TINJAUAN PERENCANAAN
DAN METODE PELAKSANAAN PONDASI SUMURAN
STUDI KASUS; PEMBANGUNAN KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA WILAYAH VIII
MANADO GEDUNG C
Oleh :
MAYA MALINA
NIM : 10 012 048
TINJAUAN PERENCANAAN
DAN METODE PELAKSANAAN PONDASI SUMURAN
STUDI KASUS; PEMBANGUNAN KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA WILAYAH VIII
MANADO GEDUNG C
Oleh :
MAYA MALINA
NIM : 10 012 048
Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur patut dihaturkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, karena atas
bimbingan dan penyertaan-Nya sehingga tugas akhir dengan judul Tinjauan
Perencanaan dan metode pelaksanaaan pekerjaan pondasi sumuran Studi kasus:
Pembangunan Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah 8 Manado ini bisa
diselesaikan. Tugas ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan kuliah di
Politeknik Negeri Manado Jurusan Teknik Sipil dengan tujuan agar mahasiswa mampu
memahami lebih dalam segala teori yang diajarkan dan mempelajari situasi dan kondisi
dalam dunia kerja.
Dalam penyelesaian tugas akhir ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak yang sangat membantu. Untuk itu disampaikan terima kasih kepada Direktur
Politeknik Negeri Manado, Ir.Jemmy Rangan, MT, Ketua Jurusan Teknik Sipil Ir.
Donny R. Taju, MT, Ketua Panitia Penyusunan Tugas Akhir Ir. Jeanely Rangkang,
M.Eng.Sc, Dosen Penguji Seska Nicolaas, ST., MT, Syanne Pangemanan, ST., M.Eng
dan Nixon Mantiri, ST., MT. Dosen Pembimbing Sudarno, ST., MT dan Ir. Barakati K.
Manginsihi, MT yang selalu membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu dalam
proses penyusunan tugas akhir ini. Kepada pihak dari proyek pembangunan Kantor
Otoritas Bandar Udara Wilayah VIII Manado yang membantu dalam proses penelitian.
Kepada para Dosen Pengajar Jurusan Teknik Sipil yang telah membagi ilmu selama
proses perkuliahan. Kepada mama, papa, kakakku Morgan Malina, A.Md.Ak, adikku,
dan semua keluargaku yang selalu memberikan doa, dukungan moral dan moril selama
proses perkuliahan. Kepada Izsak Souisa, Cicilia Mantiri, Brenda Kandijoh, Iga
Mandagie, Rendy Saputra Makalalag, Rahmat Patingky, Juli, Kurniawan Adam dan
Triwinata Maryadi yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam studi juga
teman teman angkatan 2011 jurusan Teknik Sipil Program Studi Diploma VI
Konstruksi Bangunan Gedung yang selalu membantu dalam perkuliahan hingga
penyusunan tugas akhir. Semoga Tuhan Yesus Kristus senantiasa memberikan berkat
ii
dan kasih karunia-Nya serta membalas semua kebaikan dari pihak pihak yang telah
turut serta dalam penyusunan tugas akhir ini.
Penulis
iii
ABSTRAK
Maksud dan tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah mengitung daya dukung
pondasi sumuran dengan menghitung beban yang bekerja pada bangunan Kantor Otoritas
Bandara Udara Wilayah VIII Manado yang ditinjau di lapangan. Membandingkan hasil
perhitungan dengan hasil di lapangan dengan menghitung kembali dimensi,kedalaman dan
penulangan dari pondasi sumuran. Situasi di lapangan sering didapat bahwa pelaksanaanya
belum sesuai dengan teori serta kurang memenuhi standard yang sesuai dengan persyaratan
yang berlaku untuk itu pengkajian kembali terhadap metode pelaksanaan pada pondasi sumuran
sangat diperlukan untuk mengetahui metode pelaksanaan yang sesuai dengan standar yang
berlaku karena pekerjaan pondasi merupakan komponen yang penting di dalam struktur suatu
bangunan sebagai struktur bawah.
Dalam pembahasan tugas akhir ini menggunakan metode studi lapangan, studi
literature dan konsultasi dengan berbagai pihak terkait. Untuk perhitungan pembebanan secara
manual dan dalam menganalisa kemampuan daya dukung pondasi sumuran untuk momen yang
bekerja menggunakan bantuan software ETABS v.9.6.0
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa yang telah dihitung maka dapat disimpulkan
bahwa, berdasarkan tinjauan pada titik Pondasi 8, maka didapati bahwa daya dukung pondasi
sumuran (Qu) adalah 237,61 ton mampu untuk memikul beban yang bekerja sebesar 74,5911
ton pada titik 8. Adapun hasil dari perhitungan tersebut diameter pondasi hasil tinjauan adalah
60 cm dengan kedalaman 6 meter dan di lapangan 60 cm dengan kedalaman 6 meter.
Penulangan longitudinal atau tulangan utama hasil tinjauan adalah 4D22 dan di lapangan
5D22, penulangan sengkang hasil tinjauan adalah 10-150 dan di lapangan 13-250 , ukuran
pile cap hasil tinjauan 100 cm x 100 cm x 80 cm dan di lapangan 130 cm x 130 cm x 120 cm,
tulangan bawah hasil tinjauan D13 200 dan di lapangan D16 200.
iv
DAFTAR ISI
Hal.
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Lembar Asistensi
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.33 Input faktor reduksi beban hidup untuk gempa .................................... 48
Gambar 2.34 Input faktor reduksi beban hidup untuk perencanaan kolom ............... 50
Gambar 2.36 Memilih semua plat dengan ukuran yang sama ................................... 51
Gambar 3.4 Area Pembebanan Pada Lantai 1 dan 2 Yang Dipikul Oleh Kolom .... 57
Gambar 3.5 Area Pembebanan Pada Lantai 1 dan 2 Yang Dipikul Oleh Kolom .... 59
Gambar 3.9 Pembersihan Lokasi dan Penggalian Lubang pondasi Sumuran .......... 79
Gambar 3.15 Proses penimbunan tanah di area sekitar lubang pondasi .................... 82
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Nilai besaran untuk komponen struktur pada bangunan .......................... 40
Tabel 2.2 Koefisien reduksi beban hidup kumulatif untuk perencanaan kolom ...... 49
Tabel 3.7 Momen, Shear, Aksial dari perhitungan ETABS untuk titik P8 ............. 73
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pondasi sebagai struktur bawah secara umum dapat dibagi dalam 2 (dua) jenis,
yaitu: pondasi dalam dan pondasi dangkal. Pemilihan jenis pondasi tergantung
kepada jenis struktur atas apakah termasuk konstruksi beban ringan atau beban berat
dan juga tergantung pada jenis tanahnya. Untuk konstruksi beban ringan dan kondisi
tanah cukup baik, biasanya dipakai pondasi dangkal, tetapi untuk konstruksi beban
berat biasanya jenis pondasi dalam yang digunakan adalah pilihan yang tepat.
biasanya diberi buis tetapi di lapangan diganti dengan drum sehingga disini akan
dibahas mengenai metode pelaksanaan yang sesuai dengan standar yang ada.
BAB I :PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, maksud dan tujuan
penulisan, pembatasan masalah, metodologi penelitian dan
sistematika penulisan
BAB IV :PENUTUP
Bab ini merupakan bagian penutup dari tugas akhir ini
dimana di dalamnya memuat kesimpulan dan saran yang
menjadi jawaban dari permasalahan yang ada dan halhal
yang perlu dilakukan dalam mengatasi masalah yang
terjadi pada proyek yang ditinjau.
4
BAB II
DASAR TEORI
a. Aspek Arsitektural
Hal ini berkaitan dengan denah dan bentuk struktur yang dipilih dikaitkan dari
segi arsitektur.
b. Aspek Fungsional
Berkaitan dengan kegunaan dari struktur yang akan dibangun.
c. Kekuatan Stabilitas Struktur
Berkaitan dengan kemampuan struktur untuk menerima beban-beban yang
bekerja baik beban lateral maupun vertikal dan kestabilan struktur.
d. Faktor Ekonomi dan Kemudahan Pelaksanaan
Biasanya dalam perancangan suatu struktur terdapat berbagai alternatif
pembangunan, maka salah satu faktor yang berperan di dalamnya adalah masalah
biaya yang dalam hal ini dikaitkan dengan keadaan ekonomi pada saat
pembangunan dan kemudahan pelaksanaan pembangunan di lapangan.
e. Faktor Kemampuan Struktur Mengakomodasi Sistem Layan Gedung
Pemilihan sistem sruktur yang digunakan juga harus mempertimbangkan
kemampuan struktur dalam mengakomodasikan sistem layan yang digunakan.
Sistem layan ini menyangkut masalah pekerjaan mekanikal dan elektrikal.
Maraknya kasus kegagalan konstruksi karena eksploitasi tanah yang melebihi
daya dukungnya tentulah amat disayangkan. Untuk menghindari kasus yang
serupa maka ada beberapa poin yang harus diperhatikan agar pelaksanaan suatu
proyek dapat dikategorikan berhasil.
5
Sistem ini pada mulanya diperkenalkan oleh Cassagrande pada tahun 1942
dan dikenal sebagai sistem AIRFIELD. Sistem ini telah dipakai dengan sedikit
modifikasi oleh U.S. Bureau of Reclamation dan U.S. Corps of Engineers pada
tahun 1952. Pada tahun 1969, American Society for Testing and Material
(ASTM) telah mengakui sistem UNIFIED sebagai metode standar guna
mengklasifikasikan tanah untuk maksud rekayasa.
Setiap tanah diberi simbol dua huruf, dan dari simbol tersebut dapat diketahui
jenisnya dan sifatnya.
Huruf pertama menunjukkan jenisnya, misal
G = Kerikil (Gravel)
S = Pasir (Sand)
M = Lanau (Silt)
C = Lempung (clay)
O = Tanah organik
Sumber: Santoso,dkk
Gambar 2.1.Diagram Distribusi Tanah
1. Pemboran (drilling)
Pemboran merupakan bagian yang penting dari penyelidikan tanah, dari
pemboran dapat diketahui lapisan-lapisan tanah di bawah lokasi rencana
bangunan, dan dari lubang bor (broholes) dapat diperoleh contoh-contoh
tanah yang diperlukan untuk penyelidikan tanah selanjutnya di laboratorium
mekanika tanah.
lempung lunak (soft to medium stiff) dan hasil pengujian penetrasi statis
(sondir) biasanya lebih tepat dibanding hasil pengujian dinamis SPT
(Wesley dalam Gunawan,1990)
Menurut Nakazawa (2000) bentuk datar dari kaison adalah lingkaran, bulat telur atau
segi empat. Bentuk ini ditentukan oleh bentuk dan ukuran bangunan dan skala beban,
tetapi umumnya dianggap sebanding dengan bentuk dasar bangunan
Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras
atau batu yang terletak jauh dari permukaan dengan kedalaman Df/B, seperti:
b. Pondasi tiang (pile foundation), digunakan bila tanah pondasi pada kedalaman
yang normal tidak mampu mendukung bebannya dan tanah kerasnya terletak
pada kedalaman yang sangat dalam . Pondasi tiang umumnya berdiameter lebih
kecil dan lebih panjang dibanding dengan pondasi sumuran.
16
Sumber: Hardiyatmo,H.C.,2002
Gambar 2.6 pondasi sumuran
Di Indonesia, tiang bor yang pendek dengan kedalaman yang tidak begitu
dalam, disebut pondasi sumuran. Pada awalnya, sebelum tiang bor berkembang, yang
dimaksud pondasi kaison adalah pondasi yang berbentuk kotak, bulat atau kombinasi
bentuk-bentuk tersebut dengan tampang melintang yang relatif besar. Karena
tampangnya yang besar ini, bagian dalam pondasi kaison sering terbagi-bagi dalam
ruangan-ruangan. Pondasi kaison yang terbentuk silinder atau kotak beton dibuat
dengan membenamkan silinder beton ditempatnya, bersamaan dengan penggalian
tanah. Pondasi ini dimaksudkan untuk mengirimkan beban besar yang harus melalui
air atau material jelek sebelum mencapai tanah pendukung yang kuat. Pekerjaan
17
Dimana :
SF = Safety faktor
18
Qs = As . Fs (5)
Dimana :
Qs = Daya dukung kulit (kg)
19
Dimana:
qc = Tekanan rata-rata dari hambatan pelekat (kg/cm)
untuk mendapatkan nilai qc :
qc = (8)
Sehingga, daya dukung batas dan daya dukung ijin bisa didapatkan dengan
persamaan :
Qult = Qb + Qs (9)
Daya dukung sebuah tiang dalam kelompok adalah sama dengan daya
dukung tiang tersebut dikalikan dengan faktor reduksi, sehingga
persamaannya adalah
= . n . Qall (11)
Dimana:
= daya dukung yang diijinkan untuk kelompok tiang (kg)
n = Jumlah tiang
Qall = Daya dukung ijin vertikal untuk tiang tunggal (kg)
= Efisiensi kelompok tiang diambil 0,7
Cat: Efisiensi kelompok tiang berdasarkan empiris karena untuk kedalaman
pondasi sumuran dengan jarak minimal 5 m efisiensi kelompok tiang diambil
0,7-0,57 menurut modul CSF 4 tentang Spesifikasi Jembatan (chief
Supervision Engineer 2013).
Mn = (12)
Dimana:
= faktor reduksi kekuatan tekan dengan tulangan spiral 0,70
Mn = Momen nominal yang bekerja
Mu = Momen maksimum yang bekerja pada tiang
min = (13)
21
b = .( ) (14)
= (1 (16)
m = (17)
Rn = (18)
Dimana :
= rasio tulangan yang digunakan
4. Menghitung Luas Tulangan
As = xbxd (19)
As tul. = (diameter tulangan) (20)
Dimana :
= luas tulangan yang dipakai
b = diameter pondasi
d = lebar efektif pondasi
As tul. = Luas tulangan
5. Menghitung jumlah tulangan
n = (21)
Dimana :
= jumlah tiang yang digunakan
2.7.2 Hitung Tulangan Geser :
Vu = Gaya geser yang bekerja (diambil dari data ETABS)
Vc = (1+ ) .( ). . (22)
22
Vu < . Vc (23)
Vu < 0,70 . Vc
Dimana :
= tegangan geser ijin bton
Ag = Luas penampang pondasi tiang
Fc = Mutu beton yang digunakan
bw = diameter pondasi
d = lebar efektif pondasi
2.8. Pile Cap
Pile cap berfungsi untuk mengikat tiang-tiang menjadi satu kesatuan dan
memindahkan beban kolom kepada tiang. Pile cap biasanya terbuat dari beton
bertulang. Perencanaan pile cap dilakukan dengan anggapan sebagai berikut :
1. Pile cap sangat kaku
2. Ujung atas tiang menggantung pada pile cap. Karena itu, tidak ada momen
lentur yang diakibatkan ole pile cap ke tiang
3. Tiang merupakan kolom pendek dan elastis. Karena itu distribusi tegangan
dan deformasi membentuk bidang rata
2.8.1 Dimensi Pile Cap
Jarak tiang mempengaruhi ukuran pile cap. Jarak tiang pada kelompok tiang
bisanya diambil 2,5D 3D, dimana D adalah diameter tiang. Jarak tiang pada
pile cap dijelaskan pada gambar berikut.
Menurut SNI 03-2847-2002, ketebalan pile cap di atas lapisan tulangan bawah
tidak boleh kurang dari 300 mm dan selimut betonminimum untuk beton yang
23
di cor langsung di atas tanah dan selalu berhubungan dengan tanah adalah 75
mm.
2.8.2 Menghitung Tinggi Pile Cap
Dalam menghitung tinggi Pile Cap, langkah pertama adalah mencari
besarnya momen, gaya geser yang bekerja dan gaya geser pons. Dalam
menghitung struktur betonnya, beban yang bekerja perlu dikalikan dengan
faktor beban :
U = 1,2 (beban mati) + 1,6 (beban hidup)
Namun, jika yang diketahui adalah nilai tunggal (dalam hal ini beban
hasil analisa ETABS), dapat dilakukan pendekatan nilai faktor beban 1,4.
Pu = 1,4 . P (24)
Pengali faktor beban ini juga pada nantinya dikalikan dengan gaya
yang dipikul masing-masing tiang.
Mn = (31)
K = (32)
F = 1 12. (33)
Jika, F Fmax = Tulangan tunggal
F > Fmax = Tulangan rangkap
Untuk kondisi tulangan tunggal :
As = (34)
Menurut bowles, Setelah kita mengecor lantai kerja, kita pasang papan
acuan untuk pelat. Kemudian kita pasang penulangan pelat dan penulangan
beronjong dan setelah itu kita pasang papan acuan luar dan papan acuan dalam
untuk sumur. Hendaknya diperhatikan bahwa garis-garis system dari bangunan
bersangkutan selalu harus dicantumkan drngan jelas pada acuan, misalnya;
bagian dalam sumur hendaknya dilengkapi kelos-kelos gelincir dan kelos-kelos
27
jarak agar kolom dapat disetel dengan baik (vertical ke semua arah dan tepat di
tempatnya) setelah itu kita dapat menuangkan mortel pengisi.
2.10 Perhitungan pembebanan dengan Manual dan perhitungan Momen
Menggunakan Bantuan Software ETABS v.9.0.7
Beban beban pada struktur gedung dapat terdiri dari beban mati,
beban hidup, beban angin, beban gempa, beban air dan beban khusus lainnya
seperti beban getaran mesin, beban kejut listrik dan lain lain. Beban yang
bekerja pada bangunan Kantor Otoritas Bandar udara Wilayah VIII Manado
hanya akan dihitung beban mati dan hidup, beban angin dan beban air untuk
atap tidak diperhitungkan karena atap diasumsikan sebagai pelat, juga beban
khusus diabaikan.
2.10.1 Beban Mati (DL)
Beban gempa didapat dari hasil perhitungan gaya geser dasar nominal V
yang diperoleh dari rumus :
V= (35)
Dimana :
V = Gaya geser dasar nominal
= Faktor respons gempa
I = Faktor keutamaan gedung
= Berat total gedung termasuk beban hidup yang bekerja
R = Faktor reduksi gempa
Fi = Wi.zi V
(36)
Dimana :
Fi = Gempa nominal statik ekuivalen
Wi = Berat lantai tingkat ke I termasuk beban hidup
Zi = Ketinggian lantai tingkat ke I diukur dari taraf penjepitan
lateral
V = Gaya geser dasar nominal
c. Akan muncul form seperti Gambar 2.12 dimana form tersebut adalah
untuk menentukan denah awal, ukuran ukuran as bangunan, jumlah
bentang, tinggi tiap lantai dan lain lain. Kemudian isi form tersebut
sesuai dengan rencana bangunan. Gambar 2.12 menunjukkan inputgrid
bangunan dimaksud.
e. Pada Simple Story Data isi jumlah lantai ketinggiannya. Pilih Custom
StoryData untuk mengetahui elevasi lantai, menentukan nama lantai
pada struktur atau menentukan apakah suatu lantai typical atau sama
dengan lantai yang lain. Tekan OK untuk menutup form. Gambar 2.14
menunjukkan data nama lantai struktur dimaksud.
b. Dimensi kolom
Sedangkan untuk menentukan dimensi kolom rencana untuk kolom yang
paling bawah (lantai 1) dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut L
=P/A
Dimana :
= Tegangan beton
P = Total beban ditanggung kolom paling bawah
A = Luas penampang kolom
diambil berdasarkan mutu beton fc = 25/3, sehingga nilainya adalah 8,33
MPa.
Langkah selanjutnya adalah memasukkan data dimensi balok dan kolom
tersebut pada ETABS. Caranya pilih menu Define, Frame Section. Untuk
input balok T pada pilihan Add I/Wide flange pilih Add tee untuk
memasukkan ukuran balok T dan untuk input data kolom pada pilihan Add
I/Wide flange pilih Add rectangular untuk memasukkan ukuran kolom.
Gambar 2.17 menunjukkan input data balok dan kolom dimaksud.
Pada input data balok T, setelah klik Add tee akan keluar form seperti
Gambar 2.19 yang menunjukkan input data balok T dimaksud.
Masukkan data ukuran balok T seperti pada Gambar 2.16 pada ETABS.
Outside stem (t3) sebagai ukuran tinggi balok, Outside flange (t2) sebagai
ukuran lebar efektif balok, Flange thickness (tf) sebagai ukuran tebal plat
dan Stem thikcness (tw) sebagai ukuran lebar balok.
38
Beri nama komponen struktur yang akan didefinisikan, ubah jenis material
yang dipakai untuk balok menjadi concrete.
Untuk input data kolom setelah klik Add rectangular akan keluar form
seperti Gambar 2.22.
Beri nama komponen struktur yang akan didefinisikan dan masukkan ukuran
tinggi dan lebar frame. Ubah ukuran kolom yang akan dipakai dan jenis
material yang dipakai untuk kolom menjadi concrete.
Untuk menentukan jenis frame sebagai balok atau kolom, klik pada
reinforcement, kemudian pilih type frame sebagai balok atau kolom. Apabila
frame yang akan dimasukkan datanya adalah balok, maka akan muncul form
seperti Gambar 2.21.
39
Khusus pada input data kolom, pilih jenis tulangan yang akan dipakai (spiral
atau tulangan tegak). Isi selimut beton pada Rectangular Reinforcement,
Cover to Rebar Center. Pada bagian paling bawah pilih reinforcement to be
40
Pilih Add New Slab untuk input data plat yang baru. Gambar 2.25 menunjukkan
input property plat.
42
Beri nama plat yang akan dipakai, ganti material yang dipakai untuk plat dengan
concrete dan ganti ukuran tebal plat sesuai dengan perencanaan. Seperti pada
balok dan kolom, plat juga harus memenuhi pasal 12.11.1 SNI 03-2847-2002.
Untuk itu klik pada set modifier seperti pada Gambar 2.25 dan ganti ke enam
data dengan nilai 0,25 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.26.
Menggambar Kolom
Untuk memulai menggambar kolom dilakukan dengan cara pilih menu Draw,
Draw Line Object, Create Columbs in Regions or at Click.
Cara lain klik toolbar yang berada pada layar ETABS. Properties of Object
akan muncul seperti yang terlihat pada Gambar 2.27, untuk memberi pilihan
ukuran frame. Pilih ukuran kolom yang akan digambar pada baris Property.
Gambar 2.26 menunjukkan pilihan jenis properti kolom dimaksud.
Klik satu kali pada titik titik letak kolom sesuai gambar denah rencana. Setelah
menyelesaikan gambar kolom, klik toolbar untuk keluar.
Menggambar Balok
Untuk menggambar balok, pilih menu Draw, Draw Line Objects, Draw Lines.
Cara lain dengan klik toolbar pada layar ETABS. Properties of Object
seperti pada Gambar 2.27 kembali akan muncul untuk memberikan ukuran
frame yang akan digambar. Pilih ukuran balok yang akan digambar pada baris
Property.
Klik satu kali pada titik ujung awal lokasi balok dan klik lagi pada ujung akhir
lokasi balok. Lakukan pada seluruh lokasi balok sesuai dengan gambar denah
rencana. Setelah seluruh balok tergambar semua, klik toolbar untuk keluar.
Gambar 2.28 menunjukkan pilihan jenis properti balok dimaksud.
44
Menggambar Plat
Penggambaran plat dilakukan dengan cara pilih menu Draw, Draw Area Object.
Properties of Object seperti pada gambar 2.29 akan muncul untuk memberikan
pilihan nama plat yang akan digambar. Pilih nama plat yang akan digambar pada
baris Property. Gambar 2.28 menunjukkan pilihan jenis properti plat dimaksud.
Untuk menentukan beban yang bekerja pada balok (beban dinding bata
diasumsikan hanya terdapat pada balok di tepi bangunan dan bekerja pada
balok), pilih semua balok. Pilih menu Assign, Frame / Line Loads, Distributed,
maka akan muncul pop up . Pilih Load Case Name dengan Dead, satuan diganti
dengan kg.m. Isi Uniform Load pada ujung kiri bawah dengan 1125. Klik OK
untuk keluar. Balok tepi pada lantai 2 diasumsikan tidak menanggung beban
dinding.
Keterangan :
Tinggi lantai = 3,85 m
Tinggi balok tepi = 50 cm = 0,5 m
Beban dinding = 250 kg/m2
Beban merata = (4,5 0,5) x 250
= 1125 kg/m2
seperti kolom, jumlah kumulatif beban hidup terbagi rata dapat dikalikan dengan
suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung dengan suatu koefisien reduksi
yang nilainya tergantung pada jumlah lantai yang dipikul.
Pada perencanaan kolom dengan beban hidup penuh tanpa dikalikan dengan
koefisien reduksi harus tetap ditinjau pada lantai dengan ruang yang memikul
beban berat (ruang arsip, ruang penyimpanan, gudang dan lain lain).
Karena fungsi gedung yang direncanakan adalah perkantoran, maka reduksi
beban hidup untuk perencanaan kolom harus tetap diperhitungkan.
Koefisien reduksi beban hidup kumulatif untuk perencanaan kolom harus sesuai
dengan tabel 3.4 SNI 03-2847-2002. Tabel 2.2 menunjukkan koefisien reduksi
beban hidup kumulatif untuk perencanaan kolom.
Tabel 2.2. Koefisien reduksi beban hidup kumulatif untuk perencanaan kolom
Untuk menentukan faktor reduksi beban hidup kumulatif di atas, klik menu Options,
preferences, live load reduction. Pada form live load reduction factor seperti pada
Gambar 2.34, pilih user defined by stories supported. Klik define di bawahnya.
50
Gambar 2.34. Input faktor reduksi beban hidup untuk perencanaan kolom
Masukkan koefisien reduksi dan jumlah lantai sesuai tabel 3.4 SNI 03-2847-
2002. Klik OK untuk menutup. Gambar 2.35 menunjukkan input faktor reduksi
beban hidup kumulatif.
dapat dipilih dengan cara klik satu persatu, tetapi cara ini akan memakan waktu
yang lebih lama. Atau dengan cara cepat dengan cara pilih menu Select, by
Wall/Slab/Deck sections. Pilih slab 120. Maka semua slab 120 setiap lantai akan
terpilih. Gambar 2.36 menunjukkan cara untuk memilih semua plat dengan
ukuran yang sama.
Setelah semua plat terpilih, pilih menu assign, shell/area, rigid diaphragma.
Pilih D1 dan klik OK. Gambar 2.37 menunjukkan cara untuk menentukan
diafragma lantai dimaksud.
Setelah diafragma ditentukan, pada semua lantai akan muncul gambar seperti
jaring laba laba, menandakan bahwa plat lantai sudah ditentukan sebagai
diafragma. Gambar 2.38 menunjukkan diafragma lantai dimaksud.
52
Pilih lagi menu analyze, run analysis. Program ETABS akan melakukan analisis
seperti pada Gambar 2.40. Gambar 2.40 menunjukkan analisa struktur dimaksud.
Untuk dapat melihat hasil yang diinginkan, yaitu berat total bangunan. Langkah
selanjutnya adalah mengubah unit satuan menjadi kg.m. Pilih menu file, print
tables, analysis output. Maka akan muncul pop up seperti Gambar 2.41. Gambar
2.41 menunjukkan pilihan output untuk mendapatkan berat bangunan dimaksud.
Kosongkan semua pilihan, kecuali hanya building output dan print to file. Tekan
select loads untuk menentukan beban yang diinginkan. Pilih beban dead dan
live. Artinya beban mati struktur dan beban hidup saja yang diperhitungkan.
Untuk menyimpan file output dalam bentuk file txt, klik tulisan Print to file,
kemudian klik browse untuk memberi nama dan lokasi file output. Sebagai
contoh file dinamai berat.txt untuk kemudahan. Klik save kemudian klik OK.
Kemudian pilih menu file, display input/output text files, pilih file berat.txt.
Maka file berat.txt akan terbuka. Pada file ini ditunjukkan nama file, satuan yang
digunakan (perhitungkan pada file ini satuan yang digunakan sudah dalam unit
satuan kg.m), tanggal dan waktu output dibuat dan data output yang dihasilkan.
Building output yang dihasilkan terdiri dari Centres of Cumulative Mass and
Centres of Rigidity, Story Forcesdan Tributary Area and Reduced Live Load
Factores (Pamungkas, et al. 2013).
55
BAB III
PEMBAHASAN
Gambar 3.4 Area Pembebanan Pada Lantai 1 dan 2 Yang Dipikul Oleh Kolom
a. Beban Mati
WK1lantai 1 = (P x l ) x Bj Beton x L
= ( 0,60m x 0,40m ) x 2400 kg/m3 x 4,5 m
= 2592 kg
WK1lantai 2 = (P x l ) x Bj Beton x L
= ( 0,60m x 0,40m ) x 2400 kg/m3 x 3,85 m
= 2217,6 kg
58
WB02 = ( h x b) x Bj Beton x L
= ( 0,40m x 0,60m ) x 2400 kg/m3 x 6,75 m
= 3888 kg
WB03 = ( h x b) x Bj Beton x L
= ( 0,30m x 0,50m ) x 2400 kg/m3 x 6,75 m
= 2430 kg
WB04 = ( h x b) x Bj Beton x L
= ( 0,50m x 0,20m ) x 2400 kg/m3 x 6,75 m x 2
= 3240 kg
WPlat = (P x l) x Bj Beton x T
= ( 6,75m x 6,75m ) x 2400 kg/m3 x 0.12 m
= 13122 kg
WPlafon = ( P x l ) x ( Berat Plafon + Penggantung )
= ( 6,75m x 6,75m ) x 18 kg/m2
= 820,125 kg
Total beban mati lantai 1:
WDL lantai 1 = WK1 + WB02 + WB03 + WB04 + WPlat + WPlafon
= 2592 kg + 3888 kg + 2430 kg + 3240 kg + 13122 kg +
820,125 kg
= 26092,125 kg
Total beban mati lantai 2:
WDL lantai 2 = WK1 + WB02 + WB03 + WB04 + WPlat + WPlafon
= 2217,6 kg + 3888 kg + 2430 kg + 3240 kg + 13122 kg +
820,125 kg
= 25717,725 kg
b. Beban Hidup
WLL lantai 1 = 250 kg/m2 x P x l
= 250 kg/m2 x 6,75m x 6,75m
= 11390,625 kg
Jadi, P
PL.1 = 26092,125kg +11390,625 kg
= 37482,75 kg
59
= 25717,725 kg + 11390,625 kg
= 37108,35 kg
Sehingga total beban dari lantai 1-2 adalah :
P = PL.1 +
= 37482,75 kg + 37108,35 kg
= 74591,1 kg = 74,5911 ton
Keterangan:
WDL : Beban Mati
WLL : Beban Hidup
P : Kombinasi dari beban mati dan beban hidup yang dikalikan dengan factor
keamanan
Gambar 3.5. Area Pembebanan Pada Lantai 1 dan 2 Yang Dipikul Oleh Kolom
a. Beban Mati
WK1 = (P x l ) x Bj Beton x L
= ( 0,60m x 0,40m ) x 2400 kg/m3 x 4,5 m
= 2592 kg
WB02 = ( h x b) x Bj Beton x L
= ( 0,40m x 0,60m ) x 2400 kg/m3 x 3,25 m
= 1875 kg
60
WB03 = ( h x b) x Bj Beton x L
c. Beban Hidup
Total beban hidup lantai 1-2
WLL = 250 kg/m2 x P x l
= 250 kg/m2 x 2,5m x 3,25m
= 2031,25 kg
Jadi, P
P = PL.1 +
= 10484,5 kg + 10110,1 kg
= 20594 kg = 20,5941 ton
a. Beton
Fc = 30 Mpa
Ec = 4700 x Fc = 25743 Mpa
b. Baja
Fy = 400 Mpa
c. Lokasi bangunan = Manado
d. Jenis tanah = Keras
e. Kategori Gedung = Kantor
f. Tinggi Lantai 1 = 4,5 m
g. Tinggi Lantai 2 = 3,85 m
3.3.1 Beban-beban
ETABS v9.6.0 File:MAYA MALINA TUGAS AKHIR OTBAN Units:Kgf-m June 30, 2015 15:37
PAGE 1
CENTERS OF CUMULATIVE MASS & CENTERS OF RIGIDITY
STORY DIAPHRAGM /----------CENTER OF MASS----------//--CENTER OF RIGIDITY--/
LEVEL NAME MASS ORDINATE-X ORDINATE-Y ORDINATE-X ORDINATE-Y
STORY2 D1 7.099E+04 6.711 18.036 6.660 17.648
T =.n (1)
= 0,16 x 2
= 0,32
= Koefisien pengali dari jumlah tingkat sesuai dengan wilayah gempa
0,16 (tabel 8 pada SNI-1726-2002)
3.4.2 Gaya Geser dasar nominal
(2)
=Faktor respon Gempa adalah 0,9 (sesuai zona dan jenis tanah)
I =Faktor Keutamaan I adalah 1(Tabel 1, hal 12 pada SNI-1726-2002)
R =Faktor Reduksi Gempa adalah 8,5 (Tabel 3, hal 16 pada SNI-1726-
2002)
=Berat total gedung,termasuk beban hidup yang sesuai
3.4.3 Distribusi gaya geser horizontal gempa
(3)
Berikut ini adalah hasil hitungan nilai Fi dalam arah x dan arah y
Tabel 3.3 Distribusi Gaya Geser Horizontal Gempa
LEVEL zi (m ) Wi (Kg ) Wi x zi Fi x,y (Kg)
ETABS v9.6.0 File:MAYA MALINA TUGAS AKHIR OTBAN Units:Kgf-m July 1, 2015 14:51 PAGE 2
Max ValueSumber:
7475.24Hasil
7024.78 164051.63
Analisa di Etabs 14274.565 16381.007 151.627
Gambar
Max Case 3.8. OutputCOMB14
COMB6 Tinjauan Berat
COMB2di titik 8FY COMB6 COMB8
66
Dimana:
Qb = Daya dukung ujung (kg)
Ah = Luas penampang (cm)
qc = tekanan ujung dari hambatan konus (kg/cm)
Dimana:
= 3,14
d = Diameter Sumuran
Jadi, nilai Ah adalah :
Ah =
= 2826 cm
Untuk mendapatkan qc :
qc = tekanan ujung dari hambatan konus (6)
67
tabel 3.4 merupakan hambatan konus berdasarkan laporan penyelidikan pada titik S4.
Sumber: Laporan Penyelidikan Tanah proyek Pembangunan Gedung Otoritas Bandar udara
Sam Ratulangi Manado
Dimana:
Qb = Daya dukung ujung (kg)
Ah = Luas penampang (cm)
qc = Tekanan rata-rata (kg/cm)
Qb = Ah . qc
=2826 cm . 250 kg/cm
= 706.500 kg
Selanjutnya untuk mendapatkan daya dukung kulit (Qs)
a. Daya dukung kulit pondasi sumuran (Qs).
Qs = As . Fs (8)
Dimana:
Qs = Daya Dukung kulit (kg)
As = Luas Selimut (cm)
Fs = Tahanan dinding (kg/cm)
Untuk mendapatkan luas selimut As menggunakan persamaan
As =( (6)
Dimana :
= 3,14
d = diameter pondasi sumuran (cm)
t = tinggi pondasi cumuran (cm)
jadi, nilai dari luas selimut As adalah :
As =(
= (3,14 . 60 cm ) x 600 cm
= 113040 cm
Untuk mendapatkan tahanan dinding Fs :
Fs = 0,012 . qc (7)
Dimana:
qc = Tekanan rata=rata dari hambatan pelekat (kg/cm)
untuk mendapatkan nilai qc :
qc = (8)
69
Tabel 3.5 merupakan hambatan pelekat berdasarkan laporan penyelidikan tanah pada
titik S4.
(10)
Dimana:
= Daya Dukung Batas / daya dukung terfaktor (kg)
= Daya Dukung Ijin (kg)
SF = Faktor Keamanan, diambil 3 untuk beban normal.
= Qb + Qs
= 706.500 kg + 6330,24 kg
= 712830,24 kg
Sehingga daya dukung ijin didapat :
= 237610,08 kg
71
3.4.2 Perhitungan Daya Dukung Ijin untuk kelompok tiang pondasi sumuran .
Untuk mendapatkan daya dukung ijin kelompok tiang, dapat
menggunakan persamaan :
= .n. (11)
Dimana :
= Daya Dukung yang diijinkan untuk kelompok tiang (kg)
= Efisiensi kelompok tiang, diambil 0,7
n = Jumlah Tiang
= Daya Dukung ijin vertical untuk tiang tunggal (kg)
Cat: Efisensi kelompok tiang berdasarkan empiris karena untuk kedalaman
pondasi sumuran dengan jarak minimal 5 meter efeisensi kelompok tiang
diambil 0,7
Karena Daya dukung tiang tunggal sudah aman untuk digunakan maka tidak
perlu menghitung daya dukung yang dijinkan untuk kelompok tiang.
Beban yang bekerja pada titik pondasi ke 8 menurut hasil perhitungan
manual
P= 74591,1 kg =74,5911 Ton
P<
74,5911 ton < 237,61 ton .. OK untuk 1 tiang
n= = = 0,10464
Tabel 3.7 Momen, Shear, Aksial dari perhitungan ETABS untuk titik P8
Momen Shear (V) Aksial (P)
(M) (Kg.m) (Kg)
(Kg.m)
16381.007 9808.38 154247.65
Penyelesaian:
a.Perhitungan Tulangan Lentur
Hitung Mu
Mu = 16381.007 kg.m
Hitung Mn
Mn =
= 23401,43857 kg.m
Menghitung , dan
Untuk, =
=
= 0,0035
= x
= x
= 0,054 x 0,6
= 0,035
= 0,75 ( )
= 0,75 (0,035)
= 0,026
74
Menghitung
m =
= 15,686
Rn =
=
= 172863,8122 kg/m = 1,7 Mpa
= 0,0044
0,0035<0,0044< 0,026
= < < Gunakan
Jumlah tulangan =
= = 3,38 4 ujung
75
Vc =( x . bw . d
=(1+
= 323419,835 N = 32979,56 kg
.Vc = 0,70 x 323419 N ; = Faktor reduksi kekuatan untuk tul.spiral
= 226393,3 N
Vu < Vc
Karena Vu < Vc, maka tidak perlu tulangan geser , maka digunakan
tulangan geser minimum sesuai dengan SNI 03 2847 2002 dimana
tulangan geser minimum yaitu 10-150 mm
Mu = 16381.007 kg.m
= 1638100,7 kg.cm 1Kn.m = 16196,568 kg.cm
B = 100 cm
d = 80 cm
fc = 30 Mpa = 305,81 kg/cm
fy = 400 Mpa = 4078,88 kg/cm
= 0,85 karena fc 30 Mpa
= 2047625,875 kg.cm
K =
K =
= 0,01430
F = 1-
= 1-
= 0,0144
Fmax =
=
= 0,59766
Karena, F maka diperhitungkan untuk tulangan tunggal
As =
=
78
= 7,34 cm
= 0,0025 (nilai untuk pelat)
= .B.d
= 0,0025 . 130 . 80
= 26 cm
Karena > As, maka dipakai nilai dan tulangan menggunakan
D19.
=. . 1,9
= 2,833 cm
Jumlah tulangan (n)
n =
= 2,52 3 D19
Untuk tulangan atas
As = 0,15 % . B .d
= 0,15% . 130 . 80
= 15,6 cm
Tulangan atas digunakan D16, dimana
=. . 1,6
= 2,00cm
Maka,
n =
= 5,85 6 D16
Karena panjang pile cap (B) = 130 cm, maka tulangan dapat dikonversikan
penggambarannya menjadi :
= 40 cm
= D19-400 mm . Tulangan bawah
79
= 20
= D13 200 Tulangan Atas
5. Setelah drum sudah berada pada posisi yang tepat , maka selanjutnya
pekerjaan untuk memasukkan tulangan yang diperlukan untuk pondasi
sumuran. Gambar 3.13 menunjukkan tulangan ke dalam drum yang telah
tersusun dalam lubang pondasi. Stek tulangan menggunakan 3 D19, 5D22
dan spiral D13-250.
7. Setelah pengecoran selesai dan beton pondasi sudah mengeras juga kuat
maka dilanjutkan dengan pekerjaan penimbunan tanah kembali untuk daerah
sekitar lubang pondasi. Pekerjaan ini dilakukan menggunakan alat bantuan
excavator. Gambar 3.15 menunjukkan proses penimbunan tanah kembali.
8. Perakitan pile cap dengan ukuran sisi 1,3 m dan tinggi 1,2 m .kemudian
melakukan pekerjaan meletakkan tulangan pile cap. Perakitan tulangan pile
cap sudah dikerjakan sebelumnya, sehingga pada saaat akan diletakkan pada
tempatnya, tulangan pile cap sudah siap kemudian tinggal diletakkan pada
titik-titik tertentu dan disambungkan dengan pondasi sumuran sesuai dengan
gambar kerja yang ada. Dimensi tulangan yang dipakai untuk pile cap yaitu
untuk tulangan pokok D13, D16 dan D19- 200 behel. Pekerjaan bisa dilihat
pada gambar 3.16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang diperoleh dari penulisan tugas akhir ini,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Daya dukung pondasi sumuran mampu menahan beban yang bekerja pada
bangunan Kantor Otoritasa Bandar Udara Wilayah VIII Manado dengan hasil
74,5911 ton < 237,61 ton.
2. Ukuran pile cap yang telah dihitung yaitu 100 cm x 100cm x 80 cm dengan
tulangan bawah D19 400 mm dan tulangan atas D13 200 mm.
3. Beban yang di dapat berdasarkan hasil perhitungan yaitu P = 74,5911 ton.
4. Gaya gaya dalam dari hasil input ETABS yaitu momen = 16381.007 Kg.m,
Shear = 9808.38 Kg.m.
5. Metode pelaksanaan pondasi sumuran belum sesuai dengan teori yang ada pada
pemakaian buis yang berfungsi sebagai selimut dari pondasi sumuran dimana di
lapangan diganti dengan menggunakan drum.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil analisa dalam Tugas Akhir ini, maka disarankan beberapa
hal berikut:
a. Untuk bagian pondasi sumuran perlunya analisa daya dukung lebih detail
sehingga desain dari pondasi sumuran lebih tepat.
b. Diperlukan ketelitian dalam melakukan perhitungan dimensi pile cap dan
perhitungan tulangannya agar tidak mendapatkan hasil kekeliruan .
c. Untuk Perhitungan pembebanan pada suatu bangunan harus dihitung lebih detail
sehingga beban yang didapat secara keseluruhan yang tepat.
d. Untuk perhitungan gaya gaya dalam perlu dilakukan kontrol secara manual
supaya dapat mengetahui hasil dari perhitungan gaya gaya dalam dari ETABS
sudah sesuai dengan aturan keseimbangan.
e. Untuk metode pelaksanaan pekerjaan pondasi sumuran dikerjakan sesuai dengan
standar yang ada supaya pelaksanaannya bisa lebih tepat.
86
DAFTAR PUSTAKA