yang dibiarkan pada air belerang sampai waktu proses korosi
30 hari, seperti diperlihatkan pada Tabel 4.4.
5. Benda Uji Besi Beton Ulir
 Untuk waktu proses korosi 1 hari
W  526.48  499.12
 27.36 g
 Untuk waktu proses korosi 2 hari
W  526.48  487.57
 38.91 g
Dengan cara yang dapat pula ditentukan pengurangan berat benda uji besi
beton ulir yang dibiarkan pada air belerang sampai waktu proses korosi 30
hari, seperti diperlihatkan pada Tabel 4.4.
6. Benda Uji Genteng Metal
 Untuk waktu proses korosi 1 hari
W  129.66  129.48
 0,18 g
 Untuk waktu proses korosi 2 hari
W  129.66 - 128.48
 1.18 g
Dengan cara yang dapat pula ditentukan pengurangan berat benda uji
genteng metal yang dibiarkan pada air belerang sampai waktu proses
korosi 30 hari, seperti diperlihatkan pada Tabel 4.4.

40
4.2 Hasil Pengolahan Data
4.2.3 Perhitungan Laju Korosi
Dari persmaan (2.5):
W .K
CR 
D. As .T

I. Udara Bebas
1. Benda Uji Baut
Bahan dari benda uji baut adalah baja. Dari Lampiran 1, diketahui berat
jenisnya D  7850 kg/m3 = 7.85 g/cm3.
 Untuk waktu proses korosi1 hari = 24 jam
(0.02).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.85).(7.49).( 24)
 1.24 mpy
 Untuk waktu proses korosi2 hari = 48 jam
(0.01).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.85).(7.49).( 48)
 -0.31 mpy
Dengan cara yang dapat pula ditentukan laju korosi benda uji baut yang
dibiarkan pada udara bebas sampai waktu proses korosi 30 hari, seperti
diperlihatkan pada Tabel 4.3.
2. Benda Uji Baja Ringan Kanal C
Dari Lampiran 1, diketahui berat jenisnya D  7850 kg/m3 = 7.85 g/cm3.
 Untuk waktu proses korosi 1 hari = 24 jam
(0.02).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.85).(365).( 24)
 0.03 mpy
 Untuk waktu proses korosi 2 hari = 48 jam
(0.13).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.85).(365).( 48)
 0.08 mpy

41
Dengan cara yang dapat pula ditentukan laju korosi benda uji baja ringan
kanal C yang dibiarkan pada udara bebas sampai waktu proses korosi 30
hari, seperti diperlihatkan pada Tabel 4.3.
3. Benda Uji Besi Siku
Bahan dari benda uji besi siku adalah baja. Dari Lampiran 1, diketahui
berat jenisnya D  7850 kg/m3 = 7.85 g/cm3.
 Untuk waktu proses korosi 1 hari = 24 jam
(1.38).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.85).( 400).( 24)
 1.60 mpy
 Untuk waktu proses korosi 2 hari = 48 jam
(0.35).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.85).( 400).( 48)
 -0.20 mpy
Dengan cara yang dapat pula ditentukan laju korosi benda uji besi siku
yang dibiarkan pada udara bebas sampai waktu proses korosi 30 hari,
seperti diperlihatkan pada Tabel 4.3.
4. Benda Uji Besi Beton Polos
Bahan dari benda uji besi beton polos adalah baja. Dari Lampiran 1,
diketahui berat jenisnya D  7850 kg/m3 = 7.85 g/cm3.
 Untuk waktu proses korosi 1 hari = 24 jam
(0.68).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.85).(113.03).( 24)
 2.80 mpy
 Untuk waktu proses korosi 2 hari = 48 jam
(0.07).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.85).(113.03).( 48)
 -0.14 mpy
Dengan cara yang dapat pula ditentukan laju korosi benda uji besi beton
polos yang dibiarkan pada udara bebas sampai waktu proses korosi 30
hari, seperti diperlihatkan pada Tabel 4.3.

42
5. Benda Uji Besi Beton Ulir
Bahan dari benda uji besi beton ulir adalah baja. Dari Lampiran 1,
diketahui berat jenisnya D  7850 kg/m3 = 7.85 g/cm3.
 Untuk waktu proses korosi 1 hari = 24 jam
(1.33).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.85).(154.90).( 24)
 3.99 mpy
 Untuk waktu proses korosi 2 hari = 48 jam
(0.68).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.85).(154.90).( 48)
 1.02 mpy
Dengan cara yang dapat pula ditentukan laju korosi benda uji besi beton
ulir yang dibiarkan pada udara bebas sampai waktu proses korosi 30 hari,
seperti diperlihatkan pada Tabel 4.3.
6. Benda Uji Genteng Metal
Bahan dari benda uji genteng metal adalah seng. Dari Lampiran 1,
diketahui berat jenisnya D  7135 kg/m3 = 7.135 g/cm3.
 Untuk waktu proses korosi 1 hari = 24 jam
(0.14).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.135).(882).( 24)
 0.08 mpy
 Untuk waktu proses korosi 2 hari = 48 jam
(0.04).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.135).(882).( 48)
 0.01 mpy
Dengan cara yang dapat pula ditentukan laju korosi benda uji genteng
metal yang dibiarkan pada udara bebas sampai waktu proses korosi 30
hari, seperti diperlihatkan pada Tabel 4.3.

II. Air Belerang


1. Benda Uji Baut
 Untuk waktu proses korosi 1 hari = 24 jam

43
(2.42).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.85).(7.49).( 24)
 150.18 mpy
 Untuk waktu proses korosi 2 hari = 48 jam
(4.28).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.85).(7.49).( 48)
 132.80 mpy
Dengan cara yang dapat pula ditentukan laju korosi benda uji baut yang
dibiarkan pada air belerang sampai waktu proses korosi 30 hari, seperti
diperlihatkan pada Tabel 4.4.
2. Benda Uji Baja Ringan Kanal C
 Untuk waktu proses korosi 1 hari = 24 jam
(38.72).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.85).(365).( 24)
 49.32 mpy
 Untuk waktu proses korosi 2 hari = 48 jam
(102.21).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.85).(365).( 48)
 65.10 mpy
Dengan cara yang dapat pula ditentukan laju korosi benda uji baja ringan
kanal C yang dibiarkan pada air belerang sampai waktu proses korosi 30
hari, seperti diperlihatkan pada Tabel 4.4.
3. Benda Uji Besi Siku
 Untuk waktu proses korosi 1 hari = 24 jam
(32.67).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.85).( 400).( 24)
 37.98 mpy
 Untuk waktu proses korosi 2 hari = 48 jam
(73.45).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.85).( 400).( 48)
 42.69 mpy

44
Dengan cara yang dapat pula ditentukan laju korosi benda uji besi siku
yang dibiarkan pada air belerang sampai waktu proses korosi 30 hari,
seperti diperlihatkan pada Tabel 4.4.
4. Benda Uji Besi Beton Polos
 Untuk waktu proses korosi 1 hari = 24 jam
(12.54).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.85).(113.03).( 24)
 51.58 mpy
 Untuk waktu proses korosi 2 hari = 48 jam
(24.38).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.85).(113.03).( 48)
 50.14 mpy
Dengan cara yang dapat pula ditentukan laju korosi benda uji besi beton
polos yang dibiarkan pada air belerang sampai waktu proses korosi 30
hari, seperti diperlihatkan pada Tabel 4.4.
5. Benda Uji Besi Beton Ulir
 Untuk waktu proses korosi 1 hari = 24 jam
(27.36).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.85).(154.90).( 24)
 82.13 mpy
 Untuk waktu proses korosi 2 hari = 48 jam
(38.91).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.85).(154.90).( 48)
 58.40 mpy
Dengan cara yang dapat pula ditentukan laju korosi benda uji besi beton
ulir yang dibiarkan pada air belerang sampai waktu proses korosi 30 hari,
seperti diperlihatkan pada Tabel 4.4.
6. Benda Uji Genteng Metal
 Untuk waktu proses korosi 1 hari = 24 jam
(0.18).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.135).(882).( 24)

45
 0.10 mpy
 Untuk waktu proses korosi 2 hari = 48 jam
(1.18).(8,76 x 10 4 )
CR 
(7.135).(882).( 48)
 0.34 mpy
Dengan cara yang dapat pula ditentukan laju korosi benda uji genteng
metal yang dibiarkan pada air belerang sampai waktu proses korosi 30
hari, seperti diperlihatkan pada Tabel 4.5.

4.2.2 Hubungan Waktu Proses Korosi Terhadap Laju Korosi


Penentuan pengurangan berat ( W ) maupun laju korosi ( CR ) dari benda
uji secara keseluruhan selama proses korosi baik dibiarkan di udara bebas dan di
air belerang, dapat ditabel seperti pada Tabel 4.3 dan 4.4.

Tabel 4.3 Pengurangan Berat dan Laju Korosi pada Udara Bebas
Waktu Benda Uji
Proses Baja Ringan Besi Beton Besi Beton Genteng
Baut Besi Siku
Korosi Kanal C Polos Ulir Metal

Hari Jam
W CR W CR W CR W CR W CR W CR
(g) (mpy) (g) (mpy) (g) (mpy) (g) (mpy) (g) (mpy) (g) (mpy)
1 24 0.02 1.24 0.02 0.03 1.38 1.60 0.68 2.80 1.33 3.99 0.14 0.08
2 48 -0.01 -0.31 0.13 0.08 -0.35 -0.20 -0.07 -0.14 0.68 1.02 0.04 0.01
3 72 0.03 0.62 0.37 0.16 0.65 0.25 0.19 0.26 -0.03 -0.03 0.32 0.06
4 96 0.06 0.93 0.16 0.05 0.75 0.22 0.32 0.33 0.52 0.39 0.25 0.04
5 120 0.00 0.00 -0.05 -0.01 0.44 0.10 0.20 0.16 0.21 0.13 0.35 0.04
6 144 0.05 0.52 0.16 0.03 0.62 0.12 0.29 0.20 0.46 0.23 0.24 0.02
7 168 0.24 2.13 -0.03 -0.01 0.39 0.06 0.04 0.02 0.43 0.18 0.04 0.00
8 192 0.02 0.16 -0.23 -0.04 -0.32 -0.05 -0.02 -0.01 -0.72 -0.27 -0.09 -0.01
9 216 -0.02 -0.14 -0.02 0.00 -0.16 -0.02 0.00 0.00 -0.06 -0.02 -0.20 -0.01
10 240 -0.08 -0.50 -0.08 -0.01 -0.36 -0.04 0.04 0.02 -0.21 -0.06 -0.08 0.00
11 264 0.16 0.90 0.04 0.00 -0.34 -0.04 0.09 0.03 -0.09 -0.02 -0.30 -0.02
12 288 0.04 0.21 -0.24 -0.03 -0.46 -0.04 -0.06 -0.02 -0.29 -0.07 0.07 0.00
13 312 0.07 0.33 0.19 0.02 -9.53 -0.85 0.16 0.05 0.38 0.09 0.37 0.02
14 336 -0.04 -0.18 0.41 0.04 -0.51 -0.04 0.05 0.01 -0.09 -0.02 0.18 0.01
15 360 -0.02 -0.08 0.10 0.01 -0.40 -0.03 -0.06 -0.02 0.02 0.00 0.48 0.02
16 384 0.06 0.23 -0.03 0.00 -0.09 -0.01 0.15 0.04 0.28 0.05 0.09 0.00
17 408 0.02 0.07 -0.26 -0.02 0.05 0.00 0.07 0.02 0.43 0.08 0.16 0.01
18 432 -0.01 -0.03 -0.19 -0.01 -0.34 -0.02 -0.14 -0.03 0.15 0.03 0.02 0.00
19 456 0.00 0.00 -0.05 0.00 -0.16 -0.01 0.10 0.02 -0.09 -0.01 0.18 0.01
20 480 0.05 0.16 -0.12 -0.01 -0.24 -0.01 0.12 0.02 -0.04 -0.01 0.05 0.00
21 504 0.01 0.03 -0.01 0.00 -0.55 -0.03 0.01 0.00 -0.13 -0.02 0.15 0.00
22 528 -0.04 -0.11 0.09 0.01 0.00 0.00 0.07 0.01 -0.09 -0.01 0.16 0.00
23 552 0.00 0.00 -0.23 -0.01 -0.11 -0.01 0.10 0.02 -0.15 -0.02 0.22 0.01
24 576 0.06 0.16 -0.03 0.00 -0.16 -0.01 0.04 0.01 -0.19 -0.02 0.05 0.00
25 600 0.05 0.12 -0.01 0.00 -0.01 0.00 0.00 0.00 -0.08 -0.01 0.11 0.00
26 624 0.08 0.19 0.01 0.00 0.05 0.00 0.15 0.02 -0.03 0.00 0.37 0.01

46
27 648 0.00 0.00 0.09 0.00 0.24 0.01 0.16 0.02 0.09 0.01 0.12 0.00
28 672 -0.06 -0.13 -0.02 0.00 0.39 0.02 0.18 0.03 0.24 0.03 0.08 0.00
29 696 0.02 0.04 0.03 0.00 0.17 0.01 0.16 0.02 0.09 0.01 0.14 0.00
30 720 0.16 0.33 -0.12 -0.01 0.09 0.00 0.22 0.03 0.01 0.00 0.21 0.00

Tabel 4.4 Pengurangan Berat dan Laju Korosi pada Air Belerang
Waktu Benda Uji
Proses Baja Ringan Besi Beton Besi Beton
Baut Besi Siku Genteng Metal
Korosi Kanal C Polos Ulir

Har W CR W CR W CR W CR W CR W CR
Jam (mpy (mpy
i (g) (mpy) (g) (mpy) (g) (mpy) (g) (g) (g) (mpy)
) )
1 24 2.42 150.18 38.72 49.32 32.67 37.98 12.54 51.58 27.36 82.13 0.18 0.10
2 48 4.28 132.80 102.21 65.10 73.45 42.69 24.38 50.14 38.91 58.40 1.18 0.34
3 72 4.94 102.19 164.13 69.69 122.03 47.28 36.69 50.31 60.63 60.67 16.34 3.16
4 96 0 0.00 189.19 60.25 167.23 48.60 49.35 50.75 76.43 57.36 65.61 9.51
5 120 0 0.00 0.00 0.00 205.53 47.78 64.15 52.78 94.27 56.60 90.14 10.46
6 144 0 0.00 0.00 0.00 209.47 40.58 65.39 44.83 96.23 48.14 103.17 9.97
7 168 0 0.00 0.00 0.00 255.62 42.45 78.83 46.32 112.84 48.39 107.60 8.92
8 192 0 0.00 0.00 0.00 361.91 52.59 105.83 54.42 141.54 53.11 0.00 0.00
9 216 0 0.00 0.00 0.00 365.22 47.17 107.97 49.35 142.83 47.64 0.00 0.00
10 240 0 0.00 0.00 0.00 371.91 43.23 108.79 44.75 143.06 42.94 0.00 0.00
11 264 0 0.00 0.00 0.00 416.58 44.02 120.15 44.93 156.53 42.72 0.00 0.00
12 288 0 0.00 0.00 0.00 452.69 43.85 128.91 44.19 169.33 42.36 0.00 0.00
13 312 0 0.00 0.00 0.00 486.55 43.51 137.17 43.40 181.35 41.88 0.00 0.00
14 336 0 0.00 0.00 0.00 504.45 41.88 141.22 41.49 188.17 40.35 0.00 0.00
15 360 0 0.00 0.00 0.00 534.61 41.43 150.53 41.28 205.87 41.20 0.00 0.00
16 384 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 159.68 41.05 220.39 41.35 0.00 0.00
17 408 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 166.5 40.29 232.79 41.11 0.00 0.00
18 432 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 172.88 39.51 248.69 41.47 0.00 0.00
19 456 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 178.04 38.55 257.52 40.69 0.00 0.00
20 480 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 183.52 37.75 268.60 40.31 0.00 0.00
21 504 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 188.03 36.83 280.20 40.05 0.00 0.00
22 528 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 196.13 36.67 295.06 40.26 0.00 0.00
23 552 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 204.02 36.49 308.57 40.27 0.00 0.00
24 576 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 208.46 35.73 320.94 40.14 0.00 0.00
25 600 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 214.99 35.37 333.78 40.08 0.00 0.00
26 624 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 221.53 35.05 347.89 40.17 0.00 0.00
27 648 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 227.01 34.59 358.50 39.86 0.00 0.00
28 672 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 230.76 33.90 367.69 39.42 0.00 0.00
29 696 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 238.34 33.81 382.76 39.62 0.00 0.00
30 720 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 242.11 33.20 393.03 39.33 0.00 0.00

Berdasarkan Tabel 4.3 dan 4.4, dapat dibuatkan grafik hubungan waktu
proses korosi terhadap laju korosi pada lingkungan yang korosif udara bebas dan
air belerang dari benda uji bahan bangunan yang berbahan besi baut, baja ringan
kanal C, basi siku, besi beton polos, besi beton ulir dan genteng metal.

47
III. Grafik Udara Bebas

Baut
Baja Ringan Kanal C
Besi Siku
Besi Beton Polos
Besi Beton Ulir
Laju Korosi (mpy)

Genteng Metal

Hari

Gambar 4.19 Grafik Waktu Proses Korosi Terhadap Laju Korosi


di Udara Bebas

IV. Grafik Air Belerang

Gambar 4.20 Grafik Waktu Proses Korosi Terhadap Laju Korosi

48
di Air Belerang

4.3 Pembahasan
Berdasarkan grafik hubungan waktu proses korosi terhadap laju korosi
pada lingkungan yang korosif, maka pembahasannya adalah sebagai berikut:
1. Pemberian benda uji bahan bangunan berbahan dasar besi di udara bebas
(Gambar 4.19), terlihat bahwa bertambahnya hari pembiaran maka laju korosi
konstan. Dengan demikian pengaruh lingkungan yang korosif “bukit kasih
Kanonang” cenderung tidak memberihkan pengaruh yang mencolok selama
waktu pengujian 30 hari (1 bulan).
2. Pembiaran benda uji uji bahan bangunan berbahan dasar besi di air belerang
(Gambar 4.20), terlihat bahwa bertambahnya hari pembiaran maka laju korosi
menurun. Dengan demikian pengaruh lingkungan yang korosif “bukit kasih
Kanonang” memberikan pengaruh yang mencolok selama waktu pengujian 30
hari (1 bulan).
Berdasakan hasil pengujian pembiaran bahan bangunan yang berbahan
dasar besi di bukit kasih Kanonang, hasilnya adalah sebagai berikut:
1 Untuk benda uji baut
Pembiaran di udara bebas pengurangan berat naik turun. Sedangkan pembiaran
di air belerang terjadi pengurangan berat bahkan pada hari ketiga benda uji
habis akibat korosi.
2 Untuk benda uji baja ringan kanal C
Pembiaran di udara bebas pengurangan berat naik turun. Sedangkan pembiaran
di air belerang terjadi pengurangan berat bahkan pada hari kelima benda uji
habis akibat korosi.
3 Untuk benda uji besi siku
Pembiaran di udara bebas pengurangan berat naik turun. Sedangkan pembiaran
di air belerang terjadi pengurangan berat bahkan pada hari keenam belas benda
uji habis akibat korosi.
4 Untuk benda uji besi beton polos
Pembiaran di udara bebas pengurangan berat naik turun. Sedangkan pembiaran
di air belerang terjadi pengurangan berat akibat korosi.

49
5 Untuk benda uji besi beton ulir
Pembiaran di udara bebas pengurangan berat naik turun. Sedangkan pembiaran
di air belerang terjadi pengurangan berat akibat korosi.
6 Genteng metal
Pembiaran di udara bebas pengurangan berat naik turun. Sedangkan pembiaran
di air belerang terjadi pengurangan berat bahkan pada hari kedelapan benda uji
habis akibat korosi.

50
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pengaruh lingkungan yang korosif di
bukit kasih Kanonang, yaitu pembiaran di air belerang memberikan laju
penurunan korosi pada berbagai bahan bagunan dasar besi yang sangat cepat.
Sedangkan pembiaran di udara bebas pada awalnya memberikan laju penurunan
korosi, akan tetapi selang beberap hari penurunannya konstan.
Dengan demikian lingkungan yang korosif bukit kasih Kanonang
memberikan pengaruh terhadap laju korosi selama waktu pengujian 30 hari (1
bulan), yaitu pembiaran di air belerang dengan hasil untuk bahan bangunan
berbahan baut 10.22 mpy, baja ringan kanal C 8.52 mpy, besi siku 22.87 mpy,
besi beton polos 33.20 mpy, besi beton ulir 39.33 mpy dan genteng metal 2.51
mpy.

5.2 Saran
1. Pengujian laju korosi, sebaiknya dilakukan pada beberapa jenis bahan lainnya
dan lingkungan korosif yang berbeda, sehingga dapat diketahui perbandingan
atau perbedaan pengaruh terhadap laju korosi.
2. Untuk mendapatkan hasil laju korosi yang optimal, sebaiknya dilakukan
pengujian atau pembiaran bahan atau benda uji dalam selang waktu yang
panjang untuk pembiaran di udara bebas.

51
DAFTAR PUSTAKA

Trethewey, K.R. dan J. Chamberlain. (1991). Korosi untuk Mahasiswa dan


Rekayasawan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
M.G Fontana, Mars, 1987, Corrosion Engineering, G.,3rd edition McGraw-Hill,
New York
Jones, Denny, A. (1992). Principles and Prevention of Corrosion. New York:
Macmillan.
Vindi Arifka dan Shinta Hilmy Izzati. (2014), Identifikasi Korosi. Surabaya:
Institut Teknologi Sepuluh November
http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article/10996/71/article.pdf
Diakses tanggal 1 Januari 2018
https://www.scribd.com/doc/315755995/dasar-teori-ilmu-logam-dan-korosi
Diakses tanggal 1 Januari 2018
http://eprints.undip.ac.id/41465/3/BAB_II.pdf
Diakses tanggal 4 Januari 2018
http://eprints.polsri.ac.id/998/3/BAB%20II.pdf
Diakses tanggal 4 Januari 2018
http://www.panduankimia.net/2017/02/proses-terjadinya-korosi-pada-
besi_17.html
Diakses tanggal 29 Maret 2018

SNI ASTM A325:2012 (Baut Baja Ringan)


SNI-07-0138-1987 (Baja Kanal C)
SNI -07-2054-1990 (Besi Siku)
SNI 07-2052-2002 (Besi Tulangan Polos)
SNI 2052:2014 (Besi Tulangan Ulir)
SNI-07-0950-1989 (Genteng Metal MultiRoof)

52
LAMPIRAN 1
DAFTAR BERAT JENIS BAHAN

https://proyeksipil.blogspot.co.id/2012/12/sebuah-bangunan-terdiri-dari-berbagai.html

LAMPIRAN 2
KONTANTA PERHITUNGAN LAJU KOROSI

http://eprints.polsri.ac.id/2019/3/13%20BAB%20II.pdf

53
LAMPIRAN 3
HASIL PENGUJIAN BENDA UJI

Pembiaran atau Pengujian 1 Minggu

Udara Bebas Pertama

Air Belerang

54
Pembiaran atau Pengujian 2 Minggu

Udara Bebas

Air Belerang

55
Pembiaran atau Pengujian 3 Minggu

Udara Bebas

Air Belerang

56
Pembiaran atau Pengujian 4 Minggu

Udara Bebas

Air Belerang

57

Anda mungkin juga menyukai