TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat
dalam menempuh Colloqium Doctum / Ujian Sarjana Teknik Sipil
Dikerjakan oleh:
RAEDIAN AULIA ADLIN
10 0404 068
Pembimbing
Penguji I Penguji II
Mengesahkan:
Ketua Departemen Teknik Sipil
ABSTRAK
Material adalah salah satu komponen dari biaya yang memegang peranan
penting dalam menunjang keberhasilan suatu proyek. Adanya waste sangat
dihindari agar tidak menimbulkan kerugian Untuk itu perlu = dilakukan
identifikasi material dan penyebab terjadinya waste dengan metode lean
construction. Dimana pada lean construction, kita dapat melihat proses apa saja
yang berpotensi menyebabkan waste material. Pada proyek pembangunan
Showroom Auto 2000 Binjai, Banyak ditemukan masalah dalam proses konstruksi
seperti, perubahan gambar proyek, perubahan spesifikasi, tempat penyimpanan
yang kurang baik, dan masalah teknis dilapangan lainnya yang menyebabkan
waste material. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengevaluasi jenis waste
material yang dihasilkan dalam proyek konstruksi, untuk mengidentifikasi proses
yang menghasilkan limbah (sumber limbah) pada proyek konstruksi dengan
menggunakan metode lean construction, dan Untuk mengetahui waste level
tertinggi dan terendah yang ada di proyek. Dari hasil identifikasi material yang
berbiaya besar dan berpotensi menimbulkan waste dan analisa pareto didapat 4
material yang berpotensi menimbulkan waste yang besar yaitu : Besi D10mm,
atap zinc aluminium, , Besi D19mm, Besi D16mm. Dari hasil analisa waste level,
didapat persentase limbah dari yang terbesar sampai yang terkecil yaitu : Besi
D10mm sebesar = 3.69%, Atap Zinc Aluminium sebesar = 2.06%, Besi D16mm
sebesar = 0.90%, dan Besi D19mm sebesar = 0.19%. Dari identifikasi proses yang
menghasilkan limbah dengan lean construction, didapatkan defect (cacat produk
konstruksi), over production, dan Inventory merupakan penyebab dari waste
material di proyek pembanguna Showroom Auto 2000. Pada defect, waste
material terjadi disebabkan oleh perubahan spesifikasi bangunan oleh owner yang
menyebabkan berubahnya dimensi dari bangunan yang ada di poryek. Pada over
production, waste material terjadi dikarenakan kurangnya optimasi material di
proyek oleh pelaksana. Sedangkan pada inventory, waste material terjadi karena
tempat penyimpanan material yang masih kurang baik. Inventory yang kurang baik
ini menyebabkan material yang rusak diakibatkan cuaca, hilangnya beberapa
material, dan terhambatnya pengambilan material.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberi
Akhir ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi pada Program Studi Strata Satu (SI) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena
1. Kepada keluarga besar saya, Ayah saya Adlin SE dan Ibunda saya
Nazmah Zaini Nasution yang selalu mengirimkan do’a, serta telah bekerja
saya Meidina Zulfa Hanie dan Raeny Putri Nazmira yang telah
2. Bapak Ir. Andy Putra Rambe MBA dan Ibu Nursyamsi S.T, M.T. selaku
3. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik
5. Abangda Indra Jaya S.T. , M.T. dan Kakanda Rezky Ariessa Dewi S.T. ,
M.T. selaku Dosen Pembanding, atas saran dan masukan yang diberikan
Wafi, Ferri, dan adik – adik angkatan 2013 Hendra, Mahadi, Nadya yang
akhir ini
kepada penulis.
11. Dan segenap pihak yang belum penulis sebut disini atas jasa-jasanya
penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
Medan, 2016
Penulis
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
3.1.2 Wawancara....................................................................................... 39
3.1.3 Observasi.......................................................................................... 42
Waste................................................................................................ 33
Construction ..................................................................................... 44
vi
Waste......................................................................................................... 47
................................................................................................................. 68
5.2 Saran.......................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
Gambar 2.2 Pebedaan Waste Pada Industri Manufaktur dan Konstruksi ............. 17
viii
Gambar 4.19 Denah Tie beam dan plat lantai rekondisi stall shop drawing ......... 75
Gambar 4.20 Denah Tie beam dan plat lantai rekondisi stall as built drawing .... 76
Gambar 4.21 Denah Tie beam dan plat lantai workshop shop drawing ............... 76
Gambar 4.22 Denah Tie beam dan plat lantai workshop as built drawing ........... 77
Gambar 4.23 Denah Tie beam dan plat lantai bagian atas workshop
Gambar 4.24 Denah Tie beam dan plat lantai bagian atas workshop As built
Drawing............................................................................................ 77
Gambar 4.28 Beberapa material ditempatkan di bangunan yang sudah jadi ........ 81
ix
PENDAHULUAN
berinteraksi satu sama lain hingga semua pekerjaan yang di jadwalkan selesai.
penggunaan tenaga kerja, material, dan peralatan yang di sediakan. Untuk itu, perlu
sumber daya tetapi tidak menghasilkan nilai yang diharapkan (value) (Muhammad
Abduh, 2007).
sumber daya yang dipakai selama proses konstruksi, namun tidak menambah nilai
dari fungsi sumber daya yang dipakai. Berdasarkan data yang disampaikan oleh
Lean Construction Institute (LCI), waste pada industri konstruksi sekitar 57% dan
kegiatan yang memberikan nilai tambah hanya sebesar 10% (Abduh, 2007).
jaringan jasa penjualan, perawatan, perbaikan dan penyediaan suku cadang Toyota
yang berdiri sejak tahun 1975 dengan nama Astra Motor Sales, dan baru pada tahun
1989 berubah nama menjadi AUTO2000 dengan manajemen yang sudah ditangani
spesifikasi, tempat penyimpanan yang kurang baik, dan masalah teknis dilapangan
lainnya yang menyebabkan waste material. Masalah seperti ini, dapat berdampak
pada kerugian biaya proyek melebihi dari yang direncanakan. Disini, peneliti akan
lean construction. Masalah utama yang akan diteliti adalah pada waste material
biaya proyek jika tidak segera diantisipasi. Waste pada proyek terjadi diakibatkan
oleh berbagai faktor, seperti buruknya manajemen yang diterapkan oleh kontraktor
yang bertanggung jawab terhadap proyek tersebut, faktor alam dan lingkungan,
faktor kesalahan estimasi, faktor pekerja dan faktor – faktor lainnya. Jenis faktor
konstruksi agar tidak terjadi waste karena masalah – masalah yang telah dijelaskan
diproyek. Sehingga dapat mengurangi biaya yang diakibatkan oleh waste dan dapat
menjalin hubungan yang lebih baik antar individu yang terlibat di proyek.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti membuat rumusan masalah yang
ada. Adapun rumusan masalah yang penulis ambil adalah sebagai berikut:
2. Jenis-jenis limbah material apa saja yang ada pada proyek pembangunan
Auto 2000?
1.3 Tujuan
konstruksi.
3. Untuk mengetahui waste level tertinggi dan terendah yang ada di proyek
konstruksi.
2. Waste level yang akan diteliti adalah 4 material dengan biaya terbesar.
maupun praktis
kan nilai produk dan mengurangi limbah (waste) dalam proyek konstruksi
Penulisan ini disusun dalam 5 (lima) bab dengan sistematika penulisan sebagai
berikut :
Bab I Pendahuluan
ada, pembatasan masalah, tujan penelitian yang ingin dicapai, serta sistematika
pembahasannya
dan penjelasan tentang mitigasi jika terjadi waste serta metode-metode yang akan
Berisi tentang analisa data terhadap variabel-variabel yang diperoleh dari proyek
Berisikan tentang penutup dari penelitian, yang terdiri dari kesimpulan berdasarkan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendahuluan
2.1.1. Proyek
kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi
sumber dana yang tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang
bahwa proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan
dan umumnya berjangka pendek, dimana dalam rangkaian tersebut ada suatu
proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang
berupa bangunan. Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang defenisi proyek,
yaitu:
Iman Soeharto (1999) menyatakan bahwa ciri pokok sebuah proyek adalah sebagai
berikut:
- Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik
b. Karakteristik Proyek
yang sama persis (tidak ada proyek yang identik, yang ada adalah proyek
sejenis), proyek bersifat sementara, dan selalu terlibat grup pekerja yang
berbeda-beda.
proyek dari awal hingga akhir proyek agar tujuan proyek tercapai dengan baik,
tepat waktu, sesuai mutu yang disyaratkan dan sesuai biaya yang disediakan.
Ada tiga tahap yang harus dilakukan dalam manajemen proyek yaitu:
budget, jika perlu merevisi, ubah rencana, menggeser atau mengelola ulang
sehingga tepat waktu dan biaya. Untuk mengerjakan proyek, cara yang
efektif untuk menugaskan tenaga kerja dan sumber daya secara fisik adalah
Seperti halnya proyek pada umumnya, manajemen proyek pun memiliki kriteria
- Ketepatan waktu
- Ketepatan biaya
semakin besar kendala yang akan timbul. Kendala eksternal dan internal yang
1. Ketidakstabilan ekonomi
3. Peningkatan kompleksitas
5. Perubahan teknologi
6. Kekhawatiran masyarakat
7. Konsumerisme
8. Ekologi
9. Kualitas pekerjaan
target perencanaan yang tertunda tetapi juga bisa berupa kerugian. Oleh karena itu
harus ada pengaturan sumber daya yang benar dalam manajemen proyek melalui
terdiri dari, uang, tenaga kerja, peralatan, fasilitas, material, dan informasi
teknologi.
2.1.3. Penjadwalan
kegiatan-kegiatan tersebut.
sistematis untuk mencapai satu sasaran. Pendekatan yang dipakai jadwal adalah
pekerjaan proyek. Pekerjaan mana yang harus didahulukan dari pekerjaan yang lain
Waktu merupakan suatu jalur kritis (critical path) dimana jangka waktu
untuk setiap aktivitas atau pekerjaan di dalam urutan kerja tidak bisa dikurangi
atau menyudahi suatu aktivitas atau tugas yang telah ditetapkan. Waktu
proyek tersebut.
2. Waktu pelaksanaan proyek adalah suatu jangka waktu sebagai hasil suatu
pengujian satu atau lebih metoda menyelesaikan pekerjaan atas dasar biaya
10
proyek konstruksi yang sering dijadikan sebagai sasaran proyek adalah sebagai
berikut :
a. Anggaran
harus efisien. Proyek dikatakan berhasil jika proyek diselesaikan dengan biaya
yang tidak melebihi anggaran baik anggaran proyek yang dibayar secara langsung
ataupun secara periode (biasanya pada proyek dengan dana yang besar dan jangka
11
proyek harus efektif. Proyek dikatakan berhasil jika tidak melebihi waktu
c. Mutu
Kinerja harus memenuhi kriteria dan spesifikasi yang telah ditetapkan, sehingga
keinginan owner.
diambil dari konsep lean production pada sistem manufaktur dari konsep Toyota
lean production cukup berhasil, terbukti dengan telah diterima dan diterapkan
secara luas. Konsep ini terus dicoba untuk diterapkan pada sektor-sektor lainnya
dengan harga pasar. Perbedaan yang ada adalah fokus utama dari lean production
12
kebutuhan pelanggan.
pencapaian peningkatan dari banyak proyek dan setiap tahapan proyek. Lean
dapat secara dramatis mengubah biaya dan jadwal (Forbes, et.al., 2005). Kondisi
industri saat ini yang merupakan sasaran utama dalam melakukan peningkatan
terutama dalam bidang industri konstruksi melalui pemikiran lean thinking yang
13
didefinisikan sebagai suatu proses yang berlangsung terus menerus dari proses
adalah:
c. Clearly identify the process that delivers what the customer value (the value
stream) and eliminate all non value adding steps (mengidentifikasi proses yang
d. Make the remaining value adding steps flow without interruption by managing
14
quickly (membuat produk saat dibutuhkan, dan pada saat itu produk dibuat dengan
cepat).
Menurut Koskela (2004), arti value dalam prinsip lean construction dapat
5. Pursue perfection
15
akhir.
perpindahan nilai yang terdefinisi dari suatu kegiatan ke kegiatan yang lain, mulai
informasi, dan kepada kegiatan transformasi dari material mentah hingga produk
akhir.
3. Flow. Perpindahan nilai tersebut harus dilakukan secara mengalir, tidak ada
hambatan.
4. Pull. Untuk menghindari produk yang tidak terpakai, dan mengurangi waste,
(tools) yang dibutuhkan untuk menciptakan rangkaian value dan flow yang baik
dengan alat Work Structuring dan Production Control. Beberapa alat lain yang
dibutuh kan dalam lean contruction merupakan alat manajemen yang ada sudah
sejak lama di dunia manufaktur dan telah berhasil diterapkan, seperti supply chain
just in time dan lain – lain. Selanjutnya akan dijelaskan secara singkat beberapa
alat tersebut, yaitu work structuring, supply chain management dan last planner
system.
16
struktur supply chain, pengalokasian sumber daya dan usaha perancangan untuk
pelaksanaan. Tujuan dari WS ini adalah untuk membuat aliran kegiatan yang lebih
andal dan cepat tanpa mengurangi value kepada customer. Dalam perancangan
proses tersebut, variasi produktivitas antar pekerjaan dan juga interaksi antar
WS ini merupakan hal yang biasanya tidak banyak dilakukan pada saat
hanya melakukan perancangan produk (product design) saja yang harus sesuai
konstruksi yang terpecah belah menjadi banyak pihak yang terlibat pada seluruh
daur hidup proyek konstruksi. Waste banyak terjadi karena hasil rancangan tidak
perancang untuk rancangan yang dibuatnya. Tetapi hal ini terkadang masih belum
memadai, karena tidak dibarengi dengan antisipasi hal-hal penting lainnya seperti
17
ramping hal tersebut menjadi kunci untuk mengurangi variasi dan tentunya
material dengan aliran informasi di antara seluruh pihak yang terlibat dalam
proyek konstruksi. Kondisi konstruksi ramping dalam SCM dicapai bila setiap
stakeholder telah memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan proyek. Pada
kondisi ini terlihat bahwa waste yang berhubungan dengan aliran material dan
terlibat dalam mensuplai sumberdaya mulai dari hulu hingga hilir rantai kegiatan.
daya yang tidak berguna (waste) dan terjadi flow antara kegiatan yang
memerlukan sumber daya tersebut. Sehingga SCM akan sangat erat kaitannya
dengan sistem outsourcing dan procurement serta hubungan antar pihak yang
terkait.
Pada intinya, SCM harus dilaksanakan untuk menjamin value yang sudah
18
kesamaan tujuan dalam penciptaan rangkaian value dan terjadi aliran yang
pihak-pihak yang berada di luar kendali, yang tidak ada ikatan kerja sama,
memang berat untuk dikelola, tetapi seharusnya lewat pihak yang ada ikatan kerja
sama, pesan kebutuhan pemenuhan prinsip lean harus dapat dilakukan, misalnya
kerjasama jangka panjang dengan supplier (seperti material beton ready-mix dan
yang dipasok logistiknya tersebut dilakukan oleh sub- kontraktor. Dengan semakin
dapat dikendalikannya pihak-pihak yang terlibat dalam supply chain proyek maka
work structuring yang dibuat dapat lebih andal untuk dilaksanakan dan pencapaian
yang terjadi bukan karena kinerja pelaksanaan yang buruk, tetapi lebih kepada
19
telah direncanakan sebelum dieksekusi oleh personil yang paling kompeten akan
tersebut selanjutnya sebagai the last planner. Dengan adanya sistem ini, akan
terdapat penilaian kondisi lapangan yang ada baik sumber daya maupun lokasi
yang akan memberikan input untuk evaluasi perencanaan yang sudah ada
yang akan dilaksanakan di lapangan. Dengan adanya sistem the Last Planner,
maka prinsip push (di mana pekerja lapangan harus melaksanakan apa yang
direncanakan) yang biasa dilakukan akan digantikan dengan sistem pull sesuai
mengukur sejauh mana aliran pekerjaan dapat tercapai dengan baik, yaitu Percent
Planned Completed (PPC). PPC merupakan ukuran sejauh mana flow yang
direncanakan dapat berjalan. Sistem the Last Planner akan berhasil jika PPCnya
bulanan (look ahead plan), dan jadwal utama (master schedule) menjadi
20
1. Master Plan
2. Phase Planning
Membagi rencana induk ke dalam berbagai tahapan rencana kerja rinci dan
menyediakan tujuan yang dapat dianggap target oleh tim proyek. Phase Planning
Memprediksi apa yang akan terjadi pada beberapa waktu di masa yang akan
Merupakan rencana yang diambil dari tugas kontraktor untuk hari atau minggu
kualitas, sumber daya, metode konstruksi, dan masalah yang terjadi di lapangan.
dan belajar dari penghentian. PPC adalah menentukan persentase janji yang dibuat
yang disampaikan pada waktu. PPC dapat dihitung sebagai jumlah kegiatan yang
21
3. Mengurangi biaya.
5. Peningkatan produktivitas.
6. Menjalin kerja sama yang lebih dekat dengan personil lapangan dan sub
kontraktor.
22
kepada hierarki lingkup konstruksi, hal ini terjadi pada tingkatan operasi, proses,
dan tugas.
tergambarkan pada Gambar dibawah. Dalam hal ini, pekerja akan menunggu
pelaksanaan tugas, yang sangat spesifik untuk setiap pekerja, sejalan dengan
keberadaan produk setengah jadi yang datang kepadanya melalui sistem ban
23
pada gambar dibawah. Dalam hal ini, suatu tim kerja atau pekerja akan datang ke
lokasi di mana pelaksanaan tugas akan dilakukan. Satu tim kerja dengan tugas
spesifik tersebut akan meninggalkan produk setengah jadi hasil tugasnya untuk
selanjutnya menjadi lokasi pelaksanaan tugas tim kerja selanjutnya. Setiap tim
kepada produk akhir. Proses produksi seperti ini yang kemudian disebut sebagai
’Parade of Trades’.
Dalam parade ini, terlihat bahwa suatu tim kerja akan menyediakan tempat
kerja kepada tim kerja selanjutnya. Jika tempat kerja ini tidak ada, karena pekerja
maka suatu tim kerja jelas tidak akan dapat menjalankan tugasnya. Hal ini
merupakan idle atau kegiatan menunggu, yang tidak lain merupakan bagian dari
waste.
24
beton pada suatu lantai, maka akan dapat dihitung seberapa banyak idle untuk
setiap tim kerja. Dalam hal ini, keseragaman dan variasi kecepatan bekerja atau
produktivitas tim kerja menjadi permasalahan. Tentunya waste akan menjadi lebih
besar jika produk hasil pekerja tersebut tidak dapat diterima (kualitas buruk), yang
berarti secara fisik merupakan waste, yang ditolak dan dibuang, serta
proyek
desain
25
anggaran proyeksi
26
27
2.4 Waste
sebagai material yang sudah tidak digunakan yang dihasilkan dari proses konstruksi,
yang tidak perlu, jarak jauh, pilihan atau manajemen yang tidak tepat dari
pembeli, konflik antar kontraktor lain, tidak efektifnya rantai persediaan (supply
chains).
untuk memenuhi permintaan unik dari seorang klien adalah pemborosan, waktu
menunggu dan persediaan yang menganggur (Howell, 1999). Contoh waste dalam
28
29
waktu, sumber daya atau uang untuk memperbaiki, kita melihat limbah
cacat (defect) dan pekerjaan ulang. Jenis waste ini dapat mencakup
atau selesai, atau ketika itu diproduksi terlalu cepat dan kemudian harus
beberapa alasan, entah itu karena ada yang rusak, Anda sedang
30
tambahan bisa apa saja dari gambaran yang tidak akan terlihat setelah
salah satu sudah cukup untuk memproduksi salinan kedua keras dan
laporan elektronik.
• Motion : waste ini berlaku untuk setiap waktu yang dihabiskan bergerak
tambah. Hal ini dapat mencakup berjalan di seluruh daerah proyek untuk
diri kita sendiri dan pelanggan kami, yang bisa berpikir kita memiliki
terlalu banyak materi di lantai. Kita perlu fokus pada menemukan cara
31
masing material yang sudah ditentukan melalui analisa Pareto. Waste level ini
Dimana :
Volume Waste = volume material terpakai – volume material terpasang
Volume Kebutuhan material = Vol. Kebutuhan material yang ditinjau
Analisa Pareto adalah suatu metode statistika yang biasa digunakan dalam
ilmu manajemen untuk mencari apa saja kategori kategori utama yang mempunyai
dampak paling signifikan terhadap suatu kejadian atau masalah. Analisa pareto
dilakukan dengan cara mengukur besar dampak dari setiap kategori terhadap suatu
masalah, sehingga dapat diketahui kategori mana yang mempunyai dampak paling
32
Vilfredo Pareto pada abad ke 19. Analisa ini digunakan untuk membandingkan
berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling
besar ke yang paling kecil. Susunan tersebut akan membantu kita untuk
utama dari masalah yang dihadapi. Menurut Mitra (Ariani, 2005:19), diagram
berdasarkan satuan yang sama, yang akan menunjukkan kontribusi tiap kategori
33
4. Merangkum data dan membuat ranking kategori data tersebut dari yang terbesar
prioritas.
dapat menimbulkan sisa material yang cukup tinggi .Beberapa penelitian di Brazil
menunjukan sisa material konstruksi dapat mencapai 20-30% berat dari material d
34
bagian dari struktur fisik bangunan. Misalnya : semen, pasir, kerikil, batu bata,
dan bukan merupakan bagian fisik dari bangunan setelah bangunan selesai,
35
adalah dari dua pelaksanaan studi kasus di pabrik precast diketahui bahwa dengan
pergantian tahunan dengan 20 % dalam 18 bulan dengan orang yang sama. Kunci
36
(www.constructionexcellence.org.uk, 2005).
Salah satu kasus di USA pada tahun 1998 menunjukkan kemajuan yang
luar biasa dalam menerapkan Lean Construction (Garnett, et.al., 1998 dalam
37
METODOLOGI PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah yang ingin dicapai maka dibutuhkan data primer
yaitu data yang didapat dilapangan dan data sekunder sebagai data pendukung yang
Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengisian daftar pertanyaan
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari instansi terkait yang
Dalam penelitian ini data sekunder berupa data pendukung yang dijadikan
input dan referensi dalam melakukan analisis Lean Construction. Data sekunder
terdiri dari RAB, Time Schedule, struktur organisasi dan gambar kerja, As Built
38
lapora kegiatan, foto-foto serta referensi lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
3.1.2. Wawancara
antara lain:
sebelumnya.
Dalam wawancara selalu ada dua pihak dengan kedudukan berbeda. satu sebagai
Artinya, pertanyaan yang diajukan bersifat umum dan diarahkan sendiri oleh
pewawancara.
39
3. Sebagai kriterium
tujuan penelitian seperti pemimpin proyek, manajer lapangan atau praktisi yang
penelitian ini.
adalah
40
proyek?
Overproduction (kelebihan
Over production
material) pada lingkungan
proyek?
pelaksanaan konstruksi?
Inventory
41
tempat penyimpanan
material?
3.1.3. Observasi
objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Observasi
material apa saja yang dipakai pada proyek dan untuk mengetahui dimana material
akan digunakan. Pada analisa ini, peneliti mengumpulkan data material proyek
berbiaya besat, sehingga akan didapat jenis – jenis material yang dominan
mempengaruhi biaya total. Jenis – jenis material tersebut akan dijadikan sebagai
objek untuk wawancara dan analisa Waste Level. Tahap awal dari analisa pareto
42
terbesar ke bobot terkecil. Lalu hitung bobot kumulatif tiap jenis pekerjaan yang
sudah diurutkan tersebut. Sehingga didapat jenis jenis pekerjaan yang berada
yang telah terpasang setelah proses konstruksi telah selesai. Hasil dari perhitungan
volume ini akan digunakan untuk menghitung waste level. Volume terpasang akan
material yang sudah diperoleh dari hasil indentifikasi material. Pada analisa ini,
kita dapat mengetahui material yang berpotensi menimbulkan waste. Waste Level
43
limbah (waste) yang akan di teliti adalah limbah konstruksi dengan lean
1. Defects
2. Overproduction
3. Waiting
4. Over Processing
5. Motion
6. Transportation
7. Inventory
44
Mulai
Pengumpulan Data
Pengolahan data
- Identifikasi Material yang Berbiaya Besar dan Berpotensi Menimbulkan Waste
- Analisa Pareto
- Menghitung Volume Material Terpasang
- Analisa Waste Level
- Identifikasi proses yang menghasilkan limbah dengan lean construction
Selesai
45
Data – data di dapat berdasarkan identifikasi harga dan volume yang terdapat
pada Bill Of Quantity dan shop drawing proyek. Data yang telah di identifikasi
pareto.
46
akan dihitung dengan analisa pareto. Tahap awal dari analisa pareto adalah mencari
tersebut adalah :
Setelah kumulatif persen biaya didapat maka bisa dibuat grafik analisa yang
dikombinasikan dengan grafik pareto yang akan menghasilkan grafik analisa pareto.
47
Dari analisa pareto material yang akan dipilih adalah empat item pekerjaan
yang memiliki nilai tertinggi dalam analisa trading consumable material. Empat
material tersebut adalah Besi D10mm, atap zinc aluminium, , Besi D19mm, Besi
D16mm.
pada as built drawing. Material yang akan dihitung yaitu 4 material yang telah
didapatkan berdasarkan analisa pareto yaitu : atap zinc aluminium, Besi D10mm,
terdapat pada denah atap as build drawing. Menghitung luas atap yaitu dengan
48
perintah (command) dari autocad yaitu area. Setelah di ketik lalu setiap titik area
atap di pilih sampai kembali ke titik pertama dimulai. Lokasi yang akan dihitung
adalah
1. Atap parkir
49
3. Atap Showroom
50
Dari semua lokasi yang telah di ukur maka di dapat volume atap sebagai berikut :
51
Volume besi yang akan di hitung adalah Besi D10mm, Besi D16mm, Besi
D19mm. Berdasarkan Bill Of Quantity dan As Built Drawing pekerjaan yang telah
terpasang besi tersebut adalah Washing Stall, Rekondisi Stall, Showroom, Workshop,
pos jaga, dan Parkir motor. Tujuan dari pembesian ini adalah untuk medapatkan
berat total besi yang terpasang dalam satuan Kilogram (Kg). Seluruh gambar dan
tabulasi perhitungan detail balok, tie beam, kolom, pile cap, plat lantai, pembesiap
tangga akan disajikan dalam lampiran. Pembesian dipasang pada bagian – bagian
berikut :
Perhitungan pembesian pada balok dan tie beam yaitu dengan membuat
tabulasi dari tipe tulangan, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi dari as ke as
(m), jumlah besi, Panjang Total (m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total
(Kg).
52
Dimana
1.2 Diameter
Diameter di dapat dari gambar detail balok, kemudian akan ditabulasikan. Seluruh
gambar detail balok dan tie beam akan disajikan dalam lampiran.
= × 2 /4
Dimana :
D = diameter besi
BJ = Berat jenis besi (7850 Kg/m3)
Π = 3.14
53
Panjang besi didapat dari gambar denah balok as built drawing. Perhitungannya
adalah
Gambar
Panjang Bentang as ke as =L
Panjang Tumpuan =¼L
Panjang Lapangan =½L
54
Menghitung jumlah besi seluruhnya didapatkan dengan melihat gambar detail balok
Perhitungannya yaitu dengan cara menghitung jumlah besi disetiap tipe (a,b,c,d,e)
lalu dikalikan dengan jumlah bentang balok yang mempunyai panjang yang sama.
( ) =
55
( )=
= − 2 × + − 2× 2
= 2 + 2 × ℎ
1 2
Dimana :
n sengkang = Jumlah sengkang
L = Panjang bentang
1 = Jarak antar sengkang di tumpuan
2 = Jarak antar sengkang di lapangan
2. Kolom
Perhitungan pembesian pada kolom yaitu dengan membuat tabulasi dari tipe
tulangan, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi (m), jumlah besi, Panjang Total
Pada kolom tipe tulangan hanya ada satu yaitu tipe a saja.
56
Diameter di dapat dari gambar detail kolom, kemudian akan ditabulasikan. Seluruh
= × 2 /4
Dimana :
D = diameter besi
BJ = Berat jenis besi (7850 Kg/m3)
Π = 3.14
Panjang Besi di dapat dengan melihat gambar denah atau potongan yang ada di as
built drawing.
57
Menghitung jumlah besi seluruhnya didapatkan dengan melihat gambar detail balok
Perhitungannya yaitu dengan cara menghitung jumlah besi disetiap tipe (a,) lalu
( ) =
58
( )=
= − 2 × + ( − 2×
−
= + ×
1 2
Dimana :
n sengkang = Jumlah sengkang
L = Tinggi kolom
1 = Jarak antar sengkang di tumpuan
2 = Jarak antar sengkang di lapangan
n kolom = Jumlah kolom
3. Plat Lantai
Perhitungan pembesian pada Plat Lantai yaitu dengan membuat tabulasi dari tipe
tulangan, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi (m), jumlah besi, Panjang Total
59
3.2 Diameter
Diameter di dapat dari gambar detail Plat, kemudian akan ditabulasikan. Seluruh
= × 2 /4
Dimana :
D = diameter besi
BJ = Berat jenis besi (7850 Kg/m3)
Π = 3.14
60
ℎ =
Dimana :
P = Panjang as ke as
( )=
4. Pile Cap
Perhitungan pembesian pada Pile Cap yaitu dengan membuat tabulasi dari tipe
tulangan, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi (m), jumlah besi, Panjang
61
4.2 Diameter
Diameter di dapat dari gambar detail Plat, kemudian akan ditabulasikan. Seluruh
= × 2 /4
Dimana :
D = diameter besi
BJ = Berat jenis besi (7850 Kg/m3)
Π = 3.14
62
= − × 2 + × 2
Dimana :
− × 2
ℎ = × ℎ
Dimana :
P = Panjang pile cap
( )=
63
Perhitungan pembesian pada Pile Cap yaitu dengan membuat tabulasi dari tipe
tulangan, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi (m), jumlah besi, Panjang
5.2 Diameter
Diameter di dapat dari gambar detail tangga, kemudian akan ditabulasikan. Seluruh
64
= × 2 /4
Dimana :
D = diameter besi
BJ = Berat jenis besi (7850 Kg/m3)
Π = 3.14
Mencari panjang besi yaitu dengan mengukur besi langsung dari gambar as built
drawing
ℎ =
( )=
65
66
Berdasarkan Hasil Perhitungan volume dari as built drawing dan data logistik yang
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa material yang memiliki presentase waste level
terbesar adalah Besi D10 mm dengan volume waste sebesar 3139.95 Kg dan waste
67
terkecil adalah besi D19 mm dengan volume waste sebesar 79.07 kg dan waste level
sebesar 0,19%. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa material yang memiliki volume
waste tinggi tidak selalu memiliki waste level yang tinggi juga karena waste level
dipengaruhi bukan hanya oleh volume waste tetapi rasio volume waste dengan
4.5.1. Defect
Pada proyek ini, ada beberapa bangunan yang mengalami perubahan desain
Gambar 4.19 : Denah Tie beam dan plat lantai rekondisi stall shop drawing
68
Gambar 4.21 : Denah Tie beam dan plat lantai workshop shop drawing
69
Gambar 4.23 : Denah Tie beam dan plat lantai bagian atas workshop shop drawing
Gmabar 4.24 : Denah Tie beam dan plat lantai bagian atas workshop As built drawing
70
spesifikasi dari owner, ini mengakibatkan defect pada bangunan rekondisi stall
sehingga dibutuhkan rework untuk bangunan ini. Defect pada bangunan ini
mengakibatkan waste material pada besi D10 mm, D16mm, dan D19mm. Waste
yang signifikan terjadi pada Besi D10mm hal ini dikarenakan pemakaian besi
di proyek, pastikan Anda memiliki pemahaman penuh dari semua persyaratan kerja
dan kebutuhan owner sebelum memulai tugas. Pekerjaan sederhana, seperti daftar
periksa dan rencana kerja standar, dapat membuat perbedaan besar juga.
production pada pembesian dan atap. Hal ini terjadi kurangnya optimasi material di
proyek oleh pelaksana tetapi kelebihan material akibat over production ini tidak
daripada Just In Case, Menerapkan prosedur untuk setiap proses dan tugas yang
4.5.3. Waiting
Waiting terjadi setiap kali pekerjaan harus berhenti untuk beberapa alasan
seperti karena ada yang rusak, sedang menunggu respon, sedang menunggu
71
pengirim material dan lamanya proses standarisasi material dari pabrik. Menunggu
tidak selalu bisa dihindari tetapi kita dapat membuat rencana dalam menuggu. Tim
Over processing terjadi karena kita atau orang di sekitar kita meluangkan
waktu untuk melakukan pekerjaan yang tidak perlu atau tidak menambah nilai
kepada pelanggan. Pada proyek ini, over processing tidak terlalu signifikan pada
waste material karena berdasarkan wawancara dengan site manager proyek, tidak
4.5.5. Motion
dapat mempengaruhi motion. Contoh pada proyek ini yaitu masih ada pekerja yang
konstruksi. Solusi dari pelaksana yaitu mengganti pekerja tersebut dengan pekerja
4.5.6. Transportation
Cara yang paling efisien untuk melakukan tugas apapun adalah memiliki
bahan dan alat-alat di mana mereka dibutuhkan. Namun, memiliki terlalu banyak
piranti dapat menciptakan masalah bagi diri kita sendiri. Kita perlu fokus pada
72
Pada gambar di atas dapat kita lihat material dan sisa material masih
material yang datang ke proyek dan kerusakan material. Untuk menghindari hal ini,
73
4.5.7. Inventory
waste material dan mempermudah gerak pekerja dalam proses konstruksi. Pada
74
ini, sebaiknya pelaksanakan menyediakan tempat khusus untuk inventory yang aman
dari gangguan cuaca, mudah untuk pengambilan material, dan aman dari pencurian.
Berdasarkan dari hasil analisa diatas penyebab waste material yang paling
utama yaitu disebabkan oleh proses defect (cacat produk konstruksi), over
production, dan Inventory. Pada defect, waste material terjadi disebabkan oleh
dimensi dari bangunan yang ada di poryek. Pada over production, waste material
material yang masih kurang baik. Inventory yang kurang baik ini menyebabkan
75
5.1 Kesimpulan
yang berpotensi menghasilkan waste yang besar yaitu Besi D10 mm, Atap zinc-
2. Waste Level terbesar yaitu besi D10 mm sebesar 3.69 %. Sedangkan untuk Atap
zinc-aluminium sebesar 2.06 %, Besi D16 mm 0.9 %, dan Besi D19 mm sebesar
0.19 %.
3. material yang memiliki volume waste tinggi tidak selalu memiliki waste level
yang tinggi juga karena waste level dipengaruhi bukan hanya oleh volume waste
76
Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk Mengurangi waste pada proyek
pembangunan Showroom auto 2000, beberapa saran yang dapat dilakukan, antara
lain:
case.
77
Yogyakarta.
Soeharto, iman (1999), Manajemen Proyek, Edisi Kedua, Jilid 1 dan Jilid 2
Womack and Jones. (1996). Lean Thinking : banish waste and create wealth in
36-45
Abduh, M., Syahrani, S., dan Roza, H.A., “Agenda Penelitian Konstruksi
Abduh, M., dan Roza, H.A. “Indonesian Contractors’ Readiness towards Lean
Abduh, M., dan Roza, H.A. “Toward Lean Construction: An Agenda for
http://www.leanconstruction.org/learning-laboratory/learning-to-see-waste.
Agustus 2016.
www.constructioninstitute.org/scriptcontent/ac2004slides/tweedie.ppt.
Lee, S.H., Diekmann, J.E., Songer, A.D, and Brown, H. (1999). “Identifying
www.ce.berkeley.edu/~tommelein/IGLC7/PDF/Lee&Diekmann&Songer&B