Anda di halaman 1dari 75

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Teknik Sipil Skripsi Sarjana

2018

Evaluasi Waste dan Penerapan Metode


Metode Lean Project Construction
Management pada Proyek Konstruksi
Gedung (Studi Kasus : Proyek
Pembangunan Pembangunan Gedung
Sekolah Madrasah Aliyah Persiapan
Negeri 4 Medan)

Hutagaol, Candra
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/11071
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
EVALUASI WASTE DAN PENERAPAN METODE LEAN PROJECT
MANAGEMENT PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG
(STUDI KASUS : PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH MADRASAH
ALIYAH PERSIAPAN NEGERI 4 MEDAN)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan

Memenuhi syarat untuk menempuh ujian sarjana teknik sipil

Disusun oleh:

CANDRA HUTAGAOL

11 0404 048

BIDANG STUDI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

Universitas Sumatera Utara


i

ABSTRAK

Material merupakan komponen yang sangat penting dalam pekerjaan


konstruksi yang merupakan penyumbang biaya yang sangat besar pada
prosesnya. Menghindarkan kerugian dari material sangat perlu dengan cara
meminimalisir adanya waste dari setiap bahan dan material. Untuk itu perlu
dilakukan manajemen untuk memperkecil kerugian dari waste yang ditimbulkan.
Perlu dilakukan identifikasi material yang baik dan mengidentifikasi penyebab
terjandinya waste dengan menggunakan metode lean construction untuk melihat
proses apa saja yang berpotensi menghasilkan waste material. Pada proyek
pembangunan Gedung Sekolah Madrasah Aliyah Persiapan Negeri 4 Medan,
banyak ditemukan masalah dalam proses konstruksi, seperti perubahan gambar
proyek dan masalah teknik di lapangan yang menyebabkan timbulnya waste
material. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi jenis waste apa
saja yang dihasilkan dalam proyek konstruksi, mengidentifikasi proses yang
menghasilkan waste pada proyek konstruksi dengan menggunakan metode lean
construction, dan untuk mengetahui waste level tertinggi dan terendah yang ada
di proyek. Dari hasil identifikasi material yang berbiaya besar dan berpotensi
menghasilkan waste dengan menggunakan analisa pareto, didapat 5 material
yang berpotensi menimbulkan waste yang tinggi, yaitu: bekisting, beton ready
mix K 250, keramik uk. 60x60 homogeneus, besi beton ulir D16 mm, dan besi
beton ulir D10 mm. Dari hasil analisa waste level didapat persentase limbah dari
yang terbesar sampai yang terkecil, yaitu: besi beton ulir D10 sebesar = 4.04 %,
keramik homogeneus uk. 60x60 sebesar = 2.38 %, besi beton ulir D16 sebesar =
1.67 %, bekisting sebesar = 1.35 %, dan beton ready mix k 250 sebesar = 0.72 %.
Dari identifikasi proses yang menghasilkan limbah dengan lean construction,
didapatka nover processing, transportation, over production dan waiting yang
merupakan penyebab dari waste material di proyek pembangunan Gedung
Sekolah Madrasah Aliyah Persiapan Negeri 4 Medan. Proses yang menyebabkan
waste pada lean construction, waste material terjadi disebabkan oleh over
production, waste material terjadi dikarenakan kurangnya optimasi material di
proyek oleh pelaksana sehingga pemesanan material yang berlebihan. Sedangkan
over procecessing, waste material yang terjadi karena lambatnya proses kerja
sehingga penggunaan material yang ada seperti beton ready mix K 250 mengalami
cacat atau pengerasan. Sedangkan pada inventory, waste material terjadi karena
tempat penyimpanan material yang masih kurang baik. Inventory yang kurang
baik ini menyebabkan material yang rusak diakibatkan cuaca, hilangnya beberapa
material, dan terhambatnya pengambilan material. Sedangkan pada waiting, waste
in time terjadi dikarenakan adanya waktu tunggu yang terjadi pada logistik
material, sehingga menyebabkan penurunan efektifitas kerja.

Kata Kunci :Waste Material, Lean Construction, Waste Hierarchy

Universitas Sumatera Utara


ii

ABSTRACT

Material is a very important component in construction work which is a very large


contributor to the process. Avoiding losses from material is very necessary by
minimizing the waste from every material and material. For this reason,
management needs to be done to minimize losses from waste generated. It is
necessary to identify good material and identify the causes of the occurrence of
waste by using the lean construction method to see what processes have the
potential to produce waste material. In the construction of the Aliyah Madrasah
School Building 4 Medan Preparation, many problems were found in the
construction process, such as project image changes and technical problems in the
field that caused waste material to arise. The purpose of this study is to evaluate
what types of waste are generated in construction projects, identify processes that
produce waste in construction projects using the lean construction method, and to
determine the highest and lowest level waste that is on the project. From the
results of identification of material that is costly and has the potential to produce
waste by using Pareto analysis, it is obtained 5 materials that have the potential to
cause high waste, namely: formwork, ready mix concrete K 250, ceramics. 60x60
homogeneous, D16 mm threaded concrete iron, and D10 mm threaded concrete
iron. From the results of the waste level analysis, the percentage of waste from the
largest to the smallest is obtained, namely: D10 screw concrete iron of = 4.04%,
uk homogeneous ceramics. 60x60 amounting to = 2.38%, threaded concrete D16
= 1.67%, formwork = 1.35%, and k 250 ready mix concrete = 0.72%. From the
identification of the processes that produce waste with lean construction, it was
found that processing, transportation, over production and waiting were the causes
of waste material in the construction of the 4th Madrasah Aliyah School Building
in Medan. The process that causes waste on lean construction, material waste
occurs due to over production, material waste occurs due to lack of material
optimization on the project by the executor so that excessive material ordering.
Whereas over procecessing, waste material occurs because of the slow work
process so that the use of existing materials such as K 250 ready mix concrete is
deformed or hardened. While in inventory, material waste occurs because the
material storage area is still not good. This poor inventory causes damaged
material caused by weather, loss of some material, and material retrieval is
hampered. Whereas in waiting, waste in time occurs due to the waiting time that
occurs in the logistics of the material, thus causing a decrease in work
effectiveness.

Keywords: Waste Material, Lean Construction, Waste Hierarchy

Universitas Sumatera Utara


ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kesehatan dan

kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulisan

skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program

Studi Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara. Adapun judul skripsi yang diambil adalah:

“Evaluasi Waste Dan Penerapan Metode Metode Lean Project Construction

Management Pada Proyek Konstruksi Gedung (Studi Kasus : Proyek

Pembangunan Pembangunan Gedung Sekolah Madrasah Aliyah Persiapan

Negeri 4 Medan)”

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak

terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

beberapa pihak yang berperan penting yaitu:

1. Kepada keluarga besar saya, Ayah saya Marhuta Hutagaol dan Ibunda

saya Hermi Simamora yang selalu mengirimkan do’a, serta telah bekerja

keras untuk menguliahkan saya anaknya. Terimakasih juga kepada abang

saya Caprino Hutagaol serta adik saya Christian Hutagaoldan Cindy

Hutagaol. Kepada namboru saya Agustina Hutagaol, Erika Hutagaol dan

semua keluarga saya yang tidak dapat saya sebut satu-persatu yang selalu

memberikan semangat, dukungan dan bantuan untuk saya agar

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir. Syahrizal, M.T. dan Ibu Rezky Ariessa Dewi, S.T, M.T. selaku

Dosen Pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan yang

Universitas Sumatera Utara


iii

sangat bernilai, masukan, dukungan serta meluangkan waktu, tenaga dan

pikiran dalam membantu penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Medis S Surbakti, S.T., M.T., Ph.D. selaku Ketua Departemen

Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. Indrajaya Pandia, M.T. dan Abangda Indra Jaya S.T. , M.T.

selaku Dosen Pembanding, atas saran dan masukan yang diberikan kepada

penulis terhadap Tugas Akhir ini.

5. Kepada pacar saya Ruth M. E. Manurung yang selalu memberikan

dukungan, semangat dan dorongan untuk saya bisa menyelesaikan tugas

akhir ini.

6. Kepada abang-abang senior alumni Teknik Sipil, Holmes Sibarani,

Salmon Lumbantoruan, Sunaryo Panjaitan, Toni Sitompul, Antonius

Turnip, Rudolf Tampubolon, Tonggo Sormin, Marhara Marpaung, Ramot

Gultom, Andry Lumbangaol, David Silalahi, Aran Simarmata, Ardi Purba,

Saur Purba, Johan Siahaan, Ivan Hutauruk, Nopandi Parhusip, Tumpal

Pakpahan, Eric Marbun dan semua yang tidak bisa saya sebutkan satu-

persatu yang selalu memberikan nasehat, dukungan moral dan materil.

7. Kepada kawan seperjuangan angkatan 2011 Defrin Situmorang, Peter

Samosir, Muri Juntak, Jannes Pandiangan, Prince Sormin, Rizky Batubara,

Raedian, Hilman, Manimpan Lumbanraja, Ovan Oppusunggu, Triboy

Lumbangaol serta teman-teman angkatan 2011 yang tidak dapat

disebutkan seluruhnya terimakasih atas semangat dan bantuannya selama

ini.

8. Kepada adik-adik angkatan 2014, Cristo Tambunan, Bandri Hutabalian,


Erik Sitohang, Roimer Simanullang, Ruben Situmorang, Jangwan,

Universitas Sumatera Utara


iv

Dharma, Anggi Syafitri dan adik-adik saya yang lain yang telah membantu
dan memberikan dukungan untuk menyelesaikan tugas akhir ini
9. Bapak/Ibu seluruh staf pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas SumateraUtara.

10. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama ini

kepada penulis.

11. Dan segenap pihak yang belum penulis sebut disini atas jasa-jasanya

dalam mendukung dan membantu penulis dari segi apapun, sehingga

Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

Mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan yang penulis miliki, maka


penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
diharapkan untuk penyempurnaan laporan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga laporan Tugas

Akhir ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Januari 2018

Penulis,

CANDRA HUTAGAOL
11 0404 048

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. ...ix

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1


1.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
1.4 Pembatasan Masalah ....................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 6

2.1Pendahuluan ................................................................................................ 6
2.1.1 Proyek ............................................................................................... 6
2.1.2 Manajemen Proyek............................................................................ 7
2.2 Parameter Proyek Konstruksi ...................................................................... 8
2.3 Lean Construction ....................................................................................... 9

2.3.1 Definisi Lean Construction ............................................................ 10


2.3.2 Prinsip – prinsip Lean Construction.............................................. 11
2.3.3 Peredaan antara Traditional construction dan
Lean Construction ......................................................................... 12
2.4 Waste ...... ………………………………………………………………...13
2.4.1 Waste Level ................................................................................... 16
2.5 Analisa Pareto ........................................................................................... 16

2.6 Material Konstruksi ................................................................................... 18

Universitas Sumatera Utara


2.7 Wawancara ................................................................................................19
2.8 Manajemen Biaya Proyek..........................................................................20
2.8.1 Biaya Proyek..............................................................................20
2.82 Hal yang Pokok Dalam Menghitung Biaya Proyek...................21
2.9 Rencana Anggara Biaya ............................................................................ 21
2.10 Analisa Harga Satuan................................................................................21
2.10.1 Analisa Harga Satuan Pekerjaan....................................................21
2.10.2 Analisa Upah dan Bahan................................................................23

2.11 Penelitian Terdahulu..................................................................................25

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 27

3.1 Lokasi Penelitian ....................................................................................... 27


3.2 Studi Literatur ........................................................................................... 28
3.3 Pengumpulan Data.....................................................................................28
3.3.1 Dokumentasi .................................................................................... 28
3.3.2 Wawancara ....................................................................................... 29
3.3.3 Survey Lapangan ............................................................................. 30
3.4 Analisa dan Pengolahan Data...................................................................31
3.4.1 Identifikasi Material yang Berbiaya Besar dan Berpotensi
Menimbulkan Waste........................................................................31
3.4.2 Analisa Pareto................................................................................31
3.4.3 Menghitung Volume Material Terpasang......................................31
3.4.4 Analisa Waste Level.......................................................................31
3.4.5 Identifikasi Proses yang Menghasilkan Limbah dengan Lean
Construction.........................................................................................32
3.5 Digram Alir Penelitian...............................................................................33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 34

4.1 Identifikasi Material yang Berbiaya Besar dan Berpotensi Menimbulkan


Waste ......................................................................................................... 34
4.2 Analisa Pareto ........................................................................................... 35
4.3 Menghitung Volume Material Terpasang ................................................. 36

vi

Universitas Sumatera Utara


4.3.1 Bekisting .......................................................................................... 36
4.3.2 Beton Ready Mix K 250 ................................................................... 37
4.3.3 Keramik Homogeneous uk.60x60.....................................................39
4.3.4 Besi Tulangan....................................................................................40
4.4 Analisa Waste Level ................................................................................. 55
4.5 Identifikasi proses yang menghasilkan limbah dengan lean construction
................................................................................................................. 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 60
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 60
5.2 Saran....................................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambaran Umum Manajemen Proyek ................................................ 7

Gambar 2.2 Pebedaan Waste Pada Industri Manufaktur dan Konstruksi ............. 10

Gambar 2.3 Contoh Diagram Pareto ..................................................................... 17

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ............................................................................... 27

Gambar 3.2Diagram Alir Penelitian (Flow Chart) .............................................. 33

Gambar 4.1 Grafik Pareto ..................................................................................... 36

Gambar 4.2 Tipe Tulangan Pada Balok ........................................................... …41

Gambar 4.3 Prinsip Dasar Penulangan Pada Balok ............................................. 42

Gambar 4.4 Penulangan Akhir Balok Pada Kolom .............................................. 42

Gambar 4.5Sambungan Penulangan Balok ........................................................... 43

Gambar 4.6 Detail Balok....................................................................................... 43

Gambar 4.7 Prinsip Penulangan Kolom ................................................................ 45

Gambar 4.8 Pertemuan Akhir Kolom Pada Balok ................................................ 45

Gambar 4.9Detail Kolom ................................................................................... 46

Gambar 4.10Detail Plat ......................................................................................... 48

Gambar 4.11 Detail Pile Cap ............................................................................... 50

Gambar 4.12 Detail Tangga .................................................................................. 52

Gambar 4.13 Perletakan Sisa Material Proyek ..................................................... 56

Gambar 4.14Perletakan Material Proyek .............................................................. 56

Gambar 4.15 Perletakan Inventory Proyek ........................................................... 57

Gambar 4.16 Beberapa Material Ditempatkan di Bagunan yang Sudah jadi ....... 57

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Value dalam prinsip lean contruction.................................................... 11

Tabel 2.2 Perbedaan konstruksi metode tradisional dan lean contruction............ 12

Tabel 2.3 Contoh waste dalam lingkungan industry konstruksi ........................... 13

Tabel 3.1 Pertanyaan Wawancara ......................................................................... 29

Tabel 4.1 Trading Consumable material .............................................................. 34

Tabel 4.2Hasil Analisa Pareto ............................................................................... 35

Tabel 4.3Perhitungan Volume Bekisting Terpakai ............................................... 37

Tabel 4.4Perhitungan Volume Beton Ready Mix K 250 Terpakai........................ 38

Tabel 4.5 Perhitungan Volume Keramik Homogeneous uk.60x60 ...................... 40

Tabel 4.6 Perhitungan Volume Besi Beton Ulir D16............................................41

Tabel 4.7 Perhitungan Volume Besi Beton Ulir D10............................................41

Tabel 4.8 Hasil Analisa Waste Level.....................................................................53

ix

Universitas Sumatera Utara


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu proyek dapat dikatakan berhasil jika proyek tersebut dapat
terselesaikan tepat waktu, tepat mutu dan tepat anggaran. Namun, sering kali
pengerjaan proyek tidak terlaksana dengan baik sesuai sasaran karena adanya
hambatan yang mengganggu kinerja proyek sehingga proyek mengalami
keterlambatan. Keberhasilan pengerjaan suatu proyek konstruksi dilaksanakan
oleh perusahaan jasa konstruksi.
Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan yang direncanakan
sebelumnya yang memerlukan sumber daya, biaya, tenaga kerja, material dan
peralatan. Dan pengerjaannya dilakukan secara detail dan tidak berulang. Proyek
umumnya memiliki batas waktu, artinya proyek harus diselesaikan sebelum atau
tepat pada waktu yang telah ditentukan. Berkaitan dengan masalah proyek ini,
maka keberhasilan pelaksanaan sebuah proyek tepat pada waktunya merupakan
tujuan yang penting baik bagi pemilik proyek maupun kontraktor.
Demi kelancaran jalannya sebuah proyek dibutuhkan manajemen yang
akan mengelola proyek dari awal hingga proyek berakhir, yakni manajemen
proyek. Suatu proyek dikatakan baik jika penyelesaian proyek tersebut efisien
ditinjau dari segi waktu dan biaya serta mencapai efisiensi kerja, baik manusia
maupun alat. Segala sesuatu di dalam suatu proyek yang tidak menambah nilai,
sebaliknya menambah biaya disebut dengan pemborosan.
Ketidakproduktifan ini pada akhirnya tidak dapat memberi nilai tambah
pada produk akhir atau lebih dikenal dengan istilah Non Value-Adding Activities,
yang di dalam dunia konstruksi disebut sebagai waste. Faktor yang menyebabkan
adanya Non Value –Adding Activities adalah ketidakefektifan oleh beberapa faktor
yang terlibat dalam pelaksanaan proyek (man, method, machine, material,
environment), sehingga dapat memicu keterlambatan dalam penyelesaian proyek.
Kurangnya perencanaan yang baik merupakan faktor yang berpengaruh
pada pemborosan yang banyak menghasilkan waste pada proses konstruksi. Untuk
mengatasi hal ini ada metode yang dapat digunakan yang akan dibahas dalam

Universitas Sumatera Utara


penelitian ini, yaitu metode Lean Project Management. Lean Project Management
merupakan pendekatan dalam perencanaan proyek, dengan fokus untuk
meminimasi waste, mengidentifikasi permasalahan risiko, serta mengestimasi
segala kebutuhan yang berkaitan dengan proyek.
Waste proyek akan menjadi masalah dan menimbulkan pembengkakan
biaya proyek jika tidak segera diantisipasi. Waste pada proyek terjadi diakibatkan
oleh berbagai faktor, seperti buruknya manajemen yang diterapkan oleh
kontraktor yang bertanggungjawab terhadap proyek tersebut, faktor alam dan
lingkungan, faktor kesalahan estimasi, faktor pekerja dan faktor-faktor lainnya.
Jenis faktor penyebab waste proyek dipengaruhi oleh komunikasi, hubungan dan
perilaku individu yang terlibat di proyek. Sebagai contoh, karena terjadi kesalahan
komunikasi antar individu dapat menyebabkan kesalahan desain dan kelebihan
material yang ada di proyek.
Penelitian ini menggunakan penerapan Lean Project Management pada
studi kasus Proyek Pembangunan Gedung Sekolah Madrasah Aliyah Persiapan
Negeri 4 Medan, yang mana dalam survey pendahuluan studi kasus ini
diasumsikan adanya indikasi Non Value-Adding Activities yang dapat
menyebabkan ketidakproduktifan dan ketidakefektifan pengerjaan proyek seperti
banyaknya material sisa dan peralatan yang tidak maksimal dalam fungsinya.
Kejadian-kejadian seperti ini yang disebut dengan isilah waste yang dapat
memperlambat waktu penyelesaian proyek dan memperbesar biaya pengerjaan
proyek. Asumsi awal pada studi kasus ini akan dicari kebenarannya dalam
pengamatan di lapangan, wawancara kepada kontraktor, serta hasil dan analisa
data dalam pengerjaan tugas akhir ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah


yaitu:
1. Jenis-jenis limbah material (waste) apa sajakah selama proses
pelaksanaan konstruksi?
2. Apa sajakah proses atau kegiatan yang menghasilkan waste selama
pelaksanaan proyek?

Universitas Sumatera Utara


3. Berapa waste level yang ada selama proses pelaksanaan konstruksi?
pada objek studi kasus : Proyek Pembangunan GedungSekolah Madrasah Aliyah
Persiapan Negeri 4 Medan.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dalam penelitian tugas akhir ini adalah :
1. Mengevaluasi jeniswaste dalam suatu proyek konstruksi gedung.
2. Mengidentifikasi proses yang menghasilkan limbah (sumber limbah)
pada proyek konstruksi menggunakan Lean Constructionpada objek
yang menjadi studi kasus.
3. Mengetahui waste level tertinggi dan terendah yang ada di proyek.
1.4 Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi cakupan/ ruang lingkupnya
agar tidak terlalu luas. Adapun lingkup pembahasan dan batasan masalah dalam
penulisan tugas akhir ini adalah:
1. Objek yang dinilai adalah Proyek Pembangunan Gedung Sekolah
Madrasah Aliyah Persiapan Negeri 4 Medan.
2. Penelitian ini akan mengidentifikasi pekerjaan yang menghasilkan waste
menurut Womack dan Jones (1996).
3. Waste level yang akan diteliti adalah 5 material dengan biaya terbesar.
4. Waste yang akan diteliti adalah waste material consumable.
5. Tidak membahas kekuatan struktur.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat – manfaat yang didapat dari penelitian ini, yaitu :


1. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang penerapan
manajemen proyek menggunakan metode Lean Project Management
pada proyek konstruksi gedung.
2. Bagi Departemen Teknik Sipil USU

Universitas Sumatera Utara


Diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna untuk
dijadikan acuan bagi sivitas akademika. Memberikan informasi mengenai
item alternatif terbaik yang dapat dijadikan bahan evaluasi perencanaan.
3. Bagi Kampus USU
Diharapkan dapat memperluas ilmu penerapan manajemen proyek yang
lebih variatif diterapkan di USU. Sehingga dapat dijadikanbahan evaluasi
pada sistem pengembangan manajemen konstruksi yang lebih baik.
4. Bagi Pelaku Konstruksi
Diharapkan penelitian ini dapat membantu pelaku konstruksi bagaimana
penerapan manajemen proyek dengan metode Lean Project Management
sehingga pelaksanaan proyek konstruksi di lapangan berjalan dengan
baik dan lancar untuk mencapai target yang tepat sasaran dengan waktu
pelaksanaan yang pas dan kualitas pengerjaan yang baik pula.

1.6 Sistematika Penulisan


Proses penelitian ini dapat dilihat melalui sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang permasalahan penelitian, perumusan
masalah,tujuan penelitian, manfaat yang diperoleh dari penyusunan penelitian,
dan pembatasan masalah.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini berisi dasar-dasar teori yang menjadi landasan pendukung
penelitian, yaitu literatur yang menjelaskan manajemen proyek dengan metode
Lean Project Management pada konstruksi gedung, serta hasil penelitian yang up
to date dan relevan dengan mengutamakan hasil penelitian pada jurnal ilmiah.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


Bab ini berisi metodologi penelitian secara lengkap yaitu waktu dan objek
penelitian, pemilihan strategi penelitian, variabel penelitian, instrument penelitian,
survey pendahuluan, metode pengumpulan data, dan proses penelitian.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN


Bab ini berisi deskripsi objek penelitian, pengolahan dan analisa data
dalam upaya menjawab tujuan penelitian.

BAB V : PENUTUP
Sebagai bab terakhir, bab ini akan menyajikan secara singkat kesimpulan
yang diperoleh dari pembahasan dan juga memuat saran-saran bagi pihak yang
berkepentingan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan
2.1.1 Proyek
Pengertian proyek konstruksi menurut Soeharto (1995), adalah suatu
kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan
alokasi sumber dana tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang
sasarannya telah digaris dengan tegas. Ada beberapa hal yang perlu diketahui
tentang definisi proyek, yaitu:
a. Ciri pokok proyek
Iman Soeharto (1999) menyatakan bahwa ciri sebuah proyek adalah sebagai
berikut:
- Bertujuan menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa produk akhir
atau hasil kerja akhir.
- Dalam proses mewujudkan lingkup di atas, ditentukan jumlah biaya,
jadwal serta kriteria mutu.
- Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas.
- Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas.
- Non-rutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas kegiatan berubah
sepanjang proyek berlangsung.
b. Karakteristik proyek
Menurut Wulfram I Ervianto I (2002), ada tiga karakteristik proyek
konstruksi yang dapat dipandang secara tiga dimensi, yaitu:
- Bersifat unik, maksudnya adalah tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan
yang sama persis (tidak ada proyek yang identik), yang ada adalah proyek
sejenis.
- Proyek bersifat sementara dan selalu terlibat grup pekerja yang berbeda-
beda.
Dibutuhkan sumber daya (resources), yaitu pekerja dan “sesuatu” (uang, material,
mesin, metode).

Universitas Sumatera Utara


2.1.2 Manajemen Proyek
Manajemen secara umum adalah suatu proses manajemen pada suatu
proyek dari awal hingga akhir proyek agak tujuan proyek tercapai dengan baik,
tepat waktu, sesuai mutu yang disyaratkan dan sesuai biaya yang disediakan. Ada
tiga tahap yang harus dilakukan dalam manajemen proyek, yaitu:
1. Perencanaan (planning) : mencakup penetapan sasaran, pendefinisian
proyek dan organisasi tim.
2. Penjadwalan (schedulling) : menghubungkan antara tenaga kerja,
uang, dan bahan yang digunakan dalam proyek.
3. Pengendalian (controlling) : pengawasan sumber daya, biaya, kualitas
dan budget, jika perlu merevisi, ubah rencana, menggeser atau
mengelola ulang sehingga tepat waktu dan biaya.

Gambar 2.1 : Gambaran umum manajemen proyek


Sumber: Nicholas. M, John. Project Management for Business,
Engineering, and Technology.
Seperti halnya proyek pada umumnya, manajemen proyek pun memiliki
kriteria dan tujuan untuk mencapai kesuksesan dalam manajemennya. Kesuksesan
suatu manajemen proyek dapat didefinisikan sebagaimana mencapai tujuan
proyek, yaitu:
1. Ketepatan waktu
2. Ketepatan biaya
3. Pada performa dan tingkatan teknologi yang tepat
4. Perubahan lingkup pekerjaan yang sedikit
5. Pemanfaatan sumber daya yang efektif dan efisien

Universitas Sumatera Utara


6. Diterima oleh owner (kesesuaian kualitas)
Tetapi yang terjadi di lapangan, banyak kendala yang dihadapi dalam
mencapai keberhasilan manajemen proyek. Semakin besar proyek yang ditangani,
semakin besar kendala yang akan timbul. Kendala eksternal dan internal yang
sering terjadi pada proyek, antara lain:
1. Ketidakstabilan ekonomi
2. Kekurangan / kelangkaan material
3. Peningkatan kompleksitas
4. Semakin tingginya persaingan
5. Perubahan teknologi
6. Kekhawatiran masyarakat
7. Konsumerisme
8. Ekologi
9. Kualitas pekerjaan
Apabila kendala-kendala tersebut tidak dapat diselesaikan, tidak hanya target
perencanaan yang tertunda, tetapi juga bisa berupa kerugian. Oleh karena itu harus
ada pengaturan sumber daya yang benar dalam manajemen proyek melalui
pendalaman ilmu pengetahuan mengenai manajemen proyek. Sumber daya di sini
terdiri dari, uang, tenaga kerja, peralatan, fasilitas, material, dan informasi
teknologi.
2.2 Parameter Proyek Konstruksi
Untuk menyelesaikan suatu proyek konstruksi, kontraktor harus
menentukan parameter dalam pelaksanaannya sebagai acuan untuk analisa hasil
kerja dari pihak-pihak penyedia jasa. Parameter penting dalam penyelenggaraan
proyek konstruksi yang sering dijadikan sebagai sasaran proyek adalah sebagai
berikut:
a. Anggaran
Besarnya sesuai dengan biaya yang dialokasikan, sehingga pengerjaan
proyek harus efisien. Proyek dikatakan berhasil jika proyek yang
dibayar secara langsung ataupun secara periode (biasanya pada proyek
dengan dana yang besar dan jangka waktu yang lama).
b. Jadwal

Universitas Sumatera Utara


Sesuai waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek, sehingga
pengerjaan proyek harus efektif. Proyek dikatakan berhasil jika tidak
melebihi waktu perencanaan yang telah ditentukan.
c. Mutu
Kinerja harus memenuhi kriteria dan sfesifikasi yang telah ditetapkan,
sehingga hasil pengerjaan proyek dapat dipertanggungjawabkan serta
sesuai dengan keinginan owner.
2.3 Lean Construction
Lean Project Management merupakan pendekatan dalam perencanaan
proyek dengan fokus untuk meminimalisasi waste mengidentifikasi masalah
risiko, serta mengestimasi segala kebutuhan yang berkaitan dengan proyek. Pada
intinya, Lean construction (konstruksi ramping) merupakan penerapan lean
principles yang diterapkan pada industri manufaktur kepada industri konstruksi
dengan tujuan meningkatkan value dan mengurangi waste.
Greg Howell dan Glenn Ballard, pendiri dari Lean Construction Institute
(LCI), melihat konstruksi ramping sebagai sebuah cara baru untuk mengelola
proyek konstruksi. The Construction Industry Institute (CII) memberikan definisi
sebagai sebuah proses terus menerus untuk menghilangkan atau mengeliminasi
waste, dimana dapat memenuhi atau bahkan melampaui semua persyaratan yang
diinginkan pelanggan, memusatkan pada proses nilai (value stream), dan
mengejar kesempurnaan dalam pelaksanaan proyek konstruksi.
Manfaat dari teknik lean construction telah ditunjukkan dengan
peningkatan dari banyak proyek dan setiap tahapan proyek. Lean construction
memerlukan lebih banyak waktu dalam tahap desain dan perencanaan, tetapi
perhatian ini menghilangkan atau memperkecil konflik yang dapat secara dramatis
mengubah biaya dan jadwal (Forbes,et.al.,2005). Kondisi industri saat ini yang
merupakan sasaran utama dalam melakukan peningkatan terutama dalam bidang
industri konstruksi melalui pemikiran lean thinking yang dapat dilihat pada
gambar berikut.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.2 : Perbedaan waste pada industri manufaktur dan konstruksi

2.3.1 Definisi Lean Construction


Lean Construction adalah suatu filosofi yang bedasar pada konsep lean
manufacturing. Hal ini adalah tentang bagaimana mengatur dan meningkatkan
proses konstruksi untuk memperoleh keuntungan dan memenuhi kebutuhan
costumer.
Koskelat.al (Abdelhamid, 2005), lean construction adalah suatu cara untuk
mendesain sistem produksi untuk memperkecil pemborosan (waste), waktu dan
usaha untuk menghasilkan nilai yang maksimum.
Lean Construction didefinisikan sebagai suatu proses yang berlangsung
terus-menerus dari proses menghilangkan waste, memenuhi kebutuhan konsumen,
fokus pada aliran informasi/material, dan mencapai kesempurnaan dalam
pelaksanaan pembangunan dalam proyek.
Lean bukanlah tentang perampingan atau pengurangan jumlah karyawan.
Lean adalah tentang memiliki sumber daya yang tepat, di tempat yang tepat untuk
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, dengan kualitas
terbaik dan di waktu yang tepat.
Lean bukanlah sekedar kumpulan perkakas yang disebut Lean Tools.
Lean adalah filosofi yang menghargai setiap orang di dalam organisasi, termasuk
pelanggan, pemasok, stakeholder dan karyawan.

10

Universitas Sumatera Utara


2.3.2 Prinsip-prinsip Lean Construction
Prinsip-prinsip lean menurut Womack dan Jones (1996):
1. Value
Pendifinisian nilai harus sangat spesifik dan dilakukan oleh costumer
akhir.
2. The Value Stream
Harus didesain sedemikian rupa sehingga terdapat perpindahan nilai
yang terdefinisi dari suatu kegiatan ke kegiatan yang lain, mulai dari
kegiatan problem-solving di awal, kemudian ke kegiatan pengelolaan
informasi, dan kepada kegiatan transformasidari material mentah hingga
produk akhir.
3. Flow
Perpindahan nilai tersebut harus dilakukan secara mengalir, tidak ada
hambatan.
4. Pull
Untuk menghindari produk yang tidak terpakai dan mengurangi waste,
maka produk sebaiknya diproduksi ketika diminta oleh pengguna.
5. Perfection
Kegiatan memperbaiki semua proses dengan terus menerus harus
dilakukan untuk mencapai kesempurnaan.
Menurut Koskela (2004), arti value dalam prinsip lean construction dapat
dilihat pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Value dalam Prinsip Lean Construction
Lean principles Arti value
Precisely specify value specifict product Specify value = produk yang spesifik
Identify value stream for each product Value stream = aliran material/
informasi
Make value flow without interruptions Value = komponen, material
Let the costumer pull value from the Value = produk
producer

11

Universitas Sumatera Utara


Untuk melaksanakan lean construction (konstruksi ramping) pada setiap
tahap, terdapat aspek-aspek yang perlu diperhatikan dan menjadi antarmuka antar
tahapan, serta terdapat alat (tools) yang dibutuhkan untuk menciptakan rangkaian
value dan flow yang baik dengan alat work structuring dan production control. Di
dalam setiap tahap dan juga aspek terdapat pula tools lain yang dikembangkan
agar setiap tahap dan aspek dapat mendukung penciptaan value yang diinginkan,
menciptakan flow yang baik serta mengurangi waste. Beberapa alat yang
dimaksud adalah alat manajemen yang sudah ada sejak lama di dunia manufaktur
dan telah diterapkan dengan berhasil, seperti supply chain management, pre-
fabrication, pre-assembly, standardization, constructability, just in time dan lain
sebagainya.

2.3.3 Perbedaan antara Traditional Construction dan Lean Construction


Perbedaan antara konstruksi dengan metode tradisional dan metode lean
construction (Giorgio Locatelli, 2013) pada tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Perbedaan antara konstruksi metode tradisional dan lean construction
Traditional Construction Lean Construction
Menggunakan aktivitas yang sama Mendefinisikan seluruh tujuan dan
berpusat pendekatan yang digunakan proses pengerjaan proyek dengan jelas.
dalam produksi massal dan manajemen
proyek.
Bertujuan untuk mengoptimalkan Bertujuan memaksimalkan kinerja
kegiatan proyek oleh aktivitas dan untuk kostumer di setiap tingkatan
mengidentifikasi nilai pelanggan dalam proses yang ada proyek.
desain.
Memecah proyek menjadi potongan- Desain dikerjakan bersamaan dengan
potongan dan menempatkannya di produk dan proses.
urutan logis berfokus pada setiap
kegiatan.
Kontrol dianggap sebagai memantau Pengendalian produksi di terapkan
setiap aktivitas terhadap jadwal dan terhadap seluruh kegiatan proyek.
anggaran proyeksi.

12

Universitas Sumatera Utara


2.4 Waste
Waste secara umum didefinisikan sebagai substansi atau obyek dimana
pemilik punya keinginan untuk membuang (Waste Management Licening
Regulation, 1994). Waste yang dihasilkan dari proyek konstruksi didefinisikan
sebagai material yang sudah tidak digunakan yang dihasilkan dari proses
konstruksi, perbaikan atau perubahan (Environmental Protections Agency, 1998).
Menurut Lee (1999), waste dalam konstruksi dan industri meliputi
penundaan waktu, biaya, kualitas, kurangnya keselamatan, rework, transportasi
yang tidak perlu, jarak jauh, pilihan atau manajemen yang tidak tepat dari
metode/peralatan, dan constructability yang lemah.
Menurut Haggard (2005), waste dalam proses konstruksi meliputi:
penanganan material yang berlebihan, rework, kesalahan desain, konflik antar
pembeli, konflik antar kontraktor lain, tidak efektifnya rantai persediaan (supply
chains).
Waste didefinisikan oleh kriteria kinerja dari sistem produksi. Kegagalan
untuk memenuhi permintaan unik dari seorang klien adalah pemborosan, waktu
menunggu dan pesediaan yang mengganggu (Howell, 1999). Contoh waste dalam
industri konstruksi dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut:
Tabel 2.3 Contoh waste dalam lingkungan industri konstruksi
Waste form Examples and situation where waste is
encountered
Defects -Report preparation (errors)
-Environmental sampling events (incorrect sample
location sort echnique)
-Equipment usage (equipmentmal functions)
Rework -Report preparation (revision and reviews)
-Environmental sampling events (re-sampling)
-Development computer drawing (drawing
revisions)
Transportation -Unnecessary site visits
-Inefficient schedulling (travel time between site
that are not in close proximity to each other

13

Universitas Sumatera Utara


Overproduction -Preparation of reports (orsections in reports)
that are not required
-Collection of unnecessary environmental samples
Waiting Preparation fields (loading and calibrating
equipment, securing approviate vehicles)
Unnecessary Movement “last minutes” schedulling changes (unnecessary
field work preparation)
Inventory Excess equipment and supplies project work back
log
Behaviors Confusion regarding projects cope negativity due
to miscommunication or consistent occurence of
other forms of waste
System Under Delegation Inefficient task distribution (requiring highly-
priced) staff to locate files or prepare that a more
junior employee could do, not utilizing skilled
field technicians to fullest.
Unnecessary Processing Generation of reports that are either overly
complicated or not required
(sumber: Ball dan Maleyeff, 2003)

Sedangkan menurut Womack dan Jones (1996), waste konstruksi meliputi:


a. Defects: setiap kali ada kesalahan yang membutuhkan tambahan
waktu, sumber daya atau uang untuk memperbaiki, kita melihat limbah
cacat (defect) dan pekerjaan ulang. Jenis waste ini dapat mencakup
segala sesuatu dari mengulangi pekerjaan karena kesalahan,
pengulangan pabrikasi bahan karena perubahan desain.
b. Overproduction: terjadi ketika banyak sesuatu yang diproduksi atau
selesai, atau ketika itu diproduksi terlalu cepat dan kemudian harus
disimpan. Hasilnya, kebutuhan pelanggan (owner) menjadi tidak jelas,
otomatisasi buruk diterapkan, dan just-in-case material yang
memproduksi hanya dalam kasus mereka dibutuhkan.

14

Universitas Sumatera Utara


c. Waiting: menunggu terjadi setiap kali pekerjaan harus berhenti untuk
beberapa alasan, entah itu karena ada yang rusak, anda sedang
menunggu respon, atau anda sudah kehabisan sesuatu. Dalam beberapa
kasus, hambatan atau titik efisiensi menurun, dapat memperlambat
informasi dan bahan.
d. Over processing: pemrosesan tambahan terjadi ketika anda atau orang
di sekitar anda meluangkan waktu untuk melakukan pekerjaan yang
tidak perlu atau tidak menambah nilai kepada pelanggan. Pemrosesan
tambahan bisa apa saja dari gambaran yang tidak akan terlihat setelah
selesai untuk memerlukan beberapa tanda tangan pada formulir ketika
salah satu sudah cukup untuk memproduksi salinan kedua kertas dan
laporan elektronik.
e. Motion waste: ini berlaku untuk setiap waktu yang dihabiskan
bergerak di sekitar, bukannya melakukan pekerjaan yang mempunyai
nilai tambah. Hal ini mencakup berjalan di seluruh daerah proyek
untuk menemukan alat, harus mencari komputer anda untuk
mendapatkan informasi, atau harus memilah dan menyimpan material.
f. Transportation: cara yang paling efisienuntuk melakukan tugas
apapun adalah memiliki bahan dan alat-alat dimana mereka
dibutuhkan. Namun, memiliki terlalu banyak piranti dapat
menciptakan masalah bagi diri kita sendiri dan pelanggan kami, yang
bisa berpikir kita memiliki terlalu banyak materi di lantai. Kita perlu
fokus pada menemukan cara yang lebih baik untuk menyimpan,
menangani dan mengelola bahan untuk mencegah harus memindahkan
mereka beberapa kali.
g. Inventory: tempat penyimpanan material konstruksi yang bebas dari
gangguan cuaca dan mudah diakses sangat penting untuk mempercepat
proses konstruksi dan meminimalisir waste.

15

Universitas Sumatera Utara


2.4.1 Waste Level
Waste level dihitung untuk mengetahui volume waste dari masing-masing
material yang sudah ditentukan melalui analisa Pareto. Waste level ini dihitung
menggunakan metode pendekatan dengan rumus:

Wastage Level =

dimana:
Volume waste = volume material terpakai – volume material terpasang
Volume kebutuhan material = volume kebutuhan material yang ditinjau

2.5 Analisa Pareto


Analisa Pareto merupakan salah satu tools (alat) dari QC 7 Tools yang
sering digunakan dalam hal pengendalian mutu. Pada dasarnya, diagam pareto
adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya
jumlah kejadian. Urutannya mulai dari jumlah permasalahan yang paling banyak
terjadi sampai yang paling sedikit terjadi. Dalam grafik, ditunjukkan dengan
batang grafik tertinggi hingga grafik terendah.
Prinsip Pareto dikenal dengan prinsip 80/20 yang artinya 20% dari
masalah memiliki 80% dari dampak dan hanya 20% dari masalah yang ada adalah
penting. Lebih sederhananya adalah dari semua masalah yang ada, hanya sedikit
yang sering terjadi sedangkan yang lainnya jarang terjadi. Dalam aplikasinya,
diagram pareto atau sering diebut dengan Pareto Chart ini sangat bermanfaat
dalam menentukan dan mengidentifikasi prioritas permasalahan yang akan
diselesaikan. Permasalahan yang paling banyak dan sering terjadi adalah prioritas
utama kita untuk melakukan tindakan. Sebelum membuat diagram pareto, data
yang berhubungan dengan masalah atau kejadian yang ingin kita analisi harus
dikumpulkan terlebih dahulu. Pada umumnya, alat yang sering digunakan untuk
pengumpulan data adalah dengan menggunakan Check Sheet atau lembaran
periksa.
Analisa Pareto adalah suatu metode statistika yang biasa digunakan dalam
ilmu manajemen untuk mencari apa saja kategori utama yang mempunyai dampak
paling signifikan terhadap suatu kejadian atau masalah. Analisa pareto dilakukan

16

Universitas Sumatera Utara


dengan cara mengukur besar dampak dari setiap kategori terhadap suatu masalah,
sehingga dapat diketahui kategori mana yang mempunyai dampak paling
signifikan terhadap masalah tersebut, sehingga kegiatan pengendalian akan lebih
efektif dengan memusatkan perhatian pada kategori-kategori yang mempunyai
dampak yang paling signifikan terhadap kejadian, daripada meninjau berbagai
kategori pada suatu ketika (Nasution, 2005).
Analisa pareto ditemukan oleh seorang ahli ekonomi Italia bernama
Vilfredo Pareto pada abad ke 19. Analisa ini digunakan untuk membandingkan
berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling
besar ke yang paling kecil. Susunan tersebut akan membantu kita untuk
menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian-kejadian. Analisa pareto
dapat dideskripsikan dalam bentuk diagram (lihat gambar 2.3):

Gambar 2.3 Contoh diagram Pareto

Kegunaan diagram pareto ialah menemukan atau mengetahui prioritaas


utama dari masalah yang dihadapi. Menurut Mitra (Ariani, 2005:19), digram
pareto juga dapat mengidentifikasi masalah yang mempengaruhi usaha perbaikan
kualitas dan memberi petunjuk dalam mengalokasin sumber daya yang terbatas
untuk menyelesaikan masalah.

17

Universitas Sumatera Utara


Dalam melakukan analisa pareto, kategori-kategori tersebut diurutkan
berdasarkan satuan yang sama, yang akan menunjukkan kontribusi tiap kategori
terhadap keseluruhan item yang ingin dianalisa. Menurut Mitra dan Besterfield
(Ariani, 2005) proses penyusunan diagram pareto meliputi enam langkah, yaitu:
1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya
berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya.
2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-
karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya.
3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang diinginkan.
4. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yang
terbesar hingga yang terkecil
5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang
digunakan.
6. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif
masing-masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting
untuk mendapat prioritas.

2.6 Material Konstruksi


Material merupakan salah satu komponen yang penting dalam menentukan
besarnya biaya proyek. Material mempunyai kontribusi 40-60% sehingga secara
tidak langsung memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan proyek
khususnya dalam komponen biaya (Intan et.al, 2005).
Pada proses konstruksi, penggunaan material oleh pekerja-pekerja
lapangan dapat menimbulkan sisa material yang cukup tinggi. Beberapa penelitian
di Brazil menunjukkan sisa material konstruksi dapat mencapai 20-30% berat dari
material di lokasi (Intan, et.al, 2005).
Material yang digunakan dalam konstruksi dapat digolongkan dalam dua
bagian besar (Gavilan dan Bemold, 1994), yaitu:
1. Consumable material, merupakan material yang pada akhirnya akan menjadi
bagian dari struktur fisik bangunan. Misalnya: semen, pasir, kerikil, batu bata,
besi, tulangan, baja, dan lain-lain.

18

Universitas Sumatera Utara


2. Unconsumable material, merupakan material penunjang dalam proses
konstruksi dan bukan merupakan bagian fisik dari bangunan setelah bangunan
selesai. Misalnya: perancah, bekisting, dan dinding penahan sementara.

Banyak faktor yang menjadi sumber terjadinya sisa material konstruksi, antara
lain, desain, pengadaan material, pengelolaan material, pelaksanaan, residul,
pencurian dan lain-lain (Gavilan dan Bemold, 1994).

2.7 Manajemen Biaya Proyek


Manajemen biaya proyek adalah suatu proses atau kegiatan yang
diperlukan unntuk memastikan bahwa proyek akan diselesaikan sesuai anggaran
yang telah disetujui.Biaya proyek atau anggaran proyek biasanya sangat terbatas
sehingga diperlukan pengelolaan yang baik. Pengelolaan biaya proyek disebut
manajemen biaya proyek yang digunakan untuk menyelesaikan kegiatan dalam
jadwal proyek.
Manajemen biaya proyek terdiri dari beberapa tahapan untuk menjamin
pelaksanaan proyek tetap sesuai anggaran biaya yang telah disetujui, yaitu :
a. Perencanaan sumber daya meliputi penentuan jenis dan jumlah sumber
daya yang harus digunakan.
b. Estimasi biaya yaitu membuat estimasi berdasarkan biaya dan sumber
daya yang dibutuhkan untuk membuat sebuah proyek.
c. Penganggaran biaya yaitu mengalokasikan setiap estimasi biaya tersebut
pada tiap paket kerja untuk membuat suatu baseline agar dapat diukur
kinerjanya.
d. Pengendalian biaya meliputi pengendalian perubahan biaya proyek.

2.8.1 Biaya Proyek


Biaya adalah semua sumber daya yang harus dikgunakan untuk mencapai
tujuan spesifik atau untuk mendapatkan sesuatu sebagai gantinya. Biaya proyek
adalah biaya yang digunakan selama proyek itu berlangsung sampai proyek
tersebut selesai. Berdasarkan pengertiannya,biaya terdiri dari biaya langsung
(direct) dan biaya tidak langsung (indirect).

19

Universitas Sumatera Utara


• Biaya langsung (direct) adalah biaya yang terkait langsung dengan suatu
proyek sehingga dapat ditellusuri secara tepat. Contoh dari biaya
langsung yaitu, gaji karyawan proyek, pembelian material proyek, dll.
• Biaya tidak langsung (indirect) adalah biaya yang terkait dengan suatu
proyek, tetapi tidak dapat ditelusuri secara tepat. Contoh biaya tak
langsung yaitu tagihan listrik perusahaan, biaya sewa kantor untuk
kegiatan perusahaan dan berbagai proyek.

2.8.2 Hal Yang Pokok Dalam Menghitung Biaya Proyek


Perhitungan anggaran biaya biasanya terdiri dari 5 hal yang pokok :
1. Bahan-bahan : menghitung banyaknya bahan yang dipakai dan harganya.
2. Buruh : menghitung jam kerja yang diperlukan dan jumlah biaya nya.
3. Peralatan : menghitung jenis dan banyaknya peralatan yang dipakai dan
biayanya.
4. Overhead : menghitung biaya-biaya tidak terduga yang perlu diadakan.
5. Profit : menghitung presentase keuntungan dari waktu, tempat dan jenis
pekerjaan.

2.9 Rencana Anggaran Biaya


Rencana Anggaran Biaya atau RAB adalah perhitungan atau perkiraan
biaya-biaya yang diperlukan untuk tiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi,
sehingga diperlukan total biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek. RAB
dibuat sebelum proyek tersebut dilaksanakan karena RAB hanya rencana
anggaran perkiraan, bukan rencana anggaran pelaksanaan atau sebenarnya.
Perhitungan RAB dilakukan berdasarkan desain gambar rencana, spesifikasi yang
telah ditentukan, upah tenaga kerja, serta harga material yang dibutuhkan.
Komponen penyusun RAB:
1. Biaya Langsung
a. Kebutuhan Material (Unsur Bahan)
b. Kebutuhan Tenaga Kerja (Unsur Upah)
c. Biaya Peralatan

20

Universitas Sumatera Utara


2. Biaya Tak Langsung
a. Biaya Umum
b. Biaya Proyek

2.10 Analisa Harga Satuan


2.10.1 Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah tenaga kerja
berdasarkan perhitungan analisis. Harga bahan didapat di pasaran, dikumpulkan
dalam suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan bahan. Upah tenaga kerja
didapatkan dilokasi, dikumpulkan dan dicatat dalam suatu daftar yang dinamakan
daftar harga satuan bahan. Harga satuan bahan dan upah tenaga kerja di setiap
daerah berbeda-beda. Jadi dalam menghitung dan menyusun anggaran biaya suatu
bangunan/proyek, harus berpedoman pada harga satuan bahan dan upah tenaga
kerja di pasaran dan lokasi pekerjaan.(Ibrahim,H.Bachtiar, 2001).
Menurut Allan Ashworth (1988), analisa harga satuan pekerjaan
merupakan nilai biaya material dan upah tenaga kerja untuk menyelesaikan satu
satuan pekerjaan tertentu. Baik BOW maupun SNI masing-masing menetapkan
suatu koefisien/indeks pengali untuk material dan upah tenaga kerja per satu
satuan pekerjaan. Harga bahan yang diperoleh di pasaran, dikumpulkan dalam
satu daftar yang dinamakan Daftar Harga Bahan. Setiap bahan atau material
mempunyai jenis dan kualitas tersendiri. Hal ini menjadikan harga material
tersebut beragam. Analisa harga satuan bahanmerupakan proses perkalian antara
indeks bahan dan harga bahan, sehingga diperoleh nilai Harga Satuan Bahan.
Analisa harga satuan pekerjaan ini dipengaruhi oleh angka koefisien yang
menunjukkan nilai satuan bahan/material, nilai satuan alat, dan nilai satuan upah
tenaga kerja ataupun satuan pekerjaan yang dapat digunakan sebagai
acuan/panduan untuk merencanakan atau mengendalikan biaya suatu pekerjaan.
Upah tenaga kerja didapatkan di lokasi setempat yang kemudian dikumpulkan dan
didata dalam suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan upah tenaga kerja.
Harga satuan yang didalam perhitungannya haruslah disesuaikan dengan kondisi
lapangan, kondisi alat/efisiensi, metode pelaksanaan dan jarak angkut.

21

Universitas Sumatera Utara


Pada bagian awal ini telah dijelaskan bahwa anggaran biaya suatu
bangunan atau proyek ialah menghitung banyaknya biaya yang diperlukan untuk
bahan dan upah tenaga kerja berdasarkan analisis, serta biaya-biaya lain yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan atau proyek. Susunan Estimate Real
Of Cost berikut ini dapat dilihat dengan jelas bahwa biaya (anggaran) adalah
jumlah dari masing-masing hasil perkalian volume dengan harga satuan pekerjaan
yang bersangkutan. Secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut :

RAB = ∑ (VOLUME x HARGA SATUAN PEKERJAAN)

Harga satuan pekerjaan adalah jumlah dari harga satuan masing-masing


satuan pekerjaan dikalikan dengan koefisien masing-masing, sehingga diperoleh
perumusan sebagai berikut:
Upah = harga satuan upah x koefisien analisa upah
Bahan = harga satuan bahan x koefisien analisa bahan
Alat = harga satuan alat x koefisien analisa alat
Sehingga didapat rumus harga satuan pekerjaan (Ibrahim. 1993):
Harga Satuan Pekerjaan = Upah + Bahan + Alat
Dalam estimate real of cost atau anggaran sesungguhnya biaya-biaya lain
yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan sengaja tidak dimasukkan.
Biaya-biaya tersebut akan dibahas dalam buku dokumen pelelangan.
(Ibrahim,H.Bachtiar, 2001)
Biaya-biaya lain tersebut sebagai berikut :
Keuntungan
Biaya Perencanaan (Design Cost)
Biaya Pengawasan (Direksi Furing)
Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

2.10.2 Analisa Bahan dan Upah


Analisa bahan suatu pekerjaan adalah menghitung banyaknya/volume
masing-masing bahan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan. sedangkan Yang
diamksud dengan analisa upah suatu pekerjaan ialah, menghitung banyaknya

22

Universitas Sumatera Utara


tenaga yang diperlukan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan
tersebut (H.bachtiar. 1993).
Analisa bahan suatu pekerjaan bisa dihitung menggunakan analisa SNI.
Analisa SNI ini dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pemukiman. Analisa SNI merupakan pembaharuan dari analisa BOW 1921
(Burgeslijke Openbare Werken). Berdasarkan analisa SNI, koefisien bahan, upah
dan alat sudah ditetapkan untuk menganalisa harga atau biaya yang diperlukan
dalam membuat harga satuan pekerjaan. Komposisi perbandingan dan susunan
material, upah tenaga kerja dan peralatan pada suatu pekerjaan juga sudah
ditetapkan dalam SNI tersebut kemudian dikalikan dengan harga yang berlaku
dipasaran berdasarkan masing-masing satuan pekerjaan.
Di dalam analisa biaya SNI, indekstenaga kerja dan indeks bahan
bangunan yangdigunakanbersifat umum untuk setiap pekerjaan di seluruh
Indonesia. Namun pada kenyataannya tentuterdapat perbedaan produktifitas
tenaga kerja setiap daerahnya dan penggunaan material/bahan bangunan
padamasing-masing proyek. Hal ini jelas mengakibatkan adanya perbedaan indeks
tenaga kerja danindeks bahan bangunan pada masing-masing proyek.
Analisa satuan upah adalah perhitungan jumlah tenaga kerja dan biaya
upah yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek. Harga satuan upah
berbeda-beda pada setiap daerah. Jadi, setiap daerah mempunyai SNI masing-
masing untuk menentukan jumlah tenaga kerja dan biaya upah yang diperlukan.
Menurut Saksono, 2001:41 yang mengatakan bahwa jenis upah
yangbanyak dimanfaatkan di perusahaan-perusahaan diklasifikasikan menjadi dua
golongan yaitu :
1) Upah menurut waktu
Merupakan sistem pengupahan yang paling tua, dimana hasilpekerjaan tidak
merupakan ukuran khusus yaitu pekerja di bayarmenurut waktu yang
dihabiskan, misalnya perjam, per hari, perbulan, per tahun, misalnya :
a. Hari orang standar (standar man day)
Satuan upah dalam 1 hari kerja dan disingkat h.o atau m.d.,dimana 1 h.o.
(m.d) = upah standar dalam 1 hari kerja. Pekerjastandar adalah pekerja
terampil yang dapat mengerjakan satujenis pekerjaan saja misalnya pekerja

23

Universitas Sumatera Utara


gali, pekerja kayu, tukangbatu, tukang kayu, mandor, kepala tukang, dan
lain-lain.
b. Jam orang standar ( standar man hour)
Pemberian upah tenaga kerja yang dihitung berdasarkan jamkerja efektif
dan diberikan kepada tenaga yang bekerja sungguh-sungguh dan tidak boleh
lengah seperti pekerja pabrik, pekerjakonstruksi, dan lain-lain.
c. Bulan orang standar ( standar man month)
Pemberian upah untuk bulanan seperti pelaksana lapangan,manajer prroyek,
dan lain-lain.
2) Upah menurut hasil kerja
Dengan sistem ini tenaga kerja dibayar untuk jumlah unit pekerjaanyang
telah diselesaikan tanpa menghiraukan jumlah waktu yangdipergunakan.
a) Upah menurut standar waktu
Dengan sistem ini upah dibayarkan berdasarkan waktu yangtelah
distandarisasi guna menyelesaikan suatu pekerjaan.
b) Upah menurut kerja sama pekerja dan pengusaha
Sistem ini meliputi pembagian keuntungan yangpembayarannya dilakukan
kemudian sebagai tambahan atau dikombinasikan dengan sistem
pembayaran upah yang telahdisebutkan di atas.

2.11 Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian mengenai


penerapan manajemen proyek dengan metode Lean Project Management, yaitu :

(i) Itqan Archia “Penerapan Metode Lean Construction dan Penjadwalan


Critical Chain Project Management Dalam Pembangunan Proyek
Konstruksi Gedung Universitas Widya Mandala (UWM) Surabaya ”,
membahas dan menyimpulkan “1.) Aktivitas proyek pembangunan gedung
UWM yang dilakukan, didapat 62% aktivitas yang merupakan value added
activity, sedangkan 38% merupakan aktivitas yang termasuk non-value
adding but necessary activity. 2.) Pemborosan yang sering terjadi (critical
waste) adalah waiting, unnecessary inventory, dan inappropriate process.
3.) Hasil estimasi durasi proyek yang dapat dikurangi apabila waste

24

Universitas Sumatera Utara


tereliminasi adalah sebanyak 9-14 hari. 4.) Dan hasil penjadwalan
menggunakan metode CCPM didapatkan perhitungan waktu penyangga
(buffer time) sebesar 9 hari untuk feeding buffer dan 80 hari untuk project
buffer, sehingga estimasi durasi penyelesaian proyek apabila wwaktu
penyangga tidak dikonsumsi adalah 330 hari.” pada tahun 2015 di Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
(ii) Silvia Hermina Stevania Untu “Penerapan Metode Lean Project
Management Dalam Perencanaan Proyek Konstruksi (Studi Kasus:
Pembangunan Gedung Mantos Tahap III)”, membahas dan menyimpulkan
“1.) Waste atau kegiatan non value added yang muncul pada penelitian ini
adalah waiting defect, unnecessary motion dan excessive transportation. 2.)
Untuk menghindari traffic jam ditempuh dengan tindakan mencari rute
terpendek dari tempat pengangkutan menuju lokasi proyek. 3.) Peristiwa
risiko yang paling utama muncul pada proyek ini adalah masalah Acts of
God and Natural Hazard, karena perostiwa risiko tersebut sulit untuk
diprediksi. 4.) Dari hasil estimasi biaya, didapatkan total biaya yang
dibutuhkan sebanyak Rp. 72,391,666,414.56 dengan menggunakan metode
CCPM dan didapatkan percepatan waktu pengerjaan pada penjadwalan
sebesar 7 hari (termasuk buffer time).” pada tahun 2014 di Universitas Sam
Ratulangi Manado.
(iii) Karim M. B. “Perencanaan dan Pengendalian Proyek Konstruksi
Menggunakan Critical Chain Project Management dan Lean Construction
Untuk Meminimasi Waste (Studi Kasus: Pembangunan Gedung BPPKB
Tahap 2)”, membahas dan menyimpulkan “1.) Waste yang sering terjadi
pada proyek pembangunan gedung BPPKB adalah menunggu kedatangan
material, menunggu instruksi, menunggu ketersediaan tenaga kerja,
menunggu proses pengerjaan ulang, redesain detail pekerjaan, pembelian
ulang material dan pengerjaan ulang. 2.) Estimasi durasi proyek yang dapat
dikurangi apabila semua waste tereliminasi adalah sebanyak 12 hari. 3.)
Dari hasil penjadwalan menggunakan metode CCPM didapatkan waktu
penyangga sebesar 39.5 hari, sehingga estimasi durasi penyelesaian proyek
apabila waktu penyangga tidak terkonsumsi adalah 79 hari. 4.)

25

Universitas Sumatera Utara


Rekomendasi solusi mitigasi yang dapat direkomendasikan untuk
memitigasi masing-masing potensi risiko adalah penggunaan penerapan
daily huddle meeting, perubahan SOP perencanaan, pengembangan relasi
sumber tenaga kerja dan membangun hubungan jangka panjang denggan
supplier.” pada tahun 2012 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Surabaya.

26

Universitas Sumatera Utara


BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan logika keterkaitan antara data yang


harus dikumpulkan, dan kesimpulan-kesimpulan yang akan dihasilkan, dengan
pertanyaan awal suatu penelitian. Untuk mencapai maksudtersebut, diperlukan
perencanaan langkah-langkah yang sesuai yang akan diambilguna membantu
dalam proses penelitian.Oleh karena itu, pada bab ini akan dijelaskan strategi
penelitian yang akan dilaksanakan.

3.1 Lokasi Penelitian


Studi kasus ini mengambil lokasi penelitian di Proyek Pembangunan
GedungSekolah Madrasah Aliyah Persiapan Negeri 4 Medan yang beralamat di
Jln. Jala Raya (Griya Martubung) Kel. Besar, Kec. Medan Labuhan.

Gambar 3.1 Lokasi Proyek

27

Universitas Sumatera Utara


3.2 Studi Literatur
Melakukan studi literatur berupa landasan teori, metode yang digunakan
dalam mengolah data, serta hasil-hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya
dimana memiliki kaitan dan pendukung penelitian ini. Bertujuan untuk
memperoleh dasar ilmu dan aturan yang akan digunakan untuk merancang
langkah-langkah pengambilan dan pengolahan data.

3.3Pengumpulan Data
Untuk mencapai tujuan penelitian, diperlukan data yang akan digunakan
untuk diolah sesuai dengan landasan teori yang didapat, yaitu:
• Data primer: data yang diperoleh melalui peninjauan langsung di
lapangan dan wawancara dengan responden atau informan kunci (key
informan), yang dianggap mengetahui tentang faktor-faktor waste pada
Proyek Pembangunan GedungSekolah Madrasah Aliyah Persiapan
Negeri 4 Medan.
• Data sekunder: data yang dikumpulkan dari instansi terkait yang
berhubungan dengan penelitian ini, konsultan perencana, konsultan
pengawas, kontraktor dan owner serta dokumen-dokumen terkait dengan
pengembangan proyek tersebut. Dalam penelitian ini, data sekunder
berupa data pendukung yang dijadikan input dan referensi dalam
melakukan evaluasi waste dan penerapan lean construction terdiri dari
rencana anggaran biaya (RAB), Time Schedule (kurva S), analisa satuan
pekerjaan, analisa harga satuan.

3.3.1 Dokumentasi
Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat
penelitian, meliputi gambar kerja, rencana anggaran biaya, buku-buku yang
relevan, laporan kegiatan, foto-foto serta referensi lainnya yang relevan dengan
penelitian ini.

28

Universitas Sumatera Utara


3.3.2 Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
structured interview atau wawancara dengan struktur yang jelas. Dengan kata
lain, wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pertanyaan langsung
kepada topik khusus yang diajukan. Responden yang menjadi tujuan adalah
responden yang representatif dengan tujuan penelitian seperti pemimpin proyek,
manajer lapangan atau prektisi yang telah memiliki pengalaman dalam proyek
serupaterkait dengan permasalahan penelitian ini.

Beberapa pertanyaan dengan metode structured interview yang akan diajukan


adalah pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Pertanyaan Wawancara
Variabel Indikator Sub Indikator Pertanyaan/pernyataan
Diagram kerja Digram kerja ditempel di
masing-masing bagian
proyek
Increase Target kerja Target kinerja ditempel di
Lean Visualization area masing-masing
Construction proyek
Jadwal kerja Jadwal kerja ditempel di
area masing-masing
bagian proyek
Rambu-rambu Seberapa penting rambu
keselamatan keselamatan dipasang di
area kerja yang berpotensi
bahaya?
Apakah ada ditemukan
7 waste Defect cacat produk pada
lingkungan proyek?

29

Universitas Sumatera Utara


Apakah ada terjadi
Over kelebihan material pada
production lingkungan proyek?

Berapa lama waktu tunggu


yang terjadi pada saat
Waiting melanjutkan pekerjaan dari
satu pekerjaan ke
pekerjaan lain?
Apakah ada terjadi proses
Over procecing yang tidak dibutuhkan saat
pelaksanaan konstruksi?
Apakah ada pergerakan
Motion yang terjadi pada pekerja
maupun alat yang tidak
memberikan value
terhadap proyek?
Apakah ada kendala saat
Transportation pengiriman barang
maupun alat ke proyek?

3.3.3 Survey Lapangan


Pada tahap ini dilakukan pengecekan lokasi penelitian yang akan ditinjau.
Pengecekan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana keadaan
lapangan dan apa saja yang diperlukan untuk melakukan penelitian.

30

Universitas Sumatera Utara


3.4 Analisa dan Pengolahan Data
3.4.1 Identifikasi Material yang Berbiaya Besar dan Berpotensi
Menimbulkan Waste
Identifikasi material yang berbiaya besar bertujuan untuk mengetahui
material apa saja yang dipakai pada proyek dan untuk mengetahui dimana
material akan digunakan. Pada analisa ini, peneliti mengumpulkan data material
proyek melalui observasi langsung, RAB dan gambar kerja proyek.

3.4.2 Analisa Pareto


Analisa pareto dilakukan menggunakan data dari identifikasi mterial yang
berbiaya besar, sehingga didapat jenis-jenis material yang dominan
mempengaruhi biaya total. Jenis-jenis material tersebut akan dijadikan sebagai
objek untuk wawancara dan analisa waste level. Tahap awal dari analisa pareto
adalah mencari bobot tiap pekerjaan pada proyek, dengan rumus:

Tahap selanjutnya adalah mengurutkan pekerjaan tersebut dari bobot


terbesar ke bobot terkecil. Lalu hitung bobot kumulatif tiap pekerjaan yang sudah
diurutkan tersebut. Sehingga didapat jenis pekerjaan yang berada di antara bobot
kumulatif 0 sampai 80 persen (%). Pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang
dianggap sebagai pekerjaan dominan terhadap biaya proyek.

3.4.3 Menghitung Volume Material Terpasang


Menghitung volume ini dilakukan untuk mendapatkan volume material
yang telah terpasang setelah proses konstruksi telah selesai. Hasil dari perhitungan
volume ini akan digunakan untuk menghitung waste level. Volume terpasang akan
dihitung berdasarkan As Built Drawing.

3.4.4 Analisa Waste Level


Waste level dihitung untuk mengetahui volume waste dari massing-masing
material yang sudah diperoleh dari hasil identifikasi material. Pada analisa ini,

31

Universitas Sumatera Utara


kita dapat mengetahui material yang berpotensi menimbulkan waste. Waste level
dihitung dengan rumus:


3.4.5 Identifikasi Proses yang Menghasilkan Limbah Dengan Lean


Construction
Mengidentifikasi proses konstruksi yang ada pada Proyek Pembangunan
Gedung Sekolah Madrasah Aliyah Persiapan Negeri 4 Medan yang mempunyai
kemungkinan menghasilkan limbah. Jenis limbah (waste) yang akan diteliti
aldalah limbah konstruksi dengan lean constructionyaitu:
1. Defects
2. Overproduction
3. Waiting
4. Over processing
5. Motion
6. Transportation
7. Inventory

32

Universitas Sumatera Utara


“Evaluasi Waste dan Penerapan Metode Lean Project Management Pada Proyek
Konstruksi Gedung (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Gedung Sekolah Madrasah
Aliyah Persiapan Negeri 4Medan)”

Studi Literatur

Survey Pendahuluan Penelitian

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


- Identifikasi waste dan lean construction - Data berupa literatur teori yang
melalui peninjauan langsung. diperoleh dari buku-buku, referensi,
- Identifikasi waste dan lean construction jurnal-jurnal, serta penetilian
melalui wawancara atau interview. terdahulu.
- Rencana Anggaran Biaya (RAB)
- Shop Drawing dan As Built Drawing
- Data pemesenan bahan dan material
oleh kontraktor.

Pengolahan dan Analisis Data


- Identifikasi material dengan biaya tertinggi
- Perhitungan volume material terpasang
- Analisa waste level

Pembahasan Hasil Penelitian

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.3Diagram Alir Penelitian(Flow Chart)

33

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Material yang Berbiaya Besar dan Berpotensi Menimbulkan


Waste

Dalam melakukan identifikasi material, pertama kali yang harus dilakukan


adalah merangking trading consumable material berdasarkan total harganya,
selanjutnya adalah untuk mengurutkan dari harga material kosumsi tertinggi ke
yang terendah.
Tabel 4.1. Trading Consumable material

Volume HSPK Total Harga


No. Material Satuan
(Rp) (Rp)
1. Bekisting m2 2.565,01 249.500,00 639.969.995,00
2. Beton K250 Ready Mix m3 531,13 1.171.130,00 622.024.267,82
3. Keramik uk. 60x60 Homogeneus m2 1.952,38 200.000,00 390.476.000,00
4. Besi Beton Ulir D16 kg 28.024,42 13.500,00 378.329.605,20
5. Besi Beton Ulir D10 kg 22.550,31 13.500,00 304.429.176,00
6. Plafond Gypsum m2 1.646,59 100.000,00 164.659.000,00
7. Batu Bata 1:2 m2 1.634,27 63.000,00 102.959.010,00
8. Besi Beton Ulir D13 kg 5.748,62 13.500,00 77.606.380,80
9. Rangka Plafond Puring btg 1.266,61 43.000,00 54.464.230,00
10. Bekisting 2x pakai m2 399,50 124.750,00 49.837.625,00
11. Besi Beton Polos D16 kg 3.077,84 13.500,00 41.550.840,00
12. Keramik uk.30x60 Lokal m2 154,55 128.500,00 19.859.675,00
13. Besi Beton Polos D8 kg 1.355,18 13.500,00 18.294.930,00
14. Besi Beton Polos D10 kg 796,91 13.500,00 10.758.240,00
TOTAL 2.875.218.974,82

Data – data di dapat berdasarkan identifikasi harga dan volume yang terdapat
pada Bill Of Quantitydan shop drawing proyek. Data yang telah di identifikasi
selanjutnya di olah dengan program Microsoft Excel untuk mendapatkan diagram
pareto.

34

Universitas Sumatera Utara


4.2 Analisa Pareto

Setelah Trading Consumable Material dibuat selanjutnya pengolahan data


akan dihitung dengan analisa pareto. Tahap awal dari analisa pareto adalah
mencari bobot tiap pekerjaan pada proyek dengan rumus:

Bobot pekerjaan akan dihitung dengan menggunakan Microsoft Excel


berdasarkan dari tabel Trading Consumable Material. Hasil dari perhitungan
tersebut adalah :
Tabel 4.2. Hasil Analisa Pareto
Volume HSPK Total Harga Kumulatif Harga Bobot Kumulatif Bobot
No. Material Satuan
(Rp) (Rp) (Rp) (%) (%)
1. Bekisting m2 2.565,01 249.500,00 639.969.995,00 639.969.995,00 22,26 22,26
2. Beton K250 Ready Mix m3 531,13 1.171.130,00 622.024.267,82 1.261.994.262,82 21,63 43,89
3. Keramik uk. 60x60 Homogeneus m2 1.952,38 200.000,00 390.476.000,00 1.652.470.262,82 13,58 57,47
4. Besi Beton Ulir D16 kg 28.024,42 13.500,00 378.329.605,20 2.030.799.868,02 13,16 70,63
5. Besi Beton Ulir D10 kg 22.550,31 13.500,00 304.429.176,00 2.335.229.044,02 10,59 81,22
6. Plafond Gypsum m2 1.646,59 100.000,00 164.659.000,00 2.499.888.044,02 5,73 86,95
7. Batu Bata 1:2 m2 1.634,27 63.000,00 102.959.010,00 2.602.847.054,02 3,58 90,53
8. Besi Beton Ulir D13 kg 5.748,62 13.500,00 77.606.380,80 2.680.453.434,82 2,70 93,23
9. Rangka Plafond Puring btg 1.266,61 43.000,00 54.464.230,00 2.734.917.664,82 1,89 95,12
10. Bekisting 2x pakai m2 399,50 124.750,00 49.837.625,00 2.784.755.289,82 1,73 96,85
11. Besi Beton Polos D16 kg 3.077,84 13.500,00 41.550.840,00 2.826.306.129,82 1,45 98,30
12. Keramik uk.30x60 Lokal m2 154,55 128.500,00 19.859.675,00 2.846.165.804,82 0,69 98,99
13. Besi Beton Polos D8 kg 1.355,18 13.500,00 18.294.930,00 2.864.460.734,82 0,64 99,63
14. Besi Beton Polos D10 kg 796,91 13.500,00 10.758.240,00 2.875.218.974,82 0,37 100,00
TOTAL 2.875.218.974,82 100,00
Setelah kumulatif persen biaya didapat maka bisa dibuat grafik analisa yang
dikombinasikan dengan grafik pareto yang akan menghasilkan grafik analisa
pareto.

35

Universitas Sumatera Utara


GRAFIK PARETO
3.000.000.000 100
90
2.500.000.000 80
70
2.000.000.000 60
50
1.500.000.000 40
30
1.000.000.000 20
10
500.000.000 0

Kumulatif Harga (Rp) Kumulatif Bobot (%)

Gambar 4.1 : Grafik Pareto

Dari analisa pareto materialyang akan dipilih adalah lima item pekerjaan
yang memiliki nilai tertinggi dalam analisa trading consumable material. Lima
material tersebut adalah Bekisting, Beton K250 Ready Mix, Keramik ukuran
60x60 Homogeneus, Besi Beton Ulir D16 mm dan Besi Beton Ulir D10 mm.

4.3 Menghitung Volume Material Terpasang

Volume material terpasang dengan menghitung volume material yang ada


pada as built drawing. Material yang akan dihitung yaitu 5 material yang telah
didapatkan berdasarkan analisa pareto yaitu :Bekisting, Beton K250 Ready Mix,
Keramik ukuran 60x60 Homogeneus, Besi Beton Ulir D16 mm dan Besi Beton
Ulir D10 mm.

4.3.1. Bekisting

Volume bekisting yang diperlukan dihitung dengan mencari luas dari setiap
pekerjaan yang membutuhkan bekisting di setiap bangunan sesuaias built drawing.

Dari semua jenis pekerjaan yang telah di ukur dan dihitung menggunakan
Microsoft Excel maka di dapat volume bekisting sebagai berikut :

36

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3. Perhitungan Volume Bekisting Terpakai

Ukuran (m)
No. Jenis Pekerjaan Volume
Panjang Lebar Tinggi
1. Pek. Plat level, elv 2.8, beton bertulang K 250 (atas dan bawah jendela) 0,4 3 0,12 9,94
2. Pek.Balok 25x50, elv.4.00 beton bertulang k 250 163 0,25 0,38 164,63
3. Pek.Balok 20x40, elv.4.00 beton bertulang k 250 114,2 0,2 0,28 86,79
4. Pek.Balok 15x20, elv.4.00 beton bertulang k 250 9,8 0,15 0,2 3,92
5. Pek. Plat Lantai,elv 4.00 beton bertulang K 250 31,4 11,1 0,12 378,61
6. Pek. Plat Tangga, Beton Bertulang K 250 9 1,2 0,27 15,66
7. Pek. Balok Bordes Tangga 20x30, Beton Bertulang K 250 19,1 0,2 0,18 7,26
8. Pek. Plat Lantai Bordes, beton bertulang K 250 4,3 3,5 1 15,05
9. Pek. Plat level, elv 6.90, beton bertulang K 250 0,4 3 0,12 9,94
10. Pek. Balok 25x60,elv 8.00 beton bertulang K 250 163 0,25 0,48 197,23
11. Pek. Balok 20x40,elv 8.00 beton bertulang K 250 114,2 0,2 0,28 86,79
12. Pek. Balok 15x20,elv 8.00 beton bertulang K 250 9,8 0,15 0,2 3,92
13. Pek. Plat Lantai,elv 8.00 beton bertulang K 250 31,4 11,1 0,12 358,74
14. Pek. Plat Tangga, beton bertulang K 250 9 1,2 0,27 20,52
15. Pek. Balok Bordes Tangga 20x30, Beton Bertulang K 250 19,1 0,2 0,18 7,26
16. Pek. Plat Lantai Bordes, beton bertulang K 250 1,9 3,5 1 6,65
17. Pek. Plat level, elv 12.90, beton bertulang K 250 0,4 3 0,12 9,94
18. Pek. Balok 25x60,elv 12.00 beton bertulang K 250 163 0,25 0,48 197,23
19. Pek. Balok 20x40,elv 12.00 beton bertulang K 250 114,2 0,2 0,28 86,79
20. Pek. Balok 15x20,elv 12.00 beton bertulang K 250 9,8 0,15 0,2 3,92
21. Pek. Plat Lantai,elv 12.00 beton bertulang K 250 31,4 11,1 0,12 339,55
22. Pek. Plat Tangga, beton bertulang K 250 9 1,2 0,27 20,52
23. Pek. Balok Bordes Tangga 20x30, Beton Bertulang K 250 19,1 0,2 0,18 7,26
24. Pek. Plat Lantai Bordes, beton bertulang K 250 1,9 3,5 1 6,65
25. Pek. Plat level, elv 12.90, beton bertulang K 250 0,4 3 0,12 6,62
26. Pek. Balok 25x60,elv 12.00 beton bertulang K 250 117,9 0,25 0,48 142,66
27. Pek. Balok 20x40,elv 12.00 beton bertulang K 250 81,3 0,2 0,28 61,79
28. Pek. Balok 15x20,elv 12.00 beton bertulang K 250 7,35 0,15 0,2 2,94
29. Pek. Plat Lantai,elv 12.00 beton bertulang K 250 22,1 11,1 0,12 234,09
30. Pek. Plat Tangga, beton bertulang K 250 9 1,2 0,27 20,52
31. Pek. Balok Bordes Tangga 20x30, Beton Bertulang K 250 19,1 0,2 0,18 7,26
32. Pek. Plat Lantai Bordes, beton bertulang K 250 1,9 3,5 1 6,65
33. Pek. Balok 25x50,elv 12.00 beton bertulang K 250 19,4 0,25 0,38 7,37
34. Pek. Plat Lantai,elv 12.00 beton bertulang K 250 4,1 7,4 1 30,34
TOTAL 2.565,01

4.3.2 Beton Ready Mix K 250


Volume kebutuhan beton ready mix K 250 pada proyek konstruksi dalam
studi kasus ini dihitung dari setiap jenis pekerjaan sesuai dengan as built drawing
untuk selanjutnya didapat hasil seperti pada tabel di bawah.

37

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.4. Perhitungan Volume Beton Ready Mix K 250
Ukuran
No. Uraian Pekerjaan Jumlah Unit Volume
Panjang Lebar Tinggi
PEKERJAAN LANTAI 1
1. Pek. Pondasi Tapak(PT 1), beton bertulang K250 1,00 1,5 0,6 21,00 18,90
2. Pek. Pondasi Tapak(PT 2), beton bertulang K250 1 1 0,5 9,00 4,50
3. Pek. Pedestal P1 Beton Bertulang K 250 0,40 0,4 0,9 21,00 3,02
4. Pek. Pedestal P2 Beton Bertulang K 250 0,3 0,3 1 9,00 0,81
5. Pek. Sloof SL 1 uk. 25x40cm Beton Bertulang K 250 163 0,25 0,4 1 16,30
6. Pek. Sloof SL 2uk. 20x30cm Beton Bertulang K 250 51,4 0,2 0,3 6 18,50
7. Pek. Sloof SL 3 uk. 15x20cm Beton Bertulang K 250 9,8 0,15 0,2 1 0,29
8. Pek. Kolom uk 40x40cm Beton Bertulang K 250 0,4 0,4 3,5 21 11,76
9. Pek. Kolom uk 30x30cm Beton Bertulang K 250 0,3 0,3 3,6 9 2,92
10. Pek. Plat level, elv 2.8, beton bertulang K 250 (atas dan Bawah Jendela) 0,4 3 0,12 6 0,86
11. Pek. Balok 25x50,elv 4.00 beton bertulang K 250 163 0,25 0,5 1 20,38
12. Pek. Balok 20x40,elv 4.00 beton bertulang K 250 114,2 0,2 0,4 1 9,14
13. Pek. Balok 15x20,elv 4.00 beton bertulang K 250 9,8 0,15 0,2 1 0,29
14. Pek. Plat Lantai,elv 4.00 beton bertulang K 250 31,4 11,1 0,12 1 41,82
15. Pek. Pedestal Tangga, Beton Bertulang K 250 1,3 0,2 1 1 0,26
16. Pek. Plat Tangga, Beton Bertulang K 250
Plat Tangga 9 1,2 0,12 1 1,30
Anak Tangga 1,2 0,3 0,15 1 0,05
17. Pek. Balok Bordes Tangga 20x30, Beton Bertulang K 250 19,1 0,2 0,3 1 1,15
18. Pek. Plat Lantai Bordes, beton bertulang K 250 4,3 3,5 0,12 1 1,81

PEKERJAAN LANTAI 2
19. Pek. Kolom uk 40x40 cm, beton bertulang K 250 0,4 0,4 3,4 21 11,42
20. Pek. Kolom uk 30x30 cm Beton Bertulang K 250 0,3 0,3 3,6 9 2,92
21. Pek. Plat level, elv 6.90, beton bertulang K 250 4 3 0,12 6 8,64
22. Pek. Balok 25x60,elv 8.00 beton bertulang K 250 163 0,25 0,6 1 24,45
23. Pek. Balok 20x40,elv 8.00 beton bertulang K 250 114,2 0,2 0,4 1 9,14
24. Pek. Balok 15x20,elv 8.00 beton bertulang K 250 9,8 0,15 0,2 1 0,29
25. Pek. Plat Lantai,elv 8.00 beton bertulang K 250 31,4 11,1 0,12 1 41,82
26. Pek. Plat Tangga, beton bertulang K 250 9 1,2 0,12 1 1,30
27. Pek. Balok Bordes Tangga 20x30, Beton Bertulang K 250 19,1 0,2 0,3 1 1,15
28. Pek. Plat Lantai Bordes, beton bertulang K 250 1,9 3,5 0,12 1 0,80
PEKERJAAN LANTAI 3
29. Pek. Kolom uk 40x40 cm, beton bertulang K 250 0,4 0,4 3,4 21 11,42
30. Pek. Kolom uk 30x30 cm Beton Bertulang K 250 0,3 0,3 3,6 9 2,92
31. Pek. Plat level, elv 12.90, beton bertulang K 250 4 3 0,12 6 8,64
32. Pek. Balok 25x60,elv 12.00 beton bertulang K 250 163 0,25 0,6 1 24,45
33. Pek. Balok 20x40,elv 12.00 beton bertulang K 250 114,2 0,2 0,4 1 9,14
34. Pek. Balok 15x20,elv 12.00 beton bertulang K 250 9,8 0,15 0,2 1 0,29
35. Pek. Plat Lantai,elv 12.00 beton bertulang K 250 31,4 11,1 0,12 1 41,82
36. Pek. Plat Tangga, beton bertulang K 250
Plat Tangga 9 1,2 0,12 1 1,30
Anak Tangga 1,2 0,3 0,15 1 0,05
37. Pek. Balok Bordes Tangga 20x30, Beton Bertulang K 250 19,1 0,2 0,3 1 1,15
38. Pek. Plat Lantai Bordes, beton bertulang K 250 1,9 3,5 0,12 1 0,80

38

Universitas Sumatera Utara


PEKERJAAN LANTAI IV
39. Pek. Kolom uk 40x40 cm, beton bertulang K 250 0,4 0,4 3,4 16 8,70
40. Pek. Kolom uk 30x30 cm Beton Bertulang K 250 0,3 0,3 3,6 7 2,27
41. Pek. Plat level, elv 12.90, beton bertulang K 250 0,4 3 0,12 4 0,58
42. Pek. Balok 25x60,elv 12.00 beton bertulang K 250 127,7 0,25 0,6 6 114,93
43. Pek. Balok 20x40,elv 12.00 beton bertulang K 250 141,3 0,2 0,4 1 11,30
44. Pek. Balok 15x20,elv 12.00 beton bertulang K 250 7,35 0,15 0,2 1 0,22
45. Pek. Plat Lantai,elv 12.00 beton bertulang K 250 22,1 11,1 0,12 1 29,44
46. Pek. Plat Tangga, beton bertulang K 250
Plat Tangga 9 1,2 0,12 1 1,30
Anak Tangga 1,2 0,3 0,15 1 0,05
47. Pek. Balok Bordes Tangga 20x30, Beton Bertulang K 250 29,1 0,2 0,3 1 1,75
48. Pek. Plat Lantai Bordes, beton bertulang K 250 1,9 3,5 0,12 1 0,80
PEKERJAAN LANTAI 4
49. Pek. Kolom uk 40x40 cm, beton bertulang K 250 0,4 0,4 2 4 1,28
50. Pek. Balok 25x50,elv 12.00 beton bertulang K 250 0,25 0,5 4,2 1 0,53
51. Pek. Plat Lantai,elv 12.00 beton bertulang K 250 0,4 0,4 0,12 1 0,02
TOTAL 531,13

4.3.3 Keramik Homogeneus ukuran 60x60


Perhitungan kebutuhan volume keramik homogeneus ukuran 60x60 pada
proyek konstruksi dalam studi kasus ini dicari berdasarkan luasan lantai dan
dinding yang akan ditutup keramik homogeneus ukuran 60x60 sesuai as built
drawing. Perhitungan menggunakan program Microsoft Excel yang hasilnya
tertuang pada tabel berikut ini:

39

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.5 Perhitungan Volume Keramik Homogeneus uk. 60x60
Ukuran (m)
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Batangan Volume
Panjang Lebar Tinggi
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING (Lt. 1)
1. Pek. Pas. Keramik Lantai uk 60x60 Homogeneos
Ruangan 10,95 27,45 300,58
Bawah Tangga 6,8 3,5 23,80
Keramik Tangga 1,2 0,3 0,15 27 14,58
Keramik Bordes 4,3 3,5 15,05
2. Pek. Pas. Keramik dinding uk 30x60 Homogeneos 29,85 1,5 44,78
3. Pek. Pas Keramik Plint Uk. 10x60 Homogeneos 114,46 114,46
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING (Lt. 2)
4. Pek. Pas. Keramik Lantai uk 60x60 Homogeneos
Kramik Ruangan 10,95 27,45 300,58
Kramik Jln Ke KM 0,9 4,3 3,87
Kramik Depan Tangga 2,5 3,5 8,75
Keramik Tangga 1,2 0,3 0,15 27 14,58
Keramik Bordes 1,9 3,5 6,65
5. Pek. Pas. Keramik dinding uk 30x60 Homogeneos 29,85 1,5 44,78
6. Pek. Pas Keramik Plint Uk. 10x60 Homogeneos 152,56 152,56
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING (Lt. 3)
7. Pek. Pas. Keramik Lantai uk 60x60 Homogeneos
Ruangan 10,95 27,45 300,58
Jalan Ke KM 0,9 4,3 3,87
Depan Tangga 2,5 3,5 8,75
Keramik Tangga 1,2 0,3 0,15 27 14,58
Keramik Bordes 1,9 3,5 6,65
8. Pek. Pas. Keramik dinding uk 30x60 Homogeneos, t=1,2 m 29,85 1,5 44,78
9. Pek. Pas Keramik Plint Uk. 10x60 Homogeneos 152,56 152,56
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING (Lt. 4)
10. Pek. Pas. Keramik Lantai uk 60x60 Homogeneos 11,085 22,07 244,65
Keramik Tangga 1,2 0,3 0,15 27 14,58
Keramik Bordes 1,9 3,5 6,65
11. Pek. Pas. Keramik dinding uk 60x60 Homogeneos, t=1,2 m 16 1,2 19,20
12. Pek. Pas Keramik Plint Uk. 10x60 Homogeneos 115,3 115,30
TOTAL 1.962,56

4.3.2. Besi Tulangan


Volume besi yang akan di hitung adalah Besi Beton Ulir D16mm dan Besi
Beton Ulir D10mm berdasarkan Bill Of Quantity dan As Built Drawing. Tujuan
dari pembesian ini adalah untuk medapatkan berat total besi yang terpasang dalam
satuan Kilogram (Kg).

40

Universitas Sumatera Utara


Tabel.4.6 Perhitungan Volume Besi Beton Ulir D16

Ukuran
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Unit Jumlah Batangan Diameter Berat per Meter Volume
Panjang Lebar
1. Pek. Balok 25x50,elv 4.00 beton bertulang K 250
Arah X Tul Atas & Bawah 32,68 3 10 16 1,58 1.549,03
Tul Tumpuan & Lapangan 35,88 3 2 16 1,58 340,14
Arah Y Tul Atas & Bawah 8,60 8 10 16 1,58 1.087,04
Tul Tumpuan & Lapangan 11,16 8 2 16 1,58 282,12

2. Pek. Balok 25x60,elv 8.00 beton bertulang K 250


Arah X Tul Atas & Bawah 32,68 3 10 16 1,58 1.549,03
Tul Tumpuan & Lapangan 35,88 3 2 16 1,58 340,14
Arah Y Tul Atas & Bawah 8,6 8 10 16 1,58 1.087,04
Tul Tumpuan & Lapangan 11,16 8 2 16 1,58 282,12

3. Pek. Balok 25x60,elv 12.00 beton bertulang K 250


Arah X Tul Atas & Bawah 32,68 3 10 16 1,58 1.549,03
Tul Tumpuan & Lapangan 35,88 3 2 16 1,58 340,14
Arah Y Tul Atas & Bawah 8,60 8 10 16 1,58 1.087,04
Tul Tumpuan & Lapangan 11,16 8 2 16 1,58 282,12

4. Pek. Balok 25x60,elv 12.00 beton bertulang K 250


Pinggang 23,38 3 12 16 1,58 1.329,85
Pinggang 8,60 6 12 16 1,58 978,34
Pinggang 23,38 3 2 16 1,58 221,64
Pinggang 23,38 6 2 16 1,58 443,28

5. Pek. Kolom uk 40x40cm Beton Bertulang K 250 4.890,39

6. Pek. Kolom uk 30x30cm Beton Bertulang K 250 776,89

7. Pek. Kolom uk 40x40 cm, beton bertulang K 250 4.008,52

8. Pek. Kolom uk 30x30 cm Beton Bertulang K 250 795,98

9. Pek. Kolom uk 40x40 cm, beton bertulang K 250 4.008,52

10. Pek. Kolom uk 30x30 cm Beton Bertulang K 250 795,98


VOLUME TOTAL 28.024,42

Tabel 4.7 Perhitungan Volume Besi Beton Ulir D10

Ukuran
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Unit Jumlah Batangan Diameter Berat per Meter Volume
Panjang Lebar
1. Pek. Sloof SL 2uk. 20x30cm Beton Bertulang K 250
Arah X Tul Atas & Bawah 32,20 1,00 6,00 10 0,62 119,78
Tul Tumpuan & Lapangan 34,20 1,00 2,00 10 0,62 42,41
Arah Y Tul Atas & Bawah 2,50 8,00 6,00 10 0,62 74,40
Tul Tumpuan & Lapangan 2,90 8,00 2,00 10 0,62 28,77
Arah X 32,20 2,00 74,00 10 0,62 2954,67
Arah Y 11,10 2,00 209,33 10 0,62 2881,26
Kursi 0,50 128,00 10 0,62 39,68
5875,62
2. Pek. Plat Lantai,elv 8.00 beton bertulang K 250
Arah X 32,20 2,00 74,00 10 0,62 2954,67
Arah Y 11,10 2,00 209,33 10 0,62 2881,26
Kursi 0,50 128,00 10 0,62 39,68

3. Pek. Plat Lantai,elv 12.00 beton bertulang K 250


Arah X 32,20 2,00 74,00 10 0,62 2954,67
Arah Y 11,10 2,00 209,33 10 0,62 2881,26
Kursi 0,50 128,00 10 0,62 39,68

4. Pek. Plat Lantai,elv 12.00 beton bertulang K 250


Arah X 22,90 2,00 74,00 10 0,62 2101,30
Arah Y 11,10 2,00 147,33 10 0,62 2027,90
Kursi 0,50 88,00 10 0,62 27,28

5. Pek. Plat Lantai,elv 12.00 beton bertulang K 250


Arah X 4,10 2,00 49,33 10 0,62 250,81
Arah Y 7,40 2,00 27,33 10 0,62 250,81
VOLUME TOTAL 22550,31

41

Universitas Sumatera Utara


Seluruh gambar dan tabulasi perhitungan detail balok, tie beam, kolom, pile
cap, plat lantai, pembesian tangga akan disajikan dalam lampiran.Pembesian
dipasang pada bagian – bagian berikut :

1. Balok dan Tie Beam


Perhitungan pembesian pada balok dan tie beam yaitu denganmembuat
tabulasi dari tipe tulangan, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi dari as ke as
(m), jumlah besi, Panjang Total (m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total
(Kg).

a. Tipe Tulangan

Gambar 4.2. Tipe Tulangan Pada Balok

Dimana
a = Tulangan atas sepanjang bentang
b = Tulangan bawah sepanjang bentang
c = Tulangan atas di tumpuan
d = Tulangan bawah di lapangan
e = tulangan tengah

b. Diameter
Diameter di dapat dari gambar detail balok, kemudian akan ditabulasikan. Seluruh
gambar detail balok dan tie beam akan disajikan dalam lampiran.

c. Berat Besi
Rumus untuk perhitungan berat besi yaitu
2 /4
Dimana :

42

Universitas Sumatera Utara


D = diameter besi
BJ = Berat jenis besi (7850 Kg/m3)
Π= 3.14
Maka dari rumus diatas didapat :
Berat besi D10 = 0.62 Kg/m
Berat besi D16 = 1.58 Kg/m
d. Panjang besi
Panjang besi didapat dari gambar denah balok as built drawing. Perhitungannya
adalah

Gambar 4.3. Prinsip dasar Penulangan pada balok

Gambar
Panjang Bentang as ke as = L
Panjang Tumpuan =¼L
Panjang Lapangan =½L

43

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.4. Penulangan Akhir Balok Pada Kolom

Gambar 4.5. Sambungan Penulangan Balok

a. Jumlah Besi
Menghitung jumlah besi seluruhnya didapatkan dengan melihat gambar detail
balok dan denah balok pada as built drawing.

44

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.6. Detail Balok
Perhitungannya yaitu dengan cara menghitung jumlah besi disetiap tipe (a,b,c,d,e)
lalu dikalikan dengan jumlah bentang balok yang mempunyai panjang yang sama.

b. Panjang Total

Panjang total di dapatkan dari rumus

Dimana : p = panjang besi


n = Jumlah besi

c. Berat Total

Berat total di dapatkan dari rumus

d. Panjang dan jumlah sengkang


Panjang sengkang didapat dengan rumus
2 ! 2 2
Dimana : H = Tinggi beton
B = Lebar beton
S Beton = Selimut beton

Jumlah sengkang didapat dengan rumus

" "
# #
! %& '
1 2

45

Universitas Sumatera Utara


Dimana :
n sengkang= Jumlah sengkang
L= Panjang bentang
1= Jarak antar sengkang di tumpuan
2= Jarak antar sengkang di lapangan

e. Kolom

Perhitungan pembesian pada kolom yaitu dengan membuat tabulasi dari


tipe tulangan, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi (m), jumlah besi, Panjang
Total (m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total (Kg).

a. Tipe Tulangan
Pada kolom tipe tulangan hanya ada satu yaitu tipe a saja.
b. Diameter
Diameter di dapat dari gambar detail kolom, kemudian akan ditabulasikan. Seluruh
gambar detail kolom akan disajikan dalam lampiran.

c. Berat besi
Rumus untuk perhitungan berat besi yaitu
2 /4
Dimana :
D = diameter besi
BJ = Berat jenis besi (7850 Kg/m3)
Π= 3.14
Maka dari rumus diatas didapat :
Berat besi D10 = 0.62 Kg/m
Berat besi D16 = 1.58 Kg/m
d. Panjang besi
Panjang Besi di dapat dengan melihat gambar denah atau potongan yang ada di as
built drawing.

46

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.7. Prinsip Penulangan Kolom

Gambar 4.8. Pertemuan Akhir Kolom Pada Balok

e. Jumlah besi
Menghitung jumlah besi seluruhnya didapatkan dengan melihat gambar detail
balok dan denah balok pada as built drawing.

47

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.9. Detail Kolom

Perhitungannya yaitu dengan cara menghitung jumlah besi disetiap tipe (a,) lalu
dikalikan dengan jumlah kolom.

f. Panjang Total
Panjang total di dapatkan dari rumus

Dimana : p = panjang besi


n = Jumlah besi

g. Berat total
Berat total di dapatkan dari rumus

h. Panjang dan jumlah sengkang


Panjang sengkang didapatkan dengan rumus
( 2 ! 2 )
Dimana : H = Tinggi beton
B = Lebar beton
S Beton = Selimut beton
n Besi= jumlah besi pada sengkang

48

Universitas Sumatera Utara


Jumlah sengkang didapatkan dengan rumus
* & & * * & &
!
1 2
Dimana :
n sengkang= Jumlah sengkang
L= Tinggi kolom
1= Jarak antar sengkang di tumpuan
2= Jarak antar sengkang di lapangan
n kolom= Jumlah kolom

i. Plat Lantai

Perhitungan pembesian pada Plat Lantai yaitu dengan membuat tabulasi


dari tipe tulangan, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi (m), jumlah besi,
Panjang Total (m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total (Kg).

a. Tipe Tulangan

Tipe tulangan pada plat lantai dibagi atas 3 jenis yaitu

1. Tulangan arah horizontal


2. Tulangan arah vertical
3. Besi Kursi

Gambar 4.10. Detail Plat

b. Diameter

49

Universitas Sumatera Utara


Diameter di dapat dari gambar detail Plat, kemudian akan ditabulasikan. Seluruh
gambar detail Plat akan disajikan dalam lampiran.

c. Berat Besi
Rumus untuk perhitungan berat besi yaitu
2 /4
Dimana :
D = diameter besi
BJ = Berat jenis besi (7850 Kg/m3)
Π= 3.14
Maka dari rumus diatas didapat :
Berat besi D10 = 0.62 Kg/m
Berat besi D16 = 1.58 Kg/m
d. Panjang Besi

Panjang Besi di ukur berdasarkan gambar denah plat lantai.

e. Jumlah Besi

Jumlah besi Dihitung dengan rumus

& '
%
Dimana :
P = Panjang as ke as
Untuk besi kursi jarak antar besi yaitu 1m

f. Panjang Total
Panjang total di dapatkan dari rumus

Dimana : p = panjang besi
n = Jumlah besi
g. Berat Total
Berat total di dapatkan dari rumus:

j. Pile Cap

50

Universitas Sumatera Utara


Perhitungan pembesian pada Pile Cap yaitu dengan membuat tabulasi dari
tipe tulangan, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi (m), jumlah besi,
Panjang Total (m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total (Kg).

a. Tipe Tulangan
Pada pile cap terdapat 4 tipe besi yaitu :
1. Serat atas arah x
2. Serat atas arah y
3. Serat bawah arah x
4. Serat bawah arah y

Gambar 4.11. Detail Pile Cap

b. Diameter

Diameter di dapat dari gambar detail Plat, kemudian akan ditabulasikan. Seluruh
gambar detail Plat akan disajikan dalam lampiran

c. Berat Besi
Rumus untuk perhitungan berat besi yaitu

51

Universitas Sumatera Utara


2 /4
Dimana :
D = diameter besi
BJ = Berat jenis besi (7850 Kg/m3)
Π= 3.14
Maka dari rumus diatas didapat :
Berat besi D10 = 0.62 Kg/m
Berat besi D16 = 1.58 Kg/m
d. Panjang Besi

Panjang besi didapatkan dengan rumus

2 ! 2

Dimana :

P = Panjang pile cap


s beton = selimut beton
P pengait= panjang pengait (besi yang dibengkokkan)

e. Jumlah Besi

Jumlah besi didapatkan dengan rumus

2
%& ' %& ' % + ,
%

Dimana :
P= Panjang pile cap

f. Panjang Total
Panjang total di dapatkan dari rumus

Dimana : p = panjang besi
n = Jumlah besi
g. Berat Total

52

Universitas Sumatera Utara


Berat total di dapatkan dari rumus

k. Tangga

Perhitungan pembesian pada Pile Cap yaitu dengan membuat tabulasi dari
tipe tulangan, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi (m), jumlah besi, Panjang
Total (m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total (Kg).

a. Tipe Tulangan
Pada tangga tulangan dibagi atas 5 macam yaitu :
1. Tulangan Plat Vertikal
2. Tulangan Plat Horizontal
3. Tulangan Anak Tangga Horizontal
4. Tulangan Anak Tangga Vertikal
5. Tulangan Bordes Horizontal

Gambar 4.12. Detail Tangga

b. Diameter

Diameter di dapat dari gambar detail tangga, kemudian akan ditabulasikan. Seluruh
gambar detail kolom akan disajikan dalam lampiran.

c. Berat Besi
Rumus untuk perhitungan berat besi yaitu

53

Universitas Sumatera Utara


2 /4
Dimana :
D = diameter besi
BJ = Berat jenis besi (7850 Kg/m3)
Π= 3.14
Maka dari rumus diatas didapat :
Berat besi D10 = 0.62 Kg/m
Berat besi D16 = 1.58 Kg/m

d. Panjang Besi
Mencari panjang besi yaitu dengan mengukur besi langsung dari gambar as built
drawing

e. Jumlah Besi

Jumlah besi di dapatkan dengan rumus

%
%& '
%

f. Panjang Total
Panjang total di dapatkan dari rumus

Dimana : p = panjang besi
n = Jumlah besi
g. Berat Total
Berat total di dapatkan dari rumus

54

Universitas Sumatera Utara


4.4 Analisa Waste Level

Berdasarkan Hasil Perhitungan volume dari as built drawing dan data logistik yang
telah diberikan, maka waste level yang di dapatkan adalah

Tabel 4.8 : Hasil analisa Waste Level

No. Bahan dan Material Volume Terpasang Volume Dipesan Satuan Volume Waste Waste Level (%)

1. Bekisting 2.565,01 2.600,00 m2 34,99 1,35


2. Beton Ready Mix K 250 531,13 535,00 m3 3,87 0,72
3. Keramik Homogeneus uk. 60x60 1.952,38 2.000,00 m2 47,62 2,38
4. Besi Beton Ulir D16 28.024,42 28.500,00 kg 475,58 1,67
5. Besi Beton Ulir D10 22.550,31 23.500,00 kg 949,69 4,04
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa material yang memiliki presentase waste
level terbesar adalah Besi Beton Ulir D10 mm dengan volume waste sebesar
949,69 Kg dan waste level sebesar 4,04%. Sedangkan material yang memiliki
presentase waste level terkecil adalah Beton Ready Mix K 250 dengan volume
waste sebesar 3,87 m3 dan waste level sebesar 0,72%. Dari tabel juga dapat dilihat
bahwa material yang memiliki volume waste tinggi tidak selalu memiliki waste
level yang tinggi juga karena waste level dipengaruhi bukan hanya oleh volume
waste tetapi rasio volume waste dengan volume yang direncanakan.

4.5 Identifikasi proses yang menghasilkan limbah dengan lean construction

a. Defect

Untuk membantu menghilangkan defectdan pengerjaan ulang dari rutinitas


di proyek, pelaksana harus memiliki pemahaman penuh dari semua persyaratan
kerja dan kebutuhan owner sebelum memulai tugas. Pekerjaan sederhana, seperti
daftar periksa dan rencana kerja standar, dapat membuat perbedaan besar juga.

b. Over Production

Berdasarkan wawancara dengan site manager proyek, ada terjadi over


production pada pembesian dan pasangan penutup lantai dan dinding. Hal ini
terjadi karena kurangnya optimasi material di proyek oleh pelaksana tetapi
kelebihan material akibat over production namun tidak terlalu signifikan. Untuk

55

Universitas Sumatera Utara


menghilangkan over production dari rutinitas harian proyek, sebaiknya fokus
pada:memproduksi bahan-bahan Just In Time daripada Just In Case, menerapkan
prosedur untuk setiap proses dan tugas yang telah selesai, serta menjaga proses
mengalir untuk mencegah kemacetan.

c. Waiting

Waiting terjadi setiap kali pekerjaan harus berhenti untuk beberapa alasan
seperti karena ada yang rusak, sedang menunggu respon, sedang menunggu
kedatangan material, atau sudah kehabisan material. Berdasarkan hasil wawancara
dengan project manager, waiting terjadi dikarenakan lamanya kedatangan material
sehingga pekerja harus lembur yang mengakibatkan bertambahnya cost proyek.
Lamanya kedatangan material ini disebabkan kurangnya transportasi dari pihak
pengirim material dan lamanya proses standarisasi material dari pabrik. Menunggu
tidak selalu bisa dihindari tetapi kita dapat membuat rencana dalam menuggu. Tim
pelaksana proyek harus dapat memahami waktu pemilihan material, pemilihan
produsen material, dan dapat merencakan value added task.

d. Over Processing

Over processing terjadi karena kita atau orang di sekitar kita meluangkan
waktu untuk melakukan pekerjaan yang tidak perlu atau tidak menambah nilai
kepada pelanggan. Pada proyek ini, over processing tidak terlalu signifikan pada
waste material karena berdasarkan wawancara dengan project manager proyek,
tidak terlalu banyak over processing yang terjadi di proyek.

e. Motion

Motion yaitu setiap waktu yang dihabiskan bergerak di sekitar, bukannya


melakukan pekerjaan yang menambah value. Kurangnya profesionalitas dari
pekerja dapat mempengaruhi motion. Pada proyek ini masih ada pekerja yang tidak
tahu melakukan pekerjaannya sehingga pekerja tersebut memperlambat proses
konstruksi. Solusi dari pelaksana yaitu mengganti pekerja tersebut dengan pekerja
yang lebih professional walaupun biaya yang dibutuhkan akan bertambah.

f. Transportation

56

Universitas Sumatera Utara


Cara yang paling efisien untuk melakukan tugas apapun adalah memiliki
bahan dan alat-alat di mana mereka dibutuhkan. Namun, memiliki terlalu banyak
piranti dapat menciptakan masalah bagi diri kita sendiri. Kita perlu fokus pada
menemukan cara yang lebih baik untuk menyimpan, menangani dan mengelola
bahan untuk mencegah harus memindahkan material beberapa kali.

Gambar 4.13. Perletakan sisa material proyek

Gambar 4.14. Perletakan material proyek

57

Universitas Sumatera Utara


Pada gambar di atas dapat kita lihat material dan sisa material masih
berserakan di lapangan pekerjaan. Hal ini dapat menyebabkan lambatnya pemuatan
material yang datang ke proyek dan kerusakan material. Untuk menghindari hal
ini, sebaiknya telah di sediakan tempat yang tidak menghalangi jalanya pekerja
untuk berpindah tempat ataupun mengambil material yang akan dipasang.

g. Inventory

Perletakan inventory (tempat penyimpanan) yang baik dapat menurangi


waste material dan mempermudah gerak pekerja dalam proses konstruksi. Pada
proyek ini, inventory masih tergolong kurang baik..

Gambar 4.15.Perletakan Inventory proyek

58

Universitas Sumatera Utara


Gmabar 4.16. Beberapa material ditempatkan di bangunan yang sudah jadi

Berdasarkan wawancara dengan project manager, telah ditemukan material


yang rusak diakibatkan cuaca, hilangnya beberapa material, terhambatnya
pengambilan material. Kerusakan yang terjadi yaitu seperti berkaratnya besi,
membatunya semen karena ditempatkan langsung ke lantai,. Untuk menghindari
hal ini, sebaiknya pelaksanakan menyediakan tempat khusus untuk inventory yang
aman dari gangguan cuaca, mudah untuk pengambilan material, dan aman dari
pencurian.

Berdasarkan dari hasil analisa diatas penyebab waste material yang paling
utama yaitu disebabkan oleh over production, waste material terjadi dikarenakan
kurangnya optimasi material di proyek oleh pelaksana sehingga pemesanan
material yang berlebihan. Sedangkan over procecessing, waste material yang
terjadi karena lambatnya proses kerja sehingga penggunaan material yang ada
seperti beton ready mix K 250 mengalami cacat atau pengerasan. Sedangkan pada
inventory, waste material terjadi karena tempat penyimpanan material yang masih
kurang baik. Inventory yang kurang baik ini menyebabkan material yang rusak
diakibatkan cuaca, hilangnya beberapa material, dan terhambatnya pengambilan
material. Sedangkan pada waiting, waste in time terjadi dikarenakan adanya waktu
tunggu yang terjadi pada logistik material, sehingga menyebabkan penurunan
efektifitas kerja.

59

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitianyang telah dilakukan, maka dapat diambil


kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan identifikasi material biaya terbesar dan analisa pareto, material
yang berpotensi menghasilkan waste yang besar yaitu Bekisting, Beton Ready
Mix K 250, Keramik Homogeneus ukuran 60x60, Besi BetonUlir D16 mm,
Besi BetonUlir D10 mm.
2. Berdasarkan proses yang menyebabkan waste pada lean construction, waste
material terjadi disebabkan oleh oleh over production, waste material terjadi
dikarenakan kurangnya optimasi material di proyek oleh pelaksana sehingga
pemesanan material yang berlebihan. Sedangkan over procecessing, waste
material yang terjadi karena lambatnya proses kerja sehingga penggunaan
material yang ada seperti beton ready mix K 250 mengalami cacat atau
pengerasan. Sedangkan pada inventory, waste material terjadi karena tempat
penyimpanan material yang masih kurang baik. Inventory yang kurang baik
ini menyebabkan material yang rusak diakibatkan cuaca, hilangnya beberapa
material, dan terhambatnya pengambilan material. Sedangkan pada waiting,
waste in time terjadi dikarenakan adanya waktu tunggu yang terjadi pada
logistik material, sehingga menyebabkan penurunan efektifitas kerja.
3. Waste Level terbesar yaitu besi beton ulir D10 mm sebesar 4.04 %.
Sedangkan untuk Keramik Homogeneus ukuran 60x60 sebesar 2.38 %, Besi
Beton Ulir D16 mm 1.67 %, Bekisting sebesar 1.35 % dan Beton Ready Mix
sebesar 0.72 %.
4. Material yang memiliki volume waste tinggi tidak selalu memiliki waste level
yang tinggi juga karena waste level dipengaruhi bukan hanya oleh volume
waste tetapi rasio volume waste dengan volume yang direncanakan.

60

Universitas Sumatera Utara


5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk mengurangi waste pada Proyek
Pembangunan Gedung Sekolah Madrasah Aliyah Persiapan Negeri 4 Medan,
beberapa saran yang dapat dilakukan, antara lain:

1. Perlu memperbaiki komunikasi antara owner, pengawas, pelaksana dan


orang – orang yang terlibat dalam proyek sehingga setiap instruksi yang
ada dari owner ke kontraktor, pengawas ke kontraktor, kontraktor ke
pekerja dapat tersampaikan dengan baik, sehingga tercipta efektifitas kerja
yang maksimal.
2. Harus lebih memperhatikan kebutuhan material just in time daripada just
in case sehingga dapat meminimalisir waste yang terjadi di lokasi proyek
konstruksi.
3. Untuk mengurangi waste pada awal proyek sebaiknya perencana lebih
memperhatikan detail perhitungan RAB, pemasukan serta perletakan
material di awal proyek. Sedangkan pada pertengahan proyek sebaiknya
lebih meningkatkan pengawasan di lapangan, karena masih banyak
pekerja yang tidak bisa memaksimalkan kinerja dengan lebih memilih
diam atau istirahat jika ada kendala kedatangan material yang terlambat
serta lebih mementingkan cepat selesainya pekerjaan daripada
memperhatikan sisa material yang terbuang.

61

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Soeharto, Iman (1999), Manajemen Proyek, Edisi Kedua, Jilid 1 dan Jilid 2.

Ervianto, Wulfram I (2002), Manajemen Proyek dan Karakteristik Proyek.

Koskela, L.(2004).“Moving on Beyond Lean Thinking”.29 Agustus 2016.Lean


Construction Journal, vol 1.pp 24 – 37, www.leanconstructionjournal.org.

Womack and Jones. (1996). Lean Thinking :Banish Waste and Create Wealth in
Your Corporation. Michigan, New York: Simon & Schuster.

Leach, Larry. (2005). Lean Project Management: Eight Principles for success.
Advenced Projecs, 5239 South Pegasus Way Boise: Idaho 83716.

Steyn, H. (2002). Project Management Application Of The Theory Of Constraints


Beyond Critical Chain Schedulling. International Journal of Project Management,
75-80.

Ballard, H.G. (2000). “The Last Planner System of Production Control”. 29


Agustus 2016.www.leanconstruction.dk/media/15590/ballard2000dissertation.pdf

Heinemeirer, Dan. “Learning to See Waste”. 27 Agustus 2016.


http://www.leanconstruction.org/learning-laboratory/learning-to-see-waste.

Haggard,R. (2005).”Project Team: Lean Priciples in Construction”. 30


Agustus 2016.
www.constructioninstitute.org/scriptcontent/ac2004slides/tweedie.ppt.

Lee, S.H., Diekmann, J.E., Songer, A.D, and Brown, H. (1999).“Identifying


Waste: Aplication of Construction Process Analysis”.30 Agustus 2016.
www.ce.berkeley.edu/~tommelein/IGLC7/PDF/Lee&Diekmann&Songer&B.

Archia, Itqan. (2015), “Penerapan Metode Lean Construction dan Penjadwalan


Critical Chain Project Management Dalam Pembangunan Proyek Konstruksi
Gedung Universitas Widya Mandala (UWM) Surabaya”, Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.

Universitas Sumatera Utara


Silvia, Hermina Stevania Untu. (2014), “Penerapan Metode Lean Project
Management Dalam Perencanaan Proyek Konstruksi (Studi Kasus:
Pembangunan Gedung Mantos Tahap III”, Manado: Universitas Sam Ratulangi
Manado.

B, Karim. M. (2013), “Perencanaan dan Pengendalian Proyek Konstruksi


Menggunakan Critical Chain Project Management dan Lean Construction Untuk
Meminimasi Waste (Studi Kasus: Pembangunan Gedung BPPKB Tahap 2”,
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai