Anda di halaman 1dari 101

ANALISIS PENGARUH KONTAMINAN TERHADAP

KEKESATAN (SKID RESISTANCE) PADA


PERMUKAAN PERKERASAN

TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan
Memenuhi Syarat Untuk Menempuh
Ujian Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh :

ERICK MANGAPUL GULTOM


12 0404 054

BIDANG STUDI TRANSPORTASI


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh

karena anugerah dan kasih karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

Tugas Akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik

Sipil Bidang Studi Transportasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Analisis Pengaruh Kontaminan

Terhadap Kekesatan (Skid Resistance) Permukaan Perkerasan”

Dengan segenap kasih dan penghargaan penulis mempersembahkan Tugas

Akhir ini terkhusus kepada ayahanda dan ibunda tercinta A. Gultom dan D.

Harahap yang telah memotivasi dan mendukung serta menjadi sumber semangat

penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian Tugas Akhir ini tidak

terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada beberapa pihak yang berperan penting, yaitu :

1. Bapak Ir. Zulkarnain A. Muis M.Eng.Sc selaku Dosen Pembimbing dan

Koordinator Bidang Studi Transportasi, yang telah banyak memberikan

bimbingan yang sangat bernilai, dukungan, meluangkan waktu dan pikiran

untuk membantu penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Ibu Adina Sari Lubis ST. MT. selaku Dosen Co Pembimbing, yang telah

banyak memberikan arahan yang sangat bernilai, dukungan, meluangkan


waktu, pikiran dan tenaga untuk membantu penulis menyelesaikan Tugas

Akhir ini.

3. Bapak Irwan Sembiring ST. MT. dan Bapak Ir. Medis Surbakti MT. Phd.

selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan saran dan masukan

kepada penulis terhadap Tugas Akhir ini.

4. Bapak Ir. Medis Surbakti MT. Phd. selaku Ketua Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Ir. Andy Putra Rambe, MBA selaku Sekretaris Departemen Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof. Dr. Ing Johannes Tarigan selaku Wakil Dekan I Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak/Ibu seluruh staff pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama ini

kepada penulis.

9. Tim Penelitian : Fheby Saragih, Frans Nainggolan, Janhot Lumban Gaol,

Very Nababan, dan Rio Rumahorbo yang telah membantu penulis

mempersiapkan dan melakukan penelitian.

10. Asisten Laboratorium Jalan Raya Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

11. Teman-teman Kelompok Tumbuh Bersama dan adik-adik Kelompok Kecil

serta teman-teman pelayanan yang telah mendoakan penulis.


12. Kawan-kawan seperjuangan teknik sipil angkatan 2012, Aditya Pratama,

Rudi Sirait, George Lumbantobing, Michael Chandra, Sahri Dani, Fanny

Barimbing, Anastasia Monica, Debora Agnes, serta teman-teman angkatan

2012 yang tidak dapat disebutkan seluruhnya. Terima kasih atas semangat

dan bantuannya selama ini

Dan segenap pihak yang belum penulis sebut disini atas jasa-jasanya

dalam mendukung dan membantu penulis dari segi apapun, sehingga Tugas Akhir

ini dapat diselesaikan dengan baik.

Mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan yang penulis miliki, maka

penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari permbaca

diharapkan untuk penyempurnaan laporan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan Tugas

Akhir ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juni 2017

Penulis,

Erick Mangapul Gultom

12 0404 054
ABSTRAK

Kekesatan (skid resistance) permukaan perkerasan jalan adalah gaya yang


dihasilkan antara permukaan jalan dengan ban untuk mengimbangi maju
kendaraan saat dilakukan pengereman. Kontaminan adalah material yang
menutupi permukaan perkerasan yang mempengaruhi kekesatan permukaan
perkerasan. Kontaminan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak,
garam, pasir dan air. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
kontaminan terhadap kekesatan permukaan perkerasan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen.
Penelitian dilakukan dengan pengujian langsung pada ruas jalan yang sudah
ditentukan. Pengujian kekesatan dilakukan sebelum dan sesudah permukaan
perkerasan tertutupi kontaminan pada Jalan Dr. A. Sofian dengan permukaan
perkerasan lentur dan Jalan Sisingamangaraja XII dengan permukaan perkerasan
kaku. Pengukuran kekesatan dilakukan menggunakan British Pendulum Tester
dengan satuan British Pendulum Number.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh kontaminan terhadap
kekesatan permukaan perkerasan. Kekesatan permukaan perkerasan mengalami
penurunan setelah tertutupi kontaminan yaitu pada minyak pelumas sebesar
50.5%, garam sebesar 37.1%, pasir sebesar 22.8%, dan air sebesar 20.1%. Hasil
uji Anova Dua Arah menunjukan adanya pengaruh bermakna pada kondisi
kekesatan permukaan perkerasan pada kondisi tanpa kontaminan dan dengan
kondisi tertutupi kontaminan pada tingkat signifikansi 95% (p-value<0.05).
Sebelum terkena kontaminan nilai kekesatan pada perkerasan lentur
adalah 53.95 dan pada perkerasan kaku adalah 61.73. Berdasarkan nilai kekesatan
minimum nilai tersebut masih memadai. Sedangkan setelah tertutupi kontaminan
minyak pelumas, garam, pasir dan air nilai kekesatan pada jenis perkerasan lentur
berturut-turut adalah 28.0, 36.0, 41.0, dan 41,9. Sedangkan pada jenis perkerasan
kaku berturut-turut adalah 29.2, 36.9, 51.8, 41.0 berdasarkan nilai kekesatan
minimum nilai tersebut tidak memadai.
Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini akan memberikan panduan
dan saran untuk pemeliharaan perkerasan terutama dalam faktor keamanan yaitu
kekesatan permukaan perkerasan

Kata Kunci : Kekesatan, skid resistance, British Pendulum Tester (BPT),


kontaminan, permukaan perkerasan
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 3

1.3. Hipotesa ............................................................................................. 3

1.4. Tujuan ................................................................................................ 3

1.5. Manfaat .............................................................................................. 3

1.6. Pembatasan Masalah .......................................................................... 4

1.7. Sistematika Penulisan ........................................................................ 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 7

2.1. Umum ................................................................................................ 7

2.2. Skid Resistance Pada Permukaan Perkerasan .................................... 9

2.3. Pengaruh Lingkungan terhadap Skid Resistance ............................... 14

2.4. Alat Penguji Skid Resistance ............................................................. 18

2.4.1. British Pendulum Tester (BPT).............................................. 21

2.4.2. Ketentuan Penggunaan Alat ................................................... 22

2.4.3. Benda Uji ............................................................................... 25

2.4.4. Persiapan Alat ........................................................................ 26

2.4.5. Ketelitian dan Bias ................................................................. 28


2.5. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 37

3.1. Lokasi dan jenis permukaan perkerasan .......................................... 37

3.2. Sampel ............................................................................................ 38

3.3. Peralatan .......................................................................................... 40

3.3.1. Alat Utama ............................................................................. 40

3.3.2. Alat Tambahan ....................................................................... 40

3.3.3. Bahan Kontaminan dan peletakannya .................................... 43

3.4. Tahap Persiapan ............................................................................... 46

3.5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 47

3.6. Tahap Pengolahan Data .................................................................. 53

3.7. Tahap Analisa Data ........................................................................ 54

BAB IV. HASIL DAN ANALISA DATA..................................................... 56

4.1. Hasil Pengujian .................................................................................. 56

4.2. Tahap Pengolahan Data .................................................................... 58

4.2.1. Perhitungan Persentase Penurunan Nilai Kekesatan .............. 58

4.2.2. Pengolahan data menggunakan Uji Anova Dua Arah............ 60

4.3. Analisa Data dan Hasil....................................................................... 65

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 74

5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 74

5.2. Saran ..................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 76

LAMPIRAN .................................................................................................... 83
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fungsi perkerasan dan karakteristik perkerasan berdasarkan

jenis evaluasi ....................................................................................8

Tabel 2.2 Nilai kekesatan (skid resistance) minimum yang disarankan . .......10

Tabel 2.3 Faktor yang mempengaruhi kekesatan (skid resistance)

perkerasan ..................................................................................... .12

Tabel 2.4 Kondisi tekstur dan kategori kecepatan . ........................................14

Tabel 2.5 Alat-alat pengukur kekesatan (skid resistance) permukaan

perkerasan .......................................................................................15

Tabel 2.6 Koreksi nilai BPN berdasarkan temperatur permukaan. ................31

Tabel 2.7 Tabulasi penelitian kekesatan (skid resistance) dan variabel lain

pada penelitian terdahulu. ...............................................................38

Tabel 4.1 Data Nilai Kekesatan (Skid Resistance) Permukaan Perkerasan

Sebelum dan Sesudah Terkena Kontaminan Minyak Pelumas serta

Penurunannya. ................................................................................57

Tabel 4.2 Data Nilai Kekesatan (Skid Resistance) Permukaan Perkerasan

Sebelum dan Sesudah Terkena Kontaminan Garam serta

Penurunannya. ................................................................................57

Tabel 4.3 Data Nilai Kekesatan (Skid Resistance) Permukaan Perkerasan

Sebelum dan Sesudah Terkena Kontaminan Pasir serta

Penurunannya. ................................................................................58
Tabel 4.4 Data Nilai Kekesatan (Skid Resistance) Permukaan Perkerasan

Sebelum dan Sesudah Terkena Kontaminan Air serta

Penurunannya. ................................................................................58

Tabel 4.5 Data Persentase Penurunan Nilai Kekesatan (Skid Resistance)

Setelah Terkena Kontaminan. ........................................................59

Tabel 4.6 Hasil Analisis Normalitas Data Menggunakan Uji Kolmogorov-

Smirnov. .........................................................................................61

Tabel 4.7 Hasil Analisis Perbedaan Pengaruh Antar Faktor Penelitian

Menggunakan Uji Two Way Anova (Anova Dua Arah). ................62

Tabel 4.8 Hasil Uji Tukey HSD (Beda Nyata Jujur) Terhadap Perbedaan

Antar Berbagai Perlakuan...............................................................63

Tabel 4.9 Hasil Uji Tukey HSD (Beda Nyata Jujur) Terhadap

Pengelompokan Rata-rata Persentase Penurunan Nilai Kekesatan

(Skid Resistance) Akibat Perlakuan................................................64


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Grafik penurunan kinerja perkerasan . ...........................................9

Gambar 2.2 Diagram gaya yang terjadi pada rotasi kendaraan . .....................11

Gambar 2.3 Grafik regresi linear antara nilai kekesatan (BPN) terhadap

temperatur .................................................................................. .18

Gambar 2.4 Grafik pengaruh ketebalan lapisan air (WFT) pada kekesatan

(skid resistance) permukaan perkerasan .................................... .19

Gambar 2.5 Grafik hubungan antara tingkat kecelakaan pada musim hujan

dan nilai kekesatan (skid resistance) . ..........................................20

Gambar 2.6 British Pendulum Tester ..............................................................22

Gambar 2.7 Sketsa British Pendulum Tester. ..................................................24

Gambar 2.8 Skema alat pendulum dan bidang kontak karet peluncur.............25

Gambar 2.9 Karet peluncur dengan keausan tepi maksimum ..........................26

Gambar 2.10 ..... Grafik hubungan antara kekesatan (skid resistance) dan bentuk

kecelakaan lalu lintas pada musim dingin di Virginia. ................33

Gambar 2.11 Grafik hubungan antara kekesatan dan slip speed diukur

menggunakan DFT. ......................................................................34

Gambar 2.12 Grafik hubungan antara kekesatan dan bentuk agregat kasar pada

permukaan HMA kering. .............................................................35

Gambar 2.13 Grafik hubungan antara kekesatan dan bentuk agregat kasar pada

permukaan HMA basah................................................................36

Gambar 2.14 Hubungan antara kekesatan dan tipe campuran aspal beton yang

berbeda-beda. ...............................................................................37
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian Jl. Dr. A. Sofian. ......................................39

Gambar 3.2 Peta lokasi penelitian Jl. Sisingamangaraja XII. ..........................40

Gambar 3.3 British Pendulum Tester pada permukaan yang akan diuji..........42

Gambar 3.4 Meteran 50 m. ..............................................................................43

Gambar 3.5 Thermometer. ...............................................................................43

Gambar 3.6 Sikat Halus dan Kuas. ..................................................................44

Gambar 3.7 Safety Jacket. ................................................................................44

Gambar .8 Segitiga Pengaman. ......................................................................45

Gambar 3.9 Minyak Pelumas. ..........................................................................45

Gambar 3.10 Garam. ..........................................................................................46

Gambar 3.11 Pasir. .............................................................................................46

Gambar 3.12 Air. ...............................................................................................47

Gambar 3.13 Pemasangan Segitiga Pengaman. .................................................48

Gambar 3.14 Pengukuran Titik Sampel dari Tepi Perkerasan. ..........................49

Gambar 3.15 Pemasangan Label Titik Pengujian 5. ..........................................49

Gambar 3.16 Pembersihan area pengujian. ........................................................50

Gambar 3.17 Gelembung udara berada di tengah lingkaran. .............................50

Gambar 3.18 Alat BPT diletakkan 80º dari pola perkerasan rigid.....................51

Gambar 3.19 Jarum berada pada titik nol. .........................................................51

Gambar 3.20 Pengaturan bidang kontak karet. ..................................................52

Gambar 3.21 Pengukuran temperatur permukaan perkerasan. ..........................52

Gambar 3.22 Pengukuran nilai kekesatan (skid resistance) dengan meluncurkan

pendulum. .....................................................................................53

Gambar 3.23 Permukaan perkerasan tertutupi oleh kontaminan air ..................53


Gambar 3.24 Bagan alir penelitian ....................................................................56

Gambar 4.1. Grafik rata-rata persentase penurunan nilai kekesatan (skid

resistance) ....................................................................................60

Gambar 4.2 Grafik nilai kekesatan (skid resistance) Jl. Dr. A. Sofian dan Jl.

Sisingamangaraja XII sebelum terkena kontaminan minyak

pelumas. .......................................................................................66

Gambar 4.3 Grafik nilai kekesatan (skid resistance) Jl. Dr. A. Sofian dan Jl.

Sisingamangaraja XII setelah terkena kontaminan minyak

pelumas. .......................................................................................67

Gambar 4.4 Grafik nilai kekesatan (skid resistance) Jl. Dr. A. Sofian dan Jl.

Sisingamangaraja XII sebelum terkena kontaminan garam. ........68

Gambar 4.5 Grafik nilai kekesatan (skid resistance) Jl. Dr. A. Sofian dan Jl.

Sisingamangaraja XII setelah terkena kontaminan garam. .........69

Gambar 4.6 Grafik nilai kekesatan (skid resistance) Jl. Dr. A. Sofian dan Jl.

Sisingamangaraja XII sebelum terkena kontaminan pasir. ..........70

Gambar 4.7 Grafik nilai kekesatan (skid resistance) Jl. Dr. A. Sofian dan Jl.

Sisingamangaraja XII setelah terkena kontaminan pasir. ...........71

Gambar 4.8 Grafik nilai kekesatan (skid resistance) Jl. Dr. A. Sofian dan Jl.

Sisingamangaraja XII sebelum terkena kontaminan air...............72

Gambar 4.9 Grafik nilai kekesatan (skid resistance) Jl. Dr. A. Sofian dan Jl.

Sisingamangaraja XII setelah terkena kontaminan air. ................73


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Skid Resistance atau kekesatan (tahanan geser) adalah kemampuan

permukaan beton aspal terutama pada kondisi basah, memberikan gaya gesek

pada roda kendaraan sehingga kendaraan tidak tergelincir ataupun slip (Saptoyo

Aji., 2011).

Skid resistance merupakan nilai gesekan yang terjadi antara permukaan

perkerasan dan roda kendaraan. Nilai gesekan ini tergantung tekstur mikro dan

makro permukaan perkerasan, properti ban, kecepatan kendaraan dan kondisi

cuaca. (Beaven and Tubey, L.W. 1978 dalam Yero, S., et al, 2012).

Skid resistance permukaan perkerasan jalan adalah gaya yang dihasilkan

antara permukaan jalan dengan ban untuk mengimbangi maju kendaraan saat

dilakukan pengereman. Skid resistance permukaan jalan dipengaruhi oleh tekanan

ban, bentuk ban, bunga ban, permukaan dan kondisi jalan, dan kecepatan

kendaraan. (Sukirman, S., 1999).

Diseluruh dunia, lebih dari 1 juta orang meninggal setiap tahun karena

kecelakaan lalu lintas. Meskipun persentase yang tertinggi disebabkan oleh

kesalahan pengemudi, tapi jalan raya memiliki pengaruh signifikan terhadap

persentase kecelakaan lalu lintas yang tinggi ini. Faktor yang paling penting pada

jalan raya yang mempengaruhi tingkat kecelakaan adalah skid resistance. Tingkat

kecelakaan meningkat di musim hujan dikarenakan skid resistance jalan menurun.

(Ibrahim M. Asi., 2007).


Pada waktu kering semua permukaan perkerasan mempunyai nilai skid

resistance yang besar dan memadai, sedangkan pada musim dingin bila

permukaan tertutup lapisan lumpur, salju, es, atau lainnya maka nilai skid

resistance tidak memadai (Willey., 1935 pada Suwardo 2003).

Nilai skid resistance permukaan perkerasan aspal sangat berpengaruh

ketika permukaan perkerasan ditutupi oleh kontaminan. Minyak pelumas

memberikan pengaruh terburuk pada skid resistance perkerasan aspal (Ping Cao.,

et al. 2010).

Untuk menganalisis pengaruh kontaminan terhadap skid resistance

permukaan perkerasan dilakukan pengukuran skid resistance sebelum dan sesudah

permukaan perkerasan tertutupi kontaminan. Pengukuran skid resistance

dilakukan menggunakan British Pendulum Tester (BPT). British Pendulum Tester

merupakan alat uji jenis bandul (pendulum) dinamis, digunakan untuk mengukur

energi yang hilang pada saat karet di bagian bawah telapak bandul menggesek

permukaan yang diuji. Alat ini digunakan untuk pengujian pada permukaan yang

datar di lapangan atau laboratorium, dan untuk mengukur nilai pemolesan

(polishing value) pada benda uji berbentuk lengkung. (SNI 4427:2008).

Pada penelitian ini akan dibahas mengenai kontaminan dan pengaruhnya

terhadap nilai skid resistance permukaan perkerasan. Perkerasan pada jalan terdiri

dari perkerasan lentur dan perkerasan kaku, maka dipandang perlu untuk

melakukan penelitian pengaruh berbagai jenis kontaminan terhadap dua jenis

permukaan perkerasan. Oleh karena itu, melalui penelitian ini akan dianalisis

pengaruh empat jenis kontaminan terhadap dua jenis perkerasan.


Sedangkan untuk pemilihan kontaminan yang digunakan pada penelitian

ini adalah air, pasir, garam, dan minyak pelumas.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana nilai skid resistance permukaan perkerasan sebelum terkena

kontaminan dan bagaimana pengaruh kontaminan terhadap nilai skid resistance

permukaan perkerasan?

1.3. Hipotesa

1. H0 : Tidak ada pengaruh kontaminan terhadap nilai skid resistance

permukaan perkerasan.

2. H1 : Ada pengaruh kontaminan terhadap nilai skid resistance

permukaan perkerasan.

1.4. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui nilai skid resistance pada dua jenis perkerasan.

2. Mengetahui pengaruh kontaminan terhadap nilai skid resistance pada

permukaan perkerasan.

1.5. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Melalui penelitian ini diketahui nilai skid resistance permukaan perkerasan

sebelum terkena kontaminan.


2. Melalui penelitian ini diketahui nilai skid resistance permukaan perkerasan

setelah terkena kontaminan.

3. Melalui penelitian ini diketahui perbandingan pengaruh empat jenis

kontaminan terhadap dua jenis permukaan perkerasan.

4. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi

dan pengetahuan mengenai pengaruh kontaminan terhadap nilai skid

resistance permukaan perkerasan

5. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

evaluasi nilai skid resistance permukaan perkerasan.

1.6. Pembatasan Masalah

1. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui nilai skid resistance

permukaan perkerasan adalah British Pendulum Tester (BPT) dengan satuan

British Pendulum Number (BPN).

2. Kontaminan yang digunakan adalah air, pasir, garam dan minyak pelumas.

3. Pengukuran nilai skid resistance dilakukan untuk dua jenis perkerasan yaitu

perkerasan lentur dan perkerasan kaku.

4. Penelitian ini menggunakan peraturan SNI 4427 : 2008 yaitu Cara Uji

Kekesatan Permukaan Perkerasan Menggunakan Alat British Pendulum

Tester (BPT).
1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada tugas akhir ini dibagi kedalam 5 (lima)

bagian utama dan ditambah dengan lampiran-lampiran dan daftar pustaka.

Adapun deskripsi dari masing-masing bab adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan pemikiran atau rencana awal yang akan dilakukan dalam

penelitian untuk mencapai tujuan pemecahan dari suatu masalah yang ditinjau,

yaitu meliputi latar belakang, perumusan masalah penelitian, hipotesa, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan kajian teori dari literatur atau bahan bacaan yang relevan

dengan pembahasan penelitian tentang skid resistance, meliputi kajian tentang

skid resistance pada permukaan perkerasan, pengaruh lingkungan terhadap skid

resistance, dan alat uji skid resistance. Baik itu dari jurnal, buku, prosiding,

makalah dan sumber bacaan lainnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Merupakan bagian yang menjelaskan keseluruhan proses yang dilakukan

selama penelitian berlangsung sampai tujuan dari penelitian ini tercapai. Dalam

bab ini dijelaskan metode yang yang digunakan dalam penelitian, penentuan

lokasi dan jenis permukaan perkerasan, penentuan sampel penelitian, proses

mendapatkan data atau sumber data, proses pengolahan data, dan analisa data.
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA

Pada bab ini berisi tentang pembahasan atau hasil data-data yang telah

dikumpulkan. Hasil tersebut kemudian dianalisa berdasarkan teori yang ada. Data-

data yang terkumpul tersebut kemudian dianalisa sehingga diperoleh hasil atau

tujuan akhir dari penelitian ini. Dari hasil analisa tersebut kemudian kesimpulan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan yang telah

diperoleh dari pembahasan bab-bab sebelumnya, dan saran mengenai hasil

penelitian yang dapat dijadikan masukan yang berguna.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Umum
Perkerasan merupakan campuran antara agregat dan bahan pengikat yang

mendukung beban lalu lintas yang berada diatasnya. Berdasarkan bahan

pengikatnya maka perkerasan jalan dibagi atas dua jenis yaitu:

1. Perkerasan lentur (Flexible pavement)

2. Perkerasan kaku (Rigid pavement)

Perkerasan jalan harus memberikan kenyamanan, keamanan, dan

pelayanan yang efisien kepada pengguna jalan. Perkerasan juga harus memiliki

kapasitas struktural yang mampu mendukung berbagai beban lalu lintas dan tahan

terhadap dampak dari kondisi lingkungan (De Solminihac., 2001 dalam

Christopher R. Bennett., et al, 2007).

Untuk mengetahui kinerja suatu perkerasan pada titik tertentu dan pada

masa yang akan datang diperlukan dilakukannya evaluasi terhadap perkerasan

tersebut secara teratur. Evaluasi ini akan menganalisis kemampuan suatu

perkerasan jalan dalam memenuhi tiga fungsi dasar perkerasan jalan yaitu

kenyamanan, keamanan dan efisiensi pelayanan. Evaluasi ini ditinjau dari dua

aspek yaitu fungsional dan struktural. Pada Tabel 2.1. disajikan skema sederhana

fungsi dan karakteristik perkerasan berdasarkan evaluasinya.


Tabel 2.1 Fungsi perkerasan dan karakteristik perkerasan berdasarkan jenis evaluasi

Fungsi Karakteristik Indikator dan


Jenis Evaluasi
Perkerasan Perkerasan indeks
IRI
Pelayanan Ketidakrataan
PSI
(Serviceability) (Roughness)
QI
Evaluasi Tekstur Makrotekstur
Fungsional (Texture) Mikrotekstur
Keamanan
Koefisien skid
(Safety) Kekesatan
resistance
(Skid Resistance)
IFI
Sifat Mekanik
Deflections
Perkerasan
Evaluasi Kapasitas Cracking
Struktural Struktural Surface Defects
Kerusakan Jalan
Profile
Deformations
Sistem (Data karakteristik dari
Referensi lokasi perkerasan)
Sumber : Data Collection Technologies for Road Management 2007. Version 2.0 East Asia
Pacific Transport Unit . The World Bank. Washington DC.

Evaluasi fungsional yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mendapatkan

informasi tentang karakteristik perkerasan jalan yang secara langsung

mempengaruhi keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan serta pelayanan

jalan. Karakteristik utama yang disurvei pada evaluasi fungsional ini adalah dalam

hal fungsi keamanan (safety) yaitu kekesatan permukaan jalan (skid resistance)

dan tekstur permukaan jalan (surface texture). Sedangkan dalam hal fungsi

pelayanan (serviceability) yaitu ketidakrataan jalan (road roughness).

Evaluasi struktural yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mendapatkan

informasi tentang kinerja struktur perkerasan terhadap beban lalu lintas dan

kondisi lingkungan. Karakteristik yang disurvei pada evaluasi struktural ini adalah

dalam hal kerusakan perkerasan dan mekanikal/struktural material. Hal yang

menjadi perhatian dan catatan penting adalah kerusakan perkerasan secara


struktural secara tidak langsung akan mempengaruhi aspek fungsional perkerasan

seperti kegemukan pada perkerasan (pavement bleeding) akan mempengaruhi

kekesatan permukaan perkerasan (skid resistance) dan retak pada ruas perkerasan

akan mempengaruhi ketidakrataan jalan (road roughness). (Christopher R.

Bennett., et al, 2007)

Seiring dengan waktu yang terus berjalan dan bertambahnya beban yang

harus dipikul oleh perkerasan, kinerja dari perkerasan itu akan berkurang (Gambar

2.1). Pengurangan kinerja ini akan mempengaruhi dua aspek ini, yaitu aspek

fungsional dan struktural.

Serviceability

Beban Repetisi/Umur

Gambar 2.1 Grafik penurunan kinerja perkerasan

2.2. Skid Resistance Pada Permukaan Perkerasan

Skid resistance adalah kemampuan permukaan perkerasan untuk

memberikan gaya gesek pada roda kendaraan sehingga kendaraan tidak tergelincir

atau slip terutama pada kondisi basah.

Permukaan perkerasan memiliki nilai skid resistance cukup bila tahanan

gesek antara ban dan permukaan jalan tersedia cukup dan permukaan tidak licin

sehingga pada kondisi kering atau basah tidak mengakibatkan ban yang halus
mudah slip. Permukaan perkerasan yang basah lebih berbahaya bagi kendaraan

dengan permukaan ban halus daripada kondisi permukaan kering. Nilai skid

resistance disajikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Nilai skid resistance minimum yang disarankan

Nilai skid
Kategori Tipe Lokasi
resistance
Lokasi-lokasi yang sulit seperti :
1. Bundaran
2. Belokan berjari-jari < 150 m pada jalan bebas
hambatan.
A 65
3. Kemiringan, 1:20 atau lebih curam, dengan panjang
> 100 m
4. Lengan pendekat simpang bersinyal pada jalan
bebas hambatan.
Jalan utama/cepat, menerus dan jalan kelas 1 dan jalan
B berlalulintas berat di perkotaan (>2000 kendaraan per 55
hari)
C Lokasi-lokasi lainnya 45
Sumber : ROAD RESEARCH LABORATORY (1969)
Instruction for using the Portable Skid Resistance Tester

Menurut Willey (1935) pada waktu kering semua jalan mempunyai nilai

skid resistance yang besar, sedangkan pada musim dingin bila permukaan jalan

tertutup lapisan lumpur, salju, es, atau lainnya maka nilai skid resistance tidak

memadai. Nilai skid resistance dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti variasi

bentuk profil permukaan dan kondisi ban, tekstur permukaan jalan, kondisi cuaca

dan kondisi mengemudi. Skid resistance diperlukan untuk memberi tambahan

gaya traksi, gaya pengereman, kendali arah dan tahanan gaya ke samping. Nilai

skid resistance permukaan perkerasan bergantung juga pada jenis tekstur

permukaan. Tekstur yang kasar memberikan kekuatan yang lebih dibandingkan

permukaan yang licin. Perkerasan jalan perlu direncanakan dengan

memperhatikan tekstur permukaan agar tersedia nilai skid resistance yang

memadai. Penelitian yang dilakukan TRRL (1977) menunjukkan bahwa tekstur


permukaan mempengaruhi nilai skid resistance pada perubahan kecepatan antara

50 km/jam – 130 km/jam.

Skid resistance merupakan gaya yang menahan gerak relatif antara roda

kendaraan dan permukaan perkerasan. Gaya tahanan ini seperti yang di

ilustrasikan pada Gambar 2.2 dihasilkan melalui putaran roda atau luncuran di

atas permukaan perkerasan. (Hall, J. W., et al, 2009).

Gambar 2.2 Diagram gaya yang terjadi pada rotasi kendaraan


Sumber : Hall, J. W., et al, 2009

Nilai skid resistance juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut

Wallman dan Astrom (2001) faktor-faktor ini dapat dibagi menjadi empat kategori

yaitu : Karakteristik permukaan perkerasan, parameter pengoperasian kendaraan,

properti ban, dan lingkungan. Pada Tabel 2.3 faktor yang paling berpengaruh

dicetak tebal.
Tabel 2.3 Faktor yang mempengaruhi skid resistance perkerasan

Karakteristik Parameter
Permukaan Pengoperasian Properti Ban Lingkungan
Perkerasan Kendaraan
• Tektur • Slip Speed • Foot Print • Iklim
Mikro ➢ Kecepatan • Desain ➢ Angin
• Tekstur kendaraan Tapak dan ➢ Temperatur
Makro ➢ Gerak kondisinya ➢ Air (hujan,
• Tekstur pengereman • Komposisi kondensasi)
Mega atau • Driving manuver karet dan ➢ Salju dan es
unevenness kekerasann • Kontaminan
• Properti ya ➢ Anti skid
Material • Tekanan material
• Temperatur udara (garam, pasir)
• Beban ➢ Tanah, pasir,
• Temperatur runtuhan
Sumber : Modifikasi dari Wallman dan Astrom (2001) dalam Behrouz Mataei., et al. (2016)

Nilai skid resistance pada permukaan perkerasan dapat diukur melalui

beberapa cara dengan meninjau parameter tertentu. Pada penelitian Rahman, H.

(1998) mengukur skid resistance permukaan perkerasan dengan meninjau dua

parameter dari sudut pandang perkerasan. Adapun parameter tersebut yaitu:

a. Parameter Skid Resistance Permukaan Langsung

Parameter skid resistance permukaan berikut diperoleh langsung dari

hasil pengukuran yang disesuaikan dengan prinsip dasar terjadinya gaya

gesek antara ban dan permukaan perkerasan. Beberapa parameter hasil

pengkuruan langsung yang umum dipergunakan antara lain :

1. Sideway Force Coefficient (SFC) yaitu dengan menggunakan

kombinasi sepeda motor (sidecar), dimana roda sampingnya dikunci

dengan sudut 20º dari arah perjalanan. Gaya antara ban dan lapisan

permukaan perkerasan kemudian diukur dan didefinisikan sebagai SFC


2. Braking Force Coefficient (BFC), diukur dengan mengunci roda

kendaraan yang bergerak dan mengukur torsi pengereman pada saat slip

terjadi. Dari pengukuran torsi tersebu, gaya antara ban dan lapisan

permukaan perkerasan diukur dan didefinisikan sebagai BFC. (Croney,

1992 dalam Rahman, H. 1998)

b. Parameter Skid Resistance Permukaan Tak Langsung

Pada pengukuran skid resistance menggunakan parameter tak langsung

nilai skid resistance dicari dengan menggunakan persamaan baku yang

diperoleh dari hasil penelitian terdahulu mengenai korelasi antara parameter

langsung dan tak langsung. Parameter tak langsung terdiri dari :

1. Tekstur Mikro (Microtexture)

Microtexture adalah karakteristik permukaan dalam skala kecil dari

agregat dan mortar, biasanya digambarkan dengan dua kondisi ekstrim,

yaitu kesat dan licin. Jenis klasifikasi tekstur ini sesungguhnya

merupakan faktor utama dalam menciptakan kekuatan adhesi antara ban

karet dan permukaan perkerasan.

Tabel 2.4 Kondisi tekstur dan kategori kecepatan

No Ilustrasi Skala Tekstur Kecepatan

1 Kasar Kesat Baik Sedang

2 Kasar Kesat Buruk Buruk

3 Halus Kesat Sedang Baik

4 Halus Licin Buruk Buruk

Sumber: Rahman, H. (1998)


2. Tekstur makro (Macrotexture)

Macrotexture adalah profil permukaan perkerasan yang terlihat oleh

mata dan biasanya dibagi menjadi dua kondisi ekstrem yaitu halus dan

kasar. Macrotexture memegang peranan penting pada jalan dengan

kecepatan tinggi dalam menciptakan skid resistance yang baik antara

ban karet dan permukaan perkerasan, akibat tersedianya saluran

drainase yang baik, sehingga ban karet selalu berhubungan dengan

permukaan perkerasan.

3. Polished Stone Value (PSV)

Polished Stone Value menggambarkan presentase batuan yang terpoles

dari batuan induk pada pemolesan tertentu. Di lapangan, nilai ini akan

menggambarkan kekuaran dari agregat utnuk melawan efek pemolesan

dari arus lalu lintas. Pada pelaksanaannya, uji PSV dilakukan dengan

memoles agregat dengan roda karet yang berputar dengan tambahan air

dan bahan pemoles. Dalam hal ini PSV mensimulasikan kondisi agregat

pada permukaan perkerasan setelah terekspos oleh arus lalu lintas.

2.3. Pengaruh Lingkungan terhadap Skid Resistance

Pada waktu kering semua jalan mempunyai nilai skid resistance yang

besar dan memadai, sedangkan pada musim dingin bila permukaan tertutup

lapisan lumpur, salju, es, atau lainnya maka nilai skid resistance tidak memadai

(Willey., 1935 pada Suwardo 2003).

Nilai skid resistance permukaan perkerasan aspal sangat berpengaruh

ketika permukaan perkerasan ditutupi oleh kontaminan. Minyak pelumas


memberikan pengaruh terburuk pada penurunan nilai skid resistance perkerasan

aspal. Pengaruh dari kontaminan pada nilai skid resistance meningkat ketika area

yang tertutupi kontaminan juga meningkat. Kontaminan merupakan ancaman

yang tidak dapat dihiraukan untuk keselamatan lalu lintas. Oleh karena itu pihak

yang berkaitan dengan pemeliharaan jalan harus membersihkan kontaminan yang

terdapat diatas permukaan perkerasan. (Ping Cao., et al. 2010)

Menurut J.W. Hall., et al, (2009) kondisi lingkungan merupakan faktor

yang sangat mempengaruhi nilai skid resistance dari permukaan perkerasan dan

roda kendaraan. Ada empat hal yang secara khusus mempengaruhi nilai skid

resistance, yaitu:

a. Temperatur

Roda kendaraan terbuat dari bahan viskoelastis dan sifatnya yang dapat

dipengaruhi secara signifikan oleh perubahan temperatur udara dan temperatur

permukaan perkerasan. Penelitian menunjukkan bahwa nilai skid resistance

umumnya menurun apabila temperatur meningkat.

Gambar 2.3 Grafik regresi linear antara nilai skid resistance (BPN) terhadap temperatur
Sumber : Bazlamit, SM., et al.2015
Dari Gambar 2.3 kita dapat melihat bahwa nilai skid resistance (BPN)

semakin menurun ketika temperatur meningkat. Jenis material perkerasan dan

bahan pengikatnya juga berdampak terhadap penurunan nilai skid resistance

akibat temperatur. Perkerasan dengan agregat kasar batu gamping/kapur memiliki

nilai awal skid resistance yang lebih tinggi dibandingkan perkerasan dengan

agregat kasar kerikil. Tetapi tingkat penurunan nilai skid resistance perkerasan

dengan agregat batu gamping lebih tinggi dibandingkan perkerasan dengan

agregat kerikil ketika temperatur meningkat. (Bazlamit, SM., et al.2015).

b. Air

Air dalam bentuk curah hujan atau kondensasi dapat bertindak sebagai

pelumas yang secara signifikan mengurangi gesekan antara roda kendaraan dan

permukaan perkerasan. Pengaruh ketebalan lapisan air (Water Film Thickness,

WFT) terhadap nilai skid resistance paling minimal pada kecepatan rendah (<20

mil/jam atau 32 km/jam) dan paling maksimal pada kecepatan yang tinggi (>40

mil/jam atau 64 km/jam) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4 koefisien

gesekan roda kendaraan diatas permukaan jalan yang basah berkurang secara

eksponensial ketika WFT meningkat. Selain itu, pengaruh dari WFT juga

dipengaruhi oleh desain dan kondisi roda kendaraan.


Gambar 2.4 Grafik pengaruh ketebalan lapisan air (WFT) pada nilai skid resistance permukaan
perkerasan
Sumber : Henry., (2000) dalam J.W. Hall., et al, (2009)

Hubungan antara nilai skid resistance permukaan perkerasan dan tingkat

kecelakaan juga dipengaruhi oleh permukaan perkerasan yang basah saat musim

hujan. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.5 ketika nilai skid resistance

permukaan perkerasan menurun akibat permukaan perkerasan yang basah saat

musim hujan maka tingkat kecelakaan meningkat. (Schulze, K., et al. 1977 dalam

Behrouz Mataei., et al. 2016).

Tingkat Kecelakaan
saatPermukaan
Perkerasan Basah

Nilai Skid Resistance

Gambar 2.5 Grafik hubungan antara tingkat kecelakaan pada musim hujan dan nilai skid
resistance
c. Salju dan es

Keberadaan salju dan es diatas permukaan perkerasan menunjukkan

keadaan yang paling berbahaya untuk kendaraan pada saat pengereman atau saat

menikung. NCHRP Web Dokumen 53 (Al Qadi., et al, 2002) mencatat bahwa

performa nilai skid resistance antara roda kendaraan dan permukaan perkerasan

dapat secara drastis terdegradasi jika area roda kendaraan tidak mencapai

permukaan perkerasan karena salju atau es.

d. Kontaminan

Kontaminan umumnya ditemukan di jalan raya. Material yang termasuk

kontaminan seperti minyak, pasir, tanah, air, salju, dan es. Setiap jenis

kontaminasi pada pertemuan antarmuka permukaan perkerasan dengan roda

kendaraan selalu memberikan pengaruh buruk terhadap gesekan antara permukaan

perkerasan dan roda kendaraan. Kontaminan bertindak seperti pelumas antara

piston dan silinder mesin yang mengurangi gesekan antara dua permukaan.

Semakin tebal atau kental kontaminan yang menutupi permukaan perkerasan

maka semakin besar pula penurunan gesekan antara permukaan perkerasan

dengan roda kendaraan.

2.4. Alat Penguji Skid Resistance

Untuk mengukur nilai skid resistance permukaan perkerasan terdapat

beberapa alat uji yang biasa digunakan. Alat-alat uji tersebut memiliki metode

operasi dan kecepatan yang berbeda-beda seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.5
Tabel 2.5 Alat-alat pengukur skid resistance permukaan perkerasan

% Slip
Mode Kecepatan Negara
Alat (Yaw
Operasional (Km/Jam) Manufaktur
Angle )

ASTM E-274
Locked wheel 100 30-90 United States
Trailer
British Portable
United
Slider 100 10
Tester Kingdom
Dagonal Braked
Locked wheel 100 65 U.S.(NASA)
Vehicle (DBV)
DFTester Slider 100 0-90 Japan
DWW Trailer The
Fixed slip 86 30-90
Netherlands
Griptester Fíxed slip 14.5 30-90 Scotland
IMAG Variable fixed
0-100 30-90 France
slip
Japanese Skid
Locked wheel 100 30-90 Japan
Tester
Komatsu Skid
Variable fixed
10-30 30-60 Japan
Tester slip
LCPC Adhera Locked wheel 100 40-90 France
MuMeter United
Side force 13(7.5o) 20-80
Kingdom
Norsemeter Oscar Variable slip,
0-90 30-90 Norwey
fixed slip
Norsemetel
Variable slip,
0-90 30-90 Norwey
ROAR fixed slip
Norsemeter
Variable slip 0-90 30-60 Norwey
SALTAR
Odoliograph Side force 34 (20O) 30-90 Belgium
Polish SRT-3 Locked wheel 100 30-90 Japan
Runway
Fixed slip 15 30-90 United State
Fïction'Ièster
Saab Friction
Fixed slip 15 30-90 Sweden
Tester (SFT)

SCRIM United
Side force 34 (20o) 30-90
Kingdom
Skiddometer BV-8 Locked wheel 100 30-90 Sweden
Skiddometer BV-l
Fixed.slip 20 30-90 Sweden
I
Stradograph Side force 21 (12o) 30-90 Denmark
Stuttgarter
Reibungsmesser Locked wheel,
100, 20 30-90 Germany
fixed slip
(SRM)
Sumber : Hendry J. J. (2000)

Ada dua alat uji yang umum digunakan untuk mengukur kekesatan (skid

resistance) permukaan perkerasan di laboratorium maupun di lapangan yaitu :

British Pendulum Tester (BPT) (AASHTO T 278 atau ASTM E 303) dan

Dynamic Friction Tester (DFT) (ASTM E 1911). Kedua perangkat ini mengukur

karakteristik gesekan dengan menentukan penurunan energi kinetik dari pendulum

yang berayun atau disk yang berputar ketika kontak dengan permukaan

perkerasan. Kedua metode tersebut sangat mudah untuk dilakukan. (Saito., et al,

1996).

Pada penelitian pengukuran skid resistance dilakukan menggunakan

British Pendulum Tester (BPT). British Pendulum Tester merupakan alat uji jenis

bandul (pendulum) dinamis, digunakan untuk mengukur energi yang hilang pada

saat karet di bagian bawah telapak bandul menggesek permukaan yang diuji. Alat

ini dimaksudkan untuk pengujian pada permukaan yang datar di lapangan atau

laboratorium, dan untuk mengukur nilai pemolesan (polishing value) pada benda

uji berbentuk lengkung. (SNI 4427:2008).


Gambar 2.6 British Pendulum Tester
Sumber : SNI 4427:2008

Satuan nilai skid resistance yang diukur dengan alat BPT adalah British

Pendulum Number (BPN), baik untuk permukaan uji datar atau nilai pemolesan

untuk benda uji lengkung. Nilai ini mempresentasikan sifat-sifat hambatan atau

gesekan (frictional)

2.4.1. British Pendulum Tester (BPT)

British Pendulum Tester (BPT) adalah alat untuk mengukur nilai skid

resistance permukaan perkerasan, dilengkapi dengan suatu ayunan atau pendulum

atau bandul pada kedudukan tertentu. Cara uji ini terdiri atas alat penguji jenis

pendulum yang dipasang karet peluncur standar untuk menentukan sifat-sifat

hambatan atau gesekan atau skid resistance permukaan perkerasan yang diuji.

British Pendulum Tester (BPT) dilengkapi dengan skala yang mengukur

ketinggian pendulum yang diperoleh. Hasil pembacaan skala tersebut disebut

British Pendulum Number (BPN) dengan skala 0 sampai 140. Karena slip speed
pada British Pendulum Tester sangat rendah, British Pendulum Number sangat

tergantung pada microtexture, oleh karena itu nilai British Pendulum Number

dianggap mewakili microtexture. Hal ini sangat berguna karena perhitungan

microtexture secara langsung yang sulit dilakukan. (Henry J.J., 2000)

2.4.2. Ketentuan Penggunaan Alat

Pengujian ini dapat dilakukan dengan baik apabila ketentuan yang sudah

ditetapkan dipenuhi. Peralatan (British Pendulum Tester) harus dalam kondisi

sebagai berikut :

a. British Pendulum Tester (BPT)

1. Peralatan pendulum, peluncur dan pengaitnya, mempunyai berat (1500 ± 30)

gram.

2. Jarak titik pusat pendulum dari pusat oskilasi (oscillation) adalah (411 ± 5)

mm.

Gambar 2.7 Sketsa British Pendulum Tester


Sumber : SNI 4427:2008
Keterangan :
1. Piringan skala ukur 9. Pegangan untuk pengangkat
2. Tombol pelepas bandul alat
3. Lingkaran skala 10. Baut pengatur naik-turun
kekesatan 11. Pengunci sepatu (peluncur)
4. Pengunci bandul 12. Karet peluncur untuk
5. Baut diameter 0,95 cm koefisien kekesatan
6. Pegangan penangkap 13. Baut penyetel kedudukan
7. Baut penyetel datar pada kaki belakang
kedudukan datar pada 14. Penyipat datar (water pass)
kaki depan 15. Tombol kontrol untuk
8. Baut pengunci naik- kedudukan tegak
turun

3. Alat uji disetel dan kedudukan kontak karet peluncurnya harus sepanjang 124

mm sampai 127 mm untuk pengujian pada permukaan yang rata, dan

sepanjang 75 mm sampai 78 mm untuk pengujian pemolesan pada benda uji

berbentuk lengkung.

4. Berat per dan pengatur kontak peluncur atau berat dalam keadaan normal

rata-rata (2.500 ± 100) gram, serta menyentuh karet peluncur selebar 76 mm.

Gambar 2.8 Skema alat pendulum dan bidang kontak karet peluncur

Sumber : SNI 4427:2008


b. Peluncur

Peluncur terdiri atas lempengan pelat karet ukuran 6 mm x 5 mm x 76 mm

yang direkatkan di bagian telapak bandul untuk pengujian pada permukaan datar,

atau pelat karet ukuran 6 mm x 25 mm x 32 mm untuk pengujian pemolesan.

Karet peluncur terbuat dari karet alam (British) sesuai dengan persyaratan dari

Road Research Lavoratory (RRL) – British, atau karet sintesis yang sesuai dengan

persyaratab dalam AASHTO M 261

1. Peluncur baru harus dikondisikan sebelum digunakan, yaitu dengan

mengayunkan batang bandul 10 kali di atas lembaran ampelas dengan ukuran

No. 60 (silicon carbide cloth No. 60 atau sejenisnya) tahan air, dalam kondisi

kering.

2. Keausan pada tepi karet peluncur tidak boleh lebih dari 3,2 mm pada

kedudukan mendatar atau 1,6 mm pada arah vertikal (Gambar 2.7)

Gambar 2.9 Karet peluncur dengan keausan tepi maksimum


Sumber : SNI 4427:2008
c. Peralatan tambahan

1. Mistar pengukur panjang terdiri atas mistar tipis berskala untuk mengukur

panjang bidang kontak yang akan diuji, dengan jarak antara 124 mm dan 127

mm untuk permukaan uji datar, atau antara 75 mm dan 78 mm untuk benda

uji lengkung, sesuai dengan persyaratan dalam pengujian.

2. Termometer permukaan, dengan kapasitas 10C sampai 600C.

3. Peralatan lainnya antara lain tempat air dan kuas.

2.4.3. Benda Uji

a. Di Lapangan

Benda Uji berupa permukaan perkerasan yang akan diuji di lapangan harus

bebas dari butiran-butiran lepas dan disiram dengan air bersih. Peralatan

untuk benda uji yang posisinya tidak mendatar atau turunan, dapat disiapkan

sehingga mendatar dengan mengatur sekrup sehingga kepala bandul

menyesuaikan kedudukannya dengan bebas di atas permukaan.

b. Di Laboratorium

Panel uji harus bersih dan bebas dari butiran-butiran lepas serta cukup kokoh

sehingga tidak bergerak akibat beban bandul yang diayunkan.

1. Contoh uji laboratorium harus mempunyai bidang permukaan uji paling

sedikit berukuran 89 mm x 152 mm

2. Benda uji untuk pemolesan harus mempunyai bidang permukaan uji

paling sedikit berukuran 45 mm x 90 mm, berbentuk lengkung dengan

diameter 406 mm.


2.4.4. Persiapan Alat

a. Posisi Mendatar

Letakkan alat uji perlahan-lahan di atas lokasi titik yang akan diuji dengan

cara mengatur posisi mendatar alat uji secara tepat atau memutar ketiga baut

pengatur mendatar (Lihat Gambar 2.7, keterangan No. 7 dan No. 13), sampai

posisi gelembung air pada alat ukur penyipat datar (water pass) berada di

tengah-tengah.

b. Pengaturan angka nol

Pengaturan angka nol pada skala pengukuran dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

1. Tetapkan batang pendulum atau batang penguji pada posisi belum

diturunkan.

2. Turunkan batang pendulum secara hati-hati dengan mengendorkan

tombol pengunci naik-turun (No. 8) yang ada di belakang titik pusat

pendulum, dan putar baut pengatur naik-turun (No. 10), sehingga bila

bandul diayunkan dapat meluncur bebas pada permukaan yang akan diuji.

3. Biarkan peluncur karet menggantung bebas pada permukaan yang diuji.

4. Kencangkan tombol pengunci (No. 8).

5. Tempatkan batang pendulum pada posisi terkunci dan siap untuk

diluncurkan, dan putar jarum penunjuk skala ukur berlawanan arah jarum

jam sampai menyentuh sekrup pembatas pada batang pendulum.

6. Tekan tombol pelepas bandul (No. 2) sehingga batang pendulum terayun

bebas dan segera tangkap kembali saat berayun berbalik ke arah yang
berlawanan. Catat angka yang tertera pada skala ukur (No. 1) yang

ditunjuk oleh jarum penunjuk.

7. Jika pembacaan belum menunjukkan angka nol, kendorkan tombol

pengunci naik-turun (No. 8) dan stel baut pengatur naik-turun (No. 10), ke

atas atau ke bawah.

8. Ulangi kembali Butir (5) sampai dengan Butir(7) di atas sehingga jarum

pembacaan menunjukkan angka nol pada skala ukur (No. 1).

c. Pengaturan panjang bidang kontak karet peluncur

1. Persiapan

a. Dalam keadaan posisi batang pendulum menggantung bebas, selipkan

pelat pembatas (spacer) di bawah peluncur karet dengan cara mengangkat

handel alat.

b. Turunkan bandul peluncur sehingga tepi karet peluncur hanya menyentuh

permukaan yang akan diuji.

c. Kencangkan baut pengunci naik-turun (No. 8, pada Gambar 2.7), angkat

handel alat dan singkirkan pelat pembatas.

2. Pengukuran panjang bidang kontak

a. Angkat handel alat dan gerakan batang pendulum ke kanan, turunkan

bandul peluncur dan gerakan batang pendulum pelan-pelan ke kiri

sehingga karet peluncur menyentuh permukaan uji.

b. Tempatkan mistar pengukur panjang bidang kontak di sebelah karet

peluncur sejajar arah gerakan bandul pendulum untuk memeriksa

panjang bidang kontak.


c. Angkat karet peluncur dengan mengangkat handel alat, dan gerakan ke

kiri, kemudian turunkan pelan-pelan sampai tepi karet peluncur berhenti

pada permukaan uji.

d. Jika panjang bidang kontak belum mencapai antara 124 mm dan 127 mm

untuk pengujian permukaan yang datar, atau antara 75 mm dan 78 mm

untuk benda uji lengkung, atur baut pengatur datar bagian depan No. 7).

Panjang bidang kontak dapat pula diatur dengan meninggikan atau

merendahkan batang pendulum dengan mengatur baut pengatur naik-

turun (No. 10).

e. Jika kedudukan alat uji bergeser dan tidak mendatar akibat pengaturan

tersebut di atas, maka ulangi sesuai dengan Butir (1) dan (2).

f. Angkat batang pendulum pada posisi siap diluncurkan, putar jarum

penunjuk pada posisi menyentuh sekrup pembatas batang pendulum, dan

alat siap untuk digunakan. Skema alat pendulum dan bidang kontak karet

peluncur ditunjukan pada Gambar 2.7.

2.4.6. Ketelitian dan Bias

a. Hasil pengujian yang berulang-ulang menunjukkan bahwa deviasi standar

untuk pengujian yang menggunakan :

- Karet peluncur karet alam (karet British) : 1.0 BPN

- Karet peluncur sesuai AASHTO M261 : 1.2 BPN

Kedua nilai deviasi standar tersebut mewakili nilai percentile ke 75 (upper

quartile) nilai-nilai deviasi standar hasil pengukuran yang menggunakan

peralatan pengukuran yang berfungsi baik.


Karena tidak terdapat korelasi yang nyata antara deviasi standar dengan

nilai rata-rata aritmatik yang dihasilkan dari berbagai kelompok pengujian,

maka nilai-nilai deviasi standar tersebut dapat digunakan tanpa

dipengaruhi oleh tingkat skid resistance rata-rata yang sedang diukur.

b. Faktor koreksi berdasarkan temperatur permukaan perkerasan

Tabel 2.6 Koreksi nilai BPN berdasarkan temperatur permukaan

Temperatur (ºC) Koreksi

< 27 0

27-32 +1

32-37 +2

> 37 +3

c. Kesalahan pengukuran dapat dinyatakan sebagai berikut :

𝑡(𝜎)
𝐸 =
√𝑛

Dengan :

E : kesalahan pengukuran

t : nilai variabel normal yang berhubungan dengan tingkat keyakinan

95% yaitu 1.96 (atau dibulatkan menjadi 2)

σ : adalah deviasi standar, BPN

n : adalah jumlah pengujian (ukuran sampel)

d. Agar kesalahan pengukuran tidak melebihi 1.0 BPN dengan tingkat

keyakinan 95% (atau dengan t = 1.96 atau dibulatkan t = 2), maka

diperlukan jumlah pengujian (n) minimum sebagai berikut :

- Untuk karet alam (karet British) :4

- Untuk karet peluncur sesuai dengan AASHTO M 261 :5


2.5. Penelitian Terdahulu

1. Ping Cao, Xinping Yan, Xiuqin Bai and Chengqing Yuan. 2010, Effects of

Contaminants on Skid Resistance of Asphalt Pavements.

Penelitian ini meneliti pengaruh kontaminan terhadap nilai skid

resistance permukaan perkerasan aspal. Dalam penelitian ini dilakukan

pengujian pada berbagai jenis perkerasan aspal yang biasa digunakan di China.

Adapun perkerasan yang diuji adalah AC (Asphalt Concrete), SHRP

(Superpave in Strategic Highway Research Program), OGFC (Open Grade

Asphalt Friction Course), SMA (Stone Matrix Asphalt). Adapun kontaminan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak pelumas, pasir, tanah dan

air. Menurut penelitian ini pengaruh kontaminan akan meningkat apabila luas

permukaan perkerasan yang ditutupi oleh kontaminan juga meningkat. Hal ini

akan menyebabkan nilai skid resistance menurun dan membuat potensi

ancaman terhadap keselamatan berkendara. Kontaminan yang memberikan

efek terburuk bagi nilai skid resistance permukaan perkerasan adalah minyak

pelumas.

2. Jeffrey S. Kuttesch. 2007, Quantifying the Relationship between Skid

Resistance and Wet Weather Accidents for Virginia Data.

Penelitian ini meneliti tentang hubungan antara nilai skid resistance dan

kecelakaan yang terjadi pada musih dingin di Kota Virginia. Dari penelitian ini

didapat beberapa kesimpulan yaitu : Pada kondisi permukaan perkerasan basah

nilai skid resistance menurun dan tingkat kecelakaan semakin meningkat,

tingkat kecelakaan lebih tinggi 44% ketika nilai skid resistance berada pada

angka lebih kecil atau sama dengan 30 dibandikan dengan angka nilai skid
resistance yang lebih dari 30, tingkat kecelakaan lebih tinggi 57% ketika nilai

skid resistance berada pada angka lebih kecil atau sama dengan 25

dibandingkan dengan angka skid resistance yang lebih dari 25.

Gambar 2.10 Grafik hubungan antara nilai skid resistance dan rasio kecelakaan lalu lintas pada

musim dingin di Virginia

3. Yinghai Miao, Dongwei Cao, and Qingquan Liu. 2010, Evaluating the

Relationship of Asphalt Pavement Skid Resistance to Slip Speed Using

Dynamic Friction Tester Measurements.

Penelitian ini menjelaskan hubungan skid resistance permukaan

perkerasan aspal dengan slip speed (kecepatan slip) dengan menggunakan alat

Dynamic Friction Tester. Menurut penelitian ini nilai skid resistance

permukaan perkerasan tergantung pada slip speed yang merupakan faktor

penting dan berdampak bagi keselamatan berlalu lintas. Pengujian lapangan

dilakukan menggunakan Dynamic Friction Tester (DFT) di 33 lokasi uji

dengan empat jenis permukaan perkerasan yaitu Asphalt Concrete (AC), Stone
Matrix Asphalt (SMA), Slurry Seal (SS), dan Micro Surfacing (MS) pada jalan

raya yang terdapat di Beijing, China.

Gambar 2.11 Grafik hubungan antara nilai skid resistance dan slip speed diukur menggunakan

DFT

4. Shahreena Melati Rhasbudin Shah and Mohd Ezree Abdullah. 2010, Effect of

Agregat Shape on Skid Resistance of Compacted Hot Mix Asphalt (HMA).

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh

karakteristik bentuk agregat kasar pada nilai skid resistance dari aspal hot mix

yang sudah dipadatkan. Berdasarkan penelitian ini ada beberapa kesimpulan

yang didapatkan yaitu : Nilai skid resistance tertinggi ditunjukkan oleh

campuran aspal dengan agregat kasar bentuk kubikal, kemudian campuran

aspal dengan agregat kasar bentuk lonjong dan terakhir campuran dengan

agregat kasar bentuk pipih dengan nilai skid resistance terendah.


Gambar 2.12 Grafik hubungan antara nilai skid resistance dan bentuk agregat kasar pada

permukaan HMA kering

Gambar 2.13 Hubungan antara nilai skid resistance dan bentuk agregat kasar pada permukaan

HMA basah
5. Ibrahim M. Asi., 2005. Evaluating Skid Resistance of Different Asphalt

Concrete Mixes.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan nilai skid

resistance dari campuran perkerasan yang berbeda. Berdasarkan temuan dari

hasil eksperiman ada beberapa kesimpulan yang didapat yaitu:

1. Nilai skid resistance permukaan perkerasan aspal beton harus senantiasa

diperiksa sepanjang masa layan dari perkerasan tersebut dengan prosedur

pemeriksaan yang sudah ditetapkan seperti tes PSV.

2. Campuran aspal beton yang mengandung slag 30% memiliki nilai skid

resistance tertinggi diikuti oleh Superpave, SMA dan perkerasan dengan

campuran dan nilai marshall tertentu.

Gambar 2.14 Grafik hubungan antara nilai skid resistance dan tipe campuran aspal beton

yang berbeda-beda

6. Rahman, H. 1998, Tinjauan Parameter Polished Stone Value (PSV) dan

Hubungannya Dengan Kekesatan Permukaan Perkerasan.

Dalam penelitian ini dibandingkan nilai skid resistance permukaan

perkerasan dengan pengujian langsung dilapangan menggunakan Locked


Wheel dengan nilai skid resistance yang diprediksi menggunakan PSV dari

agregat yang digunakan. Selain membandingkan nilai skid resistance

menggunakan dua parameter tersebut, pada penelitian ini juga dibandingkan

nilai skid resistance pada permukaan perkerasan yang menggunakan

macroseal dan tanpa macroseal. Hasil dari penelitian ini didapat nilai skid

resistance pada perkerasan tanpa macroseal yang diukur langsung 2,5 kali

dari yang dihitung melalui parameter PSV. Sedangkan pada permukaan

menggunakan macroseal pengukuran nilai skid resistance secara langsung

1,2 kali lebih besar dari yang dihitung melalui parameter PSV.
Tabel 2.7 Tabulasi penelitian nilai skid resistance dan variabel lain pada penelitian
terdahulu

Variabel

Karakteristik Lingkungan Pengoperasian Jenis Polished


Permukaan kendaraan Perkerasan Stone
Peneliti
Perkerasan Value
(PSV)
Ping Kontaminan Aspal
Cao., et al (Minyak
pelumas, air,
pasir, tanah)
Jeffrey S. Musim Jumlah
Kuttesch Hujan Kecelakaan

Yinghao Slip Speed Aspal


Miao., et
al.
Shahreena Bentuk HMA
Melati Agregat Kasar
and Mohd
Ezree
Ibrahim Campuran Aspal beton
M. Asi aspal beton
yang berbeda-
beda
Harmein PSV
Rahman
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Jenis Permukaan Perkerasan

Lokasi penelitian dipilih berdasarkan jenis permukaan perkerasan yaitu

perkerasan lentur dan perkerasan kaku. Lokasi penelitian untuk permukaan

perkerasan lentur yaitu Jalan Dr. A. Sofian (Kampus USU) dan untuk permukaan

perkerasan kaku yaitu Jalan Sisingamangaja XII.

Untuk permukaan perkerasan lentur yaitu Jalan Dr. A. Sofian dipilih ruas

jalan yang berada di depan FISIP USU sebagaimana terlihat pada Gambar 3.1.

Lokasi Penelitian

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian Jl. Dr. A. Sofian

Untuk permukaan perkerasan kaku yaitu Jalan Sisingamangaraja dipilih

ruas jalan yang memiliki perkerasan kaku tepatnya di depan kantor Badan

Penelitian dan Pengembangan Pemprovsu dari persimpangan Jalan

Sisingamangaraja dengan Jalan Pintu Air sampai persimpangan Jalan

Sisingamangaraja dengan Jalan Air Bersih sebagaimana terlihat pada Gambar 3.2.
Lokasi Penelitian

Gambar 3.2 Peta lokasi penelitian Jl. Sisingamangaraja XII

3.2. Sampel

Dalam menentukan jumlah titik sampel penelitian ini menggunakan

rumus (Lina Natamiharja., 2006):

2𝜎 2
𝑛= . 𝑓(𝛼, 𝛽)
(𝜇2 − 𝜇1)2

Keterangan:

n = besar sampel minimum pada penelitian

µ1 = harga mean populasi penelitian sebelumnya mengenai pengaruh

kontaminan terhadap nilai skid resistance (Ping Cao., et, al. 2010) = 3

µ2 = prakiraan harga mean populasi dari hasil setelah terkena kontaminan

adalah 1

𝜎 = standard deviasi populasi penelitian sebelumnya mengenai pengaruh

kontaminan terhadap nilai skid resistance (Ping Cao., et, al. 2010) = 0.9

α = derajat kepercayaan (significant level) yang digunakan (95%) = 0.05

1-β = derajat ketelitian untuk mendeteksi pengaruh (95%) = 0.05

harga f(α, β) = 13.0


2(0.9)2
𝑛= . 13.0
(3 − 1)2
1.62
𝑛= . 13.0
4
𝑛 = 5.265
Jumlah titik sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 10 titik

sampel pada masing-masing empat jenis kontaminan yang diberikan. Sehingga

total titik sampel yang digunakan adalah 40.

Dalam pengujian diambil lima titik sampel untuk satu jenis kontaminan

pada setiap ruas jalan yang menjadi lokasi penelitian. Kelima titik sampel berjarak

70 cm dari tepi perkerasan untuk perkerasan lentur dan berjarak 20 cm dari tepi

perkerasan untuk perkerasan kaku dan satu sama lain berjarak 40 cm arah

memanjang perkerasan.

Pada setiap titik sampel dilakukan masing-masing lima kali pengulangan

pembacaan, yakni lima kali pengulangan pembacaan nilai skid resistance

permukaan perkerasan sebelum terkena kontaminan dan lima kali pengulangan

pembacaan nilai skid resistance permukaan perkerasan setelah terkena

kontaminan.

Pemilihan jumlah titik sampel dan perlakuan kondisi kontaminan per ruas

jalan dilakukan mengacu penelitian terdahulu mengenai nilai skid resistance dan

pengaruh kontaminan. Dari penelitian tersebut diperiksa nilai skid resistance

permukaan perkerasan sebelum (zero covered) dan sesudah (all covered) terkena

kontaminan.

Berkaitan dengan pemilihan titik sampel, titik sampel pada perkerasan

dipilih yang tidak memiliki tambalan atau crack. Karena tambalan dan crack dapat

menyebabkan error pada pengujian.


3.3. Peralatan

Dalam penelitian ini terdapat dua peralatan yang digunakan yaitu: alat

utama dan alat tambahan. Alat-alat tersebut dijabarkan sebagai berikut :

3.3.1. Alat Utama

Alat utama merupakan alat yang digunakan untuk mengukur nilai skid

resistance yaitu alat British Pendulum Tester.

British Pendulum Tester merupakan alat uji jenis bandul (pendulum)

dinamis, digunakan untuk mengukur energi yang hilang pada saat karet di bagian

bawah telapak bandul menggesek permukaan yang diuji. Alat ini dimaksudkan

untuk pengujian pada permukaan yang datar di lapangan atau laboratorium, dan

untuk mengukur nilai pemolesan (polishing value) pada benda uji berbentuk

lengkung. (SNI 4427:2008).

Satuan nilai skid resistance yang diukur dengan alat British Pendulum

Tester (BPT) adalah British Pendulum Number (BPN), baik untuk permukaan uji

datar atau nilai pemolesan untuk benda uji lengkung. Nilai ini mempresentasikan

sifat-sifat hambatan atau gesekan (frictional)

3.3.2. Alat Tambahan

Dalam pengumpulan data-data yang diperlukan untuk penelitian selain

alat untuk mengukur nilai skid resistance diperlukan alat-alat tambahan yang

berfungsi untuk pemilihan titik sampel, pemberian kontaminan dan pengamanan

selama proses pengujian. Alat-alat tersebut antara lain:


a. Meteran

Meteran digunakan untuk mengukur jarak dari tepi perkerasan ke titik sampel dan

dari titik sampel yang satu ke titik sampel yang lainnya. Meteran yang digunakan

adalah meteran dengan panjang 50 m.

Gambar 3.3 Meteran 50 m

b. Penggaris

Penggaris digunakan untuk menentukan panjang bidang kontak karet

peluncur dengan permukaan perkerasan dan tebal kontaminan. Penggaris

yang digunakan adalah penggaris dengan panjang 15 cm.


c. Thermometer infrared

Thermometer digunakan untuk mengukur temperatur permukaan perkerasan.

Gambar 3.4 Thermometer

d. Sikat Halus dan Kuas

Sikat halus dan kuas digunakan untuk membersihkan permukaan perkerasan yang

akan diuji. Kuas juga digunakan untuk membasahi/melapisi permukaan jalan yang

akan diuji nilai skid resistance-nya setelah terkena kontaminan.

Gambar 3.5 Sikat Halus dan Kuas

e. Safety Jacket

Safety jacket yang digunakan peneliti adalah yang dilengkapi dengan reflektor

atau pemantul cahaya agar mudah terlihat oleh pengemudi kendaraan yang berlalu

lalang.
Gambar 3.6 Safety Jacket

f. Segitiga Pengaman

Segitiga pengaman digunakan untuk memberi tanda bagi pengendara lain bahwa

sedang ada kegiatan di area penelitian. Segitiga pengaman ditempatkan di dua sisi

penelitian.

Gambar 3.7 Segitiga Pengaman

3.3.3. Bahan Kontaminan dan peletakannya

a. Bahan Kontaminan

Dalam penelitian ini akan dicari pengaruh berbagai jenis kontaminan

terhadap nilai skid resistance permukaan perkerasan. Oleh sebab itu kontaminan

yang akan digunakan akan dipilih dan ditentukan jenisnya sebagai berikut :
1. Air

Air yang digunakan adalah air dari PDAM.

Gambar 3.8 Air

2. Pasir

Pasir yang digunakan adalah pasir lolos saringan No. 16 tertahan di

saringan No. 30

Gambar 3.9 Pasir

3. Garam

Garam yang digunakan adalah garam yang lolos saringan No. 16 tertahan

di saringan No. 30
Gambar 3.10 Garam

4. Minyak Pelumas

Minyak pelumas yang digunakan adalah minyak pelumas merk Castrol Go

dengan viskositas SAE 20W-40.

Gambar 3.11 Minyak Pelumas

b. Peletakan Bahan Kontaminan

Berdasarkan penelitian Ping Cao, nilai skid resistance yang terbesar

adalah ketika belum terkena kontaminan (zero covered) dan penurunan paling

besar terjadi setelah terkena kontaminan (all covered). Maka penelitian ini

menggunakan dua kondisi yaitu :


1. Sebelum terkena kontaminan (zero covered)

Pengujian nilai skid resistance sewaktu permukaan perkerasan masih bersih

atau belum terkena kontaminan.

2. Setelah terkena kontaminan (all covered)

Pengujian nilai skid resistance sewaktu permukaan perkerasan telah terkena

kontaminan. Untuk kontaminan yang berupa cairan (minyak pelumas dan air)

akan diletakkan diatas permukaan uji dan diratakan menggunakan kuas

sehingga menutupi semua daerah yang akan diuji. Sedangkan untuk

kontaminan yang berupa zat padat (garam dan pasir) akan diletakkan diatas

permukaan uji dan diratakan dengan kuas dengan ketebalan 1.0 mm. Adapun

penentuan tebal kontaminan 1,0 mm berdasarkan kepada ukuran lubang

(menentukan pula besar diameter material yang lolos) saringan No. 16 yaitu

1.18 mm. pada saat dilapangan setelah peletakan kontaminan kemudian

diratakan dengan kuas dan diukur ketebalannya menggunakan penggaris.

3.4. Tahap Persiapan

Sebelum melakukan pengujian langsung di lapangan terlebih dahulu

peneliti melakukan persiapan untuk mencapai kemaksimalan penelitian. Adapun

tahap persiapan yang dilakukan yaitu:

1. Kalibrasi Alat British Pendulum Tester (BPT)

Semua alat ukur setelah melewati mobilisasi atau pergeseran dari satu

tempat ke tempat lainnya, maka sebaiknya dilakukan kalibrasi menyeluruh untuk

mendapatkan keakuratan. (ISO/IEC Guide 17025:2005)


Tujuan dari kalibrasi alat adalah untuk mencapai ketertelusuran

pengukuran, menentukan deviasi (kebenaran nilai konvensional penunjukan suatu

instrument ukur dan menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar

Nasional maupun Internasional.

Hasil kalibrasi antara lain berupa nilai daerah ukur, nilai

koreksi/penyimpangan dan nilai ketidakpastian. Untuk sertifikat kalibrasi alat

British Pendulum Tester (BPT) yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran

2. Menentukan Jumlah dan Tugas Surveyor Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan oleh empat orang surveyor yang

memiliki tugas sebagai berikut:

a. Mengoperasikan alat British Pendulum Tester (BPT).

b. Menggunakan alat tambahan.

c. Mencatat hasil pengujian.

d. Menjaga kondisi sekitar dan segitiga pengaman agar tetap terlihat

oleh pengendara lain selama penelitian berlangsung.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan melakukan pengujian langsung ke lapangan. Pada

penelitian ini data primer berupa data hasil pengujian nilai skid resistance pada

permukaan perkerasan sebelum dan setelah terkena kontaminan. Adapun

Pengujian di lapangan dilakukan sebagai berikut:


1. Pemasangan Rambu-rambu Pengaman Lalulintas

Pemasangan rambu-rambu ini dilakukan untuk mengamankan lokasi

pengujian dari lalu lintas selama pengujian berlangsung. Kegiatan ini terdiri dari

pemasangan segitiga pengaman serta penempatan seseorang yang bertugas

mengamankan lalu lintas.

Gambar 3.12 Pemasangan Segitiga Pengaman

2. Pengukuran Titik Sampel dari Tepi Perkerasan

Gambar 3.13 Pengukuran Titik Sampel dari Tepi Perkerasan


3. Penentuan Titik Sampel

Sesuai dengan ketentuan, penentuan titik sampel dilakukan dengan

pengamatan terhadap bagian permukaan perkerasan yang tidak terdapat crack.

4. Pemasangan Label Titik Pengujian

Setelah titik pengujian ditentukan. Titik tersebut diberi pengaman dan

label titik.

Gambar 3.14 Pemasangan Label Titik Pengujian

5. Pengujian nilai skid resistance dengan British Pendulum Tester

Pengujian skid resistance menggunakan British Pendulum Tester

dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:


a. Bersihkan area pengujian menggunakan sikat

Gambar 3.15 Pembersihan area pengujian

b. Letakkan alat BPT pada titik pengujian dan atur keseimbangannya hingga

gelembung udara pada BPT berada di tengah

Gambar 3.16 Gelembung udara berada di tengah lingkaran

c. Sebagai tambahan, pada permukaan perkerasan berposa seperti perkerasan

kaku, maka alat BPT diatur 80º dari pola perkerasan (RRL., 1969)
Gambar 3.17 Alat BPT diletakkan 80º dari pola perkerasan rigid

d. Pengaturan titik nol pada alat. Pengaturan berupa longgar atau tidaknya

pendulum dalam keadaaan jatuh bebas tanpa menyentuh perkerasan. Hingga

jarum penunjuk skala ukur berada pada titik nol

Gambar 3.18 Jarum berada pada titik nol

e. Pengaturan bidang kontak karet pendulum terhadap permukaan jalan. Panjang

bidang kontak karet pendulum dengan permukaan jalan adalah 125 mm


Gambar 3.19 Pengaturan bidang kontak karet

f. Lakukan pengukuran temperatur permukaan perkerasan

Gambar 3.20 Pengukuran temperatur permukaan perkerasan

g. Lakukan pengukuran nilai skid resistance permukaan perkerasan sebelum

terkena kontaminan. Pengujian dilakukan dengan meluncurkan pendulum

hingga Jarum skala menunjukkan angka yang konstan. lakukan peluncuran

batang pendulum sebanyak 5 kali dan catat hasilnya


Gambar 3.21 Pengukuran nilai skid resistance dengan meluncurkan pendulum

h. Basahi/tutupi permukaan uji dengan kontaminan dan ratakan dengan kuas.

Begitu pula dengan kontaminan yang lain di titik uji yang lain. Area

permukaan perkerasan yang tertutupi kontaminan harus lebih besar dari

bidang kontak yang dikenai oleh karet peluncur (Akontaminan > 127mm x ).

Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran III.

Gambar 3.22 Permukaan perkerasan tertutupi oleh kontaminan air

i. Lakukan pengukuran nilai skid resistance permukaan perkerasan setelah

terkena kontaminan. Pengujian dilakukan dengan meluncurkan pendulum


hingga jarum skala menunjukkan angka yang konstan. lakukan peluncuran

batang pendulum sebanyak 5 kali dan catat hasilnya.

Tahap pengujian ini merupakan tahap pengumpulan data primer.

j. Setelah titik yang digunakan selesai diuji maka dilakukan pembersihan

terhadap permukaan perkerasan yang terkena kontaminan.

3.6. Tahap Pengolahan Data

Setelah dilakukan pengujian pada titik-titik yang ditentukan, diperoleh

data yang berupa data nilai skid resistance permukaan perkerasan sebelum dan

sesudah terkena kontaminan. Data-data tersebut kemudian diolah sehingga

pengaruh kontaminan terhadap nilai skid resistance permukaan perkerasan

didapat. Adapun metode dan tahapan yang digunakan dalam pengolahan data

adalah sebagai berikut:

a. Mencari Data Nilai Skid Resistance Sebelum dan Sesudah Terkena

Kontaminan

Dalam menguji skid resistance setiap titik sampel dilakukan lima kali

pengulangan pembacaan. Nilai skid resistance yang digunakan adalah rata-rata

dari kelima pengulangan pembacaan tersebut. Begitu pula nilai skid resistance

permukaan perkerasan yang telah terkena kontaminan

b. Setelah nilai skid resistance untuk setiap sampel didapat dilakukan deskripsi

data. Untuk mendapatkan deskripsi data digunakan statistik deskripsi yaitu

dengan menghitung nilai rata-rata dan persentase penurunan nilai skid

resistance.
Persentase penurunan nilai skid resistance dihitung dengan menggunakan

persamaan :

Nilai Penurunan 𝑆𝑘𝑖𝑑 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑐𝑒


Persentase Penurunan = ( ) ∗ 100%
Nilai Awal 𝑆𝑘𝑖𝑑 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑐𝑒

c. Untuk mencari pengaruh kontaminan terhadap permukaan perkerasan antara

kedua variabel dimana kontaminan (variable independent) dan nilai skid

resistance (variable dependent) dilakukan analisa data. Metode yang

digunakan dalam menganalisa data adalah metode uji Two Way Anova dengan

menggunakan software SPSS 15.0.

Sebelum menentukan tipe uji berikutnya maka dilakukan uji normalitas

data.

Selanjutnya data penelitian dianalisis menggunakan uji Two Way Anova

(Anova Dua Arah). Uji Two Way Anova digunakan karena penelitian ini memiliki

dua faktor yang harus diperhatikan yaitu jenis kontaminan dan jenis perkerasan.

Tujuan dari pengujian Two Way Anova (Anova Dua Arah) adalah untuk

mengetahui apakah ada pengaruh dari berbagai kriteria yang diuji terhadap hasil

yang diinginkan. Pada penelitian ini akan diketahui apakah ada pengaruh antara

pemberian kontaminan terhadap nilai skid resistance pada dua jenis permukaan

perkerasan.

3.7. Tahap Analisa Data

Setelah dilakukan pengolahan data maka setiap hasil yang didapat dari

pengolahan dianalisis untuk menarik kesimpulan dan saran terhadap tujuan

penelitian ini.Analisa data dilakukan dari data yang telah diolah dan dibahas satu
persatu mengenai pengaruh kontaminan terhadap nilai skid resistance permukaan

perkerasan.

Keseluruhan tahapan penelitian tersebut diperlihatkan melalui bagan alir

berikut

Mulai

Studi Literatur

Pemilihan Lokasi
Dan
Jumlah Sampel (Tahap Persiapan)

Pengumpulan Data (Tahap


Pengujian)

Tahap Pengolahan Data

Tahap Analisa Data dan Hasil

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.23 Bagan alir penelitian


BAB IV
HASIL DAN ANALISA DATA

4.1. Hasil

a. Hasil Pengujian Skid Resistance

Nilai skid resistance dalam satuan British Pendulum Number (BPN) yang

diperoleh dari hasil pengujian di lapangan menggunakan British Pendulum Tester

(BPT) sebelum dan setelah terkena keempat jenis kontaminan dapat dilihat pada

Tabel 4.1, 4.2, 4.3, dan 4.4. Sedangkan persentase penurunan nilai skid resistance

dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.1 Nilai Skid Resistance (BPN) dengan Kontaminan Air

Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku


No Besar Besar
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Penurunan Penurunan
1 51.0 40.2 10.8 55.4 45.8 9.6
2 56.4 45.8 10.6 53.6 42.6 11.0
3 46.8 40.8 6.0 70.8 55.4 15.4
4 48.4 41.0 7.4 63.0 47.4 15.6
5 56.2 41.8 14.4 56.8 43.6 13.2
Rata-rata 9.8 Rata-rata 13.0

Tabel 4.2 Nilai Skid Resistance (BPN) dengan Kontaminan Pasir

Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku


No Besar Besar
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Penurunan Penurunan
1 58.2 49.2 9.0 67.6 56.0 11.6
2 52.4 36.0 16.4 71.4 53.0 18.4
3 44.4 35.6 8.8 67.2 49.4 17.8
4 51.6 41.8 9.8 64.0 50.6 13.4
5 56.4 42.2 14.2 68.6 50.2 18.4
Rata-rata 11.6 Rata-rata 15.9
Tabel 4.3 Nilai Skid Resistance (BPN) dengan Kontaminan Garam

Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku


No Besar Besar
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Penurunan Penurunan
1 56.8 36.8 20.0 55.0 38.0 20.6
2 57.4 34.8 22.6 63.0 37.2 25.8
3 45.8 37.2 20.2 58.4 37.2 21.2
4 56.6 36.2 20.4 62.2 38.2 24.0
5 56.0 35.2 20.8 57.6 37.6 20.0
Rata-rata 20.8 Rata-rata 22.3

Tabel 4.4 Nilai Skid Resistance (BPN) dengan Kontaminan Minyak Pelumas

Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku


No
Besar Besar
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Penurunan Penurunan
1 53.6 26.0 27.6 56.2 29.2 27.0
2 56.6 30.4 26.2 61.8 29.0 32.8
3 51.6 26.2 25.4 62.6 29.2 33.4
4 53.6 26.0 27.6 61.8 28.8 33.0
5 57.6 31.6 26.0 57.6 27.0 30.6
Rata-rata 26.6 Rata-rata 31.4

Tabel 4.5 Persentase Penurunan Nilai Skid Resistance Akibat Kontaminan

Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku


No Kontaminan
Persentase Rata- Persentase Rata-
Penurunan (%) rata Penurunan (%) rata
1 51.5 48.0
2 46.3 53.1
Minyak
3 49.2 48.7 53.4 52.2
Pelumas
4 51.5 53.4
5 45.1 53.1
6 35.2 37.5
7 39.4 41.0
8 Garam 35.2 36.6 36.3 37.6
9 36.0 38.6
10 37.1 34.7
11 15.5 17.2
12 31.3 25.8
23.4
13 Pasir 19.8 22.2 26.5
14 19.0 20.9
15 25.2 26.8
16 21.2 17.3
17 18.8 20.5
21.5
18 Air 12.8 18.7 21.8
19 15.3 24.8
20 25.6 23.2

b. Hasil Uji Statistik

1. Uji Normalitas Data

Tabel 4.6 Hasil Analisis Normalitas Data Menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan uji Kolomogorov-Smirnov pada tingkat signifikansi α = 5%

atau tingkat kepercayaan 95% didapat hasil p-value sebesar 0.343. Karena p-

value > α (0.05) maka distribusi data normal dan dilanjutkan dengan uji

selanjutnya.
2. Uji Perbedaan Pengaruh Antar Faktor Penelitian

Pada penelitian ini ada dua faktor yang akan diperhatikan yaitu faktor

jenis perkerasan (perkerasan lentur dan kaku) dan faktor jenis kontaminan

(minyak pelumas, garam, pasir, dan air). Pada bagian ini akan dilihat apakah

antar sesama faktor memiliki perbedaan pengaruh atau tidak.Hasil pengujian

dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Analisis Perbedaan Pengaruh Antar Faktor Penelitian

Menggunakan Uji Two Way Anova (Anova Dua Arah)

Berdasarkan Tabel 4.7 untuk faktor jenis kontaminan pada tingkat

signifikansi α = 5% atau tingkat kepercayaan 95% didapat hasil p-value sebesar

0.001. Karena p-value(0.001) < α(0.05) maka ada pengaruh faktor jenis

kontaminan untuk data tersebut pada tingkat signifikansi 5%. Atau dengan kata

lain didapat kesimpulan bahwa jenis kontaminan air, pasir, garam dan minyak

pelumas signifikan berbeda perubahan yang diberikan terhadap nilai skid

resistance permukaan perkerasan.


Karena faktor jenis kontaminan mempengaruhi persentase penurunan

nilai skid resistance, maka perlu dilakukan uji Multiple Comparissons (Analisis

Perbandingan Ganda) :

3. Uji Tukey HSD (Honestly Significant Difference)

Uji Tukey HSD (Honestly Significant Difference) atau uji BNJ (Beda

Nyata Jujur) merupakan salah satu teknik uji beda rerata yang digunakan untuk

melihat perbandingan rata-rata pasangan kontaminan yang berbeda secara

signifikan. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Hasil Uji Tukey HSD (Beda Nyata Jujur) Terhadap Perbedaan Antar Berbagai

Perlakuan

Tabel 4.8 menunjukkan beberapa pasangan perlakuan kontaminan

memiliki p-value < α (0.05), maka ada perbedaan nyata (pengaruh yang nyata)
terhadap masing-masing perlakuan kontaminan. Perlakuan tanpa kontaminan

memiliki p-value (0.001) < α (0.05) terhadap perlakuan dengan keempat

kontaminan yang lain, maka H0 ditolak yang berarti bahwa ada perbedaan yang

nyata (pengaruh yang nyata) terhadap masing-masing kontaminan.Sedangkan

pada jenis kontaminan air dan pasir tidak terdapat perbedaan yang nyata

perbandingan pengaruh keduanya.

Untuk perhitungan dan pengelompokan rata-rata persentase penurunan

nilai skid resistance akibat tiap kontaminan dapat dilihat pada tabel 4.9

Tabel 4.9 Hasil Uji Tukey HSD (Beda Nyata Jujur) Terhadap Pengelompokan Rata-rata

Persentase Penurunan Nilai Skid Resistance Akibat Perlakuan

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa persentase penurunan nilai skid resistance

akibat air dan pasir berada dalam satu kelompok dikarenakan pengaruhnya yang

tidak berbeda secara signifikan yaitu 20.13% untuk air dan 22.8% untuk pasir.

Kontaminan yang memberikan pengaruh paling besar terhadap persentase


penurunan nilai skid resistance dimulai dari minyak pelumas sebesar 50.46%,

garam sebesar 37.10%, pasir sebesar 22.80%, dan air sebesar 20.13%.

4.2. Analisa Data

Berdasarkan Tabel 2.2. maka nilai skid resistance minimum untuk

perkerasan Jl. Dr. A. Sofian sebesar 45 dan Jl.Sisingamangaraja sebesar 55.

Selanjutnya akan dianalisis dengan besar persentase penurunan yang dialami

permukaan perkerasan setelah terkena kontaminan apakah masih memadai atau

tidak.

a. Pengaruh Kontaminan Terhadap Nilai Skid Resistance Permukaan Perkerasan

1. Kontaminan Air

Berdasarkan Gambar 2.1. Persentase penurunan nilai skid resistance

permukaan perkerasan akibat kontaminan air sebesar 18.7% untuk jenis

perkerasan lentur dan sebesar 21.5% untuk jenis perkerasan kaku. Hasil ini tidak

jauh berbeda dari penelitian sebelumnya yang dilakukan Ping Cao yaitu sebesar

26.0%.

Rata-rata nilai skid resistance sebelum terkena kontaminan air pada

perkerasan lentur (Jl. Dr. A. Sofian) sebesar 51.8 BPN dan pada perkerasan kaku

(Jl. Sisingamangaraja) sebesar 59.9 BPN atau dapat dikatakan nilai skid resistance

keduanya masih memadai. Seperti yang dapat dilihat dari Gambar 4.1.
80 70,8
70 63
Skid Resistance (BPN) 55,4 56,4
53,6 56,2 56,8
60 51
46,8 48,4
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5
Titik Sampel
Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku

Gambar 4.1 Grafik nilai skid resistance perkerasan lentur dan perkerasan kaku sebelum terkena

kontaminan air

Sedangkan rata-rata nilai skid resistance setelah terkena kontaminan air

pada perkerasan lentur (Jl. Dr. A. Sofian) sebesar 41.9 BPN dan pada perkerasan

kaku (Jl. Sisingamangaraja) sebesar 47.0 BPN atau dapat dikatakan nilai skid

resistance keduanya tidak memadai. Seperti yang dapat dilihat dari Gambar 4.2.
80,0
70,0
Skid Resistance (BPN) 55,4
60,0
45,8 45,8 47,4
50,0 40,2 42,6 40,8 41,0 41,8 43,6
40,0
30,0
20,0
10,0
0,0
1 2 3 4 5
Titik Sampel
Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku

Gambar 4.2 Grafik nilai skid resistance perkerasan lentur dan perkerasan kaku setelah terkena

kontaminan air

2. Kontaminan Pasir

Berdasarkan Gambar 2.1. Persentase penurunan nilai skid resistance

permukaan perkerasan akibat kontaminan pasir sebesar 22.2% untuk jenis

perkerasan lentur dan sebesar 23.4% untuk jenis perkerasan kaku. Hasil ini tidak

jauh berbeda dari penelitian sebelumnya yang dilakukan Ping Cao yaitu sebesar

30.0%.

Rata-rata nilai skid resistance sebelum terkena kontaminan pasir pada 5

titik yang diuji pada perkerasan lentur (Jl. Dr. A. Sofian) sebesar 52.6 BPN dan

pada perkerasan kaku (Jl. Sisingamangaraja) sebesar 67.8 BPN atau dapat

dikatakan nilai skid resistance keduanya masih memadai. Seperti yang dapat

dilihat dari Grafik 4.3.


80,0 71,4
67,6 67,2 68,6
70,0 64,0
Skid Resistance (BPN) 58,2 56,4
60,0 52,4 51,6
50,0 44,4

40,0
30,0
20,0
10,0
0,0
1 2 3 4 5
Titik Sampel
Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku

Gambar 4.3 Grafik nilai skid resistance perkerasan lentur dan perkerasan kaku sebelum terkena

kontaminan pasir

Sedangkan rata-rata nilai skid resistance setelah terkena kontaminan

pasir pada perkerasan lentur (Jl. Dr. A. Sofian) sebesar 41.0 BPN dan pada

perkerasan kaku (Jl. Sisingamangaraja) sebesar 51.8 BPN atau dapat dikatakan

nilai skid resistance keduanya tidak memadai. Seperti yang dapat dilihat dari

Grafik 4.4.
80,0
70,0
Skid Resistance (BPN) 56,0
60,0 53,0 50,6
49,2 49,4 50,2
50,0 41,8 42,2
36,0 35,6
40,0
30,0
20,0
10,0
0,0
1 2 3 4 5
Titik Sampel
Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku

Gambar 4.4 Grafik nilai skid resistance perkerasan lentur dan perkerasan kaku setelah

terkena kontaminan pasir

3. Kontaminan Garam

Berdasarkan Gambar 2.1. Persentase penurunan nilai skid resistance

permukaan perkerasan akibat kontaminan garam sebesar 36.6% untuk jenis

perkerasan lentur dan sebesar 37.6% untuk jenis perkerasan kaku.

Rata-rata nilai skid resistance sebelum terkena kontaminan garam pada

perkerasan lentur (Jl. Dr. A. Sofian) sebesar 56.8 BPN dan pada perkerasan kaku

(Jl. Sisingamangaraja) sebesar 59.2 BPN atau dapat dikatakan nilai skid resistance

keduanya masih memadai. Seperti yang dapat dilihat dari Gambar 4.5.
80,0
70,0 63,0 62,2
Skid Resistance (BPN) 56,8 55,0 57,4 58,4 56,6 56,0 57,6
60,0
45,8
50,0
40,0
30,0
20,0
10,0
0,0
1 2 3 4 5
Titik Sampel
Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku

Gambar 4.5 Grafik nilai skid resistance perkerasan lentur dan perkerasan kaku sebelum terkena

kontaminan garam

Sedangkan rata-rata nilai skid resistance setelah terkena kontaminan

garam pada perkerasan lentur (Jl. Dr. A. Sofian) sebesar 36.0 BPN dan pada

perkerasan kaku (Jl. Sisingamangaraja) sebesar 36.9 atau dapat dikatakan nilai

skid resistance keduanya tidak memadai. Seperti yang dapat dilihat dari Grafik

4.6.
80,0
70,0
Skid Resistance (BPN)
60,0
50,0
36,8 38,0 34,8 37,2 37,2 37,2 36,2 38,2 35,2 37,6
40,0
30,0
20,0
10,0
0,0
1 2 3 4 5
Titik Sampel
Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku

Gambar 4.6 Grafik nilai skid resistance perkerasan lentur dan perkerasan kaku setelah terkena

kontaminan garam

4. Kontaminan Minyak Pelumas

Berdasarkan Gambar 2.1. Persentase penurunan nilai skid resistance

permukaan perkerasan akibat kontaminan minyak pelumas sebesar 48.7% untuk

jenis perkerasan lentur dan sebesar 52.2% untuk jenis perkerasan kaku. Hasil ini

tidak jauh berbeda dari penelitian sebelumnya yang dilakukan Ping Cao yaitu

sebesar 50%.

Rata-rata nilai skid resistance sebelum terkena kontaminan minyak

pelumas pada perkerasan lentur (Jl. Dr. A. Sofian) sebesar 54.6 BPN dan pada

perkerasan kaku (Jl. Sisingamangaraja) sebesar 60 BPN atau dapat dikatakan nilai

skid resistance keduanya masih memadai. Seperti yang dapat dilihat dari Gambar

4.7.
80,0
70,0 61,8 62,6 61,8
56,6 57,6 57,6
53,6 56,2
Skid Resistance (BPN)
60,0 51,6 53,6

50,0
40,0
30,0
20,0
10,0
0,0
1 2 3 4 5
Titik Sampel
Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku

Gambar 4.7 Grafik nilai skid resistance perkerasan lentur dan perkerasan kaku sebelum terkena

kontaminan minyak pelumas

Sedangkan rata-rata nilai skid resistance setelah terkena kontaminan

minyak pelumas pada perkerasan lentur (Jl. Dr. A. Sofian) sebesar 28.0 BPN dan

pada perkerasan kaku (Jl. Sisingamangaraja) sebesar 29.2 BPN atau dapat

dikatakan nilai skid resistance keduanya tidak memadai. Seperti yang dapat

dilihat dari Gambar 4.8.


80,0
70,0
Skid Resistance (BPN)
60,0
50,0
40,0 30,4 29,0 31,6
29,2 29,2 28,8 27,0
26,0 26,2 26,0
30,0
20,0
10,0
0,0
1 2 3 4 5
Titik Sampel
Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku

Gambar 4.8 Grafik nilai skid resistance perkerasan lentur dan perkerasan kaku setelah terkena

kontaminan minyak pelumas

b. Hubungan Faktor Jenis Perkerasan

Berdasarkan Tabel 4.7 untuk faktor jenis perkerasan pada tingkat

signifikansi α = 5% atau tingkat kepercayaan 95% didapat hasil p-value sebesar

0.078. Karena p-value > α (0.05) maka tidak ada pengaruh faktor perkerasan

untuk data tersebut pada tingkat signifikansi 5%. Dengan kata lain didapat

kesimpulan bahwa perkerasan lentur dan perkerasan kaku tidak signifikan berbeda

satu sama lain nilai perubahan yang dialami ketika terkena kontaminan. Hal ini

seperti ditunjukkan oleh Gambar bahwa perbedaan rata-rata persentase penurunan

nilai skid resistance yang dialami dua jenis perkerasan tersebut 2.1% (tidak lebih

dari 5%)
Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku
100,0
Persentase Penurunan Nilai BPN
80,0

60,0 48,7 52,2


36,6 37,6
40,0
(%)

22,2 23,4 18,7 21,5


20,0

0,0
Minyak Pelumas Garam Pasir Air
Kontaminan

Gambar 4.9 Grafik rata-rata persentase penurunan nilai skid resistance


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapat beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh kontaminan terhadap nilai skid resistance pada

permukaan perkerasan dengan kontaminan air, pasir, garam, dan minyak

pelumas pada permukaan perkerasan lentur dan kaku.

2. Rata-rata persentase penurunan nilai skid resistance pada permukaan

perkerasan lentur yang terkena kontaminan air sebesar 18.7%, pasir

sebesar 22.2%, garam sebesar 36.6%, dan minyak pelumas sebesar 48.7%.

3. Rata-rata persentase penurunan nilai skid resistance pada permukaan

perkerasan kaku yang terkena kontaminan air sebesar 21.5%, pasir sebesar

23.4%, garam sebesar 37.6%, dan minyak pelumas sebesar 52.2%.

4. Hasil uji statistik Two Way Anova menunjukkan ada pengaruh yang

signifikan antara persentase penurunan nilai skid resistance sebelum

terkena kontaminan dengan setelah tekena berbagai jenis kontaminan

dengan nilai p-value 0.001

5. Sebelum terkena kontaminan nilai skid resistance pada Jalan Dr. A. Sofian

dengan jenis perkerasan lentur adalah 53.95 dan Jalan Sisingamangaraja

XII dengan jenis perkerasan kaku adalah 61.73. berdasarkan nilai skid

resistance minimum nilai tersebut masih memadai.


6. Setelah terkena kontaminan air, pasir, garam dan minyak pelumas nilai

skid resistance pada Jalan Dr. A. Sofian dengan jenis perkerasan lentur

berturut-turut adalah 41.9, 41.0, 36.0, dan 28.0. Sedangkan Jalan

Sisingamangaraja XII dengan jenis perkerasan kaku berturut-turut adalah

47.0, 51.8, 36.9, dan 29.2 berdasarkan nilai nilai skid resistance minimum

nilai tersebut tidak memadai.

7. Perbedaan rata-rata persentase penurunan nilai skid resistance yang

dialami dua jenis perkerasan tersebut 2.1% (tidak lebih dari 5%)

5.2. Saran

1. Selain faktor kontaminan yang terdapat diatas permukaan perkerasan

terdapat banyak faktor lainnya yang mempengaruhi nilai skid resistance.

Oleh sebab itu, sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk mencari

faktor-faktor lain yang mempengaruhi atau berhubungan dengan skid

resistance permukaan perkerasan.

2. Kontaminan berpengaruh buruk terhadap nilai skid resistance permukaan

perkerasan karena mampu menurunkan nilai skid resistance sehingga

nilai skid resistance menjadi tidak memadai. Oleh sebab itu sebaiknya

dilakukan pengecekan kontaminan dan pembersihan permukaan

perkerasan yang terkena kontaminan.


DAFTAR PUSTAKA

Aji, Saptoyo., 2011. “Evaluasi Nilai Kekesatan Permukaan (Skid

Resistance) Aspal Beton Dengan Perbedaan Indeks Penetrasi Akibat

Perubahan Temperatur Permukaan,” Jurnal Teknik Sipil Universitas

Indonesia, Depok.

Bazlamit, Subhi., 2005. “Change in Asphalt Pavemen Friction Components

and Adjusment of Skid Number for Temperature,” Journal of

Transportation Engineering ASCE, Vol 131

Christopher R. Bennett., et al, 2007. Data Collection Technologies for Road

Management.East Asia Pacific Transport Unit.

Hall, J. W., et al. 2009. “Guide for Pavement Friction,” Final Report for

NCHRP Project 01-43, National Cooperative Highway Research

Program (NCHRP), Transportation Research Board, Web Only

Documents 108.

Henry, J. J. (2000). NCHRP synthesis of highway practice 291: Evaluation

of pavement friction characteristics, Transportation Research Board,

Washington, DC.

Ibrahim M. Asi., 2007. Evaluating Skid Resistance of Different Asphalt

Concrete Mixes,” Journal of Building and Environment ELSEVIER,

325-329

Jeffrey S. Kuttesch., 2007. “Quantifying the Relationship between Skid

Resistance and Wet Weather Accidents for Virginia Data”


Mataei, Behrouz., 2016. “Pavement Friction and Skid Resistance

Measurement Methods: A Literature Review,” Journal of Open

Journal Civil Engineering Scientific Research Publishing, 537-565

Ping Cao., et al., 2010. “Effect of Contaminants on Skid Resistance of

Asphalt Pavements”. Journal of Traffic and Transportation Studies

ASCE, 1341-1351

Rahman, Harmein., 1998. “Tinjauan Parameter Polished Stone Value (PSV)

dan Hubungannya dengan Nilai Skid Resistance Permukaan

Perkerasan Studi Kasus: Jalan Tol Jagorawi”, Simposium Forum Studi

Transportasi Perguruan Tinggi, ITB.

ROAD RESEARCH LABORATORY (1969). Instructions for using the

Portable Skid Resistance Tester. Road Note 27. HMSO5.

Santoso, S., (2015). SPSS 20 Pengolahan Data Statistik di Era Informasi,

Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Shahreena Melati Rhasbudin Shah and Mohd Ezree Abdullah. 2010. “Effect

of Agregat Shape on Skid Resistance of Compacted Hot Mix Asphalt

(HMA),” International Journal of IEEE, 421-425

SNI 4427: 2008: Cara Uji Kekesatan Permukaan Perkerasan Menggunakan

Alat British Pendulum Tester (BPT)

Sukirman, S., 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova,

Bandung.

Suwardo, 2003. Investigation of Skid Resistance of Road Pavement Using

the Wessex Skid Teste. Jurnal Teknik Sipil Universitas Gajah Mada,

Yogyakarta
Wiliyanda, Derry., 2015. “Hubungan Antara Nilai Skid Resistance dan

Kedalaman Tekstur Pada Permukaan Perkerasan.”

Yinghai Miao, Dongwei Cao, and Qingquan Liu., 2010. “Evaluating the

Relationship of Asphalt Pavement Skid Resistance to Slip Speed

Using Dynamic Friction Tester Measurements,” Journal of Integrated

Transportation Systems ASCE, 3678-3685

Yero, Suleiman A., Mohd. Rosli Hainin dan Haryati Yacoob. 2012. “The

Correlation Between Texture Depth, Pendulum Test Value and

Roughness Index of Various Asphalt Surface in Malaysia,” IJRRAS,

Vol. 13, 104-109


LAMPIRAN 1

DATA HASIL PENGUJIAN

1. Hasil Pengujian Jalan Dr. A. Sofian

1.a. Nilai Skid Resistance Permukaan Perkerasan dengan Kontaminan Air


Sebelum Terkena Kontaminan
Jarak dari
Temperatur
Titik tepi Tekstur Pembacaan Nilai Skid Rata Nilai
Permukaan Koreksi
Uji perkerasan Permukaan Resistance (BPN) -rata BPN
(ºC)
(cm)
1 70 Kasar 35 50 50 50 50 1 70 Kasar 35
2 70 Kasar 37 54 51 55 54 2 70 Kasar 37
3 70 Kasar 37 45 43 45 45 3 70 Kasar 37
4 70 Kasar 35 46 48 45 46 4 70 Kasar 35
5 70 Kasar 34 55 54 55 55 5 70 Kasar 34
Rata-rata 51.8
Setelah Terkena Kontaminan
Jarak dari
Temperatur
tepi Tekstur Pembacaan Nilai Skid Rata Nilai
No Permukaan Koreksi
perkerasan Permukaan Resistance (BPN) -rata BPN
(ºC)
(cm)
1 70 Kasar 32 40 40 40 40 1 70 Kasar 32
2 70 Kasar 31 44 45 45 45 2 70 Kasar 31
3 70 Kasar 34 36 40 38 40 3 70 Kasar 34
4 70 Kasar 33 37 38 40 40 4 70 Kasar 33
5 70 Kasar 31 41 40 41 41 5 70 Kasar 31
Rata-rata 41.9

1.b. Nilai Skid Resistance Permukaan Perkerasan dengan Kontaminan Pasir


Sebelum Terkena Kontaminan
Jarak dari
Temperatur
Titik tepi Tekstur Pembacaan Nilai Skid Rata Nilai
Permukaan Koreksi
Uji perkerasan Permukaan Resistance (BPN) -rata BPN
(ºC)
(cm)
1 70 Kasar 40 55 56 56 55 1 70 Kasar 40
2 70 Kasar 41 48 46 52 51 2 70 Kasar 41
3 70 Kasar 32 45 45 42 45 3 70 Kasar 32
4 70 Kasar 34 50 51 50 50 4 70 Kasar 34
5 70 Kasar 36 51 55 55 55 5 70 Kasar 36
Rata-rata 52.6
Setelah Terkena Kontaminan
Jarak dari
Temperatur
Titik tepi Tekstur Pembacaan Nilai Skid Rata Nilai
Permukaan Koreksi
Uji perkerasan Permukaan Resistance (BPN) -rata BPN
(ºC)
(cm)
1 70 Kasar 40 45 48 40 48 1 70 Kasar 40
2 70 Kasar 38 41 30 31 28 2 70 Kasar 38
3 70 Kasar 35 40 34 32 31 3 70 Kasar 35
4 70 Kasar 34 45 40 37 39 4 70 Kasar 34
5 70 Kasar 37 45 39 38 39 5 70 Kasar 37
Rata-rata 41.0
1.c. Nilai Skid Resistance Permukaan Perkerasan dengan Kontaminan Garam
Sebelum Terkena Kontaminan
Jarak dari
Temperatur
Titik tepi Tekstur Pembacaan Nilai Skid Rata Nilai
Permukaan Koreksi
Uji perkerasan Permukaan Resistance (BPN) -rata BPN
(ºC)
(cm)
1 70 Kasar 40 55 55 54 54 1 70 Kasar 40
2 70 Kasar 38 55 53 57 55 2 70 Kasar 38
3 70 Kasar 32 56 57 57 57 3 70 Kasar 32
4 70 Kasar 34 54 54 55 54 4 70 Kasar 34
5 70 Kasar 36 54 52 54 55 5 70 Kasar 36
Rata-rata 56.8
Setelah Terkena Kontaminan
Jarak dari
Temperatur
Titik tepi Tekstur Pembacaan Nilai Skid Rata Nilai
Permukaan Koreksi
Uji perkerasan Permukaan Resistance (BPN) -rata BPN
(ºC)
(cm)
1 70 Kasar 37 43 32 30 33 1 70 Kasar 37
2 70 Kasar 35 36 34 33 30 2 70 Kasar 35
3 70 Kasar 33 39 36 33 34 3 70 Kasar 33
4 70 Kasar 34 40 36 32 32 4 70 Kasar 34
5 70 Kasar 34 35 32 31 35 5 70 Kasar 34
Rata-rata 36.0

1.d. Nilai Skid Resistance Permukaan Perkerasan dengan Kontaminan Minyak Pelumas
Sebelum Terkena Kontaminan
Jarak dari
Temperatur
Titik tepi Tekstur Pembacaan Nilai Skid Rata Nilai
Permukaan Koreksi
Uji perkerasan Permukaan Resistance (BPN) -rata BPN
(ºC)
(cm)
1 70 Kasar 39 45 49 52 51 56 50.6 3 53.6
2 70 Kasar 37 51 55 56 58 53 54.6 2 56.6
3 70 Kasar 34 50 48 54 45 51 49.6 2 51.6
4 70 Kasar 34 50 51 52 53 52 51.6 2 53.6
5 70 Kasar 35 55 55 56 56 56 55.6 2 57.6
Rata-rata 54.6
Setelah Terkena Kontaminan
Jarak dari
Temperatur
Titik tepi Tekstur Pembacaan Nilai Skid Rata Nilai
Permukaan Koreksi
Uji perkerasan Permukaan Resistance (BPN) -rata BPN
(ºC)
(cm)
1 70 Kasar 37 25 35 22 22 1 70 Kasar 37
2 70 Kasar 37 28 29 27 29 2 70 Kasar 37
3 70 Kasar 34 25 25 22 24 3 70 Kasar 34
4 70 Kasar 34 20 25 25 25 4 70 Kasar 34
5 70 Kasar 34 30 29 30 30 5 70 Kasar 34
Rata-rata 28.0
2. Hasil Pengujian Jalan Sisingamangaraja XII

2.a. Nilai Skid Resistance Permukaan Perkerasan dengan Kontaminan Air

Sebelum Terkena Kontaminan

Jarak dari
Temperatur
Titik tepi Tekstur Pembacaan Nilai Skid Rata Nilai
Permukaan Koreksi
Uji perkerasan Permukaan Resistance (BPN) -rata BPN
(ºC)
(cm)
1 20 Kasar 37 54 50 55 55 1 20 Kasar 37
2 20 Kasar 36 50 50 48 55 2 20 Kasar 36
3 20 Kasar 41 64 67 69 71 3 20 Kasar 41
4 20 Kasar 38 55 65 62 58 4 20 Kasar 38
5 20 Kasar 40 55 54 52 53 5 20 Kasar 40
Rata-rata 59.9
Setelah Terkena Kontaminan
Jarak dari
Temperatur
Titik tepi Tekstur Pembacaan Nilai Skid Rata Nilai
Permukaan Koreksi
Uji perkerasan Permukaan Resistance (BPN) -rata BPN
(ºC)
(cm)
1 20 Kasar 35 50 45 44 40 1 20 Kasar 35
2 20 Kasar 36 45 40 39 39 2 20 Kasar 36
3 20 Kasar 40 52 50 51 54 3 20 Kasar 40
4 20 Kasar 38 48 43 46 43 4 20 Kasar 38
5 20 Kasar 40 44 40 39 40 5 20 Kasar 40
Rata-rata 47.0

2.b. Nilai Skid Resistance Permukaan Perkerasan dengan Kontaminan Pasir


Sebelum Terkena Kontaminan
Jarak dari
Temperatur
Titik tepi Tekstur Pembacaan Nilai Skid Rata Nilai
Permukaan Koreksi
Uji perkerasan Permukaan Resistance (BPN) -rata BPN
(ºC)
(cm)
1 20 Kasar 37 65 65 65 68 1 20 Kasar 37
2 20 Kasar 37 68 69 70 70 2 20 Kasar 37
3 20 Kasar 38 64 63 65 65 3 20 Kasar 38
4 20 Kasar 39 61 60 60 62 4 20 Kasar 39
5 20 Kasar 37 69 68 65 65 5 20 Kasar 37
Rata-rata 67.8
Setelah Terkena Kontaminan
Jarak dari
Temperatur
Titik tepi Tekstur Pembacaan Nilai Skid Rata Nilai
Permukaan Koreksi
Uji perkerasan Permukaan Resistance (BPN) -rata BPN
(ºC)
(cm)
1 20 Kasar 34 50 52 56 57 1 20 Kasar 34
2 20 Kasar 34 51 54 53 53 2 20 Kasar 34
3 20 Kasar 33 48 47 46 48 3 20 Kasar 33
4 20 Kasar 35 49 50 49 48 4 20 Kasar 35
5 20 Kasar 34 46 46 50 50 5 20 Kasar 34
Rata-rata 51.8
2.c. Nilai Skid Resistance Permukaan Perkerasan dengan Kontaminan Garam
Sebelum Terkena Kontaminan
Jarak dari
Temperatur
Titik tepi Tekstur Pembacaan Nilai Skid Rata Nilai
Permukaan Koreksi
Uji perkerasan Permukaan Resistance (BPN) -rata BPN
(ºC)
(cm)
1 20 Kasar 35 54 50 55 54 1 20 Kasar 35
2 20 Kasar 37 60 61 60 63 2 20 Kasar 37
3 20 Kasar 40 55 55 56 55 3 20 Kasar 40
4 20 Kasar 36 61 60 60 60 4 20 Kasar 36
5 20 Kasar 40 54 54 54 55 5 20 Kasar 40
Rata-rata 59.2
Setelah Terkena Kontaminan
Jarak dari
Temperatur
Titik tepi Tekstur Pembacaan Nilai Skid Rata Nilai
Permukaan Koreksi
Uji perkerasan Permukaan Resistance (BPN) -rata BPN
(ºC)
(cm)
1 20 Kasar 34 40 35 35 35 1 20 Kasar 34
2 20 Kasar 35 36 35 35 35 2 20 Kasar 35
3 20 Kasar 39 35 34 34 32 3 20 Kasar 39
4 20 Kasar 37 40 36 35 35 4 20 Kasar 37
5 20 Kasar 39 36 34 34 35 5 20 Kasar 39
Rata-rata 36.9

2.d. Nilai Skid Resistance Permukaan Perkerasan dengan Kontaminan Minyak Pelumas
Sebelum Terkena Kontaminan
Jarak dari
Temperatur
Titik tepi Tekstur Pembacaan Nilai Skid Rata Nilai
Permukaan Koreksi
Uji perkerasan Permukaan Resistance (BPN) -rata BPN
(ºC)
(cm)
1 20 Kasar 36 56 57 50 54 1 20 Kasar 36
2 20 Kasar 37 56 60 62 61 2 20 Kasar 37
3 20 Kasar 39 50 61 65 61 3 20 Kasar 39
4 20 Kasar 37 59 59 60 61 4 20 Kasar 37
5 20 Kasar 39 54 53 55 55 5 20 Kasar 39
Rata-rata 60.0
Setelah Terkena Kontaminan
Jarak dari
Temperatur
Titik tepi Tekstur Pembacaan Nilai Skid Rata Nilai
Permukaan Koreksi
Uji perkerasan Permukaan Resistance (BPN) -rata BPN
(ºC)
(cm)
1 20 Kasar 36 25 25 29 28 1 20 Kasar 36
2 20 Kasar 40 27 27 26 25 2 20 Kasar 40
3 20 Kasar 40 30 26 24 25 3 20 Kasar 40
4 20 Kasar 38 25 28 25 26 4 20 Kasar 38
5 20 Kasar 38 25 24 24 23 5 20 Kasar 38
Rata-rata 29.2
LAMPIRAN II

DOKUMENTASI PENELITIAN

A. Lima perlakuan pada titik sampel permukaan perkerasan pada perkerasan


lentur (Jl. Dr. A. Sofian) dan perkerasan kaku (Jl. Sisingamangaraja XII)
1. Tanpa Kontaminan

2. Air
3. Pasir

4. Garam

\
5. Minyak Pelumas
LAMPIRAN 3

SERTIFIKAT KALIBRASI
LAMPIRAN 4

REKOMENDASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai