Anda di halaman 1dari 92

ANALISA WASTE MATERIAL KONSTRUKSI DENGAN APLIKASI

METODE LEAN CONSTRUCTION


(STUDI KASUS : PROYEK PEMBANGUNAN SHOWROOM AUTO 2000)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Penyelesaiaan


Ujian Sarjana Teknik Sipil

Disusun oleh :

RAEDIAN AULIA ADLIN


10 0404 068

BIDANG STUDI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENGESAHAN

ANALISA WASTE MATERIAL KONSTRUKSI DENGAN APLIKASI


METODE LEAN CONSTRUCTION

TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat
dalam menempuh Colloqium Doctum / Ujian Sarjana Teknik Sipil
Dikerjakan oleh:
RAEDIAN AULIA ADLIN
10 0404 068
Pembimbing

Ir. Alferido Malik


NIP. 19530504 198103 1 003

Penguji I Penguji II

Ir. Terunajaya, M.Sc Ivan Indrawan, S.T., M.T.


NIP. 19500817 198411 1 001 NIP. 19761205 200604 1 001

Mengesahkan:
Ketua Departemen Teknik Sipil

Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan


NIP. 19561224 198103 1 002

BIDANG STUDI TEKNIK SUMBER DAYA AIR


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


i

ABSTRAK

Material adalah salah satu komponen dari biaya yang memegang peranan
penting dalam menunjang keberhasilan suatu proyek. Adanya waste sangat
dihindari agar tidak menimbulkan kerugian Untuk itu perlu = dilakukan
identifikasi material dan penyebab terjadinya waste dengan metode lean
construction. Dimana pada lean construction, kita dapat melihat proses apa saja
yang berpotensi menyebabkan waste material. Pada proyek pembangunan
Showroom Auto 2000 Binjai, Banyak ditemukan masalah dalam proses konstruksi
seperti, perubahan gambar proyek, perubahan spesifikasi, tempat penyimpanan
yang kurang baik, dan masalah teknis dilapangan lainnya yang menyebabkan
waste material. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengevaluasi jenis waste
material yang dihasilkan dalam proyek konstruksi, untuk mengidentifikasi proses
yang menghasilkan limbah (sumber limbah) pada proyek konstruksi dengan
menggunakan metode lean construction, dan Untuk mengetahui waste level
tertinggi dan terendah yang ada di proyek. Dari hasil identifikasi material yang
berbiaya besar dan berpotensi menimbulkan waste dan analisa pareto didapat 4
material yang berpotensi menimbulkan waste yang besar yaitu : Besi D10mm,
atap zinc aluminium, , Besi D19mm, Besi D16mm. Dari hasil analisa waste level,
didapat persentase limbah dari yang terbesar sampai yang terkecil yaitu : Besi
D10mm sebesar = 3.69%, Atap Zinc Aluminium sebesar = 2.06%, Besi D16mm
sebesar = 0.90%, dan Besi D19mm sebesar = 0.19%. Dari identifikasi proses yang
menghasilkan limbah dengan lean construction, didapatkan defect (cacat produk
konstruksi), over production, dan Inventory merupakan penyebab dari waste
material di proyek pembanguna Showroom Auto 2000. Pada defect, waste
material terjadi disebabkan oleh perubahan spesifikasi bangunan oleh owner yang
menyebabkan berubahnya dimensi dari bangunan yang ada di poryek. Pada over
production, waste material terjadi dikarenakan kurangnya optimasi material di
proyek oleh pelaksana. Sedangkan pada inventory, waste material terjadi karena
tempat penyimpanan material yang masih kurang baik. Inventory yang kurang baik
ini menyebabkan material yang rusak diakibatkan cuaca, hilangnya beberapa
material, dan terhambatnya pengambilan material.

Kata Kunci : Waste Material, Lean Construction, Waste Hierarchy

Universitas Sumatera Utara


ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberi

karunia kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas

Akhir ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

studi pada Program Studi Strata Satu (SI) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi yang diambil adalah:

“Analisa Waste Material Konstruksi Dengan Aplikasi Metode Lean Construction

(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Showroom Auto 2000)”

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak

terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

beberapa pihak yang berperan penting yaitu:

1. Kepada keluarga besar saya, Ayah saya Adlin SE dan Ibunda saya

Nazmah Zaini Nasution yang selalu mengirimkan do’a, serta telah bekerja

keras untuk menguliahkan kedua anaknya. Terimakasih juga kepada adik

saya Meidina Zulfa Hanie dan Raeny Putri Nazmira yang telah

memberikan semangat untuk saya agar menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir. Andy Putra Rambe MBA dan Ibu Nursyamsi S.T, M.T. selaku

Dosen Pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan yang

sangat bernilai, masukan, dukungan serta meluangkan waktu, tenaga dan

pikiran dalam membantu penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. Syahrizal M.T selaku koordinator sub jurusan Manajemen

Universitas Sumatera Utara


iii

Rekayasa Konstruksi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

5. Abangda Indra Jaya S.T. , M.T. dan Kakanda Rezky Ariessa Dewi S.T. ,

M.T. selaku Dosen Pembanding, atas saran dan masukan yang diberikan

kepada penulis terhadap Tugas Akhir ini.

6. Kepada abang-abang angkatan 2008 Teknik Sipil, Robi Arianta

Sembiring, Putra Amantha Hasibuan, Ibnu Shifa, farurrozi.

7. Kepada kawan seperjuangan angkatan 2011 Teknik Sipil, Bara, Tandem,

Musdi, Ilham, Wahyu, Mudek, Hilman, Imfim, Suped, Ridho, Aldo,

Mancung, Eky, Topik, Barly, Kobol, Dian, serta teman-teman angkatan

2011 yang tidak dapat disebutkan seluruhnya terimakasih atas semangat

dan bantuannya selama ini.

8. Kepada adik-adik angkatan 2014, Ridho, Rozi, Rajib, Dharma, Gading,

Wafi, Ferri, dan adik – adik angkatan 2013 Hendra, Mahadi, Nadya yang

telah membantu dan memberikan dukungan untuk menyelesaikan tugas

akhir ini

9. Bapak/Ibu seluruh staf pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

10. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama ini

kepada penulis.

11. Dan segenap pihak yang belum penulis sebut disini atas jasa-jasanya

dalam mendukung dan membantu penulis dari segi apapun, sehingga

Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


iv

Mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan yang penulis miliki, maka

penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca

diharapkan untuk penyempurnaan laporan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga laporan Tugas

Akhir ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 2016

Penulis

Raedian Aulia Adlin


11 0404 068

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... ..vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. ...x

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1

1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................3

1.4 Pembatasan Masalah .......................................................................4

1.5 Manfaat Penelitian .....................................................................................4

1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................6

2.1 Pendahuluan ...............................................................................................4

2.1.1 Proyek ...............................................................................................4

2.1.2 Manajemen Proyek............................................................................7

2.1.3 Penjadwalan ......................................................................................9

2.2 Parameter Proyek Konstruksi.................................................................... 11

2.3 Lean Construction ..................................................................................... 12

2.3.1 Definisi Lean Construction ............................................................ 13

Universitas Sumatera Utara


2.3.2 Prinsip – prinsip Lean Construction.............................................. 14

2.3.3 Konsep Lean Construction............................................................ 15

2.3.4 Karakteristik Proses Produksi di Konstruksi................................. 23

2.3.5 Peredaan antara Traditional construction dan

Lean Construction ......................................................................... 25

2.4 Waste...... ………………………………………………………………...28

2.4.1 Waste Level................................................................................... 32

2.5 Analisa Pareto ........................................................................................... 32

2.6 Material Konstruksi................................................................................... 34

2.7 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 37

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................38

3.1 Pengumpulan Data .................................................................................... 38

3.1.1 Dokumentasi .................................................................................... 39

3.1.2 Wawancara....................................................................................... 39

3.1.3 Observasi.......................................................................................... 42

3.2 Pengolahan Data........................................................................................ 42

3.2.1 Identifikasi Material Biaya Besar dan Berpotensi Menimbulkan

Waste................................................................................................ 33

3.2.2 Analisa Pareto .................................................................................. 35

3.2.3 Menghitung Volume Material Terpasang ........................................ 43

3.2.4 Analisa Waste Level ........................................................................ 43

3.2.5 Identifikasi proses yang menghasilkan limbah dengan Lean

Construction ..................................................................................... 44

vi

Universitas Sumatera Utara


3.3 Diagram Alir Pelaksana Penelitian...................................................... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................46

4.1 Identifikasi Material yang Berbiaya Besar dan Berpotensi Menimbulkan

Waste......................................................................................................... 47

4.2 Analisa Pareto ........................................................................................... 44

4.3 Menghitung Volume Material Terpasang ................................................. 48

4.3.1 Atap Zinc Aluminium ...................................................................... 48

4.3.2 Besi Tulangan................................................................................... 52

4.4 Analisa Waste Level ................................................................................. 67

4.5 Identifikasi proses yang menghasilkan limbah dengan lean construction

................................................................................................................. 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 76

5.1 Kesimpulan ............................................................................................76

5.2 Saran.......................................................................................................77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambaran Umum Manajemen Proyek .............................................. 11

Gambar 2.2 Pebedaan Waste Pada Industri Manufaktur dan Konstruksi ............. 17

Gambar 2.3 Diagram Alir Last Planner System ................................................... 26

Gambar 2.4 Hierarki Lingkup Konstruksi ........................................................... 27

Gambar 2.5 Proses Produksi di Industri Manufaktur........................................... 28

Gambar 2.6 Proses Produksi di Industri Konstruksi ............................................ 28

Gambar 4.1 Grafik Pareto ................................................................................... 55

Gambar 4.2 Denah Atap.......................................................................................56

Gambar 4.3 Atap Parkir ........................................................................................ 56

Gambar 4.4 Atap Workshop ................................................................................. 57

Gambar 4.5 Atap Showroom ................................................................................ 57

Gambar 4.6 Atap Washing Stall............................................................................ 58

Gambar 4.7 Atap Rekondisi Stall ......................................................................... 58

Gambar 4.8 Tipe Tulangan Pada Balok ............................................................. 60

Gambar 4.9 Prinsip dasar Penulangan pada balok................................................. 61

Gambar 4.10 Penulangan Akhir Balok Pada Kolom ............................................61

Gambar 4.11 Sambungan Penulangan Balok ........................................................ 62

Gambar 4.12 Detail Balok..................................................................................... 62

Gambar 4.13 Prinsip Penulangan Kolom .............................................................. 64

Gambar 4.14 Pertemuan Akhir Kolom Pada Balok .............................................. 65

Gambar 4.15 Detail Kolom ................................................................................... 65

Gambar 4.16 Detail Plat........................................................................................ 67

Gambar 4.17 Detail Pile Cap................................................................................. 69

viii

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.18 Detail Tangga .................................................................................. 71

Gambar 4.19 Denah Tie beam dan plat lantai rekondisi stall shop drawing ......... 75

Gambar 4.20 Denah Tie beam dan plat lantai rekondisi stall as built drawing .... 76

Gambar 4.21 Denah Tie beam dan plat lantai workshop shop drawing ............... 76

Gambar 4.22 Denah Tie beam dan plat lantai workshop as built drawing ........... 77

Gambar 4.23 Denah Tie beam dan plat lantai bagian atas workshop

shop drawing .................................................................................... 77

Gambar 4.24 Denah Tie beam dan plat lantai bagian atas workshop As built

Drawing............................................................................................ 77

Gambar 4.25 Perletakan material dan sisa material proyek .................................. 80

Gambar 4.26 Perletakan material dan sisa material proyek .................................. 80

Gambar 4.27 Perletakan Inventory proyek ........................................................... 81

Gambar 4.28 Beberapa material ditempatkan di bangunan yang sudah jadi ........ 81

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil analisa Waste Level ...................................................................... 44

Tabel 4.1 Trading Consumable material .............................................................. 53

Tabel 4.2 Hasil Analisa Pareto .............................................................................. 54

Tabel 4.3 Volume Atap parkir .............................................................................. 59

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Volume Besi............................................................ 73

Tabel 4.5 Hasil analisa Waste Level ..................................................................... 74

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proyek konstruksi melibatkan banyak peserta (multiparties) untuk

melakukan kegiatan yang direncanakan. Masing – masing peserta saling

berinteraksi satu sama lain hingga semua pekerjaan yang di jadwalkan selesai.

Semua bertindak untuk kepentingan mereka sendiri, berusaha untuk mengatur

penggunaan tenaga kerja, material, dan peralatan yang di sediakan. Untuk itu, perlu

pendekatan untuk membawa masing – masing stakeholder dalam keselarasan

dengan janji - janji kepada pelanggan (costumer).

Industri konstruksi Indonesia, dan juga secara umum, masih bergelut

dengan permasalahan ketidak efisienan dalam pelaksanaan proses konstruksinya.

Masih terlalu banyak pemborosan (waste) berupa kegiatan yang menggunakan

sumber daya tetapi tidak menghasilkan nilai yang diharapkan (value) (Muhammad

Abduh, 2007).

Konstruksi di Indonesia pada saat ini terdapat banyak permasalahan

mengenai ketidakefisienan dalam pelaksanaan konstruksinya. Penyebab dari

ketidakefisienan ini seperti kinerja yang buruk, terjadinya pemborosan (waste)

sumber daya yang dipakai selama proses konstruksi, namun tidak menambah nilai

dari fungsi sumber daya yang dipakai. Berdasarkan data yang disampaikan oleh

Lean Construction Institute (LCI), waste pada industri konstruksi sekitar 57% dan

kegiatan yang memberikan nilai tambah hanya sebesar 10% (Abduh, 2007).

Universitas Sumatera Utara


Dampak dari industri konstruksi yang tidak efisien yaitu sering terjadi

peningkatan biaya pelaksanaan, keterlambatan, dan perselisihan.

Proyek pembangunan Showroom Auto 2000 merupakan pembangunan

jaringan jasa penjualan, perawatan, perbaikan dan penyediaan suku cadang Toyota

yang berdiri sejak tahun 1975 dengan nama Astra Motor Sales, dan baru pada tahun

1989 berubah nama menjadi AUTO2000 dengan manajemen yang sudah ditangani

sepenuhnya oleh PT. Astra International Tbk.

Pada proyek pembangunan Showroom Auto 2000 ini telah ditemukan

masalah dalam proses konstruksi seperti, perubahan gambar proyek, perubahan

spesifikasi, tempat penyimpanan yang kurang baik, dan masalah teknis dilapangan

lainnya yang menyebabkan waste material. Masalah seperti ini, dapat berdampak

pada kerugian biaya proyek melebihi dari yang direncanakan. Disini, peneliti akan

mengidentifikasi masalah – masalah yang ada dan menghubungkannya dengan

lean construction. Masalah utama yang akan diteliti adalah pada waste material

proyek sesuai dengan proses yang ada pada lean construction.

Waste proyek akan menjadi masalah dan menimbulkan pembengkakan

biaya proyek jika tidak segera diantisipasi. Waste pada proyek terjadi diakibatkan

oleh berbagai faktor, seperti buruknya manajemen yang diterapkan oleh kontraktor

yang bertanggung jawab terhadap proyek tersebut, faktor alam dan lingkungan,

faktor kesalahan estimasi, faktor pekerja dan faktor – faktor lainnya. Jenis faktor

penyebab waste proyek dipengaruhi oleh komunikasi, hubungan, dan perilaku

individu yang terlibat di proyek. Sebagai contoh, karena terjadi kesalahan

Universitas Sumatera Utara


komunikasi antar individu dapat menyebabkan kesalahan desain, dan kelebihan

material yang ada di proyek.

Oleh karena itu, lean construction sangat diperlukan pada proyek

konstruksi agar tidak terjadi waste karena masalah – masalah yang telah dijelaskan

sebelumnya, dengan demikian diharapkan dapat mengurangi waste yang ada

diproyek. Sehingga dapat mengurangi biaya yang diakibatkan oleh waste dan dapat

menjalin hubungan yang lebih baik antar individu yang terlibat di proyek.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti membuat rumusan masalah yang

ada. Adapun rumusan masalah yang penulis ambil adalah sebagai berikut:

1. Apa saja proses yang menghasilkan limbah selama proses konstruksi ?

2. Jenis-jenis limbah material apa saja yang ada pada proyek pembangunan

Showroom Auto 2000 ?

3. Berapa waste level material yang ada di proyek pembangunan Showroom

Auto 2000?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengevaluasi jenis waste material yang dihasilkan dalam proyek

konstruksi.

2. Untuk mengidentifikasi proses yang menghasilkan limbah (sumber limbah)

pada proyek konstruksi menggunakan metode Lean construction.

3. Untuk mengetahui waste level tertinggi dan terendah yang ada di proyek

Universitas Sumatera Utara


1.4 Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini akan mengidentifikasi pekerjaan yang menghasilkan waste

menurut Womack dan Jones (1996) dalam pelaksanaan pekerjaan proyek

konstruksi.

2. Waste level yang akan diteliti adalah 4 material dengan biaya terbesar.

3. Waste yang akan diteliti adalah waste material consumable.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.3 Bagi Peneliti

Dapat dijadikan sebagai penambah wawasan dan pengetahuan mengenai

konsep yang dapat diimplementasikan dalam konstruksi. Terutama lean

construction yang sekarang masih banyak dipelajari baik secara teori

maupun praktis

1.5.4 Bagi Institusi

Dapat menjadi masukan dan pembelajaran konsep ‘Lean’ untuk menambah

kan nilai produk dan mengurangi limbah (waste) dalam proyek konstruksi

1.5.5 Bagi Peneliti lain

Dapat menjadi masukan atau referensi untuk penelitian selanjutnya

Universitas Sumatera Utara


1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan ini disusun dalam 5 (lima) bab dengan sistematika penulisan sebagai

berikut :

Bab I Pendahuluan

Berisikan tentang latar belakang berdasarkan judul penelitian, permasalahan yang

ada, pembatasan masalah, tujan penelitian yang ingin dicapai, serta sistematika

pembahasannya

Bab II Tinjauan Pustaka

Berisikan uraian maupun landasan teori mengenai faktor-faktor penyebab waste

dan penjelasan tentang mitigasi jika terjadi waste serta metode-metode yang akan

digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai studi ini

Bab III Metodologi Penelitian

Berisikan tentang teknik pengumpulan data dengan wawancara, pengambilan data

primer dan skunder dilapangan.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Berisi tentang analisa data terhadap variabel-variabel yang diperoleh dari proyek

pembangunan Showroom Auto 2000 yang telah dilakukan oleh peneliti.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Berisikan tentang penutup dari penelitian, yang terdiri dari kesimpulan berdasarkan

hasil penelitian yang dilaksanakan, serta saran-saran yang dapat diberikan

berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendahuluan

2.1.1. Proyek

Pengertian proyek konstruksi menurut Soeharto (1995), adalah suatu

kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

sumber dana yang tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang

sasarannya telah digaris dengan tegas. Wulfram I Ervianto (2002) mengemukakan

bahwa proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan

dan umumnya berjangka pendek, dimana dalam rangkaian tersebut ada suatu

proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang

berupa bangunan. Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang defenisi proyek,

yaitu:

a. Ciri pokok Proyek

Iman Soeharto (1999) menyatakan bahwa ciri pokok sebuah proyek adalah sebagai

berikut:

- Bertujuan menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa produk akhir atau

hasil kerja akhir.

- Dalam proses mewujudkan lingkup di atas, ditentukan jumlah biaya, jadwal

serta kriteria mutu.

- Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik

awal dan akhir ditentukan dengan jelas.

Universitas Sumatera Utara


- Non-rutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas kegiatan berubah

sepanjang proyek berlangsung.

b. Karakteristik Proyek

Menurut Wulfram I Ervianto I (2002), ada tiga karakteristik proyek konstruksi

yang dapat dipandang secara tiga dimensi yaitu:

- Bersifat unik, maksudnya adalah tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan

yang sama persis (tidak ada proyek yang identik, yang ada adalah proyek

sejenis), proyek bersifat sementara, dan selalu terlibat grup pekerja yang

berbeda-beda.

- Dibutuhkan sumber daya (resources), yaitu pekerja dan “sesuatu’ (uang,

material, mesin, metode).

2.1.2. Manajemen Proyek

Manajemen secara umum adalah Suatu proses manajemen pada suatu

proyek dari awal hingga akhir proyek agar tujuan proyek tercapai dengan baik,

tepat waktu, sesuai mutu yang disyaratkan dan sesuai biaya yang disediakan.

Gambar 2.1 : gambaran umum manajemen proyek


Sumber: Nicholas. M, John. Project Management for Business, Engineering, and
Technology.

Universitas Sumatera Utara


Peter Moris menguraikan bahwa manajemen proyek adalah proses untuk

mengintegrasikan semua hal yang harus dilakukan (secara khusus menggunakan

sejumlah teknik-teknik manajemen proyek) agar proyek berkembang melalui

siklus kehidupannya (dari konsep sampai penyerahan) dalam rangka mencapai

tujuan-tujuan proyek. Dengan demikian dapat diselesaikan dengan baik sesuai

rencana yang telah ditentukan.

Ada tiga tahap yang harus dilakukan dalam manajemen proyek yaitu:

1. Perencanaan (Planning) : Mencakup penetapan sasaran, pendefinisian

proyek dan organisasi tim.

2. Penjadwalan (Schedulling) : Menghubungkan antara tenaga kerja, uang,

bahan yang digunakan dalam proyek.

3. Pengendalian (Controlling) : Pengawasan sumber daya , biaya, kualitas dan

budget, jika perlu merevisi, ubah rencana, menggeser atau mengelola ulang

sehingga tepat waktu dan biaya. Untuk mengerjakan proyek, cara yang

efektif untuk menugaskan tenaga kerja dan sumber daya secara fisik adalah

melalui organisasi proyek (Dwiningsih, 2004)

Seperti halnya proyek pada umumnya, manajemen proyek pun memiliki kriteria

dan tujuan untuk mencapai kesuksesan dalam manajemennya. Kesuksesan suatu

manajemen proyek dapat didefinisikan sebagaimana mencapai tujuan proyek

- Ketepatan waktu

- Ketepatan biaya

- Pada performa dan tingkatan teknologi yang tepat

- Perubahan lingkup pekerjaan yang sedikit

- Pemanfaatan sumber daya yang efektif dan efisien

Universitas Sumatera Utara


- Diterima oleh Owner (kesesuaian kualitas)

Tetapi yang terjadi dilapangan, banyak kendala yang dihadapi dalam

mencapai keberhasilan manajemen proyek. Semakin besar proyek yang ditangani,

semakin besar kendala yang akan timbul. Kendala eksternal dan internal yang

sering terjadi pada proyek antara lain :

1. Ketidakstabilan ekonomi

2. Kekurangan / kelangkaan material

3. Peningkatan kompleksitas

4. Semakin tingginya persaingan

5. Perubahan teknologi

6. Kekhawatiran masyarakat

7. Konsumerisme

8. Ekologi

9. Kualitas pekerjaan

Apabila kendala-kendala tersebut tidak dapat diselesaikan, tidak hanya

target perencanaan yang tertunda tetapi juga bisa berupa kerugian. Oleh karena itu

harus ada pengaturan sumber daya yang benar dalam manajemen proyek melalui

pendalaman ilmu pengetahuan mengenai manajemen proyek. Sumber daya di sini

terdiri dari, uang, tenaga kerja, peralatan, fasilitas, material, dan informasi

teknologi.

2.1.3. Penjadwalan

Secara umum penjadwalan proyek didefinisikan sebagai proses

perhitungan waktu penyelesaian proyek, berdasarkan pola pelaksanaan kegiatan-

kegiatan proyek yang telah ditentukan terlebih dahulu, dan dengan

Universitas Sumatera Utara


mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang mempengaruhi pelaksanaan

kegiatan-kegiatan tersebut.

Sedangkan menurut Soeharto (1995) definisi dari jadwal adalah penjabaran

perencanaan proyek yang menjadi urutan langkah – langkah kegiatan yang

sistematis untuk mencapai satu sasaran. Pendekatan yang dipakai jadwal adalah

pembuatan jaringan kerja yang menggambarkan suatu grafik hubungan urutan

pekerjaan proyek. Pekerjaan mana yang harus didahulukan dari pekerjaan yang lain

harus di identifikasikan secara jelas dalam kaitannya dengan waktu

pelaksanaan pekerjaan. Dalam pelaksanaan konstruksi waktu dapat didefinisikan

dari hal berikut:

Waktu merupakan suatu jalur kritis (critical path) dimana jangka waktu

untuk setiap aktivitas atau pekerjaan di dalam urutan kerja tidak bisa dikurangi

1. Jangka waktu (duration) berarti waktu yang diperlukan untuk melengkapi

atau menyudahi suatu aktivitas atau tugas yang telah ditetapkan. Waktu

pelaksanaan proyek (construction duration) adalah waktu yang ditentukan

oleh owner untuk memakai, menggunakan, atau menyewakan bangunan

proyek tersebut.

2. Waktu pelaksanaan proyek adalah suatu jangka waktu sebagai hasil suatu

pengujian satu atau lebih metoda menyelesaikan pekerjaan atas dasar biaya

minimum, hal tersebut pada umumnya diperkirakan untuk kondisi normal

3. Waktu pelaksanaan proyek mengacu pada waktu yang telah ditentukan

untuk melaksanakan dan melengkapi/menyudahi setiap aktivitas pekerjaan

yang menggunakan semua sumber daya dan informasi proyek di dalam

suatu estimasi atau perkiraan biaya.

10

Universitas Sumatera Utara


4. Waktu konstruksi dapat digambarkan sebagai periode yang berlalu dari

awal pekerjaan hingga akhir pekerjaan.

Ouput dari proses penjadwalan adalah suatu rencana pelaksanaan kegiatan-

kegiatan proyek, yang berisi informasi antara lain tentang :

a. Waktu dimulainya suatu kegiatan (paling cepat, paling lambat)

b. Waktu selesainya suatu kegiatan (paling cepat, paling lambat)

c. Kegiatan-kegiatan kritis berikut lintasan kritisnya

2.2. Parameter Proyek Konstruksi

Untuk menyelesaikan suatu proyek konstruksi, kontraktor harus

menentukan parameter dalam pelaksanaanya sebagai acuan untuk menilai hasil

kerja dari pihak-pihak penyedia jasa. Parameter penting dalam penyelenggaraan

proyek konstruksi yang sering dijadikan sebagai sasaran proyek adalah sebagai

berikut :

a. Anggaran

Besarnya sesuai dengan biaya yang dialokasikan, sehingga pengerjaan proyek

harus efisien. Proyek dikatakan berhasil jika proyek diselesaikan dengan biaya

yang tidak melebihi anggaran baik anggaran proyek yang dibayar secara langsung

ataupun secara periode (biasanya pada proyek dengan dana yang besar dan jangka

waktu yang lama).

11

Universitas Sumatera Utara


b. Jadwal

Sesuai waktu yang diperlukan untuk meyelesaikan proyek, sehingga pengerjaan

proyek harus efektif. Proyek dikatakan berhasil jika tidak melebihi waktu

perencanaan yang telah ditentukan.

c. Mutu

Kinerja harus memenuhi kriteria dan spesifikasi yang telah ditetapkan, sehingga

hasil pengerjaan proyek dapat dipertanggungjawabkan serta sesuai dengan

keinginan owner.

2.3 Lean Construction

Lean construction adalah suatu cara baru untuk mengatur konstruksi.

Tujuan, prinsip, dan teknik tentang konstruksi ramping (lean construction)

diambil dari konsep lean production pada sistem manufaktur dari konsep Toyota

Production System yang dicoba diterapkan pada bidang industri konstruksi.

Konsep lean production merupakan sebuah metode yang dikembangkan di

perusahaan Toyota yang ditujukan untuk menghilangkan waste sehingga dapat

meningkatkan efisiensi dan efektifitas produksi.

Dalam perkembangannya pada sektor manufacturing industry, konsep

lean production cukup berhasil, terbukti dengan telah diterima dan diterapkan

secara luas. Konsep ini terus dicoba untuk diterapkan pada sektor-sektor lainnya

seperti konstruksi, sehingga dikenal adanya konsep lean construction. Lean

production memiliki tujuan meminimalisasi biaya produksi agar dapat bersaing

dengan harga pasar. Perbedaan yang ada adalah fokus utama dari lean production

yaitu upaya-upaya penghilangan pemborosan (waste) secara terus menerus untuk

12

Universitas Sumatera Utara


peningkatan performansi system manufaktur sehingga dapat selalu memenuhi

kebutuhan pelanggan.

Sehingga, lean production dapat dikatakan sebagai paradigma yang

berfokus pada upaya peningkatan efisiensi dengan pendekatan baru, yaitu

menggabungkan dua aspek penting teknologi dan manusia sekaligus dalam

mengelola sistem manufaktur (Samadhi, 2005).

Manfaat dari teknik lean construction telah ditunjukkan dengan

pencapaian peningkatan dari banyak proyek dan setiap tahapan proyek. Lean

construction memerlukan lebih banyak waktu dalam tahap desain dan

perencanaan, tetapi perhatian ini menghilangkan atau memperkecil konflik yang

dapat secara dramatis mengubah biaya dan jadwal (Forbes, et.al., 2005). Kondisi

industri saat ini yang merupakan sasaran utama dalam melakukan peningkatan

terutama dalam bidang industri konstruksi melalui pemikiran lean thinking yang

dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 2.2 : perbedaan waste pada industri manufaktur dan konstruksi

2.3.1 Definisi Lean Construction

Lean construction adalah suatu filosofi yang berdasar pada konsep

lean manufacturing. Hal ini adalah tentang bagaimana mengatur dan

13

Universitas Sumatera Utara


meningkatkan proses konstruksi untuk memperoleh keuntungan dan memenuhi

kebutuhan customer (www.constructingexcellence.org.uk, 2004).

Koskela et.al (Abdelhamid, 2005), lean construction adalah suatu cara

untuk mendesain sistem produksi untuk memperkecil pemborosan (waste), waktu,

dan usaha untuk menghasilkan nilai yang maksimum.

Menurut www.construction-institute.org (2005), Lean construction

didefinisikan sebagai suatu proses yang berlangsung terus menerus dari proses

menghilangkan waste, memenuhi kebutuhan konsumen, fokus pada aliran

informasi/material, dan mencapai kesempurnaan dalam pelaksanaan

pembangunan dalam proyek.

2.3.2 Prinsip-prinsip Lean Construction

Menurut www.constructingexcellence.org.uk (2005), prinsip lean construction

adalah:

a. Eliminate waste (menghilangkan barang sisa).

b. Precisely specify value from the perspective of the ultimate customer

(menentukan dengan tepat produk menurut pandangan konsumen).

c. Clearly identify the process that delivers what the customer value (the value

stream) and eliminate all non value adding steps (mengidentifikasi proses yang

menunjukkan bagaimana pengantaran material atau informasi konsumen dan

mengurangi langkah yang tidak diperlukan.

d. Make the remaining value adding steps flow without interruption by managing

the interfaces between different steps (Menjaga sisa komponen/material tanpa

interfensi pada berbagai langkah yang berbeda).

14

Universitas Sumatera Utara


e. Let the customer pull – don’t make anything until it is needed, then make it

quickly (membuat produk saat dibutuhkan, dan pada saat itu produk dibuat dengan

cepat).

f. Pursue perfection by countinuous improvement (melakukan kesempurnaan

produk dengan peningkatan secara terus menerus).

Menurut Koskela (2004), arti value dalam prinsip lean construction dapat

dilihat pada tabel berikut

Lean Priciples Arti Value

1. Precisely specify value 1. Specify value = produk yang


specific product spesifik

2. Identify value stream for 2. Value stream = aliran


each product. material/informasi

3. Make value flow without 3. Value = komponen, materials


interruptions

4. Let the customer pull value 4. Value = produk


from the producer

5. Pursue perfection

2.3.3 Konsep Lean Construction

Pada intinya, lean construction (konstruksi ramping) merupakan penerapan

lean principles yang diterapkan pada industri manufaktur kepada industri

konstruksi dengan tujuan untuk meningkatkan value dan mengurangi waste.

Prinsip-prinsip lean adalah sebagai berikut (Womack dan Jones, 1996):

15

Universitas Sumatera Utara


1. Value. Pendefinisian nilai harus sangat spesifik dan dilakukan oleh customer

akhir.

2. The Value Stream. Harus didesain sedemikian rupa sehingga terdapat

perpindahan nilai yang terdefinisi dari suatu kegiatan ke kegiatan yang lain, mulai

dari kegiatan problem-solving di awal, kemudian ke kegiatan pengelolaan

informasi, dan kepada kegiatan transformasi dari material mentah hingga produk

akhir.

3. Flow. Perpindahan nilai tersebut harus dilakukan secara mengalir, tidak ada

hambatan.

4. Pull. Untuk menghindari produk yang tidak terpakai, dan mengurangi waste,

maka produk sebaiknya diproduksi ketika diminta oleh pengguna.

5. Perfection. Kegiatan memperbaiki semua proses dengan terus menerus harus

dilakukan untuk mencapai kesempurnaan.

Untuk melaksanakan lean construction pada setiap tahap, terdapat alat

(tools) yang dibutuhkan untuk menciptakan rangkaian value dan flow yang baik

dengan alat Work Structuring dan Production Control. Beberapa alat lain yang

dibutuh kan dalam lean contruction merupakan alat manajemen yang ada sudah

sejak lama di dunia manufaktur dan telah berhasil diterapkan, seperti supply chain

management, pre-fabrication, pre-assembly, standardization, constructability,

just in time dan lain – lain. Selanjutnya akan dijelaskan secara singkat beberapa

alat tersebut, yaitu work structuring, supply chain management dan last planner

system.

16

Universitas Sumatera Utara


1. Work Structuring

Work Structuring (WS) adalah terminologi yang diciptakan oleh Lean

Construction Institute (LCI) untuk kegiatan pengembangan rancangan proses dan

operasi yang dilakukan bersamaan seiring dengan perancangan produk, penentuan

struktur supply chain, pengalokasian sumber daya dan usaha perancangan untuk

pelaksanaan. Tujuan dari WS ini adalah untuk membuat aliran kegiatan yang lebih

andal dan cepat tanpa mengurangi value kepada customer. Dalam perancangan

proses tersebut, variasi produktivitas antar pekerjaan dan juga interaksi antar

pekerjaan harus dipertimbangkan. Dengan demikian akan diharapkan dapat

meminimalkan waste baik berupa inventory maupun work in process.

WS ini merupakan hal yang biasanya tidak banyak dilakukan pada saat

tahapan perancangan (design) berlangsung. Karena biasanya perancang (designer)

hanya melakukan perancangan produk (product design) saja yang harus sesuai

dengan kebutuhan customer atau owner, namun tidak merancang bagaimana

proses produksinya. Biasanya diasumsikan bahwa pihak kontraktor yang akan

melakukannya. Ini merupakan praktek dan permasalahan fragmentasi di dunia

konstruksi yang terpecah belah menjadi banyak pihak yang terlibat pada seluruh

daur hidup proyek konstruksi. Waste banyak terjadi karena hasil rancangan tidak

dapat dilaksanakan oleh pihak pelaksana karena terjadinya miskomunikasi.

Sebenarnya terdapat praktek yang telah dilakukan saat ini bahwa

perancang melakukan juga kajian kemampu-laksanaan suatu proyek konstruksi

yang biasa disebut constructability dan usulan metoda pelaksanaan dari

perancang untuk rancangan yang dibuatnya. Tetapi hal ini terkadang masih belum

memadai, karena tidak dibarengi dengan antisipasi hal-hal penting lainnya seperti

17

Universitas Sumatera Utara


perancanaan sumber daya serta struktur supply chain-nya. Pada konsep konstruksi

ramping hal tersebut menjadi kunci untuk mengurangi variasi dan tentunya

ketidakpastian yang mungkin terjadi pada saat pelaksanaan di lapangan.

2. Supply Chain Management

Supply Chain Management (SCM) dalam konteks proyek konstruksi

adalah kegiatan mengatur, mengkoordinasikan, dan mengintegrasikan aliran

material dengan aliran informasi di antara seluruh pihak yang terlibat dalam

proyek konstruksi. Kondisi konstruksi ramping dalam SCM dicapai bila setiap

stakeholder telah memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan proyek. Pada

kondisi ini terlihat bahwa waste yang berhubungan dengan aliran material dan

aliran informasi dapat diminimalkan bahkan dihilangkan. Hubungan antar

stakeholder diikat dalam bentuk relational contract sehingga koordinasi antar

stakeholder baik secara horizontal maupun secara vertical dapat berlangsung

dengan lebih baik lagi.

Dengan demikian SCM merupakan pengelolaan seluruh pihak yang

terlibat dalam mensuplai sumberdaya mulai dari hulu hingga hilir rantai kegiatan.

Pengelolaan tersebut ditekankan agar dapat menghindari penumpukan sumber

daya yang tidak berguna (waste) dan terjadi flow antara kegiatan yang

memerlukan sumber daya tersebut. Sehingga SCM akan sangat erat kaitannya

dengan sistem outsourcing dan procurement serta hubungan antar pihak yang

terkait.

Pada intinya, SCM harus dilaksanakan untuk menjamin value yang sudah

ditetapkan tidak akan berkurang sehubungan dengan terdapatnya banyak pihak

18

Universitas Sumatera Utara


yang terkait yang terkadang berada di luar pengendalian. Pihak-pihak yang berada

dalam pengendalian, tetap memerlukan pengelolaan yang baik agar terdapat

kesamaan tujuan dalam penciptaan rangkaian value dan terjadi aliran yang

diharapkan sebagaimana yang telah dirancang dalam work structuring. Bagi

pihak-pihak yang berada di luar kendali, yang tidak ada ikatan kerja sama,

memang berat untuk dikelola, tetapi seharusnya lewat pihak yang ada ikatan kerja

sama, pesan kebutuhan pemenuhan prinsip lean harus dapat dilakukan, misalnya

dengan pendekatan partnering maupun kontrak relational.

Terdapat banyak kasus, owner ataupun kontraktor melakukan kontrak

kerjasama jangka panjang dengan supplier (seperti material beton ready-mix dan

material semen) untuk mendukung logistik proyek meskipun suatu pekerjaan

yang dipasok logistiknya tersebut dilakukan oleh sub- kontraktor. Dengan semakin

dapat dikendalikannya pihak-pihak yang terlibat dalam supply chain proyek maka

work structuring yang dibuat dapat lebih andal untuk dilaksanakan dan pencapaian

tujuan konstruksi ramping dapat terlaksana.

3. Last Planner System

Pada praktek yang sering dilakukan pengendalian hanya berupa penilaian

pelaksanaan pekerjaan dan membandingkanya dengan perencanaan yang

dilakukan. Padahal terkadang perencanaan yang dilakukan, misalnya dengan work

structuring, belum tentu dapat diandalkan. Sehingga ada kemungkinan deviasi

yang terjadi bukan karena kinerja pelaksanaan yang buruk, tetapi lebih kepada

perencanaan yang tidak realistis. Dalam sistem pengendalian produksi dengan

konsep konstruksi ramping, praktek tersebut dapat diperbaiki dengan

menggunakan sistem the Last Planner (Ballard, 2000).

19

Universitas Sumatera Utara


Sistem the Last Planner ini merupakan usaha melihat kembali apa yang

telah direncanakan sebelum dieksekusi oleh personil yang paling kompeten akan

pekerjaan yang direncanakan dan akan melaksanakan pekerjaan tersebut. Personil

tersebut selanjutnya sebagai the last planner. Dengan adanya sistem ini, akan

terdapat penilaian kondisi lapangan yang ada baik sumber daya maupun lokasi

yang akan memberikan input untuk evaluasi perencanaan yang sudah ada

sebelum perencanaan tersebut dilaksanakan. Hasil koreksi tersebut kemudian

yang akan dilaksanakan di lapangan. Dengan adanya sistem the Last Planner,

maka prinsip push (di mana pekerja lapangan harus melaksanakan apa yang

direncanakan) yang biasa dilakukan akan digantikan dengan sistem pull sesuai

dengan konsep konstruksi ramping.

Dalam sistem ini, terdapat indicator kinerja yang digunakan untuk

mengukur sejauh mana aliran pekerjaan dapat tercapai dengan baik, yaitu Percent

Planned Completed (PPC). PPC merupakan ukuran sejauh mana flow yang

direncanakan dapat berjalan. Sistem the Last Planner akan berhasil jika PPCnya

tinggi. Untuk mendukung sistem ini terdapat penambahan detail perencanaan

sebagai alat untuk dapat mendeteksi keandalan rencana dan kemungkinan

terjadinya aliran yang diharapkan di lapangan. Jadwal detail mingguan, jadwal

bulanan (look ahead plan), dan jadwal utama (master schedule) menjadi

kombinasi yang dinamis dan penting dalam sistem ini.

20

Universitas Sumatera Utara


3.1 Urutan Pelaksanaan Last Planner System

1. Master Plan

Untuk mendapatkan rencana umum dan mengidentifikasi semua pekerjaan untuk

keseluruhan proyek menunjukkan kegiatan utama, durasi, dan urutan.

2. Phase Planning

Membagi rencana induk ke dalam berbagai tahapan rencana kerja rinci dan

menyediakan tujuan yang dapat dianggap target oleh tim proyek. Phase Planning

adalah kesenjangan antara rencana induk dan melihat ke depan perencanaan.

3. Look Ahead Planning

Memprediksi apa yang akan terjadi pada beberapa waktu di masa yang akan

datang, lalu mengambil tindakan di masa sekarang sehingga tidak menyebabkan

pekerjaan tambahan di masa depan.

4. Weekly Work Plan

Merupakan rencana yang diambil dari tugas kontraktor untuk hari atau minggu

berikutnya melalui pertemuan mingguan. bantuan pertemuan mingguan untuk

merencanakan pekerjaan yang akan dilakukan pada minggu depan. Pertemuan

rencana kerja mingguan meliputi rencana mingguan, masalah keamanan, masalah

kualitas, sumber daya, metode konstruksi, dan masalah yang terjadi di lapangan.

5. Percent Plan Complete (PPC)

Dalam hal ini meningkatkan perencanaan proyek dengan evaluasi terus-menerus

dan belajar dari penghentian. PPC adalah menentukan persentase janji yang dibuat

yang disampaikan pada waktu. PPC dapat dihitung sebagai jumlah kegiatan yang

21

Universitas Sumatera Utara


diselesaikan sebagai direncanakan dibagi dengan jumlah total kegiatan yang

direncanakan, dan disajikan sebagai persentase.

Gambar 2.3 : diagram alir last planner system

3.2 Keuntungan Last Planner System

1. alur kerja halus.

2. rencana kerja yang diharapkan.

3. Mengurangi biaya.

4. Mengurangi waktu proyek.

5. Peningkatan produktivitas.

6. Menjalin kerja sama yang lebih dekat dengan personil lapangan dan sub

kontraktor.

22

Universitas Sumatera Utara


2.3.4 Karakteristik Proses Produksi di Konstruksi

Dalam pelaksanaan konstruksi suatu fasilitas fisik, dikenal hierarki

lingkup konstruksi yang digunakan untuk melakukan pembagian wewenang dan

sumber daya dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Perbedaan pokok

antara industri konstruksi dengan industri manufaktur terletak pada proses

produksi, yang dilakukan di lapangan atau di ‘lantai produksi’. Jika mengacu

kepada hierarki lingkup konstruksi, hal ini terjadi pada tingkatan operasi, proses,

dan tugas.

Gambar 2.4 Hierarki Lingkup Konstruksi

Di lantai produksi, suatu kegiatan produksi dilakukan sebagaimana

tergambarkan pada Gambar dibawah. Dalam hal ini, pekerja akan menunggu

pelaksanaan tugas, yang sangat spesifik untuk setiap pekerja, sejalan dengan

keberadaan produk setengah jadi yang datang kepadanya melalui sistem ban

berjalan. Setiap pekerja akan memberikan kontribusi penambahan komponen

atau kualitas kepada produk akhir.

23

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.5 : proses produksi di industry manufaktur

Di lapangan, suatu proses konstruksi dilakukan sebagaimana tergambar

pada gambar dibawah. Dalam hal ini, suatu tim kerja atau pekerja akan datang ke

lokasi di mana pelaksanaan tugas akan dilakukan. Satu tim kerja dengan tugas

spesifik tersebut akan meninggalkan produk setengah jadi hasil tugasnya untuk

selanjutnya menjadi lokasi pelaksanaan tugas tim kerja selanjutnya. Setiap tim

kerja tetap akan memberikan kontribusi penambahan komponen atau kualitas

kepada produk akhir. Proses produksi seperti ini yang kemudian disebut sebagai

’Parade of Trades’.

Gambar 2.6 : Proses produksi di industri konstruksi

Dalam parade ini, terlihat bahwa suatu tim kerja akan menyediakan tempat

kerja kepada tim kerja selanjutnya. Jika tempat kerja ini tidak ada, karena pekerja

sebelumnya belum selesai bekerja atau tidak sempuna melaksanakan tugasnya,

maka suatu tim kerja jelas tidak akan dapat menjalankan tugasnya. Hal ini

merupakan idle atau kegiatan menunggu, yang tidak lain merupakan bagian dari

waste.

24

Universitas Sumatera Utara


Jika proses konstruksi ini berulang, misalnya membuat beberapa kolom

beton pada suatu lantai, maka akan dapat dihitung seberapa banyak idle untuk

setiap tim kerja. Dalam hal ini, keseragaman dan variasi kecepatan bekerja atau

produktivitas tim kerja menjadi permasalahan. Tentunya waste akan menjadi lebih

besar jika produk hasil pekerja tersebut tidak dapat diterima (kualitas buruk), yang

berarti secara fisik merupakan waste, yang ditolak dan dibuang, serta

membutuhkan pekerjaan perbaikan atau pekerjaan ulang yang membutuhkan

sumber daya tambahan.

2.3.5 Peredaan antara Traditional construction dan Lean Construction

Perbedaan antara konstruksi dengan metode tradisional dan metode lean

construction (Giorgio Locatelli, 2013)

Traditional Construction Lean Construction

Menggunakan aktivitas yang sama Mendefinisikan seluruh tujuan dan

berpusat pendekatan yang digunakan proses pengerjaan proyek dengan jelas

dalam produksi massal dan manajemen

proyek

Bertujuan untuk mengoptimalkan Bertujuan memaksimalkan kinerja

kegiatan proyek oleh aktivitas dan untuk kostumer di setiap tingkatan

mengidentifikasi nilai pelanggan dalam proses yang ada proyek

desain

25

Universitas Sumatera Utara


Memecah proyek menjadi potongan- Desain dikerjakan bersamaan dengan

potongan dan menempatkannya di urutan produk dan proses

logis berfokus pada setiap kegiatan

kontrol dianggap sebagai memantau Pengendalian produksi di terapkan

setiap aktivitas terhadap jadwal dan terhadap seluruh kegiatan proyek

anggaran proyeksi

Pada penelitian Comparative Study of Last Planner System Over


Traditional Construction Processes (Munje, 2014) juga telah di temukan
beberapa perbedaan antara Lean Construction dengan Traditional Construction
yaitu

No. Traditional construction Lean construction

In traditional construction In Lean construction methodology,


management, the errors between primarily the errors are taken into
1
the dependencies of the activities account before making the
are not considered. dependencies between the activities.
In traditional construction In this, main focus is on the proper
management focus is on increasing flow of activities as per dependencies
the productivity of each activity which results in reduced errors and
2
which results in errors and reworks.
reduced quality of work resulting
in reworks.

This method at times does not Due to the consideration of customer‟s


3 consider the customer‟s requirement and proper planning,
requirements which results in there is surety of customer satisfaction.
reduced customer satisfaction.
In the traditional method, customer End user/ customer are involved in
4 is not involved in planning stage. start to end planning and design,
through cross functional teams.
Traditional method relies on In lean construction, controlling is
5 variance detection after the practiced during the task performance.
completion of tasks.

26

Universitas Sumatera Utara


In Traditional management, push In the lean approach, pull techniques
6 techniques manages the release of govern the flow of information and
information and materials. materials, from upstream to
downstream.
Doesn‟t consider adjustments for Capacity and inventory are adjusted to
(power and record are adjusted to absorb variation.Feedback loops,
7 absorb variation. Advice loops, included at every level, help ensure
included at every level, help ensure minimal inventories and rapid system
minimum inventories) response

Traditional construction Lean construction tries to mitigate


management not tries to mitigate variation in every aspect (product
8
variation in (product quality, rate quality, rate of work) and manage the
of work). remaining variation

In Traditional construction Lean approach tries to make continuous


9 management does not pay attention improvements in the process, sequential
to continuous improvement. workflows.

In Traditional construction In lean construction, decision making is


10 management, decision making is distributed in all those who are involved;
centered to one manager some
times.
Traditional construction Lean construction tries to increase
management does not consider transparency between the customer,
11 transparency in between the managers and labours, in order to know
customer, managers, and labours. the affect of their work on the whole
project
Traditional construction Lean construction utilizes new forms of
management does not have policy profitable contracts to give incentives to
like (developing new forms of suppliers for reliable work flow and
12 profitable contract to give optimization at the deliverable to the
incentives to suppliers for quality client level
work flow and minimization at the
deliverable to the client level)

Traditional construction Lean construction, system is designed to


13 management persists on resist the tendency in the direction of
optimizing each activity local sub optimization.

27

Universitas Sumatera Utara


The approach of Traditional Lean Construction approach in Project
construction management is only and Production Management, and
considers managing a project at formally recognizes that any successful
14 the macro level. This is necessary project undertaking will without doubt
but not sufficient for the success of involve the interaction between project
projects. and production management.

2.4 Waste

Waste secara umum didefinisikan sebagai substansi atau suatu obyek

dimana pemilik punya keinginan untuk membuang (Waste Management licening

regulation, 1994). Waste yang dihasilkan dari proyek konstruksi didefinisikan

sebagai material yang sudah tidak digunakan yang dihasilkan dari proses konstruksi,

perbaikan atau perubahan (Environmental Protections Agency, 1998).

Menurut Lee (1999), waste dalam konstruksi dan industri meliputi

penundaan waktu, biaya, kualitas, kurangnya keselamatan, rework, transportasi

yang tidak perlu, jarak jauh, pilihan atau manajemen yang tidak tepat dari

metode/peralatan, dan constructability yang lemah.

Menurut Haggard (2005), waste dalam proses konstruksi meliputi:

penanganan material yang berlebihan, rework, kesalahan desain, konflik antar

pembeli, konflik antar kontraktor lain, tidak efektifnya rantai persediaan (supply

chains).

Waste didefinisikan oleh kriteria kinerja dari sistim produksi. Kegagalan

untuk memenuhi permintaan unik dari seorang klien adalah pemborosan, waktu

menunggu dan persediaan yang menganggur (Howell, 1999). Contoh waste dalam

lingkungan industri konstruksi dapat dilihat pada Tabel 2.1.

28

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1. Contoh waste dalam lingkungan industri konstruksi

(sumber: Ball dan Maleyeff, 2003)

Waste form Examples and situation where waste is


encountered

- report preparation (errors)

- environmental sampling events


(incorrect sample locations or
a. Defects
technique)

- equipment usage (equipment


malfunctions)

- report preparation (revisions and reviews)

- environmental sampling events


b. Rework (resampling)

- development computer drawing (drawing


revisions)

- unnecessary site visits

- inefficient scheduling (travel time


c. Transportation between site that are not in close proximity
to each other)

- preparation of reports (or sections in


reports) that are not required
d. Overproduction
- collection of unnecessary environmental
samples

- preparation fields (loading and


e. Waiting calibrating equipment, securing
appropriate vehicles)

- generation of reports that areeither


f. Unnecessary Processing
overly complicated or not required

g. Unnecessary movement “last minute” scheduling changes


(unnecessary fieldwork preparation)

29

Universitas Sumatera Utara


h. Inventory - excess equipment and supplies project
work backlog

- confusion regarding project scope


negativity due to miscommunication or
i. Behaviors consistent occurrence of other forms of
waste

- inefficient task distribution (requiring


higly-priced staff to locate files or
j. System underdelegation prepare that a more junior employee
could do, not utilizing skilled field
technicians to fullest

Sedangkan menurut Womack dan Jones (1996) waste konstruksi meliputi :

• Defects : Setiap kali ada kesalahan yang membutuhkan tambahan

waktu, sumber daya atau uang untuk memperbaiki, kita melihat limbah

cacat (defect) dan pekerjaan ulang. Jenis waste ini dapat mencakup

segala sesuatu dari mengulangi pekerjaan karena, kesalahan,

pengulangan fabrikasi bahan karena perubahan desain.

• Over production : terjadi ketika terlalu banyak sesuatu yang diproduksi

atau selesai, atau ketika itu diproduksi terlalu cepat dan kemudian harus

disimpan. Hasilnya, kebutuhan pelanggan (owner) menjadi tidak jelas,

otomatisasi buruk diterapkan, dan just-in-case material yang

memproduksi hanya dalam kasus mereka dibutuhkan.

• Waiting : Menunggu terjadi setiap kali pekerjaan harus berhenti untuk

beberapa alasan, entah itu karena ada yang rusak, Anda sedang

menunggu respon, atau Anda sudah kehabisan sesuatu. Dalam beberapa

30

Universitas Sumatera Utara


kasus, hambatan, atau titik efisiensi menurun, dapat memperlambat

informasi dan bahan.

• Over processing : pemrosesan tambahan terjadi ketika Anda atau orang

di sekitar Anda meluangkan waktu untuk melakukan pekerjaan yang

tidak perlu atau tidak menambah nilai kepada pelanggan. pemrosesan

tambahan bisa apa saja dari gambaran yang tidak akan terlihat setelah

selesai untuk memerlukan beberapa tanda tangan pada formulir ketika

salah satu sudah cukup untuk memproduksi salinan kedua keras dan

laporan elektronik.

• Motion : waste ini berlaku untuk setiap waktu yang dihabiskan bergerak

di sekitar, bukannya melakukan pekerjaan yang mempunyai nilai

tambah. Hal ini dapat mencakup berjalan di seluruh daerah proyek untuk

menemukan alat, harus mencari komputer Anda untuk mendapatkan

informasi, atau harus memilah dan menyimpan material.

• Transportation : Cara yang paling efisien untuk melakukan tugas apapun

adalah memiliki bahan dan alat-alat di mana mereka dibutuhkan.

Namun, memiliki terlalu banyak piranti dapat menciptakan masalah bagi

diri kita sendiri dan pelanggan kami, yang bisa berpikir kita memiliki

terlalu banyak materi di lantai. Kita perlu fokus pada menemukan cara

yang lebih baik untuk menyimpan, menangani dan mengelola bahan

untuk mencegah harus memindahkan mereka beberapa kali.

31

Universitas Sumatera Utara


• Inventory : Tempat penyimpanan material konstruksi yang bebas dari

gangguan cuaca dan mudah diakses sangat penting untuk mempercepat

proses konstruksi dan meminimalisir waste.

2.4.1 Waste Level

Waste level dihitung untuk mengetahui volume waste dari masing-

masing material yang sudah ditentukan melalui analisa Pareto. Waste level ini

dihitung menggunakan metode pendekatan dengan rumus :

Dimana :
Volume Waste = volume material terpakai – volume material terpasang
Volume Kebutuhan material = Vol. Kebutuhan material yang ditinjau

2.5 Analisa Pareto

Analisa Pareto adalah suatu metode statistika yang biasa digunakan dalam

ilmu manajemen untuk mencari apa saja kategori kategori utama yang mempunyai

dampak paling signifikan terhadap suatu kejadian atau masalah. Analisa pareto

dilakukan dengan cara mengukur besar dampak dari setiap kategori terhadap suatu

masalah, sehingga dapat diketahui kategori mana yang mempunyai dampak paling

signifikan terhadap masalah tersebut, sehingga kegiatan pengendalian akan lebih

efektif dengan memusatkan perhatian pada kategori kategori yang mempunyai

dampak yang paling signifikan terhadap kejadian, daripada meninjau berbagai

kategori pada suatu ketika (Nasution, 2005).

32

Universitas Sumatera Utara


Analisa pareto ditemukan oleh seorang ahli ekonomi italia bernama

Vilfredo Pareto pada abad ke 19. Analisa ini digunakan untuk membandingkan

berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling

besar ke yang paling kecil. Susunan tersebut akan membantu kita untuk

menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian kejadian. Analisa pareto

dapat dideskripsikan dalam bentuk diagram

Kegunaan diagram pareto ialah menemukan atau mengetahui prioritas

utama dari masalah yang dihadapi. Menurut Mitra (Ariani, 2005:19), diagram

Gambar 2.7 : contoh diagram pareto

pareto juga dapat mengidentifikasi masalah yang paling penting yang

mempengaruhi usaha perbaikan kualitas dan memberi petunjuk dalam

mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk menyelesaikan masalah.

Dalam melakukan analisa pareto, kategori kategori tersebut diurutkan

berdasarkan satuan yang sama, yang akan menunjukkan kontribusi tiap kategori

33

Universitas Sumatera Utara


terhadap keseluruhan item yang ingin dianalisa. Menurut Mitra dan Besterfield

(Ariani, 2005) proses penyusunan diagram pareto meliputi enam langkah :

1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan

masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya.

2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-

karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya.

3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang diinginkan.

4. Merangkum data dan membuat ranking kategori data tersebut dari yang terbesar

hingga yang terkecil.

5. Menghitung frekuensi kumulatif atau presentase kumulatif yang digunakan.

6. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif masing-

masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat

prioritas.

2.6 Material Konstruksi

Material merupakan salah satu komponen yang penting dalam menentuka

besarnya biaya proyek ,mempunyai konstribusi sebesar 40-60% sehingga secara

tida langsung memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan proye

khususnya dalam komponen biaya (Intan et. al, 2005).

Pada proses konstruksi,penggunaan material oleh pekerja-pekerja lapanga

dapat menimbulkan sisa material yang cukup tinggi .Beberapa penelitian di Brazil

menunjukan sisa material konstruksi dapat mencapai 20-30% berat dari material d

lokasi (Intan,et al.,2005)

34

Universitas Sumatera Utara


Material yang digunakan dalam konstruksi dapat digolongkan dalam dua

bagian besar (Gavilan dan Bemold, 1994) yaitu

1. Consumable Material, merupakan material yang pada akhirnya akan menjadi

bagian dari struktur fisik bangunan. Misalnya : semen, pasir, kerikil, batu bata,

besi, tulangan, baja, dan lain – lain.

2. Unconsumable Material, merupakan material penunjang dalam proses konstruksi,

dan bukan merupakan bagian fisik dari bangunan setelah bangunan selesai,

misalnya : perancah, bekisting, dan dinding penahan sementara.

Banyak faktor yang menjadi sumber terjadinya sisa material konstruksi,

antara lain desain, pengadaan material, pengelolaan material, pelaksanaan, residul

dan lain-lain missal pencurian (Gavilan dan Bemold, 1994).

35

Universitas Sumatera Utara


2.5 Penelitian Terdahulu

Munje (2014) melakukan penelitian dengan judul Comparative Study of

Last Planner System Over Traditional Construction Processes. Hasil penelitian

yang diperoleh adalah perbandingan antara konstruksi tradisional dengan lean

construction. Pada penelitian dijelaskan bahwa ada banyak kesempatan untuk

menghilangkan kelemahan dalam konstruksi tradisional menggunakan proses

proyek. Last Planner System, diterapkan dapat meningkatkan metode tradisional

dan menyiratkan budaya perbaikan terus-menerus dan mengurangi waktu dan

biaya secara bersamaan.

Manurung (2012) melakukan penelitian dengan judul Analisis Aplikasi

Lean Construction Untuk Mengurangi Limbah Material Pada Proyek Konstruksi

Jembatan (Studi Kasus Perusahaan Precast). Hasil Penelitian yang diperoleh

adalah dari dua pelaksanaan studi kasus di pabrik precast diketahui bahwa dengan

menggunakan konsep Lean Construction maka limbah dalam pelaksanaan

proyek konstruksi dapat dikurangi. Penelitian dilakukan pada dua perusahaan

precast berbeda. Perusahaan tersebut adalah perusahaan yang menyediakan

produk-produk beton precast.

Penerapan lean construction pada Pacific Contracting di San Fransisco

dilakukan oleh kontraktor spesialis cladding dan atap untuk peningkatan

pergantian tahunan dengan 20 % dalam 18 bulan dengan orang yang sama. Kunci

kesuksesannya dengan meningkatkan desain dan proses procurement dalam

pemesanan untuk memudahkan di tempat konstruksi, investasi di awal dan di

36

Universitas Sumatera Utara


akhir proyek untuk mengurangi biaya dan waktu konstruksi

(www.constructionexcellence.org.uk, 2005).

Salah satu kasus di USA pada tahun 1998 menunjukkan kemajuan yang

luar biasa dalam menerapkan Lean Construction (Garnett, et.al., 1998 dalam

Dulaimi dan Tanamas, 2005):

1. Kantor konstruksi mengurangi waktu dengan 25 % dalam waktu 18 bulan

2. Disain skematis berkurang dari 11 minggu menjadi 2 minggu.

3. Perputaran peningkatan dari 15 – 20 % (Kontrak Pacific).

4. Meyakinkan klien untuk melihat tempat pemesanan.

5. Pengurangan biaya proyek.

37

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan proses untuk dapat melakukan penelitian.

Sesuai dengan rumusan masalah yang ingin dicapai maka dibutuhkan data primer

yaitu data yang didapat dilapangan dan data sekunder sebagai data pendukung yang

berkaitan dengan penelitian ini

 Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengisian daftar pertanyaan

(kuesioner) yang telah disiapkan sebelumnya dan wawancara dengan

responden, serta pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan

informan kunci (key informan), yang dianggap mengetahui tentang faktor-

faktor waste pada proyek pembangunan Showroom Auto 2000.

 Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari instansi terkait yang

berhubungan dengan penelitian ini yaitu, PT. Dinamika Furindo Nusantara,

konsultan perencana, konsultan pengawas, kontraktor dan owner serta

dokumen-dokumen terkait dengan pengembangan proyek tersebut.

Dalam penelitian ini data sekunder berupa data pendukung yang dijadikan

input dan referensi dalam melakukan analisis Lean Construction. Data sekunder

terdiri dari RAB, Time Schedule, struktur organisasi dan gambar kerja, As Built

Drawing, Data Logistik.

38

Universitas Sumatera Utara


3.1.1. Dokumentasi

Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat

penelitian, meliputi gambarkerja, rencana anggaran biaya, buku-buku yang relevan,

lapora kegiatan, foto-foto serta referensi lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

3.1.2. Wawancara

wawancara adalah suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian.

Beberapa hal dapat membedakan wawancara dengan percakapan sehari-hari adalah

antara lain:

- Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenal-mengenal

sebelumnya.

- Responden selalu menjawab pertanyaan.

- Pewawancara selalu bertanya.

- Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban, tetapi

harus selalu bersifat netral.

- Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat

sebelumnya. Pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide.

Dalam wawancara selalu ada dua pihak dengan kedudukan berbeda. satu sebagai

pencari informasi dan yang lain sebagai penyedia informasi.

Informasi didapatkan berdasarkan fakta dan opini dengan melakukan wawancara

secara personal melalui tiga metode berikut :

1. Unstructured interview : wawancara dilakukan tanpa ada struktur yang jelas.

Artinya, pertanyaan yang diajukan bersifat umum dan diarahkan sendiri oleh

pewawancara.

39

Universitas Sumatera Utara


2. Semi-structured interview : menggunakan beberapa acuan topik umuum

sebagai pengarah selama wawancara berlangsung.

3. Structured interview : wawancara dengan struktur yang jelas. Dengan kata

lain, wawancara dilakukan dengan menggunakan pertanyaan langsung kepada topik

khusus yang diajukan.

Fungsi wawancara pada dasarnya digolongkan menjadi 3 golongan utama :

1. Sebagai metode primer

2. Sebagai metode pelengkap

3. Sebagai kriterium

Responden yang jadi tujuan adalah responden yang representatif dengan

tujuan penelitian seperti pemimpin proyek, manajer lapangan atau praktisi yang

telah memiliki pengalaman dalam proyek serupa terkait dengan permasalaha

penelitian ini.

Beberapa pertanyaan dengan metode Structured interview yang akan diajukan

adalah

Tabel 3.1 Pertanyaan Wawancara


Variabel Indikator Sub Indikator Pertanyaan/pernyataan

Diagram kerja ditempel di


Diagram kerja
masing - masing bagian proyek

Lean Increase Target kinerja ditempel di area


Target Kerja
Construction Visualization masing - masing bagian proyek

Jadwal kerja di tempel di area


Jadwal Kerja
masing - masing bagian proyek

40

Universitas Sumatera Utara


Rambu - rambu Seberapa penting rambu

keselamatan keselamatan dipasang di area

kerja yang berpotensi bahaya?

Apakah ada ditemukan cacat

Defect produk yang pada di lingkungan

proyek?

Apakah ada terjadi

Overproduction (kelebihan
Over production
material) pada lingkungan

proyek?

Berapa lama waktu tunggu yang

terjadi saat melanjutkan


Waiting
pekerjaan dari satu pekerjaan ke

7 waste pekerjaan lain?

apakah ada terjadi proses yang

Over Procecing tidak dibutuhkan saat

pelaksanaan konstruksi?

Apakah ada pergerakan yang

terjadi pada perkerja maupun


Motion
alat yang tidak memberikan

value terhadap proyek?

apakah ada kendala saat


Transportation
pengiriman barang ke proyek?

Inventory

41

Universitas Sumatera Utara


Bagaimana kondisi dan letak

tempat penyimpanan

material?

3.1.3. Observasi

Observasi merupakan kegiatan melakukan pengamatan secara langsung ke

objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Observasi

dilakukan pada tahap pengumpulan informasi.

3.2. Pengolahan data

3.2.1. Identifikasi Material yang Berbiaya Besar dan Berpotensi


Menimbulkan Waste

Identifikasi material yang berbiaya besar bertujuan untuk mengetahui

material apa saja yang dipakai pada proyek dan untuk mengetahui dimana material

akan digunakan. Pada analisa ini, peneliti mengumpulkan data material proyek

melalui observasi langsung, RAB, dan Gambar kerja proyek.

3.2.2 Analisa Pareto

Analisa pareto dilakukan menggunakan data dari Identifikasi material yang

berbiaya besat, sehingga akan didapat jenis – jenis material yang dominan

mempengaruhi biaya total. Jenis – jenis material tersebut akan dijadikan sebagai

objek untuk wawancara dan analisa Waste Level. Tahap awal dari analisa pareto

adalah mencari bobot tiap pekerjaan pada proyek dengan rumus:

42

Universitas Sumatera Utara


Tahap selanjutnya adalah mengurutkan pekerjaan tersebut dari bobot

terbesar ke bobot terkecil. Lalu hitung bobot kumulatif tiap jenis pekerjaan yang

sudah diurutkan tersebut. Sehingga didapat jenis jenis pekerjaan yang berada

diantara bobot kumulatif 0 sampai 80 persen. Pekerjaan tersebut adalah pekerjaan

yang dianggap sebagai pekerjaan dominan terhadap biaya proyek.

3.2.3. Menghitung Volume Material Terpasang

Menghitung volume ini dilakukan untuk mendapatkan volume material

yang telah terpasang setelah proses konstruksi telah selesai. Hasil dari perhitungan

volume ini akan digunakan untuk menghitung waste level. Volume terpasang akan

dihitung berdasarkan As Built Drawing.

3.2.4. Analisa Waste Level

Waste level dihitung untuk mengetahui volume waste dari masing-masing

material yang sudah diperoleh dari hasil indentifikasi material. Pada analisa ini,

kita dapat mengetahui material yang berpotensi menimbulkan waste. Waste Level

dihitung dengan rumus :

43

Universitas Sumatera Utara


3.2.5. Identifikasi proses yang menghasilkan limbah dengan lean construction

Mengidentifikasi proses konstruksi yang ada pada proyek pembangunan

showroom Auto 2000 yang mempunyai kemungkinan menghasilkan limbah. Jenis

limbah (waste) yang akan di teliti adalah limbah konstruksi dengan lean

construction menurut Womack dan Jones (1996) yaitu :

1. Defects
2. Overproduction
3. Waiting
4. Over Processing
5. Motion
6. Transportation
7. Inventory

44

Universitas Sumatera Utara


3.3. Bagan Alir Penelitian

Mulai

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder :


1. Wawancara 1. Time Schedule/ kurva S
2. RAB (Rencana Anggaran
2. Observasi Lapangan
Biaya), Bill Of Quantity
3. Shop Drawing
4. As Built Drawing

Pengolahan data
- Identifikasi Material yang Berbiaya Besar dan Berpotensi Menimbulkan Waste
- Analisa Pareto
- Menghitung Volume Material Terpasang
- Analisa Waste Level
- Identifikasi proses yang menghasilkan limbah dengan lean construction

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

45

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
Analisa dan Pembahasan

Sesuai penjelasan pada BAB 3 mengenai metodologi penelitian, di bab ini

akan dijelaskan lebih lanjut proses pengolahan data.

4.1 Identifikasi Material yang Berbiaya Besar dan Berpotensi Menimbulkan


Waste
Dalam melakukan identifikasi material, pertama kali yang harus dilakukan

adalah merangking trading consumable material berdasarkan total harganya,

sehingga di dapatkan harga yang besar menjadi urutan pertama.

Tabel 4.1. Trading Consumable material

Data – data di dapat berdasarkan identifikasi harga dan volume yang terdapat

pada Bill Of Quantity dan shop drawing proyek. Data yang telah di identifikasi

selanjutnya di olah dengan program Microsoft Excel untuk mendapatkan diagram

pareto.

46

Universitas Sumatera Utara


4.2 Analisa Pareto

Setelah Trading Consumable Material dibuat selanjutnya pengolahan data

akan dihitung dengan analisa pareto. Tahap awal dari analisa pareto adalah mencari

bobot tiap pekerjaan pada proyek dengan rumus:

Bobot pekerjaan akan dihitung dengan menggunakan Microsoft Excel

berdasarkan dari tabel Trading Consumable Material. Hasil dari perhitungan

tersebut adalah :

Tabel 4.2 : Hasil Analisa Pareto

Setelah kumulatif persen biaya didapat maka bisa dibuat grafik analisa yang

dikombinasikan dengan grafik pareto yang akan menghasilkan grafik analisa pareto.

47

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.1 : Grafik Pareto

Dari analisa pareto material yang akan dipilih adalah empat item pekerjaan

yang memiliki nilai tertinggi dalam analisa trading consumable material. Empat

material tersebut adalah Besi D10mm, atap zinc aluminium, , Besi D19mm, Besi

D16mm.

4.3 Menghitung Volume Material Terpasang


Volume material terpasang dengan menghitung volume material yang ada

pada as built drawing. Material yang akan dihitung yaitu 4 material yang telah

didapatkan berdasarkan analisa pareto yaitu : atap zinc aluminium, Besi D10mm,

Besi D16mm, Besi D19mm.

4.3.1. Atap Zinc Aluminium


Volume atap dihitung dengan mencari luas dari atap di setiap bangunan yang

terdapat pada denah atap as build drawing. Menghitung luas atap yaitu dengan

perkalian antara panjang dan lebar dari atap.

48

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.2 : Denah Atap

Untuk memudahkan perhitungan, luas atap dihitung dengan menggunakan

perintah (command) dari autocad yaitu area. Setelah di ketik lalu setiap titik area

atap di pilih sampai kembali ke titik pertama dimulai. Lokasi yang akan dihitung

adalah

1. Atap parkir

Gambar 4.3 : Atap Parkir

49

Universitas Sumatera Utara


2. Atap Workshop

Gambar 4.4 : Atap Workshop

3. Atap Showroom

Gambar 4.5 : Atap Showroom

50

Universitas Sumatera Utara


4. Atap Washing Stall

Gambar 4.6 :Atap Washing Stall

5. Atap Rekondisi Stall

Gambar 4.7 : Atap Rekondisi Stall

Dari semua lokasi yang telah di ukur maka di dapat volume atap sebagai berikut :

51

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3 :Volume Atap parkir

4.3.2. Besi Tulangan

Volume besi yang akan di hitung adalah Besi D10mm, Besi D16mm, Besi

D19mm. Berdasarkan Bill Of Quantity dan As Built Drawing pekerjaan yang telah

terpasang besi tersebut adalah Washing Stall, Rekondisi Stall, Showroom, Workshop,

pos jaga, dan Parkir motor. Tujuan dari pembesian ini adalah untuk medapatkan

berat total besi yang terpasang dalam satuan Kilogram (Kg). Seluruh gambar dan

tabulasi perhitungan detail balok, tie beam, kolom, pile cap, plat lantai, pembesiap

tangga akan disajikan dalam lampiran. Pembesian dipasang pada bagian – bagian

berikut :

1. Balok dan Tie Beam

Perhitungan pembesian pada balok dan tie beam yaitu dengan membuat

tabulasi dari tipe tulangan, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi dari as ke as

(m), jumlah besi, Panjang Total (m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total

(Kg).

52

Universitas Sumatera Utara


1.1 Tipe Tulangan

Gambar 4.8 : Tipe Tulangan Pada Balok

Dimana

a = Tulangan atas sepanjang bentang


b = Tulangan bawah sepanjang bentang
c = Tulangan atas di tumpuan
d = Tulangan bawah di lapangan
e = tulangan tengah

1.2 Diameter

Diameter di dapat dari gambar detail balok, kemudian akan ditabulasikan. Seluruh

gambar detail balok dan tie beam akan disajikan dalam lampiran.

1.3 Berat Besi

Rumus untuk perhitungan berat besi yaitu

= × 2 /4

Dimana :

D = diameter besi
BJ = Berat jenis besi (7850 Kg/m3)
Π = 3.14

Maka dari rumus diatas didapat :

Berat besi D10 = 0.62 Kg/m


Berat besi D16 = 1.58 Kg/m
Berat besi D19 = 2.22 Kg/m

53

Universitas Sumatera Utara


1.4 Panjang besi

Panjang besi didapat dari gambar denah balok as built drawing. Perhitungannya

adalah

Gambar 4.9 : Prinsip dasar Penulangan pada balok

Gambar
Panjang Bentang as ke as =L
Panjang Tumpuan =¼L
Panjang Lapangan =½L

Gambar 4.10 : Penulangan Akhir Balok Pada Kolom

54

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.11 : Sambungan Penulangan Balok

1.5 Jumlah Besi

Menghitung jumlah besi seluruhnya didapatkan dengan melihat gambar detail balok

dan denah balok pada as built drawing.

Gambar 4.12 : Detail Balok

Perhitungannya yaitu dengan cara menghitung jumlah besi disetiap tipe (a,b,c,d,e)

lalu dikalikan dengan jumlah bentang balok yang mempunyai panjang yang sama.

1.6 Panjang Total

Panjang total di dapatkan dari rumus

( ) =

Dimana : p = panjang besi


n = Jumlah besi

55

Universitas Sumatera Utara


1.7 Berat Total

Berat total di dapatkan dari rumus

( )=

1.8 Panjang dan jumlah sengkang

Panjang sengkang didapat dengan rumus

= − 2 × + − 2× 2

Dimana : H = Tinggi beton


B = Lebar beton
S Beton = Selimut beton

Jumlah sengkang didapat dengan rumus

= 2 + 2 × ℎ
1 2

Dimana :
n sengkang = Jumlah sengkang
L = Panjang bentang
1 = Jarak antar sengkang di tumpuan
2 = Jarak antar sengkang di lapangan

2. Kolom

Perhitungan pembesian pada kolom yaitu dengan membuat tabulasi dari tipe

tulangan, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi (m), jumlah besi, Panjang Total

(m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total (Kg).

2.1 Tipe Tulangan

Pada kolom tipe tulangan hanya ada satu yaitu tipe a saja.

56

Universitas Sumatera Utara


2.2 Diameter

Diameter di dapat dari gambar detail kolom, kemudian akan ditabulasikan. Seluruh

gambar detail kolom akan disajikan dalam lampiran.

2.3 Berat besi

Rumus untuk perhitungan berat besi yaitu

= × 2 /4
Dimana :

D = diameter besi
BJ = Berat jenis besi (7850 Kg/m3)
Π = 3.14

Maka dari rumus diatas didapat :

Berat besi D10 = 0.62 Kg/m


Berat besi D16 = 1.58 Kg/m
Berat besi D19 = 2.22 Kg/m

2.4 Panjang besi

Panjang Besi di dapat dengan melihat gambar denah atau potongan yang ada di as
built drawing.

Gambar 4.13 : Prinsip Penulangan Kolom

57

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.14 : Pertemuan Akhir Kolom Pada Balok

2.5 Jumlah besi

Menghitung jumlah besi seluruhnya didapatkan dengan melihat gambar detail balok

dan denah balok pada as built drawing.

Gambar 4.15 :Detail Kolom

Perhitungannya yaitu dengan cara menghitung jumlah besi disetiap tipe (a,) lalu

dikalikan dengan jumlah kolom.

2.6 Panjang Total

Panjang total di dapatkan dari rumus

( ) =

58

Universitas Sumatera Utara


Dimana : p = panjang besi
n = Jumlah besi

2.7 Berat total

Berat total di dapatkan dari rumus

( )=

2.8 Panjang dan jumlah sengkang

Panjang sengkang didapatkan dengan rumus

= − 2 × + ( − 2×

Dimana : H = Tinggi beton


B = Lebar beton
S Beton = Selimut beton
n Besi = jumlah besi pada sengkang

Jumlah sengkang didapatkan dengan rumus


= + ×
1 2
Dimana :
n sengkang = Jumlah sengkang
L = Tinggi kolom
1 = Jarak antar sengkang di tumpuan
2 = Jarak antar sengkang di lapangan
n kolom = Jumlah kolom

3. Plat Lantai

Perhitungan pembesian pada Plat Lantai yaitu dengan membuat tabulasi dari tipe

tulangan, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi (m), jumlah besi, Panjang Total

(m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total (Kg).

59

Universitas Sumatera Utara


3.1 Tipe Tulangan

Tipe tulangan pada plat lantai dibagi atas 3 jenis yaitu

1. Tulangan arah horizontal


2. Tulangan arah vertical
3. Besi Kursi

Gambar 4.16 : Detail Plat

3.2 Diameter

Diameter di dapat dari gambar detail Plat, kemudian akan ditabulasikan. Seluruh

gambar detail Plat akan disajikan dalam lampiran.

3.3 Berat Besi

Rumus untuk perhitungan berat besi yaitu

= × 2 /4

Dimana :

D = diameter besi
BJ = Berat jenis besi (7850 Kg/m3)
Π = 3.14

Maka dari rumus diatas didapat :

Berat besi D10 = 0.62 Kg/m


Berat besi D16 = 1.58 Kg/m
Berat besi D19 = 2.22 Kg/m

60

Universitas Sumatera Utara


3.4 Panjang Besi

Panjang Besi di ukur berdasarkan gambar denah plat lantai.

3.5 Jumlah Besi

Jumlah besi Dihitung dengan rumus

ℎ =

Dimana :

P = Panjang as ke as

Untuk besi kursi jarak antar besi yaitu 1m

3.6 Panjang Total

Panjang total di dapatkan dari rumus


( ) =
Dimana : p = panjang besi
n = Jumlah besi

3.7 Berat Total

Berat total di dapatkan dari rumus

( )=

4. Pile Cap

Perhitungan pembesian pada Pile Cap yaitu dengan membuat tabulasi dari tipe

tulangan, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi (m), jumlah besi, Panjang

Total (m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total (Kg).

4.1 Tipe Tulangan

Pada pile cap terdapat 4 tipe besi yaitu :


1. Serat atas arah x

61

Universitas Sumatera Utara


2. Serat atas arah y
3. Serat bawah arah x
4. Serat bawah arah y

Gambar 4.17 : Detail Pile Cap

4.2 Diameter

Diameter di dapat dari gambar detail Plat, kemudian akan ditabulasikan. Seluruh

gambar detail Plat akan disajikan dalam lampiran

4.3 Berat Besi

Rumus untuk perhitungan berat besi yaitu

= × 2 /4

Dimana :

D = diameter besi
BJ = Berat jenis besi (7850 Kg/m3)
Π = 3.14

Maka dari rumus diatas didapat :

Berat besi D10 = 0.62 Kg/m


Berat besi D16 = 1.58 Kg/m
Berat besi D19 = 2.22 Kg/m

62

Universitas Sumatera Utara


4.4 Panjang Besi

Panjang besi didapatkan dengan rumus

= − × 2 + × 2

Dimana :

P = Panjang pile cap


s beton = selimut beton
P pengait = panjang pengait (besi yang dibengkokkan)

4.5 Jumlah Besi

Jumlah besi didapatkan dengan rumus

− × 2
ℎ = × ℎ

Dimana :
P = Panjang pile cap

4.6 Panjang Total

Panjang total di dapatkan dari rumus


( ) =
Dimana : p = panjang besi
n = Jumlah besi

4.7 Berat Total

Berat total di dapatkan dari rumus

( )=

63

Universitas Sumatera Utara


5. Tangga

Perhitungan pembesian pada Pile Cap yaitu dengan membuat tabulasi dari tipe

tulangan, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi (m), jumlah besi, Panjang

Total (m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total (Kg).

5.1 Tipe Tulangan

Pada tangga tulangan dibagi atas 5 macam yaitu :

1. Tulangan Plat Vertikal


2. Tulangan Plat Horizontal
3. Tulangan Anak Tangga Horizontal
4. Tulangan Anak Tangga Vertikal
5. Tulangan Bordes Horizontal

Gambar 4.18 : Detail Tangga

5.2 Diameter

Diameter di dapat dari gambar detail tangga, kemudian akan ditabulasikan. Seluruh

gambar detail kolom akan disajikan dalam lampiran.

64

Universitas Sumatera Utara


5.3 Berat Besi

Rumus untuk perhitungan berat besi yaitu

= × 2 /4

Dimana :

D = diameter besi
BJ = Berat jenis besi (7850 Kg/m3)
Π = 3.14

Maka dari rumus diatas didapat :

Berat besi D10 = 0.62 Kg/m


Berat besi D16 = 1.58 Kg/m
Berat besi D19 = 2.22 Kg/m

5.4 Panjang Besi

Mencari panjang besi yaitu dengan mengukur besi langsung dari gambar as built

drawing

5.5 Jumlah Besi

Jumlah besi di dapatkan dengan rumus

ℎ =

5.6 Panjang Total

Panjang total di dapatkan dari rumus


( ) =
Dimana : p = panjang besi
n = Jumlah besi

5.7 Berat Total

Berat total di dapatkan dari rumus

( )=

65

Universitas Sumatera Utara


Dari seluruh perhitungan volume di atas, maka di dapatkan :

Tabel 4.4 : Hasil Perhitungan Volume Besi

66

Universitas Sumatera Utara


4.4 Analisa Waste Level

Berdasarkan Hasil Perhitungan volume dari as built drawing dan data logistik yang

telah diberikan, maka waste level yang di dapatkan adalah

Tabel 4.5 : Hasil analisa Waste Level

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa material yang memiliki presentase waste level

terbesar adalah Besi D10 mm dengan volume waste sebesar 3139.95 Kg dan waste

67

Universitas Sumatera Utara


level sebesar 3.69%. Sedangkan material yang memiliki presentase waste level

terkecil adalah besi D19 mm dengan volume waste sebesar 79.07 kg dan waste level

sebesar 0,19%. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa material yang memiliki volume

waste tinggi tidak selalu memiliki waste level yang tinggi juga karena waste level

dipengaruhi bukan hanya oleh volume waste tetapi rasio volume waste dengan

volume yang direncanakan.

4.5 Identifikasi proses yang menghasilkan limbah dengan lean construction

4.5.1. Defect
Pada proyek ini, ada beberapa bangunan yang mengalami perubahan desain

seperti bangunan rekondisi stall dan workshop.

Gambar 4.19 : Denah Tie beam dan plat lantai rekondisi stall shop drawing

68

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.20 : Denah Tie beam dan plat lantai rekondisi stall as built drawing

Gambar 4.21 : Denah Tie beam dan plat lantai workshop shop drawing

69

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.22 : Denah Tie beam dan plat lantai workshop as built drawing

Gambar 4.23 : Denah Tie beam dan plat lantai bagian atas workshop shop drawing

Gmabar 4.24 : Denah Tie beam dan plat lantai bagian atas workshop As built drawing

70

Universitas Sumatera Utara


Dari gambar di atas terlihat ukuran yang berbeda yang disebabkan perubahan

spesifikasi dari owner, ini mengakibatkan defect pada bangunan rekondisi stall

sehingga dibutuhkan rework untuk bangunan ini. Defect pada bangunan ini

mengakibatkan waste material pada besi D10 mm, D16mm, dan D19mm. Waste

yang signifikan terjadi pada Besi D10mm hal ini dikarenakan pemakaian besi

D10mm untuk plat lantai yang mengalami perubahan ukuran.

Untuk membantu menghilangkan defect dan pengerjaan ulang dari rutinitas

di proyek, pastikan Anda memiliki pemahaman penuh dari semua persyaratan kerja

dan kebutuhan owner sebelum memulai tugas. Pekerjaan sederhana, seperti daftar

periksa dan rencana kerja standar, dapat membuat perbedaan besar juga.

4.5.2. Over Production

Berdasarkan wawancara dengan site manager proyek, ada terjadi over

production pada pembesian dan atap. Hal ini terjadi kurangnya optimasi material di

proyek oleh pelaksana tetapi kelebihan material akibat over production ini tidak

terlalu signifikan. Untuk menghilangkan over production dari rutinitas harian

proyek, sebaiknya fokus pada: Memproduksi bahan-bahan Just In Time (JIT)

daripada Just In Case, Menerapkan prosedur untuk setiap proses dan tugas yang

telah selesai, serta menjaga proses mengalir untuk mencegah kemacetan.

4.5.3. Waiting

Waiting terjadi setiap kali pekerjaan harus berhenti untuk beberapa alasan

seperti karena ada yang rusak, sedang menunggu respon, sedang menunggu

kedatangan material, atau sudah kehabisan material. Berdasarkan hasil wawancara

dengan site manager, waiting terjadi dikarenakan lamanya kedatangan material

71

Universitas Sumatera Utara


sehingga pekerja harus lembur yang mengakibatkan bertambahnya cost proyek.

Lamanya kedatangan material ini disebabkan kurangnya transportasi dari pihak

pengirim material dan lamanya proses standarisasi material dari pabrik. Menunggu

tidak selalu bisa dihindari tetapi kita dapat membuat rencana dalam menuggu. Tim

pelaksana proyek harus dapat memahami waktu pemilihan material, pemilihan

produsen material, dan dapat merencakan value added task.

4.5.4. Over Processing

Over processing terjadi karena kita atau orang di sekitar kita meluangkan

waktu untuk melakukan pekerjaan yang tidak perlu atau tidak menambah nilai

kepada pelanggan. Pada proyek ini, over processing tidak terlalu signifikan pada

waste material karena berdasarkan wawancara dengan site manager proyek, tidak

terlalu banyak over processing yang terjadi di proyek.

4.5.5. Motion

Motion yaitu setiap waktu yang dihabiskan bergerak di sekitar, bukannya

melakukan pekerjaan yang menambah value. Kurangnya profesionalitas dari pekerja

dapat mempengaruhi motion. Contoh pada proyek ini yaitu masih ada pekerja yang

tidak tahu melakukan pekerjaannya sehingga pekerja tersebut memperlambat proses

konstruksi. Solusi dari pelaksana yaitu mengganti pekerja tersebut dengan pekerja

yang lebih professional walaupun biaya yang dibutuhkan akan bertambah.

4.5.6. Transportation

Cara yang paling efisien untuk melakukan tugas apapun adalah memiliki

bahan dan alat-alat di mana mereka dibutuhkan. Namun, memiliki terlalu banyak

piranti dapat menciptakan masalah bagi diri kita sendiri. Kita perlu fokus pada

72

Universitas Sumatera Utara


menemukan cara yang lebih baik untuk menyimpan, menangani dan mengelola

bahan untuk mencegah harus memindahkan material beberapa kali.

Gambar 4.25 : Perletakan material dan sisa material proyek

Gambar 4.26 : Perletakan material proyek

Pada gambar di atas dapat kita lihat material dan sisa material masih

berserakan di lapangan pekerjaan. Hal ini dapat menyebabkan lambatnya pemuatan

material yang datang ke proyek dan kerusakan material. Untuk menghindari hal ini,

73

Universitas Sumatera Utara


sebaiknya telah di sediakan tempat yang tidak menghalangi jalanya pekerja untuk

berpindah tempat ataupun mengambil material yang akan dipasang.

4.5.7. Inventory

Perletakan inventory (tempat penyimpanan) yang baik dapat menurangi

waste material dan mempermudah gerak pekerja dalam proses konstruksi. Pada

proyek ini, inventory masih tergolong kurang baik..

Gambar 4.27 : Perletakan Inventory proyek

Gmabar 4.28 : Beberapa material ditempatkan di bangunan yang sudah jadi

74

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan wawancara dengan site manager, telah ditemukan material

yang rusak diakibatkan cuaca, hilangnya beberapa material, terhambatnya

pengambilan material. Kerusakan yang terjadi yaitu seperti berkaratnya besi,

membatunya semen karena ditempatkan langsung ke lantai,. Untuk menghindari hal

ini, sebaiknya pelaksanakan menyediakan tempat khusus untuk inventory yang aman

dari gangguan cuaca, mudah untuk pengambilan material, dan aman dari pencurian.

Berdasarkan dari hasil analisa diatas penyebab waste material yang paling

utama yaitu disebabkan oleh proses defect (cacat produk konstruksi), over

production, dan Inventory. Pada defect, waste material terjadi disebabkan oleh

perubahan spesifikasi bangunan oleh owner yang menyebabkan berubahnya

dimensi dari bangunan yang ada di poryek. Pada over production, waste material

terjadi dikarenakan kurangnya optimasi material di proyek oleh pelaksana.

Sedangkan pada inventory, waste material terjadi karena tempat penyimpanan

material yang masih kurang baik. Inventory yang kurang baik ini menyebabkan

material yang rusak diakibatkan cuaca, hilangnya beberapa material, dan

terhambatnya pengambilan material.

75

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan identifikasi material biaya terbesar dan analisa pareto, material

yang berpotensi menghasilkan waste yang besar yaitu Besi D10 mm, Atap zinc-

aluminium, Besi D19 mm, Besi D16 mm

2. Waste Level terbesar yaitu besi D10 mm sebesar 3.69 %. Sedangkan untuk Atap

zinc-aluminium sebesar 2.06 %, Besi D16 mm 0.9 %, dan Besi D19 mm sebesar

0.19 %.

3. material yang memiliki volume waste tinggi tidak selalu memiliki waste level

yang tinggi juga karena waste level dipengaruhi bukan hanya oleh volume waste

tetapi rasio volume waste dengan volume yang direncanakan.

4. Berdasarkan proses yang menyebabkan waste pada lean construction, waste

material terjadi disebabkan oleh defect (cacat produk konstruksi), Over

production, dan Inventory.

76

Universitas Sumatera Utara


5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk Mengurangi waste pada proyek

pembangunan Showroom auto 2000, beberapa saran yang dapat dilakukan, antara

lain:

1. Perlu lebih mengenal metode lean construction untuk mengurangi waste.

Baik waste material maupun waste of time.

2. Perlu memperbaiki komunikasi antara owner, perencana pelaksana dan

orang – orang yang terlibat dalam proyek.

3. Harus lebih memperhatikan kebutuhan material just in time daripada just in

case.

77

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Ariani, D. W. (2005). Pengendalian Kualitas Statistik Pendekatan Kuantitatif

dalam Manajemen Kualitas. Penerbit ANDI, Yogyakarta.Ervianto, Wulfram I.

2002. Manajemen Proyek Konstruksi, Edisi Pertama, Salemba Empat,

Yogyakarta.

Nasution, M. N. (2005). Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).

Ghalia Indonesia, Bogor.

Soeharto, iman (1999), Manajemen Proyek, Edisi Kedua, Jilid 1 dan Jilid 2

Womack and Jones. (1996). Lean Thinking : banish waste and create wealth in

your corporation. Michigan: Simon & Schuster.

Samadhi, T.M.A.A. (2005). Lean Production: Konsep dan Praktek, Departemen

Teknik Sipil ITB, Bandung.

Bossink, B. A. G, dan H. J. H. Brouwers. (1996). Construction Waste :

Quantification And Source Evaluation.

Gavilan, R. M., and Bernold, L. E. (1994). Source evaluation of solid waste in

Building construction. Journal of Construction Engineering and Management,

September 1994. pp.536 – 552.

Ismail. (2010). Penyebab Waste Material Pada Saat Pelaksanaan Pembangunan

Konstruksi Bangunan Gedung.

Universitas Sumatera Utara


Intan, S., et al. (2005). “Analisis dan Evaluasi Sisa Material Konstruksi : Sumber

Penyebab, Kuantitas, dan Biaya”.Civil Engineering Dimension, Vol .7, No.1, pp

36-45

Munje. (2014). Comparative Study of Last Planner System Over Traditional

Construction Processes. Rajarambapu Institute of Technology.

Rahmawati, Hayati. (2002). Analisa Sisa Material Konstruksi dan

Penanganannya Pada Proyek Gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negri

Surabaya. Jurnal Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh November.

Manurung, Vanbori. (2012). Analisis aplikasi Lean Construction Untuk

Mengurangi Limbah Material Pada Proyek Konstruksi Jembatan. Depok :

Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Abduh, M., Syahrani, S., dan Roza, H.A., “Agenda Penelitian Konstruksi

Ramping” Prosiding 25 tahun Pendidikan Manajemen dan Rekayasa Konstruksi

di Indonesia, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, 2005.

Abduh, M., dan Roza, H.A. “Indonesian Contractors’ Readiness towards Lean

Construction” Proceedings of the 14th Annual Conference of International Group

for Lean Construction, Santiago, Chile, 2006a.

Abduh, M., dan Roza, H.A. “Toward Lean Construction: An Agenda for

Indonesian Contractors” Proceedings the 10th EASEC, Bangkok, Thailand, 2006.

Alwi, S., Hampson, K., Mohamed, S. (2002). “Non Value-Adding Activities: A

Comparative Study of Indonesian and Australian Construction Projects.”

Proceedings of the 10th annual conference of the IGLC, Gramado, Brazil.

Universitas Sumatera Utara


Ballard, H.G. (2000). “The Last Planner System of Production Control”. 29

Agustus 2016. www.leanconstruction.dk/media/15590/ballard2000dissertation.pdf

Heinemeirer, Dan. “Learning to See Waste”. 27 Agustus 2016.

http://www.leanconstruction.org/learning-laboratory/learning-to-see-waste.

Haggard,R. (2005).”Project Team: Lean Priciples in Construction”. 30

Agustus 2016.

www.constructioninstitute.org/scriptcontent/ac2004slides/tweedie.ppt.

Koskela, L. (2004). “Moving on Beyond Lean Thinking”. 29 Agustus 2016. Lean

Construction Journal, vol 1.pp 24 – 37, www.leanconstructionjournal.org.

Lee, S.H., Diekmann, J.E., Songer, A.D, and Brown, H. (1999). “Identifying

Waste: Aplication of Construction Process Analysis”.30 Agustus 2016.

www.ce.berkeley.edu/~tommelein/IGLC7/PDF/Lee&Diekmann&Songer&B

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai