TUGAS AKHIR
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Adapun judul dari Tugas Akhir ini adalah “Evaluasi Kriteria Penerimaan
Versi Desember 2006”. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari
bimbingan, dukungan dan bantuan dari semua pihak. Penulis hanya dapat
mengucapkan terima kasih atas segala jerih payah, motivasi dan doa yang diberikan
2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik
2
4. Bapak Ir. Joni Harianto, Bapak Ir. Indra Jaya Pandia, Bapak Medis S.
Bina Marga Versi Desember 2006 di Dinas Bina Marga, Jl. Sakti Lubis
No.7 Medan.
10. Teman – temanku : Rio Damuri yang telah banyak membantu dalam
3
Anisa Ridha, dan Andreas Pandia yang ikut serta menemani ke Dinas
Bina Marga dalam hal keperluan tugas akhir ini. Ida, Nisa, Enny, dan
kepada penulis.
dan pengerjaan tugas akhir ini, kebersamaan yang telah kita lewati sangat
& Kakak-kakak angkatan ’02 ’04 dan Adik-adik angkatan ’06 ’08, terima
kasih atas bantuan dan dukungannya baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian tugas akhir ini, sehingga tugas akhir ini
kepada kita semua, dan atas dukungan yang telah diberikan, penulis mengucapkan
terima kasih. Akhirnya, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
4
ABSTRAK
5
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
6
II.3.2. Proses kontrol kualitas
7
III.3.2. Agregat ...................................................................... 54
laboratorium .............................................. 68
8
V.1. Kesimpulan ................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
9
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.4. Pengujian titik nyala dengan cleveland open cup. .................... 24
Gambar 4.1. Sampel yang telah dicore dari permukaan perkerasan pada
digital ....................................................................................... 84
10
Gambar 4.3. Data terdistribusi normal ........................................................... 89
Gambar 4.7. Distribusi normal dengan risiko produsen, l = batas bawah ..... 98
11
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Tebal nominal minimum lapisan beraspal dan toleransinya ......... 54
beraspal .......................................................................................... 56
12
Tabel 3.12. Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston
13
DAFTAR NOTASI
NOTASI KETERANGAN
x Data bilangan
n Jumlah sampel
s Deviasi standar
a Nilai Penerimaan
dilihat di tabel
laboratorium)
k Nilai koefisien
14
Z Distribusi normal
t Distribusi t
α Risiko produsen
β Risiko konsumen
kesalahan (p)
produsen α
15
ABSTRAK
5
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 UMUM
kelancaran arus barang dan manusia.[8] Permukaan jalan dilapisi dengan perkerasan
jalan, yaitu perkerasan lentur (flexibel pavement), dan perkerasan kaku (rigid
pavement).[19] Sehingga jalan harus memiliki kondisi yang sesuai dengan umur
Sumatera Utara dalam kondisi rusak dari total 2.752,41 kilometer jalan propinsi
tingkat pelayanan jalan. Hal ini juga dipengaruhi oleh perkerasan jalan yang telah
bukti penurunan tingkat pelayanan jalan atau kondisi jalan mengalami kerusakan.[17]
berupa serangkaian kegiatan yang diarahkan untuk menjaga agar struktur jalan dapat
16
jalan. Pemeliharaan jalan terdiri atas peningkatan jalan, overlay, atau pemeliharaan
jenis perkerasan jalan harus dihampar dan dipadatkan. Proses pemadatan dalam
perencanaan harus sesuai dengan spesifikasi. Akan tetapi, dalam kondisi tertentu
control) perkerjaan konstruksi jalan di lapangan dengan mengambil benda uji core
laboratorium.
I.2 PERMASALAHAN
sehingga upaya untuk meningkatkan kondisi jalan tersebut menjadi lebih baik
memerlukan biaya yang cukup besar. Hal ini terjadi, karena pekerjaan konstruksi
jalan tidak sesuai dengan spesifikasi. Maka, dilakukan evaluasi kriteria penerimaan
17
merupakan standard untuk melakukan proses pekerjaan konstruksi jalan, peningkatan
Permasalahan yang dibahas pada tugas akhir ini tidak meliputi kondisi jalan
yang rusak, tetapi hanya pada campuran beraspal lapis permukaan yang seharusnya
metode statistik dengan acuan spesifikasi jalan Bina Marga versi Desember 2006.
Kemudian tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah mengetahui kriteria
penerimaan campuran beraspal menurut spesifikasi jalan Bina Marga versi Desember
18
2006. Hasil akhir yang diperoleh diharapkan dapat menjadi pembelajaran untuk
Pada penulisan Tugas Akhir ini, penulis membatasi masalah pada campuran
Distribusi Normal
Distribusi t
lentur, maka pada tulisan ini hanya akan dibahas lapis permukaan seperti campuran
I.5 METODOLOGI
Metode pembahasan yang dilakukan pada penulisan Tugas Akhir ini adalah
studi literatur dengan mencari dan mengumpulkan data-data dari buku ajar (text
book), standar perencanaan yang relevan, jurnal maupun buku-buku petunjuk teknis
19
membandingkan dan menulis kembali dalam bentuk yang lebih terperinci dan
praktis.
kontrol kualitas (quality control) menurut spesifikasi jalan Bina Marga versi
Desember 2006.
control) dalam pekerjaan jalan dan menurut spesifikasi jalan Bina Marga
Rc = ( x - ks ) ≥ L
kontrol.
20
PERMASALAHAN
MAKSUD
TUJUAN
Pemilihan Sampel
Metode Statistik
Risiko
Kriteria Penerimaan
KESIMPULAN
21
I.6 SISTEMATIKA PENULISAN
penulisan tugas akhir ini dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bab dengan sistematika
BAB I PENDAHULUAN
JALAN
Merupakan kajian berbagai literatur serta hasil studi yang relevan dengan
pembahasan ini. Dalam hal ini diuraikan kontrol kualitas (quality control)
dalam pekerjaan jalan, apa yang akan dikontrol dengan menggunakan metode
statistik.
MARGA 2006
Bab ini berisikan tentang kontrol kualitas yang disyaratkan oleh Ditjen Bina
CONTROL)
22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
pembahasan pada bab sebelumnya, dan saran mengenai hasil penulisan yang
23
BAB II
II.1. Umum
Perkerasan merupakan struktur lapisan yang terletak di atas tanah dasar, yang
bersifat konstruktif sehingga memiliki nilai struktural dan fungsional. Nilai struktural
berkaitan dengan daya dukung perkerasan untuk mendukung repetisi beban lalu
lintas kendaraan dan kemampuannya untuk tetap stabil, mantap dan aman terhadap
pengaruh infiltrasi air permukaan dan perubahan cuaca. Nilai fungsional berkaitan
dengan performansi permukaan jalan dalam melayani lalu lintas kendaraan dengan
aman dan nyaman yang meliputi aspek – aspek teknis, antara lain: kerataan,
(subgrade). Susunan struktur lapisan perkerasan lentur jalan dari bagian atas ke
24
Gambar 2.1.Struktur Perkerasan Lentur
agar kualitas dapat diperoleh sesuai harapan dan disebut campuran beraspal.
permukaan agregat terselimuti aspal dengan seragam. Campuran beraspal terdiri dari
dua keadaan : panas (hotmix) dan dingin (coldmix). Namun, campuran beraspal yang
sering digunakan yaitu dalam keadaan panas (hotmix) atau disebut sebagai campuran
beraspal panas.[6]
- HRS (Hot Rolled Sheet) atau lataston (lapis tipis beton aspal)
- HRSS (Hot Rolled Sand Sheet) atau latasir (lapis tipis aspal
pasir).
25
Pada campuran beraspal diperoleh sifat-sifat mekanis yang disebut sifat friksi
dan kohesi dari bahan-bahan pembentuknya. Sifat friksi terdapat pada agregat yang
diperoleh dari ikatan antar butir agregat (interlocking), dan kekuatannya tergantung
pada gradasi, tekstur permukaan, bentuk butiran dan ukuran agregat maksimum yang
II.2.1.1. Agregat
Agregat adalah sekumpulan batu – batu pecah, kerikil, pasir atau mineral
lainnya baik berupa hasil alam maupun hasil buatan. Agregat merupakan komponen
Dengan daya dukung, keawetan dan kualitas perkerasan jalan ditentukan juga dari
Secara umum agregat yang digunakan dalam campuran beraspal dibagi atas 2 (dua)
fraksi, yaitu :
a. Agregat Kasar
b. Agregat Halus
a. Agregat Kasar
Agregat Kasar adalah agregat yang tertahan saringan pada ayakan nomor 8
(diameter 2,36 mm). Agregat kasar terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah yang
bersih, kering, kuat dan awet dan bebas dari bahan lain yang mengganggu. Bahan
yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh digunakan.
26
semakin tinggi pula stabilitas dari perkerasannya. Akan tetapi hal tersebut juga dapat
b. Agregat halus
Agregat Halus adalah agregat yang lolos saringan ayakan nomor 8 (diameter
2,36 mm). Agregat halus terdiri dari pasir alam dan pasir buatan atau gabungan
antara dari bahan – bahan tersebut. Agregat halus juga dapat berasal dari batu kapur
pecah yang hanya boleh digunakan apabila dicampur dengan pasir alam dalam
perbandingan yang sama. Agregat halus harus bersih, kering, kuat, dan bebas dari
gumpalan – gumpalan lempung serta bahan – bahan lain yang mengganggu serta
terdiri dari butiran – butiran yang bersudut tajam dan mempunyai permukaan
kasar.[6]
II.2.1.2. Aspal
yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup
pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat
menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan
masa pelayanannya. Pada dasarnya aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang
disebut bitumen. Oleh sebab itu, aspal sering disebut material berbituminous.
aspal keras. Tingkat pengontrolan yang dilakukan pada tahapan proses penyulingan
akan menghasilkan aspal dengan sifat-sifat yang khusus yang cocok untuk
pemakaian yang khusus pula, seperti untuk pembuatan campuran beraspal, pelindung
27
Aspal terdiri dari : Asphaltenes, Malthenes, dan Oils. Asphaltenes adalah
komponen utama dari aspal sekitar 80 %, Malthenes terdiri dari zat – zat yang
kelelehan (berfungsi sebagai flux). Dan Oils memberi sifat adhesif dan pemuluran
(daktalitas).
• Sebagai bahan pengikat antara agregat maupun antara aspal itu sendiri.
• Sebagai bahan pengisi, mengisi rongga antara butir – butir agregat dan pori –
Jenis aspal terdiri dari aspal keras, aspal cair, aspal emulsi, dan aspal alam,
yaitu :
a. Aspal keras
sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan
sebaliknya.
b. Aspal cair
Aspal cair merupakan aspal hasil dari pelarutan aspal keras dengan bahan
c. Aspal emulsi
dalam air.
d. Aspal alam
28
Aspal yang secara alamiah terjadi di alam. Berdasarkan depositnya aspal
batu.[6]
sebagai standar pekerjaan jalan. Namun, tidak jarang perkerasan jalan di atas
rutin maupun peningkatan jalan tidak memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Oleh
sebab itu, dilakukan evaluasi dengan cara mengontrol kualitas perkerasan kontruksi
Amerika Serikat, Belanda, Australia, Spanyol, Prancis, dan negara lainnya selama
Kontrol dapat didefenisikan sebagai usaha dalam melakukan uji evaluasi, dan
disesuaikan pada spesifikasi. Maka, kontrol kualitas (quality control) adalah usaha –
usaha yang dilakukan dengan teknik dan kegiatan operasional untuk mendapatkan
29
Teknik dan kegiatan operasional meliputi pemeriksaan hasil perencanaan,
pengujian yang dilakukan selama konstruksi, pengujian bahan, kalibrasi mesin dan
peralatan pengujian. Dalam hal ini, kontrol kualitas diperlukan untuk menghasilkan
indikator pada berbagai tahap proyek untuk memperlihatkan bahwa persyaratan dan
spesifikasi dipenuhi. Ini berguna sebagai pendeteksi dini dari kerusakan atau
kualitas produk.
pendapat demikian dapat menimbulkan biaya pengerjaan kembali yang cukup tinggi.
Karena kontrol kualitas (quality control) seharusnya dilaksanakan mulai dari proses
pengolahan pada titik – titik kritis kualitas, dimana sering terjadi penyimpangan
kualitas. Oleh karena itu, dibutuhkan data dalam proses kontrol kualitas tersebut.
Untuk memperoleh data tersebut, diperlukan metode yang cukup agar analisa yang
statistik.[7]
kontrol kualitas statistik (quality control statistic). Kontrol kualitas statistik berperan
30
II.3.1. Tujuan kontrol kualitas
konsistensi kualitas.
pengawasan dalam dua tahapan kontrol kualitas (quality control) dalam pekerjaan
jalan melalui semua tahapan proses perencanaan pekerjaan jalan dengan cara
31
Proses kontrol kualitas (quality control processes) dalam pekerjaan jalan
Salah satu penyebab utama masalah teknis yang terjadi dengan aspal adalah
Untuk itulah pentingnya kontrol kualitas terhadap agregat saat proses pemilihan
material itu sendiri, hingga proses pencampuran dengan aspal untuk memastikan
keseragaman dari campuran yang diproduksi. Adapun yang perlu diperhatikan pada
1. Pengujian agregat.
Segregasi agregat, yaitu fraksi agregat yang terpisah akibat dari selama
32
Tabel 2.1. Ukuran saringan
Lubang saringan
No. Saringan
inch mm
1 ½ in. 1.50 38.1
1 in. 1.00 25.4
¾ in. 0.75 19.0
½ in. 0.50 12.7
3/8 in. 0.375 9.51
No.4 0.187 4.76
No.8 0.0937 2.38
No.16 0.0469 1.19
No.30 0.0234 0.595
No.50 0.0117 0.297
No.100 0.0059 0.149
No.200 0.0029 0.074
[6]
Sumber : Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas (2005). Hal.54.
rutin.
- Berat Jenis (specific gravity) adalah perbandingan berat dari suatu satuan
volume bahan terhadap berat air dengan volume yang sama pada
temperatur 200 – 250C (680 - 770F). Dikenal beberapa macam Berat Jenis
agregat, yaitu :
Gsa =
(v s + v i )γ w
ws
33
b. Berat Jenis bulk (bulk specific gravity),
Gbs =
(v p + v i + v s )γ v x γ w
=
ws ws
Gse =
(v s + v c )γ w
ws
Dengan pengertian :
Vc = volume pori meresap air yang tidak meresap aspal (volume total)
agar dapat menyerap aspal. Karena jika agregat berpori banyak, maka
akan menyerap aspal besar sehingga tidak ekonomis dan tidak dapat
34
dengan nilai keausan yang besar mudah pecah selama pemadatan atau akibat
pengaruh beban lalu-lintas atau hal lainnya tidak diijinkan karena beberapa
sebab :
a. Gradasi akan berubah karena agregat yang kasar akan menjadi butiran
b. Agregat yang lemah tidak akan menghasilkan lapisan yang kuat karena
dapat merugikan (seperti butiran lunak dan lempung) terhadap bagian agregat
agregat
diremas jari guna melihat agregat tersebut mudah pecah atau tidak. Sehingga
menjadi beberapa fraksi, lalu direndam sekitar 24 jam. Butiran halus yang
35
8. Pemeriksaan daya lekat agregat terhadap aspal (affinity)
aspal.
9. Angularitas
lebih besar dari 4,75 mm (No.4) dengan satu atau lebih bidang pecah.
pada agregat padat lepas dan lolos pada saringan 2,36 mm (No.8). Makin
besar nilai rongga udara berarti makin besar bidang pecah yang terdapat
Bentuk butir (particle shape) agregat salah satunya adalah berbentuk pipih
dan akan mudah patah apabila mendapat beban lalulintas. Untuk itu diuji
dengan alat uji kepipihan seperti terlihat pada gambar 2.3. Kepipihan
butir agregat.
36
11. Pengujian partikel ringan dalam agregat
yang dimaksud adalah partikel yang mengapung di atas larutan yang berat
jenisnya 2.
Pengujian dilakukan untuk agregat halus yang lolos saringan No. 4 (4,75 mm)
dan tertahan di atas saringan No.50 (0,30 mm) serta agregat kasar yang lolos
saringan 3” (76,20 mm) dan tertahan di atas saringan No.4 (4,75 mm). Bahan
Pada umumnya aspal diperoleh dari sumber yang telah diuji dan diterima oleh
direksi pekerjaan jalan. Sangat sedikit uji pengawasan untuk aspal, namun telah
dilakukan oleh orang yang terlibat pada kontrol kualitas secara manual. Masalah
yang sering terjadi pada aspal adalah mencari masalah yang berkaitan dengan lapisan
Pengambilan contoh aspal untuk pengujian harus diwakili dan dijaga agar
meliputi :
a. Ukuran contoh,
b. Pengambilan contoh dari mobil tangki, truk penyemprot aspal atau tangki
37
c. Pengambilan contoh dari tangker atau tongkang,
e. Pengambilan contoh dari drum terpilih secara random seperti Tabel 2.2.
f. Pengambilan contoh bahan semi padat atau bahan padat yang belum
Penentuan titik nyala dilakukan untuk memastikan bahwa aspal cukup aman
untuk pelaksanaan. Jika rendah, maka adanya minyak ringan dalam aspal
38
Gambar 2.4. Pengujian titik nyala dengan Cleveland Open Cup
Kekerasan aspal diukur dengan jarum penetrasi standar yang masuk kedalam
permukaan bitumen pada temperatur 25 0C, beban 100 gram dan waktu 5
4. Titik lembek
temperatur kelelehan dari aspal. Alat pengujian ditunjukkan pada gambar 2.6.
39
Gambar 2.6. Pengujian titik lembek aspal
putus. Pengujian dilakukan dengan alat yang terdiri atas cetakan, bak air dan
viskometer
secara empiris pada temperatur antara 1200 – 200 0C. Gambar peralatan
40
Gambar 2.8. Tabung viskometer untuk pengujian viskositas
Dalam tahap pencampuran agregat dan aspal, harus diperiksa dan dikontrol
1. Laboratorium
secara benar, hal lain yang perlu diperhatikan adalah kalibrasi peralatan secara
berkala. Dalam pengujian yang perlu diamati adalah metode pengujian contoh,
2. Stock Pile
Suatu penanganan agregat di tempat penyimpanan (stock pile) yang kurang baik akan
pelaksanaan.
Pada saat proses penumpukan dan pemindahan agregat di Stock Pile sering terjadi
41
menyulitkan atau bahkan tidak mungkin operator AMP dapat mengadakan
penyesuaian gradasi dalam waktu yang sangat terbatas. Untuk itu di perlukan
pengetahuan dan keahlian yang cukup pada operator di saat pengujian dengan
- Agregat tidak tercampur satu sama lainnya dan tidak terkontaminasi dengan
AMP merupakan satu unit alat yang memproduksi campuran beraspal panas.
AMP yang paling sering digunakan adalah jenis Batch (penakaran). Komponen –
a. Cold Bin
Cold Bin adalah tempat penyimpanan agregat kasar, agregat halus dan
pasir. Material yang telah melalui Cold Bin sangat berpengaruh terhadap
produksi campuran beraspal. Untuk itu perlunya kontrol kualitas yang ketat pada
− Gradasi agregat
Perubahan gradasi terjadi jika Quari atau supplier berbeda. Untuk itu
JMF kembali.
42
− Kalibrasi bukaan Cold Bin
Bukaan Cold Bin kadang - kadang tersumbat jika agregat halus basah,
b. Dryer
Setelah dari Cold Bin agregat dibawa ke Dryer yang mempunyai fungsi :
diperlukan meliputi :
lalu amati kadar air yang menggembur pada permukaan cermin atau
spatula).
c. Hot Screen
panas (hot elevator) untuk disaring dan dipisahkan dalam beberapa ukuran. Pada
masuk ke Hot Bin I tetapi terbawa ke Hot bin II. Pelimpahan ini pada kondisi normal
43
terjadi kurang dari 5% dan cenderung konstan, sehingga tidak terlalu mempengaruhi
agregat tersebut akan menggumpal dan masuk ke Hot Bin yang tidak
semestinya.
- Lubang saringan sudah ada yang rusak, pemeriksaan yang diperlukan adalah
d. Hot Bin
Jika agregat halus masih menyisakan kadar air (karena dryer kurang baik)
setelah pemanasan, maka agregat yang sangat halus (debu) akan menempel dan
menggumpal pada dinding Hot Bin dan akan jatuh setelah cukup berat. Hal tersebut
e. Weight Hopper
Pada bagian ini operator AMP sangat berperan. Jika keseimbangan waktu
pencapaian berat Hot Bin sulit tercapai, maka operator harus membuang agregat
tersebut dan melakukan pemeriksaan aliran material dari Cold Bin. Akan tetapi jika
terjadi penyimpangan gradasi akibat proporsi masing – masing Hot Bin karena tidak
44
- Kotak penimbang (Weight Box) tergantung bebas.
f. Pugmill
agregat ditimbang sesuai dengan proporsinya, maka agregat dan aspal dicampur di
1. Pencampuran kering
2. Pencampuran basah
degradasi dan oksidasi. Jika agregat kasar telah terselimuti aspal maka
- Lamanya pencampuran.
sehingga dapat diperbaiki dengan segera, maka pemeriksaan terhadap hasil produksi
45
- Secara visual temperatur campuran dapat diamati di atas dump truck.
Bila berasap biru, berarti terlalu panas (over heating), dan jika
dilakukan dengan menguji kualitas campuran beraspal yang telah selesai pada tahap
Pengambilan contoh dan pengujian dicatat sebagai data yang bertujuan untuk
menilai kualitas produksi apakah memenuhi syarat atau tidak. Salah satu
kesalahan yang besar dalam menguji material adalah kegagalan untuk mengambil
adalah :
46
Namun, pengujian yang sering dilakukan adalah pengujian kepadatan campuran
inti (core) padat dari core drill atau memotong permukaan perkerasan atau
pengujian dengan nuclear density tester. Selanjutnya contoh inti padat diuji di
setiap jarak 200 m. Nilai rata-rata kepadatan dan nilai tunggal yang didapat dari
pengujian kepadatan harus masuk dalam kriteria yang disyaratkan oleh suatu
proyek. Pengambilan contoh inti (core) dapat digunakan juga untuk mengukur
ketebalan padat suatu hamparan campuran aspal panas. Hal yang perlu
- Contoh uji yang diambil dari lapangan pada umumnya basah karena pada saat
- Penimbangan contoh uji untuk mencari berat kering tidak boleh dilakukan
dengan tergesa-gesa.
47
Tabel 2.3. Perbandingan penerimaan rata – rata kepadatan secara
control) pekerjaaan jalan dengan metode statistik agar sesuai dengan spesifikasi
adalah :
maupun tidak terhingga, dan disebut sebagai N. Sampel merupakan jumlah data
48
atribut dan data variabel yang memiliki karakteristik kualitas yang diklasifikasikan
dalam kriteria baik atau jelek, bagus atau cacat, dan lain – lain. Data
cacat.
- Data variabel adalah semua karakteristik yang dapat diukur, seperti berat
yang diukur dalam gram. Ukuran – ukuran data variabel ini memberikan
informasi yang lebih berguna untuk proses kontrol kualitas. Data ini
dipakai untuk menentukan rata – rata dan standar deviasi yang sering
Lot adalah sekelompok bahan atau item pekerjaan yang akan diuji dan
merupakan tempat di mana sampel akan diambil sesuai dengan spesifikasi. Lot
disebut sebagai titik uji atau populasi, yaitu merupakan tempat sekelompok sampel
49
Dapat ditentukan dengan menganggap lot sebagai nilai populasi N. Untuk
menentukan jumlah lot dan sampel (jumlah titik uji), dapat ditetapkan dengan rumus
N = 3 X …………………………………… …..(2.1).
Penggunaan metode dalam pengumpulan data yang benar disebut teknik sampling.
Dua hal yang dapat diterima dalam teknik sampling, yaitu : pertama, tidak dapat
menjamin bahwa selalu mendapatkan sampel yang baik. Hal kedua adalah bahwa
data harus diperoleh dalam kondisi yang terkendali. Ini termasuk persyaratan bahwa
acak) yang hanya dapat dilaksanakan apabila elemen populasi bersifat homogen,
populasi. Misalnya besar populasi adalah N, sedang unsur dalam sampel (sample
size) adalah n, maka besarnya kesempatan bagi tiap satuan untuk terpilih dalam
berikut : [5]
b. Disiapkan kertas sebanyak 110 lembar. Kelompok I, kertas diberi tulisan dari
angka 0 sampai 9. Kelompok II, kertas diberi tulisan dari 1 sampai 100.
50
d. Masukkan kertas ke dalam masing – masing tabung gelas. Kemudian ditutup
e. Gelas dikocok selama kira – kira 10 detik dan keluarkan masing – masing 1
ii) Angka yang keluar dari kelompok II sebagai Nomor Baris (misal : y)
Koordinat (x; y) ditentukan pada tabel bilangan acak sebagai bilangan tiga digit
yang dicari.
membuat keputusan. Karena dari metode ini dapat diambil kesimpulan bahwa sampel
Distribusi normal merupakan asumsi normal dari data variabel yang berkelanjutan.
Distribusi normal :
semakin landai, dan semakin kecil nilai σ maka kurva akan semakin
melancip menuju + ∞ ke - ∞ .
51
x + x 2 + x 3 ........ + x n
x= 1 x = ∑ x i …………………… (2.2)
1 n
atau
n n i=1
∑ (x − x) 2
n
s= i =1
i
n −1
…………………………………… (2.3)
n ∑ x i − (∑ x i ) 2
s =
2
n(n − 1)
2
………………………………. (2.4)
Deviasi standar populasi juga dapat ditentukan dengan adanya nilai populasi N.
∑ (x − μ) 2
n
σ= i =1
i
……………………………… (2.5)
N
s
CV = x100 ……………………………..…(2.6)
x
Distribusi normal dikatakan sebagai distribusi normal standar adalah dengan rata –
normal.
Probabilitas dari pengukuran jika lebih besar atau sama dengan nilai tertentu dapat
52
PR (x ≥ a) = ∫ f(x)dx = α ……………………………………… (2.8)
+∞
Karena frekuensi luas di bawah kurva normal adalah sama dengan satu, probabilitas
Standar data variabel ini disebut deviasi normal z, dan digunakan untuk mengubah
setiap data variabel menjadi distribusi normal. Transformasi nilai x menjadi nilai z :
x −μ
z= ….…………….………………… (2.10)
σ
Tabel distribusi normal untuk variabel acak sehingga mendapatkan nilai normal.
Nilai tabel tersebut merupakan solusi untuk mengetahui nilai yang diinginkan dengan
∫
+∞
PR (x ≥ Ka) = α =
1 −z n
.e 2 dz ……………………………. (2.11)
Ka 2π
a −μ
Kα = …………………………………………………… (2.12)
σ
a −μ
Jika a < μ , maka K α = atau disebut nilai K α mutlak positif.
σ
PR (x ≥ a) = PR (z ≥ K α ) = α ………………………………….. (2.13)
53
3. Grafiknya mendekati sumbu datar x dimulai dari x = μ + 3σ ke kanan dan
x = μ − 3σ ke kiri.
sementara mengenai sesuatu yang dibuat untuk menjelaskannya dan untuk menuntun
atau mengarahkan penelitian selanjutnya. Setiap hipotesis bisa benar atau tidak benar
dan karenanya perlu diadakan penyelidikan. Kurva terdistribusi normal jika sampel
≥ 30.[16]
II.4.2.2. Distribusi t
menentukan keputusan, namun, tidak satu – satunya jenis distribusi yang digunakan
atau berlaku untuk analisis hanya distribusi normal. Melainkan distribusi tersebut
adalah distribusi t.
normal. Namun, jika standar deviasi σ tidak diketahui, maka jika disubstitusi,
54
variabel acak sehingga tidak dapat terdistribusi normal, walaupun s merupakan σ .
( x − μ) n
t= ………………………………………….. (2.14)
s
Distribusi ini banyak digunakan dalam solusi masalah ketika deviasi standar
populasi tidak diketahui. Nilai rata – rata yang diharapkan dari distribusi ini adalah
nol dan seperti distribusi normal, juga memiliki jangkauan - ∞ ke + ∞ . Namun, tidak
seperti distribusi normal, nilai persen dari distribusi t merupakan fungsi dari derajat
kebebasan dk atau v .
atau v = n – 1.
Nilai persentase distribusi dilihat pada nilai yang memiliki konsep umum
dalam pemecahan nilai probabilitas. Terdapat nilai – nilai variabel v dan persen
α µ α
55
-t tabel 0 + t tabel
II.4.3. Risiko
kesalahan. Jika hasil kinerja pekerjaan tidak memuaskan, maka pekerjaan tersebut
merugikan konsumen, disebut risiko konsumen. Agar kesalahan tidak terjadi, maka
tersebut dapat dipercaya dan spesifikasi juga menjadi standarisasi yang akurat.[13]
1. Risiko produsen adalah kesalahan yang terjadi pada saat nilai sampel
disebut sebagai α .
56
Diterima / Ditolak 10 %
2. Risiko konsumen adalah kesalahan yang terjadi pada saat nilai sampel
σ
LCL= x − K α ≤ μ ............................................................(2.16)
n
σ
UCL= x + K α ≥ μ ............................................................(2.17)
n
s s
LCL= x − t α/2;n −1 ≤ x ≤ UCL= x + t α/2;n −1 ……………………(2.18)
n n
57
Rc = ( x - ks ) ≥ L…………………………………………(2.20)
• Uji Hipotesis.[19]
− K α/2 ≤ z ≤ + K α/2
H : μ = μ0
− t α/2:n −1 ≤ t ≤ + t α/2:n −1
, H diterima
z ≥ Kα
H : μ ≥ μ0
t ≥ t α:n −1
, H diterima
z ≤ −K α
H : μ ≤ μ0
t ≤ t α:n −1
, H diterima
z=
(x − μ ) 0 n
……………………………………………..(2.21)
(x − μ )
σ
t= 0 n
……………………………………………..(2.22)
s
(x − x2 )
(σ ) ( )
z=
/ n x1 + σ x 2 / n x 2
1
………………………………..…(2.23)
2 2
(x )
x1
− x2
(s ) ( )
t=
1
/ n x1 + s x 2 / n x 2
………………………………...….(2.24)
2 2
x1
58
II.4.5. Persen kesalahan
kp − k
kα =
(
+ k ÷ (2(n − 1))
1 2
)
1
2
2
( )
k p = k + k α + k ÷ (2(n − 1)) …………………………(2.25)
1 2
1
2
2
k − kp
kβ =
(
+ k ÷ (2(n − 1))
1 2
)
1
2
2
( )
k p = k + k β + k ÷ (2(n − 1)) …………………………(2.26)
1 2
1
2
2
59
(K − Kα ) σ2
n=
(μ 0 − μ1 )2
2
β
…………………………………………(2.27)
Pondasi Tanggul 6
Konstruksi 6
Tanah Dasar 6
Pondasi Bawah 9
1. Grafik kontrol
Grafik kontrol merupakan kumpulan data yang ditulis dalam bentuk grafik
dan digunakan untuk membuat penilaian kontrol kualitas (quality control) pada
Adapun jenis grafik kontrol, yaitu grafik X. Grafik X adalah jenis grafik
kontrol yang menggunakan angka rata – rata dari contoh yang diambil dari pengujian
permukaan perkerasan. Hasil yang akan diukur adalah sampel variabel atau atribut
untuk mengetahui hasil atau tingkat kontrol kualitas yaitu rata – rata sampel.
1. Nilai rata-rata
60
3. Batas kontrol bawah atau lower control limit (LCL)
1. Grafik kontrol dibentuk dari data dimana kinerja masa depan dibandingkan
2. Lalu dihitung angka rata-rata, batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Batas
4. Pada grafik ditulis angka hasil pengukuran sampel variabel atau atribut dari unit.
kepada spesifikasi ada kemungkinan terjadi kondisi yang tidak acak atau
2. Kurva OC
61
Kurva (OC) adalah kurva yang diplotkan untuk menyajikan penerimaan
kontrol kualitas. Kurva tersebut akan menunjukkan dan membedakan sampel yang
dapat diterima atau tidak diterima terhadap spesifikasi. Kurva OC juga menjelaskan
risiko yang terjadi pada pelaksanaan kontrol kualitas. Sehingga kurva merupakan
batas statistik dari penilaian sampel yang akan dipilih nantinya. Sebuah kurva OC
penerimaan dan faktor yang mempengaruhi kontrol kualitas bahan dan pekerjaan.
dilihat dengan tabel kurva OC kesesuaian spesifikasi yang telah menjadi standar
berbeda.[11]
62
Gambar 2.14. Batas Spesifikasi, Satu Batas maupun Dua Batas.[13]
rerata.[13]
63
BAB III
Menurut Yates & Aniftos (1998), standar adalah sesuatu yang digunakan
sebagai basis (dasar) untuk perbandingan dan evaluasi karakteristik material dan
prosedur kerja beserta hasil implementasinya yang selalu siap pakai jika diperlukan
dan selalu mengutamakan aspek keselamatan dan keamanan bagi manusia dan
lingkungan. Standar adalah dokumen yang berisi ketentuan teknis dari sebuah
produk, metode, proses atau sistem yang dirumuskan secara konsensus (komitmen
bersama) dan ditetapkan oleh instansi yang berwenang, baik secara nasional maupun
internasional.[12]
dilaksanakan dengan mengacu pada standar Amerika (AASHTO dan ASTM) karena
masih belum banyak tersedia standar produk Indonesia yang disesuaikan dengan
Indonesia memiliki SNI sebagai standar rujukan dalam standar teknis bidang
Ditjen Bina Marga. Standar teknis yang dimaksud adalah buku spesifikasi teknis
bidang jalan dan jembatan yang di dalamnya terdapat urutan standardisasi: definisi
jenis konstruksi, standar rujukan yang digunakan, persyaratan bahan dan peralatan
serta metode kerja (tata cara) yang digunakan, pengendalian mutu, pengukuran dan
yang cukup serius dikaitkan terjadinya kerusakan dini. Beberapa penyebab kerusakan
64
dini tersebut berasal dari aspek SDM, peralatan, bahan konstruksi, pengendalian
Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan sebagai standar untuk pembangunan
BSI);
65
Dalam pembahasan standar perkerasan lentur jalan ini digunakan spesifikasi teknis
campuran agregat dan bahan aspal yang dicampur dalam keadaan panas di unit
di atas lapis pondasi jalan atau lapis permukaan jalan lama, kemudian diikuti proses
pemadatan lapangan dengan tetap memperhatikan persyaratan suhu pada tiap tahapan
pemadatannya sampai didapatkan perkerasan beraspal yang sesuai dengan mutu dan
gambar rencana.
b) Lataston (HRS)
66
yang memuaskan, maka campuran harus dirancang sampai memenuhi
adalah :
Spesifikasi.
c) Laston (AC)
Laston Lapis Aus (AC-WC), Laston Lapis Pengikat (AC-BC) dan Laston
masing campuran adalah 19 mm, 25,4 mm, 37,5 mm. Setiap jenis
beraspal dikontrol dalam beberapa tahap. Kontrol kualitas campuran beraspal pada
spesifikasi Bina Marga versi Desember 2006 disebut pengendalian mutu. Namun,
67
III.3. Pengendalian proses
pekerjaan jalan menurut spesifikasi Bina Marga versi Desember 2006 dengan
1. Tebal lapisan
2. Agregat
5. Bahan aspal
6. Campuran beraspal
Tebal lapisan harus dipantau dengan benda uji inti (core) perkerasan yang
diambil paling sedikit dua buah untuk tiap luasan 500 m2 atau jarak antar titik core
drill tidak lebih dari 200 m. Toleransi tebal lapisan beraspal dapat dilihat dalam
Tabel 3.1. Tebal aktual campuran beraspal yang dihampar di setiap ruas dari
pekerjaan, didefinisikan sebagai tebal rata-rata dari semua benda uji core drill yang
diambil di ruas tersebut, yang harus sama atau lebih besar dari tebal nominal
Tebal lapisan diuji sesuai dengan kerataan melintang dan memanjang, yaitu :
a. Kerataan Melintang
atas permukaan jalan tidak boleh melampaui 5 mm untuk lapis aus dan lapis
antara atau 10 mm untuk lapis pondasi. Perbedaan setiap dua titik pada setiap
68
dihitung dari penampang melintang yang ditunjukkan dalam Gambar
Rencana.
b. Kerataan Memanjang
Tebal lapisan digunakan sebagai lapis perata sekaligus sebagai lapis perkuatan
(strengthening) tidak boleh melebihi 2,5 kali tebal nominal yang diberikan dalam
tabel 3.1.
± 2,0
Latasir kelas A SS – A 1,5
Latasir kelas B SS – B 2,0
± 3,0
Lapis Aus HRS – WC 3,0
Lataston
Lapis Pondasi HRS – Base 3,5
Lapis Aus AC – WC 4,0 ± 3,0
Laston Lapis Antara AC – BC 5,0 ± 4,0
Lapis Pondasi AC – Base 6,0 ± 5,0
[4]
Sumber : Spesifikasi Bina Marga Versi Desember 2006.
III.3.2. Agregat
Berat jenis (bulk spesific gravity) agregat kasar dan halus minimum 2,5 gr/cc dan
69
a. Agregat kasar
a. Agregat yang tertahan saringan pada ayakan nomor 8 (diameter 2,36 mm)
(maximum size) agregat adalah satu ayakan yang lebih besar dari ukuran
adalah satu ayakan yang lebih kecil dari ayakan pertama (teratas) dengan
berat agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan muka bidang pecah satu
atau lebih.
d. Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih.
f. Batas-batas yang ditentukan dalam Tabel 3.2 untuk partikel kepipihan dan
tersebut memenuhi semua ketentuan lainnya dan semua upaya yang dapat
70
Tabel 3.2 Sifat-sifat fisik agregat kasar sebagai bahan susun campuran beraspal
Catatan :
(*) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah
satu atau lebih dan 90% agregat kasar mmepunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
b. Agregat halus
Agregat Halus adalah agregat yang lolos saringan ayakan nomor 8 (diameter
2,36 mm) sesuai SNI 03 – 6819 – 2002. Agregat halus terdiri dari pasir alam atau
pasir buatan atau gabungan antara dari bahan – bahan tersebut dengan persentase
ditunjukkan dalam Tabel 3.3. Butiran halus mengisi rongga antar butiran kasar
sehingga didapatkan kohesi campuran yang kuat. Oleh karenanya butiran halus harus
memiliki bentuk pecah bersudut banyak dan tidak pipih serta bertekstur kasar.
71
Tabel 3.3 Sifat-sifat fisik agregat halus sebagai bahan susun campuran beraspal
beraspal yang berasal dari cement portland dan debu batu kapur (limestone dust) atau
abu batu (stonedust) yang harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan. Bahan
pengisi ini harus mengandung bahan halus yang lolos saringan ayakan nomor 200
(diameter 75 micron) dengan kadar tidak kurang dari 75% terhadap beratnya dan
Peranan agregat pengisi ini amat penting terutama untuk mengisi ruang-ruang
kecil yang kosong antar butiran halus sehingga akan didapatkan campuran padat
yang memiliki rongga sesuai spesifikasi. Bilamana bahan pengisi (filler) berupa
kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, digunakan bahan pengisi yang
ditambahkan dengan proporsi maksimum 1,0% dari berat total campuran aspal.
persentase terhadap berat agregat lolos saringan yang harus memenuhi nilai rentang
antara batas bawah dan batas atas, sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 3.4.
Ketepatan gradasi ukuran butiran agregat gabungan merupakan kunci penting untuk
mencapai mutu campuran dan efektivitas kadar aspal karena hampir 85% volume
72
campuran beraspal terisi agregat. Gradasi agregat yang memenuhi spesifikasi akan
Catatan :
1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base, paling sedikit 80 % agregat lolos ayakan No.8 (2,36
mm) harus juga loloas ayakan No.30 (0,600 mm). Lihat contoh batas-batas “bahan
bergradasi senjang” yang lolos ayakan No.8 (2,36 mm) dan tertahan ayakan No.30
2. Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai batas-batas
gradasi ditentukan pada ayakan ukuran nominal maksimum, ayakan menengah (2,36
73
III.3.5. Bahan aspal
Persyaratan bahan aspal diawali dengan pemilihan jenis aspal, dapat berasal
dari aspal keras penetrasi 60/70, aspal polimer, aspal dimodifikasi dengan asbuton
Tabel 3.5 sampai dengan Tabel 3.8. Pengambilan contoh aspal (SNI 06-6890- 2002)
dari tiap truk tangki harus dilaksanakan pada bagian atas, tengah dan bawah. Bahan
aspal harus diekstraksi dari benda uji campuran beraspal sesuai SNI 03-6894-2002.
Setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi mencapai 200 mm, partikel
mineral yang terkandung harus dipindahkan dengan alat sentrifugal. Pemindahan ini
dianggap memenuhi bilamana kadar abu dalam bahan aspal yang diperoleh kembali
tidak melebihi 1% (dengan pengapian). Bahan aspal harus diperoleh kembali dari
− Standar Naptha
10 Uji bintik (spot Test)
− Naptha Xylene
AASHTO T.102 Negatif
− Hephtane Xylene
[12]
Sumber : Mulyono, A.T.
74
Catatan : Penggunaan pengujian spot tes adalah pilihan (optional). Apabila
disyaratkan direksi dapat menentukan pelarut yang akan digunakan, naptha, naptha
xylene atau heptane xylane.
Tabel 3.6 Sifat-sifat fisik aspal polimer
75
Tabel 3.8 Sifat-sifat fisik aspal multigrade
Campuran beraspal terdiri dari agregat dan aspal. Campuran beraspal dapat
proporsi agregat hampir 94% sisanya aspal sekitar 6%. Maksudnya, ditinjau dari
satuan berat maka fungsi struktural agregat batuan sangat penting dalam mendukung
bawah ini :
metoda kerja, agregat, aspal, dan campuran yang memadai dengan membuat
aspal (AMP).
76
90), pengujian sifat – sifat Marshall (SNI 06-2489-1990) dan Kepadatan
Prosedur pencampuran agregat dan aspal pada umumnya harus melalui dua tahapan,
yaitu:
- Prosedur JMF.
Prosedur DMF sebagai tahap awal pengujian mutu bahan untuk merancang
perbandingan antara agregat dan aspal secara laboratorium, termasuk juga pengujian
Prosedur DMF dimulai sejak usulan penggunaan agregat dan aspal sebagai
bahan susun campuran sampai perancangan perbandingan kadar agregat dan aspal,
• Menetapkan sumber material dan mengambil contoh sampel agregat dari hot
• Uji mutu analisis saringan gradasi agregat gabungan sesuai dengan spesifikasi
teknis, grafik gradasi yang dianalisis sebaiknya mendekati grafik ideal yang
77
• Mencampur agregat dan aspal untuk membuat benda uji dengan variasi kadar
aspal dari yang terendah sampai yang tertinggi dengan interval 0,5% pada
(flow), jumlah rongga udara dalam keadaan padat, jumlah rongga udara yang
Spesifikasi teknis uji mutu campuran agregat dan aspal dapat ditunjukkan
Perkiraan awal kadar aspal benda uji dirancang dengan Persamaan (3.1),
selanjutnya dibuat tiga kadar aspal di atas dan dua kadar aspal di bawah kadar aspal
perkiraan awal yang sudah dibulatkan mendekati 0,5%. Misalnya dari hasil
selanjutnya dibuat benda uji dengan kadar aspal 5,5%; langkah berikutnya membuat
benda uji dengan kadar aspal 6,0%; 6,5%; 7,0%; dengan 4,5%; dan 5,0%.
dengan:
• FA = kadar agregat halus lolos saringan nomor 8 dan tertahan nomor 200;
Nilai konstanta sekitar 0,5 - 1,0 untuk AC dan 2,0 – 3,0 untuk HRS.
78
Tabel 3.9 Ketentuan Sifat-sifat Campuran Latasir (untuk Lalu-lintas < 0,5 juta
ESA/tahun)
juta ESA/tahun).
79
Tabel 3.11. Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston (AC)
Laston (AC)
Sifat – sifat Campuran
WC BC Base
Mod Mod Mod
Penyerapan kadar aspal (%) Maks. 1,7
Jumlah tumbukan per bidang 75 112(1)
Rongga dalam campuran (%) (3) Min. 3,5
Maks. 5,5
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga terisi aspal (%) Min. 65 63 60
Stabilitas Marshall (kg) Min. 1000 1800(1)
Maks. - -
Kelelehan (mm) Min. 3 5(1)
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 300 350
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
Min. 75
perendaman 24 jam, 600C (4)
Rongga dalam campuran (%) pada (2)
Min. 2,5
kepadatan membal (refusal)
Stabilitas Dinamis, lintasan/mm Min. 2500
[4]
Sumber : Spesifikasi Bina Marga Versi Desember 2006.
80
Catatan :
1) Modifikasi Marshall.
2) Untuk menentukan kepadatan membal (refusal), penumbuk bergetar (vibratory hammer)
disarankan digunakan untuk menghindari pecahnya butiran agregat dalam campuran.
Jika digunakan penumbukan manual jumlah tumbukan per bidang harus 600 untuk
cetakan berdiamater 6 in dan 400 untuk cetakan berdiamater 4 in
3) Berat jenis efektif agregat akan dihitung berdasarkan pengujian Berat Jenis Maksimum
Agregat (Gmm test, AASHTO T-209).
4) Direksi Pekerjaan dapat menyetujui prosedur pengujian AASHTO T283 sebagai alternatif
pengujian kepekaan kadar air. Pengondisian beku cair (freeze thaw conditioning) tidak
diperlukan. Standar minimum untuk diterimannya prosedur T283 harus 75% Kuat Tarik
Sisa.
aspal di lapangan dengan operasional unit produksi AMP, yang dilanjutkan dengan
Pada prinsipnya JMF terdiri atas percobaan campuran hasil DMF di unit
pengering;
81
- Membuat benda uji untuk pengujian nilai Marshall (kepadatan, stabilitas,
flow, jumlah rongga udara dalam campuran padat, jumlah rongga udara yang
terisi aspal).
- Menentukan beberapa alternatif tebal hampar campuran hasil olah AMP dan
• Merencanakan jenis dan berat alat pemadat serta alternatif jumlah lintasan
pemakaiannya;
• Melakukan core drill terhadap lapisan yang padat dan rata untuk
82
Temperatur Campuran Toleransi
± 100C
Bahan meninggalkan AMP dan dikirim
ke tempat penghamparan
[4]
Sumber : Spesifikasi Bina Marga Versi Desember 2006.
• Proses pengadaan alat uji (milik sendiri atau menyewa dari lembaga
Alat pemadat (tandem roller, pneumatic tyre roller, three wheel roller);
83
III.3.6.4. Pelaksanaan perkerasan beraspal
• Produksi campuran;
1. Produksi campuran
memenuhi persyaratan sertifikasi kelayakan dan kalibrasi. Setiap fraksi agregat harus
dikeringkan dan dipanaskan secara seksama. Suhu agregat berada pada batas-batas
ketentuan JMF. Agregat yang telah dipanaskan harus disaring sesuai dengan fraksi
dimasukkan ke dalam ruangan bin yang terpisah. Agregat panas dan bahan pengisi
kering harus ditimbang secara teliti dan dimasukkan kedalam unit pengaduk, sesuai
Pada pengadukan campuran dalam AMP tipe batch plant, setelah agregat dan
bahan pengisi diaduk kering selama 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) detik, kemudian
(sepuluh) detik sampai diperoleh campuran yang merata (masa pengadukan yang
terlalu lama harus dihindarkan). Apabila digunakan AMP tipe continuous plant,
masa pengadukan tidak boleh kurang dari 45 detik sampai memperoleh campuran
yang merata.
Pemanasan aspal harus pada suhu antara 1400C sampai 1600C. Pada saat
dimasukkan kedalam unit pengaduk, suhu agregat tidak boleh lebih tinggi 150C
84
daripada suhu aspal. Volume seluruh campuran di dalam ruang pengaduk tidak boleh
terlalu banyak atau terlalu sedikit. Aspek teknis yang harus diperhatikan sebagai
3. Perbandingan berat antar fraksi agregat dan aspal tepat sesuai JMF;
2. Pengangkutan campuran
menggunakan truk beroda karet dan mempunyai bak dari logam yang rapat, bersih
serta dilabur secukupnya dengan bahan pencegah melekatnya campuran terhadap bak
truk (misal air sabun, minyak ringan, minyak parain atau larutan kapur). Untuk
dalam bak truk harus ditutup dengan kain terpal atau bahan lainnya yang sejenis.
Pengangkutan campuran tidak boleh dilakukan terlalu sore, agar penghamparan dan
pemadatan campuran dapat diselesaikan pada saat cuaca masih terang, kecuali
Setiap kali pengangkutan campuran, truk harus ditimbang dan dicatat berat
seluruh beban, beban truk kosong dan berat bersih campuran. Pada saat dimasukkan
Beberapa kasus di lapangan yang sering terjadi adalah operator truk tidak tepat
85
waktu dan tidak mengerti dampak keterlambatan pengangkutan dari AMP menuju
3. Penyiapan permukaan
Permukaan harus diberi lapisan pengikat (bila perlu) sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Lapisan pengikat ini terbuat dari aspal cair panas yang berfungsi sebagai
pengikat antara lapisan yang lama dengan lapisan yang baru atau untuk
kadar aspal aktual dalam campuran perkerasan baru. Selain itu permukaan yang akan
dilapisi campuran baru harus dalam kondisi bersih, kering (tidak basah), tidak
lembab dan tidak turun hujan sehingga tidak mengganggu ikatan antara lapisan lama
dan baru.
4. Pembatasan cuaca.
86
3. Jika diperkirakan hari akan hujan maka komunikasi dengan unit
5. Penghamparan campuran
menghasilkan permukaan yang rata tanpa ada retakan, sobekan, alur atau cacat
memanjang, elevasi dan potongan melintang yang sesuai dengan bidang gambar
rencana. Apabila ada permukaan terjadi segregasi, sobek atau alur, maka
pengoperasian alat penghampar harus dihentikan dan dijalankan lagi setelah alat
diperbaiki dengan cara menebarkan dan meratakan bahan campuran yang halus.
segregasi karena akan membentuk perkerasan yang tidak padat setelah dipadatkan.
diperhatikan agar pada sudut-sudut atau tempat lainnya pada alat penghampar, tidak
87
Aspek teknis yang harus diperhatikan adalah:
hampar; dan
6. Pemadatan campuran
dinyatakan selesai, yaitu pada saat hamparan sudah tidak bergerak (displacement)
• Pemadatan awal (breakdown rolling) dengan alat pemadat roda besi, suhu
alat penghampar;
belakang pemadatan awal saat lapisan masih mempunyai suhu yang akan
kondisi yang memungkinkan jejak atau bekas roda alat pemadat pada
tepi luar untuk selanjutnya semakin bergeser ke arah tengah perkerasan (pada bagian
tikungan, pemadatan dimulai pada bagian perkerasan yang rendah dan bergeser ke
88
bagian yang lebih tinggi). Untuk daerah tanjakan atau turunan pemadatan dimulai
dari bagian yang rendah menuju ke bagian yang lebih tinggi. Kecepatan alat pemadat
roda besi dan roda karet, masing-masing tidak boleh lebih dari 4,0 km/jam dan 10,0
km/jam, dan harus cukup lambat sehingga tidak terjadi pergerakan hamparan.
Lintasan pemadatan tidak boleh bergeser secara tiba-tiba, sedangkan arahnya tidak
boleh berubah secara mendadak agar campuran tidak melekat pada roda alat
pemadat, oleh karenanya permukaan roda alat pemadat harus dibasahi dengan air
secukupnya.
Alat pemadat atau alat berat lainnya tidak boleh dibiarkan berdiri di atas
lapisan yang baru, kecuali lapisan tersebut telah dingin dan mantap. Pada saat
pemadatan, tepi lapisan harus dibentuk secara rapi sesuai dengan batas-batas yang
ditetapkan. Bagian tepi yang berlebihan harus dipotong tegak lurus dan kelebihan
bahannya harus dibuang ke tempat lain yang tidak akan mengganggu lingkungan.
Jumlah lintasan pemadatan pada setiap tahap didasarkan pada jumlah lintasan
adalah:
rendah dari suhu minimal akan berdampak tidak tercapainya tebal padat dan
kohesitas lapisan;
jumlah passing tidak boleh dikurangi karena akan berdampak pada penurunan
89
SDM di lapangan mulai dari operator alat berat, teknisi atau laboran alat uji
7. Pembuatan sambungan
secara bertangga, sehingga secara vertikal tidak terletak dalam satu bidang.
Sambungan memmanjang harus diatur sedemikian rupa sehingga pada lapisan yang
paling atas akan terletak pada garis pembagi jalur lalu lintas. Sambungan melintang,
baik arah vertikal maupun mendatar harus dibuat dengan jarak minimum 25 cm.
dengan permukaan yang telah dilapisi hanya boleh dilaksanakan apabila lapisan
terdahulu telah mempunyai bidang tepi yang vertikal dan telah diberi lapisan
pengikat.
Ikatan yang lemah pada alur sambungan akan berdampak timbulnya retak
memanjang sesuai garis sambungan, jika retak (crack) tersebut menerima repetisi
beban lalu lintas secara terus menerus maka terbentuk alur (rutting) dibarengi
90
III.4.1. Persyaratan tebal
Lapis beton aspal yang telah selesai tidak boleh lebih tipis dari 5 % atau 10%
lebih terhadap tebal padat yang dikehendaki dalam bidang gambar rencana. Tebal
perkerasan padat pada lebar efektif jalan tidak boleh menyimpang dari persyaratan
padat dalam bidang gambar rencana dikalikan dengan faktor konversi tebal yang
disepakati dalam berita acara trial spreading. Persyaratan tebal berkaitan erat dengan
kekuatan struktur perkerasan, namun tidak berati perkerasan yang tebal lebih kuat
daripada perkerasan yang tidak tebal karena masih tergantung aspek lain yaitu
kualitas material dan tata cara pelaksanaan di lapangan. Untuk itu harus dikoreksi
tebal lapisan dari lapangan dengan tebal lapisan dari laboratorium dengan faktor
Lapisan perkerasan beraspal yang telah selesai dipadatkan tidak boleh kurang
laboratorium 2,30 gr/cc, maka kepadatan lapangan yang aktual minimal 2,20 gr/cc.
Cara lain untuk mengevaluasi rata – rata tingkat kepadatan adalah dengan
menghitung JSD, yang mensyaratkan bahwa tingkat kepadatan jenis lataston tidak
boleh kurang dari 97% JSD dan 98% JSD untuk semua jenis campuran aspal lainnya.
untuk ukuran butiran agregat maksimum 25 mm atau ASTM D5581 untuk ukuran
91
maksimum 50 mm. Tabel 3.14 menyajikan ketentuan tingkat kepadatan campuran
maksimum dan minimum dalam serangkaian benda uji yang mewakili setiap lokasi
tersebut, melainkan menyatakan bahwa akan diambil kembali sampel core. Serta
biaya kontraktor sendiri bilamana rata – rata kepadatan Marshall di laboratorium dari
setiap produksi selama empat hari berturut – turut berbeda lebih 1% dari Kepadatan
97 3–4 97,1 94
5 97,3 93,9
6 97,5 93,8
[4]
Sumber : Spesifikasi Bina Marga Versi Desember 2006.
kepadatan lapangan lebih besar 95% dari kepadatan laboratorium karena ada
92
Prosedur pemadatan tidak dilaksanaan dengan benar dan tepat, misalnya
jumlah passing dikurangi, suhu pemadatan di bawah batas suhu minimal, alat
pemadat tidak bekerja dengan baik dan layak pakai, operator kurang terampil
antara lain:
2. Agregat dingin dan kering dari masing-masing ruang bin dingin dan
4. Core drill lapisan perkerasan yang sudah dipadatkan untuk uji tingkat
benda uji (core) yang mampu memotong benda uji inti berdiameter 4
dikerjakan.
93
penghamparan bilamana terjadi segregasi yang berlebihan selama pengangkutan dan
penghamparannya.
uji adalah:
• Durasi pengadaannya;
Tabel 3.15. Ketentuan frekuensi pengambilan benda uji untuk pengendalian mutu
94
− Rongga dalam campuran pd.Kepadatan Membal Setiap 3.000 ton
− Campuran Rancangan (Mix Design) Marshall Setiap perubahan agregat/rancangan
1. Analisa ayakan (cara basah), paling sedikit dua contoh agregat setiap
penampung panas.
3. Kepadatan Marshall Harian dengan lengkap dari semua benda uji yang
diperiksa.
6. Kadar aspal dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil ekstraksi kadar
SNI 03-3640-1994.
95
7. Rongga dalam campuran pada kepadatan membal (refusal), yang dihitung
(AASHTO T209-90).
8. Kadar aspal yang terserap oleh agregat, yang dihitung berdasarkan Berat
Beberapa kendala yang sering terjadi dalam pekerjaan perkerasan beraspal, antara
lain:
tuntutan spesifikasi teknis yang harus berlekatan dengan aspal serta sistem
komponen APP yang sudah aus dan ketidakcocokan jenis APP terhadap
spesifikasinya terlampaui;
4.
Umur operasional alat penghampar dan pemadat yang melebihi umur
96
BAB IV
CONTROL)
2006
Pengendalian mutu dapat dilakukan secara rutin dan berkala tergantung skala
pekerjaan jalan.
Tebal lapisan permukaan perkerasan yang telah diambil dengan core drill
diukur dengan mistar. Tebal lapisan diukur 4 sisi karena bentuknya berupa silinder
Gambar 4.1. Sampel yang telah dicore dari permukaan perkerasan pada
pekerjaan jalan
97
Setelah nilai tebal lapisan setiap sisi didapat, dihitung untuk memperoleh nilai
rata – rata tebal lapisan yang mewakili semua sisi dan tidak boleh menyimpang dari
persyaratan tebal nominal minimum dan toleransinya (lihat Tabel 3.1). Kemudian
tebal lapisan yang dicore di lapangan dikoreksi dengan tebal lapisan yang diekstraksi
b. Selanjutnya sampel direndam dalam air selama 24 jam atau kurun waktu
permukaan.[1]
a. b.
98
c. d.
ketentuan kepadatan (lihat tabel 3.14) menurut spesifikasi Bina Marga versi
minimum jika lebih besar dari 1,08 maka sampel tersebut harus dibuang dan akan
99
Tabel 4.1. Data pengendalian mutu kepadatan campuran beraspal
100
2. Kepadatan lapangan, dan
3. Kadar aspal.
Namun, pada penulisan tugas akhir ini, kontrol kualitas yang diuji adalah
kepadatan lapangan merupakan persyaratan yang telah ditentukan Ditjen Bina Marga
pada perkerasan jalan. Terdapat tabel ketentuan kepadatan lapangan yang merupakan
persyaratan spesifikasi. Data pada tabel merupakan data – data bilangan yang dapat
disebut data statistik. Untuk itu, dilakukan perhitungan statistik untuk menentukan
Data-data Kepadatan
menurut spesifikasi Ditjen Bina Marga versi Desember 2006. Data digunakan
• Data kumulatif, yaitu data pengendalian mutu (tabel 4.1). Data digunakan
sebagai pengujian terhadap rata – rata kepadatan standar 98% dan pengujian
101
IV.2.1. Pengujian terhadap rata – rata
• Diketahui :
N=3 X
N = 3 200
N = 5.8 ≈ 6
x1 + x 2 + x 3 + x 4 + x 5 + x 6
x=
N
96 + 98 + 98 + 97 + 97 + 98
x=
6
x = 97.33
102
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi terhadap rata - rata
(x − x )
Sampel Data 2
s σ C.V Kα α(%) Kβ β(%)
(n) (x)
1 96 1.778
2 98 0.444
3 98 0.444
0.82 0.745 0.84 2.19 1.43 2.2 1.39
4 97 0.111
5 97 0.111
6 98 0.444
∑ ( xi − x )
Rata –rata
( x ) = 97.33 = 3.33
• s = 0.82
3.33
6 −1
Deviasi standar (sampel) : …(2.3)
• σ = 0.745
3.33
Deviasi standar (Populasi) : …(2.5)
6
•
0.82
Coefficient Variation : C.V = 0.84 x100 ...(2.6)
97.33
98 − 97.33
• Nilai tabel dis.normal α : K α = 2.19 …(2.11)
0.745 / 6
• Distribusi normal :
tidak.
103
Gambar 4.3. Data terdistribusi normal
σ 0.745
LCL= x − K α ≤ μ = 97.33 − 2.19 ≤ 98 = 96.66 ≤ 98 ….(Memenuhi)
n 6
σ 0.745
UCL= x + K α ≥ μ = 97.33 + 2.19 ≥ 98 = 97.99 ≥ 98 (Tidak Memenuhi)
n 6
• Kriteria penerimaan :
- Rc = ( x - ks ) ≥ L
= (97.33 – k 0.82) ≥ 98
98 − 97.33
k≤
0.82
k ≤ -0.82
104
− K α/2 ≤ z ≤ + K α/2
H : μ = μ0
− t α/2:n −1 ≤ t ≤ + t α/2:n −1
, H diterima
z ≥ Kα
H : μ ≥ μ0
t ≥ t α:n −1
, H diterima
z ≤ −K α
H : μ ≤ μ0
t ≤ t α:n −1
, H diterima
z=
(x − μ ) 0 n
=
(97.33 − 98) 6
= −2.19089 ≤ 2.19
(x − μ )
σ 0.745
t= 0 n
=
(97.33 − 98) 6
= −2 ≤ 3.745
s 0.82
kp − k
kα =
(
+ k ÷ (2(n − 1))
1 2
)
1
2
2
k p − 0.82
2.19 =
(
+ 0.82 ÷ (2(6 − 1))
1 2
)
1
2
2
k p − 0.82
2.19 =
0.753
1.645 = k p − 0.82
k p = 0.82 + 1.645
k p = 2.47
105
Untuk k p = 2.47, maka, dilihat pada tabel distribusi normal, diperoleh nilai P
= (0.0067)*100 = 0.67 %.
k − kp
kβ =
(
+ k ÷ (2(n − 1))
1 2
)
1
2
2
0.82 − 2.47
kβ =
(
+ 0.82 ÷ (2(6 − 1))
1 2
)
1
2
2
0.82 − 2.47
kβ =
k β = −2.2
0.753
Untuk k β = 2.2, maka, dilihat pada tabel distribusi normal, diperoleh nilai β
= (0.0139)*100 = 1.39 %.
• Sampel Sebenarnya :
sampel.[19]
(98 − 95) 2
β
• Kurva penerimaan
− Grafik kontrol
106
Gambar 4.4. Grafik kontrol
− Kurva OC
Dengan menggunakan program SPSS 17, diperoleh kurva OC dari sampel seperti di
bawah ini :
• Distribusi Normal
107
IV.2.2. Pengujian terhadap sampel
Pada tabel 4.2. diketahui kepadatan sampel minimum per pengujian (per lot) 95 %
diketahui 4 sampel.
Sampel Data (x − x ) 2
s σ C.V Kα α(%) Kβ β(%)
(n) (x)
1 96 1.778
2 98 0.444
0.96 0.83 0.98 2.71 0.33 2.71 0.33
3 98 0.444
4 97 0.111
∑ ( xi − x )
Rata –rata
( x ) = 97.25 = 2.777
• s = 0.96
2.777
4 −1
Deviasi standar (sampel) : …(2.3)
• σ = 0.83
2.777
Deviasi standar (Populasi) : …(2.5)
4
•
0.96
Coefficient Variation : C.V = 0.98 x100 ...(2.6)
97.25
95 − 97.25
• Nilai tabel dis.normal α : K α = 2.71 …(2.10)
0.83
• Distribusi normal :
108
Dengan mengasumsi data variabel di atas terdistribusi normal, maka
tidak.
interpolasi:
s 0.96
LCL= x − t α/2;n −1 ≤ μ = 97.25 − 9.44 ≤ 95 = 92.72 ≤ 97.25 (Memenuhi)
n 4
s 0.96
UCL= x + t α/2;n −1 ≥ μ = 97.25 + 9.44 ≥ 95 = 101.8 ≥ 97.25 (Memenuhi)
n 4
109
• Kriteria penerimaan :
- Rc = ( x - ks ) ≥ L
= (97.25 – k 0.96) ≥ 95
95 − 97.25
k≤
0.96
k ≤ 2.34
− K α/2 ≤ z ≤ + K α/2
H : μ = μ0
− t α/2:n −1 ≤ t ≤ + t α/2:n −1
, H diterima
z ≥ Kα
H : μ ≥ μ0
t ≥ t α:n −1
, H diterima
z ≤ −K α
H : μ ≤ μ0
t ≤ t α:n −1
, H diterima
z=
(x − μ ) 0 n
=
(97.25 − 95) 4
= 5.42 ≤ 5.43
(x − μ )
σ 0.83
t= 0 n
=
(97.25 − 95) 4
= 4.69 ≤ 5.893
s 0.96
110
• Persen kesalahan, digunakan persamaan (2.25), diketahui :
kp − k
kα =
(
+ k ÷ (2(n − 1))
1 2
)
1
2
2
k p − 2.34
2.71 =
(
+ 2.34 ÷ (2(4 − 1))
1
)
1
2
2
2
k p − 2.34
2.71 =
1.189
3.221 = k p − 2.34
k p = 2.34 + 3.221
k p = 5.561
(0.00)*100 = 0 %.
k − kp
kβ =
(
+ k ÷ (2(n − 1))
1 2
)
1
2
2
2.34 − 5.561
kβ =
(
+ 2.34 ÷ (2(6 − 1))
1 2
)
1
2
2
2.34 − 5.561
kβ =
k β = −2.71
1.189
Untuk k β = 2.71, maka, dilihat pada tabel distribusi normal, diperoleh nilai β
= (0.0033)*100 = 0.33 %.
111
• Kurva penerimaan
− Kurva OC
Dengan menggunakan program SPSS 17, diperoleh kurva OC dari sampel seperti di
bawah ini :
• Distribusi Normal
112
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. KESIMPULAN
jalan menjadi suatu sistem dalam mengevaluasi dan menguji kualitas yang
dalam pekerjaan jalan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Indikator teknis ini merupakan parameter dalam pengukuran dan pembayaran saat
3. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode statistik, terlihat jelas bahwa
98%. Jika pekerjaan jalan harus memenuhi spesifikasi sesuai dengan kriteria
113
maka digunakan metode distribusi t sebagai penerimaan sampel, sehingga nilai x
untuk 3 – 4 sampel perpengujian harus di atas 92.27% atau 95% dapat diterima
sebagai sampel minimum. Semakin besar nilai rata – rata batas spesifikasi,
semakin besar pula nilai sampel minimum jika diambil perpengujian atau per lot.
Namun spesifikasi dinilai memiliki tingkat keyakinan sangat besar jika harus
tidak mampu untuk melakukan pekerjaan kembali jika campuran aspal tidak
jalan Bina Marga Versi Desember 2006 dengan rata – rata kepadatan 98 % dan
sampel sebenarnya n = 1.
5. Dengan demikian dari metode statistik di atas, kontrol kualitas (quality control)
khususnya di Sumatera Utara. Akan tetapi, jika kepadatan standar 98% tetap
kerusakan dini, karena memiliki tingkat keyakinan yang cukup tinggi dalam
114
6. Perencanaan yang tidak tepat dengan penyesuaian spesifikasi akan menyebabkan
jalan cepat rusak atau menyebabkan konstruksi tidak sesuai umur rencana jalan
V.2. SARAN
pekerjaan jalan pada proses kontrol kualitas juga harus dapat dianalisis dengan
115
DAFTAR PUSTAKA
www.in.gov/indot/files/166.pdf
2002.
Bandung.
116
9. Livneh, M. (2002). On The Acceptance Criteria For Statistical Quality
10. Mahoney, J.P. dan Muench, S.T. (2001). A Quantification and Evaluation of
11. Main Road Weastern Australia. (2008). Statistically Based Quality Control
14. Priyatno, D. (2009). 5 Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS 17. Penerbit
ANDI, Yogyakarta.
117
18. Taute, A. dan Pretorius, D. (2007). Hot Mix Asphalt Quality Control.
19. Yoder, E.J. dan Witczak. (1975). Principles of Pavement design. New York.
State University.
118
LAMPIRAN
119
TABEL A
diketahui.[12]
120
121
Tabel. Distribusi Normal dengan luas di bawah kurva normal K α menuju ∞
122
123
Lokasi Titik Core Drill
Nama Paket :
124
Lokasi Titik Core Drill
Nama Paket :
125